analisis isi pesan dakwah dalam acara kajian kitab...
TRANSCRIPT
ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM ACARA KAJIAN
KITAB KUNING “SHAHIH BUKHARI” Di TVRI
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh:
LAILA NURDIANA
NIM: 109051000129
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013 M / 1434 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana 1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Mei 2013
Laila Nurdiana
i
ABSTRAK
LAILA NURDIANA
Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Acara Kajian Kitab Kuning
“Shahih Bukhari” di TVRI
Televisi sebagai media yang sangat efektif dalam menyebarkan
dakwah dan medium paling berpengaruh dalam membentuk sikap dan
kepribadian masyarakat secara luas. Program-program acaranya TVRI
berorientasi pada keagamaan, pendidikan dan hiburan. Banyaknya acara
di TVRI membuat penulis memilih acara kajian kitab kuning shahih
bukhari, salah satu alasannya karena acara ini merupakan acara yang dapat
membantu masyarakat agar mengetahui sebagai umat islam yang harus
berpegang teguh dengan al-Qur’an dan hadits, karena dalam acara ini
berbagai permasalan agama dibahas dengan menggunakan hadits shahih
bukhari yang tidak diragukan lagi keshahihannya.
Dari pernyataan di atas, maka peneliti merumuskan masalah agar
penelitian tidak jauh melebar, peneliti merumuskan masalah pada pesan
dakwah yang terkandung dalam Acara Kajian Kitab Kuning Shahih
Bukhari di TVRI? Dan pesan dakwah yang paling dominan dalam Acara
Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari di TVRI.
Penelitian ini menggunakan metode Analisis Isi melalui deskriptif
analisis, yaitu menerangkan dan menggambarkan keadaan sebenarnya
yang kemudian menuangkannya dalam penulisan skripsi ini. Teknik
pengumpulan data berupa observasi yaitu penulis terjun langsung berupa
observasi.
Dalam penelitian ini, penulis menyimpulkan bawasannya pesan yang
terdapat dalam Acara Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari edisi januari-
Maret, yaitu pesan yang memberitahukan sunnah-sunnah yang dikerjakan
oleh Rasulullah SAW dan juga mengajarkan cara bersuci dari hadats kecil
dan besar serta memberikan cara berwdhu yang benar. Semua pesan yang
terkandung dalam acara kajian kitab kuning shahih bukhari adalah pesan
akhlak, akidah dan syari’ah. Namun pesan yang sering banyak muncul
adalah pesan syariah. Dan kini penulis mengambil kesimpulan pesan yang
mengandung syari’ah bernilai ibadah yakni Thaharah ada dalam tema
Bersiwak, Air Yang Dipergunakan Berwudhu, Etika Buang Air Kecil, Hal
Yang Membatalkan Wudhu, Hal-Hal Yang Tidak Membatalkan Wudhu,
Mandi Secara Rasulullah SAW, Sunnah-Sunnah Wudhu, Waktu
Berwudhu dan Wudhu dan Al-Qur’an. Pesan dakwah yang mengandung
pesan akidah ada dalam tema Belajar Mencintai Rasulullah. Dan pesan
yang paling dominan dalam acara kajian kitab kuning shahih bukhari
adalah pesan Syari’ah.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmaanirrohim
Pertama-tama penulis mengucapkan puji syukur Alhamdulillah kepada
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, Dialah Allah yang
Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah memberikan nikmat Iman, Islam
dan Ikhsan kepada seluruh umat manusia yang ada di muka bumi ini. Dialah
Tuhan yang menciptakan akal sebagai mediator untuk berfikir dan merenung
tentang kekuasaan-Nya, untuk mempelajari lautan ilmu-Nya dan yang terpenting
untuk menyadari, mengetahui, mengingat dan menyaksikan akan eksistensi-Nya
setiap saat.
Bersama rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana dan merupakan
kewajiban akademis di Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi Besar
Muhammad SAW, keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan seluruh pengikutnya
yang senantiasa istiqamah dalam mengikuti dan memegang teguh ajaran-Nya dan
menjalankan agama Allah SWT. Semoga uswatu hasanah yang beliau contohkan,
menjadikan penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya pengikut yang
senantiasa mengikutinya dalam kehidupan sehari-hari.
Sepenuhnya penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini
banyak mengalami kesulitan, hambatan, dan gangguan hingga terkadang rasa
iii
putus asa dan bosan pernah dirasakan. Namun, berkat doa, bantuan, motivasi,
bimbingan dan pengarahan yang sangat berharga dari berbagai pihak akhirnya
skripsi ini dapat terselesaikan.
Oleh karena itu dengan segala ketulusan, perkenankan penulis untuk
menyampaikan rasa terima kasih kepada yang terhormat:
1. Drs. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan dan
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan
Pembantu Dekan I Drs. Wahidin Saputra, MA, Pembantu Dekan II Bpk.
Mahmud Jalal, M. Ag, serta Pembantu Dekan III Bpk. Study Rizal, LK,
M. Ag.
2. Drs. Jumroni, M. Si selaku Kepala Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
3. Hj. Umi Musyarrofah, MA selaku sekertaris Jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam sekaligus dosen pembimbing yang telah banyak
membimbing dan memberikan pengarahan serta motivasi yang terus-
menerus seraya memberikan dukungan guna meraih masa depan yang
lebih baik. Penulis menganturkan terima kasih kepada beliau, semoga
Allah SWT senantiasa memberikan keberkahan dan kebaikan setiap saat
kepada beliau beserta keluarga.
4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi khususnya
untuk Drs. H. Sunandar, MA yang sangat berjasa dalam skripsi ini. Serta
Semua dosen yang telah mengajarkan dan mendidik ilmu pengetahuan
serta ilmu yang bermanfaat bagi penulis.
iv
5. Segenap pimpinan dan karyawan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi serta Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memudahkan penulis untuk
mendapatkan berbagai refrensi dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Kedua orang tuaku, Kepada Ayah tercinta Mansur Yatin dan Mama
tersayang Satriyah yang telah memberikan doa, kasih sayang, semangat
dan motivasi serta bantuan yang bersifat materiil. Semoga kebahagiaan
dan keberkahan akan selalu menyertai serta mendapatkan balasan dari
Allah SWT.
7. Drs. Ahmad Lutfi Fathullah. M A selaku narasumber dalam acara ini, yang
telah banyak memberikan dan membantu banyak mengarahkan, motivasi,
semangat, dan doanya sehingga terselesaikannya skripsi ini.
8. Pihak-pihak stasiun TVRI. Khususnya, Ustadz Agus Idwar selaku
presenter dan Bapak Muhammad Rusli selaku produser dan juga seluruh
crew Acara Kajian Kitab Kuning “Shahih Bukhari”, dan juga terima kasih
banyak atas kerjasamanya yang telah membantu penulis untuk
mengadakan penelitian dan memperoleh informasi yang terkait dengan
judul skripsi penulis.
9. Pihak-pihak Pusat Kajian Hadits selaku tempat penulis mencari data yang
sangat membantu dan waktu luangnya untuk memberikan banyak petunjuk
sehingga dapat selesai dengan baik skripsi ini.
10. Teman-teman KPI angkatan 2009. Khususnya KPI D, Hidayati Nur
fajrina, Yuli Patilata, Nur Fajrina, dan sahabat-sahabat Fakultas Ilmu
v
Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan teman-teman KKN yang telah
memberikan nuansa persahabatan, kekeluargaan selama akhir hayat.
Terima Kasih buat kalian yang telah memberikan motivasi dan do’a
kepada penulis.
11. Semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil
kepada penulis sehingga terselesaikan penulisan skripsi ini.
Begitu besar ucapan terima kasih yang penulis sampaiakan, semoga Allah
SWT membalas semua kebaikan keluarga dan sahabat-sahabatku tercinta Amin Ya
Robbal Alamin.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa Skripsi ini tidak terlepas dari
kekurangan. Karena itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan
dari semua pihak demi penyempurnaan skripsi ini. Untuk itu penulis
berharapkarya semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat terutama bagi
penulis dan pembaca pada umumnya.
Jakarta, Mei 2013
Laila Nurdiana
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................ 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah .................................. 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................. 6
D. Tinjauan Pustaka ....................................................... 6
E. Metodologi Penelitian ............................................... 7
F. Sistematika Penulisan ................................................ 12
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Pesan Dakwah .......................................... 13
1. Pesan Akidah ......................................................... 14
2. Pesab Akhlak ......................................................... 17
3. Pesan Syari’ah ...................................................... 18
B. Ruang Lingkup Dakwah ............................................ 19
C. Ruang Lingkup Televisi ............................................. 32
D. Televisi Sebagai Media Dakwah ................................ 37
BAB III GAMBARAN UMUM ACARA KAJIAN KITAB KUNING
SHAHIH BUKHARI DI TVRI
A. Gambaran Umum TVRI ............................................. 43
B. Pengertian Kitab Kuning ............................................ 50
1. Sejarah Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari ..... 50
2. Visi dan Misi Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari 57
BAB IV ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM ACARA KAJIAN
KITAB KUNING SHAHIH BUKHARI
A. Isi Pesan Dakwah pada Acara Kajian Kitab Kuning
Shahih Bukhari ........................................................... 62
vii
B. Pesan Dakwah Paling Dominan Acara Kajian Kitab Kuning
Shahih Bukhari ............................................................ 89
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................ 90
B. Saran-saran ................................................................. 91
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Televisi merupakan suatu inovasi di bidang teknologi yang sangat
canggih. Melalui kelebihan yang ia miliki, banyak sekali manfaat yang
dapat kita ambil. Banyak program Sesuai dengan ciri khas sistem
komunikasi massa Islam, bahwa media massa merupakan alat (media
dakwah) menyebarkan atau menyampaikan informasi kepada pendengar,
pemirsa atau pembaca tentang perintah dan larangan Allah Swt (Al-Qur’an
dan Hadis Nabi).
Penyebaran informasi yang identik dengan teknologi komunikasi.
Berbicara tentang teknologi komunikasi kita teringat dengan alat-alat utuk
ber-komunikasi, yang kerap kali disebut sebagai media massa. Adapun
fungsi dari komunikasi massa yaitu menyampaikan informasi, mendidik,
menghibur, dan mempengaruhi.1
Televisi adalah salah satu bentuk komunikasi massa. Dibandingkan
dengan media massa lainnya, seperti radio, surat kabar, majalah, dan
sebagainya, televisi tampaknya mempunyai sifat istimewa. Televisi
merupakan gabungan dari media dengan media gambar (audio visual).
1 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,(Bandung: Remaja
Rosdakarya,2003), h. 31
2
Penyampaian isi atau pesan juga seolah-olah langsung antara komunikator
(pembawa acara, pembaca berita, dan sebagainya) dengan komunikan
(pemirsa). Informasi yang disampaikan mudah dimengerti karena jelas
terdengar secara audio dan terlihat jelas secara visual.3
Media massa yang satu ini memang mempunyai kelebihan
dibanding media massa lainnya. Televisi juga dapat digunakan untuk
berdakwah dan mengajak orang kepada perintah untuk kebaikan dan
mencegah kemunkaran, sehingga mendapat keridhaan dari Allah SWT.
Sebagaimana diketahui, dakwah adalah suatu keharusan bagi umat Islam,
seperti dalam firman-Nya dalam surat Ali Imran ayat 104 yang berbunyi:
Artinya: “Dan hendaklah ada diantara kamu, segolongan ummat
yang mengajak manusia kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf
dan mencegah dari yang munkar, dan mereka adalah orang-orang yang
beruntung. (Q. S. Ali Imran: 104)
Dakwah melalui media apapun perlu persiapan dan perencanaan
yang matang, karena dakwah merupakan suatu upaya merekonstruksi
masyarakat menuju masyarakat islami. Munculnya media televisi sebagai
wujud dari kemajuan teknologi menyadarkan kaum muslimin tentang
betapa pentingnya peranan televisi dalam usaha dakwah.
Televisi merupakan media yang mampu menarik banyak perhatian
orang. karenanya praktisi penggunaannya yang mudah dan terjangkau
3 Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa (Sebuah Analisis Isi Media Televisi).
(Jakarta: Rineka Cipta, 1999), Cet ke-1,
3
untuk semua kalangan. Dan dapat banyak memberi manfaat bagi para
penonton, Disamping hanya untuk hiburan acar televisi juga menayangkan
acara-acara dakwah.
Banyak acara televisi di TVRI yang menyajikan beragam program,
seperti kuis, musik maupun Reality Show. Di bagian kerohanian tentu ada
yang dinamakan acara keagamaan, baik itu Islam, Katolik, Protestan,
Hindu maupun Budha. Salah satu acara Islami adalah acara dakwah yang
saat ini banyak diminati. Pembahasan kitab merupakan sajian program
Islam yang menarik karena disampaikan dengan dakwah billisan. Acara “
Kajian Kitab Hadits Shahih Bukhari” di TVRI bersama Ustadz Ahmad
Luthfi Fathullah MA, merupakan rekomendasi untuk acara dakwah.
Program “ Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari “ merupakan acara
Islamiyah yang materinya bersandar pada Kitab Hadits. Perlu diketahui,
kitab kuning merupakan salah satu pegangan untuk memahami ajaran
Islam yang lebih mendalam. Disamping itu kitab kuning ini wajib
dipelajari karena didalamnya mempelajari tentang hadits Rasullallah saw
yang merupakan sumber ajaran agama Islam setelah al-Qur’an. Oleh
karena itu, Hadis harus diketahui, dibaca, dikaji dan diamalkan
Satu hal yang menjadi ciri khas atau pembeda dari program
Dakwah lainnya adalah bisa dilihat dari Isi pesan atau materi-materi
dakwahnya dan disandarkan kitab hadits didalamnya. Dalam acara
“Kajian Kitab Kuning” banyak membahas mengenai persoalan hadits
Sahih al-Bukhari adalah kitab hadis yang menghimpun hadis-hadis
4
Rasulullah SAW secara sistimatis tematis, dengan akurasi otentitas yang
sangat tinggi. Pada program Kajian Kitab Kuning ini mencoba menjawab
persoalan-persoalan yang berkaitan dengan hadits shahih al-bukhari.
Selain persoalan hadits juga dalam acara ini dibahas juga mengenai
masalah Fiqih, Tauhid, Akhlak dan memberikan solusinya.
Acara Dakwah ini sengaja diberikan nama “ Kajian Kitab Kuning
Shahih Bukhari “ karena didalamnya mengungkap tentang keshahihan
suatu hadits dan pedoman sehari-hari untuk hidup nyaman yang bersandar
pada Kitab Hadits. Problematika kehidupan manusia yang begitu
kompleks membuat banyak manusia lupa akan arti kehidupan yang
sesungguhnya yakni untuk mencari dan menggapai keridhoan Allah SWT,
baik di dunia maupun di akhirat.
Acara Dakwah Kajian Kitab Kuning, bukanlah satu-satunya
program dakwah yang mesti dijadikan sebagai tunggal tayangan dakwah
bagi masyarakat, karena banyak sekali tayangan-tayangan dakwah yang
disiarkan oleh televisi-televisi lain, namun setidak-tidaknya program ini
telah ikut membantu memberikan pencerahan kepada masyarakat kita
khususnya ummat Islam dalam memahami ajaran Islam itu sendiri, dan
menjadi wahana bagi masyarakat untuk terus belajar dan menimba
pengetahuan agama lewat media televisi, khususnya TVRI.
Menariknya dalam acara ini adalah pesan dakwah yang
disampaikan dengan penjelasan yang jelas, singkat dan padat pada masalah
keagamaan. Dengan nasehat-nasehat yang mudah dipahami dan
5
dimengerti. Dan acara ini adalah satu-satunya di stasiun Televisi yang
menyajikan langsung Kitab Hadits di depannya sebagai materi. Dengan
mempermudah untuk memahami acara ini narasumber memberikan
kemudahan dengan adanya DVD Sahih al-Bukhari, Terjemah dan Takhrij
Interaktif adalah Kitab digital Sahih al-Bukhari yang diterjemahkan dan
diberi cacatan takhrij sederhana, yang dibuat dalam aplikasi multimedia.
Melihat latar belakang diatas bahwa televisi merupakan sarana
efektif dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah dengan melalui
tayangan-tayangan atau acara-acara keagamaan. Hal ini yang membuat
peneliti tertarik mengangkat judul skripsi: Analisis Isi Pesan Dakwah
Dalam Acara Kajian Kitab Kuning “Shahih Bukhari” di TVRI
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk lebih terarah dan fokusnya penelitian ini, maka penulis
merasa perlu untuk memberikan batasan penelitian. Dalam hal ini, peneliti
membatasi penelitian pada Pesan dakwah yang terdapat dalam Acara
Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari di TVRI (Edisi 07Januari- 10Maret)
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka peneliti merumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1) Apa Saja Isi Pesan Dakwah yang terkandung dalam Acara
Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari di TVRI?
6
2) Apa Pesan Dakwah yang Paling Dominan terdapat pada Acara
Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari di TVRI?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan yang diharapkan dapat dicapai dalam penelitian ini adalah:
1) Untuk mengetahui Isi Pesan Dakwah yang terkandung dalam Acara
Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari di TVRI?
2) Untuk mengetahui Pesan Dakwah yang paling Dominan terdapat
pada Acara Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari di TVRI?
Kegunaan atau manfaat dari penelitian ini adalah:
a) Manfaat akademis
1) Untuk memberikan kontribusi yang positif dalam bidang studi ilmu
dakwah dan komunikasi penyiaran Islam
2) Untuk memberikan sumbangan yang berarti guna mengembangkan
wacana keilmuan dakwah, terutama dalam hal ini media televisi
sebagai sarana penyampaian syiar Islam dan juga untuk mengetahui
kitab kuning lebih mendalam.
b) Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan menjadi bahan acuan dan pedoman bagi
para praktisi dakwah dan teoritisi dalam mengembangkan dan
mengaplikasikan keilmuan dakwah, begitu juga bagi para praktisi televisi
yang selalu berfikir dan bekerja keras untuk mensyiarkan dakwah
Islamiyyah melalui media televisi sebagai sala satu sarana dakwah.
7
D. Tinjauan Pustaka
Dalam menentukan judul skripsi ini penulis sudah mengadakan
tinjauan pustaka yang terdapat dalam perpustakaan di fakultas ilmu
dakwah dan Ilmu Komunikasi maupun di Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta untuk mengumpulkan bahan-bahan materi.
Menurut pengamatan penulis dari hasil observasi yang dilakukan
sampai saat ini belum menemukan analisis isi pesan dakwah dalam acara
Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari di TVRI. Yang penulis temukan
adalah Analisis Pesan Dakwah Dalam Acara “Untukmu Ibu Indonesia” di
TVRI Penulis Ummu Kulsum, NIM: 204051002865. Yang membedakan
dengan acara diatas adalah isi pesan dan penyampaian pesannya.
Di karenakan juga belum adanya yang menganalisis tentang acara
kajian kitab kuning ini maka penulis sangat tertarik untuk meneliti judul
tersebut karena acara ini sangat menarik, di zaman dulu kitab kuning
hanya di kenal di kalangan pondok pesantren saja. Tapi dengan adanya
acara ini kita dapat memahami, mengenal dan belajar tentang pesan apa
saja yang terkandung dalam kajian kitab kuning Shahih Bukhari tersebut
yang disiarkan di TVRI. Maka peneliti mengambil judul tentang: Analisis
Isi Pesan Dakwah Dalam Acara Kajian Kitab Kuning “ Shahih
Bukhari “ di TVRI
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
8
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
isi (content analisis). Metode ini merupakan metode yang sering
digunakan dalam mengkaji pesan-pesan dalam suatu media. Analisis isi
dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi. Baik surat
kabar, berita radio, dan iklan televisi serta bahan-bahan dokumentasi
lainnya. 2
Analisis Isi Kualitatif (Quality Content Analysis (QCA)), mencoba
untuk menggunakan kekuatan metodologi analisis isi dan penelitian
komunikasi untuk menganalisa secara sitematis sejumlah materi tekstual
tapi dengan elaborasi langkah-langkah analisa kualitatif. Dengan demikian
penelitian ini bermaksud menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif
yakni berupa kata-kata tertulis atau lisan dari pesan acara kajian kitab
kuning shahih bukhari. Dalam pendekatan deskriptif kualitatif penulis
melakukan upaya mencatat, mengamati, serta menganalisis isi program,
serta metode yang digunakan.
2. Tahapan Penelitian
a. Prosedur Penelitian
Adapun tahapan-tahapannya adalah, sebagai berikut:
a) Kategorisasi
Kategorisasi adalah instrumen utama dalam penelitian
analisis isi. Disini peneliti mengkategorisasikan pesan-pesan
dakwah yang terkandung dalam dalam acara kajian kitab hadits
2 Bambang Setiawan dan Ahmad Muntaha, Metode penelitian komunikasi, (Jakarta:
Universitas Terbuka, Cet. Ke-1. Hal.79.)
9
shahih bukhari di TVRI, yang digolongkan dalam dakwah akhlak,
dakwah aqidah, dan dakwah Syari’ah.
b) Subjek dan Objek Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah
Acara Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari. Adapun yang
menjadi objek dalam penelitian ini adalah naskah atau isi pesan
dari kajian kitab kuning “Shahih Bukhari” yang dijadikan sebagai
objek penelitian.
c) Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan selama dari bulan Januari-
April, yakni terdapat empat tema berbeda setiap minggunya.
Acara Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari ditayangkan di TVRI.
Bertempat di Jln. Gerbang Pemuda Senayan, Jakarta 12070.
b. Pengolahan Data
a) Observasi
Observasi merupakan pengamatan langsung untuk
memperoleh data yang diperlukan.3 Dengan mendatangi langsung
ke lokasi, menyaksikan dan mengamati jalannya Acara Kajian
Kitab Kuning Shahih Bukhari. Observasi juga dilakukan secara
tidak langsung, yakni dengan cara mengamati Acara Kajian Kitab
Kuning Shahih Bukharimelalui televisi dan dalam bentuk DVD/
Video atau typing.
3 Winartio Surahman “Menyusun Rencana Penelitian”, (Bandung: CV. Tarsia,
1989), h.165
10
Observasi yaitu alat pengumpul data yang dilakukan dengan
cara mengamati dan mencatat secara sistematis gejala-gejala yang
diselidiki.4 Dalam observasi ini, penulis mengikuti kegiatan dakwah
”Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari” secara langsung di Studio
TVRI, kemudian penulis mencatat secara sistematis mengenai
kejadian-kejadian yang berlangsung.
b) Wawancara
Wawancara dilakukan secara langsung kepada narasumber
acara kajian kitab kuning “Shahih Bukhari” yakni Ahmad Lutfi
Fathullah, MA. Wawancara dilakukan dengan tujuan untuk
memperoleh data mengenai Pesan yang disampaikan dalam Acara
tersebut.
c) Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari sumber data tambahan seperti
buku, website, arsip dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar,
foto, dan video yang berkaitan dengan penelitian ini.
d) Analisis Data
Data yang dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis.
Metode yang digunakan adalah metode deskriptip di mana
pelaporan data dengan menerangkan, memberi gambaran dan
4 Cholid Narbuko, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara,2004), Cet. Ke-4,
h.70
11
mengklasifikasi kan serta menginterpretasikan data yang
terkumpul apa adanya, lalu kemudian disimpulkan.
e) Pedoman Penulisan
Teknik penulisan dengan berpedoman pada buku Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) terbitan
CeQDA (Center for quality Development and Assurance), tahun
2007, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran secara sederhana agar
mempermudah penulisan Skripsi ini, maka penulis menyusun
sistematika penulisan yang terdiri dari Lima bab, dengan rincian
sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN Yang Membahas Latar Belakang
Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian,
Kegunaan Penelitian, Kajian Pustaka, Metodologi Penelitian,
Sistematika Penulisan
BAB II : LANDASAN TEORITIS Yang Membahas Pengertian
Pesan Dakwah terdiri dari Pesan Akhlak, Pesan Akidah dan Pesan
Syari’ah, Ruang Lingkup Dakwah terdiri dari Pengertian Dakwah dan
Unsur-unsur Dakwah terdiri dari Subyek dan Obyek Dakwah, Metode
dan Media Dakwah, Materi dan Tujuan Dakwah , Ruang Lingkup
Televisi terdiri dari Pengertian Televisi dan Sejarah dan
Perkembangan Televisi, Televisi Sebagai Media Dakwah
12
BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG ACARA KAJIAN
KITAB KUNING SHAHIH BUKHARI DI TVRI Yang
Membahas Gambaran Umum TVRI, Mencakup: Sejarah dan
Perkembangan TVRI, Visi dan Misi TVRI, Struktur Lembaga
Penyiaran Publik TVRI dan Gambaran Umum Program-program
TVRI, Pengertian Kitab Kuning meliputi: Sejarah Singkat Acara
Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari, Visi dan Misi Acara Kajian
Kitab Kuning Shahih Bukhari, Sasaran Acara Kajian Kitab Kuning
BAB IV : ANALISIS PESAN DAKWAH DALAM ACARA
KAJIAN KITAB KUNING SHAHIH BUKHARI DI TVRI Pesan
Dakwah yang terkandung dalam Acara Kajian Kitab Kuning Shahih
Bukhari dan Pesan Dakwah yang paling Dominan pada Acara Kajian
Kitab Kuning Shahih bukhari
BAB V : PENUTUP yang membahas kesimpulan dan saran-saran.
13
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian Pesan Dakwah
Pesan dakwah adalah materi atau isi pesan yang disampaikan dai
kepada mad’u yang bersumber dari Al-qur’an dan Hadits. Menurut
Ahmad Mansyur Suryanegara seperti yang dikutip oleh Asep Muhyiddin
dalam bukunya Metode Pengembangan Dakwah. Mendefinisikan dakwah
adalah menciptakan perubahan sosial dan pribadi yang didasarkan pada
tingkahlaku pembaharuannya. Dan yang menjadi inti tindakan dakwah
adalah perubahan kepribadian seseorang dan masyarakat secara cultural.1
Sedangkan pengertian dakwah menurut M. Ali Aziz adalah segala
aktivitas penyampaian ajaran Islam kepada orang lain dengan cara yang
bijaksana untuk terciptanya individu dan masyarakat yang bisa menghayati
dan mengaplikasikan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Usaha
dakwah juga bisa dilakukan melalui lisan maupun tulisan yakni yang
bersifat mengajak, menyeru agar mentaati perintah Allah SWT dan
menjauhi larangan-Nya.
Pada hakikatnya dakwah adalah komunikasi hanya saja berbeda pada
cara atau tujuan yang akan dicapainya. Dakwah juga mengaharpkan
komunikannya bersikap dan berbuat sesuai dengan isi pesan yang
1 http:// repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle. Diakses pada 21 Mei 2013, Jam 08:00
14
disampaikan oleh komunikatornya. Dakwah juga merupakan komunikasi
yang khas yaitu pada cara pendekatannya dilakukan secara persuasif dan
bertumpu pada human oriented (hikmah dan kasih sayang).
Kategori pesan dakwah secara garis besar besarnya dapat
dikelompokkan menjadi tiga.2
1. Pesan Akidah
Kata akidah berasal dari bahasa arab yaitu aqidah yang berarti
keyakinan atau kepercayaan. Secara istilah akidah berarti keyakinan
atau kepercayaan yakni mengikat hati seseorang kepada sesuatu yang
diyakini atau diimaninya. Menurut Muhammad Syaltut, akidah ialah
sisi teoritis yang harus pertama kali diimani atau diyakini dengan
keyakinan yang mantap tanpa keraguan sedikitpun. Dalam Al qur’an
akidah disebutkan dengan istilah iman dan syari’ah dengan istilah
amal shaleh, keduanya saling berhubungan dan bersamaan. Itu artinya
keimanan atau kepercayaan harus diikuti oleh amal shaleh, karena
iman tidaklah sempurna tanpa disertai oleh amal shaleh.
Akidah atau kepercayaan dalam Islam mempunyai rukun-rukun
tertentu yakni hal yang harus dipercayai, adapun rukun iman ada 6:
1) Percaya kepada Allah yakni dengan sepenuh hati akan ke-
Esaan dan eksistensi Allah, meyakini kekuasaan bahwa
Allah lah yang maha menciptakan semua makhluk, tidak
menyekutukan-Nya dengan yang lain, semua hidup dan
2 Slamet Muhaemin Abda, Prinsip-prinsip Metodologi Dakwah, (Surabaya: Al Ikhlas),
hlm. 47
15
perbuatan manusia hanyalah dilakukan untuk mencari
ridho Allah SWT.
2) Percaya kepada Malaikat Allah yaitu percaya dengan
adanya malaikat yang menjadi perantara Allah kepada
Makhluk-Nya. Malaikat yang wajib kita kenal ada 10 yakni
Malaikat Jibril bertugas menyampaikan wahyu, Mikail
bertugas menurunkan rizki, Malaikat Isrofil bertugas
meniup sangkakala pada hari kiamat, Malaikat Izroil
mencabut nyawa manusia, Malaikat Munkar menanyakan
dalam kubur, Malaikat Nakir menanyakan dalam kubur,
Malaikat Raqib mencatat amal baik manusia, Malaikat Atid
mencatat amal buruk manusia, Malaikat Malik menjaga
pintu neraka, Malaikat Ridwan menjaga pintu surga.
Malaikat diciptakan dari cahaya yang bersifat immaterial
being (bukan makhluk yang bersifat materi), maka wujud
malaikat tidak terikat pada bentuk tertentu yakni dapat
berubah-rubah atas izin-Nya.
3) Percaya kepada kitab Allah percaya pada kitabullah berarti
percaya bahwa Allah menurunkan kitab kepada Rasul yang
berisi tentang ajaran-ajaran, dan aturan-aturan Islam. Kitab
yang disebutkan dalam Al qur’an ada 4 macam, yakni
Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa As, Kitab
Zabur kepada Nabi Daud As, Kitab Injil kepada Nabi Isa
16
As dan yang terakhir adalah Al-Qur’an diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW. Pada dasarnya prinsip ajaran
Islam yang berada dalam kitab-kitab-Nya adalah sama,
meskipun diturunkan dalam kurun waktu yang berbeda dan
keadaan ummat yang berbeda pula. Jika terdapat perbedaan
prinsip ajaran agama Islam, itu bukanlah ajaran asli dari
Nabinya, yakni pemeluknyalah yang menyelewengkan dan
merubah isi ajaran kitab yang ada didalamnya.
4) Percaya kepada utusan Allah SWT yakni percaya bahwa
Allah memilih beberapa diantara manusia untuk menjadi
utusan dan menyampaikan ajaran-Nya. Nabi berbeda
dengan Rasul, persamaan-Nya hanya mereka sama-sama
menerima wahyu. Wahyu yang diturunkan kepada Nabi
untuk dilaksanakan dirinya sendiri, sedangkan Rasul
menerima wahyu untuk disampaikan kepada ummatnya.
Rasul yang disebutkan adalah dalam Al-Qur’an berjumlah
25 Rasul.
5) Percaya kepada hari akhir (hari kiamat) yakni percaya
tentang adanya hari kiamat dimana semua makhluk akan
mati, kemudian dibangkitkan kembali dan diperhitungkan
segala amalnya yang dilakukan semasa hidup akan
mendapat balasan yang sesuai dengan perbuatan-Nya.
17
6) Percaya kepada takdir adalah rukun iman yang terakhir
yakni percaya bahwa Allah menciptakan manusia kodrat
(kekuasaan) dan iradat (kehendak-Nya). Sehingga segala
hal yang menimpa manusia sudah sesuai dengan garis
takdir yang telah ditentukan oleh penciptanya. Manusia
hanya wajib berusaha melakukan yang terbaik dan
selebihnya memasrahkan usaha yang telah dilakukan
kepada yang menciptakan dan kehendak yang maha kuasa.
Inilah yang disebut tawakal. Tawakal bukan berarti
menyerah begitu saja pada keadaan, namun tawakal adalah
mewakilkan (menyerahkan) segala nasib usaha yang telah
dilakukan oleh Allah SWT.
2. Pesan Akhlak
Secara etimologi akhlak berarti budi pekerti, peringai, prilaku,
atau tabiat. Secara terminologis ada beberapa definisi tentang akhlak:
Menurut Ibrahim Anis, “Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam
jiwa, yang dengannya lahirlah perbuatan-perbuatan, baik atau
buruknya tanpa membutuhkan atau pertimbangan”.
Menurut Abdul Karim Zaidan, akhlak adalah kumpulan nilai-
nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa yang dengan sorotan
dan timbangan seseorang dapat menilai perbuatannya baik atau
buruk, untuk kemudian memutuskan untuk terus melakukan atau
meninggalkannya. Sedangkan menurut Tuty Alawiyah, akhlak
18
adalah sifat yang pada diri seseorang yang terbit dari amal perbuatan
dengan mudah, yang keluar dengan spontan dan tanpa pertimbangan
yang matang.
Dari definisi diatas sama-sama menekankan makna akhlak yaitu
sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, yang muncul dengan
spontan tanpa pertimbangan dan tanpa memerlukan dorongan dari
luar. Akhlak juga sangat erat hubungannya dengan syari’ah, karena
sikap atau akhlak yang dilakukan haruslah sesuai dengan syari’at
Islam. Akhlak meliputi:
1) Akhlak terhadap Tuhan
2) Akhlak terhadap Makhluk
3. Pesan Syari’ah
Syari’ah secara bahas berarti jalan tempat keluarnya air minum,
secara istilah syari’ah adalah segala sesuatu yang diisyaratkan oleh
Allah kepada hamba-hamba-Nya, termasuk peraturan –peraturan dan
hukum segala hal yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Syari’ah
sangat erat kaitannya dengan akidah, kalau akidah adalah iman atau
keyakinan. Maka Syari’ah adalah hal yang perlu dilakukan sesudah
keimanan, yakni amal sholeh atau perbuatan sehari-hari yang sesuai
dengan syari’at Islam. Seperangkat aturan yang mengatur kehidupan
manusia dari segala aspek. Syari’ah merupakan aturan yang harus
diaplikasikan dalam kehidupan sehar-hari, karena syari’ah yang
19
mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, dan hubungan manusia
dengan manusia. Syari’ah meliputi:
1) Ibadah, dan meliputi:
a) Thaharah (bersuci)
b) Sholat
c) Puasa
d) Zakat
e) Haji
2) Muamalah yang meliputi:
a) Munakahat (hukum nikah)
b) Waratsah (hukum waris)
c) Muamalah (hukum jual beli)
d) Hinayah (hukum pidana)
e) Khilafah (hukum negara)
f) Jihad (hukum peperangan dan perdamaian)
B. Ruang Lingkup Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Secara etimologi kata “Dakwah” berasal dari bahasa Arab, yang
mengandung arti memanggil, mengajak, menjamu.3 Sedangkan perkataan
dakwah dapat diartikan sebagai sebuah panggilan, ajakan, dan undangan.4
Secara istilah, dakwah merupakan proses penyelenggaraan suatu aktivitas
yang dilakukan dengan sadar dan sengaja. Usaha yang diselenggarakan itu
3 Mahmud Yusuf, Kamus Arab- Indonesia, (Jakarta, Yayasan Penterjemahan /
Penafsiran Al-Qur’an), h. 127 4 Hamzah Ya’kub, Publisistik Islam, (Bandung, CV Diponegoro), h. 13
20
berupa mengajak orang itu untuk beriman dan mentaati Allah SWT atau
memeluk agama Islam, amar ma’ruf, perbaikan dan pembangunan
masyarakat (Ishlah) dan nahi munkar. Proses penyelenggaraan tersebut
dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, baik kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup yang diridhoi oleh Allah SWT.5
Selanjutnya mengenai pengertian dakwah, banyak rumusan yang
dikemukakan oleh beberapa pakar agama, walaupun rumusan-rumusan
tersebut berbeda, namun mengandung makna yang hampir sama. Diantara
beberapa pengertian dakwah adalah sebagai berikut: Dakwah adalah suatu
kegiatan ajakan dalam bentuk lisan, tulisan, atau yang lain, yang dilakukan
secara sadar dalam usaha mempengaruhi orang lain, baik secara individu
maupun kelompok agar timbul suatu pengertian, kesadaran, penghayatan
serta pengamalan terhadap ajaran agama sebagai suatu pesan yang
disampaikan tanpa ada unsur paksaan.6
Dakwah dapat dikatakan sebagai suatu strategi penyampaian nilai-
nilai Islam pada umat manusia demi terwujudnya tata kehidupan yang
imani dan realitas hidup yang Islami. Dakwah juga dikatakan sebagai agen
mengubah manusia kearah kehidupan yang lebih baik.
2. Unsur-unsur Dakwah
a. Subyek dan Obyek Dakwah
5 Abdul Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta, Bulan Bintang 1977), h. 19-
20 6 Muzayyin Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta, Bumi Aksara, 1993),
Cet ke-2, h. 6
21
Subyek dakwah (ulama, mubaligh, dan da'i), yaitu orang yang
melaksanakan tugas dakwah. Pelaksana tugas dakwah ini bisa perorangan
atau kelompok. Pribadi atau subyek adalah sosok manusia yang
mempunyai nilai keteladanan yang baik (uswatun hasanah) dalam segala
hal.7
Pelaksana adalah seorang kader atau pemimpin, bahkan Sayyid al-
Qalam. Dia hidup dalam masyarakat yang terus berubah dan harus sadar
akan perubahan ini, kemudian memberikan petunjuknya. Daerah da'i
adalah mulai dari masyarakat desa yang primitif hingga masyarakat
industri yang telah terpengaruh diktatornya pengaruh ekonomi raksasa dan
teknologi ultra modern dan merajalelanya individualisme. Da'i berada di
tengah gejolak masyarakat yang bergejolak. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa da'i adalah seorang yang harus paham benar tentang
kondisi masyarakat itu dari berbagai segi, psikologi, sosial, kultural, etnis,
ekonomi, politik, makhluk Tuhan ahsani takwim.8 Sebagai orang yang
akan menjalankan amanah Allah di atas bumi, maka juru dakwah harus
memiliki sifat-sifat khusus, harus memiliki kepribadian muslim sejati.
Menurut M. Ghazali bahwa ada tiga sifat dasar yang harus dimiliki
seorang juru dakwah ke jalan Allah, yaitu : setia, pada kebenaran,
7 Rafiudin, Maman Abdul Jalil, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung : CV. Pustaka Setia,
1997), cet. Ke-1, hal. 47 8 M. Syafaat Habin, Buku Pedoman Dakwah, (Jakarta : Wijaya, 1982), cet. Ke-1, hal. 106-
107
22
menegakkan perintah kebenaran dan menghadapi semua manusia dengan
kebenaran.9
Obyek dakwah ini disebut juga mad'u atau sasaran dakwah, yaitu
orang-orang yang diseru, dipanggil, atau diundang. Maksudnya ialah orang
yang diajak ke dalam Islam sebagai penerima dakwah.10
Sehubungan dengan kenyataan yang berkembang dalam masyarakat,
bila dilihat dari aspek kehidupan psikologis, maka dalam pelaksanaan
program kegiatan dakwah, sasaran dakwahnya terbagi menjadi:
a. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi
sosiologis berupa masyarakat terasing, pedesaan, kota besar dan kecil,
serta masyarakat di daerah marginal dari kota besar.
b. Sasaran yang berupa kelompok-kelompok masyarakat dilihat dari segi
struktur kelembagaan berupa masyarakat, pemerintah dan keluarga.
c. Sasaran yang berupa kelompok-kelompok masyarakat dilihat dari
segi sosial kultural berupa golongan priyai, abangan dan santri.
Klasifikasi ini terutama terdapat dalam masyarakat di Jawa.
d. Sasaran yang berhubungan dengan golongan dilihat dari segi tingkat
usia berupa golongan anak-anak, remaja dan orang tua.
e. Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi
tingkat hidup sosial ekonomi berupa golongan orang kaya, menengah
dan miskin.
9 A. Hasymi, Dustur Dakwah Menurut Al-Qur'an, (Jakarta : Bulan Bintang, 1994), hal. 142
10 Hasanuddin, Hukum Dakwah Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia,
(Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. Ke-1, hal. 34
23
f. Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi
okupasional (profesi dan pekerjaan) berupa golongan petani,
pedagang, seniman, buruh, pegawai negeri, dan sebagainya.1
b. Metode dan Media Dakwah
Metode dakwah berasal dari bahasa Jerman methodica artinya ajaran
tentang metode. Dalam bahasa Yunani, metode berasal dari kata
methodos artinya jalan, yang dalam bahasa Arab disebut thariq.11
Dalam bahasa Inggris, metode berasal dari kata method, yang
mempunyai arti pelajaran atau cara yang ditempuh untuk mencapai
tujuan dengan hasil yang efektif.12
Metode dakwah berarti jalan atau cara atau teknik berkomunikasi
yang digunakan oleh seorang da'i dalam menyampaikan risalah Islam
kepada masyarakat (mad'u) yang menjadi obyek dakwahnya.13
Dari
pengertian ini dapat diketahui agar dakwah bisa berhasil haruslah
diketahui metode yang digunakannya. Pedoman dasar atau prinsip
penggunaan metode dakwah Islam sudah termaktub dalam al-Qur'an
dan Hadits Rasulullah SAW.
Dalam al-Qur'an, metode dakwah ini disebutkan dalam surat an-
Nahl ayat 125, dimana diterangkan dengan jelas tentang cara
berdakwah. Dengan kata lain, pada ayat tersebut Allah memberikan
11
Hasanuddin, Hukum Dakwah Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia,
(Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. Ke-1, , hal. 35 12
Masdar Helmi, Problem Dakwah Islamiyah dan Pedoman Mubaligh, (Semarang : CV.
Toha Putra, 1969), hal. 34 13
Said bin Ali Qathani, Dakwah Islam Dakwah Bijak, (Jakarta : Gema Insani Press, 1994),
cet. Ke-1, hal. 101
24
penjelasan yang dapat dijadikan patokan, bagaimana seharusnya
berdakwah itu. Allah pun memberikan ketentuan, agar ajaran Islam itu
disampaikan dengan hikmah yang kita terjemahkan dengan
kebijaksanaan, sesuai dengan kebutuhan yang ada.
Allah berfirman dalam Surat an-Nahl ayat 125 :
Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah
danpelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yanglebih mengetahui orang-orang
yang mendapat petunjuk.(QS. An-Nahl : 125).
Dari ayat di atas menunjukkan bahwa metode dakwah itu ada tiga
cara, yaitu dengan hikmah, dengan nasihat/pelajaran dengan baik
(mau'izhah hasanah), dan dengan mujadalah (berdebat dengan cara yang
baik).
1. Dengan Hikmah (bijaksana)
Menurut Imam Abdullah bin Ahmad Mahmud an-Nasafi :
بالحكمة اي بالمقالة الصحٍحة المحكمة وهى الذلٍل المىضح للحق المزٌل
.للشبهة
Artinya : "Dakwah dengan bil Hikmah adalah dakwah dengan
menggunakan perkataan yang benar dan pasti yaitu dalil yang
menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan".
Menurut Toha Yahya Omar, "hikmah adalah bijaksana, artinya
meletakkan sesuatu pada tempatnya dan kitalah yang harus berpikir,
25
berusaha menyusun dan mengatur cara-cara dengan menyesuaikan kepada
keadaan dan zaman, asal tidak bertentangan dengan hal-hal yang dilarang
oleh Tuhan".14
Menurut al-Maraghi dalam kitab tafsirnya, "hikmah adalah perkataan
yang tepat lagi tegas yang dibarengi dengan dalil yang dapat menyingkap
kebenaran dan melenyapkan keserupaan".15
Menurut Ali Mustafa Ya'kub, "hikmah adalah sebagai ucapan-ucapan
yang tepat dan benar atau argumen-argumen yang kuat dan meyakinkan".16
Dari penjelasan para ahli di atas dalam memberikan definisi hikmah,
penulis dapat menyimpulkan bahwa hikmah adalah perkataan dan
perbuatan yang tepat berdasarkan ilmu, dalam arti menyesuaikan kepada
keadaan zaman yang tidak bertentangan dengan agama Allah.
2. Dengan Mau'izhah Hasanah (nasehat/pelajaran yang baik)
المىعظة الحسىة وهً التً الٌخفى علٍهم اوك تىاصعهم بها وتقصذ ما
.ٌىفعهم فٍها او بالقران Artinya : "Al- Mau'izhatil hasanah yaitu perkataan-perkataan yang
tidak tersembunyi bagi mreka, bahwa engkau memberikan nasihat dan
menghendaki manfaat kepada mereka, atau dengan al-Qur'an.17
Mau'izhah hasanah juga merupakan nasihat-nasihat yang baik atau
memberi peringatan, kata-kata, ucapan, dan teguran yang baik.18
Dengan
lemah lembut dan perkataan yang enak didengar dan memberi pelajaran
14
Hasanuddin, Hukum Dakwah Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia,
(Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. Ke-1, hal. 36 15
M. Mansyur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Yogyakarta : al-Amin Press, 1997),
hal. 21 16
Ali Mustafa Ya'kub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 1997),
hal. 121 17
Hasanuddin, Hukum Dakwah Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia,
(Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. Ke-1 , hal. 37 18
Ghazali Darussalam, Dinamika Ilmu Dakwah Islamiyah, (Malaysia : Nuur Niaga SDN,
BHD, 1996), hal. 27
26
atau nasihat akan dapat membuka hati yang keras, dan akan mendapatkan
hasil yang lebih baik dari pada dengan ancaman dan penghinaan.
Jadi mau'izhah hasanah adalah nasihat yang baik, yaitu dengan
anjuran dan didikan yang baik serta dengan ajaran-ajaran yang mudah
dipahami. Memberi nasihat merupakan cara yang mudah dalam berdakwah
yang bisa dilakukan oleh seorang muslim, ia tidak harus melalui mimbar di
masjid atau majelis taklim tapi cukup dengan obrolan biasa atau diskusi
ringan yang menyejukkan.
3. Dengan Mujadalah (berdebat dengan cara yang baik)
Dalam Tafsir Jalalain disebutkan :
وجادلهم بالتً هً احسه اي المجادلة التً هً احسه كالذعاء الى اهلل باٌاته
.والذعاء الى حجته
Artinya : "Berbantahan yang baik yaitu mengajak ke jalan Allah SWT
dengan menggunakan ayat-ayat-Nya dan hujjah-Nya
Adapun bentuk-bentuk metode dakwah yang lainnya antara lain
:
a. Metode pendekatan pribadi (personal approach)
Metode yang dilaksanakan dengan cara langsung melakukan
pendekatan kepada setiap individu.19
Metode ini pada prakteknya
dilaksanakan secara individu, yaitu dari pribadi ke pribadi secara tatap
muka, walaupun jama'ah yang dihadapinya melalui satu perkembangan.
Kelebihan memakai metode ini antara lain dapat mengetahui secara
langsung situasi dan kondisi individu. Sedangkan kekurangannya antara
lain, memerlukan tenaga dan waktu yang cukup lama.
19
Proyek Penerapan Bimbingan dan Dakwah/Khutbah Agama Islam Pusat, "Risalah
Metodologi Dakwah Terhadap Narapidana", 1997, hal. 36
27
b. Metode diskusi
Metode ini dilakukan dengan cara berdiskusi, khususnya dalam
penyampaian materi, sehingga menimbulkan pengertian serta perubahan
tingkah laku.20
Kelebihan pada metode ini antara lain kesimpulan yang
dihasilkan dalam diskusi akan mudah dipahami. Adapun
kekurangannya sulit untuk diramalkan arah penyelesaian diskusi, dan
diskusi akan gagal bila tidak dapat mengarahkannya.
c. Metode Ceramah
Metode ceramah ini sangat tepat, apabila jama'ah yang dihadapi
merupakan kelompok orang yang berjumlah besar dan perlu dihadapi
secara sekaligus. Kelebihan metode ini adalah adanya karakteristik
tersendiri dan peluang keberhasilannya pun berbeda dengan metode
lainnya, serta dalam waktu cepat dapat disampaikan materi yang
sebanyak-banyaknya. Sedangkan kekurangannya, bila penceramah tidak
memperhatikan segi psikologis jama'ahnya, maka materi ceramah yang
disampaikan tidak sesuai dan membosankan.
d. Metode Tanya Jawab
Metode ini dilakukan dengan cara menyampaikan materi dakwah
sehingga mendorong mereka yang mendengarkan atau menanyakan
masalah yang dirasa belum dimengerti dan da'i sebagai penjawabnya.
Kelebihan pada metode ini adalah dapat digunakan sebagai
komunikasi dua arah dan forum yang lebih hidup, dimana mubalig dan
20
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, "Pedoman Guru Agama Lanjutan Atas",
(Jakarta : 1974), hal. 15
28
jama'ahnya sama-sama aktif memberikan kesempatan untuk melakukan
hal-hal yang kurang jelas di hati para jama'ah. Sedangkan kekurangan
dari metode ini adalah hal ini membutuhkan banyak waktu untuk
menyelesaikannya.
Dalam arti sempit media dakwah dapat diartikan sebagai alat bantu
dakwah. Alat bantu dakwah berarti media dakwah memiliki peranan
atau kedudukan sebagai penunjang tercapainya tujuan. Artinya proses
dakwah tanpa adanya media masih dapat mencapai tujuan yang
semaksimal mungkin. Hakekat dakwah adalah mempengaruhi dan
mengajak manusia untuk mengikuti (menjalankan) ideologi
(pengajaknya). Sedangkan pengajak (da'i) sudah barang tentu memiliki
tujuan yang hendak dicapainya. Proses dakwah tersebut agar mencapai
tujuan yang efektif dan efisien, da'i harus mengorganisir komponen-
komponen (unsur) dakwah secara baik dan tepat. Salah satu
komponennya adalah media dakwah .
Ada beberapa media komunikasi dakwah, yang dapat digolongkan
menjadi lima golongan besar, yaitu:
1. Lisan : termasuk dalam bentuk ini adalah khutbah, pidato, diskusi,
seminar, musyawarah, nasihat, ramah tamah dalam suatu acara,
obrolan secara bebas setiap ada kesempatan yang semuanya dilakukan
dengan lisan atau bersuara.
2. Tulisan: dakwah yang dilakukan dengan perantara tulisan
umpamanya; buku-buku, majalah surat kabar, buletin, risalah, kuliah-
kuliah tertulis, pamplet, pengumuman tertulis, spanduk-spanduk dan
lain sebagainya.
3. Lukisan: yakni gambar-ganbar dalam seni lukis, foto dan lain
sebagainya. Bentuk terlukis ini banyak menarik perhatian orang
banyak dan dipakai untuk menggambarkan suatu maksud yang ingin
29
disampaikan kepada orang lain termasuk umpamanya komik-komik
bergambar islami untuk anak-anak.
4. Audio Visual : yaitu suatu cara menyampaikan sekaligus merangsang
penglihatan dan pendengaran. Bentuk ini dilaksanakan dalam televisi,
radio, film, dan sebagainya.
5. Akhlak : yaitu suatu cara menyampaikan langsung ditunjukkan dalam
bentuk perbuatan yang nyata.21
Di zaman kemajuan sekarang ini dakwah tidaklah cukup disampaikan
dengan lisan belaka tanpa bantuan alat-alat modern yang sekarang ini
terkenal dengan sebutan alat-alat komunikasi massa, yaitu pers
(percetakan), radio, film dan televisi. Kata-kata yang terucapkan hanya
dapat terjangkau jarak yang sangat terbatas pada waktu dan ruang.
Dakwah yang disampaikan dalam surat-surat kabar, majalah, brosur
dan buku-buku, misalnya bukan hanya sampai pada orang-orang yang
hidup sekarang, tetapi sampai pada masyarakat yang hidup berabad-abad
sampai pada zaman yang akan datang. Dakwah yang disampaikan dengan
radio bukan hanya didengar oleh orang-orang setempat, tetapi pada saat itu
juga dapat menembus luar angkasa dan didengar bukan hanya diseluruh
Indonesia, tetapi diseluruh dunia. Lain pula dengan film dan televisi, disini
dakwah itu berbentuk audio visual, sehingga panca indera mata dan telinga
serta emosi manusia sekaligus menerima dan menanggapi maksud-maksud
dan tujuan dakwah yang diharapkan itu.22
Kenyataan membuktikan bahwa hubungan antara manusia sekarang
ini, hampir-hampir tidak bisa menghindarkan diri dari pemakaian alat-alat
21
Hamzah Ya'kub, "Publisistik Islam : Teknik Dakwah dan Leadership", (Bandung :
Diponegoro, 1998), hal. 47-48 22
Abdul Munir Mulkan, "Idiologisasi Gerakan Dakwah", (Yogyakarta : SIPERS, 1996), hal.
58
30
komunikasi massa bahkan menurut Carl Hovlan, ciri yang menonjol bagi
abad XX ini adalah kenyataan bahwa kita hidup dalam abad komunikasi
massa. Bagi masyarakat kita, koran, radio, televisi, film, majalah-majalah,
buku-buku dan lain-lain semua itu menjadi sumber pokok untuk
mengetahui kenyataan, pendapat, hiburan dan penerangan.23
e. Materi Dakwah
Tidak lain adalah Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits
sebagai sumber utama yang meliputi aqidah, syariah, dan akhlak dengan
berbagai macam cabang ilmu yang diperoleh darinya. Materi dakwah
bisa bermacam-macam. Ada berupa materi Tauhid atau akidah, fiqh
(hukum Islam) termasuk di dalamnya mu'amalah, akhlaq, tafsir, hadist
dan lain sebagainya yang substansinya mengajak pada agama Allah yaitu
Islam.
Hendaknya pemilihan materi harus disesuaikan dengan konformitas.
Publik yang diseru dan kemampuan penyeru atas materi dakwah yang
disampaikan. Sehingga dakwah berjalan efektif dan sampai tujuan. Tidak
menimbulkan perlawanan karena intinya memang menebar kedamaian
dan keselamatan. Maka dari itu persentuhan dengan budaya lokal harus
benar-benar disinergikan dengan baik.
Berdasarkan pada surat an-Nahl ayat 125 di atas, Sayyid Qutb
memberikan pendapat tentang metode yang dipakai dalam berdakwah.
Berikut ini penjelasannya;
23
R.H.A Suminto, "Problematika Dakwah, (Jakarta : Tintamas, 1973), hal. 47
31
"dengan ayat tersebut al Qur'an telah melukiskan pokok-pokok dan
prinsip-prinsip dakwah, dan menunjukkan cara dan jalannya, dan
menggambarkan sistem metode untuk para utusan (Nabi dan Rasul) yang
mulia, dan bagi para penyeru (para da'i dan daiyah) yang datang setelah
mereka, sesuai dengan undang-undang atau dasar hukum yang telah
ditetapkan oleh Allah dalam kitab atau agama yang lurus. Sesungguhnya
dakwah adalah seruan menuju jalan Allah. Tidak untuk jalan pribadi sang
penyeru atau kelompoknya. Tidak boleh seorang penyeru (dai dan daiyah)
dalam dakwahnya kecuali berniat untuk melaksanakan kewajibannya
karena Allah lillah), jika tidak demikian, tidak manfaat seruannya tersebut,
tidak juga seruan dan siapa saja yang mengikuti ajakannya, pahalannya
akan ditentukan oleh Allah SWT". Dakwah merupakan suatu kegiatan mengajak umat manusia kepada
jalan yang hak dan diridhoi oleh Allah SWT. Penyampaian ajaran Islam
kepada umat manusia bisa dilakukan secara individu dan kelompok tertentu
untuk mencapai tujuan tertentu. Inti dari dakwah adalah perubahan dari
yang buruk menjadi baik, dari yang salah menjadi benar, dari yang gelap
menuju terang.
f. Tujuan Dakwah
Tujuan dari dakwah adalah untuk mengajak umat manusia kepada
jalan yang baik, jalan yang diridhoi Allah SWT sehingga terbentuknya :
1) Khoirul Bariyyah (sebaik-baik manusia)
2) Khoirul Usroh (sebaik-baik saudara)
3) Khoirul Jamaah (sebaik-baik kelompok)
4) Khoirul Ummah (sebaik-baik umat)
Selain itu dakwah Islam memiliki tujuan agar supaya timbul dalam
diri umat manusia suatu pengertian tentang nilai-nilai ajaran Islam,
kesadaran sikap, penghayatan, serta pengamalan terhadap ajaran agama
dengan ikhlas. Abdul Rosyad Shaleh berpendapat “tujuan utama dakwah
32
adalah nilai atau hasil yang ingin dicapai oleh keseluruhan tindakan yakni
terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat
yang diridhoi oleh Allah SWT.24
Tujuan dakwah menurut H.M. Arifin dalam bukuunya yang berjudul
“Psikologi Dakwah” adalah mencapai masyarakat yang adil dan makmur
serta mendapat ridha Allah SWT. Jika ditinjau dari aspek psikologis yaitu
untuk menumbuhkan pengertian, kesadaran, penghayatan, dan pengalaman
ajaran agama yang disampaikan oleh seorang da’i. Sehingga ruang lingkup
dakwah meliputi masalah pembentukan sikap mental dan pengembangan
motivasi yang bersifat positif dalam aspek kehidupan.25
C. Ruang Lingkup Televisi
1. Pengertian Televisi
Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia, televisi mempunyai
pengertian, pengubahan gambar (serta suara) menjadi sinyal listrik
kemudian disalurkan dengan perantaraan kabel atau gelombang elektro
magnetik untuk diubah menjadi bentuk semula oleh pesawat penerima.
Karena televisi merupakan peranti yang mengubah pantulan cahaya obyek
menjadi deretan pulsa-pulsa listrik.
Televisi dari segi etimologis berasal dari kata “tele” yang artinya jauh
dan “vision” yang berarti penglihatan. Segi jauhnya diusahakan oleh
prinsip radio dan penglihatannya oleh gambar26
. Dengan demikian televisi
yang dalam bahasa Inggrisnya television diartikan dengan melihat jauh.
24
Sayyid Qutb, fi dzilalil qur'an, Juz 4, hal. 190, mauqi'ut tafasir, Maktabah Syamilah. 25
H.M. Arifin, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Bina Aksara, 1997) , Cet Ke-4, h.5 26
Lathief Rosyidi, Dasar-Dasar Retorika Komunikasi dan Informasi, (Medan: Firma
Rimbow, 1989), cet. ke-2, h. 221
33
Melihat jauh disini yaitu dengan gambar dan suara yang diproduksi di
suatu tempat (studio televisi) dan dapat dilihat dari tempat “lain” melalui
sebuah perangkat penerima (televisi set).27
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka,
mengandung arti, televisi adalah pesawat sistem penyiaran gambar obyek
yang bergerak yang disertai dengan bunyi (suara) melalui angkasa dengan
menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara)
menjadi gelombang listrik dan mengubahnya menjadi berkas cahaya yang
dapat dilihat dan bunyi yang dapat didengar, digunakan untuk penyiaran
pertunjukan berita dan sebagainya.28
Istilah televisi sendiri baru dicetuskan pada tanggal 25 Agustus 1906,
di Kota Paris, yang saat itu di kota tersebut berlangsung pertemuan para
ahli bidang elektronika dari berbagai negara.29
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa televisi yang
dimaksud di sini adalah televisi siaran yang dapat dilakukan melalui
transmisi atau pancaran dan dapat juga disalurkan melalui kabel (televisi
kabel). Dalam sistem transmisi atau pancaran gambaran dan suara yang
dihasilkan oleh kamera elektronik diubah menjadi gelombang elektro
magnetik dan selanjutnya transmisi melalui pemancar.
Gelombang elektromagnetik ini diterima oleh sistem antena yang
menyalurkan ke pesawat penerima (pesawat televisi). Di pesawat televisi
27
Sunandar, Telaah Format Keagamaan di Televisi, Studi Deskriptif Analisis TPI, Tesis,
(Yogyakarta: 1998) 28
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Bina Aksara, 1986), cet. ke-3, h. 59 29
JB. Wahyudi, Media Komunikasi Massa Televisi, (Bandung: Alumni, 1986), h. 49
34
lalu gelombang elektro magnetik diubah kembali menjadi gambar dan
suara yang dapat kita nikmati di layar televisi. Sedangkan pada televisi
kabel gelombang elektro magnetik tersebut disalurkan melalui kabel ke
pesawat penerima.
Jelas televisi siaran, untuk dapat diterima di rumah harus melalui
proses-proses tertentu. Kecanggihan yang ada pada televisi ini bila tidak
ditunjang dengan sumber daya manusia menyebabkan televisi yang
diterima menjadi tontonan yang membosankan. Karenanya untuk
menjadikan televis siaran ini tetap survive, maka dibutuhkan tenaga-tenaga
handal di bidangnya dan juga manajerial yang kuat, sedikitnya ada delapan
hal yang harus dimiliki individu-individu di televisi siaran, individu yang
handal tersebut harus memiliki :
a. Keahlian di bidang masing-masing
b. Tanggung jawab profesi
c. Kreativitas
d. Sifat untuk bekerja sama (tidak egoistis)
e. Kepemimpinan bijaksana (tegas tapi tidak kaku)
f. Kesadaran pada fungsinya masing-masing
2. Sejarah dan Perkembangan Televisi
Peletakan dasar utama teknologi pertelevisian dimulai tahun
1884, ketika insinyur Jerman bernama Paul Nipkow mampu menciptakan
mekanisme televisi dengan benar untuk pertama kali. Ia menemukan
35
sebuah alat yang kemudian disebut sebagai Nipkow disk atau Nipkow
Sheibe.30
Mesin penyaring gambar ciptaannya tersebut di kemudian hari akan
dikembangkan pada eksperimen sistem televisi 1923 – 1925 di Amerika
Serikat oleh Charles F. Jenkins dan di Inggris oleh John L. Baird.
Meskipun gambar masih kelihatan kasar tapi sudah nampak jelas.
Bersamaan dengan itu lalu dikembangkan metode mesin penyaring
gambar yang disusun oleh seorang Inggris bernama A.A. Campbell-Swinton
(1908). Selanjutnya berturut-turut muncul nama Vladimir Kosma Zworykin
(1920) yang menyempurnakan konsep Campbell dengan tabung kamera
iconoscope-nya. Hal yang sama dilakukan penyempurnaannya oleh Philo
Taylor Farnsworth (1920) yang menemukan sistem elektronik televisi. Ia
sebut kamera televisinya dengan pemotong gambar atau "an image
dissector". Ia teruskan proyek tersebut sampai tahun 1930 dan terhenti
menjelang perang dunia kedua.
Program siaran televisi atau broadcasting pada publik pertama kali
terjadi pada tahun 1936 di London. Sedangkan, siaran televisi secara
reguler dimulai di Amerika Serikat pada tahun 1939, tapi dua tahun
kemudian ditutup sampai berakhirnya perang dunia kedua pada tahun
1945. Tahun 1946 siaran televisi mulai meledak. Pada tahun tersebut
hingga awal tahun 1950-an, perkembangan televisi berwarna hampir selalu
terlambat dibanding televisi hitam putih (monochrome).
30 Deddy Iskandar Muda, “Jurnalistik Televisi,” (Bandung: PT. REMAJA ROSDA KARYA,
2005), Cet. Ke-2, hal. 4.
36
Tahun 1953, beberapa negara di Asia berusah mengejar ketinggalan
dalam bidang pertelevisian yang dimulai oleh Jepang dan Philipina pada
tahun 1953, kemudian diikuti oleh negara-negara Asia lainnya: Thailand
pada tahun 1955, Indonesia dan Republik Rakyat Cina (RRC) tahun 1962,
Singapura tahun 1963, dan lain-lain.
Memang televisi datang belakangan setelah koran dan radio, tapi
media ini memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh kedua media
sebelumnya, yaitu kemampuannya melipat jarak, ruang dan waktu,
ditambah dengan kekuatan audio-visualnya. Televisi dapat
memperlihatkan keadaan yang terjadi di manapun, dalam satu menit apa
yang terjadi di belahan dunia lain dapat disaksikan di layar televisi, luar
biasa. Oleh karena itu, televisi banyak mendapatkan julukan, jendela
dunia, kotak ajaib, dan lain sebagainya.
Televisi berwarna yang kompatibel tercipta pada tahun 1953, namun
siaran berwarnanya baru terwujud setahun kemudian. Perkembangan
selanjutnya pada kualitas televisi yaitu layar lebar, teknologi yang lebih
baik untuk siaran dan penerimaan sinyal televisi. Ukuran layar televisi
yang lebar menggunakan cathode-ray tubes (CRTs) dengan ukuran
diagonal 89 atau 100 cm. Pada tahun 1970 dikenalkan projection
television (PTVs), sekarang berupa layar seluas 2 m secara diagonal. Tipe
terbaru PTVs menggunakan teknologi liquid-crystal display atau LCD
juga dikenal dengan digital light processor (DLP), sebagai ganti dari
teknologi CRTs. Produksinya bahkan dikembangkan menjadi sangat kecil,
mencapai ukuran 7,6 cm diagonal lurus.
37
Kaset video perekam atau VCRs (videocassette recorders) sederhana
yang dikenalkan pada tahun 1970, telah menjadi perangkat umum televisi.
Di akhir tahun 1990-an dan awal tahun 2000-an digital video disk (DVD)
player menjadi produk paling sukses dalam sejarah elektronik yang
dilempar di pasaran.
Sebagai upaya untuk semakin jelas, televisi juga semakin menjadi
tipis. Panel display yang berbentuk flat hanya beberapa centimeter
tebalnya, menawarkan alternatif pengganti dari CRTVs yang berbodi
besar. Pun, televisi flat yang ukuran lebar cukup tipis untuk digantung
ditembok layaknya lukisan. Televisi flat banyak menggunakan layar LCD.
Teknologi LCD juga sudah digunakan secara luas oleh komputer laptop.
Datang kemudian televise flat yang terbuat dari gas-plasma display bisa
lebih lebar lagi dari LCD.
Seiring dengan populernya sistem jaringan komputer, televisi dan
komputer berkembang secara integratif. Seperti teknologi yang
mengkombinasikan kemampuan personal komputer, televisi, DVD
players, dan pada kasus yang sama telepon, dan banyak macam layanan
yang bisa disediakan. Contohnya, komputer yang dalam hard drivenya
dibenamkan program televise, dan berbagai produk home theatre yang
terdiri dari berbagai macam produk teknologi.
D. Televisi sebagai Media Dakwah
Berdakwah menggunakan media teknologi komunikasi (televisi),
merupakan salah satu bentuk pengoptimalan fungsi teknologi tersebut.
Kegiatan dakwah pada dasarnya tidak berbeda dengan kegiatan
38
komunikasi secara umum dalam berkomunikasi kecanggihan media di
samping komponen lain, komunikator, isi pesan, komunikan dan feedback,
merupakan salah satu faktor sukses tidaknya suatu aktivitas komunikasi.
Media televisi khususnya sebagai hasil teknologi merupakan saluran
yang bisa dipergunakan untuk memperluas jangkauan dakwah islamiyah,
karena itu penguasaan IPTEK sangat penting termasuk infra strukturnya.
Dakwah merupakan kekuatan moral yang mampu menggerakkan
perubahan sosial serta menawarkan satu alternatif dalam membangun
dinamika masa depan umat, dengan menempuh cara dan strategi yang
lentur, kreatif dan bijak.31
Kehadiran televisi berbagai stasiun televisi baik nasional maupun
swasta secara tidak langsung menjadikan alternatif tontonan yang sangat
luas bagi pemirsa di rumah dan bagi pengelola stasiun televisi, menjadi
suatu kewajiban untuk menampilkan paket acara-acara menarik televisi
merupakan tempat yang potensial untuk berdakwah. Hal tersebut bisa
dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Roper Organization
(AS) 1982, menyebutkan bahwa TV mempunyai kredibilitas 53 %, surat
kabar 22 %, majalah 28 %, dan radio 6 %.32
Dari hasil penelitian tersebut kita maupun pihak pengelola harus
tanggap bahwa dakwah di televisi itu lebih efektif karena ditonton banyak
orang terlebih mayoritas negara kita 85 % pemeluk agama Islam, maka
sudah selayaknya para pengelola televisi bisa menghadirkan paket-paket
31
Makalah, Asep Saipul Muhtadi, Dakwah Dalam Pluralisme Masyarakat Modern 32
Bisri Hasanuddin, Dakwah untuk Desa Global Dunia Islam, (Jakarta: Pelita, 13
Desember 1991)
39
acara dengan nuansa islami sebagai penghormatan dan sebagai
penyeimbang bagi tayangan yang lebih tertuju kepada politis, informatif
dan hiburan.
1. Efektifitas Dakwah melalui Media Televisi
Abad ini adalah abad informasi. Teknologi telah melahirkan media
baru yang lebih efisien, efektif dan mencapai jangkauan yang lebih luas.
Semua teknologi komunikasi dapat digunakan sebagai media dakwah,
salah satunya adalah televisi. Dalam perkembangannya sekarang televisi
sudah memasyarakat seperti halnya radio. Kini hampir setiap orang sudah
dapat menikmati siaran televisi. Televisi merupakan hasil teknologi
komunikasi yang dapat menyiarkan suatu program dalam bentuk suara
sekaligus gambar (audio-visual) dari stasiun yang memancarkannya
sehingga Dr. Jack Lyle33
, Director Of Communication Institute The West
Center pernah menyatakan di depan rapat staff Menteri Penerangan RI,
tentang efektifitas dalam menjalankan fungsi televisi, ia menyatakan
sebagai berikut :
Bahwa televisi untuk kita sebagai "jendela dunia". Apa yang kita lihat
melalui jendela ini sangat membantu dalam mengembangkan daya kreasi
kita, hal ini seperti diungkapkan oleh Walter Lippman beberapa tahun lalu,
bahwa dalam pikiran kita ada semacam ilustrasi gambar dan gambar-
gambar ini merupakan sesuatu yang penting dalam hubungannya dengan
proses belajar, terutama sekali yang berkenaan dengan orang, tempat
33
Darwanto Sastro Subroto, Televisi sebagai Media Pendidikan, (Yogyakarta : Duta
Wacana University Press, 1994), hal. 89
40
situasi yang tidak setiap orang bertemu mengunjungi, atau telah
mempunyai pengalaman.
Apabila kita melihat perkembangan pertelevisian di Indonesia, maka
kita sangat bergembira dengan adanya kebijakan pemerintah yang
membolehkan beroperasinya stasiun-stasiun televisi swasta seperti, RCTI,
SCTV, TPI, ANTV, INDOSIAR, TV 7, LATIVI, JAK TV, O CHANNEL,
dan SPACE TOON. Dari sekian banyak stasiun televisi tersebut, kini telah
hadir setiap hari di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang menyajikan
program-program tayangan yang beraneka ragam, dari yang sifatnya
hiburan, pendidikan, dakwah islamiyah dan lain sebagainya.
Televisi sangat efektif untuk kepentingan dakwah, karena
kemampuannya yang dapat menjangkau daerah yang cukup luas dengan
melalui siaran gambar sekaligus narasinya (suaranya). Dakwah melalui
televisi dapat dilakukan dengan cara baik, dalam bentuk ceramah,
sandiwara, pragmen ataupun drama. Dengan melalui televisi seorang
pirsawan dapat mengikuti dakwah, seakan ia berhadapan dan
berkomunikasi langsung di hadapan da'i. Sangat menarik dakwah melalui
televisi, dan apalagi jika da'i benar-benar mampu menyajikan dakwahnya
dalam suatu program yang mudah dan disenangi berbagai kalangan
masyarakat.34
Kelebihan dakwah melalui media televisi dibandingkan dengan media
lainnya adalah disamping menarik karena kemungkinan penyajian yang
34
Slamet Muhaimin Abda, Prinsip-Prinsip Metodologi dakwah, (Surabaya : al-Ikhlas,
1994), cet. Ke-1, hal. 87-89
41
bervariasi, juga kemampuannya menjangkau daerah yang cukup luas.
Seorang da'i hanya cukup duduk beraction di studio tanpa harus
tergantung berkumpulnya komunikan, sebaliknya komunikan tidak lagi
harus menyiapkan diri secara resmi mengikuti suatu program dakwah
seperti halnya untuk menghadiri pengajian.
Di tengah perubahan masyarakat dan bangsa, serta akselerasi
perkembangan dunia, memang mau tidak mau dakwah islamiyah harus
mengakomodir peran dan fungsi perangkat komunikasi dan informasi
modern dengan segenap kemajuan teknologinya. Dengan menggunakan
teknologi demikian dakwah islamiyah akan lebih efektif dan efisien, selain
juga akan lebih luas lagi jangkauannya. Persoalannya tinggal bagaimana
setiap mendayagunakan dan menghasilgunakan segenap kecanggihan
teknologi komunikasi tersebut secara optimal.35
Oleh karena itu kita juga harus menyadari, bahwa kemajuan di bidang
teknologi dan alat-alat komunikasi massa mengharuskan kita untuk
menyesuaikan dalam teknologi dan metodologi dakwah serta media
dakwah. Jika tidak ada kesesuaian antara media dakwah dengan berbagai
bidang teknologi alat-alat komunikasi, maka sulit rasanya kegiatan dakwah
dapat berkembang.
Dengan demikian jelaslah, secara fungsional televisi menjadi
perangkat strategi dan universal bagi usaha memacu pembangunan mental
spiritual dan akhlak masyarakat. Sejumlah kecanggihan yang dimiliki oleh
35
A. Alatas Fahmi, Peran dan Fungsi Sosio Kultural TV Swasta dalam Dakwah Islam,
(Jakarta : Salam, 2 Juli 1992), hal. 4
42
televisi dengan segenap perkembangan artistik, estetik, dan etiknya dapat
didayagunakan secara optimal untuk mendorong manusia mendalami
ajaran agamanya secara lebih intens. Sumbangan televisi swasta terhadap
dakwah Islam dapat pula ditampilkan melalui program-program acara lain,
baik film, musik, atau sinetron dan lainnya.
Melalui keragaman program acara seperti itulah dakwah Islam dapat
dilakukan dengan berpegang pada etika dakwah. Sumbangan televisi
swasta bagi dakwah Islam sejalan dengan usianya yang masih sangat
muda, belum seberapa banyak. Sehingga, masih memungkinkan untuk
dikembangkan di masa mendatang. Namun, semua itu akan menjadi
kenyataan, apabila partisipasi umat, pemuka-pemuka agama, budayawan,
artis dan musisi-musisi beragama Islam semakin memainkan perannya
sebagai media dakwah alternatif.36
36
Slamet Muhaimin Abda, Prinsip-Prinsip Metodologi dakwah, (Surabaya : al-Ikhlas,
1994), cet. Ke-1, hal 5
BAB III
GAMBARAN UMUM ACARA KAJIAN KITAB KUNING
SHAHIH BUKHARI DI TVRI
A. Gambaran Umum TVRI
Usulan untuk memperkenalkan televisi muncul jauh di tahun 1953,
dari sebuah bagian di Departemen Penerangan, didorong oleh perusahaan-
perusahaan AS, Inggris, Jerman, Jepang, yang berlomba-lomba menjual
hardware-nya. Menjelang Asian Games ke-4 di Jakarta pada 1962,
Soekarno dan kabinet akhirnya yakin akan perlunya televisi, dengan alasan
reputasi internasional Indonesia tergantung pada Pekan Olahraga yang
disiarkan, terutama ke Jepang (yang telah memiliki televisi sejak awal
1950-an).1
Pemerintah Indonesia memutuskan untuk memasukkan proyek media
massa televisi ke dalam proyek pembangunan Asian Games IV di bawah
koordinasi urusan proyek Asean Games IV. Tanggal 25 Juli 1961, Menteri
Penerangan mengeluarkan SK Menpen No. 20/SK/M/1961 tentang
pembentukan Panitia Persiapan Televisi (P2T).2
Dalam regulasi yang dikeluarkan pada tanggal 7 Juni 2000 dikatakan
bahwa TVRI berbadan hukum Perusahaan Jawatan (Perjan). Namun,
1Muhammad Mufid, M. Si., Komunikasi&Regulasi Penyiaran, Jakarta, Kencana, Cet. I,
2005 2 www.tvri.co.id
43
44
terhitung 15 April 2003, pemerintah lalu mengalihkan badan hukum TVRI
menjadi Perseroan. Penandatanganan akta pendirian dan anggaran dasar
PT. TVRI ini mempertegas PP No. 9 Tahun 2000 yang hakikatnya
merupakan izin prinsip mengenai pengalihan status Perusahaan Jawatan ke
Perseroan Terbatas.
Semangat untuk menjadikan TVRI sebagai TV publik telah
diisyaratkan dalam berbagai kebijakan seputar TVRI PP No. 26 Tahun
2000 tentang status Perjan TVRI misalnya, secara eksplisit mengatakan
bahwa tujuan Perjan adalah untuk, menyelenggarakan kegiatan penyiaran
televisi sesuai dengan prinsip-prinsip televisi publik yang independen,
netral, mandiri dan program siarannya senantiasa berorientasi kepada
kepentingan masyarakat serta tidak semata-mata mencari keuntungan
(Pasal 6).
Beberapa definisi Lembaga Penyiaran Publik antara lain: Manchesne,
di AS tahun 1997, menyebutkan Lembaga Penyiran Publik sebagai jasa
penyiaran yang bersifat nirlaba, ditunjang oleh dana publik yang
tanggungjawabnya terutama ditunjukkan kepada masyarakat, menyediakan
jasa kepada seluruh penduduk dan tidak menggunakan prinsip-prinsip
komersil sebagai alat untuk menentukan pembuatan program penyiaran.
Selanjutnya, Eiffel dari Eropa, mendefinisikan Lembaga Penyiran
Publik sebagai lembaga pelayanan umum, sebagai lembaga penyiaran
45
yang diperuntukkan bagi publik yang didanai oleh publik dan dikendalikan
oleh publik.3
Jadi, berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka jelas bahwa
kebijaksanaan penyiaran publik merupakan kebijaksanaan independen
yang bersifat non komersial, berorientasi pada kepentingan publik dan
peningkatan kualitas publik dan partisipasi publik dalam pengelolaan
lembaga.
Ada tiga ciri khas Lembaga Penyiaran Publik, yaitu:
1. Lembaga Penyiaran Publik mempunyai fungsi sebagai public
service. Fungsi ini dijalankan oleh Lembaga Penyiaran Publik
dengan menyiarkan program-program yang memberikan manfaat
bagi publik.
2. Lembaga Penyiaran Publik tidak berorientasi kepada pencarian
keuntungan.
3. Lembaga Penyiaran Publik dikelola dengan melibatkan partisipasi
publik.
1. Visi dan Misi TVRI
Visi TVRI, ialah:4
Terwujudnya TVRI sebagai media pilihan bangsa Indonesia dalam
rangka turut mencerdaskan kehidupan bangsa untuk memperkuat
kesatuan nasional.
3Rangkuman Workshop “TVRI TV Publik”, 2004, h. 40
4Cetak Biru Kebijakan Umum, Kebijakan Penyiaran, Kebijakan Pengembangan
Kelembagaan dan Sumber Daya Televisi Republik Indonesia (TVRI) tahun 2006-2011, h. 10
46
Sedangkan, misi TVRI, ialah:
1. Mengembangkan TVRI menjadi media perekat sosial untuk
persatuan dan kesatuan bangsa sekaligus media kontrol sosial
yang dinamis.
2. Mengembangkan TVRI menjadi media pusat layanan informasi
dan edukasi yang utama.
3. Memberdayakan TVRI menjadi pusat pembelajaran bangsa
serta menyajikan hiburan yang sehat dengan mengoptimalkan
potensi dan kebudayaan daerah serta memperhatikan komunitas
terabaikan.
4. Memberdayakan TVRI menjadi media untuk membangun citra
bangsa dan negara Indonesia di dunia internasional.
2. Struktur Lembaga Penyiaran Publik TVRI
Struktur perusahaan penyiaran publik TVRI, terdiri dari:5
Dewan Pengawas. Dewan pengawas mempunyai tugas menetapkan
kebijakan umum, rencana induk, kebijakan penyiaran, rencana kerja dan
anggaran tahunan, kebijakan pengembangan kelembagaan dan sumber
daya, serta mengawasi pelaksanaan kebijakan tersebut sesuai dengan arah
dan tujuan penyiaran; Mengawasi pelaksanaan rencana kerja dan
anggaran serta independensi dan netralitas siaran; Melakukan uji
kelayakan dan kepatutan secara terbuka terhadap calon anggota dewan
direksi; Mengangkat dan memberhentikan dewan direksi; Menetapkan
5Ibid, h. 18
47
salah seorang anggota dewan direksi sebagai direktur utama; Menetapkan
pembagian tugas setiap direktur; Melaporkan pelaksanaan tugasnya
kepada Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
(DPR RI).
Dewan Direksi. Dewan direksi mempunyai tugas melaksanakan
kebijakan yang ditetapkan oleh dewan pengawas yang meliputi kebijakan
umum, rencana induk, kebijakan penyiaran, rencana kerja dan anggaran
tahunan, serta kebijakan pengembangan kelembagaan dan sumber daya;
Memimpin dan mengelola TVRI sesuai dengan tujuan dan senantiasa
berusaha meningkatkan daya guna dan hasil guna: Menetapkan ketentuan
teknis pelaksanaan operasional lembaga dan operasional penyiaran;
Mengadakan dan memelihara pembukuan serta administrasi sesuai
peraturan yang berlaku: Menyiapkan laporan tahunan dan laporan
berkala; Membuat laporan keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan-undangan yang berlaku; Mewakili lembaga di dalam dan di
luar pengadilan; Menjalin kerjasama dengan lembaga lain baik di dalam
maupun di luar negeri.
Direktur Utama. Tugasnya ialah menjabarkan Visi, Misi, Kebijakan
Umum, Kebijakan Penyiaran, Kebijakan Pengembangan Kelembagaan
dan Sumber Daya yang telah ditetapkan oleh Dewan Pengawas, dalam
Rencana Induk dan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan.
Direktur Program dan Berita. Tugasnya ialah melaksanakan Visi,
Misi, Kebijakan Umum, Kebijakan Penyiaran, dan Kebijakan
48
Pengembangan Kelembagaan dan Sumber Daya di bidang program,
produksi, siaran berita dan non berita serta pendokumentasian.
Direktur Keuangan. Tugasnya ialah melaksanakan Visi, Misi,
Kebijakan Umum, Kebijakan Penyiaran dan Kebijakan Pengembangan
Kelembagan dan Sumber Daya di bidang keuangan, meliputi anggaran,
keuangan dan akuntansi.
Direktur Teknik. Tugasnya ialah melaksanakan Visi, Misi,
Kebijakan Umum, Kebijakan Penyiaran, dan Kebijakan Pengembangan
Kelembagaan dan Sumber Daya di bidang teknik, meliputi teknik
produksi, teknik penyiaran, teknik informatika dan teknik media
konvergensi.
Direktur Umum. Tugasnya ialah melaksanakan Visi, Misi,
Kebijakan Umum, Kebijakan Penyiaran dan Kebijakan Pengembangan
Kelembagan dan Sumber Daya di bidang umum, asset, sumber daya
manusia, kelembagaan, organisasi dan ketatalaksanaan.
Direktur Pengembangan dan Usaha. Tugasnya ialah melaksanakan
Visi, Misi, Kebijakan Umum, Kebijakan Penyiaran dan Kebijakan
Pengembangan Kelembagan dan Sumber Daya di bidang pengembangan
dan usaha.
TVRI Pusat. TVRI Pusat dikelola langsung oleh Dewan Direksi
sesuai dengan bidang tugas masing-masing. Dalam melaksanakan tugas,
Dewan Direksi dibantu oleh General Manager dan Manager yang setara
dengan Kepala Bidang/Bagian dan Kepala Seksi/Subbagian.
49
TVRI Stasiun Daerah. Merupakan satuan kerja TVRI Pusat
sekaligus sebagai kekuatan pendukung dalam penyelenggaraan siaran
lokal, regional, nasional, dan internasional.
Satuan Pengawasan Intern. Dipimpin oleh seorang Kepala yang
pelaksanaan tugas dan fungsinya dikoordinasikan langsung oleh Direktur
Utama.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan. Dipimpin oleh seorang Kepala
yang pelaksanaan tugas dan fungsinya dikoordinasikan langsung oleh
Direktur Utama.
Pusat Penelitian dan Pengembangan. Dipimpin oleh seorang Kepala
yang pelaksanaan tugas dan fungsinya dikoordinasikan langsung oleh
Direktur Utama.
Perwakilan Luar Negeri. Penunjukan Perwakilan Luar Negeri
dilakukan atas dasar kebutuhan Lembaga Penyiaran Publik TVRI, dengan
prinsip kehati-hatian, efektif dan efisien. Penunjukan Perwakilan Luar
Negeri dilakukan oleh Dewan Direksi atas persetujuan Dewan Pengawas
dan dikoordinasikan dengan Departemen Luar Negeri RI.
Lembaga Penyiaran Publik Lokal yang berafiliasi dengan TVRI.
Proses afiliasi Lembaga Penyiaran Publik Lokal dengan TVRI diatur
dalam perjanjian kerjasama setelah mendapat persetujuan Dewan
Pengawas.
50
3. Pengertian Kitab Kuning
1. Sejarah Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari
Kitab kuning adalah sebuah kitab klasik yang ditulis dalam bahasa
arab yang usianya lebih tua dan sering dipelajari terutama dikalangan
santri. Dan merupakan istilah untuk kitab yang kertasnya kuning saja,
akan tetapi ia merupakan istilah untuk kitab yang dikarang oleh para
cendekiawan masa silam. Istilah tersebut digunakan karena mayoritas
kitab klasik menggunakan kertas kuning, namun belakangan ini penerbit-
penerbit banyak yang menggunakan kertas putih. Yang pasti, istilah
tersebut digunakan untuk produk pemikiran salaf.
Acara kajian kitab kuning shahih bukhari di TVRI, merupakan
acara keagamaan atau bisa dibilang kegiatan dakwah, yang disiarkan
atau ditayangkan melalui televisi, yang mendapat respon baik dari
semua kalangan masyarakat. Acara ini dikemas dengan sedemikian
rupa sehingga memiliki nuansa yang berbeda dari yang ada, selain itu
banyak mengandung pesan-pesan dakwah yang bermanfaat bagi seluruh
pemirsa yang menyaksikannya.
Pesan dakwah yang disampaikan melalui acara kajian kitab kuning
shahih bukhari di TVRI tujuannya adalah agar umat muslim khususnya
dapat memahami hadits lebih mendalam dam mempelajari sunnah-
sunnah Rasulullah SAW.
Berawal dari seorang Ustadz yakni Yusuf Mansur yang membuat
acara ini narasumber dalam acara ini adalah Ustadz Lutfi Fathullah
51
yang gemar membaca kitab-kitab yang berhubungan dengan hadits.
Banyak hal yang bermanfaat yang bisa diambil, bahkan hal-hal yang
belum pernah diketahui dan sangat menarik, yang membuat penasaran,
karena menurut beliau bahwa yang namanya islam beserta dengan al-
Qur’an dan Hadits sangat penting dalam mempelajari ajaran-ajaran
islam.
Lalu dari rasa ketertarikan terhadap ilmu Al-Qur’an dan Hadist,
maka terbentuklah acara kajian kitab kuning “Shahih Bukhari” pada
bulan Januari tahun 2011. Dan berjalan cukup baik di semua kalangan
masyarakat dengan adanya acara ini juga untuk memberikan respon
yang positif untuk mengkaji kitab kuning yang di kenal sulit menjadi
mudah untuk di fahami dan diperkenalkan dengan alat yang sudah
canggih dan modern.
Adapun kitab yang dipakai dalam acara ini adalah kitab shahih
bukhari, imam bukhari lahir pada tahun 809 / 194 H di bukhara
sedangkan nama aslinya ialah Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin
Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah al-Ju’fi al-Bukhari. Beliau mulai
menghafal hadits-hadits Nabi sejak umur 10 tahun, dan pada umur 16
tahun sudah banyak hadits yang dihafalkan. Dalam menyelidiki hadits
Nabi itu berkelana menuju Bagdad, Basrah, Kufah, Mekkah, Syam,
Homs, Askalan, Bagdad, Naisabur dan Mesir. Bukhari telah menemui
guru-guru yang membantunya dalam berbagai ilmu, sehingga kemudian
ia bergelar Amirul Mu’minin dalam hadits, sedangkan Imam Muslim
52
menyebutnya sebagai Doktor ahli hadits dan kepala ahli-ahli hadits. Ia
berhasil membedakan antara hadits yang shahih dengan yang tidak
shahih walaupun dibalik sanadnya dan matannya karena keahliannya.
Karya tulisannya yang bernama “Aljamiush Shahih” telah menyita
waktunya selama 16 tahun, dan setiap kali akan menulis hadits-hadits
itu ia bershalat dua rakaat dan beristikharah kepada Allah. Buku
tersebut adalah merupakan buku hadits yang paling shahih diantara
buku-buku hadits (Sunnah), paling shahih sesudah al-Qur’an, dan para
imam ahli hadits mengakuinya untuk diterima ummat Islam.
Hadits Shahih Bukhari telah diterima oleh ulama salaf dan khalaf,
yang sebelumnya tidak pernah muncul sebuah buku hadits yang bisa
melepaskan diri dari hadits-hadits yang tidak shahih. Dan menurut
Dzahabi: “Shahih Bukhari adalah sebuah buku Islam yang paling agung
sesudah Qur’an”. Kata Syaikhul Islam Ibn Hajar: “Para Ulama sepakat
menyatakan bahwa Shahih Bukhari lebih istimewa dari Shahih
Muslim”. Kata Daraquthani: “Tanpa Shahih Bukhari maka shahih
muslim tidak akan muncul”.Selain buku tersebut, Imam Bukhari
menulis sebanyak 20 buku yang antara lain adalah “Attarikhul Kabir
(Sejarah Besar)”, yang pada akhir hayatnya buku itu diperluas dua
kalinya. Imam Bukhari terkenal sebagai orang shaleh, banyak beribadat,
dan ahli pengetahuan, sehingga Imam Muslim menyatakan padanya:
“Seseorang tidak akan membenci tuan, kecuali itu adalah orang yang
53
dengki, dan saya yakin bahwa di dunia tidak ada yang seperti tuan”,
yang maksudnya dalam hal keahliannya dalam ilmu hadits.
Ketika beliau pulang ke negerinya difitnah oleh tentang
keagamaansehingga wali negeri Bukhara mengusirnya dari negeri itu,
dan ia wafat pada tahun 869 M / 256 H dalam umur 62 tahun tanpa
meninggalkan seorang anak, dan dikuburkan di Khartanak dekat
Samarkand.6
Dan juga banyak para pakar pemikiran salaf juga berpendapat
bahwa kitab kuning bisa disebut juga Turts. Pemikiran salaf dikalangan
akademisi lebih populer dengan sebutan turats. Turats secara harfiah
berarti sesuatu yang ditinggalkan atau diwariskan. Di dunia pemikiran
Islam, turats digunakan dalam khazanah intelektual Islam klasik yang
diwariskan oleh para pemikir tradisional. Istilah turats yang berarti
khazanah tradisional Islam merupakan asli ciptaan bahasa Arab
kontemporer.
Dalam kacamata Ghazali, ilmu ini tidak berguna karena hanya
terkait erat dengan kehidupan dunia yang fana. Ilmu bisa dikatakan
bermanfaat bukanlah ilmu yang hanya berorientasi pada kenikmatan
dan kegemilangan masa depan, melainkan diukur dengan
kemampuannya mengantarkan kepada kebahagian akhirat yang abadi.
Kedua, ilmu yang murni hanya merujuk pada sumber-sumber terdahulu
(naqli mahdh). Contoh ilmu ini adalah ilmu hadis, tafsir dan yang
6Husein Bahreisy, Himpunan Hadits Pilihan Hadits Shahih Bukhari, (Surabaya: Al-
ikhlas-Surabaya-Indonesia, 1992)
54
sejenis. Ilmu hadis dan tafsir diperoleh dari sahabat, tabi’in dan orang-
orang zaman dahulu.
Untuk mengkaji ilmu jenis ini sangat mudah sebab orang muda dan
tua dapat menguasai dengan gampang asalkan memiliki daya ingat yang
tajam (quwwat al hifdzi), sementara rasio tidak begitu berperan di
bidang ini. Dalam perspektif Ghazali, pembagian ilmu yang paling
mulia adalah ilmu yang ketiga. Ilmu ketiga merupakan upaya
mensinergikan antara akal dan nukil, antara penalaran dan periwayatan.
Ilmu fikih dan ushul fikih merupakan cakupan dari bagian ilmu yang
ketiga, sebab porsi akal dan wahyu bekerja bersama-sama di dalamnya.
Karena dalam ilmu ushul fikih dan fikih terkandung dua unsur
sekaligus, maka ilmu ini mempunyai nilai plus bila dibandingkan ilmu
hadis, tafsir dan lainnya. Pengarang buku Ihya’ Ulumuddin ini
menambahkan argumen bahwa ilmu-ilmu semacam itu tidak
dilandaskan pada taklid semata yang menjadi ciri khas ilmu naqli begitu
pula tidak bersandar pada akal murni. Upaya peniruan secara membabi
buta ditolak oleh akal, sementara berpegang pada akal semata tidak
dibenarkan agama. Dapat ditarik kesimpulan bahwa ilmu yang paling
unggul adalah ilmu yang berdiri ditengah-tengah antara akal dan
wahyu.
55
Ada beberapa hikmah yang bisa diambil dari tiga pemetaan ilmu
yang telah dilakukan oleh Ghazali dan sepenggal sejarah perjalanan
intelektual dari masa ke masa. 7
Dari sana, penulis ingin menawarkan metode baru dalam
memahami kitab kuning.
1) Pengkaji kitab kuning tidak hanya berhenti pemahaman hukum-
hukum hasil karya ulama terdahulu, tetapi melacak metodologi
penggalian hukumnya. Hal ini sebagaimana tawaran al Ghazali
bahwa ilmu yang paling baik adalah penggabungan antara aqli dan
naqli, antara menerima hasil pemikiran ulama’ salaf sekaligus
mengetahui dalil dan penalarannya.
2) Membiasakan untuk bersikap kritis dan teliti terhadap objek kajian.
Karena pada dasarnya budaya kritis adalah hal yang lumrah dalam
dunia intelektual. Sebagaimana telah kita saksikan potret kehidupan
ulama’ salaf yang sarat dengan nuansa konflik dan polemik. Hal itu
terjadi, tak lain hanyalah karena ketelitian, kejelian dan kritisisme
yang dimiliki oleh para pendahulu kita yang kesemuanya patut
untuk kita teladani.
3) Melakukan analisa yang mendalam, apakah pendapat ulama itu
benar-benar murni refleksi atas teks (nash) atau ada faktor lain
yang mempengaruhi. Sekedar contoh, kenapa sampai ada qoul
qodim dan qoul jadid, kenapa Imam Nawawi berbeda pendapat
7http://www.pesantrenvirtual.com, Diakses Pada Tanggal 5 Februari 2013, Pukul 10:09 WIB
56
dengan Imam Syafi’i dalam transaksi jual beli tanpa sighat (bai’al
mu’athoh), kenapa Imam Qoffal berani berbeda pendapat dalam
memahami sabilillah yang berarti setiap jalan kebaikan (sabil al
khair) dapat menerima zakat sedangkan mayoritas ulama tidak
memperbolehkan.
4) Menelusuri sebab terjadinya perbedaan pendapat, sejarah kodifikasi
kitab kuning, latar belakang pendidikan pengarang, keadaan sosial
dan budaya yang mempengaruhinya. Memahami faktor dan tujuan
pengarang mengemukakan pendapatnya.
5) Pengkaji harus menjaga jarak antara dirinya (selaku subyek) dan
materi kajian (selaku obyek). Dengan prinsip ini, peneliti tidak
boleh membuat penilaian apapun terhadap materi dan melepaskan
dari fanatisme yang berlebihan. Dalam tahap ini peneliti harus
berusaha ”menelanjangi” aspek kultural, sosial dan historis dimana
suatu hukum dicetuskan. Benar-benar memahami latar belakang
suatu hukum yang telah dirumuskan ulama’ salaf. Hal ini
dimaksudkan agar terjadi penilaian dan pemahaman yang obyektif.
Langkah terakhir adalah pengkaji menghubungkan antara dirinya
dengan obyek kajian. Langkah ini diperlukan untuk mereaktualisasi dan
mengukur relevansi kitab kuning dengan konteks kekinian. Pengkaji dalam
hal ini dituntut untuk menjadikan kitab kuning sebagai sesuatu yang cocok
untuk diterapkan, sesuai dengan kondisi saat ini dan bersifat ke-
Indonesiaan. Senantiasa berpegang pada prinsip bahwa syariat Islam
57
diciptakan demi tegaknya kemaslahatan sosial pada masa kini dan masa
depan.
Di samping langkah-langkah diatas, pemerhati kajian kitab kuning
hendaknya membekali dengan ilmu penunjang yakni logika (mantiq). Ilmu
anggitan Aristoteles ini tampaknya kurang mendapatkan perhatian,
padahal ilmu tersebut dapat mempertajam rasionalitas dan menumbuhkan
daya nalar yang kreatif. Imam Ghazali, Ibnu Rusyd, Ibnu Hazm dan ulama
salaf lainnya adalah pakar filsafat Islam disamping menguasai ilmu-ilmu
keIslaman.
Kitab kuning merupakan hasil kerja keras para sarjana Islam klasik
yang menyimpan segudang jawaban atas permasalahan-permasalahan
masa lalu. Sementara itu, disisi lain kita adalah generasi yang hidup di
ruang dan kondisi yang berbeda serta menghadapi peliknya problematika
modern. Upaya yang dilakukan para pemikir bebas dalam merespon
pernak-pernik modernitas sembari meninggalkan khazanah tradisional
Islam tak lain hanyalah kecongkakan intelektual. Namun serta merta
menjadikan kitab kuning sebagai pedoman yang ’sepenuhnya laku’ adalah
tindakan yang kurang bijaksana, karena hanya al Quran dan hadis.
2. Visi dan Misi Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari
Visi Acara kajian kitab kuning shahih bukhari adalah:
Terwujudnya Acara ini adalah sebagai acara pilihan dan mengenalkan
kitab kuning agar lebih mudah dibaca dan bukan hanya dikalangan santri
saja yang bisa membaca kitab kuning tetapi semua umat muslim dapat
58
dengan mudah memahaminya. Dan dapat mempelajari kitab kuning lebih
mendalam . Terutama kitab shahih bukhari yakni kitab yang tidak
diragukan lagi kesahihannya.8
Sedangkan Misi Acara Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari adalah:
1. Mengembangkan Kajian Kitab kuning menjadi Pedoman bagi
umat muslim sebagai perekat dalam kehidupan sehari-hari
untuk dapat lebih terarah lagi dalam melakukan sesuatu agar
mengikuti apa yang diajarkan oleh Rasul saw.
2. Menjaga kemurnian ajaran Islam dengan memperkuat kajian
dua sumber ajaran, yaitu Al-Qur’an dan Hadis.
3. Menyebarluaskan ilmu-ilmu yang bersumber dari Al-Qur’an
dan Hadis melalui media cetak dan elektronik.
4. Berhidmat untuk kepentingan Islam melalui kajian Hadis-hadis
Rasulullah saw.
5. Mempermudah dalam memahami dan mempelajari kitab
kuning dikalangan masyarakat. Terutama dalam memahami
hadits shahih bukhari.
6. Mempermudah seseorang untuk membaca, mengkaji dan
memahami lebih mendalam kitab kuning terutama adalah kitab
Shahih Bukhari.
3. Program Acara Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari
8Wawancara Pribadi dengan Muhammad Rusli (Produser Acara Kajian Kitab Kuning
Shahih Bukhari), Jakarta: TVRI, 6 Maret 2013
59
TVRI merupakan salah satu stasiun televisi yang menyajikan
acara pendidikan dan hiburan yang disajikan untuk seluruh
masyarakat, selain pendidikan dan hiburan tersebut TVRI juga
menyajikan acara keagamaan, salah satunya adalah acaraKajian
Kitab Kuning Shahih Bukhari. Acara Kajian Kitab Kuning Shahih
Bukhari inimerupakan salah satu program keagamaanyang disiarkan
secara typing oleh TVRI. Program ini mulai ditayangkan pada awal
2011, yang dikemas berbeda dengan acara yang lain yakni dalam
bentuk dialog interaktif dan tema yang diangkatpun menyesuaikan
dengan kitab hadits yakni Shahih Bukhari.
60
4. Materi Acara Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari
Tabel Materi Kajian Kitab Kuning “Shahih Bukhari”
No Bulan Minggu Judul Materi
1 Januari I Bersiwak
II Air Yang Dipergunakan
Berwudhu
III Belajar Mencintai Rasulullah
SAW
IV Etika Buang Air Kecil
2 Februari I Hal Yang Membatalkan Wudhu
II Hal-hal Yang Tidak
Membatalkan Wudhu
III Mandi Secara Rasulullah SAW
IV Sunnah-sunnah Wudhu
3 Maret I Waktu Berwudhu
II Wudhu dan Al-Qur’an
61
5. Sasaran Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari
Sasaran acara kajian kitab kuning shahih bukhari adalah semua
kalangan. Acara ini tidak memfokuskan penontonnya, karena tema-
tema yang dibahas adalah bersumber dari kitab hadits shahih bukhari
dan juga mengenai masalah umum yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari dengan berpedoman kepada Al-Qur’an dan Hadits.9 Materi
yang dihadirkan sangat mudah dan dimengerti oleh semua kalangan.
Temanya juga berbeda-beda tiap minggunya yang disesuaikan dan
bersandar pada kitab shahih bukhari.
Format pengemasan acaranya juga berbeda dari acara keagamaan
yang lain. Dibuat dan disampaikan semudah mungkin agar lebih mudan
difahami dan dimengerti, dengan format yang tidak membosankan
untuk dinikmati dan disaksikan oleh semua yang menonton. Yang
berbeda lagi adalah dengan disandarkan kitab kuning shahih bukhari
dengan penjelasan oleh seorang narasumber Ustadz Lutfi Fathullah
beliau adalah pakar di bidang ilmu hadits.
9Wawancara pribadi dengan Dr. Lutfi Fathullah (Narasumber kajian kitab kuning shahih
bukhari), jakarta: TVRI, 1 januari 2013
62
BAB IV
ANALISIS ISI PESAN DAKWAH ACARA KAJIAN KITAB KUNING
SHAHIH BUKHARI
Pada bab ini, peneliti akan menganalisis pesan dakwah yang terkandung
dalam 10 materi pesan dakwah dalam program Kajian Kitab Kuning Shahih
Bukhari edisi 07 Januari – 10Maret 2013. Dan pelopornya adalah Mayring
dan dalam menganalisis pesan dakwah tersebut, peneliti menggunakan
metode analisis isi (content analysis) sebagai suatu metode penelitian yang
bersifat mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam
suatu media massa. Analisis Isi Kualitatif (Quality Content Analysis
(QCA)), mencoba untuk menggunakan kekuatan metodologi analisis isi dan
penelitian komunikasi untuk menganalisa secara sitematis sejumlah materi
tekstual tapi dengan elaborasi langkah-langkah analisa kualitatif.
Dengan demikian, untuk mengetahui isi pesan dakwah yang terkandung
dalam program kajian kitab kuning shahih bukhari, maka peneliti
melakukan analisa data berdasarkan dalam program tersebut edisi 07 Januari
– 10 Maret 2013 dengan mengacu pada kategorisasi pesan dakwah menurut
Endang Saifudin Anshari dalam bukunya “Wawasan Islam” membagi
pokok-pokok ajaran Islam sebagai berikut:
1. Aqidah, yang meliputi iman kepada Allah SWT, iman kepada malaikat-
malaikat Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada Rasul-rasul
Allah dan iman kepada Qadha dan Qadar.
63
2. Akhlak, yang meliputi akhlak kepada sang pencipta dan makhluk.
3. Syari‟ah, yang meliputi ibadah dalam arti khas (Thaharah, Sholat,
Puasa, Zakat, Haji) dan muamalah dalam arti luas (al-Qanun al-
khas/hukum perdata/ hukum publik.)1
A. Isi Pesan Pada Dakwah Pada Acara Kajian Kitab Kuning “Shahih
Bukhari”
Materi-materi pada program Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari
edisi 07 Januari- 10 Maret 2013 yang berjumlah 10 tema, terdapat tiga
kategorisasi pesan dakwah yakni pesan Aqidah, Akhlak, dan Ibadah.
Berikut ini adalah uraian pesan-pesan dakwah pada program Kajian Kitab
Kuning Shahih Bukhari di TVRI
1. Judul : Bersiwak
Hari/Tanggal : Minggu, 07 Januari 2013
Narasumber : Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, M A dan Dr.
Mujiyono Nurkholis, M Ag
Pembaca Hadits : Asep Abdul Muhyi
Bunyi Haditsnya:
“Ibnu Abbas berkata: ibnu Abbas sepupu Rasulullah beliau menginap
di rumah Rasulullah SAW, ada salah seorang istrinya juga menginap
lalu beliau sedang bersiwak”
Hadits 237:
1EndangSaifudinAnshari, WawasanIslam, (Jakarta: Rajawali, 1996), h. 71
64
Sanadnya: Abu Burdah ra dari bapaknya berkata: “Aku datang
menemui Nabi saw dan aku dapati beliau sedang menggosok gigi dengan
siwak di tangannya. Beliau mengeluarkan suara, U‟U. Sementara kayu
siwak berada di mulutnya seolah ingin muntah”
Sahabat Nabi melihat Rasulullah SAW sedang melakukan sesuatu lalu
diceritakan, perkatan Rasulullah itu „U‟U‟, perkataan „U‟U‟ Rasulullah itu
dalam kitab syara dijelaskan bahwa, dalam bersiwak dianjurkan tidak
hanya untuk menggosok gigi namun juga dianjurkan untuk menggosok
lidah. Sunnah dalam bersiwak juga membersihkan sampai pangkal lidah.
Dan beliau memegang siwak dengan tangan kanan. Hadits itu tidak
selamanya perkataan Rasulullah akan tapi gerakannya juga. Jika seorang
melihat Rasulullah sedang dimasjid bersiwak, dirumah dan malam-malam
lalu subuh-subuh juga beliau bersiwak. Hadits lain di jelaskan bahwa
Kalaulah tidak karena kesulitan yang akan dihadapi oleh umatku akan aku
wajibkan mereka untuk bersiwak setiap ingin shalat.
Hadits 238:
“Hudzaifah berkata: Jika Nabi saw bangun di malam hari, beliau
membersihkan mulutnya dengan siwak.
Dan riwayat Rasullulah SAW yakni: “Dari Aisyah ra, berkata:
Rasulullah SAW jika bangun malam untuk tahajud beliau akan bersiwak
terlebih dahulu (HR. Bukhari dan Muslim). “Dari Ibnu Umar ra, bercerita:
Rasulullah SAW tidak tidur kecuali memegang/menyimpan di dekatnya
siwak. Jika beliau bangun maka beliau langsung bersiwak (HR. Ahmad),
65
”Dari Aisyah ra, bercerita: Rasulullah SAW disiapkan untuk wudhunya
dan siwaknya jika bangun malam, beliau akan menyikat giginya dengan
siwak (HR. Abu Dawud)
Bersiwak itu sangat penting bagi kesehatan jasmani mupun rohani.
Dan juga bersiwak itu disunnatkan dalam segala hal, kecuali setelah
matahari rembang bagi orang yang berpuasa. Dalam pembahasan kitab
fiqih itu dikatakan boleh dibersihkan dengan apapun yang kasar yang bisa
menghilangkan kotoran yang menempel di gigi.2
Dan bersiwak itu dalam tiga hal yang sangat disunnatkan:
1) Ketika berubah (bau) mulut karena diam lama (tidak makan)
2) Waktu bangun dari tidur
3) Waktu berdiri hendak shalat
Dan banyak manfaat apabila kita bersiwak3:
1) Ada zat tanin yang dapat membunuh kuman
2) Anti kanker
3) Dapat menghilangkan bau mulut
4) Dapat menghilangkan dahak
5) Memutihkan gigi
6) Dapat menghilangkan kecanduan rokok
7) Dapat menenangkan lambung dan syaraf
8) Dapat menembus almumen
9) Dapat merangsang ingatan dan konsentrasi
2MujiyonoNurkholis, TemaBersiwak,, Minggu 07 Januari 2013
3www. Potret Pribadi dan Kehidupan Rasulullah SAW. Com, Diakses Pada 07 Januari 2013
Pukul 06:30 WIB
66
10) Dapat membunuh virus
Adapun cara memakai siwak yakni:
1) Di buang di ujung bagian mulutnya
2) Lalu dicacah biar menjadi lembut dan yang menjadi manfaatnya
adalah ada di getah siwak tersebut yang bisa menjadi obat.
Bersiwak itu adalah perbuatannya dan kayunya itu disebut dengan
kayu arak. Orang yang bersiwak akan terhindar dari penyakit dan
kecanduan merokok. Dalam bersiwak apabila dikerjakan dengan terus-
menerus dan ada kemauan yang sungguh-sungguh akan menghilangkan
kecanduan merokok. Dokter juga mengatakan merokok itu berbahaya
untuk kesehatan jantung tetapi, banyak kita jumpai para dokter banyak
yang merokok. Maka dapat disimpulkan bahwa semua di dunia ini tidak
selalu jalan lurus. Merokok itu dapat memperpendek umur akan tetapi
banyak perokok berat diantaranya kiyai yang di pesantren beliau bersiwak
dan perokok kuat dan umur mereka pun sudah 100 tahun.
Yang menjadi obatnya adalah pada getah yang terkandung dalam
siwak tersebut. Dan Rasulullah SAW mengajarkan agar kita umat muslim
senantiasa selalu bersiwak waktu sebelum wudhu, sebelum tidur dan
sebelum shalat harus bersiwak. Yang telah diajarkan oleh Rasulullah
SAW. 4
Pesan mengenai bersiwak diatas adalah mengandung pesan akhlak,
yakni sebagai akhlak Rasulullah, pesannya adalah kita sebagai umat
muslim harus mengikuti apa yang sudah rasul kerjakan dan perbuat sehari-
4Ahmad LutfiFathullah, TemaBersiwak, , Minggu 07 Januari 2013
67
hari. Rasulullah bersiwak pada malam hari dan juga ketika hendak shalat.
Dengan bersiwak kita dapat terhindar dari kecanduan merokok dan
dengan bersiwak juga kita dapat menjaga kesehatan jasmani maupun
rohani. Bersyukurlah bagi umat yang beragama Islam dan memiliki suri
tauladan yang dapat di contoh yakni Baginda Rasulullah SAW.
2. Judul : Air Yang Dipergunakan Berwudhu
Hari/Tanggal : Minggu, 13 Januari 2013
Narasumber: Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, M A dan Dr.
Syamsul Maarif, MA
Pembaca Hadits : M. Kholil Anwar
“Bab air yang digunakan untuk mencuci rambut manusia karena
babnya wudhu maka kita bilang air yang digunakan untuk berwdhu akan
tetapi semuanya terkait dengan wudhu dan pada bab ini juga menjelaskan
tentang rambutnya Rasulullah SAW”
Hadits:
.
„Atha‟ berpendapat bahwa hal itu tidak bermasalah jika rambut
digunakan untuk membuat benang dan tali, sisa air liur anjing dan berlalu
lalang di dalam masjid. Al-Zuhri berkata: Jika satu wadah air dijilat
(anjing) dan dia tidak mempunyai air untuk wudhu‟ kecuali itu, maka dia
boleh berwudhu dengan air itu. Sufyan berkata: ini adalah fiqih, telah
difirmankan oleh Allah swt: “Jika kalian tidak mendapatkan air maka
tayamumlah” (QS. Al-Maidah 5:6). Dan ini air yang diragukan dapat
digunakan untuk berwudhu dan karena ada keraguan terhadapnya, maka
boleh digunakan untuk berwudhu lalu bertayamum
68
Hadits 165:
IbnuSirin ra berkata: Aku berkata kepada „Abidah: Kami memiliki
rambut Nabi saw yang kami dapat dari Anas, atau dari keluarga Anas.
Abidah berkata: Sekiranya aku memilki satu helai rambut Rasulullah,
maka itu aku lebih sukai daripada dunia dan seisinya.
Hadits 167:
Abu Hurairah ra berkata: Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda:
Jika anjing minum dari bejana seorang dari kalian, maka hendaklah ia
mencuci hingga tujuh kali.
Menurut Imam Syafi‟i anjing, babi, dan apa yang berasal dari
keduanya maka hukumnya najis. Dalilnya: “Mensucikan bejana salah
seorangmu (umat Islam, bila telah dijilat bagian dalamnya oleh anjing
ialah membersihkannya tujuh kali. Pertamanya dengan air mutlak yang
dicampur dengan tanah” (HR. Muslim, Ahmad, Abu Daud dan Baihaqi).
Bila telah dijilatnya bagian dalamnya dan ada makanan padanya, sekeliling
makanan pada yang dijilatnya itu dibuang dan yang lain dianggap suci
seperti sebelumnya. Adapun bulu anjing, maka menurut pendapat yang
lebih terlihat ialah suci dan tidak ada kepastian bahwa ia najis.5
5Ahmad LutfiFathullah, TemaAir Yang DipergunakanBerwudhu, 13 Januari 2013
69
Dan adapun Imam Maliki berpendapat bahwa anjing itu tidak najis
hanya ketika menjilat dan jilatannya itu yang najis dan harus dicuci hingga
tujuh kali. Dalam teori fiqih: Air mutlak yakni air suci mensucikan.
Artinya, air itu suci di dalam dirinya sendiri dan mensucikan yang
lain.contohnya seperti air hujan, salju dan embun, Air yang tercampur
benda yang suci, misalnya tercampur sabun, minyak za‟far dan air bunga
mawar status air tersebut suci lagi mensucikan dan tetap suci namun tidak
lagi mensucikan yakni air tohirun mutohirun itu seperti air putih.6 Dan
juga air bekas minum anjing dan babi hukumnya najis dan wajib dijauhi.
Ini adalah pendapat kalangan mazhab Hanafi, Imam Malik dalam satu
versi, Imam Asy-Syafi‟i, dan Imam Ahmad yakni dinamakan air
mutanajis. 7
Pesan mengenai air yang dipergunakan berwudhu diatas mengandung
pesan syari‟ah, yakni mengandung nilai Ibadah yaitu thaharah. Pesannya
adalah Thaharah maknanya adalah bersuci dari air yang diperguanakan
untuk berwudhu. Apabila air didalam satu wadah yang akan digunakan
untuk berwdhu terkena jilatan anjing maka air itu tidak suci untuk
digunakan berwudhu. Dan apabila tidak adanya air kecuali air yang dijilat
oleh anjing maka boleh dipergunakan untuk berwudhu.
3. Judul : Belajar Mencintai Rasulullah SAW
Hari/Tanggal : Minggu, 20 Januari 2013
6Abdul Aziz Muhammad Azzamdan AbdulWahhabSayyedHawwas, Fiqih
Ibadah(Thaharah,Shalat, Zakat, Puasa, dan Haji ), (Jakarta: Amzah, 2009), Cet, 1, h. 7. 7SyamsulMaarif, Tema Air Yang DipergunakanBerwudhu,, 13 Januari 2013
70
Narasumber : Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, M Adan Suhadi
Muhammad Salam
Pembaca Hadits : Nur Ikhsan
(Bab Sifat Rasulullah SAW)
:
Ukbah ibn Harits beliau mengatakan: Abu Bakar shalat ashar
kemudian keluar dan bertemu hasan anaknya ali cucunya Rasulullah
SAW, yang sedang bermain bersama teman-temannya kemudian Abu
bakar menggendong di pundaknya sebagaimana Rasulullah sering
melakukan , dan beliau mengatakan hasan lebih mirip kepada Rasulullah
dari pada bapaknya.
Dan pesannya abu bakar mencintai ali, hasan dan husain, dan tidak
ada antara syi‟ah dan sunni adalah abu bakar bentrok dengan ali yang ada
adalah beliau saling menghormati dan mencintai. Dan fisik Rasulullah
mirip dengan Hasan.8
Dan adapun potret Rasulullah SAW9 :
a) letak rumah Rasulullah SAW: Rasulullah SAW memiliki beberapa
orang istri dan budak perempuan, karena itu dipastikan bahwa rumah
atau kamar itu juga banyak sejumlah istri dan budaknya. Namun,
kesemua kamar istri-istrinya tersebut terletak di sekitar masjid
persisnya mengambil belahan kiri masjid. Jadi kebanyakan kamar itu
terletak antara masjid dengan baqi hanya saja lebih menempel ke
8Ahmad LutfiFathullah, BelajarMencintaiRasulullah SAW,Minggu, 20 Januari 2013
9www. Potret Pribadi dan Kehidupan Rasulullah SAW.com, Diakses Pada Tanggal 20
Januari 2013, Pada Pukul: 11:30 WIB
71
masjid ketimbang baqi. Gambaran yang banyak dijadikan rujukan
adalah taksiran Muhammad al-Nafsi. Rumah yang berbeda dijadikan
Maria al-Qibtiyah, rumahnya tidak terletak di dekat masjid al-Nabawi,
akan tetapi dekat dengan masjid Quba sebagaimana yang diceritakan
ketika mengupas biografi Maria.
b) Cara menyisir Rasulullah SAW: Sebagai manusia biasa Rasulullah
SAW yang berambut Panjang, selalu menyisir rambutnya, yaitu
mengurai dan menjadi dua belahan. Hal ini seperti yang dikisahkan
Ibn Abbas sebagai berikut: Ibn Abbas ra berkata: kebiasaan orang-
orang ahli kitab memanjangkan rambut mereka sedang orang-orang
musyrik biasa menyisir rambut mereka menjadi dua belahan,
Rasulullah SAW senang menyesuaikan dengan ahli kitab dalam hal
yang tidak diperintahkan (mubah) lalu Rasulullah SAW
memanjangkan rambut jamabulnya setelah itu disisir menjadi dua
belahan. (HR. Muslim)
c) Jenggotnya Rasulullah SAW:“Ali ibn Abi Thalib ra, meriwayatkan:
kepala Rasulullah SAW tidak kecil dan jenggotnya tebal” (HR. Imam
Ahmad), Al-Bara „ibn‟ Azib berkata: “Rasulullah SAW memiliki
jenggot yang tebal” (HR. al-Nasa‟i) dan Sa‟ad ibn Abi Waqqash
berkata:” Jenggot Rasulullah SAW lebat dan hitam” (HR. ibn Sa‟ad).
Dan ada agama lain yang mengvisualkan tuhan yang disembah.Dan
mereka juga mencoba ingin menggambarkan dengan bentuk negatif.
Dimana pun kita berada harus selalu mengingat Rasulullah SAW, agar
72
dapat lebih terarah segala perbauatan yang kita perbuat selama kita hidup
di dunia. Saya sedikit bercerita Pada saat di toronto, ada sebuah masjid
tapi di beli oleh masyarakat komunitas islam di toronto dengan bantuan
raja faisal yang sebelumnya adalah gereja.10
Pesan mengenai Belajar Mencintai Rasulullah SAW diatas
mengandung pesan Aqidah yakni Iman kepada Rasulullah SAW,
pesannya adalah sebagai umat muslim kita wajib mengimani baginda
Rasulullah SAW. Dengan cara selalu mengingat dan beriman agar dapat
lebih terarah segala perbuatan selama kita hidup di dunia. Yang paling
penting adalah mengenal lebih dekat kehidupan dan keluarga Rasulullah
sebagai suri tauladan bagi seluruh umat muslim. Semoga dapat mencontoh
akhlak dan sikap Rasulullah dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Judul : Etika Buang Air Kecil
Hari/Tanggal : Minggu, 27 Januari 2013
Narasumber : Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, M A dan Prof
Dr. H. Rosiahan Anwar, M Ag
Pembaca Hadits : Ilham Fadhilah
(Bab Buang Air Kecil Di Tempat Air Tergenang)
Hadits 231:
Abu Hurairah ra mendengar Rasulullah SAW bersabda “Kita adalah
orang yang terakhir dan akan menjadi orang yang pertama”
10
SuhadiMuhammad Salam,TemaBelajarMencintaiRasulullahSAW,Minggu, 20 Januari
2013
73
Penjelasannya: Ada penjelasan dari kitab tafsir yang menghubungkan
hadits ini dengan surat fatir ayat 2: “Faminhum dzolimun Linafsih,
waminhum muqtasit, waminhum sabiqun khoirot”. Walaupun kita
mempunyai umat yang paling terakhir tetapi kita memiliki kelebihan dari
umat terdahulu, mungkin salah satunya adalah Islam memberikan aturan
yang sangat rinci termasuk yang di dalamnya adalah etika buang air kecil
dan ini ada hubungannya. 11
Hadits 239
Dengan sanad sebelumnya Rasulullah SAW bersabda: Janganlah
seorang diantara kalian kencing di air yang tergenang kemudian mandi
dari situ. Imam Muslim, abu daud, imam tirmdzi, ibn majah dan imam
darimih.
Bab fiqihnya: Jangan kencing di tempat yang untuk bersuci. Dan
boleh kencing kalau tidak digunakan untuk untuk bersuci seperti
berwudhu, mandi dan mencuci pakaian.12
Pesan mengenai Etika Buang Air Kecil diatas mengandung pesan
syari‟ah, yakni mengandung nilai Ibadah yaitu thaharah, pesannya adalah
apabila diantara kalian ingin buang air kecil janganlah kalian kencing
ditempat air untuk bersuci. Dan boleh kencing kalau tidak digunakan
untuk untuk bersuci seperti berwudhu, mandi dan mencuci pakaian. Dan
Janganlah juga seorang diantara kalian kencing di air yang tergenang
kemudian mandi dari tempat tersebut.
11
EngkosKosasih, TemaEtikaBuang Air Kecil, Minggu, 27 Januari 2013 12
Ahmad LutfiFathullah, TemaEtikaBuang Air Kecil, Minggu, 27 Januari 2013
74
5. Judul : Hal Yang Membatalkan Wudhu
Hari/Tanggal : Minggu, 03 Februari 2013
Narasumber : Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, M A dan Dr. Kh. Ahsin Sakho
Muhammad
Pembaca Hadits: Isna Ulya Azizah
(Bab Tidak Perlu Berwudhu Kecuali Jika Tidur Pulas)
"
Asma‟ bint Abu Bakar ra berkata: Aku pernah menemui aisyah, istri
Nabi saw, ketika terjadi gerhana matahari. Saat itu orang-orang sedang
melaksanakan shalat dan saat itu iapun berdiri shalat. Setelah itu aku
katakan kepadanya: Apa yang dilakukan orang-orang? Aisyah lalu
memberi isyarat dengan tangannya ke arah langit seraya berkata: Maha
Suci Allah. Aku lalu Berkata: Satu tanda kekuasaan Allah? Lalu ia
mengiyakan dengan memberi isyarat. Maka akupun ikut shalat sampai aku
tertidur, hingga aku siram kepalaku dengan air. Selesai shalat Rasulullah
saw mengucapkan puja dan puji kepada Allah, kemudian beliau bersabda:
Tidak ada sesuatu pun yang belum diperlihatkan kepadaku, kecuali aku
sudah melihatnya dari tempatku ini hingga surga dan neraka. Dan telah
75
diwahyukan kepadaku bahwa kalian akan terekena fitnah dalam kubur
kalian seperti, atau hampir serupa, dengan fitnah Dajjal. (Perawi ragu
mana yang dikatakan Asma) Setiap seorang dari kalian akan didatangkan
lalu ditanyakan kepadanya: Apa yang kamu ketahui tentang laki-laki ini?
Adapun orang beriman atau orang yang yakin (Perawi lupa kalimat mana
yang Asma‟ ucapan), orang tersebut akan menjawab: Dia adalah
Muhammad utusan Allah, ia datang kepada kami membawa pen jelasan
dan petunjuk. Kami lalu menyambungnya, beriman dan mengikuti
seruannya. Maka dikatakan kepada orang itu: Tidurlah kamu dengan
baik, sungguh kami telah mengetahui bahwa kamu adalah orang beriman.
Adapun Munafik atau orang yang ragu (perawi tidak tahu kalimat mana
yang diucapkan Asma‟) menjawab: Aku tidak tahu siapa dia, aku
mendengar orang-orang mengatakan sesuatu maka aku pun mengikuti
ucapan tersebut.
Sanadnya ini seorang istri mengaji kepada suaminya kemudian
bertanya kepada suaminya, ini hebatnya seorang laki-laki bertanya kepada
istrinya. Dan Suami yang meriwayatkan dari istri. Islam sangat
meninggikan derajat kaum perempuan, bahwa perempuan bisa menjadi
guru, ustadzah dan bisa juga menjadi perowi. Fatimah meriwayatkan dari
asma yakni neneknya. Asma pergi bersama adiknya Aysah . Dan dalam
hadits ini ada 3 perempuan yakni Fatimah, Asma dan Aysah. Ceritanya
ada shalat gerhana lalu ketiduran Rasulullah kemudian Asma disiramkan
airnya supaya bangun dirinya. Dan Rasulullah bercerita bahwa hari ini
telah diperlihatkan semua tentang apa yang terjadi di dunia dan diakhirat
oleh Allah SWT, sampai aku diperlihatkan surga dan neraka.
Di hadits yang lain Rasulullah SAW bersabda: Bahwa ada sebuah
cerita tentang alam kubur, di alam kubur ada pertanyaan, siapa yang di
tanya, dan bertanya siapa laki-laki ini? orang ini adalah Muhammad
utusan Allah dan ada orang yang tidak tahu maka dia hanya ikut-ikutan
dan bagi yang bisa menjawab dengan baik dia akan terhindar dari fitnah
76
di alam kubur dan kuburannya berubah menjadi roudoh min riyadil
jannah dan bagi yang tidak mengetahui di alam kubur maka, dia akan
disiksa di neraka. Dan hubungannya dengan hadits diatas adalah tidurnya
sambil berdiri atau sambil duduk dan tidak tidur dengan telentang tidak
perlu berwudhu lagi hanya membasuh muka. Kalau tidurnya ringan tidak
perlu berwudhu lagi tapi jika tidurnya berat harus berwudhu lagi.13
Ada pendapat para ulama persoalan tidur , dan menurut Imam Syafe‟i
mengatakan bahwa apabila tidurnya duduk sehingga tertutup lubang
dubur maka itu tidak sampai membatalkan wudhu. Dengan demikian, tidur
itu sendiri tidak sampai membatalkan wudhu kecuali apabila tidur yang
pulas atau tidur dia duduk lubang duburnya tertutup sehingga tidak ada
angin yang keluar. Menurut Nabi Muhammad SAW, “ Mata itu adalah
ikatan dari lubang tidur itu apabila matanya itu terpejam maka yang
dibawah terbuka, apabila matanya terbuka maka yang dibawah itu
tertutup”. 14
Pesan mengenai Hal Yang Membatalkan Wudhu diatas mengandung
pesan syari‟ah, yakni mengandung nilai Ibadah yaitu Thaharah. Pesannya
adalah apabila seseorang tidurnya sambil berdiri atau sambil duduk dan
tidak tidur dengan telentang maka tidak perlu berwudhu lagi hanya
membasuh muka. Kalau tidurnya ringan tidak perlu berwudhu lagi tapi
jika tidurnya berat atau pulas harus berwudhu lagi. Dan juga apabila
tidurnya duduk sehingga tertutup lubang dubur, maka itu tidak sampai
13
Ahmad LutfiFathullah, Tema Hal Yang MembatalkanWudhu, Minggu 03 Februari 2013 14
AkhsinSakho Muhammad, Tema Hal-hal Yang MembatalkanWudhu,Minggu, 03 Februari
2013
77
membatalkan wudhu. Dan tidur itu sendiri tidak sampai membatalkan
wudhu kecuali apabila tidur yang pulas atau tidur duduk dengan lubang
duburnya tertutup sehingga tidak ada angin yang keluar.
6. Judul : Hal-hal Yang Tidak Membatalkan Wudhu
Hari/Tanggal : Minggu, 10 Februari 2013
Narasumber : Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, M A dan
Ahmad Sarwat, Lc, MA
Pembaca Hadits : Fatimah Azzahra
(Bab Tidak Berwudhu Setelah Makan Daging Kambing Dan
Sawiq)
Abu Bakar‟ Umar dan Usman mereka memakannya tanpa berwudhu
Abdullah Ibn Abbas bercerita bahwa Rasulullah SAW makan paha
kambing kemudian shalat dan tanpa berwudhu lagi. Kalau kita makan sate,
kambing, dan yang di goreng-goreng lainnya seperti martabak itu tidak
perlu berwudhu lagi.15
Dari segi fiqihnya: secara umum para ulama sepakat makan daging
dan goreng-gorengan tidak membatalkan wudhu, dan ada pun pendapat
para ulama. Dalam sebauh hadits dijelaskan bahwa: “Tawaddou mimma
massakinnar” ((Berwudhu lah kalian karena kalian memakan suatu yang
dibakar dengan api). Tetapi ada hadits lain yang mengatakan tidak usah
berwudhu dan ada tangarud bainal asar (ada pertentangan antara hadits),
15
AhmahLutfiFathullah,TemaHal-halYang TidakMembatalkanWudhu,Minggu,10 Februari
2013
78
yang harus berwudhu itu dalilnya kurang kuat karena sudah di nasakh
oleh adanya dalil yang lebih baru lagi yang datangnya belakangan. 16
(Bab Apakah Harus Berkumur Setelah Minum Susu)
Hadits 204:
Ibn Abbas ra bercerita, bahwa Rasulullah SAW minum susu kemudian
berkumur-kumur, beliau lalu bersabda: Sesungguhnya susu mengandung
lemak. Hadits ini dikuatkan oleh Yunus dan Shahih ibn Kaisan dari al-
Zuhri.
Untuk menyempurnakannya adalah hanya dengan berkumur. Dan
apabila abis makan tidak dianjurkan untuk berwudhu yang sempurna akan
tetapi hanya dengan berkumur, makanan tidak membatalkan wudhu hanya
sunnahnya berkumurlah agar makanan tersebut terbuang. Pesan mengenai
Hal-hal Yang Tidak Membatalkan Wudhu diatas mengandung pesan
syari‟ah, yakni mengandung nilai Ibadah yaitu Thaharah, pesannya adalah
apabila makan-makanan seperti sate, kambing, dan yang di goreng-goreng
lainnya yakni martabak, goreng-gorengan itu tidak perlu berwudhu lagi.
Dan juga apabila kita minum susu tidak harus berwudhu lagi. Namun,
hanya berkumur-kumur saja, karena susu itu mengandung lemak dan tidak
membatalkan wudhu. Sesungguhnya makanan itu tidak membatalkan
wudhu, hanya sunnahnya berkumurlah agar makanan tersebut terbuang
dari mulut.
16
Ahmad Sarwat, Tema Hal-hal Yang TidakMembatalkanWudhu,Minggu, 10 Februari 2013
79
7. Judul : Mandi Secara Rasulullah SAW
Hari/Tanggal : Minggu, 17 Februari 2013
Narasumber : Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, M A dan
Dr. Engkos Kosasih, Lc, M Ag
Pembaca Hadits: Ezwar M. Ridho
(Bab Wudhu Sebelum Mandi)
Hadits 240:
Aisyah istri Nabi saw bercerita bahwa: Jika Nabi saw mandi karena
janabah, beliau memulainya dengan mencuci kedua telapak tangannya,
kemudian bewudhu‟ sebagaimana wudhu untuk shalat, kemudian
memasukan jari-jarinya ke dalam air lalu menggosokannya ke kulit
kepalanya, kemudian menyiram tangannya sebanyak tiga kali, kemudian
membasuhkan air ke seluruh badannya.
Hadits 241:
Maimunah ra, isteri Nabi saw, berkata: Nabi saw berwudhu‟
sebagaimana wudhunya untuk shalat, kecuali kedua kakinya, lalu beliau
mencuci kemaluan dan apa yang terkena kotoran (mani), kemudian
menyiramkan air keatasnya, kemudian memindahkan kedua kaki beliau
dan mencucinya. Itulah cara beliau mandi dari janabah.
Sanadnya adalah Bab mandi dan yang meriwayatkannya yakni dari
Maimunah dan Aisyah yakni istri Rasulullah saw. Matannya adalah ini
cara Rasulullah saw mandi, mandi Rasulullah itu dengan cara dicuci
80
tangannya dan dalam riwayat lain kemaluannya dicuci lalu tangannya
kemudian berwudhu. Cara berwudhunya yakni hidung, muka, tangan,
kepala, lalu mandi seluruh tubuh lalu baru kakinya. 17
Apabila melihat dari falsafah hadits ini, dalam sebuah buku karangan
Yusuf al-Qardawi dalam bukunya Masdarun Lil Ma‟rifah Wal Hadoroh,
Islam adalah agama yang beradab, agama yang benar-benar mendetail
contohnya masalah mandi. Marilah kita kembali kepada sunnah yang
benar-benar mencerdaskan lalu memperlihatkan umat yang beradab dan
maju kita malu dalam masalah nadofah dengan negara lain disini
spiritnya.18
Pesan mengenai Mandi Secara Rasulullah SAW, diatas mengandung
pesan syari‟ah, yakni mengandung nilai Ibadah yaitu thaharah, pesannya
adalah mengajarkan bagaimana cara Rasulullah saw mandi. Cara
Rasulullah mandi dengan cara yang pertama adalah dengan mencuci
tangannya dan dalam riwayat lain adalah mencuci kemaluannya kemudian
beliau berwudhu. Dan adapun cara berwudhunya adalah dengan
membasuh hidung, muka, tangan, kepala, lalu mandi keseluruh tubuhnya
baru beliu mencuci kedua kakinya.
8. Judul : Sunnah-sunnah Wudhu
Hari/Tanggal : Minggu, 24 Februari 2013
Narasumber : Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, M A dan
Irwan Rinaldi
Pembaca Hadits : Khoirul Anwar
17
Ahmad LutfiFathullah, TemaMandiSecaraRasulullah SAW, Minggu, 17Februari 2013 18
EngkosKosasih, TemaMandiSecaraRasulullahSAW, Minggu, 17 Februari 2013
81
(Bab mendahulukan kanan dalam wudhu dan mandi)
.
Matan hadits ini baru dari sisi sanad, yang meriwayatkan Habsoh
binti Sirin adaiknya Muhammad ibn sirin dari Ummu‟ Athiyah ra
berkata: Nabi saw bersabda kepada mereka saat memandikan puterinya:
Hendaklah kalian mulai dari yang sebelah kanan dan anggota wudhunya.
Ummu Atiyah Ada dua jabatannya: tukang sunat perempuan, ketika
beliau menyunatkan perempuan lalu Nabi berkata yakni jangan berlebihan,
jangan sampai merugikan perempuan (jangan dipotong tapi hanya
dibersihkan saja) dan memandikan jenazah yakni apabila jenazahnya
perempuan lalu Rasulullah berpesan mulailah dari sebelah kanan dan
anggota wudhunya.
Dalam fiqihnya: apakah boleh anak kita perempuan dimandikan oleh
orang lain? Maka jawabannya adalah boleh, tetapi yang memandikan
perempuan. Dan cara memandikannya adalah mulai dari sebelah kanan
lalu disiram sebelah kiri, kalau mulai mengusapnya dari bagian wudhunya
yang wajib yakni muka, tangan, kepala, kaki baru yang lainnya
dibersihkan.
Hadits 163:
“Aisyah ra berkata: Nabi saw suka memulai dari sebelah kanan saat
mengenakan sandal, menyisir rambut, bersuci dan selainnya”.
82
Dalam Fiqihnya: Sunnah kita melakukan sesuatu baik dalam ibadah
dan pekerjaan yang lain kecuali pekerjaan yang dianggap kurang seperti
masuk wc. diwajibkan mendahulukan yang kanan, dan sebabnya karena
setan melakukan bagian kirinya. 19
Pola pendidikan dalam anak, satu yang harus dipahami adalah
mengenal itu lebih kepada fisik dan memahami. Dalam tarbiyatul awlad
fil Islami, ada anak 0-10 tahun yakni eksporasi lebih kepada dikenalkan
sama seperti sahabat melakukan kepada anak-anaknya yang mengajarkan
puasa pada umur dua tahun, dengan cara tidak bicara tapi melakukan dan
ini bertahan selam sepuluh tahun lamanya. Dalam sebuah teori bayi harus
dibangunkan ketika azan agar pembiasaan. 20
Apa rahasia di awali dengan kanan adalah agar tidak satu mazhab
dengan syetan dan juga mendapat pahala. Untuk membedakannya adalah
dengan tangan kanan dan yang lainnya.
Pesan mengenai Sunnah-sunnah Wudhu diatas mengandung pesan
syari‟ah, yakni mengandung nilai Ibadah yaitu thaharah. Pesannya adalah
apabila seorang anak perempuan meninggal dunia maka yang
memandikannya harus perempuan. Rasulullah saw berpesan mulailah dari
sebelah kanan dan anggota wudhunya. Dan cara memandikannya adalah
harus mulai dari sebelah kanan lalu disiram sebelah kiri, kemudian mulai
mengusapnya dari bagian wudhunya yang wajib yakni muka, tangan,
19
Ahmad LutfiFathullah, TemaSunnah-sunnahWudhu, Minggu, 24 Februari 2013 20
IrwanRinaldi, TemaSunnah-sunnahWudhu,Minggu, 24 Februari 2013
83
kepala, kaki baru yang lainnya dibersihkan. Rahasia di awali dengan kanan
adalah agar tidak satu mazhab dengan syetan dan juga mendapat pahala.
9. Judul : Waktu Berwudhu
Hari/Tanggal : Minggu, 3 Maret 2013
Narasumber : Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, M A dan Irwan
Rinaldi
Pembaca Hadits :M. Khoirul Anwar
(Bab Mencari Air Wudhu Jika Datang Waktu Shalat)
(Hadits mungallak) Aisyah berkata: Telah datang waktu subuh maka
air pun dicari namun tidak ditemukan, lalu turunlah perintah tayamum.
Penjelasan: Pada saat azan subuh orang mencari air namun tidak
ditemukannya air, ada pilihan kita adalah shalat tanpa wudhu atau tidak
shalat. Dan karena shalat itu wajib maka wasilahnya berwudhu karena
wudhu ini tidak diwajibkan untuk berwudhu karena tidak ada air,
diturunkanlah perintah untuk bertayamum.
Dalam Fiqihnya adalah tayamum menurut bahasa berarti menyengaja,
menurut istilah menyengajakan diri meneyentuh debu yang suci untuk
mengusap wajah dan kedua tangan dengan sekali atau dua kali sentuhan,
dengan niat agar memperoleh kebolehan melakukan sesuatu yang
sebelumnya terhalang oleh adanya hadats, bagi orang yang tidak
menemukan air atau takut adanya bahaya apabil menggunakannya. Dan
tayamum pun mempunyai fungsi sebagai pengganti wudhu atau mandi
wajib yang seharusnya menggunakan air bersih diganti dengan
menggunakan tanah atau debu yang bersih.
84
Dasar pelaksanaan tayamum adalah firman Allah dalam surat An-
nisa: 43
“sedangkan kamu tidak mendapat air maka bertayamumlah kamu
dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan
debu itu. Sungguh Allah Maha Pemaaf, Maha Pengampun.”
Kita tidak boleh tayamum bila ada air, dan tidak boleh bertayamum
jika belum berkumandang azan. Dan adapun waktu untuk berwudhu
adalah sesudah azan berkumandang. Ibnu Qudamah menyampaikan bahwa
berdasarkan keumuman hadits Rasulullah SAW melaksanakan bersuci
setiap kali akan melaksanakan shalat.
Hadits 164:
.
(Hadits Musnad) Anas ibn Malik ra berkata: Aku melihat Rasulullah
SAW dan waktu shalat Ashar tiba, orang-orangpun mencari air wudhu
namun tidak mendapatkannya. Lalu aku melihat Rasulullah saw diberi air
wudhu‟, Rasulullah SAW kemudian meletakkan tangannya didalam
bejana tersebut seraya memerintahkan orang-orang untuk berwudhu
darinya.Anas ra berkata: Aku melihat air keluar dari bawah jari-jari
beliau hingga semua orang sampai yang terakhir dapat berwudhu.
Penjelasan: Dibawakannya Rasulullah saw ember dan menaruhkan
tangannya di air dan airpun terpancar dari jari-jarinya. Fiqihnya adalah
mukjizat Rasulullah bisa memancarkan air dari jarinya. Dan waktunya
berwudhu adalah sesudah azan, wudhu itu ada dua jenis wudhu ringan itu
85
hanya untuk menjaga wudhu dan wudhu untuk shalat harus menigakan
wudunya.21
Ada konsep untuk menyampaikan kepada anak agar memberitahu
kapan waktu berwudhu yakni Apa yang harus dilakukan, dia yakin apa
yang dilakukannya, dan lalu dia akan melakukannya.22
Pesan mengenai waktu berwudhu diatas mengandung pesan syari‟ah,
yakni mengandung nilai Ibadah yaitu Thaharah. Pesannya adalah tidak
boleh shalat tanpa berwudhu, kalau pun tidak ada airnya maka lakukan
tayamum dan tidak boleh bertayamum apabila azan belum
dikumandangkan. Adapun wudhu itu ada dua jenis yakni wudhu ringan itu
hanya untuk menjaga wudhunya saja dan wudhu untuk shalat harus
menigakan atau harus sempurna wudhunya.
10. Judul : Wudhu dan Al-Qur‟an
Hari/Tanggal : Minggu, 10 Maret 2013
Narasumber : Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, M A dan Dr. Kh.
Ahsin Sakho Muhammad
Pembaca Hadits : Afifabul Amala
(Bab Membaca Al-Qur‟an Setelah Hadas Dan Lainnya)
Hadits 177:
21
Ahmad LutfiFathullah, TemaWaktuBerwudhu, Minggu, 03 Maret2013 22
IrwanRinaldi,TemaWaktuBerwudu,Minggu, 03 Maret 2013
86
.
Abdullah ibn‟ Abbas ra bercerita bahwa: Dia pada suatu malam
pernah bermalam di rumah Maimunah, isteri Nabi saw, dan bibinya dari
pihak ibunya. Ibn‟Abbas berkata: Aku berbaring di sisi bantal sementara
Nabi saw dan isterinya berbaring pada bagian panjang (tengahnya),
Rasulullah saw lalu tidur hingga pada tengah malam, atau kurang sedikit
hingga pada tengah malam, atau kurang sedikit atau lewat sedikit, beliau
bangun dan duduk sambil mengusap sisa-sisa kantuk yang ada di
wajahnya dengan tangan. Beliau kemudian membaca sepuluh ayat
terakhir dari surah Ali-Imran. Kemudian berdiri menuju tempat wudhu,
beliau lalu berwudhu‟ dengan mempertegas wudhunya, lalu shalat. Ibn‟
Abbas berkata: Maka akupun ikut melakukan sebagaimana yang beliau
lakukan, aku lalu berdiri di sampingnya. Beliau kemudian meletakan
tangan kanannya di kepalaku seraya memegang telingaku dan
memutarkannya. Kemudian beliau shalat dua rakaat, kemudian dua
rakaat, kemudian dua rakaat, kemudian dua rakaat, kemudian dua rakaat,
kemudian dua rakaat, kemudian witir. Setelah itu beliau tidur berbaring
hingga mu‟azzin mendatanginya, beliau lalu berdiri dan shalat dua rakaat
ringan, kemudian keluar untuk menunaikan shalat subuh.
Ada artinya yang tertinggal bahwa Ibrahim berkata: Boleh membaca
al-Qur‟an di kamar mandi dan menulis risalah didalamnya mengandung
ayat al-Qur‟an tanpa memiliki wudhu . Apabila ada yang memberi salam
87
dalam keadaan tidak berpakaian maka janganlah menjawab dan apabila
sudah mengenakan pakaian maka jawablah.
Penjelasan: kamar mandi orang arab adalah orang mandi beramai-
ramai dan tempat mandi dengan tempat buang air terpisah. Apabila tidak
ada wudhu boleh menulis yang mengandung ayat al-Qur‟an. Fiqihnya pada
bab ini menjelaskan bahwa membaca al-Qur‟an tidak wajib punya wudhu
yang diangkat oleh imam bukhari pada bab ini. 23
Ibnu Abbas ini adalah termasuk salah seorang sahabat nabi yang
disebut habru hazihil ummat, karena banyaknya penguasaan dalam bidang
keilmuan agama Islam karena barokahnya doa nabi „Ya Allah berikanlah
dia anugrah pemahaman terhadap agama Islam dan ajarilah dia
mentafsirkan al-Qur‟an‟. Oleh karena itu, Ibnu Abbas ingin mengetahui
sendiri apa yang dilakukan oleh nabi pada malam hari. Oleh karena itu,
Ibnu Abbas pura-pura ingin menginap dengan bibinya yaitu Maimunah
dan Nabi pun memperbolehkan ibnu abbas untuk menginap. Kemudian
Ibnu Abbas pura-pura tidur untuk mengetahui kebiasaan nabi pada malam
hari dan nabi pun berkata: „Anak kecil ini sudah tidur‟ akhirnya nabi
bangun dan kemudian mengusap-ngusap matanya seraya membaca‟Inna fi
Kholkis samaawati wal ardi wakhtilafi wallaili wannahari layayati liulil
albab‟‟. Ini menunjukan bahwa bagaimana nabi itu hidupnya selalu
bersama dengan al-Qur‟an dan nabi selalu bersama dengan Allah SWT.
Sampai pada saat beliau baru bangun dari tidur yang dibaca adalah Al-
23
Ahmad LutfiFathullah , TemaWudhudanal-Qur‟an, Minggu, 10 Maret 2013
88
Qur‟anul Karim yang berkaitan dengan ayat-ayat yang berkaitan dengan
kemaha besaran Allah SWT. Yang berkaitan dengan pembahasan bab ini
adalah bahwa Orang yang paling bagus membaca al-Qur‟an adalah pada
waktu shalat, orang yang membaca al-Qur‟an di luar shalat yang
mempunyai wudhu dan menghadap kiblat, dan orang yang membaca al-
Qur‟an yang tidak wudhu maka hukumnya boleh. Maka, apabila ingin
berbisik dengan Allah SWT laksanakan shalat dan apabila ingin
berbincang-bincang dengan Allah SWT maka bacalah al-Qur‟an. Maka
apabila orang yang ingin mengahadap dengan Allah SWT diwajibkan
untuk mempersiapkan dan membersihkan diri secara kerohanian dengan
berwudhu karena yang akan kita ajak bicara adalah Allah SWT. 24
Pesan mengenai waktu berwudhu diatas mengandung pesan syari‟ah,
yakni mengandung nilai Ibadah yaitu Thaharah. Pesannya adalah apabila
seseorang ingin membaca al-Qur‟an harus berwudhu terlebih dahulu.
Adapun tingkatan orang yang membaca al-Qur‟an adalah orang yang
paling bagus membaca al-Qur‟an adalah pada waktu shalat, orang yang
membaca al-Qur‟an di luar shalat yang mempunyai wudhu dan menghadap
kiblat, dan orang yang membaca al-Qur‟an yang tidak mempunyai wudhu
maka hukumnya boleh tetapi yang lebih baik harusnya berwudhu. Maka,
apabila ingin berbisik dengan Allah SWT laksanakan shalat dan apabila
ingin berbincang-bincang dengan Allah SWT maka bacalah al-Qur‟an.
Maka apabila orang yang ingin menghadap dengan Allah SWT diwajibkan
24
AhsinSakho Muhammad, TemawudhudanAl-Qur‟an,Minggu, 10 Maret 2013
89
untuk mempersiapkan dan membersihkan diri secara kerohanian dengan
berwudhu karena yang akan kita ajak bicara adalah Allah SWT.
B. Pesan Dakwah Yang Paling Dominan Dalam Acara Kajian Kitab
Kuning Shahih Bukhari
Secara keseluruhan pesan dakwah yang terdapat dalam acara Kajian
Kitab Kuning Shahih Bukhari ini didominasi oleh Pesan Aqidah, yang
meliputi iman kepada Allah SWT, iman kepada malaikat-malaikat Allah,
iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada Rasul-rasul Allah dan iman
kepada Qadha dan Qadar. Pesan Akhlak, yang meliputi akhlak kepada
sang pencipta dan makhluk. Dan Pesan Syari‟ah, yang meliputi ibadah
dalam arti khas (Thaharah, Sholat, Puasa, Zakat, Haji) dan muamalah
dalam arti luas (al-Qanun al-khas / hukum perdata / hukum publik.
Berdasarkan uraian data diatas, pesan dakwah yang paling dominan
yang tedapat dalam acara Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari edisi 07
Januari- 10 Maret 2013 adalah pesan dakwah Syari‟ah yang meliputi
ibadah yang termasuk dalam Thaharah. Dimana Thaharah adalah bersuci
dari hadats kecil dan besar.Persoalan-persoalan yang sering terjadi dalam
kehidupan sehari-hari pemicu terdapatnya tema-tema tentang dakwah yang
berkenaan dengan bersuci yang termasuk dalam pesan Syari‟ah.
90
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan observasi, menganalisa data dalam rangka
menjawab rumusan pertanyaan dalam skripsi ini, maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan:
1. Pesan dakwah yang terkandung dalam Acara Kajian Kitab Kuning
Shahih Bukhari di TVRI Edisi 07Januari- 10 Maret, Sebanyak 10
Materi adalah pada tema Bersiwak mengandung pesan akhlak, pada
tema Air Yang Dipergunakan Berwudhu, Etika Buang Air Kecil,
Hal Yang Membatalkan Wudhu, Hal-Hal Yang Tidak
Membatalkan Wudhu, Mandi Secara Rasulullah SAW, Sunnah-
Sunnah Wudhu, Waktu Berwudhu, Wudhu Dan Al-Qur’an
mengandung pesan syari’ah, pada tema Belajar mencintai
Rasulullah SAW mengandung pesan akidah.
2. Pesan yang paling dominan muncul didalam acara kajian kitab
kuning Shahih Bukhari Edisi 07 Januari- 10 Maret adalah pesan
syari’ah. Pesan syari’ah adalah pesan yang bahwasannya
menyangkut kedalam ibadah yakni Thaharah menyangkut masalah
bersuci dari hadats kecil dan besar dan juga mengajarkan cara
berwudhu yang baik dan benar menurut syari’at yang diajarkan
oleh Islam
91
B. Saran-saran
Dari uraian yang dikemukakan dan fakta yang ditemukan. Maka
saran-saran penulis sebagai berikut:
1. Peneliti berharap kepada Program Kajian Kitab Kuning Shahih
Bukhari ini agar lebih sering disiarkan secara live supaya pemirsa di
rumah juga dapat berdiskusi bertanya kepada narasumber.
2. Durasi program ini supaya ditambah, karena dengan durasi yang
hanya 30 menit yang dibagi menjadi dua narasumber dirasa kurang.
Sehingga apa yang disampaikan oleh narasumber tidak mengenai
sasaran atau kurang tersampaikan kepada pemirsa yang di rumah
maupun yang di studio.
3. Jam tayang program Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari agar
diperbanyak atau ditambah. Karena jika disiarkan pada pukul 05.00
WIB, banyak orang yang masih tidur sehingga tidak menyaksikan
televisi. Padahal, program Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari ini
merupakan salah satu program yang penting untuk disaksikan untuk
tuntunan kehidupan sehari-sehari
92
DAFTAR PUSTAKA
A. AlatasFahmi, PerandanFungsiSosioKultural TV SwastadalamDakwah Islam,
Jakarta : Salam
Ahmad Muntaha dan Bambang Setiawan. Metode Penelitian Komunikasi, Jakarta:
Universitas Terbuka, Cet. Ke-1
Arifin, Muzayyin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, Jakarta, Bumi
Aksara, 1993
Arifin H.M., PsikologiDakwah, Jakarta: BinaAksara, 1997
Cetak Biru Kebijakan Umum, Kebijakan Penyiaran, Kebijakan Pengembangan
Kelembagaan dan Sumber Daya Televisi Republik Indonesia (TVRI) tahun
2006-2011
DarwantoSastroSubroto, Televisisebagai Media Pendidikan, Yogyakarta : Duta
Wacana University Press, 1994
DirektoratJenderalBimbinganMasyarakat Islam, "Pedoman Guru Agama
LanjutanAtas", Jakarta : 1974
EnsiklopediNasional Indonesia, Jakarta: PT. CiptaAdiPusaka, Jilid 16
Effendy,OnongUchjana, IlmuKomunikasiTeoridanPraktek,Bandung:Remaja
Rosdakarya,2003
Hasanuddin, HukumDakwahTinjauanAspekHukumdalamBerdakwah di Indonesia,
Jakarta :PedomanIlmu Jaya, 1996
Hasymi. A, DusturDakwahMenurutAl-Qur'an, Jakarta : BulanBintang, 1994
JB.Wahyudi, Media Komunikasi Massa Televisi, Bandung: Alumni, 1986
Kuswandi Wawan, Komunikasi Massa (Sebuah Analisis Isi Media Televisi).
Jakarta: Rineka Cipta, 1999
Maman, Abdul JalilRafiudin, PrinsipdanStrategiDakwah, Bandung : CV.
PustakaSetia, 1997
M. SyafaatHabin, BukuPedomanDakwah, Jakarta : Wijaya, 1982
MudzakirM. dan AhmadMuhammad, UlumulHaditsBandung: PustakaSetia, 2004
M,Arifin, PsikologiDakwah, Jakarta :BumiAksara, 1997
93
Masdar, Helmi, Problem DakwahIslamiyahdanPedomanMubaligh, Semarang :
CV. Toha Putra, 1969
Mansyur, Amin M., Dakwah Islam danPesan Moral, Yogyakarta : al-Amin Press,
1997
Mustafa,Ya'kubAli, SejarahdanMetodeDakwahNabi, Jakarta :PustakaFirdaus,
1997
Muda, Deddy Iskandar, “Jurnalistik Televisi,” Bandung: PT. REMAJA ROSDA
KARYA, 2005
Mulkan, Abdul Munir, "IdiologisasiGerakanDakwah", Yogyakarta :
SIPERS,1996
Muhammad Mufid, M. Si., Komunikasi&Regulasi Penyiaran, Jakarta, Kencana,
Cet. I, 2005
NarbukoCholid, MetodologiPenelitian, Jakarta: BumiAksara,2004
Qutb,Sayyid,fidzilalilqur'an, Juz 4, mauqi'uttafasir, MaktabahSyamilah.
RosyidiLathief, Dasar-DasarRetorikaKomunikasidanInformasi, Medan: Firma
Rimbow, 1989
SurahmanWinartio “MenyusunRencanaPenelitian”, Bandung: CV. Tarsia, 1989
SumamaCecepdanSaefullahYusuf, PengantarIlmuHadits, Bandung:
PustakaBaniQuraisy, 2004
Shaleh, Abdul Rosyad, Manajemen Dakwah Islam, Jakarta, Bulan Bintang 1977
Suminto, R.H.A, "ProblematikaDakwah, Jakarta : Tintamas, 1973
Sunandar, Telaah Format Keagamaan di Televisi, StudiDeskriptifAnalisis TPI,
Tesis, Yogyakarta: 1998
Tim PenyusunKamusPembinaandanPengembanganBahasa, KamusBesarBahasa
Indonesia, Jakarta: BinaAksara, 1986
Yusuf Mahmud, Kamus Arab- Indonesia,Jakarta, YayasanPenterjemahan/
Penafsiran Al-Qur’an
Ya'kub, Hamzah"PublisistikIslam :TeknikDakwahdan Leadership", Bandung :
Diponegoro, 1998
94
Wawancara pribadi dengan Dr. Lutfi Fathullah (Narasumber kajian kitab kuning
shahih bukhari), jakarta: TVRI, 1 januari 2013
Wawancara pribadi dengan Muhammad Rusli (Produser Kajian Kitab Kuning
Shahih Bukhari), jakarta: TVRI, 6 Maret 2013
HASIL INTERVIEW
Nama : Muhammad Rusli
Jabatan : Produser Program Kajian Kitab Kuning “Shahih Bukahri”
Hari/Tanggal : Rabu, 6 Maret 2013
Waktu : Pukul 11.00 WIB
Tempat : Lantai 4 Gedung TVRI Jln. Gerbang Pemuda Senayan
Jakarta 10270
1. T : Apa yang melatarbelakangi program Kajian Kitab Kuning “Shahih
Bukhari” ?
J : Televisi itu banyak menyajikan acara pendidikan. Dan juga banyak
acara agama yang disampaikan. Namun, acara ini beda dari yang lain
yakni mengkaji hadits shahih bukhari dimana memperkanalkan
kepada masyarakat bahwa kita dengan mudah belajar dan memahami
kitab kuning dengan lebih modern lagi dan bukan di kalangan santri,
akademisi dan juga tokoh terkemuka di bidang agama saja yang
belajar tetapi, kita sebagai masyarakat awam pun bisa dengan mudah
mempelajarinya.
2. T : Apa visi dan misi program Kajian Kitab Kuning “Shahih Bukhari” ?
J : Memperkenalkan kepada masyarakat luas bahwa mengkaji kitab
kuning itu bisa lebih gampang dan modern dengan teknologi dengan
tidak membuka kitab tetapi kita bisa mengakses melalui internet bisa
dengan cepat dan mudah memahaminya.
3. T : Setiap hari dan jam berapa program Kajian Kitab Kuning “Shahih
Bukahri” disiarkan?
J : Setiap hari Minggu, jam 05.30-06.00 WIB
4. T : Berapa lama (durasi) program Kajian Kitab Kuning “Shahih Bukhari”
disiarkan?
J : Durasi 30 menit yang dibagi dalam beberapa segmen.
5. T : Mengapa program Kajian Kitab Kuning “Shahih Bukhari”
ditayangkan pada pagi hari?
J : Nama acara kajian kitab kuning ini termasuk ke dalam pola acara
indahnya pagi. Acara indahnya pagi ini tayang dari hari senin sampai
hari minggu dan setiap harinya berbeda-beda acara yang disairkan,
dan kajian kitab kuning disiarkan pada hari minggu. Kalau masalah
penayangan di pagi hari itu karena tim yang mengatur tetapi, identik
acara keagamaan di tayangkannya di pagi hari.
6. T : Format apa yang digunakan pada program Kajian Kitab Kuning
“Shahih Bukhari” ?
J : Dialog interaktif antara presenter, narasumber, audience di studio dan
pemirsa di rumah.
7. T : Siapakah pencetus program Kajian Kitab Kuning “Shahih Bukhari” ?
J : Yusuf Mansur
8. T : Apakah ada target untuk penonton dari segi usia, pekerjaan, dan jenis
kelamin?
J : Targetnya umum (remaja, dewasa), namun lebih khusus untuk para
kalangan santri dan semua kalangan yang ingin memperdalam kitab
kuning.
9. T : Apakah ada faktor pendukung dan kendala dalam program Kajian
Kitab Kuning “Shahih Bukhari” ?
J : Faktor pendukung tentunya studio TVRI, narasumber dari berbagai
kalangan ustadz yang terkemuka. Selain itu, narasumber ada juga
pengamat dari luar. Sedangkan kendalanya adalah seharusnya acara
ini di tayangkan selama satu jam karena ada acara bola jadi terpotong
dan durasinya pun harus dipercepat dan waktu untuk membahas
materi yang disampaikan pun sedikit.
10. T : Apa Tujuan dari program Kajian Kitab Kuning “Shahih Bukahri”?
J : Ingin memberikan dan memperkenalkan kepada masyarakat bahwa
belajar kitab kuning itu bisa dengan mudah dan tidak sulit yakni
dengan alat tekhnologi.
11. T : Apakah ada evaluasi setelah program Kajian Kitab Kuning “Shahih
Bukhari” berlangsung?
J : Evaluasi selain didapat dari narasumber kadang tanya jawab dengan
presenter.
12. T : Apakah ada tanggapan dari masyarakat mengenai program Kajian
Kitab Kuning “Shahih Bukhari”?
J : Selama ini respon dari masyarakat baik, masyarakat sangat
mengapresiasi dan antusias adanya acara seperti Kajian Kitab
Kuning “Shahih Bukahri”. Dan banyak juga dari berbagai kalangan,
dari orang yang awam hingga sampai petinggi-petinggi tokoh
terkemuka yang berminat dalam acara ini. Dan yang paling berkesan
adalah mereka menunggu tayangnya acara Kajian Kitab Kuning
“Shahih Bukhari” tayang.
13. T : Apa dasar pemilihan tema dan materi pada program Kajian Kitab
Kuning “Shahih Bukahri” ?
J : Dalam pemilihan tema, kita disesuaikan dengan kitab hadits shahih
bukhari.
14. T : Apa dasar pemilihan pengisi acara (presenter, narasumber, dan
pendukung pengisi acara) pada program Kajian Kitab Kuning “Shahih
Bukhari” ?
J : Presenter, tentunya seseorang yang pandai walaupun mengerti tetapi
jadi orang yang “di tengah” atau tidak partisan. Narasumber, itu
ditentukan oleh ustadz lutfi dan pemilihan narasumber disesuaikan
dengan tema yang sedang dibahas. Sedangkan, pendukung pengisi
acara adalah sebuah kuis yang ditayangkan setiap di akhir acara. Dan
juga ada hadiah bagi yang bisa menjawab kuis yang diberikan.
15. T : Mengapa tayangan ini diberi nama Kajian Kitab Kuning “Shahih
Bukahri” ?
J : Karena untuk memperkenalkan kepada masyarakat bahwa belajar
kitab kuning itu tidak sesulit apa yang dibayangkan dengan hadirnya
acara ini kita dapat mempermudah membaca kitab kuning dengan
alat yang lebih canggih yakni dengan tekhnologi.
16. T : Termasuk jenis apakah program Kajian Kitab Kuning “Shahih
Bukhari” ?
J : Dialog interaktif
17. T : Apa yang dilakukan agar program Kajian Kitab Kuning “Shahih
Bukhari” dapat menarik dan diminati pemirsa?
J : Dengan cara mengemas acara ini agar tidak membosankan dengan
dihadirkan seorang narasumber yang ahli dan profesional dalam
bidangnya dan dibantu dengan alat tekhnologi.
Interviewer Interviewee
(Laila Nurdiana) (Muhammad Rusli)
HASIL INTERVIEW
Nama : DR. Ahmad Lutfi Fathullah, M A
Jabatan : Narasumber
Hari/Tanggal : Minggu, 28 April 2013
Waktu : Pukul 19.00 WIB
Tempat : Gedung Pusat Kajian Hadits Lantai 1 Jakarta Selatan
1. T : Sudah berapa lama Ustadz menjadi narasumber dalam program
Kajian Kitab Kuning “Shahih Bukhari”?
J : Dari awal bulan Januari 2011, sebelumnya sering muncul tetapi
tidak mempunyai majlis dan sekarang sudah mempunyai majlis
sendiri.
2. T : Apa yang menjadi alasan Ustadz sehingga Ustadz bersedia untuk
menjadi narasumber pada program Kajian Kitab Kuning “Shahih
Bukhari”?
J : Karena awalnya hanya menjadi narasumber diminta oleh Yusuf
Mansur. Dan karena sering menjadi narasumber dan kesibukan
yusuf mansur pun begitu padat acara ini pun diserahkan
sepenuhnya kepada saya. Acara ini mencoba untuk dapat
memberikan dan memperkanalkan bahwa belajar kitab kuning itu
tidak sulit dengan mempergunakan alat tekhnologi tidak harus
membuka kitab tapi dengan membuka komputer kita sudah dapat
belajar dengan mudah.
3. T : Persiapan apa yang Ustadz lakukan sebelum Ustadz tampil dalam
program Kajian Kitab Kuning “Shahih Bukhari”?
J : Enaknya Sekarang masih bab awal itu saya dulu sering mengaji
dengan beberapa kitab, walhasil itu hanya pengulangan. Apabila
sudah bab lebih jauh butuh persiapan lagi. Alhamdulilahnya kita
lama belajar dan sekarang ini sudah banyak mengajar modalnya
banyak dan minimal saya membuka kitab Fathul Bari. Kalau untuk
Shahih Bukhari kan tidak ada yang lebih bagus kecuali Kitab
“Fathul Bari” pengarang Ibnu Hajar.
4. T : Bagaimana persiapan Ustadz agar dapat menjawab pertanyaan
dengan baik dari presenter maupun audience?
J : Saya tidak ada persiapan. Pertanyaan apa pun saya mampu jawab,
karena saya yakin Allah akan membimbing saya dan saya siap betul
untuk menjawab.
5. T : Menurut Ustadz apakah durasi program Kajian Kitab Kuning
“Shahih Bukhari”, yang berdurasi 30 menit ini sudah cocok. Lalu
apa saran ustadz?
J : Sangat kurang, yang ideal itu satu jam, minimal 45 menit. Karena,
program ini berbicara mengenai bagaimana sunnah-sunnah Nabi,
mengenalkan keluarga, dan para sahabat-sahabat, berbicara
bagaimana mengenalkan kitab kuning itu mudah untuk difahami.
6. T : Apakah jam tayang program Kajian Kitab Kuning “Shahih
Bukhari”, yaitu setiap hari Minggu jam 05.00-06.30 sudah cocok.
Lalu bagaimana menurut pendapat anda?
J : Tidak ada masalah, tetapi ada baiknya juga pada saat senja hari
dimana orang sudah pulang dari aktivitasnya sehingga dapat
menyaksikan televisi sambil istirahat atau bisa juga diadakan pada
hari libur.
7. T : Dengan adanya seorang presenter, satu narasumber lalu ada
audience dan pembaca kitab. Apakah sudah cocok menurut ustadz?
Lalu apa saran ustadz?
J : Sudah oke. Tinggal mungkin pemilihan dari pada yang berbicara,
yang setidak-tidaknya pembicara memiliki sikap yang menguasai
dengan tema yang sedang dibahas, memiliki wawasan yang luas
mengenai apa yang dibicarakan tetapi mampu mengendalikan diri
sehingga berbicara singkat, mampu membangkitkan suasana pada
saat berbicara. Oleh karena itu,
8. T : Apa Pesan Dakwah yang ingin disampaikan dalam program Kajian
Kitab Kuning “Shahih Bukhari” ?
J : Ayo,,, kita kembali kepada sunnah dan menghidupkan sunnah.
9. T : Apakah ada faktor pendukung dan penghambat selama ustadz
menjadi narasumber?
J : Penghambatnya adalah ketika narasumber berikutnya tidak
menyeimbangkan itu tidak enak dan juga ketika pesertanya terlalu
ibu-ibu dan lebih tua jadi suasananya tidak hidup mau diapain juga
hanya diam saja. Faktor pendukungnya adalah ketika
narasumbernya semangat dan ada bebarapa narasumber yang
mengatakan kayaknya waktunya tidak cukup dan juga yang
mengatakan waktunya tidak habis-habis apabila tidak semagat
karena audiencenya tidak semangat dan temanya kurang menarik.
Dan karena sudah mengikuti kitab jadi kita tidak bisa merubah.
Dan dari segi manfaat itu sangat penting karena untuk tuntunan
setiap hari.
10. T : Menurut ustadz apakah program ini sudah berjalan dengan baik?
J : Sudah berjalan dengan baik.
11. T : Menurut ustadz apa yang harus dilakukan agar program Kajian
Kitab Kuning “Shahih Bukhari” semakin menarik dan diminati
banyak penonton?
J : Setidak-tidaknya semakin hari semakin harus kita evaluasi. Apa
yang tidak disetujukan, celah-celah yang perlu ditingkatkan,
sumber pendanaan itu dipikirkan. Kita evaluasi dan sempurnakan
terus-menerus, karena sesungguhnya menghidupkan sunnah itu
sangat penting untuk diterapka agar hidup kita lebih terarah dan
berjalan dengan baik sesuai dengan aturan Al-Qur’an dan Hadits.
12. T : Bagaimana kesan Ustadz selama menjadi narasumber dalam
program Kajian Kitab Kuning “Shahih Bukhari”?
J : Kesan yang pertama adalah saya senang karena bisa mencerdaskan
umat dan ketika kita tampil di Televisi Nasional yang menonton
kita beribu orang sebanyak, kemudian saya juga tidak berani untuk
menampilkan yang salah bilkhusus kesalahan yang besar atau
disengaja. Karena dosanya pun besar dan alhamdulilah saya
bertahan orang pun banyak yang menerima dan respon dari
masyarakat pun banyak yang menyukainya.
Interviewer Interviewee
(Laila Nurdiana) (DR. Ahmad Lutfi Fathullah, M A)
FOTO KEGIATAN PENELITIAN
Jama’ah Acara Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari
Tempat penulis Mengadakan penelitian di TVRI
Penulis Bersama Produser Acara Kajian Kitab Kuning Shahih
Bukhari
Penulis Bersama Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, M A, Narasumber
Acara Kajian Kitab Kuning “Shahih Bukhari”
Penulis Bersama Presenter Acara Kajian Kitab Kuning
Shahih Bukhari