analisis isi naratif peristiwa penumpasan ... final.pdfnaratif. untuk menganalisis fungsi karakter...
TRANSCRIPT
ANALISIS ISI NARATIF PERISTIWA PENUMPASAN
GERAKAN 30 SEPTEMBER DALAM BUKU LAPORAN
MENDALAM TEMPO SARWO EDHIE DAN MISTERI 1965
SKRIPSI
Skripsi Ini Disampaikan sebagai Bagian dari Persyaratan
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom.)
Eldo Christoffel Rafael
11140110081
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
KONSENTRASI MULTIMEDIA JOURNALISM
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS MULTIMEDIA NUSANTARA
TANGERANG
2015
i
PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah karya ilmiah yang
saya kerjakan sendiri bukan plagiat dari karya ilmiah yang pernah ditulis orang
atau lembaga lain. Semua karya ilmiah orang atau lembaga lain dirujuk dalam
skripsi ini telah disebutkan sumber kutipannya serta dicantumkan dalam Daftar
Pustaka.
Jika di kemudian hari terbukti ditemukan kecurangan/ penyimpangan
dalam pengerjaan skripsi ini, maka saya bersedia menerima konsekuensi
dinyatakan TIDAK LULUS untuk mata kuliah Skripsi yang telah saya tempuh.
Tangerang, 25 Januari 2015
Eldo Christoffel Rafael
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
ii
Skripsi dengan judul
Analisis Isi Naratif Peristiwa Penumpasan Gerakan 30 September Dalam Buku
Laporan Mendalam Tempo Sarwo Edhie dan Misteri 1965
oleh
Eldo Christoffel Rafael
telah diujikan pada hari Rabu, tanggal 4 Februari 2015,
pukul 08.30 s.d. 10.00 dan dinyatakan lulus
dengan susunan penguji sebagai berikut.
Ketua Sidang Penguji Ahli
Adi Wibowo Octavianto. S.Sos., M.si. F.X. Lilik Dwi Mardijanto. S.S.,M.A.
Dosen Pembimbing
Ambang Priyonggo, S.S., M.A.
Disahkan oleh
Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi - UMN
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
iii
ANALISIS ISI NARATIF PERISTIWA PENUMPASAN GERAKAN
30 SEPTEMBER DALAM BUKU LAPORAN MENDALAM
TEMPO SARWO EDHIE DAN MISTERI 1965
ABSTRAK
Oleh: Eldo Christoffel Rafael
Hal yang diangkat dalam judul ini adalah bagaimana konstruksi narasi
peristiwa penumpasan Gerakan 30 September pada buku laporan mendalam
Tempo Sarwo Edhie dan Misteri 1965. Tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui konstruksi narasi peristiwa penumpasan Gerakan 30 September pada
buku laporan mendalam Tempo Sarwo Edhie dan Misteri 1965.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
dengan paradigma konstruktivis dan menggunakan analisis naratif Vladimir Propp
guna mengungkap gambaran fungsi karakter pada narasi.
Hasil penelitian ditemukan bahwa struktur narasi yang disajikan oleh Tempo
memuat tahap gangguan menuju upaya memperbaiki gangguan. Dari struktur
narasi itu, terlihat dalam berita peristiwa Gerakan 30 September 1965, Tempo
ingin menunjukkan bahwa tokoh Sarwo Edhie adalah orang yang melakukan
perbuatan baik. Sebab, ia berhasil menemukan Jenderal Ahmad Yani yang hilang
dan menumpas Gerakan 30 September dari Jakarta, Jawa Tengah dan Bali.
Sedangkan, Letnan Kolonel Untung yang mengkomandoi Gerakan 30 September
1965 berperan sebagai penjahat yang menggangu keamanan.
Keyword: Naratif, Sarwo Edhie, Propp, Gerakan 30 September
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
iv
Roma 5:4-5
karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu
menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan
tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan.
Bagi Orangtua Terkasih
Serta Mereka Yang Masih Memperjuangkan
Hak Asasi Manusia
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
v
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji syukur pada Tuhan atas berkat dan karunianya
yang diberikan, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan tujuan
untuk mendapatkan gelar Sarjana Ilmu Komunikasi.
Dukungan semangat dan doa yang telah diberikan pada penulis dalam
mengerjakan skripsi ini membuat penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak terutama kepada:
1. Rizet Benyamin Rafael dan Sofia Adelina Vera Mooy, orang tua dan kedua
kakak, Elva Paulina Yustisia Rafael dan Yulia Wehelmina yang telah memberikan
dukungan moril, materiil dan doa yang tidak ada hentinya untuk penulis.
2. Ambang Priyonggo, S.S., M.A. selaku dosen pembimbing yang selama satu
semester penuh memberikan arahan dan bimbingan pada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
3. Fx Lilik Dwi Mardijanto. S.S.,M.A. selaku penguji ahli yang telah memberikan
banyak arahan agar skripsi ini dapat menjadi lebih baik.
4. Adi Wibowo Octavianto. S.Sos., M.si selaku ketua sidang yang telah memberikan
banyak arahan agar skripsi ini dapat menjadi lebih baik.
5. Immanuel Widjaja, Yoan Helen Letsoin, Nindya Putri, Ivana Natasha, sahabat-
sahabat penulis yang memberikan dukungan dan semangat dari awal pembuatan
hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Teman-teman seperjuangan di UMN, khususnya Jurnalistik 2011, Joshua
Gunadhi, Jason Leonardo, Reynaldo Oktavianus, dan semuanya yang membantu
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
vi
yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi rasa
persaudaraan kita.
7. Teman-teman di Majalah Ultimagz, Kevin Ivander, Sintia Astarina, Desy Hartini,
Patric Rio Romualdo Batubara, yang telah mendukung semangat dan moral
penulis agar tetap skeptis, kritis dan semangat dalam proses pembuatan skripsi.
8. Teman-teman seperjuangan skripsi, Gisela Niken, Nicko Purnomo, Didit
Abdillah, Aloysius Primasyah, Ignatius Fajar Santoso, Hana Krisviana yang telah
bersama mengerjakan skripsi.
9. Teman-teman di Dormitory Universitas Multimedia Nusantara, Jeremy, Timothy,
Yohanes yang menjadi sahabat dan membawa suasana rumah kedua bagi penulis.
10. Teman-teman pemuda di GKI Gading Serpong karena doa dan dukungannya,
penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
Penulis
Eldo Christoffel Rafael
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
vii
DAFTAR ISI
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ............................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... ii
ABSTRAK ....................................................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix
BAB I: PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 5
1.4 Kegunaan Penelitian .............................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 6
2.1 Penelitian Terdahulu .................................................................................. 6
2.2 Media dan Konstruksi Realitas .................................................................. 11
2.3 Konstruksi Sosial Media Massa ................................................................. 13
2.4 Narasi ......................................................................................................... 15
2.5 Jurnalisme dan Naratif ............................................................................... 17
2.6 Analisis Naratif .......................................................................................... 20
2.7 Kerangka Pemikiran ................................................................................... 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN......................................................... 25
3.1 Jenis dan Sifat Penelitian ........................................................................... 25
3.2 Metode Penelitian....................................................................................... 28
3.3 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 28
3.4 Unit Analisis Data ...................................................................................... 29
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
viii
3.5 Teknik Analisis Data .................................................................................. 30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 38
4.1 Gambaran Umum Tentang Tempo............................................................. 38
4.2 Gambaran Umum Tentang Buku Sarwo Edhie dan Misteri 1965 ............. 40
4.3 Hasil Penelitian .......................................................................................... 42
4.3.1 Berita 1 ............................................................................................... 42
4.3.2 Berita 2 .............................................................................................. 69
4.3.3 Berita 3 ............................................................................................... 86
4.4. Pembahasan ............................................................................................... 96
4.4.1 Cerita dan Plot .................................................................................... 96
4.4.2 Fungsi dan Karakter Narasi ............................................................... 101
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 106
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 106
5.2 Saran ........................................................................................................... 108
Daftar Pustaka .................................................................................................. 109
Lampiran .......................................................................................................... 112
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 9
Tabel 3.1 Fungsi Narasi Propp .............................................................................. 32
Tabel 3.2 Karakter Dalam Narasi Propp ............................................................... 36
Tabel 4.1 Plot Dalam Narasi Berita Manuver Komandan Baret Merah ............... 44
Tabel 4.2 Fungsi Narasi Propp Dalam Berita Manuver Komandan Baret Merah 58
Tabel 4.3.Karakter dalam Narasi Berita Manuver Komandan Baret Merah ......... 68
Tabel 4.4 Plot Berita Menumpas Sampai ke Akarnya .......................................... 71
Tabel 4.5.Fungsi Narasi Pada Berita Menumpas Sampai ke Akarnya ................. 78
Tabel 4.6. Karakter dalam Narasi Menumpas Sampai ke Akarnya ...................... 85
Tabel 4.7 Plot Berita Tak Ada Tentara, Pemuda pun Jadi .................................... 87
Tabel 4.8 Fungsi Narasi Berita Tak Ada Tentara, Pemuda pun Jadi .................... 90
Tabel 4.9 Karakter dalam Tak Ada Tentara, Pemuda pun Jadi ............................ 95
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Berita adalah sesuatu yang nyata (Ishwara, 2005: 52). Dalam menuliskan
berita yang kompleks, seorang wartawan tetap harus menyajikan suatu fakta yang
nyata. Dalam menyajikan fakta berita yang kompleks, seorang wartawan
mempunyai cara untuk menyajikan berita yang panjang secara mendalam.
Di dalam dunia jurnalistik ada beragam cara untuk menyajikan berita yang
panjang secara mendalam. Salah satunya adalah dengan membuat laporan
mendalam. Laporan mendalam biasanya disajikan panjang lebar yang berhenti
pada pemetaan masalah. Menurut Laksono (2009: 18), laporan mendalam
merupakan laporan yang menjelaskan bagaimana dan mengapa peristiwa terjadi.
Agar memudahkan pembaca untuk mengetahui bagaimana peristiwa
terjadi, laporan mendalam dibuat secara naratif. Laporan mendalam yang naratif
adalah reportase yang dikerjakan mendalam, penulisan dilakukan dengan gaya
sastrawi, sehingga hasilnya enak dibaca (Harsono, 2008:vii).
Menurut Tom Wolfe dan E.W Johnson dalam Harsono (2008: viii),
reportase ini berbeda dengan gaya laporan mendalam biasa. Sebab reportase ini
menggunakan gaya bertutur adegan (scene by scene construction), reportase yang
menyeluruh (immersion reporting), menggunakan sudut pandang orang ketiga
(third person point of view) serta penuh dengan detail.
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
2
Gaya bertutur adegan berarti seorang reporter hadir dalam peristiwa yang
dimaksud dan membangun sebuah peristiwa yang dilihatnya menjadikannya suatu
bahan penulisan yang deskriptif. Peristiwa itu secara diliput secara menyeluruh;
berarti melibatkan banyak wawancara, pengecekan tempat dan memuat latar
belakang peristiwa tersebut. Dalam penulisannya, reporter menceritakan
tulisannya dengan sudut pandang orang ketiga agar bisa mendudukan siapa yang
menjadi orang–orang yang terlibat dalam reportase tersebut. Penulisan juga dibuat
secara mendetail untuk mengungkapkan status sosial seseorang atau gaya
hidupnya.
Salah satu media di Indonesia yang sering melakukan laporan mendalam
dengan gaya naratif adalah Majalah Tempo. Salah satu laporan mendalamnya
dengan gaya naratif ada dalam liputan khusus berjudul Sarwo Edhie dan Misteri
1965. Tempo sendiri menerbitkan edisi Sarwo Edhie dan Misteri 1965 pada 7-11
November 2011.
Dalam laporannya ini, Sarwo Edhie Purnomo digambarkan sebagai
Komandan Resimen Komando Angkatan Darat (RPKAD) yang berperan penting
dalam rangkaian peristiwa sepanjang tahun 1965-1966. Dalam laporan
mendalamnya, Tempo menceritakan bahwa Gerakan 30 September adalah gerakan
yang disiarkan oleh Letnal Kolonel Untung pada 1 Oktober 1965 di Radio
Republik Indonesia. Selain itu, Untung juga mengabarkan dibentuknya Dewan
Revolusi. Mengetahui kabar tersebut, Angkatan Darat termasuk Sarwo Edhie
menyimpulkan adanya kudeta yang terjadi.
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
3
Ditemukannya jenazah para jenderal dan perwira pertama Angkatan Darat
di Lubang Buaya termasuk Jenderal Ahmad Yani, sahabat Sarwo Edhie membuat
asumsi bahwa dalang situasi ini adalah Untung dan para PKI yang dekat
dengannya. Mengetahui sahabatnya mati, Sarwo kemudian dimanfaatkan oleh
Soeharto untuk menumpas Gerakan 30 September yang dituduh didalangi Partai
Komunis Indonesia (PKI). Sarwo yang menggenggam pasukan elit RPKAD
punya kuasa untuk memerintah pasukannya menumpas PKI. Dari situasi tersebut,
militer mulai melakukan gerakan perburuan dan penumpasan para oknum yang
yang bertanggung jawab atas peristiwa itu yang dicurigai adalah PKI. Dari
penumpasan itulah yang menjadi titik awal namanya menjadi melambung
Laporan tentang Sarwo Edhie ini kemudian diterbitkan menjadi tokoh
perdana dalam seri biografi para perwira militer yang dinilai mengubah perjalanan
negara Indonesia. Ia dinilai oleh Tempo mempunyai peran sentral dalam
pemberangusan Partai Komunis Indonesia (PKI) pasca Gerakan 30 September
1965 (G30S). Tempo pertama kali menerbitkan buku tentang Sarwo Edhie ini
pada bulan Juni 2012. Selanjutnya, di bulan April 2014, Tempo kembali
menerbitkan buku mertua Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini.
Pada dasarnya media mampu mengkonstruksi realitas. Gaye Tuchman
menyatakan bahwa berita merupakan konstruksi realitas sosial (Severin &
Tankard, 2009: 400). Di dalam laporan mendalam Sarwo Edhie dan Misteri 1695,
Tempo menggambarkan sosok Sarwo Edhie adalah tokoh yang berhasil
menumpas PKI pada masa 1965.
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
4
Narasi tidak hanya menggambarkan isi cerita tersebut tapi juga terdapat
karakter. Dengan adanya karakter, pembuat cerita dapat leluasa menuangkan
maksud gagasannya. Chatman (1978: 19) menyebutkan setiap narasi memiliki dua
bagian: sebuah cerita, isi atau rangkaian peristiwa (tindakan, kejadian), ditambah
dengan apa yang disebut sebagai eksisten (karakter) dan wacana. Narasi Tempo
tentang Sarwo Edhie ini, mendudukkan karakter-karakter yang terlibat di
lingkungan Sarwo Edhie, pada masa penumpasan anggota PKI di tahun 1965.
Berdasarkan paparan di atas, penelitian ini akan berfokus untuk melihat
konstruksi narasi peristiwa penumpasan Gerakan 30 September pada Tempo yang
terdapat dalam buku Sarwo Edhie dan Misteri 1965. Bagaimana Tempo
mengkonstruksi realitas sosial dengan menggunakan laporan mendalam yang
naratif. Untuk menganalisis fungsi karakter dalam struktur narasi tersebut maka
peneliti menggunakan teknik analisis Vladimir Propp.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Permasalahan yang akan diteliti dalam laporan mendalam Sarwo Edhie di
Tempo Edisi Khusus: Sarwo Edhie dan Misteri 1965 sebagai berikut:
- Bagaimana konstruksi narasi peristiwa penumpasan Gerakan 30
September pada buku laporan mendalam Tempo Sarwo Edhie dan Misteri
1965?
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
5
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui konstruksi narasi
peristiwa penumpasan Gerakan 30 September pada buku laporan mendalam
Tempo Sarwo Edhie dan Misteri 1965.
1.4 KEGUNAAN PENELITIAN
Kegunaan penelitian sendiri terbagi atas dua jenis yakni:
a) Kegunaan Teoritis
Diharapkan dari penelitian ini dapat berguna untuk membantu keilmuan
jurnalistik untuk dapat melihat mengenai konsep struktur narasi, fungsi dan
karakter dalam sebuah teks berita laporan mendalam berbentuk narasi. Penelitian
ini juga menjadi sumbangan pemikiran untuk menganalisis teks media khususnya
yang naratif.
b) Kegunaan Praktis
Sedangkan untuk kegunaan praktisnya, penelitian diharapkan mampu membantu
khalayak memahami bagaimana pengetahuan, makna, nilai diproduksi dan
disebarkan dalam masyarakat melalui media massa. Selain itu, memungkinkan
melihat media mampu mengkonstruksi suatu realitas lewat beritanya.
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
6
BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 Penelitian Terdahulu
Dari hasil penelusuran, peneliti menemukan dua penelitian terdahulu
yang menggunakan metode penelitian naratif. Penelitian tersebut berasal dari
dua universitas berbeda yang menganalisis konstruksi narasi pada berita yang
dilakukan oleh media. Kedua penelitian ini yang jadi landasan referensi bagi
peneliti.
Penelitian pertama milik Sepdian Anindyajati, mahasiswa program studi
ilmu komunikasi, jurusan jurnalistik, Universitas Multimedia Nusantara. Skripsi
ini berjudul ―Analisis Naratif Pengungkapan Kasus Pembunuhan Sisca Yofie
Dalam Majalah Tempo dan Detik‖.
Unit analisis dalam penelitian ini adalah keseluruhan teks berita
mengenai kasus Sisca Yofie yang ada dalam Majalah Tempo ―Setelah Rudi
Siapa Terciprat‖ edisi 19 Agustus-25 Agustus 2013 dan Majalah Detik versi
digital edisi 91 ―Tanda Tanya Pembunuhan Sisca‖ dengan berfokus pada
struktur kisah atau narasi. Penelitian ini memiliki kesamaan teori yang
digunakan dalam analisisnya yakni konsep fungsi dan karakter yang
dikemukakan oleh Vladimir Propp. Dalam penelitian ini, fungsi dan karakter
dilihat dari narasi dua media, yakni majalah Tempo dan Detik. Sedangkan
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
7
nantinya peneliti hanya akan membedah satu media, yakni buku Tempo untuk
melihat fungsi dan karakter pada narasinya.
Tujuan dari penelitian ini sendiri untuk mengetahui bagaimana karakter
Fransiesca Yofie dalam peristiwa pembunuhan Sisca Yofie di Majalah Tempo
dan Majalah Detik yang disampaikan melalui narasi beritanya. Sisca Yofie
sendiri adalah seorang perempuan yang ditemukan tewas terbunuh di Bandung.
Meski pembunuh seorang manajer perusahan multifinance Sisca Yofie telah
tertangkap, namun kasus tersebut masih mengundang tanda tanya besar bagi
masyarakat. Terlebih adanya hubungan khusus antara Komisaris Polisi
Albertus Eko Budiharto dengan Sisca Yofie. Majalah Tempo dan Majalah Detik
kemudian yang menyajikan peristiwa ini dalam bentuk feature narasi.
Peneliti selanjutnya menggunakan teknik analisis naratif Vladimir
Propp. Setelah diketahui struktur luar dalam sebuah narasi yang menggunakan
teori Propp, berikutnya akan diketahui struktur dalam dengan menggunakan
teori oposisi biner gagasan dari Levi-Strauss.
Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa dalam Majalah Tempo,
Sisca masuk dalam karakter putri yang berusaha diselamatkan oleh pahlawan,
polisi. Dalam narasi majalah Tempo Sisca ditempatkan sebagai korban yang
dalam terminologi Propp disebut sebagai putri. Karakter putri adalah orang yang
mengalami perlakuan buruk secara langsung dari penjahat, Ade dan Wawan.
Dalam narasi Tempo, terlihat di paragraf dua dimana kejadian saat
Wawan dan Ade mulai menganiaya Sisca dengan membekap kemudian
membacok kepala Sisca. Setelah itu, Sisca diseret oleh kedua tersangka. Dalam
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
8
narasi Tempo juga digambarkan, di akhir, pahlawan berhasil menangkap
penjahat dan kedoknya pun terbuka. Polisi menyatakan bahwa Wawan dan Ade
merupakan penjahat.
Sedangkan dalam narasi berita majalah Detik, sosok Sisca
ditempatkansebagai penjahat karena majalah Detik mengungkap lebih dalam
faktor penyebab pembunuhan, yakni hubungan gelap antara Sisca dan Kompol
Eko. Bagi majalah Detik, kematian Sisca akibat pembunuhan ini bisa saja
disebabkan oleh tindakannya di masa lampau yang mengganggu rumah tangga
Eko dan Dita. Dalam fungsi Propp, karakter penjahat adalah orang atau sosok
yang membentuk komplikasi atau konflik dalam narasi.
Penelitian kedua adalah milik Raymundus Rikang Rinangga Widya.
Mahasiswa dari ilmu komunikasi Universitas Atmajaya Yogyakarta. Penelitian
ini berjudul Drama Tragedi Trisakti 1998: Analisis Struktur Naratif Seymour
Chatman Pada Laporan Utama Majalah Gatra 23 Mei 1998 ―Bau Mesiu dan
Amis Darah di Trisakti‖.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penyusupan unsur
dramatis dalam pemberitaan Tragedi Trisakti 1998 Laporan Utama Gatra ―Bau
Mesiu dan Amis Darah Di Trisakti‖ berdasarkan elemen cerita dan wacana kritis
yang menyusun kerangka teks berita. Bahan penelitiannya berasal dari teks
berita ‗Bau Mesiu dan Amis Darah di Trisakti‘yang dimuat di Majalah Gatra
edisi 23 Mei 1998. Proses pengumpulan data pada penelitian ini dibagi menjadi
dua bagian, yakni pada tahapan cerita dan tahapan wacana kritis. Pada tahapan
cerita, peneliti menggunakan pendekatan naratologi struktural Seymour
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
9
Chatman. Sedangkan pada tahap wacana kritis, mengacu pada pendekatan Teun
van Dijk.
Peneliti memilih menggunakan teknik pembedahan karakter model
Algirdas Greimas. Teknik ini dipilih oleh peneliti karena ada keuntungan yang
diperoleh dengan memakai model ini yakni adanya keterhubungan antar aktan
dan tidak mengharuskan posisi aktan diisi oleh karakter dalam wujud manusia
atau fisik. Sedangkan penulis membedah karakter lewat analisis fungsi narasi
Vladimir Propp karena analisanya pada karakter lebih mendetail.
Hasil penelitian pada tahapan cerita, elemen alur/plot, kontingensi,
kernels (cerita inti) dan satellite (cerita pendamping), karakter, waktu
penceritaan, dan latar cerita berkontribusi untuk memberikan sentuhan dramatis
dalam teks berita. Pada bagian cerita, elemen alur/plot, kontingensi, kernels
(cerita inti) dan satellite (cerita pendamping), karakter, waktu penceritaan, dan
latar cerita berkontribusi untuk memberikan sentuhan dramatis dalam teks
berita. Sedangkan pada penelitian ini, penulis fokus menganalisa bagian struktur
narasi pada narasi berita. Dari struktur narasi tersebut, akan terlihat
penggambaran fungsi narasi dan karakter pada berita.
Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terdahulu
Peneliti Sepdian Anindyajati, ilmu
komunikasi, Universitas
Multimedia Nusantara,
2014.
Raymundus Rikang Rinangga
Widya, ilmu komunikasi
Universitas Atmajaya
Yogyakarta, 2013.
Judul Analisis Naratif
Pengungkapan Kasus
Pembunuhan Sisca Yofie
Dalam Majalah Tempo dan
Drama Tragedi Trisakti 1998:
Analisis Struktur Naratif
Seymour Chatman Pada Laporan
Utama Majalah Gatra 23 Mei
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
10
Detik
1998 ―Bau Mesiu dan Amis
Darah di Trisakti‖.
Tujuan
Penelitian
Tujuan dari penelitian ini
sendiri untuk mengetahui
bagaimana karakter
Fransiesca Yofie dalam
peristiwa pembunuhan Sisca
di Majalah Tempo dan
Majalah Detik yang
disampaikan melalui narasi
beritanya.
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui penyusupan
unsur dramatis dalam
pemberitaan Tragedi Trisakti
1998 Laporan Utama Gatra ―Bau
Mesiu dan Amis Darah Di
Trisakti‖ berdasarkan elemen
story dan discourse yang
menyusun kerangka teks berita.
Teori yang
digunakan
Analisa fungsi dan karakter
pada narasi Vladimir Propp
Analisa Struktur Naratif
Seymour Chatman dan Analisis
Wacana T. Van Dijk yang
menggunakan teknik
pembedahan karakter dengan
model teori Algirdas Greimas.
Metode
Penelitian
Metode Penelitian Kualitatif Metode Penelitian Kualitatif
Hasil
Penelitian
Majalah Tempo, Sisca
masuk dalam karakter putri
yang berusaha diselamatkan
oleh pahlawan, polisi.
Dalam narasi majalah
Tempo Sisca ditempatkan
sebagai korban yang dalam
terminologi Propp disebut
sebagai putri.
Sedangkan dalam narasi
berita majalah Detik, sosok
Sisca ditempatkan sebagai
penjahat karena majalah
Detik mengungkap lebih
dalam faktor penyebab
pembunuhan.
Hasil penelitian pada level story,
elemen alur/plot, kontingensi,
kernels (cerita inti) dan
satellite (cerita pendamping),
karakter, waktu penceritaan, dan
setting cerita berkontribusi untuk
memberikan sentuhan dramatis
dalam teks berita.
Perbedaan Menganalisa dan
membandingkan fungsi
karakter di dua media yang
berbeda yakni Tempo dan
Detik. Sedangkan penulis
meneliti satu media yaitu
Tempo.
Menganalisa struktur story
(cerita) pada narasi
menggunakan teori Seymour
Chatman dan dalam menganalisa
level discourse peneliti
menggunakan teori Van Dijk
untuk membedahnya.
Dalam membedah karakternya
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
11
peneliti menggunakan model
penelitian Algidar Greimass.
Sedangkan penulis menganalisa
struktur narasi Todorov dan
membedah fungsi karakter pada
narasi menggunakan analisa
Vladimir Propp.
2.2 Media dan Konstruksi Realitas
Media texts tell stories; they have a narrative. Narratives are about story
telling and storymeaning (Burton, 2005:54).
Teks dalam media bercerita yang mempunyai unsur narasi. Narasi disini
bermaksud untuk memberitahukan cerita dan memberikan makna dalam cerita
tersebut. Dari hal tersebut maka dalam sebuah teks media memiliki makna
tertentu dan akhirnya makna yang dimasukkan oleh media itu masuk ke benak
pikiran pembaca.
Helen Fulton dalam bukunya ―Narrative and Media‖ mengatakan bahwa
tiap jenis media memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi minat pembaca
pada narasi cerita yang dibangun oleh media itu sendiri (Fulton, 2005:4).
Konstruksi yang dibangun oleh media itu bisa terjadi lewat bahasa yang
digunakan oleh media.
Dalam media massa, keberadaan bahasa tidak hanya menggambarkan
realitas, melainkan bisa menentukan gambaran yang akan muncul di benak
orang (Sobur, 2001:90). Tulisan yang dibuat oleh wartawan akan dibuat oleh
akan mampu mempengaruhi gambaran audiens akan suatu realitas peristiwa.
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
12
Pada hakitatnya pekerjaan media adalah mengkonstruksikan realitas.
Sobur (2001:87) menjelaskan bahwa isi media adalah hasil dari para pekerja
media mengkonstruksikan berbagai realitas yang dipilihnya. Oleh karena itu, isi
media yang dikerjakan tersebut merupakan hasil konstruksi realitas dengan
bahasa sebagai perangkat dasarnya. Bahasa menjadi alat merepresentasikan
realitas, namun juga bisa menentukan relief seperti apa yang akan diciptakan
oleh bahasa tentang realitas tersebut (Sobur, 2001:88). Akibatnya, media massa
punya peluang yang sangat besar untuk mempengaruhi makna dan gambaran
yang dihasilkan dari realitas yang dikonstruksinya. Realitas-realitas sosial yang
dibangun oleh media itu akhirnya dianggap menjadi suatu kebenaran oleh
masyarakat.
Paul Watson mengingatkan bahwa konsep kebenaran yang di media
massa bukanlah kebenaran sejati, tetapi sesuatu yang dianggap masyarakat
sebagai kebenaran (Sobur, 2001:87). Literasi media wajib dimiliki oleh audiens
agar melihat realitas sosial yang dimiliki media itu bukanlah kebenaran yang
tunggal. Pesan yang dibangun oleh media tidak selalu nampak seperti apa
adanya karena ada konstruksi yang dibangun oleh media agar masyarakat
percaya. Sesuai dengan uraian diatas makin menjelaskan kuatnya pengaruh hasil
tulisan di dalam media. Namun patut dicermati, hasil tulisan yang dibangun di
dalam media itu semua hanyalah konstruksi realitas yang sengaja dibangun oleh
media.
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
13
2.3 Konstruksi Sosial Media Massa
Teori konstruksi sosial Peter L Berger mengalami pergeseran
ketika masyarakat Amerika berubah menjadi modern. Teori konstruksi
sosial mengalami pergeseran setelah media massa masuk ke dalam proses
dialetik. Sehingga teori tersebut biasa disebut konstruksi sosial di media
massa. Hampir sama dengan proses subyektifikasi, objektifikasi dan
internalisasi, teori ini juga memiliki tahapan. Prosesnya adalah sebagai
berikut (Bungin: 2007: 184-189):
1) Tahap Menyiapkan Materi Konstruksi
Menyiapkan materi konstruksi sosial media massa adalah tugas
redaksi media massa,tugas itu didistribusikan pada desk editor yang ada
disetiap media media massa. Ada hal penting dalam penyiapan materi
konstruksi sosial media massa. Pertama, keberpihakan media massa
kepada kapitalisme. Media massa dijadikan alat pemilik modal sebagai
mesin pencari uang. Kedua, keberpihakan semu kepada msayarakt.
Bnetunya adalah empati, simpati dan parisipasi kepada masyarakat yang
ujugnnya untuk menjual berita dan menaikan rating untuk kepentingan
kapitalis. Ketiga, keberpihakan kepada kepentingan umum. Bentuknya
2) Tahap Sebaran Konstruksi
Tahap ini memiliki konsep bahwa semua informasi harus sampai
pada khalayak berdasarkan agenda media. Apa yang dianggap penting
oleh media, menjadi penting pula bagi pemirsa atau pembaca. Tahap ini
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
14
menggunakkan komunikasi satu arah, dimana media menyodorkan
informasi kepada konsumen.
3) Tahap Pembentukan Konstruksi
Dalam tahap ini berlangsung melalui
a) Konstruksi pembenaran sebagai suatu bentuk konstruksi
media massa yang terbangun di masyarakat yang cenderung
membenarkan apa yang tersaji di media massa sebagai
realitas kebenaran.
b) Tahap kedua adalah kesediaan dikonstruksi oleh media
masa yaitu sikap generik dari tahap pertama.
c) Tahap ketiga adalah menjadikan konsumsi media massa
sebagai pilihan konsumtif, di mana seseorang secara
terbiasa tergantung pada media massa
Selain itu, media massa juga mampu mengkonstruksi citra.
Bangunan konstruksi citra yang dibngun oleh media mssa
terbentuk dalam dua model, good news dan model bad
news. Model good news adalah sebuhah konstruksi yang
cenderung mengkonstruksi suatu pemberitaan sebagai
pemberitaan yang baik. Sedangkan model bad news adalah
sebuah konstruksi yang cenderung mengkonstruksi
kejelekan atau memberi citra buruk pada objek pemberitaan
sehinga terkesan lebih buruk dan lebih jahat dari
sesungguhnya sifat buruk dan jahat yang ada pada objek
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
15
pemberitaan itu sendiri
4) Tahap Konfirmasi
Konfirmasai adalah tahapan ketika media massa maupun pembaca
dan pemirsa memberi argumentasi dan akuntabilitas terhadap pilihannya
untuk terlibat dalam tahap pembentukan konstruksi.
2.4 Narasi
“Stories are the connective tissue of the human race” (Kathrine
Lanpher dalam Banaszynski, 2007:5) Turun temurun nenek moyang kita
menyebarkan cerita masa lalu agar kaum penerusnya bisa melanjutkan hidup
lebih baik. Cerita menjadi jalan penyambung bagi nenek moyang untuk
mengisahkan kehidupan mereka di masa lalu kepada penerusnya.
Banaszynski (2007:5) kemudian kembali mengutip pernyataan Tomas
Alex Tizon tentang mengapa manusia membutuhkan cerita. Menurutnya cerita
membentuk pengalaman dan memungkinkan kita dapat menjalani kehidupan.
Tanpanya, semua akan berjalan berbeda. Semua tak akan berarti apa-apa.
Cara bercerita manusia pun beragam jenis. Mulai dari novel, film, lagu,
lukisan, iklan, esai, biografi dan berita. Cohan (1988:2) mengatakan bahwa
setiap peristiwa yang dialami manusia akan diceritakan dengan berbagai sarana
media. Tak hanya dari berbagai jenis media. Porter mengutip pernyataan
Barthes, yang mengatakan bahwa narasi hadir dalam tiap waktu dan tempat
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
16
dalam sejarah manusia. Semua kelas dan kelompok sosial dalam manusia
memiliki narasi sendiri (Abbot, 1981:2). Hal ini menguatkan bahwa dalam
kehidupannya, manusia sangat dekat dengan bercerita. Tiap orang akan
menceritakan pengalaman kehidupan mereka lewat narasi cerita.
Ryan (2007:23) mengutip beberapa pendapat para ahli naratif mengenai
definisi narasi. Salah satunya, Genette menyebutnya narasi adalah representasi
dari sebuah peristiwa atau rangkaian peristiwa-peristiwa). Sedangkan Porter
Abbott mendefinisikan narasi adalah representasi dari peristiwa-peristiwa,
memasukkan cerita dan wacana naratif. Cerita disini berarti peristiwa-peristiwa
atau rangkaian peristiwa (tindakan). Oleh karena itu sebuah teks dapat disebut
narasi bila terdapat peristiwa atau rangkaian peristiwa didalamnya.
Menurut Eriyanto terdapat empat unsur penting dalam narasi. Ada cerita,
alur (plot), waktu dan ruang Sebuah narasi pada dasarnya adalah peristiwa yang
utuh (dari awal hingga akhir) yang biasa disebut juga cerita (Eriyanto, 2013: 16).
Alur (plot) sendiri merupakan bagian yang eksplisit dalam cerita. Cerita sendiri
adalah peristiwa yang utuh, yang sesungguhnya, dari awal hingga akhir.
Sebuah narasi tidak mungkin juga memasukan seluruh waktu yang
sesungguhnya ke dalam teks. Peristiwa yang terjadi belasan tahun biasa
disajikan dalam beberapa halaman dalam teks berita. Ada tiga aspek penting
dalam waktu, yakni durasi, urutan peristiwa dan frekuensi peristiwa ditampilkan.
Durasi adalah waktu dari peristiwa. Urutan adalah rangkaian peristiwa satu
dengan peristiwa yang lain sehingga membentuk suatu narasi. Frekuensi
merupakan berapa kali suatu peristiwa yang sama ditampilkan.
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
17
Selain waktu, aspek terakhir dalam narasi adalah ruang. Ruang sendiri
ada tiga perbedaan. Ada ruang cerita, ruang alur dan ruang teks. Ruang alur
adalah ruang disajikan secara eksplisit dalam sebuah narasi. Ruang teks adalah
ruang yang tidak hanya disajikan eksplit tetatapi juga ditampilakn keasliannya
dalam narasi. Terakhir, ruang cerita adalah ruang yang tidak hanya disajikan
secara eksplisit dalam narasi, tetapi khalayak juga bisa membayangkan tempat
tersebut lewat hubungan sebab akibat atau kaitan antar satu tokoh dengan tokoh
lain dalam narasi.
Karakter menjadi unsur yang tak kalah penting dalam narasi. Herman
(2005:67) mengutip Rimmon-Kenan yang menyatakan bahwa ada tiga metode
membedah karakter dalam teks narasi. Pertama, sebuah karakter dapat dilihat
secara langsung. Hal ini dapat dilihat dari psikologis dan penampilan luar.
Kedua, karakter dapat dilihat secara tidak langsung dalam teks. Caranya dapat
dilihat dengan hal-hal yang berhubungan dengan tindakan, penampilan fisik, dan
lingkungan sekitar karakter tersebut. Ketiga, karakter dapat dideskripsikan
secara analogi.
2.5 Jurnalisme dan Naratif
Bell menyatakan journalists do not write articles; journalists write
stories (Jurnalis tidak menulis artikel; jurnalis menulis cerita). Jika mengambil
intisari dari kutipan tersebut, maka tidak ada bentuk jurnalistik tanpa ada
maksud untuk menceritakan sesuatu. Sebagai bentuk awal dalam komunikasi
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
18
sendiri itulah, seni untuk bercerita menjadi suatu hal yang penting dalam
jurnalisme naratif (Berning, 2011: 15).
Salah satu cara untuk menjelaskan peristiwa yang kompleks adalah
dengan gaya naratif. Maka dari itu peristiwa itu dituturkan dengan gaya
bercerita. Jurnalisme naratif merupakan bentuk penulisan nonfiksi yang paling
canggih, terutama dalam kontrol atas fakta, teknik pengisahan, penataan adegan,
pelukisan karakter yang multi-dimensi dan dalam kemampuannya menghadirkan
suara (Kurnia, 2001: 149). Cara pengisahan naratif memperhatikan awal, tengah
dan akhir laporan serta plot yang dibangun oleh action dan dialog seperti cerita
pendek. Penyampaiannya yang naratif menuntut kemampuan untuk
mengisahkan drama dan konflik. Tidak hanya menyampaikan apa yang terjadi.
Robert Vare oleh (Harsono, 2008: xiii) mengatakan ada tujuh hal
penting dalam penulisan jurnalisme naratif. Penulis harus menulis dengan fakta
yang benar, tulisannya harus mempunyai konflik, karakter, emosi, memilik
perjalanan waktu, dan memiliki unsur kebaruan.
Menurut Sims (1995: 3), jurnalime naratif adalah laporan yang
mendalam, menggunakan teknik naratif yang membebaskan maksud dari
penulis, tetapi dengan standar akurasi yang tinggi. M.V Kamath oleh (Kurnia,
2009: 288) mengatakan bahwa laporan mendalam bertujuan untuk membuat
pembaca tahu mengenai seluruh aspek yang terjadi pada sebuah subjek dari
kepastian informasi yang diberikan, termasuk latar belakang dan atmosfernya.
Reportasenya bisa mewawancarai orang banyak dan memakan waktu yang lama.
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
19
Tulisannya mampu memberikan sisi lain dari sebuah cerita yang sudah pernah
ada dan bahkan ceritanya bisa berujung cerita yang ironis.
Jurnalisme naratif sendiri memang biasanya menceritakan orang
terkemuka atau selebriti (Sims, 1995: 3). Tapi tak menutup kemungkinan bahwa
cerita tersebut lahir dari pengalaman atau perasaan dari orang-orang biasa. Sebab
cerita dari orang biasa itu jurnalis dapat memberikan unsur ketegangan yang
sebenarnya dalam sebuah cerita yang dibangunnya. Di dalam narasi orang-
orang itu dapat disebut dengan karakter.
Unsur karakter dalam narasi sangat berpengaruh bagi pembaca
jurnalisme naratif. Jon Franklin mengatakan saat akan memasuki isi dalam
cerita, pembaca pasti akan mendalaminya melalui karakter utama. Karakter
tersebut bisa pahlawan atau sebaliknya (Kramer & Wendy Call, 2007: 126).
Terlebih bila dalam penulisan profil karakter tersebut. Jacui Banszynski
mengungkap bahwa dalam menulis profil, penulis harus memperhatikan orang
dan tempat; bagamaimana menempatkan karakter, mendeskripsikan secara fisik
(Kramer & Wendy Call, 2007: 66).
Jurnalisme ini menyediakan peluang kepada penulis untuk
mengeksplorasi kemampuan menceritakan kisahnya (Kurnia, 2001:169). Dalam
bentuk terbaiknya, naratif menjangkau pengisahan tentang ketakutan dan
kekesalan orang di masa lalu, yang menjadi nyata ketika dikisahkan. Namun,
sekaligus mengenalkan pembaca bahwa kisah itu sangat dekat dengan
keseharian hidupnya sendiri.
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
20
2.6 Analisis Naratif
Stokes (2006:73) mengatakan analisis naratif adalah sebuah cara yang
kuat untuk menjelajahi teks media. Khususnya untuk menganlisa teks media
yang naratif. Dalam analisis naratif, kita mengambil keseluruhan teks sebagai
objek analisis, berfokus pada struktur kisah atau narasi (Stokes, 2006:72).
Analisis naratif pada dasarnya adalah analisis mengenai cara dan struktur berita
dari suatu teks. Menggunakan analisis naratif untuk analisis teks berita media
pada dasarnya meneempatkan teks berita layaknya cerita. Di dalam berita
terdapat struktur bercerita, alur (plot), sudut penggambaran, hingga karakter atau
penokohan.
Salah satu pendekatan kunci pada analisis naratif bersumber dari karya
Vladimir Propp. Ia adalah antropolog yang mempelajari sejarah dongeng (folk
tale) lokal di Rusia di akhir abad sembilan belas dan awal abad dua puluh.
Semua dongeng, menurut Propp memiliki unsur yang sama, yang dilabelinya
sebagai "fungsi-fungsi". Masing-masing karakter menunjukan sebuah fungsi
dalam narasi, dan dapat didefinisikan sesuai peranan ini. Penelitian Propp
kemudian ditulis dalam buku yang diterbitkan tahun 1958 ke dalam bahasa
Inggris dengan judul Morphology of the Folktale (Propp, 1968:1).
Karakter dan fungsi yang dikenalkan oleh Propp ternyata tidak hanya
berlaku untuk cerita rakyat Rusia, tetapi juga semua cerita rakyat, baik klasik
maupun modern di dunia (Eriyanto, 2013:66). Analisis Propp (1968:3) berguna
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
21
untuk menganalisis struktur tulisan (seperti novel dan drama). Dari sini analisis
Propp berguna mengatakan untuk mengetahui cerita, sastra dan media massa.
Propp menemukan 31 fungsi narasi, dimulai dari ketidakhadiran,
pelarangan, kekerasan, pengintaian,pengiriman, tipu daya, keterlibatan,
kejahatan atau kekurangan, mediasi, tindakan balasan, keberangkatan, fungsi
pertama seorang penolong, reaksi dari pahlawan, resep dari dukun/paranormal,
pemindahan ruang, perjuangan, cap, kemenangan, pembubaran, kembali,
pengejaran, pertolongan, kedatangan tidak dikenal, tidak bisa mengklaim, tugas
berat, solusi, pengenalan, pemaparan, perubahan rupa, hukuman, dan berakhir
dengan pernikahan (Eriyanto, 2013: 67).
Setelah ditemukan semua fungsi tersebut akan ditemukan tujuh karakter
dalam suatu narasi. Karakter tersebut akan menjalankan fungsi tertentu dalam
narasi. Pertama, penjahat yang merupakan sosok membentuk konflik dalam
narasi. Kedua, penderma (donor) yang menolong pahlawan dengan memberikan
sesuatu bisa berupa benda, informasi yang berdampak bagi pahlawan untuk
menyeelsaikan masalah pada narasi. Ketiga, penolong (helper) yang membantu
secara langsung pahlawan untuk mengalahkan penjahat untuk mengembalikan
situasi normal. Keempat, putri (princess) dan ayah (father). Dalam narasi,
karakter putri adalah orang yang mengalami hal buruk dari penjahat. Sedangkan
ayah (father) umumnya adalah raja yang berduka atas nasib putri yang
diperlakukan oleh penjahat. Kelima, pengirim (dispatcher) yang digambarkan
dalam narasi sebagai orang yang mengirim pahlawan untuk menyelesaikan tugas
dalam melawan penjahat. Keenam, pahlawan (hero) yang di dalam narasi adalah
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
22
orang yang mengembalikan situasi kacau akibat kehadiran penjahat menjadi
normal. Ketujuh, pahlawan palsu (false hero), yang merupakan sosok yang pada
awal narasi digambarkan membantu pahlawan, tetapi di akhir cerita terbongkar
kedoknya adalah seorang penjahat.
Sedangkan menurut Algidar Greimass fungsi tersebut bisa
disederhanakan menjadi enam peran yang disebutnya aktan (Eriyanto, 2013:97).
Aktan tersebut berfungsi untuk mengarahkan jalannya cerita. Keenam peran
tersebut digambarkan sebagai, subjek, objek, pengirim, penerima, pendukung,
penghalang. Dari fungsi karakter dalam sebuah narasi, secara sederhana dapat
dibagi dalam tiga relasi struktural. Pertama, relasi struktural antara subjek versus
objek. Kedua, relasi antara pengirim versus penerima. Ketiga, relasi struktural
antara pendukung versus penghambat.
Fungsi narasi serta karakter dalam narasi yang dikemukakan oleh kedua
tokoh ini sama. Hanya fungsi narasi dan karakter Propp lebih mendetail dan
Greimass dapat melihat hubungan antar karakter pada narasi tersebut. Penelitian
ini menggunakan analisis fungsi dan karakter narasi Propp karena kompleksnya
plot yang disajikan dalam teks. Dengan banyaknya karakter yang muncul,
analisis fungsi narasi dan karakter yang diteliti akan lebih tajam.
Selain fungsi narasi dan karakter, ahli sastra dan budaya asal Bulgaria,
Tzvetan Todorov mengajukan gagasan mengenai struktur narasi. Tanpa disadari
atau tidak pembuat teks menyusun teks ke dalam susunan atau struktur tertentu.
Pembaca pun otomatis akan membaca narasi berdasarkan struktur tersebut. Bagi
Todorov, narasi adalah apa yang dikatakan, karenanya mempunyai urutan
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
23
kronologis, motif dan plot, dan hubungan sebab akibat dari suatu peristiwa
(Eriyanto, 2013: 46). Struktur narasi diawali dengan sebuah keseimbangan
(ekuilibrium). Dalam keseimbangan itu tiba-tiba muncul sebuah gangguan yang
dilakukan akibat dari tindakan tokoh tertentu. Setelah gangguan berhasil
diselesaikan, narasi diakhiri oleh upaya menghentikan gangguan sehingga
keseimbangan (ekuilibrium) tercipta kembali.
Eriyanto (2013: 10) mengungkapkan ada empat kelebihan dalam analisis
naratif. Pertama, analisis naratif membantu kita memahami bagaimana
pengetahuan, makna, dan nilai diproduksi dan disebarkan dalam masyarakat.
Kedua, memahami, bagaiaman dunia sosial dan poltik diceritakan dalam
pandangan tertentu yang dapat membantu kita mengetahui kekuatan dan nilai
sosial yang dominan dalam masyarakat. Ketiga, analisis naratif memungkinan
kita menyeldiiki hal-hal yang tersembunyi dan laten dari suatu teks media.
Keempat, analisis naratif merefleksikan kontinuitas dan perubahan komunikasi.
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
24
2.7 Kerangka Pemikiran
Penumpasan Gerakan 30 September
1965
Tempo Sarwo Edhie dan Misteri
1965
Konstruksi narasi peristiwa penumpasan
Gerakan 30 September
Analisis Fungsi Karakter pada
narasi (Vladimir Propp)
Plot pada struktur
narasi (Todorov)
Analisis Naratif
Tahap
Keseimbangan
Tahap
Gangguan
31 Fungsi
Narasi
7 Fungsi
Karakter
Tahap upaya memperbaiki
gangguan
menuju
keseimbangan
baru
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sifat Penelitian
Penelitian ini berjenis kualitatif dan bersifat deskriptif. Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang
apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode alamiah (Moleong, 2010: 6).
Dalam penelitian kualitatif, periset ikut aktif ambil bagian dalam
menentukan jenis data yang diinginkan (Kriyantono, 2006: 57). Periset menjadi
instrumen riset yang terjun langsung ke lapangan. Desain penelitian dapat berubah
atau disesuaikan dengan perkembangan riset. Oleh karena itu riset ini bersifat
subjektif dan hasilnya kasuistik bukan untuk digeneralisasikan.
Sifat penelitian ini adalah deskriptif. Tujuan penelitian yang bersifat
deskriptif untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai
situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang
menjadi objek penelitian, dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai
suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi,
ataupun fenomena tertentu (Bungin, 2007:68). Oleh karena itu dalam penelitian
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
26
kualitatif, peneliti harus menjelaskan fenomena secara mendalam melalui
pengumpulan data yang mendalam pula.
Pada penelitian yang dilakukan, peneliti menggunakan paradigma
konstruktivis. Paradigma ini memiliki pandangan tersendiri terhadap media dan
teks berita. Menurut sosiolog Peter L. Berger, manusia dan masyarakat
merupakan produk yang dialektis, dinamis, dan plural secara terus menerus.
Mereka membentuk realitas dan menyusun institusi dan norma yang ada
(Eriyanto, 2002:15).
Pendekatan konstruksionis mempunyai penilaian sendiri bagaimana media,
wartawan, dan berita dilihat. Fakta atau peristiwa adalah hasil konstruksi. Dalam
pandangan ini fakta atau peristiwa adalah hasil konstruksi dan realitas bersifat
subjektif. Konsep subjektif wartawan menghadirkan suatu realitas. Kebenaran
suatu fakta bersifat relatif, berlaku sesuai konteks tertentu. Pandangan kedua,
media adalah agen kontruksi pesan . Lewat bahasa yang digunakan, media dapat
berperan mendefinisikan aktor dan peristiwa.
Ada karateristik penting dari paradigma konstruktivis pada analisis teks
berita (Eriyanto, 2002:47). Pertama, pendekatan konstruksionis menekankan pada
politik pemaknaaan dan proses bagaimana seseorang membuat gambaran tentang
realitas. Makna tidaklah absolut, melainkan aktif sesuai dengan apa yang
ditafsirkan seseorang dalam pesannya. Kedua, pendekatan ini memeriksa
bagaimana pembentukan pesan dari sisi komunikator, dan dalam sisi penerima ia
memeriksa bagaimana konstruksi makna individu ketika menerima pesan. Pesan
menyusun citra tertentu dalam menggambarkan realitas.
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
27
Secara lebih mendetail, Kriyantono (2009: 51-52) menjelaskan bahwa paradigma
konstruktivis dapat dijelaskan dalam empat dimensi :
1) Ontologis.
Realitas merupakan hasil konstruksi mental dari individu pelaku sosial,
sehingga realitas dipahami secara beragam dan dipengaruhi oleh
pengalaman, konteks, dan waktu. Realitas adalah adalah hasil konstruksi
mental dari individu pelaku sosial, sehingga realitas dipahami secara
beragam dan dipengaruhi oleh pengalaman, konteks, dan waktu.
2) Epistemologis:
Pemahaman tentang suatu realitas atau temuan suatu penelitian
merupakan produk interaksi antara peneliti dengan yang diteliti. Peneliti
dan objek atau realitas yang diteliti merupakan kesatuan realitas yang
tidak terpisahkan.
3) Aksiologis: Nilai, etika dan pilihan moral merupakan bagian tak
terpisahkan dari suatu penelitian. Peneliti sebagai passionate participant,
fasilitator yang menjembatani keragaman subjektivitias pelaku sosial.
Tujuan penelitian: rekonstruksi realitas sosial secara dialektis antara
peneliti dengan pelaku sosial yang diteliti.
4) Metodologis: Reflective/Dialectial. Menekankan empati, dan interaksi
dialektis antara peneliti-responden untuk merekonstruksi realtias yang
diteliti, melalui metode-metode kualitatif seperti observasi partisipan.
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
28
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis isi teks media,
khususnya teks media yang naratif. Peneliti menggunakan analisis teks naratif
untuk dapat memahami bagaimana makna, nilai diproduksi serta disebarkan lewat
media massa dalam narasi beritanya.
Analisis teks naratif juga digunakan sebagai pendekatan untuk menganalisis
isi teks media. Dalam analisis naratif, kita mengambil keseluruhan teks sebagai
objek analisis, berfokus pada struktur kisah atau narasi (Stokes, 2006:72). Analisis
naratif pada dasarnya adalah analisis mengenai cara dan struktur berita dari suatu
teks. Menggunakan analisis naratif untuk analisis teks berita media pada dasarnya
meneempatkan teks berita layaknya cerita. Di dalam berita terdapat struktur
bercerita, alur (plot), sudut penggambaran, hingga karakter atau penokohan.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode pengumpulan data,
yaitu dengan teknik sampel. Dengan cara mengambil sebagian dari suatu populasi
untuk diteliti, yang ciri-ciri dan keberadaannya diharapkan mampu mewakili atau
menggambarkan ciri-ciri dan keberadaan populasi yang sebenarnya. Untuk
menghasilkan sampel yang baik, maka data tersebut haruslah objektif (sesuai
dengan kenyataan yang sebenarnya), representatif (mewakili keadaan yang
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
29
sebenarnya), variasinya kecil, tepat waktu, dan relevan untuk menjawab persoalan
yang sedang menjadi pokok bahasan (Sugiarto, dkk., 2001:2-7).
Peneliti menggunakan teknik sampling purposif (purposive sampling).
Peneliti memakai teknik sampel bertujuan atau purposive sampling (Moleong,
2010:224) bukan sampel acak, karena dalam penelitian kualitatif tidak dikenal
sampel acak. Maksud dari sampling ini ialah menggali informasi yang akan
menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul.
Sampling yang dilaksanakan dengan cara ini berdasarkan keputusan
subjektif peneliti yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu. Pada
caranya, peneliti memilih teks yang akan dianalisis yang sesuai dengan tujuan
penelitian, yakni narasi memuat tentang penumpasan Gerakan 30 September.
Peneliti kemudian memilih sub-bab di dalam buku Tempo Sarwo Edhie dan
Misteri 1965 yang memuat narasi penumpasan gerakan 30 September 1965.
Peneliti kemudian fokus untuk meneliti gambaran narasi yang dibangun oleh
Tempo tersebut. Teknik ini dipilih untuk riset yang lebih mengutamakan
kedalaman data daripada untuk tujuan representatif yang dapat digeneralisasikan
(Kriyantono, 2006:159).
3.4 Unit Analisis
Unit analisis dalam penelitian ini adalah tiga berita yang ada dalam buku Tempo
Sarwo Edhie dan Misteri 1965 yang berfokus pada tujuan penelitian.
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
30
Berikut sub-bab pemberitaan yang dimuat pada buku Tempo Sarwo Edhie
dan Misteri 1965 mengenai penumpasan Gerakan 30 September:
1) Bab Jejak Darah Sang Pembasmi dengan judul Manuver Komandan Baret
Merah pada halaman 1-10.
2) Bab Jejak Darah Sang Pembasmi dengan judul Menumpas Sampai ke
Akarnya pada halaman 11-17.
3) Bab Jejak Darah Sang Pembasmi, dengan judul Tak Ada Tentara, Pemuda
Pun Jadi pada halaman 18-21.
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan peneliti adalah analisis naratif.Pertama
peneliti membedah struktur narasinya terlebih dahulu. Seornag ahli sastra
Tzevetan Todorov mempunyai gagasan mengenai struktur dari suatu narasi.
Menurut Todorov, suatu narasi mempunyai struktur dari awal hingga akhir. Narasi
dimulai dari dari sebuah keteraturan, kondisi masyarakat yang tertib. Keteraturan
tersebut kemudian berubah menjadi kekacaauan akibat tindakan dari seorang
tokoh. Narasi diakhiri dengan kembalinya keteraturan.
Setelah struktur narasi, fungsi narasi pada kakter akan dibedah oleh penulis.
Salah satu pendekatan kunci untuk membedah karakter analisis naratif Vladimir
Propp. Propp adalah seorang antropolog yang mempelajari sejarah cerita
rakyat/dongeng di Rusia. Menurut Propp, semua dongeng memiliki unsur-unsur
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
31
yang sama, yang dilabelinya sebagai ―fungsi-fungsi‖. Masing-masing karakter
menunjukkan sebuah fungsi dalam narasi dan dapat didefinisikan sesuai
peranannya (Stokes, 2006: 73).
Fungsi dikonseptualisasikan oleh Propp lewat dua aspek. Pertama, tindakan
dari karakter tersebut dalam narasi. Perbedaan antara tindakan dari satu karakter
dengan karakter lain. Masing-masing tindakan itu nantinya akan membentuk
makna tertentu yang ingin disampaikan oleh pembuat cerita. Kedua, akibat dari
tindakan dalam narasi. Tindakan dari karakter kakan mempengaruhi karakter lain
dalam narasi.
Model analisis Propp dapat diterapkan pada kisah apa pun. Dengan syarat
identifikasi karakter-karakter kunci dan klasifikasi karakter-karakter yang
mengacu pada skema Propp. Analisis Propp berguna untuk menganalisis struktur
sastra (seperti novel dan drama), komik, gambar gerak dan plot televisi, dan lain
sebagainya. Dalam memahami keterkaitan antara cerita rakyat dan sastra, dan
antara cerita rakyat dan media massa (Propp, 1968:4). Lewat analisis naratif, kita
menempatkan berita tidak ubahnya seperti sebuah novel, puisi, cerpen atau cerita
rakyat. Di dalamnya terdapat jalan cerita, plot, karakter, dan penokohan (Eriyanto,
2013:9).
Di dalam narasi terdapat karakter yaitu tokoh yang memiliki sifat tertentu.
Dengan adanya karakter akan memudahkan pencerita mengungkapkan
gagasannya (Eriyanto, 2013:65), Maka, seorang peneliti Vladimir Propp
menyusun karakter yang hampir selalu ditemukan dalam setiap narasi. Propp
menemukan bahwa dalam setiap narasi mempunyai masing-masing karakter yang
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
32
menempati fungsi masing-masing sehingganarasi menjadi utuh (Eriyanto,
2013:66). Fungsi ini dilihat dalam dua aspek yaitu tindakan dari karakter tersebut
dalam narasi serta akibat dari tindakan dalam narasi. Menurut Propp setidaknya
ada 31 fungsi yang terdapat dalam narasi sebagai berikut.
Tabel 3.1Fungsi Narasi-Propp
No Simbol Fungsi Deskripsi Fungsi
Α Situasi awal Anggota keluarga atau sosok pahlawan
diperkenalkan. Pahlawan sering kali
digambarkan sebagai orang biasa
1. Β Ketidakhadiran
(Absensi)
Salah seorang anggota keluarga tidak
berada di rumah. Dalam banyak cerita, ini
menjadi awal dari sebuah malapetaka.
Dunia yang teratur tiba-tiba terlihat
menjadi kacau
2. Γ Pelarangan
(penghalangan)
Larangan yang ditujukan kepada
pahlawan. Pahlawan diperingatkan agar
tidak melakukan suatu tindakan (Jangan ke
sana, jangan melakukan ini itu dan
sebagainya)
3. Γ Kekerasan Larangan dilanggar. Pahlawan melanggar
larangan. Ini umumnya menjadi pintu
masuk hadirnya penjahat ke dalam cerita,
meskipun tidak selalu menghadapi
pahlawan. Mungkin mereka menyerang
keluarga sementara pahlawan sedang pergi
4. E Pengintaian Penjahat melakukan usaha pengintaian.
Penjahat membuat sebuah upaya
pengintaian (misalnya mencoba untuk
menemukan anak-anak/permata,dll).
Penjahat kerap kali menyamar, sebagai
cara mencari informasi yang berharga atau
mencoba untuk secara aktif menangkap
seseorang. Mereka dapat berbicara dengan
anggota keluarga yang lugu agar membuka
rahasia
5. Ζ Pengiriman Penjahat menerima informasi mengenai
korban. Para penjahat memperoleh
beberapa bentuk informasi, misalnya
mengenai pahlawan atau korban, informasi
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
33
lain juga diperoleh , misalnya tentang peta
atau lokasi harta karun
6. Η Tipu Daya Penjahat berusaha menipu korbannya.
Penjahat mencoba menipu korban untuk
menguasai korban atau barang-barang
korban (tipu daya; penjahat menyamar,
mencoba untuk memenangkan
kepercayaan dari korban). Para penjahat
menggunakkan berbagai cara untuk
menipu pahlawan atau korban. Misalnya
menyamar, penangkapan korban,
menculik, dan sebagainya
7. θ Keterlibatan Korban tertipu, tanpa disadari membantu
musuhnya. Korban tertipu oleh penipuan,
tanpa disadari membantu musuh. Tipu
daya dari penjahat bekera dan pahlawan
atau korban masuk dalam perangkat yang
dibuat oleh penjahat. Dalam banyak cerita
ini bisa berupa memberikan penjahat
informasi yang penting (peta, tempat
rahasia, gua persembunyian, senjata
magis)
8. A Kejahatan Penjahat melukai anggota keluarga
pahlawan. Tindakan penjahat
menyebabkan kerugian/ cedera pada
anggota keluara (dengan penculikan,
pencurian, menyebabkan hilangnya
seseorang, melakukan pembunuhan,
melemparkan mantra kepada seseorang,
memenjarakan/menahan seseorang,
mengancam perkawinan paksa, melakukan
siksaan). Atau seorang anggota keluarga
tidak memiliki sesuatu atau menginginkan
sesuatu. Ada dua pilihan untuk fungsi ini,
salah satu atau kedua yang mungkin
muncul dalam cerita. Pada pilihan
pertama, penjahat menyebabkan beberapa
jenis bahaya, misalnya membawa pergi
korban atau benda magis tertentu yang
menjadi penyebab satu bencana besar.
Pada pilihan kedua, keluarga berada dalam
situasi bahaya atau kekurangan, yang
apabila tidak ditolong bisa menyebabkan
kematian
9. B Mediasi Terjadi keadaan yang malang, pahlawan
dikirim untuk mengejar dan menumpas
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
34
penjahat. Pahlawan menemukan kondisi
yang mengenaskan (misalnya menemui
anggota keluarga yang dibawa lari
penjahat, orang yang tidak berdosa
terbunuh dsb)
10. C Tindakan Balasan Seseorang setuju untuk melakukan aksi
balasan. Pahlawan bertekad untuk
menghentikan penjahat. Pahlawan
memutuskan bertindak untuk mengatasi
kekacauan, misalnya menemukan benda
magis, menyelamatkan mereka yang
ditangkap atau mengalahkan penjahat. Ini
adalah saat yang menentukan karena
keputusan yang diambil akan menentukan
masa depan. Biasanya dalam bagian ini
kerap ada pertentangan apakah menyerah
ataukah memutuskan untuk melakukan
balasan kepada penjahat
11. Keberangkatan Pahlawan meninggalkan rumah. Pahlawan
memutuskan untuk mengejar penjahat dan
menghentikan kekacauan
12. D Fungsi pertama
seorang penolong
Pahlawan mendapat ujian dan menerima
pertolongan dari orang pintar
(dukun/paranormal). Pahlawan pertama
kali kalah (menerima serangan, terluka,
tidak bisa menemukan kelemahan
penjahat, terluka). Pahlawan bertemu
dengan orang pintar yang memberi benda-
benda magis agar bisa mengalahkan
penjahat
13. E Reaksi dari
pahlawan
Penolong bereaksi terhadap penolong
masa depannya. Pahlawan berekasi
terhadap bantuan dari penolong seperti
membebaskan tawanan, mendamaikan
pihak yang berselisih, menggunakkan
kekuatan musuh terhadap dirinya dan
sebagainya
14. F Resep dari
dukun/paranormal
Pahlawan belajar menggunakkan magis
(kekuatan supra natural) yang bisa
menghindari dari kesulitan besar.
Pahlawan mendapat kekuatan magis dari
paranormal. Kekuatan itu bisa didapat
dengan makan/minum ramuan tertentu,
bertapa, menggunakkan alat tertentu
(cincin, pedang dan sebagainya)
15. G Pemindahan Pahlawan mengarah pada objek yang
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
35
ruang diselidiki. Pahlawan dikirimkan ke lokasi
di mana objek berada, tempat di mana
tawanan ditahan
16. H Perjuangan Pahlawan dan penjahat bertarung secara
langsung. Pahlawan bertemu dengan
penjahat, bertarung secara langsung,
hidup, dan mati
17. J Cap Pahlawan mulai dikenali kepahlawannya.
Pahlawan menunjukkan kepahlawanannya,
menggunakkan cincin atau pedan yang
menentukan kemenangan. Atau naik
naga/kuda, di mana hanya orang tertentu
yang dapat mengendalikan binatang
tersebut.
18. I Kemenangan Penjahat dikalahkan. Pahlawan berhasil
mengalahkan penjahat. Penjahat terbunuh,
menyerah.
19. K Pembubaran Kemalangan dan kesulitan berhasil
dihilangkan. Kemenangan membawa awal
baru yang baik. Tawanan bisa dibebaskan,
orang yang terbunuh bisa dihidupkan
kembali
20. Kembali Pahlawan kembali dari tugas. Pahlawan
kembali dari peperangan, bersiap untuk
kembali ke rumah
21. Pr Pengejaran Penjahat melakukan pembalasan,
pahlawan dikejar. Penjahat atau pengikut
penjahat tidak terima dengan kekalahan.
Melakukan pengejaran terhadap pahlawan,
merusak nama baik pahlawan
22. Rs Pertolongan Pahlawan ditolong dari pengejaran.
Pahlawan diselamatkan oleh seseorang
dari pengejaran, disembunyikan,
diselamatkan nyawanya
23. O Kedatangan tidak
dikenal
Pahlawan tidak dikenal, pulang ke rumah
atau ke negeri lain yang tidak dikenal.
Pahlawan tidak dikenali kehadirannya, tiba
di rumah atau di negara lain
24. L Tidak bisa
mengklaim
Pahlawan palsu hadir tanpa mendapatkan
kepahlawannya. Muncul pahlawan palsu,
mengaku mengalahkan penjahat
25. M Tugas berat Tugas berat ditawarkan kepada pahlawan.
Pahlawan diberikan ujian untuk
membuktikan dirinya asli, misalnya uji
kekuatan, pertarungan hidup mati dengan
pahlawan palsu
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
36
26. N Solusi Tugas diselesaikan. Pahlawan lolos dari
ujian, bisa membuktikan dirinya adalah
pahlawan asli
27. R Pengenalan Pahlawan dikenali. Pahlawan asli dikenali
dengan tanda yang melekat pada dirinya
(tanda-tanda tubuh, keterampilan khusu
yang hanya dipunyai orang tertentu)
28. Ex Pemaparan Kedok terbuka: penjahat dan pahlawan
palsi. Kedok pahlawan palsu terbuka.
Pahlawan palsu menampilkan dirinya
sebagai sosok yang jahat
29. T Perubahan rupa Pahlawan mendapatkan penampilan baru.
Pahlawan tampil dengan wajah baru,
pakaian baru. Dibebaskan dari matra atau
kutukan, menjadi pangeran tampan atau
puteri cantik
30. U Hukuman Pahlawan dihukum. Penjahat dihukum.
Penjahat mengalami depresi, gila, berubah
menjadi jelek
31. W Pernikahan Pahlawan menikah dan memperoleh tahta.
Pahlawan menikah dengan putrid raja.
Naik tahta. (menjadi raja baru, mendapat
posisi baru di kerajaan seperti panglima
perang atau penasehat kerajaan)
Sumber : Eriyanto, 2013:66-71
Dari 31 fungsi tersebut, ada 7 karakter dalam suatu narasi. Masing-masing
karakter menjalankan fungsi tertenu dalam narasi atau cerita. Berikut 7 karakter
dalam narasi.
Tabel 3.2 Karakter Dalam Narasi Propp
Karakter Simbol Fungsi Deskripsi
Penjahat A, H, Pr Melawan pahlawan.
Donor D, F Menolong pahlawan dengan
kekuatan magis
Penolong G, K, Rs, N, T Membantu pahlawan
menyelesaikan tugas berat.
Putri
Ayah sang
M, J, Ex, U, W Mencari calon suami
Memberikan tugas berat
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
37
putri
Pengirim B Mengirim pahlawan menjalankan
misi.
Pahlawan C, E, W Mencari sesuatu dan menjalankan
misi.
Pahlawan
palsu
C, E, L Mengklaim sebagai pahlawan,
tetapi kedok terbuka.
Sumber : Eriyanto, 2013 :72
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
38
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Tempo
Di Indonesia, majalah berita Tempo adalah yang pertama yang
menggunakan gaya penyajian sastra dalam jurnalisme. Menurut situs resmi
Tempo korporat.tempo.co, Goenawan Mohamad dan kawan-kawan pada tahun
1969 berangan-angan untuk membuat majalah mingguan. Di antara para pendiri
dan pengelola awal, terdapat nama seperti Goenawan Mohamad, Fikri Jufri,
Christianto Wibisono, dan Usamah. Alhasil, terbitlah majalah berita mingguan
bernama Ekspres. Namun sayangnya majalah ini tidak bertahan lama. Terjadi
perpecahan akibat perbedaan prinsip antara jaran redaksi dan pihak pemilik modal
utama yang membuat Goenawan cs keluar dari Ekspres pada 1970.
Pada saat itu, Majalah Djaja milik Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota
(DKI) Jakarta sedang mengalami masalah. Harjoko Trisnadi, pengelola majalah
tersebut menghadapi masalah besar karena majalahnya macet terbit. Menghadapi
kondisi tersebut, karyawan Djaja menulis surat kepada Gubernur DKI saat itu, Ali
Sadikin, minta agar Djaja diswastakan dan dikelola Yayasan Jaya Raya--sebuah
yayasan yang berada di bawah Pemerintah DKI. Lalu terjadi rembugan tripartite
antara Yayasan Jaya Raya-yang dipimpin Ir. Ciputra-orang-orang bekas majalah
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
39
Ekspres, dan orang-orang bekas majalah Djaja. Disepakatilah berdirinya majalah
Tempo di bawah PT. Grafiti Pers sebagai penerbitnya.
Nama Tempo sendiri menurut Goenawan, Pemimpin Redaksi Tempo saat
itu dipilih karena mudah diucapkan terutama oleh para pengecer. Dianggap cocok
pula dengan sifat media berkala mingguan. Majalah ini juga dianggap mirip
dengan majalah berita terbitan Amerika Serikat, Time. Tempo pun akhirnya terbit
pada 6 Maret 1971.
Sejak berdiri, Tempo terus memegang prinsip kebebasan berpendapat.
Pandangan Goenawan Mohammad tetap konsisten sampai sekarang. Meskipun isi
kebijakan redaksi menjadi lebih kompromi agar tetap hidup dalam pemerintahan
otoriter. Steele (2005:19) menguraikan ungkapan Goenawan Mohamad bahwa
tugas seorang wartawan tempo ialah mencari kebenaran. Menurutnya dalam
keberagaman bangsa Indonesia, kemarahan pembaca dapat mudah muncul bila
informasi seperti opini dan data tidak lengkap. Goenawan juga mengungkapkan
reporter Tempo diharapkan untuk terus mendapat berbagai pandangan dari
beragam sumber dalam mencari kebenaran berita. Sebab menurutnya informasi
yang sedikit dapat memicu perdebatan yang bisa menuai konflik di antara
masyarakat yang multikultur seperti di Indonesia.
Dalam menjalankan praktik jurnalistiknya pada era Orde Baru, Tempo
menggunakan strategi untuk tetap bisa bertahan di era pembredelan (Steele,
2005:87). Di beberapa kasus, wartawan Tempo menggunakan cara naratif untuk
mempertanyakan kebijakan yang diungkapkan oleh pejabat. Semnetara itu mereka
menggunakan norma jurnalistik yang menyatakan harus ―cover both sides‖ pada
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
40
setiap pemberitaannya. Dalam situsnya pula dijelaskan bahwa peliputan berita
yang jujur dan berimbang, serta tulisan yang disajikan dalam prosa yang menarik
serta jenaka. Walaupun sudah dua kali Tempo dibredel karena dianggap terlalu
tajam mengkritik rezim Orde Baru. Sejak Soeharto lengser, orang-orang bekas
Majalah Tempo yang tadinya tercerai berai akhirnya berkumpul kembali. Mereka
kemudian memutuskan untuk menerbitkan majalah Tempo kembali. Hasilnya
Majalah Tempo hadir kembali untuk mengusung nilai jurnalisme investigasi.
Artinya, media ini berusaha untuk menyajikan kabar di balik berita dengan
mengintip dan membongkar apa yang selama ini disembunyikan dari mata publik.
4.2 Gambaran tentang Buku Sarwo Edhie dan Misteri 1965
Biografi tentang Sarwo Edhie ini sendiri diterbitkan pertama kali oleh
Majalah Tempo pada 13 November 2011. Kemudian di bulan Juni 2012, Tempo
menerbitkan kembali liputan khusus mengenai Sarwo Edhie dan Misteri 1965
dengan format buku pada bulan Juni 2012. April 2014, buku ini dicetak lagi oleh
Kepustakaan Populer Gramedia. Liputan Sarwo Edhie ini merupakan produk
berita sejarah populer yang menarasikan tokoh Jenderal RPKAD saat
pembantaian yang terjadi pasca Gerakan 30 September. Figur Jenderal Letnan
Jenderal Sarwo Edhie Wibowo adalah figur kunci, posisi tentara sebagai mesin
politik Orde Baru. Tempo berusaha membongkar sisi kehidupan mereka yang
dibingkai dalam biografi tokoh militer.
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
41
Seri ini diterbitkan menggantikan seri ―Orang Kiri Indonesia‖ yang sudah terbit
empat kali sejak 2007. Empat tokoh kiri sebelumnya yakni DN Aidit, Sjam
Kamaruzaman, Njoto dan Musso cukup menggambarkan dinamika dan cerita di
balik layar seputar peristiwaMadiun 1948 dan Gerakan 30 Septemberr 1965. Kini
Tempo beralih pada babak berikutnya. Masa awal kemenangan TNI Angkatan
Darat atas Partai Komunis Indonesia dan zaman ketika Orde Baru dimulai.
Sebagai Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD)
Sarwo Edhie adalah dalang di balik gerak cepat pasukan khusus memukul basis-
basis PKI di Jawa dan Bali. Dia ada di garis depan, melakukan dan menyaksikan
sendiri pembantaian massal ratusan ribu anggota dan simpatisan PKI.
Dia yang mengusulkan dan memimpin rekruitmen dan pelatihan pemuda
sipil sebagai garda terdepan operasi penumpasan komunis. Operasi kilat yang
melumpuhkan salah satu partai politik terbesar di Indonesia kala itu. Pada masa
itu Sarwo Edhie adalah musuh utama Partai Komunis. Dia menjadi tokoh sentral
dalam peristiwa pemberangusan Partai Komunis Indonesia (PKI) pasca Gerakan
30 September 1965. Tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa tersebut akan
diteliti dalam narasi beritanya pada buku Sarwo Edhie dan Misteri 1965 yang
dibuat oleh Tempo ini.
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
42
4.3 Hasil Penelitian
4.3.1 Berita 1
Bab : Jejak Berdarah Sang Pembasmi
Sub Judul : Manuver Komandan Baret Merah
Plot
Dalam berita Manuver Komandan Baret Merah mempunyai tahapan struktur
narasi yakni: gangguan upaya memperbaiki gangguan. Tahap gangguan terjadi
saat Sarwo Edhie diberitahu terjadi penculikan dan penembakan yang dialami
oleh Ahmad Yani. Setelah mengetahui hal tersebut dari ajudannya Subardi, ia pun
berusaha membantu mencari Jenderal Ahmad Yani lewat pasukan Resimen Para
Komando Angkatan (RPKAD). Tahap gangguan terjadi lagi saat Letnan Kolonel
Untung menyiarkan Gerakan 30 September di Radio Republik Indonesia (RRI)
dan pembentukan Revolusi. Disimpulkan bahwa terjadi kudeta di tubuh angkatan
darat yang diduga berkolaborasi dengan Partai Komunis Indonesia.
Tahap upaya memperbaiki gangguan pun terjadi. Sarwo menghadap
Soeharto untuk mencari bantuan. Soeharto akhirnya memerintahkan tentaranya
untuk bergerak menyerbu RRI dan Kantor Telekomunikasi yang saat itu dikuasai
oleh Pemuda Rakyat—organisasi kepemudaan Partai Komunis Indonesia.
Kemenangan mudah berhasil diraih. Dua kantor komunikasi tersebut dapat diraih
kembali di tangan Angkatan Darat Indonesia yang dipimpin oleh Soeharto.
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
43
Jumat malam, Sukarno beserta sejumlah pejabat negara dilarikan dari
Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma ke Istana Bogor. Pada saat bersamaan, di
Markas Kostrad, Sarwo menunggu perintah. Soeharto belum memutuskan waktu
penyerangan. Akhirnya, Sarwo menyerobot masuk ruang Panglima. Di dalamnya
sudah ada Menteri Koordinator Pertahanan Jenderal Abdul Haris Nasution. Saat
itu terjadi konflik di Halim Perdanakusuma. Diputuskan bahwa Sarwo bergerak
ke Halim untuk meredakan konflik di Halim Perdanakusuma.
Sarwo segera bermanuver. Untuk mengecoh musuh, pasukan kavaleri
bergerak sepanjang malam di dalam kota. Regu lain masuk secara diam-diam dari
arah Klender. Tepat pukul 06.00, semua kompi bergerak ke area lapangan udara.
Kurang dari seperempat jam, Halim dikuasai tanpa perlawanan berarti
Sekitar pukul 10.00, Sarwo berangkat ke Halim. Ia hendak menemui
Sukarno. Informasi yang ia terima, Presiden masih di sana. Mayor Santosa
menyarankan atasannya itu melalui Klender, jalur yang sudah disterilkan. Namun,
dengan alasan mengejar waktu, Sarwo akan lewat Pondok Gede. Di perjalanan ke
Halim, Sarwo Edhie dihadang dan terjadi kontak senjata antara aparat tentara.
Sarwo dan pasukannya kemudian menyingkir ke Pos Komando di Pondok
Gede. Di sana, dia bertemu dengan perwira tinggi Angkatan Udara. Dari mereka
ia mendapat informasi, Sukarno sudah di Bogor. Maka mereka terbang ke Istana
Bogor dengan helikopter kepresidenan. Sarwo akhirnya bertemu Sukarno dan saat
itu pula Soekarno menitipkan surat kepada Sarwo yang isinya pesan untuk
pemberhentian kontak senjata antara tentara.
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
44
3 Oktober pagi anggota polisi bernama Sukitman ditemukan oleh RPKAD
dan Resimen Tjakrabirawa di Lubang Buaya. Sukitman sebelumnya diculik oleh
tentara namun berhasil melarikan diri. Saat ditemukan awalnya ia tak mau
memberitahu lokasi para jenderal yang hilang. Namun setelah Sarwo Edhie
memintanya pentingnya untuk segera memberitahu lokasi para jenderal yang
hilang, ia pun memberitahunya ada di lubang buaya. Saat ditemukan jenazah yang
berada di dalam sumur terjadi penundaan penggalian lubang mayat oleh Sarwo
Edhie. Selain butuh tabung agar tak terkena gas beracun, Sarwo menyuruh
pengangkatan ditunda karena Soeharto akan menyaksikan keesokan harinya.
Berikut adalah tabel cerita dan plot sub judul Manuver Komandan Baret
Merah. Cerita adalah urutan kronologis kejadian yang disusun berdasarkan urutan
waktu. Maka dari itu di tabel cerita menceritakan perguliran kasus berdasarkan
urutan waktu, sedangkan plot adalah urutan adegan yang disusun di dalam buku.
Plot tidak mengikuti urutan waktu sehingga diperbolehkan untuk menggunakan
alur seperti maju mundur.
Tabel 4.1 Plot Dalam Narasi Berita Manuver Komandan Baret Merah
No Cerita No Plot
1 Jenderal Yani ditembak dan
dibawa oleh sekelompok
tentara pada menjelang subuh
1 Oktober 1965. Kejadian itu
diketahui oleh Mayor
Subardi.
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
45
2 Di jalan Iskandarsyah,
Sukitman anggota Kepolisian
Sektor Kebayoran Baru
diringkus dan sekelompok
militer dan dibawa ke Lubang
Buaya. Dia berhasil lolos dan
bersembunyi di kolong truk
yang terparkir di depan
rumah, hingga tertidur pulas.
3 Subardi melapor kejadian
yang menimpa Ahmad Yani
ke Panglima Daerah Militer
Jakarta Raya Mayor Jenderal
Umar Wirahadikusumah.
Umar kemudian
memberitahukan kepada
Subardi untuk pergi ke Sarwo
Edhie Wibowo. Dipilihnya
Sarwo karena ia adalah
Komandan Resimen Para
Komando Angkatan Darat
(RPKAD) dan juga punya
hubungan erat dengan Ahmad
Yani.
4 Subardi menuju ke kediaman
Sarwo Edhie. Ia bertemu
dengan Kristiani Herawati,
anak Sarwo Edhie. Ia
meminta memanggil Sarwo
Edhie.
4 Subardi menuju ke kediaman
Sarwo Edhie. Ia bertemu dengan
Kristiani Herawati, anak Sarwo
Edhie. Ia memintanya memanggil
Sarwo Edhie.
5 Subardi bertemu Sarwo. Ia
kemudian menceritakan
musibah yang dialami oleh
Jenderal Ahmad Yani.
5 Subardi bertemu Sarwo. Ia
kemudian menceritakan musibah
yang dialami oleh Jenderal
Ahmad Yani.
6 Subardi lalu meminta tolong
kepada Sarwo Edhie untuk
mencari Ahmad Yani. Hal ini
dilandasi karena faktor
kedekatan Sarwo dan Yani
yang sudah seperti kakak-
adik. Seperti diutarakan oleh
Umar Wirahadikusumah
1 Jenderal Yani ditembak dan
dibawa oleh sekelompok tentara
pada menjelang subuh 1 Oktober
1965. Kejadian itu diketahui oleh
Mayor Subardi.
7 Setelah mengetahui kabar
dari Subardi, Sarwo Edhie
yang berpangkat Kolonel
6 Subardi lalu meminta tolong
kepada Sarwo Edhie untuk
mencari Ahmad Yani. Hal ini
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
46
mengumpulkan perwira
RPKAD sekaligus
menghimpun kekuatan yang
dimilikinya. Sarwo kemudian
memerintahkan kepada
Komandan Batalion I Mayor
Chalimi Imam Santosa untuk
menarik pasukan yang
mengikuti latihan upacara
peringatan Hari ABRI di
Senayan.
dilandasi karena faktor kedekatan
Sarwo dan Yani yang sudah
seperti kakak-adik. Seperti
diutarakan oleh Umar
Wirahadikusumah
8 Setiba di Cijantung, pasukan
RPKAD membentuk pertahan
melingkar menghadap jalan
Jakarta-Bogor.
3 Subardi melapor kejadian yang
menimpa Ahmad Yani ke
Panglima Daerah Militer Jakarta
Raya Mayor Jenderal Umar
Wirahadikusumah. Umar
kemudian memberitahukan
kepada Subardi untuk pergi ke
Sarwo Edhie Wibowo. Dipilihnya
Sarwo karena ia adalah
Komandan Resimen Para
Komando Angkatan Darat
(RPKAD) dan juga punya
hubungan erat dengan Ahmad
Yani.
9 Pukul tujuh pagi, Letnan
Kolonel Untung menyiarkan
Gerakan 30 September di
Radio Republik Indonesia
(RRI) dan pembentukan
Dewan Revolusi.
Disimpulkan bahwa terjadi
kudeta.
7 Setelah mengetahui kabar dari
Subardi, Sarwo Edhie yang
berpangkat Kolonel
mengumpulkan perwira RPKAD
sekaligus menghimpun kekuatan
yang dimilikinya. Sarwo
kemudian memerintahkan kepada
Komandan Batalion I Mayor
Chalimi Imam Santosa untuk
menarik pasukan yang mengikuti
latihan upacara peringatan Hari
ABRI di Senayan.
10 Kapten Herman Sarens
Sudiro datang naik panser.
Membawa surat, Herman
mengaku diperintah Panglima
Komando Cadangan Strategis
Angkatan Darat Mayor
Jenderal Soeharto
8 Setiba di Cijantung, pasukan
RPKAD membentuk pertahan
melingkar menghadap jalan
Jakarta-Bogor.
11 Sarwo tak percaya begitu 9 Pukul tujuh pagi, Letnan Kolonel
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
47
saja. Walau surat itu terlihat
asli, ia tak yakin Soeharto
dalam kondisi selamat.
Dalam benaknya, bisa jadi
surat itu dibuat di bawah
tekanan. Karena itu, dia
melucuti Herman.
Untung menyiarkan Gerakan 30
September di Radio Republik
Indonesia (RRI) dan pembentukan
Revolusi. Disimpulkan bahwa
terjadi kudeta.
12 Sekitar sejam kemudian,
Kapten Daryono, perwira
yang dikirim ke Kostrad,
kembali. Ia membenarkan
Herman utusan Soeharto.
Sarwo dan Herman kemudian
berangkat menemui Soeharto.
10 Kapten Herman Sarens Sudiro
datang naik panser. Membawa
surat, Herman mengaku
diperintah Panglima Komando
Cadangan Strategis Angkatan
Darat Mayor Jenderal Soeharto.
13 Bambang Widjanarko
bertemu Soeharto di Markas
Kostrad. Ia mencari Mayor
Jenderal Pranoto
Reksosamodro, Asisten III
Panglima Angkatan Darat.
11 Sarwo tak percaya begitu saja.
Walau surat itu terlihat asli, ia tak
yakin Soeharto dalam kondisi
selamat. Dalam benaknya, bisa
jadi surat itu dibuat di bawah
tekanan. Karena itu, dia melucuti
Herman.
14 Sarwo dan Soeharto
membahas situasi. Sarwo
mempunyai pasukan siap
bergerak mengamankan
tempat vital. Hingga pukul
satu, belum ada komando
melancarkan aksi.
12 Sekitar sejam kemudian, Kapten
Daryono, perwira yang dikirim ke
Kostrad, kembali. Ia
membenarkan Herman utusan
Soeharto. Sarwo dan Herman
kemudian berangkat menemui
Soeharto.
15 Tanpa setahu Soeharto,
Sarwo memerintahkan
pasukan baret merahnya
bergerak ke Kostrad.
Perjalanan ke Kostrad tak
dapat rintangan dan mereka
mengambil posisi siaga.
14 Sarwo dan Soeharto membahas
situasi. Sarwo mempunyai
pasukan siap bergerak
mengamankan tempat vital.
Hingga pukul satu, belum ada
komando melancarkan aksi.
16 Sore harinya, Soeharto
akhirnya memerintahkan
untuk bergerak menyerbu
Radio Republik Indonesia
(RRI) dan Kantor
Telekomunikasi yang saat itu
dikuasai oleh Pemuda
Rakyat—organisasi
kepemudaan Partai Komunis
15 Tanpa setahu Soeharto, Sarwo
memerintahkan pasukan baret
merahnya bergerak ke Kostrad.
Perjalanan ke Kostrad tak dapat
rintangan dan mereka mengambil
posisi siaga.
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
48
Indonesia. Batalion
454/Diponegoro dan
530/Brawijaya, yang menjaga
kedua tempat itu, telah
menyingkir terlebih dahulu.
17 Kompi Tanjung ditugasi
merebut RRI sedangkan
kompi Urip menguasai kantor
Telekomunikasi. Letnan Dua
Sintong Panjaitan memimpin
satu peleton menyerbu RRI.
16 Sore harinya, Soeharto akhirnya
memerintahkan untuk bergerak
menyerbu Radio Republik
Indonesia (RRI) dan Kantor
Telekomunikasi yang saat itu
dikuasai oleh Pemuda Rakyat—
organisasi kepemudaan Partai
Komunis Indonesia. Batalion
454/Diponegoro dan
530/Brawijaya, yang menjaga
kedua tempat itu, telah
menyingkir terlebih dahulu.
18 Saat sampai di sasaran anak
buahnya melepaskan tiga
tembakan. Mendengar
letusan, para anggota Pemuda
Rakyat lari dan tak berapa
lama RRI berhasil diambil
alih.
17 Kompi Tanjung ditugasi merebut
RRI sedangkan kompi Urip
menguasai kantor
Telekomunikasi. Letnan Dua
Sintong Panjaitan memimpin satu
peleton menyerbu RRI
19 Keberhasilan itu dilaporkan
ke Sarwo yang memantau
dari Markas Kostrad bersama
Feisal Tanjung.
18 .Saat sampai di sasaran anak
buahnya melepaskan tiga
tembakan. Mendengar letusan,
para anggota Pemuda Rakyat lari
dan tak berapa lama RRI berhasil
diambil alih.
20 Sarwo membentak Sintong,
yang menyatakan bahwa
laporannya tidak benar dan
menyatakan untuk
menangkap semua orang di
RRI. Rupanya, Sarwo masih
mendengar siaran RRI, yang
memutarkan tape recorder.
19 Keberhasilan itu dilaporkan ke
Sarwo yang memantau dari
Markas Kostrad bersama Feisal
Tanjung.
21 Kepala Pusat Penerangan
Angkatan Darat Jenderal Ibnu
Soebroto membacakan pidato
tertulis Soeharto dan
disiarkan di RRI.
20 Sarwo membentak Sintong, yang
menyatakan bahwa laporannya
tidak benar dan menyatakan untuk
menangkap semua orang di RRI.
Rupanya, Sarwo masih
mendengar siaran RRI, yang
memutarkan tape recorder.
22 Rapat di Halim, yang dihadiri 21 Kepala Pusat Penerangan
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
49
petinggi negara. Diputuskan,
Pranoto diangkat sebagai
penjabat Panglima Angkatan
Darat. Namun Soeharto
menolak keputusan itu.
Angkatan Darat Jenderal Ibnu
Soebroto membacakan pidato
tertulis Soeharto dan disiarkan di
RRI.
23 Ada ancaman yang ditujukan
untuk Soekarno agar
meninggalkan Halim. Pesan
ancaman disampaikan oleh
Bambang Widjanarko.
24 Jumat, 23.30. Beriringan, tiga
kendaraan meninggalkan Halim
menuju Istana Bogor. Mobil
pertama membawa Panglima
Kepolisian Jenderal Soetjipto
Joedodihardjo. Di belakangnya
menyusul mobil biru bernomor B-
3739, dinaiki Presiden Sukarno,
Wakil Perdana Menteri Dr
Leimena, dan Kolonel Bambang
Widjanarko. Kendaraan paling
akhir membawa Komandan
Resimen Cakrabirawa Brigadir
Jenderal Mochamad Sabur dan
wakilnya, Kolonel Maulwi
Saelan.
24 Jumat, 23.30. Beriringan, tiga
kendaraan meninggalkan
Halim menuju Istana Bogor.
Mobil pertama membawa
Panglima Kepolisian Jenderal
Soetjipto Joedodihardjo. Di
belakangnya menyusul mobil
biru bernomor B-3739,
dinaiki Presiden Sukarno,
Wakil Perdana Menteri Dr
Leimena, dan Kolonel
Bambang Widjanarko.
Kendaraan paling akhir
membawa Komandan
Resimen Cakrabirawa
Brigadir Jenderal Mochamad
Sabur dan wakilnya, Kolonel
Maulwi Saelan.
23 Ada ancaman yang ditujukan
untuk Soekarno agar
meninggalkan Halim. Pesan
ancaman disampaikan oleh
Bambang Widjanarko.
25 Pada saat bersamaan, di
Markas Kostrad, Sarwo
menunggu perintah. Soeharto
belum memutuskan waktu
penyerangan. Akhirnya,
Sarwo menyerobot masuk
ruang Panglima. Di dalam
13 Bambang Widjanarko bertemu
Soeharto di Markas Kostrad. Ia
mencari Mayor Jenderal Pranoto
Reksosamodro, Asisten III
Panglima Angkatan Darat.
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
50
sudah ada Menteri
Koordinator Pertahanan
Jenderal Abdul Haris
Nasution. Diputuskan bahwa
Sarwo bergerak ke Halim
untuk meredakan konflik di
Halim Perdanakusuma.
26 Sarwo segera bermanuver.
Untuk mengecoh musuh,
pasukan kavaleri bergerak
sepanjang malam di dalam
kota. Regu lain masuk secara
diam-diam dari arah Klender.
Tepat pukul 06.00, semua
kompi bergerak ke area
lapangan udara. Kurang dari
seperempat jam, Halim
dikuasai tanpa perlawanan
berarti.
22 Rapat di Halim, yang dihadiri
petinggi negara. Diputuskan,
Pranoto diangkat sebagai penjabat
Panglima Angkatan Darat. Namun
Soeharto menolak keputusan itu.
27 Sekitar pukul 10.00, Sarwo
berangkat ke Halim. Ia
hendak menemui Sukarno.
Informasi yang ia terima,
Presiden masih di sana.
Mayor Santosa menyarankan
atasannya itu melalui
Klender, jalur yang sudah
disterilkan. Namun, dengan
alasan mengejar waktu,
Sarwo akan lewat Pondok
Gede. Di perjalanan ke Halim
Sarwo Edhie dihadang dan
terjadi kontak senjata antara
aparat tentara.
25 Pada saat bersamaan, di Markas
Kostrad, Sarwo menunggu
perintah. Soeharto belum
memutuskan waktu penyerangan.
Akhirnya, Sarwo menyerobot
masuk ruang Panglima. Di dalam
sudah ada Menteri Koordinator
Pertahanan Jenderal Abdul Haris
Nasution. Diputuskan bahwa
Sarwo bergerak ke Halim untuk
meredakan konflik di Halim
Perdanakusuma.
28 Sarwo dan pasukannya lalu
menyingkir ke Pos Komando
di Pondok Gede. Di sana, dia
bertemu dengan beberapa
perwira tinggi Angkatan
Udara, seperti Laksamana
Muda Sri Mulyono
Herlambang dan Komodor
Dewanto. Dari mereka,
Sarwo mendapat informasi,
Sukarno sudah di Bogor.
26 Sarwo segera bermanuver. Untuk
mengecoh musuh, pasukan
kavaleri bergerak sepanjang
malam di dalam kota. Regu lain
masuk secara diam-diam dari arah
Klender. Tepat pukul 06.00,
semua kompi bergerak ke area
lapangan udara. Kurang dari
seperempat jam, Halim dikuasai
tanpa perlawanan berarti.
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
51
Maka mereka terbang ke
Istana Bogor dengan
helikopter kepresidenan
Sikorsky S-61.
29 Di Bogor, Sarwo bertemu
dengan Sukarno.Dari
pertemuan itu, Sarwo Edhie
kecewa terhadap Sukarno,
yang menganggap remeh
hilangnya sejumlah jenderal.
Menurut Sukarno, hal itu
hanya sebuah riak kecil
dalam revolusi.
27 Sekitar pukul 10.00, Sarwo
berangkat ke Halim. Ia hendak
menemui Sukarno. Informasi
yang ia terima, Presiden masih di
sana. Mayor Santosa
menyarankan atasannya itu
melalui Klender, jalur yang sudah
disterilkan. Namun, dengan alasan
mengejar waktu, Sarwo akan
lewat Pondok Gede. Di perjalanan
ke Halim Sarwo Edhie dihadang
dan terjadi kontak senjata antara
aparat tentara.
30 Soekarno menugaskan Sarwo
untuk menghentikan kontak
senjata. Dengan membawa
surat Sukarno, Sarwo kembali
ke Halim dan memerintahkan
baku tembak disudahi.
28 Sarwo dan pasukannya lalu
menyingkir ke Pos Komando di
Pondok Gede. Di sana, dia
bertemu dengan beberapa perwira
tinggi Angkatan Udara, seperti
Laksamana Muda Sri Mulyono
Herlambang dan Komodor
Dewanto. Dari mereka, Sarwo
mendapat informasi, Sukarno
sudah di Bogor. Maka mereka
terbang ke Istana Bogor dengan
helikopter kepresidenan Sikorsky
S-61.
31 3 Oktober pagi seorang polisi
bernama Sukitman ditemukan
oleh RPKAD dan Resimen
Tjakrabirawa berada di
Lubang Buaya.
29 Di Bogor, Sarwo bertemu dengan
Sukarno.Dari pertemuan itu,
Sarwo Edhie kecewa terhadap
Sukarno, yang menganggap
remeh hilangnya sejumlah
jenderal. Menurut Sukarno, hal itu
hanya sebuah riak kecil dalam
revolusi.
32 Pasukan khusus yang sedang
mencari para jenderal itu
membawa Sukitman ke
Cijantung untuk dilaporkan
ke Sarwo Edhie. Awalnya,
dia menolak menceritakan
pengalamannya tiga hari
terakhir. Namun, setelah
30 Soekarno menugaskan Sarwo
untuk menghentikan kontak
senjata. Dengan membawa surat
Sukarno, Sarwo kembali ke Halim
dan memerintahkan baku tembak
disudahi.
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
52
Sarwo meyakinkan bahwa
banyak yang bergantung
padanya, Sukitman
membeberkan lokasi markas
PKI di Lubang Buaya.
33 Berdasarkan petunjuk
Sukitman, Sintong dan anak
buahnya menemukan tanah
gembur yang mencurigakan.
Setelah digali, ternyata
tempat itu sumur tua. Pada
kedalaman sepuluh meter,
mereka menemukan potongan
kaki, lalu terkuaklah
keberadaan para jenderal
yang hilang.
36 Sejarawan Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia, Asvi
Warman Adam mengatakan
bahwa kejadian pertemuan Sarwo
dan Soekarno mengawali
perseteruan terpendam antara
Soeharto dan Sarwo. Pengamat
milimiter Salim Said juga melihat
ketidaksukaan Soeharto atas
pertemuan Sarwo dan Bung
Karno
34 Menjelang sore, rencana
pengangkatan jenazah
dihentikan. Selain butuh
tabung oksigen agar tak
terkena gas beracun, Sarwo
menyuruh pengangkatan
ditunda karena Pangkostrad
Soeharto akan menyaksikan
keesokan harinya.
31 3 Oktober pagi seorang polisi
bernama Sukitman ditemukan
oleh RPKAD dan Resimen
Tjakrabirawa berada di Lubang
Buaya.
35 Setelah memberi instruksi
penundaan, Sarwo mendapat
gambaran apa yang menimpa
Jenderal Yani. Ia pulang ke
rumanhya larut malam.
2 Di jalan Iskandarsyah, Sukitman
anggota Kepolisian Sektor
Kebayoran Baru diringkus dan
sekelompok militer dan dibawa ke
Lubang Buaya. Dia berhasil lolos
dan bersembunyi di kolong truk
yang terparkir di depan rumah,
hingga tertidur pulas.
36 Sejarawan Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia, Asvi
Warman Adam mengatakan
bahwa kejadian pertemuan
Sarwo dan Soekarno
mengawali perseteruan
terpendam antara Soeharto
dan Sarwo. Pengamat
milimiter Salim Said juga
melihat ketidaksukaan
Soeharto atas pertemuan
Sarwo dan Bung Karno
32 Pasukan khusus yang sedang
mencari para jenderal itu
membawa Sukitman ke Cijantung
untuk dilaporkan ke Sarwo Edhie.
Awalnya, dia menolak
menceritakan pengalamannya tiga
hari terakhir. Namun, setelah
Sarwo meyakinkan bahwa banyak
yang bergantung padanya,
Sukitman membeberkan lokasi
markas PKI di Lubang Buaya.
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
53
37 Menurut Maulwi Saelan
dalam biografinya, lokasi
sumur Lubang Buaya
ditemukan bersama antara
pasukan RPKAD dan
Cakrabirawa. Pendapat ini
dibantah Sintong Panjaitan
yang menyatakan bahwa
hanya pasukannya yang
menemukan jenazah tersebut.
33 Berdasarkan petunjuk Sukitman,
Sintong dan anak buahnya
menemukan tanah gembur yang
mencurigakan. Setelah digali,
ternyata tempat itu sumur tua.
Pada kedalaman sepuluh meter,
mereka menemukan potongan
kaki, lalu terkuaklah keberadaan
para jenderal yang hilang..
38 Menurut Maulwi, Resimen
Cakrabirawa melapor ke
Presiden Sukarno setelah
mendapat informasi dari
Sukitman. Sukarno kemudian
menyuruh mencari jenderal
yang diculik.
34 Menjelang sore, rencana
pengangkatan jenazah dihentikan.
Selain butuh tabung oksigen agar
tak terkena gas beracun, Sarwo
menyuruh pengangkatan ditunda
karena Pangkostrad Soeharto akan
menyaksikan keesokan harinya.
39 Menurut Rais Rabin, sahabat
Sarwo sejak mengikuti
pendidikan militer di
Australian Army Staf
College, Yani Sarwo-seperti
kakak adik. Menurutnya,
karena hubungan itulah yang
mendorong Sarwo bergerak.
37 Menurut Maulwi Saelan dalam
biografinya, lokasi sumur Lubang
Buaya ditemukan bersama antara
pasukan RPKAD dan
Cakrabirawa. Pendapat ini
dibantah Sintong Panjaitan yang
menyatakan bahwa hanya
pasukannya yang menemukan
jenazah tersebut 38 Menurut Maulwi, Resimen
Cakrabirawa melapor ke Presiden
Sukarno setelah mendapat
informasi dari Sukitman. Sukarno
kemudian menyuruh mencari
jenderal yang diculik. 35 Setelah memberi instruksi
penundaan, Sarwo mendapat
gambaran apa yang menimpa
Jenderal Yani. Ia pulang ke
rumanhya larut malam. 39 Menurut Rais Rabin, sahabat
Sarwo sejak mengikuti pendidikan
militer di Australian Army Staf
College, Yani Sarwo-seperti
kakak adik. Menurutnya, karena
hubungan itulah yang mendorong
Sarwo bergerak.
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
54
Fungsi dan Karakter Narasi
Sebuah teks berita juga memiliki karakter dan fungsinya masing-masing.
Penelitian ini akan menggunakan karakter beserta fungsinya menurut Vladimir
Propp. Dalam narasi berita Manuver Komandan Baret Merah tidak semua 31
fungsi narasi yang diidentifikasi oleh Propp terdapat dalam narasi berita Manuver
Komandan Baret Merah. Situasi awal (α) sosok pahlawan diperkenalkan. Situasi
awal saat anak Sarwo diperkenalkan Subardi menuju ke kediaman Sarwo Edhie.
Ia bertemu dengan Kristiani Herawati, anak Sarwo Edhie. Ia memintanya
memanggil Sarwo Edhie.
Fungsi berikutnya yang muncul yakni tahapan kejahatan (A). Fungsi ini
memiliki deskripsi saat penjahat melukai anggota keluarga pahlawan. Tindakan
penjahat ini menyebabkan kerugian pada anggota keluarga dengan menculik. Hal
ini terjadi saat Jenderal Ahmad Yani ditembak dan dibawa oleh sekelompok
tentara pada menjelang subuh 1 Oktober 1965. Kejadian itu diketahui oleh Mayor
Subardi.
Fungsi mediasi (B) berarti terjadi keadaan yang malang, pahlawan dikirim
untuk mengejar dan menumpas penjahat. Dalam hal ini Sarwo menerima kabar
yang malang dari Mayor Subardi bahwa Jenderal Ahmad Yani ditembak dan
dibawa oleh sekelompok tentara menjelang subuh. Karena dilandasi kedekatannya
dengan Ahmad Yani, Subardi meminta tolong kepadanya Sarwo untuk mencari
Jenderal Ahmad Yani. Dengan bantuan pasukan RPKAD ia berusaha mencari
Ahmad Yano dan dalang penculikan. Meletusnya pembentukan dewan revolusi
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
55
membuka tabir bahwa ada konflik antara angkatan darat yang disokong oleh
Partai Komunis Indonesia.
Berikutnya adalah Fungsi keberangkatan (↑) . Dalam deskripsinya fungsi ini
berarti pahlawan meninggalkan rumah. Pahlawan memutuskan untuk mengejar
penjahat dan menghentikan kekacauan. Setelah mengetahui kabar dari Subardi,
Sarwo Edhie yang berpangkat Kolonel mengumpulkan perwira RPKAD
sekaligus menghimpun kekuatan yang dimilikinya. Sarwo kemudian
memerintahkan kepada Komandan Batalion I Mayor Chalimi Imam Santosa untuk
menarik pasukan yang mengikuti latihan upacara peringatan Hari ABRI di
Senayan.
Plot berlanjut ke fungsi tindakan balasan (C). Fungsi ini berarti seseorang
setuju untuk melakukan aksi balasan. Pahlawan bertekad untuk menghentikan
penjahat. Setelah dari siang Sarwo beserta pasukan RPKAD menunggu perintah
untuk mengamankan tempat vital yang diserang oleh Dewan Revolusi. Sore
harinya, Soeharto akhirnya memerintahkan untuk bergerak menyerbu Radio
Republik Indonesia (RRI) dan Kantor Telekomunikasi yang saat itu dikuasai oleh
Pemuda Rakyat—organisasi kepemudaan Partai Komunis Indonesia. Sebelumnya,
batalion 454/Diponegoro dan 530/Brawijaya, yang menjaga kedua tempat itu,
telah menyingkir terlebih dahulu.
Fungsi selanjutnya adalah fungsi pertama seorang penolong (D). Di mana
pahlawan mendapat ujian dan menerima pertolongan dari orang pintar
(dukun/paranormal). Tempo menggambarkan bahwa tahapan ini terjadi saat
Kompi Tanjung ditugasi merebut RRI sedangkan kompi Urip menguasai kantor
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
56
Telekomunikasi. Letnan Dua Sintong Panjaitan memimpin satu peleton menyerbu
RRI. Posisinya ia membantu Sarwo untuk segera merebut RRI yang saat itu
dikuasai oleh anggota Pemuda Rakyat. Saat sampai di sasaran anak buahnya
melepaskan tiga tembakan. Mendengar letusan, para anggota Pemuda Rakyat lari
dan RRI berhasil diambil alih. Ini menandakan plot narasi masuk ke tahap
kemenangan (I).
Fungsi berlanjut ke mediasi (B). Berarti terjadi keadaan malang, pahlawan
dikirim untuk mengejar dan menumpas penjahat. Pada saat ada ancaman konflik
di Halim, Sarwo menunggu perintah. Soeharto belum memutuskan waktu
penyerangan. Akhirnya, Sarwo menyerobot masuk ruang Panglima. Di dalam
sudah ada Menteri Koordinator Pertahanan Jenderal Abdul Haris Nasution.
Akhirnya, diputuskan bahwa Sarwo bergerak ke Halim untuk meredakan konflik
di Halim.
Berikutnya, fungsi perjuangan (H) di mana pahlawan dan penjahat
bertarung secara langsung. muncul saat Sarwo segera bermanuver. Untuk
mengecoh musuh, pasukan kavaleri bergerak sepanjang malam di dalam kota.
Regu lain masuk secara diam-diam dari arah Klender. Tepat pukul 06.00, semua
kompi bergerak ke area lapangan udara. Kurang dari seperempat jam, Halim
dikuasai tanpa perlawanan berarti.
Fungsi perjuangan (H) juga muncul kemabali saat Sarwo berangkat ke
Halim karena hendak menemui Sukarno. Informasi yang ia terima, Presiden masih
di sana. Mayor Santosa menyarankan atasannya itu melalui Klender, jalur yang
sudah disterilkan. Namun, dengan alasan mengejar waktu, Sarwo akan lewat
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
57
Pondok Gede. Di perjalanan ke Halim Sarwo Edhie dihadang dan terjadi kontak
senjata antara aparat tentara.
Narasi berlanjut ke fungsi pertama dari seorang penolong (D). Pahlawan
mendapat ujian dan menerima pertolongan dari orang pintar. Diceritakan
Soekarno menugaskan Sarwo untuk menghentikan kontak senjata. Dengan
membawa surat Sukarno, Sarwo kembali ke Halim dan memerintahkan baku
tembak disudahi.
Kemudian plot masuk ke babak pemindahan ruang (G). Di fungsi ini,
pahlawan mengarah pada objek yang diteliti. Pahlawan dikirimkan ke lokasi di
mana tawanan berada. Dalam narasi, pasukan RPKAD dan Resimen Tjakrabirawa
menemukan seorang polisi bernama Sukitman. Ia salah seorang yang diculik pada
saat malam 30 September 1965. Pasukan khusus yang sedang mencari para
jenderal itu membawa Sukitman ke Cijantung untuk dilaporkan ke Sarwo Edhie.
Awalnya, dia menolak menceritakan pengalamannya tiga hari terakhir. Namun,
setelah Sarwo meyakinkan bahwa banyak yang bergantung padanya, Sukitman
membeberkan lokasi markas PKI di Lubang Buaya.
Narasi berlanjut ke fungsi kembali (↓) yang mempunyai deskripsi pahlawan
kembali dari tugas. Setelah memberi instruksi penundaan, Sarwo mendapat
gambaran apa yang menimpa Jenderal Yani. Ia pulang ke rumanhya larut malam.
Seluruh fungsi karakter tersebut dapat dilihat dengan tabel sebagai berikut
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
58
Tabel 4.2 Fungsi Narasi Propp Dalam Berita Manuver Komandan Baret Merah
Plot Simbol Fungsi Deskripsi Fungsi
Subardi menuju ke
kediaman Sarwo Edhie. Ia
bertemu dengan Kristiani
Herawati, anak Sarwo
Edhie. Ia memintanya
memanggil Sarwo Edhie.
α Situasi Awal Anggota keluarga
atau sosok
pahlawan
diperkenalkan
Subardi bertemu Sarwo. Ia
kemudian menceritakan
musibah yang dialami oleh
Jenderal Ahmad Yani.
Jenderal Yani ditembak
dan dibawa oleh
sekelompok tentara pada
menjelang subuh 1
Oktober 1965. Kejadian
itu diketahui oleh Mayor
Subardi.
A Kejahatan/Keku
rangan
Penjahat melukai
angggota keluarga
pahlawan
Subardi lalu meminta
tolong kepada Sarwo
Edhie untuk mencari
Ahmad Yani. Hal ini
dilandasi karena faktor
kedekatan Sarwo dan Yani
yang sudah seperti kakak-
adik. Seperti diutarakan
oleh Umar
Wirahadikusumah.
B Mediasi Teerjadi keadaan
yang malang,
pahlawan dikirim
untuk mengejar dan
menumpas
penjahat.
Subardi melapor kejadian
yang menimpa Ahmad
Yani ke Panglima Daerah
Militer Jakarta Raya
Mayor Jenderal Umar
Wirahadikusumah. Umar
kemudian
memberitahukan kepada
Subardi untuk pergi ke
Sarwo Edhie Wibowo.
Dipilihnya Sarwo karena
ia adalah Komandan
Resimen Para Komando
Angkatan Darat (RPKAD)
dan juga punya hubungan
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
59
erat dengan Ahmad Yani.
Setelah mengetahui kabar
dari Subardi, Sarwo Edhie
yang berpangkat Kolonel
mengumpulkan perwira
RPKAD sekaligus
menghimpun kekuatan
yang dimilikinya. Sarwo
kemudian memerintahkan
kepada Komandan
Batalion I Mayor Chalimi
Imam Santosa untuk
menarik pasukan yang
mengikuti latihan upacara
peringatan Hari ABRI di
Senayan.
↑ Keberangkatan Pahlawan
meninggalkan
rumah. Pahlawan
memutuskan untuk
mengejar penjahat
dan menghentikan
kekacauan.
Setiba di Cijantung,
pasukan RPKAD
membentuk pertahan
melingkar menghadap
jalan Jakarta-Bogor.
Pukul tujuh pagi, Letnan
Kolonel Untung
menyiarkan Gerakan 30
September di Radio
Republik Indonesia (RRI)
dan pembentukan
Revolusi. Disimpulkan
bahwa terjadi kudeta.
Kapten Herman Sarens
Sudiro datang naik panser.
Membawa surat, Herman
mengaku diperintah
Panglima Komando
Cadangan Strategis
Angkatan Darat Mayor
Jenderal Soeharto.
Sarwo tak percaya begitu
saja. Walau surat itu
terlihat asli, ia tak yakin
Soeharto dalam kondisi
selamat. Dalam benaknya,
bisa jadi surat itu dibuat di
bawah tekanan. Karena itu,
dia melucuti Herman.
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
60
Sekitar sejam kemudian,
Kapten Daryono, perwira
yang dikirim ke Kostrad,
kembali. Ia membenarkan
Herman utusan Soeharto.
Sarwo dan Herman
kemudian berangkat
menemui Soeharto
Sarwo dan Soeharto
membahas situasi. Sarwo
mempunyai pasukan siap
bergerak mengamankan
tempat vital. Hingga pukul
satu, belum ada komando
melancarkan aksi.
Tanpa setahu Soeharto,
Sarwo memerintahkan
pasukan baret merahnya
bergerak ke Kostrad.
Perjalanan ke Kostrad tak
dapat rintangan dan
mereka mengambil posisi
siaga.
Sore harinya, Soeharto
akhirnya memerintahkan
untuk bergerak menyerbu
Radio Republik Indonesia
(RRI) dan Kantor
Telekomunikasi yang saat
itu dikuasai oleh Pemuda
Rakyat—organisasi
kepemudaan Partai
Komunis Indonesia.
Batalion 454/Diponegoro
dan 530/Brawijaya, yang
menjaga kedua tempat itu,
telah menyingkir terlebih
dahulu.
C Tindakan
Balasan
Seseorang setuju
untuk melakukan
aksi balasan.
Pahlawan bertekad
untuk
menghentikan
penjahat.
Kompi Tanjung ditugasi
merebut RRI sedangkan
kompi Urip menguasai
kantor Telekomunikasi.
Letnan Dua Sintong
Panjaitan memimpin satu
D Fungsi Pertama
seorang
penolong
Pahlawan
mendapat ujian dan
menerima
pertolongan dari
orang pintar.
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
61
peleton menyerbu RRI.
Saat sampai di sasaran
anak buahnya melepaskan
tiga tembakan
Mendengar letusan, para
anggota Pemuda Rakyat
lari dan tak berapa lama
RRI berhasil diambil alih.
I Kemenangan Penjahat
dikalahkan
Keberhasilan itu
dilaporkan ke Sarwo yang
memantau dari Markas
Kostrad bersama Feisal
Tanjung.
Sarwo membentak
Sintong, yang menyatakan
bahwa laporannya tidak
benar dan menyatakan
untuk menangkap semua
orang di RRI. Rupanya,
Sarwo masih mendengar
siaran RRI, yang
memutarkan tape
recorder.
Kepala Pusat Penerangan
Angkatan Darat Jenderal
Ibnu Soebroto
membacakan pidato
tertulis Soeharto dan
disiarkan di RRI.
Jumat, 23.30. Beriringan,
tiga kendaraan
meninggalkan Halim
menuju Istana Bogor.
Mobil pertama membawa
Panglima Kepolisian
Jenderal Soetjipto
Joedodihardjo. Di
belakangnya menyusul
mobil biru bernomor B-
3739, dinaiki Presiden
Sukarno, Wakil Perdana
Menteri Dr Leimena, dan
Kolonel Bambang
Widjanarko. Kendaraan
paling akhir membawa
Komandan Resimen
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
62
Cakrabirawa Brigadir
Jenderal Mochamad Sabur
dan wakilnya, Kolonel
Maulwi Saelan.
Ada ancaman yang
ditujukan untuk Soekarno
agar meninggalkan Halim.
Pesan ancaman
disampaikan oleh
Bambang Widjanarko.
Bambang Widjanarko
bertemu Soeharto di
Markas Kostrad. Ia
mencari Mayor Jenderal
Pranoto Reksosamodro,
Asisten III Panglima
Angkatan Darat.
Rapat di Halim, yang
dihadiri petinggi negara.
Diputuskan, Pranoto
diangkat sebagai penjabat
Panglima Angkatan Darat.
Namun Soeharto menolak
keputusan itu.
Pada saat bersamaan, di
Markas Kostrad, Sarwo
menunggu perintah.
Soeharto belum
memutuskan waktu
penyerangan. Akhirnya,
Sarwo menyerobot masuk
ruang Panglima. Di dalam
sudah ada Menteri
Koordinator Pertahanan
Jenderal Abdul Haris
Nasution. Diputuskan
bahwa Sarwo bergerak ke
Halim untuk meredakan
konflik di Halim
Perdanakusuma.
B Mediasi Terjadi keadaan
malang, pahalwan
dikirim untuk
mengejar dan
menumpas
penjahat.
Sarwo segera bermanuver.
Untuk mengecoh musuh,
pasukan kavaleri bergerak
sepanjang malam di dalam
kota. Regu lain masuk
H Perjuangan Pahlawan dan
penjahat bertarung
secara langsung
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
63
secara diam-diam dari arah
Klender. Tepat pukul
06.00, semua kompi
bergerak ke area lapangan
udara. Kurang dari
seperempat jam, Halim
dikuasai tanpa perlawanan
berarti.
Sekitar pukul 10.00,
Sarwo berangkat ke
Halim. Ia hendak menemui
Sukarno. Informasi yang ia
terima, Presiden masih di
sana. Mayor Santosa
menyarankan atasannya itu
melalui Klender, jalur
yang sudah disterilkan.
Namun, dengan alasan
mengejar waktu, Sarwo
akan lewat Pondok Gede.
Di perjalanan ke Halim
Sarwo Edhie dihadang dan
terjadi kontak senjata
antara aparat tentara.
H Perjuangan Pahlawan dan
penjahat bertarung
secara langsung
Sarwo dan pasukannya
lalu menyingkir ke Pos
Komando di Pondok Gede.
Di sana, dia bertemu
dengan beberapa perwira
tinggi Angkatan Udara,
seperti Laksamana Muda
Sri Mulyono Herlambang
dan Komodor Dewanto.
Dari mereka, Sarwo
mendapat informasi,
Sukarno sudah di Bogor.
Maka mereka terbang ke
Istana Bogor dengan
helikopter kepresidenan
Sikorsky S-61.
Di Bogor, Sarwo bertemu
dengan Sukarno.Dari
pertemuan itu, Sarwo
Edhie kecewa terhadap
Sukarno, yang
menganggap remeh
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
64
hilangnya sejumlah
jenderal. Menurut
Sukarno, hal itu hanya
sebuah riak kecil dalam
revolusi.
Soekarno menugaskan
Sarwo untuk
menghentikan kontak
senjata. Dengan membawa
surat Sukarno, Sarwo
kembali ke Halim dan
memerintahkan baku
tembak disudahi.
D Fungsi Pertama
dari Seorang
Penolong
Pahlawan
mendapat ujian dan
menerima
pertolongan dari
orang pintar.
Sejarawan Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia,
Asvi Warman Adam
mengatakan bahwa
kejadian pertemuan Sarwo
dan Soekarno mengawali
perseteruan terpendam
antara Soeharto dan
Sarwo. Pengamat
milimiter Salim Said juga
melihat ketidaksukaan
Soeharto atas pertemuan
Sarwo dan Bung Karno
3 Oktober pagi seorang
polisi bernama Sukitman
ditemukan oleh RPKAD
dan Resimen Tjakrabirawa
berada di Lubang Buaya.
Di jalan Iskandarsyah,
Sukitman anggota
Kepolisian Sektor
Kebayoran Baru diringkus
dan sekelompok militer
dan dibawa ke Lubang
Buaya. Dia berhasil lolos
dan bersembunyi di
kolong truk yang terparkir
di depan rumah, hingga
tertidur pulas.
Pasukan khusus yang
sedang mencari para
jenderal itu membawa
G Pemindahan
Ruang
Pahlawan
mengarah pada
objek yang
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
65
Sukitman ke Cijantung
untuk dilaporkan ke Sarwo
Edhie. Awalnya, dia
menolak menceritakan
pengalamannya tiga hari
terakhir. Namun, setelah
Sarwo meyakinkan bahwa
banyak yang bergantung
padanya, Sukitman
membeberkan lokasi
markas PKI di Lubang
Buaya.
diselidiki.
Berdasarkan petunjuk
Sukitman, Sintong dan
anak buahnya menemukan
tanah gembur yang
mencurigakan. Setelah
digali, ternyata tempat itu
sumur tua. Pada
kedalaman sepuluh meter,
mereka menemukan
potongan kaki, lalu
terkuaklah keberadaan
para jenderal yang hilang.
Menurut Maulwi Saelan
dalam biografinya, lokasi
sumur Lubang Buaya
ditemukan bersama antara
pasukan RPKAD dan
Cakrabirawa. Pendapat ini
dibantah Sintong Panjaitan
yang menyatakan bahwa
hanya pasukannya yang
menemukan jenazah
tersebut
Menurut Maulwi, Resimen
Cakrabirawa melapor ke
Presiden Sukarno setelah
mendapat informasi dari
Sukitman. Sukarno
kemudian menyuruh
mencari jenderal yang
diculik.
Setelah memberi instruksi
penundaan, Sarwo
mendapat gambaran apa
↓ Kembali Pahlawan Kembali
Dari Tugas
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
66
yang menimpa Jenderal
Yani. Ia pulang ke
rumanhya larut malam.
Menurut Rais Rabin,
sahabat Sarwo sejak
mengikuti pendidikan
militer di Australian Army
Staf College, Yani Sarwo-
seperti kakak adik.
Menurutnya, karena
hubungan itulah yang
mendorong Sarwo
bergerak.
Berdasarkan analisis fungsi narasi Propp, terdapat empat karakter di dalam
berita Manuver Komandan Baret Merah yang digambarkan dalam buku Sarwo
Edhie dan Misteri 1965. Karakter penjahat diperankan oleh Letnal Kolonel
Untung, Partai Komunis Indonesia (PKI), dan simpatisannya. Dalam hal ini
tentara yang berafiliasi dengan partai ini. Dalam narasi beritanya, mereka selalu
berperan untuk melawan pahlawan. Pertama, tentara menembak dan menculik
Jenderal Ahmad Yani. Kemudian deklarasi terbentuknya Dewan Revolusi dan
siaran akan gerakan 30 September 1965 makin menyuarakan tantangan kepada
pahlawan untuk berkonfrontrasi secara langsung. Penjahat bertemu pahlawan
secara langsung di narasi saat mereka bertemu di Radio Republik Indonesia.
Karakter pengirim muncul pertama, yang tugasnya mengirim pahlawan
menjalankan misi. Dalam plot narasi ini terjadi saat Mayor Subardi meminta
tolong Sarwo untuk mencari Ahmad Yani. Karakter pengirim juga diperankan
oleh Soeharto mengirim Sarwo yang mempunyai tentara RPKAD untuk
menumpas PKI dan mencari para Jenderal yang hilang. Posisinya sebagai
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
67
Panglima Kostrad berpangakat Mayor Jenderal mempunyai wewenang tinggi
untuk mengamankan situasi yang berantakan pasca Gerakan 30 September.
Karakter pahlawan dalam narasi ini adalah Sarwo Edhie. Mencari sesuatu
dan menjalankan misi. Dalam narasi ini Sarwo diperintahkan untuk mencari
Jenderal Ahmad Yani yang diculik dan menjalankan misi menumpas tentara yang
terafiliasi dengan PKI.
Karakter Penolong diperankan oleh Kompi Urip dan Kompi Tanjung
bersama ditugasi merebut RRI dan Kantor Telekomunikasi. Karakter penolong
pada narasi pada dasarnya membantu pahlawan menyelesaikan tugas berat. Disini
ada peran Letnan Dua Sintong Panjaitan yang berhasil membantu Sarwo merebut
RRI dari Pemuda Rakyat.
Karakter donor (Penderma) yang berarti karakter menolong dengan
kekuatan magic (supernatural). Dalam narasi berita ini diperankan oleh dua orang.
Pertama donor diperankan saat Feisal Tanjung, Kompi Urip, dan Sintong
Panjaitan bersama membantu Sarwo menumpas Partai Komunis Indonesia dan
simpatisannya. Mereka bertujuan merebut kembali Kantor Telekomunikasi dan
Radio Republik Indonesia.
Karakater donor ini diperankan Soekarno menolong Sarwo untuk
meredakan konflik di Halim. Kekuatan yang dimiliki diketahui saat ia
memberikan surat yang punya kuasa untuk meredam konflik di Halim. Surat ini
membantu Sarwo untuk meredakan konflik antar tentara yang terjadi di Halim.
Berikut tabel penjelasan karakter dan fungsi dalam teks dalam berita Manuver
Komandan Baret Merah.
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
68
Tabel 4.3 Karakter dalam Narasi Berita Manuver Komandan Baret Merah
Karakter Tokoh Fungsi Dalam Teks
Penjahat Letnan Kolonel Untung,
Tentara yang ikut dalam
Dewan Revolusi, simpatisan
PKI, Pemuda Rakyat
(Organisasi kepemudaan
Partai Komunis Indonesia
Melawan Pahlawan. Pada narasi
Letnan Kolonel Untung, dibantu
dengan tentara dan Partai Komunis
Indonesia mendeklarasikan Dewan
Revolusi dan Gerakan 30
September. Mereka ingin terjadi
revolusi yang diawali dengan
pengambilan kekuaasaan negara
dan tentara. Dengan cara menculik
Jenderal Ahmad Yani.
Penjahat juga diperankan oleh
anggota Pemuda Rakyat saat
mereka menguasai RRI dan kantor
telekomunikasi.
Pahlawan Sarwo Edhie Wibowo Mencari sesuatu dan menjalankan
misi. Dalam narasi ini Sarwo
diperintahkan untuk mencari
Jenderal Ahmad Yani yang diculik
dan menjalankan misi menumpas
tentara yang terafiliasi dengan PKI.
Penolong Sukitman Membantu pahlawan
menyelesaikan tugas berat. Dalam
hal ini Sukitman membeberkan
tempat lokasi di mana para jenderal
yang diculik oleh tentara dan
simpatisan komunis.
Pengirim Mayor Subardi, Soeharto Mengirim pahlawan menjalankan
misi. Dalam plot narasi ini terjadi
saat Mayor Subari meminta tolong
Sarwo untuk mencari Ahmad Yani.
Soeharto mengirim Sarwo yang
mempunyai tentara RPKAD untuk
menumpas PKI dan mencari para
Jenderal yang hilang. Posisinya
sebagai Panglima Kostrad
berpangakat Mayor Jenderal
mempunyai wewenang tinggi
untuk mengamankan situasi yang
berantakan pasca gerakan 30
September.
Donor Letnan Dua Sintong Menolong dengan kekuatan magic
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
69
(Penderma) Panjaitan beserta peletonnya
dan Soekarno
(supernatural). Kompi Tanjung
ditugasi merebut RRI sedangkan
kompi Urip menguasai kantor
Telekomunikasi. Letnan Dua
Sintong Panjaitan beserta
peletonnya berhasil membantu
Sarwo Edhie merebut RRI.
Soekarno menolong Sar\wo untuk
meredakan konflik di Halim. Ia
memberikan surat yang punya
kuasa untuk meredam konflik di
Halim.
4.3.2 Berita 2
Bab : Jejak Darah Sang Pembasmi.
Judul : Menumpas Sampai Ke Akarnya.
Dalam plot yang digambarkan dalam narasi berita Menumpas Sampai ke
Akarnya terlihat mengikuti tahapan narasi sebagai berikut : gangguan upaya
memperbaiki gangguan ekuilibrium. Tahap gangguan dimulai saat deklarasi
Dewan Revolusi oleh Letnan Kolonel Untung di Radio Republik Indonesia yang
membuat beberapa daerah bergolak. Salah satunya di Jawa Tengah, militer
pendukung Gerakan 30 September membuat bergerak. Asisten Intelijen Komando
Daerah Militer VII/Diponegoro Kolonel Suherman bersama Kolonel Marjono
(kepala personel) dan Letkol Usman Sastrodibroto (Kepala Biro Hubungan Sipil-
Militer) menguasai Kodam VII/Diponegoro). Panglima Kodam Mayor Jenderal
Surjosumpeno sempat ditangkap, tapi berhasil kabur, kemudian menuju ke
Magelang, Jawa Tengah. Suherman kemudian mengumumkan pengambil alihan
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
70
komando di Kodam dan pembentukan Dewan Revolusi Jawa Tengah lewat RRI
Semarang. 5 Oktober 1965, semua unit berhasil di bawah kendali Surjosumpeno.
Upaya memperbaiki gangguan dimulai saat kabar permasalahan di Jawa
Tengah didengar oleh Soeharto di Jakarta. Soeharto kemudian mengumumkan
pembatalan pengumuman Untung (Dewan Revolusi). Soeharto pun mengerahkan
pasukan RPKAD di bawah Sarwo Edhie untuk membantu Surjosumpeno di Jawa
Tengah. Di Jawa Tengah, Surjosumpeno bergerak. Ia berhasil merebut lima dari
tujuh batalion infanteri. Sebelumnya, batalion tersebut terafiliasi mendukung
Gerakan 30 September 1965. Soeharto pun mengerahkan pasukan RPKAD di
bawah Sarwo Edhie untuk membantu Surjosumpeno di Jawa Tengah. Mulai dari
Semarang dilanjutkan ke kota-kota lain di Jawa Tengah, Sarwo dan RPKAD
meredam gerakan massa pendukung komunis militer .Menghadapi gerakan para
pendukung komunis non militer, selain dengan selebaran, Sarwo Edhie juga
banyak bernegosiasi dengan masyarakat untuk bersama menumpas PKI. Sarwo
memutuskan mendorong warga sipil antikomunis membantu. Bantuan tersebut
lewat pelatihan singkat dari RPKAD dan kemudian melepas masyarakat untuk
menumpas komunis. 7 Desember Sarwo dan RPKAD tiba di Denpasar, Bali.
Dengan kedatangan RPKAD, masyarakat Bali seolah-olah mendapat izin
membasmi PKI.
Masuk ke tahap ekuilibrium pada saat akhir Desember, Jawa Tengah
dianggap sudah bersih dari PKI. 31 Desember pasukan RPKAD yang bertugas di
Jawa Tengah mulai ditarik pulang ke Jakarta. Mereka menutup tugas dengan
semacam ―parade kemenangan‖ di seluruh daerah operasinya di Jawa Tengah.
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
71
Berikut adalah tabel cerita dan plot berita Menumpas Sampai Ke Akarnya.
Cerita adalah urutan kronologis kejadian yang disusun berdasarkan urutan waktu.
Maka dari itu di tabel cerita menceritakan perguliran kasus berdasarkan urutan
waktu, sedangkan plot adalah urutan adegan yang disusun di dalam buku. Plot
tidak mengikuti urutan waktu sehingga diperbolehkan untuk menggunakan alur
seperti maju mundur.
Tabel 4.4 Plot Berita Menumpas Sampai Ke Akarnya
No Cerita No Plot
1. Deklarasi Dewan Revolusi oleh
Letnan Kolonel Untung di
Radio Republik Indonesia
membuat beberapa daerah
bergolak.
2. 1 Oktober 1965 malam, Mayor
Jenderal Soeharto dan
perangkatnya menguasai
situasi, penangkapan orang-
orang PKI dan simpatisannya
mulai marak.
2 1 Oktober 1965 malam, Mayor
Jenderal Soeharto dan perangkatnya
menguasai situasi yang bergolak,
penangkapan orang-orang PKI dan
simpatisannya mulai marak.
3. Sarwo Edhie mengatakan di
daerah pedesaan Jawa Tengah,
mereka yang menentang
komunis, diculik dan dan
rumahnya dibakar.
28 Empat sanak saudara Sumarso
Sumarso, pengurus PKI di
Semarang hilang ditelan massa.
Sumarso mengaku massa
dikoordinasi oleh tentara.
4. Militer pendukung Gerakan 30
September juga bergerak.
Asisten Intelijen Komando
Daerah Militer VII/Diponegoro
Kolonel Suherman bersama
Kolonel Marjono (kepala
personel) dan letkol Usman
Sastrodibroto (kepala biro
hubungan sipil-militer)
menguasai Kodam
VII/Diponegoro).
29 Sumarso sendiri selamat karena
tentara yang memimpin
penangkapan melindunginya dari
amukan massa.
5. Panglima Kodam Mayor
Jenderal Surjosumpeno sempat
24 Korban berjatuhan akibat peristiwa
Gerakan 30 September di berbagai
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
72
ditangkap, tapi berhasil kabur,
kemudian menuju ke
Magelang, Jawa Tengah.
tempat di Indonesia. Jumlahnya
sendiri sampai sekarang masih tidak
jelas. Kolonel Sarwo Edhie
Wibowo, Komandan Resimen Para
Komando Angkatan Darat
(RPKAD) dan pasukannya, yang
bertugas di Jawa dan Bali mendapat
sorotan.
6. Suherman kemudian
mengumumkan pengambil
alihan komando di Kodam dan
pembentukan Dewan Revolusi
Jawa Tengah lewat RRI
Semarang.
25 Desember 1965, Presiden Sukarno
membentuk Komisi Pencari Fakta,
yang dipimpin Menteri Dalam
Negeri, Mayjen Soemarno.
Hasilnya angka resmi korban
hingga Desember adalah 80 ribu.
7. Di Yogyakarta, Mayor
Muljono gagal membujuk
Komandan Resor Militer 72
Kolonel Katamso agar
mendukung Untung. Katamso
dan wakilnya, Letkol Sugiono,
ditangkap.
26 Namun angka itu tidak diyakini
oleh Sukarno. Ia bertanya langsung
kepada salah satu anggota Komisi,
Oei Tjoe Tat. Oei mencatat
jumlahnya bisa sekitar lima sampai
enam kali lipat.
8. Malam harinya, berita di Jawa
Tengah didengar di Jakarta.
Soeharto mengumumkan
pembatalan pengumuman
Untung (Dewan Revolusi).
27 Sintong Panjaitan yang pada masa
itu ikut beroperasi di Jawa Tengah
menolak angka tersebut. Ia juga
menegaskan bukan RPKAD yang
membunuh melainkan masyarakat
9. Seruan Soeharto disambut
masyarakat anti-PKI di Jawa
Timur, dan mulailah
penyerangan terhadap orang
PKI.
1 Deklarasi Dewan Revolusi oleh
Letnan Kolonel Untung di Radio
Republik Indonesia membuat
beberapa daerah bergolak.
10. Di Jawa Tengah,
Surjosumpeno bergerak. Ia
berhasil merebut lima dari
tujuh batalion infanteri.
Sebelumnya, batalion tersebut
terafiliasi mendukung Gerakan
30 September 1965.
3 Sarwo Edhie mengatakan di daerah
pedesaan Jawa Tengah, mereka
yang menentang komunis, diculik
dan dan rumahnya dibakar
11. 5 Oktober 1965, semua unit
berhasil dibawah kendali
Surjosumpeno.
4 Militer pendukung Gerakan 30
September juga bergerak. Asisten
Intelijen Komando Daerah Militer
VII/Diponegoro Kolonel Suherman
bersama Kolonel Marjono (kepala
personel) dan Letkol Usman
Sastrodibroto (kepala biro
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
73
hubungan sipil-militer) menguasai
Kodam VII/Diponegoro).
12. Soeharto pun mengerahkan
pasukan RPKAD di bawah
Sarwo Edhie untuk membantu
Surjosumpeno di Jawa Tengah.
5 Panglima Kodam Mayor Jenderal
Surjosumpeno sempat ditangkap,
tapi berhasil kabur, kemudian
menuju ke Magelang, Jawa Tengah.
13. 19 Oktober, batalion RPKAD
dari Jakarta mulai beroperasi di
Semarang. Massa ikut bergerak
membakari gedung milik PKI,
juga milik warga keturunan
Tionghoa.
6 Suherman kemudian
mengumumkan pengambil alihan
komando di Kodam dan
pembentukan Dewan Revolusi Jawa
Tengah lewat RRI Semarang.
14. 20 Oktober, Katamso dan
Letkol Sugiono ditemukan
meninggal di sekitar
Kentungan.
7 Di Yogyakarta, Mayor Muljono
gagal membujuk Komandan Resor
Militer 72 Kolonel Katamso agar
mendukung Untung. Katamso dan
wakilnya, Letkol Sugiono,
ditangkap.
15. 21 Oktober malam, pasukan
RPKAD bergerak ke
Magelang.
14 20 Oktober, Katamso dan Letkol
Sugiono ditemukan meninggal di
sekitar Kentungan.
16. 23 Oktober, Saat menghadiri
pemakaman Katamso dan
Sugiono Sarwo mendapat
informasi, massa komunis di
sepanjang jalan Yogya-Solo.
8 Malam harinya, berita di Jawa
Tengah didengar di Jakarta.
Soeharto mengumumkan
pembatalan pengumuman Untung
(Dewan Revolusi).
17. Sarwo juga bergerak ke Solo
dan melumpuhkan aksi mogok
Serikat Buruh Kereta Api di
Stasiun Balapan.
9 Seruan Soeharto disambut
masyarakat anti-PKI di Jawa Timur,
dan mulailah penyerangan terhadap
orang PKI.
18. Menghadapi gerakan para
pendukung komunis non
militer, selain dengan
selebaran, Sarwo Edhie juga
banyak bernegosiasi dengan
masyarakat untuk bersama
menumpas PKI.
10 Di Jawa Tengah, Surjosumpeno
bergerak. Ia berhasil merebut lima
dari tujuh batalion infanteri.
Sebelumnya, batalion tersebut
terafiliasi mendukung Gerakan 30
September 1965.
19. 26 Oktober Jawa Tengah
dinyatakan darurat perang,
Sarwo Edhie membentuk
Gabungan Staf Keamanan,
meminta tambahan pasukan.
Tapi ditolak.
11 5 Oktober 1965, semua unit berhasil
dibawah kendali Surjosumpeno.
20. Sarwo memutuskan mendorong
warga sipil antikomunis
membantu. Bantuan tersebut
12 Soeharto pun mengerahkan pasukan
RPKAD di bawah Sarwo Edhie
untuk membantu Surjosumpeno di
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
74
lewat pelatihan singkat dari
RPKAD dan kemudian
melepas masyarakat untuk
menumpas komunis.
Jawa Tengah.
21. 7 Desember Sarwo dan
RPKAD tiba di Denpasar,
Bali. Dengan kedatangan
RPKAD, masyarakat Bali
seolah-olah mendapat izin
membasmi PKI.
13 19 Oktober, batalion RPKAD dari
Jakarta mulai beroperasi di
Semarang. Massa ikut bergerak
membakari gedung milik PKI, juga
milik warga keturunan Tionghoa.
22. Akhir Desember, Jawa Tengah
dianggap sudah bersih dari
PKI. Feisal Tanjung kemudian
diminta untuk membantu
menumpas PKI di Jawa Timur.
15 21 Oktober malam, pasukan
RPKAD bergerak ke Magelang.
23. 31 Desember pasukan RPKAD
yang bertugas di Jawa Tengah
mulai ditarik pulang ke Jakarta.
Mereka menutup tugas dengan
semacam ―parade
kemenangan‖ di seluruh daerah
operasinya di Jawa Tengah.
16 23 Oktober, Saat menghadiri
pemakaman Katamso dan Sugiono
Sarwo mendapat informasi, massa
komunis di sepanjang jalan Yogya-
Solo. Ia bergerak ke solo dan
melumpuhkan aksi mogok Serikat
Buruh Kereta Api di Stasiun
Balapan.
24. Korban berjatuhan akibat
peristiwa Gerakan 30
September di berbagai tempat
di Indonesia. Jumlahnya sendiri
sampai sekarang masih tidak
jelas. Kolonel Sarwo Edhie
Wibowo, Komandan Resimen
Para Komando Angkatan Darat
(RPKAD) dan pasukannya,
yang bertugas di Jawa dan Bali
mendapat sorotan.
17 Sarwo juga bergerak ke Solo dan
melumpuhkan aksi mogok Serikat
Buruh Kereta Api di Stasiun
Balapan.
25. Desember 1965, Presiden
Sukarno membentuk Komisi
Pencari Fakta, yang dipimpin
Menteri Dalam Negeri, Mayjen
Soemarno. Hasilnya angka
resmi korban hingga Desember
adalah 80 ribu.
18 Menghadapi gerakan para
pendukung komunis non militer,
selain dengan selebaran, Sarwo
Edhie juga banyak bernegosiasi
dengan masyarakat untuk bersama
menumpas PKI.
26. Namun angka itu tidak diyakini
oleh Sukarno. Ia bertanya
langsung kepada salah satu
anggota Komisi, Oei Tjoe Tat.
Oei mencatat jumlahnya bisa
19 26 Oktober Jawa Tengah
dinyatakan darurat perang, Sarwo
Edhie membentuk Gabungan Staf
Keamanan, meminta tambahan
pasukan. Tapi ditolak.
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
75
sekitar lima sampai enam kali
lipat.
27. Sintong Panjaitan yang pada
masa itu ikut beroperasi di
Jawa Tengah menolak angka
tersebut. Ia juga menegaskan
bukan RPKAD yang
membunuh melainkan
masyarakat.
20 Sarwo memutuskan mendorong
warga sipil antikomunis membantu.
Bantuan tersebut lewat pelatihan
singkat dari RPKAD dan kemudian
melepas masyarakat untuk
menumpas komunis.
28. Empat sanak saudara Sumarso
Sumarso, pengurus PKI di
Semarang hilang ditelan massa.
Sumarso mengaku massa
dikoordinasi oleh tentara.
30 Yoso Dumeri Faizin, bekas anggota
Barisan Ansor Serbaguna, setelah
dilatih, ia dan teman-temannya
diperintah melakukan operasi
penangkapan orang yang dianggap
anggota PKI. Semua dalam
komando RPKAD atau tentara dari
Korem.
29. Sumarso sendiri selamat karena
tentara yang memimpin
penangkapan melindunginya
dari amukan massa.
31 Daud Sinjal, wartawan harian
Angkatan Bersenjata, yang bersama
RPKAD di Jawa Tengah mengaku
melihat ada massa yang langsung
membunuhi. Namun ia tidak
melihat RPKAD membunuhi.
30. Yoso Dumeri Faizin, bekas
anggota Barisan Ansor
Serbaguna, setelah dilatih, ia
dan teman-temannya diperintah
melakukan operasi
penangkapan orang yang
dianggap anggota PKI. Semua
dalam komando RPKAD atau
tentara dari Korem.
22 Akhir Desember, Jawa Tengah
dianggap sudah bersih dari PKI.
Feisal Tanjung kemudian diminta
untuk membantu menumpas PKI di
Jawa Timur.
31. Daud Sinjal, wartawan harian
Angkatan Bersenjata, yang
bersama RPKAD di Jawa
Tengah mengaku melihat ada
massa yang langsung
membunuhi. Namun ia tidak
melihat RPKAD membunuhi.
21 7 Desember Sarwo dan RPKAD
tiba di Denpasar, Bali. Dengan
kedatangan RPKAD, masyarakat
Bali seolah-olah mendapat izin
membasmi PKI..
32. Douglas Kammen, pengajar di
Departemen Studi Asia
Tenggara National University
of Singapore, mengatakan
tujuan kedatangan RPKAD ke
Bali untuk mengendalikan
masyarakat atas pengaruh PKI
32 Douglas Kammen, pengajar di
Departemen Studi Asia Tenggara
National University of Singapore,
mengatakan tujuan kedatangan
RPKAD ke Bali untuk
mengendalikan masyarakat atas
pengaruh PKI seperti yang
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
76
seperti yang dilakukan di Jawa
Tengah.
dilakukan di Jawa Tengah.
23 31 Desember pasukan RPKAD
yang bertugas di Jawa Tengah
mulai ditarik pulang ke Jakarta.
Mereka menutup tugas dengan
semacam ―parade kemenangan‖ di
seluruh daerah operasinya di Jawa
Tengah.
Sebuah teks berita juga memiliki karakter dan fungsinya masing-masing.
Penelitian ini akan menggunakan karakter beserta fungsinya menurut Vladimir
Propp. Dalam narasi berita Menumpas Sampai ke Akarnya tidak semua 31 fungsi
narasi yang diidentifikasi oleh Propp terdapat dalam narasi berita Menumpas
Sampai ke Akarnya. Situasi awal (α) diawali 1 Oktober 1965 malam, Mayor
Jenderal Soeharto dan perangkatnya menguasai situasi yang bergolak,
penangkapan orang-orang PKI dan simpatisannya mulai marak.
Fungsi berikutnya adalah kejahatan (C), yakni penjahat melukai anggota
keluarga pahlawan. Tindakan penjahat menyebabkan kerugian/cedera pada
anggota keluarga. Sarwo Edhie mengatakan di daerah pedesaan Jawa Tengah,
mereka yang menentang komunis, diculik dan dan rumahnya dibakar.
Tindakan kejahatan/kekurangan (C) yang dilakukan penjahat juga terjadi di
Yogyakarta. Mayor Muljono gagal membujuk Komandan Resor Militer 72
Kolonel Katamso agar mendukung Untung. Katamso dan wakilnya, Letkol
Sugiono, ditangkap.
Mendengar kabar berita di Jawa Tengah, Soeharto mengumumkan
pembatalaan pengumuman Letkol Untung yang menyatakan Gerakan 30
September dan Dewan Revolusi. Ini sudah memasuki tahapan Tindakan balasan
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
77
(C). adalah seseorang setuju untuk melakukan aksi balasan. Pahlawan bertekad
untuk menghentikan penjahat. Malam harinya, berita di Jawa Tengah didengar di
Jakarta. Soeharto mengumumkan pembatalan pengumuman Untung (Dewan
Revolusi).
Kemudian, fungsi pertama seorang penolong (D) muncul. Fungsi ini
berarti pahlawan mendapat ujian dan menerima pertolongan dari orang pintar.
Dalam narasi ini saat seruan Soeharto disambut masyarakat anti-PKI di Jawa
Timur, dan mulailah penyerangan terhadap orang PKI.
Selanjutnya, fungsi pemindahan ruang (G) yang berarti pahlawan mengarah
pada objek yang diselidiki. Pahlawan dikirimkan ke lokasi di mana objek berada.
Fungsi ini terdapat saat Soeharto pun mengerahkan pasukan RPKAD di bawah
Sarwo Edhie untuk membantu Surjosumpeno di Jawa Tengah.
Berikutnya muncul fungsi resep dari dukun/paranormal (F). Fungsi ini
punya pengertian bahwa pahlawan belajar menggunakan magis (kekuatan
supranatural) yang bisa menghindari kesulitan besar. Dari hal tersebut, pahlawan
mendapat kekuatan magis dari paranormal. Kekuatan itu bisa didapat dengan
makan/ minum ramuan tertentu. Sarwo memutuskan mendorong warga sipil anti-
komunis membantu. Bantuan tersebut lewat pelatihan singkat dari RPKAD dan
kemudian melepas masyarakat untuk menumpas komunis.
Narasi ditutup dengan fungsi kemenangan (I) yakni penjahat dikalahkan.
Pahlawan berhasil mengalahkan penjahat. Dalam narasi fungsi ini muncul saat 31
Desember pasukan RPKAD yang bertugas di Jawa Tengah mulai ditarik pulang
ke Jakarta. Terlihat dalam narasi muncul plot mereka (tentara) menutup tugas
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
78
dengan semacam ―parade kemenangan‖ di seluruh daerah operasinya di Jawa
Tengah.
Tabel 4.5 Fungsi Narasi Pada Berita Menumpas Sampai ke Akarnya
Plot Simbol Fungsi Deskripsi Fungsi
1 Oktober 1965
malam, Mayor
Jenderal Soeharto
dan perangkatnya
menguasai situasi
yang bergolak,
penangkapan orang-
orang PKI dan
simpatisannya mulai
marak.
α Situasi Awal Pahlawan
diperkenalkan
Empat sanak saudara
Sumarso Sumarso,
pengurus PKI di
Semarang hilang
ditelan massa.
Sumarso mengaku
massa dikoordinasi
oleh tentara.
Sumarso sendiri
selamat karena
tentara yang
memimpin
penangkapan
melindunginya dari
amukan massa.
Korban berjatuhan
akibat peristiwa
Gerakan 30
September di
berbagai tempat di
Indonesia.
Jumlahnya sendiri
sampai sekarang
masih tidak jelas.
Kolonel Sarwo Edhie
Wibowo, Komandan
Resimen Para
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
79
Komando Angkatan
Darat (RPKAD) dan
pasukannya, yang
bertugas di Jawa dan
Bali mendapat
sorotan.
Desember 1965,
Presiden Sukarno
membentuk Komisi
Pencari Fakta, yang
dipimpin Menteri
Dalam Negeri,
Mayjen Soemarno.
Hasilnya angka
resmi korban hingga
Desember adalah 80
ribu.
Namun angka itu
tidak diyakini oleh
Sukarno. Ia bertanya
langsung kepada
salah satu anggota
Komisi, Oei Tjoe
Tat. Oei mencatat
jumlahnya bisa
sekitar lima sampai
enam kali lipat.
Sintong Panjaitan
yang pada masa itu
ikut beroperasi di
Jawa Tengah
menolak angka
tersebut. Ia juga
menegaskan bukan
RPKAD yang
membunuh
melainkan
masyarakat
Deklarasi Dewan
Revolusi oleh Letnan
Kolonel Untung di
Radio Republik
Indonesia membuat
beberapa daerah
bergolak.
Sarwo Edhie
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
80
mengatakan di
daerah pedesaan
Jawa Tengah,
mereka yang
menentang komunis,
diculik dan dan
rumahnya dibakar
Militer pendukung
Gerakan 30
September juga
bergerak. Asisten
Intelijen Komando
Daerah Militer
VII/Diponegoro
Kolonel Suherman
bersama Kolonel
Marjono (kepala
personel) dan Letkol
Usman Sastrodibroto
(kepala biro
hubungan sipil-
militer) menguasai
Kodam
VII/Diponegoro).
Panglima Kodam
Mayor Jenderal
Surjosumpeno
sempat ditangkap,
tapi berhasil kabur,
kemudian menuju ke
Magelang, Jawa
Tengah.
Suherman kemudian
mengumumkan
pengambil alihan
komando di Kodam
dan pembentukan
Dewan Revolusi
Jawa Tengah lewat
RRI Semarang.
Di Yogyakarta,
Mayor Muljono
gagal membujuk
Komandan Resor
Militer 72 Kolonel
Katamso agar
A Kejahatan/Kekurangan Penjahat melukai
anggota keluarga
pahlawan. Tindakan
penjahat menyebabkan
kerugian/cedera pada
anggota keluarga.
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
81
mendukung Untung.
Katamso dan
wakilnya, Letkol
Sugiono, ditangkap.
20 Oktober, Katamso
dan Letkol Sugiono
ditemukan
meninggal di sekitar
Kentungan.
Malam harinya,
berita di Jawa
Tengah didengar di
Jakarta. Soeharto
mengumumkan
pembatalan
pengumuman
Untung (Dewan
Revolusi).
C Tindakan balasan Seseorang setuju untuk
melakukan aksi
balasan. Pahlawan
bertekad untuk
menghentikan
penjahat.
Seruan Soeharto
disambut masyarakat
anti-PKI di Jawa
Timur, dan mulailah
penyerangan
terhadap orang PKI.
D Fungsi Pertama
seorang penolong
Pahlawan mendapat
ujian dan menerima
pertolongan dari orang
pintar
Di Jawa Tengah,
Surjosumpeno
bergerak. Ia berhasil
merebut lima dari
tujuh batalion
infanteri.
Sebelumnya,
batalion tersebut
terafiliasi
mendukung Gerakan
30 September 1965.
5 Oktober 1965,
semua unit berhasil
dibawah kendali
Surjosumpeno.
Soeharto pun
mengerahkan
pasukan RPKAD di
bawah Sarwo Edhie
untuk membantu
Surjosumpeno di
Jawa Tengah.
G Pemindahan Ruang Pahlawan mengarah
pada objek yang
diselidiki. Pahlawan
dikirimkan ke lokasi di
mana objek berada.
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
82
19 Oktober, batalion
RPKAD dari Jakarta
mulai beroperasi di
Semarang. Massa
ikut bergerak
membakari gedung
milik PKI, juga milik
warga keturunan
Tionghoa.
21 Oktober malam,
pasukan RPKAD
bergerak ke
Magelang.
23 Oktober, Saat
menghadiri
pemakaman Katamso
dan Sugiono Sarwo
mendapat informasi,
massa komunis di
sepanjang jalan
Yogya-Solo.
Sarwo bergerak ke
Solo dan
melumpuhkan aksi
mogok Serikat Buruh
Kereta Api di Stasiun
Balapan.
Menghadapi gerakan
para pendukung
komunis non militer,
selain dengan
selebaran, Sarwo
Edhie juga banyak
bernegosiasi dengan
masyarakat untuk
bersama menumpas
PKI.
26 Oktober Jawa
Tengah dinyatakan
darurat perang,
Sarwo Edhie
membentuk
Gabungan Staf
Keamanan, meminta
tambahan pasukan.
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
83
Tapi ditolak.
Sarwo memutuskan
mendorong warga
sipil anti-komunis
membantu. Bantuan
tersebut lewat
pelatihan singkat dari
RPKAD dan
kemudian melepas
masyarakat untuk
menumpas komunis.
F Resep dari
dukun/paranormal
Pahlawan belajar
menggunakan magis
(kekuatan supra
natural) yang bisa
menghindari kesulitan
besar. Pahlawan
mendapat kekautan
magis dari paranormal.
Kekuatan itu bisa
didapat dengan makan/
minum ramuan tretenu
Yoso Dumeri Faizin,
bekas anggota
Barisan Ansor
Serbaguna, setelah
dilatih, ia dan teman-
temannya diperintah
melakukan operasi
penangkapan orang
yang dianggap
anggota PKI. Semua
dalam komando
RPKAD atau tentara
dari Korem.
Daud Sinjal,
wartawan harian
Angkatan Bersenjata,
yang bersama
RPKAD di Jawa
Tengah mengaku
melihat ada massa
yang langsung
membunuhi. Namun
ia tidak melihat
RPKAD
membunuhi.
Akhir Desember,
Jawa Tengah
dianggap sudah
bersih dari PKI.
Feisal Tanjung
kemudian diminta
untuk membantu
menumpas PKI di
Jawa Timur.
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
84
7 Desember Sarwo
dan RPKAD tiba di
Denpasar, Bali.
Dengan kedatangan
RPKAD, masyarakat
Bali seolah-olah
mendapat izin
membasmi PKI.
Douglas Kammen,
pengajar di
Departemen Studi
Asia Tenggara
National University
of Singapore,
mengatakan tujuan
kedatangan RPKAD
ke Bali untuk
mengendalikan
masyarakat atas
pengaruh PKI seperti
yang dilakukan di
Jawa Tengah.
31 Desember
pasukan RPKAD
yang bertugas di
Jawa Tengah mulai
ditarik pulang ke
Jakarta. Mereka
menutup tugas
dengan semacam
―parade
kemenangan‖ di
seluruh daerah
operasinya di Jawa
Tengah.
I Kemenangan Penjahat dikalahkan.
Pahlawan berhasil
mengalahkan penjahat.
Penjahat terbunuh,
menyerah.
Berdasarkan analisis fungsi narasi Propp, terdapat empat karakter di dalam
berita Menumpas Sampai ke Akarnya yang digambarkan dalam buku Sarwo
Edhie dan Misteri 1965. Karakter penjahat diperankan oleh Letnal Kolonel
Untung, Partai Komunis Indonesia (PKI), dan simpatisannya.
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
85
Karakter pengirim muncul pertama, Mayor Muljono, Mereka (Masyarakat
penentang Komunis). Di Yogyakarta, Mayor Muljono gagal membujuk
Komandan Resor Militer 72 Kolonel Katamso agar mendukung Untung. Katamso
dan wakilnya, Letkol Sugiono, ditangkap.Sarwo Edhie mengatakan bahwa mereka
yakni masyarakatyang menentang komunis, diculik dan dan rumahnya dibakar.
Karakter pahlawan yang mencari sesuatu dan menjalankan misi. Di narasi
ini Soeharto berperan untuk mencari sumber masalah di Jawa Tengah. Untuk
menjalankan misinya ia mengerahkan pasukan RPKAD di bawah Sarwo Edhie
untuk membantu Surjosumpeno di Jawa Tengah.
Karakter penolong diperankan oleh tentara dan RPKAD.. Tugasnya
membantu pahlawan menyelesaikan tugas berat. Disini ada tentara RPKAD dan
Karakter donor (Penderma) diperankan oleh Sarwo Edhie. Menolong
pahlawan dengan kekuatan magic. Sarwo memutuskan mendorong warga sipil
anti-komunis membantu. Bantuan tersebut lewat pelatihan singkat dari RPKAD
dan kemudian melepas masyarakat untuk menumpas komunis
Tabel 4.6 Karakter Pada Narasi Berita Menumpas Sampai ke Akarnya
Karakter Tokoh Fungsi Dalam Teks
Penjahat Mayor Muljono, Mereka
Masyarakat penentang
Komunis
Melawan Pahlawan.
Di Yogyakarta, Mayor Muljono
gagal membujuk Komandan
Resor Militer 72 Kolonel
Katamso agar mendukung
Untung. Katamso dan wakilnya,
Letkol Sugiono, ditangkap.
Sarwo Edhie mengatakan di
daerah pedesaan Jawa Tengah,
mereka yang menentang
komunis, diculik dan dan
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
86
rumahnya dibakar
Pahlawan Soeharto Mencari sesuatu dan
menjalankan misi.
Soeharto pun mengerahkan
pasukan RPKAD di bawah
Sarwo Edhie untuk membantu
Surjosumpeno di Jawa Tengah.
Penolong Pasukan RPKAD di bawah
kepemimpinan Sarwo
Edhie
Membantu pahlawan
menyelesaikan tugas berat.
Soeharto pun mengerahkan
pasukan RPKAD di bawah
Sarwo Edhie untuk membantu
Surjosumpeno di Jawa Tengah.
Donor
(Penderma)
Sarwo Edhie Menolong pahlawan dengan
kekuatan magic.
Sarwo memutuskan mendorong
warga sipil anti-komunis
membantu. Bantuan tersebut
lewat pelatihan singkat dari
RPKAD dan kemudian melepas
masyarakat untuk menumpas
komunis
4.3.2 Berita 3
Jejak Darah Sang Pembasmi
Judul : Tak Ada Tentara, Pemuda Pun Jadi
Struktur narasi pada berita Tak Ada Tentara, Pemuda Pun Jadi mengikuti
pola struktur narasi sebagai berikut: gangguan upaya memperbaiki gangguan.
Tahap gangguan saat 20 Oktober 1965 Panglima Kodam Diponegoro Brigen
Surjosumpeno memutuskan untuk membekukan semua kegiatan PKI dan
organisasi massanya. Hal ini memicu situasi keamanan memburuk, keputusannya
membuat daerah basis pendukung PKI bergolak. Kerusuhan pecah di beberapa
kota. Hari itu santer beredar kabar bahwa ribuan orang komunis mulai berkumpul,
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
87
menutup jalan Solo-Yogyakarta deengan menebang pohon dan memutus saluran
telepon. Kerusuhan pecah di beberapa kota. Serikat buruh melakukan mogok
massal. Pabrik dan jalur transportasi lumpuh.
Upaya memperbaiki gangguan Sarwo Edhie dan pasukannya bergerak cepat
dari kota ke kota, memadamkan api yang terus menjalar. Sepekan di Jawa
Tengah, Sarwo menghubungi markas besarnya di Jakarta, meminta menambah
pasukan. Tidak dapat tambahan pasukan. Karena sebagian besar tentara belum
ditarik pulang dari Kalimantan dan Sumatera, setelah diminta bersiap menyerbu
Malaysia. Saat itulah Sarwo meminta ijin melatih rakyat sipil untuk mengimbangi
massa terorganisasi PKI.
Berikut adalah tabel cerita dan plot berita Tak Ada Tentara, Pemuda pun
Jadi. Cerita adalah urutan kronologis kejadian yang disusun berdasarkan urutan
waktu. Maka dari itu di tabel cerita menceritakan perguliran kasus berdasarkan
urutan waktu, sedangkan plot adalah urutan adegan yang disusun di dalam buku.
Plot tidak mengikuti urutan waktu sehingga diperbolehkan untuk menggunakan
alur seperti maju mundur.
Tabel 4.7 Plot Berita Tak Ada Tentara, Pemuda Pun Jadi.
No Cerita No Plot
1 19 Oktober Kolonel Sarwo
Edhie dan Resimen Para
Komando Angkatan Darat
(RPKAD) tiba di Semarang.
1 19 Oktober Kolonel Sarwo Edhie
dan Resimen Para Komando
Angkatan Darat (RPKAD) tiba di
Semarang. 2 20 Oktober 1965 Panglima
Kodam Diponegoro Brigen
Surjosumpeno memutuskan
untuk membekukan semua
kegiatan PKI dan organisasi
2 20 Oktober 1965 Panglima Kodam
Diponegoro Brigen Surjosumpeno
memutuskan untuk membekukan
semua kegiatan PKI dan organisasi
massanya.
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
88
massanya. 3 Situasi keamanan memburuk,
keputusan Surjosumpeno
membuat daerah basis
pendukung PKI bergolak.
3 Situasi keamanan memburuk,
keputusan Surjosumpeno membuat
daerah basis pendukung PKI
bergolak. 4 Kerusuhan pecah di beberapa
kota. Hari itu santer beredar
kabar bahwa ribuan orang
komunis mulai berkumpul,
menutup jalan Solo-
Yogyakarta deengan
menebang pohon dan memutus
saluran telepon. Kerusuhan
pecah di beberapa kota. Serikat
buruh melakukan mogok
massal. Pabrik dan jalur
transportasi lumpuh.
4 Kerusuhan pecah di beberapa kota.
Hari itu santer beredar kabar
bahwa ribuan orang komunis mulai
berkumpul, menutup jalan Solo-
Yogyakarta deengan menebang
pohon dan memutus saluran
telepon. Kerusuhan pecah di
beberapa kota. Serikat buruh
melakukan mogok massal. Pabrik
dan jalur transportasi lumpuh.
5 Sarwo Edhie dan pasukannya
bergerak cepat dari kota ke
kota, memadamkan api yang
terus menjalar.
5 Sarwo Edhie dan pasukannya
bergerak cepat dari kota ke kota,
memadamkan api yang terus
menjalar. 6 Sepekan di Jawa Tengah,
Sarwo menghubungi Markas
Besar TNI di Jakarta, meminta
menambah pasukan.
6 Sepekan di Jawa Tengah, Sarwo
menghubungi Markas Besar TNI di
Jakarta, meminta menambah
pasukan.
7 Tidak dapat tambahan
pasukan. Karena sebagian
besar tentara belum ditarik
pulang dari Kalimantan dan
Sumatera, setelah diminta
bersiap menyerbu Malaysia.
7 Tidak dapat tambahan pasukan.
Karena sebagian besar tentara
belum ditarik pulang dari
Kalimantan dan Sumatera, setelah
diminta bersiap menyerbu
Malaysia.
8 Saat itulah Sarwo meminta ijin
melatih rakyat sipil untuk
mengimbangi massa
terorganisasi PKI. Markas
besar yang mengirim pasukan
di Jakarta menyetujui usulnya.
8 Saat itulah Sarwo meminta ijin
melatih rakyat sipil untuk
mengimbangi massa terorganisasi
PKI. Markas besar yang mengirim
pasukan di Jakarta menyetujui
usulnya. 9 Akhir Oktober 1965,
gelombang pertama pelatihan
militer untuk pemuda dan
rakyat sipil dimulai. Pelatihan
ini diajarkan di kampus,
kemudian para milisi ini
dilepas ke lapangan. Lapangan
9 Akhir Oktober 1965, gelombang
pertama pelatihan militer untuk
pemuda dan rakyat sipil dimulai.
Pelatihan ini diajarkan di kampus,
kemudian para milisi ini dilepas ke
lapangan. Lapangan itu yakni desa-
desa, membawa daftar orang PKI
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
89
itu yakni desa-desa, membawa
daftar orang PKI yang harus
ditangkap.
yang harus ditangkap.
10 Harold Crouch, penulis buku
Militer dan Politik di Indonesia
mengatakan bahwa puluhan
ribu orang yang ditangkap
karena diduga PKI disortir
siapa yang aktivis dan anggota
pasif di penjara dan kamp
tahanan. Aktivis PKI
umumnya dieksekusi,
sementara anggota pasif
dipenjarakan
11 Yoso Dumeri Faizin, salah satu
pemuda yang tergabung dalam
anggota arisan Ansor Serbaguna Ia
mendapat pelatihan militer.
11 Yoso Dumeri Faizin, salah
satu pemuda yang tergabung
dalam anggota arisan Ansor
Serbaguna Ia mendapat
pelatihan militer.
12 Pelatih RPKAD mengatakan
kepada barisan pemuda yang ikut
pelatihan bahwa PKI itu berbahaya
menegaskan bahwa PKI anti-
Tuhan dan berencana membunuh
para ulama dan kiai Nahdlatul
Ulama. 12 Pelatih RPKAD mengatakan
kepada barisan pemuda yang
ikut pelatihan bahwa PKI itu
berbahaya menegaskan bahwa
PKI anti-Tuhan dan berencana
membunuh para ulama dan
kiai Nahdlatul Ulama.
13 Sebulan berlatih di kampus, para
misi ini dilepas ke lapangan.
Mereka dituasi ke desa membawa
daftar orang PKI yang harus
ditangkap.
13 Sebulan berlatih di kampus,
para misi ini dilepas ke
lapangan. Mereka dituasi ke
desa membawa daftar orang
PKI yang harus ditangkap.
14 Penugasan diatur agar anggota
milis tak perlu menggerebek
desanya sendiri. Daftar target
operasi dibagikan oleh RPKAD.
14 Penugasan diatur agar anggota
milis tak perlu menggerebek
desanya sendiri. Daftar target
operasi dibagikan oleh
RPKAD.
15 Ada pantauan dari tentara dari
komando resor militer atau rayon
militer setiap ada operasi
penangkapan yang dilakukan oleh
gerakan masyarakat yang
tergabung dalam kompi pelatihan
penumpas PKI. 15 Ada pantauan dari tentara dari
komando resor militer atau
rayon militer setiap ada operasi
penangkapan yang dilakukan
oleh gerakan masyarakat yang
10 Harold Crouch, penulis buku
Militer dan Politik di Indonesia
mengatakan bahwa puluhan ribu
orang yang ditangkap karena
diduga PKI disortir siapa yang
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
90
tergabung dalam kompi
pelatihan penumpas PKI.
aktivis dan anggota pasif di penjara
dan kamp tahanan. Aktivis PKI
umumnya dieksekusi, sementara
anggota pasif dipenjarakan
Dalam narasi berita berita Tak Ada Tentara, Pemuda Pun Jadi, ada
sejumlah fungsi karakter dalam narasi. Situasi awal (α) saat Kolonel Sarwo Edhie
dan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) tiba di Semarang. Situasi
keamanan yang makin memburuk setelah keputusan Surjosumpeno membuat
daerah basis pendukugn PKI bergolak. Sarwo Edhie dan pasukannya bergerak
cepat dari kota ke kota, memadamkan api yang terus menjalar.
Fungsi narasi berikutnya yakni pemindahan ruang (G). Pada fungsi ini
pahlawan mengarah ke objek yang diselidiki. Dalam plot, fungsi ini muncul
saatSarwo Edhie dan pasukannya bergerak cepat dari kota ke kota, memadamkan
api yang terus menjalar.
Setelah itu plot beralih ke fungsi pertama dari penolong (D). Pahlawan
mendapat ujian dan menerima pertolongan dari orang pintar (dukun/paranormal).
Pada saat itu Sarwo meminta ijin melatih rakyat sipil untuk mengimbangi massa
terorganisasi PKI. Markas besar yang mengirim pasukan di Jakarta menyetujui
usulnya. Berikut tabel selengkapnya tentang fungsi narasi pada berita Tak Ada
Tentara, Pemuda Pun Jadi.
Tabel 4.8 Fungsi Narasi Pada Berita Tak Ada Tentara, Pemuda Pun Jadi
Plot Simbol Fungsi Deskripsi Fungsi
19 Oktober Sarwo
Edhie dan pasukan
RPKAD tiba di
α Situasi Awal Anggota atau sosok
keluarga
diperkenalkan.
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
91
Semarang.
20 Oktober 1965
Panglima Kodam
Diponegoro Brigen
Surjosumpeno
memutuskan untuk
membekukan semua
kegiatan PKI dan
organisasi
massanya.
Situasi keamanan
memburuk,
keputusan
Surjosumpeno
membuat daerah
basis pendukung
PKI bergolak.
Kerusuhan pecah di
beberapa kota. Hari
itu santer beredar
kabar bahwa ribuan
orang komunis
mulai berkumpul,
menutup jalan Solo-
Yogyakarta deengan
menebang pohon
dan memutus
saluran telepon.
Serikat buruh
melakukan mogok
massal. Pabrik dan
jalur transportasi
lumpuh.
A Kejahatan/Kekurangan Penjahat melukai
anggota keluarga
pahlawan. Tindakan
penjahat
menyebabkan
kerugian pada
anggota keluarga.
Sarwo Edhie dan
pasukannya
bergerak cepat dari
kota ke kota,
memadamkan api
yang terus menjalar.
G Pemindahan Ruang Pahlawan mengarah
ke objek yang
diselidiki.
Sepekan di Jawa
Tengah, Sarwo
menghubungi
Markas Besar TNI
di Jakarta, meminta
menambah pasukan.
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
92
Tidak dapat
tambahan pasukan.
Karena sebagian
besar tentara belum
ditarik pulang dari
Kalimantan dan
Sumatera, setelah
diminta bersiap
menyerbu Malaysia.
Saat itulah Sarwo
meminta ijin
melatih rakyat sipil
untuk mengimbangi
massa terorganisasi
PKI. Markas besar
yang mengirim
pasukan di Jakarta
menyetujui usulnya.
D Fungsi Pertama dari
Penolong
Pahlawan mendapat
ujian dan menerima
pertolongan dari
orang pintar
(dukun/paranormal)
Akhir Oktober
1965, gelombang
pertama pelatihan
militer untuk
pemuda dan rakyat
sipil dimulai.
Pelatihan ini
diajarkan di
kampus, kemudian
para milisi ini
dilepas ke lapangan.
Lapangan itu yakni
desa-desa,
membawa daftar
orang PKI yang
harus ditangkap.
Yoso Dumeri
Faizin, salah satu
pemuda yang
tergabung dalam
anggota arisan
Ansor Serbaguna Ia
mendapat pelatihan
militer.
Pelatih RPKAD
mengatakan kepada
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
93
barisan pemuda
yang ikut pelatihan
bahwa PKI itu
berbahaya
menegaskan bahwa
PKI anti-Tuhan dan
berencana
membunuh para
ulama dan kiai
Nahdlatul Ulama.
Sebulan berlatih di
kampus, para misi
ini dilepas ke
lapangan. Mereka
dituasi ke desa
membawa daftar
orang PKI yang
harus ditangkap.
Penugasan diatur
agar anggota milisi
tak perlu
menggerebek
desanya sendiri.
Daftar target operasi
dibagikan oleh
RPKAD.
Ada pantauan dari
tentara dari
komando resor
militer atau rayon
militer setiap ada
operasi
penangkapan yang
dilakukan oleh
gerakan masyarakat
yang tergabung
dalam kompi
pelatihan penumpas
PKI.
Harold Crouch,
penulis buku Militer
dan Politik di
Indonesia
mengatakan bahwa
puluhan ribu orang
yang ditangkap
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
94
karena diduga PKI
disortir siapa yang
aktivis dan anggota
pasif di penjara dan
kamp tahanan.
Aktivis PKI
umumnya
dieksekusi,
sementara anggota
pasif dipenjarakan
Berdasarkan analisis fungsi narasi Propp, terdapat empat karakter di dalam
berita Menumpas Sampai ke Akarnya yang digambarkan dalam buku Sarwo
Edhie dan Misteri 1965. Karakter penjahat diperankan oleh Kader Partai
Komunis Indonesia dan ribuan orang yang komunis. Hal ini dilandasi karena
mereka membuat kerusuhan pecah di beberapa kota. Ribuan orang komunis mulai
berkumpul, menutup jalan Solo-Yogyakarta dengan menebang pohon dan
memutus saluran telepon. Serikat buruh melakukan mogok massal. Pabrik dan
jalur transportasi lumpuh.
Dalam situasi tersebut muncul karakter pahlawan yang di dalam narasi ini
adalah Sarwo Edhie. Saat itu Sarwo Edhie dan RPKAD tiba di Semarang. Ia dan
pasukannya bergerak untuk memadamkan kerusuhan yang diakibatkan massa
terorganisasi PKI.
Jumlah tentara RPKAD dengan massa yang terorganisasi PKI tidak
seimbang. Sarwo kemudian meminta tambahan pasukan namun tak dikabulkan.
Kemudian muncul ide Sarwo untuk memberi pelatihan pemuda. Pelatihan ini
kemudian membuahkan hasil banyaknya pemuda yang ikut latihan militer.
Sejumlah pemuda yang tergabung dalam Gerakan Pemuda Ansor, Komando
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
95
Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhamaddiyah, dan Pemuda Marhaen dari Partai
Nasional Indonesia ikut dalam pelatihan. Mereka jadi karakter penolong bagi
pahlawan pada narasi berita ini. Pelatihan ini membuahkan hasil agar masyarakat
sipil ikut terlibat dalam penangkapan daftar orang PKI yang masuk daftar target
operasi yang dibagikan oleh RPKAD. Berikut tabel lengkapnya tentang karakter
dan fungsinya dalam teks.
Tabel 4.9 Karakter Pada Berita Tak Ada Tentara, Pemuda Pun Jadi
Karakter Tokoh Fungsi Dalam Teks
Penjahat Massa yang teroganisasi
PKI.
Kerusuhan pecah di beberapa
kota. Ribuan orang komunis
mulai berkumpul, menutup jalan
Solo-Yogyakarta dengan
menebang pohon dan memutus
saluran telepon. Serikat buruh
melakukan mogok massal. Pabrik
dan jalur transportasi lumpuh.
Pahlawan Sarwo Edhie dan RPKAD Sarwo Edhie dan RPKAD tiba di
Semarang. Ia dan pasukannya
bergerak untuk memadamkan
kerusuhan yang diakibatkan
massa teroganisasi PKI.
Penolong Pemuda yang ikut latihan
militer. Gerakan Pemuda
Ansor, Komando
Kesiapsiagaan Angkatan
Muda Muhamaddiyah, dan
Pemuda Marhaen dari
Partai Nasional Indonesia.
Pelatihan ini membuahkan hasil
agar masyarakat sipil ikut terlibat
dalam penangkapan daftar orang
PKI yang masuk daftar target
operasi yang dibagikan oleh
RPKAD.
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
96
4.4 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis terhadap tiga artikel berita dari buku Sarwo
Edhie dan Misteri 1965 terdapat plot, fungsi narasi dan karakter seperti yang
disebutkan oleh Vladimir Propp. Analisis tersebut membantu melihat bagaimana
penggambaran karakter dibentuk. Fungsi-fungsi yang terdapat dalam narasi berita
tersebut dapat dikatakan sebagai struktur luar dari sebuah narasi. Dari struktur
narasi tersebut muncul fungsi narasi dan karakter pada peristiwa penumpasan
Gerakan 30 September ke dalam dua karakter utama, yakni kepahlawanan versus
kejahatan
4.4.1 Cerita dan Plot
Menurut Eriyanto (2013:16) ada dua perbedaan mendasar antara cerita dan
plot. Cerita adalah peristiwa yang utuh dari awal hingga akhir. Sementara plot
adalah peristiwa yang secara eksplisit ditampilkan dalam teks. Narasi dalam buku
Sarwo Edhie dan Misteri 1965 juga mengalami perbedaan antara apa yang ada di
dalam cerita dengan plot yang dipaparkan oleh buku itu.
Pada plot berita Manuver Komandan Baret Merah, narasi langsung
diawali dengan lead ―menguasai pasukan khusus, Sarwo Edhie bergerak cepat
mengendalikan Jakarta. Dimanfaatkan Soeharto melibas Gerakan 30 September‖.
Hal ini menggambarkan bahwa Sarwo adalah orang yang menjadi tokoh sentral
dalam narasi berita. Peristiwa kemalangan yang dialami oleh Jenderal Ahmad
Yani memicu reaksi Sarwo Edhie untuk mencari pelakunya dan menumpasnya.
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
97
Dari hal tersebut muncul penggambaran bahwa Sarwo akan mengemban tugas
membereskan perkara ini.
Apalagi dengan ditambahnya plot Gerakan 30 September dan
pembentukan Dewan Revolusi yang dideklarasikan oleh Letkol Untung semakin
menguatkan bahwa Sarwo adalah orang satu-satunya yang bisa menyelesaikan
masalah ini. Ia yang merupakan Komandan Resimen Para Komando Angkatan
Darat (RPKAD) memiliki kekuatan untuk melawan gerakan Untung tersebut.
Dukungan untuk secepatnya menumpas Gerakan 30 September ini
disambut oleh Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat Mayor
Jenderal Soeharto. Gabungan kedua pemimpin ini berhasil menumpas massa PKI
di RRI dan Kantor Telekomunikasi. Soeharto pun sempat mengirim Sarwo
meredam konflik antara tentara di Halim Perdanakusuma. Sarwo Edhie dengan
mudah menguasai tanpa perlawanan berarti.
Narasi berlanjut saat Sarwo Edhie diberitahu terjadi penculikan dan
penembakan yang dialami oleh Ahmad Yani. Setelah mengetahui hal tersebut dari
ajudannya Subardi, ia pun berusaha membantu mencari Jenderal Ahmad Yani
lewat pasukan Resimen Para Komando Angkatan (RPKAD). Tahap gangguan
terjadi lagi saat Letnan Kolonel Untung menyiarkan Gerakan 30 September di
Radio Republik Indonesia (RRI) dan pembentukan Revolusi. Disimpulkan bahwa
terjadi kudeta di tubuh angkatan darat yang diduga berkolaborasi dengan Partai
Komunis Indonesia.
Plot berlanjut saat Sarwo menghadap Soeharto untuk mencari bantuan.
Soeharto akhirnya memerintahkan tentaranya untuk bergerak menyerbu RRI dan
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
98
Kantor Telekomunikasi yang saat itu dikuasai oleh Pemuda Rakyat—organisasi
kepemudaan Partai Komunis Indonesia. Kemenangan mudah berhasil diraih. Dua
kantor komunikasi tersebut dapat diraih kembali di tangan Angkatan Darat
Indonesia yang dipimpin oleh Soeharto.
Narasi berlanjut saat Sukarno dilarikan dari Pangkalan Udara Halim
Perdanakusuma ke Istana Bogor beserta sejumlah pejabat negara. Sarwo Edhie
berusaha mengamankan kontak senjata antara aparat tentara yang terjadi di Halim.
Ia pun bertemu Sukarno dan saat itu pula Sukarno menitipkan surat untuk
pemberhentian kontak senjata antara tentara supaya pertempuran pun reda.
Kepahlawanan Sarwo menyelesaikan konflik yang terjadi semakin terbuktikan.
Narasi berita ini ditutup pada saat 3 Oktober pagi anggota polisi bernama
Sukitman ditemukan oleh RPKAD dan Resimen Tjakrabirawa di Lubang Buaya.
Sukitman sebelumnya diculik oleh tentara namun berhasil melarikan diri. Saat
ditemukan awalnya ia tak mau memberitahu lokasi para jenderal yang hilang.
Namun setelah Sarwo Edhie memintanya pentingnya untuk segera memberitahu
lokasi para jenderal yang hilang, ia pun memberitahunya ada di Lubang Buaya.
Saat ditemukan jenazah yang berada di dalam sumur terjadi penundaan
penggalian lubang mayat oleh Sarwo Edhie. Selain butuh tabung agar tak terkena
gas beracun, Sarwo menyuruh pengangkatan ditunda karena Soeharto akan
menyaksikan keesokan harinya.
Dalam narasi berita Menumpas Sampai ke Akarnya plot dimulai saat Dewan
Revolusi oleh Letnan Kolonel Untung di Radio Republik Indonesia yang
membuat beberapa daerah bergolak. Salah satunya di Jawa Tengah, militer
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
99
pendukung Gerakan 30 September membuat bergerak. Asisten Intelijen Komando
Daerah Militer VII/Diponegoro Kolonel Suherman bersama Kolonel Marjono
(kepala personel) dan Letkol Usman Sastrodibroto (Kepala Biro Hubungan Sipil-
Militer) menguasai Kodam VII/Diponegoro. Panglima Kodam Mayor Jenderal
Surjosumpeno sempat ditangkap, tapi berhasil kabur menuju ke Magelang, Jawa
Tengah. Suherman kemudian mengumumkan pengambilalihan komando di
Kodam dan pembentukan Dewan Revolusi Jawa Tengah lewat RRI Semarang. 5
Oktober 1965, semua unit berhasil di bawah kendali Surjosumpeno.
Permasalahan di Jawa Tengah didengar kabarnya di Jakarta. Soeharto
kemudian mengumumkan pembatalan pengumuman Untung (Dewan Revolusi).
Demi menekan menjalarnya pemberontakan ia mengerahkan pasukan RPKAD di
bawah Sarwo Edhie untuk membantu Surjosumpeno di Jawa Tengah. Di Jawa
Tengah, Surjosumpeno bergerak. Ia berhasil merebut lima dari tujuh batalion
infanteri. Sebelumnya, batalion tersebut terafiliasi mendukung Gerakan 30
September 1965. Mulai dari Semarang dilanjutkan ke kota-kota di Jawa Tengah
Sarwo dan RPKAD meredam gerakan massa pendukung komunis militer.
Menghadapi gerakan para pendukung komunis non-militer, selain dengan
selebaran informasi, Sarwo Edhie juga banyak bernegosiasi dengan masyarakat
untuk bersama menumpas PKI. Sarwo memutuskan mendorong warga sipil anti-
komunis membantu. Bantuan tersebut lewat pelatihan singkat dari RPKAD dan
kemudian melepas masyarakat untuk menumpas komunis. 7 Desember Sarwo dan
RPKAD tiba di Denpasar, Bali. Dengan kedatangan RPKAD, masyarakat Bali
seolah-olah mendapat izin membasmi PKI.
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
100
Narasi ini ditutup saat akhir Desember, Jawa Tengah dianggap sudah bersih
dari PKI. 31 Desember pasukan RPKAD yang bertugas di Jawa Tengah mulai
ditarik pulang ke Jakarta. Mereka menutup tugas dengan semacam ―parade
kemenangan‖ di seluruh daerah operasinya di Jawa Tengah.
Pada plot berita Tak Ada Tentara, Pemuda Pun Jadi digambarkan bahwa
Sarwo adalah pahlawan yang berhasil menemukan cara untuk menumpas
masyarakat sipil pendukung PKI di beberapa kota di Jawa Tengah. Plot dimulai
saat 20 Oktober 1965, Panglima Kodam Diponegoro Brigen Surjosumpeno
memutuskan untuk membekukan semua kegiatan PKI dan organisasi massanya.
Hal ini memicu situasi keamanan memburuk, keputusannya membuat daerah basis
pendukung PKI bergolak. Kerusuhan pecah di beberapa kota. Hari itu santer
beredar kabar bahwa ribuan orang komunis mulai berkumpul, menutup jalan
Solo-Yogyakarta deengan menebang pohon dan memutus saluran telepon.
Kerusuhan pecah di beberapa kota. Serikat buruh melakukan mogok massal.
Pabrik dan jalur transportasi lumpuh.
Plot kemudian berlanjut saat Sarwo Edhie dan pasukannya bergerak cepat
dari kota ke kota, memadamkan api yang terus menjalar. Sepekan di Jawa
Tengah, Sarwo menghubungi markas besarnya di Jakarta, meminta menambah
pasukan. Tidak dapat tambahan pasukan. Karena sebagian besar tentara belum
ditarik pulang dari Kalimantan dan Sumatera, setelah diminta bersiap menyerbu
Malaysia. Saat itulah Sarwo meminta ijin melatih rakyat sipil untuk mengimbangi
massa terorganisasi PKI.
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
101
4.4.2 Fungsi dan Karakter Narasi
Dari plot berita mengenai peristiwa Gerakan 30 September di Sarwo Edhie
dan Misteri 1965, ada sejumlah karakter dalam narasi. Karakter tersebut
ditemukan setelah penulis mengurai fungsi narasi dalam plot yang sudah dibuat
oleh pembuat berita. Penggambaran fungsi narasi pada berita tersebut membentuk
gambaran karakter.
Dari narasi berita mengenai peristiwa Gerakan 30 September 1965 di buku
Sarwo Edhie Wibowo dan Misteri 1965, ada sejumlah fungsi karakter dalam
narasi. Menurut Propp tidak semua fungsi narasi yang diidentifikasi oleh Propp
terdapat dalam narasi tiga berita yang diteliti oleh penulis.
Pertama, ada karakter pahlawan. Pada narasi berita Manuver Komandan
Baret Merah karakter pahlawan diperankan oleh Sarwo Edhie. Pahlawan dalam
fungsi narasi Propp berarti tokoh itu adalah orang yang mencari sesuatu dan
menjalankan misi. Dalam narasi ini muncul saat Sarwo diperintahkan untuk
mencari Jenderal Ahmad Yani yang diculik dan menjalankan misi menumpas
tentara yang terafiliasi dengan PKI.
Selanjutnya adalah karakter pengirim. Pengirim adalah tokoh yang
mengirim pahlawan menjalankan misi. Dalam narasi muncul saat informasi awal
tentang kejadian yang menimpa Ahmad Yani diketahui Mayor Subardi. Pada
narasi, Subardi mengirim Sarwo untuk mencari Ahmad Yani dan Soeharto
mengirim Sarwo yang mempunyai tentara RPKAD untuk menumpas PKI serta
mencari para Jenderal yang hilang.
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
102
Karakter pengirim juga muncul pada narasi. Karakter pengirim adalah tokoh
yang mengirim pahlawan menjalankan misi. Dalam plot, narasi ini terjadi saat
Mayor Subardi meminta tolong Sarwo untuk mencari Ahmad Yani yang
dinyatakan ditembak dibawa oleh tentara yang tidak dikenal. Soeharto mengirim
Sarwo yang mempunyai tentara RPKAD untuk menumpas PKI dan mencari para
Jenderal yang hilang. Posisinya sebagai Panglima Kostrad berpangkat Mayor
Jenderal mempunyai wewenang tinggi untuk mengamankan situasi yang kacau
pasca Gerakan 30 September disiarkan.
Muncul karakter penolong membantu pahlawan menyelesaikan tugas berat.
Disini pahlawan yaitu Soeharto, meminta tolong pada Resimen Komando Para
Angkatan Darat (RPKAD) untuk membantunya dalam menyelesaikan konflik
antara Letkol Untung dan simpatisan komunis, serta mencari tahu keberadaan
Jenderal Ahmad Yani. Dalam pencarian Ahmad Yani, RPKAD bertemu dengan
Sukitman. Suktiman juga merupakan karakter penolong. Sebab, tokohnya
membeberkan tempat lokasi di mana para jenderal yang diculik oleh tentara dan
simpatisan komunis.
Donor (Penderma) Menolong dengan kekuatan magic (supernatural).
Kompi Tanjung ditugasi merebut RRI sedangkan kompi Urip menguasai kantor
Telekomunikasi. Letnan Dua Sintong Panjaitan beserta peletonnya berhasil
membantu Sarwo Edhie merebut RRI. Soekarno juga menjadi tokoh donor
(penderma) saat menolong Sarwo untuk meredakan konflik di Halim. Ia
memberikan surat yang punya kuasa untuk meredam konflik di Halim.
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
103
Dalam berita kedua berjudul Menumpas Sampai ke Akarnya. Karakter
Soeharto yang menjadi tokoh pahlawannya. Melihat situasi konflik di beberapa
kota akibat Gerakan 30 September 1965 yang diumumkan oleh Letkol Untung.
Soeharto pun mengerahkan pasukan RPKAD di bawah Sarwo Edhie untuk
membantu Surjosumpeno di Jawa Tengah. Saat itu di Jawa Tengah ada situasi
tanggap darurat yang mengharuskan Sarwo yang memimpin pasukan RPKAD
untuk segera membantu Surjosumpeno agar tidak terjadi penyebaran konflik yang
makin meluas.
Sedangkan Kolonel Untung, dibantu dengan tentara dan Partai Komunis
Indonesia mendeklarasikan Dewan Revolusi dan Gerakan 30 September berperan
sebagai penjahat. Karakter penjahat didapat karena mereka ingin terjadi revolusi
yang diawali dengan pengambilan kekuaasaan negara dan tentara. Dengan cara
menculik Jenderal Ahmad Yani. Penjahat juga diperankan oleh anggota Pemuda
Rakyat saat mereka menguasai RRI dan kantor telekomunikasi.
Sarwo diperhadapkan dengan tokoh penjahat yakni Letnan Kolonel Untung,
Tentara yang ikut dalam Dewan Revolusi, simpatisan PKI, Pemuda Rakyat
(Organisasi kepemudaan Partai Komunis Indonesia). Dalam narasi Letkol Untung
dan tentaranya menggagas Dewan Revolusi ingin terjadi perombakan pada dalam
negeri yang diawali dengan pengambilan kekuasaan negara lewat
pengambilalihan kepemimpinan tentara. Tahap awalnya menculik Jenderal
Ahmad Yani yang notabene merupakan Jenderal Angkatan Darat. Tempo
menggambarkan bahwa Letkol Untung dan Gerakan 30 September merupakan
orang yang bertanggung jawab atas hilangnya Jenderal Ahmad Yani. Karakter
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
104
penjahat juga diperankan oleh anggota Pemuda Rakyat saat mereka menguasai
RRI dan kantor telekomunikasi. Sarwo diperhadapkan juga pada oknum tentara
yang terlibat konflik di Halim.
Karakter penjahat diperankan oleh Mayor Muljono dan masyarakat
penentang Komunis. Sebab ulah Mayor Mulyono menyebabkan Katamso dan
wakilnya, Letkol Sugiono ditangkap dan kemudian dibunuh, sebab mayatnya
ditemukan 19 hari kemudian oleh Sarwo Edhie. Sarwo Edhie mengatakan di
daerah pedesaan Jawa Tengah, ―mereka yakni orang yang menentang komunis,
diculik dan dan rumahnya dibakar‖ ini menandakan ada aksi pemberontakan yang
terjadi di antara masyarakat.
Soeharto pun mengerahkan pasukan RPKAD di bawah Sarwo Edhie untuk
membantu Surjosumpeno di Jawa Tengah. Karakter penolong diperankan oleh
RPKAD yakni membantu pahlawan menyelesaikan tugas berat. Dengan bantuan
RPKAD untuk menumpas komunis, situasi di kota-kota Jawa Tengah hingga Bali
bisa diamankan dan kembali ke titik kesimbanan.
Karakter donor (Penderma) diperankan oleh Sarwo Edhie. Karakter derma
berarti menolong pahlawan dengan kekuatan magic.Sarwo memutuskan
mendorong warga sipil anti-komunis membantu. Bantuan tersebut lewat pelatihan
singkat dari RPKAD dan kemudian melepas masyarakat untuk menumpas
komunis.
Pada narasi Tak Ada Tentara,Pemuda pun Jadi itu paragraf dimulai saat
Sarwo Edhie dan RPKAD tiba di Semarang. Kemunculannya di Semarang
digambarkan Tempo menjadi pahlawan. Sebab Ia dan pasukannya bergerak untuk
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
105
memadamkan kerusuhan yang diakibatkan massa teroganisasi PKI/ Pemuda yang
ikut latihan militer. .
Karakter penjahat disini adalah massa yang teroganisasi PKI. Kerusuhan
pecah di beberapa kota. Ribuan orang komunis mulai berkumpul, menutup jalan
Solo-Yogyakarta dengan menebang pohon dan memutus saluran telepon. Serikat
buruh melakukan mogok massal. Pabrik dan jalur transportasi lumpuh.
Penolong diperankan oleh anggota Gerakan Pemuda Ansor, Komando
Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhamaddiyah, dan Pemuda Marhaen dari Partai
Nasional Indonesia. Pelatihan ini membuahkan hasil agar masyarakat sipil ikut
terlibat dalam penangkapan daftar orang PKI yang masuk daftar target operasi
yang dibagikan oleh RPKAD.
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
106
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Dari narasi berita tentang penumpasan Gerakan 30 September 1965 pada
laporan berita mendalam Sarwo Edhie dan Gerakan 1965 terdapat penggambaran
karakter yang berbeda-beda pada narasinya. Pada struktur narasinya, Tempo lebih
banyak menggambarkan struktur narasi dari gangguan menuju upaya
memperbaiki gangguan. Dari struktur narasi tersebut muncul fungsi narasi dan
karakter pada peristiwa penumpasan Gerakan 30 September ke dalam dua
karakter utama, yakni kepahlawanan versus kejahatan
Pertama penggambaran karakter kepahlawanan digambarkan oleh Sarwo
Edhie berperan sebagai pahlawan pada saat ia berhasil menumpas Gerakan 30
September 1965. Ia juga digambarkan sebagai pahlawan karena berhasil mencari
Ahmad Yani. Ditambah ia berhasil meredakan konflik di Jawa Tengah dan Bali
dengan bantuan RPKAD serta elemen golongan masyarakat anti komunis. ‗
Selain Sarwo, ada karakter Soeharto yang berperan sebagai pengirim. Ia
menjadi pengirim saat ia meminta Sarwo dan pasukan Resimen Komando Para
Angkatan Darat (RPKAD) unnntuk membantu menyelesaikan konflik antara
Gerakan 30 Septmber yang digagas Letnan Kolonel Untung dan mencari tahu
lokasi keberadaan Jenderal Ahmad Yani.
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
107
Sedangkan dalam berita kedua, tokoh Soeharto menjadi pahlawan. Melihat
situasi konflik di beberapa kota akibat Gerakan 30 September 1965 dan
pembentukan Dewan Revolusi yang digagas oleh Letnan Kolonel Untung.
Soeharto langsung berperan menjadi pahlawan untuk menyelesaikan konflik
tersebut. Dalam menjalankan misinya, ia meminta tolong pasukan RPKAD di
bawah Sarwo Edhie untuk membantu Surjosumpeno yang saat itu dalam situasi
genting di Jawa Tengah. Tokoh Sarwo Edhie kemudian berubah menjadi donor
(pendermaa) saat ia berhasil mendapat ide untuk melatih organisasi Gerakan
Pemuda untuk menumpas masyarakat sipil pembela Partai Komunis Indonesia.
Sedangkan karakter penjahat diperankan oleh Letkol Untung, simpatisan
PKI dan masyarakat sipil yang dicap komunis. Dalam ketiga berita tersebut,
secara konsisten karakter yang dianggap penjahat adalah mereka. Tokoh Letkol
untung menjadi penjahat karena ia yang mengumumkan Gerakan 30 September
1965 dan dibentuknya Dewan Revolusi. Hal ini menuai reaksi bahwa ia yang
bertanggung jawab atas hilangnya Jenderal Ahmad Yani dan adanya kudeta dari
tentara khususnya Angkatan Darat. Dampak dari pengumuman Letnan Kolonel
Untung juga yang membuat massa yang teroganisasi PKI juga menjadi karakter
penjahat. Sebab mereka ikut membantu menyerang masyarakat penentang
komunis.
Dapat disimpulkan bahwa pemnbingkaian media terhadap suatu berita tidak
hanya terdapat pada framing saja. Namun, pengkarakterisasi tokoh dapat menjadi
salah satu cara untuk menyampaikan pesan sikap media terhadap narasi. Dalam
peristiwa penumpasan Gerakan 30 September 1965, terlihat dalam narasi
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
108
beritanya Tempo ingin menunjukkan bahwa tokoh Sarwo Edhie berperan sebagai
orang baik karena berhasil menemukan Jenderal Ahmad Yani yang hilang dan
berhasil menumpas Gerakan 30 September dari Jakarta, Jawa Tengah dan Bali.
Sedangkan Letnan Kolonel Untung yang mengkomandoi Gerakan 30 September
1965 berperan sebagai penjahat yang menggangu keamanan.
5.2 Saran
Saran peneliti kepada peneliti selanjutnya agar dilakukan penelitian lanjutan
menggunakan metode analisis naratif yang lain untuk membandingkan dengan
penelitian ini. Selain itu, juga bisa dilakukan dengan menggabungkan metode
analisis teks seperti framing maupun analisis wacana kritis sehingga dapat
menghasilkan penelitian yang lebih komprehensif.
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
109
DAFTAR PUSTAKA
BUKU DAN SKRIPSI
Abbot, H. Porter. 1981. The Cambridge Introduction to Narrative. Chigago: The
University of Chigago Press.
Anindyajati, Sepdian. 2014. ―Analisis Naratif Pengungkapan Kasus Pembunuhan
Sisca Yofie Dalam Majalah Tempo dan Detik‖. Skripsi. Tangerang.
Universitas Multimedia Nusantara
Banaszynski, Jacqui. 2007. ―Stories Matter‖ in Kramer, Mark and Wendy Call.
Telling True Stories: A nonfiction writer’s guide from the Nieman
Foundation in Harvard University. New York. Penguin Group.
Berning, Norra. 2011. Narrative Means to Journalistic End. Institute for
Journalism and Communications, University of Hamburg
Burton, Graeme. 2005. Media and Society:Critical perspectives. Glasgow. Bell &
Bain Ltd
Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.
Chatman, Seymour. 1978. Story and Discourse: Narrative Structure in Fiction
and Film. Ithaca: Cornell University Press.
Cohan, Steven and Linda M. Shires. 1988. Telling Stories: A Theoritical
Analysisis of Narrative Fiction. London:L Sage Publication.
Eriyanto. 2002. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media.
Yogyakarta: LkiS.
Eriyanto. 2013. Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapannya dalam Analisis
Teks berita Media. Kencana Media Group. Jakarta.
Fulton, Hellen dkk. 2005. Narrative and Media. Cambridge: Cambridge
University Press.
Harsono, Andreas dan Budi Setiyono. 2008. Jurnalisme Sastrawi. Jakarta.
Kepustakaan Populer Kompas Gramedia.
Herman, David. 2007. The Cambridge Companion to Narrative. Cambridge
University Press. New York.
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
110
Herman, Luc. Bart Vervaeck. 2005. Handbook of Narrative Analysis. University
of Nebraska Press. Lincoln and London.
Ishwara, Luwi. 2005. Catatan-catatan Jurnalisme Dasar. Jakarta: Kompas.
Kramer, Mark and Wendy Call. 2007. Telling True Stories: A nonfiction writer’s
guide from the Nieman Foundation in Harvard University. New York.
Penguin Group.
Kurnia, Septiawan Santana. 2009. Jurnalisme Investigasi. Jakarta. Yayasan Obor
Indonesia.
Kurnia, Septiawan Santana. 2001. Jurnalisme Sastra. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Kriyantono, Rachmat. Teknis Praktis Riset Komunikasi. 2006. Jakarta: Kencana
Pranada Media Group.
Laksono, Dandhy Dwi. 2009. Jurnalisme Investigasi Trik dan Pengalaman Para
Wartawan Indonesia Membuat Liputan Investigasi di Media Cetak, Radio ,
dan Televisi. Bandung: PT Mizan Pustaka.
Moleong, Lexi. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Propp, Vladimir. 1968. Morphology of Folktale. The American Folklore Society
and Indiana University.
Ryan, Marie-Laurie. 2007. ―Toward a definition of a narrative‖ in Herman, David.
The Cambridge Companion to Narrative. Cambridge University Press. New
York
Seri Buku Tempo Sarwo Edhie dan Misteri 1965. 2014. Kepustakaan Populer
Gramedia. Jakarta.
Sims, Norman and Mark Kramer. 1995. Literary Journalism. New York.
Ballantine Books.
Sobur, Alex. 2001. Analisis Teks Media. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset.
Stokes, Jane. 2006. How to do Media and Cultural Studies: Panduan untuk
Melaksanakan Kajian Media dan Budaya. Yogyakarta. Bentang.
Sugiarto, Dergibson Siagian, Lasmono Tri Sunaryanto, dkk. 2001. Teknik
Sampling. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
111
Steele, Janet. Wars Within: the story of Tempo, an independent magazine in
Soeharto’s Indonesia. Jakarta: PT Equinox Publishing Indonesia.
Tuchman, Gaye. 1978. Making News: A Study in The Construction of
Reality.New York: The Free Press.
Severin, Werner and James W Tankard, Jr. 2009. Teori Komunikas: Sejarah,
Metode, & Terapan di Dalam Media Massa. Jakarta: Kencana.
Widya, Raymundus Rikang Rinangga. 2013. Drama Tragedi Trisakti 1998:
Analisis Struktur Naratif Seymour Chatman Pada Laporan Utama Majalah
GATRA 23 Mei 1998 ―Bau Mesiu dan Amis Darah di Trisakti‖. Skripsi.
Yogyakarta. Universitas Atmajaya .
WEBSITE
www.korporat.tempo.co (12/12/2014)
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015
112
LAMPIRAN
Analisis isi..., Eldo Christoffel Rafael, FIKOM UMN, 2015