analisis industri gas nasional - lmfeui

11
ANALISIS INDUSTRI GAS NASIONAL Biro Riset BUMN Center LM FEUI Meningkatnya beban subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) belakangan ini membuat pemerintah berupaya menekan subsidi melalui penggunaan energi alternatif, terutama gas. Indonesia sebetulnya memiliki cukup banyak berbagai jenis sumber energi yang dapat dimanfaatkan. Pemanfaatan berbagai jenis sumber energi ini tidak hanya untuk memenuhi permintaan energi dalam negeri, tetapi juga untuk antisipasi peluang usaha ke pasar internasional. Khususnya peluang usaha energi jenis gas semakin menarik karena adanya perencanaan bauran energi (energy mix) yang telah ditetapkan oleh pemerintah, menjadikan permintaan energi jenis ini akan semakin meningkat. Indonesia sendiri memiliki Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam industri gas, seperti PT. (Persero) Perusahaan Gas Negara. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Indonesia 2009-2014, Pemerintah Indonesia sudah merencanakan pengolahan CBM menjadi LNG. Kebijakan ini diarahkan untuk menunjang kebutuhan energi industri, menggantikan energi minyak. Pasar energi domestik mengikuti pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi sendiri diperkirakan ekspansif sampai 2014. Dari sisi permintaan, konsumsi energi paling besar di sektor industri (41,49%) dan transportasi 932,52%), sementara sektor rumah tangga 16,26% dan komersial hanya sebesar 4,49%. 1 . Proyeksi kedepan, pertumbuhan konsumsi energi final mencapai 4% sampai 2014, dan 5,3% sampai tahun 2030 sebagaimana disampaikan dalam energy outlook BPPT 2011 (Grafik 1 dan Grafik 2). 1 Prospek Bisnis Gas Mentana Batubara (Coalbed Methane) di Tengah Ketidakpastian dan Keragaman Komoditi Energi, Edi Prio Pambudi

Upload: others

Post on 03-Oct-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALISIS INDUSTRI GAS NASIONAL

Biro Riset BUMN Center LM FEUI

Meningkatnya beban subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) belakangan ini membuat pemerintah berupaya menekan subsidi melalui penggunaan energi alternatif, terutama gas. Indonesia sebetulnya memiliki cukup banyak berbagai jenis sumber energi yang dapat dimanfaatkan. Pemanfaatan berbagai jenis sumber energi ini tidak hanya untuk memenuhi permintaan energi dalam negeri, tetapi juga untuk antisipasi peluang usaha ke pasar internasional. Khususnya peluang usaha energi jenis gas semakin menarik karena adanya perencanaan bauran energi (energy mix) yang telah ditetapkan oleh pemerintah, menjadikan permintaan energi jenis ini akan semakin meningkat. Indonesia sendiri memiliki Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam industri gas, seperti PT. (Persero) Perusahaan Gas Negara.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Indonesia 2009-2014, Pemerintah Indonesia sudah merencanakan pengolahan CBM menjadi LNG. Kebijakan ini diarahkan untuk menunjang kebutuhan energi industri, menggantikan energi minyak. Pasar energi domestik mengikuti pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi sendiri diperkirakan ekspansif sampai 2014. Dari sisi permintaan, konsumsi energi paling besar di sektor industri (41,49%) dan transportasi 932,52%), sementara sektor rumah tangga 16,26% dan komersial hanya sebesar 4,49%.1. Proyeksi kedepan, pertumbuhan konsumsi energi final mencapai 4% sampai 2014, dan 5,3% sampai tahun 2030 sebagaimana disampaikan dalam energy outlook BPPT 2011 (Grafik 1 dan Grafik 2).

1 Prospek Bisnis Gas Mentana Batubara (Coalbed Methane) di Tengah Ketidakpastian dan Keragaman Komoditi Energi, Edi Prio Pambudi

Grafik1.

Proyeksi Total Permintaan Energi Final Berdasarkan Sektor

Sumber: Energy Outlook BPPT, 2011

Grafik 2.

Proyeksi Total Permintaan Energi Final Berdasarkan Jenis Energi

Sumber: Energy Outlook BPPT, 2011.

Produksi Gas

Berdasarkan proyeksi dalam kajian energi Indonesia yang dilakukan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi tahun 2011, produksi gas Indonesia mulai 2011 akan mengalami penurunan dari sekitar 2900 BCF (Billion Cubic-Feet) menjadi 2400 BCF. Konsumsi gas dalam negeri akan meningkat, sehingga volume ekspor akan turun. Sementara volume Produksi CBM akan mengalami peningkatan menjadi sekitar 200 BCF di 2017 dan mencapai 300 BCF di 2025.

Grafik 3.

Proyeksi Produksi, Konsumsi & Ekspor Gas Indonesia

Sumber: Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi tahun 2011 Dari sisi produksi gas alam, Indonesia agaknya mempunyai kendala

dalam pertumbuhannya karena dalam periode 2000-2009 produksi gas alam Indonesia hanya berkisar 2.805.540 MMSCF hingga 3.155.243 MMSCF. Produksi tertinggi tercapai pada tahun 2003. Faktor-faktor yang tidak berhubungan langsung dengan produksi diduga lebih banyak memberikan hambatan pertumbuhan produksi gas alam Indonesia, sehingga tren produksi lebih cenderung datar dalam periode proyeksi (2000-2009).

Melihat tren yang ada, pertumbuhan produksi gas masih akan terjadi meskipun faktor-faktor yang tidak berhubungan langsung (error terms) memiliki pengaruh yang kuat. Perlu intervensi pemerintah melalui regulasi untuk mengeliminasi pengaruh negatif error term pada produksi gas alam di Indonesia

termasuk CBM gas alam yang paling banyak digunakan untuk proses pembuatan LNG yang mencapai rata-rata per tahun 1.479.800 MMSCF dalam rentang waktu 2000-2009. Sedangkan rata-rata pemanfaatannya per tahun dalam periode yang sama oleh sektor industri sebesar 487.339 MMSCF, untuk pembangkit listrik sebesar 201.132 MMSCF dan diekspor sebesar 185.556 MMSCF. Ekspor LNG Indonesia selama 2000-2009 mencapai 23,6 juta ton. Kebutuhan gas untuk refinery dan city gas hanya sebagian kecil saja, namun kebutuhan city gas pada tahun 2009 meningkat dua kali lipat dibanding tahun 2008 karena adanya kebijakan konversi minyak tanah. Konsumsi Gas

Penjualan city gas untuk industri dan komersial rata-rata sebesar 3.641,03 juta kubik meter membentuk pola konsumsi polinomial ordo 410. Sama halnya dengan pola konsumsi LPG sektor rumah tangga, pertumbuhan penjualan ke industri dan komersial yang semula rendah di 2000 melaju makin cepat menjelang 2009. Penjualan dari periode sebelumnya turut memacu penjualan periode berjalan. Salah satu pendorong pertumbuhan penjualan adalah bertambahnya jumlah industri secara signifikan pada 2007-2009.

Grafik 4.

Konsumsi Gas Dalam Negeri

Sumber: Unit Energi Primer PLN

Penyebab masih adanya kebutuhan gas dalam negeri yang belum terpenuhi adalah kapasitas infrastruktur baik produksi, transmisi dan distribusi gas.

Konsumsi gas dalam negeri masih didolistrik/PT. PLN dan sektor industri. Berdasarkan data dan proyeksi dari kebutuhan gas untuk pembangkit listrik PLN tahun 2009 mencapai 1,8 BSCFD (Billion Standard CubicPada tahun 2015 mendatang diperkirakan kebutuhan gas untuk pembangkit listrik PLN meningkat menjadi swasta / IPP sebesar 0,1 BSCF. Sementara pasokan gas diperkirakan hanya mencapai 0,8 BSCFD sehingga masih ada gap permintaan dan pasokan sebesar 1,4 BSCFD.

Karena konsumsi gas nasional didominasi oleh pembangksalah satu pendekatan untuk memprediksikan terhadap peningkatan permintaan gas dan selanjutnya pendekatan adanya keperluan untuk pembaIndonesia belum merata di tersentuh atau masih rendah elektrifikasinya

Sumber: Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi

Penyebab masih adanya kebutuhan gas dalam negeri yang belum terpenuhi adalah pertumbuhan permintaan yang tidak diikuti peningkatan kapasitas infrastruktur baik produksi, transmisi dan distribusi gas.

Konsumsi gas dalam negeri masih didoPLN dan sektor industri. Berdasarkan data dan proyeksi dari

kebutuhan gas untuk pembangkit listrik PLN tahun 2009 mencapai 1,8 BSCFD Billion Standard Cubic-Feet per Day) namun baru terpenuhi sekitar 1 BSCFD.

Pada tahun 2015 mendatang diperkirakan kebutuhan gas untuk pembangkit listrik PLN meningkat menjadi 2,1 BSCF ditambah kebutuhan pembangkit listrik swasta / IPP sebesar 0,1 BSCF. Sementara pasokan gas diperkirakan hanya mencapai 0,8 BSCFD sehingga masih ada gap permintaan dan pasokan sebesar 1,4 BSCFD.

Karena konsumsi gas nasional didominasi oleh pembangkalah satu pendekatan untuk memprediksikan terhadap peningkatan

permintaan gas dan selanjutnya permintaan terhadap pendekatan adanya keperluan untuk pembaIndonesia belum merata di semua wilayah, dan masih banyak yang belum tersentuh atau masih rendah elektrifikasinya

Gambar Rasio Eletrifikasi di Indonesia

Sumber: Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi

Penyebab masih adanya kebutuhan gas dalam negeri yang belum pertumbuhan permintaan yang tidak diikuti peningkatan

kapasitas infrastruktur baik produksi, transmisi dan distribusi gas. Konsumsi gas dalam negeri masih didominasi untuk pembangkit

PLN dan sektor industri. Berdasarkan data dan proyeksi dari kebutuhan gas untuk pembangkit listrik PLN tahun 2009 mencapai 1,8 BSCFD

) namun baru terpenuhi sekitar 1 BSCFD. Pada tahun 2015 mendatang diperkirakan kebutuhan gas untuk pembangkit

2,1 BSCF ditambah kebutuhan pembangkit listrik swasta / IPP sebesar 0,1 BSCF. Sementara pasokan gas diperkirakan hanya mencapai 0,8 BSCFD sehingga masih ada gap permintaan dan pasokan

Karena konsumsi gas nasional didominasi oleh pembangkit listrik, maka alah satu pendekatan untuk memprediksikan terhadap peningkatan

permintaan terhadap CBM adalah dengan pendekatan adanya keperluan untuk pembangkit listrik. Saat ini elektri

semua wilayah, dan masih banyak yang belum tersentuh atau masih rendah elektrifikasinya (Gambar 1).

Gambar 1 Rasio Eletrifikasi di Indonesia

Sumber: Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi -ESDM

Penyebab masih adanya kebutuhan gas dalam negeri yang belum pertumbuhan permintaan yang tidak diikuti peningkatan

minasi untuk pembangkit PLN dan sektor industri. Berdasarkan data dan proyeksi dari PLN,

kebutuhan gas untuk pembangkit listrik PLN tahun 2009 mencapai 1,8 BSCFD ) namun baru terpenuhi sekitar 1 BSCFD.

Pada tahun 2015 mendatang diperkirakan kebutuhan gas untuk pembangkit 2,1 BSCF ditambah kebutuhan pembangkit listrik

swasta / IPP sebesar 0,1 BSCF. Sementara pasokan gas diperkirakan hanya mencapai 0,8 BSCFD sehingga masih ada gap permintaan dan pasokan

it listrik, maka alah satu pendekatan untuk memprediksikan terhadap peningkatan

CBM adalah dengan ngkit listrik. Saat ini elektrivikasi di

semua wilayah, dan masih banyak yang belum

ESDM

Pendekatan perhitungan dari kebutuhan elektrifikasi dapat digambarkan dalam Gambar 2. Saat ini terjadi kekurangan daya listrik terkait dengan; 1) penambahan pelanggan baru, 2) meningkatnya penggunaan per pelanggan, 3) dimatikannya pembangkit berbahan bakar minyak dan digantikan dengan yang berbahan bakar gas dan batu-bara. Dengan demikian fungsi dari permintaan gas untuk pembangkit listrik dipengaruhi oleh ketiga faktor tersebut.

Gambar 2 Skema Kebutuhan Gas untukPLN (Elektrifikasi)

Gambar 3

Kebutuhan Listrik per Area

Sumber : Pertamina-CBM

Sementara itu, BPPT memproyeksikan kebutuhan energi untuk listrik akan terus meningkat sebagaimana ditampilkan pada Grafik 5.

Grafik 5

Proyeksi Pemanfaatan Tenaga Listrik

Proyeksi di atas menunjukkan pertumbuhan yang pesat, lebih dari 9%

setahun dan meningkat sekitar 6 kali sampai pada tahun 2013. Untuk membangkitkan listrik tersebut, kapasitas pembangkit berdasarkan sumber energinya diperkirakan sebagaimana ditampilkan dalam Grafik 6. Terlihat bahwa walaupun porsi pembangkit gas menurun, namun karena volume energi meningkat 6 kali, maka kebutuhan diperkirakan kebutuhan gas domestik akan meningkat signifikan.

Grafik 6

Perbandingan Kapasitas Pembangkit Energi Terbarukan

PLN misalnya, mulai tahun 2009 mengurangi pembangkit listrik yang berbahan bakar solar karena biaya pembangkitan per KWh yang tinggi akibat naiknya harga minyak dunia yang berimbas pada kenaikan harga solar. PLN memproyeksikan bahwa di Sumatera pengurangan pembangkit listrik berbahan bakar solar dengan pembangunan pembangkit listrik berbahan bakar gas dan batubara ditandai dengan berkurangnya kapasitas terpasang (installed capacity) dan naiknya pembangunan pembangkit baru (development plan).

Grafik 7

Proyeksi Demand-Supply Daya Listrik Sumatera 2008 – 2018

Selain PLN, pembangkit listrik swasta, independent power producer

(IPP) juga ada yang menggunakan gas sebagai bahan bakar (PLTG). Data IPP

PLTG di Kawasan Sumatera Selatan dan Kalimantan dewasa ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1.

IPP PLTG di Sumatera

Sumber: Dari berbagai sumber, diolah, 2012 Dengan asumsi rata-rata kebutuhan bahan bakar gas sekitar 0,2 MMSCFD per MW maka kebutuhan bahan bakar gas untuk IPP PLTG di Sumatera Selatan-Jambi-Riau sekitar 93,2 MMSCFD sementara untuk IPP PLTG di Kalimantan baru berkisar 16,4 MMSCFD. Angka kebutuhan tersebut menjadi potensi untuk suplai CBM ke sektor pembangkit listrik mengingat pasokan gas dewasa ini masih kurang memadai.

Kebutuhan gas untuk kebutuhan industri diprediksi meningkat. Kementerian Perindustrian pada tahun 2009, menyebutkan bahwa kebutuhan gas sektor industri mencapai 1,8 BSCFD dan pada tahun 2015 akan meningkat menjadi sekitar 2,6 BSCFD. Kemudian diperkirakan pada tahun 2015 masih ada kebutuhan gas bumi untuk sektor industri sebesar 0,8 BSCFD yang belum

IPP JenisKapasitas

(MW) Wilayah KeteranganSako Kenten PLTG 12 Sumsel Sudah beroperasiMusi 2 PLTG 19 Sumsel Sudah beroperasiPrabumulih PLTG 12 Sumsel Sudah beroperasiGunung Megang PLTGU 30 Sumsel Sudah beroperasiBaturaja PLTG 20 Sumsel Sudah beroperasiPLTG Siak PLTG 28 Riau Proposal

PLTG Borang PLTG 60 Sumsel

Sewa Beli oleh PLN, gas dipasok oleh Medco

PLTG Talang Duku PLTG 65 Sumsel Gas dipasok PGN

PLTG Merah Mata PLTG 60 SumselGas dipasok oleh Medco

PLTG Palembang PLTG 60 Sumsel ProposalPLTG Jambi PLTG 100 Jambi ProposalTOTAL 466

dapat terpenuhi. Pengguna gas terbesar di sektor industri adalah industri pupuk, diikuti industri petrokimia dan industri pengolahan baja.

Grafik 8

Kebutuhan Gas Sektor Industri – Non Pembangkit Listrik

Sumber: Departemen Perindustrian RI dan PGN

Selain untuk pembangkit listrik dan industri, CBM juga dapat diolah untuk

digunakan langsung oleh masyarakat, yaitu diolah menjadi LPG. Kebutuhan akan jenis energi ini pada masyarakat selalu meningkat sangat pesat, demikian juga pada produk hasil olahannya. Saat ini kebutuhan LPG Nasional untuk ukuran 3 kg saat ini adalah sekitar 10.000 Ton per hari, sedangkan kebutuhan untuk ukuran 12 kg saat ini sekitar 5.000 Ton per hari. Selanjutnya, total produksi LPG Nasional saat ini sekitar 6.000-7.000 Ton per hari sehingga untuk memenuhi kebutuhan domestik dilakukan impor.

Namun demikian, pada setiap daerah di Indonesia sering terjadi kekurangan pasokan, khususnya saat peningkatan konsumsi pada hari besar seperti Idul Fitri & Natal yang melonjak sekitar 6-10%. Pertumbuhan konsumsi LPG Nasional sekitar 10% per tahun, terkait bertambahnya wilayah program konversi minyak tanah yang dilakukan pemerintah.

Agustus 2012