analisis hubungan tingkat suku bunga dengan penawaran pinjaman perbankan konvensional dan ...
DESCRIPTION
Analisis Hubungan Tingkat Suku Bunga Dengan Penawaran Pinjaman Perbankan Konvensional dan Penawaran Pembiayaan Perbankan Syariah Periode 2001.1 – 2004.12Baca selengkapnya di http://www.contohmakalah77.comTRANSCRIPT
Bab I Pendahuluan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang menerima deposito serta
menawarkan pinjaman1. Bank memperoleh keuntungan dari spread positif2 yang
terjadi, sehingga hal yang paling penting adalah bagaimana cara bank beroperasi
agar dapat menghasilkan keuntungan sebanyak mungkin : bagaimana dan
mengapa bank memberikan pinjaman, bagaimana bank mendapatkan dana dan
mengatur aset serta hutangnya, dan bagaimana bank menghasilkan pendapatan3.
Cara operasional seperti ini lazim terjadi dalam sistem perbankan konvensional.
Selain sistem perbankan konvensional, Indonesia juga menganut sistem
perbankan Islam, yang sering disebut sistem perbankan syariah. Berbeda dengan
cara mendapatkan keuntungan dalam perbankan konvensional, perbankan syariah
berprinsip bagi hasil serta margin jual beli dalam mendapatkan keuntungan.
Kedua sistem perbankan tersebut di atas mempunyai prinsip yang berbeda. Untuk
lebih jelasnya perbedaan dari keduanya disajikan dalam tabel berikut.
1 Mishkin, Frederic S. The economics of Money, Banking, and Financial Institution. Addison Wesley : 1998. hlm. 8
2 Spread positif adalah bunga pinjaman melebihi bunga tabungan3 Mishkin, Frederic S. id. hlm 226
1
Bab I Pendahuluan
Bank Konvensional Bank Syariah
1. Investasi halal dan haram 1. Melakukan investasi yang halal saja
2. Memakai perangkat bunga 2. Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual
beli atau sewa
3. Profit oriented 3. Profit dan falah oriented*
4. Hubungan dengan nasabah dalam
bentuk hubungan debitor – kreditor
4. Hubungan dengan nasabah dalam
bentuk hubungan kemitraan
5. Tidak terdapat dewan sejenis 5. Penghimpunan dan penyaluran dana
harus sesuai dengan fatwa dewan
pengawas syariah
*: Falah berarti mencari kemakmuran di dunia dan kebahagiaan di akhirat
Tabel 1.1 Perbedaan Perbankan Syariah dan Perbankan Konvensional4
Keuntungan yang diperoleh bank akan menjadi sumber pendapatan utama
operasional, sehingga aktivitas usaha yang sekiranya mendatangkan keuntungan
tersebut akan terus dilakukan oleh bank. Seperti telah dijelaskan di atas bahwa
bank mendapatkan keuntungan dari kelebihan tingkat suku bunga pinjaman
dibandingkan dengan tingkat suku bunga tabungan, maka bank akan senantiasa
menawarkan pinjaman. Hal ini sesuai dengan teori saluran mekanisme transmisi
4 Syafi`i Antonio. Bank Syariah Dari Teori ke Praktik. Gema Insani Press : 2001. hlm. 34
2
Bab I Pendahuluan
moneter melalui jalur kredit, bahwa banyaknya penawaran pinjaman yang
dilakukan perbankan akan berdampak terhadap suku bunga pinjaman. Saat bank
sentral membeli surat-surat berharga pemerintah dari publik, maka akun cadangan
bank-bank umum dikredit oleh bank sentral. Jika cadangan yang ada jauh di atas
cadangan minimum yang dilegalkan bank sentral, maka perbankan secara
keseluruhan harus menambah deposito yang dipunyainya, sehingga penawaran
pinjaman perbankan pun harus ditambah. Hal ini akan menurunkan tingkat suku
bunga pinjaman yang artinya biaya untuk meminjam dari bank juga akan
menurun. Begitu pula sebaliknya bila bank mempunyai cadangan berlebih, maka
bank akan mengurangi penawaran pinjamannya, sehingga tingkat suku bunga
pinjaman pun meningkat5.
Dari penjelasan di atas, penulis tertarik untuk melihat apakah tingkat suku
bunga yang dalam hal ini diproksi dengan JIBOR (Jakarta Interbank Offered
Rate) mempunyai hubungan dengan penawaran pinjaman perbankan yang ada di
Indonesia, baik perbankan konvensional maupun perbankan syariah. Dan sistem
perbankan manakah yang sekiranya lebih sensitif terhadap pergerakan tingkat
suku bunga tersebut. Penelitian yang akan diajukan penulis berjudul :
“ Analisis Hubungan Tingkat Suku Bunga Dengan Penawaran
Pinjaman Perbankan Konvensional dan Penawaran Pembiayaan
Perbankan Syariah Periode 2001.1 – 2004.12 ”
5
3
Bab I Pendahuluan
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan yang telah penulis paparkan dalam latar belakang, maka
penulis menyimpulkan beberapa masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini :
1.2.1 Apakah perubahan pada tingkat suku bunga berpengaruh terhadap
perubahan penawaran pinjaman perbankan konvensional atau tidak, ataukah
sebaliknya ?
1.2.2 Apakah perubahan pada tingkat suku bunga berpengaruh terhadap
perubahan penawaran pembiayaan perbankan syariah atau tidak, ataukah
sebaliknya ?
1.2.3 Sistem perbankan manakah yang sekiranya lebih sensitif terhadap
pergerakan tingkat suku bunga ini ?
1.3 Tujuan Penelitian
Mengacu pada identifikasi masalah, maka penulis mencoba mencari
jawaban atas hal tersebut di atas yaitu :
1.3.1 Mengetahui apakah perubahan pada tingkat suku bunga berpengaruh
terhadap perubahan penawaran pinjaman perbankan konvensional atau tidak, atau
sebaliknya.
1.3.2 Mengetahui apakah perubahan pada tingkat suku bunga berpengaruh
terhadap perubahan penawaran pembiayaan perbankan syariah atau tidak, atau
sebaliknya.
4
Bab I Pendahuluan
1.3.3 Mengetahui sistem perbankan manakah yang sekiranya lebih sensitif
terhadap pergerakan tingkat suku bunga ini.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi pembuat kebijakan, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi yang dapat digunakan untuk memahami lebih mendalam
tentang pengaruh tingkat suku bunga terhadap penawaran pinjaman di bank
syariah maupun konvensional. Yang pada akhirnya dapat dimanfaatkan sebagai
salah satu bahan rujukan dalam mengevaluasi kebijakan yang telah diterapkan dan
atau untuk merumuskan kebijakan baru
1.4.2 Bagi kalangan akademisi, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
bahan acuan dalam penelitian lebih lanjut di kemudian hari, serta dapat memacu
motivasi kepada peneliti lainnya untuk melakukan penelitian sejenis dengan
menggunakan metode yang lain ataupun menambah jumlah yang diteliti.
1.5 Kerangka Pemikiran
1.5.1 Teori Tingkat Bunga
1.5.1.1 Teori Klasik tentang Tingkat Bunga: Loanable Funds
Bunga adalah ”harga” dari (penggunaan) loanable funds, atau bisa
diartikan sebagai dana yang tersedia untuk dipinjamkan atau dana investasi,
karena menurut teori klasik bunga adalah ”harga” yang terjadi di pasar investasi.
Investasi juga merupakan fungsi dari tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga
(tingkat bunga kredit), maka keinginan untuk melakukan investasi juga semakin
5
Bab I Pendahuluan
kecil. Alasannya, seorang pengusaha akan menambah pengeluaran investasinya
apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi tersebut lebih besar dari
tingkat bunga yang harus dibayarkan untuk dana investasi tersebut sebagai ongkos
untuk penggunaan dana (cost of capital). Makin rendah tingkat bunga, maka
pengusaha akan terdorong untuk melakukan investasi, sebab biaya penggunaan
dana juga makin kecil.
1.5.1.2 Teori Keynes (Liquidity Preference)
Keynes dalam teorinya menyebutkan bahwa tingkat suku bunga ditentukan
oleh permintaan dan penawaran uang. Menurut teori ini, ada tiga motif mengapa
seseorang bersedia untuk memegang uang tunai, yaitu motif transaksi, berjaga-
jaga, dan spekulasi (Budiono,1982). Tiga motif inilah yang merupakan sumber
timbulnya permintaan uang yang diberi istilah liquidity preference, artinya
permintaan akan uang menurut teori Keynes berlandaskan pada konsepsi bahwa
umumnya orang menginginkan dirinya tetap liquid untuk memenuhi tiga motif
tersebut.
Keynes ragu-ragu terhadap kemanjuran suku bunga dalam mempengaruhi
volume tabungan. Dengan tegas dikemukakannya bahwa sebenarnya volume
tabungan tergantung pada volume investasi yang dilakukan oleh masyarakat
bisnis. Suku bunga yang tinggi cenderung mengurangi volume investasi dari
masyarakat bisnis.
6
Bab I Pendahuluan
1.5.2 Kredit Perbankan
Perbankan mempunyai fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana serta
menyalurkannya. Bank mendapatkan dana dari penerbitan surat hutang kepada
public (savings deposits, savings and loan shares), kemudian menggunakan dana
ini untuk membeli surat-surat berharga primer (stocks, bonds, mortgages).
Karena hadirnya institusi ini, bagi para penabung yang tidak ingin menyimpan
dananya “di bawah kasur” ataupun tidak ingin membeli saham atau obligasi
perusahaan karena mereka merasa bahwa aset ini terlalu berisiko besar atau terlalu
likuid, maka mereka diberikan alternative ketiga. Mereka para penabung dapat
“membeli” savings deposits atau savings and loan shares. Dengan cara ini mereka
dapat memegang aset keuangan yang cukup likuid dan relatif aman, sementara
masih mendapatkan pendapatan bunga. Pada saat yang sama, para pemilik surat-
surat berharga dapat menjualnya ke lembaga intermediasi bukan langsung kepada
para penabung. Disinilah fungsi perbankan dijalankan, yaitu menengahi para
penabung serta peminjam6.
Mekanisme penghimpunan serta penyaluran dana dalam perbankan
konvensional berdasarkan mekanisme bunga, sedangkan dalam perbankan syariah
berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli, serta sewa. Keduanya ini mempunyai
prinsip yang amat berbeda. Tapi bisa dikatakan keduanya amatlah rentan terhadap
pergerakan tingkat suku bunga, baik tingkat suku bunga tabungan maupun
6 Silber, William L. & Ritter, Lawrence S. Principles of Money, Banking, and Financial Markets. Basic Books, Inc., Publisher : 1980. hlm. 59
7
Bab I Pendahuluan
pinjaman, dalam penetapan besarnya bunga / bagi hasil yang akan dikenakan oleh
peminjam, serta bunga yang akan diberikan untuk penabung.
Istilah kredit berasal dari kata credere yang berarti kepercayaan. Menurut
undang-undang perbankan nomor 7 tahun 1992 tentang pokok-pokok perbankan,
arti kredit adalah : “ Penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan
itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk melunasi hutangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil
keuntungan. Unsur-unsur kredit menurut Thomas Suyatno adalah kepercayaan,
waktu, degree of risk, dan prestasi.
Kredit yang diberikan perbankan umum kepada masyarakat dilihat dari
berbagai sudut, yaitu7 :
- Menurut tujuannya, dibagi menjadi kredit konsumtif, produktif, dan
perdagangan
- Menurut jangka waktunya, kredit jangka pendek, menengah, dan jangka
panjang
- Menurut segi jaminan, kredit tanpa jaminan dan dengan jaminan
- Menurut penggunaannya, kredit modal kerja dan kredit investasi.
Berdasarkan kebijaksanaan di bidang ekonomi dan pembangunan yang berlaku di
Indonesia, maka kebijaksanaan pemberian kredit perbankan adalah sebagai
berikut8 :
7 Thomas Suyatno. Dasar-dasar Perkreditan. PT Gramedia : 1993. hlm. 19 8 Thomas Suyatno.id. hlm. 15
8
Bab I Pendahuluan
- Pemberian kredit harus sesuai dan seirama dengan kebijaksanaan
moneter dan ekonomi
- Pemberian kredit harus selektif dan diarahkan kepada sektor-sektor yang
diprioritaskan
- Bank dilarang memberikan kredit kepada usaha-usaha yang diragukan
bank ability-nya
- Setiap kredit harus diikat dengan perjanjian kredit
- Penarikan uang yang melebihi saldo giro atau plafon kredit dilarang
- Kredit tanpa jaminan dilarang
Dalam perbankan syariah, kredit atau biasa disebut pembiayaan dapat
dibagi menjadi dua hal sebagai berikut9 :
- Menurut sifat penggunaannya; dibagi menjadi pembiayaan produktif, dan
konsumtif
- Menurut keperluannya; dibagi menjadi pembiayaan modal kerja, dan
pembiayaan investasi.
1.5.3 Keterkaitan Antara Tingkat Suku Bunga Dengan Penawaran Kredit
Perbankan10
Teori yang menyatakan hubungan antara tingkat suku bunga dan
penawaran kredit melihat bahwa ketika bank sentral menjual sekuritas pemerintah
kepada publik melalui bank umum, cadangan bank sebenarnya telah di debet oleh
bank sentral, apanila cadangan bank berada di bawah cadangan minimum yang
9 Syafi`i Antonio. op. cit. hlm. 16110 Mishkin, Frederic S. ibid. hlm. 232
9
Bab I Pendahuluan
disyaratkan oleh bank sentral, maka sistem perbankan secara keseluruhan harus
mengurangi deposit yang ia pegang. Berikut disajikan gambar ilustrasi
Assets LiabilitiesReserves Rp 10 juta Deposits Rp 10 juta
Gambar 1.1 Ilustrasi T-Account Bank Umum
Assets LiabilitiesReserves Rp 1 juta
Loans Rp 9 juta
Deposits Rp 10 juta
Gambar 1.2 T-Account Bank Umum dengan Penyaluran Kredit
Assets LiabilitiesReserves Rp 9 juta
Loans Rp 90 juta
Securities Rp 10 juta
Deposits Rp 90 juta
Discount Loans From Central Banks Rp 9 juta
Bank Capital Rp 10 jutaGambar 1.3 T-Account Bank Umum dengan Bantuan Likuiditas Bank Sentral
Dari gambar di atas dengan menggunakan konsep akuntansi, aset harus
selalu sama dengan liabilitas di tambah ekuitas. Sehingga berdampak pada
pengurangan penawaran pinjaman. Hal ini akan meningkatkan nilai pinjaman
yang berarti biaya untuk meminjam ke bank semakin mahal, yang kemudian akan
berpengaruh terhadap pembelanjaan dalam perekonomian.
10
Bab I Pendahuluan
1.5.3 Saluran Mekanisme Transmisi Moneter (Jalur Kredit)
Dengan asumsi tidak adanya substitusi sempurna antara deposito retail
bank dengan sumber dana lainnya, saat adanya kebijakan moneter yang ekspansif,
meningkatkan cadangan serta deposito perbankan, akan meningkatkan jumlah
persediaan pinjaman perbankan. Dikarenakan banyaknya peminjam yang
tergantung pada pinjaman bank ini dalam pembiayaan aktivitas usaha mereka,
peningkatan pada pinjaman perbankan ini akan meningkatkan investasi yang
kemudian berdampak pada perekonomian. Saluran mekanisme moneter melalui
jalur kredit ini muncul karena adanya masalah dalam pasar kredit, sehingga
berdampak terhadap kebijakan moneter melalui efeknya dalam pinjaman
perbankan. Akses untuk memasuki pasar keuangan tidak mudah dijangkau oleh
semua kalangan terutama kalangan usaha mikro, menengah dan kecil akibat
adanya asymmetric information. Sehingga para pengusaha mikro, menengah dan
kecil tersebut dalam membiayai kegiatan usahanya meminjam dari perbankan.
Notasi dari laur di atas adalah sebagai berikut :
M meningkat Deposito Bank meningkat Pinjaman Bank meningkat Y meningkat
Saat bank sentral menjual surat-surat berharga pemerintah kepada publik,
maka akun cadangan bank-bank umum didebit oleh bank sentral. Jika cadangan
yang ada jauh di bawah minimum cadangan yang dilegalkan bank sentral, maka
perbankan secara keseluruhan harus mengurangi deposito yang dipunyainya,
sehingga penawaran pinjaman perbankan pun harus dikurangi. Hal ini akan
meningkatkan tingkat suku bunga pinjaman yang artinya biaya untuk meminjam
dari bank juga akan meningkat.
11
Bab I Pendahuluan
1.6 Metode Penelitian
1.6.1 Ruang Lingkup Penelitian
Penulis membatasi ruang lingkup pembahasan penelitian ini dengan
menggunakan data kuartalan yang berada dalam rentang waktu 2001.1 – 2004.12
1.6.2 Analisis Penelitian
Analisis berupa analisis deskriptif dan kuantitatif. Untuk analisis deskriptif
disusun berdasarkan data sekunder, jurnal, buku serta artikel-artikel. Untuk
analisis kuantitatif penulis menggunakan metode error correction model. Dengan
menggunakan alat Bantu ekonometrika E-Views 4.1 dan Microsoft excel.
1.6.3 Model Ekonometrik
ΔPinjt = αt-k + β(ΔJIBOR) + ECT + μt
1.6.4 Spesifikasi Data Dan Variabel
ΔPinjt : Pertumbuhan pinjaman / pembiayaan pada waktu t
Dalam perbankan konvensional disebut sebagai penawaran pinjaman,
sedangkan dalam perbankan syariah dikenal sebagai penawaran
pembiayaan. Akan digunakan dua variabel dependen secara terpisah yaitu
pinjaman perbankan konvensional serta pembiayaan perbankan syariah.
ΔJIBOR : Pertumbuhan Jakarta Interbank Offered Rate
Sebagai proksi dari tingkat suku bunga pinjaman. JIBOR itu sendiri
bermakna interbank rates for short term financing (overnight to 12
12
Bab I Pendahuluan
month), fixed by taking the weighted average of quotes contributed by 18
bank members (4 state banks, 7 local private bonds, and 7 foreign banks)
operating in Indonesia11. Akan digunakan dua variabel independent secara
terpisah yaitu JIBOR jangka waktu 1 (satu) dan 3 (tiga) bulan.
ECT : Koreksi kesalahan
1.6.5 Pengujian Statistik12
1.6.5.1 Uji akar-akar unit (Unit Root Test)
Uji akar unit dilakukan melalui uji Augmented Dickey Fuller (ADF test)
untuk mengetahui apakah data time series yang digunakan memiliki masalah akar
unit atau data tidak stasioner.
Jika suatu data tidak stasioner pada order nol, I(0), maka stasionaritas data
tersebut bisa dicari melalui berbagai order sehingga diperoleh tingkat stasionaritas
pada order ke n, I(n). Uji ini perlu dilakukan agar uji t dan F statistik tidak salah
persepsi.
(ADF test)
H0 : ρ = 0 (terdapat unit root test, variabel Y tidak stasioner)
H1 : ρ ≠ 0 (tidak terdapat unit root test, variabel Y stasioner)
1.6.5.2 Uji t-statistik
11 www.asianbondsonline.adb.org12 Gujarati, Damodar N.Basic Econometrics. Mc Graw Hill : 2003.
13
Bab I Pendahuluan
Uji t- statistik digunakan untuk menguji pengaruh parsial dari variabel –
variabel independen terhadap variabel dependennya. Pengujian ini dilakukan
dengan hipotesis:
H0 : βi = 0, variabel bebas tidak mempengaruhi variabel tidak bebas
H1 : βi ≠ 0, variabel bebas mempengaruhi variabel tidak bebasnya
Dengan menguji dua arah dalam signifikansi ½ , dan derajat kebebasan
(degree of freedom, df ) = n – k (n = jumlah observasi dan k = jumlah parameter
termasuk konstanta), maka hasil pengujian akan menunjukkan :
H0 : diterima bila t-stat < t-tabel
H1 : ditolak bila t-stat > t-tabel
1.6.5.3 Uji F-statistik
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah secara keseluruhan koefisien
regresi signifikan dalam menentukan nilai variabel dependen. Hipotesis untuk uji
F statistik :
H0 : semua variabel independen secara bersama-sama tidak mempengaruhi
variabel dependen
H1 : semua variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi
variabel dependen
Degree of freedomnya : Df untuk pembilang, N1 = k – 1. Df untuk penyebut, N2
= n – k, dengan k adalah banyaknya parameter, dan n adalah banyaknya observasi.
Jika nilai dari F tabel > F hitung, maka H0 diterima yang berarti bahwa variabel
14
Bab I Pendahuluan
independen secara bersama-sama tidak mempengaruhi variabel dependen, dan jika
F tabel < F hitung, yang berlaku adalah sebaliknya.
1.6.5.4 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji ini digunakan untuk mengukur kedekatan hubungan dari model yang
dipakai. Koefisien determinasi (R2) yaitu angka yang menunjukkan besarnya
kemampuan varians atau penyebaran dari variabel-variabel bebas yang
menerangkan variabel tidak bebas atau angka yang menunjukkan seberapa besar
variabel tidak bebas dipengaruhi oleh variabel-variabel bebasnya. Besarnya nilai
koefisien determinasi adalah antara 0 hingga 1 (0 < R <1), dimana nilai koefisien
mendekati 1, maka model tersebut dikatakan baik karena semakin dekat hubungan
antara variabel bebas dengan variabel tidak bebasnya
1.6.5.5 Pairwise Granger Causality test
Pengujian dengan menggunakan metode granger adalah untuk mengetahui
hubungan antara dua variabel yang secara teori memiliki hubungan. Dengan tes
ini akan diketahui variabel mana yang menjadi variabel independent atau bebas
dan variabel mana yang menjadi variabel tidak bebas atau dependent.
Model dasar yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model
kausalitas granger yang digunakan oleh Liza Marwati, Aisyah Abdul rahman, dan
Norazlan Alias (2001) dalam penelitiannya mengenai hubungan kausalitas antara
tingkat suku bunga (diproksi dengan KLIBOR-Kuala Lumpur Interbank Offered
15
Bab I Pendahuluan
Rate-) dengan penawaran pinjaman perbankan syariah dan perbankan
konvensional.
Jika dalam suatu penelitian ada dua variabel yang akan diteliti
hubungannya yaitu Yt dan Xt, maka dengan menggunakan tes kausalitas sederhana
Granger akan diketahui apakah variabel Xt yang ditentukan oleh variabel Yt atau
sebaliknya, atau bahkan kedua variabel tersebut saling menentukan atau saling
mempengaruhi.
1.6.5.6 Uji Kointegrasi
Uji ini dikembangkan berdasarkan adanya persepsi model data yang tidak
stasioner dapat terjadi kointegrasi jangka panjang antara tiap variabel yang diuji.
Uji ini disebut Engle-Granger Test dengan langkah :
Langkah Pertama :
Estimasi tiap parameter dari persamaan regresi dengan menggunakan model
Ordinary Least Square (OLS) dari X terhadapY dan peroleh nilai residualnya.
Yt = α0 + α1 Xt1 + ut
Langkah Kedua :
Lakukan uji stasionaritas (Unit Root Test) pada residual menggunakan ADF
critical value.
Apabila hipotesis Unit Root ditolak maka disimpulkan bahwa Y dan X
terkointegrasi dan apabila hipotesis unit root tidak ditolak, maka kointegrasi tidak
terjadi.
16
Bab I Pendahuluan
1.6.5.7 Error Correction Model
Apabila kita melakukan uji kointegrasi, kita perlu suatu model untuk
proses penyesuaian yang dinamis terhadap variabel-variabel dalam model, yang
disebut mekanisme koreksi error (Error Correction Mechanism/ ECM), dapat
diuraikan dalam langkah sebagai berikut :
Fungsi diestimasi menggunakan Ordinary Least Square menurut
persamaan sebagai berikut :
Pinjt = αt + β(JIBOR) + μt
Kemudian dari persamaan tersebut diperoleh nilai residual. Lalu dihitung ECT,
dan didapatkan persamaan sebagai berikut :
ΔPinjt = αt-k + β(ΔJIBOR) + ECT + μt
1.6.5.7 Pengujian Alternatif Lag dengan Schwartz Information Criterion (SIC)
Dari beberapa model lag yang menjadi alternatif, harus diketahui lag mana
yang memberikan hasil estimasi terbaik. Dalam penelitian ini digunakan Schwartz
Information Criterion (SIC) sebagai dasar pemilihan. Kriteria Informasi ini telah
telah umum digunakan dalam data time series untuk menentukan lag yang tepat.
SIC dirumuskan sebagai :
Dimana :
n = Total jumlah observasi sampel
k = jumlah variabel dalam model, termasuk intercept
17
Bab I Pendahuluan
= sample Residual Sum of Square (RSS)
Dari beberapa model alternatif lag, masing-masing dihitung nilai SIC nya.
Semakin rendah angka perhitungan SIC semakin baik performance dari model
tersebut.
1.6.6 Pengujian Masalah Dalam Regresi Linear
1.6.6.1 Masalah Multikolinier
Multikolinear menunjukkan gejala adanya hubungan linear atau hubungan
yang pasti diantara explanatory variabel (variabel penjelas) dalam model regresi.
Gejala ditunjukkan oleh beberapa faktor, namun yang paling mendukung
penjelasan adanya multikolinier dalam model yaitu apabila nilai R2 dari hasil
regresi sangat tinggi namun sebagian besar explanatory variabel tidak
menjelaskan hubungan yang signifikan terhadap variabel yang dijelaskan, melalui
perbandingan antara nilai t-stat dan F-stat dengan t-tabel dan F-tabel .
Karena pengukuran besarnya R2 dan jumlah t-stat signifikan bersifat
relatif, maka dilakukan pengujian tambahan dengan memperhatikan korelasi
parsial diantara regresor dalam bentuk matriks. Rule of Thumb dari pengukuran ini
adalah semakin tingginya nilai korelasi parsial sepasang regresor, maka terdapat
multikolinearitas .
1.6.6.2 Masalah Autokorelasi
18
Bab I Pendahuluan
Autokorelasi adalah korelasi diantara anggota observasi. Masalah
autokorelasi dalam model menunjukkan adanya hubungan korelasi antara variabel
gangguan (error term) dalam suatu model yang terjadi karena beberapa faktor :
1. Inersia, data observasi dipengaruhi oleh data sebelumnya. Misalnya data
observasi saat terjadi kelesuan ekonomi sehingga data time series berikutnya
dipengaruhi data sebelumnya walaupun perekonomian sudah membaik.
2. Bias spesifikasi dengan mengeluarkan atau tidak memasukan variabel bebas
tertentu yang sebenarnya turut mempengaruhi variabel tidak bebasnya
menurut teori ekonomi, walaupun hasil perhitungan kuantitas tidak
mendukung.
3. Bias spesifikasi berupa bentuk model yang tidak tepat
4. Manipulasi data akibat data secara sistematis tidak tersedia untuk periode yang
diharapkan, seperti penggunaan interpolasi, ekstrapolasi, dan transformasi
data.
5. Non stasioneritas pada data time series yang digunakan.
Gejala ini dapat terdeteksi melalui graphical method dengan mem-plot
waktu dan residual. Sedangkan Uji formal yang dapat dilakukan adalah uji The
Breusch-Godfrey (BG) test13. ………………
1.7 Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah melalui data
sekunder dengan jenis data time series. Sumber data yang diperlukan
dalam penelitian ini berasal dari :
1. Statistik Perbankan Syariah
13 Gujarati, Damodar. Hlm. 472
19
Bab I Pendahuluan
21