analisis faktor yang mempengaruhi intensi …
TRANSCRIPT
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI PENGGUNAAN PEMBIAYAAN MIKRO SYARIAH PADA LEMBAGA
KEUANGAN MIKRO SYARIAH
Naufal Hilmy Livanto, Fenny Rosmanita
Program Studi Ilmu Ekonomi Islam, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Pertumbuhan pembiayaan mikro syariah sebagai salah satu produk utama dari lembaga keuangan mikro syariah, baik dilihat dari pertumbuhan portofolio pinjaman dan jumlah nasabah, menghasilkan sebuah kondisi yang positif namun juga harus dijaga momentumnya agar tidak justru menghasilkan kondisi pinjaman berlebih. Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi intensi penggunaan pembiayaan mikro syariah pada lembaga keuangan mikro syariah seperti BPRS dan BMT. Responden dalam penelitian ini adalah nasabah dari lembaga keuangan mikro syariah yang mengajukan pembiayaan mikro syariah. Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan diolah menggunakan regresi berganda. Hasil penelitian menunjukan semua variabel kecuali dukungan pemerintah, memiliki pengaruh yang signifikan pada niat penggunaan pada pembiayaan mikro syariah.
Factor Analysis of Intenton to Use on Sharia Microfinance in Islamic Micro Finance Institution
Abstract
The growth of sharia microfinance as main product of Islamic Microfinance Instituion, as seen from the growth of loan portofolio and the number of its customer have given a positive condition yet must be notice, so the momentum of those is not produce an over indebtedness condition. This study aims to analyze the factors that influence the intention to use of sharia microfinance in Islamic microfinance institution like BPRS and BMT. It uses Multiple Regression analysis. The result is all variables, except government support, are significantly influence intention to adopt Intention to Use of Sharia Microfinance. Key words: Sharia microfinance, clients of Islamic microfinance institution, attitude factor, social influence factor, religious factor, pricing factor, governments support factor, intention to use 1. Pendahuluan
UMKM di Indonesia memiliki proporsi yang sangat besar dari total keseluruhan
pelaku usaha di Indonesia yakni mencapai angka 99.99% atau sebanyak 56.54 juta unit. Data
Analisis faktor ..., Naufal Hilmy Livanto, FEB UI, 2017
juga menjelaskan bahwa UMKM menyumbang sebesar 59.08% dari total Pendapatan
Domestik Bruto (PDB) Indonesia atau setara dengan Rp 4.869,5 Triliun (BI, 2015).
Pada dasarnya UMKM adalah sebuah entitas yang tidak bergantung pada dana besar
untuk beroperasi serta amat jarang dalam berinteraksi dengan pihak ketiga seperti perbankan,
hanya 17.2% dari seluruh UMKM yang mengakses pembiayaan pada perbankan (LPPI,
2011). Selain itu, UMKM pun sering dianggap sebagai entitas yang unbankable khususnya
pada usaha mikro dan usaha kecil, dimana hal tersebut terjadi karena usaha mikro dan kecil
adalah entitas yang dimiliki oleh masyarakat menengah ke bawah sehingga dianggap tidak
mampu untuk memasuki ranah perbankan, lebih jauh lagi dalam konteks Indonesia,
masyarakat miskin di dominasi oleh orang muslim yang berada di sektor microenterprise
(Amalia, 2009).
Atas dasar itulah, keberadaan UMKM di Indonesia akan sangat terkait dengan
Lembaga Keuangan Mikro (LKM) khususnya Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS).
Posisi LKMS di Indonesia tidak dapat dipandang sebelah mata, hal ini berhubungan dengan
rendahnya akses pinjaman masyarakat pada lembaga keuangan formal di Indonesia yang
hanya berkisar 13.1% dari jumlah penduduk Indonesia. Selain itu, data menunjukan bahwa
lima besar lembaga keuangan mikro di Indonesia yakni Mitra Bisnis Keluarga (MBK)
Ventura, Bina Artha Ventura (BAV), Dana Mandiri Sejahtera (DMS), Bank Tabungan
Pensiunan Negara (BTPN) Syariah, dan Koperasi Mitra Dhuafa (KOMIDA), yang notabene
dua dari lima lembaga tersebut yakni MBK Ventura dan BTPN Syariah, adalah lembaga yang
menerapkan akad akad syariah dalam penyaluran pembiayaan mereka, memiliki tingkat
pertumbuhan 143.32% (tahun-ke-tahun) dalam portofolio pinjaman bruto dan 96.96% (tahun-
ke-tahun) dalam jumlah nasabah selama empat (4) tahun terakhir. (Pakindo, 2015).
Hal tersebut pun diikuti pula oleh perkembangan yang pesat dari sektor LKMS lain
seperti Baitul Mal Tamwil (BMT), yang hingga tahun 2014 telah mencapai lebih dari 5000
BMT yang memiliki total asset sebesar Rp 4.7 triliun, total pembiayaan sebesar Rp 4.4 triliun
dan telah melayani 3 juta anggota dari usaha mikro dan kecil (Hasbi, 2015).
Momentum besar antara kontribusi LKMS pada UMKM khususnya pada usaha mikro
dan usaha kecil di Indonesia, yang berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia
yang kuat dan stabil harus terus dijaga. Hal tersebut dianggap penting mengingat UMKM dan
microfinance adalah salah satu gerakan yang penting dalam pengentasan kemiskinan di
Indonesia.
Analisis faktor ..., Naufal Hilmy Livanto, FEB UI, 2017
Namun demikian, Perkumpulan Akses Keuangan Indonesia (Pakindo) dalam riset nya
pada tahun 2015 yang berjudul Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia mendapati temuan
bahwasannya banyak nasabah keuangan mikro di Indonesia yang memiliki pinjaman di lebih
dari satu tempat, yang dalam hal ini tergolong pada perilaku multilending. Selain itu, masalah
seperti assymetric information, yang timbul akibat adanya ketidaksempurnaan informasi di
antara kreditur dan debitur harus menjadi aspek yang terus diperhatikan dalam menjaga
kondisi triangle of microfinance di Indonesia, terlebih nasabah LKMS di Indonesia mayoritas
adalah pelaku UMKM dimana menurut Hyytinen dan Pajarinen (2008), debitur UMKM
memiliki sifat informationally opaque karena laporan keuangan yang disediakan oleh UMKM
pada umumnya kurang reliable sehingga tidak mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
Faktor-faktor yang menyebabkan information opacity pada UMKM diantaranya usahanya
yang masih baru, tidak adanya jaminan yang memadai, penguasaan teknologi yang masih
rendah, tidak memiliki skill dasar dalam pembukuan dan akuntansi, dan lain sebagainya.
Maka dari itu, dalam penelitian ini, peneliti memiliki tujuan untuk mengetahui secara
komprehensif terhadap faktor apa saja yang mempengaruhi intensi penggunaan nasabah pada
pembiayaan mikro di lembaga keuangan mikro syariah, yang mana menurut Pakindo dalam
risetnya, adalah nasabah yang terindikasi memiliki perilaku multilending, sehingga hal
tersebut akan sangat mempengaruhi performance nasabah dalam skema pinjaman pada
lembaga keuangan mikro syariah dan berpotensi untuk menimbulkan resiko-resiko lain.
2. Tinjauan Teoritis Pembiayaan dan Hutang dalam Islam
Pembiayaan dan hutang dalam Islam setidaknya dapat dilihat dari dua sisi (Hanudin
dan Rahman, 2011). Pertama, Islamic Financing dikembangkan dengan memilki tujuan untuk
melakukan channeling sumber daya dari surplus unit menuju deficit producing maupun
consuming unit. Kedua, menurut Khir et al. (2008), tujuan utama dari Islamic Financing
adalah untuk memenuhi keinginan manusia guna meningkatkan kesejahteraannya. Dalam
keuangan Islam, maka Bank Islam maupun lembaga keuangan Islam lainnya memiliki fungsi
untuk bisa menjadi intermediaries antara surplus unit tersebut dengan deficit unit yang ada,
yakni dengan menerima deposit dari nasabah untuk kemudina diakumulasikan untuk bisa
menyediakan pembiayaan bagi pihak lain dengan dilandasi kaidah syariah. Meskipun
demikian, pada dasarnya Islam bukanlah agama yang mendorong maupun mendukung praktik
Analisis faktor ..., Naufal Hilmy Livanto, FEB UI, 2017
berhutang, sehingga sebisa mungkin Islam mengatur umatnya untuk tidak memiliki hutang,
sebagaimana dijelaskan dalam ayat Al-Quran Surat al-Baqarah ayat 280.
Ayat diatas tidak hanya berbicara tentang pelarangan hutang semata, melainkan
tentang bagaimana memperlakukan orang yang berhutang dengan adil, maka dari itu
sesungguhnya konsep hutang dalam Islam bukanlah suatu hal yang benar-benar haram
melainkan sangat diatur secara ketat karena hutang adalah bagian dari aspek muamalah yang
berpotensi menghadirkan kedzhaliman apabila tidak dipraktekan secara benar. Maka dari itu,
kemudian turunlah lagi ayat yang menjelaskan secara lebih detil dan mendalam tentang
bagaimana praktik berhutang dengan baik dan benar dalam Islam, sebagaimana dijelaskan
dalam Surat Al Hadid ayat 11 dan Surat Al Baqarah ayat 282.
Maka atas dasar perintah agama tersebut, praktek intermediaries yang dilakukan oleh
lembaga keuangan Islam haruslah sejalan dan mengimplementasikan perintah yang sudah
dituliskan oleh Allah SWT. Dalam hal ini maka financing dalam Islam ditekankan bukan
pada debt based financing melainkan equity based financing yang dipraktikan dalam konteks
financing adalah financing yang menggunakan akad-akad seperti Murabahah, Mudharabah,
dan Musyarakah, yang mana dalam skema pembiayaan tersebut harus dipastikan bebas dari
segala unsur riba dan gharar. Selain itu, hal yang tidak kalah penting dalam Islamic
Financing, adalah tujuan dari pengajuan pembiayaan itu sendiri yang harus ditjukan pada
aktivitas yang positif dan sesuai dengan kaidah syariah seperti yang dijelaskan pada Al Quran
Surat Al-Maidah ayat 2. Sehingga pihak pemberi pinjaman dan penerima pinjaman haruslah
sama-sama mengerjakan kebaikan serta tolong menolong yang direpresentasikan pada niat
baik pihak yang meminjamkan untuk mengerti kondisi peminjam, dan niat baik peminjam
untuk menggunakan pinjaman dengan benar dan membayar tepat waktu.
Lembaga Keuangan Mikro Syariah
Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) pada dasarnya sama seperti mayoritas
produk keuangan Islam lainnya yang merupakan patchwork dari produk keuangan
konvensional yang sudah ada, maka dalam hal ini lembaga keuangan mikro syariah pada
dasarnya adalah lembaga keuangan mikro yang dalam setiap aspek konsep dan
operasionalnya menerapkan prinsip-prinsip syariah sehingga menghasilkan suatu lembaga
keuangan mikro yang terbebas dari riba serta penerapan prinsip-prinsip muamalah lainnya.
Lebih jauh lagi, Shuraako (2012) menjelaskan bahwa LKMS berbeda dari lembaga
keuangan mikro konvensional karena LKMS haruslah patuh dan berlandaskan asas-asas
keuangan Islam, yang mana memang di desain khusus untuk kebutuhan umat Islam yang
Analisis faktor ..., Naufal Hilmy Livanto, FEB UI, 2017
patuh pada hukum syariah, sehingga produk yang ada harus terhindar dari riba dan gharar.
LKMS pun harus mampu menyediakan sistem keuangan yang bebas bunga namun juga harus
mampu mempertimbangkan overhead cost of financing agar LKMS tetap memenuhi aspek
keberlanjutan.
Nasabah Lembaga Keuangan Mikro Syariah
Pada dasarnya, nasabah dari LKMS adalah nasabah yang cenderung sulit untuk
mendapatkan akses ke perbankan, hal tersebut disebabkan karena nasabah LKMS
digolongkan sebagai unbankabale karena tidak memenuhi persyaratan untuk mendapatkan
pinjaman dari bank, yang disebabkan tidak adanya jaminan yang cukup serta informasi yang
memadai terkait informasi keuangan mereka. Selain itu, cost yang tinggi untuk merambah
sektor mikro menjadi salah satu alasan bank tidak terlalu berfokus pada sektor ini.
Terdapat beberapa literatur yang membahas tentang karakteristik nasabah dari
keuangan mikro secara umum, (Meyer dan Nagarajan, 1999) heterogenitas dari nasabah
keuangan mikro sangat penting untuk diperhatikan mengingat mereka memiliki beragam
kemampuan dan motif dalam memanfaatkan pembiayaan yang mereka dapatkan. Selain tu,
Zeller et al (1997) menjelaskan bahwa secara umum nasabah dari keuangan mikro memiliki
kegiatan yang terbagi menjadi dua yakni kegiatan bertani dan non bertani, yang penggunaan
pembiayaan ditujukan untuk produksi mereka serta konsumsi hingga kebutuhan mendadak
dan pengeluaran yang bersifat social expenditure. Baydas et al (1994) juga menerangkan
bahwasannya terbatasnya kemampuan nasabah LKM dalam mendapatkan akses pinjaman
dikarenakan kondisi mereka yang bisa berada di daerah yang sulit dijangkau, tingkat
pendidikan formal yang rendah, tidak tersedianya income dan asset yang cukup dan
keterbatasan informasi.
Di Indonesia nasabah pada LKMS di dominasi oleh pelaku UMKM, yakni kelompok
masyarakat yang cukup mampu untuk mengambil pinjaman mikro namun tidak mampu untuk
masuk ke pinjaman perbankan. Dalam sektor ini, nasabah setidaknya memiliki usaha yang
mampu menggenerasi profit sehingga dikatakan layak untuk masuk sebagai nasabah dari
LKMS. Hal tersebut berhubugan daengan apa yang dijelaskan oleh Hyytinen dan Pajarinen
(2008) dimana nasabah UMKM adalah nasabah yang bersifat informationally opaque, karena
laporan keuangan yang disediakan oleh UKM pada umumnya kurang reliable sehingga tidak
mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Sehingga, nasabah dari LKMS memiliki karakter
khusus yang berbeda dengan nasabah pada umumnya.
Analisis faktor ..., Naufal Hilmy Livanto, FEB UI, 2017
3. Metode Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian konklusif. Penelitian tersebut
digunakan untuk menghitung kejadian yang telah didefinisikan dengan jelas, menguji secara
spesifik suatu hipotesis dan menelaah hubungan spesifik yang ada di antara variabel
(Malhotra et al., 2012). Desain penelitian konklusif-deskriptif dipilih oleh peneliti atas dasar
penelitian deskriptif adalah salah satu penelitian konklusif yang berfungsi untuk menjelaskan
sesuatu seperti fungsi atau karakteristik pasar, hal tersebut dibuat untuk menentukan,
mengevaluasi, dan memilih alternatif terbaik dalam penyelesaian suatu masalah (Malhotra,
2010). Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer yang dihimpun dengan
metode survei melalui penyebaran kuesioner penelitian kepada 150 responden di 3 (tiga)
LKMS di tuga wilayah (DKI Jakarta, Tangerang, dan Tangerang Selatan). Data yang sudah
terhimpun sudah lolos pada tahap pre-test sehingga pengolahan dan analisis data lebih lanjut
dapat dilakukan.
Metode analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah regresi berganda yang
merupakan metode Ordinary Least Square (OLS) yang kemudian dioleh menggunakan
software SPSS 20.0. Analisis regresi berganda merupakan merupakan prosedur yang kuat dan
fleksibel untuk menganalsis hubungan asosiasi antara sebuah metricdependent variable
dengan satu atau lebih independent variable (Malhotra, 2010). Selain itu, dilakukan pula
analisis deskriptif dalam penelitian ini yang meliputi analisis demografi dan profil
pembiayaan, analisis crosstab dan analisis statistik deskriptif.
Terdapat 5 independen dan 1 variabel independen dalam penelitian ini. Menurut Roscoe
(1975), jumlah sampel pada penelitian multivariate khususnya pada analisis regresi berganda,
ukuran sample sebaiknya 10 kali lebih besar dari jumlah variabel dalam penelitian. Maka dari
itu, 150 sample dipilih agar data yang didapatkan lebih kaya dan penemuan bersifat lebih luas
dan informatif. Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi intensi nasabah dalam menggunakan pembiayaan mikro syariah pada
lembaga keuangan mikro syariah. Terdapat 5 (lima) faktor yang dihipotesiskan memiliki
pengaruh terhadap intensi nasabah dalam menggunakan pembiayaan mikro syariah pada
lembaga keuangan mikro syariah, berikut adalah model penelitian dan hipotesisnya:
Analisis faktor ..., Naufal Hilmy Livanto, FEB UI, 2017
Hubungan-hubungan dalam model penelitian pada gambar di atas dikembangkan dari
landasan theory of reasoned action dan tinjauan beberapa literatur terdahulu yang mendukung
secara empiris adanya faktor-faktor yang mempengaruhi intensi seseorang untuk mengadopsi
layanan perbankan syariah. Oleh karena itu dapat dihipotesiskan bahwa:
H1 : Attitude memiliki pengaruh terhadap intensi seseorang untuk menggunakan pembiayaan
mikro syariah
H2 : Social influence memiliki pengaruh terhadap intensi seseorang untuk menggunakan
pembiayaan mikro syariah.
H3 : Religious obligation memiliki pengaruh terhadap intensi seseorang untuk menggunakan
pembiayaan mikro syariah.
H4 : Pricing of Islamic Financing memiliki pengaruh terhadap intensi seseorang untuk
menggunakan pembiayaan mikro syariah.
H5 : Government support memiliki pengaruh terhadap intensi seseorang untuk menggunakan
pembiayaan mikro syariah.
4. Hasil Penelitian
Statistik Deskriptif
Berdasarkan hasil statistik deskriptif pada 150 responden penelitian, ditemukan bahwa
variabel attitude secara rata-rata memiliki nilai paling tinggi, yaitu 4.46. Artinya, bahwa
responden dalam penelitian memiliki penilaian yang baik dan positif terhadap penggunaan
pinjaman mikro syariah pada LKMS. Responden setuju bahwa pinjaman mikro syariah akan
menghasilkan konsekuensi positif bagi individu mereka masing-masing, sehingga individu
Gambar 1. Model Penelitian
Analisis faktor ..., Naufal Hilmy Livanto, FEB UI, 2017
akan cenderung bersikap favorable terhadap perilaku tersebut. Sedangkan variabel pricing of
Islamic finance memiliki nilai paling rendah secara rata-rata, yaitu sebesar 1.88. Artinya
bahwa responden dalam penelitian memiliki penilaian yang berlawanan terhadap pernyataan
bahwa cost yang ada pada pembiayaan mikro syariah adalah mahal. Responden setuju bahwa
cost pada pembiayaan mikro syariah adalah rendah/murah yang mana hal tersebut menjadi
pertimbangan responden untuk menggunakan pembiayaan mikro syariah ini.
Selain itu, ditemukan pula bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka
akan memiliki penilaian (evaluasi) yang semakin menurun pada pembiayaan mikro syariah,
mesikpun demikian penilaian tersebut masih berada pada nilai yang tinggi. Sementara itu
pada social influence, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin tidak
terpengaruhi oleh lingkungan sekitar untuk menggunakan pembiayaan mikro syariah,
meskipun demikian, kategori penilaiannya masih berada pada rentang tinggi. Begitu juga
dengan variabel religious obligation dan government support, yang semakin menurun seiring
dengan tingginya tingkat pendidikan, memperlihatkan bahwa tingkat pendidikan
mempengaruhi perbedaan sudut pandang terkait intensi penggunaan pembiayaan mikro
syariah. Sementara itu, pada variabel pricing of Islamic finance, semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorag akan memandang bahwa harga dari pembiayaan mikro syariah akan
semakin mahal, yang mana hal tersebut dipengaruhi oleh masyarakat dengan pendidikan
rendah merasakan murahnya harga pembiyaaan mikro syariah atas dasar aspek kemudahan
yang di dapat, hal yang berbeda dengan tingkat pendidikan tinggi yang telah mengetahui
alternatif pembiayaan lain. Selain itu variabel intensi penggunaan memiliki hubungan negatif
dengan tingkat pendidikan sehingga disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
maka akan cenderung less preferable pada pembiayaan mikro syariah. Sementara itu,
Berdasarkan cross description yang dilakukan pada tingkat pengeluaran dan pendapatan maka
terlihat bahwa aspek keungan seseorang akan turut pula mempengaruhi perbedaan intensi
mereka dalam mengguakan pembiayaan mikro syariah meskipun perbedaannya tidak begitu
signifikan. Uji Regresi Berganda
Uji regresi berganda yang dilakukan dalam penelitian ini melihat lima variabel
independen yang berpotensi memiliki pengaruh terhadap satu variabel dependen. Berikut ini
adalah hasil dari uji regresi berganda yang bertujuan untuk menjawab hipotesis penelitian.
Analisis faktor ..., Naufal Hilmy Livanto, FEB UI, 2017
Tabel 1. Hasil Uji Regresi Berganda
Variabel
Dependen
Variabel
Independen
Unstandardized
Coefficients B
Nilai t Sig. Kesimpulan
R : 0.766
R Square : 0.587
Adjusted R Square : 0.573
F : 41.283 0.000
(Constant) 1.306 3.388 0.001
Intention
to Use
Attitude 0.278 2.787 0.006 Signifikan
Social
Influence
0.157 2.214 0.028 Signifikan
Religious
Obligation
0.223 2.794 0.006 Signifikan
Pricing of
Islamic
Finance
-0.157 -2.960 0.004 Signifikan
Government
Support
0.119 1.639 0.103 Tidak
Signifikan
Sumber: Hasil Olahan Peneliti
Berdasarkan tabel 1 di atas, hasil regresi berganda antara lima variabel independen
terhadap satu variabel dependen menghasilkan nilai R sebesar 0.766. Menurut Sugiyono
(2007) (dalam Lestari, 2015), ketika nilai R terletak pada range 0.60 hingga 0.799, maka
terbukti adanya hubungan antara seluruh variabel independen terhadap variabel dependen
yang diuji adalah kuat. Hal tersebut memiliki kesimpulan bahwa dalam pada regresi
penelitian ini, variabel independen yang diuji mempunyai hubungan atau korelasi yang kuat
terhadap variabel dependen yang diuji. Nilai adjusted R square hasil dari uji regresi tersebut
adalah 0.573. Angka tersebut menunjukkan bahwa variabel independen yang diuji dalam
penelitian ini, memiliki pengaruh sebesar 57.3% terhadap variabel independen. Artinya
sebesar 57.3% variabel dependen yang diuji, yaitu intensi penggunaan, diterangkan melalui
variabel-variabel independen dalam penelitian ini. Sisanya dijelaskan oleh variabel atau faktor
lain di luar penelitian ini.
Analisis faktor ..., Naufal Hilmy Livanto, FEB UI, 2017
Selain itu, berdasarkan tabel 1 di atas, dapat diketahui bahwa nilai F adalah 41.283
dengan probabilitas (sig.) 0.000. Dalam penelitian ini, berdasarkan pada F tabel, nilai F tabel
adalah 1.81, sementara itu nilai F hitung dalam model regresi adalah 41.283, sehingga dapat
disimpulkan bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel, selain itu signifikansi ataupun
probabilitas dalam uji F ini juga memiliki nilai yang jauh dibawah dari 0.05. yang pada
akhirnya dapat diambil kesimpulan secara keseluruhan bahwa seluruh variabel yang diuji
dalam penelitian ini (attitude, social influence, religious obligation, pricing of Islamic
finance, dan government support), berpengaruh pada variabel dependen dalam penelitian
yakni intention to use. Dalam penelitian ini, nilai t tabel adalah 1.976.
Berdasarkan tabel 1 ada satu variabel dependen yang memiliki nilai t hitung kurang
dari t tabel, yaitu variabel government support (1.639). Sehingga variabel tersebut dinyatakan
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel intention to use. Yang pada
akhirnya menghasilkan kesimpulan bahwa variabel independen lain selain variabel
government support berpengaruh secara signfikan terhadap intention to use pembiayaan
mikro syariah.
Pengujian Hipotesis
Penelitian ini menguji lima independen variabel terhadap satu variabel dependen.
Peneliti menggunakan confidence level sebesar 95%, untuk itu secara umum, H0 akan
diterima (tidak ada pengaruh) jika nilai signfikansi lebih dari 0.05, dan H0 akan ditolak
(terdapat pengaruh) jika nilai signifikasinya di bawah atau lebih kecil dari 0.05. Berikut ini
adalah tabel yang menjelaskan hasil pengujian hipotesis pada penelitian ini:
Tabel 2. Pengujian Hipotesis
Hn Pernyataan Hipotesis Sig. Β Uji
Hipotesis
Kesimpulan
H1 Attitude memiliki pengaruh
terhadap intensi seseorang
untuk menggunakan
pembiayaan mikro syariah
0.006 0.248 Hipotesis
Diterima
Data
Mendukung
Hipotesis
Analisis faktor ..., Naufal Hilmy Livanto, FEB UI, 2017
Hn Pernyataan Hipotesis Sig. Β Uji
Hipotesis
Kesimpulan
H2 Social influence memiliki
pengaruh terhadap intensi
seseorang untuk menggunakan
pembiayaan mikro syariah
0.028 0.175 Hipotesis
Diterima
Data
Mendukung
Hipotesis
H3 Religius Obligation memiliki
pengaruh terhadap intensi
seseorang untuk menggunakan
pembiayaan mikro syariah
0.006 0.217 Hipotesis
Diterima
Data
Mendukung
Hipotesis
H4 Pricing of Islamic Financing
memiliki pengaruh terhadap
intensi seseorang untuk
menggunakan pembiayaan
mikro syariah
0.004 -0.183 Hipotesis
Diterima
Data
Mendukung
Hipotesis
H5 Government Support memiliki
pengaruh terhadap intensi
seseorang untuk menggunakan
pembiayaan mikro syariah
0.103 0.126 Hipotesis
Ditolak
Data Tidak
Mendukung
Hipotesis
Sumber: Hasil Olahan Peneliti
Tabel tersebut menunjukkan bahwa H1, H2, H3 diterima hipotesisnya dan terbukti
memiliki pengaruh positif terhadap intention to use dengan angka signfikansi dibawah 0.05
dan nilai koefisien beta yang positif. Sementara H4 diterima hipotesisnya dan terbukti
memiliki pengaruh negatif terhadap intention to use dengan angka signfikansi dibawah 0.05
dan nilai koefisien beta yang negatif. Sedangkan, H5 ditolak dengan nilai signifikansi yang
berada di atas 0.05. Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut mengenai pengujian hipotesis:
H1: Berdasarkan hasil uji hipotesis pada tabel 2, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi
dari H1 adalah 0.006. Oleh karena itu, attitude dinyatakan secara signifikan memiliki
pengaruh positif terhadap intention to use dengan nilai koefisien beta atau unstandardized
beta sebesar 0.248. Hasil ini sama dengan hasil pengujian hipotesis yang dilakukan oleh
Hanudin dan Rahman (2011) di penelitian mereka sebelumnya bahwa attitude secara
signifikan memiliki pengaruh positif terhadap intention to use.
Analisis faktor ..., Naufal Hilmy Livanto, FEB UI, 2017
Variabel attitude dapat menjelaskan penilaian atau evaluasi dari individu mengenai
positif atau negatif nya sebuah objek. Menurut Ajzen (1975) jika individu memiliki penilaian
terhadap suatu perilaku akan semakin memberikan hasil yang positif, maka individu tersebut
akan memiliki preferensi terhadap perilaku tersebut, begitu juga sebaliknya jika dampak dari
perilaku tersebut adalah negatif maka akan semakin buruk preferensi individu tersebut
terhadap perilaku itu sendiri. Teori dari intention to use menggunakan variabel attitude
sebagai penentu dari keputusan individu untuk memutuskan menggunakan atau justru tidak
menggunakannya.
Penemuan ini sejalan dengan beberapa penelitian sebelumnya yang juga mendasarkan
pengujian hipotesis dan teori dalam penelitian Hanudin dan Rahman (2011), seperti Taib
(2008) yang menjelaskan bahwa attitude memiliki pengaruh yang signifikan terhadap intensi
menggunakan Islamic finance dengan akad musharakah mutanaqisah.
H2: Berdasarkan hasil uji hipotesis pada tabel 2, terlihat bahwa nilai signifikansi dari
H2 adalah 0.028. Maka dari itu, social influence dinyatakan secara signifikan memiliki
pengaruh positif terhadap intensi penggunaan dengan nilai koefisien beta atau unstandardized
beta sebesar 0.175. Hasil ini sama dengan hasil pengujian hipotesis yang dilakukan oleh
Hanudin dan Rahman (2011) di penelitian mereka sebelumnya bahwa social influence secara
signifikan memiliki pengaruh positif terhadap intensi penggunaan
Berdasarkan penelitian oleh Hanudin dan Rahman (2011), social influence
menjelaskan tentang keyakinan individu terhadap harapan atau sikap dari orang maupun
kelompok sekitar yang signifikan berpengaruh terhadap individu itu sendiri, untuk
menentukan keputusan apakah ingin menampilkan suatu perilau tertentu atau tidak (Fishbein
dan Ajzen, 1975). Menurut Hanudin dan Rahman (2011) social influence memilki perngaruh
positif dan signifikan terhadap intention to use Islamic personal finance, yang mana semakin
besar pengaruh lingkungan sosial terhadap sesorang maka akan semakin cenderung nasabah
untuk menggunakan Islamic personal finance.
H3: Berdasarkan hasil uji hipotesis pada tabel 2, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi
dari H1 adalah 0.006. Oleh karena itu, attitude dinyatakan secara signifikan memiliki
pengaruh positif terhadap intention to use dengan nilai koefisien beta atau unstandardized
beta sebesar 0.217. Hasil ini berbeda dengan hasil pengujian hipotesis yang dilakukan oleh
Hanudin dan Rahman (2011) di penelitian mereka sebelumnya bahwa religious obligation
secara signifikan memiliki pengaruh negatif terhadap intensi penggunaan.
Analisis faktor ..., Naufal Hilmy Livanto, FEB UI, 2017
Menurut Sulaiman (2003) masyarakat muslim adalah masyarakat yang dipengaruhi
oleh worldview Islam. Sehingga, mengacu pada hal tersebut, lembaga keuangan Islam
haruslah menerapkan nilai-nilai Islam dalam aspek manajemen dan operasional nya, yang
pada akhirnya hal tersebut dapat mempengaruhi niat seseorang untuk menjadi bagian dari
lembaga keuangan itu sendiri, baik menjadi nasabah yang menabung ataupun mengambil
pembiayaan di lembaga keuangan tersebut
H4: Berdasarkan hasil uji hipotesis pada tabel 2 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi
dari H4 adalah 0.004. Oleh karena itu, pricing of Islamic finance dinyatakan secara signifikan
memiliki pengaruh negatif terhadap intensi penggunaan dengan nilai koefisien beta atau
unstandardized beta sebesar -0.183. Hasil ini sama dengan hasil pengujian hipotesis yang
dilakukan oleh Hanudin dan Rahman (2011) di penelitian mereka sebelumnya bahwa pricing
of Islamic finance secara signifikan memiliki pengaruh negatif terhadap intensi penggunaan.
Menurut Hanudin dan Rahman (2011) pricing of Islamic finance adalah keputusan
dari lembaga keuangan Islam dalam menentukan harga yang tepat bagi produk yang
dimilikinya, yang mana hal tersebut disesuaikan dengan kepentingan bank serta kenyamanan
nasabah (Ebert and Griffin, 1998). Dalam penelitiannya, Hanudin dan Rahman (2011)
menjelaskan bahwa pengaruh dari variabel ini adalah negatif dimana semakin rendah/murah
harga dari produk keuangan Islam, maka produk keuangan tersebut akan semakin digunakan
oleh nasabah.
H5: Berdasarkan hasil uji hipotesis pada tabel 4.18, dapat dilihat bahwa nilai
signifikansi dari H5 adalah 0.103. Oleh karena itu, government support dinyatakan tidak
signifikan dalam mempengaruhi secara positif terhadap intensi penggunaan dengan nilai
koefisien beta atau unstandardized beta sebesar 0.126. Hasil ini sama dengan hasil pengujian
hipotesis yang dilakukan oleh Hanudin dan Rahman (2011) di penelitian mereka sebelumnya
bahwa government support tidak signifikan dalam memiliki pengaruh positif terhadap intensi
penggunaan.
Hasil tersebut sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Hanudin dan Rahman (2011)
dimana dukungan yang diberikan oleh pemerintah tidak semerta merta mampu meningkatkan
penggunaan pembiayaan mikro syariah, berdasar pada teori dan pengujian regresi tersebut,
maka baik pemerintah memberikan atau tidak dukungannya pada pembiayaan mikro syariah,
dalam hal ini pembiayaan mikro syariah tetap cenderung digunakan oleh nasabah, meskipun
pengaruhnya positif, namun hal tersebut tidak semerta merta membuat nasabah menggunakan
pembiayaan mikro syariah.
Analisis faktor ..., Naufal Hilmy Livanto, FEB UI, 2017
6. Kesimpulan
Berdasarkan data yang telah diolah dan dianalisis di bab sebelumnya oleh peneliti,
variabel penelitian yang diuji adalah variabel (1) Attitude (2) Social Influence (3) Religious
Obligation (4) Pricing of Islamic Finance dan (5) Government Support terhadap intention to
use pembiayaan mikro syariah, berikut ini adalah beberapa kesimpulan dari penelitian ini
Attitude memiliki pengaruh terhadap intensi penggunaan pembiayaan mikro syariah
Nasabah LKMS yang mengajukan pembiayaan mikro syariah memiliki persepsi
bahwa pembiayaan mikro syariah adalah produk keuangan yang baik, benar, bermanfaat,
menguntungkan, dan berdampak positif pada hidup mereka. Maka dari itu, LKMS harus
konsisten untuk melakukan screening dan control terhadap nasabah yang menunjukan sikap
positifnya tersebut pada behavior pengajuan pembiayaan.
Social influence memiliki pengaruh terhadap intensi penggunaan pembiayaan mikro syariah
Nasabah LKMS yang mengajukan pembiayaan mikro syariah, merupakan individu
yang sangat mempertimbangkan pendapat, opini, dan norma subjektif yang dimiliki oleh
keluarga, kerabat, dan tetangga sekitar. Oleh sebab itu, LKMS harus sangat memperhatikan
intensi nasabah yang berlandaskan pada pengaruh lingkungan sekitar tersebut, hal tersebut
penting karena terdapat kemungkinan nasabah hanya mengikuti lingkungan sekitar dan tidak
benar benar membutuhkan pinjaman tersebut sehingga menghasilkan loan performance yang
buruk.
Religious Obligation memiliki pengaruh terhadap intensi penggunaan pembiayaan mikro syariah
Nasabah LKMS yang mengajukan pembiayaan mikro syariah, merupakan individu
yang menjadikan agama sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi mereka dalam
mengambil keputusan, dalam hal ini mereka meyakini bahwa pembiayaan mikro syariah
adalah produk keuangan yang sejalan dengan nilai nilai Islam, Al-Quran Al-Hadist, dan
terhindar dari riba serta orang orang dzhalim. Oleh sebab itu, LKMS dapat menjadikan
momentum tersebut untuk memberi himbauan moral melalui pesan agama agar nasabah
mampu mempertahankan loan performance yang baik.
Pricing of Islamic Finance memiliki pengaruh terhadap intensi penggunaan pembiayaan mikro syariah
Analisis faktor ..., Naufal Hilmy Livanto, FEB UI, 2017
Nasabah LKMS yang mengajukan pembiayaan mikro syariah mempertimbangkan
murahnya harga dari pembiayaan mikro syariah sebagai faktor yang mempengaruhi mereka
untuk menggunakan produk keuangan tersebut. Nasabah menganggap biaya dan cicilan pada
LKMS lebih murah serta tidak adanya denda dan keadilan dalam penentuan ciclilan menjadi
faktor penting, maka dari itu LKMS harus mampu menjaga hal tersebut.
Government Support tidak memiliki pengaruh terhadap intensi penggunaan pembiayaan mikro syariah
Meskipun dukungan pemerintah pada pembiayaan mikro syariah berdampak positif,
namun hal tersebut tidak begitu mempengaruhi intensi individu untuk menggunakan
pembiayaan mikro syariah, nasabah cenderung lebih memperhatikan pengaruh lingkungan,
harga yang murah, serta ketaatan agama sebagai faktor yang mempengaruhi intensi
penggunaan pembiayaan mikro syariah, oleh sebab itu LKMS bisa mennganggap dukungan
pemerintah sebagai hal yang tidak terlalu banyak memberikan pengaruh pada intensi nasabah
dalam menggunakan pembiayaan mikro syariah.
7. Saran dan Keterbatasan Penelitian Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian yang sudah dijelaskan di atas, terdapat empat faktor
yang mempengaruhi intensi nasabah dalam menggunakan pembiayaan mikro syariah, yakni
attitude, social influence, religious obligation, dan pricing of Islamic finance. Sementara itu,
satu faktor lain nya yakni government support dianggap tidak dapat secara signifikan
mempengaruhi intensi nasabah. Maka dari itu, berikut ini adalah saran yang peneliti ajukan
terkait hasil penelitian yang didapatkan oleh peneliti.
1. Untuk Manajemen LKMS
Terkait niat nasabah yang di pengaruhi oleh sikap mereka untuk menggunakan
pembiayaan mikro syariah yang sangat signifikan dan positif. Maka manajemen LKMS
diharapkan mampu lebih bisa meningkatkan screening dan control pada nasabah baik dari
proses pengajuan pinjaman hingga pelunasan pinjaman. Hal demikian perlu dilakukan
dikarenakan nasabah memiliki pandangan yang sangat baik terhadap produk pembiayaan
mikro syariah dan ditunjukan dengan kecenderungan yang tinggi untuk mendapatkan
pembiayaan mikro syariah tersebut. Maka dari itu kecenderungan pengajuan pembiayaan
Analisis faktor ..., Naufal Hilmy Livanto, FEB UI, 2017
tersebut harus diiringi dengan kontrol yang tepat agar permasalahan assymetrical information
tidak terjadi dan memberi dampak buruk pada proses pembiayaan.
Terkait niat nasabah yang sangat signifikan dipengaruhi oleh lingkungan sekitar pun,
manajemen LKMS pun harus mampu memilih dan mengetahui nasabah mana yang benar
benar mengajukan pembiayaan serta mampu memenuhi kewajibannya, atau nasabah yang
hanya mengajukan pembiayaan atas dasar pengaruh dan terkesan hanya mengikuti lingkungan
dekat nya seperti keluarga, maupun kerabat dekat. Hal tersebut pun dibuktikan dengan
beberapa penemuan yang mana seorang istri mengajukan pembiayaan namun justru suami lah
yang menggunakan pembiayaan tersebut. Maka dari itu, manajemen LKMS diharapkan dapat
lebih mampu mengetahui bagaimana kelangsungan pembiayaan yang diajukan oleh nasabah.
Terkait niat nasabah dalam pengajuan pembiayaan mikro syariah yang sangat
signifikan dipengaruhi oleh ketaatan beragama mereka, manajemen LKMS dapat menjadikan
momentum tersebut untuk lebih memberikan penekanan agama pada bagaimana menjadi
nasabah maupun debitur yang baik terhadap pembiayaan yang mereka ajukan. Dapat
dilakukan dengan pemberian penyuluhan keagamaan yang bisa dilakukan melalui pesan
verbal maupun tertulis baik di lingkungan kantor maupun kunjungan lapangan pada nasabah
LKMS, sehingga diharapkan, nasabah yang menjadikan agama menjadi faktor penting dalam
pengajuan pembiayaan mereka, dapat memahami pesan tersebut dan meningkatkan kualitas
pinjaman mereka.
2. Untuk Pemerintah
Tidak signifikan nya dukungan pemerintah terhadap niat mengajukan pembiayaan
mikro syariah pada LKMS, menuntut pemerintah untuk melakukan evaluasi pada agenda
maupun dukungan pemerintah di sektor keuangan mikro khususnya keuangan mikro syariah.
Selain itu, pemerintah pun diharapkan mampu lebih masuk ke dalam sektor ini secara
langsung melalui kehadiran pemerintah untuk mendengarkan aspirasi baik dari pihak
manajemen LKMS ataupun nasabah LKMS terkait apa yang mereka harapkan pada
pemerintah untuk melakukan dukungan dan kebijakan di sektor keuangan mikro.
3. Untuk Akademisi
Penelitian ini masih memiiki banyak ruang untuk melakukan peningkatan maupun
analisis yang lebih mendalam, maka dari itu, peneliti menyarankan untuk akademisi agar bisa
melanjutkan penelitian dan mampu menghasilkan hasil penelitian yang lebih komperhensif
mengenai borrower behavior yang lebih luas dan tidak hanya terbatas pada intensi
Analisis faktor ..., Naufal Hilmy Livanto, FEB UI, 2017
penggunaan. Hal tersebut penting dilakukan agar sektor ini mampu lebih berkembang tidak
hanya dari perspektif pasar maupun literatur dari dunia akademisi yang pada akhirnya
menghasilkan lingkungan yang baik bagi pertumbuhan keuangan mikro bagi LKMS dan
nasabah.
4. Untuk penelitian selanjutnya
Penelitian berikutnya diharapkan mampu dilakukan pada lingkup jabodetabek, agar
sampel yang ada dapat lebih tergeneralisasi. Kuesioner yang ada pun diharapkan mampu
memberikan batasan yang jelas pada nasabah LKMS, baik yang berada di bawah garis
kemiskinan maupun diatas garis kemiskinan. Penelitian berikutnya diharapkan memiliki
analisis lebih lanjut pada profil responden maupun profil pembiayaan terhadap intensi
penggunaan pembiayaan mikro syariah, karena dalam peelitian ini, profil responden dan
profil pembiayaan hanya terbatas pada penjelasan statistik deskriptif, tidak menjadi unit
analisis utama dalam penelitian
Keterbatasan Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, berikut ini adalah keterbatasan penelitian yang dihadapi oleh peneliti
LKMS yang menjadi tempat objek penelitian tidak tersebar secara merata di lingkup
JABODETABEK, hal tersebut terjadi dikarenakan adanya batasan dari LKMS untuk dapat
memberikan izin kepada peneliti untuk menjadikan nasabah sebagai responden penelitian,
sehingga sample dari populasinya tidak begitu tergeneralisir.
Peneliti tidak memberikan batasan jumlah pembiayaan maupun jumlah pendapatan dan
pengeluaran responden, sehingga responden yang ada tersebar dari responden dengan tingkat
ekonomi nya dibawah garis kemiskinan hingga responden yang berada diatas garis
kemiskinan.
Daftar Pustaka
Abdullah, N.I. and Dusuki, A.W. (2006). Customers’ perceptions of Islamic hire-purchase facility in Malaysia: an empirical analysis. IIUM Journal of Economics and Management. Vol. 14 No. 2, pp. 177-204.
Ali, M. (2015). Factors affecting intention to use Islamic personal financing in Pakistan:
Evidence from the modified TRA model. Munich Personal RePEc Archive. No. 66023 Amalia, E. (2009). Keadilan distributive dalam ekonomi Islam. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Analisis faktor ..., Naufal Hilmy Livanto, FEB UI, 2017
Amin, H., Abdul Rahman, A.R. and Ramayah, T. (2009). What makes undergraduate students enroll into an elective course? The case of Islamic accounting. International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Management. Vol. 2 No. 4, pp. 289-304.
Amin, H., Muhammad, M.Z., Lada, S., Amran, A. and Hamid, M.R.A. (2006). Islamic
Banking development in BIMP-EAGA countries: issues and potential cooperation. Journal of Muamalat and Islamic Finance Research, Vol. 3 No. 1, pp. 89-118.
Amin, H. (2008). Choice criteria for Islamic home financing: empirical investigation among Malaysian bank customers. International Journal of Housing Markets and Analysis, Vol. 1 No. 3, pp. 256-74.
Bank Indonesia. (2015). Profil Bisnis Usaha Mikro Menengah dan Kecil (UMKM)).Jakarta:
Penulis. Baydas, Mayada M., Richard L. Meyer, and Nelson Aguilera-Alfred. (1994). Credit rationing
in small-scale enterprises: Special microenterprise programmes in Ecuador. The Journal of Development Studies 31, 279-288.
Baxter, C. (1997). Race equality in health care and education. Philadelphia: Balliere Tindall. Chen, Greg, Stephen Rasmussen, and Xavier Reille. (2010). Growth and Vulnerabilities in
Microfinance. February, 2010. Focus Note 61. Washington D.C., CGAP. Ebert, R.J. and Griffin, R.W. (1998). Business Essential. (2nd ed.). Upper Saddle River, NJ:
Prentice-Hall. Fishbein, & Ajzen, I. (1975). Belief, Attitude, Intention and Behavior: an Introduction to
Theory and Research. Addison-Wesley. Reading: MA. Ghassani, Bunga. 2015. Analisis Pengaruh Karakteristik Social Commerce (SCommerce)
Terhadap Consumer’s Trust dan Trust Performance; Studi Kasus Pada Groupon Indonesia. Depok: Universitas Indonesia (Skripsi).
Ghozali, Prof. Dr. H. Imam. (2016). Aplikasi Analisis Multivariete dengan Program IBM
SPSS 23. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gopi, M. and Ramayah, T. (2007). Applicability of theory of planned behavior in predicting
intention to trade online: some evidence from a developing country. International Journal of Emerging Markets, Vol. 2 No. 4, pp. 348-60.
Hair, J. F., Black, W. C., Babin, B. J., & Anderson, R. E. 2010. Multivariate Data Analysis.
New Jersey. Hanudin, A., Rahim, A.R.A., Sondoh, S.L., Liason, S. and Hwa, A.M.C. (2011).
Determinants of customers’ intention to use Islamic personal financing: the case of Malaysian Islamic banks. Journal of Islamic Accounting and Business Research, Vol. 2 No. 1, pp. 22-42.
Analisis faktor ..., Naufal Hilmy Livanto, FEB UI, 2017
Haron, S., Ahmad, N. and Planisek, S.L. (1994). Bank patronage factors of Muslim and non-Muslim customer, International Journal of Bank Marketing, Vol. 12 No. 1, pp. 33-40.
Hasbi, H. (2015). Islamic microfinance institution: The capital structure, growth,
performance, and value of firm in Indonesia. Journal of Social and Behavioral Sciences, 211. 1073 – 1080
Hertanto, Widodo. 1999. Panduan Praktis Operasional Baitul Mal Wat Tamwil (BMT).
Bandung: Mizan Hyytinen, Ari, & Mika Pajarinen. (2008). Opacity of young businesses: Evidence from rating
disagreements. Journal of Banking and Finance 32, 1234-1241. Khir, K., Gupta, L. and Shanmugam, B. 2008. Islamic Banking: A Practical Perspective.
Petaling Jaya: Pearson Longman. Lestari, Meily Dwi. 2015. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intention toTaste
pembaca (Readers) Situs Gastronomi (Kasus Pada Situs Zomato Indonesia). Depok: Universitas Indonesia (Skripsi).
Lewis, W., Agarwal, R. and Sambamurthy, V. (2003). Sources of influence on beliefs about
information technology use: an empirical study of knowledge workers. MIS Quarterly, Vol. 27 No. 4, pp. 657-678.
Loo, Mark. (2010). Attitudes and Perceptions towards Islamic Banking among Muslims and
Non-Muslims in Malaysia: Implications for Marketing to Baby Boomers and X-Generation. International Journal of Arts and Sciences.3(13): 453-485.
LPPI. 2011. Peran Lembaga Keuangan Mikro dalam Pemberdayaan UMKM di Indonesia.
http://www.lppi.or.id/index.php/module/Blog/sub/1/id/peran-lembaga-keuangan-mikro-dalam-pemberdayaan-umkm-di-indonesia (diakses pada 30.03.2017
Mahmoud, L.O.M. and Abduh, M. (2014). The role of awareness in Islamic bank patronizing
behavior of Mauritanian: an application of TRA. Journal of Islamic Finance, Vol. 3 No. 2.
Malhotra, N. K. 2010. Marketing Research: An Applied Orientation. Pearson
International Education: Limited. Malhotra, N. K., Birks, D. F., & Wills, P. 2012. Marketing Research: An
Applied Approach. Marketing Research. Metawa, S.A. and Almossawi, M. (1998). Banking behaviour of Islamic bank customers:
perspectives and implications. International Journal of Bank Marketing, Vol. 16 No. 7, pp. 299-313.
Metwally, M. (1996). Attitudes of muslims towards Islamic banks in a dual banking system.
American Journal of Islamic Finance, Vol. 6 No. 1, pp. 11-17.
Analisis faktor ..., Naufal Hilmy Livanto, FEB UI, 2017
Meyer, Richard L and Nagarajan, Geetha. (1999). Rural Financial Market in Asia: Policies, Paradigms, and Perfomance. Oxford University Press.
Mus’id, Muhammad. 2014. Faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat memilih
pembiayaan murabahah di PT. BPR Syari’ah Bangun Drajat Warga Yogyakarta. Yogyakarta: UIN Walisongo (Skripsi)
Naser, K., Jamal, A. and Al-Khatib, L. (1999). Islamic Banking: a study of customer
satisfaction and preferences in Jordan. International Journal of Bank Marketing, Vol. 17 No. 3, pp. 135-50.
Noviandi, Aulia. 2009. Analisis faktor-faktor pengambilan pembiayaan dan penilaian
efektivitas pembiayaan syariah bagi usaha kecil pada BMT Dana Insani Kabupaten Gunung Kidul Propinsi Yogyakarta. Bogor: Institut Pertanian Bogor (Skripsi)
Olson, D. & Zoubi, T.A. (2008). Using accounting ratios to distinguish between Islamic and
conventional banks in the GCC region. The International Journal of Accounting, Vol. 43, pp. 45-65.
Pakindo. 2015. Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia (1st ed). Jakarta: Penulis Prager, K. 2012. “Understanding Behaviour Change: How to Apply Theories of Behaviour
Change to SEWeb and Related Public Engagement Activities”. SEWeb LIFE10 ENV-UK-000182, Project Action.
Ramayah, T. and Suki, N.M. (2006). Intention to use mobile PC among MBA students:
implications for technology integration in the learning curriculum. UNITAR e-Journal, Vol. 1 No. 2, pp. 1-10.
Rosly, S.A. 2005. Islamic Banking Windows Transforms to Subsidiaries. The Star.
Kuala Lumpur. Roscoe, J.T. 1975. Fundamental Research Statistic for The Behavior Sciencess. (2nd,
ed), Holt , Rinehart and Winston. New York.
Sax, Gilbert. 1980. Principles of educational measurement and evaluation (2nd ed). California: Wadsworth Publishing.
Shugan, S.M. (2002). Marketing science, models, monopoly models, and why we need them.
Marketing Science, Vol. 21 No. 3, pp. 223-228.
Shuraako. 2012. What is Islamic Micro finance. Article. http://shuraako.org/sites/default/files/documents/What%20is%20Islamic%20Microfinance.pdf (Diakses pada 03.03.2017)
Sulaiman, M. (2003). The influence of riba and zakat on Islamic accounting. Indonesia
Management and Accounting Review, Vol. 2 No. 2, pp. 149-67.
Analisis faktor ..., Naufal Hilmy Livanto, FEB UI, 2017
Taib, F.M., Ramayah, T. and Razak, D.A. (2008). Factor influencing intention to use diminishing partnership home financing. International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Management, Vol. 1 No. 3, pp. 235-48.
Yahya, AH. (2000) Al-Bayan Fi Madzhabil Imam Asy-syafi'i. Syria: Darul Minhaj
Zeller, Manfred. 1997. “Models of Rural Financial Institutions”. Paper for USAID, No. LAG-
A-00-96-90016-00
Analisis faktor ..., Naufal Hilmy Livanto, FEB UI, 2017