analisis faktor-faktor yang mempengaruhi...
TRANSCRIPT
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEMISKINAN DI KABUPATEN TANGERANG
(Studi Kasus Pada Masyarakat Desa Kadu Kabupaten Tangerang)
S K R I P S I
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Disusun Oleh :
RIYAN ARPAN AL ANSORI
NIM. 1112015000065
KONSENTRASI EKONOMI
JURUSAN TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
2019 M / 1440 H
i
ABSTRAK
Riyan Arpan Al Ansori. NIM. 1112015000065. “Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kemiskinan di Kabupaten Tangerang (Studi Kasus Pada
Masyarakat Desa Kadu Kabupaten Tangerang)” Program Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, Konsentrasi Ekonomi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 1440 H / 2019 M.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa yang paling unggul atau paling dominan mempengaruhi kemiskinan pada masyarakat di Desa Kadu Kabupaten Tangerang. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen lapangan
dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Kadu Kabupaten
Tangerang. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah bagian dari populasi yang diambil melalui teknik acak. Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 78 orang responden. Sedangkan teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah teknik kuesioner, observasi, penelusuran pustaka dan dokumentasi.
Berdasarkan penelitian yang telah penulis laksanakan berkaitan dengan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan pada masyarakat Desa Kadu Kabupaten Tangerang, dapatlah ditarik beberapa kesimpulan bahwa variabel
tingkat pendidikan, pengangguran dan usia termasuk kedalam kelompok faktor 1 yang dinamakan sebagai faktor indikator kemiskinan. Variabel pendapatan
termasuk kedalam kelompok faktor 2 yang dinamakan sebagai faktor pendapatan. Dan dari keempat variabel yang diteliti, yaitu tingkat pendidikan (X1), pendapatan (X2), pengangguran (X3) dan usia (X4), variabel tingkat pendidikan (X1)
merupakan variabel yang paling unggul atau paling dominan dalam mempengaruhi kemiskinan di Desa Kadu Kabupaten Tangerang.
Kata kunci: Pendidikan, Pendapatan, Pengangguran, Usia, Kemiskinan.
Pembimbing : Dr. Iwan Purwanto, M.Pd : Dr. Sodikin, M.Si.
ii
ABSTRACT
Riyan Arpan Al Ansori. NIM. 1112015000065. "Analysis of Factors Affecting
Poverty in Tangerang Regency (Case Study of Kadu Village Community in
Tangerang Regency)" Social Sciences Study Program, Economic
Concentration, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, State Islamic
University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 1440 H / 2019 M.
This study aims to determine what factors are the most superior or most dominant influence on poverty in the community in Kadu Village, Tangerang Regency. This study uses a field experiment method using a quantitative
approach. The population in this study was the people of Kadu Village, Tangerang
Regency. While the sample in this study is part of the population taken through random techniques. The number of samples in this study were 78 respondents. While the data collection techniques in this study were questionnaire techniques,
observation, library search and documentation. Based on the research that has been carried out by the author regarding
the analysis of the factors that influence poverty in the people of Desa Kadu, Tangerang Regency, some conclusions can be drawn that the variables of education, unemployment and age are included in the factor 1 group, which is
called the poverty indicator factor. The income variable belongs to the group of factors 2 which is called the income factor. And of the four variables studied,
namely education level (X1), income (X2), unemployment (X3) and age (X4), the education level variable (X1) is the most superior or most dominant variable in influencing poverty in Kadu District Village Tangerang.
Keywords: Education, Income, Unemployment, Age, Poverty.
iii
KATA PENGANTAR
بسم هللا الرحمن الرحيم
Syukur Alhamdulillah, atas rahmat dan karunia-Nya, skripsi yang berjudul
“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan di Kabupaten
Tangerang (Studi Kasus pada Masyarakat Desa Kadu Kabupaten Tangerang)” ini
dapat diselesaikan, walaupun banyak kendala dalam penyelesaiannya. Selanjutnya
shalawat teriring salam semoga selalu terlimpah curah kepada Rasulullah
Muhammad SAW. yang telah membawa umatnya dari zaman kebodohan menuju
jalan yang terang penuh dengan rahmat.berikut keluarga, para sahabat, tabi’in dan
kita selaku umatnya yang mudah-mudahan mendapat syafa’atul’uzma di yaumul
Qiyamah nanti. (Amiin).
Penulis menyadari sesungguhnya dalam perjalanan masa perkuliahan dan
dalam penyelesaian skripsi ini mengalami banyak cobaan, ujian serta hambatan
yang dihadapi, namun Alhamdulillah atas berbagai bantuan, bimbingan serta saran
dari berbagai pihak memberi kemudahan bagi penulis dan skripsi ini akhirnya
dapat terselesaikan.
Selanjutnya penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya
kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Lubis, Lc. M.A., selaku Rektor
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
3. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd., selaku Ketua Prodi Tadris Ilmu
Pengetahuan Sosial.
4. Bapak Andri Noor Andriansyah, M.Pd. selaku Sekretaris Prodi Tadris
Ilmu Pengetahuan Sosial.
5. Prof. Dr. Ulfah Fajarini, M.Si., selaku dosen Pembimbing Akademik, yang
telah memberikan nasihat-nasihat, bimbingan dan menerima konsultasi
penulis selama perjalanan perkuliahan.
iv
6. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd., selaku dosen pembimbing pertama yang
telah membimbing dan membantu penulis dengan sangat baik dalam
menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak Dr. Sodikin, M.Si., selaku dosen pembimbing kedua yang telah
membimbing dan membantu penulis dengan sabar dan sangat baik dalam
menyelesaikan skripsi ini.
8. Dosen-dosen Program Studi Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial: Bapak
Syaripulloh, M.Si. Bapak Mochamad Noviadi Nugroho, M.Pd., Ibu Anissa
Windarti, M.Sc., Bapak Drs. Banadjid, Ibu Tri Harjawati, M.Si., Bapak
Dr. Nurochim, MM., Ibu Cut Dhien Nourwahida, MA., Ibu Jakiatin Nisa,
M.Pd., Bapak Dr. Muhamad Arif dan Ibu Zaharah, M.Ed yang telah
memberikan ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan.
9. Seluruh Staf dan Karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah memberikan bantuan dan pelayanan selama masa perkuliahan.
10. Seluruh Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberi kemudahan serta layanan baik
selama masa perkuliahan maupun dalam penulisan skripsi ini.
11. Ayahanda tercinta Bapak Suhardi dan Ibunda tersayang Ibu Yayah, yang
tidak pernah lelah menyayangi, mendidik, memberi semangat dan
berkorban untuk ananda dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Adik-adikku tercinta M. Fariz Amrulloh dan Nadia Fitri Auliannisa yang
telah memberi motivasi dan mendoakan penulis.
13. Seluruh teman kelas 1 B jurusan Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial FITK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2012.
14. Seluruh teman konsentrasi Ekonomi jurusan Tadris Ilmu Pengetahuan
Sosial FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2012.
15. Seluruh teman angkatan 2012 jurusan Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial
FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. “WE ALL THE BEST”
v
Akhir kata hanyalah kepada-Nya penulis memohon dan mengembalikan
segala urusan, semoga semua amal baik yang telah diberikan semua pihak kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dibalas dengan sebaik-baiknya balasan.
Jazaakumullahu Ahsanal Jazaa. Aamiin. Dan semoga apa yang telah ditrulis
dalam skripsi ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak. Aamiin ya Allah ya
Robbal ‘Alamin.
Tangerang, April 2019
Riyan Arpan Al Ansori,
vi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................. 5
C. Batasan Masalah ....................................................................... 5
D. Rumusan Masalah ..................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian ..................................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORI TENTANG KEMISKINAN
A. Landasan Teori .......................................................................... 7
1. Kemiskinan ........................................................................... 7
1.1.Pengertian Kemiskinan ................................................... 7
1.2.Teori Kemiskinan ........................................................... 10
1.3.Indikator Kemiskinan ...................................................... 14
1.4.Ciri-Ciri Kemiskinan ...................................................... 17
1.5.Bentuk-Bentuk Kemiskinan ........................................... 19
1.6.Penyebab Kemiskinan .................................................... 20
1.7.Kemiskinan Menurut Pandangan Islam ......................... 22
2. Pendidikan ........................................................................... 27
2.1.Teori Pendidikan ............................................................ 27
2.2.Tujuan Pendidikan ......................................................... 28
2.2.Jenis Pendidikan ............................................................ 28
vii
3. Pendapatan ........................................................................... 29
3.1.Teori Pendapatan ........................................................... 29
3.2.Jenis-Jenis Pendapatan .................................................. 29
3.3.Unsur-Unsur Pendapatan .............................................. 30
3.4.Sumber-Sumber Pendapatan ........................................ 30
4. Pengangguran ..................................................................... 31
4.1.Teori Pengangguran ..................................................... 31
4.2.Jenis-Jenis Pengangguran ............................................ 31
4.3.Macam-Macam Pengangguran .................................... 32
5. Usia .................................................................................... 33
5.1.Definisi Usia ................................................................ 33
5.2.Macam-Macam Usia ................................................... 34
B. Penelitian Yang Relevan .......................................................... 35
C. Kerangka Berpikir .................................................................... 36
D. Hipotesis Penelitian .................................................................. 38
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 39
B. Jenis Penelitian .......................................................................... 40
C. Variabel Penelitian dan Defisi Operasional............................... 40
D. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................ 41
1. Populasi ................................................................................ 41
2. Sampel .................................................................................. 42
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 43
F. Instrumen Penelitian ................................................................. 45
G. Teknik Analisis Data ................................................................. 47
1. Uji Validitas dan Reabilitas ................................................. 47
1.1.Uji Validitas ................................................................... 47
1.2.Uji Reabilitas ................................................................. 48
1.3.Uji Korelasi .................................................................... 48
1.4.Uji Normalitas ............................................................... 50
2. Analisis Faktor ..................................................................... 50
viii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................... 53
B. Uji Validitas dan Uji Reabilitas Data ........................................ 62
C. Uji Korelasi ............................................................................... 65
D. Uji Normalitas ........................................................................... 66
E. Deskripsi Data ........................................................................... 66
1. Deskripsi Subjek Penelitian ................................................. 66
2. Deskripsi Variabel Penelitian .............................................. 69
F. Analisis Faktor dan Interpretasinya............................................ 70
G. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................... 77
H. Keterbatasan Penelitian ............................................................. 79
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 80
B. Saran ......................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 82
DAFTAR LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Miskin Provinsi Banten Tahun 2013-
2018.....................................................................................................2
Tabel 1.2 Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi
Banten Tahun 2013-2018 ...................................................................2
Tabel 1.3 Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Per Kecamatan
Tahun 2018 ........................................................................................3
Tabel 2.1 Tingkat Konsumsi Beras ..................................................................14
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu ........................................................................35
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ..............................................................40
Tabel 3.2 Jumlah Populasi Penelitian ..............................................................42
Tabel 3.3 Jumlah Sampel Penelitian ................................................................43
Tabel 3.4 Skor Skala Likert .............................................................................45
Tabel 3.5 Instrumen Penelitian Tingkat Pendidikan .......................................46
Tabel 3.6 Instrumen Penelitian Pendapatan ....................................................46
Tabel 3.7 Instrumen Penelitian Pengangguran ...............................................46
Tabel 3.8 Instrumen Penelitian Usia ...............................................................47
Tabel 3.9 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi .......................................49
Tabel 4.1 Luas Wilayah Berdasarkan Peruntukannya ....................................53
Table 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ...............................55
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kewarganegaraan .........................55
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia...............................................55
Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan …..................56
x
Tabel 4.6 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ..........................57
Tabel 4.7 Lembaga Pendidikan Formal dan Non Formal.................................59
Tabel 4.8 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama ...........................................60
Tabel 4.9 Jumlah Sarana Ibadah ......................................................................60
Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas ............................................................................62
Tabel 4.11 Hasil Uji Realibilitas.........................................................................64
Tabel 4.12 Hasil Uji Korelasi. ...........................................................................65
Tabel 4.13 Hasil Uji Normalitas.........................................................................66
Tabel 4.14 Jumlah Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ....................................67
Tabel 4.15 Jumlah Sampel Berdasarkan Tingkat Usia ......................................68
Tabel 4.16 KMO and Bartlett’s Test ................................................................70
Tabel 4.17 Anti-image Matrices ........................................................................71
Tabel 4.18 Communalities .................................................................................72
Tabel 4.19 Total Variance Explained ................................................................73
Tabel 4.20 Component Matrix ..........................................................................75
Tabel 4.21 Rotated Component Matrix .............................................................75
Tabel 4.22 Component Transformation Matrix ................................................77
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Teori Lingkaran Kemiskinan....................................... ................. 11
Gambar 2.2 Gambar Perangkap Kemiskinan .................................................... 12
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis ........................................................ 37
Gambar 3.1 Peta Lokasi Desa Kadu Kabupaten Tangerang. ........................... 39
Gambar 3.2 Jadwal Kegiatan Penelitian ........................................................... 40
Gambar 4.1 Jumlah Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin .................................. 67
Gambar 4.2 Jumlah Sampel Berdasarkan Tingkat Usia ................................... 69
Gambar 4.3 Scree Plot ...................................................................................... 74
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemiskinan merupakan suatu konsep standar suatu tingkat hidup yang
rendah, adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan
orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam
masyarakat yang bersangkutan.1
Ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang kemiskinan adalah sebagai
berikut :
بيل ذلك ن خير للذيفآت ذا القربى حقه والمسكين وابن الس وأولئك هم المفلحون يريدون وجه للا
“Maka berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah yang lebih baik bagi
orang-orang yang mencari keridhaan Allah. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ar-Rum, 30:38)
Dan ayat lainnya pada surat Az-Zukhruf :
أهم يقسمون رحمة ربك نحن قسمنا بينهم معيشتهم في الحياة نيا ورفعنا بعضهم فوق بعض درج ا ات ليتخذ بعضهم بعض الد سخري ا ورحمة ربك خير مما يجمعون
“Apakah mereka yang membagi-bagikan rahmat Tuhamu? Kamilah yang menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah
meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagaian mereka memanfaatkan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Az-Zukhruf, 43:32)
Kemiskinan adalah suatu standar tingkat hidup yang rendah yaitu adanya
suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang
dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat
bersangkutan. Standar kehidupan yang rendah ini secara langsung tampak
pengaruhnya terhadap kesehatan, kehidupan moral dan rasa harga diri dari
mereka yang tergolong sebagai orang miskin.2
1 Wikipedia, “Definisi Kemiskinan”, artikel diakses pada 20 September 2015 pukul 20.00
WIB pada http://id.wikipedia.org/wiki/kemiskinan.html. 2 Ninik Sudarwati, Kebijakan Pengentasan Kemiskinan , Malang: Intimedia, 2009, h. 20.
2
Adapun jumlah penduduk miskin di Provinsi Banten sebagaimana
terlihat pada tabel 1.1
Tabel 1.1
Jumlah Penduduk Miskin Provinsi Banten Tahun 2013-2018
Kabupaten / Kota 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Kab Pandeglang 117.600 109.100 121.100 113.100 116.800 115.300
Kab Lebak 115.200 106.900 118.600 115.800 118.700 116.570
Kab Tangerang 188.600 176.000 183.900 173.100 185.600 180.200
Kab Serang 82.000 76.100 72.800 71.400 80.500 78.400
Kota Tangerang 114.300 106.500 103.100 98.800 100.500 99.360
Kota Cilegon 15.400 15.000 15.900 15.500 18.570 17.200
Kota Serang 37.400 34.700 36.700 36.200 42.500 40.800
Kota Tangerang 20.100 18.700 25.400 25.300 27.500 25.800
JUMLAH 690.600 643.000 677.500 649.200 690.670 673.630 Sumber : BPS Provinsi Banten
Persentase penduduk miskin menurut Kabupaten/Kota dapat dilihat
pada tabel 1.2
Tabel 1.2
Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota
di Provinsi Banten Tahun 2013-2018
Kabupaten / Kota 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Kab Pandeglang 17,03 16,97 17,87 17,42 16,91 17,12
Kab Lebak 16,68 16,63 17,51 17,84 17,19 17,30
Kab Tangerang 27,31 27,37 27,14 26,66 26,87 26,75
Kab Serang 11,87 11,84 10,75 11,00 11,66 11,64
Kota Tangerang 16,55 16,56 15,22 15,22 14,55 14,75
Kota Cilegon 2,23 2,33 2,35 2,39 2,69 2,55
Kota Serang 5,42 5,40 5,42 5,58 6,15 6,06
Kota Tangerang 2,91 2,91 3,75 3,90 3,98 3,83 Sumber : BPS Provinsi Banten
Faktanya, masih tingginya jumlah penduduk miskin maupun persentase
kemiskinan Indonesia menunjukan bahwa penanganan yang dilaksanakan
pemerintah untuk masyarakat miskin belum mampu untuk menjangkaunya
sehingga penanggulangan kemiskinan harus dilakukan secara menyeluruh, yang
berarti menyangkut seluruh penyebab kemiskinan.
Desa Kadu adalah desa yang berada di Kecamatan Curug Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten ini merupakan salah satu contoh daerah yang masih
menghadapi permasalahan kemiskinan dan upaya-upaya dalam penanggulangan
3
kemiskinan. Masih tingginya angka kemiskinan di Desa Kadu Kecamatan Curug
Kabupaten Tangerang membuat Desa ini terus dilanda permasalahan
kemiskinan. Seperti tidak berusaha untuk bekerja untuk meningkatkan
produktivitas.
Tabel 1.3
Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
Per Kecamatan Tahun 2018
Hampir
MiskinMiskin
Sangat
MiskinJumlah
1. Cisoka 1.484 3.201 4.331 9.016
2. Solear 1.453 3.345 2.651 7.449
3. Tigaraksa 1.322 3.426 3.514 8.262
4. J a m b e 1.076 1.811 1.613 4.500
5. Cikupa 561 1.121 1.562 3.244
6. Panongan 744 1.775 2.146 4.665
7. C u r u g 541 972 1.785 3.298
8. Kelapa Dua 231 479 817 1.527
9. L e g o k 991 2.431 2.813 6.235
10. Pagedangan 817 1.677 1.811 4.305
11. Cisauk 921 1.589 1.568 4.078
12. Pasar Kemis 887 1.841 2.018 4.746
13. Sindang Jaya 1.411 2.671 2.216 6.298
14. Balaraja 779 1.842 2.219 4.840
15. Jayanti 991 1.918 1.957 4.866
16. Sukamulya 1.087 2.531 2.915 6.533
17. K r e s e k 1.321 2.916 2.998 7.235
18. Gunung Kaler 1.121 2.413 2.922 6.456
19. K r o n j o 1.029 2.237 2.981 6.247
20. Mekar Baru 1.048 2.210 2.469 5.727
No Kecamatan
KEMISKINAN
Kategori Rumah Tangga Miskin (Fakir Miskin)
4
Hampir
MiskinMiskin
Sangat
MiskinJumlah
21. M a u k 1.697 3.117 3.611 8.425
22. K e m i r i 1.712 2.412 2.249 6.373
23. Sukadiri 717 1.876 2.369 4.962
24. R a j e g 4.111 5.324 3.361 12.796
25. Sepatan 812 2.014 2.431 5.257
26. Sepatan Timur 1.622 3.354 3.118 8.094
27. Pakuhaji 3.996 6.126 3.523 13.645
28. Teluknaga 2.961 5.112 4.945 13.018
29. Kosambi 1.546 3.321 3.428 8.295
38.989 75.062 76.341 190.392JUMLAH
No Kecamatan
KEMISKINAN
Kategori Rumah Tangga Miskin (Fakir Miskin)
Sumber : Dinas Sosial Kabupaten Tangerang
Kurangnya peran pemerintah daerah dalam hal mengatasi kemiskinan di
Desa Kadu Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang, mangakibatkan masyarakt
tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan
mengembangkan kehidupan yang bermatabat. (1) tidak terpenuhinya kebutuhan
pangan; (2) kurangnya kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih,
pertanahan, sumber daya alam, dan lingkungan; (3) kurangnya rasa aman dari
perlakuan atau ancaman tindak kekerasan; (4) Usia yang tidak produktif lagi
dalam bekerja.3
Dari latar belakang tersebut maka peneliti terpanggil hatinya untuk
meneliti masalah tersebut, sehingga peneliti mengambil judul dalam
penelitiannya yaitu “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan
di Kabupaten Tangerang (Studi Kasus Pada Masyarakat Desa Kadu Kabupaten
Tangerang)”.
3 Ninik Sudarwati, h. 21..
5
B. Identifikasi Masalah
Berdasakan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas maka
masalah yang dapat diidentifikasi adalah :
1. Sikap sebagian mayarakat Desa Kadu Kabupaten Tangerang masih ada yang
malas bekerja dan tidak berusaha mencari pekerjaan.
2. Kurangnya minat bekerja untuk meningkatkan diri masyarakat yang
produktif.
3. Sikap masyarakat Desa Kadu Kabupaten Tangerang yang tidak
mementingkan pendidikan dan kesehatan.
4. Usia masyarakat Desa Kadu Kabupaten Tangerang yang tidak
memungkinkan lagi untuk mencari pekerjaan/usia produktif kerja.
5. Rasa tidak puas masyarakat Desa Kadu Kabupaten Tangerang akan
kebutuhan hidupnya.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifakasi masalah di atas, maka masalah-masalah yang
akan dikaji dan diteliti dibatasi seputar faktor-faktor yang mempengaruhi
kemiskinan masyarakat di Desa Kadu Kabupaten Tangerang”.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian dan identifikasi masalah serta
pembatasan masalah yang sudah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Apa faktor yang dominan yang
mempengaruhi kemiskinan pada masyarakat di Desa Kadu Kabupaten
Tangerang ?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang
paling unggul atau paling dominan yang mempengaruhi kemiskinan pada
masyarakat di Desa Kadu Kabupaten Tangerang.
6
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian dapat bermanfaat bagi peneliti, bagi pembaca, dan
peneliti lain. Manfaat penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi penulis, dapat menambah pegetahuan dan pengembangan ilmu yang
telah diperoleh semasa kuliah dan didalam hidupnya, sehingga peneliti ini
merupakan wahana untuk mengembangkan ilmu yang dimiliki oleh
penulis.
b. Bagi para akademisi, peneliti ini dapat digunakan sebagai bahan referensi
atau bahan kajian dalam menambah ilmu pengetahuan di bidang
pendidikan, sehingga dapat mengetahuai bagaimana pandangan
masyarakat terhadap pendidikan.
c. Bagi peneliti lebih lanjut, dapat dijadikan referensi dalam
mengembangkan pengetahuan tentang pandangan masyarakat terhadap
pendidikan untuk kemajuan bangsa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi masyarakat Desa Kadu, diharapkan dapat memberikan arahan dan
minat serta motivasi untuk menjadi manusia yang kaya akan ilmu
pendidikan yang berguna demi tercapainya bangsa yang maju.
b. Bagi Pemerintah Daerah, diharapkan dapat menjadikan sebagai masukan
dalam melaksanakan program kerja yang ada di lingkungan Kembangan
Utara untuk menjadi lebih merata lagi terhadap pendidikan.
c. Bagi seluruh civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
diharapkan penelitian ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
pengetahuan pendidikan dimasa yang akan datang.
7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Kemiskinan
1.1. Pengertian Kemiskinan
Kata kemiskinan berasal dari suku kata “miskin” yang mendapat
awalan ke- dan akhiran –an, yang secara etimologi artinya susah atau
suatu keadaan “serba kekurangan” dalam hal material.4
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata miskin
diartikan sebagai tidak berhata benda, serba kekurangan (berpenghasilan
rendah).5 Sementara fakir mempunyai arti orang yang sangat
kekurangan, orang sangat miskin, orang yang dengan sengaja membuat
dirinya menderita kekurangan untuk mencapai kesempurnaan batin.
Secara etimologi, kemiskinan dapat diartikan sebagai “situasi
penduduk” (sebagai penduduk) yang hanya dapat memenuhi makanan,
pakaian, dan perumahan yang dapat diperlukan untuk mempertahankan
tingkat kehidupan yang minimum.
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan
seseorang untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti seperti makanan,
pakaian, pendidikan, kesehatan, dll. Kemiskinan dapat disebabkan oleh
kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses
terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan kadang juga berarti
tidak adnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu
mengatasimasalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak
sebagai warga negara.6
4 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Cet.X (Jakarta : Balai
Pustaka, 1986), h. 652. 5 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Cet.II (Jakarta : Balai Pustaka, 1999), h. 660. 6 Selengkapnya bisa dilihat di http://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan, diakses 20
September 2017 Pukul 20.00 WIB
8
Menurut Lavitan dalam Ninik Sudarwati, “kemiskinan adalah
kekurangan barang-barang dan pelayanan yang dibutuhkan untuk
mencapai suatu standar hidup yang layak”.7
Secara ekonomi kemiskinan dapat diartikan sebagai kekurangan
sumber daya yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan
sekelompok orang. Menurut pengertian itu, kemiskinan sekelompok
orang dikaitkan dengan pendapatan dan kebutuhan. Perkiraan kebutuhan
hanya menyangkut kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar minimum
untuk hidup layak. Bila pendapatan seseorang atau keluarga tidak
memenuhi kebutuhan minimum, maka orang atau keluarga itu dapat
dikatagorikan miskin. Tingkat pendapatan atau kebutuhan minimum
merupakan garis batas antara miskin atau tidak miskin. Garis
pembaatasan antara miskin dan tidak miskin disebut garis kemiskinan.
Cara demikian disebut dengan pengukuran kemiskinan absolut. Sebagai
contoh pengukuran kemiskina absolut adalah metode Sajogyo.8
Menurut Supardi Suparlan dalam bukunya yang berjudul
Kemiskinan di Perkotaan, pengertian kemiskinan adalah Suatu standar
tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi
pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar
kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.
Standar kehidupan yang rendah ini secara langsung nampak pengaruhnya
terhadap tingkat keadaan kesehatan, kehidupan moral, dan rasa harga diri
dari mereka yang tergolong sebagai orang miskin.”9
Adapun Profesor Sajogyo dalam Ninik Sudarwati, mengukur
kemiskinan melalui kebutuhan beras ekuivalen, baik di pedesaan maupun
di perkotaan. Ia mendefinisikan batas garis kemiskinan sebagai tingkat
konsumsi per kapita setahun yang sama dengan beras. Pada awalnya
Sajogyo membuat garis kemiskinan adalah setara dengan 240 kg per
7 Ninik Sudarwati, Kebijakan Pengentasan Kemiskinan , (Malang: Intimedia, 2009), h.
23. 8 Tadjuddin Noer Effendi, Sumber Daya Manusia, Peluang Kerja dan Kemiskinan, Cet.
II (Yogyakarta : PT. Tiara Wacana Yogya, 1995), h. 249-250. 9 Parsudi Suparlan, Kemiskinan di Perkotaan: Bacaan Untuk Antropologi Perkotaan ,
(Jakarta: Sinar Harapan dan Yayasan Obor Indonesia, 1984), h. 12.
9
orang per tahun untuk perkotaan. Namun, selanjutnya ketentuan garis
kemiskinan berubah menjadi lebih rinci, yaitu dibawah 240, 240 – 320,
320 – 480, dan lebih dari 480 kg ekuivalen beras. Dengan adanya
klasifikasi ini maka dapat dikelompokkan penduduk menjadi sangat
miskin, miskin, berkecukupan, dan kecukupan.10
Menurut Badan Pusat Statistik, kemiskinan adalah
ketidakmampuan memenuhi standar minimum kebutuhan dasar yang
meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Membandingkan tingkat
konsumsi penduduk dengan garis kemiskinan atau jumlah rupiah untuk
konsumsi orang perbulan. Sedangkan bagi dinas sosial mendefinisikan
orang miskin adalah mereka yang sama sekali tidak mempunyai sumber
mata pencaharian dan tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar mereka
yang layak bagi kemanusiaan dan mereka yang sudah mempunyai mata
pencaharian tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar yang layak
bagi kemanusiaan.”11
Dari definisi-definisi kemiskinan tersebut, menitikberatkan pada
tingkat pemenuhan kebutuhan dasar atau pokok yang minimal untuk
dapat hidup secara layak dan manusiawi. Kemiskinan itu sendiri dapat
dipahami melalui berbagai cara, pemahaman utamanya mencakup :
a. Gambaran kekurangan materi, biasanya mencakup kebutuhan
pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan.
Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan
barang-barang dan pelayanan dasar.
b. Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial,
ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpatisipasi dalam
masyarakat, dalam hal ini termasuk pendidikan dan informasi.
Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal
ini mencakup masalah dan moral, serta dibatasi pada bidang
ekonomi.
10 Ninik Sudarwati, Kebijakan Pengentasan Kemiskinan , (Malang: Intimedia, 2009), h.
15. 11 Gregorius Sahdan, “Menaggulangi Kemiskinan Desa”, artikel diakses pada 2 Oktober
2015 dari http://www.ekonomirakyat.html.
10
c. Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang
memadai. Makna “memadai” disini dangat berbeda-beda melintasi
semua bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.
1.2. Teori Kemiskinan
Dari segi teori ekonomi pengaruh pertumbuhan ekonomi dan
kemajuan kota terhadap pengangguran, inflasi dan pendidikan melalui
pendekatan teori ini.
Teori Manning, Yustika, Alisjahbana dan Yusuf menyatakan
rendahnya tingkat pendapatan kesempatan kerja, tingkat upah dan jumlah
industry yang ada serta investasi dan inflasi dalam perekonomian
berperan sebagai factor penentu kemiskinan. Pendapatan yang rendah,
disebabkan oleh pendidikan yang rendah dan penguasaan asset (lahan
pertanian yang sempit), jam kerja dan beratnya beban tangguhan
keluarga yang harus ditanggung oleh mereka yang bekerja (kepala rumah
tangga).
Teori Todaro ada hubungan yang erat antara tingkat
pengangguran yang tinggi, semi pengangguran dan kemiskinan yang
merajalela. Secara teori apabila pengangguran meningkat maka
kemiskinan akan turut meningkat karena penduduk yang menganggur
tidak dapat menghasilakan pendapatan dan daya beli juga, serta
kesejahteraannya juga akan menurun. Hal ini akan menyebabkan
kemiskinan.
Teori ini menegaskan bahwa kemiskinan terjadi karena suatu
kondisi yang dihadapi oleh masyarakat miskin yang sedemikian sehingga
membuat kemiskinan tersebut tetap akan berada dalam masyarakat
tersebut seperti yang terlihat dalam Gambar 2.1.
11
Gambar 2.1
Teori Lingkaran Kemiskinan
Kemiskinan yang terjadi bisa menjadi sebuah awal atau juga
sebuah akhir dari sebuah fase. Kemiskinan akan berpengaruh ke
rendahnya pendidikan yang di dapat serta kesehatan yang minim.
Pendidikan yang rendah akan berpengaruh ke pendapatan yang bisa
diterima ketika memasuki dunia kerja dan kesehatan yang buruk karena
suplai serta lingkungan yang tidak mendukung membuat produktivitas
rendah dikarenakan sering sakit-sakitan. Maka kesehatan yang rendah
harus mengeluarkan banyak biaya sebagai biaya pengganti seperti
membeli obat atau biaya kesehatan lainnya. Pada akhirnya dengan
penerimaan bersih yang diterima kurang cukup, kebutuhan lainnya tidak
mampu terpenuhi dan dapat dikategorikan miskin.
Robert Chambers adalah seorang ahli pembangunan pedesaan
berkebangsaan Inggris yang pertama kali menggunakan konsep
kemiskinan terpadu untuk memahami masalah kemiskinan di negara
sedang berkembang.12 Sama lain sehingga merupakan perangkap
kemiskinan yang benar-benar berbahaya dan mematikan peluang hidup
atau keluarga miskin. Menurut Chambers menjelaskan tentang teori
perangkap kemiskinan seperti pada gambar 2.2. :
12 Ali Khomsan dkk hal 2.
Kemiskinan
Tingkat
Produktivitas Rendah
1. Tingkat Pendidikan
Rendah
2. Tingkat Kesehatan
Rendah
Tingkat Upah
Rendah
12
Gambar 2.2
Gambar Perangkap Kemiskinan
Inti dari permasalahan kemiskinan sebenarnya terletak pada apa
yang disebut deprivation trap atau perangkap kemiskinan. Secara rinci
Chambers menyebutkan jika perangkap kemiskinan (deprivation trap)
terdiri dari lima unsur, yaitu:
a. Kemiskinan itu sendiri (poverty),
b. Kelemahan fisik (physical weakness),
c. Keterasingan atau kadar isolasi (isolation),
d. Kerentanan (vulnerability), dan
e. Ketidakberdayaan (powerlessness). Kelima unsur ini saling berkait
satu.
Kemiskinan, merupakan unsur pertama yang membuat orang
miskin. Kemiskinan menjadi faktor yang paling dominan diantara faktor-
faktor yang lainnya. Dikarenakan kemiskinan dapat mengakibatkan
seseorang lemah jasmani akibat kurang makan, kekurangan gizi, rentan
pada serangan penyakit, rentan terhadap keadaan darurat atau keadaan
mendesak karena tidak mempunyai kekayaan, dan seseorang menjadi
tidak berdaya karena kehilangan kesejahteraan dan mempunyai
kedudukan yang rendah.
Unsur kedua adalah kelemahan jasmani. Kelemahan jasmani
yang dialami seseorang mendorongnya ke arah kemiskinan melalui
berbagai cara: produktivitas tenaga kerja yang sangat rendah, tidak
mampu bekerja lebih lama. Tubuh yang lemah, membuat seseorang
PO WERLESSNESS
VULNERABILITY
ISO LATIO N
PO VERTY
PHYSICAL WEAKNESS
13
tersisih karena tidak ada waktu atau tidak kuat menghadiri pertemuan-
pertemuan untuk mendapatkan informasi baru. Jasmani yang lemah juga
memperpanjang kerentanan seseorang karena terbatasnya kemampuan
untuk mengatasi krisis atau keadaan darurat.13
Unsur ketiga adalah isolasi. Isolasi atau keterasingan diakibatkan
oleh dua faktor, yaitu lingkungan dan pendidikan. Keterasingan yang
disebabkan oleh faktor lingkungan disebut juga sebagai kemiskinan
natural, dimana masyarakat menjadi terasing karena tempat tinggal
mereka yang jauh dari jangkauan pemerintah, sehingga sulit untuk
mendapatkan informasi atau bantuan. Sedangkan dari faktor pendidikan,
keterasingan yang dialami masyarakat miskin karena mereka umumnya
berpendidikan rendah, sehingga sering dikucilkan dan tidak di hargai
keberadaannya oleh masyarakat di sekitarnya.
Unsur keempat adalah kerentanan. Kerentanan masyarakat
miskin disebabkan karena mereka tidak memiliki cadangan uang atau
makanan untuk keadaan darurat.14 Jadi apabila mereka mengalami masa
darurat, seperti tiba-tiba sakit atau mendapat musibah lain, mereka
terpaksa menjual barang-barang mereka atau bahkan berhutang.
Kerentanan merupakan unsur yang sangat membahayakan, karena dapat
membuat masyarakat miskin menjadi semakin miskin.
Unsur penyebab kemiskinan yang kelima adalah
ketidakberdayaan. Ketidakberdayaan masyarakat miskin bisa dilihat dari
minimnya akses hukum dan pemerintah yang mereka dapatkan. Mereka
juga cenderung tidak berdaya dalam menghadapi orang-orang yang
mengekploitasi mereka, seperti halnya rentenir. Bila dikaitkan dengan
teori Robert Chambers di atas, maka dapat dikatakan bahwa pada
umumnya rumah tangga miskin memiliki kelima unsur tersebut. Ini
terjalin erat bagaikan mata rantai yang saling mengikat. Seseorang yang
mengalami kemiskinan bisa dipastikan ia akan sulit keluar dari
kemiskinannya tersebut.
13 Ibid., h.146. 14 Loekman Soetrisno, Kemiskinan, Perempuan, dan Pemberdayaan , (Yogyakarta:
Kanisius, 1997), h. 19.
14
Menurut teori ini, kerentanan dan ketidakberdayaan perlu
mendapatkan perhatian utama dikarenakan kerentanan berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga miskin dalam menyediakan sesuatu
guna menghadapi keadaan darurat. Sedangkan ketidakberdayaan
dicerminkan dari seringnya keluarga miskin ditipu dan ditekan oleh
orang yang memiliki kekuasaan.15 Seperti di Dinoyo Tambangan yang
mayoritas kawasannya di huni oleh rumah tangga miskin. Mulanya
mereka miskin karena disebabkan oleh keadaan kemiskinan itu sendiri.
Kemudian mereka mengalami kelemahan jasmani, lalu terasingkan,
mengalami kerentanan, dan akhirnya tidak berdaya menghadapi dunia
luar. Mereka semakin terpuruk lantaran beratnya beban ekonomi yang
harus di tanggung hingga rentan dan tidak berdaya. Adanya
ketidakberdayaan masyarakat miskin ini juga dapat dilihat.
1.3. Indikator Kemiskinan
Menurut Lincolin Arsyad, ada 4 macam ukuran yang sekali
digunakan sebagai indicator kemiskinan, antara lain :
a. Tingkat Konsumsi Beras
Indikator kemiskinan menurut Sayogyo dan Arsyad adalah
tingkat konsumsi beras pertahun untuk daerah pedesaan, apabila
seorang hanya mengkonsumsi beras kurang dari 240 kg pertahun,
maka yang bersangkutan digolongkan sangat miskin, sebaliknya
untuk perkotaan ditentukan sebesar 360 kg beras pertahun.
Secara lebih rinci Sajogyo membagi lagi indikator kemiskinan
tersebut menjadi 3 kelompok :
Tabel 2.1
Tingkat Konsumsi Beras
Kategori Pedesaan Perkotaan
a. Melarat 180 kg 270 kg
b. Sangat miskin 240 kg 360 kg
c. Miskin 320 Kg 480 kg
15 Ibid., h. 154.
15
b. Tingkat Pendapatan
Bank Dunia menggunakan metode pengukuran jumlah
pendapatan minimal per hari per orang untuk menentukan garis
kemiskinan. Menurut Bank Dunia, pendapatan minimal per orang per
hari adalah U$ 1 (setara dengan Rp. 9.000,-). Penetapan pengukuran
pendapatan ini tidak disertai dengan pengukuran pengeluaran per
orang per hari dengan asumsi bahwa selain kebutuhan makanan
pokok, pengeluaran untuk jenis kebutuhan lain (non makanan) tidak
selalu dilakukan setiap hari. Apabila disetarakan dengan pendapatan
per bulan maka seseorang dikatakan miskin apabila penghasilannya
dalam sebulan kurang dari Rp. 600.000,-.
c. Indikator Kesejahteraan Rakyat
Terdapat 9 komponen kesejahteraan yaitu :
- Kesehatan,
- Konsumsi makanan dan gizi,
- Pendidikan,
- Kesempatan kerja,
- Perumahan,
- Jaminan sosial,
- Sandang,
- Rekreasi dan
- Kebebasan.
d. Indeks Kemiskinan Manusia
Adapun kriteria penduduk miskin menurut Badan Pusat
Statistik (BPS) sebanyak 8 variabel, diantaranya:
1) Luas lantai perkapita < = 8 m2
2) Jenis lantai rumah berasal dari tanah
3) Air minum/ketersediaan air bersih berasal dari air hujan/sumur
tidak terlindung.
4) Jenis jamban/WC: tidak ada.
5) Kepemilikan asset rumah: tidak memiliki asset.
16
6) Pendapatan (total pendapatan per bulan) : < = 350.000
7) Pengeluaran (porsentase pengeluaran untuk makanan) yaitu lebih
dari 80 persen.
8) Konsumsi lauk pauk (daging, ikan, telur, ayam): tidak ada/ada, tapi
tidak bervariasi.16
Menurut Mudrajad Kuncoro, indikator yang digunakan dalam
menentukan status kemiskinan ada 14, yaitu :
1) Luas lantai rumah
2) Jenis lantai rumah
3) Jenis dinding rumah
4) Fasilitas tempat buang air besar
5) Sumber air minum
6) Penerangan yang digunakan
7) Bahan bakar yang digunakan
8) Frekuensi makan dalam sehari
9) Kebiasaan membeli daging/ayam/susu
10) Kemampuan membeli pakaian
11) Kemampuan berobat ke puskesmas
12) Lapangan pekerjaan kepala rumah tangga
13) Pendidikan kepala rumah tangga
14) Kepemilikan asset
Metode yang digunakan dalam dalam penentuan rumah tangga
miskin adalah dengan menggunakan system skoring, dimana setiap
variabel diberi skor yang diberi bobot dan bobotnya didasarkan
kepada besarnya pengaruh dari setiap variabel terhadap kemiskinan.
Dalam kehidupan masyarakat yang tergolong klarifikasi
penduduk miskin berdasarkan kemampuannya memenuhi kebutuhan
hidupnya, menurut Badan Pusat Statistik :
Penduduk dikatakan sangat miskin apabila kemampuan memenuhi
konsumsi makanan hanya mencapai 900/kalori/orang/hari
16 Badan Pusat Statistik (BPS), Perhitungan dan Analisis Kemiskinan Makro Indonesia
Tahun 2011, (BPS: CV Nario Sari, 2011), h. 19-20.
17
ditambah kebutuhan dasar atau setara dengan Rp.
120.000/orang/hari.
Penduduk dikatakan miskin apabila kemampuan memenuhi
konsumsi makanan hanya mencapai antara 1900/2100
kalori/orang/hari ditambah kebutuhan dasar atau setara dengan Rp.
120.000-Rp. 150.000/orang/bulan.
Penduduk dikatakan mendekati miskin apabila kemampuan
memenuhi konsumsi makanan hanya mencapai 2100/23000
kalori/orang/hari dan kebutuhan dasar atau setara dengan Rp.
150.000-Rp. 175.000/orang/bulan.
1.4. Ciri-Ciri Kemiskinan
Masyarakat yang termasuk kategori miskin, memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:17
a. Pada umumnya mereka tidak memiliki faktor produksi sendiri, seperti
tanah yang cukup, modal ataupun keterampilan. Faktor produksi yang
dimiliki umumnya sedikit sehingga kemampuan untuk memperoleh
pendapatan menjadi sangat terbatas.
b. Pada umumnya mereka tidak mempunyai kemungkinan untuk
memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri. Pendapatan
yang diperolehnya tidak cukup untuk memperoleh tanah garapan
maupun modal usaha. Sementara mereka tidak memiliki syarat untuk
terpenuhinya kredit perbankan seperti jaminan kredit dan lain-lain.
c. Tingkat pendidikan mereka umumnya rendah, tidak sampai tamat
Sekolah Dasar (SD). Ini dikarenakan waktu mereka habis tersita untuk
mencari nafkah sehingga tak ada lagi waktu untuk belajar. Demikian
pun dengan anak-anak mereka, tak dapat menyelesaikan sekolahnya
oleh karena harus membantu orang tuanya mencari tambahan
penghasilan.
17 Hadi Prayitno dan Lincolin Arsyad, Petani Desa dan Kemiskinan , (Yogyakarta:
BPFE, 1987), h. 36-37.
18
d. Kebanyakan dari mereka tinggal di desa sebagai pekerja bebas (self
employed) dan berusaha apa saja dengan upah yang rendah sehingga
membuat mereka selalu hidup di bawah kemiskinan; dan
e. Banyak diantara mereka yang hidup di kota masih berusia muda dan
tidak mempunyai keterampilan (skill) maupun pendidikan.
Sedangkan menurut Tayar Yusuf kalangan yang masih hidup jauh
dibawah normal antara lain: petani kecil di pedesaaan yang hanya
memiliki sedikit sekali/tanpa memiliki tanah garapan sendiri, kaum
nelayan tradisional, suku terasing (misalnya di Mentawai), buruh
kecil/buruh kasar di kota-kota, pegawai negeri (terutama golongan I dan
II), bidang jasa lain seperti tukang becak tukang sol sepatu dan tukang
tambal ban sepeda (Tayar Yusuf, HIPIS III, 1979). Selanjutnya
dikemukakan bahwa bentuk-bentuk/ciri kemiskinan antara lain :18
1. Kekurangan nilai gizi makanan jauh di bawah normal/bukan kurang
makan.
2. Hidup yang morat marit.
3. Kondisi kesehatan yang menyedihkan.
4. Pakaian selalu kumal tak teratur.
5. Tempat tinggal yang jauh dari memenuhi syarat kebersihan dan
kesehatan (sempit, pengap, kotor).
6. Keadaan anak-anak yang tak terurus/dibiarkan bergelandangan
memenuhi kebutuhan masing-masing.
7. Tidak mampu mendapatkan pendidikan formal/non formal
(ketiadaan biaya dan lemah kecerdasan).
Ada tiga ciri yang menonjol dari kemiskinan di Indonesia.19
1) Banyak rumah tangga yang berada disekitar garis kemiskinan
nasional, yang setara US $ 1,55 per hari, sehingga banyak penduduk
yang meskipun tergolong tidak miskin tetapi rentan terhadap
kemiskinan.
18 kemiskinan dan kebutuhan pokok. Hal. 81 19 Ali Khomsan dkk, h. 6.
19
2) Ukuran kemiskinan didasarkan pada pendapatan, sehingga tidak
menggambarkan batas kemiskinan yang sebenarnya. Banyak orang
yang mungkin tidak tergolong “miskin dari segi pendapatan” dapat
dikategorikan sebagai miskin atas dasar kurangnya akses terhadap
pelayanan dasar serta rendahnya indikator-indikator pembangunan
manusia.
3) Mengingat sangat luas dan beragam wilayah Indonesia, perbedaaan
antar daerah merupakan ciri mendasar dari kemiskinan di Indonesia.
1.5. Bentuk-Bentuk Kemiskinan
Menurut sebabnya (asal mulanya), kemiskinan dapat
dikelompokan menjadi 3:20
a. Kemiskinan natural atau yang disebut juga dengan kemiskinan
alamiah adalah keadaan miskin karena pada awalnya memang sudah
miskin. Biasanya daerah yang mengalami kemiskinan natural adalah
daerah-daerah yang terisolir, jauh dari sumber daya-sumber daya yang
ada. Sehingga perkembangan teknologi yang ada berjalan sangat
lambat. Contoh masyarakat yang mengalami kemiskinan natural
adalah masyarakat yang tinggal di puncak-puncak gunung yang jauh
dari pemukiman warga. Sehingga sulit untuk mendapatkan bantuan.
b. Kemiskinan kultural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh adanya
faktor-faktor adat atau budaya suatu daerah tertentu yang
membelenggu seseorang atau kelompok masyarakat sehingga
membuatnya tetap melekat pada kemiskinan. Berikut penuturan
Kartasasmita mengenai kemiskinan kultural:
c. Sedangkan yang dimaksud dengan kemiskinan struktural adalah
kemiskinan yang terjadi sebagai akibat ketidakberdayaan seseorang
atau kelompok masyarakat terhadap sistem atau tatanan sosial yang
tidak adil sehingga mereka tidak memiliki akses untuk
mengembangkan dan membebaskan diri dari perangkap kemiskinan.
20 Ali Khomsan dkk, Indikator Kemiskinan dan Misklasifikasi Orang Miskin, Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2015, h. 3.
20
Menurut jenisnya, kemiskinan juga dibagi menjadi dua :
a. Kemiskinan relatif adalah kemiskinan yang dilihat berdasarkan
perbandingan antara suatu tingkat pendapatan dengan tingkat
pendapatan yang lainnya. Contohnya, seseorang yang tergolong kaya
(mampu) pada suatu daerah tertentu bisa jadi yang termiskin di daerah
lainnya.21
b. Sedangkan kemiskinan absolut adalah kemiskinan yang diderita
seseorang atau keluarga apabila hasil pendapatannya berada di bawah
garis kemiskinan serta pendapatan mereka tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan pokok minimum seperti pangan, sandang,
kesehatan, perumahan, dan pendidikan yang diperlukan untuk bisa
hidup dan bekerja.
Dalam hal ini yang membedakan antara kemiskinan absolut dan
relatif yaitu terletak pada standar penilaiannya. Jika kemiskinan relatif,
standar penilaiannya ditentukan secara subyektif oleh masyarakat
setempat. Sedangkan untuk standar penilaian kemiskinan absolut
ditentukan dari kehidupan minimum yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan dasar yang diperlukan, baik makanan maupun non makanan
(garis kemiskinan).22
1.6. Penyebab Kemiskinan
Di Indonesia, penyebab utama dari kemiskinan adalah karena
adanya kebijakan ekonomi dan politik yang kurang menguntungkan
rakyat, sehingga rakyat tidak memiliki akses yang memadai ke sumber
daya-sumber daya yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan hidup
mereka secara layak. Selain itu, kemiskinan juga disebabkan karena
seseorang tersebut memiliki pendidikan yang rendah, malas bekerja,
tidak memiliki modal atau keterampilan yang memadai, terbatasnya
lapangan pekerjaan, terkena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja), beban
21 Ali Khomsan dkk, h. 3. 22 Badan Pusat Statistik (BPS), Perhitungan dan Indikator Kemiskinan Makro 2010:
Profil dan Perhitungan Kemiskinan Tahun 2010 . (Jakarta: Badan Pusat Statistik, 2010), h. 5-6.
21
keluarga yang tinggi, tidak adanya jaminan sosial, serta hidup terpencil
dengan sumber daya alam dan infrastruktur yang terbatas.
Di bawah ini akan peneliti jelaskan empat faktor penyebab
kemiskinan yang di bahas secara konseptual, antara lain:
a. Faktor individual, terkait dengan kondisi fisik dan psikologis
seseorang. Orang menjadi miskin karena disebabkan oleh perilaku,
pilihan, atau kemampuan dari orang miskin itu sendiri dalam
menghadapi kehidupannya.
b. Faktor sosial, terkait dengan kondisi lingkungan sosial yang
menyebabkan seseorang menjadi miskin. Seperti, diskriminasi
berdasarkan usia, gender, dan etnis.
c. Faktor kultural, terkait dengan kondisi budaya yang menyebabkan
kemiskinan, yaitu kebiasaan hidup.
d. Faktor struktural, terkait dengan struktur atau sistem yang tidak adil,
tidak sensitif, dan tidak accessible sehingga menyebabkan seseorang
atau sekelompok orang menjadi miskin.23
Penyebab kemiskinan suatu wilayah berkonsep pada teori
lingkaran setan kemiskinan (vicious circle poverty). Adanya
keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar, dan kurangnya modal
menyebabkan rendahnya pendapataan yang mereka terima. Rendahnya
pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan investasi
yang berakibat pada keterbelakangan dan seterusnya.
Penyebab kemiskinan dapat dikelompokan atas dua hal, yaitu :24
(1) Faktor alamiah : kondisi lingkungan yang miskin, ilmu pengetahuan
yang tidak memadai, adanya bencana alam dan lain-lain.
(2) Faktor nonalamiah : akibat kesalahan kebijakan ekonomi, korupsi,
kondisi politik yang tidak stabil, kesalahan pengelolaan sumber daya
alam. Masalah-masalah yang timbul akibat kemiskinan tersebut, antara
lain, gizi buruk, busung lapar, penyakit menular, dan kasus kriminalitas.
23 Edi Suharto, Kemiskinan dan Perlindungan Sosial di Indonesia: Menggagas Model
Jaminan Sosial Universal Bidang Kesehatan (Bandung: CV Alfabeta, 2009), h. 17-18. 24 Ali Khomsan dkk, h. 4.
22
Kemiskinan merupakan masalah dalam pembanguan yang bersifat
multidimensi. Kemiskinan ditandai oleh keterbelakangan dan
pengangguran yang selanjutnya meningkat menjadi pemicu ketimpangan
pendapatan dan kesenjangan antar golongan penduduk. Kemiskinan telah
membatasi hak rakyat untuk :25
(1) Memperoleh pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan.
(2) Hak rakyat untuk memperoleh perlindungan hukum.
(3) Hak rakyat untuk memperoleh rasa aman.
(4) Hak rakyat untuk memperoleh akses atas kebutuhan hidup (sandang,
pangan, papan) yang terjangkau.
(5) Hak rakyat untuk memperoleh akses atas kebutuhan pendidikan.
(6) Hak rakyat untuk memperoleh akses atas kebutuhan kesehatan.
(7) Hak rakyat untuk memperoleh keadilan.
(8) Hak rakyat untuk berpatisipasi dalam pengambilan keputusan publik
dan pemerintahan.
(9) Hak rakyat untuk berinovasi.
(10) Hak rakyat menjalankan hubungan spiritualnya dengan Tuhan, dan
(11) Hak rakyat untuk berpatisipasi dalam menata dan mengelola
pemerintahan dengan baik.
1.7. Kemiskinan Menurut Pandangan Islam
Masalah sosial ekonomi dewasa ini sangat kompleks. Dimana-
mana terdapat ribuan anak-anak yang terlantar dan putus sekolah karena
kemiskinan yang diderita oleh orang tuanya. Belum lagi perempuan-
perempuan cantik dan seksi yang terpaksa menjual harga dirinya karena
kemiskinan, kurang perhatian dari orang tua, ditinggal suami, rumahnya
tergusur dan lain-lain, sehingga ia terpaksa menjadi kupu-kupu malam
atau menjadi perempuan-perempuan penghibur di club-club malam. Di
surat kabar banyak pula dikisahkan sebuah keluarga yang terpaksa
menggadaikan keimanannya untuk memperoleh krebutuhan hidupnya
sehari-hari disebabkan kemiskinan yang dideritanya, karena tidak adanya
25 Ali Khomsan dkk, h. 4.
23
lapangan pekerjaan, lahan atau lowongan pekerjaan tidak ada atau
bahkan tanahnya telah lenyap untuk sebuah pembangunan real estate
atau lapangan golf atas nama program investasi dan anggaran
pemerintah, dan kisah-kisah lainnya.26
Jika direnungi kembali sisi-sisi kemanusiaan dapat diperoleh
indikasi dan sekaligus implikasi bahwa adanya sebuah sistem sosial-
ekonomi yang bernama kemiskinan sedang melanda umat manusia.
Memang, persoalan kemiskinan telah menjadi problema yang abadi
dalam sejarah kemanusiaan, sejak manusia menciptakan komunitasnya.
Pada dasarnya agama berperan sebagai pedoman hidup bagi
manusia yang akan menghantarkannya kepada jalan “keselamatan” di
dunia dan di akhirat kelak. Karena itu agama merupakan suatu sistem
yang total, meliputi seluruh sektor kehidupan manusia. Karena itu pula
maka agama akan senantiasa mempertautkan dirinya dengan semua
persoalan kemanusiaan yang dihadapi manusia. Dengan demikian, setiap
tantangan masalah kemanusiaan yang selalu dihadapi manusia adalah
juga merupakan tantangan bagi agama untuk menghadapinya, hingga
tantangan tersebut bersifat permanen, agama senantiasa terpanggil dan
dituntut aktif dalam menghadapi masalah kemanusiaan yang selalu
dihadapi manusia.
Di antara upaya ke arah keselamatan tersebut adalah juga berarti
membebaskan manusia dari berbagai masalah kemanusiaan, seperti
kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, ketertindasan, dan
sebagainya. Selanjutnya, peran agama dalam menghadapi kemiskinan
juga dapat dilihat dari perannya dalam proses pembangunan sebagai
upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang juga berarti
menanggulangi kemiskinan.27 Sungguh sebuah kemiskinan merupakan
problem bagi kemanusiaan, khususnya di sini bagi umat Islam.
Kemiskinan merupakan masalah yang membebani laju pergerakan
menuju ketentraman. Dalam perekonomian Indonesia misalnya,
26 http//www.urdi.org/bulletin/volume-14a.asp. diakses pada tgl 15 November 2018. 27 Ahmad Sanusi, Agama di Tengah Kemiskinan , (Jakarta: Logos, Cetakan ke-1, 1999),
h. 478.
24
Indonesia kini mempunyai hutang yang sangat besar kepada negara-
negara Barat, terus peralihan kebiasaan mengekspor pindah menjadi
mengimpor, keterpurukan sistem politik, krisis multi dimensi yang
melanda seluruh sendi-sendi di negara Indonesia. Belum selesai
persoalan di dalam negeri, muncul persoalan lain dari luar negeri, yang
mengakibatkan beban keterpurukan, keterbelakangan, dan kemiskinan
akhirnya melanda Indonesia. Begitu juga masyarakat yang ada,
persaingan ketat di kota memunculkan sebuah kesepakatan baru atau
konpensi, bahwa siapa yang memiliki keahlian, kepintaran, gelar yang
tinggi dan jaringan komunikasi yang luas akan dapat mencapai
kesuksesan. Sedangkan banyak orang-orang yang pergi ke kota hanya
bermodal nekat dan adu nasib. Alhasil mereka akan menjadi orang-orang
pinggiran yang bisa masuk dalam kategori orang miskin.28 Begitu pula di
daerah, para petani yang gagal panen, sehingga ia rugi besar, kadang kala
ia sulit untuk mencari lapangan penjualan yang sekiranya dapat untung
besar. Pendidikan juga biasanya mempengaruhi terciptanya kemiskinan
individu hingga bisa memungkinkan membentuk komunitas kemiskinan
yang besar.
Dari uraian di atas maka pencapaian tingkat pertumbuhan
ekonomi yang tinggi harus menjadi salah satu tujuan ekonomi
masyarakat Islam, karena hal itu merupakan manifestasi dari usaha yang
terus menerus untuk memanfaatkan sumber-sumber daya yang
disediakan Allah Swt demi kepentingan dan peningkatan tarap hidup
manusia.
Disebutkan dalam Al-Qur’an, kata “miskin” dan kata lain yang
seasal dengannya sebanyak 69 kali. Dari 69 kali itu, khusus yang
bermakna kemiskinan disebut 23 kali; 11 kali di antaranya dalam bentuk
tunggal dan 12 kali dalam bentuk jamak.29
Dilihat dari kata asalnya, “ سكونا –يسكن –سكن ” berarti “diam, tetap
dan reda”. Selain dari itu juga dapat diartikan sebagai “tempat tinggal”,
28 http//www.urdi.org/bulletin/volume-14a.asp/, diakses pada tgl 2 desember 2018. 29http//www.waspada.co.id.serba_waspada/mimbar_jumat/artikel.php/article_id=4069
5. diakses pada tgl 2 Desember 2018.
25
seperti kata “ مساكن طيبة ” (beberapa tempat tinggal yang baik dalam
surga) (Q.S. 9 / At-Taubah : 72). Jika arti asal dari kata “ –يسكن –سكن
itu adalah “diam”, maka secara istilah, kata miskin ”سكونا
memiliki arti: “من ال يجد ما يكفيه وأسكنه الفقير”, maksudnya adalah orang
yang tidak dapat memperoleh sesuatu untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya dan diamnya itulah yang menyebabkan kefakirannya.
Dikatakan tidak memperoleh sesuatu karena ia tidak bergerak atau tidak
ada kemauan atau tidak ada peluang untuk bergerak atau ada faktor lain
yang menyebabkan ia tidak bergerak,
Namun menurut pandangan Islam kemiskinan tidak semata-mata
persoalan ekonomi. Kemiskinan juga harus dilihat salah satunya dari sisi
sejauh mana manusia yang mengalami kemiskinan tersebut
menggunakan potensi yang ada pada dirinya semaksimal mungkin. Ini
berkaitan dengan fungsi manusia di muka bumi sebagai khalifah Allah.
Kemiskinan dalam pandangan Islam dilihat sebagai suatu kelemahan dan
ketidak berdayaan yang menjadi problem yang dapat menurunkan
martabat kehormatan manusia yang harus diatasi. Bahkan Ash-Shiba’i
menyebutnya sebagai “penyakit masyarakat”, karena kemiskinan dapat
mendekatkan orang kepada kekufuran.30
Jika manusia tersebut telah mencurahkan segenap daya dan
potensinya dalam meningkatkan tarap kehidupan ekonominya, maka ia
tidak dipandang buruk atau tercela. Sebaliknya, jika manusia tidak
memberdayakan potensi yang dimilikinya, ia dipandang tercela. Bagi
Islam, kemiskinan adalah sesuatu yang harus diberantas, sebab hanya
setanlah yang menjanjikannya. Firman Allah Q.S. Al-Baqarah : 268:
يعدكم يطان يعدكم الفقر ويأمركم بالفحشاء وللا الش واسع عليم مغفرة منه وفضل وللا
“Setan menjanjikan (manakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir) …..”31
Firman Allah Q.S. Ar-Ra’du : 11
30 Ibid. h. 23. 31 Departemen Agama R.I., Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Proyek Pengadaan
Kitab Suci Al-Qur’an Depag R.I., 1985), h. 67.
26
ال يغير ما بقوم حتى يغيروا ما بأنفسهم إن للا
“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga mereka mau merubahnya sendiri”.32
Islam secara lebih mendasar berpandangan bahwa kemiskinan
tidak hanya disebabkan oleh faktor ekonomi, sosial maupun politik,
tetapi dapat juga disebabkan oleh paradigma normativ-metafisis manusia
terhadap doktrin agamanya. Masih ada sebagian umat Islam yang
berpandangan bahwa Islam hanyalah seperangkat doktrin spiritual
(ruhani) dan metafisika (hal-hal yang abstrak) yang sulit difahami
sehingga kering dari etos (semangat) kerja.
Para ulama dan cendekiawan muslin telah mengedepankan
sejumlah analisis tentang kemiskinan yang dikategorikan kepada dua
bentuk:33
Pertama, kemiskinan yang bersifat individual, yaitu kemiskinan
yang menimpa individu-individu tertentu dalam sebuah masyarakat.
Kedua, kemiskinan yang bersifat struktural, yaitu kemiskinan yang
menimpa masyarakat disebabkan non individual.
Kemiskinan yang bersifat individual artinya bahwa tingkat
kemiskinan diukur dengan person (pribadi) secara sepihak. Kemiskinan
jenis ini tidak dapat dikalkulasikan secara matematis, sebab
keberadaannya tidak begitu nampak jelas. Ini dapat dilihat di negara-
negara maju dimana kemiskinan yang terjadi di dalamnya tidak menjadi
masalah yang berarti. Kemiskinan ini difahami sebagai pembawaan
ataupun turunan, sehingga dalam penyelesaiannya hanya menunggu
masa kepunahannya saja. Sedangkan kemiskinan yang bersifat non-
individual disebut juga kemiskinan komunl. Kemiskinan ini melanda
banyak individu dalam komunitasnya. Keberadaannya sangat kontras
kelihatan dan menjadi masalah yang mesti dipecahkan. Sebab
dikhawatirkan membawa dampak yang tidak baik bagi yng lain maupun
32 Ibid., h. 370 33 http//www.waspada.co.id. diakses pada tgl 20 November 2018.
27
lingkungannya. Pada sisi lain, dalam Islam, kemiskinan disoroti dari
sudut ekonomi dan rohani. Kemiskinan ekonomi adalah kemiskinan
karena ketiadaan materi, sementara kemiskinan rohani adalah
kemiskinan karena ketiadaan iman, akhlak, kedamaian, dan ilmu
pengetahuan.
2. Pendidikan
2.1. Teori Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang
menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk
mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk
mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut Notoatmodjo,
pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku
seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk berperan
serta dalam pembangunan, pada umumnya makin tinggi pendidikan
seseorang makin mudah menerima informasi.34
Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional
Indonesia), pendidikan merupakan tuntutan dalam kehidupan tumbuhnya
anak-anak. Maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan
kodrat yang ada pada anak-anak tersebut, agar mereka mampu mencapai
keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.35
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan, pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
34 Notoatmodjo, h. 55 35 Siregar,H dan D.Wahyuniarti.2007. Dampak Pertumbuhan Ekonomi Terhadap
Penurunan Jumlah Penduduk Miskin.MB-IPB.Bogor.
28
2.2. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan adalah mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan
menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.36
2.3. Jenis-Jenis Pendidikan
Pendidikan dibagi tiga, yaitu :37
1. Pendidikan Formal
Adalah jalur pendidikan yang struktur dan berjenjang yang
terdiri atas pendidikan dasar, menengah, dan tinggi jenjang pedidikan
formal :
a. Pendidikan Dasar (SD) dan madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk
lain yang sederajat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan
Madrasah Tsanawiyah (MTS).
b. Pendidikan Menegah, merupakan lanjutan dari pendidikan dasar.
Pendidikan menengah tediri atas, Sekolah Menengah Atas
(SMA), Sekolah Menengah Kejurusan (SMK), Madrasah Aliyah
(MA), serta bentuk lain yang sederajat.
c. Pendidikan Tinggi, merupakan jenjang pendidikan setelah
pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan
Diploma, Sarjana, dll.
2. Pendidikan Non Formal
Adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan dengan terstruktur dan berjenjang. Pendidikan
nonformal diselenggarakan bagi masyarakat yang membutuhkan
layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan
pelengkap pendidikan formal.
3. Pendidikan Informal
Adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang
berbentuk kegiatan belajar mandiri. Hasil pendidikan informal diakui
36 arikunto suharsini, h. 20 37 Ibid, h.25
29
sama dengan pendidikan formal maupun informal setelah peserta
didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.
3. Pendapatan
3.1. Teori Pendapatan
Pendapatan adalah seluruh penerimaan baik berupa uang maupun
berupa sejumlah uang dari harta yang berlaku saat itu. Pendapatan
merupakan sumber penghasilan seseorang untuk memenuhi kebutuhan
sehari – hari dan sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup dan
penghidupan seseorang secara langsung mau pun tidak lagsung.38
Menurut pendapat lain, pendapatan adalah kenaikan kotor dalam
asset atau penurunan dalam lialibilitas atau gabungan dari keduanya
selama periode yang dipilih oleh pernyataan pendapatan yang berakibat
dari investasi yang halal, keuntungan, seperti manajemen rekening
investasi terbatas.
Pendapatan juga dapat didefinisikan sebagai jumlah seluruh uang
yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu
tertentu (biasanya satu tahun). Pendapatan terdiri dari upah atau
penerimaan tenaga kerja, pendapatan dari kekayaan seperti sewa, bunga
dan dividen, serta pembayaran transfer atau penerimaan dari pemerintah
seperti tunjangan sosial atau asuransi pengangguran.39
3.2. Jenis-Jenis Pendapatan
Secara garis besar pendapatan digolongkan menjadi tiga
golongan, yaitu :40
1. Gaji dan Upah. Imbalan yang diperoleh setelah orang tersebut
melakukan pekerjaan untuk orang lain yang diberikan dalam waktu
satu hari, satu minggu maupun satu bulan.
38 Suroto, 2000. Strategi pembangunan dan Perencanaan Perencanaan Kesempatan
Kerja.Yogyakarta: Gajah Mada Univercity. Hal. 21 39 Nordhaus, Samuelson. 2003. Ilmu Mikoekonomi. Jakarta : PT. Global Media
Edukasi. Hal. 79 40 Artaman, 2015. Analisis Faktor – Faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang
di Pasar Seni Sukawati di Kabupaten Gianyar. Bali: Universitas Udayana. Hal. 34
30
2. Pendapatan dari usaha sendiri. Merupakan nilai total dari hasil
produksi yang dikurangi dengan biaya – biaya yang dibayar dan
usaha ini merupakan usaha milik sendiri atau keluarga dan tenaga
kerja berasal dari anggota keluarga sendiri, nilai sewa kapital milik
sendiri dan semua biaya ini biasanya tidak diperhitungkan.
3. Pendapatan dari usaha lain. Pendapatan yang diperoleh tanpa
mencurahkan tenaga kerja dan ini biasanya merupakan pendapatan
sampingan antara lain yaitu pendapatan dari hasil menyewakan aset
yang dimiliki seperti rumah, ternak dan barang lain, bunga dari uang,
sumbangan dari pihak lain dan pendapatan dari pensiun.
3.3. Unsur-Unsur Pendapatan
Didalam unsur-unsur pendapatan yang dimaksud adalah asal dari
pada pendapatan itu diperoleh, dimana unsur-unsur tersebut meliputi:
1) Pendapatan hasil produksi barang atau jasa.
2) Imbalan yang diterima atas penggunaan aktiva atau sumber-sumber
ekonomis perusahaan oleh pihak lain.
3) Penjualan aktiva diluar barang dagangan merupakan unsur-unsur
pendapatan lain-lain suatu perusahaan.
3.4. Sumber-Sumber Pendapatan
Dalam pendapatan diketahui sumber pendapatan itu dapat
melalui beberapa aspek dimana dapat dijabarkan menjadi 3 (tiga) sumber
pendapatan yaitu :41
1) Pendapatan operasional, yaitu pendapatan yang berasal dari aktivitas
utama perusahaan.
2) Pendapatan non operasional, pendapatan yang tidak terkait dengan
aktivitas perusahaan, yaitu pendapatan yang didapat dari faktor
eksternal.
41 Baridwan, Zaki. 2011. Intermediate Accounting Edisi 8. Yogyakarta : BPFE. Hal.
123
31
3) Pendapatan luar biasa (extra ordinary), yaitu pendapatan yang tak
terduga dimana pendapatan ini tidak sering terjadi dan biasanya
diharapkan tidak terulang lagi dimasa yang akan datang.
4. Pengangguran
4.1. Teori Pengangguran
Pengangguran adalah suatu keadaan di mana seseorang yang
tergolong dalam kategori angkatan kerja tidak memiliki pekerjaan dan
secara aktif tidak sedang mencari pekerjaan.42
Menurut Simanjuntak penganggur adalah orang yang tidak
bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari dua hari seminggu sebelum
pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan. Sementara menurut
BPS, pengangguran adalah penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang
mencari pekerjaan, atau sedang mempersiapkan usaha baru atau
penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin
mendapatkan pekerjaan, atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan
karena sudah diterima bekerja/mempunyai pekerjaan tetapi belum mulai
bekerja. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
pengangguran adalah angkatan kerja yang mampu dan mau melakukan
pekerjaan tetapi tidak mempunyai pekerjaan dan sedang berusaha
memperoleh pekerjaan atau mempersiapkan usaha baru.
4.2. Jenis-Jenis Pengangguran
Pengangguran sering diartikan sebagai angkatan kerja yang
belum bekerja atau tidak bekerja secara optimal. Berdasarkan pengertian
diatas, maka pengangguran dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu
:43
a. Pengangguran Terselubung (Disguissed Unemployment) adalah
tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan
tertentu.
42 Nanga, hal. 249 43 Ibid. 108
32
b. Menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak
bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan,
biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga
kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu.
c. Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja
yang sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran
jenis ini cukup banyak karena memang belum mendapat pekerjaan
padahal telah berusaha secara maksimal.
4.3. Macam-Macam Pengangguran
Berdasarkan penyebab terjadinya dikelompokan menjadi
beberapa jenis, yaitu:
a. Pengangguran konjungtural
adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan
gelombang (naik-turunnya) kehidupan perekonomian/siklus
ekonomi.
b. Pengangguran struktural
adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan
struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang.
Pengangguran struktuiral bisa diakibatkan oleh beberapa
kemungkinan, seperti : akibat permintaan berkurang, akibat
kemajuan dan teknologi, dan akibat kebijakan pemerintah.
c. Pengangguran friksional
adalah pengangguran yang muncul akibat adanya
ketidaksesuaian antara pemberi kerja dan pencari kerja.
Pengangguran ini sering disebut pengangguran sukarela.
d. Pengangguran musiman
adalah pengangguran yang muncul akibat pergantian musim
misalnya pergantian musim tanam ke musim panen.
e. Pengangguran teknologi
adalah pengangguran yang terjadi akibat perubahan atau
penggantian tenaga manusia menjadi tenaga mesin-mesin.
33
f. Pengangguran siklus
adalah pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya
kegiatan perekonomian (karena terjadi resesi). Pengangguran siklus
disebabkan oleh kurangnya permintaan masyarakat (aggrerat
demand).
5. Usia
5.1. Definisi Usia
Menurut Notoatmodjo, usia adalah umur individu yang terhitung
mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur,
tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang
lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya.
Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa.44
Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu
keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang
mati. Semisal, umur manusia dikatakan lima belas tahun diukur sejak dia
lahir hingga waktu umur itu dihitung. Oleh yang demikian, umur itu
diukur dari tarikh ianya lahir sehingga tarikh semasa(masa kini).
Manakala usia pula diukur dari tarikh kejadian itu bermula sehinggalah
tarikh semasa(masa kini).
Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur keberadaan
suatu benda atau makluk, baik yang hidup maupun yang mati. Umur
manusia diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung. Usia kerja
merupakan usia yang sudah memasuki usia produktif baik yang sudah
bekerja maupun yang belum bekerja. Menurut BPS, penduduk usia kerja
adalah penduduk yang berumur 15 tahun ke atas.
44 Notoatmodjo, hal. 33
34
5.2. Macam-Macam Usia
a. Berdasarkan aspek biologis
Misalnya : penduduk di suatu desa digolongkan berdasarkan
umur dan jenis kelamin. Komposisi penduduk berdasarkan umur dan
jenis kelamin. Umur penduduk dikelompokkan menjadi 3 yaitu:
1) Umur 0 – 14 tahun dinamakan usia muda/usia belum produktif.
2) Umur 15 – 64 tahun dinamakan usia dewasa/usia kerja/usia
produktif.
3) Umur 65 tahun keatas dinamakan usia tua/usia tak produktif/usia
jompo
b. Berdasarkan aspek sosial
Misalnya: penduduk digolongkan berdasarkan tingkat
pendidikan dan status perkawinan. Komposisi penduduk menurut
pendidikan Berdasarkan tingkat atau jenjang pendidikan yang telah
ditamatkan penduduk dapat dikelompokkan dalam tingkat SD, SLTP,
SLTA, dan Perguruan Tinggi. Pengelompokkan ini dapat digunakan
untuk menentukan besarnya tingkat pendidikan penduduk.
c. Berdasarkan aspek ekonomis
Misalnya : penduduk digolongkan berdasarkan jenis pekerjaan
dan tingkat pendapatan. Komposisi penduduk menurut pekerjaan
Penduduk dapat dikelompokkan berdasarkan pekerjaan yang
dilakukan oleh tiap tiap orang. Pekerjaan-pekerjaan tersebut antara
lain pegawai negeri sipil, TNI, POLRI, buruh, pedagang, petani,
pengusaha dan sopir.
d. Berdasarkan aspek geografis
Misalnya : penduduk di golongkan berdasarkan lokasi tempat
tinggal. Tempat tinggal yang sering digunakan dalam komposisi ini
adalah tempat tinggal penduduk di desa dan di kota. Ciri khas negara
agraris seperti Indonesia adalah sebagian besar penduduk tinggal di
desa.45
45 https://gudangmakalah96.blogspot.com/2017/09/makalah-komposisi-penduduk.html
diakses pada tgl 22 juni 2018.
35
B. Penelitian Yang Relevan
Telah banyak peneliti yang melakukan penelitian dengan pokok bahasan
yang sama atau memiliki kemiripan dengan penelitian yang sedang peneliti
lakukan. Namun jika diperhatikan secara seksama terdapat perbedaan secara
substansial, walaupun ada beberapa kemiripan.
Diantara penelitian terdahulu yang dianggap relevan dengan penelitian
yang akan dilaksanakan oleh peneliti dapat dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
No
Peneliti,
Tahun, Judul
Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
1. Novida, 2006,
Faktor Yang
Mempengaruhi
Kemiskinan
Hasil penelitian me-
nunjukkan bahwa per-
lunya pendidikan da-
lam medorong pemba-
ngunan dan pertumbuh-
an ekonomi,jika pendi-
dikan semakin baik
maka penyesuaian pe-
kerjaan dengan pendi-
dikan akan lebih mu-
dah menyerap tenaga
kerja sehingga pe-
ngangguran berkurang
dan kemiskinan dapat
berkurang.
Sama-sama me-
neliti variable
independen yai-
tu pendapatan,
tingkat pendi-
dikan.
2. Imron
Faturrahman,
2009, Analisis
Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi
Kemiskinan di
Kecamatan Jelbuk
Kabupaten
Jember
Hasil dari penelitian ini
adalah bahwa penda-
patan keluarga, tingkat
pendidikan berpenga-
ruh signifikan terhadap
kemiskinan.
Sama-sama me-
neliti variable
independen ya-
itu pendapatan,
tingkat pendi-
dikan, jumlah
tanggungan ke-
luarga.
Dalam pene-
litian ini
menggunakan
metode Anali-
sis Regresi Li-
nier Berganda
3. Ravi Dwi
Wijayanto, 2010,
Analisis Pengaruh
PDRB,
Pendidikan dan
Pengangguran
Terhadap
Kemiskinan
Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa
variable PDRB
berpengaruh negative
tetapi tidak signifikan
terhadap tingkat
kemiskinan, variable
pendidikan yang
diproksi dengan angka
melek huruf
berpengaruh
Sama-sama
meneliti variable
independen
yaitu
pendapatan,
tingkat
pendidikan.
Ada variabel
PDRB
36
4. Widiastuti, 2010,
Analisis Faktor-
faktor Yang
Mempengaruhi
Kemiskinan di
Jawa Tengah
Tahun 2004-2008
Hasil penelitian ini
adalah bahwa Pertum-
buhan ekonomi berpe-
ngaruh negatif dan
signifikan terhadap ke-
miskinan, artinya pe-
ningkatan pertumbuhan
ekonomi akan mengu-
rangi kemiskinan. Jum-
lah penduduk berpe-
ngaruh positif dan
signifikan terhadap ke-
miskinan, artinya se-
makin tinggi jumlah
penduduk maka sema-
kin tinggi pula tingkat
kemiskinan.
Menggunakan
variabel per-
tumbuhan
penduduk,
jumlah pendu-
duk, dan de-
sentralisasi
fiskal.
5 Adit Agus
Prasetyo, 2010,
Analisis Faktor-
Faktor Yang
Mempengaruhi
Tingkat
Kemiskinan
(Studi Kasus 35
Kabupaten/Kota
di Jawa Tengah
Tahun 2003-
2007)
Hasil dari penelitian ini
adalah variable partum-
buhan ekonomi, upah
minimum, pendidikan,
dan tingkat pengang-
guran berpengaruh sig-
nifikan terhadap vari-
able tingkat kemis-
kinan.
Sama-sama
menggunakan
variabel partum-
buhan ekonomi,
pendidikan, dan
tingkat peng-
angguran.
Ada variabel
independen
upah mini-
mum
C. Kerangka Berpikir
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah tingkat kemiskinan di
Desa Kadu Kabupaten Tangerang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
adalah pendidikan, pendapatan, pengangguran, dan umur. Variabel tersebut
sebagai variabel independen dan bersama-sama dengan variabel dependen yaitu
kemiskinan diukur dengan alat analisis regresi berganda untuk mendapatkan
signifikansinya.
Untuk memudahkan kegiatan penelitian yang akan dilakukan serta untuk
memperjelas faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan dapat dilihat dalam
gambar 2.3.
Tabel 2.2. Lanjutan
Tabel 2.2 (Lanjutan)
37
Gambar 2.3
Kerangka Pemikiran Teoritis
1. Novida (2006) melaksanakan penelitian tentang faktor yang mempengaruhi
kemiskinan, faktor yang dikemukakan adalah: pendapatan, tingkat
pendidikan, umur, akses terhadap lembaga keuangan dan jumlah anggota
keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlunya pendidikan dalam
medorong pembangunan dan pertumbuhan ekonomi,jika pendidikan semakin
baik maka penyesuaian pekerjaan dengan pendidikan akan lebih mudah
menyerap tenaga kerja sehingga pengangguran berkurang dan kemiskinan
dapat berkurang.
2. Penelitian mengenai kemiskinan pernah dilakukan oleh Imron Faturahman
diKecamatan Jelbuk Kabupaten Jember (2009) dengan judul “Analisis factor-
faktor yang mempengaruhi kemiskinan di Kecamatan Jelbuk Kabupaten
Jember”. Dalam penelitian ini menggunakan metode Analisis Regresi Linier
Berganda. Dalampenelitian ini menggunakan variabel pendapatan keluarga,
tingkat pendidikan, jumlahtanggungan keluarga.
3. Ravi Dwi Wijayanto (2010), menganalisi judul “Analisis Pengaruh PDRB,
Pendidikan dan Pengangguran Terhadap Kemiskinan di Kabupaten/Kota di
Jawa Tengah”. Dengan menggunakan alat analisi panel data sebagai alat
pengelolaan data dengan menggunakan program Eviews. Dan Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa variable PDRB berpengaruh negative
Pendidikan (X1)
Pendapatan (X2)
Pengangguran (X3)
Usia (X4)
Kemiskinan (Y)
Variabel Independen Variabel Dependen
38
tetapi tidak signifikan terhadap tingkat kemiskinan, variable pendidikan yang
diproksi dengan angka melek huruf berpengaruh.
4. Widiastuti (2010), Penelitian yang berjudul “Analisis Faktor- faktor yang
Mempengaruhi Kemiskinan di Jawa Tengah Tahun 2004-2008”. Hasil
penelitian ini adalah bahwa Pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap kemiskinan, artinya peningkatan pertumbuhan ekonomi
akan mengurangi kemiskinan. Jumlah penduduk berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kemiskinan, artinya semakin tinggi jumlah penduduk
maka semakin tinggi pula tingkat kemiskinan. Desentralisasi fiskal
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan, artinya bahwa
semakin tinggi derajat desentralisasi fiskal di suatu wilayah maka akan
meningkatkan tingkat kemiskinan di wilayah tersebut. Dengan demikian
semua variabel dependent gunakan dalam penelitian ini berpengaruh
signifikan terhadap tingkat kemiskinan.
5. Adit Agus Prasetyo Tahun 2010, dengan judul penelitian, Analisis Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan (Studi Kasus 35
Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2003-2007). Dengan Dengan
menggunakan alat analisi panel data sebagai alat pengelolaan data dengan
menggunakan program Eviews. Dan adapun Hasil dari penelitian ini adalah
variable pertumbuhan ekonomi, upah minimum, pendidikan, dan tingkat
pengangguran berpengaruh signifikan terhadap variable tingkat kemiskinan.
D. Hipotesis Penelitian
Dari permasalahan dan teori yang ada maka dapat disusun hipotesis
sebagai berikut :
1) Apakah terdapat pengaruh yang dominan pendidikan terhadap kemiskinan.
2) Apakah terdapat pengaruh yang dominan pendapatan terhadap kemiskinan.
3) Apakah terdapat pengaruh yang dominan pengangguran terhadap
kemiskinan.
4) Apakah terdapat pengaruh yang dominan usia terhadap kemiskinan.
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kadu Kecamatan Curug
Kabupaten Tangerang Provinsi Banten. Adapun peta lokasi penelitian dapat
dilihat pada gambar 3.1.
Gambar 3.1
Peta Lokasi Desa Kadu Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan, terhitung sejak Bulan
Januari 2019 sampai dengan Bulan April 2019. Adapun schedule penelitian
dapat dilihat pada Tabel 3.1.
40
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Penelitian
1 PERSIAPAN
a. Pengajuan Judul
b. Pembuatan Proposal
c. Diskusi Proposal
d. Perbaikan proposal
2 PELAKSANAAN
a. Pembuatan Instrumen
b. Penyebaran Instrumen
c. Pengolahan Data
d. Analisis Data
3 MASA BIMBINGAN
a. Pengajuan Bab I
b. Pengajuan Bab II dan III
c. Pengajuan Bab IV dan V
4 MASA UJIAN
a. Ujian Skripsi
b. Perbaikan Skripsi
BulanKegiatanNo
Okt '18 Jan '19 Feb '19 Mar-Apr '19
B. Jenis Penelitian
Dalam Penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif,
karena berdasarkan judul yang diambil dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif peneliti lebih mudah mengolah data dan menilai hasil yang telah
dijawab oleh responden.
Pendapat ini sesuai dengan yang telah dikemukakan oleh Glaser dan
Strauss, bahwa banyak hal, dalam pengelolan data yang lebih sempurna maka
diperlukan pendekatan kuantitatif.46
C. Variabel Penelitian dan Defisi Operasional
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
variabel dependen (terikat) dan variabel independen (bebas). Indikator yang
diterapkan untuk masing-masing variabel tersebut adalah :
1. Variabel dependen (terikat)
Tingkat kemiskinan (Y).
46 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta. Rineka Cipta, 1992), h. 36.
41
2. Variabel independen (bebas)
a. Pendidikan (X1)
b. Pendapatan (X2)
c. Pengangguran (X3)
d. Usia (X4)
Defisi operasional merupakan pengubahan konsep yang masih berupa
abstrak dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat
diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain berdasarkan variabel yang
digunakan. Adapun definisi operasional dari masing-masing variabel tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Kemiskinan (Y)
Persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskian (dalam
satuan persen).
2. Pendidikan (X1)
Menyatakan waktu yang ditempuh dalam menyelesaikan
pendidikan atau tahun sukses pendidikan, baik tingkat SD, SLTP, SLTA,
S1 atau akademi universitas, diukur dalam satuan hitung.
3. Pendapatan (X2)
Jumlah seluruh penghasilan atau penerimaan yang diperoleh
responden baik berupa gaji atau upah maupun pendapatan dari usaha dan
pendapatan lainnya selama satu bulan, diukur dalam satuan rupiah.
4. Pengangguran (X3)
Keadaan yang menunjukkan bahwa responden tersebut tidak bekerja
atau tidak mendapat pendapatan, diukur dalam satuan hitung.
5. Umur (X4)
Menyatakan umur responden pada saat mendapatkan pekerjaan yang
sekarang sedang digelutinya, diukur dalam satuan tahun.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Menurut Sugiyono, populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek dan subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
42
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.47
Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 520
Kepala Keluarga dari 7 (tujuh) Rukun Warga. Populasi dalam penelitian ini
adalah masyarakat Desa Kadu Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang,
yang terdiri dari 7 RW dan 32 RT sebagaimana pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2
Jumlah Populasi Penelitian
No RW Jumlah RT Jumlah Kepala
Keluarga (KK)
1. RW 1 5 78
2. RW 2 2 38
3. RW 3 3 66
4. RW 4 4 75
5. RW 5 5 83
6. RW 6 6 88
7. RW 7 7 92
Jumlah Populasi 520 KK
Sumber : Dokumen Sensus Penduduk Desa Kadu Tahun 2018
2. Sampel
Menurut Sugiyono, sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.48 Pengambilan sampel ini
menggunakan teknik proporsional random sampling yaitu mengambil
sampel secara acak dari populasi tersebut. Dalam pengambilan sampel,
apabila subyeknya kurang dari seratus lebih baik di ambil semuanya saja.
Sehingga merupakan penelitian populasi, dan jika subyek besar, bisa di
ambil antara10% - 15% atau 20% - 25%.49
Adapun sampel yang di ambil dalam penelitian ini adalah 15% dari
populasi (15% x 520 = 78) sehingga jumlah keseluruhan sampel 78
orang/responden yang diambil melalui teknik proporsional random
47 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2011), Cet. Ke-14, h.80 48 Ibid., 81 49 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik , (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), h. 120.
43
sampling (acak). Adapun yang menjadi sampelnya dapat dilihat pada Tabel
3.3.
Tabel 3.3
Jumlah Sampel Penelitian
No Sampel Penelitian Jumlah Responden (Kepala
Keluarga)
1. RW 1 12
2. RW 2 12
3. RW 3 12
4. RW 4 12
5. RW 5 10
6. RW 6 10
7. RW 7 10
Jumlah Sampel 78
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang relevan dengan apa yang diharapkan,
maka peneliti akan menggunakan beberapa metode, diantaranya
kuesioner/angket, observasi, studi pustaka dan studi dokumentasi.
1. Metode Angket
Metode Angket yaitu merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan
data melalui daftar pertanyaan/pernyataan tertulis yang disusun, kemudian
disebar luaskan untuk mendapatkan informasi atau sumber data berupa orang
atau responden. Untuk diketahui masing-masing butir pernyataan angket
disusun berdasarkan variabel penelitian yakni: Pendidikan (X1) sebagai
variabel independen 1, pendapatan (X2) sebagai variabel independen 2,
pengangguran (X3) sebagai variabel independen 3, usia (X4) sebagai variabel
independen 4 dan Kemiskinan (Y) sebagai variabel dependen.50
Dalam hal ini terdapat 25 pernyataan dan masing-masing pernyataan
terdiri dari 5 pilihan jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-
Ragu (R), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Masing-masing
skor jawaban sebagai berikut:51
Sangat Setuju (SS) : dengan skor 5
Setuju (S) : dengan skor 4
50 Suharsini Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm. 100-101.
51 Suharsini Arikunto, h. 115.
44
Ragu-Ragu : dengan skor 3
Tidak Setuju (TS) : dengan skor 2
Sangat Tidak Setuju (STS) : dengan skor 1
Metode angket ini penulis gunakan untuk mengumpulkan data
tentang Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan di
Kabupaten Tangerang (Studi Kasus pada Masyarakat Desa Kadu Kabupaten
Tangerang).
2. Observasi
Seluruh penelitian memerlukan beberapa macam observasi
mengenai orang, benda atau proses. Penyelidik menentukan terlebih dahulu
kategori khusus dari sikap yang akan direkam, apa yang hendak diselidiki
ditentukan terlebih dahulu sebelum penelitian dilakukan. Untuk
mendapatkan data yang aktual dan langsung maka kita harus melakukan
observasi. Dalam pelaksanaannya, yaitu dengan mengadakan pengamatan
langsung ke daerah penelitian terutama daerah sampel untuk mengamati
masyarakat kurang mampu, baik itu dari segi pendidikan, pendapatan,
pekerjaan maupun usia masyarakat itu sendiri.
3. Penulusuran Pustaka atau Internet
Studi pustaka merupakan teknik yang dilakukan dengan cara mencari
informasi dari buku, jurnal, artikel internet, atau aplikasi yang berkaitan
dengan hasil penelitian. Kemudian hasil penelusuran tersebut akan dikaitkan
dengan analisa statistik sehingga menghasilkan kesimpulan tentang bahasan
penelitian.
3. Dokumentasi
Studi Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data
dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen
tertulis, gambar maupun elektronik.52
52 Nana Syaodih Sukmadinata, Metodelogi Penelitian, h. 221
45
F. Instrumen Penelitian
Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menyebarkan daftar
pernyataan di daerah penelitian. Penggunaan angket ini juga bertujuan untuk
memperoleh informasi mengenai tingkat kemiskinan pada masyarakat Desa
Kadu Kabupatenn Tangerang. Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik
atau cara pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung
bertanya-jawab dengan responden). Instrumen atau alat pengumpulan datanya
juga disebut angket berisi sejumlah pernyataan yang harus dijawab atau direspon
oleh responden.53
Menurut Arikunto instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang
dipiih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar
kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.54 Dalam
penelitian ini instrumen yang digunakan terdiri dari beberapa pernyataan yang
diambil dan dimodifikasi dari penelitian yang telah ada. Penelitian ini dalam
pengukuran instrumen yang ada menggunakan pengukuran skala Likert. Skala
digunakan mengukur sikap, pendapat, dan presepsi seseorang atau sekelompok
orang tentang fenomena sosial.55
Adapun skala yang digunakan dalam penelitian ini (skor skala likert)
seperti pada tabel 3.4.
Tabel 3.4
Skor Skala Likert
Jawaban Positif Jawaban Negatif
Jawaban Skor Jawaban Skor
Sangat Setuju 5 Sangat Setuju 1
Setuju 4 Setuju 2
Ragu-Ragu 3 Ragu-Ragu 3
Tidak Setuju 2 Tidak Setuju 4
Sangat Tidak Setuju 1 Sangat Tidak Setuju 5
53 Nana Syaodih Sukmadinata, Metodelogi Penelitian, h. 219 54 Arikunto, S, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik , (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2010), h. 265. 55 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2008), h. 93.
46
Gambaran indikator-indikator pernyataan yang diajukan kepada
responden disajikan berdasarkan instrumen-instrumen penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini, yaitu tingkat pendidikan, tingkat pendapatan,
tingkat pengangguran dan usia terhadap kemiskinan, disajikan pada tabel 3.5.
Tabel 3.5
Instrumen Penelitian Tingkat Pendidikan
No. Indikator Tingkat Pendidikan Nomor Jumlah
1 Pemahaman mengenai pendidikan 1,2,5 3
2 Tingkat pendidikan masyarakat 3,4 2
Jumlah 5 5
Peter dan Jerry C. Olson 2000
Selanjutnya untuk indikator instrumen pendapatan dapat disajikan pada
tabel 3.6.
Tabel 3.6
Instrumen Penelitian Pendapatan
No. Indikator Pendapatan Nomor Jumlah
1 Besar upah atau penghasilan 1,2,3 3
2 Tingkat pendapatan 4,5 2
Jumlah 5 5
Andriyano: 2007
Kemudian, untuk indikator instrumen pengangguran dapat disajikan
pada tabel 3.7.
Tabel 3.7
Instrumen Penelitian Pengangguran
No. Indikator Pengangguran Nomor Jumlah
1 Pemahaman mengenai pengangguran 1,2,3 3
2 Tingkat Pengangguran 4,5 2
Jumlah 5 5
Jogiyanto: 2007
47
Dan untuk indikator usia terhadap kemiskinan dapat disajikan pada tabel
3.8.
Tabel 3.8
Instrumen Penelitian Usia
No. Indikator Usia Nomor Jumlah
1 Usia produktif dan usia non produktif 1-5 5
Jumlah 5 5
Jogiyanto: 2007
G. Teknik Analisis Data
Setelah proses selanjutnya terkumpul, maka akan diteliti dengan sistem
penyajian statistik sesuai dengan judul. Oleh karena itu penulis menggunakan
suatu teknik analisis data yaitu uji statistik. Adapun uji statistik yang digunakan
adalah uji validitas dan reliabilitas, uji korelasi/hubungan, dan uji regresi linear
berganda.
1. Uji Validitas Dan Reliabilitas
1.1. Uji Validitas
Validitas adalah ketepan dan kecermatan suatu instrumen
dalam mengukur apa yang ingin di ukur. Dalam uji validitas ini
menggunakan pengujian validitas item. Validitas item di tunjukkan
dengan adanya korelasi, hitungan dilakukan dengan mengkorelasikan
antara skor item dengan skor total item. Dari hasil perhitungan korelasi
di dapat koefisien korelasi yang kemudian digunakan untuk mengukur
tingkat validitas suatu item dan untuk menentukan apakah item itu
layak atau tidak. Untuk mengetahui layak atau tidaknya item yang akan
digunakan, dilakukan uji signifikasi 0,05 artinya suatu item dianggap
valid jika berkorelasi signifikasi terhadap skor total.56
Pengujian dengan dua sisi dengan taraf signifikasi 0,05 dengan
kriteria pengujian adalah sebagai berikut:57
1) Jika r hitung ≥ r tabel (uji dua sisi dengan signifikasi 0,05) maka
56 Priyatno Duwi, Mandiri Belajar SPSS, (Yogyakarta: Buku Kita, 2008), hlm. 16-18.
57 Ibid. h. 18.
48
instrumen atau item pertanyaan berkorelasi signifikasi terhadap
skor total (dinyatakan valid).
2) Jika r hitung ≤ r tabel (uji dua sisi dengan signifikasi 0,05) maka
instrumen atau item pertanyaan berkorelasi signifikasi terhadap
skor total (dinyatakan tidak valid).
1.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas di gunakan untuk mengetahui konsistensi alat
ukur, apakah alat ukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap
konsisten jika pengukuran tersebut di ulang ada bebarapa metode
pengujian reliabilitas di antaranya adalah metode tes ulang, formula
belah dua, formula Rulon, formula Flanagan, Cronbach's Alpha.
Namun peneliti memakai Cronbach's Alpha karena dalam angket
peneliti terdiri dari 5 jawaban dan memiliki skor 1-5.58
Adapun mengenai nilai koefisien reabilitas angket, walaupun
secara teoritik besarnya koefisien reabilitas berkisar mulai dari 0.0
sampai dengan 1.0 akan tetapi pada kenyataannya koefisien sebesar 1.0
tidak pernah dijumpai. Selain itu walaupun koefisen korelasi dapat saja
bertanda negatif koefisien reabilitas selalu mengacu pada tanda positif
dikarenakan angka yang negatif tidak ada artinya bagi interpretasi hasil
ukur.
Untuk kriteria dalam mengambil keputusan reabel atau
tidaknya, sebagi berikut:
1) Jika r alpha positif dan lebih besar dari r tabel maka reliabel.
2) Jika r alpha negatif dan lebih kecil dari r tabel maka tidak reliabel.
1.3. Uji Korelasi
Analisis korelasi adalah teknik analisis statistik mengenai
hubungan antardua variabel atau lebih.
Berdasarkan tujuannya, teknik analisa korelasional memiliki
tiga macam tujuan yaitu:
58 Ibid. h. 25.
49
1) Ingin mencari bukti apakah memang benar antara variabel yang satu
dengan lain terdapat pengaruh dan hubungan/korelasi.
2) Ingin mengetahui apakah pengaruh dan hubungan antara variabel itu
(jika memang ada), termasuk hubungan yang kuat, cukup, atau
lemah.
3) Ingin memperoleh kejelasan secara matematik, apakah hubungan
antara variabel itu merupakan hubungan yang berarti atau
meyakinkan (signifikasikan), ataukah hubungan yang tidak
signifikan.
Untuk mengetahui nilai korelasi antarvariabel penelitian ini
menggunakan uji korelasi pearson. Koefisien korelasi pearson adalah
suatu pengukuran untuk melihat hubungan linear antara dua variabel
numeric atau data rasio. Disimbolkan dengan r untuk sampel dan p
untuk populasi.59
Koefisien korelasi pearson (nilai r) didapatkan melalui rumus :
𝑟 =∑ (𝑥𝑖− 𝑥)(𝑥𝑖− 𝑥𝑛
𝑖=1
√[∑ (𝑥𝑖− 𝑥)2𝑛𝑖=1
][∑ (𝑦𝑖− 𝑦)2𝑛𝑖=1
] dengan n adalah ukuran sampel.
Sedangkan berdasarkan atas penggolongannya, teknik analisa
ini berjenis bivariat, yaitu teknik analisa yang berdasarkan diri pada
lima buah variabel (variabel X1, X2, X3, X4 dan Y).60
Berikut adalah pedoman penggolongan tingkat hubungan
antarvariabel berdasarkan koefisien korelasi yang disajikan pada tabel
3.9.
Tabel 3.9
Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00-0,199
0,20-0,399
0,40-0,599
0,60-0,799
0,80-1,000
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat Kuat
59 Sarini Abdullah, Statistik tanpa Stress, (Jakarta: Trans Media Pustaka, 2015), h.173. 60 Sugiono, Statistik untuk Penelitian, (Bandung: CV. Alfabeta, 2005), h. 267.
50
1.4. Uji Normalitas
Menurut Imam Ghozali tujuan dari uji normalitas adalah uji
normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas diperlukan karena untuk
melakukan pengujian-pengujian variabel lainnya dengan
mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal.61
Adapun dasar keputusan dalam uji normalitas adalah sebagai
berikut.
Jika nilai Sig. > 0,05 maka data berdistribusi normal.
Sebaliknya, jika nilai Sig. < 0,05 maka data tidak berdistribusi
normal.
2. Analisis Faktor
Analisis faktor merupakan suatu teknik analisis yang memuat
informasi tentang pengelompokkan variabel faktor dalam sebuah
penelitian.62
Analisis faktor bertujuan untuk menyaring variabel mana yang
paling unggul atau paling dominan dari beberapa variabel yang dipilih oleh
peneliti. Hasil analisis faktor dapat juga digunakan untuk membedakan
variabel prioritas berdasarkan perangkingan yang ada dalam analisis faktor
tersebut.
Adapun persyaratan atau asumsi yang mendasari dalam analisis
faktor adalah sebagai berikut.
1) Data dari masing-masing variabel yang diteliti berdistribusi normal
(bukan syarat mutlak).
2) Nilai Kaiser Mayer Olkin Measure of Sampling Adequacy (KMO
MSA) > 0,50 dan nilai Bartietts Test of Sphericity (Sig.) < 0,05.
3) Ada korelasi/hubungan yang kuat antar variabel. Hal ini ditandai
dengan nilai Anti-image Correlation antar variabel > 0,50.
Adapun langkah-langkah menganalisis data adalah sebagai berikut.
Melakukan uji normalitas untuk keempat variabel faktor yaitu variabel
61 Imam Ghozali, hal. 110
62 Sugiono, Ibid. h. 243.
51
pendidikan (X1), pendapatan (X2), pekerjaan (X3) dan Usia (X4).
Setelah selesai melakukan uji normalitas data, apakah data tersebut
berdistribusi normal atau tidak normal (bukan syarat mutlak), langkah
selanjutnya melakukan Analisis Faktor + Interpretasinya.
Tahapan analisis : Input data → Analisis faktor → Output →
Interpretasi.
Adapun Interpretasi atau cara memaknai Hasil Analisis Faktor
adalah sebagai berikut :
a. KMO and Bartlett’s Test
KMO and Bartlett’s Test adalah untuk mengetahui kelayakan
suatu variabel, apakah dapat diproses lebih lanjut menggunakan teknik
analisis faktor ini atau tidak. Caranya dengan melihat nilai KMO MSA
(Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy).
Jika nilai KMO MSA > 0,50 dan nilai Bartlett’s Test of
Sphericity (Sig.) < 0,05. Maka teknik analisis faktor dapat dilanjutkan
karena sudah memenuhi persyaratan.
b. Anti-image Matrices
Anti-image Matrices adalah untuk mengetahui dan menentukan
variabel mana saja yang layak dipakai dalam analisis faktor. Yang dapat
diketahui pada kode huruf (a) yang artinya tanda untuk Measure of
Sampling Adequacy (MSA).
Adapun persyaratan yang harus terpenuhi dalam analisis faktor
adalah nilai MSA > 0,50. Maka semua variabel layak untuk dilakukan
analisis faktor, jika ada variabel yang memiliki nilai MSA < 0,50 maka
solusinya adalah dengan melakukan proses analisis ulang hanya untuk
variabel yang memiliki nilai MSA > 0,50.
c. Communalities (Nilai Komunal)
Communalities (Nilai Komunal) adalah untuk menunjukkan
nilai variabel yang diteliti apakah mampu untuk menjelaskan faktor
atau tidak. Variabel dianggap mampu menjelaskan faktor jika nilai
Extraction > 0,50.
52
d. Total Variance Explained
Total Variance Explained adalah untuk menunjukkan nilai
masing-masing variabel yang dianalisis. Ada dua macam analisis untuk
menjelaskan suatu varian, yaitu Initial Eigenvalues dan Extraction
Sums of Squared Loadings. Pada varian Initial Eigenvalues
menunjukkan faktor yang terbentuk. Apabila semua faktor dijumlahkan
menunjukkan jumlah variabel. Sedangkan pada bagian Extraction Sums
of Squared Loadings menunjukkan jumlah variasi atau banyaknya
faktor yang dapat terbentuk.
Adapun syarat untuk menjadi sebuah faktor dalam Initial
Eigenvalues, nilai Eigenvalue harus > 1. Sedangkan jika nilai
Eigenvalue < 1, maka tidak menjadi sebuah faktor.
e. Scree Plot
Scree Plot (gambar) adalah untuk menunjukkan jumlah faktor
yang terbentuk dari variabel yang diteliti. Caranya dengan melihat nilai
titik Component yang memiliki nilai Eigenvalue > 1.
f. Component Matrix
Component Matrix merupakan nilai korelasi atau hubungan
antara masing-masing variabel dengan faktor yang terbentuk.
g. Rotated Component Matrix
Rotated Component Matrix adalah untuk memastikan suatu
variabel masuk dalam kelompok faktor mana, maka dapat ditentukan
dengan melihat nilai korelasi atau hubungan terbesar antara variabel
dengan faktor (component) yang terbentuk.
h. Component Transformation Matrix
Component Transformation Matrix adalah untuk
menyimpulkan kelayakan antar variabel yang dianalisis. Adapun nilai
korelasinya > 0,5.
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Kondisi Geografis Desa Kadu Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang
Saeara geografis, batas-batas wilayah Desa Kadu Kecamatan Curug
Kabupaten Tangerang adalah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Manis Jaya Kecamatan
Jatiuwung Kota Tangerang.
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Sukabakti Kecamatan
Curug Kabupaten Tangerang.
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kadujaya Kecamatan Curug
Kabupaten Tangerang.
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Binong Kecamatan Curug
Kabupaten Tangerang.
Desa Kadu merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Curug
Kabupaten Tangerang Provinsi Banten, yang memiliki luas wilayah ± 624
Ha. Dari keseluruhan luas wilayah tersebut dapat dipilah-pilah menjadi
beberapa pilahan seperti pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
Luas Wilayah Berdasarkan Peruntukannya
No Uraian Luas
1
2
3
4
5
6
7
Tanah Pemukiman, seluas
Tanah Persawahan, seluas
Tanah Perkebunan, seluas
Tanah Pekuburan, seluas
Tanah Pekarangan, seluas
Perkantoran, seluas
Prasarana Umum lainnya, seluas
193 Ha.
174 Ha.
141 Ha.
6 Ha.
41Ha.
1,2 Ha
67,8 Ha.
Jumlah 624 Ha
Sumber : Dokumen Profil Desa Kadu
54
Berdasarkan Tabel 4.1. dapat diketahui bahwa wilayah Desa Kadu
Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang cukup luas, yaitu sebanyak 624 Ha.
Secara geografis, wilayah Desa Kadu Kecamatan Curug Kabupaten
Tangerang merupakan daerah agraris. Hal ini dapat dibuktikan dari data
monografi Desa Kadu Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang, yang
menyatakan bahwa luas tanah persawahan yang berada di wilayah Desa Kadu
Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang adalah 174 Ha., dari luas
keseluruhan wilayah 624 Ha. Namun demikian, keberadaan tanah
persawahan yang berada di wilayah Desa Kadu Kecamatan Curug Kabupaten
Tangerang makin lama makin menyempit. Hal ini disebabkan oleh tumbuh
dan berkembangnya beberapa pabrik yang mulai beroperasi, dan banyaknya
tanah persawahan yang sedang digarap untuk dirubah menjadi bangunan
pabrik, perusahaan-perusahaan dan juga perumahan. Dengan demikian, dapat
dikatakan baha wilayah Desa Kadu Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang
sekarang ini tengah mengalami perubahan, dari masyarakat agraris kepada
masyarakat industri.
Adapun jarak pusat pemerintahan Desa Kadu Kecamatan Curug
Kabupaten Tangerang dengan :
a. Ibukota Kecamatan: 4 Km.
b. Ibukota Kabupaten Tangerang: 15 Km.
c. Ibukota Propinsi Banten: 60 Km.
Wilayah Desa Kadu Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang terdiri
dari 7 (tujuh) Rukun Warga (RW) dan 32 (tiga puluh dua) Rukun Tetangga
(RT).
Dari total wilayah seluas 624 Ha, jumlah penduduk mencapai 33.313
jiwa dengan 11.536 Kepala Keluarga. Adapun klasifikasi jumlah penduduk
Desa Kadu Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang dapat dilihat pada Tabel
4.2.
55
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah
1
2
Laki-laki
Perempuan
17.123
15.190
Jumlah 33.313
Sumber : Dokumen Sensus Penduduk Desa Kadu
Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk berdasarkan
kewarganegaraan di wilayah Desa Kadu Kecamatan Curug Kabupaten
Tangerang, dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3
Jumlah Penduduk Berdasarkan Kewarganegaraan
No Uraian Jumlah
1
2
Warga Negara Indonesia (WNI)
Warga Negara Asing (WNA)
33.300
13
Jumlah 33.313
Sumber : Dokumen Sensus Penduduk Desa Kadu
Adapun jumlah penduduk Desa Kadu Kecamatan Curug Kabupaten
Tangerang berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4
Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia
No Uraian Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
Usia 0 – 4 Tahun
Usia 5 – 9 Tahun
Usia 10 – 14 Tahun
Usia 15 – 19 Tahun
Usia 20 – 24 Tahun
Usia 25 – 29 Tahun
Usia 30 – 34 Tahun
Usia 35 – 39 Tahun
1.734
2.932
2.611
2.201
2.707
3.907
5.684
5.037
56
9
10
11
12
13
14
15
16
Usia 40 – 44 Tahun
Usia 45 – 49 Tahun
Usia 50 – 54 Tahun
Usia 55 – 59 Tahun
Usia 60 – 64 Tahun
Usia 65 – 69 Tahun
Usia 70 – 74 Tahun
Usia 75 – ke atas
4.025
2.926
2.027
783
525
298
204
212
Jumlah 33.313
Sumber : Dokumen Sensus Penduduk Desa Kadu
Sedangkan jumlah penduduk Desa Kadu Kecamatan Curug
Kabupaten Tangerang berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada
Tabel 4.5.
Tabel 4.5
Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Uraian Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Belum Sekolah
Tidak Tamat SD
Tamat SD / Sederajat
Tamat SLTP / Sederajat
Tamat SLTA / Sederajat
Tamat Akademi / Sederajat
Tamat Perguruan Tinggi (S1)
Tamat Perguruan Tinggi (S2)
Tamat Perguruan Tinggi (S3)
5.951
1.669
5.388
6.743
12.452
412
660
36
2
Jumlah 33.313
Sumber : Dokumen Sensus Penduduk Desa Kadu
Berdasarkan Tabel 4.5. diketahui bahwa pendidikan warga Desa Kadu
Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang didominasi oleh lulusan
SLTA/Sederajat, yaitu sebanyak 12.452 jiwa.
Tabel 4.4 (Lanjutan)
57
2. Kondisi Demografis Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang
Pada umumnya masyarakat di wilayah Desa Kadu Kecamatan Curug
Kabupaten Tangerang mata pencahariannya adalah buruh industri, disamping
mata pencaharian lain, seperti peternak, petani, buruh, dan sebagainya. Untuk
lebih jelasnya jenis mata pencaharian warga Desa Kadu Kecamatan Curug
Kabupaten Tangerang dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6
Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
No Uraian Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Belum / tidak bekerja
Mengurus Rumah Tangga
Pelajar / Mahasiswa
Pensiunan
PNS
TNI
Pedagang
Petani / Berkebun
Peternak
Karyawan Swasta
Karyawan BUMN
Karyawan Honorer
Buruh Harian Lepas
Pembantu Rumah Tangga
Tukang Batu
Tukang Kayu
Tukang Las / Pande Besi
Tukang Jahit
Mekanik
Guru
Sopir
Wiraswasta
7.361
11.867
4.687
154
140
20
354
1.521
575
4.051
4
42
1.512
58
36
27
7
9
112
40
182
554
Jumlah 33.313
58
Berdasarkan Tabel 4.6. terlihat bahwa mata pencaharian mayoritas
penduduk di wilayah Desa Kadu Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang
adalah buruh industri, walaupun masih banyak daerah persawahan. Hal ini
disebabkan oleh beroperasinya beberapa pabrik dan semakin berkembangnya
industri di wilayah Desa Kadu Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang.
Beroperasinya 45 industri besar, 23 industri sedang, dan 9 industri
kecil, telah banyak merekrut tenaga kerja bagi kebutuhan operasionalnya. Hal
ini secara tidak langsung memberikan peluang kepada penduduk setempat
untuk beralih profesi dari petani kepada buruh industri/karyawan pabrik.
Kondisi demikian sedikit banyak memberikan pengaruh terhadap
perekonomian masyarakat di wilayah Desa Kadu Kecamatan Curug
Kabupaten Tangerang. Bahkan dapat dikatakan bahwa masyarakat di wilayah
Desa Kadu Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang sedang mengalami
perubahan, dari masyarakat agraris kepada masyarakat pra industri.
Selain itu, keberadaan 77 pabrik di wilayah Desa Kadu Kecamatan
Curug Kabupaten Tangerang telah meningkatkan angka urbanisasi, sehingga
pertambahan penduduk semakin meningkat. Disamping itu pula, keberadaan
industri telah meningkatkan harga jual tanah di wilayah Desa Kadu
Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang, sehingga tidak sedikit masyarakat
yang menjual tanah persawahannya, untuk kemudian hasilnya dijadikan
modal untuk membuka usaha lain selain bertani, seperti berdagang, membuka
industri kecil, membuat rumah sewaan (kontrakan), dan sebagainya, yang
kesemuanya itu meningkatkan taraf perekonomian masyarakat setempat.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan pendidikan dan memberantas
buta huruf, maka di wilayah Desa Kadu Kecamatan Curug Kabupaten
Tangerang terdapat sarana pendidikan formal dan non formal. Untuk lebih
jelasnya lembaga pendidikan formal dan non formal di wilayah Desa Kadu
Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang dapat dilihat pada Tabel 4.7.
59
Tabel 4.7
Lembaga Pendidikan Formal dan Non Formal
No Uraian Jumlah
1
2
3
4
Taman Kanak-Kanak / TPA / RA
Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah
SMP / MTs.
Pondok Pesantren
9
8
2
5
Jumlah 24
Sumber : Dokumen Profil Desa Kadu
Berdasarkan Tabel 4.7. jelaslah bahwa sarana pendidikan, baik formal
maupunnon formal, yang terdapat di wilayah Desa Kadu Kecamatan Curug
Kabupaten Tangerang sudah dapat dikatakan cukup untuk memenuhi
kebutuhan dasar pendidikan masyarakat dalam bidang pendidikan. Namun
demikian, dari data yang telah penulis kemukakan sebelumnya, mengenai
jumlah penduduk menurut pendidikan, ternyata sarana yang ada belum dapat
dinikmati sepenuhnya oleh masyarakat di wilayah Desa Kadu Kecamatan
Curug Kabupaten Tangerang. Hal ini dipengaruhi oleh pola pikir sebagian
masyarakat yang menganggap bahwa pendidikan (sekolah) hanya merupakan
sarana (batu loncatan) untuk dapat diterima sebagai karyawan (buruh
industri), sehingga tingkat pendidikan tidak menjadi perhitungan.
3. Kondisi Sosiografis Desa Kadu Kecamatan Curug Kabupaten
Tangerang
Berdasarkan data monografi Desa Kadu Kecamatan Curug Kabupaten
Tangerang, bahwa dari jumlah penduduk secara keseluruhan yang
berdomisili di wilayah Desa Kadu Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang,
mayoritas memeluk agama Islam. Untuk mendapatkan gambaran lebih jelas,
dapat dilihat pada Tabel 4.8.
60
Tabel 4.8
Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama
No Uraian Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
Islam
Kristen Katholik
Kristen Protestan
Hindu
Budha
Kong Hu Chu
Lainnya
31.975
360
657
16
302
1
2
Jumlah 33.313
Sumber : Dokumen Sensus Penduduk Desa Kadu
Perlu juga dikemukakan bahwa berdasarkan Tabel 4.8. sebagian besar
umat Islam yang berada di wilayah Desa kadu Kecamatan Curug Kabupaten
Tangerang merupakan penduduk asli, dan hanya sebagian kecil saja
merupakan pendatang yang kemudian berdomisili di wilayah Desa Kadu
Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang.
Sebagai sarana penunjang pelaksanaan peribadatan di wilayah
Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang, terdapat sarana peribadatan
sebagaimana tergambar pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9
Jumlah Sarana Ibadah
No Uraian Jumlah
1
2
3
Masjid sebanyak
Surau / Mushalla sebanyak
Majelis Ta’lim
7
29
19
Jumlah 55
Sumber : Dokumen Profil Desa Kadu
61
Berdasarkan Tabel 4.9. menunjukkan bahwa Islam merupakan agama
mayoritas di wilayah Desa Kadu Kecamatan Curug Kabupaten Tangeran,
sehingga nampak dengan jelas bahwa pelaksanaan peribadatan keagamaan
banyak didominasi oleh Islam.
Pelaksanaan syari’at agama, khususnya Islam, di wilayah Desa Kadu
Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang pada umumnya sama dengan yang
terjadi pada masyarakat agraris. Agama dijadikan sebagai suatu pegangan dan
norma yang dapat mengukur baik-buruknya perilaku seseorang, walaupun
pemahaman mengenai agama masih sangat sederhana.
Waktu luang bagi para ibu rumah tangga di siang hari sering
digunakan untuk menghadiri pengajian-pengajian yang dijadwalkan oleh
Majlis Ta’lim di masing-masing tempat. Sebaliknya pada malam hari
dipergunakan bagi pelaksanaan pengajian bapak-bapak. Pelaksanaan
pengajian di wilayah Desa Kadu Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang
pada umumnya menggambarkan bahwa minat masyarakat terhadap
pengamalan syari’at agama masih cukup kuat, walaupun masih perlu
ditingkatkan.
Gambaran lain yang dapat penulis kemukakan sebagai bentuk
kecenderungan masyarakat terhadap pengamalan syari’at agama adalah
tampak pada pelaksanaan hari-hari besar Islam, seperti Tahun Baru Hijriyah,
Peringatan Maulid Nabi, Isra Mi’raj, Nuzulul Qur’an dan sebagainya.
Dengan demikian dapatlah penulis simpulkan bahwa kondisi
keagamaan di wilayah Desa Kadu Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang
cukup baik, terutama dalam pelaksanaan syari’at Agama Islam. Hanya saja
kondisi ini masih perlu mendapatkan perhatian untuk lebih ditingkatkan,
terutama mengenai pmahaman agama secara utuh.
Di wilayah Desa Kadu Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang telah
terjalin hubungan kemasyarakatan dan kerukunan hidup dalam masyarakat,
juga sudah terciptanya kehidupan yang sehat. Hal ini terbukti dengan adanya
rasa toleransi dan sifat gotong royong yang masih kuat di antara sesame
penduduk, ketersediaan sarana air bersih, sarana kesehatan dan sebagainya.
62
Dalam bidang pemerintahan, Desa Kadu Kecamatan Curug
Kabupaten Tangerang tergolong desa yang sudah memenuhi syarat. Hal ini
terbukti dengan terpenuhinya sarana yang dibutuhkan bagi suatu desa, baik
dari segi kepegawaian, kantor pemerintahan dan lembaga pendukung lainnya,
B. Uji Validitas dan Reliabilitas Data
1. Uji Validitas
Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan Microsoft
Excel. Berikut adalah hasil dari uji validitas yang dilakukan pada 30
responden disajikan pada tabel 4.10.
Tabel 4.10
Hasil Uji Validitas
Pernyataan rhitung rtabel Keterangan Kesimpulan
Bagi saya pendidikan yang
tinggi dapat meningkatkan
kesejahteraan.
1,754 1.701 r positif (rhitung >rtabel) Valid
Bagi saya pemahaman
masyarakat akan pendidikan
kurang.
4,956 1.701 r positif (rhitung >rtabel) Valid
Bagi saya rendahnya pendidikan mempengaruhi
kebutuhan ekonomi.
0,234 1.701 r negatif (rhitung< rtabel) Tidak valid,
dimutakhirkan
Saya mengerti pendidikan
wajib 12 tahun.
5,158 1.701 r positif (rhitung >rtabel) Valid
Saya mengerti pendidikan itu
penting.
5,855 1.701 r positif (rhitung >rtabel) Valid
Bekerja itu penting untuk
mendapatkan penghasilan.
5,719 1.701 r positif (rhitung >rtabel) Valid
Bagi saya penghasilan yang rendah dapat mempengaruhi
tingkat kebutuhan.
4,036 1.701 r positif (rhitung >rtabel) Valid
Saya mengerti orang yang
berpenghasilan mampu
memenuhi kebutuhan.
1,829 1.701 r positif (rhitung >rtabel) Valid
Orang yang malas bekerja susah untuk memenuhi tingkat
kebutuhan.
4,433 1.701 r positif (rhitung >rtabel) Valid
Bagi saya besarnya upah atau
penghasilan dapat meningkatkan kesejahteraan.
4,039 1.701 r positif (rhitung >rtabel) Valid
Bagi saya tidak bekerja atau
menganggur sulit untuk memenuhi kebutuhan.
4,883 1.701 r positif (rhitung >rtabel) Valid
Pengangguran dapat
menimbulkan pada kurangnya
kesejahteraan ekonomi.
3,437 1.701 r positif (rhitung >rtabel) Valid
63
Pengangguran dapat
menimbulkan rasa depresi.
3,635 1.701 r positif (rhitung >rtabel) Valid
Saya mengerti pengangguran adalah masalah pokok dalam
kesenjangan sosial.
8,452 1.701 r positif (rhitung >rtabel) Valid
Malas bekerja dapat
menjadikan orang itu sulit
untuk mendapat penghasilan.
4,722 1.701 r positif (rhitung >rtabel) Valid
Bagi saya tingkat usia
mempengaruhi kesejahteraan
sosial.
4,147 1.701 r positif (rhitung >rtabel) Valid
Bagi saya usia produktif
berpengaruh pada pendapatan.
4,042 1.701 r positif (rhitung >rtabel) Valid
Usia tua atau usia non
produktif sulit untuk mencari pekerjaan.
5,093 1.701 r positif (rhitung >rtabel) Valid
Bagi saya usia produktif
mudah untuk mendapatkan
pekerjaan.
7,621 1.701 r positif (rhitung >rtabel) Valid
Tingkat usia dapat
mempengaruhi produktivitas.
3,182 1.701 r positif (rhitung >rtabel) Valid
Bagi saya upah atau penghasilan rendah dapat
mempengaruhi kemiskinan.
1,723 1.701 r positif (rhitung >rtabel) Valid
Saya mengerti seseorang perlu
untuk mendapatkan
pendapatan demi kebutuhan
hidup sehari-hari.
5,027 1.701 r positif (rhitung >rtabel) Valid
Bagi saya pendidikan hanya
tamat SD sulit untuk mencari
pekerjaan.
-0,524 1.701 r negatif (rhitung< rtabel) Tidak valid,
dimutakhirkan
Bagi saya pendidikan tamat
diploma atau sarjana mudah
untuk mencari pekerjaan.
4,422 1.701 r positif (rhitung >rtabel) Valid
Saya mencari informasi
bahwa banyaknya
Pengangguran berpengaruh
pada kemiskinan.
5,460 1.701 r positif (rhitung >rtabel) Valid
Berdasarkan uji validitas dengan menggunakan Microsoft Excel,
dapat ditarik kesimpulan bahwa 23 pernyataan dalam kuesioner dinyatakan
valid karena rhitung 23 pernyataan tersebut bernilai lebih besar dari rtabel
(1.701). Adapun untuk 2 pernyataan tidak valid namun dimutakhirkan atau
tetap dilibatkan dalam tes karena pernyataan-pernyataan tersebut diperlukan
untuk kepentingan penelitian. Menurut Abdullah dan Susanto, jika tidak
memungkinkan untuk dibuang maka redaksi dari pertanyaan tersebut
Tabel 4.10 (Lanjutan)
64
diubah sehingga sesuai dengan tujuan penelitiannya.63 Langkah yang
diambil oleh penulis untuk memutakhirkan pernyataan-pernyataan yang
tidak valid adalah merubah redaksi dari pernyataan tersebut sehingga sesuai
dengan tujuan penelitian. Pengubahan redaksi yang dilakukan oleh penulis
adalah merubah kalimat pernyataan lebih menjadi lebih khusus dan mudah
dimengerti responden.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dalam penelitian ini juga menggunakan bantuan
perangkat lunak SPSS 22, Berikut adalah hasil dari uji reliabilitas yang
dilakukan pada 30 responden disajikan pada tabel 4.11
Tabel 4.11
Hasil Uji Reliabilitas
Koefisien alfa cronbach Jumlah Pertanyaan
0.885 25
Berdasarkan uji reliabilitas dengan menggunakan uji alpha
cronbach dalam aplikasi SPSS 22, seluruh pernyataan angket dinyatakan
reliable karena rata-rata nilai ralpha didapatkan senilai 0.885 Pernyataan
dalam kuesioner dinyatakan reliabel apabila ralpha masing-masing
pernyataan bernilai lebih besar dari 0,60.
63 Sarini Abdullah dan Taufik Edy Susanto, Statistika Tanpa Stres, (Jakarta :
Transmedia, 2015), h.258
65
C. Uji Korelasi
Adapun hasil uji korelasi yang dilakukan dalam penelitian ini disajikan pada
tabel 4.12.
Tabel 4.12
Hasil Uji Korelasi
Correlations
tingkat_pe
ndidikan
Pendapat
an
pengangg
uran usia kemiskinan
tingkat_
pendidi
kan
Pearson
Correlation 1 ,518** ,473** ,472** 1,000**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000
N 78 78 78 78 78
Pendap
atan
Pearson
Correlation ,518** 1 ,567** ,559** ,518**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000
N 78 78 78 78 78
Pengan
gguran
Pearson
Correlation ,473** ,567** 1 ,696** ,473**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000
N 78 78 78 78 78
Usia Pearson
Correlation ,472** ,559** ,696** 1 ,472**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000
N 78 78 78 78 78
Kemiski
nan
Pearson
Correlation 1,000** ,518** ,473** ,472** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000
N 78 78 78 78 78
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdsarkan tabel 4.12 bahwa hubungan tingkat pendidikan terhadap
pendapatan sebesar 0,518, tingkat pendidikan terhadap pengangguran sebesar
0,473 dan tingkat pendidikan terhadap usia sebesar 0,472 begitu sebaliknya.
66
D. Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini juga menggunakan bantuan
perangkat lunak SPSS 22 dengan menggunakan metode One Sample
Kolmogorov-Smirnov Test, Berikut adalah hasil dari uji normalitas yang
disajikan pada tabel 4.13.
Tabel 4.13
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
tingkat_pen
didikan
pendapata
n
penganggur
an usia
N 78 78 78 78
Normal Parametersa,b Mean 3,89 3,52 3,92 3,67
Std.
Deviation ,454 ,663 ,566 ,625
Most Extreme
Differences
Absolute ,122 ,214 ,135 ,131
Positive ,097 ,143 ,069 ,078
Negative -,122 -,214 -,135 -,131
Test Statistic ,122 ,214 ,135 ,131
Asymp. Sig. (2-tailed) ,006c ,000c ,001c ,002c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Berdasarkan tabel 4.13, nilai Sig. Variabel tingkat pendidikan 0,006,
pendapatan 0,000, pengangguran 0,001 dan usia 0,002. Dari keempat variabel
yang nilai Sig. < 0,05. Maka data tidak berdistribusi normal (bukan syarat
mutlak).
E. Deskripsi Data
1. Deskripsi Subjek Penelitian
1.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Sebagaimana telah diijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa
sampel dalam penelitian ini berjumlah 78 orang yang diambil secara
random dari 7 (tujuh) Rukun Warga (RW) yang berada di Desa Kadu
Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang. Adapaun jumlah sampel yang
menjadi responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.14.
67
Tabel 4.14
Jumlah Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Prosentase
1 Laki-laki 64 82%
2 Perempuan 14 18%
78 100%Jumlah
Gambar 4.1
Jumlah Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan Tabel 4.14 dan Gambar 4.1. di atas dapat diketahui
bahwa warga masyarakat Desa Kadu Kecamatan Curug Kabupaten
Tangerang yang dijadikan sampel dalam penelitian ini berjumlah 78
orang dengan rincian sebanyak 64 orang laki-laki atau sebanyak 82% dan
14 orang perempuan atau sebanyak 18%.
1.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Manusia merupakan makhluk hidup yang memiliki mobilitas
yang tinggi. Dengan melakukan kegiatan yang bermanfaat seperti
bekerja untuk mendapatkan upah dengan tujuan utama adalah agar bisa
bertahan hidup. Namun pada hakekatnya didalam kelebihan yang
dimiliki oleh manusia pasti terdapat aspek kekurangan yang dimiliki
yaitu tingkat usia.
82%
18%
Laki-laki
Perempuan
68
Produktifitas kerja seseorang selain dari etos kerja yang tinggi,
ilmu yang didapatkan juga dari tingkat usia yang dimiliki. Faktor usia
tanpa disadari juga akan mempengaruhi produktifitas dan tingkat
kemiskinan yang diperoleh. Dengan semakin tinggi tingkat produktifitas
semakin tinggi juga tingkat kesejahteraan yang diperoleh begitu juga
sebaliknya.
Menurut Notoatmodjo, penduduk di suatu desa digolongkan
berdasarkan umur dan jenis kelamin. Komposisi penduduk berdasarkan
umur dan jenis kelamin. Umur penduduk dikelompokkan menjadi 3
yaitu:64
1) Umur 0 – 14 tahun dinamakan usia muda/usia belum produktif.
2) Umur 15 – 64 tahun dinamakan usia dewasa/usia kerja/usia produktif.
3) Umur 65 tahun keatas dinamakan usia tua/usia tak produktif/usia
jompo
Adapun gambaran responden penelitian berdasarkan usia dapat
dilihat pada Tabel 4.15.
Tabel 4.15
Jumlah Sampel Berdasarkan Tingkat Usia
No Usia Jumlah Prosentase
1 0 - 14 Tahun 0 0%
2 15 - 64 Tahun 68 87%
3 > 65 Tahun 10 13%
78 100%Jumlah
64 Notoatmodjo, hal. 67
69
Gambar 4.2
Jumlah Sampel Berdasarkan Tingkat Usia
Berdasarkan Tabel 4.15 dan Gambar 4.2 di atas menunjukan
bahwa tingkat usia responden: Tidak ada usia responden 0 – 14 tahun
atau 0%, tingkat usia 15 – 64 tahun sebanyak 68 orang atau sebesar 87%,
dan tingkat usia diatas 65 tahun sebanyak 10 orang atau sebesar 13%.
2. Deskripsi Varibel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat 4 (empat) variabel, yaitu Tingkat
Pendidikan (X1) sebagai variabel independen 1, pendapatan (X2) sebagai
variabel independen 2, pengangguran (X3) sebagai variabel independen 3,
Usia (X4) sebagai variabel independen 4 dan kemiskinan (Y) sebagai
variabel dependen. Penulis memperoleh data dengan menyebarkan
kuesioner penelitian, observasi, penulusuran pustaka dan dokumentasi
dengan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan di Desa
Kadu Kabupaten Tangerang dengan masing-masing 5 pernyataan untuk
variabel X1, X2, X3, X4, dan 5 pernyataan untuk variabel Y yang disebarkan
kepada 78 responden.
0%
87%
13%
0 - 14 Tahun
15 - 64 Tahun
> 65 Tahun
70
F. Analisis Faktor dan Interpretasinya
Analisis faktor merupakan suatu teknik analisis yang memuat informasi
tentang pengelompokkan variabel faktor dalam sebuah penelitian.65
Analisis faktor bertujuan untuk menyaring variabel mana yang paling
unggul atau paling dominan dari beberapa variabel yang dipilih oleh peneliti.
Hasil analisis faktor dapat juga digunakan untuk membedakan variabel prioritas
berdasarkan perangkingan yang ada dalam analisis faktor tersebut.
Adapun persyaratan atau asumsi yang mendasari dalam analisis faktor
adalah sebagai berikut.
1) Data dari masing-masing variabel yang diteliti berdistribusi normal (bukan
syarat mutlak).
2) Nilai Kaiser Mayer Olkin Measure of Sampling Adequacy (KMO MSA) >
0,50 dan nilai Bartietts Test of Sphericity (Sig.) < 0,05.
3) Ada korelasi/hubungan yang kuat antar variabel. Hal ini ditandai dengan
nilai Anti-image Correlation antar variabel > 0,50.
Adapun Output dari hasil analisis faktor dan
interpretasinya/memaknainya dapat dilihat dari output atau hasil analisis faktor
sebagai berikut.
Tabel 4.16
KMO and Bartlett’s Test
(Sumber: Pengolahan data dengan menggunakan SPSS 22)
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. ,648
Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 78,048
Df 6
Sig. ,000
Interpretasi dari tabel 4.16 (KMO and Bartlett’s Test) dapat dijelaskan
sebagai berikut.
a. Tabel KMO and Bartlett’s Test diatas berguna untuk mengetahui kelayakan
suatu variabel, apakah dapat diproses lebih lanjut menggunakan teknik
65 Sugiono, Ibid. h. 243.
71
analisis faktor ini atau tidak. Caranya dengan melihat nilai KMO MSA
(Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy).
b. Jika nilai KMO MSA > 0,50 dan nilai Bartlett’s Test of Sphericity (Sig.) <
0,05. Maka teknik analisis faktor dapat dilanjutkan karena sudah memenuhi
persyaratan.
c. Berdasarkan tabel 4.16 hasil analisis KMO and Bartlett’s Test diketahui
nilai KMO MSA sebesar 0,648 > 0,50 dan nilai Bartlett’s Test of Sphericity
(Sig.) 0,00 < 0,05. Maka analisis faktor dalam penelitian ini dapat
dilanjutkan karena sudah memenuhi persyaratan.
Selanjutnya, hasil analisis faktor output “Anti-image Matrices” yang
disajikan pada tabel 4.17.
Tabel 4.17
Anti-image Matrices
Anti-image Matrices
tingkat_pendi
dikan pendapatan
penganggura
n usia
Anti-image
Covariance
tingkat_pendidika
n ,703 ,172 -,142 -,143
pendapatan ,172 ,927 -,067 -,088
pengangguran -,142 -,067 ,484 -,283
Usia -,143 -,088 -,283 ,481
Anti-image
Correlation
tingkat_pendidika
n ,734a ,213 -,244 -,246
pendapatan ,213 ,441a -,099 -,131
pengangguran -,244 -,099 ,638a -,587
Usia -,246 -,131 -,587 ,635a
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
Interpretasi dari tabel 4.17 (Anti-image Matrices) dapat dijelaskan
sebagai berikut.
a. Anti-image Matrices berguna untuk mengetahui dan menentukan variabel
mana saja yang layak dipakai dalam analisis faktor. Perhatikan bagian Anti-
image Correlation, pada tabel tersebut terdapat kode huruf (a) yang artinya
tanda untuk Measure of Sampling Adequacy (MSA). Diketahui nilai MSA
72
dari masing-masing variabel yang diteliti adalah sebagai berikut: tingkat
pendidikan sebesar 0,734, pendapatan sebesar 0,441, pengangguran sebesar
0,638 dan usia sebesar 0,635.
b. Persyaratan yang harus terpenuhi dalam analisis faktor adalah nilai MSA >
0,50. jika ada variabel yang memiliki nilai MSA < 0,50 maka solusinya
adalah dengan melakukan proses analisis ulang hanya untuk variabel yang
memiliki nilai MSA > 0,50. Dari hasil analisis diatas diketahui bahwa nilai
MSA untuk semua variabel yang diteliti adalah > 0,50. Maka semua variabel
layak untuk dilakukan analisis faktor.
Selanjutnya, hasil analisis faktor output “Communalities” yang disajikan
pada tabel 4.18.
Tabel 4.18
Communalities
Communalities
Initial Extraction
tingkat_pendidikan 1,000 ,692
pendapatan 1,000 ,926
pengangguran 1,000 ,779
usia 1,000 ,783
Extraction Method: Principal Component
Analysis.
Berdassarkan tabel 4.18 (Communalities) ini menunjukkan nilai variabel
yang diteliti apakah mampu untuk menjelaskan faktor atau tidak. Variabel
dianggap mampu menjelaskan faktor jika nilai Extraction > 0,50. Berdasarkan
hasil analisis diatas, diketahui nilai Extraction untuk variabel tingkat pendidikan
sebesar 0,692, pendapatan sebesar 0,926, pengangguran sebesar 0,779 dan usia
sebesar 0,783 adalah lebih besar dari 0,50. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa variabel tingkat pendidikan, pendapatan, pengangguran dan usia dapat
dipakai untuk menjelaskan faktor.
73
Kemudian, hasil analisis faktor output “Total Variance Explained” dapat
dilihat pada tabel 4.19.
Tabel 4.19
Total Variance Explained
Total Variance Explained
Component
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings Rotation Sums of Squared Loadings
Total
% of
Variance
Cumulative
% Total
% of
Variance
Cumulative
% Total
% of
Variance
Cumulative
%
1 2,119 52,979 52,979 2,119 52,979 52,979 2,102 52,560 52,560
2 1,062 26,543 79,522 1,062 26,543 79,522 1,078 26,962 79,522
3 ,515 12,874 92,396
4 ,304 7,604 100,000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Interpretasi dari tabel 4.19 (Total Variance Explained) dapat dijelaskan
sebagai berikut.
a. Berdasarkan tabel “Initial Eigenvalues”, maka ada 2 (dua) faktor yang
dapat terbentuk dari 4 variabel yang dianalisis. Dimana syarat untuk menjadi
sebuah faktor, maka nilai Eigenvalue harus > 1. Nilai Eigenvalue
Component 1 sebesar 2,119 > 1 maka menjadi faktor 1 dan mampu
menjelaskan 52,979% variasi. Sedangkan nilai Eigenvalue Component 2
sebesar 1,062 > 1 maka menjadi faktor 2 dan mampu menjelaskan 26,543%
variasi. Jika faktor 1 dan faktor 2 dijumlahkan maka mampu menjelaskan
79,522% variasi.
b. Nilai total component 3 dan 4 tidak dihitung sebab nilai Eigenvalue
Component 3 sebesar 0,515 < 1 dan nilai Eigenvalue Component 4 sebesar
0,304 < 1. Maka tidak menjadi sebuah faktor.
74
Kemudian, hasil analisis faktor output “Gambar Scree Plot” dapat dilihat
pada gambar 4.3.
Gambar 4.3
Scree Plot
Gambar Scree Plot diatas dapat menunjukkan jumlah faktor yang
terbentuk. Caranya dengan melihat nilai titik Component yang memiliki nilai
Eigenvalue > 1. Dari gambar 4.3 diatas ada 2 (dua) titik Component yang
memiliki nilai Eigenvalue > 1 maka dapat diartikan bahwa ada 2 (dua) faktor
yang dapat terbentuk.
Selanjutnya, hasil analisis faktor output “Component Matrix” dapat
disajikan pada tabel 4.20.
75
Tabel 4.20
Component Matrix
Component Matrixa
Component
1 2
tingkat_pendidikan ,729 -,400
pendapatan ,184 ,945
pengangguran ,881 ,058
Usia ,882 ,076
Extraction Method: Principal Component
Analysis.
a. 2 components extracted.
Interpretasi dari tabel 4.20 (Component Matrix) diatas dapat dijelaskan
sebagai berikut.
a. Component Matrix merupakan nilai korelasi atau hubungan antara masing-
masing variabel dengan faktor yang terbentuk.
b. Dari tabel 4.20, terlihat pada variabel tingkat pendidikan, yakni nilai
korelasi variabel tingkat pendidikan dengan faktor 1 adalah sebesar 0,729
dan korelasi dengan faktor 2 adalah sebesar -0,400. Nilai korelasi variabel
pendapatan dengan faktor 1 adalah sebesar 0,184 dan korelasi dengan faktor
2 adalah sebesar 0,945. Nilai korelasi variabel pengangguran dengan faktor
1 adalah sebesar 0,881 dan korelasi dengan faktor 2 adalah sebesar 0,058.
Dan nilai korelasi variabel usia dengan faktor 1 adalah sebesar 0,882 dan
korelasi dengan faktor 2 adalah sebesar 0,076.
Selanjutnya, hasil dari analisis faktor dapat dilihat pada tabel 4.21
(Rotated Component Matrix) sebagai berikut.
Tabel 4.21
Rotated Component Matrix
Rotated Component Matrixa
Component
1 2
Tingkat_pendidikan ,774 -,306
Pendapatan ,064 ,960
Pengangguran ,867 ,168
Usia ,865 ,186
76
Extraction Method: Principal Component
Analysis.
Rotation Method: Varimax with Kaiser
Normalization.a
a. Rotation converged in 3 iterations.
Untuk memastikan suatu variabel masuk dalam kelompok faktor mana,
maka dapat ditentukan dengan melihat nilai korelasi atau hubungan terbesar
antara variabel dengan faktor (component) yang terbentuk. Berdasarkan hasil
analisis pada tabel 4.21, cara memaknai hasil analisis faktor model rotasi dapat
dijelaskan sebagai berikut.
1. Variabel Tingkat Pendidikan. Nilai korelasi variabel ini dengan faktor 1 =
0,774 dan faktor 2 = -0,306, karena nilai korelasi faktor 1 > faktor 2 maka
variabel tingkat pendidikan termasuk kedalam kelompok faktor 1.
2. Variabel Pendapatan. Nilai korelasi variabel ini dengan faktor 1 = 0,064 dan
faktor 2 = 0,960, karena nilai korelasi faktor 2 > faktor 1 maka variabel
pendapatan termasuk kedalam kelompok faktor 2.
3. Variabel Pengangguran. Nilai korelasi variabel ini dengan faktor 1 = 0,867
dan faktor 2 = 0,168, karena nilai korelasi faktor 1 > faktor 2 maka variabel
pengangguran termasuk kedalam kelompok faktor 1.
4. Variabel Usia. Nilai korelasi variabel ini dengan faktor 1 = 0,865 dan faktor
2 = 0,186, karena nilai korelasi faktor 1 > faktor 2 maka variabel usia
termasuk kedalam kelompok faktor 1.
Bedasarkan analisis faktor diatas secara garis besar dapat disimpulkan
bahwa variabel tingkat pendidikan, pengangguran dan usia masuk kelompok
faktor 1 dan variabel pendapatan masuk kelompok faktor 2. Ada 2 (dua) faktor
yang terbentuk dan masing-masing variabel sudah menempati faktor dari 2 (dua)
faktor yang ada.
77
Kemudian, hasil analisis faktor (Component Transformation Matrix)
terlihat pada tabel 4.22 sebagai berikut.
Tabel 4.22
Component Transformation Matrix
Component Transformation Matrix
Component 1 2
1 ,992 ,126
2 -,126 ,992
Extraction Method: Principal
Component Analysis.
Rotation Method: Varimax with Kaiser
Normalization.
Interpretasi dari tabel 4.22 (Component Transformation Matrix) diatas
dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Component Transformation Matrix adalah untuk menyimpulkan kelayakan
antar variabel yang dianalisis. Adapun nilai korelasinya > 0,5.
b. Berdasarkan tabel 4.22, pada component 1 nilai korelasinya adalah sebesar
0,992 > 0,5 dan component 2 nilai korelasinya adalah sebesar 0,992 > 0,5.
Maka kedua faktor yang terbentuk ini dapat disimpulkan layak untuk
merangkum keempat variabel yang dianalisis.
G. Pembahasan Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat 4 (empat) variabel, yaitu Tingkat
Pendidikan (X1) sebagai variabel independen 1, pendapatan (X2) sebagai
variabel independen 2, pengangguran (X3) sebagai variabel independen 3, Usia
(X4) sebagai variabel independen 4 dan kemiskinan (Y) sebagai variabel
dependen. Penulis memperoleh data dengan menyebarkan kuesioner penelitian,
observasi, penulusuran pustaka dan dokumentasi, dengan masing-masing 5
pernyataan untuk variabel X1, X2, X3, X4, dan 5 pernyataan untuk variabel Y
dengan jumlah 25 pernyataan yang disebarkan kepada 78 responden secara acak.
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui kuesioner.
Berdasarkan hasil deskripsi data, penelitian ini dilakukan dengan 78 responden
terdiri dari 64 responden (82%) berjenis kelamin laki-laki, sedangkan respoden
78
yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 14 responden (18%),
Sedangkan berdasarkan usia responden dalam penelitian ini bahwa
tingkat usia responden: Tidak ada usia responden 0 – 14 tahun atau 0%, tingkat
usia 15 – 64 tahun sebanyak 68 orang atau sebesar 87%, dan tingkat usia diatas
65 tahun sebanyak 10 orang atau sebesar 13%.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Supardi Suparlan
tentang kemiskinan dan Arsyad tentang indikator kemiskinan. Menurut Supardi
Suparlan dalam bukunya yang berjudul Kemiskinan di Perkotaan, pengertian
kemiskinan adalah Suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu
tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan
dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang
bersangkutan. Standar kehidupan yang rendah ini secara langsung nampak
pengaruhnya terhadap tingkat keadaan kesehatan, kehidupan moral, dan rasa
harga diri dari mereka yang tergolong sebagai orang miskin.” Dan menurut
Arsyad ada 4 (empat) indikator kemiskinan, yaitu tingkat konsumsi beras,
tingkat pendapatan, kesejahteraan rakyat (kesehatan, konsumsi makanan dan
gizi, pendidikan, kesempatan kerja, perumahan, jaminan sosial, sandang,
rekreasi dan kebebasan), dan indeks kemiskinan manusia (luas lantai, jenis
lantai, ketersediaan air bersih, kepemilikan aset rumah, pendapatan dan
pengeluaran).66 Adapun penelitian yang relevan, penelitian yang didukung oleh
penelitian Novida (2006), adapun hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
perlunya pendidikan dalam mendorong pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi, jika pendidikan semakin baik maka penyesuaian pekerjaan dengan
pendidikan akan lebih mudah menyerap tenaga kerja sehingga pengangguran
berkurang dan kemiskinan dapat berkurang. Persamaannya, sama-sama meneliti
variabel independen yaitu tingkat pendidikan, pendapatan.
Hasil analisis faktor dengan menggunakan SPSS 22 adalah untuk
memastikan suatu variabel masuk dalam kelompok faktor mana, maka dapat
ditentukan dengan melihat nilai korelasi atau hubungan terbesar antara variabel
dengan faktor (component) yang terbentuk. Dari hasil analisis diketahui bahwa
66 Parsudi Suparlan, Kemiskinan di Perkotaan: Bacaan Untuk Antropologi Perkotaan,
(Jakarta: Sinar Harapan dan Yayasan Obor Indonesia, 1984), h. 12.
79
variabel tingkat pendidikan, nilai korelasi variabel ini dengan faktor 1 = 0,774
dan faktor 2 = -0,306, karena nilai korelasi faktor 1 > faktor 2 maka variabel
tingkat pendidikan termasuk kedalam kelompok faktor 1. Kemudian, variabel
pendapatan, nilai korelasi variabel ini dengan faktor 1 = 0,064 dan faktor 2 =
0,960, karena nilai korelasi faktor 2 > faktor 1 maka variabel pendapatan
termasuk kedalam kelompok faktor 2. Variabel pengangguran, nilai korelasi
variabel ini dengan faktor 1 = 0,867 dan faktor 2 = 0,168, karena nilai korelasi
faktor 1 > faktor 2 maka variabel pengangguran termasuk kedalam kelompok
faktor 1. Dan variabel usia, nilai korelasi variabel ini dengan faktor 1 = 0,865
dan faktor 2 = 0,186, karena nilai korelasi faktor 1 > faktor 2 maka variabel usia
termasuk kedalam kelompok faktor 1.
Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa variabel tingkat
pendidikan, pengangguran dan usia termasuk kedalam kelompok faktor 1 yang
dinamakan faktor indikator kemiskinan, sedangkan variabel pendapatan
termasuk kedalam kelompok faktor 2 yang dinamakan faktor pendapatan.
Berdasarkan hasil analisis faktor bahwa variabel tingkat pendidikan adalah
variabel yang paling unggul atau paling dominan yang mempengaruhi
kemiskinan di Desa Kadu Kabupaten Tangerang.
H. Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan dalam melakukan penelitian ini adalah:
1. Keterbatasan referensi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
kemiskinan.
2. Variabel penelitian terbatas pada variabel independen yaitu tingkat
pendidikan, pendapatan, pengangguran dan usia.
3. Jumlah pernyataan terbatas pada variabel penelitian ini.
4. Sampel yang digunakan terbatas sampai 15% dari jumlah populasi 520 x
15% = 78 Responden.
80
BAB V
P E N U T U P
A. Kesimpulan
Dari hasil analisis data yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil analisis faktor yang telah dilakukan bahwa variabel tingkat
pendidikan. Nilai korelasi variabel ini dengan faktor 1 = 0,774 dan faktor 2 = -
0,306, karena nilai korelasi faktor 1 > faktor 2 maka variabel tingkat
pendidikan termasuk kedalam kelompok faktor 1.
2. Variabel Pendapatan. Nilai korelasi variabel ini dengan faktor 1 = 0,064 dan
faktor 2 = 0,960, karena nilai korelasi faktor 2 > faktor 1 maka variabel
pendapatan termasuk kedalam kelompok faktor 2.
3. Variabel Pengangguran. Nilai korelasi variabel ini dengan faktor 1 = 0,867 dan
faktor 2 = 0,168, karena nilai korelasi faktor 1 > faktor 2 maka variabel
pengangguran termasuk kedalam kelompok faktor 1.
4. Variabel Usia. Nilai korelasi variabel ini dengan faktor 1 = 0,865 dan faktor 2
= 0,186, karena nilai korelasi faktor 1 > faktor 2 maka variabel usia termasuk
kedalam kelompok faktor 1.
5. Variabel tingkat pendidikan, pengangguran dan usia termasuk kedalam
kelompok faktor 1 yang dinamakan sebagai faktor indikator kemiskinan.
Variabel pendapatan termasuk kedalam kelompok faktor 2 yang dinamakan
sebagai faktor pendapatan.
6. Dari keempat variabel yang diteliti, yaitu tingkat pendidikan (X1), pendapatan
(X2), pengangguran (X3) dan usia (X4), variabel tingkat pendidikan (X1)
merupakan variabel yang paling unggul atau paling dominan dalam
mempengaruhi kemiskinan di Desa Kadu Kabupaten Tangerang.
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan melalui penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Pemerintah Kabupaten Tangerang harus menyadari bahwa masih banyak
ditemukan warga miskin di beberapa desa di wilayah Kabupaten Tangerang.
81
Untuk itu, hendaknya Pemerintah Kabupaten Tangerang lebih mengintensifkan
program-program penanggulangan kemiskinan melalui pemberdayaan
masyarakat agar tingkat kesejahteraan masyarakats emakin meningkat.
2. Warga masyarakat hendaknya menyadari bahwa pendidikan sangatlah penting.
Karena melalui pendidikan seseorang dapat semakin mampu untuk bersaing
dalam bidang usaha atau dapat membuka lapangan kerja sendiri tanpa harus
bergantung kepada orang lain. Dengan membuka lapangan kerja sendiri berarti
juga memberikan peluang kepada orang lain untuk mendapatkan pekerjaan.
3. Masyarakata hendaknya menyadari bahwa kerja keras adalah modal utama
untuk mendapatkan penghasilan. Semakin malas seseorang dalam bekerja dapat
dipastikan akan semakin kecil tingkat pendapatannya.
4. Untuk peneliti selanjutnya dari keterbatasan variabel penelitian yang
mempengaruhi kemiskinan untuk menambah variabel independen.
82
DAFTAR PUSTAKA
Ali Khomsan dkk. Indikator Kemiskinan dan Misklasifikasi Orang Miskin. Jakarta
: Pustaka Obor Indonesia. 2012.
Badan Pusat Statistik (BPS). Perhitungan dan Analisis Kemiskinan Makro
Indonesia Tahun 2011. (BPS: CV Nario Sari, 2011) --------------------,, Perhitungan dan Indikator Kemiskinan Makro 2010: Profil dan
Perhitungan Kemiskinan Tahun 2010. (Jakarta: Badan Pusat Statistik, 2010)
Cameron, Lisa A. 2000. Journal of Development Economics. Poverty and
Inequality in Java: Examining the Impact of The Changing Age,
Educational, and Industrial Structure, Vol. 62
Departemen Agama R.I. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an Depag R.I., 1985.
Effendi, Tadjuddin Noer. Sumber Daya Manusia, Peluang Kerja dan Kemiskinan. Cet. II Yogyakarta : PT. Tiara Wacana Yogya. 1995.
Noer, Tadjudin Effendi. Sumber Daya Manusia, Peluang Kerja dan Kemiskinan.
Cet. II. Yogyakarta : PT. Tiara Wacana Yogya. 1995.
Nugroho, Heru. Negara Pasar dan Keadilan Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Cetakan ke-1. 2001. Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Cet.X. Jakarta : Balai
Pustaka. 1986.
Prayitno, Hadi dan Lincolin Arsyad. Petani Desa dan Kemiskinan. Yogyakarta: BPFE. 1987.
Priyatno Duwi. Mandiri Belajar SPSS. Yogyakarta: Buku Kita. 2008.
Sahdan, Gregorius, “Menaggulangi Kemiskinan Desa”,
http://www.ekonomirakyat.html
Sarini Abdullah dan Taufik Edy Susanto. Statistika Tanpa Stres. Jakarta : Transmedia. 2015.
Sanusi, Ahmad. Agama di Tengah Kemiskinan. Jakarta: Logos. Cetakan ke-1. 1999.
Soetomo. Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya. Jakarta : Pustaka Pelajar. 2012.
83
Soetrisno, Loekman. Kemiskinan, Perempuan, dan Pemberdayaan. Yogyakarta:
Kanisius. 1997.
Sudarwati, Ninik. Kebijakan Pengentasan Kemiskinan. Malang: Intimedia. 2009. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
2011. Cet. Ke-14.
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik . Jakarta: Rineka Cipta. 2002.
Suharto, Edi. Kemiskinan dan Perlindungan Sosial di Indonesia: Menggagas Model Jaminan Sosial Universal Bidang Kesehatan. Bandung: CV
Alfabeta. 2009. Sukirno, Sadono. Makro Ekonomi Modern. Ed. 1-4. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada. 2007.
--------------------, Pengantar Teori Makro Ekonomi. Edisi Kedua. Jakarta : PT.
RajaGrafindo Persada. 2002. Sukmadinata, Nana Syaodih. Metodelogi Penelitian. Yogyakarta: Graha ilmu.
2011. Sulistyaningsih. Metodologi Penelitian Kuantitatif-Kualitatif. Yogyakarta: Graha
ilmu. 2011.
Sulistyaningsih. Metodologi Penelitian Kuantitatif-Kualitatif. Yogyakarta: Graha ilmu. 2011.
Sumardi, Mulyanto. Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok. Jakarta : Rajawali Pers.
2010.
Sumodiningrat, Gunawan dkk. Kemiskinan : teori, fakta, dan kebijakan. Cet.I.
Jakarta : IMPAC.1999. Suparlan, Parsudi. Kemiskinan di Perkotaan: Bacaan Untuk Antropologi
Perkotaan. Jakarta: Sinar Harapan dan Yayasan Obor Indonesia. 1984.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet.II. Jakarta : Balai Pustaka.1999.
Vredenbregt, J., Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia. 1984.
Wikipedia, “Definisi Kemiskinan”, http://id.wikipedia.org/wiki/kemiskinan.html.
84
Lampiran 1
Kuesioner Penelitian
Kepada Yth.
Saudara/i
Dengan hormat,
Dengan segala kerendahan hati, dalam rangka menyelesaikan studi di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, saya:
Nama : Riyan Arpan Al Ansori
NIM : 1112015000065
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Prodi : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial / Ekonomi
Judul Skrips :”Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan
di Kabupaten Tangerang (Studi Kasus pada Masyarakat
Desa Kadu Kabupaten Tangerang).
Memberitahukan bahwa saat ini saya sedang melakukan penelitian dan demi
tercapainya penelitian ini, maka peneliti memohon kesediaan saudara/i untuk
membantu mengisi kuisioner ini dengan keadaan yang sebenarnya.
Sebelumnya peneliti mengucapkan terima kasih atas kesedian saudara/I
yang telah meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini.
Jakarta, 25 Januari 2019
Penulis,
Riyan Arpan Al Ansori
NIM. 1112015000065
85
Lampiran 2
KUISIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMISKINAN
DI DESA KADU KECAMATAN CURUG KABUPATEN TANGERANG
==========================================================
PETUNJUK PENGISIAN
1. Mohon dengan hormat bantuan dan kesediaan saudara untuk mengisi seluruh
pernyataan yang ada. 2. Mohon menjawab pernyataan dengan jujur dan sesuai dengan hati nurani dan
kondisi yang ada. 3. Kerahasiaan identitas akan dijamin sepenuhnya oleh peneliti dan pengisian
kuisioner ini murni hanya untuk kepentingan skripsi semata.
4. Berilah tanda silang ceklis (√) atau silang (X) pada skala penilaian pada pertanyaan berikut sesuai dengan pengalaman saudara.
========================================================== Identitas Responden
Nama : ......................................................................
Jenis Kelamin : Laki-laki
Perempuan
Umur : ........... Tahun
Alamat : RT. ....................... RW. ............................
==========================================================
Petunjuk Pengisian Kuesioner:
SS : (Sangat Setuju) TS : (Tidak Setuju)
S : (Setuju) STS : (Sangat Tidak Setuju)
R : (Ragu-Ragu)
Bacalah setiap pernyataan yang dimaksud secara seksama, dan kemudian
pilihlah jawaban yang dianggap paling sesuai.
86
A. Tingkat Pendidikan
NO. Pertanyaan SS S R TS STS
1. Bagi saya pendidikan yang tinggi dapat meningkatkan kesejahteraan.
2. Bagi saya pemahaman masyarakat akan
pendidikan kurang.
3. Bagi saya rendahnya pendidikan mempengaruhi kebutuhan ekonomi.
4. Saya mengerti pendidikan wajib 12 tahun.
5. Saya mengerti pendidikan itu penting.
B. Pendapatan
NO. Pertanyaan SS S R TS STS
1. Bekerja itu penting untuk mendapatkan penghasilan.
2. Bagi saya penghasilan yang rendah dapat mempengaruhi tingkat kebutuhan.
3. Saya mengerti orang yang berpenghasilan mampu memenuhi kebutuhan.
4. Orang yang malas bekerja susah untuk memenuhi tingkat kebutuhan.
5. Bagi saya besarnya upah atau penghasilan
dapat meningkatkan kesejahteraan.
C. Pengangguran
NO. Pertanyaan SS S R TS STS
1. Bagi saya tidak bekerja atau menganggur sulit untuk memenuhi kebutuhan.
2. Pengangguran dapat menimbulkan pada kurangnya kesejahteraan ekonomi.
3. Pengangguran dapat menimbulkan rasa
depresi.
4. Saya mengerti pengangguran adalah masalah pokok dalam kesenjangan sosial.
5. Malas bekerja dapat menjadikan orang itu sulit untuk mendapat penghasilan.
87
D. Usia
NO. Pertanyaan SS S R TS STS
1. Bagi saya tingkat usia mempengaruhi
kesejahteraan sosial.
2. Bagi saya usia produktif berpengaruh pada pendapatan.
3. Usia tua atau usia non produktif sulit untuk
mencari pekerjaan.
4. Bagi saya usia produktif mudah untuk mendapatkan pekerjaan.
5. Tingkat usia dapat mempengaruhi
produktivitas.
E. Kemiskinan
NO. Pertanyaan SS S R TS STS
1. Bagi saya upah atau penghasilan rendah
dapat mempengaruhi kemiskinan.
2. Saya mengerti seseorang perlu untuk mendapatkan pendapatan demi kebutuhan
hidup sehari-hari.
3. Bagi saya pendidikan hanya tamat SD sulit
untuk mencari pekerjaan.
4. Bagi saya pendidikan tamat diploma atau sarjana mudah untuk mencari pekerjaan.
5. Saya mencari informasi bahwa banyaknya
Pengangguran berpengaruh pada kemiskinan.
88
Lampiran 3
Hasil Uji Validitas, Uji Reliabilitas, Uji Korelasi dan Uji Normalitas.
Hasil Uji Validitas
Pernyataan rhitung rtabel Keterangan Kesimpulan
Bagi saya pendidikan yang
tinggi dapat meningkatkan
kesejahteraan.
1,754 1.701 r positif (rhitung >rtabel) Valid
Bagi saya pemahaman
masyarakat akan pendidikan
kurang.
4,956 1.701 r positif (rhitung >rtabel) Valid
Bagi saya rendahnya
pendidikan mempengaruhi
kebutuhan ekonomi.
0,234 1.701 r negatif (rhitung< rtabel) Tidak valid,
dimutakhirkan
Saya mengerti pendidikan
wajib 12 tahun.
5,158 1.701 r positif (rhitung >rtabel) Valid
Saya mengerti pendidikan itu
penting.
5,855 1.701 r positif (rhitung >rtabel) Valid
Bekerja itu penting untuk mendapatkan penghasilan.
5,719 1.701 r positif (rhitung >rtabel) Valid
Bagi saya penghasilan yang
rendah dapat mempengaruhi
tingkat kebutuhan.
4,036 1.701 r positif (rhitung >rtabel) Valid
Saya mengerti orang yang
berpenghasilan mampu
memenuhi kebutuhan.
1,829 1.701 r positif (rhitung >rtabel) Valid
Orang yang malas bekerja
susah untuk memenuhi tingkat
kebutuhan.
4,433 1.701 r positif (rhitung >rtabel) Valid
Bagi saya besarnya upah atau penghasilan dapat
meningkatkan kesejahteraan.
4,039 1.701 r positif (rhitung >rtabel) Valid
Bagi saya tidak bekerja atau menganggur sulit untuk
memenuhi kebutuhan.
4,883 1.701 r positif (rhitung >rtabel) Valid
Pengangguran dapat menimbulkan pada kurangnya
kesejahteraan ekonomi.
3,437 1.701 r positif (rhitung >rtabel) Valid
Pengangguran dapat menimbulkan rasa depresi.
3,635 1.701 r positif (rhitung >rtabel) Valid
Saya mengerti pengangguran
adalah masalah pokok dalam
kesenjangan sosial.
8,452 1.701 r positif (rhitung >rtabel) Valid
Malas bekerja dapat
menjadikan orang itu sulit untuk mendapat penghasilan.
4,722 1.701 r positif (rhitung >rtabel) Valid
Bagi saya tingkat usia mempengaruhi kesejahteraan
sosial.
4,147 1.701 r positif (rhitung >rtabel) Valid
89
Bagi saya usia produktif
berpengaruh pada pendapatan.
4,042 1.701 r positif (rhitung >rtabel) Valid
Usia tua atau usia non
produktif sulit untuk mencari pekerjaan.
5,093 1.701 r positif (rhitung >rtabel) Valid
Bagi saya usia produktif
mudah untuk mendapatkan
pekerjaan.
7,621 1.701 r positif (rhitung >rtabel) Valid
Tingkat usia dapat
mempengaruhi produktivitas.
3,182 1.701 r positif (rhitung >rtabel) Valid
Bagi saya upah atau penghasilan rendah dapat
mempengaruhi kemiskinan.
1,723 1.701 r positif (rhitung >rtabel) Valid
Saya mengerti seseorang perlu
untuk mendapatkan
pendapatan demi kebutuhan
hidup sehari-hari.
5,027 1.701 r positif (rhitung >rtabel) Valid
Bagi saya pendidikan hanya
tamat SD sulit untuk mencari
pekerjaan.
-0,524 1.701 r negatif (rhitung< rtabel) Tidak valid,
dimutakhirkan
Bagi saya pendidikan tamat
diploma atau sarjana mudah
untuk mencari pekerjaan.
4,422 1.701 r positif (rhitung >rtabel) Valid
Saya mencari informasi
bahwa banyaknya
Pengangguran berpengaruh
pada kemiskinan.
5,460 1.701 r positif (rhitung >rtabel) Valid
Hasil Uji Reliabilitas
Koefisien alfa cronbach Jumlah Pertanyaan
0.885 25
Hasil Uji Korelasi
Correlations
tingkat_pe
ndidikan
pendapata
n
pengangg
uran usia kemiskinan
tingkat_
pendidi
kan
Pearson
Correlation 1 ,518** ,473** ,472** 1,000**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000
N 78 78 78 78 78
pendap
atan
Pearson
Correlation ,518** 1 ,567** ,559** ,518**
90
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000
N 78 78 78 78 78
pengan
gguran
Pearson
Correlation ,473** ,567** 1 ,696** ,473**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000
N 78 78 78 78 78
usia Pearson
Correlation ,472** ,559** ,696** 1 ,472**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000
N 78 78 78 78 78
kemiski
nan
Pearson
Correlation 1,000** ,518** ,473** ,472** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000
N 78 78 78 78 78
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
tingkat_pen
didikan
pendapata
n
penganggur
an usia
N 78 78 78 78
Normal Parametersa,b Mean 3,89 3,52 3,92 3,67
Std.
Deviation ,454 ,663 ,566 ,625
Most Extreme
Differences
Absolute ,122 ,214 ,135 ,131
Positive ,097 ,143 ,069 ,078
Negative -,122 -,214 -,135 -,131
Test Statistic ,122 ,214 ,135 ,131
Asymp. Sig. (2-tailed) ,006c ,000c ,001c ,002c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
91
Lampiran 4
Hasil Analisis Faktor
a. KMO and Bartlett’s Test
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. ,648
Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 78,048
Df 6
Sig. ,000
b. Anti-image Matrices
Anti-image Matrices
tingkat_pendi
dikan pendapatan
penganggura
n usia
Anti-image
Covariance
tingkat_pendidika
n ,703 ,172 -,142 -,143
pendapatan ,172 ,927 -,067 -,088
pengangguran -,142 -,067 ,484 -,283
usia -,143 -,088 -,283 ,481
Anti-image
Correlation
tingkat_pendidika
n ,734a ,213 -,244 -,246
pendapatan ,213 ,441a -,099 -,131
pengangguran -,244 -,099 ,638a -,587
usia -,246 -,131 -,587 ,635a
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
c. Communalities
Communalities
Initial Extraction
tingkat_pendidikan 1,000 ,692
pendapatan 1,000 ,926
pengangguran 1,000 ,779
usia 1,000 ,783
Extraction Method: Principal Component
Analysis.
92
d. Total Variance Explained
Total Variance Explained
Component
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings Rotation Sums of Squared Loadings
Total
% of
Variance
Cumulative
% Total
% of
Variance
Cumulative
% Total
% of
Variance
Cumulative
%
1 2,119 52,979 52,979 2,119 52,979 52,979 2,102 52,560 52,560
2 1,062 26,543 79,522 1,062 26,543 79,522 1,078 26,962 79,522
3 ,515 12,874 92,396
4 ,304 7,604 100,000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
e. Gambar Scree Plot
93
f. Component Matrix
Component Matrixa
Component
1 2
tingkat_pendidikan ,729 -,400
pendapatan ,184 ,945
pengangguran ,881 ,058
Usia ,882 ,076
Extraction Method: Principal Component
Analysis.
a. 2 components extracted.
g. Rotated Component Matrix
Rotated Component Matrixa
Component
1 2
Tingkat_pendidikan ,774 -,306
Pendapatan ,064 ,960
Pengangguran ,867 ,168
Usia ,865 ,186
Extraction Method: Principal Component
Analysis.
Rotation Method: Varimax with Kaiser
Normalization.a
a. Rotation converged in 3 iterations.
h. Component Transformation Matrix
Component Transformation Matrix
Component 1 2
1 ,992 ,126
2 -,126 ,992
Extraction Method: Principal
Component Analysis.
Rotation Method: Varimax with Kaiser
Normalization.
94
Lampiran 5
Dokumentasi
Penyebaran Kuesioner Penelitian
Kantor Kelurahan Desa Kadu
95
BIODATA PENULIS
Riyan Arpan Al Ansori, lahir di
Kabupaten Tangerang 23 Maret 1995, putra dari
Bapak H. Suhardi dan Ibu Yayah yang beralamat
tinggal di Kp. Sempur RT 04 RW 06 Desa Kadu
Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang, Banten.
Putra pertama dari tiga bersaudara ini telah
menempuh Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah Al-
Muawanah (2000-2006), Kemudian penulis
melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah Al-
Muawanah (2007-2009), selanjutnya meneruskan pendidikan di SMA Negeri 03
Kabupaten Tangerang (2009-2012) dan Setelah lulus, penulis melanjutkan
pedidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Jurusan Pendidikan Ilmu Pegetahuan Sosial konsentrasi Ekonomi
angkatan 2012 melalui jalur Mandiri.
Skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kemiskinan di Kabupaten Tangerang (Studi Kasus pada Masyarakat Desa
Kadu Kabupaten Tangerang).” ini di bawah bimbingan Bapak Dr. Iwan
Purwanto, M.Pd sebagai Dosen Pembimbing I dan Bapak Dr. Sodikin, M.Si sebagai
Dosen Pembimbing II.