analisis efisiensi produktivitas waktu …repository.utu.ac.id/136/1/i-v.pdfvariabel-variabel yang...
TRANSCRIPT
ANALISIS EFISIENSI PRODUKTIVITAS WAKTU KERJA
ALAT BERAT PADA PEMBANGUNAN JALAN
(Studi Kasus : Ruas Jalan Tangkeh – Blang Luah Cs, Woyla Timur)
TUGAS AKHIR
Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat
Yang Diperlukan untuk Memperoleh
Ijazah Sarjana Teknik
Disusun Oleh;
A G U S S A L I M
NIM : 06C10203030
Bidang Studi : Manajemen Rekayasa Konstruksi
Jurusan : Teknik Sipil
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TEUKU UMAR
ALUE PEUNYARENG - MEULABOH
2014
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jalan raya merupakan prasarana tranportasi yang sangat efektif dan
efisien yang dapat menunjang secara langsung perkembangan suatu wilayah baik
perkotaan maupun pedesaan. Untuk pembangunan jalan raya pemerintah Republik
Indonesia telah menetapkan untuk meningkatkan jaringan jalan, yaitu peningkatan
jalan dan pembangunan jembatan.
Berdasarkan hal tersebut pemerintah mengusahakan agar perhubungan
antar suatu daerah dengan daerah lainnya dapat berjalan dengan lancar, dalam hal
ini Dinas Bina Marga Kabupaten Aceh Barat melalui Dinas Pekerjaan Umum
(P.U) Provinsi Aceh, memandang perlu melaksanakan pembangunan proyek jalan
yang dimulai dari perkerasan berbutir sampai perkerasan aspal. Tujuan
ditingkatkan prasarana jalan tersebut adalah untuk peningkatan pelayanan
kendaraan yang lewat dan menjadikan sistem jaringan jalan lebih baik dari
sebelumnya serta meningkatkan produktivitas dan perekonomian masyarakat
disekitarnya.
Pada proyek pembangunan jalan Tangkeh – Blang Luah Cs, Kecamatan
Woyla Timur Kabupaten Aceh Barat, dana bersumber dari anggaran APBK-P
tahun anggaran 2010 dengan biaya proyek senilai Rp. 7.800.000.000,- (Tujuh
miliar delapan ratus juta rupiah), dengan data fisik jalan : panjang keseluruhan
jalan 3500 meter (Sta 0+000
sampai Sta 3+500
) dan lebar pengaspalan 4 meter,
dimana pelelangan bersifat pelelangan umum yang di umumkan melalui media
massa. Berdasarkan hasil pelelangan tersebut maka pekerjaan pelaksana proyek
ini adalah PT. Duta Sarana yang beralamat di Blang Pidie Kabupaten Aceh Barat
Daya.
Pada pekerjaan proyek pembangunan jalan Tangkeh – Blang Luah Cs,
Kecamatan Woyla Timur Kabupaten Aceh Barat ini telah disediakan beberapa
2
alat berat seperti backhoe/excavator, dump truck, wheel loader, motor grader,
vibrator roller, water tanker, tandem roller, pneumatic tyred roller, compressor,
asphalt sprayer, dan asphalt finisher.
Adapun ruang lingkup yang ditinjau terdiri dari pekerjaan timbunan
pilihan, lapisan pondasi agregat kelas B, lapisan pondasi agregat kelas A, lapis
resap pengikat dan lapis aspal AC-BC. Dalam penulisan secara bertahap terdiri
dari perhitungan produktivitas peralatan yang digunakan berdasarkan volume
pekerjaan dan produktivitas peralatan yang digunakan.
1.2 Identifikasi Masalah
Beberapa hal yang akan ditinjau dalam penelitian ini, antara lain :
1. Produktivitas pemakaian alat-alat berat pada proyek pembangunan jalan
Tangkeh – Blang Luah Cs, Kecamatan Woyla Timur Kabupaten Aceh Barat.
2. Kajian terhadap total waktu keseluruhan pekerjaan yang di capai dalam
pembangunan jalan Tangkeh – Blang Luah Cs.
1.3 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah produktivitas peralatan yang berdasarkan volume pekerjaan sudah
efektif ataukah tidak sesuai dengan schedule yang direncanakan ?
2. Menghitung kembali waktu pelaksanaan dalam pekerjaan pembangunan jalan
Tangkeh – Blang Luah Cs, agar tercapai mutu yang sempurna dengan waktu
penyelesaian yang relatif lebih singkat ?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi tingkat operasional
kerja alat berat dan penataan peralatan secara efisien, memberikan produktivitas
yang tinggi dari masing-masing peralatan serta gambaran kemampuan operator
3
terhadap kapasitas dalam menjalankan peralatan alat berat yang baik walaupun
keadaan alam dan situasi kerja yang dapat mempengaruhi terhadap produktivitas
pemakaian suatu alat berat, sehingga volume kerja yang diharapkan dapat tercapai
dengan maksimal.
1.5 Batasan Masalah
Adapun batasan pembahasan dalam penelitian ini adalah :
1. Objek penelitian proyek pembangunan jalan Tangkeh – Blang Luah Cs,
Kecamatan Woyla Timur Kabupaten Aceh Barat, proyek ini dikerjakan oleh
PT. Duta Sarana sebagai pelaksana yang beralamat di Blang Pidie Kabupaten
Aceh Barat Daya.
2. Variabel-variabel yang ditinjau antara lain efisiensi kerja alat berat, total waktu
pelaksanaan setiap pekerjaan dan pengoperasian peralatan untuk mendapatkan
produktivitas yang baik.
3. Jam kerja di mulai dari pagi jam 07.00 WIB dan berakhir pada sore hari jam
17.00 WIB (9 jam kerja efektif).
4. Tahapan pekerjaan meliputi timbunan pilihan, lapisan pondasi agregat kelas B,
lapisan pondasi agregat kelas A, lapis resap pengikat dan lapis aspal AC-BC.
5. Alat berat yang dihitung backhoe/excavator, dump truck, wheel loader, motor
grader, vibrator roller, water tanker, tandem roller, pneumatic tyred roller,
compressor, asphalt sprayer, dan asphalt finisher.
6. Persamaan atau rumus-rumus yang digunakan berdasarkan Soedrajat (1982)
dan Rochmanhadi (1982).
1.6 Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini dapat memberikan manfaat berupa :
1. Evaluasi tingkat operasional kerja alat berat dan penataan peralatan secara
efisien dapat tercapai produksi alat yang diharapkan.
4
2. Dapat memberikan produktivitas yang tinggi dari masing-masing peralatan,
sehingga volume kerja yang diharapkan dapat tercapai dengan maksimal.
3. Solusi atau gambaran kemampuan operator dalam menjalankan peralatan alat
berat baik masalah keadaan alam maupun situasi kerja yang dapat
mempengaruhi terhadap produktivitas pemakaian suatu alat berat.
5
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Tinjauan kepustakaan mempelajari dan menyajikan metode penyelesaian
yang merupakan anggapan dasar, dan rumus-rumus yang berhubungan dengan
cara perhitungan tentang penentuan waktu siklus alat-alat berat tersebut. Untuk
mendapatkan waktu siklus ini maka dilaksanakan pengamatan terhadap gerakan-
gerakan dari masing-masing peralatan.
Menurut Soedrajat (1982), alat berat yang digunakan dalam ilmu
teknik sipil adalah alat yang digunakan untuk membantu manusia dalam
melakukan pekerjaan pembangunan suatu struktur. Peralatan atau alat berat dalam
pekerjaan sipil banyak berkaitan dengan pemindahan tanah (earth moving) dan
segala aspek yang timbul dari peralatan yang digunakan untuk memindahkan
tanah tersebut.
Dalam hal pemindahan tanah ini selain memindahkan juga mengadakan
pembentukan terhadap permukaan tanah yang baru sesuai kondisi fisik/teknis
yang diinginkan. Diperlukan beberapa jenis peralatan dan metode yang sesuai
untuk pembentukan permukaan tanah pada lokasi baru tersebut. Karena pekerjaan
ini berhubungan dengan tanah, batuan, vegetasi (pohon, semak belukar dan
alang-alang) maka perlu diketahui sifat tanah dan tipe galian tanah.
Sifat fisik yang harus dihadapi alat berat akan berpengaruh dalam :
1. Menentukan jenis alat dan taksiran atau kapasitas produksi.
2. Perhitungan volume pekerjaan.
3. Kemampuan kerja alat pada kondisi material yang ada.
Apabila pemilihan jenis alat berat tidak sesuai dengan kondisi material
dapat berakibat tidak efisiennya alat (lost time).
2.1 Karakteristik Tanah
Tanah (soil) merupakan bagian dari pekerjaan konstruksi yang harus
6
diperhatikan karena tanah adalah elemen utama pendukung struktur dalam dunia
konstruksi. Beberapa jenis tanah mungkin cocok digunakan dalam keadaan
aslinya, sementara yang lain harus digali, diproses dan dipadatkan agar
memenuhi tujuannya. Pengetahuan mengenai sifat-sifat, karakteristik dan perilaku
tanah sangat penting bagi para pelaku proses konstruksi yang melibatkan
penggunaan tanah. Sebelum membahas penanganan tanah atau menganalisis
persoalan-persoalan mengenai pekerjaan tanah diperlukan sekali pengenalan
lebih lanjut mengenai beberapa sifat-sifat fisis tanah. Sifat-sifat ini berpengaruh
langsung atas mudah atau sulitnya penanganan tanah, pemilihan peralatan dan
laju produksi peralatan.
2.2 Sifat-sifat Tanah
Menurut Rochmanhadi (1982), material tanah (soil) tidak mempunyai
sifat yang benar-benar khas, berbeda sekali dengan beton dan baja. Material
tanah di alam terdiri dari dua bagian yaitu bagian padat terdiri dari partikel-
partikel material tanah yang padat, sedangkan bagian pori berisi air dan udara.
Sifat-sifat fisik material tanah juga perlu diketahui, tetapi yang penting disini
adalah keadaan material tanah yang dapat berpengaruh terhadap volume
tanah yang dijumpai dalam usaha pemindahan tanah, yaitu :
a. Keadaan asli sebelum diadakan pengerjaan. Ukuran material tanah
demikian biasanya dinyatakan dalam ukuran alam, yaitu bank measure (BM)
keadaan ini digunakan sebagai dasar perhitungan jumlah pemindahan tanah.
b. Keadaan lepas, yakni keadaan suatu material tanah setelah diadakan suatu
pengerjaan (disturbed). Material tanah demikian misalnya terdapat di atas
truck, di dalam bucket, dan sebagainya. Ukuran volume material tanah dalam
keadaan lepas biasanya dinyatakan dalam loose measure (LM) yang besarnya
sama dengan BM + % swell (kembang) x BM. Faktor swell ini biasanya
tergantung dari jenis tanah. Dapat dimengerti bila LM mempunyai nilai
yang lebih besar dari BM.
7
c. Keadaan padat adalah keadaan tanah setelah ditimbun kembali kemudian
dipadatkan. Volume tanah setelah diadakan pemadatan mungkin lebih besar
atau mungkin lebih kecil dari volume keadaan bank. Hal ini tergantung usaha
pemadatan yang dilakukan.
Pada tabel 2.1 dapat dilihat besarnya swell pada jenis-jenis tanah, namun
perlu diketahui bahwa angka-angka pada tabel 2.1 tidak pasti. Hal ini tergantung
dari berbagai faktor yang dijumpai secara nyata di lapangan.
Tabel 2.1 Faktor Kembang
Jenis Tanah Swell (% BM)
- Pasir 5 – 10
- Tanah Permukaan (top soil) 10 – 25
- Tanah Biasa 20 – 45
- Lempung (clay) 30 – 60
- Batu 50 – 60
Sumber : Alat-alat Berat dan Penggunaannya, Rochmanhadi 1982
Sedangkan tabel 2.2 diberikan conversation ratio untuk beberapa jenis
tanah dalam keadaan bank measure, loose measure, compacted measure.
Tabel 2.2 Faktor Konversi Untuk Volume Material
Jenis Tanah Kondisi Tanah Perubahan Volume Tanah
Asli Lepas Padat
Sand
(Pasir)
Asli Lepas
Padat
1.00 0.90
1.05
1.11 1.00
1.17
0.95 0.86
1.00
Soil
(Tanah Liat Berpasir)
Asli
Lepas Padat
1.00
0.80 1.11
1.25
1.00 1.39
0.90
0.72 1.00
Clay
(Tanah Liat)
Asli
Lepas Padat
1.00
0.70 1.11
1.43
1.00 1.59
0.90
0.63 1.00
Sand & Gravel (Tanah Campur Kerikil)
Asli
Lepas
Padat
1.00
0.85
0.93
1.18
1.00
1.09
1.08
0.91
1.00
Gravel (Kerikil)
Asli
Lepas
Padat
1.00
0.88
0.97
1.13
1.00
1.10
1.03
0.91
1.00
Firmed Gravel
(Kerikil Kasar)
Asli Lepas
Padat
1.00 0.70
0.77
1.42 1.00
1.10
1.29 0.91
1.00
Sumber : Alat-alat Berat dan Penggunaannya, Rochmanhadi 1982
Selain keadaan tersebut di atas, menurut Rochmanhadi (1982) perlu
8
diketahui pula faktor tanah yang dapat mempengaruhi produktivitas alat berat,
antara lain :
(1) Berat Material
Berat material adalah berat tanah dalam keadaan asli atau lepas pada suatu
volume tertentu (ton/m3). Berat material ini akan berpengaruh terhadap
volume yang diangkut/didorong, berhubungan dengan draw bar pull (DBP)
atau tenaga tarik.
(2) Kekerasan
Tanah yang lebih keras akan lebih sukar untuk dikerjakan oleh suatu alat,
sehingga kekerasan tanah ini berpengaruh terhadap produktivitas alat. Oleh
karenanya diperlukan pengukuran kekerasan tanah.
(3) Daya Ikat/Kohesivitas
Merupakan kemampuan untuk saling mengikat diantara butir tanah itu
sendiri, sifat ini berpengaruh terhadap alat, misalnya pengaruh terhadap
spillage factor (faktor luber).
(4) Bentuk Material
Bentuk material yang dimaksudkan disini didasarkan pada ukuran butir kecil
akan terdapat rongga yang berukuran kecil pula, demikian pula pada
tanah dengan ukuran butir besar akan membentuk rongga yang besar. Ukuran
butir berpengaruh terhadap pengisian bucket, dengan mengingat kapasitas
munjung dan rongga tanah yang ada dalam bucket. Konversi juga perlu
dilakukan terhadap pengembangan (swelling) dan penyusutan (shrinkage)
material tersebut.
2.3 Jenis-jenis Tanah
Tanah dapat digolongkan menurut ukuran butir-butir yang menyusunnya,
menurut sifat-sifat fisisnya, atau menurut perilakunya apabila kandungan
kelembabannya berubah-ubah. Seorang kontraktor terutama memperhatikan lima
jenis tanah yaitu kerikil, pasir, lumpur, lempung dan bahan organik. Batas-batas
ukuran butiran yang sering digunakan sekarang ini adalah sebagai berikut :
9
1. Kerikil (gravel) adalah bahan seperti batu-batuan yang butir-butirnya
lebih besar dari ¼ in (6 mm). Ukuran-ukuran yang lebih besar dari sekitar 10
in biasanya disebut batu.
2. Pasir (sand) adalah batu-batuan yang hancur yang butir-butirnya mempunyai
ukuran yang bervariasi dari yang sebesar kerikil sampai 0,002 in (0,05 mm).
Pasir dapat digolongkan sebagai pasir kasar dan halus, tergantung pada
ukuran butirnya. Pasir adalah bahan yang lepas, atau tidak kohesif yang
kekuatannya tidak dipengaruhi oleh kandungan kelembabannya.
3. Lumpur (silt) adalah pasir yang halus, dan dengan demikian merupakan suatu
bahan berbutir yang butir-butirnya lebih kecil dari 0,002 in (0,05 mm), dan
lebih besar dari sekitar 0,005 mm. Lumpur adalah bahan yang tidak kohesif,
dan kekuatannya kecil atau tidak ada sama sekali. Bahan ini sangat sukar
memadat.
4. Lempung (clay) adalah bahan yang kohesif yang butir-butirnya berukuran
mikroskopik, kurang dari sekitar 0,005 mm. Kohesif antara butir-butirnya
memberikan kekuatan yang cukup besar pada lempung ketika kering.
Lempung mengalami perubahan-perubahan volume yang cukup besar dengan
berubah-ubahnya kandungan kelembaban. Apabila lempung digabung dengan
tanah berbutir, maka kekuatan tanah yang demikian sangat bertambah besar.
5. Bahan organik (organic) adalah bahan tumbuh-tumbuhan yang sebagian telah
hancur. Jika bahan organik tersebut ada di tanah yang akan digunakan untuk
maksud-maksud konstruksi, bahan itu harus disingkirkan dan harus diganti
dengan tanah yang lebih cocok.
2.4 Manajemen Alat Berat
Menurut Wilopo (2011), manajemen pemilihan dan pengendalian alat
berat adalah proses merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengendalikan
alat berat untuk mencapai tujuan pekerjaan yang ditentukan. Beberapa faktor yang
harus diperhatikan dalam pemilihan alat berat, sehingga kesalahan dalam
pemilihan alat dapat dihindari, antara lain adalah :
10
1. Fungsi yang harus dilaksanakan. Alat berat dikelompokkan berdasarkan
fungsinya, seperti untuk menggali, mengangkut, meratakan permukaan;
2. Kapasitas peralatan. Pemilihan alat berat didasarkan pada volume total atau
berat material yang harus dikerjakan. Kapasitas alat yang dipilih harus sesuai
sehingga pekerjaan dapat diselesaikan pada waktu yang telah ditentukan;
3. Cara operasi. Alat berat dipilih berdasarkan arah (horizontal maupun vertikal)
dan jarak gerakan, kecepatan, frekuensi gerakan;
4. Pembatasan dari metode yang dipakai. Pembatasan yang mempengaruhi
pemilihan alat berat antara lain peraturan lalu lintas, biaya, dan
pembongkaran. Selain itu metode konstruksi yang dipakai dapat membuat
pemilihan alat dapat berubah;
5. Ekonomi. Selain biaya investasi atau biaya sewa peralatan, biaya operasi dan
pemeliharaan merupakan faktor penting didalam pemilihan alat berat;
6. Jenis proyek. Ada beberapa jenis proyek yang umumnya menggunakan alat
berat. Proyek-proyek tersebut antara lain proyek gedung, pelabuhan, jalan,
jembatan, irigasi, dan pembukaan hutan;
7. Lokasi proyek. Lokasi proyek juga merupakan hal lain yang perlu
diperhatikan dalam pemilihan alat berat. Sebagai contoh lokasi proyek di
dataran tinggi memerlukan alat berat yang berbeda dengan lokasi proyek di
dataran rendah;
8. Jenis dan daya dukung tanah. Jenis tanah di lokasi proyek dan jenis material
yang akan dikerjakan dapat mempengaruhi alat berat yang akan dipakai.
Tanah dapat dalam kondisi padat, lepas, keras, atau lembek;
9. Kondisi lapangan. Kondisi dengan medan yang sulit dan medan yang baik
merupakan faktor lain yang mempengaruhi pemilihan alat berat.
Selain itu, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun rencana kerja
alat berat antara lain :
1. Volume pekerjaan yang harus diselesaikan dalam batas waktu tertentu;
2. Dengan volume pekerjaan yang ada tersebut dan waktu yang telah ditentukan
harus ditetapkan jenis dan jumlah alat berat yang diperlukan untuk
menyelesaikan pekerjaan tersebut;
11
2.5 Jenis-jenis Alat Berat
Analisis peralatan ini diarahkan pada produksi persatuan waktu atau yang
disebut produktivitas, prinsipnya untuk mendapatkan produktivitas peralatan ini
sangat ditentukan oleh volume. Masing-masing peralatan dicari produksinya
melalui dengan cara perumusan.
2.5.1 Backhoe/excavator
Backhoe/excavator menurut Rochmanhadi (1982), alat untuk penggali,
pengangkat maupun pemuat tanpa harus berpindah tempat menggunakan
tenaga power take off dari mesin yang dimiliki, yang terdiri dari tiga bagian utama
sebagai berikut :
a. Bagian atas revolving unit (bisa berputar)
b. Bagian bawah travel unit (untuk berjalan, gerak maju dan mundur)
c. Bagian attachment adalah perlengkapan yang dapat diganti sesuai kebutuhan.
Produktivitas backhoe/excavator dinyatakan dengan rumus :
Cm
EP
x6003xq ......................................................................................... (2.1)
Produksi per siklus,
Kxqq 1 .................................................................................................... (2.2)
Dimana :
P = produksi per jam (m3/jam); q = produktivitas per siklus (m
3);
E = faktor efisiensi; Cm = waktu siklus backhoe/excavator;
q1 = kapasitas bucket (m3); K = faktor bucket.
2.5.2 Dump truck
Dump truck menurut Rochmanhadi (1982), suatu alat yang berfungsi
memindahkan suatu material dari suatu tempat ke tempat lain. Umumnya
dikenal tiga macam dump truck :
1. Side dump truck (penumpahan ke samping),
2. Rear dump truck (penumpahan ke belakang),
12
3. Rear and Side dump truck (penumpahan ke belakang dan ke samping).
Dump truck suatu alat angkut yang dipergunakan untuk memindahkan
material pada jarak menengah sampai jarak jauh. Pelaksanaan angkutan ini akan
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya waktu mengangkut, waktu kembali,
waktu muat dan menuang secara manuver. Jumlah waktu dari gerakan ini
merupakan waktu siklus dump truck.
Rochmanhadi (1985), mengemukakan waktu siklus dump truck terdiri
dari waktu muat, waktu angkut, waktu kembali, waktu bongkar muatan dan
mengatur posisi serta dipengaruhi pula oleh beberapa faktor, antara lain faktor
kerja, kondisi kerja dan kondisi jalan kerja.
Produksi per jam total dari beberapa dump truck yang sama dapat
dihitung dengan rumus (2.3). Kombinasi, maka seyogyanya bahwa kapasitas
operasi dump truck dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Kapasitas yang dipilih harus berimbang dengan alat pemuatnya. Jika
tidak berimbang akan terjadi antrian atau menunggu terlalu lama, atau sebaliknya
alat pemuat yang menunggu. Perbandingan truck dan alat pemuat = 4-5 : 1
(kapasitas truck 4 sampai 5 kali bucket alat pemuat). Dengan memperhatikan
faktor untung dan rugi, kiranya cukup pertimbangan. Namun selain itu juga harus
diperhatikan situasi lokasi pekerjaan sehingga kapasitas dump truck harus sesuai
dengan kebutuhan dan efisiensi.
Produktivitas dump truck dinyatakan dengan rumus (2.3).
8
8
8
8
8
8
8
8
Manuver out
Manuver out
Manuver in
Manuver in
Loading Dumping
Hauling
Return
Gambar A.2.1 : Waktu Siklus Dump Truck
Sumber : Rochmanhadi (1982)
13
MxC
EP
mc
t60xC ....................................................................................... (2.3)
Dimana :
P = produksi per jam (m3/jam); C = produktivitas per siklus (m
3);
Et = faktor efisiensi; Cmc = waktu siklus dump truck;
M = jumlah dump truck yang bekerja (unit).
Faktor efisiensi diperoleh dari rumus (2.3).
Produksi per siklus,
KxqxnC 1 .............................................................................................. (2.4)
Dimana :
n = jumlah siklus muat untuk memuati dump truck (kali);
q1 = kapasitas bucket (m3);
K = faktor bucket.
Persamaan rumus yang digunakan jika dump truck dipakai bersamaan
dengan loader digunakan rumus (2.4).
ms
s
mt C
EKxMx
C
Ex 11 qx6060xC .................................................................. (2.5)
q1 = kapasitas bucket munjung (m3);
Cms = waktu siklus dari loader (menit);
Es = efisiensi kerja loader;
K = faktor bucket.
2
2
1
1
DDt
Vt
VCxnC msmt .................................................................... (2.6)
Cmt = waktu muat + waktu angkat + waktu buang dan stand by waktu kembali
waktu tunggu;
Cmt = waktu siklus dump truck (menit);
n = jumlah siklus loader untuk mengisi dump truck (kali);
Cms = faktor siklus loader (menit);
D = jarak angkut dump truck (meter);
V1 = kecepatan maksimum bermuatan (km/jam);
14
V2 = kecepatan maksimum tanpa beban (km/jam);
t1 = waktu buang + waktu stand by sampai saat pembuangan atau dumping
dimulai (menit);
t2 = waktu untuk pengisian dan untuk loader mulai mengisi (menit).
Jumlah siklus alat muat,
Kqn
1
1C ..................................................................................................... (2.7)
Dimana :
n = jumlah siklus loader untuk mengisi dump truck (kali);
C1 = kapasitas muat dump truck (m3);
q1 = kapasitas bucket loader (m3);
K = faktor bucket.
TruckDumpMuatWaktu
TruckDumpSiklusWaktuM ................................................................... (2.8)
Adapun faktor-faktor pendukung untuk memperhitungkan rumus-rumus
diatas dapat digunakan faktor-faktor yang tertera pada Lampiran Tabel B.2.3
Halaman 47 sampai dengan Lampiran Tabel B.2.8 Halaman 48, serta Lampiran
Tabel B.2.10, Tabel B.2.12, Tabel B.2.14, dan Lampiran Tabel B.2.15 Halaman
50.
2.5.3 Wheel loader
Fungsi utama alat berat loader pada pekerjaan konstruksi adalah sebagai
alat pemuat, terutama untuk memuat material ke dalam dump truck. Alat ini juga
sering digunakan di stock pile untuk memindahkan material hasil pemecahan dari
stone crusher. Loader terbagi atas dua jenis, yaitu :
a. Crawler Loader
Loader jenis ini menggunakan ban dari besi (track) yang cocok digunakan
pada daerah dengan kondisi medan berat dengan permukaan tanah yang tidak
rata.
15
b. Wheel Loader
Wheel loader menggunakan ban karet sehingga memiliki mobilitas yang lebih
tinggi dibandingkan dengan crawler loader.
Wheel loader adalah suatu alat berat yang mirip dengan dozer shovel,
tetapi beroda karet (ban) sehingga baik kemampuan maupun kegunaannya sedikit
berbeda yaitu hanya mampu beroperasi di daerah yang keras dan rata, kering tidak
licin karena traksi di daerah basah akan rendah,tidak mampu mengambil tanah
“bank” sendiri atau tanpa dibantu dozing/stock pilling terlebih dahulu dengan
bulldozer. Produktivitas wheel loader dinyatakan dengan rumus (2.9).
sW
ExxqQ
60 ............................................................................................. (2.9)
Dimana :
Q = produksi alat per jam (m³/jam)
q = produksi tiap siklus (m3) = q1 x k
q1 = kapasitas bucket (m3) k = faktor bucket
E = faktor efisiensi kerja total Ws = waktu siklus
2.5.4 Motor grader
Motor grader adalah suatu peralatan yang dapat digunakan untuk
mengupas, memotong meratakan suatu pekerjaan tanah, terutama pada saat
finishing, membuat kemiringan tanah atau badan jalan dan pemeliharaan jalan
kerja. Produktivitas dari motor grader dinyatakan dalam “waktu bekerjanya”,
berbeda halnya dengan produksi bulldozer atau peralatan penggusur tanah
lainnya, yang dihitung dalam satuan volume yang dikerjakan persatuan waktu.
Hal yang terpenting adalah jumlah passing/lintasan yang diperlukan dalam
mengerjakan suatu medan, karena waktu bekerja dari motor grader bersangkutan
dengan pekerjaan peralatan medan.
Rochmanhadi (1982), menyatakan pengalaman operator sangat
berpengaruh terhadap kondisi grader, sehingga dapat ditentukan beberapa lintasan
yang diperlukan. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kapasitas produksi kerja
yang dihasilkan. Produksi motor grader dinyatakan dengan rumus (2.10).
16
ExxLLxVQ oeA 1000 ...................................................................... (2.10)
Dimana :
QA = luas operasi per jam (m2/jam); Le = panjang blade efektif (m);
V = kecepatan kerja (km/jam); Lo = lebar tumpang tindih/overlap (m);
E = faktor efisiensi.
nxLL
wNtripJumlah
oe .............................................................. (2.11)
Dimana :
w = lebar total untuk pekerjaan leveling (m);
N = jumlah trip yang dibutuhkan untuk mencapai permukaan yang
dikehendaki;
Le = panjang blade efektif (m);
Lo = lebar tumpang tindih/overlap (m);
n = jumlah siklus motor grader.
Faktor-faktor dalam memperhitungkan produksi motor grader dapat
dilihat Lampiran Tabel B.2.16 Halaman 50 sampai dengan Lampiran Tabel B.2.18
Halaman 51.
2.5.5 Water tanker
Water tanker digunakan untuk mengangkut air, yang digunakan untuk
menyiram permukaan material yang dipadatkan atau untuk keperluan
lainnya. Pada proses pemadatan lapisan pondasi bawah terlalu kering maka
disiram air pada lapisan ini. Banyaknya air yang disiram dari mobil tangki air
ditentukan secara visual artinya kadar air yang disiramkan tidak melebihi kadar air
optimum oleh pengawas lapangan sedemikian hingga agregat tidak terlalu basah.
Jika kadar air kurang ditambahkan pada saat penggilasan pada pekerjaan
pemadatan digunakan vibrator roller dengan bobot 8 ton.
Kepadatan umumnya dicapai dengan 8 sampai 10 passing secara
memanjang di atas lapisan pondasi bawah. Setelah pekerjaan lapisan pondasi
17
bawah selesai dilanjutkan dengan pekerjaan lapisan pondasi atas. Untuk
menghitung produktivitas kerja alat water tank digunakan rumus (2.12).
cW
ExnxCQ ............................................................................................ (2.12)
Dimana :
Q = produksi alat per jam (m³/jam); n = pengisian tangki perjam
C = kapasitas bak/volume tangki (m³); E = faktor efisiensi kerja total
Wc = kebutuhan air/m³ material padat
2.5.6 Vibrator roller
Menurut Rochmanhadi (1982), vibrator roller adalah alat yang
memungkinkan digunakan secara luas dalam tiap jenis pekerjaan pemadatan. Efek
yang diakibatkan vibrator roller adalah gaya dinamis terhadap tanah. Butir-butir
tanah cenderung mengisi bagian-bagian kosong yang terdapat diantara butir-
butirnya. Sehingga akibat getaran ini tanah menjadi padat, dengan susunan yang
lebih kompak.
Menurut Soedrajat (1982), vibrator roller berfungsi sebagai alat
pemadat. Untuk menghitung produktivitas kerja alat vibrator roller digunakan
rumus (2.13) dan menggunakan faktor-faktor pendukung pada Lampiran Tabel
B.2.9 Halaman 48 sampai dengan Lampiran Tabel B.2.12 Halaman 49.
pxN
ExSxWP ...................................................................................... (2.13)
Dimana :
P = produktivitas kerja vibrator roller (m3/jam);
W = lebar roller (m); S = kecepatan gerak alat (km/jam);
E = efisiensi kerja alat; N = jumlah lewat bolak-balik;
p = tebal pemadatan (m).
2.5.7 Compressor
Menurut Rochmanhadi (1982), compressor adalah alat yang digunakan
untuk membersihkan permukaan dari debu dan kotoran lain. Apabila pada satu
18
permukaan dilaksanakan pekerjaan prime coat atau tack coat, permukaan tersebut
harus benar-benar bersih, sehingga diperlukan compressor untuk
membersihkannya. Kapasitas produksi dinyatakan dalam m2/jam, yang berarti
berapa luas daerah yang dapat dibersihkan dalam setiap satu jam, kapasitas
compressor adalah 6500 m2/jam.
Untuk menghitung produktivitas dan luas kerja alat compressor
digunakan rumus (2.14) dan (2.15) serta menggunakan Lampiran Tabel B.2.12
Halaman 49 dan Lampiran Tabel B.2.18 Halaman 51.
N
ExSxWP ........................................................................................... (2.14)
L = p x l .................................................................................................. (2.15)
Dimana :
P = produktivitas kerja compressor (m2/jam);
W = lebar sapu putar compressor (m);
S = kecepatan gerak alat rata-rata (m/jam);
E = efisiensi kerja alat; N = jumlah lewat bolak-balik;
L = luas kerja compressor (m2); p = panjang area kerja compressor (m);
l = lebar area kerja compressor (m);
2.5.8 Asphalt sprayer
Menurut Rochmanhadi (1982), asphalt sprayer adalah mesin
penyemprotan aspal cair (prime coat). Penyemprotan ini dilakukan setelah
permukaan jalan dibersihkan. Aspal yang dikeluarkan oleh mesin ini bukan hanya
mengalir begitu saja melainkan disemprot dengan kuat akan ditutupi dengan
sempurna. Kapasitas produksi asphalt sprayer dinyatakan dengan rumus (2.16)
dan faktor-faktor pendukung yang dapat dilihat pada Lampiran Tabel B.2.18
Halaman 51.
peswP ... ........................................................................................ (2.16)
19
Dimana :
P = produktivitas kerja mesin asphalt sprayer;
w = lebar penyemprotan; s = kecepatan gerak (m/jam);
e = efisiensi kerja alat : 0,75%; p = tebal tack coat (m).
2.5.9 Asphalt finisher
Menurut Rochmanhadi (1982), asphalt finisher adalah alat yang
berfungsi untuk menghamparkan material yang telah diproses oleh mixing plant
yang disebut dengan aspal beton dari AMP diangkut dengan dump truck ke lokasi
pekerjaan dan dituangkan ke asphalt finisher. Asphalt finisher mempunyai roda
belakang (crawler track), dapat menampung processed material, pada asphalt
finisher terdapat alat seperti hopper tetapi tidak mempunyai alas sehingga material
pavement yang dituangkan dari truck langsung ke bawah, dibagian belakangnya
terdapat pisau selebar hopper tersebut, yang diatur sedemikian rupa, sehingga
tingginya di atas jalan 0-14 cm (belum padat) menurut yang diinginkan.
Secara garis besar cara kerjanya dapat diterangkan sebagai berikut :
processed material dari mixing plant yang dibawa truck dimasukkan kedalam
hopper. Hopper ini mempunyai alas conveyor belt dari karet yang dapat
mengeluarkan material tersebut. Conveyor ini dibagi menjadi dua bagian yang
dapat digerakkan tersendiri, karena adanya conveyor ini maka feeding tidak
tergantung kepada kecepatan maju asphalt finisher ini, dengan demikian jika
misalnya kebutuhan material sebelah kiri tidak sama dapat dilaksanakan, juga
misalnya untuk memperbaiki grade melintang akibat kesalahan. Penggunaan
asphalt finisher dimaksud untuk mendapatkan hamparan yang meratakan sesuai
dengan yang dibutuhkan. Kapasitas produksi asphalt finisher dinyatakan dengan
rumus (2.13) dan faktor-faktor pendukung yang dapat dilihat pada Lampiran
Tabel B.2.18 Halaman 51.
peswP ... ........................................................................................ (2.17)
Dimana :
P = produktivitas kerja mesin asphalt sprayer;
20
w = lebar penyemprotan; s = kecepatan gerak (m/jam);
e = efisiensi kerja alat : 0,75%; p = tebal tack coat (m).
2.5.10 Tandem roller
Menurut Rochmanhadi (1982), tandem roller ini adalah alat yang
memberikan lintasan yang sama pada masing-masing rodanya, beratnya antara 8
sampai 14 ton. Penambahan yang diakibatkan oleh pengisian zat cair (ballasting)
berkisar antara 25% hingga 60% dari pada berat penggilas. Untuk mendapatkan
penambahan kepadatan pada pekerjaan penggilasan biasanya digunakan three axle
roller, penggunaan tandem roller pada penggilas batu-batuan yang keras dan
tajam, sebaiknya jangan digunakan sebab akan merusak roda-roda penggilasnya.
Butir-butir aspal cenderung mengisi bagian-bagian kosong yang terdapat diantara
butir-butirnya. Akibat pemadatan ini aspal menjadi padat, dengan susunan yang
lebih kompak.
Menurut Soedrajat (1982), fungsi dari tandem roller sebagai alat pemadat
awal pada saat penghamparan aspal. Untuk menghitung produktivitas tandem
roller digunakan rumus (2.18) dan dapat menggunakan Lampiran Tabel B.2.9
Halaman 48 sampai dengan Lampiran Tabel B.2.12 Halaman 49.
pxN
ExSxWP ...................................................................................... (2.18)
Dimana :
P = produktivitas kerja vibrator roller (m3/jam);
W = lebar roller (m); S = kecepatan gerak alat (km/jam);
E = efisiensi kerja alat; N = jumlah lewat bolak-balik;
p = tebal pemadatan (m).
2.5.11 Pneumatic tyred roller
Menurut Rochmanhadi (1982), pneumatic tyred roller ini adalah roda-
roda penggilas. Jenis ini terdiri atas roda-roda dan karet yang di pompa pneumatic
susunan dari roda muka dan roda belakang selang-seling sehingga bagian yang
tidak tergilas oleh roda bagian muka, maka akan digilas oleh roda bagian
21
belakang. Roda-roda ini menghasilkan apa yang dinamakan kneading action
(tekanan) terhadap tanah sehingga membantu konsolidasi tanah. Tekanan yang
diberikan roda terhadap permukaan tanah dapat diatur dengan cara mengubah
tekanan ban. Semakin besar tekanan ban semakin besar tekanan yang terjadi pada
tanah, hal ini dapat memperbesar kneading action (tekanan) tadi. Menurut
Soedrajat (1984), menghitung produktivitas pneumatic tyred roller dapat
digunakan rumus (2.19).
pxN
ExSxWP ...................................................................................... (2.19)
Dimana :
P = produktivitas kerja vibrator roller (m3/jam);
W = lebar roller (m); S = kecepatan gerak alat (km/jam);
E = efisiensi kerja alat; N = jumlah lewat bolak-balik;
p = tebal pemadatan (m).
Adapun faktor-faktor dalam memperhitungkan rumus di atas dapat
dilihat pada Lampiran Tabel B.2.9 Halaman 48 sampai dengan Lampiran Tabel
B.2.12 Halaman 49.
2.5.12 Asphalt mixing plant
Menurut Rochmanhadi (1982), adalah alat pengolah aspal atau hot mixed
bituminous dengan agregat yang digunakan untuk kepentingan pembuatan
perkerasan jalan. Produktivitas aspal yang berkapasitas besar dilakukan dengan
menggunakan sebuah mixing plant (tempat pengolahan aspal). Asphalt mixing
plant (AMP) ada 2 (dua) macam tipe, batch type dan continues type. Untuk
continues type jarang kita jumpai di lapangan, kurang disukai karena pengendalian
mutunya sulit dikendalikan. Asphalt mixing plant (AMP) yang sering kita jumpai
di Indonesia adalah type TSAP series, karena pengendaliannya sederhana, mudah
dioperasikan, pengoperasiannya ekonomis, awet dan performance-nya tinggi.
Pada batch type mixing facilities, agregat di dalam hot bin dipisah-pisah
menurut ukurannya. Besarnya stock agregat didalam hot bin diatur sedemikian
sesuai dengan perbandingan fraksi ukuran didalam mixed design. Kalau ada salah
22
satu fraksi yang masuk ke hot bin terlalu banyak, maka dari corong over flow akan
terbuang keluar, maka dari itu perbandingan agregat kasar, agregat halus yang
masuk kedalam dryer diatur sesuai perbandingan yang dibutuhkan. Agregat per
batchnya yang sesuai dengan perbandingan mixed design masuk kedalam pugmill
untuk dicampur dengan aspal. Campuran aspal yang keluar dari pugmill sudah
siap diangkut truk untuk dihamparkan oleh asphalt finisher.
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian merupakan langkah-langkah yang dilakukan untuk
menyelesaikan permasalahan yang dilaksanakan secara sistematis dan terarah
sehingga diperoleh hasil yang di inginkan. Untuk memahami langkah-langkah
dalam penelitian ini diperlihatkan pada bagan alir flow chart penelitian pada
Lampiran A Halaman 39.
3.1 Pengumpulan Data
Guna menghitung besarnya produktivitas aktual, sebagaimana
dikemukakan di atas diperlukan pengumpulan sejumlah data. Data yang sudah
terkumpul lebih lanjut disesuaikan jenisnya dengan menggunakan teori-teori
literatur. Sesuai dari volume yang didapat, selanjutnya dianalisa produktivitas
peralatan dan waktu siklus dengan memperhatikan kendala-kendala yang ada.
Dengan didapatkan unsur-unsur di atas menurut cara memperolehnya ada dua
jenis data, yaitu data primer dan data sekunder.
3.1.1 Data primer
Data primer merupakan yang didapatkan melalui pengamatan langsung,
wawancara dengan pihak terkait atau hasil penelitian terhadap suatu objek, yang
termasuk kategori data primer adalah :
a. Pengamatan waktu yang dibutuhkan di lapangan untuk peralatan excavator,
dump truck, wheel loader, motor grader, vibrator roller, water tanker, tandem
roller, pneumatic tyred roller, compressor, asphalt sprayer dan asphalt finisher
untuk melaksanakan suatu kegiatan atau disebut dengan siklus.
b. Jam kerja peralatan di mulai dari pagi jam 07.00 WIB dan berakhir pada sore
hari jam 17.00 WIB (8 jam kerja efektif).
24
3.1.2 Data sekunder
Data sekunder adalah data yang sudah ada yang diperoleh pada suatu
badan atau instansi dan dapat langsung dipakai tanpa perlu pengolahannya yaitu
data peralatan alat-alat berat dari perusahaan PT. Duta Sarana yang selaku
pelaksana proyek (contractor), gambar bestek dan foto-foto alat berat. Sedangkan
asphalt mixing plant (AMP) alat pengolah aspal dengan agregat dari perusahaan
PT. Wirataco Mitra Mulia.
3.2 Tahap dan Jenis Pekerjaan
3.2.1 Backhoe/excavator
Backhoe/excavator sering juga disebut pull shovel, adalah alat dari
golongan shovel yang khusus dibuat untuk menggali material di bawah
permukaan tanah atau di bawah tempat kedudukan alatnya. Galian di bawah
permukaan ini misalnya parit, lubang untuk pondasi bangunan, lubang galian pipa
dan sebagainya. Keuntungan backhoe/excavator ini ialah menggali sambil
mengatur dalamnya galian yang lebih baik. Karena kekauan konstruksinya,
backhoe/excavator ini lebih menguntungkan untuk penggalian dengan jarak dekat
dan memuatkan hasil galian ke truk.
Tipe backhoe/excavator dibedakan dalam beberapa hal antara lain dari
alat kendali dan undercarriage (bagian bawahnya).
Menurut alat kendali :
1. Dengan kendali kabel (cable controlled),
2. Dengan kendali hidrolis (hydraulic controlled).
Menurut undercarriage-nya :
1. Roda rantai (crawler mounted),
2. Roda karet (wheel mounted).
Untuk mulai menggali dengan backhoe/excavator bucket dijulurkan ke
depan ke tempat galian, bila bucket sudah pada posisi yang diinginkan lalu bucket
diayun ke bawah seperti dicangkulkan, kemudian lengan bucket diputar ke arah
alatnya.
25
Setelah bucket terisi penuh lalu diangkat dari tempat penggalian dan
dilakukan swing, dan pembuangan material hasil galian dapat dilakukan ke truk
atau tempat yang lain.
3.2.2 Dump truck
Dump truck merupakan alat angkut guna mengangkut muatan material.
Lamanya pelayanan angkutan dump truck ini dipengaruhi oleh memuat, waktu
menuju ketempat buangan dan kembali ketempat, selain dari pada itu juga
dipengaruhi oleh kondisi pada waktu pemuat dan waktu dumping. Jenis pekerjaan
angkutan ini penulis mengamati peralatan dump truck merek mitsubishi
berkapasitas 6 m3.
Perhitungan produktivitas dump truck dihitung dengan mengetahui
berapa lama siklus dari dump truck tersebut. Dimulai dari berapa lama waktu yang
diperlukan untuk mengisi bak dump truck, berapa lama waktu yang diperlukan
dump truck berjalan ke lokasi penuangan material, berapa lama waktu yang
diperlukan untuk dump truck melakukan dumping dan berapa lama waktu siklus
dump truck. Waktu siklus adalah didapat dengan menjumlahkan seluruh elemen-
elemen gerakan, dari dimuati, berjalan, dumping dan ke balik posisi dimuati.
Produktivitas dump truck ditentukan oleh beberapa faktor meliputi waktu kerja,
kondisi kerja dan tata laksana. Faktor lain yang mempengaruhi produktivitas
dump truck adalah situasi dan kondisi jalan kerja untuk mendapatkan efisiensi
kerja yang tinggi, maka produktivitas harus ditingkatkan.
3.2.3 Wheel loader
Wheel loader bekerja dengan gerakan‐gerakan dasar pada bucket dan
cara membawa muatan untuk dimuatkan ke alat angkut (truck) atau alat yang lain.
Gerakan bucket yang penting ialah menurunkan bucket di atas permukaan tanah,
mendorong ke depan (memuat/menggusur), mengangkat bucket, membawa dan
membuang muatan. Apabila material harus dimuatkan ke alat angkut (truck),
misalnya truk, ada beberapa caracara pemuatan ialah :
a. V loading, ialah cara pemuatan dengan lintasan seperti bentuk huruf V,
26
b. Loading, truk berada di belakang loader, kemudian lintasan seperti membuat
garis tegak lurus,
c. Cross loading, cara pemuatan dengan truk juga ikut aktif,
d. Overhead loading, dengan loader khusus, bucket dapat digerakkan melintasi di
atas kabin operator.
Untuk menghitung produksi wheel loader, faktor yang mempengaruhi
adalah ukuran bucket, cycle time dan kondisi kerja/efisiensi kerja. Seperti halnya
pada alat lain, cycle time untuk loader terdiri atas “fixed time” (waktu tetap) dan
“variable time” (waktu tidak tetap), waktu tetap yang diperlukan ialah untuk
gerakan-gerakan berikut :
a. Raise time, ialah waktu dalam detik, yang diperlukan untuk menurunkan bucket
dari posisi dasar ke atas permukaan tanah,
b. Lower time, ialah waktu dalam detik, yang diperlukan untuk menurunkan
bucket kosong dari posisi tertinggi pada posisi dasar,
c. Dump time, ialah waktu dalam detik, yang diperlukan untuk menurunkan
bucket dari posisi muat maksimal untuk membuang muatan (dump).
3.2.4 Motor grader
Produktivitas dari motor grader dinyatakan dalam “waktu bekerjanya”,
berbeda halnya dengan produksi bulldozer atau peralatan penggusur tanah
lainnya, yang dihitung dalam satuan volume yang dikerjakan persatuan waktu.
Hal ini bahwa yang penting adalah jumlah passing/lintasan yang diperlukan dalam
mengerjakan suatu medan, karena yang diperlukan adalah waktu bekerja dari
motor grader yang bersangkutan dalam pekerjaan peralatan medan. Waktu ini
tergantung dari syarat ketelitian yang diperlukan untuk pekerjaan grading
tersebut.
Umumnya kecepatan operasinya relatif rendah dan konstan, hal ini
memberikan kesempatan agar lebih cermat kepada operator dalam pekerjaan
gradingnya. Pengalaman operator sangat berpengaruh terhadap kondisi
“gradingnya”, sehingga dapat ditentukan berapa laluan (passing) yang diperlukan
27
dalam “grading operation”, tentu saja hal ini akan berpengaruh terhadap waktu
bekerja, seperti termaksud di atas.
3.2.5 Water tanker
Water tanker digunakan untuk menyiram permukaan material yang
dipadatkan. Water tanker yang digunakan proyek ini memiliki kapasitas sebesar
4.500 liter.
3.2.6 Vibrator roller
Vibrator roller adalah alat pekerjaan pemadatan dan efek yang di
akibatkan gaya yang dinamis terhadap tanah. Sehingga akibat getaran ini tanah
menjadi padat, dengan susunan yang lebih kompak, pekerjaan vibrator roller ini
menggunakan arus bolak-balik yang dilakukan pada setiap siklus adalah rata-rata
6 kali arus bolak-balik. Sistem pendorong, vibrasi dan sistem mengemudi di
operasikan oleh tekanan hidrostatis, untuk menjamin penanganan yang termudah.
3.2.7 Compressor
Compressor adalah alat yang digunakan untuk membersihkan permukaan
dari debu dan kotoran lain. Apabila pada satu permukaan akan dilaksanakan
pekerjaan prime coat, permukaan tersebut harus benar-benar bersih, sehingga
diperlukan compressor untuk membersihkannya.
3.2.8 Asphalt sprayer
Asphalt sprayer ini adalah alat penyemprotan aspal cair (prime coat).
Penyemprotan ini dilakukan setelah permukaan jalan dibersihkan, barulah
disemprotkan aspal cair (prime coat).
3.2.9 Asphalt finisher
Asphalt finisher adalah alat yang berfungsi untuk menghamparkan
material yang telah diproses dari mixing plant, dan untuk mendapatkan lapisan
yang sangat merata.
28
3.2.10 Tandem roller
Tandem roller sebagai alat pemadat awal pada saat penghamparan aspal.
Tandem roller ini adalah yang memberikan lintasan yang sama pada masing-
masing rodanya, beratnya antara 6 sampai 8 ton. Pekerjaan tandem roller ini
menggunakan arus bolak-balik yang dilakukan pada setiap siklus adalah rata-rata
6 kali arus bolak-balik agar mendapat penambahan kepadatan pada pekerjaan
penggilasan biasanya digunakan three axle roller.
3.2.11 Pneumatic tyred roller
Pneumatic tyred roller ini adalah roda-roda penggilas jenis ini terdiri atas
roda-roda ban karet yang dipompa (pneumatic). Susunan dari roda muka dan roda
belakang, pekerjaan pneumatic tyred roller ini menggunakan arus bolak-balik
yang dilakukan pada setiap siklus adalah rata-rata 6 kali arus bolak-balik yang
dilakukan pada setiap siklus.
Sumbu dari roda dapat “bergoyang” mengikuti perubahan permukaan
tanah, hal ini dapat memperbesar “kneading action” (tekanan). Jumlah roda
biasanya 9 sampai 19 buah, 9 buah (4 roda depan dan 5 roda belakangnya), 11
buah (5 roda depan dan 6 roda belakangnya), 13 buah (6 roda depan dan 7 roda
belakangnya), 15 buah (7 roda depan dan 8 roda belakangnya).
3.3 Pengolahan Data
Data yang sudah terkumpul selanjutnya dihitung berdasarkan dari suatu
peralatan dan banyaknya peralatan yang di operasikan dengan menggunakan teori-
teori dan akan disesuaikan dengan kondisi-kondisi yang didapatkan di lapangan.
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini dikemukakan hasil yang diperoleh dari pengolahan data dan
pembahasannya yang mengacu pada teori-teori serta pembahasan dari pokok
permasalahan. Setiap peralatan mempunyai kemampuan produktivitas tertentu.
Penyebab produktivitas peralatan yang sama untuk setiap kali pengoperasiannya
disebabkan oleh adanya faktor-faktor hambatan.
Faktor hambatan dapat berupa kemampuan operator, keadaan jenis
material, situasi lokasi kerja dan tata cara dan dari masing-masing elemen gerakan
dilakukan penelitian dan pengukuran langsung di lapangan nantinya.
4.1 Hasil
Hasil penelitian yang didapat meliputi produktivitas dump truck, motor
grader, vibrator roller, compressor, asphalt sprayer, asphalt finisher, tandem
roller, pneumatic tyred roller, excavator, wheel loader, dan water tanker serta
menentukan waktu keseluruhan yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek
pembangunan jalan Tangkeh – Blang Luah Cs Kecamatan Woyla Timur
Kabupaten Aceh Barat dengan berdasarkan volume pekerjaan dan perhitungan
kapasitas produksi peralatan yang digunakan masing-masing alat.
4.1.1 Produktivitas dump truck
Dump truck merupakan alat angkut jarak jauh, pada pekerjaan ini dump
truck yang digunakn merk mitsubishi dengan ukuran kapasitas bucket 6 m3.
produktivitas dump truck ditentukan oleh faktor koreksi, kapasitas bucket dan
waktu siklus. produktivitas dump truck per hari ditentukan oleh jumlah dump
truck yang bekerja dan jumlah tiap kecepatan angkut dump truck direncanakan 30
km/jam dan kecepatan kembali 50 km/jam. kecepatan kembali direncanakan lebih
besar karena dalam keadaan kosong dan memungkinkan untuk melaju lebih cepat.
30
1. Pekerjaan timbunan urugan pilihan :
Produktivitas dump truck pada pekerjaan ini adalah 29,880 m3/jam dengan
jarak tempuh 32000 meter, untuk lebih jelasnya jumlah trip dump truck dapat
dilihat pada Lampiran Perhitungan 4.1.1 Halaman 52.
2. Pekerjaan lapisan pondasi agregat kelas B :
Produktivitas dump truck pada pekerjaan ini adalah 29,880 m3/jam dengan
jarak tempuh 32000 meter, untuk lebih jelasnya jumlah trip dump truck dapat
dilihat pada Lampiran Perhitungan 4.1.1 Halaman 52.
3. Pekerjaan lapisan pondasi agregat kelas A :
Produktivitas dump truck pada pekerjaan ini adalah 29,880 m3/jam dengan
jarak tempuh 32000 meter, untuk lebih jelasnya jumlah trip dump truck dapat
dilihat pada Lampiran Perhitungan 4.1.1 Halaman 52.
4. Pekerjaan lapisan pondasi aspal beton (AC-BC) :
Produktivitas dump truck pada pekerjaan ini adalah 29,880 m3/jam dengan
jarak tempuh 32000 meter, untuk lebih jelasnya jumlah trip dump truck dapat
dilihat pada Lampiran Perhitungan 4.1.1 Halaman 52.
4.1.2 Produktivitas motor grader
Motor grader digunakan untuk meratakan tanah, tumbuhan dan
mendapatkan elevasi yang diinginkan, motor grader yang digunakan merk
Komatsu Tipe D 57 S yang memiliki panjang blade 3,71 meter, kecepatan motor
grader sangat dipengaruhi oleh jenis pekerjaan, dalam hal ini diambil kecepatan
rata-rata untuk peralatan di areal yaitu 5 km/jam. Produktivitas motor grader
didapat 10,913 m2/jam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran
Perhitungan 4.1.2 Halaman 53.
4.1.3 Produktivitas vibrator roller
Vibrator roller adalah salah satu satu jenis roller yang digunakan.
pekerjaan dengan roller dimaksudkan untuk menstabilkan material yang telah
mengalami pengusikkan. Vibrator roller yang digunakan merk Bomag tipe BW
212 D-2 dengan kapasitas 15 ton, lebar roda 2 meter. Kecepatan yang diambil 2.5
31
km/jam dengan jumlah rata-rata 6 (lima) lintasan. Produktivitas vibrator roller
untuk pekerjaan timbunan 93,75 m3/jam, untuk pekerjaan pondasi
kelas B 2,100
m2/jam dan untuk pekerjaan lapisan pondasi A 2,800 m
2/jam. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Lampiran Perhitungan 4.1.3 Halaman 54.
4.1.4 Produktivitas compressor
Compressor adalah alat yang berfungsi untuk membersihkan permukaan
jalan dari debu dan kotoran lainnya sebelum pekerjaan prime coat dilaksakan.
Pada pekerjaan ini compressor yang digunakan merk Shell dengan kapasitas alat
6500 m2/jam dan produktivitas compressor sebesar 243,75 m
2/jam. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Lampiran Perhitungan 4.1.4 Halaman 55.
4.1.5 Produktivitas asphalt sprayer
Asphalt sprayer berfungsi sebagai penyemprot aspal cair pada pekerjaan
lapis resap pengikat. Aspal cair tersebut gunanya sebagai pengikat antara lapisan
yang satu dengan lapisan yang lain. Dalam pekerjaan ini lapisan resap digunakan
sebelum penghamparan lapisan asphalt AC – BC. Asphalt sprayer yang
digunakan adalah merk Hanta CS B 35. Produktivitas asphalt sprayer adalah
sebesar 150 m2/jam dengan luasan kerjanya alat 1,350 m
2. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Lampiran Perhitungan 4.1.5 Halaman 55.
4.1.6 Produktivitas asphalt finisher
Asphalt sprayer adalah alat untuk menghamparkan aspal. Alat ini bekerja
setelah mendapat pelayanan dari dump truck yaitu berupa penuangan aspal.
Setelah aspal berada pada hoppernya barulah asphalt finisher mulai bekerja. Alat
yang digunakan adalah merk barber green SA 41E. Produktivitas asphalt finisher
ini dengan ketebalan 0.05 m adalah 300 m2/jam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Lampiran Perhitungan 4.1.6 Halaman 56.
32
4.1.7 Produktivitas tandem roller
Tandem roller adalah alat pemadatan pertama. Tandem roller yang
digunakan merk Sakai MW 7708. Produktivitas tandem roller dengan ketebalan
yang diinginkan 0.05 m sebesar 31.25 m3/jam dengan volume pemadatan
permukaan jalan sebesar 700 m3 selama 2 hari kerja. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Lampiran Perhitungan 4.1.7 Halaman 56.
4.1.8 Produktivitas pneumatic tyred roller
Pneumatic tyred roller (PTR) adalah roller yang roda-roda gilasannya
terdiri dari ban-ban karet. Roller jenis ini digunakan pada penggilasan tahap II
untuk pengerjaan pengaspalan. Pada pekerjaan ini PTR yang digunakan adalah
merk Sakai TS 7409 dengan produktivitas yang dihasilkan sebesar 46.875 m3/jam.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran Perhitungan 4.1.8 Halaman 57.
4.1.9 Produktivitas excavator/backhoe
Backhoe/excavator merupakan alat untuk menggali material di bawah
permukaan tanah atau di bawah tempat kedudukan alatnya. Pada pekerjaan proyek
pembangunan jalan Tangkeh – Blang Luah Cs produktivitas Backhoe/excavator
yang dihasilkan sebesar 276,427 m3/jam dengan kapasitas produksi per jam 14,93
m3. Untuk lebih jelasnya hasil perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran
Perhitungan 4.1.9 Halaman 57.
4.1.10 Produktivitas wheel loader
Untuk menghitung produksi wheel loader, faktor yang mempengaruhi
adalah ukuran bucket, cycle time dan kondisi kerja/efisiensi kerja. Produktivitas
wheel loader yang dihasilkan sebesar 121,5 m3/jam dengan kapasitas produksi per
jam 101,25 m3. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran Perhitungan 4.1.10
Halaman 58.
33
4.1.11 Produktivitas water tanker
Water tanker yang digunakan pada proyek pembangunan jalan Tangkeh
– Blang Luah Cs memiliki kapasitas sebesar 4.500 liter, dengan produktivitas
water tanker yang dihasilkan sebesar 169 m3/jam. Untuk lebih jelasnya hasil
perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran Perhitungan 4.1.11 Halaman 58.
4.2 Pembahasan
Sesuai dengan pengolahan data yang didapat, waktu pelaksanaan
pekerjaan sangat berpengaruh terhadap volume pekerjaan dan besarnya kapasitas
produktivitas peralatan serta berhubungan erat dengan kerja peralatan dan jenis
masing-masing peralatan. Pekerjaan timbunan urugan pilihan diangkut oleh dump
truck sebanyak 9 (sembilan) unit dengan jarak angkut sejauh 32000 meter, motor
grader sebanyak 1 (satu) unit volume untuk timbunan urugan pilihan adalah 4,550
m3. Dengan waktu total keseluruhan motor grader untuk lapisan urugan pilihan
adalah sebesar 2,50 jam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran
Perhitungan 4.1.2 Halaman 53.
Pekerjaan lapisan pondasi agregat kelas B menggunakan 9 (sembilan)
unit dump truck dengan jarak angkut 32000 meter. Motor grader sebanyak 1
(satu) unit dan vibrator roller juga 1 (satu) unit. Volume pekerjaan lapisan
pondasi agregat kelas B adalah 2,100 m3 dengan waktu kerja masing-masing 2
hari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran Perhitungan 4.1.3 Halaman
54.
Pekerjaan lapisan pondasi agregat kelas A diangkut sejauh 32000 meter
dengan menggunakan 9 (sembilan) unit dump truck. Untuk pekerjaan meratakan
dan memadatkan material menggunakan motor grader dan vibrator roller masing-
masing sebanyak 1 (satu) unit. Volume pekerjaan lapisan agregat kelas A ini
adalah 2,800 m3 dengan waktu kerja masing-masing 3 hari. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Lampiran Perhitungan 4.1.3 Halaman 54.
Pekerjaan aspal (AC-BC) diangkut oleh 9 (sembilan) unit dump truck
dengan jarak angkut material sejauh 32000 meter dengan waktu kerja masing-
34
masing 2 (dua) hari dan prime coat dengan watu kerja masing-masing 1 (satu)
hari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran Perhitungan 4.1.5 Halaman
55.
Rincian dan rekapitulasi penggunaan alat-alat berat keseluruhannya,
berdasarkan volume, waktu dan produktivitas suatu alat berat dapat dilihat pada
Tabel dibawah ini beserta bentuk diagram penggunaan alat berat tersebut.
Tabel 4.1 : Penggunaan Alat Berat Berdasarkan Volume, Waktu dan Produktivitas
Sumber : Hasil Perhitungan, Penulis 2014
Gambar 4.1 Diagram Alat Berat Berdasarkan Volume, Waktu dan Produktivitas
Sumber : Hasil Perhitungan, Penulis 2014
NO NAMA ALAT BERAT VOLUME SATUAN WAKTU SATUAN PRODUKTIVITAS SATUAN
1 Asphalt Finisher 14000 m2 1 hari 300 m2/jam
2 Asphalt Sprayer 14000 m2 1 hari 150 m2/jam
3 Compressor 14000 m2 1 hari 243.75 m2/jam
4 Dump Truck 10150 m3 38 hari 29.88 m3/jam
5 Excavator/Backhoe 7000 m3 0 hari 276.427 m3/jam
6 Motor Grader 9450 m3 0.6 hari 10.913 m2/jam
7 Wheel Loader 21000 m3 19.3 hari 121.5 m3/jam
8 Tandem Roller 700 m3 2 hari 31.25 m3/jam
9 Pneumatic Tyre Roller 700 m3 2 hari 46.875 m3/jam
10 Vibrator Roller 9450 m3 10.9 hari 93.75 m3/jam
11 Water Tanker 28000 m3 18.4 hari 169 m3/jam
128450.000 m3 94 hari 1473.35 m3/jamTOTAL
35
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini mengemukakan kesimpulan yang di ambil dari hasil perhitungan
dan pembahasan yang dilakukan pada Bab IV. Saran-saran yang diberikan sesuai
dengan kesimpulan yang ada, dan beberapa saran yang diusulkan untuk
melengkapi penulisan tugas akhir ini.
5.1 Kesimpulan
Dari uraian pada pembahasan diatas, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pekerjaan timbunan urugan pilihan diangkut oleh Dump Truck sebanyak 9
(Sembilan) unit dan Motor Grader sebanyak 1 (satu) unit, volume untuk
timbunan urugan pilihan adalah 4,550 m3.
2. Pekerjaan lapisan pondasi agregat kelas B menggunakan 9 (sembilan) unit
Dump Truck, Motor Grader sebanyak 1 (satu) unit dan Vibrator Roller 1 (satu)
unit, volume pekerjaan lapisan pondasi agregat kelas B adalah 2,100 m3 dapat
diselesaikam dalam 2 hari.
3. Pekerjaan lapisan pondasi agregat kelas A diangkut dengan menggunakan 9
(sembilan) unit Dump Truck. Untuk pekerjaan meratakan dan memadatkan
material menggunakan Motor Grader dan Vibrator Roller masing-masing
sebanyak 1 (satu) unit, volume pekerjaan lapisan pondasi agregat kelas A ini
adalah 2,800 m3 dapat diselesaikan dalam 3 hari.
4. Pekerjaan prime coat selama 1 (satu) hari, dan pekerjaan aspal AC-BC selama
2 (dua) hari.
5. Pelaksanaan pekerjaan ini dapat dilaksanakan 16 (enam belas) hari lebih cepat
dari waktu yang tersedia 110 hari kerja dalam kontrak.
36
5.2 Saran
Supaya dapat terlaksananya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan yang
direncanakan, maka perlu diperhatikan antara lain :
1. Menempatkan peralatan di lokasi proyek dengan teratur tanpa mengganggu
pelaksanaan pekerjaan, dengan demikian waktu pelaksanaan pekerjaan menjadi
lebih efisien.
2. Melakukan perawatan pada jalan yang dilalui oleh Dump Truck menuju ke
tempat pengambilan material untuk lebih mempersingkat waktu.
3. Diharapkan nantinya ada penulisan lebih lanjut dengan menggunkan metode
penjadwalan yang berbeda sehingga didapat perbandingan waktu penyelesaian
pekerjaan secara keseluruhan.
37
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Rochmanhadi, 1985, Perhitungan Biaya Pelaksanaan Pekerjaan, Departemen
Pekerjaan Umum, Jakarta.
Rochmanhadi, 1982, Alat-alat Berat dan Penggunaannya, Departemen
Pekerjaan Umum, Jakarta.
Soedrajad, 1982, Efisiensi Penggunaan Alat Berat Pada Pengaspalan Jalan
Raya, Nova, Jakarta.
Wilopo, D., 2011, Metode Konstruksi dan Alat – Alat Berat, Fakultas Teknik
Universitas Indonesia, Jakarta.