analisis efektifitas penghitungan harga pokok …
TRANSCRIPT
ANALISIS EFEKTIFITAS PENGHITUNGAN HARGA POKOK
PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOB
ORDER COSTING (STUDI KASUS PADA UMKM KONVEKSI
KAOS LARISMANIS DI KEDIRI)
SKRIPSI
Oleh :
TRIO ADY WIDIANTO
NIM : 16520011
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2020
i
ANALISIS EFEKTIFITAS PENGHITUNGAN HARGA POKOK
PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOB
ORDER COSTING (STUDI KASUS PADA UMKM KONVEKSI
KAOS LARISMANIS DI KEDIRI)
SKRIPSI
Diusulkan untuk Penelitian Skripsi
Pada Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri (UIN)
Maulana Malik Ibrahim Malang
Oleh :
TRIO ADY WIDIANTO
NIM : 16520011
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2020
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
ANALISIS EFEKTIFITAS PENGHITUNGAN HARGA POKOK
PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOB
ORDER COSTING (STUDI KASUS PADA UMKM KONVEKSI
KAOS LARISMANIS DI KEDIRI)
SKRIPSI
Oleh
TRIO ADY WIDIANTO
NIM : 16520011
Telah disetujui 30 Mei 2020
Dosen Pembimbing,
Yuliati, S.Sos., MSA
NIDT. 19730703 20180201 2 184
Mengetahui:
Ketua Jurusan,
Dr. Hj. Nanik Wahyuni, SE., M.Si., Ak., CA
NIP. 19720322 200801 2 005
iii
HALAMAN PENGESAHAN
ANALISIS EFEKTIFITAS PENGHITUNGAN HARGA POKOK
PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOB
ORDER COSTING (STUDI KASUS PADA UMKM KONVEKSI
KAOS LARISMANIS DI KEDIRI)
SKRIPSI
Oleh
TRIO ADY WIDIANTO
NIM : 16520011
Telah Dipertahankan di Depan Penguji
Dan Dinyatakan Diterima Sebagai Salah Satu Persyaratan
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi (S.Akun)
Telah Diseminarkan …………..
Susunan Dewan Penguji Tanda Tangan
1. Ketua Penguji
Ditya Permatasari., MSA., Ak : ( )
NIDT. 19870902 20180201 2 183
2. Sekretaris/Pembimbing
Yuliati, S.Sos., MA : ( )
NIDT. 19730703 20180201 2 184
3. Penguji Utama
Zuraidah., SE., MSA : ( )
NIP. 197612102009 2 001
Mengetahui :
Ketua Jurusan,
Dr. Hj. Nanik Wahyuni, SE., M.Si., Ak., CA
NIP. 19720322 200801 2 005
iv
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Bismillahirahmanirrahim
Alhamdulillahirrabal’alamin, syukur ku ucapkan kepada Allah SWT yang telah
memberi hamba-Nya rahmat, hidayah dan anugerah. Seiring berjalannya
kehidupan yang penuh dengan perjuangan, maka terciptalah sebuah karya.
Karya ini ku persembahkan untuk:
Ayah dan Ibu tercinta “Sukaji & Purwati” atas segala pengorbanan, nasehat,
kasih sayang dan dukungan serta doa yang tiada henti. Kakak dan adik-adikku
“Sulis Widarto, Andi Witanto, dan Kevin Arovan” yang selalu memberikan
motivasi, semangat warna dan keceriaan dalam hidupku.
vi
Motto
“Kerjakan sesuatu dengan hati yang tersenyum”
-Trio-
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan
baik dan tepat waktu.Penulis mengangkat judul skripsi ini dengan judul “Analisis
Efektifitas Penghitungan Harga Pokok Produksi dengan Menggunakan Metode
Job Order Costing (Studi Kasus pada UMKM Konveksi Kaos Larismanis di
Kediri)”.
Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada Junjungan Nabi
Muhammad SAW yang telah membimbing kita dari kegelapan menuju jalan
kebaikan, yakni Din al-Islam.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir skripsi ini tidak
akan berhasil dengan baik tanpa adanya bimbingan dan sumbangan pemikiran dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis
sampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Abd Haris, M.Ag, selaku rektor Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
2. Bapak Dr. H. Nur Asnawi, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
3. Ibu Dr. Hj. Nanik Wahyuni, SE., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan
Akuntansi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
4. Yuliati,S.Sos., MSA selaku Dosen Pembimbingan skripsi yang telah
bersedia meluangkan waktu serta penuh kesabaran memberikan
bimbingan, petunjuk dan arahan yang sangat berharga sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan baik.
5. Bapak dan ibu Dosen beserta staf pengajar program studi Akuntansi
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang yang telah
memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi peneliti.
6. Bapak Rendra Kurnian P. selaku Pemilik UMKM konveksi kaos
Larismanis yang memberikan izin, mendukung dan membantu
menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.
viii
7. Bapak, Ibu, Kakak, Adik dan seluruh keluarga tercinta yang senantiasa
mendo’akan, memotivasi dan mendukung perjalanan skripsi ini.
8. Sahabat-sahabatku Ahmad Dlofirut Tamam, Achmad Maulana Malik
Ibrahim, Nafrizal Aldy, Muhammad Abbas Dzul Fikri, Mohammad
Maufiqil Hilmi, dan Muhammad Zawi Ikrar Abdi Ilahi yang telah menjadi
teman untuk berjuang bersama.
9. Teman diskusi masalah perkuliahan dan tugas akhir Anita Oktaviani.
10. Teman suka dan duka yang selalu memupuk semangat dalam
menyelesaikan skripsi Devi Wulandari.
11. Teman-teman seperjuangan jurusan akuntansi angkatan 2016 yang telah
memberikan semangat dan membantu menyelesaikan tugas akhir skripsi
ini.
12. Toko Andruw Laptop yang selama ujian dan mengerjakan skripsi menjadi
andalan saya dalam mencari jaringan wifi gratis.
13. Dan seluruh pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung
yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan, baik dalam proses pengkajian
materi, bahasa, maupun tata cara penulisan. Oleh karena itu, penulis harapkan
kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan
penulisan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak. Amin ya Rabbal’Alamin.
Malang, Mei 2020
Penulis,
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DEPAN
HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................................... v
HALAMAN MOTTO ....................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... xv
ABSTRAK ......................................................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 8
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................................. 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................................ 10
2.1 Penelitian Terdahulu .............................................................................................. 10
2.2 Kajian Teoritis ........................................................................................................ 19
2.2.1 Harga Pokok Produksi ................................................................................... 19
2.2.2 Metode Job Order Costing ............................................................................ 24
2.2.3 Karakteristik Metode Harga Pokok Pesanan .............................................. 24
2.2.4 Syarat penentuan Job Order Costing ............................................................ 27
2.2.5 Manfaat Job Order Costing ............................................................................ 28
x
2.2.6 Tahapan Job Order Costing ........................................................................... 30
2.2.7 Pengaruh Perhitungan Harga Pokok Produksi Terhadap Laba ............... 32
2.2.8 Pandangan Islam ............................................................................................ 33
2.3 Kerangka Berpikir ................................................................................................. 36
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................................. 39
3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian ........................................................................... 39
3.2 Lokasi Penelitian .................................................................................................... 40
3.3 Subjek Penelitian .................................................................................................... 40
3.4 Data dan Jenis Data ............................................................................................... 41
3.4.1 Data Primer ..................................................................................................... 41
3.4.2 Data Sekunder ................................................................................................. 41
3.5 Teknik Pengumpulan Data .................................................................................... 42
3.5.1 Pengamatan (Observasi) ................................................................................ 42
3.5.2 Wawancara ...................................................................................................... 42
3.5.3 Dokumentasi .................................................................................................... 43
3.6 Teknik Analisis Data .............................................................................................. 44
BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ................ 48
4.1 Paparan Data Perusahaan ..................................................................................... 48
4.1.1 Latar Belakang UMKM Konveksi Kaos Larismanis .................................. 48
4.1.2 Visi dan Misi UMKM Konveksi Kaos Larismanis ...................................... 50
4.1.3 Struktur Organisasi UMKM Konveksi Kaos Larismanis .......................... 51
4.1.4 Ruang Lingkup ............................................................................................... 52
4.1.5 Data Penelitian ................................................................................................ 53
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................................ 60
4.2.1 Penghitungan Harga Pokok Produksi yang Diterapkan
Perusahaan ...................................................................................................... 61
4.2.2 Penghitungan Biaya Produksi ....................................................................... 65
xi
4.2.3 Penghitungan Harga Pokok Produksi Menurut Metode Job Order
Costing ............................................................................................................. 86
4.24 Perbandingan Penghitungan Harga Pokok Produksi Menurut
Pertusahaan dan Penghitungan Harga Pokok Produksi Menurut
Metode Job Order Costing ............................................................................. 91
4.3 Integrasi Antara Harga Pokok Pesanan (Job Order Costing)
dengan Pandangan Islam............................................................................... 95
BAB V PENUTUP ............................................................................................................. 99
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 98
5.2 Saran ........................................................................................................................ 99
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 101
xii
DAFTAR TABEL
1.1 Laporan Penjualan Konveksi Larismanis Bulan Oktober, November
dan Desember Tahun 2019 ..................................................................................... 7
2.1 Relevansi Penelitian Terdahulu dengan Penelitian oleh Peneliti ........................ 10
4.1 Bahan-bahan yang Diperlukan dalam Pembuatan Kaos ..................................... 55
4.2 Aset Tetap yang Dimiliki oleh Konveksi Larismanis ........................................... 58
4.3 Peralatan yang Dimiliki oleh Konveksi Larismanis ............................................. 58
4.4 Daftar Harga Bahan-bahan dalam Pembuatan Kaos .......................................... 59
4.5 Daftar Gaji Karyawan dan Staff di Konveksi Larismanis .................................. 59
4.6 Daftar Biaya Lain Diluar Proses Produksi ............................................................ 59
4.7 Biaya Bahan Pembuatan Produk Pesanan Tanggal 7 2020 ................................. 63
4.8 Biaya Tenaga Kerja Pesanan Tanggal 7 2020 ....................................................... 63
4.9 Penghitungan Harga Pokok Produksi Pesanan Tanggal 7 2020 ......................... 63
4.10 Biaya Bahan Pembuatan Produk Pesanan Tanggal 25 2020 ............................... 64
4.11 Biaya Tenaga Kerja Pesanan Tanggal 25 2020 ..................................................... 65
4.12 Penghitungan Harga Pokok Produksi Pesanan Tanggal 25 2020 ....................... 65
4.13 Formulir Bahan Baku Pesanan Tanggal 7 Januari 2020 ..................................... 67
4.14 Formulir Tenaga Kerja Langsung Pesanan Tanggal 7 Januari 2020 ................. 69
4.15 Formulir Biaya Overhead Pabrik Pesanan Tanggal 7 Januari 2020 ................... 76
4.16 Formulir Bahan Baku Pesanan Tanggal 25 Januari 2020 ................................... 77
4.17 Formulir Tenaga Kerja Langsung Pesanan Tanggal 25 Januari 2020 ............... 79
418 Formulir Biaya Overhead Pabrik Pesanan Tanggal 25 Januari 2020 .................. 86
4.19 Harga Pokok Produksi Pesanan Tanggal 7 Januari 2020 .................................... 87
4.20 Kartu Harga Pokok Pesanan Tanggal 7 Januari 2020 ......................................... 88
4.21 Harga Pokok Produksi Pesanan Tanggal 25 Januari 2020 .................................. 89
4.22 Kartu Harga Pokok Pesanan Tanggal 25 Januari 2020 ....................................... 90
xiii
4.23 Tabel Perbandingan Penghitungan Harga Pokok Produksi Menurut
Perusahaan dan Menurut Metode Job Order Costing .......................................... 91
xiv
DAFTAR GAMBAR
2.1 Kerangka Berpikir Penelitian .................................................................................... 37
3.1 Bagan Teknik Analisis Data ....................................................................................... 47
4.1 Struktur Organisasi Konveksi Larismanis ............................................................... 51
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kartu Kendali
Lampiran 2 Biodata Peneliti
Lampiran 3 Transkip Wawancara
Lampiran 4 Data Dokumentasi
Lampiran 5 Observasi
xvi
ABSTRAK
Trio Ady Widianto. 2020, SKRIPSI. Judul: “Analisis Efektifitas Penghitungan
Harga Pokok Produksi dengan Menggunakan Metode Job Order
Costing (Studi Kasus pada UMKM Konveksi Kaos Larismanis di
Kediri)”
Pembimbing : Yuliati,S.Sos., MSA
Kata Kunci : Harga Pokok Produksi, Job Order Costing, Biaya Overhead
Pabrik
UMKM konveksi kaos Larismanis adalah usaha rumahan yang bergerak di
bidang produksi pakaian khususnya adalah kaos sablon yang berdiri sejak tahun
2016. Pada penghitungan harga pokok produksi disini belum menggunakan
metode yang tepat dan hanya melakukan penghitungan harga pokok produksi
dengan cara yang sederhana, padahal penghitungan tersebut sangat penting bagi
perusahaan manufaktur. Dengan dilakukanya penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efektifitas antara penghitungan harga pokok produksi menurut
perusahaan dan menurut metode job order costing.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan metode analisis deskriptif
yang mengacu pada studi komparatif. Obyek penelitian ini adalah UMKM
konveksi kaos Larismanis yang berlokasi di Jalan Kawi No.2 Mojoroto Kota
Kediri. Subyek penelitian ini adalah pemilik konveksi. Pengumpulan data
dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi
Hasil penelitian ini menunjukkan keefektifitasan penerapan penghitungan
harga pokok produksi menggunakan metode job order costing pada UMKM
konveksi kaos Larismanis yang membandingkan dengan penghitungan harga
pokok produksi yang telah diterapkan oleh perusahaan. Akan tetapi banyak biaya
overhead pabrik yang tidak tercantum dalam penghitungan harga pokok produksi.
Dengan demikian perusahaan perlu melakukan penghitungan harga pokok
produksi secara rinci.
xvii
ABSTRACT
Trio Ady Widianto. 2020, THESIS. Title: “Analysis of The Effectiveness of
Calculating The Cost of Production By Using Job Order Costing
Methods (Case Study at UMKM T-Shirt Convection Larismanis in
Kediri)”
Pembimbing : Yuliati,S.Sos., MSA
Mentor : Yuliati, S. Sos., MSA
Keywords : Cost of Production, Job Order Costing, Overhead Costs
Factory
Larismanis T-shirt manufacturing convection is a home-based business
engaged in the production of clothing in particular is a screen printing shirt that
was established in 2016. In calculating the cost of production here has not used
the right method and only calculates the cost of production in a simple way, even
though the calculation is very important for manufacturing companies. With this
research aimed at the effectiveness of calculating the cost of production
according to the company and according to the method of job order costing.
This type of research is qualitative with descriptive analysis method that
refers to comparative studies. The object of this research is the Larismanis T-shirt
convection located on Street Kawi No.2 Mojoroto, Kediri City. The subject of this
study is the owner of convection. Data collection is done through observation,
interviews, and documentation
The results of this study indicate the effectiveness of the implementation of
the calculation of the cost of production using the job order costing method in
Larismanis T-shirt convection that compares with the calculation of the cost of
production that has been applied by the company. However, many factory
overhead costs are not included in the calculation of the cost of production. Thus
the company needs to calculate the cost of production in detail.
xviii
مختصرة نبذة
, أطروحة. عنوان : “ تكلفة حساب فعالية تحليل باستخدام الإنتاج ٢٠٢٠ تريو دي ويديانتو .
حساب طريقة الطلب تكلفة الوظيفي (درا حالة سة الشر على الصغيرة كات والمتوسطة
تي من الحجم شيرت كلها بيعت في كدري)
MSA .,S.Sos المشرف : يولياتي
الكلمات الدالة : تكلفة البضاعة المباعة, سعر النظام , رسوم خارج الإنتاج
وجه على الملابس إنتاج في يعمل منزلي عمل هو القميص لصناعة الحراري لاريسمان
يستخدم لم هنا الإنتاج تكلفة حساب عند .٢٠١٦ عام في إنشاؤه تم الذي الشاشة طباعة قميص هو الخصوص
مهم شديد الحساب أن من الرغم على ، بسيطة بطريقة الإنتاج تكلفة فقط ويحسب الصحيحة الطريقة
.التصنيع لشركات
الهدف .المقارنة الدراسات إلى تشير التي الوصفي التحليل طريقة مع نوعي البحث من النوع هذا
كاوي شارع في الموجودة والمتوسطة الصغيرة للشركات الحراري مبيعا الأكثر القميص هو البحث هذا من
من البيانات جمع يتم .الحراري الحمل صاحب هو الدراسة هذه موضوع .كدري مدينة ، موجوروتو ٢ رقم
والتوثيق والمقابلات الملاحظة خلال
الطلب تكلفة حساب طريقة باستخدام الإنتاج تكلفة حساب تنفيذ فعالية إلى الدراسة هذه نتائج تشير
قبل من تطبيقها تم التي الإنتاج تكلفة حساب مع تقارن التي الحراري مبيعا الأكثر لقميص في الوظيفي
وبالتالي .الإنتاج تكلفة حساب في للمصنع العامة التكاليف من العديد تضمين يتم لا ، ذلك ومع .الشركة
.بالتفصيل الإنتاج تكلفة حساب إلى الشركة تحتاج
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini kemajuan dunia usaha jauh berkembang pesat, baik
dalam skala besar maupun kecil dan juga sektor industri yang memiliki
peranan penting dalam sektor perekonomian. Pesatnya pertumbuhan pada
dunia industri menimbulkan persaingan yang ketat hal itu terjadi antar
perusahaan dalam menghasilkan produk-produk berkualitas bagus dengan
harga yang cukup bersaing. Menurut Nuramalia (2019:2), menyatakan
bahwa menghadapi ketatnya persaingan usaha, perusahaan harus memiliki
strategi dan metode yang tepat agar produknya dapat bersaing dengan
produk kompetitor dan tetap menghasilkan laba sesuai dengan target yang
telah ditetapkan. Menurut Arif (2019:4) menjelaskan bahwa Sektor usaha
mikro kecil dan menengah (UMKM) merupakan salah satu industri yang
turut bersaing dalam memajukan perekonomian Indonesia.
Pesatnya pembangunan ekonomi di Indonesia, UMKM selalu
digambarkan sebagai sektor yang memiliki peranan penting. Abduh
(2018:1) mengungkapkan bahwa “sebagian besar penduduk Indonesia hidup
dalam kegiatan usaha kecil baik di sektor tradisional maupun modern”.
UMKM mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi
nasional, karena selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan
penyerapan tenaga kerja, UMKM juga berperan dalam perindustrian serta
pembangunan.
2
UMKM harus mempunyai strategi bersaing diantaranya adalah
keunggulan mutu produk yang tinggi serta harga yang bersaing.
“Keunggulan mutu produk terlihat dari penggunaan bahan baku yang
berkualitas serta harga jual produk yang tetap dapat bersaing di pasar”
(Meliala dkk., 2014:8). Kedua hal tersebut mengacu kepada perhitungan
harga pokok produksi yang harus dibuat seakurat mungkin supaya hasil
laporan harga pokok produksi benar-benar menggambarkan biaya yang
sesungguhnya terjadi dalam proses produksi.
Setiap badan usaha membutuhkan keunggulan dalam menghadapi
persaingan yang ketat dalam industri ini. Dari sekian banyak tujuan yang
hendak dicapai perusahaan adalah untuk mendapatkan laba. Demikian
halnya juga dengan konveksi Larismanis yang memproduksi kaos yang
didesain sesuai dengan pesanan pembeli, dimana kegiatan produksinya juga
tidak lepas dari usaha untuk memperoleh laba atau keuntungan. Menurut
(Simamora 2013:46) pengertian laba bersih adalah “laba bersih yang berasal
dari transaksi pendapatan, beban, keuntungandan kerugian”. Laba
dihasilkan dari selisih antara sumber daya masuk(pendapatan dan
keuntungan) dengan sumber daya keluar (beban dan kerugian) selama
periode waktu tertentu. Untuk menentukan besarnya biaya tersebut harus
tepat dan akurat sehingga harga pokok yang dihasilkan juga akan
menunjukkan harga pokok yang sesungguhnya.
Penentuan harga jual produk maupun jasa menjadi salah satu
perhatian khusus bagi suatu perusahaan dengan orientasi yang akan dicapai
3
yaitu berupa laba, (Mulyadi 2015:7) mengungkapkan bahwa “harga jual
produk merupakan hasil dari pada perhitungan harga pokok produksi”.
Sehingga penetapan harga pokok produksi yang baik akan menghasilkan
harga jual yang tepat. Oleh karena itu, perusahaan harus benar-benar
memperhatikan penentuan harga pokok produknya. Dengan demikian,
manajemen perusahaan perlu melakukan pengelolaan biaya dalam
pelaksanaan operasional usahanya.
Harga pokok produksi adalah “jumlah biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan untuk suatu proses kegiatan produksi sehingga produk tersebut
siap dipasarkan dan dijual” Setiawan (2014:1). Irmarety (2016:2)
mengemukakan bahwa :
“Perusahaan membutuhkan informasi biaya untuk dapat
mengklasifikasikan dan membebankan biaya-biaya produksi, selain itu
dapat digunakan sebagai pedoman pengambilan keputusan khususnya
pemakaian metode perhitungan harga pokok produksi untuk menentukan
harga jual produk”.
Ketika penentuan harga jual yang tidak tepat sering kali berakibat
fatal pada masalah keuangan perusahaan atau badan usaha dan akan
mempengaruhi kontinuitas usaha tersebut. Ketidaktepatan tersebut akan
menimbulkan resiko pada perusahaan, misalnya kerugian yang terus
menerus atau menumpuknya produk digudang karena macetnya pemasaran.
Untuk itu setiap perusahaan harus menetapkan harga jualnya secara tepat
karena harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang
memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan. Umumnya dalam
4
menentukan harga jual yangmenjadi tolak ukurnya adalah harga pokok
produksi.
Mulyadi (2015:17) menjelaskan bahwa ”terdapat dua metode yang
digunakan dalam pengumpulan harga pokok produksi yaitu metode harga
pokok proses dan harga pokok pesanan (job order costing) yang mana
kedua metode ini dipengaruhi oleh cara produksi produk”. Untuk
perusahaan yang mengolah produknya secara terus menerus dan masal
melalui satu atau lebih departemen produksi maka metode yang digunakan
adalah metode harga pokok proses yaitu biaya produksi dikumpulkan untuk
setiap proses selama jangka waktu tertentu dan biaya produksi per-unit
dihitung dengan cara membagi total biaya produksi dalam proses tertentu,
selama periode tertentu, dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dari
proses tersebut selama periode akuntansi. Pada perusahaan yang melakukan
produksi berdasarkan pesanan, mengumpulkan harga pokok produksinya
menggunakan metode harga pokok pesanan (job order costing). Dalam
metode ini biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu
dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan.
Penggunaan metode job order costing dalam menghitung harga
pokok produksi umumnya diterapkan pada perusahaan yang tergolong
manufaktur baik dalam skala kecil maupun besar. Maka dari itu pemilihan
objek pada penelitian yang sudah dilakukan semuanya bertempat pada
perusahaan manufaktur, objek yang diteliti meliputi usaha di bidang
percetakan, mebel, dan makanan, sedangkan penelitian sekarang mengambil
5
objek penelitian dalam bidang usaha konveksi kaos. Objek penelitian
terdahulu sebagian memiliki produk tersendiri namun juga memungkinkan
untuk memproduksi produk yang di desain sesuai pesanan pelanggan,
berbeda pada objek penelitian sekarang yang murni memproduksi barang
berdasarkan pesanan dari pelanggan tanpa memiliki brand ataupun merek
tersendiri.
Utami (2019:3) menyimpulkan bahwa “pelaporan biaya produksi
sama halnya dengan periode pelaporan laba rugi, yaitu dilaksanakan pada
setiap selesainya suatu produk pesanan”. Tujuan perhitungan biaya produksi
adalah untuk mengetahui besarnya pengeluaran yang harus dikeluarkan
perusahaan dalam satu proses produksi di setiap akhir periode. Perhitungan
biaya produksi ini sangat penting, karena apabila terjadi kesalahan dalam
perhitungan biaya produksi maka akan berpengaruh terhadap harga pokok
produksi dan pada akhirnya berpengaruh terhadap harga jual produk.
Manajer memerlukan informasi yang digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam mengendalikan biaya untuk dapat mempertahankan
kelangsungan perusahaan. Menurut Maulina, (2015:6) “perusahaan harus
mampu menetapkan harga jual yang kompetitif, untuk itu perusahaan
memerlukan perhitungan harga pokok produksi yang menggambarkan
realisasi biaya yang dibebankan pada produk yang dihasilkan”. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara menelusuri biaya-biaya yang terjadi pada masing-
masing pesanan yang dikeluarkan dalam membuat suatu produk.
6
Upaya yang dilakukan dalam mengetahui apakah perusahaan telah
melakukan pengumpulan dan penggolongan biaya serta penentuan harga
pokok produksinya diperlukan adanya evaluasi di dalamnya. Dengan adanya
evaluasi tersebut, nantinya diharapkan akan dapat dipakai dalam berbagai
pengambilan keputusan. Disisi lain penentuan harga pokok yang wajar akan
dapat dipakai dalam penentuan laba rugi perusahaan, sehingga dapat
mencerminkan laba yang sesungguhnya yang menjadi tujuan perusahaan.
Konveksi kaos Larismanis merupakan jenis badan usaha yang
tergolong UMKM dan bergerak dalam bidang produksi pakaian. Lokasi
konveksi berada pada satu lahan dengan rumah pemiliknya, sehingga dapat
juga disebut sebagai usaha rumahan. Pada konveksi ini tidak memiliki
merek atau brand tersendiri, namun keseluruhan produk yang dibuat disini
merupakan barang yang dipesan oleh pelanggan. Dengan kualitas yang
terbilang bagus dan harga yang terjangkau, saat ini konveksi Larismanis
semakin banyak peminatnya, hal itu membuat omzet bulanan semakin
meningkat. Berikut adalah rekap laporan penjualan bulan Oktober sampai
bulan Desember tahun 2019:
Tabel 1.1
Laporan Penjualan Konveksi Larismanis Bulan
Oktober, November dan Desember Tahun 2019
No. Bulan Total Pesanan Total Penerimaan
1. Oktober 971 Rp 66.965.000
2. November 1.195 Rp 81.635.000
3. Desember 1.275 Rp 82.965.000
Sumber : Data diolah tahun 2020.
Selama ini konveksi Larismanis belum menerapkan sistem akuntansi
baik dari segi penyusunan laporan keuangan maupun penetapan metode
7
perhitungan harga pokok produksi dan hanya mementingkan keberhasilan
dalam memproduksi barang agar spesifikasi serta kualitas yang disukai oleh
pembeli. Namun belakangan ini pemilik usaha ingin melakukan pembukuan
keuangan tetapi sebelum menyusun laporan keuangan alangkah baiknya
terlebih dahulu memastikan bahwa harga pokok produksi benar-benar
dihitung dengan tepat dikarenakan harga pokok produksi adalah unsur yang
harus tercantum dalam laporan keuangan dan penghitungan harga pokok
produksi dapat mempermudah pelaku usaha dalam menetapkan harga jual
produk. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk menjadikan konveksi
Larismanis sebagai objek penelitian, dikarenakan selama ini konveksi
Larismanis masih menghitung harga pokok produksi menggunakan metode
yang sederhana dana juga untuk membuktikan sejauh mana peran
penghitungan harga pokok produksi metode job order costing apabila
diterapkan dalam Konveksi Larismanis, dengan hal ini dapat dilihat efektif
manakah antara metode penghitungan harga pokok produksi menurut
Konveksi Larismanis atau menurut job order costing.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian yang berfokus pada harga pokok produksi dengan
judul : “Analisis Efektifitas Penghitungan Harga Pokok Produksi
dengan Menggunakan Metode Job Order Costing (Studi Kasus pada
UMKM Konveksi Kaos Larismanis di Kediri)”.
8
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah
1. Bagaimana penghitungan harga pokok produksi barang pesanan dengan
metode yang diterapkan oleh konveksi kaos Larismanis ?
2. Bagaimana penghitungan harga pokok produksi dengan metode job order
costing pada konveksi kaos Larismanis ?
3. Bagaimana perbandingan penerapan metode yang diterapkan oleh
perusahaan dan metode job order costing dalam menentukan harga
pokok produksi pada konveksi kaos Larismanis ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan
dalam penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui bagaimana penghitungan Harga Pokok Produksi yang
dilakukan oleh perusahaan.
2. Untuk mengetahui penghitungan metode job order costing dalam
menentukan harga pokok produksi pada UMKM konveksi kaos
Larismanis di Kediri.
3. Untuk mengetahui perbandingan penghitungan metode yang diterapkan
oleh perusahaan dan metode job order costing dalam menentukan harga
pokok produksi pada konveksi kaos Larismanis.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
9
1.4.1 Secara Teoritis
Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang akuntansi
terutama yang terkait dengan penentuan harga pokok produksi dengan
menggunakan metode job order costing pada UMKM.
1.4.2 Secara Praktis
a. Bagi Perusahaan
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam menetapkan harga jual yang tepat
dengan mengetahui biaya yang akurat melalui harga pokok
produksi yang sesuai.
2) Membantu dalam menentukan harga pokok produksi dengan
metode job order costing.
b. Bagi Peneliti
1) Membandingkan teori yang diperoleh di bangku kuliah
dengan praktik yang ada di lapangan.
2) Memperoleh pengetahuan dalam bidang akuntansi biaya dan
akuntansi manajemen dalam menentukan harga pokok
produksi.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya pada dasarnya sangat berguna bagi penulis
dalam mengambil atau menjelaskan lebih lanjut penelitian yang sudah
pernah diteliti sebelumnya. Berikut merupakan beberapa penelitian
sebelumnya mengenai perhitungan harga pokok produksi :
Tabel 2.1
Relevansi Penelitian Terdahulu dengan Penelitian oleh Peneliti
No
Nama dan
Tahun
penelitian
Judul
Hasil
Persamaan
Perbedaan
1. Kadek
Dewi
Wijayanti,
Lucy Sri
Musmini,
dan Putu
Eka
Dianita
Marvilianti
Dewi
(2019)
Analisis
Perbandingan
Penggunaan
Job Order
Costing
Method dan
Process
Costing
Method
Untuk
Meningkatkan
Akurasi Laba
Usaha (Studi
Kasus pada
Stile Bali
Ukir Desa
Jinengdalem,
Kecamatan
Buleleng,
Kabupaten
Buleleng)
Berdasarkan
hasil analisis
data, maka
dapat
disimpulkan
bahwa terdapat
perbedaan pada
perhitungan
biaya overhead
pabrik.
Berdasarkan
perhitungan
harga pokok
produksi yang
dilakukan oleh
penulis
berdasarkan
metode harga
pokok produksi
berdasarkan
pesanan (job
order costing)
akan
menghasilkan
laba yang lebih
1. Persamaan
penelitian
terdahulu
dengan
penelitian
sekarang
ini yaitu
sama-sama
menggunak
an metode
job order
costing
dalam
penentuan
harga
pokok
produksi
nya.
2. Sama-sama
merupakan
jenis
penelitian
kualitatif
dengan
metode
1. Untuk
pemilihan
objek
penelitian,
penelitian
terdahulu
memilih
perusahaa
n ukiran
sanggah
sedangkan
penelitian
sekarang
memilih
konveksi
kaos.
2. Tahun
penelitian
terdahulu
adalah
tahun
2019
sedangkan
tahun
penelitian
11
No
Nama dan
Tahun
penelitian
Judul
Hasil
Persamaan
Perbedaan
besar bagi
perusahaan
yaitu sebesar
Rp 1.921.200
untuk
produksi
sanggah
kemulan rong
3 daripada
menggunakan
metode
pengumpulan
harga pokok
produksi
berdasarkan
proses
(process
costing) yang
menghasilkan
laba sebesar
Rp 637.030,
serta
menghasilkan
laba yang
lebih besar
bagi
perusahaan
yaitu sebesar
Rp 1.104.500
untuk
produksi
sanggah surya
daripada
menggunakan
metode
pengumpulan
harga pokok
produksi
berdasarkan
proses (yang
menghasilkan
laba sebesar
Rp 1.043.710.
analisis
deskriptif.
sekarang
adalah
2020.
12
No
Nama dan
Tahun
penelitian
Judul
Hasil
Persamaan
Perbedaan
2. Syafi’i
Abdullah
(2018)
Analisis
Perhitungan
Harga Pokok
Produksi
dengan
Menggunaka
n Metode Job
Order
Costing (
Studi Kasus
pada Rahmad
Jaya Jepara
Furniture)
Hasil
penelitian
dapat
disimpulkan
apabila
perusahaan
dalam
menetapkan
harga pokok
produksi
menggunakan
metode job
order costing,
maka
perhitungan
harga pokok
produksi
menjadi lebih
akurat karena
semua biaya
dikelompokan
dalam biaya
produksi dan
biaya non
produksi dan
dihitung
secara
terperinci.
Adanya
usulan
penggunaan
metode job
order costing
diharapkan
agar pemilik
bisa
menerapkan
perhitungan
harga pokok
produksi
tersebut
supaya
perusahaan
1. Persamaan
penelitian
terdahulu
dengan
penelitian
sekarang ini
yaitu sama-
sama
menggunak
an metode
job order
costing
dalam
penentuan
harga
pokok
produksi
nya.
2. Sama-sama
merupakan
jenis
penelitian
kualitatif
dengan
metode
analisis
deskriptif.
1. Untuk
pemilihan
objek
penelitian,
penelitian
terdahulu
memilih
perusahaan
furnirure
sedangkan
penelitian
sekarang
memilih
konveksi
kaos.
2. Tahun
penelitian
terdahulu
adalah
tahun 2018
sedangkan
tahun
penelitian
sekarang
adalah
2020.
13
No
Nama dan
Tahun
penelitian
Judul
Hasil
Persamaan
Perbedaan
dapat
menentukan
harga pokok
produksi
secara lebih
tepat.
3. Dini Catur
Wulandari
(2017)
Penggunaan
Metode Job
Order
Costing
dalam
Menentukan
Harga Pokok
Produkisi
untuk
Meningkatka
n Harga
Jual pada
Perusahaan
Mebel
(Studi Kasus
pada Cv.
Surya
Gemilang
Jaya
Semarang )
Berdasarkan
hasil
analisis
adanya
perbandingan
perhitungan
harga pokok
produksi
antara
perhitungan
perusahaan
dengan
metode job
order costing
disebabkan
karena
perusahaan
tidak
mengenali
secara rinci
elemen-
elemen harga
pokok
produksi,
sehingga
harga pokok
produksi yang
dihitung oleh
perusahaan
menjadi
terlalu besar.
1. Persamaan
penelitian
terdahulu
dengan
penelitian
sekarang ini
yaitu sama-
sama
menggunak
an metode
job order
costing
dalam
penentuan
harga
pokok
produksi
nya.
2. Sama-sama
merupakan
jenis
penelitian
kualitatif
dengan
metode
analisis
deskriptif.
1. Untuk
pemilihan
objek
penelitian,
penelitian
terdahulu
memilih
perusahaan
mebel
sedangkan
penelitian
sekarang
memilih
konveksi
kaos.
2. Tahun
penelitian
terdahulu
adalah
tahun 2017
sedangkan
tahun
penelitian
sekarang
adalah
2020.
4. Riska Putri
Sekar
Tunjung
Sari (2016)
Analisis
Perhitungan
Harga Pokok
Produksi
dengan
Metode Job
Hasil
penelitian
menunjukan
bahwa
besarnya
harga pokok
1. Persamaan
penelitian
terdahulu
dengan
penelitian
sekarang ini
1. Untuk
pemilihan
objek
penelitian,
penelitian
14
No
Nama dan
Tahun
penelitian
Judul
Hasil
Persamaan
Perbedaan
Order
Costing
(Studi Kasus
pada Cv.
Dharma
Putra
Mandiri)
produksi pada
pembuatan
table dan
bench sesuai
dengan
metode job
order costing.
Akan tetapi
terjadi sedikit
perbedaan
konsep
penentuan
biaya
overhead
pabrik pada
perusahaan.
Dengan
demikian
dapat
disimpulkan
bahwa
perhitungan
harga pokok
produksi pada
perusahaan
sesuai dengan
kajian teori.
yaitu sama-
sama
menggunak
an metode
job order
costing
dalam
penentuan
harga
pokok
produksi
nya.
2. Sama-sama
merupakan
jenis
penelitian
kualitatif
dengan
metode
analisis
deskriptif.
terdahulu
memilih
perusahaan
desain
interior dan
furniture
sedangkan
penelitian
sekarang
memilih
konveksi
kaos.
2. Tahun
penelitian
terdahulu
adalah
tahun 2016
sedangkan
tahun
penelitian
sekarang
adalah
2020.
5. Randy
Antonio
Muanas
(2015)
Peranan Job
Order
Costing
Method
dalam
Menentukan
Harga
Pokok
Produksi dan
Harga Jual
(Studi Kasus
Pada Parewa
Mandiri
Catering)
Berdasarkan
hasil
penelitian dan
uraian analisis
yang telah
diungkapkan,
dapat diambil
kesimpulan
perhitungan
harga pokok
produksi
merupakan
salah satu
dasar
pertimbangan
manajemen
1. Persamaan
penelitian
terdahulu
dengan
penelitian
sekarang ini
yaitu sama-
sama
menggunak
an metode
job order
costing
dalam
penentuan
harga
pokok
1. Untuk
pemilihan
objek
penelitian,
penelitian
terdahulu
memilih
usaha
catering
sedangkan
penelitian
sekarang
memilih
konveksi
15
No
Nama dan
Tahun
penelitian
Judul
Hasil
Persamaan
Perbedaan
perusahaan
untuk dapat
menentukan
harga jual per-
porsi. Untuk
pesanan 1 dan
2, realisasi
harga jualnya
target laba
yang
diharapkan
yaitu dengan
margin 20%.
Berdasarkan
analisis harga
pokok
penjualan
yang
dilakukan
penulis untuk
mengetahui
perbandingan
perhitungan
harga pokok
penjualan
perusahaan
dengan
perhitungan
penulis, untuk
pesanan 1
terdapat
perbedaan
perhitungan
harga pokok
penjualan
yang
persentasenya
sebesar
12,12% dari
perhitungan
perusahaan,
untuk pesanan
2 pesanan box
produksi
nya.
2. Sama-sama
merupakan
jenis
penelitian
kualitatif
dengan
metode
analisis
deskriptif.
kaos.
Tahun
penelitian
terdahulu
adalah
tahun 2015
sedangkan
tahun
penelitian
sekarang
adalah
2020.
16
No
Nama dan
Tahun
penelitian
Judul
Hasil
Persamaan
Perbedaan
perbedaan
perhitungan
harga pokok
penjualan
yang
persentasenya
sebesar
12,47%.
6. Alvera
Kurnia
Febriani
(2014)
Penggunaan
Metode Job
Order
Costing
Sebagai
Penentu Cost
Of Goods
Manufacture
d (Studi
Kasus pada
Youdesign
Digital
Printing
Semarang)
Berdasarkan
hasil
penelitian,
terdapat
perbedaan
perhitungan
harga pokok
produksi
antara
metodeperusa
haandengan
metode job
order costing.
Hasil
perhitungan
dengan
metode
perusahaan
lebih rendah
karena pada
metode
perusahaan
belum
terperinci
dalam
memasukkan
semua unsur
biaya yang
ada seperti
biaya
overhead
pabrik dan
biaya non
produksi
dalam
1. Persamaan
penelitian
terdahulu
dengan
penelitian
sekarang ini
yaitu sama-
sama
menggunak
an metode
job order
costing
dalam
penentuan
harga
pokok
produksi
nya.
2. Sama-sama
merupakan
jenis
penelitian
kualitatif
dengan
metode
analisis
deskriptif.
1. Untuk
pemilihan
objek
penelitian,
penelitian
terdahulu
memilih
perusahaan
percetakan
brosure dan
undangan
sedangkan
penelitian
sekarang
memilih
konveksi
kaos.
2. Tahun
penelitian
terdahulu
adalah
tahun 2014
sedangkan
tahun
penelitian
sekarang
adalah
2020.
17
No
Nama dan
Tahun
penelitian
Judul
Hasil
Persamaan
Perbedaan
penentuan
harga pokok
produksinya.
7. Ade Putri
Mulfi
(2013)
Analisis
Harga Pokok
Produksi
dengan
Metode
Job Order
Costing
(Studi Kasus
pada Triple
Combo,
Bogor)
Hasil
penelitian
menunjukanla
ba yang
berdasarkan
pendapatan
dari penjualan
dengan
pesanan di
Triple Combo
diperoleh t
hitung 4,284
dan t tabel
sebesar 1.655
dengan taraf
signifikan (α)
yang
digunakan
adalah 0,05
dan derajat
kebebasan (df)
142. Hasil dari
uji t
menunjukkan
t hitung lebih
besar dari t
tabel, maka
H0 ditolak,
sehingga
harga pokok
produksi
menurut
perusahaan
dengan harga
pokok
produksi
menurut
perhitungan
metode job
order costing
1. Persamaan
penelitian
terdahulu
dengan
penelitian
sekarang ini
yaitu sama-
sama
menggunak
an metode
job order
costing
dalam
penentuan
harga
pokok
produksi
nya.
1. Untuk
pemilihan
objek
penelitian,
penelitian
terdahulu
memilih
perusahaan
makanan
kue khas
belanda
sedangkan
penelitian
sekarang
memilih
konveksi
kaos.
2. Tahun
penelitian
terdahulu
adalah
tahun 2013
sedangkan
tahun
penelitian
sekarang
adalah
2020.
3. Jenis
penelitian
terdahulu
adalah
penelitian
kuantitatif
dengan uji
18
No
Nama dan
Tahun
penelitian
Judul
Hasil
Persamaan
Perbedaan
terjadi
perbedaan
yang
signifikan.
sampel
analisisinde
pendent
sample (t-
test)
sedangkan
pada
penelitian
sekarang
adalah
jenis
penelitian
kualitatif
dengan
metode
analisis
deskriptif.
Sumber: Data di olah Tahun 2020
Beberapa hasil penelitian yang telah dijelaskan pada tabel 2.1 sebelumnya
dapat dijelaskan bahwa adanya persamaan dan perbedaan penelitian yang
dilakukan sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan saat ini. Persamaan
penelitian saat ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada perhintungan harga
pokok produksi dilakukan dengan menggunkan metode job order costing.
Sedangkan perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian saat ini terletak
pada objek penelitian, tahun penelitian serta ada yang berbeda metode
penelitianya. Dari penelitian terdahulu kebanyakan sebelumnya mengenai
perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan pada objek penelitian
manufaktur guna menentukan harga jual dari beberapa produk yang telah
diproduksi sesuai pesanan pelanggan, karena metode job order costing lebih tepat
19
digunakan pada perusahaan yang memproduksi barang berdasarkan pesanan
pelanggan maka penelitian ini dilakukan dengan objek penelitian konveksi kaos,
selain itu perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada
perbandingan perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode
job order costing dan menggunakan metode menurut perusahaan.
2.2 Kajian Teoritis
2.2.1 Harga Pokok Produksi
Mulyadi (2015:7) “Akuntansi biaya merupakan prosespencatatan,
penggolongan, peringkasan, penyajian biaya, pembuatan dan penjualan
produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu serta penafsiran terhadapnya.
Objek kegiatan akuntansi biaya adalah biaya”. Harga pokok produksi adalah
kumpulan biaya produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik ditambah persediaan produk
dalam proses awal dan dikurang persediaan produk dalam proses akhir.
Harga pokok produksi terikat pada periode waktu tertentu.“Harga pokok
produksi akan sama dengan biaya produksi apabila tidak ada persediaan
produk dalam proses awal dan akhir (Bustami, 2013:49)”.
Mulyadi (2015:26) harga pokok produksi adalah “semua biaya yang
dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang atau jasa selama periode
bersangkutan. Dengan kata lain, bahwa harga pokok produksi merupakan
biaya untuk memperoleh barang jadi yang siap jual”. Sunarto (2010:30)
mengungkapkan bahwa “Besarnya biaya diukur dengan berkurangnya
kekayaan atau timbulnya utang”.
20
Dari pendapat-pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa harga
pokok produksi merupakan merupakan biaya yang dilekatkan pada unit
produk. Harga pokok produksi memiliki arti lain yaitu aktivitas perusahaan
dalam bentuk persediaaan sampai produsi dimana biaya tersebut melekat
sampai dijual.
Mulyadi (2015:24) metode perhitungan harga pokok produksi adalah
“cara memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok”. Dalam
perhitungan harga pokok produksi dapat dilakukan dengan berbagai metode,
yaitu sebagai berikut :
a. Metode Full Costing
Full Costing merupakan metode perhitungan harga pokok produksi
yang memperhitungkan semua unsur biaya kedalam harga pokok produksi.
Biaya penuh (full costs) dengan pendekatan full costing merupakan jumlah
full production costs untuk memproduksi suatu produk dengan pendekatan
full costing, biaya administrasi dan umum, dan total biaya pemasaran.
Sedangkan full production costs dengan pendekatan full costing merupakan
total biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya
overhead pabrik variabel, dan biaya overhead pabrik tetap ditambah dengan
biaya non produksi (biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum).
b. Metode Variabel Costing.
Variable Costing merupakan metode perhitungan harga pokok
produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku
variabel ke dalam harga pokok produksi. Biaya penuh (full cost) dengan
21
pendekatan variabel costing merupakan jumlah variabel costditambah fixed
cost. Variabel costs merupakan jumlah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, ditambah biaya overhead pabrik variabel. Sedangkan fixed cost
merupakan jumlah biaya overhead pabrik tetap, biaya administrasi dan
umum tetap, ditambah biaya pemasaran.
Selain metode-metode diatas, ada juga metode pengumpulan harga
pokok produksi yaitu cara memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam
harga pokok produksi. Penentuan harga pokok produksi itu ditentukan oleh
bagaimana cara perusahaan tersebut berproduksi. Proses pembuatan suatu
produk terdapat dua kelompok biaya, yaitu: biaya produksi dan biaya non
produksi. Biaya produksi membentuk harga pokok produksi yang digunakan
untuk menghitung harga pokok produk jadi dan harga pokok produk yang
sampai pada akhir periode masih dalam proses. Pengumpulan harga pokok
produksi ditentukan oleh cara memproduksi produk, dimana cara
memproduksi produksi ada 2 yaitu: memproduksi atas dasar pesanan dan
memproduksi produknya secara massa atau berproduksi secara terus-
menerus.
Mulyadi (2015:17) metode pengumpulan harga pokok produksi
dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1) Metode Harga Pokok Pesanan (Job Order Costing Method)
Metode yang mengumpulkan harga pokok produksinya
berdasarkan pesanan tertentu. Harga pokok per-unit dihitung
dengan membagi total biaya pesanan tertentu dengan jumlah
22
satuan pesanan yang dihasilkan pada pesanan yang bersangkutan.
Karakteristik usaha perusahaan yang berproduksi berdasarkan
pesanan adalah sebagai berikut:
a) Proses pengolahan produk terjadi secara terputus-putus.
Jika pesanan yang satu selesai dikerjakan, proses
produksi dihentikan, dan mulai dengan pesanan yang
berikutnya.
b) Produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang
ditentukan oleh pemesan. Dengan demikian pesanan
yang satu dengan yang lain dapat berbeda.
c) Produksi yang ditujukan untuk memenuhi pesanan,
bukan untuk memenuhi persediaan di gudang.
2) Metode Harga Pokok Proses (Process Cost Method)
Metode yang mengumpulkan biaya produksi pada periode
tertentu atau akhir periode akuntansi. Harga pokok per-unit
dihitung dengan membagi total biaya produksi pada satuan waktu
tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan pada
satuan waktu yang bersangkutan. Adapun perbedaan antara
metode harga pokok pesanan dengan metode harga pokok proses:
a) pengumpulan biaya produksi.
Metode harga pokok pesanan mengumpulkan biaya
produksi menurut pesanan, sedangkan metode harga
23
pokok proses mengumpulkan biaya produksi per-periode
akuntansi.
b) Metode harga pokok pesanan menghitung harga pokok.
produksi per-satuan dengan cara membagi total biaya
produksi yang dikeluarkan untuk pesanan tertentu
dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dalam
pesanan tertentu. Perhitungan ini dilakukan setelah
pesanan tertentu diselesaikan, sedangkan metode harga
pokok proses menghitung per-satuan dengan cara
membagi total biaya produksi yang dikeluarkan selama
periode tertentu dengan jumlah satuan produk yang
dihasilkan selama periode yang bersangkutan,
perhitungan ini dilakukan setiapakhir periode akuntansi
(biasanya akhir bulan).
c) Penggolongan biaya produksi.
Di dalam metode harga pokok pesanan, biaya produksi
harus dipisahkan menjadi biaya produksi langsung dan
biaya produksi tidak langsung. Unsur biaya yang
dikelompokkan dalam biaya overhead pabrik.
2.2.2 Metode Job Order Costing
Metode harga pokok pesanan (job order costing) merupakan salah
satu pengumpulan harga pokok produksi, yang mana proses produksinya
berdasarkan pesanan dari konsumen. Untuk lebih jelas mengenai harga
24
pokok pesanan maka, dibawah ini diuraikan mengenai metode harga
pokok pesanan.
Mulyadi (2015:35) mengemukakan definisi harga pokok pesanan
(job order costing) merupakan “metode pengumpulan biaya produksi
untuk pesanan tertentu dan harga pokok produksi persatuan dihitung
dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan
jumlah satuan produk dalam pesanan”.
Menurut Supriyono (2011:36) metode harga pokok pesanan (job
order costing) adalah “metode pengumpulanharga pokok produk dimana
biaya dikumpulkan untuk setiap pesanan atau kontrak atau jasa secara
terpisah, dan setiap pesanan atau kontrak dapat dipisahkan identitasnya”.
2.2.3 Karakteristik Metode Harga Pokok Pesanan
Metode pengumpulan biaya produksi dengan metode harga pokok
pesanan (job order costing) yang digunakan dalam perusahaan yang
produksinya berdasarkan pesanan mengolah bahan baku menjadi barang jadi
berdasarkan pesanan dari pelanggan memiliki karakteristik usaha sebagai
berikut :
a. Proses pengolahan produk terjadi secara terputus-putus. Jika
pesanan yang satu selesai dikerjakan, proses produksi dihentikan,
dan mulai dengan pesanan berikutnya.
b. Produk dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan oleh
pemesan, hal ini membedakan antara satu pesanan dengan
pesanan lainya.
25
c. Produksi ditujukan untuk memenuhi pesanan, bukan untuk
memenuhi persediaan di gudang.
Adapun karakteristik metode harga pokok pesanan menurut
para ahli adalah sebagai berikut:
1) Menurut Mulyadi (2015:38) mengemukakan karakteristik
metode harga pokok pesanan adalah sebagai berikut :
a) Perusahaan memproduksi berbagai macam produk
sesuai dengan spesifikasi pemesan dan setiap jenis
produk perusahaan dihitung harga pokok produksinya
secara individual.
b) Biaya produksi harus digolongkan berdasarkan
hubunganya dengan produk menjadi dua kelompok
yaitu, biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak
langsung.
c) Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku
dan biaya tenaga kerja langsung sedangkan biaya
produksi tidak langsung disebut dengan istilah biaya
overhead pabrik.
d) Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga
pokok produksi pesanan tertentu berdasarkan biaya
yang sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya overhead
pabrik diperhitungkan dalam harga pokok pesanan
berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka.
26
2) Karakteristik metode harga pokok pesanan menurut
(Supriyono, 2011:55) :
a) Tujuan produksi perusahaan untuk melayani pesanan
pembeli yang bentuknya tergantung pada spesifikasi
pemesan, sehingga sifat produksinya terputus-putus dan
setiap pesanan dapat dipisahkan identitasnya secara
jelas.
b) Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap pesanan
dengantujuan dapat dihitung harga pokok pesanan
dengan relatif teliti dan adil. Dihubungkan dengan
sistem akuntansi biaya yang digunakan untuk
membebankan harga pokok kepada produk, metode
harga pokok pesanan hanya dapat menggunakan : (1)
Sistem harga pokok historis untuk biaya bahan baku
dan biaya tenaga kerja langsung, untuk ketelitian dan
keadilan pembebanan biaya overhead pabrik harus
digunakan tarif biaya yang ditentukan di muka
(predetermined rates); (2) Dalam metode harga pokok
pesanan dapat pula digunakan sistem harga pokok yang
ditentukan di muka untuk seluruh elemenbiaya
produksi.
c) Jumlah total harga pokok untuk pesanan tertentu
dihitung pada saat pesanan yang bersangkutan selesai,
27
dengan menjumlahkan semua biaya yang dibebankan
kepada pesanan yang bersangkutan. Harga pokok
satuan untuk pesanan tertentu dihitung dengan
membagi jumlah total harga pokok pesanan yang
bersangkutan dengan jumlah satuan produk pesanan
yang bersangkutan.
d) Pesanan yang sudah selesai dimasukkan ke gudang
produk selesai dan biasanya segera akan diserahkan
(dijual) kepada pemesan sesuai dengan saat/tanggal
pesanan harus diserahkan.
2.2.4 Syarat penentuan Job Order Costing
Mulyadi (2015:24) dalam buku Akuntansi Biaya, terdapat beberapa
syarat yang harus dipenuhi dalam menentukan harga pokok pesanan (job
order costing), yaitu:
a. Setiap pesanan produk harus dapat dipisahkan identitasnya
dengan jelas dan harus dilakukan penentuan harga pokok
pesanan secara individu.
b. Biaya produksi dibagi menjadi dua golongan, yaitu biaya
produksi langsung yang terdiri dari biaya bahan baku dan tenaga
kerja, serta biaya produksi tidak langsung yang terdiri dari
biaya-biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja langsung.
28
c. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung dibebankan
langsung pada pesanan, sedangkan biaya produksi tidak
langsung dibebankan pada pesanan tertentu atas dasar tarif yang
ditentukan di muka.
d. Harga pokok setiap pesanan ditentukan saat selesai pengerjaan.
e. Harga pokok persatuan produk dihitung dengan membagi
jumlah biaya produksi yang dibebankan pada pesanan tertentu
dengan jumlah satuan produk dalam pesanan terkait.
2.2.5 Manfaat Job Order Costing
Mulyadi (2015:39) mengemukakan manfaat dari penggunaan metode
harga pokok pesanan (job order costing) bagi perusahaan adalah sebagai
berikut :
a. Penentu harga jual pesanan.
Perusahaan manufaktur yang aktivitas produksinya berdasarkan
pesanan akan memproduksi barang yang sesuai dengan spesifikasi
yang ditentukan oleh pemesan. Dengan demikian biaya produksi
untuk setiap pesanan akan berbeda, tergantung dari spesifikasi yang
diminta pemesan. Hal ini akan menyebabkan harga jual yang
dibebankan kepada pemesan ditentukan oleh besarnyasetiap biaya
produksi yang dikeluarkan dalam memproduksi item pesanan
tersebut.
29
b. Pertimbangan untuk menerima atau menolak pesanan.
Tidak menutup kemugkinan produk yang dipesan oleh customer
harga jualnya sudah terbentuk di pasaran. Manajemen dapat
memutuskan untuk menerima atau menolak pesanan tersebut.
Sebagai pertimbangan untuk menerima atau menolak, manajemen
membutuhkan informasi total harga pokok dari produk yang
dipesan. Informasi total harga pokok pesanan merupakan dasar
bagi manajemen untuk menghindarkan perusahaan dari kerugian
saat menerima pesanan. Jika informasi total harga pokok pesanan
tidak tersedia, maka manajemen tidak dapat mengetahui apa kah
harga yang diminta pemesan akan menguntungkan perusahaan atau
tidak.
c. Alat untuk memantau realisasi biaya produksi.
Saat perusahaan menerima pesanan dari pemesan, manajemen
memerlukan informasi biaya produksi yang dikeluarkan untuk
mengerjakan pesanan tersebut. Dengan demikian manajemen dapat
dapat memantau jika proses produksi untuk suatu pesanan akan
menghasilkan total biaya produksi pesanan yang sesuai dengan
perhitungan sebelumnya.
d. Menghitung laba-rugi setiap pesanan.
Informasi biaya produksi yang dikeluarkan dalam menghasilkan
suatu produk akan membantu manajemen mengetahui apakah suatu
pesanan akan menghasilkan laba atau justru rugi.
30
e. Harga pokok persediaan produk yang tercantum dalam laporan
posisi keuangan.
Salah satu laporan keuangan yang penting bagi perusahaan
manufaktur adalah laporan posisi keuangan. Manajemen harus
memasukkan harga pokok persediaan produk, baik produk jadi atau
yang masih dalam proses. Dengan demikian maka manajemen
dapat menentukan biaya produksi yang melekat pada pesanan yang
selesai diproduksi, namun sampai dengan tanggal laporan posisi
keuangan masih belum diserahkan kepada pemesan.
2.2.6 Tahapan Job Order Costing
Langkah-langkah dalam perhitungan job order costing menurut
Sutikno (2012:97) yaitu:
a. Identifikasi pekerjaan yang dipilih sebagai obyek biaya
Agar rincian dari perhitungan biaya berdasarkan pesanan sesuai
dengan pekerjaan yang dilakukan, maka harus diidentifikasi
pekerjaan sesuai dengan obyek biaya.
b. Identifikasi biaya langsung pekerjaan
Dalam mengidentifikasi biaya manufaktur, yang dikategorikan
menjadi biaya manufaktur langsung yaitu bahan baku langsung
dan tenaga kerja manufaktur langsung.
31
c. Pilih dasar alokasi biaya yang digunakan untuk mengalokasikan
biaya tidak langsung ke pekerjaan
Biaya manufaktur tidak langsung adalah biaya-biaya yang
diperlukan untuk menjalankan suatu pekerjaan namun tidak
dapat dilacak langsung ke pekerjaan tertentu.
d. Identifikasi biaya tidak langsung yang terkait dengan setiap
dasar alokasi biaya
Alokasi tunggal berdasarkan jam kerja tenaga manufaktur
langsung dapat digunakan untuk mengalokasikan biaya
manufaktur tidak langsung bagi produk.
e. Hitung tarif per-unit dari setiap dasar alokasi biaya yang
digunakan untuk mengalokasikan biaya tidak langsung ke
pekerjaan
Untuk setiap cost pool, tarif biaya tidak langsung (indirect cost
rate) dihitung dengan cara membagi biaya overhead total dalam
pool biaya (yang ditentukan pada langkah 4) dengan kuantitas
total dari dasar alokasi biaya (yang ditentukan pada langkah 3),
untuk perhitungannya dapat dilihat di bawah ini.
Tarif biaya
tidak langsung
aktual =
Biaya total aktual dalam cost pool biaya tidak langsung
Total kuantitas aktual dari dasar alokasi biaya
f. Hitung biaya tidak langsung yang dialokasikan ke pekerjaan
Biaya tidak langsung dari suatu pekerjaan dihitung dengan
mengalihkan kuantitas aktual dari setiap dasar alokasi biaya
32
(satu dasar alokasi untuk setiap pool) yang terkait dengan
pekerjaan itu dengan tarif biaya tidak langsung dari setiap dasar
alokasi biaya (yang dihitung pada langkah 5).
g. Hitung biaya total pekerjaan dengan menambahkan seluruh
biaya langsung dan tidak langsung yang dibebankan ke
pekerjaan
Seluruh biaya yang terkait seperti manufaktur langsung yang
meliputi bahan baku langsung dan tenaga kerja manufaktur
langsung, serta biaya manufaktur tidak langsung.
2.2.7 Pengaruh Perhitungan Harga Pokok Produksi Terhadap Laba
Sunarto (2010:26), tujuan dalam menentukan harga pokok
produksi adalah “membantu perhitungan laba atau rugi dan perhitungan
harga pokok persediaan barang. Tujuan menentukan harga pokok ini
semuanya berhubungan dengan kebutuhan manajemen untuk memperoleh
informasi yang berorientasi pada pengendalian dan pengambilan keputusan
jangka pendek”.
Harga pokok produksi yang dihitung secara akurat, dicatat dan
disajikan dalam laporan dapat dijadikan panduan apakah biaya yang telah
dikeluarkan dan diperhitungkan tersebut mendatangkan laba. Bagi manajer,
harga pokok produk ini dapat digunakan untuk menentukan harga jual,
penentuan nilai persediaan, dan penentuan laba. Laba dalam suatu
perusahaan merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mencapai
tujuan-tujuan lainnya, namun laba bukan merupakan satu-satunya tujuan
33
yang harus dicapai oleh perusahaan tapi tanpa adanya laba, maka
perusahaan tidak akan mampu mencapai tujuan yang lainnya. Oleh karena
itu, laba juga merupakan alat untuk mengukur maju mundurnya suatu
perusahaan dalam menjalankan kegiatannya. Kemajuan perusahaan dapat
diukur dari perkembangan tingkat laba yang dicapai. Laba yang dicapai
dapat dihitung dengan cara mengurangkan penghasilan yang dicapai dengan
semua biaya yang terjadi pada periode tertentu. Biaya-biaya yang terjadi
diantaranya biaya langsung yang berhubungan dengan proses produksi yang
disebut dengan biaya produksi atau harga pokok produksi. Dengan
demikian, harga pokok produksi mempunyai keterkaitan terhadap besar-
kecilnya laba perusahaan. Untuk mendapatkan laba yang maksimum, harus
diperhitungkan harga pokok secara teliti dan cermat.
2.2.8 Pandangan Islam
Diantara bukti kesempurnaan agama Islam ialah dibolehkannya
jual beli dengan cara salam, yaitu akad pemesanan suatu barang dengan
kriteria yang telah disepakati dan dengan pembayaran tunai pada saat akad
dilaksanakan. Transaksi dengan akad seperti ini dibolehkan, dikarenakan
dengan akad ini kedua belah pihak mendapatkan keuntungan tanpa ada
unsur tipu-menipu atau gharar dan untung-untungan (spekulasi). Bai’ salam
adalah akad jual beli dimana barang yang diperjualbelikan masih belum ada
dan akan diserahkan secara tangguh sementara pembayarannya dilakukan
secara tunai ataupun secara berangsur dengan membayar uang muka.
34
Namun spesifikasi dan harga barang pesanan harus telah disepakati di awal
akad.
Akad salam menguntungkan kedua belah pihak yang melakukan
transaksi, dan sangat jauh dari praktek riba. Pembeli (biasanya)
mendapatkan keuntungan berupa:
a. Jaminan untuk mendapatkan barang sesuai dengan yang ia
butuhkan dan pada waktu yang ia inginkan.
b. Sebagaimana ia juga mendapatkan barang dengan harga yang
lebih murah bila dibandingkan dengan pembelian pada saat ia
membutuhkan kepada barang tersebut.
Sedangkan penjual juga mendapatkan keuntungan yang tidak kalah
besar dibanding pembeli, diantaranya:
a. Penjual mendapatkan modal untuk menjalankan usahanya
dengan cara-cara yang halal, sehingga ia dapat menjalankan dan
mengembangkan usahanya tanpa harus membayar bunga.
Dengan demikian selama belum jatuh tempo, penjual dapat
menggunakan uang pembayaran tersebut untuk menjalankan
usahanya dan mencari keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa
ada kewajiban apapun.
b. Penjual memiliki keleluasaan dalam memenuhi permintaan
pembeli, karena biasanya tenggang waktu antara transaksi dan
penyerahan barang pesanan berjarak cukup lama.
35
Landasan Syariahnya:
Akad bai’ salam diperbolehkan dalam akad jual beli. Berikut
penulis paparkan dalil-dalil (landasan syariah) yang terdapat dalam Al-
Quran dan Sunnah.
Dalam surat Al-Baqarah ayat 282 Allah telah menjelaskan tata cara
mu’amalah dalam hutang piutang. Allah berfirman:
ى فاكتبوه ....الخ يا أيها الذين آمنوا إذا تداينتم بدين إلى أجل مسم
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah
tidak secara tunai untuk waktu yang telah ditentukan, hendaklah kamu
menulisnya”. (Al-Baqarah:282).
Dari ayat ini dapat kita pahami bahwa Allah telah membolehkan
melakukan akad jual beli secara tempo. Maka hendaknya melakukan
pencatatan untuk menghindari perselisihan di kemudian hari.
Mujahid dan Ibnu Abbas berkata, ayat ini diturunkan oleh Allah
untuk menyampaikan diperbolehkanya akad salam atau jual beli yang
bersifat pesanan yang pembayaranya dilakukan secara tempo, Allah telah
memberikan izin dan menghalalkannya, kemudian Ibnu Abbas membacakan
ayat tersebut.
Dalam hadits Abdullâh bin Abbas Radhiyallahu anhu diriwayatkan :
قدم النبى صلى الله عليه وسلم المدينة وهم يسلفون فى الث مار السنة
ر فليسلف فى كيل معلوم ووزن معلووالسنتين فقال : من أسلف فى تم
معلومم إلى أجل
“Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di kota Madinah,
penduduk Madinah telah biasa memesan buah kurma dengan waktu satu
dan dua tahun. maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
36
“Barangsiapa memesan kurma, maka hendaknya ia memesan dalam
takaran, timbangan dan tempo yang jelas.”” (HR Bukhari)
Barang siapa melakukan salam, hendaklah ia melakukan dengan
takaran yang jelas dan timbangan yang jelas, untuk jangka waktu yang
diketahui. Hadits riwayat Imam Bukhari dari Ibnu Abbas merupakan dalil
yang secara shahih menjelaskan tentang keabsahan jual beli salam.
Berdasarkan atas ketentuan dalam hadits ini, dalam praktik jual beli salam
harus ditentukan spesifikasi barang secara jelas, baik dari sisi kualitas,
kuantitas, ataupun waktu penyerahannya, sehingga tidak terjadi perselisihan.
2.3 Kerangka Berpikir
Melalui kerangka ini nantinya peneliti akan menjelaskan mengenai
skema penelitian yang dilakukan penulis dimulai dari terjun ke lapangan
yaitu konveksi kaos Larismanis yang merupakan usaha sektor UMKM di
kota Kediri dengan melihat gambaran aktivitas yang terjadi di dalamnya,
selanjutnya melakukan wawancara kepada pemilik usaha untuk
mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian dan penulis
menemukan beberapa masalah yang terjadi didalamnya yang kemudian
dibentuk menjadi rumusan masalah yang akan menjadi tolak ukur dalam
penelitian ini kedepannya.
37
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian Sumber: Data diolah tahun 2020
Berdasarkan kerangka berpikir tersebut dapat dipahami bahwa konsep
penelitian ini dimulai dengan mengembangkan teori-teori yang berhubungan
dengan penelitian yang dilakukan untuk mempermudah penulis dalam
menyusun kerangka penelitian nantinya. Tahap selanjutnya mencari data
yang dibutuhkan yaitu berupa biaya-biaya produksi, kemudian dilakukan
analisis untuk mengelompokkan biaya-biaya yang dibutuhkan untuk
melakukan perhitungan harga pokok produksi dari masing-masing barang
pesanan yang di produksi. Setelah biaya dikelompokkan kemudian
Konveksi Larismanis
Identifikasi biaya-
biaya produksi
Harga Pokok Produksi
Metode job order costing
Harga Pokok Produksi
Oleh Konveksi Larismannis
Efektif manakah antara kedua
metode perhitungan
Harga pokok produksi
Kesimpulan penelitian
Metode penghitungan
harga pokok produksi
38
dilakukan simulasi perhitungan harga pokok produksi yang dilkukan oleh
perusahaan dan melakukan simulasi perhitungan harga pokok produksi
dengan metode job order costing untuk menemukan perbedaan kedua
metode tersebut dan menjawab rumusan masalah yang telah dibentuk
sebelumnya yaitu apakah metode yang dilkukan oleh perusahaan sudah
sesuai dengan total biaya dalam memproduksi barang pesanan dan
bagaiman peran metode job order costing jika diterapkan dalam perusahaan.
39
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode
analisis deskriptif. Menurut Sarosa (2012:7) penelitian kualitatif adalah
“penelitian yang mencoba memahami fenomena dalam seting dan konteks
naturalnya bukan di dalam laboratorium dan peneliti tidak berusaha untuk
memanipulasi fenomena yang diamati”. Sementara menurut Moleong
(2014:6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang terjadi pada subjek penelitian
misalnya : perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara
holistic dan dengan suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
Penelitian kualitatif juga disebut penelitian interpretif atau penelitian
lapangan adalah suatu metodologi yang di pinjam dari disiplin ilmu seperti
sosiologi yang diadaptasi ke dalam setting pendidikan, penelitian kualitatif
menggunakan metode penalaran induktif dan sangan percaya bahwa
terdapat banyak perspektif yang akan dapat di ungkapkan. Sedangkan dalam
analisis penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bermaksud untuk
membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-
kejadian dengan tujuan membuat gambaran secara sistematis, faktual, dan
akurat.
40
Adapun masalah yang dapat diteliti oleh penelitian deskriptif kualitatif ini
mengacu pada studi komparatif (perbandingan. Kegiataan ini meliputi
pengumpulan data, analisis data, dan pada akhirnya dirumuskan suatu
kesimpulan yang mengacu pada analisis data yang akan diteliti.
Dengan demikian jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah
kualitatif dengan menggunakan metode analisis deskriptif yang mana peneliti
menggambarkan (mendeskripsikan) tentang perhitungan harga pokok produksi
melalui metode menurut perusahaan yang sebelumnya telah diterapkan oleh
perusahaan dan membandingkan dengan metode job order costing.
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di konveksi kaos Larismanis yang
beralamat di Jalan Kawi No.2 Mojoroto Kota Kediri Jawa Timur. Alasan
dilakukan penelitian ini karena perusahaan tersebut selalu mengalami
peningkatan penjualan hingga tahun 2020. Selain itu, alasan yang mendasari
penelitian ini adalah bahwa di perusahaan tersebut belum menemukan metode
yang tepat dalam penentuan harga pokok produksinya. Dalam
pengoperasiannya, perusahaan ini dihadapkan dengan berbagai tipe produk
melalui berbagai tahap dalam penyelesaiannya.
3.3 Subjek Penelitian
Menurut Arikunto (2016:26) memaknai subjek penelitian sebagai “benda
ataupun individu yang menjadi pusat dan sumber informasi yang akan digali
dalam peneitian kualitatif”. Subjek penelitian dalam penelitian kualitatif adalah
41
responden yang memiliki keterkaitan langsung dengan penelitian. Responden
yang dimaksud dalam penelitian adalah pihak yang menguasai tentang
informasi terkait harga pokok produksi pada konveksi kaos Larismanis. Subjek
dalam penelitian ini adalah pemilik konveksi yang bernama Bapak Rendra yang
tinggal di kediamanya satu lokasi dengan tempat konveksi.
3.4 Data dan Jenis Data
Data dan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
3.4.1 Data Primer
Indriantoro & Supomo (2013:146) mengemukakan bahwa data primer
merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber
asli (tidak melalui perantara). Penelitian ini menggunakan data primer yang
diperoleh melalui wawancara langsung dengan pihak dari konveksi kaos
Larismanis guna memperoleh informasi mengenai penghitungan Harga Pokok
Produksi yang terdapat di perusahaan tersebut, wawancara dilakukan oleh
pemilik konveksi kaos Larismanis yang bernama Bapak Rendra.
3.4.2 Data Sekunder
Indriantoro & Supomo (2013:147), data sekunder merupakan sumber data
penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara
(diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder yang digunakan dalam
42
penelitian ini adalah sampel dari beberapa laporan produksi konveksi kaos
Larismanis serta dokumen lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Sugiyono (2017:104) menjelaskan bahwa “teknik pengumpulan data pada
penelitian adalah langkah yang strategis serta harus sistematis, karena tujuan
utama dari sebuah penelitian adalah memperoleh data kemudian mengolahnya”.
Berikut teknik pengumpulan data dalam penelitian ini :
3.5.1 Pengamatan (Observasi)
Ahmadi (2014:161) mengungkapkan bahwa “upaya pengumpulan data
dengan tujuan untuk mendesripsikan subjek penelitian, partisipasi individu di
sekitarnya, kegiatan-kegiatan yang terjadi, dan makna yang terkandung pada
subjek penelitian”. Yaitu teknik yang dilakukan dengan mengadakan
pengamatan secara langsung dalam perusahaan guna mendapatakan data-data
sebenarnya yang berhubungan dengan pembahasan dalam penelitian. Dalam
penelitian ini, peneliti akan melakukan pengamatan langsung terhadap aktivitas
produksi yang dilakukan para pekerja dalam menghasilkan produk di konveksi
kaos Larismanis.
3.5.2 Wawancara
Dexter (dalam Ahmadi, 2014:92) wawancara adalah “percakapan yang
bertijuan untuk mendapatkan informasi tenteang perorangan, kejadian,
43
kegiatan, perasaan, motivasi, kepedulian, dapat mengalami dunia pikiran dan
perasaan”. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan pemilik konveksi
kaos Larismanis yaitu Bapak Rendra, wawancara dilakukan dengan
mengajukan berbagai pertanyaan yang terkait dengan tujuan penelitian yaitu
berkaitan dengan perhitungan harga pokok produksi.
3.5.3 Dokumentasi
Dokumentasi menurut Sugiyono (2015: 329) adalah “suatu cara yang
digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip,
dokumen, tulisan angka dan gambar yang berupa laporan serta keterangan yang
dapat mendukung penelitian”. Penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi
yaitu teknik yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data melalui
dokumen-dokumen perusahaan mengenai data yang terkait dengan masalah
penentuan harga pokok produksi seperti data biaya yang dikeluarkan
perusahaan dalam memproduksi produk dari berbagai pesanan pelanggan. Data
yang diperlukan adalah sebagai berikut :
a. Gambaran umum perusahaan
b. Biaya produksi
c. Biaya nonproduksi
d. Penentuan harga pokok produksi
e. Jumlah produk selesai yang dihasilkan
f. Data penjualan
44
g. Laba yang diharapkan
h. Data tentang jumlah produk yang dipesan
3.6 Teknik Analsisis Data
Analisis data menurut Bogdan & Biklen (dalam Moleong, 2014:248)
adalah :
upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan
data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceriterakan kepada orang lain.
Moleong (2014:247) menjelaskan bahwa “Proses analisis data dimulai
dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari
wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam caatan lapangan,
dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya”. Analisis data
dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung,
dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Miles and
Huberman (dalam Sugiyono, 2015:246) mengemukakan bahwa analisis data
dalam penelitian dilakukan dengan beberapa komponen yaitu :
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
melakukan wawancara, dokumentasi, dan observasi. Selanjutnya
dilakukan pencatatan dan pengumpulan data yang terkait dengan
penentuan harga pokok produksi.
2. Reduksi Data
45
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,
untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal
yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya,
dan mencarinya bila diperlukan. Dalam penelitan ini setelah melakukan
pengumpulan data, selanjutnya data-data yang terkait dengan penentuan
harga pokok produksi direduksi untuk digolongkan kedalam rumus
penghitungan harga pokok produksi sesuai metode job order costing.
3. Analisis Data
Analisis data, setelah data dikumpulkan dan di pilih atau
diklasifikasikan sesuai kelompok biaya masing-masing kemudian penulis
menganalisis seluruh data yang telah ada untuk kemudian dikelompokkan
sesuai kebutuhan penulis untuk melakukan perhitungan harga pokok
produksi dari masing-masing barang pesanan yang di produksi.
Untuk mengukur bagaimana UMKM Konveksi Kaos Larismanis
telah menerapkan prinsip perhitungan harga pokok produksi dengan baik
yaitu sebagai berikut :
a. Mendiskripsikan perhitungan harga pokok produksi menurut
perusahaan denga mengumpulkan seluruh biaya produksi yang
46
meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead pabrik.
b. Mendiskripsikan perhitungan harga pokok produksi berdasarkan
metode job order costing dengan cara menghitug biaya produksi
langsung sebagai harga pokok produksi pesanan tertentu yang
didasarkan pada biaya yang dibebankan dengan rumus sebagai
berikut:
Biaya Bahan Baku Rp. XXX
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. XXX
Biaya Overhead Pabrik Tetap Rp. XXX
Biaya Overhead Pabrik Variabel Rp. XXX +
Harga Pokok Produksi Rp. XXX
c. Membandingkan hasil perhitungan harga pokok produksi menurut
perusahaan dan harga pokok produksi metode job order costing.
4. Penarikan Kesimpulan
Tahap selanjutnya adalah penarikan kesimpulan. Kesimpulan awal
yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Pada penelitian ini, kesimpulan awal yang
dikemukakan oleh peneliti akan didukung oleh data-data yang diperoleh
peneliti di lapangan. Jawaban dari hasil penelitian akan memberikan
penjelasan dan kesimpulan atas permasalahan penelitian yang diteliti
dalam penelitian ini. Berikut ini adalah analisis data model interaktif,
47
dalam bagan tersebut akan menjelaskan bahwa dalam melakukan analisis
data kualitatif dapat dilakukan bersamaan dengan pengambilan data,
proses tersebut akan berlangsung secara terus menerus sampai data yang
ditemukan.
Gambar 3.1 Bagan Teknik Analisis Data
Sumber: Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2017: 246)
Pengumpulan
Data
Reduksi Data
Penyajian Data
Penarikan
Kesimpulan
48
BAB IV
PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
4.1 Paparan Data Perusahaan
4.1.1 Latar Belakang UMKM Konveksi Kaos Larismanis
Konveksi kaos Larismanis adalah salah satu usaha yang bergerak dibidang
konveksi di Kota Kediri. Konveksi ini di didirikan oleh Bapak Rendra. Konveksi
ini berdiri pada bulan September tahun 2016 bermula dari inisiatif Bapak Rendra
saat beliau melihat suatu potensi pasar dibidang bisnis konveksi yang memiliki
pangsa pasar yang sangat luas di kota Kediri namun belum banyak wirausahawan
yang tertarik menekuni bisnis konveksi khususnya di bidang konveksi kaos pada
saat itu. Bermula dari potensi itulah Bapak Rendra mulai merintis bisnis ini,
diawal awal berdirinya konveksi kaos Larismanis memiliki jenis produk yang
beragam, namun saat ini konveksi hanya fokus untuk memproduksi kaos. Tempat
produksi konveksi kaos terletak di lantai 5 rumah Bapak Rendra yang terletak di
Jl. Kawi No. 2 Mojoroto kota Kediri dan memiliki 9 karyawan serta memiliki
peralatan yang digunakan untuk memproduksi kaos sesuai pesanan pelangganya
yaitu seperti : mesin jahit, mesin obras dan peralatan sablon kaos sebagai modal
dalam menjalankan usahanya untuk menunjang operasional produksi.
49
Awal tahun 2018 bisnis konveksi Larismanis semakin banyak peminatnya
di kota Kediri dan mulai dikenal oleh berbagai kota lainya. Hal ini didukung
dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih yang mempermudah calon
pelanggan mengetahui produk kaos dari konveksi Larismanis dengan melihat foto
di akun Instagramnya, selain itu calon pelanggan juga mengenal produk konveksi
Larismanis melalui acara-acara yang di gelar di kota Kediri yang dihadiri oleh
banyak kontingen dari luar kota karena dalam acara tersebut semua peserta
mendapat kaos dari pembelian tiket. Dengan semakin dikenalnya kaos dari
konveksi Larismanis mengakibatkan permintaan pasar akan pemesanan kaos
semakin banyak dan meluas ke berbagai kota, berawal dari animo pelanggan inilah
Bapak Rndra berani menambahan jumlah karyawan yang awalnya hanya 4, kini
karyawan menjadi 8.
Saat ini konveksi kaos Larismanis mampu menjalin kerjasama dengan
berbagai distro, serta menjadi pilihan pembuatan kaos bagi sebagian komunitas-
komunitas yang ada di kota Kediri. Hal itu membuat operasional produksi kaos
selalu berjalan di setiap hari meskipun usaha ini hanya memproduksi barang ketika
ada pesanan, namun selalu ada pemesan yang datang hingga menumpuk dan
pelanggan harus mengantri. Walaupun sudah memiliki karyawan Bapak Rendra
tetap ikut terjun secara langsung dalam kegiatan usahanya hal ini bertujuan
sebagai suatu bentuk pengawasan dan supervisi yang dilakukan beliau terhadap
karyawannya agar produk yang diberikan oleh konveksi Larismanis selalu terjaga
50
kualitasnya karena hasil produksi sangat mempengaruhi kepuasan pelanggan yang
menjadi salah satu misi konveksi Larismanis.
4.1.2 Visi dan Misi UMKM Konveksi Kaos Larismanis
VISI UMKM Konveksi Kaos Larismanis
“Kepuasan anda, prioritas kami”
MISI UMKM Konveksi Kaos Larismanis
1. Bekerja dengan penuh amanah
2. Menjaga kualitas dengan konsisten
3. Selalu berusaha memuaskan pelanggan
51
4.1.3 Struktur Organisasi UMKM Konveksi Kaos Larismanis
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Konveksi Larismanis
Sumber :Data diolah tahun 2020.
Tugas dan tanggung jawab pada susunan struktur organisasi konveksi
Larismanis :
Pemilik Usaha : Menerima pelanggan yang datang untuk memesan
kaos, mengawasi seluruh kegiatan operasional dalam
mengerjakan orderan yang telah diamanahkan oleh
pelanggan dan menjaga konsistensi kualitas produksi
yang dihasilkan.
Pemilik Usaha
Bendahara
Karyawan
Jahit
Karyawan
Sablon
Karyawan
Sablon
Karyawan
Sablon
Karyawan
Sablon
Karyawan
Sablon
Karyawan
Jahit
Karyawan
Desain
52
Bendahara : Mencatat seluruh pemasukan dan pengeluaran yang
terjadi seperti penerimaan omzet dan biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk keperluan operasional.
Karyawan Jahit : Menjahit dari kain hingga menjadi kaos utuh dengan
ukuran yang sesuai pesanan.
Karyawan Desain : Mendesain ulang gambar maupun tulisan yang akan
disablon pada kaos yang dipesan dan mencetak desain
pada mika sablon.
Karyawan Sablon : Mencampurkan resep pewarna sablon dan melakukan
pemolesan pewarna sablon pada kaos dengan
menggunakan pola gambar yang sudah diatur pada
mika sablon.
4.1.4 Ruang Lingkup
UMKM Konveksi Kaos Larismanis merupakan usaha yang bergerak dalam
persusahaan manufaktur yakni mengolah bahan baku hingga menjadi barang yang
siap dipakai oleh pelanggan. Barang yang diproduksi adalah kaos dengan desain
sablon sesuai pesanan pelanggan. Usaha ini dalam aktivitasnya dijalankan
karyawan dan diawasi langsung oleh pemilik usaha.
Sasaran pasar konveksi Larismanis pada awalnya adalah komunitas-
komunitas dan pelajar yang ada di kota Kediri, namun seiring berkembangnya
53
usaha konveksi ini mampu menjangkau komunitas-komunitas diluar kota dan
bekerjasama dengan berbagai distro kaos di kota Kediri.
4.1.5 Data Penelitian
4.1.5.1 Data Wawancara
Penelitian ini menggunakan wawancara untuk memperoleh data yang
dibutuhkan untuk menyusun penghitungan harga pokok produksi menurut
perusahaan dan menyusun penghitungan harga pokok produksi menurut job
order costing. Data wawancara dalam penelitian ini diperoleh dari satu subjek
yaitu pemilik konveksi Larismanis yang dilakukan melalui 2 tahap. Tahap
pertama wawancara dilakukan pada tanggal 11 Oktober 2019 berkaitan
tentang profil, struktur organisasi dan ruang lingkup UMKM konveksi kaos
Larismanis. Tahap kedua pada tanggal 28 Februari 2020 dilakukan
wawancara mengenai pencatatan biaya-biaya operasional dan penghitungan
harga pokok produksi yang diterapkan di UMKM konveksi kaos Larismanis.
Peneliti menyajikan data wawancara dalam bentuk transkip wawancara yang
terlampir pada lampiran 3. Berikut ini merupakan kutipan wawancara yang
digunakan dalam pengumpulan data yang berkaitan dengan bahan-bahan yang
dibutuhkan dalam memproduksi barang dan biaya-biaya operasional
perusahaan dengan Bapak Rendra selaku pemilik UMKM yang dilampirkan
peneliti pada lampiran 2 sebagai berikut :
54
Pertanyaan :“Bahan apa saja yang digunakan untuk menghasilkan
produk?”
Jawaban :“Jadi untuk bahan-bahan yang diperlukan itu yang pasti kain
kaos, menset/kain kerah, benang jahit, benang obras,mika
sablon, cat sablon, minyak rahasia, obat afdruk.”
Pertanyaan :”Bagaimanakah proses pembuatan produk dengan bahan-
bahan yang telah dipersiapkan?”
Jawaban :”Sebenarnya proses pembuatanya cukup simpel mas, berawal
dari kain kaos dan kain kerah yang sudah dipotong lalu dijahit
membentuk kaos tanpa lengan sesuai berbagai ukuran yang
dipesan dan selanjutnya diserahkan ke bagian sablon,
sebelumnya satu jenis warna cat sablon, obat dan minyak
dicampurkan sesuai takaran yang telah ditetapkan di
konveksi,begitupun untuk jenis warna cat yang lainya, lalu
bagian sablon mengoleskan campuran cat tadi pada kaos
sesuai alur desain yang digambar di mika sablon, biasanya
setiap satu desain kaos menghabiskan 3 hingga 4 mika sablon.
Setelah proses sablon selesai dan sudah kering,lalu kaos di
pres agar cat sablon menempel kuat di kaos, selanjutnya kaos
dikumpulkan lagi ke bagian jahit untuk dipasang bagian
lengan sesuai ukuran masing-masing.”
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peneliti mengolahnya menjadi
sebuah tabel sebagai berikut :
55
Tabel 4.1
Bahan-bahan yang Diperlukan dalam Pembuatan Kaos
No. Nama Bahan
1. Kain kaos
2. Menset/kain kerah
3. Benang jahit
4. Benang obras
5. Mika sablon
6. Cat sablon
7. Minyak rahasia
8. Obat afdruk
Sumber : Data diolah tahun 2020.
4.1.5.2 Data Observasi
Peneliti melakukan observasi langsung ke konveksi Larismanis untuk
mengetahui gambaran umum UMKM dan mengumpulkan data yang
dibutuhkan untuk penghirungan harga pokok produksi. Hasil observasi
gambaran umum UMKM disajikan pada sub bab 4.1.1 sampai sub bab 4.1.4.
Sedangkan dalam wawancara diatas yang memaparkan proses produksi dari
bahan baku sampai menjadi produk jadi, peneliti menyimpulkan bahwa proses
tersebut menimbulkan harga pokok produksi dari susunan biaya yang
dikeluarkan dalam pembelian bahan-bahan serta pengeluaran biaya pada
proses produksi dalam pembuatan produk sebagaimana disajikan peneliti
dalam data dokumentasi yang dilampirkan pada lampiran 3 Dalam hal ini
peneliti melakukan wawancara dengan pemilik konveksi Larismanis
(lampiran 3) terkait pengeluaran biaya untuk produksi barang :
Pertanyaan :“Berapa harga perolehan aset tetap yang dimiliki oleh
konveksi Larismanis?”
56
Jawaban :“Aset yang dimiliki di konveksi ini seperti tempat produksi ini
yang ada di rumah kira-kira harga pasarnya sebesar Rp
1.200.000.000 dan tanah seharga Rp 325.000.000, tempat
konveksi membutuhkan 20% dari lahan rumah saya, aset
selanjutnya yaitu ada 2 mesin jahit obras benang tiga per-
unitnya seharga Rp 6.300.000 dan 2 mesin jahit overdeck per-
unitnya seharga Rp4.850.000, mesin press sablon seharga Rp
3.200.000.”
Pertanyaan :“Berapa harga perolehan peralatan yang dimiliki oleh
konveksi Larismanis?”
Jawaban :“Peralatan yang dipakai di konveksi ini adalah alat pada
umumnya mas, seperti rakel disini memiliki 3 rakel ukuran
10cm per-unitnya seharga Rp 12.000, 5 rakel ukuran 20cm
per-unitnya seharga Rp 22.000, 3 rakel ukuran 25cm per-
unitnya seharga Rp 30.000, 2 rakel ukuran 35cm per-unitnya
seharga 36.000, 1 semprotan air seharga Rp 40.000, frame
mika sablon ukuran 30x40 sebanyak 20 per-unitnya seharga
Rp 20.000, ukuran 35x50 sebanyak 20 per-unitnya seharga Rp
24.000, dan ukuran 40x60 sebanyak 10 per-unitnya seharga
Rp 32.000, hot gun/pengering sablon seharga Rp 380.000,
mesin pemotong kain seharga Rp 600.000, meja afdruk Rp
1.750.000, meja sablon Rp 3.500.000.”
Pertanyaan :“Berapa harga bahan-bahan yang diperlukan untuk
menghasilkan produk?”
Jawaban :“Soal harga bahan-bahanya disini tidak jauh dari harga
pasar pada umumnya mas,untuk harga kain kaos per-kilonya
Rp. 110.000, menset/kain kerah per-meternya Rp 60.000,
57
benang jahti per-kotak isi 12 harganya Rp 12.000, benang
obras per-gulungnya Rp.4.500 ,mika sablon ada 3 ukuran yang
dipakai yaitu ukuran 30x40 haraganya Rp 35.000, 35x50
harganya Rp 40.000, 40x60 harganya Rp 45.000, cat sablon
yang dipakai disini harganya tidak sama tergantung merknya,
ada yang per-kaleng 1 kiloan harganya Rp 85.000, Rp
100.000, Rp 135.000, Rp 160.000, minyak rahasia yang saya
pakai disini harganya per-liter Rp 15.000, obat afdruk
harganya Rp 17.000 per-botol 200 gram”
Pertanyaan :”Seperti apakah penggajian karyawan dan berapakah gaji
untuk masing masing bidang?”
Jawaban :”Disini untuk gaji karyawan ada berbagai macam mas,
seperti penjahit itu gajinya borongan sebesar Rp. 2.500/kaos,
untuk bagian sablon dan desain gajinya harian sebesar Rp.
50.000/hari dan Rp 60.000 serta untuk bagian bendahara
gajinya Rp. 300.000/minggu”
Pertanyaan :”Selain biaya-biaya produksi dan gaji karyawan apakah ada
biaya lain diluar produksi?”
Jawaban :”Kalau itu kira-kira saya harus mengeluarkan biaya untuk
listrik saja mas, seminggu membeli pulsa listrik Rp 100.000.”
Berdasarkan kutipan wawancara diatas dan data dokumentasi pada
lampiran 3, maka peneliti merekap data biaya-biaya operasional yang
dikeluarkan oleh konveksi Larismanis yang disajikan dalam bentuk tabel
dibawah ini :
58
Tabel 4.2
Aset Tetap yang Dimiliki oleh Konveksi Larismanis
No. Nama Aset Tetap Jumlah Harga Perolehan
1. Gedung 1 Rp 240.000.000
2. Tanah 1 Rp 65.000.000
3. Mesin Jahit Obras 2 Rp 12.600.000
4. Mesin Jahit Overdeck 2 Rp 9.700.000
5. Mesin Press Sablon 1 Rp 3.200.000
Total Aset RP 330.500.000
Sumber : Data diolah tahun 2020.
Tabel 4.3
Peralatan yang Dimiliki oleh Konveksi Larismanis
No. Nama Peralatan Jumlah Harga
Perolehan
1. Rakel (10cm) 3 Rp 36.000
2. Rakel (20cm) 5 Rp 110.000
3. Rakel (25cm) 3 Rp 60.000
4. Rakel (35cm) 1 Rp 72.000
5. Semprotan air 1 Rp 40.000
6. Frame mika sablon (30x40) 20 Rp 400.000
7. Frame mika sablon (35x50) 20 Rp 480.000
8. Frame mika sablon (40x60) 10 Rp 320.000
9. Hot gun/Pengering 1 Rp 380.000
10. Mesin pemotong kain 1 Rp 600.000
11. Meja Afdruk 1 Rp 1.750.000
12. Meja Sablon 1 Rp 3.500.000
Total Peralatan Rp 7.748.000
Sumber : Data diolah tahun 2020.
59
Tabel 4.4
Daftar Harga Bahan-bahan dalam Pembuatan Kaos
No. Nama Bahan Jumlah Harga
1. Kain kaos 1 kilogram Rp 110.000
2. Menset/kain kerah 1 meter Rp 60.000
3. Benang jahit 1 kotak (12 roll) Rp 12.000
4. Benang obras 1 roll Rp 4.500
5. Mika sablon 30x40 1 lembar Rp 9.000
6. Mika sablon 35x50 1 lembar Rp 13.000
7. Mika sablon 40x60 1 lembar Rp 16.000
8. Cat sablon merk I 1 kilogram Rp 85.000
9. Cat sablon merk II 1 kilogram Rp 100.000
10. Cat sablon merk III 1 kilogram Rp 135.000
11. Cat sablon merk IV 1 kilogram Rp 160.000
12. Minyak rahasia 1 kilogram Rp 15.000
13. Obat afdruk 1 botol (200 gram) Rp 17.000
Sumber : Data diolah tahun 2020.
Tabel 4.5
Daftar Gaji Karyawan dan Satff di Konveksi Larismanis
No. Jenis Pekerjaan Jenis Gaji Gaji
1. Bendahara Mingguan Rp 300.000
2. Penjahit Borongan (per kaos) Rp 2.500
3. Desain Harian Rp 60.000
4. Sablon Harian Rp 50.000
Sumber : Data diolah tahun 2020.
Tabel 4.6
Daftar Biaya Lain Diluar Proses Produksi
No. Nama Biaya Waktu Pengeluaran Jumlah Pengeluaran
1. Biaya Listrik Satu Minggu sekali Rp 100.000
Sumber : Data diolah tahun 2020.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti memperoleh data
biaya bahan-bahan dalam operasional yang ada di konveksi Larismanis yaitu
60
bahan-bahan di beli langsung dari pemasok dan gaji karyawan dibayarkan
dengan waktu dan cara yang berbeda beda mulai dari harian, mingguan dan
ada yang borongan. Selain biaya operasional di konveksi Larismanis juga
terdapat biaya diluar produksi yaitu pengeluaran listrik setiap minggunya yang
digunakan untuk keperluan konveksi dan rumah pribadi Bapak Rendra selaku
pemilik konveksi.
4.1.5.3 Data Dokumentasi
Data dokumentasi dalam penelitian ini disajikan pada lampiran 4 yang berupa
catatan pesanan kaos yang terjadi pada konveksi Larismanis selama bulan
Januari 2020 serta contoh penghitungan harga pokok produksi yang
diterapkan oleh perusahaan.
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penghitungan harga pokok
produksi yang diterapkan oleh konveksi Larismanis, mengimplementasikan
penghitungan harga pokok produksi menggunakan metode Job Order Costing
pada konveksi Larismanis dan membandingkan penghitungan metode yang
diterapkan oleh perusahaan dan metode job order costing dalam menentukan
harga pokok produksi. Tahapan yang dilakukan dalam penghitungan harga pokok
produksi adalah sebagai berikut :
61
4.2.1 Penghitungan Harga Pokok Produksi yang Diterapkan oleh Konveksi
Larismanis
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan pemilik
konveksi pada tanggal 28 Februari 2020 dilakukan wawancara mengenai
pencatatan biaya-biaya operasional dan penghitungan harga pokok produksi
yang diterapkan di UMKM konveksi kaos Larismanis yang ada di lampiran 4,
Bapak Rendra menjelaskan sebagai berikut :
Pertanyaan :”Bagaimana cara perusahaan menentukan harga pokok dari
setiap produk yang di pesan?”
Jawaban :“Kalau saya menghitungnya sederhana mas, yang penting
pengeluaran-pengeluaranya semua dijumlah, seperti bahan-
bahanya ditotal dan ditambah pengeluaran untuk gaji
karyawan.”
Pertanyaan :”Berapa banyak bahan yang diperlukan dalam pembuatan
satu kaos dalam satu jenis pesanan?”
Jawaban :“Jika ditanya per-kaos habis berapa bahan saya tidak tau
pasti mas, soalnya dari setiap pesanan memang hasilnya beda-
beda. Tapi yang saya hitung selama ini seperti ini mas, kaos
1kg untuk 5 kaos lengan pendek atau 4 lengan panjang,1 meter
kain kerah untuk 48 kaos, benang jahit 1 roll untuk 50 kaos,
benang obras 1 roll untuk 15 kaos, minyak rahasia 250 gram
62
digunakan untuk 1kg cat sablon,200 gram obat afdruk untuk 5
kali pakai di mika sablon, mika sablon tersebut harus dicuci
setelah 30 kali dipakai. Nah kalau mika sablon, cat sablon ini
jumlahnya tidak pasti mas, tergantung gambar desain sablonya
yang dipesan seperti apa.”
Berdasarkan kutipan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa
konveksi Larismanis menyusun penghitungan harga pokok produksi dengan
metode yang sederhana. Dari hasil wawancara tersebut peneliti memaparkan
simulasi penghitungan harga pokok produksi menurut perusahaan untuk
memudahkan penulis dalam menghitung harga pokok produksi penulis
mengambil contoh dua pesanan yang diterima oleh konveksi Larismanis pada
bulan Januari yang ada dilampiran 4. Peneliti mengambil contoh dua pesanan
jumlah terbanyak di bulan Januari 2020 konveksi Larismanis menerima dua
pesanan yaitu pada tanggal 7 Januari 2020 menerima pesanan kaos dari Andi
Bikers sebanyak 260 kaos , tanggal 25 Januari 2020 menerima pesanan kaos l
dari Nyoman Ari sebanyak 180 kaos. Dari kedua jenis pesanan tersebut memiliki
desain yang berbeda oleh karena itu pengeluaran biaya konveksi Larismanis
harus di hitung untuk masing masing-masing pesanan tersebut.
a. Penghitungan Harga Pokok Produksi Pesanan dari Andi Biker oleh Perusahaan
63
Berikut ini adalah simulasi pertama terkait penghitungan harga pokok
produksi yang diterapkan oleh konveksi Larismanis untuk pesanan pada
tanggal 7 Januari 2020 dari Andi Bikers sebanyak 170 kaos lengan pendek dan
90 kaos lengan panjang.
Tabel 4.7
Biaya Bahan Pembuatan Produk Pesanan Tanggal 7 2020
NO. Nama Bahan Kebutuhan Harga Satuan Total
1. Kain Kaos 56,5 kilogram Rp. 110.000 Rp 6.215.000
2. Kain Kerah 5,45 meter Rp 60.000 Rp 327.600
3. Benang Jahit 5,2 roll Rp 1.000 Rp 5.200
4. Benang Obras 17,5 roll Rp. 4.500 Rp 78.750
5. Mika Sablon
(30x40)
2 lembar Rp 9.000 Rp 9.000
6. Mika Sablon
(40x60)
1 lembar Rp 16.000 Rp 16.000
7. Cat Sablon Merk I 5 kilogram Rp 85.000 Rp 425.000
8. Cat Sablon Merk III 3 kiogram Rp 135.000 Rp 405.000
9. Minyak Rahasia 2 kilogram Rp 15.000 Rp 30.000
10. Obat Afdruk 5,4 botol Rp 17.000 Rp 91.800
Total Biaya Bahan Pembuatan Pesanan Rp 7.603.350 Sumber : Data diolah tahun 2020.
Tabel 4.8
Biaya Tenaga Kerja Pesanan Tanggal 7 2020
Jenis
Pekerjaan
Waktu/Jumlah
Penyelesaian
Gaji Jumlah
Karyawan
Total Gaji
Bendahara 3 Hari Rp 50.000 1 Rp 150.000
Penjahit 260 Kaos Rp 2.000 2 Rp 520.000
Desain 3 Hari Rp 60.000 1 Rp 180.000
Sablon 3 Hari Rp 50.000 5 Rp 750.000
Total Biaya Tenaga Kerja Rp 1.600.000
Sumber : Data diolah tahun 2020
Tabel 4.9
Penghitungan Harga Pokok Produksi Pesanan Tanggal 7 2020
Keterangan Total Biaya
64
Biaya Bahan Pembuatan Pesanan Rp 7.603.350
Biaya Tenaga Kerja Rp 1.600.000
Total Harga Pokok Produksi Pesanan Pertama Rp 9.203.350
Sumber : Data diolah tahun 2020
HPP per-unit = Total HPP
Jumlah Produksi =
Rp 9.203.350
260 = Rp 35.397
Simulasi penghitungan HPP pada pesanan pertama sesuai metode
penghitungan HPP konveksi Larismanis menghasilkan harga per-unit sebesar
Rp 35.397 per satu produksi kaos pesanan Tanggal 7 2020.
b. Penghitungan Harga Pokok Produksi Pesanan dari Nyoman Ari oleh
Perusahaan
Berikut ini adalah simulasi kedua terkait penghitungan harga pokok
produksi yang diterapkan oleh konveksi Larismanis untuk pesanan dari
Nyoman Ari sebanyak 120 kaos lengan pendek dan 60 kaos lengan panjang.
Tabel 4.10
Biaya Bahan Pembuatan Produk Pesanan Tanggal 25 2020
NO. Nama Bahan Kebutuhan Harga Satuan Total
1. Kain Kaos 39 kilogram Rp. 110.000 Rp 4.290.000
2. Kain Kerah 3,78 meter Rp 60.000 Rp 226.800
3. Benang Jahit 3,6 roll Rp 1.000 Rp 3.600
4. Benang Obras 12 roll Rp. 4.500 Rp 54.000
5. Mika Sablon
(30x40)
1 lembar Rp 9.000 Rp 9.000
6. Mika Sablon
(35x50)
2 lembar Rp 13.000 Rp 26.000
7. Cat Sablon Merk I 2 kilogram Rp 85.000 Rp 170.000
8. Cat Sablon Merk II 2 kiogram Rp 100.000 Rp 200.000
9. Cat Sablon Merk III 1 kiogram Rp 135.000 Rp 135.000
65
9. Minyak Rahasia 1,25 kilogram Rp 15.000 Rp 18.750
10. Obat Afdruk 3,3 botol Rp 17.000 Rp 61.200
Total Biaya Bahan Pembuatan Pesanan Rp 5.194.350 Sumber : Data diolah tahun 2020.
Tabel 4.11
Biaya Tenaga Kerja Pesanan Tanggal 25 2020
Jenis
Pekerjaan
Waktu/Jumlah
Penyelesaian
Gaji Jumlah
Karyawan
Total Gaji
Bendahara 2 Hari Rp 50.000 1 Rp 100.000
Penjahit 180 Kaos Rp 2.000 2 Rp 360.000
Desain 2 Hari Rp 60.000 1 Rp 120.000
Sablon 2 Hari Rp 50.000 5 Rp 500.000
Total Biaya Tenaga Kerja Rp 1.080.000
Sumber : Data diolah tahun 2020
Tabel 4.12
Penghitungan Harga Pokok Produksi Pesanan Tanggal 25 2020
Keterangan Total Biaya
Biaya Bahan Pembuatan Pesanan Rp 5.194.350
Biaya Tenaga Kerja Rp 1.080.000
Total Harga Pokok Produksi Pesanan Pertama Rp 6.274.350
Sumber : Data diolah tahun 2020
HPP per-unit = Total HPP
Jumlah Produksi =
Rp 6.274.350
180 = Rp 34.857
Simulasi penghitungan HPP pada pesanan kedua sesuai metode
penghitungan HPP konveksi Larismanis menghasilkan harga per-unit sebesar
Rp 34.857 per satu produksi kaos pesanan Tanggal 25 2020.
4.2.2 Penghitungan Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan jumlah biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan dalam proses produksi yang bertujuan untuk mengolah bahan mentah
66
sampai menjadi barang yang siap untuk dipasarkan. Sebelum menghitung harga
pokok produksi terlebih dahulu dilakukan pengelompokan biaya produksi dan
selanjutnya biaya dihitung sesuai jenis biaya produksi. Didalam biaya produksi
terdapat komponen-komponen sebagai berikut :
1. Biaya Bahan Baku merupakan bahan utama yang digunakan dalam
pembuatan produk.
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung merupakan biaya yang dikeluarkan
untuk gaji/upah tenaga kerja yang bersangkutan dalam menangani
proses produksi.
3. Biaya Overhead merupakan seluruh biaya operasi pabrik selain
bahan baku dan tenaga kerja langsung.
Berikut adalah penghitungan biaya produksi pada konveksi Larismanis
yang menerima pesanan dari Andi Bikers pada tanggal 7 dan pesanan ari
Nyoman Ari pada tanggal 25 Januari 2020 :
a. Penghitungan Biaya Produksi Pesanan dari Andi Biker
Berikut ini adalah penghitungan biaya produksi pada konveksi
Larismanis untuk pesanan pada tanggal 7 Januari 2020 dari Andi Bikers
sebanyak 170 kaos lengan pendek dan 90 kaos lengan panjang.
1). Biaya Bahan Baku
67
Biaya bahan baku dihitung dengan cara mengalikan jumlah kuantitas bahan
baku yang digunakan dengan harga bahan baku tersebut. Bahan baku yang
dibutuhkan untuk pesanan tanggal 7 Januari 2020 adalah 34 kg untuk 170
kaos lengan pendek dan 22,5 kg untuk 90 kaos lengan panjang, sehingga
memerlukan bahan baku sebanyak 56,5 kg kain kaos untuk pesanan ini.
Harga kain kaos per-kilogramnya adalah Rp 110.000. berikut adalah
formulir bahan baku yang dibutuhkan untuk pesanan tanggal 7 Januari
2020 :
Tabel 4.13
Formulir Bahan Baku Pesanan Tanggal 7 Januari 2020
Nomor Pesanan :
Nomor Pekerjaan :
PKS003
JAN003
Tanggal : 07 -01-2020
Keterangan Kuantitas Harga/Unit Total Biaya
Kain Kaos 30s 56,5 kg Rp 110.000 Rp 6.215.000
Total Biaya BB Rp 6.215.000
Tanda
Tangan ______________
Sumber : Data diolah tahun 2020
Hasil dari tabel diatas dapat diketahui total biaya pokok sebesar Rp
6.215.000. Nomor Pesanan sengaja peneliti buat dengan nama PKS003 yang
merupakan singkatan dari Pesanan Kaos Sablon ke-3 dan Nomor Pekerjaan
68
sengaja peneliti buat dengan nama JAN003 yang merupakan produksi ke-3 di
bulan Januari.
2). Biaya Tenaga Kerja Langsung
Tenaga kerja adalah manusia yang bekerja langsung dalam proses
produksi. Biaya tenaga kerja harian dihitung dengan cara mengalikan
jumlah karyawan dengan upah per hari kerja dengan jumlah hari bekerja
dalam membuat produk sedangkan Biaya tenaga kerja borongan dihitungan
dengan cara mengalikan jumlah produk yang dihasilkan dengan upah setiap
produk yang dihasilkan. Berikut tenaga kerja yang dibutuhkan dalam
produksi pesanan tanggal 7 Januari 2020 :
a). Karyawan Jahit
Proses produksi pada pesanan tanggal 7 Januari 2020 melibatkan 2
karyawan jahit yang menghabiskan waktu 3 hari untuk menjahit dan
pihak konveksi Larismanis memberikan upah sebesar Rp 2.000 per-unit
kaos.
b). Karyawan Desain
Proses produksi pada pesanan tanggal 7 Januari 2020 melibatkan 1
karyawan desain yang menghabiskan waktu 3 hari untuk mendesain
gambar sablon, mencetak pola pada mika sablon serta menyablon dan
69
pihak konveksi Larismanis memberikan upah sebesar Rp 60.000 per-
hari.
c). Karyawan Sablon
Proses produksi pada pesanan tanggal 7 Januari 2020 melibatkan 5
karyawan dsablon yang menghabiskan waktu 3 hari untuk menyablon
dan pihak konveksi Larismanis memberikan upah sebesar Rp
50.000 per-hari.
Berikut adalah formulir tenaga kerja yang dibutuhkan pada pesanan
tanggal 7 Januari 2020 :
Tabel 4.14
Formulir Tenaga Kerja Langsung Pesanan Tanggal 7 Januari 2020
Sumber : Data diolah tahun 2020
Hasil dari tabel diatas dapat diketahui total biaya tenaga kerja langsung
sebesar Rp 1.450.000. Nomor Pesanan sengaja peneliti buat dengan nama
Nomor Pesanan :
Nomor TKL :
PKS003
BTK003
Tanggal : 07-01-2020
Jenis Pekerjaan Waktu/Jumlah
Penyelesaian
Gaji Jumlah
Karyawan
Total Gaji
Penjahit 260 Kaos Rp 2.000 2 Rp 520.000
Desain 3 Hari Rp 60.000 1 Rp 180.000
Sablon 3 Hari Rp 50.000 5 Rp 750.000
Total Biaya TKL Rp 1.450.000
Tanda
Tangan ______________
70
PKS003 yang merupakan singkatan dari Pesanan Kaos Sablon ke-3 dan
Nomor TKL sengaja peneliti buat dengan nama BTK003 yang merupakan
singkatan dari Biaya Tenaga Kerja ke-3 di bulan Januari.
3). Biaya Overhead Pabrik
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terdapat beberapa komponen biaya
overhead yang berbeda penempatanya dan ada beberapa komponen yang
belum dimasukan atau dibebankan kedalam harga pokok produksi. Berikut
adalah iformasi mengenai biaya overhead yang dikeluarkan oleh konveksi
Larismanis untuk pesanan tanggal 7 Januari 2020 :
a). Biaya Bahan Baku Penolong
1. Kain Kerah
Pesanan tanggal 7 Januari 2020 memerlukan kain kerah sebanyak 5,45
meter dan setiap meternya mengeluarkan biaya sebesar Rp 60.000.
2. Benang Jahit
Pesanan tanggal 7 Januari 2020 memerlukan benang jahit sebanyak
5,2 roll dan setiap roll-nya mengeluarkan biaya sebesar Rp 1.000.
3. Benang Obras
Pesanan tanggal 7 Januari 2020 memerlukan benang obras sebanyak
17,5 roll dan setiap roll-nya mengeluarkan biaya sebesar Rp 4.500.
4. Mika Sablon
71
Pesanan tanggal 7 Januari 2020 memerlukan mika sablon sebanyak
2 lembar ukuran 30x40 serta 1 lembar ukuran 40x60 dan setiap
lembarnya mengeluarkan biaya sebesar Rp 9.000 dan Rp 16.000.
5. Cat Sablon
Pesanan tanggal 7 Januari 2020 memerlukan cat sablon sebanyak 5 kg
merk I serta 3 kg merk II dan setiap kilogramnya mengeluarkan biaya
sebesar Rp 85.000 dan Rp 135.000.
6. Minyak Rahasia
Pesanan tanggal 7 Januari 2020 memerlukan minyak rahasia sebanyak
2 kg dan setiap kilogramnya mengeluarkan biaya sebesar Rp 15.000.
7. Obat Afdruk
Pesanan tanggal 7 Januari 2020 memerlukan obat afdruk sebanyak 5,4
botol dan setiap botolnya mengeluarkan biaya sebesar Rp 17.000.
b). Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
1.Bendahara
Gaji bendahara pada konveksi Larismanis berdasarkan wawancara
dengan pemilik konveksi sebesar Rp 300.000 yang dibayarkan per-
minggu atau 6 hari kerja yang dapat di artikan bahwa gaji bendahara
adalah Rp 50.000 per-hari.
72
c). Biaya Penyusutan
Penyusutan aset yang dimiliki oeh konveksi Larismanis peneliti
menetapkan untuk menghitung penyusutan dengan menngunakan
metode garis lurus, yaitu dengan mengurangi harga perolehan atau
nilai wajar aset tetap dengan nilai sisa dan dibagi sesuai umur
ekonomis aset tetap.
Rumus penyusutan metode garis lurus :
Akumulasi Penyusutan = 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛− 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑆𝑖𝑠𝑎
𝑈𝑚𝑢𝑟 𝐸𝑘𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖𝑠
1. Gedung
Nilai wajar gedung berdasarkan wawancara dengan pemilik konveksi
yaitu sebesar Rp 240.000.000 dengan niai tersebut peneliti menetapkan
nilai sisa sebesar Rp 20.000.000 dan umur ekonomis 10 tahun. Berikut
penghitungan penyusutan gedung konveksi Larismanis :
Akumulasi Penyusutan = 𝑅𝑝 240.000.000 − Rp 20.000.000
10 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛
= Rp 22.000.000/tahun
Akumulasi penyusutan per-hari = 𝑅𝑝 22.000.000
360 ℎ𝑎𝑟𝑖
= Rp 61.111/hari
73
2. Mesin Jahit Obras
Harga perolehan dua mesin jahit obras berdasarkan wawancara dengan
pemilik konveksi yaitu sebesar Rp 12.600.000 dengan niai tersebut
peneliti menetapkan nilai sisa sebesar Rp 300.000 dan umur ekonomis
5 tahun. Berikut penghitungan penyusutan mesin jahit obras konveksi
Larismanis :
Akumulasi Penyusutan = 𝑅𝑝 12.600.000 − Rp 300.000
5 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛
= Rp 2.460.000/tahun
Akumulasi penyusutan per-hari = 𝑅𝑝 2.460.000
360 ℎ𝑎𝑟𝑖
= Rp 6.833/hari
3. Mesin Jahit Overdeck
Harga perolehan dua mesin jahit overdeck berdasarkan wawancara
dengan pemilik konveksi yaitu sebesar Rp 9.700.000 dengan niai
tersebut peneliti menetapkan nilai sisa sebesar Rp 200.000 dan umur
ekonomis 5 tahun. Berikut penghitungan penyusutan mesin jahit
overdeck konveksi Larismanis :
74
Akumulasi Penyusutan = 𝑅𝑝 9.700.000 − Rp 200.000
5 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛
= Rp 1.900.000/tahun
Akumulasi penyusutan per-hari = 𝑅𝑝 1.900.000
360 ℎ𝑎𝑟𝑖
= Rp 5.278/hari
4. Mesin Press Sablon
Harga perolehan mesin pres sablon berdasarkan wawancara dengan
pemilik konveksi yaitu sebesar Rp 3.200.000 dengan niai tersebut
peneliti menetapkan nilai sisa sebesar Rp 200.000 dan umur ekonomis
5 tahun. Berikut penghitungan penyusutan mesin press sablon
konveksi Larismanis :
Akumulasi Penyusutan = 𝑅𝑝 3.200.000 − Rp 200.000
5 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛
= Rp 600.000/tahun
Akumulasi penyusutan per-hari = 𝑅𝑝 600.000
360 ℎ𝑎𝑟𝑖
= Rp 1.666/hari
75
5. Peralatan
Total peralatan berdasarkan wawancara dengan pemilik konveksi
Larismanis yaitu sebesar Rp 5.798.000 dengan nilai tersebut peneliti
menetapkan nilai sisa sebesar Rp 500.000 dan umur ekonomis 10
tahun. Berikut penghitungan penyusutan peralatan konveksi
Larismanis :
Akumulasi Penyusutan = 𝑅𝑝 7.748.000 − Rp 400.000
5 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛
= Rp 1.469.600/tahun
Akumulasi penyusutan per-hari = 𝑅𝑝 1.469.600
360 ℎ𝑎𝑟𝑖
= Rp 4.082/hari
d). Biaya Listrik
Pesanan tanggal 7 Januari 2020 memerlukan tenaga listrik
selama 3 hari proses produksi dan setiap minggunya atau 6 hari kerja
mengeluarkan biaya sebesar Rp 100.000. Jadi pengeluaran listrik
selama 1 hari yaitu sebesar Rp 16.667.
Berikut adalah formulir biaya overhead pabrik yang dibutuhkan pada
pesanan tanggal 7 Januari 2020 :
76
Tabel 4.15
Formulir Biaya Overhead Pabrik Pesanan Tanggal 7 Januari 2020
Nomor Pesanan : PKS003
Nomor BOP : BOP003
Tanggal : 07-01-2020
Keterangan Biaya yang dikeluarkan
Biaya Bahan Baku Penolong Rp 1.388.350
Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung Rp 150.000
Biaya Penyusutan
Biaya Listrik
Rp 236.910
Rp 50.001
Total BOP Rp 1.825.261
Tanda
Tangan _____________
Sumber : Data diolah tahun 2020
Hasil dari tabel diatas dapat diketahui total biaya overhead pabrik
sebesar Rp 1.825.261. Nomor Pesanan sengaja peneliti buat dengan nama
PKS003 yang merupakan singkatan dari Pesanan Kaos Sablon ke-3 dan
Nomor BOP sengaja peneliti buat dengan nama BOP003 yang merupakan
singkatan dari Biaya Overhead Pabrik ke-3 di bulan Januari.
b. Penghitungan Biaya Produksi Pesanan dari Nyoman Ari
Berikut ini adalah penghitungan biaya produksi pada konveksi
Larismanis untuk pesanan pada tanggal 25 Januari 2020 dari Nyoman Ari
sebanyak 120 kaos lengan pendek dan 60 kaos lengan panjang.
77
1). Biaya Bahan Baku
Biaya bahan baku dihitung dengan cara mengalikan jumlah kuantitas bahan
baku yang digunakan dengan harga bahan baku tersebut. Bahan baku yang
dibutuhkan untuk pesanan tanggal 25 Januari 2020 adalah 24 kg untuk 120
kaos lengan pendek dan 15 kg untuk 60 kaos lengan panjang, sehingga
memerlukan bahan baku sebanyak 39 kg kain kaos untuk pesanan ini.
Harga kain kaos per-kilogramnya adalah Rp 110.000. berikut adalah
formulir bahan baku yang dibutuhkan untuk pesanan tanggal 25 Januari
2020 :
Tabel 4.16
Formulir Bahan Baku Pesanan Tanggal 25 Januari 2020
Nomor Pesanan :
Nomor Pekerjaan :
PKS010
JAN010
Tanggal : 25 -01-2020
Keterangan Kuantitas Harga/Unit Total Biaya
Kain Kaos 30s 39 kg Rp 110.000 Rp 4.290.000
Rp 4.290.000
Tanda
Tangan ______________
Sumber : Data diolah tahun 2020
Hasil dari tabel diatas dapat diketahui total biaya pokok sebesar Rp
4.290.000. Nomor Pesanan sengaja peneliti buat dengan nama PKS0010 yang
78
merupakan singkatan dari Pesanan Kaos Sablon ke-10 dan Nomor Pekerjaan
sengaja peneliti buat dengan nama JAN010 yang merupakan produksi ke-10
di bulan Januari.
2). Biaya Tenaga Kerja Langsung
Tenaga kerja adalah manusia yang bekerja langsung dalam proses
produksi. Biaya tenaga kerja harian dihitung dengan cara mengalikan
jumlah karyawan dengan upah per hari kerja dengan jumlah hari bekerja
dalam membuat produk sedangkan Biaya tenaga kerja borongan dihitungan
dengan cara mengalikan jumlah produk yang dihasilkan dengan upah setiap
produk yang dihasilkan. Berikut tenaga kerja yang dibutuhkan dalam
produksi pesanan tanggal 25 Januari 2020 :
a). Karyawan Jahit
Proses produksi pada pesanan tanggal 25 Januari 2020 melibatkan 2
karyawan jahit yang menghabiskan waktu 2 hari untuk menjahit dan
pihak konveksi Larismanis memberikan upah sebesar Rp 2.000 per-unit
kaos.
b). Karyawan Desain
Proses produksi pada pesanan tanggal 25 Januari 2020 melibatkan 1
karyawan desain yang menghabiskan waktu 2 hari untuk mendesain
79
gambar sablon, mencetak pola pada mika sablon serta menyablon dan
pihak konveksi Larismanis memberikan upah sebesar Rp 60.000 per-
hari.
c.) Karyawan Sablon
Proses produksi pada pesanan tanggal 7 Januari 2020 melibatkan 5
karyawan dsablon yang menghabiskan waktu 2 hari untuk menyablon
dan pihak konveksi Larismanis memberikan upah sebesar Rp
50.000 per-hari.
Berikut adalah formulir tenaga kerja yang dibutuhkan pada pesanan
tanggal 25 Januari 2020 :
Tabel 4.17
Formulir Tenaga Kerja Langsung Pesanan Tanggal 25 Januari 2020
Sumber : Data diolah tahun 2020
Nomor Pesanan :
Nomor TKL :
PKS010
BTK010
Tanggal : 25-01-2020
Jenis Pekerjaan Waktu/Jumlah
Penyelesaian
Gaji Jumlah
Karyawan
Total Gaji
Penjahit 180 Kaos Rp 2.000 2 Rp 360.000
Desain 2 Hari Rp 60.000 1 Rp 120.000
Sablon 2 Hari Rp 50.000 5 Rp 500.000
Rp 980.000
Tanda
Tangan ______________
80
Hasil dari tabel diatas dapat diketahui total biaya tenaga kerja langsung
sebesar Rp 980.000. Nomor Pesanan sengaja peneliti buat dengan nama
PKS010 yang merupakan singkatan dari Pesanan Kaos Sablon ke-10 dan
Nomor TKL sengaja peneliti buat dengan nama BTK010 yang merupakan
singkatan dari Biaya Tenaga Kerja ke-10 di bulan Januari.
3). Biaya Overhead Pabrik
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terdapat beberapa komponen biaya
overhead yang berbeda penempatanya dan ada beberapa komponen yang
belum dimasukan atau dibebankan kedalam harga pokok produksi.
Berikut adalah iformasi mengenai biaya overhead yang dikeluarkan oleh
konveksi Larismanis untuk pesanan tanggal 25 Januari 2020 :
a). Biaya Bahan Baku Penolong
1. Kain Kerah
Pesanan tanggal 25 Januari 2020 memerlukan kain kerah sebanyak
3,78 meter dan setiap meternya mengeluarkan biaya sebesar Rp
60.000.
2. Benang Jahit
Pesanan tanggal 25 Januari 2020 memerlukan benang jahit sebanyak
3,6 roll dan setiap roll-nya mengeluarkan biaya sebesar Rp 1.000.
3. Benang Obras
81
Pesanan tanggal 25 Januari 2020 memerlukan benang obras sebanyak
12 roll dan setiap roll-nya mengeluarkan biaya sebesar Rp 4.500.
4. Mika Sablon
Pesanan tanggal 25 Januari 2020 memerlukan mika sablon sebanyak
1 lembar ukuran 30x40 serta 2 lembar ukuran 35x50 dan setiap
lembarnya mengeluarkan biaya sebesar Rp 9.000 dan Rp 13.000.
5. Cat Sablon
Pesanan tanggal 25 Januari 2020 memerlukan cat sablon sebanyak 2
kg merk I, 2 kg merk II serta 1 kg merk III dan setiap kilogramnya
mengeluarkan biaya sebesar Rp 85.000, Rp 100.000 dan Rp 135.000.
6. Minyak Rahasia
Pesanan tanggal 25 Januari 2020 memerlukan minyak rahasia
sebanyak 1,25 kg dan setiap kilogramnya mengeluarkan biaya
sebesar Rp 15.000.
7. Obat Afdruk
Pesanan tanggal 25 Januari 2020 memerlukan obat afdruk sebanyak
3,3 botol dan setiap botolnya mengeluarkan biaya sebesar Rp 17.000.
b). Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
1. Bendahara
Gaji bendahara pada konveksi Larismanis berdasarkan wawancara
dengan pemilik konveksi sebesar Rp 300.000 yang dibayarkan per-
82
minggu atau 6 hari kerja yang dapat di artikan bahwa gaji bendahara
adalah Rp 50.000 per-hari.
c). Biaya Penyusutan
Penyusutan aset yang dimiliki oeh konveksi Larismanis peneliti
menetapkan untuk menghitung penyusutan dengan menngunakan
metode garis lurus, yaitu dengan mengurangi harga perolehan atau
nilai wajar aset tetap dengan nilai sisa dan dibagi sesuai umur
ekonomis aset tetap.
Rumus penyusutan metode garis lurus :
Akumulasi Penyusutan = 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛− 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑆𝑖𝑠𝑎
𝑈𝑚𝑢𝑟 𝐸𝑘𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖𝑠
1. Gedung
Nilai wajar gedung berdasarkan wawancara dengan pemilik konveksi
yaitu sebesar Rp 240.000.000 dengan niai tersebut peneliti menetapkan
nilai sisa sebesar Rp 20.000.000 dan umur ekonomis 10 tahun. Berikut
penghitungan penyusutan gedung konveksi Larismanis :
Akumulasi Penyusutan = 𝑅𝑝 240.000.000 − Rp 20.000.000
10 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛
83
= Rp 22.000.000/tahun
Akumulasi penyusutan per-hari = 𝑅𝑝 22.000.000
360 ℎ𝑎𝑟𝑖
= Rp 61.111/hari
2. Mesin Jahit Obras
Harga perolehan dua mesin jahit obras berdasarkan wawancara dengan
pemilik konveksi yaitu sebesar Rp 12.600.000 dengan niai tersebut
peneliti menetapkan nilai sisa sebesar Rp 300.000 dan umur ekonomis
5 tahun. Berikut penghitungan penyusutan mesin jahit obras konveksi
Larismanis :
Akumulasi Penyusutan = 𝑅𝑝 12.600.000 − Rp 300.000
5 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛
= Rp 2.460.000/tahun
Akumulasi penyusutan per-hari = 𝑅𝑝 2.460.000
360 ℎ𝑎𝑟𝑖
= Rp 6.833/hari
3. Mesin Jahit Overdeck
Harga perolehan dua mesin jahit overdeck berdasarkan wawancara
dengan pemilik konveksi yaitu sebesar Rp 9.700.000 dengan niai
84
tersebut peneliti menetapkan nilai sisa sebesar Rp 200.000 dan umur
ekonomis 5 tahun. Berikut penghitungan penyusutan mesin jahit
overdeck konveksi Larismanis :
Akumulasi Penyusutan = 𝑅𝑝 9.700.000 − Rp 200.000
5 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛
= Rp 1.900.000/tahun
Akumulasi penyusutan per-hari = 𝑅𝑝 1.900.000
360 ℎ𝑎𝑟𝑖
= Rp 5.278/hari
4. Mesin Press Sablon
Harga perolehan mesin pres sablon berdasarkan wawancara dengan
pemilik konveksi yaitu sebesar Rp 3.200.000 dengan niai tersebut
peneliti menetapkan nilai sisa sebesar Rp 200.000 dan umur ekonomis
5 tahun. Berikut penghitungan penyusutan mesin press sablon
konveksi Larismanis :
Akumulasi Penyusutan = 𝑅𝑝 3.200.000 − Rp 200.000
5 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛
= Rp 600.000/tahun
Akumulasi penyusutan per-hari = 𝑅𝑝 600.000
360 ℎ𝑎𝑟𝑖
85
= Rp 1.666/hari
5. Peralatan
Total peralatan berdasarkan wawancara dengan pemilik konveksi
Larismanis yaitu sebesar Rp 5.798.000 dengan nilai tersebut peneliti
menetapkan nilai sisa sebesar Rp 500.000 dan umur ekonomis 10
tahun. Berikut penghitungan penyusutan peralatan konveksi
Larismanis :
Akumulasi Penyusutan = 𝑅𝑝 7.748.000 − Rp 400.000
5 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛
= Rp 1.469.600/tahun
Akumulasi penyusutan per-hari = 𝑅𝑝 1.469.600
360 ℎ𝑎𝑟𝑖
= Rp 4.082/hari
d). Biaya Listrik
Pesanan tanggal 25 Januari 2020 memerlukan tenaga listrik
selama 2 hari proses produksi dan setiap minggunya atau 6 hari kerja
mengeluarkan biaya sebesar Rp 100.000. Jadi pengeluaran listrik
selama 1 hari yaitu sebesar Rp 16.667.
86
Berikut adalah formulir biaya overhead pabrik yang dibutuhkan pada
pesanan tanggal 25 Januari 2020 :
Tabel 4.18
Formulir Biaya Overhead Pabrik Pesanan Tanggal 25 Januari 2020
Nomor Pesanan : PKS010
Nomor BOP : BOP010
Tanggal : 25-01-2020
Keterangan Biaya yang dikeluarkan
Biaya Bahan Baku Penolong Rp 904.350
Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung Rp 100.000
Biaya Penyusutan
Biaya Listrik
Rp 157.940
Rp 33.334
Total BOP Rp 1.195.624
Tanda
Tangan _____________
Sumber : Data diolah tahun 2020
Hasil dari tabel diatas dapat diketahui total biaya overhead pabrik
sebesar Rp 1.195.624. Nomor Pesanan sengaja peneliti buat dengan nama
PKS010 yang merupakan singkatan dari Pesanan Kaos Sablon ke-10 dan
Nomor BOP sengaja peneliti buat dengan nama BOP010 yang merupakan
singkatan dari Biaya Overhead Pabrik ke-10 di bulan Januari.
4.2.3 Penghitungan Harga Pokok Produksi Menurut Metode Job Order
Costing
Penghitungan harga pokok produksi metode job order costing
memisahkan penghitungan biaya produksi antar pesanan dan menjumlahkan
87
komponen biaya produksi sesuai nomor pesanan, tujuanya yaitu untuk
mengetahui berapa total biaya yang dikeluarkan dalam memproduksi sebuah
produk pesanan. Hal tersebut dapat membantu dalam menentukan harga jual
serta mempermudah dalam menghitung laba pada setiap pesanan. Berikut
merupakan penghitungan harga pokok produksi berdasarkan metode job order
costing untuk dua pesanan konveksi Larismanis di bulan Januari 2020 :
a. Penghitungan Harga Pokok Produksi Pesanan dari Andi Bikers berdasarkan
Job Order Costing
Tabel 4.19
Harga Pokok Produksi Pesanan Tanggal 7 Januari 2020
No. Jenis Biaya Jumlah Biaya
1. Biaya Bahan Baku Rp 6.215.000
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 1.450.000
3. Biaya Overhead Pabrik Rp 1.825.261
Total Harga Pokok Produksi Rp 9.490.261
Total Pesanan 260 unit
Total Harga Pokok Produksi Per-unit Rp 36.501
Sumber : Data diolah tahun 2020
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan total harga produksi sebesar Rp
9.490.261 yang merupakan total penjumlahan dari biaya produksi yang
dikeluarkan untuk pesanan tanggal 7 Januari 2020. Kemudian total harga
produksi dibagi dengan total pesanan sebanyak 260 unit, sehingga menghasilkan
harga pokok produksi per-unit sebesar Rp 36.501.
88
Setelah harga pokok produksi pesanan diketahui berdasarkan
penghitungan tabel diatas, maka peneliti merekap kedalam kartu harga pokok
pesanan. Berikut adalah kartu harga pokok produksi untuk pesanan tanggal 7
Januari 2020 :
Tabel 4.20
Kartu Harga Pokok Pesanan Tanggal 7 Januari 2020
Kartu Harga Pokok Pesanan
Nomor Pesanan : PKS003
Tanggal Pesan : 07-01-2020
Tanggal Selesai : 10-01-2020
Pemesan : Andi Bikers
Jumlah : 260
Harga jual satuan :
Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead Pabrik
Ket. Jumlah (Rp) Ket. Jumlah (Rp) Ket. Jumlah (Rp)
JAN003 6.215.000 BTK003 1.450.000 BOP003 1.825.261
Harga Pokok Produksi :
Biaya Bahan Baku
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya Overhead Pabrik
Rp 6.215.000
Rp 1.450.000
Rp 1.825.261
Total Harga Pokok Produksi Rp 9.490.261
Harga Pokok Produksi Per-unit : Rp 9.490.261
260
: Rp 36.501
Sumber : Data diolah tahun 2020
Kartu harga pokok pesanan diatas merupakan gabungan dari formulir-
formulir biaya produksi pesanan tanggal 7 Januari 2020 yang penulis susun
89
dalam tabel biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead
pabrik disertai penghitungan harga pokok produksi yang diambil dari tabel harga
pokok produksi pesanan tanggal 7 Januari 2020. Adapun manfaat dari kartu
harga pokok pesanan ini yaitu sebagai dasar untuk menentukan harga jual satuan
dengan cara menjulahkan harga pokok produksi per-unit dengan laba yang
diharapkan.
b. Penghitungan Harga Pokok Produksi Pesanan dari Nyoman Ari berdasarkan
Job Order Costing
Tabel 4.21
Harga Pokok Produksi Pesanan Tanggal 25 Januari 2020
No. Jenis Biaya Jumlah Biaya
1. Biaya Bahan Baku Rp 4.290.000
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 980.000
3. Biaya Overhead Pabrik Rp 1.195.624
Total Harga Pokok Produksi Rp 6.465.624
Total Pesanan 180 unit
Total Harga Pokok Produksi Per-unit Rp 35.920
Sumber : Data diolah tahun 2020
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan total harga produksi sebesar Rp
6.465.624 yang merupakan total penjumlahan dari biaya produksi yang
dikeluarkan untuk pesanan tanggal 25 Januari 2020. Kemudian total harga
produksi dibagi dengan total pesanan sebanyak 180 unit, sehingga menghasilkan
harga pokok produksi per-unit sebesar Rp 35.920.
90
Setelah harga pokok produksi pesanan diketahui berdasarkan
penghitungan tabel diatas, maka peneliti merekap kedalam kartu harga pokok
pesanan. Berikut adalah kartu harga pokok produksi untuk pesanan tanggal 25
Januari 2020 :
Tabel 4.22
Kartu Harga Pokok Pesanan Tanggal 25 Januari 2020
Kartu Harga Pokok Pesanan
Nomor Pesanan : PKS010
Tanggal Pesan : 25-01-2020
Tanggal Selesai : 27-01-2020
Pemesan : Nyoman Ari
Jumlah : 180
Harga jual satuan :
Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead Pabrik
Ket. Jumlah (Rp) Ket. Jumlah (Rp) Ket. Jumlah (Rp)
JAN003 4.290.000 BTK003 980.000 BOP003 1.195.624
Harga Pokok Produksi :
Biaya Bahan Baku
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya Overhead Pabrik
Rp 4.290.000
Rp 980.000
Rp 1.195.624
Total Harga Pokok Produksi Rp 6.465.624
Harga Pokok Produksi Per-unit : Rp 6.465.624
180
: Rp 35.920
Sumber : Data diolah tahun 2020
Kartu harga pokok pesanan diatas merupakan gabungan dari formulir-
formulir biaya produksi pesanan tanggal 7 Januari 2020 yang penulis susun
91
dalam tabel biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead
pabrik disertai penghitungan harga pokok produksi yang diambil dari tabel harga
pokok produksi pesanan tanggal 7 Januari 2020. Adapun manfaat dari kartu
harga pokok pesanan ini yaitu sebagai dasar untuk menentukan harga jual satuan
dengan cara menjulahkan harga pokok produksi per-unit dengan laba yang
diharapkan.
4.2.4 Perbandingan Penghitungan Harga Pokok Produksi Menurut
Perusahaan dan Penghitungan Harga Pokok Produksi Menurut
Metode Job Order Costing
Setelah dilakukan simulasi penghitungan harga p0okok produksi
menurut perusahaan dan menurut metode job order costing, maka peneliti
menganalisa perbandingan antara kedua cara penghitungan harga pokok
produksi. Berikut adalah tabel perbandingan penghitungan harga pokok produksi
menurut perusahaan dan menurut metode job order costing :
Tabel 4.23
Tabel Perbandingan Penghitungan Harga Pokok Produksi Menurut Perusahaan
dan Menurut Metode Job Order Costing
Jenis Perbandingan
Perbandingan Harga Pokok
Produksi Selisish Keterangan Perusahaan Job Order Costing
Pengelompokan
Biaya Produksi
Dikelompoka
n menjadi 2
yaitu : biaya
bahan
pembuatan
Dikelompokan
menjadi 3 yaitu :
biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja
langsung dan biaya
-
Perusahaan masih
menggunakan
penghitungan
sederhana dan
belum
92
dan biaya
gaji
karyawan.
overhead pabrik. mengelompokan
biaya produksi.
Biaya Bahan Baku
Pesanan
tanggal 7
sebesar Rp
7.603.350
dan Pesanan
tanggal 25
sebesar Rp
5.194.350.
Pesanan tanggal 7
sebesar Rp
6.215.000 dan
Pesanan tanggal 25
sebesar Rp
4.290.000.
Pesanan
tanggal 7
selisih Rp
1.388.350 dan
pesanan
tanggal 25
selisih Rp
904.350.
Selisih
disebabkan
karena
perusahaan
memasukan
semua bahan
dalam proses
pembuatan
produk dianggap
sebagai bahan
baku.
Biaya Tenaga
Kerja Langsung
Pesanan
tanggal 7
sebesar Rp
1.600.000
dan Pesanan
tanggal 25
sebesar Rp
1.080.000.
Pesanan tanggal 7
sebesar Rp
1.450.000 dan
Pesanan tanggal 25
sebesar Rp
980.000.
Pesanan
tanggal 7
selisih Rp
150.000 dan
pesanan
tanggal 25
selisih Rp
100.000.
Selisih
disebabkan
karena
perusahaan tidak
membedakan
tenaga kerja
langsung dan
tidak langsung.
Biaya Overhead
Pabrik -
Pesanan tanggal 7
sebesar Rp
1.825.261 dan
Pesanan tanggal 25
sebesar Rp
1.195.624.
Pesanan
tanggal 7
selisih Rp
1.825.261 dan
pesanan
tanggal 25
selisih Rp
1.195.624.
Selisih
disebabkan
karena
perusahaan belum
mengelompokan
bahan baku
penolong, tenaga
kerja tidak
langsung dan
penyusutan pada
biaya overhead.
Total HPP
Pesanan
tanggal 7
sebesar Rp
9.203.350
Pesanan tanggal 7
sebesar Rp
9.490.261 dan
Pesanan tanggal 25
Pesanan
tanggal 7
selisih Rp
286.911 dan
Selisih
disebabkan
karena
perusahaan belum
93
dan Pesanan
tanggal 25
sebesar Rp
6.274.350.
sebesar Rp
6.465.624.
pesanan
tanggal 25
selisih Rp
191.274.
memasukan biaya
overhead
terutama untuk
listrik dan
penyusutan.
HPP Per-unit
Pesanan
tanggal 7
sebesar Rp
35.397 dan
Pesanan
tanggal 25
sebesar Rp
34.857.
Pesanan tanggal 7
sebesar Rp 36.501
dan Pesanan
tanggal 25 sebesar
Rp 35.920.
Pesanan
tanggal 7
selisih Rp
1.104 dan
pesanan
tanggal 25
selisih Rp
1.063.
Selisih total
penghitungan
harga pokok
produksi
menyebabkan
harga pokok per-
unit berbeda.
Sumber : Data diolah tahun 2020
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan
nilai dari hasil perhitungan harga pokok pesanan antara perhitungan perusahaan
yaitu UMKM konveksi kaos Larismanis dengan perhitungan harga pokok
pesanan metode job order costing. Perhitungan harga pokok produksi dengan
menggunakan metode job order costing memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan
dengan perhitungan menurut perusahaan. Hasil perhitungan menurut perusahan
untuk pesanan tanggal 7 yaitu sebesar Rp 9.203.350 dan untuk pesanan tanggal
25 yaitu sebesar Rp 6.274.350 sedangkan menurut hasil analisis penghitungan
metode job order costing untuk pesanan tanggal 7 yaitu sebesar Rp 9.490.261
dan untuk pesanan tanggal 25 yaitu sebesar 6.465.624. Terdapat selisih
perhitungan harga pokok pesanan sebesar Rp 286.911 untuk pesanan tanggal 7
dan selisih perhitungan harga pokok pesanan sebesar Rp 191.274 untuk pesanan
tanggal 25. Begitupun dengan harga pokok produksi per-unit masing-masing
94
terdapat perbedaan sebesar Rp 1.104 untuk pesanan tanggal 7 dan Rp 1.063
untuk pesanan tanggal 25.
Perbedaan yang paling mencolok terjadi karena adanya selisih dari
perhitungan biaya overhead yang disebabkan karena perusahaan belum komplit
menghitung biaya-biaya produksi dalam harga pokok produksi sedangkan yang
dilakukan pada metode job order costing seharusnya perusahaan melakukan
perhitungan secara terperinci apa saja yang masuk kedalam biaya overhead yang
secara tidak langsung akan mempengaruhi harga dari masing-masing produk
yang dibuat seperti biaya listrik, biaya penyusutan aset tetap serta biaya
penyusutan bangunan. Dari temuan penelitian yang telah dilakukan terlihat
bahwa perusahaan dalam melakukan perhitungan harga pokok produksi
menggunakan metode yang sederhana atau biasa disebut tradisional dan belum
menggunakan metode apapun di dalamnya.
Perbandingan metode penghitungan harga pokok produksi yang telah
dipaparkan dengan tabel diatas ini menujukan bahwa hasil dari penghitungan
harga pokok produksi menggunakan metode job order costing lebih efektif
dibandingkan dengan penghitungan harga pokok produksi yang diterapkan oleh
konveksi Larismanis hingga saat ini. Hal itu terbukti dengan pencatatan biaya
produksi yang rinci oleh metode job order costing, dimana metode tersebut juga
menghitung beban penyusutan gedung dan peralatan serta memasukkan biaya
listrik pada penghitungan harga pokok produksi sehingga hasil penghitungannya
95
sesuai dari semua biaya yang dikeluarkan oleh konveksi Larismanis dalam
membuat produk pesanan.
4.3 Integrasi Antara Harga Pokok Pesanan (Job Order Costing) dengan
Pandangan Islam
Transaksi dalam praktek penjualan barang sistem pesanan ini
merupakan jual beli yang barangnya belum ada atau harus melalui proses
pembuatan terlebih dahulu. Maka dari itu, pembeli hari memesan barang sesuai
kriteria yang diminta, hal ini juga terjadi dalam transaksi yang dilakukan oleh
konveksi Larismanis dalam menjalankan sebuah bisnisnya. Sesuai dengan ajaran
Islam konveksi Larismanis bahwa tidak boleh ada yang dirugikan dari kedua
belah pihak yaitu antara pejual dan pembeli. Dalam sistem pembayaranya
transaksi yang dilakukan oleh konveksi Larismanis yaitu dengan menyerahkan
sebagian uang terlebih dahulu oleh pembeli sebesar 50% hingga 70% dari harga
yang disepakati.
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 282 Allah telah
menjelaskan tata cara mu’amalah dalam hutang piutang sebagai berikut :
ى فاكتبوه ....الخ يا أيها الذين آمنوا إذا تداينتم بدين إلى أجل مسم“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara
tunai untuk waktu yang telah ditentukan, hendaklah kamu menulisnya”.(Al-
Baqarah:282).
96
Penggalan dari surat Al-Baqarah ayat 282 diatas menjelaskan bahwa
transaksi yang dilakukan secara tangguh atau tidak tunai maka harus dilakukan
pencatatan. Hal tersebut agar pada beberapa waktu kedepan tidak terjadi
kelalaian atas transaksi yang telah dilakukan dan sesuai kesepakatan. Pencatatan
tersebut menghindarkan dengan hal-hal yang tidak diinginkan seperti pertikaian
atara penjual dan pembeli karena kesalah pahaman, dengan adanya pencatatan ini
sekaligus menjadi sebuah perjanjian tertulis yang kedepanya bisa dijadikan
pedoman saat penyelesaian ataupun pelunasan transaksi. Begitupun yang telah
dipraktekan oleh konveksi Larismanis, transaksi yang dilakukan disini selalu
dicatat dalam buku penjualan setiap bulanya serta juga dicatat dalam nota yang
masing-masing disimpan oleh penjual dan pemebeli sebagai bukti bahwa telah
dibayar sebagian dari harga jual yang telah disepakati. Nota tersebut berguna
pada saat pelunasan dan penyerahan barang, pembeli dapat menunjukan nota
kepada pihak penjual dan pembeli menyerahkan uang sebesar kewajibanya yang
belum terbayarkan.
Dalam hadits Abdullâh bin Abbas Radhiyallahu anhu diriwayatkan :
قدم النبى صلى الله عليه وسلم المدينة وهم يسلفون فى الث مار السنة والسنتين
ال : من أسلف فى تمر فليسلف فى كيل معلوم ووزن معلوفق
م إلى أجل معلوم
“Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di kota Madinah, penduduk
Madinah telah biasa memesan buah kurma dengan waktu satu dan dua tahun.
97
maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa memesan
kurma, maka hendaknya ia memesan dalam takaran, timbangan dan tempo yang
jelas.”” (HR Bukhari)
Diketahui bahwa maksud dalam hadits di atas adalah jual beli barang
yang sudah tertentu (namun belum dimiliki ketika akad berlangsung), dan ini
bukanlah dimaksudkan larangan jual beli dengan menyebutkan ciri-ciri barang
(sebagaimana terdapat dalam akad salam). Oleh karena itu, transaksi salam itu
dibolehkan dengan menyebutkan ciri-ciri barang yang akan dijual asalkan
terpenuhi syarat-syaratnya walaupun belum dimiliki ketika akad berlangsung.
Berdasarkan dari hadits tersebut, maka praktek jual beli yang selama ini telah
dilakukan oleh konveksi Larismanis sudah sesuai dengan ajaran Islam karena
pada saat awal bertransaksi pembeli memesan barang dengan terlebih dahulu
menjelaskan terkait desain sablon kaos yang diinginkan oleh pembeli, lalu pihak
konveksi Larismanis menyanggupi spesifikasi yang diminta oleh pembeli dan
akad tersebut dapat dimulai ketika pembeli menyerahkan sebagian uang dari
harga yang disepakati, selanjutnya dilakukan pengerjaan barang pesanan hingga
selesai serta penjual melakukan penyerahan kepada pembeli dengan melakukan
pelunasan atas kekurangan pembayaran saat awal terjadinya akad.
98
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh serta pembahasan analisis efektifitas
penghitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode job order
costing pada UMKM konveksi kaos Larismanis, peneliti mendapatkan
kesimpulan sebagai berikut :
1) Dalam perhitungan harga pokok produksi UMKM konveksi kaos Larismanis
masih menggunakan perhitungan yang sederhana, hanya melakukan
perhitungan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja saja, sedangkan biaya
overhead yang terdiri dari biaya listirik, penyusutan aset dan peralatan belum
dihitung sehingga perhitungannya kurang akurat.
2) Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa perusahan
belum melakukan perhitungan harga pokok produksi dengan metode job
order costing, perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan perusahaan
hanya dengan menaksir seluruh biaya-biaya yang dibutuhkan untuk
memproduksi suatu produk pesanan sehingga biaya-biaya tidak
diklasifikasikan secara tepat dan perhitungan yang dilakukan cukup sederhana
sehingga sulit untuk menentukan harga yang tepat pada suatu produk yang di
pesan. Pada penghitungan haga pokok.
99
3) Berdasarkan penghitungan harga pokok produksi dengan menggunakan
metode job order costing menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan
dengan penghitungan menurut perusahaan untuk pesanan tanggal 7 dan
pesanan tanggal 25. Selisih tersebut dititik beratkan pada biaya overhead
yang tidak dibebankan dan di rinci secara benar sehingga perhitungan biaya
yang dilakukan kurang akurat dan tepat sesuai dengan teori akuntansi biaya.
Dalam hal ini terlihat bahwa peranan metode job order costing sebagai salah
satu metode perhitungan harga pokok produksi yang berperan penting untuk
meningkatkan keefektifitasan sebuah perusahaan dalam menentukan biaya-
biaya yang di butuhkan selama proses produksi barang sesuai pesanan
konsumen.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang disampaikan, maka peneliti memberikan
beberapa saran sebagai berikut :
1) Bagi UMKM
Pada kesimpulan telah direkomendasikan untuk melakukan
penghitungan harga pokok produksi yang sesuai dengan teori
akuntansi biaya, sehingga pihak UMKM konveksi kaos Larismanis
bisa menggunakan rekomendasi untuk melakukan penghitungan
harga pokok produksi menggunakan metode job order costing.
a) Sebaiknya UMKM melakukan pengelompokan dan pencatatan
biaya produksi seperti yang telah dipaparkan di pembahasan yaitu
100
seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead pabrik agar biaya produksi dapat diketahui dengan jelas.
b) Memberikan pengetahuan yang lebih terhadap karyawan
khususnya kepada bagian bendahara agar dapat memahami terkait
penghitungan harga pokok produksi metode job order costing.
2) Bagi Peneliti Selanjutnya
a) Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk memilih objek
penelitian yang belum menerapkan penghitungan harga pokok
produksi dengan baik, sehingga hasil penelitian dapat memberikan
pengetahuan baru pada objek penelitian dan kedepanya supaya
dijadikan sebagai pedoman oleh objek penelitian dalam
menghitung harga pokok produksi.
b) Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menerapkan
penghitungan harga pokok produksi job order costing yang
didukung dengan software akuntansi, sehingga dapat menunjang
pencatatan keuangan yang berbasis komputer di masa yang akan
datang.
101
DAFTAR PUSTAKA
Abduh, Thamrin. (2018). Determinan Pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM) pada Propinsi-propinsi di Indonesia, Jurnal
(dipublikasikan). Dosen Fakultas Ekonomi Universitas “45”, Makassar.
Ahmad, Firdaus dan Wasilah (2012). Akuntansi Biaya. Jakarta: Salemba Empat.
Ahmadi, Ruslan. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif (Cetakan ke-1).
Yogyakarta, Ar-ruzz Media.
Arikunto, S. (2016). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta.
Rineka Cipta
Arif, Muhammad. (2019). Sinergi Memajukan UMKM. Kompasiana. Diperoleh
20 Desember 2019 dari https://www.kompasiana.com/muhammadarf/
5d4e33ba0d82304c9d3f7243/sinergi-memajukan-umkm?page=all
Departemen Agama Republik Indonesia. (2006). Alqur’an dan Terjemahannya.
Surabaya: Pustaka Agung Harapan.
Indriantoro, Nur., dan Supomo, Bambang. (2013). Metodologi Penelitian Bisnis
untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta. BPFE Yogyakarta.
Irmarety, Ferny. (2016). Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi pada
Depot Diamond di Pangkalan Balai, Skripsi (dipublikasikan). Jurusan
Akuntansi Program Studi Akuntansi, Palembang
Maulina, Vina (2015). Pentingnya Akuntansi Biaya sebagai Pedoman untuk
Menentukan Harga Pokok Produksi. Kompasiana. . Diperoleh 20
Desember 2019 dari https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana
.com/amp/vinamaul/pentingnya-akuntansi-biaya-sebagai-pedoman-
untuk-menentukan-harga-pokok-produksi_566662f38e7a61ef0e40062f
Meliala, Andi Suranta., Matondang, Nazaruddin., Sari, Rahmi M. (2014).
Strategi Peningkatan Daya Saing Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
Berbasis Kaizen, Jurnal (dipublikasikan). Departemen Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas, Sumatera Utara
Moleong, Lexy. (2014). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya.
Mulyadi. (2010). Akuntansi Biaya (Edisi 5). Yogyakarta: UPP AMP YKPN-
Akademi Manajemen Perusahaan YKPN
102
Mulyadi. (2015). Akuntansi Biaya (Edisi 5). Yogyakarta: UPP AMP
YKPN-Akademi Manajemen Perusahaan YKPN.
Nuramalia, Eka. (2019). Pentingnya Strategi Efektif untuk
Membangun Persaingan Bisnis. Jojonomic. Diperoleh 20
Desember 2019 dari https:// jojonomic .com/blog/persaingan-
bisnis/
Nyata, Nyoto. (2012). Harga Pokok pesanan Pengertian dan Konsep
Metode Harga Pokok Pesanan. Academia. Diperoleh 20
Desember 2019 dari
https://www.academia.edu/29095234/Harga_Pokok_pesanan_P
engertian_dan_Konsep_Metode_Harga_Pokok_Pesanan?show
_app_store_popup=true
Sarosa, Samiaji. (2012). Penelitian Kualitatif Dasar-dasar. Jakarta
Barat: PT Indeks.
Setiawan, Rorizki. (2014). Analisis Harga Pokok Produksi Rumah
pada Pt. Murad Jaya Sejahtera Pekanbaru, Skripsi
(dipublikasikan). Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Pekanbaru.
Simamora, Henry. (2013). Pengantar Akuntansi II. Jakarta: Bumi
Aksara.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods).
Bandung. Alfabeta
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta
Sunarto. (2010). Akuntansi Biaya (Edisi Revisi). Yogyakarta: AMUS.
Supriyono, R.A. (2011). Akuntansi Biaya (buku 2, edisi 2).
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Sutikno, Syenny. (2012). Job order costing. KAP Drs J.Tanzil dan
rekan artikel list, diperoleh 20 Desember 2019 dari
http://www.jtanzilco.com
Syamhudi, Kholid. (2011). Jual Beli Salam dan Syaratnya. Al Manhaj.
Diperoleh 20 Desember 2019 dari https://almanhaj.or.id/3029-
jual-beli-salam-dan-syaratnya.html. Widjaja, Fanny. (2018).
103
Metode Penelitian. https://docplayer.info/46843689-Bab-3-
metode-penelitian.html
Utami, Novia Widya. (2019). Biaya Produksi (Cost of Production)
dalam Pelaporan Keuangan. Jurnal Entrepreneur. Diperoleh 20
Desember 2019 dari https://www.jurnal.id/id/blog/biaya-
produksi-cost-of-production-dalam-pelaporan-keuangan-
perusahaan/
Lampiran 1
Kartu Kendali
Nama : Trio Ady Widianto
NIM/Jurusan : 16520011
Pembimbing : Yuliati, S.Sos., MSA
Judul Skripsi : Analisis Efektifitas Penghitungan Harga Pokok Produksi dengan
Menggunakan Metode Job Order Costing (Studi Kasus pada UMKM Konveksi
Kaos Larismanis di Kediri)
No. Tanggal Materi Konsultasi Tanda Tangan
Pembimbing
1. 13-01-2020
- penulisan sesuaikan dengan buku pedoman
- lengkapi penelitian terdahulu dengan
penamaan, perbedaan dan urutkan
- cek kembali metode penelitian
2. 24-01-2020
- pastikan perusahaan okasi penelitian
berproduksi barang pesanan
- kuatkan spesifikasi/keunikan tulisanmu
pada latar belakang
- perbaiki kerangka berpikir
- konsistenka pada JOC sesuai judul bukan
ABC
3. 11-02-2020
- cek kembali keunikan dan penulisan
- rujukan penelitian terdahulu diperkuat di
latar belakang
- bersiap ujian proposal
4. 29-02-2020 silahkan ujian proposal
5. 30-05-2020
- perbaiki peulisan judul tabel
- tulis kesimpulan dengan jelas bukan
bahasa yang berbelit
- kuatkan latar belakang dengan alasan harus
meneliti di objek ini
6. 03-05-2020 acc menuju sidang
Malang, 16 Juni 2020
Mengetahui,
Ketua Jurusan Akuntansi
Dr. Nanik Wahyuni, SE., M.Si., Ak
NIP. 19720322 200801 2 005
Lampiran 2
BIODATA PENELITI
Nama : Trio Ady Widianto
Tampat, Tgl Lahir : Kediri, 17 Oktober 1996
Alamat : Rt 003, Rw 001, Desa Mukuh, Kecamatan Kayen
Kidul, Kabupaten Kediri
Email : [email protected]
No. Hp : 085784111011
Pengalaman Organisasi :
▪ Pengurus HMJ Akuntansi Periode 2017
▪ Pengurus HMJ Akuntansi Periode 2018
▪ Anggota Kopma Padang Bulan 2019
Lampiran 3
Transkip Wawancara
Transkip wawancara ke-1 dengan Bapak Rendra (Pemilik UMKM konveksi
kaos Larismanis), Pada hari sabtu 11 Oktober 2019 pukul 20:00 WIB sampai
dengan pukul 21:15 WIB.
1. Mengapa memilih bidang usaha ini dari sekian banyaknya usaha yang bisa
digeluti ?
Jawaban :“Saya memilih usaha ini ya karena dari dulu hobi saya
menggambar mas, jadi lama kelamaan saya menggambar di kaos-kaos
saya. Akhirnya saya tertarik untuk mengaplikasikan saya dalam bentuk
sablon ini mas, dari situ teman-teman banyak yang suka hingga akhirnya
saya bertekad untuk membua*t lebih banyak kaos lagi sampai saya bisa
membangun konveksi kaos sablon ini.”
2. Perusahaan ini bekerja dibidang apa dan sudah berapa lama ?
Jawaban :“Usaha yang saya jalani ini sebenarnya sejak lama, namun
Cuma hobi saja sebagai sampingan. Setelah saya memutuskan berhenti
bekerja di tempat lain di tahun 2016 saya membangun konveksi ini
walaupun terkesan apa adanya mas.”
3. Bagaimana sejarah didirikannya perusahaan ini ?
Jawaban :“Kalau sejarahnya, ya berawal dari keinginan saya mendirikan
konveksi ini mas. Soalnya ini yang saya bisa saat saya sudah putus kerja,
bermodalkan dari uang teman-teman yang saya pinjam untuk membeli
mesin jahit dan segala keperluan sablon yang bagus agar mendukung
kualitasnya, hingga saya punya karyawan seperti saat ini.”
4. Apakah visi dan misi dalam mengembangkan usaha ini ?
Jawaban :“Untuk urusan itu sederhana saja mas, yang penting bisa
memuaskan pelanggan terutama dari hasil produksi ini. Dan misinya saya
menekankan untuk bekerja dengan amanah, menjaga kualitas tetap
konsisten, dan semua itu tujuanya untuk pelanggan agar puas dengan apa
yang kami kerjakan.”
5. Bagaimana ruang lingkup pekerjaan untuk membuat satu produk yang di
pesan ?
Jawaban :”Disini ada 4 jenis pekerjaan karyawan mas, yang pertama
penjahit pasti tugasnya menjahit kain menjadi kaos, lalu ada bagian
desain yang bertugas mendesain pola gambar sablon dan dicetak di mika
sablon, terus ada bagian sablon yang tugasnya mencampur warna cat dan
melaburkan ke kaos yang disablon dan terakhir bagian bendahara
bertugas mencatat aktivitas keuangan yang ada di konveksi Larismanis.”
6. Bagaimana sistem, tujuan, dan strategi yng diterapkan perusahaan dalam
memasarkan produk yang di buat ?
Jawab :“Untuk pemasaranya, kami punya akun Instagram yang saya
gunakan untuk mengunggah foto dan video kaos yang kami produksi disini
agar masyarakat luas dapat melihat lewat handphone masing-masing mas,
kalo bagian pemasaranya disini tidak ada karyawan tetapi teman-teman
sering memasarkan produk saya ini ke sekolah, komunitas ataupun acara
tertentu, namun mereka tidak kami gaji, mereka mencari untung sendiri ke
pembeli dari situlah mereka dapat komis.”
Transkip wawancara ke-2 dengan Bapak Rendra (Pemilik UMKM konveksi
kaos Larismanis) pada 28 Februari 2020 pukul 19:00 WIB sampai dengan
pukul 20:30 WIB.
7. Berapa harga perolehan aset tetap yang dimiliki oleh konveksi Larismanis
?
Jawaban : “Aset yang dimiliki di konveksi ini seperti tempat produksi ini
yang ada di rumah kira-kira harga pasarnya sebesar Rp 1.200.000.000
dan tanah seharga Rp 325.000.000, tempat konveksi membutuhkan 20%
dari lahan rumah saya, aset selanjutnya yaitu ada 2 mesin jahit obras
benang tiga per-unitnya seharga Rp 6.300.000 dan 2 mesin jahit overdeck
per-unitnya seharga Rp4.850.000, mesin press sablon seharga Rp
3.200.000.”
8. Berapa harga perolehan peralatan yang dimiliki oleh konveksi Larismanis
?
Jawaban :“ Peralatan yang dipakai di konveksi ini adalah alat pada
umumnya mas, seperti rakel disini memiliki 3 rakel ukuran 10cm per-
unitnya seharga Rp 12.000, 5 rakel ukuran 20cm per-unitnya seharga Rp
22.000, 3 rakel ukuran 25cm per-unitnya seharga Rp 30.000, 2 rakel
ukuran 35cm per-unitnya seharga 36.000, 1 semprotan air seharga Rp
40.000, frame mika sablon ukuran 30x40 sebanyak 20 per-unitnya seharga
Rp 20.000, ukuran 35x50 sebanyak 20 per-unitnya seharga Rp 24.000,
dan ukuran 40x60 sebanyak 10 per-unitnya seharga Rp 32.000, hot
gun/pengering sablon seharga Rp 380.000, mesin pemotong kain seharga
Rp 600.000, meja afdruk Rp 1.750.000, meja sablon Rp 3.500.000.”
9. Bahan apa saja yang digunakan untuk menghasilkan produk ?
Jawaban :“ Jadi untuk bahan-bahan yang diperlukan itu yang pasti kain
kaos, menset/kain kerah, benang jahit, benang obras,mika sablon, cat
sablon, minyak rahasia, obat afdruk.”
10. Bagaimanakah proses pembuatan produk dengan bahan-bahan yang telah
dipersiapkan ?
Jawaban : “Sebenarnya proses pembuatanya cukup simpel mas, berawal
dari kain kaos dan kain kerah yang sudah dipotong lalu dijahit membentuk
kaos tanpa lengan sesuai berbagai ukuran yang dipesan dan selanjutnya
diserahkan ke bagian sablon, sebelumnya satu jenis warna cat sablon,
obat dan minyak dicampurkan sesuai takaran yang telah ditetapkan di
konveksi,begitupun untuk jenis warna cat yang lainya, lalu bagian sablon
mengoleskan campuran cat tadi pada kaos sesuai alur desain yang
digambar di mika sablon, biasanya setiap satu desain kaos menghabiskan
3 hingga 4 mika sablon. Setelah proses sablon selesai dan sudah
kering,lalu kaos di pres agar cat sablon menempel kuat di kaos,
selanjutnya kaos dikumpulkan lagi ke bagian jahit untuk dipasang bagian
lengan sesuai ukuran masing-masing.”
11. Berapa harga bahan-bahan yang diperlukan untuk menghasilkan produk ?
Jawaban :“Soal harga bahan-bahanya disini tidak jauh dari harga pasar
pada umumnya mas,untuk harga kain kaos per-kilonya Rp. 110.000,
menset/kain kerah per-meternya Rp 60.000, benang jahti per-kotak isi 12
harganya Rp 12.000, benang obras per-gulungnya Rp.4.500 ,mika sablon
ada 3 ukuran yang dipakai yaitu ukuran 30x40 haraganya Rp 35.000,
35x50 harganya Rp 40.000, 40x60 harganya Rp 45.000, cat sablon yang
dipakai disini harganya tidak sama tergantung merknya, ada yang per-
kaleng 1 kiloan harganya Rp 85.000, Rp 100.000, Rp 135.000, Rp
160.000, minyak rahasia yang saya pakai disini harganya per-liter Rp
15.000, obat afdruk harganya Rp 17.000 per-botol 200 gram.”
12. Seperti apakah penggajian karyawan dan berapakah gaji untuk masing
masing bidang ?
Jawaban :“ Disini untuk gaji karyawan ada berbagai macam mas, seperti
penjahit itu gajinya borongan sebesar Rp. 2.500/kaos, untuk bagian
sablon dan desain gajinya harian sebesar Rp. 50.000/hari dan Rp 60.000
serta untuk bagian bendahara gajinya Rp. 300.000/minggu.”
13. Selain biaya-biaya produksi, apakah ada biaya lain diluar produksi ?
Jawaban : “Kalau itu kira-kira saya harus mengeluarkan biaya untuk
listrik saja mas, seminggu membeli pulsa listrik Rp 100.000 itupun
listriknya gabung dengan rumah saya.”
14. Dalam satu hari, berapa produk yang mampu di hasilkan ?
Jawaban :“Normalnya kami bisa menyelesaikan 80 sampai 120 kaos,
namun pada saat lembur kami mampu menyelesaikan hingga 160 kaos.”
15. Berapakah rata-rata pesanan yang terselesaikan dalam waktu satu bulan ?
Jawab :“Jumlahnya memang tidak selalu sama, namun selama ini ada
.1000 sampai 2.000 pesanan dalam satu bulan.”
16. Apabila pada saat tertentu tidak ada pesanan, apakah perusahaan tidak
beroperasi ?
Jawaban :“Situasi seperti itu beberapa kali saya alami mas, hanya bagian
jahit saja yang masuk kerja untuk menjahit kaos polos.”
17. Berapa tingkat laba yang diinginkan perusahaan ?
Jawaban :“Untuk labanya memang relatif mas, namun saya
mengusahakan agar memperoleh keuntungan Rp 20.000 sampai Rp
30.000 per-kaos.”
18. Bagaimana cara perusahaan menentukan harga pokok dari setiap produk
yang di pesan ?
Jawaban :“ Kalau saya menghitungnya sederhana mas, yang penting
pengeluaran-pengeluaranya semua dijumlah, seperti bahan-bahanya
ditotal dan ditambah pengeluaran untuk gaji karyawan.”
19. Berapa banyak bahan yang diperlukan dalam pembuatan satu kaos dalam
satu jenis pesanan ?
Jawaban :“ Jika ditanya per-kaos habis berapa bahan saya tidak tau pasti
mas, soalnya dari setiap pesanan memang hasilnya beda-beda. Tapi yang
saya hitung selama ini seperti ini mas, kaos 1kg untuk 5 kaos lengan
pendek atau 4 lengan panjang,1 meter kain kerah untuk 48 kaos, benang
jahit 1 roll untuk 50 kaos, benang obras 1 roll untuk 15 kaos, minyak
rahasia 250 gram digunakan untuk 1kg cat sablon,200 gram obat afdruk
untuk 5 kali pakai di mika sablon, mika sablon tersebut harus dicuci
setelah 30 kali dipakai. Nah kalau mika sablon, cat sablon ini jumlahnya
tidak pasti mas, tergantung gambar desain sablonya yang dipesan seperti
apa.”
Lampiran 4
Data Dokumentasi
.
Lampiran 5
Data Dokumentasi