analisa penyebab overheating pada power take...

65
ANALISA PENYEBAB OVERHEATING PADA POWER TAKE OFF PC 1250-8R SP DI PT. KAYAN PUTRA UTAMA COAL SITE LOREH TUGAS AKHIR ABDUL AZIZ NIM : 140309232291 PROGRAM STUDI ALAT BERAT JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN 2017

Upload: voliem

Post on 06-Mar-2019

233 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

ANALISA PENYEBAB OVERHEATING PADA POWER TAKE OFF

PC 1250-8R SP DI PT. KAYAN PUTRA UTAMA COAL SITE LOREH

TUGAS AKHIR

ABDUL AZIZ

NIM : 140309232291

PROGRAM STUDI ALAT BERAT

JURUSAN TEKNIK MESIN

POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN

2017

i

ANALISA PENYEBAB OVERHEATING PADA POWER TAKE OFF

PC 1250-8R SP DI PT. KAYAN PUTRA UTAMA COAL SITE LOREH

TUGAS AKHIR

KARYA TULIS INI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU

SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR AHLI MADYA DARI

POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN

ABDUL AZIZ

NIM : 140309232291

PROGRAM STUDI ALAT BERAT

JURUSAN TEKNIK MESIN

POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN

2017

i

i

i

v

Karya ilmiah ini ku persembahkan kepada

Ayahanda dan Ibunda tercinta

Kamaruddin dan Siti Poniem

Saudara dan saudariku tersayang

Muhammad Kamal Julianto dan Syifa Atira

Yang selalu memberikan semangat

Chilia Dwi Wahyu Setyoadi

Teman Senasib di UKM Voli Poltekba

kepada seluruh teman-teman TMAB 2014

Seluruh dosen terkhusus Dosen Pembimbing Tugas Akhir saya

SDH, Supervisor, mekanik PT United Tractors site Loreh

Terima Kasih yang tak terhingga atas semua dukungannya

vi

ABSTRACT

This study aims to determine the cause, the process of occurrence, as well as ways

to prevent overheating of the power take off. The problem solving uses the eight

step troubleshooting method. This Troble occurs simultaneously with the

increasing volume and changing of the oil shutter on the PTO. While the volume

on the engine oil is reduced. From both indications, it can be seen that there is

damage to the components that cause the exit of oil from the engine to PTO. One

such component is the rear seal and rear end crankshaft. To find out whether the

component is damaged, then done the process of removal on PTO assy and

flywheel. From the results of the examination, it was discovered that the rear

sleeve and rear end seal on the crankshaft of wear due to engine oil containing

contaminants from entering the gap between the two components. At the time of

the unit in operation, the contaminant particles rub together continuously with the

rear sleeve seal and the rear end of the crankshaft, resulting clereance of nearly

8x enlarged rear end of a given tolerance value shop manual. Because the

clereance rear end is very large, the engine oil will be easier to exit and increase

the PTO oil volume. The addition of this volume is directly proportional to the

increase in mass of the resulting amount of heat are required for lowering the

temperature of the oil, so that the rate of heat release will be longer and there was

overheating

Keyword : overheat, power take off, sleeve rear seal, rear end crankshaft, heat.

vii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab, proses terjadinya, serta cara

untuk mencegah overheating pada power take off tersebut. Penyelesaian trouble

ini menggunakan metode eight step troubleshooting. Troble ini terjadi bersamaan

dengan bertambahnya volume dan berubahnya wana oli pada PTO. Sedangkan

volume pada oli engine berkurang. Dari kedua indikasi tersebut, dapat diketahui

bahwa adanya kerusakan komponen yang menyebabkan keluarnya oli dari engine

menuju PTO. Salah satu komponen tersebut adalah rear seal dan rear end

crankshaft. Untuk mengetahui apakah komponen tersebut mengalami kerusakan,

maka dilakukan proses remove pada PTO assy dan flywheel. Dari hasil

pemeriksaan, ditemukan bahwa sleeve rear seal dan rear end pada crankshaft

mengalami keausan akibat adanya oli engine yang mengandung kontaminasi

masuk diantara celah dua komponen tersebut. Pada saat unit beroperasi, partikel

kontaminan tersebut bergesekan secara terus menerus dengan sleeve rear seal dan

rear end crankshaft sehingga mengakibatkan clereance dari rear end membesar

hampir 8x dari nilai toleransi yang diberikan shop manual. Karena clereance rear

end sangat besar, maka oli dari engine akan semakin mudah untuk keluar dan

menambah volume oli PTO. Penambahan volume ini berbanding lurus dengan

bertambahnya massa yang mengakibatkan besarnya kalor yang dibutukan untuk

menurunkan suhu dari oli tersebut, sehingga laju dari pelepasan panas akan

semakin lama dan terjadilah overheat.

Kata kunci : overheat, power take off, sleeve rear seal, rear end crankshaft, kalor.

viii

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT Yang Maha

Kuasa, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah memberikan taufik

dan hidayah-Nya, serta berkah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan tugas akhir yang berjudul “ANALISA PENYEBAB

OVERHEATING PADA POWER TAKE OFF PC 1250-8R SP DI PT. KAYAN

PUTRA UTAMA COAL SITE LOREH” dapat selesai dengan baik. Shalawat

serta salam selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW

yang sealu menuntun umatnya kepada jalan yang benar dan di ridhoi oleh Allah

SWT. Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan

dari Politeknik Negeri Balikpapan sebagai Diploma III pada jurusan program

studi Teknik Mesin Alat Berat.

Di dalam penyusunan tugas akhir ini, bukan tanpa kendala dan kesulitan

yang dihadapi oleh penulis, tapi berkat dukungan dan bantuan dari berbagai

semua pihak tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu penulis

menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua dan saudara-saudari dari penulis yang selalu memberikan

restu, masukan dan dukungan-dukungan moril maupun materil untuk

penyelesaian Tugas akhir ini.

2. Bapak Ramli, S.T., M.T. sebagai Direktur Politeknik Negeri Balikpapan.

3. Bapak Zulkifli,ST, M.T, sebagai Ketua Jurusan Teknik Mesin sekaligus wali

dosen yang telah memberikan semangat dan dorongan dalam penyelesaian

tugas akhir ini.

4. Drs. Syaeful Akbar M.T. sebagai dosen pembimbing I yang turut

memberikan saran,dukungan serta arahan-arahan untuk menyelesaikan tugas

akhir ini.

5. Bapak Hadi Hermansyah,S.Si.,M.Si sebgai dosen pembimbing II yang turut

memberikan saran, dukungan serta arahan-arahan untuk menyelesaikan tugas

akhir ini.

ix

6. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Jurusan Teknik Mesin yang telah

memberikan ilmunya selama penulis menyelesaikan proses belajar di

Politeknik Negeri Balikpapan.

7. Bapak Tarno Sumarno dan Bapak Sarwana selaku Supervisor PT. United

Tractors site Loreh yang telah memberikan ilmu selama penulis melakukan

On the Job Training

8. Saudara Dimas Mbatan, Raddiyanoor, Agusman, Hary Santoso, Arizal,

Samosir, Zulkarnayin, Zulhamsyah dan seluruh karyawan PT. United

Tractors site Loreh, yang telah memberikan ilmu dan menambah wawasan

penulis pada saat melakukan On the Job Training di perusahaan tersebut.

9. Rekan-rekan mahasiswa Politeknik Negeri Balikpapan angkatan 2014

seperjuangan pada umumnya dan mahasiswa Jurusan Teknik Mesin serta

sahabat-sahabat seperjuangan khususnya yang telah banyak membantu

proses pengembangan diri penulis dan memberikan semangat kepada penulis

sehingga penulis dapat menyelesakan tugas akhir ini.

Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran

sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tugas akhir ini. Semoga Tugas Akhir

ini bermanfaat baik bagi penulis maupun bagi pihak-pihak yang membacanya,

Terima kasih

Balikpapan, 24 Juli 2017

Penulis

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN......................................................................................... iii

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ....................................... iv

LEMBAR PERSEMBAHAN .................................................................................... v

ABSTRACT .............................................................................................................. vi

ABSTRAK .............................................................................................................. vii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... viii

DAFTAR ISI .............................................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xiii

DAFTAR TABEL .................................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 2

1.3 Batasan Masalah.................................................................................................. 2

1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 3

1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................................... 3

1.6 Sistematika Penulisan .......................................................................................... 3

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengenalan Excavator PC 1250-8R SP ................................................................ 5

2.1.1 Komponen Excavator........................................................................................ 6

2.1.2 Komponen Powertrain Excavator .................................................................... 6

2.1.3 Machine Code Excavator .................................................................................. 7

2.1.4 Data Teknis PC 1250-8R SP SN 30000 and up ................................................ 7

2.2 Flywheel Group .................................................................................................... 9

2.3 Power Take Off .................................................................................................. 11

2.4.1 Pengertian Power Take Off ............................................................................. 11

2.4.2 PTO Lubrication System ................................................................................. 12

xi

2.5 Overheating ........................................................................................................ 13

2.5.1 Pengertian Overheating ................................................................................... 13

2.5.2 Penyebab Overheating .................................................................................... 14

2.6 VHMS (Vehicle Health Monitoring System) ..................................................... 14

2.7 Pelumas ............................................................................................................. 15

2.7.1 Definisi Pelumas ............................................................................................. 15

2.7.2 Teknik Pelumasan ........................................................................................... 16

2.8 Kalor ................................................................................................................... 17

2.8.1 Definisi Kalor .................................................................................................. 17

2.9 Teori Keausan .................................................................................................... 18

2.9.1 Definisi Keausan ............................................................................................. 18

2.9.2 Jenis – jenis Keausan ...................................................................................... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ................................................................................................... 21

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................................ 21

3.3 Instrumen Penelitian........................................................................................... 21

3.4 Metode Eight Step Troubleshooting .................................................................. 23

3.4.1 Troubleshooting .............................................................................................. 23

3.4.2 Kemungkinan Penyebab ................................................................................. 23

3.4.3 Observe & Diagnostic ..................................................................................... 23

3.4.4 Pengumpulan Data .......................................................................................... 24

3.4.5 Analisa ............................................................................................................ 24

3.4.6 Penyebab Utama.............................................................................................. 25

3.4.7 Kesimpulan ..................................................................................................... 25

3.4.8 Langkah Improvement ..................................................................................... 25

3.5 Diagram Alir Penelitian ..................................................................................... 26

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Kronologi Kejadian ............................................................................................ 27

4.2 Data Unit ............................................................................................................ 27

4.3 Pemeriksaan Awal .............................................................................................. 28

4.4 Pemeriksaan Lanjutan ........................................................................................ 28

4.5 Pembahasan ........................................................................................................ 31

4.6 Langkah Perbaikan ............................................................................................. 34

xii

4.7 Pemeriksaan Akhir ............................................................................................. 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 36

5.2 Saran ................................................................................................................... 36

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 37

LAMPIRAN

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Hydraulic Excavator PC 1250-8R SP 5

Gambar 2.2 Komponen Excavator 6

Gambar 2.3 Komponen Powertrain Excavator 6

Gambar 2.4 Dimensi unit PC 1250-8R dan PC1250-8R SP 8

Gambar 2.5 Working range Excavator 8

Gambar 2.6 Flywheel Group 9

Gambar 2.7 Flywheel dan Ring gear 10

Gambar 2.8 Komponen Power Take Off 12

Gambar 2.9 PTO lubricating line 13

Gambar 2.10 Heat Balance 13

Gambar 2.11 Lapisan oli diantara benda yang saling bergesekan 16

Gambar 2.12 Proses perpindahan dari logam secara adhesi 19

Gambar 2.13 Proses cutting 20

Gambar 3.1 Tools feeler gauge 22

Gambar 3.2 Aplikasi VHMS 22

Gambar 3.3 Connector RS232-USB 22

Gambar 3.4 Kabel Download VHMS 23

Gambar 3.5 Diagram Alir Metode Penelitian 26

Gambar 4.1 Level dan warna Oli PTO pada Deepstick 28

Gambar 4.2 Data error yang tercatat oleh VHMS Controller 28

Gambar 4.3 Level oli pada deepstick engine setelah dilakukan

pengisian 29

Gambar 4.4 Kebocoran antara crankshaft dengan rear seal 30

Gambar 4.5 Scratch pada rear seal (a) dan worn pada crankshaft (b) 30

Gambar 4.6 Oil Analysis Report Engine EK 01 31

Gambar 4.7 Komponen mengalami keausan tipe abrasive 32

Gambar 4.8 Pengukuran worn pada rear end crankshaft 32

Gambar 4.9 Nilai toleransi yang diberikan untuk rear end 33

xiv

Gambar 4.10 Pergantian engine EK-01 yang rusak (a) dengan

yang baru (b) 34

Gambar 4.11 Name Plate engine lama (a) dengan yang baru (b) 34

Gambar 4.12 Record temperatur pada PTO 35

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Tabel Dimensi unit Excavator 8

Tabel 2.2 Tabel Working range Excavator 9

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data Grafik VHMS BAGUS V2.0

Lampiran 2 : EMR (Emergency Machine Report)

Lampiran 3 : ETR (Emergency Trouble Report)

Lampiran 4 : IR (Installation Report)

Lampiran 5 : Oil Analysis Report Engine

Lampiran 6 : TSR (Technical Service Report)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

PT. Kayan Putra Utama Coal atau biasa disingkat PT. KPUC

merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan dan berlokasi

di desa Long Loreh, Kecamatan Malinau Selatan, Kota Malinau, Provinsi

Kalimantan Utara. Perusahaan ini memiliki populasi unit komatsu sebanyak

14 unit diantaranya 7 unit Hydraulic Excavator PC 1250-8R SP, 4 unit

Dozer D 155-2, dan 2 unit Grader GD 705A-4.

Hydraulic Excavator merupakan unit alat berat. Hydraulic Excavator

atau biasa disebut backhoe merupakan unit yang berfungsi sebagai penggali

sekaligus pemuat. Excavator mempunyai beberapa attachment yang sangat

penting dalam proses digging dan loading yaitu Boom, Arm (Stick), Bucket,

dan Hydraulic Cylinder yang digunakan untuk menggerakkan attachment

tersebut. Sistem pergerakkan dari attachment tersebut menggunakan media

berupa fluida hidrolik, silinder hidrolik, pompa hidrolik serta Power Take

Off.

PTO (Power Take Off) merupakan salah satu komponen yang

berperan penting dalam pergerakan attachment dari Hydraulic Excavator.

Berperan penting karena PTO berhubungan langsung dengan Hydraulic

Pump. Apabila PTO bermasalah maka pergerakan dari attachment juga akan

bermasalah, sehingga cycle time dari unit excavator akan melambat dan

produktifitas akan menurun.

Gerakan sebuah excavator meliputi Mengisi Bucket(Land Bucket),

Mengayun(Swing Loaded), Membongkar Beban(Dump Bucket), dan

Mengayun Balik(Swing Empty). Keempat gerakan tersebut merupakan satu

siklus atau cycle time dari excavator. Kecepatan cycle time dari excavator

sangat dipengaruhi dari kecepatan putaran gear PTO. PTO atau Power Take

Off berhubungan langsung dengan hydraulic pump yang berfungsi untuk

menyediakan aliran fluida untuk berbagai attachment dalam sirkuit hidrolik.

2

Apabila PTO berputar sangat cepat, maka hydraulic pump juga demikian,

akibatnya kecepatan aliran fluida meningkat dan pergerakan dari attachment

akan semakin cepat.

Pada saat melakukan On the Job Training penulis menemukan salah

satu permasalahan yaitu terjadi overheating pada power take off unit PC

1250-8R SP. Trouble ini ditemukan setelah 66 jam dilakukan pergantian

Engine. Setelah dilakukan analisa, unit tersebut diharuskan mengganti

Engine untuk kedua kalinya. Seharusnya usia atau lifetime dari engine untuk

dijadwalkan overhaul sekitar 20.000 jam, tapi mengapa pada unit tersebut

Engine yang baru berusia 232 jam diharuskan melakukan pergantian.

Sebagaimana kita tahu bahwa untuk melakukan pergantian Engine butuh

berhari-hari, sehingga mengakibatkan produktifitas menjadi turun.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis ingin mengangkat masalah

tersebut sebagai bahan kajian tentang analisa penyebab overheating pada

power take off di unit Hydraulic Excavator.PC 1250-8R SP.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penulis untuk proposal Tugas Akhir ini diantaranya

adalah :

1. Apa yang menyebabkan terjadinya Overheating pada PTO ?

2. Bagaimanakah proses terjadinya Overheating pada PTO ?

3. Bagaimanakah cara untuk mencegah agar PTO tidak mengalami

Overheating ?

1.3 Batasan Masalah

Dari rumusan masalah diatas, maka penulis melakukan batasan masalah

sebagai berikut :

1. Analisa dilakukan pada satu unit PC 1250-8R SP dengan kode unit EK-

01.

2. Melakukan analisa dengan menganggap sensor temperatur pada PTO

dan VHMS Controller dalam keadaan normal.

3. Pengambilan data dilakukan selama bulan Agustus 2016 sampai bulan

November 2016.

3

4. Menggunakan data temperature yang di record oleh Controller VHMS.

5. Menggunakan data VHMS terakhir download tanggal 22 Desember

2016.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya Overheating pada PTO.

2. Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya Overheating pada PTO.

3. Untuk mengetahui cara mencegah PTO agar tidak mengalami

overheating untuk kedepannya.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dimaksud penulis adalah sebagai berikut :

1. Sebagai sarana pembelajaran untuk mencegah agar PTO tidak

mengalami overheat untuk kedepannya.

2. Mencegah pergantian komponen lain yang belum mencapai lifetime.

3. Meanambah kepercayaan costumer terhadap kinerja dalam proses

service yang cepat dan tepat.

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan tugas akhir, penulis menggunakan sistematika penulisan

dengan urutan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Pada bab ini diterangkan tentang latar belakang permasalahan yang akan

dibahas yaitu terjadinya overheating pada power take off PC 1250-8R SP,

perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penulisan,

metodologi penulisan, sistematika penulisan, serta proses pembuatan tugas

akhir.

BAB II Landasan Teori

Pada bab ini akan diuraikan mengenai teori-teori dasar yang mendukung

penulisan menyangkut Analisa Penyebab Overheating Power Take Off pada

unit PC 1250-8R SP.

BAB III Metodologi Penelitian

Pada bab ini akan membahas jenis penelitian, waktu dan tempat pelaksanaan

penelitian, instrument serta 8 step troubleshooting yang akan digunakan

4

dalam menyelesaikan Penyebab Overheating Power Take Off pada unit PC

1250-8R SP.

BAB IV Pembahasan dan Hasil

Pada bab ini akan dilakukan pembahasan mengenai proses, penyebab, dan

cara mencegah Overheating pada Power Take Off pada unit PC 1250-8R

SP. Setelah itu akan dilakukan perbaikan untuk meminimalisir masalah

terulang kembali.

BAB V Kesimpulan dan Saran

Pada bab ini berisi kesimpulan,solusi, dan saran dari penulisan tugas akhir

ini dilakukan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

Daftar Pustaka

Pada bagian daftar pustaka berisi tentang sumber referensi yang mendukung

bagi penulisan tugas akhir ini.

Lampiran

Pada bagian ini berisi lampiran-lampiran yang dibutuhkan dan mendukung

baik berupa data maupun gambar.

5

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengenalan Excavator PC 1250-8R SP

Hydraulic Excavator adalah alat yang serba guna yang dapat untuk

menggali tanah, membuat parit, memuat material ke dump truck atau kayu

ke trailer. Dengan kombinasi penggantian attachment maka dapat digunakan

untuk memecah batu, mencabut tanggul, membongkar aspal dan lain-lain.

Konstruksi Excavator bagian atasnya (upper structure) mampu

berputar (swing) 360 derajat, sehingga alat ini sangat lincah untuk

penggalian dan pemindahan tanah pada pada area yang sempit.

Gambar 2.1 : Hydraulic Excavator PC 1250-8R SP

Sumber : Dokumen pribadi

Gerakan Excavator dalam beroperasi terdiri dari empat gerakan yaitu

Mengisi Bucket(Land Bucket), Mengayun(Swing Loaded), Membongkar

Beban(Dump Bucket), dan Mengayun Balik(Swing Empty). Empat gerakan

dasar tersebut menentukan lama waktu siklus, tetapi waktu siklus ini juga

tergantung dari ukuran backhoe. Backhoe yang kecil waktu siklusnya akan

6

lebih cepat daripada backhoe yang besar, dan tentu saja juga menentukan

kondisi kerja seperti penggalian tanah yang ulet atau penggalian parit.

2.1.1 Komponen Excavator

Gambar 2.2 : Komponen Excavator

Sumber : BMC-Product Knowledge and Publication Book

1. Bucket Cylinder 7. Cabin

2. Arm 8. Upper Structure

3. Bucket 9. Track Frame

4. Arm Cylinder 10. Final Drive

5. Boom 11. Track Roller

6. Boom Cylinder 12. Idler

2.1.2 Komponen Power Train Excavator

Gambar 2.3 : Komponen Powertrain Excavator

Sumber : BMC-Product Knowledge and Publication Book

1. Front Idler 6. Hydraulic Pump

2. Control Swivel joint 7. Engine

3. Control valve 8. Swing Brake Selenoid

4. Final Drive 9. Travel Speed Selenoid

5. Travel Motor 10. Swing Machinery

7

2.1.3 Machine Code Excavator

PC 1250-8R SP merupakan kode penamaan dari Komatsu yang memiliki

arti :

PC : Power Crawler (Excavator Crawler/Track Type)

1250 : Berat Unit (1250x0,1 = 125 ton)

8 : Modifikasi unit ke-8

R : Non EGR (Exhaust Gas Recirculation) System

SP : Super Pruduction

Untuk Excavator ada huruf dibelakang Modifikasi (generasi) diluar SP

(Super Production) dengan istilah seperti dibawah ini :

HD = Heavy Duty (Untuk Speck Logging)

LC = Long Track

LLC = Super Long Track

SE = Super Earth Mover

US = Ultra Tail & Standart Boom

UU = Ultra Urban (Minimal Swing radius Excavator 120°)

MR = Mighty Rubber Crawler Excavator (traveling aspalt & quarry

mining)

2.1.4 Data Teknis PC 1250-8R SP SN 30001 and up

a. Berat Unit PC 1250-8R SP

PC 1250-8R SP (Backhoe Specification) memiliki berat kosong

110.700 kg (110,7 ton), sedangkan untuk yang Shovel Specification

memiliki berat kosong 110.900 kg (110,9 ton)

b. Performa Unit PC 1250-8R SP

Standar kapasitas bucket pada Unit PC 1250-8R SP yaitu 6,7 m3.

Berdasarkan ISO (International Organization for Standardization),

kekuatan maksimal dari Arm untuk menggali yaitu 412 kN (42.0 ton) dan

untuk kekuatan maksimal dari Bucket untuk menggali yaitu 570 kN (58,1

ton)

8

c. Dimensi Unit PC 1250-8R SP

Unit PC 1250-8R SP ukuran tinggi unit 6265 mm, lalu memiliki

panjang keseluruhan 14790 mm, dan lebar maksimum 5600 mm.

Gambar 2.4 : Dimensi unit PC 1250-8R dan PC1250-8R SP

Sumber : www.komatsu.com/ce/products/pdfs/PC1250-8R_CEN00176-

04.pdf

Tabel 2.1 : Tabel Dimensi unit Excavator

Sumber : www.komatsu.com/ce/products/pdfs/PC1250-8R_CEN00176-

04.pdf

d. Working Range Unit

Untuk PC 1250-8R SP, jangkaungan terjauh dari attachment dalam

menggali yaitu 7900 mm, maksimal ketinggian untuk dumping yaitu 8450

mm, dan maksimal ketinggian untuk menggali yaitu 13000 mm

Gambar 2.5 : Working range Excavator

Sumber : www.komatsu.com/ce/products/pdfs/PC1250-8R_CEN00176-04.pdf

9

Tabel 2.2 : Tabel Working range Excavator

Sumber : www.komatsu.com/ce/products/pdfs/PC1250-8R_CEN00176-04.pdf

2.2 Flywheel Group

Di dalam flywheel group merupakan kumpulan dari beberapa

komponen yang terdekat dengan Flywheel seperti Flywheel itu sendiri,

Flywheel Housing, Ring Gear, Rear Seal, Engine Speed Sensor, dan

Barring device. Biasanya untuk tipe Engine yang menggunakan sistem

common rail, terdapat NE sensor pada flywheel housing.

Gambar 2.6 : Flywheel Group

Sumber : Materi Training UT School

10

a. Flywheel

Flywheel terpasang di belakang crankshaft dan diikat dengan bolt

untuk mentransfer putaran engine ke power train. Engine power dihasilkan

di dalam combustion strock pada masing-masing cylinder yang

menyebabkan terjadinya torque yang bervariasi pada crankshaft yang

kemudian ditransfer ke flywheel. Dengan adanya inertia yang besar pada

flywheel, walaupun torque yang diterima crankshaft tidak sama, dapat

diredam oleh flywheel karena flywheel dapat mengisi kekosongan gerak

putar dari crankshaft. Fungsi Flywheel ada 3 yaitu :

1. Menyimpan energi untuk momentum di antara langkah tenaga.

2. Membuat putaran crankshaft supaya halus

3. Memindahkan tenaga ke mesin, torque converter atau beban lain

Gambar 2.7 : Flywheel dan Ring gear

Sumber : http://autoonlineschool.blogspot.co.id/2013/06/flywheel.html

Pada bagian luar terdapat komponen ring gear melingkari flywheel.

Terdapat 118 buah gear teeth dan digunakan sebagai roda gigi yang spline

dengan pinion starting motor untuk starting engine

b. Rear Seal

Rear seal terpasang pada flywheel housing untuk menyekat komponen

yang bergerak pada crankshaft. Ada dua jenis rear seal, single lip type seal

dan double lip type seal. Dalam pemasangan double lip seal jangan sampai

lipnya terlipat keluar karena mengakibatkan oil bocor dan lip menjadi rusak

11

c. Flywheel Housing

Flywheel housing terpasang di bagian belakang cylinder block.

Bracket bagian belakang engine terpasang pada flywheel housing dan

digunakan untuk mounting engine ke chasis

d. Engine Speed Sensor

Engine Speed Sensor melekat pada flywheel housing, speed sensor

berfungsi untuk menilai kecepatan putaran flywheel dalam satu menit. Pada

dasarnya speed sensor berbentuk seperti baut. Selain itu, ada perangkat

stasioner yang mengandung koil magnetik, yang bertindak sebagai standar

untuk pengukuran. Saat Flywheel berputar, arus induksi dipasang di sekitar

koil magnetik. Tepian bergerigi dari Flywheel menghalangi medan magnet

yang dihasilkan dan ini dicatat. Inilah yang memberi ukuran jumlah arus

yang dihasilkan, yang dikeluarkan sebagai kecepatan engine.

2.3 Power Take Off

2.3.1 Pengertian Power Take Off

PTO ( Power Take Off ) gear digunakan untuk menggerakkan

perlengkapan tambahan atau peralatan kerja. Unit PTO gear ditempatkan

setelah flywheel housing di bagian belakang engine, putaran crankshaft gear

dipindahkan melalui idler gear ke drive gear PTO. Komponen utama PTO

adalah hydraulic pump, steering pump dan transmission pump. Pengambilan

tenaga putar dari engine secara langsung untuk menggerakkan perlengkapan

kerja unit disebut RPCU (Rear mounted Power Control Unit).

12

Gambar 2.8 : Komponen Power Take Off

Sumber : Shop Manual PC 1250-8

1. Driven gear (No. of teeth: 49) 5. Hub

2. PTO case 6. Connection Plate

3. Drive gear (No. of teeth: 56) 7. Driven gear (No. of teeth 42)

4. Main shaft 8. Breather

A. Center of HPV160+160 shaft (for Main Pump No.3)

B. Center of Crankshaft (HPV95+SAR100)

C. Center of HPV95+95 shaft (for Main Pump No.2)

D. Center of HPV95+95 shaft (for Main Pump No.1)

2.4.2 PTO Lubrication System

Pelumasan pada PTO (1) yaitu dari PTO Lubricating Pump (4)

diteruskan menuju Strainer PTO(5), pada strainer terdapat thermal sensor

VHMS yang berfungsi untuk mendeteksi suhu pada PTO dan selanjutnya

akan di record oleh controller VHMS. Selanjutnya setelah disaring oleh

strainer maka akan menuju PTO Cooler (6). PTO Cooler hanya piping yang

berbentuk seperti huruf M, dan didinginkan oleh radiator fan. Kemudian

dikirim ke atas dari divider block (2) dan dibagi lagi menjadi 7 buah jalur

13

pelumasan untuk melumasi bagian-bagian pada PTO serta mendinginkan

gear dari PTO. Apabila sistem pelumasan pada PTO tidak bekerja dengan

baik contohnya saja piping lubrication yang terjepit maka bagian PTO akan

mengalami kerusakan

Gambar 2.9 : PTO lubricating line

Sumber : Shop Manual PC 1250-8

2.5 Overheating

2.5.1 Pengertian Overheating

Overheating merupakan suatu kondisi dimana sistem mengalami

panas yang berlebihan. Apabila kondisi ini dibiarkan secara terus-menerus

maka akan merusak komponen yang ada di dalam sistem tersebut, selain itu

akan membuat performa dari unit akan terganggu. Pada umumnya penyebab

overheat yaitu kondisi yang tidak seimbang antara panas yang dihasilkan

suatu sistem terlalu berlebihan sehingga cooling sistem tidak mampu

mendinginkan.

Gambar 2.10 : Heat Balance

Sumber : Training Aid and User’s text

14

2.5.2 Penyebab Overheating

Umumnya pada alat berat faktor-faktor penyebab dari overheating yaitu :

• Coolant level yang terlalu rendah

• Internal dari radiator yang bermasalah

• Thermostat tidak membuka jalur ke radiator pada suhu 80oC – 90

oC

• Fanbelt dari fan radiator tidak sesuai standard

• Fin dari radiator kotor

• Kualitas dari coolant tidak bagus

• Level oli Engine yang tidak sesuai

• Beban yang terlalu berat

• Cooling system yang bermasalah

• Pressure yang terlalu tinggi

2.6 VHMS (Vehicle Health Monitoring System)

Sistem ini terdiri dari sistem pemantauan onboard (VHMS), basis data

diagnostik, jaringan distribusi data (WebCARE), dan sistem komunikasi

yang menghubungkan mereka bersama. Pengontrol VHMS menggunakan

Computer Area Network yang menghubungkan komputer untuk kontrol

konstruksi elektronik mesin (komputer ini selanjutnya disebut sebagai

Pengendali) dan kompres data sensor yang diperoleh oleh pengendali dan

data individual yang diproses primer Sebelum menyimpan data. Data yang

terakumulasi dengan cara ini secara otomatis ditransmisikan dari

komunikasi satelit terminal ke basis data WebCARE via ground station di

waktu optimal.

Data yang terekam dalam VHMS Controller dapat di output ke

komputer pribadi dengan menggunakan perangkat lunak eksklusif. Dengan

melakukan hal tersebut, dimungkinkan untuk menampilkan data dalam

bentuk grafik dan proses / menampilkan data sebagai file CSV standar

(serangkaian data yang dipisahkan dengan tanda koma) dengan

menggunakan Microsoft Excel, misalnya. Selain itu, dengan

menghubungkan komputer pribadi ke Internet, dimungkinkan untuk

mentransfer data secara on-line ke basis data WebCARE. Jenis data yang

15

output ke komputer meliputi: Date, pembacaan meteran servis, kecepatan

mesin, kecepatan kendaraan, Tekanan atmosfir, suhu luar ruangan, air

pendingin Suhu, tekanan oli, suhu oli, muatan, masalah pada mesin, dsb.

Benefit menggunakan VHMS System adalah :

Mengoptimalkan lifetime dari engine dan komponen lain

Preventive Maintenance

Mengurangi Down Time dari unit

Mempercepat dalam menemukan suatu masalah

Memanagemen tingkah laku dari operator

Meningkatkan harga resale

2.7 Pelumas

2.7.1 Definisi Pelumas

Pelumas adalah zat kimia, yang umumnya cairan, yang diberikan di

antara dua benda bergerak untuk mengurangi gaya gesek. Zat ini merupakan

fraksi hasil destilasi minyak bumi yang memiliki suhu 105-135 derajat

celcius. Pelumas berfungsi sebagai lapisan pelindung yang memisahkan dua

permukaan yang berhubungan. Umumnya pelumas terdiri dari

90% minyak dasar dan 10% zat tambahan. Salah satu penggunaan pelumas

paling utama adalah oli mesin yang dipakai pada mesin pembakaran dalam.

Pada dasarnya yang menjadi tugas pokok pelumas adalah mencegah

atau mengurangi keausan sebagai akibat dari kontak langsung antara

permukaan logam yang satu dengan permukaan logam lain terus menerus

bergerak. Selain keausan dapat dikurangi, permukaan logam yang terlumasi

akan mengurangi besar tenaga yang diperlukan akibat terserap gesekan, dan

panas yang ditimbulkan oleh gesekan akan berkurang. Selain mempunyai

tugas pokok, pelumas juga berfungsi sebagai penghantar panas.

16

2.7.2 Teknik Pelumasan

Teknik pelumasan adalah suatu cara untuk memperkecil gesekan dan

keausan dengan menempatkan suatu lapisan tipis (film) fluida diantara

permukan-permukaan yang bergesekan. Sementara pelumas dapat

didefinisikan sebagai suatu zat yang berada atau disisipkan diantara dua

permukaan yang bergerak secara relatife agar dapat mengurangi gesekan

antar permukaan tersebut. Teknik pelumasan ini sangat dibutuhkan dalam

suatu industri terutama dalam dunia permesinan yang sangat banyak

terjadinya gesekan antara komponen-komponen mesin dan banyaknya

komponen mesin yang harus dijaga kondisinya agar umur dari suatu

komponen mesin tersebut lebih panjang dalam pemakaiannya. Misalnya

dalam gerakan berputar pada bantalan luncur, poros atau jurnal yang

beroksilasi pada bantalan, gabungan dari gerakan menggelinding atau

luncuran pada gigi-gigi roda gigi yang berpasangan, gerakan luncuran pada

piston terhadap silindernya dan yang lain yang kesemuanya itu memerlukan

pelumasan.

Gambar 2.11 : Lapisan oli diantara benda yang saling bergesekan

Sumber : http://content.aviation-safety-bureau.com/allmembers/faa-h-8083-

32-amt-powerplant/sections/chapter-6.php

Kekentalan merupakan salah satu unsur kandungan oli paling rawan

karena berkaitan dengan ketebalan oli atau seberapa besar resistensinya

untuk mengalir. Kekentalan oli langsung berkaitan dengan sejauh mana oli

berfungsi sebagai pelumas sekaligus pelindung benturan antar permukaan

logam.

Oli harus mengalir ketika suhu mesin atau temperatur ambient.

Mengalir secara cukup agar terjamin pasokannya ke komponen-komponen

17

yang bergerak. Semakin kental oli, maka lapisan yang ditimbulkan menjadi

lebih kental. Lapisan halus pada oli kental memberi kemampuan ekstra

menyapu atau membersihkan permukaan logam yang terlumasi. Sebaliknya

oli yang terlalu tebal akan memberi resitensi berlebih mengalirkan oli pada

temperatur rendah sehingga mengganggu jalannya pelumasan ke komponen

yang dibutuhkan. Untuk itu, oli harus memiliki kekentalan lebih tepat pada

temperatur tertinggi atau temperatur terendah ketika mesin dioperasikan.

Dalam hal pelumasan, kenaikan temperatur yang berlebihan jelas

menurunkan nilai indeks viskositas pelumasnya, sehingga tidak dapat

memberikan pelumasan atau tingkat kinerja yang diperlukan, sehingga

kenaikan temperatur akan terjadi pada komponen dan menyebabkan

rusaknya geometri pada komponen (poros,bearing). Semakin kecil harga

viskositas indeks sebagai akibat dari naiknya temperatur pelumas maka

lapisan film pelumas akan semakin berkurang. Hal inilah yang kemudian

mengakibatkan rugi gesek yang semakin meningkat sehingga berakibat pada

naiknya torsi pembebanan pada mesin. Untuk mesin lebih tua, clearance

bearing lebih besar sehingga mengizinkan pemakaian oli kental untuk

menjaga tekanan oli normal dan menyediakan lapisan film cukup untuk

bearing.

2.8 Kalor

2.8.1 Definisi Kalor

Kalor merupakan asal kata caloric ditemukan oleh ahli kimia perancis

yang bernama Antonnie Laurent Lavoiser (1743 - 1794). Panas, bahang,

atau kalor adalah energi yang berpindah akibat perbedaan suhu. Satuan SI

untuk panas adalah joule. Panas bergerak dari daerah bersuhu tinggi ke

daerah bersuhu rendah. Setiap benda memiliki energi dalam yang

berhubungan dengan gerak acak dari atom-atom atau molekul penyusunnya.

Energi dalam ini berbanding lurus terhadap suhu benda. Ketika dua benda

dengan suhu berbeda bergandengan, mereka akan bertukar energi internal

sampai suhu kedua benda tersebut seimbang. Jumlah energi yang disalurkan

adalah jumlah energi yang tertukar. Kesalahan umum untuk menyamakan

18

panas dan energi internal. Perbedaannya adalah panas dihubungkan dengan

pertukaran energi internal dan kerja yang dilakukan oleh sistem.

Ketika suatu benda melepas panas ke sekitarnya, Q < 0. Ketika benda

menyerap panas dari sekitarnya, Q > 0. Jumlah panas, kecepatan penyaluran

panas, dan fluks panas semua disimbolkan dengan perbedaan permutasi

huruf Q. Mereka biasanya diganti dalam konteks yang berbeda. Jumlah

panas dinotasikan sebagai Q, dan diukur dalam joule dalam satuan SI.

......................................................................(2.1

)

Dimana : Q = Jumlah kalor yang diterima atau dilepas (J)

= Jumlah massa dari zat (Kg)

= Kalor jenis zat (J/Kg oC)

= Perbedaan temperature (oC)

Semakin besar massa zat (m) maka kalor (Q) yang diterima semakin

banyak. Semakin kecil massa zat (m) maka kalor (Q) yang diterima semakin

sedikit. Maka hubungan kalor (Q) berbanding lurus atau sebanding dengan

massa zat (m) jika kenaikan suhu (∆T) dan kalor jenis zat (c) tetap.

2.9 Teori Keausan

2.9.1 Definisi Keausan

Definisi paling umum dari keausan yang telah dikenal sekitar 50 tahun

lebih yaitu hilangnya bahan dari suatu permukaan atau perpindahan bahan

dari permukaannya ke bagian yang lain atau bergeraknya bahan pada suatu

permukaan. Definisi lain tentang keausan yaitu sebagai hilangnya bagian

dari permukaan yang saling berinteraksi yang terjadi sebagai hasil gerak

relatif pada permukaan Keausan yang terjadi pada suatu material disebabkan

oleh adanya beberapa mekanisme yang berbeda dan terbentuk oleh beberapa

parameter yang bervariasi meliputi bahan, lingkungan, kondisi operasi, dan

geometri permukaan benda yang terjadi keausan.

19

2.9.2 Jenis – jenis Keausan

a. Adhesive Wear

Keausan adhesif adalah salah satu jenis keausan yang disebabkan oleh

terikat dan berpindahnya partikel dari suatu permukaan material yang lemah

ke material yang lebih keras.

Gambar 2.12 : Proses perpindahan dari logam secara adhesi

Sumber : Tribologi, Daerah Pelumasan dan Keausan

Pada Gambar diatas proses itu bermula ketika benda dengan

kekerasan yang lebih tinggi menyentuh permukaan yang lemah kemudian

terjadi pengikatan. Pengikatan ini terjadi secara spontan dan dapat terjadi

dalam suhu yang rendah atau moderat. Adhesive wear sering juga disebut

galling, scoring, scuffing, seizure, atau seizing

b. Abrasive wear

Keausan abrasif disebabkan oleh hilangnya material dari permukaan

sebuah benda oleh material lain yang lebih keras. Ada dua kategori keausan

ini, yaitu:

1. Two body abrasion

Keausan ini disebabkan oleh hilangnya material karena proses rubbing

(penggarukan) oleh material lain yang lebih keras dibanding material yang

lain. Sehingga mateial yang lunak akan terabrasi. Contohnya pada proses

permesinan, antara lain cutting, atau turning.

20

Gambar 2.13 : Proses cutting

Sumber : Tribologi, Daerah Pelumasan dan Keausan

2. Three body abrasion

Aus yang disebabkan proses galling sehingga serpihan hasil gesekan

yang terbentuk (debris) mengeras serta ikut berperan dalam hilangnya

material karena proses gesekan yang terjadi secara berulang-ulang. Jadi

pengertian “tiga benda” disini adalah dua material yang saling bergesekan

dan sebuah benda serpihan hasil gesekan. Sedangkan pada keausan “dua

benda”, debris atau serpihan hasil gesekan tidak ada.

c. Surface fatigue wear

Keausan lelah pada permukaan pada hakikatnya bisa terjadi baik

secara abrasif atau adhesif. Tetapi keausan jenis ini terjadi secara berulang-

ulang dan periodik. Hal ini akan berakibat pada meningkatnya tegangan

geser. Pada Gambar 10 mengilustrasikan tentang pertumbuhan retak pada

permukaan benda. Ketidaksempurnaan dalam struktur material salah satu

penyebabnya adalah lokasi yang kosong yang ada dalam susunan butir

pembentuk material.

21

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian lapangan, yaitu melakukan observasi

secara langsung, yaitu penulis terlibat langsung dalam penelitian di

lapangan dengan mengumpulkan data primer maupun sekunder atau

informasi lain yang terkait dengan masalah yang dibahas. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui penyebab masalah, sebagai bahan rujukan

dalam mengatasi masalah dan cara penganggulangan masalah Overheating

pada Power Take Off unit PC 1250-8R SP. Dengan melakukan upaya –

upaya yang dapat dilakukan agar tidak terjadi kembali masalah tersebut.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di PT. KAYAN PUTRA UTAMA

COAL Site Loreh, Malinau Selatan, Kalimantan Utara. Waktu penelitian

mulai dilakukan tanggal 20 Agustus – 22 Desember 2016.

3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian dalam hal ini berguna untuk mendukung

kelancaran penelitian mengenai analisa penyebab overheating pada

power take off pada unit hydraulic excavator PC 1250-8R SP.

Instrumen penelitian tersebut adalah alat-alat yang berguna untuk

mengumpulkan data-data penelitian. Instrumen penelitian dalam tugas

akhir ini adalah :

1. Feeler gauge

Tools ini digunakan untuk mengukur seberapa besar keausan

dari rear end crankshaft. Pengukuran celah dilakukan dengan

memasukkan salah satu kaliper yang sesuai dengan celah yang di

ukur. Apabila sebuah kaliper dapat masuk dengan longgar, coba

tambahkan dengan kaliper dengan ukuran terkecil. Kaliper-kaliper

tersebut dapat ditambahkan sehingga didapatkan ukuran yang pas.

22

Ukuran celah adalah jumlah dari ukuran kaliper yang dapat masuk

dengan pas tersebut.

Gambar 3.1 Tools feeler gauge

Sumber : http://alatukur.web.id/feeler-gauge-pengertian-dan-cara-

menggunakannya/

2. Aplikasi VHMS

Aplikasi ini digunakan untuk mendownload record data berupa

error serta payload dari unit

Gambar 3.2 : Aplikasi VHMS

Sumber : PK2 VHMS Technology Book 1.pdf

3. Connector RS232-USB

Kabel RS232 digunakan untuk menghubungkan laptop tool

dengan connector VHMS

Gambar 3.3 : Connector RS232-USB

Sumber : PK2 VHMS Technology Book 1.pdf

23

4. Kabel Download VHMS

Kabel ini digunakan untuk menghubungkan Connector

RS232-USB dengan port download VHMS pada unit

Gambar 3.4 : Kabel Download VHMS

Sumber : PK2 VHMS Technology Book 1.pdf

3.4 Metode Eight Step Troubleshooting

3.4.1 Troubleshooting

Mendapatkan informasi unit seperti nama costumer, tipe dan serial

unit, detail dari lokasi, kondisi kerusakan, serta pekerjaan yang dilakukan

pada saat trouble. Data diatas digunakan untuk mempersiapkan

troubleshooting chart yang didapatkan dari shop manual.

3.4.2 Kemungkinan Penyebab

Mengkaji beberapa kemungkinan penyebab dengan menggunakan

beberapa referensi seperti shop manual, part book, dan mempersiapkan juga

tool yang diperlukan seperti measuring tool dan kamera.

3.4.3 Observe & Diagnostic

Melihat kondisi kerusakan pada unit secara langsung dan melakukan

diskusi dengan operator untuk mendapatkan informasi lebih lanjut

menganai kelainan ataupun gangguan sebelum unit mengalami trouble.

Selain itu, dilakukan pemeriksaan pada monitor panel untuk melihat apakah

ada error pada monitor panel, serta memeriksa ketidaknormalan pada

engine maupun komponen lain.

24

3.4.4 Pengumpulan Data

Data penelitian terbagi menjadi dua yakni :

a. Data Primer Penelitian

Penelitian ini mendapatkan data-data primer mengenai masalah yang

terjadi di lapangan. Data tersebut didapatkan pada saat melakukan kegiatan

observasi di lapangan. Data primer yang telah didapat adalah sebagai

berikut :

Data VHMS unit

Data laporan analisa oli engine

Dokumentasi kondisi unit

Dokumentasi proses kegiatan yang dilakukan

Dokumentasi temuan masalah yang terjadi

Data pengukuran-pengukuran.

Data unit setelah dilakukan perbaikan

b. Data Sekunder Penelitian

Data sekunder didapatkan dari perusahaan PT. United Tractors berupa

Installation Report (IR) berisi proses penginstallan Engine sebelum dan

sesudah terjadi trouble. Technical Service Report (TSR) didalamnya

terdapat tahapan dan Analisa serta pembahasan mengenai masalah yang

dialami, Emergency Mechanical Report (EMR) data unit yang menampilkan

bahwa unit diluar schedule perkiraan, serta populasi unit. Data tersebut

dapat mendukung kegiatan penelitian ini. Data-data yang telah didapat

kemudian akan dikelompokkan sesuai dengan jenis data masing-masing.

3.4.5 Analisa

Data yang akan penulis analisis adalah data dari awal sebelum

terjadinya overheating dan setelah proses perbaikan, dimana data tersebut

menunjukkan bahwa PTO mengalami overheat. Selain itu, penulis juga

mengolah data-data lain yaitu berupa foto-foto hasil pengamatan pada saat

melakukan penelitian di section tersebut. Setelah penulis selesai melakukan

25

analisa pada data-data tersebut sehingga mendapatkan hasil penelitian dan

membahas data-data yang penulis dapatkan.

Kesimpulan yang dapat diambil harus berdasarkan data pada saat

menganalisa penyebab overheating pada power take off. Dari kesimpulan

akan diketahui apa yang menyebabkan overheating pada PTO beserta

dengan prosesnya.

3.4.6 Penyebab Utama

Menentukan apakah ketidaknormalan tersebut merupakan penyebab

utama atau mungkin hanya akibat dari bagian lain dengan bantuan

troubleshooting chart.

3.4.7 Kesimpulan

Memastikan penyebab trouble dengan melakukan pemeriksaan pada

point – point pada step sebelumnya dan menentukan langkah perbaikan

yang akan dilakukan untuk mengatasi trouble tersebut

3.4.8 Langkah Improvement

Melakukan perbaikan berdasarkan penyebab utama yang didapat dan

mendiskusikan kepada costumer langkah – langkah untuk meminimalisir

trouble terulang kembali. Setelah semuanya selesai, selanjutnya yaitu

membuat laporan.

26

3.5 Diagram Alir Metode Penelitian

Gambar 3.1 : Diagram Alir Metode Penelitian

Mulai

Troubleshooting

Kemungkinan Penyebab

Studi Pustaka

Shop Manual Internet

Pengumpulan Data

• Foto Kegiatan

• Foto Temuan masalah

• Oil Analysis Report

• Foto Perbaikan

• Data VHMS

Data

Kelengkapan

Data?

Analisa

Penyebab Utama

Kesimpulan

Finish

Observasi & Diagnostic

Perbaikan dan Pencegahan

N

Y

27

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Kronologi Kejadian

Pada akhir bulan September 2016 yaitu sekitar 66 jam setelah

pergantian Engine baru pada unit Hydraulic Excavator (EK-01), operator

dari unit tersebut melaporkan kepada pihak PT. United Tractors site Loreh

bahwa ada penambahan volume oli pada PTO sedangkan pada engine terjadi

pengurangan volume oli. Selain itu warna oli PTO berubah warna menjadi

hitam. Setelah mendengar keluhan operator tersebut, maka mekanik PT.

United Tractors segera melakukan observasi langsung untuk memastikan

bahwa oli pada PTO mengalami penambahan dan perubahan warna.

4.2 Data Unit

Berikut adalah data unit Hydraulic Excavator PC 1250-8R SP yang

mengalami Overheating pada Power Take Off :

Date : 31 Oktober 2016

Unit : PC 1250-8R SP

Serial Number Unit : 35072

Code Unit : EK-01

Location : Long Loreh, Malinau Selatan

Hours Meter : 1932 hours

Unit Type : Hydraulic Excavator

Machine Merk : KOMATSU

Problem : Overheating

Costumer : PT. KPUC

Component name : Power Take Off

28

4.3 Pemeriksaan Awal

Dari pengamatan secara visual melalui deepstick pada PTO, diketahui

bahwa oli mengalami penambahan jumlah volume serta oli berwana hitam.

Gambar 4.1 : Level dan warna Oli PTO pada Deepstick

Sumber : Dokumentasi pribadi

Dari gambar diatas menunjukan bahwa level oli pada PTO berada

diatas melebihi range yang dianjurkan pada deep stick serta oli dari PTO

yang berwarna hitam.

4.4 Pemeriksaan Lanjutan

Setelah melakukan pemeriksaan awal, maka dilakukan pemeriksaan

lanjutan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat oli PTO

overlevel dengan mengecek data record dari VHMS Controller.

Gambar 4.2 : Data error yang tercatat oleh VHMS Controller

Sumber : Display VHMS Download

Gambar diatas menunjukkan bahwa setelah melakukan pergantian

engine terdapat data Error B@CBNS yang tercatat oleh VHMS Controller.

L H

29

Kemudian untuk mengetahui penyebab dari bertambahnya dan

berubahnya warna oli dari PTO maka dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Menurut materi training UT School tentang diesel engine menyebutkan

bahwa, rear seal dipasang untuk mencegah terjadinya kebocoran oli pada

main jurnal dan terpasang pada flywheel housing untuk menyekat

komponen yang bergerak pada crankshaft. Dari teori tersebut dapat

disimpulkan bahwa rear seal merupakan komponen yang memisahkan

sekaligus mencegah agar oli engine tidak keluar menuju flywheel housing.

Apabila rear seal mengalami kerusakan, maka oli engine dapat keluar dan

dapat bercampur dengan oli PTO.

Oleh karena itu, untuk mengetahui apakah rear seal mengalami

kerusakan, maka dilakukan proses remove PTO assy dan Flywheel.

Selanjutnya mengisi oli engine hingga melebihi level H pada deepstick yang

bertujuan agar oli berada sejajar dengan rear seal untuk mengetahui apakah

rear seal mengalami kebocoran.

Gambar 4.3 : Level oli pada deepstick engine setelah dilakukan pengisian

Sumber : Dokumentasi pribadi

Gambar di atas merupakan level oli pada engine yang telah dilakukan

pengisian melebihi range High yang bertujuan agar oli berada sejajar dengan

rear seal. Setelah dilakukan pengisian, didapatkan bahwa oli dari engine

keluar melalui celah antara sleeve rear seal dengan rear end crankshaft.

H OLI

30

Gambar 4.4 : Kebocoran antara crankshaft dengan rear seal

Sumber : Dokumentasi pribadi

Gambar di atas menunjukkan bahwa Oli Engine masuk kedalam

Flywheel housing melalui celah antara rear end pada crankshaft dan sleeve

pada rear seal. Setelah mengetahui hal tersebut maka dilakukan proses

pembongkaran pada rear seal untuk melihat kondisi sleeve pada rear seal

dan rear end dari crankshaft.

(a) (b)

Gambar 4.5 : scratch pada rear seal (a) dan worn pada crankshaft (b)

Sumber : Dokumentasi pribadi

Setelah melakukan pembongkaran didapatkan bahwa gambar (a)

merupakan kondisi sleeve pada rear seal yang banyak mengalami scratch

pada bagian dalam, sedangkan pada gambar (b) merupakan kondisi dari rear

end crankshaft yang ikut mengalami worn.

Selain itu dari data hasil Oil Analysis Report yang diambil dari sample

oli engine sebelum dilakukan penambahan oli.

31

Gambar 4.6 : Oil Analysis Report Engine EK 01

Sumber : PT United Tractors site Loreh

Gambar di atas menunjukkan bahwa oli engine terkontaminasi oleh

Silikon (Si), Besi (Fe), dan Tembaga (Cu) yang sedikit melebihi dari angka

minimal yang ditetapkan. Bahan kontaminasi tersebut dapat berpotensi

menimbulkan keausan pada part – part yang saling bergesekan.

4.5 Pembahasan

Berdasarkan hasil pemeriksaan di atas didapatkan bahwa error

B@CBNS yang terecord dalam VHMS Controller diartikan sebagai ”High

PTO Temperature” atau PTO sedang mengalami overheat. Sedangkan

penambahan oli PTO diakibatkan karena sleeve rear seal mengalami

scratch dan rear end crankshaft mengalami worn. Keausan kedua

komponen tersebut diakibatkan karena oli engine yang mengandung

kontaminasi partikel seperti Silikon, Besi, dan Tembaga seperti yang tertera

di dalam hasil oil analysis report engine masuk diantara sleeve dan rear end.

32

Gambar 4.7 : Komponen mengalami keausan tipe abrasive

Sumber : Dokumentasi pribadi

Gambar di atas menunjukan bahwa kedua komponen tersebut

mengalami keausan dengan tipe abrasive wear dan masuk kedalam kategori

three body abrasion. Menurut teori abrasive wear disebabkan oleh

hilangnya material dari permukaan sebuah benda oleh material lain yang

lebih keras. Sedangkan pengertian dari kategori three body abrasion yaitu

aus yang disebabkan proses galling sehingga serpihan hasil gesekan yang

terbentuk (debris) mengeras serta ikut berperan dalam hilangnya material

karena proses gesekan yang terjadi secara berulang-ulang. Jadi pengertian

“tiga benda” disini adalah dua material yang saling bergesekan dan sebuah

benda serpihan hasil gesekan atau partikel kontaminasi.

Karena partikel kontaminasi yang terdapat diantara sleeve dan rear

end crankshaft bergesekan secara terus menerus pada saat unit beroperasi,

maka keausan dari rear end crankshaft semakin membesar hingga mencapai

0,15mm

Gambar 4.8 : Pengukuran worn pada rear end crankshaft

Sumber : Dokumentasi pribadi

SCRATCH

SCRATCH

33

Di atas merupakan pengukuran worn pada rear end crankshaft

menggunakan penggaris dengan feeler gauge. Dari hasil pengukuran

tersebut didapatkan hasil sebesar 0.15 mm.

Gambar 4.9 : Nilai toleransi yang diberikan untuk rear end

Sumber : Shop Manual PC 1250-8 SP

Mengacu pada shop manual engine SAA6D170E-5 nilai toleransi rear

end pada crankshaft yaitu ±0.019 mm sedangkan hasil pengukuran actual

hampir 8x lebih besar dari nilai toleransi yang diberikan. Sehingga dapat

diketahui bahwa penambahan oli PTO ini diakibatkan adanya celah yang

begitu besar antara rear seal dengan rear end sehingga oli engine masuk

melalui celah tersebut dan bercampur dengan oli PTO sehingga level oli

bertambah dan mengakibatkan warna oli tersebut menjadi hitam.

Penambahan oli ini berbanding lurus dengan bertambahnya massa dari

oli. Menurut dasar teori fisika tentang kalor menyatakan bahwa besarnya

kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan dan menurunkan suhu disebabkan

oleh beberapa faktor yaitu : massa (kg), kalor jenis (kal/g oC), dan

perbedaan suhu (oC). Sehingga dapat disimpulkan bahwa bertambahnya

massa dari oli PTO mengakibatkan penurunan temperatur dari oli tersebut

akan membutuhkan kalor yang lebih besar sehingga laju pelepasan kalornya

akan semakin lama. Karena pelepasan kalor dari Oli PTO lebih lama

dibandingkan pada saat normal, maka terjadilah overheat.

34

4.6 Langkah Perbaikan

Setelah melakukan pengukuran dan pemeriksaan, selanjutnya adalah

diskusi dengan costumer terkait degan hasil temuan masalah dan cara untuk

menyelesaikan troble tersebut. Adapun beberapa cara untuk mengatasi

masalah yang dapat dilakukan agar overheat pada Power Take Off pada unit

PC 1250-8R SP tidak terulang kembali. sesuai data – data hasil analisa yang

diperoleh yakni :

1. Pergantian komponen yang mengalami keausan seperti rear seal dan

crankshaft tidak dilakukan, melainkan dengan mengganti Engine assy

dikarenakan keterbatasan peralatan dan memakan waktu yang cukup

lama.

(a) (b)

Gambar 4.10 : Pergantian engine EK-01 yang rusak (a) dengan yang baru

(b)

Sumber : Dokumen pribadi

Gambar di atas menunjukkan pergantian engine EK 01 yang

dilakukan akibat adanya kerusakan pada rear seal dan crankshaft.

Tipe engine yang dipakai yaitu SAA6D170E-5 Non EGR System.

Engine baru tersebut diinstall pada tanggal 14 November 2016.

(a) (b)

Gambar 4.11 : Name plate engine lama (a) dengan yang baru (b)

Sumber : Dokumentasi pribadi

35

Gambar di atas merupakan Name Plate dari engine lama (a) dan

engine yang baru terinstall pada unit EK 01 (b). Serial Number engine

lama yaitu BC – 612122, sedangkan serial number engine baru yaitu

BC – 612121. ssss

2. Volume oli PTO yang ditemukan melebihi dari batas yang diizinkan

dan berwarna hitam, oleh karena itu dilakukan proses drain dan

mengisi kembali oli PTO sesuai dengan level pada deepstick yang

dianjurkan pada shop manual.

4.7 Pemeriksaan Akhir

Setelah melakukan perbaikan, maka perlu dilakukan pengecekan

kembali dengan melihat data record dari controller VHMS dengan cara

mendownloadnya yang bertujuan untuk mengetahui bahwa trouble

overheating pada power take off tidak terjadi lagi

Gambar 4.12 : Record temperatur pada PTO

Sumber : PT United Tractors site Loreh

Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa setelah melakukan

perbaikan pada tanggal 14 November 2016, temperature pada PTO mulai

normal, hal ini menunjukkan bahwa masalah overheating pada PTO telah

diselesaikan.

36

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pemeriksaan, pembongkaran, dan analisa yang telah

dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Penyebab dari overheating power take off PC 1250-8R SP (EK-01)

adalah keausan pada komponen sleeve rear seal dan rear end crankshaft

akibat dari partikel kontaminasi pada oli engine yang masuk diantara

kedua celah komponen tersebut dan bergesekan secara terus menerus

pada saat unit beroperasi. Sehingga keausan dari rear end crankshaft

membesar hingga 0.15 mm. padahan celah yag diijinkan hanya 0,019mm.

Ha ini menyebabkan oli dari engine dengan mudah masuk kedalam PTO

case dan menambah jumlah volume dari oli PTO.

2. Sedangkan proses terjadinya overheating yaitu akibat adanya

penambahan oli yang berbanding lurus dengan bertambahnya jumlah

massa dari oli PTO, akibatnya pelepasan panas oli PTO akan jauh lebih

lama dibandingkan pada saat normal, sehingga terjadilah overheat.

3. Cara untuk mencegah agar troble overheat tidak terulang kembali yaitu

dengan memonitoring kontaminasi yang terdapat didalam oli engine agar

dapat meminimalisir terjadinya keausan pada sleeve rear seal dan rear

end crankshaft serta komponen di dalam sistem.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan agar masalah ini tidak terulang kembali yaitu :

1. Oil samping hanya pernah dilakukan sekali. Oleh karena itu, perlu

dilakukan schedule oil sampling yang lebih teratur sesuai dengan shop

manual.

37

DAFTAR PUSTAKA

Keraf, Gorys. (1980). Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende:Nusa

Indah

Schreiter, Robert J. (1933). Rancang Bangun Teologi Lokal . Jakarta: BPK

Gung Mulia

Komarudin. (2001). Ensiklopedia Manajemen, Edisi IX, Jakarta : Bumi

Aksara.

Mawardi Silaban. 2011. Kinerja Mesin Bensin Berdasarkan Perbandingan

Pelumas Mineral Dan Sintetis. Tangerang Selatan : JITE Vol. 1

No. 12 Edisi Februari 2011 : 33- 44

I. Syafa’at. 2008. Tribologi, Daerah Pelumasan Dan Keausan. Semarang :

Momentum, Vol. 4, No. 2, Oktober 2008 : 21 - 26

PT. United Tractors, Tbk. 2008. Basic Engine I. Jakarta : Yayasan Karya

Bakti PT. United Tractors, Tbk.

PT. United Tractors, Tbk. 2008. Basic Engine II. Jakarta : Yayasan Karya

Bakti PT. United Tractors, Tbk.

PT. United Tractors, Tbk. 2008. Basic Course I Product Knowledge :

Yayasan Karya Bakti PT. United Tractors, Tbk.

Komatsu. 2006. Shop Manual KOMATSU PC1250-8 SN 30001 AND UP.

U.S.A : Komatsu America Corp.

Komatsu. 2006. Shop Manual ENGINE SAA6D170E-5 SERIES. U.S.A :

Komatsu America Corp.

eprints.undip.ac.id/41435/4/4_REVISI_KE_2_BAB_II_YANTO.pdf

http://alatberat1985.blogspot.co.id/2013/05/technical-term-engine.html

http://alat-berat07.blogspot.co.id/2016/04/pengertian-backhoe-loader-jenis-

dan.html

http://www.maritimeworld.web.id/2013/10/komponen-dasar-mesin-

diesel.html

http://www.carsdirect.com/car-repair/what-an-engine-speed-sensor-does

www.komatsu.com/CompanyInfo/profile/report/pdf/150-04_E.pdf

38

www.komatsu.com/ce/products/pdfs/PC1250-8R_CEN00176-04.pdf

https://timbulstg.blogspot.co.id/2014/01/tribologi-pelumasan.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Pelumas

https://id.wikipedia.org/wiki/Panas

https://duniaparapelajar.wordpress.com/2012/05/20/pengertian-kalor/

39

Machine Information Date : 24/12/2016

Customer : KAYAN PUTRA UTAMA COAL

Site : LOREH

Make : Komatsu

Model : PC1250-8 Excavator

Serial : 35072

Unit No :

Last Download : Desember 22,2016

Last SMR : 2001.9

EK 01

Warning Message

Parameter Type

Parameter

Status

Engine

Blowby Press Max Critical

Engine Cool Temp.MAX Caution

Engine F Exh.Temp Max Caution

Engine R Exh.Temp Max Caution

Hydraulics G2Pump P.Max Critical

Hydraulics HydOilTempMax Caution

Hydraulics PTO Temp Max Caution

Hydraulics Pump R P.Max Critical

12/24/16 5:13 PM Page 1 of 5

40

Report Report

12/24/16 5:13 PM Page 2 of 5

41

Report Report 12/24/16 5:13 PM Page 3 of 5

42

Report Report 12/24/16 5:13 PM Page 4 of 5

43

Report Report

12/24/16 5:13 PM Page 5 of 5