analisa pengukuran kinerja dengan … · analisa pengukuran kinerja dengan menggunakan metode...
TRANSCRIPT
ANALISA PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE
PERFORMANCE PRISM
(Studi Kasus: PT Petrokimia Gresik)
Eka Zusan Arianto, Sri Gunani Partiwi
Jurusan Teknik Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111
Email: [email protected]; [email protected]
Abstrak
Metode pengukuran kinerja Performance Prism digunakan untuk memperbaiki metode
pengukuran kinerja pada PT Petrokimia Gresik. PT Petrokimia Gresik sebuah perusahaan yang
bergerak dalam bidang industri pupuk. Selama ini sistem pengukuran kinerja di PT Petrokimia
Gresik belum merepresentasikan kinerja organisasi secara komprehensif dan integratif karena
hanya menggunakan pengukuran kinerja berdasarkan individu (SKI). Perancangan dan
pengukuran kinerja dengan metode Performance Prism digunakan karena dapat merefleksikan
kebutuhan dan keinginan dari setiap stakeholder yang diidentifikasikan dalam bentuk tujuan
(objective). Pengukuran kinerja tersebut merupakan pengukuran yang terintegrasi, meliputi
seluruh aspek perusahaan (stakeholder) yang menyangkut kepuasan stakeholder dan kontribusi
stakeholder kepada perusahaan. Pengukuran kinerja dalam penelitian ini juga didukung oleh
beberapa metode antara lain pembobotan dengan Analytic Hierachy Process (AHP) untuk
mengetahui skala nilai prioritas setiap KPI, Scoring System dengan metode Objectives Matrix
(OMAX) dan Traffic Light System untuk mengetahui nilai indeks total perusahaan pada tingat
korporasi dan kategori dari indeks tersebut. Hasil perancangan pengukuran kinerja pada PT
Petrokimia Gresik dengan Performance Prism berupa 55 KPI meliputi 13 KPI pada perspektif
Customer, 9 KPI pada perspektif Supplier, 14 KPI pada perspektif Investor, 11 KPI pada
perspektif Emplooye, 8 KPI pada perspektif Regulator. Dari perhitungan pengukuran kinerja
dengan menggunakan Objective Matrix diperoleh nilai kinerja perusahaan sebesar 8,681.
Kata Kunci : Performance Prism, Key Performance Indicator, Pengukuran kinerja, Stakeholder.
Abstract
Performance Prism method is used to improve performance measurement method in PT
Petrokimia Gresik. PT Petrokimia Gresik a company engaged in the fertilizer industry. During
this performance measurement system in PT Petrokimia Gresik not represent the organization's
performance in a comprehensive and integrative because it only uses measurements based on
individual performance (SKI). The design and performance measurement methods used for
Performance Prism can reflect the needs and desires of each stakeholder identified in the form of
goals (objectives). Performance measurement is an integrated measurement, covering all aspects
of the company (stakeholders) involving stakeholder satisfaction and stakeholder contribution to
the company. Performance measurement in this study is also supported by several methods such
as weighting by Hierachy Analytic Process (AHP) to determine the scale of priority value of
each KPI, Scoring System Objectives Matrix method (OMAX) and Traffic Light System to
determine the total index value of the company on corporate tingat and categories of the index.
Design of performance measurement results on PT Petrokimia Gresik to the Performance Prism
includes a 55 KPI 13 KPIs at Customer's perspective, the perspective of 9 supplier KPI, KPI 14
investor perspective, the perspective of 11 KPI Emplooye, 8 KPI on Regulator's perspective.
From the calculation of performance measurement by using the Objective Matrix obtained by the
company's performance value 8.681.
Keywords : Performance Prism, Key Perfomance Indicator, Performance Measurement,
Stakeholder.
1. Pendahuluan
Seiring dengan perkembangan industri
pupuk di Indonesia yang semakin tinggi,
terutama untuk industri pupuk non subsidi
yang bersaing sempurna. Hal ini ditunjukkan
dengan banyaknya perusahaan penghasil
pupuk non subsidi yang ada sehingga
memunculkan adanya persaingan antar
perusahaan pupuk non subsidi. Untuk
menghadapi persaingan yang semakin ketat
ini, setiap perusahaan pupuk dituntut untuk
melakukan beberapa usaha agar
mendapatkan performansi kerja dan layanan
bagi konsumen yang semakin baik.
Sehingga dengan kondisi ini perusahaan
pupuk akan memiliki daya saing untuk
berkompetisi dengan lainya.
Begitu juga halnya dengan PT
Petrokimia Gresik, sebagai satu-satunya
perusahaan penghasil pupuk terlengkap di
Indonesia, perusahaan ini senantiasa
mengevalusai kinerja karyawanya. Dalam
menilai kinerja perusahaan, pihak
manajemen melakukan suatu pengukurn
kinerja yang dinamakan SKI (Sistem
Kinerja Individu), SKI ini disebar kepada
setiap bagian untuk penilaian kinerja
personal. Penilaian ini akan diisi langsung
oleh atasan dari setiap karyawan di setiap
bagian. Dengan adanya SKI ini, kinerja dari
setiap personal dapat terukur dengan baik,
tetapi ada satu kelemahan yang terjadi yaitu
belum adanya pengukuran kinerja tingkat
korporasi yang dapat menilai performa
perusahaan secara keseluruhan.
Untuk mengatasi hal ini, digunakan suatu
pengukuran kinerja yang mengedepankan
pentingnya menyelaraskan aspek perusahaan
(stakeholder) secara keseluruhan ke dalam
suatu framework pengukuran yang strategis.
Stakeholder ini meliputi investor, customer,
tenaga kerja, supplier, dan masyarakat.
Konsep pengukuran kinerja ini dikenal
dengan istilah Performance Prism.
Performance Prism merupakan salah satu
pengukuran kinerja yang mempunyai lima
sisi (facets) yang membentuk framework
tiga dimensi berupa prisma segitiga. Sisi
atas dan bawah merupakan stakeholder
satisfaction dan stakeholder contribution.
Sedangkan tiga sisi yang lain adalah
strategies, processes, dan capabilities.
Performance Prism memberikan
pengukuran yang komprehensif dan sudut
pandang yang luas, sehingga memberikan
gambaran yang realistis mengenai penentu
kesuksesan bisnis. Selain itu, Performance
Prism tidak hanya mengukur hasil akhir,
tetapi juga aktivitas-aktivitas penentu hasil
akhir. Dengan demikian, pengukuran kinerja
dapat memberikan gambaran yang jelas dan
nyata tentang kondisi perusahaan yang
sebenarnya.
Berikut adalah beberapa KPI yang
dapat menunjukkan dibutuhkannya
pengukuran tentang tingkat kepuasan
stakeholder. Indeks kepuasan pelanggan
sebesar 81,12% pada 2007 menjadi 80,93%
pada 2008 mengalami penurunan, itu artinya
menuntut perusahaan memberikan kepuasan
kepada customer. Untuk tingkat
ketersediaan pupuk di pasar juga semakin
menurun dari 81,64% pada 2007 menjadi
80,56% pada 2008, juga menuntut
perusahaan memberikan kepuasan kepada
customer mereka. Begitupun dengan
supplier yang mengharapkan lamanya
pembayaran tagihan supplier menjadi lebih
singkat dari 25 hari pada 2007 menjadi 20
hari pada 2008 . Indeks kepuasan
masyarakat juga mengalami penurunan dari
78,4% pada 2007 menjadi 78,24% pada
2008, sehingga perusahaan memerlukan
perbaikan tingkat pelayanan kepada
masyarakat. Berdasarkan pengamatan dan
brainstorming yang dilakukan di PT.
Petrokimia Gresik, dapat disimpulkan
adanya kekurangan atau kelemahan pada
Sistem Kinerja Individu (SKI) yang telah
dilakukan oleh PT. Petrokimia Gresik dan
perlu diperbaiki.
Pada penelitian ini akan diterapkan
konsep Performance Prism tersebut untuk
sistem pengukuran kinerja PT Petrokimia
Gresik. Pemilihan model sistem pengukuran
kinerja PT Petrokimia Gresik
memperhatikan tujuan/keinginan perusahaan
untuk mengukur kinerja perusahaan secara
keseluruhan. PT. Petrokimia Gresik
merupakan salah satu perusahaan penghasil
pupuk terlengkap yang ada di Indonesia
sehingga sangat mementingkan adanya
perbaikan kinerja dalam setiap prosesnya.
Performance Prism merupakan metode
pengukuran kinerja yang mengakomodasi
kemampuan Balance Scorecard yang
dibangun dari strategi dan financial serta
Integrated Performance Measurement
System (IPMS) yang dibangun dari
stakeholder requirement dan tujuan
perusahaan. Didasarkan atas hal ini, maka
perancangan dan implementasi sistem
pengukuran kinerja pada PT Petrokimia
Gresik akan menggunakan Performance
Prism. Desain pengukuran kinerja dengan
menggunakan Performance Prism pada PT
Petrokimia Gresik ini dirancang untuk
mengantisipasi persaingan antara sesama
perusahaan pupuk non subsidi (PT Gunung
Mas Perkasa Indonesia, PT Indo Chito
Internasional, PT Suryaindo Tirta Kreasi, PT
Agribizforesta Lestari). Penggunaan
Performance Prism ini perlu dimodifikasi
dengan menggunakan AHP (Analytic
Hierarchi Process), Scoring System dengan
OMAX (Objective Mtrix), dan Traffic Light
System.
Pengukuran kinerja ini akan
merekomendasikan proses perbaikan yang
dapat digunakan sesuai dengan hasil
pengukuran kinerja yang dilakukan. Dari
hasil pengukuran kinerja, akan terlihat pada
bagian mana kinerja perusahaan yang
bermasalah. Dengan adanya rekomendasi
perbaikan ini, perusahaan dapat mengetahui
permasalahan yang terjadi dan
mempertimbangan untuk melakukan
langkah korektif.
1.1 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, ada
beberapa masalah yang dapat diidentifikasi.
Masalah-masalah tersebut antara lain :
1. Belum adanya pengukuran kinerja
yang dapat mengukur performa
perusahaan secara keseluruhan
(tingkat korporasi). Pengukuran
kinerja sebelumnya hanya mengukur
kinerja personal karyawan saja.
2. Kurang terintegrasinya seluruh
stakeholder perusahaan dalam
penentuan KPI pada pengukuran
kinerja sebelumnya.
3. Tidak mempertimbangkan kepuasan
dan kontribusi stakeholder secara
keseluruhan, hanya menyinggung
tentang kepuasan pelanggan,
karyawan dan masyarakat.
4. Tidak diidentifikasinya strategi,
proses dan kemampuan yang dimiliki
perusahaan untuk memenuhi
kepuasan stakeholder.
Berdasarkan identifikasi masalah di
atas, maka pertanyaan yang perlu di jawab
melalui penelitian ini adalah Bagaimana
melakukan pengukuran kinerja dengan
mengunakan metode performance prism,
yang meliputi lima faset stakeholder, jika
diterapkan di tingkat korporasi PT
Petrokimia Gresik.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian yang akan
dilakukan adalah:
1. Mengukur kinerja PT. Petrokimia
Gresik dengan menggunakan metode
Performance Prism pada tingkat
korporasi perusahaan.
2. Mengintegrasikan KPI yang ada
kedalam pengukuran kinerja yang
dilakukan.
3. Memberikan rekomendasi hasil
improvement sistem pengukuran
kinerja di PT Petrokimia Gresik.
1.3 Manfaat Tugas Akhir
Manfaat yang akan didapat dari
penelitian tugas akhir ini meliputi:
Dapat digunakan oleh perusahan
objek penelitian sebagai
improvement sistem pengukuran
kinerja yang telah ada sebelumya.
1.4 Ruang Lingkup Permasalahan
Batasan
Untuk memperoleh analisis permasalahan
yang baik dan terspesifikasi, maka dibuat
batasan-batasan masalah sebagai berikut:
1. Implementasi pengukuran kinerja
dilakukan dengan menggunakan data-
data selama 2 Tahun terakhir.
2. Data-data variabel kinerja
menggunakan data sekunder yang
diambil dari perusahaan tempat
penelitian.
2. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian merupakan
gambaran penelitian secara keseluruhan
sehingga diketahui proses, metode dan hasil
yang diperoleh dalam penelitian
2.1 Tahap Studi Pendahuluan
Dalam tahap ini dicari dan
ditentukan topik yang akan dibahas sesuai
dengan minat dan konsentrasi yang diambil.
Dalam tugas akhir ini, topik yang dibahas
adalah mengenai pengukuran kinerja suatu
perusahaan. Pada tugas akhir ini metode
pemecahan masalah menggunakan metode
Performance Prism.
2.1.1 Observasi Lapangan
Pada tahap ini dilakukan observasi
awal ke perusahaan untuk mengetahui
masalah apa yang berkaitan dengan topik
penulis yang dapat digunakan sebagai obyek
penelitian.
2.1.2 Penetapan Tujuan
Langkah selanjutnya adalah
penetapan tujuan dari penelitian ini.
Penetapan tujuan dilakukan agar peneliti
dapat fokus terhadap masalah yang akan
diselesaikan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
2.1.3 Kajian Pustaka
Kajian pustaka dilakukan untuk
mendapatkan informasi dan teori-teori
penunjang yang berkenaan dengan
Performance Prism. Hal ini dapat dilakukan
dengan mengumpulkan informasi dari
berbagai sumber pustaka, baik berupa
referensi buku, literatur maupun jurnal yang
membahas tentang penelitian tentang konsep
Performance Prism.
2.2 Tahap Pengumpulan dan Pengolahan
Data
Tahap ini dilakukan dengan
mengumpulkan data-data, baik data Primer
maupun data Sekunder. Data-data yang akan
dikumpulkan adalah data profil perusahaan,
data pengukuran kinerja perusahaan, Data
Key Performance Indicator, jumlah
Stakeholder yang akan diperoleh dengan
cara membagikan kuisioner dan interview
dengan Kepala Biro (Karo)
2.2.1 Data Primer
Data Primer adalah informasi atau
data orisinil yang dikumpulkan dan
berhubungan dengan objek yang akan
diteliti. Untuk mendapatkan informasi ini
dilakukan penelitian secara langsung pada
lantai produksi. Data-data tersebut antara
lain adalah data produk cacat yang terjadi,
data penggunaan kapasitas mesin, jumlah
pelanggan, jumlah keluhan, dan lain-lain.
2.2.2 Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang
diperoleh secara tidak langsung yang
biasanya berbentuk dokumen, file, arsip,
atau catatan-catatan perusahaan. Data
sekunder yang dibutuhkan pada penelitian
ini antara lain adalah data historis keuangan
dalam dua tahun terakhir, data realisasi
penjualan, jumlah karyawan, jumlah
pelatihan, jumlah pemasaran, dan lain-lain.
2.3 Tahap Perancangan dan
Pengukuran Kinerja
Pada tahap ini, dilakukan
perancangan sistem pengukuran kinerja
berdasarkan lima faset yang ada dalam
metode Performance Prism. Tahap ini dapat
dilakukan dengan pengidentifikasian faset
Satisfaction dan Contribution yang ada pada
metode Performance Prism.
2.3.1 Identifikasi 5 faset Performance
Prism
Pada tahap ini akan dilakukan proses
identifikasi 5 faset atau perspektif
Performance Prism dengan lima pertanyaan
kunci untuk masing-masing kelompok
stakeholder pada PT. Petrokimia Gresik.
Stakeholder Satisfaction : Apa yang
dibutuhkan dan diinginkan oleh investor
dari PT. Petrokimia Gresik?
Stakeholder Contribution : Apa yang
dibutuhkan dan diinginkan oleh PT.
Petrokimia Gresik dari para Investor?
Stakeholder Strategi : Strategi apa yang
dapat digunakan untuk memenuhi
keinginan dan kebutuhan tersebut?
Stakeholder Process : Proses apa yang
dilakukan untuk dapat menjalankan
strategi?
Stakeholder Capabilities : Kapabilitas
apa yang harus dimiliki oleh PT.
Petrokimia Gresik agar proses tersebut
dapat terlaksana?
2.3.2 Mengintegrasi KPI
Tahapan ini dilakukan dengan
melakukan interview dengan pihak yang
berkompeten (Karo) di perusahaan
berdasarkan pemilihan variable kinerja
berdasarkan Performance Prism.
2.3.3 Validasi
Digunakan untuk menilai apakah
KPI yang terbentuk sudah cukup mampu
mempresentasikan kondisi perusahaan.
2.3.4 Pembobotan parameter dengan
Analytic Hierarchy Process (AHP).
Menentukan bobot dari tiap KPI
didasarkan pada data yang telah disebar ke
perusahaan. Selanjutnya perhitungan untuk
mengetahui bobot masing-masing KPI
dilakukan dengan menggunakan AHP.
2.4 Tahap analisa dan penarikan
kesimpulan
Tahap ini merupakan inti dari proses
penelitian. Hal yang pertama dilakukan
adalah melakukan penyusunan Key
Performance Indicator (KPI), setelah itu
menyusun Performance Measurement
Record Sheet, lalu setelah itu scoring system
dengan Objective Matrix (OMAX).
2.4.1 Penyusunan Key Performance
Indicators (KPI)
Dari tujuan yang telah dibuat,
ditentukan measure sebagai ukuran
pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
Mengidentifikasi ukuran-ukuran kinerja
yang digunakan untuk mengetahui
pencapaian terhadap objectives yang telah
dirumuskan. Key Performance Indicators
disusun dari hasil kuesioner perusahaan
2.4.2 Penyusunan Performance
Measurement Record Sheet
Penyusunan Performance
Measurement Record Sheet dilakukan
dengan cara interview kepada pihak
perusahaan (Karo) mengenai tujuan, sumber
data dan apa yang akan dilakukan terhadap
pengukuran yang dihasilkan.
2.4.3 Scoring system dengan Objective
Matrix (OMAX).
Penentuan score dilakukan dengan
membandingkan hasil pencapaian
(achievement) terhadap target dengan
menggunakan metode scoring system
dengan metode OMAX. Dari metode ini
dapat diketahui skor untuk setiap kriteria.
Dari perhitungan scoring system yang telah
dilakukan dengan menggunakan metode
OMAX, akan diketahui level dari setiap
kriteria.
2.4.4 Analisis Hasil
Pada tahap ini, dilakukan analisis
mengenai pengukuran kinerja yang telah
dilakukan terhadap perusahaan. Dari analisis
tersebut, indikator-indikator kinerja yang
masih memerlukan perbaikan akan
dievaluasi untuk segera diperbaiki.
2.4.5 Rekomendasi Perbaikan
Pada tahap ini, diberikan
rekomendasi perbaikan terhadap indikator-
indikator kinerja yang berwarna kuning dan
merah.
2.4.6 Kesimpulan dan Saran
Tahap ini merupakan tahap yang
berisi tentang kesimpulan hasil penelitian
yang dilakukan dan merupakan jawaban dari
rumusan masalah serta saran yang
didapatkan dari hasil penelitian yang
dilakukan
3. Hasil dan Pembahasan
Dengan memperhatikan beberapa
kekurangan yang terjadi dalam Sistem
Pengukuran Kinerja Individu yang telah
dilaksanakan oleh PT. Petrokimia Gresik,
maka disarankan untuk dilakukan perbaikan
(improvement) dengan membangun sistem
pengukuran kinerja PT. Petrokimia Gresik
yang menggunakan metode performance
prism. Hal ini dilakukan untuk dapat melihat
kinerja perusahaan secara keseluruhan.
3.1 Identifikasi Stakeholder Kunci PT.
Petrokimia Gresik
Hal pertama yang harus dilakukan dalam
penelitian ini adalah mengidentifikasi siapa
saja yang menjadi stakeholder kunci dari
PT. Petrokimia Gresik. Dari hasil interview,
diketahui bahwa yang merupakan
stakeholder kunci dari PT. Petrokimia
Gresik adalah sebagai berikut :
1. Pemerintah (Investor)
2. Pelanggan (Customer)
3. Karyawan (Employees)
4. Pemasok (Suppliers)
5. Masyarakat (Regulator)
3.2 Identifikasi 5 faset Performance Prism
di PT. Petrokimia Gresik
Tahapan selanjutnya yang harus
dilakukan dalam penelitian ini adalah
identifikasi 5 (lima) faset atau perspektif
Performance Prism dengan lima pertanyaan
kuncinya untuk masing-masing kelompok
stakeholder pada PT. Petrokimia Gresik.
3.3 Identifikasi Parameter Kinerja
(Performance Indicators)
Langkah selanjutnya adalah menyusun
indikator atau parameter kinerja, dan
Interview dengan beberapa Kepala Biro
(Karo), Kepala Departemen (Kadep) dan
Kepala Bidang (Kabid) yang mengisi
kuesioner variabel kinerja berdasarkan
performance prism. Berdasarkan hasil
diskusi dan mempertimbangkan segi
pengukuran kinerja yang telah dilakukan
perusahaan sebelumnya, hasil checklist
pemilihan variabel kinerja performance
prism yang disarankan dan hasil identifikasi
kelima faset performance prism, disusun
beberapa item parameter kinerja
(Performance Indicator) dan dilakukan
pengklasifikasian sesuai dengan kerangka
dasar performance prism. Sebagai verifikasi
parameter kinerja yang telah disusun,
dilakukan diskusi kembali dengan Karo,
Kadep dan Kabid PT. Petrokimia Gresik
untuk memastikan bahwa parameter kinerja
(Performance Indicator) yang disusun
benar-benar applicable dan sesuai dengan
kebutuhan perusahaan. Daftar parameter
kinerja dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Daftar Parameter Kinerja
Tabel 3.1 (Lanjutan)
3.4 Pembobotan dan Pengkategorian KPI
Parameter-parameter yang telah
dirumuskan diatas kemudian dituangkan ke
dalam bentuk kuesioner untuk diberikan
kembali kepada Karo, Kadep dan Kabid
yang bersangkutan untuk diberi bobot sesuai
dengan kebutuhan perusahaan. Bobot untuk
masing-masing kategori kemudian diolah
lebih lanjut menggunakan Analytic
Hierarchy Process (AHP) untuk
menentukan tingkat kepentingan perusahaan
terhadap KPI tersebut. Analisis tersebut
dapat digunakan untuk menentukan
perbedaan antara prasyarat yang diinginkan
dengan kondisi lingkungan perusahaan.
Pembobotan dilakukan sebanyak 3 kali.
Pembobotan tersebut adalah pembobotan
antar stakeholder, pembobotan antar faset
untuk setiap stakeholder, dan pembobotan
antar KPI dalam setiap faset. Dari ketiga
pembobotan yang dilakukan, akan
didapatkan nilai pembobotan perusahaan
secara keseluruhan.
Untuk mendapatkan nilai bobot KPI
terhadap perusahaan dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut :
KPI I-1 = Nilai Bobot stakeholder investor
x Nilai bobot faset staisfaction x
Nilai bobot KPI I-1 dalam faset
satisfaction
=0,298x0,338x0,264=0,026591136
Total nilai bobot dari seluruh KPI adalah 1.
Adapun keseluruhan nilai bobot KPI
terhadap perusahaan dapat dilihat pada tabel
3.2.
Tabel 3.2 Nilai Bobot KPI terhadap PT.
Petrokimia Gresik
3.5 Penyusunan Performance
Measurement Record Sheet
Setelah memperoleh KPI sebagai
parameter pengukuran kinerja perusahaan,
selanjutnya dilakukan penyusunan
Performance Measurement Record Sheet
untuk masing-masing KPI. Penyusunan
Performance Measurement Record Sheet
dilakukan dengan cara interview kepada
pihak perusahaan mengenai tujuan, sumber
data dan apa yang akan dilakukan terhadap
pengukuran yang dihasilkan.
3.6 Pengukuran Kinerja PT.
Petrokimia Gresik
Setelah penyusunan Performance
Measure Record Sheet, langkah selanjutnya
adalah pengumpulan data-data yang
diperlukan. Pengambilan data dilakukan di
setiap Biro sesuai yang tercantum di
Performance Measure Record Sheet.
Dari hasil pengambilan data yang
dilakukan di 1 Bidang, 5 Departemen dan 14
Biro yang ada di PT. Petrokimia Gresik,
diperoleh data yang ditampilkan pada tabel
3.3 sebagai berikut :
Table 3.3 Data KPI PT Petrokimia Gresik
3.7 Scoring System dengan Model Objective
Matrix (OMAX) dan Traffic Light System
Langkah selanjutnya, model pengukuran
kinerja tersebut dapat dipadukan dengan
model scoring system yaitu model OMAX
(objectives matrix) sebagaimana fungsinya
untuk menyamakan skala nilai dari masing-
masing indikator, sehingga pencapaian
terhadap tiap- tiap parameter yang ada dan
dapat mengetahui kinerja perusahaan secara
keseluruhan.
Dengan menggunakan model OMAX,
diketahui untuk KPI no. I-2, C-2, E-2, S-2, R-
2 masing-masing memiliki target maksimal
berturut-turut adalah 100; 6; 100; 30 dan 100
kesemua target tersebut diletakkan pada level
10 sedangkan pencapaian terendah
perusahaan memiliki nilai berturut-turut
sebagai berikut 0; 150; 50; 0 dan 70 yang
diletakkan pada level 0 tabel OMAX. Dalam
pengukuran OMAX pada Performance Prism,
nilai pencapaian tahun lalu (Tahun 2007)
biasanya lebih kecil dari target yang
ditentukan, tetapi untuk sebagian besar kasus
dalam KPI PT Petrokimia pencapaian tahun
2007 sudah melebihi target yang telah
ditetapkan oleh Perusahaan. Sehingga dalam
perhitungan OMAX ini, level 10 diisi dengan
target optimum yang bisa dicapai perusahaan
dalam keadaan maksimal. Sedangkan target
minimum perusahaan yang telah ditetapkan
sebelumnya dimasukkan pada level 8 karena
telah memenuhi batas bawah traffic light
hijau. Level 0 diisi dengan nilai terendah
yang mungkin dicapai perusahaan dalam
keadaan terjelek.
Berikut akan diberikan 2 contoh perhitungan
untuk dapat dibedakan target perusahaan yang
terletak di level 10 dan level 8.
Hal yang sama dilakukan untuk
memperoleh nilai pada masing-masing level
untuk setiap KPI. Setelah diperoleh nilai
untuk setiap level (dari level 0 hingga 10),
selanjutnya adalah mengisi tabel performance
yang merupakan kinerja yang telah diukur
untuk tahun 2008. setelah itu level pada
bagian monitoring dapat diisi bedasarkan
posisi level pada angka performance.
Untuk mengisi level di bagian
monitoring, maka langkah yang digunakan
adalah dengan menggunakan rumus
interpolasi. Adapun rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut :
Nilai x adalah level yang akan diisi di bagian
monitoring. Untuk weight diisi dengan nilai
bobot KPI I-1 terhadap perusahaan yang ada
pada tabel 4.23 yaitu 0,0266. Nilai value
merupakan perkalian antara level dan weight.
Demikian setersusnya hingga bagian
monitoring semua KPI terisi.
Berikut adalah hasil perhitungan OMAX
untuk seluruh stakeholder :
Tabel 3.4 Scoring OMAX Stakeholder
Investor PT.Petrokimia Gresik
Tabel 3.5 Scoring OMAX Stakeholder
Customer PT.Petrokimia Gresik
Tabel 3.6 Scoring OMAX Stakeholder
Empploye PT.Petrokimia Gresik
Tabel 3.7 Scoring OMAX Stakeholder
Supplier PT.Petrokimia Gresik
Tabel 3.8 Scoring OMAX Stakeholder
Regulator PT.Petrokimia Gresik
Dari table diatas, didapatkan nilai
indeks total sebesar 8,313. Jika menggunakan
Traffic Light System, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa kinerja PT. Petrokimia
Gresik secara keseluruhan dapat dikatakan
telah mencapai performa yang diharapkan.
Dengan model OMAX dan Traffic Light
System, dapat dilihat bahwa KPI pada PT.
Petrokimia Gresik yang termasuk ke dalam
kategori performa yang diharapkan, performa
yang belum tercapai dan performa yang buruk
sehingga perlu dilakukan tindakan perbaikan
dan pencegahan. Adapun hasil
pengkategorian berdasarkan model OMAX
dan Traffic Light System dapat dilihat pada
tabel 3.9 dan 3.10.
Tabel 5.3 Daftar KPI yang masuk ke dalam
kategorihijau
Tabel 5.2 Daftar KPI yang masuk ke dalam
kategori kuning
Tabel 5.3 Daftar KPI yang masuk ke dalam
kategori merah
Dari tabel 5.1, 5.2 dan 5.3 dapat
diketahui bahwa KPI yang masuk dalam
kategori hijau sebanyak 48 KPI sedangkan
yang masuk kategori kuning sebanyak 6 KPI
dan yang masuk aktegori merah sebanyak 1
KPI.
Aspek kinerja yang masih berada
dalam kategori kuning tersebut adalah Jumlah
keluhan pelanggan, Pelayanan Pelanggan,
Penyusunan Kurikulum Core Soft
Competence, Lamanya Pembayaran, Indeks
Kepuasan Masyarakat, Realisasi Anggaran
Humas. Sedangkan aspek kinerja yang berada
dalam kategori merah adalah Tingkat
Ketersediaan Pupuk di Pasar, untuk itu perlu
adanya perbaikan pada kinerja ini.
4. Ringkasan Rekomendasi Perbaikan
Dari rekomendasi perbaikan 6 (Enam)
KPI yang masih berada di kategori kuning
dan merah, ada beberapa metode yang dapat
diterapkan untuk peningkatan kinerja
perusahaan yang telah ada ke arah yang lebih
baik.
Untuk KPI Jumlah keluhan pelanggan
(C-2) dapat menggunakan konsep Customer
Relationship Management (CRM). CRM ini
memiliki konsep untuk menjalin hubungan
yang lebih dekat dengan pelanggan.
Pelanggan sebisa mungkin dilibatkan dalam
sistem yang terjadi di perusahaan, sehingga
pelanggan merasa dilibatkan dalam
pembuatan keputusan yang diambil di
perusahaan. Dengan menggunakan konsep
CRM ini, perusahaan dapat memiliki
hubungan yang lebih erat dengan pelanggan
dan menjaga loyalitas mereka.
Untuk KPI Tingkat ketersediaan
pupuk di pasar (C-4), disarankan untuk
dilakukan perbaikan dengan konsep Supply
Chain Management (SCM). Konsep SCM ini
diterapkan untuk perbaikan rantai pasokan
dari perusahaan kepada intermediate
customer yang dalam hal ini adalah
distributor. Perbaikan rantai pasokan ini dapat
dilakukan dengan beberapa cara antara lain
perbaikan pola distribusi yang ada.
KPI Penyusunan Kurikulum Core Soft
Competence (E-9) memerlukan perbaikan
dalam hal teknologi sistem informasi yang
sudah ada di perusahaan. Perbaikan dalam
teknologi sistem informasi dilakukan untuk
meningkatkan efisiensi waktu dan proses
yang ada di perusahaan. Dengan adanya
perbaikan teknologi sistem informasi,
perusahaan dapat meningkatkan produktivitas
kerja karena terjadinya peningkatan efisiensi
waktu dan proses yang ada. Selain itu, dengan
perbaikan pada teknologi sistem informasi
yang ada, karyawan PT Petrokimia Gresik
diharapkan untuk terbiasa untuk selalu
berorientasi pada teknologi yang sesuai
dengan perkembangan global saat ini.
Untuk KPI Lamanya Pembayaran (S-
1) dan Realisasi Anggaran Humas (R-7),
memerlukan perbaikan dengan saran
perbaikan improvement budaya kerja yang
ada. Improvement ini dapat dilakukan dengan
perbaikan sistem birokrasi yang ada. Pada
KPI S-1, perbaikan birokrasi dilakukan
dengan menyederhanakan alur birokrasi
pembayaran supplier yang kompleks. KPI R-
7 memerlukan perbaikan budaya kerja dalam
penyusunan rencana program kerja Biro
Hubungan Masyarakat agar lebih efektif dan
efisien.
Pada KPI Indeks Kepuasan
Masyarakat (R-1), akan dilakukan perbaikan
dengan peningkatan penerapan Corporate
Social Responsibility (CSR) yang telah ada.
CSR adalah upaya peningkatan kualitas
komunitas di sekitar perusahaan sebagai
tanggung jawab perusahaan. Dengan
peningkatan CSR yang dilakukan perusahaan,
akan terjadi peningkatan pula pada indeks
kepuasan masyarakat.
Dari hasil penelitian ini, disarankan
kepada perusahaan untuk memasukkan hasil
pengukuran ke dalam tinjauan manajemen
(Management Review) yang dilaksanakan
secara periodik oleh perusahaan dan dihadiri
oleh middle hingga top management, untuk
memperbaiki sistem Management Review
yang telah diterapkan sebelumnya oleh
perusahaan. Hal ini karena hasil rekayasa
sistem pengukuran kinerja perusahaan yang
disarankan dengan menggunakan metode
performance prism, lebih terintegrasi dan
lebih mudah dipahami serta dapat diketahui
performa perusahaan secara keseluruhan
dimana hal ini sangat diperlukan oleh top
management sebagai pembuat kebiijakan
perusahaan.
5. Kesimpulan dan Saran
Berikut ini adalah kesimpulan dari
penelitian yang telah dilakukan:
1. Dengan metode Performance Prism,
Pengukuran kinerja korporasi pada PT.
Petrokimia Gresik, didapatkan indeks
total dari perhitungan menggunakan
metode Objectives matrix (OMAX) dan
Traffic Light System sebesar 8,722. Dari
55 KPI yang ada, sebanyak 48 KPI yang
masuk dalam kategori hijau dan 5 KPI
yang masih berada dalam kategori
kuning. Dan 1 KPI yang masuk dalam
kategori merah. 5 KPI yang masih berada
dalam kategori kuning antara lain adalah
Jumlah keluhan pelanggan, Penyusunan
Kurikulum Core Soft Competence,
Lamanya Pembayaran, Indeks Kepuasan
Masyarakat, Realisasi Anggaran.
Sedangkan aspek kinerja yang berada
dalam kategori merah adalah Tingkat
Ketersediaan Pupuk di Pasar, untuk itu
perlu adanya perbaikan pada kinerja ini.
2. Dalam pengukuran kinerja menggunakan
metode Performance Prism, terintegrasi
5 stakeholder yaitu Investor dengan 14
KPI, Customer dengan 13 KPI,
Employee dengan 11 KPI, Supplier
dengan 9 KPI dan Regulator dengan 8
KPI. Total ada 55 buah KPI sebagai
indikator kinerja PT. Petrokimia Gresik.
3. Rekomendasi perbaikan dilakukan
dengan implementasi dan perbaikan
metode pada 5 KPI yang berada dalam
kategori kuning dan 1 KPI yang berada
dalam kategori merah. Implementasi dan
perbaikan metode tersebut antara lain
dapat diterapkan pada konsep Supply
Chain Management (SCM), Customer
Relationship Management (CRM),
Corporate Social Responsibility (CSR),
dan perubahan budaya kerja perusahaan.
Berikut ini adalah saran yangi dapat
diberikan pada penelitian ini:
1. Disarankan kepada PT Petrokimia untuk
melakukan pengukuran kinerja dengan
menggunakan metode Performance
Prism agar pengukuran kinerja tingkat
korporasi dapat dilakukan. Metode
Performance Prism ini tidak hanya dapat
dilakukan pada tingkat korporasi saja
tetapi pada setiap bagian kerja yang ada
di perusahaan sampai dengan level
terkecil.
2. Perlu dilakukan pula penambahan KPI
sebagai indikator kerja yang mengacu
pada identifikasi 5 (lima) faset
Performance Prism yang telah dilakukan
pada seluruh stakeholder.
3. Sistem pengukuran kinerja dengan
mengunakan metode Performance Prism
ini harus ditinjau secara periodik, agar
variabel kinerja dan target KPI yang ada
dapat disesuaikan dengan perkembangan
terbaru, baik menyangkut perubahan
lingkungan, persaingan usaha, regulasi
pemerintah, tuntutan masyarakat,
perkembangan kebutuhan pelanggan,
perkembangan teknologi terbaru maupun
perkembangan standar pencapaian
kinerja dengan metode terbaru.
6. Daftar Pustaka
Febriarso, P., Fitriadi R. Perancangan Sistem
Pengukuran Kinerja dengan metode
Performance Prism Studi Kasus di
Hotel X. Laporan Tugas Akhir,
Jurusan Teknik Industri, Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Johnson, C., 2006. “Introduction to the
Balanced Scorecard and Performance
Measurement Systems”. Balanced
Scorecard for State-Owned
Enterprises.
Kaplan, R.S and Norton, D.P., 1996.
“Translating Strategic into Action -
The Balanced Scorecard“, Harvard
Business School Press, Boston,
Massachussets
Kusuma, W., Suwignjo, P., Vanany I., 2006.
“Perancangan dan pengukuran kinerja
dengan metode Performance Prism di
PT KANGSEN KENKO
INDONESIA cabang Surabaya“
Program Pascasarjana Bidang
Keahlian Manajemen Operasional
Program Studi Teknik Industri –
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
Neely, A.D.,1999. “The performance
revolution: why now and what next?”,
International Journal of Operations
& Production Management, vol. 19
no. 2, pp. 2058.
Neely, A.D., and Kennerly, M., 2000.
Performance Measurement
Frameworks -A Review, Centre for
Business Performance, Cranfield
School of Management, UK.
Neely, A.D., and Adams, C.(a), 2000.
Perpectives on Performances: The
Performance Prism, Centre for
Business Performance, Cranfield
School of Management, UK.
Neely, A.D., and Adams, C.(b), 2000. The
Performance prism Can Boost M & A
Success, Centre for Business
Performance, Cranfield School of
Management, UK.
Neely, A.D., and Adams, C.(c), 2000. The
Performance Prism in Practice,
Centre for Business Performance,
Cranfield School of Management,
UK.
Supiah, Z., 2005. Perancangan Sistem
Pengukuran Kinerja dengan metode
Performance Prism studi kasus
Pelayanan Gizi IRNA RSU Haji
Surabaya. Laporan Tugas Akhir,
Jurusan Teknik Industri, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya.
Suwignjo, P., 2000. “Sistem Pengukuran
Kinerja: Sejarah Perkembangan dan
Agenda Penelitian ke Depan”,
Seminar Nasional Performance
Measurement, 30- 31 Maret, Hotel
Wisata Jakarta.
Suwignjo, P., Budi S W., 2006. “Perancangan
Pengukuran Kinerja Bisnis Unit
dengan Performance Prism di PT.
XYZ. Manajemen Industri, Magister
Manajemen Teknologi - Institut
Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
Wibisono, D., 2006. Manajemen Kinerja :
Konsep, Desain, dan Teknik
Meningkatkan Daya Saing
Perusahaan, Erlangga. Jakarta.