analisa patricia benner’s caring, clinical wisdom, and ethics in nursing dan modeling and...

59
UNIVERSITAS INDONESIA ANALISA PATRICIA BENNER’S CARING, CLINICAL WISDOM, AND ETHICS IN NURSING DAN MODELING AND ROLE-MODELING BY HELEN C.ERICKSON, EVELYN M.TOMLIN, AND MARY P.SWAIN SEBAGAI PENDEKATAN APLIKATIF DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sains Keperawatan Oleh : KELOMPOK 3 (KMB) I GEDE NYOMAN ARDI SUPARTHA 1406522986 ARIE JEFRY KA’ARAYENO 1406522670 MEGAWATI SIBULO 1406523124 DYAH UNTARI 1406522784 HASMI 1406597066 MURNI SARI DEWI SIMANULLANG 1406597204 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

Upload: juzt-megz

Post on 11-Jan-2016

33 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

SAINS S2 Keperawatan

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISA PATRICIA BENNER’S CARING, CLINICAL WISDOM, AND ETHICS IN NURSING DAN MODELING AND ROLE-MODELING BY HELEN C.ERICKSON, EVELYN M.TOMLIN, AND MARY P.SWAIN SEBAGAI PENDEKATAN

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISA PATRICIA BENNER’S CARING, CLINICAL WISDOM, AND

ETHICS IN NURSING DAN MODELING AND ROLE-MODELING BY

HELEN C.ERICKSON, EVELYN M.TOMLIN, AND MARY P.SWAIN

SEBAGAI PENDEKATAN APLIKATIF DALAM PRAKTIK

KEPERAWATAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Sains Keperawatan

Oleh :

KELOMPOK 3 (KMB)

I GEDE NYOMAN ARDI SUPARTHA 1406522986ARIE JEFRY KA’ARAYENO 1406522670MEGAWATI SIBULO 1406523124DYAH UNTARI 1406522784HASMI 1406597066MURNI SARI DEWI SIMANULLANG 1406597204

FAKULTAS ILMU KEPERAWATANPROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

PEMINATAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAHUNIVERSITAS INDONESIA

OKTOBER 2014

Page 2: ANALISA PATRICIA BENNER’S CARING, CLINICAL WISDOM, AND ETHICS IN NURSING DAN MODELING AND ROLE-MODELING BY HELEN C.ERICKSON, EVELYN M.TOMLIN, AND MARY P.SWAIN SEBAGAI PENDEKATAN

KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat

dan rahmat-Nya, Kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Analisa

Patricia Benner’s Caring, Clinical Wisdom, and Ethics In Nursing dan Modeling

And Role-Modeling by Helen C.Erickson, Evelyn M.Tomlin, and Mary P.Swain

Sebagai Pendekatan Aplikatif Dalam Praktik Keperawatan”. Makalah ini dibuat

untuk memenuhi penugasan mata ajar Sains Keperawatan Program Pascasarjana

Keperawatan peminatan Keperawatan Medikal Bedah.

Kami menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,

sangatlah sulit bagi Kami untuk menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu,

Kami mengucapkan terim akasih kepada pihak yang telah membantu penyelesaian

makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat dalam proses pembelajaran.

Depok, Oktober 2014

Penyusun,

Kelompok 3

Page 3: ANALISA PATRICIA BENNER’S CARING, CLINICAL WISDOM, AND ETHICS IN NURSING DAN MODELING AND ROLE-MODELING BY HELEN C.ERICKSON, EVELYN M.TOMLIN, AND MARY P.SWAIN SEBAGAI PENDEKATAN

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...........................................................................

1.2 Tujuan Penulisan ......................................................................

1.3 Sistematika Penulisan ...............................................................

BAB II KONSEP TEORITIS

2.1 Konsep Teori Patricia Benner (Philosophy).............................

2.1.1 Biografi Patricia Benner..................................................

2.1.2 Sumber Filosofi Keperawatan Patricia Benner...............

2.1.3 Konsep Utama Caring, Clinical Wisdom, and Ethics

in Nursing Practice

2.1.4 Asumsi Utama ................................................................

2.1.5 Penerimaan dalam Komunitas Keperawatan ..................

2.2 Konsep Mid-Range Teori Helen C.Erickson,

Evelyn M.Tomlin, Mary Ann P.Swain....................................

2.2.1 Konsep Utama Modeling dan Role Modeling ................

2.2.2 Sumber Teoritis Modeling dan Role Modeling...............

2.2.3 Konsep Utama Teori .......................................................

2.2.3.1 Keperawatan .....................................................

2.2.3.2 Nurturance .......................................................

2.2.3.3 Unconditional Acceptance (Penerimaan

Tanpa Syarat)....................................................

2.2.2.4 Manusia ..............................................................

2.2.2.5 Bagaimana Individu Sama..................................

2.2.2.6 Bagaimana Individu Berbeda .............................

2.2.4 Penggunaan Bukti Empiris..............................................

2.2.5 Asumsi Utama ................................................................

Page 4: ANALISA PATRICIA BENNER’S CARING, CLINICAL WISDOM, AND ETHICS IN NURSING DAN MODELING AND ROLE-MODELING BY HELEN C.ERICKSON, EVELYN M.TOMLIN, AND MARY P.SWAIN SEBAGAI PENDEKATAN

2.2.5.1 Keperawatan ................................................................

2.2.5.2 Manusia .......................................................................

2.2.5.3 Kesehatan .....................................................................

2.2.5.4 Lingkungan ..................................................................

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Analisa Teori Patricia Benner dan Penerapannya dalam

Proses Keperawatan .................................................................

3.2 Analisa Teori Modeling and Role Modeling Helen C.Erickson,

Evelyn M.Tomlin, Mary Ann P.Swain dan Penerapannya

dalam Proses Keperawatan.......................................................

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan................................................................................

4.2 Penutup......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

Page 5: ANALISA PATRICIA BENNER’S CARING, CLINICAL WISDOM, AND ETHICS IN NURSING DAN MODELING AND ROLE-MODELING BY HELEN C.ERICKSON, EVELYN M.TOMLIN, AND MARY P.SWAIN SEBAGAI PENDEKATAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keperawatan sebagai profesi terus-menerus mengalami perkembangan,

memiliki paradigma yang merupakan kerangka acuan atau dasar pemikiran

dari teori keperawatan. Keperawatan dalam paradigmanya memandang empat

komponen utama yaitu manusia, perawat, kesehatan, dan lingkungan,

sehingga dalam pengembangan teori-teori keperawatan selalu berpedoman

pada empat komponen ini. Telah banyak pakar yang mengemukakan teori-

teori yang mendukung dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Model/teori keperawatan memberikan kerangka kerja yang luas untuk saling

mengaitkan berbagai aspek situasi kesehatan yang kompleks. Karena klien

individual, keluarga dan komunitas masing-masing mempunyai masalah

kesehatan yang unik, maka perawat harus memilih model/teori keperawatan

yang paling sesuai dengan situasi kesehatan klien. Setiap model/teori

keperawatan didasarkan pada asumsi yang berbeda dan mempunyai perspektif

yang unik tentang konsep klien, keperawatan, kesehatan, dan lingkungan serta

interaksinya.

Model dan teori keperawatan seperti teori keperawatan filosofi From Novice

to Expert diperkenalkan oleh Patricia Benner diadaptasi dari “Model Dreyfus”

yang dikemukakan oleh Hubert Dreyfus dan Stuart Dreyfus. Teori ini

menjelaskan 5 tingkat/tahap akusisi peran dan perkembangan profesi. Selain

itu, salah satu teori pada Grand theory , yaitu Modeling dan Role Modeling

(MRM) yang dikembangkan oleh Helen C.Erickson, Evelyn M.Tomlin, Mary

Ann P.Swain. Role modeling didasarkan pada asumsi bahwa semua manusia

ingin berinteraksi dengan orang lain, mereka ingin memainkan peran yang

telah ditentukan oleh masyarakat. Role modeling menggunakan klien-model-

klien secara umum untuk merencanakan intervensi yang sesuai dengan

kebutuhan, pertumbuhan, perkembangan, dan penyembuhan klien. Konsep

utama MRM berhubungan dengan pemikiran dasar dan kepercayaan filosofis

Page 6: ANALISA PATRICIA BENNER’S CARING, CLINICAL WISDOM, AND ETHICS IN NURSING DAN MODELING AND ROLE-MODELING BY HELEN C.ERICKSON, EVELYN M.TOMLIN, AND MARY P.SWAIN SEBAGAI PENDEKATAN

yang berkenaan dengan kemiripan manusia, perbedaan manusia satu sama

lain, dan apa yang harus dilakukan perawat.

Dalam makalah ini kelompok berusaha untuk menyajikan analisa Patricia

Benner dengan model Caring, Clinical Wisdom, and Ethics in Nursing

Practice dan Model and Role Modeling oleh Helen C.Erickson, Evelyn

M.Tomlin, dan Mary Ann P.Swain.

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Dengan penyelesaian makalah ini Kelompok dapat memahami dan

menganalisa model Caring, Clinical Wisdom, and Ethics in Nursing

Practice oleh Patricia Benner dan Model and Role Modeling oleh Helen

C.Erickson, Evelyn M.Tomlin, dan Mary Ann P.Swain dalam praktik

proses keperawatan.

1.2.2 Tujuan Khusus

Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan :

a. Mampu memahami dan menjelaskan model Caring, Clinical Wisdom,

and Ethics in Nursing Practice oleh Patricia Benner dan Model and

Role Modeling oleh Helen C.Erickson, Evelyn M.Tomlin, dan Mary

Ann P.Swain dalam praktik proses keperawatan.

b. Mampu menganalisa model Caring, Clinical Wisdom, and Ethics in

Nursing Practice oleh Patricia Benner dan Model and Role Modeling

oleh Helen C.Erickson, Evelyn M.Tomlin, dan Mary Ann P.Swain

dalam praktik proses keperawatan.

1.3 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan makalah ini adalah:

BAB I : Pendahuluan meliputi Latar belakang, Tujuan, dan

Sistematika penulisan

Page 7: ANALISA PATRICIA BENNER’S CARING, CLINICAL WISDOM, AND ETHICS IN NURSING DAN MODELING AND ROLE-MODELING BY HELEN C.ERICKSON, EVELYN M.TOMLIN, AND MARY P.SWAIN SEBAGAI PENDEKATAN

BAB II : Tinjauan Konsep studi kepustakaan meliputi model Caring,

Clinical Wisdom, and Ethics in Nursing Practice oleh Patricia

Benner dan Model and Role Modeling oleh Helen C.Erickson,

Evelyn M.Tomlin, dan Mary Ann P.Swain dalam praktik

proses keperawatan.

BAB III : Pembahasan model Caring, Clinical Wisdom, and Ethics in

Nursing Practice oleh Patricia Benner dan Model and Role

Modeling oleh Helen C.Erickson, Evelyn M.Tomlin, dan

Mary Ann P.Swain dalam proses keperawatan sebagai

pendekatan dalam asuhan keperawatan.

BAB IV : Penutup meliputi kesimpulan dan saran

Page 8: ANALISA PATRICIA BENNER’S CARING, CLINICAL WISDOM, AND ETHICS IN NURSING DAN MODELING AND ROLE-MODELING BY HELEN C.ERICKSON, EVELYN M.TOMLIN, AND MARY P.SWAIN SEBAGAI PENDEKATAN

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teori Patricia Benner (Philosophy)

Berikut akan dijabarkan mengenai konsep dan teori Patricia Banner yang

dimulai dari biografi, sumber filosofi, dan seterusnya.

2.1.1 Biografi Patricia Benner

Patricia Benner lahir di Hampton, pada tahun 1942. Beliau memperoleh

gelar sarjana keperawatan dari Pasadena College pada tahun 1964,

kemudian pada tahun 1970 Benner mendapat gelar Master in Nursing dari

University of California San Fransisco (UCSF). Benner diterima di

University of California berfokus pada stress dan mengatasi kesehatan

(Alligood & Tomey, 2014).

Dalam keperawatan karya Benner telah digunakan untuk menentukan

pengujian inovasi dan perubahan praktik keperawatan. Sebagai contoh

Filosofi Benner dipakai untuk menguji ancaman terhadap kelangsungan

keperawatan kepada individu yang kritis (Walsh, 1997), sementara itu

Alcock (1996) menggunakan karya Benner untuk mempelajari praktik

keperawatan tingkat lanjut dari sudut pandang administratif. Hal serupa

dilakukan oleh Dunn (1997) yang menggunakan karya Benner untuk

menguji praktik keperawatan lanjut di literatur keperawatan. (Alligood &

Tomey, 2014).

Benner menggunakan teori keperawatan. berdasarkan pemikiran

fenomenologi Heidegger, di mana kekuatan utama merawat adalah sebagai

fondasi dasar bagi semua kehidupan manusia dan menyusun sebagai

sebuah profesi. Benner juga mengeluarkan sebuah teori yang disebut Teori

“From Novice to Expert” yang artinya jenjang atau tahapan dalam sebuah

profesi (Alligood & Tomey, 2014).

Page 9: ANALISA PATRICIA BENNER’S CARING, CLINICAL WISDOM, AND ETHICS IN NURSING DAN MODELING AND ROLE-MODELING BY HELEN C.ERICKSON, EVELYN M.TOMLIN, AND MARY P.SWAIN SEBAGAI PENDEKATAN

2.1.2 Sumber Filosofi Keperawatan Patricia Benner

“The nurse-patient relationship is not a uniform, professionalized

blueprint but rather a kaleidoscope of intimacy and distance in some of the

most dramatic, poignant, and mundane moments of life.”

(Benner, 1984)

Benner mengakui bahwa keperawatan sangat dipengaruhi oleh Virginia

Henderson. Benner mempelajari tentang praktik klinik keperawatan. Ia

mencoba menemukan dan menggambarkan bahwa ilmu pengetahuan

digabungkan dalam praktik keperawatan. Benner berpendapat bahwa ilmu

pengetahuan timbul dari waktu ke waktu dalam disiplin praktik dan

dikembangkan melalui pembelajaran eksperimen dan situasi berfikir dan

refleksi praktik dalam situasi tertentu (Alligood & Tomey, 2014).

Karya dari Benner ini lebih merujuk kepada artikulasi, artinya sebagai

deskripsi/melukiskan, ilustrasi/menggambarkan dan mengkomunikasikan

pada area – area kebijakan praktis, keterampilan tentang tahu dan

bagaimana serta menjelaskan praktik yang baik dan (Alligood & Tomey,

2014).

Salah satu filosofi pertama Benner menjelaskan bahwa ada perbedaan

antara praktik dan ilmu teori. Dia berpendapat bahwa ilmu pengetahuan

dibangun di dalam disiplin praktik “Ilmu praktik mengacu pada

mengetahui dan bagaimana melalui teori berdasarkan penemuan ilmiah”.

2.1.3 Konsep Utama Caring, Clinical Wisdom, and Ethics in Nursing

Practice

2.1.3.1 Skill Acquisition in Nursing

Alligood & Tomey (2014) menjelaskan teori “From Novice To Expert” 

yang dikembangkan oleh Patricia Benner diadaptasi dari “Model Dreyfus”

yang dikemukakan oleh Hubert Dreyfus dan Stuart Dreyfus. Teori From

Novice to Expert menjelaskan 5 tingkat/tahap akuisisi peran dan

Page 10: ANALISA PATRICIA BENNER’S CARING, CLINICAL WISDOM, AND ETHICS IN NURSING DAN MODELING AND ROLE-MODELING BY HELEN C.ERICKSON, EVELYN M.TOMLIN, AND MARY P.SWAIN SEBAGAI PENDEKATAN

perkembangan profesi meliputi: (1) Novice, (2) Advance Beginner, (3)

Competent, (4) Proficient, dan (5) Expert.

Penjelasan dari ke lima tingkatan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Novice (Pemula)

Tingkat Novice pada akuisisi peran pada Dreyfus Model, adalah

seseorang tanpa latar belakang pengalaman pada situasinya. Perintah

yang jelas dan atribut yang obyektif harus diberikan untuk memandu

penampilannya. Di sini sulit untuk melihat situasi yang relevan dan

irrelevan. Secara umum level ini diaplikasikan untuk mahasiswa

keperawatan, tetapi Benner bisa mengklasifikasikan perawat pada level

yang lebih tinggi ke novice jika ditempatkan pada area atau situasi

yang tidak familiar dengannya.

2) Advanced Beginner

Advance Beginner dalam Model Dreyfus adalah ketika seseorang

menunjukkan penampilan mengatasi masalah yang dapat diterima pada

situasi nyata. Advance beginner mempunyai pengalaman yang cukup

untuk memegang suatu situasi. Kecuali atribut dan ciri-ciri, aspek tidak

dapat dilihat secara lengkap karena membutuhkan pengalaman yang

didasarkan pada pengakuan dalam konteks situasi.

Fungsi perawat pada situasi ini dipandu dengan aturan dan orientasi

pada penyelesaian tugas. Mereka akan kesulitan memegang pasien

tertentu pada situasi yang memerlukan perspektif lebih luas.

Situasi klinis ditunjukkan oleh perawat pada level advance beginner

sebagai ujian terhadap kemampuannya dan permintaan terhadap situasi

pada pasien yang membutuhkan dan responnya. Advance beginner

mempunyai responsibilitas yang lebih besar untuk melakukan

manajemen asuhan pada pasien, sebelumnya mereka mempunyai lebih

banyak pengalaman. Benner menempatkan perawat yang baru lulus

pada tahap ini.

Page 11: ANALISA PATRICIA BENNER’S CARING, CLINICAL WISDOM, AND ETHICS IN NURSING DAN MODELING AND ROLE-MODELING BY HELEN C.ERICKSON, EVELYN M.TOMLIN, AND MARY P.SWAIN SEBAGAI PENDEKATAN

3) Competent

Menyelesaikan pembelajaran dari situasi praktik aktual dengan

mengikuti kegiatan yang lain, advance beginner akan menjadi

competent. Tahap competent dari model Dreyfus ditandai dengan

kemampuan mempertimbangkan dan membuat perencanaan yang

diperlukan untuk suatu situasi dan sudah dapat dilepaskan.

Konsisten, kemampuan memprediksi, dan manajemen waktu adalah

penampilan pada tahap competent. Perawat competent dapat

menunjukkan reponsibilitas yang lebih pada respon pasien, lebih

realistik dan dapat menampilkan kemampuan kritis pada dirinya.

Tingkat competent adalah tingkatan yang penting dalam pembelajaran

klinis, karena pengajar harus mengembangkan pola terhadap elemen

atau situasi yang memerlukan perhatian yang dapat diabaikan.

Competent harus mengetahui alasan dalam pembuatan perencanaan

dan prosedur pada situasi klinis. Untuk dapat menjadi pandai,

competent harus mampu merespon situasi.

Poin pembelajaran yang penting dari belajar mengajar aktif pada

tingkatan competent adalah untuk melatih perawat membuat transisi

dari competent ke proficient.

4) Proficient

Perawat pada tahap ini menunjukkan kemampuan baru untuk melihat

perubahan yang relevan pada situasi, meliputi pengakuan dan

mengimplementasikan respon keterampilan dari situasi yang

dikembangkan. Mereka akan mendemonstrasikan peningkatan percaya

diri pada pengetahuan dan keterampilannya. Pada tingkatan ini mereka

banyak terlibat dengan keluarga dan pasien.

Page 12: ANALISA PATRICIA BENNER’S CARING, CLINICAL WISDOM, AND ETHICS IN NURSING DAN MODELING AND ROLE-MODELING BY HELEN C.ERICKSON, EVELYN M.TOMLIN, AND MARY P.SWAIN SEBAGAI PENDEKATAN

5) Expert

Benner menjelaskan pada tingkatan ini perawat expert mempunyai

pegangan intuitif dari situasi yang terjadi sehingga mampu

mengidentifikasi area dari masalah tanpa kehilangan pertimbangan

waktu untuk membuat diagnosa alternatif dan penyelesaian.

Perubahan kualitatif pada pada expert adalah “mengetahui pasien”

yang berarti mengetahui tipe pola respon dan mengetahui pasien

sebagai manusia. Aspek kunci pada perawat expert adalah:

a) Menunjukkan pegangan klinis dan sumber praktis

b) Mewujudkan proses know-how

c) Melihat gambaran yang luas

d) Melihat yang tidak diharapkan

Patricia Benner dan Wrubel mengembangkan model akuisisi

keterampilan termasuk di dalamnya adalah konsep caring dalam

praktik keperawatan. Benner dan Wrubel mendefenisikan dan

menjelaskan konsep caring, perawat, manusia, kesehatan, stress

koping dan lingkungan yang diterbitkan pada tahun 1989 dalam

bukunya the primacy of caring: stress and coping in health and illness,

dan menggunakan contoh interaksi perawat – pasien untuk

menggambarkn tentang proses dan konsep.

2.1.4 Asumsi Utama

a. Keperawatan

Keperawatan didefinisikan sebagai hubungan yang didasarkan pada

caring dalam berbagai situasi dan kondisi yang memungkinkan dan

menjadi perhatian. Ilmu keperawatan sebagai panduan melalui seni dan

etik dari pelayanan dan tanggung jawab. Perawat mempromosikan

penyembuhan melalui pelayanan kepada pasien dalam mempertahankan

hubungan manusia. Hal ini merupakan hubungan manusia dimana orang

dapat memberikan pengobatan pada saat sakit, hubungan antara sehat dan

Page 13: ANALISA PATRICIA BENNER’S CARING, CLINICAL WISDOM, AND ETHICS IN NURSING DAN MODELING AND ROLE-MODELING BY HELEN C.ERICKSON, EVELYN M.TOMLIN, AND MARY P.SWAIN SEBAGAI PENDEKATAN

sakit serta penyakit yang mengacu kepada pandangan Benner dan Wrubel

dalam praktik keperawatan (Benner & Wrubel, 1989 dalam Sitzman &

Eichelberger 2011).

Sitzman & Eichelberger (2011) menjelaskan caring didefenisikan sebagai

sesuatu yang berhubungan dan memiliki masalah dengan menyatukan

pikiran, perasaan dan tindakan, caring mengatur apa yang paling penting

bagi seseorang/manusia. Oleh karena itu, menyelesaikan stress dan

bagaimana seseorang bisa mengatasinya. Benner dan Wrubel (1989)

menyatakan bahwa caring timbul dari keterkaitan dan memiliki beberapa

hal yang lebih penting dari yang lain.”tanpa caring seseorang akan

menjadi memprihatinkan”.

Karakteristik sikap yang berhubungan dengan caring adalah empati,

dukungan, ingin menghibur orang lain dan pengasuhan. Ketika seorang

perawat memberikan pelayanan kepada klien, dimana pelayanan itu

menimbulkan stress/masalah, maka yang perlu dilakukan adalah

pengkajian emosional dan proses keterlibatan. Keterlibatan dengan klien

membuat perawat dapat mendiagnosis suatu masalah dan mengidentifikasi

solusi dan menciptakan lingkungan yang terpercaya.

Caring adalah hal yang penting menurut Benner dan Wrubel karena dapat

menciptakan lingkungan dimana perawat dapat memberikan asuhan

kepada klien.

Caring penting karena:

Menciptakan apa yang akan terjadi, apa yang menjadi masalah dan

apa pilihan yang tepat untuk mengatasi.

Menciptakan lingkungan yang memungkinkan, apa yang

berhubungan dan apa yang menjadi tujuan

Menciptakan hal yang mungkin saat memberi dan mendapatkan

bantuan.

Page 14: ANALISA PATRICIA BENNER’S CARING, CLINICAL WISDOM, AND ETHICS IN NURSING DAN MODELING AND ROLE-MODELING BY HELEN C.ERICKSON, EVELYN M.TOMLIN, AND MARY P.SWAIN SEBAGAI PENDEKATAN

b. Manusia

Interpretasi Benner dan Wrubel tentang manusia didasarkan pada

eksistensi filosofi dan kesatuan atau keutuhan manusia. Sehingga Benner

mendeskripsikan manusia sebagai mahluk yang menginterpretasikan diri,

yaitu manusia tidak muncul dengan sendirinya ke alam dunia yang telah

ditetapkan tetapi melalui proses perjalanan hidup. Manusia dipandang

sebagai sesuatu yang kreatif, mahluk generatif yang hidup di dalam

sebuah konteks dan mampu bertindak dan memiliki pemahaman

komprehensif. Menurut Benner dan Wrubel karakterikstik manusia yaitu

sebagai sosok yang harus berhadapan dengan situasi, tubuh, masalah

perorangan dan peristiwa yang bersifat sementara (Benner & Wrubel,

1989 dalam Sitzman & Eichelberger 2011).

c. Kesehatan

Benner dan Wrubel menggunakan definisi kesehatan dari Kleinman,

Elsenberg, dan Good yang menyatakan bahwa kesehatan adalah tidak

adanya penyakit yang digambarkan sebagai pengalaman kehilangan atau

gangguan fungsi tetapi juga penyakit merupakan wujud dari kelainan pada

sel, jaringan, atau organ. Semua pengobatan penyakit selama sakit harus

masuk akal dalam konteks pengalaman hidup manusia. (Benner & Wrubel,

1989 dalam Sitzman & Eichelberger 2011).

d. Situasi

Benner lebih mengarah ke situasi atau lebih mengutamakan situasi

daripada konsep lingkungan dalam bekerja. Benner memilih situasi karena

menurut Benner, situasi memiliki konteks sosial dalam arti dan

penafsirannya yang berdampak pada manusia. Manusia lebih terbiasa

dengan dunia mereka dibanding hidup dalam suatu lingkungan.

Interpretasi seseorang berdampak pada setiap situasi. Pandangan

fenomenologi Benner didasarkan pada situasi. Hal ini di buktikan dalam

tulisannya saat dia menggunakan istilah “being situated and situated

meaning” menunjukkan adanya keterlibatan dan interpretasi dari setiap

Page 15: ANALISA PATRICIA BENNER’S CARING, CLINICAL WISDOM, AND ETHICS IN NURSING DAN MODELING AND ROLE-MODELING BY HELEN C.ERICKSON, EVELYN M.TOMLIN, AND MARY P.SWAIN SEBAGAI PENDEKATAN

kejadian atau peristiwa dalam kehidupan (Benner & Wrubel, 1989 dalam

Sitzman & Eichelberger 2011).

e. Stress

Menurut Benner, stress adalah makna dari gangguan, pemahaman, dan

fungsi kelancaran sehingga bahaya, kehilangan, atau tantangan yang

dialami mampu membuat manusia memperoleh keterampilan baru. Stress

sebagai perwujudan dari fisik, emosional, dan atau intelektual yang

mengalami gangguan fungsi. Stress terjadi ketika seseorang menyadari

bahwa ada sesuatu yang salah atau tidak terjadi ketidakseimbangan. Stress

adalah konsekuensi dalam kehidupan yang tidak bisa dihindarkan dalam

kehidupan di dunia sehingga membutuhkan kepedulian akan hal tersebut

(Benner & Wrubel, 1989 dalam Sitzman & Eichelberger 2011).

f. Koping

Koping tidak termasuk solusi untuk stres melainkan apa yang dilakukan

oleh seseorang untuk mengatasi gangguan yang disebabkan oleh stres.

Benner dan Wrubel berdasarkan pada karya Lasarus (1986) yang

menjelaskan stres dan koping. Koping adalah melakukan sesuatu secara

langsung dan juga tidak melakukan sesuatu secara langsung atas dasar

tujuan yang ada. Perilaku koping lainnya adalah mencari informasi. Cara

seseorang memandang situasi dan membuat pilihan untuk memiliki sifat

yang positif dalam menghadapi gangguan. Benner dan Wrubel

memberikan banyak contoh tentang bagaimana seseorang berupaya

dengan situasi seperti : pengembangan diri selama hidup / dalam

kehidupan, peduli kepada diri sendiri dari berbagai penyakit diantaranya

kanker dan penyakit neurologis (Benner & Wrubel, 1989 dalam Sitzman

& Eichelberger 2011).

Page 16: ANALISA PATRICIA BENNER’S CARING, CLINICAL WISDOM, AND ETHICS IN NURSING DAN MODELING AND ROLE-MODELING BY HELEN C.ERICKSON, EVELYN M.TOMLIN, AND MARY P.SWAIN SEBAGAI PENDEKATAN

2.1.5 Penerimaan dalam Komunitas Keperawatan

a. Praktik Keperawatan

Benner menggambarkan praktik klinik keperawatan menggunakan

pendekatan interpretasi fenomenologi. From Novice to Expert (1984)

meliputi beberapa contoh aplikasi dalam penerapan metodenya di beberapa

situasi praktik. Awalnya, Benner menggunakan pendekatan promosi,

jenjang perawat klinik, program untuk lulusan perawat yang baru dan

seminar untuk mengembangkan pengetahuan klinik. Simposium berfokus

pada keunggulan pada praktik keperawatan yang dilaksanakan untuk

pengembangan staff, pengenalan, dan penghargaan sebagai salah satu jalan

untuk mendemonstrasikan perkembangan pengetahuan klinik dalam

praktik (Alligood & Tomey, 2014).

Setelah itu, metode Benner banyak diadopsi oleh para praktisi keperawatan

misalnya Fenton (1984) menggunakan pendekatan Benner dalam sebuah

studi ethnography untuk penampilan perawat klinis spesialis.

Penemuannya terdiri dari identifikasi dan deskripsi kompetensi perawat

untuk mempersiapkan perawat mahir. Balasco dan Black (1988) dan Silver

(1986) menggunakan metode Benner untuk membuat pedoman pembedaan

pengembangan klinik dan jenjang karir dalam keperawatan. Farrel and

Bramadat (1990) menggunakan paradigma analisa kasus Banner dalam

proyek kolaborasi antara universitas pendidikan keperawatan dan rumah

sakit pendidikan untuk mendalami perkembangan klinik yang sesuai

dengan skill dalam praktik yang nyata (Alligood & Tomey, 2014).

b. Pendidikan

Dalam dunia pendidikan, model Benner banyak digunakan sebagai acuan

oleh para pendidik untuk mempelajari setiap level perawat dari novice

sampai expert dan mempelajari perbedaan maisng-masing level sehingga

memberikan pengalaman pembelajaran kepada mahasiswa keperawatan

(Alligood & Tomey, 2014).

Page 17: ANALISA PATRICIA BENNER’S CARING, CLINICAL WISDOM, AND ETHICS IN NURSING DAN MODELING AND ROLE-MODELING BY HELEN C.ERICKSON, EVELYN M.TOMLIN, AND MARY P.SWAIN SEBAGAI PENDEKATAN

Benner (1982) mengkritisi tentang konsep competency-based testing yang

berlawanan dengan kompleksitas keahlian dan tingkat keahlian yang

dijelaskan dalam Model Dreyfus dan 31 kompetensi yang dijelaskan oleh

AMICAE (Benner,1984). Dalam expertise in Nursing Practice, Benner

dan kolega (1996) menekankan pentingnya pembelajaran skill dan

perawatan melalui pengalaman praktis, penggunaan ilmu pengetahuan

dalam praktik, dan dengan pendidikan formal. Dalam Clinical Wisdom in

Critical Care, Benner dan kolega (1999) memberikan perhatian yang besar

tentang pembelajaran berdasarkan pengalaman dan mempresentasikan

bagaimana cara mengajar. Mereka mendesain CD ROM interaktif untuk

melengkapi buku (Alligood & Tomey, 2014).

c. Penelitian

Metode Benner banyak digunakan sebagai acuan dalam bidang

keperawatan. Sebagai contoh Fenton (1984,1985) menggunakan model

Benner dalam penelitian pendidikan. Lock dan Gordon (1989) yang

membantu proyek AMICAE, yang mengembangkan pembelajaran inquiry

dalam model formal yang digunakan dalam praktik keperawatan dan

medis. Mereka menyimpulkan bahwa model formal memberikan petunjuk

mengenai pelayanan langsung, pengetahuan, dan hasil yang diinginkan

(Alligood & Tomey, 2014).

Page 18: ANALISA PATRICIA BENNER’S CARING, CLINICAL WISDOM, AND ETHICS IN NURSING DAN MODELING AND ROLE-MODELING BY HELEN C.ERICKSON, EVELYN M.TOMLIN, AND MARY P.SWAIN SEBAGAI PENDEKATAN

2.2 Konsep Grand Theory Helen C.Erickson, Evelyn M.Tomlin, Mary

Ann P.Swain

Berikut akan dijabarkan mengenai konsep dan teori Helen C.Erickson,

Evelyn M.Tomlin, Mary Ann P.Swain yang dimulai dari biografi, konsep

utama, dan seterusnya.

2.2.1 Biografi Teorist

1. Helen C.Erickson

Helen C. Erickson lulus dari Saginaw, Rumah Sakit Umum Saginaw,

Michigan pada tahun 1957, setelah itu ia mengkhususkan dirinya dalam

keperawatan medikal bedah. Erickson melanjutkan pendidikannya di

University of Michigan dengan gelar Bachelor dibidang Keperawatan pada

tahun 1974 dan gelar Master dibidang keperawatan jiwa pada tahun 1976.

Erickson kemudian mengembangkan karirnya sebagai konsultan perawat

psikiatri independen sebelum kembali ke University of Michigan dan

menjadi Doktor Psikologi Pendidikan pada tahun 1984. Dia telah banyak

menulis berbagai artikel dan penelitian teori keperawatan dan pendekatan

holistik untuk keperawatan.

2. Evelyn Tomlin

Evelyn M. Tomlin belajar keperawatan di University of Southern

California, Los Angeles, dan menerima gelar sarjana muda dan meraih

master dalam keperawatan jiwa pada tahun 1976 dari University of

Michigan. Tomlin telah bekerja dibeberapa bidang yang berbeda didalam

dunia keperawatan termasuk perawatan kritis, perawatan di rumah, praktik

mandiri, dan staf perawat, namun saat ini Tomlin mengkhususkan diri

pada perawatan wanita dan anak-anak dengan latar belakang dalam

penyembuhan Kristen/rohani. Tomlin fokus pada agama dan penyembuhan

dan menerbitkan karya-karya berhubungan dengan nilai-nilai Kristen dan

teori modeling / peran-pemodelan.

Page 19: ANALISA PATRICIA BENNER’S CARING, CLINICAL WISDOM, AND ETHICS IN NURSING DAN MODELING AND ROLE-MODELING BY HELEN C.ERICKSON, EVELYN M.TOMLIN, AND MARY P.SWAIN SEBAGAI PENDEKATAN

3. Mary Swain

Profesor Mary Ann P. Swain lulus dari Universitas DePauw dengan gelar

Bachelors of Arts ilmu Psikologi pada tahun 1963 ( University of

Michigan , 1993). Swain segera melanjutkan MA nya (1964 ) dan Ph.D.

( 1969) dari University of Michigan ( University of Michigan , 1993).

Keahlian Swain berkisar pada pendidikan yang luas dalam bidang

psikologi, beliau melanjutkan pendidikan lain dengan menginstruksikan

psikologi dalam keperawatan di University of Michigan School of Nursing

dan bergabung dalam berbagai komite pendidikan yang lebih tinggi seperti

Komite Status Perempuan di Perguruan Tinggi ( University of Michigan ,

1993). Profesor Swain juga telah memberikan kontribusi untuk beberapa

studi teori keperawatan terutama mereka yang ada kaitannya dengan stres

adaptasi dan peran-pemodelan.

2.2.1 Konsep Utama Modeling dan Role Modeling

“ Unconditional acceptance of the person as a human in the process of

Being and Becoming is basic to the Modeling and Role-Modeling

paradigm. It is prerequisite to facilitating holistic growth. Unconditional

acceptance of the person as human being who has an inherent need for

dignity and respect from others, and for connectedness-that kind od

Unconditional Acceptance is based on Unconditional love. “

(Erickson, 2006)

2.2.2 Sumber Teoritis Teori Modeling dan Role Modeling

Teori dan paradigma modeling dan role-modeling dikembangkan

menggunakan proses retroduktif. Model asli merupakan derivate induktif

dari pengalaman klinis dan kehidupan pribadi Erickson. Teori Modeling

dan Role Modeling didasarkan pada kepercayaan filosofis dan asumsi

tentang manusia, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan. Dasar teori

modeling dan role modeling berasal dari teori Maslow, Erikson, Piaget,

Engel, Selye, dan M.Erickson, MD. Perbedaan antara dasar-dasar teori ini

derivatnya (Modeling dan Role Modeling) adalah sintesa dari teori-teori

dasar dalam teori Modeling dan Role Modeling (Alligood & Tomey,

2014).

Page 20: ANALISA PATRICIA BENNER’S CARING, CLINICAL WISDOM, AND ETHICS IN NURSING DAN MODELING AND ROLE-MODELING BY HELEN C.ERICKSON, EVELYN M.TOMLIN, AND MARY P.SWAIN SEBAGAI PENDEKATAN

` 2.2.3 Konsep Utama Teori

Konsep Modeling dan Role Modeling menjelaskan bahwa modeling

merupakan proses yang digunakan perawat untuk meningkatkan

pemahaman tentang dunia klien dari perspektif klien, untuk membangun

sebuah “model” dari pandangan dunia klien. Seni Modeling adalah dengan

meningkatkan penggambaran situasi dari perspektif klien. Sains Modeling

adalah agregasi pengetahuan dan mengumpulkan data analisis tentang

model klien. Modeling ada karena perawat mampu menerima dan

memahami klien (Alligood & Tomey, 2014).

Role modeling didasarkan pada asumsi bahwa semua manusia ingin

berinteraksi dengan orang lain, mereka ingin memainkan peran yang telah

ditentukan dalam masyarakat. Role modeling menggunakan klien secara

umum untuk merencanakan intervensi yang sesuai dengan kebutuhan,

pertumbuhan, perkembangan, dan penyembuhan klien. Role modeling

membutuhkan tujuan yang membangun kepercayaan, meningkatkan

orientasi positif dan sense of control, menyatakan kekuatan dan

menetapkan tujuan timbal balik spesifik. Tujuan keperawatan adalah untuk

membantu individu mendapatkan kesehatan holistik yang berkualitas

(Alligood & Tomey, 2014).

Modeling dan Role Modeling merupakan dasar dari beberapa prinsip

keperawatan dalam melaksanakan asuhan professional yang terdiri dari

pengkajian, intervensi, dan evaluasi. Prinsip-prinsip ini digambarkan

dalam sebuah kategori pengumpulan data dan berhubungan dengan hasil

yang diharapkan dan tujuan yang ingin dicapai. Meskipun tujuan dan hasil

intervensi mencakup tindakan keperawatan, namun perbedaannya

didasarkan pada maksud dari keduanya. Intervensi keperawatan harus

memiliki tujuan, perawat seharusnya mengarahkan sehingga tercipta

sesuatu ketika berinteraksi dengan klien. Pada saat yang sama, seharusnya

ada penanda secara umum yang membantu kita mengevaluasi keberhasilan

intervensi yaitu hasil intervensi. Tabel di bawah menunjukkan hubungan

Page 21: ANALISA PATRICIA BENNER’S CARING, CLINICAL WISDOM, AND ETHICS IN NURSING DAN MODELING AND ROLE-MODELING BY HELEN C.ERICKSON, EVELYN M.TOMLIN, AND MARY P.SWAIN SEBAGAI PENDEKATAN

prinsip keperawatan MRM, jenis data yang dibutuhkan dalam

mengaplikasikan model ini, tujuan tindakan keperawatan dan hasil spesifik

(Parker & Smith, 2010).

No Prinsip Kategori Data Sasaran Tujuan1. Proses keperawatan

membutuhkan sebuah kepercayaan dan hubungan fungsional antara perawat dan klien.

Mendeskripsikan situasi

Meningkatkan kepercayaan dan hubungan fungsional antara diri pribadi dan klien .

Membangun kepercayaan

2. Individuasi berafiliasi adalah ketidaktentuan individu merasa diterima, dihormati, dan menjadi manusia yang bermanfaat.

Harapan Memfasilitasi proyeksi diri bahwa manusia futuristik dan positif.

Menganjurkan klien untuk berorientasi positif.

3. Perkembangan manusia tergantung pada persepsi individu bahwa ia memiliki beberapa kontrol atas kehidupan yang secara bersamaan merasakan keadaan afiliasi.

(eksternal)Sumber potensial

Menganjurkan individuasi berafiliasi dengan tingkatan ambivalensi seminimum mungkin

Meningkatkan kontrol klien

4. Terdapat faktor bawaan terhadap kesehatan holistik yang difasilitasi oleh pengasuhan yang konsisten dan sistemik.

(internal)Sumber potensial.

Meningkatkan kemampuan secara dinamis, adaptif, dan kesehatan holistik.

Menegaskan dan meningkatkan kekuatan klien.

5. Pertumbuhan manusia tergantung pada pemenuhan kebutuhan dasar dan difasilitasi oleh kepuasan pertumbuhan kebutuhan.

(internal)

Sumber potensial

Sasaran dan tugas kehidupan

Meningkatkan dan memelihara mekanisme kebutuhan dasar dan terpenuhinya kepuasan dari kebutuhan pertumbuhan.

Memfasilitasi tahap pengembangan secara actual dan kronologis.

Menetapkan tujuan bersama yang kesehatannya diarahkan.

Tabel 2.1 Hubungan antara prinsip MRM, Kategori data, sasaran intervensi, dan tujuan.

Page 22: ANALISA PATRICIA BENNER’S CARING, CLINICAL WISDOM, AND ETHICS IN NURSING DAN MODELING AND ROLE-MODELING BY HELEN C.ERICKSON, EVELYN M.TOMLIN, AND MARY P.SWAIN SEBAGAI PENDEKATAN

Selain itu, tabel di bawah ini menjelaskan kategori data dan tipe informasi yang

dibutuhkan dalam proses Modeling

No. Kategori Pengumpulan Data Tujuan Data adalah untuk mendapatkan 1. Mendeskripsikan situasi 1. Gambaran persepsi klien terhadap masalah

2. Penyebab masalah termasuk stressor dan destressor.

3. Adanya kebutuhan terapeutik klien yang dirasakan.

2. Harapan 1. Harapan segera2. Harapan jangka panjang

3. Sumber potensial 1. Eksternal : jaringan sosial, sistem pendukung, dan sistem pelayanan kesehatan

2. Internal : kekuatan diri, potensila adaptif, ranah perasaan, ranah fisiologis.

4. Sasaran dan tugas kehidupan 1. Sasaran saat ini2. Rencana akan datang

Tabel 3.2 Kategori Data dan Tipe Informasi yang Dibutuhkan dalam Proses Modeling

No. Sumber Informasi1. Sumber primer Pengetahuan self-care klien2. Sumber sekunder Informasi dari keluarga dan observasi

perawat

3. Sumber Tersier Status pasien dan informasi lain berhubungan dengan kasus pasien

Tabel 3.3 Sumber Informasi

Tabel 3.3 menggambarkan prioritas dalam mengumpulkan informasi. Data

primer meliputi informasi yang diperoleh langsung dari klien. Data

sekunder termasuk observasi dan informasi yang dikumpulkan dari

keluarga klien. Data tersier meliputi semua informasi yang dikumpulkan

dari status pasien dan sumber-sumber lain. Data primer dan sekunder

penting pada praktik professional sedangkan data tersier ditambahkan

sesuai kebutuhan (Parker & Smith, 2010).

Proses role-modeling harus objektif dan menggambarkan prilaku artistik.

Pertama menganalisa data dengan menggunakan preposisi teoritis pada

MRM model. Interpretasi makna dari apa yang yang telah disediakan dan

mencari hubungan antar data akan membantu kita memahami pandangan

Page 23: ANALISA PATRICIA BENNER’S CARING, CLINICAL WISDOM, AND ETHICS IN NURSING DAN MODELING AND ROLE-MODELING BY HELEN C.ERICKSON, EVELYN M.TOMLIN, AND MARY P.SWAIN SEBAGAI PENDEKATAN

dunia klien. Saat menganalisa data, ada implikasi dari tindakan

keperawatan. Tindakan keperawatan dirancang dengan adanya maksud

(tujuan intervensi) dan hasil yang spesifik (sasaran intervensi). Tujuan

secara keseluruhan adalah untuk membantu orang menemukan makna

dalam pengalaman mereka untuk meningkatkan rasa memiliki (Parker &

Smith, 2010).

Alligood & Tomey (2014) menjelaskan konsep utama dalam MRM

berhubungan dengan pemikiran dasar dan kepercayaan filosofis yang

berkenaan dengan kemiripan manusia, perbedaan manusia satu sama lain,

dan apa yang harus dilakukan perawat. Konsep-konsep yang berhubungan

dengan bagaimana kemiripan manusia mencakup holisme, mind-body

connection, kebutuhan dasar termasuk kebutuhan afiliasi individual, dan

kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan seumur hidup. Konsep yang

merefleksikan bagaimana manusia berbeda satu sama lain mencakup :

anugerah genetik, main-body relationship adaptasi,dan self-care. Konsep-

konsep yang berhubungan dengan perawat dan peran perawat termasuk

fasilitas, pemeliharaan, dan penerimaan tanpa syarat.

2.2.3.1 Keperawatan

Keperawatan membantu seseorang secara holistik dalam aktifitas

perawatan diri mereka dalam kaitannya dengan kesehatan. Hal ini

merupakan proses interpersonal yang interaktif dalam mempertahankan

kekuatan untuk memungkinkan pembangunan, rilis, dan penyaluran

sumber daya untuk mengatasi keadaan dan lingkungannya. Tujuannya

adalah tercipta kesehatan yang optimal serta kepuasan (Alligood &

Tomey, 2014).

2.2.3.2 Nurturance (Pengasuhan)

Pemeliharaan dan pengintegrasian kognitif, fisiologis, dan proses afektif

dengan tujuan membantu klien dalam memperoleh kesehatan holistik.

Pemeliharaan menjelaskan bahwa perawat berusaha untuk mengetahui dan

Page 24: ANALISA PATRICIA BENNER’S CARING, CLINICAL WISDOM, AND ETHICS IN NURSING DAN MODELING AND ROLE-MODELING BY HELEN C.ERICKSON, EVELYN M.TOMLIN, AND MARY P.SWAIN SEBAGAI PENDEKATAN

memahami model pribadi klien dari dunianya, dan untuk menghargai nilai

dan arti penting bagi klien dari sudut pandang klien.

2.2.3.3 Unconditional Acceptance (Penerimaan Tanpa Syarat)

Dapat diterima adalah sesuatu yang unik, berharga, individu yang penting

difasilitasi dalam pengembangan potensi sendiri. Perawat menggunakan

rasa empati dalam membantu individu belajar dan perawat mampu

menerima dan menghormati klien. Penerimaan yang ada akan

memfasilitasi sumber mobilisasi yang dibutuhkan sebagai individu dengan

keseimbangan adaptif.

2.2.2.4 Manusia

Manusia menjadi berbeda karena mereka holistik, pertumbuhan dan

perkembangannya seumur hidup. Mereka berbeda karena adaptasi dan self-

care knowledge.

2.2.2.5 Bagaimana Individu Sama

1) Holisme

Manusia adalah individu yang holistik saling berinteraksi dengan

subsistem yang beragam. Perluasan subsistem tidak dapat dipisahkan

yang meliputi faktor genetik dan spiritual. Tubuh,pikiran, emosi, dan

semangat merupakan keseluruhan unit yang saling berinteraksi.

Komponen ini saling mempengaruhi dan mengendalikan satu sama lain.

Adanya interaksi dari berbagai subsistem dan tak dapat dipisahkan

tercipta holism. Holism menekankan bahwa keutuhan adalah lebih

besar dibanding jumlah tiap bagian.

Page 25: ANALISA PATRICIA BENNER’S CARING, CLINICAL WISDOM, AND ETHICS IN NURSING DAN MODELING AND ROLE-MODELING BY HELEN C.ERICKSON, EVELYN M.TOMLIN, AND MARY P.SWAIN SEBAGAI PENDEKATAN

2) Kebutuhan Dasar

Semua manusia memiliki kebutuhan dasar yang dapat

mencukupi/memuaskan tetapi hanya yang berasal dari kerangka kerja

individu. Kebutuhan dasar ditemukan ketika individu merasa mereka

bertemu.

3) Perkembangan Seumur Hidup (Lifetime Development)

Peningkatan perkembangan seumur hidup meliputi tahapan psikologis

dan kognitif, seperti berikut ini :

Tahapan Psikologis

Setiap tahapan mencerminkan perkembangan tugas, adanya pilihan

diantara alternative prilaku dasar (seperti percaya versus tidak

percaya, otonomi versus malu dan ragu).Sebagai individu yang

matang dapat bernegosiasi atau mengatasi krisis setiap tahapan

perkembangan tersebut. Individu mempunyai daya tahan yang kuat

dan perilaku yang berperan dalam pembentukan karakter dan

kesehatan dari pribadi seseorang sesuai budayaannya.

Tahapan Kognitif

Perkembangan berpikir seperti yang terjadi pada perkembangan

psikososial dan sikap. Piaget meyakini bahwa perkembangan

kognitif terjadi secara runtun dan dia juga mengidentifikasi beberapa

proses dari periode tersebut. Ada empat periode : sensorimotor,

preoperasional, operasional, dan formal operasional.

Page 26: ANALISA PATRICIA BENNER’S CARING, CLINICAL WISDOM, AND ETHICS IN NURSING DAN MODELING AND ROLE-MODELING BY HELEN C.ERICKSON, EVELYN M.TOMLIN, AND MARY P.SWAIN SEBAGAI PENDEKATAN

4) Affiliated Individuation (Individuasi Berafiliasi)

Individu memiliki naluri pemenuhan kebutuhan individuasi berafiliasi.

Mereka harus mampu bergantung pada sistem pendukung yang secara

simultan mempertahankan kemandiriannya dari sistem pendukung

tersebut. Mereka perlu merasakan secara mendalam keduanya “saya”

dan “kita” dan merasakan kebebasan dan penerimaan pada keduanya.

2.2.2.6 Bagaimana Individu Berbeda

1) Inherent Endowment (Peran yang Melekat/Genetik)

Setiap individu dilahirkan dengan sepasang gen yang akan

menampilkan perbedaan pertumbuhan, perkembangan, dan respon

dalam kehidupan. Semua faktor genetik ini membuat dan menerima

warisan karakteristik yang mempengaruhi pada pertumbuhan dan

perkembangan individu. Genetik ini mempengaruhi bagaimana

seseorang merasakan diri dan dunianya. Membuat individu berbeda

satu dan yang lain. Setiap individu menjadi unik.

2) Adaptasi

Adaptasi terjadi sebagai respon individu terhadap stressor internal

dan eksternal dalam hubungannnya dengan kesehatan dan

pertumbuhan. Adaptasi menggerakkan sumber-sumber koping

internal dan eksternal. Bila adaptasi terjadi tidak satu subsitem-pun

dalam kondisi bahaya. Kemampuan individu untuk menggerakkan

sumber-sumber digambarkan oleh The Adaptive Potential

Assessment Model (APAM). APAM mengidentifikasi tiga

perbedaan kemampuan koping:

Arousal (memperbaiki)

Equilibrium (keseimbangan, adaptif dan maladaptif)

Impoverishment (membangun).

Masing-masing pernyataan ini menjelaskan perbedaan kemampuan

untuk menggerakkan sumber-suber perawatan diri. Pergerakan yang

dimaksud disini dipengaruhi oleh kemampuan seseorang untuk

Page 27: ANALISA PATRICIA BENNER’S CARING, CLINICAL WISDOM, AND ETHICS IN NURSING DAN MODELING AND ROLE-MODELING BY HELEN C.ERICKSON, EVELYN M.TOMLIN, AND MARY P.SWAIN SEBAGAI PENDEKATAN

bertahan dan adanya stressor baru. Perawat dapat menggunakan

model ini untuk meramalkan kemampuan individu dalam

menggerakkan sumber-sumber perawatan diri dalam menghadapi

stress.

3) Mind-Body Relationship (Hubungan antara tubuh dan pikiran)

Kita adalah makhluk biofisikal, psikososial, yang terus

mengembangkan kemampuan sehingga berusaha menjadi yang

terbaik semampunya.

4) Self-Care

Self care meliputi penggunaan pengetahuan, sumber-sumber, dan

perilaku.

Self-Care Knowledge

Pada tingkatan yang sama, seseorang tahu apa yang membuatnya

sampai sakit, mengurangi efektifitasnya, atau mengganggu

pertumbuhannya. Seseorang juga tahu apa yang akan

membuatnya menjadi baik, optimis dengan efektifitasnya yang

berkurang atau pemenuhan kebutuhan (mempromosikan

pertumbuhannya).

Sel-Care Resources

Merupakan sumber-sumber yang berasal dari dalam, sumber

tambahan , mobilisasi meliputi prilaku self-care : memperoleh

bantuan, mengatur, dan mempromosikan dalam batas maksimum

kesehatan holistik.

Self-Care Action

Merupakan pengembangan pemanfaatan self-care knowledge dan

self-care resources.

Page 28: ANALISA PATRICIA BENNER’S CARING, CLINICAL WISDOM, AND ETHICS IN NURSING DAN MODELING AND ROLE-MODELING BY HELEN C.ERICKSON, EVELYN M.TOMLIN, AND MARY P.SWAIN SEBAGAI PENDEKATAN

2.2.4 Penggunaan Bukti Empiris

Keseimbangan (adaptif dan maladaptif)

Stressor Memperbaiki

Membangun

Gambar 2.1 APAM (Adaptive Potential Assessment Model)

Keseimbangan

Stressor Koping

Koping Stressor

Stressor

Stress Memperbaiki Membangun

Gambar 2.2 Hubungan dinamis diantara bagian APAM

Hubungan antara pengetahuan self-care, sumber-sumber, dan aktifitas telah

diaplikasikan dalam beberapa penelitian.

Gambaran self-care knowledge, yang pertama kali dikenalkan oleh Erickson

(1985), dicontoh dan ditemukan sehubungan dengan adanya kontrol,

otonomi, dan kualitas hidup. Self directedness, membutuhkan keselarasan

(keanggotaan) dan otonomi (individuasi) ditemukan ketika skala

multidimensi dipakai untuk lebih menjelaskan hubungan self care

knowledge, sumber-sumber, dan aktifitas. Penulis menyimpulkan prilaku

positif menjadi faktor utama ketika health directed self care action dinilai.

Aktivitas fisik pada pasien dengan MCI berdampak pada kepuasan hidupx

(bukan terkait kondisi fisik), kepuasan hidup dinilai oleh karena adanya

ketersediaan sumber-sumber self care dan sumber kebutuhan, serta sumber

Page 29: ANALISA PATRICIA BENNER’S CARING, CLINICAL WISDOM, AND ETHICS IN NURSING DAN MODELING AND ROLE-MODELING BY HELEN C.ERICKSON, EVELYN M.TOMLIN, AND MARY P.SWAIN SEBAGAI PENDEKATAN

kebutuhan sebagai supresor tersedianya sumber. Contoh : caregiver,

dukungan sosial dalam level stress dan self-worth secara tidak langsung

telah berdampak pada harapan adanya self-worth, sedangkan seseorang

dengan diabetes dengan spiritual yang baik lebih mampu untuk

mengatasinya (Alligood & Tomey, 2014).

Ketika teori modeling dan role-modeling digunakan maka wawancara

menjadi penting untuk menentukan model klien di dunia. Berikut ini tujuh

diantaranya :

1) Penyebab masalah dimana tiap individu adalah unik

2) Faktor yang berhubungan juga terkait individu itu unik

3) Harapan masa depan

4) Tipe-tipe kontrol diri

5) Keanggotaan

6) Kurangnya keanggotaan

7) Percaya pada pemberi pelayanan

2.2.5 Asumsi Utama

2.2.5.1 KeperawatanKeperawatan adalah fasilitator bukan efektor.

Hubungan antara perawat-klien adalah sebuah interaktif, proses interpersonal dan

membantu individu untuk mengidentifikasi, mobilisasi, dan meningkatkan

kekuatannya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal dan kesejahteraan

(Alligood & Tomey, 2014).2.2.5.2 ManusiaAdanya diferensiasi dibuat antara

klien dan perawat dijelaskan dalam teori. Klien diberikan perawatan dan anjuran,

klien berpartisipasi pada perawatannya. Sasaran perawat adalah bekerja untuk

klien. Klien sebagai pembuat keputusan yang selalu memiliki kontrol dari apa

yang direncanakan dan siapa yang yang termasuk dalam perencanaan dan

pelaksanaan perawatannya (Alligood & Tomey, 2014).2.2.5.3

KesehatanSehat adalah keadaan fisik, mental, sosial, dan

sejahtera tidak hanya terhindar dari penyakit atau kelemahan. Dapat diakatakan

sebagai adanya keseimbangan dinamis antara berbagai subsistem (Alligood &

Tomey, 2014).2.2.5.4 LingkunganLingkungan tidak diidentifikasi dalam teori

Page 30: ANALISA PATRICIA BENNER’S CARING, CLINICAL WISDOM, AND ETHICS IN NURSING DAN MODELING AND ROLE-MODELING BY HELEN C.ERICKSON, EVELYN M.TOMLIN, AND MARY P.SWAIN SEBAGAI PENDEKATAN

sebagai suatu entitas tersendiri. Para ahli teori melihat lingkungan dalam

subsistem sosial sebagai interaksi antara diri dan orang lain baik budaya dan

individu. Stressor biofisik dipandang sebagai bagian dari lingkungan. BAB

IIIPEMBAHASANAnalisa Teori Patricia Benner dan Penerapannya dalam

Proses Keperawatan

a. Clarity

Teori Patricia Benner from Novice to Expert menjelaskan 5 tahapan /

akusisi peran dan perkembangan profesi dengan cukup jelas, Namun,

ada beberapa konsep dimana kelompok masih kurang memahami

penjelasan Benner.

Model Benner membagi 5 tahap meliputi : Novice, advanced

beginner, competent, proficient, dan expert dalam memberikan

pemahaman terhadap kompetensi kelima level keterampilan dan

bagaimana kemampuan perawat dalam mengidentifikasi karakteristik

pada setiap level praktik keperawatan.

Berdasarkan analisa kelompok, dalam tatanan praktik keperawatan,

penjelasan lima tahapan Benner memberikan pemahaman profesi

tentang pentingnya menjadi expert (ahli), dimana seorang perawat ahli

adalah perawat yang mampu mengembangkan keterampilan dan

pemahaman terhadap pasien dari waktu ke waktu melalui pendidikan

dasar dan banyaknya pengalaman. Benner menggambarkan empat

aspek utama untuk menjadi expert, antara lain menunjukkan

pegangan klinis dan sumber praktis, mewujudkan proses know-how,

melihat gambaran yang luas, melihat yang tidak diharapkan. Namun,

Benner tidak secara detail memaparkan empat aspek utama ini dalam

kaitannya dengan praktik keperawatan sehingga dalam hal ini

kelompok kurang memahami maksud dari keempat aspek tersebut.

Meskipun demikian, karya Benner saat ini banyak memberikan

konstribusi untuk pemahaman praktik klinis serta pengetahuan

keperawatan yang diaplikasikan dalam praktik.

Page 31: ANALISA PATRICIA BENNER’S CARING, CLINICAL WISDOM, AND ETHICS IN NURSING DAN MODELING AND ROLE-MODELING BY HELEN C.ERICKSON, EVELYN M.TOMLIN, AND MARY P.SWAIN SEBAGAI PENDEKATAN

Konstribusi Benner berdasarkan lima tahapan akuisisi peran yang

dikembangkannya dari model Dryfus ini menjadi dasar dalam

penerapan model jenjang karir perawat yang kemudian dikembangkan

lagi oleh Swansburg tahun 2000. Suroso (2011) menjelaskan pada

perkembangannya model jenjang karir perawat diterapkan dan

dikembangkan di berbagai Negara, seperti USA, UK, Kanada,

Taiwan, Jepang dan Thailand termasuk juga di Indonesia. Jenjang

karir perawat di Indonesai telah disusun oleh PPNI bersama

departemen kesehatan dalam bentuk pedoman jenjang karir perawat

tahun 2006.

Suroso (2011) memaparkan seorang perawat diberi tanggung jawab

dan wewenang sesuai dengan tingkatan kompetensi yang dimilikinya

(jenjang karir perawat). Tatanan pelayanan pengembangan karir

perawat menurut Depkes tahun 2006 dikaitkan dengan lima tahapan

Benner , yaitu :

PK 1 : DIII, 2 tahun pengalaman atau Ners tanpa pengalaman dapat

dikategorikan dalam level Novice.

PK2` : DIII, 5 tahun pengalaman atau Ners pengalaman 3 tahun,

dalam kategori Advanced Beginner dimana pengalaman yang

dimiliki belum cukup untuk dapat dilepaskan secara mandiri

dalam memberikan asuhan keperawatan.

PK3 : DIII, 9 tahun pengalaman atau Ners pengalaman 6 tahun, atau

Sp1 tanpa pengalaman dalam kategori Competent dimana

perawat sudah mempunyai kemampuan mempertimbangkan

dan membuat perencanaan yang diperlukan, dan sudah

mandiri.

PK4 : Ners, 9 tahun pengalaman, Sp1 pengalaman 2 tahun, Sp2

tanpa pengalaman, Proficient mempunyai kemampuan

melihat perubahan yang relevan serta melibatkan keluarga

dalam intervensi.

Page 32: ANALISA PATRICIA BENNER’S CARING, CLINICAL WISDOM, AND ETHICS IN NURSING DAN MODELING AND ROLE-MODELING BY HELEN C.ERICKSON, EVELYN M.TOMLIN, AND MARY P.SWAIN SEBAGAI PENDEKATAN

PK5 : Sp1 pengalaman 4 tahun, Sp2 pengalaman 1 thn. Expert

mampu mengidentifikasi area dari masalah tanpa kehilangan

pertimbangan waktu untuk membuat diagnose alternative dan

penyelesaian.

Selain penjelasan lima tahapan di atas, Benner juga menjelaskan

pentingnya konsep caring dalam praktik keperawatan. Benner

memandang ”tanpa caring seseorang akan menjadi memprihatinkan”

sehingga konsep caring ini menciptakan lingkungan dimana perawat

dapat memberikan asuhan kepada klien. Kesehatan dipandang tidak

hanya terbebas dari penyakit yang digambarkan sebagai pengalaman

kehilangan atau gangguan fungsi tetapi juga kelainan pada sel,

jaringan, atau organ. Benner memaparkan manusia ada oleh karena

eksistensi filosofi dan kesatuan atau keutuhan manusia melalui proses

perjalanan hidup. Menurut kelompok, Banner masih secara abstrak

menjelaskan manusia sebagai konsep utama keperawatan, dimana

Benner berpendapat manusia ada karena eksistensi filosofi. Kelompok

membutuhkan penalaran mendalam dalam memahami makna dan

karakteristik manusia menurut Benner.

Penjelasan tentang stress dan koping cukup jelas dipaparkan oleh

Benner. Benner menjelaskan manusia tidak terlepas dari stress yang

membutuhkan koping dalam mengatasi gangguan penyebab stress

yang terjadi. Stress juga membutuhkan caring dalam penanganannya.

Pandangan fenomenologi Benner didasarkan pada situasi. Manusia

lebih terbiasa dengan dunia mereka dibanding hidup dalam suatu

lingkungan. Interpretasi seseorang berdampak pada setiap situasi.

b. Simplicity

Teori Patricia Benner from Novice to Expert relatif sederhana dengan

hanya membagi 5 tahapan Novice, advanced beginner, competent,

proficient, dan expert. Namun menurut kelompok, tahapan ini hanya

Page 33: ANALISA PATRICIA BENNER’S CARING, CLINICAL WISDOM, AND ETHICS IN NURSING DAN MODELING AND ROLE-MODELING BY HELEN C.ERICKSON, EVELYN M.TOMLIN, AND MARY P.SWAIN SEBAGAI PENDEKATAN

dapat digunakan sebagai kerangka kerja karena dalam penerapannya

yaitu pada penerapan jenjang karir disesuaikan dan dimodifikasi

berdasarkan situasi dan kondisi rumah sakit serta diperlukan adanya

sosialisasi dan pemahaman dari perawat dalam mengidentifikasi

karakteristik dan tujuan dari setiap level yang ada.

c. Generality

Teori from Novice to Expert memiliki karakteristik yang universal,

tidak dibatasi oleh umur, penyakit, kesehatan atau lokasi praktek

keperawatan. Selain iru, Model Benner ini hanya dapat dibuktikan

dengan menggunakan metodologi kualitatif yang terdiri dari 31

kompetensi, 7 domain praktek keperawatan dan 9 domain perawatan

kritis. Kelompok menganalisa bahwa perspektif Benner adalah

fenomenologi meskipun Model Benner didasarkan pada data based

research yang mendukung pengembangan praktik keperawatan..

Namun, kelompok berpendapat bahwasanya model dengan perspektif

fenomenologi seharusnya memiliki karakteristik tertentu tidak

universal, sehingga dalam praktiknya dapat secara spesifik ditentukan

masalah keperawatan berdasarkan tingkat umur terkait stress dan

koping serta pengaruhnya terhadap empat asumsi dari paradigma

keperawatan, yaitu manusia, kesehatan, keperawatan, dan lingkungan.

Kelompok berpendapat Benner merupakan tokoh keperawatan

dengan dedikasi yang begitu luar biasa. Metode Benner banyak diadopsi

oleh praktisi dan dikembangkan dalam praktik keperawatan, pendidikan,

dan penelitian. Salah satunya, analisa kasus Banner digunakan dalam

proyek kolaborasi universitas pendidikan keperawatan dengan rumah sakit

pendidikan. Selain itu, di bidang pendidikan menjadi perhatian besar bagi

Banner tentang pembelajaran berdasarkan pengalaman. Namun, kelompok

masih kurang memahami alasan Benner mengapa beliau sangat mengkritisi

konsep competency-based testing. Sampai saat ini konsep competency-

based testing tetap diperlukan dalam uji kompetensi selain dari segi

Page 34: ANALISA PATRICIA BENNER’S CARING, CLINICAL WISDOM, AND ETHICS IN NURSING DAN MODELING AND ROLE-MODELING BY HELEN C.ERICKSON, EVELYN M.TOMLIN, AND MARY P.SWAIN SEBAGAI PENDEKATAN

keahlian yang dimiliki. Menurut kelompok, seorang perawat profesional

adalah perawat yang mampu mengintegrasikan pemahaman analisa kasus

berdasarkan tes tertulis dan tes praktik.

3.1 Analisa Teori Modeling and Role Modeling Helen C.Erickson, Evelyn

M.Tomlin, Mary Ann P.Swain dan Penerapannya dalam Proses

Keperawatan

a. Clarity

Berdasarkan pemahaman kelompok terhadap teori MRM, kelompok

berpendapat bahwa Helen C Erickson et al telah menyajikan dan

menjelaskan teori dengan jelas. Kelompok melihat hal tersebut

berdasarkan sumber teoritis, pernyataan dan gambaran yang diberikan

dengan lugas dan sistematis serta tidak menggunakan banyak istilah

atau konotatif yang dapat mengaburkan makna sebenarnya dari teoris.

Erickson et al dengan jelas memaparkan suatu model yang terkenal

yaitu APAM (Adaptive Potential Assessment Model )yaitu model

untuk mengidentifikasi kemampuan koping seseorang. Selain itu,

Erickson et al secara jelas menggambarkan hubungan antara self-care-

knowledge, self-care resources, dan self-care action.

Asumsi utama Erickson et al memandang keperawatan adalah

fasilitator dengan meningkatkan hubungan interpersonal dengan klien,

membedakan tugas dan peran dari perawat-klien, memandang

kesehatan sebagai subsistem yang dinamis serta lingkungan menjadi

subsistem sosial yang saling berinteraksi. Kelompok berpendapat

Erickson et al dengan sangat jelas memaparkan empat komponen

paradigm keperawatan dalam proses keperawatan dalam peningkatan

kualitas hidup pasien dengan lebih mengutamakan adanya hubungan

interpersonal.

Page 35: ANALISA PATRICIA BENNER’S CARING, CLINICAL WISDOM, AND ETHICS IN NURSING DAN MODELING AND ROLE-MODELING BY HELEN C.ERICKSON, EVELYN M.TOMLIN, AND MARY P.SWAIN SEBAGAI PENDEKATAN

b. Simplicity

Kelompok berpendapat, teori Modeling and Role Modeling oleh

Ericson, Tomlin dan Swain dapat dikatakan begitu kompleks. Hal ini

disebabkan banyaknya teori penunjang berdasarkan asumsi serta latar

belakang masing-masing teoris. Kompleksitas dari teori MRM

menggambarkan penjelasan secara detail tentang konsep utama MRM,

Berdasarkan penjelasan konsep MRM, kelompok dapat memahami

faktor-faktor apa saja yang menjadikan individu bisa sama dan

individu bisa berbeda.

c. Generality

“Worldview” adalah ungkapan sederhana yang disampaikan oleh

Ericson, Tomlin dan Swain dalam teorinya namun memberikan

pemahaman dan pandangan secara holistik terhadap pasien. Kelompok

berpendapat bahwa teoris memiliki cara pandang individu atau

kelompok dalam memandang kehidupannya sehingga menimbulkan

keyakinan dan nilai. Seperti bagaimana manusia dikatakan mirip atau

serupa bahkan sama (holistik, kebutuhan dasar, perkembangan seumur

hidup / fase psikologi dan kognitif, dan saling keterkaitan individual)

dan bagaimana manusia dikatakan berbeda (secara genetik, adaptasi,

hubungan mind-body, merawat mandiri dari pengetahuan, sumber,

dan tindakan klien).

d. Pentingnya Teori

Chinn dan Kramer (2011 dalam Alligood 2014 ) menjelaskan bahwa

pentingnya sebuah teori adalah relatif dilihat dari tujuan praktik

keperawatan , pendidikan dan tujuan pencatatannya.

Kelompok menilai Teori Modeling and Role Modeling menjadi

panduan dalam berbagai penelitian, praktik langsung dan juga

menghasilkan ide-ide baru yang terus dikembangkan dalam praktik

keperawatan, sehingga teori ini memiliki nilai dan arti penting bagi

disiplin keperawatan sampai dengan sekarang. Kelompok

Page 36: ANALISA PATRICIA BENNER’S CARING, CLINICAL WISDOM, AND ETHICS IN NURSING DAN MODELING AND ROLE-MODELING BY HELEN C.ERICKSON, EVELYN M.TOMLIN, AND MARY P.SWAIN SEBAGAI PENDEKATAN

berpendapat, perawat memiliki banyak kesempatan untuk berbagi

dalam hal-hal yang penting ,dari pengalaman hidup sampai interaksi

dengan klien. Kita sebagai perawat seyogianya memiliki kemampuan

dan tanggung jawab untuk memfasilitasi dalam proses penyembuhan

dan pencapaian maksimal yang dirasakan klien baik dari kesehatan

dan kesejahteraannya.

Page 37: ANALISA PATRICIA BENNER’S CARING, CLINICAL WISDOM, AND ETHICS IN NURSING DAN MODELING AND ROLE-MODELING BY HELEN C.ERICKSON, EVELYN M.TOMLIN, AND MARY P.SWAIN SEBAGAI PENDEKATAN

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.1.1 Caring, Clinical Wisdom, and Ethics In Nursing Practice

Untuk dapat menerapkan Caring, Clinical Wisdom, and Ethics In Nursing

Practice Caring, Clinical Wisdom, and Ethics In Nursing Practice dengan

baik, seorang perawat harus mempunyai bekal ilmu pengetahuan serta

ditunjang dengan pengalaman dan keterampilan yang memadai. Proses

keperawatan diawali dari SDM perawat, semakin piawai maka praktik yang

dilakukan terhadap klien akan semakin baik.

4.1.2 Model and Role Modeling

Teori ini menjelasakan hubungan perawat dengan pasien adalah merupakan

hubungan interpersonal yang sifatnya unik. Teori dan paradigma Model &

Role-Modeling dikembangkan menggunakan proses retroduktif, dengan

menggunakan dasar teori Maslow (kebutuhan manusia), Erikson, Piaget (teori

perkembangan kognitif), Engel, Selye (kehilangan dan respon stress

individu), and M. Erickson, menyampaikan bahwa dalam diri manusia

terhadapat hubungan antara pikiran-tubuh, manusia juga mempunyai

kemampuan mengidentifikasi sumber potensial untuk mengatasi stress

4.2 Saran

Diharapkan demi pengembangan teori agar lebih konkrit dalam penerapannya

maka masih sangat dibutuhkan analisa dari teori yang ada, baik dengan

metode wawancara dengan klien atau menginterpretasikan teori untuk

mendapatkan data sehingga dapat lebih kritis dan mendalami dari masing-

masing teori sehingga perawat mampu mengidentifikasi diagnosis

keperawatan berdasarkan interpretasi yang ada dan diusulkan dalam rencana

keperawatan.

Page 38: ANALISA PATRICIA BENNER’S CARING, CLINICAL WISDOM, AND ETHICS IN NURSING DAN MODELING AND ROLE-MODELING BY HELEN C.ERICKSON, EVELYN M.TOMLIN, AND MARY P.SWAIN SEBAGAI PENDEKATAN

DAFTAR PUSTAKA

Alligood, Martha R & Tomey, Marriner A, . (2010). Nursing Theories Utilization and Application 4th ed. St.Louis : Mosby Inc, USA

Alligood, Martha R & Tomey, Marriner A,. (2014). Nursing Theorists and Their Work 8th ed. St.Louis : Mosby Inc, USA

Chinn & Kramer. (2011). Fundamental of Nursing. Loussiana :Delmar a division of Thomson Larning. Inc,USA

Parker, M.,E,.& Smith, M., C,. (2010). Nursing Theories & Nursing Practice 3rd

Ed. Philadelphia : F.A Davis Company.

Sitzman, K.,L, & Eichelberger, L., W. (2011). Understanding the work of Nurse Theorist. A Creative Beginning 2nd ed. Jones and Bartlett Publisher, Massachusett, USA.

Suroso, J. (2011). Penataan Sistem Jenjang Karir Berdasar Kompetensi untuk Meningkatkan Kepuasan Kerja dan Kinerja Perawat di Rumah Sakit. Eksplanasi Vol 6, no.2.