analisa manajemen krisis citra pt sinar mas group
DESCRIPTION
-TRANSCRIPT
![Page 1: Analisa Manajemen Krisis Citra Pt Sinar Mas Group](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022082200/55cf9709550346d0338f675d/html5/thumbnails/1.jpg)
Kronologi Krisis Citra
Perusahaan Nasional dan Internasional
Disusun untuk memenuhi tugas Menejemen Krisis
Muhamy Akbar Iedani
D2C009053
Submitted On : Tuesday, May 24th, 2012
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2012
![Page 2: Analisa Manajemen Krisis Citra Pt Sinar Mas Group](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022082200/55cf9709550346d0338f675d/html5/thumbnails/2.jpg)
Analisa Manajemen Krisis Citra PT Sinar Mas Group
Pendahuluan
Sebuah perusahaan dalam melakukan kegiatan operasional tidak dapat terhindar dari
human error, system error, alasan sosial, bencana alam dimana factor-faktor tersebut dapat
memicu munculnya krisis pada pencitraan suatu produk barang atau jasa apabila tidak
ditangani dengan benar. Mengapa demikian ? Karena sebuah kesalahan operasional yang
menyangkut kepentingan public dapat menjadi isu, dimana apabila tidak ditangani dengan
baik akan menjadi bola salju yang semakin membesar dan berkembang ke ranah public
sehingga menjadi opini public yang semakin sulit dikontrol sehingga menimbulkan krisis
yang dapat berakibat pada kerugian secara financial yang berkaitan dengan penurunan
penjualan maupun biaya yang dikeluarkan untuk memulihkan citra perusahaan atau produk
ataupun non material seperti kerugian brand.
Seperti halnya yang dialami PT Sinar Mas Group yang melakukan kegiatan
produksinya dengan melakukan penebangan hutan di kawasan Kalimantan dan Sumatra
kemudian terdengar oleh salah satu LSM dari luar negeri yaitu Green Peace, yang kemudian
mendelegasikan followernya yang berasal dari Indonesia dan beberapa LSM yang berafiliasi
dengan green peace melakukan aksi dengan mendatangi kantor Nestle sebagai salah satu
partner yang bekerjasama dengan PT Sinar MAs Group untuk menghentikan kontraknya
dengan Green Peace, hal ini kemudian meluas hingga menjadi pemberitaan di beberapa
media massa cetak maupun elektronik. Imbasnya bukan hanya terjadi pada PT Sinar Mas
Group namun berdampak pula bagi perusahaan yang menjadi costumernya. Namun seiring
dengan berjalannya waktu PT Sinar Mas berhasil bangkit dari keterpurukan pasca krisis citra
yang dialaminya terbukti dari stabilitas produksi yang sekarang berjalan seperti biasanya.
Dalam paper ini akan dibahas bagaimana PT Sinar Mas Group menangani krisis citra
yang dialaminya, bagaimana mereka melakukan hubungan dengan media dalam rangka
mengaplikasikan strategi pengurangan krisis yang menimpanya.
Pembahasan
![Page 3: Analisa Manajemen Krisis Citra Pt Sinar Mas Group](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022082200/55cf9709550346d0338f675d/html5/thumbnails/3.jpg)
Kronologi Krisis
Indonesia merupakan Negara yang memilik prosentasi wilayah hutan terluas di dunia
sekaligus mencatatkan rekor sebagai Negara dengan kerusakan hutan paling cepat di dunia.
Guniness Book of Record mencatat kerusakan hutan 2% setiap tahunnya. Selama hamper 50
tahun 75 hektar lahan hutan di Indonesia dirusak. Mayoritas kerusakan disebabkan oleh
penanaman tanaman kelapa sawit untuk memproduksi minyak, kertas, dsb. Sinar Mas Group
adalah produsen terbesar minyak sawit, pulp dan kertas di Indonesia. Di sektor kelapa sawit,
kekuasaan grup usaha ini telah mencapai 406.000 hektar lahan perkebunan kelapa sawit dan
mengklaim diri sebagai perusahaan minyak sawit dengan lahan simpanan yang paling luas di
dunia.
Dilihat dari cara-cara yang sudah dilakukan dan lokasi lahan simpanan yang berada di
areal hutan tropis, sebagian besar ekspansi lahan ini akan menyebabkan deforestasi, sejumlah
lahan gambut yang mengandung karbon jumlah besar serta mengancam habitat orangutan.
Oleh karena itu banyak perusahaan yang akhirnya membatalkan kontrak dengan Sinar Mas
arena potensi untuk merusak alam perhutanan di Indonesia, bahkan bertentangan dengan
kegiatan corporate social responsibility (CSR).
Catatan buruk yang dimiliki grup usaha ini dalam industri pulp dan kertasnya juga
terekam dengan baik dan telah menyebabkan beberapa perusahaan menolak untuk melakukan
bisnis dengan anak perusahaannya, Asia Pulp dan Paper (APP). APP adalah produsen pulp
dan kertas terbesar Indonesia dan terus memperluas lahan perkebunannya ke dalam hutan.
Rencana ekspansi lahan ini sekarang mengancam satu-satunya areal pelepasan orang-utan
yang berhasil ditangkar di Indonesia, yang lokasinya berada di Sumatera.
Karena perusakan demi perusakan yang dilakukan oleh Sinar Mas, sebuah komunitas
pelestari lingkungan melakukan teguran keras kepada Sinar Mas Group, yaitu Greenpeace.
Sebuah pergerakan yang sempat membuat nama Sinar Mas Group tercemar karena ulahnya di
beberapa media yang menentang keras operasional Sinar Mas Group yang melakukan
penebangan hutan dan memperluas area kelapa saawit yang mengganggu ekosistem hutan
dan habitat orang-utan sebagai satwa yang dilindungi di Indonesia.
![Page 4: Analisa Manajemen Krisis Citra Pt Sinar Mas Group](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022082200/55cf9709550346d0338f675d/html5/thumbnails/4.jpg)
Analisa Manajemen Krisis
Pada kasus diatas, Semua pemberitaan yang terpublikasikan baik di media elektronik
dan cetak adalah bersifat negatif. Inti dari pemberitaan tersebut adalah agar masyarakat tidak
menggunakan produk Nestle, yang notabene bekerja sama dengan PT Sinar Mas. Meskipun
sebenarnya kontrak kerjasama antara Nestle dan PT Sinar Mas telah diputus secara sepihak
dan tidak diperpanjang. Namun, Green Peace tetap mendorong masyarakat agar tidak
menggunakan produk Nestle.
Hal ini tentunya bukan hanya merugikan Perusahaan yang menjadi konsumen utama
dari Produk kelapa sawit tersebut seperti Nestle dan Unilever, tetapi kerugian besar dialami
oleh PT Sinar Mas sebagai produsen utama. Imbasnya, masyarakat menganggap bahwa isu
penghancuran hutan yang dilakukan oleh PT Sinar Mas didukung juga oleh perusahaan yang
bekerja sama dengan perusahaan tersebut.
Dengan dampak besar yang menimpa PT Sinar Mas tersebut, maka seorang Public
Relations memiliki PR besar untuk diselesaikan, karena bukan hanya hubungan dengan
komunitas saja yang harus diperbaiki (seperti Green Peace dan semua LSM yang berafiliasi
atau follower mereka di blog ataupun social media) tapi juga bagaimana menjaga hubungan
baik denganmedia agar tidak memberitakan hal yang negative serta memojokkan PT Sinar
Mas, serta bagaimana menjalin hubungan yang baik dengan costumer seperti Nestle dan
Unilever karena keduanya merupakan costumer yang sangat potensial. Bayangkan saja
bagaimana perusahaan besar seperti Nestle dan Unilever tidak dapat dijaga dengan baik
hubungannya apalagi perusahaan-perusahaan kecil dibawahnya.
Namun dalam beberapa pemberitaan yang muncul di media massa dan internet ada
beberapa taktik yang berhasil dipraktekkan oleh PT Sinar Mas dalam menanggapi
pemberitaan tersebut. Diantaranya hamper semua Media di Indonesia baik cetak maupun
elektronik dan online memberitakan kasus PT Sinar Mas VS Green Peace ini secara netral
tanpa memojokkan PT Sinar Mas, Bahkan PT Sinar Mas memutarbalikkan serangan yang
dilakukan Green Peace. Mengingat Green Peace bukan merupakan LSM asli Indonesia,
kemungkinan indikasi untuk menekan emisi gas kaca di Indonesia karena saat ini Indonesia
merupakan Negara berkembang yang jika industrinya dibatasi tentu akan susah berkembang
dan bersaing di dunia internasional, hal ini tercermin dari bagaimana Green Peace melakukan
tekanan terhadap PT Sinar Mas yang mengindikansikan PT Sinar Mas untuk menghentikan
![Page 5: Analisa Manajemen Krisis Citra Pt Sinar Mas Group](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022082200/55cf9709550346d0338f675d/html5/thumbnails/5.jpg)
penebangan hutan untuk produksi minyak kelapa sawit padahal mereka sudah memiliki izin
untuk melakukan produksi dengan cara tersebut.
Menurut W.L Benoit (1995) mengenai image restoration strategies, strategi yang digunakan
oleh PT Sinar Mas adalah ‘Reducing the Offensiveness of the Event’ yaitu pengurangan
serangan terhadap krisis dengan cara menyerang balik pihak-pihak yang menuduh. Ketika PT
Sinar Mas dituduh sebagai pihak yang melakukan prakek perusakan lingkungan hutan
lindung di Kalimantan dan Sumatra, maka pihak Sinar Mas memutarbalikkan serangan
dengan isu persaingan bisnis yang dilakukan pihak asing terhadap Sinar Mas mengingat
Green Peace merupakan LSM dari luar negeri.
Sementara itu, menurut W.T Coombs (1999) tentang Image Restoration Strategies, PT Sinar
Mas menggunakan strategi Nonexistence Strategies, yaitu dengan menyerang bahwa apa
yang dituduhkan pada pihak tertuduh adalah salah. Serupa dengan apa yang dipaparkan
diatas, bahwa PT Sinar Mas justru balik menyerang Green Peace dengan tuduhan yang
sebaliknya ditujukan pada pihak Green Peace.
Kesimpulan dan Penutup
Krisis citra yang dialami PT Sinar Mas Group memberikan dampak yang besar bagi
perusahaan serta beberapa stakeholder lainnya, dampak yang paling besar adalah diputusnya
kontrak sepihak oleh Nestle dan Unilever yang merupakan costumer potensial PT Sinar Mas.
Hal ini tentunya menimbulkan kerugian besar akibat pertentangan yang dilakukan Green
Peace yang mendesak mereka untuk memutuskan hubungan kerjasama.
Namun media di Indonesia baik cetak maupun elektronik dan online memberitakan
kasus PT Sinar Mas VS Green Peace ini secara netral tanpa memojokkan PT Sinar Mas,
Bahkan PT Sinar Mas memutarbalikkan serangan yang dilakukan Green Peace. Mengingat
Green Peace bukan merupakan LSM asli Indonesia, kemungkinan indikasi untuk menekan
emisi gas kaca di Indonesia karena saat ini Indonesia merupakan Negara berkembang yang
jika industrinya dibatasi tentu akan susah berkembang dan bersaing di dunia internasional.
Menurut W.L Benoit (1995) mengenai image restoration strategies, strategi yang
digunakan oleh PT Sinar Mas adalah ‘Reducing the Offensiveness of the Event’ yaitu
pengurangan serangan terhadap krisis dengan cara menyerang balik pihak-pihak yang
![Page 6: Analisa Manajemen Krisis Citra Pt Sinar Mas Group](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022082200/55cf9709550346d0338f675d/html5/thumbnails/6.jpg)
menuduh. Sementara itu, menurut W.T Coombs (1999) tentang Image Restoration Strategies,
PT Sinar Mas menggunakan strategi Nonexistence Strategies, yaitu dengan menyerang
bahwa apa yang dituduhkan pada pihak tertuduh adalah salah.
Oleh karena itu banyak hal yang bisa dijadikan strategi oleh perusahaan yang terkena
krisis citra seperti yang dilakukan PT Sinar Mas Group dengan memutarbalikkan serangan
terhadap Green Peace dengan justru menyalahkan mereka terkait dengan persaingan bisnis
internasional serta memberikan pernyataan kepada public bahwa apa yang telah dituduhkan
oleh Green Peace terhadap Sinar Mas adalah salah.
Daftar Pustaka
http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=289092
http://gudangtugasgembul.blogspot.com/2010/04/green-peace-dan-sinar-mas.html
http://ayojadipr.wordpress.com/2011/06/05/pengelolaan-hubungan-dengan-
stakeholder-pada-saat-krisis-v2/