analisa kadar alkohol dalam minuman
DESCRIPTION
Praktikum Kimia MakananTRANSCRIPT
LAPORAN ANALISA KADAR ALKOHOL DALAM MINUMAN
Pendahuluan
Alkohol merupakan senyawa organik yang mempunyai gugus – OH yang
terkait pada atom C dari rangkaian alifatis atau siklik. Sebagaian alkohol
digunakan sebagai pelarut, mempunyai sifat asam lemah, mudah menguap dan
mudah terbakar.
Alkohol Primer
Pada alkohol primer(1°), atom karbon yang membawa gugus -OH hanya
terikat pada satu gugus alkil.
Beberapa contoh alkohol primer antara lain :
CH3 – CH2 – Br CH3CH2 – CH2 – Cl CH3CH – CH2 – I
CH3
.Alkohol sekunder
Pada alkohol sekunder (2°), atom karbon yang mengikat gugus -OH
berikatan langsung dengan dua gugus alkil, kedua gugus alkil ini bisa sama atau
berbeda.
Contoh:
CH3 – CH – CH3 CH3 – CH – CH2CH3
Br Cl
Alkohol tersier
Pada alkohol tersier (3°), atom karbon yang mengikat gugus -OH berikatan
langsung dengan tiga gugus alkil, yang bisa merupakan kombinasi dari alkil yang
sama atau berbeda.
Contoh:
CH3 CH3
CH3 C CH3 CH3 C CH2CH3
Br Cl
Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol
adalah bahan psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan penurunan kesadaran.
Apabila dikonsumsi berlebihan, minuman beralkohol dapat menimbulkan efek
samping gangguan mental organik (GMO), yaitu gangguan dalam fungsi berpikir,
merasakan, dan berperilaku. Timbulnya GMO itu disebabkan reaksi langsung
alkohol pada sel-sel saraf pusat. Efek samping terlalu banyak minuman beralkohol
juga menumpulkan sistem kekebalan tubuh. Alkoholik kronis membuat jauh lebih
rentan terhadap virus termasuk HIV.
Seseorang yang sudah terbiasa meminum minuman beralkohol, apalagi
dengan takaran yang melebihi batas, setahap demi setahap kadar lemak di dalam
hatinya akan meningkat. Akibatnya, hati harus bekerja lebih dari semestinya
untuk mengatasi kelebihan lemak yang tidak larut di dalam darah. Dampak lebih
lanjut dari kelebihan timbunan lemak di dalam hati tersebut akan memakan hati
sehingga selnya akan mati. Apabila tidak cepat diobati akan terjadi sirosis
(pembentukan parut) yang akan menyebabkan fungsi hati berkurang dan
menghalangi aliran darah ke dalam hati yang kemudian akan berkembang menjadi
kanker hati. Gangguan tidak hanya pada bagian lever yang akan rusak atau tidak
berfungsi, bagian lain seperti otak pun bisa terganggu.
Pemisahan etanol dari zat terlarutnya dilakukan dengan cara destilasi, yaitu
merupakan metode pemisahan yang didasarkan karena adanya perbedaan titik
didih antara komponen-komponen yang akan dipisahkan. Secara teoristis bila
perbedaan titik didih antar komponen makin besar maka pemisahan dengan cara
destilasi akan berlangsung makin baik yaitu hasil yang diperoleh makin murni.
Pada destilasi senyawa yang akan diambil komponen yang diinginkan dididihkan
dan uapnya dilewatkan melalui suatu pendingin sehingga mencair kembali. Proses
pendidihan erat hubungannya dengan kehadiran udara di permukaan. Bila suatu
cairan dipanaskan, maka pendidihan akan terjadi pada suhu dimana tekanan dari
cairan yang akan didestilasi sama dengan tekanan uap di permukaan.
Permasalahan yang ditemui dalam pemisahan dengan cara destilasi adalah
terbentuknya azeotrop yang merupakan campuran yang sulit dipisahkan karena
akan menguap secara bersama-sama dengan komposisi tertentu.
Gambar : peralatan destilasi sederhana
Pemisahan etanol (78,40C) dari minuman beralkohol dilakukan dengan cara
destilasi normal, yaitu digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa yang
dapat menguap di bawah 1300C. Pada destilasi normal pendidihan akan terjadi
bila tekanan uap dari cairan yang dipanaskan sudah sama dengan tekanan udara di
permukaan cairan. Dalam proses destilasi yang menggunakan cairan sebagai
media panas, maka permukaan cairan yang akan didestilasi harus lebih rendah
agar pemanasan merata sehingga penguapan akan sempurna.
Analisa pada minuman beralkohol secara kualitatif bertujuan melihat ada
atau tidaknya kandungan etanol dalam suatu sampel uji, dilakukan dengan
mereaksikan etanol dengan beberapa reagen antara lain dengan K2Cr2O7, FeCl3,
serta melihat uji nyala. Sedangkan analisa secara kuantitatif bertujuan untuk
mengetahui kadar etanol dalam suatu sampel uji, yang dilaksanakan dengan cara
gravimetri menggunakan piknometer serta spektrofotometri.
I. Uji Kualitatif
1. Reaksi Beckman (K2Cr2O7)
Dasar Teori : Alkohol adalah komponen kimia yang merupakan senyawa
organik yang memiliki gugus hidroksil yang terikat pada atom
karbon. Alkohol terdiri atas tiga bagian utama, yaitu alkohol
primer, sekunder dan tersier, yang termasuk alkohol primer
adalah etanol dan metanol, alkohol sekunder adalah propan 2-ol
dan alkohol tersier adalah metilpropan 2-ol. Alkohol yang
diijinkan untuk dikonsumsi adalah etanol.
Prinsip : Alkohol primer dan sekunder dengan penambahan K2Cr2O7
dalam suasana asam akan mengalami perubahan warna dari
larutan berwarna orange menjadi hijau. K2Cr2O7 merupakan
oksidator kuat sehingga dalam hal ini dia mengalami reduksi
terhadap etanol yang terkandung dalam minuman. Jumlah Cr2O72-
yang direduksi oleh etanol menunjukkan kadar etanol dalam suatu
larutan.
Tujuan : Untuk mengetahui ada tidaknya kandungan etanol dalam
minuman beralkohol.
Reagent :
K2Cr2O7 2%
H2SO4 pekat
Sampel Uji :
Arak Ketan Putih 14% merk “Gentong Mas”
Alat :
Tabung reaksi
Pipet pasteur
Pipet mat
Bulb
Prosedur :
a. Memasukkan ke dalam dua tabung reaksi yang berbeda sebanyak 2 mL
K2Cr2O7 2% dan kemudian menambahkan sebanyak 5 tetes H2SO4
pekat.
b. Mengomogenkan campuran dengan cara menggoyang-goyangkan.
c. Kemudian menambahkan pada tabung reaksi sebanyak 1 mL sampel
uji.
d. Reaksi positif ditandai dengan terjadinya perubahan warna dari
jingga ke hijau.
Hasil pengamatan :
Positif (+) : terjadi perubahan warna dari jingga ke hijau.
Reaksi :
3CH3CH2OH + Cr2O72- + 8H+ 3CH3CHO + 2Cr3
+ + 7H2O
Pembahasan : Alkohol yang boleh dikonsumsi adalah alkohol dari
golongan alkohol primer yaitu etanol. Analisa kualitatif
menggunakan reaksi beckman untuk mengetahui ada
tidaknya etanol dalam minuman. Hasil percobaan
menunjukkan bahan uji positif mengandung etanol dengan
adanya perubahan warna larutan dari jingga menjadi hijau.
2. Tes FeCl3
Dasar Teori : Alkohol dan fenol adalah senyawa yang sama-sama
mengandung gugus OH. Alkohol memiliki rantai karbon
terbuka, fenol memiliki rantai karbon tertutup/melingkar.
Alkohol dan fenol bersifat asam lemah. Namun, sifat asam pada
fenol lebih kuat daripada alkohol karena fenol memiliki anion
dengan muatan negatif yang disebar oleh cincin karbon
melingkar. Alkohol adalah asam yang sangat sangat sangat
lemah, hampir netral. Alkohol tidak bereaksi dengan basa
(karena sifatnya yang sangat lemah), sedangkan fenol bereaksi
dengan basa. FeCl3 meruopakan golongan garam normal yaitu
golongan garam yang tersusun dari ion positip logam dengan ion
sisa asam.
Prinsip : Alkohol, tidak memiliki gugus fenolik bebas, apabila
direaksikan dengan FeCl3 tidak akan memberikan perubahan
warna menjadi hijau hingga ungu.
Tujuan : Untuk mengetahui ada tidaknya kandungan alkohol atau fenol
dalam suatu minuman beralkohol.
Reagen :
FeCl3 5%
Sampel Uji :
Arak Ketan Putih 14% merk “Gentong Mas”
Alat :
Tabung reaksi
Pipet pasteur
Prosedur :
a. Sebanyak 20 tetes sampel uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
b. Sebanyak 5 tetes FeCl3 ditambahkan ke dalam tabung reaksi tersebut.
c. Reaksi positif ditandai dengan terjadinya perubahan dari warna kuning
terang menjadi hijau hingga ungu.
Hasil Pengamatan :
Negatif (-) : tidak terjadi perubahan warna menjadi hijau hingga ungu,
campuran tetap berwarna kuning terang.
Reaksi :
CH3-CH2-OH + FeCl3 CH3-CH2-Cl + Fe(OH)3
Pembahasan : Sampel uji hanya mengandung etanol, tidak terdapat gugus fenol
di dalamnya. Etanol tidak dapat bereaksi dengan basa ataupun
garamnya, sedangkan FeCl3 merupakan golongan garam normal.
Fenol bereaksi dengan FeCl3 memberikan perubahan warna
larutan dari kuning terang menjadi hijau hingga ungu. Sehingga
saat sampel uji direaksikan dengan FeCl3, larutan tetap berwarna
kuning terang.
3. Tes Uji Nyala
Dasar Teori : Alkohol apabila terbakar tidak menghasilkan asap. Alkohol
apabila terbakar menghasilkan lidah api berwarna biru yang
kadang-kadang tidak dapat terlihat pada cahaya biasa. Alkohol
dapat dibakar, menghasilkan gas karbon dioksida dan uap air
dan energi yang besar.
Prinsip : Alkohol apabila terbakar menghasilkan lidah api berwarna
biru yang kadang-kadang tidak dapat terlihat pada cahaya
biasa.
Tujuan : Mengetahui ada tidaknya alkohol di dalam suatu sampel uji.
Sampel Uji :
Arak Ketan Putih 14% merk “Gentong Mas”
Alat :
Beaker glass
Pipet pasteur
Tissue
Korek api
Prosedur Kerja :
a. Beberapa tetes sampel uji dimasukkan ke dalam beaker glass dengan
pipet tetes.
b. Sampel uji dibakar dengan tissue.
c. Amati warna nyala api.
Reaksi :
C2H5OH + 3O2 2CO2 + 3H2O
Hasil Pengamatan :
Positif (+) : terjadi nyala api dengan sedikit warna hijau
Pembahasan : Sampel uji mengandung etanol / alkohol, walaupun
tidak terbentuk nyala api berwarna biru melainkan
berwarna hijau. Seperti dijelaskan diatas bahwa
terbentuknya lidah api berwarna biru kadang-kadang
tidak terlihat pada cahanya biasa.
II. Uji Kuantitatif
1. Gravimetri menggunakan piknometer
Dasar teori : Analisis gravimetri merupakan bagian analisis kuantitatif
untuk menentukan kuantitas suatu zat atau komponen yang
telah diketahui dengan cara mengukur berat komponen
dalam keadaan murni setelah melalui proses pemisahan.
Analisis gravimetri melibatkan proses isolasi dan
pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu. Secara
piknometri, analisis dilakukan dengan menentukan berat
jenis suatu zat. Berat jenis suatu zat adalah perbandingan
antara bobot zat dibanding dengan volume zat pada suhu
tertentu (200C). Analisa dengan cara ini didasarkan pada
perbandingan berat zat di udara pada suhu 200C terhadap
berat air dengan volume dan suhu yang sama.
Prinsip : Penentuan berat jenis dengan suhu tertentu dari larutan uji
setelah dilakukan proses destilasi dan kadar alkohol
ditetapkan berdasarkan tabel yang dapat menggambarkan
hubungan antara berat jenis dan kadar alkohol.
Metode : Gravimetri menggunakan piknometer.
Tujuan : Untuk mengetahui kadar alkohol dalam minuman
Reagen : Aquadest
Sampel Uji : Arak Ketan Putih 14% merk “Gentong Mas”
Alat :
Labu destilasi
Pendingin Leibig
Labu ukur
Pipet volume
Piknometer
Prosedur :
a. Sebanyak 100 mL sampel uji dipipet, kemudian dimasukkan ke dalam
labu destilasi.
b. Sebanyak 50 mL aquadest ditambahkan ke dalamnya, kemudian
didestilasi.
c. Hasil destilasi yang didapat ditampung pada labu ukur 100 mL.
d. Destilat di-add-kan sampai tanda garis.
e. Labu ukur yang berisi hasil destilat tadi dimasukkan ke dalam lemari
es.
f. Berat jenis ditentukan pada suhu 200C dengan menggunakan
piknometer.
Kalkulasi :
Penaraan piknometer
Bobot pikno kosong : 39,2459 gr
Bobot pikno + aquadest : 88,8370 gr
Bobot pikno + destilat alkohol : 88,5158 gr
Berat jenis aquadest 200C : 0,9890 gr
VolumePiknometer(x) =88,8370 − 39,2459
0,9890
=49,5911
0,9890
= 50,1427
BeratJenisAlkohol(y) =88,5158 − 39,2459
50,1427
=49,2699
50,1427
= 0,9836
y1 = 0,9820 x1 = 11,0
y2 = 0,9830 x2 = 10,3
� − y1
�2 − �1=
x − x1
x2 − x1
0,9826 − 0,9820
0,9330 − 0,9820=
x − 11,0
10,3 − 11,0
0,0006
0,001=
x − 11,0
0,7
0,42 = −11,0
� = 10,58%
Pembahasan : Menurut analisa kuantitaif metode gravimetri
menggunakan piknometer, diketahui bahwa kadar alkohol
yang terkandung dalam sampel uji adalah sebesar 10,58 %.
Hal tersebut tidak sesuai dengan kadar yang tertera pada
etiket sampel uji yaitu sebesar 14 %. Kesalahan dapat
terjadi karena kadar alkohol yang tertera memang tidak
sesuai dengan etiket sebenarnya, mengingat sampel uji yang
digunakan merupakan produk industri kecil bukan pabrik
besar. Namun tidak menutup kemungkinan kesalahan
terjadi saat analisa yaitu antara lain; menguapnya alkohol
pada saat destilasi karena proses pendinginan tidak
sempurna, suhu pada saat penimbangan, kesalahan dari
intrumen neraca analitik itu sendiri.
2. Spektrofotometri
Dasar Teori :
Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang
digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif
dan kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya.
Peralatan yang digunakan dalam spektrofotometri disebut spektrofotometer.
Cahaya yang dimaksud dapat berupa cahaya visibel, UV dan inframerah.
Dalam interaksi materi dengan cahaya atau radiasi elektromagnetik, radiasi
elektromagnetik kemungkinanan dihamburkan, diabsorbsi atau dihamburkan.
Secara sederhana Instrumen spektrofotometri yang disebut
spektrofotometer terdiri dari :
sumber cahaya – monokromator – sel sampel – detektor – read out (pembaca)
Zat yang ada dalam sel sampel disinari dengan cahaya yang memiliki
panjang gelombang tertentu. Ketika cahaya mengenai sampel sebagian akan
diserap, sebagian akan dihamburkan dan sebagian lagi akan diteruskan. Cahaya
yang diserap diukur sebagai absorbansi (A) sedangkan cahaya yang hamburkan
diukur sebagai transmitansi (T).
Panjang gelombang yang digunakan untuk melakukan analisis adalah
panjang gelombang dimana suatu zat memberikan penyerapan paling tinggi
yang disebut λmaks. Konsentrasi zat makin tinggi maka absorbansi yang
dihasilkan makin tinggi.
Analisa alkohol dengan menggunakan spektrofotometer dilakukan dengan
cara kurva kalibrasi. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam penentuan
konsentrasi zat dengan kurva kalibarasi:
1. Matching kuvet : mencari dua buah kuvet yang memiliki absorbansi atau
transmitansi sama atau hampir sama. Dua buah kuvet inilah yang akan
digunakan untuk analisis, satu untuk blanko, satu untuk sampel.
2. Membuat larutan standar pada berbagai konsentrasi. Larutan standar yaitu
larutan yang konsentrasinya telah diketahui secara pasti. Konsentrasi
larutan standar dibuat dari yang lebih kecil sampai lebih besar dari
konsentrasi analit yang diperkirakan.
3. Mengambil salah satu larutan standar, kemudian ukur pada berbagai
panjang gelombang. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pada panjang
gelombang berapa, absorbansi yang dihasilkan paling besar. Panjang
gelombang yang menghasilkan absorbansi paling besar atau paling tinggi
disebut panjang gelombang maksimum (λmaks).
4. Absorbansi semua larutan standar yang telah dibuat diukur pada panjang
gelombang maksimum.
5. Absorbansi yang dihasilkan dari semua larutan standar dicatat, kemudian
alurkan pada grafik absorbansi : konsentrasi sehingga diperoleh suatu
kurva yang disebut kurva kalibarasi. Dari hukum Lambart-Beer jika
absorbansi yang dihasilkan berkisar antara 0,2-0,8 maka grafik akan
berbentuk garis lurus, namun hal ini tidak dapat dipastikan.
6. Ukurlah absorbansi larutan yang belum diketahui konsentrasinya. Setelah
diperoleh absorbansinya, masukan nilai tersebut pada grafik yang
diperoleh pada langkah 5.
Selain dengan cara diatas konsentrasi sampel dapat dihitung dengan
persamaan regresi linear:
Y = Ax + c
dengan ;
Y = konsentrasi (%)
X = absorbansi
Prinsip : Alkohol dapat teroksidasi menjadi aldehida dan keton dalam
suasana asam dan dipercepat dengan pemanasan. Oksidator alkohol
diantaranya adalah K2Cr2O7.
Tujuan : Untuk mengetahui kadar alkohol dalam minuman.
Metode : Spektrofotometri
Alat :
Spektrofotometer
Hitter
Pipet mat
Tabung reaksi
Reagen :
Aquadest
K2Cr2O7 2,5%
H2SO4 pekat
Sampel : Arak Ketan Putih 14% merk “Gentong Mas”
Prosedur :
1. Sebanyak 1 mL sampel uji dipipet, kemudian diencerkan dengan aquadest
sebanyak 5 mL.
2. Oksidator K2Cr2O7 2, 5 % sebanyak 2 mL ditambahkan.
3. Sebanyak 1 mL H2SO4 pekat ditambahkan ke dalam campuran.
4. Campuran dipanaskan selama 5 menit
5. Campuran didinginkan, kemudian digoyang-goyang hingga homogen.
6. Absorbansi campuran berwarna diukur dengan panjang gelombang 600
nm.
7. Membuat larutan standart dengan prosedur sama dengan sampel uji,
konsentrasi yang digunakan 0, 5 %, 2 %, 3 %, 4 %, 5 %.
8. Membuat kurva standart antara absorbansi dengan konsentrasi, kemudian
dapatkan persamaan linearnya.
9. Konsentrasi sampel didapatkan dengan memasukkan nilai absorbansi
sampel pada persamaan linier kurva standart.
Kalkulasi :
Nilai absorbansi larutan standar :
0,5 % A1 = 0,328
A2 = 0,304
2% A1 = 0,563
A2 = 0,546
3% A1 = 0,558
A2 = 0,564
4% A1 = 0,550
A2 = 0,547
5% A1 = 0,517
A2 = 0,519
Kurva Standar
Nilai absorbansi sampel uji :
Sampel 1 A1 = 0,523
A2 = 0,511
y = 0.039x + 0.379R² = 0.368
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.50% 2% 3% 4% 5%
Series1
Linear (Series1)
0,3160
0,5545
0,5590
0,5484
0,5180
0,5170
Sampel 2 A1 = 0,581
A2 = 0,597
Pembahasan : Kurva standar tidak dapat digunakan karena R2 < 0,99, yaitu
hanya 0,368. Selain karena kesalahan pada pembuatan larutan
standar, kurang baiknya kurva standar juga dipengaruhi karena
panjang gelombang. Dalam analisa seharusnya dilakukan uji
coba terhadap panjang gelombang maksimal terlebih dahulu.
Daftar Pustaka :
Bertram, Katzung G, 2002, Farmakologi Dasar dan Klinik, Jakarta ;
Salemba Medika.
Ibrahim, Sanusi: Sitorus, Marham, 2013, Teknik Laboratorium Kimia
Organik Edisi 1, Yogyakarta ; Graha Ilmu.
0,5890