an analysis of determinant factors affecting the

133
i ANALISIS FAKTOR DETERMINAN YANG MEMPENGARUHI ALTERNATIF PEMILIHAN PERSALINAN SANDO MEANA (DUKUN BERANAK ) DI KEC.LIMBORO KABUPATEN POLEWALI MANDAR AN ANALYSIS OF DETERMINANT FACTORS AFFECTING THE SELECTIONOF DELIVERY ALTERNATIVE OF MIDWIFE (SANDO MEANA) IN THE DISTRICT OF LIMBORO, POLEWALY MANDAR REGENCY AHID JAHIDIN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012

Upload: others

Post on 03-Oct-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

ANALISIS FAKTOR DETERMINAN YANG MEMPENGARUHI ALTERNATIF PEMILIHAN PERSALINAN SANDO MEANA

(DUKUN BERANAK ) DI KEC.LIMBORO KABUPATEN POLEWALI MANDAR

AN ANALYSIS OF DETERMINANT FACTORS AFFECTING THE SELECTIONOF DELIVERY ALTERNATIVE OF MIDWIFE

(SANDO MEANA) IN THE DISTRICT OF LIMBORO, POLEWALY MANDAR REGENCY

AHID JAHIDIN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2012

ii

ANALISIS FAKTOR DETERMINAN YANG MEMPENGARUHI

ALTERNATIF PEMILIHAN PERSALINAN SANDO MEANA

(DUKUN BERANAK ) DI KEC.LIMBORO

KABUPATEN POLEWALI MANDAR

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister

Program Studi Kesehatan Masyarakat

Disusun dan diajukan oleh

AHID JAHIDIN

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2012

iii

iv

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Ahid Jahidin

Nomor Pokok : P1807210505

Program Studi : Kesehatan Masyarakat

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan

pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari

terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini

karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut.

Makassar, Juli 2012

Yang menyatakan,

Ahid Jahidin

v

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang

senantiasa melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat merampungkan

proposal penelitian ini dengan judul “Analisis Faktor Determinan Yang

Mempengaruhi Alternatif Pemilihan Pesalinan Sando Meana ( Dukun

Beranak ) Di Kecamatan Limboro Kabupaten Polewali Mandar” guna

memenuhi syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Program

Pascasarjana Universitas Hasanuddin Konsentrasi Kesehatan Reproduksi

dan Keluarga.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan proposal penelitian

ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan

kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Buraerah H. Abd. Hakim, M.Sc dan Bapak

Dr.dr.Burhanuddin Bahar,MS sebagai Dosen Pembimbing yang tidak

pernah lelah meluangkan waktu dan penilaian di sela-sela kesibukan

untuk membimbing dan mengarahkan penulis sehingga proposal

penelitian ini dapat selesai

2. Bapak Dr. dr. H. M. Tahir Abdullah, M.Sc, MSPH, Bapak Dr.dr.Arifin

Seweng ,MPH dan Prof Dr.H Indar,SH.,MPH selaku tim penguji proposal

vi

yang telah memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan

penulisan proposal penelitian ini.

3. Bapak Prof. Dr. dr. Buraerah H. Abd. Hakim, M.Sc selaku ketua

konsentrasi Kesehatan Reproduksi dan Keluarga

4. Bapak Dr. dr. H. Noer Bahry Noor, M.Sc selaku ketua Program

Studi Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana Universitas

Hasanuddin

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang lebih untuk segala

bantuannya. Penulis tetap menyadari sepenuhnya bahwa penulisan ini

masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis masih

mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari berbagai

pihak. Demi kesempurnaan tulisan ini selanjutnya. Semoga tulisan ini dapat

memberikan manfaat bagi pembacanya terkhususnya lagi bagi diri penulis

sendiri. Amin.

Makassar, Februari 2012

Penulis

vii

viii

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................... i

LEMBAR PENGAJUAN ........................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ................................. iv

PRA KATA ............................................................................. v

ABSTRAK ................................................................................. vii

ABSTRACK ............................................................................... viii

DAFTAR ISI .............................................................................. ix

DAFTAR TABEL ....................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................ xv

DAFTAR SINGKATAN ............................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………….. 1

A. Latar belakang …………………………………………………… 1

B. Rumusan masalah ……………………………………………… 7

C. Tujuan penelitian ……………………………………………….. 8

D. Manfaat penelitian ……………………………………………… 9

x

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………… 10

A. Pengetahuan ………………………………………………… 7

1. Tingkat Pengetahuan ………………………………………… 12

2. Jenis pengvetahuan……………. …………………… 13

3. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan …………………. 14

4. Pengukuran Pengetahuan …………………………………… 16

B. Budaya ……………………………………………………….. 17

1. Pengertian Budaya ……………………………………… 17

C. Pendidikan …….. …………………………………………. 27

1. Pengertian Pendidikan ……………………………………………. 27

2. Sistem Pendidikan Nasional ………………………………. 28

3. Hubungan Pendidikan dengan Kesehatan ……………………. 31

D. Penolong Persalinan …………………………………………………… 32

1. Tenaga Kesehatan ………………………………………………….. 32

2. Non Tenaga Kesehatan ( Dukun Beranak ) ……………………… 35

3. Angka Kesakitan pada bayi ………………………………………. 38

E. Kerangka Teori …………………………………………………. 49

F. Kerangka Konsep ………………………………………………. 49

G. Hipotesis Penelitian ……………………………………………. 52

BAB III METODE PENELITIAN ……………………………………….. 56

A. Desain Penelitian ………………………………………………. 56

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian ………………………………….. 56

xi

C. Populasi Dan Sampel ………………………………………….. 56

D. Pengumpulan Data……………. ……………………………….. 57

E. Tehnik Pengolahan Dan Analisa Data ………………………. 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………….. 64

A. Desain Penelitian ………………………………………………. 64

B. Pembahasan Hasil Penelitian…………………………………. 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………..……………….. 100

A. Desain Penelitian ………………………………………………. 100

B. Pembahasan Hasil Penelitian…………………………………. 101

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Distribusi responden berdasarkan Pengetahuan ibu yang

mempunyai bayi usia 0-3 bulan dengan Penolong Persalinan di

Kecamatan Limboro Kab. Polman Tahun 2012 ................................ 65

2. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan ibu yang

mempunyai bayi usia 0-3 bulan di Kecamatan Limboro Kab.

Polman Tahun 2012 ......................................................................... 66

3. Distribusi responden berdasarkan Pekerjaan ibu yang

mempunyai bayi usia 0-3 bulan di Kecamatan Limboro Kab.

Polman Tahun 2012 ........................................................................ 67

4. Distribusi responden berdasarkan jarak dengan pelayanan

kesehatan oleh ibu yang mempunyai bayi usia 0-3 bulan di

Kecamatan Limboro Kab. Polman Tahun 2012 .............................. 68

5. Distribusi responden berdasarkan paritas ibu yang mempunyai

bayi usia 0-3 bulan di Kecamatan Limboro Kab. Polman Tahun

2012 ................................................................................ 69

6. Distribusi responden berdasarkan frekuwensi hubungan

pengetahuan dengan penolong persalinan ..................................... 70

xiii

7. Distribusi responden berdasarkan sosial budayan dengan

alternatif pemilihan persalinan .......................................................... 72

8. Distribusi responden berdasarkan pendidikan ibu yang

mempunyai bayi usia 0-3 bulan terhadap alternatif pemilihan

penolong persalinan ........................................................................ 73

9. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan dengan alternatif

pemilihan persalinan ....................................................................... 75

10. Distribusi responden berdasarkan jarak pelayanan kesehatan

terhadap pemilihan persalinan sando meana dangan tenaga

kesehatan / bidan ............................................................................ 77

11. Distribusi responden berdasarkan paritas ibu terhadap

pemilihan persalinan sando meana dangan tenaga kesehatan /

bidan ............................................................................................... 79

xiv

DAFTAR GAMBAR

nomor halaman

1 Model Kerangka Teori ............................................ 43

2 Model Kerangka Konsep Penelitian ....................... 45

3 Model Desain Penelitian ........................................... 48

xv

DAFTAR LAMPIRAN

nomor

1 Kuesioner Penelitian

2 Master Tabel hasil penelitian

3 Print Out SPSS

4 Surat Izin Pengambilan Data Awal dari Fakultas Kesehatan

Masyarakat UNHAS

5 Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat UNHAS

6 Surat Izin Penelitian dari KesbangPol Kabupaten Polewali Mandar

7 Surat Keterangan Telah Melakukan Peneltian Di Kecamatan Limboro

Kabupaten Polewali Mandar

8 Riwayat Hidup Penulis

xvi

DAFTAR SINGKATAN

Singkatan Arti dan keterangan

AKB : Angka Kematian Bayi

ANC : Antenatal Care

ASI : Air Susu Ibu

APN : Asuhan Persalinan Normal

IBI : Ikatan Bidan Indonesia

ICM : International Confederation Of Midwives

LL : Lower Limit

OR : Odds Ratio

PKBM : Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat

UL : Upper Limit

WHO : World Health Organization

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan sekitar 58%

persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan professional artinya

masih banyak pertolongan persalinan yang dilakukan oleh dukun bayi

dengan cara tradisional yang dapat membahayakan keselamatan ibu

dan bayinya. Masalah ini sangat mengkhawatirkan karena masih

banyak ibu bersalin yang ditolong oleh paraji. Persalinan oleh paraji

sangat membahayakan status kesehatan baik ibu bersalin sendiri

maupun bayi yang dilahirkan. Hal tersebut dikarenakan persalinan

oleh paraji menggunakan peralatan yang tidak steril dan tindakan

yang tidak sesuai asuhan persalinan.

Setiap penolong persalinan harus memahami cara menolong

persalinan secara bersih dan aman. Hal ini tertuang dalam program

Safe Motherhood. Tujuan utamanya adalah untuk menurunkan angka

kesakitan dan kematian ibu hamil, bersalin, nifas serta menurunkan

angka kesakitan dan kematian bayi baru lahir. Upaya ini terutama

ditujukan bagi negara yang sedang berkembang karena 99%

kematian ibu di dunia terjadi di negara-negara.

Di Indonesia, sekitar 70 – 80 % pertolongan persalinan pada

daerah pedesaan yang terpencil ditangani oleh dukun bayi (Sando

Meana). Propinsi Sulawesi Barat, berdasarkan data pada tahun 2010,

cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan masih sekitar 76%,

2

sisanya 24% masih ditolong oleh penolong yang lain (Dinkes Sulbar,

2010). Angka cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di

Kabupaten Polewali Mandar baru mencapai 81,9% (2011) dari target

ibu bersalin yang ditetapkan.

Angka cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di

Kabupaten Polewali Mandar baru mencapai 81,9% (2011) dari target

ibu bersalin yang ditetapkan. Di sisi lain jumlah tenaga kesehatan

untuk bidan di Kabupaten Polewali Mandar masih kurang, jika

dibandingkan dengan kebutuhan yang ada. Angka yang dilaporkan

pada tahun 2011 sebanyak 135 bidan, dan bidan yang mempunyai

sertifikat APN sebanyak 58, sementara jumlah desa 167 buah.

Sedangkan jumlah dukun lebih banyak dari bidan yaitu tercatat 536

orang. Sementara itu kematian bayi selama periode tahun 2007-2010,

menunjukkan pada awal periode 2007-2009 tersebut tinggi kemudian

cenderung menurun tahun selanjutnya (2007:98; 2008: 106; 2009: 83;

2010: 39 ). Sementara kematian ibu selama periode tahun 2007-2010,

menunjukkan pada awal periode 2008-2009 naik 3 tahun berturut-

turut, kemudian cenderung menurun (2007:6; 2008: 18; 2009: 22;

2010: 15 ). Kematian ibu hamil berdasarkan penyebabnya dalam

tahun 2004. sebanyak 6 orang (3 orang disebabkan oleh perdarahan

persalinan postpartum dan 3 orang toxemia gravidarum) (Dinkes

Polman, 2010). Cakupan persalinan yang mencapai 81,9 % tidak

sesuai dengan hasil survei fisik yang dilakukan pihak dinkes

kabupaten polewali Mandar terhadap pesalinan, dimana tidak

3

menunjukkan keberhasilan karena masih ada 20-30% persalinan yang

ditolong oleh dukun tetapi terlambat dilaporkan.

Survey awal yang dilakukan dengan mewawancarai 10 orang

ibu bersalin didapatkan bahwa 6 orang memilih bersalin oleh dukun

dan hanya 4 orang yang memilih tenaga kesehatan. Berdasarkan

wawancara lanjutan keenam ibu bersalin yang memilih dukun kurang

mengetahui tetang persalinan yang bersih dan aman.

Memilih dukun atau tenaga non kesehatan sebagai penolong

dalam proses persalinan memang bukan hal baru dalam realitas

masyarakat kita. Pertolongan persalinan dengan tenaga non

kesehatan ini sudah banyak terjadi, terutama di sejumlah daerah yang

tidak terakses layanan kesehatan dengan baik. Pada beberapa

daerah, tenaga non kesehatan jumlahnya jauh lebih besar daripada

jumlah tenaga kesehatan (Bambang, 2006).

Fenomena dukun bayi merupakan salah satu bagian yang

cukup besar pengaruhnya dalam menentukan status kesehatan ibu

dan bayi, karena sekitar 40% kelahiran bayi di Indonesia dibantu oleh

dukun bayi. Keadaan ini semakin diperparah karena umumnya dukun

bayi yang menolong persalinan tersebut bukan dukun terlatih

(Koesno, 2003).

Dalam konteks budaya (tradisi) masyarakat kita sering terdapat

kebiasaan-kebiasaan yang kadang-kadang merugikan kesehatan bagi

wanita hamil dan ibu pasca bersalin. Kondisi ini terjadi pada

masyarakat Papua Suku Kamoro dan Amungme. Sebagian besar

(67,65%) tidak memiliki larangan untuk melakukan kegiatan tertentu

4

selama kehamilan. Namun demikian, terdapat pula budaya lokal yang

menguntungkan, seperti adanya larangan-larangan selama kehamilan

terutama pada Suku Kamoro. Larangan tersebut berupa; tidak boleh

bekerja terlalu berat, keluar malam, dekat-dekat dengan api, bekerja

ringan seperti merapikan tempat tidur, berlari-lari/melompat,

berhubungan intim, membelah kayu dan sebagainya.

Suku Mandar merupakan suku terbanyak yang tersebar pada 3

kabupaten yaitu; Polmas, Majene, dan Mamuju di wilayah Propinsi

Sulawesi Barat sebesar 49% dari 938.245 jiwa. Selain proporsi

terbanyak di antara suku-suku lainnya seperti Bugis, Toraja, Jawa,

dan Makassar, Mandar juga memiliki karakteristik bahasa, adat dan

budaya tersendiri. Karakteristik ini dapat dilihat dari beberapa upacara

yang terkait dengan masa kehamilan dan pasca persalinan. Upacara

tersebut dilaksanakan oleh sando meana (dukun bayi), sebagai

perwujudan nilai budaya dan religi yang dianut oleh kalangan mereka.

Bagi seorang ibu yang sedang hamil akan mengalami masa-masa

krisis, sehingga perlu diupacarakan memohon keselamatan ibu dan

anaknya kepada Tuhan.

Kesalahan yang sering dilakukan oleh dukun sehingga dapat

mengakibatkan kematian ibu dan bayi antara lain: terjadinya robekan

rahim karena tindakan mendorong bayi di dalam rahim dari luar

sewaktu melakukan pertolongan pada ibu bersalin, terjadinya

perdarahan pasca persalinan yang disebabkan oleh tindakan

mengurut-urut rahim pada waktu kala III, terjadinya partus tidak maju;

5

karena tidak mengenal tanda kelainan partus dan tidak mau merujuk

ke puskesmas atau rumah sakit (Syahlan, 1996 : 177).

Peran dukun ini cukup besar, sehingga eksistensinya masih

sangat dibutuhkan oleh sebagian masyarakat Suku Mandar.

Keberadaannya tidak hanya dilihat dari sisi jumlah yang ada, tetapi

dari sisi budaya Mandar cukup menarik dalam kajian konteks masalah

kesehatan ibu dan anak. Hal ini terkait dengan upaya menjalin

kemitraan pembangunan kesehatan, yang bermuara pada

peningkatkan derajat kesehatan, khususnya kesehatan ibu dan anak

bagi suku Mandar.

Banyak factor yang mempengaruhi seseorang dalam memilih

penolong persalinan. Menurut Green (1980) perubahan perilaku

dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu predisposing, enabling dan reinforcing.

Untuk mengamati perilaku suku Mandar dalam pemilihan penolong

persalinan oleh dukun bayi, dapat dilihat dari 3 faktor yang

mempengaruhinya. Pertama, predisposing factor seperti; pendidikan

dan pengetahuan tentang persalinan oleh dukun kedua, enabling

factor seperti: penyebaran bidan desa PTT sampai ke daerah

terpencil; ketiga reinforcing factor seperti: upacara adat kelahiran oleh

tokoh masyarakat Mandar yang melibatkan dukun bayi.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan atau perilaku seseorang. Perilaku yang didasari

oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan merupakan suatu hal yang

sangat dibutuhkan dalam perubahan pola pikir dan perilaku

6

sekelompok masyarakat. Pengetahuan tentang persalinan dengan

segala aspeknya dapat membantu ibu hamil dalam menentukan

tempat persalinan. Ketidaktahuan mereka tentang beberapa informasi

pengertian persalinan dan tenaga kesehatan, karena jarangya

melakukan konseling dengan tenaga kesehatan atau Bidan

(Notoatmodjo, 2010).

Perilaku-perilaku kesehatan di masyarakat baik yang

menguntungkan atau merugikan kesehatan banyak sekali dipengaruhi

oleh faktor sosial-budaya. Pada dasarnya, peran kebudayan terhadap

kesehatan masyarakat adalah dalam membentuk, mengatur dan

mempengaruhi tindakan atau kegiatan individu-individu suatu

kelompok sosial untuk memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan.

Memang tidak semua praktek/perilaku masyarakat yang pada awalnya

bertujuan untuk menjaga kesehatan dirinya adalah merupakan praktek

yang sesuai dengan ketentuan medis /kesehatan. Tingkat

kepercayaan masyarakat kepada petugas kesehatan, dibeberapa

wilayah masih rendah. Mereka masih percaya kepada dukun karena

kharismatik dukun tersebut yang sedemikian tinggi, sehingga ia lebih

senang berobat dan meminta tolong kepada ibu dukun.

Selain pengetahuan dan budaya, pendidikan juga

mempengaruhi pola pengambilan keputusan seseorang. Semakin

tinggi pendidikan akan lebih mudah menerima dan mampu memahami

pesan atau informasi tentang memilih penolong persalinan yang

bersih dan aman dibanding yang berpendidikan formal lebih rendah.

Melalui proses pendidikan sesorang belajar memperoleh

7

pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap serta nilai-nilai

yang menghantarkan orang yang belajar tersebut kearah kedewasaan

dalam bertindak.

Pertolongan persalinan yang tidak aman dan sehat oleh tenaga

yang tidak profesional dapat meningkatkan resiko komplikasi

kehamilan dan persalinan berupa kematian ibu dan atau kematian

bayi. Bisa jadi hal ini terjadi karena kurangnya wawasan dan

pengetahuan ibu tentang metode persalinan sehat dan aman yang

seharusnya menjadi pilihan utama mereka.

Dari uraian latar belakang tersebut maka peneliti tertarik

melakukan penelitian tentang faktor determinan yang mempengaruhi

alternatif pemilihan persalinan sando meana (dukun beranak) di

Kecamatan limboro Kabupaten Polewali Mandar”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, jelas

bahwa derajat kesehatan yang diukur melalui indikator kesehatan ibu

dan anak sangat ditentukan oleh faktor lingkungan sosial budaya,

termasuk keberadaan persalinan dukun dalam Suku Mandar. Peran

dukun dalam persalinan masih dibutuhkan oleh Suku Mandar di

Polewali Mandar. Seseorang menentukan alternatif penolong

persalinan didasarkan pada persepsi dan kepercayaan, serta faktor-

faktor pendukung lainnya. Rumusan masalah yang diteliti adalah

sebagai berikut : “ Bagaimana faktor determinan yang mempengaruhi

8

alternatif pemilihan persalinan sando meana (dukun beranak) di

Kecamatan limboro Kabupaten Polewali Mandar?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui faktor

determinan yang mempengaruhi alternatif pemilihan persalinan sando

meana (dukun beranak) di Kecamatan Limboro Kabupaten Polewali

Mandar.

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis besar pengaruh Pengetahuan ibu bayi 0-3 bulan

terhadap alternatif pemilihan persalinan sando meana di

Kecamatan limboro Kabupaten Polewali mandar

2. Menganalisis besar pengaruh sosial budaya ibu bayi 0-3 bulan

terhadap alternatif pemilihan persalinan sando meana di

Kecamatan limboro Kabupaten Polewali mandar

3. Menganalisis besar pengaruh pendidikan ibu bayi 0-3 bulan

terhadap alternatif pemilihan persalinan sando meana di

Kecamatan limboro Kabupaten Polewali mandar

4. Menganalisis besar pengaruh pekerjaan ibu bayi 0-3 bulan

terhadap alternatif pemilihan persalinan sando meana di

Kecamatan limboro Kabupaten Polewali mandar

5. Menganalisis besar pengaruh jarak ibu bayi 0-3 bulan terhadap

alternatif pemilihan persalinan sando meana di Kecamatan limboro

Kabupaten Polewali mandar

9

6. Menganalisis besar pengaruh paritas ibu bayi 0-3 bulan terhadap

alternatif pemilihan persalinan sando meana di Kecamatan limboro

Kabupaten Polewali mandar

7. Menganalisis faktor determinan yang lebih menentukan alternatif

pemilihan persalinan sando meana di Kecamatan limboro

Kabupaten Polewali Mandar

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:

1. Sektor kesehatan, yaitu sebagai bahan masukan dalam

pembuatan kebijakan dalam pengaturan penyelenggara

persalinan non tenaga kesehatan.

2. Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pelayanan sarana

kesehatan, dan promosi pemanfaatan sarana kesehatan dalam

pelayanan kesehatan.

3. Bagi masyarakat, sebagai bahan masukan dalam

memilih/melakukan persalinan yang aman dan bermanfaat bagi

kesehatannya.

4. Dapat menjadi rujukan bagi peneliti selanjutnya dan dimanfaatkan

sebanyak-banyaknya untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

Manusia dalam menjalani kehidupannya, sesuai dengan

tingkat kemampuan dalam memenuhi rasa ingin tahunya, dapat

memiliki berbagai jenis pengetahuan dan kebenaran.

Pengetahuan yang banyak penting kita miliki, karena

merupakan bahan dan sumber bagi tersusunnya ilmu

pengetahuan (Sadulloh, 2007).

Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang

diketahui atau disadari oleh seseorang dalam pengertian lain

pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh

manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan juga dapat

dijelaskan sebagai hasil dari mengetahui obyek-obyek di alam

nyata menurut akal dengan jalan pengamatan. Setiap kali objek

yang diamati menjadi milik kesadaran, maka ia diketahui, dan

dalam arti wujudnya yang ada dalam jiwa kita dinamakan

pengertian. Pengetahuan adalah kesimpulan asumsi atau

dugaan yang telah diverifikasi oleh orang atau lembaga yang

berwenang dengan berpedoman pada pendekatan generally

applicable yang disusun berdasarkan latar belakang persoalan

makro (Sadulloh, 2005).

Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang

diketahui atau disadari oleh seseorang, pengetahuan termasuk,

11

tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori,

prinsip dan prosedur yang probabilitasnya adalah benar atau

berguna (Sadulloh, 2005).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over

behavior). Meningkatnya pengetahuan dapat menimbulkan

perubahan persepsi, kebiasaan dan membentuk kepercayaan

seseorang. Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku

seseorang yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan

sikap positif akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak

disadari oleh pengetahuan dan kesadaran (Notoatmodjo, 2010)

Pengetahuan adalah pemberian bukti oleh seseorang

melalui proses pengingat, atau pengenal suatu informasi, ide

yang sesudah diperoleh sebelumnya. Seseorang dapat

menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai suatu bidang

tertentu dengan lancar, baik lisan maupun tulisan maka ia

dianggap mengetahui bidang tertentu (Notoatmodjo, 2010).

1. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif

mempunyai 6 tingkatan (Notoatmodjo, 2010), yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu adalah mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik

dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan diterima.

12

Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling

rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu

tentang apa yang dipelajari adalah menyebutkan,

menguraikan, mendefinisikan, dan menyatakan.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami adalah suatu kemampuan menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang

telah paham terhadap objek harus dapat menyebutkan objek

yang dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya

(real). Aplikasi ini dapat diartikan penggunaan hukum-

hukum, rumus, metode, dan prinsip dalam konteks atau

situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan suatu

struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu

sama lain. Kemampuan ini masih dapat dilihat dari

penggunaan kata kerja, dapat menggambarkan,

membedakan, memisahkan dan mengelompokkan.

e. Sintesis (Syntetis)

Menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk

13

keseluruhan yang baru, atau bisa juga kemampuan

menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian

ini berdasarkan suatu kriteria yang sudah ada.

2. Jenis Pengetahuan

Ada 4 jenis pengetahuan atau kebenaran yang dapat

diperoleh dan dimiliki manusia (Sadulloh, 2007), yaitu:

1) Pengetahuan biasa atau awam atau sering disebut common

sense knowledge atau akal sehat.

2) Pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) atau secara

singkat orang menyebutkan dengan sains.

3) Pengetahuan filsafat (philosophical knowledge) atau dengan

singkat saja disebut filsafat.

4) Pengetahuan religi (pengetahuan agama) pengetahuan

yang bersumber dari agama yang mencakup pengetahuan

mengenai hakekat perilaku sebagai pengungkap

supernatural melalui wahyu yang diterima utusannya yang

terpilih.

3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan

menurut Notoatmodjo (2010) adalah sebagai berikut :

a. Tingkat pendidikan

14

Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan

sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat.

Ketidaktahuan seseorang tentang kesehatan dapat

disebabkan karena pendidikan yang rendah. Adanya tingkat

pendidikan yang terlalu rendah akan sulit mencerna pesan

atau informasi yang disampaikan. Semakin tinggi pendidikan

seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima

informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan

cenderung untuk mendapatkan informasi baik dari orang lain

maupun dari media masa, sebaliknya tingkat pendidikan

yang kurang akan menghambat perkembangan dan sikap

seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan

(Mantra, 2007).

b. Informasi

Seseorang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak

akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Informasi ini

dapat diperoleh dari beberapa sumber antara lain: TV, radio,

koran, kader, bidan, puskesmas, majalah. Informasi

merupakan suatu pengertian yang diekspresikan melalui

ungkapan mengenai kejadian, kenyataan, atau gagasan

dengan menggunakan lambang-lambang yang telah

diketahui dan disepakati bersama, yaitu menyangkut angka,

suara, tulisan dan gambar

c. Budaya

15

Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam

memenuhi kebutuhan yang meliputi sikap dan kebudayaan.

d. Pengalaman

Pengalaman adalah sesuatu yang pernah dialami seseorang

tentang sesuatu. Pengalaman sebagai sumber pengetahuan

adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan

yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi

masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang

dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan

professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan

dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan

yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar

secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata

dalam bidang kerjanya.

5. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi

yang akan diukur dari subyek penelitian atau responden ke

dalam pengetahuan yang ingin kita ukur atau kita ketahui dapat

kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatannya. Adapun

pertanyaan yang dapat digunakan untuk pengukuran

pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua

jenis yaitu:

16

a. Pertanyaan subyektif, misalnya jenis pertanyaan essay.

b. Pertanyaan obyektif, misalnya pertanyaan pilihan ganda

(multiple choise), bentul salah, dan pertanyaan

menjodohkan.

Pertanyaan essay disebut pertanyaan subyektif karena

penilaian untuk pertanyaan ini melibatkan faktor subyektif dari

penilai, sehingga nilainya akan berbeda dari seseorang penilai

satu dibandingkan dengan yang lain dari satu waktu ke waktu

yang lainnya. Pertanyaan pilihan ganda, betul salah,

menjodohkan disebut pertanyaan obyektif karena pertanyaan-

pertanyaan itu dapat dinilai secara pasti oleh penilai. Dari

kedua jenis pertanyaan tersebut, pertanyaan obyektif

khususnya pertanyaan pilihan ganda lebih disukai untuk

dijadikan sebagai alat ukur dalam pengukuran pengetahuan

karena lebih mudah disesuaikan dengan pengetahuan yang

akan diukur dan penilaiannya akan lebih cepat (Arikunto, 2002).

Skala pengukuran pengetahuan menurut Arikunto (2009),

dikategorikan sebagai berikut :

a. Kategori baik, apabila pertanyaan dijawab dengan benar

oleh responden sebanyak 76 – 100 %

b. Kategori cukup, apabila pertanyaan dijawab dengan benar

oleh responden sebanyak 56 – 75 %

c. Kategori kurang, apabila pertanyaan dijawab dengan benar

oleh responden sebanyak ≤ 55 %

17

B. Budaya

1. Pengertian

Budaya adalah keyakinan dan perilaku yang diaturkan

atau diajarkan manusia kepada generasi berikutnya (taylor

1989), sedangkan menurut sir Eduarel taylor (1871) dalam

Andrew dan boyle (2005), budaya adalah sesuatu yang

kompleks yang mengandung pengetahuan, keyakinan, seni,

moral, hukum, kebiasaan dan kecakapan lain yang merupakan

kebiasaan manusia sebagai anggota komunikasi setempat.

Menurut pandangan antopologi tradisional, budaya dibagi

menjadi dua yaitu:

a. Budaya material

Dapat berupa objek, seperti makanan, pakaian, seni dan

benda- benda kepercayaan (jimat).

b. Budaya non material

Yang mencakup kepercayaan, kebiasaan, bahasa dan

intitusi sosial.

2. Aspek Sosial Budaya yang Berhubungan dengan Kesehatan

Anak

Salah satu faktor yang secara langsung dapat

mempengaruhi kondisi kesehatan bayi adalah makanan yang

diberikan. Dalam setiap masyarakat ada aturan-aturan yang

menentukan kuantitas, kualitas dan jenis-jenis makanan yang

seharusnya dan tidak seharusnya dikonsumsi oleh anggota-

anggota suatu rumah tangga, sesuai dengan kedudukan, usia,

18

jenis kelamin dan situasi-situasi tertentu. Misalnya, ibu yang

sedang hamil tidak diperbolehkan atau dianjurkan untuk

mengkonsumsi makanan tertentu; ayah yang bekerja sebagai

pencari nafkah berhak mendapat jumlah makanan yang

lebih banyak dan bagian yang lebih baik daripada anggota

keluarga yang lain ; atau anak laki-laki diberi makan lebih dulu

dari pada anak perempuan. Walaupun pola makan ini sudah

menjadi tradisi ataupun kebiasaan, namun yang paling

berperan mengatur menu setiap hari dan mendistribusikan

makanan kepada keluarga adalah ibu; dengan kata lain

ibumempunyai peran sebagai gate-keeper dari keluarga.

Pada beberapa masyarakat tradisional di Indonesia kita

bisa melihat konsepsi budaya yang terwujud dalam prilaku yang

berkaitan dengan pola pemberian makanan pada bayi yang

berbeda, dengan konsepsi kesehatan modern. Sebagai contoh,

pemberian ASI menurut konsep kesehatan modern ataupun

medis dianjurkan selama 2 (dua) tahun dan pemberian

makanan tambahan berupa makanan padat sebaiknya dimulai

sesudah bayi berumur 4 tahun. Pada masyarakat tradisional

pemberian ASI bukan merupakan permasalahan yang besar

karena pada umumnya ibu memberikan bayinya ASI, namun

yang menjadi permasalahan adalah pola pemberian ASI yang

tidak sesuai dengan konsep medis sehingga menimbulkan

dampak negatif pada kesehatan dan pertumbuhan

bayi. Disamping pola pemberian yang salah, kualitas ASI juga

19

kurang. Hal ini disebabkan banyaknya pantangan terhadap

makanan yang dikonsumsi si ibu baik pada saat hamil maupun

sesudah melahirkan.

Masalah kesehatan selalu berkaitan dengan 2 hal yaitu

sistem teori penyakit dan sistem perawatan penyakit. Sistem

teori penyakit lebih menekankan pada penyebab sakit, teknik-

teknik pengobatan penyakit. Sementara, sistem perawatan

penyakit merupakansuatu institusi sosial yang melibatkan

interaksi beberapa orang. Persepsi terhadap penyebab

penyakit akan menentukan cara pengobatannya. Penyebab

penyakit dapat dikategorikan kedalam 2 golongan yaitu

personalistik dan naturalistik.

3. Aspek Sosial Budaya yang Berhubungan dengan Kesehatan

Ibu

Permasalahan utama yang saat ini masih dihadapi

berkaitan dengan kesehatan ibu di Indonesia adalah masih

tingginya angka kematian ibu yang berhubungan

dengan persalinan. Menghadapi masalah ini maka pada bulan

Mei 1988 dicanangkan program Safe Motherhood yang

mempunyai prioritas pada peningkatan pelayanan kesehatan

wanita terutama pada masa kehamilan, persalinan dan pasca

persalinan. Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor

yang amat perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya

komplikasi dan kematian ketika persalinan, disamping itu juga

untuk menjaga pertumbuhan dan kesehatan janin. Memahami

20

perilaku perawatan kehamilan ( ante natal care ) adalah penting

untuk mengetahui dampak kesehatan bayidan si ibu sendiri.

Pakta berbagai kalangan masyarakat Indonesia, masih banyak

ibu-ibu yang menganggap kehamilan sebagai hal yang bisa,

alamiah dan kodrati. Mereka tidak perlu memeriksakan dirinya

secara rutin ke bidan ataupun dokter. Masih banyak ibu-ibu

yang kurang menyadari pentingnya pemeriksaan kehamilan

menyebabkan tidak terdeteksinya faktor-faktor resiko tinggi

yang mungkin dialami oleh mereka. Resiko ini baru diketahui

pada saat persalinan yang sering kali, karena kasusnya sudah

terlambat dapat membawa akibat fatal yaitu kematian. Hal ini

kemungkinan disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan

dan kurangnya informasi. Permasalahan lain yang cukup besar

pengaruhnya pada kehamilan adalah masalah gizi. Hal ini

disebabkan karena adanya kepercayaaan-kepercayaan dan

pantangan- pantangan terhadap beberapa makanan.

Sementara, kegiatan mereka sehari-hari tidak berkurang

ditambah lagi dengan pantangan-pantangan terhadap

beberapa makanan yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh

wanita hamil tentunya akan berdampak negatif terhadap

kesehatan ibu dan janin. Tidak heran kalau anemia dan kurang

gizi pada wanita hamil cukup tinggi terutama didaerah

pedesaan.

Memasuki masa persalinan merupakan suatu periode

yang kritis bagi para ibu hamil karena segala kemungkinan

21

dapat terjadi sebelum berakhir dengan selamat ataudengan

kematian. Sejumlah faktor memandirikan peranan dalam

proses ini, mulai dari ada tidaknya faktor resiko kesehatan ibu,

pemilihan penolong persalinan, keterjangkauan dan

ketersediaan pelayanan kesehatan, kemampuan penolong

persalinan sampai sikap keluarga dalam menghadapi keadaan

gawat. Di daerah pedesaan, kebanyakan ibu hamil masih

mempercayai dukun beranak untuk menolong persalinan yang

biasanya dilakukan di rumah. Data Survei Kesehatan Rumah

Tangga tahun 1992 menunjukkan bahwa 65% persalinan

ditolong oleh dukun beranak. Beberapa penelitian yang pernah

dilakukan mengungkapkan bahwa masih terdapat praktek-

praktek persalinan oleh dukun yang dapat membahayakan si

ibu.Selain pada masa hamil, pantangan-pantangan atau

anjuran masih diberlakukan juga pada masa pasca persalinan.

Pantangan ataupun anjuran ini biasanya berkaitandengan

proses pemulihan kondisi fisik misalnya, ada makanan tertentu

yang sebaiknyadikonsumsi untuk memperbanyak produksi ASI;

ada pula makanan tertentu yangdilarang karena dianggap

dapat mempengaruhi kesehatan bayi. Secara tradisional,

ada praktek-praktek yang dilakukan dukun beranak untuk

mengembalikan kondisi fisik dankesehatan si ibu. Misalnya

mengurut perut yang bertujuan untuk mengembalikan rahim ke

posisi semula ; memasukkan ramuan seperti daun-daunan

kedalam vagina denganmaksud untuk membersihkan darah

22

dan cairan yang keluar karena proses persalinan ;atau memberi

jamu tertentu untuk memperkuat tubuh ( Iskandar et al., 2006).

4. Hubungan Aspek Sosial Budaya Terhadap Kesehatan

Uraian sebelumnya telah memperlihatkan bahwa dalam

upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak melalui

program-program pembangunan kesehatan perlu

memperhatikan aspek-aspek sosial-budaya masyarakat.

Menempatkan petugas kesehatan dan membangun fasilitas

kesehatan semata, tidaklah cukup untuk mengatasi masalah-

masalah KIA di suatu daerah. Seperti diketahui ternyata

perilaku-perilaku kesehatan di masyarakat baik yang

menguntungkan atau merugikan kesehatan banyak sekali

dipengaruhi oleh faktor sosial-budaya. Pada dasarnya, peran

kebudayan terhadap kesehatan masyarakat adalah dalam

membentuk, mengatur dan mempengaruhi tindakan atau

kegiatan individu-individu suatu kelompok sosial untuk

memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan. Memang tidak

semua praktek/perilaku masyarakat yang pada awalnya

bertujuan untuk menjaga kesehatan dirinya adalah merupakan

praktek yang sesuai dengan ketentuan medis /kesehatan.

Apalagi kalau persepsi tentang kesehatan ataupun penyebab

sakit sudah berbeda sekali dengan konsep medis, tentunya

upaya mengatasinya juga berbeda disesuaikan dengan

keyakinan ataupun kepercayaan-kepercayaan yang sudah

dianut secara turun-temurun sehingga lebih banyak

23

menimbulkan dampak-dampak yang merugikan bagi

kesehatan. Dan untuk merubah perilaku ini sangat

membutuhkan waktu dan cara yang strategis. Dengan alasan

ini pula dalam hal penempatan petugas kesehatan dimana

selain memberi pelayanan kesehatan pada masyarakat juga

berfungsi sebagai agen perubah (change agent) maka

pengetahuan dan kemampuan berkomunikasi dari petugas

kesehatan sangat diperlukan disamping kemampuan dan

ketrampilan memberi pelayanan kesehatan. Ada tujuh prioritas

pembangunan yakni menginternalisasi perubahan

paradigma pembangunan seluruh stakeholders pembangunan,

rehabilitasi dan pembangunan segera sarana dan prasarana,

perluasan lapangan kerja dan menurunkan angka

kemiskinan/ pengangguran, meningkatkan mutu pendidikan,

layanan kesehatan dan pemberdayaan perempuan, konkritisasi

keadilan, menghindari kebocoran pembangunan, dan

revitalisasi ke posisi semula ; memasukkan ramuan seperti

daun-daunan kedalam vagina dengan maksud untuk

membersihkan darah dan cairan yang keluar karena proses

persalinan;atau memberi jamu tertentu untuk memperkuat

tubuh ( Iskandar et al., 2006).

5. Aspek Sosial Budaya Yang Berkaitan Dengan Kelahiran, Nifas,

Dan Bayi Baru Lahir

Memasuki masa persalinan merupakan suatu periode

yang kritis bagi para ibu hamil karena segala kemungkinan

24

dapat terjadi sebelum berakhir dengan selamat atau dengan

kematian. Sejumlah faktor memandirikan peranan dalam

proses ini, mulai dari ada tidaknya faktor resiko kesehatan ibu,

pemilihan penolong persalinan, keterjangkauan dan

ketersediaan pelayanan kesehatan, kemampuan penolong

persalinan sampai sikap keluarga dalam menghadapi keadaan

gawat. Berdasarkan survei rumah tangga (SKRT) pada tahun

1986, angka kematian ibu maternal berkisar 450 per 100.000

kelahiran hidup atau lebih dari 20.000 kematian pertahunnya.

Angka kematian ibu merupakan salah satu indikator kesehatan

ibu yang meliputi ibu dalam masa kehamilan, persalinan, dan

nifas. Angka tersebut dikatakan tinggi bila dibandingkan dengan

negara-negara ASEAN.

Angka kematian balita masih didapatkan sebesar 10,6

per 1000 anak balita. Seperti halnya dengan bayi sekitar 31%

penyebab kematian balita adalah penyakit yang dapat dicegah

dengan imunisasi, yaitu infeksi saluran pernafasan, polio, dan

lain-lain.

Masih tingginya angka kematian ibu dan anak di

Indonesia berkaitan erat dengan faktor sosial budaya

masyarakat, seperti tingkat pendidikan penduduk, khususnya

wanita dewasa yang masih rendah, keadaan sosial ekonomi

yang belum memadai, tingkat kepercayaan masyarakat

terhadap pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan yang

masih rendah dan jauhnya lokasi tempat pelayanan kesehatan

25

dari rumah-rumah penduduk kebiasaan-kebiasaan dan adat

istiadat dan perilaku masyarakat yang kurang menunjang dan

lain sebagainya.

Tingkat kepercayaan masyarakat kepada petugas

kesehatan, dibeberapa wilayah masih rendah. Mereka masih

percaya kepada dukun karena kharismatik dukun tersebut yang

sedemikian tinggi, sehingga ia lebih senang berobat dan

meminta tolong kepada ibu dukun. Di daerah pedesaan,

kebanyakan ibu hamil masih mempercayai dukun beranak

untuk menolong persalinan yang biasanya dilakukan di rumah.

Data Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1992

rnenunjukkan bahwa 65% persalinan ditolong oleh dukun

beranak. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan

mengungkapkan bahwa masih terdapat praktek-praktek

persalinan oleh dukun yang dapat membahayakan si ibu.

Penelitian Iskandar dkk (2006) menunjukkan beberapa

tindakan/praktek yang membawa resiko infeksi seperti "ngolesi"

(membasahi vagina dengan minyak kelapa untuk

memperlancar persalinan), "kodok" (memasukkan tangan ke

dalam vagina dan uterus untuk rnengeluarkan placenta) atau

"nyanda" (setelah persalinan, ibu duduk dengan posisi

bersandardan kaki diluruskan ke depan selama berjam-jam

yang dapat menyebabkan perdarahan dan pembengkakan).

Selain pada masa hamil, pantangan-pantangan atau

anjuran masih diberlakukan juga pada masa pasca persalinan.

26

Pantangan ataupun anjuran ini biasanya berkaitan dengan

proses pemulihan kondisi fisik misalnya, ada makanan tertentu

yang sebaiknya dikonsumsi untuk memperbanyak produksi

ASI; ada pula makanan tertentu yang dilarang karena dianggap

dapat mempengaruhi kesehatan bayi.

Secara medis penyebab klasik kematian ibu akibat

melahirkan adalah perdarahan, infeksi dan eklamsia

(keracunan kehamilan). Kondisi-kondisi tersebut bila tidak

ditangani secara tepat dan profesional dapat berakibat fatal

bagi ibu dalam proses persalinan. Sebenarnya, kelancaran

persalinan sangat tergantung faktor mental dan fisik si ibu.

Faktor fisik berkaitan dengan bentuk panggul yang normal dan

seimbang dengan besar bayi. Sedangkan faktor mental

berhubungan dengan psikologis ibu, terutama kesiapannya

dalam melahirkan. Bila ia takut dan cemas, bisa saja

persalinannya jadi tidak lancar hingga harus dioperasi. Ibu

dengan mental yang siap bisa mengurangi rasa sakit yang

terjadi selama persalinan. Disini peran bidan sangat diperlukan

dalam memberikan informasi yang tepat untuk mempersiapkan

mental dan fisik ibu hamil dalam menghadapi pesalinan dan

pasca persalinan.

27

C. Pendidikan

1. Pengertian

Pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh

seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah

suatu cita-cita tertentu. Pendidikan diperlukan untuk

mendapatkan informasi, misalnya hal-hal yang menunjang

kesehatan sehingga mampu meningkatkan kualitas hidup

seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka

semakin mudah menerima informasi yang pada akhirnya

semakin menambah pengetahuan yang dmiliki. Sebaliknya

pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan

sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan

(Nursalam, 2003).

Jadi dapat dikatakan bahwa pendidikan itu menuntun

manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya untuk

mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan yang

diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang

menunjang kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas

hidupnya.

2. Sistem Pendidikan Nasional

Ada 3 (tiga) jalur pendidikan yang dikenal dalam sistem

pendidikan di Indonesia, yaitu:

a. Formal

Jalur formal terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan

menengah, dan pendidikan tinggi, dengan jenis pendidikan:

28

umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan,

dan khusus. Pendidikan formal dapat diwujudkan dalam

bentuk satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh

pemerintah (pusat), pemerintah daerah dan masyarakat

(Undang-Undang Sisdiknas, 2003). Pendidikan dasar yang

merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang

pendidikan menengah berbentuk sekolah dasar (SD) dan

Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat.

Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui

jalur formal (TK, raudatul athfal, dan bentuk lain yang

sejenis), nonformal (kelompok bermain, taman/panti

penitipan anak) dan/atau informal (pendidikan keluarga atau

pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan).

Pendidikan menengah yang merupakan kelanjutan

pendidikan dasar terdiri atas pendidikan umum dan

pendidikan kejuruan, serta berbentuk Sekolah Menengah

Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau

bentuk lain yang sederajat. Pendidikan tinggi yang

merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan

menengah, mencakup program pendidikan diploma,

sarjana, magister, dan doktor, yang diselenggarakan

dengan sistem terbuka Perguruan tinggi dapat berbentuk

akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut atau universitas,

yang berkewajiban menyelenggarakan pendidikan,

29

penelitian dan pengabdian pada masyarakat, dan dapat

menyelenggarakan program akademik, profesi dan/atau

vokasi.

Perguruan tinggi juga dapat memberikan gelar

akademik, profesi atau vokasi sesuai dengan program

pendidikan yang diselenggarakan. Bagi perguruan tinggi

yang memiliki program doktor berhak memberikan gelar

doktor kehormatan (doktor honoris causa) kepada individu

yang layak memperoleh penghargaan berkenaan dengan

jasa-jasa yang luar biasa dalam bidang ilmu pengetahuan,

teknologi, kemasyarakatan, keagamaan, kebudayaan, atau

seni. Selain itu masalah yang cukup aktual dan

meresahkan masyarakat, seperti pemberian gelar-gelar

instan, pembuatan skripsi atau tesis palsu, ijazah palsu dan

lain-lain, telah diatur dan diancam sebagai tindak pidana

dengan sanksi yang juga telah ditetapkan dalam UU

Sisdiknas yang baru.

b. Non formal

Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga

masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang

berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau

pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung

pendidikan sepanjang hayat, dan berfungsi

mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan

pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan

30

fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian

professional. Pendidikan non formal meliputi pendidikan

kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan

kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan,

pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan

pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan

lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan

peserta didik. Satuan pendidikan nonformal meliputi

lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar,

pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM), dan majelis

taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. Hasil

pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil

program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian

penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah

(pusat) dan pemerintah daerah dengan mengacu pada

standard nasional pendidikan.

c. Informal

Pendidikan informal adalah kegiatan pendidikan yang

dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan

belajar secara mandiri, yang hasilnya diakui sama dengan

pendidikan formal dan non formal setelah peserta didik

lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.

3. Hubungan Pendidikan dengan Kesehatan

Makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang

tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi

31

maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi

baik dari orang lain maupun dari media masa, sebaliknya

tingkat pendidikan yang kurang akan menghambat

perkembangan dan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang

baru diperkenalkan. Orang yang berpendidikan tinggi akan

merespon yang lebih rasional dan akan berfikir sejauh mana

keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan

tersebut dibanding dengan masyarakat yang berpendidikan

rendah atau yang tidak berpendidikan sama sekali.

Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi

misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga bisa

meningkatkan kualitas hidup. Makin tinggi tingkat pendidikan

seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga makin

banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan

yang kurang akan menghambat perkembangan sikap

seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

D. Pekerjaan

Pekerjaan adalah sesuatu yang dikerjakan untuk

mendapatkan nafkah atau pencaharian. Masyarakat yang sibuk

dengan kegiatan atau pekerjaan sehari-hari akan memiliki waktu

yang lebih sedikit untuk memperoleh informasi. Dengan adanya

pekerjaan seseorang akan memerlukan banyak waktu dan tenaga

untuk menyelesaikan pekerjaan yang dianggap penting dan

memerlukan perhatian. Masyarakat yang sibuk hanya memiliki

32

sedikit waktu untuk memperoleh informasi, sehingga pengetahuan

yang mereka peroleh kemungkinan juga berkurang

Pekerjaan diklasifikasikan menjadi :

a) Bekerja : buruh, tani, swasta dan PNS

b) Tidak bekerja

Pekerjaan juga diartikan sebagai aktifitas utama yang

dilakukan oleh manusia dalam arti sempit, istilah pekerjaan

digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang

bagi seseorang. Dalam pembicaraan sehari-hari istilah ini sering

dianggap sinonim dengan profesi.

Tingkat fleksibilitas kerja yang rendah menjadikan wanita

sulit untuk menyesuaikan diri dengan jadwal pekerjaan kantor dan

tugas di rumah, bekerja merupakan pekerjaan yang menyita

waktu, bekerja bagi ibu akan mempunyai pengaruh terhadap

kehidupan keluarga. (Marku, dikutip oleh Nursalam dan siti Pariani

2001)

Kehamilan bukan merupakan halangan untuk bekerja

asalkan sesuai dengan kemampuan dan tidak melakukan kegiatan

yang dapat membahayakan kelangsungan kehamilan (Manuaba).

E. Paritas

Paritas adalah banyaknya anak lahir hidup dan masih

hidup (Prawirohardjo, 2007).

33

Ditinjau dari tingkatannya paritas dikelompokkan menjadi

tiga antara lain:

1. Paritas rendah atau primipara

Paritas rendah meliputi nullipara (jumlah anak 0) dan

primipara (jumlah anak 1)

2. Paritas sedang atau multipara

Paritas sedang atau multipara digolongkan pada hamil

dan bersalin dua sampai empat kali. Pada paritas

sedang ini, sudah masuk kategori rawan terutama pada

kasus-kasus obstetrik yang jelek, serta interval

kehamilan yang terlalu dekat kurang dari 2 tahun

3. Paritas tinggi

Kehamilan dan persalinan pada paritas tinggi atau

grandemulti, adalah ibu hamil dan melahirkan di atas 5

kali. Paritas tinggi merupakan paritas rawan oleh karena

paritas tinggi banyak kejadian-kejadian obstetri patologi

yang bersumber pada paritas tinggi, antara lain: plasenta

previa, perdarahan postpartum, dan lebih memungkinkan

lagi terjadinya atonia uteri. Pada paritas tinggi bisa terjadi

pre eklamsi ringan oleh karena paritas tinggi banyak

terjadi pada ibu usia lebih 35 tahun.

Paritas (Para)Parietas adalah jumlah anak yang

telah dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir hidup maupun

lahir mati.

34

Paritas adalah jumlah kehamilan yang dilahirkan

atau jumlah anak yang dimiliki baik dari hasil perkawinan

sekarang atau sebelumnya.

Paritas adalah jumlah kehamilan yang

menghasilkan janin yang mampu hidup diluar rahim

dengan usia kehamilan 28 minggu (Pusdiknakes, 2001).

Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan

oleh seorang ibu (Nursalam, 2003). Dikatakan bahwa

terdapat kecenderungan kesehatan ibu yang berparitas

rendah lebih baik dari yang berparitas tinggi. Tetapi

kesemuanya ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut

(Notoatmodjo, 2008).

Persalinan yang biasanya paling aman untuk ibu

yaitu persalinan yang kedua dan ketiga karena pada

persalinan keempat dan kelima secara dramatis akan

meningkatkan angka kematian ibu. Tingkat paritas telah

menarik perhatian beberapa peneliti dalam hubungannya

dengan kesehatan ibu dan anak.

F. Jarak

Ascobat Gani dalam Azrul (Devi, 2005) menyatakan,

aksesibilitas ke tempat pelayanan kesehatan merupakan

penghambat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan tertentu

seperti sarana transportasi, keadaan geografis dan waktu tempuh

35

untuk menuju tempat pelayanan kesehatan. waktu tempuh yang di

maksud di sini adalah waktu tempuh dari tempat tinggal menuju

tempat pelayanan kesehatan, waktu tempuh yang lama seringkali

menjadi kendala bagi masyarakat dalam upaya pencarian

pengobatan.

Pada umumnya ibu akan mencari tempat pelayanan

kesehatan yang berlokasi dekat tempat tinggal mereka. Bila

karena alasan tertentu mereka mendatangi tempat pelayanan yang

jauh maka petugas kesehatan harus membantu dan menjelaskan

fasilitas kesehatan tersebut. Walaupun pelayanan kesehatan bukan

merupakan faktor ekologi tetapi informasi sangat berguna untuk

meningkatkan pelayanan. Pengukuran faktor ekologi sangat

kompleks. Hal ini tergantung pada tipe jumlah staf, waktu yang

tersedia, dan tujuan survey. Yang penting adalah data yang

dikumpulkan dapat menggambarkan situasi sekarang dan berguna

untuk pengembangan program (Nyoman, 2002).

Sulitnya pelayanan kesehatan dicapai secara fisik (menurut

pengorbanan waktu), akan menurunkan tingkat pemanfaatan

pelayanan kesehatan. Jarak ke tempat pelayanan kesehatan

merupakan penghambat untuk memanfaatkan pelayanan

kesehatan.

Pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan sangat

tergantung pada cara pandang seseorang akan perlunya suatu

kesehatan. Dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan tradisional

misalnya adalah merupakan cerminan kepercayaan masyarakat

36

terhadap perawatan yang dianggap kemauan sendiri. Persepsi

tentang jeleknya kualitas pelayanan kesehatan pemerintah

menghambat pemanfaatan tempat pelayanan kesehatan.

Notoatmodjo (2003)

G. Penolong Persalinan

1. Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang

mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki

pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di

bidang kesehatan untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan

untuk melakukan upaya kesehatan, baik berupa pendidikan

gelar D-III sampai S1, S2 dan S3.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 32 1996, tenaga

kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam

bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan

melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis

tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya

kesehatan. Salah satu tenaga kesehatan adalah tenaga Bidan,

Dokter spesialis kebidanan dan kandungan.

(www.pdpersi.co.id, 2005).

Menurut WHO bidan adalah seseorang yang telah diakui

secara regular dalam program pendidikan bidan diakui secara

yuridis, di tempatkan dan mendapat kualifikasi serta terdaftar

disektor dan memperoleh izin melaksanakan praktek bidan.

37

Menurut International Confederation Of Midwives (ICM) bidan

adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan bidan

yang diakui oleh Negara serta memperoleh kualifikasi dan

diberi izin melaksanakan praktik kebidanan di Negara itu

(Salmah, 2006).

Menurut Ikatan Bidan Indonesia (IBI) bidan adalah

seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan

pendidikan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai

dengan persyaratan yang berlaku dan diberi izin secara sah

untuk melaksanakan praktik (50 tahun IBI, 2003).

Bidan mempunyai peran dan fungsi sebagai pelaksana

asuhan kebidanan berdasarkan ruang lingkup praktek

kebidanan, sebagai pengelola untuk mengembangkan

pelayanan dasar kesehatan, sebagai pendidik, bidan

memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan untuk

meningkatkan peran serta masyarakat khususnya kesehatan

Ibu dan anak dan sebagai peneliti, bidan melakukan penelitian

terapan dalam bidang kesehatan secara mandiri maupun

kelompok (50 tahun IBI, 2003).

Wewenang bidan diatur oleh PERMENKES RI no 900 /

Menkes / Sk / VII / 2002 tentang praktek bidan. Salah satu

wewenang tersebut yaitu memberikan pelayanan kebidanan

(pasal 16) yang terdiri dari : 1). Penyuluhan dan konseling, 2).

Pemeriksaan fisik, 3). pelayanan antenatal pada kehamilan

normal, 4). Pertolongan pada kehamilan abnormal yang

38

mencakup ibu hamil dengan abortus Imines, hiperemesis

gravidarum tingkat I, pre eklamsi ringan dan anemia ringan, 5).

Pertolongan persalinan normal, 6). Pertolongan persalinan

abnormal yang mencakup letak sungsang, partus macet kepala

didasar panggul, ketuban pecah dini tanpa infeksi, distosia

karena inersia uteri primer, 7) Pelayanan Ibu nifas normal, 8)

Pelayanan Ibu nifas abnormal yang mencakup retensio

plasenta dan infeksi ringan, 9). pelayanan dan pengobatan

pada kelainan ginekologi yang meliputi keputihan, perdarahan

tidak teratur dan penundaan haid (Wahyuningsih, 2005).

Ruang lingkup praktek kebidanan meliputi : 1). Asuhan

mandiri atau otonomi pada anak perempuan, remaja putri dan

wanita desa selama masa hamil, bersalin dan nifas, 2).

Menolong persalinan atas tanggung jawabnya sendiri dan

merawat bayi baru lahir, 3). Pengawasan pelayanan kesehatan

masyarakat di posyandu (tindakan dan pencegahan), 4)

Penyuluhan dan pendidikan kesehatan pada Ibu, keluarga dan

masyarakat termasuk persiapan menjadi orang tua,

menentukan keluarga berencana deteksi kondisi abnormal

pada ibu dan bayi, 5). Pelaksanaan pertolongan kegawat

daruratan primer dan sekunder pada saat tidak ada pertolongan

medis (50 tahun IBI, 2003).

Penempatan bidan didesa ditujukan untuk meningkatkan

mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan melalui puskesmas

dan posyandu. Hal ini dilakukan dalam rangka menurunkan

39

angka kematian ibu, bayi dan anak balita dan meningkatkan

kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup sehat

(Manuaba, 2007).

2. Non Tenaga Kesehatan (Paraji / Sando Menae)

Dukun bayi adalah seorang anggota masyarakat, pada

umumnya seorang wanita yang mendapat kepercayaan serta

memiliki keterampulan menolong persalinan secara tradisional

dan memperoleh keterampilan tersebut secara turun temurun,

belajar secara praktis atau cara lain melalui petugas kesehatan

(Depkes RI. 2007).

Dukun bayi adalah orang yang dianggap terampil dan

dipercaya oleh masyarakat untuk menolong persalinan,

perawatan ibu dan anak sesuai kebutuhan masyarakat (Depkes

RI, 2007).

Ada 3 faktor yang ikut mempengaruhi seseorang sehingga

tampil menjadi dukun bayi, yaitu sebagai berikut :

a. Faktor keturunan, hal ini merupakan gejala umum bahwa

pekerjaan sebaga dukun bayi adalah hasil keturunan dari

kerabat sebelumnya.

b. Faktor sosialisasi, dimana seseorang yang akan menjadi

dukun ditentukan oleh proses sosialisasi mereka yaitu ada

unsur pendidikan atau pelatihan sebelum menjadi dukun

bayi baik disadari atau tidak.

40

c. Faktor spirit supernatural, dimana seseorang yang menjadi

dukun bayi, sebagian ditandai dengan adanya hal yang

ajaib pada dirinya.

Struktur sosial, dukun bayi termasuk kelompok rakyat

biasa, yang dalam beberapa hal memiliki kesamaan peranan

dengan anggota masyarakat yang lain, seperti seorang petani,

sebagai ibu rumah tangga dan juga sebagai anggota

masyarakat yang mempunyai hak dan kewajiban tertentu.

Mereka berbeda status sosialnya karena keahlian yang dimiliki

dan keahlian tersebut dibutuhkan oleh masyarakat.

Keperibadian dukun bayi dalam kaitannya dengan status

sosial juga dinilai oleh masyarakat. Menurut pandangan

masyarakat, modal utama seorang dukun bayi, disamping

adanya bakat dan keberanian harus memiliki sifat telilit dan

hati-hati, kebersihannya baik, tidak enggan menolong sesama,

tidak mudah iri hati, selalu hadir bila dipanggil, mudah

dihubungi, serta tidak mengharapkan upah.

Peranan dan fungsi dukun bayi di masyarakat tidak hanya

dalam peristiwa persalinan saja, melainkan juga dalam aspek

sosial. Peranan dan fungsi dukun bayi dapat digambarkan

sebagai berikut :

a. Perawatan Kehamilan

Jika diminta, dukun bayi telah mulai berperan memberikan

perawatan sejak dari kehamilan di bulan pertama sampai

menjelang kelahiran. Terkadang dukun datang sendiri ke

41

rumah pasien, namun sebagian besar pasienlah yang

datang ke dukun bayi. Perawatan kehamilan yang dilakukan

dukun bayi dapat digolongkan sebagai pemeriksaan yang

berdasarkan pengalaman saja, tidak didasarkan kepada

pengetahuan. Sebagian dukun bayi sudah dilatih. Dari segi

kebutuhan uibu pelayanan antenatal oleh dukun bayi lebih

condong berhubungan dengan tradisi dan bukan secara

tepat mengetahui keadaan kesehatan ibu dan janin.

b. Menangani Kelahiran

Dukun-dukun bayi dalam menangani kelahiran mempunyai

cara tertentu, dapat memperkirakan lama dan tidaknya bayi

akan segera lahir; gejalanya menurut mereka adalah perut

mulai mual, ingin berak, keluar lendir dengan sedikit darah

dan jika tidak ada kelainan tertentu dengan tiga dorongan

yaitu gerakan alamiah perut ibu, gerakan sentakan bayi dan

kekuatan ibu, maka bayi tersebut akan lahir. Cara

pertolongan persalinan antara dukun satu dengan klainnya

tidak sama, baik yang terlatih maupun yang belum terlatih,

namun secara umum ada kesamaan dalam perawatan bayi

yang dilahirkan.

c. Perawatan bayi dan ibu yang melahirkan

Bayi yang dilahirkan oleh dukun, pada hari-hari selanjutnya

yaitu sampai kira-kira delapan bulan, scara tradisional masih

dalam perawatan dukun bayi, artinya tanpa dimintapun

dukun bayi tersebut akan datang untuk merawat bayi

42

tersebut, yaitu memandikan, pijat dan perawatan pada ibu

yaitu memberikan pijatan, memberikan jamu, yang diberikan

biasanya sampai umur bayi 40 hari.

d. Upacara-upacara adat

Selain memberikan pelayanan kepada ibu hamil,

melahirkan dan perawatan pasca melahirkan, dukun bayi

mempunyai peranan pada upacara-upacara adat yang

berkaitan dengan kehamilan dan pasca melahirkan. Ada

beberapa upacara adat yang memerlukan bantuan dukun

bayi, antara lain yaitu : upacara selamatan pada saat usia

kehamilan 7 bulan dan upacara selamatan karena lepasnya

tali pusat.

H. Hubungan pengetahuan dengan alternative pemilihan

persalinan

Hasil penelitian Rika (2002) menunjukkan ada hubungan

yang signifikansi antara pengetahuan tentang persalinan dengan

pemilihan penolong persalinan. Masyarakat di pedesaan telah

mengetahui keberadaan bidan desa yang menempati polindes di

pusat desa. Tetapi mereka cenderung memanfaatkan tenaga bidan

hanya untuk melakukan pemeriksaan kehamilan saja, sedangkan

untuk pertolongan persalinannya banyak yang memilih melahirkan

di dukun. Pertolongan persalinan yang tidak aman dan sehat oleh

tenaga yang tidak profesional dapat meningkatkan resiko

komplikasi kehamilan dan persalinan berupa kematian ibu dan atau

43

kematian bayi. Bisa jadi hal ini terjadi karena kurangnya wawasan

dan pengetahuan ibu tentang metode persalinan sehat dan aman

yang seharusnya menjadi pilihan utama mereka.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan atau perilaku seseorang. Perilaku yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku

yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan merupakan

suatu hal yang sangat dibutuhkan dalam perubahan pola pikir dan

perilaku sekelompok masyarakat (Amiruddin; Jakir, 2009

http://ridwanamirudin.wordpress.com). Diharapkan dengan

pengetahuan yang didapat tentang perilaku memilih penolong

persalinan akan berdampak pada pemahaman dari orang akan

pentingnya bersalin di tenaga kesehatan. Makin rendah

pengetahuan ibu, makin sedikit keinginannya untuk memanfaatkan

pelayanan kesehatan (Wiludjeng, 2005).

Pengetahuan tentang persalinan dengan segala aspeknya

dapat membantu ibu hamil dalam menentukan tempat persalinan.

Ketidaktahuan mereka tentang beberapa informasi pengertian

persalinan dan tenaga kesehatan, karena jarangya melakukan

konseling dengan tenaga kesehatan atau Bidan. Namun mengingat

dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sebagian besar

pengetahuan ibu hamil masih kurang, maka hal ini perlu

ditindaklanjuti melalui peningkatan pemahaman dan pengetahuan

tenaga kesehatan dalam memberikan penyuluhan tentang

persalinan

44

I. Hubungan sosial budaya dengan alternative pemilihan

persalinan

Rasa kepercayaan antar warga yang terbangun dalam

komunitas yang kohesif sangat tinggi. Kepercayaan yang diberikan

kepada warga lokal lebih tinggi daripada warga non-lokal. Dukun

merupakan aktor lokal yang dipercaya warga sebagai tokoh kunci di

masyarakat terutama yang berhubungan dengan kesehatan dan

keselamatan. Pada kasus persalinan, dukun tidak hanya berperan

saat proses tersebut berlangsung, namun juga pada saat upacara-

upacara adat yang dipercaya membawa keselamatan bagi ibu dan

anaknya seperti upacara tujuh-bulanan kehamilan, tatobik (mandi

dengan air panas) dan hatukahai (pendiangan di atas bara api).

Upacara adat ini tentunya tidak sejalan dengan aktivitas medis dan

tidak dapat dilakukan oleh seorang bidan. Hal inilah yang

menyebabkan dukun memiliki tempat yang terhormat dan

memperoleh kepercayaan lokal yang jauh lebih tinggi dari pada

bidan. Dukun dipercayai memiliki kemampuan yang diwariskan

turun-temurun untuk memediasi pertolongan medis dalam

masyarakat. Sebagian dari mereka juga memperoleh citra sebagai

“orang tua” yang telah “berpengalaman”. Profil sosial inilah yang

berperan dalam pembentukan status sosial dukun yang karismatik

dalam pelayanan medis tradisional.

Perilaku-perilaku kesehatan di masyarakat baik yang

menguntungkan atau merugikan kesehatan banyak sekali

dipengaruhi oleh faktor sosial-budaya. Pada dasarnya, peran

45

kebudayan terhadap kesehatan masyarakat adalah dalam

membentuk, mengatur dan mempengaruhi tindakan atau kegiatan

individu-individu suatu kelompok sosial untuk memenuhi berbagai

kebutuhan kesehatan. Memang tidak semua praktek/perilaku

masyarakat yang pada awalnya bertujuan untuk menjaga

kesehatan dirinya adalah merupakan praktek yang sesuai dengan

ketentuan medis /kesehatan.Tingkat kepercayaan masyarakat

kepada petugas kesehatan, dibeberapa wilayah masih rendah.

Mereka masih percaya kepada dukun karena kharismatik dukun

tersebut yang sedemikian tinggi, sehingga ia lebih senang berobat

dan meminta tolong kepada ibu dukun. Di daerah pedesaan,

kebanyakan ibu hamil masih mempercayai dukun beranak untuk

menolong persalinan yang biasanya dilakukan di rumah.

J. Hubungan pendidikan dengan alternative pemilihan persalinan

Terdapatnya hubungan antara pendidikan dengan pemilihan

penolong persalinan menunjukkan bahwa semakin tinggi

pendidikan akan lebih mudah menerima dan mampu memahami

pesan atau informasi tentang memilih penolong persalinan yang

bersih dan aman dibanding yang berpendidikan formal lebih

rendah.

Pendidikan formal merupakan pendidikan terencana,

teroganisir dan dilaksanakan di dalam kelas. Melalui proses ini

sesorang belajar memperoleh pengetahuan, pemahaman,

keterampilan dan sikap serta nilai-nilai yang menghantarkan orang

46

yang belajar tersebut kearah kedewasaan dalam bertindak. Dapat

diartikan bahwa pendidikan formal merupakan sarana yang dapat

mengubah pola pikir, sikap dan tindakan seseorang kearah kualitas

pribadi yang lebih baik, dengan tingkat pendidikan formal yang

semakin tinggi akan membantu seseorang untuk memperoleh

pengetahuan dan pemahaman serta nilai-nilai yang akan

membantu seserang berpikir rasional

Ibu yang mempunyai pendidikan tinggi biasanya mempunyai

kesedaran akan pentingnya pemeriksaan antenatal, rata-rata

kunjungan pemeriksaan antenatal ibu yang berkepentingan tinggi

lebih sering dibanding dengan yang berpendidikan rendah. adanya

hubungan tingkat pendidikan dengan usaha pencaharian pelayanan

kesehatan terhadap janin yang dikandungnya. Tingkat pendidikan

ibu akan mamberi pengaruh dalam penerimaan informasi yang

diberikan sehingga dapat meningkatkan pengetahuan tentang

kehamilan resiko tinggi.

K. Hubungan ketrjangkauan sarana kesehatan dengan alternative

pemilihan persalinan

Ketersediaan dan kemudahan sarana kesehatan merupakan faktor

pemungkin bagi seorang ibu hamil untuk memanfaatkan fasilitas

kesehatan. Menurut Rukmawan (2002),

salah satu faktor yang berpengaruh dalam memilih jenis

persalinan adalah kemudahan pelayanan. Semakin tinggi

47

kemudahan pelayanan akan lebih banyak ibu hamil bersalin

dengan bantuan tenaga kesehatan.

Menurut Depkes. RI. (1992) dukun merupakan sumber daya

manusia dalam pertolongan persalinan. Dukun memiliki beberapa

kekurangan yang menjadi penghambat dalam melakukan

pertolongan, sebagai berikut:

1. Dukun bayi kurang menyadari manfaat penggunaan dukun

kit.

2. Dukun kurang menghiraukan cara pertolongan persalinan

bersih dan aman.

3. Kurangnya kemampuan dukun bayi dalam mengenali risiko

tinggi persalinan.

4. Dukun bayi kurang menyadari bahaya akibat keterlambatan

merujuk pada kasus risiko tinggi persalinan.

L. Hubungan parietas dengan alternative pemilihan persalinan

Pengalaman persalinan sebelumnya dapat mempengaruhi ibu

dalam memilih tenaga penolong persalinan, karena melalui

pengalaman dapat timbul persepsi yang positif tentang ancaman

persalinan dengan dukun dan persepsi yang positif tentang manfaat

persalinan dengan tenaga kesehatan. Bila ibu telah mempunyai

persepsi yang positif, maka ibu akan memilih tenaga kesehatan

sebagai tenaga penolong persalinannya.

Persepsi tentang ancaman berhubungan langsung dengan

pemilihan tenaga penolong persalinan, karena tindakan individu untuk

48

mencari pengobatan dan pencegahan penyakit akan didorong oleh

keseriusan panyakit tersebut atau ancaman yang dilihatnya. Bila ibu

hamil merasakan adanya ancaman keselamatan terhadap dirinya dan

bayinya maka ibu akan mencari petugas kesehatan untuk menolong

persalinannya.

Tabel Sintesis

No Peneliti Tahun Hasil Temuan Sumber

1. Kusumawati 2007 faktor karakteristik ibu berdasarkan umur, paritas, tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan, serta riwayat kehamilan tidak mempengaruhi penentuan jenis persalinan. Faktor yang berpengaruh adalah budaya dan kepercayaan terhadap dukun dan kurangnya sosialisasi kartu miskin. Penentuan persalinan tidak ditentukan sendiri tetapi oleh orangtua/mertua atau musyawarah

Jurnal

2. Iskandar 2007 Pengetahuan sando tentang etiologi dan metode penyembuhan penyakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sando dalam melakukan pengobatan dibagi menjadi beberapa jenis menurut keahliannya. Selain itu, sando memperoleh ilmu atau pengetahuan melalui keajaiban dan belajar dari suku lain

Jurnal,

3. Kambayong 2006 Factor yang berhubungan dengan pemilihan persalinan adalah tingkat pendidikan, sikap dan dukungan keluarga

Jurnal

4. Rian Anggorodi 2009 Dukun bayi dalam persalinan oleh masyarakat indonesia

Jurnal

5. Gita Setiawati 2010 Modal social dan pemilihan dukun dalam proses persalinan : apakah relevan

Jurnal

49

2.2. Kerangka Teori

(Teori Ander dan Marsall)

2.3. Kerangka Konsep

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan atau perilaku seseorang. Pengetahuan tentang

persalinan dengan segala aspeknya dapat membantu ibu hamil dalam

menentukan tempat persalinan. Ketidaktahuan mereka tentang

beberapa informasi pengertian persalinan dan tenaga kesehatan,

karena jarangya melakukan konseling dengan tenaga kesehatan atau

Bidan. Pada dasarnya, peran kebudayan terhadap kesehatan

Pengetahuan: Mengetahui Memahami Pengaplikasikan Mengevaluasi Mensitesa Menganalisa

Budaya: Material Non material

Pendidikan: Pengetahuan Pemahaman Sikap Pekerjaan keterjangkauan sarana

Alternatif Pemilihan Penolong Persalinan - Tenaga

Kesehatan - Sandoe Menae

Kepercayaan Kebiasaan

Persalinan Yang bersih dan aman

50

masyarakat adalah dalam membentuk, mengatur dan mempengaruhi

tindakan atau kegiatan individu-individu suatu kelompok sosial untuk

memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan.

Tingkat kepercayaan masyarakat kepada petugas kesehatan,

dibeberapa wilayah masih rendah. Mereka masih percaya kepada

dukun karena kharismatik dukun tersebut yang sedemikian tinggi,

sehingga ia lebih senang berobat dan meminta tolong kepada ibu

dukun.

Semakin tinggi pendidikan akan lebih mudah menerima dan

mampu memahami pesan atau informasi tentang memilih penolong

persalinan yang bersih dan aman dibanding yang berpendidikan

formal lebih rendah. Melalui proses pendidikan sesorang belajar

memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap serta

nilai-nilai yang menghantarkan orang yang belajar tersebut kearah

kedewasaan dalam bertindak.

Pertolongan persalinan yang tidak aman dan sehat oleh tenaga

yang tidak profesional dapat meningkatkan resiko komplikasi

kehamilan dan persalinan berupa kematian ibu dan atau kematian

bayi. Bisa jadi hal ini terjadi karena kurangnya wawasan dan

pengetahuan ibu tentang metode persalinan sehat dan aman yang

seharusnya menjadi pilihan utama mereka.

Untuk lebih menjelaskan keterkaitan antara kejadian infertitas pada

pasangan usia subur maka dapat dilihat pada bagan kerangka konsep

sebagai berikut :

51

Variabel penelitian :

Variabel dependen : Pemilihan penolong persalinan

Variabel independen : Pengetahuan, pendidikan, sosial budaya,

pekerjaan, parietas, dan jarak pelayanan

kesehatan

Variabel perancu : status ekonomi dan pengambilan keputusan

2.4. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

a. Sosial Budaya adalah Kebiasaan/ kepercayaan secara turun

temurun yang terjadi pada ibu yang mempunyai bayi 0 – 3 bulan

Kriteria Obyektif :

Mendukung : Apabila skor dari kuesioner > rata - rata

Pemilihan Penolong Persalinan

Gambar 2 Kerangka Konsep Penelitian

1. Pengetahuan 2. Sosial Budaya 3. Pendidikan 4. Pekerjaan 5. Jarak 6. Paritas

Variabel dependen

Variabel independen

Status ekonomi

Pengambilan keputusan

Variabel perancu

52

Tidak Mendukung : Apabila skor lebih < dari rata - rata

b. Pendidikan adalah Jenjang pendidikan formal yang ditempuh ibu

yang mempunyai bayi 0 – 3 Bulan.

Kriteria objektif :

Dasar : Bila pendidikan yang ditempu SD atau sederajat

Menengah : Bila pendidikan yang ditempu SMP,SMA dan sederajat.

Tinggi : Bila pendidikan yang ditempuh D3,S1 dan seterusnya.

c. Pekerjaan adalah Aktivitas yang setiap hari dilakukan oleh ibu yang

mempunyai bayi 0 – 3 Bulan.

Kriteria objektif :

Bekerja : Bila ibu beraktivitas di lapangan kerja seperti

PNS, Swasta, dan Petani

Tidak bekerja : Bila ibu beraktivitas di rumah seperti IRT dan

tidak bekerja

d. Jarak adalah waktu tempuh untuk menuju tempat pelayanan

kesehatan oleh ibu bayi usia 0-3 bulan.

Kriteria objektif :

Terjangkau : Bila memenuhi salah satu atau lebih kondisi sebagai

berikut : dilalui kendaraan umum, memiliki

kendaraan pribadi, daratan, < 5 km.

Tidak Terjangkau : Bila tidak memenuhi salah satu atau lebih kondisi

sebagai berikut : dilalui kendaraan umum, memiliki

kendaraan pribadi, daratan, < 5 km.

53

e. Paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu yang

mempunyai bayi 0 – 3 Bulan dan telah mendapatkan perawatan tali

pusat.

Kriteria objektif :

Anak I : Bila ibu yang melahirkan anak pertama

Anak II + : Bila ibu yang melahirkan anak kedua atau ketiga

f. Pemilihan persalinan adalah Persalinan yang dilakukan oleh sando

meana atau Bidan

Kriteria objektif :

Sando meana : Apabila jika persalinan dilakukan oleh sando meana.

Bidan : Apabila persalinan oleh tenaga kesehatan

2.4. Hipotesis

1. H0 Ada pengaruh Pengetahuan ibu terhadap alternatif pemilihan

persalinan sando meana di Kecamatan limboro Kabupaten Polewali

mandar

Ha Tidak ada pengaruh Pengetahuan ibu terhadap alternatif

pemilihan persalinan sando meana di Kecamatan limboro

Kabupaten Polewali mandar

2. H0 Ada pengaruh budaya ibu terhadap alternatif pemilihan

persalinan sando meana di Kecamatan limboro Kabupaten Polewali

mandar

Ha Tidak ada pengaruh budaya terhadap alternatif pemilihan

persalinan sando meana di Kecamatan limboro Kabupaten Polewali

mandar

54

3. H0 Ada pengaruh pendidikan ibu terhadap alternatif pemilihan

persalinan sando meana di Kecamatan limboro Kabupaten Polewali

mandar

Ha Tidak ada pengaruh pendidikan terhadap alternatif pemilihan

persalinan sando meana di Kecamatan limboro Kabupaten Polewali

mandar

4. H0 Ada pengaruh pekerjaan ibu terhadap alternatif pemilihan

persalinan sando meana di Kecamatan limboro Kabupaten Polewali

mandar

Ha Tidak ada pengaruh Pekerjaan terhadap alternatif pemilihan

persalinan sando meana di Kecamatan limboro Kabupaten Polewali

mandar

5. H0 Ada pengaruh jarak ibu terhadap alternatif pemilihan persalinan

sando meana di Kecamatan limboro Kabupaten Polewali mandar

Ha Tidak ada pengaruh jarak ibu terhadap alternatif pemilihan

persalinan sando meana d di Kecamatan limboro Kabupaten

Polewali mandar

6. H0 Ada pengaruh Paritas ibu terhadap alternatif pemilihan

persalinan sando meana di Kecamatan limboro Kabupaten Polewali

mandar

Ha Tidak ada pengaruh paritas ibu terhadap alternatif pemilihan

persalinan sando meana d di Kecamatan limboro Kabupaten

Polewali mandar

55

7. H0 Ada pengaruh faktor determinan terhadap alternatif pemilihan

persalinan sando meana di Kecamatan limboro Kabupaten Polewali

mandar

Ha Tidak ada pengaruh faktor determinan terhadap alternatif

pemilihan persalinan sando meana di Kecamatan limboro

Kabupaten Polewali mandar

56

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian observasional yang

mengkaji hubungan antara variabel sehingga peneliti dapat

menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan, dan mengujinya

berdasarkan teori yang ada.

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Limboro Kabupaten

Polewali Mandar Waktu penelitian

Penelitian ini direncanakan pada bulan Februari 2012 sampai

dengan Mei 2012

C. Populasi, dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto,

2009). Populasi penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai

bayi 0 – 3 bulan di kecamatan Limboro Kabupaten Polewali Mandar.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti

(Arikunto, 2009). Tekhnik penentuan sampel dalam penelitian ini

menggunakan teknik simple random sampling, yaitu cara

57

pengambilan sampel secara acak karena jumlah populasi lebih dari

100 (Notoatmodjo, 2010). sampel yang akan dijadikan sebagai

subyek penelitian adalah 60 ibu bayi usia 0-3 bulan yang ditolong

oleh bidan dan sando meana (Dukun Beranak)

D. Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah:

a. Kuesioner

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan

atau pernyataan kepada orang lain yang dijadikan responden

untuk dijawabnya (Arikunto, 2009). Cara untuk memperoleh

data tersebut adalah dengan menggunakan kuisioner yang

berisi pertanyaan-pertanyaan tertutup dengan alasan agar

mempermudah responden dalam menjawab pertanyaan,

objektifitas waktu, memudahkan peneliti dalam pengolahan

data dan pertanyaan dibuat sesuai dengan tujuan penelitian.

Kuesioner digunakan untuk mengetahui faktor dominan.

2. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitan ini adalah:

a. Data primer.

Data primer adalah data yang didapatkan secara langsung

dari responden melalui wawancara dengan menggunakan

kuesioner terstruktur (Arikunto, 2002). Data primer pada

58

penelitian ini diperoleh dengan membagikan kuesioner untuk

mendapatkan data tentang factor dominan.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain,

tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitiannya,

biasanya berupa data dokumentasi atau data laporan (Arikunto,

2009).

3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada 30

ibu yang mempunyai bayi yang ditolong oleh bidan atau Sando

meana (Dukun beranak). Untuk mengetahui apakah kuesioner valid

dan reliabel, caranya adalah sebagai berikut:

a. Uji Validitas

Menurut Notoatmodjo (2003) validitas adalah suatu indeks

yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa

yang diukur. Langkah-langkah mengukur validitas:

1) Mendefinisikan secara operasional suatu konsep yang akan

diukur. Konsep yang akan diukur hendaknya dijabarkan

terlebih dahulu sehingga operasionalnya dapat dilakukan.

2) Melakukan uji coba alat pengukur tersebut pada sejumlah

responden. Responden diminta untuk menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang ada.

3) Mempersiapkan tabel tabulasi.

59

4) Menghitung nilai korelasi antara data pada masing-masing

petanyaan dan skor total dengan memakai rumus korelasi

point biserial (rpbis) dengan rumus:

Keterangan :

Xp = rata-rata skor testi yang menjawab benar

Xt = rata-rata skor total untuk semua testi

st = simpangan baku skor total setiap testi

p = proporsi testi yang dapat menjawab benar butir soal

yang bersangkutan

q = 1 – p

Kaidah keputusannya, yaitu jika hitungr < tabelr berarti valid,

sedangkan jika hitungr > tabelr berarti tidak valid.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh

mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan.

Hal ini menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap

konsisten atau tetap asas bila dilakukan pengukur dua kali atau

lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat

ukur yang sama (Notoatmodjo, 2003).

Pendekatan statistik dengan menggunakan teknik

spearman brown yang lebih dikenal dengan sebutan tes belah

dua (tes ganjil genap) (Badriah, 2006:62).

60

1

1

11 v

pqv

k

kri

Keterangan:

ri1 : Reliabilitas instrumen

k : Banyaknya butir pertanyaan

Vt : Variasi subjek yang menjawab benar pada sesuatu

butir

p : )1(

0

pq

skormendapatyangsubjekbanyaknya

Pertanyaan reliabel jika alpha hitung > r table berarti tidak

reliabel.

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Setelah data yang diperlukan terkumpul, untuk proses analisis

selanjutnya perlu dilakukan yang memasukan ke dalam program

komputer sebagai berikut:

a. Editing

Kegiatan ini meliputi pemeriksaan atas kelengkapan pengisian

kuesioner, jumlah kuesioner yang dikumpulkan sesuai tidaknya

dengan jumlah responden, kejelasan makna jawaban,

konsistensi antar jawaban, relevansi jawaban dan keseragaman

satuan pengukuran.

61

b. Skoring

Skoring adalah kegiatan pemberian skor pada setiap jawaban

dari responden.

c. Coding

Coding adalah kegiatan untuk mengklasifikasikan data/jawaban

menurut kategorinya masing-masing. Setiap kategori jawaban

yang berbeda diberi kode yang berbeda pula. Dalam pekerjaan

ini yang diperhatikan adalah setiap jawaban yang masuk diberi

kode tertentu sesuai dengan kategorinya, setiap kategori yang

sama diberi kode yang sama dan antara kategori yang satu

dengan lainnya dipisahkan dengan tegas agar tidak tumpang

tindih.

d. Entry

Entry adalah kegiatan untuk memasukan data yang telah

dibersihkan ke dalam alat elektronik yaitu computer dengan

tujuan untuk mempercepat proses analisa data dan

meminimalisir kesalahan.

d.Tabulasi

Tabulasi adalah kegiatan untuk meningkatkan data yang masuk

(data mentah) ke dalam tabel-tabel yang telah dipersiapkan.

2. Analisis Data

a. Analisis univariat

Analisis univariat merupakan analisa persentase dengan

tujuan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi dan

62

persentase dari variabel yang diteliti. Analisis univariat dilakukan

untuk mendeskripsikan semua variabel penelitian, baik variabel

bebas maupun variabel terikat. Dalam penyajiannya analisa

univariat ini berbentuk tabel distribusi frekuensi.

P = %100xN

F

P = Hasil yang dicari

F = Frekuensi sampel

N = Jumlah seluruh sampel

b. Analisis bivariat

Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara 2

variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Analisis

bivariat menggunakan uji statistik yang sesuai dengan tujuan

penelitian dan skala data yang ada.

Uji statistik yang digunakan dalam analisa ini adalah Chi

Square. Harga Chi Square dapat dicari dengan rumus:

fh

fhfo 22 )(

χ

Keterangan :

² : Chi-square

fo : Frekuensi yang diobservasi/diperoleh, baik melalui

pengamatan maupun hasil kuesioner.

fh : Frekuensi yang diharapkan.

Jika value < , maka Ha diterima dan Ho ditolak

63

c. Analisis Multivariat

Analisis multivariat dilakukan dengan uji statistik regresi logistik

berganda. Analisis dilakukan dengan menggunakan bantuan

perangkat komputer melalui program SPSS 16.

64

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 2 April sampai tanggal 1 Mei

2012 di kecamatan Limboro kabupaten Polewali Mandar, langkah awal

dimulai dengan survey lokasi untuk pengambilan data dan selanjutnya

dilakukan penelitian dengan melakukan wawancara langsung dengan

menggunakan kuesioner pada responden yang mempunyai bayi usia 0-3

bulan yang di kecamatan Limboro Kabupaten Polewali Mandar

Jumlah sampel di peroleh dengan menggunakan penentuan rumus

besar sampel yang ditetapkan dengan OR (Odds Ratio) dengan jarak 50%

dengan tingkat kepercayaan 95%, dan perkiraan OR adalah 2, perkiraan

populasi (P2) = 0,50 sehingga secara keseluruhan sampel dalam penelitian

ini yaitu 60 responden terdiri dari 30 respnden yang ditolong oleh bidan dan

30 responden yang ditolong oleh Sando meana (dukun beranak).

Untuk lebih operasional hasil penelitian ini maka disusun berturut-

turut yaitu karakteritik responden, analisis univariat, analisis bivarial, dan

analisis multivarial. Hasil penelitian tersebut dapat dilihat sebagai berikut :

65

1. Karakteristik responden

a. Pengetahuan responden

Hasil penelitian pada ibu yang mempunyai bayi usia 0-3 bulan

berdasarkan karakteristik tingkat pengetahuan yang telah

dikelompokkan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 1 : Distribusi responden berdasarkan Pengetahuan ibu yang mempunyai bayi usia 0-3 bulan dengan Penolong Persalinan di Kecamatan Limboro Kab. Polman Tahun 2012

Pengetahuan Persalinan

Sando Bidan

Kurang n 12 11 % 40,0% 36,7%

Cukup n 18 19 % 60,0% 63,3%

Total n 30 30 % 100,0% 100,0%

Sumber : Data primer

Tabel 1 menunjukkan bahwa ibu yang mempunyai bayi

usia 0 – 3 bulan yang ditolong oleh sando meana (dukun

beranak) mayoritas pada tingkat pengetahuan cukup sebanyak

18 (60,0%) responden dan pada tingkat pengetahuan kurang

sebanyak 12 (40,0%) responden dan untuk kelompok ibu yang

mempunyai bayi usia 0-3 bulan yang ditolong oleh bidan

mempunyai tingkat pengethuan cukup yaitu 19 (63,3%)

responden dan tingkat pengetahuan kurang yaitu 11 (36,7%)

responden.

66

b. Pendidikan

Hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan pendidikan responden

dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut :

Tabel 2 : Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan ibu yang mempunyai bayi usia 0-3 bulan di Kecamatan Limboro Kab. Polman Tahun 2012

Pendidikan Persalinan

Sando Bidan

SD/SLTP

n 25 23 % 83,3% 76,7%

SLTA/PT n 5 7 % 16,7% 23,3%

Total n 30 30 % 100,0% 100,0%

Sumber : Data primer

Tabel 2 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan

jenjang pendidikan yang telah diperoleh secara formal untuk ibu

yang mempunyai bayi usia 0-3 bulan yang ditolong oleh Sando

meana (dukun beranak) pada jenjang pendidikan SD/SLTP

sebanyak 25 (83,3%) responden dan jenjang pendidikan terendah

antara SLTA/PT masing-masing terdapat 5 (16,7%) responden,

sedangkan untuk kelompok ibu yang mempunyai bayi usia 0-3

bulan yang ditolong oleh bidan pada jenjang pendidikan SD/SLTP

sebanyak 23 (76,7%) responden dan jenjang pendidikan terendah

yaitu SLTA/PT yaitu 7 (23,3%) responden.

c. Pekerjaan

67

Hasil penelitian pada ibu yang mempunyai bayi usia 0-3 bulan

berdasarkan karakteristik pekerjaan diperoleh distribusi data

sebagaimana dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut :

Tabel 3 : Distribusi responden berdasarkan Pekerjaan ibu

yang mempunyai bayi usia 0-3 bulan di Kecamatan Limboro Kab. Polman Tahun 2012

Pekerjaan Persalinan

Sando Bidan

Tidak Bekerja n 14 16 % 46,7% 53,3%

Bekerja n 16 14 % 53,3% 46,7%

Total n 30 30 % 100,0% 100,0%

Sumber : Data primer

Tabel 3 menunjukkan bahwa distribusi responden

berdasarkan pekerjaan ibu yang mempunyai bayi usia 0-3 bulan

untuk kelompok yang ditolong oleh sando meana (dukun beranak)

terbanyak kategori bekerja yaitu 16 (53,3%) responden dan yang

tidak bekerja sebanyak 14 (46,7%) sebaliknya untuk kelompok ibu

yang mempunyai bayi usia 0-3 bulan ditolong oleh bidan

karakteristik pekerjaan tertinggi pada kategori tidak bekerja pada

bagian swasta yaitu 16 (53,3%) responden, sedangkan jumlah

yang bekerja jumlahnya yaitu 14 (46,7%) responden.

68

d. Jarak

Hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan karakteristik

responden menurut Jarak atau waktu tempuh untuk menju tempat

pelayanan kesehatan, dapat dilihat pada tabel 4 sebagai berikut :

Tabel 4 : Distribusi responden berdasarkan jarak dengan pelayanan kesehatan oleh ibu yang mempunyai bayi usia 0-3 bulan di Kecamatan Limboro Kab. Polman Tahun 2012

Keterjangkauan Persalinan

Sando Bidan

Sulit n 19 6

% 63,3% 20,0%

Mudah n 11 24

% 36,7% 80,0%

Total n 30 30

% 100,0% 100,0%

Sumber : Data primer

Tabel 4 menunjukkan bahwa distribusi responden

berdasarkan jarak responden dengan pelayanan kesehatan untuk

kelompok ibu yang mempunyai bayi usia 0-3 bulan ditolong oleh

sando meana (dukung beranak) terbanyak pada kategori sarana

kesehatan sulit dijangkau yaitu sebanyak 19 (63,3%) responden

dan 11 (36,7%) untuk kategori jarak pelayanan kesehatan mudah

dijangkau oleh responden sedangkan untuk kelompok ibu yang

mempunyai bayi usia 0-3 bulan yang ditolong oleh bidan tertinggi

pada kategori mudah dijangkau yaitu 24 (80,0%) responden,

69

sedangkan untuk kategori pelayanan kesehatan sulit dijangkau

yaitu 6 (20,0%) responden.

e. Paritas

Hasil penelitian berdasarkan paritas ibu yang mempunyai bayi usia

0-3 bulan pada kelompok yang ditolong oleh bidan dan ditolong

oleh sando meana (dukun beranak) dapat dilihat pada tabel 5

sebagai berikut :

Tabel 5 : Distribusi responden berdasarkan paritas ibu yang mempunyai bayi usia 0-3 bulan di Kecamatan Limboro Kab. Polman Tahun 2012

Paritas Persalinan

Sando Bidan

Anak 2+ n 24 21

% 80,0% 70,0%

Anak 1 n 6 9

% 20,0% 30,0%

Total n 30 30

% 100,0% 100,0%

Sumber : Data primer

Tabel 5 menunjukkan bahwa distribusi responden

berdasarkan paritas pada kelompok ibu yang mempunyai bayi usia

0-3 bulan yang ditolong oleh sando meana (dukun Beranak)

tertinggi padab kategori persalinan ke dua atau lebih yaitu 24

(80,0%) respoden dan responden yang melahirkan anak pertama

sebanyak 6 (20,0) sedangkan untuk kelompok ibu yang

mempunyai bayi usia 0-3 bulan yang ditolong oleh bidan juga lebih

70

banyak pada persalinan yang kedua atau lebih yaitu 21 (70,0%)

respoden dibandingkan responden yang melahirkan anak pertama

yaitu 9 (30,0%) responden.

2. Hubungan antar variabel independen dan dependen

a. Analisis besar pengaruh pengetahuan ibu bayi 0-3 bulan terhadap

alternatif pemilihan persalinan sando meana di kecamatan limboro

kabupaten polewali mandar

Hasil penelitian berdasarkan pengaruh pengetahuan terhadap

alternatif pemilihan persalinan dapat dilihat pada tabel 6 sebagai

berikut ;

Tabel 6 : Distribusi responden berdasarkan frekuwensi hubungan pengetahuan dengan penolong persalinan

Pengetahuan

Penolong

P OR

95% Confidence Interval Sando Bidan

n % n % B.Baw

ah B.Atas

kurang 12 40,0 11 36,7

0,791 1,152 0,406 3,263 cukup 18 60,0 19 63,3

Jumlah 30 100 30 100

Sumber : Data primer

Tabel 6 menunjukkan bahwa dari jumlah ibu yang

mempunyai bayi usia 0-3 bulan yang ditolong oleh sando meana

yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak12 (40,0%), cukup 18

71

(60,0%) sedangkan yang ditolong oleh bidan yang mempunyai

pengetahuan kurang sebanyak 11 (36,7%), dan cukup 19 (63,3%)

Hasil uji statistik chi square menunjukkan nilai p (0,791) >

0,05. Hal ini berarti tidak ada pengaruh pengetahuan ibu yang

memiliki bayi usia 0-3 bulan dengan pemilihan penolong

persalinan.

Berdasarkan analisis Odds Ratio didapatkan bahwa nilai

Lower Limit - Upper Limit (LL-UL) mencakup nilai 1, berarti

frekuwensi pengetahuan mempengaruhi pemilihan persalinan.

Meskipun tidak bermakna secara statistik, pengetahuan 0,3 kali

lebih besar pada pemilihan persalinan oleh sando meana

dibandingkan pemilihan persalinan oleh tenaga kesehatan / bidan

(OR =1,1 ; CI 0,406 : 3,263).

b. Analisis besar pengaruh sosial budaya ibu yang mempunyai bayi

usia 0-3 bulan terhadap alternatif pemilihan persalinan sando

meana dangan tenaga kesehatan/ bidan di kecamatan limboro

kabupaten polewali mandar

Hasil penelitian berdasarkan pengaruh sosial budaya terhadap

alternatif pemilihan persalinan dapat dilihat pada tabel 6 sebagai

berikut ;

72

Tabel 7 : Distribusi responden berdasarkan sosial budayan dengan alternatif pemilihan persalinan

Sosial budaya

Penolong

P OR

95% Confidence

Interval Sando

Bidan

n % n % B.Bawah

B.Atas

mendukung 26 86,7 19 63,3

0,037 3,763 1,038 13,64

6

Tdk mendukung

4 13,7 11 36,7

Jumlah 30 100 30 100

Sumber : Data primer

Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 30 ibu bayi 0-3 bulan

yang ditolong oleh sando meana (dukung beranak) yang

mempunyai sosial budaya ketegori mendukung sebanyak 26

(86,7%), dan yang tidak mendukung 4 (13,7%). Sedangkan ibu

bayi 0-3 bulan yang ditolong oleh tenaga kesehatan/ bidan yang

mempunyai sosial budaya ketegori mendukung sebanyak 19

(63,3%), dan yang tidak mendukung 11 (36,7%) responden.

Hasil uji statistik chi square menunjukkan nilai p (0,037) >

0,05. Hal ini berarti ada pengaruh sosial budaya ibu yang

mempunyai bayi usia 0-3 bulan terhadap alternatif pemilihan

persalinan sando meana dangan tenaga kesehatan/ bidan di

kecamatan Limboro kabupaten Polewali Mandar

Berdasarkan analisis Odds Ratio (OR) diperoleh nilai Lower

Limit-Upper Limit (LL-UL) tidak mencukupi nilai 1 berarti bahwa

variabel sosial budaya signifikan mempengaruhi alrternatif

73

pemilihan kesehatan dimana pemilihan terhadap sando meana 3

kali lebih besar dibandingkan dengan pemilihan penolong

persalinan oleh tenaga kesehatan / bidan (OR=3,763 ; CI 1,038 :

13,646).

c. Analisis besar pengaruh pendidikan ibu yang mempunyai bayi

usia 0-3 bulan terhadap alternatif pemilihan persalinan sando

meana dangan tenaga kesehatan/ bidan di kecamatan limboro

kabupaten polewali mandar

Hasil penelitian berdasarkan pengaruh pendidikan terhadap

alternatif pemilihan persalinan dapat dilihat pada tabel 6 sebagai

berikut;

Tabel 8 : Distribusi responden berdasarkan pendidikan ibu yang mempunyai bayi usia 0-3 bulan terhadap alternatif pemilihan penolong persalinan.

Pendidikan

Penolong

P OR

95% Confidence Interval Sando Bidan

n % n % B.Baw

ah B.Atas

SD/SLP 23 76.7 25 83.3

0.519 1.522 0,423 5,472 SLA/PT 7 23.3 5 16.7

Jumlah 30 100 30 100

Sumber : Data primer

Tabel 8 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan

jenjang pendidikan yang telah diperoleh secara formal untuk ibu

74

yang mempunyai bayi usia 0-3 bulan yang ditolong oleh Sando

meana (dukun beranak) pada jenjang pendidikan SD/SLTP

sebanyak 25 (83,3%) responden dan jenjang pendidikan terendah

antara SLTA/PT masing-masing terdapat 5 (16,7%) responden,

sedangkan untuk kelompok ibu yang mempunyai bayi usia 0-3 bulan

yang ditolong oleh bidan pada jenjang pendidikan SD/SLTP

sebanyak 23 (76,7%) responden dan jenjang pendidikan terendah

yaitu SLTA/PT yaitu 7 (23,3%) responden.

Hasil uji satistik chi-square menunjukkan nilai P (0,519) < 0,05

hal ini berarti tidak ada pengaruh pendidikan ibu yang mempunyai

bayi usia 0-3 bulan terhadap alternatif pemilihan persalinan sando

meana dangan tenaga kesehatan/ bidan di kecamatan limboro

kabupaten polewali mandar.

Berdasarkan analisis Odds Ratio didapatkan bahwa nilai Lower

Limit - Upper Limit (LL-UL) mencakup nilai 1, berarti tingkat

pendidikan ibu yang mempunyai bayi 0-3 bulan mempengaruhi

alternatif pemilihan persalinan. Meskipun tidak bermakna secara

statistik, pengetahuan 0,4 kali lebih besar pada pemilihan persalinan

oleh sando meana dibandingkan pemilihan persalinan oleh tenaga

kesehatan / bidan (OR =1,522 ; CI 0,423 : 5,472).

75

d. Analisis besar pengaruh pekerjaan ibu yang mempunyai bayi usia

0-3 bulan terhadap alternatif pemilihan persalinan sando meana

dangan tenaga kesehatan/ bidan di kecamatan limboro kabupaten

polewali mandar

Hasil penelitian berdasarkan pengaruh pekerjaan terhadap

alternatif pemilihan persalinan dapat dilihat pada tabel 9 sebagai

berikut ;

Tabel 9 : Distribusi responden berdasarkan pekerjaan dengan alternatif pemilihan persalinan

Pekerjaan

Penolong

P OR

95% Confidence Interval Sando Bidan

n % n % B.Baw

ah B.Atas

Tdk bekerja

14 46.7 16 53.3

0.606 0,766 ,278 2,111 bekerja 16 53.3 14 46.7

Jumlah 30 100 30 100

Sumber : Data primer

Tabel 9 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan

pekerjaan responden untuk kelompok ibu yang mempunyai bayi usia 0-3

bulan yang ditolong oleh sando meana (dukun beranak) terbanyak

kategori bekerja yaitu 16 (53,3%) responden dan yang tidak bekerja

sebanyak 14 (46,7%) sebaliknya untuk kelompok ibu yang mempunyai

bayi usia 0-3 bulan yang ditolong oleh bidan karakteristik pekerjaan

tertinggi pada kategori tidak bekerja pada bagian swasta yaitu 16 (53,3%)

76

responden, sedangkan jumlah yang bekerja jumlahnya yaitu 14 (46,7%)

responden.

Hasil uji satistik chi-square menunjukkan nilai P (0,606) < 0,05 hal

ini berarti hal ini berarti tidak ada pengaruh pekerjaan ibu yang

mempunyai bayi usia 0-3 bulan terhadap alternatif pemilihan persalinan

sando meana dangan tenaga kesehatan/ bidan di kecamatan limboro

kabupaten polewali mandar.

Berdasarkan analisis Odds Ratio (OR) diperoleh nilai Lower Limit-

Upper Limit (LL-UL) mencukupi nilai 1 berarti bahwa variabel jenis

pekerjaan signifikan tidak mempengaruhi alternatif pemilihan penolong

persalinan ibu yang bekerja antara sando meana dengan tenaga

kesehatan dengan 2 kali lebih besar dibandingkan ibu yang tidak bekerja

melilih persalinan sando meana atau tenaga kesehatan / bidan

(OR=4,052 ; CI 2,401 : 6,839).

e. Analisis besar pengaruh jarak pelayanan kesehatan ibu yang

mempunyai bayi usia 0-3 bulan terhadap alternatif pemilihan

persalinan sando meana dangan tenaga kesehatan/ bidan di

kecamatan limboro kabupaten polewali mandar

77

Hasil penelitian berdasarkan pengaruh jarak pelayanan kesehatan

terhadap alternatif pemilihan persalinan dapat dilihat pada tabel

10 sebagai berikut ;

Tabel 10 : Distribusi responden berdasarkan jarak pelayanan kesehatan terhadap pemilihan persalinan sando meana dangan tenaga kesehatan / bidan

Keterjangkauan sarana

Penolong

P OR

95% Confidence Interval Sando Bidan

n % n % B.Baw

ah B.Atas

Sulit 19 63,3 6 20,0

0,001 6,909 2,160 22,098 Mudah 11 36,7 24 80,0

Jumlah 30 100 30 100

Sumber : Data primer

Tabel 10 menunjukkan bahwa distribusi responden

berdasarkan jarak responden dengan pelayanan kesehatan untuk

kelompok ibu yang mempunyai bayi usia 0-3 bulan ditolong oleh

sando meana (dukung beranak) terbanyak pada kategori sarana

kesehatan sulit dijangkau yaitu sebanyak 19 (63,3%) responden

dan 11 (36,7%) untuk kategori jarak pelayanan kesehatan mudah

dijangkau oleh responden sedangkan untuk kelompok ibu yang

mempunyai bayi usia 0-3 bulan yang ditolong oleh bidan tertinggi

pada kategori mudah dijangkau yaitu 24 (80,0%) responden,

sedangkan untuk kategori pelayanan kesehatan sulit dijangkau

yaitu 6 (20,0%) responden.

78

Hasil uji statistik chi square menunjukkan nilai p (0,001) > 0,05.

Hal ini berarti ada pengaruh jarak pelayanan kesehatan ibu yang

mempunyai bayi usia 0-3 bulan terhadap alternatif pemilihan

persalinan sando meana dangan tenaga kesehatan/ bidan di

kecamatan Limboro kabupaten Polewali Mandar

Berdasarkan analisis Odds Ratio (OR) diperoleh nilai Lower Limit-

Upper Limit (LL-UL) tidak mencukupi nilai 1 berarti bahwa variabel

jarak pelayanan kesehatan signifikan mempengaruhi alrternatif

pemilihan kesehatan dengan mudahnya terjangkau sarana

kesehatan 6 kali lebih besar dibandingkan dengan pemilihan

penolong persalinan dengan sulit menjangkau sarana kesehatan

(OR=6,909 ; CI :2,160 : 22,098).

f. Analisis besar pengaruh paritas ibu yang mempunyai bayi usia 0-3

bulan terhadap alternatif pemilihan persalinan sando meana

dangan tenaga kesehatan/ bidan di kecamatan limboro kabupaten

polewali mandar

Hasil penelitian berdasarkan pengaruh paritas ibu yang memiliki

bayi usai 0-3 bulan terhadap alternatif pemilihan persalinan dapat

dilihat pada tabel 10 sebagai berikut ;

79

Tabel 11 : Distribusi responden berdasarkan paritas ibu terhadap pemilihan persalinan sando meana dangan tenaga kesehatan / bidan

Parietas

Penolong

P OR

95% Confidence Interval Sando Bidan

n % n % B.Baw

ah B.Atas

Anak 2+ 24 80,0 21 70,0

0,371 1,714 0,523 5,621 Anak 1 6 20,0 9 30,0

Jumlah 30 100 30 100

Sumber : Data primer

Tabel 11 menunjukkan bahwa distribusi responden

berdasarkan paritas pada kelompok ibu yang mempunyai bayi usia

0-3 bulan yang ditolong oleh sando meana (dukun Beranak)

tertinggi padab kategori persalinan ke dua atau lebih yaitu 24

(80,0%) respoden dan responden yang melahirkan anak pertama

sebanyak 6 (20,0) sedangkan untuk kelompok ibu yang

mempunyai bayi usia 0-3 bulan yang ditolong oleh bidan juga lebih

banyak pada persalinan yang kedua atau lebih yaitu 21 (70,0%)

respoden dibandingkan responden yang melahirkan anak pertama

yaitu 9 (30,0%) responden.

Hasil uji statistik chi square menunjukkan nilai p (0,371) >

0,05. Hal ini berarti tidak ada pengaruh paritas ibu yang

mempunyai bayi usia 0-3 bulan terhadap alternatif pemilihan

80

persalinan sando meana dangan tenaga kesehatan/ bidan di

kecamatan Limboro kabupaten Polewali Mandar

Berdasarkan analisis Odds Ratio (OR) diperoleh nilai Lower Limit-

Upper Limit (LL-UL) mencukupi nilai 1 berarti bahwa variabel

paritas tidak signifikan mempengaruhi alrternatif pemilihan

kesehatan dengan paritas ibu (OR=1,714 ; CI :0,523 : 5,621).

B. Pembahasan

Kesehatan adalah hak asasi manusia sekaligus investasi untuk

keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu, diselenggarakan

pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan, guna

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

(Depkes RI. 2004). Upaya meningkatkan derajat kesehatan terutama

ditujukan kepada golongan yang rawan terhadap penyakit, yaitu bayi, balita

dan ibu hamil. Indikator keberhasilan pembangunan kesehatan pada sektor

kesehatan ibu dan anak dapat dilihat dari angka kematian ibu (AKI) dan

angka kematian bayi (AKB).

Oleh karena itu, Program promosi kesehatan mempunyai peran yang

sangat penting dalam proses pemberdayaan masyarakat, yaitu proses

pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat sesuai dengan

81

sosial budaya setempat, agar masyarakat dapat menolong dirinya dalam

bidang kesehatan. Penolong persalinan merupakan salah satu indikator

perilaku hidup bersih dan sehat yang dipengaruhi oleh kondisi wilayah dan

budaya (Depkes, 2006)., dan memberikan kesempatan untuk memiliki bayi

yang sehat.

1. Pengetahuan dangan alternatif pemilihan penolong persalinan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior). Meningkatnya

pengetahuan dapat menimbulkan perubahan persepsi, kebiasaan dan

membentuk kepercayaan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian

ternyata perilaku seseorang yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran,

dan sikap positif akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak

disadari oleh pengetahuan dan kesadaran (Notoatmodjo, 2010)

Pendapat ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan tentang

sesuatu menyebabkab seseorang mempunyai sifat positif yang akan

mempengaruhi niat untuk melakukan suatu kegiatan. Perilaku yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dibanding dengan

perilaku tanpa didasari pengetahuan yang baik. Keterkaitan anatara

pengetahuan dan sikap atau perbuatan seseorang sangat berpengaruh

dalam pengambilan keputusan untuk memilih alternatif pemilihan

penolong persalinan mana yang akan dipilih oleh ibu yang akan bersalin.

82

Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang. Karena jika seseorang tidak

mengetahui sebuah obyek, obyek tersebut tidak akan menarik bagi

seseorang. Begitu juga dengan alternatif pemilihan penolong persalinan

oleh ibu.

Berdasarkan Hasil uji statistik chi square menunjukkan nilai p

(0,791) > 0,05. Hal ini berarti tidak ada pengaruh pengetahuan ibu yang

memiliki bayi usia 0-3 bulan dengan pemilihan penolong persalinan.

dengan analisis Odds Ratio didapatkan bahwa nilai Lower Limit - Upper

Limit (LL-UL) yaitu (OR =1,1 ; CI 0,406 : 3,263), hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa Meskipun tidak bermakna secara statistik,

pengetahuan ibu bayi usia 0-3 bulan 0,3 kali lebih besar pada pemilihan

persalinan oleh sando meana dibandingkan pemilihan persalinan oleh

tenaga kesehatan / bidan.

Wawancara yang dilakukan terhadap responden ada dua faktor

utama penyebab ibu memilih penolong persalinan sesuai dengan

keinginan mereka yaitu pengalaman dan informasi. Pengalaman disini

merupakan sesuatu yang pernah dialami seseorang tentang sesuatu.

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan. Seperti Pengalaman belajar

dalam kebiasaan untuk menentukan pilihaan untuk memberikan

pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman belajar

selama menjalani suatu kebiasaan akan dapat mengembangkan

83

kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari

keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah

nyata dalam bidang kerjanya. Sedangkan mengenai sumber informasi,

Seseorang yang mempunyai sumber informasi lebih banyak akan

mempunyai pengetahuan yang lebih luas. sama halnya dengan dalam

alternatif pemilihan kesehatan yang kurang akan informasi. Informasi

merupakan suatu pengertian yang diekspresikan melalui ungkapan

mengenai kejadian, kenyataan, atau gagasan dengan menggunakan

lambang-lambang yang telah diketahui dan disepakati bersama, yaitu

menyangkut angka, suara, tulisan dan gambar.

Pemahaman ibu bersalin tentang persalinan sando meana adalah

lebih sesuai dengan kemampuan, kebutuhan dan kebiasaan lokal.

Kemampuan tersebut menyangkut; ketersediaan penolong, biaya,

kemampuan dukun, dan mampu mengatasi masalah persalinan Namun

demikian, ada juga persepsi bulin yang menyatakan tidak sesuai dengan

kesehatan dan dapat menyebabkan pertentangan keluarga.

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan dari bahwa ibu yang mempunyai

bayi usia 0 – 3 bulan yang ditolong oleh sando meana (dukun beranak)

sebanyak 30 responden mayoritas memiliki tingkat pengetahuan yang

cukup sebanyak 18 (60,0%) responden dan pada tingkat pengetahuan

kurang sebanyak 12 (40,0%) responden sedangkan untuk kelompok ibu

yang mempunyai bayi usia 0-3 bulan yang ditolong oleh bidan

84

mempunyai tingkat pengetahuan cukup yaitu 19 (63,3%) responden dan

tingkat pengetahuan kurang yaitu 11 (36,7%) responden. Hal ini

menunjukan bahwa pada umumnya responden yaitu ibu yang memiliki

bayi usia 0-3 bulan baik itu yang ditong oleh bidan maupun yang ditolong

oleh sando meana (dukung beranak ) sudah cukup 37 (61,7%).

Hal ini didukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Rika (2002)

yang mennyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikansi antara

pengetahuan tentang persalinan dengan pemilihan penolong persalinan.

Masyarakat di pedesaan telah mengetahui keberadaan bidan desa yang

menempati polindes di pusat desa. Tetapi mereka cenderung

memanfaatkan tenaga bidan hanya untuk melakukan pemeriksaan

kehamilan saja, sedangkan untuk pertolongan persalinannya banyak

yang memilih melahirkan di dukun. Pertolongan persalinan yang tidak

aman dan sehat oleh tenaga yang tidak profesional dapat meningkatkan

resiko komplikasi kehamilan dan persalinan berupa kematian ibu dan

atau kematian bayi. Bisa jadi hal ini terjadi karena kurangnya wawasan

dan pengetahuan ibu tentang metode persalinan sehat dan aman yang

seharusnya menjadi pilihan utama mereka.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan atau perilaku seseorang. Perilaku yang didasari

oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan merupakan suatu hal yang

85

sangat dibutuhkan dalam perubahan pola pikir dan perilaku sekelompok

masyarakat (Amiruddin; Jakir, 2009 http://ridwanamirudin.

wordpress.com). Diharapkan dengan pengetahuan yang didapat tentang

perilaku memilih penolong persalinan akan berdampak pada pemahaman

dari orang akan pentingnya bersalin di tenaga kesehatan. Makin rendah

pengetahuan ibu, makin sedikit keinginannya untuk memanfaatkan

pelayanan kesehatan (Wiludjeng, 2005).

Pengetahuan tentang persalinan dengan segala aspeknya dapat

membantu ibu hamil dalam menentukan tempat persalinan.

Ketidaktahuan mereka tentang beberapa informasi pengertian persalinan

dan tenaga kesehatan, karena jarangya melakukan konseling dengan

tenaga kesehatan atau Bidan. Namun mengingat dari hasil penelitian

yang menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan ibu hamil masih

kurang, maka hal ini perlu ditindaklanjuti melalui peningkatan

pemahaman dan pengetahuan tenaga kesehatan dalam memberikan

penyuluhan tentang persalinan

2. Sosial budaya dengan alternatif pemilihan penolong persalinan

Salah satu faktor yang secara langsung dapat mempengaruhi

kondisi kesehatan bayi adalah makanan yang diberikan. Dalam setiap

masyarakat ada aturan-aturan yang menentukan kuantitas, kualitas dan

jenis-jenis makanan yang seharusnya dan tidak seharusnya dikonsumsi

86

oleh anggota-anggota suatu rumah tangga, sesuai dengan kedudukan,

usia, jenis kelamin dan situasi-situasi tertentu.

Misalnya, ibu yang sedang hamil tidak diperbolehkan atau

dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan tertentu; ayah yang bekerja

sebagai pencari nafkah berhak mendapat jumlah makanan yang

lebih banyak dan bagian yang lebih baik daripada anggota keluarga yang

lain ; atau anak laki-laki diberi makan lebih dulu dari pada anak

perempuan. Walaupun pola makan ini sudah menjadi tradisi ataupun

kebiasaan, namun yang paling berperan mengatur menu setiap hari dan

mendistribusikan makanan kepada keluarga adalah ibu; dengan kata lain

ibumempunyai peran sebagai gate-keeper dari keluarga.

Budaya adalah sesuatu yang kompleks yang mengandung

pengetahuan, keyakinan, seni, moral, hukum, kebiasaan dan kecakapan

lain yang merupakan kebiasaan manusia sebagai anggota komunikasi

setempat. sir Eduarel taylor (1871) dalam Andrew dan boyle (2005).

Pada beberapa masyarakat tradisional di Indonesia kita bisa melihat

konsepsi budaya yang terwujud dalam prilaku yang berkaitan dengan

ponolong persalinan pada ibu hamil. Berdasarkan analisis bivariat Dari

hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh sosial budaya ibu

yang mempunyai bayi usia 0-3 bulan terhadap alternatif pemilihan

persalinan sando meana dangan tenaga kesehatan/ bidan melalui Hasil

uji statistik chi square menunjukkan nilai p (0,037) > 0,05.

87

Pada tabel 2 menunjukkan bahwa dari 30 ibu bayi 0-3 bulan yang

ditolong oleh sando meana (dukung beranak) yang mempunyai sosial

budaya ketegori mendukung sebanyak 26 (86,7%), dan yang tidak

mendukung 4 (13,7%). Sedangkan ibu bayi 0-3 bulan yang ditolong oleh

tenaga kesehatan/ bidan yang mempunyai sosial budaya ketegori

mendukung sebanyak 19 (63,3%), dan yang tidak mendukung 11

(36,7%) responden. Dapat disimpulkan bahwa ibu hamil yang memilih

bidan atau sando meana dipengaruhi oleh Sosial Budaya yang

Kebiasaan/ kepercayaan secara turun temurun yang terjadi pada ibu.

Permasalahan utama yang saat ini masih dihadapi berkaitan

dengan kesehatan ibu di Indonesia adalah masih tingginya angka

kematian ibu yang berhubungan dengan persalinan ini dipengaruhi oleh

perilaku-perilaku kesehatan di masyarakat oleh faktor sosial-budaya.

Pada dasarnya, peran kebudayan terhadap kesehatan masyarakat

adalah dalam membentuk, mengatur dan mempengaruhi tindakan atau

kegiatan individu-individu suatu kelompok sosial untuk memenuhi

berbagai kebutuhan kesehatan. Memang tidak semua praktek/perilaku

masyarakat yang pada awalnya bertujuan untuk menjaga kesehatan

dirinya adalah merupakan praktek yang sesuai dengan ketentuan medis

/kesehatan. Apalagi kalau persepsi tentang kesehatan ataupun penyebab

sakit sudah berbeda sekali dengan konsep medis, tentunya upaya

mengatasinya juga berbeda disesuaikan dengan keyakinan ataupun

88

kepercayaan-kepercayaan yang sudah dianut secara turun-temurun

sehingga lebih banyak menimbulkan dampak-dampak yang merugikan

bagi kesehatan. Dan untuk merubah perilaku ini sangat membutuhkan

waktu dan cara yang strategis. Dengan alasan ini pula dalam hal

penempatan petugas kesehatan dimana selain memberi pelayanan

kesehatan pada masyarakat juga berfungsi sebagai agen perubah

(change agent) maka pengetahuan dan kemampuan berkomunikasi dari

petugas kesehatan sangat diperlukan disamping kemampuan dan

ketrampilan memberi pelayanan kesehatan.

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan responden dan

masyarakat sekitar Tingkat kepercayaan masyarakat kepada petugas

kesehatan di kecamatan limboro masih rendah. Mereka masih percaya

kepada dukun karena kharismatik dukun tersebut yang sedemikian tinggi,

sehingga ia lebih senang berobat dan meminta tolong kepada dukun.

Kebiasaan dukun beranak untuk menolong persalinan yang biasanya

dilakukan di rumah. Persalin melalui sando dianggap menguntungkan ibu

hamil, khususnya mereka dengan kondisi ekonomi yang rendah. Sando

selain pemberian upahnya tidak mahal, bentuknya lebih luwes, juga tidak

mesti membayar pada setiap kunjungan. Hal ini juga ditemukan Nyanzy

(2007) di Gambia bahwa dukun diberi penghargaan dengan cara

membantu pekerjaan dukun di sawah, memberi barang berupa buah,

daging, sabun beras atau makanan upacara. Di samping itu, ibu yang

89

ditolong umumnya juga adalah keluarga, sehingga bila mencari penolong

lain dapat menyebabkan keretakan hubungan keluarga. Menurut

Rosenstock (cit. Glanz, 1997) bahwa individu akan melakukan tindakan

pencarian pelayanan kesehatan bila ada faktor pencetus.Oleh karena itu

timbulnya biaya sosial dalam pelayanan sando meana merupakan faktor

pencetus untuk memilih sando meana sebagai penolong persalinan.

Rasa kepercayaan antar warga yang terbangun dalam komunitas

yang kohesif sangat tinggi. Kepercayaan yang diberikan kepada warga

lokal lebih tinggi daripada warga non-lokal. Dukun merupakan aktor lokal

yang dipercaya warga sebagai tokoh kunci di masyarakat terutama yang

berhubungan dengan kesehatan dan keselamatan. Pada kasus

persalinan, dukun tidak hanya berperan saat proses tersebut

berlangsung, namun juga pada saat upacara-upacara adat yang

dipercaya membawa keselamatan bagi ibu dan anaknya seperti upacara

tujuh-bulanan kehamilan, tatobik (mandi dengan air panas) dan hatukahai

(pendiangan di atas bara api). Upacara adat ini tentunya tidak sejalan

dengan aktivitas medis dan tidak dapat dilakukan oleh seorang bidan. Hal

inilah yang menyebabkan dukun memiliki tempat yang terhormat dan

memperoleh kepercayaan lokal yang jauh lebih tinggi dari pada bidan.

Dukun dipercayai memiliki kemampuan yang diwariskan turun-temurun

untuk memediasi pertolongan medis dalam masyarakat. Sebagian dari

mereka juga memperoleh citra sebagai “orang tua” yang telah

90

“berpengalaman”. Profil sosial inilah yang berperan dalam pembentukan

status sosial dukun yang karismatik dalam pelayanan medis tradisional

Data Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1992 rnenunjukkan

bahwa 65% persalinan ditolong oleh dukun beranak. Beberapa penelitian

yang pernah dilakukan mengungkapkan bahwa masih terdapat praktek-

praktek persalinan oleh dukun yang dapat membahayakan si ibu.

Penelitian Iskandar dkk (2006) menunjukkan beberapa tindakan/praktek

yang membawa resiko infeksi seperti "ngolesi" (membasahi vagina

dengan minyak kelapa untuk memperlancar persalinan), "kodok"

(memasukkan tangan ke dalam vagina dan uterus untuk rnengeluarkan

placenta) atau "nyanda" (setelah persalinan, ibu duduk dengan posisi

bersandardan kaki diluruskan ke depan selama berjam-jam yang dapat

menyebabkan perdarahan dan pembengkakan).

Perilaku-perilaku kesehatan di masyarakat baik yang

menguntungkan atau merugikan kesehatan banyak sekali dipengaruhi

oleh faktor sosial-budaya. Pada dasarnya, peran kebudayan terhadap

kesehatan masyarakat adalah dalam membentuk, mengatur dan

mempengaruhi tindakan atau kegiatan individu-individu suatu kelompok

sosial untuk memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan. Memang tidak

semua praktek/perilaku masyarakat yang pada awalnya bertujuan untuk

menjaga kesehatan dirinya adalah merupakan praktek yang sesuai

dengan ketentuan medis /kesehatan.Tingkat kepercayaan masyarakat

91

kepada petugas kesehatan, dibeberapa wilayah masih rendah. Mereka

masih percaya kepada dukun karena kharismatik dukun tersebut yang

sedemikian tinggi, sehingga ia lebih senang berobat dan meminta tolong

kepada ibu dukun. Di daerah pedesaan, kebanyakan ibu hamil masih

mempercayai dukun beranak untuk menolong persalinan yang biasanya

dilakukan di rumah

3. Pendidikan dengan pemilihanpenolong perrsalinan

Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi, misalnya hal-

hal yang menunjang kesehatan sehingga mampu meningkatkan kualitas

hidup seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka

semakin mudah menerima informasi yang pada akhirnya semakin

menambah pengetahuan yang dmiliki. Sebaliknya pendidikan yang

kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap

nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Nursalam, 2003).

Berdasarkan analisis bivariat pendidikan tidak signifikan

mempengaruhi pemilihan penolong persalinan oleh ibu yang mempuyai

bayi usia 0-3 bulan ini berarti bahwa variabel pendidikan tidak ada

hubungan dengan pemilihan penolong persalinan (OR=1,305 ; CI 0,570 :

2,988).

Tidak Terdapatnya hubungan antara pendidikan dengan pemilihan

penolong persalinan pada penelitian ini dikerenakan masyarakat

92

setempat khususnya ibu hamil masih di pengaruhi oleh Sosial Budaya

yang Kebiasaan/ kepercayaan secara turun temurundri keluarga yang

terjadi pada ibu. Pendidikan pada ibu mayoritas masih rendah SD/SLTP

hanya 48 (80,0%) dari jumlah keseluruhan responden sedangkan tingkat

pendidikan atau SLTA/PT 12 (20,0%). Namun semakin tinggi pendidikan

akan lebih mudah menerima dan mampu memahami pesan atau

informasi tentang memilih penolong persalinan yang bersih dan aman

dibanding yang berpendidikan formal lebih rendah.

Ibu yang mempunyai pendidikan tinggi biasanya mempunyai

kesedaran akan pentingnya pemeriksaan antenatal, rata-rata kunjungan

pemeriksaan antenatal ibu yang berkepentingan tinggi lebih sering

dibanding dengan yang berpendidikan rendah. adanya hubungan tingkat

pendidikan dengan usaha pencaharian pelayanan kesehatan terhadap

janin yang dikandungnya. Tingkat pendidikan ibu akan mamberi

pengaruh dalam penerimaan informasi yang diberikan sehingga dapat

meningkatkan pengetahuan tentang kehamilan resiko tinggi.

Pendidikan formal merupakan pendidikan terencana, teroganisir dan

dilaksanakan di dalam kelas. Melalui proses ini sesorang belajar

memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap serta

nilai-nilai yang menghantarkan orang yang belajar tersebut kearah

kedewasaan dalam bertindak. Dapat diartikan bahwa pendidikan formal

merupakan sarana yang dapat mengubah pola pikir, sikap dan tindakan

93

seseorang kearah kualitas pribadi yang lebih baik, dengan tingkat

pendidikan formal yang semakin tinggi akan membantu seseorang untuk

memperoleh pengetahuan dan pemahaman serta nilai-nilai yang akan

membantu seserang berpikir rasional

4. Jenis pekerjaan dengan pemilihan penolong persalinan

Ratusan juta tenaga kerja diseluruh dunia saat ini bekerja pada

kondisi yang tidak nyaman dan dapat mengakibatkan gangguan

kesehatan. Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh karena

faktor pekerjaan juga dapat menyebabkan kematian, masalah lain adalah

ketulian, gangguan muskulokeletal, penyakit jiwa, system syaraf, dan

gangguan reproduksi.

Berdasarkan analisis bivariat jenis pekerjaan signifikan tidak

mempengaruhi alternatif pemilihan penolong persalinan ibu yang bekerja

antara sando meana dengan tenaga kesehatan dengan 2 kali lebih besar

dibandingkan ibu yang tidak bekerja melilih persalinan sando meana

atau tenaga kesehatan / bidan (OR=4,052 ; CI 2,401 : 6,839).

Pekerjaan diklasifikasikan menjadi dua kategori Bekerja : buruh,

tani, swasta dan PNS dan yang Tidak bekerja. Berdasarkan hasil

penilitian maka didapatkan ibu yang bekarja sebanyak 50% dan yang

tidak bekerja sebanyak 50 %. Ini menunjukkan tidak ada perbedaan yang

signifikan dari jumlah ibu yang bekerja dan yang tidak bekerja.

94

Masyarakat yang sibuk hanya memiliki sedikit waktu untuk memperoleh

informasi, sehingga pengetahuan yang mereka peroleh kemungkinan

juga berkurang. Kehamilan bukan merupakan halangan untuk bekerja

asalkan sesuai dengan kemampuan dan tidak melakukan kegiatan yang

dapat membahayakan kelangsungan kehamilan (Manuaba).

5. Jarak atau keterjangkauan sarana kesehatan dengan pemilihan

penolong persalinan

Aksesibilitas ke tempat pelayanan kesehatan merupakan

penghambat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan tertentu seperti

sarana transportasi, keadaan geografis dan waktu tempuh untuk menuju

tempat pelayanan kesehatan. waktu tempuh yang di maksud di sini

adalah waktu tempuh dari tempat tinggal menuju tempat pelayanan

kesehatan, waktu tempuh yang lama seringkali menjadi kendala bagi

masyarakat dalam upaya pencarian pengobatan. Pada umumnya ibu

akan mencari tempat pelayanan kesehatan yang berlokasi dekat tempat

tinggal mereka.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa 35 (58,3%)

responden terjangkau aksesnya menuju sarana kesehatan terdekat

(bidan). Sedangkan 25 (41,7%) akses menuju sarana kesehatan terdekat

tidak terjangkau. Hasil uji statistik dengan menggunakan Odds Ratio (OR)

diperoleh risk estimate yaitu nilai P = 0,001 (OR = 6,9 ; CI 0,3 : 1,2) hasil

95

tersebut menunjukkan bahwa nilai OR > 1, ini berarti bahwa variabel

jarak atau kleterjangkauan sarana signifikan mempengaruh ibu untuk

memlih penolong persalinan.

Sebagian besar responden yang terjangkau aksesnya menuju

sarana kesehatan memilih bidan untuk menolong persalinan. Sebagian

besar responden yang tidak terjangkau aksesnya memilih dukun bayi

untuk menolong persalinannya. Responden yang memilih pertolongan

persalinan oleh dukun bayi umumnya merupakan masyarakat yang jarak

rumahnya menuju tempat dukun bayi lebih dekat sedangkan responden

yang memilih pertolongan persalinan oleh bidan membutuhkan waktu

yang lebih banyak untuk mendapatkan pelayanan karenan jaraknya yang

lebih jauh. Ketersediaan dan kemudahan menjangkau tempat

pelayanan, akses terhadap sarana kesehatan dan transportasi

merupakan salah satu pertimbangan keluarga dalam pengambilan

keputusan mencari tempat pelayanan kesehatan. Hal ini sesuai dengan

hasil penelitian Ridwan Amirudin tahun 2006 yang menyatakan bahwa

keterjangkauan sarana pelayanan kesehatan berhubungan dengan

pemilihan tenaga penolong persalinan.

Menurut Rosenstock (cit, Glanz, 1997), Ketersediaan pelayanan

kesehatan merupakan faktor cues to action yang sangat berpengaruh

terhadap perubahan perilaku (Rosenstock cit, Glanz, 1997). Tidak

adanya pelayanan kesehatan seperti bidan di desa, menjadikan sando

96

sebagai alternatif pertama dan utama bagi masyarakat. Hal ini

berdasarkan wawancara bahwa sando lebih mudah dipanggil dan tidak

merepotkan, terutama karena jarak yang dekat dibandingkan dengan

menghubungi penolong yang lain.

Menurut Alesich (2008), ketersediaan penolong persalinan menjadi

tuntutan penting bagi penduduk, seperti ketika dukun sedang berada

dikebun, maka ia segera datang untuk membantu persalinan. Penelitian

ini sejalan dengan yang dilakukan Hussein (2005) di Tanzania yang

menyebutkan ibu tidak memilih persalinan dengan bantuan tenaga

kesehatan karena rusaknya jalan yang menghubungkan dengan desa,

juga kurangnya sarana transportasi yang tersedia dengan cepat untuk

membawa bumil pada setiap persalinan. Hal yang sama dikemukakan

oleh Chalo (2005) di Uganda bahwa kebutuhan yang penting untuk

mengurangi kematian adalah penyediaan transportasi. Namun, hal ini

berbeda dengan penelitian Prawira (2000) dan Wijayanti (1999) yang

menyebutkan waktu tempuh ke penolong tidak berhubungan dengan

pemilihan penolong persalinan. Salah satu faktor yang berpengaruh

dalam memilih jenis persalinan adalah kemudahan pelayanan. Semakin

tinggi kemudahan pelayanan akan lebih banyak ibu hamil bersalin

dengan bantuan tenaga kesehatan

97

6. Parietas ibu dengan pemilihan penolong persalinan

Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh seorang

ibu (Nursalam, 2003). Dikatakan bahwa terdapat kecenderungan

kesehatan ibu yang berparitas rendah lebih baik dari yang berparitas

tinggi. Tetapi kesemuanya ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut

(Notoatmodjo, 2008).

Persalinan yang biasanya paling aman untuk ibu yaitu persalinan

yang kedua dan ketiga karena pada persalinan keempat dan kelima

secara dramatis akan meningkatkan angka kematian ibu. Tingkat paritas

telah menarik perhatian beberapa peneliti dalam hubungannya dengan

kesehatan ibu dan anakKesehatan dan keselamatan kerja selalu akan

berhubungan dengan kelelahan, shift dan waktu kerja. Beberapa

penelitian berusaha menerangkan aspek-aspek dari shift dan waktu kerja.

Shift dan kerja malam hari adalah kondisi yang dapat menghambat

kemampuan adapatasi pekerja baik dari aspek biologis maupun sosial.

Shift kerja malam berpengaruh negatif terhadap kesehatan fisik dan

mental.

Berdasarkan analisis bivariat paritas tidak signifikan

mempengaruhi alternatif pemilahan penolong persalinan ini berarti bahwa

variabel parietas ibu tidak mempengaruhi pemilihan penolong persalinan

nilai p (0,371) > 0,05 (OR=1,714 ; CI :0,523 : 5,621).

98

Pada penelitian ini diperoleh bahwa paritas ibu yang menjadi

responden sbanyak 60 yang melahirkan anak pertama sebanyak 15

(25,0%) dan melahirkan anak kedua dan ketiga karena pada persalinan

keempat dan kelima sebanyak 45 (75,0%). Pengalaman persalinan

sebelumnya dapat mempengaruhi ibu dalam memilih tenaga penolong

persalinan, karena melalui pengalaman dapat timbul persepsi yang positif

tentang ancaman persalinan dengan dukun dan persepsi yang positif

tentang manfaat persalinan dengan tenaga kesehatan. Bila ibu telah

mempunyai persepsi yang positif, maka ibu akan memilih tenaga

kesehatan sebagai tenaga penolong persalinannya.

Persepsi tentang ancaman berhubungan langsung dengan

pemilihan tenaga penolong persalinan, karena tindakan individu untuk

mencari pengobatan dan pencegahan penyakit akan didorong oleh

keseriusan panyakit tersebut atau ancaman yang dilihatnya. Bila ibu

hamil merasakan adanya ancaman keselamatan terhadap dirinya dan

bayinya maka ibu akan mencari petugas kesehatan untuk menolong

persalinannya.

Persepsi tentang manfaat adalah keyakinan seseorang bahwa

manfaat dari perilaku yang direkomendasikan lebih besar dari segala

hambatan. Seseorang akan bertindak tergantung pada manfaat yang

dirasakan dan rintangan-rintangan yang ditemukan dalam mengambil

tindakan tersebut. Pada umumnya manfaat tindakan lebih menentukan

99

daripada rintangan-rintangan yang mungkin ditemukan didalam

melakukan tindakan tersebut. Bila seorang ibu hamil yakin akan manfaat

persalinan dengan tenaga kesehatan, maka ibu tersebut akan memilih

petugas kesehatan untuk penolong persalinannya walaupun ada

hambatan-hambatan yang dihadapinya

.

100

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Kecamatan Limboro Kabupaten

Polewali Mandar dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebahagian besar pertolongan persalinan sudah ditolong oleh tenaga

kesehatan, akan tetapi belum mencapai target nasional. Masih

tingginya angka pertolongan persalinan yang ditolong oleh dukun di

kecamatan Limboro kabupaten polewali mandar ini disebabkan oleh:

a. Sosial budaya

b. Keterjangkau akses menuju sarana kesehatan

2. Terdapat hubungan yang bermakna antara sosial budaya, dan

keterjangkauan sarana kesehatan dengan pemilihan pertolongan

persalinan oleh sando meana (dukun beranak) dan tenaga kesehatan.

3. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan,

jenjang pendidikan, pekerjaan, serta parietas ibu dengan pemilihan

pertolongan persalinan oleh sando meana (dukun beranak) dan

tenaga kesehatan.

101

B. Saran

1. Bagi Puskesmas Kecamatan Limboro

a. Dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan persepsi

masyarakat tentang manfaat persalinan dengan tenaga

kesehatan, maka disarankan kepada tenaga kesehatan di

kecamatan Limboro untuk meningkatkan komunikasi, informasi

dan edukasi (KIE) kepada masyarakat terutama ibu-ibu dengan

tingkat pendidikan yang rendah secara berkesinambungan

seperti penyuluhan pada setiap kali posyandu dan

mengaktifkan kelas ibu. Materi yang dibutuhkan terutama

tentang berapa kali sebaiknya memeriksakan kehamilan, umur

yang aman untuk hamil dan melahirkan, siapa sebaiknya

penolong persalinan ibu, tanda bahaya dalam kehamilan dan

persalinan, kepada siapa sebaiknya memeriksakan diri bila

ditemui tanda bahaya dalam kehamilan, jarak persalinan yang

aman, dan berapa kali sebaiknya memeriksakan diri kepada

petugas kesehatan selama kehamilan.

b. Kepada bidan-bidan yang menolong persalinan diharapkan

untuk lebih meningkatkan pelayanan kapada pasien dengan

lebih bersikap empati terhadap pasien, menyediakan waktu

yang cukup dan bersikap lebih sabar untuk menamani pasien

102

yang sedang dalam proses persalinan, membina hubungan

yang baik dengan keluarga pasien dan menjalin hubungan baik

dengan dukun.

2. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Polewali Mandar

a. Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Polewali Mandar

untuk menambah media promosi tentang persalinan yang aman di

wilayah kerja Puskesmas Limboro terutama tentang manfaat

persalinan dengan tenaga kesehatan seperti baliho yang dipasang

di pinggir jalan atau tempat-tempat yang strategis di wilayah kerja

Puskesmas Limboro sehingga semua orang bisa melihat dan

membacanya.

b. Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Polewali Mnadar

untuk menganggarkan dana program kelas ibu dan pembinaan

desa siaga melalui APBD Kabupaten Polewali Mandar.

3. Bagi Pemda Kabupaten Polewali Mandar

Disarankan kepada Pemda Kabupaten Polewali Mandar agar lebih

menekankan kepada tentang pemanfaatan dana alokasi untuk

Kecamatan Limboro, agar minimal 10% dialokasikan untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Limboro, seperti dana

transportasi untuk kader dan bantuaan untuk pengoptimalan desa

siaga.

103

4. Bagi Masyarakat Kecamatan Limboro

Disarankan kepada masyarakat agar dapat mengupayakan pendidikan

anak, terutama anak perempuan minimal sampai jenjang Sekolah

Lanjutan Tingkat Atas dan menunda pernikahan anak perempuannya

sampai anak berusia minimal 20 tahun.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Disarankan bagi peneliti selanjutnya yang juga ingin meneliti tentang

pemilihan tenaga penolong persalinan agar dapat meneliti tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam pemilihan

penolong persalinan yang lebih signifikan lagi seperti pengaruh suami

dan kepercayaan masyarakat terhadap pemilihan tenaga penolong

persalinan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. 2006. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Apolo. Surabaya. Alimul, Aziz, 2002 .Riset Keperawatan & Teknik Penulisan Ilmiah, Jakarta .

Salemba Medika Arikunto S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka

Cipta. Jakarta. __________2005. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka

Cipta. Jakarta. __________2007. Manajemen Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka

Cipta. Jakarta. Ambiyatun, 2005. Manajemen Dini dan Kebidanan dalam Meningkatkan

Pelayanan Kepada Masyarakat. Jawa Barat. Daryanto, 2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya. Apolo.

Depkes RI, 2007. Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar. Jakarta. _________ 2007 Pedoman Pelayanan Antenatal di Tingkat Pelayanan Dasar.

Jakarta. Mochtar, 2002, Sinopsis Obstetri Fisiologis dan Patologi Jilid 2, Edisi 2,

Jakarta, ECG Notoatmodjo, S. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta.

Jakarta.

_________, 2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Nursalam. 2001. Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : CV Agung Seto _________2003, Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : CV Agung Seto Prawirohardjo, 2002. Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawihardjo : Jakarta Sadulloh, 2007. Tahu dan Pengetahuan, Jakarta PT Rineka Cipta,.

Saifudin,A. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

Syahlan, 1999. Kebidanan Komunitas. Yayasan Sumber Daya Kesehatan.

Jakarta.

_________2005. Kebidanan Komunitas. Yayasan Sumber Daya Kesehatan. Jakarta.

http://www.pdpersi.co.id. 2010 Armis , 2005, Karakteristik Individu //http/www.litbangdepkes.co.id/,

Tirtamiharja, 2005, Sistem Pendidikan dan Penolong Persalinan //http/www.litbangdepkes.co.id/,

Purwadarminta, 2005, Filsafat Administrasi, Jakarta, PT. Gunung Agung

Subroto, 2004, Filsafat Ilmu, Jakarta, PT. Gunung Agung

KUESIONER PENELITIAN

A. Karakteristik Responden

1. Nomor Responden : _________________________

2. Umur Responden : tahun

3. Usia : _________________________

________________________

4. Pendidikan : 1. SD

2. SMP

3. SMU

4. D3 s/d S1

5. Pekerjaan : 1. Ibu Rumah Tangga

2. Buruh

3. Karyawan

4. Tani

5. Lainnya, sebutkan : _________________

6. Pendapatan Rata-Rata/Bulan : Rp………………………….

7. Jumlah anak/Parietas : ………………………….

8. Tanggal lahir Anak : ……..,……………,…….

9. Jarak Pelayanan Kes : …………………..

PENGETAHUAN

Silahkan anda silang (x) jawaban yang dianggap benar !

1. Berapakah usia kehamilan yang normal sampai dengan persalinan?

a. 36 minggu

b. 20 minggu

c. 33 minggu

2. Apa yang dimaksud dengan ibu hamil ?

a. Ibu hamil adalah ibu dengan keadaan perut besar tanpa sebab dan tidak

haid sudah beberapa bulan.

b. Ibu hamil adalah wanita yang tidak mendapatkan haid selama satu bulan

atau lebih disertai tanda-tanda kehamilan subyektif dan objektif

c. Ibu hamil adalah wanita yang tidak mendapatklan haid, disertai dengan

sakit perut yang hebat.

3. Persalinan yang tidak aman adalah ?

a. Persalinan di rumah

b. Persalinan di BPS

c. Persalinan di puskesmas.

4. Keuntungan persalinan oleh bidan adalah?

a. Bidan cepat tanggap jika terjadi kegawatdaruratan

b. Bidan tidak tanggap jika ada kelainan

c. Bidan sama dengan paraji

5. Pemeriksaan kehamilan ke pelayanan kesehatan minimal … kali?

a. 1 kali

b. 2 kali

c. 4 kali

6. Pemeriksaan penyakit seksual menular ke pelayanan kesehatan dalam

persiapan kehamilan, yang tepat bertujuan untuk ?...

a. Untuk menghindari kecacatan pada janin

b. Untuk menghindari kekurangan zat besi

c. Penyakit ini dapat menyebabkan kematian pada ibu, janin maupun bayi

yang dilahirkan

7. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menanamkan pola hidup sehat saat

hamil adalah ?

a. Hindarkan merokok dan menghindari minuman beralkohol

b. Pola makan yang tidak teratur dikarenakan terasa mual

c. Bebas dalam memilih makanan maupun meminum minuman beralhokol.

8. Kebiasaan apa yang bisa menyebabkan janin kekurangan oksigen dan

makanan bergizi ?

a. Merokok

b. Memakan makanan yang berlemak

c. Memakan makanan yang banyak mengandung protein

9. Manfaat persalinan oleh bidan ?...

a. Persalinan bersih dan aman

b. Persalinan lambat

c. Persalinan tidak aman

10. Persalinan oleh paraji merugikan ibu karena ?

a. Tidak menjamin kebersihan alat

b. Menjamin persalinan aman

c. Menjamin persalinan bersih

11. Persalinan yang menggunakan alat yang bersih adalah ?

a. Di BPS

b. Di Rumah

c. Di paraji.

12. Dibawah ini merupakan tempat persalinan yang bersih dan aman

a. Rumah sendiri

b. Puskesmas

c. Paraji

13. Menurut anda puskesmas dapat dijadikan tempat untuk bersalin...

a. Benar

b. Tidak tahu

c. Salah

17. Agar proses persalinan bersih dan aman, maka sebaiknya persalinan dilakukan

di… ….

a. Bidan Praktek Swasta

b. Paraji

c. Di Rumah

18. Agar dalam proses persalinan tidak ada penyulit, maka sewaktu hamil yang

harus dilakukan oleh ibu adalah… ….

a. Secara rutin memeriksakan kehamilan di BPS

b. Secara rutin memeriksakan kehamilan di paraji

c. Secara rutin memeriksakan kehamilan di rumah sendiri

22. Persalinan oleh tenaga kesehatan di BPS menguntungkan karena...

a. Bidan sudah terlatih

b. Bidan tidak mengetahui tanda bahaya

c. Bidan tidak ramah

23. Persalinan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas dianjurkan pemerintah,

karena...

a. Puskesmas mempunyai Tenaga kesehatan sudah terlatih

b. Di Puskesmas Tenaga kesahatan tidak dapat membantu persalinan yang

aman

c. Tenaga kesehatan puskesmas biayanya mahal

24. Persalinan yang bersih dan aman hanya dapat dilakukan oleh...

a. Puskesmas

b. Paraji

c. Paranormal

25. Agar terhindar dari infeksi setelah persalinan sebaiknya ibu bersalin di ?

a. Rumah sendiri

b. Di Puskesmas

c. Di rumah paraji

BUDAYA

1. Apakah ada pantrangan tertentu selama kehamilan

a. Ya

b. Tidak

2. Apakah ada pantrangan dalam pemilhan penolong persalinan

a. Ya

b. Tidak

3. Apakah ada anjuran tertentu supaya melahrkan nanti sesuai bulan dan hari

yang tepat

a. Ya

b. Tidak

4. Apakah ada larangan dari orang yang dituakan ditempat ibu tinggal supaya

persalinan tidak dilakukan di rumah sakit

a. Ya

b. Tidak

5. Apakah ada larangan dari orang yang dituakan ditempat ibu tinggal supaya

persalinan tidak dilakukan di puskesmas

a. Ya

b. Tidak

6. Apakah ada larangan dari orang yang dituakan ditempat ibu tinggal supaya

persalinan tidak dilakukan di rumah

a. Ya

b. Tidak

7. Apakah ada kepercayaan di lingkungan ibu tinggal bahwa pertolongan

persalinan oleh bidan mengakibatkan anak yang dilahirkan tidak patuh

orang tua

a. Ya

b. Tidak

8. Apakah ada kepercayaan turun temurun dar keluarga ibu supaya

pertolongan persalinan harus dilakukan oleh dukun bayi

a. Ya

b. Tidak

9. Apakah ada pertolongan persalinan oleh dukun bayi merupakan adat istadat

yang sudah turun temurun di lingkungan tempat tnggal ibu?

a. Ya

b. Tidak

10. Apakah keluarga mendukung ibu untuk melakukan pertolongan persalinan

oleh bidan

a. Ya

b. Tidak

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 P23 P24 P25

TOTA

L

%SB

1

SB

2

SB

3

SB

4

SB

5

SB

6

SB

7

SB

8

SB

9

SB

10TOTAL

1 HS 15-Jan-12 1 IRT BIDAN SMP 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 17 68 CUKUP 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 7

2 NM 6-Feb-12 3 IRT BIDAN SMP 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 14 56 CUKUP 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 6

3 SR 23-Feb-12 2 IRT BIDAN SMA 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 20 80 BAIK 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 6

4 MH 12-Jan-12 1 IRT BIDAN SMP 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 19 76 BAIK 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 6

5 MD 12-Jan-12 1 SWASTA BIDAN SMA 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 19 76 BAIK 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 8

6 LM 18-Jan-12 4 IRT BIDAN SMP 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 15 60 CUKUP 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 5

7 RM 15-Feb-12 5 SWASTA BIDAN SMP 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23 92 BAIK 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 8

8 HJ 5-Jan-12 1 IRT BIDAN SMP 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 15 60 CUKUP 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 7

9 NR 6-Feb-12 2 SWASTA BIDAN SMP 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 13 52 KURANG 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 6

10 SB 9-Jan-12 3 PNS BIDAN SMA 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23 92 BAIK 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 8

11 SR 8-Jan-12 5 SWASTA BIDAN SMA 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 19 76 BAIK 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 8

12 NW 2-Feb-12 2 IRT BIDAN SMA 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 14 56 CUKUP 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 5

13 RS 10-Jan-12 1 IRT BIDAN SMP 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 19 76 BAIK 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 5

14 NB 2-Jan-12 4 IRT BIDAN SD 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 17 68 CUKUP 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 6

15 LS 13-Jan-12 2 SWASTA BIDAN SMP 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21 84 BAIK 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 6

16 NW 4-Jan-12 2 IRT BIDAN SD 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 13 52 KURANG 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 4

17 SB 25-Feb-12 3 IRT BIDAN SMP 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 19 76 BAIK 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8

18 SR 6-Jan-12 1 SWASTA BIDAN SMP 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 20 80 BAIK 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 7

19 HR 7-Jan-12 1 SWASTA BIDAN SMP 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 20 80 BAIK 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 7

20 AR 8-Jan-12 3 SWASTA BIDAN SMP 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23 92 BAIK 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 8

21 HS 9-Jan-12 2 SWASTA BIDAN SMP 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 21 84 BAIK 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 8

22 MR 10-Mar-12 1 IRT BIDAN SD 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 13 52 KURANG 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 4

23 MD 4-Mar-12 3 SWASTA BIDAN SMP 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 18 72 CUKUP 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 6

24 HM 9-Mar-12 2 IRT BIDAN SD 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 8 32 KURANG 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 3

25 HS 11-Mar-12 4 SWASTA BIDAN SMP 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 15 60 CUKUP 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 7

26 ML 17-Mar-12 3 SWASTA BIDAN SMA 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 14 56 CUKUP 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 5

27 NM 8-Mar-12 3 IRT BIDAN SMA 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 13 52 KURANG 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 5

28 NY 1-Feb-12 4 IRT BIDAN SMP 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 14 56 CUKUP 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 5

29 NR 2-Feb-12 2 IRT BIDAN SMP 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 13 52 KURANG 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 5

30 RM 21-Jan-12 1 SWASTA BIDAN SMP 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 14 56 CUKUP 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 5

31 SS 12-Mar-12 1 SWASTA SANDO MEANA SMP 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 6 24 KURANG 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2

32 PT 6-Jan-12 2 TDK BKRJ SANDO MEANA SD 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 17 68 CUKUP 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 6

33 NN 13-Jan-12 2 SWASTA SANDO MEANA SMP 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 20 80 BAIK 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 7

34 NT 22-Jan-12 3 TDK BKRJ SANDO MEANA SD 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 17 68 CUKUP 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 8

35 NR 26-Jan-12 2 PETANI SANDO MEANA SD 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 7 28 KURANG 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 3

36 WT 28-Jan-12 4 TDK BKRJ SANDO MEANA SMP 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 13 52 KURANG 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 6

37 SR 1-Feb-12 6 TDK BKRJ SANDO MEANA T.SD 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 21 84 BAIK 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 8

38 HL 5-Feb-12 2 IRT SANDO MEANA T.SD 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 6 24 KURANG 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 4

39 HJ 5-Feb-12 2 IRT SANDO MEANA SMA 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 14 56 CUKUP 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 7

40 NR 9-Feb-12 1 SWASTA SANDO MEANA SMP 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 16 64 CUKUP 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 8

41 MA 10-Feb-12 4 SWASTA SANDO MEANA SMP 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 21 84 BAIK 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9

42 HD 12-Feb-12 1 SWASTA SANDO MEANA PT 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 17 68 CUKUP 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 8

43 HR 13-Feb-12 1 PETANI SANDO MEANA SMP 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 20 80 BAIK 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 7

44 SR 13-Feb-12 2 PETANI SANDO MEANA SMP 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 14 56 CUKUP 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 8

45 FM 13-Jan-12 4 IRT SANDO MEANA SD 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 19 76 BAIK 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 8

46 SP 24-Feb-12 3 SWASTA SANDO MEANA SD 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 15 60 CUKUP 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 8

47 NM 25-Feb-12 2 SWASTA SANDO MEANA SMA 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 17 68 CUKUP 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 8

48 LA 2-Mar-12 4 SWASTA SANDO MEANA SMA 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 17 68 CUKUP 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 6

49 MR 7-Mar-12 2 IRT SANDO MEANA SD 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 18 72 BAIK 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9

50 NL 10-Mar-12 2 SWASTA SANDO MEANA SMP 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22 88 BAIK 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 7

51 ND 11-Mar-12 1 SWASTA SANDO MEANA SMA 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 17 68 CUKUP 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 6

52 MW 17-Mar-12 3 TDK BKRJ SANDO MEANA SD 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22 88 BAIK 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 7

SOSIAL BUDAYA

PEKERJAAN

MASTER TABEL ANALISIS FAKTOR DETERMINAN YANG MEMPENGARUHI ALTERNATIF PEMILIHAN PERSALINAN SANDO MEANA (DUKUNG BERANAK) DI KEC. LIMBORO KEB POLMAN

NO NAMATGL LAHIR

BAYI

PENDIDI

KAN IBU

PEMILIHAN

PERSALINAN

PENGETAHUAN

PARITAS KRITERIA

53 HJ 19-Mar-12 4 IRT SANDO MEANA SMP 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 22 88 BAIK 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9

54 HS 20-Mar-12 3 IRT SANDO MEANA SD 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 19 76 BAIK 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9

55 NM 20-Mar-12 1 SWASTA SANDO MEANA SD 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 9 36 KURANG 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 3

56 SR 11-Mar-12 3 SWASTA SANDO MEANA SMP 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 14 56 KURANG 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 8

57 MH 8-Mar-12 2 IRT SANDO MEANA T.SD 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 13 52 KURANG 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9

58 MD 27-Mar-12 2 TDK BKRJ SANDO MEANA T.SD 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 14 56 CUKUP 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 7

59 LM 28-Feb-12 3 SWASTA SANDO MEANA SMP 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 13 52 KURANG 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9

60 RM 28-Mar-12 4 IRT SANDO MEANA T.SD 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 11 44 KURANG 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 7

KETERANGAN :

PENGETAHUAN : 1 = BENAR BAIK = 76-100%

0 = SALAH CUKUP =56-75%

KURANG =<55%

SOSIAL BUDAYA : 1 = MENDUKUNGBENAR SOSIALBUDAYA =

0 = TIDAK MENDUKUNGSALAH

KETERJANGKAUAN SARANA : T.TERJANGKAU

TERJANGKAU

%

70 TERJANGKAU

60 TERJANGKAU

60 TERJANGKAU

60 TERJANGKAU

80 TERJANGKAU

50 TERJANGKAU

80 T.TERJANGKAU

70 TERJANGKAU

60 TERJANGKAU

80 T.TERJANGKAU

80 TERJANGKAU

50 TERJANGKAU

50 T.TERJANGKAU

60 TERJANGKAU

60 TERJANGKAU

40 TERJANGKAU

80 TERJANGKAU

70 TERJANGKAU

70 TERJANGKAU

80 TERJANGKAU

80 TERJANGKAU

40 T.TERJANGKAU

60 T.TERJANGKAU

30 T.TERJANGKAU

70 TERJANGKAU

50 TERJANGKAU

50 TERJANGKAU

50 TERJANGKAU

50 TERJANGKAU

50 TERJANGKAU

20 T.TERJANGKAU

60 T.TERJANGKAU

70 T.TERJANGKAU

80 TERJANGKAU

30 T.TERJANGKAU

60 TERJANGKAU

80 TERJANGKAU

40 T.TERJANGKAU

70 T.TERJANGKAU

80 T.TERJANGKAU

90 T.TERJANGKAU

80 T.TERJANGKAU

70 TERJANGKAU

80 TERJANGKAU

80 TERJANGKAU

80 T.TERJANGKAU

80 T.TERJANGKAU

60 T.TERJANGKAU

90 TERJANGKAU

70 TERJANGKAU

60 T.TERJANGKAU

70 T.TERJANGKAU

KETERJANGKAUAN

SARANA KES.

SOSIAL BUDAYA

MASTER TABEL ANALISIS FAKTOR DETERMINAN YANG MEMPENGARUHI ALTERNATIF PEMILIHAN PERSALINAN SANDO MEANA (DUKUNG BERANAK) DI KEC. LIMBORO KEB POLMAN

KRITERIA

90 T.TERJANGKAU

90 T.TERJANGKAU

30 T.TERJANGKAU

80 TERJANGKAU

90 TERJANGKAU

70 T.TERJANGKAU

90 TERJANGKAU

70 T.TERJANGKAU

FREQUENCIES VARIABLES=patrs pkrj pdk ketsarna pength

/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

Notes

Output Created 24-Apr-2012 11:06:36

Comments

Input Active Dataset DataSet0

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 30

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as

missing.

Cases Used Statistics are based on all cases with valid

data.

Syntax FREQUENCIES VARIABLES=patrs pkrj

pdk ketsarna pength

/ORDER=ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:00.000

Elapsed Time 00:00:00.007

[DataSet0]

Statistics

paritas ibu pekerjaan ibu pendidikan ibu

keterjangkauan

sarana pengetahuan

N Valid 30 30 30 30 30

Missing 0 0 0 0 0

Frequency Table

paritas ibu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 9 30.0 30.0 30.0

2 8 26.7 26.7 56.7

3 7 23.3 23.3 80.0

4 4 13.3 13.3 93.3

5 2 6.7 6.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

pekerjaan ibu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid IRT 16 53.3 53.3 53.3

PNS 1 3.3 3.3 56.7

SWASTA 13 43.3 43.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

pendidikan ibu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SD 4 13.3 13.3 13.3

SMA 7 23.3 23.3 36.7

SMP 19 63.3 63.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

keterjangkauan sarana

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid T.TERJAN 6 20.0 20.0 20.0

TERJANGK 24 80.0 80.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid BAIK 13 43.3 43.3 43.3

CUKUP 11 36.7 36.7 80.0

KURANG 6 20.0 20.0 100.0

Total 30 100.0 100.0