yosi novita
Post on 30-Nov-2015
136 Views
Preview:
TRANSCRIPT
GAMBARAN ALAT PELINDUNG DIRI, PENGGUNAAN DAN
PEMELIHARAANNYA DI BIDANG OPERASI DAN PEMELIHARAAN
PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAKARTA & BANTEN UPT JAKARTA
SELATAN TAHUN 2010
LAPORAN MAGANG
OLEH:
YOSI NOVITA SARI
NIM: 106101003364
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431/2010 M
GAMBARAN ALAT PELINDUNG DIRI, PENGGUNAAN DAN
PEMELIHARAANNYA DI BIDANG OPERASI DAN PEMELIHARAAN
PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAKARTA & BANTEN UPT JAKARTA
SELATAN TAHUN 2010
LAPORAN MAGANG
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Kuliah Semester 8
dan Mengajukan Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
OLEH :
YOSI NOVITA SARI
NIM : 106101003364
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431/2010 M
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Magang, Maret 2010
Yosi Novita Sari, NIM: 106101003364
GAMBARAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD), PENGGUNAAN DAN
PEMELIHARAANNYA DI BIDANG OPHAR (OPERASI DAN
PEMELIHARAAN) DI PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAKARTA &
BANTEN UPT JAKARTA SELATAN TAHUN 2010
xx + 77 halaman + 2 tabel + 11 gambar + 6 lampiran + 1 bagan
ABSTRAK
Kecelakaan menurut teori domino merupakan suatu rangkai kejadian yang di
ilustrasiakan sebagai deretan lima kartu domino yang didirikan secara berurutan, apabila
kartu dijatuhkan, maka kartu lain akan jatuh secara berurutan Adanya Keselamatan dan
Kesehatan Kerja pada dasarnya bartujuan untuk mencegah dan mengurangi terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka, di setiap tempat kerja diwajibkan
memenuhi syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang ditetapkan dalam
Undang-undang no. 1 tahun 1970 beserta peraturan pelaksanannya Penggunaan alat
pelindung diri merupakan upaya pengendalian yang banyak digunakan di industri-
industri, namun tidak sedikit industri-industri yang belum menggunakan alat pelindung
diri sebagai salah satu pengendalian bahaya di tempat kerja.
PT. PLN (Persero) P3B JB Region Jakarta & Banten UPT Jakarta Selatan telah
mengadakan program penyediaan, penggunaan dan pemeliharaan alat pelindung diri
bagi seluruh karyawan. Namun pada kenyataannya masih saja ada prilaku pekerja yang
kurang optimal. Hal ini dikarenakan pekerja merasa kurang nyaman dalam pemakaian
alat pelindung diri dan pekerja merasa tidak berbahaya jika tidak memakai alat
pelindung diri, penulis melihat masih ada pekerja yang tidak menggunakan alat
pelindung diri, padahal potensi bahaya sudah jelas diketahui oleh pekerja. Penggunaan
alat pelindung diri di PT.PLN (Persero) khususnya di UPT Jakarta Selatan meliputi
pelindung kepala, plindung mata, pelindung telinga, pakaian kerja, pelindung kaki,
masker, sarung tangan, sabuk pengaman.
Upaya pengendalian bahaya harus didukung dengan kebijakan perusahaan
maupun program-program K3 lainnya, seperti diadakannya pelatihan, pengawasan,
sehingga pekerja dapat meningkatkan pemaakaian alat pelindung diri agar lebih optimal
dan terciptanya suasana kerja yang sehat, aman dan nyaman.
Daftar bacaan : 10 (1970-2008 )
PERNYATAAN PERSETUJUAN
GAMBARAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD), PENGGUNAAN
DANPEMELIHARAANNYA DI BIDANG OPHAR (OPERASI DAN
PEMELIHARAAN)DI PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAKARTA &
BANTEN UPT JAKARTA SELATAN TAHUN 2010
Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Magang
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta,31 Maret 2010
Mengetahui,
Raihana Nadra Al-kaff Suharyadi
Pembimbing Fakultas Pembimbing Lapangan
PANITIA SIDING UJIAN MAGANG
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta , Maret 2010
Penguji I,
Raihana Nadra Al-kaff
Penguji II,
Supriadi GM. Ssos
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Yosi Novita Sari
Tempat/Tgl Lahir : Medan, 26 Juni 1988
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Material : Belum menikah
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jl. Ulujami Raya no.52 rt .012 rw.04 pesanggrahan Jakarta
Selatan 12250
Email : Greenhouse_ciku@yahoo.com
Pendidikan Formal :
1993-1994 : TK ABA Kisaran - Asahan
1994-2000 : SD Negeri 05 pagi Ulujami Jakarta Selatan
2000-2003 : SMP La Tansa Islamic Boarding School Cipanas Lebak
Banten
2003-2006 : Madrasah Aliyah Asshiddiqiyah Islamic Boarding School
Pusat Kebon Jeruk
2006-sekarang : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
KATA PENGANTAR
Diawali dengan menyebut nama ALLAH SWT. dan memuji kebesarannya,
penulis menulis laporan magang ini. Semoga karya ini merupakan bagian dari
memajukan ilmu pengetahuan pengabdian terhadap bangsa dan ibadah kepada Yang
Maha Memiliki Segalanya.
Penyusunan laporan ini merupakan hasil dari proses magang yang di lakukan di PT.
PLN (PERSERO) P3B JB Region Jakarta & Banten UPT Jakarta Selatan selama satu
bulan penuh. Semoga karya ini menjadi inspirasi dan manfaat bagi semua pihak yang
membaca dan bagi penulis khususnya.
Sungguh Maha Sempurna itu adalah ALLAH SWT, kekurangan dan kekhilafan
terdapat pada penulis maka dari pada itu penulis menyadari bahwa laporan ini tidak
lebih dari ketidak sempurnaan. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan
untuk kokohnya laporan ini.
Ucapan terimakasi yang tak terhingga yang dituturkan penulis secara ikhlas dan
penuh dengan kerendahan hati atas terselasaikannya laporan magang ini kepada :
1. Keluarga besarku yang sangat ku cintai dan ku bangggakan ku persembahkan
karya ini untuk selalu bisa menjadi motivasi, dan terimakasih telah mendidikku
untuk menjadi manusia yang berguna bagi agama, orang lain serta nusa dan
bangsa.
2. Bapak Yuli Prapanca MARS. Sebagai Ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat yang telah memberikan persembahan terbaik dalam menjadikan
Program Studi Kesehatan Masyarakat untuk menjadi jurusan terbaik.
3. Ibu Iting Shofwati ST, MKKK selaku penanggung jawab peminatan Kesehatan
dam Keselamata Kerja yang secara tulus dan penuh kesabaran dalam
menghadapi tingkah laku penulis yang membuat pusing.
4. Ibu Raihana Nadra Al-Kaff yang selalu siap memberikan bimbingan akademik
dan pengarahan membangun dalam proses magang.
5. Bapak Trino Erwin selaku Manager UPT Jakarta Selatan yang selalu
memberikan senyuman terbaiknya di setiap pagi.
6. Bapak Yayan Sofyan selaku Asisten Manager yang telah memberikan bimbingan
dan sebagai pengganti bapak kedua di lokasi magang.
7. Bapak Suharyadi selaku pembimbing lapangan yang tak pernah lelah
membimbing dan secara terbuka menerima dan memberikan arahan dan inspirasi
yang bermanfaat selama kegiatan magang berlangsung.
8. Bapak Ishaq, Bapak Nurdin, Bapak Hoedi, Bapak Abun terima kasih telah
berbagi ruangan kepada penulis, terima kasih atas bimbingannya dan terima
kasih telah memberikan salaman terhangat di setiap pagi.
9. Bapak-bapak yang berada di ruangan pemeliharaan (HAR), terimakasih yang tak
terhingga atas senyuman terbaiknya setiap penulis memasuki ruangan HAR dan
mengikuti kegiatan yang sedang berlangsung.
10. Semua staff, dan yang tidak sempat disebutkan lainnya, terimakasih atas
bantuannya yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan informasi.
11. Saudara Dwi LS yang tak pernah lelah menyemangati dan membuat penulis
kerasan selama kegiatan magang berlangsung.
12. Sahabat To4r$ yang membuat penulis terus selalu bersemangat dan yang telah
menjadikanku manusia yang bermakna, I lov3 U 4LL my best friend.
13. Sahabat MU (Kacrut) yang telah meluangkan waktu yang sangat berharga bagi
penulis.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK……………………………………………………………………….. iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN……………………………………………… v
KATA PENGANTAR…………………………………………………………… viii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. ..xi
DAFTAR TABEL………………………………………………………………… xvii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………… xviii
DAFTAR BAGAN ……………………………………………………………...... xix
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………. xx
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… 1
A. Latar Belakang………………………………………………... 1
B. Tujuan………………………………………………………… 4
1. Tujuan Umum……………………………………………. 4
2. Tujuan Khusus………………………………………….... 4
C. Manfaat……………………………………………………...... 5
1. Bagi Mahasiswa………………………………………....... 5
2. Bagi Fakultas……………………………………………… 5
3. Bagi Institusi………………………………………………. 6
D. Ruang Lingkup……………………………………………….. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………….. 7
A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja..………………………… 7
1. Pengertian Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)…. 7
2. Tujuan Keselamatan Dan kesehatan Kerja (K3)………. 7
3. Kecelakaan Akibat Kerja………………………………… 8
a. Definisi Kecelakaan Akibat Kerja…………………… 8
b. Klasifikasi Kecelakaan Akibat Kerja……………….. 8
4. Hirarki Pengendalian Kecelakaan………………………. 11
a. Eliminasi……………………………………………..... 11
b. Subtitusi………………………………………………. 12
c. Minimalisasi…………………………………………... 12
d. Engineering Control………………………………….. 12
e. Pengendalian Administratif………………………….. 12
f. Pemakaian Alat Pelindung Diri.................................... 13
5. Proses Manajemen Risiko………………………………... 13
a. Menentukan Ruang Lingkup……………………….. 13
b. Identifikasi Bahaya…………………………………… 13
c. Analisis Risiko………………………………………… 14
d. Pemantauan dan Evaluasi Risiko……………………. 16
e. Pengendalian Risiko………………………………….. 16
B. Alat Pelindung Diri (APD)………………………………… ..18
1. Definisi Alat Pelindung Diri……………………………… 18
2. Dasar Hukum Alat Pelindung Diri……………………… 18
3. Pemilihan Alat Pelindung Diri…………………………… 19
4. Jenis-jenis Alat Pelindung Diri dan Penggunaannya….. 20
a. Alat Pelindung Kepala………………………………. 20
b. Alat Pelindung Mata………………………………… 22
c. Alat Pelindung Telinga………………………………. 22
d. Alat Pelindung Pernafasan………………………….. 24
e. Alat Pelindung Kaki…………………………………. 24
f. Alat Pelindung Tangan…………………………….... 25
g. Pakaian Pelindung…………………………………… 27
h. Sabuk Pengaman……………………………………. 27
5. Pemeliharaan APD……………………………………… 28
6. Penyimpanan APD……………………………………… 28
7. Kelemahan Penggunaan APD………………………….. 28
8. Penghargaan dan Sanksi………………………………… 29
9. Poster……………………………………………………. 30
BAB III LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN MAGANG……………. 31
A. Alur Magang………………………………………………… 31
B. Aktifitas Magang……………………………………………. 32
1. Tahap persiapan………………………………................. 32
2. Topik Magang…………………………………………… 32
3. Lokasi……………………………………………………… 32
4. Waktu Pelaksanaan………………………………………. 32
5. Nara Sumber……………………………………………… 32
6. Jadwal Pelaksanaan………………………………………. 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………… 35
A. Gambaran Umum Perusahaan………………………………. 35
1. Sejarah Singkat PT. PLN (Persero)……………………... 35
2. Peraturan Perundang-undangan Yang Berkaitan Dengan
Usaha PT. PLN (Persero)……………………………………. 36
a. Visi dan Misi PT. PLN (Persero)…………………….. 36
3. Program Peningkatan Kinerja di PT PLN (Persero)
UPT Jakarta Selatan............................................................37
4. Jumlah Pekerja…………………………………………… 41
5. Kondisi tahun 2009-sekarang……………………………. 41
6. Tugas Pokok dan struktur Organisasi PT. PLN (Persero)
UPT Jakarta Selatan………………………………………… 42
7. Dasar - dasar Pelaksanaan K3 di PT. PLN (Persero)
UPT Jakarta Selatan…………………………………………. 47
8. Standar Alat pelindung Diri.............................................. 47
B. Unit K2 di UPT Jakarta Selatan PT. PLN (Persero)………. 50
C. Potensi Bahaya………………………………………………... 50
D. Prosedur/Peraturan Alat Pelindung Diri (APD) yang ada
di Perusahaan………………………………………………….61
E. Jenis Alat Pelindung Diri……………………………………...62
F. Penggunaan Alat Pelindung Diri di UPT Jakarta Selatan
PLN (Persero)…………………………………………………. 63
a. Pelindung Kepala…………………………………….....63
b. Pelindung Mata………………………………………. 63
c. Pelindung Telinga…………………………………….. 64
d. Pakaian Kerja………………………………………… 64
e. Pelindung Kaki……………………………………….. 65
f. Masker………………………………………………… 65
g. Sarung Tangan……………………………………….. 66
h. Sabuk Pengaman…………………………………….. 66
G. Prosedur K3 Penggunaan Alat Pelindung Diri………………66
1. Pembelian………………………………………………… 66
2. Pendistribusian APD…………………………………….. 67
3. Pemeliharaan……………………………………………. 68
4. Penyimpanan……………………………………………. 69
5. Evaluasi Alat Pelindung diri……………………………. 69
6. Penghargaan dan Sanksi……………………………….. 70
H. Prosedur Permintaan dan Pengambilan APD……………. 71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……………………………… 73
A. Kesimpulan……………………………………………………. 73
B. Saran………………………………………………………… 75
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 77
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
3.1 Metriks Kegiatan Magang di PT. PLN (Persero) P3B JB
Region Jakarta & Banten UPT Jakarta Selatan 33
4.1 Identifikasi bahaya dan pengendalian di bagian OPHAR
(Operasi dan Pemeliharaan) khususnya di bagian pemeliharaan 52
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Halaman
4.1 Peta Wilayah Kerja Di PT. PLN (Persero) P3B JB Region
Jakarta & Banten UPT Jakarta Selatan 44
4.2 Struktur Organisasi di PT. PLN (Persero) P3B JB Region
Jakarta & Banten UPT Jakarta Selatan 45
4.3 Bagan struktur organisasi 46
4.4 Pelindung kepala 63
4.5 Pelindung mata 63
4.6 Pelindung telinga 64
4.7 Pakaian kerja 64
4.8 Pelindung kaki 65
4.9 Masker 65
4.10 Pelindung tangan 66
4.11 Sabuk Pengaman 66
DAFTAR BAGAN
Nomor Bagan Halaman
3.2 Bagan alur magang 31
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat persetujuan praktek kerja lapangan dari PT. PLN (Persero)
Lampiran 2 Kebutuhan alat pelindung diri
Lampiran 3 Struktur organisasi
Lampiran 4 Surat keputusan Manager Region Jakarta – Banten K2LH
Lampiran 5 Bagan Operasi Jakarta Selatan
Lampiran 6 Prosedur Pelaksanaan Pemeliharaan Instalasi Tegangan Tinggi
dan Ekstra Tinggi
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dewasa ini, batasan Negara tidak lagi menjadi hambatan khususnya dalam bisnis
baik untuk komoditas maupun tenaga kerja. Komoditas yang berkualitas dapat
dipercaya, dalam ketepatan penyerahan barang, harga bersaing serta memenuhi
ketentuan nasional dan internasional dari proses produksi sampai pemasaran hasil
peroduksi serta menjamin keamanan konsumen dalam mempergunakannya.
Untuk mencapai kondisi bisnis yang demikian diperlukan manajemen yang
handal, IPTEK tepat guna, serta tenaga kerja yang berkualitas dan kompeten pada
tugasnya. Pada bulan Juli 2000, bertempat di Markas Besar PBB Mr. Koffi Annan
mengemukakan bahwa visi dari dunia usaha agar didasarkan pada “Global Compact”
yang terdiri dari tiga dasar yaitu Hak Asasi Manusia (HAM), Standar Ketenagakerjaan
dan Lingkungan. Salah satu faktor HAM untuk tenaga kerja adalah Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) yang pada dasarnya penting untuk tenaga kerja.
Kecelakaan menurut teori domino merupakan suatu rangkai kejadian yang di
ilustrasiakan sebagai deretan lima kartu domino yang didirikan secara berurutan, apabila
kartu dijatuhkan, maka kartu lain akan jatuh secara berurutan (Henrich,1931).
Pada tahun 2002, di dunia kecelakaan yang terjadi sebanyak 66.367 kasus,
dengan korban meninggal dunia 4.142 orang, luka berat/cacat 20.970 serta sementara
tidak mampu bekerja (STMB) 87.390 orang (Jacob Nuawea,2003), kerugian langsung
dari kecelakaan kerja mencapai 498.160.780 jam kerja hilang atau total kerugian serta
dengan 4% dari Produk Nasional Bruto Negara (Report ILO). Dilihat dari data tersebut
kecelakaan dapat menyebabkan dampak pada pendapatan negara maupun pendapatan
perusahaan. Dampak kecelakaan pada perusahaan salah satunya adalah kelambatan
produksi. Padahal ketepatan waktu dapat menghemat biaya yang besar, sebaliknya
ketidak tepatan dalam memenuhi jadwal dapat berakibat kerugian yang besar pada
perusahaan dan pelanggan. Oleh karena itu penerapan K3 sangatlah penting selain untuk
mencegah kecelakaan, penerapan K3 dapat meningkatkan keandalan perusahaan,
sehingga dapat menimbulkan kepercayaan kepada pelanggan dan konsumen.
ILO Geneva (1989) dalam pencegahan kecelakaan menyatakan bahwa,”Cara
yang terbaik untuk mencegah kecelakaan yang tidak terduga adalah menghilangkan
bahaya atau mengendalikannya dengan menutup sumber bahaya tersebut bila mungkin.
Bila tidak mungkin, maka perlu menyediakan bagi pekerja beberapa jenis alat pelindung
diri untuk dipakai pekerja tersebut”.
Adanya Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada dasarnya bartujuan untuk
mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Untuk
mewujudkan tujuan tersebut maka, di setiap tempat kerja diwajibkan memenuhi syarat
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang ditetapkan dalam Undang-undang no. 1
tahun 1970 beserta peraturan pelaksanannya. Pengupayaan perlindungan tenaga kerja
berupa alat pelindung diri (APD) pada hakikatnya merupakan upaya meningkatkan
harkat dan martabat pekerja sehingga timbul kepercayaan diri untuk mengembangkan
kemampuanya. Akan tetapi pemberian APD hendaknya tidak dijadikan upaya pertama
dalam pengendalian risiko ditempat kerja. Hal ini disebabkan keterbatasan perlindungan
yang diberiakn APD, karena itu APD sabaiknya melengkapi program pengendalian
bahaya di lingkungan kerja.
PT. PLN(Persero) merupakan distributor Listrik Negara di Indonesia, yang juga
merupakan tempat dimana penulis melakukan magang. Setiap tempat kerja tidak
terkecuali PT. PLN (Persero) pasti mempunyai potensi bahaya yang dapat menyebabkan
kecelakaan, penyakit akibat kerja dan pencemaran yang dapat menyebabkan penderitaan
karyawan, dan juga lingkungan sekitar. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk
mencegah hal tersebut secara dini yaitu dengan menerapkan program keselamatan dan
kesehatan kerja yang berkesinambungan.
Untuk meminimalisasi kasus kecelakaan, perlu di perhatikan upaya pengendalian
sumber bahaya secara engineering dan administratif dan yang terakhir adalah pemakaian
alat pelindung diri ( OSHA 3071, 2003 ). Penggunaan alat pelindung diri merupakan
upaya pengendalian yang banyak digunakan di industri-industri, namun tidak sedikit
industri-industri yang belum menggunakan APD sebagai salah satu pengendalian bahaya
di tempat kerja.
Oleh karena itu tema yang di angkat penulis “Gambaran Alat Pelindung Diri
(APD), Penggunaan dan Pemeliharaannya di Bidang OPHAR (Operasi dan
Pemeliharaan) di PT. PLN (Persero) P3B JB Region Jakarta & Banten UPT Jakarta
Selatan Tahun 2010”.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Didapatkannya gambaran informasi tentang gambaran alat pelindung
diri (APD), penggunaan dan pemeliharaannya di PT. PLN (Persero) P3B JB
Region Jakarta & Banten UPT Jakarta Selatan Tahun 2010 khususnya di
bidang OPHAR (operasi dan pemeliharaan).
2. Tujuan Khusus
a) Didapatkannya gambaran perusahaan PT. PLN (Persero) P3B JB Region
Jakarta & Banten UPT Jakarta Selatan.
b) Didapatkan gambaran unit K3 perusahaan PT. PLN (Persero) P3B JB
Region Jakarta & Banten UPT Jakarta Selatan.
c) Didapatkan gambaran potensi bahaya di bidang OPHAR (operasi dan
pemeliharaan) PT. PLN (Persero) P3B JB Region Jakarta & Banten
UPT Jakarta Selatan.
d) Didapatkan gambaran alat pelindung diri (APD) serta jenis-jenisnya di
PT. PLN (Persero) P3B JB Region Jakarta & Banten UPT Jakarta
Selatan.
e) Didapatkan prosedur atau peraturan-peraturan yang berkaitan dengan
alat pelindung diri (APD) di PT. PLN (Persero) P3B JB Region Jakarta
& Banten UPT Jakarta Selatan.
f) Didapatkan informasi mengenai penggunaan alat pelindung diri (APD)
di PT. PLN (Persero) P3B JB Region Jakarta & Banten UPT Jakarta
Selatan khususnya di bidang OPHAR (operasi dan pemeliharaan).
g) Didapatkan gambaran pemeliharaan APD di bidang OPHAR (operasi dan
pemeliharaan) PT. PLN (Persero) P3B JB Region Jakarta & Banten
UPT Jakarta Selatan.
C. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
Mengimplementasikan pengetahuan yang telah didapatkan secara
akademis di lingkup lapangan kerja.
Memperoleh kesempatan bekerja sama dengan profesi lain yang ada
di PT. PLN (Persero) P3B JB Region Jakarta & Banten UPT Jakarta
Selatan dan dapat menjadi inspirasi dalam menambah wawasan dan
pengalaman mahasiswa.
Untuk menerapkan ilmu K3 yang di peroleh di bangku kuliah ke
damlam kondisi yang real yaitu di lingkungan kerja PT. PLN
(Persero) P3B JB Region Jakarta & Banten UPT Jakarta Selatan.
2. Bagi Fakultas
Memperoleh feed back mengenai system pengajaran yang di
terapkan, sehingga bisa di jadikan media evaluasi bagi kurikulum
peraktek kerja lapangan
Membangun dan membina kerja sama secara akademis dan
professional dalam lingkukp pendidikan dan dunia keraja
Meningkatkan kualitas pendididkan dan melibatkan tenaga – tenaga
terampil dan tenaga lapangan dalam kegiatan magang
3. Bagi institusi
Membangun dan membina kerja sama secara akademis dan
profesional dalam lingkup pendidikan
Memperoleh masukan yang positif tentang upaaya-upaya pencegahan
kecelakaan kerja dengan menggunakan alat pelindung diri yang dapat
di jadikan acuan dalam pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja
perusahaan
D. Lingkup Magang
Pelaksanaan magang di lakukan di PT. PLN (Persero) P3B JB Region
Jakarta & Banten UPT Jakarta Selatan, dengan judul “Gambaran Alat
Pelindung Diri, Penggunaan dan Pemeliharaannya di bidang Operasi dan
Pemeliharaan PT. PLN (Persero) P3B JB Region Jakarta & Banten UPT
Jakarta Selatan Tahun 2010”. Adapun waktu pelaksanaanm magang selama satu
bulan, terhitung dari tanggal 1 Februari hingga 9 Maret 2010.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
1. Pengertian Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin,
pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan ( Suma’mur, 1985)
Kesehatan kerja menurut ILO/WHO didefinisikan sebagai promosi dan
pemaliharaan fisik, mental dan kesejahteraan sosial pekerja pada tingkat tertinggi
pada setiap pekerjaan melalui usaha preventif, mengontrol risiko dan
pengadaptasian pekerjaan ke pekerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja menurut ILO/WHO Joint Safety and
Committe , 1998 yaitu promosi dan pemeliharaan derajat tertinggi fisik, mental
dan kesejahteraan sosial setiap pekerja disemua pekerjaan, pencegahan gangguan
kesehatan terhadap pekerja yang disebabkan oleh kondisi kerja, melindungi
pekerja dari risiko dan faktor risiko.
2. Tujuan Keselamatan Dan Kasehatan Kerja (K3)
Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan
pekerjaan untuk kesejahteraan hidup & meningkatkan produksi &
produktivitas nasional.
Menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja.
Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien
3. Kecelakaan Akibat Kerja
a. Definisi Kecelakaan Akibat Kerja
Promosi dan memelihara derajat tertinggi semua pekerja baik secara fisik,
mental, dan kesejahteraan sosial di semua jenis pekerjaan.
Untuk mencegah penurunan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh
kondisi pekerjaan mereka
Melindungi pekerja pada setiap pekerjaan dari risiko yang timbul dari
faktor-faktor yang dapat mengganggu kesehatan
Penempatan dan memelihara pekerja di lingkungan kerja yang sesuai
dengan kondisi fisologis dan psikologis pekerja dan untuk menciptakan
kesesuaian antara pekerjaan dengan pekerja dan setiap orang dengan
tugasnya
b. Klasifikasi Kecelakaan Akibat Kerja
Klasifikasi kecelakaan akibat kerja bersifat jamak, karena pada
kenyataanya kecelakaan akibat kerja biasanya tidak disebabkan hanya satu
faktor, tetapi banyak faktor yang saling berkaitan untuk menyebabkan
terjadinya kecelakaan. Menurut International Labour Organization (ILO)
tahun1962 dalam Suma’mur (1995), kecelakaan akibat kerja diklasifikasikan
menjadi 4 macam penggolongan, yaitu:
1. Klasifikasi Menurut jenis Kecalakaan akibat Kerja
a. Terjatuh
b. Tertimpa benda jatuh
c. Tertumbuk atau terkena benda-benda, kecuali benda jatuh
d. Terjepit oleh benda
e. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan
f. Pengaruh suhu tinggi
g. Terkena arus listrik
h. Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi
i. Jenis-jenis lain, termasuk kecelakaan yang datanya tidak
cukup atau kecelakaan lain yang belum termasuk klasifikasi
tersebut.
2. Klasifikasi Menurut Penyebab Kecelakaan Akibat Kerja
a. Mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga listrik
b. Alat angkut dan alat angkat
c. Peralatan lain, misalnya instalasi pendingin dan alat-alat listrik
d. Bahan-bahan atau zat-zat radiasi
e. Lingkungan kerja
f. Penyebab-penyebab lain yang belum termasuk golongan
tersebut
g. Penyebab-panyebab lain yang belum termasuk golongan
tersebut atau data tak memadai.
3. Klasifikasi Menurut Sifat luka atau Kelainan
a. Patah tulang
b. Dislokasi atau keseleo
c. Regang otot atau urat
d. Memar dan luka dalam lain
e. Amputasi
f. Luka-luka lain
g. Luka di permukaan
h. Gegar dan remuk
i. Luka bakar
j. Keracunan-keracunan mendadak (akut)
k. Akibat cuaca
l. Mati lemas
m. Pengaruh arus listrik
n. Pengaruh radiasi
o. Luka-luka yang banyak dan berlainan sifatnya.
4. Klasifikasi Menurut letak Kelainan atau Luka Di Tubuh
a. Kepala
b. Leher
c. Badan
d. Anggota atas
e. Anggota bawah
f. Banyak tempat
g. Kelainan umum
Letak lain yang tidak termasuk ke dalam klasifikasi tersebut.
4. Hirarki Pengendalian
Risiko yang ada di tempat kerja harus dapat dikendalikan. Pendekatan
hirarki pengendalaian merupakan upaya dalam pengendalian risiko. Jenis
pengendalian yang dapat dilakukan yang berkaitan dengan Permenaker No.
05/MEN/1996 adalah:
- Pengendalian teknis atau rekayasa yang meliputi eliminasi, subtitusi,
isolasi, ventilasi, hygiene dan sanitasi
- Pendidikan dan pelatihan
- Pembangunan kesadaran dan motivasi yang meliputi sistem bonus,
insentif, penghargaan dan motivasi diri.
- Evaluasi melalui internal audit, penyelidikan insiden dan etiologi.
Pengendalian tersebut di atas dapat diterapkan dengan memahami Hirarki
pengendalian, dimana langkah-langkahnya dijalankan dari yang tertinggi
kemudian diikuti ke langkah berikutnya secara berurutan, yaitu :
a. Eliminasi
Tahap pengendalian bahaya dengan jalan menghilangkan
atau menghapus barang , alat kerja atau cara kerja yang dapat
menimbulkan bahaya baik tehadapap kesehatan maupun
keselamatan.
b. Subtitusi
Bila eliminasi tidak dapat dilakukan maka pengendalian
dengan cara mengganti barang, alat atau cara kerja yang dapat
menimbulkan bahaya dengan barang, alat atau cara kerja yang
lain yang kurang berbahaya.
c. Minimalisasi
Memperkecil bahaya risiko kecelakaan yang ada di wilayah
kerja
d. Engineering Control
Pengendalian ini dilakukan dengan memanfaatkan
pengetahuan di bidang rekayasa untuk menghilangkan atau
mengurangi risiko seperti modifikasi alat, ventilasi, pengaman
alat, otomatisasi dan sebagainya.
e. Pengendalian Administratif
Tahap penanggulangan bahaya secara adminstratif seperti
pembuatan prosedur, pemasangan sign atau rambu, pengaturan
jam kerja, pemberian pelatihan, penetapan aturan khusus,
mengikuti aspek hukum atau peraturan pemerintah terkait serta
penerapan higine perusahaan.
f. Pemakaian Alat Pelindung Diri
Pemakaian alat pelindung diri merupakan tahap terakhir dari
hirarki pengendalian bila upaya lainnya tidak dapat memenuhi
maksud menghilangkan atau mengurangi risiko secara maksimal.
5. Proses Managemen Risiko
a. Menentukan Ruang Lingkup
Penentuan ruang lingkup merupakan parameter dasar proses
manajemen risiko. Ruang lingkup tersebut mencakup 3 komponen, yaitu
ruang lingkup eksternal, dan ruang lingkup internal, dan ruang lingkup
manajemen risiko di mana proses manajenen risiko akan deterapkan (AS /
NZS 4360 : 1999)
b. Identifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya adalah tahap berikut setelah komitmen dimiliki.
Bahaya yang ada harus diidentifikasi oleh perusahaan dengan
mempertimbangkan :
1). Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi
bahaya, yang diketahui dengan cara :
- melakukan inspeksi
- membaca keterangan yang ada di dalam Meterial Safety
Data Sheet
- laporan kecelakaan
- masukan dari karyawan
2). Jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang
memungkinkan dapat terjadi.
Identifikasi bahaya harus dilakukan secara menyeluruh
tanpa melewatkan setiap bahaya yang ada di tempat kerja.
Dengan demikian bahaya yang ada dapat ditindak lanjut dengan
melakukan tahap berikut dari manageman risiko, yaitu penilaian
risiko.
c. Analisis Risiko
Analisis risiko ialah sebuah bentuk sistematika dalam penggunaan
informasi yang telah tersedia untuk mengidentifikasi bahaya dan untuk
memperkirakan suatu risiko terhadap individu, populasi, bangunan dan
lingkungan (Kolluru, 1999). Menurut Australian Standard / New Zaeland
Standar 4360 : 1999, analisi risiko ialah suatu kegiatan sistematik dengan
menggunakan informasi yang ada untuk mendeterminasi seberapa besar
konsekuensi dan tingkat keseringan suatu kejadian yang ditimbulkan.
Analisis ini harus mempertimbangkan kisaran konsekuensi potensial dan
bagaimana risiko dapat terjadi. Tujuan melakukan analisis risiko kecil
dengan risiko besar dan menyediakandata untuk membantu evaluasi dan
penanganan risiko. Terdapat 3 metode dalam melakukan analisis risiko,
yaitu:
1. Analisis Kuantitatif, menggunakan bentuk kata atau skala
deskriptif untuk menjelaskan seberapa besar kondisi potensial
dari kemungkinan yang akan di ukur. Pada umumnya analisis
kualitatif digunakan untuk menentukan prioritas tingkat risiko
yang lebih dahulu harus diselesaikan (AS / NZS 4360 : 1999)
2. Analisis Kuantitatif, menggunakan hasil perhitungan numerik
untuk tiap konsekuensi dan tingkat probabilitas dengan
menggunakan data variasi, seperti catatan kejadian, literature, dan
ekperimen. Dengan adanya sumber data tersebut, hasil analisis
kuantitatif memiliki keakuratan lebih tinggi dibandingkn dengan
analisis risiko yang lainnya (Kolluru,1996)
3. Analisis Semi Kuantitatif, metode ini pada prinsipnya hampir
sama dengan metode analisis kualitatif, perbedaannya terletak
pada deskripsi parameter, pada analisis semi kuantitatif
dinyatakan dengan nilai atau skor tertentu. Menurut AS / NZS
4360 : 1999, analisis semi kuantitatif mempertimbangkan
kemungkinan untuk menggabungkan 2 elemen, yaitu probabilitas
(likelihood) dan paparan (eksposure) sebagai frekuensi.
d. Pemantauan dan Evaluasi Risiko
Pengendalian risiko harus dapat dipantau sejauh mana efektifitasnya
dengan teknik-teknik tertentu, misalnya pemantauan udara di tempat kerja,
pemantauan biologis pada karyawan dan pemantauan kesehatan pada
karyawan.
Evaluasi dilakukan atas dasar hasil pemantauan yang kemudian
dilakukan analisis tentang sejauh mana Manageman Risiko berhasil
dilakukan. Kemudian evaluasi menjadi bahan masukan bagaimana proses
Manageman Risiko harus diperbaiki.
Seluruh proses Manageman Risiko merupakan proses
berkesinambungan yang dilakukan selama risiko masih terpapar di tempat
kerja kerja.
e. Pengendalian Risiko
Atas dasar pemahaman jenis bahaya dan besarnya risiko yang
diketahui setelah melakukan penilaian risiko, maka pengendalian risiko
adalah menentukan jenis pengendalian yang ingin dilakukan. Pengendalian
risiko dilakukan dengan penerapan Hirarki Pengendalian.
Menurut Suardi (2005), dalam melakukan langkah-langkah untuk
mengatasi bahaya yang timbul, dibutuhkan suatu skala prioritas yang dapat
membantu dalam pemilihan pengendalian suatu bahaya yang disebut dengan
hirarki pengandalian risiko. Upaya prioritas atau hirarki tersebut, yaitu :
a. Eliminasi adalah langkah ideal yang dapat dilakukan dan harus
menjadi pilihan pertama dalam melakukan pengandalian risiko.
Eliminasi berarti menghilangkan paralatan yang dapat menimbulkan
bahaya.
b. Substitusi, prinsip dari alat kendali ini adalah mengendalikan sumber
risiko dangan sarana atau peralatan lain yang tingkat risikonya lebih
rendah atau tidak ada.
c. Rekayasa Engineering dilakukan dengan mengubah desain tempat
kerja, peralatan, atau proses kerja untuk mengurangi tingkat risiko.
Ciri khusus dari tahap ini adalah melibatkan pemikiran yang lebih
mendalam bagaimana membuat lokasi kerja yang lebih aman dengan
melakukan pengaturan ulang lokasi kerja, memodifikasi peralatan,
melakukan kombinasi kegiatan, perubahan prosedur, dan mengurangi
frekuensi dalam melakukan kegiatan berbahaya.
d. Pengendalian Administrasi, dalam tahap ini menggunakan prosedur,
standar operasi kerja, atau panduan sebagai langkah untuk
mengurangi risiko. Akan tetapi banyak kasus yang ada, pengendalian
administrasi tetap membutuhkan sarana pengendalian risiko lainnya.
e. APD adalah pemilihan terakhir yang dapat dilakukan untuk mencegah
paparan bahaya pada pekerja. Penggunaan APD ini disarankan hanya
digunakan bersamaan dengan penggunaan alat pengendali lainnya.
Dengan demikian pelindungan keamanan dan kesehatan personel
akan lebih efektif
B. ALAT NPELINDUNG DIRI (APD)
1. Definisi Alat Pelindung Diri
Seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi
seluruh atau sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya
atau kecelakaan kerja.
APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi tenaga kerja
apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak dapat dilakukan
dengan baik. Namun pemakaian APD bukanlah pengganti dari kedua usaha
tersebut, namun sebagai usaha akhir.
2. Dasar Hukum Alat Pelindung Diri
1. Undang-undang No.1 tahun 1970.
a. Pasal 3 ayat (1) butir f: Dengan peraturan perundangan ditetapkan
syarat-syarat untuk memberikan APD
b. Pasal 9 ayat (1) butir c: Pengurus diwajibkan menunjukkan dan
menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang APD.
c. Pasal 12 butir b: Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan
atau hak tenaga kerja untuk memakai APD.
d. Pasal 14 butir c: Pengurus diwajibkan menyediakan APD secara cuma
- cuma.
2. Permenakertrans No.Per.01/MEN/1981 Pasal 4 ayat (3) menyebutkan
kewajiban pengurus menyediakan alat pelindung diri dan wajib bagi tenaga
kerja untuk menggunakannya untuk pencegahan penyakit akibat kerja.
3. Permenakertrans No.Per.03/MEN/1982 Pasal 2 butir I menyebutkan
memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja,
pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan
makanan ditempat kerja.
4. Permenakertrans No.Per.03/Men/1986 Pasal 2 ayat (2) menyebutkan
tenaga kerja yang mengelola Pestisida harus memakai alat-alat pelindung diri
yg berupa pakaian kerja, sepatu lars tinggi, sarung tangan, kacamata
pelindung atau pelindung muka dan pelindung pernafasan
3. Pemilihan Alat Pelindung Diri
Dalam pemilihan APD haruslah memilih peralatan pelindung yang dapat
memberikan pelindungan terhadap bahaya, dimana APD tersebut memenuhi
standar yang berlaku pada saat ini, seperti NIOSH, OSHA, ANSI, JIS, dan lain
sebagainya.
Aspek-aspek lain yang perlu diperhatikan dalam pemilihan APD adalah :
Bentuknya cukup menarik
Dapat diapakai secara fleksibel
Tahan untuk pemakaian yang cukup lama
Seringan mungkin dan tidak menyebabkan rasa ketidak nyamanan
yang lebih
Dapat memberiakn perlindungan yang adekuat terhadap bahaya
yang spesifik yang dihadapi oleh pekerja
Tidak menimbulkan bahaya tambahan bagi pemakaiannya yang
dikarenakan bentuk dan bahayanya tidak tepat atau salah dalam
penggunaannya.
Suku cadang mudah diperoleh untuk mempermudah pemeliharaan
4. Jenis-jenis APD dan Penggunaannya
a. Alat pelindung Kepala
Alat pelindung kepala (Safety Helmet) melindungi kepala dari benda
keras, pukulan dan benturan, terjatuh dan terkena arus listrik.
Kemudian melindungi kepala dari kebakaran, korosif, uap-uap, panas atau
dingin.
Pelindung kepala untuk penggunaan yang bersifat umum dan
pengaman dari tegangan listrik yang terbatas atau tahan terhadap tegangan
listrik tinggi. Perlindungan terhadap tenaga listrik biasanya terbuat dari
logam yang digunakan untuk pemadam kebakaran.
Adapun pengujian mekanik dengan menjatuhkan benda seberat 3 kg
dari ketinggian 1m, pelindung kepala tidak boleh pecah atau benda tak boleh
menyentuh kepala. Jarak antara lapisan luar dan lapisan dalam dibagian
puncak ; 4-5 cm.
Tidak menyerap air dengan direndam dalam air selama 24 jam. Air
yang diserap kurang 5% beratnya tahan terhadap api.
Kemudian pengujian daya tahan terhadap api. Pelindung kepala
dibakar selama 10 detik dengan pembakar bunsen atau propan, dengan nyala
api bergaris tengah 1 cm. Api harus padam setelah 5 detik.
Pengujian listrik tahan terhadap listrik tegangan tinggi diuji dengan
mengalirkan arus bolak-balik 20.000 volt dengan frekuensi 60 Hz, selama 3
menit,kebocoran arus harus lebih kecil dari 9 mA. Tahan terhadap listrik
tegangan rendah, diuji dengan mengalirkan arus bolak-balik 2200 volt
dengan frekuensi 60 Hz selama 1 menit kebocoran arus harus kurang dari
9mA.
Manfaat alat pelindung kepala (Safety Helmet) adalah topi untuk
melindungi kepala dari zat-zat kimia berbahaya, dari iklim yang berubah-
ubah dan dari bahaya api dll.
b. Alat Pelindung Mata
Mudah dikenakan cocok untuk kasus berisiko kecil dan menengah.
Lemparan benda – benda kecil, pengaruh cahaya dan pengaruh radiasi
tertentu.
Bahan pembuat alat pelindung mata dari plastic, ada beberapa jenis
tergantung dari bahan dasarnya seperti selulosa asetat, akrilik, poli karbonat
dll.
Syarat optis tertentu adalah lensa tidak boleh mempunyai efek
distorsi atau efek prisma lebih dari 1/16 prisma dioptri, artinya perbedaan
refraksi harus lebih kecil dari 1/16 dioptri.
Alat pelindung mata terhadap radiasi prinsipnya kacamata yang
hanya tahan terhadap panjang gelombang tertentu standar Amerika, ada 16
jenis kaca dengan sifat-sifat tertentu.
c. Alat Pelindung Telinga
Sumbat telinga (ear plug) dapat mengurangi intensitas suara 10 s/d
15 dB dan tutup telinga ( ear muff ) dapat mengurangi intensitas suara 20 s/d
30 dB.
Sumbat telinga yang baik adalah menahan frekuensi tertentu saja,
sedangkan frekuensi untuk bicara biasanya (komunikasi) tak terganggu.
Kelemahan alat pelindung telinga yaitu tidak tepat ukurannya dengan
lobang telinga pemakai, kadang-kadang lobang telinga kanan tak sama
dengan yang kiri bahan sumbat telinga karet, plastik keras, plastik yang
lunak, lilin, kapas.
Penggunanan alat pelindung telinga yang banyak diminati adalah
jenis karet dan plastic lunak, karena bisa menyusaikan bentuk dengan lobang
telinga. Daya atenuasi (daya lindung): 25-30 dB jika ada kebocoran dapat
mengurangi atenuasi + 15 dB.
Ada yang terbuat dari bahan lilin seperti penggunaan lilin murni
yang dilapisi kertas atau kapas. Akan tetapi ada kelemahan dari bahan lilin
ini yaitu kurang nyaman dan mudah kotor.
Kemudian ada yang terbuat dari kapas mempunyai daya atenuasi
paling kecil antara 2 – 12 dB.
Alat pelindung telinga ada beberapa jenis atenuasinya yaitu pada
frekuensi 2800–4000 Hz sampai 42 dB (35–45 dB). Untuk frekuensi biasa
25-30 dB. Untuk keadaan khusus dapat dikombinasikan antara tutup telinga
dan sumbat telinga sehingga dapat atenuasi yang lebih tinggi akan tetapi tak
lebih dari 50 dB, karena hantaran suara melalui tulang masih ada.
d. Alat Pelindung Pernafasan
Memberikan perlindungan terhadap sumber-sumber bahaya seperti
kekurangan oksigen dan pencemaran oleh partikel debu, kabut, asap dan uap
logam kemudian pencemaran oleh gas atau uap.
e. Alat Pelindung Kaki
Sepatu keselamatan kerja dipergunakan untuk melindungi kaki dari
bahaya kejatuhan benda-benda berat, percikan cairan, dan tertusuk oleh
benda-benda tajam. Menurut jenis pekerjaan sepatu keselamatan dapat dibagi
menjadi :
Sepatu dengan logam atau baja, sepatu boot, dan jenis lainnya
yang mampu digunakan dimana dapat terjadi kebakaran dan
bahaya peledakan.
Sepatu buruh atau tipe sepatu jalan, digunakan untuk melindungi
pekerja dari percikan, lelehan metal atau logam yang berasal dari
pengelasan atau bunga api.
Sepatu penguat bagian dalamnya memiliki sol metal yang
fleksibel dan di rancang menonjol pada jari-jarinya, tetapi
kemungkinan akan kontak dengan energi listrik namun dapat
diperkecil.
Untuk kondisi basah sepatu kulit dengan paduan kayu cendana,
sangat efektif dan dapat memberikan pelindungan yang baik
dalam bekerja dan dibutuhkan ketika berjalan di permukaan
panas. Sepatu ini digunakan secara luas dalam pekerjaan aspal
panas.
Sepatu keselamatan dengan pelindung metatarsal, selalu
digunakan dalam opersi material berat. Juga untuk menjaga
kemungkinan bila ada denda jatuh dan menimpa jari kaki bagian
atas. Pelindung metal ini sangat cukup melindungi kaki sampai
pergelanagan kaki.
Sepatu boot keselamatan yaitu sepatu yang dilengkapi dengan
nonferrous yang akan mereduksi kemungkinan adanya gesekan
dari pecahan ketika dilokasi dengan bahaya ledakan api.
f. Alat Pelindung Tanagan
Sarung tangan merupakan alat pelindung diri yang banyak digunakan,
fungsinya untuk melindungi tangan dari luka lecet, luka teriris, luka terkena
bahan kimia dan terhadap temperature ekstrim.
Kelvar-trated gloves
Untuk melindungi dari kebakaran dan hal-hal yang tidak
menyenangkan ketika tangan terpapar panas secara terus menerus
Metal-mesh gloves
Sering dipakai oleh mereka yang bekerja dengan pisau dan
terhadap benda-benda tajam untuk melindung dari terpotong dan
pukulan dari peralatan mereka sendiri dan dari ketajaman atau objek
yang kasar
Rubber gloves
Untuk melindungi dari listrik, sarung tangan karet ini harus di tes
kekutan listriknya
Rubber neoprene or viniyl gloves
Digunakan dalam penggunaan bahan kimia dan korosif
Leather gloves
Tahan percikan api, panas yang sedanng, benda kasar dan objek
yang keras dan dilengkapi dengan bantalan terhadap pukulan.
Biasanya dipakai untuk pekerjaan berat
Chrome-tanned cowhide leathe
Dengan alat penekan besi yang melekat pada tapal tangan dan jari
untuk pengecoran pada pabrik baja
Catton or fabric gloves
Dipakai untuk di tempat-tempat kotor, memotong atau melindungi
luka. Tidak terlalu berat untuk digunakan terhadap yang kasar, tajam
atau material berat
Coated fabric gloves
Melindungi dari konsentrasi kimia yang sedang direkomendasi
untuk pengalengan, pengepakan, penanganan makanan, indusrti yang
sejenis.
Heated industrial gloves
Dipakai untuk pekerjaan dalam lingkungan dingin
Hand leathers atau bantalan tangan
g. Pakaian Pelindung
Berdasarkan jenis bahayanya pakaian pelindung terdiri atas :
Flame resistant catton atau duck
Untuk bahaya panas atau percikan api yang sedang.
Special flame- resistant and heat resistant synthetic fabrics
Untuk memadamkan api atau untuk pekerjaan-pekerjaan disekeliling
api yang terbuka.
Rubber, neoprene, vinyl or other protective material
Untuk pekerjaan-pekerjaan yang basah atau menanggulangi asam,
korosi dan zat-zat kimia.
h. Sabuk Pengaman
Berguna untuk melindungi tubuh dari kemungkinan terjatuh, biasanya
digunakan pada pekerjaan konstruksi dan memanjat serta tempat tertutup
atau boiler. Harus dapat menahan beban sebesar 80 Kg. Jenis penggantung
unifilar penggantung berbentuk U. Gabungan penggantung unifilar dan
bentuk U, ada beberapa macam safety harness yaitu penunjang dada (chest
harness), penunjang dada dan punggung (chest waist harness), penunjang
seluruh tubuh (full body harness).
5. Pemeliharaan APD
Secara umum pemeliharaan APD dapat dilakukan antara lain dengan :
Menyimpan dengan benar alat pelindung diri
Mencuci dengan air sabun, kemudian dibilas dengan air
secukupnya. Terutama untuk helm, kaca mata, sepatu kerja,
pakaian kerja, sarung tangan kain/kulit/karet.
Menjemur Di bawah sinar matahari untuk menghilangkan bau,
terutama pada sepatu dan helm.
6. Penyimpanan APD
Untuk menjaga daya guna dari APD, hendaknya disimpan ditempat
khusus sehingga terbebas dari debu, kotoran, gas beracun, dan gigitan
serangga/binatang. Tempat tersebut hendaknya kering dan mudah dalam
pengambilannya
7. Kelemahan Penggunaan APD
Daya lindung tidak sempurna, karena cara pemakaian APD yang salah,
memakai APD tidak tepat dan APD tidak memenuhi persyaratan yang
diperlukan.
8. Penghargaan dan Sangsi
Pada beberapa penelitian telah dilakukan oleh para ahli menejemen yang
membuktinan bahwa setiap individu di dalam organisasi, bagaimanapun
rendahnya pendidikan dan kedudukannya, ingin dihargai oleh orang lain.
Pemberian penghargaan itu memang wajar dan merupakan suatu keharusan oleh
karena manusia mempunyai martabat, harga diri, keinginan, harapan, cita-cita
dan bahkan impian dan dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya berupa
perhatian oleh pimpinan kepada karyawan karena melaksanakan tugas dengan
baik, memberikan penghargaan berupa uang, piagam, benda lainnya karena
karyawan melakukan tugas dengan baik, mendengarkan saran-saran maupun
keluhan para karyawan dengan penuh perhatian sehingga semua ini dapat
meningkatkan efisiensi dan produktifitas perusahaan. Dalam organisasi yang
baik system rewards penalty harus diberlakukan secara kontinyu dan objektif,
sebab apabila hal tersebut tidak dijalankan, akan terdapat keadaan dimana yang
rajin, pintar, tekun, berdisiplin dan produktif menjadi apatis melihat mereka
diperlakukan sama oleh pimpinan dengan karyawan yang malas, bodoh, tak
acuh, tidak disiplin dan tidak produktif (Siagain, 1985).
Pendekatan Skinner juga mengenal sistem penguat positif dan penguat
negatif. Skinner menyatakan bahwa hukuman (penguat negatif) adalah teknik
umum yang digunakan dalam dunia modern. Hukuman tersebut akan menekan
prilaku untuk sementara tapi perilaku itu dapat muncul kembali bila mungkin
hukuman ditarik atau dikendurkan. Penggunaan hukuman (penguat positif) untuk
mengendalikan prilaku harus dihindarkan dan memfokuskan kepada penggunaan
penguat-penguat positif, misalnya penghargaan (Paulus, 1997).
9. Poster
Dengan menggunakan bahasa atau kalimat yang mudah dipahami, poster
atau spanduk dapat menjadi sarana informasi yang efektif. Dapat dipasang pada
papan pengumuman yang berdekatan dengan tempat kerja atau pada ruang
makan/kantin. (Ralph Wiliam, 1990)
BAB III
LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN MAGANG
A. Alur Magang
Surat Permohonan
Region PT.PLN (Persero)
Surat Persetujuan Magang
Sosialisasi lapangan
Pengumpulan data
Membuat hasil
Laporan magang
Bagan Alur 3.1
B. Aktifitas Magang
1. Tahap persiapan
Kegiatan magang dilakukan selama 26 hari kerja (minimal 26 hari kerja),
di rencanakan mulai tanggal 1 Februari samapai dengan 9 Maret 2010. Dalam
tahap perencanaan kegiatan yang di lakukan meliputi pengurus perizinan dan
pengumpulan bahan teori.
2. Topik Magang
Untuk megang yang dilakukan akan lebih difokuskan pada gambaran
mengenai penyediaan , pemeliharaan dan penggunaan alat pelindung diri yang
ada diperusahaan, khususnya pada bagian yang memiliki potensi tinggi
kecelakaan kerja. Diharapkan memperoleh data tersebut sehingga preventif
dapat mengurangi penyakit akibat kerja dan terjadinya kecelakaan.
3. Lokasi
Lokasi magang dilaksanakan di PT. PLN (Persero) P3B JB Region Jakarta
& Banten UPT Jakarta Selatan yang berlokasi Jl. Cinere Raya, Gandul – Jakarta
Selatan.
4. Waktu Pelaksanaan
Persentasi laporan
Kegiatan magang telah dilakukan selama 26 hari kerja (minimal 26 hari
kerja), di rencanakan mulai tanggal 1 Februari samapai dengan 9 Maret 2010.
5. Narasumber
Narasumber pada kegiatan magang kali ini adalah orang-orang yang
mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam bidang kerjanya masing-
masing serta paham terhadap teori Environment Health and Safety (EHS)
yang ditunjuk oleh perusahaan untuk memberikan informasi kepada
mahasiswa.
6. Jadwal Pelaksanaan
Kegiatan magang meliputi observasi di lingkungan kerja, menelusuri
literatur dan data-data diperusahaan, serta mengikuti kegiatan yang ada di PT.
PLN (Persero) P3B JB Region Jakarta & Banten UPT Jakarta Selatan
dengan jadwal sebagai berikut.
Tabel 3.1
Metriks Kegiatan Magang
di PT. PLN (Persero) P3B JB Region Jakarta & Banten UPT
Jakarta Selatan
No. Kegiatan Februari Maret
I II III IV I II
1. Perkenalan dengan karyawan/pekerja dan
pembimbing lapangan
X
2. Observasi lapangan X
3. Pengambilan data untuk mendukung laporan
magang
X X
4. Mengamati keselamatan kerja yang ada di
PT.PLN (Persero) P3B JB Region Jakarta &
Banten UPT Jakarta Selatan
X
5. Mengamati pengunaan dan pemeliharaan
APD di PT. PLN (Persero) P3B JB Region
Jakarta & Banten UPT Jakarta Selatan
X X X X
6. Bimbingan dengan dosen pembimbing
akademik
X X
7. Bimbingan dengan pembimbing lapangan X X X X X X
8. Menyusun laporan magang X X X X
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
1. Sejarah Singkat PT. PLN (Persero)
Sistem ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada abad ke-19, ketika
beberapa perusahaan Belanda mendirikan pembangkitan tenaga listrik untuk
keperluan sendiri. Pengusahaan tenaga listrik untuk kepentingan umum dimulai
sejak perusahaan Belanda NV NIGM memperluas usahanya di bidang tenaga
listrik, yang semula hanya bergerak di bidang gas. Kemudian meluas dengan
berdirinya perusahaan-perusahaan swasta lainnya. Setelah proklamasi
kemerdekaan Republik Indonesia, tanggal 17 Agustus 1945, perusahaan listrik
yang dikuasai Jepang direbut oleh pemuda-pemuda Indonesia pada bulan
September 1945, lalu diserahkan kepada Republik Indonesia. Pada tanggal 27
Oktober 1945 dibentuklah jawatan listrik dan gas oleh Presiden Soekarno.
Pada waktu itu kapasitas tenaga listrik hanyalah sebesar 157,5 MW.
Tanggal 01 Januari 1961, dibentuklah BPU-PLN (Badan Pimpinan Umum-
Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak dalam bidang listrik, gas dan kokas.
Tanggal 01 Januari 1965, BPU-PLN dibubarkan dan dibentuk dua perusahaan
negara yaitu perusahaan listrik negara (PLN) dan perusahaan gas negara (PGN)
yang mengelola gas. Saat itu kapasitas pembangkit tenaga listrik PLN sebesar
300 MW. Tahun 1972, pemerintah Indonesia menetapkan status perusahaan
listrik negara sebagai perusahaan umum listrik negara (PLN). Pada tahun 1990
melalui peraturan pemerintah No. 17, PLN ditetapkan sebagai pemegang kuasa
ketenagalistrikan. Pada tahun 1992, pemerintah memberikan kesempatan kepada
sektor swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan tenaga listrik. Sejalan
dengan kebijakan diatas, pada bulan Juni 1994 status PLN dialihkan dari
perusahaan umum menjadi perusahaan perseroan (Persero).
2. Peraturan Perundang-undangan Yang Berkaitan Dengan Usaha PT. PLN
(Persero)
Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia No. 18 tahun 1972, juncto
PP No. 54 tahun 1981 dan UU No. 15 tahun 1985 sebagai juncto No. 17 tahun
1990, dengan tugas menangani penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan
umum. Visi Dan Misi PT PLN (Persero)
a. Adapun visi PT PLN (Persero) adalah :
- Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh kembang, unggul
dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani
- Mewujudkan perusahaan setara kelas dunia
- Sumber daya manusia yang profesional.
- Aktivitas usaha akrab lingkungan
b. Misi PT PLN (Persero) adalah :
- Melakukan usaha transmisi tenaga listrik yang efisien, andal, aman, dan
ramah lingkungan.
- Melaksanakan pengelolaan operasi sistem tenaga listrik yang andal,
aman, bermutu, dan ekonomis.
- Melaksanakan pengeloaan transaksi tenaga listrik yang transparan dan
kredibel.
- Melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan sumberdaya manusia
(SDM) yang kompeten dan profesional.
- Mengembangkan usaha di luar usaha pokok yang dapat memberikan
kontribusi pada perolehan laba usaha.
3. Program Peningkatan Kinerja di PT PLN (Persero) UPT Jakarta Selatan
Untuk mencapai proses operasi yang unggul dan melakukan penerapan
visi UPT Jakarta Selatan yaitu menjadi perusahaan kelas dunia, maka
dilakukanlah upaya perbaikan kinerja, proses bisnis dan sumber daya manusia.
Upaya perbaikan yang dilakukan dikemas dalam beberapa manajemen sistem,
antara lain OPI (Operational Performance Improvement) yang terdiri tiga bubles
yaitu Management Infrastructure (MI), Technical System (TS), Mindset
Capabilities and Leadership (MCL). Secara rinci, bubles tersebut memiliki
beberapa tujuan, yaitu:
a. Technical Systems (TS), yang bertujuan untuk melakukan konfigurasi dan
optimalisasi aset-aset dan sumber daya untuk menciptakan nilai dan
meminimalisir kerugian. Hal ini dilakukan dengan cara:
- Mengoptimalkan kinerja
- Memperbaiki proses-proses pengoperasian
- Meningkatkan efisiensi energi
- Meningkatkan kehandalan dan ketersediaan
Program-program tersebut dijabarkan dalam bentuk rencana kerja
( Action Plans), yaitu sebagai berikut :
- Membuat Standar Waktu Pelaksanaan Pemeliharaan (Action Plan #2)
- Memastikan dan Melengkapi Instruksi Kerja Alat Uji pada Saat
Pemeliharaan (Action Plan #3)
- Mengidentifikasi Spare Part yang Diperlukan Sesuai Prioritas
Pengadaan. (Action Plan #4)
- Membuat Standarisasi Risk Management (Action Plan #8)
b. Management Infrastructure (MI), yang ditujukan untuk melakukan
perbaikan di bidang struktur, sistem dan proses dalam rangka mendukung
kegiatan Technical System. MI dilakukan dengan melakukan penerapan:
- Manajemen kinerja
- Perancangan organisasi
- Proses-proses fungsi pendukung
Program-program tersebut kemudian didefiniskan dalam bentuk action
plans sebagai berikut:
- Menurunkan Indikator Kinerja Unit Hingga ke Level Paling Bawah/
Frontliner (KPI Cascading) (Action Plan #6)
- Melakukan Sosialisasi Aturan dan Etika Perusahaan (Action Plan #9)
c. Mindsets, Capabilities and Leadership (MCL), yang bertujuan untuk
mensetting ulang cara pegawai berpikir, merasakan dan bertindak dalam
lingkungan kerja. Beberapa hal yang menjadi perhatian dari MCL adalah
- Fokus – tujuan yang meyakinkan dan arah yang jelas
- Eksekusi – para pegawai dapat bekerja sama dengan baik dalam
melakukan pekerjaanya
- Kemampuan – para pegawai dapat bekerja secara efektif dalam posisi
mereka
- Perbaikan – dorongan tak berkesudahan untuk melakukan lebih baik
Program-program tersebut kemudian digambarkan dalam bentuk action
plans berikut:
- Meningkatkan Kompetensi dan Pengelompokan Keahlian Petugas
Pemeliharaan. (Action Plan #1)
- Mendorong Pelaksanaan Sharing Knowledge/Community of Practice
(COP) dan Konsistensi Pelaksanaan ISO 9001-2000 (Action Plan #5)
- Memastikan Pelaksanaan Rapat yang Efektif (Action Plan #7)
- Program SCG ( Save, Clean, and Green ) (Action Plan #10)
Untuk merealisasikan kegiatan OPI, dibuatlah beberapa program andalan
dan sederhana. Kegiatan tersebut dinamakan Quick-Wins, yang bertujuan untuk
melakukan beberapa perubahan yang bersifat cepat namun berdampak luas.
Beberapa program yang digulirkan dalam quick-wins antara lain:
- Kelengkapan pakaian kerja (warepack, safety shoes, toolset, safety
helmet)
- Pemasangan pengumuman tentang safety dan clean di beberapa lokasi
antara lain : switchyard, ruang GI dan ruang kerja
- Membuat stiker anomali peralatan pada panel kontrol untuk transmisi dan
GI
- Pengaturan ruang staf pemeliharaan dan pengadaan loker untuk staf
pemeliharaan
- Pelaksanaan COP pada masing-masing bidang
- Meeting Rutin Intern Bidang (tiap dua minggu)
- Penerapan Smoking Area dan No Smoking Area di UPT dan GI-GI
- Membuat papan display tentang tata tertib ketika memasuki daerah UPT
JAKSEL (karyawan dan tamu)
- Membuat papan display tentang Key Performance Indicator (KPI) UPT
Jakarta selatan
- Menyediakan LCD Information Board di Ruang Lobby & Ruang
Pemeliharaan
Sementara itu, penerapan Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan
Kerja (SMK3) masih dalam tahap penyusunan (Setup) oleh sub bidang K2LH PT
PLN (Persero) P3B JB untuk diterapkan di semua unit PT PLN (Persero) P3B
JB. Penerapan SMK3 diharapkan dapat meningkatkan budaya K3 untuk setiap
karyawan pada semua bidang pekerjaan.
Secara keseluruhan, kegiatan tersebut merupakan bagian dari penerapan
SMK3 yang diisyaratkan dalam OHSAS 18001:2007, yaitu adanya continual
improvement (peningkatan yang berkelanjutan) dalam rangka memperbaiki dan
memaksimalkan kinerja perusahaan.
4. Jumlah Pekerja
Untuk menunjang tugas pokok tersebut maka UPT Jakarta Selatan
didukung oleh 102 pegawai yang terdiri dari 1 orang Manajer, 9 orang pada sub
bidang Perencanaan & Evaluasi, 80 orang pada sub bidang Operasi &
Pemeliharaan serta 12 orang pada sub bidang Administrasi & Keuangan.
5. Kondisi tahun 2009 - sekarang
Berikutnya, pada tahun 2009 manajemen PLN P3B JB melakukan
reorganisasi PLN RJKB menjadi 9 UPT dan menggabungkan UJT-UJT kedalam
UPT-UPT yang ada, yaitu :
- UPT Jakarta Timur - UPT Jakarta Utara
- UPT Tangerang - UPT Jakarta Barat
- UPT Banten - UPT Jakarta Pusat
- UPT Bogor - UPT Jakarta Selatan
- UPT Cilegon
6. Tugas Pokok dan Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) UPT Jakarta
Selatan
Terbentuknya PT PLN (Persero) P3B JB Unit Pelayanan Transmisi
Jakarta Selatan berdasarkan Surat Keputusan General Manager PT. PLN
(Persero) P3B Jawa Bali No. 0207.K/GM – P3B/2005, tanggal 04 Mei 2005.
Dimana sebelumnya bernama UPT Gandul, dengan lokasi di jalan PLN
kelurahan Krukut-Limo Depok 16514 dipimpin oleh seorang Manajer Unit dan
dibantu dengan 3 orang Asisten Manajer, yaitu Asisten Manajer Rencana dan
Evaluasi, Asisten Manajer Operasi dan Pemeliharaan dan Asisten Manajer
Administrasi dan Keuangan.
Tugas pokok PT PLN (Persero) P3B UPT Jakarta Selatan adalah
bertanggung jawab melaksanakan pemeliharaan instalasi penyaluran tenaga di
wilayah kerjanya yang meliputi fungsi : pemeliharaan meter dan proteksi,
pemeliharaan instalasi penyaluran, pemeliharaan ScadaTel, supervisi operasi,
logistik dan pengelolaan lingkungan dan keselamatan ketenagalistrikan untuk
mencapai target kinerja, mengelola bidang Administrasi dan Keuangan untuk
mendukung kegiatan operasi dan pemeliharaan instalasi.
Untuk menunjang tugas pokok tersebut maka UPT Jakarta Selatan
didukung oleh 102 pegawai yang terdiri dari 1 orang Manajer, 9 orang pada sub
bidang Perencanaan & Evaluasi, 80 orang pada sub bidang Operasi &
Pemeliharaan serta 12 orang pada sub bidang Administrasi & Keuangan.
PT PLN (Persero) P3B JB UPT Jakarta Selatan mempunyai unit kerja : 2
GITET 500 kV, 9 Gardu Induk 150 kV dan 1 Gardu Induk 70 kV yang
meliputi:
- GITET 500 kV Gandul - GITET 500 kV Depok
- GI 150 kV Gandul - GIS 150 kV Kemang
- GI 150 kV Depok - GIS 150 kV Bintaro
- GI 150 kV Petukangan - GI 150 kV Legok
- GI 150 kV Cimanggis - GI 150 kV Serpong
- GI 150 kV Lengkong - GI 70 kV Depok Baru
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT), Saluran Udara Tegangan
Ekstra Tinggi (SUTET) dan Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) yang
meliputi :
- SUTET 500 kV : 286.758 km
- SUTT 150 kV : 71.400 km
- SUTT 70 kv : 15.400 km
- SKTT 150 kV : 11.375 km
Serta mengelola beberapa unit trafo, yaitu :
- Trafo IBT 500/150 kV – 500 MVA : 3 unit 1500
- Trafo Distribusi 150/20 kV – 60 MVA : 20 unit 1200 MVA
- Trafo Distribusi 70/20 kV – 30 MVA : 3 unit 70 MVA
Gambar 4.1
Peta Wilayah Kerja UPT Jakarta Selatan PT. PLN (Persero)
Gambar 4.2
Struktur Organisasi PT. PLN (PERSERO) Kantor Pusat
Sumber: Profil PT. PLN (PERSERO) UPT JAKARTA SELATAN
Gambar 4.3
Bagan Struktur Organisasi
ASISTEN MANAGER
RENCANA & EVALUASI
PRIYONO
ASISTEN MANAGER
OPERASI & PEMELIHARAAN
YAYAN SOPYANDI
ASISTEN MANAGER
ADM & KEUANGAN
ASNEL FAUZIAH
MANAJER
TRINO ERWIN
AE RENCANA & EVALUASI PEMEL TRANS
NURDIN (17c)
AE RENCANA & EVALUASI
PROTEKSI, PEMEL, SCADA & TEL
ABUNJANI
EG. EVALUASI OPERASI
SUKARNO
EG. ASESMEN KONDISI SIS TRANS
DAYAT RUHIYAT
AE PERENCANAAN PEMELIHARAAN
SUHARYADI ( 15c )
AE ANALISA & EVALUASI
TRANSMISI
JE RENCANA & EVALUASI
PROTEKSI, PEMEL, SCADA & TEL
1. ARIF ZM.
AE PELAKSANA PEMEL. TRAGI
1. SUPRIYADI
2.ISHAK
3.HOEDI PURWANTO
4.BAHRUDIN
5.SUROTO
6.RIMAN
7.SUKARDI
8.ASKIYANTO
9.E. MUISAN
10. TI’ING
11. SAAMIN
12. BUNYANIH
13. GUNTUR BS
14. ALI ASPAS
AE PENGELOLAAN DATA PEMEL
M. THOLIB
AO ADM. LOGISTIK
PUSENO ZAENAL ABIDIN
AE PEMELIHARAAN SCADATEL
1. TATA KARNATA
AE/ JE PELAKSANA PEMELIHARAAN
PROTEKSI
1. SUTARYONO
2. TRI WALUYO
3. FACHRUDIN
4. GUNTER E.
JO SDM & ADMINISTRASI
AE/JE PENGELOLAHAN METERING
AE/JE PEMANFAATAN DAN PEMEL ALAT UJI
ANALYST KEU & ANGGARAN
JA KEUANGAN, ANGGARAN
1. RATNA KUSWARDANI
2. RAHMAT
AA KEU,ANGGARAN
1. ROHMAIN
2. ZULKIFLI
AF SDM & ADMINISTRASI
1. DARIP HINDRIAN
2. ABDUL RAKIB
AO/JO HUMAS & BINA LINGKUNGAN
JO SEKRETARIAT & FASILITAS
1. LUKERTINA S.
2. TEGUH ARIFIANTO
3. RIPAN
4. ABDUL RODJIH
SPV
GIS KEMANG
SUKARI
SPV
GI GANDUL
EDISON S
SPV
GIS BINTARO
JONI SAHRONI
SPV
GI PETUKANGAN
DADANG.J
SPV
GI SERPONG
WAHYUDIN
SPV
GI 70kV DEPOK
HANNY T
SPV
GI CIMANGGIS
RAENAL
SPV
GI LENGKONG
SUYAMTA
SPV
GI LEGOK
RUSLAN.AG
SPV
GITET 500KV
GANDUL
A. SYAIKHU
SPV
GITET 500KV
DEPOK
ARDIYAN
1.SYAFRUDIN.H
2.RUSLANI
3.NAUMIN I.
1.DANANG HD.
2.FERDI EJ
3.M.REZA.I
1.BUDIMAN S.
2.SAFRUDIN
3.AVERROES
1.ZAINAL A.
2.N.SUMARNO
3.HELI S.
1.MAHRUP
2.MINAN S.
3.NURSALIM
1.IDRUS
2.MAKHMUD
3.TUSMINAR
1.SUPANGGIH
2.ENCEP S.
3.IRWAN A.
1.NARSIN
2.BADRI
3.AMIN B
1.DJAYA
2.NICO R.
3.AHMAD
1.M WALUYO
2.AGUNG SU.
3.SUHARTO
4.ROHANI
5.FAUJI
6. BAMBANG G.
7.SUSANTO
8.DANA IW
9.MUKHSIN
1.EDY P.
2.M ZAINUDDIN
3.BUDIYANTO
4.APIN
5.ROJALIH
6.GOKMAN P.
7.ANANG S.
8.ADI K.
9. BUNYANI
STRUKTUR ORGANISASI UPT JAKARTA SELATAN
JE PENGELOLAAN SAR SIS
INFORMASI
SIDIK SUKMANA
OFFICER SDM & ADMINISTRASI
OFFICER SEKRETARIAT &FASILITAS
AO SEKRETARIAT & FASILITAS
BAMBANG GUNARYO
JE RENCANA & EVALUASI PEMEL TRANS
AE/JE EVALUASI OPERASI
ANALYST EVALUASI KINERJA
AE PENGELOLAAN SARANA SIS
INFORMASI
1
1
1
0
2
2
2
2
1
0
2
2
1
0
1
0
1
1
44
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
2
2
1
1
1
0
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
4
4
1
0
1
0
14
14
7. Dasar - dasar pelaksanaan K3 di PT. PLN (PERSERO) UPT
JAKARTA SELATAN
1. Undang-Undang RI No.1 tahun 1970, Undang-Undang RI Nomor 15
Tahun 1985, Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No.PER.05/MEN/1996.
2. Peraturan Pemerintah RI Nomer 23 tahun 1994, Anggaran Dasar PT
PLN ( Persero), Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No.
2089.K/440/Dir/2001;
3. Edaran Manager Region Jakarta dan Banten PT PLN (Persero) P3B Jawa
Bali Nomer : 004.E/437/M.RJKB/2002, Keputusan Direksi PT PLN
(Persero) No. : 1014.K/426/DIR/2005 dan Surat inspektur jendral
pertambangan dan Energi No. 2287/08/IJ/1995.
8. Standar Alat pelindung Diri .
Menurut Standar Perusahaan Umum Milik Negara (SPLN) 66 : 1986
dalam lampiran surat Keputusan Direksi PLN No. 051/DIR/86, 2 Agustus 1986,
peralatan keselamatan kerja terdiri dari peralatan keselamatan kerja utama,
peralatan keselamatan kerja pelengkap dan peralatan pemadam kebakaran
termasuk juga dalam standar APD (alat pelindung diri).
1. Alat Pelindung Diri
Pelindung Kepala
Kegunaannya melindungi kepala terhadap bahaya listrik,
mekanik, kimia, panas dll. Terbuat dari bahan polyethylene, plastik,
katun, aluminium dan bahan sintetis lainnya.
Pelindung Mata
Kegunaannya melindungi mata dari loncatan bunga api, loncatan
benda-benda kerja, percikan bahan kimia dan sinar yang bersifat keras.
Pelindung telinga
Memiliki kegunaan melindungi pendengaran petugas dari suara
keras yang melampaui batas kekuatan pendengar dengan spesifikasi
sesuai tempat kerja. Pelindung telinga ini terbuat dari karet.
Pelindung pernapasan
Memiliki kegunaan untuk melindungi alat pernafasan petugas
(kerongkongan, paru-paru dll) terhadap bahaya yang timbul oleh debu,
serbuk-serbuk cat, gas beracun lainnya. Pelindung pernafasan ini terbuat
dari karet, plastik, filter dan bahan sintesis lainya.
Pelindung Kaki
Kegunaannya melindungi kaki terhadap bahaya listrik, mekanik,
kimia, panas, dll. Dengan spesifikasi daya sekat 1 – 6 kV, 6 - 20 kV dan
terbuat dari bahan karet, kulit, kanvas, dan bahan sintesis lainnya.
Pelindung Tangan
Kegunaannya melindungi tangan terhadap bahaya listrik,
mekanik, kimia, panas dll , dengan spesifikasi daya sekat l.000 Volt, I-6
kV, 6 k V. Terbuat dari bahan katun, nilon, kanvas, kufit, karet, lapisan
asbes dan bahan sintetis lainnya dan memiliki ukuran pendek dan
panjang.
Pakaian Pelindung
Kegunaannya melindungi badan terhadap bahaya listrik, mekanik,
kimia, panas dll. Dengan spesifikasi besar (LL), besar (L), sedang (M)
dan kecil (S). terbuat dari bahan katun, karet, neoprene, polveethane,
campuran/lapisan sabes, timah hitam dan bahan sintesis lainya.
Sabuk Pengaman
Memiliki kegunaan untuk melindungi petugas dari bahaya jatuh
pada waktu bekerja di tempat yang tinggi dan terbuat dari bahan kulit,
kanvas dan nilon.
B. Unit K2 di UPT Jakarta Selatan PT. PLN (Persero)
UPT Jakarta Selatan PT. PLN (Persero) telah menunjuk staf pengelola K2
(Keselamatan Ketenagalistrikan) berdasarkan surat Keputusan Meneger Region
Jakarta dan Banten No. 066.K/2010. Bertanggungjawab dan mempunyai tugas
sebagai berikut :
1. Membuat rencana kegiatan dan fungsi K2 untuk kelancaran pelaksanaan
kegiatan.
2. Menganalisis hasil pengumpulan dan pemutahkiran data peralatan safety
untuk pemeliharaan peralatan GI, SUTT/SKTT, Proteksi, Meter, Scada
dan Telekomunikasi.
3. Menganalisis hasil pengumpulan dan pemutahkiran data peralatan safety
untuk penanggulanganbahaya kebakaran
4. Mengkoordinir pembinaan K2 pemeliharaan peralatan GI, SUTT/SKTT,
Proteksi, Meter, Scada dan Telekomunikasi agar selalusiap dan aman
dipergunakan
5. Mengkoordinir dan melaksanakan kegiatan K2 dan lingkungan untuk
menciptakan budaya K2 di wilayah kerja
6. Mengevaluasi seluruh kegiatan pemeliharaan ditinjau dari sisi K2
Seperti yang telah dituliskan diatas, K3 yang berlaku di PT.PLN
(Persero) termasuk kedalam lingkup K2 (Keselamatan Ketenagalistikan).
C. Potensi Bahaya
Faktor bahaya adalah segala sesuatu yang ada di tempat kerja yang dapat
menimbulkan terjadinya suatu penyakit akibat karja. Pada bagian operasi dan
pemeliharaan terdapat berbagai jenis bahaya, sumber maupun dampak yang dapat
merugikan pekerja, proses, alat maupun perusahaan.
Bahaya fisik antara lain : terjatuh, tersengat listrik, terpeleset, kejatuhan alat,
terbentur, terpukul, terjepit, silau, dan tertimpa alat. Bahaya kimia antara lain :
penggunaan bahan-bahan kimia B3 dan iritasi pada kulit. Bahaya ergonomik antara
lain : cidera otot dan nyeri tulang belakang. Bahaya psikologis yang terdapat di area
kerja berupa :
1. Beban kerja yang menjadi target dan tanggung jawab yang harus dicapai
dalam bekerja.
2. Kondisi kerja yang tidak nyaman karena iklim yang berubah-ubah.
Potensi bahaya yang ada di PT. PLN (Persero) UPT Jakarta Selatan
meliputi bahaya fisik, kimia, ergonomik, dan bahaya psikologis. Untuk
itu dalam pengandalian bahaya yang bertujuan memberikan
pengetahuan dan keterampilan serta pengertian yang baik untuk
mengurangi potensi bahaya yang dapat membahayakan pekerja.
Pengendalian bahaya antara lain dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
a. Administratif Kontrol
Tahap penanggulangan bahaya secara adminstratif seperti
pembuatan prosedur, pemasangan sign atau rambu, pengaturan
jam kerja, pemberian pelatihan, penetapan aturan khusus,
mengikuti aspek hukum atau peraturan pemerintah terkait serta
penerapan hygiene perusahaan.
b. Pemakaian Alat Pelindung Diri
Pemakaian alat pelindung diri merupakan tahap terakhir dari
hirarki pengendalian bila upaya lainnya tidak dapat memenuhi
maksud menghilangkan atau mengurangi risiko secara maksimal.
Berikut adalah tabel identifikasi bahaya serta pengendalian alat
pelindung diri yang digunakan pada bagian operasi dan pemeliharaan
khususnya di bagian pemeliharaan (HAR) :
Tabel 4.1
Identifikasi bahaya dan pengendalian di bagian OPHAR (Operasi dan
Pemeliharaan) khususnya di bagian Pemeliharaan pada kegiatan Tek Ct bocor :
No Langkah
Kerja
Potensi Bahaya Pengendalian
dengan APD Bahaya Risiko Risiko
1 Persiapan
Peralatan
Pekerjaan
Mekanik : Peralatan
terjatuh menimpa pekerja
Fisik : Ergonomi
Fisik : Tangan Terjepit
Dapat mengakibatkan
patah tulang pada kaki
Dapat mengakibatkan
cidra tulang punggung
Dapat mengakibatkan
jemari tangan patah
Safety helmet,
Safety Shoes
Safety lifting
Leather hand
gloves
Fisik : Terbentur
Dapat mengakibatkan
kepala pecah
Safety helmet
2 Memasang
Taging, dan
rambu -
rambu K3
Fisik : Induksi
Fisik : Terbentur
Mekanik :
Kasalahan Pemaasangan
Dapet mengakibatkan
terpanggang, luka
bakar dan kematian
Dapat mengakibatkan
luka pada bagian
kepala dan kaki
Dapat mengakibatkan
pekerja lain salah
pengoperasian
Rubber gloves,
Safety shoes
Safety helmet,
Safety shoes
-
3 Pembagian
Regu
Pelaksana
Pekerjaan
Kesalahan Pembagian
Regu
- -
4 Memasang
Grounding
local pada
area yang
akan
Fisik : Induksi
Mekanik : Peralatan
Dapat mengakibatkan
terpanggang, luka
bakar dan kematian
Dapat mengakibatkan
Rubber gloves,
Safety shoes
Safety Helmet
dikerjakan (
Melokalisir
daerah yang
akan
dikerjakan )
terjatuh menimpa pekerja kepala pecah
5 Memasang
Steger (step
tolding)
Mekanik : Peralatan
terjatuh menimpa pekerja
Fisik : Pekerja dapat
terjatuh
Dapat mengakibatkan
kepala pecah
Dapat mengakibatkan
patah tulang
Safety Helmet
Safety belt
6
Membuka
bagian
chasing CT
atau tutup
rubber billow
serta
memeriksa
bagian yang
bocor /
bermasalah.
Mekanik : Peralatan
terjatuh menimpa pekerja
Fisik : Pekerja terjatuh
Dapat mengakibatkan
kepala pecah
Dapat mengakibatkan
patah tulang
Safety Helmet
Safety belt
7 Membongkar
dan
mengganti
Rubber
billow yang
bermasalah (
Penyebab CT
bocor )
Fisik : Induksi
Fisik : Terjatuh
Fisik : Tersiram Minyak
Dapat mengakibatkan
terpanggang, luka
bakar dan kematian
Dapat mengakibatkan
patah tulang
Dapat mengakibatkan
melepuh
Safety shoes,
Rubber gloves
Safety Belt
Rubber
neoprene,
viniyl gloves
8 Mengisi
minyak
konservator
CT sampai
level
medium. (
Memastikan
Minyak tidak
mengalami
kebocoran
kembali )
Fisik : Tersiram minyak
Fisik : Induksi
Fisik : Terjatuh
Dapat mengakibatkan
melepuh
Dapat mengakibatkan
terpanggang, luka
bakar dan kematian
Dapat mengakibatkan
patah tulang
Rubber
neoprene, viniyl
gloves
Safety shoes,
Safety helmet
Safety Belt
9 Membongkar
Steger ( Step
tolding )
Mekanik : Peralatan
terjatuh menimpa pekerja
Fisik : Terjatuh
Dapat mengakibatkan
kepala pecah
Dapat mengakibatkan
patah tulang
Safety Helmet
Safety Belt
10 Membuka
Grounding
lokal serta
marapikan
Taging dan
Rambu K3
Mekanik : Peralatan
terjatuh menimpa orang
Fisik : Terjatuh
Dapat mengakibatkan
kepala pecah
Dapat mengakibatkan
patah tulang
Safety Helmet
Safety Belt
11 Merapihkan
Peralatan
Pekerjaan
Mekanik : Peralatan
terjatuh menimpa orang
Fisik : Ergonomi
Fisik : Terjepit
Dapat mengakibatkan
kaki terluka
Dapat mengakibatkan
cidra tulang punggung
Dapat mengakibatkan
patah pada tulang kaki
dan tangan
Safety Shoes
Safety lifting
Safety shoes,
Safety gloves
12 Menyatakan
Pekerjaan
selesai.
- - -
Berdasarkan tabel identifikasi bahaya di atas dapat dinyatakan bahwa
pada setiap tahapan kegiatan operasi memiliki potensi bahaya yang dapat
menyebabkan kecelakaan akibat kerja. Pada tahap kegiatan pertama yaitu
persiapan peralatan pekrjaan dimana pada tahap ini memiliki bahaya keselamatan
berupa tertimpa peralatan ketika melakukan pengangkatan barang-barang yang
akan digunakan ke lokasi perbaikan mesin. Dan selain tertimpa, bahaya yang
terdapat di tahapan pertama ini adalah terjepit peralatan yang akan digunakan
dan ketidak sesuaian posisi pekerja (ergonomi). Upaya pengendalian yang
dilakukan oleh perusahaan untuk mencegah bahaya keselamatan kerja tersebut
khususnya dalam pengendalian melalui penyediaan alat pelindung diri bagi
pekerja, yaitu meggunakan pelindung kaki. Pelindung kaki jenis ini berfungsi
melindungi kaki pada material yang diangkat, pelindung lain yang digunakan
oleh perusahaan yaitu, safety helmet dan leather hand gloves.
Tahap selanjutnya adalah memasang tagging, dan rambu - rambu K3
dapat mengakibatkan luka pada bagian kepala dan kaki dikarenakan terbentur
pada saat pemasangan tagging. Selain terbentur, bahaya yang tedapat pada
pemasangan tagging adalah terkena induksi dan kesalahan pemasangan rambu
K3. Upaya pengendalian yang dilakukan oleh para pekerja menggunakan APD
berupa safety shoes, safety helmet, serta rubber gloves. Untuk pemasangan
rambu upaya pengendaliannya adalah pekerja harus cermat dalam pemasangan
rambu tanda tersebut.
Pada tahap pembagian regu pelaksana pekerjaan tidak terdapat bahaya
keselamatan kerja dalam kegiatan ini. Hanya pembagian regu pada masing-
masing bidang ahlinya.
Kemudian pada tahap memasang grounding local pada area yang akan
dikerjakan ( melokalisir daerah yang akan dikerjakan ). Pada tahap ini potensi
bahaya yang timbul yaitu induksi dan peralatan menimpa pekerja. Upaya
pengendaliannya dengan menggunakan rubber gloves. Kemudian kegiatan ini
dapat mengakibatkan kepala pecah dan upaya pengendaliannya dengan memakai
safety helmet.
Tahap selanjutnya adalah memasang steger ( step tolding ). Pada tahap ini
potensi bahaya yang ditimbulkan yaitu peralatan terjatuh menimpa pekerja dan
pekerja dapat terjatuh .Upaya pengendalian yang dilakukan pada bahaya
peralatan terjatuh dengan menggunakan safety helmet, pengendalian yang di
lakukan pada bahaya terjatuh dengan menggunakan safety belt.
Selanjutnya membuka bagian chasing CT atau tutup rubber billow serta
memeriksa bagian yang bocor / bermasalah. Pada tahap ini potensi bahaya yang
ditimbulkan yaitu peralatan terjatuh menimpa pekerja. Upaya pengendaliannya
dengan menggunakan safety helmet. Kemudian kegiatan ini dapat
mengakibatkan pekerja terjatuh dan upaya pengendaliannya dengan memakai
safety belt.
Setelah itu membongkar dan mengganti rubber billow yang bermasalah (
penyebab CT bocor ). Pada tahap ini potensi bahaya yang ditimbulkan yaitu
terjadi induksi yang dapat mengakibatkan pekerja tersengat listrik hingga
berdampak kematian dan upaya pengendaliannya menggunakan safety shoes dan
rubber gloves. Selain itu risiko terjatuh pengendaliannya dengan menggunakan
safety belt dan risiko tersiram minyak pengendaliannya dengan menggunakan
Rubber neoprene atau viniyl gloves.
Selanjutnya mengisi minyak konservator CT sampai level medium. (
memastikan minyak tidak mengalami kebocoran kembali ). Pada tahap ini
potensi bahaya yang ditimbulkan yaitu tersiram minyak dan upaya
pengendaliannya dengan menggunakan rubber neoprene atau viniyl gloves.
Kemudian kegiatan ini dapat mengakibatkan induksi dan upaya pengendaliannya
dengan menggunakan safety shoes dan safety helmet. Selain itu risiko terjatuh
pengendaliannya dengan menggunakan safety belt.
Tahap selanjutnya ialah membongkar steger ( scafolding ). Pekerjaan ini
terdapat risiko yang dapat membahayakan keselamatan pekerja. Risiko yang
mungkin terjadi berupa peralatan terjatuh menimpa pekerja dan upaya
pengendaliannya dengan menggunakan safety helmet. Kemudian risiko terjatuh
dengan upaya pengendalian menggunakan safety belt.
Kemudian membuka grounding lokal serta marapikan tagging dan rambu
K3. Bahaya yang mungkin terjadi ialah peralatan terjatuh menimpa orang dengan
upaya pengendalian menggunakan safety shoes. Risiko yang mungkin akan
terjadi pada tahap ini yaitu pekerja terjatuh, upaya pengendaliannya dengan
menggunakan safety belt.
Merapihkan peralatan pekerjaan juga mempunyai risiko. Risiko yang
mungkin akan terjadi pada tahap ini ialah peralatan terjatuh menimpa pekerja
dengan upaya pengendaliannya menggunakan safety shoes. Kemudian risiko
terjepit dan upaya pengandaliannya yaitu safety shoes dan safety gloves. Bahaya
ergonomi juga mengiringi risiko pada tahap merapikan peralatan dan upaya
pengendalaiannya dengan safety lifting. Menyatakan Pekerjaan selesai tidak
memiliki risiko yang berarti.
Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja,
pemakaian APD yang telah dipaparkan diatas dan yang berjalan di PT.PLN
(Persero) UPT Jakarta Selatan sudah memenuhi standar aman untuk pemakaian
APD bagi pekerja.
D. Prosedur/Peraturan Alat Pelindung Diri (APD) yang ada di Perusahaan
Prosedur Alat Pelindung Diri yang ada di PT. PLN (Persero) P3B JB Region
Jakarta & Banten UPT Jakarta Selatan termasuk kedalam pengisian JSA yang
berdasarkan Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan Pada Instalasi Listrik Tegangan
Tinggi/ Eksra Tinggi, elemen DP3 PT.PLN (persero) P3B “Prosedur Pelaksanaan
Pemeliharaan Instalasi Tegangan Tinggi dan Ekstra Tinggi (Buku Biru)” No.
P3B/PRO/TIMSOP/B01/PK3, Mei 2002. Yang meliputi :
1. Ketentuan APD dan aturan tempat kerja :
a. Menegakkan peraturan APD yang diberikan dan menetapkan peraturan
minimum terhadap seluruh personil di lapangan kerja.
b. Pemakaian APD yang dibutuhkan di lokasi kerja Switchyard berdasarkan
dua klasifikasi , yaitu :
Klasifikasi Lokasi Pekerjaan
Klasifikasi Jenis Pekerjaan
Prosedur APD di PT. PLN (Persero) P3B JB Region Jakarta & Banten
UPT Jakarta Selatan tidak secara khusus diberlakukan SOP, dan prosedur
APD masuk ke dalam pengisian JSA dan masuk kedalam “Prosedur
Pelaksanaan Pemeliharaan Instalasi Tegangan Tingg.i dan Ekstra Tinggi (Buku
Biru)” No. P3B/PRO/TIMSOP/B01/PK3, Mei 2002.
E. Jenis Alat Pelindung Diri
Berbagai macam jenis alat pelindung diri yang digunakan di PT. PLN
(Persero) P3B JB Region Jakarta & Banten UPT Jakarta Selatan yaitu :
a. Pelindung kepala
b. Pelindung mata
c. Pelindung telinga
d. Pakaian kerja
e. Pelindung kaki
f. Masker
g. Sarung tangan
h. Sabuk pengaman
Berbagai macam alat pelindung diri yang digunakan di bidang OPHAR
digunakan untuk mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan seperti
tersengat, tertimpa peralatan, terjatuh dari ketinggian, kesilauan, kebisingan,
terpeleset, dan bahaya yang ada di tempat kerja. Jenis-jenis alat pelindung diri
yang digunakan di bidang pemeliharaan untuk mencegah terjadinya hal yang
tidak diinginkan, seperti kejatuhan barang, silau, kebisingan, dan bahaya yang
ada di tempat kerja. Berikut ini jenis - jenis APD yang ada dan digunakan di
PT. PLN (Persero) P3B JB Region Jakarta & Banten UPT Jakarta Selatan.
F. Penggunaan Alat pelindung Diri di UPT Jakarta Selatan PLN (Persero)
a. Pelindung kepala
Pelindung kepala (safety helmet) yang dipakai di bidang OPHAR PT.
PLN (Persero) P3B JB Region Jakarta & Banten UPT Jakarta Selatan ada tiga
macam penggunaan. Terdapat pembagian warna untuk penggunaan pelindung
kepala di area switchyard, seperti warna merah, warna biru dan warna kuning.
Manfaat alat pelindung kepala (Safety Helmet) adalah topi untuk
melindungi kepala dari zat-zat kimia berbahaya, dari iklim yang berubah-ubah,
dari bahaya api dan tahan terhadap tegangan.
Gambar 4.4
b. Pelindung mata
Pelindung mata berupa safety glass anti UV yang biasa digunakan untuk
pekerjaan pada siang hari untuk melindungi mata dari ultra violet . debu atau
partikel kecil
Gambar 4.5
c. Pelindung telinga
Pelindung telinga berupa ear muff yang biasa digunakan untuk pekerjaan
pada area yang memiliki kebisingan diatas nilai ambang batas.
Gambar 4.6
d. Pakaian kerja
Pakaian kerja atau wearpack untuk melindungi pekerja dari penyakit kulit
yang ditimbulkan akibat pekerjaan yang dilaksanakan.
e. Pelindung kaki
Safety shoes digunakan untuk melindungi kaki dari benturan dan gesekan
serta tegangan yang mungkin terjadi pada saat bekerja. Pelindung kaki tahan
tegangan juga digunakan di bagian operasi dan pemeliharaan.
Gambar 4.8
f. Masker
Masker digunakan untuk melindungi dari racun zat kimia yang
ditimbulkan peralatan yang menggunakan zat kimia.
Gambar 4.9
g. Sarung tangan
Sarung tangan digunakan untuk melindungi tangan dari berbagai kegiatan
pekerjaan yang menimbulkan risiko tergores. Sarung tangan tahan tegangan juga
dipergukanan di bagian operasi dan pemeliharaan.
Gambar 4.10
h. Sabuk pengaman
Sabuk pengaman digunakan pada pekerja yang dilakukan di atas
ketinggian lebih dari 2 meter diatas landasan yang mungkin terjadinya bahaya
terjatuh.
Gambar 4.11
G. Prosedur K3 Penggunaan Alat Pelindung Diri
1. Pembelian
PT. PLN (Persero) memberikan tanggung jawab sepenuhnya kepada
bagian RENEV dalam proses pembelian alat pelindung diri berdasarkan
potensi bahaya yang ada di perusahaan tersebut dan berdasarkan kebutuhan
alat pelindung diri di masing-masing bagian.
Sub bidang K2LH bertanggung jawab dalam melakukan analisa
kebutuhan alat pelindung diri, menentukan jenis dan masa pemakaian alat
pelindung diri.
2. Pendistribusian APD
Tahap awal yang dilakukan dalam proses pendistribusian alat pelindung
diri (APD) adalah disusun surat usulan permintaan pengadaan barang atau jasa
(UPBJ) dari K2LH (Keselamatan dan Kesehatan Lingkungan Hidup) atau asisten
engineer pemeliharaan transmisi kepada bagian rencana dan evaluasi (Renev).
Kemudian disusun Rencana Anggaran Biaya (RAB) oleh bagian Administrasi
dan Keuangan. Selanjutnya disusun Rencana Pengadaan Barang (RPB) oleh
bagian Rencana & Evaluasi. Kemudian disusun SPBL (Surat Pesanan Barang
Pemakaian Langsung) kepada perusahaan pengadaan Alat Pelindung Diri (APD).
Selanjutnya jika Alat Pelindung Diri (APD) yang dipesan sudah ada, pihak
perusahaan pengadaan APD menyerahkan kepada bagian Officer Administrasi
Logistik. Selanjutnya disusun bukti penyerahan barang untuk pemakaian
langsung yang ditujukan kepada bagian (K2LH). Lalu disusun Berita Acara
Pemeriksaan Barang-Barang Untuk Pesanan langsung (BAPPL) oleh bagian
Administrasi & Keuangan. Dan terakhir verifikasi pembayaran berupa kwitansi,
faktur atau pajak.
3. Pemeliharaan
Alat pelindung diri dapat dikatakan baik apabila alat pelindung diri
tersebut dipelihara dengan baik dan secara teratur dapat di bersihkan.
Pemeliharaan alat pelindung diri yang di lakukan OPHAR PT. PLN (Persero)
P3B JB Region Jakarta & Banten UPT Jakarta Selatan adalah dengan
pemeliaharaan APD secara personal artinya setiap pekerja bertanggung jawab
atas pemeliharaan alat pelindung dirinya yang telah diberikan oleh perusahaan.
Apabila terjadi kerusakan atau kehilangan maka, pekerja wajib melapor ke sub
bidang K2LH.
Berdasarkan observasi dan wawancara di bagian operasi dan
pemeliharaan. Secara umum pemeliharaan alat pelindung diri yang dilakukan
oleh setiap pekerja di bagian tersebut, yaitu :
1. Khusus untuk pemeliharaan sepatu. Gunakan lap basah untuk
membersihkan sepatu yang kotor, jangan disiram apalagi air yang
menggunakan tekanan. Jangan gunakan semir cair, gunakanlah wax yang
khusus. Jika sepatu basah, keringkan dengan cara alami, jangan dijemur
atau di keringkan di atas heater.
2. Mencuci dengan air sabun, kemudian dibilas dengan air bersih. Terutama
pada pakaian kerja.
3. Mengelap dengan lap basah bagian-bagian yang kotor. Terutama pada
kaca mata, pelindung kepala, sarung tangan, dan earplug.
4. Penyimpanan
Untuk menjaga daya guna dari alat pelindung diri, hendaknya disimpan
ditempat khusus sehingga terbebas dari debu, kotoran, dan gigitan
serangga/binatang. Tempat tersebut hendaknya kering dan mudah dalam
pengambilan sewaktu mulai bekerja.
Setelah melakukan wawancara dengan pekerja di bagian operasi dan
pemeliharaan, bahwasanya para pekerja menyimpan alat pelindung diri secara
baik dan benar dikarnakan sudah tersedianya lemari untuk penyimpanan APD
dari masing-masing pakerja. Prilaku seperti itu karena jika salah satu alat
pelindung diri yang telah diberikan kepada masing-masing pekerja hilang maka
untuk penggantian APD sangat lama, bahkan salah satu dari pekerja mengatakan
jika kehilangan kemudian digantinya lama maka meminjam punya temannya.
Sehingga berdampah pada penurunan kinerja. Oleh karena itu upaya yang
dilakukan oleh bagian safety harus memberitahukan kepada para pekerja agar
menjaga APD yang telah diberikan dari perusahaan, agar kinerja tidak terhambat.
5. Evaluasi penggunanan alat pelindung diri
Evaluasi terhadap penggunaan alat pelindung diri (APD) yang di lakukan
oleh perusahaan PT. PLN (Persero) P3B JB Region Jakarta & Banten UPT
Jakarta Selatan, adalah :
a. Sub bidang K2LH akan melakukan evaluasi penggunaan alat
pelindung diri. Evaluasi ini untuk mengetahui efektifitas penggunaan,
kedisiplinan pemakaian dan lain-lain setiap saat di perlukan.
b. Evaluasi kedisiplinan pemakaian alat pelindung diri akan dilakukan
bersama dengan inspeksi sub bidang K2LH.
PLN (Persero) menyediakan alat pelindung diri yang dibutuhkan para
pekerja di bagian operasi dan pemeliharaan namun terkadang pekerja
enggan menggunakan alat pelindung diri yang sesuai dengan jenis bahaya
yang ada di tempat kerja. Hal ini dikarenakan pekerja merasa tidak
berbahaya jika melakukan pekerjaan grounding tidak memakai leather
hand gloves dan hanya memakai stick isolation. Dan sebagian pekerja
juga mengataka bahwa enggan memakai APD karena ketidak sesuaian
APD pada pekerja.
6. Penghargaan dan Sanksi
PT.PLN (Persero) memberikan penghargaan bagi para karyawan yang
mentaati peraturan yang telah di tetapkan oleh perusahaan yang salah satu
berupa nilai kinerja organisasi (NKO).
PT.PLN (Persero) juga telah menetapkan sanksi tertulis berlandaskan
dengan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30
TAHUN 2009 PASAL 48 , sebagai berikut :
1) Setiap orang yang melanggar ketentuan di kenakan sanksi administratif
berupa:
a. Teguran tertulis, pembekuan kegiatan semantara dan pencabutan izin
usaha
2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
Mentri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di atur dengan peraturan
Pemerintah.
Berdasarkan sanksi tertulis belum ada pekerja yang dikenakan
sanksi. Berdasarkan observasi penulis masih ada saja pekerja yang tidak
memakai APD di lingkungan kerja operasi. Dari kejadian tersebut
sebaiknya pengawas K3 lebih meningkatkan pengawasan pemakaian
APD dan teguran yang dikenakan kepada pekerja.
H. Prosedur Permintaan dan Pengambilan APD
Prosedur permintaan dan pengambilan alat pelindung diri di PT. PLN
(Persero) P3B JB Region Jakarta & Banten UPT Jakarta Selatan prosedur ini
meliputi :
1) Sepatu keselamatan (safety shoes), normal pengambilan harus setelah 6
bulan.
2) Kacamata (safety glasses), normal pengambilan harus setelah 6 bulan.
3) Helmet ( safety helmet), normal pengambilan harus setelah 6 bulan.
4) Permintaan di atas disertai pengajuan yang berbentuk LKS (Lembar
Ketidak Sesuaiaan) yang diketahui dan ditandatangani oleh supervisor.
5) Permintaan khusus dapat dilakukan , dalam kondisi :
a. APD tersebut hilang, untuk penggantiannya harus disertai pengisisan
LKS yang ditandatangani oleh supervisor GI.
b. APD tersebut rusak, K2LH memeriksa untuk mengetahui
kerusakannya, kemudian ditanyakan apa penyebab terjadi kerusakan
APD tersebut agar dapat ditukar dengan yang baru.
6) Semua peraturan di atas, berlaku bagi seluruh karyawan PT. PLN
(Persero) UPT Jakarta Selatan .
7) Bagi tamu termasuk mahasiswa praktek kerja, APD yang dipinjamkan
harus dikembalikan lagi ke lemari khusus tempat penyimpanan APD
setelah berakhirnya masa kunjungan atau praktek pekerjaan di
Switchyard.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan yang sudah di paparkan sebelumnya, maka penulis
menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. PT. PLN(Persero) merupakan penanggung jawab pengelolaan
ketenagalistrikan yang meliputi pembangkitan, penyaluran dan distribusi
tenaga listrik. Setiap tempat kerja tidak terkecuali PT. PLN (Persero)
UPT Jakarta Selatan pasti mempunyai potensi bahaya yang dapat
menyebabkan kecelakaan, penyakit akibat kerja dan pencemaran yang
dapat menyebabkan penderitaan karyawan, dan juga lingkungan sekitar.
2. PT. PLN (Persero) P3B JB Region Jakarta & Banten UPT Jakarta
Selatan telah menunjuk unit staf pengelola K2 (Keselamatan
Ketenagalistrikan) berdasarkan surat Keputusan Manager Region Jakarta
dan Banten No. 066.K/2010.
3. Pengendalian bahaya antara lain dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
a. Administratif Kontrol
Tahap penanggulangan bahaya secara adminstratif seperti
pembuatan prosedur, pemasangan rambu, pengaturan jam kerja,
pemberian pelatihan, penetapan aturan khusus, mengikuti aspek
hukum atau peraturan pemerintah terkait serta penerapan hygiene
perusahaan.
b. Pemakaian Alat Pelindung Diri
Pengendalian bila upaya lainnya tidak dapat memenuhi
maksud menghilangkan atau mengurangi risiko secara maksimal.
4. Berbagai macam jenis alat pelindung diri yang di gunakan di OPHAR
PT. PLN (Persero) P3B JB Region Jakarta & Banten UPT Jakarta
Selatan yaitu :
a. Pelindung kepala
b. Pelindung mata
c. Pelindung telinga
d. Pakaian kerja
e. Pelindung kaki
f. Masker
g. Sarung tangan
h. Sabuk pengaman
5. Prosedusr Alat Pelindung Diri yang ada di PT. PLN (Persero) P3B JB
Region Jakarta & Banten UPT Jakarta Selatan masuk dalam pengisian
JSA dan termasuk kedalam Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan Pada
Instalasi Listrik Tegangan Tinggi/ Eksra Tinggi, elemen DP3 PT.PLN
(persero) P3B “Prosedur Pelaksanaan Pemeliharaan Instalasi Tegangan
Tinggi dan Ekstra Tinggi (Buku Biru)” No.
P3B/PRO/TIMSOP/B01/PK3, Mei 2002.
6. Prosedur K3 Penggunaan Alat Pelindung Diri di PT. PLN (Persero) P3B
JB Region Jakarta & Banten UPT Jakarta Selatan, meliputi :
1. Pembelian
2. Pendistribusian
3. Pemeliharaan
4. Penyimpanan
5. Evaluasi penggunaan alat pelindung diri
6. Penghargaan dan sanksi
7. Pemeliharaan alat pelindung diri secara personal artinya setiap pekerja
bertanggung jawab atas pemiliharaan alat pelindung diri masing-masing
pekerja yang telah di berikan oleh perusahaan.
B. Saran
1. Bagi pekerja yang kehilangan APD sebaiknya tidak meminjam APD
pekerja lain, prilaku seperti itu dapat berdampak pada penurunan
produktifitas pekerja, dan sebaiknya mengajukan permohonan APD pada
sub bidang K2LH agar segera dilakukan penggantian APD.
2. Pengadaan SOP khusus APD sebaiknya dilakukan perbaikan dan
dipisahkan dari SOP lain , karena pekerjaan di bagian pemeliharaan
sangat mempunyai banyak risiko yang sangat serius dalam pekerjaannya.
3. Peningkatan pengawasan terhadap pengguna APD pekerja oleh
pengawas K2 yang ada di lapangan di area operasi dan teguran kepada
pekerja yang tidak mentaati pemakaian APD.
DAFTAR PUSTAKA
Depnaker. Himpunan Peraturan Perundangan Keselamatn dan Kesehatan
Kerja.1997
International Labour Office, Pencegahan Kecelakaan, PT. Pustaka Binaman
Pressindo, Jakarta,1989
ILO. Introduction to Occupational Health and Safety. 2003
Suma’mur P.K, 1986 Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan kerja,
Haji Masagung,Jakarta.
Undang-undang RI,1992 TentangKesehatan Kerja.No.23
Sahab,Syukri,1989 Alat Pelindung Diri Terhadap bahan kimia,Majalah K3 ,
Jakarta.
Billy N,
http://hiperkes.wordpress.com/2008/04/04/dasar-hukum-keselamatan-
kesehatan-kerja/ di akses tanggal 4 April 2008
Rudi suardi. 2005. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Jakarta. Penerbit PPM
International Labour Office, Pencegahan Kecelakaan, PT. Pustaka Binaman
Pressindo, Jakarta, 1989
Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja
top related