achmad961.files.wordpress.com · web view- marginal effeciency of capital (mec) dan marginal...
Post on 25-Dec-2020
5 Views
Preview:
TRANSCRIPT
A. KonsumsiKonsumsi merupakan tindakan pelaku ekonomi, baik individu maupun kelompok, dalam menggunakan komoditas berupa barang maupun jasa untuk memenuhi kebutuhannya. Mengapa kita harus memahami konsumsi? Membahas konsumsi sangat penting untuk analisis ekonomi jangka panjang maupun jangka pendek suatu negara. Secara agregat, konsumsi merupakan penjumlahan dari pengel;uaran seluruh rumah tangga yang ada dalam suatu perekonomian. Dengan mengetahui total pengeluaran suatu perekonomian, maka akan dapat diketahui beberapa masalah penting yang muncul dalam perekonomian, seperti pemerataan pendapatan, efisiensi penggunaan sumber daya dalam suatu perekonomian , masalah-masalah lainnya. Dengan demikian, kita dapat menganalisis dan menentukan kebijakan ekonomi guna memperbaiki atau meningkatkan kesejahteraan masyarakat.Secara umum, pengeluaran konsumsi terbagi menjadi konsumsi pemerintah dan konsumsi rumah tangga. Namun dalam pembahasan kali ini kita lebih menekankan ada konsumsi rumah tangga, alasannya sebagai berikut.Konsumsi rumah tangga memiliki porsi yang blebih besar dalam pengeluaran agregat jika dibandingkan dnegan konsumsi pemerintahKonsumsi rumah tangga bersifat endogen, dalam arti besarnya konsumsi rumah tangga berkaitan erat dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Keterkaitan ini akan menghasilkan teori dan model ekonomi sendiri untuk konsumsi/Perkembangan masyarakat begitu cepat menyebabkan perilaku konsumsi juga berubah cepat sehingga pembahasan tentang konsumsi rumah tangga akan tetap relevan
a. Pengertian Fungsi KonsumsiFungsi konsumsi adalah suatu fungsi yang menggambarkan hubungan antara tingkat konsumsi rumah tangga dengan pendapatan nasional dalam suatu perekonomian.Persamaannya C = a + bYKeterangan :C = tingkat konsumsia = konsumsi rumah tangga secara nasional pada saat pendapatan nasional 0b = kecondongan konsumsi marginalY = tingkat pendapatan nasional
b. Kecenderungan Mengkonsumsi (Propensity to Consume)Kecenderungan mengonsumsi dibedakan menjadi dua yaitu :– Kecenderungan mengonsumsi marginal– Kecenderungan mengonsumsi rata-rataKecenderungan mengonsumsi marginal yaitu perbandingan antara pertambagan (AC) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan disporsabel (AY).MPC= ∆C/∆YdKeteranganMPC = Marginal Propensity to concume (kecondongan mengosumsi marginal)∆C = pertambahan konsumsi∆Yd = pertambahan pendapatanKecenderungan Mengonsumsi Rata-rata (Average Propensity to Consume)Kecenderungan mengonsumsi rata-rata yaitu perbandingan antara tingkat konsumsi (C) dengan tingkat pendapatan diposabel serta konsumsi itu dilakukan (Yd).
APC= C/Yd KeteranganAPC = konsumsi rata-rataC = tingkat konsumsiYd = besarnya pendapatan disposabelUntuk lebih jelasnya lihat tabel APC dan MPC di bawah ini :
Tahun Y C APC MPC2004 110 120 1,092005 140 140 1,00 0,672006 170 160 0,94 0,672007 200 180 0,90 0,672008 230 200 0,87 0,67
Contoh mencari fungsi konsumsi dan menggambar grafiknya :Jawab :
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi KonsumsiKita telah mempelajari faktor yang dapat mempengaruhi konsumsi individu, antara lain pendapatan yang diterima, tingkat harga, selera. Kali ini, kita akan mencoba membahasnya dari segi ekonomi makro. Faktor-faktor yang mempengaruhi keseluruhan konsumsi rumah tangga diklasigikasikan ke dalam tiga bagian, antara lain faktor ekonomi, demografi, dan faktor nonekonomi, ada juaga yang membedakan faktor obyektif dan subyektif
B. Pengertian Fungsi TabunganFungsi tabungan adalah suatu fungsi yang menggambarkan hubungan antara tingkat tabungan rumah tangga dengan pendapatan nasional dalam perekonomianS = -a + (1 – b) Y
Keterangan :S = besarnya tabungan (save)A = konnsumsi yang harus dipenuhi pada saat pendapatan nol1-b = marginal prospensity to saveY = pendapatan nasional
Marginal Prospensity to Save (MPS)Kecenderungan menabung marginal merupakan perbandingan antara pertambahan tabungan dengan pertambahan pendapatan disposabel.MPS= ∆S/∆YdKeterangan :MPS : Marginal Prospensity to saving (kecondongan menabung marginal)S : pertambahan tabunganYd : pertambahan pendapatanAverage Prospensity to Save (APS)Kecondongan menabung rata-rata merupakan perbandingan antara tingkat tabungan (S) dengan tingkat pendapatan. Hubungan antara pendapatan, dan tabungan dinyatakan dalam rumus:Y = C + SKeteranganY : PendapatanC : konsumsiS : TabunganAntara MPC dengan MPS mempunyai hubungan yang cukup erat, hal in bisa kita buktikan dengan mempergunakan persamaan sebagai berikut:MPS + MPC = 1MPC = 1 – MPS atauMPS = 1 – MPCHubungan antara Pendapatan, Konsumsi, dan TabunganDinyatakan dengan rumus sebagai berikutY = C + SKeteranganY : PendapatanC : konsumsiS : TabunganAntara MPS dan MPS mempunyai hubungan yang cukup erat hal ini dapat dibuktikan dengan menggunakan persamaan sebagai berikutMPS + MPC = 1MPC = 1 – MPS atauMPS = 1 – MPC
VII. KESEIMBANGAN TINGKAT KONSUMSIKeseimbangan konsumsi terjadi apabila semua pendapatan habis dipakai untuk konsumsi. Jadi dapat dirumuskan : Y = CDapat dicontohkan dari fungsi konsumsi pada contoh di atas dapat dihitung :Y = CY = 100 + 0,6YY – 0,6Y = 1000,4Y = 100y = 250
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji serta syukur ke hadirat Allah yang maha
kuasa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada saya sehingga dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “ POLA KONSUMSI, TABUNGAN DAN
INVESTASI)”
Saya menyadari bahwa di dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, saya telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang saya miliki sehingga
dapat selesai dengan baik, dan oleh karena itu dengan rendah hati, saya berharap
kepada pembaca yang budiman untuk memberikan masukan, saran dan kiritik yang
sifatnya membangun guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca.
Makassar, 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................................................. i
Kata Pengantar ........................................................................................................... ii
Daftar Isi ....................................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Permasalahan ................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan .............................................................................................. 2
BAB II. PEMBAHASAN
A. Teori Konsumsi dan Tabungan ....................................................................... 3
B. Fungsi Konsumsi dan Tabungan ..................................................................... 6
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Konsumsi dan Tabungan ..................... 10
D. Teori Investasi ................................................................................................ 11
E. Faktor-faktor yang mempengaruhi Investasi ................................................. 14
BAB III. PENUTUP
Kesimpulan ..............................................................................................................
16
Saran ..........................................................................................................................
17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... . 18
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Teori konsumsi diperkenalkan oleh John Maynard Keynes sesudah terjadinya
Depresi Ekonomi tahun 1929-1930 melalui bukunya yang berjudul ” The General
Theory of Employment, Interest dan Uang ”. Berbagai kritikan dan penyempurnaan
terhadap teori ini kemudian bermunculan, antara lain kritikan yang datang dari ”
Keynesian” Simon Kuznets dengan konsumsi jangka panjangnya. Teori Konsumsi
kemudian juga dikembangkan oleh Milton Friedman dengan Permanent Income
Hypothesis, yang setuju dengan pemikiran Adam Smith tentang kebebasan pasar .
Franco Modigliano dengan teori life cycle Hypothesis - LCH), dan James Duesenbery
yang mempelopori teori konsumsi melalui Relative Income Hypothesis – RIH adalah
ahli ekonomi yang sealiran dengan Keynes.
Kata consumption dilambangkan dengan huruf C adalah bagian dari
pendapatannya yang dibelanjakan sedangkan bagian pendapatan yang tidak
dibelanjakan disebut tabungan dilambangkan dengan huruf S (saving). Apabila
pengeluaran-pengeluaran konsumsi semua orang dalam suatu Negara dijumlahkan,
maka hasilnya adalah pengeluaran konsumsi masyarakat Negara yang bersangkutan.
Disisi lain jika tabungan semua orang di suatu Negara dijumlahkan, maka hasilnya
adalah tabungan masyarakat Negara tersebut. Selanjutnya, tabungan masyarakat
bersama-sama dengan tabungan pemerintah membentuk tabungan nasional. Yang
terakhir ini, tabungan nasional merupakan sumber dana investasi.
Konsumsi seseorang berbanding lurus dengan pendapatannya. Secara
makroagregat, pengeluaran konsumsi masyarakat berbanding lurus dengan
pendapatan nasional. Semakin besar pendapatan, semakin besar pula penggeluaran
konsumsi.
Perilaku tabungan juga begitu. Jadi, bila pendapatan bertambah, baik konsumsi
maupun tabungan akan sama-sama bertambah. Perbandingan besarnya tambahan
pengeluaran konsumsi terhadap tambahan pendapatan disebut hasrat marjinal untuk
berkonsumsi (marginal propensity to consume, MPC). Sedangkan nisbah besarnya
tambahan tabungan terhadap pendapatan dinamakan hasrat marjinal untuk menabung
( marginal propensity to save, MPS). Pada masyarakat yang kehidupan ekonominya
relative belum mapan, biasanya angka MPC mereka relative besar, sementara angka
MPS mereka relative kecil. Artinya, jika mereka memperoleh tambahan pendapatan,
maka sebagian besar tamabhan pendapatan itu akan teralokasikan untuk konsumsi
B. PERMASALAHAN
Dari penjelasan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan pada makalah ini adalah:
A. Teori Konsumsi dan Tabungan
B. Fungsi Konsumsi dan Tabungan
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Konsumsi dan Tabungan
D. Teori Investasi
E. Faktor-faktor yang mempengaruhi Investasi
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui dan memahami Teori Konsumsi dan Tabungan
2. Mengetahui dan memahami Fungsi Konsumsi dan Tabungan
3. Mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi Konsumsi dan Tabungan
F. Mengetahui dan memahami Teori Investasi
4. Mengetahui dan memahami Faktor-faktor yang mempengaruhi Investasi
BAB IIPEMBAHASAN
A. Teori Konsumsi dan Tabungan
Konsumsi berasal dari bahasa Inggris yaitu (Consumption) adalah
pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah
tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang melakukan
pembelanjaan tersebut. Pembelanjaan masyarakat atas makanan, pakaian, dan
barang-barang kebutuhan mereka yang lain digolongkan pembelanjaan atau
konsumsi. Barang-barang yang diproduksi untuk digunakan oleh masyarakat untuk
memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi (Dumairy, 2004).
John Maynard Keynes dalam bukunya yang berjudul ” The General Theory of
Employment, Interest dan Uang ”. Menyatakan bahwa semakin besar pendapatan
seseorang maka akan semakin banyak tingkat konsumsinya pula, dan tingkat
tabungannya pun akan semakin bertambah. dan sebaliknya apabila tingkat pendapatan
seseorang semakin kecil, maka seluruh pendapatannya digunakan untuk konsumsi
sehingga tingkat tabungannya nol. Pendapatan suatu negara terdiri atas dua hal, yaitu :
(1). Pendapatan Perseorangan ( Y=C+S) dan (2). Pendapatan Perusahaan (Y=C+I).
Apabila pendapatan berubah, maka perubahan tersebut akan berpengaruh terhadap
konsumsi dan tabungan
Rumus Persamaan nya adalah : C = a + bY
Keterangan:
C = konsumsi
Y = pendapatan disposibel
a = konstanta
b = kecenderungan mengkonsumsi marginal (Mankiw, 2003)
Tabungan ialah sisa dari pendapatan yang telah digunakan untuk pengeluaran
pengeluaran konsumsi. Atau dengan kata lain saving ialah bagian daripada pendapatan
yang tidak dikonsumsi. Dalam lingkup makro ekonomi saving dapat didefinisikan
sebagai bagian dari pada pendapatan nasional per tahun yang tidak dikonsumsi.
Tabungan adalah bagian dari pendapatan dapat dibelanjakan (disposable income)
yang tidak dikeluarkan untuk konsumsi. Ini merupakan tabungan masyarakat.
Tabungan pemerintah adalah selisih positif antara penerimaan dalam negeri dan
pengeluaran rutin. Kedua macam tabungan ini membentuk tabungan nasional,
merupakan sumber dana investasi. Pendapatan dimanfaatkan untuk konsumsi dan
tabungan sehingga rumus umumnya:
Keterangan:Y =
PendapatanC = KonsumsiS = saving (tabungan)
Karena Y = C + S maka S = Y – C, Jika kita subtitusikan dengan fungsi konsumsi, maka:
S = Y – C
S = Y – (a + BY)S = Y – a – BYS = –a + (1 – b)Y
Dalam fungsi saving juga mengenal Marginal
Propensity to Save (MPS), yaitu perbandingan antara bertambahnya saving dengan
bertambahnya pendapatan nasional yang mengakibatkan bertambahnya saving
termaksud. Di mana perumusannya adalah sebagai berikut :
Keterangan:
S = Tambahan tabungan
Y = Tambahan pendapatan
MPS = Marginal Propensity to Save
Di dalam fungsi konsumsi S = –a + (1 – b)Y, maka besarnya MPS = 1 – b Karena b =
MPC, maka MPS = 1 – MPC atau MPS + MPC = 1. Untuk fungsi saving berbetuk garis
lurus besarnya nilai S, yaitu marginal propensity to save, pada semua tingkatan
pendapatan nasional adalah sama.
Kendati pada dasarnya semua sisa pendapatan yang tidak dikonsumsi adalah
tabungan, namun tidak seluruhnya merupakan tabungan sebagaimana yang
dikonsepsikan dalam makro ekonomi. Hanya bagian yang dititipkan pada lembaga
perbankan sajalah yang dapat dinyatakan sebagai tabungan, karena secara makro
dapat disalurkan sebagai dana investasi. Sisa pendapatan tidak dikonsumsi yang
disimpan sendiri (istilah umumnya celengan) tidak tergolong sebagai tabungan.
Angka tabungan nasional sendiri merupakan hasil penaksiran pula, yaitu PDB
dikurangi Nilai Konsumsi Akhir Sektor Rumah Tangga dan Sektor Pemerintah,
ditambah Pendapatan Netto Faktor Produksi terhadap Luar Negeri. Jadi, karena
kesulitan teknis penafsiran, metodologi perhitungannya dibalik. Bukannya tabungan
masyarakat ditambah tabungan pemerintah menghasilkan tabungan nasional,
melainkan tabungan nasional dikurangi tabungan pemerintah menghasilkan tabungan
masyarakat. Kepraktisan metodologis semacam ini tentu saja merupakan
kelemahannya.
Tabungan masyarakat bersama-sama tabungan pemerintah dan dana dari luar
negeri merupakan sumber pembiayaan investasi. Dalam rangka menggalakkan peran
serta masyarakat dalam pembangunan, tabungan masyarakat senantiasa diupayakan
untuk terus meningkat.
B. Fungsi Konsumsi dan Tabungan
Fungsi konsumsi Keynes adalah fungsi
konsumsi jangka pendek. Keynes tidak mengeluarkan fungsi konsumsi jangka panjang
karena menurut Keynes ” in the long run we’re all dead.” , bahwa di dalam jangka
panjang, kita semua akan mati, sehingga jangka panjang tidak perlu diprediksi. Fungsi
konsumsi Keynes dapat dijelaskan sebagai berikut
Fungsi konsumsi Keynes adalah: C = a + c Yd
Dimana
c = Marginal Propensity to Consume (MPC) 0 < MPC < 1
a = Konstanta atau autonomous consumption
Yd = Pendapatan Disposable atau pendapatan yang siap dikonsumsi
Yd = Y – Tx + Tr
Tx = Pajak
Tr = Subsidi
Fungsi konsumsi Keynes adalah fungsi konsumsi jangka pendek. Keynes
tidak mengeluarkan fungsi konsumsi jangka panjang karena menurut Keynes in the
long run we’re all dead. Bahwa di dalam jangka panjang, kita semua akan mati,
sehingga jangka panjang tidak perlu diprediksi.
Keynes melakukan penelitian hubungan fungsi konsumsi dengan mengambil
data dari tahun 1929 – 1944. Hasil penelitian di Amerika Serikat tersebut
menunjukkan adanya pengaruh pendapatan disposable dengan konsumsi, seperti
yang terlihat dari gambar berikut:
Gambar 8.1. Fungsi konsumsi Masyarakat di Amerika SerikatTahun 1929 - 1944.
Tabungan ialah sisa dari pendapatan yang telah digunakan untuk
pengeluaranpengeluaran konsumsi. Atau dengan kata lain saving ialah bagian daripada
pendapatan yang tidak dikonsumsi. Dalam lingkup makro ekonomi saving dapat
didefinisikan sebagai bagian daripada pendapatan nasional per tahun yang tidak
dikonsumsi. Pendapatan dimanfaatkan untuk konsumsi dan tabungan sehingga rumus
umumnya:
Keterangan:Y = PendapatanC = KonsumsiS = saving (tabungan)
Karena Y = C + S maka S = Y – C, Jika kita subtitusikan dengan fungsi konsumsi, maka:S = Y – CS = Y – (a + BY)S = Y – a – BYS = –a + (1 – b)Y
Oleh karena itu kelebihan tabungan ini akan menyebabkan over investasi atau
penimbunan, sehingga menimbulkan pengangguran. Apakah ini berarti perekonomian
akan kembali ke depresi ? Perbandingan antara perkiraan (prediksi) dengan hasil aktual
menunjukkan bahwa : Konsumsi adalah dibawah prediksi Tabungan adalah lebih tinggi
dari yang diramalkan Implikasinya : Faktor penentu utama dalam persamaan perilaku
konsumsi harus dihilangkan
Tabel Fungsi Konsumsi dan Fungsi TabunganTahun 1923 - 1940
Sumber : web.uconn.edu
Rekonsiliasi antara teori Kuznets dengan teori Keynes (1) Menggunakan analisis
Ekonometrika dari Arthur Smithies tahun 1954 Mengunakan pendapatan disposal (Yd)
dan konsumsi perkapita , dan trend waktu Hasil penelitian menunjukkan bahwa fungsi
konsumsi Keynes dan Kuznets hampir serupa, dan hanya berbeda pada pergeseran
fungsi
Fungsi konsumsi Kuznets ditunjukkan oleh kurva yang “ meningkat.” (ditunjukkan
pada gambar 4 dibawah) Perkiraan Smithies menghasilkan persamaan :
C t * = 76.58 + 0.76Y t * + 1.15(t-1922)
atau dengan kata lain
C t * = [76.58 + 1.15(t-1922)] + 0.76Y t *
yang merupakan bentuk persamaan garis : C = Co + cY
Gambar 4. Fungsi Konsumsi Keynes dan Kuznets
Sumber : web.uconn.edu
Rekonsiliasi antara teori Kuznets dengan teori Keynes (2) Penyebab pergeseran
kurva konsumsi Keynes pada gambar 4 adalah : Adanya migrasi penduduk dari daerah
pertanian ke kota (harus membeli barang) Pergeseran kesetaraan distribusi yang
semakin besar (yang miskin menabung lebih sedikit) Kenaikan dalam standard hidup
(kemewahan menjadi kebutuhan) Untuk alasan inilah maka setiap orang harus
meningkatkan konsumsinya
C. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Konsumsi dan Tabungan
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga,
antara lain :
a. Faktor Ekonomi
- Pendapatan Rumah Tangga (Household Income )
- Kekayaan Rumah Tangga ( Household Wealth )
- Tingkat Bunga ( Interest Rate )
- Perkiraan Tentang Masa Depan (Household Expectation About The Future)
Faktor-faktor internal yang dipergunakan untuk memperkirakan prospek masa
depan rumah tangga antara lain pekerjaan, karier dan gaji yang menjanjikan, banyak
anggota keluarga yang telah bekerja. Sedangkan faktor-faktor eksternal yang
mempengaruhi antara lain kondisi perekonomian domestic dan internasional, jenis-jenis
dan arah kebijakan ekonomi yang dijalankan pemerintah.
b. Faktor Demografi
- Jumlah Penduduk
- Komposisi Penduduk
c. Faktor-faktor Non Ekonomi
- Faktor social budaya masyarakat. Misalnya saja, berubahnya pola kebiasaan makan,
- Perubahan etika dan tata nilai karena ingin meniru kelompok masyarakat lain yang
dianggap lebih hebat/ideal.
2. Faktor yang memengaruhi Tabungan (S), yaitu:
- Pendapatan yang diterima
Semakin banyak pendapatan yag diterima berarti semakin banyak pula pendapatan
yang disisihkan untuk saving.
- Hasrat untuk menabung (Maginal Propensity to Save) Hal ini didorong dengan keinginan
masing-masing individu dalam mengalokasikan pendapatannya untuk ditabung karena
pertimbangan keamanan.
- Tingkat suku bunga bank
Semakin tinggi tingkat suku bunga simpanan maka semakin banyak
masyarakatuntuk menabung (saving).
D. Teori Investasi
Investasi adalah keputusan menunda konsumsi sumber daya atau bagian
penghasilan demi meningkatkan kemampuan, menambah / menciptakan nilai hidup
(penghasilan dan kekayaan). Investasi bukan hanya dalam bentuk fisik, melainkan juga
non fisik, terutama peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Dalam teori ekonomi makro yang dibahas adalah investasi fisik. Dengan
pembatasan tersebut maka definisi investasi dapat lebih dipertajam sebagai
pengeluaran-pengeluaran yang meningkatkan stok barang modal. Stok barang modal
adalah jumlah barang modal dalam suatu perekonomian pada saat tertentu.
1. Investasi Dalam Bentuk Barang Modal dan BangunanYang tercakup dalam investasi barang modal dan bangunan adalah pengeluaran-
pengeluaran untuk pembelian pabrik, mesin, peralatan produksi, bangunan/gedung
yang baru. Karena daya tahan madal dan bangunan umumnya lebih dari setahun,
seringkali investasi ini disebut sebagai investasi dalam bentuk harta tetap ( fixed
investment).
Di Indonesia, istilah yang setara dengan fixed investment adalah pembentukan
modal tetap domestic bruto (PMTDB). Supaya lebih akurat, jumlah investasi yang perlu
diperhatikan adalah investasi bersih yaitu PMTDB dikurangi penyusutan.
2. Investasi Persediaan
Perusahaan seringkali memproduksi barang lebih banyak daripada target
penjualan. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan. Tentu saja
investasi persediaan diharapkan meningkatkan penghasilan/keuntungan. Persediaan
barang tersebut dikatakan sebagai investasi yang direncanakan atau investasi yang
diinginkan karena telah direncanakan. Selain barang jadi, investasi dapat juga
dilakukuan dalam bentuk persediaan barang baku dan setengah jadi.
Nilai Waktu dari Uang
1. Nilai Sekarang ( Present Value )Nilai nominal dari sejumlah mata uang belum tentu akan lebih berharga dimasa
datang. Hal ini sangat tergantung dari tingkat pengembalian investasi yang diinginkan.
V = X Ket : V = Nilai yang akan datang
(1+r) X = Nilai sekarang
t = Waktu
r = Faktor diskonto
2. Nilai Masa Mendatang ( Future Value )
Menghintung nilai masa mendatang adalah kebalikan dari menghitung nilai
sekarang dari output investasi yang direncanakan. Sekalipun melihat dari sudut
pandang yang bertolak belakang, keputusan yang dihasilkan tetap sama.
F = A (1+r) Ket : F = Nilai masa mendatang yang diharapkan
A = Investasi awal
t = Waktu
Kriteria Investasi
1. Payback Period
Payback period adalah waktu yang dibutuhkan agar investasi yang direncanakan
dapat dikembalikan, atau waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titik impas. Jika waktu
yang dibutuhkan makin pendek, proposal investasi dianggap makin baik. Kendatipun
demikian, kita harus berhati-hati menafsirkan kriteria payback period ini. Sebab ada
investasi yang baru menguntungkan dalam jangka panjang (> 5 tahun).
2. Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio)
B/C ratio mengukur mana yang lebih besar, biaya yang dikeluarkan dibanding hasil
(output) yang diperoleh. Biaya yang dikeluarkan dinotasikan dengan C (cost). Output
yang dihasilkan dinotasikan dengan B (benefit). Keputusan menerima atau menolak
proposal investasi dapat dilakukan dengan melihat nilai B/C. Umumnya, proposal
investasi baru diterima jika B/C > 1, sebab berarti output yang dihasilkan lebih besar
daripada biaya yang dikeluarkan.
3. Net Present Value (NPV)
Perhitungan dengan menggunakan nilai nominal dapat menyesatkan, sebab tidak
memperhitungkan nilai waktu dari uang. Untuk membuat hasil lebih akurat, maka nilai
sekarang didiskontokan. Keuntungan dari menggunakan metode diskonto adalah kita
dapat langsung menghitung selisih nilai sekarang dari biaya total dengan penerimaan
total bersih.
Selisih inilah yang disebut net present value. Suatu proposal investasi akan diterima jika
NPV > 0, sebab nilai sekarang dari penerimaan total lebih besar daripada nilai sekarang
dari biaya total.
4. Internal Rate of Return (IRR)
Internal rate of return adalah nilai tingkat pengembalian investasi, dihitung pada
saat NPV sama dengan nol. Keputusan menerima/menolak rencana investasi dilakukan
berdasarkan hasil perbandingan IRR dengan tingkat pengembalian investasi yang
diinginkan (r).
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Investasi
1. Tingkat Pengembalian yang Diharapkan (Expected Rate of Return)
- Kondisi Internal Perusahaan
Kondisi internal adalah faktor-faktor yang berada di bawah kontrol Perusahaan,
seperti tingkat efisiensi, kualitas SDM dan teknologi. Sedangkan faktor non-teknis,
seperti kepemilikkan hak dan atau kekuatan monopoli, kedekatan denga pusat
kekuasaan, dan penguasaan jalur informasi.
- Kondisi Eksternal Perusahaan
Kondisi eksternal yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan akan
investasi utama adalah perkiraan tentang tingkat produksi dan pertumbuhan ekonomi
domestic maupun internasional.
2. Biaya Investasi
Hal yangpaling menentukan adalah tingkat bunga pinjaman. Makin tinggi tingkat
bunganya maka biaya investasi makin mahal. Akibatnya minat akan investasi makin
menurun. Namun tidak jarang, walaupun tingkat bunga pinjaman rendah, minat akan
investasi tetap rendah. Hal ini disebabkan biaya total investasi masih tinggi dan faktor
yang mempengaruhi adalah masalah kelembagaan.
3. Marginal Efficiency of Capital (MEC), Tingkat Bunga, dan Marginal
Efficiency of Investement (MEI)
- Marginal Efficiency of Capital (MEC), Investasi, dan Tingkat Bunga MEC adalah tingkat
pengembalian yang diharapkan dari setiap tambahan barang modal.
- Marginal Effeciency of Capital (MEC) dan Marginal Efficiency of Investment (MEI
BAB IIIPENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang
dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari
orang yang melakukan pembelanjaan tersebut.
2. Semakin besar pendapatan seseorang maka semakin banyak tingkat konsumsinya pula,
dan tingkat tabungannya pun akan semakin bertambah. Begitu pula sebaliknya apabila
tingkat pendapatan seseorang semakin kecil, maka seluruh pendapatannya digunakan
untuk konsumsi sehingga tingkat tabungannya nol.
3. Pendapatan suatu negara terdiri atas dua hal, yaitu : (1). Pendapatan Perseorangan
( Y=C+S) dan (2). Pendapatan Perusahaan (Y=C+I). Apabila pendapatan berubah,
maka perubahan tersebut akan berpengaruh terhadap konsumsi dan tabungan
4. Konsumsi adalah dibawah prediksi, Tabungan adalah lebih tinggi dari yang diramalkan
Implikasinya
5. Fungsi konsumsi Keynes adalah fungsi konsumsi jangka pendek. Keynes tidak
mengeluarkan fungsi konsumsi jangka panjang karena menurut Keynes bahwa di
dalam jangka panjang, kita semua akan mati
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga,
antara lain :
- Faktor Ekonomi
- Faktor Demografi
- Faktor-faktor Non Ekonomi
7. Faktor yang memengaruhi Tabungan (S), yaitu:
- Pendapatan yang diterima
- Hasrat untuk menabung (Maginal Propensity to Save) Hal ini didorong
- Tingkat suku bunga bank
8. Investasi adalah keputusan menunda konsumsi sumber daya atau bagian penghasilan
demi meningkatkan kemampuan, menambah / menciptakan nilai hidup (penghasilan
dan kekayaan). Investasi bukan hanya dalam bentuk fisik, melainkan juga non fisik,
terutama peningkatan kualitas sumber daya manusia
B. SARAN
Jika ada kesalahan dan kekeliruan pada makalah ini maka kami mohon kritik maupun
saran yang sifatnya membangun dari pembaca demi kesempurnaan kedepan.
DAFTAR PUSTAKA
http://juliaperezhot.blogspot.com/p/tugas-makalah.html
http://ekonomikelasx.blogspot.com/2012/02/pengertian-fungsi-konsumsi-dan-fungsi.html
http://ekonomikelasx.blogspot.com/2012/02/fungsi-tabungan.html
http://blog.student.uny.ac.id/ayunitasari/2010/12/08/konsumsi-tabungan/
http://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=teori+konsumsi&source=web&cd=10&ved=0CGMQFjAJ&url=http%3A
%2F%2Fkelasfapetc2010.files.wordpress.com%2F2011%2F03%2F3-teori-
konsumsi.ppt&ei=jGSIT-vjE87MrQfwn-
2PCw&usg=AFQjCNHhge0kTYJt1Plft49VPJTsaeK3pw
Teori Konsumsi
Faktor-Faktor utama yang memengaruhi tingat konsumsi adalah Pendapatan, dimana korelasi keduanya bersifat positif, yaitu semakin tinggi tingkat pendapatan (Y) maka konsumsinya (C) juga makin tinggi : C = f(Y).
Teori Konsumsi Keynes
Menurut John Maynard Keynes, jumlah konsumsi saat ini (current disposable income) berhubungan langsung dengan pendapatannya. Hubungan antara kedua variabel tersebut dapat dijelaskan melalui fungsi konsumsi. Fungsi konsumsi menggambarkan tingkat konsumsi pada berbagai tingkat pendapatan. C = a +bY => FUNGSI KONSUMSI
Keterangan : C = konsumsi seluruh rumah tangga (agregat) a = konsumsi otonom, yaitu besarnya konsumsi ketika pendapatan nol (merupakan konstanta) b = marginal propensity to consume (MPC)
Y = pendapatan disposableDalam hal ini, pendapatan (Y) yang dimaksud oleh Keynes adalah :
1. Pendapatan riil/nyata (yang menggunakan tingkat harga konstan), bukan pendapatan nominal
2. Pendapatan yang terjadi (current income), bukan pendapatan yang diperoleh sebelumnya, dan bukan pula pendapatan yang diperkirakan terjadi di masa datang (yang diharapkan)
3. Pendapatan absolut, bukan pendapatan relatif atau pendapatan permanen.
b adalah marginal propensity to consume (MPC) atau kecenderungan mengonsumsi marginal, yaitu berapa konsumsi bertambah bila pendapatan bertambah. Dan secara matematis dapat dirumus :MPC = perubahan C dibagi dengan perubahan Y atau MPC = C/YDalam kurva konsumsi, MPC menunjukkan kemiringan/kecondongan (slope) kurva konsumsi. Marginal propensity to save (MPS) adalah berapa tabungan bertambah karena bertambahnya pendapatan.MPC = perubahan S dibagi dengan perubahan Y atau MPC = S/YDimana : S = tabungan dan Y = pendapatan.
Dalam kurva tabungan, MPS menunjukkan kemiringan/kecondongan (slope) kurva tabungan.MPC + MPS = 1. berarti MPS = 1 - MPC
Tidak semua pendapatan digunakan untuk konsumsi, melainkan sebagian ditabung (S).Y = C + SC = a + bY
Y = a + bY + SS = -a + Y - bYS = -a + (1-b)YKarena : 1-b = MPS, maka S = -a + MPS(Y) atau S = -a +sY => FUNGSI TABUNGAN dimana : s = MPS = 1-MPC = 1-b
Faktor - Faktor Penentu Tingkat Konsumsi
1. Pendapatan rumah tangga (Household income), semakin besar pendapatan, semakin besar pula pengeluaran untuk konsumsi.
2. Kekayaan rumah tangga (Household wealth), semakin besar kekayaan, tingkat konsumsi juga akan menjadi semakin tinggi. Kekayaan misalnya berupa saham, deposito berjangka, dan kendaraan bermotor.
3. Prakiran masa depan (Household expectations), bila masyarakat memperkirakan harga barang-barang akan mengalami kenaikan, maka mereka akan lebih banyak membeli/belanja barang-barang.
4. Tingkat bunga (Interest rate), bila tingkat bunga tabungan tinggi/naik, maka masyarakat merasa lebih untung jika uangnya ditabung daripada dibelanjakan. berarti antara tingkat bunga dengan tingkat konsumsi memepunyai korelasi negatif.
5. Pajak (Taxation), pengenaan pajak akan menurunkan pendapatan disposable yang diterima masyarakat, akibatnya akan menurunkan konsumsinya.
6. Jumlah dan Konsunsi penduduk, jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi. Sedangkan komposisi penduduk yang didominasi penduduk usia produktif/usia kerja (15-64 tahun) akan memperbesar tingkat konsumsi.
7. Faktor sosial budaya, misalnya, berubahnya pola kebiasaan makan, perubahan etika dan tata nilai karena ingin meniru kelompok masyarakat lain yang dianggap lebih modern. Contohnya adalah berubahnya kebiasaan oranng Indonesia berbelanja dari pasar tradisional ke pasar swalayan (super market).
top related