upaya membangun kinerja pustakawan melalui...
Post on 31-Oct-2019
25 Views
Preview:
TRANSCRIPT
UPAYA MEMBANGUN KINERJA PUSTAKAWAN MELALUI
KERJASAMA INTERNAL PERPUSTAKAAN IPDN KAMPUS
JATINANGOR, JAKARTA DAN DAERAH
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk memenuhi
persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S. IP)
Oleh:
RATU KARIMA FAUZAN AZHIMA
NIM. 11140251000021
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAMA NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2019M / 1440H
i
ABSTRAK
Ratu Karima Fauzan Azhima NIM. 11140251000021. Upaya Membangun
Kinerja Pustakawan Melalui Kerjasama Internal Perpustakaan IPDN
Kampus Jatinangor, Jakarta dan Daerah. Dibawah bimbingan Parhan
Hidayat, M.Hum. Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2019.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seperti apa kerjasama internal
antar Perpustakaan IPDN dan bagaimana upaya membangun kinerja pustakawan
melalui kerjasama internal antar Perpustakaan IPDN. Jenis penelitian ini adalah
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tehnik yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah : obeservasi, wawancara, dan dokumentasi. Untuk
teknik analisis data meliputi : reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan.
Informan penelitian ini berasal dari Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor,
Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta dan Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera
Barat. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa kerjasama internal yang
telah dilakukan oleh Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor dan
Perpustakaan IPDN Kampus Daerah adalah kerjasama redistribusi, kerjasama
penyusunan dan pengembangan katalog induk, kerjasama pengolahan, kerjasam
penyediaan fasilitas dan kerjasama pemberian jasa dan informasi Dalam
praktiknya, masih terdapat hambatan diantaranya adalah kurangnya anggaran,
terbatasnya aula untuk pelatihan rutin, server yang error, dan versi sistem OPAC
yang belum update. Upaya membangun kinerja pustakawan kinerja pustakawan
melalui kerjasama internal adalah adanya pendampingan, pelatihan dan sosialisasi
yang berdampak pada terbantunya staf perpustakaan, terasahnya kemampuan
pustakawan dalam pengolahan serta termotivasinya pustakawan untuk terus
belajar meningkatkan kapasitasnya.
Kata kunci : kerjasama perpustakaan, kinerja pustakawan
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Segala puji hanya milik Allah SWT, Zat Yang Maha Agung dan Maha Mulia,
yang telah memberikan nikmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Selawat serta salam semoga tercurah
kepada imam termulia yakni Nabi Muhammad SAW serta para sahabat, keluarga
dan pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Aamiin.
Pada penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwasanya masih terdapat
kekurangan dan keterbatasan. Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan
doa dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan kali ini penulis ingin
menyampampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada :
1. Bapak Drs. Saiful Umam, M.A., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora.
2. Bapak Pungki Purnomo, MLIS, selaku Ketua Program Studi Ilmu
Perpustakaan sekaligus sebagai Dosen Pembimbing akademik.
3. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Perpustakaan
4. Bapak Parhan Hidayat, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing penulis yang
telah bersedia meluangkan waktu, pikiran, dan tenaganya untuk
membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Nurul Hayati, M.Hum selaku Penguji I dan Ibu Melly Kartika Adelia,
M.Hum selaku Penguji II Penulis, terimakasih atas perhatian dan
masukkannya dalam penyelesaian skripsi ini.
iii
6. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora
yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat sebagai bekal bagi
penulis kedepan.
7. Kepada seluruh Informan penelitian ini yaitu Ibu Eti Sumiati, S.Sos, MM ,
Ibu Annisa Rahmadanita, S.IP, M.Tr.IP , Ibu Rusminarti, S.Pd. dan Ibu
Mike Oktaviani, A.Md. Terimakasih banyak atas kesediannya telah
meluangkan waktu dan berbagi ilmu untuk penelitian ini kepada penulis.
8. Kepada Keluarga Perpustakaan Pusat Penerangan Kementerian Dalam
Negeri yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.
9. Terkhusus untuk Bapak Tubagus Hikmat dan Ibu Erna Juwita selaku orang
tua penulis yang tiada henti memberikan dukungan moril maupun materiil
yang tidak bisa ditukar dengan apapun. Semoga Ummi dan Abi diberikan
kesehatan dan dalam Lindungan Allah Ta‘ala selalu.
10. Teruntuk kakak dan adik penulis, Ratu Naila Izzatul Islam, Tubagus
Hamzah Achyari, Tubagus Ali Ibrahim dan Ratu Husaina Hadida yang
selalu memberikan kehangantan, rasa aman, dan dukungan yang tidak
pernah habis-habisnya untuk penulis.
11. Kepada Sumayyah Squad, Rahmawati, Melpi, Apriana, Cahayatunnisa,
Hany, Fida, Destri, Meliha, dan Nurul yang telah banyak memberikan
keseruan, kekocakan, keharuan dan pelajaran berharga lainnya. Ingat selalu
wajah ane dalam doa Rabithah kalian yaa.
12. Tak lupa kepada teman-teman IP B 2014 atas kebersamaan dan
kekocakkannya selama kurang lebih empat tahun ini. Semoga dilancarkan
selalu urusannya. Aamiin.
iv
13. Teman-teman LDK Syahid, khususnya keluarga LDKS FAH dan
Kaderisasi 21 yang memberikan banyak pengalaman yang berharga.
14. Teman-teman KKN MOKSA 138 yang telah memberikan semangat dan
pengalaman tak terlupakan.
Akhir kata, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan kepada semua
pihak yang telah membantu. Untuk dapat mendekati kesempurnaan, skripsi ini
membutuhkan kritik dan saran dari berbabagai pihak, semoga penelitian ini
dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Depok, April 2019
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah........................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
E. Definisi Istilah ........................................................................................... 7
F. Penelitian Terdahulu ................................................................................. 8
G. Sistematika Penulisan ............................................................................... 10
BAB II TINJAUAN LITERATUR .................................................................. 12
A. Perpustakaan Perguruan Tinggi ............................................................... 12
1. Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi ......................................... 12
2. Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi ............................................... 13
3. Tugas dan Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi .............................. 15
B. Kerjasama Perpustakaan .......................................................................... 16
1. Pengertian Kerjasama Perpustakaan..................................................... 16
2. Fungsi Kerjasama Perpustakaan ........................................................... 19
3. Bentuk Kerjasama Perpustakaan .......................................................... 19
4. Sarana Penunjang Kerjasama Perpustakaan ......................................... 22
5. Faktor Pendorong Kerjasama Perpustakaan ......................................... 25
6. Manfaat Kerjasama Perpustakaan ........................................................ 28
8. Hambatan Kerjasama Perpustakaan ..................................................... 30
C. Kinerja Pustakawan .................................................................................. 31
1. Pengertian Pustakawan ......................................................................... 31
vi
2. Kinerja Pustakawan .............................................................................. 37
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 38
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian............................................................... 38
B. Kriteria Informan ..................................................................................... 40
C. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 41
1. Observasi .............................................................................................. 42
2. Wawancara ........................................................................................... 43
3. Analisis Dokumen................................................................................... 43
D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ..................................................... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 46
A. Profil Objek Penelitian ............................................................................. 46
1. Profil Pusat Perpustakaan IPDN Jatinangor ........................................ 47
2. Profil Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta .......................................... 53
3. Profil Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat ............................ 56
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan............................................................. 57
1. Kerjasama Internal Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor,
Jakarta, dan Daerah ...................................................................................... 58
2. Upaya Membangun Kinerja Pustakawan Melalui Kerjasama Internal
Perpustakaan IPDN Kampus Jatinagor, Jakarta dan Daerah ....................... 87
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 99
A. Kesimpulan ............................................................................................... 99
B. Saran ........................................................................................................ 100
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 102
LAMPIRAN – LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Struktur Perpustakaan Pusat ............................................................ 49
Gambar 4.2 Stuktur IPDN Kampus Jakarta ......................................................... 55
Gambar 4.3 Struktur IPDN Kampus Sumbar ....................................................... 57
viii
DAFTAR TABEL
3.1 Daftar Nama Informan ................................................................................... 41
3.2 Jadwal Penelitian ............................................................................................ 45
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tidak ada satupun lembaga informasi yang dapat melayani semua
kebutuhan pemustaka dengan koleksi yang spesifik pada tiap bidangnya.
Sekalipun perpustakaan tersebut adalah perpustakaan besar dengan segala
anggaran yang melimpah. Perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan
informasi serta meningkatakan kinerjanya membutuhkan bantuan
perpustakaan lain. Kebutuhan akan bantuan dari perpustakaan atau lembaga
informasi lain mendorong adanya praktik kerjasama antar perpustakaan.
Kerjasama perpustakaan adalah kerjasama yang melibatkan dua
perpustakaan atau lebih1. Istilah kerjasama perpustakaan seringkali
dihubungkan dengan istilah konsosrsium, kolaborasi, dan jaringan. Dengan
berkembangnya teknologi saat ini juga berimbas pada sistem perpustakaan,
hal ini dapat dilihat dari semakin mudahnya akses dalam melihat koleksi di
perpustakaan. Dengan kemajuan tersebut, menjadikan aktifitas perpustakaan
ikut bergantung kepada teknologi. Hal ini juga melekat pada praktik
kerjasama perpustakaan, Seperti yang dinyatakan oleh Siregar bahwa suatu
kerjasama perpustakaan dan sistem jaringan perpustakaan dapat didefinisikan
sebagai sejumlah organisasi yang secara formal berpartisipasi atau saling
1 Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka, 2014), 8.2.
2
terhubung satu sama lain yang memiliki tujuan yang sama dan berusaha untuk
mencapai tujuan tersebut dan memiliki suatu struktur oraganisasi2.
Kerjasama bukanlah satu hal yang baru dalam masyarakat kita, kita
telah terbiasa mengenal istilah kerjasama ekonomi, politik dan bidang
lainnya, begitu juga dalam islam, kegiatan kerjasama telah dianjurkan dalam
Al-Qur‘an yang pada salah satu ayatnya berbunyi :
ثم وا ديد وتعاونواعلي البر والتقوى ول تعاونوا علي ال إن للا لعدوان واتقوا للا
العقاب
“… Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
permusuhan. Bertakwalah kamu kepada Allah, Sungguh Allah sangat
berat siksa-Nya.” ( al-Mâidah (5) : 2 )
Ayat diatas merupakan prinsip dasar dalam menjalin kerjasama dengan
siapapun, selama tujuannya adalah kebajikan dan ketakwaan3 dari ayat
tersebut Islam mengatur kegiatan tolong menolong dalam hal kebaikan dan
bukan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
Pada tafsir Ibnu Katsir disebutkan makna dari ayat tersebut adalah Allah
Ta‘ala memerintahkan hamba-hamba-Nya yang beriman untuk senantiasa
tolong menolong dalam berbuat kebaikan, itulah yang disebut dengan al-
birru (kebajikan); serta meninggalkan segala bentuk kemunkaran dan itulah
2 Ni Kadek Ita Astari, I Putu Suhartika, and Ni Putu Priemerieta Haryanti, ―Evaluasi
Kerjasama Badan Perpustakaan Dan Arsip Provinsi Bali Dengan PT. Telkom Indonesia Dalam
Rangka Meningkatkan Layanan Perpustakaan,‖ Jurnal Ita Galung Universitas Udayana, June
2016. 3M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah : Peran, Kesadaran, Dan Keserasian Al-Qur’an, vol. 3
Surah al-Maidah (Ciputat: Lentera Hati, 2001),13
3
dinamakan dengan at-takwa.4 Dari makna tersebut dapat kita fahami
bahwasanya dengan tolong menolong dalam kebaikan akan mencegah
terjadinya kemungkaran sehingga, tolong menolong menjadi salah satu
refleksi dari bukti ketakwaan. Kerjasama perpustakaan sesungguhnya
menjadi satu cara untuk saling tolong menolong antar perpustakaan..
Selain menjadi wadah untuk saling tolong menolong antar perpustakaan,
kerjasama juga menjadi salah satu kegiatan untuk mewujudkan misi
universitas atau institut yang manaunginya. Hal ini seperti yang disebutkan
oleh McVey dan Farrar dalam Collaboration and Academic Library :
Internal and External, Local and Regional, National and International
menjelaskan bahwa istilah ‗kemitraan‘ ‗fasilitas‘ ‗dukungan‘ dan ‗komunitas‘
adalah tampilan dan ungkapan niat untuk berkolaborasi, serta menggaris
bawahi pentingnya kolaborasi sebagai kontribusi perpustakaan bagi misi
universitas5.
Institut Pemerintahan Dalam Negeri sebagai lembaga pendidikan tinggi
ikatan dinas kepamongprajaan yang berada dibawah Kementerian Dalam
Negeri bertujuan mencetak kader pemerintah di daerah maupun pusat.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
Nomor 43 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Institut
Pemerintahan Dalam Negeri bahwa kampus IPDN terdiri atas6 : Kampus
4Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir (Jakarta: Pustaka
Imam Asy-Syafi‘i, 2008), 9 5 Jeremy Atkinson, ed., Collaboration and Academic Library : Internal and External, Local
and Regional, National Dan International., 1st ed. (United Kingdom: Elsevier Ltd., 2018),
https://www.elsevier.com/books/collaboration-and-the-academic-library/atkinson/978-0-08-
102084-5, 56. 6 Kementerian Dalam Negeri RI, ―Peraturan Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor
43 Tahun 2018 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Intitut Pemerintahan Dalam Negeri‖
(Kementerian Dalam Negeri RI, 2018),
4
IPDN Jatinangor yang dipimpin langsung oleh Rektor, Kampus IPDN
Jakarta, dan Kampus IPDN Daerah.
Dalam strukturnya, Rektor IPDN berda pada IPDN Kampus Jatinangor
sehingga kedudukan Kampus Jatinangor adalah sebagai kampus pusat. Untuk
itu, dapat diketahui Kampus IPDN terdiri atas tiga yaitu IPDN Kampus
Jatinangor sebagai kampus pusat, IPDN Kampus Jakarta dan IPDN Kampus
Daerah.
Saat ini kampus IPDN tersebar di beberapa provinsi di Indonesia hal
tersebut disebutkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 43 Tahun
2018 bahwa IPDN Kampus daerah atas IPDN Kampus Sulawesi Utara ;
IPDN Kampus Sulawesi Selatan; IPDN Kampus Sumatera Barat di; IPDN
Kampus Nusa Tenggara Barat; IPDN Kampus Kalimantan Barat; dan IPDN
Kampus Papua.
Dengan hadirnya kampus-kampus IPDN yang tersebar dibeberapa
provinsi di Indonesia, maka tercipta unit-unit perpustakaan pada kampus-
kampus tersebut untuk menunjang Tri Dharma di IPDN secara keseluruhan.
Unit-unit perpustakaan yang ada dikampus daerah ini tentunya memiliki
kelebihan dan kesulitannya masing-masing. Kesulitan yang dialami oleh
perpustakaan salah satunya adalah SDM Pustakawan. Pustakawan adalah
seorang yang bekerja di perpustakaan atau lembaga sejenisnya dan memiliki
pendidikan perpustakaan secara formal7
https://www.kemendagri.go.id/media/documents/2018/08/01667c4f87802528c2e19222ca97bd68.p
df. 7 Purwono, Profesi Pustakawan Menghadapi Tantangan Perubahan (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013), 3.
5
SDM Pustakawan menjadi salah satu faktor penting bagi kemajuan
sebuah perpustakaan. Perlu disadari bahwa, pustakawan adalah aparatur
pemerintah atau abdi negara dan pelayan masyarakat.8 Sehingga pelayanan
perpustakaan yang diberikan kepada pemustaka baik dan buruknya, juga
bergantung kepada pustakawan.
Pada kondisinya masing-masing, tidak semua perpustakaan memiliki
kemampuan SDM yang sama. Begitu juga pada unit perpustakaan IPDN
pusat Jakarta, dan daerah. Hal ini juga didukung oleh penelitian sebelumnya
yang pernah dilakukan oleh Perpustakaan Pusat Penerangan Kementerian
Dalam Negeri pada tahun 2017 mengenai Evaluasi Pelayanan dan Penataan
Perpustakaan Kementerian Dalam Negeri, pada penelitian tersebut diketahui
beberapa perpustaakaan unit IPDN yang ada di daerah memiliki jumlah
pustakawan, koleksi, serta kendala yang berbeda. Dan SDM menjadi salah
satu hal yang perlu ditingkatkan. Tentunya, Perpustakaan IPDN berupaya
untuk meningkatkan hal tersebut terutama pada sumber daya tenaga
perpustakaan, dengan tersebarnya kampus IPDN di berbagai daerah tentu
adanya kerjasama internal diantara Perpustakaan IPDN Jatinangor, Jakarta
dan Daerah. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik
untuk mengambil judul “Upaya Membangun Kinerja Pustakawan Melalui
Kerjasama Internal Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor, Jakarta
dan Daerah“
8 Gatot Subrata, ―Upaya Pengebangan Kinerja Pustakawan Perguran Tinggi Di Era
Globalisasi Informasi,‖ Pustakawan Perpustakaan UM, Oktober 2009,
http://digilib.um.ac.id/images/stories/pustakawan/kargto/Upaya%20Pengembangan%20Kinerja%2
0Pustakawan.pdf, 12.
6
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Untuk lebih memahami dan menghindari bahasan diluar konteks, maka
penulis memberikan beberapa batasan, agar penelitian dapat terfokus
sehingga sesuai dengan yang hendak ingin dicapai. Penulis ingin megetahui
mengenai kerjasama internal Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor, Jakarta
dan Daerah dan upaya membangun kinerja pustakawan melalui kerjasama
internal Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor, Jakarta dan Daerah. Untuk
itu penulis menetapkan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kerjasama internal Perpustakaan IPDN Kampus
Jatinangor, Jakarta dan Daerah?
2. Bagaimanakah upaya membangun kinerja pustakawan melalui kerjasama
internal Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor, Jakarta dan Daerah?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan manfaat dan latar belakang yang telah disampaikan diatas
maka, adapun tujuan penelitian ini yakni :
1. Untuk mengetahui, kerjasama internal yang ada di Perpustakaan IPDN
Kampus Jatinangor dan IPDN Kampus Daerah
2. Untuk mengetahui, upaya membangun kinerja pustakawan melalui
kerjasama internal perpustakaan IPDN Jatinagor, Jakarta dan Daerah
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang ingin dicapai yaitu :
7
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi keilmuan
bagi Ilmu Perpustakaan mengenai kerjasama perpustakaan
terutama dalam meningkatkan kinerja pustakawan.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menajadi sebuah rujukan yang
dapat diakses pada Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi penulis
dan pembaca mengenai kerjasama perpustakaan dan pengaruhnya
pada kinerja pustakawan
b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi Pusat
Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor , Jakarta dan Daerah.
E. Definisi Istilah
1. Kerjasama Perpustakaan
Merupakan sebuah kegiatan kerjasama dua perpustakaan atau lebih,
yang mana kegiatan tersebut dapat meruntuhkan batas-batas antar
institusi, antar kawasan dan antar wilayah agar layanan yang lebih baik
dapat disediakan.
2. Perpustakaan Perguruan Tinggi
Menurut Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional RI Nomor 13
Tahun 2017 tentang Standar Nasional Perpustakaan Perguruan Tinggi
menjelaskan Perpustakaan perguruan tinggi adalah bagian integral dari
kegitan pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan
8
berfungsi sebagai pusat sumber belajar untuk mendukung tercapainya
tujuan pendidikan yang berkedudukan di perguruan tinggi9
3. Kinerja
Hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang
dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab
masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi
bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan
moral ataupun etika. 10
4. Pustakawan
Menurut UU No. 43 tahun 2007 Pustakawan adalah seorang yang
memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan atau
pelatihan kepustakawanan, serta mempunyai tugas dan tanggung jawab
untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan.11
F. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu ini dimaksudkan utuk mengetahui bahwa
sebelumnya telah ada yang melakukan penelitian mengenai hal yang sama
namun berbeda dalam pembahasannya. Berikut penelitian yang relevan
dengan skripsi yang penulis teliti :
1. Penelitian terdahulu yang pertama merupakan sebuah jurnal yang
berjudul Model Jaringan Kerjasama antar Perpustakaan
9 Kepala Perpustakaan Nasional RI, ―Peraturan Kepala Perpustakaan RI No. 13 Tahun
2017 Tentang Standar Nasional Perguruan Tinggi‖ (Perpustakaan Nasional RI, 2017),
https://www.perpusnas.go.id/webforms/uploads/law/1709210854302mwUYG7rvf.pdf. 10
Prawirosuntono and Suryadi, Kebijakan Kinerja Karyawan (Yogyakarta: BPFE, 2008),
25 11
Testiani Makmur, Budaya Kerja Pustakwan Di Era Digitalisasi : Perspektif Organisasi,
Relasi, Dan Individu (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015), 8
9
Perguruan Tinggi Islam di Wilayah Provinsi Jawa Barat. Ditulis
oleh Yunus Winoto, Universitas Padjajaran. Jurnal ini bertujuan
untuk menemukan model jaringan Perpustakaan Universitas Islam
yang ada di Jawa Barat. Persamaan penelitian ini dengan penulis
adalah mengambil jenis objek yang sama yaitu perguruan tinggi
serta membahas mengenai kerjasama. Sedangkan perbedaannya
adalah pada pembahasannya penelitian ini membahas mengenai
model jaringan kerjasama sedangkan penulis membahas bentuk
dan sarana penunjang kerjasama internal, selain itu pendekatan
yang digunakan berbeda, pada penelitian ini menggunakan
pendekatan campuran sedangkan penelitian yang penulis lakukan
menggunakan pendekatan kualitatif.
2. Kemudian penelitian yang kedua merupakan sebuah skripsi yang
berjudul berjudul Pengaruh Kinerja Pustakawan terhadap
Kepuasan Pemustaka pada Perpustakaan Universitas Indonesia.
Ditulis oleh Nurun Nafidah Program Studi Ilmu Perpustakaan FAH
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2015, skripsi ini
bertujuan untuk mengetahui kinerja pustakawan terhadap kepuasan
pemustaka pada Perpustaan Indonesia. Perbedaan penelitian ini
dengan penulis terletak pada tempat objek penelitian yang mana
penelitian yang ini dilaksanakan di Universitas Indonesia,
sedangkan penulis di IPDN Kampus Jatinangor dan IPDN Kampus
Jakarta. Perbedaan yang kedua adalah dari pendekatan penelitian
yang mana pendekatan penelitian ini adalah kuntitatif sedangkan
10
penelitian penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Persamaan
penelitian ini dengan penulis ialah sama-sama membahas mengenai
pengaruh kinerja pustakawan sebagai salah satu variable dari judul
yang diambil.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam penyususnannya, maka penulis membagi
pembahasan penelitian ini menjadi lima bab, yang masing-masing terdiri dari
beberapa subbab, adapun sistematika penulisan tersebut yaitu sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan dan
pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi
istilah dan sisitematika penulisan.
BAB II Tinjauan Literatur
Bab ini memuat teori-teori yang berasal dari kajian-kajian
kepustakaan yang berkaitan dengan pengertian perpustakaan
perguruan tinggi, tujuan perpustakaan perguruan tinggi, tugas dan
fungsi perpustakaan perguruan tinggi, pengertian kerjasama
perpustakaan, fungsi kerjasama perpustakaan, tujuan kerjasama
perpustakaan, bentuk kerjasama perpustakaan, sarana penunjang
kerjasama, faktor pendorong kerjasama perpustakaan, manfaat
kerjasama perpustakaan, hambatan kerjasama perpustakaan,
pengertian pustakawan dan kinerja pustakawan.
11
BAB III Metode Penelitian
Bab ini memuat jenis pendekatan penelitian, kriteria informan,
teknik pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisis data, dan
penelitian terdahulu dan jadwal penelitian.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini memuat profil Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor,
Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta, dan Perpustakaan IPDN
Kampus Sumatera Barat serta hasil penelitian mengenai Upaya
Membangun Kinerja Pustakawan melalui Kerjasama Internal
Perpustakaan IPDN Kampus Jatinagor, Jakarta dan Daerah
BAB V Penutup
Pada bab ini terdiri atas kesimpulan dan saran yang dibuat oleh
penulis setelah melakukan penelitian di Perpustakaan IPDN
Kampus Jatinangor, Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta dan
Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat.
12
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
A. Perpustakaan Perguruan Tinggi
1. Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi
Menurut Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional RI Nomor 13 Tahun
2017 tentang Standar Nasional Perpustakaan Perguruan Tinggi menjelaskan
Perpustakaan perguruan tinggi adalah bagian integral dari kegitan
pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan berfungsi
sebagai pusat sumber belajar untuk mendukung tercapainya tujuan
pendidikan yang berkedudukan di perguruan tinggi12
Perpustakaan perguruan tinggi ialah perpustakaan yang terdapat pada
perguruan tinggi, badan bawahannya maupun lembaga yang berafiliasi
dengan perguruan tinggi, dengan tujuan utama membantu perguruan tinggi
mencapai tujuannya. 13
Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang berada di
lingkungan perguruan tinggi atau sekolah tinggi, akademi dan pendidikan
tinggi lainnya, yang pada hakikatnya merupakan bagian integral dari suatu
perguruan tinggi.14 Hadirnya perpustakaan perguruan tinggi menjadi salah
satu yang tidak dapat dipisahkan dari perguruan tinggi, kekayaan
12
Kepala Perpustakaan Nasional RI, ―Peraturan Kepala Perpustakaan RI No. 13 Tahun
2017 Tentang Standar Nasional Perguruan Tinggi.‖ 13
Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka, 2014), 2.17. 14
Abdul Rahman Saleh and Fahidin, Manajemen Perpustakaan Perguruan Tinggi
(Jakarta: Universitas Terbuka, 1995), 17.
13
intelektual dari civitas akademika lembaga pendidikan tersebut
dicerminkan dari hadirnya perpustakaan perguruan tinggi.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa perpustakaan
perguruan tinggi merupakan bagian integral dari Tri Dharma pendidikan
yang berada pada lingkungan perguruan tinggi, sekolah tinggi, akademi
tinggi dan pendidikan tinggi lainnya yang bertujuan untuk mendukung
pendidikan tinggi yang lembaga menaunginya.
2. Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi
Perpustakaan sebagai salah satu tempat penyimpanan hasil imu
pengetahuan yang telah lama dibangun sebagai salah satu pusat ilmu
pengetahuan memiliki beberapa tujuan diantaranya ialah15 :
a. Sebagai tempat penyimpanan
Hasil pemikiran dan temuan manusia agar dapat digunakan dan
disebarluaskan maka harus dituangkan kedalam beberapa bentuk
media yang digunakan sesuai zamannya. Bentuk-bentuk tersebut
dapat berupa tercetak, tertulis, terekam, elektronik dll.
Perpustakaan dalam hal ini bertugas untuk menyimpan hasil karya
manusia tersebut sehingga hasil karya tersebut tidak hilang, dapat
digunakan dan disebarluaskan.
b. Sebagai tempat penelitian
Sebagai tempat yang juga mendukung adanya penelitian, maka
perpustakaan memiliki peran penting dalam penyediaan informasi.
15
Abdul Rahman Saleh and Fahidin, 16.
14
Di dalam menunjang program penelitian ini perpustakaan bertugas
menyediakan daftar buku, daftar artikel, majalah ilmiah,
membuat/menyusun abstrak tulisan-tulisan ilmiah seperti laporan
penelitian, disertasi maupun artikel majalah dan sebagainya.
c. Sebagai sumber informasi
Perpustakaan hadir karena dibutuhkan. Hal ini tidak terlepas dari
peran pemustaka sebagai sasaran perpustakaan. Perpustakaan
sebagai sumber informasi merupakan salah satu tujuan dari
perpustakaan.
d. Sebagai sarana pendidikan
Perpustakaan yang berada dalam lembaga pendidikan memiliki
peran penting untuk mendukung berlangsungnya pendidikan yang
ada di lembaga tersebut. Pendidikan seumur hidup ini tidak
dirasakan pada perpustakaan dibawah lembaga tersebut karena
memiliki keterbatasan informasi yang dibutuhkan, berbeda dengan
perpustakaan umum, pendidikan seumur hidup ini dapat terwujud
dengan hadirnya perpustakaan daerah yang memang diperuntukkan
untuk hasl tersebut.
e. Sebagai pemelihara budaya
Perpustakaan juga memiliki fungsi sebagai pemelihara budaya,
perpustakaan tidak hanya sebagai tempat penyimpanan tapi juga
sebagai identitas dari lingkungan manusia sekitarnya. Sebagai
salah satu pemelihara budaya, biasanya perpustakaan
15
mengumpulkan koleksi berupa bahan bacaan yang dapat
meningkatkan apresiasi budaya masyarakat.
3. Tugas dan Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi
Menurut Sutarno terdapat tiga garis besar dari tugas perpustakaan16,
yaitu :
a. Tugas menghimpun infomasi, beberapa kegiatan dalam
menghimpun informasi ini berupa mencari, menyeleksi,
menyediakan koleksi perpustakaan yang lengkap dan sesuai
dengan jumlah, jenis, dan mutu yang dibutuhkan oleh organisasi
yang menaunginya.
b. Tugas mengelola, kegiatan mengelola ini meliputi proses
pengolahan, penyusunan, penyimpanan, pengemasan,
mempermudah penelusuran, dan merawat bahan pustaka agar
mengurangi terjadinya kerusakan pada bahan pustaka.
c. Tugas memberdayakan dan memberikan layanan yang maksismal.
Kegiatan ini meliputi promosi, publikasi dan sosialisasi kepada
pemustaka. Tanpa adanya kegiatan ini perpustakaan tidak dapat
berfungsi sebagaimana mestinya, kesadaran pemustaka untuk
mengetahui fasilitas yang dimiliki perpustakaan adalah penting,
semakin banyak dan beragamnya pemustaka maka peningkatan
layanan perpusakaan akan semakin baik.
16
Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan (Jakarta: Sagung Seto, 2010), 50.
16
Menurut Saleh dan Fahidin fungsi perpustakaan perguruan tinggi
dapat ditinjau sedikitnya dari dua segi yaitu17 :
a. Dari segi program kegiatan
1) Untuk mengumpulkan informasi
2) Untuk mengolah mengolahan informasi
3) Untuk menelusur informasi
4) Untuk memanfaatan informasi
5) Untuk menyebarluasan informasi
6) Untuk memelihara dan melestarikan informasi
b. Segi program layanan
1) Sebagai sentral layanan informasi bagi program pendidikan
juga pengajaran.
2) Sebagai sentral layanan informasi bagi program penenlitian
3) Sebagai sentral layanan informasi bagi program pengabdian
kepada masyarakat.
B. Kerjasama Perpustakaan
1. Pengertian Kerjasama Perpustakaan
Kerjasama menurut KBBI ialah kegiatan atau usaha yang dilakukan
oleh beberapa orang (lembaga, pemerintah dan sebagainya) untuk
mencapai tujuan bersama.18 Kerjasama menurut Merriam Webster
Dictionary yang dikutip dari Budi Wibowo memiliki beberapa definisi,
yaitu : a. kemauan dan kemampuan untuk bekerja dengan orang lain; b.
17
Abdul Rahman Saleh and Fahidin, 18. 18
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Edisi
Keempat (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008).681
17
berhubungan, mengorganisir; c. berhubungan dengan, gabungan antara 2
(dua) atau lebih organisasi.19 Kemudian pengertian kerjasama jika dilihat
dari kata bahasa inggris yaitu Cooperation, yang berasal dari kata latin.20
Kata Cooperation ini terdiri dari co, artinya ‗bersama-sama‘, dan
operation yang artinya bekerja.21
Kemudian, kerjasama secara umum dapat diartikan suatu kegiatan
yang dilakukan oleh beberapa pihak untuk dapat menyelesaikan suatu
tujuan bersama secara maksimal.22 Menurut Sulistyo Basuki kerjasama
perpustakaan adalah kerjasama yang melibatkan dua perpustakaan atau
lebih23. Menurut Pilling Kerjasama perpustakaan merupakan sebuah
kegiatan kerjasama dua perpustakaan atau lebih, yang mana kegiatan
tersebut dapat meruntuhkan batas-batas antar institusi, antar kawasan dan
antar wilayah agar layanan yang lebih baik dapat disediakan.24
Selanjutnya menurut Edmonds dalam Macdougall Kerjasama
perpustakaan merupakan sebuah timbal balik berbagi sumber daya atau
sering disebut resource sharing yang dilakukan oleh dua atau lebih
badan.25 Hal ini juga senada dengan pendapat Verzosa yaitu :
“ library cooperation refers to a reciprocally beneficial sharing of
resources developed or pre-existing by two or more libraries, or, it
19
Budi Wibowo, ―Kerjasama Perpustakaan Sebagai Upaya Institutional Empowerment
Di BPAD DIY,‖ Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta, 2017, bpad.jogjaprov.go.id. 20
J. Dwi Narwoko and Bagong Suyanto, Sosiologi : Teks Pengantar Dan Terapan (,
Edisi Keempat (Jakarta: Kencana, 2004), 58. 21
Laksmi, Konsep Dan Praktik Kerja Sama Antar Individu Di Lembaga Informasi
(Jakarta: ISIPII, 2015), 2. 22
Laksmi..., 2. 23
Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan, 8.2. 24
Stella Pilling and Stephanie Kenna, Cooperation in Action (London: Facet Publishing,
2002).,xi 25
Alan Macdougall, Handbook of Library Cooperation (London: Goewr, 1991)., 67
18
may be an umbrella term for a wide spectrum of cooperation
processes and mechanisms for libraries.”26
Pendapat diatas jika diterjemahkan adalah bahwa kerja sama perpustakaan
mengacu pada pembagian manfaat secara timbal balik dari sumber daya
yang dikembangkan atau sudah ada sebelumnya oleh dua atau lebih
perpustakaan, atau, mungkin saja suatu istilah umum untuk spektrum luas
proses dan mekanisme kerja untuk perpustakaan.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan kerjasama perpustakaan
merupakan kegiatan kerjasama dua perpustakaan atau lebih saling
memberikan timbal balik berbagi sumber dan peningkatan pelayanan yang
dapat meruntuhkan sekat institusi dan wilayah untuk terciptanya pelayanan
yang maksimal.
Dengan adanya kegiatan kerjasama perpustakaan maka terwujudnya
komunikasi antar perpustakaan yang terlibat. Tanpa adanya komunikasi
yang berjalan dengan lancar maka kerjasama yang dilakukan akan
terhambat. Kerjasama memiliki dua hal pokok yaitu mewujudkan visi dan
misi perpustakaan dan secara bersama-sama memperoleh nilai tambah
atau manfaat atas terjalinnya kerjasama perpustakaan tersebut. 27
26
Fe Angela M. Verzosa, ―Library Consortia and Cooperation In This Digital Age :An
Overview of The Philipphine Experience,‖ Eprints, 2004, 1–16,
http://eprints.rclis.org/11223/2/Library_consortia_and_cooperation.pdf. 27
Suprihati, Manajemen Perpustakaan : Bahan Ajar Diklat Calon Pustakawan Tingkat
Terampil (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2004), 67
19
2. Fungsi Kerjasama Perpustakaan
Kegiatan kerjasama sendiri turut mendukung visi dan misi dari
lembaga induk serta fungsi perpustakaan itu sendiri. Adapun fungsi dari
kerjasama ialah :
a. Komunikasi dapat terjalin antar perpustakaan
b. Tukar menukar informasi
c. Pemberdayaan SDM
d. Pemberdayaan koleksi
e. Pemberdayaan sarana dan prasarana
3. Bentuk Kerjasama Perpustakaan
Menurut Rupadha terdapat 6 point bentuk kerjasama perpustakaan,
diantaranya ialah28 :
a. Kerjasama Pengadaan
Dalam kerjasama ini perpustakaan atau lebih bersama-sama
mengambil keputusan untuk melakukan pembelian buku menurut
subjek yang telah ditentukan secara bersama-sama atau masing-masing
perpustakaan sepakat mengadakan buku sesuai dengan subjek masing-
masing.
b. Pertukaran dan Redistrubusi Publikasi
Bentuk ini diwujudkan dalam pertukaran publikasi atau buku yang
dimiliki sebuah perpustakaan dengan publikasi atau buku lebih yang
dimiliki perpustakaan lain. pertukaran dilakukan dengan metode
28
I Komang Rupadha, ―Kerjasama Antar Perpustakaan : Suatu Alternatif
Mengoptimalkan Daya Pakai Koleksi Dan Layanan Perpustakaan,‖ Academia Edu, November 7,
2018, 1–7, https://unram.academia.edu/IKOMANGRUPADHA.
20
langsung atau melalui biro pusat. Pada metode langsung pertukaran
dilakukan antar sesama perpustakaan, biasanya menggunakan dasar
pertukaran 1:1 artinya satu buku ditukar dengan 1 buku tanpa
memandang tebal dan tipisnya buku maupun harga. Kemudian
kerjasama dalam hal redistribusi merupakan pemindahan penyimpanan
koleksi atau publikasi dikarenakan ruang yang ada tidak dapat
menampung koleksi tersebut, kemudian buku tersebut ditawarkan
kepada perpustakaan lain yang memang membutuhkan koleksi tersebut
untuk disimpan di perpustakaannya.
c. Penyusunan dan Pengembangan Katalog Induk
Katalog induk adalah katalog dari dua perpustakaan atau lebih. Katalog
induk bertujuan untuk mengetahui dimana lokasi sebuah buku, karena
di dalamnya selalu tercantum lokasi perpustakaan yang memiliki buku.
d. Kerjasama Pengolahan
Mencakup pengolahan berupa pengkatalogan, kalsifikasi serta
penentuan tajuk subjek. Menurut lokasi pengolahan dapat dibagi
menjadi pengolahan terpusat dan pengolahan regional.
e. Kerjasama Penyediaan Fasilitas
Bentuk kerjasama ini adalah salah satu perpustakaan memberikan akses
kepada perpustakaan lain untuk dapat menggunakan fasilitas dari
perpustakaan tersebut seperti penggunaan mesin fotokopi, meminjam
koleksi, menggunakan jasa penelusuran dan sebagainya. Bentuk ini
sepertinya sudah tidak relevan untuk sekarang. Karena tiap
21
perpustakaan hampir semua memberikan akses kepada tiap orang yang
berkunjung.
f. Kerjasama Pemberian Jasa Informasi
Dalam bentuk kerjasama ini dua perpustakaan atau lebih bersepakat
untuk saling memberikan inofmrasi. Kerjasama pemeberian jasa
informasi tidak hanya dalam lingkup peminjaman koleksi saja, namun
menyangkut semua aspek fasilitas yang dimiliki perpustakaan yang
bekerjasama.
Kemudian menurut Laksmi dalam Konsep dan Praktik Kerja Sama
antar Individu di Lembaga Informasi menjelaskan rincian praktik
kerjasama para individu di dalam bentuk kerjasama perpustakaan29 :
a. Kerjasama pengatalogan terkomputerisasi. Kerjasama ini merupakan
kerjasama untuk membangun OPAC (Online Public Access
Catalogue) atau melalui situs web. Para pekerja di lembaga informasi
perlu bekerjasama untuk menyamakan sistem yang bisa digunakan
bersama. Hal ini untuk memudahkan perpustakaan yang ikut
bekerjasama agar dapat saling terhubung.
b. Kerjasama penyusunan katalog induk. Perbedaan bentuk kerjasama ini
dengan kerjasama pengatalogan terkomputerisasi ialah bentuk
kerjasama ini adalah untuk membantu dalam pelaksanaan pinjam antar
perpustakaan. Teknis bentuk kerjasama ini adalah salah seorang
professional informasi mengumpulkan katalog dari tiap perpustakaan
29
Laksmi, Konsep Dan Praktik Kerja Sama Antar Individu Di Lembaga Informasi, 77.
22
yang bekerjasama kemudian menyusunnya dalam satu format yang
telah disepakati bersama.
c. Kerjasama pertukaran bibliografi. Kerjasama ini untuk memudahkan
perpustakaan yang bekerjasama untuk dapat saling bertukar data
bibliografi, hal ini untuk memudahkan akses dalam melihat koleksi
dari perpustakaan lain.
d. Kerjasama pelatihan. Pelatihan ini dapat diselenggarakan oleh satu
perpusatakaan atau lebih untuk dengan menghadirkan narasumber dari
pihak perpustakaan yang menyelenggarakan atau mengundang tenanga
ahli atau instruktur pelatihan dari perpustakaan atau lembaga lain.
Pelatihan ini dapat memberikan wawasan dan keahlian baru bagi SDM
di perpustakaan yang ikut dalam kegiatan kerjasama tersebut.
4. Sarana Penunjang Kerjasama Perpustakaan
Sarana penunjang kerjasama merupakan alat dalam berbagai bentuk
yang dapat memudahkan dalam kegiatan kerjasama. Menurut Rupadha
terdapat beberapa bentuk sarana / alat-alat penunjang kerjasama
perpustakaan antara lain30 :
a. Penerbitan direktori perpustakaan
Direktori perpustakaan memudahkan antar perpustakaan
berkomunikasi dalam kegiatan kerjasama perpustakaan.direktori
ini memuat alamat perpustkaan, direktori ini perlu dimiliki oleh
30
I Komang Rupadha, ―Kerjasama Antar Perpustakaan : Suatu Alternatif Mengoptimalkan
Daya Pakai Koleksi Dan Layanan Perpustakaan,‖ Academia Edu, n.d., 1–7.
23
perpustakaan yang menjadi vocal point dalam kegiatan kerjasama
perpustakaan.
b. Penerbitan daftar tambahan koleksi baru
Dengan semakin berkembangnya teknologi saat ini perpustakaan
dapat memanfaatkan situs nya untuk dapat terhubung dengan
perpustakaan lain dengan menambahkan link perpustakaan lain
kedalam situsnya, sehingga koleksi terbaru perpustakaan lain dapat
dilihat dari situsnya masing-masing.
c. Penyusunan katalog induk
Fungsi dari katalog induk ialah merpermudah penyalinan katalog
(copy cataloging), mendukung pengawasan bibliografi
(bibliographic control), dan mendukung silang layan (inter library
loan)31 Secara manual penyunan katalog induk memerlukan waktu
dan biaya yang banyak. Saat ini perpustakaan dapat memanfaatkan
situs yang telah terintegrasi lewat link dengan situs perpustakaan
yang ikut bekerjasama, dari link bersama tersebut dapat
memudahkan perpustakaan yang terhubung dapat salaing
mengetahui koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan yang ikut
bekerjasama.
d. Penyusunan dan penyeragaman standar
Adanya pembinaan berbagai standar untuk keseragaman dan
kemudahan komunikasi antar perpustakaan.32format formulir,
31
Hermawan, ―Pengertian Katalog Dan Katalog Induk,‖ Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Daerah Provinsi Kalimantan Timur, June 22, 2010, <https://perpustakaan.kaltimprov.go.id.> 32
I Komang Rupadha, ―Kerjasama Antar Perpustakaan : Suatu Alternatif
Mengoptimalkan Daya Pakai Koleksi Dan Layanan Perpustakaan.‖
24
peraturan katalogisasi, format data hingga penentuan biaya dan
sebagainya. Merupakan beberapa usaha kerjasama untuk
menyederhanakan prosedur kegiatan di perpustakaan. hal ini dapat
dilakukan sesuai dengan kesepakatan bersama antar perpustakaan.
e. Pembinaan SDM / tenaga pustakawan
Pengelolaan merupakan salah satu modal perpustakaan untuk dapat
memberikan layanan maksimal namun, pengelolaan ini sangat
bergantung kepada SDM perpustakaan sehingga untuk dapat
meningkatkan kinerja SDM perpustakaan yang lebih baik maka
perlu adanya pembinaan kepada SDM perpustakaan. Pembinaan
tersebut dapat dalam bentuk program pendidikan dan formal.
Program pendidikan diantanya penataran, seminar, loka karya,
magang, pendidikan formal, maupun peminjaman SDM
perpustakaan kepada perpustakaan yang membutuhkan.
Sarana penunjang tersebut beberapa diantaranya tidak relevan
untuk dapat dilakukan pada saat ini, dengan semakin berkembangnya
teknologi dan informasi akan membuat kerjasama menjadi lebih sederhana
dengan menyesuaikan kebutuhan dari perpustakaan tersebut, terkadang
kerjasama yang dilakukan hanya dengan menggunakan sistem jaringan
agar saling terhubung bagi perpustakaan yang berkerjasama, namun untuk
pembinaan SDM/ tenaga pustakawan dapat digunakan sebagai salah satu
pemerataan kompetensi bagi perpustakaan yang terlibat.
25
5. Faktor Pendorong Kerjasama Perpustakaan
Kerjasama perpustakaan memiliki alasan untuk dipraktikkan. Alasan-
alasan ini menjadi faktor pendorong adanya kegiatan kerjasama
perpustakaan. Menurut Moore dan Carpenter dalam Cooperation in Action
terdapat faktor-faktor kunci yang dapat mempengaruhi kerjasama
perpustakaan, diantaranya ialah33:
a. Critical Size
Terdapat dua aspek yang pada faktor ukuran ini.Aspek pertama
ialah menyangkut jangkauan dan hubungan yang erat antar daerah
geografis, kepadatan populasi yang dilayani oleh program-program
kerjasama. Dalam keadaan geografis yang tidak saling berdekatan
meungkinkan perpustakaan untuk melakukan aktivitas kerjasama,
yang mana perpustakaan yang berada di daerah terpencil yang
memiliki keterbatasan dalam memperoleh informasi dibandingkan
dengan perpustakaan besar yang berada di tengah kota.
Dengan kegiatan kerjasama tersebut perpustakaan yang berada di
daerah terpencil setidaknya dapat terbantu dengan adanya kerjasama
dengan perpustakaan yang berada di tengah kota. kemudian aspek
yang kedua ialah skala konsorsium atau kemitraan kerja. Ketika
jumlah mitra bertambah maka perlu dibentuk unit koordinasi yang
nantinya akan memainkan fungsi manajemen yang dapat
mengembangkan kerjasama perpustakaan.
b. Source of funding
33
Stella Pilling and Stephanie Kenna, Cooperation in Action (London: Facet Publishing,
2002), 81.
26
Pada point sumber pendaan, perpustakaan perlu menyadari
bahwasanya aktivitas kerjasama berjalan bukan tanpa biaya. Kegiatan
kerjasama adalah investasi untuk dapat mengembangkan layanan
yang lebih baik. Pendaan akan menunjukkan seperti apa aktivitas
kerjasama yang dilakukan. dengan adanya pendaan akan mendorong
perpustakaan untuk melakukan kerjasama.
c. Control and management structures
Dengan semakin meningkatnya kontrol dan pengaturan struktur
berdampak pada efektifnya kegiatan kerjasama yang dilakukan. Pada
realitanya aktivitas kerjasama seringkali berjalan tanpa arahan yang
tepat. Perlu adanya mekanisasi yang yang jelas agar tujuan kerjasama
yang hendak dicapai dapat terealisasi dengan efektif dan tepat
sasaran.
d. Models of co-operation
Pada model kerjasama konvensional, kelompok perpustakaan
berkumpul untuk membentuk konsorsium untuk melakukan suatu
kegiatan atau untuk menyediakan layanan bersama. Konsorsium
biasanya dikelola oleh komite, baik dipilih oleh anggota atau dimana
masing-masing pasangan memiliki tempat yang sama. Pekerjaan
konsorsium dibagi antara anggota lebih atau kurang sama dan
masing-masing menerima manfaat yang mereka rasa sejalan dengan
biaya kontribusi yang dibuat.
27
Kemudian Menurut Rupadha terdapat beberapa faktor pendorong
terjadinya kerjasama perpustakaan diantaranya34 :
a. Adanya kemajuan di bidang IPTEK ,
Hal ini berdampak pada semakin beragamnya bentuk informasi yang
telah dipengaruhi teknologi, seperti dengan hadir ebook dan sumber
informasi online lainnya.
b. Perkembangan Lembaga Pendidikan.
Dengan semakin pesatnya lembaga pendidikan dari berbagai tingkat
dan bidang berbanding lurus semakin meningkat dan beragamnya
permintaan informasi oleh pemakai dari waktu ke waktu.
c. Kemajuan dalam Berbagai Bidang Teknologi
Dunia usaha, industri, dunia perdagangan semakin berkembang dengan
pesat, mengakibatkan adanya tuntutan peningkatan profesionalisme
indivudu untuk dapat memiliki keterampilan untuk dapat bersaing.
Sehingga literature dan bahan bacaan menjadi salah satu cara untuk
dapat meningkatkan pengembangan keterampilan.
d. Berkembangnya Teknologi Informasi dan Komunikasi (Information
and Commuication Techonology/ ICT).
Dengan semakin berkembanganya teknologi dan telekomunikasi
menjadikan kerjasama dapat dilakukan dengan mudah dan murah
e. Tuntutan Masyarakat untuk memperoleh informasi yang sama.
Informasi yang dimiliki dari setiap wilayah tidak sama, namun
kebutuhan yang sama akan informasi tersebut meuntut agar informasi
34
I Komang Rupadha, 4-5.
28
tersebut dapat tersebar merata. Kerjasama memungkinkan penghematan
fasilitas, biaya, sumber daya manusia, dan waktu.
6. Manfaat Kerjasama Perpustakaan
Salmubi menerangkan kerjasama dan resource sharing dapat
meningkatkan pemanfaatan koleksi juga kualitas layanan perpustakaan
dari hal tersebut akan berdampak pada terpenuhinya kebutuhan informasi.
selain manfaat diatas kerjasama dan resource sharing juga memberikan
manfaat kepada pihak-pihak yang terlibat diantaranya35 :
a. Perpustakaan yang terlibat dalam kerjasama dapat merumuskan
sejumlah agenda tentang arah pengembangan perpustakaan pada masa
yang akan datang (dalam bentuk rencana strategis pengembangan
perpustakaan). Upaya ini diharapkan agar perpustakaaan dapat
memenuhi tuntutan penyelenggaraan perpustakaan dengan merujuk
standar internasional.
b. Mewujudkan efisiensi dan efektivitas dalam hal pengembangan sumber
daya manusia, pengembangan dan penggunaan software perpustakaan,
dan pemanfaatan pakar perpustakaan.
c. Memungkinkan untuk melakukan pengembangan koleksi secara
kolaboratif (Colaborative Collection Development) sehingga seluruh
perpustakaan yang terlibat dalam kerjasama perpustakaan dapat
terhindar dari adanya duplikasi atau redundansi koleksi perpustakaan
(bahan pustaka) yang tidak perlu. Kegiatan ini akan memberikan
35
Salmubi, ―Pelestarian Khasanah Budaya Bangsa Lewat Kerjasama Perpustakaan Dan
Resource Sharing : Sebuah Peran Perpustakaan Nasional,‖ Perpustakaan Nasional RI, 2008,
http://www.pnri.go.id/magazine-detail.php?lang=en&id=8022, 7-8.
29
kontribusi terhadap terwujudnya efisiensi dan efektivitas penggunaan
anggaran pengembangan koleksi perpustakaan.
d. Kerjasama yang dibangun dapat melahirkan suatu Konsorsium
Perpustakaan yang sangat bermanfaat untuk melanggan electronic
collection, terutama jurnal elektronik.
e. Kerjasama yang dibangun merupakan pondasi utama untuk melakukan
peminjaman antar perpustakaan.
f. Membuka (community) akan pemanfaatan sumber-sumber informasi,
sehingga dapat mengoptimalkan peran perpustakaan untuk turut
berpartisipasi aktif dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa, akses
seluas-luasnya kepada seluruh masyarakat.
7. Syarat Kerjasama Perpustakaan
Salmubi mengutip dari Perpustakaan Nasional setidaknya ada delapan
point untuk dapat berkerjasama36 yaitu :
a. Ada visi bersama yang dicapai dari kerjasama yang dibangun
b. Ada kesepakatan berasama antara perpustakaan yang terlibat di dalam
kerjasama sebaiknya dinyatakan dalam dokumen tertulis
c. Ada komitmen bersama untuk mencapai tujuan lewat proses yang jelas
dan terbuka
d. Ada sikap menghormati dan menerima perbedaan dari seluruh
perpustakaan yang terlibat dalam kerjasama
e. Tercipta alur komunikasi yang baik.
36
Salmubi, ―Visi Pustaka : Pelestarian Khasanah Budaya Bangsa Lewat Kerjasama
Perpustakaan Dan Resource Sharing: Sebuah Peran Perpustakaan Nasional,‖ Perpustakaan
Nasional RI, 2008, http://www.pnri.go.id/magazine-detail.php?lang=en&id=8022.
30
f. Ada pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas antara
perpustakaan yang terlibat.
g. Ada mekanisme pengambilan keputusan bersama dalam rangka
mencapai tujuan bersama
h. Terbangun manajemen organisasi yang efektif.
8. Hambatan Kerjasama Perpustakaan
Berlangsungnya praktik kerjasama diamana pun pasti menemui
hambatan atau kendala didalamnya, begitu juga kerjasama dalam
perpustakaan, pasti memiliki hambatan atau kendala skala besar ataupun
kecil. Berikut hambatan yang ditemui dalam praktik kerjasama
perpustakaan menurut Gorman dan Cullen diantaranya ialah37 :
1. Keinginan untuk otonomi
2. Lingkungan yang kompetitif
3. Mengubah fokus kelembagaan
4. Kendala keuangan
Kemudian Sulistyo Basuki juga menyebutkan beberapa hambatan
kerjasama perpustakaan38yaitu :
1. Faktor bahasa
2. Biaya
37
M. P. Satija and Kanchana Dehigama, ―Role of Consortia in Library Cooperation,‖
Research Gate, n.d.,
<https://www.researchgate.net/profile/Kanchana_Dehigama/publication/296700485_Role_of_Con
sortia_in_Library_Cooperation/links/56d942cc08aee73df6cd9dcd/Role-of-Consortia-in-Library-
Cooperation.pdf?origin=publication_detail.> 38
Salmubi, ―Visi Pustaka : Pelestarian Khasanah Budaya Bangsa Lewat Kerjasama
Perpustakaan Dan Resource Sharing: Sebuah Peran Perpustakaan Nasional.‖
31
3. Sikap Perpustakaan
4. Geografi
5. Politik.
Kendala atau hambatan merupakan satu hal yang biasa terjadi
dalam kehidupan. Kegiatan apapun yang dirancang sesempurna
mungkin tidak menutup kemungkinan kendala hadir diantaranya.
Kendala dapat membuat terhambatnya kegiatan kerjasama sehingga
kegiatan tersebut dapat dihentikan atau mengalami penundaaan-
penundaan. Namun kendala juga dapat menjadi faktor bagi munculnya
solusi atau kebijakan-kebijakan baru yang lebih dinamis.
C. Kinerja Pustakawan
1. Pengertian Pustakawan
Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) sebagai organisasi yang
menghimpun para pustakawan dalam kode etiknya menyatakan bahwa
―pustakawan‖ adalah seseorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan
dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan
tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu pengetahuan, dokumentasi dan
informasi yang dimilikinya melalui pendidikan. 39
Menurut Undang-undang No. 43 Tahun 2007 pustakawan adalah
seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan
dan atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung
39
Rachman Hermawan and Zulfikar Zen, Etika Kepustakawanan : Suatu Pedekatan
Terhadap Kode Etik Pustakwan Indonesia (Jakarta: Sagung Seto, 2010) , 45
32
jawab untuk melakukan pengelolaan dan pelayanan masyarakat40. Dari
pengertian tersebut dapat disimpulkan pustakawan adalah seseorang yang
memiliki kompetensi yang diperoleh dari pendidikan dan pelatihan yang
melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan memberikan pelayanan bagi
masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu
pengetahuan, dokumentasi dan informasi.
Agar dikatakan sebagai sebuah profesi setidaknya ada sebelas point
karakteristik profesi menurut Purwono diantaranya ialah41 :
a. Keterampilan yang berdasar teoritis
Profesional diasumsikan memiliki pengetahuan teoritis yang luas serta
keterampilan yang berdasar kepada pengetahuan yang bisa diterapkan
dan dipraktikkan.
b. Memiliki asosiasi profesional
Setiap profesi pasti memiliki asosiasi profesional, hal ini untuk
meningkatkan status para anggotanya
c. Pendidikan yang ektensif
Semakin prestisius sebuah profesi, maka semakin tinggi jenjang
pendidikannya.
d. Uji kompetensi
Untuk dapat memassuki organisasi profesional terdapat suatu tes yang
untuk menguji pengetahuan teoritis.
e. Pelatihan institutional
40
Presiden Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun
2007 Tentang Perpustakaan, 2. 41
Purwono, Profesi Pustakawan Menghadapi Tantangan Perubahan, 17.
33
Ujian pelatihan institutional juga menjadi syarat agar mendapatkan
pengalaman praktis sebelum menjadi anggota penuh organisasi.
f. Lisensi
Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi lisensi
menjadi sebuah syarat bagi mereka untuk dapat dipercaya
keprofesiannya.
g. Otonomi kerja
Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan teoritis
mereka agar terhindar adanya intervensi luar
h. Kode etik
Organisasi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya dan
prosedur pendisipilinan bagi mereka yang melanggar aturan.
i. Manajemen Organisasi
Sebuah organisasi profesi harus dapat mengatur oragsasinya agar tidak
ada campur tangan dari pihak lain. Profesional diatur oleh mereka
yang lebih senior, praktisi yang dihormati, atau mereka yang
berkualifikasi tinggi.
j. Layanan publik dan altruisme
Diperolehnya penghasilan dari kerja profesinya dapat dipertahankan
selama berkaitan dengan kebutuhan publik, seperti layanan dokter
berkontribusi terhadap kebutuhan kesehatan masyarakat
k. Status dan imbalan yang tinggi
34
Profesi yang tinggi akan mendapat status yang tinggi, prestise dan
imabalan yang tinggi sesuai dengan kemampuan dan layanan yang
diberikan kepada masyarakat.
Dari paparan karakteristik diatas, pustakawan adalah sebuah profesi yang
diakui keberadaanya berdasarkan karakter diatas. Sebagai profesi yang diakui
keberadaanya, tentunya pustakawan memiliki kode etik, Secara etimologis
kode etik terdiri dari kata kode dan etik. Dalam bahasa inggris terdapat
berbagai makna dari kata ―code‖ di antaranya; a) tingkah laku, perilaku
(behavior), yaitu sejumlah aturan yang mengatakan bagaimana orang
berperilaku dalam hidupnya atau dalam situasi tertentu; b) peraturan atau
undang-undang (rules/law) sedangkan, kata Etik (ethick) dalam bentuk
tunggal memiliki makna sebagai suatu gagasan umum atau kepercayaan yang
mempengaruhi perilaku dan sikap masyarakat (people’s behavior and
attitudes).42 Kemudian, batasan kode etik menurut Suseno adalah pedoman
atau pegangan yang ditaati dan diperlakukan oleh para anggota profesi agar
kepercayaan para klien tidak disalahgunakan 43.
Pustakawan sebagai agent of information juga dituntut untuk mengambil
peran sesuai dengan kebutuhan instansi tempatnya bekerja, misalnya saja di
perpustakaan sekolah, tidak hanya melayani kebutuhan informasi para siswa/I
namun pustakawan juga dapat menjadi guru di perpustakaan tersebut. Sama
halnya di perpustakaan khusus pustakawan juga dapat menjadi seorang
42
Rachman Hermawan and Zulfikar Zen, 80. 43
Frans Magnis Suseno, Etika Sosial (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1989) , 37.
35
peneliti pada bidang keilmuan dari lembaga tersebut, dari peran tersebut
kemudian dirinci sebagai berikut44 :
a. Edukator
Sebagai edukator (pendidik), pustakawan dalam melaksanakan
tugasnya harus berfungsi dan berjiwa sebagai pendidik. Sebagai
pendidik, pustakawan harus melaksanakan fungsi pendidikan yaitu
mendidik, mengajar dan melatih.
b. Manajer
Pada hakikatnya pustakawan adalah “manajer informasi”yang
mengelola pada satu sisi, dengan pengguna informasi pada sisi lain.
sebagai manajer pustakawan harus mempuanyai jiwa kepemimpinan,
kemampuan memimpin, dan menggerakkan, serta mampu bertindak
sebagai koordinator dan integrator dalam melaksanakannya tugasnya
sehari-hari. Untuk dapat mendukung visi dan misi lembaga
pustakawan mengoptimalkan semua sumber daya, yakni sumber daya
informasi, dana, termasuk sarana dan prasarana yang ada di
perpustakaan. selain itu, pustakawan juga harus mampu menjembatani
antara para generalis dan speasialis, serta para politisi dengan para
profesional.
c. Administrator
Sebagai administrator pustakawan harus mampu menyusun,
melaksanakan, mengevaluasi, program perpustakaan, serta dapat
36
melakukan analisis atas hasil yang telah dicapai, kemudian melakukan
upaya-upaya perbaikan untuk hasil yang lebih baik.
d. Supervisor
Sebagai supervisor pustakawan harus (a) dapat melaksanakan
pembinaan professional, untuk mengembangkan jiwa kesatuan dan
persatuan antar sesama pustakawan, sehingga dapat menumbuhkan dan
peningkatan semangat kerja, dan kebersamaan; (b) dapat
meningkatkan prestasi, pengerahuan dan keterampilan, baik rekan-
rekan sejawat maupun masyarakat pengguna yang dilayaninya; (c)
mempunyai wawasan yang luas, pandangan jauh kedepan, memahami
beban kerja, hambatan-hambatan, serta bersikap sabar, tetapi tegas,
adil, obyektif dalam melaksanakan tugasnya; (d) mampu
berkoordinasi, baik dengan sesama pustakawan dan para pembinanya,
sehingga dapat meningkatkan kinerja unit organisasinya.
Kompetensi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna
kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan) sesuatu.
Menurut Bambang Supriyo Utomo mengatakan bahwa kompentensi
adalah kemampuan, pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai, perilaku, dan
karakteristik seseorang yang diperlukan untuk melakasanakan pekerjaan
tertentu dengan tingkat kesuksesan secara optimal.45 secara umum
kompetensi merupakan sebuah tolak ukur untuk menilai kemampuan diri
yang akan mencerminkan seberapa besar profesionalitas seseorang.
45
Rachman Hermawan and Zulfikar Zen, Etika Kepustakawanan : Suatu Pedekatan
Terhadap Kode Etik Pustakwan Indonesia, 177.
37
2. Kinerja Pustakawan
a. Pengertian kinerja
Kinerja dapat diartikan sebagai performance yakni hasil kerja atau
prestasi kerja. Kinerja memiliki arti yang tidak hanya sebatas hasil atau
prestasi kerja. Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil
yang dicapai dari pekerjaan tersebut.46 Menurut Amstrong dan Baron
dalam Wibowo kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai
hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen
dan memberikan kontribusi ekonomi.47
Kinerja juga dapat dikatakatakan hasil kerja yang dapat dicapai
seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya
mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar
hukum dan sesuai dengan moral ataupun etika.
46
Wibowo, Manajemen Kinerja, Edisi Ketiga (Jakarta: Rajawali Pers, 2012)., 2. 47
Wibowo, 3.
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah cara untuk melakukan penelitian, cara ini terdiri
atas prosedur yang sistemis dan terawasi. Untuk dapat menemukan hasil dari
penelitian yang dilakukan seorang peneliti harus mengetahui macam cara atau
metode yang sesuai dengan penelitian yang diambil.
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan inilah adalah jenis penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah metode penelitian
yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai
lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan),
analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekanakan makna daripada generalisasi.48 Penentuan informan yang
dilakukan secara Purposive Sampling.
Tipe penelitian yang digunakan adalah studi kasus yakni merupakan tipe
penelitian untuk dapat memahami latar belakang suatu persoalan, atau
interaksi individu, di dalam suatu unit sosial atau mengenai suatu kelompok
individu secara mendalam, utuh, holistik, intensif, dan naturalistik.49 studi
48
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2010), 1. 49
Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kulaitatif, Dan Gabungan (Jakarta:
Kencana, n.d.) , 338.
39
kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang
subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu.50
Tipe studi kasus dapat dibedakan berdasarkan ukuran batasan dari kasus
tersebut, misalnya apakah kasus tersebut melibatkan satu individu, beberapa
instrumental, studi kasus kolektif atau majemuk dan studi kasus instrinsik.
Tipe studi kasus yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus
jamak (Multiple Study Case) yaitu sebuah penelitian dengan menggunakan
kasus yang banyak. studi kasus jamak ini dipilih untuk dapat menjelaskan
benang merah diantara beberapa kasus yang diteliti.
Menurut Cresswell mengutip pendapat Stakes dan Yin terdapat beberapa
prosedur pelaksanaan studi kasus diantaranya ialah51 :
1. Peneliti perlu mengetahui dan memperkirakan apakah penelitiannya
cocok dengan menggunakan studi kasus. Studi kasus dapat digunakan
saat peneliti ingin mendalami kasus atau perbandingan dari beberapa
kasus.
2. Peneliti penting untuk mengidentifikasi sebuah data beberapa kasus.
Pada tahap ini peneliti perlu mempertimbangkan seperti apa tipe studi
kasus yang tepat bagi penelitiannya. Kasusnya dapat tunggal atau
kolektif, multi-situs atau dalam-situs, dan berfokus pada satu kasus atau
pada satu masalah (intrinsik instrumental)
3. Penelitian studi kasus dalam pengumpulan data biasanya meluas.
Terdapat beberapa jenis informasi yang dapat ditunjukkan seperti
50
Danu Eko Agustinova, Memahami Metode Penelitian Kualitatif : Teori Dan Praktik
(Yogyakarta: Calpulis, 2015), 59. 51
John W. Creswell, Penelitian Kualitatif Dan Desain Riset, Edisi 3 (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2013).
40
dokumen, rekaman, arsip, wawancara, pengamatan langsung,
pengamatan partisipan, dan artefak fisik.
4. Tipe analisis data dapat berupa analisis holistik dari keseluruhan kasus
atau analisis melekat dari salah satu aspek dari kasus tersebut. melalui
pengumpulan data ini, deskripsi detail tentang kasus tersebut muncul
dimana peneliti memperinci berbagai aspek seperti sejarah kasus
tersebut, kronologi peristiwanya, atau perkembangan kasus tersebut hari
demi hari.
5. Pada tahap akhir ini, peneliti melaporkan makna dari kasus hasil
penelitian. Dari hasil penafsiran tersebut peneliti dapat mengetahui
makna yang didapat datang dari pembelajaran kasus tersebut (kasus
instrumental) atau dari hasil pembelajaran tentang situasi yang tidak
biasa (kasus intrinsik).
B. Kriteria Informan
Informan adalah orang yang diwawancarai sebagai narasumber yang dapat
memberikan informasi yang dibutuhkan. Penentuan informan dilakukan
dengan cara Purposive Sampling yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan
tertentu52. Adapun kriterian informan dalam penelitian ini adalah pustakawan
yang terlibat dalam kegiatan kerjasama antar perpustakaan IPDN dan
mengetahui dan memahami perpustakaan yang dikelolanya. Informan terbagi
menjadia tiga yaitu : (1) Informan kunci adalah mereka yang mengetahui dan
memahami berbagai informasi pokok yang diperlukan penelitian; (2) informan
52
Andi Prastowo, Metode Penelitian Kaulitiatif Dalam Perspektif Rancangan Penetian
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2002), 195.
41
utama adalah mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang
diteliti; (3) informan tambahan, adalah mereka yang dapat memberikan
informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang
diteliti.53 Informan kunci merupakan salah satu faktor penting dalam
keberhasilan studi kasus. Informan kunci tak hanya bisa memberi keterangan
tentang suatu kepada peneliti tetapi juga bisa memberi saran tentang sumber-
sumber bukti lain yang menudukung-serta menciptakan akases terhadap
sumber yang bersangkutan.54 Selanjutnya, Informan kunci dari penelitian ini
disebutkan pada tabel berikut :
3.1 Daftar Nama Informan
No. Nama Jabatan
1. Eti Sumiati, S.Sos, MM
Pustakawan Madya Pusat
Perpustakaan IPDN Kampus
Jatinangor
2.
Annisa Rahmadanita, S.IP, M.Tr.IP
Pustakawan Pertama Pusat
Perpustakaan IPDN Kampus
Jatinangor
3. Rusminarti, S.Pd. Kepala Perpustakaan IPDN
Kampus Jakarta
4. Mike Oktaviani, A.Md. Pustakawan Perpustakaan IPDN
Kampus Sumatera Barat
C. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan salah satu langkah awal dalam
menguraikan data yang didapat untuk bisa ditemukan substansi dari data yang
53
Bagong Suyanto, Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan (Jakarta:
Peranada Media, 2005), 171. 54
Robert K. Yin, Studi Kasus : Desain Dan Metode (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2000),109.
42
telah didapat. Sehingga dalam tahap ini seorang peneliti perlu berhati-hati
dalam melakukan pengumpulan data, agar data yang telah didapat tidak
tercecer dan menimbulkan pekerjaan tambahan dikemudian hari. Dalam
penelitian studi kasus terdapat enam sumber bukti berlainan diantaranya ialah
dokumen, rekaman arsip, wawancara, pengamatan langsung, obeservasi
Partisipan, dan perangkat-perangkat fisik55.data yang digunakan dalam
penelitian ini diantaranya :
1. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan sebuah teknik pengumpulan
data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal
yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda,
waktu, peristiwa, tujuan, dan perasaan56
. Observasi ini dilakukan di Pusat
Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor dan Perpustakaan IPDN Kampus
Jakarta. Observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi
terus terang atau tersamar. Observasi terus terang atau tersamar ini adalah
observasi yang mana seorang peneliti menunjukkan keterus terangannya
kepada narasumber bahwa ia sedang melakukan penelitian.57
Pada
penelitian ini, Penulis berterus terang kepada Pustakawan Pusat
Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor dan Pustakawan IPDN Kampus
Jakarta bahwa penulis melakukan penelitian, yang kemudian penulis
mencoba mengobservasi sarana-sarana penunjang kerjasama, pustakawan-
55
Robert K. Yin, Studi Kasus : Desain Dan Metode (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2000),101. 56
M. Djunaidi Ghony and Fauzan Almansyur, Metodologi Penelitian Kualitatif, Revisi
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), 165. 57
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuatitatif, Kualitatif Dan R&D
(Bandung: Alfabeta, 2011).
43
pustakawan yang ada di perpustakaan tersebut dan kemudian
menggabungkannya dengan hasil wawancara yang didapat.
2. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan
ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam
suatu topik tertentu.58 Wawancara ini dilakukan kepada empat informan
agar mendapat informasi yang sesuai dari permasalahan yang diangkat.
empat informan tersebut diantaranya adalah Ibu Eti selaku Pustakwan
Madya IPDN Kampus Jatinangor, Ibu Annisa selaku Pustakwan pertama
IPDN Kampus Jatinangor, Ibu Rusminarti selaku Kepala Perpustakaan
IPDN Kampus Jakarta, dan Ibu Mike selaku Staff Perpustakaan IPDN
Kampus Sumatera Barat melalui wawancara telepon.
3. Analisis Dokumen
Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara mempelajari dokumen
atau literatur terkait dengan penelitian ini dapat berupa teori dan konsep
dari para ahli, hasil penelitian terdahulu yang dapat diperoleh dari buku,
jurnal, artikel, laporan penelitian dan sejenisnya yang dapat membantu
peneliti dalam menyusun kebutuhan penelitian serta memberikan landasan
pada pembahasan penelitian.
58
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif., 72.
44
D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Setelah data telah diperoleh, peneliti kemudian mengolah data tersebut
dengan Analisis data. Analisis data penelitian kualitatif dilakukan dengan
mengorganisasikan data, menjabarkannya dalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang akan
dikaji dimulai sejak sebelum peneliti memasuki lapangan, dilanjutkan pada
saat peneliti berada di lapangan secara interaktif dan berlangsung terus
menerus sampai tuntas sehingga datanya jenuh. 59 analisis data adalah proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola. Kategori, dan satuan
uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotetsis
kerja seperti yang disarankan oleh data. Langkah-langkah untuk menganalisis
data tersebut diantaranya :
1. Reduksi Data
Sebuah proses pencatatan yang rinci, pengelompokkan, pemilihan
berdasarkan pada fokus bahasan serta membuang hal-hal yang tidak perlu
agar didapatkan gambaran yang lebih jelas.
2. Penyajian data
Setelah mereduksi data, pada tahap ini peneliti melakukan analisis dengan
cara memaknai data yang telah didapatkan beradasarkan teori yang telah
disusun. penyajian data ini dalam bentuk teks yang bersifat naratif.
3. Penarikan kesimpulan
Setelah data disajikan dengan tuntas, peneliti selanjutnya menarik
kesimpulan bersarkan rumusan masalah yang dibangun.
59
Danu Eko Agustinova, Memahami Metode Penelitian Kualitatif : Teori Dan Praktik.63.
45
E. Jadwal Penelitian
3.2 Jadwal Penelitian
No Kegiatan 2018/2019
Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr
1. Observasi Pertama
2. Penyusunan Proposal
3. Seminar Proposal Skripsi
4. Bimbingan Skripsi
5. Penelitian Skripsi
Observasi
Wawancara
Dokumentasi
6. Penyusunan Skripsi
7. Pengajuan Sidang Skripsi
8. Sidang Skripsi
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Objek Penelitian
Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 2004 tentang
Penggabungan Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri ke dalam Institut
Ilmu Pemerintahan menjadi IPDN, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Statuta Institut Pemerintahan Dalam Negeri
dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2009 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Institut Pemerintahan Dalam Negeri60.
Dari peraturan tersebut menerangkan bahwa IPDN merupakan salah satu
komponen di lingkungan Kementerian Dalam Negeri yang melaksanakan
tugas menyelenggarakan pendidikan tinggi kepamongprajaan. Dengan
kebutuhan untuk mendirikan beberapa kampus di daerah di Indonesia, untuk
itu sebagai salah satu unit yang dapat menyukseskan tujuan Tri Dharma
perguruan tinggi khususnya pendidikan kepamongprajaan, Perpustakaan
IPDN ikut serta tersebar di kampus-kampus daerah untuk membantu
menyukseskan Tri Dharma di Institut Pemerintahan Dalam Negeri.
Pada penelitian ini Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor dipilih
karena sebagai pembina bagi perpustakaan IPDN lainnya. Perpustakaan IPDN
Kampus Daerah yang direkomendasikan oleh Bu Eti selaku Pustakawan
Madya Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor adalah Perpustakaan
60
https://id.wikipedia.org/wiki/Institut_Pemerintahan_Dalam_Negeri diakses pada 20
Januari 2019 pukul 13:18 WIB
47
IPDN Kampus Nusa Tenggara Barat, Perpustakaan Kampus Sumatera Barat,
dan Perpustakaan Kampus Sulawesi Selatan. Beliau merekomendasikan tiga
perpustakaan tersebut karena perpustakaan tersebut telah memiliki SDM
Perpustakaan.
Kemudian untuk perpustakaan kampus daerah yang berhasil diwawancarai
adalah dari Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta dan Perpustakaan IPDN
Kampus Sumatera Barat. Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta memiliki lokasi
yang mudah untuk dijangkau oleh penulis, sedangkan kampus Sumatera Barat
memiliki pustakawan yang responsive sehingga dapat berbagi informasi
dengan penulis melalui wawancara lewat telepon dikarenakan jarak yang
cukup jauh.
Perpustakaan Kampus Daerah yang belum bisa untuk dihubungi
diantaranya Perpustakaan IPDN Kampus Sulawesi Utara di Kabupaten
Minahasa, Perpustakaan IPDN Kampus Sulawesi Selatan di Kabupaten Gowa,
Perpustakaan IPDN Kampus Nusa Tenggara Barat di Kabupaten Lombok
Tengah, Perpustakaan IPDN Kampus Kalimantan Barat di Kabupaten Kubu
Raya dan Perpustakaan IPDN Kampus Papua di Kabupaten Jayapura. Sehingga
informan pada penelitian ini berasal dari 3 kampus dari 8 jumlah perpustakaan
IPDN yang tersebar di Indonesia.
1. Profil Pusat Perpustakaan IPDN Jatinangor 61
Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor terletak di Jl. Raya
Bandung-Sumedang Km. 20 Jatinangor, Sumedang. Pusat Perpustakaan
61
Eti Sumiati, Pustakawan Madya Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor
(Sumedang: Wawancara, 2019).
48
IPDN Kampus Jatinangor berdiri pada bangunan seluas 400 m2 yang
terdiri dari dua lantai dengan fasilitas ruang membaca, ruang
penelusuran E-Journal dan E-Book, layanan laporan akhir dan ruang
multimedia. Memiliki kurang lebih 20 pustakawan. Pada tahun 2004
Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor mendapat bantuan dari World
Bank berupa bantuan peralatan penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) di lingkungan perpustakaan. Jenis koleksi yang dimiliki
diantaranya adalah buku, jurnal, karya ilmiah, seri pengetahuan dalam
bentuk DVD, E-Book, E-Journal, novel serta koleksi dan penyediaan
fasilitas lainnya.
Kemudian pada tahun tahun 2005, perpustakaan IPDN ditingkatkan
statusnya sebagai e-library. Perpustakaan ini memiliki koleksi kurang
lebih 7000 judul dengan jumlah sekitar 35.402 eksemplar. Selain
Perpustakaan Kampus Jakarta dan Daerah, Perpustakaan ini juga
membawahi tiga perpustakaan yang ada di IPDN Kampus Jatinangor,
diantaranya Perpustakaan Pasca Sarjana, Perpustakaan Fakultas
Manajemen Pemerintahan, dan Perpustakaan Fakultas Politik
Pemerintahan.
49
a. Struktur Pusat Perpustakaan IPDN Jatinangor
Gambar 4.1 Struktur Perpustakaan Pusat
b. Visi dan Misi Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor
Visi Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor adalah :
Menjadi pusat pengelola dan penyebaran informasi yang berbasis
teknologi informasi guna mendukung pelaksanaan pengajaran,
Kepala Unit Perpustakaan
Jaringan, Website dan Database
Perawatan TI dan Desain Web
Perawatan Bahan Pustaka Digital
Pengadaan Bahan Pustaka Digital
Pelayanan dan Pengadaan serta Pengolahan Bahan Pustaka
Koleksi Majalah Dan Jurnal serta Terbitan
Berkala
Koleksi Dokumen Dan Karya Ilmiah
Referensi
Sirkulasi dan Keanggotaan
Pengadaan dan pengolahan
Tata Usaha
1. Kepegawaian
2. Keuangan
3. Administrasi Umum
50
penelitian, dan pengabdian masyarakat serta pengembangan ilmu
dan terapan pemerintah.
Untuk mencapai visi tersebut maka misi Perpustakaan IPDN Kampus
Jatinangor diantaranya:
1) Meningkatkan kemampuan mengelola dan menyebarkan informasi
guna mendukung kebutuhan informasi bagi civitas akademika di
IPDN.
2) meningkatkan kemampuan mengelola dan menyebarkan informasi
atas kekayaan ilmiah yang dimiliki oleh IPDN
3) Menunjang sistem jaringan informasi baik di antara perpustakaan
perguruan tinggi atau perpustakaan lain di tingkat regional, nasional
dan internasional
4) Mengelola dan menyebarkan informasi tentang perkembangan ilmu
pemerintahan dan penerapannya khusus di lingkungan pemerintahan
daerah dan pemerintah pusat.
c. Tujuan Perpustakaan IPDN
Adapun tujuan dari Perpustakaan IPDN, yaitu :
1) Menyediakan dan mengupayakan ketersediaan akses informasi yang
mendukung proses belajar-mengajar, peneitian dan pengabdian
masyarakat dengan memanfaatkan kemampuan teknologi informasi
2) Mendokumentasikan dan menyebarluaskan hasil sivitas akademika
dengan memanfaatkan kemampuan teknologi informasi
51
3) Mengupayakan terwujudnya jaringan informasi di lingkungan
perpustakaan perguruan tinggi atau perpustakaan lain di tingat
regional, nasional maupun internasional.
4) Mendokumentasikan dan menyebarluaskan informasi tentang
perkembangan ilmu pemerintahan dan penerapannya dengan
memanfaatkan kemampuan teknologi informasi.
d. Kedudukan dan Rincian Tugas Perpustakaan IPDN
Adapun kedudukan dan rincian tugas Perpustakaa IPDN, diantaranya:
1) Unit perpustakaan mempunyai tugas pokok melaksanakan pelayanan
perpustakaan di lingkungan IPDN berdasarkan kebijakan yang telah
ditetapkan oleh Rektor.
2) Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Unit
Perpustakaan menyelenggarakan fungsi:
a) Pelaksanaan pelayanan perpustakaan
b) Pelaksanaan penatausahaan
3) Unit perpustakaan mempunyai uraian tugas:
a) Membuat perencanaan strategik kegiatan-kegiatan perpustakaan;
b) Mengelola sumber-sumber informasi penunjang kegiatan akademik
yang ada di lingkungan IPDN;
c) Melakukan koordinasi kegiatan tata usaha perpustakaan;
d) Melakukan Koordinasi kegiatan pelayanan sirkulasi dan referensi
perpustakaan;
e) Melakukan koordinasi pengelolaan teknis kegiatan perpustakaan;
52
f) Melakukan pembinaan dan usaha pengembangan sumber daya
manusia yang terdiri dari pustakawan dan pegawai perpustakaan;
g) Mengkoordinasikan aset-aset perpustakaan;
h) Merancang, merencanakan, melaksanakan dan mengembangkan e-
library (perpustakaan digital);
i) Melaksanakan kerjasama dengan pihak-pihak terkait;
j) Melaksanakan sirkulasi peminjaman, pengembalian bahan pustaka
dan pendaftaran anggota;
k) Membuat sistem penulisan surat, laporan, pembukuan dan
inventarisasi kantor, serta sistem pengarsipan;
l) Mengatur dan melaksanakan kegiatan hubungan masyarakat;
m) Membuat statistik sirkulasi/referensi;
n) Memeriksa kelengkapan bahan pustaka;
o) Mengambil bahan koleksi yang telah rusak untuk diserahkan
kepada bagian pemeliharaan;
p) Memberikan informasi umum koleksi bahan pustaka;
q) Memberikan informasi khusus misalnya penggunaan dokumen dan
konsultasi;
r) Membantu penelusuran dokumen dan penggunaan katalog;
s) Merancang, memelihara dan mengembangkan sistem web internet
di perpustakaan;
t) Memfasilitasi pencarian bahan pustaka dan referensi melalui akses
internet;
u) Menerima kunjungan perpustakaan;
53
v) Menyelenggarakan pameran;
w) Memberikan bimbingan belajar;
x) Mengadakan bahan pustaka;
y) Menginventarisasi dan mencatat bahan pustaka;
z) Mengklasifikasikan dan mengkatalogkan bahan pustaka;
aa) Memelihara dan merawat aset-aset perpustakaan;
bb) Membuat evaluasi pelaksanaan kegiatan perpustakaan
cc) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Rektor;
dd) Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Rektor.
2. Profil Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta62
Perpustakaan ini terletak di Jl. Ampera Raya, RT.1 RW.6, Cilandak
Timur, Pasar Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota
Jakarta. Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta memiliki 5 staff
perpustakaan. Pada tahun 2019 Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta telah
menjadi unit satuan kerja di dalam IPDN Kampus Jakarta. Perpustakaan
ini memiliki 2 lantai yang dimulai dari lantai kedua, lantai kedua
merupakan tempat koleksi buku kuliah dan referensi, kemudian di lantai
ketiga adalah ruangan penyimpanan laporan akhir. Pemustaka yang
dilayani di perpustakaan ini merupakan mahasiswa S1, S2, dan S3.
Jurusan S1 yang ada di kampus ini diantaranya ialah Manajemen
Keuangan, Manajemen SDM, Manajemen Kebijakan, Manajemen
Pemerintahan dan Manajemen Pembangunan. Jumlah koleksi yang ada di
62
Rusminarti, Kepala Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta (Jakarta: Wawancara,
2019).
54
perpustakaan ini kurang lebih 3.000 judul yang berada di rak. Saat ini
Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta sedang dalam proses penghitungan
koleksi kembali. Adapun koleksi elektroniknya terintegrasi dengan situs
yang dapat diakses oleh semua Praja IPDN yaitu
http://repository.ipdn.ac.id/ yang dapat diakses di Perpustakaan IPDN
dengan menggunakan LAN (Local area Network). Namun, pada hasil
observasi yang ditemukan penelusuran Laporan akhir menggunakan Ms.
Word yang mana file tersebut dibuat berdasarkan tahun penerbitannya
terdapat tabel-tabel yang memuat daftar judul dan keterangan laporan
akhir praja. Dari informasi yang didapatkan dari Ibu Rusminarti
menjelaskan bahwa server OPAC terebut memang kadang bermasalah,
untuk mengantisipasi hal tersebut, pegawai perpustakaan mem-print out
daftar kelas subjek koleksi yang dimiliki, sehingga saat mati lampu atau
server bermasalah hasil print out tersebut dapat menjadi alternative dalam
mencari koleksi.
Subjek koleksi dari perpustakaan ini mengenai ilmu pemerintahan,
sosial, manajemen, keuangan, bahasa dan umum. Salah satu keunikan dari
Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta adalah perpustakaan ini memiliki
koleksi buku tua. Koleksi buku tua tersebut banyak dimiliki oleh
perpustakaan IPDN Kampus Jakarta karena mengingat sejarahnya bahwa
IPDN Kampus Jakarta merupakan Institut Ilmu Pemerintahan yang
merupakan cikal bakal dari STPDN dan kemudian kini menjadi IPDN.
buku-buku tua tersebut menjadi salah satu referensi berharga bagi para
dosen, karena kolesi tersebut hanya dapat ditemukan di Perpustakaan
55
IPDN Kampus Jakarta. Namun dalam penanganannya belum dilakukan
secara spesifik.
Gambar 4.2 Stuktur IPDN Kampus Jakarta
Kepala Unit Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta berada langsung
dibawah Direktur IPDN Kampus Jakarta. Gambar struktur ini merupakan
struktur pada tahun 2018, Pada tahun 2019 Perpustakaan IPDN Kampus
Jakarta telah menjadi satuan kerja.
56
3. Profil Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat63
Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat berdiri di atas tanah
seluas lebih kurang 500 M2 dengan tipe bangunan yaitu gedung komersil
yang awal mulanya ini bukanlah diperuntukkan untuk perpustakaan.
Gedung perpustakaan ini dibagi menjadi beberapa ruangan diantaranya:
ruang kepala unit, ruang pengelohan/ staff, ruang koleksi, ruang baca dan
komputerisasi, ruang koleksi cadangan, referensi, diskusi panel dan ruang
rapat.
Perpustakaan IPDN Kampus Sumbar sampai saat ini memiliki
2.336 judul dan 18.115 Eksemplar (termasuk koleksi referensi) dimana
koleksi ini termasuk pembelian, sumbangan dari berbagai pihak.
Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat di kelola oleh 1 orang kepala
unit (PNS) dan 3 orang staff (kontrak) yang berlatar belakang D3 Ilmu
Perpustakaan.
63
Mike Oktaviani, ―Kuisioner Upaya Membangun Kinerja Pustakawan Dalam
Kerjasama Internal Perpstakaan IPDN Kampus Jatinangor Dan Perpusakaan IPDN Kampus
Daerah‖ (Google Form Ratu Karima FA., February 3, 2019),
https://docs.google.com/forms/d/1w2IRCgtb_yZrRWQe6Vu7XgOZmsxs26ZyCPACSVzSfS4/edit
#responses.
57
Struktur IPDN Kampus Sumatera Barat
Gambar 4.3 Struktur IPDN Kampus Sumbar
Dalam struktur diatas, Posisi Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat
berada dibawah Direktur IPDN Kampus Sumatera Barat dan Wakil
Direktur Bidang Administrasi.
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada tahap ini penulis akan memaparkan hasil penelitian dan pembahasan
yang telah didapat dan disusun. Pada bab ini memaparkan kerjasama internal
yang dilakukan Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor, Jakarta dan Daerah
serta seperti apa upaya meningkatkan kinerja pustakawan IPDN dari kegiatan
58
kerjasama yang telah dilakukan. Adapun hasil penelitian yang diperoleh
sebagai berikut :
1. Kerjasama Internal Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor,
Jakarta, dan Daerah
a. Bentuk Kerjasama Perpustakaan
Kerjasam aperpustakaan memiliki beberapa bentuk alternatif yang
dapat dipakai sesuai dengan kebutuhan perpustakaan yang
berkerjasama. Bentuk kerjasama perpustakaan mengutip pada pendapat
Rupadha dalam artikelnya terdapat enam bentuk kerajasama. Berikut
hasil penelitian yang ditemukan penulis dari bentuk kerjasama yang
telah di praktikkan :
1) Kerjasama Pertukaran dan Redistribusi
Kerjasama pertukaran dalam pengimplementasiannya tidak
dilakukan antara Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor, Jakarta
dan Daerah. Namun untuk redistribusi untuk koleksi pernah dilakukan
oleh Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatianngor kepada beberapa
Perpustakaan IPDN Kampus Daerah, dan Perpustakaan IPDN Kampus
Daerah kepada Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor, hal ini
seperti yang dijelaskan dalam wawancaranya
“ini sifatnya sumbangan ya bukan pertukaran, kalau
sumbangannya banyak ya kita sebar ke IPDN yang lain, tapi
kalau hanya 5-10 ya tidak perlu disebar.”64
64
Eti Sumiati, Pustakawan Madya Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor.
59
Redistribusi memiliki pengertian yang sama dengan sumbangan yang
dimaksud oleh Informan ET, menurut beliau jika jumlahnya lima
hingga sepuluh hal ini tidak diredistribusi, melihat jumlahnya yang
tidak terlalu banyak untuk dapat disebar dan sebaliknya jika jumlahnya
lebih dari itu memungkinkan untuk dapat diredistribusi kepada
perpustakaan IPDN lainnya.
“Kemarin ada sempat buku-buku dari DPR ngasih sumbangan
3 dus atau 4 dus, kami bagi sama Jatinangor. Bu ini sumbangan
dari DPR tolong diambil, ya kemudian mereka ambil.”65
Seperti halnya Pusat Perpustakaan IPDN Jatinangor, Tujuan pembagian
atau redistribusi koleksi sumbangan dari DPR ini adalah untuk
menyesuaikan jumlah koleksi dengan ruang yang tersedia di
Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta mengingat, ruangan perpustakaan
tersebut terbatas. Sehingga menjadikan redistribusi sebagai salah satu
solusinya.
Selanjutnya, Perpustakaan IPDN Sumatera Barat. Kerjasama
redistribusi dilakukan karena adanya sumbangan dari Perpustakaan
pusat berupa literatur mengenai manajemen dan keuangan. Namun,
sebelum informan MI menjabat, kerjasama redistribusi juga sempat
dirasakan oleh Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat pada tahun
sekitar 2009 dan 2010 yang mana kerjasama reditribusi tersebut
dilakukan karena Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat baru
berdiri dan belum memiliki koleksi. Hal tersebut tidak dilanjutkan
karena Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat telah memiliki
65
Rusminarti, Kepala Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta.
60
anggarannya sendiri. Hal ini seperti yang dikatakan Informan MI dalam
wawancaranya :
“Selama saya disini engga ada. Kalau masalah pertukaran
koleksi, mungkin kaya literatur dikasih kesini, literatur tentang
keuangan, manajemen gitu. Tapi kalau kita mau tuker koleksi
dengan pusat kayanya belum ada sih sejauh ini. Tapi tahun
pertama IPDN Daerah baru didirikan, memang pernah ada
dikasih. Kan dulu memang baru dan belum ada koleksi, dari
Nangor kasih ke daerah ini Sumbar ada beberapa koleksi
disumbangkan dari pusat tahun-tahun dulu sebelum saya masuk
sekitar tahun 2009-2010. Karena memang belum ada anggaran
sendiri jadi disumbangkanlah buku dari nangor ke daerah.
Kalau untuk saat ini belum pernah lagi.”66
Kemudian selain dari pada sumbangan yang menjadi alasan adanya
redistribusi, terdapat salah satu alasan bentuk kerjasama ini dilakukan
yaitu ditutupnya salah satu kampus IPDN dari daerah lain, Informan ET
menjelaskan di sela wawancaranya kepada penulis :
“Yah kan gatau kalau kampus disana ditutup. Dan bukunya akan
dipindahin kesini. Iya kaya Riau kan ditutup bukunya
dikesinikan.”67
Redistribusi koleksi terjadi karena tutupnya kampus Riau yang berada
di Kabupaten Rokan Hilir, dengan tutupnya kampus tersebut juga
berimbas kepada tutupnya perpustakaan yang ada di kampus Rokan
Hilir. Koleksi yang ada di IPDN Kampus Riau tersebut dipindahkan
kepada Perpustakaan Pusat untuk disimpan dan digunakan kembali.
Berdasarkan wawancara di atas, diketahui bahwa Pusat Perpustakaan
IPDN Kampus Jatinangor dan Perpustakaan IPDN Kampus Daerah
66
Mike Oktaviani, Pustakawan Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat (Via
Cellular: Wawancara, 2019). 67
Eti Sumiati, Pustakawan Madya Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor.
61
tidak melakukan pertukaran, namun untuk kegiatan redistribusi
dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan dari koleksi yang
akan diredistribusi. Kebutuhan saat redistribusi ini adalah pada saat
Perpustakaan Pusat memiliki koleksi lebih untuk disebar, adanya
sumbangan koleksi dari lembaga lain dengan jumlah yang cukup
banyak, berdirinya perpustakaan baru di salah satu kampus yang belum
memiliki anggaran serta adanya penutupan kampus di salah satu
kampus daerah yang berimbas kepada diserahkannya koleksi tersebut
untuk disimpan dan diolah kepada Pusat Perpustakaan IPDN Kampus
Jatinangor merupakan faktor yang mendorong adanya kerjasama
redistribusi antar Perpustakaan IPDN.
Hal ini selaras dengan teori yang dikemukakan oleh Rupadha
bahwa kerjasama redistribusi adalah kerjasama yang dilakukan oleh dua
perpustakaan atau lebih dalam hal penempatan kembali buku-buku yang
tidak lagi diperlukan di suatu perpustakaan atau berlebih di suatu
perpustakaan. Kerjasama retribusi juga dapat dikaitkan dengan kegiatan
sumbangan yang dilakukan antar perpustakaan. Adanya kerjasama
redistribusi tersebut merupakan salah satu usaha Perpustakaan IPDN
dalam memaksimalkan ruang, ketersediaan koleksi serta kesiapan
dalam menghadapi kebijakan-kebijakan tidak terduga.
2) Kerjasama Pengolahan
Pada realitanya tidak semua SDM yang tersebar pada Perpustakaan
IPDN memiliki keahlian yang sama rata. Tentunya perlu ada
pendampingan dan pembinaan bagi staf perpustakaan IPDN yang baru
62
memasuki dunia ilmu perpustakaan. Kerjasama pengolahan merupakan
salah satu bentuk kerjasama yang dilakukan. Kerjasama ini dilakukan
pada beberapa Perpustakaan IPDN Kampus Daerah yang masih
memiliki kekurangan dalam tenanga SDM.
Pada wawancaranya Informan ET menjelaskan selaku salah satu
yang memberikan pendampingan bagi staf Perpustakaan IPDN bahwa
saat awal-awal berdirinya kampus IPDN di beberapa Provinsi,
Pustakawan dari Pusat Perpustakaan IPDN Jatinangor fokus
memberikan bimbingan pada bagian pengolahan koleksi elektronik,
Informan ET juga menjelaskan perpustakaan daerah mana saja yang
menjadi fokus pembinaan dalam bidang pengolahan oleh Perpustakaan
Pusat perpustakaan tersebut diantaranya ialah Perpustakaan IPDN
Kampus Kalimantan Barat dan Sulawesi Utara. Untuk kampus daerah
yang telah memiliki pustakawan yaitu IPDN Kampus Sumatera Barat,
Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat. Berikut kutipan dalam
wawancara dengan beliau :
“nah dulu, awal-awal waktu baru berdiri kaya pustakwannya di
Makassar kan sudah ada pustakawannya. Ke pengolahannya pas
kita ke daerah itu. Kita kaya ke Elektroniknya lah, kalau NTB
yang sudah ada pustakawan dulu itu, nah kita fokus ke
pengolahan itu di Kalbar, Manado, terus Sumbar dulu ada
tenaga honorer dari lulusan ilmu perpustakaan, Sumbar itu tidak
begitu ini, Cuma dikasih ini terus disamakan stambuk itu isinya
apa aja, kan perbedaan sedikit-sedikit dengan perpustakaan lain
selain IPDN, nah disamakan, nah masukin ke katalog juga
disamakan yaitu Sumbar sudah ada pustakawannya, apalagi
sekarang Pak Sodari yang kepala perpustakaanya juga sempet
diklat barengan dengan Pak Kiswanto, yang 628 jam. Beliau
ikutan jadi sudah pustakawan di Sumbar. Yang kepala
63
perpustakaannya dari pustakawan itu Sumbar, Makassar, terus
NTB.” 68
Informan AN juga menjelaskan bahwa adanya pendampingan yang
diberikan dari Pustakawan senior (yang telah memiliki pengalaman
dan pangkat lebih) Pusat Perpustakaan IPDN Jatinangor akan
mendampingi perpustakaan IPDN Daerah yang tidak memiliki SDM
yang memahami ilmu perpustakaan. Beliau juga menyebutkan bahwa
perpustakaan pusat juga pernah beberapa kali membantu pengolahan di
Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta, seperti yang dijelaskan dalam
wawancaranya :
“kalau yang Itu jadi disetiap kampus daerah yang memang
belum memiliki SDM Perpustakaan yang memadai akan
didampingi oleh si kampus pusat, tidak hanya di daerah, di
kampus cilandak (IPDN Jakarta) pun beberapa kali mengolah
untuk disana karena memang SDM nya sedikit. Jadi memang
pustakawan-pustakawan senior membimbing staf perpustakaan
disana untuk mengolah, memang yang mengerjakan kita, karena
memang SDM nya sedikit”69
Namun, menurut penuturan Informan RU Perpustakaan IPDN Kampus
Jakarta telah mengolah koleksinya sendiri dan memang tidak aturan
yang diberikan perpustakaan pusat dalam pengolahan hal tersebut tetap
menjadikan komunikasi yang baik antara Perpustakaan IPDN Kampus
Jakarta dan Perpustakaan Pusat IPDN Kampus Jatinangor dalam
penyelenggaraan kegiatan perpustakaan.
68
Eti Sumiati. 69
Annisa Rahmadanita, Pustakawan Pertama Pusat Perpustakaan IPDN Kampus
Jatinangor (Sumedang: Wawancara, 2019).
64
“Kita sebenernya bebas. Apalagi beliau juga tidak mau ikut
campur yah. Cuma kita suka koordinasi. Ini gimana ya bu
baiknya. Biasa kaya keluarga gimana ya, kan kita keluarga besar
IPDN.”70
“Kita ada dari pegawai sendiri, ini kalau ada buku pengadaan
yang baru datang itu kan berdus-dus diolah dari sini, ya memang
harusnya petugasnya disini pustakawan ya, tapi kami sudah
dilatih udah ngerti juga caranya, kami data lalu kami masukkin
ke OPAC.” 71
Sama halnya dengan Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta. Kegaiatan
pengolahan telah dilakukan mandiri oleh Perpustakaan IPDN Kampus
Sumatera Barat, hal ini juga mendukung penjelasan Informan ET
bahwa Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat telah memiliki
SDM Perpustakaan dan bukan salah satu Perpustakaan yang menjadi
fokus pendampingan oleh Pusat Perpustakaan IPDN Kampus
Jatinangor dalam hal kegiatan pengolahan.
“Kalau untuk pengolahan tidak ada. Kita sudah mengolah
sendiri. Mungkin hanya diseragamkan untuk stempel dan nomor
punggungnya harus berapa centi, capnya seperti apa. Hal-hal
yang secara fisik luar , sejauh ini itu saja.”
Kemudian, dijelaskan juga teknis kerjasama pengolahan yang
dilakukan, yang mana Pustakawan Senior dari Pusat Perpustakaan
IPDN Kampus Jatinangor datang ke Perpustakaan Daerah yang
menjadi fokus pendampingan kemudian memberikan pelatihan dalam
pengolahan bahan pustaka, setelah pustakawan tersebut selesai
70
Rusminarti, Kepala Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta. 71
Rusminarti.
65
memberikan pelatiahan dan kembali, Perpustakaan yang diberikan
pelatihan tersebut tetap diberikan pendampingan untuk memastikan
implementasi pelatihan yang diberikan telah tepat. Berikut kutipan dari
Informan AN
“Jadi untuk pengolahan bahan pustaka itu dari sini missal
perwakilan yang menguasai seperti bu Eti, pak Jajang itu ke
kampus-kampus daerah. Itu memberikan keterampilannya seperti
apa . ketika bu Eti dan Pak Jajang sudah kembali ke kampus
pusat lagi, jadi mereka sudah bisa jalan.” 72
Informan ET juga menambahkan, bahwa pendampingan tersebut tidak
terputus saat Bu Eti maupun Pak Jajang kembali ke Jatinangor, saat
staff perpustakaan daerah tersebut masih kesulitan dalam pengolahan
mereka dapat berkomunikasi lewat email agar dapat dibantu.
“Tapi tetap sih tidak dilepas, mereka itu kan bukan dari
pustakawan, pasti bisa kalau didampingi terus, barulah mereka
mengetahui perpustakaan. Mereka kalau misalkan susah sekali
mengklasifikasi buku, mereka email ke ibu, dari ibu kemudian
ibu email kan lagi kesana hasil klasifikasinya apa ini, nomornya
ini, kelasnya ini, jadi ibu emailkan aja, jadi kaya ini nih call
numbernya ibu email kan dari mereka tinggal print dan
tempel”73
Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta dalam bidang pengolahan sudah
berjalan dengan mandiri meskipun staff perpustakaan disana belum
menjadi pustakawan.
72
Annisa Rahmadanita, Pustakawan Pertama Pusat Perpustakaan IPDN Kampus
Jatinangor. 73
Eti Sumiati, Pustakawan Madya Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor.
66
3) Penyusunan dan Pengembangan Katalog Induk
Merupakan salah satu bentuk kerjasama, penyusunan katalog induk
sekaligus menjadi salah satu sarana penunjang yang dimiliki untuk
mendukung kegiatan kerjasama Pusat Perpustakaan IPDN Kampus
Jatinangor dengan Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta dan Daerah.
Katalog induk ini telah dipakai dalam wujud OPAC (Online Public
Access Catalogue) yang mana OPAC tersebut memuat seluruh koleksi
yang dimiliki oleh Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor dan
Perpustakaan IPDN Kampus Daerah. Juga OPAC tersebut memiliki
fungsi serba guna yang mana OPAC tersebut juga sebagai sarana
operasional sehari-hari yang digunakan perpustakaan IPDN dalam
memasukkan data dan pencarian koleksi. OPAC ini dapat diakses pada
elibrary.ac.id/katalog. Menurut Informan ET, OPAC tersebut memuat
koleksi dari setiap Perpustakaan IPDN, berikut penuturan beliau :
“.. Yang kalatog itu, ada tulisan cilandak maka yang keluar
koleksi yang ada di cilandak aja, kalau yang semua itu kanan ada
di atasnya kalau mau lihat.”74
Hal yang sama juga dijelaskan oleh Informan RU dalam wawancaranya
“Ini OPAC IPDN Jakarta tapi ada lokasi buku itu dari IPDN
yang lain, kadang ada dari Jatinangor, kadang adanya disini atau
di IPDN daerah lain ada yang begitu.”75
Berbeda dengan Informan MI. Menurutnya, OPAC tersebut telah
banyak tertinggal dengan banyaknya versi Slims terbaru saat ini, hal
tersebut karena OPAC tersebut memang harus berpatokan dengan pusat
74
Eti Sumiati. 75
Rusminarti, Kepala Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta.
67
sehingga perpustakaan yang dikelolanya tidak bisa mengikuti
perkembangan sistem perpustakaan dengan cepat.
“Iya OPAC, OPAC kan orang sudah jauh ya versi berapa, saya
juga kurang update juga sudah sejauh mana, pokonya masi inilah,
kan kita berpatokan sama yang dipusat.”76
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kerjasama internal yang dilakukan
oleh Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor dan IPDN Kampus
Daerah menggunakan sarana penunjang berupa penyunan katalog induk
yang memuat koleksi semua perpustakaan IPDN. Selaras dengan yang
dijelaskan oleh Rupadha dalam teorinya bahwa seiring dengan
berkembangnya teknologi komputer, pengiriman daftar pustaka dapat
dilakukan pada sebuah server, yang kemudian diolah untuk menjadi
pangkalan data, dari pangkalan data tersebut dapat dihasilkan katalog
induk gabungan dalam format, media, maupun cakupan yang
dikehendaki hingga dapat memudahkan perpustakaan dan pengguna
dalam melokalisir suatu data bibliografis. Hal ini menjadikan OPAC
yang dipakai perpustakaan IPDN berperan sebagai pangkalan data
induk yg dikelola servernya oleh Pusat Perpustakaan IPDN Kampus
Jatinangor. Namun, menurut Informan MI masih adanya kekurangan
pada katalog induk yang dipakai saat ini, karena dari segi sistem belum
memakai versi terbaru, hal ini menunjukkan adanya kekurangan dalam
OPAC tersebut.
76
Mike Oktaviani, Pustakawan Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat.
68
4) Kerjasama Penyediaan Fasilitas
Pada praktiknya kerjasama penyediaan fasilitas dilakukan oleh
Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor, Jakarta dan Daerah. Salah satu
bentuknya adalah menyediakan koleksi elektronik untuk dapat diakses
tidak hanya oleh praja yang ada di Jatinangor namun juga oleh praja
IPDN Jakarta dan Daerah. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Informan
ET dan RU :
“Ada, kalau buku tidak ada di daerah bisa dari pusat, E-Journal
E-Book bisa diakses di daerah.”77
Berdasarkan informasi dari Inforan ET bahwa perpustakaan pusat juga
menyiapkan situs yang memuat E-Book dan E-Journal yang telah
dilanggan pada salah satu situsnya yaitu
https://sites.google.com/a/ipdn.ac.id/perpustakaan-ipdn/home. selain E-
Resorces, Praja maupun dosen dari kampus yang berbeda dapat
meminja koleksi di perpustakaan IPDN yang ada didaerah lain. Hal ini
sesuai dengan teori kerjasama perpustakaan yang dijelaskan oleh
Rupadha bahwa perpustakaan bersepakat bahwa koleksi mereka terbuka
bagi perpustakaan lainnya. Perpustakaan yang memberikan penyediaan
fasilitas dapat memberikan jasa berupa penelusuran, informasi kilat,
penggunaan mesin fotokopi, dan tidak membuka kesempatan untuk
meminjam.
77
Eti Sumiati, Pustakawan Madya Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor.
69
5) Kerjasama Pemberian Jasa dan Informasi
Perpustakaan IPDN juga melakukan kerjasama pemberian jasa dan
informasi. Kerjasama ini dilakukan dalam bantuan tenaga SDM dan
adanya sosialisasi mengenai hal-hal yang baru pada kebijakan
perpustakaan IPDN. Seperti yang dijelaskan oleh Informan ET bahwa
jika ada kesulitan dari Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta dan Daerah
maka Pustakawan dari perpustakaan pusat akan datang dan membantu
kesulitan tersebut. Kesulitan-kesulitan yang sering dirasakan adalah
dalam hal pengolahan dan jaringan yang bermasalah untuk itu,
pustakawan dan tenaga ahli dari perpustakaan pusat datang. Berikut
kutipan dari Informan ET :
“Kalau disana lagi ada kesulitan bisa kita bantu untuk
datangkan.”78
Selaras dengan Informan RU, bahwasanya Perpustakaan IPDN Kampus
Jakarta selalu berkoordinasi bila ada hal-hal membutuhkan masukkan
dari pusat juga pustakawan perpustakaan pusat akan hadir bilamana ada
kesulitan yang kiranya perlu dibantu tenaga perpustakaan pusat. Hal ini
seperti yang dikutip dalam wawancara dengan Informan RU :
“Kita kalau ada apapun selalu koordinasi, kalau ada apa-apa
dari Nangor selalu datang gitu.”79
Selain karena adanya kesulitan, hadirnya pustakawan pusat ke
perpustakaan daerah juga karena adanya sosialisasi yang perlu
disampaikan. Sosialisasi ini meliputi cara dalam pemanfaatan Ebook, E-
78
Eti Sumiati. 79
Rusminarti, Kepala Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta.
70
Journal dan Aplikasi Turnitin yang telah dilanggan oleh Perpustakaan
IPDN. Berikut penuturan Informan AN :
“Nah Kalau untuk E-book E-journal ada dari pihak ketiga ikut
datang ke kampus daerah didampingi oleh pustakawan yang
disini. Jadi bergantian 2-3 orang, memberikan paparan,
pemberian materi dan bimbingan, misalnya kaya aplikasi
Turnitin ya bu, itu kan langsung praktek ya nah itu langsung
diberitahu nih ini kaya gimana terus kaya gitu sih kalau di
kampus daerah bentuk kerjasamanya.”80
Dalam kerjasama pemberian jasa dan informasi meliputi dua bentuk
yaitu adanya bantuan tenaga SDM dari Pusat Perpustakaan IPDN
Kampus Jatinangor dan pemberian sosialisasi kepada Perpustakaan
IPDN Kampus Jakarta dan Daerah ketika ada hal-hal baru untuk
dipraktekkan di perpustakaan-perpustakaan unit tersebut. Hal ini sesuai
dengan yang dijelaskan oleh Rupadha bahwa kerjasama pemberian jasa
dan informasi adalah dua perpustakaan atau lebih yang bersepakat
untuk melakukan pemberian jasa dan informasi. Bentuknya seperti
pinjam antar perpustakaan, jasa penelusuran informasi, dan jasa
fotokopi. Kerjasama ini melibatkan semua sumber daya, dan tidak
terbatas hanya pada pinjam antar perpustakaan saja.
Apa yang dijelaskan Rupadha juga menyebutkan ―melibatkan
semua sumber daya‖ artinya sumber daya berupa manusia juga menjadi
salah satu dari pemberian jasa keterampilan dalam membantu kesulitan
perpustakaan yang membutuhkan. Kemudian sosialisasi ke
Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta dan Daerah juga menunjukkan
80
Annisa Rahmadanita, Pustakawan Pertama Pusat Perpustakaan IPDN Kampus
Jatinangor.
71
adanya pemberian informasi mengenai hal-hal baru yang dapat
diterapkan di Perpustakaannya masing-masing. Dengan begitu, dapat
dikatakan perpustakaan IPDN telah melakukan bentuk kerjasama
pemberian jasa dan informasi.
Bentuk kerjasama internal yang tidak dilakukan yaitu kerjasama
pengadaan, kerjasama pertukaran, dan kerjasama penyediaan fasilitas.
Sedangkan, untuk bentuk kerjasama yang dilakukan oleh perpustakaan
IPDN antara lain adalah kerjasama pengolahan, kerjasama redistribusi,
kerjasama penyunan katalog induk, dan kerjasama pemeberian jasa dan
informasi.
b. Sarana Penunjang Kerjasama
Sarana penunjang kerjasama merupakan alat dalam berbagai
bentuk yang dapat memudahkan dalam kegiatan kerjasama. Kegiatan
kerjasama internal antar Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatiangor
terlaksana dengan memiliki sarana penunjang tentunya. Sarana
penunjang yang dipakai dalam kegiatan kerjasama ini diantaranya ialah
penyusunan katalog induk, penyusunan dan penyeragaman standar, dan
pembinaan SDM/Tenaga Pustakawan. Berikut uraian sarana penunjang
yang dipakai dalam kegiatan kerjasama internal oleh Pusat
Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor dan Perpustakaan IPDN
Kampus Daerah sebagai berikut :
72
1) Penyusunan dan penyeragaman standar
Penyeragaman standar merupakan salah satu dari adanya kegiatan
kerjasama perpustakaan IPDN. sebagai bagian dari lembaga IPDN,
perpustakaaan pusat dan daerah yang tersebar di beberapa provinsi
tentunya perlu memiliki penyeragaman standar sehingga gerak langkah
dan koordinasi antar perpustakaan dapat seirama.
Salah satu penyeragaman standar yang dilakukan oleh Pusat
Perpustakaan Kampus IPDN Jatinangor adalah memberikan sosialisasi
mengenai E-Resources, E-Book,E-Journal, dan Turnitin. Sosialisasi ini
dilakukan oleh perwakilan dari Perpustakaan IPDN Kampus
Jatinangor dengan jumlah sekitar dua sampai tiga orang berkunjung ke
perpustakaan IPDN yang ada di daerah untuk memberikan
sosialisasinya mengenai sumber elektronik yang dimiliki perpustakaan
IPDN. Adanya sosialisasi adalah untuk menyamakan kebijakan dan
standar di tiap perpustakaan Pusat, Jakarta maupun daerah dalam hal
E-Resources dan Turnitin. Hal ini berdasarkan wawancara dengan
Informan AN :
“Lalu mungkin kalau untuk kerjasama lainnya yaitu sosialisasi,
seperti sosialisasi E-Resouces, E-book baru, E-Journal baru,
Turnitin, nah kan disini kami sudah mengembangkan Turnitin
aplikasi anti plagiarism nah, itu kenapa kenapa kampus daerah
dibutuhkan sosialisasi, seperti yang dikatakan Bu Eti supaya
sama kami dalam kebijakannya dalam pengimplementasiannya
sama, jadi ketika ada hal-hal baru juga disosialisasikan ke
kampus-kampus daerah itu.”81
Kutipan diatas juga didukung oleh Informan RU dalam wawancaranya :
81
Annisa Rahmadanita.
73
“Iya, nah kan pas Turnitin berapa persennya, penjiplakannya
itukan yang fasih kan orang sana (IPDN Jatinangor) karena
mereka pustakawan semua entar kepalanya Pak Ripto sama Mas
Bayu datang memberikan pengarahan ke dosen-dosen dulu
semua, abis itu mahasiswanya. “Oh iya mas (Mas Bayu) kita
samain aja dengan yang disana”. kita samakan formatnya dengan
di Jatinangor. Oh iya kan adek-adek kalau mau sidang harus
punya surat keterangan bebas pustaka” 82
Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta juga merasakan adanya sosialisasi
yang hadir dari Perpustakaan pusat untuk melakukan sosialisasi kepada
Praja dan Dosen di IPDN Kampus Jakarta. Selain sosialisasi di dalam
Perpustakaan, IPDN Kampus Jakarta juga menyamakan beberapa
format formulir seperti formulir bebas pustaka.
Berbeda dengan hasil wawancaran dengan Informan AN dan RU,
menurut Informan MI penyeragaman standar yang yang dilakukan
dalam kerjasama tersebut lebih kepada penyeragaman standar OPAC.
Hal tersebut karena juga ikut mempengaruhi dalam data praja yang ada
di Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat. Yang mana praja
tersebut berawal dari IPDN Jatinangor kemudian dikirimkan ke daerah-
daerah, distribusi praja tersebut juga beriringan dengan dikirimkannya
data-data dari perpustakaan pusat kepada perpustakaan IPDN yang ada
di daerah. Hal ini seperti pada kutipan wawancara dengan Informan MI
―Iya ada, seperti penyeragaman standar OPAC, karena memang
kita mengacu dari perkembagan disana. Kita tidak bisa sendiri,
karena memang setiap tahun prajanya disebar ke daerah dan nanti
ditarik lagi, setelah itu dari pusat yang merubah.Jadi kita nunggu
aja karena kita mengacu kepada kampus pusat. ―83
82
Rusminarti, Kepala Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta. 83
Mike Oktaviani, Pustakawan Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat.
74
Kutipan diatas juga didukung oleh Informan ET. Menurutnya,
Perpustakaan IPDN Sumatera Barat telah menyamakan stambuk dan
penginputan data koleksi milik Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera
Barat disamakan dalam katalog induk. Hal ini seperti yang disampaikan
oleh Informan ET dalam wawancaranya :
“Sumbar dulu ada tenaga honorer dari lulusan ilmu
perpustakaan, Sumbar itu tidak begitu ini, Cuma dikasih ini terus
disamakan stambuk itu isinya apa aja, kan perbedaan sedikit-
sedikit dengan perpustakaan lain selain IPDN, nah disamakan,
nah masukin ke katalog juga disamakan yaitu Sumbar sudah ada
pustakawannya, apalagi sekarang pak Sodari yang kepala
perpustakaanya juga sempet diklat barengan dengan pak
Kiswanto, yang 628 jam.”84
Dari kerjasama ini dapat disimpulkan bahwa penyeragaman standar
yang telah dilakukan oleh Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor
dan Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta serta Dearah adalah sosialisasi
pemanfaatan E-Resources, aplikasi Turnitin dan penyeragaman dalam
bidang pengolahan bahan pustaka. Hal ini telah sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Rupadha bahwa Penyusunan dan penyeragaman
standar bertujuan untuk menyederhanakan prosedur, prosedur tersebut
diantaranya adalah format formulir, peraturan katalogisasi, format data
sampai pada penentuan biaya pelayanan dan sebagainya.
2) Pembinaan SDM/ Tenaga Pustakawan
Bentuk dari pembinaan ini adalah seminar lokakarya, pelatihan,
pendidikan formal, magang, maupun peminjaman tenaga SDM bagi
perpustakaan yang membutuhkan. Perpustakaan IPDN Kampus
84
Eti Sumiati, Pustakawan Madya Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor.
75
Jatinangor dan Perpustakaan IPDN Kampus Daerah telah
menyelenggarakan dan mengikuti Pembinaan tersebut. Pembinaan
tersebut dalam bentuk pelatihan.
Kerjasama pelatihan rutin diselenggarakan oleh Pusat
Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor dan diikuti oleh Perpustakaan
IPDN Kampus Daerah. Pelatihan ini diadakan kurang lebih dua sampai
empat kali dalam setahun. Narasumber yang didatangkan berasal dari
Pustakawan IPDN Kampus Jatinangor maupun dari luar, hal ini
berdasarkan penjabaran dari narasumber Informan ET dalam
wawancaranya :
“Rutin ada pelatihan, kalau bosen narasumbernya saya, kami
undang narasumbernya juga dari Perpusnas, Perpustakaan
Daerah Jabar, dari Unpad. untuk pelatihannya setahun bisa ada
3-4 kali. Dalam setaun itu bisa kami yang kedaerah atau mereka
yang kesini keliling lah jadinya. Tapi lebih sering disini. ada
rencananya kalau ada kegiatan kita keliling perpustakaan
kampus daerah juga biar bisa saling tau kampus di daerah, biar
kita bisa lihat juga kondisi kampus daerah yang lain. ya tapi
baru rencana.”85
Menurut Informan AN, pelatihan tersebut rutin diadakan dua
sampai empat kali dalam setahun, pelatihan tersebut biasanya
mengenai pengolahan bahan pustaka. Ada rencana bahwa kegiatan
tersebut akan diadakan di di Kampus Daerah, hal itu merupakan salah
satu hal baik yang mana Perpustakaan pusat dan Jakarta dan Daerah
lain dapat melihat kondisi perpustakaan daerah lain, sehingga
pustakawan IPDN tidak hanya mengetahui Kampus Pusat, dan
85
Eti Sumiati.
76
Kampus pusat mengetahui kampus daerah tapi juga kampus daerah
dengan kampus daerah lainnya. Berikut hasil wawancara dengan
Informan AN :
“Jadi setahun itu bisa ada 2 atau 4 kali ya, selalu ada pelatihan.
pelatiahannya pelatihan Pengolahan Bahan Pustaka, untuk
mengingatkan kembali mereka cara mengolah buku itu
bagaimana dan mereka juga jadi tau kampus pusat.”86
Menurut Informan RU pelatihan yang diselenggarakan oleh
perpustakaan pusat sekitar bulan Desember, karena untuk dapat
memaksimalkan anggaran sebelum harus dikembalikan kepada
Negara. Pelatiahan tersebut biasanya diadakan dua sampai tiga kali
dalam setahun. untuk narasumber yang dihadirkan berasal dari
Perpustakaan Nasional. Berikut kutipan Informn RU :
“Pelatihan berapa ya.. tiga dalam sekali, mau masuk Desember
itu kan anggaran abis, kalau tidak abis dikembalikan ke Negara
jadi, kita gunakan di gunkan di Jatinangor untuk pelatihan-
pelatihan, karena memang di Jatinangor anggarannya besar-
besar. Pelatihannya ya tentang pustakawan semua, kadang kita
mengundang narasumber dari Perpusnas. Tiga atau dua hari
sebelumnya bulan Sepetember atau November, bisa 2 atau 3 kali
dalam setahun. Kita kalau ada apapun selalu koordinasi, kalau
ada apa-apa dari Nangor selalu datang gitu. “87
Menurut Informan MI, kerjasama internal yang paling dirasakan atau
dampaknya paling terlihat antar perpustakaan IPDN adalah pembinaan
SDM. Pembinaan tersebut meliputi dalam bentuk pelatihan.
Menurutnya pelatihan tersebut biasanya diadakan setiap dua kali atau
lebih dalam setahun oleh Pusat Perpustakaan IPDN Kampus
86
Eti Sumiati. 87
Rusminarti, Kepala Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta.
77
Jatinangor. Selain ada pelatihan bentuk pembinaan lain yang
diselenggarakan oleh Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor
adalah sosiaslisasi dan studi banding, yang mana saat studi banding
perpustakaan pusat akan mengirimkan surat undangan kepada
Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat dan IPDN Kampus
Daerah lainnya untuk dapat ikut dalam kegiatan kunjungan. Dari
informasi lain yang ditemukan penulis, kunjungan tersebut memang
pernah dilaksanakan di di Perpustakaan Universitas Negeri Yogyakarta
(UNY) dan universitas Gajah Mada (UGM) pada tahun 2013 pada
berita terkini situs perpustakaan IPDN. Hal ini seperti yang dijelaskan
oleh Informan MI :
―Iya ada. Sejauh ini hanya pelatihan, sosialisasi atau apa gitu .
pokonya masih dalam bentuk itu. Biasanya dilakukan dua kali
atau lebih dalam setahun , tergantung orang pusat mengadakan
kegiatannya berapa kali, kadang dalam bentuk ini, kunjugan
ke perpustakaan apa, nanti dibuatkan surat undangan untuk
bisa ikut itu aja. Iya ada studi banding. ―88
Berdasarkan informasi dari narasumber diatas, kerjasama
pembinaan SDM/tenaga pustakawan telah dilakukan oleh Pusat
Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor dan diiukti oleh Perpustakaan
IPDN Kampus Jakarta dan Daerah. Kerjasama ini dilakukan 2-4 kali
dalam setahun. Adapun narasumber yang mengisi kegiatan pelatihan
tersebut diantaranya berasal dari pustakawan madya Pusat
Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor, pustakawan dari ITB,
Perpustakaan Nasional, Universitas Padjajaran dan Universitas
Pendidikan Indonesia. Selain pelatihan juga terdapat bentuk lain dari
88
Mike Oktaviani, Pustakawan Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat.
78
kerjasama pembinaan SDM/tenaga pustakawan ini, yaitu sosialisasi
dan studi banding. Kerjasama ini merupakan kerjasma yang paling
terasa dampaknya oleh staf perpustakaan. Hal ini karena Pusat
Perpustakaan IPDN Jatinangor memiliki tugas sebagai Pembina bagi
Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta dan Daerah.
c. Faktor Pendorong Kerjasama
Kerjasama perpustakaan memiliki alasan untuk dipraktikkan.
Alasan-alasan ini menjadi faktor pendorong adanya kegiatan kerjasama
perpustakaan. Perpustakaan IPDN yang tersebar di beberapa daerah dan
kota tentunya berkoordinasi dengan perpustakaan induk untuk dapat
menyelaraskan langkah untuk kemajuan perpustakaan. Berikut
beberapa yang menjadi faktor pendorong dari kerjasama yang dilakukan
1) Source of Funding
Perpustakaan perlu menyadari bahwa kerjasama perpustakaan
terlaksana bukan tanpa biaya. Kegiatan kerjasama adalah investasi
untuk dapat mengembangkan layanan dengan lebih baik. Dalam
melakukan praktik kerjasama antar perpustakaan daerah dilakukan
karena telah memiliki anggaran untuk hal tersebut. Bagi Perpustakaan
IPDN Kampus Daerah dan Jakarta, mereka mendapatkan anggaran
untuk dapat hadir dalam pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh
Perpustakaan pusat yang ada di Jatinangor. Begitu juga dengan
perpustakaan pusat, bahwa mereka juga memiliki anggaran untuk
menyelenggarakan pelatihan-pelatihan bagi para pegawai Perpustakaan
79
IPDN yang ada diseluruh Indonesia. Kutipan tersebut diungkapkan oleh
Informan RU dalam wawancaranya :
“Setiap unit sudah punya anggaran, kita ada anggaran untuk
koordinasi ke Jatinangor.”89
“Pelatihan berapa ya.. tiga dalam sekali, mau masuk Desember
itu kan anggaran abis, kalau tidak abis dikembalikan ke Negara
jadi, kita gunakan di gunkan di Jatinangor untuk pelatihan-
pelatihan, karena memang di Jatinangor anggarannya besar-
besar.”90
Tersedianya anggaran merupakan salah satu faktor pendorong adanya
koordinasi antara Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor dengan
Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta dan Daerah.
2) Control and Management Structure
Control and Management Structure merupakan mekanisasi dan
kontrol yang jelas dalam dalam mengatur praktik kerjasama agar lebih
efektif dan tepat sasaran. Hadirnya praktik kerjasama juga didorong
oleh salah satu kewuajiban untuk mengontrol unit-unit perpustakaan
yang terlibat. Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor dalam hal
ini sebagi Pembina bagi Perpustakaan IPDN kampus Jakarta dan
Daerah. Untuk itu, kegiatan kerjasama merupakan sebuah kegiatan yang
didorong untuk melakukan pengecekan kegiatan layanan dan
pengolahan yang ada di perpustakaan unit-unit tersebut, apakah masih
banyak kendala ataukan sudah sesuai dengan kebijakan yang telah
ditetapkan. Sehingga, implementasi dari kebijakan tersebut dapat
89
Rusminarti, Kepala Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta. 90
Rusminarti.
80
seirama antar perpustakaan IPDN. hal ini seperti yang ditunjukkan
informan AN, RU dan MI dalam wawancaranya :
“Kalau yang itu jadi disetiap kampus daerah yang memang belum
memiliki SDM Perpustakaan yang memadai akan didampingi oleh
si kampus pusat, tidak hanya di daerah, di kampus Cilandak pun
beberapa kali mengolah untuk disana karena memang SDM nya
sedikit. Jadi memang pustakawan-pustakawan senior
membimbing staf perpustakaan disana untuk mengolah, memang
yang mengerjakan kita, karena memang SDM nya sedikit” 91
“Ya, karena kita merujuknya kesana gitu, ya ga mungkin beda
sendiri kan, karena data-data praja dari sana, dari Jatiangor
kemudian kesini, dikirim ke daerah-daerah.” 92
“Kita kalau ada apapun selalu koordinasi, kalau ada apa-apa
dari Nangor selalu datang gitu.” (Rusminarti, Selasa, 15 Januari
2019)
“Seperti yang dikatakan Bu Eti supaya sama kami dalam
kebijakannya dalam pengimplementasiannya sama, jadi ketika
ada hal-hal baru juga disosialisasikan ke kampus-kampus daerah
itu.”93
Dari beberapa kutipan diatas menjelaskan bahwa Pusat
Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor merupakan koordinator dalam
mengatur dan menetapkan kebijakan peraturan untuk perpustakaan di
IPDN. Sehingga, dalam pengimplementasiannya IPDN Kampus daerah
sebagai cabang dari kampus pusat memiliki kewajiban untuk mengikuti
instruksi serta menjalankannya dari perpustakaan kampus pusat.
Kampus pusat juga memiliki kewajiban untuk membantu kampus
daerah ketika memiliki kesulitan pada kegiatan perpustakaan di
91
Annisa Rahmadanita, Pustakawan Pertama Pusat Perpustakaan IPDN Kampus
Jatinangor. 92
Mike Oktaviani, Pustakawan Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat. 93
Annisa Rahmadanita, Pustakawan Pertama Pusat Perpustakaan IPDN Kampus
Jatinangor.
81
Kampus Daerah. Hal ini dilakukan agar adanya keseragaman standar di
antara perpustakaan Pusat dan daerah dalam pengimplementasiannya.
Sudah menjadi satu kewajiban untuk melakukan komunikasi dan
koordinasi yang mana perpustakaan pusat maupun unit telah memiliki
kewajiban dan tugas masing-masing menjalankan kebijakan yang telah
dibuat.
d. Manfaat Kerjasama Perpustakaan
Kegiatan kerjasama yang telah dilakukan tentunya memiliki
manfaat walau sedikit. Manfaat yang dirasakan oleh Pusat perpustakaan
IPDN Jatinangor adalah dengan adanya kegiatan kerjasama maka
pustakawan Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor bersiap
dalam menguasai materi untuk dapat dipresentasikan dalam pemaparan
materi yang diberikan dalam kegiatan sosialisasi dan pelatihan yang
diadakan di Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor ataupun di
beberapa Perpustakaan IPDN Kampus Daerah.
Tidak hanya Pustakawan Pusat perpustakaan IPDN Kampus
Jatinangor saja yang bersemangat belajar untuk menyampaikan materi,
namun juga peserta sosialisasi dan pelatihan juga ikut belajar untuk
dapat memahami materi yang disampakain yang diharapkan dapat
dimplementasikan di perpustakaannya masing-masing. Tidak hanya itu,
menurut penuturan Informan ET kesempatan berkunjung ke daerah juga
salah hal menyenangkan disela-sela tugas yang melekat. Serta adanya
bantuan SDM dari pustakawan pusat untuk membantu Perpustakaan
82
IPDN Daerah yang mengalami kesulitan adalah manfaat yang dirasakan
menurut penuturan Informan ET dalam wawancaranya sebagai berikut :
“Ada sih, mereka jadi belajar pengelolaan Ebook, Ejournal.
Sehingga ada semangat belajar, kesempatan jalan-jalan ke
daerah juga tidak semua orang biasa kan, serta ada
pembinaannya, kalau disana lagi ada kesulitan bisa kita bantu
untuk datangkan.”94
Selain itu, menurut Informan ET, Kerjasama adalah saling mengenalnya
pustakawan IPDN yang ada di daerah dan pusat sehingga menimbulkan
keakraban dan rasa kekeluargaan diantara para pustakawan IPDN.
“Dari Nangor, yang dari Manado, NTB, Makassar ya kita biasa
seperti itu. Memang kekeluargaannya sangat kental sekali. Baik
semua hubungannya. Kita tidak ada gap-gapan, aku dari daerah
sini kamu daerah sana, enggak. kita satu bawa almamater.”95
Berbeda halnya dengan Informan MI, menurut beliau tidak terlalu
banyak manfaat yang dirasakan dari adanya kegiatan kerjasama internal
antar perpustakaan IPDN. Hal ini juga dikarenakan IPDN Kampus
Daerah telah menjadi satuan kerja yang mana sudah dapat berdiri
sendiri dan memiliki anggarannya sendiri. Meski pun begitu, terdapat
manfaat yang dirasakan bagi Informan MI yaitu adanya pelatihan-
pelatihan dan studi banding yang diselenggarakan oleh Perpustakaan
Pusat IPDN Kampus Jatinangor. Seperti yang tunjukkan dalam
wawancaranya oleh Informan MI :
94
Eti Sumiati, Pustakawan Madya Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor. 95
Rusminarti, Kepala Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta.
83
―Manfaatnya tidak terlalu banyak ya, mungkin karena kita sudah
satker ya. Manfatnya lebih kepada adanya pelatihan-pelatihan,
studi banding seperti itu.‖96
Dari kutipan wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa manfaat
dari adanya kegiatan kerjasama antara lain yaitu menimbulkan
semangat belajar bagi pustakawan pusat dan daerah, kesempatan
berkunjung ke daerah, adanya bantuan tenaga pustakawan dari pusat
bagi perpustakaan yang mengalami kesulitan, rasa kekeluargaan yang
diantara para pegawai perpustakaan IPDN serta adanya pelatihan dan
sosialisasi yang dapat menunjang kinerja pustakawan.
e. Syarat Kerjasama Perpustakaan
Agar terlaksana dengan baik, terdapat syarat yang mengatur
mengenai kerjasama perpustakaan. Kerjasama internal ini terlaksana
karena berangkat dari tugas dan fungsi dari Pusat Perpustakaan IPDN
Kampus Jatinangor sebagai Pembina bagi Perpustakaan IPDN Kampus
Jakarta dan IPDN Kampus Daerah. Hal ini seperti dikatakan Informan
MI dalam wawancaranya :
―Secara tertulis kerjasamanya gak ada ya yang saya tau, karena
disana pusat dan disini daerah, dan otomatis kita berpatokan
kesana, gitu. Jadi kerjasamanya ya ada pelatihan, apa paling gitu
aja, kita dikirim kesana ada undangan-undangan apa gitu kan yang
membutuhkan didaerah juga, jadi kesana gitu..”97
96
Mike Oktaviani, Pustakawan Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat. 97
Mike Oktaviani.
84
Kerjasmaa internal yang dilakukan memang tidak diatur secara
tertulis, namun terlaksana karena mekanisme dan structural yang
berlaku di dalam Kampus IPDN. kerjasma internal terbangun karena
adanya tujuan bersama untuk menguatkan fungsi lembaga. Dapat
dikatakan kerjasama bila ada timbal balik antara peserta yang ada
didalamnya, hal ini juga berlaku pada kerjasama internal Pusat
Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor dan Perpustakaan IPDN
Kampus Jakarta dan Daerah yang mana, perpustakaan Pusat
Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor membutuhkan adanya respon
atau timbal balik dari Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta dan Daerah
sebagai perpustakaan yang dibina dan begitu juga perpustakaan IPDN
Kampus Jakarta dan Daerah membutuhkan Perpustakaan pusat dalam
penyediaan fasilitas, bantuan SDM, serta kegiatan pembinaan-
pembinaan yang dapat meningkatkan layanan perpustakaannya.
Menurut Salmubi, syarat kerjasama anatara lain terdapat visi
bersama, kesepakatan, komitmen, sikap saling menghormati, alur
komunikasi yang baik, manajemen organisasi yang efektif, ada
pembagian tugas dan tanggung jawab, terdapat mekanisme
pengambilan keputusan bersama. Sehingga dapat dikatakan teori ini
sesuai dengan praktik kerjasama yang dilakukan meskipun tidak
memiliki atuaran secara tertulis.
85
F. Hambatan Kerjasama Perpustakaan
Berlangsungnya praktik kerjasama diamana pun pasti menemui
hambatan atau kendala di dalamnya, begitu juga kerjasama dalam
perpustakaan, pasti memiliki hambatan atau kendala skala besar ataupun
kecil.
Hambatan yang dirasakan oleh Perpustakaan Pusat IPDN Kampus
Jatinangor dulu adalah kurangnya Sumber Daya Manusia bagi
perpustakaan daerah dan pusat, namun untuk saat ini hambatan yang lebih
dirasakan adalah kurangnya sarana dan prasarana seperti komputer, server,
dan sapras yang lain. Kurangnya anggaran membuat sarana dan prasarana
yang ada juga belum terlengkapi. Kemudian hambatan yang dirasa sebagai
kampus pusat yang sering dikunjungi oleh perpusatakaan daerah dalam
menyelenggarakan pelatihan adalah kurangnya fasilitas seperti ruangan
untuk pelatihan hal ini dirasa kurang memadai, karena ruangan yang
diapakai adalah ruangan laporan akhir mahasiswa yang karena adanya
pelatihan tersebut menjadikan ruangan laporan akhir menjadi ruangan
serbaguna . Berikut hasil wawancara dengan Informan ET :
“Hmm.. kalau dulu sih SDM ya, kalau sekarang ya anggaranya
sedikit sih belum banyak, kaya server, Sapras (Sarana dan
Prsarana), Komputer tidak ada. Yang benar-benar mah ini gedung
kalau misalkan di tempat lain perpustakaan itu punya aula khusus ya
minimal untuk 50 orang lah tapi nyaman gitu, kalau diatas ada tapi
ya itu serba guna. Nah di lantai atas ini padahal tempat pelayanan
skripsi dan laporan akhir nah tapi kadang-kadang dipakai untuk
acara pelatihan-pelatihan itu. “98
98
Eti Sumiati, Pustakawan Madya Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor.
86
Kemudian, menurut Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta, kesulitan
yang dihadapi adalah mengenai jarak, menurut Bu Rusminarti hal ini
memang menjadi kendala terlebih bagi Kampus Daerah diluar Jawa,
akomodasi untuk dapat sampai ke Jatinangor tidaklah cepat sehingga
membutuhkan waktu dan persiapan yang matang untuk menghadiri
pelatihan-pelatihan. Berikut wawancara dengan Informan RU :
“Apa yah.. karna jauh doang sih kayaknya kalau ini ya sangat-sagat
bagus sekali, hasilnya bagus. Karena kekurangan kita bisa tau, ini
oh kekurangan kelebihan kita ini, oh mereka kelebihannya ini. Jadi
kita bisa saling melihat dan mengisi. Tapi paling jarak aja yang
paling ini, karena kami kan gak pake pesawat, cuma yang didaerah
perlu pesawat untuk kesana, itu aja sih sebenarnya.” 99
Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat sendiri merasa tidak ada
hambatan yang berarti. Hanya saja menurut Informan MI, karena
perpustakanya harus menunggu instruksi dari perpustakaan pusat. Artinya
tidak banyak yang dapat dilakukan bila perpustakaan pusat belum
memberikan data praja-praja yang dikirim ke IPDN Sumatera Barat.
Sehingga mau tidak mau harus menunggu pusat, karena sistem
koordinasinya seperti itu.
―Hambatannya gaada sih saya rasa. Inikan masalahnya mahasiswa
disana mau disebar ke daerah-daerah, makanya kita bergantung
dengan pusat juga, jadi mereka juga bisa ngecek praja yang ada
disini, kan kalau disini kita pakainya NPP ya bukan NIM. nanti saat
tahun ajaran baru otomatis praja yang didaerah kan kepusat lagi ,
nanti ganti yang baru lagi nah yang baru itu kita nunggu data
dimasukkan dulu dari orang pusat berapa praja yang akan dikirim
ke daerah sumbar.‖100
99
Rusminarti, Kepala Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta. 100
Mike Oktaviani, Pustakawan Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat.
87
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hambatan yang dirasakan dalam
kegiatan kerjasama ini adalah anggaran yang masih sedikit, terbatasnya
sarana dan prasarana, jarak yang cukup jauh untuk mengikuti pelatihan-
pelatihan yang diadakan.
2. Upaya Membangun Kinerja Pustakawan Melalui Kerjasama Internal
Perpustakaan IPDN Kampus Jatinagor, Jakarta dan Daerah
Kerjasama yang dilakukan oleh Pusat Perpustakaan IPDN Jatinangor
diantaranya adalah kerjasama redistribusi koleksi dan kerjasama
pengolahan. Pada kerjasama redistribusi, perpustakaan IPDN Kampus Riau
yang tutup koleksi yang ada di perpustakaan IPDN Kampus Riau
dilimpahkan kepada perpustakaan pusat untuk kembali diolah dan
disimpan. Kemudian adanya sumbangan koleksi dari DPR RI untuk IPDN
Kampus Jakarta, sumbangan tersebut dinilai terlalu banyak untuk disimpan
di Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta sehingga koleksi sumbangan
tersebut juga dibagi kepada Perpustakaan Pusat serta dibukanya kampus
baru yang belum memiliki anggaran akan dikirim koleksi untuk
perpustakaan kampus baru tersebut oleh perpustakaan pusat.
Untuk kerjasama pengolahan, bentuk dari kerjasama ini adalah adanya
pendampingan bagi kampus yang masih terkendala dalam mengolah bahan
pustaka dan jaringan, pendampingan ini dilakukan oleh pustakawan pusat,
pendampingan ini dimulai dari memberikan keterampilan kepada staff
perpustakaan daerah yang membutuhkan dan hadir ke kampus daerah
tersebut, kemudian jika masih ada kesulitan maka pustakawan pusat
88
membantu dengan jarak jauh menggunakan email dalam memberikan
keterampilannya.
Agar dapat mendalami upaya membangun kinerja pustakwan melalui
kerjasama internal perpustakaan internal Perpustakaan IPDN Kampus
Jatinangor, Jakarta dan Daerah, berikut kinerja pustakawan yang diteliti :
a. Kinerja Pustakawan Pusat Perpustakaan IPDN Kampus
Jatinangor
Pusat perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor memiliki peran
sebagai koordinator untuk kebijakan-kebijakan kegiatan perpustakaan
di Kampus IPDN. Untuk dapat mengetahui kinerja Pusat Perpustakaan
IPDN Kampus Jatinangor, berdasarkan pengamatan penulis, maka
penulis membagi pandangan tersebut sesuai struktur yang ada di Pusat
Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor. Pusat Perpustakaan IPDN
Kampus Jatinangor terdiri dari Bidang Tata Usaha, Bidang Jaringan
Website dan Database, dan bidang Pelayanan, dan Pengadaan serta
Pengolahan. Pada bidang tersebut peneliti mengurai pada dua bidang
yang menjalankan kegiatan kepustakawanan yakni pada bidang Bidang
Jaringan, situs dan Database dan Bidang Pelayanan, Pengadaan dan
Pengolahan.
Pada bidang Jaringan, situs dan Database. Bidang ini terbagi atas
tiga komponen yaitu perawatan TI dan desain web, pengadaan bahan
pustaka digital, dan perawatan bahan pustaka digital. Pada bidang ini
telah menyediakan alamat website yang dapat diakses oleh civitas
89
akademikan IPDN dan luar, website tersebut telah memuat sumber
elektronik yang dapat menunjang kegiatan Tri Dharma perguruan tinggi
diantaranya ialah E-Jornal Proquest, Garuda Dikti, Konstitusi, DOAJ,
dan J-Stage. Untuk E-Bulletin terdapat E-Bulletin Kawasan dan
Penataan ruang. Kemudian untuk E-Book sendiri telah berlangganan
Ebsco, dan Mc Grow Hill. Untuk Laporan akhir (LA) dapat diakses di
Lantai 2 Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor dengan layanan
tertutup.
Tersedianya sumber elektronik ini kemudian juga disebar kepada
perpustakaan IPDN Kampus Daerah untuk dapat digunakan oleh semua
civitas akademika IPDN. seperti yang dijelaskan oleh Informan AN
dalam wawancaranya :
“Lalu mungkin kalau untuk kerjasama lainnya yaitu sosialisasi ,
seperti sosialisasi E-Resouces, E-book baru, E-Journal baru,
Turnitin, nah kan disini kami sudah mengembangkan Turnitin
aplikasi anti plagiarism nah itu kenapa kenapa kampus daerah
dibutuhkan sosialisasi, seperti yang dikatakan Bu Eti supaya
sama kami dalam kebijakannya dalam pengimplementasiannya
sama, jadi ketika ada hal-hal baru juga disosialisasikan ke
kampus-kampus daerah itu.” 101
Berdasarkan kutipan diatas, diketahui bahwa E-Resources seperti E-
Book, E-Journal baru telah disosialisasikan. Kemudian selain E-
Resources Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor telah berlangganan
aplikasi Turnitin. Tujuannya adalah agar dalam pengimplementasiannya
sama dengan kampus yang ada di daerah.
“Kalau untuk E-book E-journal ada dari pihak ketiga ikut datang
ke kampus daerah didampingi oleh pustakawan yang disini. Jadi
101
Annisa Rahmadanita, Pustakawan Pertama Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor.
90
bergantian 2-3 orang, memberikan paparan, pemberian materi
dan bimbingan misalnya, kaya aplikasi Turnitin ya bu, itu kan
langsung praktek ya nah itu langsung diberitahu nih ini kaya
gimana terus kaya gitu sih kalau di kampus daerah bentuk
kerjasamanya.”102
Sosialisasi E-Resoruces ini dilakukan dengan mendatangi beberapa
kampus daerah, yang mana dari pihak ketiga atau vendor yang
bekerjasama dengan perpustakaan hadir memberikan informasi
mengenai E-Resources atau aplikasi yang telah perpustakaan langgan.
Kemudian, untuk bidang Pelayanan, Pengadaan dan Pengolahan,
pada bidang ini terdiri dari beberapa bidang lagi yaitu :
“Nah memang dari kita belum ada kebijakan berapa
persentasenya minimal, Cuma alhamdulillah kita sudah
melanggan Turnitin dalam dua tahun ini, sehingga semua karya
ilmiah praja harus dicek sebelum melakukan sidang, dengan
adanya pengecekan tersebut maka praja akan mendapatkan surat
bebas pustaka sebagai syarat sidang. Misalnya 30% syarat
sidang, dibawah 50% ya rata-rata.” 103
Aplikasi Turnitin telah dilanggan dua tahun ini oleh Pusat Perpustakaan
IPDN Kampus Jatinangor, untuk mendapatkan surat bebas pustaka yang
menjadi salah satu syarat untuk sidang maka setiap praja harus
mengecek karyanya pada aplikasi Turnitin. Namun, untuk kebijakan
mengenai persentase minimal dari hasil pengecekan di apalikasi
Turnitin tersebut belum ditetapkan.
Kemudian pada bidang pelayanan, pengadaan dan pengolahan
kegiatan yang telah dilakukan dari Pusat Perpustakana IPDN Kampus
Jatinangor adalah dalam bagian sirkulasi dan keanggotaan telah 102
Annisa Rahmadanita. 103
Annisa Rahmadanita.
91
menggunakan sistem yang baik, yang mana dari sistem sirkulasi itu
dapat diketahui berapa kali setiap praja atau dosen berkunjung hal ini
dapat dilihat dari tanggal dan hari mereka pernah berkunjung.
Perpustakaan pun memberikan apresiasi kepada praja yang paling rajin
berkunjung hal ini untuk membangkitkan semangat kepada praja agar
memanfaatkan fasilitas perpustakaan dengan maksimal.
Kemudian pada pengadaan, dijelaskan alur dalam pengadaan
tersebut dalam wawancara yang dilakukan oleh penulis dan Informan
ET selaku pustakawan madya pada bidang pengolahan. Berikut
wawancaranya dengan beliau :
“Kalau untuk pengadaan, sifatnya sih kerjasama ya. Kita
mengajukan judul dengan pihak ketiga. Tapi kita tidak
mengetahui pihak ketiga yang mana karena bentuknya lelang.
Jadi kerjasamanya tidak secara langsung dengan kita tapi dengan
pihak lembaga, jadi kita dibagian pengolahan itu hanya
ngumpulin judul-judul atau survey kebutuhan pengguna
kemudian setelah kumpul oh ini uangnya 200 juta misalnya
dikurangi sedikit untuk pajak itu kita tidak tau siapa yang
memenangkan lelangnya “104
Alur pengadaan pada perpustakaan ini ialah dimulai dari
mengumpulkan judul yang dibutuhkan civitas akademika IPDN
kemudian judul tersebut akan disalurkan oleh LPSE (Layanan
Pengadaan Secara Elektronik) yang mana merupakan komponen dari
Kementerian Dalam Negeri yang nantinya akan dipilih dari LPSE siapa
pemenang dari lelang bagi pengadaan Pusat Perpustakaan IPDN
Kampus Jatinangor.
104
Eti Sumiati, Pustakawan Madya Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor
(Sumedang: Wawancara, 2019).
92
“Iya beda-beda , kalau kita selalu lelang karena diatas 200
juta.”105
Anggaran untuk pengadaan koleksi baru bagi Pusat Perpustakaan IPDN
Kampus Jatinangor adalah diatas 200 juta, sehingga dilakukan lelang
dari LPSE.
b. Kinerja Pustakawan IPDN Kampus Sumatera Barat
Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat terdiri atas seorang
kepala perpustakaan dan dua orang staff perpustakaan. Program studi
yang ada di kampus ini adalah program studi Keuangan Daerah
sehingga koleksi yang ada di perpustakaan ini kebanyakan mengenai
keuangan, pemerintahan dan hukum. Saat ini kegiatan yang dilakukan
perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat adalah pelayanan dan
pengolahan. Perpustakaan ini memiliki Kepala Perpustakaan yang
mengeyam pendidikan ilmu perpustakaan melalui diklat dan dua orang
tenaga kontrak yang berasal dari D3 Ilmu Perpustakaan. Sehingga
dalam kegiatan pengolahannya telah berjalan mandiri, seperti yang
disebutkan Informan ET dalam wawancaranya :
“Nah dulu, awal-awal waktu baru berdiri kaya pustakwannya di
Makassar kan sudah ada pustakawannya. Ke pengolahannya pas
kita ke daerah itu. Kita kaya ke Elektroniknya lah, kalau NTB
yang sudah ada pustakawan dulu itu, nah kita fokus ke
pengolahan itu di Kalbar, Manado, terus Sumbar dulu ada tenaga
honorer dari lulusan ilmu perpustakaan, Sumbar itu tidak begitu
ini, Cuma dikasih ini terus disamakan stambuk itu isinya apa aja,
kan perbedaan sedikit-sedikit dengan perpustakaan lain selain
IPDN, nah disamakan, nah masukin ke katalog juga disamakan
yaitu Sumbar sudah ada pustakawannya , apalagi sekarang pak
105 Eti Sumiati.
93
Sodari yang kepala perpustakaanya juga sempet diklat barengan
dengan pak Kiswanto, yang 628 jam. Beliau ikutan jadi sudah
pustakawan di Sumbar. Yang kepala perpustakaannya dari
pustakawan itu Sumbar, Makassar, terus NTB.” 106
Seperti yang dijelaskan dalam kutipan diatas, Kepala perpustakaan dari
IPDN Kampus Sumatera Barat telah menjadi pustakawan yang didapat
dari pelatihan yang telah diikuti. Namun, staff yang yang berada
dibawah kepala perpustakaan tersebut belum menjadi pustakawan PNS,
hal ini karena belum dilakukan pengangkatan dari Kementerian Dalam
Negeri sebagai lembaga induk dari IPDN kepada tenaga kontrak
Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat, meskipun tenaga kontrak
tersebut memiliki latar belakang ilmu perpustakaan. Hal ini seperti yang
dijelaskan oleh Informan MI sebagai salah satu informan dalam
penelitian ini dan tenaga kontrak di perpustakaan tersebut, berikut hasil
wawancaranya:
“Saya sudah mau delapan nih bulan Mei 2011 sampai sekarang,
udah aga tua juga lah disini hehe, kalau dibawah kabid saya
yang paling tua, ya sebenarnya saya masih tenaga kontrak cuman
Kemendagri sendiri tidak ada pengangkatan untuk urusan
pustakawan ya jadi begitu. Kepala unitnya pun juga bukan dari
background ilmu perpustakaan, beliau pada tahun 2013 di Jawa
Barat ikut pelatihan disana selama 3 bulan.”107
Dari kutipan diatas, menunjukkan bahwa Informan MI merupakan
tenaga kontrak atau honorer yang dimaksudkan oleh Informan ET yang
berasala dari jurusan ilmu perpustakaan. Informan MI telah bekerja
selama delapan tahun di Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat.
saat ini, Informan MI belum juga diangkat menjadi pustakawan
106
Eti Sumiati. 107
Mike Oktaviani, Pustakawan Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat.
94
padahal, beliau telah bekerja selama delapan tahun pada perpustakaan
tersebut. Hal ini dikarenakan adanya kendala bagi Tim Penilai untuk
datang ke Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat. Informasi
tersebut penulis dapatkan saat berdiskusi dengan salah satu Tim Penilai
dari Perpustakaan Kementerian Dalam Negeri Tim penilai jauh hari
sebelum wawancara dengan Informan MI. Tim Penilai merupakan salah
satu kelompok yang menilai kinerja pegawai perpustakaan yang berada
di lingkungan Kementerian Dalam Negeri yang terdiri dari beberapa
orang penilai yang berasal dari pustakawan madya IPDN Kampus
Jatinangor dan beberapa pejabat Perpustakaan Pusat Penerangan
Kementerian Dalam Negeri. Dari penilaian yang dilakukan memiliki
kriteria dalam penilaiannya dan bila sesuai dengan kriteria tersebut
maka menghasilkan kenaikan pangkat bagi pustakawan pertama dan
muda, juga staf perpustakaan yang ingin menjadi pustakawan.
c. Kinerja Pustakawan Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta
Petugas Perpustakakaan IPDN Kampus Jakarta terdiri dari 5 orang
pegawai perpustakaan. Kegiatan utama perpustakaan ini ialah
pelayanan dan pengolahan. Perpustakaan ini belum memiliki
pustakawan atau pegawai yang memliki background pendidikan ilmu
perpustakaan. Hal ini seperti yang yang dikutip dalam wawancara
dengan Informan RU sebagai berikut:
“Oh kalau saya belum Pustakawan, saya awalnya dari
Kemendagri pusat di Biro Umum baru Februari 2015 saya
pindah kesini jadi bukan dari awal. Saya pegawai negeri dari
tahun 86 . kami pindah kesini berdua sama teman dari Kabag
95
umum. Jadi memang saya belum pustakawan, dan disini
(Perpustakaan IPDN Jakarta) belum ada yang jadi Pustakawan,
nah Mba Ria ini akan jadi calon jadi pustakawan. Semoga ada
yang ngikutin jejak Mba Ria.”108
Informan RU sebelumnya adalah staff Biro Umum Kementerian
Dalam Negeri yang berada di Jakarta Pusat. Kini beliau telah lima
tahun bekerja di Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta. Belum adanya
tenaga pustakawan menjadi satu peer bagi perpustakaan dan pimpinan
untuk merealisasikannya. Meskipun begitu, Perpustakaan IPDN
Kampus Jakarta telah mengupayakan salah satu staff mudanya yaitu
Mbak Ria untuk menjadi pustakawan.
Dalam hasil observasi penulis, kondisi perpustakaan sendiri bisa
dikatakan sepi dan tidak seramai perpustakaan perguruan tinggi pada
umumnya. Salah satu alasannya sistem pendidikan IPDN adalah
boarding school yang mana kegiatan-kegiatan pembinaan disana sangat
ketat. Sehingga praja tidak memiliki banyak waktu untuk sering
berkunjung ke Perpustakaan. Hal ini kiranya sangat disayangkan.
Karena bagaimana pun juga, perpustakaan merupakan tempat untuk
memperkaya keilmuan bagi praja, sehingga perlu ada kerjasama antara
pimpinan IPDN Kampus Jakarta dan perpustakaan untuk bersinergi
menjadikan perpustakaan sebagai tempat paling nyaman untuk
menunjang keilmuan praja maupun dosen.
Kegiatan pengolahan terdiri dari pengajuan atau pengadaan buku
dan pengolahan. Kegiatan pengajuan buku seperti yang disebutkan
Informan RU dalam wawancara sebagai berikut :
108
Rusminarti, Kepala Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta.
96
“Untuk pengajuan buku memang kita sudah masing-masing ya.
Kita ada dari penerbit datang memberi kita katalog sekitar
puluhan. Kalau kita pengadaan buku yang paling awal adalah
misal ada mahasiswa mencari buku, ibu mencari buku ini, tidak
ada, kemudian menyuruh mereka untuk menuliskan judul dan
pengarangnya. Kemudian kita kumpulkan semua saran dari
mereka. Pengadaan Tahun 2018 baru mau dibuat bakod. Dulu
satu judul buku ada 10 eksemplar, sekarang kita kurangi jadi 5
karena 10 sekarang sudah terlalu banyak ya. Kita ada sekitar 375
judul. Kita kalau dananya dibawah 200 juta. Sehingga diadakan
penunjukkan, jika diatas 200 juta ada lelang. Kalau penunjukkan
itu siapa yang mau nanganin kami koordinasi, sebenernya kami
bisa langsung pilih tapi karena kami sudah erat hubungannya
dengan IPDN Jatinangor maka saya nanya ke Bu Eti,ini aja Bu
Ros aku udah pakai yang ini”109
Pada pengadaan atau pengajuan buku yang dilakukan Perpustakaan
IPDN Kampus Jakarta dilakukan dengan menunjuk rekanan, hal ini
dikarenakan anggaran bagi perpustakaan berada dibawah 200 juta.
“Kita sebenernya bebas. Apalagi beliau juga tidak mau ikut
campur yah. Cuma kita suka koordinasi. Ini gimana ya bu
baiknya. Biasa kaya keluarga gimana ya, kan kita keluarga besar
IPDN. Kami juga sudah akrab.”110
“..jadi disetiap kampus daerah yang memang belum memiliki
SDM Perpustakaan yang memadai akan didampingi oleh si
kampus pusat, tidak hanya di daerah, di kampus Cilandak pun
beberapa kali mengolah untuk disana karena memang SDM nya
sedikit. Jadi memang pustakawan-pustakawan senior
membimbing staf perpustakaan disana untuk mengolah, memang
yang mengerjakan kita, karena memang SDM nya sedikit.”111
“Kita ada dari pegawai sendiri, ini kalau ada buku pengadaan
yang baru datang itu kan berdus-dus diolah dari sini, ya memang
harusnya petugasnya disini pustakwan ya, tapi kami sudah dilatih
udah ngerti juga caranya, kami data lalu kami masukkin ke
109
Rusminarti. 110
Rusminarti. 111
Rusminarti.
97
OPAC. Kalau kami cari tinggal ketik judul keluar apa yang
dicari.”112
Dalam kegiatan pengolahan Perpustakaan IPDN Jakarta saat ini telah
melakukakan kegiatan pengolahan dengan mandiri, meskipun saat ini
belum memiliki tenaga pustakawan juga sebelumnya Perpustakaan ini
pernah dibantu dalam pegolahan oleh pustakawan Pusat Perpustakaan
IPDN Kampus Jatinangor. Hal ini didukung oleh hasil observasi
penulis, yang mana penulis ikut melihat kegiatan pengolahan sedang
dilakukan oleh pegawai perpustakaan IPDN Kampus Jakarta.
“iyah kalau kesana bisa. kan kalau Jatinangor luas. Kemarin
untuk e-book itu bisa, ke portal Garuda juga bisa. Yah mungkin
web nya lagi gak bisa untuk sekarang, suka begitu emang. Ini kan
satker pertama di bulan Januari,hari ini.” 113
Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta telah menjadi satuan kerja
yang mana dalam pengajuan koleksi telah diberikan wewenang untuk
mengaturnya sendiri, sebelumnya pengajuan tersebut harus datang ke
kampus pusat namun, saat ini dapat diatur sendiri.
Dari hasil analisis di atas, dapat dijelaskan bahwa kinerja
pustakawan dalam melaksanakan tugas dasarnya telah dilaksanakan
dengan mandiri meskipun beberapa diantaranya tidak berlatar ilmu
perpustakaan dan baru mengenal dunia ilmu perpustakaan. hal ini
karena pegawai perpustakaan IPDN Kampus Jakarta merasa memang
sudah dilatih dalam pengolahan bahan pustaka, kutipan ‗dilatih‘
112
Rusminarti. 113
Rusminarti.
98
menunjukkan pegwai perpustakaan IPDN Jakarta telah mengikuti
pelatihan-pelatihan yang berimbas kepada Skill yang telah dimiliki.
Hadirnya kegiatan kerjasama membantu pegawai perpustakaan
yang baru mengenal dunia ilmu perpustakaan untuk menyelesaikan
kesulitan dalam menyelsaikan pekerjaaan yang ada di perpustakaan, hal
ini seperti yang disebutkan dalam wawancara bahwa terdapat
pendampingan kepada pegawai perpustakaan IPDN Daerah yang masih
kesulitan dalam mengolah, Kemudian pegawai perpustakaan juga
senanstiasa dapat mengasah kemampuannya dalam melakukan kerja
kepustakawanan terutama pada bidang layanan teknis, pemanfaatan E-
Resources, dan peran pustakawan dalam mecegah plagiarisme sehingga
pustakawan dan pegawai perpustakaan dapat bekerja dengan kinerja
yang lebih baik.
99
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis pada penelitian upaya membangun kinerja
pustakawan melalui kerjasama internal Perpustakaan IPDN Kampus
Jatinangor , Jakarta dan Daerah dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut :
1. Kerjasama internal yang dilakukan oleh Pusat Perpustakaan IPDN
Kampus Jatinangor selaku Pembina dari Perpustakaan IPDN Kampus
Jakarta dan Daerah. Adapun, bentuk kerjasama internal perpustakaan
yang dilakukan oleh Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor,
Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta dan Daerah diantaranya adalah
kerjasama redistribusi, kerjasama penyusunan dan pengembangan
katalog induk, kerjasama pengolahan, dan kerjasama pemberian jasa
dan informasi. Adapun sarana penunjangnya yaitu penyusunan dan
penyeragaman standar serta pembinaan SDM / tenaga pustakawan.
Dalam praktiknya, masih terdapat hambatan diantaranya adalah
kurangnya anggaran, terbatasnya aula untuk pelatihan rutin, server
yang error, dan versi sistem OPAC yang belum update.
2. Upaya membangun kinerja pustakawan melalui kerjasama internal
Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor, Jakarta dan Daerah adalah
terdapat dalam sarana penunjang kerjasama yaitu pembinaan tenaga
SDM/Pustakawan dari pembinaan tersebut berdampak pada adanya
100
pendampingan, pelatihan dan sosialisasi yang berdampak pada
terbantunya staf perpustakaan yang belum memiliki keterampilan
dalam bidang pengolahan, terasahnya kemampuan pustakawan dalam
pengolahan bahan pustaka dan pemanfaatan E-Resources dan Turnitin
serta termotivasinya pustakawan untuk terus belajar meningkatkan
kapasitasnya. Namun dalam praktiknya masih terdapat kendala yaitu
masih adanya tenaga perpustakaan yang telah memenuhi syarat
namun belum diangkat menjadi pustakawan serta terdapat beberapa
unit perpustakaan IPDN yang belum memiliki SDM pustakawan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, penulis
menyampaikan saran yang kiranya dapat menjadi masukan bagi Pusat
Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor dan Perpustakaan IPDN Kampus
Jakarta dan Daerah, diantaranya ialah :
1. Dalam bentuk kerjasama penyusunan dan pengembangan katalog
induk, kiranya dapat meningkatkan server agar akses katalog induk
(OPAC/elib) online yang dipakai dapat lebih stabil digunakan oleh
Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta dan Daerah serta mengupdate
sistem OPAC dengan versi terbaru agar layanan semakin maksimal,
menambah anggaran, juga sebaiknya memiliki aula khusus untuk
kegiatan pelatihan rutin bagi tiap Perpustakaan IPDN agar kegiatan
pembinaan dapat lebih nyaman.
101
2. Mengupayakan dengan maksimal agar tiap-tiap perpustakaan IPDN
memiliki tenaga pustakawan dan diangkatnya tenaga hononrer dari
Perpustakaan IPDN Daerah yang telah memiliki syarat menjadi
pustakawan. Untuk itu, perlu ada perhatian lebih dan solusi dari Tim
Penilai dan pimpinan IPDN serta Kementerian Dalam Negeri.
102
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rahman Saleh, and Fahidin. Manajemen Perpustakaan Perguruan Tinggi. Jakarta:
Universitas Terbuka, 1995.
Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman Alu Syaikh. Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta:
Pustaka Imam Asy-Syafi‘i, 2008.
Alan Macdougall. Handbook of Library Cooperation. London: Goewr, 1991.
Andi Prastowo. Metode Penelitian Kaulitiatif Dalam Perspektif Rancangan Penetian.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2002.
Annisa Rahmadanita. Pustakawan Pertama Pusat Perpustakaan IPDN Kampus
Jatinangor. Sumedang: Wawancara, 2019.
Bagong Suyanto. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta:
Peranada Media, 2005.
Budi Wibowo. ―Kerjasama Perpustakaan Sebagai Upaya Institutional Empowerment Di
BPAD DIY.‖ Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta, 2017.
bpad.jogjaprov.go.id.
Danu Eko Agustinova. Memahami Metode Penelitian Kualitatif : Teori Dan Praktik.
Yogyakarta: Calpulis, 2015.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Edisi
Keempat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Eti Sumiati. Pustakawan Madya Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor.
Sumedang: Wawancara, 2019.
Fe Angela M. Verzosa. ―Library Consortia and Cooperation In This Digital Age :An
Overview of The Philipphine Experience.‖ Eprints, 2004, 1–16.
http://eprints.rclis.org/11223/2/Library_consortia_and_cooperation.pdf.
Frans Magnis Suseno. Etika Sosial. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1989.
Gatot Subrata. ―Upaya Pengebangan Kinerja Pustakawan Perguran Tinggi Di Era
Globalisasi Informasi.‖ Pustakawan Perpustakaan UM, Oktober 2009.
http://digilib.um.ac.id/images/stories/pustakawan/kargto/Upaya%20Pengembang
an%20Kinerja%20Pustakawan.pdf.
Hermawan. ―Pengertian Katalog Dan Katalog Induk.‖ Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Daerah Provinsi Kalimantan Timur, June 22, 2010.
https://perpustakaan.kaltimprov.go.id.
103
I Komang Rupadha. ―Kerjasama Antar Perpustakaan : Suatu Alternatif Mengoptimalkan
Daya Pakai Koleksi Dan Layanan Perpustakaan.‖ Academia Edu, November 7,
2018, 1–7. https://unram.academia.edu/IKOMANGRUPADHA.
———. ―Kerjasama Antar Perpustakaan : Suatu Alternatif Mengoptimalkan Daya Pakai
Koleksi Dan Layanan Perpustakaan.‖ Academia Edu, n.d., 1–7.
J. Dwi Narwoko, and Bagong Suyanto. Sosiologi : Teks Pengantar Dan Terapan (. Edisi
Keempat. Jakarta: Kencana, 2004.
Jeremy Atkinson, ed. Collaboration and Academic Library : Internal and External, Local
and Regional, National and International. 1st ed. United Kingdom: Chandos
Publishing, 2018. https://www.elsevier.com/books/collaboration-and-the-
academic-library/atkinson/978-0-08-102084-5.
John W. Creswell. Penelitian Kualitatif Dan Desain Riset. Edisi 3. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2013.
Kementerian Dalam Negeri RI. ―Peraturan Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 43
Tahun 2018 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Intitut Pemerintahan Dalam
Negeri.‖ Kementerian Dalam Negeri RI, 2018.
https://www.kemendagri.go.id/media/documents/2018/08/01667c4f87802528c2e
19222ca97bd68.pdf.
Kepala Perpustakaan Nasional RI. ―Peraturan Kepala Perpustakaan RI No. 13 Tahun
2017 Tentang Standar Nasional Perguruan Tinggi.‖ Perpustakaan Nasional RI,
2017.
https://www.perpusnas.go.id/webforms/uploads/law/1709210854302mwUYG7rv
f.pdf.
Laksmi. Konsep Dan Praktik Kerja Sama Antar Individu Di Lembaga Informasi. Jakarta:
ISIPI I, 2015.
M. Djunaidi Ghony, and Fauzan Almansyur. Metodologi Penelitian Kualitatif. Revisi.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016.
M. Quraish Shihab. Tafsir Al-Misbah : Peran, Kesadaran, Dan Keserasian Al-Qur’an.
Vol. 3 Surah al-Maidah. Ciputat: Lentera Hati, 2001.
Mike Oktaviani. ―Kuisioner Upaya Membangun Kinerja Pustakawan Dalam Kerjasama
Internal Perpstakaan IPDN Kampus Jatinangor Dan Perpusakaan IPDN Kampus
Daerah.‖ Google Form Ratu Karima FA., February 3, 2019.
https://docs.google.com/forms/d/1w2IRCgtb_yZrRWQe6Vu7XgOZmsxs26ZyCP
ACSVzSfS4/edit#responses.
———. Pustakawan Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat. Via Cellular:
Wawancara, 2019.
Muri Yusuf. Metode Penelitian Kuantitatif, Kulaitatif, Dan Gabungan. Jakarta: Kencana,
n.d.
Ni Kadek Ita Astari, I Putu Suhartika, and Ni Putu Priemerieta Haryanti. ―Evaluasi
Kerjasama Badan Perpustakaan Dan Arsip Provinsi Bali Dengan PT. Telkom
104
Indonesia Dalam Rangka Meningkatkan Layanan Perpustakaan.‖ Jurnal Ita
Galung Universitas Udayana, June 2016.
Pilling, Stella, and Stephanie Kenna. Cooperation in Action. London: Facet Publishing,
2002.
———. Cooperation in Action. London: Facet Publishing, 2002.
Prawirosuntono, and Suryadi. Kebijakan Kinerja Karyawan. Yogyakarta: BPFE, 2008.
Presiden Republik Indonesia. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007
Tentang Perpustakaan (2007). www.bpkp.go.id.
Purwono. Profesi Pustakawan Menghadapi Tantangan Perubahan. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013.
Rachman Hermawan, and Zulfikar Zen. Etika Kepustakawanan : Suatu Pedekatan
Terhadap Kode Etik Pustakwan Indonesia. Jakarta: Sagung Seto, 2010.
Robert K. Yin. Studi Kasus : Desain Dan Metode. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2000.
Rusminarti. Kepala Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta. Jakarta: Wawancara, 2019.
Salmubi. ―Pelestarian Khasanah Budaya Bangsa Lewat Kerjasama Perpustakaan Dan
Resource Sharing : Sebuah Peran Perpustakaan Nasional.‖ Perpustakaan
Nasional RI, 2008. http://www.pnri.go.id/magazine-
detail.php?lang=en&id=8022.
———. ―Visi Pustaka : Pelestarian Khasanah Budaya Bangsa Lewat Kerjasama
Perpustakaan Dan Resource Sharing: Sebuah Peran Perpustakaan Nasional.‖
Perpustakaan Nasional RI, 2008. http://www.pnri.go.id/magazine-
detail.php?lang=en&id=8022.
Satija, M. P., and Kanchana Dehigama. ―Role of Consortia in Library Cooperation.‖
Research Gate, n.d.
https://www.researchgate.net/profile/Kanchana_Dehigama/publication/29670048
5_Role_of_Consortia_in_Library_Cooperation/links/56d942cc08aee73df6cd9dcd
/Role-of-Consortia-in-Library-Cooperation.pdf?origin=publication_detail.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2010.
———. Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuatitatif, Kualitatif Dan R&D.
Bandung: Alfabeta, 2011.
Sulistyo Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka,
2014.
Suprihati. Manajemen Perpustakaan : Bahan Ajar Diklat Calon Pustakawan Tingkat
Terampil. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2004.
Sutarno NS. Manajemen Perpustakaan. Jakarta: Sagung Seto, 2010.
105
Testiani Makmur. Budaya Kerja Pustakwan Di Era Digitalisasi : Perspektif Organisasi,
Relasi, Dan Individu. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015.
Wibowo. Manajemen Kinerja. Edisi Ketiga. Jakarta: Rajawali Pers, 2012.
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Lampiran 1
TRANSKRIP WAWANCARA
“Upaya Membangun Kinerja Pustakawan Melalui Kerjasama Internal
Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor, Jakarta dan Daerah”
Informan : Eti Sumiati, S.Sos, MM. dan Annisa Rahmadanita, S.IP, M.Tr.IP
Jabatan : Fungsional Pustakawan dan Pustakawan Pertama Pusat
Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor
Hari/Tanggal : Senin, 07 Januari 2019
Tempat : Lt. 1 Perpustakaan IPDN Jatinangor
Waktu : 13.23 WIB
1. Apa saja bentuk kerjasama perpustakaan?
a. Kerjasama Pengadaan
ET :” nah dulu, awal-awal waktu baru berdiri kaya pustakwannya di
Makassar kan sudah ada pustakawannya. Ke pengolahannya pas
kita ke daerah itu. Kita kaya ke Elektroniknya lah, kalau NTB
yang sudah ada pustakawan dulu itu, nah kita fokus ke
pengolahan itu di Kalbar, Manado, terus Sumbar dulu ada
tenaga honorer dari lulusan ilmu perpustakaan, Sumbar itu tidak
begitu ini, Cuma dikasih ini terus disamakan stambuk itu isinya
apa aja, kan perbedaan sedikit-sedikit dengan perpustakaan lain
selain IPDN, nah disamakan, nah masukin ke katalog juga
disamakan yaitu Sumbar sudah ada pustakawannya , apalagi
sekarang pak Sanuri yang kepala perpustakaanya juga sempet
diklat barengan dengan pak Kiswanto, yang 628 jam. Beliau
ikutan jadi sudah pustakawan di Sumbar. Yang kepala
perpustakaannya dari pustakawan itu Sumbar, Makassar, terus
NTB.
b. Pertukaran dan Redistribusi Publikasi
ET :“ini sifatnya sumbangan ya bukan pertukaran, kalau
sumbangannya banyak ya kita sebar ke IPDN yang lain, tapi
kalau hanya 5-10 ya tidak perlu disebar. “
c. Penyusunan dan Pengembangan Katalog Induk
ET : “yang kalatog itu, ada tulisan cilandak maka yang keluar koleksi
yang ada di cilandak aja, kalau yang semua itu kanan ada di
atasnya kalau mau lihat. ―
d. Kerjasama Pengolahan
ET : “nah dulu, awal-awal waktu baru berdiri kaya pustakwannya di
Makassar kan sudah ada pustakawannya. Ke pengolahannya pas
kita ke daerah itu. Kita kaya ke Elektroniknya lah, kalau NTB
yang sudah ada pustakawan dulu itu, nah kita fokus ke
pengolahan itu di Kalbar, Manado, terus Sumbar dulu ada
tenaga honorer dari lulusan ilmu perpustakaan, Sumbar itu tidak
begitu ini, Cuma dikasih ini terus disamakan stambuk itu isinya
apa aja, kan perbedaan sedikit-sedikit dengan perpustakaan lain
selain IPDN, nah disamakan, nah masukin ke katalog juga
disamakan yaitu Sumbar sudah ada pustakawannya , apalagi
sekarang pak Sanuri yang kepala perpustakaanya juga sempet
diklat barengan dengan pak Kiswanto, yang 628 jam. Beliau
ikutan jadi sudah pustakawan di Sumbar. Yang kepala
perpustakaannya dari pustakawan itu Sumbar, Makassar, terus
NTB. “
AN : “jadi untuk pengolahan bahan pustaka itu dari sini missal
perwakilan yang menguasai seperti bu Eti, pak Jajang itu ke
daerah ke kampus-kampus itu bu, memberikan keterampilannya
seperti apa . ketika bu Eti dan Pak Jajang sudah kembali ke
kampus pusat lagi , jadi mereka sudah bisa jalan. “
ET : “tapi tetap sih tidak dilepas, mereka itu kan bukan dari
pustakwan , pasti bisa kalau didampingi terus, barulah mereka
mengetahui perpustakaan, mereka kalau misalkan susah sekali
mengklasifikasi buku, mereka email ke ibu, dari ibu kemudian
ibu email kan lagi kesana hasil klasifikasinya apa ini,
nomornya ini, kelasnya ini, jadi ibu emailkan aja, jadi kaya ini
nih call numbernya ibu email kan dari mereka tinggal print dan
tempel.”
2. Kerjasama perpustakaan membutuhkan sarana penunjang dalam kegiatan
kerjasama, apa saja sarana penunjang tersebut?
a. Penerbitan Direktori Perpustakaan
-
b. Penerbitan Daftar Tambahan Koleksi Baru
-
c. Penyusunan Katalog Induk
ET : ” yang kalatog itu, ada tulisan cilandak maka yang keluar koleksi
yang ada di cilandak aja, kalau yang semua itu kanan ada di
atasnya kalau mau lihat.”
d. Penyusunan dan Penyeragaman Standar
AN : “Lalu mungkin kalau untuk kerjasama lainnya yaitu sosialisasi ,
seperti sosialisasi E-Resouces, E-book baru, E-Journal baru,
Turnitin, nah kan disini kami sudah mengembangkan Turnitin
aplikasi anti plagiarism nah itu kenapa kenapa kampus daerah
dibutuhkan sosialisasi, seperti yang dikatakan Bu Eti supaya
sama kami dalam kebijakannya dalam pengimplementasiannya
sama, jadi ketika ada hal-hal baru juga disosialisasikan ke
kampus-kampus daerah itu. “
e. Pembinaan SDM /Tenaga Pustakawan
AN : “jadi setahun itu bisa ada 2 atau 4 kali ya, selalu ada pelatihan.
pelatiahannya pelatihan Pengolahan Bahan Pustaka, untuk
mengingatkan kembali mereka cara mengolah buku itu
bagaimana dan mereka juga jadi tau kampus pusat. “
ET : “rutin ada pelatihan, kalau bosen narasumbernya saya, kami
undang narasumbernya juga dari Perpusnas, Perpustakaan
Daerah Jabar, dari Unpad. untuk pelatihannya setahun bisa
ada 3-4 kali. Dalam setaun itu bisa kami yang kedaerah atau
mereka yang kesini kliling lah jadinya . tapi lebih sering disini.
ada rencananya kalau ada kegiatan kita keliling perpustakaan
kampus daerah juga biar bisa saling tau kampus di daerah, biar
kita bisa lihat juga kondisi kampus daerah yang lain. ya tapi
baru rencana.”
3. Apa saja hambatan yang dirasakan dalam aktivitas kerjasama
perpustakaan?
ET : “Hmm.. kalau dulu sih SDM ya, kalau sekarang ya anggranya
sedikit sih belum banyak, kaya server, Sapras (Sarana dan
Prsarana), Komputer tidak ada (sedikit). Yang benar-benar mah
ini gedung kalau misalkan di tempat lain perpustakaan itu punya
aula khusus ya minimal untuk 50 orang lah tapi nyaman gitu,
kalau diatas ada tapi ya itu serba guna. Nah di lantai atas ini
padahal tempat pelayanan skripsi dan laporan akhir nah tapi
kadang-kadang dipakai untuk acara pelatihan-pelatihan itu. ―
4. Apakah tugas pokok pustakawan dapat mempengaruhi kerjasama
perpustakaan? Bahagaimana hal tersebut dapat berpengaruh?
ET : “Membantu justru, missal ibu lah ya dadakan pelatihan di
Makassar, ibu kan dapat KUM dari SK Perintah itu,
memaparkan pengolahan misalnya, nah itu ada KUM nya,
power pointnya itu ada KUM nya membantu pustakawan juga
untuk KUM. Jadi kalau itu hmm.. fungsional kan jadi
mengajarkan, melaporkan, jadilah dapat KUM itu. Kalau tidak
dilaporkan tidak dikerjakan, nah selama-lamanya kita tidak
dapat naik pangkat. Kalau fungsional, kalau yang umum yang 4
tahun sekali struktural, kayanya kalau tidak kerja apapun
nunggu 4 tahun bisa naik pangkat. Ini ngumpulin aja berkas
udah naik pangkat 4 tahun, kita harus melaporkan pekerjaan
kita barulah kita bisa naik pangkat 2 tahun sekali. Kelebihannya
kita dapat tunjangan melekat ke gaji, tunjangan kinerja juga
dibandingkan yang lain. JFU namanya Jabatan Fungsional
Umum. ”
5. Apa manfaat yang dirasakan dari kegoatan kerjasama ini ?
ET : ―ada sih, mereka jadi belajar pengelolaan Ebook Ejournal,
sehingga ada semangat belajar, kesempatan jalan-jalan ke
daerah juga tidak semua orang biasa kan, serta ada
pembinaannya, kalau disana lagi ada kesulitan bisa kita bantu
untuk datangkan.‖
TRANSKRIP WAWANCARA
“Upaya Membangun Kinerja Pustakawan Melalui Kerjasama Internal
Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor, Jakarta dan Daerah”
Informan : Rusminarti
Jabatan : Kepala Perpustakaan IPDN Jakarta
Hari/Tanggal : Selasa, 15 Januari 2019
Tempat : Lt. 2 Perpustakaan IPDN Jakarta
Waktu : 09.41 WIB
1. Apa saja bentuk kerjasama perpustakaan?
a. Kerjasama Pengadaan
RU : “Untuk pengajuan buku memang kita sudah masing-masing ya.
Kita ada dari penerbit datang memberi kita katalog sekitar
puluhan. Kalau kita pengadaan buku yang paling awal adalah
missal ada mahasiswa mencari buku, ibu mencari buku ini,
tidak ada, kemudian menyuruh mereka untuk menuliskan judul
dan pengarangnya. Kemudian kita kumpulkan semua saran dari
mereka. Pengadaan Tahun 2018 baru mau dibuat bakod. Dulu
satu judul buku ada 10 eksemplar, sekarang kita kurangi jadi 5
karena 10 sekarang sudah terlalu banyak ya. Kita ada sekitar
375 judul. Kita kalau dananya dibawah 200 juta. Sehingga
diadakan penunjukkan, jika diatas 200 juta ada lelang. Kalau
penunjukkan itu siapa yang mau nanganin kami koordinasi ,
sebenernya kami bisa langsung pilih tapi karena kami sudah
erat hubungannya dengan IPDN Jatinangor maka saya nanya
ke Bu Eti,ini aja Bu Ros aku udah pakai yang ini, oh saya juga
pakai yang ini,”
C. Penyusunan dan Pengembangan Katalog Induk
RU : “Ini OPAC IPDN Jakarta tapi ada lokasi buku itu dari IPDN
yang lain, kadang ada dari Jatinangor, kadang adanya disini
atau di IPDN daerah lain ada yang begitu.”
b. Kerjasama Pengolahan
RU : “Kita ada dari pegawai sendiri, ini kalau ada buku pengadaan
yang baru datang itu kan berdus-dus diolah dari sini, ya
memang harusnya petugasnya disini pustakwan ya, tapi kami
sudah dilatih udah ngerti juga caranya, kami data lalu kami
masukkin ke OPAC. Kalau kami cari tinggal ketik judul keluar
apa yang dicari.”
2. Kerjasama perpustakaan membutuhkan sarana penunjang dalam
kegiatan kerjasama, apa saja sarana penunjang tersebut?
a. Penerbitan Direktori Perpustakaan
-
b. Penerbitan Daftar Tambahan Koleksi Baru
-
c. Penyusunan Katalog Induk
RU : “Iya sudah ada”
d. Penyusunan dan Penyeragaman Standar
RU : “Iya, nah kan pas Turnitin berapa persennya, penjiplakannya
itukan yang fasih kan orang sana karena mereka
pustakakawan semua entar kepalanya Pak Ripto sama Mas
Bayu datang pengarahan ke dosen-dosen dulu semua, abis
itu mahasiswanya. Oh iya mas kita samain aja dengan yang
disana.”
e. Pembinaan SDM /Tenaga Pustakawan
RU : “Pelatihan berapa ya.. tiga dalam sekali, mau masuk
Desember itu kan anggaran abis, kalau tidak abis
dikembalikan ke Negara jadi, kita gunakan di gunkan di
Jatinangor untuk pelatihan-pelatihan, karena memang di
Jatinangor anggarannya besar-besar. Pelatihannya ya
tentang pustakawan semua, kadang kita mengundang
narasumber dari Perpusnas. Tiga atau dua hari
sebelumnya bulan Sepetember atau November, bisa 2
atau 3 kali dalam setahun. Kita kalau ada apapun selalu
koordinasi, kalau ada apa-apa dari Nangor selalu datang
gitu. “
3. Apakah kinerja pustakawan juga dapat memberikan dampak
kepada aktivitas kerjasama perpustakaan?
RU : “Oh sangat, banyak dampaknya, ya memang disini untuk
penataan buku juga ga bisa sembarangan ya de, dari situ
kami yang awam ya de, bagi pustakawan dia sudah terdidik
ini buku harusnya begini kemudian begini, dari penjajaran
sampai shelving memang adik sudah tau ya, pustakawan
memang awalnya dari mahir dulu ya mungkin ilmunya
masih belum banyak, nah kalau bu Eti kan sudah tiggi ya”
4. Apa saja hambatan yang dirasakan dalam aktivitas kerjasama
perpustakaan?
RU : “Apa yah.. karna jauh doang sih kayaknya kalau ini ya sangat-
sagat bagus sekali, hasilnya bagus. Karena kekurangan kita
bisa tau, ini oh keurangan kelebihan kita ini, oh mereka
kelebihannya ini. Jadi kita bisa saling melihat dan mengisi. Tapi
paling jarak aja yang paling ini, karena kami kan gak pake
pesawat, Cuma yang didaerah perlu pesawat untuk kesana, itu
aja sih sebenarnya. Niat yang paling penting, hambatan mah
bisa diatasin. “
TRANSKRIP WAWANCARA
“Upaya Membangun Kinerja Pustakawan Melalui Kerjasama Internal
Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor, Jakarta dan Daerah”
Informan : Mike Oktaviani, A.Md
Jabatan : Staf Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat
Hari/Tanggal : Kamis, 02 Mei 2019
Tempat : Via Cellular
Waktu : 14.13 WIB
1. Apa saja bentuk kerjasama yang dilakukan perpustakaan IPDN Pusat
maupun di daerah?
MI : ―Secara tertulis kerjasamanya gak ada ya yang saya tau, karena
disana pusat dan disini daerah, dan otomatis kita berpatokan
kesana, gitu. Jadi kerjasamanya ya ada pelatihan, apa paling gitu
aja, kita dikirim kesana ada undangan-undangan apa gitu kan yang
membutuhkan didaerah juga, jadi kesana gitu.”
a. Kerjasama pengadaan
MI : “kalau untuk pengadaan tidak ada. Selama ini kita pengadaan
sendiri. Berpatokan kepada jurusan kita sendiri.”
b. Pertukaran dan Redistribusi
MI : “Selama saya disini engga ada. Kalau masalah pertukaran
koleksi mungkin kaya literature dikasih kesini, literature
tentang keuangan, manajemen gitu. Tapi kalau kita mau tuker
koleksi dengan pusat kayanya belum ada sih sejauh ini. Tapi
tahun pertama IPDN Daerah baru didirikan, memang pernah
ada dikasih. Kan dulu memang baru dan belum ada koleksi,
dari Nangor kasih ke daerah ini Sumbar ada beberapa koleksi
disumbangkan dari pusat tahun-tahun dulu sebelum saya masuk
sekitar tahun 2009-2010. Karena memang belum ada anggaran
sendiri jadi disumbangkanlah buku dari nangor ke daerah.
Kalau untuk saat ini belum pernah lagi.”
c. Penyusunan dan Pengembangan Katalog Induk
MI : ”Kalau lewat online nya ada, OPAC ini kita masukin koleksi kita
nanti kita pilih mau lihat lokasinya dimana, yang elib itu.‖
“Iya OPAC, OPAC kan orang sudah jauh ya versi berapa, saya
juga kurang update juga sudah sejauh mana, pokonya masi
inilah, kan kita berpatokan sama yang dipusat. Karena yang di
Pusat kan di IPDN Jatinangor kayanya bikin sendiri.
d. Kerjasama pengolahan.
MI : “Kalau untuk pengolahan tidak ada. Kita sudah mengolah
sendiri. Mungkin hanya diseragamkan untuk stempel dan nomor
punggungnya harus berapa centi, capnya seperti apa. Hal-hal
yang secara fisik luar , sejauh ini itu saja.”
e. Pertukaran data bibiliografi
MI : ―Tidak ada.‖
f. Pengembangan SDM
MI : ―Iya ada. Sejauh ini hanya pelatihan, sosialisasi atau apa gitu .
pokonya masih dalam bentuk itu. Biasanya dilakukan dua kali
atau lebih dalam setahun , tergantung orang pusat mengadakan
kegiatannya berapa kali, kadang dalam bentuk ini, kunjugan
ke perpustakaan apa, nanti dibuatkan surat undangan untuk
bisa ikut itu aja. Iya ada studi banding. ―
2. Sarana penunjang
a. Penerbitan direktori perpustakaan
MI : ―Hampir sama dengan yang OPAC.‖
b. Penyusunan dan penyeragaman standar
MI : ―Iya ada, seperti penyeragaman standar OPAC, karena
memang kita mengacu dari perkebagan disana. Kita tidak
bisa sendiri, karena memang setiap tahun prajanya disebar
ke daerah dan nanti ditarik lagi, setelah itu dari pusat yang
merubah.Jadi kita nunggu aja karena kita mengacu kepada
kampus pusat. ―
3. Hambatan yang dirasakan dari aktivitas kerjasama ini bu
MI : ―Hambatannya gaada sih saya rasa. Inikan masalahnya
mahasiswa disana mau disebar ke daerah-daerah, makanya kita
bergantung dengan pusat juga, jadi mereka juga bisa ngecek
praja yang ada disini, kan kalau disini kita pakainya NPP ya
bukan NIM. nanti saat tahun ajaran baru otomatis praja yang
didaerah kan kepusat lagi , nanti ganti yang baru lagi nah yang
baru itu kita nunggu data dimasukkan dulu dari orang pusat
berapa praja yang akan dikirim ke daerah sumbar.‖
4. Manfaat yang dirasakan
MI : ―Manfaatnya tidak terlalu banyak ya, mungkin karena kita sudah
satker ya. Manfatnya lebih kepada adanya pelatihan-pelatihan,
studi banding seperti itu.‖
Lampiran 2
REDUKSI DATA
No. Kategori 1 Kategori 2 Kategori 3 Hasil Wawancara
1. Bentuk Kerjasama
Perpustakaan
Kerjasama Pertukaran dan
Redistribusi
Syarat jumlah koleksi
yang diredistribusi “ini sifatnya sumbangan ya bukan pertukaran, kalau
sumbangannya banyak ya kita sebar ke IPDN yang
lain, tapi kalau hanya 5-10 ya tidak perlu disebar. “- ET
Alas an adanya
redistribusi “ Kemarin ada sempat buku-buku dari DPR ngasih
sumbangan 3 dus atau 4 dus, kami bagi sama
Jatinangor. Bu ini sumbangan dari DPR tolong
diambil, ya kemudia mereka ambil.” -RU
“Selama saya disini engga ada. Kalau masalah
pertukaran koleksi mungkin kaya literature dikasih
kesini, literature tentang keuangan, manajemen gitu.
Tapi kalau kita mau tuker koleksi dengan pusat
kayanya belum ada sih sejauh ini. Tapi tahun pertama
IPDN Daerah baru didirikan, memang pernah ada
dikasih. Kan dulu memang baru dan belum ada
koleksi, dari Nangor kasih ke daerah ini Sumbar ada
beberapa koleksi disumbangkan dari pusat tahun-
tahun dulu sebelum saya masuk sekitar tahun 2009-
2010. Karena memang belum ada anggaran sendiri
jadi disumbangkanlah buku dari nangor ke daerah.
Kalau untuk saat ini belum pernah lagi.” -MI
Penyusunan dan
Pengembangan Katalog
Induk
“yang kalatog itu, ada tulisan cilandak maka yang
keluar koleksi yang ada di cilandak aja, kalau yang
semua itu kanan ada di atasnya kalau mau lihat. ― -
ET
“Ini OPAC IPDN Jakarta tapi ada lokasi buku itu
dari IPDN yang lain, kadang ada dari Jatinangor,
kadang adanya disini atau di IPDN daerah lain ada
yang begitu.” -RU
”Kalau lewat online nya ada, OPAC ini kita masukin
koleksi kita nanti kita pilih mau lihat lokasinya
dimana, yang elib itu.‖ -MI
“Iya OPAC, OPAC kan orang sudah jauh ya versi
berapa, saya juga kurang update juga sudah sejauh
mana, pokonya masi inilah, kan kita berpatokan sama
yang dipusat. Karena yang di Pusat kan di IPDN
Jatinangor kayanya bikin sendiri.”-MI
3. Kerjasama Pengolahan “nah dulu, awal-awal waktu baru berdiri kaya
pustakwannya di Makassar kan sudah ada
pustakawannya. Ke pengolahannya pas kita ke
daerah itu. Kita kaya ke Elektroniknya lah, kalau
NTB yang sudah ada pustakawan dulu itu, nah kita
fokus ke pengolahan itu di Kalbar, Manado, terus
Sumbar dulu ada tenaga honorer dari lulusan ilmu
perpustakaan, Sumbar itu tidak begitu ini, Cuma
dikasih ini terus disamakan stambuk itu isinya apa
aja, kan perbedaan sedikit-sedikit dengan
perpustakaan lain selain IPDN, nah disamakan, nah
masukin ke katalog juga disamakan yaitu Sumbar
sudah ada pustakawannya , apalagi sekarang pak
Sanuri yang kepala perpustakaanya juga sempet
diklat barengan dengan pak Kiswanto, yang 628 jam.
Beliau ikutan jadi sudah pustakawan di Sumbar. Yang
kepala perpustakaannya dari pustakawan itu Sumbar,
Makassar, terus NTB. “ –ET
“Kita ada dari pegawai sendiri, ini kalau ada buku
pengadaan yang baru datang itu kan berdus-dus
diolah dari sini, ya memang harusnya petugasnya
disini pustakwan ya, tapi kami sudah dilatih udah
ngerti juga caranya, kami data lalu kami masukkin ke
OPAC. Kalau kami cari tinggal ketik judul keluar apa
yang dicari.”-RU
“Kalau untuk pengolahan tidak ada. Kita sudah
mengolah sendiri. Mungkin hanya diseragamkan
untuk stempel dan nomor punggungnya harus berapa
centi, capnya seperti apa. Hal-hal yang secara fisik
luar , sejauh ini itu saja.” –MI
““jadi untuk pengolahan bahan pustaka itu dari sini
missal perwakilan yang menguasai seperti bu Eti, pak
Jajang itu ke daerah ke kampus-kampus itu bu,
memberikan keterampilannya seperti apa . ketika bu
Eti dan Pak Jajang sudah kembali ke kampus pusat
lagi , jadi mereka sudah bisa jalan. “ -AN
“tapi tetap sih tidak dilepas, mereka itu kan bukan
dari pustakwan , pasti bisa kalau didampingi terus,
barulah mereka mengetahui perpustakaan, mereka
kalau misalkan susah sekali mengklasifikasi buku,
mereka email ke ibu, dari ibu kemudian ibu email kan
lagi kesana hasil klasifikasinya apa ini, nomornya
ini, kelasnya ini, jadi ibu emailkan aja, jadi kaya ini
nih call numbernya ibu email kan dari mereka tinggal
print dan tempel.” –ET
Kerjasama Pemberian Jasa
dan Informasi
“kalau disana lagi ada kesulitan bisa kita bantu untuk
datangkan.”-ET
“Kita kalau ada apapun selalu koordinasi, kalau ada
apa-apa dari Nangor selalu datang gitu.”
“nah Kalau untuk E-book E-journal ada dari pihak
ketiga ikut datang ke kampus daerah didampingi oleh
pustakawan yang disini. Jadi bergantian 2-3 orang,
memberikan paparan, pemberian materi dan
bimbingan, misalnya kaya aplikasi Turnitin ya bu, itu
kan langsung praktek ya nah itu langsung diberitahu
nih ini kaya gimana terus kaya gitu sih kalau di
kampus daerah bentuk kerjasamanya.”-AN 2. Sarana Penunjang
Kerjasama
Penyusunan dan
Penyeragaman Standar
Penyeragaman fasilitas
E-resources dan
penggunaan Turnitin di
tiap Kampus IPDN
“Lalu mungkin kalau untuk kerjasama lainnya yaitu
sosialisasi , seperti sosialisasi E-Resouces, E-book
baru, E-Journal baru, Turnitin, nah kan disini kami
sudah mengembangkan Turnitin aplikasi anti
plagiarism nah itu kenapa kenapa kampus daerah
dibutuhkan sosialisasi, seperti yang dikatakan Bu Eti
supaya sama kami dalam kebijakannya dalam
pengimplementasiannya sama, jadi ketika ada hal-
hal baru juga disosialisasikan ke kampus-kampus
daerah itu. “-AN Penyeragaman standar
surat Bebas Pustaka
bagi praja
“Iya, nah kan pas Turnitin berapa persennya,
penjiplakannya itukan yang fasih kan orang sana
karena mereka pustakakawan semua entar
kepalanya Pak Ripto sama Mas Bayu datang
pengarahan ke dosen-dosen dulu semua, abis itu
mahasiswanya. Oh iya mas kita samain aja dengan
yang disana.”-RU
Penyeragaman strandar
OPAC ―Iya ada, seperti penyeragaman standar OPAC,
karena memang kita mengacu dari perkembagan
disana. Kita tidak bisa sendiri, karena memang
setiap tahun prajanya disebar ke daerah dan nanti
ditarik lagi, setelah itu dari pusat yang
merubah.Jadi kita nunggu aja karena kita mengacu
kepada kampus pusat. ―-MI
Penyeragaman stambuk
dalam OPAC “Sumbar dulu ada tenaga honorer dari lulusan ilmu
perpustakaan, Sumbar itu tidak begitu ini, Cuma
dikasih ini terus disamakan stambuk itu isinya apa
aja, kan perbedaan sedikit-sedikit dengan
perpustakaan lain selain IPDN, nah disamakan, nah
masukin ke katalog juga disamakan yaitu Sumbar
sudah ada pustakawannya, apalagi sekarang pak
Sodari yang kepala perpustakaanya juga sempet
diklat barengan dengan pak Kiswanto, yang 628
jam.”-ET Pembinaan SDM.Tenaga
Pustakawan
“rutin ada pelatihan, kalau bosen narasumbernya
saya, kami undang narasumbernya juga dari
Perpusnas, Perpustakaan Daerah Jabar, dari
Unpad. untuk pelatihannya setahun bisa ada 3-4
kali. Dalam setaun itu bisa kami yang kedaerah atau
mereka yang kesini kliling lah jadinya . tapi lebih
sering disini. ada rencananya kalau ada kegiatan
kita keliling perpustakaan kampus daerah juga biar
bisa saling tau kampus di daerah, biar kita bisa lihat
juga kondisi kampus daerah yang lain. ya tapi baru
rencana.”-ET
―Iya ada. Sejauh ini hanya pelatihan, sosialisasi atau
apa gitu . pokonya masih dalam bentuk itu. Biasanya
dilakukan dua kali atau lebih dalam setahun ,
tergantung orang pusat mengadakan kegiatannya
berapa kali, kadang dalam bentuk ini, kunjugan ke
perpustakaan apa, nanti dibuatkan surat undangan
untuk bisa ikut itu aja. Iya ada studi banding. ―-MI “Pelatihan berapa ya.. tiga dalam sekali, mau masuk
Desember itu kan anggaran abis, kalau tidak abis
dikembalikan ke Negara jadi, kita gunakan di gunkan
di Jatinangor untuk pelatihan-pelatihan, karena
memang di Jatinangor anggarannya besar-besar.
Pelatihannya ya tentang pustakawan semua, kadang
kita mengundang narasumber dari Perpusnas. Tiga
atau dua hari sebelumnya bulan Sepetember atau
November, bisa 2 atau 3 kali dalam setahun. Kita
kalau ada apapun selalu koordinasi, kalau ada apa-
apa dari Nangor selalu datang gitu. “-RU
Faktor Pendorong Source of Funding “Setiap unit sudah punya anggaran, kita ada
anggaran untuk koordinasi ke Jatinangor.” -RU
“Pelatihan berapa ya.. tiga dalam sekali, mau masuk
Desember itu kan anggaran abis, kalau tidak abis
dikembalikan ke Negara jadi, kita gunakan di gunkan
di Jatinangor untuk pelatihan-pelatihan, karena
memang di Jatinangor anggarannya besar-besar.
Pelatihannya ya tentang pustakawan semua, kadang
kita mengundang narasumber dari Perpusnas.”-RU Control and Management
Structure
“kalau yang Itu jadi disetiap kampus daerah yang
memang belum memiliki SDM Perpustakaan yang
memadai akan didampingi oleh si kampus pusat ,
tidak hanya di daerah , di kampus cilandak pun
beberapa kali mengolah untuk disana karena memang
SDM nya sedikit. Jadi memang pustakawan-
pustakawan senior membimbing staf perpustakaan
disana untuk mengolah, memang yang mengerjakan
kita, karena memang SDM nya sedikit “-AN
“Ya, karena kita merujuknya kesana gitu, ya ga
mungkin beda sendiri kan, karena data-data praja
dari sana, dari Jatiangor kemudian kesini, dikirim ke
daerah-daerah.”-MI
“Kita kalau ada apapun selalu koordinasi, kalau ada
apa-apa dari Nangor selalu datang gitu. “-RU
“seperti yang dikatakan Bu Eti supaya sama kami
dalam kebijakannya dalam pengimplementasiannya
sama, jadi ketika ada hal-hal baru juga
disosialisasikan ke kampus-kampus daerah itu. “-AN
Manfaat Kerjasama
Perpustakaan
―ada sih, mereka jadi belajar pengelolaan Ebook
Ejournal, sehingga ada semangat belajar,
kesempatan jalan-jalan ke daerah juga tidak semua
orang biasa kan, serta ada pembinaannya, kalau
disana lagi ada kesulitan bisa kita bantu untuk
datangkan.‖-ET
―Manfaatnya tidak terlalu banyak ya, mungkin karena
kita sudah satker ya. Manfatnya lebih kepada adanya
pelatihan-pelatihan, studi banding seperti itu.‖ -MI
Syarat Kerjasama
Perpustakaan
―Secara tertulis kerjasamanya gak ada ya yang saya
tau, karena disana pusat dan disini daerah, dan
otomatis kita berpatokan kesana, gitu. Jadi
kerjasamanya ya ada pelatihan, apa paling gitu aja,
kita dikirim kesana ada undangan-undangan apa gitu
kan yang membutuhkan didaerah juga, jadi kesana
gitu..”-MI
Upaya Membangun
Kinerja Pustakawan
melalui Kerjasama
internal antar
Perpustakaan IPDN
Kinerja Pusat Perpustakaan
IPDN Kampus Jatinangor
Bidang Jaringan Situs
dan Database “Lalu mungkin kalau untuk kerjasama lainnya yaitu
sosialisasi , seperti sosialisasi E-Resouces, E-book
baru, E-Journal baru, Turnitin, nah kan disini kami
sudah mengembangkan Turnitin aplikasi anti
plagiarism nah itu kenapa kenapa kampus daerah
dibutuhkan sosialisasi, seperti yang dikatakan Bu Eti
supaya sama kami dalam kebijakannya dalam
pengimplementasiannya sama, jadi ketika ada hal-hal
baru juga disosialisasikan ke kampus-kampus daerah
itu..”-AN
“nah Kalau untuk E-book E-journal ada dari pihak
ketiga ikut datang ke kampus daerah didampingi oleh
pustakawan yang disini. Jadi bergantian 2-3 orang ,
memberikan paparan, pemberian materi dan
bimbingan . misalnya kaya aplikasi Turnitin ya bu, itu
kan langsung praktek ya nah itu langsung diberitahu
nih ini kaya gimana terus kaya gitu sih kalau di
kampus daerah bentuk kerjasamanya.”-AN
“Nah memang dari kita belum ada kebijakan berapa
persentasenya minimal, Cuma alahamdulillah kita
sudah melanggan Turnitin dalam dua tahun ini,
sehingga semua karya ilmiah praja harus dicek
sebelum melakukan sidang, dengan adanya
pengecekan tersebut maka praja akan mendapatkan
surat bebas pustaka sebagai syarat sidang. Misalnya
30% syarat sidang, dibawah 50% ya rata-rata.”-AN
“Kalau yang kurang lah ya bukan berarti negatifnya.
Kalau inikan kita ga bisa .. terfokus Cuma ke pusat
gitu, ga bisa apa emmm apa-apanya kita harus
berpatokan kesana, misalnya kaya perkembangan
elibnya (OPAC Perpustakaan IPDN) Elib nya,
misalnya orang-orang udah pakai Slims (Senayan
Library System) versi berapa gitu tapi kita dipusat
belum, jadikan aga-aga apa namanya kurang
berkembang disana gitu.”-MI
Bidang Pelayanan,
Pengolahan, dan
Pengadaan
“kalau untuk pengadaan, sifatnya sih kerjasama ya.
Kita mengajukan judul dengan pihak ketiga. Tapi
kita tidak mengetahui pihak ketiga yang mana karena
bentuknya lelang. Jadi kerjasamanya tidak secara
langsung dengan kita tapi dengan pihak lembaga,
jadi kita dibagian pengolahan itu hanya ngumpulin
judul-judul atau survey kebutuhan pengguna
kemudian setelah kumpul oh ini uangnya 200 juta
misalnya dikurangi sedikit untuk pajak itu kita tidak
tau siapa yang memenangkan lelangnya . ya enaklah
kalau di pengolahan hanya mengumpulkan judul.”-
ET
“iya beda-beda , kalau kita selalu lelang karena
diatas 200 juta.”-ET
Kinerja Pustakawan IPDN
Sumatera Barat
Pengolahan “nah dulu, awal-awal waktu baru berdiri kaya
pustakwannya di Makassar kan sudah ada
pustakawannya. Ke pengolahannya pas kita ke
daerah itu. Kita kaya ke Elektroniknya lah, kalau
NTB yang sudah ada pustakawan dulu itu, nah kita
fokus ke pengolahan itu di Kalbar, Manado, terus
Sumbar dulu ada tenaga honorer dari lulusan ilmu
perpustakaan, Sumbar itu tidak begitu ini, Cuma
dikasih ini terus disamakan stambuk itu isinya apa
aja, kan perbedaan sedikit-sedikit dengan
perpustakaan lain selain IPDN, nah disamakan, nah
masukin ke katalog juga disamakan yaitu Sumbar
sudah ada pustakawannya , apalagi sekarang pak
Sanuri yang kepala perpustakaanya juga sempet
diklat barengan dengan pak Kiswanto, yang 628 jam.
Beliau ikutan jadi sudah pustakawan di Sumbar. Yang
kepala perpustakaannya dari pustakawan itu Sumbar,
Makassar, terus NTB.”-ET
Kinerja pustakawan IPDN
Kampus Jakarta
Pengadaan Koleksi “Untuk pengajuan buku memang kita sudah masing-
masing ya. Kita ada dari penerbit datang memberi
kita katalog sekitar puluhan. Kalau kita pengadaan
buku yang paling awal adalah missal ada mahasiswa
mencari buku, ibu mencari buku ini, tidak ada,
kemudian menyuruh mereka untuk menuliskan judul
dan pengarangnya. Kemudian kita kumpulkan semua
saran dari mereka. Pengadaan Tahun 2018 baru mau
dibuat bakod. Dulu satu judul buku ada 10 eksemplar,
sekarang kita kurangi jadi 5 karena 10 sekarang
sudah terlalu banyak ya. Kita ada sekitar 375 judul.
Kita kalau dananya dibawah 200 juta. Sehingga
diadakan penunjukkan, jika diatas 200 juta ada
lelang. Kalau penunjukkan itu siapa yang mau
nanganin kami koordinasi , sebenernya kami bisa
langsung pilih tapi karena kami sudah erat
hubungannya dengan IPDN Jatinangor maka saya
nanya ke Bu Eti,ini aja Bu Ros aku udah pakai yang
ini, oh saya juga pakai yang ini,”-RU
“jadi disetiap kampus daerah yang memang belum
memiliki SDM Perpustakaan yang memadai akan
didampingi oleh si kampus pusat , tidak hanya di
daerah , di kampus cilandak pun beberapa kali
mengolah untuk disana karena memang SDM nya
sedikit. Jadi memang pustakawan-pustakawan senior
membimbing staf perpustakaan disana untuk
mengolah, memang yang mengerjakan kita, karena
memang SDM nya sedikit “-AN
“Kita ada dari pegawai sendiri, ini kalau ada buku
pengadaan yang baru datang itu kan berdus-dus
diolah dari sini, ya memang harusnya petugasnya
disini pustakwan ya, tapi kami sudah dilatih udah
ngerti juga caranya, kami data lalu kami masukkin ke
OPAC. Kalau kami cari tinggal ketik judul keluar apa
yang dicari.”-RU
Lampiran 3
Lembar Observasi
Di Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor
No. Tanggal Aspek
Pengamatan
Hasil Observasi
1. Senin, 07
Januari 2019
Kondisi
Perpustakaan
Sarana Penunjang
Kerjasama
(Katalog Induk)
Sarana dan
Prasarana
Kerjasama (Aula
Pelatihan
sekaligus Ruang
Laporan AKhir)
Perpustakaan Pusat IPDN Kampus
Jatinangor terdiri dari dua lantai,
lantai pertama terdiri dari ruang
sirkulasi, pengolahan, ruang
membaca utama, ruang koleksi
tercetak, ruang penelusuran sumber
elektronik, dan gudang. Pada lantai
ini terdapat beberapa unit komputer
yang dijadikan sebagai OPAC.
OPAC yang digunakan memiliki
alamat yaitu elibrary.ac.id/katalog
Yang mana OPAC tersebut memuat
daftar koleksi yang ada di
Perpustakaan IPDN Jakarta dan
Daerah, hal tersebut dapat dilihat
dari keterangan lokasi koleksi
tersebut.
Kemudian pada lantai dua terdapat
ruangan untuk Laporan Akhir,
Skiripsi dan Tesis, Akses Internet
dan Multimedia. Di lantai dua
terdapat dua orang pustakawan yang
melayani laporan akhir. Pada lantai
tersebut juga menjadi aula untuk
seminar yang rutin diadakan oleh
pihak perpustakaan menjadikan
lantai dua ini sebagai tempat
serbaguna. Letak persis
penyimpanan laporan akhir terdapat
di belakang aula yang mana
memakai sekat, dan tertutupi oleh
banner panjang. Tempat
penyimpanan laporan akhir memiliki
tempat seperti lorong panjang yang
Aktivitas
Pengolahan
Program
Perpustakaan
Aktivitas
Pustakawan
pada setiap sisi kanan dan kiri
lorong tersebut dipenuhi oleh rak
yang berisi laporan akhir mahasiswa
IPDN.
Ruang pengolahan Pusat
Perpustakaan berada disebelah
kanan pintu masuk perpustakaan.
Saat saya masuk ruanganbagian
pengolahan, saya bertemu dengan
Pak Jajang yang sedang mengolah
buku pengadaan tahun 2018 dibantu
dengan anak-anak PKL yang sedang
magang disana. Pada ruangan
tersebut terdapat beberapa rak, salah
satunya rak yang menyimpan buku
cadangan dan kumpulan buku Dosen
IPDN.
Masih didalam ruangan pengolahan,
Bu Eti menunjukkan kepada saya
statistik pengunjung perpustakaan
tersebut, yang mana untuk menarik
mahasiswa agar sering ke
perpustakaan mereka menyediakan
Reward bagi praja yang paling rajin
berkunjung, hal ini dihitung dari
berapa kali mereka sering ke
perpustakaan.
Setelah saya beranjak dari ruangan
pengolahan kemudian saya ke ruang
baca utama yang berada dekat
dengan bagian sirkulasi, disana saya
melihat beberapa pustakawan
termasuk diantaranya Bu Annisa dan
Pak Kiswanto sedang menyiapkan
beberapa berkas. Bu Eti menjelaskan
sembari menemani saya, beliau
berkata bahwa besok adalah
keberangkatan beberapa pustakawan
IPDN yang ingin menyerahkan
berkas kinerja yang akan diserahkan
kepada salah satu Tim Penilai yang
ada di Perpustakaan Pusat
Penerangan di Kementerian Dalam
Negeri Jakarta Pusat.
Lembar Observasi
Di Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta
No. Tanggal Aspek
Pengamatan Hasil Observasi
1.
Selasa, 15 Januari
2019
Kondisi
Perpustakaan
Sarana
Penunjang
Kerjasama
(Katlog Induk)
Sistem
penelusuran
Laporan akhir
Perpustakaan ini terletak di
gedung Soepardjo Roestam
lantai 2. Perpustakaan ini terdiri
dari dua lantai. Lantai kedua dari
gedung tersebut merupakan
Perpustakaan yang pada
ruangannya terdiri dari ruang
baca,pengolahan, sirkulasi, ruang
multimedia/komputer, dan
koleksi tercetak. Kemudian
lantai ketiga merupakan ruangan
untuk membaca, menelusur dan
menyimpan laporan tugas akhir
mahasiswa.
Perpustakaan IPDN Kampus
Jakarta juga memakai OPAC
yang sama dengan perpustakaan
pusat yaitu
elibrary.ac.id/katalog. Hal ini
menunjukkan bahwa adanya
keseragaman standar dalam
bidang layanan teknis.
Saya beranjak melihat-lihat
lantai 3 yaitu ruangan Laporan
akhir. Pada ruangan tersebut
tidak hanya tersimpan Laporan
akhir mahasiswa saja, namun
juga ada buku-buku lama
mengenai pemerintahan.
Kemudian saya beralih melihat
dan mencoba menelusur Lapran
akhir mahasiswa disana. Saat ini
Perpustakaan IPDN Kampus
Jakarta belum memakai
repository atau OPAC dalam
penelusurannya. Namun yang
dipakai adalah program Ms.
2.
Selasa, 19 Februari
2019
Kegiatan Staf
Perpustakaan
Kondisi
Perpustakaan
Word 2007 yang berisikan tabel
mengenai keteranagn dan judul
Laporan akhir mahasiswa, saat
saya gunakan untuk mencari
dapat diandalkan sesuai kata
kunci yang diberikan, namun
sepertinya hal ini menjadi riskan
untuk terhapus secara tidak
sengaja saat menelusur.
Saat saya datang pada siang hari
setelah jam istirahat, bu
Rusminarti selaku kepala
perpustakaan sedang melakukan
pengolahan buku yang dibantu
oleh anak-anak PKL yang
sedang magang di Perpustakaan
tersebut. Kemudian di bagian
sirkulasi terdapat salah staf
perpustakan yang menajaga.
Kemudian, pada ruangan
pengolahan terdapat Bu Ria yang
sedang mengurusi administrasi
perpustakaan.
Pada jam tersebut perpustakaan
ini sepi, penulis tidak melihat
ada pemustaka atau praja yang
datang berkunjung, hal ini seperti
yang dijelaskan oleh Bu Ria
bahwasanya pemustaka yang
datang memang tidak seramai
perpustakaan perguruan tinggi
umumnya, karena sistem yang
dipakai di IPDN adalah
Boarding School sehingga praja
tidak dapat bebas ke
perpustakaan karena mereka
memiliki waktu pembinaan yang
cukup ketat.
Lampiran 4
Lampiran 4
1. Gedung Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor tampak depan
Sumber : https://sites.google.com/a/ipdn.ac.id/perpustakaan-ipdn/berita-
terkini
2. Kebijakan Mutu Pusat Perpustakaan IPDN Jatinangor
Sumber : https://sites.google.com/a/ipdn.ac.id/perpustakaan-ipdn/berita-
terkini
3. Penulis bersama Ibu Eti Sumiati, S.Sos, MM selaku Pustakawan Madya
Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor
Sumber : Dokumentasi Penulis
4. Penulis bersama Ibu Rusminarti selaku Kepala Perpustakaan IPDN
Kampus Jakarta
Sumber : Dokumentasi Penulis
5. OPAC Induk Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor dan IPDN Kampus
Daerah
Sumber : http://elib.ipdn.ac.id/katalog/index.php/home/search
6. Website Resmi Perpustakaan IPDN
Sumber : : https://sites.google.com/a/ipdn.ac.id/perpustakaan-ipdn
7. Ruang koleksi Pusat Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor
Sumber : Dokumentasi Penulis
8. Ruang baca Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta
Sumber : Dokumentasi Penulis
9. Ruang baca dan koleksi Perpustakaan IPDN Kampus Sumatera Barat
Sumber : https://sites.google.com/a/ipdn.ac.id/perpustakaan-ipdn/berita-
terkini
10. Acara Bedah Buku Terbitan Perdana IPDN Press tahun 2014
Sumber : https://sites.google.com/a/ipdn.ac.id/perpustakaan-ipdn/berita-
terkini
11. Pelatihan Lanjutan Pengolahan Bahan Pustaka bagi Tenaga Teknis
Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor dan IPDN Kampus Daerah
Sumber : https://sites.google.com/a/ipdn.ac.id/perpustakaan-ipdn/berita-
terkini
12. Pelatihan Public Speaking Dan Communication Skill Bagi Tenaga Teknis
Perpustakaan IPDN Kampus Jatinangor dan Kampus Daerah
Sumber : https://sites.google.com/a/ipdn.ac.id/perpustakaan-ipdn/berita-
terkini
13. Sosialisasi dan Pemasaran Layana Perpustakaan Bagi Dosen IPDN
Kampus Jatinangor dan Daerah melalui Video Conference .
Sumber : https://sites.google.com/a/ipdn.ac.id/perpustakaan-ipdn/berita-
terkini
BIODATA PENULIS
RATU KARIMA FAUZAN AZHIMA. Lahir di Bogor,
20 Agustus 1996. Merupakan anak ketiga dari lima
bersaudara dari ayahanda Tubagus Hikmat dan Ibunda
Erna Juwita. Saat ini penulis bertempat tinggal di Pondok
Tirta Mandala Blok Q3 No. 07 RT.04 RW.17 Kelurahan
Sukamaju Kecamatan Cilodong Kota Depok. Penulis
menempuh pendidikan dasar hingga menengah atas di SDI
Bina Insani Depok II Tengah (2002-2008), SMP PGRI Depok II Tengah (2008-
2011) dan MAN Cibinong (2011-2014). Penulis kemudian melanjutkan
pendidikan jenjang (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta Jurusan Ilmu Perpustakaan (2019) dan menulis skripsi berjudul ―Upaya
Membangun Kinerja Pustakawan Melalui Kerjasama Internal Perpustakaan
IPDN Kampus Jatinangor , Jakarta dan Daerah”. Semasa kuliah, penulis pernah
aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Lembaga Dakwah Kampus (LDK)
Syahid Komisariat Dakwah FAH (2016) sebagai Koordianator akhwat Divisi
PSDM, dan LDK Syahid Pusat sebagai Koordinator akhwat Sub. Bid. PSDM
(2017) serta pada Mahasiswa Himpunan Jurusan (HMJ) Ilmu Perpustakaan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai anggota Departemen Keislaman (2017).
Kemudian Penulis pernah melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di
Perpustakaan Pusat Penerangan Kementerian Dalam Negeri (2017). Masih pada
tahun yang sama, penulis menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Cibodas,
Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor selama satu bulan (2017).
top related