universitas indonesia analisis kelayakan investasi...
Post on 25-Nov-2020
4 Views
Preview:
TRANSCRIPT
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI INDUSTRI KECIL BAHAN BANGUNAN GEOPOLIMER UNTUK
PEMBERDAYAAN SUKU KAMORO DI PAPUA
SKRIPSI
AJENG YUNIA KARTIKA 0706200876
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
DEPOK DESEMBER 2009
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
ii
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI INDUSTRI KECIL BAHAN BANGUNAN GEOPOLIMER UNTUK
PEMBERDAYAAN SUKU KAMORO DI PAPUA
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
AJENG YUNIA KARTIKA 0706200876
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI JAKARTA
DESEMBER 2009
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Ajeng Yunia Kartika
NPM : 0706200876
Tanda Tangan :
Tanggal : Desember 2009
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
iv
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul:
“Analisis Kelayakan Investasi Industri Kecil Bahan Bangunan Geopolimer
Untuk Pemberdayaan Suku Kamoro Di Papua”
Dibuat untuk melengkapi sebagian salah persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada
Program Teknik Industri Program Pendidikan Sarjana Fakultas Teknik
Universitas Indonesia, dan disetujui untuk diajukan dalam sidang ujian skripsi.
Depok, 30 Desember 2009
Pembimbing Skripsi
Ir. Fauzia Dianawati, M.Si
19690123 199403 2 002
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah swt, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Teknik Jurusan Teknik Industri pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari
masa perkuliahan sampai pada masa penyusunan skripsi ini sangatlah sulit bagi
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karen itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Ibu Ir. Fauzia Dianawati, M.Si , selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu
memberikan kepercayaan, semangat, bimbingan, dan bantuan yang luar biasa.
2. Bapak Yuri, Bapak Yadrifil, Bapak Ahmad dan Bapak Rahmat atas semua
masukan dan kritiknya selama masa seminar.
3. Segenap jajaran Dosen Departemen Teknik Industri yang telah memberikan
ilmu dan pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan.
4. Bagian Administrasi Departemen Teknik Industri (Mbak Fat dan Mas Dody)
yang selalu siap sedia membantu penulis dalam segala urusan.
5. Kedua orang tua dan saudara-saudara yang tercinta dan selalu mencintaiku,
yang selalu memberikan doa dan dukungannya yang tulus tanpa
mengharapkan balasan apapun.
6. Teman seperjuangan ”Bu Ana Team”: Khusnul, Ulya, Sugeng atas segala
bantuan, masukan, dan dorongan semangatnya. Khususnya untuk Fahrizal
yang selalu ada membantu dan mendukung.
7. Teman-teman TI ekstensi salemba angkatan 2007 yang selalu memberikan
keceriaan dan persahabatan yang indah selama masa perkuliahan.
8. Al, Izal, dan Rano yang selalu siap sedia di saat-saat terakhir.
9. Untuk Mas Dian yang selalu ada membantu dan memberikan semangat pada
penulis hingga akhirnya semua ini dapat terwujud.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
vi
Akhir kata saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu ke depannya.
Depok, 30 Desember 2009
Penulis
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Ajeng Yunia Kartika
NPM : 0706201222
Program Studi : Teknik Industri
Departemen : Teknik Industri
Fakultas : Teknik
Jenis karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
“Analisis Kelayakan Investasi Industri Kecil Bahan Bangunan Geopolimer
Untuk Pemberdayaan Suku Kamoro Di Papua”
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Nonekslusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format-
kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilih Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di: Depok
Pada tanggal : 30 Desember 2009
Yang menyatakan
(Ajeng Yunia Kartika)
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
ix
ABSTRACT
Name : Ajeng Yunia Kartika Study Program : Industrial Engineering Title : Investment Feasibility Analysis
For Small Industry of Geopolymer Based Building For Empowerment of Komoro Tribe in Papua
Socio-economic changes which caused by activities of Freeport does not provide the impact and social implications for the life of Kamoro tribe. For that reason, it is necessary to analyze the feasibility of small industrial of Geopolymer Based Building for the enpowerment of Kamoro tribe. Feasibility aspects that will be analize on this research are market aspect, technical aspect and financial aspect. This research output is a recommendation that states that the building materials industry investment is feasible to implement as empowerment Kamoro tribe in Papua. Keywords: Investment Feasibility Analysis, Empowerment, Market aspect, Technical Aspect, Financial Aspect, Kamoro Tribe, Small Industri, Geopolymer.
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
viii
ABSTRAK Nama : Ajeng Yunia Kartika Program Studi : Teknik Industri Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Investasi
Industri Kecil Bahan Bangunan Geopolimer Untuk Pemberdayaan Suku Kamoro Di Papua
Perubahan sosial ekonomi yang disebabkan oleh kegiatan PT. Freeport Indonesia tidak memberi banyak dampak dan implikasi sosial bagi kehidupan Suku Kamoro. Untuk itu perlu untuk menganalisis kelayakan investasi industri kecil bahan bangunan geopolimer untuk pemberdayaan Suku Kamoro. Aspek kelayakan yang dibahas pada penelitian ini adalah Aspek Pasar, Aspek Teknis dan Aspek Keuangan.Penelitian ini menghasilkan sebuah rekomendasi yang menyatakan bahwa Investasi Industri Bahan Bangunan ini layak untuk diterapkan sebagai pemberdayaan Suku Kamoro di Papua Kata kunci: Analisis Kelayakan Investasi, Pemberdayaan Masyarakat, Aspek Pasar, Aspek Teknis, Aspek Keuangan, Suk Kamoro, Industri Kecil, Geopolimer.
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................. v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................ vii
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xvii
1. PENDAHULUAN . ..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Diagram Keterkaitan Masalah ...................................................................... 3
1.3 Perumusan Masalah ...................................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 4
1.5 Batasan Masalah ........................................................................................... 4
1.6 Metodologi Penelitian .................................................................................. 4
1.7 Sistematika Penulisan ................................................................................... 5
2. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 6
2.1 Analisis Kelayakan Invetasi .......................................................................... 6
2.2 Aspek Pasar Dan Pemasaran ........................................................................ 7
2.2.1 Analisa SWOT .................................................................................... 8
2.1.2 Marketing Mix ..................................................................................... 9
2.1.3 Segmentasi Target dan Posisi Pemasaran ......................................... 12
2.3 Aspek Teknis dan Teknologi ....................................................................... 12
2.3.1 Produk ............................................................................................... 13
2.3.2 Rencana Produksi .............................................................................. 13
2.3.3 Teknologi .......................................................................................... 14
2.3.4 Lokasi ................................................................................................ 14
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
xi
2.4 Aspek Ekonomis dan Keuangan .................................................................. 14
2.4.1 Pembiayaan Usaha ........................................................................... 15
2.4.2 Sumber Pembiayaan .......................................................................... 15
2.4.3 Evaluasi Keuangan ............................................................................ 15
3. PENGUMPULAN DATA ................................................................................ 21
3.1 Suku Kamoro .............................................................................................. .21
3.1.1 Populasi ............................................................................................. 21
3.1.2 Pola Hidup ......................................................................................... 21
3.1.3 Usia Produktif ................................................................................... 22
3.2 Limbah Abu Terbang .................................................................................. 23
3.3 Limbah Pasir Tailing ................................................................................... 24
3.4 Rencana Pembangunan Perumahan di Papua .............................................. 26
3.5 Analisa Pasar Dan Pemasaran ..................................................................... 27
3.5.1 Pasar .................................................................................................. 27
3.5.2 Persaingan ......................................................................................... 28
3.5.3 Pemasaran .......................................................................................... 29
3.5.3.1 Produk Berkualitas ................................................................ 29
3.5.3.2 Pengendalian Mutu ............................................................... 29
3.5.3.3 Penentuan Harga ................................................................... 30
3.5.3.4 Promosi ................................................................................. 32
3.6 Aspek Teknis ............................................................................................... 32
3.6.1 Proses Produksi ................................................................................. 32
3.6.2 Rancang Line Balancing ................................................................... 37
3.6.3 Alokasi Tenaga Kerja ........................................................................ 38
3.6.4 Kapasitas Produksi ............................................................................ 38
3.6.5 Teknologi yang digunakan ................................................................ 39
3.6.6 Kebutuhan Bahan Baku ..................................................................... 40
3.6.7 Lokasi Projek ..................................................................................... 45
3.7 Aspek Keuangan .......................................................................................... 45
3.7.1 Permodalan Usaha ............................................................................. 45
3.7.1.1Kebutuhan dana Modal Tetap ................................................ 46
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
xii
3.7.1.2 Kebutuhan Dana Modal Kerja .............................................. 46
3.7.2 Sumber Permodalan .......................................................................... 46
4. ANALISA DATA ............................................................................................. 48
4.1 Analisa Suku Kamoro ................................................................................. 48
4.2 Analisa CSR PT. Freeport Indonesia .......................................................... 49
4.3 Analisa Aspek Pemasaran ........................................................................... 49
4.3.1 Analisa SWOT .................................................................................. 49
4.3.2 Marketing Mix ................................................................................... 51
4.4 Analisa Kelayakan Aspek Teknis ................................................................ 52
4.5 Analisa Kelayakan Aspek Keuangan .......................................................... 53
5. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 54
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 54
5.2 Saran ............................................................................................................ 54
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Rencana Pembangunan Perumahan ...................................................... 26
Tabel 3.2. Perhitungan Kebutuhan Batako ............................................................ 27
Tabel 3.3. Penentuan Harga ................................................................................... 31
Tabel 3.4. Waktu Standar Teoritis Tiap Elemen Kerja .......................................... 36
Tabel 3.5. Waktu Standar Real Tiap Elemen Kerja ............................................... 36
Tabel 3.6. Proses Pembuatan Cetakan dengan 3 orang .......................................... 37
Tabel 3.7. Kebutuhan Dana Modal Tetap .............................................................. 46
Tabel 3.8. Kebutuhan Modal Kerja ........................................................................ 46
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Jumlah Suku Kamoro Menurut Jenis Kelamin ................................. 22
Gambar 3.2. Komposisi Penduduk ........................................................................ 23
Gambar 3.3. Limbah Pasir Tailing ......................................................................... 26
Gambar 3.4. Batako................................................................................................ 29
Gambar 3.5. Uji Jatuh ............................................................................................ 30
Gambar 3.6. Pengadukan Semen Dengan Pasir ..................................................... 33
Gambar 3.7. Pengadukan Semen Dengan Air ........................................................ 34
Gambar 3.8. Penyiraman Dengan Sedikit Air ........................................................ 34
Gambar 3.9. Mencetak Batako ............................................................................... 34
Gambar 3.10. Produk Jadi ...................................................................................... 35
Gambar 3.11 Diagram Precedence Elemen Kerja Pembuatan Batako .................. 37
Gambar 3.12. Perkiraan Kasar Stasiun Kerja ......................................................... 38
Gambar 3.13. Daftar Peralatan ............................................................................... 39
Gambar 3.14. Penyimpanan Semen ....................................................................... 41
Gambar 3.15. Penyimpanan pasir .......................................................................... 42
Gambar 3.16. Uji Pasir Dengan Menggunakan Tangan ........................................ 43
Gambar 3.17. Uji Pasir Dengan Menggunakan Botol ........................................... 43
Gambar 3.18. Uji Pasir Dengan Menggunakan Kain ............................................. 44
Gambar 3.19. Peta Lokasi ...................................................................................... 45
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
1 Universitas Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Globalisasi telah menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan yang
begitu cepat didalam hidup, yang menuntut masyarakat untuk lebih cepat
beradaptasi, mempunyai ketahanan, mampu melakukan perubahan arah dengan
cepat dan memusatkan perhatiannya pada ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah meningkatkan manusia
pada taraf peradaban yang lebih tinggi. Kemajuan peradaban dan langkah
pembangunan merupakan dua hal yang umumnya berjalan secara beriringan.
Melalui berbagai aktifitas pembangunan itu manusia meningkatkan kualitas
kehidupan, mengkonstruksi tata-nilai kehidupan dan akhirnya membentuk sebuah
peradaban masyarakat modern.
Di Papua tepatnya Kabupaten Mimika terdapat sebuah suku yang bernama
Suku Kamoro. Wilayah tinggal Suku Kamoro memanjang dari Teluk Etna di barat
laut ke sungai Otokua di tenggara dan Pegunungan Cartenz di utara. Populasi
suku ini sekitar 15.000 jiwa yang terbagi dalam beberapa desa dan pemukiman
transmigrasi Timika, kota kecil terdekat dengan daerah penambangan PT.
Freeport Indonesia. Daerah penambangan tembaga di Grasberg merupakan salah
satu deposit tembaga terkaya di dunia. Kegiatan PT. Freeport Indonesia tentunya
membawa banyak perubahan ekonomi serta menyebabkan migrasi pendatang
untuk bekerja. Meskipun demikian, perubahan sosial ekonomi yang diakibatkan
oleh kegiatan PT. Freeport Indonesia pada kenyataannya tidak memberi banyak
dampak dan implikasi sosial yang baik bagi kehidupan suku Kamoro yang secara
tradisional hidup dari memancing dan menebang sagu di hutan dan berburu.
Disekitar Timika, terdapat sebuah PLTU yang berkapasitas 100 MW guna
memasok kebutuhan listrik operasi penambangan. Abu terbang yang merupakan
sisa pembakaran batubara di PLTU dapat digunakan sebagai bahan baku
pembuatan semen geopolimer atau bahan bangunan lain. Pembuatan bahan
bangunan dengan teknologi geopolimerisasi tidak membutuhkan investasi padat
modal dan teknologi tinggi dan proses pembuatannya pun sederhana dan tidak
memerlukan keterampilan khusus.
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
2
Universitas Indonesia
Hal ini membuka kesempatan untuk memanfaatkan abu terbang dari PLTU
dengan memberdayakan masyarakat dari Suku Kamoro dalam tahap perencanaan
dan operasionalisasi pabrik dengan harapan akan membawa dampak perubahan
yang positif bagi kelangsungan hidup Suku Kamoro kedepannya.
Untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam
melaksanakan suatu kegiatan usaha diperlukan analisis mengenai kelayakan
sebuah investasi. Hasil analisis ini akan digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam pengambilan sebuah keputusan mengenai layak atau tidaknya investasi
tersebut. Pengertian layak dalam penelitian ini adalah kemungkinan dari investasi
yang akan dilaksanakan dapat memberikan maanfaat dalam arti keuangan maupun
keuntungan sosial. Dengan adanya analisis kelayakan investasi ini diharapkan
resiko kegagalan dapat dihindari.
Adapun analisis kelayakan investasi ini mencakup pada beberapa aspek
yaitu :
• Aspek pemasaran, untuk menilai apakah perusahaan yang akan melakukan
investasi ditinjau dari segi pemasaran memiliki peluang pasar yang diinginkan
atau tidak. Atau dengan kata lain seberapa besar potensi pasar yang ada untuk
produk yang ditawarkan dan persaingan dengan produk yang sejenis.
• Aspek keuangan, untuk menilai biaya-biaya apa saja yang diperlukan untuk
kegiatan usaha tersebut dan seberapa besar biaya-biaya yang akan dikeluarkan
tersebut. Kemudian juga menelaah seberapa besar pendapatan yang akan
diterima jika investasi tadi dijalankan.
• Aspek teknik dan operasional, analisis mengenai lokasi usaha, penentuan
kapasitas dan proses produksi, pemilihan teknologi yang tepat guna,
banyaknya tenaga kerja yang diperlukan dan kemampuan yang dimilikinya,
ketersediaan bahan baku dan kemudahan untuk mendapatkannya,n serta
perluasan usaha selanjutnya. Penelitian mengenai lokasi meliputi berbagai
pertimbangan, apakah harus dekat dengan pasar, dekat dengan bahan baku,
dengan sumber tenaga kerja, kelengkapan sarana dan prasana yang memadai
untuk kegiatan usaha tersebut, dengan pusat pemerintahan, lembaga keuangan,
pelabuhan, rencana masa depan dan pertimbangan-pertimbangan lainnya.
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
3
Universitas Indonesia
1.2 Digaram Keterkaitan Masalah
Bagian sebelumnya telah memberikan latar belakang dari penelitian ini.
Untuk dapat memberikan gambaran sistemik yang lebih menyeluruh, maka
disusun suatu diagram keterkaitan permasalahan seperti pada gambar 1.1.
Gambar 1.1. Diagram Keterkaitan Masalah
Diagram tersebut akan membawa kepada bagian berikutnya, yakni
perumusan permasalahan.
1.3 Perumusan Masalah
Perubahan sosial ekonomi yang disebabkan oleh kegiatan PT. Freeport
Indonesia pada kenyataannya tidak memberi banyak dampak dan implikasi sosial
bagi kehidupan Suku Kamoro. Kondisi ini bertolak belakang dengan kenyataan
bahwa begitu banyak potensi sumber daya tersedia yang bisa dimanfaatkan oleh
masyarakat. Pemberdayaan dan penyadaran akan potensi yang bisa diambil Suku
Kamoro untuk meningkatkan taraf hidupnya perlulah dikembangkan. Untuk itu
perlu untuk menganalisis kelayakan investasi industri kecil bahan bangunan
geopolimer untuk pemberdayaan Suku Kamoro.
Penambangan PT. Freeport Indonesia
PLTU menghasilkan limbah yang bisa
dimanfaatkan
Ketersediaan SDM yang melimpah
Masyarakat suku Kamoro yang masih
nomaden
Volume kebutuhan bahan bangunan tinggi
Keterbelakangan kehidupan suku Kamoro
Pembangunan yang berkelanjutan
Harga bahan bangunan mahal
Peluang investasi
Analisis kelayakan investasi bahan bangunan geopolimer
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
4
Universitas Indonesia
1.4 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan suatu
investasi industri kecil bahan bangunan geopolimer untuk pemberdayaan
masyarakat Suku Kamoro di Papua.
1.5 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam pembuatan tugas akhir adalah analisis kelayakan
investasi industri kecil yang berfokus pada aspek pemasaran, aspek keuangan,
aspek teknik dan operasional. Penelitian yang akan dilakukan hanya sampai tahap
skala projek dan target pasar yang ingin dibidik adalah penduduk sekitar Timika –
Papua.
1.6 Metodologi Penelitian
Untuk mencapai tujuan diatas, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Melakukan identifikasi masalah secara umum.
2. Mengumpulkan dan mendalami teori yang berhubungan dengan permasalahan
yang telah dipilih.
3. Menentukan tujuan penelitian berdasarkan hasil identifikasi masalah yang
berguna untuk menentukan arah dan hasil yang ingin dicapai melalui
penelitian ini.
4. Menentukan ruang lingkup penelitian dengan memperhatikan berbagai
kendala sehingga penelitian lebih terarah, terfokus dan berjalan sesuai dengan
rencana yang dibuat sehingga pada akhirnya dapat memberikan hasil yang
maksimal sesuai dengan tujuan penelitian.
5. Menentukan aspek dan mengumpulkan data yang diperlukan, mencakup data
aspek pemasaran, aspek keuangan, aspek teknis dan operasional.
6. Melakukan pengolahan dan berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan
sebelumnya. Sama dengan pada tahap pengumpulan, pengolahan data juga
dikelompokkan menjadi tiga aspek yaitu aspek pemasaran, aspek keuangan,
aspek teknis dan operasional.
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
5
Universitas Indonesia
7. Menganalisis hasil pengolahan data yang dilakukan. Tahap analisis juga
dibagi menjadi analisis pemasaran, analisis keuangan, analisis teknis dan
operasional.
8. Membuat kesimpulan dari hasil analisis.
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan tugas akhir ini dibagi dalam enam bab,
masing-masing bab dapat diuraikan sebagai berikut :
• Bab I : Pendahuluan
Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang permasalahan, diagram yang
menggambarkan keterkaitan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,
batasan masalah, metodologi penelitian serta sistematika penulisan agar studi
yang dilakukan lebih terarah.
• Bab II : Landasan Teori
Bab ini berisi pemaparan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian yang
dilakukan, sebagai dasar pemikiran dari penelitian ini.
• Bab III : Pengumpulan dan Pengolahan Data
Bab ini berisi tentang data yang diperoleh dan diperlukan dalam penelitian
untuk selanjutnya diolah dan diguakan untuk tahapan berikutnya.
• Bab IV : Analisis kelayakan investasi industri
Bab ini, akan dilakukan pengolahan data yang telah didapatkan dalam
penelitian dan juga analisisnya.
• Bab V : Kesimpulan
Bab ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan-kesimpulan dan saran
yang didapat berdasarkan hasil analisis untuk menjawab permasalahan.
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
6 Universitas Indonesia
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Analis Kelayakan Investasi
Investasi merupakan usaha menanamkan faktor-faktor produksi yang
langka dalan suatu proyek tertentu. Tujuan utama dari investasi ini adalah
memperoleh berbagai manfaat yang cukup layak di kemudian hari. Manfaat tadi
dapat berupa imbalan keuangan, misalnya laba, manfaat non-keuangan atau
kombinasi dari keduanya (Sutojo, 1996).
Untuk mengurangi kemungkinan kegagalan proyek yang akan
dilaksanakan, perlu dilakukan analisa kelayakan investasi. Yang dimaksud dengan
studi kelayakan adalah suatu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu proyek,
yang biasanya merupakan proyek investasi yang akan dilaksanakan. Definisi lain
dari studi kelayakan adalah studi tehadap kelayakan dari suatu pendirian usaha
baru, modifikasi produk lama atau diversifikasi ke lini produk.
Studi kelayakan biasanya dilakukan sebelum investasi ditanankam. Studi
ini digunakan untuk kepentingan berbagai pihak, seperti para investor, pihak
kreditor, pihak manajemen perusahaan pihak pemerintah dan juga digunakan
untuk perencanaan pembangunan ekonomi. Studi kelayakan digunakan untuk
mencegah adanya investasi yang bersifat emosional atau yang hanya mengikuti
trend saja, yang berakibat investasi yang ditanamkan tidak menghasilkan
keuntungan atau dapat hilang begitu saja.
Untuk memulai suatu kegiatan dalam bidang dunia usaha, diperlukan suatu
penilaian sejauh mana kegiatan tersebut dapat memberikan manfaat atau dapat
bermanfaat bila kegiatan tersebut diusahakan. Usaha penilaian tersebut dilakukan
sebelum kegiatan tersebut dikerjakan. Kegiatan untuk menilai sejauh mana
manfaat yang diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha, disebut dengan
studi kelayakan.
Dari penjabaran diatas, dapat dikatakan pula bahwa sebelum adanya
langkah lebih lanjut untuk melaksanakan suatu kegiatan usaha diperlukan suatu
analisis penilaian yang dapat menunjukkan apakah kegiatan tersebut dapat
bermanfaat bila dikerjakan. Bermanfaat dalam hal ini tergantung pada jenis usaha
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
7
Universitas Indonesia
yang akan dilaksanakan, bila usaha tersebut merupakan usaha yang lebih
menjurus pada social needs maka usaha tersebut diharapkan dapat bermanfaat ke
arah yang lebih umum atau manfaat sosial bila usaha tersebut lebih menjurus ke
arah bisnis individu maka usaha tersebut diharapkan bermanfaat ke arah yang
lebih individual atau manfaat individu.
Disamping itu, dapat diartikan bahwa studi kelayakan adalah suatu
penelitian tentang dapat atau tidaknya suatu usaha untuk dilaksanakan dengan
berhasil. Selain tujuan-tujuan tersebut di atas, suatu studi kelayakan juga bertujuan
untuk :
• Menghindari terjadinya penanaman modal secara tidak tepat.
• Menentukan jenis usaha yang lebih dipilih dari beberapa alternatif usaha
lainnya.
• Mengetahui lebih awal secara perhitungan keuntungan yang akan didapat
dari investasi yang ditanam.
Menentukan prioritas-prioritas dari usaha yang akan dilaksanakan.
Evaluasi proyek dan rencana investasi akan memberikan gambaran seberapa jauh
rencana investasi pada suau proyek tertentu dapat dipertanggungjawabkan dari
berbagai macam segi.
Secara umum, studi kelayakan proyek akan mencakup aspek-aspek
berikut, yaitu :
• Aspek pasar dan pemasaran.
• Aspek teknis dan teknologi.
• Aspek keuangan dan ekonomi.
Pada skripsi ini, aspek manajemen operasional tidak dibahas, karena sudah
tercakup dalam analisa SWOT
.
2.2 Aspek Pasar Dan Pemasaran
Pasar dan pemasaran merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan satu
sama lainnya. Pasar dan pemasaran memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi
dan saling mempengaruhi satu sama lainnya.
Sebelum melakukan studi kelayakan pada aspek-aspek lainnya, yang
pertama perlu diketahui adalah kelayakan pasar dan pemasaran dari proyek yang
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
8
Universitas Indonesia
akan dilaksanakan. Karena, apabila tidak ada pasar yang dapat menyerap hasil
produksi proyek maka studi kelayakan yang dikerjakan tidak perlu dilanjutkan.
Dalam menganalisa kelayakan suatu investasi berdasarkan kelayakan
aspek pemasaran, ada beberapa metode yang digunakan, antara lain sebagai
berikut:
1. Analisa SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, Threat).
2. Marketing mix.
3. Segmentasi pasar.
2.2.1 Analisa SWOT
Analisa SWOT adalah suatu suatu teknik analisa yang memadukan antara
analisa terhadap faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi suatu
perusahaan atau organisasi. Analisa internal meneliti sumber daya perusahaan itu
sendiri dan memberikan pernyataan tentang kekuatan (strenght) dan kelemahan
(weakness) perusahaan.
Sedangkan analisa eksternal yang dilakukan meneliti hal-hal di luar
perusahaan yang dapat mempengaruhi jalannya usaha, seperti kondisi ekonomi
negara, trend yang berlaku di masyarakat, kebijakan pemerintah, dan sebagainya.
Hasil analisa ini akan memberikan gambaran tentang kesempatan (opportunity)
yang dimiliki dan ancaman (threat) yang membahayakan perusahaan (Sutojo,
1996).
Analisa ini memberikan gambaran kepada perusahaan mengenai kondisi
yang dihadapi sehingga perusahaan dapat menentukan strategi terbaik yang akan
dijalankan kedepannya.
a. Strengths atau kekuatan-kekuatan yang dimiliki adalah faktor internal yang
merupakan keunggulan sumber daya internal yang dimiliki perusahaan.
b. Weakness atau kelemahan-kelemahan yang dimiliki adalah faktor internal
yang merupakan kelemahan perusahaan karena keterbatasan sumber daya
tertentu
c. Opportunities atau peluang-peluang yang dapat menguntungkan adalah faktor
eksternal yang merupakan kesempatan yang dapat mendatangkan keuntungan
dan keunggulan bagi perusahaan
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
9
Universitas Indonesia
d. Threats atau ancaman-ancaman yang dapat melemahkan atau merugikan adalah
faktor eksternal yang merupakan ancaman yang dapat merugikan atau
menyulitkan perusahaan.
2.2.2 Marketing mix
Marketing mix atau bauran pemasaran merupakan kombinasi dari empat
faktor yang paling mempengaruhi pamasaran, yaitu
1. Produk (product), adalah hasil yang diperoleh dari proses produksi baik berupa
barang maupun jasa.
2. Pangsa (price), adalah sejumlah uang yang diserahkan dalam pertukaran untuk
mendapatkan suatu barang atau jasa.
3. Tempat (place), adalah adalah dimana suatu proyek akan didirikan baik untuk
pertimbangan lokasi dan lahan usaha.
4. Promosi (promotion), adalah sarana promosi yang digunakan untuk
menginformasikan, menarik dan mempengaruhi calon konsumennya.
Keempat faktor ini sering disebut sebagai 4P dalam marketing mix.
Perusahaan harus mampu mengontrol keempat faktor tersebut agar dapat berhasil
dalam usahanya. Jika faktor-faktor tersebut berhasil diwujudkan dengan baik,
maka kemungkinan untuk berhasilnya proses pemasaran sangatlah besar.
Perhatian kepada keempat faktor ini harus dilihat sebagai sebuah integrasi, tidak
bisa bersifat parsial.
Sebuah pasar terdiri dari konsumen potensial dengan kebutuhan atau
keinginan tertentu yang mungkin mau dan mampu untuk ambil bagian dalam jual
beli guna memuaskan kebutuhan atau keinginan tersebut (Kotler, 1992).
Setiap pasar bisa dibagi menjadi kelompok-kelompok calon konsumen
yang punya ciri khas yang sama. Kelompok-kelompok ini disebut segmen pasar.
Keuntungan bagi pemasar adalah setiap segmen mempunyai keragaman yang
lebih sedikit dibandingkan dengan pasar secara keseluruhan.
Ada tiga variabel pembagian pasar yang luas, yaitu:
• Berdasarkan geografis.
• Berdasarkan konsumen.
• Berdasarkan produk yang dijual.
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
10
Universitas Indonesia
Setiap ada kegiatan pasar selalu diikuti oleh pemasaran dan setiap kegiatan
pemasaran adalah untuk mencari atau menciptakan pasar. Pemasaran merupakan
bagian yang sangat vital bagi sebuah perusahaan karena bagian ini dapat
dikatakan merupakan ujung tombak perusahaan. Pemasaran memiliki definisi
yang sangat luas dan beragam cakupannya.
Pemasaran didefinisikan suatu proses sosial dan manajerial dengan mana
individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan
dengan cara menciptakan serta mempertukarkan produk dan nilai dengan pihak
lain.
Dalam analisis kelayakan usaha, aspek pemasaran juga merupakan salah
satu aspek yang terpenting. Rencana pendirian dan pengembangan usaha dimulai
dengan adanya suatu cita-cita atau sasaran yang dapat dirumuskan menjadi visi,
misi dan tujuan perusahaan. Langkah selanjutnya adalah melakukan riset
pemasaran dan analisis pasar, menyusun strategi pemasaran dan program
pemasaran dan kemudian mengimplementasikannya
Pemasaran produk yang baik harus memperhatikan calon konsumen yang
akan membeli produk tersebut. Faktor-faktor ini terdiri dari:
• Kebutuhan konsumen.
• Keuntungan bagi konsumen.
• Persaingan yang dihadapi.
Strategi pemasaran adalah sebuah rencana dengan menggunakan berbagai
alat pemasaran untuk mencapai tujuan dalam situasi pemasaran, yaitu komitmen
mengenai arah perusahaan di masa datang (E Davies dan BJ Davies, 1993).
Strategi pemasaran terdiri dari:
• Keunggulan produk, produk tersebut memiliki kelebihan dibandingkan
produk lain yang sejenis. Desain dan mutu yang lebih baik, harga lebih
rendah, biaya lebih unggul karena bahan baku dan tenaga kerja lebih
murah dan lain sebagainya.
• Pengendalian mutu produk, dimana produk yang akan ditawarkan kepada
calon konsumen harus sudah melewati beberapa tahapan uji produk.
Spesifikasi produk digunakan sebagai standar kualitas. Spesifikasi ini
meliputi bahan baku yang digunakan harus menggunakan bahan baku
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
11
Universitas Indonesia
dengan kualitas yang baik, proses pembuatan yang tidak menerima dan
melanjutkan barang cacat dan hanya memproses barang dengan kualitas
yang baik, ukuran (size), warna, tekstur, model (bentuk), dan sebagainya.
• Penentuan harga yang rasional sangat penting untuk diperhatikan,
mengingat harga merupakan salah satu penyebab laku tidaknya produk
yang ditawarkan. Salah dalam menentukan harga akan berakibat fatal
terhadap produk yang ditawarkan dan berakibat tidak lakunya produk
tersebut di pasar. Untuk itu penentuan harga sangatlah penting untuk
dilakukan dengan cermat.
Penentuan harga berdasarkan biaya, yaitu:
a. Cost plus pricing
Metode penentuan cost plus pricing menggunakan rumus :
........................................................ 2.1.
dimana:
VC : Variabel cost (biaya variabel)
FC : Fixed cost (biaya tetap)
TS : Total sales (total penjualan)
b. Cost plus pricing dengan mark up
............... 2.2.
• Promosi, kegiatan ini merupakan kegiatan yang sama pentingnya dengan
ketiga kegiatan diatas. Tanpa promosi yang baik dan menarik jangan
diharapkan pelanggan dapat mengenal produk yang ditawarkan. Promosi
merupakan sarana yang paling ampuh untuk menarik dan mempertahankan
konsumennya. Salah satu tujuan promosi adalah menginformasikan segala
jenis produk yang ditawarkan dan berusaha menarik calon konsumen yang
baru untuk membeli produk yang ditawarkan
.
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
12
Universitas Indonesia
Keempat macam sarana promosi yang dapat digunakan
1) Periklanan (advertising)
2) Promosi penjualan (sales promotion)
3) Publisitas (publicity)
4) Penjualan pribadi (personal selling)
2.2.3 Segmentasi target dan posisi pemasaran.
Penting untuk mengetahui pasar dari produk yang akan ditawarkan.
Karena sifat pasar yang heterogen, maka sebaiknya terlebih dahulu
melakukan segmentasi pasar sehingga pasar yang beragam tersebut dapat
dipilah-pilah menjadi beberapa bagian yang homogen.
Setelah pasar terbagi kedalam segmen-segmen yang homogen, dapat
ditentukan target pasar yang ingin dituju. Setelah memiliki sasaran yang terarah,
hendaknya perusahaan menempatkan dirinya pada sebuah posisi yang unik, yang
mampu membedakannya dari perusahaan-perusahaan pesaing.
2.3 Aspek Teknis Dan Teknologi
Aspek teknis dan teknologi menyelidiki hal-hal teknis yang berhubungan
dengan usaha dan teknologi yang akan digunakan nantinya.
Faktor-faktor yang ditinjau dalam aspek teknis dan teknologi ini, adalah:
• Jenis produk yang dihasilkan, menentukan spesifikasi yang meliputi bahan
baku yang digunakan, proses pembuatan, ukuran (size), warna, tekstur,
model (bentuk), dan sebagainya. Produk yang dihasilkan harus dapat
memberikan kenyamanan bagi konsumen.
• Proses produksi, pembuatan suatu produk dari bahan mentah hingga
menjadi barang jadi.
• Tenaga kerja, ketersediaan tenaga kerja dan kemampuan pengetahuan
yang dimiliki untuk dapat menunjang kegiatan usaha.
• Kapasitas produksi, jumlah produk yang seharusnya diproduksi untuk
mencapai keuntungan yang optimal. Hal yang menjadi pertimbangan
antara lain, batasan permintaan, tersedianya kapasitas mesin yang dibatasi
oleh kapasitas teknis atau kapasitas ekonomis, jumlah dan kemampuan
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
13
Universitas Indonesia
tenaga kerja untuk dapat memenuhi rencana produksi yang telah
ditentukan, kemampuan finansial dan manajemen.
• Teknologi yang digunakan, adalah cara/teknik proses produksi dengan alat
produksi serta bahan baku dan penolong untuk menghasilkan suatu
produk. Teknologi yang digunakan tidak harus modern akan tetapi
teknologi yang digunakan harus tepat.
• Bahan baku, kebutuhan akan bahan baku yang ditunjang dengan
ketersediaan yang cukup dan kemudahan untuk mendapatkannya. Karena
bahan baku merupakan salah satu faktor terpenting dalam suatu kegiatan
usaha.
• Lokasi proyek, penentuan lokasi dan dan distribusi beserta sarana dan
prasarana pendukung menjadi sangat penting, hal ini disebabkan agar
konsumen mudah menjangkau setiap lokasi yang ada serta
mendistribusikan produk tersebut. Dekat dengan bahan baku dan sumber
tenaga kerja. harus memberikan rasa yang nyaman dan aman kepada
seluruh konsumennya. Memiliki sarana dan prasarana yang cukup
memadai hingga
2.3.1 Produk
Menurut Ulrich dan Eppinger, produk adalah sesuatu yang dijual
perusahaan kepada konsumennya. Sedangkan menurut Kotler (1992), produk
adalah segala sesuatu yang dapat diberikan kepada seseorang guna memuaskan
suatu kebutuhan atau keinginan. Istilah produk biasanya digunakan bagi produk
berwujud, sedangkan produk yang tidak dapat dilihat wujudnya, tetapi dapat
dirasakan disebut dengan jasa. Produk yang berhasil adalah produk yang dapat
memenuhi keinginan konsumen dan keuntungan yang layak bagi perusahaan.
2.3.2 Rencana Produksi
Rencana produksi adalah perencanaan jumlah dan jenis produk yang akan
dihasilkan atau diproduksi oleh perusahaan pada suatu periode tertentu. Faktor-
faktornya yang memperngaruhi rencana produksi adalah:
• Pangsa pasar.
• Kapasitas produksi.
• Kemampuan finansial dan manajemen.
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
14
Universitas Indonesia
2.3.3 Teknologi
Pemilihan teknologi (peralatan dan metode kerja) yang dipergunakan
dalam melakukan suatu kegiatan usaha harus dapat memenuhi kriteria yang
ditentukan oleh perusahaan. Kriteria yang harus menjadi bahan pertimbangan
antara lain:
• Ketepatan jenis teknologi yang digunakan.
• Keberhasilan penggunaan teknologi tersebut di tempat lain yang sejenis.
• Kemampuan pengetahuan tenaga kerja.
• Kemungkinan penggunaan teknologi baru yang lebih maju.
2.3.4 Lokasi
Penentuan lokasi usaha yang digunakan untuk menjalankan suatu usaha
telah melalui pertimbangan-pertimbangan yang matang. Variabel-variabel yang
perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu
variabel primer (utama) dan variabel sekunder (bukan utama) (Husnan dan
Suwarsono, 1994).
Variabel primer diantaranya adalah sebagai berikut :
• Ketersediaan bahan mentah.
• Jarak lokasi usaha.
• Ketersediaan listrik dan air.
• Transportasi.
Sedangkan untuk variabel sekunder diantaranya adalah sebagai berikut :
• Hukum dan peraturan yang berlaku.
• Sikap dan kondisi masyarakat sekitar.
• Rencana masa depan perusahaan.
2.4 Aspek Ekonomis Dan Keuangan
Aspek ini memperhitungkan berapa jumlah biaya yang dibutuhkan untuk
membangun dan kemudian mengoperasikan suatu kegiatan usaha yang akan
direalisasikan. Biaya ini dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu modal tetap
dan modal kerja. Selain itu, perlu dipelajari juga sumber dana yang dibutuhkan
dan struktur permodalan kegiatan usaha yang akan dijalankan. Hal penting yang
tidak boleh dilupakan adalah penelitian mengenai kemampuan kegiatan suatu
usaha untuk menghasilkan keuntungan, kesehatan keuangan usaha secara ekonomi
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
15
Universitas Indonesia
dan kemampuannya memenuhi kewajiban terhadap pihak ketiga apabila ada dan
tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan.
2.4.1 Pembiayaan Usaha
Dana modal tetap dipergunakan antara lain untuk membiayai kegiatan pra-
investasi, pengadaan peralatan dan biaya-biaya lain yang bersangkutan dengan
pembangunan usaha. Jenis modal tetap yang diperlukan adalah:
• Penyediaan tanah atau lokasi untuk membangun usaha.
• Gedung dan bangunan lain.
• Peralatan.
Modal kerja adalah dana yang diperlukan untuk operasi perusahaan
berdasarkan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah ditentukan oleh perusahaan
dan rencana-rencana yang telah ditetapkan untuk dilaksanakan. Modal kerja
keseluruhan (gross working capital) adalah modal kerja yang digunakan sebagai
dana yang terikat pada harta lancar yang terdapat pada neraca. Modal kerja ini (net
working capital) merupakan selisih antara harta lancar dengan kewajiban segera.
2.4.2 Sumber pembiayaan
Sumber pembiayaan suatu usaha dapat terdiri dari modal sendiri,
penyertaan modal pihak lain, pasar saham, pinjaman dari lembaga keuangan, dan
sebagainya. Oleh karena itu, perlu diteliti lebih detail seberapa jauh sumber-
sumber dana tersebut dapat diperoleh, bagaimana manfaatnya kepada proyek, dan
bilamana akan digabungkan bagaimana pula keseimbangan yang paling serasi
untuk dapat merealisasikan dan mencapai tujuan dari proyek tersebut..
2.4.3 Evaluasi keuangan
Dari segi keuangan, perusahaan dikatakan sehat jika dapat memenuhi
kewajiban finansial ke dalam dan ke luar serta dapat mendatangkan keuntungan
yang layak bagi perusahaan. Kewajiban finasial ke dalam terdiri dari berbagai
macam beban pembiayaan operasi seperti pembelian bahan baku, bahan
pembantu, pembayaran gaji, biaya listrik dan air, dan lain-lain. Sedangkan
kewajiban ke luar terdiri dari pembayaran kembali pinjaman beserta bunganya
kepada pihak luar bila ada.
Untuk dapat mengevaluasi kesehatan perusahaan secara keuangan perlu
adanya suatu laporan keuangan dan teknik-teknik penelitian kesehatan keuangan
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
16
Universitas Indonesia
perusahaan. Berbagai laporan keuangan dan teknik analisa yang digunakan,
adalah:
1. Harga Pokok Produksi
Harga pokok produksi (HPP) adalah biaya yang dikeluarkan untuk
menghasilkan suatu produk tertentu. Komponen yang membentuk HPP adalah
biaya bahan, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead usaha/pabrik.
Biaya bahan adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang
tersebut, terdiri dari biaya pembelian,biaya transportasi dan seluruh biaya yang
dikeluarkan hingga bahan tersebut dapat digunakan. Biaya tenaga kerja langsung
adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah setiap pekerja yang terlibat
dalam proses produksi secara langsung. Sedangkan biaya umum pabrik adalah
biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan dalam operasionalnya sehari-hari,
baik menghasilkan produk atau tidak. Biaya umum pabrik terdiri dari biaya tenaga
kerja tidak langsung, biaya listrik, telepon, air, biaya bangunan, depresiasi, dan
sebagainya.
2. Neraca
Neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal
dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu (Munawir, 1993)
Dari proyeksi neraca akan tergambar berapa harta perusahaan, baik harta
lancar, harta tetap, atau harta lainnya. Kemudian juga akan tergambar kewajiban
baik jangka pendek maupun jangka panjang serta modal yang dimiliki dari
periode ke periode.
Aktiva tidak terbatas pada kekayaan perusahaan yang berwujud saja, tetapi
juga termasuk pengeluaran-pengeluaran yang belum dialokasikan (deferred
charges) atau biaya yang masih harus dialokasikan pada penghasilan yang akan
datang, seta aktiva yang tidak berwujud lainnya (intangible assets) misalnya, hak
paten , hak penerbitan, dan sebagainya.
Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain
yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal
perusahaan yang berasal dari kreditor yang nantinya harus dikembalikan kepada
pihak yang memberinya.
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
17
Universitas Indonesia
Modal merupakan hak atau bagian yang dimiliki perusahaan yang
ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan. Atau
kelebihan aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutang-
hutangnya.
3. Laporan Laba Rugi
Laporan rugi laba merupakan suatu laporan yang sistematis tentang
penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode
tertentu.
Secara umum, laporan rugi laba terdiri dari
• Bagian pertama menunjukkan penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok
perusahaan (penjualan barang dagangan atau memberikan pelayanan) diikuti
dengan harga pokok dari barang/pelayanan yang dijual sehingga diperoleh kaba
kotor.
• Bagian kedua menunjukkan biaya-biaya operasi yang terdiri dari biaya
penjualan dan biaya umum/administrasi (operating expenses).
• Bagian ketiga menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh di luar operasi
perusahaan, yang diikuti dengan biaya-biaya yang terjadi di luar pokok usaha
perusahaan (non operating/financial income and expenses).
• Bagian keempat menunjukkan laba atau rugi yang insidentil (extra ordinary
gain or loss) sehingga diperoleh laba bersih sebelum pajak pendapatan.
4. Periode Pengembalian (Pay Back Period)
Payback period, adalah waktu yang dibutuhkan oleh laba atau keuntungan
lainnya untuk menyamai biaya investasi yang telah dikeluarkan. Semakin cepat
modal dapat diperoleh berarti semakin kecil resiko yang dihadapi (Newnan, 1990)
Hal-hal yang harus diingat dalam menghitung payback period adalah:
• Perhitungan yang dibuat adalah perkiraan analisa ekonomi, dan bukan suatu
kepastian.
• Semua biaya, keuntungan, investasi, dan sebagainya dihitung tanpa
memandang perbedaan waku.
• Konsekuensi ekonomi di luar payback period diabaikan sama sekali.
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
18
Universitas Indonesia
• Sebagai suatu perhitungan perkiraan, belum tentu memberikan jawaban yang
benar, jadi jawaban yang diperoleh dapat berbeda dengan hasil perhitungan
teknik analisa lainnya.
5. MARR (Minimun Attarctive Rate of Return)
Minimum attractive rate of return (MARR) atau tingkat pengembalian
minimal yang menarik adalah tingkat bunga minimal yang dibebankan kepada
investasi yang dilakukan (Newnan,1990).
Untuk mempermudah, MARR biasanya disamakan dengan tingkat suku
bunga deposito yang paling menguntungkan di negara tersebut. Suatu usaha yang
memberikan rate of return lebih kecil dari MARR, memiliki peluang kecil untuk
mendapat penanam modal.
6. NPV (Net Present Value)
Perhitungan dengan menggunakan Net Present Value didasari oleh
pemahaman bahwa nilai uang yang diterima tidak akan sama dengan uang yang
akan kita terima di masa datang, walaupun dengan nilai nominal yang sama.
Karena uang yang diterima sekarang dapat langsung digunakan kembali untuk
keperluan lainnya atau diinvestasikan kembali.
Present Value (PV) adalah perhitungan nilai sekarang dari cash flow di
masa datang. Cash flow adalah suatu realisasi atau taksiran dari pemasukan uang
(inflow) atau pengeluaran uang (out flow) yang terjadi pada suatu usaha dalam
jangka waktu tertentu. Net Present Value (NPV) adalah akumulasi dari present
value setiap periode yang ada selama umur ekonomis suatu usaha.
Suatu usaha atau proyek akan dipertimbangkan untuk diteruskan apabila
memiliki NPV positif atau NPV > 0.
PV dihitung dengan rumus:
......................................................................................................2.3.
dimana:
PV : present value yang ingin diketahui
c : cash flow periode tersebut
r : tingkat suku bunga atau pengembalian modal yang diinginkan
t : periode waktu yang dicari, dihitung dari saat perhitungan
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
19
Universitas Indonesia
7. ROI (Return of Investment)
ROI adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang digunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan dengan
keseluruhan dana yang ditanamkan di dalamnya.
Besar ROI dipengaruhi oleh:
• Tingkat perputaran aktiva yang digunakan untuk operasi (turn over dari
operating assets)
• Margin keuntungan (profit margin), yaitu besarnya keuntungan operasi yang
dinyatakan dalam prosentase dan jumlah penjualan bersih. Profit margin ini
mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan dihubungkan
dengan besarnya penjualannya.
Besarnya ROI dapat diketahui dengan rumus :
..........................................2.4.
Atau
..........................................................2.5.
Kegunaan analisa ROI
• Kegunaannya yang prinsipil adalah sifatnya yang menyeluruh. Apabila suatu
perusahaan telah menjalankan akuntansi dengan baik maka manajemen dapat
mengukur efisiensi penggunaan modal yang bekerja, efisiensi produksi dan
efisiensi bagian penjualan.
• Apabila perusahaan dapat mempunyai data industri sehingga dapat diperoleh
ratio industri sejenis, maka perusahaan dapat membandingkan efektifitas
perusahaannya dibandingkan dengan perusahaan lain.
• Analisa ROI juga dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas masing-
masing produk yang dihasilkan oleh perusahaan.
• ROI juga berguna untuk kerperluan perencanaan, seperti pada saat melakukan
ekspansi.
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
20
Universitas Indonesia
Kelemahan ROI:
• Kesukarannya untuk membandingkan rate of return untuk perusahaan yang
sejenis, apabila perusahaan itu menggunakan sistem akuntansi yang berbeda,
baik dalam penilaian persediaan, metode depresiasi, dan sebagainya.
• Fluktuasi nilai uang membuat harga suatu alat produksi akan berubah-ubah
sehingga akan mempengaruhi investment turn over dan profit margin.
• Kesimpulan yang diperoleh dengan menggunakan analisa ROI tanpa dibantu
dengan analisa lainnya akan menyesatkan.
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
21 Universitas Indonesia
BAB III
PENGUMPULAN DATA 3.1. Suku Kamoro
3.1.1. Populasi
Suku komoro tingggal di Kabupaten Mimika yang wilayahnya
memanjang dari teluk Etna di barat laut ke sungai Otokua di tenggara dan
pegunungan Cartenz di utara. Populasi suku ini sekitar 15.000 jiwa yang terbagi
dalam beberapa desa dan pemukiman transmigrasi di Timika, kota kecil terdekat
dengan daerah penambangan PT. Freeport Indonesia.
3.1.2. Pola hidup
Secara tradisional, suku Kamoro tinggal setengah mengembara dari waktu
ke waktu berulang secara rotasi. Di satu musim mereka tinggal di dekat hutan
sagu dan kebun pisang, di musin lainnya hidup di muara sungai atau tepi pantai
untuk mencari ikan. Pada waktu luang, anggota masyarakat laki-laki berburu ke
hutan. Gaya hidup seperti ini sesuai dengan sistem ekonomi dan sosial serta
keyakinan mereka. Usaha pemerintah Belanda di tahun 1920-an untuk
memukimkan mereka dalam satu desa serta masuknya agama Katolik telah
menyebabkan kebudayaan suku Kamoro mengalami disorganisasi. Usaha
pemerintah Indonesia untuk mengubah mereka menjadi petani gagal. Orang
komoro kini banyak tinggal di kota Timika, sebagian besar penduduk Kamoro
menganggur. Suku Kamoro tidak dapat berdagang (membuka warung) karena
kerabat-kerabat mereka seringkali membeli dengan cara berhutang dan tidak
pernah dilunasi. Kebiasaan untuk hutang biasanya menyebabkan mereka tidak
mendapatkan keuntungan, atau bahkan seringkali bermuara pada konflik antar
tetangga.
Suku Kamoro selain terkenal akan ukiran, nyanyian, topeng-topeng roh
dan tariannya juga terkenal pandai berburu. Berburu untuk mendapatkan
makanan. Tugas utama kaum wanita adalah menjamin agar ada cukup bahan
makanan untuk tiap kali bersantap. Di samping makanan pokok sagu, tiap hari
mereka mengayuh perahu lesung untuk mencari kayu bakar, udang dan moluska.
Sejumlah besar gastropoda juga dikumpulkan untuk dimakan. Ada cukup banyak
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
22
Universitas Indonesia
jenis krustasea (binatang berkulit keras) yang ditangkap, namun yang terutama
adalah kepiting bakau untuk dikonsumsi di rumah serta untuk dijual.
Kondisi perubahan kebudayaan nomaden (setengah mengembara)
menjadi bermukim tetap telah banyak memberikan masalah-masalah bagi
masyarakat suku Kamoro. Aktifitas pembuangan tailing yang selama ini dibuang
ke sungai mengakibatkan terjadi pendangkalan sungai-sungai di areal
permukiman mereka yang akhirnya menggangu aktifitas kehidupan sehari-
harinya. Tumpahan tailing yang berlebihan jatuh ke Wilayah Suku Kamoro, pasir
Tailing tersebut sudah menjadi mimpi buruk dan makin menambah
ketidakberdayaan Suku Kamoro. Sungai dangkal dan tercemar. Sagu kering dan
tak ada lagi perahu. Konsekuensi dari perubahan sosial ekonomi juga semakin
mempersulit mereka karena mereka belum siap menghadapi berbagai bentuk-
bentuk kebudayaan baru yang dibawa oleh pendatang. Kondisi ini bertolak
belakang dengan kenyataan bahwa begitu banyak potensi sumber daya tersedia
yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat.
3.1.3. Usia Produktif
Berdasarkan data statistik Pemda Papua tahun 2008, jumlah suku Kamoro
13903 jiwa dengan perbandingan laki-laki dan wanita seperti terlihat pada grafik
di bawah.
Gambar 3.1 Jumlah Penduduk Suku Kamoro menurut jenis kelamin
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
23
Universitas Indonesia
Penduduk yang berusia dibawah 15 tahun berkisar 629 laki-laki dan 598
wanita. Masyarakat suku Kamoro yang tergolong usia belajar (15~18 tahun)
berkisar 30%. Sehingga komposisi masyarakat suku Kamoro berdasarkan usia
seperti terlihat pada grafik dibawah ini.
Gambar 3.2 Komposisi Penduduk Suku Kamoro berdasarkan Usia
Jadi usia kerja (15~18 tahun) penduduk suku Kamoro berjumlah 4170
jiwa yang terdiri dari 2300 jiwa laki-laki dan 1870 jiwa wanita.
3.2. Limbah Abu terbang (Fly Ash)
Disekitar Timika, terdapat sebuah PLTU Puncak Jaya Power (PJP) yang
beroperasi untuk memasok kebutuhan listrik operasi penambangan dan
menghasilkan sekitar 40 ribu ton limbah abu terbang (fly ash) per tahunnya.
Berbeda dengan abu terbang yang diperoleh dari PLTU di Pulau Jawa, abu
terbang yang dihasilkan oleh PLTU Puncak Jaya banyak mengandung senyawa
kalsium hingga 40% dikarenakan proses yang dilakukan untuk mengurangi kadar
zat beracun dalam emisi gas buangnya. Tingginya kadar senyawa kalsium pada
abu terbang ini menyebabkan kekuatan mekanis yang lebih rendah pada produk
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
24
Universitas Indonesia
geopolimer tetapi masih memenuhi persyaratan standar sebagai bahan bangunan
non-struktur. Abu terbang yang merupakan sisa pembakaran batubara di PLTU
dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan semen geopolimer atau bahan
bangunan lain. Pemakaian semen geopolimer dimaksudkan sebagai alternatif
semen portland yang tinggi harganya di daerah terpencil seperti Papua. Selain
dapat digunakan sebagai bahan pengikat alternatif juga dapat digunakan sebagai
bahan pengisi (filler). Sebagai bahan pengikat, keberadaan abu terbang dapat
meningkatkan daya tekan semen sedangkan sebagai bahan pengisi abu terbang
dapat mengurangi serapan air pada semen. Pembuatan bahan bangunan dengan
teknologi geopolimerisasi tidak membutuhkan investasi padat modal dan
teknologi tinggi dan proses pembuatannya pun sederhana dan tidak memerlukan
keterampilan khusus.
3.3. Limbah Pasir tailing
Tailing adalah sisa batu alam yang digiling halus hasil pengolahan bijih
mineral. Limbah tailing adalah produk samping, reagen sisa, serta hasil
pengolahan pertambangan yang tidak diperlukan.
Limbah tailing berasal dari batu-batuan dalam tanah yang telah
dihancurkan hingga menyerupai bubur kental oleh pabrik pemisah mineral dari
bebatuan. Proses itu dikenal dengan sebutan proses penggerusan. Batuan yang
mengandung mineral seperti emas, perak, tembaga dan lainnya, diangkut dari
lokasi galian menuju tempat pengolahan yang disebut Processing Plant. Ditempat
itu proses penggerusan dilakukan. Setelah bebatuan hancur menyerupai bubur
biasanya dimasukan bahan kimia tertentu seperti sianida atau mercury, agar
mineral yang dicari mudah terpisah.
Tahapan selanjutnya adalah menggali batuan yang mengandung mineral
tertentu, untuk selanjutnya dibawa ke processing plant dan diolah. Pada saat
pemrosesan inilah tailing dihasilkan.
Mineral yang berhasil diperoleh biasanya berkisar antara 2% sampai 5%
dari total bebatauan yang dihancurkan. Sisanya sekitar 95% sampai 98% menjadi
tailing yang dibuang ketempat pembuangan. Sebagian logam-logam yang berada
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
25
Universitas Indonesia
dalam tailing adalah logam berat yang masuk dalam kategori limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3).
Tailing hasil penambangan emas biasanya mengandung mineral inert
(tidak aktif). Mineral tersebut antara lain: kwarsa, kalsit dan berbagai jenis
aluminosilikat. Tailing hasil penambangan emas mengandung salah satu atau
lebih bahan berbahaya beracun seperti Arsen (As), Kadmium (Cd), Timbal (Pb),
Mercury (Hg), Sianida (CN) dan lainnya.
Sebagai limbah sisa batuan dalam tanah, tailing pasti memiliki kandungan
logam lain ketika dibuang. Logam-logam yang berada dalam tailing sebagian
adalah logam berat yang masuk dalam kategori limbah bahan berbahaya dan
beracun (B3). Pada awalnya logam itu tidak berbahaya jika terpendam dalam
perut bumi. Tapi ketika ada kegiatan tambang, logam-logam itu ikut terangkat
bersama batu-batuan yang digali, termasuk batuan yang digerus dalam processing
plant. Logam-logam itu berubah menjadi ancaman ketika terurai di alam bersama
tailing yang dibuang.
Tailing dalam pertambangan selalu menjadi masalah yang sangat serius.
Dan menjadi salah satu masalah yang paling serius yang dihadapi oleh PT.
Freeport Indonesia. Karena hingga saat ini belum ada pengelolaan limbah yang
layak dan tailing masih dibuang ke sungai. Akibat buangan tailing yang melebihi
daya dukung lingkungan yang jelas, alam pun mengalami perubahan. Tumpahan
tailing yang berlebihan ke sungai jatuh ke wilayah Suku Kamoro telah
menyebabkan sungai menjadi dangkal dan tercemar dan juga sangat berbahaya
bagi kelangsungan hidup. Persoalan kerusakan dan pencemaran lingkungan
bukanlah keinginan PT. Freeport Indonesia namun bukan pula berkah bagi
masyarakat sekitar. Akan tetapi pasir tailing yang dihasilkan dari produksi
pertambangan di wilayah Mimika dapat digunakan sebagai filler (pengisi) untuk
pembuatan beton. Produksi tailing yang mencapai 250 ribu ton per harinya yang
dibuang ke sungai. dapat digunakan sebagai modal pembangunan yang luar biasa
dan dapat membantu mengurangi dampak pencemaran lingkungan akibat tailing
dengan mendaur ulang limbah pasir tailing.
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
26
Universitas Indonesia
Gambar 3.3. Limbah pasir tailing
3.4. Rencana Pembangunan Perumahan Di Papua
Dari data rencana pembangunan di Papua tahun 2009 akan dibangun
beberapa tipe perumahan. Dari seluruh jumlah populasi Suku Kamoro, 80% atau
sekitar 1900 kepala keluarga masih tinggal dengan perumahan seadanya. Ini
sangat di pengaruhi oleh pola hidup mereka yg semi nomaden dan keterbatasan
ekonomi. Sebagai bagian dari kegiatan CSR PT. Freepor Indonesia, rencana awal
PT.Freeport Indonesia akan membangun 200 rumah sehat dan layak huni bagi
Suku Kamoro seperti terlihat pada tabel 3.7 di bawah ini.
Tabel 3.1. Rencana Pembangunan Perumahan di Papua tahun 2009
Rencana
Pembangunan Jenis Perumahan Luas (M2) Unit
Pemda PAPUA Perumahan sehat 45 15
Perumahan masyarakat (Pemukiman) 45 337
Rumah sangat sederhana (RSS) 21 35
Asrama pelajar 100 4
PT. Freeport Perumahan Suku Kamoro 45 200
Untuk tiap 1m2 luas bangunan kira-kira membutuhkan 15 buah batako.
Lalu setelah jumlah kebutuhan tiap unitnya diperoleh maka dapat kita kalikan
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
27
Universitas Indonesia
dengan jumlah unit yang akan di bangun. Jadi akan diperoleh jumlah kebutuhan
dalam satu tahun. Untuk kebutuhan batako per bulannya dibagi dengan 12 bulan
sehingga diperoleh jumlah batako perbulannya seperti yang terlihat pada tabel
3.2.
Tabel 3.2. Tabel Rencana Pembangunan dan Perhitungan Kebutuhan Batako
Rencana
Pembangunan Jenis Perumahan
Luas
(M2) Unit
Kebutuhan
Batako per
unit
Jumlah Batako
Pemda
PAPUA Perumahan sehat 45 15 675 10125
Perumahan masyarakat
(Pemukiman) 45 337 675 227475
Rumah sangat sederhana
(RSS) 21 35 315 11025
Asrama pelajar 100 4 1500 6000
PT. Freeport Perumahan Suku Kamoro 45 200 675 135000
TOTAL KEBUTUHAN BATAKO TAHUN 2009 389625
TOTAL KEBUTUHAN BATAKO PER BULAN TAHUN 2009 32468,75~32469
Berdasarkan tabel tersebut, rata-rata kebutuhan batako untuk
pembangunan perumahan di Papua berdasarkan data tahun 2009 dan rencana
pembangunan perumahan bagi masyarakat suku Kamoro oleh PT. Freeport
adalah 32469 buah batako tiap bulannya.
3.5 Analisa Pasar Dan Pemasaran
3.5.1 Pasar
Target pasar yang akan dipilih adalah :
1. Untuk memenuhi kebutuhan pembangunan perumahan bagi suku Kamoro oleh
PT. Freeport Indonesia sebagai bagian dari kegiatan CSR.
2. Rencana pembangunan berkesinambungan yang ditetapkan oleh Pemerintah
Daerah Papua.
3. Pembangunan perumahan oleh masyarakat umum di daerah Papua (hal ini
akan bergantung pada perkembangan Pabrik Batako yang akan di bangun).
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
28
Universitas Indonesia
3.5.2 Persaingan
• Batako dengan semen portland
Produksi semen portland menghasilkan hasil buangan yang tidak sedikit.
Hasil buangan ini berupa CO2 yang dapat menimbulkan efek rumah kaca (green
house effect ) dan peningkatan suhu bumi.
Semen portland konvensional ini dibuat dengan menghaluskan kalsium
silikat yang bersifat hidrolis dan dicampur dengan bahan gips. Pembakaran pada
tungku (klin) dapat mencapai 6000°C dan menghasilkan CO2 sebagai hasil
samping pembakaran. Satu ton semen yang diproduksi akan melepaskan CO2
satu ton ke udara.
Semen portland sendiri memiliki harga yang sangat tinggi untuk daerah
terpencil seperti papua.
• Perbandingan batako dan bata merah
1. Bata merah lebih kuat dibandingkan batako, karena dimensi batako lebih besar
daripada bata merah,dan karena ada rongga di dalam batako sehingga nilai
kedap suara batako rendah, kecuali rongga tersebut diisi semen.
2. Batako memiliki berat yang lebih ringan 1/3 dibandingkan dengan bata merah
untuk jumlah yang sama.
3. Batako lebih hemat biaya daripada bata merah dari segi waktu pemasangan,
jumlah adukan yang dipakai, serta harga per m2.
4. Bila diekspose/tidak diplester, batako memberikan texture dinding yang lebih
rapi dibanding bata merah. Meskipun begitu jika memang sengaja diekspose,
bata merah bisa memberikan hasil yang lebih artistik natural karena warna
merah tanahnya, sementara batako ekspose memberi kesan struktural beton
karena warna abu-abunya. Bata merah yang diekspose membutuhkan
ketelitian dalam pemasangannya, karena itu menjadi rumit dan lama.
5. Dinding yang dibuat dari batako mempunyai keunggulan dalam hal meredam
panas dan suara.
6. Semakin banyak produksi beton semakin ramah lingkungan dari pada
produksi bata tanah liat karena tidak harus dibakar.
7. Pandangan masyarakat akan batako adalah bahan bangunan kelas dua
terkadang membuat nilai jual kembali rumah menjadi jatuh.
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
29
Universitas Indonesia
3.5.3 Pemasaran
3.5.3.1 Produk yang berkualitas
Bahan baku dari semen geopolimer yang material dasar menggunakan
abu terbang (fly ash) dan dapat juga digunakan bersama dengan pasir tailing.
Dimensi Batako 30cm x 15cm x 15cm. Batako ini dipergunakan untuk
membangun dinding rumah.
Komposisi bahan baku :
1. Kapur 40%
2. Abu terbang (fly ash) 10%
3. Pasir Tailing 40%
4. Semen 10%
Gambar 3.4. Batako
3.5.3.2 Pengendalian mutu
a. Mutu produk semen
Kebutuhan mutu dasar batako adalah kekuatan, keseragaman ukuran dan
derajat ketahanan air tertentu. Suatu batako yang baik dibuat dan disimpan
ditempat yang teduh, perbandingan adukan yang sesuai, mengadung bahan baku
yang bersih dan ditangani dengan hati-hati hingga pemakaian untuk pekerjaan
pondasi dan pemasangan
b. Pengujian batako
Batako haruslah berkualitas baik dan tanpa ada bagian yang retak, hal ini
akan terlihat jika untuk digunakan pada dinding. Batako yang kurang baik
biasanya dibuat dengan mutu semen yang jelek dan pasir yang kotor. Batako
yang kurang baik terdapat retak, mudah patah, mudah tergores dan permukaan
berpasir. Batako yang tidak keras dan tidak mempunyai daya tahan dan tidak
mampu menahan beban yang berat.
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
30
Universitas Indonesia
• Struktur,
Batako ketika patah seharusnya mempunyai struktur yang homogen, padat
dan bebas dari lubang, retak, celah, gelembung udara, gumpalan pasir dan
partikel kapur dan lain-lain. Batako dapat saja terdapat kerikil kecil, tetapi
harus merata keseluruh batako, tidak hanya terletak pada satu bagian
batako.
• Bentuk dan ukuran
Batako seharusnya berbentuk persegi panjang dengan pinggiran yang lurus
dan tajam. Semua batako mempunyai ukuran yang sama dan tidak rusak
dibagian sudut atau tepinya. Hal ini penting sebagai standar untuk menjaga
mutu produk.
• Uji jatuh
Batako yang baik seharusnya tidak patah ketika dijatuhkan pada tanah yang
keras dari ketinggian sekitar 1 meter.
Gambar 3.5. Uji jatuh
• Uji Gores
Batako yang baik memiliki permukaan yang keras sehingga kuku tidak
dapat menggoresnya.
3.5.3.3 Penentuan harga
Dalam menentukan harga batako kali ini, perusahaan tidak bertujuan
untuk mengambil keuntungan yang sebesar-besarnya. Akan tetapi lebih
berorientasi pada aspek pemberdayaan masyarakat Suku Kamoro. Oleh karena
itu, pengambilan keuntungannya pun tidaklah besar karena yang terpenting
adalah biaya operasionalnya tidaklah merugi.
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
31
Universitas Indonesia
Biaya operasional Pabrik Batako tidak semua dihitung secara mandiri
karena Pabrik Batako ini tidak berdiri sendiri. PT Freeport Indonesia ikut
berperan aktif pada keberlangsungan Pabrik Batako sebagai bagian dari kegiatan
CSR PT. Freeport Indonesia.
Dalam hal penyediaan bahan baku, abu terbang dan pasir tailing akan
disediakan oleh PT. Freeport Indonesia karena bahan baku abu terbang dan pasir
tailing merupakan limbah hasil dari PT. Freeport Indonesia.
Tabel 3.3. Penentuan harga
BIAYA BAHAN BAKUKeterangan 0,42 kg % harga /kg cost
semen 7250 kg 0,1 780Rp 5.655.000Rp fly ash 7250 kg 0,1 ‐Rp ‐Rp pasir tailing 29000 kg 0,4 ‐Rp ‐Rp kapur 29000 kg 0,4 400Rp 11.600.000Rp total batako 17400 pcstotal biaya bahan baku 17.255.000Rp biaya bahan baku per batako 992Rp gaji tenaga kerja batako 1.000Rp total biaya per batako 1.992Rp harga jual 2.000Rp keuntungan / batako 8Rp
Dikarenakan produksi hanya dilakukan siang hari dan proses produksi
yang sederhana maka tidak memerlukan adanya listrik. Sumber daya air yang
melimpah menjadikannya bisa didapat dengan gratis dan sarana dan prasarana
untuk aliran air akan disediakan oleh PT. Freeport Indonesia.
Pembayaran upah untuk setiap pekerja pada usaha batako ini dihitung
berdasarkan jumlah batako yang dihasilkan setiap harinya yaitu Rp. 1000,- untuk
setiap batako. Penentuan besarnya upah yang diterima untuk setiap orang tersebut
didasarkan pada hasil observasi yang dilakukan pada beberapa pabrik Batako
yang telah ada sebelumnya, UMR di Papua tahun 2009 sebesar Rp. 1.100.000,-
per bulan dan harga rata-rata batako yang beredar di Papua sebesar Rp. 2.000,-.
Pemberian harga jual batako dari pabrik ini dengan pertimbangan bahwa
jika harga jual batako yang ditawarkan melebihi dari
harga rata-rata batako yang beredar dipasaran, dikhawatirkan produk batako hasil
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
32
Universitas Indonesia
buatan Suku Kamoro ini tidak akan terjual karena tidak dapat bersaing secara
harga dengan pabrik batako yang lain, sehingga pemberdayaan masyarakat suku
Kamoro tidak dapat dilakukan.
3.5.3.4 Promosi
Semua Promosi yang dilakukan untuk produk batako, sepenuhnya
menjadi tanggung jawab PT. Freeport Indonesia sebagai bagian dari kegiatan
CSR PT. Freeport Indonesia. Dan tidak tertutup kemungkinan PT. Freeport
Indonesia akan bekerjasama dengan Pemerintah Papua khususnya Dinas
Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan untuk melakukan promosi dengan cara
memperkenalkan batako hasil Suku Kamoro ini sebagai bagian dari produk
unggulan daerah.
3.6 Aspek Teknis
3.6.1 Proses produksi
a. Persiapan
1. Siapkan perkakas, peralatan dan bahan.
2. Ayak pasir, langkah pertama dengan ayakan pasir 1 cm2 untuk memisahkan
batu-batu yang besar. Langkah kedua dengan ayakan yang lebih kecil (mis.
4,5mm2) untuk mendapatkan pasir halus. Pasir harus bersih dari kotoran,
sampah dan lumpur. Hal ini penting karena pasir yang terkontaminasi (mis.
akar, dedaunan, plastik, serbuk gergaji, kotoran, binatang dan manusia, dll)
tidak akan mengikat dengan semen, sehingga beton tidak kuat. Pasir dengan
persentase tanah liat dan endapan juga akan melemahkan beton, karena tanah
liat dangan endapan mengandung terlalu banyak rongga-rongga kecil yang
harus ditutup dengan semen agar mengikat dengan baik, dengan demikian
beton menjadi tidak kuat.
3. Selalu menggunakan semen baru dan tidak bergumpal untuk beton. Hal ini
dikarenakan semen yang telah lama kehilangan sifat-sifat kekuatannya. Mis.
semen yang telah disimpan sekitar 6 bulan akan berkurang kekuatannya
sekitar 30% dibandingkan semen baru. Untuk pekerjaan beton yang baik,
kekuatan sangat penting karena berpengaruh terhadap mutu bangunan secara
keseluruhan.
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
33
Universitas Indonesia
b. Mengaduk beton dengan tangan
1. Pencampuran dilakukan ditempat yang kedap air untuk mencegah air semen
merembes keluar dan harus terlindungi dari angin hujan sinar matahari. Hal ini
dikarenakan angin dan sinar matahari menguapkan air dari beton dan
mempercepat proses pembekuan sebelum digunakan. Ini membuat beton tidak
berguna untuk apapun. Hujan akan menambah air dan menyebabkan beton
menjadi sangat basah, yang menghasilkan kekuatan akhir yang lemah. Anjing
dan kucing menyebabkan kontaminasi bahan baku beton sehingga
perlindungan dengan benar diperlukan.
2. Taburkan sejumlah pasir yang telah di ayak di kotak adukan dan pastikan
kotak adukannya yang kedap air.
3. Tuang semen di atas pasir dan aduk keduanya secara bersama-sama sampai
warna keduanya tercampur, jika sudah tercampur sempurna, akan kelihatan
warna abu-abu. Sangat penting mengaduk bahan-bahan kering (pasir dan
semen) bersama-sama sebelum ditambahkan air. Hal ini dikarenakan partikel
pasir yang basah cenderung untuk lengket bersama-sama dan mencegah semen
menutupinya. Hal ini menghasilkan adukan yang tidak rata yang menurunkan
mutu beton. Karena setiap partikel pasir idealnya ditutup secara penuh dengan
semen. Selanjutnya, penambahan air bersama-sama dengan pasir dan semen
sekaligus membuat pengadukan beton menjadi sangat sulit untuk pekerja.
Gambar 3.6. Pengadukan semen dengan pasir
4. Bentuk adukan menjadi gundukan, dan buat lubang seperti cekungan di
tengah;
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
34
Universitas Indonesia
Gambar 3.7. Pengadukan semen dengan air
5. Siram dengan sedikit air secara perlahan dan aduk sampai terbentuk pasta
yang merata dan warna abu-abu akan kelihatan.
Gambar 3.8. Penyiraman dengan sedikit air
6. Periksa adukan : ambil segenggam penuh adukan dan bentuk seperti bola
kecil. Jika bola tersebut tidak retak, dan tangan sedikit basah, adukan siap
untuk dicetak
c. Mencetak beton
1. Pastikan cetakan dipancang dengan kokoh pada posisinya, dibersihkan dan
dikeringkan dengan air yang ada.
2. Beton dicetak ditanah yang rata, bersih dan mudah menguap tetapi tanpa
adanya air ketika beton dicetak.
3. Masukkan adukan beton ke dalam peralatan ukur (mis. Ember dengan garis
untuk pengukuran).
4. Tuang adukan beton dalam jumlah yang tepat ke sudut dan sepanjang
pinggiran cetakan dengan menggunakan sekop atau sendok semen. (jumlah
adukan semen yang sama akan memperoleh batako yang sama, baik
ketebalan, kekuatan, maupun kualitasnya);
Gambar 3.9. Mencetak batako
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
35
Universitas Indonesia
5. Letakkan alat tekan cetakan di atas bagian bawah cetakan;
6. Tekan alat tekan tersebut lurus ke bawah hingga “bagian kakinya”
menyentuh lantai pada ke dua sisi;
7. Injak dengan kaki ke atas “kaki” alat tekan cetakan, tekan cetakan, ambil
pegangan bagian bawah cetakan, dan secara perlahan angkat bagian atas
cetakan;
8. Perlahan-lahan letakkan bagian bawah cetakan ke tanah;
9. Keluarkan peralatan tekan dari bagian bawah cetakan dan pisahkan ke
samping;
10. Perlahan-lahan angkat bagian bawah cetakan ke atas, dan tempatkan di
samping batako yang baru jadi.
11. Biarkan batako yang baru jadi hingga kering.
12. Setelah kering, batako dapat disusun bertumpuk.
13. Bersihkan cetakan dari sisa adukan dan debu.
Gambar 3.10. Produk jadi
d. Pembersihan
1. Pada setiap akhir kerja harus membersihkan semua peralatan dan perkakas
dengan mencuci.
2. Setelah selesai membersihkan peralatan dan perkakas, simpan cetakan
batako dan juga peralatan dan bahan di tempat yang aman dan kering.
Dari urutan kerja diatas, proses pembuatan batako terbagi menjadi empat
elemen kerja yang terdiri dari :
1) Membuat adonan cetakan
2) Menyiapkan alat cetak
3) Membuat cetakan
4) Mengeluarkan hasil cetakan
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
36
Universitas Indonesia
Dari pengolahan data diperoleh waktu standar teoritis tiap-tiap elemen
kerja yang dapat dilihat pada tabel 3.4.
Tabel 3.4. Waktu Standar Teoritis Tiap-Tiap Elemen Kerja
Elemen
Kerja Keterangan Operasi
Waktu Standar
Teoritis (det)
1 Membuat adonan cetakan 49,15
2 Menyiapkan alat cetak 34,98
3 Membuat cetakan 244,01
4 Mengeluarkan hasil cetakan 74,46
TOTAL 402,61
Jadi total waktu standar teoritis untuk pembuatan 1 buah batako dengan 4
elemen kerja adalah 402,61 detik.
Untuk mendapatkan waktu yang lebih akurat (waktu standar real), maka
perlu dipertimbangkan faktor efisiensi tenaga kerja dan bahan baku. Efisiensi ini
dihitung berdasarkan pengamatan tiap-tiap elemen kerja yang ada. Dan untuk
mendapatkan waktu standar real maka waktu standar teoritis dibagi dengan
efisiensinya. Standar real untuk tiap-tiap elemen kerja dapat diihat pada tabel 3.5.
Tabel 3.5. Waktu Standar Real Tiap-Tiap Elemen Kerja
Elemen
Kerja Keterangan Operasi
Waktu
Standar
Teoritis (det)
Effisiens
i (%)
Waktu
Standar
Real (det)
1 Membuat adonan cetakan 49,15 98% 50,16
2 Menyiapkan alat cetak 34,98 95% 36,83
3 Membuat cetakan 244,01 98% 248,99
4 Mengeluarkan hasil cetakan 74,46 98% 75,98
TOTAL 402,61 411,96
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
37
Universitas Indonesia
Jadi total waktu standar real untuk pembuatan satu buah batako adalah
411,96 detik.
3.6.2 Rancang line Balancing
Dari tabel 3.4 dapat diketahui elemen kerja dan waktu yang diperlukan
masing-masing elemen kerja. Sehingga dapat dibuat precedence diagram yang
menggambarkan hubungan antar elemen kerja seperti dibawah ini.
Gambar 3.11. Diagram Precedence Elemen Kerja Pembuatan Batako
Dari precedence diagram diatas, elemen kerja dapat dikelompokkan
menjadi tiga stasiun kerja, yaitu:
• Persiapan
• Proses
• Penyelesaian
Tabel 3.6. Proses Pembuatan Cetakan dengan Tiga Orang
Stasiun Kerja
Elemen Kerja
Waktu Standar
Real (det)
Waktu Standar
Kum (det)
Paralel Pekerjaan
Waktu Standar
Baru (det)
Waktu StandarKum Baru (det)
Cycle T ime (det)
Slack T ime (det)
η (%)
Membuat adonan cetakan
50,16 50,16 1 50,16
Menyiap kan alatcetak
36,83 86,98 1 36,83 86,98 86,98 0
ProsessMembuat cetakan 248,99 248,99 3 83 83 86,98 3,99
Penyelesai an
Mengeluar kan hasilcetakan
75,98 75,98 1 75,98 75,98 86,98 11
411,96 245,96
94,26%
TOTAL
Persiapan
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
38
Universitas Indonesia
Lalu dihitung cycle time dari lini produksi yang ada. Untuk menentukan
cycle time dicari waktu terlama agar target produksi dapat terpenuhi. Diperoleh
248,99 detik, yaitu pada tahapan pembuatan adonan cetakan, dengan efisiensinya
94,26%.
3.6.3 Alokasi tenaga kerja
Untuk memperjelas lini produksi yang telah dirancang berikut ini adalah
gambaran kasar stasiun-stasiun kerja dari lini produksi .
Gambar 3.12. Perkiraan Kasar Stasiun Kerja
Untuk stasiun satu diisi oleh satu orang operator. Sedangkan untuk
menghindari penumpukkan adonan cetakan maka pada stasiun dua diisi oleh tga
orang pekerja. Ini sesuai dengan rancangan dan perhitungan line balancing yang
telah dilakukan. Sedangkan stasiun tiga diisi oleh satu operator. Jadi jumlah
tenaga kerja yang dibutuhkan untuk satu lini produksi adalah lima orang.
3.6.4 Kapasitas produksi
Masyarakat suku Kamoro memulai aktivitas yang umumnya bertani
sekitar pukul 08.00 pagi. Sekitar pukul 12.00 siang mereka beristirahat di tempat
mereka bertani, lalu melanjutkan kembali pekerjaan mereka sekitar pukul 01.00
siang. Pukul 04.00 sore mereka selesai bekerja, sebelum pulang mereka terlebih
dahulu mencari pakan untuk ternak atau peliharaan mereka yang biasanya babi.
Jadi jam kerja mereka dari pukul 8 pagi sampai 4 sore berkisar 6 sampai 7 jam
per hari.
Kapasitas yang akan dihitung adalah kapasitas produksi per hari. Untuk
penelitian ini penulis mengambil waktu bekerja 6 jam.
Jadi waktu yang tersedia adalah : 6x3600 = 21600 detik.
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
39
Universitas Indonesia
Sedangkan waktu standar pembuatan batako dengan menjumlahkan
waktu standar tiap-tiap elemen kerja setelah dilakukan penyeimbangan lini
produksi adalah 245,96 detik. Sehingga kapasitas produksi tiap hari adalah
Jadi dari 100 orang yang rencananya akan di berdayakan di awal produksi
akan terbagi menjadi 20 lini produksi karena tiap lini terdiri dari lima orang.
Sehingga kapasitas pabrik tiap hari nya menjadi 20x87x1batako = 1740 buah
batako.
3.6.5 Teknologi yang digunakan
Dikarenakan proses pengerjaan yang mudah, maka teknologi yang
dipergunakan pun sangat sederhana. Peralatan-peralatan ini harus secara teratur
dirawat, dibersihkan dan ditempatkan di tempat yang kering agar peralatan
tersebut menjadi tahan lebih lama dan juga lebih nyaman untuk digunakan. Di
bawah ini adalah daftar peralatan / perkakas untuk pembuatan batako.
1. Ayakan pasir
2. Cetakan batako
3. Kotak adukan
4. Sendok tembok
5. Sekop
6. Ember
7. Plastik (untuk melindungi batako dari kelembaban)
8. Roda pengangkut
Gambar 3.13. Daftar peralatan
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
40
Universitas Indonesia
3.6.6 Kebutuhan bahan baku
Bahan baku terdiri dari :
1. Semen geopolimer
Semen geopolimer adalah semen yang disintesa dari senyawa alumina dan
silika yang reaktif, yang diperoleh dari limbah pembangkit batu bara yang berupa
abu terbang ( fly ash ). Untuk mengubah sifatnya menjadi semen, senyawa
tersebut diaktivasi dengan menggunakan reaksi aktivator dan air. Semen
geopolimer dapat digunakan bersama dengan limbah pertambangan yang berupa
pasir tailing untuk pembuatan beton. Beton yang dihasilkan dari semen
geopolimer mempunyai kualitas yang setara dengan beton yang dihasilkan dari
semen portland konvensional. Bahkan pada kondisi tertentu semen geopolimer
lebih unggul daripada semen portland konvensional, dan memiliki waktu
pengerasan yang lebih cepat dari semen portland konvensional.
Puncak Jaya Power (PJP) yang beroperasi di wilayah Mimika
menghasilkan sekitar 40 ribu ton limbah fly ash setiap tahun. Limbah tersebut
berpotensi untuk dapat digunakan sebagai bahan baku semen geopolimer sebagai
pengganti semen portland.
• Penyimpanan semen
Semen dapat disimpan dalam kantong, aman untuk beberapa bulan jika
disimpan ditempat yang kering. Kantong kertas lebih baik sebagai tempat
penyimpanan dari pada kantong dari rami dalam hal menjaga kualitas akibat
kelembaban. Selama musim hujan, penyimpanan semen berperan sangat penting
karena kelembaban yang tinggi mempercepat rusaknya semen.
Kantong semen sebaiknya disimpan ditempat rata yang agak tinggi
(seperti palet kayu) sekitar 15-20cm dari dinding. Tumpukan semen tidak boleh
lebih dari 10 tumpuk. Kantong semen sebaiknya ditempatkan berdekatan untuk
mengurangi sirkulasi udara. Kantong semen sebaiknya jangan dibuka sebelum
digunakan.
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
41
Universitas Indonesia
Gambar 3.14. Penyimpanan semen
• Penggunaan semen baru
Semen yang disimpan lebih dari enam bulan sebaiknya tidak digunakan
untuk pekerjaan pondasi. Hal ini dikarenakan dapat mengurangi kekuatan dari
semen tersebut.
Pengurangan kekuatan rata-rata 1 : 2 : 4 sebagai akibat dari lamanya
penyimpanan adalah sebagai berikut
i) kekuatan semen baru, 100%
ii) semen setelah 3 bulan, kekuatan berkurang 20%
iii) semen setelah 6 bulan, kekuatan berkurang 30%
iv) semen setelah 12 bulan, kekuatan berkurang 40%
v) semen setelah 24 bulan, kekuatan berkurang 50%
• Pengujian mutu semen
Tanda-tanda semen yang rusak dilihat dari adanya gumpalan besar semen.
Gumpalan semen sebaiknya tidak digunakan, walaupun jika diayak. Barunya
semen dapat diuji sebagai berikut:
i) uji gumpalan
periksa semen dari gumpalan kecil dan besar, pisahkan.
ii) uji gesek
ketika semen digesek anatar jari dan kuku seperti terasa butiran halus seperti
tepung.
iii) uji pengaturan
jika tidak yakin dengan mutu semen dapat dilakukan dengan uji pengaturan
sederhana. Membuat pasta yang kental dari semen murni dan air dan
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
42
Universitas Indonesia
membentuk lapisan dengan diameter kira-kira 75 mm dengan ketebalan 12
hinga 15 mm. Lapisan harus mulai diatur kira-kira 30 sampai 60 menit.
Dalam 18 hingga 24 jam lapisan harus sudah keras sehingga permukaannya
tidak tergores dengan kuku dan jempol.
2. Pasir Tailing
Tailing adalah sisa batu alam yang digiling halus hasil pengolahan bijih
mineral. Limbah tailing adalah produk samping, reagen sisa, serta hasil
pengolahan pertambangan yang tidak diperlukan. Tailing hasil penambangan
emas biasanya mengandung mineral inert (tidak aktif). Mineral tersebut antara
lain: kwarsa, kalsit dan berbagai jenis aluminosilikat.
Pasir tailing yang dihasilkan di area pertambangan di Mimika yang cukup
melimpah ( mencapai 250 ribu ton setiap hari ) dapat digunakan sebagai pengisi
pembuatan beton.
• Mutu pasir
Mutu beton secara langsung berhubungan dengan karakteristik dan
kondisi pasir. Pasir harus bersih dari tanah liat tanaman dan bahan organik
lainnya. Karena pasir yang tercampur dengan tanah liat akan memperlambat
proses pengaturan pembekuan dan menurunkan kekuatan beton. Dengan
demikian tanah liat dan kotoran tidak boleh melebihi 10% jika tidak pasir harus
dicuci.
• Penyimpanan pasir
Pasir sebaiknya disimpan ditempat yang teduh. Pasir sebaiknya
terlindungi, seperti dari kotoran binatang, limbah pertanian, anak-anak, pohon
dan lain-lain jika memungkinkan.
Gambar 3.15. Penyimpanan pasir
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
43
Universitas Indonesia
• Pengujian mutu pasir
Ada dua cara menguji mutu pasir yaitu:
1) Uji visual / uji penglihatan
Periksa pasir dari kotoran seperti bahan organik (lumpur, dedaunan, akar-akaran
dan lain-lain)
2) Uji kandungan pasir dan kotoran
Uji kandungan pasir dan kotoran dapat dilakukan dengan tiga cara:
i) Test tangan
Contoh pasir digosokkan diantara dua telapak tangan, pasir yang bersih
hanya akan meninggalkan sedikit bekas. Jika tangan tetap kotor itu
menunjukkan adanya terlalu banyak tanah.
Gambar 3.16. Uji dengan menggunakan tangan
ii) Test botol
Ambil sebuah botol dan sisi dengan pasir hingga setengah penuh. Isi
dengan air bersih hingga ¾ penuh. Kocok dan biarkan hingga satu jam.
Pasir yang bersih akan langsung mengendap, kotoran dan tanah liat secara
perlahan-lahan akan turun di atas pasir. Ketebalan tanah liat dan kotoran
tidak boleh melebihi 1/10 atau 10% dari pasir dibawahnya. Pengujian ini
juga disebut Decantation test, pengujian ini tidak dapat diterapkan pada
pasir dari batu yang belum pecah.
Gambar 3.17. Uji dengan menggunakan botol
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
44
Universitas Indonesia
iii) Test pakaian
Hamparkan pasir pada permukaan kain yang bersih. Gosok dengan kain
putih diatas pasir. Jika kain sangat kotor, pasir sebaiknya tidak digunakan
untuk membuat beton karena hal ini dapat berdampak pada mutu dari
batako yang akan dihasilkan.
Gambar 3.18. Uji dengan menggunakan kain
3. Air
Tidak hanya mutu tapi sama jumlah air sama pentingnya untuk menghasilkan
produk beton yang baik
• Jenis dan mutu
Hampir semua air alami dapat diminum tidak mempunyai rasa dan bau
dapat digunakan sebagai air adukan untuk membuat produk beton.
• Air laut
Air laut sebaiknya tidak digunakan sebagai air adukan beton
• Mengumpulkan air hujan dari atap
Air hujan yang dikumpulkan dari atap dapat dipergunakan untuk adukan
beton.
• Minyak/oli
Berbagai jenis minyak biasanya ada dalam adukan air dan segala jenis
minyak tidak dapat digunakan untuk adukan beton.
• Penyimpanan air
Air sebaiknya disimpan di tempat yang tidak terkontaminasi jika
memungkinkan.
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
45
Universitas Indonesia
3.6.7 Lokasi proyek
Gambar 3.19.. Peta Lokasi
Lokasi Pabrik Batako terletak di daerah Amapare, dekat dengan lokasi
PLTU puncak Jaya. Lokasi ini dipilih karena:
• Dekat dengan bahan baku sehingga memudahkan tenaga kerja untuk
memperoleh bahan baku yang diperlukan.
• Dekat dengan pemukiman Suku Kamoro sebagai tenaga kerja dari pabrik
Batako.
• Dekat dengan Lokasi Pemukiman Karyawan PT. Freeport Indonesia.
• Dekat dengan sungai sebagai sumber air.
• Dekat dengan lokasi PT. Freeport Indonesia
• Dekat dengan pelabuhan Amapare sehingga sangat memungkinkan
dilakukannya perluasan usaha pabrik batako.
3.7 Aspek Keuangan
3.7.1 Permodalan usaha
Untuk pendirian Pabrik batako skala projek membutuhkan dana sebesar
Rp24.408.000,- yang terdiri dari :
a. Dana modal tetap sebesar Rp. 4.563.000,-
b. Dana modal kerja awal sebesar Rp. 19.845.000,-
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
46
Universitas Indonesia
3.7.1.1 Kebutuhan dana modal tetap
Perhitungan kebutuhan dan modal tetap sebesar Rp. 4.563.000,- yang
dibutuhkan dalam pendirian pabrik batako. Sebagaimana ditunjukkan dalam tabel
3.7.
Tabel 3.7. Kebutuhan Dana Modal Tetap
No Keterangan Jumlah Satuan Harga Total1 Cetakan batako 60 Buah 50.000,00Rp 3.000.000,00Rp 2 Ayakan pasir 4 Buah 20.000,00Rp 80.000,00Rp 3 Kotak adukan 4 Buah 15.000,00Rp 60.000,00Rp 4 Sekop 4 Buah 11.000,00Rp 44.000,00Rp 5 Cangkul 20 Buah 15.000,00Rp 300.000,00Rp 6 ember 25 Buah 5.000,00Rp 125.000,00Rp 7 Plastik 2 Ball 27.000,00Rp 54.000,00Rp 8 Dolly 10 unit 90.000,00Rp 900.000,00Rp
4.563.000,00Rp Total Kebutuhan Dana Modal Tetap
3.7.1.2 kebutuhan dana modal kerja
Dana modal kerja sebesar Rp.35.505.000,- dipergunakan untuk membeli
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan tidak langsung selama 10 hari.
Tabel 3.8. Kebutuhan Modal Kerja
Harga Satuan Sub totalBahan baku `
semen 7250 kg 780Rp 5.655.000Rp fly ash 7250 kg ‐Rp ‐Rp pasir tailing 29000 kg ‐Rp ‐Rp kapur 29000 kg 400Rp 11.600.000Rp
Tenaga kerjalangsung 17400 batako 1.000Rp 17.400.000Rp tidak langsung 5 MP 170.000Rp 850.000Rp
35.505.000Rp
Keterangan Jumlah
Kebutuhan Modal Kerja Selama 10 hari
3.7.2 Sumber permodalan
Dana yang dibutuhkan untuk memulai usaha pendirian Pabrik Batako
tersebut secara keseluruhan berasal dari dana PT. Freeport sebagai bagian dari
program CSR yang dilakukannya. Oleh karena itu, kewajiban pengembalian
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
47
Universitas Indonesia
modal oleh pabrik batako kepada PT. Freeport ditiadakan sehingga pendirian
pabrik batako tersebut tidak berorientasi pada pencarian keuntungan, akan tetapi
lebih pada pemberdayaan masyarakat suku .
Untuk selanjutnya, apabila pabrik batako tersebut berkembang ke arah
yang lebih baik, tidak menutup kemungkinan untuk menjadikannya sebagai usaha
permanen yang berorientasi terhadap keuntungan dengan modal yang bersumber
dari investor baru.
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
48 Universitas Indonesia
BAB IV
ANALISA DATA
Pada Bab ini akan dibahas mengenai analisis kelayakan investasi industri
bahan bangunan geopolimer untuk pemberdayaan Suka Kamoro di papua seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya. Pembahasan ini akan meliputi mengenai Suku
Kamoro, aspek pemasaran, aspek teknis dan aspek keuangan.Malalui analisa ini
akan dilihat apakah perencanaan investasi ini adalah sebuah perencanaan yang
layak atau tidak layak untuk dilakukan.
4.1. Analisa Suku Kamoro
Suku Kamoro yang tidak terdidik memungkinkan untuk dapat membuat
batako. Karena proses pembuatan batako cukup sederhana dan menggunakan
peralatan yang sederhana pula.
Perberdayaan Suku Kamoro menjadi bagian dari kegiatan CSR yang akan
dilakukan oleh PT. Freeport Indonesia untuk meningkatkan taraf hidup dan
menyejahterakan serta menambah keahlian dari masyarakat suku Kamoro yang
terbelakang.
Kegiatan ini diharapkan dapat menimbulkan sinergi yang saling
menguntungkan baik untuk suku Kamoro dan PT. Freeport Indonesia. Untuk
pihak Suku Kamoro hal ini dapat memberikan sebuah kesempatan untuk dapat
meningkatkan keahlian Suku Kamoro yang tentunya secara tidak langsung akan
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan suku Kamoro.
Di lain pihak,bagi PT. Freepot Indonesia hal ini bisa menjadi sebuah solusi
terhadap permasalahan yang mereka hadapi akibat limbah yang dihasilkan dari
penambangan yang mereka lakukan. Untuk itu PT. Freeport Indonesia akan
berperan serta aktif dalam keberlangsungan operasional dari Pabrik Batako.
Masyarakat suku Kamoro yang akan diberdayakan sebagai tenaga kerja
adalah laki-laki yang berusia diatas 18 tahun. Karena usia 18 tahun kebawah
adalah usia sekolah sebaiknya tidak bekerja. Untuk awal produksi rencananya
akan diberdayakan 100 orang dulu dari 2300 jiwa laki-laki penduduk suku
Kamoro.
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
49
Universitas Indonesia
4.2. Analisa CSR PT. Freeport Indonesia
Program CSR yang dilakukan PT. Freeport ini diharapkan dapat
membantu menciptakan kehidupan masyarakat suku Kamoro yang lebih
sejahtera dan mandiri. Setiap kegiatan tersebut akan melibatkan semangat
sinergi dari semua pihak yang terus menerus membangun. Program CSR yang
berkelanjutan akan memberikan manfaat yang lebih besar baik bagi suku
Kamoro maupun PT. Freeport Indonesia..
Untuk pendirian pabrik dalam rangka pemberdayaan masyarakat suku
Kamoro meliputi :
• penyediaan sarana dan prasarana yang memadai.
• jaminan ketersediaan bahan baku.
• transportasi dan distribusi produk batako.
• promosi produk batako.
• Modal awal dan biaya operasional pabrik batako.
• Peran aktif dalam keberlangsungan operasional pabrik batako dan
pengawasannya.
4.3. Analisa Kelayakan Aspek Pemasaran
Dalam analisis mengenai aspek pemasaran ini, pembahasan akan
dilakukan dengan menggunakan SWOT dan marketing mix. Analisis SWOT
membahas mengenai kekuatan (strenghts) dan kelemahan (weakness) yang
dimiliki perusahaan serta peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang
mempengaruhi Pabrik Batako. Sedangkan analisis marketing mix membahas
mengenai faktor produk (product), harga (price), distribusi (place) dan promosi
(promotion).
Melalui analisis SWOT, dapat diidentifikasi berbagai faktor internal dan
eksternal yang mempengaruhinya sehingga perusahaan memiliki gambaran
mengenai kondisi yang sedang dihadapi.
4.3.1 Analisa SWOT
Melalui analisa SWOT , perusahaan dapat mengidentifikasikan berbagai
faktor internal dan ekternal yang mempengaruhinya sehingga perusahaan
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
50
Universitas Indonesia
memiliki gambaran mengenai kondisi yang sedang dihadapi. Analisis SWOT
untuk Kelayakan Investasi pendirian pabrik batako adalah sebagai berikut:
a. Strengths atau kekuatan-kekuatan yang dimiliki adalah :
• Harga produk lebih murah dibandingkan produk yang lain.
• Kualitas produk yang lebih unggul dengan menggunakan bahan baku yang
berkualitas.
• Biaya produksi tidak tinggi karena menggunakan sumber daya manusia
lokal sebagai wujud pemberdayaan masyarakat suku Kamoro.
• Berperan aktif dalam melaksanakan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun
2001 tentang pengelolaan bahan berbahaya dan beracun dengan
memanfaatkan sisa pembakaran batu bara dan limbah pasir tailing.
• Ikut menyelamatkan Lingkungan hidup akibat pencemaran lingkungan yang
disebabkan oleh pembuangan pasir tailing.
b. Weakness atau kelemahan-kelemahan yang dimiliki adalah :
• Sarana dan prasarana yang belum memadai.
• Teknologi yang digunakan masih sederhana sehingga kapasitas produksinya
terbatas.
• Tingkat pendidikan Suku Kamoro yang rendah menyebabkan Pabrik
tersebut belum bisa mandiri sehingga harus mendapatkan perhatian dan
keterlibatan yang cukup besar dari Management PT. Freeport Indonesia
untuk mengawasi dan menjamin kelangsungan operasional Pabrik Batako.
• Kondisi alam yang sulit
c. Opportunities atau peluang-peluang yang dapat menguntungkan adalah :
• Biaya tenaga kerja yang murah.
• Bahan baku yang mudah di dapat.
• Proses pembuatan produk yang sederhana dan tidak membutuhkan
keterampilan khusus.
• Dukungan oleh PT. Freeport sebagai bagian dari program CSR yang
dilakukan.
• Peran aktif pemerintah dalam usaha untuk meningkatkan taraf hidup suku
Kamoro.
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
51
Universitas Indonesia
d. Threats atau ancaman-ancaman yang dapat melemahkan atau merugikan
adalah :
• Budaya atau pola hidup dari Suku Kamoro.
• Adanya gerakan pemberontakan dari OPM sehingga keamanan kurang
terjamin.
4.3.2 Analisa marketing mix
Perusahaan harus mampu mengontrol faktor-faktor yang ada di dalam
marketing mix atau bauran pemasaran. Dengan demikian, maka kemungkinan
untuk menghasilkan proses pemasaran yang berhasil sangat besar. Analisis
marketing mix untuk kelayakan investasi pendirian pabrik batako adalah sebagai
berikut:
a. Produk (product)
Produk yang dihasilkan oleh Suku Kamoro ini berupa batako yang terbuat
dari bahan baku yang diperoleh dengan memanfaatkan limbah dari PLTU
Puncak Jaya berupa abu terbang (fly ash) dan limbah PT. Freeport berupa pasir
tailing.
Batako yang diproduksi oleh suku Kamoro adalah batako berlubang.
Batako ini memiliki sifat-sifat panas dan ketebalan total yang lebih baik dari pada
batako padat.
Dinding yang dibuat dari batako mempunyai keunggulan dalam hal
meredam panas dan suara. Dari sisi lain, sekarang ini fungsi rumah tidak lagi
hanya sekedar melindungi dari hujan dan panas, melainkan sebagai tempat yang
bersih, sehat dan indah.
Melihat pada analisis dari segi produknya, investasi ini dapat dikatakan
layak.
b. Harga (price)
Harga jual yang akan ditetapkan tergolong cukup rendah. jika
dibandingkan dengan harga produk pesaingnya. Hal ini disebabkan orientasi
pendirian pabrik batako ini bukan pada keuntungan akan tetapi lebih berorientasi
pada pemberdayaan masyarakat suku Kamoro.
Melihat pada analisis dari segi harganya, maka investasi ini dapat
dikatakan layak.
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
52
Universitas Indonesia
c. Tempat (place)
Lokasi yang dipilih untuk mendirikan pabrik batako adalah di daerah
Amapare yang memiliki letak yang cukup strategis ditinjau dari jarak Pabrik
Batako dengan sumber bahan baku, pemukiman suku Kamoro dan pemukiman
karyawan PT Freeport. Hal ini juga didukung adanya pelabuhan Amapare yang
merupakan potensi untuk pengembangan pabrik batako berikutnya.
Melihat pada analisis dari segi tempat, maka investasi ini dapat dikatakan
layak.
d. Promosi (promotion)
Target penjualan batako adalah untuk memenuhi kebutuhan pembangunan
yang dilakukan oleh Pemerintah Papua dan PT. Freeport Indonesia maka promosi
yang akan dilakukan, akan di bantu oleh PT. Freeport Indonesia sebagai bagian
dari program kegiatan CSR dan bekerjasama dengan Pemerintah Papua sebagai
bagian dari program pengembangan masyarakat dalam dinas perindustrian.
Melihat pada analisis dari segi promosi, maka investasi ini dapat dikatakan layak.
4.4. Analisa Kelayakan Aspek Teknis
Batako yang dihasilkan adalah batako berlubang yang diproduksi dengan
menggunakan tangan dan peralatan sederhana. Proses pembuatannya pun
tergolong mudah tanpa memerlukan keterampilan khusus, sehingga masyarakat
Suku Kamoro akan mampu membuat batako tersebut.
Dikarenakan tujuan dari pendirian Pabrik Batako adalah untuk
permberdayaan Suku Kamoro yang merupakan bagian dari kegiatan CSR PT.
Freeport Indonesia, untuk itu sarana dan prasarana pendirian dan operasional
Pabrik Batako akan di fasilitasi oleh PT. Freeport Indonesia .
Jika kita melihat estimasi kebutuhan batako yang disebutkan sebelumnya
pada bab III tabel 3.2. maka kapasitas produksi per hari skala proyek dari pabrik
batako tersebut adalah 1740 buah. Untuk itu Pabrik batako tidak memiliki
kesulitan dalam memenuhi tingkat permintaan tersebut.
Dalam hal pemilihan lokasi untuk pendirian pabrik batako, lokasi yang
dipilih adalah daerah Amapare. Seperti yang telah disebutkan pada analisis
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
53
Universitas Indonesia
sebelumnya, Amapere merupakan sebuah lokasi yang strategis karena terletak
dekat dengan bahan baku, tenaga kerja, pangsa pasar dan pelabuhan.
Dengan demikian, setelah melihat berbagai analisis di atas, dapat
dikatakan bahwa dilihat dari aspek teknis, investasi ini dikatakan layak.
4.5. Analisa Kelayakan Aspek Keuangan
Dari proses analisis kelayakan keuangan yang dilakukan, evaluasi
keuangan dari pendirian pabrik batako ini tidak dapat dilakukan. Hal ini
disebabkan karena proses pendirian usaha ini masih dalam skala projek. Meskipun
demikian, ditinjau dari biaya produksi sebesar Rp. 1.991,7 dibandingkan dengan
harga jual yang ditawarkan sebesar Rp. 2000,- menunjukkan adanya perolehan
keuntungan sebesar Rp. 8,3 untuk setiap batako yang terjual. Hal ini menunjukkan
adanya peluang usaha yang dapat dikembangkan sehingga tidak menutup
kemungkinkan untuk menjadikannya sebuah usaha yang permanen.
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
54 Universitas Indonesia
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, dan dengan berdasarkan pada
hasil pengolahan data dan analisis, maka didapat kesimpulan mengenai kelayakan
investasi industri kecil bahan bangunan geopolimer untuk pemberdayaan Suku
Kamoro di Papua sebagai bagian dari kegiatan CSR PT. Freeport Indonesia.
Kegiatan CSR ini dapat dikatakan layak karena dalam proses pembuatan
usaha batako tersebut, menggunakan sumber daya manusia yang berasal dari suku
Kamoro yang tinggal di sekitar PT. Freeport Indonesia. Selain itu, proses
pembuatan batako yang sederhana sangat dimungkinkan untuk dilakukan oleh
penduduk suku Kamoro yang pada dasarnya merupakan tenaga kerja tidak
terdidik. Hal lain yang mendukung kelayakan kegiatan CSR tersebut adalah upaya
untuk penyelamatan lingkungan akibat limbah yang dihasilkan oleh penambangan
yang dilakukan oleh PT. Freeport, dengan cara mengelola limbah tersebut menjadi
bahan dasar pembuatan batako yang nantinya dapat meningkatkan keterampilan
dan taraf hidup suku Kamoro.
Dalam proses kedepannya, kegiatan CSR yang dilakukan oleh PT.
Freeport akan terus memberikan bantuan dana untuk biaya operasional pabrik
batako. Untuk itu PT. Freeport akan berperan aktif mengelola dan mengawasi
kegiatan pabrik batako tersebut.
5.2 Saran
1. Usaha ini dapat berkembang dengan baik apabila ditangani secara benar.
2. Kemudahan untuk mendapatkan dana yang diperoleh dari PT. Freeport
Indonesia sehingga untuk perkembangannya dapat dimungkinkan.
3. Pembelajaran keterampilan manajemen akan membantu kemandirian
usaha ini.
4. Perlunya perhitungan baik secara keuangan hingga manajerial, hingga
kapan PT. Freeport Indonesia harus memberikan bantuannya pada usaha
ini.
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
54 Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI
David Pickell. Betwee the Tides. Periplus, Inc.: New York, 2002.
Ahmad Subagyo, Studi Kelayakan. Gramedia.: Jakarta, 2008.
Dermawan Wibisono. Riset Bisnis Panduan bagi Praktisi dan akademisi, Erlangga,
Jakarta, Hal 63, 2007.
Davies E dan Davies BJ, Succesfull Marketing in a Week, PT. Kesain Blanc Indah.
Corp.: Jakarta,1996.
Philip Kotler, Marketing Management Analysis, Planning, and Control 5th Edition,
Erlangga.: Jakarta, 1992.
Munawir, Analisa Laporan Keuangan, Liberty.: Yogyakarta, 1993.
Donald G Newnan, Engineering Economic Analysis 3th Edition, Bina Rupa
Akasara.: Jakarta, 1990.
www.papua.go.id
www.tambangpapua.blogspot.com
http://antoneka.wordpress.com/page/2/
www.papuapos.com
www.lib.eng.ui.ac.id
Analisis kelayakan..., Ajeng Yunia Kartika, FT UI, 2009
top related