ulkus traumatikus
Post on 29-Nov-2015
910 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Laporan KasusULKUS TRAUMATIKUS
Titis Istya Arrywahyu040.07.194 / 041.111.059
Pembimbing: drg. Dewi Priandini, Sp.PM
Bagian Penyakit MulutFakultas Kedokteran Gigi
Universitas TrisaktiJakarta2013
BAB I
PENDAHULUAN
Traumatic ulcer merupakan hal yang sering dikeluhkan oleh pasien.
Masyarakat biasa menyebutnya dengan sariawan. Penyebab traumatic ulcer yang
paling sering terjadi yaitu perlukaan mekanis (mechanical injuries), antara lain
adanya pergerakan konstan otot-otot pengunyahan yang pada bagian mukosa
rongga mulut terjadi gesekan dengan gigi dan objek yang keras yang melukai
mukosa, dapat juga terjadi karena mukosa yang tergigit, iritasi dari orthodontic
appliances, restorasi amalgam atau patahan protesa dan gigi. Penyebab lain dari
traumatic ulcer yaitu kebiasaan buruk mencungkil sisa makanan pada sela-sela
gigi dengan menggunakan ujung kuku, serta perlukaan karena thermal dan kimia
(thermal and chemical burns) (1, 4, 13).
Perlukaan pada mukosa yang diakibatkan oleh thermal yaitu makan
makanan atau minum minumam yang terlalu panas, sehingga menimbulkan rasa
terbakar pada rongga mulut (thermal burns). Chemical burns terjadi karena
aspirin yang seharusnya dikonsumsi (diminum) diletakkan pada vestibulum (4, 8).
Ulser dapat sembuh secara spontan dalam 10-14 hari. Jika ulser tidak
hilang lebih dari 2 minggu, biasanya dilakukan biopsi untuk melihat kemungkinan
terjadinya keganasan (13).
Pada laporan kasus ini akan dibahas mengenai traumatic ulcer pada
seorang pasien yang datang ke Bagian Ilmu Penyakit Mulut Rumah Sakit Gigi dan
Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti pada bulan September 2013.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi dan Etiologi
Ulser merupakan suatu defek dalam epitelium berupa lesi dangkal berbatas
tegas serta lapisan epidermis diatasnya menghilang (6). Ulser atau ulkus adalah
suatu luka terbuka dari kulit atau jaringan mukosa yang memperlihatkan
diintegrasi dan nekrosis jaringan yang sedikit demi sedikit (11). Ulser didefinisikan
sebagai putusnya kontinuitas suatu jaringan epitel (3). Traumatic ulcer adalah suatu
ulser yang disebabkan oleh trauma (10).
Ulser rongga mulut sebagian besar disebabkan oleh trauma. Penyebab
traumatic ulcer yang paling sering terjadi yaitu perlukaan mekanis (mechanical
injuries), antara lain adanya pergerakan konstan otot-otot pengunyahan yang pada
bagian mukosa rongga mulut terjadi gesekan dengan gigi dan objek yang keras
yang melukai mukosa, dapat juga terjadi karena mukosa yang tergigit, iritasi dari
orthodontic appliances, restorasi amalgam atau patahan protesa dan gigi.
Makanan keras dan tajam yang melukai mukosa juga dapat menyebabkan
traumatic ulcer. Tergigitnya mukosa oral secara tidak sengaja oleh gigi menjadi
penyebab yang sering terjadi. Ulser bertambah parah jika hal ini terjadi berulang
kali seperti pada saat mukosa teranestesi dan terasa kebas, sehingga tidak terasa
mukosa tergigit (4,8).
Penyebab lain dari traumatic ulcer yaitu kebiasaan buruk mencungkil sisa
makanan pada sela-sela gigi dengan menggunakan ujung kuku, serta perlukaan
karena thermal dan kimia (thermal and chemical burns). Perlukaan pada mukosa
yg diakibatkan oleh thermal yaitu makan makanan atau minum minumam yang
terlalu panas, sehingga menimbulkan rasa terbakar pada rongga mulut (thermal
burns), biasanya terjadi pada palatum keras atau bibir. Penyebab lain yang dapat
menyebabkan ulser adalah instrumen dental yang panas dan mengenai mukosa
oral. Chemical burns terjadi karena aspirin yang seharusnya dikonsumsi
(diminum) diletakkan pada vestibulum, dan berkumur dengan larutan yang
mengandung astringent (4,13).
2
B. Gambaran Klinis Traumatic Ulcer
Ulser traumatikus merupakan ulserasi dengan penyebab yang jelas. Gejala
ditandai dengan ketidaknyamanan yang muncul 24 atau 48 jam setelah trauma
pada jaringan lunak dalam rongga mulut. Ulserasi yang timbul tergantung dari
agen penyebab trauma dan lokasi tergantung dari daerah yang terkena trauma.
Gambaran klinis dari ulser traumatikus adalah ovoid, berwarna putih kekuningan
dan dikelilingi daerah eritema yang iregular. Ulser biasanya sembuh tanpa
berbekas dalam 10-14 hari, secara spontan atau setelah menghilangkan penyebab.
Apabila ulser terjadi karena panas atau agen thermal, ulser yang terbentuk
biasanya lebih kecil dan terjadi pada palatum durum dan bibir, biasa terjadi pada
remaja dan orang tua. Area ulserasi akan terlihat eritema dan terasa empuk
kemudian akan terbentuk ulserasi beberapa jam setelah trauma, dibutuhkan waktu
beberapa hari agar ulserasi tersebut sembuh tergantung dari keluasan ulser (6,13).
Traumatic Ulcer (8)
C. Diagnosis
Diagnosa ditegakkan dengan anamnesa mengenai gejala penyebab lesi dan
tanda klinis yang muncul. Apabila pasien dapat menyebutkan penyebab dari
ulserasi yang timbul dan ulserasi sembuh tanpa meninggalkan bekas setelah 1-2
minggu, maka tidak ada yang perlu dilakukan terhadap lesi. Namun apabila
setelah 2 minggu lesi tidak juga sembuh atau terbentuk supurasi karena infeksi
sekunder, maka perlu dilakukan biopsi untuk mengetahui adanya kemungkinan
3
keganasan pada lesi atau terjadi infeksi jamur pada pasien immunocompromised (6,9).
D. Diagnosis Banding (Reccurent Aphtous Stomatitis)
Reccurent Apthous Stomatitis (RAS) merupakan suatu keadaan yang
ditandai oleh ulkus rekuren pada mukosa oral dan orofaring. Penyebab RAS
sering dikaitkan dengan trauma, stress, faktor mikroba, bakteri, beberapa jenis
makanan, drug reaction, defek imun, ketidakseimbangan hormon, kebiasaan
merokok, defisiensi vitamin B, kelainan gastrointestinal, dan inflammatory bowel
disease (IBD) (12). RAS diklasifikasikan berdasarkan karakteristik klinisnya, yaitu:
1. Recurrent Apthous Stomatitis minor
RAS minor cenderung terjadi pada mukosa bergerak, yaitu pada mukosa
bibir dan pipi, dan jarang terjadi pada mukosa berkeratin seperti palatum
durum dan gusi cekat. RAS minor tampak sebagai ulkus oval, dangkal,
berwarna kuning keabuan dengan diameter ± 3-5 mm, tidak ada bentuk
vesikel yang terlihat, tepi eritematous yang mencolok mengelilingi
pseudomembran fibrinosa. Keluhan awal timbulnya ulkus ini yaitu rasa
terbakar, diikuti rasa sakit hebat selama beberapa hari. Rekurensi dan pola
terjadinya bervariasi. Ulkus bisa tunggal maupun multiple, dan sembuh
spontan tanpa pembentukan jaringan parut dalam waktu 14 hari. Kebanyakan
penderita mengalami ulser multiple pada 1 periode dalam waktu 1 bulan (8).
RAS Minor (8)
2. Recurrent Apthous Stomatitis mayor
4
RAS mayor merupakan bentuk yang lebih besar dari apthous minor,
dengan ukuran diameter lebih dari 1 cm, ulser lebih dalam, dan lebih sering
timbul kembali. Bentuk multiple, meliputi palatum lunak, fausea tonsil,
mukosa bibir, pipi, dan lidah, kadang-kadang meluas sampai ke gusi cekat.
Ulkus ini memiliki karakteristik, crateriform, asimetris dan unilateral, pada
bagian tengah nekrotik dan cekung. Ulkus sembuh dalam beberapa minggu
atau bulan, dan meninggalkan jaringan parut.
RAS Mayor (14)
3. Recurrent Apthous Stomatitis herpetiform
RAS herpetiform secara klinis mirip ulkus-ulkus pada herpes primer.
Gambaran berupa erosi kelabu berjumlah banyak, bergabung dan batasnya
menjadi tidak jelas. Awalnya berdiameter 1-2 cm dan timbul berkelompok
10-100 buah. Ulkus dikelilingi daerah eritematosus dan mempunyai gejala
sakit. Biasanya terjadi hampir pada seluruh mukosa oral terutama pada ujung
anterior lidah, tepi-tepi lidah, dan mukosa labial. RAS herpetiform sembuh
dalam waktu 14 hari.
RAS Herpetiform (2)
5
E. Terapi Traumatic Ulcer
Penatalaksanaan traumatic ulcer dengan menghilangkan penyebab dan
menggunakan obat kumur antiseptik (contohnya klorheksidin 0,2 %) atau
covering agent seperti orabase selama fase penyembuhan. Semua ulser traumatik
harus ditinjau, jika lesi terus menetap lebih dari 10-14 hari setelah faktor
penyebab dihilangkan sebaiknya dilakukan biopsi untuk memastikan adanya
keganasan rongga mulut atau squamous cell carcinoma (5).
Menurut Houston(7), perawatan lesi ulserasi bermacam-macam tergantung
dari ukuran, durasi dan lokasi. Ulserasi akibat trauma mekanis atau termal dari
makanan biasanya sembuh dalam 10-14 hari dengan menghilangkan
penyebabnya. Penatalaksanaan terbaik untuk ulserasi yang berhubungan dengan
trauma kimiawi yaitu dengan mencegah kontak dengan bahan kimia penyebabnya.
Trauma elektris pada mukosa oral biasanya dirawat pada bagian luka bakar dan
dipertimbangkan untuk pemberian vaksin jika perlu. Terapi antibiotik (biasanya
penisilin) diberikan untuk mencegah adanya infeksi sekunder jika lesi yang terjadi
parah dan dalam. Kebanyakan traumatic ulcer sembuh tanpa memerlukan terapi
antibiotik. Terapi yang biasa diberikan yaitu:
Menghilangkan iritan atau penyebab
Menggunakan obat kumur
Mengonsumsi makanan yang halus dan lunak
Aplikasi kortikosteroid topikal
Aplikasi anestesi topikal
Tabel dibawah ini merupakan pilihan terapi untuk traumatic ulcer namun
terapi yang diberikan tergantung tingkat keparahan dan frekuensi. Yang paling
penting dalam terapi ini yaitu untuk menghilangkan ketidaknyamanan,
menyembuhkan lesi ulseratif dan mencegah lesi tersebut terjadi lagi (5).
Jenis Terapi
Antiseptik topikal Chlorhexidine gluconate 0,2 %
Cara penggunaan: kumur selama 1 menit
sebanyak 10 ml
Waktu: 2x sehari selama masih terdapat lesi
6
sampai 2 hari setelah lesi sembuh
Povidon iodine 1 %
Cara penggunaan: kumur selama 30 detik
sebanyak 10 ml
Waktu: 3-4x sehari
Analgesik topikal Benzydamine hydrochloride
Cara penggunaan: kumur selama 1 menit
sebanyak 15 ml
Waktu: 2-3x sehari, tidak boleh lebih dari 7
hari
Kortikosteroid topikal Triamcinolone acetonide 0,1%
Cara penggunaan: dioles tipis pada luka
Waktu: setelah makan dan sebelum tidur
Antibiotik topikal Chlortetracycline
Cara penggunaan: larutkan 1 kapsul dalam 10
ml air, kumur selama 3-5 menit
Waktu: 4x sehari namun tidak untuk terapi
jangka panjang
7
BAB III
LAPORAN KASUS
Pada bab ini akan diuraikan laporan kasus mengenai pasien yang datang ke
RSGMP Universitas Trisakti pada tanggal 25 September 2013 dengan diagnosis
ulkus traumatikus.
A. KELUHAN UTAMA
Pasien mengeluhkan bibir atas kanan bagian dalam yang sakit tertusuk
kawat.
B. ANAMNESIS
Pasien mengeluhkan bibir atas kanan bagian dalam terasa sakit karena
tertusuk kawat. Pasien melakukan perawatan kawat pada tahun 2006 karena
giginya goyang namun tidak dilanjutkan karena sibuk, selama ini kawat tersebut
tidak memberikan masalah apapun, namun gigi depan atas kanan tanggal
seminggu yang lalu saat makan sehingga kawatnya menusuk bibir dalam sampai
berdarah. Pasien merasa sakit sampai sekarang, susah makan dan bicara, serta
belum melakukan pengobatan apapun.
C. RIWAYAT PENYAKIT UMUM
Pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit
Hipertensi : -
DM : -
Jantung : -
Hipertensi : -
Anemia : -
Alergi : -
Maag : -
8
D. PEMERIKSAAN UMUM
Sklera : putih
Konjungtiva : merah muda
Cara berjalan : normal
Warna kulit : sawo matang
Kondisi fisik : sehat
Berat badan : 65 kg
Tinggi badan : 165 cm
E. PEMERIKSAAN SEKITAR MULUT (EKSTRA ORAL)
1. Bentuk muka : Square simetris
2. Pembengkakan : Tidak ada kelainan
3. Kelenjar : Tidak ada kelainan
4. Bibir : Tidak ada kelainan
5. Kulit sekitar mulut : Tidak ada kelainan
6. Lain-lain : Tidak ada kelainan
F. PEMERIKSAAN RONGGA MULUT
1. Oral hygiene : Buruk
Karang gigi : Regio 1, 2, 3, 4
Oral debris : Regio 1, 2, 3, 4
Stain : Regio 1, 2, 3, 4
2. Mukosa :
Labial : Pada mukosa labial atas kanan terdapat lesi cekung
berwarna putih dikelilingi daerah kemerahan dengan ukuran 3x2mm,
berbentuk oval, terdapat pus, disertai peninggian mukosa berupa tonjolan di
dekat lesi.
9
Bukal : tidak ada kelainan
Dasar Mulut : tidak ada kelainan
3. Gusi :
Tepi bebas Gusi : tidak ada kelainan
Attached gingival : tidak ada kelainan
4. Lidah :
Dorsal : Tidak ada kelainan
Ventral : Tidak ada kelainan
Lateral : Tidak ada kelainan
5. Palatum :
Palatum molle : Tidak ada kelainan
Palatum durum : Tidak ada kelainan
6. Lain-lain : Tidak ada kelainan
7. Gigi geligi :
G. PEMERIKSAAN GIGI-GELIGI CM CM GR CM
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
H. PEMERIKSAAN RONTGEN
Tidak dilakukan pemeriksaan rontgen
I. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium
J. ANALISIS KASUS
Pasien laki-laki usia 42 tahun datang ke RSGMP Trisakti dengan
pemeriksaan intra oral terdapat lesi cekung pada mukosa labial atas kanan, lesi
berbentuk oval, berukuran 3x2 mm, terdapat pus, disertai peninggian mukosa
10
berupa tonjolan di dekat lesi. Lesi terasa sakit dan terdapat sedikit perdarahan
pada saat palpasi. Lesi muncul sejak seminggu yang lalu akibat trauma tertusuk
kawat splinting yang tajam.
K. DIAGNOSIS KERJA
-Ulkus traumatikus
-Stomatitis Aphtousa Recurrent
L. DIAGNOSIS TETAP
Ulkus traumatikus
M. RENCANA PERAWATAN 1. Eliminasi faktor predisposisi : potong kawat splinting yang tajam
2. Eliminasi symptomatis : triamcinolone acetonide 0.1%
3. Edukasi, motivasi, instruksi
1. Memberi penjelasan bahwa kondisi tersebut adalah akibat tertusuk kawat splintingnya
2. Memotivasi pasien agar menyelesaikan perawatan splintingnya serta menjaga kebersihan gigi dan mulutnya
3. Menginstruksikan pasien untuk menggunakan obat salep kenalog in orabase dengan benar dan teratur
4. Mengintruksikan pasien untuk kontrol seminggu lagi
11
N. PERAWATAN Tanggal Tindakan yang dilakukan
25-09-2013
02-10-2013
Indikasi + anamnesis + foto intra oral dan foto profil
R/ Kenalog in orabase Tube No.I
S. 2.d.d. oles mulut
--------------------------------------
Edukasi, motivasi, instruksi
Kontrol 1
- Terlihat lesi sudah menutup dan mengecil, tersisa lesi putih
berbentuk oval berukuran 1x2 mm
- Lesi tidak terasa sakit dan tidak terjadi perdarahan saat
palpasi
- Tonjolan sudah tidak ada
- Obat diteruskan, kontrol seminggu lagi
12
09-10-2013
Kontrol 2
Lesi sudah tidak terlihat dan warna daerah bekas lesi sudah
sama dengan warna mukosa di sekitarnya.
13
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kunjungan pertama tanggal 25 September 2013, pasien datang
dengan keluhan bibir atas kanan bagian dalam terasa sakit karena tertusuk kawat.
Berdasarkan anamnesis diketahui pasien melakukan perawatan kawat pada tahun
2006 karena giginya goyang namun tidak dilanjutkan karena sibuk, selama ini
kawat tersebut tidak memberikan masalah apapun, namun gigi depan atas kanan
tanggal seminggu yang lalu saat makan sehingga kawatnya menusuk bibir dalam
sampai berdarah. Pasien merasa sakit sampai sekarang, susah makan dan bicara,
serta belum melakukan pengobatan apapun.
Pada pemeriksaan ekstraoral tidak ditemukan adanya kelainan. Pada
pemeriksaan inspeksi intraoral dapat dilihat pada mukosa bukal atas kanan
ditemukan adanya lesi cekung berwarna putih dikelilingi daerah kemerahan dengan
ukuran 3x2mm, berbentuk oval, terdapat pus, disertai peninggian mukosa berupa tonjolan
di dekat lesi. Pada pemeriksaan palpasi, lesi terasa sakit dan disertai sedikit perdarahan.
Tonjolan terasa lunak dan tidak terasa sakit.
Lesi cekung diduga merupakan suatu ulkus, yang mana ulkus adalah suatu
kondisi patologis hilangnya epitel. Ulkus merupakan suatu peradangan epitelium mukosa
yang merupakan suatu lesi yang dangkal dan berbatas tegas dimana lapisa epidermal di
atasnya hilang sehingga meninggalkan suatu permukaan cekung dan dibatasi daerah
eritema di sekelilingnya. Dengan penyebab yang paling umum terjadi adalah karena
trauma.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan intraoral, dapat ditegakkan diagnosis
pasien mengalami ulkus traumatikus akibat penggunaan kawat splinting, dan tonjolan
tersebut adalah pembengkakan akibat adanya lesi pada mukosa labial atas kanannya yang
disertai OH pasien yang buruk.
Terapi yang diberikan pada pasien adalah aplikasi triamcinolone acetonide
0,1% pada ulkus. Obat salep Triamcolone acetonide 0.1% digunakan pada kasus
ini karena merupakan covering agent dan mengandung kortikosteroid. Covering
agent akan melindungi mukosa dari infeksi sekunder dan iritasi mekanik
sedangkan kortikosteroid sebagai anti inflamasi. Selain itu, pasien disarankan
14
untuk menjaga oral hygiene lebih baik sehingga ulkus tidak bertambah parah.
Pasien diberi resep triamcinolone acetonide 0,1% untuk dioleskan pada area
ulkus setelah makan dan sebelum tidur. Kemudian pasien diinstruksikan datang
kembali untuk kontrol 1 minggu setelah kunjungan pertama.
Setelah 7 hari, tanggal 2 Oktober 2013, pasien datang kembali untuk
melakukan kontrol. Terlihat lesi sudah menutup dan mengecil, tersisa lesi putih
berbentuk oval berukuran 1x2 mm. Lesi tidak terasa sakit dan tidak terjadi
perdarahan saat palpasi. Tonjolan sudah tidak ada. Obat diteruskan dan pasien
diinstruksikan untuk kontrol seminggu lagi.
Seminggu kemudian, tanggal 9 Oktober 2013, pasien datang kembali
untuk melakukan kontrol kedua. Pada kontrol sudah tidak ditemukan adanya ulser
di mukosa labial atas kanan. Selanjutnya pasien diminta untuk selalu menjaga
kebersihan mulutnya.
15
Kunjungan pertama Kontrol 1 Kontrol 2
BAB V
KESIMPULAN
Ulkus adalah kondisi patologis dimana hilangnya jaringan epitel. Ulkus
merupakan suatu peradangan pada epitelium mukosa yang merupakan suatu lesi
yang dangkal dan berbatas tegas dimana lapisan epidermal diatasnya hilang
sehingga meninggalkan suatu permukaan cekung dan dibatasi oleh daerah eritem
di sekelilingnya. Ulkus dapat terjadi pada semua usia dan semua jenis kelamin.
Lokasi ulkus umumnya pada mukosa pipi, bibir, palatum, dan tepi perifer lidah.
Masyarakat biasa menyebutnya dengan sariawan.
Ulkus rongga mulut sebagian besar disebabkan oleh trauma. Penyebab
traumatic ulcer yang paling sering terjadi yaitu perlukaan mekanis (mechanical
injuries), antara lain adanya pergerakan konstan otot-otot pengunyahan yang pada
bagian mukosa rongga mulut terjadi gesekan dengan gigi dan objek yang keras
yang melukai mukosa, dapat juga terjadi karena mukosa yang tergigit, iritasi dari
orthodontic appliances, restorasi amalgam atau patahan protesa dan gigi.
Makanan keras dan tajam yang melukai mukosa juga dapat menyebabkan
traumatic ulcer. Tergigitnya mukosa oral secara tidak sengaja oleh gigi menjadi
penyebab yang sering terjadi. Ulser bertambah parah jika hal ini terjadi berulang
kali seperti pada saat mukosa teranestesi dan terasa kebas, sehingga tidak terasa
mukosa tergigit.
Gambaran klinis yang mirip dengan stomatitis aphtosa mengharuskan
dokter gigi lebih teliti dalam menganamnesis dan melihat gambaran klinis dari
lesi. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anmnesis dan pemeriksaan intraoral
berupa inspeksi dan palpasi.
Perawatan yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan pasien, sehingga
tepat sasaran dan tidak berlebihan dalam memberikan obat kepada pasien. Apabila
lebih dari 14 hari setelah faktor penyebab dihilangkan dan diberikan obat secara
teratur tidak juga mengalami penyembuhan, dapat dilakukan pemeriksaan
penunjang berupa biopsi untuk memastikan ada tidaknya keganasan.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Bricker, Langlais, and Miller. 1994. Oral Diagnosis, Oral Medicine, and
Treatment Planning 2nd ed. USA : Lea Febiger.
2. Cawson and Odell. 2002. Cawson’s Essential of Oral Pathology and Oral
Medicine 7th ed. New York : Churchill Livingstone.
3. Chestnutt, G. Ivor; Gibson , John. Churchill’s Pocketbooks Clinical Dentistry
3th ed. London : Churchill Livingstone.
4. Coulthard, Paul, et al. 2003. Master Dentistry Vol.1. London : Churchill
Livingstone.
5. Field, A. dan Lesley Longman. 2003. Tyldesley’s Oral Medicine 5th ed. Oxford
University Press.
6. Greenberg, M.S; M. Glick. 2003. Burket’s Oral Medicine Diagnosis and
Treatment 10th ed. Hamilton. BC Decker Inc.
7. Houston, G. 2009. Traumatic Ulcers. Available online at
http://emedicine.medscape.com/article/1079501-treatment#showall
(diakses tanggal 27 September 2013).
8. Langlais and Miller. 2000. Atlas Berwarna: Kelainan Rongga Mulut yang
Lazim. Jakarta: Hipokrates.
9. Laskaris, G.2006. Pocket Atlas of Oral Disease 2nd edition. Newyork : Thieme.
10. Mosby. 2008. Mosby’s Dental Dictionary 2nd ed. Missouri : Elsevier.
11. Neville, B.W., et. al. 2003. Color Atlas of ClinicalOral Patology. 2nd ed.
London : BC Decker Inc.
12. Scully, Crispian. 2003. Prevention of Oral Disease 4th ed. New York : Oxford
University Press.
13. Sonis, dkk. 1995. Principles and Practice of Oral Medicine. 2nd ed.
Pennsylvania : W.B. Saunders Company.
14.Http://en.wikipedia.org/wiki/Aphthous_ulcer#Major_ulcerations (diakses
tanggal 27 September 2013)
17
top related