tinjauan sikap keluarga terhadap pencegahan …repository.poltekkes-kdi.ac.id/381/1/bab i- bab v -...
Post on 22-Jun-2019
228 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
TINJAUAN SIKAP KELUARGA TERHADAPPENCEGAHAN KEKAMBUHAN PENYAKIT ASMA DI
KELURAHANABELI WILAYAH KERJA PUSKESMASABELI
KOTA KENDARI
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan
Diploma III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari
OLEH :
WA ODE HASMIRANIM.P00320013032
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
2016
4
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas
1. Nama : Wa Ode Hasmira
2. Tempattanggallahir : Bone Rombo, 12 April 1994
3. Suku/bangsa : Buton/Indonesia
4. Jeniskelamin : Perempuan
5. Agama : Islam
B. Pendidikan
1. SD Negeri5 KulisusuTamatTahun 2007
2. SMPNegeri4 kulisusuTamatTahun 2010
3. SMA Negeri 2 KulisusuTamatTahun 2013
4. PoltekkesKemenkesKendariJurusanKeperawatanSejakTahun 2013 – 2016
5
MOTTO
Nikmat adalah ujian
Musibah adalah perjuangan
Hidup adalah perjuangan
Jangan takut jatuh
Karena yang tidak pernah memanjat yang tidak pernah jatuh
Jangan takut gagal, karena yang tidak pernah gagal
Hanya orang-orang yang tidak pernah melangkah
Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikanselama ada komitmen untuk menyelesaikannya
Sabar dalam mengatasi kesulitan dan bertindak bijaksana
dalam mengatasi masalah adalah suatu yang utama
untuk menuju kesuksesan
Kupersembahkan karya tulis ini
Teruntuk ayahanda dan ibunda tercinta,
Almamater serta Bangsa dan Negara.
6
ABSTRAK
Wa Ode Hasmira ( P00320013032).Tinjauan sikap Keluarga Terhadap PencegahanKekambuhan Penyakit Asma di Kelurahan Abeli wilayah kerja Puskesmas Abeli KotaKendari.DibimbingolehSitiRahmiMisbahdan Ruth Mongan (xii+ 49 Halaman + 8 Tabel +13 Lampiran).Asma adalah penyakit peradangan saluran napas kronis akibat tejadinyapeningkatan kepekaan saluran napas terhadap berbagai rangsangan. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui sikap keluarga terhadap pencegahan kekambuhan penyakitasma di Kelurahan Abeli Wilayah Kerja Puskesmass Abeli KotaKendari.Rumusanmasalah. Variabel dalam penelitian ini adalah sikap keluarga dari aspekmenjaga kebersihan lingkungan dalam pencegahan kekembuhan asma, Sikap keluargaaspek menghindari factor pemicu dalam pencegahan kekambuhan penyakit asma, Sikapkeluarga aspek menggunakan obat anti asma dalam pencegahan kekambuhan penyakitasma.Jenis penelilian ini adalah deskriptif yang dilaksanakan pada tanggal 2 s/d 23 juni2016.Populasi dalam penelitian ini sebanyak 93 dan sampel diambil 10% dari jumlahpopulasi yaitu 48 sampel dengan menggunakan tehnik simpel random sampling.Datadiperoleh dengan menggunaka instrument penelitian berupa lembarkuesioner.Berdasarkanhasilpenelitian,Sikapkeluargamenjagakebersihanlingkungandalampencegahankekambuhanpenyakitasma kategoribaikyaitu sebanyak 41 responden (85,4%)Sedangkan kategori kurangsebanyak 7 responden (14,6%), sikap keluarga aspek menghindari factor pemicu dalampencegahan kekambuhan penyakit asma kategori baikyaitu sebanyak 39 responden(81,3%), sedangkan kategori kurang sebanyak 9 responden (18,7%), Sikap keluargaaspek menggunakan obat anti asma dalam pencegahan kekambuhan penyakit asmakategori baikyaitu sebanyak 40 responden (83,3%), Sedangkan kategori kurang sebanyak8 responden (16,7%). Kesimpulan Sikapkeluargadalam pencegahan kekambuhanpenyakit asma secaraumumkategoribaiksebanyak 43 responden (89,6%)dankategorikurangsebanyak 5 responden (10,4%). Saran bagi masyarakat agar selalumengikuti penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh pihak Puskesmas.
DaftarPustaka: 16 (2006-2016)
Kata kunci: Sikapkeluarga,-KepalaKeluarga – PencegahanKekambuhanPenyakitAsma
7
KATA PENGANTAR
Tiada kata paling indah dan paling mulia yang patut penulis panjatkankepada Allah SWT kecuali rasa syukur atas rahmat dan hidayah-Nya sehinggapenulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Tinjauan Sikap KeluargaTerhadap Pencegahan Kekambuhan Penyakit Asma Di Kelurahaan Abeli WilayahKerja Puskesmas Abeli Kota Kendari”.
Dalam menyelesaikan penelitian ini penulis sadari sepenuhnya sangatbanyak kesulitan yang dialami, namun berkat Allah AWT yang senantiasamemberikan petunjuk-Nya dan keyakinan pada kemampuan diri sendiri sehinggasegala hambatan yang penulis hadapi dapat teratasi. Terimakasih yang tak ternilaiserta sembah sujud penulis ucapkan Kepada Kedua Orangtua yang sangatkucintai, Ayahanda La Ode Azadin dan Ibunda Baado dan Saudaraku tersayangLa Ode Anwar segala doa dan kasih sayang yang tak henti-hentinya tercurahkandemi keberhasilanku serta semua pengorbanan materil yang telah dilimpahkan,tanpa ridho kedua orang tua penulis tidak ada apa-apanya.
Selanjutnya penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepadakedua pembimbing ibu Sitti Rachmi Misbah,SKp.,M,Kes selaku pembimbing Idan ibu Ruth Mongan,B,Sc,S.Pd,M.Pd selaku pembimbing II yang dengan penuhkesabaran dan keikhlasan membimbing penulis sehingga Karya Tulis Ilmiah inidapat terselesaikan.
Pada kesempatan ini penulis tidak lupa juga mengucapkan banyak terimakasih dan penghargaan yang tulus kepada yang terhormat:
1. Bapak Petrus.,SKM., M.Kes, Selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari
2. Kepala Kantor Badan Riset Sultra yang telah memberikan izin penelitian
kepada penulis dalam penelitian ini.
3. Kepala Lurah Abeli yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk
melaksanakan penelitian.
4. Bapak Muslimin L.,A.Kep.,S.Pd.,M.Si, Selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Kendari.
8
5. Bapak Muslimin L.,A.Kep.,S.Pd.,M.si, Selaku Penguji I, Indriono
Hadi,S.Kep,Ns,M.Kep Selaku Penguji II, dan Ibu Dali SKM.,M.Kes Selaku
Penguji III yang telah membantuh dan mengarahkan penulis dalam ujian
proposal sehingga hasil penelitian ini dapat lebih terarah.
6. Bapak/Ibu Dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatanyang
turut membekali ilmu pengetahuan pada penulis selama kuliah.
7. Terakhir, teruntuk orang yang aku sayangi Ilyas dan sahabat-sahabatku
angkatan 2013 khususnya Budiarti,Ike kusmita dewi,Zulyati Uus
Farida,Jefri,Mijrat,jurusan keperawatan tingkat III A dan III B yang tidak
dapat di sebutkan satu persatu telah memberikan motivasi dan dukungan
selama penulis menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kitasemua khususnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan daan peneliti selanjutnyadi Poltekkes Kemenkes Kendari serta kiranya Allah SWT selalu member rahmatkepada kita semua. Amin.
Kendari, juni 2016
peneliti
9
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………....... iLEMBAR PERSETUJUAN …………………………… ...................................... iiHALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. iiiMOTTO ................................................................................................................... ivRIWAYAT HIDUP ................................................................................................. vABSTRAK………………………………………………………………………. .. viKATA PENGANTAR ............................................................................................. viiDAFTAR ISI ........................................................................................................... ixDAFTAR TABEL .................................................................................................. xiDAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………… xii
BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang....................................................................................... 1B. Rumusan Masalah.................................................................................. 4C. Tujuan Penelitian................................................................................... 5D. Manfaat Penelitian................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. Tinjauan Tentang Asma......................................................................... 7B. TinjauanTentang Sikap…….………………………………………..... 14C. TinjauanTentang Keluarga…………………………………… ............ 19D. Tinjauan Tugas Keluarga Terhadap Pencegahan penyakit Asma ......... 21
BAB III METODE PENELITIANA. Dasar Pemikiran ................................................................................... 24B. Kerangka Konsep…………………………………………………….. 25C. Variabel Penelitian………………………………………………… ... 25D. DefinisiOperasional.............................................................................. 25
BAB IV METODE PENELITIANA. JenisPenelitian………………………………………………………… 29B. Waktu dan Tempat Penelitian................................................................ 29C. PopulasidanSampel .............................................................................. 29D. InstrumenPenelitian.............................................................................. 31E. Jenis Dan Cara Pengumpulan Data……………… .............................. 32F. TekhnikPengumpulan Data………………………………………… .. 32
10
G. TekhnikAnalisa Data………………………………………………… 33H. Penyajian Data………………………………………………… ......... 33
BAB V HASIL DAN PEMBAHASANA. GambaranUmumLokasiPenelitian…………………………………… .. 35B. HasilPenelitian ........................................................................................ 36C. Pembahasan............................................................................................. 40
BAB VIKESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan………………………………………………………… ..... 45B. Saran................................................................................................ ….... 46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
11
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di Kelurahan AbeliWilayah Kerja Puskesmas Abeli .......................................................36
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berasarkan Umur Di Kelurahan Abeli WilayahKerja Puskesmas Abeli ....................................................................37
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Di Kelurahan AbeliWilayah Kerja Puskesmas Abeli .....................................................37
Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Di Kelurahan AbeliWilayah Kerja Puskesmas Abeli .....................................................38
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Sikap Keluarga Dari Aspek Menjaga KebersihanLingkungan Dalam Pencegahan Kekambuhan Penyakit Asma DiKelurahan Abeli Wilayah Kerja Puskesmas Abeli .......................38
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Sikap Keluarga Dari Aspek Menghindari FaktorPemicu Dalam Pencegahan Kekambuhan Penyakit Asma DiKelurahan Abeli Wilayah Kerja Puskesmas Abeli ..........................39
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Sikap Keluarga Dari Aspek Menggunakan ObatAnti Asma Dalam Pencegahan Kekambuhan Penyakit Asma DiKelurahan Abeli Wilayah Kerja Puskesmas Abeli ..........................40
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Sikap Dalam Pencegahan Kekambuhan PenyakitAsma Di Kelurahan Abeli Wilayah Kerja Puskesmas Abeli ..........40
12
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Pengambilan Data Awal Penelitian
Lampiran 2. Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 3. Surat Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 4.Kuesioner Penelitian
Lampiran 5. Surat Izin Dari Poltekkes Depkes Kendari
Lampiran 6.Surat Izin Penelitian Dari Badan Penelitian Dan PengembanganProvinsi Sulawesi Tenggara
Lampiran 7. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
Lampiran 8. Tabulasi Data Hasil Penelitian (Sikap MenjagaKebersihan Lingkungan)
Lampiran 9 Tabulasi Data Hasil Penelitian (Sikap MencegahFaktor Pemicu)
Lampiran 10 Tabulasi Data Hasil Penelitian (SikapMenggunaka Obat)
Lampiran 11 Master tabel penelitian
Lampiran 12 Dokumentasi Penelitian
Lampiran 13 Surat Keterangan Bebas Pustaka
13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asma adalah penyakit paru kronik saluran pernapasan. Data mengenai
kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade terakhir
(Mchpee and Ganong, 2011). Menurut Global Initiative for Asthma (GINA) tahun
2008, asma didefenisikan sebagai penyakit inflamasi kronis pada saluran
pernafasan. Angka kejadian penyakit asma akhir-akhir ini mengalami
peningkatan dan relative sangat tinggi dengan banyaknya morbiditas dan
mortalitas. WHO memperkirakan 100-150 juta penduduk dunia saat ini terkena
penyakit asma dan diperkirakan akan mengalami penambahan 180.000 setiap
tahunnya. (WHO, 2013)
Kemenkes RI (2011)di Indonesia mengatakan penyakitasma masuk
dalam sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian. Angka
kejadianasma80% terjadidi negara berkembang akibat kemiskinan,
kurangnyatingkat pendidikan, pengetahuandan fasilitas pengobatan.Penyakit
asma banyak ditemukan pada anak-anak, terutama tinggal di daerah perkotaan
dan industri. Kejadian asma hampir meningkat di seluruh dunia, baik negara
maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia(Rachelefsky, 2010).
Prevalansi nasional untuk penyakit asma sebesar 4,0% (bedasarkan
diagnosis tenaga kesehatan dan gejala). Sebanyak 9 provinsi yang mempunyai
prevalensi penyakit asma diatas prevalensi nasional, antara lain adalah Nangro
14
Aceh Darusalam diurutan pertama, diikuti oleh Jawa Barat, Nusa Tenggara
Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan , Sulawesi Tengah,
Sulawesi Tenggara, Gorontalo, dan Papua Baarat (RIKESDAS, 2013).
Asma adalah penyakit paru kronik yang sering terjadi. Data mengenai
kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade terakhir
(Mchpee and Ganong, 2011). Menurut Global Initiative for Asthma (GINA)
tahun 2008, asma didefinisikan sebagai penyakit inflamasi kronis pada saluran
pernafasan. Angka kejadian penyakit asma akhir-akhir ini mengalami
peningkatan dan relative sangat tinggi dengan banyaknya morbiditas dan
mortalitas. Kemenkes RI (2011) di Indonesia mengatakan penyakit asma
masuk dalam sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian. Angka kejadian
asma 80% terjadi di negara berkembang akibat kemiskinan, kurangnya tingkat
pendidikan, pengetahuan dan fasilitas pengobatan.
Asma adalah suatu kondisi paru-paru kronis yang ditandai dengan
sulit bernapas. Terjadi saat saluran pernapasan memberikan respon yang
berlebihan dengan cara menyempit jika mengalami rangsangan atau gangguan.
Asma adalah penyakit peradangan saluran napas kronis akibat tejadinya
peningkatan kepekaan saluran napas terhadap berbagai rangsangan.
Diperkirakan 300 juta orang didunia menderita asma. Angka ini bisa jauh
lebih besar kalau kkriteria diagnosisnya diperlonggar. (Sunarti, Septi Shinta,
2011).
Asma biasanya dikenal dengan suatu penyakit yang ditandai dengan
adanya wheezing (Mengi) intermiten yang timbul sebagai respon akibat
15
paparan terhadap suatu zat iritan atau alergen. Sayangnya banyak penderita
sama yang juga beranggapan seperti ini. Pola pikir ini mengakibatkan
penatalaksanaan asma hanya berfokus pada gejala asma yang muncul dan
tidak ditunjukan pada penyebab yang mendasari terjadinya kondisi tersebut.
(Clark,Margaret Varnell,2013).
Kurangnya pengetahuan pasien dan masyarakat tentang asma dan
menganggap asma merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan,
kurangnya upaya untuk melaksanakan pencegahan serangan asma di rumah,
serta belum terlihat adanya usaha yang baik dalam mengontrol dan
menghindari factor pemicunya. Hal ini yang mengakibatkanterjadinya asma
(Sundaru, 2006). Usaha untuk menjaga agar tidak mengalami penyakit asma
juga bergantung pada sikap klien terhadap penyakitnya, karena
pengetahuannya tersebut klien memiliki alasan dan landasan untuk
menentukan suatu pilihan. Informasi dan pengetahuan tentang asma sangat
penting dimana yang harus diajarkan kepada pasien adalah mengenal faktor
pemicu serangan asma pada dirinya serta pemahaman tentang pencegahan,
perawatan dan kerja obat asma. Strategi ini mengurangi frekuensi gejala,
dampak asma pada gaya hidup (Chang, Esther et al, 2010). Tingkat
pengetahuan yang baik mempengaruhi frekuensi kejadian asma karena dengan
sikap yang baik penderita mampu bertindak melakukan pencegahan penyakit
asma yang berulang (Waspadji, 2011).
Data Puskesmas Abeli Kota Kendari didapatkan bahwa penyakit asma
pada tahun 2013 ditemukan frekuensi kejadian sebanyak 449 yang terdiri dari
16
358 pasien lama dan 91 orang pasien baru, sedangkan tahun 2014 mencatat
angka kejadian penyakit asma sebanyak 462 yang terdiri dari 449 pasien lama
dan 13 orang pasien baru. Tahun 2015 mencatat angka kejadian asma
sebanyak 487 yang terdiri dari 462 pasien lama dan 25 orang pasien baru.
Banyak klien yang datang ke puskesmas ketika mengalami sesak nafas
(mengi), kesulitan bernafas dan batuk pada malam hari. Mereka datang ke
puskesmas ketika tanda dan gejala asma kambuh lagi. Berdasarkan angka
kejadian tersebut, tercatat klien dewasa yang mengalami asma sebanyak 49
penderita asma.
Survei awal yang dilakukan di Puskesmas Abeli diketahui bahwa di
Kelurahan Abeli Kota Kendari yang menderita asma dari Januari sampai
Maret 2016berjumlah 93 pasien mengalami asma yang terdiri dari 37 pasien
anak-anak, 9 pasien dewasa dan 40 pasien lansia.Selain itu didapati pula
permasalahan terkait sikap keluarga dimana sikap merupakan kesiapan untuk
bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan
terhadap objek(Notoatmodjo, S 2012) namun dari hasil wawancara dengan 10
penderita asma, 8 keluarga klien mengatakan pencegahan seharusnya
dilakukan oleh tenaga kesehatan bukannya oleh keluarga, sedangkan 2
diantaranya mengetahui tentang asma namun belum mampu melakukan
pencegahan dengan baik sehingga sering kambuh. Rata-rata klien mengalami
asma lebih dari 1 kali dalam sebulan dan pengetahuan klien tentang asma
masih rendah.
17
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Tinjauan Sikapkeluarga terhadap pencegahan penyakit
asma diKelurahan Abeli wilayah kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian
ini adalah :Bagaimanakahmengetahuisikapkeluarga terhadap pencegahan
kekambuhan penyakit asma diKelurahan Abeli wilayah kerja Puskesmas
Abeli Kota Kendari.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahuisikapkeluarga terhadap pencegahan kekambuhan penyakit
asma diKelurahan Abeli wilayah kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahuisikap keluarga dari aspek menjaga kebersihan lingkungan
dalampencegahankekambuhanpenyakit asma diKelurahan Abeli
wilayah kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari.
b. Mengetahuisikap keluarga dari aspek menghindari factor pemicu
dalampencegahankekambuhanpenyakit asma diKelurahan Abeli
wilayah kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari.
c. Mengetahuisikap keluarga dari aspek menggunakan obat anti asma
dalampencegahankekambuhanpenyakit asma diKelurahan Abeli
wilayah kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari.
18
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi
referensi atau masukan bagi perkembangan ilmu pendidikan dan
menambah kajian ilmu kesehatan khususnya ilmu keperawatan klinik
dalam meningkatkan mutu pelaksanaan praktik keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan yang kompeheresif.
2. Praktis
a. Bagi Pelayanan Kesehatan
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada di
Rumah Sakit dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
khususnya dengan pasien yang menderita asma.
c. Bagi institusi pendidikan
Dapat memberikan tambahan informasi, pengetahuan dan bahan
referensi untuk perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya mengenai
asma. Penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk
institusi pendidikan DIII keperawatan dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan dimasa yang akan datang.
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Asma
1. Pengertian
Asma adalah suatu kondisi paru-paru kronis yang ditandai dengan
sulit bernapas. Terjadi saat saluran pernapasan memberikan respon yang
berlebihan dengan cara menyempit jika mengalami rangsangan atau
gangguan. Asma adalah penyakit peradangan saluran napas kronis akibat
tejadinya peningkatan kepekaan saluran napas terhadap berbagai
rangsangan. Diperkirakan 300 juta orang didunia menderita asma. Angka
ini bisa jauh lebih besar kalau kkriteria diagnosisnya diperlonggar.
(Sunarti, Septi Shinta, 2011).
Sesak napas yang sering dikeluhkan pengidap asma memang
menjengkelkan. Apalagi jika kambuh lebih dari 1 atau 2 kali dalam
seminggu. Asma dapat menganggu kinerja dan aktivitas seseorang
sehingga terasa menjengkelkan bagi penderitanya. Selain menganggu
aktivitas, asma juga tidak dapat disembuhkan, bahkan dapat
mmenimbulkan kematian. Namun, bila penyakit ini dikendalikan,
kematian dapat dicegah dan gejalanya pun tidak sering muncul.
Asma merupakan penyakit yang kronis dan tidak menular, yang
sering ditemukan pada anak usia sekolah. Hingga penyakit asma sering
menyebabkkan anak bolos sekolah dan sering merupakan indikasi untuk
masuk perawatan rumah sakit. Penyakit asma tidak mempengaruhi
20
keseharian anak tetapi juga berpengaruh pada setiap anggota keluarga.
Selain itu hal buruk lain adalah apabila orang tua banyak mempercayai isu
dan gosip yang berkembang mengenai asma di masyarakat. Penyakit asma
pada anak perlu dipertimbangkan kehidupan kesehariannya.menurut
informasi yang diperoleh pedoman Nasional Asma Anak (PNAA) 2004,
asma adalah mengi berulang dan atau batuk persisten atau menetap.
Penyakit asma adalah efek peradangan paru yang menyempitnya
jalan napas, hingga jumlah udara yang dikeluarkan dari paru-paru
terhambat, dan demikian pula udara yang dihembuskan dari paru-paru.
Hambatan aliran udara yang keluar dari paru-paru ini dapat dipulihkan
sepenuhnya atau sebagian, dengan menghirup obat bronkodilator. Selain
itu radang pada saluran napas menyebabkan menjadi sangat peka terhadap
banyak iritan, misalnya bila menghirup udara dingin, polusi udara, aerosol,
bahan-bahan pembersih rumah dan disenfektan serta bau yang menyengat
(Mangoenprasodjo, Setiono, 2005).
2. Penyebab
Pada penderita asma, penyempitan saluran pernapasan meupakan
respon terhadap rangsangan yang pada paru-paru normal tidak akan
mempengaruhi saluran pernapasan. Asma dapat dipicu berbagai
rangsanga, seperti serbuk sari,debu, bulu binatang, asap, udara dingin, dan
olahraga.
Pada saat serangan asma,otot polos bronki mengalami kejang dan
jaringan yang melapisi saluran udara mengalami pembengkakan karena
21
adanya peradangan dan pelepasan lendir kedalam saluran udara. Hal ini
akan memperkicil diameter dari saluran udara (bronkokonstriksi) dan
menyebabkan penderita harus berusaha sekuat tenaga supaya dapat
bernapas.
Sel-sel tertentu didalam saluran udara (terutama sel mast) diduga
bertanggungjawab terhadap awal mula terjadinya penyempitan. Sel mast
di sepanjang bronki melepaskan bahan seperti histamin dan leukotrien
yang menyebabkan terjadinya kontraksi otot polos, peningkatan
pembentukan lendir, dan perpindahan sel darah putih tertentu ke bronki.
Sel mast mengeluarkan bahan tersebut sebagai respon terhadap
sesuatu yang mereka kenal sebagai benda asing (alergen), seperti sabuk
sari, debu halus yang terdapat dalam rumah, atau bulu binatang. Asma
juga bisa terjadi pada beberapa orang tanpa allergi tertentu. Reaksi yang
sama terjadi jika orang tersebut melakukan olahraga atau orang tersebut
berada dalam cuaca dingin.Stres kecemasan pun bisa memicu
dilepaskannya histamin dan leukotrien. Sel lainnya (eosnofil) yan
ditemukan didalam saluran udara penderita asma melepaskan bahan
lainnya yang menyebabkan penyempitan saluran udara.
Sumber lain mengatakan, ada faktor-faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya asma, yaitu :
a. Perubahan cuaca dan suhu udara
b. Polusi udara
c. Asap Rokok
22
d. Infeksi sakuran pernapasan
e. Gangguan emosi
f. Olahraga yang berlebihan
Penyebab asma dianggap sebagai penyebab yang sesungguhnya.
Penyebab umumnya adalah allergen, yaitu: Ingestan (masuk melalui
mulut), Inhalan (masuk melalui hidung atau mulut), dan Kontak dengan
kulit (Sunarti,Septi Shinta, 2011).
3. Tanda dan Gejala
Gejala awal pada anak-anak bisa berupa rasa gatal di dada atau
dileher. Batuk kering dimalam hari atau ketika melakukan olahraga juga
bisa merupakan gejala. Selama serangan asma, sesak napas bisa menjadi
semakin berat sehingga timbul rasa cemas. Sebagai eaksi terhadap
kecemasan, penderita juga akan mengeluarkan banyak keringat. Pada
serangan yang sangat berat, penderita menjadi sulit untuk berbicara.
Kebingungan, letari (keadaan kesadaran yang menurun, dimana penderita
seperti tertidur lelap, tetapi dapat dibangunkan sebentar kemudian segera
tertidur kembali), dan sianosis (kulit tampak kebiruan) merupakan
pertanda bahwa persediaan oksigen penderita sangat terbatas dan perlu
segera dilakukan pengobatan. Kadang, beberapa alveoli (kantong udara di
paru-paru) bisa pecah dan menyebabkan udara terkumpul di dalam rongga
pleura atau menyebabkan udara terkumpul di Sekitar sekitar organ dada.
Hal ini akan memperburuk sesak yang dirasakan oleh penderita. Secara
spesifik, gejala asma adalah sebagai berikut :
23
a. Napas berbunyi “ngik-ngik”
b. Batuk-batuk
c. Dahak yang bertambah banyak atau berbau dan warna kuning pada
terjadinya serangan dan kuning saat terjadi infeksi.
d. Sesak dada
e. Susah berbicara dan berkonsentrasi
f. Pundak membungkuk
g. Bayangan abu-abu atau membiru pada kulit, bermula dari mulut.
(Sunarti,S, 2011).
Secaraumum tanda dan gejala asma adalah sesak napas, batuk
berdahak dan suara napas yang berbunyi ngikngik (mengi) dimana
seringnya gejala ini timbul pada pagi hari menjelang waktu subuh, hal ini
karena pengaruh keseimbangan hormon kortisol yang kadarnya rendah
ketika pagi dan berbagai faktor lainnya.
Penderita asma akan mengeluhkan sesak nafas karena udara pada
waktu bernafas tidak dapat mengalir dengan lancar pada saluran nafas
yang sempit dan hal ini juga yang menyebabkan timbulnya bunyi ngik-
ngik pada saat bernafas, dan batuk, khususnya pada malam atau dini hari.
Pada penderita asma, penyempitan saluran pernafasan yang terjadi dapat
berupa pengerutan dan tertutupnya saluran oleh dahak yang diproduksi
secara berlebihan dan menimbulkan batuk sebagai respon untuk
mengeluarkan dahak tersebut. Berdasarkan etiologinya, asma dapat
dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu: Asma ektrinsik (atopi) ditandai
24
dengan reaksi alergi terhadap pencetus-pencetus spesifik yang dapat
diidentifikasi seperti: tepung, debu, bulu binatang, susu, telur, ikan, obat-
obatan, serta bahan-bahan alergen yang lain. Sedangkan asma intrinsik
(non atopi) ditandai dengan mekanisme non alergik yang bereaksi
terhadap pencetus yang tidak spesifik seperti: Udara dingin, zat kimia
yang bersifat sebagai iritan seperti: ozon, eter, dan nitrogen, perubahan
musim dan cuaca, aktifitas fisik yang berlebih, ketegangan mental serta
faktor-faktor intrinsik lain. (Nurafiatin A, Ayu ES, Mabruroh F, &
Fauziah N 2007).
4. Pencegahan kekambuhan Asma
Pencegahan sejak dini merupakan satu-satunya hal yang bisa
dilakukan untuk menghindari terjadinya penyakit asma. Namun, karena
penyakit ini terkait dengan unsur riwayat keluarga, pencegahan disini
hanya sebagai media yang dilakukan untuk memperkecil risiko terjadinya
serangan. Usaha uusaha pencegahan yang dapat dillakukan untuk
mencegah kemungkinan terjadiya serangan penyakit asma ialah
menerapkan pola hidup sehat dan menjaga kebersihan lingkungan. Selain
itu, kita harus senantiasa bisa menghindari diri dari faktor-faktor yang
dapat menyebabkan terjadinya serangan penyakit asma(Nurafiatin A, Ayu
ES, Mabruroh F, & Fauziah N 2007).
a. Menjaga Kesehatan
Menjaga kesehatan merupakan usaha yang tidak terpisahkan
dari pengobatan penyakit asma. Bila penderita lemah dan kurang gizi,
25
tidak saja mudah terserang penyakit tetapi juga berarti mudah untuk
mendapat serangan penyakit asma beserta komplikasinya. Usaha
menjaga kesehatan ini antara lain berupa makan makanan yang bergizi
baik, minum air putih yang banyak, istirahat yang cukup, rekreasi, dan
olahraga yang sesuai. Penderita dianjurkan banyak minum, kecuali ada
larangan dari dokter(Nurafiatin A, Ayu ES, Mabruroh F, & Fauziah
N 2007).
b. Menjaga kebersihan lingkungan
Lingkungan dimana penderita hidup sehari-hari sangat
mempengaruhi timbulnya serangan asma. rumah sebaiknya tidak
lembab, cukup ventilasi, dan cahaya matahari. Saluran pembuangan air
harus lancar. Kamar tidur merupakn tempat yang perlu mendapat
perhatian yang khusus. Sebaiknya kamar tidur sedikit mungkin berisi
barang-barang untuk menghindari debu rumah(Nurafiatin A, Ayu ES,
Mabruroh F, & Fauziah N 2007).
Hewan peliharaan,asap rokok, semprotan rambut, dan lain-lain
dapat menjadi pemicu penyakit asma/kekambuhan asma. Lingkungan
pekerjaan juga perlu mendapatkan perhatian apalagi kalau jelas-jelas
ada hubungan antara lingkungan kerja dengan serangan penyakit asma.
c. Menghindari faktor pemicu kekambuhan asma
Allergen yang sering menimbulkan penyakit asma adalah
debu. Allergen lain seperti kucing, anjing, burung, perlu mendapatkan
perhatian dan juga perlu diketahui bahwa binatang yang tidak diduga,
26
seperti kecoa dan tikus juga dapat menimbulkan penyakit asma. Infeksi
virus saluran pernapasan sering mencetuskan penyakit asma.
Sebaiknya penderita asma menjauhi orang-orang yang sedang
terserang iffluenza dan menghindari tepat-tempat ramai atau penuh
sesak. Hindari kelelahan yang berlebihan, kehujanan, suhu udara yang
ekstrim, berlari-lari mengejar kendaraan umum, atau olahraga yang
melelahkan. Jika akan berolahraga lakukan pemanasan terlebih dahulu
dan dianjurkan memakai obat pencegah serangan kembai penyakit
asma. zat-zat yang merangsang saluran napas seperti asap rokok, asap
mobil, uap bensin, uap cat, uap zat-zat kimia, dan udara kotor lainnya
harus dihindari. Perhatikan obat-obat yang diminum, khusunya obat-
obat untuk darah tinggi, jantung, dan anti rematik zat –zat pewarna dan
zat-zat pengawet makanan juga dapat menimbulkan penyakit
asma(Nurafiatin A, Ayu ES, Mabruroh F, & Fauziah N 2007).
d. Menggunakan obat anti asma
Pada serangan penyaki asma yang ringan apalagi frekuensinya
jarang, penderita boleh memakai bronkodilator, baik bentuk tablet,
kapsul, maupun sirup. Tetapi ,bila ingin gejala asma cepat hilang,
jelas aerosol lebih baik. Pada serangan yang lebih berat, bila masih
mungkin dapat mengombinasikan dua atau tiga macam obat. Pada
penyakit asma kronis bila keadaannya sudah terkendali dapat dicoba
obat-obat pencegah penyakit asma. Tujuan obat-obat pencegah
penyakit asma ialah selain mencegah terjadinya serangan penyakit
27
asma juga diharapkan agar pengguaan obat-obat bronkodilator dan
sterodi sistemik dapat dikurangi dan bahkan kalau mungkin
dihentikan. (Sunartia, 2011).
B. Tinjauan Tentang Sikap
1) Definisi Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus atau objek. Beberapa batasan lain tentang sikap ini dapat
dikutip sebagai berikut: ”An individual’s social attitude is a syndrome of
response consistency with regard to social object” “ A mental and neural
state and neural of rediness, organized through expertence, exerting a
directive or dynamic influenceup on the individuals responseto all objects
and situation with which it is related Attitude entails an existing
predisposition to response to social objecs which in interaction with
situation and other dispositional variables, guide and direct the overt
behavior of the individual(Notoajmodjo S, 2012)
Dari batasan-batasan di atas dapat di simpulkan bahwa manifestasi
sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan
terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menujukan
konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam
kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap
stimulus sosial. Newcomb,salah seorang ahli psikologis sosial menyatakan
bahwa sikap itu merupakamn kesiapan atau kesediaan untuk bertindak,
dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan
28
suatu tindakan atau aktivitas,akan tetapi merupakan predoposisi tindakan
suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan
merupakanreaksi terbuka atau tindakan yang terbuka. Sikap merupakan
kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai
suatu penghayatan terhadap objek(Notoatmodjo, S 2012)
Diagram di bawah ini dapat lebih menjelaskan uraian tersebut diatas.
(Notoatmodjo, S 2012)
Gambar 1. Proses Terbentuknya Sikap
2) Komponen Sikap
Dalam bagian lain Allport menjelaskan bahwa sikap itu
mempunyai tiga komponen pokok.
1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek
2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
3. Kecederungan untuk bertindak (tend to behave).
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang
utuh (total attitude). Dalam penentuaan sikap yang utuh ini, pengetahuan,
Stimulusrancangan
Reaksi
Tingkah laku(terbuka)
(
Prosesstimulus
Sikap(tertutup)
29
pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Suatu contoh
misalnya seorang ibu telah mendengar tentang penyakit polio
(penyebabnya, akibatnya, pencegahanya, dan sebagainya). Pengetahuan
ini akan membawa ibu untuk berpikir dan berusaha supaya anaknya tidak
terkena polio. Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut
bekerja sehingga ibu tersebut berniat mengimunisasikan anaknya untuk
mencegah supaya anaknya tidak terkena polio. Ibu ini mempunyai sikap
tertentu terhadap objek yang berupa penyakit polio.
3) Tingkatan Sikap
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai
tingkatanyakni :
a. Menerima (receiving).
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (obyek).
b. Merespon (responding).
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu
usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang
diberikan. terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti
orang itu menerima ide tersebut.
c. Menghargai (valuing).
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan
orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat
30
tiga, misalnya seorang mengajak ibu yang lain (tetangga, saudaranya,
dan lain sebagainya) untuk menimbang anaknya ke posyandu atau
mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu telah
mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.
d. Bertanggung jawab (responsible).
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya
seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan
tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri(Notoatmodjo, S 2012).
4) Ciri-Ciri Sikap
Sikap tidak dibawah lahir tetapi dipelajari dan dibentuk melalui
pengalaman dan latihan selama perkembangan individu.
a. Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat untuk
itu sehingga dapat dipelajari
b. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan dengan objek
sikap.
c. Sikap dapat tertuju pada satu atau banyak obyek.
d. Sikap dapat berlansung lama atau sebentar.
e. Sikap dapat mengundang faktor perasaan, hal ini yang membedakan
dengan pengetahuan.
5) Pembentukan dan Perubahan sikap
31
Sarwono (2000) dalam Maulana (2009) mengemukakan bahwa
terdapat beberapa cara untuk mengubah atau membentuk sikap individu
termasuk adopsi, differensiasi, trauma dan generalisasi.
a. Adopsi
Adopsi adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap melalui
kegiatan yang berulang dan terus menerus sehingga lama-kelamaan
secara bertahap akan diserap oleh individu (misalnya pola asuh dalam
keluarga).
b. Differensiasi
Terbentuk dan berubahnya sikap karena individu teklah memiliki
pengetahuan, pengalaman, intelegensia,dan bertambahnya umur. Hal
yang pada awalnya dipandang sejenis, sekarang dipandang tersendiri
dan lepas dari jenisnya sehingga membentuk sikap tersendiri.
Misalnya anak yang semulah takut terhadap orang yang baru
dikenalnya berangsur-angsur mengetahui yang mana yang baik dan
buruk sehingga dapat mulai bermain dengan orang yang disukainya.
c. Integrasi
Sikap secara bertahap, diawali arti pengetahuan dan pengalaman
terhadap obyek sikap tertentu (misalnya mahasiswa yang rajin kuliah,
akhirnya akan bersikap positif terhadap profesi keperawatan).
6) Skala pegukuran sikap
Menurut Daniel J. Mueller Skala Likert adalah skala yang dapat
dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang
32
atau sekelompok orang mengenai suatu gejala atau fenomena pendidikan.
Dalam skala Likert terdapat dua bentuk pernyataan yaitu pernyataan
positif yang berfungsi untuk mengukur sikap positif, dan pernyataan
negative yang berfungsi untuk mengukur sikap negative objek sikap.
Skor pernyataan positif dimulai dari 1 untuk tidak pernah, 2 untuk
kadang kadang, 3 untuk sering, dan 4 untuk selalu. Skor pernyataan
negative dimulai dari 1 untuk selalu, 2 untuk sering, 3 untuk kadang-
kadang, dan 4 untuk sangat tidak pernah. Beberapa peneliti menambahkan
option “Ragu-ragu” dalam instrument penelitian untuk memudahkan
peneliti melihat sikap.
Kriteria Objektif :
Baik :Bila jawaban responden memperoleh nilai ≥60% dari total
skormaksimal
Kurang :Bila jawaban responden memperoleh nilai <60% dari total skor
(Sugiono, 2008)
C. Tinjauan Tentang Keluarga
1. Pengertian
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat, yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu
tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Didalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang
tergabung karena hubungan darah,hubungan perkawinan atau
pengangkatan, di hidupnya dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu
33
sama lain dan didalam perannya masing-masing dan menciptakan serta
mempertahankan suatu kebudayaan. (Baron, R. A dan Donn Byrne. 2003).
2. Fungsi dukungan keluarga yaitu
a. Dukungan informasional
Keluarga berfungsi sebagai kolektor dan disseminator
(penyebar) informasi dunia.Memberikan saran dan sugesti informasi
yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah, manfaat dari
dukungan ini adalah mencegah munculnya stressor karena informasi
yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus kepada
individu.
b. Dukungan penilaian
Keluarga berindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik
membimbing dan menengahi pemecahan masalah. Sebagai sumber dan
validator identitas anggota keluarga diantaranya memberikan support
penghargaan dan perhatian.
c. Dukungan instrumental
Keluarga merupakan sebuah pertolongan praktis dan konkrit
diantarana kesehtan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum,
istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan.
d. Dukungan emosional
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat
dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi.Aspek-
aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan
34
dalam bentuk affeksi, adnya kepercayaan perhatian, mendengarkan dan
didengarkan.
3. Tugas Keluarga
Menurut Friedman dalam (Harnilawati,2013) terdapat lima fungsi
dasar keluarga yaitu: fungsi afektif, sosialisasi, reproduksi, ekonomi dan
perawatan keluarga.
a. Fungsi afektif : berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan
psikososial keluarga. Setiap anggota keluarga akan mengembangkan
sikap saling menghormati, saling menyayangi dan mencintai, dan akan
mempertahankan hubungan yang akrab dan intim sesama anggota
keluarga sehingga masing-masing anggota keluarga akan dapat
mengembangkan konsep diri yang positif. Kebahagiaan dan
kegembiraan mengindikasikan bahwa fungsi afektif keluarga berhasil
dicapai.
b. Fungsi sosialisasi : proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu sepanjang kehidupannya, sebagai respon terhadap situasi yang
terpola dari lingkungan sosial. Fungsi ini dapat dicapai melalui
interaksi dan hubungan yang harmonis sesama anggota keluarga.
Sehingga masing-masing anggota keluarga mampu menerima suatu
tugas dan peran dalam keluarga.
c. Fungsi reproduksi : keluarga berfungsi untuk menjaga kelangsungan
keturunan dan menambah sumber daya manusia.
35
d. Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk menyediakan
sumber-sumber ekonomi yang memadai dan megalokasikan sumber-
sumber dana atau keuangan yang cukup, maka tidak jarang keluarga
tidak membawa penderita ke pelayanan kesehatan.
e. Fungsi perawatan kesehatan adalah bagaimana kemampuan keluarga
untuk mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada pasien dan
kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
D. Tinjauan Tugas KeluargaTerhadap PencegahanPenyakit Asma
Menurut Friedmean (2008) dukungan keluarga merupakan sikap,
tindakan, dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit anggota
keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap
memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.
Asma adalah suatu kondisi paru-paru kronis yang ditandai dengan sulit
bernapas. Terjadi saat saluran pernapasan memberikan respon yang berlebihan
dengan cara menyempit jika mengalami rangsangan atau gangguan. Asma
adalah penyakit peradangan saluran napas kronis akibat tejadinya peningkatan
kepekaan saluran napas terhadap berbagai rangsangan. Diperkirakan 300 juta
orang didunia menderita asma. Angka ini bisa jauh lebih besar kalau kkriteria
diagnosisnya diperlonggar. (Sunarti, Septi Shinta, 2011).
Suprajinto (2004) menyatakan bahwa fungsi pemeliharaan kesehatan,
keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan
dilakukan, meliputi:
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
36
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh
diabaikan karena tanpa kesehanat segala sesuatu tidak akan bearti dan
karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana
keluarga habis
b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga.
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan
pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan
memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan
yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan
dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai
keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang dilingkungan tinggal
keluarga agar memperoleh bantuan.
c. Merawatkeluarga yang mengalami gangguan kesehatan Seringkali
keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga
memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri.jika
demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu
memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih
parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan
kesehatan atau dirumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan
melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.
d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga.
37
Lingkungan dimana penderita hidup sehari-hari sangat mempengaruhi
timbulnya serangan asma. Adapun hal-hal yag dapat dilakukan oleh keluarga
dalam mencegah asma yakni dengan menjaga agar rumah sebaiknya tidak
lembab, cukup ventilasi, dan cahaya matahari. Saluran pembuangan air haru
lancar. Kamar tidur merupakn tempat yang perlu mendapat perhatian yang
khusus. Sebaiknya kamar tidur sedikit mungkin berisi barang-barang untuk
menghindari debu rumah(Nurafiatin A, Ayu ES, Mabruroh F, & Fauziah N
2007).
Hewan peliharaan,asap rokok, semprotan rambut, dan lain-lain dapt
menjadi pemicu penyakit asma/kekambuhan asma. Lingkungan pekerjaan juga
perlu mendapatkan perhatian apalagi kalau jelas-jelas ada hubungan antara
lingkungan kerja dengan serangan penyakit asma(Nurafiatin A, Ayu ES,
Mabruroh F, & Fauziah N 2007).
38
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran
Asma merupakan suatu kondisi paru-paru kronis yang ditandai
dengan sulit bernafas. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih
tertutup terhadap suatau stimulus atau objek.Kurangnya sikapkeluarga dan
masyarakat tentang asma dan menganggap asma penyakit yang tidak dapat
disembuhkan, kurangnya upaya untuk melaksanakan pencegahan serangan
asma di rumah, serta belum terlihat adanya usaha yang baik dalam mengontrol
dan menghindari factor pemicunya. Hal ini yang mengakibatkan terjadinya
asma.
Usaha untuk menjaga agar tidak terjadi mengalami penyakit asma
tergantung pada sikap klien dan keluarga terhadap penyakitnya, karena
pengetahuan tersebut klien dan keluarga memiliki alasan dan landasan untuk
menentukan suatu pilihan.
Tingkat sikap yang baik mempengaruhi bagaimana keluarga berusaha
menjaga kesehatan keluarga, karena dengan sikap yang baik akan
mengarahkan keluarga untuk bertindak melakukan pencegahan terhadap
berbagaipenyakit khususnya Asma.
39
B. Kerangka Konsep
Keterangan :
: Hubungan antara variabel
: Variabel independen
: Variabel dependen
C. Variabel Penelitian
Adapun variabel independen yaitu sikap keluarga sedangkan variabel
dependen adalah pencegahan kekambuhan penyakit asma.
D. Definisi Operasional dan kriteria obyektif
1. Sikap pada penelitian ini adalah respon atau reaksi
keluargaterhadappencegahan kekambuhan penyakit asmadimana
manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat
ditafsirkan terlebih dahulu dari prilaku tertutup, terdiri dari:
a) Menjaga kebersihan lingkungan yakni merupakan usaha yang
dilakukan keluarga dalam menjaga lingkungan tempat tinggal anggota
PencegahanKekambuhan
Penyakit Asma
Menjaga kebersihan lingkungan
Menghindari factor pemicukekambuhan
Menggunakan obat anti asma
SIKAP KELUARGA
40
keluarga agar tidak mudah kembali terkena penyakit asma. Kriteria
penilaian didapatkan dengan menggunkana kuesioner yang terdiri dari
5 pertanyaan yang diberi skor atau bobot. Dimana setiap pertanyaan
akan diberi nilai/skor yang mengacu pada skala Likert, bila menjawab
akan diberi skor sebagai berikut :
SS = Sangat setuju : 4
S = Setuju : 3
TS = Tidak setuju : 2
STS = Sangat Tidak Setuju : 1
Kriteria Objektif :
Baik :Bila jawaban responden memperoleh nilai ≥60% dari total
skormaksimal
Kurang :Bila jawaban responden memperoleh nilai <60% dari total
skor (Sugiono, 2008)
b) Menghindari factor pemicu yakni merupakan usaha yang dilakukan
keluarga dalam menghindari factor-faktor pemicu yang
dapatmenyebabkan kekambuhan penyakit asma. Kriteria penilaian
didapatkan dengan menggunkana kuesioner yang terdiri dari 5
pertanyaan yang diberi skor atau bobot. Dimana setiap pertanyaan
akan diberi nilai/skor yang mengacu pada skala Likert, bila menjawab
akan diberi skor sebagai berikut :
SS = Sangat setuju : 4
S = Setuju : 3
41
TS = Tidak setuju : 2
STS = Sangat Tidak Setuju : 1
Kriteria Objektif :
Baik :Bila jawaban responden memperoleh nilai ≥60% dari total
skormaksimal
Kurang :Bila jawaban responden memperoleh nilai <60% dari total
skor (Sugiono, 2008)
c) Menggunakan obat anti asma yakni merupakan usaha yang dilakukan
keluarga dalam mengkonsumsi obat yang dapat mencegah
kekambuhan penyakit asma. Kriteria penilaian didapatkan dengan
menggunkana kuesioner yang terdiri dari 5 pertanyaan yang diberi
skor atau bobot. Dimana setiap pertanyaan akan diberi nilai/skor yang
mengacu pada skala Likert, bila menjawab akan diberi skor sebagai
berikut :
SS = Sangat setuju : 4
S = Setuju : 3
TS = Tidak setuju : 2
STS = Sangat Tidak Setuju : 1
Kriteria Objektif :
Baik :Bila jawaban responden memperoleh nilai ≥60% dari total
skormaksimal
Kurang :Bila jawaban responden memperoleh nilai <60% dari total
skor (Sugiono, 2008)
42
3. Penderita asma adalah anggota keluarga pernah menderita penyakit
asma dan berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Abeli Kelurahan
Abeli Kota Kendari.
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yakni untuk memperoleh
Gambaran Sikapkeluarga terhadap pencegahankekambuhan penyakit asma di
Kelurahan Abeli wilayah kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari.
B. Waktu dan tempat penelitian
1. Waktu
Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 2 juni s/d 23 juni
2106
2. Tempat
Penelitian ini telah dilaksanakandi Kelurahan Abeli Wilayah
Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari.
C. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang
ditelitii (Arikunto 2006), adapun yang dijadikan populasi dalam penelitian
ini adalah kepala keluarga yang anggota keluarganyatercatat menderita
penyakit asma tahun 2016 periode Januari – Maret dengan jumlah
93penderita asma.
44
2. Sampel
a. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai
sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi (Riduwan, 2009).
Adapun sampel dalam penelitian ini adalah kepala keluarga yang
anggota keluarganya pernah menderita penyakit asma dan berdomisili
di Kelurahan Abeli wilayah kerja Puskesmas Abeli Kota Kendaritahun
2016 periode Januari – Maret dengan jumlah 93.
b. Jumlah sampel
Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin
(Notoadmojo, 2010).
n =1N(d)
N2
93n = -----------------
93 (0,1)2 +1
93n = ---------------
1.93
n =48 orang
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d = presisi (ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan
90%) Jadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 48 orang responden.
45
Penarikan sampel RW desa adalah sebagai berikut
Sampel tiap kelas =
27 X 48a. RW 1 = ------------- = 14
93
41 X 48b. RW 2 = ------------- = 21
93
19 X 48c. RW 3 = ------------- = 10
93
6 X 48d. RW 4 = ------------- = 3
93
c. Teknik penarikan sampel
Penarikan sampel ditentukan dengan carasimple random
sampling/ acak sederhana.
d. Kriteria sampel
1) Kriteria inklusi
a) Kepala keluarga penderita penyakit asma yang berada di
wilayah kerja Kelurahan Abeli Puskesmas Abeli.
b) Bersedia menjadi responden
c) Dapat membaca dan menulis
2) Kriteria eksklusi
46
a) Kepala keluarga penderita penyakit asma yang tidak berada di
wilayah kerja Kelurahan Abeli Puskesmas Abeli.
b) Tidak bersedia menjadi responden
c) Kepala keluarga yang buta huruf
D. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini alat yang di gunakan untuk mengumpulkan data
yaitu dengan lembarkuesionaryang akan di isi oleh responden.
E. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
1. Jenis data
a. Data primer
Data primer adalah data mengenai karakteristik responden, sikap
responden terkait pencehgahan kekambuhan penyakit asma yang di
peroleh langsung dari reponden,baik dengan wawancara ataupun
menggunakan daftar pertanyaan pada kuesioner
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang du peroleh dari data yang telah ada
sebelumnya meliputi jumlah kejadian penyakit asma dalam kurun
waktu 3 tahun terakhir di wilayah kerja Puskesmas dan juga data
penderita asma di Kelurahan Abeli.
2. Cara pengumpulan data
a. Data primer
47
Diperoleh melalui kunjungan langsung ke wilayah kerja Puskesmas
Abeli Kelurahan Abeli Kota Kendari.
b. Data sekunder
Diperoleh dari dokumen-dokumen yang diperoleh dari Puskesmas
Abeli Kelurahan Abeli Kota Kendari.
F. Teknik pengolahan data
Data yang telah dikumpulkan dari responden kemudian akan diolah
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Editing, yaitu kegiatan pengoreksian data dari responden pada kuesionar
yang telah di isi oleh responden
2. Coding, Yaitu mengklarifikasikan jawaban responden menurut jenisnya
dan membubuhkan kode pada jawaban tersebut.
3. Scoring, yaitu pemberian skor pada jawaban responden yang telah di
isipada kuesioner dari berbagai variabel yang diteliti
4. Tabulating, yaitu menyusun data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
G. Tehnik analisa data
Data yang telah di peroleh kemudian di analisa menggunakan rumus
sebagai berikut:
Keterangan :
X : jumlah persentase variabel yang di teliti
f: jumlah responden berdasarkan variabel
X =f/n x K
48
n : jumlah sampel penelitian
k : konstanta (100)(budiarto,2002)
H. Penyajian data
Penyajian dilakukan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang
kemudian di narasikan secara deskriptif(memaparkan) variabel yang di teliti.
I. Etika Penelitian
Masalah etika pada penelitian yang menggunakan subjek manusia
menjadi isu sentral yang berkembang saat ini. pada penelitian ilmu
keperawatan, karena hampir 90% subjek yang dipergunakan adalah manusia,
maka peneliti harus memahami prinsip-prinsip etika penelitian.
Menurut Nursalam (2008) secara umum prinsip etika dalam
penelitian/pengumpulan data dapat dibedakan menjadi:
1. Informed consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Subjek
harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian
yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau
menolak menjadi responden. Pada informed consent juga pelu
dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk
pengembangan ilmu.
2. Anonymity (tanpa nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan
dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau
49
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang
akan disajikan.
3. Right to privacy (kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan menjamin kerahasiaan hasil
penelitian baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Informasi
yang dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok
data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
50
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian
1. Letak Geografis
Puskesmas Abeli merupakan salah satu dari 15 Puskesmas yang
ada di Kota Kendari, yang terletak di Kelurahan Abeli Kecamatan Abeli.
Jarak dari Kantor Walikota ± 73,13 km2.
Puskesmas Abeli terletak di Kelurahan Abeli Kecamatan Abeli
yang terdiri atas 8 (delapan) Kelurahan dengan batasnya adalah sebagai
berikut:
Sebelah utara berbatasan Teluk Kendari
Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Konda
Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Moramo
Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Matabubu Kecamatan Poasia
2. Keadaan Demografi
Berdasarkan hasil pendataan terakhir, jumlah penduduk di
Kelurahan Abeli sebanyak 1137 jiwa yang terdiri atas 420 Kepala
Keluarga.
B. Hasil Penelitian.
1. Karakteristik Responden
Karakteristik sampel dalam penelitian meliputi jenis kelamin,
umur, pendidikan dan pekerjaan:
51
a. Jenis Kelamin
Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin seperti terlihat
pada tabel di bawah :
Tabel 5.1Distribusi Responden Berdasarkan Jenis KelamindiKelurahan Abeli Wilayah Kerja Puskesmas Abeli
Jenis kelamin f %Laki-LakiPerempuan
417
85,414,6
Jumlah 48 100Sumber : Data PrimerTahun 2016
Tabel 5.1 di atas menunjukkan bahwa responden tertinggi
adalah laki-laki sebanyak 41 responden (85,4 %) sedangkan terendah
adalah perempuan sebanyak 7 responden (14,6%)
b. Umur
Distribusi responden berdasarkan umur seperti terlihat pada
tabel di bawah :
Tabel 5.2Distribusi Responden Berdasarkan Umur di KelurahanAbeli Wilayah Kerja Puskesmas Puskesmas Abeli
Umur f %21-4041-65
426
87,512,5
Jumlah 48 100Sumber : Data Primer Tahun 2016
Tabel 5.2 di atas menunjukkan bahwa tertinggi adalah
kelompok umur 21-40 tahun sebanyak 42 responden (87,5%) dan
terendah yaitu umur 41-65 tahunsebanyak 6 responden (12,5%).
52
c. Pendidikan
Distribusi responden berdasarkan pendidikan seperti
terlihat pada tabel di bawah :
Tabel 5.3Distribusi Responden Berdasarkan PendidikandiKelurahan Abeli Wilayah Kerja PuskesmasPuskesmas Abeli
Pendidikan f %SD
SLTP/SederajatSLTA/Sederajat
Perguruan Tinggi
1151715
2,131,235,431,3
Jumlah 48 100Sumber : Data Primer Tahun 2016
Tabel 5.3 di atas menunjukkan bahwa pendidikan teringgi
adalah SLTA sebanyak 17 responden (35,4%) dan terendah yaitu SD
dengan jumlah 1 responden (2,1%).
d. Pekerjaan
Distribusi responden berdasarkan pekerjaan seperti terlihat
pada tabel di bawah :
Tabel 5.4Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan diKelurahan Abeli Wilayah Kerja PuskesmasPuskesmas Abeli
Pekerjaan F %PetaniPNS
Wiraswasta
21423
43,88,347,9
Jumlah 48 100Sumber : Data Primer Tahun 2016
53
Tabel 5.4 di atas menunjukkan bahwa pekerjaan tertinggi
adalah wiraswasta sebanyak 23 responden (47,9%) dan terendah yaitu
PNS dengan jumlah 4 responden (8,3%).
2. Variable Penelitian
1. Sikap Keluarga Dari Aspek Menjaga Kebersihan LingkunganDalam Pencegahan Kekambuhan Penyakit Asma
Tabel 5.5Distribusi Frekuensi Sikap Keluarga Dari AspekMenjaga Kebersihan Lingkungan Dalam PencegahanKekambuhan Penyakit Asmadi Kelurahan AbeliWilayah Kerja Puskesmas Abeli
No Kategori f %1 Baik 41 85,42 Kurang 7 14,6
Jumlah 48 100Sumber : Data Primer Tahun 2016
Tabel 5.5 di atas menunjukkan bahwa dari 48 responden, sikap
keluarga menjaga kebersihan lingkungan dalam pencegahan
kekambuhan penyakit asmatertinggi adalah kategori baikyaitu
sebanyak 41 responden (85,4%). Sedangkan terendah adalah kategori
kurang sebanyak 7 responden (14,6%).
2. Sikap Keluarga Dari Aspek Menghindari Faktor Pemicu DalamPencegahan Kekambuhan Penyakit Asma
Tabel 5.6Distribusi Frekuensi Sikap Keluarga Dari AspekMenghindari Faktor Pemicu Dalam PencegahanKekambuhan Penyakit Asmadi Kelurahan AbeliWilayah Kerja Puskesmas Abeli
No Kategori f %1 Baik 39 81,32 Kurang 9 18,7
Jumlah 48 100
54
Sumber : Data Primer Tahun 2016
Tabel 5.6 di atas menunjukkan bahwa dari 48 responden,sikap
keluarga menghindari factor pemicu dalam pencegahan kekambuhan
penyakit asma tertinggi adalah kategori baikyaitu sebanyak 39
responden (81,3%). Sedangkan terendah adalah kategori kurang
sebanyak 9 responden (18,7%).
3. Sikap Keluarga Dari Aspek Menggunakan Obat Anti AsmaDalam Pencegahan Kekambuhan Penyakit Asma
Tabel 5.7DistribusiFrekuensi Sikap Keluarga Dari AspekMenggunakan Obat Anti Asma Dalam PencegahanKekambuhan Penyakit Asmadi Kelurahan AbeliWilayah Kerja Puskesmas Abeli
No Kategori F %1 Baik 40 83,32 Kurang 8 16,7
Jumlah 48 100Sumber : Data Primer Tahun 2016
Tabel 5.7 di atas menunjukkan bahwa dari 48 responden,sikap
keluarga menggunakan obat anti asma dalam pencegahan kekambuhan
penyakit asma tertinggi adalah kategori baikyaitu sebanyak 40
responden (83,3%). Sedangkan terendah adalah kategori kurang
sebanyak 8 responden (16,7%).
55
4. Sikap Keluarga Dalam Pencegahan Kekambuhan Penyakit Asma
Tabel 5.8DistribusiFrekuensi Sikap Keluarga Dalam PencegahanKekambuhan Penyakit Asma diKelurahan AbeliWilayah Kerja Puskesmas Abeli
No Kategori F %1 Baik 43 89,62 Kurang 5 10,4
Jumlah 48 100Sumber : Data Primer Tahun 2016
Tabel 5.8 di atas menunjukkan bahwa dari 48 responden,sikap
keluarga dalam pencegahan kekambuhan penyakit asma tertinggi
adalah kategori baikyaitu sebanyak 43 responden (89,6%). Sedangkan
terendah adalah kategori kurang sebanyak 5 responden (10,4%).
C. Pembahasan
1. Sikap Keluarga Aspek Menjaga Kebersihan Lingkungan DalamPencegahan Kekambuhan Penyakit Asma di Kelurahan AbeliWilayah Kerja Puskesmas Abeli
Sikap sangat menentukan usaha untuk menjaga agar tidak terjadi
asma juga bergantung pada pengetahuan klien terhadap penyakitnya,
karena dengan pengetahuannya tersebut klien memiliki alasan dan
landasan untuk menentukan suatu pilihan. Informasi dan pengetahuan
tentang asma sangat penting dimana yang harus diajarkan kepada pasien
adalah mengenal faktor pemicu serangan asma pada dirinya serta
pemahaman tentang pencegahan, perawatan dan kerja obat asma. Strategi
ini mengurangi frekuensi gejala, eksaserbasi, dampak asma pada gaya
hidup serta kekambuhan pada asma (Chang, Esther et al, 2010).
56
Dari hasil penelitianresponden dengan sikap keluarga aspek
menjaga kebersihan lingkungan dalam pencegahan kekambuhan penyakit
asma kategori baikdiketahui lebih banyak yaitu sebanyak 41 responden
(85,4%).
Hal ini dapat disebabkan oleh karena tingkat pendidikan dari
responden yang sudah lebih banyak yang SLTA yakni 17 (35,4) dan juga
Perguruan tinggi 15 (31,3)namun demikian masih terdapat pula yang
kurang dalam aspek menjaga kebersihan lingkungan dalam pencegahan
kekambuhan penyakit asmakurang sebanyak 7 responden (14,6%) hal ini
dapat disebabkan oleh padatnya pekerjaan responden yang dilakukan
dikebun, maupun ditempat kerja sehingga memungkinkan responden
untuk kurang bias menjaga kebersihan lingkungan rumah.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang mengemukakan
bahwa kurangnya pengetahuan pasien dan masyarakat tentang asma dan
menganggap asma merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan,
kurangnya upaya untuk melaksanakan pencegahan serangan asma di
rumah, serta belum terlihat adanya usaha yang baik dalam mengontrol dan
menghindari alergen. Hal ini yang mengakibatkan kekambuhan pada
pasien asma (Sundaru, 2006).
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan teori lingkungan, dimana
penderita hidup sehari-hari sangat mempengaruhi timbulnya serangan
asma. rumah sebaiknya tidak lembab, cukup ventilasi, dan cahaya
matahari. Saluran pembuangan air haru lancar. Kamar tidur merupakn
57
tempat yang perlu mendapat perhatian yang khusus. Sebaiknya kamar
tidur sedikit mungkin berisi barang-barang untuk menghindari debu
rumah(Nurafiatin A, Ayu ES, Mabruroh F, & Fauziah N 2007).
2. Sikap Keluarga Aspek Menghindari Faktor Pemicu DalamPencegahan Kekambuhan Penyakit Asma di Kelurahan AbeliWilayah Kerja Puskesmas Abeli
Hewan peliharaan,asap rokok, semprotan rambut, dan lain-lain
dapt menjadi pemicu penyakit asma/kekambuhan asma. Lingkungan
pekerjaan juga perlu mendapatkan perhatian apalagi kalau jelas-jelas ada
hubungan antara lingkungan kerja dengan serangan penyakit asma.
Tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang yang sikap
keluarga aspek menghindari factor pemicu dalam pencegahan kekambuhan
penyakit asma kategori baikdiketahui lebih banyak yaitu sebanyak 39
responden (81,3%). Hal inio dapat disebabkan oleh karena tingkat
pendidikan dari responden yang sudah lebih banyak yang SLTA yakni 17
(35,4) dan juga Perguruan tinggi 15 (31,3)namun demikian masih terdapat
pula yang kurang dalam aspek menghindari factor pemicu dalam
pencegahan kekambuhan penyakit asma kurang sebanyak 9 responden
(18,7%) hal ini dapat disebabkan oleh padatnya pekerjaan responden yang
dilakukan dikebun, maupun ditempat kerja sehingga memungkinkan
responden untuk kurang bisa menghindari factor pemicu.
Allergen yang sering menimbulkan penyakit asma adalah debu.
Allergen lain seperti kucing, anjing, burung, perlu mendapatkan perhatian
dan juga perlu diketahui bahwa binatang yang tidak diduga, seperti kecoa
58
dan tikus juga dapat menimbulkan penyakit asma. Infeksi virus saluran
pernapasan sering mencetuskan penyakit asma. Sebaiknya penderita sma
menjauhi orang-orang yang sedang terserang iffluenza dan menghindari
tepat-tempat ramai atau penuh sesak. Hindari kelelahan yang berlebihan,
kehujanan, suhu udara yang ekstrim, berlari-lari mengejar kendaraan
umum, atau olahraga yang melelahkan. Jika akan berolahraga lakukan
pemanasan terlebih dahulu dan dianjurkan memakai obat pencegah
serangan kembai penyakit asma. zat-zat yang merangsang saluran napas
seperti asap rokok, asap mobil, uap bensin, uap cat, uap zat-zat kimia, da
udara kotor lainnya harus dihindari. Perhatikan obat-obat yang diminum,
khusunya obat-obat untuk darah tinggi, jantung, dan anti rematik zat –zat
pewarna dan zat-zat pengawet makanan juga dapat menmmbulkan
penyakit asma(Nurafiatin A, Ayu ES, Mabruroh F, & Fauziah N 2007)
3. Sikap Keluarga Aspek Menggunakan Obat Anti Asma DalamPencegahan Kekambuhan Penyakit Asma di Kelurahan AbeliWilayah Kerja Puskesmas Abeli
Pada penyakit asma kronis bila keadaannya sudah terkendali dapat
dicoba obat-obat pencegah penyakit asma. Tujuan obat-obat pencegah
penyakit asma ialah selain mencegah terjadinya serangan penyakit asma
juga diharapkan agar pengguaan obat-obat bronkodilator dan sterodi
sistemik dapat dikurangi dan bahkan kalau mungkin dihentikan. (Sunartia,
2011).
Tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang yang sikap
keluarga aspek menghindari factor pemicu dalam pencegahan kekambuhan
59
penyakit asma kategori baikdiketahui lebih banyak yaitu sebanyak 40
responden (83,3%). Hal inio dapat disebabkan oleh karena tingkat
pendidikan dari responden yang sudah lebih banyak yang SLTA yakni
17(35,4) dan juga Perguruan tinggi 15 (31,3)namun demikian masih
terdapat pula yang kurang dalam aspek menghindari factor pemicu dalam
pencegahan kekambuhan penyakit asma kurang sebanyak 8 responden
(16,7%) hal ini dapat disebabkan oleh padatnya pekerjaan responden yang
dilakukan dikebun, maupun ditempat kerja lainnya sehingga
memungkinkan responden untuk kurang bisa menggunakan obat anti asma
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang mengemukakan
bahwa Pada serangan penyaki asma yang rigan apalagi frekuensinya
jarang, penderita boleh memakai bronkodilator, baik bentuk tablet, kapsul,
maupun sirup. Tetapi ,bila inin gejala asma cepat hilang, jelas aerosol
lebih baik. Pada serangan yang lebih berat, bila masih mngkin dapat
menambah dosis obat sering lebih baik mengombinasikan dua atau tiga
macam obat.
60
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian yang dilakukan mengenai tinjauansikapkeluarga terhadap
pencegahan kekambuhan penyakit asma diKelurahan Abeli wilayah kerja
Puskesmas Abeli Kota Kendari yang dilaksanakan pada bulan Juni tahun 2016
didapatkan kesimpulan bahwa sebagian besar adalah kategori baik sebanyak
43 responden (89,6%) yang terdiri dari:
1. Sikap keluarga ditinjau dari menjaga kebersihan lingkungan dalam
pencegahan kekambuhan penyakit asma kategori baikyaitu sebanyak 41
responden (85,4%). Sedangkan kurang sebanyak 7 responden (14,6%).
2. Sikap keluarga ditinjau dari menghindari factor pemicu dalam pencegahan
kekambuhan penyakit asmakategoribaikyaitu sebanyak 39 responden
(81,3%). Sedangkan kurang sebanyak 9 responden (18,7%)
3. Sikap keluarga ditinjau dari menggunakan obat anti asma dalam
pencegahan kekambuhan penyakit asma kategori baikyaitu sebanyak 40
responden (83,3%). Sedangkan kurang sebanyak 8 responden (16,7%).
B. Saran
1. Bagi instansi pendidikan Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan
Keperawatan agar memberikan pendalaman ilmu kepada mahasiswa
terkait penyakit Asma.
2. Bagi Dinas Kesehatan Kota Kendari agar membuat kebijakan terkait
penanganan asma yang harus dijalankan oleh setiap Puskesmas.
61
3. Bagi masyarakat agar selalu mengikuti penyuluhan kesehatan yang
dilakukan oleh pihak Puskesmas
4. Bagi peneliti selanjutnya agar lebih mengembangkan lagi variable
penelitian yang berkaitan dengan penyakit asma.
62
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto S, 2006 Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik Jakarta : RinekaCipta.
Clark,Margaret varnel l. 2013 .asthma. alveilebelin http://www. who. int/ topics/asthma/ en/ diakses pada 1 Maret 2016
Chang, Esther et al. 2010. Patofisiologi: Aplikasi Pada Praktik Keperawatan.Jakarta: EGC.
Friedmean, 2008. Keperawatan Keluarga Teori Dan Praktik. Jakarta. EGC
Maulana, H, 2009 Promosi Kesehatan,Jakarta : Cetakan I, Penerbit BukuKedokteran. EGC.
Mchpee S and Ganong W. 2011.Patofisiologi: Aplikasi Pada PraktikKeperawatan. Jakarta: EGC.
Notoadmodjo S,2012 Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta :PTRineka Cipta.
Nurafiatin A, Ayu ES, Mabruroh F, dan Fauziah N. 2007. Patofisiologi Asma.Universitas Sumatera Utara
Rachelefsky, Gery M D and Patricia Garrison. 2010. Penanganan Asma padaAnak. Jakarta : PT. Buana Ilmu Populer.
Ridwan,2009 Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian Bandung : CetakanKedua.
RISKESDAS. Laporan Nasional riskesdas 2013. Available in DepartemenKesehatan. Asma di Indonesia. http://www.depkes.co.id (di Akses Tanggal22 Maret 2016)
Sugiyono. 2008 Statistik Non Parametris Untuk Penelitian. Jakarta : Alfabeta,
Sundaru. 2006. Asma Bronkial. Jakarta: FKUI.
Sunarti, Septi Shinta, 2011. 14 Penyakit paling sering menyerang dan sangatmematikan : Wardi
Waspadji.2007. Buku AjarIlmu PenyakitDalam Edisike3. Jakarta: Balai Pustaka.
64
Lampiran 2
SURAT PERMOHONAN MENJADIRESPONDEN
Kepada :
Yth. Calon Responden Penelitian
Di Tempat
Dengan Hormat,
Yang betanda tangan dibawah ini mahasiswa Program studi D III
Keperawatan Politekhnik Kesehatan Kendari.
Nama : Wa Ode Hasmira
Nim : P00320013032
Akan mengadakan penelitian dengan judul : Tinjauan Sikap keluarga
terhadap pencegahan kekambuhan penyakit asma di wilayah kerja Puskesmas
Abeli Kelurahan Abeli Kota Kendari“. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah
satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir.
Sehubungan dengan perihal di atas maka saya memohon kepada ibu agar
bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, untuk kerja samanya saya
ucapkan terima kasih.
Peneliti,
Wa Ode Hasmira
65
Lampiran 3
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia untuk
menjadi responden dalam penelitian yang di lakukan oleh :
Nama : Wa Ode Hasmira
Nim : P00320013032
Status : Mahasiswa Jurusan Diploma III Poltekkes kendari
Akan melakukan penelitian dengan judul ‘Tinjauan Sikap Keluarga
Terhadap pencegahan Kekambuhan Penyakit Asma Di Kelurahan Abeli Wilayah
Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari”.Tanda tangan saya menunjukan bukti
bahwa saya bersedia dan telah diberi informasiserta memutuskan untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini.
Kendari, 2016
Responden
( )
66
Lampiran 4
KUESIONER PENELITIAN
Tinjauan Sikap Keluarga Terhadap Pencegahan Kekambuhan
PenyakitAsmaDi Kelurahan Abeli Wilayah Kerja Puskesmas Abeli
Kota Kendari
A. Karakteristik Responden
Inisial :
Jenis kelamin :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
B. Sikap keluarga terhadap pencegahan penyakit asma
1. Pencegahan kekambuhan asma aspek menjaga kebersihan lingkungan
1. Apakah jendela rumah dibuka disiang hari ?
selalu sering kadang kadang tidak pernah
2. Apakah ventilasi rumah senantiasa dijaga kebersihannya ?
selalu sering kadang kadang tidak pernah
3. Apakah horden jendela Rumah dibuka agar cahaya mataharidapat
masuk?
selalu sering kadang kadang tidak pernah
67
4. Apakah rumah dibersihkan dari debu dan kotoran ?
selalu sering kadang kadang tidak pernah
5. Apakah lingkungan sekitar rumah dibersihkan dari kotoran hewan
peliharaan?
selalu sering kadang kadang tidak pernah
2. Pencegahan kekambuhan asma aspek menghindari factor pemicu
1. Apakah terdapat banyak binatang yang dapat memicu asma seperti
kecoa dan tikus di dalam rumah ?
selalu sering kadang kadang tidak pernah
2. Apakah keluarga saling berinteraksi dan menasehati agar penderita
asma menjauhi anggota keluarga yang mengalami influensa?
selalu sering kadang kadang tidak pernah
3. Apakah keluarga saling menasehati agar tidak terlalu sering
mendatangi tempat-tempat yang ramai atau sesak?
selalu sering kadang kadang tidak pernah
4. Apakah keluarga saling menasehati agar selalu menjaga kondisi
fisik?
selalu sering kadang kadang tidak pernah
5. Apakah didalam rumah ada anggota keluarga yang merokok
didalam rumah?
selalu sering kadang kadang tidak pernah
68
3. Pencegahan kekambuhan asma aspek menggunakan obat anti Asma
1. Apakah keluarga memiliki kemampuan untuk memberikan obat –
obatan asma apabila terjadi gejala.
selalu sering kadang kadang tidak pernah
2. Apakah keluarga saling mengingatkan untuk meminum obat-
obatan asma apabila terjadi gejala?
selalu sering kadang kadang tidak pernah
3. Apakah keluarga memiliki kemampuan untuk membeli obat asma?
selalu sering kadang kadang tidak pernah
4. Apakah keluarga memiliki kemampuan untuk memberikan pitamin
bagi anggota keluarganya?
selalu sering kadang kadang tidak pernah
5. Apakah keluarga memiliki kemampuan untuk membawa anggota
keluarganya ke pelayanan kesehatan untuk mengkonsultasikan
penyakit asma?
selalu sering kadang kadang tidak pernah
top related