stieb-perdanamandiri.ac.idstieb-perdanamandiri.ac.id/media/jurnal/2013/jurnal...
Post on 06-Apr-2019
226 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
JURNAL
EKONOMI & BISNIS
VOLUME 1, NOMOR 1, MEI 2013
Akuntansi
Evaluasi Dampak Implementasi Sistem Informasi Akuntansi
Dan Pengembangan Usaha Pada Kelompok Usaha Kecil
Dan Menengah (UKM Purwakarta)
R. Elly Mirati, S.E., M.M.,
Heri Abrianto, S.E., M.M.
Manajemen Pemasaran
Hubungan Antara Tarif Berdasarkan Berat Barang Dan
Kualitas Pelayanan Dengan Perolehan Pelanggan Pada PT
Asmat Air
Hubungan Antara Kualitas Dosen Dan Kualitas Lulusan
Polibisnis Perdana Mandiri Dengan Minat Calon Mahasiswa
Polibisnis Perdana Mandiri Purwakarta
Analisis Kualitas Pelayanan Pada RSUD Kota Depok
Atyanto Mahatmyo, S.E., M.M.
Agus Buntoro, S.E., M.M.
Ahmad Abror, S.E., M.M.
Heri Abrianto, S.E., M.M.
Manajemen Sumber Daya Manusia
Analisis Hubungan Motivasi Berprestasi Terhadap Prestasi
Belajar Mahasiswa Manajemen Informatika Dalam Aplikasi
Pelatihan SPSS Versi 19.0 Sebagai Ilmu Pendukung di
Politeknik Perdana Mandiri Kabupaten Purwakarta
Kontribusi Motivasi Terhadap Kinerja Dosen Politeknik
Perdana Mandiri Purwakarta
Pengaruh Spirit Of Enterpreneur Dan Motivation Terhadap
Kinerja Usaha Para Pengusaha Handphone ITC Depok
Gina N, S.T., M.Pd.
N. Mila M, S.Pd., M.Si.
Agus Buntoro, S.E., M.M.
Ahmad Abror, S.E., M.M.
Tresna Wulandari, S.Pd., M.M.
Atyanto Mahatmyo, S.E., M.M.
Mulia Nasution, S.E., M.M.
Etika Bisnis
Deskripsi Implementasi Etika Bisnis Islam Pada Bank BTN
Syariah Di Kota Bogor
R.Elly Mirati, S.E., M.M.
Agus Supriyadi, S.E., M.M.
Hukum Bisnis
Analisis Dampak Peralihan Pengelolaan Bea Perolehan Hak
Atas Tanah Dan Bangunan (BPHTB) Terhadap Pendapatan
Asli Daerah Di Kabupaten Purwakarta
Analisa Yuridis Pelaksanaan Perjanjian Kerja Sistem
Outsourcing Pada Perusahaan Jasa Pelayanan Publik
Ratih Andriani, S.E.
Agus Dodi Hermawan, S.E.
Ida Nurhayati, S.H., M.H.
R. Elly Mirati, S.E., M.M.
ii
Analisis Dampak Surat Perjanjian Terhadap Mahasiswa Yang Telat Membayar Registrasi Di Kampus STIEB
Perdana Mandiri Purwakart
Dika Meirista, S.H. Manohara Inggita, S.E.
Ekonomi & Bisnis
Vol. 10 No. 1 Hal 01-117 Purwakarta Mei 2013
ISSN 2338-0411
iii
JURNAL EKONOMI & BISNIS
VOLUME 1 NOMOR 1 MEI 2013
Jurnal Ekonomi & Bisnis diterbitkan oleh Unit Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi dan Bisnis Perdana Mandiri Purwakarta, yang mempublikasikan
hasil penelitian dan artikel ilmiah di bidang Ekonomi & Bisnis. Jurnal Ekonomi dan Bisnis ini
terbit untuk pertama kalinya, dan selanjutnya akan terbit setiap setahun sekali sesuai dengan
anggaran penelitian Sekolah Tinggi ilmu ekonomi dan Bisnis ( STIEB ) Perdana Mandiri.
Pengarah : H. AHMAD ABROR, SE.,MM
Penanggungjawab : Hj. R. ELLY MIRATI, SE.,MM
Ketua Redaksi : TRESNA WULANDARI, S.Pd.,M.Pd
Wakil Ketua : N. MILA MARLIANA, MSi
Bendahara : ERNIE SOEDARWATI, SE
Redaktur Pelaksana : ENDANG NURYAMAN, S.KOM, MANOHARA INGGITA,
SE., APIT RAHMAT S., S.KOM
Penyunting Lepas : ATYANTO MAHATMYO, SE.MM., AGUS PURWAJI, SE.MM.,
DJUNI AKBAR, SE.,MSi., AGUS SUPRIYADI, SE.,MM, AGUS
BUNTORO, SE.,MM
SE.,MM, JHONY MARBUN, SE.,MM
Layout dan Desain : TARYONO, AMd
Distributor : KUSNADI, S.KOM, ELPAN RAHARDIAN.AMd, YULIA
KOMALA., S.E
Dewan Editor menerima artikel ilmiah dan hasil penelitian yang relevan dengan bidang Ekonomi
dan Bisnis. Artikel dikirimKe :
Ketua Dewan Editor Jurnal Ekonomi & Bisnis
Sekretariat Unit Penelitian dan Pengandian Kepada Masyarakat ( UP2M )
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi dan Bisnis ( STIEB ) Perdana Mandiri Purwakarta
Gedung Grha Polibisnis Jl. Veteran Simpang Jalan Baru Purwakarta
Telp. (0264) 207530 / 207531 / 207532 Fax (0264) 209585
Kampus STIEB Perdana Mandiri
PURWAKARTA 41115
Atau ke :
Email : up2m@stieb-perdanamandiri.ac.id
ISSN 2338-0411
iv
PENGANTAR EDITOR
Pembaca yang budiman,
Puji dan Syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat-Nya
Jurnal Ekonomi dan Bisnis dapat terwujud.
Edisi Jurnal Ekonomi & Bisnis, Vol 1 Nomor , Mei 2013 ini berisikan 10 buah
artikel yang merupakan hasil penelitian Dosen di lingkungan Jurusan Akuntansi
dan Manajemen Bisnis di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi dan Bisnis ( STIEB )
Perdana Mandiri Purwakarta.
Pada Edisi pertama ini, berisi artikel tentang akuntansi, penelitian pemasaran, etika
bisnis, manajemen sumberdaya manusia, hukum bisnis..
Demikian semoga pembaca dapat menikmati artikel-artikel pada terbitan pertama
ini.
Ketua Dewan Editor
v
DAFTAR ISI
Pengantar Editor ii
Daftar Isi iii
Akuntansi
Evaluasi Dampak Implementasi Sistem Informasi
Akuntansi Dan Pengembangan Usaha Pada
Kelompok Usaha Kecil Dan Menengah (UKM
Purwakarta)
R. Elly Mirati, S.E., M.M.,
Heri Abrianto, S.E., M.M.
1 - 9
Manajemen Pemasaran
Hubungan Antara Tarif Berdasarkan Berat
Barang Dan Kualitas Pelayanan Dengan
Perolehan Pelanggan Pada PT Asmat Air
Hubungan Antara Kualitas Dosen Dan Kualitas
Lulusan Polibisnis Perdana Mandiri Dengan
Minat Calon Mahasiswa Polibisnis Perdana
Mandiri Purwakarta
Analisis Kualitas Pelayanan Pada RSUD Kota
Depok
Atyanto Mahatmyo, S.E., M.M.
Agus Buntoro, S.E., M.M.
Ahmad Abror, S.E., M.M.
Heri Abrianto, S.E., M.M.
10 - 35
36 - 41
42 - 54
Manajemen Sumber Daya Manusia
Analisis Hubungan Motivasi Berprestasi
Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Manajemen
Informatika Dalam Aplikasi Pelatihan SPSS
Versi 19.0 Sebagai Ilmu Pendukung di Politeknik
Perdana Mandiri Kabupaten Purwakarta
Kontribusi Motivasi Terhadap Kinerja Dosen
Politeknik Perdana Mandiri Purwakarta
Pengaruh Spirit Of Enterpreneur Dan Motivation
Terhadap Kinerja Usaha Para Pengusaha
Handphone ITC Depok
Gina N, S.T., M.Pd.
N. Mila M, S.Pd., M.Si.
Agus Buntoro, S.E., M.M.
Ahmad Abror, S.E., M.M.
Tresna Wulandari, S.Pd., M.M.
Atyanto Mahatmyo, S.E., M.M.
Mulia Nasution, S.E., M.M.
55 - 61
62 - 70
71 – 87
Etika Bisnis
Deskripsi Implementasi Etika Bisnis Islam Pada
Bank BTN Syariah Di Kota Bogor
R.Elly Mirati, S.E., M.M.
Agus Supriyadi, S.E., M.M.
88 – 95
Hukum Bisnis
Analisis Dampak Peralihan Pengelolaan Bea
Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan
(BPHTB) Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di
Kabupaten Purwakarta
Analisa Yuridis Pelaksanaan Perjanjian Kerja
Sistem Outsourcing Pada Perusahaan Jasa
Pelayanan Publik
Ratih Andriani, S.E.
Agus Dodi Hermawan, S.E.
Ida Nurhayati, S.H., M.H.
R. Elly Mirati, S.E., M.M.
96 - 100
101 - 110
vi
Analisis Dampak Surat Perjanjian Terhadap Mahasiswa Yang Telat Membayar Registrasi Di
Kampus STIEB Perdana Mandiri Purwakart
Dika Meirista, S.H. Manohara Inggita, S.E.
111 – 117
1
EVALUASI DAMPAK IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI
AKUNTANSI DAN PENGEMBANGAN USAHA PADA KELOMPOK
USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) PURWAKARTA
Hj. R. Elly Mirati, S.E., M.M.
Heri Abrianto, S.E., M.M.
Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Jakarta, Jl. Prof. Dr. G.A.Siwabessy,
Kampus Universitas Indonesia, Depok
Email. ellymirati@yahoo.co.id
Abstrak
UKM adalah usaha kegiatan ekonomi rakyat yang bersekala kecil dengan bidang usaha yang
secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil pada umumnya UKM dalam melakukan
administrasi keuangan sangat sederhana dan sudah membuat laporan dan neraca namun, itu baru
sebagian kecil UKM yang melakukannya. Salah satu dari sekian permasalahan salah satu dari
sekian permasalahan yang dihadapi oleh UKM adalah belum adanya kesadaran para pelaku
bisnis UKM akan perlunya system pencatatan akuntansi yang baik, karena mereka menganggap
pencatatan yang dilakukan dengan system akuntansi merupakan hal yang rumit dan pengetahuan
akan system informasi masih rendah. Peneliti menggunakan pendekatan eksploratif dan
kualitatif. Pendekatan eksploratif dipergunakan untuk mendapatkan gambaran awal yang
menyeluruh tentang kebijakan suatu program sedangkan pendekatan kualitatif akan digunakan
untuk mendapatkan uraian yang hanya dengan nuansa perasaan dan pemikiran yang
berhubungan dengan permasalahan penelitian sedangkan tehnik pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah observasi partisipatif, wawancara, pengisian kuesioner dan studi
kepustakaan. Penelitian ini bermaksud mengetahui apakah permasalahan dan dampak
implementasi yang dihadapi oleh UKM dalam penyusunan system informasi akuntansi.
Keyword: UKM, Sistem Informasi Akuntansi
1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang
Pada saat resesi melanda dunia yang
dampaknya berpengaruh juga terhadap
perekonomian Indonesia, usaha yang dapat
bertahan berasal dari sektor riil yaitu usaha
kecil menengah. Usaha Kecil Menengah
(UKM) mampu bertahan sehingga roda
perekonomian bisa terus berjalan karena
tidak tergantung pada impor.
Usaha kecil menengah adalah usaha
kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil
dengan bidang usaha yang secara mayoritas
merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu
dilindungi untuk mencegah dari persaingan
usaha yang tidak sehat.
Usaha kecil menengah dapat
berkembang pesat karena mempunyai fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan
diri terhadap kondisi pasar yang berubah
dengan cepat dibandingkan dengan
perusahaan berskala besar yang pada
umumnya birokratis.
Pada umumnya Usaha Kecil
Menengah sudah melakukan administrasi
keuangan walau masih sederhana, keuangan
perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan
keuangan keluarga dan sudah membuat
neraca usaha. Namun itu baru sebagian kecil
UKM yang melakukannya.
2
Belum adanya kesadaran pada pelaku
bisnis UKM akan perlunya sistem pencatatan
akuntansi yang baik, karena mereka
menganggap pencatatan yang dilakukan
dengan sistem akuntansi merupakan hal yang
rumit dan pengetahuan akan sistem informasi
akuntansi masih rendah.
Dalam menjalankan usahanya,
mereka belum menggunakan sumber daya
manusia yang kompeten dalam bidang
akuntansi karena biasanya tenaga kerja yang
digunakan anggota keluarga mereka tidak
punya pengetahuan tentang akuntansi.
Untuk meningkatkan usaha mereka,
perlu adanya perubahan dalam manajemen
dan organisasi sehingga lebih baik, lebih
teratur bahkan lebih modern, dengan
pembagian tugas yang jelas antara lain,
bagian keuangan, bagian pemasaran dan
bagian produksi.
Dengan mengimplementasikan sistem
informasi akuntansi diharapkan sistem
manajemen Usaha Kecil Menengah semakin
baik dan teratur, dengan demikian mereka
bisa melakukan pengembangan usaha. Untuk
mengetahui sampai sejauhmana para
pengusaha kecil dan menengah telah
melakukan administrasi keuangan dan
pencatatan Akuntansi serta kendala-
kendalanya, maka penulis bermaksud
mengajukan proposal penelitian yang
berjudul “Evaluasi Dampak Implementasi
Sistem Informasi Akuntansi Dan
Pengembangan Usaha Pada Kelompok Usaha
Kecil Dan Menengah (Ukm) Purwakarta”
Dari uraian latar belakang di atas,
maka masalah yang dapat dirumuskan adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah cara pencatatan yang
dilakukan oleh UKM Simping di dareah
kaum Cipaisan, Purwakarta
2. Faktor-faktor apa saja yang enjadi kendala
yang dihadapi UKM Simping dalam mempelajari sistem informasi akuntansi.
3. Bagaimanakah dampak implementasi
sistem informasi akuntansi pada UKM
Simping dalam rangka pengembangan
usaha.
1.2. Tujuan
Penelitian ini bertujuan agar para
UKM Simping di Kabupaten Purwakarta
dapat memahami dan mengetahui bahwa
Sistem Informasi Akuntansi dapat membantu
dalam upaya pengembangan usaha.
2. Teori 2.1. Sistem Informasi Akuntansi
Sistem informasi akuntansi (SIA)
merupakan suatu kerangka pengkordinasian
sumber daya (data, materials, equipments,
suppliers, personal, and funds) untuk
mengkonversi input berupa data ekonomik
menjadi keluaran berupa informasi keuangan
yang digunakan untuk melaksanakan
kegiatan suatu entitas dan menyediakan
informasi akuntansi bagi pihak-pihak yan
berkepentingan (Wilkinson, 1991).
Transaksi memungkinkan perusahan
melakukan operasi, menyelenggarakan arsip
dan catatan yang up to date, dan
mencerminkan aktivitas organisasi. Transaksi
akuntansi merupakan transaksi pertukaran
yang mempunyai nilai ekonomis. Tipe
transaksi dasar adalah: (1) penjualan produk
dan jasa, (2) pembelihan bahan baku, barang
dagangan, jasa dan aset tetap dari supplier,
(3) penerimaan kas, (4) pengeluaran kas
kepada supplier, (5) pengeluaran kas gaji
karyawan. Sebagai contoh pengolah
transaksi, sistem informasi akuntansi
berperan mengatur dan mengoperasionalkan
semua aktivitas transaksi perusahaan.
Tujuan sistem informasi akuntansi
adalah untuk menyediakan informasi yang
diperlukan dalam pengambilan keputusan
yang dilaksanakan oleh aktivitas yang
disebut pemrosesan informasi. Sebagian dari
keluaran yang diperlukan oleh pemroses
informasi disediakan oleh sistem pemrosesan
transaksi, seperti laporan keuangan dari
sistem pemrosesan transaksi. Namun
3
sebagian besar diperoleh dari sumber lain,
baik dari dalam maupun dari luar perusahaan.
Pengguna utama pemrosesan
transaksi adalah manajer perusahaan. Mereka
mempunyai tanggung jawab pokok untuk
mengambil keputusan yang berkenaan
dengan perencanaan dan pengendalian
operasi perusahaan. Pengguna output lainnya
adalah para karyawan penting seperti
akuntan, insinyur serta pihak luar seperti
investor dan kreditor.
Konsep perancangan sistem
seharusnya mencerminkan prinsip-prinsip
perusahaan. Berikut ini dasar-dasar yang
perlu diperhatikan dalam prioritas
perancangan sistem menurut Wilkinson
(1993):
1. Tujuan dalam perencanaan sistem dan
usulan proyek seharusnya dicapai untuk
menghasilkan kemajuan dan kemampuan
sistem yang lebih besar;
2. Mempertimbangkan trade-off yang
memadai antara manfaat dari tujuan
perancangan sistem dengan biaya yang
dikeluarkan;
3. Berfokus pada permintaan fungsional dari
sistem;
4. Melayani berbagai macam tujuan;
5. Perancangan sistem memperhatikan
keberadaan dari pengguna sistem (user).
2.2. Manajemen Usaha Kecil dan Mene-
ngah Usaha kecil dan menengah (UKM)
adalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis
usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih
paling banyak Rp. 200.000.000,- tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
dan usaha yang berdisi sendiri.
Menurut Keputusan Presiden R.I.
nomor 99 tahun 1998 pengertian usaha kecil
adalah: Kegiatan ekonomi rakyat yang
berskala kecil dengan bidang usaha yang
secara mayoritas merupakan kegiatan usaha
kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah
dari persaingan usaha yang tidak sehat.”
Kriteria usaha kecil menurut UU No. 9 tahun
1995 adalah sebagai berikut:
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak
Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah)
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha;
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling
banyak Rp. 1.000.000.000,- (satu miliar
rupiah);
3. Milik warga negara Indonesia;
4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang
tidak dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi
baik langsung maupun tidak langsung
dengan usaha menengah atau usaha besar;
5. Berbentuk usaha orang perorangan, badan
usaha yang tidak berbadan hukum, atau
badan usaha yang berbadan hukum,
termasuk koperasi. Berikut ini beberapa
karakteristik usaha kecil adalah:
a. Jenis barang/komoditi yang diusahakan
umumnya sudah tetap tidak gampang
berubah;
b. Lokasi/tempat usaha umumnya sudah
menetap tidak berpindah-pindah;
c. Pada umumnya sudah melakukan
administrasi keuangan walau masih
sederhana, keuangan perusahaan sudah
mulai dipisahkan dengan keuangan
keluarga, sudah membuat neraca usaha;
d. Sudah memiliki izin usaha dan
persyaratan legalitas lainnya termasuk
NPWP;
e. Sebagian sudah akses ke perbankan
dalam hal keperluan modal; sebagian
besar belum dapat membuat
manajemen usaha dengan baik seperti
business planning
Contoh Usaha Kecil
Usaha kecil sebagai pemilik tanah
perorangan yang memiliki tenaga kerja;
pedagang di pasar grosir (agen) dan
pedagang pengumpul lainnya;
pengrajin industri makanan dan
minuman, industri meubelair, kayu,
rotan, industri alat-alat rumah tangga,
4
industri pakaian jadi dan industri
kerajinan tangan; peternakan ayam, itik
dan perikanan; koperasi berskala kecil.
Berikut ini ciri-ciri usaha menengah
yaitu:
a. Pada umumnya telah memiliki
manajemen dan organisasi yang
lebih baik, lebih teratur bahkan lebih
modern, dengan pembagian tugas
yang jelas antara lain, bagian
keuangan, bagian pemasaran dan
bagian produksi.
b. Telah melakukan manajemen
keuanan dengan menerapkan sistem
akuntansi dengan teratur, sehingga
memudahkan untuk auditing dan
penilaian atau pemeriksaan
termasuk oleh perbankan;
c. Telah melakukan aturan atau
pengelolaan dan organisasi
perburuhan, telah ada Jamsostek,
pemeliharaan kesehatan, dan lain-
lain;
d. Sudah memiliki segala persyaratan
legalitas antara lain izin tetangga,
izin usaha, izin tempat, NPWP,
upaya pengelolaan lingkungan dan
lain-lain;
e. Sudah akses kepada sumber-sumber
pendanaan perbankan;
f. Pada umumnya telah memiliki sumber
daya manusia yang terlatih dan
terdidik.
Jenis-jenis usaha yang dilakukan oleh
UKM untuk menghasilkan laba, yaitu:
Usaha manufaktur Adalah usaha yang mengubah input
dasar menjadi produk yang bisa
dijual kepada konsumen. Kalau anda
bingung, contohnya adalah konveksi
yang menghasilkan pakaian jadi
atau pengrajin bambu yang
menghasilkan mebel, hiasan rumah,
souvenir dan sebagainya;
Usaha dagang
Adalah usaha yang menjual produk kepada konsumen. Contohnya
adalah pusat jajanan tradisional
yang menjual segala macam jajanan
tradisional atau toko kelontong yang
menjual semua kebutuhan sehari-
hari;
Usaha jasa
Adalah usaha yang menghasilkan jasa,
bukan menghasilkan produk atau barang
untuk konsumen. Sebagai contoh adalah
jasa pengiriman barang atau warung
internet (warnet) yang menyediakan alat
dan layanan kepada konsumen agar
mereka bisa browsing, searching, blogging
atau yang lainnya.
Beberapa keunggulan yang dimiliki
oleh Usaha kecil dan Menengah (UKM)
dibandingkan dengan usaha besar antara lain:
Inovasi dalam teknologi yang dengan mudah terjadi dalam pengembangan
produk;
Hubungan kemanusiaan yang akrab di dalam perusahaan kecil;
Fleksiblitas dan kemampuan
menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar
yang berubah dengan cepat dibandingkan
dengan perusahaan berskala besar yang
pada umumnya birokratis;
Terdapat dinamisme manajerial dan peranan kewirausahaan
3. Metodologi Penelitian Pendekatan eksploratif digunakan
untuk mendapatkan gambaran awal yang
menyeluruh tentang pelaksanaan sistem
informasi akuntansi, sedangkan untuk
pendekatan kualitatif akan digunakan untuk
mendapatkan uraian yang kaya dengan nuansa, perasaan, sikap dan pemikiran yang
berhubungan dengan permasalahan penelitian
ini.
5
3.1. Metode Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data yang
dibutuhkan yang bersifat kualitatif akan
dilakukan:
Observasi pendahuluan dilakukan untuk mengetahui keadaan objek penelitian guna
penjajagan dan pengambilan data sekunder
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
faktor-faktor sistem informasi akuntansi.
Metode Penelitian adalah metode survey,
survey dilakukan pada UKM.
Sebagai sumber informasi dipilih informan yaitu pengusaha UKM. Disamping itu
penelitian melalui kepustakaan untuk
mendapatkan landasan acuan teoritis.
Adapun cara penyampaian kuesioner
dengan cara menyebarkan kuesioner ke
para pengusaha UKM.
Alat penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara, angket
dan data yang diperoleh dari instansi
terkait/lembaga terkait dengan
penelitian ini. Wawancara mendalam
dengan menggunakan pedoman
wawancara dan dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan yang disusun
dalam suatu daftar pertanyaan yang
telah disiapkan lebih dahulu. Hal ini
dimaksudkan agar peneliti secara luas
dapat mengembangkan pertanyaan-
pertanyaan terhadap informan dan
dapat dibangun suatu suasana
wawancara yang tidak lebih formal.
Catatan lapangan diperlukan untuk menginventarisir hal—hal baru yang
terdapat di lapangan yang ada
kaitannya dengan daftar pertanyaan
yang sudah disiapkan.
Data Yang Diambil
Data yang diambil dalam penelitian ini adalahcara pencatatan yang
dilakukan oleh UKM, faktor-faktor
yang menjadi kendala yang dihadapi
UKM dalam mempelajari sistem
informasi akuntansi.
3.1. Teknik Analisis Data
Analisa data dilakukan secara kualitatif
sesuai dengan jenis data yang diteliti. Data
primer yang diperoleh dari pengusaha UKM
akan diinventarisasi dan dikelompokkan
mendeteksi data ke dalam golongan-golongan
kriteria atau deskripsi guna menemukan
indikasi-indikasi khusus yang berkenaan
dengan kasus. Data yang telah
dikelompokkan akan dikaitkan satu dan
lainnya serta diinterpretasikan dengan
perspektif bidang system informasi akuntansi
dalam konteks bagaimana system informasi
akuntasi yang berlaku dapat dipahami oleh
para penusaha UKM. Apabila di dalam
pelaksanaannya tersebut terdapat hal-hal
yang menyimpang dari ketentuan-undang-
undang, maka menggambarkan suatu keadaan
yang belum seimbang.
Kesimpulan dari hasil analisis data
dapat dijadikan sebagai feed back untuk
penelitian selanjutnya.
4. Analisi dan Pembahasan 4.1. Administrasi Keuangan UKM
Simping
Dari hasil pengumpulan data di
lapangan, kami mendapatkan data bahwa:
UKM merupakan kegiatan usaha kecl yang pada umumnya dalam melakukan
administrasi keuangan sangat sederhana
Sebagian kecil UKM yang melakukan administrasi keuangan sederhana
Menganggap pencatatan akuntansi
merupakan hal yang rumit
Rendahnya pengetahuan akan sistem informasi akuntansi
Dari data yang diolah oleh peneliti
adalah kegiatan-kegiatan yang berhubungan
dengan keuangan dari 25 UKM Simping
daerah Kaum Cipaisan, kabupaten
Purwakarta dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
6
1. Kegiatan mengumpulkan data keuangan perusahaan
Kegiatan Jumlah UKM Prosentase
UKM yang mengumpulkan data keuangan 23 92 %
UKM yang tidak mengumpulkan data keuangan 2 8 %
Total 25 100 %
Dari tabel di atas, 25 UKM yang diteliti
ada sekitar 23 UKM atau 92 %
mengumpulkan data-data keuangan berupa
bon-bon penjualan simping, pembelian
bahan-bahan mentah pembuatan simping,
dan data-data hutang piutang dan lain-lain.
Sedangkan UKM yang tidak
mengumpulkan data keuangan hanya 2
UKM atau 8 %,. ini dikarenakan UKM
tersebut menganggap data-data tersebut
sudah tidak ada gunanya lagi, apabila
produksi telah selesai
2. Kegiatan mencatat data keuangan perusahaan
Kegiatan Jumlah UKM Prosentase
UKM yang mencatat data keuangan 11 44 %
UKM yang tidak mencatat data keuangan 14 56 %
Total 25 100 %
Dari tabel di atas ada sekitar 11 UKM atau
sekitar 44 % yang membuat pencatatan
keuangan dikarenakan para UKM ini
merasa perlu mempunyai catatan
keuangan, walaupun pencatatan yang
mereka lakukan sangat sederhana.
Sebagian besar UKM sekitar 14 UKM atau
56 % tidak melakukan pencatatan.
3. Kegiatan mengikhtisarkan/meringkas data keuangan
Kegiatan Jumlah UKM Prosentase
UKM yang melakukan kegiatan mengikhtisarkan/
meringkas data keuangan
2 8 %
UKM yang tidak melakukan kegiatan
mengikhtisarkan/meringkas data keuangan
23 92 %
Total 25 100 %
Dari tabel di atas sebagian besar UKM
(92 %) tidak melakukan kegiatan
mengikhtisarkan/ meringkas data
keuangan, dikarenakan kegiatan ini
dianggap tidak perlu. Akan tetapi masih
ada 2 (dua) UKM yang melakukan
peringkasan data, karena mereka merasa
perlu mempunyai catatan yang lebih
ringkas/simple.
4. Kegiatan menyortir data keuangan
Kegiatan Jumlah UKM Prosentase
UKM yang menyortir data keuangan 19 76 %
UKM yang tidak menyortir data keuangan 6 24 %
Total 25 100 %
7
Dari tabel di atas penyortiran data
keuangan yang dilakukan oleh para 19
UKM sekitar 76 % dikarenakan mereka
menganggap data-data dari periode proses
produksi yang telah selesai tidak perlu lagi
sehingga mereka musnahkan/dibuang,
sedangkan ada sekitar 6 (enam) UKM
yang masih menyimpan data keuangan,
mereka berpikir data-data itu suatu saat
nanti mungkin masih dipakai.
5. Kegiatan menghitung data keuangan
Kegiatan Jumlah UKM Prosentase
UKM yang melakukan perhitungan data keuangan 11 44 %
UKM yang tidak melakukan perhitungan data keuangan 14 56 %
Total 25 100 %
Dari tabel di atas terlihat UKM yang
melakukan perhitungan data/pengolahan
data sebesar 11 UKM atau 44 % dari
jumlah respon, ini dikarenakan mereka
juga melakukan pencatatan data keuangan
sedangkan 14 UKM karena tidak
melakukan pencatatan, mereka pun tidak
melakukan perhitungan data keuangan.
6. Kegiatan memperbaharui arsip dengan data-data keuangan
Kegiatan Jumlah UKM Prosentase
UKM yang memperbaharui data keuangan 25 100 %
UKM yang tidak memperbaharui data keuangan 0 0 %
Total 25 100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa
seluruh UKM selalu memperbaharui data-
data yang mereka miliki, tidak terkecuali
mereka yang melakukan pencatatan
keuangan maupun yang tidak melakukan
pencatatan keuangan ini dalam pengertian
bahwa mereka membuang catatan, bon-
bon yang sudah tidak terpakai, karena
periode proses produksi selesai. Mereka
kemudian menyimpan catatan dan bon
baru pada proses produksi yang sedang
berlangsung.
7. Kegiatan meninjau ulang/mencek kembali data keuangan
Kegiatan Jumlah UKM Prosentase
UKM yang meninjau ulang/mencek kembali data keuangan 0 0 %
UKM yang tidak meninjau ulang/mencek kembali data
keuangan
25 100 %
Total 25 100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa
seluruh UKM tidak ada yang melakukan
peninjauan ulang terhadap data keuangan
karena mereka hampir tidak pernah
melakukan analisis terhadap data
keuangan.
8. Kegiatan menyiapkan keluaran data keuangan/membuat laporan keuangan
Kegiatan Jumlah UKM Prosentase
UKM yang membuat laporan keuangan 5 20 %
UKM yang tidak membuat laporan keuangan 20 80 %
Total 25 100 %
8
Dari tabel di atas dapat dilihat UKM yang
membuat laporan keuangan adalah 5
(lima) UKM atau sekitar 20 %. Mereka
membuat laporan keuangan sederhana
dikarenakan mereka sudah mendapat
fasilitas pembiayaan dari bank dalam
rangka mengembangkan usaha mereka.
Sedangkan 20 UKM atau 80 % mereka
tidak membuat laporan keuangan,
sehingga mereka belum mendapat fasilitas
pembiayaan dari bank.
9. Kegiatan menyimpan/mempunyai laporan keuangan
Kegiatan Jumlah UKM Prosentase
UKM yang menyimpan/mempunyai laporan keuangan 5 20 %
UKM yang tidak menyimpan/mempunyai laporan
keuangan
20 80 %
Total 25 100 %
Dari tabel di atas maka UKM yang
menyimpan/mempunyai data keuangan
tentu saja melakukan kegiatan pembuatan
laporan keuangan, hasilnya 5 (lima) UKM
(20 %) sama dengan jumlah responden
yang membuat laporan keuangan.
Sedangkan sekitar 20 UKM (80 %)
mereka tidak mempunyai laporan
keuangan, sehingga mereka sulit untuk
mendapatkan dana-dana dari lembaga
keuangan (bank) dalam rangka
pengembangan usaha.
10. Kegiatan menggunakan informasi keuangan dalam rangka pengembangan usaha
Kegiatan Jumlah UKM Prosentase
UKM yang menggunakan informasi keuangan
dalam rangka pengembangan usaha
5 20 %
UKM yang tidak menggunakan informasi
keuangan dalam rangka pengembangan usaha
20 80 %
Total 25 100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat UKM yang
dapat mengembangkan usaha dengan
menggunakan laporan keuangan yaitu
hanya 5 (lima) UKM atau 20 % dari
responden, sedangkan sekitar 20 UKM
karena tidak mempunyai laporan
keuangan, maka mereka tidak dapat
mengembangkan usaha/ mendapat bantuan
pembiayaan melalui fasilitas perbankan.
5. KESIMPULAN 5.1. Kesimpulan
Dari hasil analisis dalam bab
pembahasan maka dapat ditarik kesipuan:
Para UKM Simping Kaum, Cipaisan
kabupaten Purwakarta, mereka belum
melakukan pencatatan keuangan hanya
sebagain kecil saja
Mereka tidak melakukan kegiatan pengikhtisaran/meringkas, mensortir dan
menghitung data keuangan mereka
Para UKM melakukan pembaharuan arsip sebatas mengganti data tersebut dengan
data-data baru sehubungan dengan periode
produksi. Akan tetapi mereka tidak
menyimpan data-data lama, bahkan mereka
memusnahkan/membuang data tersebut
karena dianggap sudah tidak perlu.
9
Hanya sebagian kecil saja dari para UKM yang membuat laporan keuangan dan
menggunakannya untuk pihak ketiga dalam
rangka pengembangan usaha.
Daftar Pustaka S.R. Soemarso (2004). Akuntansi: Suatu
Pengantar. Jakarta: Salemba Empat
Zaki Baridwan, Dr. (1997). Intermediate
Accounting. Yogyakarta: BPFE.
Mulyadi. (2004). Sistem Informasi
Akuntansi. Yogyakarta: BPFE.
Sukirno, Sadono. (1994). Makro Ekonomi:
Teori Pengantar. Jakarta: PT. Raja
Gafindo Persada.
10
HUBUNGAN ANTARA TARIFF BERDASARKAN BERAT BARANG DAN
KUALITAS PELAYANAN DENGAN PEROLEHAN PELANGGAN PADA
PT. ASMAT AIR.
Oleh : Atyanto Mahatmyo, S.E., M.M.,Ak
Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Jakarta, Jl. Prof. Dr. G.A.Siwabessy,
Kampus Universitas Indonesia, Depok
ABSTRAK
ATYANTO MAHATMYO. Hubungan antara tariff berdasarkan berat barang dan Kualitas
Pelayanan dengan Perolehan Pelanggan pada PT. ASMAT AIR. Penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh informasi hubungan antara. (1) Tarif berdasarkan berat barang dengan Perolehan
Pelanggan. (2) Kualitas Pelayanan dengan Perolehan Pelanggan. (3) Tarif berdasarkan berat
barang dan kualitas pelayanan dengan perolehan pelanggan. Hipotesis yang akan diuji adalah:
(1) Terdapat hubungan positif antara Tarif berdasarkan berat barang dengan Perolehan
Pelanggan (2) Terdapat hubungan positif antara Pelayanan dengan Perolehan Pelanggan. (3)
Terdapat hubungan positif antara Tarif berdasarkan berat barang dan pelayanan dengan
perolehan pelanggan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Survey Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen pengguna jasa PT ASMAT AIR selama periode
tahun 2002 dengan jumlah responden sebanyak 25 yang diambil secara sample random.
Instrumen yang digunakan untuk menjaring data variable tarif berdasarkan berat barang adalah
dengan angket, hasil uji coba untuk variable tersebut adalah sebesar rhitung = 0,713, dan
variable pelayanan terhadap pelanggan sebesar rhitung = 0,821. Data dianalisis dengan statistik
deskriptif, untuk pengujian hipotesis digunakan statistik korelasi sederhana dan regresi
berganda sederhana. Hasil penelitian menunjukan bahwa : pertama terdapat hubungan positif
yang signifikan antara Tarif berdasarkan berat barang dengan perolehan pelanggan dengan
persamaan regresi Y = 11,45 + 0,0925 X1 dan koefisien korelasi sebesar 0.3857 pada taraf
sinifikasi 0,05. Kedua, terdapat hubungan positif yang signifikan antara kualitas pelayanan
terhadap pelanggan dengan perolehan pelanggan dengan persamaan regresi Y = 7,904 + 0,328
X2 dan koefisien korelasi sebesar 0,1646 pada taraf signifikasi 0,05, Ketiga, terdapat hubungan
positif yang signifikan antara tarif berdasarkan berat barang dan kualitas pelayanan dengan
perolehan pelanggan yang ditunjukan dengan persamaan regresi Y = 6,62 + 0,1162 X1 + 0,26
X2 dan koefisien regresi sebesar 40,446 pada taraf signifikasi 0,01. Hasil penelitian ini
diharapkan berguna bagi peningkatan perolehan pelanggan PT. ASMAT AIR dengan
mempertimbangkan kesimpulan penelitian ini. Bahwa Perolehan Pelanggan (y) dapat
ditingkatkan dengan menfokuskan pada tariff berdasarkan berat barang (X1) dan kualitas
pelayanan (X2).
Meski terpuruk, bangsa Indonesia
tetap, harus menghidupkan tekad untuk
mempertahankan kelangsungan kedirganta-
raan, hanya saja, langkah kede-pannya harus
ditata ulang agar tidak mengulangi kekeliruan
yang terjadi sebelumnya. Sering pemerintah
11
tidak cermat dalam menetapkan kebijakan
dalam menanggapi kemajuan teknologi di
Indonesia, seharusnya benar-benar diteliti apa
mudarat serta manfaat sosial bagi
masyarakat, serta kebijakan apa yang
sebaiknya diterapkan.
Ravich (2000) dalam bukunya,
Marketization and Democracy, East Asian
Experiences, dengan tegas menyatakan,
teknologi yang menawarkan pela-yanan jasa
secara lebih murah dan efisien tidak dapat
dibendung. Fakta menunjukkan bahwa sekuat
apa pun suatu rezim pemerintahan
menghambat penggunaan teknologi baru
dalam proses industri maupun jasa pelayanan,
toh akhirnya desakan pasar tidak dapat
ditahan. Oleh karena itu, upaya pemerintah
meregulasi penggunaaan teknologi, apabila
tidak disertai dengan kajian yang
komprehensif dapat diperkirakan kebijakan
itu akan sia-sia belaka.
Bukti empiris pernah terjadi di Indonesia
ketika Departernen Penerangan, pada waktu
itu, melarang penggunaan direct
broadcasting satellite (DBS) dan pence-takan
koran jarak jauh (remote publishing). Fakta
menunjukkan bahwa sekuat apapun suatu
rezim pemerintahan menghambat
penggunaan teknologi baru dalam proses
industri maupun jasa pelayanan, toh akhirnya
desakan pasar tidak dapat ditahan. " Dengan
teknologi VolP1, setidaknya tiga jenis
layanan komunikasi public, komunikasi
suara, surat suara (voice mail) yang dapat
ditinggalkan
PENDAHULUAN PT. ASMAT AIR adalah perusahaan
yang mengisi dunia kedirgantaraan di
Indonesia untuk komersial untuk angkutan
barang. Menggunakan pesawat kecil
chopper atau helikopter. Keuntungannya
adalah pesawat ini bisa tinggal landas dan
mendarat dengan landasan pendek. Tetapi
1 Warta Ekonomi, Mingguan Bisnis & New Economy
No.48/XII/ 3 Desember 2001
persaingan di dunia komersial pengguna
pesawat terbang di Indonesia sangat ketat,.
Selain tantangan, ada satu hal lagi
yang menurut saya bisa kita sebut sebagai
handicap, yakni infrastruktur di bidang
telekornunikasi. Masih kerap terdengar
keluhan sulit dan relatif mahalnya
mendapatkan fasilitas broadband. Handicap
ini makin nyata manakala kita mengetahui
bahwa kebijakan pemerintah (government
regulations) dalam menghadapi era new
economy. Indonesia sangat ketinggalan dalam
hal ini, dan ini bisa menghambat konsumen
maupun produsen memasuki era new
economy. Apalagi perlindungan terhadap
konsumen pun masih kurang kuat, tidak
seperti di negara lain, di mana ada trustee
board yang terpisah dari pemerintah yang
menyebabkan kualitas produk dan pelayanan
demikian tenaga. Semua ini adalah tantangan
dan kendala yang harus diatasi segera.
Perusahaan penerbangan pun tidak
terlepas dari persaingan yang ramai tadi dan
khususnya PT ASMAT, disamping bersaing
dengan perusahaan-perusahaan penerbangan
yang ada di Indonesia, PT ASMAT harus
bersaing dengan perusahaan penerbangan
asing yang beroperasi di Indonesia, juga
masalah yang tidak kalah rumitnya adalah
pelanggan-pelanggan PT ASMAT
Kebanyakan adalah orang-orang asing dan
perusahaan asing, hal itu membuat bagian
pemasaran PT ASMAT menjadi bekerja
sangat berat sekali.
Untuk bisnis angkutan udara besar
kecil pesawat sangat menentukan tarif
angkut. Dalam penjualan suatu barang atau
jasa, maka harga menjadi ujung tombak bagi
perusahaan untuk memperoleh pembeli.
Semakin tinggi harga yang ditawarkan maka,
akan semakin kecil permintaan produk jual.
Sebaliknya semakin rendah harga yang
ditawarkan, maka akan semakin
mempertinggi permintaan konsurnen akan
produk jual, Dalam asumsi kuantititas yang
sama, maka disisi Perusahaan, harga yang
12
tinggi akan mempertinggi perolehan laba,
sebaliknya dengan harga yang rendah akan
memperendah perolehan laba.
Di sini terlihat jelas bagaimana
pentingnya faktor manajemen harga. pihak
manajemen dituntut untuk menentukan harga
yang yang mampu membentuk komposisi
jumlah pelanggan yang paling efektif,
sehingga laba dapat diper-oleh secara
optimal. Pada perusahaan yang bergerak
dibidang jasa pengang-kutan barang,
perhitungan tarif kargo merupakan harga jasa
pelayanan yang di ditawarkan ke konsurnen.
Besar kecilnya tarif akan menentukan besar
kecilnya permintaan konsumen akan jasa
yang ditawarkan. Pada perusahaan jasa
pengangkutan barang atau jasa kargo,
mekanismenya juga tidak jauh berbeda
dengan jenis usaha lainnya. Faktor
manajemen penentuan harga juga sangat
menentukan, dalam rangka perolehan laba
secara optimal. Dari banyaknya jenis barang
yang diangkut, harus diiringi dengan
banyaknya jenis tarif yang harus dikenakan,
sehingga tarif kargo akan ditawarkan dalam
bentuk yang beragam sesuai dengan jenis
barang yang diangkut, maupun jarak yang
ditempuh.
Metode perhitungan kargo menjadi
faktor yang sangat penting untuk menentu-
kan efektifitas perusahaan dalam perolehan
laba, yang dihubungkan dengan aspek
pemasaran, sehingga dibutuhkan suatu
evaluasi yang memadai. Evaluasi metode
perhitungan tarif kargo tersebut harus dapat
memberikan kesimpulan vang dapat menjadi
alat manajemen, terutama dalam menentukan
prioritas, tarif mana yang menjadi perhatian
utama untuk ditawar kan ke pembeli.
Perhitungan tarif kargo tersebut, yang akan
mempengaruhi tingkat laba perusahaan.
Untuk dapat mengukur efektifitas tarif kargo
tersebut, maka diperlukan evaluasi lebih
lanjut, yang nanti akan diuraikan dan dibahas
dalam penulisan ini.
Berdasarkan berbagai permasalahan
dan pemikiran tersebut diatas, maka penulis
dapat termotivasi untuk melakukan penelitian
dengan judul: hubungan antara penentuan
tarif, Pelayanan Pengangkutan dan perolehan
pelanggan.
Untuk dapat mengindentifikasi
penelitian ini berdasarkan latar belakang
diatas maka, ada beberapa permasalahan
yaitu sebagai berikut :
1. Apakah ada hubungan antara penekanan
gaji pegawai dengan perolehan laba
perusahaan
2. Apakah ada hubungan antara pengurangan
pegawai dengan perolehan laba
perusahaan
3. Apakah ada hubungan antara promosi
dengan perolehan laba perusahaan
4. Apakah ada hubungan antara kenaikan
ongkos berat barang yang akan dikirim
dengan perolehan laba perusahaan
5. Apakah ada hubungan antara kenaikan
ongkos berat barang yang akan dikirim
dengan berkurangnya pelanggan
6. Apakah ada hubungan antara
berkurangnya pelanggan dengan kenaikan
Ongkos berat barang yang akan dikirim
7. Apakah ada hubungan antara
berkurangnya pelanggan dengan perolehan
laba perusahaan
8. Apakah ada hubungan antara penentuan
tarif kargo berdasarkan jarak perjalanan
yang ditempuh dengan perolehan laba
perusahaan
9. Apakah ada hubungan antara penentuan
tarif kargo berdasarkan jenis barang yang
diangkut dengan perolehan laba
perusahaan
10. Apakah ada hubungan antara penentuan
tarif kargo berdasarkan kontrak berjangka
dengan tingkat perolehan laba usaha
brutoperusahaan.
11. Apakah ada hubungan antara penentuan
tarif kargo berdasarkan berat barang
dengan Tinqkat Perolehan Laba Usaha
Bruto.
13
12. Apakah ada hubungan antara penentuan
Tarif kargo berdasarkan estimasi borongan
dengan Tingkat Perolehan Laba Usaha
Bruto.
METODE PENELITIAN
Tujuan penelitian ini mendapatkan
informasi dan gambaran yang akurat
sehingga dapat menjelaskan pengaruh
variable-variabel yang diteliti sesuai dengan
hipotesa yang diajukan, maka tujuan bad
penelitian ini adalah mencari imformasi
mengenai:
1. Hubungan antara tarif kargo berdasarkan
berat barang dengan perolehan pelanggan
2. Hubungan antara Pelayanan terhadap
pelanggan dengan perolehan pelanggan
3. Hubungan antara tarif kargo berdasarkan
berat barang dan Pelayanan terhadap
pelanggan dengan perolehan pelanggan
Penelitian ini menggunakan data yang
diperoleh dari hasil observasi atau
pengukuran, yang dinyatakan dalam angka.
data kuantitatif yang dipakai yaitu data nilai
pendapatan atas penggunaan tarif kargo
berdasarkan berat barang, nilai pendapatan
atas penggunaan tarif kargo berdasarkan
estimasi borongan, Data kualitatif berasal
dari perpustakaan dan informasi-informasi
yang diperoleh dari hasil wawancara
langsung dengan pihak perusahaan.
Variabel yang Diteliti adalah sebuah
konsep atau atribut yang memiliki nilai yang
berubah-ubah. Hubungan antar variabel
terbentuk dari; variabel bebas (Independent
Variable) dan variabel tidak bebas
(dependent variabel). Variabel yang diteliti
adalah sebagai berikut Variabel bebas
(Independent Variable) adalah variabel yang
mempengaruhi atau penyebab hal atau
masalah lain terjadi. Variabel bebas
(Independent Variable) dalam penelitian ini
adalah-nilai pendapatan yang diperoleh dari
penentuan tarif kargo berdasarkan berat
barang dan nilai pendapatan yang diperoleh
dari penentuan Tarif kargo berdasarkan
estimasi borongan, Variabel tidak bebas
(dependent Variable) adalah variabel
tergantung atau dipengaruhi oleh variabel
bebas (Independent Variable). Variabel tidak
bebas dalam penelitian ini adalah Tingkat
Perolehan Pelanggan, Maka metode
penelitian yang digunakan adalah metode
survey, untuk menjelaskan karakteristik
Sample, ditandai dengan hipotesis spesifik
serta memiliki desain peneiftian yang
terstruktur, dengan melakukan survey
langsung kelapangan yaitu mengum-pulkan
data kualitatif melalui pertanyaan/
wawancara.
Populasi data dalam penelitian ini adalah
seluruh pendapatan yang tejadi pada 01 Januari
2002 sampai 31 Desember 2002. Sedang penulis
mengambil sampel data pendapatan yang
dihasilkan untuk setiap tarif kargo yang
diterapkan, pada periode bulan januari sampai
bulan Desember tahun 2002. Data diambil
secara Sampel random atau purposive sample
sesuai dengan kebutuhan penelitian. Untuk
menguji data adalah data yang valid maka
digunakan uji validasi dengan formula teknik
korelasi produk moment (dalam Masri
Singarimbun 1998:74) adalah:
n (∑XY) – (∑X∑Y)
r =
√n ∑X2-(∑X)
2 - n∑Y
2-(∑y)
2
Dimana;
N = jumlah responden
X = skor butir sedangkan
Y = skor total
Di dalam tabel angka kritik nilai r untuk N -2
(kebebasan derajat 10-2) sedangkan untuk
menguji data cukup reliable digunakan
formula Uji persamaan Xo=Xt-Xe
Keterangan Xo = Obtain score (angka yang
diperoleh) Xt true score (angka yang
sebenamya) Xe measurement score
(kesalahan pengukuran).Kemudian Instrumen
tersebut diuji validitasnya dan dihitung
realibitas-nya. Validitas instrumen
merupakan validitas content atau validitas isi.
14
Ini dimaksudkan untuk menjamin mutu
instrumen yang tersebut dalam penelitian ini.
Perolehan Pelanggan PT ASMAT
AIR dalam penelitian ini merupakan hasil
dari pengumpulan data yang didapat dari
hasil skor beberapa pertanyaan yang diajukan
kepada responden, yang terdiri dari 4(empat)
skala yang terdiri dari 16 pertanyaan.
Pengukuran validitas instrumen
dimaksudkan untuk mengetahui kesahihan
atau valid tidaknya instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini. Untuk
melihat valid tidaknya instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini peneliti
menggunakan rumus Product moment.
Rumus ini digunakan untuk menguji korelasi
skor butir dengan skor total pada taraf
signifikansi 0.05. Adapun kriteria yang
digunakan bahwa instrumen tersebut
dinyatakan valid jika r hitung > r table, dan
sebaliknya, jika rhitung < rtable .
Secara lengkap hasil perhitungan
realibilitas instrumen ini disajikan
sebagaimana pada umumnya realibilitas
disajikan yaitu, dengan cara menghitung
menggunakan rumus alpa Cronbach.
Sedangkan untuk mengetahui data
adalah reliable akan digunakan Uji
persamaan, dalam melakukan perhitungan
reliabilitas butir-butir yang tidak valid
dibuang atau dihapus terlebih dahulu.
Perhitungan reliabilitas ini menggunakan
rumus Uji Persamaan Alpa Cronbach yaitu
:
r = [ k / k-1] [ 1 – (σ12 / σt
2)]
Keterangan :
r = Koefisien realibilitas butir
penyatan
k = Jumlah butir Valid
σ12 = Jumlah Varians skor butir (X)
σt2 = Jumlah Varians skor total (Y)
Pengukuran validitas instrumen
dimaksudkan untuk mengetahui kesahihan
atau valid tidaknya instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini. Dalam
melihat valid tidaknya instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini peneliti
menggunakan rumus Product moment.
Rumus ini digunkan untuk menguji korelasi
skor butir dengan skor total pada taraf
signifikansi 0.05. Adapun kriteria yang
digunakan bahwa instrumen tersebut
dinyatakan valid jika rhitung >rtable, dan
sebaliknya, jika r hitung< r table.
Secara lengkap hasil perhitungan
realibilitas instrumen ini disajikan
sebagaimana pada umumnya realibilitas
disajikan yaitu, dengan cara menghitung
menggunakan rumus alpa Cronbach.
Sedangkan untuk mengetahui data
adalah reliable akan digunakan Uji
persamaan, dalam melakukan perhitungan
reliabilitas butir-butir yang tidak valid
dibuang atau dihapus terlebih dahulu.
Perhitungan reliabilitas ini menggunakan
rumus Uji Persamaan Alpa Cronbach yaitu
:
r = [ k / k-1] [ 1 – (σ12 / σt
2)]
Keterangan :
r = Koefisien realibilitas butir
penyatan
k = Jumlah butir Valid
σ12 = Jumlah Varians skor butir (X)
σt2 = Jumlah Varians skor total (Y)
Untuk mengetahui gambaran tentang
pendapatan yang dihasilkan oleh setiap tarif
kargo yang diterapkan, ditempuh jalan
sebagai berikut :
1. Mengidentifikasikan pendapatan mana
yang termasuk pendapatan pokok
2. Mengelompokan data pendapatan sesuai
dengan waktu periode bulan. usaha.
3. Mengelompokan pendapatan tersebut
sesuai sumber tarif yang menghasilkan.
4. Data yang terkumpul diatas pada
penelitian ini kemudian dianalisis secara
statistik yaitu suatu proses
penyederhanaan data ke dalam bentuk
dan susunan yang lebih sederhana dan
mudah dibaca dan di interpretasikan.
Data yang terkumpul disusun dalam
suatu susunan table yang merupakan hasil
15
kolektifitas dan perhitungan data, Tabel yang
tersusun dianalisa dengan alat analisa
statistik, dan dihitung nilai median, mean
dan kelas intervalnya. Sebelum pengujian
hipotesa, data dihitung tingkat normalitasnya,
dengan alat uji normalitas. Pengujian
hubungan antara, variable independen (X1),
(X2), dengan variable dependen (Y),
digunakan alat uji korelasi produck moment.
Korelasi produk moment merupakan alat
untuk menguji hubungan antar variable
tersebut, sehingga didapat siginifikasi
hubungan antar variable. Sedangkan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh dari
variable-variabel independen terhadap
variable dependen digunakan perhitungan
statistik regresi sederhana. Rumus yang
digunakannya adalah ;
Y = b0 + b1X1 + b2X2
Dimana ;
b0 = adalah Konstanta
b1 = adalah Koefisien regresi X1
b2 = adalah Koefisien regresi X2
Rumusan hipotesis penulis
menggunakan formula teknik Regresi
Sederhana Hipotesa yang diajukan
adalah:
variabel independen (X1) = Kualitas staf
Pengajar dan Karyawan
variabel independen(X2) = Pelayanan
terhadap pelanggan
variabel dependen (Y) = Perolehan
pelanggan
Hipotesis I
Ho : Py1 = 0
H1 : Py1 > 0
Hipotesis II
Ho : Py2 = 0
H1 : Py2 > 0
Hipotesis III Ho : Py12 = 0
H1 : Py12 > 0
Keterangan :
Py1= Koefisien korelasi antara Variabel
tarif kargo berdasarkan berat barang
dengan perolehan pelanggan
Py2= Koefisien korelasi antara Variabel
Pelayanan terhadap pelanggan
dengan perolehan pelanggan
Py12 = Koefisien korelasi antara Variabel
tarif kargo berdasarkan berat
barang dan Pelayanan terhadap
pelanggan dengan perolehan
pelanggan
Ho: Py1 = 0 Tidak ada hubungan Variabel
antara Variabel tarif kargo
berdasarkan berat barang dengan
perolehan pelanggan
H1: y1 > 0 Ada hubungan antara Variabel
antara Variabel tarif kargo
berdasarkan berat barang
dengan perolehan pelanggan
Ho : Py2 = 0 Tidak ada Hubungan antara
Variabel antara Variabel
Pelayan terhadap pelanggan
dengan perolehan pelanggan
H1 : Py2 >0 Ada Hubungan antara Variabel
antara Variabel Pelayan
terhadap pelanggan dengan
perolehan pelanggan Ho : Py12
= 0 Tidak ada hubungan antara
Variabel tarif kargo berdasarkan
berat barang dan Pelayanan
terhadap pelanggan dengan
perolehan pelanggan
H1:Py12 >0 Ada hubungan Variabel Variabel
tarif kargo berdasarkan berat
barang dan Pelayanan terhadap
pelanggan dengan perolehan
pelanggan.
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Data
Data yang diteliti sesuai dengan judul,
terdiri dari tiga variable adalah 2 (dua)
variabel bebas yaitu Pemilihan tarif
berdasarkan berat barang (X1) dan
Pelayanan terhadap Pelanggan (X2) serta 1
(satu) variable tidak bebas, yaitu Perolehan
Pelanggan (Y).
16
a. Variabel Pemilihan Tarif berdasarkan
Berat Barang (X1) Nilai Murni yang diharapkan dari data
Variabel Pemilihan Tarif berdasarkan
Berat Barang (X1) skor teoritiknya antara
7 sampai 28 merupakan nilai murni dari
hasil penelitian ini, perhitungan jawaban
angket yang disebarkan kepada 25
responden dan yang berhasil
dikembalikan hanya 23 angket atau hanya
92 % dari jumlah yang direncanakan
ternyata skor empiriknya berada antara 11
sampai dengan 28. Data yang terkumpul
selanjutnya dihitung dengan
menggunakan perhitungan statistik
diperoleh rentang skor 17, rata-rata
23,423 median 20, deviasi standar 6,30
dengan banyaknya kelas 5 dan panjang
kelas 2. Distribusi frekuensi Pemilihan
Tarif berdasarkan Berat Barang (X2)
dapat dilihat dalam table IV.1, berikut:
Tabel. IV.1 : Distribusi Frekwensi Tarif berdasarkan Berat Barang (X1)
Kls f f (%) f (%)
N0 Interval absolut Relatif Kumulatif
1 11 - 14 1 0,03 1,03
2 15 - 18 7 0,20 7,20
3 19 - 22 5 0,14 5014,00
4 23 - 26 6 0,17 6.17
5 27 - 30 4 0,11 4,11
23 0,66
Dari data yang tertera dalam table IV.1.
tersebut di atas, frekuensi skor Pemilihan
Tarif berdasarkan Berat Barang (X1)
dapat diklasifikasikan menjadi skor
tinggi, sedang dan rendah. Berdasarkan
hasil perhitungan menunjukan bahwa
Variabel Pemilihan Tarif berdasarkan
Berat Barang (X1) yang berada pada
klasifikasi tingggi
adalah 10 responden atau 43,24 %,
klasifikasi Skor sedang 12 responden atau
52% dan Klasifikasi skor rendah 1
responden atau 4,76%.
Dari hasil tersebut dapat dinyatakan
bahwa secara umum Variabel Pemilihan
Tarif berdasarkan Berat Barang (X1)
berada dalam katagori sedang.
17
Dari diagram histogram berikut ini dapat keadaan Variabel PelayananPelanggan
0
1
2
3
4
5
6
7
10,5 14,5 18,5 22,5 26,5 30,5
Gambar. IV.1. Histogram Pemilihan Tarif berdasarkan Berat Barang (X1)
b. Variabel Pelayanan terhadap Pelanggan
(X2)
Nilai Murni yang diharapkan dari data
Variabel Pelayanan terhadap Pelanggan
(X2) skor teoritiknya antara 7 sampai 28.
dari hasil penelitian ini perhitungan jawaban
angket yang disebarkan kepada 25
responden dan yang berhasil dikembalikan
hanya 23 angket atau hanya 92 % dari
jumlah yang direncanakan merupakan
responden, ternyata skor empiriknya berada
antara 10 sampai dengan 27. Data yang
terkumpul selanjutnya dihitung dengan
menggunakan perhitungan statistik
diperoleh rentang skor 17, rata-rata 16,739,
median 16, deviasi standar 4,624 dengan
banyaknya kelas 6 dan panjang kelas 3.
Distribusi frekuensi Variabel Pelayanan
terhadap Pelanggan (X2) dapat dilihat
dalam table IV.2, berikut ini:
Tabel. IV.2 : Distribusi Pelayanan Pelanggan (X2)
Kls f f(%) f(%)
No Interval absolut Relatif Kumulatif
1 10 - 12 4 0,11 4,11
2 13 -15 7 0,20 7,20
3 16 - 18 6 0,17 6.17
4 19 - 23 3 0,09 3,09
5 22 - 24 1 0,03 1,03
6 25 - 27 2 0,06 2,06
23 1,00
Dari data yang tertera dalam table IV.2.
tersebut di atas, frekuensi skor dapat
diklasifikasikan menjadi skor tinggi,
sedang dan rendah, skor tertinggi di dapat
18
dari skor rata-rata ditambah dengan 1 (satu)
standar Deviasi ke atas, skor sedang dari
nilai rata-rata ditambah atau dikurangi 1
(satu) standar deviasi, dan skor terendah
adalah nilai rata-rata dikurangi 1 (satu)
standar deviasi ke bawah. Berdasarkan
hasil perhitungan menunjukan bahwa
Variabel Pelayanan terhadap Pelanggan
(X2) yang berada pada klasifikasi tingggi
adalah 3 responden atau 19%, klasifikasi
Skor sedang 9 responden atau 43 % dan
Klasifikasi skor rendah 11 responden atau
38%. Dari hasil tersebut dapat dinyatakan
bahwa secara umum Variabel Pelayanan
terhadap Pelanggan (X2) berada dalam
katagori sedang. Dari diagram histogram
berikut ini dapat dilihat keadaan Tingkat
Pelayanan terhadap Pelanggan (X2),
0
1
2
3
4
5
6
7
9,5 12,5 15,5 18,5 21,5 24,5 27,5
Gambar. IV.2. Histogram frekuensi Variabel Pelayanan terhadap Pelanggan (X2)
c. Variabel Perolehan Pelanggan (Y)
Nilai Murni yang diharapkan dari data
Variabel Perolehan Pelanggan (Y) skor
teoritiknya antara 1 sampai 23 dari hasil
penelitian ini perhitungan jawaban angket
yang disebarkan kepada 25 responden
yang berhasil dikembalikan hanya 23
angket atau hanya 92 % dari jumlah yang
direncanakan, ternyata skor empiriknya
berada antara 9 sampai dengan 20. Data
yang terkumpul selanjutnya dihitung
dengan menggunakan perhitungan
statistik diperoleh rentang skor 11 rata-
rata 13,423 median 13, deviasi standar
3,287.
Berbeda dengan dua variable, untuk
Variabel dependen (Y) merupakan angka
perolehan Pelanggan dilihat dari
frekuensi pengiriman barang yang
dilakukan oleh pelanggan dengan
menggunakan jasa pengiriman kargo PT.
ASMAT dengan pemilihan jenis tariff
berdasarkan berat barang.
Pengujian Persyaratan Analisis
Dalam pengujian persyaratan analisis
untuk menguji Homogenitas akan
digunakan Uji Varians dan uji Normalitas
Kai-Kuadrat (X2). Persyaratan analisis
yang dimaksud adalah persyaratan yang
harus dipenuhi agar analisa korelasi dan
Regresi sederhana dapat berarti,baik
untuk keperluan pengujian hipotesis dan
penajaman analisis. Sebelum pengujian
hipotesa dan analisa data dilakukan,maka
harus di uji tingkat homogenitas dan
normalitas data.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas untuk menilai tingkat
normalitas data, yang dihitung dari nilai
median, mean, dan kelas interval
sehingga diperoleh hasil (H0), Xhitung yang
akan dibandingkan dengan Xtable, Dengan
ketentuan sebagai berikut :
Ditolak ; jika X2hitung > X
2tabel.
Diterima ; jika X2hitung < X
2tabel.
Untuk menguji normalitas data digunakan
uji Normalitas Kai-Kuadrat.. Dalam
penguji hipotesis nol diambil langkah-
langkah sebagai berikut : Variabel hasil
pengamatan X1, X2,….Xn dijadikan
bilangan baku z1, z2,..zn Untuk pengujian
19
Normalitas Langkah- langkah yang
diambil adalah sebagai berikut ;
Dicari Nilai rata-rata dan nilai deviasi
standar dari sampel data (s = Deviasi
standar, X` = rata-rata)
Menghitung Z dengan cara X1, X2,
X3,….Xn dijadikan bilangan Z1,Z2, ,…Zn
dengan rumus ; Z1 = (X1-X`) / s dimana
s = Deviasi standar,
X` = rata-rata menyusun data dalam
daftar distribusi frekuensi yang terdiri dari
k buah interval menentukan batas-batas
kelas interval untuk menghitung luas
bawah kurva normal bagi tiap interval
dengan cara mengurangi batas kelas X1-
X2, X2-X3, X3-X4 seterusnya. Kemudian
lihat angka standar z untuk masing masing
kelas interval Mencari Frekuensi
teoritiknya (E1) untuk masing-masing
data. Harga Frekuensi teoritiknya (E1)
didapat dari hasil kali antara n dengan
peluang atau luas dibawah kurva normal.
Mengetahui frekuensi hasil pengamatan
O1, yang didapat dari sampel yang
menyatakan frekuensi untuk tiap-tiap kelas
interval
Statistikk Chi-kuadrat (X2) didapat dengan
rumus : X2 = Σ (Oi - Ei)
2
Ei
Uji Normalitas dengan menggunakan Uji
Kai-Kwadrat (X2)
Untuk menguji hipotesis nol diambil
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Table X1, X2 dan Y
2. Nilai rata-rata
3. Deviasi Standar
4. Distribusi Frekuensi.
Hasil dari perhitungan normalitas atas
masing-masing variable, menghasilkan nilai
yang tersusun dalam tabel sebagai berikut :
Tabel IV.3 : Data Perhitungan Uji Normalitas
Uji Normalitas untuk Variabel X1
Tabel IV. 4 : Perhitungan Uji Normalitas untuk Variabel Pemilihan
Tarif Berdasarkan Berat Barang
Batas Kelas X
z* Ls Kls Intv f(e1) f(o1)
10,5 -1,65 0,1023
14,5 -1,02 0,2371 -0,135 5,45 1
18,5 -0,39 0,3697 -0,133 8,50 7
22,5 0,24 0,3876 -0,018 8,91 5
26,5 0,86 0,278 0,1096 6,39 6
30,5 1,49 0,1315 0,1465 3,02 4
Dari Daftar Distribusi frekuensi dapat
dilihat bahwa banyaknya kelas k =6,
sehingga dk= n =23 dengan taraf
signifikan alfa = 0,05 adalah 44.2 untuk
Kls Interval X2 X2 interval F(01) F(01) KlsInterval X1 X1 interval F(01)
10 - 12 9,5 4 7 11 - 14 10,5 1
13 -15 12,5 7 8 15 - 18 14,5 7
16 - 18 15,5 6 2 19 - 22 18,5 5
19 - 23 18,5 3 3 23 - 26 22,5 6
22 - 24 23,5 1 1 27 - 30 26,5 4
20
distribusi Chi-kuadrat besarnya sama
dengan 44,2 Kita dapat X2
0.95(3) = 35,2 dan
X2
0.99(3) = 44,2. Dari hasil perhitungan
diperoleh nilai untuk uji Normalitas
Variabel X1 adalah sebesar X2 = 6,19,
adapun untuk Kriteria pengujian: H0
diterima apabila X2
< X2α, dimana X
2α
didapat dari daftar Chi-kuadrat, Maka; Ho
Jika X 23
hitung < X 23
tabel diterima. Dengan
demikian hipotesis sample berskala dari
Distribusi Normal diterima Variabel X1
adalah berdistribusi normal.
1. Uji Normalitas untuk Variabel X2
Tabel IV. 5 : Perhitungan Uji Normalitas untuk Variabel Tingkat
Pelayanan terhadap Pelanggan
Batas
Kelas X z* Ls Kls Intv f(e1) f(o1)
9,5 -1,86 0,0707
12,5 -1,10 0,2379 -0,147 5,01 4
15,5 -0,34 0,3765 -0,159 8,66 7
18,5 0,43 0,3637 0,0128 8,37 6
23,5 1,19 0,1965 0,1672 4,52 3
24,5 1,95 0,0596 0,1369 1,37 1
27,5 2,71 0,0101 0,0495 0,23 2
Dari Daftar Distribusi frekuensi dapat
dilihat bahwa banyaknya kelas k =6,
sehingga dk= n =23 dengan
taraf signifikan alfa = 0,05 adalah 44.2
untuk distribusi Chi-kuadrat besarnya
sama dengan 44,2 Kita dapat X2
0.95(3) =
35,2 dan X2
0.99(3) = 44,2. Dari hasil
perhitungan diperoleh nilai untuk uji
Normalitas Variabel X2 adalah sebesar
X 23
hitung = 14.90, adapun untuk Kriteria
pengujian: H0 diterima apabila X2
< X2α,
dimana X2α didapat dari daftar Chi-
kuadrat, Maka; Ho Jika X 23
hitung < X 23
tabel
diterima Dengan demikian hipotesis
sample berskala dari Distribusi Normal
Maka H0 : diterima, ini berarti Variabel X2
adalah berdistribusi normal.
2. UJI NORMALITAS UNTUK VARIABEL Y
Tabel IV. 6: Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas
Karena semua nilai X2hitung nilainya
dibawah X2tabel, atau dengan kata lain,
bahwa semua variable mempunyai distribusi
normal, maka data yang terkumpul bisa
diterima dan digunakan sebagai data bahan
pengujian selanjutnya.
Variabel n X2
hitung X2
tabel Keterangan
0.001 0.005
X1 23 6,19 44,2 35,2 Normal
X2 23 14,90 44,2 35,2 Normal
21
2. Uji Homogenitas
Untuk pengujian persyaratan statistik
data yang diambil adalah homogen, karena
data homogen maka penulis menggunakan uji
homogenitas dengan alat uji Varians σ2 (μ).
Untuk setiap data hasil pengamatan
akan dilakukan pengujian variannya dengann
dengann uji varians σ2. Perhitungan uji
Varian dengann Chi-Kuadrat (X2), melalui
tahap sebagai berikut :
a. Dari hasil pengamatan untuk tiap sample
data kita hitung^X (rata-rata) untuk
populasi
b. Tentukan selisih X1-^X, X2-^X, X3-^X,
…. Xn-^X c. Tentukan kuadrat selisihnya (X1-^X)
2,
(X2-^X)2, (X3-^X)
2, …. (Xn-^X)
2
d. Kuadrat-kuadrat tersebut dijumlahkan
e. Jumlahnya di bagi dengann (n – 1)
f. Kemudian masukkan kedalam rumus
g. S2 = Σ(X1-^X)
2
(n – 1) h. Dihitung Standar Deviasinya
i. Kemudian hitung dengann menggunakan
rumus sebagai berikut :
X2 = (n-1)s
2
σ2
a. Uji varian untuk X1
Uji dua pihak
Untuk uji ini pasangan H0 dan H1 adalah
;
H0 : σ2 = σ
20
H1 : σ2 = σ
20
Dengan menggunakan statistik Chi-
kuadrat
- varians (s2) untuk X1
s2
= 448/ 23
= 19,48
- Deviasi Standar (X1)
Dengan rumus X2 = (n-1)s
2 didapat nilai
sebagai berikut ; σ2
X2
= [(22) (19,48]/( 4,63)2
= 428,56 / 21,44
= 19,99
Dengan dk = 23 dan peluang 0.005 dan
0.995, dari daftar distribusi Chi-kuadrat
berturut-turut didapat X2
0.005 = 8,03 dan
X2 0.995 = 44,2
Kriteria Pengujian :
H0 diterima jika Xhitung2 berada antara
8,03 dan 44,2
H0 ditolak jika Xhitung2 tidak berada
antara 8,03 dan 44,2
Dari perhitungan didapat X2
= 19,99 ;
Jadi dalam daerah penerimaan Hipotesis
Kesimpulannya:
Hipotesis σ = 4,63 dapat diterima dengan ,
kemungkinan 5 % penolakan hipotesis
σ2
= 21,44. Dengan demikian Variabel X1
adalah Homogen.
b. Uji varian untuk X2
Uji dua pihak
Untuk uji ini pasangan H0 dan H1
adalah:
H0: σ2 = σ
20
H1: σ2 = σ
20
Dengan menggunakan statistik Chi-
kuadrat
- varians (s2) untuk X2
s2
= 236/ 23
= 16,739
- Deviasi Standar
Dengan rumus X2 = (n-1)s
2
σ2
di dapat nilai sebagai berikut:
X2
= [(22) 16,739]/(4,624)2
= 368,26 / 21,38
= 17,224
Dengan dk = 23 dan peluang 0.005 dan
0.995, dari daftar distribusi Chi-kuadrat
berturut-turut didapat X2
0.005 = 8,03 dan
X2 0.995 = 44,2
22
Kriteria Pengujian :
H0 diterima jika Xhitung2 berada antara 8,03
dan 44,2
H0 ditolak jika Xhitung2 tidak berada
antara 8,03 dan 44,2
Dari perhitungan didapat X2 = 17,224; Jadi
dalam daerah penerimaan Hipotesis
Kesimpulannya,
Hipotesis σ = 4,624 dapat diterima dengan
kemungkinan 5 % penolakan hipotesis σ2
=
21,38. Dengan demikian Variabel X2 adalah
Homogen.
c. Uji varian untuk Y
Uji dua pihak
Untuk uji ini pasangan H0 dan H1
adalah;
H0 : σ2 = σ
20
H1 : σ2 = σ
20
Dengan menggunakan statistik Chi-
kuadrat
- varians (s2) untuk Y
s2
= 278/ 23 = 13,423
- Deviasi Standar
Dengan rumus
X2 = (n-1)s
2
σ2
di dapat nilai sebagai berikut ;
X2 = [(22)13,423/(3,287)
2
=295,306/ 10,8 = 40,23
Dengan dk = 23 dan peluang 0.005 dan
0.995, dari daftar distribusi Chi-kuadrat
berturut-turut didapat X2
0.005 = 8,03 dan
X2 0.995 = 44,2
Kriteria Pengujian :
H0 diterima jika Xhitung2 berada antara 8,03
dan 44,4
H0 ditolak jika Xhitung2 tidak berada
antara 8,03 dan 44,4
Dari perhitungan didapat X2 = 27,34 ;
Jadi dalam daerah penerimaan Hipotesis
Kesimpulannya, Hipotesis σ = 3,287 dapat
diterima dengan, kemungkinan %
penolakan hipotesis σ2
= 10,8. Dengan
demikian Variabel Y adalah Homogen.
Tabel : IV. 7 : Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas
Pengujian Hipotesis Penelitian Dalam
penelitian ini untuk menguji hipotesis
penelitian digunakan alat uji analisis
statistik Regresi dan korelasi sesuai dengan
hipotesis masing-masing.
1. Pengujian Hipotesis Pertama
Pengujian hipotesis penelitian
pertama yang akan diuji berbunyi :
Terdapat Hubungan yang positif antara
Pemilihan Tarif berdasarkan Berat Barang
dengan Perolehan Pelanggan. Untuk
mengetahui hubungan antara Pemilihan
Tarif berdasarkan Berat Barang dengan
Perolehan Pelanggan dilakukan dengan
menggunakan alat analisis regresi
sederhana. Dari hasil analisis diketahui
koefisien regresi b1= 0.0925 dan konstanta
a1= 11,45 dengan demikian hubungan
tersebut ditunjukan oleh persamaan
Persamaan Garis Regresi Y atas X1 adalah
Y = 11.45 + 0.0925 X1. Uji signifikansi
dan linieritas persamaan regresi tercantum
pada table. IV.8. sebagaimana berikut ini:
Variabel n X2
hitung X2
tabel
0,005 0,995
X1 23 19,99 8,03 44.2 Homogen
X2 23 17,224 8,03 44.2 Homogen
Y 23 27,34 8,03 44.2 Homogen
23
Tabel. IV.8. ANAVA Uji Significansi dan Linieritas Perolehan
Pelanggan atas Pemilihan Tarif berdasarkan Berat
Barang Y = 11.45 + 0.0925 X1
Sumber Varian
dk JK RJK F
F table
0,05 0,01
Total (T) 23 4389
Regresi (a) 1 4151,35 4151,35
Regresi (b/a) 1 40,3783 40,3783 3,629 3,47 5,78
Sisa 21 233,612 11,1244
Tuna Cocok 11 -380 -34,5455 -0,5629 2,91 4,78
Galat 10 613,67 61,367
Keterangan:
dk = Derajat Kebebasan
JK = Jumlah Kuadrat
RJK = Rerata Jumlah Kuadrat
Dari Tabel di Atas Peroleh F regresi (F
hitung) = 3,629, sedangkan Ftabel dengan dk
pembilang 2 dan dk penyebut 21 pada taraf
signifikansi/keberartian 0,05 sebesar 3,47
dan pada taraf signifikansi 0,01 = 5,78 Ini
berarti F hitung > F tabel, dengan demikian
arah koefisien regresi Y atas X1 signifikan
dan hipotesa yang menyebutkan ‘Terdapat
Hubungan yang positif antara Pemilihan
Tarif berdasarkan Berat Barang dengan
Perolehan Pelanggan’ diterima pada taraf
signifikansi 0,05 dan 0,01. Sedangkan harga
F Tuna Cocok diper oleh F hitung -0,5629,
sedangkan F tabelnya dan dk penyebut 10
pada taraf signifikansi 0,05 sebesar 2,91 dan
0,01 sebesar 4,78 dengan dk Pembilang 11
dari tabel dapat dilihat bahwa F hitung < F tabel.
Dengan demikian dapat disimpulkan bentuk
regresi Y atas X1 adalah Linier.
Berdasarkan uji signifikansi dan uji
kelinieran regresi tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa persamaan Y = 11.45 +
0.0925 X1 sangat signifikan dan linier.
Persamaan tersebut menunjukan bahwa setiap
perubahan kenaikan 1 (satu) skor variable
Pemilihan tariff Berdasarkan Berat Barang
(X1) akan menyebabkan kenaikan 0,0925
skor Perolehan Pelangggan pada konstanta
11,45 sebagaimana terlihat pada gambar
IV.5. di bawah ini:
Gambar IV.5 : Grafik garis Regresi Y = 11.45 + 0.0925 X1
Untuk menghitung besarnya hubungan antara
variable Pemilihan Tarif berdasarkan berat
barang dengan perolehan pelanggan dapat
dilihat dari besarnya Koefisien Korelasi
24
antara Y dan X1, digunakan perhitungan
dengan menggunakan persamaan product
moment, dari hasil perhitungan tersebut
didapat angka koefisien korelasi sebagai
berikut:
Tabel IV.9 ; Anlisa Korelasi Tarif berdasarkan Berat Barang dengan
Perolehan Pelanggan
Korelasi antara ‘r ‘r2 ‘t hitung ‘t 0.95 (21)
X1 dan Y 0,3857 0,1488 1,91577 1,72
Dari hasil perhitungan tersebut di atas untuk
X1 atas Y sebesar r = 0,3857 dan r2 =
0,1488. Setelah dilakukan pengujian dengan
menggunakan persamaan t = r √n – 2 / √1 -
r2 dengan taraf significansi ά = 0,05, maka
dengan derajat kebebasan dk = 21, dari daftar
distribusi t didapat, untuk menguji dua pihak
t0.995 = 1,72 maka, -1,72 < 1,91577 < 1,72 Hipotesa diterima, dengan demikian dapat
disimpulkan koefisien korelasi antara
variable Pemilihan tariff berdasar berat
barang ( X1) dengan Perolehan pelanggan
(Y) sebesar 0.3857 sangat signifikan dan
terdapat hubungan yang positif antara
pemilihan tariff berdasarkan berat barang
dengan Perolehan Pelanggan, atau dengan
kata lain semakin besar konsumen memilih
pengiriman barang dengan tarif berdasarkan
berat barang akan menaikan perolehan
pelanggan perusahaan pengiriman. Besarnya
konstribusi pemilihan tariff berdasar berat
barang terhadap perolehan pelanggan dapat
diketahui dari besarnya koefisien
determinasi. Untuk mengetahui besarnya
koefisien determinasi yang dimaksud dapat
dialkukan dengan mengkuadratkan koefisien
korelasi yaitu r2 = (0,3857)
2 atau r
2 =
0,1488, ini berarti bahwa 14,88 % variasi
perolehan pelanggan dapat ditentukan oleh
tariff berdasarkan berat barang.
Perhitungan korelasi parsial antara Pemilhan
tariff berdasarkan berat barang (X1) dengan
Perolehan pelanggan (Y), jika variable
Pelayanan terhadap Pelanggan (X2) dikontrol
atau konstan, diperoleh r12 = 0.358 r212 =
0.128, sedangkan hasil uji keberartian
koefisien korelasi parsial dengan uji t pada
taraf signifikansi 0,05 dan 0,10 diperoleh t
hitung sebesar 1.715 dengan t table (0,05)= 1,72
dan t table (0,10)= 1,32. Hal ini berarti bahwa
korelasi parsial anatar pemilihan tariff
berdasrkan berat barang (X1) dengan
Perolehan pelanggan (Y) apabila Pelayanan
(X2) dianggap konstan tau tetap adalah berarti
pada taraf signifikansi 0,10 (1,32).
Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat
ditarik suatu kesimpulan bahwa hipotesa
yang menyatakan terdapat hubungan positif
antara pemilihan tariff berdasarkan berat
barang denga perolehan pelanggan, diterima.
2. Pengujian Hipotesis Kedua
Pengujian hipotesis penelitian Kedua yang
akan diuji berbunyi : Terdapat Hubungan
yang positif antara Pelayanan terhadap
Pelanggan dengan Perolehan Pelanggan.
Untuk mengetahui hubungan antara
Pelayanan terhadap Pelanggan dengan
Perolehan Pelanggan, akan dilakukan
dengan menggunakan alat analisis regresi
25
sederhana. Dari hasil analisis diketahui
koefisien regresi b2= 0,329 dan konstanta
a2= 7,904. dengan demikian hubungan
tersebut ditunjukan oleh persamaan Y =
7.904 + 0,329 X2 . Uji signifikansi dan
linieritas persamaan regresi tercantum pada
tabel. IV.8. sebagaimana berikut ini:
Tabel. IV.10. ANAVA Uji Significansi dan Linieritas Perolehan
Pelanggan atas Pemilihan Tarif berdasarkan Berat
Barang Y = 7.904 + 0,329 X2
Sumber Varian dk JK RJK F
F table
0,05 0,01
Total (T) 23 4389
Regresi (a) 1 4151,35 4151,35
Regresi (b/a) 1 71 71 58,761 3,47 5,78
Sisa 21 -70411 -3352,9
Tuna Cocok 13 466,666 35,8974
Galat 8 613,67 76,7088 0,4679699 3,28 5,67 Keterangan;
dk = Derajat Kebebasan
JK = Jumlah Kuadrat
RJK = Rerata Jumlah Kuadrat
Dari Tabel di Atas Peroleh F regresi
(F hitung) = 58,761, sedangkan Ftabel
dengan dk pembilang 2 dan dk penyebut 21
pada taraf signifikansi/keberartian 0,05
sebesar 3,47 dan pada taraf signifikansi 0,01
= 5,78 Ini berarti F hitung > F tabel, dengan
demikian arah koefisien regresi Y atas X1
signifikan dan hipotesa yang menyebutkan
‘Terdapat Hubungan yang positif antara
Pelayanan terhadap pelanggan dengan
Perolehan Pelanggan’ diterima pada taraf
signifikansi 0,05 dan 0,01. Sedangkan harga
F Tuna Cocok diper oleh F hitung
0,4679699, sedangkan F tabelnya dan dk
penyebut 13 pada taraf signifikansi 0,05
sebesar 3,28 dan 0,01 sebesar 5,67 dengan dk
Pembilang 8 dari tabel dapat dilihat bahwa F
hitung < F tabel. Dengan demikian dapat
disimpulkan bentuk regresi Y atas X1
adalah Linier.
Berdasarkan uji signifikansi dan uji
kelinieran regresi tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa persamaan Y = 7.904 +
0,329 X2. 1 sangat signifikan dan linier.
Persamaan tersebut menunjukan bahwa setiap
perubahan kenaikan 1 (satu) skor variable
Pelayanan terhadap pelanggan (X2) akan
menyebabkan kenaikan 0,329 skor Perolehan
Pelangggan pada konstanta 7,904
sebagaimana terlihat pada gambar IV.5. di
bawah ini ;
26
Gambar IV.6 : Grafik garis Regresi Y = 7.904 + 0,329 X2
Untuk menghitung besarnya
hubungan antara variable Pelayanan terhadap
pelanggan dengan perolehan pelanggan dapat
dilihat dari besarnya Koefisien Korelasi
antara Y dan X2 digunakan perhitungan
dengan menggunakan persamaan product
moment, dari hasil perhitungan tersebut
didapat angka koefisien korelasi sebagai
berikut:
Tabel IV.11 ; Analisa Korelasi Pelyanan Pelanggan dengan
Perolehan Pelanggan
Korelasi antara ‘r ‘r2 ‘t hitung ‘t 0.75 (21)
X2 dan Y 0.1646 0.02708 0.76472 0.686
Dari hasil perhitungan tersebut di atas untuk
X1 atas Y sebesar r = 0.1646 dan r2 =
0.02708. Setelah dilakukan pengujian
dengan menggunakan persamaan t = r √n –
2 / √1 - r2 dengan taraf significansi ά = 0,05,
maka dengan derajat kebebasan dk = 21, dari
daftar distribusi t didapat, untuk menguji dua
pihak t0.995 = 1,72 maka, -1,72 < 0.1646 <
1,72 Hipotesa ditolak tetapi pada taraf
signifikansi 0,75 ttabel = 0,686 deng uji dua
pihak t0.75 = -0,686 < 0.1646 < 0,686
Hipotesa diterima, dengan demikian dapat
disimpulkan koefisien korelasi antara
variable Pelayanan terhadap pelanggan ( X2)
dengan Perolehan pelanggan (Y) sebesar
0.1646 signifikan pada taraf sigifikansi 0,75
dan terdapat hubungan yang positif antara
Pelayanan terhadap pelanggan dengan
Perolehan Pelanggan, atau dengan kata lain
semakin baik pelayan yang diberikan
terhadap pelanggan akan menaikan perolehan
pelanggan perusahaan pengiriman tersebut.
Besarnya konstribusi pemilihan tariff
berdasar berat barang terhadap perolehan
pelanggan dapat diketahui dari besarnya
koefisien determinasi. Untuk mengetahui
besarnya koefisien determinasi yang
dimaksud dapat dialkukan dengan
mengkuadratkan koefisien korelasi yaitu r2 =
(0.1646)2 atau r
2= 0.02708, ini berarti
bahwa 2,708 % variasi perolehan pelanggan
dapat ditentukan oleh tariff berdasarkan berat
barang.
Perhitungan korelasi parsial antara
Pelayanan terhadap pelanggan (X2) dengan
Perolehan pelanggan (Y), jika variable
Pemilihan tariff berdasarkan berat barang
(X1) dikontrol atau konstan, diperoleh r12 =
0.058 dan r212 = 0.0034, sedangkan hasil uji
keberartian koefisien korelasi parsial dengan
uji t pada taraf signifikansi 0,05 dan 0,25
diperoleh t hitung sebesar 1.166 dengan t table
(0,05)= 1,72 dan t table (0,25)= 0,686. Hal ini
berarti bahwa korelasi parsial anatar
27
Pelayanan (X2) dengan Perolehan pelanggan
(Y) apabila pemilihan tariff berdasarkan berat
barang (X1) dianggap konstan tau tetap
adalah berarti pada taraf signifikansi 0,25
(0,686).
Berdasarkan hasil analisis di atas,
dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
hipotesa yang menyatakan: terdapat
hubungan positif antara Pelayanan terhadap
pelanggan denga perolehan pelanggan,
diterima.
3. Pengujian Hipotesis Ketiga
Pengujian hipotesis penelitian
pertama yang akan diuji berbunyi : Terdapat
Hubungan yang positif antara Pemilihan
Tarif berdasarkan Berat Barang dan Pelayan
terhadap Pelanggan dengan Perolehan
pelanggan. Untuk mengetahui hubungan
antara Pemilihan Tarif berdasarkan Berat
Barang dan Perolehan Pelanggan dilakukan
dengan menggunakan alat analisis regresi
ganda sederhana. Pengujian Persamaan
Regresi Ganda Y atas X1 dan X2 dengan
Model persamaan regresi ganda yang
digunakan adalah ;
Y = b0 + b1X1 + b2X2
Dari hasil analisis diketahui koefisien
korelasi b1= 0,1162, sedangkan untuk b2=
0,26 dan b0= 6,62, maka didapat persamaan
untuk regresi gandanya adalah sebagai
berikut: Y = 6.62 + 0,1162 X1 + 0,26 X2.Uji
signifikansi dan linieritas persamaan regresi
tercantum sebagaimana berikut ini:
Tabel. IV. 12. ANAVA Uji Significansi dan Linieritas Perolehan
Pelanggan atas Pemilihan Tarif berdasarkan Berat
Barang dan Pelayanan terhadap Pelanggan;
Y = 6.62 + 0,1162 X1 + 0,26 X2
Sumber F tabel
Varian dk JK RJK F hitung 0.01 0.05
Total 23 237.65
Reg (a) 1 190.54 95.27
Sisa 22 47.11 2.3555 40.446 7.94 4.30
Dk = Derajat kebebasan
JK = Jumlah Kuadrat
RJK =Rata-rata Jumlah Kuadrat
Dari hasil perhitungan, untuk taraf
signifikansi 0.01 dengan dk pembilang 2 dan
penyebut 22 dari daftar distribusi F, diperoleh
F table = 7,94 sedangkan harga F hitung =
40,446. Hasil tersebut menunjukan bahwa
F hitung > F tabel.
Dengan demikian, model koefisien
regresi ganda antara X1 dan X2 dengan Y
signifikan dan mempunyai pengaruh yang
nyata atau hipotesa yang menyebutkan
terdapat pengaruh yang positif antara
Pemilihan Tarif berdasarkan Berat Barang
dan Pelayanan terhadap Pelanggan dengan
Perolehan Pelanggan dapat diterima.
28
Pembahasan Hasil Penelitian
Analisis korelasi yang dilakukan
untuk tiap variable didapat hasil sebagai
berikut : Dari hasil perhitungan korelasi
menunjukan bahwa antara variable
Pemilihan Tarif berdasarkan Berat Barang
dan variable Pelayanan terhadap Pelanggan,
baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama
mempunyai hubungan yang positif dengan
variable Perolehan Pelanggan .
Dengan demikian hubungan yang
terjadi antara variable tersebut menunjukan
bahwa variable Pemilihan Tarif berdasarkan
Berat Barang dan variable Pelayanan dapat
berdampingan mempengaruhi variable
Perolehan Pelanggan . Dengan kata lain
peningkatan intensitas kegiatan atau
Pemilihan Tarif berdasarkan Berat Barang
dan Pelayanan terhadap Pelanggan akan
dapat meningkatkan Perolehan Pelanggan ,
hubungan positif variable Pemilihan Tarif
berdasarkan Berat Barang dan variable atau
Pemilihan Tarif berdasarkan Berat Barang
dapat menjelaskan atau bahkan meramalkan
atau sebagai predictor, Perolehan Pelanggan
, dan Perolehan Pelanggan sebagai respon
dari variable Pemilihan Tarif berdasarkan
Berat Barang dan variable Pelayanan
terhadap Pelanggan.
Seberapa kuat hubungan antara
predictor dengan respon, sehingga predictor
dapat digunakan sebagai dasar untuk
menelusuri, menjelaskan dan meramalkan
terjadinya perubahan respon, untuk itu perlu
ditelaah seberapa besar sumbangan atau
konstribusi predictor respon dengan melihat
besarnya koefisien arah persamaan garis
regresi.
Dari studi yang dilakukan terlihat
bahwa Pemilihan Tarif berdasarkan Berat
Barang mempunyai hubungan yang positif
dengan Perolehan Pelanggan ini berlaku
juga bagi Pelayanan yang diberikan terhadap
Pelanggan. Untuk jelasnya hubungan antara
kedua variable bebas dengan variable tidak
bebas dapat diuraikan dalam penjelasan
berikut.
1. Hubungan Pemilihan Tarif
berdasarkan Berat Barang dengan
Perolehan Pelanggan
Hasil pengujian hipotesis pertama
menyimpulkan bahwa terdapat hubungan
positif antara Pemilihan tariff berdasarkan
berat barang dengan Perolehan Pelanggan .
Hubungan tersebut ditunjukan oleh
koefisien korelasi dimana t hitung sebesar
1,91577 dan signifikansi koefisien regresi F
= 3,629 yang sangat signifikan pada taraf
signifikansi α = 0.05. Pola hubungan
antara dua variable ditunjukan oleh
persamaan regresi Y = 11,45 + 0,0925 X1
persamaan ini dapat memprediksikan bahwa
setiap perubahan 1 (satu) unit Pemilihan
Tarif berdasarkan Berat Barang akan
mengakibatkan terjadinya perubahan
Perolehan Pelanggan sebesar 0,0925 unit
satuan. pada konstanta 11,45.
Selanjutnya analisis korelasi
sederhana antara Pemilihan Tarif
berdasarkan Berat Barang dengan
Perolehan Pelanggan memperoleh harga
korelasi ry1 sebesar 0,3857dan ry12 = 0,1488
Nilai ini berarti bahwa hubungan antara
Pemilihan Tarif berdasarkan Berat Barang
dengan Perolehan Pelanggan positif dan
ternyata pengaruhnya cukup tinggi. Artinya
perubahan Pemilihan Tarif berdasarkan
Berat Barang akan meningkatkan
Perolehan Pelanggan secara signifikan
sebesar 14,88 persen variasi perubahan
Perolehan Pelanggan ditentukan oleh
variasi perubahan Pemilihan Tarif
berdasarkan Berat Barang dengan pola
hubungan fungsionalnya seperti yang
ditunjukan oleh persamaan regresi Y =
11,45 + 0,0925 X1 . Persamaan regresi ini
dapat digunakan sebagai alat untuk
memprediksikan pola tiangkah laku
pengaruh Variabel Pemilihan Tarif
29
berdasarkan Berat Barang (X1) terhadap
variable Perolehan Pelanggan (Y).
2. Hubungan Pelayanan terhadap
Pelanggan dengan Perolehan
Pelanggan
Hasil pengujian hipotesis kedua
menyimpulkan bahwa terdapat hubungan
positif antara Pelayanan terhadap Pelanggan
dengan Perolehan Pelanggan. Hubungan
tersebut ditunjukan oleh koefisien korelasi
dimana t hitung sebesar 0,76472 dan
signifikansi koefisien regresi F = 58,761
yang sangat signifikan pada taraf
signifikansi α = 0.05. Pola hubungan antara
dua variable ditunjukan oleh persamaan Y =
7.904 + 0,329 X2, persamaan ini dapat
memprediksikan bahwa setiap perubahan 1
(satu) unit atau Tingkat Pelayanan terhadap
Pelanggan akan mengakibatkan terjadinya
perubahan Perolehan Pelanggan sebesar +
0,329 unit satuan, pada konstanta sebesar
7,904.
Selanjutnya analisis korelasi
sederhana antara variable Pelayanan
terhadap Pelanggan dengan Perolehan
Pelanggan memperoleh harga korelasi ry2
sebesar 0,1646 Nilai ini berarti bahwa
hubungan antara Pemilihan Tarif
berdasarkan Berat Barang dengan
Perolehan Pelanggan cukup tinggi dan
positif. Artinya makin besar intensitas atau
Pemilihan Tarif berdasarkan Berat Barang
akan meningkatkan Perolehan Pelanggan
atau sebaliknya.
Besarnya konstribusi Tingkat
Pelayanan terhadap Pelanggan dengan
Perolehan Pelanggan dapat diketahui dari
hasil pengkuadratan nilai koefisien korelasi
sederhananya yang setelah dihitung
diketahui sebesar (0.1646)2 = 0.02708
Secara statistik angka ini menggambarkan
bahwa kurang lebih 2,708% variasi
perubahan Perolehan Pelanggan ditentukan
oleh variasi perubahan dan intensitas
kegiatan Pelayanan terhadap Pelanggan
dengan pola hubungan fungsionalnya seperti
yang ditunjukan oleh persamaan regresi Y =
7.904 + 0,329 X2
Persamaan regresi ini dapat digunakan
sebagai alat untuk memprediksikan pola
tiangkah laku pengaruh Variabel Pelayanan
Terhadap Pelanggan (X2) terhadap variable
Perolehan Pelanggan (Y).
3. Hubungan antara Pemilihan Tarif
berdasarkan Berat Barang dan
Pelayanan terhadap Pelanggan
dengan Perolehan Pelanggan
Hasil pengujian hipotesis ketiga
menyimpulkan bahwa terdapat hubungan
positif antara Pemilihan Tarif berdasarkan
Berat Barang dan Pelayanan terhadap
Pelanggan dengan Perolehan Pelanggan.
Hubungan tersebut ditunjukan oleh
signifikansi koefisien regresi F = 40,446
yang sangat signifikan pada taraf
signifikansi α = 0.01. Pola hubungan antara
variable-variabel tersebut ditunjukan oleh
persamaan regresi Y = 6,62 + 0,1162 X1 +
0,26 X2 persamaan ini dapat
memprediksikan bahwa setiap perubahan 1
(satu) unit skor Pemilihan Tarif berdasarkan
Berat Barang dan Pelayanan terhadap
Pelanggan akan mengakibatkan terjadinya
perubahan Perolehan Pelanggan 0,1162 unit
Pemilihan Tarif berdasarkan Berat Barang
dan 0,26 unit skor Pelayanan terhadap
Pelanggan pada konstanta sebesar 6,62.
Dengan menggunakan persamaan
regresi di atas dapat diprediksikan pola
tiangkah laku pengaruh Variabel Pemilihan
tariff berdasarkan berat barang (X1) dan
Pelayanan Terhadap Pelanggan (X2)
terhadap variable Perolehan Pelanggan (Y)
Keterbatasan Penelitian
Peneitian ini telah menghasilkan
generalisasi pada permasalahan yang diteliti
dari obyek pnelitian dalam upaya
mendapatkan hasil serta mencapai tujuan
penelitian yang seoptimal mungkin, dalam
hal ini peneliti telah berupaya secara
30
obyektif sesuai dengan prosedur dan
langkah-langkah tahapan penelitian pada
umumnya, namun demikian peneliti tidak
menutup kemungkinan akan adanya segala
kekurangan yang terdapat dalam penyajian
penelitian maupun dalam proses
pelaksanaan penelitian ini, hal ini juga tidak
tertutup kemungkinan kekeliruan yang
dilakuakn oleh responden sebagai objek
dari penelitian ini.
Kekurangan-kekurangan dan
keterbatasan yang sangat dirasakan oleh
peneliti dalam melaksanakan penelitian ini
terutama berkaitan dengan:
Pertama, angket atau kuisioner
sebagai salah satu instrumen penting yang
dikembangkan untuk menjaring data, obyek
dan sasaran responden dalam penelitian ini
sebagai sumber pertama yang hendak
diambil datanya belumlah sempurna yang
masih perlu lebih banyak lagi
dikembangkan.
Kedua, Penelitian ini hanya dibatasi
pada Perolehan Pelanggan dikaitkan dengan
Pemilihan Tarif berdasarkan Berat Barang
dan Pelayananan PT. ASMAT terhadap
pelanggannya selama ini. Pembatasan
pada dua predictor tentu saja tidak dapat
menggeneralisir keadaan yang
sesungguhnya di lapangan, karena selain
kedua predictor tersebut masih banyak
terdapat predictor lainnya yang tidak
dimasukan dalam penelitian ini.
Ketiga, Pendekatan dalam metode ini
mengunakan pendekatan kuantitatif, yang
tentunya mempunyai berbagai kelemahan,
tetapi dengan segala cara kelemahan itu
berusaha dihilangkan seoptimal mungkin
setidaknya diminimalisir sehingga kesalahan
dan kekurangan yang terjadi seminimal
mungkin.
Keempat, Kelemahan dan kelalaian
responden sulit dihindari, karena secara
langsung responden tidak berkepentingan
dengan penelitian ini, sehingga
kemungkinan responden memberikan
jawaban dengan asal-asalan atau secara
main-main sulit dielakan, hal ini tentu
sangat berpenaruh pada data yang
dihasilkan.
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN
SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang
telah diuraikan, di atas maka dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut ;
1. Terdapat hubungan positif antara
Pemilihan Tarif berdasarkan Berat barang
dengan Perolehan Pelanggan . Hal ini
menggambarkan bahwa apabila sejumlah
Perusahaan responden lebih sering
melakukan pengiriman barang dengan
memanfaatkan jasa kargo PT. TIMIKA
akan dengan sendirinya kegiatan dan
volume penggunaan jasa kargo ini akan
lebih meningkatkan perolehan pendapatan bagi perusahaan Hubungan
kedua Variabel terlihat dari koefisien
korelasi ry1 sebesar 0,385, dan Pemilihan
Tarif berdasarkan Berat barang
memberikan konstribusi terhadap
Perolehan pelanggan Perusahaan
sebesar 14,88%. Sedangkan dari hasil
analisis regersi diperoleh persamaan Y =
11.45 + 0.0925 X1,
2. Terdapat hubungan positif antara
Pelayanan terhadap Pelanggan dengan
Perolehan Pelanggan. Hal ini
menggambarkan bahwa Pelayanan
terhadap Pelanggan yang lebih intensif
akan menyebabkan bertambahnya
frekuensi pengiriman barang oleh
responde atau Pelanggan Perusahaan
secara nyata khususnya dalam
pengiriman barang dengan tarif
berdsasarkan berat barang. Hubungan
kedua Variabel terlihat dari koefisien
31
korelasi sebesar ry2 = 0,6146, dan
Pelayanan terhadap Pelanggan
memberikan konstribusi terhadap
Perolehan pelanggan Perusahaan
sebesar 2,7080%. Sedangkan dari hasil
analisis regersi diperoleh persamaan Y =
7.904 + 0,329 X2, , yang berarti setiap
perubahan atau pertambahan pelayanan
terhadap pelanggan (X2) akan
meningkatkan Perolehan Pelanggan
sebesar 2,7080%.
3. Terdapat hubungan positif antara
Pemilihan Tarif berdasakan berat barang
dan Pelayanan terhadap pelanggan
terhadap Perolehan Pelanggan.
Hubungan tersebut ditunjukan oleh
koefisien korelasi dimana t hitung sebesar
–2,842 dan signifikansi koefisien regresi
F = -16,0 yang sangat signifikan pada
taraf signifikansi = 0.01. Pola hubungan antara variable-variabel
tersebut ditunjukan oleh persamaan
regresi Y = 6.62 + 0,1162 X1 + 0,26 X2
persamaan ini dapat memprediksikan
bahwa setiap perubahan 1 (satu) unit
Pemilihan Tarif berdasarkan Berat barang
akan mengakibatkan terjadinya
perubahan Perolehan Pelanggan pada
konstanta sebesar 6,62.
B. Implikasi Penelitian
Implikasi dari studi penelitian ini
berkaitan dengan upaya para produsen
terutama produsen yang menyediakan jasa
bagi kebutuhan Perusahaan-perusahaan lain
dalam hal ekspedisi pengiriman hasil-hasil
produksi maupun barang-barang yang
berkaitan dengan proses perusahaan tersebut
dapat mempertimbangkan segala asfek
internal dan eksternal yang berkaitan dengan
kepentingan pelanggan, pengguna jasa
pengiriman barang, agar tingkat
kepercayaan dan kesediaan para pengguna
jasa layanan pengiriman terus terjaga. Untuk
itu perlu memperhatiakn beberapa asfek
yang dianggap dominant dalam menjalan
kan usaha dibidang jasa agar tidakseperti ;
1. Strategi Pemasaran
Mencermati opini para pemimpin
bisnis tentang pemasaran, dan
mendapatkan kutipan prioritas mereka
yaitu; Fokus pada pelanggan bakal
menjadi aspek paling penting dalam
pemasaran” untuk menarik minat para
pelanggan baik yang lama maupun
yang baru, perlu dilakukan upaya-
upaya sebagai berikut:
Rebuilding trust harus segera
dikerjakan, melalui Komunikasi
Personal yaitu komunikasi langsung
antar produsen penyedia jasa dengan
calon atau pelanggan, yaitu lebih
sering melakukan face to face selling
Promotion salah satu cara untuk
membangun kembali kepercayaan
masyarakat pengguna jasa. Alasan
bagus untuk mengatakan kebenaran
satu-satunya cara untuk mendapatkan
kepercayaan dan kehormatan orang
lain (dalam Girard, 2001: 59) “karena
itu keterbukaan merupakan kunci
utama dalam menyelesaikan suatu
Krisis dan menarik minat calon
pelanggan… Kebijakan Silent is
Golden …… pada suatu situasi krisis
pada dasarnya kurang menguntungkan
(dalam Kartajaya, 1997: 305) ”karena
itu tidak dapat dipungkiri bahwa berita
dari mulut ke mulut (getok tular),
membuat orang lebih percaya daripada
berita di media masa, atau dengan kata
lain effective promotion people
changed their minds.
Rebuilding communication, melakukan
kegiatan marketing dengan proaktif
karena marketing adalah ujung tombak
bisnis, sedangkan kepercayaan adalah
ujung tombak marketing, ujung
tombak kepercayaan adalah
relationship, ujung tombak
32
relationship adalah communication,
sedangkan ujung tombak
communication adalah listening
listen to your customer, maka
relationship adalah merupakan
pondasi dari bisnis.
Rebuilding relationship, berdasarkan pada kepercayaan (trust) yang akan
menjadi andalan dalam melaksanakan
kegiatan pemasaran. rebuilding trust
adalah langkah awal yang harus
diambil jika perusahaan kehilangan
keepercayaan pelanggan. Empat hal
yang harus diperhatikan dalam
relationship, yaitu:
a. Service:Pelayanan, melayani pelanggan
dan calon pelanggan (dalam Irawan,
2003:32 ) Konsumen adalah para
produsen yang menghasilkan suatu
produk yang membutuhkan kecepatan,
ketepata, keamanan dan kerahasiaan
barang yang dikirimnya agar terjamin
proses produksi selanjutnya, hal ini
menjadi sangat penting, maka pelayanan
dengan memperhitung-kan kepercayaan
orang cukup efektif,semakin baik
pelayanan semakin dekat hubungan
perusahaan dengan pelanggan.
b. Authority: Dalam melayani pelanggan
harus ditangani oleh orang yang
mempunyai wewenang.
c. Confidence: Karyawan yang cakap dan
penuh percaya diri, akan memberi kesan
positip bagi konsumen.
d. Credibility: adalah merupakan dasar dari
komunikasi, semakin kuat kredibiliti
yang dimiliki marketer, semakin percaya
pelanggan pada perusa haan, maka
semakin baik hubungan mereka .
2. Implikasi
Rebuilding relationship, berdasarkan pada kepercayaan (trust).
Rebuilding trust harus segera
dikerjakan untuk membangun kembali
kepercayaan masyarakat apabila
didapat suatu keluhan atau komplen
dari masyarakat pengguna jasa layana
yang disediakan effective
promotion (face to face selling)
people changed their minds.
Rebuilding communication,melakukan kegiatan marketing proaktif, karena
marketing adalah ujung tombak bisnis,
sedangkan kepercayaan adalah ujung
tombak marketing, ujung tombak
kepercayaan adalah relationship, ujung
tombak relationship adalah
communication, ujung tombak
communication adalah listening listen
to your customer, maka relationship
adalah merupakan pondasi dari bisnis.
Empat hal yang harus diperhatikan dalam
relationship, yaitu: Service, Authority,
Confidence, Credibility.
Jadilah sahabat yang siap menolong dan membantu, karena mereka yang
menentukan apakah mereka akan
menggunakan jasa layanan yang kita
sediakan.
Penerapan Modern Dynamic
Marketing sudah waktunya
dipertimbangkan perusahaan, dasar dari
Modern Marketing adalah melakukan
kegiatan marketing dengan proaktif,
tidak menunggu bola tetapi menjemput
bola karena marketing adalah ujung
tombak bisnis.
Produsen, sebaiknya jangan menutup diri
dari luar, dalam menghadapi masalah ini,
karena untuk memperoleh Pelanggan dan
pembentukan image, sebaiknya adakan
face to face selling Promotion dengan
aktif . Know Your Customer Through
Customer Value Determination.
The Customer Value: adalah persepsi keinginan konsumen akan produk dan
jasa, terjadi pada situasi tertentu
sesuai dengan tujuan keinginan itu.
The Customer Satisfaction: Perasaan
(Product image) Konsumen tentang
nilai suatu produk, baik Perasaan yang
33
positip maupun yang negatip.
Perasaan ini bisa terjadi karena
pengalamannya terhadap suatu
layanan atau juga reaksi terhadap satu
kejadian.
The Customer Value The Customer Satisfaction
Select Target Customer setelah
melalui satu analisa penelitian maka
Valid and Reliable Target Customer
Identify Customer Value Dimension Produk jasa layanan Harus parktis dan
ekonomis mudah dimengerti.
Determine Customer Satisfaction with Value Delivery konsumen
menginginkan Produk layanan
harus murah, aman, efisien, tepat
waktu dan sasaran dan gampang
dalam pengurusan birokrasi. Maka
Produsen sebagai penyedia layanan
sebaiknya menyambut/memenuhi
keinginan tersebut.
Perusahaan yang memfokuskan diri
pada pengembangan hubungan yang kuat
dengan pelanggan akan mendapatkan
pertumbuhan penjualan dua kali lipat
dibandingkan dengan perusahaan yang tidak
memikirkan masalah hubungan dengan
pelanggan. Perusahaan yang sama itu dapat
berharap, mendapatkan enam kali lipat
modal kembali yang ditanamkan pada
ekuitas daripada perusahaan yang tidak
membangun ikatan emosi dengan
pelanggannya.
Alasan utama pelanggan
meninggalkan perusahaan adalah
perusahaan itu tidak mau berbicara dengan
mereka sehingga mereka merasa tidak
diinginkan atau diperlakukan dengan buruk.
Dengan menambah nilai merek berarti
berhubungan dengan salah satu atau semua
hal berikut:
Menghemat uang Anda.
Menghemat waktu pelanggan (waktu
sarna dengan uang).
Mengurangi kesalahpahaman (menawarkan layanan yang lebih
cepat / lebih efisien).
Menyesuaikan produk atau layanan
secara khusus dengan
kebutuhan pelanggan.
Customer Care APAKAH
PELANGGAN ITU?
Pelanggan adalah orang atau penguna produk barang dan jasa yang
menentukan sukses tidaknya sebuah
perusahaan dan pekerjanya
Pelanggan adalah orang yang paling penting, baik Pelanggan di kantor,
Pelanggan sebagai pribadi, Pelanggan
lewat telepon atau pun surat
Pelanggan tidak bergantung pada kita tetapi kitalah yang bergantung pada
mereka.
Pelanggan bukan penganggu pekerjaan
kita merekalah yang jadi tujuan kita
bekerja. Kita bisa bekerja karena diberi
kesempatan untuk melayani mereka.
Pelanggan bukan orang luar bagi bisnis kita mereka merupakan bagian kegiatan
bisnis kita.
Pelanggan bukan angka-angka statistik yang beku mereka adalah darah dan
daging yang berperasaan dan punya
emosi seperti kita, juga penuh dengan
bias dan prasangka
Pelanggan bukan orang yang mesti diajak
berdebat atau bertengkar karena tak ada
yang bisa menang berdebat melawan
seorang pelanggan
Pelanggan adalah orang yang menyampaikan segala keinginan kepada
kitaTugas kita adalah menanganinya
demi kemaslahatan mereka dan kita
Bandingkan pesan-pesan tersebut dengan
definisi kata pelanggan pada kamus,
yaitu orang yang membeli, khususnya
yang membeli secara teratur.
Apa yang harus dilakukan agar
mereka menggunakan layanan kita secara
34
teratur? Untuk menjaga kelangsungan
bisnis, yang paling penting adalah
memperhatikan pelanggan (customer care)
dengan baik.
C. Saran
Dalam penelitian ini jelas terlihat
bahwa Perusahaan merupakan pasar
potensial bagi produk-produk layanan jasa
yang disediakan sekaligus juga dapat
dijadikan sebagai agen pemasaran. Namun
tak lepas dari semua itu pihak produsen
penyedia layanan dituntut untuk lebih
tanggap akan kebutuhan para pelanggan, dan
harus pula lebih mengedepankan kualitas
baik itu kualitas layan produk layanannya.
hal ini perlu karena pada umumnya jasa
layanan yang dikebutuhan Pelanggan
sifatnya penting dengan kegiatan pelanggan.
Daftar Pustaka
Cravens, David, Q. Penterjemah : Salim,
Lina. 1996. Pemasaran Strategis.
Jakarta : Erlangga.
Ennew, Christine. Watkins, Trevor. Wright,
Mike. 1995. Marketing Financial
Service. Oxford : Butterwoth
Heinenmann Ltd.
Herlambang, Teddy. Sugiarto. Brastoro.
Kelana, Said. 2001. Ekonomi Makro,
Teori Analisis dan Kebijaksanaan.
Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.
Irawan, Handi, D.2003. Winning Strategy,
Strategi Efektif Merebut dan
Mempertahankan Pangsa Pasar.
Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.
Kartawijaya, Hermawan. 1997. Marketing
Plus 2000 Siasat Memenangkan
Persaingan Global. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama.
Malwani, Hendra. Tjiptoherijanto, Prijono.
1993. perdagangan Internasional,
Pendekatan Ekonomi Mikro &
Makro. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Rangkuti, Freddy. 1997. Riset Pemasaran.
Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama
Saad, Syofyan. 2001. pedoman Penulisan
Tesis PPs UHAMKA. Jakarta :
Program Pascasarjana Universitas
Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA.
Singarimbun, Masri. Effendi, Sofyan. 1998.
metode Penelitian Survai. Jakarta :
LP3ES.
Sudjana. 1996. metode Statistika. Bandung :
Penerbit Tarsito
Aaker , David A. (2001) , Strategic
Market Management , John
Wiley & Sons ,Inc. New York.
Barnes G. James (2003) , Secrets of
Customer Relationship
Management , Mc. Graw Hill
Book.
Brown, Stanley (2000) , Customer
Relationship Management , John
Wiley , & Sons , Canada.
Buchari Alma , (2002) , Manajemen
Pemasaran dan pemasaran Jasa ,
Penerbit Alfabeta, Bandung.
Cravens , David W (1997) , Strategic
Marketing , The Mc Graw Hill
Coy. Inc. Chicago.
Gerson , Richard F (1994) , Marketing
Strategies For Small Business ,
Crisp Pubications.
Handi Irawan (2002) , Prinsip Kepuasan
Pelanggan , Elex Media
Komputindo , Jakarta.
Hermawan Kartajaya (2002) , Mark Pius
on Strategy , PT Gramedia
Pustaka Utama , Jakarta.
Lovelock , Christopher , Wright , Lauen
(2002) , Principles of Service
Marketing and Management ,
Prentice Hall , International , Inc.
Osenton , Tom (2002) , Customer Share
Marketing , Prentice Hall.
Syafrudin Chan (2003) Relationship
Marketing , PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
35
Kaplan , Robert S dan Norton , David P
(1996) , The Balanced Scorecard ,
Translating Strategy into Action ,
Massachusetts , Harvard Business
School Press.
Lingga Purnama , CM (2002) , Strategic
Marketing Plan , PT Gramedia
Pustaka Utama , Jakarta.
36
HUBUNGAN ANTARA KUALITAS DOSEN DAN KUALITAS LULUSAN
POLIBISNIS PERDANA MANDIRI DENGAN MINAT CALON
MAHASISWA POLIBISNIS PERDANA MANDIRI PURWAKARTA
Agus Buntoro
Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Jakarta, Jl. Prof. Dr. G.A.Siwabessy,
Kampus Universitas Indonesia, Depok
ABSTRAK
Penelitian ini pertama_tama bertujuan untuk mengukur seberapa kuat Hubungan antara Kualitas
Dosen dan lulusan mahasiswa Polibisnis Perdana Mandiri dengan minat calon mahasiswa Polibisnis
Perdana Mandiri di Purwakarta. Hipotesis yang akan diuji adalah (1) Terdapat hubungan positif antara
Kualitas Dosen dengan minat calon mahasiswa Polibisnis Perdana Mandiri di Purwakarta. (2) Terdapat
hubungan positif antara lulusan mahasiswa Polibisnis Perdana Mandiri dengan minat calon mahasiswa
Perdana Mandiri di Purwakarta di Purwakarta. (3) Terdapat hubungan positif antara Kualitas Dosen
dan lulusan mahasiswa Polibisnis Perdana Mandiri dengan minat calon mahasiswa Polibisnis Perdana
Mandiri di Purwakarta. Hipotesa diuji dengan alat uji Korelasi produk momen. Mempertajam
keterkaitan tiap variable dengan korelasi regresi.
Penelitian ini dilakukan dengan metode sampling. Random sample di Purwakarta dengan
instrumen penelitian. Dengan menggunakan uji persamaan rit =[ k / k-1][ 1 – ( i 2 / t
2) untuk menguji
reliabilitas penelitian dan formula teknik korelasi produk moment untuk keabsahan penelitian didapat
nilai tingkat reabilitas untuk semua variable tidak kurang dari = 0.9 berarti terletak diluar nilai kritis r
table. (X1 = 964, X2 = 947 dan Y = 945).
Instrumen yand digunakan untuk menjaring data variable Kualitas Dosen adalah angket, hasil
uji coba untuk variable tersebut adalah sebesar rhitung = 0,826, dan variable Kualitas Lulusam Polibisnis
sebesar rhitung = 0,676. Data dianalisis denga statistik deskriptif, untuk pengujian hipotesis digunakan
statistik korelasi dan regresi.
Hasil penelitian menjunjukan bahwa pertama tedapat hubungan positif antara kualitas dosen
dengan calon mahasiswa Polibisnis Perdana Mandiri dengan persamaan regresi Y = 22.69 0.135 X1.
Kedua terdapat hubungan positif antara kualitas lulusan dengan minat calon mahasiswa Polibisnis
Perdana Mandiri dengan persamaan regresi Y = 7.56 + 0,215 X2. Ketiga terdapat hubungan antara
Kulaitas Dosen dan Lulusan Terhadap Minat Calpm Mahasiswa Polibisnis Perdana Mandiri dengan
persamaan regresi Y = 927.58 + 0,354 X1 + 0.3823 X2.
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat membantu Polibisnis Perdana Mandiri di Purwakarta
dalam menjaring minat calon mahasiswa (Y) dapat lebih ditingkatkan lagi promosi tentang kualitas
dosen (X1) dan kualitas lulusan Polibisnis (X2).
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Kualitas pendidikan tidak bisa
terlepas dari peranan sumber daya manusia
terutama staf pengajar / dosen yang akan mentransfer ilmu dan memberikan pelatihan
(skill) kepada anak didik dalam proses
belajar mengajar. Dengan demikian peranan
staf pengajar/ dosen tidak dapat diabaikan
begitu saja atau dengan kata lain peranan
staf pengajar adalah sangat strategis dan
sangat penting dalam mencerdaskan bangsa
dalam kaitannya dengan pembangunan secara nasional. Karena ini merupakan salah
satu faktor dalam membantu masyarakat
37
dalam menghadapi kemajuan teknologi yang
mendunia.
Kualitas pendidikan harus diletakkan
pada proses dan tujuan akhir
penyelenggaraan pendidikan. Dengan kata
lain, mutu pendidikan merupakan visi dan
misi yang harus dicapai dan semua strategi
harus diarahkan untuk itu. Sebagai salah
satu strategi untuk mencapai mutu
pendidikan yang diharapkan, maka sejak
awal tahun 2001 bergulir paradigma sistem
pendidikan yang terdesentralisasi.
Berkaitan dengan kualitas menrut
Lina Salim bawa “keberhasial Jepang telah
memberikan pengertian peningkatan mutu
akan meningkatkan produktifitas, menekan
biaya, memperbaiki posisi bersaing dan
menambah kepuasan kerja, berbeda dengan
pandangan Amerika di tahun 1980an bahwa
mutu yang tinggi mengisyaratkan biaya
yang tinggi”1. Jadi kualitas yang baik akan
memperbaiki posisi bersaing Polibisnis
dalam masyarakat yang akan memilih
perguruan tinggi.
Kualitas dosen adalah kinerja dosen
dalam melaksanakan tugasnya baik secara
kualitas maupun kuantitas pada waktu yang
dimanfaatkan dalam melakukan proses
belajar mengajar, hal tersebut sangatlah
dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya;
tingkat penghasilan (gaji tetap, uang berdiri
per jam, uang pembimbing, membuat soal,
memeriksa jawaban siswa ujian dll. ,
pendidikan (minimal S2), disiplin kerja,
kesempatan berprestasi (jenjang karier,
ketua jurusan dll.), motivasi ketrampilan
(memberikan pelatihan (skill) dan lab.
Komputer, lab. Bahasa, lab. Listrik dll.)
Dari beberapa faktor tersebut yang
dapat mempengaruhi kinerja dosen yang
terpenting adalah pendidikan, ketrampilan
dan motivasi, karena dosen yang masih
tinggi motivasinya akan bekerja dengan
disiplin dan bertanggung jawab sehingga
sangat memungkinkan mencipatakan lulusan
Polibisnis Perdana Mandiri yang bermutu
baik pula dan lulusan Polibisnis Perdana
Mandiri akan mdah terserap oleh industri.
Hal ini dapat terlihat dari permintaan
perusahaan terhadap tenaga kerja lulusan
Polibisnis Perdana Mandiri di Purwakarta,
Bandung dan Jawa Barat pada umumnya.
Dengan demikian calon mahasiswa,
terutama yang ingin cepat bekerja sangatlah
mungkin memilih Polibisnis Perdana
Mandiri.
1.2. Tujuan Tujuan penelitian ini ingin
membuktikan dan memperoleh gambaran
tentang hubungan antara Kualitas Dosen dan
lulusan Polibisnis Perdana Mandiri dengan
minat calom mahasiswa Polibisnis Perdana
Mandiri di Purwakarta.
2. Teori
2.1. Pengertian Jasa Pendidikan Lembaga pendidikan adalah sebuah
kegiatan yang melayani konsumen yaitu
siswa, mahasiswa dan juga masyarakat
umum yang dikenal sebagai stakeholder.
Lembaga pendidikan pada hakekatnya
bertujuan memberikan layanan, dan pihak
yang dilayani ingin memperoleh kepuasan
atas layanan tersebut yang berupa fisik
bangunan sampai guru atau dosen yang
bermutu. Ini semua akan bermuara kepada
sasaran memuaskan konsumen yang menjadi
sasaran pokok dari marketing lembaga
pendidikan. Jadi marketing jasa pendidikan
berarti kegiatan lembaga pendidikan
memberikan layanan atau menyampaikan
jasa pendidikan kepada konsumen dengan
cara yang memuaskan. Produk yang
dihasilkan oleh perguruan tinggi [Bowen,
1971, hal 42 adalah instruction, research,
public services dengan menggunakan
berbagai sumberdaya berupa labor, land,
durable capital, non durable services and
supplies. Hal tersebut tercermin di dalam
tridarma perguruan tinggi, yaitu terdiri dari
38
pendidikan dan pengajaran, penelitian, pengabdian masyarakat.
Sebagaimana halnya pada industri perguruan
tinggi juga menggunakan sumberdaya–
sumberdaya berupa tenaga, property dan
modal, yang kelak dirubah menjadi produk
sebagai hasil dari pelaksanaan fungsi
perguruan tinggi. Semua sumberdaya
tersebut digunakan oleh perguruan tinggi
untuk menghasilkan produk dalam bentuk
pendidikan dan pengajaran, penelitian serta
pengabdian pada masyarakat. Apalagi
perguruan tinggi menggunakan sumberdaya
yang bermutu tinggi dan menghasilkan
produk yang lebih baik dari perguruan tinggi
lainnya, maka akan memperoleh efek
samping yang positif dalam pergaulan
kampus. Perubahan kultur dan kepribadian
dari hasil interaksi di kampus sangat
diharpakan, yang kelak membantu
pengembangan karier dan kepemimpinan
mahasiswa setelah mereka lulus dan terjun
ke masyarakat karier dan kepemimpinan
mahasiswa setelah mreka lulus dan terjun ke
masyarakat. Para mahasiswa memainkan
peranan yang sangat penting, karena mereka
adalah generasi muda yang akan
menggantikan generasi tua sebagai
pemimpin baru. Oleh sebab itu, mahasiswa
merupakan unsur yang sangat penting yang
perlu dibina dan mereka juga merupakan
bagian dalam proses pemasaran suatu
perguruan tinggi. Berikut ini digambarkan
suatu model penawaran dengan tujuan akhir
adalah meningkatkan jumlah peminat [calon
mahasiswa].
Gambar 2 – 1: Model penawaran jasa pendidikan tinggi
Umpan Balik
Keterangan: P1 = Product; P2 = Price; P3 = Place: P4 = Promotion; P5 = People;
P6 = Phisical Evidence; P7 = Process
PT P4
P3
P2
P1
P5
P6
P7
Akademik
Sosio Kultural
SPP dan lainnya
Lokasi
Promosi
Pimpinan
Fasilitas
Proses Belajar
Mahasiswa
Calon
Mahasiswa
39
Pengertian Kualitas Dosen Dosen dalam ilmu marketing adalah
termasuk ke dalam Kualitas Pelayanan yang
akan dijual oleh Polibisnis Perdana Mandiri
maka teori yang akan menunjang adalah
teori tentang Kualitas Pelayanan. Kenapa
seorang customer memilih Politeknik lain?
Jawabannya juga tentu sangat kompleks
tetapi walaupun begitu kita dapat
mempelajari bagaimana meningkatkan mutu
seorang dosen, dilihat dari dasar pemikiran
Kualitas Staf Pengajar / Dosen tersebut
adalah knowledge, skill dan kemampuan
yang diperlukan untuk merangkum teori
konsep dan metode proses belajar mengajar
serta teknis lainnya yang dikuasai secara
multi disipliner untuk menganalisis kondisi
eksternal dan internal Polibisnis Perdana
Mandiri, dalam proses perumusan strategi
yang dapat memacu impementasi dan
pengendalian yang efektif untuk mencapai
keunggulan daya saing atau posisi strategis
Polibisnis Perdana Mandiri.
Pengertian Pengaruh Kualitas Lulusan
Mahasiswa pada Pemasaran (menarik
minat mahasiswa)
Kelulusan mahasiswa dalamilmu
marketing adalah termasuk ke dalam Output
Polibisnis Perdana Mandiri tetapi karena
Output tersebut adalah manusia maka
menjadi tidak sesederhana teori mengenai
Output. Karena selain sebagai Output,
kelulusan Polibisnis Perdana Mandiri juga
bisa menjadi Sales People Polibisnis
Perdana Mandiri.
Mahasiswa yang telah lulus dari
Polibisnis Perdana Mandiri akan menjadi
Sales people atau bahkan akan menjadi iklan
buruk bagi Polibisnis Perdana Mandiri,
karena itu menghasilkan lulusan yang
bermutu adalah sangat penting bagi
Polibisnis Perdana Mandiri karena
diharapkan para lulusan Polibisnis Perdana
Mandiri yang akan aktif di masyarakat akan
turut mempromosikan Polibisnis Perdana
Mandiri, juga semakin banyak lulusan
Polibisnis Perdana Mandiri yang dapat
bekerja di industri maka akan menjunjung
nama baik Polibisnis Perdana Mandiri.
Menurut Kartajaya, seorang
Enlightened Customer (Konsumen yang
sudah tercerahkan) dia bukan konsumen
uang berda dalam “gelap” tetapi, dia punya
pandangan jauh kedepan dan bisa
mempengaruhi orang lain, biasanya
konsumen tersebut adalah konsumen yang
well educated. Maka lulusan Polibisnis
dalam hal ini merupakan konsumen yang
tercerahkan yang dapat menilai Polibisnis
Perdana Mandiri langsung dari dalam,
dengan demikian melalui mutu yang
diberikan maka secara tidak langsung
mereka akan pula menjadi penyebar iklan
dengan cara getok tular atau menjadi sales
people Polibisnis Perdana Mandiri.
Kebanyakan keberhasilan para Sales
People karena mereka berfikir positip denga
menganggap tantangan bukan merupakan
masalah tetapi merupakan sebuah
kesempatan, memang benar positive
thinking dan rasa optimis harus selalu
ditumbuhkan ke dalam pikiran mahasiswa
Polibisnis Perdana Mandiri, karea itu jangan
pernah berhenti memikirkan masa depan
pemasaran Polibisnis Perdana Mandiri
walaupun sedang berada pada puncak
kejayaan.
“Satisfaction Outcomes adalah
harapan semua produsen terhadap
konsumennya, karena bisa jadi Satisfaction
Outcomes berupa kesaksian atau promosi
getok tular (dari mulut ke mulut) promosi
yang dilakukan oleh konsumen jauh lebih
efektif dari pada iklan TV. Demikian juga
dengan Polibisnis Perdana Mandiri.
Pengertian Minat Calon Mahasiswa
Minat calon mahasiswa dapat terlihat
pada pendaftar calon mahasiswa di
40
Polibisnis Perdana Mandiri di Purwakarta,
jika banyak pendaftar maka berarti minat
calon mahasiswa tinggi dan sebaliknya jika
sedikit pendaftar maka berarti minat calon
mahasiswa rendah. Untuk mengetahui hal
tersebut maka dalam ilmu marketing calon
mahasiswa tetap disebut customer maka
teori yang akan menunjang adalah teori
tentang customer. Kenapa seorang customer
membeli produk orang lain dalam hal ini
mereka memilih Politeknik Negeri Jakarta
yang jauh di Depok ketimbang Polibisnis
Perdana Mandiri di Purwakarta tempat
tinggal mereka?, jawabannya tentu sangat
komples tetapi walaupun begitu kita dapat
mempelajari kebiasaan seorang customer
membeli dari teori Customer Behaviour
a. Customer Behaviour
b. Buying Behaviour
c. Customer Value
d. Customer Satisfaction
3. Metodologi Penelitian
3.1. Teknik Pengumpulan Data Penelitian akan dilakukan dengan
cara penelitian langsung ke lapangan (field
research) yaitu pengumpulan data melalui
wawancara dengan questioner yang akan
sudah disiapkan, sedangkan isi pokok
questioner adalah pertanyaan mengenai
bagaimana Polibisnis Perdana Mandiri
bergelut dengan persaingan menarik calon
mahasiswa, berapa besar pengaruh kelulusan
Polibisnis Perdana Mandiri terhadap
kegiatan pemasaran Polibisnis Perdana
Mandiri, sedangkan data yang dibutuhkan
adalah data yang dapat diukur sehingga
dapat diketahui pengaruhnya terhadap
tindakan pemasaran Polibisnis Perdana
Mandiri yang harus diambil dan data intern
Polibisnis Perdana Mandiri yang dapat
memberikan informasi.
Sample yang diambil adalah
mahasiswa Polibisnis Perdana Madiri yang
ada di Purwakarta. Sedangkan alat ykur
yang digunakan adalah dengan bantuan
formula matematis misalnya statistik data
kualitatif yang sudah dikumpulkan
akandiolah menjadi data kuantitatif untuk
dapat mengukur dan menguji
keakuratannua. Disamping Library Research
yang akan dapat menjadi acua penulisan.
Metode penelitian ini dilakukan denga
melaksanakan survey langsung di Polibisnis
di Purwakarta tempat penulis dengan
mengambil sample sesua dengan data yang
dibutuhkan.
3.2. Teknik Analisis Data Selain data terkumpul pada
penelitian ini lalu dianalisis dengancara
statistik yaitu suatu proses penyederhanaan
data ke dalam bentuk dan susunan yang
lebih sederhana dan mudah dibaca dan di
interpretasikan, baik secara statistik
deskriptif maupun statistik inferensial yang
akan digunakan untuk menyajikan data
masing-masing variable penelitian secara
tunggal ataupun secara bersama sama.
Misalnya akan diuji setiap data dengan uji
homogenitas, uji normalitas, korelasi,
regresi, statistik deskriptif (menghitung
Median. Modus, Mean) sesuai dengan
kebutuhan analisa datanya.
4. Hasil Analisis dan Pembahasan Analisis korelasi yang dilakukan
untuk tiap variable didapat hasil sebagai
berikut: Dari hasil perhitungan korelasi
menunjukan bahwa antara variable Kualitas
Dosen dan variable Kualitas Lulusan
Polibisnis, baik sendiri-sendiri maupun
bersama-sama mempunyai hubungan yang
positif dengan variable Minat Belajar.
Dengan demikian hubungan yang
terjadi antara variable tersebut menunjukkan
bahwa variable Kualitas Dosen dan variable
Kualitas Lulusan Polibisnis dapat
berdampingan mempengaruhi variable
Minat Belajar. Dengan kata lain peningkatan
intensitas kegiatan Kualitas Lulusan
Polibisnis dan Kualitas Dosen dapat
41
meningkatkan Minat Belajar, hubungan
positif variable Kualitas Dosen dan variable
Kualitas Lulusan Polibisnis dapat
menjelaskan atau bahkan meramalkan atau
sebagai predictor, terhadap Minat Belajar,
dan Minat Belajar sebagai respon dari
variable Kualitas Dosen dan variable
Kualitas Kelulusan.
Seberapa kuat hubungan antara
prediktor dengan respon, sehingga predictor
dapat digunakan sebagai dasar untuk
menelusuri, menjelaskan dan meramalkan
terjadinya perubahan respon, untuk itu perlu
ditelaah seberapa besar sumbangan atau
kontribusi preditor terhadap respon dengan
melihat besarnya koefisien arah persamaan
garis regresi.
Dari studi yang dilakukan terlihat
bahwa Kualitas Lulusan Polibisnis
mempunyai hunungan yang positif dengan
Minat belajar. Ini juga berlaku bagi Kualitas
Dosen.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang
telah diuraikan diatas maka dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
a. Terdapat hubungan positif antara
Kualitas Dosen dengan Minat Belajar.
Hal ini menggambarkan bahwa Kualitas
dosen yang lebih baik atau tinggi akan
menyebabkan naiknya minat belajar di
Polibisnis, ini membuktikan bahwa
kualitas dosen menjadi salah satu
pertimbangan calon mahasiswa dalam
memilih lembaga pendidikan atau
perguruan tinggi.
b. Terdapat hubungan positif antara lulusan
Polibisnis dengan Minat Belajar. Hal ini
menggambarkan bahwa lulusan
Polibisnis yang lebih baik akan
menyebabkan bertambahnya wawasan
dan pandangan serta keinginan calon
mahasiswa untuk memilih Polibisnis
Perdana Mandiri sebagai tempat
menuntut ilmu.
c. Pengambilan keputusan untuk kuliah di
Polibisnis Perdana Mandiri dipengaruhi
oleh interpersonal determinant (yang
menentukan antar individu) dan personal
determinant (yang menentukan terhadap
individu).
Saran-saran
Dalam penelitian ini jelas terlihat
bahwa Kualitas dosen dan kelulusan sangat
berpotensi sebagai alat untuk menarik minat
calon mahasiswa sekaligus jugta dapat
dijadikan sebagai agen pengenalan dan
promosi. Namun tak lepas dari itu semua
pihak pengelola dituntut untuk lebih tanggap
akan kebutuhan pasar tenaga kerja, dan
harus pula lebih mengedepankan kualitas,
baik itu Dosen maupun kelulusannya.
Karena keterbatasan dalam
penelitian ini, maka perlu diadakan
penelitian lebih mendalam agar dapat
diketahui pola dan sistem belajar yang baik,
melalui pola dan system belajar ini dapat
ditingkatkan kualitas kelulusan.
Dengan lebih banyak lagi melibatkan
partisan dan variable-variable lainnya yang
belum dimasukkan dalam penelitian ini
diharapkan akan lebih tergambar situasi
yang lebih mendekati dengan keadaan
lembaga dan prospeknya ke masa depan.
KEPUSTAKAAN
Barnes, James, G.2003. Secret of Customer
Relationship Management Penterjemah: Winardi, Andreas.
Yogyakarta: Penerbit Andi
Boone, Iouis, E Kurtz, David, L. 1996.
Contemporary Marketing. New York:
The Dryden Press
Cravens, David, W. Penterjemah: Salim,
Lina. 1996. Pemasaran Strategis.
Jakarta: Erlangga
Foster, Timothy, R, V. Penterjemah: Agus
Teguh H. 2002. Customer Care.
42
ANALISIS KUALITAS PELAYANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KOTA DEPOK
Ahmad Abror, S.E., M.M.
Heri Abrianto, S.E., M.M.
Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Jakarta, Jl. Prof. Dr. G.A.Siwabessy,
Kampus Universitas Indonesia, Depok
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas pelayanan relatif Rumah Sakit Umum
Daerah di Kota Depok, dan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara jasa pelayanan
kesehatan yang diterima pasien dengan harapannya. Penelitian dilakukan dengan metode
random sampling. Data diperoleh langsung melalui wawancara terhadap pasien/keluarga
pasien dengan menggunakan kuesioner tertutup. Untuk menguji hipotesis yang diajukan, maka
teknik ujinya dengan T-test, yaitu berdasarkan perbandingan nilai t hitung dengan ttabel.
Hasil penelitian menyimpulkan hal-hal sebagai berikut: Terdapat perbedaan antara
kenyataan dan harapan responden terhadap kualitas pelayanan di RSUD Kota Depok. Rata-rata
kenyataan kualitas yang dirasakan responden sebesar 3,653, sedangkan harapan responden
terhadap pelayanan adalah 4,096. hasil perhitungan statistik dengan menggunakan peralatan paired sample test membuktikan bahwa nilai t-hitung pada df=99, sig α=5% sebesar 3,172,
sedangkan nilai t-tabel dua ekor pada df=120, sig
berarti bahwa nilai t-hitung > t-tabel. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa harapan
responden terhadap pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok lebih tinggi dari
kenyataan yang mereka rasakan.
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak manajemen dalam pengambilan
keputusan pelayanan rumah sakit di masa-masa yang akan datang. Dengan adanya penelitian
ini, diharapkan Pemerintah Kota Depok dan para stake holder rumah sakit dapat mempelajari
guna memperbaiki fasilitas pelayanan publik, khususnya pelayanan kesehatan rumah sakit di
Kota Depok.
Key word: pelayanan, rumah sakit, pasien, pengalaman dan harapan
Latar Belakang Masalah
Kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi dewasa ini telah mengakibatkan
sektor jasa tumbuh secara signifikan. Hal ini
sejalan dengan peningkatan kesejahteraan
dan kebutuhan masyarakat sehingga turut
meningkatkan permintaan terhadap produk
dan jasa yang mampu memberikan
kenyamanan dan meningkatkan kualitas
hidupnya. Dinamika pertumbuhan sektor
jasa dalam skala global terlihat dari
kontribusinya terhadap perekonomian dunia
yang kini telah mendominasi sekitar dua
pertiganya. Sementara itu di Indonesia,
sumbangan sektor jasa terhadap
perekonomian telah mencapai hampir 30%.
Kontribusi ini dapat dilihat dari segi
pendapatan maupun kemampuannya
menyerap sebagian besar suplai tenaga kerja
(Lupiyoadi, 2001 : 2 ).
Fenomena baru dalam bidang ini
tentu saja merupakan suatu peluang yang
43
sangat menguntungkan bagi perusahaan-
perusahaan yang bergerak di bidang jasa.
Akan tetapi di Indonesia khususnya di
Depok sendiri, buruknya kualitas jasa
(pelayanan) atau manajemen jasa yang
diberikan perusahaan kepada konsumen
sudah sejak lama disadari. Hal ini tentu saja
berdampak pada ketidakpuasan konsumen
dan kerugian bagi perusahaan.
Kota Depok yang berpenduduk
1.470.002 jiwa pada akhir tahun 2008 lalu,
hanya memiliki satu Rumah Sakit Umum
milik Pemerintah Daerah Kota Depok.
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok
(RSUD Depok) yang berada di Jalan Raya
Mochtar Sawangan Depok berdiri dan
diresmikan pada hari kamis tanggal 17 April
2008, dan mulai beroperasi pada hari jumat
tanggal 18 April 2008.
Perlu diketahui bahwa RSUD Depok
mulai dibangun pada awal tahun 2005 dan
waktu itu direncanakan buka pada akhir
tahun 2005.
Berbagai hambatan muncul mulai dari dana,
perizinan, Perda hingga kesiapan b. Fasilitas
Rawat Inap
karyawan baik Medis, paramedis
maupun Administratif. Akan tetapi usaha
dan harapan Pemerintahan Kota Depok tidak
pernah putus, demi memenuhi kebutuhan
masyarakat Depok akan adanya RSUD.
Hingga akhirnya RSUD bisa berdiri dan
beroperasi seperti sekarang ini. Sejak
Rumah Sakit ini didirikan mempunyai visi
dan misi sebagai berikut :
Visi: RUMAH SAKIT PRIMA DAN
MANDIRI TAHUN 2008 SERTA
RUMAH SAKIT TYPE B
PENDIDIKAN TAHUN 2011.
Misi: Memberi pelayanan paripurna yang
bermutu kepada seluruh lapisan masyarakat
melalui organisasi pembelajar, SDM yang
professional, produktif, dan berkomitmen,
serta manajemen yang efektif dan mandiri.
MOTTO: Memberikan Pelayanan yang
CERIA (Cepat, Efektif, Ramah, Inovatif,
Aman) dan Professional. Untuk dapat
mencapai visi and misi di atas, RSUD
Depok menyediakan sarana dan prasarana
yang dibutuhkan serta tenaga medis yang
mendukung. Adapun sarana yang telah
tersedia saat ini adalah sebagai berikut:
1. Fasilitas Pelayanan Kesehatan
1. Unit Gawat Darurat (buka 24 jam)
2. Kamar Bersalin (buka 24 jam)
3. Kamar Operasi
4. Poliklinik Spesialis Kebidanan dan
Kandungan
5. Poliklinik Spesialis Bedah
6. Poliklinik Spesialis Penyakit Dalam
7. Poliklinik Gigi dan Mulut
8. Poliklinik Anak
9. Poliklinik Psikiatri
10. Poliklinik Anastesi
11. Poliklinik DOT (Pengobatan TBC)
12. Laboratorium
13. Radiologi
14. Farmasi
2. Fasilitas Rawat Inap
No Ruang Rawat
Inap
Kelas Kapasitas
1 R. Elang II 4 Tempat Tidur
2 R. Maleo III 8 Tempat Tidur
3 R. Garuda III 8 Tempat Tidur
4 R. Kakatua III 8 Tempat Tidur
5 R. Phoenix Isolasi 2 Tempat Tidur
6 R. Pipit Perinatologi 5 Inkubator
7 R. Nuri III 8 Tempat Tidur
8 R. Cendrawasih III 8 Tempat Tidur
9 R. Merak III 8 Tempat Tidur,
6 Box Bayi
10 R. Kepodang Isolasi 2 Tempat Tidur
Jumlah tempat
tidur
67 Tempat Tidur
44
Hal ini tentu saja merupakan sebuah
keberhasilan bagi pihak manajemen RSUD
Kota Depok, untuk terus berupaya
meningkatkan kualitas pelayanan agar
dapat bertahan, bersaing dan menjadi
pilihan konsumen.
Dalam bisnis jasa, kualitas lebih
banyak ditentukan oleh para pemakai jasa
tersebut. Oleh karena itu evaluasi terhadap
pelayanan jasa Rumah Sakit ini perlu
dilakukan terus menerus. Salah satu cara
yang dilakukan adalah dengan menggunakan
user-based approach (pendekatan
konsumen). Pendekatan ini di dasarkan
pada pemikiran bahwa kualitas tergantung
pada orang yang memandangnya, sehingga
produk-produk yang paling memuaskan
preferensi seseorang merupakan produk
yang berkualitas. Kebutuhan dan keinginan
konsumen sangat berbeda, sehingga kualitas
bagi seseorang adalah sama dengan
kepuasan maksimum yang dirasakannya.
Dengan demikian untuk mengetahui apa
yang diinginkan konsumen, kiranya
informasi-informasi perlu digali dari pihak
konsumen, dimana hasilnya dapat dijadikan
umpan balik dan pengendalian dari pihak
manajemen Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Depok.
Perumusan Masalah
Permasalahan utama dalam
penelitian ini adalah: “Bagaimanakah
kualitas pelayanan Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Depok? Apakah terdapat
perbedaan antara jasa pelayanan yang
diterima dengan jasa pelayanan yang
diharapkan?
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kualitas pelayanan relatif RSUD
Kota Depok sekaligus mengukur ada
tidaknya perbedaan antara jasa pelayanan
kesehatan yang diterima pasien dan
harapannya.
Penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi pihak manajemen dalam
pengambilan keputusan pelayanan rumah
sakit di masa-masa yang akan datang. Hasil
penelitian ini diharapkan juga dapat
membantu pemerintah dan para stake holder
rumah sakit dalam meningkatkan kualitas
pelayanan publik, khususnya pelayanan
kesehatan rumah sakit di Kota Depok.
Pengertian Jasa
Lupiyoadi (2001:5) mengemukakan
bahwa pada dasarnya jasa merupakan semua
aktivitas ekonomi yang hasilnya tidak
merupakan produk dalam bentuk fisik atau
konstruksi, yang biasanya dikonsumsi pada
saat yang sama dengan waktu yang
dihasilkan dan memberikan nilai tambah
(seperti misalnya kenyamanan, hiburan,
kesenangan atau kesehatan) atau pemecahan
masalah yang dihadapi konsumen.
Sejalan dengan itu, Kotler (2000,
486) mendefinisikan jasa sebagat setiap
tindakan yang ditawarkan oleh suatu pihak
kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak
berwujud dan tidak mengakibatkan
kepemilikan apapun. Produksinya dapat
dikaitkan atau tidak dikaitkan dengan suatu
produk fisik.
Dari definisi jasa di atas kelihatan
bahwa di dalam jasa selalu ada aspek
interaksi antara pihak konsumen dan
produsen jasa, meskipun pihak-pihak yang
terlibat tidak selalu menyadari. Jasa juga
bukan merupakan barang, jasa adalah suatu
proses atau aktivitas dan aktivitas tersebut
tidak berwujud.
Karakteristik Jasa
Menurut Kotler (2000:488), jasa
memiliki empat karakteristik utama.
Keempat karakteristik tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut :
1. Intangible (tidak berwujud)
45
Suatu jasa mempunyai sifat tidak
berwujud, tidak dapat dirasakan dan
dinikmati sebelum dibeli oleh konsumen.
2. Inseparability (tidak dapat dipisahkan)
Pada umumnya jasa diproduksi dan
dikonsumsi pada waktu bersamaan, tidak
seperti produk fisik yang dibuat terlebih
dahulu, baru dikonsumsi.
3. Variability (bervariasi)
Jasa senantiasa mengalami perubahan,
tergantung pada siapa penyedia jasa,
siapa penerima jasa dan kondisi dimana
jasa tersebut diberikan.
4. Perishability (tidak tahan lama)
Jasa merupakan komoditi tidak tahan
lama dan tidak dapat disimpan. Kamar
hotel yang tidak dihuni atau seorang
mahasiswa yang tidak mengikti jam
kuliah yang ditetapkan akan berlalu atau
hilang begitu saja karena tidak dapat
disimpan. Dengan demikian jika jasa
tidak digunakan, maka jasa tersebut akan
berlalu begitu saja.
Klasifikasi Jasa
Kottler (2000:487) mengklasifikasikan jasa
dalam lima kelompok, yakni:
1. Barang berwujud murni
Di sini hanya terdiri dari barang
berwujud seperti sabun, pasta gigi, dll.
dimana tidak ada jasa yang menyertai
produk tersebut.
2. Barang berwujud yang disertai jasa
Disini terdiri dan barang berwujud yang
disertai dengan satu atau lebih jasa untuk
mempertinggi upaya daya tarik
pelanggan.
Contoh: Produsen mobil yang rnenjual
mobil disertai pelayanan pasca jual
3. Campuran
Disini terdiri dan barang dan jasa dengan
proporsi yang sama. Contohnya:
Restoran yang didukung oleh makanan
dan pelayanannya.
4. Jasa utama yang disertai barang dan jasa
tambahan
Disini terdiri jasa utama dengan jasa
tambahan dan atau barang pelengkap.
Pada kelompok jasa ini, diperlukan
barang-barang berwujud dan jasa
tambahan sebagai pendukung agar jasa
tersebut dapat terealisasi dengan baik,
walaupun komponen utamanya adalah
jasa.
5. Jasa Murni
Disini hanya terdiri dari jasa murni.
Mmisalnya seperti: jasa pengacara, jasa
pengasuh bayi dan lain-lain.
Sementara itu, Lupiyoadi (2001:16)
mengklasifikasikan jasa dengan dua cara
antara lain:
1. Didasarkan atas tingkat kontak
konsumen dengan pemberi jasa sebagai
bagian dan sistem saat jasa tersebut
dihasilkan. Berdasarkan kriteria ini,
dapat dikelompokkan pada dua bentuk:
a. High-contact system. Konsumen
harus menjadi bagian dari system
apabila ingin mengkonsumsi jasa.
Misalnya jasa pendidikan, rumah
sakit dan transportasi.
b. Low-contact system. Konsumen tidak
perlu menjadi bagian dari system
untuk mengkonsumsi jasa. Seperti
pada jasa reparasi mobil, konsumen
tidak harus terlibat pada saat
mobilnya yang rusak diperbaiki oleh
teknisi.
2. Diklasifikasikan berdasarkan
kesamaannya dengan operasi
manufaktur. Dengan cara ini jasa dapat
dikelompokkan ke dalam tiga
kelompok:
a. Pure service, kelompok ini
merupakan jasa yang tergolong high
contact dengan tanpa persediaan,
dengan kata lain benar-benar sangat
berbeda dengan manufaktur.
46
Contoh: Jasa tukang cukur dan
bidan, mereka memberikan
perlakuan khusus (unik) dan
memberikan jasanya pada saat
konsumen ada.
b. Quasi manufacturing service,
kelompok jasa ini termasuk jasa yang
sangat low contact dan konsumen
tidak harus menjadi bagian dan
proses produksi jasa. Contoh: jasa
perbankan, asuransi, kantor pos dan
lain-lain.
c. Mixed service, merupakan kelompok
jasa dengan tingkat kontak
menengah yang menggabungkan
beberapa sifat pure-service dengan
Quasi manufacturing service.
Contoh: Jasa pemadam kebakaran,
mobil ambulan, dan lain-lain.
Pengertian dan Kualitas Pelayanan
Pelayanan berkaitan erat dengan
unsur jasa, sehingga pelayanan sering pula
disebut sebagai jasa pelayanan. Jasa yang
dimaksudkan disini adalah jasa yang
dipasarkan oleh perusahaan dengan motif
mencari laba.
Menurut Sufi (1991:10) tuntutan
pelayanan semakin meningkat seiring
dengan peningkatan tingkat pendidikan dan
perbaikan perekonomian bangsa. Oleh
karena itu perlu diantisipasi melalui konsep
yang dapat menciptakan citra baik di mata
konsumen.
Agar jasa pelayanan dapat
memuaskan konsumen, maka produsen
harus mampu memenuhi kebutuhan dan
keinginan mereka. Menurut Suprapto (1992
: 209), kebutuhan – kebutuhan tersebut
antara lain:
1. Kebutuhan fisik yaitu kebutuhan terhadap
produk yang sesuai dengan karakteristik
yang dipublikasikan.
2. Kebutuhan emosi yaitu kebutuhan yang
diukur dari emosi pelanggan yang lebih
ditekankan pada sisi humanisme.
3. Kebutuhan lingkungan yaitu kebutuhan
yang diukur dari lingkungannya,
misalnya show room dan sumber daya
yang berkualitas.
Usaha melayani konsumen secara
sempurna tidak hanya dilakukan dengan
memberikan senyum saja, namun
membutuhkan suatu sistem tertentu.
Pelayanan konsumen berarti memberikan
kepada konsumen paling kurang apa yang
telah dijanjikan sebelumnya. Karena
tuntutan terhadap kualitas pelayanan
semakin meningkat tinggi, maka sistem
pelayananpun semakin ditingkatkan demi
menjaga citra yang telah ada di mata
konsumen.
Agar lebih jelasnya, konsep
pelayanan sehubungan dengan kepuasan
konsumen (pasien) menurut Sitompul
(1994:41) dapat dirumuskan sbb:
Kepuasan Pelanggan = PelangganExpektasi
PelangganPersepsi
Keterangan:
- Persepsi pelanggan: apa yang dipikirkan akan sesuatu yang sudah diperoleh
melalui transaksi.
- Expektasi pelanggan: merupakan apa yang dipikirkan akan diperoleh melalui
transaksi.
Kualitas pelayanan dibangun atas
adanya perbandingan dua faktor utama
yaitu: tanggapan pelanggan atas layanan
yang nyata mereka terima dengan layanan
yang sesungguhnya diharapkan dan
diinginkan. Jika kenyataan lebih dari yang
diharapkan, maka layanan dapat dikatakan
bermutu sedangkan jika kenyataan kurang
dari yang diharapkan, maka layanan
dikatakan tidak bermutu. Dan apabila
kenyataan sama dengan harapan, maka
layanan disebut memuaskan.
Dengan demikian Parasuraman,
et.all, (Lupiyoadi, 2001:148)
mendefinisikan kualitas pelayanan sebagai
seberapa jauh perbedaan antara kenyataan
47
dan harapan pelanggan atas layanan yang
mereka terima.
Keunggulan suatu produk jasa adalah
tergantung dari keunikan serta kualitas yang
diperlihatkan oleh jasa tersebut. Menurut
American Society for Quality Control
(Lupiyoudi 2001:144) kualitas adalah
keseluruhan ciri-ciri dan karakteristik-
karakteristik dari suatu produk jasa dalam
hal kemampuannya untuk menuhi
kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan.
Dimensi Kualitas Pelayanan
Menurut beberapa pakar pemasaran
seperti Ibrahim dkk (1997:3) terdapat
sebelas variabel atau dimensi kualitas jasa.
Kesebelas variabel tersebut adalah:
1. Reliability : Konsistensi dalam
kinerja dan
ketahanannya bekerja
benar sejak awal
pertarna kali,
menepati dan akurat
dalam spesifikasi,
sesuai dengan yang
diiklankan.
2. Responsiveness: Tanggap terhadap
protes konsumen,
kesiapan karyawan
memberikan servis
pada waktu yang
diperlukan, cepat
bereaksi terhadap
perubahan
lingkungan.
3. Competence : Menguasai
keterampilan dan
pengetahuan yang
memadai untuk
memberikan servis
yang diperlukan.
4. Access : Kemudahan
pendekatan dan akses,
waktu tunggu yang
tidak terlalu lama dan
jam operasional yang
relatif tidak panjang.
5. Courtesy : Sopan santun, respek,
perhatian tulus, dan
keramahan personil
atau karyawan dan
bagaimana masalah-
masalah yang timbul
akan diatasi.
6. Communication : Pemberitahuan
informasi kepada para
konsumen dalam
bahasa yang dipahami
konsumen,
menjelaskan perihal
servis atau jasa yang
ditawarkan dan
bagaimana masalah-
masalah yang timbul
akan diatasi.
7. Credibility : Kepercayaan,
keandalan, kejujuran,
reputasi perusahaan
dan karakteristik
pribadi dan karyawan
perusahaan.
8. Security : Bebas dari bahaya,
resiko atau
keragaman, keamanan
fisik dan keamanan
finansial
9. Understanding the Consumer: Memahami
konsumen, berusaha
mengerti kebutuhan,
memberikan perhatian
pribadi, rnemperli-
hatkan langganan
yang baru maupun
reguler.
10. Assurance : Memiliki sumber
daya manu-sia dan
teknologi serta
fasilitas untuk
memberikan jaminan
pemenuhan
kebutuhan konsumen
48
dengan jasa purna jual
jangka
panjang, bukan sesaat
saja sewaktu
meyerahkan barang.
11. Tangibel : Bukti fisik adanya
jasa, berupa fasilitas
fisik dan perangkat
alat-alat untuk
menyediakan jasa.
Parasuraman et.al. (Lupiyoadi, 2001:
148) menyimpulkan bahwa terdapat lima
dirnensi kualitas pelayanan yaitu:
1. Tangibel, atau bukti fisik yaitu
kemampuan suatu perusahaan dalam
rnenunjukkan eksistensinya kepada
pihak eksternal. Penampilan dan
kemampuan sarana dan prasarana fisik,
yang meliputi perlengkapan dan
peralatan yang digunakan serta
penampilan para karyawan.
2. Reliability, atau kehandalan yaitu
kernampuan perusahaan untuk
memberikan pelayanan sesuai dengan
yang dijanjikan secara akurat dan
terpercaya, pelayanan yang sama untuk
semua pelanggan, sikap yang simpatik
dengan akurasi tinggi.
3. Responsivenees, atau ketanggapan yaitu
suatu kemauan untuk membantu dan
memberikan pelayanan yang cepat
(responsif) dan tepat kepada pelanggan,
dengan penyampaian informasi yang
jelas.
4. Assurance, atau jaminan dan kepastian
yaitu pengetahuan, kesopanan, dan
kemampuan para karyawan untuk
menumbuhkan rasa percaya para
pelanggan kepada perusahaan.
5. Empathy, yaitu memberikan perhatian
yang tulus dan bersifat individual atau
prihadi yang dihentikan kepada para
pelanggan dengan berupaya memahami
keinginan konsumen.
Analisis Kesenjangan Kualitas Pelayanan
Kotler (2000:498), mengidentifikasi
lima kesenjangan yang mengakibat-kan
kegagalan penyampaian jasa :
1. Kesenjangan antara harapan konsumen
dan persepsi manajemen
2. Kesenjangan antara persepsi
manajemen dan spesifikasi mutu jasa
3. Kesenjangan antara spesifikasi mutu
jasa dan penyampaian jasa.
4. Kesenjangan antara penyampaian jasa
dan komunikasi eksternal, dan
5. Kesenjangan antara jasa yang dialami
dan jasa yang diharapkan
Pengertian Rumah Sakit
Sini (1992) menyebutkan bahwa
rumah sakit dapat diartikan sebagai suatu
perusahaan pelayanan kesehatan. Produk
yang ditawarkan rumah sakit adalah jasa
seperti lazimnya yang dihasilkan suatu
industri umumnya, atau industri jasa
khususnya. Rumah sakit pada dasarnya
memiliki tujuan untuk menyembuhkan dan
mengurangi penderitaan pasien. Namun,
rumah sakit modern saat ini telah berubah
fungsi menjadi sebuah fasilitas untuk
mencegah penyakit dan meningkatkan
kualitas kesehatan. Dewasa ini, orang mau
mengeluarkan biaya yang sangat besar untuk
mencegah dan meningkatkan kualitas
kesehatannya. Karena harganya mahal,
maka jasa ini menjadi sebuah barang
mewah. Itulah sebabnya, banyak rumah
sakit ternama di dunia mau
menginvestasikan peralatan canggih yang
sangat mahal untuk mampu melayani
kebutuhan konsumennya.
Melihat fungsi dan biayanya yang
mahal, pertimbangan bisnis perlu
dimasukkan dalam manajemen rumah sakit.
Djamil (1998) berpendapat, rumah sakit
sekarang harus menerapkan “marketisasi,
konsekuensi swadana” dan “dari melayani
orang sakit ke melayani konsumen”. Maka,
sudah seharusnya sebuah rumah sakit
49
mampu meningkatkan kualitas
jasa/pelayanan yang ditawarkannya.
Kemampuan memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen ini akan memiliki
imbal balik berupa kesetiaan konsumen dan
keuntungan yang besar bagi perusahaan.
Hipotesa Penelitian
Ho : Tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara kenyataan dan
harapan pelayanan di Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Depok.
Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan
antara kenyataan dan harapan
pelayanan di Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Depok.
Lokasi dan Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Depok (RSUD
Depok) yang berada di Jalan Raya Mochtar
Sawangan Depok. Adapun yang menjadi
objek pada penelitian ini adalah pasien rawat
inap di rumah sakit tersebut.
Populasi dan Sampel
Sampel dalam penelitian ini
ditetapkan dengan menggunakan kombinasi
simple random sampling (sampel acak
sederhana) dengan jumlah sampel penelitian
sebanyak 100 orang.
Teknik Pengumpulan Data
Data primer diperoleh dengan cara
melakukan wawancara langsung kepada
responden dengan panduan kuesioner yang
sudah dipersiapkan terlebih dahulu.
Skala Pengukuran
Instrumen dalam penelitian ini
diukur dengan menggunakan skala interval
dengan model Likert. Dalam skala ini,
peneliti berupaya memberikan satuan ukur
untuk hal-hal yang bersifat kualitatif
(persetujuan akan suatu pendapat) dengan
katagori 1 untuk sangat tidak setuju, 2 untuk
tidak setuju, 3 untuk netral, 4 untuk setuju,
dan 5 untuk sangat setuju.
Peralatan Analisis Data
Metode analisa data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah gabungan
metode kualitatif dan kuantitatif. Metode
kualitatif dilakukan dengan mendeskripsikan
distribusi rata-rata data. Sedangkan metoda
kuantitatif dilakukan dengan menggunakan
peralatan uji statistik, dalam hal ini
digunakan peralatan uji beda rata-rata
sampel berpasangan (paired sample t-test).
Adapun bentuk formulanya sebagai berikut
(Sugiyono 1999;117):
2
2
2
1
2
1
21
n
s
n
s
xxt
Dimana:
x1= Rata-rata bobot pelayanan yang
diharapkan (harapan)
x2= Rata-rata bobot pelayanan yang terjadi
(nyata)
s2 = Varian atau kuadrat standard deviasi
n = Jumlah observasi
Jika thitung lebih besar dari dari ttabel
maka keputusannya adalah menerima
hipotesa alternatif (Ha) dan menolak Ho
begitu juga sebaliknya dengan tingkat
kesalahan ( ) 5%.
Karakteristik Responden
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
rata-rata usia responden adalah 37,2 tahun.
Responden pria berjumlah 69 orang (69%)
dan sisanya 31 orang (31%) adalah wanita.
Sebagian besar responden (27%) adalah
pegawai negeri dan berstatus sudah menikah
(84%), yang menjadi kepala rumah tangga
(55%). Rata-rata masa perawatan responden
di rumah sakit adalah 3,39 hari. Penghasilan
rata-rata responden sebesar Rp 1.710.000 per
bulan. Sebagian besar responden
50
berpendidikan SMU (39%), Sarjana (31%),
dan Diploma 3 (23%) sisanya masing-masing
tamat SD (4%) dan SMP (3%).
Reliabilitas dan Validitas Instrumen
Penelitian Penelitian ini terdiri dari lima faktor
utama, yakni kehandalan pelayanan rumah
sakit, responsifness rumah sakit, keyakinan
kualitas pelayanan, empati staf rumah sakit,
dan wujud pelayanan rumah sakit.
Hasil uji reliabilitas data
menunjukkan bahwa kelima faktor utama
yang diteliti adalah reliabel. Skor cronbach
alpha untuk faktor kehandalan pelayanan
sebesar 0,728. Skor cronbach alpha untuk
faktor responsifness sebesar 0,720.
Selanjutnya, skor cronbach alpha untuk
faktor keyakinan sebesar 0,755. Cronbach
alpha untuk faktor empati sebesar 0,822 dan
terakhir untuk faktor berwujud sebesar
0,823. Selengkapnya dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 2. Reliabilitas Faktor Penelitian
No Faktor Cronbach Alpha
1 Kehandalan 0,728
2 Responsif 0,720
3 Keyakinan 0,755
4 Empati 0,822
5 Berwujud 0,823
Sumber: Data yang telah diolah
Tabel di atas menunjukkan bahwa
seluruh faktor yang diuji memiliki skor > 0,5.
Dengan demikian, merujuk pada Malhotra (Sekaran, 1997), maka seluruh faktor yang
akan diuji adalah handal sebagai alat uji
(reliable).
Selanjutnya untuk memastikan
kevalidan alat ukur, perlu dilakukan uji
validitas. Uji validitas instrumen penelitian
dilakukan dengan menggunakan alat uji one
sample t-test dengan skor uji 3. Hasil
pengujian validitas menunjukkan bahwa
seluruh instrumen penelitian memiliki skor t-
hitung
lebih besar dari t-tabel dengan tingkat signifikansi alpha lebih kecil dari 5%.
Artinya, seluruh alat ukur yang digunakan
dalam penelitian ini adalah valid.
Frekuensi Variabel Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
umumnya responden mengatakan bahwa jasa
pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Depok adalah baik. Data selengkapnya dapat
dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Tanggapan Responden Terhadap Kualitas Pelayanan RSUD Kota Depok
Faktor N Rata-rata Std. Deviasi Range
Reliability 100 3.8322 .6452 3.20
Responsifness 100 3.6400 .5613 2.80
Assurance 100 3.6920 .6242 2.50
Emphaty 100 3.8500 .6585 3.00
Tangible 100 3.4760 .6219 2.60
Kualitas Pelayanan 100 3.6532 .5368 2.70
Sumber: Data yang telah diolah
51
Dari tabel 3 di atas dapat
disimpulkan bahwa responden menilai jasa
pelayanan Rumah Sakit Umum daerah Kota
Depok adalah baik. Hal ini terlihat dari rata-
rata skor jasa pelayanan bernilai 3,653.
Sementara itu, evalusai terhadap indikator
penelitian seluruhnya menunjukkan skor
lebih besar dari 3 (netral). Skor rata-rata
terbesar nampak pada faktor empathy
(3,850), dan faktor reliability (3,832).
Artinya adalah bahwa responden menilai
tingkat perhatian (empathy) dan kemampuan
dalam melaksanakan jasa kesehatan yang
dijanjikan dengan akurat dan terjamin di
RSUD Kota Depok adalah baik. Standard
deviasi sebesar 0,54 mencerminkan bahwa
tingkat keseragaman tanggapan responden
terhadap kualitas pelayanan RSUD Kota
Depok relatif tinggi.
Harapan Responden
Harapan responden tentang
pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Depok diukur melalui indikator yang
sama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
umumnya responden memiliki harapan yang
tinggi terhadap pelayanan rumah sakit. Skor
rata-rata kualitas pelayanan yang diharapkan
adalah 4.096. Harapan responden yang
paling besar terletak pada faktor tangible
(4,136) dan empathy (4,125).
Berdasarkan hasil penelitian ini,
dapat disimpulkan bahwa responden
memiliki harapan yang tinggi terhadap
penampilan fasilitas fisik, peralatan,
karyawan dan peduli serta memberikan
perhatian pribadi kepada pelanggan. Data
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4 di
bawah ini.
Dari tabel 4 tersebut jelas terlihat
bahwa rata-rata harapan responden terhadap
pelayanan rumah sakit adalah sangat tinggi
(4,096). Standard deviasi yang kecil (0,56)
menunjukkan tingkat keseragaman jawaban
responden yang sangat tinggi terhadap
harapan pelayanan yang diberikan rumah
sakit. Hal ini sejalan dengan logika umum
dimana pada dasarnya manusia
menginginkan pelayanan yang dapat
memenuhi keinginannya.
Tabel 4. Harapan Pelayanan RSUD Kota Depok
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kehandalan 100 2.2 2.8 5 4.054 0.508072
Responsif 100 2 3 5 4.108 0.530436
Assurance 100 2 3 5 4.0575 0.55163
Empati 100 2.75 2.25 5 4.125 0.576335
Tangible 100 2 3 5 4.136 0.625714
HARAPAN 100 2.19 2.81 5 4.096 0.558437
Sumber: Hasil Penelitian, 2009
Kualitas Relatif Pelayanan Rumah Sakit
Umum Kota Depok
Kualitas relatif terhadap pelayanan
Rumah Sakit Umum daerah Kota Depok
diukur melalui perbandingan antara harapan
dan tanggapan responden atas pelayanan
rumah sakit yang mereka rasakan selama
masa rawat inap di rumah sakit tersebut.
Deskripsi pada sub bab terdahulu telah
mengungkapkan bahwa rata-rata responden
berpendapat bahwa pelayanan Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Depok adalah baik
52
dengan skor 3,65. Selanjutnya, harapan rata-
rata responden terhadap pelayanan rumah
sakit adalah sangat tinggi (4,096). Meskipun
secara absolut skor harapan lebih besar dari
kenyataan yang dialami responden, namun
perlu dilakukan pembuktian secara empirik
untuk menentukan perbedaan relatif kedua
variable ini.
Secara detil, perbedaan antara
harapan dan kenyataan tentang pelayanan
rumah sakit dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Perbedaan Antara Kenyataan dan Harapan Pelayanan
Faktor N Kenyataan Harapan
Mean Std. Deviasi Mean Std. Deviasi
Reliability 100 3.832 .6452 4.054 0.508072
Responsifness 100 3.6400 .5613 4.108 0.530436
Assurance 100 3.6920 .6242 4.0575 0.55163
Emphaty 100 3.8500 .6585 4.125 0.576335
Tangible 100 3.4760 .6219 4.136 0.625714
Kualitas Pelayanan 100 3.6532 .5368 4.096 0.558437
Sumber: Data yang sudah diolah 2009
Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa
rata-rata harapan responden jauh melampaui
kenyataan yang mereka rasakan. Skor rata-
rata harapan pelayanan = 4,096 dan skor
rata-rata kenyataan = 3,653 (harapan >
kenyataan). Untuk memberikan pembuktian
empiris, perlu dilakukan pengujian apakah
benar terdapat perbedaan kualitas relatif
antara kenyataan dan harapan responden
terhadap pelayanan Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Depok. Tabel berikut akan
memberikan hasil pengujian beda rata-rata
dengan peralatan statistik paired sample t-
test.
Tabel 6. Perbedaan Harapan dan Kenyataan Kualitas Pelayanan
RSUD Kota Depok
Paired Samples Statistics
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 KUALITAS
-
HARAPAN
-2.1820000E-1 .1538297 .0687947 -.4092048 -.0271952 -3.172 4 .034
Sumber: Hasil Penelitian, 2009
53
Dari tabel di atas menunjukkan
bahwa rata-rata kenyataan kualitas yang
dirasakan responden sebesar 3,653.
Sementara itu, harapan responden terhadap
pelayanan adalah 4,096. hasil perhitungan
statistik dengan menggunakan peralatan
paired sample test membuktikan bahwa nilai
t-hitung pada df=99, sig α=5% sebesar 3,172,
sedangkan nilai t-tabel dua ekor pada df=120,
berarti bahwa nilai t-hitung > t-tabel. Dengan
demikian, maka hipotesa yang menyatakan
tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara kenyataan dan harapan pelayanan di
Rumah Sakit Umum Kota Depok ditolak.
Berarti dapat dinyatakan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara kenyataan
dan harapan responden terhadap kualitas
pelayanan di RSUD Kota Depok. Dengan
kata lain, harapan responden terhadap
pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Depok lebih tinggi dari kenyataan yang
mereka rasakan.
Kesimpulan
Dari penelitian ini dapat
diketahui beberapa hal penting yaitu :
1. Secara umum, kualitas pelayanan Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Depok adalah
baik dengan skor rata-rata kualitas
pelayanan sebesar 3,653. Skor rata-rata
terbesar nampak pada faktor empathy
(3,850) dan faktor reliability (3.832).
Artinya adalah, bahwa responden menilai
tingkat perhatian (empathy) dan
kemampuan dalam melaksanakan jasa
yang dijanjikan dengan akurat dan
terjamin (reliability) di Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Depok adalah baik.
Standard deviasi sebesar 0,54
mencerminkan bahwa tingkat
keseragaman tanggapan responden
terhadap kualitas pelayanan Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Depok relatif tinggi.
2. Harapan responden tentang pelayanan di
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok
sebesar 4.096. Harapan responden yang
paling besar terletak pada faktor tangible
(4.136) dan empathy (4.125).
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat
disimpulkan bahwa responden memiliki
harapan yang tinggi terhadap kualitas
pelayanan kesehatan.
3. Kualitas pelayanan Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Depok yang diukur melalui
perbandingan antara harapan dan
tanggapan mengungkapkan bahwa rata-
rata responden berpendapat bahwa
pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Depok adalah baik dengan skor
3,653. Selanjutnya, harapan rata-rata
responden terhadap pelayanan rumah
sakit adalah sangat tinggi (4.096).
4. Hasil perhitungan statistik dengan
menggunakan peralatan paired sample
test membuktikan bahwa nilai t-hitung
pada df=99, sig α =5% sebesar 3,172.
Sementara itu, nilai t-tabel dua ekor pada
df=120, sig α =5% adalah 1,980. Dengan
demikian berarti bahwa nilai t-hitung > t-
tabel. Berarti dapat dinyatakan bahwa
terdapat perbedaan antara kenyataan dan
harapan responden terhadap kualitas
pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Depok. Dengan kata lain, harapan
responden terhadap pelayanan Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Depok lebih
tinggi dari kenyataan yang mereka
rasakan.
Rekomendasi
Beberapa rekomendasi kepada
pemerintah dan manajemen Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Depok, adalah:
1. Dibutuhkan upaya peningkatan kesehatan
masyarakat yang lebih baik kepada
masyarakat sejak usia remaja, mengingat
banyak pasien berusia relatif muda.
2. Secara umum, kualitas pelayanan Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Depok sudah
cukup baik, namun masih perlu
ditingkatkan, terutama dalam hal
54
kehandalan pelayanan dan keyakinan
dalam memberikan pelayanan yang
terbaik.
3. Faktor harapan terhadap pelayanan yang
dinilai paling tinggi oleh responden
adalah tangible dan empathy. Oleh
karena itu, kedua faktor ini perlu lebih
diperhatikan untuk dapat ditingkatkan
dan disempurnakan. Tangibles dapat
ditingkatkan dengan menambah ruang
perawatan yang nyaman, fasilitas
peralatan yang modern dan meningkatkan
ketrampilan dokter dan perawat melalui
jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau
kursus-kursus ketrampilan lain, serta
menyedikan media komunikasi baik
untuk kebutuhan internal maupun
komunikasi dengan pihak ekternal.
Empati dapat ditingkatkan melalui kursus
dan pelatihan mengenai Customer
Service terhadap seluruh staf karyawan
RSUD Kota Depok, sehingga dapat
peduli dan dapat memberikan perhatian
pribadi serta berusaha mengetahui
pelanggan dengan kebutuhan-
kebutuhannya.
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Bhucari. 2003. Manajemen
Pemasaran dan Pemasaran Jasa.
Cetakan kelima, Alfabeta, Bandung.
Dajan, Anto. 1984. Pengantar Metode
Statistik, Jilid II. LP3ES. Jakarta
Ibrahim, Buddy. 1997. Total Quality
Management: Panduan untuk
Menghadapi persaingan Global.
Djambatan, Jakarta
Evans, Joel R. dan Barry Berman. 1997.
Marketing. Prentice Hall
International Edition. New Jersey.
Kotler, Amstrong. 1997. Dasar-dasar
Pemasaran, Jilid I. Prenhallindo,
Jakarta
Kotler, Philip. 1997. Manajemen
Pemasaran, Analisis, Perencanaan
dan Kontrol. Edisi Bahasa
Indoneasia Jilid 2. Prenhallindo.
Jakarta.
---------, 2000. Manajemen Pemasaran 2.
Edisi Melinium, Prenhallindo. Jakarta
Kotler, Sutanto. 2001. Manajemen
Pemasaran Di Indonesia. Salemba
empat, Jakarta.
Lupiyoadi, Rambat. 2001. Manajemen
Pemasaran Jasa. Salemba Empat,
Jakarta.
Lupiyoadi, Rambat dan A. Hamdani. 2006.
Manajemen Pemasaran Jasa. Edisi 2.
Salemba Empat. Jakarta.
Sitompul, Ellen dkk 1996. Teknik Statistika
untuk Bisnis dan Ekonomi, Jilid I.
Erlangga, Jakarta.
Sugioyono. 1999. Metodologi Penelitian
Bisnis. Alfabeta, Bandung.
Supranto, J. 2001. Pengukuran Tingkat
Kepuasan Pelanggan – Untuk
Menaikkan Pangsa Pasar. Rineka
Cipta. Jakarta.
Umar, Husein. 1999. Metodologi Penelitian
Aplikasi dalam Pemasaran.
PT Gramedia Pustaka Utama.
55
ANALISIS HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP
PRESTASI BELAJAR MAHASISWA MANAJEMEN INFORMATIKA
DALAM APLIKASI PELATIHAN SPSS VERSI 19.0 SEBAGAI
ILMU PENDUKUNG DI POLITEKNIK PERDANA MANDIRI
KABUPATEN PURWAKARTA
Gina N, ST., M.Pd
N. Mila M, S.Pd.,M.Si
Perwujudan tujuan pendidikan nasional perlu dilaksanakan diantaranya melalui peranan
Politeknik Perdana Mandiri sebagai salah satu perguruan tinggi di Kabupaten Purwakarta
untuk selalu mengutamakan mutu lulusannya, maka untuk terus mempertahankan mutu dari
lulusannya terutama jurusan Manajemen Informatika senantiasa perlu dilihat secara mendalam
mengenai sumber daya yang dimiliki dari masing-masing mahasiswa seperti dari segi proses
baik program-program pendukung pembelajaran salah satunya pada pengolahan data yaitu
program pelatihan SPSS versi 19.0. Adapun metode penelitian ini menggunakan metode survei
dengan pendekatan kuantitatif dan teknik atau cara pengumpulan data yang digunakan penulis
adalah metode angket (kuesioner). Penelitian ini bermaksud unuk meningkatkan kemampuan
yang dimiliki mahasiswa yang pada intinya mengetahui dan menganalisis hubungan motivasi
berprestasi dengan prestasi belajar dalam pelatihan SPSS versi 19.0 bagi mahasiswa jurusan
Manajemen Informatika Politeknik Perdana Mandiri di Kabupaten Purwakarta.
Kata kunci : motivasi berprestasi, prestasi belajar,SPSS
PENDAHULUAN
Perguruan tinggi merupakan salah
satu organisasi pendidikan yang mencetak
sumber daya yang berkualitas dan
keberhasilan tujuan pendidikan di Perguruan
Tinggi tergantung pada sumber daya manusia
yang ada di Perguruan tinggi tersebut yaitu
pemimpin, dosen, mahasiswa, akademik dan
didukung sarana dan prasarana yang
memadai, agar dapat mendukung bagi
kehidupan mahasiswa di tengah-tengah
masyarakat dan dunia kerja. Sesuai dengan
UU No. 20 Tahun 2003 pasal 3 dijelaskan
bahwa makna tujuan pendidikan nasional
adalah untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, sehat,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dalam perwujudan tujuan pendidikan
nasional diatas maka peranan Politeknik
Perdana Mandiri sebagai salah satu
perguruan tinggi di Kabupaten Purwakarta
untuk selalu mengutamakan mutu
lulusannya, maka untuk terus
mempertahankan mutu dari lulusannya
senantiasa perlu dilihat secara mendalam
mengenai sumber daya yang dimiliki salah
satunya mahasiswa yang dilihat dari segi
proses, penerapan pembelajaran kontekstual
berbasis kompetensi telah meningkatkan
motivasi mahasiswa, keterlibatan aktif
mahasiswa, meningkatkan suasana belajar
yang kondusif, menarik dan menyenangkan,
mahasiswa lebih mudah dalam memahami
dan menguasai kompetensi yang dituntut
sehingga pembelajaran menjadi lebih
bermakna.
56
Untuk mewujudkan hal tersebut bisa
dimulai dari motivasi maupun prestasi
belajar, seperti seberapa kuat motivasi yang
dimiliki individu (mahasiswa) akan banyak
menentukan terhadap kualitas perilaku yang
ditampilkannya, baik dalam konteks belajar,
bekerja maupun dalam kehidupan lainnya.
Davis dalam Martinis dan Maisah (2010:86)
jika seseorang sudah mempunyai motivasi,
maka ia akan siap mengerjakan hal-hal yang
diperlukan sesuai dengan apa yang
dikehendaki. Berhubungan dalam hal ini
menurut Clelland (Mangkunegara, 2007:103)
mengemukakan enam karakteristik orang
yang mempunyai motivasi tinggi:
1) Memiliki tingkat tanggung jawab pribadi
yang tinggi;
2) Berani mengambil dan memikul resiko;
3) Memiliki tujuan yang realistik;
4) Memiliki rencana kerja yang menyeluruh
dan berjuang untuk merealisaiskan tujuan;
5) Memanfaatkan umpan balik yang
kongkret dalam semua kegiatan yang
dilakukan; dan
6) Mencari kesempatan untuk merealisasikan
rencana yang telah diprogramkan.
Namun dalam kenyataannya di
Politeknik Perdana Mandiri mempunyai
motivasi dan prestasi yang berbeda antara
satu mahasiswa dengan mahasiswa yang
lainnya, hal ini dapat dilihat dari keberhasilan
proses pembelajaran salah satunya dari Indek
Prestasi Kumulatif (IPK) mahasiswa, yang
tentu saja berbeda-beda antara mahasiswa,
yang tentu saja perlu dibenahi dan dikaji
secara terus menurus guna mempertahankan
kualitas pendidikan di Politeknik Perdana
Mandiri selain pemberian mata kuliah yang
cukup kompeten diperlukan pula
programprogram tambahan pendukung
seperti program pengolahan data salah
satunya yaitu dengan menggunakan program
pelatihan SPSS versi 19.0 yang memberikan
kemudahan dengan tidak perlu menghitung
data secara manual melainkan data diolah
secara komputer.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis
tertarik untuk melakukan penelitian lebih
lanjut mengenai: “Analisis Hubungan
motivasi berpestasi terhadap prestasi belajar
mahasiswa Manajemen Informatika pada
aplikasi pelatihan SPSS versi 19.0 sebagai
ilmu pendukung di Politeknik Perdana
Mandiri Kabupaten Purwakarta”.
Perumusan Masalah
Fokus penelitian ini dirinci ke dalam
bentuk perumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana motivasi berprestasi yang
dimiliki mahasiswa jurusan Manajemen
Informatika Politeknik Perdana Mandiri di
Kabupaten Purwakarta?
2. Bagaimana prestasi belajar yang dimiliki
mahasiswa jurusan Manajemen
Informatika Politeknik Perdana Mandiri di
Kabupaten Purwakarta?
3. Bagaimana hubungan motivasi berprestasi
dengan prestasi belajar dalam peranan
pelatihan SPSS versi 19.0 bagi mahasiswa
jurusan Manajemen Informatika
Politeknik Perdana Mandiri di Kabupaten
Purwakarta?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui dan menganalisis:
1. Motivasi berprestasi yang dimiliki
mahasiswa jurusan Manajemen
Informatika Politeknik Perdana Mandiri di
Kabupaten Purwakarta.
2. Sejauhmana prestasi belajar yang dimiliki
mahasiswa jurusan Manajemen
Informatika Politeknik Perdana Mandiri di
Kabupaten Purwakarta.
3. Hubungan motivasi berprestasi dengan
prestasi belajar dalam peranan pelatihan
SPSS versi 19.0 bagi mahasiswa jurusan
Manajemen Informatika Politeknik
Perdana Mandiri di Kabupaten
Purwakarta.
57
Tinjauan Pustaka
Konsep Motivasi Berprestasi
Motivasi dapat diartikan sebagai
kekuatan yang ada pada manusia yang
kemudian dapat menimbulkan antusias dalam
melaksanakan suatu kegiatan, baik yang
bersumber dari dalam diri individu itu sendiri
(motivasi intrinsik) maupun dari luar
individu (motivasi ekstrinsik). Seberapa kuat
motivasi yang dimiliki individu akan banyak
menentukan terhadap kualitas perilaku yang
ditampilkannya, baik dalam konteks belajar,
bekerja maupun dalam kehidupan lainnya.
Sedangkan yang dimaksud motivasi
berprestasi yang pertama kalinya disiapkan
diperkenalkan oleh Mc.Clelland (Robbins,
1992: 47) dinyatakan sebagai berikut:
Achievement motivation is indicated by some
on waiting to perform better or carrying
about performing better. Dalam hal ini
menurut Mc. Clelland (Mangkunegara,
2007:103) mengemukakan enam
karakteristik orang yang mempunyai
motivasi tinggi: 1) Memiliki tingkat
tanggung jawab pribadi yang tinggi; 2)
Berani mengambil dan memikul resiko; 3)
Memiliki tujuan yang realistik; 4) Memiliki
rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang
untuk merealisaiskan tujuan; 5)
Memanfaatkan umpan balik yang kongkret
dalam semua kegiatan yang dilakukan; dan
6) Mencari kesempatan untuk merealisasikan
rencana yang telah diprogramkan.
Dari uraian diatas dapat diuraikan
bahwa motivasi berprestasi adalah suatu
usaha yang mendorong seseorang untuk
bersaing dengan standar keunggulan, dimana
standar keunggulan ini dapat berupa
kesempurnaan tugas, dapat diri sendiri atau
prestasi orang lain. Mahasiswa yang
mempunyai motivasi berprestasi tinggi
nampaknya akan memperoleh prestasi yang
lebih tinggi.
Faktor-faktor Motivasi Berprestasi
Pada kenyataannya, ada mahasiswa
yang motif berprestasinya lebih bersifat
intrinsik sedangkan pada orang lain bersifat
ekstrinsik hal ini karena adanya: faktor
Individual dan faktor situasional, yang
menandakan motivasi berprestasi seseorang
akan tercermin pada perilaku. Ada beberapa
hal yang menjadi indikator orang yang
memiliki motivasi berprestasi yang tinggi
salah satunya yakni menampakkan tingkah
laku dengan ciri-ciri menyenangkan yang
dalam melakukan pekerjaannya akan
menuntut tangung jawab pribadi, memilih
pekerjaan yang resikonya sedang,
mempunyai dorongan sebagai umpan balik
tentang perebutannya dan berusaha
melakukan sesuatu dengan caracara yang
inovatif dan kreatif yang muncul dalam
dirinya.
Konsep Prestasi Belajar
Prestasi adalah hasil yang telah
dicapai atau dilakukan. “Prestasi adalah bukti
keberhasilan yang telah dicapai. Belajar
adalah suatu proses mental yang mengarah
kepada penguasaan pengetahuan,
kecakapan/skill, kebiasaan atau sikap yang
semuanya diperoleh, disimpan dan
dilaksanakan sehingga menimbulkan tingkah
laku yang progresif dan adaptif. Secara
singkat belajar merupakan suatu perubahan
dalam tingkah laku yang merupakan hasil
dari pengalaman.
Dari uraian di atas maka dapat
disimpul-kan bahwa prestasi belajar adalah
hasil dari apa yang kita lakukan dalam proses
pembelajaran.
Bentuk perubahan dari hasil belajar
meliputi tiga aspek, yaitu: a). Aspek kognitif
meliputi perubahan-perubahan dalam segi
penguasaan pengetahuan dan perkembangan
eterampilan/kemampuan yang diperlukan
untuk menggunakan pengetahuan tersebut b).
Aspek efektif meliputi perubahan-perubahan
dalam segi sikap mental, perasaan dan
58
kesadaran, c). Aspek psikomotor meliputi
perubahan-perubahan dalam segi
bentukbentuk tindakan motorik. Selanjutnya
Winkel (2004:162) mengatakan: Adapun
prinsip – prinsip belajar sebagaimana yang
dinyatakan Omar Malik dalam Sadirman
(2007:138) sebagai berikut:
1. Belajar harus senantiasa bertujuan, searah
dan jelas bagi siswa ;
2. Belajar yang paling efektif apabila
didasari oleh dorongan motivasi yang
murni dan bersumber dari dalam diri siswa
itu sendiri;
3. Senantiasa ada hambatan dan rintangan
dalam belajar, karena itu siswa harus
sanggup menghadapi atau mengatasi
secara tepat;
4. Belajar memerlukan gimgingan baik itu
dari guru atau tuntutan dari buku pelajaran
itu sendiri;
5. Jenis belajar yang paling utama ialah
belajar yang berpikiran kritis, lebih baik
daripada pembentukan kebiasaan-
kebiasaan mekanis;
6. Cara belajar yang paling efektif adalah
dalam pembentukan pemecahan masalah
melalui kerja kelompok asalkan masalah
tersebut disadari bersama;
7. Belajar memerlukan pemahaman atas hal-
hal yang dipelajari, sehingga diperoleh
pengertian-pengertian;
8. Belajar memerlukan latihan dan ulangan,
agar apa-apa yang dipelajari dapat
dikuasai;
9. Belajar harus disertai dengan keinginan
dan kemauan yang kuat untuk mencapai
tujuan;
10. Belajar dianggap berhasil apabila si
pelajar telah sanggup menerapkan dalam
prakteknya.
Dari bentuk pendapat diatas bahwa
pentingnya belajar dalam pembelajaran
mengingat keinginan mencapai prestasi
belajar tinggi memerlukan pemahaman
yang lebih mendalam kepada mahasiswa,
karena hasil prestasi yang dimiliki
mahasiswa cenderung berbeda-beda
sebagaimana yang ada dalam prinsip-
prinsip belajar.
SPSS (Statistical Product Servise Solution)
SPSS merupakan sebuah program
komputer yang digunakan untuk membuat
analisis data statistika. SPSS dipublikasikan
oleh SPSS Inc. SPSS (Statistical Package for
the Social Sciences atau Paket Statistik untuk
Ilmu Sosial) versi pertama dirilis pada tahun
1968, diciptakan oleh Norman Nie, seorang
lulusan Fakultas Ilmu Politik dari Stanford
University, yang sekarang menjadi Profesor
Peneliti Fakultas Ilmu Politik di Stanford dan
Profesor Emeritus Ilmu Politik di University
of Chicago.
Program SPSS sendiri
perkembangannya cukup pesat, awal pertama
di Indonesiaa mulai banyak dikenal publik
dari sejak SPSS versi 7.00 sekarang program
SPSS for windows ini sudah mencapai versi
19.0 , namun demikian setiap versi masih
tetap memiliki persamaan di dalamnya.
Peranan SPSS
SPSS itu sendiri memiliki peranan
sangat penting sebagai alat bantu dalam
pengelolaan data sesuai dengan pendapat
Ridwan dan Sunarto (2007:207) Peranan
SPSS adalah sebagai alat untuk pengolahan
angka yang digunakan untuk memudahkan
analisis data, selain itu SPSS merupakan
salah satu dalam penelitian-penelitian.
Kegunaan SPSS
Dalam program SPSS
digunakan untuk berbagai model aplikasi
seperti:
a. Model aplikasi statistik Deskriptif atau
statistik deduktif seperti mencari mean,
median, modus, Sum, persentase,
minimum, maksimum, Kuartil, desil,
Range, Varians, standard deviasi dll.
b. Mengolah statistik lanjut atau statistik
inferensial dengan model parametrik,
59
model non parametrik, seperti chi square,
wilcoxon, Kendall Tau, dll.
c. Manajemen data (seleksi kasus,
penajaman file, pembuatan data turunan)
dan dokumentasi data (kamus metadata
ikut dimasukkan bersama data)
d. juga merupakan fitur-fitur dari software
dasar SPSS.
Penggunaan Dua Tipe SPSS
Program SPSS versi 19.0
menggunakan dua tipe windows, yaitu : Data
editor dan data view. Sedangkan keluaran
hasil pengolahan data dinamakan Output
viewer yang tak lain berisikan tampilan hasil
pengolahan data penelitian.
METODOLOGI PENELITIAN
Pendekatan Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan
metode survei dengan pendekatan kuanlitatif.
Penelitian survei yang dimaksud adalah
bersifat menjelaskan hubungan kausal
dengan pengujian hipotesis.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini
adalah mahasiswa jurusan Manajemen
Informatika semester 2 dan 4 pada perguruan
tinggi Politeknik Perdana Mandiri di
kabupaten Purwakarta.
Metode Pengumpulan Data
Sugiono (2008:137) mengatakan
bahwa: teknik pengumpulan data dapat
dilakukan dengan interview (wawancara),
kuesioner (angket), Observasi (pengamatan)
atau gabungan ketiganya. Berdasarkan
pendapat diatas teknik atau cara
pengumpulan data yang digunakan penulis
adalah metode angket (kuesioner). Kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan dan pernyataan tertulis kepada
kepada responden untuk dijawabnya.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis ini yang akan digunakan
adalah analisis Korelasi dan Regresi Ganda
yang mempunyai persyaratan yaitu (1)
sampel data dipilih secara random; (2)
mempunyai pasangan yang sama; (3) data
berdistribusi normal; (4) data berpola linier.
Analisis ini akan digunakan dalam menguji
besarnya hubungan kausal antar variabel X
terhadap Y. Selain itu perhitungan dilakukan
dengan menggunakan program SPSS versi
19.0 .
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengelolaan data penelitian
bahwa koefisien korelasi untuk variabel
motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar
sebesar 0,585 yang artinya memiliki tingkat
hubungan cukup kuat, hal ini menunjukan
bahwa motivasi berprestasi memiliki nilai
yang sangat berarti bagi prestasi belajar
mahasiswa Manajemen Informatika di
Politeknik Perdana Mandiri. Kemudian
motivasi berprestasi memiliki kontribusi
terhadap prestasi belajar sebesar 34,22 %
yang artinya motivasi berprestasi
memberikan kontribusi terhadap prestasi
belajar sebesar 34,22 % dan sisanya 65,78%
ditentukan oleh variabel lain seperti
kemampuan, kesempatan, sarana dan
prasarana, kondisi lingkungan belajar, dll.
Hal ini sesuai dengan pendapat Syah
(2001:132) yang mengatakan beberapa faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar yakni :
1. Faktor internal (faktor dari dalam diri
siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan
rohani siswa, selanjutnya
2. faktor eksternal (faktor dari luar siswa),
yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa,
3. Faktor pendekatan belajar (approach to
learning), yakni jenis upaya belajar siswa
yang melipiti strategi dan metode yang
digunakan untuk melakukan kegiatan
pembelajaran meteri-materi pelajaran.
Selain itu hasil uji signifikan ternyata nilai
probabilitas lebih besar dari nilai probabilitas
60
Sig atau [0 , 05 ≥ 0,000] maka Ho ditolak
dan Ha diterima, artinya motivasi berprestasi
memiliki hubungan yang signifikan terhadap
prestasi belajar pada pelatihan SPSS versi
19.0 Kemudian didukung dari pencapaian
hasil dari persamaan regresi = 32,368 +
0,451 X. Hal ini berarti bahwa setiap ada
perubahan satu unit pada variabel X maka
akan diikuti dengan peningkatan nilai Y
yaitu sebesar 0 ,451. Dengan kata
lain, variabel X (motivasi berprestasi
mempunyai hubungan yang erat dengan
variabel Y (prestasi belajar) dan memiliki
ketergantungan terhadap variabel X dengan
arah perubahan positif.
Dari hasil perhitungan di atas bahwa
motivasi berprestasi sangat mempengaruhi
prestasi belajar, sebab apabila mahasiswa
Manajemen Informatika memiliki motivasi
khususnya motivasi berprestasi dari dalam
dirinya akan melakukan semua tugas yang
diberikan pada saat melaksanakan kegiatan
pelatihan dengan baik dalam artian
mahasiswa yang mempunyai motivasi
berprestasi yang tinggi menyukai tantangan
dalam melaksanakan tugasnya, berani
mengambil resiko, memiliki tanggung jawab,
senang bekerja keras dalam pembelajaran
dan akan melakukan perbaikan terus
menerus. Hal ini sejalan dengan apa yang
dikatakan oleh Omar Malik dalam Sadirman
(2007:138) salah satunya menunjukkan
sebagai berikut : Belajar yang paling efektif
apabila didasari oleh dorongan motivasi yang
murni dan bersumber dari dalam diri siswa
itu sendiri untuk berprestasi. Hal lain yang
mendukung pernyataan tersebut menurut
Mc.Clelland dalam Husaini Usman
(2011:265) terdapat beberapa karakter dari
individu yang memiliki motivasi berprestasi
yang meliputi : bertanggung jawab, harapan
terhadap umpan balik, melaksanakan tugas
dengan inovatif. Selain itu menurut Sadirman
(2007:85) menyatakan bahwa motivasi dapat
berfungsi sebagai pendorong usaha dalam
pencapai prestasi, artinya seseorang
melakukan usaha karena adanya motivasi.
KESIMPULAN
Berangkat dari permasalahan dan tujuan penelitian ini, maka terdapat beberapa temuan yang merupakan kesimpulan dari hasil penelitian ini, hal ini diuraikan secara terinci sebagai berikut : Motivasi berprsestasi mahasiswa Manajemen Informatika Politiknik Perdana Mandiri di Kabupaten Purwakarta dalam pelatihan SPSS versi 19.0 menunjukan hasil dalam kategori baik yakni berdasarkan angka persentase hasil analisis data deskriptif. Hal ini menunjukan bahwa mahasiswa memiliki motivasi berprestasi diantaranya pada aspek : menyukai tanggung jawab, memiliki tujuan yang jelas dan realistis, memiliki rencana yang menyeluruh, lebih mementingkan umpan balik yang nyata tentang hasil belajarnya, senang dengan tugas. Sedangkan motivasi berprestasi paling baik berada pada aspek senang dengan tugas dan yang paling rendah beradaaspek memiliki tujuan yang jelas dan realistis.
1. Prestasi belajar mahasiswa manajemen
Informatika Politeknik Perdana Mandiri di
Kabupaten Purwakarta dalam pelatihan SPSS
menunjukan hasil dalam kategori baik yakni
berdasarkan angka persentase hasil analisis
data deskriptif. Hal ini menunjukan bahwa
mahasiswa memiliki prestasi belajar
diantaranya pada aspek : Ranah kognitif,
Ranah afektif dan ranah psikomotorik.
Sedangkan prestasi belajar paling baik berada
pada aspek ranah kognitif, afektif dan ranah
psikomotorik. Sedangkan prestasi belajar
paling baik berada pada aspek ranah kognitif.
2. Motivasi berprestasi dan prestasi belajar
mahasiswa manajemen Informatika di
Politeknik Perdana Mandiri memiliki
hubungan/kontribusi secara positif terhadap
Prestasi belajar pada pelatihan SPSS versi
19.0 sebesar 34, 22% dan sisanya sebesar
65,78% ditentukan oleh variabel lain.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut jelaslah
bahwa motivasi berprestasi mempunyai
61
hubungan terhadap prestasi belajar
mahasiswa yang artinya jika mahasiswa
memiliki motivasi berprestasi yang baik
maka akan mempengaruhi hasil prestasi
belajarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Husaini Usman. (2010). Manajemen
Teori, Praktek dan Riset Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Martinis Yamin dan Maisah.
(2010).
Standarisasi Kinerja. Jakarta: GP Press.
Sugiyono. (2008). Statistik Untuk Penelitian.
Bandung: CV. Alfabeta.
Sadirman. (2006). Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Sondang S.P. (2004). Teori Motivasi dan
Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Ridwan dan Sunarto. (2009).
Pengantar Statistika untuk Penelitian
Pendidikan, Sosial, Ekonomi, dan Bisnis
lengkap dengan Aplikasi SPSS. Bandung:
Alfabeta.
Undang-Undang Republik Indonesia No.
20 Tahun 2005. Tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta: Nuansa Aulia.
62
KONTRIBUSI MOTIVASI TERHADAP KINERJA
DOSEN POLITEKNIK PERDANA MANDIRI PURWAKARTA
Agus Buntoro, S.E., M.M.
Ahmad Abror, S.E., M.M.
Tresna Wulandari, S.Pd, M.M.
Abstrak
Dosen selaku tenaga pengajar di jenjang pendidikan tinggi merupakan unsur penunjang
penyelenggaraan program pendidikan yang akan mempengaruhi proses pembelajaran dan
memiliki fungsi paling strategis untuk meningkatkan kualitas sumber daya lulusan. Dosen
dituntut bekerja secara profesional dan memiliki kesadaran untuk terus-menerus meningkatkan
kinerja serta kualitas kerjanya. Kualitas dosen dan lulusan ini penting karena berpengaruh
terhadap kelangsungan hidup lembaga. Permasalahannya adalah kinerja dosen Politeknik
Perdana Mandiri Purwakarta dalam melaksanakan tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi
belumlah optimal, khususnya dalam hal penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Penulis
menduga motivasilah yang menyebabkan hal itu terjadi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui: 1) gambaran motivasi dosen; 2) gambaran kinerja dosen; serta 3) kontribusi
motivasi terhadap kinerja dosen.
Objek dari penelitian ini adalah para dosen Politeknik Perdana Mandiri Purwakarta
sejumlah 30 orang. Adapun metode penelitiannya menggunakan deskriptif verifikatif. Sumber
data yang dipergunakan adalah primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan
melalui wawancara, observasi, kuesioner, dan studi literatur. Untuk mengukur besarnya
pengaruh motivasi terhadap kinerja, digunakan teknik analisis data regresi serta korelasi
dengan menggunakan software SPSS versi 19.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa keadaan motivasi yang dirasakan dosen
Politeknik Perdana Mandiri adalah rendah. Keadaan kinerja dosen pun berada pada daerah
kontinum rendah. Besarnya pengaruh motivasi terhadap kinerja adalah 56,3% (cukup kuat).
Kata Kunci : motivasi, kinerja
1. Pendahuluan Dosen selaku tenaga
pengajar di jenjang pendidikan tinggi
merupakan unsur penunjang
penyelenggaraan program pendidikan
yang akan mempengaruhi proses
pembelajaran dan memiliki fungsi paling
strategis untuk meningkatkan kualitas
sumber daya lulusan. Dosen dituntut
bekerja secara profesional dan memiliki
kesadaran untuk terus-menerus
2. meningkatkan kinerja serta kualitas
kerjanya. Kualitas dosen dan lulusan ini
penting karena berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup lembaga, seperti
dinyatakan Shaun Tyson (2006:181)
bahwa:
“The survival and growth of business
depends upon the quality of the human
resources within the organization”.
Kelangsungan hidup dan pertumbuhan
suatu bisnis tergantung pada kualitas
sumber daya manusia dalam organisasi.
63
Menurut Ruky (2006:14), “Istilah
kinerja sendiri sebenarnya adalah
pengalihbahasaan dari kata Inggris
Performance. Kamus The New Webster
Dictionary memberikan tiga arti bagi kata
performance sebagai: 1) prestasi; 2)
pertunjukan; 3) pelaksanaan tugas.
Kemudian Bernardin dan Russel, seperti
dikutip Ruky (2006:15) mengemukakan
bahwa:
“Performance is defined as the record
of outcomes produced on a specified job
function or activity during a specified
period”.
Kinerja adalah catatan tentang hasil-hasil
yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan
tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun
waktu tertentu.
Kinerja dosen merupakan salah satu
aspek yang harus mendapat perhatian serius
dari pimpinan lembaga pendidikan karena
berpengaruh terhadap kinerja lembaga
pendidikan secara keseluruhan, seperti
dikemukakan Stredwick (2005:288) bahwa:
“To all intents and purpose, an
organization is judged by its performance.
In the public sector, measures are more
controversial but sets of various
performance indicators in health, education,
and other public services give a general
overall view of how well organization is
performing in comparison to its peers”.
Organisasi dinilai dari kinerjanya
untuk semua maksud dan tujuan. Pada sektor
publik, ukurannya bahkan lebih
kontroversial, yakni seperangkat indikator
kinerja dalam bidang kesehatan, pendidikan,
dan pelayanan publik lainnya yang
memberikan tampilan keseluruhan secara
umum seberapa baik organisasi tersebut
berkinerja dibandingkan organisasi lainnya.
Namun permasalahannya adalah
kinerja dosen dalam melaksanakan tugas
Tri Dharma Perguruan Tinggi belumlah
optimal. Berkaitan dengan tugas penelitian,
Saifur Rohman melalui Kompas.com pada
tanggal 20 Desember 2010 mengungkapkan
bahwa:
“Survei SCImago melaporkan,
publikasi hasil penelitian Indonesia selama
13 tahun (1996-2008) adalah 9.194 tulisan.
Angka itu menempatkan negeri ini di urutan
ke-64 dari 234 negara yang disurvei.
Dibanding negara tetangga, Singapura
berada pada peringkat ke-31, Thailand ke-
42, dan Malaysia ke-48. Data itu tidak
signifikan dengan jumlah peneliti di
perguruan tinggi yang mencapai 89.022
orang. Menurut Kementrian Pendidikan
Nasional, peneliti berpendidikan magister
mencapai 71.489 orang, Doktor 13.033
orang, dan guru besar 4.500 orang. Jika
mengacu pada data SCImago, berarti dalam
rentang lebih dari 10 tahun, hanya ada satu
dari 10 dosen yang menerbitkan hasil
penelitian. Jika interval dipersempit dalam
rentang satu tahun, jelas presentase itu
sepuluh kali lebih sedikit”.
Selanjutnya, Senior Consultant Putera
Sampoerna School of Education, S.
Gopinathan mengatakan kepada
Kompas.com pada tanggal 10 Oktober 2009
bahwa:
“Berbagai persoalan seputar
pendidikan tidak kunjung jelas karena
minimnya penelitian kependidikan. Selama
ini sebagian besar tenaga pendidik hanya
memusatkan perhatian pada peningkatan
kemampuan mengajar saja. Minimnya
penelitian yang dilakukan oleh dosen
berimbas pada aktivitas ilmiah
mahasiswanya”.
Wiko Saputra (2006:23)
menambahkan, “Beberapa persoalan
lemahnya aktivitas ilmiah mahasiswa salah
satunya adalah kurangnya peranan dosen
memotivasi dan membimbing mahasiswa
dalam kegiatan ilmiah. Fenomena seperti ini
sering dilihat di perguruan tinggi di
Indonesia”. Kemudian dalam Workshop
Revitalisasi Fungsi Dosen Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, yang
64
diselenggarakan pada tanggal 14 Desember
2011, pembicara dari ITB, Lilik Hendrajaya
mengungkapkan, “Menurunnya kualitas
pembelajaran, salah satunya, karena dosen
tidak produktif”. Selanjutnya beliau
mengatakan bahwa:
“Para dosen sudah seharusnya
memiliki motivasi dan etos kerja, hal ini
demi meningkatkan kualitas pembelajaran.
Dosen, sebagai pengajar harus berpegang
teguh pada Tri Dharma pendidikan. Yakni
bagaimana dosen maksimal dalam
mengembangkan diri, juga maksimal untuk
mengabdi. Baik untuk institusi maupun
masyarakat”.
Lembaga pendidikan harus mampu
menemukan dan menjaga kinerja tenaga
pengajar yang ditandai dengan keunggulan
dalam melaksanakan tugas Tri Dharma
Perguruan Tinggi tersebut, yang tentu diikuti
dengan adanya kepastian karir dan
kesejahteraan. Hal itu dilakukan agar
lembaga pendidikan diyakini dan dipercaya
oleh masyarakat, termasuk para pemakai
jasa pendidikan (end user/stakeholder).
Berkaitan dengan kinerja dosen di
Politeknik Perdana Mandiri selaku lembaga
pendidikan tinggi yang dijadikan obyek
penelitian, penulis mengamati bahwa sejak
lembaga pendidikan ini berdiri pada tahun
2003, pelaksanaan tugas Tri Dharma yang
dilakukan dosen masih sangat rendah,
khususnya dalam hal penelitian dan
pengabdian pada masyarakat. Hal ini
terbukti dari laporan Evaluasi Program Studi
Berbasis Evaluasi Diri (EPSBED) terlampir.
Berdasarkan kondisi di atas, penulis
menduga bahwa motivasilah yang
menyebabkan kinerja dosen Politeknik
Perdana Mandiri relatif rendah. Menurut
Veithzal Rivai (2009:860), “Motivasi adalah
serangkaian sikap dan nilai-nilai yang
mempengaruhi individu untuk mencapai hal
yang spesifik sesuai dengan tujuan
individu”. Sedangkan menurut Hariandja
(2002:321), “Motivasi merupakan faktor-
faktor yang mengarahkan dan mendorong
perilaku atau keinginan seseorang untuk
melakukan suatu kegiatan yang dinyatakan
dalam bentuk usaha yang keras atau lemah.
Motivasi merupakan salah satu aspek yang
sangat penting dalam menentukan perilaku
seseorang, termasuk perilaku kerja”.
Berdasarkan latar belakang di atas,
penulis bermaksud melakukan penelitian
dengan judul “KONTRIBUSI MOTIVASI
TERHADAP KINERJA DOSEN
POLITEKNIK PERDANA MANDIRI
PURWAKARTA”.
1. Kerangka Pemikiran
Motivasi merupakan faktor-faktor
yang mengarahkan dan mendorong perilaku
atau keinginan seseorang untuk melakukan
suatu kegiatan yang dinyatakan dalam
bentuk usaha yang keras atau lemah.
Motivasi merupakan salah satu aspek yang
sangat penting dalam menentukan perilaku
seseorang, termasuk perilaku kerja
(Hariandja, 2002:321). Motivasi itu sendiri
merupakan bagian dari salah satu fungsi
Manajemen Sumber Daya Manusia
(MSDM), yaitu fungsi integrasi. Menurut
Hasibuan (2006:136):
“Pengintegrasian adalah kegiatan
menyatupadukan keinginan karyawan dan
kepentingan perusahaan agar tercipta
kerjasama yang memberikan kepuasan.
Usaha untuk pengintegrasian dilakukan
melalui hubungan antarmanusia (human
relation), motivasi, kepemimpinan,
Kesepakatan Kerja Bersama/KKB, dan
collective bargaining. Jadi pengintegrasian
adalah hal yang sangat penting dan
merupakan salah satu kunci untuk mencapai
hasil yang baik bagi perusahaan maupun
terhadap karyawan, sehingga memberikan
kepuasan kepada semua pihak. Karyawan
dapat memenuhi kebutuhannya dan
perusahaan memperoleh laba”.
65
Berkaitan dengan Manajemen Sumber
Daya Manusia (MSDM), Edwin B. Flippo,
seperti dikutip oleh Hasibuan (2006:11)
mengemukakan bahwa
“Personnel management is the
planning, organizing, directing, and
controlling of the procurement,
development, compensasion, integration,
maintenance, and separation of human
resources to the end that individual,
organizational, and societal objectives are
accomplished. Manajemen personalia adalah
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
dan pengendalian dari pengadaan,
pengembangan, kompensasi,
pengintegrasian, pemeliharaan, dan
pemberhentian karyawan, dengan maksud
terwujudnya tujuan perusahaan, individu,
karyawan, dan masyarakat”.
Berdasarkan definisi MSDM di atas,
dapat dilihat bahwa fungsi MSDM adalah
meliputi:
1. Perencanaan
2. Pengorganisasian
3. Pengarahan
4. Pengendalian
5. Pengadaan
6. Pengembangan
7. Kompensasi
8. Pengintegrasian
9. Pemeliharaan
10. Pemberhentian
Motivasi merupakan faktor penting
untuk meningkatkan kinerja. Seperti dikutip
Hariandja (2007:348) dalam teori motivasi
expectancy, Victor Vroom mengatakan
bahwa salah satu unsur penting dalam
motivasi adalah adanya kemungkinan bahwa
seseorang dapat mencapai kinerja yang
diharapkan. Bahkan Pritchard dan Ashwood
(2008:23) mengemukakan “People will only
be motivated if they expect that their actions
will lead to outcomes that satisfy their
needs”.
Orang hanya akan termotivasi jika
mereka mengharapkan bahwa tindakan
mereka akan menyebabkan hasil yang
memuaskan kebutuhan mereka.
Keterkaitan motivasi dengan tingkat
kinerja seseorang dipertegas oleh
Ivancevich, et. al (2005:16) bahwa motivasi
dan kemampuan untuk bekerja saling
berinteraksi dalam menentukan kinerja. Hal
senada diungkapkan Rivai (2009:633),
“Kinerja merupakan suatu fungsi dari
motivasi dan kemampuan”.
Kemudian Maier (Heavey, 2011:7)
mengungkapkan bahwa performance is
defined as a product of motivation and
ability. Pentingnya pemberian motivasi
untuk meningkatkan kinerja dikemukakan
oleh Rowley (1996:11) bahwa motivation,
then, is key in the establishment and further
development of quality in higher education.
Motivasi merupakan kunci dalam pendirian
dan pengembangan lebih lanjut dari kualitas
pendidikan tinggi.
Berdasarkan uraian di atas, penulis
menggambarkan kerangka pemikiran dan
paradigma penelitian sebagai berikut:
66
1.1 Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah “motivasi berpengaruh
secara signifikan terhadap kinerja”.
3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif verifikatif.
Istijanto (2007:13) mengatakan bahwa riset
deskriptif merupakan jenis riset yang
Manajemen
Sumber
Daya
Manusia
(MSDM)
Fungsi
Pengarahan
Pengorganisasia
n
Perencanaan
Pengembangan
Pengadaan
Pengendalian
Pemeliharaan
Pengintegrasian
Kompensasi
Kinerja
1. Pendidikan dan Pengajaran a. Pra Pendidikan
dan Pengajaran b. Proses Pendidikan
dan Pengajaran c. Pasca Pendidikan
dan Pengajaran 2. Penelitian 3. Pengabdian pada
Masyarakat Sumber: Fortunato dan
Waddle
Motivasi 1. Kebutuhan akan
prestasi 2. Kebutuhan akan
afiliasi 3. Kebutuhan akan
kekuasaan Sumber: Mc. Clelland
Pemberhentian
GAMBAR 2.1 KERANGKA PEMIKIRAN
KONTRIBUSI MOTIVASI TERHADAP KINERJA DOSEN POLITEKNIK PERDANA MANDIRI
PURWAKARTA
X Motivasi
1. Kebutuhan akan prestasi 2. Kebutuhan akan afiliasi 3. Kebutuhan akan
kekuasaan
Sumber: Mc. Clelland (Malayu SP. Hasibuan, 2006:162-163)
Y Kinerja
1. Pendidikan dan Pengajaran a. Pra Pendidikan dan
Pengajaran b. Proses Pendidikan dan
Pengajaran c. Pasca Pendidikan dan
Pengajaran 2. Penelitian 3. Pengabdian pada Masyarakat
Sumber: Fortunato dan Waddle (1981:99, 211)
GAMBAR 2.2 PARADIGMA PENELITIAN
KONTRIBUSI MOTIVASI TERHADAP KINERJA DOSEN POLITEKNIK PERDANA MANDIRI
PURWAKARTA
67
bertujuan menggambarkan sesuatu. Melalui
jenis penelitian deskriptif, maka dapat
diperoleh deskripsi mengenai: 1) gambaran
motivasi dosen Politeknik Perdana Mandiri;
dan 2) gambaran kinerja dosen Politeknik
Perdana Mandiri. Sedangkan yang dimaksud
dengan penelitian verifikatif adalah pada
dasarnya ingin menguji kebenaran suatu
hipotesis yang dilaksanakan melalui
pengumpulan data di lapangan (Arikunto,
2006:8).
Adapun jenis data yang dipergunakan
dalam penelitian ini adalah data primer
berupa tanggapan responden tentang
motivasi dan kinerja. Populasi pada
penelitian ini adalah seluruh dosen
Politeknik Perdana Mandiri Program Studi
Administrasi Bisnis dan Manajemen
Informatika Tahun Akademik 2011/2012
sejumlah 30 orang.
Pengujian hipotesis penelitian ini
menggunakan regresi serta korelasi, dimana
sebelumnya lebih dahulu dilakukan uji
validitas dan reliabilitas untuk mengukut
kualitas instrumen penelitian, serta uji
asumsi normalitas dan linearitas. Adapun
untuk menghitung uji validitas, reliabilitas,
kedua uji asumsi tersebut, serta uji hipotesis,
digunakan software SPSS versi 19.0.
4. Hasil Pengujian & Pembahasan
4.1 Gambaran Motivasi Dosen
Secara umum, gambaran motivasi
dosen berdasarkan daerah kategori kriterium
adalah rendah.
Adapun gambaran keseluruhan
tanggapan responden mengenai motivasi
berdasarkan pengolahan data secara
berurutan adalah kebutuhan akan afiliasi,
kebutuhan akan prestasi, baru kemudian
kebutuhan akan kekuasaan. Motivasi
tertinggi dosen berada pada kebutuhan akan
afiliasi, khususnya dorongan untuk membina
hubungan yang saling menyenangkan
dengan orang lain.
Ivancevich (2005:155) mengatakan
bahwa kebutuhan akan afiliasi
merefleksikan keinginan untuk berinteraksi
secara sosial dengan orang. Seseorang
dengan kebutuhan afiliasi yang tinggi
menempatkan kualitas dari hubungan
pribadi sebagai hal yang paling penting, dan
oleh karena itu hubungan sosial lebih
didahulukan daripada penyelesaian tugas.
Hariandja (2007:330) menambahkan bahwa
kebutuhan mana yang dominan pada
seseorang dapat dipengaruhi oleh sistem
nilai yang berkembang. Misalnya nilai
kekeluargaan dapat mempengaruhi
kebutuhan afiliasi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kebutuhan berprestasi.
4.2 Gambaran Kinerja Dosen
Adapun gambaran keseluruhan
tanggapan responden mengenai kinerja
berdasarkan pengolahan data secara
berurutan adalah pendidikan dan pengajaran,
penelitian, dan pengabdian pada masyarakat.
Kinerja tertinggi dosen berada pada
pendidikan dan pengajaran, khususnya
aktivitas merangkum materi kuliah
sebagaimana yang disusun dalam rencana
dan silabus perkuliahan.
Namun secara umum, gambaran
kinerja dosen berdasarkan daerah kategori
kriterium adalah rendah
4.3 Kontribusi Motivasi terhadap
Kinerja Dosen
Berdasarkan perbandingan nilai
probabilitas 0,05 dengan nilai probabilitas
Sig pada tabel coefficient melalui
perhitungan SPSS, diperoleh masing-masing
nilai Sig 0,000 dimana semua perolehan
nilai Sig tersebut lebih kecil dari nilai
probabilitas 0,05. Dengan demikian,
hipotesis motivasi berpengaruh secara
signifikan terhadap kinerja, terbukti adanya
dan mendukung teori yang ada.
Berdasarkan koefisien determinasi
(Rsquare) sebesar 0,563, terlihat bahwa
68
pengaruh motivasi (X) terhadap kinerja (Y),
dinilai positif sebesar 56,3%. Hal ini
mengindikasikan bahwa motivasi
berpengaruh secara signifikan terhadap
kinerja. Berikut ini beberapa teori
pendukung terhadap hipotesis tersebut di
atas:
1. Victor Vroom (Hariandja 2007:348)
mengatakan bahwa salah satu unsur
penting dalam motivasi adalah adanya
kemungkinan seseorang dapat mencapai
kinerja yang diharapkan.
2. Luthan (Tella et.al, 2007:2)
mengemukakan bahwa motivation is the
process that arouses, energizes, directs,
and sustains behaviour and performance.
Motivasi adalah proses yang
membangkitkan, memberi energi,
mengarahkan, dan memelihara perilaku
dan kinerja.
3. Adeyemo (Tella, et.al, 2007:3)
mengungkapkan bahwa motivation is one
of several factors that go into a person’s
performance. Motivasi adalah salah satu
dari beberapa faktor yang berpengaruh
terhadap kinerja seseorang.
4. Tella, et.al (2007:4) berpendapat,
“Studies on work motivation seem to
confirm that it improves workers’
performance and satisfaction”. Studi
mengenai motivasi kerja bertujuan untuk
mengkonfirmasi bahwa motivasi
meningkatkan kinerja dan kepuasan
karyawan.
5. Perry, e.al (Paarlberg, 2010:710)
mengatakan bahwa individuals are
motivated to make a difference in the
lives of others and that such prosocial
motivations positively influence employee
performance. Seseorang termotivasi
untuk membuat perbedaan dalam
kehidupannya dibandingkan orang lain,
motivasi semacam itu secara positif
mempengaruhi kinerja karyawan.
6. Maier (Heavey, et.al, 2011:7)
mengemukakan bahwa performance is
defined as a product of motivation and
ability. Kinerja didefinisikan sebagai
produk dari motivasi dan kemampuan.
7. Heavey, et.al. (2011:12) mengungkapkan
bahwa motivation makes a strong
association with performance in the
workplace. Motivasi memiliki hubungan
yang kuat dengan kinerja di tempat kerja.
5. Kesimpulan
1. Keadaan motivasi yang dirasakan dosen
Politeknik Perdana Mandiri adalah
rendah. Penilaian responden yang paling
rendah dari motivasi adalah:
a. Kebutuhan akan prestasi, yaitu pada
item dorongan untuk berani
mengambil resiko dari pekerjaan yang
dilakukan serta dorongan untuk
melakukan pekerjaan dengan cara-
cara baru yang lebih inovatif.
b. Kebutuhan akan afiliasi, yaitu pada
item dorongan untuk memberikan
saran pada orang lain dengan
menggunakan etika dan cara yang
santun serta dorongan untuk
melakukan kerjasama dalam
menyelesaikan pekerjaan.
c. Kebutuhan akan kekuasaan, yaitu
pada item dorongan untuk
mengadakan pendekatan dalam
mempengaruhi orang lain dengan
menjaga prestasi kerjanya serta
dorongan untuk menjadi yang terbaik
dari orang lain.
2. Keadaan kinerja dosen dinilai rendah.
Penilaian responden yang paling rendah
dari kinerja adalah sub variabel:
a. Pendidikan dan pengajaran, yaitu pada
item membimbing mahasiswa dalam
kegiatan seminar mahasiswa, makalah,
dan kegiatan akademik lainnya serta
memberikan pelayanan
bantuan/bimbingan pada mahasiswa
pada waktu yang telah ditentukan.
b. Penelitian, yaitu pada item menyajikan
dan menulis buku ilmiah atau karya
69
tulis dalam diskusi ilmiah serta
mengkaji bahan-bahan ilmiah
mutakhir seperti hasil-hasil penelitian.
c. Pengabdian pada masyarakat, yaitu
pada item menulis karya pengabdian
pada masyarakat.
3. Berdasarkan tanggapan responden, dapat
diketahui hubungan motivasi dengan
kinerja adalah cukup kuat, sehingga
hipotesis motivasi berpengaruh secara
signifikan terhadap kinerja terbukti.
6. Saran
1. Bagi dosen, perlu meningkatkan motivasi
untuk senantiasa berpikiran terbuka guna
menerima/memberikan saran serta
bekerjasama dengan orang lain dan
melakukan inovasi dengan cara
memperbaiki serta menghadirkan suasana
baru dalam aktivitas pendidikan dan
pengajaran, penelitian, maupun
pengabdian pada masyarakat.
2. Bagi pimpinan, perlu mendorong dan
membuka kesempatan seluas-luasnya
untuk dosen melakukan inovasi dalam
pelaksanaan Tri Dharma Perguruan
Tinggi, membuat perencanaan beban
tugas yang rasional dan sesuai dengan
kemampuan dosen, menyelenggarakan
pelatihan/seminar/workshop, serta
membuat pedoman pelaksanaan Tri
Dharma Perguruan Tinggi yang memacu
keberhasilan kinerja dosen.
3. Penulis dalam penelitian ini belum secara
mendalam menganalisa variabel maupun
indikator-indikator lain yang
mempengaruhi kinerja dosen, sehingga
masih memerlukan penelitian lebih lanjut
di masa yang akan datang. Variabel-
variabel yang dimaksud antara lain
kompetensi, pengalaman, ataupun
pendidikan dan pelatihan.
Daftar Pustaka
Buku:
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktis.
Yogyakarta:Bina Aksara.
Hariandja, Marihot Tua E. (2007).
Manajemen Sumber Daya Manusia.
Jakarta:Grasindo.
Hasibuan, Malayu SP. (2006). Manajemen
Sumber Daya Manusia. Jakarta:Bumi
Aksara.
Istijanto. (2007). Aplikasi Praktis Riset
Pemasaran. Jakarta:Gramedia Pustaka
Utama.
Ivansevich, John M, et al. (2005). Perilaku
.dan Manajemen Organisasi. Jilid 1.
Edisi Ketujuh. Jakarta:Erlangga.
Pritchard, Robert D dan Elissa L. Ashwood.
(2008). Managing Motivation. New
York:Routledge.
Rivai, Veithzal. (2009). Manajemen Sumber
Daya Islami. Jakarta:Rajagrafindo
Persada. Ruky, Achmad, (2006). S.
Sistem Manajemen Kinerja.
Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
Saputra, Wiko. (2006). Kuliah Itu Gampang.
Jakarta:Visi Media.
Stredwick, John. (2005). An Introduction to
Human Resources Management.
Second Edition. Oxford:Elsevier.
Tyson, Shaun. (2006). Essentials of Human
Resources Management. Fifth Edition.
Oxford:Elsevier.
Jurnal:
Heavey, Colm et.al. (2011). Enhancing
Performance Bringing Trust,
Commitment, and Motivation
Together in Organizations.Journal of
General Management. Vol 36 No 3
Spring 2011.
70
Paarlberg, Laurie E and Bob Lavigna.
(2010). Transformational Leadership
and Public Service Motivation:Driving
Individual and Organizational
Performance. Symposium on Public
Service Motivation Research.
Rowley, Jennifer. (1996). Motivation and
Academic Staff in Higher Education.
Journal of Quality Assurance in
Education. Volume 4 Number 3. 1996.
pp. 11-16. ISSN 0968-4883. MCB
University Press.
Tella, Adeyinka, et.al. (2007). Work
Motivation, Job Satisfaction, and
Organisational Commitment of
Library Personnel in Academic and
Research Libraries in Oyo State,
Nigeria. ISSN 1522-0222.
Tesis:
Mulyana, Yusep. Kontribusi Kompensasi
dan Motif Berprestasi terhadap Kinerja
Dosen. Tesis Magister Pendidikan
Jurusan Administrasi Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia. 23
Agustus 2009.
Internet:
Gopinathan , S. 10 Oktober 2009. Guru
Diarahkan Adakan Penelitian.
Tersedia di: nasional. kompas.com.
Humas Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta. 14 Desember 2011.
Kinerja Dosen Harus Lebih Maksimal.
Tersedia di:
http://www.umy.ac.id/kinerja-dosen-
harus-lebih-maksimal.html
Rohman, Saifur. Senin, 20 Desember 2010.
Ilmuwan Minus Penelitian. Tersedia
di:nasional.kompas.
71
PENGARUH SPIRIT OF ENTERPRENEUR DAN MOTIVATION
TERHADAP KINERJA USAHA PARA PENGUSAHA HANDPHONE
DI ITC DEPOK
Oleh:
Atyanto Mahatmyo, S.E., M.M. dan Mulia Nasution, S.E., M.M.
Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Jakarta, Jl. Prof. Dr. G.A.Siwabessy,
Kampus Universitas Indonesia, Depok
ABSTRAK
Pengaruh Spirit Of Entrepreneurship danMotivation Terhadap Kinerja Usaha Para Pengusaha
handphone di ITC DEPOK. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis
pengaruh dari Spirit of Entrepreneur dan Motivation terhadap Kinerja Usaha para Pengusaha
H handphone di ITC DEPOK .Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang
signifikan antara Spirit of Entrepreneur yang terdiri dari
self – directed, self – nurturing, action – oriented, highly energetic dan tolerant of uncertainty
dan motivation yang terdiri dari berani bersikap, memiliki otonomi, dan mampu mewujudkan
sesuatu terhadap kinerja usaha para pengusaha Handphone di ITC DEPOK. Metode penelitian
yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis regresi linier berganda. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian menggunakan teknik antara lain:
a. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada pengusaha handphone untuk memperoleh keterangan dan
informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.
b. Observasi
Pengamatan langsung pada usaha handphone yang dijalankan oleh pengusaha dalam hal
produk yang dijual, pendisplayan produk hingga arus pengunjung handphone.
c. Kuisioner/ Daftar Pertanyaan
Kuisioner adalah pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan melalui beberapa
daftar pertanyaan kepada responden terpilih..
Keyword: Pengusaha Handphone, Kinerja Usaha, Spirit of enterpreneur, Motivasi Pengusaha
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Entrepreneur merupakan salah satu
pemain penting dalam perekonomian
modern. Kesuksesan suatu negara dalam
membangun perekonomian dilatarbelakangi
dengan kemampuan negara menumbuh
kembangkan jiwa kewirausahaan ke dalam
diri setiap penduduk yang dapat menjadi
salah satu competitive advantages negara.
Terjadinya krisis ekonomi menyebabkan
jumlah lapangan kerja semakin sedikit
bahkan tidak tumbuh dan bangkrut.
Globalisasi ekonomi dan era informasi yang
semakin pesat berkembang menuntut
industri menggunakan sumber daya manusia
lulusan perguruan tinggi yang kompeten dan
memiliki jiwa kewirausahaan. Hal ini
disebabkan lulusan perguruan tinggi dituntut
tidak hanya mampu berperan sebagai
pencari kerja tetapi juga harus mampu
berperan sebagai pencipta kerja. Ir. Ciputra
72
dalam majalah Globe Asia Edisi
April 2008 menyatakan bahwa bila terdapat
2% penduduk Indonesia merupakan
wirausahawan maka kegiatan perekonomian
Indonesia akan jauh menjadi lebih baik
Usaha handphone merupakan salah satu
alternative usaha yang memiliki prospek
yang cukup tinggi (Susilo, 2006) karena
seiring dengan berkembangnya zaman setiap
individu yang mengutamakan hidup modern
selalu berusaha untuk selalu up to date
dalam beberapa bidang, salah satunya
pakaian. Bagi beberapa kelompok
masyarakat, handphone menjadi atribut yang
menunjukkan keberadaan mereka di dalam
masyarakat, sense mereka terhadap
teknologi dan aktualisasi diri mereka.
Semakin berjamurnya pusat perbelanjaan
mendorong semakin tingginya pertumbuhan
handphone.
Peneliti memilih tempat penelitian di
ITC DEPOK karena ITC DEPOK
merupakan salah satu pusat perbelanjaan
yang mengutamakan life style.ITC DEPOK
memiliki area handphone yang cukup
banyak dan beragam. Berada pada lokasi
yang strategis pada area perkantoran serta
mudah diakses yang menyebabkan ITC
DEPOK menjadi tempat refreshing, tempat
perbelanjaan kebutuhan sehari – hari serta
tempat keluarga hingga anak remaja .
Wirausahawan adalah seorang yang
menciptakan sebuah bisnis yang berhadapan
dengan resiko dan ketidakpastian bertujuan
memperoleh profit dan mengalami
pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi
kesempatan dan memanfaatkan sumber daya
yang diperlukan. Setiap usaha memiliki
tingkat resiko yang berbeda yang ditentukan
dengan tingkat teknologi yang digunakan,
jenis usaha yang dijalankan hingga sistem
manajemen yang diterapkan.
Tingkat persaingan para pengusaha
handphone semakin tinggi dikarenakan
semakin bertambahnya jumlah handphone
ITC DEPOK. Para pengusaha dituntut untuk
tampil beda agar mampu bersaing dengan
pengusaha lainnya. Diversifikasi produk
dapat dilakukan dengan menjual produk
sesuai dengan target market yang dituju,
kebutuhan konsumen akan produk apakah
produk merupakan keperluan harian atau
hobi serta diversifikasi produk didukung
dengan pendiversifikasian tata display
produk. Diversifikasi dalam pelayanan dapat
dilakukan dengan memberikan pelayanan
yang ramah sehingga dapat memberikan
rasa nyaman bagi konsumen dan mendorong
konsumen untuk datang kembali.
Promosi dapat dilakukan dengan
pemberian member card, promosi akhir
tahun, dan kerja sama dengan bank pemberi
kartu kredit dalam pemberian diskon bagi
pemegang kartu kredit. Diversifikasi yang
dilakukan oleh para pengusaha dapat
menjadi pendorong bagi kesuksesan usaha
yaitu pencapaian kinerja usaha yang
maksimal. Kinerja usaha yang maksimal
bukanlah hal yang mudah. Semangat kerja,
kualitas kerja, produk unggulan dan
keberhasilan merupakan capaian hasil kerja
seorang pengusaha dalam melakukan
kegiatan usaha, baik dalam pengembangan
produktifitas maupun kesuksesan dalam hal
pemasaran, sesuai dengan tanggung jawab
dan wewenangnya. (Ranto, 2007)
Kondisi kinerja usaha ini sangat
dipengaruhi oleh spirit of entrepreneur dan
motivation dari para pengusaha. Spirit
adalah semangat atau jiwa seseorang dalam
menjalankan suatu hal tertentu (Echols,
2000). Spirit of entrepreneur membentuk
seseorang untuk selalu berusaha kreatif dan
menciptakan suatu inovasi dalam kegiatan
usahanya. Motivasi berusaha merupakan
faktor yang mendorong orang untuk
bertindak dengan cara tertentu atau kondisi
mental yang mendorong dilakukannya suatu
tindakan untuk menciptakan suatu kenyataan
akan pikiran – pikiran kreatif yang tercipta
73
dari spirit of entrepreneur yang ada di dalam
dirinya. Berdasarkan uraian tersebut, maka
penulis penulis bermaksud mengajukan
proposal penelitian dengan judul “Pengaruh
Spirit of Entrepreneur dan Motivation
terhadap Kinerja Usaha Para Pengusaha
Handphone di ITC DEPOK”.
1.2. Tujuan Khusus
1.2.1. Mengindentifikasi Spirit of
Entrepreneur dan Motivation
Pengusaha Handphone di ITC
DEPOK .
1.2.2.Mengidentifikasi Kinerja Usaha Para
Pengusaha Handphone di ITC
DEPOK.
1.2.3. Menganalisis Pengaruh Spirit of En-
terpreneur dan Motivation terhadap
Kinerja Usaha Para Pengusaha
Handphone di ITC Depok
1.3. Keutamaan Penelitian
1.3.1. Bagi Peneliti
Memberikan permasalahan yang
dihadai oleh Pengusaha Handphone di
ITC DEPOK
1.3.2. Bagi Pengusaha Handphone
Memberikan pemahaman mengenai
Pengaruh Spirit of Entrepreneur dan
Motivation terhadap Kinerja Usaha .
1.3.3. Bagi masyarakat.
Sebagai masukan adanya pengaruh
Spirit of Entrepreneur dan Motivation
terhadap Kinerja usaha.
1.3.4. Bagi Dunia Pendidikan
Sebagai upaya pembekalan terhadap
Spirit of Entrepreneur dan Motivation
Para pengusaha
Tinjauan Pustaka
2.1. Entrep reneurship
”Entrepreneurship is the result of a
disciplined, systematic process of applying
creativity and innovations to needs and
opportunities in the marketplace” Thomas
W. Zimmere (Suryana, 1996:7). Terdapat
beberapa definisi entrepreneurship yang
dikemukakan oleh para ahli:
Tabel 2.1
Definition of Entrepreneurship
Source Definition
Knight (1921) Profits from bearing uncertainty and risk
Schumpeter (1934) Carrying out of new combinations of
firmorganization – new products, new services,new
sources of raw material, new mwthod ofproduction,
new markets, new forms oforganization
Hoselitz (1952) Uncertainty bearing, coordinationoproductive
resources, introduction Of innovations and the
provision of capital
Cole (1959) Purposeful activity to initiate and develop aprofit –
oriented business
McClelland (1961) Moderate risk taking
Casson (1982) Decisions and judgements about the
ccordination of scarce resources
Gartner (1985) Creation of new organizations
Stevenson, Roberts
& Grousbeck (1989} The pursuit of opportunity without regard
toresources currently controlled
74
Kewirausahaan merupakan aktivitas yang
memiliki sifat kolaboratif dan relevan
terhadap semua jenis dan ukuran organisasi,
sektor dan lokasi, serta tidak terbatas pada
pemilik atau pendiri.
2.1.1. Entrepreneur
Kata entrepreneur berasal dari kata
Prancis, entreprede, yang berarti berusaha
dengan konteks bisnis berarti memulai
sebuah bisnis. Kamus Merriam-Webster
menggambarkan definisi entrepreneur
sebagai seseorang yang mengorganisir,
memenej, dan menanggung resiko sebuah
bisnis atau usaha. Terdapat beberapa definisi
entrepreneur menurut beberapa ahli:
Tabel 2.2
Definition of Entrepreneur
Source Definition
Peggy A Lmbing and
Charles (1999) A creative action that build a value from
nothing.
Hermawan Kertajaya Someone who can sell opportunity or idea
becomesomething that can be sold and
create value likeprofit through positioning,
differentiation and brand.
Kamus Besar Bahasa
Indonesia A person who talented about new product,
toknow how to determine a new product’s
method,arrange it operational and markei it.
Raymond Kao A person who can create wealth anf value
byincreasing process through idea’s
incubation,easily resources and make an
idea come true.
Dr. Rhenald Khasali A person who like changes. Do allinvention
thatdifferentiate him form others, create
added value,giving advantages to him and
others, his creationbuilt continuously.
N. B. Susilo (2005) A person who has the character of
successfulleader, with King’s anointing.
Riyanti (2005) A person who has an unusual perception
inintroducing the potential claim of things
and
service.
75
Beberapa ahli melakukan penelitian tentang
sifat entrepreneur, antara lain:
a. David McClelland (1961)
menggambarkan entrepreneur terutama
domotivasi oleh kebutuhan yang luas atas
pencapaian dan keinginan kuat untuk
membangun.
b. Collins dan Moore (1970) mempelajari
150 entrepreneur dan menyimpulkan
bahwa mereka orang – orang yang
tangguh dan pragmatis yang dikendalikan
oleh kebutuhan atas kemandirian dan
pencapaian; mereka jarang berkeinginan
untuk mengadu pada pihak otoritas
c. Bird (1992) melihat entrepreneur
sebagai orang yang cekatan, yaitu
cenderung kaya wawasan, berbagi ide,
banyak trik, cerdik, kaya sumber daya.
Mereka opportunistic, kreatif, dan tidak
sentimental.
d. Busenitz dan Barney (1997) meng-klaim
entrepreneur cenderung terlalu percaya
diri dan menyamaratakan.
e. Cole (1959) menemukan empat tipe
entrepreneur : innovator, calculating
inventor, over-optimistic promoter, dan
organization builder. Tipe – tipe ini tidak
terkait dengan kepribadian tetapi terkait
tipe peluang yang dihadapi entrepreneur.
f. Burton W. Folsum Jr, membedakan
antar political entrepreneur dan market
entrepreneur. Political entrepreneur
menggunakan pengaruh – pengaruh
politik untuk mendapatkan pendapatan
melalui subsidi, proteksi, monopoli yang
diberi pemerintah, kontrak – kontrak
pemerintah, atau aturan – aturan
pemerintah yang menguntungkan. Market
entrepreneur berjalan tanpa
keistimewaan – keistimewaan khusus
dari pemerintah. Beberapa karakteristik
entrepreneur :
a. Entrepreneur memiliki visi antusias/
semangat/ gairah, yang merupakan
kekuatan pengendali sebuah usaha.
b. Visi entrepreneur biasanya didukung
oleh sekumpulan ide spesifik yang
terkait dan tidak tersedia di pasar.
c. Cetak biru untuk merealisasikan visi
jelas, meskipun detail mungkin tidak
lengkap, fleksibel, dan terus
berkembang.
d. Entrepreneur mempromosikan visinya
dengan gelora semangat. Dengan keras
hati dan kebulatan tekad, entrepreneur
mengembangkan berbagai strategi
untuk mengubah visi menjadi
kenyataan
e. Entrepreneur mengambil tanggung
jawab awal untuk membuat visi
menjadi sebuah kenyataan.
f. Entrepreneur mengambil resiko secara
hati – hati. Ia menaksir biaya-biaya,
kebutuhan pasar/ konsumen, dan
membujuk orang untuk bergabung
atau membantu.
g. Entrepreneur berpikir positif dan
pengambil keputusan. Seorang yang
berhasil dalam berwirausaha adalah
orang yang dapat menggabungkan
nilai – nilai, sifat – sifat, utama (pola
sikap) dan perilaku dengan bekal
pengetahuan, pengalaman dan
ketrampilan praktis.
2.2. Spirit Of Entrepreneur
Jiwa kewirausahaan atau
entrepreneurship dapat mendorong
suksesnya seseorang terutama pada era
globalisasi dan informasi karena kriteria
yang dibutuhkan oleh pasar adalah para
lulusan perguruan tinggi yang memiliki jiwa
kewirausahaan. Krisis ekonomi
menyebabkan jumlah lapangan kerja tidak
tumbuh bahkan berkurang karena bangkrut.
Hal ini menuntut para lulusan perguruan
tinggi tidak hanya mampu berperan sebagai
pencari kerja tetapi juga harus mampu
berperan sebagai pencipta kerja.
Entrepreneur memiliki banyak
kesamaan dengan sifat karakter pemimpin
76
dan seringkali dikontraskan dnegan manajer
dan administrator yang lebih methodical dan
kurang mengambil resiko. Kemampuan
seorang entrepreneur memiliki kepribadian
untuk menanggung resiko, mengambil
inisiatif, menciptakan visi, dan mengerahkan
orang lain untuk mengikuti arahan tidak
mudah dipelajari ataupun mendapatkannya.
Nickels (2005) menyebutkan untuk
mendapatkan kemampuan –kemampuan
tersebut seorang entrepreneur harus
memiliki spirit of entrepreneur, yaitu:
1. Self – Directed
Entrepreneur hendaknya bersikap
menyenangkan dan memiliki displin diri
yang tinggi walaupun merupakan pemilik
usaha dan penanggungjawab akan
keberhasilan maupun kegagalan usaha.
2. Self - Nurturing
Entrepreneur harus percaya akan ide
yang didapatnya walaupun tidak ada
orang yang memikirkannya, dan harus
melengkapi antusiasme entrepreneur.
3. Action – oriented
Gagasan bisnis yang luar biasa belumlah
cukup tanpa adanya semangat ntuk
mewujudkan, mengaktualisasikan, dan
mewujudkan impian menjadi kenyataan.
4. Highly – energetic
It’s your business, and you must
emotionally, mentally, and physically
able to work long and hard.
5. Tolerant of uncertainty
Entrepreneur sukses dengan menempuh
resiko – resiko yang telah diperhitungkan
sebelumnya. Kewirausahaan tidak
ditujukan bagi orang – rang yang suka
memilih keadaan atau takut untuk
menerima kegagalan.
Tips bagi entrepreneur yang potensial:
a. Bekerja dengan orang lain, dan pelajari
bagaimana mereka mendapatkan uang
b. Research your market, tetapi jangan
dilakukan dalam jangka waktu lama
c. Mulailah usaha anda ketika anda telah
memiliki pelanggan. Sebagai permulaan,
jadikan usaha anda sebagai usaha
sampingan dahulu.
d. Susun suatu tujuan spesifik tetapi jangan
terlalu tinggi karena dalam memulai
usaha, aspek yang paling tersita adalah
aspek keuangan anda.
e. Rencanakan beberapa tujuan anda dalam
time schedule
f. Biasakan diri anda bergaul dengan orang
yang lebih pintar, misalnya seorang
akuntan atau direktur yang tertarik
dengan usaha anda dan bisa emberi
jawaban pertanyaan anda seputar usaha
yang dilakukan.
g. Jangan takut gagal. New entrepreneur
must be ready to run out of time few
time before they succeed (Nickels, 2005)
2.3. Motivation
Motivasi adalah faktor yang
mendorong orang untuk bertindak dengan
cara tertentu atau kondisi mnetal yang
mendorong dilakukannya suatu tindakan
(action or activities) dan memberikan
kekuatan (energy) yang mengarah kepada
pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan
ataupun mengurangi ketidakseimbangan.
Menurut Santrock (Ranto, 2007)
melihat ranah motivasi terdiri dari Motivasi
Instrinsik, yaitu keinginan dari dalam diri
seseorang untuk melakukan yang
bermanfaat bagi dirinya, dan Motivasi
Ekstrinsik, yaitu keinginan untuk melakukan
sesuatu yang lebih dipengaruhi oleh faktor –
faktor yang berasal dari luar diri. Motivasi
bukanlah suatu perilaku, motivasi
adalah pernyataan internal yang kompleks
yang tidak dapat dipelajari secara
langsung, tetapi pernyataan internal
kompleks itu mempengaruhi perilaku.
Owen (Ranto, 2007)
Keberhasilan berusaha tidak diukur
dari seberapa banyak harta seseorang telah
terkumpul tetapi dilihat bagaimana seorang
membentuk, mendirikan serta menjalankan
usaha dari sesuatu yang tidak ada menjadi
77
ada. Dalam berusaha, kekayaan merupakan
sifat yang relative dan merupakan produk
bawaan dari sebuah usaha yang ingin
mengaktualisasikan diri dalam suatu
kehidupan sendiri untuk mewujudkan
sesuatu. Sehingga motivasi berusaha adalah
dorongan patriotik pengusaha yang muncul
dari dalam diri (instrinsik) dan dari luar diri
(ekstrinsik) dalam meneliti dalam
kehidupannya untuk mencari nilai – nilai
hakiki agar cita – cita hidup berlandaskan
keyakinan dan berwatak luhur untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. (Ranto,
2007:20)
2.4. Kinerja usaha
Kinerja merupakan serangkaian
kegiatan manajemen yang memberikan
gambaran sejauhmana hasil yang sudah
dicapai dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya dalam akuntabilitas
publik baik berupa keberhasilan maupun
kekurangan yang terjadi . Ivancevich
(Ranto, 2007)
Jenis kinerja dapat diklasifikasikan
sebagai kinerja manusia, kinerja mesin dan
kinerja organisasi di mana hasil kegiatan
dilaksanakan secara efisien dan efektif..
Dalam menilai kinerja yang efektif dapat
mempengaruhi dua hal yaitu produktivitas
dan kualitas kerja yang dapat dinilai dengan
melakukan langkah – langkah (1)
mendefinisikan pekerjaan; (2) menilai
kinerja dan (3) memberikan umpan balik,
dan adanya akuntabilitas yang jelas.
Dessler (Ranto, 2007) Menurut
Kotter dan Hesket (Ranto, 2007) jenis
kinerja terdiri dari dua yaitu (1) kinerja
ekonomis, menghasilkan etos kerja yang
kuat dan berkualitas, dan (2) kinerja unggul,
menghasilkan produk unggulan.
Kinerja usaha para pengusaha adalah
serangkaian capaian hasil kerja dalam
melakukan kegiatan usaha, baik dalam
pengembangan produktivitas maupun
kesuksesan dalam hal pemasaran, sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawabnya.
Kinerja usaha yaitu semangat kerja, kualitas
kerja, produk unggulan, dan keberhasilan
usaha yang mempunyai hubungan signifikan
terhadap kinerja pengusaha.
1. Semangat kerja
Semangat kerja adalah dorongan yang
muncul dalam diri seseorang dalam
melakukan suatu pekerjaan sehingga
kinerja yang dihasilkan adalah maksimal
dan terdapat nilai – nilai keberhasilan
bagi usaha.
2. Kualitas Kerja
Kegiatan usaha yang dijalankan dapat
berjalan secara efektif dan efisisen dan
menghasilkan etos kerja yang berkualitas
serta menghasilkan produk unggulan.
3. Produk unggulan
Produk unggulan merupakan hasil
kegiatan usaha yang merupakan hasil dari
rangsangan yang disajikan kepada
konsumen melalui interaksi antara
pengusaha dan konsumen. Hasil kegiatan
usaha merupakan produk yng memiliki
peringkat penjualan paling tinggi
dibandingkan dengan roduk lainnya.
4. Keberhasilan
Keberhasilan usaha adalah suatu keadaan
dimana usaha telah berjalan dengan
lancar dilihat melalui keuntungan, jumlah
penjualan dan pertumbuhan usaha.
Cara memasuki dunia usaha:
Menurut Suryana (2003) terdapat
tiga cara memulai suatu usaha atau
memasuki dunia usaha, yaitu :
1. Merintis usaha baru (starting), yaitu
membentuk dan mendirikan usaha baru
dengan menggunakan modal, ide,
organisasi, dan manajemen yang
dirancang sendiri. Terdapat tiga bentuk
usaha baru yang dapat dirintis:
(a)Perusahan milik sendiri, yaitu bentuk
usaha yang dimiliki dan dikelola endiri
oleh seseorang, (b) Persekutuan
(partnership), yaitu suatu kerja ama
78
(asosiasi) dua orang atau lebih yang
secara bersama – sama enjalankan usaha
bersama, dan (c) Perusahan berbadan
hukum (corporation), yaitu perusahaan
yang didirikan atas dasar badan hukum
dengan modal saham – saham.
2. Membeli usaha orang lain(buying), yaitu
dengan membeli perusahaan atau saha
yang telah didirikan atau dirintis dan
diorganisir oleh orang lain engan nama
(good will) dan organisasi yang sudah
ada.
3. Kerja sama manajemen (franchising),
yaitu suatu kerja sama antara
entrepreneur dengan franchisor dalam
mengadakan persetujuan jual-belihak
monopoli untuk menyelenggarakan usaha
(waralaba). Setiap waralaba enjalankan
operasi bisnisnya secara mandiri dan
biasanya dimiliki oleh engusaha
perseorangan.
Dalam memasuki arena bisnis atau
memulai usaha baru, entrepreneur dituntut
tidak hanya memiliki kemampuan tetapi
juga harus memiliki ide dan kemauan yang
terwujud dalam bentuk product yang laku di
pasar. Dalam merintis usaha baru, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan:
1. Bidang dan jenis usaha yang dimasuki
2. Bentuk usaha dan bentuk kepemilikan
yang akan dipilih
3. Tempat usaha yang akan dipilih
4. Organisasi usaha yang akan digunakan
5. Jaminan usaha yang mungkin diperoleh
6. Lingkungan usaha yang akan
berpengaruh (Suryana, 2003)
2.5. Usaha Kecil
Istilah entrepreneur dengan pemilik
usaha kecil sering digunakan secara
bersamaan. Walaupun memiliki banyak
kesamaan, tetapi terdapat perbedaan
signifikan antara keduanya dalam hal :
1. Jumlah kekayaan yang tercipta – usaha
entrepreneurship menciptakan kekayaan
secara substansial, bukan sekedar arus
penadapatn yang menggantikan upah
tradisional
2. Kecepatan mendatangkan kekayaan –
sementara bisnis kecil yang sukses dapat
menciptakan keuntungan dalam jangka
waktu yang panjang, entrepreneur
menciptakan kekayaan dalam waktu yang
lebih singkat, misalnya 5 tahun.
3. Resiko pada entrepreneur tinggi, dengan
insentif keuntungan pasti, banyak
entrepreneur akan mengejar ide dan
kesempatan yang akan mudah lepas.
4. Inovasi – entrepreneur melibatkan
inovasi substansial melebihi usaha kecil.
Inovasi menciptakan keunggulan
kompetitif yang menghasilkan
kemakmuran . Inovasi bisa dari produk
atau jasa, atau dalam proses bisnis
yang digunakan untuk menciptakan
produk atau jasa.
Managing a Small Business
Usaha kecil rentan akan kegagalan
yang umumnya terjadi dalam menerapkan
sistem manajemen. Apakah system
manajemen yang telah diterapkan sesuai
dengan skala usaha atau disebabkan oleh
human error merupakan dua kemungkinan
penyebab kegagalan penerapan system
manajemen dalam usaha kecil.. Dalam
memulai usaha Nickels (2005:189)
menyatakan terdapat beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam membantu
kesuksesan dalam berusaha, yaitu:
1. Planning your business
Merupakan langkah awal dalam memulai
usaha. Business Plan berisikan tentang
semua aspek dari bsinis yang akan
dijalankan, antara lain adalah target
pemasaran, keuntungan bisnis, sumber
daya yang dimiliki, dan kualifikasi yang
diinginkan pemilik usaha.
2. Financing your business
Memulai suatu usaha harus memiliki
beberapa sumber daya modal yang
potensial, yaitu: tabungan pribadi,
79
keluarga, former employers (induk
semang), lembaga keuangan dan
peemrintah.
3. Knowing your customers (marketing)
Elemen yang paling penting dalam
kesuksesan usaha kecila adalah
mengetahui pasar. Di dalam bisnis,
sebuah pasar terdiri dari orang – orang
yang tidak puas dengan keinginan dan
kebutuhan mereka yang kedua hal
tersebut mempunyai untuk membeli.
4. Managing your employees (human
resources development)
Usaha – usaha yang telah tumbuh
menjadi tidak mungkin bagi entrepreneur
apabila mereka tidak mengupah, melatih,
dan memotivasi karyawannya akan
menjadi titik kritis.
5. Keeping record (accounting)
Pemilik usaha sering mengatakan bahwa
hal yang terpenting dalam meulai dan
menjalankan usaha kecil adalah aspek
keuangan. Peranan komputer sangat
diperlukan pada pencatatan keuanagn
perusahaan dengan mencatat aktivitas
keuanagn antara lain adalah penjualan,
peengeluaran, dan keuntungan. Sistem
komputerisasi yang sederhana cukup
membantu usaha dalam pencatatan
keuangan diantaranya adalah
pengendalian persediaan, jumlah
pelanggan dan daftar gaji. Menurut
Thomas Zimmerer ada 8 faktor
pendorong pertumbuhan kewirausahaan
antara lain sebagai berikut :
1. Wirausahawan Sebagai pahlawan
Faktor diatas sangat mendorong setiap
orang untuk mencoba mempunyai
usaha sendiri karena adanya sikap
masyarakat bahwa seorang wirausaha
dianggap sebagai pahlawan serta
sebagai model untuk diikuti. Sehingga
status inilah yang mendorong
seseorang memulai usaha sendiri.
2. Pendidikan Kewirausahaan
Pendidikan kewirausahaan sangat populer
di banyak akademi dan universitas di
Amerika. Banyak mahasiswa semakin
takut dengan berkurangnya kesempatan
kerja yang tersedia sehingga mendorong
untuk belajar kewirausahaan dengan
tujuan setelah selesai kuliah dapat
membuka usaha sendiri.
3. Faktor Ekonomi dan Kependudukan
Dari segi demografi sebagian besar
entrepreneur memulai bisnis antara umur
25 tahun sampai dengan 39 tahun. Hal ini
didukung oleh komposisi jumlah
penduduk di suatu negara, sebagian besar
pada kisaran umur diatas. Lebih lagi,
banyak orang menyadari bahwa dalam
kewirausahaan tidak ada pembatasan baik
dalam hal umur, jenis kelamin, ras, latar
belakang ekonomi atau apapun juga
dalam mencapai sukses dengan memiliki
bisnis sendiri.
4. Pergeseran ke Ekonomi Jasa
Amerika pada tahun 2000 sektor jasa
menghasilkan 92% pekerjaan dan 85%
GDP negara tersebut. Karena sektor jasa
relatif rendah investasi awalnya sehingga
untuk menjadi populer di kalangan para
wirausaha dan mendorong wirausaha
untuk mencoba memulai usaha sendiri di
bidang jasa
5. Kemajuan Teknologi
Dengan bantuan mesin bisnis modern
seperti komputer, laptop, notebook,
mesin fax, printer laser, printer color,
mesin penjawab telpon, seseorang dapat
bekerja dirumah seperti layaknya bisnis
besar. Pada zaman dulu, tingginya biaya
teknologi membuat bisnis kecil tidak
mungkin bersaing dengan bisnis besar
yang mampu membeli alat-alat tersebut.
Sekarang komputer dan alat komunikasi
tersebut harganya berada dalam
jangkauan bisnis kecil.
6. Gaya Hidup Bebas
Kewirausahaan sesuai dengan keinginan
gaya hidup orang Amerika yang
80
menyukai kebebasan dan kemandirian
yaitu ingin bebas memilih tempat mereka
tinggal dan jam kerja yang mereka sukai.
Meskipun keamanan keuangan tetap
merupakan sasaran penting bagi hampir
semua wirausahawan, tetapi banyak
prioritas lain seperti lebih banyak waktu
untuk keluarga dan teman, lebih banyak
waktu senggang dan lebih besar
kemampuan mengendalikan stress
hubungan dengan kerja. Dalam penelitian
yang telah dilakukan bahwa 77% orang
dewasa yang diteliti, menetapkan
penggunaan lebih banyak waktu dengan
keluarga dan teman sebagai prioritas
pertama. Menghasilkan uang berada pada
urutan kelima dan membelanjakan uang
untuk membeli barang berada pada
urutan terakhir.
7. E- Commerce dan the world wide web
Perdagangan on-line tumbuh cepat sekali,
sehingga menciptakan perdagangan
banyak kesempatan bagi wirausahawan
berbasis internet atau website. Data
menunjukkan bahwa 47% bisnis kecil
melakukan akses internet sedangkan 35%
sudah mempunyai website sendiri. Faktor
ini juga mendorong pertumbuhan
wirausahawan di beberapa negara.
8. Peluang Internasional
Dalam mencari pelanggan, bisnis kecil
kini tidak lagi dibatasi dalam ruang
lingkup Negara sendiri. Pergeseran dalam
ekonomi global yang dramatis telah
membuka pintu ke peluang bisnis yang
luar biasa bagi para wirausahawan yang
bersedia menggapai seluruh dunia.
Kejadian dunia seperti runtuhnya tembok
Berlin, revolusi di negara-negara baltik
Uni Soviet dan hilangnya hambatan
perdagangan sebagai hasil perjanjian
Masyarakat Ekonomi Eropa, telah
membuka sebagian besar pasar dunia
bagi para wirausahawan. Peluang
Internasional akan terus berlanjut dan
tumbuh dengan cepat pada abad 21.
Metode Penelitian
3.1. Lokasi penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi yang
bertempat ITC DEPOK.di Jl Margonda
Raya.
3.2. Pendekatan Penelitian
a. Penulis hanya menganalisis masalah di
kalangan pengusaha yang menjalankan
usaha handphone di ITC DEPOK.
b. Pengusaha yang diteliti adalah para
pengusaha yang telah memiliki tempat
tetap di ITC DEPOK dan menjual khusus
produk handphone dilengkapi dengan
aksesori pelengkap lain
c. Telah beroperasi minimal 6 bulan
d. Penelitian menggunakan variabel spirit of
entrepreneur sebagai variabel independen
(X1) dengan 5 (lima) indikator sebagai
berikut:
1. Self-directed
2. Self-nurturing
3. Action-oriented
4. Highly energetic
5. Tolerant of uncertainty
Motivation sebagai variabel independen
(X2) dengan 3 (tiga) indicator sebagai
berikut:
1. Berani bersikap
2. Memiliki otonomi
3. Mampu mewujudkan sesuatu
Kinerja usaha (Y) sebagai variabel
dependen dengan 4 (empat) indikator
sebagai berikut:
1. Semangat kerja
2. Kualitas kerja
3. Produk unggulan
4. Keberhasilan
3.3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini mengambil
subjek penelitian pada kelompok usaha
handphone di ITC DEPOK.
81
3.4. Metode Pengumpulan Data
3. 4.1 Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi penelitian adalah para
pengusaha handphone di ITC DEPOK
b. Sampel
Teknik pengambilan sampel
menggunakan metode nonprobability
sampling methods yang disebut juga
dengan metode pemilihan secara tidak
acak dengan metode judgment sampling.
Kriteria yang digunakan oleh penulis
adalag sebagai berikut:
1) Memiliki tempat usaha yang tetap di
ITC Depok
2) Kepemilikan usaha adalah usaha
sendiri
3) Telah beroperasi minimal 6 bulan
terhitung sejak tanggal pembukaan
handphone
Berdasarkan metode yang digunakan
maka jumlah sampel penelitian adalah 24
usaha.
3.4.2. Jenis dan Sumber Data
Penelitian menggunakan dua jenis
sumber data, yaitu:
a. Data Primer
Data yang diperoleh secara langsung dari
responden terpilih pada lokasi penelitian.
Data primer dikumpulkan melalui
wawancara kepada responden dan
menggunakan kuisioner dengan
mengajukan sejumlah pertanyaan sesuai dengan indikator penelitian.
b. Data Sekunder
Data yang diperoleh melalui studi
dokumentasi yang menjadi referensi
pendukung penelitian berupa buku,
majalah, jurnal.
3.4.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam
penelitian menggunakan teknik antara lain:
a. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada pengusaha
handphone untuk memperoleh keterangan
dan informasi yang dibutuhkan dalam
penelitian.
b. Observasi
Pengamatan langsung pada usaha
handphone yang dijalankan oleh
pengusaha dalam hal produk yang dijual,
pendisplayan produk hingga arus
pengunjung handphone.
c. Kuisioner/ Daftar Pertanyaan
Kuisioner adalah pengumpulan data
dengan cara mengajukan pertanyaan
melalui beberapa daftar pertanyaan
kepada responden terpilih.
3.5. teknik Analisis Data
a. Metode analisis statistik yang digunakan
dalam penelitian adalah analisis regresi
linier berganda yang digunakan untuk
mengadakan prediksi nilai dari variabel
dependen dengan memperhitungkan
nilainilai variabel independen sehingga
dapat diketahui apakah terdapat pengaruh
positif atau negatif. Analisis regresi linier
berganda dalam penelitian menggunakan
bantuan aplikasi software Statistic
Product and Service Solution(SPSS)
Rumusnya adalah:
Y = a + b1X1 + b2X2 + e
dimana:
Y = Kinerja Usaha
X1 = Spirit of entrepreneur
X2 = Motivation
a = Konstanta
b1-b2 = Koefisien arah regresi
e = standard error
b. Pengukuran variabel menggunakan skala
likert yang digunakan sebagai alat untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang
terhadap subyek, obyek atau kejadian
tertentu. Dalam melakukan penelitian
terhadap variabel-variabel yang akan
diuji, pada setiap jawaban akan diberi
skor. (Sugiyono, 2005:86). Skala Likert
82
c. Umumnya menggunakan 5 (lima) tingkat penilaian yang dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut:
Tabel 5.1
Instrumen Skala Likert
No Jawaban Pertanyaan Skor
1 Sangat Setuju (SS) 5
2 Setuju (S) 4
3 Ragu-ragu (RG) 3
4 Tidak Setuju (TS) 2
5 Sangat Tidak Setuju 1
Sumber: Sugiyono (2005)
d. Uji Validitas dan Realibilitas
Uji validitas dilakukan untuk mengukur
apakah data yang telah didapat setelah
penelitian merupakan data yang valid
dengan instrumen yang digunakan, yaitu
kuisioner. Kuisioner diadopsi dari
penelitian terdahulu dan karena beberapa
kondisi yang berbeda seperti adanya
penambahan variabel maka peneliti
melakukan uji validitas terhadap
kuisioner tersebut. Sedangkan uji
realibilitas digunkan untuk melihat
apakah alat ukur yang digunakan
(kuisioner) menunjukkan konsistensi di
dalam mengukur gejala yang sama.
e. Pengujian hipotesis sebagai berikut:
1. Uji-t (Uji Parsial)
Uji-t digunakan untuk menunjukkan
seberapa besar pengaruh variabel
independen secara individual terhadap
varaiabel dependen. Untuk menguji
hipotesis digunakan uji-t, dengan
kriteria pengambilan keputusan
sebagai berikut:
Ho : β = 0 (tidak terdapat pengaruh
Spirit of entrepreneur dan motivation
terhadap kinerja usaha)
H1 : β ≠ 0 (terdapat pengaruh Spirit of
entrepreneur dan motivation terhadap
kinerja usaha). Kaidah pengambilan
keputusan:
Ho diterima jika t hitung < ttabel pada α =
5%
Ho ditolak jika t hitung > ttabel pada α = 5%
2. Uji-F (Uji secara serentak)
Uji-F digunakan untuk menguji apakah
setiap variabel indeepnden (X1 dan X2)
mempunyai pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap variabel dependen
(Y) secara serentak. Kriteria pengambilan
keputusan sebagai berikut:
Ho : b1, b2 = 0 (tidak terdapat pengaruh
yang positif dan siginifikan secara
bersama-sama dari seluruh variabel
independen terhadap variabel dependen)
H1 : b1, b2 ≠ 0 (terdapat pengaruh yang
positif dan siginifikan secara bersama-
sama dari seluruh variabel independen
terhadap variabel dependen). Kaidah
pengambilan keputusan:
Ho diterima jika Fhitung < Ftabel pada α =
5%
Ho ditolak jika Fhitung > Ftabel pada α = 5%
3. Identifikasi Determinan (R²)
Identifikasi Determinan (R²) berfungsi
untuk mengetahui signifikansi variabel.
Koefisisen Determinan menunjukkan
seberapa besar kontribusi variabel
independen (X1 dan X2) terhadap variabel
dependen (Y). Semakin besar nilai
koefisien determinasi maka semakin baik
variabel X1 dan X2 menerangkan variabel
Y. Jika R² semakin besar (mendekati
satu) maka dapat dikatakan bahwa
pengaruh variabel spirit of entrepreneur
83
(X1) dan motivation (X2) adalah besar terhadap variabel kinerja usaha (Y).
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Responden
Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5
Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Prosentase
Laki – laki 12 24 %
Perempuan 38 76 %
Total 50 100 %
Dari tabel di atas terlihat 50 pengusaha
handphone sebanyak 12 orang adalah
laki-laki dengan prosentase sebesar
24% dan perempuan sebanyak 38
orang dengan prosentase 76 %.
5.2. Karakteristik Responden
Berdasarkan Usia
Tabel 6
Jumlah responden berdasarkan usia Usia Jumlah Prosentase
20 – 30 17 35 %
31 – 40 24 48 %
≥ 40 9 17 %
Total 50 100 %
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa
jumlah pengusaha handphone yang
berumur 20 – 30 tahun sebanyak 17
orang dengan prosentase sebesar 35 %,
pengusaha handphone yang berumur 31
–40 tahun sebanyak 24 orang dengan
prosentase sebesar 48 % dan pengusaha
yang lebih dari 40 tahun sebanyak 9
orang dengan prosentase sebesar 17 %.
5.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Usaha
Tabel 7
Jumlah responden berdasarkan lama usaha Lama Usaha Jumlah Prosentase
≤ 1 Tahun 3 6 %
2 – 3 Tahun 33 66 %
4 – 5 Tahun 4 8 %
≥ 5 Tahun 10 20 %
Total 50 100 %
Dari tabel di atas terlihat bahwa dari 50
pengusaha handphone sebanyak 3 orang
telah berusaha selama ≤ 1 tahun dengan
prosentase sebesar 6 %, sebanyak 33
orang telah berusaha selama 2 – 3 tahun
dengan prosentase sebesar 66 %,
sebanyak 4 orang telah berusaha selama
3 – 5 tahun dengan prosentase 8 % dan
10 orang telah berusaha selama ≥ 5
tahun dengan prosentase sebesar 20%.
84
5.4. Karakteristik Responden Berdasar-
kan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Jumlah Prosentase
Sekolah Dasar 0 0 %
SLTP 0 0 %
SLTA 1 2 %
Diploma 21 42 %
S – 1 27 54 %
S – 2 1 2 %
Total 50 100 %
Dari tabel di atas terlihat dari 50 pengusaha
handphone yang berpendidikan SLTA
sebanyak 1 orang dengan prosentase sebesar
2%, diploma sebesar 21 orang dengan
prosentase sebesar 42 %, S-1 sebanyak 27
orang dengan prosentase sebesar 54 %, S 2
sebanyak 1 orang dengan prosentase sebesar
2 %.
5.5. Uji Validitas Dan Reliabilitas
1. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan
terhadap kuisioner. Valid artinya data-
data yang diperoleh dengan kuisioner
dapat menjawab tujuan penelitian,
sedangkan reabel artinya konsisten/stabil.
2. Dalam uji validitas pengambilan
keputusan adalah:
Jika hitung tabel r > r, maka pernyataan tersebut dinyatakan valid;
Jika hitung tabel r < r, maka pernyataan
tersebut dinyatakan tidak valid.
Tabel
Uji Validitas
Corrected Item-Total
Correlation
Rtabel Keterangan
Pernyataan 1 .404 .361 valid
Pernyataan 2 .470 .361 valid
Pernyataan 3 399 .361 valid
Pernyataan 4 503 .361 valid
Pernyataan 5 .524 .361 valid
Pernyataan 6 .566 .361 valid
Pernyataan 7 517 .361 valid
Pernyataan 8 538 .361 valid
Pernyataan 9 614 .361 valid
Pernyataan 10 .749 .361 valid
Pernyataan 11 .636 .361 valid
Pernyataan 12 .403 .361 valid
Pernyataan 13 .551 .361 valid
Pernyataan 14 .550 .361 valid
Pernyataan 15 .678 .361 valid
Uji validitas dilakukan untuk
mengukur apakah data yang telah didapat
setelah penelitian merupakan data valid
dengan instrumen yang digunakan, yaitu
85
kuisioner. Kuisioner diadopsi dari penelitian
terdahulu dan karena beberapa kondisi yang
berbeda seperti adanya penambahan variabel
maka peneliti melakukan uji validitas
terhadap kuisioner tersebut.
Berdasarkan kriteria pengambilan
keputusan kevalidan tidak ditemukan
pertanyaan yang tidak valid sehingga
seluruh butir pertanyaan dinyatakan valid.
Setelah dilakukan uji validitas, maka
dilakukan uji reliabilitas sebagai berikut:
1. Jika alpha tabel r positif atau > r, maka
pertanyaan reliabel
2. Jika alpha tabel r negatif atau < r, maka
pertanyaan tidak reliabel
Tabel
Uji Reliabilitas
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
R Keterangan
Pernyataan 1 .944 0.80 Reliabel
Pernyataan 2 .943 0.80 Reliabel
Pernyataan 3 .944 0.80 Reliabel
Pernyataan 4 .943 0.80 Reliabel
Pernyataan 5 .943 0.80 Reliabel
Pernyataan 6 .943 0.80 Reliabel
Pernyataan 7 .943 0.80 Reliabel
Pernyataan 8 .943 0.80 Reliabel
Pernyataan 9 .943 0.80 Reliabel
Pernyataan 10 .941 0.80 Reliabel
Pernyataan 11 .942 0.80 Reliabel
Pernyataan 12 .944 0.80 Reliabel
Pernyataan 13 .943 0.80 Reliabel
Pernyataan 14 .943 0.80 Reliabel
Pernyataan 15 .942 0.80 Reliabel
Uji realibilitas digunakan untuk
melihat apakah alat ukur yang digunakan
(kuisioner) menunjukkan konsistensi di
dalam mengukur gejala yang sama. Dari
tabel di atas terlihat bahwa seluruh butir
dinyatakan reliabel.
5.6. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda
digunakan untuk melihat secara langsung
pengaruh beberapa variabel terikat, yang
pada intinya mengukur proporsi/prosentase
sumbangan variabel bebas, yaitu: variabel
spirit of interpreneur (X1), motivation (X2)
terhadap variasi naik turunnya variabel
terikat atau kinerja usaha (Y) secara
bersama-sama, dimana 0 ≤ R2 ≤ 1
.
Tabel 9
Determinan (Model Summary)
Model R R.Square Adjusted
R.Square
Std. Error of the
Estimate
1 .405a .164 .144 3.17371
Keterangan:
a. R = 0,405 berarti hubungan antara spirit
of interpreneur dan motivation pengusaha
86
handphone di ITC Depok terhadap
kinerja usaha sebesar 40,5 %, artinya
hubungannya kurang erat.
b. Adjusted R. Square sebesar 0,144 berarti
spirit of interpreneur dan motivation
mempengaruhi kinerja usaha, para
pengusaha handphone di ITC Depok
adalah sebesar 1,44 % dan sisanya 85,6%
dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain
yang tidak diteliti dalam penelitian ini
5.7. Uji F
Dilakukan untuk menguji apakah
setiap variabel bebas (X1, X2) mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel
terikat (Y) secara serentak. Dengan kriteria
pengambilan keputusan sebagai berikut:
Ho diterima jika Fhitung < Ftabel pada α = 5 %
Ho diterima jika Fhitung > Ftabel pada α = 5 %
Tabel 10
Uji F Anovab
Model Sum Square df Mean Square F Sig
Regression 160.278 2 80.139 7.956 .001a
Residual 815.865 81 10.072
Total 976.143 83
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai
Fhitung adalah 9.956 dengan tingkat
signifikansi 0.001 sedangkan Ftabel pada
alpha 5 % adalah 3,92 oleh karena Fhitung >
Ftabel dan tingkat signifikannya 0,001 < 0,05
menunjukkan bahwa pengaruh variabel
independen/spirit of interpreneur dan
motivation pengusaha handphone secara
serentak adalah positif dan signifikan
terhadap kinerja usaha pengusaha
handphone di ITC Depok.
5.8. Uji T
Dilakukan untuk menguji setiap
variabel bebas (X1, X2) apakah mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel
terkait (Y) secara parsial
. Tabel 11
Tabel Uji T
Model
Unstandardized
Coefficients Standardized
Cofficients t Sig
B std. Error Beta
1. (Constant) 16.866 3.525 4.785 .000
Spirit of Enterpreneur .146 .068 .242 2.159 .034
Motivation .258 .122 .238 2.119 .037
Berdasarkan tabel di atas disimpulkan
sebagai berikut:
a. Variabel Spirit Of Enterpreneur
berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap kinerja usaha para pengusaha di
ITC Depok. Hal ini terlihat dari nilai
signifikansi sebesar 0,034 yang lebih
kecil dari 0,05. Dengan demikian hasil ini
menunjukkan bahwa variabel spirit of
enterpreneur mempengaruhi kinerja
87
usaha para pengusaha handphone di ITC
Depok.
b. Variabel motivation berpengaruh secara
positif dan signifikan terhadap kinerja
usaha para pengusaha handphone di ITC
Depok, hal ini terlihat dari nilai
signifikansi yang sebesar 0,037 lebih
kecil dari 0,05. Dengan demikian variabel
motivation berpengaruh positif terhadap
kinerja usaha para pengusaha di ITC
Depok.
c. Konstanta sebesar 16,866, artinya
walaupun variabel bebas bernilai nol
maka kinerja usaha para pengusaha
handphone di ITC Depok tetap sebesar
16,866.
d. Berdasarkan hasil uji t maka rumus
persamaan regresinya adalah
Y = 16,866+0,146X+0,258 + e
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis yang telah
dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara
Spirit Of Entrepreneur dan Motivation
terhadap kinerja usaha para pengusaha
Hand phnedi ITC Depok,
2. Berdasarkan uji F disimpulkan bahwa
variabel Spirit Of Entrepreneur (X1 ),
dan Motivation (X2) secara bersama-
sama berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja usaha para pengusaha
Hand Phone di ITC Depok dengan nilai F
hitung diperoleh 7,956 lebih besar dari
nilai F tabel (2,68) dan tingkat signifikan
0,001 atau dibawah 0,05.
3. Koefisien korelasi yang menunjukkan
keeratan hubungan antara Spirit Of
Entrepreneur dan Motivation terhadap
kinerja usaha para pengusaha Hand
Phone di ITC Depok adalah kurang erat
ditandai dengan R = 0,405 dan besarnya
R 2 = 0,144, artinya 14,4% kinerja usaha
para pengusaha Hand Phone di ITC
Depok dipengaruhi oleh Spirit Of
Entrepreneur dan Motivation dan 85,6%
dipengaruhi oleh faktor- faktor lain yang
tidak diteliti dalam penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Daft, Richard L. Manajemen Edisi 1, Alih
bahasa oleh Edward Tanujaya dan
Shirly Tiolina. Salemba Empat,
Jakarta, 2007
Dollinger, Marc J. Entrepreneurship :
strategies and resources, Prentice-
Hall, New Jersey, 1999
Indriantoro, Nur. Metodologi Penelitian
Bisnis Untuk Akuntansi &
Manajemen Edisi 1, BPFE,
Yogyakarta, 2003
Nickels, William G. Understanding
Business, McGraw-Hill, New York,
2005 Overton, Rodney. Starting New
Business, Alih bahasa oleh Soesanto.
PT Elex Media Komputindo, Jakarta,
2004
Ranto, Basuki. Korelasi antara Motivasi,
Knowledge of Entreprenurship dan
Independensi dan The Entrepreneur’s
Performance pada Kawasan Industri
Kecil, Manajemen Usahawan
Indonesia. LMFE-UI, Jakarta, 2007
Sugiyono, Metode Penelitian, CV Alfabeta,
Bandung, 2005 Suryana.
Kewirausahaan: Pedoman Praktis,
Kiat dan Proses Menuju Sukses,
Salemba Empat, Jakarta, 2003
Susilo, N. B. Wisdom Entrepreneur,
Indonesia Cerdas, Jakarta, 2006 Your
Life Style News No. 14, Mei – Juni
2008
Zimmerer, Thomas. W. Pengantar
Kewirausahaan dan Manajemen
Bisnis Kecil, PT Prenhallindo,
Jakarta, 2002
88
DESKRIPSI IMPLEMENTASI ETIKA BISNIS ISLAM
PADA BANK BTN SYARIAH DI KOTA BOGOR
Elly Mirati, S.E., M.M.
Agus Supriyadi, S.E., M.M.
Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Jakarta, Jl. Prof. Dr. G.A.Siwabessy,
Kampus Universitas Indonesia, Depok
ABSTRAK Pada dasarnya, etika sangatlah berperngaruh terhadap para pelaku bisnis, terutama dalam hal
kepribadian, tindakan dan perilakunya. Jika seorang pengusaha atau pegawai dapat membentuk
karakter dirinya sesuai dengan akhlak yang mulia, maka dia akan berhasil mencapai
keuntungan dalam hidup ini dan dalam kehidupan yang akan datang. Pembentukan etika dan
karakter sangatlah memiliki ikatan yang kuat satu sama lain. Etika bisnis Islam adalah
pengaturan perilaku bisnis yang berdasarkan agama Islam yang dikendalikan oleh aturan halal
dan haram baik dari cara perolehan atau pendapatannya. Etika bisnis Islam hanya akan hidup
secara ideal dalam system dan lingkungan yang sesuai pula dalam lingkungan yang tidak Islam,
sebagaimana yang terjadi, disadari atau tidak, disengaja atau tidak, suka atau tidak perilaku
bisnis Islam akan mudah terseret dan terbelit dalam kegiatan yang dilarang agama. Peneliti
menggunakan pendekatan eksploratif dan kualitatif. Pendekatan eksploratif dipergunakan untuk
mendapatkan gambaran awal yang menyeluruh tentang kebijakan suatu program sedangkan
pendekatan kualitatif akan digunakan untuk mendapatkan uraian yang hanya dengan nuansa
perasaan dan pemikiran yang berhubungan dengan permasalahan penelitian sedangkan tehnik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi partisipatif, wawancara, pengisian
kuesioner dan studi kepustakaan. Penelitian ini bermaksud mengetahui apakah etika bisnis Islam
telah diimplementasikan pada Bank Syariah dan juga untuk mengetahui tanggapan nasabah
terhadap etika bisnis Islam telah dijalankan oleh Bank Syariah di Kota Bogor.
Kata Kunci: Etika Bisnis Islam, Bank Syariah
Pendahuluan 1.1. Latar Belakang
Pada umumnya sistem nilai, sebagai
sebuah keberhasilan hidup yang baik, lalu
diturunkan dan diwariskan melalui agama
dan kebudayaan dalam bentuk aturan atau
norma yang diharapkan menjadi pegangan
setiap penganut agama dan kebudayaan
tersebut. Dalam hal ini agama dan
kebudayaan lalu dianggap sebagai sumber
utama nilai moral dan aturan atau norma
moral dan etika. Tetapi tidak berarti bahwa
nilai-nilai moral dan etika yang diajarkan
dan dikenal dalam suatu agama atau
kebudayaan akan begitu berbeda dari nilai
moral yang diajarkan dan dikenal dalam
agama lain.
Dari pengamatan selama ini terekam,
bahwa situasi perkembangan bisnis yang
sekarang berkembang mencetak pelaku-
pelakunya mengambil sikap ikut arus,
sehingga kebanyakan orang berpendapat
bahwa apapun yang didapatkannya asal
dapat menyenangkan dirinya, kendatipun
yang didapat itu diperoleh dengan cara yang
tidak halal. Maka dianggapnya sebagai
sesuatu profesi yang luhur, hal ini terjadi
karena beberapa orang bisnis yang
memperlihatkan citra yang negatif. Oleh
89
karena itu keperdulian akan etika bisnis ini
menjadi sesuatu yang amat penting.
Dalam tradisi Islam atau organisasi
yang menggunakan metafora “Amanah”,
etika (Bisnis) diformulasikan dalam bentuk
Syariah, dalam pengertian luas, syariah
merupakan pedoman yang digunakan oleh
orang Islam untuk berprilaku dalam segala
aspek kehidupan. Bagi umat Islam, kegiatan
bisnis tidak akan pernah lepas dari “ikatan”
etika syariah. Oleh karena itu bukan sesuatu
hal yang belebihan bila misalnya Bank Islam
beroperasi berdasarkan pada nilai Etika
Syariah.
Manajemen Bank Syariah tidak
banyak berbeda dengan manajemen bank
pada umumnya (Bank Konvensional).
Namun dengan adanya landasan syariah
maka sesuai dengan peraturan pemerintah
yang menyangkut Bank Syariah antara lain
UU No. 10 Tahun 1998 sebagai revisi UU
No. 7 Tahun 1992, tentu saja baik organisasi
maupun sistem operasional Bank Syariah
terdapat perbedaan dengan bank pada
umumnya. Terutama adanya Dewan
Pengawas Syariah dalam struktur organisasi
dan adanya sistem bagi hasil. Dewan
Syariah harus memahami persoalan hukum,
ekonomi dan bisnis, serta adanya sistem bagi
hasil dalam Bank Syariah sebelum sampai
pada operasional yang detail.
Saat sekarang semakin marak Bank
Syariah yang bermunculan, disatu sisi
kepedulian dan kesadaran masyarakat
terhadap permasalahan agamanya semakin
tinggi sehingga orang berbondong-bondong
mengalihkan strategi penyimpanan dan
peminjaman kepada bank syariah. Akan
tetapi sejauh mana etika bisnis Islam
diterapkan oleh bank syariah dalam
berprilaku bisnis dengan
konsumennya.Pengembangan produk bank
syariah dapat dilakukan melalui lima
prinsip, yaitu : a) Prinsip Wadiah
(Simpanan); b) Prinsip Syarikat (Bagi
Hasil); c) Prinsip Tijaroh (Jual
Beli/Pengembalian Keuntungan); d) Prinsip
Al-Ajr (Pengembalian Fee); e) Prinsip Al-
Qard (Biaya Administrasi).
Bisnis Islam dikendalikan olah
aturan halal dan haram, baik dari cara
perolehan maupun pendapatan harta.
Dengan melihat karakter yang dimiliki,
bisinis islam hanya akan hidup secara ideal
dalam sistem dan lingkungan yang sesuai
pula. Dalam lingkungan yang tidak Islam,
sebagaimana yang kini terjadi, disadari atau
tidak, disengaja atau tidak, suka atau tidak,
pelaku bisnis Islam akan mudah sekali
terseret dan sukar berkelit dalam kegiatan
yang dilarang agama, mulai dari uang
pelicin surat-surat pinjaman, menyimpulkan
dalam rekening koran yang berbunga, dan
lain sebagainya. Oleh karena itu sejauh
mana Etika Bisnis Islam ini telah
diimpelemtasikan pada Bank Syariah yang
sekarang keberadaannya sedang marak
sekali.
Di Kota Bogor terdapat sekitar 6 (enam)
Bank Syariah, yaitu BTN Syariah, Bank
Muamalat, Bank Syariah Mandiri, Bank
CIMB Niaga Syariah, BCA Syariah, BNI
Syariah. Sejauh mana Bank Syariah di Kota
Bogor ini telah mengimplementasikan etika
bisnis Islam yang benar belum pernah
diteliti, hal ini sangat penting sebagai
informasi bagi konsumen yang telah
memilih bank syariah.
Deskripsi sejauh mana etika bisnis
Islam telah diimplementasikan pada Bank
Syariah akan meningkatkan kepercayaan
konsumen terhadap kelebihan Bank Syariah.
Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian
untuk mendeskripsikan faktor-faktor etika
bisnis Islam yang telah diimplementasikan
pada Bank Syariah.
Etika bisnis Islam adalah pengaturan
prilaku bisnis yang berdasarkan agama Islam
yang dikendalikan oleh aturan halal dan
haram baik dari cara peroleahn maupun
pendapatannya. Sedangkan Bank Syariah
adalah lembaga perantara keuangan dari
90
pihak yang surplus dana kepada pihak minus
dana yang mendasakan kegiatannya pada
syariah agama Islam.Asumsinya bisnis Islam
hanya akan hidup secara ideal dalam sistem
dan lingkungan yang sesuai pula, dalam
lingkungan yang tidak Islam, sebagaimana
yang kini terjadi, disadari atau tidak,
disengaja atau tidak, suka atau tidak, prilaku
bisnis Islam akan mudah terseret dan terbelit
dalam kegiatan yang dilarang agama.Dari
definisi dan asumsi tersebut diatas dapatlah
disusun beberapa permasalahan :
1. Faktor-faktor etika bisnis apa yang telah
diimplementasikan pada Bank Syariah di
Kota Bogor ?
2. Seberapa banyak faktor-faktor etika
bisnis Islam telah diimplementasikan
pada Bank Syariah di Kota Bogor ?
3. Bagaimanakan tanggapan konsumen
terhadap pelaksanaan etika bisnis yang
telah dijalankan oleh Bank Syariah ?
1.2. Tujuan
Penelitian diharapkan untuk
mengetahui factor-faktor etika bisnis Islami
apa yang telah diimplementasikan, seberapa
banyak factor-faktor etika bisnis Islam telah
diimplementasikan dan tanggapan konsumen
terhadap pelaksanaan etika bisnis Islami
yang telah dijalankan oleh Bank BTN
Syariah.
2. Teori 2.1. Etika Bisnis Islam
Islam memberikan perhatian besar
bagi pentingnya pengawasan keadilan atau
keterampilan. Pengawasan keterampilan
yang serba material ini merupakan tuntutan
yang harus dilakukan oleh setiap muslim
dalam rangka pelaksanaan tugasnya. Secara
normatip, terdapat ayat dalam Al-quran dan
hadist yang menganjurkan untuk
mempelajari ilmu-ilmu pengetahuan umun
atau kebijakan menjalankan kegiatan bisnis
tidak perlu harus selalu ada tantangan dan
hambatan baik yang menyangkut
permodalan, sumber daya manusia,
pemasaran, maupun perizinan, akan tetapi
bagi pebisnis Islam atau muslim kiranya
tantangan terbesar adalah bagaimana
menjalankan bisnis dengan tetap
berpegangan pada nilai-nilai Islam ditengah-
tengah suasana bisnis dalam sistem kapitalis
yang cenderung menghalalkan segara cara,
bukankah masih banyak peluang terbuka
bagi pebisnis muslim yang mencoba untuk
sukses tanpa harus melanggar syariat.
Dorongan utama seorang muslim bekerja
adalah bahwa aktivitas kerjanya itu dalam
pandangan Islam merupakan bagian dari
ibadah (Yusmanto M.I dan Ali
Djayakusuma M.K, 2008).
Beberapa praktek bisnis secara
terang-terangan melanggar norma dan nilai-
nilai moral yang siapapun tidak
menyetujuinya. Hal ini terjadi karena tidak
seorangpun yang bersih, etis dan bermoral
dan seluruh tindakannya, bisnis di Indonesia
banyak yang tidak baik dan fair karena
adanya peluang dalam praktik yang ada, dan
praktek bisnis tertentu melanggar norma dan
nilai moral tertentu karena pelakunya berada
dalam keadaan terpaksa, hal ini terpaksa
dilakukan karena terpaksa. Oleh karena itu
perlu implementasi etika bisnis (Sonny
Keraf, 2004). Ada 3 sasaran etika bisnis
yaitu : 1) Etika Bisnis sebagai etika profesi
membahas bebagai prinsip, kondisi dan
masalah yang terkait dengan praktek bisnis
yang baik dan etis; 2) Etika bisnis
diimplementasikan untuk menyadarkan
masyarakat khususnya konsumen, buruh
atau karyawan dan masyarakat luas pemilik
ases umum akan hal dan kepentingan
mereka yang tidak boleh diganggu oleh
pelaku bisnis siapapun juga, etika bisnis
berbicara mengenai system ekonomi yang
sangat memerluka etika tindakannya suatu
praktek bisnis.Etika bisnis Islam adalah
norma bisnis yang didasarkan pada budaya
kerja yang Islami. Budaya kerja yang islami
91
menurut (Hafidudin D dan Tanjung H, 2009)
ada 5, yaitu :
1. Shidiq artinya memiliki kejujuran dan
selalu melandasi ucapan, keyakinan, serta
prilaku berdasarkan ajaran Islam
2. Istiqomah artinya konsisten dalam Iman
dan nilai-nilai yang baik meskipun
menghadapi berbagai godaan dan
tantangan
3. Fathonah artinya memahami, mengerti
dan menghayati secara mendalam segala
hal yang menjadi tugas dan
tanggungjawabnya
4. Amanah artinya memiliki tanggung
jawab dan melaksanakan setiap tugas dan
kewajibannya
5. Tabliq artinya mengajak sekaligus
memberi contoh kepada pihak lain untuk
melaksanakan ketentuan-ketentuan ajaran
Islam dalam kegiatannya
2.2. Bank Syariah
Bank Islam menggunakan dasar
bisnis yang dengan berbagai ketentuan yaitu
musyarofah dan muddarobah,, ijrroh, ifdiah
wa iqtina, bagi murabahah dan mensorting
(Khan, Muhamad Akram), 2001) Berbagai
dana yang dikelola oleh Bank Islam dapat
berasal dari zakat, asurance, waqaf, dan Al
hisbah.Bank Islam yang ada di Indonesia
lebih terkenal dengan nama Bank Syariah,
manajemen Bank Syariah tidak banyak
berbeda dengan manajemen bank pada
umumnya, yang berbeda adalah adanya
Dewan Syariah yang harus memahami
persoalan hukum Islam (Muhamad, 2000).
Detail operasional yang harus dipahami
berkaitan dengan sistem muwadah dalam
Islam dan aqad dan sistem penyimpanan
permodalan bank syariah. Sistem muwadah
dalam Islam mencakup persoalan hak atau
hukum, sampai urusan lembaga keuangan.
Secara umum pembiayaan yang diberikan
atau dikeluarkan olah Bank Syariah meliputi
tiga tingkatan aqad (pembiayaan besar) yaitu
aqad tijaroh (Jual beli), aqad syarikah
(kerjasama/kongsi), dan aqad hasan
(kebijakan). Sedangkan sistem
pengembangan produk bank syariah
meliputi lima prinsip yaitu : prinsip wadiah
(simpanan) prinsip syarikat (bagi hasil),
prinsip tijaroh (jual beli/pengembalian
keuntungan), prinsip al-ajr (pengembalian
fee) dan prinsip al-qord (biaya administrasi).
Sistem ekonomi atau akuntansi menurut
pengertian umum akan memperoleh predikat
syariah setelah dikedalikan secara benar dan
utuh, dengan catatan, benar dan utuh
menurut hukum-hukum ketetapan-Nya
(Sefuloh) (Purnomosidi Hadji Suroso,
1997). Selanjutnya suatu Bank dikatakan
syariah jika telah secara benar dan untuk
melaksanakan kegiatannya berdasarkan
hukum-hukum Islam sebagai ketetapannya.
2.3. Karakteristik Bisnis
Karakteristik Bisnis Islam adalah
dikendalikan oleh aturan halal dan haram,
baik dari cara perolehan maupun
pemanfaatan harta. Bisnis Islam hanya akan
hidup secara ideal dalam sistem dan
lingkungan yang Islam pula. Dalam
lingkungan yang tidak Islam sebgaimana
yang kini terjadi, mudah terjadi
penyimpangan dari norma Islam yang benar.
Beberapa indikator yang mencirikan dan
menjadi karakteristik bisnis antara lain:
1. Asas, pada bisnis Islam asasnya adalah
aqidah Islam
2. Motivasi, pada bisnis Islam adalah dunia
– akhirat
3. Orientasi, pada bisnis islam adalah profit
dan benefit (non materi/qinaah),
pertumbuhan, keberlangsungan dan
keberhasilan.
4. Etos kerja, pada bisnis Islam adalah
tinggi karena bisnis adalah bagian dari
ibadah
5. Sikap mental, pada bisnis Islam adalah
maju, produktif, konsentrasi, keimanan,
dan manifestasi keislaman.
92
6. Keahlian, pada bisnis Islam adalah cakap
dan ahli di bidangnya, konsekwensi dari
kewajiban seorang muslim
7. Amanah, pada bisnis Islam adalah
terpercaya dan bertanggung jawab, tujuan
tidak menghalalkan segala cara.
8. Modal, pada bisnis Islam bersifat halal
9. SDM, pada bisnis Islam sesuai dengan
akad kerjanya
10. Sumber daya, pada bisnis Islam adalah
halal
11. Manajemen strategis, pada bisnis Islam
adalah visi dan misi organisasi terkait erat
dengan misi penciptaan manusia di dunia
12. Manajemen operasi, pada bisnis Islam
jaminan halal bagi setiap masukan,
proses, keluaran, mengedepankan
produktivitas dalam koridor syariah
13. Manajemen keuangan, pada bisnis Islam
adalah jaminan halal bagi setiap
masukan, proses keluadan kekayaan
14. Manajemen pemasaran, pada bisnis Islam
adalah pemasaran dalam koridor jaminan
halal
15. Manajemen SDM, pada bisnis Islam
adalah SDM profesional dan
berkepribadian Islam, SDM adalah
pengelola bisnis, SDM bertanggung
jawab pada diri, majikan, dan Allah SWT
(Yusmanto M.I dan Widjajakusuma MK,
2008)
3. Metodologi Penelitian
3.1. Teknik Pengumpulan Data
Pendekatan eksploratif dan
kuantitatif sederhana digunakan untuk
mengukur perilaku para pegawai bank
syariah dalam pemahaman tentang etika
bisnis Islami, sehingga dapat dianalisis.
Alat penelitian yang dipakai dalam
penelitian ini adalah wawancara, angket dan
data yang diperoleh dari instasi
terkait/lembaga terkait dengan penelitian ini.
Wawancara mendalam dengan
menggunakan pedoman wawancara dan
dilakukan dengan mengajukan pertanyaan
yang disusun dalam suatu daftar pertanyaan
yang telah disiapkan lebih dahulu. Hal ini
dimaksudkan agar peneliti secara luas dapat
mengembangkan pertanyaan-pertanyaan
terhadap informan.
1.2. Teknik Analisis Data
Analisa data dilakukan secara
kualitatif sesuai dengan jenis data yang
diteliti, yaitu pada tahap ini data yang
terkumpul diinterprestasikan untuk dijadikan
bahan penyusunan laporan penelitian
2. Analisis Dan Pembahasan Dari hasil wawancara, kemudian data
tersebut diolah dan dianalisa maka diperoleh
gambaran hasil sebagai berikut:
A. Pembentuk Pribadi
1. Ketulusan niat dan kemurnian iman
Niat dalam bekerja bagi karyawan
BTN Syariah digunakan dalam rangka
mendapatkan dan mengembangakan
uang yang halal dan perbuatan-
perbauatan atau tindakan-tindakan
yang dilakukan selalu diiringi iman
yang murni.
2. Akhlak Mulia
Jujur, ikhlas, setia, murah hati, cakap
istiqomah, sederhana, qoraah dan
yakin merupakan akhlak yang dimiliki
oleh pimpinan dan karyawann BTN
Syariah.
3. Prilaku santun dalam berhubungan
dengan orang lain.
Pimpinan dan karyawan BTN Syariah
memperlakukan orang lain dengan adil,
karena dapat menciptakan kerjasama,
solidaritas, persaudaraan, altruism (sifat
mementingkan kepentingan orang lain).
Ide-ide yang produktif, kejujuran dan
persaingan dalam hal-hal yang
diinginkan.
B. Faktor-faktor Penentu dalam Dunai
Bisnis yang sehat
93
1. Hubungan yang sehat
Bagi pimpinan dan setiap karyawan
BTN Syariah menghindari adanya
kecurigaan dan larangan-larangan
adalah suatu kewajiban, terlepas dari
godaan untuk meraih uang lebih
banyak, untung berlipat atau
dipromosikan jabatan yang fungsi.
2. Menjalankan bisnis yang baik dan
halal
Pimpinan dan karyawan BTN Syariah
dalam menjalankan bisnisnya selalu
didasari oleh hubungan yang halal dan
baik serta besar dari keharaman, tidak
hanya dikarenakan sejumlah uang dan
keuntungan semata.
3. Mematuhi ajaran Islam
Pimpinan dan karyawan BTN Syariah
selalu menyelaraskan segala sesuatu
dengan ajaran Islam. Karena mereka
percaya itu semua akan meningkatkan
energi bagi materi dan jiwa dan
tentunya efisiensi akan terwujud,
bertambahnya kekayaan dan
keuntungan, tercapainya kesejahteraan
serta akan mendapat Ridho Allah
SWT
C. Hubungan Pengusaha Dengan Orang
Lain
1. Tepat dalam memilih rekan kerja
Dalam memilih rekan kerja, pimpinan
BTN Syariah selalu memperhatikan
nilai-nilai dan akhlak mulia, dengan
demikian rekan kerja yang
menyusahkan akan dapat dihindari,
walau apapun keuntungan dan
kekuatan yang akan didapatkan dari
hubungan tersebut.
2. Tepat dalam memilih para pekerja
Pimpinan BTN Syariah selalu memilih
para karyawannya berdasarkan
kualitas akhlak dan kompetensi
keahlian mereka.
3. Kerjasama diantara para pelaku bisnis.
Pimpinan BTN Syariah melakukan
kerjasama dengan pihak lain dalam
rangka bisnis, bertukar informasi dan
pengalaman.
4. Konsultasi dalam ruang lingkup
manajemen dan penentuan keputusan
Pimpinan BTN Syariah melakukan
syura (Musyawarah dalam bidang
manajemen dan pengambilan
keputusan dalam rangka membentuk
dukungan moral pada rekan kerja dan
para karyawan serta mendatangkan
solusi pengelolaan yang sehat.
D. Menuju kesempurnaan kerja dan
peningkatan kualitas yang umum
1. Penggunaan metode-metode teknologi
modern.
Untuk memudahkan pekerjaan dan
meningkatkan produksi, pimpinan dan
karyawan-karyawan BTN Syariah
menggunakan metode-metode
teknologi modern.
2. Kesempurnaan dan kualitas kerja
Pimpinan dan karyawan BTN Syariah
dalam mengerjakan dan melaksanakan
sesuatu dengan norma-norma Islam,
sehingga diperoleh melalui
pengembangan prestasi, peningkatan
produksi menambah efisiensi
pelayanan dan pengurangan biaya.
3. Memperhatikan ketelitian dan
kemajuan
Meningkatkan pekerjaan dan
pengembangan pengelolaan melalui
jalur-jalur yang halal tidak luput dari
penelitian pimpinan BTN Syariah,
karena itupun merupakan tujuan dari
Syariah Islam.
E. Disiplin dan pengesahan atas Kontrak-
kontrak dan transaksi.
1. Disiplin dan pengaturan dalam bisnis
Bagi pimpinan dan karyawan BTN
Syariah disiplin dan pengaturan dalam
bisnis sangat dijunjung tinggi karena
dapat menghasilkan efisiensi kerja dan
pelayanan.
94
2. Mencatat dan menghadirkan saksi
dalam transaksi-transaksi
Wajib huukumnya bagi pimpinan dan
karyawan BTN Syariah dalam
mencatat dan menghadirkan saksi
dalam sebuah transaksi, ketika
transaksi tersebut diberlakukan, guna
menyesuaikan waktu, tempat dan
konteks keadaan.
3. Pengesahan dalam kesepakatan-
kesepakatan bisnis dan kontrak-
kontrak
Dalam setiap melakukan kesepakatan
bisnis, pimpinan dan karyawan BTN
Syariah selalu memiliki bukti
kejelasan dan transaksi selalu disahkan
dengan mencatat dan menandatangani
kontrak dihadapan para saksi.
4. Mengadakan perdamaian dalam suatu
sengketa
Jika terjadi sengketa dalam suatu
perselisihan dan konflik terhadap
bagian dari isi kontrak dan transaksi,
maka pimpinan dan karyawan BTN
Syariah berusaha mencari solusi untuk
mendamaikan persengketaan tersebut.
F. Akselerasi dalam pemberian hak-hak
1. Mendorong terlaksananya pemberian
hak-hak pegawai
Pimpinan BTN Syariah selalu
memperhatikan dan memberikan hak-
hak karyawannya sebagai wujud kerja
mereka, jujur, kompensasi
penggantian uangnya dan waktu yang
telah dilewatkan atas pekerjaan
mereka.
2. Melakukan kewajiban tepat pada
waktunya
Pimpinan dan karyawan BTN Syariah
selalu melaksanakan tanggung jawab
mereka tepat waktu, kerena itu adalah
bagian dari kesepakatan dan
merupakan cirri-ciri seorang muslim.
3. Bersegera memenuhi perintah Allah
Dalam memenuhi kewajiban kepada
Allah SWT pimpinan dan karyawan BTN
Syariah selalu taat menjalankannya tepat
waktu.
4. Bersegera dalam memberikan hak-hak
masyarakat.
Pimpinan BTN Syariah selalu
mengutamakan kewajiban-kewajiban
yang harus dipenuhi.
G. Batasan-batasan dan hukuman-hukuman
1. Pemenuhan kode etik
Pimpinan dan karyawan BTN syariah
selalu mematuhi prinsip-prinsip kode
etik, karena bagi mereka kode etik
merupakan perjanjian yang harus
dipatuhi.
2. Batasan-batasan dan hukuman-
hukuman
Dalam rangka pelaksanaan kode etik
dan dalam hal hukuman-hukuman,
pimpinan BTN Syariah, bertujuan
untuk memperbaiki dan meningkatkan
kinerja karyawannya melakukan
pengawasan dalam proses kedisiplinan
dan apabila terjadi pelanggaran
diberikan hukuman-hukuman sesuai
pelanggaran yang dilalukan.
Tanggapan para nasabah BTN Syariah
terhadap pimpinan dan karyawan BTN
Syariah
1. Mayoritas responden yaitu sebanyak 28
orang dari 30 responden atau 93,3 %
menyatakan bahwa standar pelayanan
BTN Syariah yaitu sikap, melayani
nasabah dan menyelesaikan layanan
adalah sangat baik, sudah sesuai dengan
kode etik.
2. Mayoritas responden yaitu sebanyak 26
orang atau 86,7 % menyatakan bahwa
skill yang dimiliki oleh para karyawan
BTN Syariah yaitu Handling Complain
dan Cross Selling adalah sangat baik
3. Mayoritas responden yaitu sebanyak 28
orang menyatakan penampilan pimpinan
dan karyawan BTN Syariah sangat baik.
95
Karyawan wanita berpakaian muslimah,
rapih dan bersih, sedangkan karyawan
pria memakai dasi, kemeja lengan
panjang dan membuat rapih.
5. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa penelitian
tentang Etika Bisnis Islami pada bank BTN
Syariah di kota Bogor, penulis dapat
menarik kesimpulan sebagai berikut: ETika
Bisnis Islami sudah diimplementasikan
secara baik oleh pimpinan maupun
karyawan BTN Syariah Bogor. Ini dapat
terlihat dan terlaksananya prinsip-prinsip
Etika Bisnis Islam yang didasarkan pada
budaya kerja yang Islami, yaitu Shidiq,
Istiqomah, Fathomah, Amanah dan Tabliq.
Disamping itu
Daftar Pustaka Yusmanto MI dan Widjajakusuma MK,
2008, Menggagas Bisnis Islam,
Jakarta, Gema Islamai Press
Sonny Keraf, 2005, Etika Bisnis Tuntutan
dan Relevansinya, Yogyakarta,
Kramisios
Hafiduddin D dan Tanjung H, 2009,
Manajemen Syariah Dalam
Pendidikan, Jakarta, Gema Islami
Press
Khan MA, 2007, An Introduction to Islamic
Economi, Pakistan, Islamic
Research Institute Press, Islamabad
Muhamad, 2000, Sistem dan Prosedur
Operasional
Poernomosidi Hadjisuroso, 1997, Naskah
Ringkas Mengenai Mengenal
Ekonomi Syariah Dengan
Menempuh Pendekatan Sistem,
Yogyakarta, Sekolah Tinggi Ilmu
Syariah.
Syahatah Husain dan Siddiq Muh. Al-Amin
Adh-Dhair. 2005: Transaksi Dan Etika
Bisnis Islam, Visi Insani Publishing,
Jakarta.
96
ANALISIS DAMPAK PERALIHAN PENGELOLAAN BEA
PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB)
TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH
DI KABUPATEN PURWAKARTA
Oleh:
Ratih Andriani, SE Agus Dodi Hermawan, SE
ABSTRAK
Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) merupakan salah satu sumber
Pendapatan Asli Daerah yang cukup berpotensi untuk membiayai kegiatan pembangunan di
Kabupaten Purwakarta. BPHTB adalah pajak yang dilimpahkan dari pusat ke daerah dan diatur
dalam Peraturan Bupati Purwakarta Nomor 584.2/Kep.12-DPKAD/2011 pengalihan
pengelolaan BPHTB ini merupakan implementasi terhadap UU Nomor 28 tahun 2009 tentang
pajak daerah dan retribusi daerah. Pengelolaan BPHTB dialihkan dari pemerintah pusat ke
pemerintah daerah mulai efektif per tanggal 1 Januari 2011 Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui dampak peralihan pengelolaan BPHTB terhadap peningkatan Pendapatan
Asli Daerah, Teknik penelitian ini dilakukan dengan mengambil data primer pada Dinas
Pengelolaan Keuangan dan Aset daerah, melakukan wawancara tentang dampak perubahan
pengelolaan BPHTB serta kesiapan aparat pemerintah dan studi kepustakaan. Hasil penelitian
ini adalah penerimaan pajak BPHTB setelah dikelola oleh Pemerintah Daerah mengalami
peningkatan sebesar 16,55%. Namun jika dibandingkan dengan pendapatan asli daerah,
proporsi pajak BPHTB dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) mengalami penurunan sebesar
4,93%.
Kata kunci: Pajak daerah, BPHTB
PENDAHULUAN Pajak adalah sumber penerimaan
negara terbesar dalam membiayai
pengeluaran rutin dan pengeluaran
pembangunan. Sebagai sumber keuangan
negara, pemerintah berupaya
mengoptimalkan penerimaan kas negara
melalui pajak dengan berbagai upaya.
Upaya tersebut ditempuh dengan
cara ekstensifikasi dan intensifikasi
pemungutan pajak melalui penyempurnaan
peraturan berbagai jenis pajak.
Pajak mempunyai fungsi-fungsi
sebagai berikut: a) fungsi budgeter yaitu
pajak digunakan sebagai sumber
penerimaan negara; b) fungsi mengatur yaitu
pajak sebagai alat untuk mengatur dan
melaksanakan kebijakan pemerintah dalam
bidang sosial dan ekonomi serta mencapai
tujuan tertentu diluar bidang keuangan.
97
Pajak dapat dibedakan menurut
lembaga pemungutnya menjadi pajak
pusat dan pajak daerah. Pajak pusat
adalah pajak yang wewenang
pemungutannya ada pada pemerintah
pusat dalam hal ini Direktorat Jenderal
Pajak, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
atau pihak-pihak yang ditunjukkan
Undang-undang atas nama pemerintah.
Pajak daerah adalah pajak yang
wewenang pemungutannya ada pada
pemerintah daerah, dalam hal ini Dinas
Pendapatan Daerah. Salah satu pajak yang
diatur oleh pemerintah pusat adalah Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
(BPHTB). Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan adalah pajak yang
dikenakan atas perolehan hak atas tanah
dan/ bangunan.
Ketentuan BPHTB diatur dalam
UU No.21 tahun 1997 tentang Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
sebagaimana diubah terakhir dengan UU
No. 20 Tahun 2000.
Hasil penerimaan Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan merupakan
penerimaan negara (dalam hal ini
pemerintah pusat) dan disetor sepenuhnya
ke rekening kas negara. Namun demikian,
penerimaan Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan akan dibagi ke
pemerintah pusat dan daerah dengan
imbangan sebagai berikut: 20% untuk
pemerintah pusat dan 80% untuk daerah.
Jumlah 20% (duapuluh persen)
bagian pemerintah pusat dibagikan dengan
porsi yang sama kepada seluruh
Kabupaten/Kota. Jumlah 80% bagian
daerah dirinci pembagiannya sebagai
berikut: 16% untuk daerah provinsi yang
bersangkutan dan 64% untuk daerah
Kabupaten/kota penghasil yang disalurkan
melalui rekening Kas umum
Kabupaten/Kota.
Berdasarkan penjelasan di atas,
penerimaan Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan untuk daerah
Kabupaten/Kota yang bersangkutan
sebesar 64% dari total yang disetorkan ke
pemerintah pusat. Telah dikeluarkan
Peraturan Dirjen Pajak Nomor : PER-
47/PJ/2010 tertanggal 22 Oktober 2010
ditegaskan bahwa mulai 01 Januari 2011
BPHTB berubah menjadi Pajak Daerah.
Artinya Pemerintah Kota dan Kabupaten
mulai 2011 dapat mengelola sepenuhnya
pengenaan BPHTB dan menjadikannya
sebagai pendapatan daerah. Dengan
demikian, pemerintah daerah mempunyai
kewenangan untuk mengatur pengenaan
pajak BPHTB sendiri sesuai dengan
kondisi di daerahnya masing-masing.
Dengan adanya pengalihan
pengelolaan BPHTB dari pemerintah
pusat ke pemerintah daerah akan
berdampak terhadap pendapatan asli
daerah. Pendapa-tan asli daerah akan
meningkat seriring dengan penerimaan
BPHTB.
Berdasarkan Berdasarkan uraian
di atas, dapat disusun beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana kesiapan pemerintah daerah
mengelola BPHTB Bagaimana dampak
peralihan pengelolaan BPHTB dari
pemerintah pusat ke pemerintah daerah
2. Kendala apa yang dihadapi pemerintah
daerah dalam peralihan pengelolaan
BPHTB
METODE PENELITIAN
Untuk mencapai tujuan penelitian,
peneliti mengunakan pendekatan
eksploratif dan kuantitatif. Pendekatan
eksploratif digunakan untuk mendapatkan
gambaran awal yang menyeluruh pajak
daerah, sedangkan untuk pendekatan
kuantitatif akan digunakan untuk
mendapatkan data penerimaan pajak Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
Peneliti melakukan penelitian untuk
memperoleh informasi tentang Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
di kantor Dinas Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah (DPKAD).Adapun waktu
penelitian yang dilakukan di DPKAD
Purwakarta mulai bulan Juli sampai
dengan bulan September 2012.
98
Dalam memperoleh data yang
dibutuhkan yang bersifat kuantitatif
akan dilakukan dengan cara:
Observasi pendahuluan dilakukan
untuk mengetahui keadaan objek pajak
penelitian guna penjajagan dan
pengambilan data primer menegenai
hal-hal yang berkaitan dengan pajak
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan. Metode penelitian yang
dipakai adalah metode survey yang
dilakukan pada Dinas Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah. Selain itu,
penelitian dilakukan melalui
kepustakaan untuk mendapatkan
landasan acuan teoritis.
Alat penelitian yang dipakai dalam
penelitian ini adalah wawancara dan
data yang diperoleh dari
instansi/lembaga terkait dengan
penelitian ini. Wawancara mendalam
dengan mengunakan pedomen
wawancara dan dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan yang disusun
dalam suatu daftar pertanyaan yang
telah dipersiapkan lebih dahulu.
Data yang diambil dalam penelitian ini
adalah pajak Bea perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan, dasar hukum Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan dan Pendapatan Asli Daerah
HASIL PEMBAHASAN
A. Kesiapan Pemerintah Daerah Dalam
Mengelola Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan
1. Undang-Undang Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan
Peraturan Daerah Kabupaten
Purwakarta No.11 Tahun 2010
tentang Bea
Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan.
Peraturan Pemerintah Nomor 91
Tahun 2010 tentang jenis pajak daerah
yang dipungut berdasarkan ketetapan
Kepala Daerah atau dibayar sendiri
oleh Wajib Pajak
Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009 tentang pajak daerah dan retribusi
daerah
2. Sumber Daya Manusia
Staf yang mengurusi pajak Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan di lingkungan DPKAD telah
diberi pelatihan-pelatihan oleh Kantor
Pelayanan Pajak Pratama dan kantor
konsultan pajak yang didatangkan dari
Bandung
3. Prosedur Pembayaran Bea Perolehan
Hak Atas Tanah dan Bangunan Pihak
pihak yang terkait dalam prosedur
pembayaran bea perolehan hak atas
tanah dan bangunan antara lain
a. Wajib Pajak selaku penerima hak
Merupakan pihak yang memiliki
kewajiban membayar BPHTB
terhutang atas perolehan hak atas
tanah dan bangunan.
b. Pejabat pembuat akta tanah (PPAT)
Merupakan pihak yang menyimpan
Surat Setoran Pajak Daerah BPHTB
sebagai dasar bagi wajib pajak
dalam membayar PBHTB terutang
dan melakukan perhitungan.
c. Bank yang ditunjuk Merupakan
pihak yang menerima pembayaran
BPHTB terutang dari wajib pajak.
Dalam prosedur ini Bank yang
ditunjuk berwenang untuk:
1. Menerima pembayaran BPHTB
terutang dari wajib Pajak
2. Memeriksa kelengkapan
pengisian SSPD BPHTB
3. Mengembalikan SSPD BPHTB
yang pengisiannya tidak
lengkap/kurang
4. Menandatangani SSPD BPHTB
yang telah lengkap pengisiannya
5. Mengarsip SSPD BPHTB lembar
5 dan SSPD BPHTB lembar 6.
99
B. Kendala yang Dihadapi Dalam
Pengelolaan BPHTB
Belum adanya sistem pemisahan b.
Wajib Pajak yang membayar BPHTB
penerimaan pajak BPHTB tidak
memiliki NPWP sehingga berdasarkan
objek pajaknnya diwajibkan membuat
surat pernyataan.
C. Dampak Peralihan Pengelolaan
BPHTB Kepada Pemerintah Daerah
Realisasi Bea Perolehan Hak Atas
Tanah di Kabupaten Purwakarta setiap
tahun mengalami peningkatan. Pada
tahun 2011 setelah adanya peralihan
pengelolaan BPHTB, realisasi Bea
perolehan hak atas tanah dan bangunan
melebihi dari apa yang dianggarkan
sebesar 119,33%. Dengan adanya
peralihan pengelolaan pajak BPHTB
meningkat sebesar Rp.
3.186.446.053 (16,55 %) dibandingkan
antara pendapatan BPHTB tahun 2010
(Rp. 19.256.798.482) dengan tahun
2011 (Rp. 22.443.244.535). Pendapatan
pajak BPHTB pada tahun 2011 sebesar
Rp. 22.443.244.535 menyumbangkan
sebesar 20,18% dari total penerimaan
pendapatan asli daerah sebesar Rp.
111.206.356.899. Jika dibandingkan,
proporsi pajak BPHTB terhadap
pendapatan asli daerah menurun
sebesar 4, 93%. Pada tahun 2010,
proporsi pajak BPHTB terhadap
Pendapatann Asli Daerah sebesar
25,11% lebih besar daripada tahun
2011 sebesar 20,18%.
Tabel 1
Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan
Tahun Anggaran Realisasi (%) Keterangan
2008 16.003.190.000 8.747.507.732 54,66% Sebelum adanya peralihan
2009 9.947.507.732 8.954.870.791 90,02%
2010 31.705.797.487 30.088.747.628 94,89%
2011 18.807.470.000 22.443.244.535 119,33% Sesudah adanya peralihan
Tabel 2
Penerimaan BPHTB untuk Pemerintah Daerah
Tahun BPHTB Bagian Pemerintah Daerah %
2008 8.747.507.732 5.598.404.948 64 %
2009 8.954.870.791 5.731.117.306 64 %
2010 30.088.747.628 19.256.798.482 64 %
2011 22.443.244.535 22.443.244.535 100%
Tabel 3
Proporsi Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
terhadap Pendapatan Asli Daerah
Tahun Pendapatan Asli Daerah BPHTB %
2008 59.429.026.565 5.598.404.948 9,42%
2009 64.023.320.913 5.731.117.306 8,95%
2010 76.691.372.256 19.256.798.482 25,11%
2011 111.206.356.899 22.443.244.535 20,18%
100
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa
penelitian tentang dampak
peralihan pengelolaan Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan terhadap
pendapatan asli daerah Purwakarta, penulis
dapat menarik kesimpulaan sebagai berikut:
penerimaan pajak BPHTB setelah dikelola
oleh Pemerintah Daerah mengalami
peningkatan sebesar 16,55%. Namun jika
dibandingkan dengan pendapatan asli
daerah, proporsi pajak BPHTB dengan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) mengalami
penurunan sebesar 4,93%.
DAFTAR PUSTAKA
Soemarso, 2007, Perpajakan: Pendekatan
Komprehensif, Jakarta. Salemba Empat
Siti Resmi, 2008, Perpajakan: teori dan
Kasus Edisi 4, Jilid 1. Jakarta. Salemba
Empat
Siti Resmi, 2008, Perpajakan: teori dan
Kasus Edisi 4, Jilid 2. Jakarta. Salemba
Empat
Peraturan Daerah Kabupaten Purwakarta
Nomor: 11 Tahun 2010 tentang Bea
Perolehan Hak atas Tanah Dan
Bangunan
Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun
2010 tentang jenis pajak daerah yang
dipungut berdasarkan ketetapan Kepala
Daerah atau dibayar sendiri oleh Wajib
Pajak
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
tentang pajak daerah dan retribusi daerah
www.purwakartakab.go.id
www.pajak.go.id
101
ANALISA YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA SISTEM
OUTSOURCING PADA PERUSAHAAN JASA PELAYANAN PUBLIK
Ida Nurhayati, S.H., M.H.
R. Elly Mirati, S.E., M.M.
Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Jakarta, Jl. Prof. Dr. G.A.Siwabessy,
Kampus Universitas Indonesia, Depok
E mail: idanoeng@yahoo.co.id.
Abstrak
Pembangunan harus mereposisi paradigma pada orientasi ketenagakerjaan yaitu penciptaan
kesempatan kerja yang sebanyak-banyaknya sehingga pendayagunaan tenaga kerja secara
optimal dapat tercapai. Perjanjian kerja diatur dalam Bab IX Nomor 13 Tahun 2003, dalam
pasal 1 angka 14 disebutkan bahwa perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh
dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban
para pihak. Dalam perjanjian kerja harus jelas apakah hubungan kerja tersebut termasuk
hubungan kerja untuk waktu tertentu atau untuk waktu tidak tertentu. Outsourcing adalah
penyerahan pekerjaan tertentu suatu perusahaan kepada pihak ketiga yang dilakukan dengan
tujuan untuk membagi risiko dan mengurangi beban perusahaan yang dilakukan atas dasar
perjanjian kerjasama operasional antara perusahaan pemberi kerja (principal) dengan
perusahaan penerima pekerjaan (perusahaan outsourcing). Peneliti menggunakan pendekatan
eksploratif dan kualitatif. Pendekatan eksploratif dipergunakan untuk mendapatkan gambaran
awal yang menyeluruh tentang kebijakan suatu program, sedangkan pendekatan kualitatif akan
digunakan untuk mendapatkan uraian yang kaya dengan nuansa, perasaan dan pemikiran yang
berhubungan dengan permasalahan penelitian ini. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa
secara umum format dan substansi perjanjian kerja sesuai dengan aturan hukum yang berlaku,
meskipun ada beberapa bagian yang memang masih harus diperbaiki, khususnya tentang
hubungan kerja antara pekerja dengan perusahaan penyedia tenaga kerja yang belum
transparan. Hal ini akan mempengaruhi perencanaan ketenagakerjaan secara sistematis yang
dijadikan dasar dan acuan dalam penyusunan kebijakan, strategi , dan pelaksanaan program
pembangunan ketenagakerjaan secara berkesinambungan.
Kata kunci: hukum, tenaga kerja, outsourcing
Pendahuluan
Pembangunan ketenagakerjaan
merupakan bagian itegral dari pembangunan
nasional. Untuk mengarahkan pembangunan
agar ramah ketenagakerjaan (employment-
growth friendly), pembangunan harus
mereposisi paradigma pada orientasi
ketenagakerjaan yaitu penciptaan
kesempatan kerja yang sebanyak-banyaknya
sehingga pendayagunaan tenaga kerja secara
optimal dapat tercapai.
Perjanjian Kerja diatur dalam Bab IX
Undang-Undang Ketenagakerjaan Tahun
2003. Dalam Pasal 1 Angka 14 disebutkan
102
bahwa perjanjian kerja adalah perjanjian
antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau
pemberi kerja yang memuat syarat-syarat
kerja, hak, dan kewajiban para pihak.
Kemudian dalam Pasal 1 Angka 15
disebutkan bahwa hubungan kerja adalah
hubungan antara pengusaha dengan
pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja,
yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan
perintah Dalam Undang-Undang Ketenaga-
kerjaan yang mengatur Perjanjian Kerja
disebutkan bahwa isi perjanjian kerja tidak
boleh bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Maksudnya, apabila di perusahaan telah ada
peraturan perusahaan atau perjanjian kerja
bersama, isi perjanjian kerja, baik kualitas
maupun kuantitas, tidak boleh lebih rendah
dari peraturan perusahaan atau perjanjian
kerja bersama di perusahaan yang
bersangkutan. Dengan demikian, perjanjian
kerja hanya memuat syarat-syarat kerja yang
sederhana atau minim yaitu mengenai upah
saja, sehingga perlu ada peraturan yang
memuat syarat-syarat kerja secara lengkap,
yaitu berupa peraturan perusahaan atau
perjanjian kerja bersama.
Dalam Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 pengaturan mengenai
outsourcing disebutkan secara tegas. Bidang-
bidang yang dapat di outsource oleh suatu
perusahaan adalah bagian-bagian yang tidak
berkaitan dengan bisnis inti. Aturan inilah
yang mendorong banyak perusahaan
menyerahkan pekerjaan-pekerjaannya
kepada perusahaan outsourcing seperti
stpam, cleaning service, dan beberapa bidang
lainnya yang tidak terkait dengan bisnis inti.
Dalam praktik, perusahaan principal
menetapkan kualifikasi dan syarat-syarat
kerja, dan atas dasar itu perusahaan
outsourcing merekrut calon tenaga kerja.
Secara hukum, tidak ada hubungan struktural
antara perusahaan pemberi pekerjaan dengan
para pekerja, sebab yang menjadi majikan
bagi pekerja tersebut bukan perusahaan
principal tetapi perusahaan outsourcing.
Dengan kondisi seperti ini , maka bagaimana
para pekerja dengan sistem outsourcing
dapat dilindungi oleh hukum, bentuk
perjanjian kerja seperti apa yang dapat
melindungi pekerja dari beberapa aspek,
misalnya aspek hukum, ekonomi, dan
sosiologis/psikologis, dan bagaimana
perjanjian kerja yang dilakukan terhadap
pekerja dengan sistem outsourcing pada
perusahaan-perusahaan. Jadi semua pihak
yaitu, penyedia jasa, pengguna jasa, dan
pekerja itu sendiri berada pada posisi yang
sejajar layaknya suatu hubungan hukum
dalam perjanjian khususnya perjanjian kerja
dengan sisten aoutsourcing.
Metodologi
Untuk mencapai tujuan penelitian,
peneliti akan menggunakan pendekatan
eksploratif dan kualitatif. Pendekatan
eksploratif dipergunakan untuk mendapatkan
gambaran awal yang menyeluruh tentang
kebijakan suatu program sedangkan
pendekatan kualitatif akan digunakan untuk
mendapatkan uraian yang kaya dengan
nuansa, perasaan, sikap, dan pemikiran yang
berhubungan dengan permasalahan
penelitian ini.
Sampel dan Data Penelitian
Untuk mendapatkan responden
melalui antara lain : sampel beberapa
pekerja/wakil dari serikat pekerja,
perusahaan penyedia jasa tenaga kerja, dan
perusahaan pengguna jasa tenaga kerja di
Jakarta.
Kemudian untuk memilih reponden
dilakukan dengan cara : mendatangi
perusahaan penyedia jasa tenaga kerja,
sekaligus dengan beberapa pekerja, dan
memilih perusahaan/institusi pengguna jasa
tenaga kerja dalam hal ini adalah Politeknik
Negeri Jakartya di Depok.
103
Obyek penelitian
Obek yang akan diteliti adalah melihat
dan menganalisa surat perjanjian kerja yang
dilakukan, baik oleh perusahaan penyedia
jasa tenaga kerja dengan pekerja maupun
antara perusahaan pengguna jasa dengan
penyedia jasa tenaga kerja. Dari surat-surat
perjanjian kerja itulah maka perusahaan
menjalankan sistem kerjanya, baik
perusahaan penyedia jasa maupun
perusahaan penggunga jasa tenaga kerja.
Setelah itu baru dianalisa berkaitan dengan
hal-hal yang menyangkut hak dan kewajiban
para pihak (pekerja, perusahaan). Di
lapangan yang terjadi adalah bahwa ternyata
perusahaan penyedia tenaga kerja
berekeberatan untuk memberikann informasi
tentang perjanjian kerja yang dilakukan
antara pekerja dengan PPJP, meskipun
peneliti sudah mengatakan bahwa ini tidak
diekspos yaitu dengan menyamarkan nama
perusahaannya, namun tetap tidak bersedia.
Oleh karena itu peneliti dalam hal ini
menyampaikan data surat perjanjian kerja
dari pihak pengguna jasa tenaga kerja yaitu
PNJ.
Analisis Data
Analisa data dilakukan secara
kualitatif sesuai dengan jenis data yang
diteliti. Data primer yang diperoleh dari
responden (pekerja) dan dari PNJ sebagai
pihak pengguna jasa tenaga kerja akan
diinventarisasi dan dikelompokkan, guna
menemukan indikasi-indikasi khusus yang
berkenaan dengan kasus.
Data yang telah dikelompokkan akan
dikaitkan satu dan lainnya serta
diinterpretasikan dengan perspektif bidang
legal (hukum) dan sosiologis dalam konteks
bagaimana perjanjian kerja sistem
outsourcing itu dapat menjamin hak dan
melindungi pekerja secara hukum. Apabila
didalam perjanjian tersebut terdapat hal-hal
yang menyimpang dari ketentuan undang-
undang, maka menggambarkan suatu
kaeadaan hubungan kerja yang belum
seimbang antara pekerja, baik dengan
pengguna jasa maupun dengan PPJP. Hal itu
mendorong, terutama pemerintah sebagai
pihak yang mempunyai otoritas hendaknya
meninjau kembali aturan hukum mengenai
pekerja outsourcing, dann mengawasi
pemberlakuannya/pelaksanaanya pada
perusahaan-perusahaan penyedia jasa tenaga
kerja, sehingga hak-hak dan kedudukannya
berubah menjadi lebih baik. Dan hal tersebut
akan menjadikan keadaan masyarakat secara
umum lebih membaik.
Pembahasan
SURAT PERINTAH KERJA (SPK)
TENTANG PEKERJAAN PENGADAAN
JASA TENAGA KERJA CLEANING
SERVICE ANTARA X DENGA PT ”Y” Dari judulnya sudah bukan
merupakan perjanjian, namun dalam
pelaksanaan dan di dalamnya berbunyi surat
perjanjian, sehingga terjadi kerancuan.
Obyek perjanjian dalam hal ini pekerjaan
yang dilakukan bukan mrupakan pekerjaan
inti dari pihak kesatu hal ini sudah sesuai
dengan ketentuan Undang-undang
Ketenagakerjaan dan Kepmenakertrans.
Pasal 2
JANGKA WAKTU
1. Para pihak sepakat dan setuju bahwa
jangka waktu perjanjian ini terhitung
mulai tanggal 04 januari 2010 dan
berakhir pada tanggal 25 Februari 2010.
2. Apabila jangka waktu perjanjian ini akan
berakhir, maka pihak kedua wajib
mengajukan permohonan secara tertulis
kepada pihak pertama sekurang-
kurangnya 14 (empat belas) hari kalender
sebelum jangka waktu perjanjian berakhir
dan atas permohonan tersebut pihak
pertama akan memberikan jawaban
104
secara tertulis sekurang-kurangnya
7 (tujuh) hari kalender
3. Sebelum jangka waktu perjanjian
berakhir. Mengenai jangka waktu sesuai
dengan Pasal 59 UU No 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan dapat bersifat
sementara dan paling lama 3 tahun,
sehingga hal ini masih sesuai dengann
aturan hukum.
Pasal 3
TENAGA KERJA
1. Tenaga kerja disediakan sepenuhnya oleh pihak kedua dan mempunyai hubungan kerja
langsung dengan pihak kedua. Biaya-biaya yang timbul sehubungan dengan penyediaan
tenaga kerja menjadi beban dan tanggung jawab pihak kedua, meliputi:
a. Honor apabila masuk kerja hari libur nasional akibat pengaturan sift oleh pihak kedua.
b. Honor apabila masuk kerja karena menggantikan tenaga kerja lain yang sedang cuti, sakit,
atau berhalangan masuk.
c. Honor yang berupa tunjangan hari raya (THR) atau bonus selain THR.
d. Jaminan kesehatan untuk tenaga kerja sebagai jaminan apabila terjadi kecelakan kerja,
sakit, bahkan meninggalnya tenaga kerja.
e. Biaya pengadaan peralatan kerja dan peralatan standar lainnya.
f. Biaya pengadaan seragam dan identitas tenaga kerja
g. Biaya kebutuhan lainnya sehubungan dengan pelaksanaan tugas di lapangan.
h. Honor apabila terjadi kelebihan waktu kerja atas permintaan atau tugas dari pihak pertama,
maka atas upah tersebut menjadi beban pihak pertama yang dapat ditagihkan kepada pihak
pertama sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Segala persoalan dan tuntutan tenaga kerja pihak kedua menjadi beban dan tanggung jawab
sepenuhnya pihak kedua karenanya pihak kedua membebaskan pihak pertama dari segala
tuntutan berkenaan dengan persolan atas tenaga kerjanya sehubungan dengan pelaksanaan
perjanjian ini.
Dalam Pasal ini mengatur tentang Tenaga
Kerja, hanya satu ayat yang mengatur
tentang tenaga kerja, selebihnya mengatur
tentang honor, biaya-biaya peralatan,
jaminan kerja, da persoalan tuntutan tenaga
kerja, dimana hal itu tidak sesuai dengan
judul pasalnya.
Pasal 4
PENANGGUNG JAWAB PEKERJAAN
(1) Sebagai penanggung jawab atas pekerjaan pihak kedua, maka pihak kedua wajib menunjuk
pengurus atau penanggung jawab operasional yang dapat mewakili perusahaan sesuai
kewenangannya.
(2) Penunjukan pengurus atau penanggung jawab operasional oleh pihak kedua dilakukan
dengan membuat surat pertanyaan yang memuat pernyataan dan data-data lengkap dari
pengurus yang bersangkutan.
(3) Surat pernyataan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 pasa ini harus disampaikan dan
diberikan pihak kedua kepada pihak pertama dan surat pernyataan tersebut merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan surat perjanjian ini. Untuk ketentuan pasal ini
sudah sesuai, baik dengan perjanjiannya maupun aturan yang berlaku umum
105
Pasal 5
HARGA BORONGAN PEKERJAAN
Para pihak sepakat dan setuju bahwa harga borongan jasa pekerjaan pihak kedua adalah sesuai
seperti trsebut dalam lampiran surat perjanjian kontrak ini yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan, jumlah total harga borongan adalah sebesar = Rp. 49.869.820,- terbilang : # empat
puluh sembilan juta delapan ratus enam puluh sembilan ribu delapan ratus dua puluh rupiah #
Untuk pasal tentang harga borongan
pekerjaan ini tidak sesuai dengan judul
perjanjiannya, karena di dalam hukum
perjanjian terdapat perjanjian pemborongan
pekerjaan, namun disini muncul harga
pemborongan pekerjaan, sehingga terdapat
kontradiksi.
Pasal 6
CARA PEMBAYARAN
(1) Pihak pertama sanggup dan setuju untuk membayart imbalan yang dimaksudkan dalam
pasal 5 perjanjian ini kepada pihak kedua secara tunai dan sekaligus setelah selesainya
jangka waktu perjanjian.
(2) Pembayaran imbalan tersebut dilakukan oleh pihak pertama dengan tunai dan sekaligus
secara transfer melalui KPPN Jakarta III ke rekening pihak kedua nomor rekening:
122.000537347.0 a.n. PT. GLOBAL MITRA SENTOSA pada BANK MANDIRI cab.
CIKDITIRO.
Tentang cara pembayaraan, sudah sesuai
dengan aturan yang berlaku.
Pasal 7
MEKANISME PENGAWASAN
1. Pihak kedua bertanggung jawab sepenuhnya terhadap kuantitas dan kualitas personil tenaga
kerja kebersihan yang bertugas di wilayah pihak pertama.
2. Selama pelaksanaan tugas di lingkungan politeknik negeri jakarta, tenaga kerja pihak kedua
dapat menerima pengarahan dan petunjuk dari pihak pertama, akan tetapi tanggung jawab
secara administratif adalah kepada pihak kedua.
3. Pihak kedua berkewajiban mengatur dan mengawasi pelaksanaan tugas atau kewajiban
tenaga kerjannya.
4. Pihak kedua bertanggung jawab atas tersedianya surat tugas dan atau kartu identitas yang
digunakan para anggota tenaga kerjanya dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
5. Pihak kedua bertanggung jawab atas tindakan tenaga kerjanya dilingkungan politeknik
negeri jakarta apabila terbukti menurut hasil penyidikan pihak yang berwenang
(kepolisian), karena kesalahan/atau kelalaian dalam melaksanakan tugas/pekerjaanya
sehingga mengakibatkan kecelakan atau merugikan pihak pertama dan atau pihak ketiga
mengenai jiwa maupun harta. Atas hal tersebut maka pihak kedua bertanggung jawab
sepenuhnya terhadap ganti rugi yang wajib diberikan kepada pihak pertama dan atau pihak
ketiga sesuai dengan hukum yang berlaku.
Pasal 7 ini mengatur tentang mekanisne
pengawasan, tetapi isinya tentang tanggung
jawab pihak kedua, maka antara judul dan
isinya tidak sinkron
106
Pasal 8
JAMINAN PIHAK KEDUA
(1) Pihak kedua menyatakan bahwa seluruh tenaga kerjannya adalah karyawan pihak kedua
dan bukan karyawan pihak pertama, oleh karenanya pihak kedua bertanggung jawab penuh
atas tenaga kerjanya termasuk pemenuhan hak-haknya.
(2) Pihak kedua menjamin untuk memenuhi peraturan-peraturan ketenagakerjaan yang berlaku
termasuk didalamnya meliputi pembayaran honor dan jaminan kesehatan.
Pasal 8 ini khususnya pada ayat (1) tentang
status pekerja, dan pada ayat (2) tentang
jaminan kesehatan seperti apa yang
diberikan, itu tidak jelas.
Pasal 9
KEWAJIBAN PIHAK PERTAMA
(1) Melakukan pembayaran imbalan tugas pekerjaan kepada pihak kedua sesuai dengan waktu
dan jumlah di tentukan.
(2) Mentaati dan menjalankan ketentuan-ketentuan dalam perjanjian ini.
Pasal 10
KEWAJIBAN PIHAK KEDUA
(1) Melakukan dan bertanggung jawab atas pelaksanan pekerjaan/lingkup pekerjaan
sebagaimana dimaksud dalam perjanjian ini secara profesional dengan efektif dan efisien.
(2) Melaksanakan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam perjanjian ini sesuai dengan
ketentuan dan jadwal waktu yang telah ditentukan.
(3) Menjamin semua personil yang ditugaskan pihak kedua pada pekerjaan ini selalu mampu
atau dapat siap untuk segera menyelesaikan masalah yang timbul pada pekerjaan.
(4) Mengadakan konsultasi dengan pihak pertama dalam melakukan tugas-tugas dan/atau
pekerjaannya agar segala sesuatunya sesuai dengan rencana dan keinginan pihak pertama.
(5) Memberitahukan secara lisan maupun tulisan kepada pihak pertama apabila terjadi
kejadian atau keadaan yang dapat mengakibatkan keruigan pada pihak pertama. Begitu
pula langkah-langkah yang telah diambil untuk mengatasi kejadian atau keadaan tersebut
harus dilaporkan secara lisan maupun tertulis kepada pihak pertama.
(6) Mematuhi dan mentaati serta menjalankan semua peraturan-peraturan / ketentuan-
ketentuan yang dikeluarkan oleh pihak pertama baik yang berlaku sekarang maupun yang
akan datang seperti penampilan, kerapihan, kesopanan, pakaian seragam, termasuk
kelengkapannya. Mentaati dan menjalankan ketentuan-ketentuan atau peraturan yang telah
ditetapkan bersama para pihak baik dalam perjanjian ini maupun peraturan yang akan
ditentukan kemudian.
Format dan substansi pasal ini sudah sesuai
dengan perjanjian pada umumnya.
Pasal 11
TEGURAN DAN PERINGATAN
Dalam rangka pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan oleh pihak kedua sebagaimana
dimaksud dalam perjanjian ini, apabila pihak kedua melaksanakan pekerjaan tidak sesuai
dengan perjanjian ini dan tidak memenuhi petunjuk-petunjuk pelaksanaan yang diberikan,
107
maka pihak kedua akan diberikan surat teguran dan atau surat peringatan oleh pihak pertama sebanyak 3 (tiga) kali teguran dengan tenggang waktu masing-masing teguran selama 6
(enam) hari kerja.
Pasal 12
TATA TERTIB DAN KETENTUAN-KETENTUAN LAIN
(1) Dalam melaksanakan pekerjaan ini pihak kedua wajib mentaati tata tertib, peraturan-
peraturan/ketentutan-ketentuan maupun petunjuk-petunjuk yang berlaku dilingkungan
politeknik negeri jakarta.
(2) Pihak kedua akan menanggung sanksi dan atau biaya semua kerugian-kerugian yang
diderita oleh pihak pertama yang disebabkan oleh pihak kedua tidak mentaati tata tertib,
peraturan-peraturan/ketentuan-ketentuan dan petunjuk-petunjuk seperti diatas
(3) Pihak kedua tidak memperbolehkan memakai atribut atau identitas apapun dengan
menggunakan nama pihak pertama.
Pasal 13
PAJAK PAJAK
Pajak-pajak ( kecuali PPn dan PPH pasal 23) iuran,bea materai, maupun pungutan pungutan
lainnya yang timbul sehubungan dengan perjanjian ini, menjadi beban dan tanggung jawab
pihak kedua
Pasal 14
IJIN IJIN PENGURUSAN
Pihak kedua wajib membuat dan mengurus ijin dari instansi yang berwenang terkait
sehubungan dengan jenis usaha pihak kedua dalam rangka melaksanakan pekerjaan
sebagaimana dimaksud dalam perjanjian ini dengan beban biaya pihak kedua sepenuhnya.
Pasal 15
SURAT MENYURAT
(1) Dalam pelaksanaan perjanjian ini, alamat masing-masing pihak untuk kepentingan surat
menyurat adalah:
Pihak pertama
Politeknik negeri jakarta
Kampus UI depok
Telepon : (021) 7270036, Faximilie : (021) 727004
Pihak kedua :
PT. GLOBAL MITRA SENTOSA
Jl. Benda permai 3 blok c 14/22rt.003/011 kelurahan pondok benda kecamatan pamulang
tangerang – banten telepon: (021) 74630779
Bahasa yang digunakan pada surat menyurat dari pihak pertama kepada pihak kedua
atau sebaliknya adalah bahasa indonesia
Pasal 16
PENGALIHAN PERJANJIAN
Pihak kedua tidak diperkenankan untuk mengalihkan sebagian dan atau seluruh perjanjian
dan/atau pekerjaan ini kepada pihak ketiga/pihak lain.
108
Judul pasalnya pengalihan tetapi isinya
tentang larangan pengalihan, sehingga ada
kontradiksi.
Pasal 17
PEMBATALAN PERJANJIAN
Pihak pertama mempunyai hak untuk membatalkan perjanjian secara sepihak oleh karena hal-
hal sebagai berikut:
a. Pihak kedua tidak dapat melaksanakan pekerjaan sesuai ketentuan yang telah disetujui.
b. Pihak kedua telah menyerahkan pekerjaan yang dimaksud baik sebagian maupun keseluruhan
kepada pihak ketiga tanpa pemberitahuan dan persetujuan secara tertulis dari pihak pertama.
c. Pihak kedua mengabaikan teguran/peringatan tertulis dari pihak pertama sebanyak 3 (tiga) kali
sebagaimana dimaksud dalam perjanjian ini.
d. Pihak kedua telah dinyatakan bangkrut atau dilikuidasi.
e. Pihak kedua telah melanggar kondisi/ketentuan-ketentuan dalam perjanjian ini.
1. Resiko biaya akibat penghentian dan pembatalan perjanjian tersebut tetap menjadi tanggung
jawak pihak kedua.
2. Pembatalan perjanjian sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 pasal ini dilakukan selambat-
lambatnya 7 (tujuh) hari kalender terhitung sejak tanggal dikeluarkannya surat pembatalan
perjanjian oleh pihak pertama.
3. Apabila terjadi pembatalan perjanjian seperti dimaksud dalam ayat (1) pasal ini maka pihak
pertama dibebaskan atas kewajiban pembayaran sisa pembayaran imbalan jasa pekerjaan.
Pasal 18
DOKUMEN PERJANJIAN
Dokumen-dokumen yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan surat perjanjian ini
terdiri dari : surat perintah kerja nomor : 01b/k7.b/spk/2010 tanggal 04 januari 2010, yang
diberikan pihak pertama kepada pihak kedua sehubungan dengan pekerjaan sebagaimana
dimaksud dalam perjanjian ini.
Pasal 19
FORCE MAJEURE
1. Apabila terjadi hal-hal diluar dugaan dan atau diluar kemampuan para pihak yang
merupakan force majeure, sehingga dapat berakibat merugikan para pihak, maka pihak
yang mengalami force majeure diwajibkan memberitahukan secara tertulis kepada pihak
lain dalam waktu 2 x24 jam terjadi force majeure untuk mendapat pertimbangan
pihak lain.
2. Yang dianggap force majeure adalah terjadi kebakaran, sabotase, bencana alam, seperti
gempa bumi yang mengakibatkan bangunan atau peralatan rusak berat, banjir dan angin
topan, larangan penguasa atau peraturan-peraturan pemerintah dalam bidang ekonomi dan
keuangan.
3. Bila terjadi force majeure maka,. Para pihak sepakat dan setuju untuk merundingkan
kembali hak dan kewajiban masing-masing pihak untuk menyelesaikan perjanjian ini.
4. Keadaan force majeure yang mungkin mengakibatkan hambatan atas pelaksananaan
sebagian maupun seluruh isi perjanjian ini, tidak dengan sendirinya merupakan alasan
untuk pembatalan surat perjanjian ini.
109
Pada pasal ini sudah sesuai
Pasal 20
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
(1) Apabila dalam menyelenggarakan perjanjian ini terdapat penafsiran atas isi dan perjanjian
ini, maka para pihak sepakat dan setuju untuk menyelesaikan dengan jalan musyawarah
untuk mufakat.
(2) Apabila tidak terdapat kata sepakat antara para pihak, maka masing-masing pihak dapat
mengajukan persoalan ini ke pengadilan negeri untuk diputuskan.
Pemilihan penyelesaian perselisihan ke
Pengadilan jika musyawarah tidak dapat
tercapai, namun tidak menentukan
pengadilan mana yang ditunjuk.
Pasal 21
PENUTUP
Hal hal yang belum dan/atau belum cukup diatur dalam surat perjanjian ini, akan ditetapkan
kemudian oleh para pihak didalam suatu surat perjanjian tambahan (addendum) yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari surat perjanjian ini.
Dari hasil analisa di atas, peneliti melihat
bahwa yang masih belum sesuai dengan
kaidah suatu perjanjian relatif tidak terlalu
signifikan, yang sering terjadi pada
judul/penamaan pasal-pasalnya. Sedangkan
untuk subtansi/isi pasalnya sendiri secara
umum sudah sesuai dengan kelaziman,
prinsip/asas, dan syarat sahnya surat
perjanjian.
Data ini sebenarnya belum sesuai
dengan harapan peneliti, karena surat
perjanjian kerja yang dibuat oleh PPJP tidak
kami peroleh, karena ternyata perusahaan
keberatan untuk memberikannya, sehingga
peneliti mencari dan memperoleh dari pihak
principal/pengguna jasa pekerja. Kendala
inilah yang berdampak terhadap hasil dari
penelitian ini.
Peneliti juga menggunakan angket
yang ditujukan kepada para pekerja yang
jumlahnya relatif sedikit yaitu lima belas
orang dengan ditambah satu orang
supervisor dan saru orang wakil supervisor.
Hasil dari uji coba angket tersebut semua
pekerja telah mengisi, namun ketika mengisi
tidak langsung di depan peneliti, sehingga
hasilnya tidak sesuai dengan prediksi
peneliti, dan akhirnya data tersebut hanya
sebagai lampiran saja.
Kesimpulan Secara umum subtansi/isi pasalnya
sendiri sudah sesuai dengan kelaziman,
prinsip/asas, dan syarat sahnya surat
perjanjian. Namun beberpa hal, misalnya
judul-judl pasalnya yang tidak sesuai dengan
isi pasalnya.
Pada perjanjian kerja sistem
outsourcing yang terjadi adalah penyerahan
pekerjaan tertentu kepada pihak ketiga yang
dilakukan dengan tujuan membagi risiko
dan mengurangi beban pengguna jasa.
Penyerahan pekerjaan tersebut dilakukan
atas dasar perjanjian kerjasama operasional
antara pemberi kerja (principal) dengan
penerima pekerjaan (perusahaan
outsourcing)
Hubungan hukum pekerja bukan dengan
principal tetapi dengan perusahaan
outsourcing. Dalam hal ini ada tiga pihak
dalam sistem outsourcing, yaitu perusahaan
principal (pemberi kerja), perusahaan jasa
outsourcing (penyedia tenaga kerja), dan
tenaga kerja itu sendiri.
110
Saran
Meskipun secara umum baik format
maupun subsatansi perjanjian sudah sesuai,
namun masih ada beberapa hal yang masih
belum sesuai dengan anatomi suatu
perjanjian. Dan yang paling fatal di dalam
perjanjian ini adalah judulnya tidak sesuai
dengan isi, yaitu tentang Surat Perintah Keja
tetapi isinya tentang Perjanjian Kerja.
Demikian pula bahwa data surat perjanjian
ini peneliti peroleh dari principal, bukan dari
penyedia tenaga kerja, padahal yang menjadi
sasaran objek dalam penelitian ini
sebenarnya adalah perusahaan penyedia
tenaga kerja. Sedangkan data principal
hanya bersifat melengkapi, namun karena
sulitnya peneliti memperoleh data dari
perusahaan penyedia jasa (meskipun sudah
berusaha dengan berbagai pendekatan)
namun tetap tak berhasil.
DAFTAR PUSTAKA Adi, Rianto. 2004. Metodologi Penelitian
social dan Hukum. Jakarta. IBLAM.
Djumialdji, F.X. 2008. Perjanjian
Kerja.Jakarta. Sinar Grafika.
Jehan,. Libertus. 2008. Hak-Hak Karyawan
Kontrak. Jakarta. Forum Sahabat.
Nurhayati, Ida. 2007. Laporan
Penelitian Hukum Ketenagakerjaan
Sebagai Alat Dalam Perbaikan
Kedudukan Serta Perlindungan
Terhadap Perempuan Pada Kegiatan
Wirausaha Di Sentra Industri
Kerajianan Bordir Tasikmalaya
Politeknik Negeri Jakarta.
Musawir, M, Nurhadi. 2007. Peraturan
Pekerja 2007. Jakarta. Durat Bahagia.
Tunggal, Setia Hadi. 2005. Undang-Undang
Sistem Jaminan Sosial Nasioanl Dan
Undang-Undang Serikat
Pekerja/Serikat Buruh. Jakarta. 2005.
Jurnal Hukum Bisnis Outsourcing dan
Tenaga Kerjas on line edisi
08.tanggal akses 11 Mei 2009.
111
ANALISIS DAMPAK SURAT PERJANJIAN TERHADAP MAHASISWA
YANG TELAT MEMBAYAR REGISTRASI DI KAMPUS STIEB
PERDANA MANDIRI PURWAKARTA
Oleh:
Dika Meirista, SH
Manohara Inggita, SE
Abstrak
Pendidikan merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan manusia, dengan
pendidikannya manusia akan lebih bisa dihargai dan dihormati oleh sesamanya. Di dalam suatu
negara yang terdapat banyak manusia yang mempunyai pendidikan lebih tinggi, tentunya akan
membuat negara tersebut bisa lebih baik dan maju. Perguruan Tinggi dalam hal ini berperan
mencetak manusia-manusia yang mempunyai pendidikan dan intelektual yang lebih tinggi.
Dalam lingkungan Perguruan Tinggi tersebut masih banyak permasalahan yang berhubungan
dengan mahasiswa itu sendiri, diantaranya mengenai pembayaran registrasi mahasiswa. Dalam
hal ini diperlukan suatu perjanjian yang mana sangat diperlukan antara pihak kampus dengan
mahasiswa untuk masalah pembayaran registrasi tersebut. Setiap unsur kehidupan tidak
terlepas dari yang namanya perjanjian. Perjanjian ini digunakan sebagai pedoman untuk para
pihak melakukan atau melaksanakan kewajibannya.
Metode penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data dengan cara melakukan
observasi, yaitu bertujuan untuk mengetahui keadaan objek penelitian guna persiapan dan
pengambilan data sekunder mengenai hal-hal yang berkaitan dengan perjanjian. Selanjutnya
dengan cara wawancara yaitu agar peneliti bisa mengembangkan pertanyaan-pertanyaan
secara luas dapat mengembangkan pertanyaan-pertanyaan terhadap informan yang dibutuhkan.
Analisis data dilakukan secara kualitatif sesuai dengan jenis data yang diteliti. Data primer
yang diperoleh dari hasil pengambilan data dari Bagian Keuangan STIEB Perdana Mandiri
Purwakarta dan wawancara dengan mahasiswa STIEB Perdana Mandiri Purwakarta.
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana dampak perjanjian terhadap
kesadaran mahasiswa dalam melaksanakan kewajibannya dalam membayar registrasi dan
faktor-faktor apa saja yang menyebabkan mahasiswa melalaikan atau terlambat dalam
melaksanakan kewajibannya.
Kata kunci: Registrasi Mahasiswa, Perjanjian, Wanprestasi.
PENDAHULUAN
Semakin menjamurnya tempat-
tempat pendidikan termasuk diantaranya
Perguruan Tinggi tidak terlepas dari semakin
banyaknya kebutuhan masyarakat akan
pendidikan yang lebih tinggi. Dalam hal ini
masyarakat juga semakin menyadari
semakin pentingnya pendidikan supaya
hidup mereka bisa lebih baik.
Pendidikan sendiri mendapat
perhatian khusus dari Pemerintah dengan
dicantumkannya mengenai pendidikan di
dalam UUD 1945 Pasal 31 (1): “Setiap
warga negara berhak mendapat pendidikan”
112
Sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003
Pasal 2 bahwa dalam pelaksanaannya
pendidikan harus sesuai dan berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia 1945.
Salah satu jenjang pendidikan di
Indonesia yang mempunyai peran sebagai
pencetak manusia yang mempunyai akhlak,
karakter, dan ilmu pengetahuan yang bisa
diaplikasikan di dalam kehidupan yaitu
jenjang Perguruan Tinggi. Dalam
perkembangannya Perguruan Tinggi di
Indonesia khususnya Perguruan Tinggi
Swasta (PTS) banyak yang mengalami
masalah jatuh bangun, bertahan hidup,
ditutup, menurun ataupun berkembang.
Beberapa PTS terkenal dengan program
studinya serta cukup banyak diminati oleh
mahasiswa baru dan lama, ternyata yang
mendaftar ulang kembali menurun dari
tahun ketahun dengan cukup signifikan,
sehingga kelangsungan hidupnya
dikhawatirkan, apalagi sekarang bangsa ini
sedang menghadapi berbagai krisis yang
berdampak luas bagi dunia pendidikan tinggi
(Sjarief, 1999).
Dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya beragam
berkembangan telah terjadi dan dialami oleh
PTS, khususnya yang ada di wilayah IV
Jawa Barat dan Banten. Kinerja di suatu
Perguruan Tinggi akan sangat ditentukan
oleh bagaimana PTS itu menentukan masa
depannya dalam bentuk formulasi strategi
dengan ditetapkan misi, visi, tujuan, strategi,
dan kebijakan, serta bagaimana
mengimplementasikannya hasil formulasi
strategi itu melalui serangkaian program,
anggaran, dan prosedur. (Djohan, 1998)
Berbagai upaya dilakukan oleh PTS
supaya dapat bertahan dalam persaingan
yang sehat, PTS berlomba-lomba menarik
simpati para calon mahasiswa agar mau
mendaftar dan masuk ke PTS nya. Mereka
melakukan promosi-promosi dan sosialisasi
ke sekolah-Sekolah Menengah Umum,
memasang iklan di tempat umum yang
sekiranya dapat dilihat oleh masyarakat
umum.
Ketika memasuki dunia perkuliahan
tidak membuat permasalahan berhenti, justru
disini sering terjadi masalah yang membuat
bisa atau tidaknya PTS tersebut bertahan,
seringkali calon mahasiswa yang mendaftar
tidak sesuai dengan calon mahasiswa yang
melakukan registrasi.
Dalam hal ini STIEB Perdana
Mandiri sebagai salah satu PTS yang ada di
Wliayah IV Jawa Barat dan Banten,
khususnya di Purwakarta telah mengalami
perkembangan yang sangat pesat, dari tahun
ke tahun mengalami peningkatan dalam hal
pendaftaran mahasiswa, walaupun terkadang
jumlah yang mendaftar dan melakukan
registrasi perkuliahan tidak sesuai.
Pada saat perkuliahan berlangsung
timbul masalah yang cukup membuat pihak
Kampus merasa dirugikan, diantaranya para
mahasiswa seringkali tidak menghiraukan
masalah pembayaran registrasi SPP yang
harus dibayar oleh para mahasiswa untuk
perkuliahan secara tepat waktu atau sesuai
waktu yang sudah ditetapkan dalam
perjanjian sebelumnya. Mahasiswa seolah-
olah tidak peduli dengan pembayaran
tersebut, padahal ini sangat berpengaruh
terhadap perkembangan dan kelanjutan
Kampus STIEB Perdana Mandiri itu sendiri.
Mahasiswa kurang menyadari
kewajibannya sebagai mahasiswa yang salah
satunya adalah membayar registrasi tepat
waktu, mereka terkadang melalaikannya.
Padahal dalam hal ini mahasiswa bisa
dikatakan telah melakukan wanprestasi
dalam perjanjian, yaitu terlambat dalam
pemenuhan prestasinya.
Mahasiswa tidak menyadari bahwa
mereka telah terikat suatu perjanjian dimana
mereka harus bisa melaksanakannya dengan
baik, sehingga tidak akan menimbulkan
kerugian untuk pihak lain. Mereka tidak
mengetahui arti pentingnya suatu perjanjian,
113
dimata mereka perjanjian hanya sebagai
formalitas kertas biasa yang bisa mereka
langgar dengan seenaknya. Seharusnya
mereka tahu hal tersebut bisa menimbulkan
kerugian bagi mereka sendiri dengan
memperoleh sanksi dari pihak kampus.
METODE PENELITIAN
Untuk mencapai tujuan penelitian,
peneliti akan menggunakan metode survei
dan pendekatan kualitatif. Metode survei
digunakan untuk mendapatkan gambaran
awal yang menyeluruh tentang keadaan
mahasiswa STIEB Perdana Mandiri,
sedangkan pendekatan kualitatif akan
digunakan untuk mendapatkan uraian yang
kaya dengan nuansa, perasaan, sikap dan
pemikiran yang berhubungan dengan
permasalahan penelitian ini.
1.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Peneliti mendapatkan sumber data
penelitian dari Staf STIEB Perdana Mandiri
Purwakarta dan mahasiswa STIEB Perdana
Mandiri Purwakarta di Kabupaten
Purwakarta.
Kemudian untuk mendapatkan data
responden tersebut, dilakukan dengan cara
mendatangi Bagian Keuangan STIEB
Perdana Mandiri Purwakarta, setelah data
didapatkan selanjutnya melakukan survei
wawancara terhadap mahasiswa-mahasiswa
yang terlambat membayar Registrasi SPP di
STIEB Perdana Mandiri Purwakarta.
Adapun data yang akan diambil adalah:
a. Data mengenai jumlah mahasiswa yang
telat membayar registrasi di Kampus
STIEB Perdana Mandiri Purwakarta.
b. Data mengenai faktor-faktor mengenai
alasan mahasiswa yang telat membayar
registrasi.
c. Data tentang alasan-alasan mahasiswa
kurang begitu mengindahkan
perjanjian antara mahasiswa dan Kampus
STIEB Perdana Mandiri Purwakarta.
Adapun waktu pelaksanaan
penelitian yang dilakukan adalah dimulai
dari bulan Juni 2012 sampai dengan bulan
Oktober 2012.
1.2. Metode Pengumpulan Data
Sugiono (2008: 137) menyatakan
bahwa teknik pengumpulan data dapat
dilakukan dengan cara interview
(wawancara), kuesioner (angket), observasi
(pengamatan) atau gabungan ketiganya.
Berdasarkan pendapat di atas teknik atau
cara pengumpulan data yang digunakan
penulis adalah cara interview dan observasi.
Dalam memperoleh data yang
dibutuhkan yang bersifat kualitatif akan
dilakukan dengan cara:
a. Observasi pendahuluan dilakukan untuk
mengetahui keadaan objek penelitian
guna persiapan dan pengambilan data
sekunder mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan perjanjian.
b. Metode penelitian adalah metode
Wawancara yang dilakukan pada Bagian
Keuangan STIEB Perdana Mandiri serta
pada mahasiswa STIEB Perdana Mandiri
dan mahasiswa STIEB Perdana Mandiri
Purwakarta. Wawancara mendalam
dengan menggunakan pedoman
wawancara dan dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan yang disusun
dalam suatu daftar pertanyaan yang telah
disiapkan lebih dahulu. Hal ini
dimaksudkan agar peneliti secara luas
dapat mengembangkan pertanyaan-
pertanyaan terhadap informan dan dapat
dibangun suatu suasana wawancara yang
santai tetapi formal.
c. Sebagai sumber informasi dipilih
informan yaitu Bagian Keuangan, Staf
Akademik dan Mahasiswa STIEB
Perdana Mandiri Purwakarta. Di samping
itu penelitian ini juga menggunakan
sistem kepustakaan untuk mendapatkan
landasan acuan secara teoritis. Catatan
lapangan diperlukan untuk
114
menginventarisir hal-hal baru yang
terdapat di lapangan yang ada kaitannya
dengan daftar pertanyaan yang sudah
disiapkan.
d. Data yang diambil dalam penelitian ini
adalah data mahasiswa yang telat
membayar pembayaran registrasi SPP
dan faktor-faktor yang menjadi
penyebabnya.
1.3. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan secara
kualitatif sesuai dengan jenis data yang
diteliti. Data primer yang diperoleh dari
hasil pengambilan data dari Bagian
Keuangan STIEB Perdana Mandiri
Purwakarta dan wawancara dengan
mahasiswa STIEB Perdana Mandiri
Purwakarta. Data yang diperoleh dari para
responden akan diolah sehingga ditemukan
faktor-faktor yang menyebabkan kenapa
mahasiswa telat membayar registrasi SPP.
Apabila dalam pelaksanaan perjanjian
tersebut banyak terdapat faktor-faktor
kelalaian dari mahasiswa dalam kesadaran
membayar registrasi SPP, maka
menggambarkan suatu keadaan masih
rendahnya kesadaran mahasiswa dalam
melaksanakan aturan hukum yang berlaku,
dalam hal ini mahasiswa melakukan suatu
wanprestasi yang bisa merugikan pihak
STIEB Perdana Mandiri Purwakarta.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data mengenai jumlah mahasiswa
yang telat membayar registrasi di STIEB
Perdana Mandiri Purwakarta.
Data yang kami ambil yaitu data dari
tahun pelajaran 2010-2011 sampai dengan
2011-2012, dimana data ini kami ambil dari
Bagian Keuangan STIEB Perdana Mandiri
Purwakarta. Data tersebut merupakan data
jumlah keseluruhan mahasiswa STIEB
Perdana Mandiri Purwakarta, setelah itu
kami teliti sejauh mana kesadaran
mahasiswa dalam hal pembayaran registrasi.
Tabel. 1
Data Mahasiswa Tahun Pelajaran Tahun
2010-2011
Semes
ter
J
M
L
M
a
h
as
is
w
a
Yg
Tel
at
Me
mb
aya
r
C
ut
i
K
el
u
ar
Perse
ntase
Pemb
ayara
n
Lanca
r
Perse
ntase
yg
Terla
mbat
Memb
ayar
Ganjil 5
8
0
45 1
0
1 92,24
%
7,76%
Genap 5
6
0
55 1
2
- 90,18
%
11,96
%
Tabel. 2
Data Mahasiswa Tahun Pelajaran Tahun
2011-2012
Sem
ester
JM
L
Ma
has
isw
a
Yg
Tela
t
Me
mba
yar
C
u
ti
K
el
ua
r
Pers
entas
e
Pem
baya
ran
Lanc
ar
Pers
entas
e yg
Terla
mbat
Mem
baya
r
Ganj
il
54
6
46 1
4
- 91,5
8%
8,42
%
Gen
ap
53
9
73 1
9
2 86,4
6%
13,5
4%
Dari gambaran di atas terlihat masih
adanya mahasiswa yang terlambat dalam
hal membayar registrasi. Hal ini
menunjukkan masih kurangnya kesadaran
115
mahasiswa dalam kewajibannya
melaksanakan pembayaran registrasi.
Apabila hal ini dibiarkan begitu saja,
tentunya akan mengakibatkan suatu
kerugian bagi pihak kampus itu sendiri,
dimana sebagian besar pemasukan kampus
berasal dari pembayaran mahasiswa atau
dengan kata lain dari pembayaran registrasi
mahasiswa.
Faktor-faktor mengenai alasan
mahasiswa yang telat membayar
registrasi.
Setelah data di atas kami peroleh,
kemudian kami melakukan suatu analisa
ternyata ada beberapa faktor yang
menyebabkan mahasiswa tersebut terlambat
dalam membayar registrasinya. Kami
melakukan wawancara terhadap sebagian
besar mahasiswa yang telat membayar dan
hasilnya mereka menyadari kesalahan
mereka dalam hal melaksanakan
kewajibannya dalam pembayaran registrasi
tesebut.
Adapun faktor-faktor yang
menyebabkan keterlambatan mahasiswa
dalam melaksanakan kewajibannya dalam
membayar registrasi, antara lain adalah:
a. Faktor Ekonomi
Faktor ini yang menjadi penyebab
utama mahasiswa terlambat dalam
melaksanakan kewajibannya, sebagian
mahasiswa menjadikan faktor ini sebagai
alasan utama mengapa mereka terlambat
membayar registrasi. Alasan mereka adalah
bahwa ketika waktu jatuh tempo
pembayaran, mereka tidak memiliki cukup
uang untuk membayar registrasi tersebut, hal
ini disebabkan kemampuan ekonomi
mahasiswa atau keluarganya yang memang
tidak begitu baik dalam menunjang
perkuliahannya, tapi sebenarnya mereka
sangat ingin berkuliah guna mendapatkan
pendidikan yang lebih baik dan tinggi. Tidak
sedikit dari mereka yang merasa tertekan
ketika mendekati waktu pembayaran,
padahal mereka belum mempunyai cukup
uang untuk membayar registrasi tersebut.
Pada akhirnya dari mereka ada yang
membiarkan begitu saja menunggu teguran
atau sanksi yang akan mereka dapatkan atau
justru malah megambil langkah lain, seperti
cuti ataupun mengundurkan diri dari
kampus.
b. Faktor Waktu
Faktor waktu, kami mendapatkan
jawaban yang menyatakan bahwa ada faktor
waktu yang membuat mereka terlambat
membayar registrasi. Faktor waktu disini
adalah faktor dimana mereka tidak
mempunyai banyak waktu untuk melakukan
pembayaran ke tempat registrasi
dikarenakan tidak mempunyai banyak waktu
untuk itu. Berhubung mahasiswa STIEB
Perdana Mandiri Purwakarta sebagian besar
hampir sudah bekerja, maka dari itu mereka
kesulitan dalam melakukan pembayaran,
alasan mereka tidak ada waktu untuk
membayar registrasi ke pihak ketiga yang
telah ditunjuk oleh Kampus yang disebabkan
lokasi tempat mereka bekerja dengan tempat
pembayaran lumayan cukup jauh dan
membutuhkan waktu. Hal ini disebabkan
tidak semua perusahaan dimana mereka
bekerja bisa memberikan izin kepada
mereka untuk keluar perusahaan, walaupun
di waktu istirahat. Sebenarnya mereka bisa
membayar dengan cara on line melalui
mesin-mesin ATM yang telah ditunjuk
untuk melakukan pembayaran dikarenkan
pihak ketiga yang melayani pembayaran
registrasi sudah bisa melakukan pembayaran
atau transfer secara on line, akan tetapi tetap
saja itu tidak berpengaruh dikarenakan tidak
semua tempat atau perusahaan tempat
mereka bekerja menyediakan mesin-mesin
ATM tersebut.
Faktor ini memperlihatkan bahwa
harus ada solusi dari pihak kampus
bagaimana caranya agar hal ini tidak
116
terulang lagi atau bahkan tidak sama sekali.
Hal ini mungkin bisa diatasi dengan cara:
1) Mengganti sistem pembayaran dengan
jalan pembayaran langsung di kelola oleh
pihak kampus. Ada bagian tertentu yang
mengurusi masalah pembayaran registrasi
mahasiswa atau bisa disatukan dengan
bagian yang mengurusi keuangan.
2) Mendirikan loket pembayaran pihak
ketiga (Bank yang ditunjuk pihak kampus
untuk menerima pembayaran registrasi
mahasiswa) di lingkungan kampus,
sehingga memudahkan mahasiswa untuk
melakukan pembayaran. Kemudian
waktu pelayanannya pun bisa disesuaikan
dengan jadwal mahasiswa, dikarenakan
jadwal perkuliahan mahasiswa di STIEB
Perdana Mandiri Purwakarta terbagi ke
dalam dua bagian yaitu pagi dan sore
(malam).
c. Faktor Kelalaian
Faktor yang ketiga ini adalah faktor
yang sangat merugikan, karena biar
bagaimanapun sebenarnya mahasiswa
mampu untuk melaksanakan kewajibannya
melakukan pembayaran registrasi dengan
tepat waktu, akan tetapi mereka tidak
melaksanakannya dengan baik. Ketika kami
melakukan wawancara, ada yang menjawab
bahwa dana yang seharusnya digunakan
pembayaran registrasi, malah digunakan
untuk hal lain. Ada juga dari mereka yang
sengaja mengulur waktu dalam
melaksanakan kewajibannya dalam
membayar registrasi.
Dengan adanya alasan-alasan di atas
itulah para mahasiswa seringkali terlambat
membayar registrasi. Untuk faktor pertama
dan kedua, bisa dikatakan mahasiswa telah
melakukan wanprestasi apabila mereka
benar-benar lalai dalam melakukan
wanprestasi, yang mana sebelumnya harus
didahului dengan adanya surat teguran
kepada mahasiswa tersebut. Apabila dengan
adanya surat teguran tersebut, mahasiswa
masih saja tetap melalaikannya, maka sudah
bisa dianggap melakukan wanprestasi. Akan
tetapi apabila mahasiswa tetap membayar
melewati jatuh tempo, maka mahasiswa
telah melakukan pemenuhan prestasi dengan
terlambat. Dalam faktor ketiga ini
mahasiswa benar-benar telah melakukan
wanprestasi, dimana mereka tidak atau telat
melaksanakan kewajibannya dikarenakan
tidak adanya alasan ketidaksengajaan, yang
mana mereka dalam hal ini sengaja
melalaikan kewajibannya.
Alasan-alasan mahasiswa kurang begitu
mengindahkan perjanjian mengenai
pembayaran registrasi.
Alasan-alasan mahasiswa kurang
begitu mengindahkan perjanjian mengenai
pembayaran registrasi karena mereka
beranggapan bahwa perjanjian tersebut atau
aturan tersebut tidak begitu penting, karena
mereka tidak merasakan secara tegas sanksi
dari melanggar perjanjian tersebut. Mereka
tidak menyadari pentingnya suatu perjanjian
yang telah mereka buat, karena dengan
melanggar perjanjian tersebut tidak
membuat mereka merasa dirugikan dalam
arti tidak ada sanksi yang bisa membuat
mereka jera atau kapok untuk melakukan
lagi perbuatan tersebut.
Sanksi yang diberikan kepada mahasiswa
yang terlambat membayar
registrasi.
Sebenarnya ketika para mahasiswa
melakukan wanprestasi, pihak kampus
menerapkan sanksi yang cukup tegas.
Diantaranya sanksi tersebut adalah Pertama,
tidak tercantumnya nama mereka di dalam
daftar kehadiran/absen mahasiswa (bisa juga
dianggap cuti), akan tetapi sanksi tersebut
tidak membuat mereka jera atau takut karena
walaupun nama-nama mereka tidak
tercantum dalam daftar kehadiran, mereka
tetap masuk ke dalam kelas untuk mengikuti
perkuliahan seperti biasa. Kedua, mereka
117
tidak bisa mendapatkan kartu ujian yang
merupakan syarat untuk mengikuti ujian
(UTS dan UAS) yang dilaksanakan oleh
pihak kampus, tetap hal ini tidak membuat
mereka jera, karena masih ada mahasiswa
yang bisa mengikuti ujian tanpa kartu ujian
dengan alasan bahwa kartu ujian mereka
tertinggal atau hilang, dan dengan mudahnya
mereka bisa meminta ganti yang baru ke
Bagian Akademik.
Dari semua sanksi ini ternyata tidak
membuat mereka jera atau merasa takut
untuk mengulanginya, disini sangat
diperlukan koordinasi semua pihak,
diantaranya Bagian Akademik, Staff
Administrasi, dan Dosen yang bersangkutan.
Jangan sampai ketika oleh akademik nama-
nama mahasiswa yang belum membayar
registrasi tidak dicantumkan dalam daftar
kehadiran, tetapi oleh Dosennya sendiri
ketika perkuliahan berlangsung mereka
diizinkan untuk masuk. Pihak akademik pun
disini harus lebih teliti dalam memasukkan
data-data mahasiswa yang terlambat dalam
pembayaran registrasi. Dengan adanya
koordinasi yang baik antar semua bagian,
diharapkan bisa membuat sanksi ini bisa
terasa lebih tegas dan nyata, bukan hanya
formalitas biasa yang bisa semaunya
diabaikan oleh para mahasiswa.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang bisa ambil dari penelitian
ini adalah diantaranya:
1. Masih adanya mahasiswa yang telat
membayar registrasi, walaupun sudah
jelas ada suatu perjanjian antara pihak
kampus dan mahasiswa mengenai tenggat
waktu kapan selambat-lambatnya
mahasiswa harus membayar registrasi.
2. Ada beberapa faktor yang menyebabkan
mahasiswa terlambat membayar
registrasinya, yaitu:
a. Faktor ekonomi.
b. Faktor waktu.
c. Faktor kelalaian.
3. Masih ada sebagian mahasiswa yang
belum mengindahkan pentingnya arti
perjanjian.
4. Masih kurangnya penerapan sanksi
terhadap mahasiswa yang terlambat
membayar registrasi, dikarenakan
kurangnya koordinasi antara pihak yang
ada di lingkungan kampus, seperti Bagian
Akademik, Staff Administrasi, dan
Dosen.
DAFTAR RUJUKAN
R. Setiawan. 1978. Pokok-pokok Hukum
Perikatan. Bandung. Putra A Bardin.
Salim, H. S. 2005. Hukum Kontrak; Teori
dan Teknik Penyusunan Kontrak.
Jakarta. Sinar Grafika.
Subekti. 1990. Hukum Perjanjian. Jakarta.
PT Intermasa.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung. CV Alfabeta.
Wirdjono Prodjodikoro. 2000. Asas-asas
Hukum Perjanjian. Bandung. Mandar
Maju.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
Data Keuangan STIEB Perdana Mandiri
Purwakarta.
33
top related