sterilisasi merupakan salah satu faktor utama dalam fermentasi
Post on 29-May-2015
26.583 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Sterilisasi merupakan salah satu faktor utama dalam fermentasi. Kita tentu mengharapkan tidak terjadi kontaminasi di mana mikroorganisme yang tidak diinginkan tumbuh dan mengganggu proses fermentasi. Teknik sterilisasi berbeda-beda tergantung pada jenis material. Bagian pertama akan menjelaskan secara singkat dan sederhana bagaiman sterilisasi cairan dan padatan.
Sterilisasi merupakan proses penting yang harus dilalui sebelum melakukan penelitian yang berhubungan dengan mikroorganisme. Sterilisasi dilakukan pada semua alat dan dan bahan yang akan digunakan dalam percobaan, baik peralatan laboratorium maupun medium pertumbuhan mikroba. Melalui sterilisasi, seluruh mikroba patogen dapat mati, sehingga tidak sempat berkembang biak. Sterilisasi pada percobaan ini merupakan sterilisasi secara fisik yang menggunakan panas dari dalam autoklav, di mana panas yang digunakan berasal dari uap air sehingga disebut strerilisasi basah. Dengan kondensasi akan terbentuk embun yang dapat menyebabkan keadaan lembab yang cukup untuk membunuh kuman, sehingga bahan menjadi steril .
Autoklaf merupakan alat sterilisasi untuk media agar mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang. Di laboratorium terbagi menjadi dua yaitu yang digunakan untuk sterilisasi alat dan medium yang akan dipakai, serta yang digunakan untuk destruksi atau sterilisasi kotor. Rongga di dalam autoklaf tidak boleh terlalu penuh diisi dengan benda-benda yang akan disterilisasikan agar dapat terjadi aliran uap yang cukup baik. Sterilisasi tidak hanya dilakukan pada awal percobaan saja, tetapi juga perlu dilakukan setelahnya pada bahan yang sudah selesai dipakai dengan cara destruksi. Destruksi adalah suatu cara untuk merusak/menghancurkan bakteri penelitian yang tidak digunakan lagi. Berfungsi agar bahan tersebut tidak menimbulkan bahaya bagi lingkungan yang dikenai/dikontaminasi olehnya.
Pemanasan sterilisasi komersial sering dilakukan pada bahan pangan yang sifatnya tidak asam atau lebih dikenal dengan bahan pangan berasam rendah. Bahan pangan berasam rendah memiliki pH > 4,5, misalnya seluruh bahan pangan hewani seperti daging, susu, telur dan ikan serta sayuran seperti buncis dan jagung. Bahan pangan berasam rendah memiliki resiko mengandung spora bakteri Clostridium botulinum yang dapat menghasilkan toksin mematikan jika tumbuh di dalam makanan kaleng. Oleh karena itu, spora ini harus dimusnahkan dengan pemanasan yang cukup tinggi. Sterilisasi komersial adalah pemanasan pada suhu di atas 100 derajat Celcius, umumnya sekitar 121,1 derajat Celcius dengan menggunakan uap air selama waktu tertentu dengan tujuan untuk memusnahkan spora bakteri patogen termasuk spora bakteri Clostridium botulinum. Dengan demikian, sterilisasi komersial ini hanya digunakan untuk mengolah bahan pangan berasam rendah di dalam kaleng, seperti kornet, sosis dan sayuran dalam kaleng. Susu steril dalam kotak adalah contoh produk lain yang diproses dengan sterilisasi komersial. Tetapi prosesnya berbeda dengan pengalengan. Susu steril dalam kotak diproses dengan pengemasan aseptik, yaitu suatu proses sterilisasi kontinyu dimana produk susu yang sudah disterilkan dimasukkan ke dalam kotak yang sudah disterilkan dalam lingkungan yang juga aseptik. Proses pengemasan aseptik umumnya digunakan untuk sterilisasi komersial produk-produk yang bentuknya cair.
Produk yang sudah diproses dengan sterilisasi komersial harus disimpan pada kondisi penyimpanan yang normal, yaitu pada suhu kamar. Harus dihindari penyimpanan pada suhu yang lebih tinggi (sekitar 50 derajat Celcius), karena bukan tidak mungkin jika ada spora dari
bakteri yang sangat tahan panas masih terdapat di dalam kaleng dapat tumbuh dan berkembang biak di dalamnya dan menyebabkan kebusukan.
Sterilisasi cairan
Cairan yang disterilisasi umumnya adalah media fermentasi yang mengandung gula, garam fosfat, ammonium, trace metals, vitamin, dan lain-lain. Secara umum ada dua cara sterilisasi cairan yaitu dengan panas dan disaring (filtrasi). Sterilasi dengan panas dilakukan di dalam autoclave, di mana steam tekanan tinggi diinjeksikan ke dalam chamber untuk mencapai temperatur 121 derajat C dan tekanan tinggi (sekitar 15 psig). Durasinya bervariasi, namun umumnya diinginkan cairan dipertahankan pada 121 derajat C selama minimal 15 menit. Jika termasuk waktu untuk heating dan cooling steps, total waktu berkisar 1-2 jam tergantung volume cairan yang disterilisasi. Terkadang temperatur bisa diset pada 134 derajat C (untuk medis).
Untuk skala industri, cairan disterilisasi dengan panas menggunakan beberapa pilihan teknik. Gambar di bawah menjelaskan salah satu bagan proses sterilisasi cairan media di industri. Banyak jenis proses baik secara batch atau continuous yang diterapkan di industri, misalnya direct steam, indirect heating, indirect steam, dan lainnya.
Sterilisasi padatan
Padatan yang umum disterilkan adalah glassware, biosafety cabinet, dan beberapa jenis tabung dan kontainer. Pada glassware dan plastik tahan panas umumnya dilakukan dengan autoclave mirip seperti sterilisasi cairan namun ditambah proses pengeringan. Biosafety cabinet disterilkan dengan bantuan radiasi UV dan disemprot ethanol 70 %. Udara dalam cabinet disaring dengan filter (detilnya akan dibahas di bagian ke-2 tentang sterilisasi gas).
Gambar alat sterilisasi
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008.www. go ogl e. com. image s diakses pada tanggal 7 Januari 2011 pukul
13.40 WIB
Anonim, 2008.www. wikipe dia .c om diakses pada tanggal 7 Januari 2011 pukul 13.40
WIB
Buckle,K.A., J.A. Davey, M.J. Eyles, A.D. Hocking, K.G. Newton, and E.J. Stuttard. 1989. Foodborne Microorganisms of Public Health Significance. 4ed.. AIFST (NSW Branch).Australia.
Cappuccino, J.G and N.Sherman. 1983. Microbiology: a Laboratory Manual. Adison-
Wesley Publishing company: California
Dwidjoseputro, D. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan : Malang.
Pelczar, M.1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi I. Erlangga : Jakarta.
Rohimat, I. 2002. Teknik Inokulasi Mycorrhizae arbuscular pada Bibit Jambu Mente.
Buletin Teknik Pertanian Vol.7 Nomor 2. Hal : 80-83.
Waluyo, L. 2005. Mikrobiologi Umum. MM Press: Malang.
Winarni, D. 1997. Diktat Teknik Fermentasi. Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS :
Surabaya.
Widiyanti, Ni Luh Putu Manik, Ni Putu Ristianti. Analisis Kualitatif Bakteri Koliform
Pada Depo Air Minum Isi Ulang Di Kota Singaraja Bali. Jurnal Ekologi
Kesehatan Vol 3 No 1, April 2004 : 64 – 73
PETUNJUK PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
Safety, sterilisasi dan flora normal
I. Safety (Keamanan Kerja di Lab. Mikrobiologi)
Pendahuluan
Keamanan Laboratorium merupakan hal yang penting, sebagai upaya keselamatan
dalam melaksanakan pemeriksaan/praktikum di laboratorium, dengan tujuan
melindungi pekerja/praktikan dan orang sekitarnya dari resiko terkena gangguan
kesehatan yang ditimbulkan laboratorium. Laboratorium Mikrobiologi adalah
laboratorium yang kegiatannya berhubungan dengan mikroorganisme. Khususnya
mikroorganisme penyebab infeksi.
Bekerja di Lab. Mikrobiologi
1. Melindungi petugas/ Praktikan
Hindari penyebaran percikan bahan infeksi dari spesimen (mis : saat penanaman
/pembakaran dengan sengkelit
Tempatkan spesimen pada wadah yang tahan bocor
Dekontaminasi permukaan meja dengan dekontaminan yang sesuai
Cuci tangan pada saat yang tepat dengan sabun/desinfektan, jangan menyentuh
mulut, hidung dan mata saat bekerja
Jangan makan/minum/merokok saat bekerja
Gunakan jas praktikum saat bekerja
Hindari luka/tertusuk pada saat bekerja (lakukan segala sesuatu dengan hati-
hati)
2. Melakukan sterilisasi yang cukup sebelum mencuci alat/membuang sisa spesimen
3. Menyediakan tempat tersendiri untuk peralatan yang digunakan dan telah
terkontaminasi dengan bakteri
4. Menyediakan tempat untuk sampah terkontaminasi dan tidak terkontaminasi
5. Gunakan sarung tangan dengan tepat
Penggunaaan alat-alat di laboratorium
1. Cara menggunakan pipet dan alat bantu pipet
Hindari memipet dengan mulut, gunakan alat bantu, masukkan sumbat kapas
untuk mengurangi kontaminasi.
Jangan mencampur bahan infeksi dengan menghisap/meniup pipet
Jangan mengeluarkan cairan dari dalam pipet secara paksa
Gunakan kapas yang telah diberi disinfektan bila ada tetesan spesimen yang
jatuh di meja, kemudian kapas di buang di tempat khusus untuk diautoclave
Rendam pipet habis pakai di disinfektan 18-24 jam
2. Cara menggunakan jarum suntik (kecelakaan penggunaan jarum suntik penyebab
umum infeksi yang terjadi di laboratorium dan fasilitas kesehatan lain)
Hindari gerakan cepat dan tergesa-gesa saat memegang jarum suntik
Gunakan sarung tangan
Buang kelebihan udara, cairan, gelembung secara vertikal ke kapas yang telah
ada desinfektan
Jangan membengkokkan atau memindahkan jarum dengan tangan
Buang jarum suntik pada tempat khusus sebelum steril
3. Cara pembukaan wadah
Pembukaan wadah botol atau cawan petri dan tabung biakan, memiliki potensi
terinfeksi, karena tak terlihat dapat menimbulkan aerosol atau kontaminasi pada kulit
atau daerah kerja. Pembukaan wadah di tempat kerja sering dilakukan, bila tidak hati-
hati, bahan terinfeksi yang ada dalam wadah dapat menularkan secara langsung atau
jatuh ke tempat kerja. Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari
resiko terinfeksi adalah sebagai berikut :
Buka tutup wadah di tempat kerja dengan hati-hati agar isi dalam wadah tidak
terpencar ke luar.
Gunakan jas lab. dan sarung tangan.
Hindari aerosol.
Spesimen yang bocor atau pecah hanya dibuka di dalam Safety Cabinet.
4. Penerimaan spesimen di Laboratorium
Laboratorium mempunyai loket khusus penerimaan spesimen. Jika jumlah
spesimen tidak banyak, maka tempat pemeriksaan spesimen dapat dilakukan
pada meja khusus dalam areal laboratorium.
Spesimen harus di tempatkan dalam wadah yang tertutup rapat untuk mencegah
tumpahnya/bocornya spesimen.
Wadah harus dapat didisinfeksi atau diautoklaf.
Wadah terbuat dari bahan tidak mudah pecah/bocor.
Wadah diberi label tentang identitas spesimen.
Wadah diletakkan pada baki khusus yang terbuat dari logam atau plastik yang
dapat didisinfeksi atau diautoklaf ulang.
Baki harus didisinfeksi / diautoklaf secara teratur setiap hari.
Jika mungkin, wadah diletakkan di atas baki dalam posisi berdiri.
5. Petugas pembawa spesimen dalam Laboratorium
Mengenakan jas laboratorium yang tertutup rapat pada bagian depan saat
membawa spesimen.
Membawa spesimen di atas kaki
Mencuci tangan dengan disinfektan jika terkena tumpahan/percikan dari
spesimen.
Jika spesimen bocor / tumpah di atas baki, dekontaminasi baki dan sisa
spesimen diautoklaf.
Lapor pada petugas/panitia keamanan kerja laboratorium jika terluka saat
bekerja.
6. Tindakan khusus terhadap darah dan cairan tubuh
Tindakan di bawah ini dibuat untuk melindungi petugas laboratrorium terhadap infeksi
yang ditularkan melalui darah seperti Virus hepatitis B, HIV (Human
Immunodeficiency Virus) dan lain-lain.
a. Mengambil, melabel dan membawa spesimen
Gunakan sarung tangan
Hanya petugas lab yang boleh melakukan pengambilan darah.
Setelah pengambilan darah, lepaskan jarum dari sempritnya dengan alat
khusus yang sekaligus merupakan wadah penyimpanan jarum habis pakai.
Pindahkan darah ke dalam tabung spesimen dengan hari-hati dan tutup rapat
mulut tabung spesimen. Jarum suntik habis pakai sebaiknya dibakar dalam
alat insinerasi. Jika fasilitas insinerasi tidak tersedia, jarum suntik dan
sempritnya diautoklaf dalam kantong yang terpisah.
Tabung spesimen dan formulir permintaan harus diberi label BAHAYA
INFEKSI.
Masukkan tabung ke dalam kantung plastik untuk dibawa ke laboratorium.
Formulir permintaan dibawa secara terpisah.
b. Membuka tabung spesimen dan mengambil sampel
Buka tabung spesimen dalam kabinet keamanan biologis Kelas I dan Kelas
II.
Gunakan sarung tangan
Untuk mencegah percikan, buka sumbat tabung setelah dibungkus kain kasa.
c. Kaca dan benda tajam
Jika mungkin, gunakan alat terbuat dari plastik sebagai pengganti
kaca/gelas. Bahan kaca/gelas dapat dipakai jika terbuat dari borosilikat.
Sedapat mungkin, hindari penggunaan alat suntik selain untuk mengambil
darah.
d. Sediaan darah pada kaca objek
Pegang kaca objek dengan forsep
e. Peralatan otomatis
Sebaiknya gunakan alat yang tertutup (enclosed type)
Cairan yang keluar dari alat/effalut harus dikumpulkan dalam tabung/wadah
tertutup atau dibuang ke dalam sistem pembuangan limbah.
Jika memungkinkan, alirkan hipoklorit atau glutaraldehid ke dalam alat
disinfektan hanya pada keadaan tertentu.
f. Melakukan sentrifus
Gunakan tabung sentrifus yang mempunyai tutup
Gunakan selongsong/rotor yang dilengkapi penutup
g. Jaringan
Fiksasi jaringan dengan formalin. Spesimen berukuran kecil, seperti dari
biopsi jarum, dapat difiksasi dan didekontaminasi dalam waktu kurang lebih
2 jam, tetapi spesimen berukuran besar membutuhkan waktu beberapa hari.
Setelah melakukan potong beku (frozensection), alat (cryotome) haru
didekontaminasi.
7. Kecelakaan di Laboratorium
Di laboratorium mikrobiologi, infeksi bakteri merupakan resiko yang sering terjadi
sebagai penyebab penularan utama pada petugas pemeriksa laboratorium.
Oleh sebab itu perlu diupayakan tindakan pencegahan dengan urutan prioritas sebagai
berikut :
a. Perlindungan petugas pemeriksa
Batasi kontaminasi
Dekontaminasi pegawai
Dekontaminasi areal yang berhubungan
b. Dekontaminasi kulit
detergen tidak boleh digunakan, perawatan harus dilakukan dengan tidak merusak kulit
c. Dekontaminasi mata = dilakukan dengan perawatan air untuk mencegah penyebaran
kontaminasi dari satu area ke area lainnya.
d. Dekontaminasi pakaian
pakaian yang terkontaminasi harus dipindahkan secepatnya dan diletakkan pada wadah
tertentu. Harus dipindahkan dari lokasi tumpahan sampai kontaminasi dapat termonitor.
e. Dekontaminasi daerah kerja
Basahi semua daerah yang terkena tumpahan termasuk wadah yang rusak dengan
disinfektan. Diamkan 10 menit. Bersihkan dengan tissue atau lap dengan menggunakan
sarung tangan.
Dianjurkan disinfektan yang digunakan adalah Hypochlorite. Bila terjadi kecelakaan
diruang kerja laboratorium, batasi orang yang masuk di daerah tersebut sampai dilakukan
monitor terhadap kontaminasi oleh petugas. Kotak peralatan P3K yang lengkap harus
tersedia di laboratorium dan diletakkan di tempat yang diketahui oleh semua staf
laboratorium. Sebaiknya kotak peralatan tersebut disertai dengan petunjuk lengkap tentang
pertolongan pada kecelakaan, terpotong/tersengat, luka bakar, keracunan, shock/collapse
serta terbaca oleh semua staff.
II. Sterilisasi
Hampir semua tindakan yang dilakukan dalam diagnosa mikrobilogi, sterilisasi
sangat diutamakan baik alat-alat yang dipakai maupun medianya. Bila penanaman spesimen
dalam media, petri, ose maupun media yang digunakan tidak steril, maka sangat tidak mungkin
untuk membedakan apakah kuman yang berhasil diisolasi tersebut berasal dari penderita atau
merupakan hasil kontaminasi dari alat-alat atau media yang digunakan.
Suatu alat atau bahan dikatakan steril bila alat/bahan tersebut bebas dari mikroba baik dalam
bentuk vegetatif maupun sopra. Tindakan untuk membebaskan alat atau media dari jasad renik disebut
sterilisasi. Ada beberapa cara sterilisasi, untuk pemilihannya tergantung dari bahan/alat yang akan
disterilkan. Secara garis besar sterilisasi dapat dibagi sebagai berikut :
a. pemanasan
b. filtrasi
c. penyinaran dengan sinar gelombang pendek (radiasi)
d. kimia (khemis)
A. Sterilisasi dengan Pemanasan
1. Dengan pemanasan kering
Pembakaran
Alat yang digunakan adalah lampu spiritus/bunsen. Pembakaran dapat dilakukan dengan cara
:
- Memijarkan
Pembakaran dengan cara ini hanya cocok untuk alat-alat logam (ose, pinset, dll), yang dibiarkan
sampai memijar. Dengan cara ini seluruh mikroorganisme, termasuk spora, dapat dibasmi.
- Menyalakan
Dapat diartikan suatu pelintasan alat gelas (ujung pinset, bibir tabung, mulut erlenmeyer, dll)
melalui nyala api. Cara ini merupakan hal darurat dan tidak memberikan jaminan bahwa
mikroorganisme yang melekat pada alat dengan pasti terbunuh.
Cara mensterilkan ose :
Ose disterilkan dengan cara dibakar pada nyala api lampu spiritus atau lampu gas. Pada waktu
memanaskan ose, dimulai dari pangkal kawat dan setelah terlihat merah berpijar secara pelan-pelan
pemansan dilanjutkan ke ujung ose. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terloncatnya kuman
akibat pemanasan langsung dan terlalu cepat pada mata ose. Nyala api pada sterilisator mempunyai
perbedaan dalam derajat panas.
ABCD (diarsir) : merupakan ruang oksidasi
ABCD : merupakan ruang reduksi
AB : dasar api
a : ruang oksidasi atas
b : ruang oksidasi bawah
c : ruang reduksi atas
d : ruang reduksi bawah
e : bagian yang paling tidak panas
Tempat yang paling panas adalah ruang oksidasi bawah yang letaknya kira-kira sepertiga bawah
dari tingginya nyala api. Yang perlu diperhatikan :
- jangan memegang mata ose dengan tangan sebelum ose disterilkan
- jangan meletakkan ose di atas meja, tetapi letakkan pada tempat yang disediakan setelah
disterilkan.
Dengan udara panas (hot air oven)
Cara ini menggunakan udara yang dipanaskan dan kering, serta berlangsung dalam sterilisator udara
panas (oven). Pemanasan dengan udara panas dugunakan untuk sterilisasi alat-alat laboratorium dari
gelas misalnya : petri, tabung gelas, botol pipet dll, juga untuk bahan-bahan minyak dan powder
misalnya talk. Bahan dari karet, kain, kapas dan kasa tidak dapat ditserilkan dengan cara ini.
Setelah dicuci alat-alat yang akan disterilkan dikeringkan dan dibungkus dengan kertas tahan panas,
kemudian dimasukkan dalam oven dan dipanaskan pada temperatur antara 150 - 170ºC, selama kurang
lebih 90 – 120 menit. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa di antara bahan yang disterilisasi harus
terdapat jarak yang cukup, untuk menjamin agar pergerakan udara tidak terhambat.
2. Dengan pemanasan basah
Dengan merebus
Digunakan untuk mensterilkan alat-alat seperti gunting, pinset, skalpel, jarum, spuit injeksi dan
sebagainya dengan cara direbus dalam suasana mendidih selama 30-60 menit.
Dengan uap air panas
Digunakan terutama untuk mensterilkan media-media yang akan mengalami kerusakan bila
dikerjakan dengan sterilisasi uap air panas dengan tekanan (autoklav) ataupun untuk alat-alat tertentu.
Cara ini dijalankan dengan pemanasan 100ºC selama 1 jam. Perlu diingat bahwa dengan cara ini spora
belum dimatikan, dan ada beberapa media yang tidak tahan pada panas tersebut (misalnya media
Loewenstein, Urea Broth). Media tersebut disterilkan dengan cara sterilisasi bertingkat ataupun filtrasi.
Alat yang digunakan adalah sterilisator, autoklav, dimana tekanan dalam autoklav dijaga tetap 1
atmosfer (klep pengatur tekanan dalam keadaan terbuka).
Dengan uap air bertekanan (Autoklav)
Dengan cara pengatur tekanan dalam autoklav, maka dapat dicapai panas yang diinginkan. Cara ini
dipakai untuk sterilisasi media yang tahan terhadap pemanasan tinggi. Sterilisasi biasanya dijalankan
dengan menggunakan panas 120ºC selama 10 – 70 menit tergantung kebutuhan. Hal yang perlu
diperhatikan bila mengerjakan sterilisasi dengan menggunakan autoklav :
- harus ditunggu selama bekerja
- hati-hati bila mengurangi tekanan dalam autoklav (perubahann temperatur dan tekanan secara
mendadak dapat menyebabkan cairan yang disterilkan meletus dan gelas-gelas dapat pecah).
Pada sterilisasi dengan pemanasan kering, bakteri akan mengalami proses oksidasi putih telur, sedang
dengan sterilisasi panas basah, akan mengakibatkan terjadinya koagulasi putih telur bakteri. Dalam
keadaan lembab jauh lebih cepat menerima panas daripada keadaan kering sehingga sterilisasi basah
lebih cepat dibanding oksidasi).
Pasteurisasi
Digunakan untuk mensterilkan susu dan minuman beralkohol. Panas yang digunakan 61,7ºC selama
30 menit.
B. Sterilisasi dengan Filtrasi
Sterilisasi dengan cara ini dilakukan dengan mengalirkan cairan atau gas pada saringan berpori kecil
sehingga dapat menahan mikroorganisme dengan ukuran tertentu. Kegunaan:
- untuk sterilisasi media yang tidak tahan terhadap pemanasan, misalnya Urea Broth ataupun
untuk sterilisasi vaksin, serum, enzim, vitamin.
- Meminimalkan kuman udara masuk untuk ruangan kerja secara aseptis
Virus seperti mikroorganisme tanpa dinding sel (mikroplasma) umumnya tidak dapat ditahan oleh filter.
C. Sterilisasi dengan Penyinaran (radiasi)
Sterilisasi dengan cara ini diperlukan jika sterilisasi panas maupun dinding tidak dapat dilakukan.
Beberapa macam radiasi mengakibatkan letal terhadap sel-sel jasad renik dan mikroorganisme lain.
Jenis radiasi termasuk bagian dari spkterum elektromagnetik, misalnya : sinar ultraviolet, sinar gamma,
sinar x dan juga sinar katoda elektro kecepatan tinggi. Sinar ultraviolet mempunyai panjang gelombang
15-390 nm. Lampu sinar ultraviolet dengan panjang gelombang 260 – 270 nm, dimana sinar dengan
panjang gelombang sekitar 265 nm mempunyai daya bakterisid yang tinggi. Lampu ultraviolet digunakan
untuk mensterilkan ruangan, misalnya di kamar bedah, ruang pengisian obat dalam ampul dan flakon di
industri farmasi, juga bisa digunakan diperusahaan makanan untuk mencegah pencemaran permukaan.
Sinar x mempunyai daya penetrasi lebih besar dibanding dengan sinar ultraviolet. Sinar gamma
mempunyai daya penetrasi lebih besar dibandingkan dengan sinar x dan digunakan untuk mensterilkan
material yang tebal, misalnya bungkusan alat-alat kedokteran atau paket makanan. Sinar katoda biasa
dipakai menghapus hama pada suhu kamar terhadap barang-barang yang telah dibungkus.
D. Cara Kimia (Khemis)
Merupakan cara sterilisasi dengan bahan kimia. Beberapa istilah yang perlu difahami:
- Desinfektan adalah suatu bahan kimia yang dapat membunuh sel-sel vegetatif dan jasad renik.
Biasanya digunakan untuk obyek yang tidak hidup, karena akan merusak jaringan. Prosesnya
disebut desinfeksi.
- Antiseptik adalah suatu bahan atau zat yang dapat mencegah, melawan maupun membunuh
pertumbuhan dan kegiatan jasat renik. Biasanya digunakan untuk tubuh. Prosesnya disebut
antiseptis.
- Biosidal adalah suatu zat yang aksinya dipakai unhtuk membunuh mikroorganisme, misal :
bakterisid, virosid, sporosid.
- Biostatik adalah zat yang aksinya untuk mencegah/menghambat pertumbuhan organisme, misal
: bakteriostatik, fungistatik.
Ada beberapa zat yang bersifat anti mikroba.
1. Fenol dan derivatnya
Zat kimia ini bekerja dengan cara mempresipitasikan protein secara aktif atau merusak selaput
sel dengan penurunan tegangan permukaan. Fenol cepat bekerja sebagai desinfektan maupun
antiseptik tergantung konsentrasinya. Daya antimikroba fenol akan berkurang pada suasana alkali,
suhu rendah, dan adanya sabun.
2. Alkohol
Alkohol beraksi dengan mendenaturasi protein dengan jalan dehidrasi dan melarutkan lemak
sehingga membran sel rusak dan enzim-enzim akan diinaktifkan oleh alkohol. Etil alkohol (etanol)
50-70% mempunyai sifat bakterisid untuk bentuk vegetatif. Metanol daya bakterisidnya kurang
dibandingkan etanol, dan beracun terhadap mata.
3. Halogen beserta gugusannya
Halogen beserta gugusannya ini mematikan mikroorganisme dengan cara mengoksidadi protein
sehingga merusak membran dan menginaktifkan enzim-enzim. Misalnya :
- Yodium dipakai untuk mendesinfeksi kulit sebelum dilakukan pembedahan
- Hipoklorit digunakan untuk sanitasi alat-alat rumah tangga. Yang umum dipakai adalah kalsium
dipoklorit dan sodium hipoklorit.
4. Logam berat dan gugusannya
Logam berat dapat memprestasikan enzim-enzim atau protein esensial lain dalam sel sehingga
dapat berfungsi sebagai anti mikroba.
Contoh :
- Merkurokrom, merthiolat sebagai antiseptik.
- Perak nitrat sebagai tetes mata guna mencegah penyakit mata pada bayi (Neonatol gonococcal
ophthalmitic).
5. Deterjen
Dengan gugus hipofilik dan hidrofilik, deterjen akan merusak membran sitoplasma.
i. Aldehid
Aldehid mendesinfeksi dengan cara mendenaturasi protein. Contoh : formalin (formaldehid)
ii. Gas sterilisator
Digunakan untuk bahan/alat yang tidak dapat disterilkan dengan panas tinggi atau dengan zat
kimia cair. Pada proses ini material disterilkan dengan gas pada suhu kamar. Gas yang dipakai adalah
ethilen oksida.
Kebaikannya : ethilen oksida mempunyai daya sterilisasi yang besar dan daya
penetrasinya besar
Kejelekannya : ethilen oksida bersifat toksis dan mudah meledak.
III. Flora Normal
Sejak lahir manusia hidup di dalam biosphere yang mengandung mikroorganisme.
Komposisi mikroorganisme di dalam lingkungan tidak pernah stastis, selalu berubah, ada
pengurangan, ada penambahan, baik kualitatif ataupun kuantitatif. Dalam tubuh manusia terdapat
bagian tubuh yang dihuni banyak mikroorganisme, disamping itu terdapat pula bagian yang
steril. Habitat mikroorganisme temporer (tidak tetap) pada tubuh manusia, terdapat di bagian :
laring, trakhea, bronkhi, sinus nasalis, esofagus, lambung dan bagian atas usus halus, traktus
urinarius bagian atas, uretra posterior, bagian distal organ genetalis pria dan wanita.
Menentukan bahwa mikroorganisme yang ditemukan dalam spesimen adalah penyebab suatu
infeksi tidaklah mudah. Mengingat ada beberapa bagian tubuh yang memiliki flora normal. Sedangkan
kriteria patogen sangat sulit ditentukan mengingat banyak organisme oportunis patogen kadang-kadang
dapat menyebabkan penyakit tergantung beberapa faktor baik dalam hal kondisi hospes,
mikroorganisme sendiri dan lingkungan yang sering berkaitan dengan tubuh manusia, sebenarnya
batasnya tidak jelas. Untuk dapat menentukan bahwa organisme yang ditemukan pada spesimen klinik
merupakan penyebab infeksi, atau hanya organisme kontaminan, memerlukan berbagai dukungan data
yang lain.
Untuk dapat menentukan bahwa suatu mikroorganisme patogen atau mikroorganisme
indigenous (penghuni flora normal) menjadi penyebab suatu penyakit atau gangguan kesehatan, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan :
1. Spesimen yang diperiksa untuk analisa mikrobiologik, berasal dari lesi yang dicurigai terlibat dalam
proses infeksi, bukan dari area lain.
2. Pengambilan spesimen telah dipersiapkan secara benar (diambil secara aseptik).
3. Terdapat suatu informasi mengenai hospes alamiah, ataupun variasi mikroflora setempat (distribusi
geografis).
4. Latar belakang sosio-ekonomik, diet, cuaca, dan faktor lain yang dapat mempengaruhi hospes
alamiah sehingga mempengaruhi mikrobiota dalam tubuh hospes.
Sampai saat ini tidak terdapat batasan jelas mengenai tingkat bahaya suatu
mikroorganisme dalam hubungannya dengan manusia, untuk dapat dikategorikan sebagai
spesimen patogen, tidak berbahaya atau organisme komensial. Mikroorganisme yang biasanya
hidup terbatas dalam tubuh hewan liar, ataupun hewan piaraan, atau biasa merupakan penghuni
tanah, tanaman dapat menjadi patogen pada manusia. Contohnya : Bacillus.sp tertentu, yang
biasanya dianggap tidak berbahaya, ternyata mampu menimbulkan penyakit mata, terutama
iridocyclitis dan panophtalmitis. Pada pasien yang lemah, organisme yang sama merupakan agen
penyebab meningitis dan bakteremia. Kadang-kadang Bacillus.ssp menghambat penyembuhan
luka bedah. Bacillus yang lain, penghasil toksin, dapat menimbulkan keracunan makanan.
A. Mikroorganisme Pada Traktus Respiratorius
Area yang selalu dihuni oleh mikroorganisme adalah : mulut, tenggorokkan (termasuk
orofaring, nasofaring dan tonsil), sedangkan laring, bronkhi, bronkhioli, alveoli, dan sinus
nasalis, biasanya merupakan area steril. Kontaminasi oleh organisme biasanya tergantung dari
berbagai mekanisme pertahanan setempat.
Mulut yang terdiri atas cavum buccalis, gigi, lidah, ginggiva, palatum, dan saliva selalu
ditumbuhi berbagai macam organisme dalam jumlah banyak, sehingga sangat sulit menentukan batasan
jumlah mikroorganisme sebagai penentu tingkat patogenitas kemoterapi jangka panjang yang
mengalami luka pada lidah. Pasien yang mengalami defisiensi nutrisi atau kondisi kurang baik, sering
mengalami lesi membran di permukaan rongga mulut.
B. Luka dan Luka Bakar
Mikrobiota dari luka tergantung pada okasi anatomik, sebab terjadinya luka, derajat
kontaminasi dari bagian yang batasannya dengan luka. Faktor di atas lebih berperan dibanding faktor
penanganan keseimbangan hospes-parasit. Komplikasi pada luka traumatik biasanya disebabkan oleh
organisme aerob endogen, terutama P. aeruginosa, S. aureus, E. Coli, Proteus spp, acinetobacter spp,
enterococcus, Streptococcus group A, flavobakteria. Sedangkan organisme anaeorb yang sering terlibat
adalah clostridia neurotoksik dan histotoksik, yang menyebabkan timbulnya gas gangren adalah C.
perfringens tipe A, Clostridium Septicum, dan Clostridium nouyii. Clostridium tetani, tidak akan
menimbulkan masalah p-ada individu yang telah diimunisasi.
C. Mikroorganisme di Traktus Genitorinarius
Area yang biasanya ditumbuhi oleh mikroorganisme adalah : genitalia eksterna, uretra
anterior, vagina, sedangkan bagian lain pada umumnya steril. Flora pada genitalia eksterna
biasanya sama dengan flora kulit. Sedang flora vagina, dipengaruhi oleh umur, faktor hormonal,
kebiasaan seksual dan sebagainya.
Mikroorganisme di Kulit, Telinga dan Mata
Mikroorganisme tetap membentuk populasi pada kulit, telinga dan mata sangat
dipengaruhi oleh kontak, kebiasaan, profesim, dan lain-lain dari individu yang bersangkutan.
Mikroorganisme di Traktus Gastrointestinalis
Distribusi geografis, diet, kebiasaan dan sanitasi merupakan faktor-faktor penentu
mikroflora traktus gastrointestinalis. Area yang paling banyak mengandung mikrobiota adalah
usus besar, organisme fekal juga ditemukan di ileum bawah pada orang sehat. Sedangkan area
yang biasanya steril adalah esofagus dan lambung, walaupun mikroorganisme sering tertelan
dibagian tersebut, tetapi tidak akan pernah hidup lama bagian dari traktus gastrointestinalis ini.
Hal yang sama terjadi di usus halus (kecuali ilium bagian distal), hati, kantong empedu, biasanya
bebas dari mikroorganisme.
Blog ini berisi tulisan populer tentang teori dan metode di bidang mikrobiologi praktek.
Copy paste diijinkan sepanjang tidak digunakan untuk keperluan komersial, dan dimohon mencantumkan sumbernya (web ini). Terdapat juga link download (.pdf) di beberapa postingan.
mohon maaf jika pertanyaan tidak langsung dijawab dan proses perevisian sangat lambat, hal ini karena kesibukan yang lain dari penulis.
Mohon pengunjung memberikan saran atau komentar yang membangun dan tidak lupa untuk mengisi polling demi menentukan arah perkembangan blog.
Kami mengucapkan terima kasih kepada sahabat kami, Mukhlis yang telah memberikan puluhan buku referensi untuk diolah.
Lebih jauh mengenai deskripsi blog ini ; di sini
ARTIKEL MIKROBIOLOGI
Saran Teknis Metode Plate Count untuk Pemula Bagaimana Menentukan Aman atau Tidaknya Suatu Bahan Pangan dari Mikroorganisme ? Indikator Mikrobiologis Metode MPN ( Most Probable Number) atau APM (Angka Paling Mungkin) Bagian 1 Metode MPN ( Most Probable Number) atau APM (Angka Paling Mungkin) Bagian 2 Tabel MPN 3 seri dan 5 seri tabung Tabel MPN 10 seri tabung Pengambilan Sampel Mikroorganisme Udara (Air Sampling) Bagian 2 Pengambilan Sampel Mikroorganisme Udara (Air Sampling). Bagian 1 Perhitungan Kematian Mikroorganisme pada Proses Sterilisasi Pengambilan dan Preparasi Sampel Bakteri dalam Mikrobiologi Teknik Membran Filter untuk Menghitung Mikroba (bagian 1) Teknik Membran Filter untuk Menghitung Mikroba (bagian 2) Prinsip Dasar Teori Menghitung Mikroorganisme Pada Cawan (bagian 1) Prinsip Dasar Teori Menghitung Mikroorganisme Pada Cawan (bagian 2) Bekerja Tanpa Kontaminasi (Dasar Teknik Aspetis) Penentuan Sifat Gram Dengan KOH 3% dan Perbandingannya Dengan Pewarnaan Gram Pentingnya Penggambaran Morfologi Koloni di Cawan Bakteri Kontrol Harga Murah untuk Pewarnaan Gram Kunci Awal Identifikasi Bakteri Bagaimana Membedakan Flagellar Movement dengan Brownian Movement ?
PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR Teori dan Metodenya (Revisi 2011)
Pendahuluan dan Daftar Isi Bab 1. Alat-alat dalam Laboratorium Mikrobiologi (bagian 1) Bab 1. Alat-alat dalam Laboratorium Mikrobiologi (bagian 2)
PETUNJUK PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI (2008); sedang dalam proses revisi
BAB 1 pengenalan alat
BAB 2 media pertumbuhan BAB 3 sterilisasi BAB 4 isolasi mikroorganisme BAB 5 morfologi mikroba BAB 6 menentukan jumlah dan ukuran mikroba BAB 7 faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroorganisme BAB 8 daya kerja antimikorba dan oligodinamik BAB 9 aktivitas enzimatis mikroorganisme Referensi
BAB 3 STERILISASI Kompetensi : mahasiswa mengetahui sterilisasi dengan autoklaf, filtrasi, tyndalisasi
mahasiswa dapat melakukan kerja aseptis
Sterilisasi :
1. Pengertian sterilisasi
2. Macam-macam sterilisasi
a. Sterilisasi secara mekanik (filtrasi)
b. Sterilisasi secara fisik
· Pemanasan
- Dengan api langsung
- Panas kering
- Uap air panas
- Uap air panas bertekanan
· Penyinaran UV
c. Sterilisasi secara kimia à dengan larutan disinfektan
3. Prosedur/Teknik aseptis
a. Mensterilkan meja kerja
b. Memindahkan biakan (streak)
c. Menuang media
d. Pipetting
4. Prinsip cara kerja autoklaf
5. Sterilisasi dengan cara penyaringan
6. Tyndalisasi
7. Sterilisasi dengan udara panas
8. Prinsip kerja Biological Safety Cabinet
Pengertian
Sterilisasi yaitu proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari semua bentuk kehidupan.
Macam-macam sterilisasi
Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan kimiawi.
1. Sterilisai secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misal nya larutan enzim dan antibiotik.
2. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran.
· Pemanasan
a. Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung, contoh alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dll.
b. Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll.
c. Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih tepat menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi.
d. Uap air panas bertekanan : menggunalkan autoklaf
· Penyinaran dengan UV
Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV
3. Sterilisaisi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan antara lain alkohol.
Berbagai prosedur umum kerja dalam mikrobiologi yang membutuhkan teknik aseptis
Desinfeksi meja kerja
Saran-saran kerja aseptis :
1. Sebelum membuka ruangan atau bagian steril di dalam tabung/cawan/erlenmeyer sebaiknya bagian mulut (bagian yang memungkinkan kontaminan masuk) dibakar/dilewatkan api terlebih dahulu.
2. Pinset, batang L, dll dapat disemprot dengan alkohol terlebih dahulu lalu dibakar.
3. Ujung jarum inokulum yang sudah dipijarkan harus ditunggu dingin dahulu atau dapat ditempelkan tutup cawan bagian dalam untuk mempercepat transfer panas yang terjadi.
4. Usahakan bagian alat yang diharapkan dalam kondisi steril didekatkan ke bagian api.
5. Jika kerja di Safety Cabinet tidak perlu memakai pembakar bunsen tetapi jika di luar Safety Cabinet maka semakin banyak sumber api maka semakin terjamin kondisi aseptisnya
Uraian lebih lanjut mengenai dasar teknik aspetis dapat dibaca DISINI
Prinsip cara kerja autoklaf
Seperti yang telah dijelaskan sebagian pada bab pengenalan alat, autoklaf adalah alat untuk memsterilkan berbagai macam alat & bahan yang menggunakan tekanan 15 psi (1,02 atm) dan suhu 1210C. Untuk cara kerja penggunaan autoklaf telah disampaikan di depan. Suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan media yang disterilisasi memberikan kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel dibanding dengan udara panas. Biasanya untuk mesterilkan media digunakan suhu 1210C dan tekanan 15 lb/in2 (SI = 103,4 Kpa) selama 15 menit. Alasan digunakan suhu 1210C atau 249,8 0F adalah karena air mendidih pada suhu tersebut jika digunakan tekanan 15 psi. Untuk tekanan 0 psi pada ketinggian di permukaan laut (sea level) air mendidih pada suhu 1000C, sedangkan untuk autoklaf yang diletakkan di ketinggian sama, menggunakan tekanan 15 psi maka air akan memdididh pada suhu 1210C. Ingat kejadian ini hanya berlaku untuk sea level, jika dilaboratorium terletak pada ketinggian tertentu, maka pengaturan tekanan perlu disetting ulang. Misalnya autoklaf diletakkan pada ketinggian 2700 kaki dpl, maka tekanan dinaikkan menjadi 20 psi supaya tercapai suhu 1210C untuk mendidihkan air. Semua bentuk kehidupan akan mati jika dididihkan pada suhu 1210C dan tekanan 15 psi selama 15 menit.
Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam autoklaf lama kelamaan akan mendidih dan uap air yang terbentuk mendesak udara yang mengisi autoklaf. Setelah semua udara dalam autoklaf diganti dengan uap air, katup uap/udara ditutup sehingga tekanan udara dalam autoklaf naik. Pada saat tercapai tekanan dan suhu yang sesuai., maka proses sterilisasi dimulai dan timer mulai menghitung waktu mundur. Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panas dimatikan dan tekanan dibiarkan turun perlahan hingga mencapai 0 psi. Autoklaf tidak boleh dibuka sebelum tekanan mencapai 0 psi.
Untuk mendeteksi bahwa autoklaf bekerja dengan sempurna dapat digunakan mikroba pengguji yang bersifat termofilik dan memiliki endospora yaitu Bacillus stearothermophillus, lazimnya mikroba ini tersedia secara komersial dalam bentuk spore strip. Kertas spore strip ini dimasukkan dalam autoklaf dan disterilkan. Setelah proses sterilisai lalu ditumbuhkan pada media. Jika media tetap bening maka menunjukkan autoklaf telah bekerja dengan baik.
Beberapa media atau bahan yang tidak disterilkan dengan autoklaf adalah :
- Bahan tidak tahan panas seperti serum, vitamin, antibiotik, dan enzim
- Paelarut organik, seperti fenol
- Buffer engan kandungan detergen, seperti SDS
Untuk mencegah terjadinya presipitasi, pencoklatan (media menjadi coklat) dan hancurnya substrat dapat dilakukan pencegahan sbb :
- Glukosa disterilkan terpisah dengan asam amino (peptone) atau senyawa fosfat
- Senyawa fosfat disterilkan terpisah dengan asam amino (peptone) atau senyawa garam mineral lain.
- Senyawa garam mineral disterilkan terpisah dengan agar
- Media yang memiliki pH > 7,5 jangan disterilkan dengan autoklaf
- Jangan mensterilisasi larutan agar dengan pH < 6,0
Erlenmeyer hanya boleh diisi media maksimum ¾ dari total volumenya, sisa ruang dibirkan kosong. Jika mensterilkan media 1L yang ditampung pada erlenmeyer 2L maka sterilisasi diatur dengan waktu 30 menit.
Sterilisasi dengan penyaringan (filtrasi)
Sterilisasi dengan penyaringan dilakukan untuk mensterilisasi cairan yagn mudah rusak jika terkena panas atu mudah menguap (volatile). Cairan yang disterilisasi dilewatkan ke suatu saringan (ditekan dengan gaya sentrifugasi atau pompa vakum) yang berpori dengan diameter yang cukup kecil untuk menyaring bakteri. Virus tidak akan tersaring dengan metode ini.
Sterilisasi dengan penyaringan dapat dilakukan dengan berbagai cara :
· Non-disposable filtration apparatus
- Disedot dengan pompa vakum
- Volume 20-1000 ml
· Disposable filter cup unit
- Disedot dengan pompa vakum
- Volume 15-1000 ml
· Disposable filtration unit dengan botol penyimpan
- Disedot dengan pompa vakum
- Volume 15-1000 ml
· Syringe filters
- Ditekan seperti jarum suntik
- Volume 1-20 ml
· Spin filters
- Ditekan dengan gaya setrifugasi
- Volume kurang dari 1 ml
Cara kerja menggunakan Non-disposable filtration apparatus
· Sterilkan saringan (dapat menggunakan saringan Bekerfeld, Chamberland Zeitz), membran penyaring (kertas saring) dan erlenmeyer penampung.
· Pasang atau rakit alat-alat tersebut secara aseptis (sesuai gambar), lalu isi corong dengan larutan yang akan disterilkan.
· Hubungkan katup erlenmeyer dengan pompa vakum kemudian hidupkan pompa.
· setelah semua larutan melewati membran filter dan tertampung dierlenmeyer, maka larutan dapat dipindahkan kedalam gelas penampung lain yang sudah steril dan tutup dengan kapas atau aluminium foil yang steril.
Bacaan lebih lanjut mengenai teknik filtrasi untuk menghitung mikroorganisme dapat dibaca di sini
Tyndalisasi
Konsep kerja metode ini merip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air dan tidak tahan tekanan atau suhu tinggi lebih tepat disterilkan dengan metode ini. Misalnya susu yang disterilkan dengan suhu tinggi akan mengalami koagulasi dan bahan yang berpati disterilkan pada suhu bertekanan pada kondisi pH asam akan terhidrolisis.
Cara kerja :
· Bahan dimasukkan kedalam erlenmeyer atau botol dan ditutup rapat dengan sumbat atau aluminium foil.
· Erlenmeyer/botol lalu dimasukkan kedalam alat sterilisasi (alat standar menggunakan Arnold Steam Sterilizen atau dandang).
· Nyalakan sumber panas dan tunggu hingga termometer menunjukkan suhu 1000C kemudian hitung waktu mundur hingga 30 menit (uap panas yang terbentuk akan mematikan mikroba).
· Setelah selesai alat sterilisasi dimatikan dan bahan yang steril dikeluarkan.
· Setelah 24 jam, bahan tersebut di sterilkan lagi dengan cara yang sama, sedang waktu ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan spora atau sel vegetatif yang belum mati untuk tumbuh sehingga mudah dibunuh.
Sterilisasi dengan udara panas (Dry heat sterilization)
Sterilisasi dengan metode ini biasanya digunakan untuk peralatan gelas seperti cawan petri, pipet ukur dan labu erlenmyer. Alat gelas yang disterilisasi dengan udara panas tidak akan timbul kondensasi sehingga tidak ada tetes air (embun) didalam alat gelas.
· Bungkus alat-alat gelas dengan kertas payung atau aluminium foil
· Atur pengatur suhu oven menjadi 1800C dan alat disterilkan selama 2-3 jam.
Prinsip kerja Biological Saferty Cabinet
Biological Safety Cabinet merupakan kabinet kerja yang sterilkan untuk kerja mikrobiologi. BSC memiliki suatu pengatur aliran udara yang menciptakan aliran udara kotor (dimungkinkan ada kontaminan) untuk disaring dan diresirkulasi melalui filter.
BSC juga disebut biosafety hood, dan juga dikenal dengan Laminar flow hood atau Class II vertical flow cabinet yang menyediakan alat filtrasi dan aliran udara yang bersirkulasi didalam ruang kerja. Aliran udara diatur untuk menghambat udara luar masuk dan udara di dalam keluar, untuk mencegah kontaminasi dari luar dan pencemaran bakteri dari ruang BSC. Udara yang keluar disaring melewati penyaring sehingga sel-sel yang berbahaya tidak lepas keluar ke ruangan lain.
Berbagai kelas Biological Safety Cabinet.
BSC yang dimiliki Lab mikrobiologi merupakan BSC kelas II yang memiliki konfigurasi udara seperti gambar disamping ini. Udara yang berasal dari luar kabinet akan langsung terserap masuk kesaluran bawah yang bergabung dengan udara dari meja kerja yang dimungkinkan mengandung bakteri yang digunakan untuk kerja. Udara dari meja kerja disedot dari depan meja kerja. Kemudian udara kotor ini disaring oleh penyaring HEPA dan disirkulasikan keluar kabinet atau kembali lagi ke meja kerja sebagai udara bersih.
top related