sl fam folder
Post on 30-Dec-2014
36 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN KASUS HIPERTENSI ESENSIAL DENGAN PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA JULI2011
DAFTAR ISI
Halaman
Daftar isi …………………………………………………1
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang …………………………………………………3
B. Rumusan Masalah …………………………………………………4
C. Tujuan Penulisan …………………………………………………3
BAB II Materi dan Metode
A. Materi …………………………………………………5
B. Metode …………………………………………………5
BAB III Kerangka Teori
1. Definisi …………………………………………………6
2. Evaluasi Hipertensi ………………………………………………….7
3. Etiopatogenesis …………………………………………………9
4. Gejala Klinis dan Faktor
Resiko
………………………………………………..11
5. Diagnosis Banding ………………………………………………..11
6. Penatalaksanaan ………………………………………………..11
7. Pemantauan ………………………………………………..12
8. Komplikasi ………………………………………………..13
9. Prognosis ………………………………………………..13
BAB IV Hasil dan Data
Hasil dan Data ………………………………………………..14
BAB V Analisa Kasus
1. Analisa Kasus ………………………………………………..19
2. Riwayat Keluarga ………………………………………………..19
3. Analisa Kunjungan Rumah ………………………………………………..19
1 BLOK 26 : COMMUNITY MEDICINE LUSIANA NOVA (10.2008.144)
LAPORAN KASUS HIPERTENSI ESENSIAL DENGAN PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA JULI2011
4. Analisa Fungsi Keluarga ………………………………………………..20
BAB VI Penutup
1. Kesimpulan ………………………………………………..22
2. Saran ………………………………………………..22
Daftar Pustaka ………………………………………………..23
Lampiran ………………………………………………..24
2 BLOK 26 : COMMUNITY MEDICINE LUSIANA NOVA (10.2008.144)
LAPORAN KASUS HIPERTENSI ESENSIAL DENGAN PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA JULI2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Puskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan yang letaknya berada paling
dekat ditengah-tengah masyarakat dan mudah dijangkau dibandingkan dengan unit
pelayanan kesehatan lainya (Rumah Sakit Swasta maupun Negeri). Fungsi puskesmas
adalah mengembangkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh seiring dengan
misinya. Pelayanan kesehatan tersebut harus bersifat menyeluruh atau yang disebut
dengan Comprehensive Health Care Service yang meliputi aspek promotive, preventif,
curative, dan rehabilitatif. Prioritas yang harus dikembangkan oleh puskesmas harus
diarahkan ke bentuk pelayanan kesehatan dasar (basic health care services) yang lebih
mengedepankan upaya promosi dan pencegahan (public health service). Fungsi
puskesmas menurut keputusan menteri kesehatan republik Indonesia
No.128/MENKES/SK/II/2004, adalah sebagai pusat penggerakan pembangunan
berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga dalam
pembangunan kesehatan, serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama.
Hipertensi di negara-negara industri merupakan salah satu masalah kesehatan
utama, di Indonesia hipertensi juga merupakan masalah kesehatan yang perlu
diperhatikan oleh dokter yang bekerja pada pelayanan kesehatan primer karena angka
prevalensinya yang tinggi dan akibat jangka panjang yang ditimbulkannya.
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu hipertensi
primer yang tidak diketahui penyebabnya dan hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang
disebabkan oleh penyakit lain. Hipertensi primer meliputi kurang lebih 90% dari
seluruh pasien hipertensi dan 10% lainnya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Sekitar
50% dari golongan hipertensi sekunder dapat diketahui penyebabnya dan dari
golongan ini hanya beberapa persen yang dapat diperbaiki kelainannya.
3 BLOK 26 : COMMUNITY MEDICINE LUSIANA NOVA (10.2008.144)
LAPORAN KASUS HIPERTENSI ESENSIAL DENGAN PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA JULI2011
B. RUMUSAN MASALAH
Masalah yang dapat dirumuskan dari kasus ini adalah:
1. Faktor resiko apa saja yang ditemukan pada pasien
2. Evaluasi terapi dalam rangka pengobatan hipertensi
3. Bagaimana fungsi keluarga menurut ilmu kedokteran keluarga dalam
mendukung penyembuhan pasien.
4. Mengetahui intervensi apa yang dapat dilakukan untuk menangani hipertensi.
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui dan memahami tentang penyakit hipertensi dan penyebabnya serta
menerapkan prinsip-prinsip pelayanan kedokteran secara komprehensif dan
holistik dan peran aktif dari pasien dan keluarga.
2. Untuk memenuhi tugas Skill Lab Family Folder pada blok community
medicine.
4 BLOK 26 : COMMUNITY MEDICINE LUSIANA NOVA (10.2008.144)
LAPORAN KASUS HIPERTENSI ESENSIAL DENGAN PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA JULI2011
BAB II
MATERI DAN METODE
1. MATERI
Materi yang di evaluasi dalam laporan ini adalah hipertensi esensial yang terjadi pada
pasien Tn.S.
2. METODA
Data yang diperlukan dalam pengumpulan data ini adalah data subyektif pada
penderita hipertensi dengan wawancara langsung pada penderita tentang pola hidup
yang selama ini dilakukan dengan menggunakan alat berupa daftar pertanyaan.
5 BLOK 26 : COMMUNITY MEDICINE LUSIANA NOVA (10.2008.144)
LAPORAN KASUS HIPERTENSI ESENSIAL DENGAN PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA JULI2011
BAB III
KERANGKA TEORI
1. DEFENISI
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi
lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg.
Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus
menerus sehingga melebihi batas normal. Tekanan darah normal adalah 110/90 mmHg.
Hipertensi merupakan produk dari resistensi pembuluh darah perifer dan cardiac
output.1
Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefenisikan sebagai
hipertensi esensial. Beberapa penulis lebih memilih istilah hipertensi primer untuk
membedakannya dengan hipertensi sekunder yang diketahui sebabnya. Menurut The
seventh report of the joint national committee on prevention, detection, evaluation and
treatment of high blood pressure (JNC 7) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa
terbagi menjadi kelompok-kelompok seperti pada tabel 1.2
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 7
Klasifikasi Tekanan
Darah
TDS (mmHg) TDD (mmHg)
Normal < 120 <80
Prahipertensi 120-139 80-89
Hipertensi derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi derajat 2 ≥ 160 ≥ 100
TDS= Tekanan Darah Sistolik, TDD= Tekanan Darah Diastolik
6 BLOK 26 : COMMUNITY MEDICINE LUSIANA NOVA (10.2008.144)
LAPORAN KASUS HIPERTENSI ESENSIAL DENGAN PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA JULI2011
2. EVALUASI HIPERTENSI
Evaluasi pada pasien hipertensi bertujuan untuk: 2
a. Menilai pola hidup dan identifikasi faktor-faktor risiko kardiovaskular lainnya
atau menilai adanya penyakit penyerta yang mempengaruhi prognosis dan
menentukan pengobatan.
b. Mencari penyebab kenaikan tekanan darah
c. Menentukan ada tidaknya kerusakan target organ dan penyakit kardiovaskular.
Evaluasi pasien meliputi anamnesis, riwayat penyakit dahulu dan penyakit
keluarga, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang.
2.1. Anamnesis
Hal-hal yang perlu ditanyakan dalam anamnesis antara lain: 2
Berapa lama menderita hipertensi
Adakah penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, hematuri, pemakaian
obatobat analgesic atau obat lain
Adakah keluarga mempunyai riwayat menderita penyakit ginjal
Apakah ada episode berkeringat, sakit kepala, kecemasan, lemah otot atau
tetani
Apakah ada riwayat hipertensi atau penyakit kardiovaskular pada pasien atau
keluarga pasien
Apakah pasien dan keluarganya mempunyai riwayat hiperlipidemia dan
diabetes mellitus
Apakah pasien mempunyai kebiasaan merokok
Apakah pasien mempunyai pola hidup yang baik
Bagaimana kepribadian pasien
Apakah pasien sering mengalami sakit kepala, vertigo, gangguan
penglihatan
Apakah ada defisit sensoris atau mororis
Apakah ada nyeri dada, sesak atau kaki bengkak
7 BLOK 26 : COMMUNITY MEDICINE LUSIANA NOVA (10.2008.144)
LAPORAN KASUS HIPERTENSI ESENSIAL DENGAN PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA JULI2011
Apakah pasien sering haus, sering buang air kecil, dan adakah hematuri
Apakah ada pengaruh faktor pribadi, keluarga atau lingkungan
2.2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Tekanan Darah. Pemeriksaan ini biasa dilakukan rutin di
kamar periksa, pengukuran rutin 24 jam (Ambulatory Blood Pressure-
AMBP), maupun pengukuran sendiri oleh pasien.
Pengukuran di kamar periksa dilakukan pada posisi duduk di kursi setelah
pasien istirahat selama 5 menit, kaki di lantai dan posisi lengan setinggi
jantung. Pengukuran dilakukan dua kali dengan sela waktu 1-5 menit,
pengukuran tambahan dilakukan jika hasil kedua pengukuran sebelumnya
sangat berbeda. Konfirmasi pengukuran pada lengan kontralateral dilakukan
pada kunjungan pertama dan jika terdapat kenaikan tekanan darah. Untuk
orang usia lanjut, diabetes dan kondisi lain dimana diperkirakan ada
hipotensi ortostatik, perlu dilakukan juga pengukuran tekanan darah pada
posisi berdiri.2
Beberapa indikasi penggunaan AMBP adalah:
Hipertensi yang bersifat episodic
Adanya disfungsi saraf otonom
Hipertensi sekunder
Tekanan darah yang resisten terhadap penggunaan antihipertensi
2.3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penujang untuk hipertensi terdiri dari:2
Test darah rutin
Glukosa darah
(sebaiknya puasa)
Kolesterol total
serum
Kolesterol LDL
dan HDL
Trigliseride serum
(puasa)
Asam urat serum
Kreatinin serum
Kalium serum
Hb dan hematokrit
Urinalisis
Elektrokardiogram
8 BLOK 26 : COMMUNITY MEDICINE LUSIANA NOVA (10.2008.144)
LAPORAN KASUS HIPERTENSI ESENSIAL DENGAN PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA JULI2011
Beberapa pedoman penanganan hipertensi menganjurkan test lain seperti:
Ekokardiogram
USG karotis
C-reactive protein
Mikroalbuminuria
Proteinuria kuantitatif
Funduskopi pada hipertensi berat
Evaluasi pasien hipertensi juga dilakukan untuk menentukan adanya penyakit
penyerta sistemik, yaitu:
Aterosklerosis (pemeriksaan profil lemak)
Diabetes (pemeriksaan gula darah)
Fungsi ginjal (pemeriksaan proteinuria, kreatinin serum, serta
memperkirakan laju filtrasi glomerulus)
2.4. Evaluasi kerusakan organ target
Pemeriksaan untuk mengevaluasi organ target antara lain:2
Jantung. Meliputi pemeriksaan fisik, foto polos dada, elektrokardiografi dan
ekokardiografi.
Pembuluh darah. Pemeriksaan fisik termasuk perhitungan pulse pressure,
USG karotis.
Otak. Pemeriksaan neurologis, CT scan dan MRI.
Mata. Funduskopi.
Ginjal. Pemeriksaan fungsi ginjal.
3. ETIOPATOGENESIS
Hipertensi esensial adalah penyakit multifaktorial yang timbul terutama karena
interaksi antara factor-faktor resiko tertentu, antara lain:2
a. Merokok, diet dan asupan garam, stress, ras, obesitas, genetis.
b. System saraf simpatis
9 BLOK 26 : COMMUNITY MEDICINE LUSIANA NOVA (10.2008.144)
LAPORAN KASUS HIPERTENSI ESENSIAL DENGAN PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA JULI2011
c. Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi: endotel
pembuluh darah berperan utama, tetapi remodeling dari endotel, otot polos dan
intersisium juga memberikan kontribusi akhir.
d. Pengaruh sistem endokrin setempat yang berperan pada sstem rennin, angiotensin
dan aldosteron.
Tingginya tekanan darah dipengaruhi oleh faktor genetik maupun faktor
lingkungan. Sekitar 95% kasus hipertensi adalah merupakan hipertensi esensial yang
tidak diketahui sebabnya. Pada beberapa individu, hipertensi dapat terjadi dengan
adanya satu faktor lingkungan ditambah faktor predisposisi genetik, sedang pada
individu yang lain membutuhkan akumulasi pengaruh beberapa faktor lingkungan.
Tekanan darah merupakan perkalian antara curah jantung dan resistensi perifer,
sehingga semua faktor yang mempengaruhi curah jantung dan resistensi perifer dapat
meningkatkan tekanan darah. Berbagai keadaan seperti asupan garam yang berlebih,
retensi sodium oleh ginjal, jumlah nefron yang kurang dan faktor yang berasal dari
endotel berperan terhadap terjadinya hipertensi begitu juga aktivitas saraf yang
berlebihan, sistem vaskuler serta sistem renin-angiotensin.2
Teori terkini tentang terjadinya hipertensi menyebutkan terjadi hal-hal seperti
berikut:
Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis (SNS)
1) Respons maladaptive terhadap stimulasi saraf simpatis.
2) Perubahan gen pada reseptor ditambah kadar katekolamin serum yang menetap.
Peningkatan aktivitas sistem rennin-angiotensin-aldosteron (RAA)
1) Secara langsung menyebabkan vasokonstriksi tetapi juga meningkatkan
aktivitas SNS dan menurunkan kadar prostaglandin vasodilator dan oksida
nitrat.
2) Memediasi kerusakan organ akhir pad jantung (hipertrofi), pembuluh darah,
dan ginjal.
3) Memediasi remodeling arteri (perubahan struktural pada dinding pembuluh
darah)
Defek pada transport garam dan air
1) Gangguan aktivitas peptida natriuretik otak, peptida natriuretik atrial,
adrenomedulin, urodilatin, dan endotelin.
10 BLOK 26 : COMMUNITY MEDICINE LUSIANA NOVA (10.2008.144)
LAPORAN KASUS HIPERTENSI ESENSIAL DENGAN PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA JULI2011
2) Berhubungan dengan asupan diet kalsium, magnesium, dan kalium yang
rendah.1,3
4. GEJALA KLINIS dan FAKTOR RESIKO
Hipertensi biasanya tidak bergejala pada stadium awal. Bila TD meningkat
secara akut, pasien dapat mengalami epistaksis, sakit kepala, penglihatan kabur,
tinnitus, pusing, defisit neurologis transien atau angina. Bila perkembangan gejala
lebih lambat, pasien dapat datang dengan gejala yang berhubungan dengan kerusakan
organ akhir, seperti gagal jantung kongestif, stroke, gagal ginjal, atau retinopati.1
Pada pasien hipertensi ada beberapa factor yang dapat memicu timbulnya
penyakit ini, antara lain:2
Merokok
Obesitas
Kurangnya aktifitas fisik
Diabetes mellitus
Umur (laki-laki > 55tahun, perempuan 65 tahun)
Riwayat keluarga dengan penyakit kardiovaskular premature (laki-laki < 55
tahun, perempuan < 65 tahun)
5. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding untuk hipertensi esensial bisa berupa hipertensi
renovaskular, hipertensi pada penyakit ginjal, hipertensi pada penyakit jantung,
hipertensi ortostatik, dan vertigo.
6. PENATALAKSANAAN
11 BLOK 26 : COMMUNITY MEDICINE LUSIANA NOVA (10.2008.144)
LAPORAN KASUS HIPERTENSI ESENSIAL DENGAN PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA JULI2011
Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah penurunan tekanan darah sampai
<140/90 mmHg, dan untuk individu berisiko tinggi (diabetes, gagal ginjal proteinuria)
diusahakan mencapai target <130/80 mmHg, penurunan morbiditas dan mortalitas
kardiovaskular, serta menghambat laju penyakit ginjal proteinuria.2
Pada dasarnya penatalaksanaan atau pengobatan hipertensi meliputi terapi
farmakologik dan non farmakologik. Terapi non farmakologi antara lain dengan
mengubah pola hidup antara lain dengan mengurangi asupan garam, alkohol, rokok,
menurunkan berat badan, melakukan olah raga secara teratur, mengendalikan stress,
emosi dan lebih tawakal. Dan terapi farmakologik ditentukan oleh jenis hipertensi
berdasarkan faktor resiko.4
Pilihan obat yang dapat diberikan pada pasien hipertensi esensial antara lain:
Hipertensi tanpa komplikasi: Diuretik, Beta bloker, penghambat kanal kalsium.
Indikasi tertentu: Inhibitor ACE, penghambat reseptor, Angiostensin II, alfa
bloker, beta bloker, antagonis Ca, diuretik.
Indikasi yang sesuai:
a. Diabetes mellitus type 1 dengan proteinuria: inhibitor ACE.
b. Gagal jantung : inhibitor ACE, diuretic.
c. Hipertensi sistolik terisolasi : diuretic, antagonis Ca, dihidropiridin kerja lama.
d. Infark miokard : beta bloker (non-ISA), inhibitor ACE (dengan disfungsi
sistolik).2,4
7. PEMANTAUAN
Pasien yang telah mulai mendapat pengobatan harus datang kembali untuk
evaluasi lanjutan dan pengaturan dosis obat sampai target tekanan darah tercapai.
Setelah tekanan darah tercapai dan stabil, kunjungan selanjutnya dilakukan dengan
interval 3-6 bulan, tetapi kunjungan ini juga ditentukan oleh ada tidaknya komorbiditas
seperti gagal jantung, penyakit yang berhubungan seperti diabetes, dan kebutuhan akan
pemeriksaan laboratorium.2
Untuk meningkatkan kepatuhan pasien pada pengobatan dapat digunakan
strategi seperti berikut:
a. Empati dokter akan meningkatkan kepercayaan, motivasi dan kepatuhan pasien
12 BLOK 26 : COMMUNITY MEDICINE LUSIANA NOVA (10.2008.144)
LAPORAN KASUS HIPERTENSI ESENSIAL DENGAN PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA JULI2011
b. Dokter harus mempertimbangkan latar belakang budaya dan kepercayaan
pasien serta sikap pasien terhadap pengobatan
c. Pasien diberi tahu hasil pengukuran tekanan darah, target yang masih harus
dicapai, rencana pengobatan selanjutnya serta pentingnya mengikuti rencana
tersebut.
Jika dalam 6 bulan target pengobatan tidak tercapai, harus dipertimbangkan
untuk melakukan rujukan ke dokter spesialis. Bila selain hipertensi ada kondisi lain
seperti diabetes mellitus atau penyakit ginjal, baik American DIABETES association
maupun International Society of Nephrology menganjurkan rujukan kepada seorang
dokter yang ahli jika laju GFR mencapai < 60ml/menit/1,73m2, atau jika ada kesulitan
dalam mengatasi hipertensi dan hiperkalemia, serta rujukan kepada konsultan nefrologi
jika laju GFR mencapai < 30ml/men/1,73m2, atau lebih awal jika pasien berisiko
mengalami penurunan fungsi ginjal yang cepat atau diagnosis dan prognosis pasien
diragukan.2
8. KOMPLIKASI
Komplikasi pada pasien bisa terjadi karena hipertensi bertambah berat atau
tiba-tiba muncul penyakit penyerta sehingga kemungkinan diagnosisnya bisa berubah
menjadi hipertensi sekunder. Komplikasi yang mungkin terjadi antara lain ginjal
hipertensi, nefropati diabetikum yang bisa bermanifestasi pada mata, otak, serta
kemungkinan terjadinya penyakit kardiovaskular.
9. PROGNOSIS
Prognosis pasien sebenarnya tergantung pada kepatuhan pasien untuk
mengikuti pengobatan. Pada dasarnya pengobatan hipertensi berlangsung seumur
hidup. Oleh karena itu komunikasi dokter-pasien harus terjalin dengan baik sehingga
pasien mau patuh pada pengobatan.
Jika pasien mematuhi rencana pengobatan, kemungkinan untuk terjadinya
komplikasi bisa dicegah sehingga dapat dikatakan prognosisnya baik.
13 BLOK 26 : COMMUNITY MEDICINE LUSIANA NOVA (10.2008.144)
LAPORAN KASUS HIPERTENSI ESENSIAL DENGAN PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA JULI2011
BAB IV
HASIL DAN DATA
PUSKESMAS: TOMANG
Alamat : Jalan Pulo Macan V No.40No.Register : -
I. Identitas Pasien:
a. Nama : Tn. Supandi
b. Umur : 58 tahun
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Pekerjaan : Pemulung
e. Pendidikan : SMA
f. Alamat : Tomang Banjir Kanal RT 07/014
g. Telepon : (-)
II. Riwayat Biologis Keluarga:
a. Keadaan kesehatan sekarang : baik
b. Kebersihan perorangan : kurang
c. Penyakit yang sering diderita : Hipertensi sejak 3 tahun yang lalu
d. Penyakit keturunan : Hipertensi, satu adiknya stroke
e. Penyakit kronis/menular : tidak ada
f. Kecacatan anggota keluarga : ada, satu orang adiknya menderita stroke
dengan atrofi pada tungkai kanan
14 BLOK 26 : COMMUNITY MEDICINE LUSIANA NOVA (10.2008.144)
LAPORAN KASUS HIPERTENSI ESENSIAL DENGAN PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA JULI2011
g. Pola makan : sedang
h. Pola istirahat : baik
i. Jumlah anggota keluarga : 10 orang
III. Psikologis Keluarga:
a. Kebiasaan buruk : Merokok, tiga tahun yang lalu baru
berhenti
b. Pengambilan keputusan : Bapak
c. Ketergantungan obat : Captopril
d. Tempat mencari pelayanan kesehatan : Puskesmas Tomang
e. Pola rekreasi : Kurang
IV. Keadaan rumah/lingkungan
a. Jenis bangunan : semi permanen
b. Lantai rumah : semen
c. Luas rumah : 24 m2
d. Penerangan : kurang
e. Kebersihan : kurang
f. Ventilasi : kurang
g. Dapur : tidak ada
h. Jamban keluarga : tidak ada (kakus umum)
i. Sumber air minum : air leding
j. Sumber pencemaran air : tidak ada
k. Pemanfaatan pekarangan : tidak ada
l. Sistem pembuangan air limbah : ada
m. Tempat pembuangan sampah : tidak ada
n. Sanitasi lingkungan : kurang
V. Spiritual Keluarga:
a. Ketaatan beribadah : baik
15 BLOK 26 : COMMUNITY MEDICINE LUSIANA NOVA (10.2008.144)
LAPORAN KASUS HIPERTENSI ESENSIAL DENGAN PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA JULI2011
b. Keyakinan tentang kesehatan : baik
VI. Keadaan Sosial Keluarga
a. Tingkat pendidikan : sedang
b. Hubungan antar anggota keluarga : baik
c. Hubungan dengan orang lain : baik
d. Kegiatan organisasi sosial : baik
e. Keadaan ekonomi : kurang
VII. Kultural Keluarga:
a. Adat yang berpengaruh : Betawi
b. Lain-lain :
VIII.Daftar Anggota Keluarga : Terlampir
IX. Keluhan Utama : Pusing
X. Keluhan Tambahan : tidak ada
XI. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat hipertensi : dibenarkan
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat penyakit ginjal : disangkal
Riwayat penyakit paru : disangkal
Riwayat penyakit diabetes : disangkal
XII. Pemeriksaan Fisik :
a. Tekanan darah : 150/90 mmHg
b. Nadi : 80x/menit
c. Suhu : 370 C
16 BLOK 26 : COMMUNITY MEDICINE LUSIANA NOVA (10.2008.144)
LAPORAN KASUS HIPERTENSI ESENSIAL DENGAN PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA JULI2011
XIII. Diagnosis Penyakit: Hipertensi Esensial, karena tidak didapatkan penyakit lain
sebagai penyebab hipertensi. Tn.D mempunyai kebiasaan merokok satu bungkus
sehari. Pasien baru berhenti tiga tahun yang lalu. Selain itu, tidak didapatkan
penyakit/keluhan lain.
XIV. Diagnosis Keluarga: menurut keterangan pasien, pasien tidak mengetahui apakah
orang tuanya juga menderita hipertensi. Namun pasien membenarkan bahwa istrinya
juga mengalami hipertensi dengan peningkatan gula darah, satu adiknya mengalami
stroke ringan, dan adiknya yang lain menderita epilepsi.
XV. Anjuran Penatalaksanaan Penyakit:
a. Promotif
Penyuluhan tentang definisi hipertensi, gejala hipertensi, faktor-faktor risiko
terjadinya hipertensi dan pencegahan hipertensi misal dengan penyuluhan
tentang hidup sehat, kurangi makanan yang banyak mengandung garam,
beraktifitas fisik, tidak merokok.
b. Preventif
Kegiatan skrining dan deteksi untuk menemukan penyakit. Kegiatan yang dapat
dilakukan antara lain pemeriksaan kesehatan setiap tahun agar dideteksi
hipertensi atau tidak, menerapkan pola hidup sehat seperti menurunkan asupan
garam, meningkatkan konsumsi buah dan sayur, menurunkan asupan lemak,
menurunkan berat badan berlebih, dan melakukan latihan fisik/olah raga
teratur.
c. Kuratif
Bila ditemukan kasus, maka dapat dilakukan pengobatan dini agar penyakit
tersebut tidak menjadi parah. Terapi yang dapat diberikan adalah
Hidroklorotiazid 1 x 25mg, atau Captopril 2 x 12,5 mg
d. Rehabilitatif
Rehabilitatif adalah suatu kegiatan difokuskan kepada mempertahankan
kualitas hidup penderita yang telah mengalami penyakit yang cukup berat. Pada
pasien belum perlu dilakukan tindakan rehabilitative selain pemeriksaan
tekanan darah teratur ke puskesmas untuk memastikan tekanan darah dalam
17 BLOK 26 : COMMUNITY MEDICINE LUSIANA NOVA (10.2008.144)
LAPORAN KASUS HIPERTENSI ESENSIAL DENGAN PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA JULI2011
batas terkontrol dan untuk memeriksakan tanda-tanda kerusakan organ target
dan komplikasi akibat hipertensi
XVI. Prognosis:
a. Penyakit
Bila pasien teratur meminum obat yang diberikan dan selalu memeriksa
tekanan darahnya ke Puskesmas secara teratur, dan didukung dengan pola
hidup sehat yang baik maka prognosis penyakit pasien adalah baik (dubia et
bonam).
b. Keluarga
Adanya hubungan yang baik antar anggota keluarga pasien serta keluarga yang
sangat mendukung kesehatan pasien dapat membuat suasana keluarga yang
sehat jasmani dan rohani dan prognosisnya baik untuk pasien maupun
keluarganya
c. Masyarakat
Untuk masyarakat sekitar pasien tinggal, karena hipertensi yang diderita pasen
tidak menular, maka prognosisnya ad bonam.
XVII. Resume
Telah diperiksa seorang bapak (Tn.D) berumur 58 tahun dengan keluhan pusing.
Keluhan lain yang mengarah ke penyakit penyerta disangkal. Pasien tinggal di
pemukiman padat penduduk yang kebersihannya kurang diperhatikan. Pasien
mempunyai kebiasaan merokok yang baru berhenti 3 tahun yang lalu. Pasien juga
mengatakan bahwa anggota keluarganya ada yang mengalami hipertensi.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan tekanan darah rutin, test
darah rutin, pemeriksaan gula darah, kolesterol total serum, kolesterol HDL dan
LDL.
18 BLOK 26 : COMMUNITY MEDICINE LUSIANA NOVA (10.2008.144)
LAPORAN KASUS HIPERTENSI ESENSIAL DENGAN PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA JULI2011
BAB V
ANALISA KASUS
1. ANALISA KASUS
Seorang pasien laki-laki Tn.S umur 58 tahun datang ke Puskesmas Tomang dengan
keluhan pusing. Pasien dating diantar istri dan anaknya. Kondisi pasien tampak sehat,
tidak ada demam dan keluahn lainnya. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan
darah adalah 150/90mmHg. Tanggal 15 Juli 2011 dilakukan kunjungan rumah untuk
melakukan anamnesis dan melihat kondisi rumah pasien, dari situ didapatkan
keterangan bahwa Tn.S sudah menderita hipertensi sejak 3 tahun terakhir. Pasien
tinggal di pemukiman padat penduduk.
2. RIWAYAT KELUARGA
Satu adiknya sudah menderita stroke, dimana tungkai bawah kanan sudah mengalami
atrofi.
19 BLOK 26 : COMMUNITY MEDICINE LUSIANA NOVA (10.2008.144)
LAPORAN KASUS HIPERTENSI ESENSIAL DENGAN PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA JULI2011
3. ANALISA KUNJUNGAN RUMAH
3.1. Kondisi pasien
Kondisi pasien dalam keadaan baik, tidak ada demam. Pasien hanya mengeluhkan
pusing, akibat hipertensi yang sudah diderita selama 3 tahun terakhir.
3.2. Pendidikan
Pasien bersekolah sampai tingkat SMA.
3.3. Keadaan rumah
Lokasi :
Rumah pasien terletak di pemukiman padat penduduk di pinggir kali. Jarak
antara rumah yang satu dengan yang lain hanya dipisahkan oleh jalan
setapak dan letaknya berdampingan antar rumah.
Kondisi :
Jenis bangunan rumah pasien adalah semi permanen. Rumah terbuat dari
6batu bata tapi tidak diplester, lantainya terbuat dari semen, beratap seng.
Rumah tampak kurang bersih dan tidak rapi.
Luas rumah : 24 m2
3.4. Pembagian rumah
Rumah dibagi menjadi tiga ruangan yaitu terdiri dari 1 ruang tamu, 1 ruang
keluarga merangkap dapur, 1 kamar tidur, dan 1 kamar mandi tanpa kakus. Tapi
karena keterbatasan ruangan, ruang tamu dan ruang keluarga juga difungsikan
sebagai ruang tidur saat malam hari.
3.5. Ventilasi
Tidak terdapat ventilasi pada rumah pasien. Bagian yang seharusnya terdapat
jendela ditutup dengan triplek. Satu-satunya jalan udara keluar masuk adalah
melalui pintu depan dan pintu belakang.
3.6. Pencahayaan
Pencahayaan didalam rumah kurang karena tidak ada jendela.
3.7. Kebersihan
Kebersihan dalam rumah kurang, barang-barang masih disusun bertumpuk-
tumpuk. Didalam rumah masih terdapat debu karena orang tidak mencuci kaki
setelah masuk rumah. Selain itu, rumah agak berbau apek karena pengaruh
kurangnya pencahayaan.
3.8. Sanitasi dasar
20 BLOK 26 : COMMUNITY MEDICINE LUSIANA NOVA (10.2008.144)
LAPORAN KASUS HIPERTENSI ESENSIAL DENGAN PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA JULI2011
Sumber air minum berasal dari air leding, dan air tersebut digunakan untuk
keperluan memasak, mencuci dan mandi. Terdapat satu kamar mandi semi
permanen tanpa kakus. Untuk keperluan kakus pasien dan keluarganya harus pergi
ke kakus umum. Bangunan kamar mandi merupakan bangunan semi permanen,
dimana disebelahnya digunakan untuk tempat mencuci.
4. ANALISA FUNGSI KELUARGA
4.1. Keadaan Biologis
Dalam keluarga pasien saat ini, yang menderita hipertensi adalah pasien dan
istrinya.
4.2. Keadaan Psikologis
Hubungan pasien dengan semua anggota keluarga terjalin dengan baik. Semua
keluarga turut bekerja sama dan pasien terlihat bahagia dengan keluarga yang
dimilikinya.
4.3. Keadaan Sosiologis
Keluarga pasien juga turut ikut serta dalam kegiatan sosial di tempat mereka
tinggal, dan keluarga pasien sering berkomunikasi dengan tetangga mereka.
4.4. Keadaan ekonomi
Pasien mendapatkan dana dari hasil mengumpulkan barang bekas untuk dijual
lagi, sehingga dapat dikatakan pendapatan pasien tiap bulan tidak menentu.
4.5. Keadaan religius
Semua anggota keluarganya menjalankan ibadah mereka dengan baik. Keluarga
pasien tetap mengikuti kegiatan keagamaan, seperti acara pengajian yang
dilangsungkan oleh lingkungannya.
21 BLOK 26 : COMMUNITY MEDICINE LUSIANA NOVA (10.2008.144)
LAPORAN KASUS HIPERTENSI ESENSIAL DENGAN PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA JULI2011
BAB VI
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Diagnosis pada pasien ini adalah hipertensi esensial dengan gangguan stress dan faktor
resiko perokok. Dari hasil analisis kedokteran keluarga, penyebab hipertensi pada
pasien ini adalah kebiasaan merokok, stres yang timbul karena keterbatasan keadaan
sehingga faktor kekhawatiran muncul berlebihan.
2. SARAN
a) Puskesmas
Diharapkan dapat lebih sering melakukan pendekatan kepada masyarakat melalui
penyuluhan-penyuluhan dalam usaha promotif dan preventif kesehatan masyarakat.
b) Pasien
Membicarakan masalahnya kepada orang terdekat atau orang yang dipercaya,
sehingga mengurangi beban pikirannya.
Berusaha untuk lebih memahami penyakit yang dideritanya dan tetap menjaga
kesehatan melalui pola hidup sehat dan minum obat secara teratur.
Tetap rajin mengontrol kesehatannya ke pelayanan kesehatan masyarakat.
22 BLOK 26 : COMMUNITY MEDICINE LUSIANA NOVA (10.2008.144)
LAPORAN KASUS HIPERTENSI ESENSIAL DENGAN PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA JULI2011
DAFTAR PUSTAKA
1. Brashers V.L. Aplikasi Klinis Patofisiologi Pemeriksaan & Manajemen. Ed.2. Jakarta
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008. hal.1-3.
2. Sudoyo Aru W, Setiyohadi Bambang, Alwi Idrus, et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Ed.4. Jilid I. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI; 2007. Hal. 599-603.
3. Price S.A, Wilson LM, editors. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005. hal.631-6.
4. Harrison. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Ed.13. Jakarta: Penerbit Buku
kedokteran EGC; 2000. hal.1128-39.
5. Gleadle J. At a Glance Anamnesis Dan Pemeriksaan Fisik. Erlangga Medical Series;
2005. Hal.78-9.
23 BLOK 26 : COMMUNITY MEDICINE LUSIANA NOVA (10.2008.144)
LAPORAN KASUS HIPERTENSI ESENSIAL DENGAN PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA JULI2011
Lampiran
Kiri: Tampak depan rumah pasien. Kanan: kali didaerah rumah pasien.
24 BLOK 26 : COMMUNITY MEDICINE LUSIANA NOVA (10.2008.144)
LAPORAN KASUS HIPERTENSI ESENSIAL DENGAN PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA JULI2011
Ki-ka: foto bersama keluarga pasien
Lampiran
Kiri: Rumah Pasien. Kanan: Kamar Mandi
25 BLOK 26 : COMMUNITY MEDICINE LUSIANA NOVA (10.2008.144)
LAPORAN KASUS HIPERTENSI ESENSIAL DENGAN PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA JULI2011
Ki-Ka: Kamar Mandi
26 BLOK 26 : COMMUNITY MEDICINE LUSIANA NOVA (10.2008.144)
top related