sistem isyarat bahasa indonesia … · web viewdengan demikian seorang guru dalam buku pedoman...
Post on 03-Mar-2019
220 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan sehari-hari untuk berbagai keperluan demi kelangsungan
hidup dan kelancaran dalam pemenuhan kebutuhan komunikasi merupakan suatu hal
yang sangat penting bagi semua orang, tidak terkecuali bagi orang yang mengalami
ketunarunguan. Baik di sekolah, di rumah, dan di masyarakat nampaknya tidak dapat
terlepas dari pentingnya memiliki kemampuan berkomunikasi. Di sekolah untuk
keperluan mengikuti proses pembelajaran akan sangat sulit dan demikian terhambatnya
bila seorang siswa tidak dapat berkomunikasi dengan baik. Begitu pun dalam situasi-
situasi lainnya. Berkenaan dengan masalah komunikasi yang begitu pentingnya, sungguh
sangat ironis bagi siswa tunarungu. Hambatan dalam berkomunikasi adalah merupakan
masalah yang sangat pokok dihadapi oleh penyandang tunarungu. Sebagai akibat dari
tidak berfungsinya atau terganggunya indera pendengaran siswa tunarungu, maka dia
mengalami kesulitan untuk belajar berbahasa atau berkomunikasi. Dan dampak
selanjutnya penyandang tunarungu minim sekali dengan perbendaharaan kata atau
bahasa.
Salah satu indera yang dapat membantu penyandang tunarungu dalam
berkomunikasi adalah indera penglihatan. Oleh karena itu, untuk keperluan komunikasi
indera penglihatan penyandang tunarungu harus diupayakan sedemikian rupa secara
optimal agar dapat membantu memperingan permasalahan yang dihadapi oleh mereka
yakni dalam berkomunikasi. Sesuai dengan keberadaan dan potensinya yang dimiliki
oleh penyandang tunarungu, sering dikatakan bahwa penyandang tunarungu merupakan
1
orang yang visual, karena untuk pengenalan dan pemahaman terhadap segala
permasalahan yang mereka hadapi mengandalkan penglihatannya. Dengan pertimbangan
sebagaimana dikatakan tersebut di atas maka untuk kelancaran pemahaman dalam
berkomunikasi bagi siswa tunarungu dirasakan sangat terbantu dengan adanya Sistem
Isyarat Bahasa Indonesia ( SIBI ).
Dengan SIBI siswa tunarungu dapat dengan cepat dan jelas memahami apa yang
dikomunikasikan, serta dapat menghindarkan salah penapsiran atau pengertian dari
apa yang ingin diungkapkan. Dengan SIBI ini dapat menutupi kelemahan bila hanya
mengandalkan sistem membaca bibir (lips reading), karena bila hanya mengandalkan
baca bibir dalam hal kata-kata yang tempat ujarannya hampir sama dapat menyulitkan
bagi penyandang tunarungu. Sebagai contoh misalnya kata ”bata” dan kata ”mata” bila
hanya harus ditangkap melalui baca bibir ini akan sulit dibedakan oleh siswa tunarungu.
Tetapi dengan isyarat kata ”mata” dan ”bata” tersebut akan sangat mudah dibedakan dan
dipahami apa mana yang dimaksud, dan begitu pun dengan kata-kata lainnya yang sulit
ditangkap dengan menggunakan sistem baca bibir, akan terbantu dengan menggunakan
SIBI. Singkat kata dengan SIBI komunikasi anak tunarungu akan terbantu menjadi lebih
lancar. Dalam keadaan demikian sudah jelas akan positip sekali untuk kepentingan
pembelajaran yang diikuti oleh siswa tunarungu.
Melihat permasalahan yang dihadapi oleh penyandang tunarungu, dan
mempertimbangkan adanya indera penglihatan yang dapat dijadikan alternatif, serta
adanya Sistem Isayarat Bahasa Indonesia yang sudah mulai dibakukan maka untuk
kepentingan siswa tunarungu dalam berkomunikasi Sistem Isyarat Bahasa Indonesia
sangat tepat untuk digunakan dalam berkomunikasi atau pembelajaran bagi siswa
2
tunarungu. Oleh karena itulah, penulis sebagai guru siswa tunarungu untuk kepentingan
peningkatan mutu pembelajaran, pada kesempatan ini mengadakan Penelitian Tindakan
Kelas yang berkaitan dengan masalah SIBI dan komunikasi bagi siswa tunarungu dalam
proses pembelajaran.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berbagai permasalahan yang cukup kompleks dihadapi oleh anak tunarungu
dalam proses pembelajaran di dalam kelas, semua itu terkait dengan keterbatasan
kemampuan dalam berkomunikasi siswa tunarungu. Dengan kata lain masalah yang
paling pertama dihadapi oleh siswa tunarungu adalah kesulitan berbahasa atau
berkomuniasi. Dari kesulitan berkomunikasi ini mengakibatkan timbulnya kesulitan-
kesulitan dalam banyak hal lainnya, seperti dalam kehidupan sehari-hari, dalam peroses
pembelajaran, dalam bersosialisasi dengan lingkungan, dan lain sebagainya. Dengan
demikian kiranya cukup jelas bahwa banyak sekali permasalahan yang dihadapi oleh
penyandang tunarungu, yang kesemuanya itu harus diupayakan dicarikan solusinya
agar kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi menjadi lebih ringan.
Dari uraian di atas nampak ternyata banyak masalah yang harus diatasi
sehubungan dengan pembelajaran bagi anak tunarungu, yang harus dilakukan oleh para
guru khususnya sebagai ujung tombak dalam dunia pendidikan. Pada kesempatan ini
penulis sebagai guru di Sekolah Luar Biasa berupaya turut serta mengatasi permasalahan
sebagaimana diuraikan di atas, namun demikian mengingat banyaknya masalah yang
dihadapi tersebut maka pada kesempatan ini penulis membatasi permasalahan yang
3
diteliti, yakni tentang ”upaya dalam meningkatkan hasil pembelajaran siswa tunarungu
melalui komunikasi yang menggunakan SIBI.
2. Perumusan Masalah
Mengingat banyaknya permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran bagi
anak tunarungu sebagaimana digambarkan di atas, penulis memilih salah satu
permasalahan yang dipandang penting untuk diatasi dan dilakukan tindakan
penyelesaiannya, sehingga anak tunarungu terkurangi beban atau kesulitannya lebih
khusus dalam proses pembelajaran. Permasalahan dimaksud adalah tentang ”sulitnya
pemahaman siswa tunarungu dalam berkomunikasi”. Masalah sulitnya pemahaman
bahasa dalam pembelajaran merupakan suatu hal yang sangat penting untuk
diperhatikan terutama bagi anak tunarungu, mengingat kondisi dan potensi yang
dimilikinya, dengan keterbatasan-keterbatasan dan kelemahan-kelemahan yang mereka
miliki.
Oleh karena itulah, penulis memandang penting untuk mencari solusi atas
kesulitan berkomunikasi bagi siswa tunarungu guna memperlancar proses pembelajaran,
yakni dengan menggunakan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia dalam berkomunikasinya.
Untuk lebih jelasnya rumusan masalah yang akan diteliti dalam Penelitian
Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut :
a. Bagaimanakan peranan SIBI dalam komunikasi pembelajaran siswa tunarungu ?
b. Apakah SIBI dapat meningkatkan kelancaran proses pembelajaran siswa tunarungu
dalam berkomunikasi ?
c. Apakah dengan menggunakan SIBI dalam berkomunikasi dapat meningkatkan
hasil belajar siswa tunarungu ?
4
C. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
Sesuai dengan permasalahan penelitian yang telah dikemukakan di atas maka
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui peranan SIBI dalam komunikasi pembelajaran siswa tunarungu.
b. Untuk mengetahui tingkat kelancaran proses pembelajaran siswa tunarungu dengan
komunikasi pembelajaran yang menggunakan SIBI.
c. Untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai siswa dengan komunikasi
pembelajaran yang menggunakan SIBI.
D. Manfaat Penelitian
Secara umum penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran bagi siswa tunarungu melalui komunikasi yang menggunakan SIBI.
Secara khusus penelitian ini akan bermanfaat dalam rangka meningkatkan hal-
hal sebagai berikut :
1. Meningkatkan pemahaman siswa tunarungu dalam berkomunikasi yakni dengan
menggunakan SIBI.
2. Meningkatkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran.
3. Meningkatkan konsentrasi siswa terhadap pembelajaran.
4. Meningkatkan rasa percaya diri para siswa dalam berkomunikasi.
5. Meningkatkan semangat, perasaan senang, dan rasa nyaman para siswa dalam
mengikuti pembelajaran.
6. Memberikan kepuasan kepada para siswa dalam mengikuti pembelajaran.
7. Meningkatkan hasil belajar siswa dengan komunikasi yang menggunakan SIBI.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Anak Tunarungu
Ketunarunguan adalah salah satu jenis kelainan yang memerlukan pelayanan
pendidikan secara khusus. Secara umum dapat dikatakan bahwa anak tunarungu adalah
anak yang mengalami gangguan pendengaran ringan ataupun berat yang dapat
menyebabkan kesulitan berkomunikasi dengan lingkungannya, sehingga memerlukan
pelayanan pendidikan secara khusus agar dapat mengembangkan kemampuannya secara
optimal. Pelayanan pendidikan secara khusus di sini maksudnya bahwa program, cara
pelayanan, metode, fasilitas dan lain-lainnya yang dipergunakan dalam proses
pembelajaran disesuaikan dengan kondisi dan potensi anak tunarungu. Dengan demikian
seorang guru dalam buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Terpadu/Inklusif,
Menciptakan Sekolah Yang Ramah seyogyanya ”Mampu mengembangkan kreativitas
untuk tantangan dalam memberikan sesuatu pada anak, ... Mampu mengembangkan
komunikasi terhadap semua anak baik verbal maupun non verbal” ( Depdiknas,
2005 : 23).
Kelainan ketunarunguan yang memiliki tingkatan berbeda-beda, untuk
kepentingan pendidikan tidak dapat dikelompokkan menjadi satu golongan. Hal ini
dimaksudkan untuk mempermudah dalam pelayanan pendidikan bagi anak tunarungu
itu sendiri. Oleh karena itu, dalam memberikan definisi ketunarunguan biasanya
dibedakan antara anak tuli dengan anak kurang pendengaran. Definisi seperti itu seperti
dikemukakan oleh Donald F. Moores ( 1978 : 5) dalam buku Educating the Deaf
Psychology sebagai berikut :
6
A deaf person is one whose hearing is disabled to an extent ( usually 70 dB ISO or greater) that precludes the understanding of speech through the ear alone, without or with the use of a hearing aid. A hard of hearing person is one whose hearing is disabled to an extent ( usually 35 to 69 dB ISO ) that makes difficult, but does not preclude, the understanding of speech through the ear alone, without or with a hearing aid.
Definisi tersebut di atas mempunyai pengertian bahwa orang tuli adalah orang yang
pendengarannya terganggu (biasanya 70 dB atau lebih) yang dapat menghambat dalam
memahami pembicaraan orang lain melalui pendengarannya, tanpa ataupun
menggunakan alat bantu dengar. Sedangkan orang yang kurang pendengaran adalah
orang yang pendengarannya terganggu (biasanya 35 sampai 69 dB) yang menyulitkan
orang tersebut untuk mendengar, tetapi tidak menghambat dalam memahami
pembicaraan melalui pendengarannya, tanpa ataupun menggunakan alat bantu dengar.
Definisi ketunarunguan yang didasarkan terhadap keperluan pendidikan,
disesuaikan dengan mampu atau tidaknya memahami pembicaraan melalui
pendengarannya. Anak yang masih mampu mendengar (hard of hearing) tentu akan
lebih mudah dalam layanan pendidikannya daripada anak tuli yang sudah tidak
mempunyai sisa pendengaran sekalipun ditolong dengan alat bantu dengar. Lebih
terperinci lagi Charles W. Telford dan James M. Sawrey (Jahidin, 1985 : 21)
mengklasifikasikan katunarunguan menjadi lima kelompok sebagai berikut :
1. Tuli ringan (20 – 30 dB). Penyandang tuli pada kelompok ini belajar berbicara
melalui pendengarannya sendiri dan berkembang secara normal, dan kelompok ini
merupakan batas antara pendengaran normal dengan kurang mendengar.
2. Tuli marginal (30-40 dB). Penyandang tuli pada kelompok ini biasanya mengalami
kesulitan untuk mendengar ucapan pada jarak sejauh lebih dari satu kaki dan
7
kesulitan dalam mengikuti suatu percakapan. Tetapi ia masih dapat belajar bicara
melalui pendengarannya.
3. Tuli sedang (40 – 60 dB). Penyandang tuli pada kelompok ini masih dapat bicara
melalui pendengarannya dengan suara yang keras dan dibantu dengan penglihatan.
4. Tuli berat (60 – 75 dB). Penyandang tuli pada kelompok ini tidak akan dapat belajar
bicara tanpa mendapat layanan pendidikan secara khusus. Sbagian besar dari
penyandang tuli ini betul-betul dipertimbangkan untuk diberikan pendidikan khusus
anak tuli. Mereka adalah batas antara anak kurang mendengar dengan anak tuli.
5. Tuli sangat berat (75 dB ke atas). Penyandang tuli pada kelompok ini jarang dapat
belajar berbicara melalui pendengarannya meskipun suara yang diucapkan sangat
keras.
Adanya pengklasifikasian tingkat ketunarunguan dimaksudkan agar para
pendidik dalam memberikan layanan pendidikan kepada anak tunarungu dapat
menyesuaikan program-program pengajaran yang diberikan sesuai dengan tingkat
ketunarunguan yang mereka sandang. Dengan mengetahui jenis ketunarunguan atau
berat ringannya ketunarunguan peserta didik, tentu materi pembelajaran, metode
penyampaian, alat yang digunakan, dan waktu yang diperlukan dapat diperhitungkan
lebih tepat.
B. Masalah Yang Timbul Akibat Ketunarunguan
Pendengaran adalah salah satu alat indera yang memegang peranan penting
dalam kehidupan manusia sehari-hari. Tanpa pendengaran manusia tidak akan dapat
menikmati suara musik dan nyanyian yang merdu, dan secara otomatis karena ketidak
8
mampuannya mendengarkan nyanyian tadi maka ia tidak akan dapat menirukan
nyanyian tersebut. Bahkan lebih jauh lagi anak tunarungu akan kehilangan kesempatan
dan pengalaman untuk ikut terpesona, terbuai, serta menghayati nyanyian yang
mengalun menggambarkan kehidupan. Lebih prihatin lagi anak tunarungu akan
menemui kesulitan untuk dapat menirukan, mengucapkan dan mengerti kata-kata dari
sebuah nyanyian. Dari ilustrasi di atas menggambarkan betapa luasnya pengaruh
pendengaran terhadap kemampuan perkembangan-perkembangan lainnya, yang salah
satunya ketunarunguan menghambat terhadap kemampuan berbahasa. Mengenai hal ini
dikemukakan oleh Emon Sastrawinata (1976 : 13) sebagai berikut :”Ketunarunguan jelas
mengakibatkan hambatan dalam perkembangan bahasa, karena perkembangan bahasa
memerlukan kemampuan pendengaran.”
Kelainan pendengaran dapat menyebabkan orang yang bersangkutan sulit untuk
memahami pembicaraan orang lain, bahkan ia tidak dapat mendengar suaranya sendiri.
Akibat sulitnya memahami pembicaraan orang lain, maka sudah barang tentu ia akan
sulit mengadakan komunikasi dengan lingkungannya. Kita sadari bahwa manusia
sebagai makhluk sosial jelas tidak dapat hidup sendiri, tetapi harus selalu berhubungan
dengan orang lain dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup di sini
mengandung arti yang sangat luas karena bukan hanya yang menyangkut kebutuhan
pisik saja seperti makan, minum, pakaian, rumah, dan sebagainya, tetapi juga mencakup
kebutuhan hidup psikis. Kebutuhan psikis ini misalnya rasa ingin bergaul, ingin
dihargai, ingin mengeluarkan pendapat, ingin sukses, dan sebagainya. Upaya untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut bagi anak tunarungu terhambat karena
sulitnya berkomunikasi. Bagi anak tunarungu akibat dia tidak mendengar maka kesulitan
9
berkomunikasi merupakan masalah yang utama yang mereka hadapi. Selanjutnya
masalah-masalah lainnya pun bermunculan sebagai akibat tidak lancarnya komunikasi,
sehingga semakin luaslah permasalahan yang dihadapi oleh anak tunarungu. Dapat
disadari bahwa kemampuan berkomunikasi merupakan syarat yang utama untuk dapat
bergaul, dan bekerjasama dalam kehidupan di masyarakat secara layak.
Komunikasi mempunyai peranan penting untuk dapat mengemukakan keinginan,
perasaan, dan ide terhadap orang lain sebagaimana dikemukakan oleh Oteng Sutisna
(1982 : 181) sebagai berikut : ”Komunikasi ialah proses penyaluran informasi, ide,
perasaan, pertanyaan, dari orang ke orang atau dari kelompok ke kelompok.” Dalam
kehidupan sehari-hari alat utama yang merupakan sarana untuk berkomunikasi adalah
bahasa lisan, sedangkan bagi anak tunarungu bahasa lisan ini tidak banyak berperan,
itulah sebabnya salah satu upaya sebagai solusi untuk mengatasi kesulitan dalam
berkomunikasi dengan bahasa lisan maka dilengkapi dengan isyarat. Tanpa adanya
upaya untuk memperlancar komunikasi tentu akan menjadi tekanan mental bagi anak
tunarungu sehingga dampak lebih jauhnya akan membentuk prilaku yang menyimpang
seperti merasa rendah diri, tidak mau bergaul atau mengisolir diri, agresif, dan
sebagainya. Mengenai masalah ini dikemukakan oleh Mufti Salim Cs (1984 : 11)
sebagai berikut : ”Hambatan komunikasi menyebabkan anak tidak mau ikut serta dalam
pergaulan dengan teman-teman sebayanya. Ketidakikutsertaan menimbulkan problema
psikologis dan sosial. Hal ini akan menyangkut perasaan dan tingkah laku.” Sejalan
dengan pendapat di atas Samuel A. Kirk dalam bukunya Educating Exceptional
Children (Jahidin, 1985 : 28) mengemukakan sebagai berikut : ” Without hearing he
does not naturally acquire speech and language, without speech and language he does
10
not acquire knowledge and understanding of other subject matter.” Maksud dari
pendapat ini adalah bahwa seseorang yang tidak dapat mendengar ia akan sulit berbicara
dan memahami bahasa, tanpa bicara dan bahasa ia tidak akan memperoleh pengetahuan
dan tidak akan mengerti pelajaran di sekolah.
Sehubungan dengan hal-hal yang telah diuraikan di atas yakni akibat
ketunarunguan dapat menimbulkan problema dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu,
dalam melayani pendidikan bagi anak tunarungu memerlukan upaya yang sungguh-
sungguh, dan guru yang profesional untuk dapat membantu anak tunarungu memperoleh
pendidikan yang optimal. Tanpa guru yang kreatif dalam menempuh berbagai upaya
maka anak tunarungu akan menemui kesulitan dalam belajarnya. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan oleh guru untuk memperlancar pembelajaran dapat dilakukan dengan
mengembangkan kemampuan komunikasi sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh anak
tunarungu. Walau bagaimana pun dalam pembelajaran guru harus selalu fokus terhadap
siswanya, diantaranya dengan memperhatikan sifat-sifat khas anak tunarungu seperti
dikemukakan oleh Mufti Salim Cs. (1984 : 11) sebagai berikut :”Pada umumnya anak
tunarungu mempunyai kepribadian yang tidak mantap, tidak acuh, gugup, curiga,
menyendiri atau menjadi sangat agresif akibat kurang memahami bahasa dan situasi.”
Selanjutnya Dadang Rahman Munandar, Cs. dalam buku Petunjuk Teknis Model
Penilaian Pendidikan Khusus (2008 : 1) mengemukakan bahwa : “Untuk membantu
meminimalisir hambatan belajar dan memenuhi kebutuhan belajarnya diperlukan
beberapa pendekatan, metode, dan teknik yang bersifat khusus sesuai dengan jenis dan
derajat kelainan yang dialami oleh masing-masing peserta didik.”
11
C. Sistem Isyarat Bahasa Indonesia
Terlepas dari adanya pro dan kontra tentang penggunaan system isyarat atau
metode oral, namun bila kita amati dalam keseharian salah satu ciri khas anak tunarungu
adalah gerakan-gerakan tangannya yang sangat lincah dengan maksud untuk
menyampaikan pesan atau ide-idenya kepada orang lain. Gerakan-gerakan tangan tadi
tiada lain merupakan isyarat yang awal mulanya merupakan gerakan spontan secara
alami dan bersifat lokal. Dalam perkembangannya isyarat-isyarat lokal kemudian
dihimpun dan ditambah dengan isyarat-isyarat buatan, serta serapan dari luar untuk
dikembangkan menjadi isyarat yang dibakukan disesuaikan dengan kaidah bahasa
Indonesia. Dalam Kamus SIBI ( Depdiknas, 2002 : xiv) dikemukakan sebagai berikut :
Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI) yang dibakukan itu merupakan salah satu media yang membantu komunikasi sesama kaum tunarungu di dalam masyarakat yang lebih luas. Wujudnya adalah tataan yang sistematis tentang seperangkat isyarat jari, tangan, dan berbagai gerak yang melambangkan kosa kata bahasa Indonesia. Di dalam upaya pembakuan tersebut, dipertimbangkan berbagai tolok ukur yang mencakup segi kemudahan, keindahan, dan ketepatan pengungkapan makna atau struktur kata, di samping beberapa segi yang lain.
Adapun tolok ukur dalam penentuan isyarat yang dibakukan dikemukakan dalam
Kamus SIBI (Depdiknas, 2002 : xiv – xv) adalah sebagai berikut :
1. Sistem isyarat harus akurat dan konsisten mewakili sintaksis bahasa Indonesia.
2. Sistem isyarat harus mewakili satu kata dasar atau imbuhan.
3. Sistem isyarat harus mencerminkan situasi social, budaya, dan ekologi bahasa
Indonesia serta dapat menghindari dari isyarat yang berkonotasi kurang etis.
4. Sistem isyarat harus mempertimbangkan perkembangan kemampuan dan kejiwaan
siswa.
12
5. Sistem isyarat harus memperhatikan isyarat yang sudah banyak digunakan oleh anak
tunarungu.
6. Sistem isyarat harus mudah dipelajari dan digunakan.
7. Isyarat yang dirancang harus memiliki kelayakan dalam wujud dan maknanya.
8. Isyarat yang dirancang harus dapat dipakai pada jarak sedekat mungkin dengan mulut
pengisyarat dan dengan kecepatan yang mendekati tempo berbicara yang wajar.
Dalam system isyarat bahasa Indonesia mengikuti tata aturan yang ada dalam
bahasa Indonesia, misalnya dari segi bentuk dapat dikelompokkan menjadi isyarat pokok
yaitu yang melambangkan sebuah kata, isyarat tambahan yang melambangkan imbuhan,
dan isyarat bentukan yang menggabungkan isyarat pokok dan isyarat tambahan. Isyarat-
isyarat itu dibentuk dengan unsur-unsur penampil, tempat, posisi, arah, dan frekuensi
gerakan. Perbedaan-perbedaan unsur pembentuk isyarat tadi berfungsi untuk
membedakan makna masing-masing isyarat.
Terdapat dua komponen penting dalam system isyarat yaitu komponen penentu
makna dan komponen penunjang. Lebih jelasnya dikemukakan dalam Kamus SIBI
(Depdiknas, 2002 : xv – xvi) adalah sebagai berikut :
1. Komponen penentu makna meliputi :
a. Penampil, yaitu tangan atau bagian tangan yang digunakan untuk membentuk
isyarat.
b. Posisi, yaitu kedudukan tangan terhadap pengisyarat pada waktu berisyarat.
c. Tempat, yaitu bagian badan yang menjadi tempat awal isyarat dibentuk atau arah
akhir isyarat.
d. Arah, yaitu gerak penampil ketika isyarat dibuat.
13
e. Frekuensi, yaitu jumlah gerak yang dilakukan pada waktu isyarat dibentuk.
2. Komponen penunjang meliputi :
a. Mimik muka.
b. Gerak tubuh mislnya bahu.
c. Kecepatan gerak.
d. Kelenturan gerak.
D. Fungsi SIBI dalam Komunikasi
Komunikasi adalah interaksi antara seseorang dengan orang lain dalam rangka
menyampaikan ide atau pesan. Dengan demikian dalam suatu komunikasi ada dua pihak
yang terlibat, pihak ke satu penyampai dan pihak ke dua penerima ide atau pesan. Agar
ide atau pesan dapat diterima dengan baik maka alat komunikasi yang dipergunakan
(bahasa) harus dapat dipahami oleh ke dua pihak yang melakukan komunikasi. Dengan
kata lain bahwa untuk terjalinnya komunikasi yang lancar maka harus terhindar dari
hambatan-hambatan yang dapat mengganggu jalannnya komunikasi.
Bagi penyandang tunarungu seperti telah disinggung dalam urian terdahulu
terdapat keterbatasan yang dapat menghambat lancarnya komunikasi dengan bahasa oral
atau lisan, hambatan itu adalah masalah pendengaran. Sehingga bagi penyandang
tunarungu bila harus berkomunikasi dengan bahasa oral terjadi suatu kesulitan dalam
memahami pesan yang disampaikan. Sesuai dengan karakteristik dan potensi
penyandang tunarungu yang visual maka untuk mempermudah dan mempercepat
pemahaman dalam suatu komunikasi harus mempergunakan alat komunikasi yang visual
pula. Alat komunikasi yang sesuai dengan itu adalah sistem isyarat. Seperti
14
dikemukakan oleh A. Lasikun Notoatmojo (1984 : 1) dalam buku Pedoman Guru
Bahasa Indonesia tentang isyarat sebagai salah satu alat untuk menyampaikan ide-ide
sebagai berikut :
Bahasa memungkinkan manusia dapat berhubungan satu dengan yang lain untuk saling menyatakan perasaan, pikiran, atau maksud masing-masing. Jadi, bahasa dapat juga dikatakan suatu sistem bunyi, lambang, atau isyarat yang dipakai orang untuk melahirkan pikiran dan perasaannya.
Dengan dibantu sistem isyarat maka komunikasi yang dilakukan akan tampak
lebih jelas, sehingga pesan yang disampaikan akan lebih mudah dan cepat dapat
dipahami. Dijelaskan dalam Kmus SIBI (Depdiknas, 2002 : xv) bahwa :”Dalam sistem
isyarat ini terdapat dua jenis komponen. Yang satu berfungsi sebagai penentu atau
pembeda makna, sedangkan yang lain berfungsi sebagai penunjang. Semuanya bersifat
visual sehingga dapat dilihat.” Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan dalam buku
Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Terpadu/Inklusif, Kegiatan Belajar Mengajar
di Sekolah Inklusif yang menyatakan bahwa ”anak tunarungu sebagai pemata”
(Depdiknas, 2005 : 13).
Dari uraian-uraian di atas tergambar bahwa sistem isyarat dalam berkomunikasi
penyandang tunarungu memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Memvisualisasikan dalam penyampaian pesan.
2. Mempermudah dan memperlancar jalannya komunikasi.
3. Memperjelas pesan yang disampaikan.
4. Mempercepat pemahaman terhadap ide atau pesan yang disampaiakan.
Adapun isyarat yang dipergunakan dalam berkomunikasi adalah diutamakan
Sistem Isyarat Bahasa Indonesia, yaitu isyarat yang sudah dibakukan. Penggunaan
15
isyarat yang sudah dibakukan tiada lain agar isyarat yang dipergunakan dapat dipahami
secara nasional. Sementara untuk mengkaper kata-kata yang belum terbentuk isyaratnya
dapat digunakan abjad jari yang sudah dibakukan.
E. Peranan Komunikasi dalam Pembelajaran
Sudah dimaklumi bersama bahwa banyak faktor yang turut berpengaruh terhadap
keberhasilan pembelajaran, yang setiap faktornya itu tidak dapat diabaikan begitu saja.
Salah satu faktor yang sangat penting untuk diperhatikan dalam proses pembelajaran
adalah masalah komunikasi antara guru dengan murid, dan murid dengan murid.
Berhasil tidaknya materi pembelajaran disampaikan akan sangat tergantung pada
lancarnya komunikasi yang dilakukan. Untuk dapat menjalin komunikasi yang baik
salah satu syaratnya dari semua pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran harus
memiliki kemampuan yang sama dalam hal penguasaan bahasa sebagai alat komunikasi.
Dapat dilukiskan bila seseorang yang hanya mampu berbahasa Jawa kemudian
menyampaikan suatu pesan atau berkomunikasi dengan seseorang yang hanya mampu
berbahasa Sunda, sudah dapat ditebak komunikasi tadi tidak akan mencapai hasil
sebagaimana yang diharapkan. Demikian pula dengan keterbatasan yang dimiliki oleh
para siswa tunarungu terhadap penguasaan dan kemampuan bahasa oralnya, maka
apabila dalam proses pembelajaran dipaksakan hanya menggunakan bahasa yang
diinginkan oleh guru yaitu sistem oral, sudah barang tentu hasil yang dicapainya pun
tidak akan optimal.
Dari pandangan tersebut di atas maka guru harus bersikap bijaksana dan terbuka
dan dapat menyesuaikan dengan keberadaan peserta didik yang dihadapi. Mengenai
16
sikap yang harus diikuti oleh seorang guru masa kini, dikemukakan oleh Aria Jalil (18-
2-2005, Aria Jalil : Tersedia, http//Google.pakguruonline) sebagai berikut :
Menjadi guru masa kini perlu memberi bentuk baru dalam hubungannya dengan anak didiknya, yaitu dari bentuk ”power relationship” ke bentuk ”shared relationship”, yaitu dari posisi mengontrol ke posisi kerjasama. Isu yang kritikal dalam pendidikan bukan bagaimana agar guru mampu mengontrol kelasnya, tetapi bagaimana agar ank didik kita terlibat langsung atau aktif dalam pembelajaran.
Pendapat di atas sejalan dengan prinsip yang dikembangkan UNESCO dan
UNICEF yang telah mengembangkan dengan Uji Coba Program Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) di beberapa Sekolah Dasar di Indonesia yang salah satu kegiatan intinya
adalah PAKEM (Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan).
Sehubungan dengan masalah pentingnya keaktifan siswa dalam pembelajaran ini
Dadang Rahman Munandar (2007 : 15) dalam Web’s mengemukakan sebagai berikut :
Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru perlu menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Peran aktif dari siswa amat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain.
Terwujud atau tidaknya pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan
tentu harus dibangun dengan interaksi pembelajaran yang efektif pula, yaitu terjalinnya
komunikasi yang saling memahami dan harmonis. Di sinilah peranan Sistem Isyarat
Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dalam pembelajaran siswa tunarungu, yakni
berperan untuk mengembangkan interaksi pembelajaran dengan harapan untuk mencapai
efektivitas pembelajaran. Tanpa adanya interaksi pembelajaran yang baik, sangat tidak
mungkin akan dapat menciptakan pembelajaran yang baik. Dadang Rahman Munandar
(2007 : 15) mengemukakan bahwa :”Kualitas hasil belajar akan meningkat jika terjadi
17
interaksi dalam belajar.” Perlu diingat seperti dikemukakan dalam buku Pengembangan
Model Penyesuaian Kurikulum Pendidikan Inklusif di Tingkat SD/Mi bahwa :
”gangguan sensomotoris seperti hilangnya penglihatan atau pendengaran, merupakan
hambatan dalam memperoleh masukkan informasi dari luar” (Dadang Rahman
Munandar, Cs., 2008 : 41)
”Proses pembelajaran pada intinya adalah pemberian layanan kepada setiap
individu siswa agar mereka berkembang secara maksimal sesuai dengan potensi yang
mereka miliki” (Depdiknas, 2002). Menelaah pengertian proses pembelajaran yang
dikemukakan tersebut telah sejalan dengan paradigma baru dalam proses pembelajaran,
yakni harus berpusat pada siswa. Dengan demikian segala tindakan yang dilakukan dan
berbagai kriteria yang ditentukan merupakan hasil pertimbangan terhadap siswa yang
dilayani. Oleh karena itu, ”guru harus mengenal murid yang sedang mereka ajar.
Selain itu, guru harus mengetahui bagaimana mengajar secara menarik” (Yogi
Anggraena : 2008 ).
Sesuai dengan karakteristik anak tunarungu sebagaimana telah dibahas di atas
maka dalam proses pembelajarannya pun harus disesuaikan dengan keberadaan anak
tunarungu. Yang dimaksud dengan karakteristik di sini adalah sebagai aspek atau
kualitas masing-masing siswa. Aspek tersebut dapat berupa bakat, motivasi, prilaku,
kebiasaan, kemampuan, status sosial, dan sebagainya (Depdiknas : 2007). Dengan
demikian proses pembelajaran bagi anak tunarungu harus dikemas sedemikian rupa
sehingga siswa yang memiliki keterbatasan atau gangguna pendengaran dengan segala
dampak yang ditimbulkannya dapat terdorong dan mampu mengikuti pembelajaran
dengan baik.
18
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode
deskriptif mempunyai arti bahwa penelitian yang dimaksud berusaha mengungkapkan
jawaban atas permasalahan yang terjadi pada saat ini. Adapun prosedur yang ditempuh
dalam penelitian tindakan kelas ini penulis menentukan tahapan-tahapan sbb. :
A. Perencanaan Penelitian Tindakan Kelas
Pada tahap perencanaan ditentukan hal-hal sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam proses
pembelajaran di kelas.
2. Pemilihan topik dan permasalahan yang akan diteliti sesuai dengan hasil dari
identifikasi masalah yang telah dilakukan.
3. Melakukan pendalaman materi bacaan yang berhubungan dengan masalah yang
diteliti.
4. Menyusun desain penelitian dan kisi-kisi instrumen penelitian, dalam hal ini
pedoman observasi untuk pengumpulan data.
5. Persiapan sarana dan prasarana, yaitu menyiapkan alat permainan karambol yang
dimodifikasi menjadi alat peraga untuk belajar membaca permulaan, dan
menyiapkan ruang belajar sebagai tempat penelitian.
6. Menyusun materi dan skenario pembelajaran yang akan disampaikan dalam proses
Penelitian Tindakan Kelas.
7. Indikator kinerja, yaitu sebagai tolok ukur keberhasilan siswa. Siswa mengikuti
19
pembelajaran secara aktip dengan perasaan senang dan mudah memahami materi
pembelajaran, sehingga proses pembelajaran tampak menjadi lebih efektif.
8. Melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas dilakukan dua siklus dengan maksud untuk
melihat ketetapan data hasil yang diperoleh dari pengamatan.
9. Mengolah hasil-hasil pengamatan yang dilakukan selama proses pembelajaran
berlangsung.
10. Menyusun laporan hasil Penelitian Tindakan Kelas.
B. Objek Penelitian
Objek penelitian ini meliputi aspek-aspek tentang efektivitas proses
pembelajaran yang ditimbulkan oleh penggunaan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia dalam
komunikasi pembelajran. Proses pemebelajaran Penelitian Tindakan Kelas ini diikuti
oleh 3 orang siswa tunarungu kelas 4 SDLB Muhammadiyah Banjarsari Kabupaten
Ciamis. Lengkapnya data-data siswa yang mengikuti pembelajaran dalam PTK dapat
dilihat dalam tabel di bawah ini.
TABEL 1
DAFTAR SISWA SEBAGAI OBJEK PTK
NO NO INDUK NAMA L/P UMUR
(TH)JENIS
KELAINAN KELAS
1. 092 Anto L 10 B 4
2. 096 Fitri Sariningsih P 10 B 4
3. 097 Tati Hartati P 11 B 4
20
C. Tempat/Lokasi Penelitian Tindakan Kelas
Gambaran tentang tempat pelaksaan Penelitian Tindakan Kelas ini dapat dilihat
dalam tabel sebagai berikut :
TABEL 2
TEMPAT PENELITIAN TINDAKAN KELAS
NAMA SEKOLAH ALAMAT NSS/IJIN OP JUMLAH
GURUJUMLAH MURID
SLB-ABC
Muhammadiyah
Jl. Kubangpari RT
26/06 Dsn.
Mekarsari, Ds.
Cibadak, Kec.
Banjarsari, Kab.
Ciamis – Kode Pos
46383
802021407001/
4219/sk2583-
Disdik/02 Tgl.
16-05-2002
7 orang 35 orang
D. Alat Pengumpulan Data
Alat untuk mengumpulkan data-data yang diteliti adalah menggunakan pedoman
observasi/pengamatan. Lembar observasi ini adalah merupakan instrumen untuk
mencatat data-data yang diteliti sesuai dengan kejadian pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Pada lembar observasi ini berisi tentang pernyataan-pernyataan yang sesuai
dengan indikator-indikator penelitian sebagaimana tertuang dalam kisi-kisi instrumen
penelitian.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data-data yang diperlukan menggunakan teknik-teknik
sebagai berikut :
21
1. Studi Kepustakaan, yaitu untuk memperoleh keterangan-keterangan ilmiah dari buku-
buku sumber yang ditulis para ahli, karangan ilmiah, dan internet yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti.
2. Observasi/pengamatan, yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan menggunakan
pedoman observasi yang berisi tentang permasalahan yang diteliti, yaitu tentang
upaya menginkatkan hasil pembelajaran siswa tunarungu melalui komunikasi yang
menggunakan SIBI.
F. Pelaksanaan Penelitian
Untuk mempermudah pelaksanaan tindakan penelitian disusun skenario
pembelajaran dan dalam pelaksanaan pembelajaran sekaligus melakukan pengamatan
untuk pengumpulan data sesuai dengan lembar observasi/pengamatan yang telah
dipersiapkan.
Skenario Pembelajaran
a. Awal :
Mengadakan apersepsi dengan tanya jawab melalui komunikasi yang
menggunakan SIBI.
b. Inti :
1) Semua siswa diajak berdialog sesuai dengan materi pembelajaran yang dipilih (
percakapan tentang masalah-masalah aktual yang terjadi di sekitar) dengan
komunikasi yang menggunakan SIBI.
2) Siswa turut aktif berdialog dan menyampaikan pengalamannya dengan
komunikasi yang menggunakan SIBI.
22
3) Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan pengalamannya.
4) Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang penyebab terjadinya banjir.
5) Diadakan evaluasi secara tertulis untuk melihat hasil belajar siswa terhadap
materi pembelajaran yang dipercakapkan.
c. Akhir :
Siswa memperhatikan kesimpulan-kesimpulan tentang materi pembelajaran yang
dijelaskan guru.
G. Teknik Analisis Data
Setelah data-data hasil penelitian terkumpul kemudian dilakukan analisis atau
pengolahan data dengan langkah-langkah sebagaimana prosedur yang dikemukakan oleh
Nasution (1988) sebagai berikut :
1. Reduksi data dengan melakukan pengecekan kembali seluruh catatan yang
diperoleh hasil observasi guna menemukan hal-hal pokok yang sesuai.
2. Display data yaitu merangkum hal-hal pokok dari kegiatan reduksi data.
Rangkuman tersebut kemudian disusun secara sistematis sehingga diperoleh
informasi yang jelas mengenai hasil penelitian.
3. Verifikasi yaitu pemantapan kesimpulan yang diperoleh dari display dan reduksi
data yang dilakukan, sehingga diperoleh kesimpulan data yang valid dan mendasar.
Singkatnya, analisis data setelah data-data terkumpul adalah mereduksi data
dengan mencatat, menggolongkan, dan mengklasifikasi hal-hal yang relevan dengan
fokus penelitian serta menghubungkan data antara yang satu dengan yang lainnya,
sehingga data diperoleh secara jelas menjadi satu kesatuan yang utuh. Data tersebut
23
dianalisis secara mendalam, sehingga berdasarkan data tersebut dapat ditarik suatu
kesimpulan.
H. Jadwal Pelaksanaaan PTK
TABEL 3
JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
NO. NAMA KEGIATANWAKTU
Januari 2008I II III IV V
1.
Persiapan Penelitian
a. Studi Kepustakaan
b. Penyusunan Design Penelitian
2.Pelaksanaan
Penelitian/Pengumpulan Data
3. Pengolahan Data
4. Penyusunan Laporan Penelitian
24
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gamabaran Setting
Anak tunarungu mempunyai ciri miskin dengan bahasa dan mempunyai kesulitan
memahami bahasa lisan. Problemática yang dihadapi ini membuat anak tunarungu
mengalami kesulitan dalam berkomunikasi, sehingga pada akhirnya mereka lambat
dalam menyerap ilmu pengetahuan. Anak tunarungu sulit untuk dapat mengikuti
pendidikan secara umum, karena disebabkan oleh beberapa faktor. Sebagai upaya untuk
mengatasi problematika yang dihadapi oleh anak tunarungu maka SLB merupakan salah
satu solusinya. Guru-guru di SLB sudah secara khusus memiliki kualifikasi pendidikan
yang sesuai dengan kebutuhan untuk mengembangkan pendidikan anak-anak yang
menyandang ketunarunguan maupun spesialisasi lainnya. Namur demikian sampai saat
ini keberadaan dan kondisi SLB yang sudah ada termasuk di SLB Muhammadiyah
Banjarsari Kabupaten Ciamis masih jauh dari apa yang sebenarnya diperlukan sebagai
lembaga pendidikan khusus bila dilihat dari segi infrastruktur, sarana dan prasarananya.
Keadaan yang demikian serba kekurangan itu membuat pelayanan pendidikan bagi
anak-anak yang menyandang ketunaan masih belum terlaksana secara optimal.
Kekurangan-kekurangan itu misalnya sebagai lembaga yang menangani pendidikan anak
tunarungu, tetapi Belem memiliki fasilitas seperti ruang artikulasi, ruang audiometer,
ruang latihan bercakap, dan sebagainya dengan segala kelengkapannya.seperti alat bantu
dengar dan hearing group, dan alat-alat bina persepsi bunyi dan irama.
25
Dari pada tidak ada sama sekali, tentu apa yang ada itu lebih baik. Itu yang
sementara dapat kami ungkapkan. Kami guru-guru selalu berupaya memberikan layanan
dan bimbingan lepada anak-anak tunarungu dengan berbagai upaya agar pembelajaran
anak tunarungu semakin berkualitas. Salah satu upaya yang dilakukan adalah seperti
yang dilakukan oleh penulis yaitu mengadakan penelitian tindakan kelas. Tujuan dari
penelitian tindakan kelas ini sangat relevan dengan peningkatan kualitas pembelajaran,
sebagaimana dikemukakan dalam majalah Pendidikan Luar Biasa, Web’s (2008 Juli : 9)
sebagai berikut :
PTK merupakan statu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, yang ditujukan untuk memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang dilakukan selama proses pembelajaran, serta untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang masih terjadi dalam proses pembelajaran dan untuk mewujudkan tujuan-tujuan dalam proses pembelajaran tersebut. Jika proses inquiri dan perbaikan pembelajaran dilakukan secara terus menerus, diyakini sepenuhnya bahwa kemampuan profesional guru akan terus meningkat sesuai dengan harapan banyak pihak.
Diakatan lebih lanjut dalam majalah Web’s (2008 Juli : 9) bahwa : “Penelitian tindakan
kelas bertujuan untuk meningkatkan tiga hal, yaitu : a. Peningkatan praktek. b.
Peningkatan (atau pengembangan profesionalisme) pemahaman praktek oleh
praktisinya; dan c. Peningkatan situasi tempat pelaksanaan praktek.”
Dengan upaya yang dilakukan oleh penulis yakni melaksanakan pembelajaran
dengan menggunakan SIBI maka dampaknya diharapkan dapat mendorong perbaikan
proses pembelajaran seperti :
a. Meningkatkan minat dan semangat belajar siswa.
b. Mendorong siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran.
c. Menciptakan konsentrasi yang baik pada siswa terhadap pembelajaran.
26
d. Memudahkan siswa dalam menyerap materi pembelajaran.
e. Memudahkan guru dalam memfasilitasi siswa untuk dapat mengikuti pembelajaran
dengan baik.
f. Meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan fleksibilitas dalam mengelola pembelajaran.
Dengan upaya-upaya tersebut di atas maka pada akhirnya diharapkan akan
terwujud pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
2. Uraian Penelitian Secara Umum
Untuk mengetahui keadaan permasalahan yang diteliti yaitu tentang
kebermanfaatan SIBI untuk menunjang kelancaran komunikasi dalam proses
pembelajarann siswa tunarungu, dan peningkatan hasil pembelajaran siswa tunarungu,
dilakukan dengan pengukuran menggunakan lembar observasi/pengamatan yang diisi
saat proses pembelajaran berlangsung sebagai refleksi dari sikap belajar siswa. Setiap
pernyataan masing-masing disertai dengan lima kemungkinan jawaban untuk dipilih
yang dipandang paling sesuai dengan keberadaan siswa saat mengikuti pembelajaran.
Tiap-tiap siswa memiliki data dari hasil proses pembelajaran yang diikutinya
yang berhubungan dengan pokok permasalahan yang diteliti. Data hasil yang diperoleh
tiap siswa tentunya relatif berbeda sesuai dengan karakteristik individunya masing-
masing yang terealisasi dalam keaktifannya sewaktu mengikuti proses pembelajaran.
Lebih jelasnya mengenai operasional topik Penelitian Tindakan Kelas ini dapat
dilihat dalam tabel sebagai berikut :
27
TABEL 4
OPERASIONAL TOPIK PENELITIAN TINDAKAN KELAS
DIMENSI INDIKATOR
Peranan SIBI dalam
komunikasi pembelajaran
siswa tunarungu.
1. Tingkat pemahaman siswa dalam berkomunikasi.
2. Tingkat peran aktip siswa dalam pembelajaran.
3. Konsentrasi siswa dalam pembelajaran
4. Rasa percaya diri siswa dalam berkomunikasi
pembelajaran.
5. Semangat siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran.
6. Rasa senang siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran.
7. Perasaan nyaman siswa dalam mengikuti
pembelajaran.
8. Sikap tidak malas siswa dalam mengikuti
pembelajaran.
9. Kepuasan siswa dalam mengikuti pembelajaran.
10. Semangat siswa dalam berupaya memahami materi
pembelajaran.
Peningkatan hasil belajar
siswa tunarungu dengan
pembelajaran yang
menggunakan
komunikasi dengan SIBI.
1. Kelancaran berlangsungnya proses pembelajaran.
2. Tingkat kemudahan siswa dalam menangkap materi
pembelajaran.
3. Tingkat pemahaman siswa terhadap materi
pembelajaran.
4. Taraf serap siswa terhadap materi pembelajaran.
28
3. Penjelasan Siklus Pembelajaran
a. Siklus ke-1
Secara umum gambaran yang ada pada siklus pertama jalannya proses
pembelajaran dengan komunikasi yang menggunakan SIBI adalah sebagai berikut :
1) Tingkat pemahaman siswa dalam berkomunikasi sangat baik.
2) Keaktipan siswa dalam proses pembelajaran sangat baik.
3) Konsentrasi siswa sangat baik
4) Rasa percaya diri siswa dalam berkomunikasi sangat baik.
5) Semangat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sangat baik.
6) Rasa senang siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, sangat baik.
7) Tingkat kenyaman siswa dalam mengikuti pembelajaran, baik.
8) Ketekunan siswa dalam mengikuti pembelajaran, baik (siswa tidak malas).
9) Kepuasan siswa dalam mengikuti pembelajaran, sangat baik.
10) Semangat siswa dalam berupaya memahami materi pembelajaran, sangat baik.
11) Kelancaran proses pembelajaran berjalan dengan sangat baik.
12) Tingkat kemudahan siswa dalam menangkap materi pembelajaran baik.
13) Tingkat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran sangat baik.
14) Taraf serap siswa terhadap materi pembelajaran, sangat baik.
b. Siklus ke-2
Untuk melihat tingkat keyakinan tentang peranan penggunaan Sistem Isyarat
Bahasa Indonesia dalam rangka proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar
siswa, maka dilakukan pengamatan dalam pembelajaran siklus ke-2. Proses yang
dilakukan dalam siklus ke-2 ini sama dengan proses pembelajaran pada siklus pertama
29
hanya materi pembelajarannya yang berbeda. Sehingga langkah-langkah skenario
pembelajaran dan lembar pengamatannya siklus pertama dan kedua sama. Hasil yang
diperoleh dalam siklus ke-2 ternyata relatif sama dengan hasil pengamatan pada
pembelajaran siklus ke-1 (lihat dalam lampiran hasil pengamatan siswa pada siklus ke-2)
4. Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan terhadap tiga orang siswa dalam
proses pembelajaran dengan komunikasi yang menggunakan SIBI adalah sbb :
TABEL 5
SKOR HASIL PENGAMATAN SIKLUS KE-1
NAMA SISWA DIMENSI PENGAMATANSKOR HASIL
PENGAMATANSB B CB KB TB
Anto
Peranan SIBI dalam komunikasi pembelajaran siswa tunarungu.
7 3
Peningkatan hasil belajar siswa tunarungu dengan pembelajaran yang menggunakan komunikasi dengan SIBI.
3 1
Fitri Sariningsih
Peranan SIBI dalam komunikasi pembelajaran siswa tunarungu.
6 4
Peningkatan hasil belajar siswa tunarungu dengan pembelajaran yang menggunakan komunikasi dengan SIBI.
2 2
Tati Hartati
Peranan SIBI dalam komunikasi pembelajaran siswa tunarungu.
8 2
Peningkatan hasil belajar siswa tunarungu dengan pembelajaran yang menggunakan komunikasi dengan SIBI.
4
JUMLAH 30 12
Keterangan : 1. Dimensi pengamatan pertama terdiri dari sepuluh item poin pengamatan.
2. Dimensi pengamatan kedua terdiri dari empat item poin pengamatan.
30
Bagi Anto, dalam tabel di atas menggambarkan hasil pengamatan bahwa ternyata
SIBI dalam komunikasi pembelajaran berperan sangat baik yaitu mencapai skor 70 %
dan sisanya dari hasil pengamatan menyatakan bahwa perana SIBI dalam komunikasi
pembelajaran bagi Anto ternyata baik yaitu mencapai skor 30%.
Bagi Fitri Sariningsih, dalam tabel di atas menggambarkan hasil pengamatan
bahwa ternyata SIBI dalam komunikasi pembelajaran bagi dia berperan sangat baik
yaitu mencapai skor 60 % dan sisanya dari hasil pengamatan menyatakan bahwa perana
SIBI dalam komunikasi pembelajaran bagi Fitri ternyata baik yaitu mencapai skor 40%.
Bagi Tati Hartati, dalam tabel di atas menggambarkan hasil pengamatan bahwa
ternyata SIBI dalam komunikasi pembelajaran berperan sangat baik yaitu mencapai
skor 80 % dan sisanya dari hasil pengamatan menyatakan bahwa perana SIBI dalam
komunikasi pembelajaran bagi Tati Hartati ternyata baik yaitu mencapai skor 20%.
Gambaran tiap dimensi pengamatan dari seluruh siswa diperoleh hasil sbb :
TABEL 6
SKOR TIAP DIMENSI PENGAMATAN SIKLUS 1
DIMENSI PENGAMATAN SKOR HASIL PENGAMATANSB B CB KB TB
Peranan SIBI dalam komunikasi pembelajaran siswa tunarungu.
21 9
Peningkatan hasil belajar siswa tunarungu
dengan pembelajaran yang menggunakan
komunikasi dengan SIBI.
9 3
JUMLAH 30 12
Tabel di atas artinya peranan SIBI dalam komunikasi pembelajaran siswa
tunarungu, sangat baik yaitu dengan skor 70 % dan sisanya peranan SIBI dalam
31
komunikasi pembelajaran menyatakan baik yaitu mencapai skor 30 %. Sedangkan
peranannya dalam meningkatkan hasil belajar siswa tunarungu, SIBI dinyatakan sangat
baik yaitu mencapai skor 75 % dan sisanya peranan SIBI dalam peningkatan hasil
belajar siswa tunarungu dinyatakan baik yaitu mencapai skor 25 %.
B. Pembahasan
1. Peranan SIBI dalam komunikasi pemebelajaran siswa tunarungu
Hasil penelitian menunjukkan bahwa SIBI ternyata dapat meningkatkan
pemahaman siswa dalam komunikasi pembelajaran, sehingga dampak selanjutnya
dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa untuk mau mengeluarkan pendapatnya,
menimbulkan rasa senang siswa, menambah konsentrasi, semangat, dan kepuasan siswa
dalam mengikuti pembelajaran.
Sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis memandang
bahwa SIBI dalam komunikasi pembelajaran sangat penting dalam rangka meningkatkan
kelancaran proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa.
2. SIBI meningkatkan kelancaran proses pembelajaran siswa tunarungu
Proses pembelajaran merupakan interaksi yang terencana, dan sistematis antara
guru dengan siswa dan siswa dengan siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Agar interaksi pembelajaran berjalan dengan lancar maka sudah tentu harus ada
komunikasi yang baik. Untuk terjadinya komunikasi yang baik ini tentu memerlukan
alat komunikasi yang baik pula, dalam hal ini yakni bahasa yang dipergunakan harus
dipahami oleh orang-orang yang terlibat dalam komunikasi tersebut. Apabila alat
komunikasi berupa bahasa dapat dipahami oleh semua pihak, maka interaksi
32
pembelajaran akan berjalan dengan baik, dan hal ini merupakan syarat yang diperlukan
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dari hasil penelitian dengan menggunakan SIBI dalam komunikasi pembelajaran
siswa tunarungu ternyata mendukung kelancaran pembelajaran. Karena itu, SIBI harus
dikuasai dan dipergunakan oleh para guru dalam proses pembelajaran siswa tunarungu.
3. Peningkatan hasil belajar siswa tunarungu dengan pembelajaran yang
menggunakan komunikasi dengan SIBI.
Salah satu fokus dalam penelitian yang dilakukan penulis adalah mengenai
efektivitas pembelajaran, yakni tingkat serap siswa terhadap materi pembelajaran.
Dalam poin ini ditelaah tentang kelancaran berlangsungnya proses pembelajaran, tingkat
kemudahan siswa dalam menangkap materi pembelajaran, tingkat pemahaman siswa
terhadap materi pembelajaran, dan daya serap siswa terhadap materi pembelajaran.
Hasil yang diperoleh ternyata dengan komunikasi pembelajaran yang menggunakan
SIBI yang dilakukan hasilnya sangat baik untuk mendukung efektivitas pembelajaran.
Dengan demikian dalam pembelajaran sangat memerlukan berbagai upaya yang
sesuai dengan keadaan dan potensi siswa sebagai pendukung mencapai keberhasilan.
Pembelajaran yang dapat menyesuaikan dengan keberadaan siswanya tentu akan dapat
menyenangkan para siswa yang pada akhirnya akan turut menentukan tingkat
keberhasilan pembelajaran. Deden S. Hidayat dalam Tabloid PLB Webs (2008 : 9)
mengemukakan sebagai berikut : ”Pengelolaan proses belajar mengajar menjadi sangat
penting bagi pengembangan kompetensi didik terutama yang berpusat pada potensi,
perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik. ... Oleh karena itu,
pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan adalah solusinya.”
33
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dalam penelitian tindakan kelas yang dilakukan
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Penggunaan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia ( SIBI ) dalam komunikasi
pembelajaran siswa tunarungu mempunyai peranan yang sangat baik, yaitu untuk
meningkatkan pemahaman, menambah peran aktif siswa, mendorong siswa untuk
lebih konsentrasi terhadap pembelajaran, meningkatkan percaya diri dalam
mengemukakan idenya, menambah semangat belajar para siswa, meningkatkan rasa
senang dan kenyamanan bagi siswa dalam mengikuti pembelajaran, menghilangkan
sikap malas siswa untuk mengemukakan pendapatnya, memberi kepuasan terhadap
siswa, dan mendorong semangat siswa dalam berupaya memahami materi
pembelajaran.
2. Komunikasi pembelajaran yang menggunakan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia
( SIBI ) dapat menunjang kelancaran proses pembelajaran bagi siswa tunarungu,
karena dengan menggunakan SIBI dapat membantu siswa untuk lebih memudahkan,
memperjelas, dan mempercepat dalam menangkap serta memahami materi
pembelajaran.
3. Komunikasi pembelajaran yang didukung dengan penggunaan Sistem Isyarat Bahasa
Indonesia ( SIBI ) dapat meningkatkan hasil belajar siswa tunarungu yaitu
meningkatnya taraf serap siswa terhadap materi pembelajaran.
34
B. Saran-saran
Sesuai dengan kesimpulan-kesimpulan dan hasil penelitian yang telah dilakukan
di bawah ini disampaikan saran-saran sebagai berikut :
1. Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, guru dapat
melakukan pendekatan dengan penggunaan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia dalam
komunikasi pembelajaran. Hal itu dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman,
menambah peran aktif siswa, mendorong siswa untuk lebih konsentrasi terhadap
pembelajaran, meningkatkan percaya diri dalam mengemukakan idenya, menambah
semangat belajar para siswa, meningkatkan rasa senang dan kenyamanan bagi siswa
dalam mengikuti pembelajaran, menghilangkan sikap malas siswa untuk
mengemukakan pendapatnya, memberi kepuasan terhadap siswa, dan mendorong
semangat siswa dalam berupaya memahami materi pembelajaran.
2. Untuk menciptakan kelancaran proses pembelajaran bagi siswa tunarungu, sebagai
salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru dengan jalan memperlancar jalinan
komunikasi baik antara guru dengan siswa, maupun siswa dengan siswa, yaitu
komunikasi yang menggunakan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia ( SIBI).
3. SIBI dapat memperjelas, dan mempercepat pemahaman para siswa terhadap materi
pembelajaran yang dikomunikasikan. Kejelasan dalam interaksi pembelajaran sangat
menentukan terhadap keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh
karena itu, untuk menigkatkan hasil atau taraf serap para siswa terhadap materi
pembelajaran maka guru dapat melakukan komunikasi pembelajaran yang didukung
dengan menggunakan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia ( SIBI ).
35
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2007. Model Pembelajaran Pendidikan Khusus. Jakarta : Direktorat PSLB
Depdiknas. 2005. Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Terpadu/Inklusif, Kegiatan Belajar Mengajar Di Sekolah Inklusif. Jakarta : Direktorat PSLB
Depdiknas. 2005. Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Terpadu/Inklusif, Menciptakan Sekolah Yang Ramah. Jakarta : Direktorat PSLB
Depdiknas. 2002. Kamus Sistem Isyarat Bahasa Indonesia. Jakarta : Direktorat PLB
Depdiknas. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta : Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas
Jahidin. 1985. Skripsi, Penelitian Pengelolaan Kelas di SLB Bagian B Garut. Bandung : IKIP PLB
Jalil, Aria. 2005. Sekolah yang Efektif dan yang Berkembang. Tersedia: http//Google.pakguruonline. [18-2-2005]
Moores, Donal F..1978. Educating the Deaf Physichology Principles and Practise. Boston London : Houghton Mifflin Company
Munandar, Dadang Rahman, Cs..2008. Pengembangan Model Penyesuaian Kurikulum Pendidikan Inklusuf di Tingkat SD/MI. Bandung : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat
Munandar, Dadang Rahman, Cs..2008. Petunjuk Teknis Model Penilaian Pendidikan Khusus. Bandung : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat
Notoatmojo, Lasikun. 1984. Pedoman Guru Bahasa Indonesia untuk Sekolah Luar Biasa. Jakarta : Depdikbud
Salim, Mufti, Cs.. 1984. Pembinaan Bahasa Anak Tuli. Jakarta : Depdikbud
Sastrawinata, Emon. 1976. Pendidikan Anak Tunarungu. Jakarta : Depdikbud
Web’s. 2007. Tabloid Pendidikan Luar Biasa Edisi 1 Tahun ke-1 Maret 2007. Bandung : Sub Dinas PLB Provinsi Jawa Barat
Web’s. 2008. Tabloid Pendidikan Luar Biasa Edisi 7 Tahun ke-2 Juli 2008. Bandung : Sub Dinas PLB Provinsi Jawa Barat
36
LAMPIRAN 1
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN TINDAKAN KELASTENTANG UPAYA MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN SISWA TUNARUNGU KELAS 4 SDLB MELALUI KOMUNIKASI YANG MENGGUNAKAN SIBI DI SLB-ABC MUHAMMADIYAH
BANJARSARI KABUPATEN CIAMIS
DIMENSI INDIKATOR NOMOR SOAL
Peranan SIBI dalam
komunikasi pembelajaran
siswa tunarungu.
1. Tingkat pemahaman siswa dalam
berkomunikasi sangat baik.1
2. Keaktipan siswa dalam proses
pembelajaran sangat baik.2
3. Konsentrasi siswa sangat baik 3
4. Rasa percaya diri siswa dalam
berkomunikasi sangat baik.4
5. Semangat siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran sangat baik. 5
6. Rasa senang siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran,
sangat baik.
6
7. Tingkat kenyaman siswa dalam
mengikuti pembelajaran, baik.7
8. Ketekunan siswa dalam mengikuti
pembelajaran, baik (siswa tidak
bermalas-malasan).
8
9. Kepuasan siswa dalam mengikuti
pembelajaran, sangat baik.9
10. Semangat siswa dalam berupaya
memahami materi pembelajaran,
sangat baik.
10
37
Peningkatan hasil belajar
siswa tunarungu dengan
pembelajaran yang
menggunakan
komunikasi dengan SIBI.
11. Kelancaran proses pembelajaran
berjalan dengan sangat baik.11
12. Tingkat kemudahan siswa dalam
menangkap materi pembelajaran
baik.
12
13.Tingkat pemahaman siswa
terhadap materi pembelajaran
sangat baik.
13
14. Taraf serap siswa terhadap materi
pembelajaran, sangat baik14
38
LAMPIRAN 2
LEMBAR PENGAMATAN SISWA DALAM PTK TENTANG UPAYA MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN SISWA TUNARUNGU KELAS 4 SDLB MELALUI KOMUNIKASI YANG MENGGUNAKAN SIBI DI SLB-ABC MUHAMMADIYAH
BANJARSARI KABUPATEN CIAMIS
Petunjuk pengisian :
1. Pada setiap butir pernyataan disertai dengan lima alternatif jawaban yaitu SB =
Sangat Baik, B = Baik, CB = Cukup Baik, KB = Kurang Baik, TB = Tidak Baik.
2. Pilihlah salah satu alternatif jawaban yang paling sesuai dengan keadaan siswa pada
saat mengikuti proses pembelajaran dengan cara memberikan tanda Ceklis
( √ ) pada kolom yang tersedia !
Pedoman Pengamatan :
Nama siswa : .......................................................
Jenis Kelainan : Tunarungu
Kelas : 4 SDLB
NO. ASPEK YANG DIAMATIPILIHAN JAWABAN
SB B CB KB TB
1.Tingkat pemahaman siswa dalam
berkomunikasi sangat baik.
2.Keaktipan siswa dalam proses pembelajaran
sangat baik.
3. Konsentrasi siswa sangat baik
4.Rasa percaya diri siswa dalam berkomunikasi
sangat baik.
39
5.Semangat siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran sangat baik.
6.Rasa senang siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran, sangat baik.
7.Tingkat kenyaman siswa dalam mengikuti
pembelajaran, baik.
8.
Ketekunan siswa dalam mengikuti
pembelajaran, baik (siswa tidak bermalas-
malasan).
9.Kepuasan siswa dalam mengikuti
pembelajaran, sangat baik.
10.Semangat siswa dalam berupaya memahami
materi pembelajaran, sangat baik.
11.
Kelancaran proses pembelajaran berjalan
dengan sangat baik.
12.Tingkat kemudahan siswa dalam menangkap
materi pembelajaran baik.
13. Tingkat pemahaman siswa terhadap materi
pembelajaran sangat baik.
14.Taraf serap siswa terhadap materi
pembelajaran, sangat baik
Perolehan Skor :
1. Dimensi : Peranan SIBI dalam komunikasi pembelajaran siswa tunarungu.
(soal nomor 1 – 10 ) : SB = .............. KB = .................
B = .............. TB = ................
CB = ..............
40
2. Dimensi: Peningkatan hasil belajar siswa tunarungu dengan pembelajaran yang
menggunakan komunikasi dengan SIBI. (soal nomor 11-14) :
SB = .............. KB = .................
B = .............. TB = ................
CB = ..............
Pengmat I Pengamat II
................................................ ................................................. NIP : ...................................... NIP : .......................................
41
LAMPIRAN 3
LEMBAR PENGAMATAN SISWA DALAM PTK TENTANG UPAYA MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN SISWA TUNARUNGU KELAS 4 SDLB MELALUI KOMUNIKASI YANG MENGGUNAKAN SIBI DI SLB-ABC MUHAMMADIYAH
BANJARSARI KABUPATEN CIAMIS
Petunjuk pengisian :
3. Pada setiap butir pernyataan disertai dengan lima alternatif jawaban yaitu SB =
Sangat Baik, B = Baik, CB = Cukup Baik, KB = Kurang Baik, TB = Tidak Baik.
4. Pilihlah salah satu alternatif jawaban yang paling sesuai dengan keadaan siswa pada
saat mengikuti proses pembelajaran dengan cara memberikan tanda Ceklis
( √ ) pada kolom yang tersedia !
Pedoman Pengamatan :
Nama siswa : .......................................................
Jenis Kelainan : Tunarungu
Kelas : 4 SDLB
NO. ASPEK YANG DIAMATIPILIHAN JAWABAN
SB B CB KB TB
1.Tingkat pemahaman siswa dalam
berkomunikasi sangat baik.
2.Keaktipan siswa dalam proses pembelajaran
sangat baik.
3. Konsentrasi siswa sangat baik
4.Rasa percaya diri siswa dalam berkomunikasi
sangat baik.
42
5.Semangat siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran sangat baik.
6.Rasa senang siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran, sangat baik.
7.Tingkat kenyaman siswa dalam mengikuti
pembelajaran, baik.
8.
Ketekunan siswa dalam mengikuti
pembelajaran, baik (siswa tidak bermalas-
malasan).
9.Kepuasan siswa dalam mengikuti
pembelajaran, sangat baik.
10.Semangat siswa dalam berupaya memahami
materi pembelajaran, sangat baik.
11.
Kelancaran proses pembelajaran berjalan
dengan sangat baik.
12.Tingkat kemudahan siswa dalam menangkap
materi pembelajaran baik.
13. Tingkat pemahaman siswa terhadap materi
pembelajaran sangat baik.
14.Taraf serap siswa terhadap materi
pembelajaran, sangat baik
Perolehan Skor :
1. Dimensi : Peranan SIBI dalam komunikasi pembelajaran siswa tunarungu.
(soal nomor 1 – 10 ) : SB = .............. KB = .................
B = .............. TB = ................
CB = ..............
43
2. Dimensi: Peningkatan hasil belajar siswa tunarungu dengan pembelajaran yang
menggunakan komunikasi dengan SIBI. (soal nomor 11-14) :
SB = .............. KB = .................
B = .............. TB = ................
CB = ..............
Pengmat I Pengamat II
................................................ ................................................. NIP : ...................................... NIP : .......................................
44
LEMBAR PENGAMATAN SISWA DALAM PTKTENTANG UPAYA MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN SISWA TUNARUNGU KELAS 4 SDLB MELALUI KOMUNIKASI YANG MENGGUNAKAN SIBI DI SLB-ABC MUHAMMADIYAH
BANJARSARI KABUPATEN CIAMIS
Petunjuk pengisian :
5. Pada setiap butir pernyataan disertai dengan lima alternatif jawaban yaitu SB =
Sangat Baik, B = Baik, CB = Cukup Baik, KB = Kurang Baik, TB = Tidak Baik.
6. Pilihlah salah satu alternatif jawaban yang paling sesuai dengan keadaan siswa pada
saat mengikuti proses pembelajaran dengan cara memberikan tanda Ceklis
( √ ) pada kolom yang tersedia !
Pedoman Pengamatan :
Nama siswa : .......................................................
Jenis Kelainan : Tunarungu
Kelas : 4 SDLB
NO. ASPEK YANG DIAMATIPILIHAN JAWABAN
SB B CB KB TB
1.Tingkat pemahaman siswa dalam
berkomunikasi sangat baik.
2.Keaktipan siswa dalam proses pembelajaran
sangat baik.
3. Konsentrasi siswa sangat baik
4.Rasa percaya diri siswa dalam berkomunikasi
sangat baik.
5.Semangat siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran sangat baik.
45
6.Rasa senang siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran, sangat baik.
7.Tingkat kenyaman siswa dalam mengikuti
pembelajaran, baik.
8.
Ketekunan siswa dalam mengikuti
pembelajaran, baik (siswa tidak bermalas-
malasan).
9.Kepuasan siswa dalam mengikuti
pembelajaran, sangat baik.
10.Semangat siswa dalam berupaya memahami
materi pembelajaran, sangat baik.
11.
Kelancaran proses pembelajaran berjalan
dengan sangat baik.
12.Tingkat kemudahan siswa dalam menangkap
materi pembelajaran baik.
13. Tingkat pemahaman siswa terhadap materi
pembelajaran sangat baik.
14.Taraf serap siswa terhadap materi
pembelajaran, sangat baik
Perolehan Skor :
1. Dimensi : Peranan SIBI dalam komunikasi pembelajaran siswa tunarungu.
(soal nomor 1 – 10 ) : SB = .............. KB = .................
B = .............. TB = ................
CB = ..............
46
2. Dimensi: Peningkatan hasil belajar siswa tunarungu dengan pembelajaran yang
menggunakan komunikasi dengan SIBI. (soal nomor 11-14) :
SB = .............. KB = .................
B = .............. TB = ................
CB = ..............
Pengmat I Pengamat II
................................................ ................................................. NIP : ...................................... NIP : .......................................
47
LEMBAR PENGAMATAN SISWA DALAM PTK TENTANG UPAYA MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN SISWA TUNARUNGU KELAS 4 SDLB MELALUI KOMUNIKASI YANG MENGGUNAKAN SIBI DI SLB-ABC MUHAMMADIYAH
BANJARSARI KABUPATEN CIAMIS
Petunjuk pengisian :
7. Pada setiap butir pernyataan disertai dengan lima alternatif jawaban yaitu SB =
Sangat Baik, B = Baik, CB = Cukup Baik, KB = Kurang Baik, TB = Tidak Baik.
8. Pilihlah salah satu alternatif jawaban yang paling sesuai dengan keadaan siswa pada
saat mengikuti proses pembelajaran dengan cara memberikan tanda Ceklis
( √ ) pada kolom yang tersedia !
Pedoman Pengamatan :
Nama siswa : .......................................................
Jenis Kelainan : Tunarungu
Kelas : 4 SDLB
NO. ASPEK YANG DIAMATIPILIHAN JAWABAN
SB B CB KB TB
1.Tingkat pemahaman siswa dalam
berkomunikasi sangat baik.
2.Keaktipan siswa dalam proses pembelajaran
sangat baik.
3. Konsentrasi siswa sangat baik
4.Rasa percaya diri siswa dalam berkomunikasi
sangat baik.
5. Semangat siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran sangat baik.
48
6.Rasa senang siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran, sangat baik.
7.Tingkat kenyaman siswa dalam mengikuti
pembelajaran, baik.
8.
Ketekunan siswa dalam mengikuti
pembelajaran, baik (siswa tidak bermalas-
malasan).
9.Kepuasan siswa dalam mengikuti
pembelajaran, sangat baik.
10.Semangat siswa dalam berupaya memahami
materi pembelajaran, sangat baik.
11.
Kelancaran proses pembelajaran berjalan
dengan sangat baik.
12.Tingkat kemudahan siswa dalam menangkap
materi pembelajaran baik.
13. Tingkat pemahaman siswa terhadap materi
pembelajaran sangat baik.
14.Taraf serap siswa terhadap materi
pembelajaran, sangat baik
Perolehan Skor :
1. Dimensi : Peranan SIBI dalam komunikasi pembelajaran siswa tunarungu.
(soal nomor 1 – 10 ) : SB = .............. KB = .................
B = .............. TB = ................
CB = ..............
49
2. Dimensi: Peningkatan hasil belajar siswa tunarungu dengan pembelajaran yang
menggunakan komunikasi dengan SIBI. (soal nomor 11-14) :
SB = .............. KB = .................
B = .............. TB = ................
CB = ..............
Pengmat I Pengamat II
................................................ ................................................. NIP : ...................................... NIP : .......................................
50
LAMPIRAN 4
DAFTAR HADIR DALAM PTK TENTANG UPAYA MENINGKATKAN HASIL
PEMBELAJARAN SISWA TUNARUNGU KELAS 4 SDLB MELALUI KOMUNIKASI YANG MENGGUNAKAN SIBI
DI SLB-ABC MUHAMMADIYAH BANJARSARI KABUPATEN CIAMIS
1. Hari/Tanggal : Kamis/17-1-2008 (Siklus ke-1).
NONO.
INDUKNAMA SISWA L/P PERSENSI
ABSENSI
S I A
1. 092 Anto L
2. 096 Fitri Sariningsih P
3. 097 Tati Hartati P
2. Hari/Tanggal : Sabtu/19-1-2008 (Siklus ke-2).
NONO.
INDUKNAMA SISWA L/P PERSENSI
ABSENSI
S I A
1. 092 Anto L
2. 096 Fitri Sariningsih P
3. 097 Tati Hartati P
Banjarsari, 19 Januari 2008 Pengajar
Drs. JAHIDINNIP : 131880938
51
LAMPIRAN 6
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan : SLB ABC MuhammadiyahJenis Kelainan : TunarunguMata Pelajaran : Bahasa IndonesiaMateri Pokok : Berbicara/berisyarat Sub Pokok Bahasan : Masalah AktualKelas/Semester : Dasar 4/II (dua)Tahun Pelajaran : 2007/2008Alokasi Waktu : 3 X 35 menit
I. Standar Kompetensi Mendeskripsikan masalah dan percakapan aktual. (6)
II. Kompetensi Dasar Mempercakapkan masalah-masalah aktual yang terjadi
di sekitar dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar secara lisan/atau isyarat.(6.1)
III. Indikator1. Menyebutkan masalah-masalah aktual yang terjadi di lingkungan sekitar.2. Menjelaskan penyebab terjadinya masalah yang timbul.3. Menjelaskan cara-cara untuk mengatasi atau mencegah terjadinya masalah.4. Menyebutkan prilaku yang harus dikerjakan sesuai dengan permasalahan.
IV. Tujuan PembelajaranPada akhir kegiatan pembelajaran peserta didik dapat memahami permasalahan-permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitar dan dapat mengetahui cara-cara untuk mengatasinya serta memiliki sikap prilaku yang sesuai dalam menyikapi permasalahan tersebut.
55
V. Metode a. Ceramah b. Tanya jawab c. Pemberian tugas d. Pendekatan Komunikasi dengan menggunakan Sistem
Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI).
VI. Materi Pembelajaran
BANJIR
Anto : ”Bapak, kemarin ada banjir.”
Guru : ”Banjir di mana ?”
Fitri : ”Ya, saya melihat sungai Cikaso banjir.”
Anto : ”Rumah dekat sungai kebanjiran.
56
Air masuk ke dalam rumah.”
Tati : “Mengapa terjadi banjir, Pak ?”
Guru : “Ya betul kemarin terjadi musibah banjir.
Coba siapa yang tahu, mengapa terjadi
banjir ?”
57
Fitri : ”Karena hujan.”
Guru : ”Betul. Apa lagi, Anto?”
Anto : ”Saya melihat banyak sampah di sungai.”
Guru : “Betul. Di sungai banyak sampah akibatnya
air tidak lancar, sehingga terjadilah
58
Banjir. ”Tati, apa lagi yang
mengakibatkan banjir ?”
Tati : ”Tidak tahu.”
Guru : ”Hutan yang gundul juga dapat
mengakibatkan banjir.”
Tati : ”Kasihan ya orang yang kebanjiran.”
59
Guru : ”Kita harus bagaimana terhadap orang
yang terkena musibah ?”
Fitri : ”Menolong.”
Anto : ”Menjenguknya.”
Tati : ”Memberi makanan, dan pakaian.”
60
Guru : ”Ya bagus. Kita harus saling
menolong terutama kepada orang
yang mendapat musibah.”
”Apa yang harus dilakukan
agar tidak terjadi
banjir ?”
61
Fitri : ”Jangan membuang sampah sembarangan,
jangan menggunduli hutan, dan
menanami kembali hutan yang
gundul.”
VII. Sekenario Pembelajaran1. Awal :
a. Berdo’a b. Mengabsen c. Apersepsi dengan tanya tanya jawab.2. Inti :
62
a. Semua siswa diajak berdialog sesuai dengan materi pembelajaran yang dipilih ( percakapan tentang masalah-masalah aktual yang terjadi di sekitar) dengan komunikasi yang menggunakan SIBI.
b. Siswa turut aktif berdialog dan menyampaikan pengalamannya dengan komunikasi yang menggunakan SIBI.
c. Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan pengalamannya.
d. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang penyebab terjadinya banjir.
e. Diadakan evaluasi secara tertulis untuk melihat hasil belajar siswa terhadap materi pembelajaran yang dipercakapkan.
3. Akhir : a. Pemantapan dan menyimpulkan materi yang telah
dibahas. b. Siswa mencatat rangkuman materi yang telah
dibahas. c. Mengadakan evaluasi.
VIII. Alat, dan Sumber Pembelajaran 1. Alat : a. Alat-alat tulis. b. Gambar-gambar tentang alam, gambar-gambar
tentang kejadian/musibah pada alam. 2. Sumber Pembelajaran :
a. Depdiknas.2006.SK/KD SDLB Tunarungu.hlm. 90.b. Lingkungan alam sekitar.
IX. Evaluasi 1. Jenis Tagihan : Ulangan harian 2. Bentuk Tes : Tertulis 3. Jenis Tes : Essay 3. Instrumen Evaluasi :
Jawablah soal di bawah ini dengan benar !
63
1. Kata Anto kemarin terjadi musibah apa ?2. Di sungai apa yang terjadi banjir ?3. Apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya banjir ?4. Bagaimana caranya untuk menjaga agar tidak terjadi musibah banjir ?.5. Apa yang harus kita lakukan terhadap orang yang
terkena musibah ?6. Musibah apa saja yang dapat terjadi selain banjir ?Kunci Jawaban
1. Musibah banjir.2. Sungai Cikaso.3. Penggundulan hutan, membuang sampah sembarangan.4. Jangan membuang sampah ke sungai, jangan menebang
pohon sembarangan, dan menanami kembali hutan yang gundul.
5. Menolongnya dengan memberikan makanan, pakaian, obat-obatan, dan sebagainya.
6. Tsunami, gunung meletus, tanah longsor, angin atau badai yang besar.
Banjarsari, 17 Januari 2008
Mengetahui : Pengajar
Kepala Sekolah
Drs. JAHIDIN Drs. JAHIDIN
NIP : 131 880 938 NIP : 131880938
64
LAMPIRAN 7
Lembar Kerja Siswa
Nama : ........................................................
Kelas : ........................................................
SOAL EVALUASI
Jawablah soal di bawah ini dengan benar !
1. Kata Anto kemarin terjadi musibah apa ?........................................................................
2. Di sungai apa yang terjadi banjir ?...................................................................................
3. Apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya banjir ?...................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
4. Bagaimana caranya untuk menjaga agar tidak terjadi musibah banjir ?..........................
65
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
5. Apa yang harus kita lakukan terhadap orang yang terkena musibah ?.............................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
6. Musibah apa saja yang dapat terjadi selain banjir ?.........................................................
..........................................................................................................................................
Nilai yang diperoleh :
Bobot Nilai : Soal no 1 dan 2 bobotnya 1. Soal no. 3-6 bobotnya 2. Jumlah skor ideal 10.
MATERI PEMBELAJARAN
( SIKLUS 1)
Standar Kompetensi :
Berbicara/berisyarat
6. Mendeskripsikan masalah dan percakapan aktual.
Kompetensi Dasar :
6.1 Mempercakapkan masalah-masalah aktual yang terjaadi di sekitar dengan
bahasa Indonesia yang baik dan benar secara lisan/atau isyarat.
BANJIR
Anto : ”Bapak, kemarin ada banjir.”
Guru : ”Banjir di mana ?”
Fitri : ”Ya, saya melihat sungai Cikaso banjir.”
66
Anto : ”Rumah dekat sungai kebanjiran. Air masuk ke dalam rumah.”
Tati : ”Mengapa terjadi banjir, Pak ?”
Guru : “Ya betul kemarin terjadi musibah banjir. Coba siapa yang tahu, mengapa
terjadi banjir ?”
Fitri : ”Karena hujan.”
Guru : ”Betul. Apa lagi, Anto?”
Anto : ”Saya melihat banyak sampah di sungai.”
Guru : “Betul. Di sungai banyak sampah akibatnya air tidak lancar, sehingga
terjadilah banjir.”
”Tati, apa lagi yang mengakibatkan banjir ?”
Tati : ”Tidak tahu.”
Guru : ”Hutan yang gundul juga dapat mengakibatkan banjir.”
Tati : ”Kasihan ya orang yang kebanjiran.”
Guru : ”Kita harus bagaimana terhadap orang yang terkena musibah ?”
Fitri : ”Menolong.”
Anto : ”Menjenguk.”
Tati : ”Memberi makanan, dan pakaian.”
Guru : ”Ya bagus. Kita harus saling menolong terutama kepada orang yang mendapat
musibah.”
”Apa yang harus dilakukan agar tidak terjadi banjir ?”
Fitri : ”Jangan membuang sampah sembarangan, jangan menggunduli hutan, dan
menanami kembali hutan yang gundul.”
67
MATERI PEMBELAJARAN
( SIKLUS 2)
Standar Kompetensi :
Berbicara/berisyarat
6. Mendeskripsikan masalah dan percakapan aktual.
Kompetensi Dasar :
6.1 Mempercakapkan masalah-masalah aktual yang terjaadi di sekitar dengan
bahasa Indonesia yang baik dan benar secara lisan/atau isyarat.
BANJIR
Anto : ”Bapak, kemarin ada banjir.”
Guru : ”Banjir di mana ?”
Fitri : ”Ya, saya melihat sungai Cikaso banjir.”
Anto : ”Rumah dekat sungai kebanjiran. Air masuk ke dalam rumah.”
68
top related