sifat fisis-mekanis papan komposit campuran … · tindakan untuk mengurangi sampah kertas adalah...
Post on 10-Mar-2019
229 Views
Preview:
TRANSCRIPT
SIFAT FISIS-MEKANIS PAPAN KOMPOSIT
CAMPURAN PARTIKEL KAYU SENGON DAN KERTAS
KORAN
IIS PRIHARTINI
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Sifat Fisis-Mekanis
Papan Komposit Campuran Partikel Kayu Sengon dan Kertas Koran adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2017
Iis Prihartini
NIM G74110065
ABSTRAK
IIS PRIHARTINI. Sifat Fisis-Mekanis Papan Komposit Campuran Partikel Kayu
Sengon dan Kertas Koran . Dibimbing oleh MUHAMMAD NUR INDRO.
Tindakan untuk mengurangi sampah kertas adalah dengan cara daur ulang
menjadi produk yang lebih bermanfaat, salah satunya adalah pembuatan papan
komposit dari kertas koran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
penambahan persentase kertas koran terhadap kualitas papan komposit yang
terbuat dari kayu sengon. Papan komposit yang diuji memiliki persentase 100%
kayu, 75% kayu:25% koran, 50% kayu:50% koran dan 25% kayu:75% koran,
kemudian papan akan dilakukan pengujian kerapatan, kadar air, daya serap air,
pengembangan tebal, keteguhan lentur, keteguhan patah, keteguhan rekat internal
dan kuat pegang sekrup. Hasil yang didapat menunjukan bahwa nilai kerapatan,
daya serap air, pengembangan tebal, keteguhan patah, keteguhan rekat internal
dan kuat pegang sekrup sudah hampir sama dengan standar yang telah ditentukan
sedangkan nilai keteguhan lentur yang didapat masih berada dibawah nilai standar
yang telah ditentukan.
Kata kunci: kertas koran, partikel kayu sengon, papan komposit, sifat fisis, sifat
mekanis.
ABSTRACT
IIS PRIHARTINI. Physical-mechanical characteristik of composite boards made
frome mixture sengon particles and newspapers. Supervised by MUHAMMAD
NUR INDRO.
An action to reduce paper waste is by means of recycling garbage as a product
best possible, one of which is making composite board of newspapers. This report
aims to understand influence increase newspapers on the quality of a composite
made of wood sengon. The composite tested with a large percentage 100% wood,
75%wood:25% newspapers, 50% wood:50% newspapers and 25% wood:75%
newspapers, then board will be conducted testing density, water content, water
absoorption, thickness swelling, modulus of elasticity, modulus of rupture,
internal bond and screw holding power. Results obtain suggests that the density,
water content, water absoorption, thickness swelling, modulus of rupture, internal
bond and screw holding power are nearly as with a standard appointed while value
modulus of elasticity obtained is still below the value of standard set.
Keywords: composite board, mechanical characteristik, newspapers, physical
characteristik, sengon particles.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Fisika
SIFAT FISIS-MEKANIS PAPAN KOMPOSIT
CAMPURAN PARTIKEL KAYU SENGON DAN KERTAS
KORAN
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
IIS PRIHARTINI
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penelitian ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian dilaksanakan dari bulan Juli 2016 sampai bulan Oktober
2016 ini ialah papankomposit dengan judul Sifat Fisis-Mekanis Papan Komposit
Campuran Partikel Kayu Sengon dan Kertas Koran . Dalam penulisan skripsi ini
tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Nanang Sukmana dan Ibu Eti Yuningsih S.Pd yang telah memberikan
nasehat, motivasi, kasih sayang, semangat, dan doa yang terus diberikan.
2. Kakak tersayang Aris Febrian yang telah memberikan semangat dan kasih
sayang.
3. Bapak Drs M Nur Indro M.Sc selaku dosen pembimbing, atas bimbingan,
saran, dan motivasi tanpa henti yang menjadi pelajaran sangat berharga bagi
penulis.
4. Bapak Dr Akhiruddin Maddu dan bapak Erus Rustami, S.si, M.si.
5. Seluruh Dosen pengajar dan staf Departemen Fisika IPB.
6. Chriss, Citra, Edo, Fatwa, Zaenudin, Ade, Reza, Efi dan semua keluarga 48
yang telah memberikan kenangan yang berharga.
7. Kakak-kakak Fisika 46 dan 47, Adik-adik Fisika 49 dan 50, beserta teman-
teman Pondok Anugrah.
Penulis menyadari dalam tulisan ini masih terdapat kekurangan, oleh karena
itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk hasil yang
lebih baik.
Bogor, Januari 2017
Iis Prihartini
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Papan Komposit 2
Koran 2
Kayu Sengon 3
Urea Formaldehida 3
METODE 4
Waktu dan Tempat 4
Bahan 4
Alat 4
Prosedur Penelitian 4
Pengujian Sifat-Fisis 6
Pengujian Sifat-Mekanis 7
HASIL DAN PEMBAHASAN 10
Sifat Fisis 10
Sifat Mekanis 13
SIMPULAN DAN SARAN 17
Simpulan 17
Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 17
LAMPIRAN 19
RIWAYAT HIDUP 23
DAFTAR TABEL
1 Tabel Kerapatan 18
2 Tabel Daya Serap Air 18
3 Tabel Pengembangan Tebal 19
4 Tabel Modulus of Elasticity 19
5 Tabel Modulus of Rupture 20
6 Tabel Keteguhan Rekat Internal 20
7 Tabel Kuat Pegang Sekrup 21
DAFTAR GAMBAR
1 Contoh Pemotongan Uji 6
2 Pengujian Sifat Mekanis 8
3 Penarikan Sekrup 9
3 Grafik Kerapatan Papan Komposit 10
4 Grafik Daya Serap Air 11
5 Grafik Pengembangan Tebal 12
6 Grafik Modulus of Elasticity 13
7 Grafik Modulus of Rupture 14
8 Grafik Keteguhan Rekat Internal 15
9 Grafik Kuat Pegang Sekrup 15
DAFTAR LAMPIRAN
1 Data Hasil Tiap Pengujian 17
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu upaya mengurangi permasalahan sampah adalah dengan
melakukan daur ulang sampah.1 Wahyono
2 melaporkan bahwa sampah kertas
sebagai salah satu bahan baku industri daur ulang saat ini masih belum terkelola
dengan baik. Dari keseluruhan sampah kertas, hanya 71.2% (2.126 m3/hari) yang
dapat dikumpulkan oleh pemulung dan yang kembali didaur ulang menjadi bahan
baku kertas baru 31%. Kondisi ini salah satunya disebabkan oleh investasi modal
yang tinggi (teknologi) pada industri pembuatan bubur kertas (re-pulping)
menjadi bahan baku kertas (pulp). Maka dari itu salah satu pemanfaatan limbah
kertas dengan teknologi yang tidak terlalu tinggi namun ramah lingkungan adalah
menjadikan sampah kertas sebagai produk komposit.1
Pembuatan papan dari kertas koran dengan perekat urea formaldehid (UF)
dan penol formaldehid (PF) menghasilkan sifat yang baik dalam penggunaan
interior.3 Menurut Okino
4 pembuatan papan dari limbah koran, majalah, dan
kertas perkantoran menghasilkan sifat mekanis yang berbeda-beda namun secara
keseluruhan dapat dimanfaatkan sebagai papan insulasi terutama penggunaanya
sebagai bagian tengah pintu. Untuk meningkatkan kekuatan mekanis papan dari
limbah kertas, beberapa peneliti melakukan modifikasi yaitu dari segi bahan baku
yang dicampurkan dengan partikel kayu maupun pengembangan beberapa jenis
produk komposit lainnya. Massijaya et al.3 menggunakan lapisan kertas pada
papan partikel limbah kertas koran untuk meningkatkan kualitas papan.
Suhasman5 menggunakan berbagai jenis bahan pelapis dari limbah kertas dan
karton untuk didaur ulang.
Penggunaan kayu dari hutan alam sebagai bahan tambahan dalam
pembuatan papan komposit limbah kertas semakin hari semakin berkurang. Maka
dari itu penggunaan kayu dari hutan rakyat dengan jenis cepat tumbuh (fast
growing species) sebagai bahan baku tambahan menjadi alternatif paling baik.
Suhasman6
dalam penelitiannya tentang pengaruh penambahan lapisan karton daur
ulang terhadap kualitas papan komposit menjelaskan bahwa penambahan lapisan
karton pada papan komposit yang terbuat dari kayu cepat tumbuh (sengon dan
akasia) secara umum meningkatkan kekuatan mekanis papan. Namun demikian,
karton daur ulang tersedia tidak sebanyak limbah kertas koran. Maka dari itu,
penggunaan kertas koran sebagai bahan pelapis pada papan komposit (sengon)
perlu dikaji lebih jauh.
Perumusan Masalah
Bagaimana pengaruh penambahan kertas koran terhadap sifat fisis dan
mekanis papan komposit kayu sengon ?
2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan kertas
koran terhadap kualitas papan komposit kayu sengon.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah kertas
koran bekas dan pemanfaatan kayu cepat tumbuh secara optimal. Selain itu,
penelitian ini diharapkan menghasilkan material baru terutama dalam komponen
interior bangunan.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini meliputi pembuatan papan komposit mulai dari pemotongan
koran dan partikel kayu sengon, pencetakan papan dan pengujian papan yang
mencakup kerapatan, kadar air, daya serap air, pegembangan tebal, MOE, MOR,
keteguhan rekat internal dan kuat pegang sekrup.
TINJAUAN PUSTAKA
Papan komposit
Papan komposit adalah papan buatan yang bahan bakunya dapat berupa
potongan kayu solid (utuh), partikel dan serat.Papan komposit memiliki banyak
keunggulan salah satunya adalah dapat menghasilkan ukuran papan yang lebih
lebar dan panjang sesuai dengan yang diperlukan dan bahan bakunya dapat
menggunakan semua tanaman yang mengandung lignin dan sellulosa. Produk-
produk papan komposit antara lain adalah papan lamina, papan partikel dan papan
serat. Produk-produk papan komposit dapat dibuat secara manual dan
mekanis.Komposit adalah suatu sistem bahan (material) yang tersusun dari
campuran atau kombinasi dari dua atau lebih konstituen makro yang berbeda
dalam bentuk atau komposisi bahan dan tidak larut satu dengan yang lainnya.7
Unsur penyusun suatu bahan komposit terdiri atas matriks dan penguat
(reinforcement). Bagian dominan yang mengisi komposit disebut dengan matriks
sedangkan bagian yang tidak dominan disebut dengan penguat/filler.8
Kertas Koran
Kertas koran termasuk kedalam uncoated paper yaitu mempunyai sifat
dengan daya penyerapan yang besar, akan terlihat pada permukaan yang sedikit
kasar, mudah terkelupas atau terjadi picking (tercabut), PH rendah sehingga
lambat kering dan karena permukaannya bergelombang (tidak rata) maka hasil
cetak tidak menimbulkan gloss (kilauan). Kertas koran juga mengandung
3
lignuselulosa sehingga dapat digunakan sebagai pengganti kayu dengan cara
membuat kertas koran menjadi papan komposit.
Kayu sengon
Sengon yang mempunyai nama latin Falcataria moluccana merupakan
salah satu jenis yang dikembangkan dalam pembangunan Hutan Tanaman Industri
maupun Hutan Rakyat di Indonesia. Di Indonesia sengon memiliki beberapa nama
lokal antara lain: jeungjing (Sunda),sengon laut ( Jawa), sika (Maluku), tedehu
pute (Sulawesi), bae, wahogon (Irian Jaya).9,10
Jenis ini merupakan jenis tanaman
cepat tumbuh yang paling banyak dibudidayakan dengan pola agroforestry oleh
masyarakat Indonesia, khususnya di Jawa. Jenis ini dipilih karena memiliki
beberapa kelebihan, antara lain: masa masak tebang relatif pendek (5-7 tahun),
pengelolaan relatif mudah, persyaratan tempat tumbuh tidak rumit, kayunya
serbaguna, membantu menyuburkan tanah dan memperbaiki kualitas lahan dan
dapat memberikan kegunaan serta keuntungan yang tinggi,misalnya untuk
produksi kayu pertukangan, bahan bangunan ringan di bawah atap, bahan baku
pulp dan kertas, peti kemas, papan partikel dan daunnya sebagai pakan ternak.11
Sengon mulai banyak dikembangkan sebagai hutan rakyat karena dapat
tumbuh pada sebaran kondisi iklim yang luas, tidak menuntut persyaratantempat
tumbuh yang tinggi. Menurut Siregar dkk.prospek penanaman sengon cukup baik,
hal ini disebabkan oleh karena kebutuhan akan kayu sengon mencapai 500.000 m3
per tahun.12
Dengan adanya permintaan kayu yang tinggi ini maka permintaan
benih sengon juga semakin meningkat karena berkembang luasnya penanaman
jenis ini untuk hutan tanaman industri dan hutan rakyat.Sampai saat ini untuk
mengembangkan hutan tanaman industri sengon, sebagian besar masih
menggunakan benih yang tidak diketaui asal usulnya, sehingga akan berakibat
rendahnya produktivitas kayu yang dihasilkan. Secara umum benih yang
digunakan adalah benih ras lahan Jawa, yang dibawa oleh Teysmann dan di tanam
di kebun raya Bogor pada tahun 1871.13,14
Menurut hasil analisis isozym jenis
sengon yang berkembang di Jawa mempunyai variasi genetik (genetic base) yang
sangat sempit.15
Sehingga pengembangan jenis ini dengan memperluas basis
genetic perlu dilakukan, selain untuk meningkatkan produktivitas juga untuk
meningkatakan ketahanan terhadap penyakit.
Urea Formaldehida
Perekat adalah suatu subtansi yang memiliki kemampuan untuk
mempersatukan bahan sejenis atau tidak sejenis malalui ikatan permukaannya.
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan perekatan antara lain penetrasi perekat
ke dalam kayu, tingkat kekasaran permukaan, serta komposisi multi polimer dan
keragaman jenis bahan yang direkatkan.16
Urea formaldehida (UF) adalah perekat
sintetis yang merupakan hasil kondensasi dari urea dan formaldehida
denganperbandingan molar 1: (1,2-2). Pada umumnya resin yang digunakan
dalam pembuatan papan partikel memiliki perbandingan molar 1,4-1,6 :1. Perekat
urea formaldehida termasuk resin yang memilki kandungan amino tertinggi dan
4
umumnya digunakan untuk kayu lapis dan papan partikel (interior). Maloney17
mengungkapkan bahwa perekat urea formaldehida sudah dapat mengeras pada
waktu kempa ± 10 menit dengan suhu kempa (115°C-127°C). Secara normal
kandungan perekat urea formaldehida untuk papan partikel bervariasi dari 6-10%
berdasarkan berat perekat padat dan umumnya perekat ditambahkan 10% dari
berat kering oven partikel dalam pembuatan papan partikel.18
Perekat urea
formaldehida memiliki kelebihan dan kelemahan, untuk kelebihannya yaitu
harganya murah, tidak muda terbakar, tingkat kematangan cepat dan berwarna
terang sedangkan kelemahannya ikatannya tidak tahan terhadap air dan
menimbulkan emisi formaldehida.19
METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2016 sampai bulan Oktober 2016 di
Laboratorium Biokomposit, Laboratorium Rekayasa Desain Bangunan Kayu
Departemen Hasil Hutan, Laboratorium Departemen Fisika, Institut Pertanian
Bogor.
Bahan
Koran bekas, partikel kayu sengon, dan perekat UF.
Alat
Mesin kempa, circular saw, oven, desikator, timbangan elektrik,
rotaryblender, spray gun, kempa panas, pencetak papan, teflon, kaliper, kantong
plastik, ember plastik dan Universal Testing Machine.
ProsedurPenelitian
Persiapan bahan baku
Bahan baku yang digunakan berupa kayu sengon dengan umur ±5 tahun.
Partikel kayu sengon diperoleh dari proses pengetaman dari mesin planner.
Partikel yang diperoleh berukuran rata-rata panjang 2.19 cm, lebar 1.18 cm, dan
tebal 0.02 cm. Ukuran partikel sengon tersebut tergolong jenis partikel shaving.
Partikel sengon dikeringkan pada suhu 60-80ºC selama 3 hari dalam oven hingga
mencapai kadar air <10%. Kertas Koran bekas dipotong menjadi ukuran 2 cm x 1
cm. Kertas koran dikeringkan pada suhu 60-80ºC selama 3 hari dalam oven
hingga mencapai kadar air <10%.
5
Pencampuran Bahan
Masing-masing partikel koran dan kayu sengon dan perekat ditimbang
sesuai dengan kebutuhan yang digunakan (Tabel 1). Masing-masing partikel
(koran dan kayu sengon) dimasukan ke dalam rotary blender sedangkan perekat
urea formaldehida dimasukan ke dalam spray gun. Pada saat rotary blender
berputar perekat urea formaldehida disemprotkan dengan menggunakan spray gun.
Kadar perekat yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 12%. Pencampuran
perekat dengan masing-masing partikel dilakukan secara terpisah kemudian
digabungkan pada saat pembuatan lembaran.Komposisi sampel dibuat seperti
pada tabel 1.
Tabel 1 Persentase campuran kertas koran dan partikel kayu sengon
Pembuatan Sampel
1. Persiapan Pengempaan
Setelah perekat dan partikel tercampur merata, masukkan adonan ke dalam
pencetak lembaran yang berukuran (30 x 30 x 20) cm3 kemudian dipadatkan
disemua sisinya. Pada bagian bawah dan bagian atas cetakan dilapisi dengan plat
alumunium dan kertas teflon. Pendistribusian adonan pada alat pencetak tersebar
merata sehingga menghasilkan papan yang memiliki kerapatan yang seragam dan
sesuai dengan target kerapatan yaitu 0.7 g/cm3.
2. Pengempaan
Sebelum pengempaan dilakukan pada bagian dua sisi kiri dan kanan
diletakkan batang besi dengan ketebalan 1 cm. Kemudian di kempa dengan
menggunakan mesin kempa panas (hot pressing) dengan waktu kempa 10 menit,
suhu kempa 120oC dan tekanan kempa 25 kgf/cm
2 (1 kgf = 9.80665 N) akan
dihasilkan papan ukuran (30 x 30 x 1) cm3.
Pengkondisian Pengkondisian dilakukan selama 14 hari pada suhu kamar didalam ruang tertutup
supaya kadar air lembaran papan yang dihasilkan seragam dan juga untuk
melepaskan tegangan pada papan setelah pengempaan sekaligus memungkinkan
proses perekatan lebih sempurna.
Sampel Partikel kayu
sengon (g)
Kertas koran
(g)
Perekat12%
(SC 50.2%) (g)
Perekatyang
ditimbang +
spilasi 10%
A (100% kayu) 562.5 0 12% 147.9
B (75% kayu) 421.8 140.6 12% 147.9
C (50% kayu) 281.3 281.3 12% 147.9
D (25% kayu)
140.6
421.8
12%
147.9
6
Pemotongan Contoh Uji
Papan komposit yang telah dilakukan pengkondisian kemudian dipotong
sesuai pola yang mengacu pada standar JIS 5908 : 2003 sesuai dengan Gambar 1
Gambar 1 Pola pemotongan contoh uji
Keterangan:
a = sampel untuk uji MOE dan MOR, berukuran 5 x 20 cm2.
b = sampel untuk uji kerapatan dan kadar air, berukuran 10 x 10 cm2.
c = sampel untuk uji daya serap air dan pengembangan tebal, berukuran 5 x 5 cm2
d = sampel untuk uji keteguhan rekat internal, berukuran 5 x 5 cm2.
e = sampel untuk uji kuat pegang sekrup, berukuran 5 x 10 cm2
Pengujian Papan Komposit
Pengujian sifat fisis
Kerapatan
Contoh uji berukuran 10 cm x 10 cm x 1 cm yang sudah dalam keadaan
kering udara ditimbang.Kemudian pengukuran dimensi dilakukan meliputi
panjang, lebar, dan tebal untuk mengetahui volume contoh uji. Kerapatan papan
dihitung menggunakan Persamaan (1):
ρ = m/v (1)
Keterangan :
ρ =Kerapatan(g/cm³)
m = Massa kering udara contoh uji (g)
v = Volume kering udara contoh uji (cm³)
7
Kadar Air Contoh uji berukuran 10 cm x 10 cm x 1 cm ditimbang berat kering udara
(B0), kemudian dioven pada suhu 103±2°C sampai beratnya konstan (B1) (± 48
jam). Nilai kadar air dihitung menggunakan Persamaan (2):
%100xBKO
BKOBKUKA
(2)
Keterangan:
KA = Kadar Air (%)
BKU = Massa kering udara (g)
BKO = Massa kering oven (g)
Daya Serap Air (Water Absorption)
Contoh uji 5 cm x 5 cm x 1 cm pada kondisi kering udara ditimbang
beratnya (B0). Kemudian direndam dalam air dingin selama 2 jam dan 24 jam.
Selanjutnya contoh uji diangkat dan ditiriskan sampai tidak ada lagi air yang
menetes, kemudian timbang kembali beratnya (B1). Nilai daya serap air dihitung
menggunakan Persamaan (3) :
%1000
01 xB
BBDSA
(3)
Keterangan :
DSA = Daya serap air (%)
B0 = Massa awal (g)
B1 = Massa setelah perendaman (g)
Pengembangan Tebal (Thickness Swelling)
Contoh uji berukuran 5 cm x 5 cm x 1 cm pada kondisi kering udara
diukur tebal keempat sisi kemudian dirata-ratakan (T1). Selanjutnya contoh uji
direndam dengan air dingin selama 2 jam dan 24 jam. Setelah direndam dilakukan
kembali pengukuran tebal keempat sisi contoh uji kemudian dirata-ratakan (T2).
Pengembangan tebal dihitung dengan menggunakan Persamaan (4) :
%1001
12 xT
TTTS
(4)
Keterangan :
TS = Pengembangan tebal (%)
T1 = Tebal awal (cm)
T2 = Tebal setelah perendaman (cm)
Pengujian Sifat Mekanis
Keteguhan Lentur/Modulus of Elasticity (MOE)
Sampel berukuran 5 cm x 20 cm x 1 cm pada kondisi kering udara diukur
dimensi lebar (b) dan tebal (h). Kemudian contoh uji dibentangkan pada mesin
Universal Testing Machine (UTM) dengan jarak sangga 15 cm (L). Selanjutnya
beban diberikan ditengah-tengah jarak sangga. Pembebanan dilakukan sampai
8
Gambar 2 Pengujian sifat mekanis
batas titik elastis sampel (Gambar 2). Besarnya nilai MOE dihitung menggunakan
Persamaan (5) :
3
3
4 Ybh
PLMOE
(5)
Keterangan :
MOE = Modulus of Elasticity (kgf/cm2)
ΔP = Selisih beban (kgf)
L = Jarak sangga (cm)
ΔY = Perubahan defleksi setiap perubahan beban (cm)
B = Lebar contoh uji (cm)
h = Tebal contoh uji (cm)
Keteguhan Patah/Modulus of Rupture (MOR)
Pengujian modulus patah dilakukan bersamaan dengan pengujian modulus
lentur dengan memakai sampel yang sama namun pada pengujian ini pembebanan
dilakukan sampai contoh uji tersebut patah (Gambar 2). Besarnya nilai MOR
dihitung dengan Persamaan (6) :
22
3
bh
PLMOR (6)
Keterangan :
MOR= Modulus of Rupture (kgf/cm2)
P = Berat maksimum (kgf)
L = Panjang bentang (cm)
b = Lebar contoh uji (cm)
h = Tebal contoh uji (cm)
Keteguhan Rekat Internal (Internal Bond)
Contoh uji berukuran 5 cm x 5 cm x 1 cm pada kondisi kering udara
diukur panjang dan lebarnya untuk menghitung luas permukaan (A). Selanjutnya
contoh uji direkatkan diantara dua buah blok kayu yang berukuran 5 cm x 5 cm
9
dengan perekat epoxy dan biarkan mengering selama 24 jam agar proses
perekatannya sempurna. Kemudian contoh uji diletakkan pada mesin uji
Kemudian blok kayu ditarik tegak lurus permukaan contoh uji sampai diketahui
nilai beban maksimum. Nilai keteguhan rekat internal dihitung dengan
menggunakan Persamaan (7) :
A
PIB (7)
Keterangan:
IB = Internal bond (kgf/cm²)
P = Beban maksimum (kg)
A = Luas penampang (cm²)
Kuat pegang sekrup (Screw Holding Power)
Sekrup yang digunakan berdiameter 3.1 mm, panjang 13 mm dimasukkan
kedalam contoh uji hingga mencapai kedalaman 8 mm. Proses pengujian
dilakukan dengan cara sampel diapit pada sisi kanan dan kiri. Kemudian sekrup
ditarik hingga sekrup tercabut.Besarnya beban maksimum yang tercapai
merupakan kuat pegang sekrup. Nilai kuat pegang sekrup dapat dihitung dengan
menggunakan Persamaan (8) :
A
PPKPS
2/21 (8)
Keterangan :
P1 = Penarikan sekrup kiri (kgf)
P2 = Penarikan sekrup kanan (kgf)
A = Luas Penampang (cm2)
Gambar 3 Penarikan Sekrup
10
HASIL DAN PEMBAHASAN
KerapatanMassa
Data pengukuran massa dan volume sampel ditampilkan pada Tabel 2
dilampiran 1 (halaman 17). Nilai kerapatan massa papan komposit yang
dihasilkan berkisar antara 0.60 g/cm3sampai 0.80 g/cm
3. Nilai kerapatan papan
komposit tertinggi terdapat pada papan komposit dengan campuran bahan 50%
kayu : 50% koran diulangan kedua, sedangkan nilai kerapatan terendah terdapat
pada papan komposit dengan campuran bahan 100% kayu diulangan ketiga.
Secara keseluruhan nilai kerapatan rata-rata papan komposit sudah mendekati
nilai menurut standar JIS A 5908 (2003) yaitu 0.4 – 0.9 g/cm3. Grafik rata-rata
kerapatan massa sampel ditampilkan pada Gambar 4.
Pada saat proses pembuatan papan komposit juga sangat berpengaruh
karena jumlah dan keadaan bahan pada hamparan papan tidak selalu sama.
Kemudian pada perekatan juga tidak semua perekat yang telah ditimbang bisa
digunakan semua,oleh karena itu saat perekatan menggunakan spilasi 10% supaya
perekat yang disemprotkan pada bahan bisa sesuai dengan jumlah yang diinginkan.
Gambar 4 Rata-rata kerapatan massa papan komposit
0.63
0.71
0.74 0.73
0.56
0.58
0.60
0.62
0.64
0.66
0.68
0.70
0.72
0.74
0.76
Ker
ap
ata
n M
ass
a (
g/c
m3)
Kadar Kayu
75% 50% 25% 100 %
11
Kadar Air
Nilai kadar air serbuk kayu dan potongan koran yang didapat adalah 9%.
Nilai ini bukan dari papan komposit yang sudah dicetak melainkan dari bahan
partikel kayu sengon dan kertas koran yang sudah dioven selama 3 hari.
Daya Serap Air
Daya serap air merupakan kemampuan papan komposit dalam menyerap
air dimana pada pengujian ini perendaman dilakukan selama 2 jam dan 24 jam.
Data pengukuran massa sampel ditampilkan pada Tabel 3 dilampiran 1 (halaman
17). Nilai rata-rata daya serap air setelah direndam selama 2 jam berkisar antara
49.45% sampai 87.27%. Nilai daya serap air tertinggi setelah perendaman 2 jam
terdapat pada campuran 25% kayu : 75% koran sedangkan nilai daya serap air
terendah terdapat pada 100% kayu.
Setelah 24 jam nilai rata-rata daya serap air yang didapat lebih besar lagi
yaitu antara 64.38% sampai 94.40%. Nilai daya serap air tertinggi terdapat pada
papan komposit campuran 25% kayu : 75% koran sedangkan daya serap air
terendah terdapat pada 100% kayu.
Nilai daya serap air sangat tinggi ketika papan komposit mengandung
banyak kertas koran, hal ini disebabkan karena kertas koran menyerap air lebih
cepat dibandingkan dengan partikel kayu sengon. Grafik daya serap air tiap
sampel ditampilkan pada Gambar 5.
Gambar 5 Rata-rata daya serap air selama 2 jam dan 24 jam
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
100.00
Da
ya
Ser
ap
Air
(%
)
Kadar Kayu
DSA 2 jam
rata-rata (%)
DSA 24 jam
rata-rata (%)
100 % 75 % 50 % 25 %
12
Pengembangan Tebal
Pengembangan tebal adalah berubahnya dimensi papan dengan
bertambahnya ketebalan dari papan tersebut. Data pengukuran tebal sampel
ditampilkan pada Tabel 4 dilampiran 1 (halaman 18). Nilai rata-rata
pengembangan tebal setelah direndam selama 2 jam berkisar antara 14.51%
sampai 56.74%. Nilai tertinggi pengembangan tebal setelah direndam 2 jam
terdapat pada campuran bahan 25% kayu : 75% koran sedangkan nilai terendah
terdapat pada 100% kayu.
Pengembangan tebal diduga ada hubungannya dengan absorbsi air, karena
semakin banyak air yang diabsorbsi dan memasuki struktur partikel maka semakin
banyak pula perubahan dimensi yang dihasilkan, hal tersebut dibuktikan dengan
besarnya nilai daya serap air yang tinggi.20
Menurut standar JIS A 5908 (2003)
nilai maksimal pengembangan tebal adalah 12%.
Setelah dilakukan perendaman selama 24 jam maka nilai rata-rata
pengembangan tebal berkisar antara 14.51% sampai 56.74%. Nilai pengembangan
tebal tertinggi terdapat pada campuran 25% kayu : 75% koran sedangkan nilai
terendah terdapat pada 100% kayu. Grafik pengembangan tebal bisa dilihat pada
Gambar 6.
Gambar 6 Rata-rata pengembangan tebal setelah 2 jam dan 24 jam
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
Pen
gem
ba
ng
an
Teb
al
(%)
Kadar Kayu
PT 2 jam rata-
rata (%)
PT 24 jam rata-
rata (%)
100 % 75 % 50 % 25 %
13
Keteguhan Lentur/Modulus of Elasticity (MOE)
Pengukuran keteguhan lentur ditampilkan pada Tabel 5 dilampiran 1
(halaman 18). Nilai rata-rata MOE papan komposit yang dihasilkan berkisar
antara 621.23 kgf/cm2 sampai 1751.06 kgf/cm
2. Nilai MOE tertinggi terdapat pada
100% kayu sedangkan nilai MOE terendah terdapat pada campuran 25% kayu :
75% koran. Menurut standar JIS A 5908 (2003) nilai MOE minimal 20400
kg/cm2.
Faktor yang bisa mempengaruhi tinggi rendahnya MOE bisa diakibatkan
karena pada pembuatan ada bahan lain yang masuk sehingga pendistribusian
bahan dan perekat tidak merata. Bisa juga diakibatkan oleh papan yang tengahnya
kosong gara-gara pada saat pengempaan kurang pas. Grafik MOE ditampilkan
pada gambar 7.
Gambar 7 Rata- rata Modulus of Elasticity
0.00
200.00
400.00
600.00
800.00
1000.00
1200.00
1400.00
1600.00
1800.00
2000.00
Ke
tegu
han
Le
ntu
r (k
gf/c
m3)
Kadar Kayu
MOE rata-rata
100 % 75 % 50 % 25 %
14
Keteguhan Patah/Modulus of Rupture (MOR)
Modulus of Rupture merupakan kemampuan papan untuk menahan berat
maksimum. Data pengukuran keteguhan patah ditampilkan pada Tabel 6
dilampiran 1 (halaman 19). Nilai rata-rata MOR papan komposit berkisarantara
67.10 kgf/cm2 sampai 153.57 kgf/cm
2. Nilai tertinggi MOR terdapat pada 100%
kayu sedangkan nilai terendah terdapat pada campuran 25% kayu : 75% koran.
Hal ini disebabkan karena nilai ketahanan kayu lebih kuat daripada koran.
Semakin tinggi kerapatan papan yang dihasilkan maka sifat keteguhan
patah papan juga akan semakin tinggi.21
Faktor yang mempengaruhi keteguhan
patah papan partikel adalah berat jenis kayu, geometri partikel, kadar perekat, kadar
air lapik, prosedur kempa.22Menurut standar JIS A 5908 (2003) , nilai minimal MOR
adalah 82 kg/cm2. Grafik MOR ditampilkan pada Gambar 8.
Gambar 8 Rata-rata Modulus of Rupture
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
180.00
Ket
egu
ha
n P
ata
h (
kg
f/cm
2)
Kadar Kayu
MOR rata-rata
100 % 75 % 50 % 25 %
15
Keteguhan Rekat Internal (Internal Bond)
Keteguhan rekat internal (Internal Bond) merupakan keteguhan tarik tegak
lurus permukaan papan.Pengujian keteguhan rekat internal dilakukan agar dapat
mengindikasikan keberhasilan dalam pencampuran perekat, pembentukan, dan
pengempaan (Haygreen dan Bowyer 2003). Data pengukuran keteguhan
rekatinternal sampel ditampilkan pada Tabel 7 dilampiran 6 (halaman 19).
Nilai rata-rata keteguhan rekat internal papan komposit berkisar antara
0.19 kgf/cm2 sampai 10.33 kgf/cm
2. Nilai tertinggi terdapat pada 100% kayu
sedangkan nilai terendah terdapat pada campuran 25% kayu : 75% koran. Tinggi
dan rendahnya nilai keteguhan rekat internal bisa disebabkan pada pembuatan
papan komposit yang tidak merata atau pada saat perekatan kurang lama. Menurut
standar JIS A 5908 (2003) nilai minimal keteguhan rekat internal adalah 1.5
kg/cm2. Grafik keteguhan rekat internal ditampilkan pada Gambar 9.
Gambar 9 Rata-rata Keteguhan rekat internal
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
Ke
tegu
han
Re
kat
Inte
rnal
(kg
f/cm
2 )
Kadar Kayu
IB rata-rata
100 % 75 % 50 % 25 %
16
Kuat Pegang Sekrup
Kuat pegang sekrup merupakan kemampuan papan komposit untuk
mempertahankan seberapa besar beban maksimal yang bisa ditahan oleh papan
tersebut. Data pengukuran sampel ditampilkan pada Tabel 8 dilampiran 7
(halaman 20). Nilai rata-rata kuat pegang sekrup berkisar antara 64.60 kgf/cm2
sampai 90.20 kgf/cm2. Nilai tertinggi terdapat pada papan komposit campuran
75% kayu : 25% koran sedangkan nilai terendah terdapat pada papan komposit
campuran 100% kayu dan 25% kayu : 75% koran. Grafik kuat pegang sekrup
ditampilkan pada Gambar 10.
Gambar 9 Rata-rata Kuat pegang sekrup
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
100.00
Ku
at P
ega
ng
Sekr
up
(kg
f/cm
2 )
Kadar Kayu
KPS rata-rata
100 % 75 % 50 % 25 %
17
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Kerapatan massa yang didapat sudah mendekati dengan nilai standar yaitu
0.63 – 0.73 g/cm3. Daya serap air dan pengembangan tebal kurang bagus karena
nilai rata-rata berada diatas 12%. Nilai MOE tidak bagus karena masih dibawah
nilai standar yaitu 20400 kg/cm2 sedangkan nilai MOR termasuk bagus sudah ada
diatas nilai standar yang yaitu 82 kg/cm2 . IB rata-rata sudah termasuk bagus
karena sudah berada diatas 1.5 kg/cm2dan nilai kuat pegang sekrup sudah bagus
karena berkisar antara 64.60 – 90.20 kgf/cm2.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kadar air komposit dan
Modulus of Elasticity supaya mendapat nilai yang sesuai dengan standar yang
telah ditentukan. Pada pengujian pengembangan tebal bisa dibuat wadah supaya
sampel tidak berubah luasnya.
DAFTAR PUSTAKA 1. Wahyono S. 2001. Pengelolaan sampah kertas di Indonesia. Jurnal Teknologi
Lingkungan, 2(3) : 276-280.
2. [BPS]. Badan Pusat Statistik. 2008. Persampahan Domestik Indonesia.
Kementrian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia.
3. Massijaya MY dan Okuma M. 2005. Comparisons of boards properties made
from different waste papers. Proceedings of Scientific Session 90, XXII
IUFRO World Congress. August 12. Brisbane, Australia. P, 72-77.
4. Okino EYA, Santana MAE, Souza MRD. 2000. Utilization of wastepaper to
manufacture low density boards. Jurnal Bioresource Technology. 73:77-79.
5. Suhasman, Massijaya MY, Hadi YS. 2007. Kualitas papan komposit yang
terbuat dari limbah kayu sengon dan kertas daur ulang. Jurnal Perennial,
2(1):6-11.
6. Suhasman, Massijaya MY, Hadi YS. 2007. Pengaruh penambahan lapisan
karton daur ulang terhadap kualitas papan komposit. Prosiding Seminar
Nasional MAPEKI X. Pontianak 9-10 Agustus 2007.
7. Rowell, R. M, dan Young, R, A. 1997. Paper And Composites From Agro-
Based Resources. CRC Press. Boca Raton.
8. Humaidi. 1998. Bahan Polimer Komposit Medan : USU Press.
9. Soerianegara, I. dan Lemmes, R.H.M.J. 1993. Plant resources of South-East
Asia 5(1): Timber trees: major commercial timbers. Pudoc Scientific
Publisher, Wageningen, Belanda.
10. Hidayat, j., 2002. Informasi Singkat Benih Paraserianthes Falcataria(L)
Nielsen. No 23, Juni 2002. Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan : Jakarta.
11. Soerianegara I, Lemmes RHMJ, eds., 1993. Plant Resources of South-East
Asia No. 5(1). Timber trees: major commercial timbers. wageningen,
18
Netherlands: Pudoc Scientific Publishers. Also published by PROSEA
Foundation , Bogor, Indonesia. pp. 610.
12. Siregar Iskandar Z, Tedi Yunanto dan Juwita Ratnasari. 2010. Kayu Sengon.
Jakarta : Penabur Swadaya.
13. Alrasyid, H. 1973. Beberapa Keterangan Tentang Albizia Falcataria (L).
Fosberg. Lembaga Penelitian Hutan : Bogor.
14. Achmad, B., S. Mulyana dan A. Badrunasar. 2004. Pemeliharaan Hutan
Rakyat Jenis Sengon. Al. Basia Vol.1 No.2 Maret 2004. Loka Penelitian dan
Pengembangan Hutan Mansoon, Ciamis.
15. Seido, K., A. Y. B. C. Widyatmoko. dan G. Nursinggih., 1993. Preliminary
analysis of isozyme variation of Paraserianthes falcataria in Indonesia.
proceeding BIO-REFOR, Yogyakarta, Indonesia.
16. Frihart CR. 2005. Adhesive bonding and performance testing of bonded wood
products. Journal of ASTM International 2(7):.
17. Maloney TM. 1993. Modern Particleboard and Dry-Process Fiberboard
Manufacturing. Miller Freeman Inc. Calofornia.
18. Bowyer JL, Shmulsky, Haygreen JG. 2003. Forest Products and Wood
Science-An Introduction, Fourth edition. Iowa State University Press.
19. Rowell RM. 2005. Handbook of Wood Chemistry and Wood Composites:
Wood Adhesion and Adhesives. CRC Press.
20. Setiawan B. 2008. Kualitas Papan Partikel Sekam Padi [Skripsi]. Bogor: Departemen Hasil hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
21. Haygreen JG dan Bowyer JL. 1996. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu : Suatu Pengantar. Sujipto, A.H, penerjemah; Yogyakarta: Gajah Mada University
Press. Terjemahan dari : Forest Product and Wood Science: An Introduction.
22. Nuryawan A. 2007. Sifat Fisis dan Mekanis OSB dari Kayu Akasia, Ekaliptus, dan Gmelina Berdiameter Kecil [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor.
19
LAMPIRAN Lampiran 1
Tabel 2 Kerapatan Papan Komposit
Sampel Ulangan Massa
(gr)
Dimensi Volume
(cm3)
Kerapatan
(g/cm3) Panjang Lebar Tebal
A
1 71.05 10.18 10.08 1.05 108.66 0.66
2 66.44 10.08 10.02 1.03 104.28 0.64
3 69.21 10.84 10.01 1.06 115.24 0.6
B
1 75.31 10.108 10.12 1.03 105.75 0.71
2 77.47 10.188 10.12 1.05 108.23 0.72
3 77.49 10.17 10.14 1.05 109.2 0.71
C
1 79.71 10.08 10.19 1.00 102.97 0.78
2 88.15 10.12 10.28 1.06 110.58 0.8
3 84.8 10.07 10.18 1.30 133.09 0.64
D
1 90.21 10.2 10.08 1.23 126.69 0.71
2 80.52 10.11 10..07 1.07 108.75 0.74
3 82.76 10.12 10.11 1.08 110.99 0.75
Keterangan :
A = 100% kayu
B = 75% kayu : 25% koran
C = 50% kayu : 50% koran
D = 25% kayu: 75% koran
Tabel 3 Daya Serap Air
Sampel Ulangan B0 (gr) B1 (2 jam) B1 (24 jam) DSA 2
jam(%)
DSA 24
jam (%)
A
1 18.86 28.05 30.84 48.73 63.52
2 18.12 27.01 29.59 49.07 63.30
3 17.78 26.77 29.57 50.56 66.31
B
1 20.32 34.97 37.23 72.09 83.22
2 19.57 32 34.79 63.52 77.77
3 21.07 32.98 35.91 56.53 70.43
C
1 21.21 34.49 35.94 62.62 69.45
2 20.49 36.3 38.52 77.16 87.99
3 21.05 35.46 37.81 68.45 79.62
D
1 25.97 49.11 50.17 89.1 93.18
2 20.7 37.82 39.65 82.71 91.55
3 21 39.9 41.68 90 98.48
Keterangan :
A = 100% kayu B0= Berat awal (gr)
B = 75% kayu : 25% koran B1= Berat akhir (gr)
C = 50% kayu : 50% koran DSA= Daya serap air (%)
D = 25% kayu: 75% koran
20
Tabel 4 Pengembangan Tebal ( Thickness Swelling)
Sampel Ulangan T0
(cm)
T1 2 jam
(cm)
T1 24 jam
(cm)
PT 2 jam
(%)
PT 24 jam
(%)
A
1 1.06 1.26 1.26 19.02 19.02
2 1.19 1.27 1.27 6.73 6.73
3 1.08 1.27 1.27 17.78 17.78
B
1 1.11 1.56 1.56 40.62 40.61
2 1.20 1.41 1.41 17.89 17.89
3 1.07 1.43 1.43 34.34 34.33
C
1 1.21 1.50 1.50 24.55 24.54
2 1.20 1.70 1.70 41.19 41.20
3 1.25 1.52 1.52 22.15 22.15
D
1 1.31 2.04 2.04 55.73 55.73
2 1.00 1.64 1.64 64.4 64.40
3 1.20 1.80 1.80 50.09 50.08
Keterangan :
A = 100% kayu T0= Tebal awal (cm)
B = 75% kayu : 25% koran T1= Tebal akhir (cm)
C = 50% kayu : 50% koran
D = 25% kayu: 75% koran
PT = Pengembangan tebal (%)
Tabel 5 Keteguhan Lentur/Modulus of Elasticity (MOE)
Sampel Ulangan b
(cm)
h
(cm)
L
(cm)
L3
(cm) m ( kgf/cm)
MOE
(kgf/cm2)
A
1 5 1 15 3375 8.9 1501.88
2 5 1 15 3375 11.44 1930.5
3 5 1 15 3375 10.79 1820.81
B
1 5 1 15 3375 7.28 1228.16
2 5 1 15 3375 7.22 1219.05
3 5 1 15 3375 8.06 1360.13
C
1 5 1 15 3375 8.55 1442.3
2 5 1 15 3375 4.60 776.41
3 5 1 15 3375 3.92 661.16
D
1 5 1 15 3375 1.46 246.2
2 5 1 15 3375 5.39 911.09
3 5 1 15 3375 4.18 706.39
Keterangan :
A = 100% kayu b= Lebar (cm)
B = 75% kayu : 25% koran h= Tebal (cm)
C = 50% kayu : 50% koran L= Jarak sangga (cm)
D = 25% kayu: 75% koran m= ∆P/∆Y
21
Tabel 6 Keteguhan Patah/Modulus of Rupture (MOR)
Sampel Ulangan b
(cm)
h
(cm)
L
(cm)
L3
(cm) Pmaks MOR
A
1 5 1 15 3375 27.36 123.13
2 5 1 15 3375 38.79 174.54
3 5 1 15 3375 36.23 163.03
B
1 5 1 15 3375 23.48 105.65
2 5 1 15 3375 21.25 95.63
3 5 1 15 3375 26.11 117.52
C
1 5 1 15 3375 29.31 131.91
2 5 1 15 3375 20.60 92.71
3 5 1 15 3375 19.61 88.23
D
1 5 1 15 3375 8.91 40.1
2 5 1 15 3375 19.70 88.65
3 5 1 15 3375 16.13 72.56
Keterangan :
A = 100% kayu b= Lebar (cm)
B = 75% kayu : 25% koran h= Tebal (cm)
C = 50% kayu : 50% koran P= Tekanan (kgf)
D = 25% kayu: 75% koran
L = Panjang bentang (cm)
Tabel 7 Keteguhan Rekat Internal/Internal Bond
Sampel Ulangan p
(cm) l (cm) A (cm2)
Pmaks
(kgf) IB
A
1 5.01 5.21 26.11 245.18 9.39
2 5.00 5.11 25.56 263.16 10.30
3 5.06 5.03 25.47 287.10 11.31
B
1 5.03 5.00 25.13 29.19 1.17
2 5.10 5.01 25.56 43.80 1.72
3 5.07 5.07 25.70 63.93 2.48
C
1 5.03 5.03 25.32 25.21 0.10
2 5.19 5.00 25.95 2.11 0.09
3 5.00 5.05 25.25 12.88 0.51
D
1 5.08 5.07 25.76 1.37 0.06
2 5.11 5.14 26.28 10.19 0.39
3 5.07 5.07 25.73 3.22 0.13
Keterangan :
A = 100% kayu P = Tekanan (kgf)
B = 75% kayu : 25% koran A = Luas Penampang (cm2)
C = 50% kayu : 50% koran IB = Internal bond(kgf/cm2)
D = 25% kayu: 75% koran l = Lebar (cm)
p = Panjang (cm)
22
Tabel 8 Kuat Pegang Sekrup
Sampel Ulangan A
(cm) P1 (kgf) P2 (kgf) Prata-rata KPS
A
1 0.8 47.87 34.91 41.39 51.73
2 0.8 57.36 78.12 67.74 84.68
3 0.8 39.55 52.27 45.91 57.38
B
1 0.8 69.76 68.14 68.95 86.19
2 0.8 78.02 74.53 76.28 95.34
3 0.8 57.42 85.08 71.25 89.06
C
1 0.8 72.47 66.77 69.62 87.02
2 0.8 60.54 58.56 59.55 74.44
3 0.8 47.09 69.25 58.17 72.71
D
1 0.8 47.87 34.91 41.39 51.73
2 0.8 57.36 78.12 67.74 84.68
3 0.8 39.55 52.27 45.91 57.38
Keterangan :
A = 100% kayu P1= Penarikan sekrup kiri (kgf)
B = 75% kayu : 25% koran P2= Penarikan sekrup kanan (kgf)
C = 50% kayu : 50% koran A= Luas penampang (cm)
D = 25% kayu: 75% koran
KPS = Kuat pegang sekrup (kgf/cm)
23
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Sumedang pada tanggal 12 Mei 1993, putri
kedua dari pasangan Bapak Nanang Sukmana dan Ibu Eti
Yuningsih. Penulis menyelesaikan jenjang pendidikan dari SDN
Tarikolot Jatinunggal-Sumedang lulus pada tahun 2005, SMPN 2
Jatinunggal lulus pada tahun 2008, SMAN Jatinunggal lulus
pada tahun 2011, kemudian diterima sebagai Mahasiswa IPB di
Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dengan
melalui jalur SMNPTN Undangan. Selama menjalani pendidikan penulis aktif di
kepanitiaan dan olahraga, diantaranya panitia Physics Expo, panitia Kompetisi
Fisika Pesta Sains Nasional. Penulis juga aktif sebagai peserta Olimpiade
Mahasiswa IPB, peserta SPIRIT Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam IPB, peserta POSF Fisika IPB.
top related