shalat tatowu
Post on 07-Dec-2014
66 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB VIII (SHALAT TATHAWWU’ )
Sebelum berbicara tentang shalat tathawwu’, perlu diketahui beberapa
hal yang terkait dengan shalat tathawwu’:
1. Hikmah shalat sunah
Hikmah shalat-shalat sunah ialah untuk menyempurnakan kekurangan
kekurangan yang terjadi pada shalat-shalat fardu, hal ini berdasarkan sabda
Rasulullah saw:
: , انظروا أعلم هو و للمالئكة ربنا يقول الصالة أعمالهم من القيامة يوم به اناس يحاسب ما أول إن
: , قال شيأ منها إنتقص كان وإن تامة له كتبت تامة كانت فإن نقصها؟ أم أتمها عبدي صالة فى
, : تأخذ ثم تطوعه من فريضة لعبدي أتموا قال تطوع له كان فإن تطوع؟ من لعبدي هل انظروا
ذلك على األعمال
”Sesungguhnya amal perbuatan manusia yang pertama kali dihisab ialah
shalat. Allah berfirman kepada para malaikat, “lihatlah shalat hamba-Ku,
apakah sempurna atau kurang?” jika sempurna maka ditulis sempurna
untuknya, dan jika ada yang kurang maka Allah berfirman,”lihatlah apakah
hamba-Ku mempunyai amalan sunah?” jika hamba tersebut mempunyai
shalat sunah, maka Allah berfirman,”sempurnakan shalat wajib hamba-Ku
dengan shalat sunahnya,” kemudian seluruh amalm perbuatan diambil
seperti itu.”(Diriwayatkan Abu Daud. Hadis ini hasan)
2. Waktu Shalat Sunah
Waktu shalat-shalat sunah ialah malam dan siang kecuali 5 waktu.
Kelima waktu tersebut dijelaskan dalam sabda Rasulullah SAW:
“Kerjakanlah shalat Subuh kemudian berhentilah dari shalat hingga matahari
terbit dan naik, karena matahari terbit diantara dua tanduk setan dan ketika
itu orang-orang kafir sujud kepada matahari. Setelah itu, kerjakanlah shalat,
karena shalat ketika itu disaksikan para malaikat hingga bayangan setinggi
tombak, kemudian berhentilah dari shalat karena pada waktu tersbut neraka
sedang dinyalakan. Jika bayang-bayang telah terlihat maka shalatlah, karena
shalat pada saat tersebut disaksikan para malaikat hingga engkau shalat
Ashar, kemudian berhentilah dari shalat hingga matahari terbenam karena
matahari terbenam diantara dua tanduk setan, dan ketika itu orang-orang
kafir sedang sujud kepadanya".
3. Tempat yang disunahkan dalam mengamalkannya.
Disunahkan pelaksanaan shalat–shalat sunah dilaksnaakan di rumah.
Hal ini berdasarkan hadist dari Rasulullah saw.:
. : المكتوبة إال بيته فى المرء صالة الصالة أفضل قال صلعم النبي أن رض ثابت ابن زيد عن
Dari Zaid bin Tsabit bahwa Nabi saw. bersabda: Shalat seseorang yang
paling utama adalah di rumahnya kecuali shalat wajib.
Macam-Macam Shalat Tathawwu’ Menurut Muhammadiyah
A. Shalat Sesudah Wudlu’
Ialah shalat sunah dua rakaat yang dilaksanakan setelah melakukan
wudhu.
. تليها التي الصالة وبين بينه ما له الله غفر إال صالة فيصلي الوضوء فيحسن مسلم رجل يتوضأ ال
”Tidaklah seorang Muslim berwudlu dan memperbaiki wudlunya kemudian
shalat, melainkan Allah mengampuni dosa-dosanya sejak saat itu hingga
shalat sesudahnya.”(Diriwayatkan Muslim).
B. Shalat Diantara Adzan dan Iqamah
Sebenarnya di dalam HPT tidak disebutkan landasan dalil shalat sunah
ini akan tetapi di dalam Fiqh Sunah terdapat dalil
في , قال ثم صالة اذانين كل بين صالة اذانين كل بين قال صلعم النبي ان مغفل بن الله عبد عن
شاء لمن الثالثة
Dari Abdullah bin Mughaffal bahwa sanya Nabi saw bersabda: antara setiap
dua azan terdapat shalat, antara setiap dua azan terdapat shalat kemudian
beliau bersabda yang ketiga kali jika ia menghendaki. (Fiqh Sunah: 116)
C. Shalat Tahiyatul Masjid
Ialah shalat sunah dua rakaat tatkala memasuki Masjid.
. : : ركعتين يصلي حتى يجلس فال المسجد أحدكم دخل إذا صلعم الله رسول قال قال قتادة أبي عن
”Abi Qatadah berkata,”Rasulullah bersabda,”Apabila seseorang masuk
Masjid, jangan duduk sebelum ia shalat 2 rakaat.”(Diriwayatkan Bukhari dan
Muslim).
Meskipun shalat tahiyatuul masjid dilaksanakan setiap kali masuk masjid
sebagai penghormatan terhadap rumah Allah, akan tetapi ada keadaan yang
membuka ruang untuk menghalangi pelaksaannya, yaitu ketika seseorang
masuk masjid sedangkan di masjid tersebut sudah diadakan shalat
berjamaah, maka orang tersebut dilarang melaksanakan shalat tahiyatul
masjid. Hal ini berdasarkan hadist Nabi saw.:
صالة فال الصالة أقيمت المكتوبة إذا إال
Kemudian bagaimana jika kita melaksanakan shalat tahiyatul Masjid di
Mushalla? Menurut definisi Mushalla yang berkembang di masyarakat, bahwa
Mushalla adalah tempat ibadah umat Islam untuk melaksanakan shalat
berjama’ah tetapi tidak diadakan shalat Jum’at.
Menurut definisi di atas, maka jelaslah perbedaan antara masjid dan
Mushalla yaitu diadakan atau tidak diadakannya shalat Jum’at. Namun
Mushlla masih ada persamaan yang sangat dominan diantara keduanya
yaitu sebagai tempat melaksanakan ibadah shalat berjama’ah. Jadi, shalat
Tahiyatul Masjid sah dilakukan di Mushalla.
D. Shalat Rawatib
Ialah shalat-shalat sunah qabliyah dan ba’diyah pada shalat-shalat
wajib, yaitu dua rakaat sebelum Subuh, dua atau empat rakaat sebeum dan
sesudah shalat Dhuhur, dua rakaat sebelum shalat Ashar, dua rakaat
sebelum dan sesudah shalat Maghrib serta dua rakaat sesudah shalat Isya’.
: الظهر بعد وركعتين الظهر قبل ركعتين صلعم الله رسول من حفظت قال عمر ابن الله عبد
المغرب بعد . وركعتين الغداة قبل وركعتين العشاء بعد وركعتين
“Hadis Abdullah bin Umar yang berkata:” Yang aku ingat dari Rasulullah
ialah 2 rakaat sebelum Dhuhur, 2 rakaat sesudah Dhuhur, 2 rakaat sesudah
Maghrib, 2 rakaat sebelum Subuh”. (Diriwayatkan Bukhari, Muslim dan
lainnya).
: : بعدها وأربعا الظهر قبل ركعات أربعة صلى من يقول صلعم الله رسول سمعت قال حبيبة أم
على الله النار. حرمه
“Hadis Ummu Habibah yang berkata, ”Aku mendengar Rasulullah
bersabda,”barangsiapa shalat 4 rakaat sebelum Dhuhur dan 4 rakaat
sesudahnya, Allah mengharamkannya dari api neraka”.
Dan diriwatkan oleh Tirmidzi dengan dishahihkannya dan oleh Nasa’i
dengan sebutan:
. , الفجر صالة قبل وركعتين العشاء بعد وركعتين المغرب بعد وركعتين وبعده الظهر قبل أربع
“Empat rakaat sebelum Dhuhur serta 2 rakaat sesudahnya, 2 rakaat sesudah
Maghrib, 2 rakaat sesudah Isya’dan 2 rakaat sebelum shalat Fajar.”
. : العشاء بعد ركعتين بدل العصر قبل ركعتين النسائي قال
Berkata Nasa’i, ” Dua rakaat sebelum Ashar pengganti dua rakaat
sesudah Isya’.”
: قبل الشمس غروب بعد ركعتين صلعم الله رسول عهد على نصلي كنا قال رض مالك ابن أنس
: : . ولم يأمرنا فلم نصليهما يرانا كان قال صالهما؟ صلعم الله رسول أكان له فقلت المغرب صالة
ينهنا .
“Hadis Anas bin Malik r.a. yang berkata: ”pada masa hidup Nabi kami
kerjakan 2 rakaat sesudah matahari terbenam sebelum shalat Maghrib. Aku
tegur dia: ”adakah Rasulullah sendiri mengerjakan itu?. ”jawabnya.” Beliau
melihat kami mengerjakan 2 rakaat itu, tetapi tidak menyuruh kami ataupun
melarang kami.”(Diriwayatkan Muslim).
Untuk shalat sunah Subuh hukumnya sunah muakkad seperti halnya
shalat witir, sebab shalat sunah Subuh adalah pembuka shalat seorang
Muslim disiang hari, sedangkan shalat Witir adalah penutup shalat dimalam
hari. Rasullah menegaskan shalat sunah Subuh ini dengan perbuatan-
perbuatannya sebab beliau selalu mengerjakannya dan tidak pernah
meninggalkannya serta menganjurkan dengan sabda-sabdanya.
. فيها وما الدنيا من خير الفجر ركعتا
”Dua rakaat shalat sunah Subuh itu lebih baik daripada dunia dan
seisinya.”(Diriwayatkan Muslim).
الخيل طردتكم وإن الفجر ركعتي تدعوا ال
”Janganlah kalian meninggalkan dua rakaat shalat sunah Subuh kendati
kalian dibawa lari oleh kuda.”(Diriwayatkan Ahmad dan Abu Daud).
Karena Rasulullah dan para Sahabat pernah tidur di salah satu perang
dan baru bangun ketika Matahari telah terbit. Kemudian mereka pindah
sedikit dari lokasi mereka, dan Rasulullah memerintahkan Bilal untuk
mengumandangkan adzan kemudian beliau mengerjakan shalat sunah
Subuh dan shalat Subuh (HR. Bukari).
Waktu shalat sunah Subuh adalah antara terbitnya fajar dengan shalat
Subuh. Mengenai sifat shalat sunah Subuh adalah dua rakaat ringan
: : بأم فيهما قرأ هل أقول إني حتى فيخفف الفجر ركعتي يصلي الله رسول كان قالت عائشة عن
القرأن؟
”Rasulullah mengerjakan 2 rakaat fajar itu singkat sekali, sehingga aku
berkata dalam hati apakah beliau sudah membaca fatihah dalam kedua
rakaat itu?.”(Diriwayatkan Muslim).
Pada rakaat pertama setelah al-Fatihah seoraang Muslim disunahkan
membaca surat al-Kafirun dan pada rakaat yang kedua setelah al-Fatihah
disunahkan membaca surat al-Ikhlas.
: الكافرون ياأيها قل الفجر قبل الركعتين فى يقرأ فكان شهرا صلعم النبي رفقت قال عمر ابن عن
. أحد الله هو وقل
”Ibnu Umar berkata,”Aku mengikuti Nabi sebulan lamanya, maka beliau
dalam shalatnya dua rakaat sebelum fajar membaca surat qulyaa ayyuhal
kafiruun dan surat qulhu walla-hu ahad”(Diriwayatkan Muslim).
Riwayat lain menyebutkan pada rakaat pertama setelah al-Fatihah
membaca qu-lu-a-manna billa-hi wa ma-unzila ilaina dan pada rakaat kedua
setelah al-Fatihah membaca-ahlal kita-bi ta’a-lau ila-kalimatin sawa-in bai
nana-wa bainakum.
: أنزل وما بالله أمنا قولوا الفجر الركعتي في يقرأ صلعم الله رسول كان قال رض هريرة أبي عن
- - : - األية- وبينكم بيننا سواء كلمة إلى تعالو الكتاب ياأهل عمران ألي في والتي األية إلينا
”Abu Hurairah berkata,”Rasulullah adakalnya membaca dalam shalat
fajar,”qu-lu-a-manna billa-hi wa ma-unzila ilaina-.....dan juga membaca ayat
dalam surat ali imran, ya-ahlal kit-bi ta’a-lau ila-kalimatin sawa-in bai nana-
wa bainakum...(Diriwayatkan Muslim, Abu Dawud dan Nasa’i).
E. Shalat Lail (Malam)
1. Pengertian
Shalat Lail disebut juga shalat Tahajjud. Jika terdapat kalimat
“hajadarrajulu” maka artinya ada seorang yang tidur di waktu malam.
Namun jika ada kalimat “hajjadarrajulu” maka artinya orang tersebut shalat
di waktu malam. Sedangkan istilah orang yang bertahajjud itu bermakna
bagi orang yang bangun tidur untuk mengerjakan shalat.
2. Hukum shalat lail
Shalat Lail atau Tahajjud merupakan ibadah yang sangat dianjurkan
(sunah muakkad). Daiantara dalil-dalil yang terkait dengan shalat Lail, firman
Allah swt.
: الفرقان ) وقياما سج�دا �هم لرب يبيتون (64والذين
“Dan orang-orang yang bersujud dan berdiri untuk tuhan mereka pada
waktu malam”.
Ketika Allah menyebutkan ciri-ciri orang yang bertaqwa Allah berfirman:
: الداريات ) يستغفرون هم وباألسحار يهجعون ما اليل من قليال (.17-18كانو
“Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam, dan pada waktu sahur
mereka meminta ampun”.
Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang lain. Diantaranya: As-Sajdah: 16-
17, ali-Imran: 113, az-Zumar: 9, al-Muzzammil: 1-4, al-Isra’: 79, al-Insan:
23,26, Qaf: 40, at-Thur: 49.
Nabi saw. bersabda:
: : وسل�م عليه الله صلي� الله رسول قال قال عنه الله رضي هريرة أبي بعد عن الصيام أفضل
.) مسلم ) رواه اليل صالة الفريضة بعد الصالة وأفضل م المحر� الله شهر رمضان
“ Puasa yang paling utama setelah Ramadlan adalah puasa Muharram dan
shalat yang paling utama setelah shalat fardhu shalat Lail (malam)”.
(HR. Muslim).
3. Waktu shalat lail
Waktu yang paling utama untuk shalat Lail adalah sepertiga malam
terakhir. Melakukan shalat Malam di awal, dan di tengah malam juga boleh,
berdasarkan hadis yang diriwayatkan dari Anas:
ان التشـاء وكان اليفطر ان نظن حتي الشهر من يفطر وسل�م عليـه الله صلـي� الله رسول كان
رأيـته إال مصليا اليل من (. .تراه البخاري) رواه
“Adalah Rasulullah saw. pada suatu bulan Nabi tidak berpuasa sampai-
sampai kami mengira bahwa beliau tidak berpuasa sama sekali pada bulan
itu. Namun pada saat yang lain, beliau berpuasa sehingga kamu mengira
bahwa beliau berpuasa terus. Bila kau ingin melihat beliau dalam keadaan
tidur pasti kau bisa melihatnya”. (HR. Bukhari)
Hadis tersebut menunjukkan adanya kemudahan mengenai waktu
pelaksanaan shalat Malam. Karena itu kapan saja kita bisa bangun tidur
malam, saat itulah kita bisa mengerjakan shalat Malam. Namun waktu yang
paling utama adalah di sepertiga malam terakhir. Karena adanya hadis dari
Amr bin Abasah bahwa dia pernah mendengar Nabi saw. bersabda:
تلك في الله يذكر مم�ن تكون ان ستطعت ا فإن اآلخر اليل جوف في العبد من الرب� مايكون أقرب
فكن (. االساعة والنسائي) وابوداود الترمذي رواه
“Saat Allah berada paling dekat dengan seorang hamba adalah pada tengah
malam terakhir. Maka jika kau mampu menjadi orang yang mengingat Allah
pada waktu itu maka lakukanlah”. (HR. Tuirmidzi, Abu Dawud, dan Nasai.
Disahihkan oleh Al Bani dalam sahih sunan Tirmidzi).
Hadis di atas diperjelas oleh hadis Jabir, katanya “aku pernah
mendengar Rasulullah saw. bersabda:
�اه إي أعطاه إال واآلخرة الدنيا أمر من خيرا الله يسال مسلم عبد اليوافقها لساعة اليل في وذلك إن�
. ليلة (. كل� مسلم) رواه
“Sungguh dalam waktu malam terdapat suatu waktu, dimana bila
seorang hamba muslim meminta kebaikan dunia dan akhirat kepada Allah
swt. Pada waktu tersebut, pasti Allah akan kabulkan dan itu terjadi disetiap
malam”.(HR. Muslim).
Menurut Syafi’iyyah: shalat Lail tidak disunahkan berjamaah.
shalat Lail sunahnya salam disetiap dua rakaat. Dengan berdasarkan hadis
Ibnu Umar,bahwa Nabi bersabda:
“Shalat Lail itu dua rakaat-dua rakaat. Jika engkau melihat bahwa subuh
akan segera tiba, maka witirlah satu rakaat.” ( HR. Bukhari dan Muslim).
Tapi boleh menggabungkan beberapa rakaat dengan satu salam. (Lihat
al-Fiqhul Islami. Jild. 2, hal.1076-1077).
Menurut Hanafiyyah: jumlah rakaatnya adalah dua rakaat sampai
dengan delapan rakaat. Dianjurkan menghidupkan malam-malam iedain
(Dua Hari Raya), malam 10 hari terakhir pada bulan Ramadhan untuk
menghidupkan Lailatul Qadar, malam 10 Dzulhijjah, dan malam Nisfu
Sya’ban. Didasarkan pada hadis-hadis yang sahih yang menetapkannya. (al-
Fiqhul Islami, jild. 2, hal. 1063).
Menurut Hanabalah: jumlah rakaat shalat Lail Nabi saw. ada perbedaan
pendapat. Di dalam hadis Zaid bin Khalid dan Ibnu Abbas disebutkan tiga
belas rakaat termasuk dengan witirnya tiga rakaat, (keduanya diriwayatkan
oleh Muslim). Dalam hadis Aisyah disebutkan sebelas rakaat termasuk Witir
tiga rakaat, (Bukhari dan Muslim).
Ibnu Qudamah al-Hanbali berkata: dimungkinkan pada suatu malam
Nabi shalat tiga belas rakaat, dan pada malam yang lain shalat sebelas
rakaat. (al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu jild. 2, hal. 1095).
4. Jumlah rakaat
Dalam HPT (himpunan Putusan Tarjih) cetakan ke 3 telah dimuat
keputusan Muktamar Tarjih di Wiradesa th. 1932 / 1972. Dalam Muktamar
diputuskan tentang shalat Lail berdsarkan dalil-dalil yang lebih luas. Shalat
Lail dapat dilakukan empat-empat rakaat lalu tiga rakaat Witir. Dapa juga
dilakukan dengan dua-dua rakaat lalu tiga rakaat yang semuanya berjumlah
sebelas rakaat.
Dasar melakukan shalat Malam empat-empat rakaat adalah hadis Nabi
riwayat Bukhari dan Muslim dari Aisyah.
: ماكان قالت وسل�م عليه الله صلي� الله رسول صالة عن سئلت حين عنها الله رضي عائشة عن
وسل�م علـيه الله صلي� الله , يزيد رسول يصل�ي ركعة عشرة إحدي علي غيره في وال رمضان في
ثالثا يصل�ي ثم� وطولهن� حسنهن� عن فالتسأل أربعا يصل�ي ثم� وطولهن� حسنهن� عن فالتسأل أربعا
.) مسلم) و البخاري رواه
“Dari Aisyah ra. Diriwayatkan bahwa ketika ditanya tentang shalat Nabi di
bulan Ramadlan Aisyah berkata: pada bulan Ramadlan maupun yang
lainnya, Nabi tidak pernah melakukan shalat lebih dari sebelas rakaat. Nabi
saw. kerjakan empat rakaat, jangan engkau tanyakan tentang elok dan
lamanya, kemudian Nabi kerjakan lagi empat rakaat dan jangan engkau
tanyakan tentang elok dan lamanya. Lalu Nabi kerjakan shalat tiga rakaat”.
(HR. Bukhari dan Muslim).
Bolehnya melakukan shalat Malam dua-dua rakaat kemudian Witir
didasarkan pada hadis riwayat Jamaah dari Ibnu Umar.
! : : عليه الله صلي� الله رسول فقال اليل؟ صالة كيف الله رسول يا فقال رجل قام قال عمر ابن عن
.) الجماعة: ) رواه بواحدة ¤ر فأو¥ت الصبح خفت§ فإن مثنى اليل صالة وسل�م
Dari Ibnu Umar diriwayatkan bahwa seorang laki-laki berdiri dan
bertanya: “Hai Rasulullah! Bagaimana cara melakukan shalat Malam?
Rasulullah saw. menjawab: shalat Malam itu dua rakaat-dua rakaat. Jika
engkau khawatir akan terkejar shubuh, hendaknya engkau kerjakan Witir
satu rakaat”. (HR. Jamaah dari Ibnu Umar).
Jika hendak mengerjakan shalat Lail dengan cara yang lain, maka yang
sebelas rakaat itu boleh dikerjakan dengan enam rakaat atau delapan rakaat
dengan sekali salam. (HPT cetakan ke 3, Hal. 343).
Dalilnya hadis Abdullah bin Abu Qais.
: : وثالث بأربع يوتر كان قالت يوتر؟ رسول كان بكم لعائشة قلت قال قيس أبي بن الله عبد لحديث
. . وعشرة ثالث من بأكثر وال سبع من بأنقص يوتر يكن ولم وثالث وعشر وثالث وثمان وثالث ست� و
.) أبوداود) رواه
Beralasan hadis Abdullah bin Abu Qais, ia brekata:” Aku pernah bertanya
pada Aisyah, berapa rakaat Rasulullah saw. shalat Witir?[1] Ia menjawab: Ia
kerjakan Witir empat lalu tiga, atau enam lalu tiga, atau delapan lalu tiga
atau ,sepuluh lalu tiga. Ia tak pernah berwitir kurang dari tujuh rakaat dan
tak lebih dari tiga belas.” (Riwayat Abu Dawud).
Dan juga hadis Abu Salamah.
: : ثم ركعات ثماني يصل�ي كان فقالت لله رسول صالة عن عائشة سألت قال سلمة أبي لحديث
يص�لي ثم يركع ثم قام يركع ان أراد إذا جالس وهو ركعتين يص�لي واإلقامة يوترثم النداء بين ركعتين
) ( . مسلم رواه الصبح صالة من
Beralasan hadis Abu Salamah yang mengatakan: “pernah aku bertanya pada
Aisyah tentang shalat Rasulullah saw., maka ia menjawab: Ia kerjakan tiga
belas rakaat. Ia shalat delapan rakaat kemudian shalat Witir lalu shalat dua
rakaat sambil duduk. Kalau ia hendak rukuk ia bangkit lalu rukuk. Kemudian
dari pada itu ia shalat dua rakaat antara adzan dan iqamah pada shalat
Subuh.” (Riwayat Muslim).
Diterangkan dalam riwayat Abu Dawud dari Qatadah katanya: “Nabi
shalat delapan rakaat dengan tidak duduk (tahiyat) kecuali pada rakaat yang
kedelapan. Dalam duduk itu ia membaca dzikir dan doa kemudian membaca
salam dengan salam yang terdengar sampai kepada kami; lalu shalat dua
rakaat sambil duduk setelah ia baca salam. Kemudian ia shalat lagi satu
rakaat. Itulah sebelas rakaat semuanya, hai anakku .” (HPT hal. 353).
Sebelum shalat Malam disunahkan shalat Iftitah (pembukaan) dua
rakaat. Hal ini berdasarkan dalil hadis Nabi saw. riwayat Muslim dan Ahmad
dari Aisyah dari Abu Hurairah.
: : وسل�م عليه الله صلي� الله رسول قال قال هريرة أبي صالته عن فالفتتح اليل من أحدكم قام إذا
. خفيفتين ( بركعتين أبوداود) و أحمد و مسلم رواه
“Dari Abu Hurairah diterangkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: jika
salah satu di antara kamu melakukan shalat Malam, hendaklah ia
mengerjakan shalat pendahuluan dengan shalat dua rakaat yang
singkat”. (HR. Muslim dan Abu Dawud).
Riwayat Muslim dari Ahmad dari Aisyah berbunyi:
: بركعتين صالته افتتح اليل من قام إذا وسل�م عليه الله صلي� الله رسول كان قالت ئشة عا عن
(. .خفيفتين وأحمد) مسلم رواه
“Dari Aisyah ra. Berkata, adalah Rasulullah saw. apabila bangun di
waktu malam untuk shalat, ia memulai shalatnya dengan dua rakaat
ringan”. (HR. Muslim dan Ahmad).
Sifat shalat Iftitah sama dengan shalat Sunah yang lain. Yang berbeda
hanya bacaan Iftitahnya dan tanpa membaca surat sesudah al-Fatihah.
Karena itulah ia disebut dengan dua rakaat yang ringan.
Adapun bacaan Iftitahnya adalah:
.) (. فىاألوسط الطبراني اخرجه والع§ظمة¤ ®رياء¤ والك¤ب و®ت¤ §ر¥ والجب والملكوت¤¤ الملك¤ ذى بحان س¥
. والع§ظمة¤ ®رياء¤ والك¤ب و®ت¤ §ر¥ والجب ة¤ والعز� والملكوت¤ الملك¤ ذى بحان س¥
Bacaan di atas berdasrkan hadis Hudzaifah bin Yaman.
. : يساره عن فقمت فأتيته يصلي� وقام فتضأ ليلة ذات النبي� اتيت قال اليمن ابن حذيفة لحديث
( ... الزوائد فىمجموع وقال فىاألوسط الطبراني اخرجه ذىالملك سبحان فقال يمينه عن فاقامني
.) موثقون رجاله
“Karena hadis Abu Hudzaifah bin Yaman yang mengatakan: “Aku pernah
mendatangi Nabi pada suatu malam, ia mengambil air wudhu kemudian
shalat, lalu aku hampiri kesebelah kirinya, lalu aku ditempatkan di sebelah
kanannya. Ia membaca: “subhana dzilmulki…dst.”.” (Riwayat Tabrani,
tersebut dalam kitab Ausath dengan mengatakan bahwa perawinya adalah
orang-orang yang terpercaya).
5. Shalat witir
Shalat Witir hukumnya sunah muakkad. Shalat Witir sebenarnya
termasuk shalat Malam, seperti yang terdapat di dalam cacatan kaki HPT
hal. 341 bahwa shalat Lail disebut juga shalat Tahajjud, Witir,Qiyamullail,
Qiyamu Ramadlan. Namun tepatnya adalah merupakan penutup shalat
Malam.
Menurut Hanabalah: makruh meninggalkannya.
Imam Ahmad berkata: orang yang meninggalkan shalat Witir secara
sengaja, tidak sepantasnya persaksiannya diterima.
Jumlah rakaat minimalnya adalah satu rakaat. Dalam HPT disebutkan
bahwa setelah selesai shalat Malam engkau kerjakan shalat Witir satu
rakaat, atau tiga rakaat, atau lima rakaat, atau tujuh rakaat dengan duduk
pada penghabisannya. Atau tujuh rakaat, atau sembilan rakaat dengan
duduk tasyahud awal pada rakaat keenam dan kedelapan lalu salam pada
rakaat terakhir (ketujuh dan ke sembilan).
Dalil untuk Witir satu rakaat atau tiga rakaat.
“Karena hadis Aisyah istri Nabi saw. ia berkata: “Adapun Rasulullah saw.
mengerjakn shalat pada waktu antara ia selesai shalat Isya’-yaitu yang orang
namakan ‘atamah-hingga fajar sebelas rakaat dengan membaca salam
antara dua rakaat lalu shalat Witir satu rakaat. Kemudian apabila muadzin
telah selesai seruan subuhnya, dan terlihat olehnya akan fajar dan Bilal
menghampirinya, ia lalu shalat dua rakaat singkat-singkat kemudian
berbaring pada lambung kanan sampai muadzin datang kepadanya untuk
seruan iqamah.” (Riwayat Bukhari dan Muslim). (HPT hal. 353)
Dalil shalat Witir dengan lima rakaat atau tujuh rakaat dengan satu
salam.
“Karena hadis Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Nabi saw. pernah
berkata: “Jangan mengerjakan Witir tiga rakaat seperti shalat Maghrib
(dengan tahiyat awal). Hendaklah kamu kerjakan lima atau tujuh
rakaat.” (Riwayat Daruqutni , Ibnu Hibban dan Hatim dengan kata-kata yang
berbeda. Kata al-Iraqi: Sanadnya sahih). (HPT. hal. 355)
Dalil untuk Witir tujuh rakaat dengan duduk tasyahud awal pada rakaat
keenam dan salam pada rakaat terakhir.
“Karena hadis Sa’d bin Hisyam: Maka setelah ia bertambah berat
badannya karena usia lanjut ia kerjakan Witir tujuh rakaat dengan hanya
duduk antara yang keenam dan ketujuh untuk hanya membaca salam pada
rakaat yang ketujuh.” (HPT. hal. 355)
Dalil shalat Witir sembilan rakaat dengan tasyahud awal pada rakaat
kedelapan dan salam pada rakaat terakhir.
“Karena hadis Aisyah yang menceritakan bahwa ia pernah ditanaya
tentang shalat Rasulullah di tengah malam lalu ia mengatakan: “ia kerjakan
shalat Isya’ dengan berjamaah kemudian ia kembali kepada keluarganya,
lalu shalat empat rakaat kemudian ia pergi keperaduannya lalu tidur, di arah
kepalanya terletak tempat air wudhu yang ditutupi dan sikat gigi, sampai ia
dibangunkan Allah saat ia dibangunkan pada tengah malam, ia lalu
menggosok giginya dan berwudhu dengan wudhu yang sempurna kemudian
pergi ke tempat shalat lalu ia shalat delapan rakaat. Dalam rakaat-rakaat itu
ia membaca Fatihah dan surat al-Quran dan ayat-ayat lainnya. Ia tidak
duduk (untuk tahiyat awal) selama itu kecuali pada rakaat kedelapan dan
tidak menutup dengan salam. Pada rakaat kesembilan ia membaca seperti
sebelumnya lalu duduk tahiyat akhir membaca doa dengan macam-macam
doa dan mohon kepada Allah serta menyatkan keinginan-keinginannya
kemudian ia membaca salam sekali dengan suara keras yang hampir
membangunkan seluruh isi rumah karena nyaringnya. Kemudian ia shalat
sambil duduk dengan membaca Fatihah dan rukuk sambil duduk lalu ia
kerjakan rakaat kedua seerta rukuk dan sujud sambil duduk kemudian
membaca doa sepuas hatimya dan akhirnya menutup dengan salam dan lalu
bangkit pergi. Demikianlah selalu shalat Rasulullah saw. Sampai akhirnya
bertambah berat badannya. Maka lalu yang sembilan rakaat itu dikurangi
dua sehinga menjadi enam dan tujuh[2] ditambah dua rakaat yang
dikerjakan sambil duduk. Demikianlah dikerjakan sampai Nabi wafat. (HR.
Abu Daud).(HPT. hal. 349).
Waktu akhir shalat Witir adalah terbitnya fajar. Karena ada hadis yang
diriwayatkan Abu Dawud dan Nasa’i yang disahihkan oleh Abu Awanah dan
yang lainnya dari jalur Sulaiman bin Musa, dari Nafi’ bercerita kepada
Sulaiman bahwa Ibnu Umar pernah berkata: “barang siapa yang
melaksanakan shalat Malam hendaklah ia menjadikan Witir sebagai
akhirnya. Sebab Rasulullah saw. telah memerintahkan demikian. Apabila
fajar telah terbit, maka habislah waktu shalat Malam dan Witir.”(Terj. Fathul
Bari jild. 5, hal. 262-263).
6. Berdiri lama
Dalam melaksanakan shalat Lail, yang utama adalah berdiri lama. Hal
ini didasarkan pada hadis Nabi saw. yang diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim,
Ibnu majah dan Tirmidzi dari Jabir.
( . : وابن ومسلم أحمد رواه القنوت طول الصالة أفضل قال وسل�م عليه الله صلي� النبي أن� جابر عن
.) وصح�حه والترمذى ماجه
“Dari Jabir ra. Bahwa Nabi saw. berkata: Shalat yang paling utama
adalah yang lama qunutnya.”
Adapun maksud dari tuulul qunut hadis diatas tuulul qiyam[3] (berdiri
lama), karena banyaknya bacaan itu dapat menyebabkan lama berdiri.
Sedangkan arti qunut diartikan dengan arti khusus yang berdiri lama
ketika I’tidal dan membaca doa “Allahumma fiman hadait, dan seterusnya
diwaktu shalat Subuh, hukumnya diperselisihkan ulama. Dan Lajnah Tarjih
memilih untuk tidak melakukannya, karena dalilnya tidak kuat. Yang ada
tuntunannya adalah qunut NAZILAH yakni dilakukan setiap shalat selama
satu bulan dikala kaum Muslimin mengalami penganiayaan dari orang-orang
kafir.
7. Doa pada shalat lail
Majlis Tarjih telah memberikan tuntunan dalam buku HPT halaman 341-
343. Di sana disebutkan bahwa doa tersebut dibaca setelah selesai witir,
tidak dibaca setiap selesai salam pada shalat Malam. Bacaan doanya adalah:
القد�وس الملك سبحان
“Maha suci Tuhan Yang Maha merajai dan Maha suci.”
Doa ini dibaca tiga kali dan pada ketiga kalinya dibaca dengan suara
nyaring dan panjang. Setelah selesai membaca doa ini, dilanjutkan dengan
doa:
والروح ئكة المال رب�
”Yang menguasai Malaikat dan Jibril.”
Doa-doa tersebut dibaca sambil duduk.
Tuntunan Majlis Tarjih tentang doa-doa ini didasarkan pada hadis Nabi
saw. dari Ubai bin Ka’ab.
: االعلي �ك رب اسم �ح بسب الوتر في يقرأ وسل�م عليه الله صلي� الله رسول كان قال كعب بن أبي عن
صوته يمد� مرات ثالث القد�وس الملك سبحان قال سل�م فإذا أحد الله هو وقل الكفرون ياأيها وقل
والروح ئكة المال رب ويقول ويرفعه الثالث والنسائي) في أبوداود رواه
والدارقطنى(.
“Dari Ubai bin Ka’ab berkata:”Rasulullah saw. pada shalat Witir membaca
“sabbihisma rabbikil a’la, dan qulya ayyuhal kafirun, dan qulhuwAllahu
ahad”. Lalu jika ia telah membaca salam ia membaca “Subhanal malikil
quddus” tiga kali dengan memanjangkan dan mengeraskan suaranya pada
yang ketiga kalinya. Kemudian membaca “rabbil malaikati warruh.”(HR. Abu
Dawud, Nasa’i dan Daruqutni).
F. Shalat Dhuha
Shalat Dhuha hukumnya sunah. Ada banyak hadis yang menjelaskan
tentang keutamaan. (Lihat Fiqhus Sunah jild. 2, hal. 154).
Dalam kitab HPT hasil putusan Muktamar Tarjih Wiradesa dimuat
tentang tuntunan shalat Tathawwu’termasuk shalat Dhuha. Bunyi teksnya
adalah: hendaklah engkau kerjakan shalat Dhuha pada waktu matahari
meninngi dua rakaat, atau empat rakaat, atau delapan rakaat singkat-
singkat dengan salam pada tiap-tiap dua rakaat.
Dalilnya adalah:
: : شهر كل� من �ام أي ثالثة بصيام بثالث وسل�م عليه الله صلي� خليلي أوصانى قال هريرة أبى لحديث
.) ( . مسلم رواه ارقد أن قبل ¤ر ¥وت ا وأن الضحى وركعتي
“Karena hadis Abu Hurairah yang mengatakan: Rasulullah saw.
Menganjurkan padaku tiga perkara yaitu: puasa tiga hari tiap bulan, dua
rakaat Dhuha, dan agar aku kerjakan shalat witir sebelum tidur.” (Riwayat
Muslim).
صالةالضحى؟ يصلى وسل�م عليه الله صلي� الله رسول كان كم عائشة سألت �ها أن معاذة لحديث
.) ( . مسلم: رواه ماشاء ويزيد ركعات أربع قالت
“Beralasan hadis Mu’adz yang menceritakan, bahwa ia pernah bertanya
kepada Aisya: “berapa rakaat Rasulullah saw. Mengerjakan Dhuha?” Ia
menjawab: “empat rakaat dan adalanya ia menambah
sesukanya.”(Riwayat Muslim).
النهار ارتفع بعدما اتى وسل�م عليه الله صلي� الله رسول أن� أخبرت طالب أبي بنت هانئ أم� لحديث
.) ( . مسلم رواه ركعات ثماني فركع قام ثم� فاغتسل عليه فستر بثوب ¥تي فأ الفتح يوم
“Karena hadis Ummi Hanik putri Abu Thalib yang menceritakan bahwa
Rasulullah saw. Pada hari penaklukan kota mekah datang menjelang waktu
matahari tinggi dan dibawakan sehelai kain untuk dibuat tabir baginya, lalu
beliau mandi kemudian shalat delapan rakaat.” (Riwayat Muslim).
الضحى ®حة ب س¥ صل�ى الفتح يوم¥ وسل�م عليه الله صلي� الله رسول أن� طالب أبي بنت هانئ أم� لحديث
.) ( . أبوداود رواه ركعتين كل من يسل�م ركعات ثماني
“Karena hadis Ummi Hanik putri Abu Thalib yang menceritakan bahwa
Rasulullah saw. Pada hari penaklukan kota mekah mengerjakan shalat
Dhuha delapan rakaat dengan salam tiap dua rakaat.” (Riwayat Abu
Daud).
Waktu shalat Dhuha adalah sejak matahari terbit setinggi tombak dan
berakhir ketika matahari tergelincir. Namun waktu yang dianjurkan untuk
melaksanakan shalat Dhuha ketika matahari agak tinggi dan matahari terasa
panas. Di dalam kitab al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu: 2, hal. 1062 disebutkan
bahwa setelah seperempat siang.
Karena berdasarkan hadis dari Zaid bin Arqam.
: : إذا األو�ابين صالة فقال الضحي يصل�ون وهم قباء أهل علي النبي� خرج قال أرقم بن زيد عن
الضحي من الفصال (. رمضت® الترمذى) و مسلم و أحمد رواه
“Dari Zaid bin Arqam ra. Berkata: Nabi saw. Keluar menuju penduduk Qiba’
dan mereka sedang shalat Dhuha, lalu berkata: shalat Awwabin (orang-orang
yang kembali kepada Allah) itu apabila anak unta merasa kepanasan karena
waktu Dhuha.” (HR. Ahmad, Muslim dan Tirmidzi).
Ini menunjukkan bahwa waktu shalat Dhuha itu ketika mataahari terasa
panas.
Jumlah Rakaat minimal menurut Muhammadiyah adalah dua rakaat dan
maksimal delapan rakaat berdasarkan hadis di atas. Namun ada perbedaan
pendapat mengenai batas maksimal rakaatnya. Dalam Fiqhus
Sunah disebutkan bahwa pendapat yang mengatakan batas maksimal
delapan rakaat ditetapkan berdasarkan perbuatan Rasul saw. Sedangkan
yang berpendapat dua belas rakaat ditetapkan berdasarkan qaulnya saw.
(perkataan).
Dalil pendapat yang mengatakan dua bealas rakaat dari Anas.
قصرا له الله بنى ركعة عشرة إثنتي الضحي صل�ي من وسل�م عليه الله صلي� النبي� قال أنس عن
. �ة الجن (. في ماجه) وابن الترمذى رواه
“Dari Anas, Nabi saw bersabda: barang siapa shalat Dhuha dua belas rakaat,
Allah membuatkan baginya istana di Surga.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu
Majah).
Ada yang berpendapat bahwa tidak ada batasan maksimal tentang
jumlah rakaat shalat Dhuha. Diantara mereka adalah Abu Jakfar at-Thabari,
dikuatkan oleh al-Halimi dan ar-Ruwayani dari kalangan Syafi’iyah.
Dalam kitab syarah at-Tirmidzi, al-Iraqi berkata: saya belum
meriwayatkan satupun dari kalangan sahabat dan tabi’in yang membatasi
shalat Dhuha dua rakaat. Begitu pula pendapat Imam Suyuti.
Menurut Syafi’iyyah: jumlah minimal rakaat shalat Dhuha dua rakaat
dan maksimal dua belas rakaat. Dengan berdasarkan hadis riwayat Muslim.
(al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu jild. 2, hal. 1078).
Menurut Hanafiyah: rakaat minimal sama dengan Syafi’iyyah. Tapi
maksimalnya berbeda yaitu delapan rakaat. Menurut pendapatnya yang
benar, shalat Dhuha 4 rakaat sampai dengan delapan rakaat. Karena hadis
Aisyah bahwa ”Rasul saw. Shalat Dhuha empat rakaat. Beliau tidak
memisahkan diantaranya dengan ucapan.”(HR. Abu Ya’la). Dan riwayat
Muslim; “ Rasulullah saw. Shalat Dhuha empat rakaat, ia menambah apa
yang dikehendaki Allah swt.”. Juga hadis sahihain dari Abu Hurairah; “dan
dua rakaat Dhuha”.
Sebagian Hanabalah berpendapat tidak dianjurkan melakukan shalat
Dhuha terus-menerus, karena Nabi saw. Melakukannya tidak terus-menerus.
Berdasarkan hadis Aisyah: “Aku sama sekali tidak melihat Nabi saw. Shalat
Dhuha.” (Muttafaqun Alaih). Sebagian yang lain juga berpendapat bahwa
dianjurkan melakukannya terus-menerus, karena Nabi mewasiatkan kepada
sahabatnya, dan berkata: “barang siapa yang menjaga shalat Dhuha yang
genap, maka diampuni dosa-dosanya sekalipun seperti buih di lautan.” Imam
Tirmdzi berkata; kami tidak mengetahui hadis ini kecuali dari hadis Nuhas
bin Quhm. Juga karena amal yang paling dicintai Allah swt. Adalah yang
terus-menerus dilakukan. (al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu jild. 2, hal. 1093)
G. Shalat Safar (Bepergian).
Dalam kitab HPT hal. 341 pada bagian shalat safar disebutkan bahwa
disunahkan bagi orang yang hendak bepergian untuk mengerjakan shalat
dua rakaat. Begitu pula setelah kembali dari bepergian shalat dua rakaatdi
Masjid sebelum duduk.
Shalat dua rakaat di Masjid setelah pulang dari perjalanan adalah
keputusan Ijma’.(Bid’ah-Bid’ah Yang Dianggap Sunah hal. 140). Nabi saw.
Bersabda:
: : فقال وسل�م عليه الله صلي� الله رسول إلى رجل جاء قال عنه الله رضي مسعود ابن لحديث
. ركعتن صل� قم وسل�م عليه الله صلي� فقال تجارة فى البحرين إلى اخرج أن �ي إن الله يارسول
) �قون) م¥وث ورجاله الزوائد المجمع فى وقال الكبير فى الطبراني رواه
“Karena hadis Ibnu Mas’ud ra. Yang mengatakan: “pernah datang seorang
laki-laki kepada Rasulullah saw. Dan berkata: Hai Rasulullah saya hendak
pergi ke Bahrein untuk urusan dagang. Lalu Rasulullah menyuruh orang itu:
“Pergilah shalat dua rakaat”. (HR. Tabrani dalam al-Kabir).
Dalil yang menerangkan tentang shalat dua rakaat ketika pulang dari
perjalanan.
الله عبد جابربن : لحديث فى وسل�م عليه الله صلي� الله رسول مع كنت قال عنه الله رضي
.) ( . : عليه متفق ركعتين فصل� المسجد ادخل لي قال المدينة قد¤منا سفرفلم�ا
“Karena hadis Jabir bin Abdullah yang mengatakan: Pernah aku bersama–
sama Rasullah saw. Dalam perjalanan. Lalu setiba kami di Madinah beliau
berkata: masuklah ke Masjid dan shalatlah dua rakaat.” ( HR. Bukhari dan
Muslim)
H. Shalat Istikharah
Shalat Istikharah artinya shalat meminta petunjuk yang baik. Ketika
seseorang akan mengerjakan suatu pekerjaan yang penting, sedangkan ia
masih ragu-ragu, apakah pekerjaan itu baik untuk dia atau tidak? Maka saat
itulah disunahkan baginya shalat dua rakaat (Istikharah) di luar
shalat fardhu. Sesudah itu berdoa meminta petunjuk kepada Allah swt. atas
pekerjaan/perkara yang masih diragukannya tersebut.
Rasulullah saw. bersabda:
: اإلستخارة يعلمنا وسل�م عليه الله صلي� الله رسول كان قال عنه الله رضي الله عبد جابربن لحديث
: غيرالفريضة من ركعتن فاليركع بأمر احدكم هم� إذا يقول القرآن من السورة يعل�منا كما األمور في
) ( ... البخاري رواه اللهم� ®يقل ل ثم�
Lafadz doanya sebagai berikut:
اقدر وال تقدر �ك فإن العظيم فضلك من واسألك بقدرتك واستقدرك بعلمك استخيرك إنى اللهم�
. ودنياي ديني فى خيرلى األمر هذا أن� تعلم كنت إن اللهم� الغيوب م عال� وأنت اعلم وال وتعلم
. ) ( كنت وإن فيه لي بارك �م ث لي ويس�ره لي فاقدره وآجله أمري اوعاجل أمري وعاقبة ومعاشي
) فاصرفه ) وآجله أمري اوعاجل أمري وعاقبة ومعاشي ودنياي ديني في لي شر� األمر هذا أن� تعلم
.) ( . البخاري رواه به رض�ني ثم� كان حيث الخير واقددرلي عنه واصرفني �ي عن
“Ya Allah! Arahkanlah diriku kepada yang baik dengan ilmu-Mu, dan berilah
aku kemampuan dengan kekuasaan-Mu, dan aku selalu mengharapkan
anugerah-Mu yang melimpah, sesunguhnya Engkau Maha Kuasa, dan aku
tidak kuasa sedikitpun, dan Engkau yang Maha Mengetahui, dan aku tidak
tahu sedikitpun. Dan Engkaulah yang Maha mengetahui segala yang baik. Ya
Allah! Jika hal ini baik bagiku, bagi agama, dunia, penghidupan dan
kesudahan urusanku, maka mohon Engkau tetapkan kebaikan dan
kemudahan bagiku, kemudian limpahkanlah berkah bagiku. Jika hal ini jelek
bagiku, bagi agama, dunia, penghidupan dan kesudahan urusanku, mohon
Engkau jauhkan ia dari padaku dan jauhkan aku dari padanya dan
limpahkanlah kepadaku keutamaan juga adanya, kemudian jadikanlah aku
orang yang rela dengan pemberian.” (HR. Bukhari)
Menurut Hanafiyah dan Syafi’iyah shalat Istikharah ada dua rakaat dan
membaca doa sesudahnya dengan berdasarkan hadis Jabir yang
diriwayatkan oleh Bukhari. Syafi’iyah menambahkan pada rakaat pertama
membaca al-Kafirun dan pada rakaat kedua membaca al-Ikhlas setelah al-
Fatihah.
Shalat istikharah boleh dilakukan kapanpun baik pada malam atau siang
hari diluar shalat fardhu. Karena tidak ada hadis yang menerangkan waktu
khusus tentang pelaksanaanya.
I. Shalat Idain
Pada saat hari raya idul fitri dan idul adha kaum muslimin dianjurkan
untuk melakukan shalat id. Baik pria maupun wanita semuanya dianjurkan
oleh rasullah saw. untuk mengerjakannya.
Jumhur ulama bersepakat bahwa hukum mengerjakan shalat idain
adalah sunah muakkad.
Dalam rangka syiar agama Islam di hari raya rasulullah menganjurkan
kepada semua kaum muslimin keluar mendatangi tempat shalat. Bahkan
para wanita yang meskipun dalam kondisi haid juga diperintahkan oleh
Rasululah untuk keluar menuju lapangan.
الحي�ض ويعتزل الخيرودعوةالمسلمين يشهد ين العيد في والحي�ض العواتق نحرج أن أمرنا
( .المصل�ى عليه) �فق مت
Artinya: ”Kami diperintahkan untuk mengeluarkan para budak yang telah
bebas dan para wanita yang sedang haid pada shalat id, agar bersaksi pada
kebenaran dan seruan ummat islam. Dan hendaklah orang yang sedang
dalam kondisi haid agar menyingkir dari tempat shalat( tidak ikut
shalat)”. (Muttafaq Alaih)
1. Waktu shalat idul fitri dan idul adha
Waktu melaksanakan shalat Idul Fitri dan Idul Adha adalah semenjak
matahari naik setinggi tombak sampai tergelincir ke arah barat. Untuk shalat
idul Adha disunahkan dikerjakan di awal waktu agar kaum Musliamin dapat
menyembelih hewan qurban dengan segera. Sedangkan shalat Idul Fitri
diakhirkan agar kaum Muslimin dapat mengeluarkan sedekah mereka.
2. Etika shalat idul fitri dan idul adha
a. Mandi, menggunakan parfum dan mengenakan pakain yang terbagus.
Dari Anas Ibnu Malik berkata: Rasulullah saw. Memerintahkan kita
didua hari raya mengenakan pakaian terbagus yang kita miliki menggunakan
parfum terbagus yang kita miliki dan berkurban dengan apa saja yang paling
bernilai yang kita miliki. (HR. Hakim)
Untuk pakain yang terbagus yang dimaksud dari hadis di atas bukan berarti
yang baru dan yang mahal harganya, tapi pakain yang menurutnya indah
dan rapi.
b. Makan terlebih dahulu sebelum keluar untuk Idul Fitri dan untuk Idul Adha
makannya setelah pulang dari mengerjakan shalat.
Rasulullah saw. bersabda:
: األضحى يوم يطعم وال يطعم حتى الفطر يوم يخرج ال م ص النبي� كان قال أبيه عن بريدة أبي عن
يصل�ى �ى ( حت أحمد) رواه
Artinya:”Dari Abu Hurairah dari bapaknya ia berkata: Rasulullah tidak keluar
(berangkat) pada hari Idul Fitri hingga makan da tidak makan pada hari Idul
Adha (HR. Ahmad)
c. Memeperbanyak Takbir, Tahmid, dan Tahlil pada malam hari raya.
Batas waktu takbir pada hari raya Idul Adha dimulai pada malam hari raya
sampai dengan akhir hari tasyrik (13 Dzulhijjah), sedang pada hari raya Idul
Fitri dimulai malam hari raya sampai dengan imam keluar untuk
melaksanakan shalat bersama mereka.
Lafadz takbir yang diajarkan oleh Rasulullah adalah:
أكبر ألله أكبر ألله
�الله إال إله أكبر ال الحمد الله والله أكبر ألله
Atau dengan lafadz:
اكبر ألله أكبر ألله أكبر كبيرا ألله
d. Shalat Idul Fitri dan Idul Adha dikerjakan di tanah lapang. Kecuali karena
adanya hal yang menghalanginya, seperti hujan lebat atau yang lainnya
( : رواه المسجد في العيد صالة النبى بهم فصلى عيد يوم في مطر أصابهم �هم أن قال هريرة أبى عن
مسلم(
Artinya: “Dari Abu Hurairah ia berkata: sesungguhnya kami ketika di hari
raya sedang hujan, nabi mengerjakan shalat di Masjid bersama mereka. (HR.
muslim).
e. Menuju tempat shalat dengan berjalan kaki.
رضي علي : عن ماشيا العيد إلى يخرج أن السنة من صم الله رسول قال قال عنه رواه) الله
) ى البخار
Atinya: ”Dari Ali ra. Ia berkata. Nabi bersabda: Termasuk bagian dari
sunahku adalah keluar pada shalat ied dengan berjalan kaki. (HR. Bukhari).
f. Memilih jalan yang berbeda ketika berangkat dan pulang shalat Ied.
) البخارى ) رواه الطريق خالف العيد يوم كان إذا صم الله رسول كان
Artinya: ”Adalah Rasulullah ketika pada hari raya ia ( ketika berangkat dan
pulang shalat Ied ) menyelisihi jalan. (HR. Bukhari).
g. Ucapan selamat.
Yaitu setiap Muslim dianjurkan untuk mengucapkan kepada
saudarannya taqobbalAllahu minna wa minkum.
Diriwayatkan bahwa jika sebagian para shahabat bertemu dengan sebagian
yang lain mengucapkantaqobbalAllahu minna wa minkum. (HR. Ahmad)
3. Sifat shalat idain
a. Ketika matahari telah naik beberapa meter shalat dimulai dengan tanpa
adzan dan iqomah.
) ( : البخارى رواه إقامة وال أذان بال العيد صلى صم النبى أن قال رض �اس عب ابن عن
Artinya: ”Dari Ibnu Abbas ra. Ia berkata: sesungguhnya nabi saw shalat id
dengan tanpa adzan dan iqomah.” (HR. Buhkari)
b. Shalat Idain dikerjakan sebelum khotbah Ied dimulai .
الخطبة قبل العيدين ن يصل�ون وعمر بكر وأبو صم الله رسول ( كان عليه) متفق
Artinya: “Adalah Rasulullah saw, Abu Bakar dan Umar shalat id sebelum
khotbah.” ( HR. Bukhari dan Muslim)
c. Shalat Ied dilakukan sebanyak dua rekaat.
) السبعه ) أخرجه يعدها وال قبلها يصل�ى لم ركعتين العيد يوم صل�ى صم النبى أن �اس عب إبن عن
Artinya: ”Dari Ibnu Abbas ra. Sesungguhnya Nabi saw. shalat pada hari raya
dua rakaat dengan tidak ada shalat sebelumnya dan sesudahnya.”
4. Cara mengerjakan shalat Ied
a. Pada rakaat pertama takbir sebanyak tujuh kali termasuk takbiratul ihram.
Dan diantara sela-sela takbir tidak terdapat bacaan tertentu.
b. Seusai takbir imam membaca Al- Fatihah kemudian membaca surat dari Al-
Qur’an
c. Pada rakaat kedua imam takbir sebanyak enam kali dengan takbir qiyam
(berdiri dari sujud).
d. Kemudian membaca surat Al-Fatihah dan Suarat Al-Qur’an lainya.
في التكبير صم الله رسول في قال سبع أخره الفطر في وخمس ( األلى البخارى) رواه
Artinya: ”Rasulullah saw bersabda: Takbir pada hari raya sebanyak tujuh kali
pada rakaat pertama dan sebanyak lima kali pada rakaat akhir.”(HR.
Bukhari).
J. Shalat Gerhana
Shalat Gerhana adalah shalat sunah muakad yang dikerjakan ketika
sedang terjadi gerhana baik gerhana matahari(kusuf) maupun gerhana
rembulan (khusuf).
Anggapan masyarakat dalam shalat kusuf berkaitan dengan sebab
adanya kematian seseorang, Nabi memberikan penjelasan di dalam
hadisnya.
: الناس فقال إراهيم مات يوم صم الله رسول عهد عاى الشمس إنكشف قال شعبه ابن مغيرة عن
ال: الله أيات من أيتان والقمر الشمس إن� صم الله رسول فقال إبراهيم لموة الشمس إنكشفت
تنكشف �ى حت �وا فصل فادعوالله رأيتموهما فإذا لحياته وال أحد لموت عليه)¼¼) ينكشفان متفق
Artinya: ”Dari Mughirah Ibnu Syu’bah ia berkata: bertepatan dengan adanya
gerhana gerhana pada zaman Rasulullah dihari wafatnya Ibrahim (putra
nabi) para manusia berkata: Gerhana matahari matahari I ni di kerenakan
kematia ibrahim. Kemudian Rasulullah saw berkata:”Sesungguhnya matahari
dan rembulan keduanya adalah tanda kekuasaan Allah, keduanya tidak ada
kaitan dengan kematian dan hidup seseorang maka ketika kamu melihat
keduanya (gerhana) maka berdoalah kepada Allah dan shalatlah sampai ia
tertutup.” (muttafaq ‘alaih)
Yang dianjurkan dan dicontohkan oleh nabi berkenaan dengan shalat
gerhana adalah:
1. Kaum muslimin berkumpul di Masjid dengan tanpa adzan dan iqamat.
Namaun tidak ada salahnya kaum Muslimin dipanggil dengan
panggilan asshalaatu jaami’ah.
2. Disunahkan untuk memanjangkan bacaan dalam setiap gerakan shalat.
: قياما فقام صم الله رسول فصل�ى صم الله رسول عهد على الشمس إنخسفت قال �اس عب ابن عن
) (... مسلم رواه طويال ركوعا ركع ثم سورةالبقره قرائة من نحو طويال
Artinya: “Ketika terjadi gerhana di zaman Rasulullah maka beliau
mengerjakan shalat, lalu berdiri dengan lama sepadan dengan bacaan surat
Al-Baqarah kemudian rukuk dengan dengan rukuk yang lama…”.(HR.
Muslim)
3. Waktu mengerjakan shalat Kusuf dimulai sejak awal terjadi gerhana
sampai gerhana selesai (matahari atau bulan terlihat kembali).
4. Tata cara shalat gerhana
a. Takbiratul ihram.
b. Membaca doa Iftitah, Al-Fatihah dan membaca ayat Al-Qur’an yang
panjang.
c. Rukuk, I’tidal (bangun dari rukuk) dan melanjutkan membaca surat al-
Fatihah dan ayat dari Al-Qaur’an yang panjang.
d. Rukuk, I’tidal kemudian sujud.
e. Seusai dari sujud kemudian mengerjakan rakaat kedua sama seperti pada
rakaat yang pertama.
Ibnu Abbas mwriwayatkan bahwa pada shalat Gerhana Nabi selalu
membaca ayat yang panjang, kemudian bertakbir, kemudian rukuk lama
sekali, kemudian mengangkat kepalanya sambil berkata “SamiAllahu liman
Hamidah” kemudian berdiri lalu membaca surat panjang namun lebih
pendek dari yang sebelumnya. Kemudian takbir, kemudian rukuk yang lebih
cepat dari yang sebelumnya . Kemudian berkata “Sami’Allahu liman
hamidah”kemudian sujud kemudian berbuat seperti itu pada rakaat
berikutnya hingga genap empat rukuk dan tempat sujud. (HR. Muslim)
K. Shalat Istisqa’
Shalat Istisqa’ ialah meminta hujan kepada Allah untuk salah satu
daerah ketika kekeringan terjadi dengan shalat, dzikir, istigfar.
1. Hukum shalat Istisqa’
Shalat Istisqa’ adalah sunah muakad yang biasa dikerjakan Rasulullah
saw, diumumkan kepada para sahabat dan beliau keluar untuk
mengerjakannya di tanah lapang. Abdullah Ibnu Zaid berkata, “Rasulullah
saw keluar untuk meminta hujan, kemudian beliau menghadap kiblat,
mengubah posisi pakaiannya, kemudian shalat dua rakaat dengan bacaan
keras.
2. Waktu Shalat Istisqa’.
Waktu shalat Istisqa’ sama dengan shalat hari raya, karena Aisyah ra.
Berkata: “Rasulullah saw. keluar untuk mengerjakan shalat Istisqa’ ketika
sinar matahari telah terlihat. “(Diriwayatkan Abu Daud dan al Hakim
mensahihkannya)
Hanya saja shalat Istisqa’ boleh dikerjakan di semua waktu, kecuali
waktu-waktu yang di makruhkan untuk shalat.
3. Perbuatan-Perbuatan Yang Sunah Dikerjakan Sebelum Shalat Istisqa’.
Imam harus mengumumkan mengumumkan shalat Istisqa’ beberapa hari
sebelumnya dan mengajak kaum Muslimin bertaubat dari maksiat, keluar
dari kedoliman, berpuasa dan membuat perselisihan, karena maksiat adalah
penyebab kekeringan kemarau sebagaimana ketaatan adalah penyebab
kebaikan.
Rasulullh saw. bersabda:
“Tidaklah kaum mengurangi takaran dan mengurangi timbangan, melainkan
mereka dihukum dengan diberikan kemarau panjang, hidup yang sulit dan
penguasa yang dhalim. Tidaklah mereka menolak membayar zakat harta
mereka, melainkan mereka diharamkan mendapatkan hujan dari langit.
Kalaulah tidak ada hewan-hewan, maka mereka tidak diberi hujan.” (HR.
ibnu majah).
4. Sifat Shalat Istisqa’.
Sifat shalat Istisqo’ ialah imam dan kaum Muslimin keluar menuju tanah
lapang, kemudian imam shalat dua rakaat bersama mereka. Jika ia mau ia
boleh bertakbir tujuh kali pada rakaat pertama dan lima kali pada rakaat
kedua seperti shalat hari raya. Pada rakaat pertama setelah membaca Al
Fatihah, imam membaca surat Al-A’la dengan suara keras dan dan membaca
surat Al-Ghasyiyah pada rakaat kedua. Usai shalat ia menghadap jamaah,
dan berkhutbah dengan memperbanyak istigfar di sela-sela hutbahnya. Usai
hutbah imam berdoa dengan diaminkan jama’ah, kemudian menghadap
kiblat, memindahkan kain di sebalah kanannya ke sebelah kiri dan kain di
sebelah kirinya ke sebelah kanannya dengan di ikuti jama’ah, berdoa sesaat,
dan bubar.
Dalilnya ialah ucapan Abu Hurairah ra. “Rasulullah saw. keluar meminta
hujan, dan shalat bersama kita dua rakaat tanpa adzan dan iqomah,
kemudia berkhutbah, berdoa kepada Allah, menghadapkan wajahnya ke
kiblat dengan mengangkat kedua tangannya, memindahkan kainnya dari
sebelah kanan ke sebelah kiri dan kain di sebelah kiri di sebelah
kanan.” (Diriwayatkan Ahmad, Ibnu Majjah, dan Baihaki. Ketiganya berkata,”
perawi hadis ini orangnya terpercaya).
5. Beberapa Doa Shalat Istisqa’
Diriwayatkan bahwa jika Rasulullah saw. meminta hujan beliau
berdoa: “Ya Allah turunkanlah kepada kami hujan yang berakibat baik,
menyuburkan, deras rata, umum, dan lebat. Ya Allah turunkanlah hujan
kepada kami, dan jangan jadikan kami orang-orang yang putus asa. Ya Allah
dengan hamba-hamba, negri-negri, hewan-hewan, dan mahluk aku adukan
kesukaran, kesulitan dan kesempitan yang tidak aku adukan kecuali kepada-
Mu. Ya Allah, tumbuhkan tanaman untuk kami, keluarkan susu untuk kami,
turunkan untuk kami keberkahan-keberkahan langit, dan tumbuhkan
keberkahan-keberkahan bumi untuk kami. Ya Allah hilangknlah dari kami
kesulitan, kelaparan, dan ketertelanjangan, serta singkaplah dari kami
musibah yang tidak bisa disingkap kecuali oleh Engkau. Ya Allah kami
meminta ampunan kepada-Mu, karena Engkau Maha Pengampu. Turunkan
hujan deras kepada kami. Ya Allah berilah minum hamba-hamba-Mu dan
hewan-hewan-Mu, tebarkan Rahmat-Mu, dan hidupkan negri-Mu yang mati”.
(diriwayatkan oleh Ibnu Majah, perawi-perawinya terpercaya, dan sebagian
redaksinya dari Abu Dawud).
Juga diriwayatkan bahwa ketika hujan turun Rasulullah saw. berdoa:
غرق وال هدم بالءوال وال عذاب سقيا وال رحمة سقيا ومنابت اللهم� الضراب على أللهم�
( الشجر ومسلم .) بخارى رواه علينا وال حوالين أللهم�
“Ya Allah, ini hujan rahmat, dan bukan hujan siksa, ujian, penghancuran, dan
penenggelaman. Ya Allah, di atas bukit-bukit dan tempat-tempat tumbuhnya
rumput. Ya Allah, di sebelah kami dan tidak di atas kami.” ( HR. Bukhari dan
Muslim ).
Beberapa Shalat Sunah yang Belum Diputuskan Muhammadiyah dan
yang Bukan Sunah
A. Shalat tasbih
Nabi saw. bersabda:
§ا ي ®م¥ط¿ل¤ب¤ ال ®د¤ ع§ب ®ن¤ ب ¿اس¤ ®ع§ب ¤ل ل ق§ال§ ¿م§ ل و§س§ ®ه¤ §ي ع§ل ¿ه¥ الل ص§ل¿ى ¿ه¤ الل س¥ول§ ر§ §ن¿ أ ¿اس¼ ع§ب ®ن¤ اب ع§ن® ®ر¤م§ة§ ع¤ك ع§ن®
¿ه¥ الل غ§ف§ر§ ذ§ل¤ك§ ف§ع§ل®ت§ ®ت§ §ن أ ¤ذ§ا إ خ¤ص§ال¼ ر§ ع§ش® ¤ك§ ب §ف®ع§ل¥ أ §ال§ أ ¥وك§ §ح®ب أ §ال§ أ §ح¥ك§ م®ن§ أ §ال§ أ ¥ع®ط¤يك§ أ §ال§ أ ع§م¿اه¥ §ا ي ¿اس¥ ع§ب
§ن® أ خ¤ص§ال¼ ر§ ع§ش® §ه¥ §ت ¤ي ن و§ع§ال§ ه¥ ر¿ س¤ ه¥ ¤ير§ §ب و§ك ه¥ ص§غ¤ير§ و§ع§م®د§ه¥ ه¥§ خ§ط§أ §ه¥ و§ح§د¤يث ق§د¤يم§ه¥ ه¥ و§آخ¤ر§ §ه¥ و¿ل
§ أ §ك§ ®ب ذ§ن §ك§ ل
®ع§ة¼ ك ر§ و¿ل¤§ أ ف¤ي اء§ة¤ ®ق¤ر§ ال م¤ن® غ®ت§ ف§ر§ ¤ذ§ا ف§إ Àة ور§ و§س¥ §اب¤ ®ك¤ت ال ¤ح§ة§ ف§ات ®ع§ة¼ ك ر§ Áل¥ ك ف¤ي ¥ أ §ق®ر§ ت §ع§ات¼ ك ر§ §ع§ ب ر®
§ أ ¥ص§لÁي§ ت
§ع¥ ك §ر® ت ¥م¿ ث Àة م§ر¿ ة§ ر§ ع§ش® خ§م®س§ §ر¥ ®ب ك§ أ ¿ه¥ و§الل ¿ه¥ الل ¤ال¿ إ §ه§ ¤ل إ و§ال§ ¿ه¤ ¤ل ل ®ح§م®د¥ و§ال ¿ه¤ الل ®ح§ان§ ب س¥ ق¥ل®ت§ Âم¤ ق§ائ ®ت§ §ن و§أ
®ت§ §ن و§أ ¥ه§ا §ق¥ول ف§ت اج¤دÀا س§ §ه®و¤ي ت ¥م¿ ث ا Àر ع§ش® ¥ه§ا §ق¥ول ف§ت ¥وع¤ ك Ãالر م¤ن® س§ك§® أ ر§ ف§ع¥ §ر® ت ¥م¿ ث ا Àر ع§ش® Âع¤ اك ر§ ®ت§ §ن و§أ ¥ه§ا §ق¥ول ف§ت
س§ك§ ® أ ر§ ف§ع¥ §ر® ت ¥م¿ ث ا Àر ع§ش® ¥ه§ا §ق¥ول ف§ت ج¥د¥ §س® ت ¥م¿ ث ا Àر ع§ش® ¥ه§ا §ق¥ول ف§ت السÃج¥ود¤ م¤ن® س§ك§
® أ ر§ ف§ع¥ §ر® ت ¥م¿ ث ا Àر ع§ش® Âاج¤د س§
§ن® أ §ط§ع®ت§ ت اس® ¤ن® إ §ع§ات¼ ك ر§ §ع¤ ب ر®§ أ ف¤ي ذ§ل¤ك§ §ف®ع§ل¥ ت ®ع§ة¼ ك ر§ Áل¥ ك ف¤ي ®ع¥ون§ ب و§س§ Âخ§م®س ف§ذ§ل¤ك§ ا Àر ع§ش® ¥ه§ا §ق¥ول ف§ت
Àة م§ر¿ ه®ر¼ ش§ Áل¥ ك ف§ف¤ي §ف®ع§ل® ت §م® ل ¤ن® ف§إ Àة م§ر¿ ج¥م¥ع§ة¼ Áل¥ ك ف§ف¤ي §ف®ع§ل® ت §م® ل ¤ن® ف§إ ف§اف®ع§ل® Àة م§ر¿ ¼ §و®م ي Áل¥ ك ف¤ي §ه§ا Áي ¥ص§ل ت
( . وابن ماجه وابن ابوداود رواه Àة م§ر¿ ع¥م¥ر¤ك§ ف§ف¤ي §ف®ع§ل® ت §م® ل ¤ن® ف§إ Àة م§ر¿ §ة¼ ن س§ Áل¥ ك ف§ف¤ي §ف®ع§ل® ت §م® ل ¤ن® ف§إ
.) والطبراني فىصحيحه خزيمة
“Dari Ikrimah dari Ibnu Abbas bin Abdul Muthallib, wahai Abbas pamanku!
Sukakah kamu kuberi, kukaruniai, kuhadiai, kuajari denagn sepuluh
perbuatan? Jika kamu mngerjakannya, maka niscaya Allah mengampuni
dosa, yang terdahulu dan yang terakhir, yang lama dan yang baru, yang
tidak disengaja dan yang disengaja, yang kecil dan yang besar, yang
tersembunyi dan yang nampak. Sepuluh perbuatan itu ialah kamu kerjakan
shalat empat rakaat, kamu baca pada setiap rakaat al-Fatihah dan satu surat
yang lain. Jika engkau telah selesai membacanya pada rakaat yang pertama,
dikala kamu masih berdiri, ucapkanlah: Subhaanallaah wal hamdulillaah wa
laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar” lima belas kali kemudian kamu rukuk
maka kamu ucapkan lafadz itu dikala kamu masih rukuk sepuluh kali,
kemudian kamu angkat kepalamu dari rukuk dan ucapkanlah lafadz itu
sepuluh kali, kemudian kamu tundukkan untuk sujud dan ucapkanlah lafadz
itu sepuluh kali dikala kamu sedang sujud, kemudian kamu angkat kepalamu
dari sujud dan ucapkan lafadz itu sepuluh kali, kemudian kamu sujud dan
ucaokanlah lafadz itu sepuluh kali. Kemudian kamu angkat kepalamu dan
kamu ucapkan lafadz itu sepuluh kali. Dengan begitu, telah menjadi tujuh
puluh lima kali pada setiap rakaat. Kamu lakukan seperti itu pada empat
rakaat. Jika kamu mampu melakukan shalat itu pada setiap hari satu kali,
maka lakukanlah, jika kamu tidak mampu melakukan, maka setiap Jum’at
satu kali, jika kamu tidak mampu melakukan, maka lakukanlah satu bulan
satu kali, jika kamu tidak mampu maka lakukanlah satu tahun satu kali dan
jika kamu tidak mampu maka lakukanlah semasa hidupmu satu kali.” (HR.
Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ibnu Khuzaimah dalam Sahihnya dan at-
Tabrani).
Menurut hadis di atas, shalat Tasbih itu:
a. Terdiri dari empat rakaat.
b. Setiap rakaat membaca al-Fatihah dan surat.
c. Setiap rakaat membaca tasbih (SubhanAllah…WAllahu akbar) 75 kali.
Adapun cara membacanya 15 kali sesudah membaca surat, 10 sesudah
membaca doa/dzikir rukuk, 10 kali ssesudah membaca tasmi’(sami’Allahu
liman hamidah), 10 kali sesudah membaca doa sujud pertama, 10 kali
sesudah membaca doa duduk antara sujud, 10 kali sesudah membaca doa
sujud kedua, dan 10 kali pada duduk istirahat (sesudah sujud kedua) akan
berdiri meneruskan rakaat berikutnya. Hali seperti ini dilakukan pada rakaat
pertama dan ketiga. Pada rakaat kedua dan keempat, tasbih dibaca setelah
membaca tasyahud (ada yang mengatakan sebelum tasyahud).
d. Tasbih yang dibaca, seluruhnya berjumlah 300 kali.
e. Kalau bisa, shalat Tasbih ini dikerjakan tiap hari. Kalau tidak bisa,
hendaknya dikerjakan setiap hari Jum’at. Kalau tidak bisa juga, dikerjakan
satu bulan sekali. Kalau tak bisa juga, satu tahun sekali. Kalau tak bisa juga,
paling tidak sekali seumur hidup.
Perlu dikemukakan pula ulasan ahli hadis mengenai hadis-hadis shalat
Tasbih. Sayyid Alawi al-Maliki al-Hasani menukil pendapat para Muhadditsin
dalm kitabnya Syarafu al-Ummati al-Muhammadiyyah sebagai berikut:
a. Hadis tersebut diriwayatkan dari banyak sahabat melalui beberapa
jalan. Diantara para sahabat, yaitu Abdullah bin Abbas, Abu Rafi’ al-
Anshari (maula Nabi), Abdullah bin Amer al-Anshari.
b. Al-Mundziri dalm kitab al-Targhib wal Tarhib, berpendapat bahwa hadis
Ikrimah tersebut di atas dianggap yang terbaik dan telah ditashih oleh
banyak ulama hadis, antara lain Abu Bakar al-Ajiri, Abu Muhammad
Abdurrahim al-Misri, Abu al-Hasan al-Qudsi. Dan Abu Bakar bin Abi Daud
mengatakan, ayahnya berpendapat bahwa hadis- hadis tentang shalat
Tasbih Tidak ada yang sahih selain hadis Ikrimah.
c. Muslim bin al-Hajjaj berpendapat bahwa hadis Ikrimah di
atas, sanadnya lebih baik. Dan menurut pentahqiqkan, hadis
tersebut derajatnya tidak lebih rendah dari hadis Hasan. Karena hadis yang
satu memperkuat hadis yang lain (Syaraful aimmatil Muhammadiyah
hal 107-108).
Nukilan dari kitab al-Maudu’at oleh Abu al-Faraj Abdurrahman bin Ali bin
Jauzi al-Quraisyi, dapat dikemukakan sebagai berikut:
Mengenai shalat Tasbih ada beberapa jalur periwayatan, antara lain:
a. Jalur riwayat Ibnu Dailami dari Abbas bin Abdul Muthallib. Hadis melalui
jalur ini, menurut Ahmad nialinya Dhaif, menurut al-Bukhari Mungkar,
menurut Ibnu Hibban Mu’dhal.
b. Jalur riwayat Ikrimah dari Ibnu Abbas dinilai majhul.
c. Jalur riwayat Sa’id bin Abi Sa’id dari Abu Rafi’. Hadis melalui jalur ini tidak
bisa dibenarkan.
Dan masih banyak lagi beberapa jalur riwayat lainnya yang dinilai Matruk,
Mauquf, Dhaif, atau tidak dapat dibenarkan.
Selain di atas, berikut tanggapan para ulama yang lain:
a. Imam Ahmad: tidak dianjurkan karena tidak ada hadis yang
menetapkannya. Tapi jika seseorang melakukannya tidak
mengapa. Karena shalat nawafil (sunah) dan al-fadhail (amalan-amalan
yang utama) tidak disyaratkan kesahihan hadisnya. (al-Fiqhul Islami wa
Adillatuhu jild. 2, hal. 1093).
b. Dalam “al-La’ali” Jalaluddin as-Suyuti dan Abu Ja’far al-
Uqaili mengatakan: tidak ada hadis yang jelas berkenaan dengan shalat
Tasbih.
c. Abu Bakar bin Arabi berkata: tidak ada hadis yang sahih atau hasan dalam
shalat Tasbih.
d. Ibnu Jauzi memasukkan semua hadis tentang shalat Tasbih
dalam kelompok maudhu’(hadis palsu).
e. Abu Musa al-Madani memasukkan sebagian hadis shalat Tasbih ke dalam
kelompok hadis sahih.
f. Al-Iraqi berkata: tidak ada hadis sahih yang berkenaan dengan shalat
Tasbih.
Syaikh Muhammad Abdus Salam dalam bukunya “Bid’ah-Bid’ah Yang
Dianggap Sunah” menyebutkan, yang benar adalah semua sanad hadis Abu
Rafi’ derajatnya lemah dan hadis Ibnu Abbas mendekati syarat hadis Hasan
namun Syadz, karena dia sendiri yang meriwayatkan hadis seperti itu,
disamping urutan-urutan periwayatannya tidak bersambung. Hadis yang
diriwayatkan oleh Abu Rafi’ dengan teks yang hampir sama dengan teks Ibnu
Abbas, Ibnu Taimiyah dan al-Muzi melemahkannya.
B. Shalat Hajat
Shalat Hajat adalah shalat yang dilakukan karena agar supaya
permintaannya di kabulkan oleh Allah.
Bersumber dari hadis Ibnu Majah meriwayatkan dari Utsman Ibnu
Hunaif: seorang yang buta datang memnemui Nabi saw. dan memohoan
“berdoalah kepada Allah untuk kesembuhanku” Nabi menjawab: “kalau kau
mau aku akan menunda permintaanmu dan itulah yang terbaik dan kalau
engkau mau aku akan berdoa” kata orang tersebut “berdoalah” Rasulullah
menyuruh orang tersebut berwudlu dan shalat dua rakaat kemudian
membaca doa berikut “Ya Allah aku memohon kepada-Mu, aku menghadap
kehadirat-Mu, dengan Muhammad pembawa rahmat. Wahai Muhammad aku
menghadap kehadirat Rabbku denganmu untuk keperluanku ini agar engkau
memenuhinya. Ya Allah berikanlah pertolongan kepadaku.”
Menurut Ibnu Ishaq hadis ini shahih sedangkan menurut penulis
kitab hasyi’ah Ibnu majjah berpendapat bahwa hadis ini diriwayatkan oleh
Tirmidzi dan derajatnya hasan shahih gharib.
Menurut Rasyid Ridha, penulis kitranb al-Manar dalam catatannya hadis ini
gharib sebagaiman diungkapkan oleh Tirmidzi karena hanya diriwayatkan
oleh Abu Ja’far.
Mengenai hukum melaksanakan shalat Hajat Muhammadiyah tidak
menggolongkan didalam kitab HPT sebagai shalat taawwu’.
C. Shalat Ghoflah
Shalat Ghaflah adalah shalat yang dikerjakan antara Magrib dan Isya’.
Dalam Al-Jami’us Shagir juga diriwayatkan: Rasulullah saw.
Bersabda, ”Barang siapa shalat antara Maghrib dan Isya’ sebelum
mengucapkan sepatah katapun, maka ia akan dituliskan ke dalam kelompok
iliyyin.
Hadis ini digolongkan mursal dho’if. Diriwayatkan juga, ” Barang siapa
shalat setelah maghrib enam rakaat dan tidak berkata buruk di sela-sela
rakkaat itu maka pahalanya menyerupai idadah selama duabelas
tahun.” Hadis ini diberi kode oleh Tirmidzi dan Ibnu Majah, dan oleh penilis
dan penyarah al-Jami’us Shagir, dinilai lemah. Namun menurut Ibnu Thahir
al-Maqdisi, dalam sanad hadis ini terdapat nama Umar Ibnu Rasyid al-Yamani
dan Muhammad Ibnu Ghazwah yang dinilai dha’if. Dalam Isnad Muthalib
disebutkan bahwa hadis ini tidak benar, karena diriwayatkan oleh Umar Ibnu
Rasyid. Ibnu Ma’in dan Daruquthni melemahkan hadis ini, sedangkan Bukhari
menyebutnya sebagai hadis mungkar.
Menurut Tirmidzi, hadis ini gharib karena ia hanya diriwayatkan dari
Zaid Ibnu Al-Habab. Kata Bukhari, sebagaimana dikutup oleh Tirmidzi, Umar
Ibnu Abdullah Ibnu Abi Khats’am adalah seseran yang diingkari hadisnya dan
sangat lemah.
Ibnu Majah meriwayatkan dari Aisyah: “Rasulullah saw. Bersabda
”barang siapa melaksanakan shalat diantara maghrib dan isya’ duapuluh
rakaat’ maka Allah akan membangunkan rumah di surga untuknya”.Menurut
penulis Hasyiah Ibnu Majah, dalam Isnad hadis ini terdapat nama Ya’qub
Ibnu Al-Walid yang jelas-jelas dha’if, bahkan oleh Ahmad nama ini dinilai
sebagai pendusta dan sering membuat hadis palsu.
Menurut kesimpulan penulis, karena menurut berbagai kalangan imam
dalam menilai hadis diatas sebagai hadis yang lemah maka tidak dapat
dijadikan hujjah (dalil) untuk mengamalkan shalat Gaflah.,
D. Shalat Awwabin[4]
Dalam al-Jami’ush Shaghir diriwayatkan: Rasulullah saw. bersabda,
“Barang siapa shalat antara Maghrib dan Isya’ maka itu adalah shalat
Awwabin.” Hadis ini mursal dan dhaif. Diriwayatkan pula: Rasulullah
bersabda, “Shalatlah Shubuh dan Dhuha, karena itulah yang dinamakan
shalat Awwabin.” Hadis ini oleh penulis al-Jami’ush Shaghir dan
pensyarahnya, digolongkan sebagai hadis sahih. Diriwayatkan pula, “Shalat
Awwabin adalah shalat ketika pasir itu sangat panas.” Hadis ini diberi kode
Ahmad dan Muslim dan sudah jelas kesahihannya. Diriwayatkan Pula,
“Shalat Dhuha adalah shalat Awwabin”. Hadis ini diberi kode Musnad al-
Firdaus dan digolongkan sahih, tetapi pensyarahnya melemahkan hadis ini.
E. Shalat Taubat
Ialah shalat sunah yang dikerjakan bagi orang yang menyesali
perbuatannya untuk bertaubat kepada Allah swt. atas dosa-dosa yang
pernah dilakukannya.
, له غفر إال الله يستغفر ركعتين يصلي ثم فيتطهر يقوم ثم ينب رجل من .ما
”Tidaklah orang yang berdosa kemudian membersihkan diri dan shalat dua
rakaat meminta ampun kepada Allah, melainkan ia diampuni.” (Diriwayatkan
Tirmidzi. Hadis ini hasan gharib).
Shalat Taubat dikerjakan paling sedikitnya 2 rakaat. Sedangkan cara
melaksanakan shalat Taubat seperti shalat biasa, baik bacaannya maupun
gerakannya. Setelah selesai shalat Taubah, hendaklah memperbanyak
membaca istighfar.
F. Shalat Kifayah
Shalat kifayah ini terdiri dari 2 rakaat, dalam setiap rakaat yang dibaca
adalah surat al-Fatihah, surat al-Ikhlas 5 kali, surat al-Qadr 5 kali, kemudian
yang terakhir mambaca doa: ”Wahai zat yang sangat kuat, wahai zat yang
memiliki kekuatan dan kemegahan, wahai zat yang memiliki kemuliaan dan
kekuasaan, Engkau telah menjinakkan seluruh makhluk-Mu, lindungilah aku
dari apa yang aku takutkan dan khawatirkan (dibaca 3 kali).” Setelah itu
bertasyahud dan mengucapkan salam. Penulis al-Hishnul
hashin mengatakan: ”aku pernah mencoba melakukan shalat kifayah, tetapi
aku tidak jadi melakukannya karena ternyata shalat ini tidak diakui oleh
Rasulullah.” menurut as-Syaukani, hadis ini dusta, sedangkan niat untuk
mencoba tidak menunjukkan keshahihan hadis.
G. Shalat Zawal
Ialah shalat sunah 2 rakaat, dimana pada masing-masing rakaat
membaca al-Fatihah, pada rakaat pertama membaca al-Kafirun dan pada
rakaat kedua membaca al-Ikhlas.
Shalat sunah ini berdasarkan riwayat yang menyatakan bahwa Nabi
pernah melaksanakan shalat Zawal ini dan juga pernah memerintahkannya.
Akan tetapi hadisnya gharib dari segi periwayatannya yaitu hanya terdapat
seorang perawi saja
H. Shalat Agar Bermimpi Bertemu Dengan Nabi Muhammad SAW.
Dalam al-La’ali al-Masnu’ah, Jalaluddin as-Suyuti menulis hadis yang
diriwayatkan dari Ibnu Abbas secara marfu’ Rasulullah saw. bersabda; ”Jika
seorang mukmin shalat dua rakaat pada malam jum’at dengan membaca
surat la-Fatihah dan surat al-Ikhlas dua puluh lima kali dalam setiap
rakaatnya, kemudian salam; setelah itu, membaca “sallAllahu ala
Muhammadin Nabiyyil Ummiyyi seribu kali, maka dia akan melihatku dalam
mimpi, dan barang siapa yang melihatku, niscaya Allah akan mengampuni
dosa-dosanya.”
Hadis ini tidak sahih karena ada beberapa perawi yang majhul (tidak
diketahui). As-Suyuti juga menyebutkan bahwa hadis yang berkenaan
dengan hal ini, yang diriwayatkan dari Ibnu Ukasyah adalah palsu. Karena
Ibnu Ukasyah adalah seorang pendusta. (Bid’ah-Bid’ah Yang Dianggap
Sunah, hal. 144)
Berdasarkan keterangan di atas jelas bahwa, shalat agar bermimpi
bertemu dengan Nabi saw. tidak ada tuntunannya. Dengan demikian amalan
tersebut adalah bid’ah.
[1] Yang dimaksud oleh sahabat Abdullah bin Abi Qais pada pertanyaanya
ialah bilangan rakaat yang dikerjakan Nabi saw. Sepanjang malam hari.
[2] Maksudnya Nabi saw. Mengajarkan shalat enam rakaat lalu duduk untuk
tahiyat awal kemudian berdiri dan pada rakaat ketujuh menutupnya dengan
salam. Lalu shalat dua rakaat sambil duduk. Demikianlah mudahnya
mengerjakan shalat Lail sehingga tidak mengharuskan bilangan rakaat
sebelas, asal jumlanya gasal.
[3] Lihat kitab al-Fiqhul Islami jild. 2, hal. 1064, oleh Wahbah az-Zuhaili.
[4] Awawabin jamak dari awwab artinya orang-orang yang kembali kepada
Allah swt. dengan bertaubat dan meminta ampun.(Lihat al-Fiqhul Islami wa
Adillatuhu hal. 1061 jild. 2, oleh Wahbah az-Zuhaili)
top related