seminar 1-bahasa dan tanda baca
Post on 09-Dec-2015
16 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Karya tulis ilmiah merupakan salah satu bentuk tugas akhir mahasiswa, baik
dijenjang sarjana ataupun paskasarjana. Banyak yang harus diperhatikan dalam suatu
penyususnan karya ilmiah, dari segi pemilihan topik, sistematika penyusunan karya
ilmiah hingga tata bahasa yang digunakan. Seringkali masalah yang muncul dalam
Penyusunan karya tulis ilmiah bukan pada pemilihan topik atau sistematika
penyusunan, namum pada tata bahasa, seperti pemilian kata yang tepat, penyusunan
kalimat yang efektif dan menyusun hubungan antar paragraf menjadi satu hal yang
berkesinambungan.
Selain memperhatikan tata bahasa dalam suatu karya ilmiah, hal lain yang tidak
kalah penting adalah tanda baca atau pungtuasi. Tanda baca membuat suatu kalimat
seakan memiliki intonasi. Tanda baca juga dapat membedakan arti dari kalimat yang
sama. Terdapat banyak tanda baca yang bisa digunakan dalam menyusun suatu
kalimat. Oleh karena itu suatu tata bahasa berhubungan erat dengan tanda baca.
Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang bahasa dan tanda baca dalam
suatu karya ilmiah. Dimulai dari pemilihan kata dan tanda baca, menyusun kalimat
dan paragraf.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bahasa
Bahasa merupakan bekal utama dalam penulisan karya tulis ilmiah. Oleh karena
itu penulis karya tulis ilmiah dituntut untuk menguasai seluk-beluk bahasa dalam
media komunikasi ilmiah. Dalam hal ini, perlu disampaikan bahwa bahasa itu
memiliki ragam bahasa lisan dan tulis yang berlainan. Dengan demikian, penulis
dituntut untuk senantiasa berlatih dan membiasakan diri untuk menulis secara baik,
benar, dan efektif. Dalam kaitannya dengan ragam tulis ilmiah, penulis dituntut untuk
menyelaraskan bahasa karya tulis ilmiah.1
Bahasa memiliki banyak keanekaragaman yang ditinjau dari fungsi, kedudukan
dan lingkungan penggunaan. Secara kesatuan dasar bahasa dibagi atas bahasa lisan
dan bahasa tulis. Ragam bahasa tulis dan lisan masing-masing dibagi menjadi baku
dan tidak baku.2 Maka ragam bahasa ilmu dapat didefinisikan sebagai ragam bahasa
yang tidak termasuk dialek, dalam suasana yang resmi baik lisan maupun tulisan yang
digunakan oleh paracendikiawan untuk mengkomunikasikan ilmu pengetahuan.3
Sebuah karya ilmiah bertujuan untuk menyampaikan informasi, pemikiran dan
pengalaman penulis dengan ringkas, jelas, tegas dan menarik. Oleh karena itu,
seorang penulis ditantang untuk membuat karya ilmiah menjadi hal yang tidak
membosankan tanpa menyampingkan bentuknya yang formal. Secara garis besar,
2
karya ilmiah merupakan suatu uraian yang didukung informasi, yang telah diuji
kebenarannya dan disajikan secara mendalam, sesuai dengan kaidah bahasa tulis yang
berlaku.4
Menurut Datu Mulyono, menulis suatu karya tulis ilmiah perlu menggunakan
ragam bahasa tulis yang baku, ejaan yang baku, kata-kata dan istilah yang baku
singkatan yang baku, serta struktur kaliamat yang baku yang dirangkai menjadi suatu
paragraf secara sistematis dan masuk akal. Berikut ini merupakan suatu ciri bahasa
ilmiah3:
1) Bersifat formal dan obyektif, maka tingkat bahasa yang digunakan adalah
tingkat bahasa formal bukan bahasa sehari-hari, yang berdasarkan atas fakta
dan tidak memihak siapa pun;
2) Termasuk dalam ragam bahasa baku, sehingga sebisa mungkin menghindari
kata-kata asing atau daerah yang tidak lazim;
3) Bukan suatu dialek, sehingga perlu dihindari ungkapan-ungkapan berbau
dialek;
4) berdasarkan suatu pemikiran bukan suatu perasaan, sehingga bahasa yang
digunakan bersifat tenang, sederhana, tidak emosional, tidak berlebihan;
5) Bahasa dalam karya tulis harus cermat, singkat dan jelas;
6) Dalam karya tulis ilmiah harus menghindari kata-kata yang mubazir
(redundant);
7) Bahasa dalam karya tulis ilmiah tidak boleh ambigu;
8) Kalimat dalam karya tulis ilmiah tidak boleh terlalu panjang;
3
9) Karya tulis ilmiah lazim menggunakan gambar, diagram, tabel dan analisis
ilmu pasti;
10) Karya tulis ilmiah harus memperhatikan pungtuasi atau tanda baca, lambang
ilmiah, singkatan, rujukan, jenis huruf.
Dalam membuat suatu karya tulis ilmiah bentuk dan pemilihan kata yang tepat
akan sangat berpengaruh, karena kata-kata tersebut melambangkan makna pada
sebuah kalimat. Pemilihan kata atau diksi harus memperhatikan dua hal yaitu
ketepatan dan keserasian. Ketepatan dalam pemilihan kata berhubungan dengan
kesanggupan kata-kata tersebut untuk menimbulkan gagasan dalam pikiran penulis.
Ketepatan pemelihan kata dapat dilihat saat penulis mampu: (5)
1) Membedakan makna denotatif dan konotatif;
2) Membedakan kata yang hampir bersinonim;
3) Menghindari penggunaan kata-kata klise dan abstrak;
4) Menghindari penggunaan frase yang panjang;
5) Memperthatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata
Sedangkan keserasian mengacu pada kemampuan penulis untuk mengaitkan
hubungan antar kata sehingga tidak keluar dari konteks yang formal. Keserasian
pemilihan kata dapat dicapai dengan menghindari pemakaian bahasa atau unsur
bahasa yang tidak baku dan menghindari kata yang tidak perlu (5).
Kalimat yang mudah dipahami itu apabila strukuturnya tertata dengan baik dan
efektif. Keefektifan kalimat dapat terjadi jika terdapat variasi pemilihan kata dan
keragaman konstruksinya. Hal itu dapat dilakukan dengan cara membuat variasi awal
4
kalimat dengan susunan yang berbeda-beda untuk menghindari kemonotonan.
Keterangan tempat dan waktu, partikel penghubung, kata kerja, dan kata-kata yang
lain dapat ditampilkan secara bergantian sebagai kalimat-kalimat beruntun. Penulisan
kalimat demikian diharapkan dapat lebih menarik dan enak dibaca, tidak
membosankan.1
Penulisan karya tulis ilmiah yang baik harus memperhatikan struktur kalimat.
kalimat dianggap efektif bila mampu menyampaikan gagasan penulis dan
menimbulkan minat pembaca. Kalimat yang efektif ditandai dengan3,5:
1) Struktur yang benar.
Kalimat yang sederhana setidaknya terdiri dari subyek dan predikat. Kejelasan
subyek dapat dicapai dengan menghindari penempatan kata depan, seperti di,
dalam, pada, bagi, untuk di depan subyek, dan kata karena, sebagai, tentang
mengenai, berdasarkan dan sebagainya.3
2) Pemilihan kata yang tepat
3) Bentuk yang sejajar
Paralelisme atau kesejajaran bentuk merupakan penggunaan bentuk yang
sama dari kata-kata atau kelompok kata yang menduduki fungsi yang sama.
4) Gagasan yang masuk akal.
Beberapa masalah yang sering terjadi dalam merangkai suatu kalimat adalah
pengaruh kata-kata bahasa asing yang sulit dipahami artinya, kata-kata yang
diterjemahkan sebagian dan gaya bahasa yang kurang sesuai dengan bahasa
penerima. Kesulitan lainnya dari membuat suatu kalimat adalah munculnya kalimat
5
yang rancu atau meragukan. Ciri-ciri dari kalimat rancu seperti kalimat yang sulit
dipahami artinya sehingga bisa menimbulkan pemahaman yang salah, kesaalahan
atau kurangnya pemakaian kata kerja, kekeliruan pasangan kata.4
Kalimat yang terlalu panjang akan membuat arti dari kalimat tersebut tidak jelas.
Untuk menghindari hal ini, maka dalam membuat suatu kalimat harus dilakukan
pemenggalan atau menghilangkan kata-kata yang mubazir.4 Kalimat yang mudah
dipahami itu apabila strukuturnya tertata dengan baik dan efektif. Keefektifan kalimat
dapat terjadi jika terdapat variasi pemilihan kata dan keragaman konstruksinya. Hal
itu dapat dilakukan dengan cara membuat variasi awal kalimat dengan susunan yang
berbeda-beda untuk menghindari kemonotonan.1
Gabungan dari beberapa kalimat yang disusun saling berhubungan dan
menyatakan kesatuan pikiran dalam arti yang lebih luas disebut paragraf atau alinea.
3,4 Gagasan utama sebuah paragraf dapat disusun dengan pola perbandingan, sebab-
akibat, klasifikasi atau batasan.4 Paragraf yang baik ditandai dengan tiga hal yaitu
kesatuan isi alinea, koherensi dan pengembangan atau rincian yang mendukung
gagasan utama.3
Paragraf dibagi menjadi tiga macam menurut tujuannya, yaitu paragraf pembuka,
penghubung dan penutup. Dalam suatu paragraf biasanya terdapat kalimat topik atau
kalimat pokok yang dapat diletakan di awal, akhir atau tengah dari paragraf tersebut.
Terdapat dua cara penulisan paragraf, yaitu sistem indentasi, dimana awalan paragraf
masuk beberapa ketukan dari tepi kiri, dan sistem blok, dimana awalan paragraf rata
dengan tepi kiri, namun diberi jarak antar paragraf.3 Kesatu-paduan dan keserasian
6
paragraf akan terangkai dalam sub-bab yang baik dan efektif. Rangkaian sub-bab
yang baik dan efektif akan membangun wacana yang baik dan efektif juga sehingga
isi yang ditampilkan dalam wacana suatu karya tulis ilmiah akan jelas, enak dibaca,
dan mudah dipahami.1
2.2 Tanda Baca
Tanda baca atau pungtuasi dalam karya tulis ilmiah dimaksudkan untuk membantu
pembaca agar memahami maksud suatu kalimat tertulis. Dalam komunikasi bertatap
muka, kalimat yang diucapkan oleh seseorang dapat jelas maknanya karena dibantu
oleh tekanan suara, tarikan napas, dan gerak-gerik muka, sedangkan dalam bahasa
tertulis diatasi dengan adanya tanda baca atau pungtuasi itu.1
Beberapa tanda baca yang digunakan adalah 6:
2.2.1 Tanda titik (.)
Penggunaan tanda ini biasanya pada2:
(1) Akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan;
(2) Singkatan nama orang;
(3) Akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan;
(4) Singkatan atau ungkapan yang sangat umum;
(5) Belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, dan daftar;
(6) Pemisahan angka jam, menit, dan detik yang menunjukan waktu;
(7) Pemisahkan angka jam, menit, detik yang menunjukan jangka waktu.
7
Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan yang tidak menunjukan
jumlah, contohnya: Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung. Tanda titik tidak dipakai
pada akhir judul suatu karangan.6
2.2.2 Tanda koma (,)
Penggunaan tanda koma biasanya, pada 2,6:
(1) Unsur–unsur dalam suatu perincian dan pembilangan
(2) Pemisahan kalimat setara;
(3) Pemisahkan anak kalimat dari induk kalimat;
(4) Kata seru yang terdapat pada awal kalimat;
(5) kata atau ungkapan penghubung antara kalimat yang terdapat pada
awal kalimat;
(6) Pemisahan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat, namun
jika sumber petikan langsung berada di belakang maka tanda koma
tidak digunakan. Contohnya: “Dimana pameran buku diadakan?”
Tanya Sinta.
(7) Pemisahan nama orang dan gelar.
(8) Unsur-unsur alamat yang ditulis berurutan;
(9) Memisahkan nama penulis dalam daftar pustaka;
(10) Awal angka persepuluhan;
(11) Mengapit keterangan tambahan, atau keterangan aposisi.
8
2.2.3 Tanda titik koma (;)
Tanda ini digunakan pada 2,6:
(1) Pemisahan bagian–bagian kalimat yang sejenis dan setara;
(2) sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang
setara dalam kalimat majemuk;
(3) perincian bentuk frasa yang dipaparkan secara vertikal.
2.2.4 Tanda titik dua (:)
Tanda ini sering digunakan pada2,6:
(1) Akhir suatu pernyataan lengkap atau kata yang diikuti rangkaian atau
rincian;
(2) rangkaian atau rincian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri
pernyataan.
2.2.5 Tanda hubung (-)
Tanda ini sering digunakan dalam 2,6:
(1) Menyambung suku–suku kata dasar yang terpisah karena pergantian
baris;
(2) Menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya;
(3) Menyambung unsur–unsur kata ulang;
(4) Menyambung huruf kata yang dieja;
(5) Memperjelas hubungan bagian–bagian ungkapan;
(6) Merangkaikan se- dengan angka, angka dengan –an,
(7) Singkatan huruf besar dengan imbuhan atau kata;
9
(8) Merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
2.2.6 Tanda pisah (--)
Tanda ini mirip dengan tanda hubung, namun tanda pisah ditulis dengan
cara mengetik dua kali tanda hubung. Tanda pisah biasanya digunakan untuk
2,6:
(1) Membatasi penyisipan kata atau kalimat yang member penjelasan;
(2) Menegaskan adanya aposisi atau keterangan yang lain sehingga
kalimat menjadi lebih jelas;
(3) Di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti ‘sampai dengan’atau
di antara nama dua kota yang berarti ‘ke’ atau sampai.
2.2.7 Tanda elipsis (. . .)
Tanda ini dipakai (buku ajar 2) (6) :
(1) Untuk menggambarkan kalimat yang terputus;
(2) Untuk menunjukan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang
dihilangkan.
2.2.8 Tanda petik (“. . .”)
Tanda ini dipakai2, 6:
(1) Mengapit petikan langsung;
(2) Mengapit judul karangan, dan bab buku apabila dipakai dalam
kalimat;
(3) Mengapit istilah ilmiah yang masih kurang dikenal.
10
2.2.9. Tanda petik tunggal (‘…’)
Tanda ini dipakai: 2,6
(1) Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan petikan lain;
(2) Mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
2.2.10 Tanda garis miring (/)
Tanda ini dipakai:2,6
(1) Dalam penomoran kode surat;
(2) Sebagai pengganti kata dan, atau, per atau nomor alamat,
2.2.11 Tanda penyingkat atau apostrop (‘)
Tanda ini dipakai untuk menunjukkan penghilangan bagian kata.2,6
2.2.12. Tanda tanya (?)
Tanda ini dipakai untuk menyatakan sebuah pertanyaan, biasanya
diletakan diakhir kalimat.6
2.2.13 Tanda seru (!)
Tanda ini digunakan untuk menyatakn bahwa kalimat atau ungkapan
tersebut merupakan seruan.6
2.2.14 Tanda kurung ( (…) )
Penggunaannya biasanya untuk menunjukan keterangan tambahan atau
penjelasan.6
2.2.15 Tanda kurung siku ( […] )
Digunakan untuk mengapit kata, huruf, atau kelompok kata yang menjadi
koreksi atau tambahan dari kalimat.6
11
BAB III
PEMBAHASAN
Bahasa Indonenesia memiliki variasi yang disebabkan karena latar belakang sosial,
budaya dan keperluan komunikasinya. Arti kata variasi disini adalah bentuk bahasa
yang ditandai dengan ciri-ciri linguistik dan non linguistis.5 Sebuah karya ilmiah
merupakan karangan yang bersifat informatif dan obyektif, yang disusun dalam
bahasa yang baku. Banyak hal yang harus diperhatikan dalam menyusun sebuah
karya ilmiah. 3,4
Bahasa yang digunakan dalam menyusun karya ilmiah adalah bahasa yang bersifat
baku, artinya penulis tidak boleh menggunakan bahasa daerah, atau bahasa asing,
menhindari bahasa yang ambigu. Dalam sebuah karya ilmiah tanda baca atau
pungtuasi, lambing ilmiah, singkatan, rujukan, jenis huruf dan pemilihan kata
sangatlah diperhatikan. Kata-kata, kalimat dan paragraf dalam bahasa tulis karya
ilmiah harus jelas, ringkas, lengkap, dan mampu meyakinkan pembacanya.
Penulisan kata-kata dalam karya ilmiah sangat diperhatikan. Contohnya singkatan,
dalam karya tulis ilmiah setiap kata harus ditulsi sesuai ejaan yang baku,
penyingkatan hanya dilakukan pada gelar, sapaan, jabatan atau pangkat seseorang
yang diikuti tanda titik. Nama lembaga resmi, judul dokumen resmi dapat disingkat
dengan mencantumkan huruf depannya saja dan menggunakan huruf besar,
Contohnya: KTP-Kartu Tanda Penduduk.3
12
Selain memperhatikan pemilihan dan penulisan kata-kata, sebuah karya ilmiah
juga harus memperhatikan susunan kalimat. Jika dikembalikan lagi ke strukturnya,
sebuah kalimat sederhana terdiri dari subyek dan predikat. Namun pada penulisan
karya ilmiah, tidak hanya menggunakan kalimat dengan pola dasar, bisa terdapat
kalimat majemuk baik setara atau pun bertingkat. Kalimat majemuk setara terdiri dari
satu kalimat klausa atau dasar. Setiap kalimat dasar dapat terdiri dari kalimat tunggal.
Kata sambung yang dapat digunakan dalam kalimat majemuk setara adalah “dan”,
“serta”, “tetapi”, “melainkan”, dan “sedangkan”. Contoh kalimat majemuk setara:
Kakaknya gemar menari dan adiknya gemar melukis.5
Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang terdiri dari dua atau beberapa
klausa. Salah satu kalimat dapat menjadi induk kalimat dan sisanya menjadi anak
kalimat. Ciri-ciri kalimat induk adalah dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal,
memiliki unsur kalimat yang lebih lengkap dan tidak didahuluin kata penghubung.
Anak kalimat merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri, tidak harus
memiliki unsur kalimat yang lengkap dan didahului kata penghubung.5
Kumpulan kalimat ini akan disusun menjadi sebuah paragraf, yang dikembangkan
dengan pola tertentu. Pengembangan paragraf memiliki beberapa pola agar memiliki
kesatuan. Pola runtunan waktu merupakan cara menyusun paragraf yang
menggambarkan prosedur atau proses pembuatan sesuatu. Setiap kalimat memiliki
kata sambung seperti “mula-mula”, berikutnya” “kemudian”, sesudah itu”,
“selanjutnya”, dan lain sebagainya. Pola uraian sebab akibat merupakan pola
pengembangan paragraf untuk menjelaskan suatu proses, menerangkan kemungkinan
13
yang terjadi dalam suatu proses dengan alasan yang tepat. Pola pengembagan
paragraf lainnya adalah pola perbandingan dan pertentangan. Pengembagan paragraf
dengan cara ini seringkali ditandai dengan kata-kata “tetapi”, “apalagi”, “sementara
itu”, “berlainan dengan”. Pola paragraf berikutnya adalah rincian umum ke khusus,
setiap kalimat dibelakangnya menjelaskan lebih spesifik dari kalimat sebelumnya.
Pengembangan paragraf yang terakir adalah dengan pola daftar. Pola ini dibagi
menjadi dua jenis yaitu tidak berformat tidak seiring, berformat tidak seiring, pola
daftar seiring.4
Dalam penyusunan karya ilmiah, selain memperhatiakan cara menulis dan
menyusun kalimat, juga diperhatikan pemakaian tanda baca. Penulis sering sekali
lalai dan melakukan kesalahan dalam pemakaian tanda baca. Sehingga menjadikan
karangan atau karya ilmiah kita menjadi sebuah karya yang kurang baik karena ada
kesalahan dalam penulisanya. Kesalahan penggunaan tanda baca ini dapat
menjadikan kalimat itu menjadi rancu dan berbeda arti.
14
BAB IV
KESIMPULAN
Sebuah karya ilmiah memiliki tujuan untuk menyampaikan informasi, pemikirian
dan pengalaman penulis secara jelas dan ringkas. Karya tulis ilmiah dapat dibuat
menarik tanpa menghilangkan nilai-nilai ilmiahnya dan bentuknya yang formal.
Bahasa dalam karya tulis ilmiah harus memperhatikan beberapa hal, seperti pemilihan
kata yang yang baku, serasi dan efektif, membuat kalimat dan menysusun paragraf
yang beraturan sehingga suatu karya tulis ilmiah memiliki arti yang jelas. Selain
memperhatikan cara menulisnya, penggunaan tanda baca juga harus diperhatikan agar
suatu kalimat memiliki arti yang jelas.
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Mulyani, H. Bahasa dan Format Karya Ilmiah. Yogyakarta: Universitas
Negeri Yogyakarta; 2010. Hal ….
2. Sofyan, AN, Karlieni, E, Wahya, Juatmadja, Permadi, R.Y. Bahasa Indonesia
Dalam Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Widyatama ; 2007. Hal
…
3. Haryanto AG, Ruslijanto H, Mulyono D. Metode Penulisan Karya Ilmiah.
Jakarta: EGC; 2000. Hal …..
4. Haryanto AG. Seluk Beluk Penyusunan Karangan Ilmiah. Jakarta: Hipokrates;
1993. Hal ….
5. Mulyono D, Boesro S, Roeslan BD. Penulisan Ilmiah. Jakarta: FKG
Universitas Trisakti; 1990. Hal….
6. Finoza, L. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta; Diksi Insan Mulia; 1993.
Hal…
16
top related