revisi gic
Post on 01-Jan-2016
433 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
REVISI
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL II
Topik : Semen Glass Ionomer
Grup : C-6
Tgl. Praktikum : Kamis, 6 Desember 2012
Pembimbing : Endanus Harijanto,drg,M.Kes
Penyusun :
No. Nama NIM
1. Muhammad Akbar Arsyah S. 021111052
2. Agustin Tri Lisdiana 021111150
3. Ade Riska Pradina 021111151
4. Febria Rosana Satya Devi 021111152
5. Siti Atikah 021111153
6. Nadjwa 021111154
DEPARTEMEN MATERIAL KEDOKTERAN GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
1
2012
1. TUJUAN
a. Dapat melakukan manipulasi semen glass ionomer dengan cara yang
tepat.
b. Dapat membedakan setting time semen glass ionomer dengan variasi
rasio bubuk/cairan.
2. CARA KERJA
2.1 Bahan :
a. Bubuk dan cairan glass ionomer tipe II
b. Vaselin
Gambar 2.1. Bubuk (kanan) dan Cairan (kiri) glass ionomer tipe 11
2.2 Alat :
a. Pengaduk plastik
b. Paper pad
c. Celluloid strip
d. Plat kaca
e. Cetakan plastik ukuran diameter 10 mm, tebal 1 mm
f. Plastic filling instrument
g. Sonde
h. Kuas
2
Gambar 2.2. Kuas, sonde, plastic filling instrument, pengaduk plastik,
paper pad. (dari kiri ke kanan)
2.3 Cara Kerja :
2.3.1 Pembuatan Model Malam
a. Permukaan cetakan dan celluloid strip diulas vaselin, kemudian
cetakan diletakkan di atas celluloid strip yang telah diletakkan di
atas plat kaca.
b. Bubuk diambil 1 sendok takar, diletakkan di atas paper pad.
c. Cairan diteteskan sebanyak 1 tetes di atas paper pad, dekat bubuk.
Cara : botol dipegang secara vertical, kemudian ditekan perlahan
hingga menetes.
d. Waktu awal pencampuran dicatat. Bubuk dibagi menjadi dua
bagian. Bagian pertama dicampur selama 10 detik, kemudian
ditambahkan bubuk bagian kedua dan diaduk kurang lebih selama
10 detik sampai homogeny. Total pencampuran selama 20 detik.
e. Adonan dimasukkan ke dalam cetakan dengan menggunakan
plastic filling instrument kemudian permukaan diratakan.
Permukaan adonan ditutup dengan celluloid strip. Waktu
pengerjaan selama 1.5 menit. Gambar 2.3.
f. Selanjutnya celluloid strip dilepas, permukaan semen glass
ionomer ditusuk sonde untuk memeriksa kekerasan permukaan
semen denngan interval waktu 5 detik sampai tidak berbekas.
Waktu pengerasan dicatat. Gambar 2.4.
3
g. Setelah mengeras, sampel dilepas dari cetakan.
h. Setting time dicatat yang terhitung sejak awal pencampuran hingga
semen mengeras.
i. Percobaan diatas diulang dengan rasio bubuk setengah sendok takar
dengan cairan 1 tetes (encer) dan rasio bubuk satu setengah sendok
takar dengan cairan 1 tetes (kental).
Gambar 2.3. Adonan semen glass ionomer setelah pengerjaan
Gambar 2.4. Uji kekerasan semen glass ionomer menggunakan sonde
3. HASIL PRAKTIKUM
Berdasarkan dari praktikum diatas, hasil yang dapat kami
simpulkan adalah sebagai berikut :
Rasio
bubuk : cairan
Setting time
Percobaan I
Setting time
Percobaan II
Setting time
Percobaan III
Encer (½ : 1) 10 menit 30 detik 10 menit 25 detik -
Normal (1 : 1) 7 menit 55 detik 7 menit 30 detik -
Kental (1 ½ : 1) 6 menit 50 detik 7 menit 14 detik 7 menit
4
Pada rasio encer dengan perbandingan bubuk ½ sendok takar dan 1 tetes
cairan didapatkan setting time selama 10 menit 30 detik dan 10 menit 25 detik.
Pada rasio normal dengan perbandingan rasio bubuk : cairan sebesar 1 : 1
didapatkan setting time selama 7 menit 55 detik dan 7 menit 30 detik. Pada rasio
kental denan perbandingan rasio bubuk : cairan sebesar 1 ½ : 1 didapatkan setting
time selama 6 menit 50 detik, 7 menit, dan 7 menit 14 detik.
4. PEMBAHASAN
4.1 Semen glass ionomer
Bahan glass ionomer restoratif telah tersedia sejak tahun 1970-an dan
berasal dari semen silikat dan polikarboksilat semen. Polikarboksilat telah
dikembangkan beberapa tahun sebelumnya dan merupakan semen gigi
yang pertama yang inheren adhesi untuk substansi gigi yang dapat
dibuktikan. Semen glass ionomer merupakan bahan restorasi yang banyak
digunakan oleh dokter gigi dan terus dikembangkan. Semen glass ionomer
ini berupa bubuk dan cairan. Bubuk semen glass ionomer adalah calcium
fluoroaluminosilicate glass dengan formula SiO2-Al2O2-CaF2-Na3AlF6-
AlPO4, sedangkan cairan adalah larutan polyacrylic acid/itaconic acid
copolymer dalam air. Kandungan fluorida pada bahan ini sangat tinggi,
fluorida tersebut untuk memperendah suhu fusi kaca, meningkatkan
kekuatan dan translusensi semen. (McCabe & Walls,2008, hal 245)
4.2 Komposisi
Komposisi semen glass ionomer yang berupa bubuk terdiri dari silika
(SiO2), alumina (Al2O3), aluminium fluorida (AlF3), kalsium fluorida
(CaF2), natrium fluorida (NaF), aluminium phosphat (AlPO4). Sedangkan
komposisi liquid terdiri dari larutan yang berasal dari asam poliakrilat
dengan konsentrasi 40-50%. Liquid ini agak kental dan cenderung menjadi
gel dengan berjalannya waktu, liquid ini juga mengandung asam tartarik.
Asam ini memperbaiki karakteristik manipulasi dan meningkatkan waktu
kerja tapi memperpendek pengerasan. (Asti Meizarini dan Irmawati. 2005.
hal 147)
5
4.3 Reaksi setting
Dalam reaksi setting semen glass ionomer melibatkan pembentukan
garam melalui reaksi kelompok asam dengan kation yang dilepaskan dari
permukaan kaca. Sifat cross-linked garam polyalkenoate diilustrasikan
pada Gambar 4.1.(b) Pada pencampuran bubuk dan cairan atau bubuk dan
air asam perlahan akan memperendah lapisan partikel luar kaca karena
melepaskan ion Ca2+ dan Al3+. Selama tahap awal setting Ca2+ akan
direaksi lebih cepat karena bertanggungjawab dalam reaksi dengan
polyacid untuk membentuk reaksi yang mirip dengan Gambar 4.1.
Sedangkan Al3+ akan direaksi lebih lambat karena bereaksi dengan tahap
berikutnya yang sering disebut dengan reaksi setting tahap sekunder.
(McCabe & Walls. 2008. pp 247).
Gambar 4.1. Struktur kimia dari (a) polyacrylic acid dan (b) cross-linking ion Ca
dan ion Al
Reaksi Semen ionomer kaca merupakan reaksi asam basa antara acidic
polielektrolit dengan aluminosilicate glass. Polyacid kemudian bereaksi
dengan glass, sehingga melepaskan ion fluorida. Ion ini merupakan
kompleks metal fluoridaida, kemudian bereaksi dengan polianion untuk
membentuk salt gel matriks. Ion Al3+ menyebabkan matriks resisten
terhadap flow. Adhesi antara semen glass ionomer dengan permukaan gigi
dimulai dengan Polyalkenoic acid yang menempel pada email gigi dan
6
kemudian berikatan dengan Phosphat dan Calcium pada email gigi.
(Fauziah dkk. 2008)
Keuntungan dari semen glass ionomer adalah perlekatan ionik
permanen terhadap struktur gigi dan kapasitas untuk melepaskan fluorida.
Semen glass ionomer memiliki biokompatibilitas yang baik terhadap
jaringan gigi, solubilitas rendah, antikariogenik, perubahan dimensi kecil
dan tahan terhadap fraktur. Sedangkan kerugiannya adalah translusensi,
estetik, kehalusan permukaan, compressive strength, flexural strength
kurang dibandingkan dengan kompomer dan juga lebih tidak tahan
terhadap erosi. (Fauziah dkk. 2008)
4.4 Rasio bubuk/cairan
Glass ionomer semen dicampur dengan cairan asam karboksilat yang
memiliki kental lebih dengan rasio bubuk /cair adalah 1,3:1 hingga 1.35:1.
Sedangkan yang dicampur dengan cairan yang memiliki konsistensi
seperti air memiliki rasio bubuk / cairan 3.3:1 hingga 3,4: 1. Bubuk dan
cair dibagikan ke paper pad atau glass lab. (Craig.2002 pp.615)
Rasio bubuk/cairan yang direkomendasikan oleh produsen untuk GIC
harus diikuti. Paper pad cukup untuk melakukan pencampuran. Glass lab
yang dingin dan kering dapat digunakan untuk memperlambat reaksi dan
memperpanjang working time. Slab tidak boleh digunakan jika suhunya
dibawah dew point. Bubuk dan campuran tidak boleh dikeluarkan ke slab
sebelum prosedur dimulai. Kontak yang terlalu lama dengan atmosfer
dapat mengubah ratio asam/air pada cairan. Untuk aplikasi restorative,
bubuk harus dimasukkan dengan cepat ke dalam cairan menggunakan
spatula yang kaku dan sptula logam plastic untuk aplikasi luting. Mixing
time tidak boleh melebihi 45 sampai 60 detik, tergantung pada produk
masing-masing, campuran harus memliki penmapilan yang mengilap,
yang menunjukkan bahwa tidak adanya polyacid yang bereaksi
dipermukaan. Sisa asam dipermukaan sangat berpengaruh pada kekuatan
gigi. Penampilan yang kusam menunjukkan behwa adanya asam bebas
yang tidak adekuat untuk perlekatan. (Anusavice, 2009. pp 477)
7
4.5 Manipulasi
Materi diukur dengan hai-hati dan komponen yang baru dikeluarkan
dicampur dengan cepat dalam 30 sampai 40 detik. Beberapa merek yang
dikemas dalam bahan encapsulated, dicampur secara mekanis, dan
diaplikasikan. Rasio bubuk / cairan yang digunakan untuk luting adalah
sekitar 1.3:1 untuk convetional GIC. Hasil terbaik diperoleh dengan
mencampur bubuk dengan cairan pada lempengan yang dingin. Cara
penyemenan yang benar adalah mencampur cairan dan bubuk, mirip
dengan seng fosfat. Campuran restoratif harus memiliki konsistensi
puttylike dan permukaan yang glossy. Permukaan gigi harus bersih dan
bebas dari saliva. Permukaan restorasi harus bebas dari debris dan
kontaminasi. semen tersebut mengeras perlahan-lahan dan harus
dilindungi dari kelembaban ketika diatur secara klinis. (O’brien. 2002. pp.
255)
Bubuk dibagi menjadi dua porsi dengan jumlah yang sama
banyak.Bagian pertama disatukan dengan cairan, kemudian dicampur
dengan menggunakan spatula dengan gerakan rolling (melipat) dengan
tujuan hanya untuk membasahi permukaan partikel bubuk dan
menghasilkan campuran encer selama 10 detik. Kemudian bagian kedua
disatukan dengan adukan pertama. Pengadukan terus dilanjutkan dengan
gerakan yang sama sampai seluruh partikel terbasahi. Luas daerah
pengadukan diusahakan tidak meluas dan adukan selalu dikumpulkan
menjadi satu. (Dharsono. 2007)
Pengadukan glass ionomer pada praktikum ini dilakukan di atas paper
pad. Bubuk ditakar menurut variabel yang akan digunakan. Takaran bubuk
yang akan diaduk dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama diaduk
dengan cairan menggunakan spatula plastik yang kaku, sebelum bagian
bubuk yang kedua dimasukkan. Penggunaan spatula plastik dalam
pengadukan dimaksudkan agar tidak mengubah warna dari semen GIC.
Bila menggunakan spatula berbahan logam, maka semen akan berwarna
keabuan. (Aprilia. 2011 hal.32)
8
4.6 Sifat
Ketebalan
Ketebalan semen glass ionomer kurang lebih sama dengan semen zinc fosfat dan cocok untuk sementasi. (Craig. 2002. pp. 615)
Kekuatan
Kekuatan kompresif 24 jam semen glass ionomer berkisar antara 90 hingga 230 MPa, hal ini lebih besar daripada semen zinc fosfat. Tidak seperti semen zinc poliakrilat, semen glass ionomer mengalami kegagalan yaitu mengalami kerapuhan dalam tes kompresi diameter. Rigidity (kekerasan atau kekakuan) semen glass ionomer ditingkatkan oleh partikel kaca dan sifat ionik ikatan antar rantai polimer. Kekuatan kompresi semen glass ionomer meningkat antara 24 jam hingga 1 tahun. Semen glass ionomer diformulasi sebagai bahan pengisi mengalami peningkatan 160-280 MPa selama periode ini. Kekuatan semen glass ionomer akan meningkat lebih cepat apabila semen diisolasi dari kelembapan (basah) selama proses restorasi. (Craig. 2002. pp. 615)
Kekuatan ikatan
Semen glass ionomer yang berikatan dengan dentin memiliki niali-nilai kekuatan untuk saling mengikat antara 1 sampai 3 MPa. Kekuatan ikatan semen glass ionomer tidak terlalu kuat, mungkin karena sensitivitas semen glass ionomer pada kelembapan selama proses setting. Kekuatan ikatan ditingkatkan dengan memperlakukan dentin dengan kondisioner asam diikuti oleh sebuah aplikasi dari larutan encer FeCl. Semen glass ionomer berikatan baik dengan enamel, stainless steel, tin oxide-plated palatinum dan gold alloy. (Craig. 2002. pp. 616)
Kelarutan
Nilai kelaruatn pada semen glass ionomer yang diukur dalam air menunjukkan jauh lebih tinggi daripada yang diukur pada semen lainnya. ANSI/ADA specification no. 96 menentukan laju erosi asam maksimum sebesar 0.05 mm/jam, spesifikasi ini juga mengatur batas-batas kandungan larutan arsenic dan kandungan timbal. (Craig. 2002. pp.616)
Sifat-sifat biological
Semen luting glass ionomer dapat menyebabkan hipersensitivitas luting berkepanjangan, bervariasi dari ringan sampai parah. Direkomendasikan penggunaan rasio powder/liquid dan penerapan basis kalsium hidroksida di area yang dekat pulpa. (Craig. 2002. pp.616)
9
4.7 Hubungan teori dengan hasil
Pada rasio normal, ketika bubuk dan cairan semen glass ionomer
dicampurkan, bubuk akan menghasilkan ion kalsium (Ca2+) dan ion
aluminium (Al3+). Kemudian terjadi cross-link antara kation dengan
polyacid sehingga membentuk polyalkenoate yang dapat membuat
permukaan menjadi keras (setting). Waktu yang dibutuhkan untuk setting
antara 7-8 menit.
Pada rasio encer, setting time berlangsung lebih lama karena memiliki
rasio bubuk/cairan rendah sehingga bubuk akan menghasilkan Ca2+ dan
Al3+ dengan jumlah yang sedikit. Cross-link yang terjadi antara kation
dengan polyacid membentuk polyalkenoate akan berlangsung lama karena
terdapat sisa asam yang menunggu kation dari bubuk terurai untuk
melakukan cross-link sehingga waktu pengerasan berjalan lambat. Pada
praktikum ini didapatkan setting time lebih dari 10 menit.
Pada rasio kental, rasio bubuk/cairan yang tinggi akan mengakibatkan
setting time lebih cepat karena bubuk semen glass ionomer akan
menghasilkan Ca2+ dan Al3+ lebih banyak dibandingkan cairan asam.
Cross-link yang terjadi antara kation dengan polyacid membentuk
polyalkenoate tidak perlu menunggu terurainya kation sehingga proses
pengerasan berlangsung cepat. Pada praktikum ini didapatkan setting time
sekitar 7 menit.
Hasil percobaan pada rasio yang sama ternyata memiliki setting time
yang berbeda. Hal ini dikarenakan oleh dua mahasiswa berbeda mulai dari
penakaran rasio p/l semen, pencampuran, pengadukan, bahkan cara
menggores menggunakan sonde untuk mengecek kekerasan semen yang
dihasilkan.
5. KESIMPULAN
Setting time semen glass ionomer dipengaruhi oleh rasio bubuk / cairan.
Semakin tinggi rasio bubuk / cairan, semakin cepat setting time semen glass
ionomer dan sebaliknya jika rasio bubuk / cairan rendah, setting time semen
glass ionomer semakin lama.
10
6. DAFTAR PUSTAKA
Aprilia, Sari. 2011. Kesehatan Gigi Masyarakat Bireun NAD. Thesis UI hal.
32
Anusavice, KJ 2003, Phillips’ Science of Dental Materials, 11 th ed, Saunders,
pp. 477
Craig, RG & Powers, JM 2002, Restorative Dental Material, 11 th ed, Mosby
Elsevier, pp. 615-616
Dharsono, HDA. 2007. Restorasi Resin Komposit dengan Teknik Laminasi.
Bandung Dentistry 4. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran:
Bandung. hal 10
Eva Fauziah, Ismu S Suwelo, Hendarlin Soenawan. Indonesian Journal Of
Dentistry 2008; 15(3) : 205-211.
Meizarini. A dan Irmawati. Kekerasan permukaan semen ionomer kaca
konvensional tipe II akibat lama penyimpanan. 2005. Maj. Ked. Gigi.
(Dent. J.), Vol. 38. No. 3. hal: 146–150
Mc.Cabe J.F, Walls A.W.G. 2008. Applied Dental Material 9th edition. UK.
Blackwell Publishing. Page: 254 dan 247
O’Brien, William J 2002, Dental Material and Their Selection, 3rd ed,
Quintessence Publishing Co, Inc, pp. 255
11
top related