rencana usaha - green growth program...
Post on 06-May-2018
227 Views
Preview:
TRANSCRIPT
0
GLOBAL GREEN GROWTH INSTITUTE
MAY 2014
1
Rencana Usaha
Pengembangan Gula Aren di Lahan Kritis, Kutai Barat
Penulis:
Alfan Subekti
Abdul Fatah
Fariyanti
Eddy Mangopo Angi
Hak CIpta Global Green Growth Institute
Kantor Perwakilan Indonesia
Mei 2014
2
Ringkasan Eksekutif
Salah satu kegiatan kunci pertumbuhan hijau yang diidentifikasi oleh Gubernur
adalah mengusahakan pemanfaatan lahan kritis secara berkelanjutan di
seluruh provinsi melalui usaha masyarakat. Secara khusus, ada sejumlah kecil
lahan kritis (antara 1 dan 500 hektar). Sebagai bagian dari MoU, Gubernur telah
meminta GGGI untuk mengeksplorasi pilihan yang tersedia untuk membangun
perusahaan masyarakat yang berkelanjutan di lahan kritis berskala kecil
sebagai bagian dari strategi pertumbuhan hijau provinsi. Tujuan kegiatan ini
adalah untuk menginformasikan Pemerintah Kalimantan Timur dan pemangku
kepentingan lainnya mengenai pilihan-pilihan untuk meningkatkan UKM yang
berkelanjutan di lahan kritis berskala kecil di seluruh provinsi.
Terdapat lahan kritis seluas 39.608,9 ha di Kecamatan Mook Manoor Bulatn,
Kutai Barat. Luas Desa Gunung Rampah sebesar 378 ha dan ditempati oleh
626 penduduk, dengan kepadatan penduduk 1,66 orang/ha. Total luas
Kecamatan Mook Manaar Bulatn adalah 88.538 ha dengan populasi 8.960
orang yang tinggal di 15 desa.
Umumnya, tutupan lahan di kecamatan didominasi oleh semak dan hutan
sekunder muda. Lokasi plot percontohan terletak di Desa Gunung Rampah,
yang beberapa decade yang lalu digunakan untuk perkebunan karet dan
didominasi oleh semak, terutama rumput alang-alang (Imperata cylindrica).
Berdasarkan satuan pemetaan tanah, plot percontohan di desa Gunung
Rampah tergolong dalam klasifikasi tanah Hapludults Dystrudepts dan
diklasifikasikan sebagai sistem lahan Teweh (TWH) dengan sub relief dataran
tektonik. Tanah ini miskin fosfat dan nutrisi.
Proyek penanaman dan pengolahan gula aren (Arenga pinnata (Wurmb) Merr)
akan dilaksanakan di Desa Gunung Rampah, Kecamatan Mook Manaar
Bulatn, Kutai Barat yang akan meliputi 100 ha lahan petani dan dikategorikan
sebagai lahan kritis. Lahan tersebut adalah kawasan non-hutan dan
diklasifikasikan sebagai APL berdasarkan rencana tata ruang kabupaten.
Produk utama rencana usaha ini dibagi menjadi dua kategori utama, meliputi
produksi/penjualan gula aren dan turunan dari pohon Aren seperti buah-
buahan, tongkat sapu, serat untuk atap, dan sagu Aren. Gula aren akan
dikemas secara unik untuk dijual di pasar. Sedangkan proses produksi gula
3
aren akan menerapkan apa yang sudah biasa dilakukan petani hingga saat ini,
dengan beberapa perbaikan di tahap pengolahan. Proses mengubah pohon
Aren menjadi gula aren yang dilakukan oleh petani lokal bukanlah proses yang
kompleks. Bagi petani, komoditas ini telah diakui selama puluhan tahun dan
memberikan banyak manfaat secara ekonomi.
Tujuan utama proyek ini adalah untuk menghasilkan pendapatan daerah
dengan memanfaatkan lahan kritis atau marjinal yang tidak terpakai di Mook
Manaar Bulatn, terutama di desa desa Gunung Rampah, Kecamatan Mook
Manaar Bulatn, dengan pemeliharaan lingkungan, termasuk dengan
menggunakan sejumlah prosedur yang ramah lingkungan untuk meminimalkan
emisi CO2 dan meningkatkan ekosistem yang sehat, untuk menghasilkan
produk pertanian yang sehat dan berkelanjutan.
Rencana usaha ini memiliki beberapa aspek yang unik, antara lain: (1) gula
aren organik akan dikemas secara unik, (2) produk-produk meliputi gula aren
dan produk lainnya, (3) usaha ini akan menggunakan gula aren yang ditanam,
bukan tanaman yang tumbuh di alam, (4) usaha ini menggunakan bibit mini
yang lebih pendek dan tumbuh lebih cepat, (5) praktik pengelolaan terbaik akan
menghasilkan gula aren per hektar secara lebih signifikan dari perkebunan gula
aren yang ada saat ini di Kutai Barat, (6) kayu Laban akan ditanam di dekat
lahan kritis untuk menghasilkan briket arang yang akan digunakan dalam
pengolahan gula aren, sehingga mengurangi penggunaan kayu bakar.
Permintaan gula aren di banyak kecamatan di Kutai Barat tampaknya hampir
sebesar gula putih, terutama untuk gula aren organik. Produk yang dihasilkan
oleh petani selalu diterima di pasar, dan ini menunjukkan bahwa permintaan
gula aren lebih besar dari pasokan petani. Data dari Kecamatan Mook Manaar
Bulatn dalam Angka (2013) memperlihatkan Tingkat produktivitas Aren di
Kecamatan Mook Manaar Bulatn dengan jumlah perkebunan 130,31 ha dan
menghasilkan 6.910 kg dengan produktivitas 189,21 kg/ha.
NPV menunjukkan nilai positif dan berarti bahwa proyek aren ini layak untuk
dilaksanakan. Sementara IRR mencapai 37% dan di atas tingkat suku bunga
(19,00%/tahun). Sedangkan nilai ARR sebesar 345% adalah nilai persentase
yang lebih tinggi dari keuntungan yang diharapkan (tingkat keuntungan yang
diharapkan adalah 10%). Periode pengembalian (PP) menunjukkan bahwa
investasi untuk proyek aren akan benar-benar kembali ke bank setelah 6 tahun
4
(PP adalah 6,03). Total dana pemerintah untuk proyek ini diperkirakan sekitar
Rp 956.933.183 yang sebagian besar digunakan untuk aset tetap. Diharapkan
dana tersebut dapat disediakan dalam program 2015 melalui Bappeda Kutai
Barat dan didukung oleh Bappeda Kalimantan Timur.
Perkiraan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dari penanaman hingga
produksi adalah 132 orang (dari persiapan lahan hingga pengolahan produk)
dari tiap petani Aren petani dengan satu pengawas tambahan.
Manajemen dan organisasi proyek gula aren meliputi:
1. Untuk membangun kelompok swadaya masyarakat (KSM) bagi petani
gula aren dengan unit usaha yang spesifik untuk pemasaran dan
pengumpulan produk. Kelompok petani di bawah badan hukum
Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Peningkatan kapasitas dan
penguatan kelembagaan akan diberikan oleh pemerintah daerah
kepada petani melalui KSM;
2. Unit Usaha Aren akan berperan mengumpulkan semua produk dari
petani dan memasarkannya kepada pembeli;
3. Unit Kredit akan memberikan pinjaman lunak kepada petani. Terkait
dengan fungsi manajemen dan organisasi di atas, seluruh petani yang
terlibat sebagai anggota organisasi harus menandatangani perjanjian
yang terkait dengan hak-hak dan kewajiban mereka. Ini akan ditulis
dalam perjanjian pengembangan usaha untuk beras organik antara
petani dan tiga unit organisasi.
Salah satu misi proyek adalah untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang
dapat dicapai melalui penggunaan bahan yang ramah lingkungan dalam
menanam Aren. Pupuk organik dari peternakan lokal atau pupuk kandang
kompos akan mengurangi pelepasan amonia dan N2O ke udara dan tanah.
Dengan menanam lebih dari 15.000 pohon Aren, potensi cadangan karbon di
lahan sekitar 7.170.000 akan kgC.
5
Daftar Isi
Ringkasan Eksekutif ........................................................................................ 2
Daftar Isi .......................................................................................................... 5
Daftar Tabel .................................................................................................. 6
Daftar Diagram ............................................................................................. 7
Daftar Lampiran ............................................................................................ 7
I. Pengantar .................................................................................................. 8
Lokasi Pilihan dan Rincian .................................................................. 8
I.1.1. Lokasi dan luas area ....................................................................... 8
I.1.2. Alasan pemilihan lokasi ................................................................... 8
Status Saat ini (Ekologi, Sosial, Ekonomi, dan Hukum) .................... 12
I.2.1. Status Ekologi ................................................................................ 12
I.2.2. Status Sosial dan Ekonomi ............................................................ 14
I.2.3. Status Hukum ................................................................................ 16
II. Tinjauan UKM Berkelanjutan ................................................................... 17
II.1. Produk dan/atau Jasa ....................................................................... 17
II.2. Pernyataan Misi, Sasaran, dan Tujuan ............................................. 19
.......................................................................................................... 19
.......................................................................................................... 19
II.2.1. Pernyataan Misi ......................................................................... 19
II.2.2. Sasaran dan Tujuan ................................................................... 19
II.3. Hubungan dengan Kalimantan Timur ............................................... 20
III. Penilaian Pasar .................................................................................... 22
III.1. Analisis Eksternal Kondisi Pasar ...................................................... 22
III.2. Pembeli Potensial ............................................................................. 23
IV. Keuangan ............................................................................................. 25
Proyeksi Keuangan ........................................................................... 25
Perencanaan Keuangan ................................................................... 30
Asumsi-asumsi ................................................................................. 30
Risiko dan Solusinya ........................................................................ 31
V. Implementasi Strategis ............................................................................ 32
Operasional ...................................................................................... 32
6
V.1.1. Tahap Awal & Persiapan ............................................................ 33
V.1.2. Penanaman dan Pemeliharaan .................................................. 33
Sumber Daya dan Perlengkapan ...................................................... 37
Manajemen dan Organisasi .............................................................. 40
V.3.1. Manajemen dan Organisasi yang ada di Mook Manaar Bulatn .. 40
V.3.2. Organisasi kelompok tani ........................................................... 40
V.3.3. Unit Usaha ................................................................................. 42
V.3.4. Unit Keuangan (Kredit) ............................................................... 42
Analisis SWOT .................................................................................. 44
V.4.1. Kekuatan (Strengths) ................................................................. 44
V.4.2. Kelemahan (Weaknesses) ......................................................... 45
V.4.3. Peluang (Opportunities) ............................................................. 46
V.4.4. Ancaman (Threats)..................................................................... 46
V.4.5. Strategi Pengembangan Usaha ................................................. 47
VI. Manfaat Pertumbuhan Hijau ................................................................ 51
Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca ............................................. 51
Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan .............................................. 51
Ekosistem yang Sehat dan Produktif ................................................ 52
Pertumbuhan yang Inklusif dan Adil ................................................. 52
Ketahanan Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Hidup ........................ 52
Lampiran .......................................................... Error! Bookmark not defined.
Daftar Tabel
Tabel 1. Jenis Tanah di Mook Manaar Bulatn (ha) ........................................ 13
Tabel 2. Gambaran Desa ............................................................................... 14
Tabel 3. Investasi Aset Tetap ........................................................................ 25
Tabel 4. Biaya Operasional ............................................................................ 26
Tabel 5. Proyeksi Keuangan untuk proyek aren ............................................ 29
Tabel 6. Analisis NPV, IRR, Periode Pengembalian, ARR, dan PI ................ 29
Tabel 7. Kegiatan utama proyek dan periode waktu ...................................... 32
Tabel 8. Jumlah sumber daya dan perlengkapan .......................................... 38
Tabel 9. Tabel SWOT .................................................................................... 47
Tabel 10. Strategi SWOT ............................................................................... 49
7
Daftar Diagram
Diagram 1. Lokasi Plot Percontohan Perkebunan Gula Aren ........................ 10
Diagram 2. Kondisi terkini plot percontohan perkebunan Aren ...................... 12
Diagram 3. Target pencapaian ...................................................................... 20
Diagram 4. Pengolahan Nira untuk menghasilkan gula aren ......................... 35
Diagram 5. Organisasi Dasar untuk Proyek Percontohan Beras dan Aren
Organik .......................................................................................................... 42
Diagram 6. Organisasi dan unitnya dalam KSM ............................................ 44
Daftar Lampiran
Lampiran 1. Analisis Keuangan Perkebunan Aren di Gunung Rempah ......... 54
Lampiran 2. Analisis Investasi Aset Tetap ..................................................... 57
Lampiran 3. Analisis Titik Impas (BEP) .......................................................... 59
Lampiran 4. Jenis Tanah di Kutai Barat ......................................................... 64
Lampiran 5. Peta Sistem Lahan Manoor Bulatn ............................................ 65
8
I. Pengantar
Salah satu kegiatan kunci pertumbuhan hijau yang diidentifikasi oleh Gubernur
adalah mengusahakan pemanfaatan lahan kritis di seluruh provinsi melalui
usaha masyarakat. Secara khusus, ada sejumlah kecil lahan kritis (antara 1
dan 500 hektar) akibat pembukaan lahan untuk pertambangan, kebakaran
hutan/lahan gambut (kebakaran tahun 1997-1998 mencakup lebih dari 5 juta
ha) dan eksploitasi berlebihan (budidaya ikan, budidaya berbasis tebang dan
bakar). Lahan ini dapat memberikan perusahaan berbasis masyarakat sebuah
titik awal untuk pengembangan bisnis hijau. Sebagai bagian dari MoU,
Gubernur telah meminta GGGI untuk mengeksplorasi pilihan yang tersedia
untuk membangun perusahaan masyarakat yang berkelanjutan di lahan-lahan
kritis berskala kecil ini sebagai bagian dari strategi pertumbuhan hijau provinsi.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menginformasikan Pemerintah
Kalimantan Timur dan pemangku kepentingan lainnya mengenai pilihan untuk
meningkatkan UKM secara berkelanjutan di lahan kritis berskala kecil di
seluruh provinsi. Sasaran dari perusahaan-perusahaan ini adalah untuk
memberikan kontribusi terhadap pembentukan ekonomi lokal berbasis lahan
yang berkelanjutan sambil mengelola ekosistem yang sehat dan tangguh.
Perusahaan yang sukses akan didasarkan pada produksi yang berkelanjutan
dari tanaman, berbagai tanaman atau kombinasi produk dan jasa, termasuk
juga jasa lingkungan.
Lokasi Pilihan dan Rincian
I.1.1. Lokasi dan luas area
Proyek percontohan akan dilakukan di desa Gunung Rampah, Kecamatan
Mook Manaar Bulatn, Kutai Barat dengan luas total 100 ha. Desa Gunung
Rampah merupakan salah satu dari 15 desa di Kecamatan Mook Manaar
Bulatn yang memiliki luas total 378 ha dan ditempati oleh 626 penduduk,
dengan kepadatan penduduk 1,66 orang/ha. Sedangkan total luas Kecamatan
Mook Manaar Bulatn adalah 88.538 ha dengan jumlah penduduk 8.960 orang
yang tinggal di 15 desa.
I.1.2. Alasan pemilihan lokasi
Alasan untuk memilih Mook Manaar Bulatn sebagai wilayah utama untuk
percontohan perkebunan Aren dan produksi gula aren meliputi:
9
1. Aksesibilitas dari desa
Akses adalah kriteria penting untuk mengembangkan plot percontohan
karena sebagian besar terkait dengan jaringan pasar dan pasokan sarana
dan prasarana produksi pertanian.
Mook Manaar Bulatn dapat diakses dengan perahu atau mobil, baik dari
Sendawar/Barong Tongkok, Melak atau bahkan dari Tenggarong dan
Samarinda. Jarak dari Melak adalah sekitar 10-32 km. Sendawar adalah ibu
kota dari Kabupaten Kutai Barat, yang terdiri dari beberapa kecamatan
(termasuk Barong Tongkok dan Melak). Barong Tongkok dan Melak adalah
kota-kota perdagangan penting dekat Mook Manar Bulatn, di mana
sebagian besar produk pertanian dipasarkan di kota-kota tersebut.
Tenggarong, Samarinda, dan Balikpapan menjadi penting dalam usaha ini
karena mereka adalah kota-kota utama di provinsi yang banyak
penduduknya.
10
Diagram 1. Lokasi Plot Percontohan Perkebunan Gula Aren
11
2. Kesuburan tanah
Mook Manaar Bulatn didominasi oleh dataran rendah. Jenis tanah di
kawasan ini didominasi oleh Podsolik dan Aluvial dengan tingkat kesuburan
tanah menengah. Beberapa daerah cocok untuk penanaman padi, tetapi di
beberapa daerah, pohon Aren tumbuh liar. Di Desa Gunung Rampah, yang
akan menjadi lokasi plot percontohan , jenis sistem tanahnya adalah Teweh
(TWH) 1 yang secara alami memiliki tingkat kesuburan kimia tanah yang
rendah, tapi baik bagi kesuburan fisik dan biologis, dan sesuai untuk
mengembangkan kelapa sawit , aren, karet, kakao, dan lain-lain.
3. Sosial budaya
Setidaknya 76,11% dari penduduk Gunung Rampah bekerja di sektor
pertanian. Sisanya bekerja sebagai buruh, aparat negara, atau lainnya.
Sejak tahun 1960-an masyarakat setempat di Mook Manaar Bulatn,
terutama di beberapa desa termasuk Desa Sakaq Tada, Sakak Lotoq,
Karangan, Gunung Rampah, dan Gemuruh berpengalaman menanam
pohon Aren dan memproduksi gula aren. Pengalaman mereka telah
diturunkan kepada anak atau cucu mereka hingga saat ini.
4. Akses Pasar
Potensi pasar, baik di Kutai Barat atau di luar kabupaten, terbuka lebar.
Pasar di Samarinda dan ibu kota lainnya di Kalimantan Timur masih besar.
Akses dari Mook Manaar Bulatn atau bahkan dari Gunung Rampah ke kota-
kota utama di atas dapat diakses. Dibutuhkan sekitar delapan jam
perjalanan lewat darat atau sekitar 15-18 jam dengan perahu dari
Samarinda. Para petani atau pedagang dapat mengangkut produk mereka
dengan perahu melalui Sungai Mahakam atau bahkan dengan mobil.
Saat ini, banyak pedagang dari Samarinda, Tenggarong, dan Banjarmasin
yang membawa produk dari pohon aren. Mereka akan menjualnya di
Samarinda, Balikpapan, Tenggarong atau bahkan Banjarbaru, Martapura,
atau Banjarmasin di Kalimantan Selatan.
5. Dukungan dan kebijakan pemerintah
1
12
Pemerintah Kalimantan Timur telah menunjuk Kabupaten Kutai Barat
sebagai kabupaten untuk pengembangan program ketahanan pangan di
Kalimantan Timur. Sementara itu, pemerintah Kutai Barat telah menunjuk
Mook Manaar Bulatn sebagai pusat pengembangan utama produksi gula
aren di Kutai Barat.
Ini memberikan argumen yang kuat untuk mengintegrasikan dan
menyinkronkan program pemerintah dan inisiatif baru untuk
mengembangkan plot percontohan di Mook Manaar Bulatn di perkebunan
Aren untuk menghasilkan gula aren.
Status Saat Ini (Ekologi, Sosial, Ekonomi, dan Hukum)
Bagian ini memberikan informasi lebih lanjut tentang lokasi yang dipilih,
termasuk:
I.2.1. Status Ekologi
Kecamatan Mook Manaar Bulatn terletak di bagian utara Sungai Mahakam
antara 115o45'00" dan 116o01’05" BT, dan antara 0o13’ LS- 0o18’ LS.
Terdapat 7 desa di Mook Manaar Bulatn (dari 15 desa) yang terletak di lembah
atau tepi sungai, dan desa-desa lainnya berada di daerah dataran. Ada 5 desa
yang terletak di luar kawasan hutan, dan 10 desa lainnya di dekat atau di sekitar
kawasan hutan.
Umumnya, tutupan lahan di kecamatan didominasi oleh hutan sekunder muda
dan semak. Di banyak daerah, hutan desa, hutan tanaman masyarakat (hutan
primer dan sekunder berubah menjadi hutan tanaman), dan perkebunan
tanaman pohon (hutan sekunder, perkebunan masyarakat, dan semak berubah
menjadi karet) dapat ditemukan dengan mudah.
Lokasi plot percontohan terletak di Desa Gunung Rampah, yang digunakan
untuk menjadi perkebunan karet beberapa dekade yang lalu. The tutupan lahan
didominasi oleh semak. Desa ini terletak di 34 meter di atas permukaan laut
dengan topografi datar.
Diagram 2. Kondisi terkini plot percontohan perkebunan Aren
13
Setelah meninjau unit peta tanah, plot percontohan di desa Gunung Rampah
tergolong dalam klasifikasi tanah Hapludults Dystrudepts, dan sub relief
dataran tektonik. Tanah ini miskin fosfat dan nutrisi.
Berdasarkan peta sistem lahan yang diproduksi oleh BAPEDA Kutai Barat2,
plot percontohan di Gunung Rampah masuk dalam klasifikasi sistem lahan
Teweh, seperti yang dijelaskan dalam sub-bab yang berhubungan dengan
kesuburan tanah. Dalam klasifikasi ini, sebagian besar kawasan yang cocok
untuk pengembangan pertanian di Mook Manaar Bulatn, termasuk di desa
Gunung Rampah, perlu perbaikan melalui pemupukan dan penambahan bahan
organik.
Tabel 1. Jenis Tanah di Mook Manaar Bulatn (ha)
SPT 1 SPT 2 SPT 3 SPT 4 SPT 5 SPT 6 SPT 7 Total
16.265 3.124 65.798 10.129 95.316
Sumber: Bappeda West Kutai
Catatan:
SPT 1 Dystrudepts Eutrudepts
SPT 2 Hapludults Dystrudepts
SPT 3 Endoaquepts Sulfaquents
2
14
SPT 4 Hapludults Dystrudepts
SPT 5 Hapludults Dystrudepts
SPT 6 Hapludults Dystrudepts
SPT 7 Endoaquepts Dystrudepts
Dari survei tanah, tampaknya lokasi plot percontohan dibakar beberapa tahun
yang lalu. Hal ini terlihat dari sisa tegakan dan spesies Imperata cylindrica3
yang tersebar liar. Namun, topografi datar dan tidak ada anakan dan pohon lain
di wilayah percontohan akan mempermudah penyiapan lahan sebelum
penanaman.
I.2.2. Status Sosial dan Ekonomi
Rata-rata luas lahan per rumah tangga untuk daerah pertanian di Mook Manaar
Bulatn adalah 2,65 ha (kenaikan 85,36% dibandingkan dengan tahun 2003
yang hanya 1,47 ha). Terkait dengan konflik di lokasi ini, tidak ada konflik lahan
antara petani dan pihak lainnya.
Status sosial Mook Manoor Bulatn dan Desa Gunung Rampah dijelaskan pada
tabel 2. Infrastruktur kesehatan di Gunung Rampah relatif baik. Ada pusat
pelayanan kesehatan (Puskesmas) dengan dokter dan bidan tradisional, tetapi
tidak ada paramedis. Masyarakat juga telah menggunakan toilet mereka sendiri
(9 dari 15 desa di kecamatan masih menggunakan jamban bersama atau
jamban umum. Sektor pendidikan menunjukkan bahwa ada sebuah sekolah
dasar tapi tidak ada taman kanak-kanak, sebuah gedung SMP dengan hanya
118 siswa terdiri dari 58 laki-laki dan 60 perempuan (hanya ada tiga bangunan
SMP di kecamatan ini), tetapi tidak ada SMA di sana.
Sementara itu, jumlah kemiskinan di desa Gunung Rampah relatif kecil dengan
hanya 18 rumah tangga atau sekitar 6,27% atau total data kemiskinan
kecamatan dari 15 desa.
Tabel 2. Gambaran Desa
Kategori Informasi Kecamatan Desa
Percontohan
3
15
(Gunung
Rampah)
Jumlah Penduduk 8,594 orang 626 orang
Rasio Laki-laki dan Perempuan L: 4729 P: 4231 L: 324 P: 302
Rumah Tangga Petani >90% 76.11%
Etnis DayakBenuaq,
Java, Timor,
Bugis
DayakTunjung
Total Wilayah 88.538 ha 378 ha
Sumber: BPS West Kutai, 2013
Sebagian besar orang di Gunung Rampah adalah petani yang bekerja di
sawah. Sedangkan ladang Aren menyebar di Karangan, Sakaq Tada, dan
Gemuruh. Namun, orang-orang lokal dari Gunung Rampah juga terlibat dalam
penanaman atau pengolahan gula aren dari desa tetangga mereka. Itulah
mengapa mungkin hal tersebut menjadi keahlian khusus (pembuatan gula
aren) yang dimiliki oleh orang-orang dari Gunung Rampah.
Hal ini mirip dengan beberapa desa dekat Gunung Rampah, seperti Sakaq
Tada, Karangan, atau Gemuruh. Pertanian4 (sawah kering dan sawah tadah
hujan) adalah mata pencaharian masyarakat lokal yang paling umum. Ukuran
sawah tadah hujan lokal ± 150 ha dengan produktivitas rata-rata 3.000 - 3.250
kg/ha. Sedangkan sawah kering (dataran tinggi) adalah ± 50 ha dengan
produktivitas rata-rata 1.000 - 1.500 kg/ha.
Selain itu, karet juga merupakan komoditas lain yang umum di Kecamatan
Mook Manoor Bulatn, termasuk di desa Gunung Rampah dengan total
perkebunan sebesar ± 28 ha dan rata-rata produksi 500 kg/Ha. Sementara itu,
total luas perkebunan aren di desa Gunung Rampah adalah 78 ha dengan
produksi 6.500 kg/ha. Produksi ini memberikan kontribusi terhadap produksi
gula aren kecamatan dari Mook Manaar Bulatn.
Di lokasi tertentu di Gunung Rampah, informasi yang berhubungan dengan
status ekonomi sangat terbatas. Sebagian besar rumah tangga di desa ini
adalah petani5 (77%). Infrastruktur ekonomi sangat terbatas, tidak ada pasar
16
atau toko, hanya toko-toko kecil yang menjual kebutuhan pokok sehari-hari. Ini
berarti bahwa sebagian besar gambaran pendapatan di Gunung Rampah
dihasilkan melalui pertanian. Sebagian besar petani menanam padi di dataran
tinggi dan berbagai sayuran untuk konsumsi rumah tangga. Sementara itu,
karet dan aren atau gula merah dari Aren adalah pendapatan kas utama petani
di desa ini.
Sejauh ini, pertumbuhan ekonomi sebagian besar didasarkan pada eksploitasi
sumber daya alam yang tidak bisa diperbarui (kayu, batu bara, emas, satwa
liar, dan lain-lain). Ini adalah tanggung jawab pemerintah kabupaten untuk
meminimalkan perdagangan lingkungan dan sosial untuk mencapai
pembangunan yang lebih seimbang dan berkelanjutan dari kabupaten.
I.2.3. Status hukum
Sebagian besar lahan di Mook Manaar Bulatn telah diberikan izinnya untuk
pihak ketiga termasuk perusahaan kehutanan. Jumlah lahan kritis di
Kecamatan Manaar Bulatn sekitar 39.608,9 ha, tidak termasuk lahan kritis di
dalam kawasan hutan. Sekitar 30-40% adalah area milik masyarakat setempat
dan dimanfaatkan untuk ladang budidaya atau tanaman perkebunan.
Plot percontohan untuk perkebunan Aren di Gunung Rampah terletak di luar
kawasan hutan (area non-hutan6) dalam lahan kritis di Mook Manaar Bulan.
Kepemilikan tanah plot percontohan adalah milik petani yang sebagian dapat
dibuktikan dengan sertifikat.
Tidak ada konflik kepemilikan lahan untuk plot percontohan karena lahannya
milik petani (dalam kelompok). Meskipun digunakan untuk sawah kering
beberapa tahun yang lalu, tim telah mewawancarai petani/pemilik terkait
rencana percontohan. Sebagian besar dari mereka setuju untuk terlibat dalam
proyek perkebunan Aren. Selain itu, lahan tidak tumpang tindih dengan izin
pihak ketiga lain, termasuk perkebunan karet, kelapa sawit atau perusahaan
pertambangan batu bara.
17
II. Tinjauan UKM Berkelanjutan
II.1. Produk dan/atau Jasa
Produk utama rencana usaha ini dibagi menjadi dua kategori utama, meliputi
produksi/penjualan gula aren dan turunan dari pohon Aren (Arenga pinnata
(Wurmb) Merr.) seperti buah-buahan, tongkat sapu, serat untuk atap, dan sagu
Aren. Gula aren akan dikemas secara unik dengan menggabungkan
penggunaan daun gula aren dan plastik untuk dijual di pasar, serta produk
kemasan untuk dijual terdiri dua atau tiga pilihan. Sementara itu, proses
produksi gula aren akan menerapkan apa yang telah dipraktikkan petani hingga
saat ini, dengan beberapa perbaikan dalam tahap pengolahan. Proses
mengubah Aren menjadi gula aren yang dilakukan umumnya oleh petani
setempat telah menjadi bagian dari aktivitas sehari-hari mereka. Bagi petani,
komoditas ini telah diakui selama puluhan tahun dan menyediakan banyak
manfaat secara ekonomi.
Untuk melengkapi informasi yang berkaitan dengan produk turunan dari pohon
Aren, di bawah ini adalah penjelasan singkatnya:
Buah (kolang kaling), buah dari pohon aren ini lembut dan sedikit kenyal,
dan menambah rasa pada banyak makanan ringan manis dan minuman.
Ini juga dapat dibuat menjadi permen yang berbeda rasa dan warna.
Getah buah, dapat diolah lebih lanjut untuk membuat beberapa produk
derivatif seperti gula aren, minuman beralkohol rendah (tuak atau legen),
Sirup aren dapat digunakan untuk memasak dan obat tradisional
(karena memiliki indeks Glikemik (GI) yang rendah),
Cuka aren, dapat digunakan untuk memasak, kesehatan, dan kosmetik,
bahkan dapat digunakan untuk berkebun sebagai herbisida
Bio etanol (energi hijau), terutama dihasilkan oleh proses fermentasi
gula, gula yang diperlukan untuk memproduksi etanol berasal dari
tanaman bahan bakar atau energi. Etanol adalah bahan bakar oktan
tinggi dan telah menggantikan timah (lead) sebagai peningkat oktan
dalam bensin. Campuran yang paling umum adalah 10% etanol dan
90% bensin (E10).
Serat (ijuk) sebagai bahan baku pembuatan atap, sapu atau pengisi
untuk konstruksi bangunan, batang dan pelepah yang dapat digunakan
18
untuk berbagai produk industri rumah tangga adalah produk dari pohon
Aren. Ketika pohon Aren mencapai kematangan mereka, beberapa
masyarakat memotongnya untuk kayu dan tidak pernah menanam
kembali pohon-pohon tersebut. Ekspansi perkotaan juga menyebabkan
berkurangnya pohon gula aren saat ini.
Istilah organik mengacu pada sumber gula getah dari pohon Aren berasal dari
budaya organik dan proses gula aren tidak akan melibatkan zat kimia apapun.
Sebagian besar proses penyiapan lahan dan pemeliharaan tanaman akan
menggunakan pupuk organik.
Proyek ini akan menanam pohon Aren untuk melengkapi pohon yang sudah
ditanam di desa Gunung Rampah dengan menggunakan spesies Aren
Genjah/bibit mini yang lebih pendek dan tumbuh lebih cepat. Secara historis,
varietas genjah ini berasal dari Kabupaten Kutai Timur dan telah resmi
dikeluarkan oleh kementerian pertanian sebagai bibit mini Aren nasional.
Jika produk ini dibandingkan dengan produk lain di daerah Kabupaten Kutai
Barat, gula aren Manaar Bulatn akan memiliki materi yang berbeda selama
pemrosesan, di mana proses memasak akan menggunakan briket arang yang
terbuat dari kayu Laban (Vitex pinnata). Oleh karena itu, rencana usaha ini akan
menanam pohon Laban di dekat lahan kritis untuk menghasilkan briket arang
yang digunakan selama pengolahan gula aren. Ini akan mengurangi
menggunakan kayu bakar. Karena briket akan dibuat dan diproduksi sendiri
oleh petani, penggunaan kayu bakar yang biasa mereka lakukan akan
berkurang (bahkan tidak pakai lagi) secara bertahap. Harga akan ditawarkan
sedikit lebih tinggi dari gula aren yang normal dengan mempertimbangkan
biaya bahan dan pengolahan untuk menghasilkan produk.
Melanjutkan semua di atas, rencana usaha ini memiliki beberapa aspek yang
unik, antara lain: (1) gula aren organik akan dikemas secara unik, (2) produk
meliputi gula aren dan produk lainnya, (3) usaha akan menggunakan gula aren
yang, bukan tanaman alam yang ada, (4) usaha ini akan menggunakan bibit
kerdil (Aren Genjah) yang lebih pendek dan tumbuh lebih cepat, (5) praktik
pengelolaan terbaik akan menghasilkan gula aren per hektas lebih signifikan
dari pada perkebunan gula aren yang ada saat ini di Kutai Barat, (6) pohon
Laban akan ditanam dekat lahan kritis untuk menghasilkan briket arang yang
19
akan digunakan selama pengolahan gula aren, sehingga mengurangi
penggunaan kayu bakar.
II.2. Pernyataan Misi, Sasaran, dan Tujuan
II.2.1. Pernyataan Misi
Perkebunan Aren dan proyek pengolahan gula aren akan dilaksanakan di Desa
Gunung Rampah, Kecamatan Mook Manaar Bulatn, Kabupaten Kutai Barat,
Provinsi Kalimantan Timur, yang akan mencakup sekitar 100 hektar lahan
petani yang dikategorikan sebagai lahan kritis.
Pemerintah Kutai Barat dan beberapa pemangku kepentingan keuangan utama
lainnya dalam program mereka akan mengembangkan perkebunan Aren,
pengolahan gula aren dan produk turunannya. Kemitraan ini berkomitmen
untuk memperkenalkan dan mengembangkan plot percontohan untuk
perkebunan Aren, pengolahan gula aren dan produk turunannya terutama di
lahan-lahan kritis atau marjinal dengan pemeliharaan yang ramah lingkungan
dan fasilitas yang mendukung dan mengembangkan jaringan pasar, serta
penguatan kelembagaan petani.
Usaha ini diharapkan dapat meningkatkan hasil pendapatan petani lokal dan
meningkatkan memperbaiki lahan kritis/marjinal di Mook Manaar Bulatn.
II.2.2. Sasaran dan Tujuan
Pengembangan perkebunan Aren dan pengolahan gula aren dan produk
turunannya terutama bertujuan untuk menghasilkan pendapatan daerah
dengan memanfaatkan lahan krits atau marjinal yang tidak terpakai di Mook
Manaar Bulatn, khususnya di desa Gunung Rampah dengan pemeliharaan
yang ramah lingkungan untuk menghasilkan produk pertanian yang sehat dan
berkelanjutan.
Tujuannya meliputi:
memanfaatkan lahan kritis atau marjinal di Mook Manaar Bulatn;
memperkenalkan perkebunan gula aren organik dan bahan pertanian
ramah lingkungan;
meningkatkan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat setempat;
memprakarsai usaha kecil dan menengah berbasis pertanian yang
berkelanjutan dan ramah lingkungan.
20
Proyek ini diharapkan dapat menanam 100 ha dengan jumlah 15.000 pohon
aren. Pengembangan proyek (perkebunan hingga pengolahan) akan
menyediakan lapangan kerja bagi lebih dari 125 orang7 yang terlibat dalam
percontohan di desa atau Kecamatan Mook Manaar Bulatn.
Diagram 3. Target pencapaian
Dalam penanaman selama 20 tahun, tujuan dan pencapaian digambarkan
dalam Diagram di atas.
II.3. Hubungan dengan Kalimantan Timur
Selama tahun 2009, Indonesia telah sepenuhnya memenuhi kebutuhan
swasembada gula putih untuk konsumsi. Tapi sejak itu, pemerintah pusat
menghadapi upaya besar untuk mempertahankan prestasi itu. Pada tahun
2013, total produksi gula hanya mencapai 2,5 juta ton, dibandingkan dengan
5,8 juta ton gula yang dibutuhkan oleh industri dan rumah tangga (Departemen
Pertanian, 2013). Sejumlah program peningkatan produksi (membuka
perkebunan tebu, pabrik gula baru, dan industri berbasis tebu) dan perluasan
areal penanaman (tebu) nampaknya tidak mampu memenuhi target
swasembada pada tahun 2014.
Sejauh ini Provinsi Kalimantan Timur bukan merupakan salah satu produsen
gula di Indonesia. Selain jenis tanah, infrastruktur penyiraman juga merupakan
salah satu kelemahan mengapa kebun tebu tidak tumbuh dengan baik di
Kalimantan Timur. Menggantikan tebu, pohon Aren dari keluarga palmae
tumbuh dengan baik di seluruh bagian Kalimantan Timur. Dari pohon Aren, gula
aren diproduksi dalam industri atau rumah tangga.
7
Per
siap
an la
han
&
kele
mb
agaa
n
Tahun ke-5, seluruh perkebunan (Aren & Leban) telah ditanami
Pen
anam
an, P
emel
ihar
aan
, d
an P
anen
Sejak tahun ke-6, masyarakat akan mendapatkan tambahan pendapatan dari daun, buah, atau bahkan Nira untuk gula aren
Diharapkan masyarakat lokal mulai mendapatkan pendapatan tambahan dari Aren. P
erlu
asan
pas
ar d
an
jari
nga
n
Dari tahun ke-10, pasar akan diperluas dan produk akan menjadi komoditas unggulan kabupaten.
Pendapatan tambahan dari proyek akan terus diperoleh.
Mo
nit
ori
ng,
Eva
luas
i &
per
siap
an r
ota
si k
edu
a
Tahun ke-15, seluruh pohon yang ditebang akan digunakan untuk menghasilkan sagu dan persiapan rotasi kedua untuk perkebunan baru
Diharapkan petani dapat secara mandiri mengembangkan perkebunan dengan sumber dayanya sendiri.
21
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Kalimantan Timur
mengembangkan program untuk merencanakan pohon Aren secara agresif.
Pada tahun 2011, ada 1.253 ha kawasan Aren di provinsi ini dengan produksi
287.000 kg (Departemen Pertanian, 2012). Baru-baru ini, Kementerian
Pertanian telah resmi menetapkan satu varietas Aren dari Kabupaten Kutai
Timur sebagai plasma nutfah nasional (plasma nutfah) untuk bibit Aren mini.
Terlepas dari itu, di Kutai Barat, pemerintah kabupaten telah menempatkan
prioritas untuk empat komoditas tanaman pohon. Mereka adalah karet, kakao,
kelapa sawit, dan gula aren. Di antara mereka, kemajuan Aren sangat terbatas
dalam hal cakupan wilayah dan produksi. Total luas Aren di Mook Manaar
Bulatn pada tahun 2012 adalah 167 ha dengan 18.000 kg8. Pemerintah
kabupaten melalui Dinas Perkebunan, Peternakan, dan Perikanan
(Disbuntanakan) dan Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi
(Disperindagkop) telah berencana untuk mengintensifkan domestikasi pohon
Aren, memelihara pohon-pohon yang ada, dan meningkatkan efisiensi
pengolahan gula aren.
Bahkan, Aren memiliki potensi untuk berkembang karena merupakan pohon
asli tropis dan dengan demikian cocok dan mudah beradaptasi dengan iklim
dan tanah Kutai Barat. Selain itu, komoditas ini tumbuh secara alami dan
menyebar luas dari dataran rendah ke lanskap berbukit. Selain itu, pohon ini
relatif tidak banyak terpengaruh oleh hama dan penyakit.
Semangat hijau Kalimantan Timur dengan mengurangi emisi dan
merehabilitasi lahan kritis melalui program "satu orang lima pohon" bagi
masyarakat Kalimantan Timur sangat besar, sejalan dengan misi dan tujuan
perkebunan Aren organik percontohan di Mook Manaar Bulatn. Diharapkan
pengembangan Aren organik ramah lingkungan, termasuk perkebunan 'kayu
bakar' Laban, akan memberikan kontribusi pada pengurangan emisi amonia
dari pupuk dan bahan bakar fosil yang digunakan untuk mesin pertanian dan
meningkatkan pendapatan daerah.
8
22
III. Penilaian Pasar
III.1. Analisis Eksternal Kondisi Pasar
Harga gula aren di Samarinda/Balikpapan adalah Rp 25.000/kg dan di
Kecamatan Mook Manaar Bulatn adalah Rp 12.500/kg melalui makelar, setelah
dikurangi pinjaman (ijon) mereka. Petani berpotensi mendapatkan harga Rp
15.000-20.000/kg jika organisasi masyarakat dan unit usahanya dibangun.
Permintaan gula aren di banyak kecamatan di Kutai Barat tampaknya hampir
sebesar gula putih, dan terutama untuk gula aren organik. Produk yang
dihasilkan oleh petani selalu diterima di pasar, dan ini menunjukkan bahwa
permintaan gula aren lebih besar dari apa yang telah dipasok petani saat ini.
Oleh karena itu, ini adalah kesempatan pasar yang baik bagi mereka untuk
memperbesar volume pasokan ke pasar untuk memenuhi kedua tuntutan dari
penduduk setempat dan juga dari luar daerah Kutai Barat.
Dalam situasi pasar lokal saat ini, ada kecenderungan yang meningkat bahwa
konsumen akan mempertimbangkan produk organik. Resiko tinggi atas
dampak jangka panjang dari penggunaan produk anorganik pada kesehatan
manusia telah menjadi perhatian publik di banyak kesempatan. Program
bersih, sehat, dan hijau di lingkungan setempat atau keluarga telah banyak
disosialisasikan oleh pemerintah. Saat ini, pemerintah provinsi juga telah
memperkenalkan label keamanan pangan untuk beberapa makanan sehari-
hari (termasuk berbagai sayuran dan buah-buahan segar). Secara
keseluruhan, tren menjaga lingkungan yang sehat harus digunakan untuk
memasarkan produk organik. Dan momentum ini tampaknya mampu
mendorong pasar gula aren organik, baik lokal maupun luar daerah.
Data dari survei lapangan mengungkapkan bahwa secara rata-rata, petani di
Manaar Bulatn memiliki 100-150 pohon Aren per hektar dengan rata-rata
produksi 4.968 kg atau rentang produktivitas 33,12-49,68 kg/pohon /tahun.
Secara teori sebagai pembanding, menurut Litbang Provinsi Banten, pohon
Aren (yang tumbuh dengan baik) bisa menghasilkan ± 900-1.600 liter/tahun,
dan satu liter getah dapat dikonversi menjadi 0,15-0,17 kg gula aren, dan
dengan demikian, produktivitas berkisar 135-272 kg/pohon/tahun. Oleh karena
itu, tingkat produktivitas Aren di Kecamatan Mook Manaar Bulatn jauh lebih
rendah dengan jumlah perkebunan 130,31 ha dengan produksi 6.91o kg pada
23
tahun 2013. Namun, masih ada peluang untuk meningkatkan produksi gula
aren dengan memanfaatkan kekuatan dari rencana usaha ini. Namun
demikian, petani menghadapi beberapa ancaman untuk melaksanakan
program ini. Misalnya, penggunaan bibit mini 'baru' akan menghadapi
mekanisme pemeliharaan yang baru atau hama dan penyakit baru yang tidak
diketahui.
Untuk meningkatkan produksi gula aren organik, petani produsen masih perlu
dukungan yang lebih teknis dalam meningkatkan produksi getah gula sebagai
bahan baku, meningkatkan efisiensi pengolahan gula aren, dukungan teknis
mengenai informasi pasar dan strategi pemasaran lainnya, termasuk
peningkatan kemampuan negosiasi, manajemen praktis, dan kepemimpinan
antara komite manajemen untuk memastikan bahwa mereka memenuhi syarat
secara memadai di pasar yang kompetitif.
Produk gula aren lokal di Kabupaten Kutai Barat umumnya ditemukan di pasar-
pasar pusat kecamatan, seperti di Melak, Barong Tongkok, Sekolaq Darat,
Linggang Bigung, dan Tering. Di pasar-pasar tersebut, gula aren biasanya
dijual dalam bungkus sederhana menggunakan daun kering (beberapa bahkan
dijual tanpa pembungkus) dan ini bisa mendukung visualisasi untuk produk
organik. Banyak konsumen lebih memilih pembungkus produk 'alami' tersebut
dan membuat mereka percaya bahwa produk tersebut benar-benar diproduksi
oleh penduduk desa secara tradisional tanpa melibatkan banyak alat eksternal
buatan manusia atau mesin.
Tapi, ini Manaar Bulatn gula aren organik akan dijual dengan kertas
pembungkus organik.
Namun, gula aren organik Manaar Blatn ini akan dijual dengan kertas
pembungku organik. Ukuran produk dan desain pembungkus akan
mempertimbangkan preferensi publik. Oleh karena itu, ada beberapa segmen
pasar untuk produk ini, misalnya masyarakat berpendidikan, restoran besar,
rumah tangga, dan sebagainya.
III.2. Pembeli Potensial
Pembeli potensial produk Aren dapat dibagi menjadi empat produk, meliputi
gula aren, serat dan tongkat, kolang kaling, dan sagu. Gula aren akan banyak
dipasok tidak hanya untuk kota ibukota Kutai Barat, tetapi juga ke Samarinda
24
sebagai pasar terbesar di provinsi ini. Makelar di Melak dan Manaar Bulatn saat
ini juga menjual gula mereka ke Tenggarong atau bahkan ke Balikpapan.
Serat dan tongkat hanya dijual secara lokal (kecamatan Melak atau Barong
Tongkok). Sementara itu kolang kaling tergantung pada kuantitas produk.
Sebagian besar, itu akan dijual di dekat kecamatan. Pengangkutan ke
Samarinda atau Balikpapan akan membutuhkan waktu lebih banyak waktu dan
berisiko tinggi terhadap kualitas kolang-kaling.
Rantai pasar gula aren di Kabupaten Kutai Barat melibatkan beberapa aktor,
seperti pemasok bahan, petani produsen, pedagang besar, pengecer lokal, dan
konsumen individu. Masing-masing menuntut kuantitas produk yang berbeda.
Beberapa pengecer datang ke individu petani sekali atau dua kali seminggu
dan biasanya membayar tunai. Karena petani (sebagai aktor tunggal untuk
menghasilkan produk) telah membatasi pohon Aren matang dan keluarga
tenaga kerja untuk menghasilkan gula aren, seluruh produksi petani diambil
untuk dijual oleh pengecer (dalam hal ini, semua gula aren yang dihasilkan oleh
petani sudah habis terjual). Ini bisa menunjukkan bahwa permintaan
meningkat, termasuk pasar potensial di luar Kutai Barat.
25
IV. Keuangan
Proyeksi Keuangan
Produk akhir dari usaha ini adalah gula aren, kolang kaling, lidi, ijuk, dan tepung
sagu aren dengan satuan kuantiatas kilogram dan satuan mata uang Rupiah.
Proyeksi gula aren menggunakan analisis aspek keuangan untuk perkebunan
100 ha dengan sejumlah petani sebagai pekerja.
Dari persiapan lahan hingga musim panen akan dimulai pada tahun kelima.
Proyek ini dihitung sebagai proyek 20 tahun dengan 15 tahun untuk musim
panen selama periode proyek.
Tabel 3. Investasi aset tetap
Kategori Biaya Total biaya
20 tahun
(IDR)
Asumsi
Investasi aset tetap
Bangunan 60.000.000 Nilai ekonomi 5 tahun (4 x 5 th x 1 unit)
Cangkul
Arit
Penyemprot
Tangga
55.359.784
13.839.946
41.519.838
31.419.915
Per 5 ha dikerjakan oleh 1 orang (10
unit/th)
Per 5 ha dikerjakan oleh 1 orang (10
unit/th)
Per 17 ha dikerjakan oleh 1 orang (5
unit/th)
Per 10 ha dikerjakan oleh 1 orang (10
unit/2th)
Sepatu boot
Sarung tangan
Saringan getah
Pisau penyadapan
Palu
Gergaji
Kapak
Tali
Palu kayu
Pisau pemotong
83.039.676
27.679.892
83.039.676
16.607.935
41.519.838
44.096.278
55.359.784
55.359.784
27.679.892
55.359.784
Per 5 ha dikerjakan oleh 1 orang (10
unit/th)
Per 5 ha dikerjakan oleh 1 orang (10
unit/th)
Per penyadapan 40 kelompok per day
(30 unit/th)
Per 5 ha dikerjakan oleh 1 orang (10
unit/th)
Per 10 ha dikerjakan oleh 1 orang (10
unit/th
26
Kompor pembakar (2
titik bakar)
Kuali
Pencampur
Pencetak cor
Kontainer plastik
Ember plastik
31.419.915
94.259.746
44.287.827
31.419.915
44.287.827
19.375.925
Per 20 ha dikerjakan oleh 1 orang (10
unit/th)
Per 5 ha dikerjakan oleh 1 orang (10
unit/3 th)
Per 10 ha dikerjakan oleh 1 orang (10
unit/th)
Per 5 ha dikerjakan oleh 1 orang (10
unit/th)
Per 5 ha dikerjakan oleh 1 orang (10
unit/th)
1 x produksi 8 kuali (4 unit/2 th)
1 x produksi 8 kuali (8 unit/2 th)
1 x produksi 8 kuali (8 unit/th)
1 x produksi 200 pencetak cor/2 th)
Per 10 ha dikerjakan oleh 1 orang (20
units/th)
Per 10 ha dikerjakan oleh 1 orang (20
units/th)
Total Investasi Aset
Tetap
956.933.183
Investasi aset tetap dalam proyek yang berlangsung selama 20 tahun ini adalah
Rp 956.933.183 dengan deskripsi rinci seperti di atas. Sementara untuk biaya
operasional, Tabel 4 di bawah ini akan memberikan penjelasan yang lebih
komprehensif.
Tabel 4. Biaya Operasional
JENIS KUANTITAS/
UNIT
TOTAL BIAYA
Bibit Gula Aren 25.010 Pohon 625.250.000
27
JENIS KUANTITAS/
UNIT
TOTAL BIAYA
Pupuk Organik "G1 WIJAYA" 1,875
bungkus
225.000.000
Cairan Coklat "G1 WIJAYA" 800 botol 28.000.000
Cairan Pestisida "G1 WIJAYA" 50 LS 100.000.000
Pengiriman (SBY - KUBAR) - KONTAINER 3 Kali 118.500.000
Briket arang 11,520 kg
1.787.134.950
Pembukaan lahan 10 orang 20.000.000
Penentuan jarak tanam 10 orang 20.000.000
Pembuatan lubang 10 orang 20.000.000
Penanaman 10 orang 20.000.000
Penanaman kembali selama periode
penanaman
2 orang 2.000.000
Pemupukan 10 orang 20.000.000
Pengendalian hama atau penyakit 5 orang 10.000.000
Penyiangan (panen lidi dan ijuk) 5 orang 553.597.845
Panen buah mudah 10 orang 788.694.959
Penyadapan getah gula 10 orang
11.168.593.438
Pemotongan pohon gula aren yang tidak
produktif (tepung sagu aren)
10 orang 20.000.000
Pengolahan getah gula aren 8 orang 8.935.674.750
Pengolahan kolang-kaling 10 orang 788.694.959
Pengolahan lidi 5 orang 946.433.951
Pengolahan ijuk 5 orang 946.433.951
Pengolahan tepung sagu aren 5 orang 10.000.000
Pengawas 1 orang 2.657.269.646
TOTAL
29.812.278.449
28
Total investasi aset tetap sebesar Rp 956.933.183 dan pendanaan untuk biaya
operasional selama 20 tahun adalah Rp 29.812.278.449 per 100 Ha atau Rp
298.122.784 per ha. Biaya operasional meliputi benih, pupuk, dan tenaga kerja.
Jadi secara keseluruhan, proyek Aren selama 20 tahun membutuhkan dana
investasi sebesar Rp 30.769.211.632 atau Rp 307.692.116 per ha.
Analisis titik impas (BEP) menunjukkan bahwa proyek ini akan mencapai titik
impas Rp 1.181.945.419 untuk 100 ha.
29
Tabel 5. Proyeksi Keuangan untuk proyek aren
Kategori Biaya Total biaya 20 tahun
(IDR)
Total biaya per ha
(IDR)
Investasi aset tetap 956.933.183 9.569.332
Operasional 29.812.278.449 298.122.784
Total dana yang diperlukan 30.769.211.632 307.692.116
Kelayakan investasi dapat dianalisis dengan Nilai Bersih Sekarang (Net
Present Value/NPV), Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of
Return/IRR), Periode Pengembalian (Payback Periode/PP), Rata-rata Tingkat
Pengembalian (ARR), dan Indeks Profitabilitas (Profitability Index/PI) seperti
yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 6. Analisis NPV, IRR, Periode Pengembalian, ARR, dan PI
Kategori Nilai Status
Nilai Bersih Sekarang (NPV) IDR
12,073,242,232
Layak
Tingkat Pengembalian Internal
(IRR)
37 % Menguntungkan
Periode Pengembalian (PP)
6,03 Utang
Indeks Profitabilitas (PI) 34,73% Menguntungkan
Rata-rata Tingkat
Pengembalian (ARR)
345% Menguntungkan
NPV menunjukkan nilai positif dan berarti bahwa proyek Aren ini layak untuk
dilaksanakan. Sedangkan IRR mencapai 37% dan di atas tingkat suku bunga
(19,00%/tahun). Nilai ARR sebesar 345% adalah nilai persentase yang lebih
tinggi dari keuntungan yang diharapkan (tingkat keuntungan yang diharapkan
adalah 10%). PeriodePengembalian menunjukkan bahwa investasi untuk
proyek aren akan sepenuhnya dibayarkan ke bank setelah 6 tahun (PP adalah
6,03).
30
Perencanaan Keuangan
Proyek aren di Kutai Barat ini dapat didanai oleh beberapa pihak atau
kemitraan, meliputi PNPM, Credit Union, BPD, dan BRI dengan memberikan
pinjaman lunak kepada kelembagaan petani. Namun, peran kabupaten dan
pemerintah provinsi masih sangat diharapkan untuk memberikan dukungan
keuangan tambahan lainnya kepada petani. Dukungan dari pemerintah daerah
sangat diperlukan karena lembaga keuangan di atas memiliki plafon yang
terbatas untuk memberikan pinjaman lunak. Sementara itu, proyek ini
membutuhkan dukungan keuangan yang sangat besar. Perhitungan dan
analisis menunjukkan bahwa lembaga keuangan hanya menyediakan dana
operasional untuk setiap tahun, dan sisanya akan disediakan oleh pemerintah
daerah. Total dana pemerintah untuk proyek ini diperkirakan sekitar Rp
956.933.183 yang sebagian besar disediakan untuk aset tetap. Ini dapat
disediakan melalui program 2015 melalui Bappeda Kutai Barat dan didukung
oleh Bappeda Kalimantan Timur.
Analisis rasio menunjukkan bahwa proyek dapat dioperasikan dengan 73,46%
utang dari pihak ketiga dari jumlah investasi, dan dengan margin rasio utang
4.691,09%. Utang dapat mencakup semua modal kerja untuk 20 tahun proyek.
Sementara itu, dana dukungan pemerintah diharapkan sebesar 26,54% (rasio
ekuitas) dan rasio margin terhadap ekuitas sebesar 2.985,54%. Perbandingan
antara nilai utang dan modal ekuitas sebesar 2,76: 1 (utang terhadap ekuitas
sebesar 276,81%).
Risiko keuangan yang mungkin dalam proyek ini adalah ketika pemerintah
daerah tidak dapat memberikan investasi awal, terutama untuk memberikan
aset tetap. Dalam keadaan ini, proyek harus dijalankan dengan teknologi
manual atau konvensional. Namun, dukungan dari lembaga keuangan mutlak
diperlukan. Tanpa dukungan mereka, tidak mungkin untuk melaksanakan
proyek ini karena dana yang dibutuhkan untuk proyek ini sangat besar.
Asumsi-asumsi
Proyeksi keuangan dibuat dengan beberapa asumsi.
Tingkat rata-rata pertumbuhan pendapatan per tahun adalah 2%,
Laju inflasi rata-rata tahunan sebesar 9,7%,
Tingkat rata-rata suku bunga pinjaman adalah 19% (sistem tahunan),
Tingkat rata-rata 6,25% (sistem tahunan).
31
Tingkat Keuntungan yang diharapkan adalah 10%
Sejumlah catatan dalam proyek ini:
Pemupukan dengan pupuk organik "G1 Wijaya" hanya diterapkan untuk
tahun pertama periode pertumbuhan bibit. Pupuk organik ini akan
mengembalikan kesuburan tanah, sehingga tidak akan diterapkan
kembali untuk tahun berikutnya.
Pemupukan akan diterapkan dua kali per tahun dengan interval waktu
2,5 bulan, dengan meletakkan di 4 titik di sekitar pohon dengan jarak 0,5
meter dari pohon.
Pemda Kutai Barat diharapkan untuk membiayai keterlibatan LSM yang
akan membantu petani lokal dalam memproduksi briket kayu dan pelet
dari kayu Leban.
Risiko dan Solusinya
Ada beberapa risiko dalam proyek aren organik, meliputi:
Proyek ini sangat tergantung pada intervensi pemerintah (36.53%) dari
investasi awal. Jika pemerintah tidak dapat memberikan intervensi
mereka, maka lembaga keuangan harus dilibatkan untuk memberikan
bantuan melalui pemecahan kredit dari beberapa lembaga keuangan.
Dana investasi sebelum produksi dapat diperoleh melalui percontohan
tumpangsari di sekitar pohon Aren. Pohon-pohon aren dapat
ditumpangsarikan dengan cabai, kedelai, jagung, dan tanaman lainnya.
Hasil atau keuntungan dari tumpangsari dapat mencakup pemeliharaan
pohon Aren sebelum produksi.
32
V. Implementasi Strategis
Operasional
Pengembangan usaha produksi gula aren di Mook Manaar Bulatn pada
dasarnya mengintensifkan bisnis yang ada di skala rumah tangga. Aren alami
berlimpah di kecamatan ini. Memproduksi gula aren merupakan penghasilan
tambahan bagi masyarakat lokal di Mook Manaar Bulatn, di samping menanam
padi, karet, dan pohon buah-buahan lainnya atau berburu, memancing, panen
rotan, dan penebangan. Proses produksi gula aren pada prinsipnya termasuk
inisiasi dan persiapan, penanaman dan pemeliharaan, dan pemantauan &
evaluasi.
Sementara itu tahapan teknis penanaman dan pengolahan gula aren
digambarkan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 7. Kegiatan utama proyek dan periode waktu
Tahap Kegiatan utama Vegetatif
(tahun)
Reproduktif
(tahun)
Catatan
I II
III
IV
V
VI
VII
VIII
Persiapan Sosialisasi dan
pelatihan
X X
Penyiapan lahan X
Penyediaan bahan
&alat
X
Persiapan ‘tim
proyek’
X
Persiapan ‘buku
panduan’
X
Pemasangan briket
arang
X X
Implementati
on
Penanaman gula
aren
X
Pemeliharaan X X X X X X X X
Penanaman pohon
Laban
X X X X X
33
Pembuatan briket X X X X X
Panen & pasca-
panen
X X X
X
Pemasaran X X X
X
Monitoring/
evaluation
Tahap persiapan X
Implementasi X X X X X X X
Evaluasi konsep X X X X
V.1.1. Tahap Awal & Persiapan
Ini akan meliputi dua tahap utama:
Persiapan sebelum penanaman benih aren meliputi penyiapan lahan,
penyediaan pupuk organik, penentuan ruang dan lubang tanam, dan
penyediaan bibit aren.
Terkait dengan produksi gula aren, diperlukan pengelolaan getah nira9
untuk menjadi gula aren. Oleh karena itu, kompor besar dan briket (sisa)
kayu diperlukan. Kompor bisa dibeli di pasar dan kayu (sisa) briket dapat
diproduksi dari kayu Leban (Vitexpinnata). Persiapan untuk menanam
Leban mirip dengan penanaman aren.
V.1.2. Penanaman dan Pemeliharaan
Proses penanaman bibit aren adalah sebagai berikut:
V.1.2.1. Penyiapan dan pembukaan lahan
Langkah pertama adalah membuat batas-batas tanah sesuai dengan luas
wilayah dengan menempatkan tanda batas/tiang. Kemudian diikuti oleh
pemotongan dan pembukaan lahan dengan sistem manual (tanpa membakar
seperti menyiapkkan sawah). Pemotongan/pembukaan lahan menggunakan
parang atau golok untuk memotong pohon kecil atau rumput tinggi di sepanjang
lorong tanam. Setelah itu, tanah akan dibiarkan kosong selama beberapa
minggu, hingga kemudian siap tanam.
V.1.2.2. Penentuan jarak tanam
Jarak tanam ditentukan pada tanah yang telah disiapkan. Jarak tanam adalah
8 x 10 meter dengan mempertimbangkan kanopi pohon Aren yang lebar.
34
V.1.2.3. Pembuatan lubang tanam
Lubang tanam dibuat pada jarak 8x10 meter. Semua bibit berusia 1-2 tahun
akan ditransfer ke tempat penanaman dengan ukuran lubang sekitar 50x50cm
dan kedalaman 30-50cm (tergantung pada tekstur dan struktur tanah).
V.1.2.4. Penanaman bibit aren
Setelah menyediakan lubang tanam, maka bibit dimasukkan ke dalam lubang.
Sebelum penanaman bibit ke dalam lubang, masukkan pupuk (kandang)
organik ke dalam lubang.
V.1.2.5. Pemeliharaan
Pemeliharaan setelah penanaman bibit akan dilakukan dengan mengikuti
langkah-langkah berikut: pemupukan, pemangkasan atau memotongan
pelepah tua. Penyiangan akan dilakukan 2-3 kali dalam setahun.
V.1.2.6. Penanaman kembali bibit yang mati
Penanaman kembali akan dilakukan untuk menggantikan bibit yang mati, atau
bibit/tanaman yang tumbuh tidak sempurna dengan tujuan untuk mengisi
lubang tanam kosong karena di alasan atas.
V.1.2.7. Pemupukan
Pemupukan sangat penting untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
produksi Aren. Hal ini dapat dilakukan dari usia 0-32 bulan dengan berbagai
pupuk organik atau kompos.
V.1.2.8. Pengendalian serangga
Serangan serangga dan penyakit – seperti tikus, belalang, dan penyakit yang
menyerang tunas, akar, dan ulat daun (Artona cataxantha), Aryctes Rhinoceros
(kumbang), Sexava Nubila (belalang) dan bercak daun – akan mempengaruhi
pertumbuhan tanaman/bibit. Ini harus dikontrol dengan menggunakan
insektisida dan herbisida. Akan lebih baik untuk menggunakan insektisida
organik dan herbisida.
V.1.2.9. Penyiangan dan Pemangkasan
Pertumbuhan gulma yang tidak terkendali akan meningkatkan kompetisi
konsumsi air, nutrisi, lampu, atau CO2. Gulma juga dapat menjadi sumber
hama dan penyakit yang menyerang tanaman Aren. Pengendalian gulma akan
dilakukan secara manual dengan menggunakan cangkul atau peralatan serupa
untuk mencabut, memotong, dan mengubur semua gulma (tidak dibakar).
35
Frekuensi dan intensitas penyiangan dapat dikurangi dengan penanaman
tanaman penutup.
V.1.2.10. Panen dan Pengolahan
V.1.2.10.1. Panen buah muda
Buah aren muda yang dipanen dari pohon Aren akan menghasilkan apa yang
disebut orang setempat sebagai Kolang Kaling10. Sebelum panen buah-
buahan, harus diperiksa apakah kematangan buah sudah cukup atau belum.
Hal ini dilakukan dengan memisahkan buah-buahan untuk melihat bijinya. Jika
kulit biji tipis, lembut, warnanya kuning, dan endosperm berwarna putih, sedikit
transparan dan lembut, itu menunjukkan buah siap dipanen dan diproses
menjadi kolang-kaling.
V.1.2.10.2. Penyadapan Nira untuk Gula Aren
Pohon Aren dengan produksi Nira yang tinggi ditandai dengan pohon yang
sangat subur dan daun hijau yang lebat. Nira akan sering disadap dari tandan
bunga jantan (langasari). Namun, itu bisa disadap dari tandan bunga betina
(caruluk) meskipun produksi Nira dari kelompok ini akan menjadi lebih rendah
dan tidak sebaik jantan.
Diagram 4. Pengolahan Nira untuk menghasilkan gula aren
36
Karakteristik bunga jantan yang siap untuk disadap, meliputi jatuhnya serbuk
sari dari bunga jantan, getah berminyak dari kelompok yang dilukai.
Penyadapan Nira bisa dilakukan 2 kali per hari (pagi dan sore). Penyadapan
pagi dapat diambil pada sore hari dengan menempatkan LODONG11 baru yang
akan diambil sehari setelahnya.
V.1.2.10.3. Penebangan pohon Aren untuk diolah menjadi sagu
Pohon aren dengan produksi nira yang tinggi akan menghasilkan sagu tinggi
juga. Pohon aren dengan produksi sagu tinggi umumnya dikenal oleh
masyarakat setempat sebagai Kawung Aci. Hal ini ditunjukkan dengan
pertumbuhan yang subur dengan daun yang sangat padat, panjang, dan
kuning. Batang aren dipotong 0,5 – 2 meter untuk mempermudah
pengangkutannya. Bagian inti batang diambil, lalu dicampur dengan air dan
digiling untuk memproduksi sagu.
V.1.2.10.4. Pemanfaatan serat dan tongkat dari Aren
Serat dapat diambil dari pohon Aren yang berusia lebih dari 5 tahun.
Sedangkan tongkat dapat diambil dari daun tua. Serat dapat dipanen dengan
menggunakan sabit atau parang yang tajam.
37
V.1.2.11. Memproduksi briket kayu Leban
Leban (Vitex pinnata) merupakan pohon yang sangat umum di hutan-hutan
sekunder muda, yang tumbuh hingga 20 meter. Tanaman ini tumbuh baik
biasanya di hutan sekunder atau tepi sungai dan di sepanjang jalan termasuk
di lahan marjinal. Kayu Laban adalah sejenis kayu keras yang digunakan untuk
kayu bakar dan arang oleh banyak penduduk setempat. Kepadatannya sekitar
930 kg per meter kubik. Kayu arang Laban (atau Gopasa untuk nama
dagangnya) ini memiliki abu dan asap yang rendah, waktu pembakaran yang
lama, dan nilai kalori pada 7500 kcal/kg atau lebih.
Secara umum, langkah-langkah persiapan lahan, penanaman, dan
pemeliharaan Leban mirip dengan perkebunan aren. Bedanya hanya pada
proses pemupukan dan panen. Pada dasarnya, Leban tidak perlu pupuk,
kecuali tanahnya sangat keras dan kering dan menunjukkan tanah yang sudah
terdegradasi dan tidak subur. Leban adalah sejenis spesies yang tumbuh cepat
dan bisa dipanen untuk kayu bakar rata-rata pada usia dua-tiga tahun. Dalam
proyek ini, sekitar 10 Ha areal terdegradasi di dekat perkebunan Aren akan
ditanami Leban dengan menggunakan kepadatan jarak tanam 2x2 m (sekitar
2.500 pohon/Ha).
Untuk menghasilkan briket kayu, pohon dipotong sepanjang 2 – 3 meter.
Potongan kayu ditumpuk dan dibakar. Kayu yang telah dibakar menjadi arang
kemudian cincang dan ditekan menggunakan mesin, dan dibentuk menjadi
potongan-potongan kubus kecil. Proyek ini akan melibatkan sebuah LSM yang
memiliki pengalaman yang kaya dan luas untuk mengembangkan briket dari
kayu Leban. LSM akan mentransfer pengetahuan dan pengalaman mereka
kepada para petani Aren setempat untuk memproduksi briket dari Leban.
Sumber Daya dan Perlengkapan
Berdasarkan perhitungan awal, sumber daya dan perlengkapan yang
dibutuhkan untuk menanam pohon aren pohon dan memproduksi gula aren
adalah sebagai berikut:
38
Tabel 8. Jumlah sumber daya dan perlengkapan
No. Tahap Pekerjaan Tenaga
Kerja
(orang)
Durasi kerja
(hari/bulan)
Biaya
(IDR)/ha
1. Persiapan dan pembukaan
lahan
10 10 200.000
2. Persiapan jarak tanam 10 10 200.000
3. Pembuatan lubang tanam 10 10 200.000
4. Penanaman 10 10 200.000
5. Penanaman kembali 2 5 20.000
6. Pemupukan 10 10 200.000
7. Pengendalian serangga dan
penyakit
5 10 100.000
8. Penyiangan 5 10 100.000
9. Panen buah Aren muda 10 10 200.000
10. Penyadapan Nira 10 180 3.600.000
11. Memproduksi sagu 10 10 200.000
12. Pengolahan gula aren 8 180 2.880.000
13. Pengolahan Kolang-Kaling 10 10 200.000
14. Pengolahan lidi 5 24 240.000
15. Pengolahan ijuk 5 24 240.000
16 Pengolahan sagu 5 10 100.000
17. Pengawas 2 30 480.000
Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dari penanaman hingga produksi adalah
132 orang (dari persiapan lahan hingga pengolahan produk) dari masing-
masing petani Aren dengan satu pengawas tambahan. Dari angka di atas,
dapat dibuat lebih efisien dengan membagi pekerja menjadi tiga kategori
utama, meliputi 10 orang untuk membantu pemeliharaan pohon Aren hingga
panen, 6 orang untuk membantu panen, dan 4 orang untuk membantu
pengolahan buah Aren dan gula aren. Namun, atas nama ekspansi tenaga
kerja lokal, proyek dapat mengambil keputusan apakah akan menggunakan
39
tenaga pekerja sekecil mungkin atau memberikan lebih banyak kesempatan
bagi pekerja lokal.
Sementara itu, total biaya untuk setiap kegiatan akan disesuaikan dengan
jumlah tenaga kerja dan masa kerja. Secara umum, untuk kegiatan di atas
tenaga kerja akan dibayar setiap hari, kecuali pengawas yang akan dibayar
setiap bulan.
Proyek ini juga akan memerlukan satu pengawas yang mengontrol tenaga kerja
dari persiapan/pembukaan lahan hingga pemeliharaan Aren, termasuk panen
dan pengolahan produk. Tenaga kerja harus berasal dari desa-desa setempat
dan memiliki pengalaman menanam dan memelihara pohon Aren. Perlu
dilakukan serangkaian pelatihan bagi para petani yang akan terlibat dalam
proyek ini.
40
Manajemen dan Organisasi
V.3.1. Manajemen dan Organisasi yang ada di Mook Manaar Bulatn
Berdasarkan survei lapangan, ada sejumlah organisasi masyarakat di Mook
Manaar Bulatn, termasuk kelompok tani, koperasi, dan PNPM12 sebagai
organisasi penggerak untuk kegiatan pertanian. Kelompok tani berfungsi tidak
hanya untuk mengakomodasi dan memfasilitasi petani padi atau tanaman
budidaya, tetapi juga sebagai kelompok petani Aren. Petani di Mook Manaar
Bulatn hanya menanam padi sekali dalam setahun. Untuk mendukung
pendapatan mereka, petani memelihara dan menyadap nira dari pohon Aren
dan mengolahnya menjadi gula aren.
Ada koperasi di Mook Manaar Bulatn, yaitu Murung Putih (Sakaq Tada).
Koperasi ini hanya formalitas dan tidak menjalankan peran mereka dalam
kegiatan tersebut. Koperasi Murung Putih seharusnya berperan memberikan
pinjaman lunak bagi anggota, mengakomodasi penjualan seluruh produk
pertanian, termasuk beras, palawija, dan gula aren atau turunannya seperti
serat dan tongkat. Namun, koperasi hanya memberikan pinjaman lunak kecil
dengan tingkat pengembalian yang sangat rendah. Karena lemahnya fungsi
koperasi, petani menjual gula aren mereka kepada makelar di desa yang akan
mengangkut dan menjual semua gula ke Samarinda. Oleh makelar, petani
diberikan pinjaman lunak (ijon) untuk memproduksi gula aren dengan syarat
petani harus menjual gula mereka ke makelar. Sementara itu, tidak ada
koperasi atau lembaga keuangan lainnya di Gunung Rampah.
Berdasarkan permasalahan di atas, tiga fungsi manajemen organisasi perlu
dikembangkan dalam mendukung usaha gula aren, meliputi:
V.3.2. Organisasi kelompok tani
Kelompok tani di Mook Manaar Bulatn telah dikembangkan di bawah
pengawasan dan fasilitasi Dinas Perkebunan, Peternakan, dan Perikanan,
Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi, dan Badan Ketahanan
Pangan dan Penyuluhan di Kutai Barat. Kelompok tani (padi & palawija) dapat
diperkuat sebagai kelompok petani Aren. Kelompok tani yang masih belum
disahkan dan informal dapat diperkuat, ditingkatkan, dan disahkan menjadi apa
yang kemudian disebut sebagai Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). KSM
41
pada dasarnya adalah sebuah kelompok besar dari seluruh kelompok tani di
Mook Manaar Bulatn yang akan meningkatkan usaha beras organik dan gula
aren untuk menghasilkan pendapatan mereka.
42
Diagram 5. Organisasi Dasar untuk Proyek Percontohan Beras dan
Aren Organik
Proyek Aren dapat menduplikasi pembelajaran dan pengalaman dalam
mengembangkan pengrajin rotan dan kelompok tani kelompok di Kutai Barat.
Kelompok tani akan diubah menjadi KSM. KSM akan mengembangkan unit
usaha untuk pemasaran dan pengumpulan produk. Dan pemerintah kabupaten
setempat akan mendukung dan memfasilitasi pengembangan unit keuangan
dalam KSM untuk memberikan kredit mikro bagi para petani.
Dalam siklus ini, satu dan lainnya adalah sebuah unit dan tak terpisahkan.
Pemerintah kabupaten setempat harus mendukung pengembangan kapasitas
dan penguatan kelembagaan, termasuk mendukung pendanaan untuk usaha
gula aren. Peningkatan kapasitas dapat diberikan melalui KSM.
V.3.3. Unit Usaha
Salah satu fungsi penting dari KSM adalah mengumpulkan gula aren dari
petani dan mencarikan jaringan pasar seluas-luasnya dengan harga yang baik
bagi para petani. Ini akan membantu membebaskan para petani dari praktik
jeratan utang (ijon) dari makelar, seperti yang terjadi saat ini. Salah satu divisi
dari KSM akan mengembangkan unit usaha dengan badan hukum sebagai
perusahaan terbatas13, atau Koperasi Serba Usaha (koperasi usaha). Unit
usaha ini akan mengumpulkan semua gula aren dari petani untuk menghindari
praktik monopoli dari para makelar.
V.3.4. Unit Keuangan (Kredit)
Pinjaman lunak/kredit akan diberikan kepada petani untuk menghindari ijon di
tingkat desa. Pemerintah daerah melalui Badan Pemberdayaan Masyarakat
dan Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi memberikan pinjaman
lunak/kredit kepada petani (orang dan kelompok) di samping bank-bank di
Hukum
•Dikenal sebagai KSM
• Kelompok tani
Struktur
•Dipimpin oleh sarjana
•didukung oleh pemangku kepentingan
Misi
•Bantuan pinjaman
• Kapasitas
• Jaringan pasar
• Pendapatan
43
Kutai Barat, termasuk BRI dan Mandiri. Namun, para petani cenderung dan
lebih mudah mengakses pinjaman lunak dari pemerintah daerah daripada bank
karena proses dan persyaratan yang sederhana dan mudah dan rendahnya
tingkat suku bunga.
44
Diagram 6. Organisasi dan unitnya dalam KSM
Terkait dengan fungsi manajemen dan organisasi di atas, seluruh petani yang
terlibat sebagai anggota organisasi harus menandatangani perjanjian yang
terkait dengan hak-hak dan kewajiban mereka. Ini akan ditulis dalam perjanjian
pengembangan usaha perkebunan Aren antara petani dan tiga unit organisasi.
Analisis SWOT
Hasil analisis SWOT untuk rencana usaha gula aren di Mook Manaar Bulatn
adalah sebagai berikut:
V.4.1. Kekuatan (Strengths)
Hampir setiap desa di Mook Manaar Bulatn menanam pohon Aren di lahan
mereka. Berdasarkan penelitian14 di desa Saka Tada, perkebunan aren dan
pengolahan gula aren telah dimulai pada tahun 1960-an. Ini adalah kegiatan
tambahan setelah menanam atau memelihara sawah, palawijaya, atau pohon
buah-buahan. Sejak tahun 1960-an, masyarakat setempat di Mook Manaar
Bulatn telah dikenal sebagai penghasil gula aren dan aren.
Kelompok tani yang awalnya merupakan kelompok petani padi/palawijaya saat
ini telah berkembang sebagai kelompok petani Aren juga. Ini bisa ditingkatkan
14
Kelompok tani
Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM)
Unit Keuangan (CU, BPR, PNPM)
Unit Usaha (UD, CV, PT, KSU)
45
dan diperkuat dengan melibatkan secara intensif penyuluh dari Badan
Penyuluhan Pertanian di Mook Manaar Bulatn.
Masalah dasar dari pasca panen adalah pemasaran/penjualan produk. Sebuah
unit usaha sangat dibutuhkan untuk menjual seluruh produk Aren produk dan
turunannya (gula aren, ijuk, lidi, dan sagu). Pasar produk Aren di Kutai Barat
dan Samarinda sangat terbuka dan potensial. Hal ini ditunjukkan dengan
intervensi makelar di Mook Manaar Bulatn yang memberikan ijon kepada petani
untuk monopoli perdagangan.
Kekuatan proyek ini adalah bahwa pemerintah daerah melalui Badan
Pemberdayaan Masyarakat dan Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan
Koperasi menyediakan pinjaman lunak/kredit bagi petani (perorangan dan
kelompok). Pinjaman tersebut bisa diajukan dan diakses oleh petani melalui
Bank Rakyat Indonesia (BRI) atau Bank Mandiri.
V.4.2. Kelemahan (Weaknesses)
Analisis kelemahan proyek ini dapat dirangkum sebagai berikut:
Rendahnya produktivitas pohon Aren lokal di Mook Manaar Bulatn
karena kurangnya pemeliharaan, termasuk pemupukan dan
penyiangan. Hal ini karena pengetahuan dan keterampilan petani lokal
masih lemah. Sebagian besar pohon Aren di Mook Manaar Bulatn
tumbuh liar tanpa pemeliharaan dan sangat padat. Tinggi pohon bisa
mencapai 3-5 meter yang akan menyulitkan petani dalam memanen
nira.
Kelompok tani tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Tidak ada
pengawasan, diskusi, atau pertukaran informasi dalam kelompok.
Kelompok ini hanya dikembangkan untuk mengadopsi dan mengakses
proyek pemerintah daerah. Setelah menerima proyek/hibah, kelompok
tani dibubarkan.
Pengelolaan pasca panen sangat lemah, terutama untuk pemasaran.
Lemahnya kelembagaan dan pengetahuan lokal menyebabkan petani
mengalami kondisi yang tidak menguntungkan, bahkan agak terjebak
dalam siklus ijon.
Kelemahan lain yang dihadapi oleh petani lokal dalam mengolah gula
aren adalah ketersediaan kayu bakar. Kayu bakar dari pemangkasan
atau limbah lainnya terbatas dan semakin sulit.
46
V.4.3. Peluang (Opportunities)
Potensi gula aren di Kutai Barat dan Samarinda, termasuk Tenggarong
dan Balikpapan cukup besar. Produk yang potensial tidak hanya
terbatas pada gula aren, tetapi juga kolang-kaling-, ijuk, lidi, dan sagu.
Dukungan pemerintah daerah dalam menyediakan varietas bibi Aren
yang lebih baik, peningkatan kapasitas, dan penguatan kelembagaan,
terutama untuk dukungan keuangan.
Permintaan gula aren cukup tinggi. Ini akan membantu petani lokal untuk
mengembangkan usaha mereka dari tingkat industri rumah tangga ke
skala industry yang lebih besar. Di masa depan, gula aren dari Mook
Manaar Bulatn dapat menjadi produk unggulan untuk Kutai Barat.
V.4.4. Ancaman (Threats)
Harga gula aren di desa sangat rendah.
Sistem ijon yang diterapkan oleh makelar yang menjerat petani ke dalam
situasi yang merugikan
47
Tabel 9. Tabel SWOT
Ekste
rna
l
Internal
Kekuatan (S)
1. Pohon Aren lokal
berlimpah di Mook Manaar
Bulatn
2. Pengalaman dalam
memproduksi dan
mengolah gula aren
3. Ada kelompok tani
4. Pohon aren menghasilikan
nira dari gula aren, kolang-
kaling, ijuk, lidi, dan sagu
5. Tersedia lahan potensial
untuk penanaman pohon
aren
6. Tersedia teknologi untuk
mengolah produk dari
pohon Aren
7. Pemerintah daerah
mendukung proyek ini
Kelemahan (W)
1. Rendahnya produktivitas
spesies lokal
2. Kurangnya pemeliharaan,
termasuk pemupukan,
penyiangan, dan
pemangkasan
3. Kurangnya informasi
mengenai pasar dan
pembiayaan
4. Kemasan gula aren tidak
meningkatkan harga jual
5. Gula aren diproduksi dalam
skala industry rumah
tangga
6. Lemahnya manajemen
organisasi
7. Lemahnya pengolahan
pasca panen
8. Rendahnya kapasitas,
pengetahuan, dan
keterampilan dalam
budidaya dan pengolahan
V.4.5. Strategi Pengembangan Usaha
Berdasarkan analisis SWOT di atas, strategi pengembangan usaha gula aren
di Mook Manaar Bulatn adalah sebagai berikut:
V.4.5.1. Strategi pengembangan kelembagaan petani Aren, meliputi:
Mengembangkan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) sebagai
wadah kelompok tani di Mook Manaar Bulatn yang akan bekerja dalam
proyek Aren. Tujuannya adalah memperkuat masyarakat dan
48
mendukung satu sama lain terkait budidaya, kelembagaan, pemasaran,
dan pembiayaan.
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam manajemen
organisasi
V.4.5.2. Strategi pengembangan perkebunan Aren
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani Aren terkait
peningkatan produktivitas pohon Aren, termasuk bagaimana
memproduksi turunan dari pohon Aren, seperti kolang-kaling, ijuk, lidi,
dan sagu.
Menyediakan informasi jaringan, terutama yang terkait dengan varietas
baru Aren Genjah yang akan ditanam dalam proyek ini.
49
Tabel 10. Strategi SWOT
Peluang (O) Strategi S-O: Strategi W-O:
Potensi pasar di luar
Kutai Barat adalah
tingginya permintaan
terhadap gula aren
yang selalu meningkat
setiap tahun
Dukungan pemerintah
daerah terhadap hal-
hal teknis dan modal.
Peningkatan produksi
gula aren dari skala
industri rumah tangga
ke skala industri
Pengembangan usaha
untuk produk turunan
aren, seperti kolang-
kaling, serat, tongkat,
dan sagu
Peningkatan kapasitas
dan keterampilan dalam
budidaya untuk
meningkatkan
produktivitas pohon aren
Kemitraan dan kerja
sama yang kuat dengan
pemerintah daerah
Ancaman (T): Strategi S-T: Strategi W-T:
Potensial penyakit
atau serangga
Monopoli makelar
melalui ikatan utang
Suku bunga pinjaman
yang tinggi dari
makelar
Pengembangan
Kelompok Swadaya
Masyarakat
Peningkatan
keterampilan dan
pengetahuan petani
dalam mengelola
organisasi petani
Dukungan dari
pemerintah darah untuk
memperkenalkan dan
memberikan
pengawasan dalam
penanaman varietas
baru bibit Aren
Peningkatan
keterampilan dan
pengetahuan petani
dalam manajemen
keuangan dan
pemasaran
V.4.5.3. Strategi untuk membangun unit kredit/keuangan
Membangun unit kredit/keuangan yang akan difasilitasi oleh pemerintah
daerah melalui berbagai skema, termasuk credit union, koperasi, dan
bank desa.
Memperkuat kemitraan dengan pemerintah daerah Kutai Barat dalam
hal teknis dan pendanaan proyek
50
V.4.5.4. Strategi untuk membangun unit usaha produk gula aren
Membangun unit kredit/keuangan yang akan difasilitasi oleh pemerintah
daerah melalui berbagai skema, termasuk serikat kredit, koperasi, dan
bank desa.
Meningkatkan dan memperbaiki tingkat usaha dari industri rumah
tangga menjadi industri yang nyata untuk manfaat yang lebih baik bagi
masyarakat.
Ekspansi produk selain gula aren, meliputi serat, sagu, tongkat, dan
kolang kaling.
Memperkuat pengetahuan dan keterampilan petani Aren dalam
manajemen keuangan dan pemasaran
51
VI. Manfaat Pertumbuhan Hijau
Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca
Bagian ini menyoroti pentingnya pertumbuhan rendah karbon dalam
memberikan kontribusi terhadap upaya global dan nasional untuk mengurangi
perubahan iklim dan mengurangi dampak negatif terhadap masyarakat lokal
dan internasional di masa depan. Negara-negara dengan intensitas emisi GRK
yang lebih tinggi memiliki peluang lebih besar untuk pengurangan emisi yang
hemat biaya dan mempunyai kebutuhan bantuan yang lebih mendesak.
Misi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dapat dicapai dengan
menggunakan bahan yang ramah lingkungan dalam menanam Aren. Pupuk
organik dari peternakan lokal atau pupuk kandang kompos akan mengurangi
pelepasan amonia dan N2O ke udara dan tanah. Begitu pula dengan
penggunaan biofuel dari produk kelapa sawit di sekitar desa bagi seluruh mesin
pertanian yang digunakan.
Dengan menggunakan referensi dari penelitian yang dilakukan oleh PT Sinar
Mas15, jumlah karbon di kawasan plot percontohan akan bervariasi antara
14.000-27.000 kg C/ha. Sedangkan dengan adanya pohon Aren, jumlah karbon
akan mengikuti hasil penelitian di bawah ini.
Penelitian16 penyerapan potensi carbon dalam pohon Aren (secara rata-rata)
adalah 487 kg/pohon dan batang merupakan bagian terbesar dari stok karbon.
Dengan menanam lebih dari 15.000 pohon, potensi stok karbon di tanah adalah
7.170.000 kg Carbon.
Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
Aspek ini menyoroti pentingnya output ekonomi nasional, provinsi dan
kabupaten (PDB), didukung sedemikian rupa sehingga menghasilkan
pembangunan sosial berbasis luas dan kemakmuran.
Pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat setempat di Mook
Manaar Bulatn akan meningkat jika lembaga petani lokal dan jaringan pasar
diperkuat. Hal ini karena harga jual gula aren dan turunannya jauh lebih tinggi
jika petani dibebaskan dari praktik ikatan utang (ijon) oleh makelar.
15
16
52
Ekosistem yang Sehat dan Produktif
Bagian ini menyoroti pertumbuhan yang menopang modal alam, terutama stok
alam yang memasok aliran jasa ekosistem penting secara berlanjut. Stok ini,
misalnya, menyediakan air bersih, memberikan kontribusi penting bagi
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan manusia tetapi sering diabaikan
dalam pengambilan keputusan karena mereka tidak dilihat sebagai masukan
dalam produksi ekonomi.
Proyek ini akan menggunakan pupuk organik yang akan berkontribusi terhadap
lingkungan yang lebih baik. Lingkungan lebih baik yang dihasilkan dari
penggunaan bahan ramah lingkungan dalam percontohan penanaman gula
aren ini akan mengurangi tidak hanya emisi, tetapi juga sumber daya lainnya
yang tidak efektif dan tidak efisien. Dampak dari ini, ekosistem dan lingkungan
akan lebih sehat, produktif, dan berkelanjutan. Kebakaran hutan/lahan yang
ditinggalkan atau tidak terurus akan memiliki resiko tinggi dan menyebabkan
masalah kesehatan.
Pertumbuhan yang Inklusif dan Adil
Pilar pertumbuhan yang inklusif dan adil menyoroti pertumbuhan untuk
kepentingan masyarakat, baik yang di daerah perkotaan maupun pedesaan,
yang kaya maupun yang terpinggirkan. Dimensi ini merupakan tujuan utama
dari pertumbuhan hijau, dan sangat berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi
dan kualitas lingkungan. Negara-negara dengan tingkat kemiskinan dan
ketimpangan yang lebih tinggi cenderung mendapatkan manfaat lebih dari
intervensi pertumbuhan hijau.
Jumlah masyarakat miskin di Kutai Barat adalah 11.256 orang atau sekitar
22,31% dari total rumah tangga (Kutai Barat Dalam Angka, 2013). Sementara
itu, di Mook Manaar Bulatn terdapat 862 orang atau sekitar 33,96% dari total
rumah tangga (Mook Manaar Bulatn Dalam Angka, 2013). Diharapkan proyek
ini akan berkontribusi terhadap peningkatan pendapatan yang signifikan dari
proyek Aren di Mook Manaar Bulatn. Ini setidaknya akan mengurangi
kemiskinan di Kecamatan Mook Manaar Bulatn.
Ketahanan Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Hidup
Ketahanan sosial, ekonomi, dan lingkungan sangat terkait dengan
pertumbuhan yang membangun ketahanan ekonomi, keuangan, sosial, dan
lingkungan dan tentang kemampuan sistem untuk menahan guncangan
53
eksternal (misalnya beradaptasi dengan dampak fisik dari perubahan iklim,
diversifikasi sektor ekonomi, ketahanan pangan, mata uang, dan stabilitas
perdagangan).
Selain ketahanan sosial dan ekonomi, pengembangan Aren di Mook Manaar
Bulatn juga akan meningkatkan ketahanan lingkungan dengan menggunakan
kompos pupuk kandang dan pupuk organik. Sedangkan untuk pasokan kayu
bakar, proyek akan menanam Leban untuk bahan baku kayu bakar. Selain itu,
pengetahuan dan kearifan lokal akan tetap dipertahankan dan dilanjutkan
sebagai bagian dari sistem adat untuk melawan perubahan lingkungan global.
54
Lampiran
Lampiran 1. Analisis Keuangan Perkebunan Aren di Gunung Rempah
JENIS NILAI PENJELASAN
KEMAMPUAN MEMENUHI
PERSYARATAN MODAL (IDR)
43.066.817 Kemampuan dana
maksimum > dana yang
disediakan
PERIODE MODAL KERJA
DALAM BEBERAPA TAHUN
20 Periode kerja komoditas
proyek
TOTAL KREDIT 2.648.915.764 Total pinjaman dari pihak
ketiga (lembaga keuangan)
PERIODE KREDIT DALAM
BEBERAPA TAHUN
5 Periode pinjaman
PENDAPATAN SEBELUM
PAJAK (IDR)
125.828.876.037 pendapatan bersih
sebelum pajak selama
periode proyek
PENDAPATAN SEBELUM
PAJAK (RATA-RATA - IDR)
6.291.443.802 pendapatan bersih rata-
rata sebelum pajak selama
periode proyek
PENDAPATAN SETELAH
PAJAK (TOTAL - IDR)
124.262.895.161 total pendapatan bersih
setelah pajak selama
periode proyek
PENDAPATAN SETELAH
PAJAK (RATA-RATA- IDR)
6.213.144.758 pendapatan bersih rata-
rata setelah pajak selama
periode proyek per tahun
LABA BERSIH SETELAH
BUNGA (TOTAL - IDR)
123.313.129.189 total pendapatan bersih
setelah dikurangi bunga
pinjaman selama periode
proyek
LABA BERSIH SETELAH
BUNGA (RATA-RATA - IDR)
6.165.656.459 total pendapatan bersih
rata-rata setelah dikurangi
bunga pinjaman selama
periode proyek per tahun
55
JENIS NILAI PENJELASAN
Nilai Bersih Sekarang (NPV)
(IDR)
12.073.242.232 nilai sekarang dari arus kas
bersih dari pengeluaran
investasi (harus bernilai
positif)
Tingkat Pengembalian Internal
(IRR)
37% Persentase yang dihasilkan
pendapatan bersih harus
lebih tinggi dari suku bunga
pinjaman
Tingkat Pengembalian Rata-
rata (ARR)
345% persentase rata-rata
pendapatan bersih harus
lebih tinggi dari perkiraan
persentase tingkat
pendapatan
Periode Pengembalian (PP) 6.03 pa periode pengembalian
investasi (dalam tahun,
harus di bawah periode
proyek)
Index Profitabilitas (PI) 34,73 nilai sekarang di masa
depan dibandingkan
dengan nilai investasi saat
ini harus di atas 1
Titik Impas (BEP) (IDR) 1.181.945.419 Penjualan minimum dalam
Rupiah dalam satu periode
panen
Titik Impas (BEP) (UNIT) - total kuantitas penjualan
minimum dalam satu
musim
RASIO OPERASI 19,65% Total biaya produksi harus
di bawah nilai jual (di
bawah 100%)
56
JENIS NILAI PENJELASAN
RASIO MARGIN OPERASI 80,35% Nilai profit sebelum pajak di
atas nilai perkiraan profit +
pajak pendapatan
RASIO MARGIN BERSIH 79,35% nilai pendapatan setelah
pajak di atas nilai perkiraan
profit
TINGKAT PENGEMBALIAN
INVESTASI (ROI)
657,46% nilai profit sebelum pajak di
atas 100% nilai investasi
aset tetap
TINGKAT PENGEMBALIAN
INVESTASI BERSIH
649,28% nilai profit setelah pajak di
atas nilai investasi aset
tetap
OMSET ASET 818,23% 0
OMSET MODAL KERJA
525,28% nilai jual di atas 100%
modal kerja
MARGIN UNTUK RATIO
UTANG
4691,09% 0
MARGIN UNTUK RASIO
EKUITAS
12985,54% nilai jual di atas 100%
modal kerja
RASIO UTANG 73,46% perbandingan dengan rasio
ekuitas
RASIO EKUITAS 26,54% rasio utang
RASIO UTANG TERHADAP
MODAL KERJA
8,89% Utang dibandingkan modal
kerja
DEBT TO EQUITY 276,81% utang dibandingkan modal
sendiri
57
Lampiran 2. Analisis Investasi Aset Tetap
N
O. Aspek nilai indikator rangkuman analisis
penjelasa
n
stat
us
1
KEMAMP
UAN
MEMENU
HI
PERSYAR
ATAN
MODAL
(IDR)
Nilai positif 43.066.817 positif
value YA
2
PERIODE
PENGEM
BALIAN
(PP)
Periode
Pengembali
a <
Maksimum
Pengembali
an
6 YE
AR
0,
32
BUL
AN 8
HA
RI
P
P =
6,
03 YA
3
NILAI
BERSIH
SEKARAN
G (NPV)
Nilai Bersih
Sekarang
(NPV) > 0
12.073.242.232
N
P
V
> 0 YA
4
INDEX
PROFITA
BILITAS
(PI)
Index
Profitabilitas
(PI)> 1
34,73 PI > 1 YA
5
TINGKAT
PENGEM
BALIAN
INTERNA
L (IRR)
Tingkat
Pengembali
an Internal
(IRR) >
SUKU
BUNGA
36,609% la
ba >
19
% YA
58
6
TINGKAT
PENGEM
BALIAN
RATA-
RATA
(ARR)
Tingkat
Pengembali
an Rata-
rata (ARR)>
EKSPEKTA
SI Tingkat
Pengembali
an
Perhitungan
Minimum
344,61%
A
R
R
> 10
% YA
7
TITIK
IMPAS
(BEP)
1.181.945.419
ID
R YA
8 ANALISIS
RASIO
LABA
OPERASIO
NAL
PENJUALA
N
(EBIT/PENJ
UALAN)
62 % > 11
% YA
LABA
OPERASIO
NAL
OPERATIO
NAL LABA
TERHADAP
BIAYA
(EBIT/BIAY
A)
384 % > 89
% YA
LABA
BERSIH
PENJUALA
N
61 % > 10
% YA
59
(EAT/PENJ
UALAN)
LABA
BERSIH
TERHADAP
BIAYA
(EAT/BIAY
A)
379 % > 90
% YA
Lampiran 3. Analisis Titik Impas (BEP)
GULA AREN
KOLANG
KALING
LIDI
IJUK
TEPUNG
AREN
avr
IDR 12.000 10.000 1.000 3.000 3.000 5.800
KG 112.500 12.500 25.000 125.000 125.000 80.000
FREQ 6 1 2 2 1 2
Total
penjualan
8.100.000.000
125.000.000
50.000.000
750.000.000
375.000.000
1.880.000.000
NO. JENIS NILAI/USIA
PERTUMBUHAN/RATA-
RATA
TOTAL
Hasil per produksi barang 80.000 80.000
Harga jual per produksi barang 5.800 5.800
TOTAL SALES 1.880.000.000 156.598.087.669
ASET TETAP
NO. JENIS
NILAI/USIA
PERTUMBUHAN
TOTAL
1 Bangunan
3,000,000
60,000,000
2 Cangkul
1,000,000
55,359,784
60
NO. JENIS
NILAI/USIA
PERTUMBUHAN
TOTAL
3 Arit
250,000
13,839,946
4 Penyemprot
750,000
41,519,838
5 Tangga
1.000.000
31.419.915
6 Perahu Karet
1.500.000
83.039.676
7 Sarung tangan
500.000
27.679.892
8
Selokan untuk
cairan getah
1.500.000
83.039.676
9
Pisau untuk
penyadapan
300.000
16.607.935
10 Palu
750.000
41.519.838
11 Gergaji
1.666.667
44.096.278
12 Kapak
1.000.000
55.359.784
13 Tali
1.000.000
55.359.784
14 Tongkat kayu
500.000
27.679.892
15 Parang
1.000.000
55.359.784
16 kompor (2 tungku)
1.000.000
31.419.915
17 Tempayan
3.000.000
94.259.746
61
NO. JENIS
NILAI/USIA
PERTUMBUHAN
TOTAL
18 Pencampur
800.000
44.287.827
19 Cetakan
1.000.000
31.419.915
20 Jerigen
800.000
44.287.827
21 Ember
350.000
19.375.925
TOTAL BIAYA
TETAP
22.666.667
956.933.183
BIAYA VARIABEL
JENIS NILAI/USIA
PERTUMBUHAN
TOTAL
BIAYA BIBIT - -
Bibit Aren 625.250.000 625.250.000
total biaya “bibit”
625.250.000 625.250.000
BIAYA PUPUK - -
Pupuk Organik "G1 WIJAYA" 225.000.000 225.000.000
Cairan Coklat "G1 WIJAYA" 28.000.000 28.000.000
Cairan Pestisida organik 100.000.000 100.000.000
Pengiriman (SBY - KUBAR) -
KONTAINER 118.500.000 118.500.000
total biaya pupuk 471.500.000 471.500.000
BAHAN BAKU LAINNYA - -
Briket sekam padi/kayu 57.600.000 1.787.134.950
Total biaya lainnya 57.600.000 1.787.134.950
BIAYA TENAGA KERJA - -
Persiapan dan pembukaan lahan 20.000.000 20.000.000
62
JENIS NILAI/USIA
PERTUMBUHAN
TOTAL
Persiapan jarak tanam 20.000.000 20.000.000
Pembuatan lubang tanam 20.000.000 20.000.000
Penanaman 20.000.000 20.000.000
Penanaman kembali 2.000.000 2.000.000
Pemupukan 20.000.000 20.000.000
Pengendalian serangga dan
penyakit
10.000.000 10.000.000
Penyiangan 10.000.000 553.597.843
Panen buah Aren muda 20.000.000 788.694.959
Penyadapan Nira 360.000.000 11.169.593.438
Produksi sagu 20.000.000 20.000.000
Pengolahan gula aren 288.000.000 8.935.674.750
Pengolahan kolang-kaling 20.000.000 788.694.959
Pengolahan lidi 24.000.000 946.433.951
Pengolahan ijuk 24.000.000 946.433.951
Pengolahan sagu 10.000.000 10.000.000
Pengawas 48.000.000 2.657.269.646
total biaya tenaga kerja 936.000.000 26.928.393.499
TOTAL BIAYA VARIABEL 1.561.250.000 29.812.278.449
JENIS NILAI NILAI
TOTAL PENJUALAN
1.880.000.000 156.598.087.669
HARGA/KUANTITAS PENJUALAN 5.800 5.800
TOTAL BIAYA TETAP 22.666.667 956.933.183
TOTAL BIAYA VARIABEL 1.561.250.000 29.812.278.449
BIAYA/KUANTITAS VARIABEL 19.516 372.653
ANALISIS
63
BEP dalam MONETER (TOTAL
AREA)
0,071111111 1,.81.945.419,21
64
Lampiran 4. Jenis Tanah di Kutai Barat
65
Lampiran 5. Peta Sistem Lahan Manoor Bulatn
top related