rangkuman manajemen keuangan islam uas - ibec feb ui
Post on 05-Nov-2021
9 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Rangkuman Manajemen Keuangan Islam UAS
Shariah Contracts for Islamic Financial Instruments (Part 8)
Elemen-elemen kontrak Syariah
1. Bentuk Kontrak (Sighah Al-Aqd)
Basis pembentukan kontrak adalah kapabilitasnya untuk dapat mencerminkan
kerelaan/keridhoan kedua pihak yang berkontrak untuk melaksanakan isi kontrak.
2. Objek Kontrak (Mahal Al-Aqd)
- Objek harus ada ketika kontrak berlangsung
- Objek harus diketahui pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak
- Kepastian penyerahan objek saat kontrak berlangsung
- Objek harus memiliki nilai intrinsic (memiliki manfaat)
3. Pihak yang Berkontrak (Al-Aqidan)
Pihak yang berkontrak harus memiliki kapasitas hukum / capable (ahliyyah) yang
menjadikan dirinya kompeten (salih) dalam menawarkan atau menerima tawaran yang
dibuat didalam kontrak.
Klasifikasi Kontrak Syariah
o Bay Al-Murabahah (Penjualan + margin)
- Penjual memberitahu kepada pembeli berapa harga pokok dari barang yang ia jual
serta berapa keuntungan yang ia peroleh dari hasil penjualan tsb.
- Murabahah dapat dilakukan secara tunai maupun ditangguhkan
Tipe Murabahah :
1. Murabahah Klasik
Barang yang diperjual-belikan harus ada saat kontrak berlangsung diawal.
2. Murabahah Purchasing Order (MPO)
Dikarenakan saat ini bank tidak boleh punya gudang yang menyimpan barang2 yang akan
dijual, maka MPO diperbolehkan. Barang yang diperjual-belikan tidak harus ada saat
kontrak berlangsung diawal, melainkan pembeli boleh melakukan pemesanan terlebih
dahulu kepada penjual.
*contoh praktik MPO pada Bank Islam
Isu Syariah Terhadap Akad Murabahah
Potongan harga pada pelanggan yang melunasi lebih cepat dari jatuh tempo
Masih dipertanyakan apakah diperbolehkan atau tidak, mengingat bahwa pihak bank sudah
merancang laporan keuangan yang sesuai dengan tanggal jatuh tempo pelanggan. Ketika
pelanggan melunasi utangnya lebih cepat, itu berarti secara ga lgsg mengacaukan sistem
lapkeu nya bank.
Penjual harus mengungkapkan harga pokok komoditas
Banyak penjual yang tidak mengungkapkan harga pokok, hal tsb membatalkan kontrak
murabahah.
Penggunaan suku bunga sebagai patokan dalam menentukan margin
Saat ini banyak bank Islam yang menetapkan margin mengacu pada LIBOR (suku bunga
yang ditawarkan oleh Interbank di London)
o Bay Al-Istishna’ (Penjualan Manufaktur)
Syarat yang mendasari kontrak Istishna :
1. Objek yang hendak dimanufaktur harus ditentukan persis tipenya, jenisnya,
kualitasnya, dan kuantitasnya di awal kontrak
2. Waktu penyerahan objek harus jelas untuk menghindari ketidakpastian
3. Material harus di suplai oleh pemanufaktur. Jika material disediakan oleh pembeli,
akadnya dianggap ijarah
Tipe kontrak Istishna :
- Istishna Klasik = hanya melibatkan dua pihak (pelanggan dan pemanufaktur)
- Istishna parallel = melibatkan pihak (pelanggan, bank islam, dan pemanufaktur)
Pengaplikasian dalam Keuangan Islam Kontemporer
Kontrak istishna dapat digunakan dalam industry pembangunan perumahan, industry
teknologi seperti pesawat, automobil, kapal laut, dan industry peralatan seperti peralatan
pabrik.
Isu syariah thd akad Istishna
Ketika pemanufaktur gagal menyerahkan asset yang dimanufaktur pada tanggal yang telah
disepakati. Untuk mengatasi isu ini, pemanufaktur diperbolehkan dikenakan penalty ketika ia
gagal menyerahkan asset tepat waktu.
o Bay As-Salam (Penjualan dengan Pembayaran di muka)
Syarat yang mendasari kontrak salam :
- Pembeli harus melakukan pemesanan barang terlebih dahulu dan membayar secara penuh
di awal kontrak
- Barang yang dipesan harus ditentukan kuantitas, kualitas, waktu serta tempat
penyerahannya secara jelas di awal kontrak
Tipe kontrak Salam :
1. Salam Klasik = hanya melibatkan dua pihak (pembeli dan penjual)
2. Salam parallel = melibatkan 3 pihak (pembeli, bank Islam, dan penjual)
Pengaplikasian dalam Keuangan Islam Kontemporer
Kontrak salam merupakan model pembiayaan yang tepat untuk menjalankan produksi
pertanian.
Isu syariah thd akad salam
Ketika petani gagal menyerahkan komoditas dengan kualitas, kuantitas, serta tepat waktu
kepada pelanggan.
o Bay Al-Dayn (Penjualan Utang)
Bay al dayn = penjualan utang yang dapat dilakukan untuk mendapatkan suatu utang atau selain
utang, kepada debitur atau selain debitur, dengan basis tunai atau ditangguhkan.
Tipe bay al-dayn :
1. Penjualan utang kepada debitur dengan basis tunai
Contoh : ahmad berhutang kepada Muhammad 500jt dan Muhammad menjual utang tsb kpd
ahmad untuk mendapatkan suatu porsi tanah yang dimiliki oleh ahmad.
2. Penjualan utang kepada nondebitur dengan basis tunai
Contoh : yusuf berhutang kepada ahmad 15 jt. Lalu ahmad menjual utang tsb kepada zaid untuk
mendapatkan sebuah motor. Nanti jadinya zaid yang nagih ke ahmad
3. Penjualan utang kepada debitur dengan harga yang ditangguhkan
Contoh : yusuf berhutang kepada ahmad 500 juta. Lalu ahmad membeli sebuah mobil dari yusuf
seharga utang tsb yang dapat dibayar cicil selama 10 bulan.
4. Penjualan utang kepada nondebitur dengan harga yang ditangguhkan
Contoh : ahmad berhutang kepada ali 500 ribu. Lalu ali menjual utang tsb kepada azman untuk
mendapatkan sebuah buku yang dapat dicicil selama 20 hari.
Pengaplikasian bay al dayn dalam keuangan Islam kontemporer :
Saat ini, bay al dayn digunakan, terutama di Malaysia sebagai salah satu kontrak pokok
syariah dalam menstrukturkan beragam fasilitas keuangan Islam, termasuk instrument
pasar uang Islam, Sukuk, dll.
Isu syariah terhadap bay al dayn
Terkait sekuritas Islami, bay al dayn selama ini digunakan secara luas untuk tujuan
likuiditas atau capital gains yang didapatkan dari perdagangan sertifikat utang. Hal ini
memicu permasalahan, karena capital gains diperoleh dari hasil penjualan utang terhadap
utang.
o Bay Al-Sharf (Penjualan Mata Uang)
Syarat :
Harus dipertukarkan sama jenis, sama kualitas, sama kuantitas, dan ditukarkan secara,
kontan.
Pengaplikasian dalam keuangan Islam :
Bay al sharf berlaku pada perdagangan valuta asing. Mayoritas ulama beropini bahwa
berbagai mata uang dapat dipertukarkan dengan nilai tukar nominal yang berbeda-beda,
bila mempertimbangkan bahwa mata uang berbagai negara terdiri dari nilai intrinsic dan
daya beli yang berbeda-beda.
Isu syariah dalam bay al sharf:
Ketika uang yang diserahkan tidak senilai dan tidak kontan.
o Bay Al-Inah (Penjualan dan Pembelian Kembali)
“suatu situasi ketika seseorang menjual suatu komoditas kepada orang lain dengan harga
tertentu, disertai pembayaran yang ditunda hingga suatu tanggal yang sudah ditetapkan, lalu ia
membeli kembali komoditas tsb dari orang tsb denan harga yang lebih rendah secara tunai”
Syarat : barang yang diperjual-belikan bukan barang ribawi
Pengaplikasian inah di dalam sistem perbankan :
Hanya Malaysia dan brunei yang mengaplikasikan inah dalam sistem perbankan
negaranya.
Contoh : mekanisme bay al inah pada jasa kartu kredit
Isu syariah pada bay al inah:
Terdapat 2 kontrak yang terjadi :
- Kontrak 1 : penjualan yang dilaksanakan oleh lembaga keuangan
- Kontrak 2 : kontrak pembelian kembali komoditas yang sama yang telah dijual dari
pelanggan atau lembaga keuangan.
Kontrak 2 hanya bisa dilakukan ketika kontrak 1 juga terjadi
o Bay Al-Tawarruq (Monetisasi/Pembiayaan Uang Tunai/Usaha Pemerolehan Uang
Tunai)
Tawarruq = membeli suatu komoditas disertai pembayaran yang ditanggukan, lalu
menjualnya kepada seseorang selain penjual tsb dengan harga yang lebih rendah disertai
pembayaran secara tunai.
Tipe tawarruq :
- Al-Tawarruq Al-Fardi (tawarruq berbasis individual)
- Al-Tawarruq Al-Munazhzham (tawarruq terorganisir)
Perbedaan tawarruq berbasis individual dan terorganisir :
- Pada tawarruq terorganisir, penjual bertindak sebagai perantara dengan menjual kembali
komoditas tsb secara tunai atas nama mutawarriq (pencari uang tunai) kepada pihak lain.
Sedangkan pada tawarruq individual, penjual secara mutlak tidak berperan apapun pada
penjualan kembali komoditas tsb dan tidak memiliki hubungan dengan pembeli akhir.
- Pada tawarruq terorganisir, mutawarriq menerima uang tunai dari penjual, yang
kepadanya mutawarriq berhutang harga yang ditunda. Sedangkan pada tawarruq
individual, uang tunai akan diambil langsung oleh mutawarriq dari pembeli akhir tanpa
keterlibatan penjual.
- Pada tawarruq terorganisir, penjual mungkin sebelumnya telah menyepakati dengan
pembeli akhir bahwa ia akan membeli komoditas tsb. Al-Tawarruq Al-Mashrafi
(tawarruq perbankan)
Contoh : IFI akan mewakili mutawarriq dalam menjual komoditas tsb kepada pembeli
lain secara tunai, lalu bank tsb akan menyampaikan bayarannya kpd mutawarriq tsb.
Pengaplikasian tawarruq :
Tawarruq (murabahah commodity) merupakan salah satu prinsip yang popular digunakan
untuk menstrukturkan beragam instrument keuangan Islam. Berikut adalah beberapa
instrument keuangan Islam yang lazim didasarkan pada tawarruq :
Isu syariah pada tawarruq :
Terjadi masalah apabila penjual sebelumnya telah melakukan kesepakatan untuk
melakukan penjualan kembali suatu komoditas kepada pembeli akhir atas nama
mutawarriq. Hal ini dapat menjadi isu berupa menghindari fluktuasi harga komoditas.
Memungkinkan terjadinya 2 transaksi yang berlangsung secara bersamaan.
1. Ijarah (penyewaan)
Ijarah : kontrak pentransferan kepemilikan manfaat untuk mendapatkan kompensasi
Tipe ijarah :
- Operating lease : ijarah yang dilaksanakan oleh IFI atau perusahaan bisnis. Kriteria
utamanya adalah tidak dikaitkan dengan suatu perjanjian pembelian. Ijarah tipe ini cocok
untuk aset2 yang mahal seperti kapal laut, pesawat terbang, peralatan industry, dan
pertanian.
- Financing lease : ijarah yang biasanya dilaksanakan oleh IFI dan dikaitkan dengan
pembelian atau penghibahan. Transaksi jenis ini digunakan secara luas dalam industry
real estate, permesinan, dan peralatan. Terkait ijarah ini, kontrak yang digunakan adalah
IMBT atau ijarah tsuma ba’I (sewa lalu beli)
Pengaplikasian ijarah pada sistem perbankan:
Instrumen2 berbasis ijarah :
Isu syariah pada ijarah :
- Ketika suatu transaksi merupakan syarat pelaksanaan kontrak lainnya
- Harga sewa tidak boleh didasarkan pada suku bunga
- Lebih baik harga sewa bersifat fixed, jikalau berubah harus diberitahu diawal.
Shariah Contracts for Islamic Financial Instruments (Part 9)
Kontrak Kemitraan dalam Keuangan Islam
- Musyarakah
Definisi : “perjanjian dimana dua pihak atau lebih saling mengkontribusikan modal dan
tenaga, serta membagi laba dengan kesepakatan diawal kontrak”
Tipe musyarakah :
1) Syirkah Al-Milk : kemitraan dimana ketika dua atau lebih orang merupakan pemilik
bersama atas suatu harta
Bentuk syirkah al-milk :
Syirkah ikhtiyar : kepemilikan ditetapkan berdasarkan tindakan para mitra, seperti suatu
asset telah dibeli bersama-sama oleh mereka.
Syirkah jabr : kemitraan ditetapkan karena diwajibkan, bukan karena tindakan para mitra.
Contoh : mereka menjadi pemilik baru suatu asset melalui pewarisan.
2) Syirkah Al-Aqd : perjanjian diantara dia orang atau lebih untuk saling
mengkontribusikan harta dan tenaga untuk menghasilkan laba, dan membagi kerugian
dengan porsi sesuai perjanjian di awal kontrak.
Bentuk syirkah al-aqd :
Syirkah al-amwal : pada syirkah tipe ini, semua mitra mengkontribusikan modal bagi
perusahaannya. Syirkah tipe ini terbagi menjadi dua kategori :
Syirkah al-inan : pihak yang terlibat dalam kontrak dapat mengkontribusikan modal
yang jumlahnya tidak sama. Laba akan dibagi sesuai perjanjian diawal, dan kerugian
akan dibagi sesuai porsi kontrubusi modal.
Syirkah al-mufawadah : pihak yang terlibat dalam kontrak harus mengkontribusikan
modal dengan jumlah yang sama, serta mendapat porsi keuntungan yang sama pula.
Selain itu, kerugian juga harus ditanggung dengan porsi yang sama.
Syirkah abdan atau amal : kerjasama usaha antar para pihak yang hanya menyertakan
kontribusi kerja (amal), tanpa kontribusi modal (maal). Kontribusi kerja yang
dimasukkan kedalam syirkah dapat berupa kerja fisik, maupun kerja pikiran. Tidak ada
syarat kesamaan profesi pada praktek syirkah abdan. Sehingga dimungkinkan kerjasama
syirkah abdan antara pihak yang menyumbang kerja pikiran dan satu pihak lagi kerja
fisik.
Contoh syirkah abdan dalam kehidupan sehari-hari adalah dua orang nelayan yang sama-
sama pergi melaut dalam sebuah perahu. Sebelum melaut mereka menyepakati bagi hasil
atas keuntungan pendapatan hasil tanggkapan mereka. contoh lain syirkah abdan adalah
kerjasama usaha antara seorang arsitek dan tukang bangunan dalam mengerjakan proyek
pembangunan rumah.
Syirkah al-wujuh : kerja sama antara dua orang atau lebih yang memiliki reputasi dan
nama baik serta ahli dalam bisnis. Mereka membeli barang secara kredit (hutang) dari
suatu perusahaan dan menjual barang tersebut secara tunai, lalu keuntungan yang didapat
dibagi bersama atas dasar kesepakatan di antara mereka.
Contohnya: A dan B adalah tokoh yang dipercaya pedagang. Lalu A dan B ber-syirkah
wujuh, dengan cara membeli barang dari seorang pedagang (misalnya C) secara kredit. A dan
B bersepakat, masing-masing memiliki 50% dari barang yang dibeli. Lalu keduanya menjual
barang tersebut dan keuntungannya dibagi dua, sedangkan harga pokoknya dikembalikan
kepada C (pedagang). Dalam syirkah wujuh ini, keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan,
bukan berdasarkan presentase barang dagangan yang dimiliki; sedangkan kerugian
ditanggung oleh masing-masing mitra usaha berdasarkan presentase barang dagangan yang
dimiliki, bukan berdasarkan kesepakatan.
3) Musyarakah Mutanaqishah (diminishing musyarakah) : bentuk kemitraan dimana salah
satu pihak berjanji (wa’d) untuk membeli bagian modal (ekuitas) dari mitra yang lain
secara bertahap hingga hak milik modal tersebut sepenuhnya ditransferkan kepadanya.
Transaksi ini dimulai dengan membentuk kemitraan, lalu jual beli ekuitas berlangsung
diantara kedua mitra tsb.
- Mudharabah
Bentuk kemitraan dimana salah satu pihak (shahibul maal) menyediakan modal dan pihak
lain (mudharib) menyediakan tenaga dalam suatu bisnis. Lalu keuntungan yang
dihasilkan dari bisnis tersebut akan dibagi antar pihak sesuai porsi yang telah ditetapkan
di awal kontrak. Kerugian sepenuhnya akan ditanggung oleh pihak shahibul maal.
Dari perspektif pekerjaan mudharib, kontrak mudharabah dapat dibagi menjadi dua
kategori,yaitu:
1. Mudharabah al-muthlaqah (mudharabah tidak terikat)
Kontrak dimana shahibul maal mengizinkan mudharib untuk mengurus dana mudharabah tanpa
batasan-batasan tentang tipe pekerjaan yang harus diselesaikan, lokasi, waktu, metode
pembayaran, dan lain-lain. Pada jenis mudharabah ini, mudharib memiliki suatu keberagaman
luas terkait kebebasan dalam berdagang atau berbisnis, berdasarkan kepercayaan dan keahlian
bisnis yang ia miliki namun harus izin terlebih dahulu kepada shahibul maal.
2. Mudharabah al-muqayyadah (mudharabah terikat)
Kontrak dimana shahibul maal membatasi tindakan mudharib disuatu lokasi tertentu, atau apa
jenis investasi tertentu, atau segala batasan lain yang dianggap tepat oleh shahibul maal.
Kontrak Jaminan
Kafalah (jaminan) : pihak ketiga menjadi penjamin pembayaran utang yang belum
dibayarkan oleh individu yang awalnya bertanggung jawab untuk melunasinya.
Syarat objek atau asset yang dijaminkan :
- objek jaminan keuangan harus mungkin ditagih dari penjamin, jika tidak, maka kontrak
tsb tidak akan memiliki manfaat.
- Utang keuangan yang dijamin harus berupa asset berharga yang dapat dimiliki dan
dijual secara sah.
Rahn (gadai) = menahan salah satu harta milik debitur atas pinjaman yang diterimanya
atau dapat juga kita sebut sebagai gadai.
Objek barang yang di tahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian pihak kreditur
memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara
sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan hutang atau gadai.
Pada pengaplikasian kontemporer, rahn dapat berbentuk :
- dokumen : seperti dokumen harta (ex : surat tanah), dokumen kendaraan, sukuk, dan
saham
- objek : seperti perhiasan, dan barang berharga lainnya.
Apabila debitur telah melunasi utangnya kepada kreditur, barang jaminan harus
dikembalikan kepada debitur
Apabila terjadi gagal bayar, barang jaminan dapat dilikuidasi untuk melunasi utang tsb.
Apabila hasil likuidasi barang jaminan tersebut memiliki nilai yang lebih besar daripada
jumlah utang : kelebihannya harus dikembalikan kpd debitur
Apabila hasil likuidasi barang jaminan tersebut memiliki nilai yang lebih kecil drpd
jumlah utang : pihak kreditur boleh menagih kepada pihak debitur senilai jumlah yang
kurang.
* Kafalah : yang menjamin => orang
Rahn : yang menjamin => barang berharga
Kontrak Kebajikan
1. Hibah (hadiah)
“kontrak sukarela yang mengakibatkan pemindahan kepemilikan kepada pihak yang dihibahkan”
Objek hibah : setiap objek, yang dapat diperdagangkan secara sah dalam perspektif syariah
dianggap sah untuk diberikan sebagai hadiah.
2. Wadiah (simpanan) : segala harta yang diserahkan oleh pemilik kepada seseorang untuk
menjaganya. Pada dasarnya, wadiah dilakukan atas dasar amal.
Tipe wadiah :
- wadiah yad amanah (penitipan berdasarkan amanah) = pihak yang dititipkan tidak
berhak menerima laba apapun dari kontrak ini dan tidak boleh memanfaatkan barang
yang dititipkan. Pihak yang dititipkan tidak bertanggung jawab atas segala kerusakan
yang terjadi pada barang titipan selama itu bukan karena kelalaiannya.
- Wadiah yad dhamanah (penitipan yang terjamin) = pihak yang dititipkan boleh
memanfaatkan barang yang dititipkan dan berhak atas keuntungan yang dihasilkan dari
barang tsb. Pihak yang dititipkan bertanggung jawab atas segala kerusakan dan
kehilangan yang terjadi pada barang titipan.
Kontrak Agensi :
1. Wakalah
- “perbuatan satu pihak yang mendelegasikan kepada pihak lain untuk melakukan suatu hal
tertentu atas namanya”
- Wakil dapat memperoleh fee atas jasanya.
Pengaplikasian wakalah dalam keuangan Islam :
Pada pengaplikasian kontemporer, kontrak wakalah digunakan secara luas dalam
menstrukturkan beragam pasa modal islam, perbankan islam, produk takaful berbasis
komisi (fee based),dll.
Kontrak-kontrak Pendukung :
1. Hiwalah : pemindahan penagihan utang dari debitur kepada pihak lain.
Contoh skema hiwalah :
2. Muqashah (pengimpasan utang, set off)
“muqashah adalah pengimpasan utang (yang harus dibayarkan oleh debitur) oleh kreditur, yang
pada saat yang bersamaan berutang kepada debitur tersebut”
Contoh : Ahmad berutang kepada ali sebesar 2 juta. Kemudian Ali berutang kepada Ahmad
dengan jumlah yang sama (2 juta). Ini berarti kedua pihak tidak lagi berutang satu sama lain
(telah terjadi muqashah)
3. Ibra’
“ibra’ adalah tindakan kreditur ketika membebaskan atau menyudahi suatu utang yang
seharusnya berkewajiban dibayarkan oleh debitur”
Ibra’ biasanya terjadi ketika pihak debitur tidak memiliki kemampuan dalam melunasi utangnya
kepada pihak kreditur. Ibra’ tidak dapat ditarik kembali.
Ibra’ bersyarat : missal : A akan mengibra’kan piutangnya kepada B ketika A meninggal. (ibra’
ini diperbolehkan)
4. Wa’d
“wa’d adalah komitmen yang dibuat oleh seseorang kepada orang lain untuk
mengusahakan sesuatu yang bermanfaat bagi pihak kedua”
Mayoritas ulama berpendapat bahwa wa’d merupakan janji yang dibuat seseorang kepada
orang lain yang mengikat secara agama, namun tidak mengikat secara hukum.
Wa’d yang mengikat secara agama dan hukum dinamakan akad.
Islamic Dervatives for Risk Management (Part 10)
Derivative
• Derivatives adalah instrument keuangan yang nilainya bergantung pada asset lain yang
lebih mendasar, seperti padi-padian, minyak kelapa sawit, mata uang, indeks, dll.
• Untuk menghindari risiko perubahan nilai pada asset derivatives, biasanya akan
dilakukan hedging (lindung nilai).
• Hedging adalah strategi trading untuk “membatasi” atau “melindungi” dana trader dari
fluktuasi nilai tukar mata uang yang tidak menguntungkan.
• Dalam keuangan konvensional, ada 4 instrument dasar derivatives : kontrak forward,
kontrak berjangka (futures), kontrak opsi (options), dan kontrak swap.
Kontrak Forward
• Dalam kontrak forward, dua pihak mengusahakan penyelesaian sebuah transaksi pada
suatu tanggal mendatang, tetapi dengan harga yang ditentukan saat ini.
• Contoh: seorang petani yang mengantisipasi tanaman jagung miliknya akan dipanen
dalam waktu dekat dan seorang konsumen yang membutuhkan jagung dalam waktu
dekat. Kedua pihak dihadapkan pada suatu kemungkinan risiko bahwa harga jagung
mungkin turun (merugikan konsumen) atau naik (merugikan petani). Oleh karena itu,
untuk membatasi risiko mereka, mereka mengusahakan sebuah kontrak forward untuk
mengunci harga jagung yang harus dibayarkan pada masa mendatang. Pembayaran uang
dan penyerahan komoditas akan dilakukan dimasa mendatang.
• Permasalahan: kedua pihak yang saling membutuhkan harus bertemu (multiple
coincidence), kerugian yang ditanggung oleh salah satu pihak ketika terjadi perubahan
harga.
Kontrak Berjangka (Futures)
• Futures mirip dengan forward, namun dalam futures terdapat standarisasi ukuran kontrak,
durasi jatuh tempo, kualitas produk, dan tempat penyerahan.
• Kontrak futures diperdagangkan di bursa yang menjadi perantara antara pihak penjual
dan pembeli. Karena banyak penjual dan pembeli yang bertransaksi melalui bursa, maka
permasalahan multiple coincidence akan terselesaikan. Selain itu, harga kontrak futures
dianggap lebih wajar karena harga ditentukan melalui interaksi antar penjual dan
pembeli, sehingga permasalahan pengenaan suatu harga oleh satu pihak kepada pihak
yang lain dapat terhindarkan.
Kontrak Opsi (Options)
• Opsi, dalam dunia pasar modal, adalah suatu hak yang didasarkan pada suatu perjanjian
namun tidak memaksakan kewajiban, untuk membeli atau menjual suatu komoditi, surat
berharga keuangan, atau suatu mata uang asing pada suatu tingkat harga yang telah
disetujui (ditetapkan di muka) pada setiap waktu dalam masa tiga bulan kontrak. Opsi
dapat digunakan untuk meminimalisasi risiko dan sekaligus memaksimalkan keuntungan
dengan daya ungkit (leverage) yang lebih besar. Untuk memperoleh hak ini dibawah
kontrak opsi, disyaratkan untuk membayar premi.
• Ada 2 tipe dasar opsi : opsi beli (call option) dan opsi jual (put option).
1. Opsi beli, atau yang lebih dikenal dengan istilah call option, adalah suatu hak untuk
membeli sebuah asset pada harga kesepakatan (strike price) dan dalam jangka waktu
tertentu yang disepakati—baik pada akhir masa jatuh tempo ataupun di antara tenggang
waktu masa sebelum jatuh tempo.
2. Opsi jual, atau yang lebih dikenal dengan istilah put option, adalah suatu hak untuk
menjual sebuah asset pada harga kesepakatan (strike price) dan dalam jangka waktu
tertentu yang disepakati—baik pada akhir masa jatuh tempo ataupun di antara tenggang
waktu masa sebelum jatuh tempo.
• Dalam kontrak forward dan futures, terdapat kewajiban melaksanakan kontrak tsb
(membayar harga yang telah ditentukan sebelumnya atau menyerahkan komoditas
tersebut). Namun pada kontrak opsi, tidak ada kewajiban semacam ini pada saat jatuh
tempo, hingga pemegang opsi memutuskan untuk melaksanakan opsi tersebut. Sehingga,
bagi pemegang opsi, ketidakaktifan hanya akan menyebabkan kontrak opsi tsb
kadaluwarsa, beserta suatu hasil akhir bahwa premi yang sudah dibayarkan akan
hilang/hangus.
Kontrak Swap
• SWAP adalah transaksi pertukaran dua valas melalui pembelian tunai dengan penjualan
kembali secara berjangka, atau penjualan tunai dengan pembelian kembali secara
berjangka. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kepastian kurs (kurs bersifat tetap
selama kontrak), sehingga dapat menghindari kerugian selisih kurs.
• Nilai swap ini adalah dihitung berdasarkan suatu nilai absolut atau notional amount yaitu
suatu nilai nominal yang digunakan untuk menghitung pembayaran terhadap suatu swap
dan produk manajemen risiko lainnya di mana nilai ini bukan suatu nilai yang
sesungguhnya (absolut).
• Bayaran suku bunga yang dipertukarkan ditentukan sebelumnya berdasarkan suatu
ukuran acuan.
Kontrak forward, futures, options, dan swap dalam perspektif Islam
1. Dalam kontrak-kontrak tsb, pembayaran dan/atau penyerahannya ditangguhkan, dan
sering kali “tidak sedang dimiliki” pada saat berlangsungnya kontrak. Sehingga, tidak
terjadi penjualan secara real, melainkan hanya terjadi penjualan atau pertukaran janji-
janji. suatu penjualan dikatakan sahih menurut syariah jika salah satu (pembayaran atau
penyerahan barang) ditunda, tetapi tidak sahih jika keduanya ditunda. Hal tsb terlalu
berisiko / penuh dengan gharar.
2. Penjualan berbasis kontrak opsi hanyalah hak untuk membeli atau menjual, mengenakan
biaya (premi) atas hak ini tidak diperbolehkan. Dalam kontrak opsi, karena hak diberikan
untuk membeli atau menjual asset pokok tsb dengan suatu harga pelaksanaan yang telah
ditentukan sebelumnya, maka disyaratkan pembayaran suatu premi.
3. Opsi merupakan janji, janji itu sendiri diperbolehkan dan normalnya mengikat pihak yang
menjanjikan. Namun, suatu fakta bahwa transaksi opsi mengharuskan suatu biaya atas
janji tersebut menjadikannya tidak shahih menurut syariah. Pandangan ini didasarkan
pada suatu fakta bahwa opsi merupakan hak, bukan asset berwujud, sehingga tidak dapat
menjadi materi pokok bahasan kontrak jual beli.
4. Perdagangan berbasis kontrak2 derivatives melibatkan spekulasi dan sangat serupa
dengan maysir dan gharar. Dalam instrument derivatives yang diperdagangkan dibursa,
para speculator sering kali bertaruh tentang kenaikan atau kejatuhan harga2 asset pokok
tsb. Sifat “zero-sum-game” (keuntungan satu pihak diatas kerugian pihak lain) dalam
instrument derivatives dijadikan alat spekulasi dan permainan peluang. Spekulasi tidak
diperbolehkan dalam syariah.
Instrumen Derivative Valuta Asing Islam
1. Kontrak janji (wa’d) forward Islam
Produk kontrak forward wa’d foreign exchange adalah kontrak yang melibatkan dua pihak, yakni
pihak pertama menjanjikan kepada pihak kedua akan membeli atau menjual mata uang yang
diselesaikan pada suatu tanggal valuta yang ditentukan diawal dengan nilai tukar dan jumlah
yang disepakati hari ini. Pihak yang menjanjikan ini wajib menjunjung kontrak tsb, namun pihak
yang lain tidak wajib melakukan hal yang sama.
Contoh transaksi :
A. Pada tanggal 24 juni 2010, konsumen berjanji akan membeli USD 10 juta dari bank
islam pada tanggal 24 juli 2010 dengan nilai tukar MYR 32.7 juta. Konsumen ini
terikat wa’d.
B. Pada tanggal 24 juli 2010, bank akan membayar USD 10 juta dan menerima MYR
32.7 juta dari konsumen.
C. Pertukaran mata uang tsb selesai, dan konsumen menerima USD 10 juta dengan nilai
tukar MYR 32.7 juta, terlepas dari nilai tukar dipasar.
2. Kontrak swap valuta asing Islam
Struktur ini merupakan kontrak swap valuta asing yang didasarkan pada konsep wa’d.
pengaturan ini terdiri dari ba’I al sharf pada awal transaksi, diikuti dengan janji (wa’d) yang
disampaikan oleh konsumen untuk mengusahakan pertukaran mata uang (ba’I al sharf) pada
suatu tanggal mendatang, dengan nilai tukar hari ini. Pada tanggal mendatang tsb, ba’I al sharf
lain berlangsung dengan nilai tukar yang sudah dijanjikan pada tanggal sebelumnya.
3. Kontrak swap lintas mata uang Islam (Islamic Cross Currency Swap – ICSS)
• ICSS adalah perjanjian diantara dua pihak untuk melakukan pembayaran satu sama lain
dengan suatu interval yang sudah disepakati, tetapi dalam dua mata uang yang berbeda.
• ICSS digunakan sebagai alat manajemen risiko, untuk menghedging risiko nilai tukar
mata uang asing dan juga risiko tingkat laba. Pembayaran dapat dilakukan dengan
berbagai pengaturan : nilai tukar tetap (fixed) diswap dengan nilai tukar floating
(misalnya : berdasarkan LIBOR), floating dengan floating, fixed dengan fixed, atau
floating dengan fixed. Transaksi komoditas digunakan pada setiap tanggal penyelesaian.
• Contoh : seorang klien menerima 5% per kuartal selama lima tahun atas investasinya
sebesar US $10 juta. Dengan kata lain, klien ini menerima imbalan investasi yang sudah
ditetapkan dalam USD. Namun klien ini membutuhkan MYR untuk membayar
liabilitasnya. Jadi, klien ini melangsungkan swap USD dengan bank Islam untuk
mendapatkan Ringgit, berdasarkan KLIBOR (Kuala Lumpur Interbank Offered Rate).
Nilai tukar tsb bersifat fixed, sehingga menghedging risiko nilai tukar valuta asing.
Melalui murabahah commodity atau tawarruq, bank Islam tsb menjalankan ICCS dengan
cara berikut :
4. Kontrak swap tingkat laba Islam (Islamic Profit Rate Swap – IPRS)
• IPRS adalah perjanjian antar 2 pihak untuk melakukan pembayaran satu sama lain
dengan interval yang sudah disepakati. Instrumen ini digunakan untuk menghedging
pergerakan tingkat laba yang merugikan, biasanya dengan mempertukarkan arus kas, dari
arus kas fixed menjadi arus kas floating, atau sebaliknya, dalam mata uang yang sama.
Transaksi komoditas digunakan pada masing2 tanggal penyelesaian. Jumlah bayaran dan
periode pembayaran dapat disesuaikan menurut kebutuhan klien dan bank.
• Terkait struktur ini, “tingkat laba tetap” ditentukan pada awal pembuatan kontrak, dan
tetap sama hingga masa pemilikan tsb berakhir dan hingga tanggal pengaturan kembali
yang sudah disepakati. Tingkat laba floating menggunakan acuan suatu indeks dan
ditentukan pada setiap tanggal penyelesaian. Jumlah hipotesis biasanya tidak berubah,
hanya jumlah selisih yang dipertukarkan pasa masing2 tanggal penyelesian.
Contoh :
Seorang klien memiliki kewajiban sewa sebesar RM 2 juta dengan sisa masa
kepemilikan 2 tahun. Klien tsb membayar sewa dengan tingkat laba floating melalui
pembayaran tingkat laba yang ditetapkan bdskn KLIBOR setiap kuartal dan ingin
membayar sewa dengan tingkat laba fixed yang ekuivalen.
Bank islam setuju melangsungkan swap dengan pembayaran sewa dengan tingkat
laba floating dengan tingkat laba fixed sebesar 3.5% per tahun selama 2 tahun
berikutnya. Dengan kata lain, klien tsb akan memberikan sewa berbasis KLIBOR
kepada bank Islam dan bank Islam tsb akan melangsungkan swap sewa berbasis
KLIBOR tsb dengan tingkat laba fixed sebesar 3.5% dengan klien tsb.
Melalui penggunakan murabahah commodity atau tawarruq, bank Islam menjalankan
IPRS dengan cara berikut :
5. Kontrak opsi Islam – wa’d valuta asing
Wa’d valuta asing merupakan struktur yang sangat serupa dengan kontrak opsi konvensional.
Wa’d valuta asing menggunakan janji (wa’d) yang mengikat satu pihak. Pada tanggal awal
transaksi, bank akan berjanji kepada nasabah akan mempertukarkan mata uang 1 dengan
mata uang 2 pada suatu tanggal mendatang dengan nilai tukar tertentu yang telah ditentukan
sebelumnya. Pada tanggal yang sama, bank tsb akan menerima suatu biaya dari nasabah atas
janji yang diberikan oleh bank tsb.
• Pada tanggal mendatang tsb, nasabah boleh meminta bank tsb untuk memenuhi janjinya,
atau boleh membebaskan bank tsb dari janjinya. Jika nasabah ingin melaksanakan wa’d
tsb pada tanggal jatuh tempo, maka bank tsb dan nasabah akan mempertukarkan mata
uang.
• Nasabah akan melaksanakan wa’d tsb bila nilai tukar mata uang tsb menguntungkan
dirinya. Kelebihan kontrak ini adalah nasabah dapat menunggu dan memeriksa apakah
wa’d tsb lebih menguntungkan atau kurang menguntungkan bila dibandingkan dengan
nilai tukar yang berlaku di pasar. Namun, nasabah disyaratkan membayar suatu fee atas
wa’d tersebut.
Islamic Monetary Policy (Part 12)
Shariah Resolution on Paper Currency
■ Zaman dahulu : emas dan perak dijadikan mata uang untuk melakukan transaksi
perdagangan.
■ Sekarang => menggunakan mata uang kertas (fiat money) dalam melakukan transaksi.
■ Maka keputusan The Islamic Fiqh Academy of the Muslim World League ;
– Mata uang kertas merupakan bentuk uang yang independen dan kaidah2 terkait
uang emas dan perak berlaku pada mata uang kertas, oleh karena itu diwajibkan
membayar zakat atas mata uang kertas. Juga, 2 tipe riba (riba fadl dan riba
nasi’ah) bisa muncul dalam transaksi yang melibatkan uang kertas persis
sebagaimana 2 tipe riba tersebut muncul dalam transaksi yang melibatkan emas
dan prak
■ Measuring Money :
■ The equation of exchange :
MV = PY
M : Money Supply
V : Velocity of Money Circulation
P : General Price Level
Y : the real output of goods and services (GDP at constant price)
MV => sector moneter
PY => sector riil
Time Value of Money
■ Dalam pandangan konvensional : dollar increase when time increase (acuannya waktu)
■ Alasan :
1. Money loses its value overtime due to inflation
2. Money has opportunity costs
3. Uncertainty of future cashflows
■ Dalam pandangan Islam :
- Solusi => Economic Value of Time : dollar increase when value of riil asset increase
because of riil activity.
- Economic value of time adalah sebuah konsep dimana waktulah yang memiliki nilai
ekonomi, bukan uang yang memiliki nilai waktu. Dan economic value of time dapat
diartikan memaksimumkan nilai ekonomis suatu dana pada periodik waktu. Dasar
perhitungan pada prinsip yang berbasis time value of money adalah bunga sedangkan
dasar perhitungan pada prinsip yang berbasis economic value of time adalah nisbah.
Monetary Policy Instruments
1. Required Reserve Ratio (Giro Wajib Minimum) = cadangan yang harus disimpan oleh
bank untuk berjaga2 jika terjadi krisis ekonomi. Persentase nya ditetapkan oleh bank
sentral. Kaitannya dengan money supply => jika GWM naik, maka jumlah uang beredar
akan semakin sedikit.
2. Discount rate = suku bunga yang ditetapkan bank sentral kepada setiap bank umum. Jika
discount rate naik, maka bank umum akan lebih berhati2 dalam menyalurkan pembiayaan
sehingga jumlah uang beredar semakin sedikit. Konsep ini ditolak dalam Islam.
3. Open market operation = jual-beli sekuritas pemerintah oleh bank sentral di pasar
terbuka. Diperbolehkan dalam Islam jika instrument yang diperdagangkan tidak
mengandung unsur bunga, missal = sukuk
Money Multiplier Equation
M = 1+𝑐𝑑
𝑒𝑟+𝑟𝑟+𝑐𝑑 𝑀𝐵
■ Er = excess reserve ratio
■ Cd = currency deposit ratio
■ Rr = reserve ratio
■ M = Money Multiplier
■ MB = Money Base
Contoh :
Jika currency deposit ratio = 0.2, excess reserve ratio = 0.1, reserve ratio = 0.05, maka
besarnya money multiplier adalah =
M = 1+0.2
0.1+0.05+0.2 1 = 3.43
Jadi perubahan pada basis moneter sebesar satu juta akan mengarah pada kenaikan suplai
uang sebesar 3.43 juta.
Fungsi = membantu bank sentral memutuskan kebijakan apakah akan meningkatkan GWM
atau tidak.
Islamic Finance: Challenges and Opportunities (Part 14)
ISLAMIC FINANCE SEBAGAI SOLUSI KRISIS KEUANGAN GLOBAL 2007-2008
Penyebab utama krisis keuangan global:
a. Pertumbuhan kredit yang tidak terkontrol
b. Kelonggaran regulasi dan pengawasan (belum ada BASEL I,II,III)
c. Inovasi produk-produk keuangan yang kompleks dan sulit untuk dipahami
(Subprime mortgage)
d. Tidak adanya transparansi dalam transaksi pinjam-meminjam
Islamic finance sebagai solusi krisis keuangan global :
a. Penyebab utama krisis keuangan global seperti budaya utang, spekulasi, dan
kontrak2 yang penuh dengan ketidakpastian tidak tercakup dalam Islamic finance.
b. Sistem keuangan yang berjalan sesuai dengan ajaran Islam, seperti : risk sharing,
larangan bunga, larangan perdagangan berbasis utang (kecuali return dengan nilai
nominal), dan larangan gharar pada transaksi dinilai tidak akan mengarahkan pada
krisis keuangan.
c. Alasan utama Islamic finance tidak akan menyebabkan krisis keuangan =>
keterkaitan erat antar industry keuangan Islam dengan perekonomian sector riil.
Challenges Islamic Finance
Berdasarkan ISRA, banyak kritikus yang memandang Islamic finance sebagai bagian dari
sistem keuangan konvensional.
Para kritikus berpendapat bahwa meniru mekanisme2 konvensional dan menerapkan
“cover syariah” tidak akan mengoptimalkan kemampuan keuangan Islam.
Keuangan Islam dianggap sebagai subordinat sistem keuangan konvensional, sehingga
tidak memungkinkan Islamic finance menjalankan fungsi utamanya, yaitu risk sharing.
Saat ini, praktik sesungguhnya terkait Profit Loss Sharing (PLS) di lembaga keuangan
Islam yang dikombinasikan dengan fixed return telah mendominasi pasar. Misal : akad
mudharabah dengan profit smoothing. Hal tsb bermakna bahwa tujuan utama instrument
risk sharing mulai pudar.
Salah satu tantangan utama dalam Islamic finance adalah merealisasikan maqashid
syariah pada level pengembangan produk dan implementasi produk keuangan.
Maqashid syariah => pandangan Islam secara keseluruhan. Dengan menerapkan
maqashid syariah, masyarakat muslim harus berkomitment untuk memajukan keadilan,
persaudaraan, dan kesejahteraan social. Masyarakat muslim hanya dapat memperoleh
kebahagiaan (falah) serta mendapat ridho Allah SWT dengan benar2 menerapkan
maqashid syariah dan mematuhi kaidahnya.
Implikasi : maksimalisasi laba bukanlah tujuan utama, melainkan harus mengutamakan
keadilan. Fasilitas keuangan harus dapat diakses oleh semua orang dan difungsikan
menuju kesejahteraan semua pihak.
Tata kelola syariah dan transparansi merupakan bidang yang sangat kritis dalam
keuangan Islam.
Karena penekanan industry keuangan Syariah saat ini adalah replikasi dari instrument-
instrument keuangan konvensional, sekaligus menghindari mekanisme suku bunga, maka
produk2 tertentu yang berbasis utang paling mendominasi diantara instrumen2 yang
digunakan oleh Lembaga Keuangan Islam.
Mengembangkan Sistem Keuangan Islam yang Komprehensif dan Tangguh
o Menurut Ketua Dewan Syariah di AAOIFI, “metode pembiayaan yang ideal menurut
Syariah adalah mudharabah atau musyarakah”
o Mudharabah dan musyarakah dinilai dapat meminimalisir kemungkinan terjadinya
krisis keuangan, karena menerapkan sistem profit loss sharing.
o Namun, saat ini penggunaan metode pembiayaan berbasis ekuitas/PLS tidaklah
signifikan. Industri keuangan didominasi oleh metode pembiayaan berbasis utang,
dalam bentuk penjualan (murabahah) atau penyewaaan (ijarah).
o Metode pembiayaan berbasis utang dinilai tidak efisien dan rentan terhadap
instabilitas. Utang tidak dapat mendorong terjadinya produktifitas, melainkan
membuat gap antara sistem ekonomi moneter dan riil semakin besar.
o Atas dasar tersebut, keuangan Islam yang ingin memajukan sistem keuangan berbasis
ekuitas memiliki peluang yang besar untuk dapat menciptakan produktifitas dan
efisiensi.
top related