prosto jurnal translet
Post on 21-Oct-2015
180 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Journal of Oral Science, Vol. 54, No. 3, 205-211, 2012
Ulasan Teknik Adhesif yang Digunakan Pada Alat Prostodontik Lepasan
Hiroshi Shimizu and Yutaka Takahashi
Divisi Prostodontik Lepasan, Departemen Rehabilitasi Oral, Fukuoka Dental College, Fukuoka,
Japan
(Diterima 11 Juli dan diterima 28 Agustus 2012)
Abstrak: Terdapat beberapa keuntungan dalam menggunakan teknik adhesif baik pada
alat prostodontik lepasan, maupun prostodontik cekat. Sebelumnya, telah dilakukan
penelitian tentang perawatan permukaan basis gigi tiruan yang meningkatkan ikatan
antara resin gigi tiruan dengan resin perbaikan (repair) autopolimerisasi. Diklorometana
dan etil asetat merupakan pelarut organik yang memperbesar permukaan basis gigi
tiruan, sehingga resin akrilik dapat berdifusi. Durasi optimal perawatan adalah 5-10 detik
untuk diklorometana dan 120 detik untuk etil asetat. Telah dilaporkan bahwa kemampuan
mengikat diklorometana lebih baik dibandingkan etil asetat. Ikatan antara komponen
metal dengan resin gigi tiruan memiliki peran penting dalam usia protesa lepasan.
Kombinasi kondisioner metal dengan alumina air-abrasion sangat efektif dalam membuat
dan memperbaiki gigi tiruan lepasan. Monomer acidic (4-META dan MDP) sangat cocok
sebagai basis logam campuran, termasuk Co-Cr dan campuran titanium , sedangkan
monomer thione (MTU-6 dan VBATDT) cocok untuk campuran logam mulia seperti emas
campuran dan campuran silver-palladium-copper-gold (Ag-Pd-Cu-Au). Sebagai alternatif
restorasi konvensional, restorasi dengan ikatan resin dapat menghasilkan guide planes
yang paralel dan rest seat yang baik. Pertimbangan yang cermat harus dilakukan untuk
menstabilkan gigi yang goyang dengan cara membuat splint dengan resin atau gigi tiruan
sebagian cekat. (J Oral Sci 54, 205-211, 2012)
Kata kunci: Teknik adhesive; prostodontik lepasan; pelarut organik; kondisioner logam; restorasi
ikatan resin untuk gigi sandaran.
Pendahuluan
Sejak tahun 2000, praktek kedokteran gigi pada bidang operative dentistry dan
prostodontik cekat telah mengalami perubahan karena pengenalan konsep intervensi minimal (1)
pada jaringan gigi dan kemajuan dalam teknik adhesif. Material dan teknik baru ini telah
membawa popularitas dari gigi tiruan sebagian cekat berikatan resin (2-4), splint yang berikatan
dengan resin (5), dan sementasi pada restorasi ceramic (6,7), veneer porselen (8), dan restorasi
zirconia (9). Teknik adhesive juga berguna dalam beberapa aspek prostodontik lepasan, termasuk
ikatan kimia pada komponen-komponen gigi tiruan. Efek perawatan permukaan pada kekuatan
ikatan antara repair resin atau relining resin akrilik dan gigi tiruan berbasis resin telah dievaluasi
(10-26), dan beberapa prosedur klinis yang menggunakan perawatan ini telah dilaporkan (27,28).
Telah diketahui bahwa gaya yang lebih besar secara signifikan diperlukan untuk memisahkan
gigi tiruan resin akrilik atau resin perbaikan dari kerangka logam yang telah dirawat dengan
kondisioner (pendingin) metal (29-36). Selain itu, dengan menggunakan teknik adhesive yang
mengacu pada konsep intervensi minimum, persiapan yang tepat pada gigi sandaran yang akan
diberikan cangkolan untuk gigi tiruan sebagian lepasan sangat memungkinkan, seperti pada
prostodontik cekat (37-45).
Artikel ini berisi tentang ulasan literature dan kasus klinis yang berhubungan dengan
teknik adhesive yang digunakan pada alat prostodontik lepasan. Artikel ini terdiri dari tiga topik:
perawatan permukaan untuk protesa berbasis resin, perawatan permukaan untuk komponen metal
pada gigi tiruan lepasan dan persiapan yang tepat untuk gigi sandaran.
Gbr 1. Flange (sayap) pada gingiva regio anterior, menggunakan lililn lunak
Gbr 2. Permukaan region yang ditambahakn lilin lunak, diaplikasikan etil asetat selama 120 detik
Gbr 3. Setelah polimerisasi selesai, cetakan silikon dibuang dan gigi tiruan diambil
Gbr 4. Bentuk akhir dari gigi tiruan diselesaikan dengan menggunting sprue dan dilakukan
pemolesan
Perawatan permukaan untuk resin gigi tiruan
Tanpa perawatan permukaan, basis gigi tiruan yang diperbaiki sering patah pada
pertemuan antara basis gigi tiruan dengan bahan reparasi. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
ikatan yang lemah antara autopolymerisasi resin reparasi dengan resin gigi tiruan. Meskipun
permukaan mukosa dari gigi tiruan cukup halus setalah dilakukan direct reline, dalam waktu
jangka panjang sebagian bahan direct reline akan terlepas dan akan menyebabkan kerugian. Oleh
karena itu, beberapa produk termasuk bahan adhesive (perekat) diperlukan dalam melakukan
direct reline. Komponen utama bahan adhesive (perekat) yang digunakan untuk reparasi atau
reline menggunakan resin akrilik adalah diklorometana (yaitu metilen klorida) (10-
13,15,18,19,22,23,27) atau etil asetat. Kedua komponen tersebut merupakan bahan organik,
pelarut non polymerizable dan memungkinkan resin akrilik untuk berdifusi. Kloroform (14),
metil formate, metil asetat (25), dan metil-metakrilat (14,26) merupakan komponen yang
kadang-kadang juga terkandung dalam bahan adhesive.
Diklorometana juga telah digunakan dalam bidang industrial, persiapan makanan, dan
pertanian. Namun, diklorometana telah menjadi subjek dalam penelitian toksikologi dan
karsinogenik, dan telah dinyatakan sebagai bahan karsinogen untuk manusia berdasarkan
penelitian karsinogenisitas pada hewan (46-50). Oleh karena itu, pada saat ini atil esetat
merupakan bahan yang paling aman untuk perawatan permukaan gigi tiruan.
Permukaan protesa yang dirawat dengan benar akan menigkatkan ikatan antara resin
direct reline atau resin reparasi autopolymerisasi. Terdapat jangka waktu optimal aplikasi untuk
setiap bahan, misalnya 5-10 detik untuk diklorometana (18). Selanjutnya, air-abrasion dengan
50-µm alumina, diikuti dengan aplikasi diklorometana, akan meninngkatkan kekuatan resin gigi
tiruan ketika bagian yang fraktur diperbaiki dengan menggunakan resin akrilik autopolymerisasi
(18). Dilaporkan bahwa 120 detik aplikasi etil asetat pada permukaan akan meningkatkan
kekuatan ikatan antara resin akrilik repair autopolymerizing dengan resin gigi tiruan (20,21).
Namun, perawatan dengan menggunakan bahan ini membutuhkan waktu yang lama. Selain itu,
kekuatan ikatan yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan diklorometana konvensional (21).
Baik diklorometana maupun etil asetat bisa digunakan untuk memperbaiki gigi tiruan (22,27),
direct atau indirect reline (13,16,17,23,24), dan menghasilkan dukungan bibir (28) (Gambar. 1-
4). Penting untuk diketahui bahwa ketika menggunakan etil asetat, maka harus diaplikasikan
berulang kali sampai 120 detik karena merupakan waktu dimana etil asetat bisa berfungsi.
Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan efek pelarut organik pada ikatan antara
resin reparasi (repair resin) dengan resin gigi tiruan, perawatan yang lebih efektif akan
menghasilkan keuntungan yang lebih baik.
Perawatan permukaan komponen logam pada gigi tiruan lepasan
Microleakage terjadi karena kurangnya ikatan atau lemahnya ikatan kimia antara resin
gigi tiruan dengan kerangka logam pada gigi tiruan sebagian lepasan atau gigi tiruan lengkap
kerangka logam. Hal ini dapat menyebabkan perubahan warna dan pewarnaan pada margin
pertemuan antara logam-resin (Gambar 5), serta gagalnya teknik adhesive jika resin mengalami
kegoyangan dari kerangka (Gambar 6 dan 7). Oleh karena itu, sangat diperlukan untuk bisa
menghasilkan ikatan yang tahan lama antara kerangka logam dengan resin pada gigi tiruan
lepasan, autopolymerizing repair resin, dan reline resin (dalam beberapa kasus).
Gambar 5: kurangnya ikatan antara pertemuan logam dengan resin menyebabkan diskolorisasi
dan pewarnaan pada margin
Gambar 6: kurangnya ikatan antara logam dengan resin pada regio anterior mengakibatkan
longgarnya gigi tiruan kerangka logam
Gambar 7: kurangnya ikatan antara logam dengan resin mengakibatkan fraktur pada resin
Gambar 8: untuk memperbaiki gigi tiruan lepasan, ditambahkan kawat Co-Cr dengan teknik air-
abrasi partikel alumina, setelah aplikasi kondisioner logam (Alloy Primer, Kuraray Noritake
Dental Inc., Tokyo, Japan)
Pada penelitian sebelumnya telah dievaluasi kekuatan ikatan antara campuran Co-Cr dan
resin gigi tiruan, termasuk 4-methacryloyloxyethyl trimelliate anhydride (4-META), salah satu
monomer yang paling sering digunakan. Baru-baru ini, kekuatan ikat antara resin gigi tiruan
dengan titanium murni (31,36) dan titanium campuran (31,32,34) diperoleh dengan kondisioner
logam dibandingkan dengan kekuatan ikatan ke campuran Co-Cr. Aplikasi logam pada
kondisioner logam terdiri dari monomer fungsional yang dirancang untuk menghasilkan ikatan,
seperti 4-META dan 10-methacryloyloxydecyl dihydrogen phosphate (MDP), secara signifikan
akan meningkatkan kekuatan ikatan antara resin gigi tiruan dengan titanium campuran dan
campuran Co-Cr (Gambar 8). Namun kekuatan ikatan resin dengan titanium lebih rendah
dibandingkan dengan campuran Co-Cr (32). Hal ini menunjukkan bahwa, daya tahan ikatan resin
autoplymerizing dengan campuran titanium lebih rendah dibandingkan bahan komposit untuk
gigi tiruan tetap (51), yang mungkin disebabkan kaerna adanya perbedaan komposisi bahan
kimia, prosedur polymerisasi, dan sifat mekanis.
Pada penelitian sebelumnya telah dilaporkan tentang kekuatan ikatan resin gigi tiruan
untuk modifikasi Au-Pd, Au-Ag-Pd-Cu, dan beberapa campuran logam yang digunakan dalam
kerangka logam untuk protesa implant hybrid (52). Namun, terdapat sedikit informasi tentang
penggunaan campuran emas dalam gigi tiruan lepasan kerangka logam dengan kondisioner
logam (33,43). Kondisioner Thiol-derivative, yang terdiri dari 6-methacryloyloxyhexyl 2-
thiouracil-5-carboxylate (MTU-6) atau 6-(-4-vinylbenzyl-n-propyl)amino-1,3,5-triazime-2,4-
dithione, -dithiol tautomer (VBATDT), secara signifikan akan meningkatkan kekuatan ikatan
resin gigi tiruan dengan campuran Ag-Pd-Cu-Au (53). Sulfur pada kondisioner thiol-derivative
bisa meningkatkan kekuatan ikatan resin gigi tiruan dengan emas campuran (33). Dengan adanya
penemuan bahwa tidak ada penurunan kekuatan ikatan pada penggunaan kondisioner logam
dengan bahan sulfur, menunjukkan bahwa tipe kondisioner logam ini bisa digunakan untuk
meningkatkan ikatan resin gigi tiruan dengan emas campuran. Kesimpulan ini didukung oleh
data dari sebuah study yang melaporkan bahwa veener komposit berikatan dengan emas
campuran (54).
Metode yang efektif untuk memperbaiki resin gigi tiruan adalah 1) penggunaan bahan
penguat metal air-abraded dengan 50-µm alumina, diikuti dengan aplikasi kondisioner logam
yang dirancang untuk ikatan campuran dental, dan 2) aplikasi diklorometana atau etil asetat pada
resin gigi tiruan (22). Prosedur perawatan ini menunjukkan langkah untuk memperkuat logam
dan persiapan permukaan resin gigi tiruan. Studi lain melaporkan bahwa prosedur untuk
memperbaiki gigi tiruan sebagian lepasan dengan fraktur pada logam major connector, adalah
dengan menggunakan cetakan, staple-shaped splint dan sistem adhesive logam termasuk resin 4-
META/MMA-TBB (27). Prosedur ini memungkinkan pasien untuk tetap menggunakan gigi
tiruan tersebut sampai gigi tiruan yang baru dibuat kembali dan tidak memerlukan alat laser
welding. Cara ini merupakan pilihan lain untuk memperbaiki gigi tiruan lepasan, seperti
komponen logam pada gigi tiruan lepasan, tetapi cara ini tidak efektif secara klinis karena biaya
yang cukup tinggi. Namun, prosedur adhesive harus dibatasi penggunaannya selama
penyelesaian gigi tiruan yang baru, karena kekuatan ikatan logam dengan semen luting adhesive,
atau dengan resin gigi tiruan, lebih rendah dibandingkan daya tarik gigi tiruan sebagian lepasan
(55).
Persiapan yang tepat untuk gigi sandaran
Rest seat yang cukup dan guide planes paralel harus diberikan pada gigi abutment untuk
menghasilkan vertikal support dan untuk menghasilkan stabilisasi gigi tiruan sebagian lepasan
yang baik (56). Wong et al, menjelaskan untuk menggunakan lingual rest pada gigi anterior
menggunakan foil-mesh stainless steel dengan sistem ikatan bracket ortodontik. Namun, pada
gigi tiruan lepasan, foil-mesh tidak bisa meningkatkan kekuatan, karena kurangnya guide plane.
Setelah penelitian tersebut, resin dengan cingulum rest dianjurkan sebagai alternatif restorasi cast
konvensional (37-45). Pada studi selanjutnya, elektrokimia pada metal castings berikatan dengan
enamel yang digunakan pada prosedur perisapan untuk gigi tiruan sebagian lepasan
menghasilkan kekuatan ikatan yang cukup untuk mendukung fungsi klinis castings dan gigi
tiruan sebagian lepasan (41). Baru-baru ini, beberapa data klinis menunjukkan bahwa kombinasi
resin dengan logam mulia dan sistem adhesive logam mulia berhasil untuk perawatan
prostodontik lepasan (43,45) (Gambar 9). Dalam prosedur ini, vertikal grooves pada bidang
proksimal diperlukan untuk retensi mekanis. Lingual rest, seperti cingulum groove pada kaninus
dan oklusal rest pada premolar, harus mampu menahan dan menerima tekanan oklusal. Selain
itu, juga bisa diberikan tambahan pinhole pada lingual ledge gigi kaninus.
Gambar 9: Casting dengan cingulum rest yang baik dan guide plane yang tepat
Gambar 10: menstabilkan gigi premolar 2 yang mobility dengan fiksasi menggunakan resin gigi
tiruan parsial cekat dengan oklusal rest pada bagian mesial dan survey untuk guide plane untuk
gigi tiruan sebagian lepasan.
Alfonso et al. (57) menjelaskan teknik menggunakan resin komposit dengan kombinasi
matriks vacuum-formed template dan polymerisasi dengan sumber cahaya untuk membuat kontur
yang diinginkan pada gigi abutment sehingga bisa mempertahankan dan mendukung gigi tiruan
sebagian lepasan. Literatur lainnya menjelaskan untuk menggunakan restorasi resin komposit
pada prosedur persiapan abutment gigi tiruan sebagian lepasan. Prosedur ini memerlukan
intervensi minimal dan menghasilkan estetika yang memuaskan bagi pasien (44).
Salah satu masalah dalam gigi tiruan sebagian lepasan yang berhubungan dengan gigi
sandaran, yaitu terdapat mobility pada gigi abutment. Perawatan yang dapat dilakukan pada
kasus tersebut adalah dengan sementing splint dengan restorasi full-coverage. Namun,
pengurangan gigi dapat dilakukan apabila prosedur ini bisa mencapai kesuksesan. Pada situasi
ini, resin dengan cast splint lebih disukai, karena membutuhkan intervensi minimal pada gigi.
Namun demikian, perlu diperhatikan untuk menstabilkan gigi mobility dengan resin splint atau
gigi tiruan sebagian cekat dengan rest dan survey guide planes (Gambar 10). Gigi sandaran yang
mengalami mobility merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi keberhasilan gigi
tiruan sebagian cekat. Bahkan, gigi tiruan sebagian cekat tanpa mempersiapkan faktor retentive
pada gigi sandaran akan menghasilkan kegagalan pada gigi tiruan tersebut (59). Kesimpulannya,
aplikasi splint tanpa melakukan perisapan pada gigi tidak cukup, meskipun tujuan terapi yang
paling utama adalah melakukan intervensi minimal. Struktur retentif harus digunakan untuk
mempertahan gigi sandaran yang mengalami mobility dan juga penggunaan alat splinting
(42,45).
UJIAN PROSTODONSIA
“REVIEW OF ADHESIVE TECHNIQUES USED IN REMOVABLE
PROSTHODONTIC PRACTICE”
Oleh:Hayyu failasufa160112120518
Dosen penguji:Taufik Sumarsongki,drg.,Sp.Prost
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS PADJADJARAN
2013
top related