proposal wap depdiknasefront.site90.net/banjarmasin/proposal teknis sipd.doc · web viewdokumen...
Post on 06-Jul-2019
268 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Penyusunan Sistem Informasi Profil Daerah (SIPD)
Pemerintah Daerah Kotamadya Banjarmasin
Tahun 2007
2
I. PENDAHULUAN
1.1. Umum Pembangunan profil daerah sebagai suatu rangkaian usaha diarahkan dan direncanakan untuk
memanfaatkan dan mendayagunakan sumber daya daerah secara maksimal dan
berkesinambungan. Tujuannya adalah untuk memadukan dan menyeimbangkan manfaat dalam
keharmonisan yang dapat berlangsung secara paripurna.
Dalam pelaksanaannya, yang sejalan dengan semakin berkembangnya usaha-usaha lain dalam
pembangunan nasional, pembangunan daerah menghadapi berbagai masalah/hambatan yang
sangat kompleks. Apabila masalah dan hambatan tersebut tidak ditangani secara menyeluruh,
tujuan pembangunan daerah akan dapat terganggu.
Berbagai masalah yang berupa ancaman, gangguan, dan hambatan dalam pelaksanaan
pembangunan daerah, tidak akan dapat terselesaikan secara tuntas apabila penanganannya tidak
bersifat strategis, yaitu melalui penanggulangan secara konsepsional dan paripurna dengan sistem
manajemen yang dapat menampung seluruh aktivitas kegiatan daerah yang sudah semakin
meningkat. Dalam kondisi seperti itu maka perlu adanya suatu bentuk administrasi pemerintahan
yang sesuai dan memadai, sebagai sarana yang sangat dibutuhkan bagi terlaksananya
keberhasilan pembangunan daerah. Dalam hal ini, pembangunan Sistem Informasi Profil Daerah
(SIPD) merupakan hal yang mutlak untuk dimiliki oleh pemerintah daerah Kotamadya
Banjarmasin.
3
II. Tujuan, Sasaran dan Manfaat
Dokumen Kerangka Acuan Kerja (KAK) Penyusunan Sistem Informasi Profil Daerah
(SIPD) juga telah memberikan acuan yang jelas tentang tujuan, manfaat, dan sasaran
yang ingin dicapai dari Penyusunan Sistem Informasi Profil Daerah (SIPD). Adapun tujuan
yang ingin dicapai dari Penyusunan Sistem Informasi Profil Daerah Kotamadya
Banjarmasin adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kapasitas daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah;
2. Menyedikan dukungan data dan infrastruktur bagi pengambilan keputusan /
pengembangan kebijakan di tingkat daerah dan pusat;
3. Meningkatkan kelancaran komunikasi dan informasi antar kampung, distrik dan
kabupaten/kota dengan provinsi dan antar daerah dengan pusat;
4. Memperkuat peran bupati sebagai wakil pemerintah dalam mengkoordinasikan
pengelolaan Sistem Informasi Profil Daerah (SIPD)
Memperhatikan tujuan yang ingin dicapai di atas, terlihat bahwa Penyusunan Sistem
Informasi Profil Daerah diharapkan dapat meningkatkan kapasitas, memberikan dukungan
data dan infrastruktur, peningkatan kelacancaran komunikasi serta memperkuat peran
bupati dalam menyelenggarakan pemerintahan di Kotamadya Banjarmasin. Peningkatan
yang diharapkan dari tujuan di atas dapat dipenuhi dengan memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi mengingat bahwa begitu banyaknya stakeholder yang terkait
dengan SIPD.
Sasaran yang ingin dicapai dari dokumen Kerangka Acuan Kerja (KAK) juga telah
terdefinisi dengan jelas, dimana setidaknya terdapat lima (5) sasaran yang ingin dicapai,
meliputi:
1. Teridentifikasikanya kondisi obyektif daerah secara akurat dan valid, baik
menyangkut aspek fisik, sosial budaya, ekonomi maupun infrastruktur yang ada
di kabupaten;
2. Terbangunnya Sistem Informasi Profil Daerah (SIPD);
3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia daerah dalam pengelolaan Sistem
Informasi Profil Daerah (SIPD);
4. Terbangunnya infrastruktur dan jaringan komunikasi data antar daerah daerah,
kabupaten, provinsi dan pusat;
4
5. Terlaksananya pengembangan manajemen pengelolaan data dan informasi
daerah;
Dari sasaran yang ingin dicapai di atas, konsultan dapat memahami bahwa dalam
penyusunan Sistem Informasi Profil Daerah (SIPD) terlihat bahwa informasi yang akurat
dan valid, SDM pengelola SIPD dan keberadaan infrastruktur yang memadai merupakan
hal-hal yang dianggap kritis bagi terbangunnya Sistem Informasi Profil Daerah (SIPD).
Muara dari keseluruhan harapan ini pada akhirnya diharapkan dapat dikelola dengan baik
melalui manajemen pengelolaan data dan informasi daerah.
Selain memberikan rincian sasaran yang ingin dicapai dari kegiatan ini, dokumen
Kerangka Acuan Kerja (KAK) juga memberikan gambaran manfaat yang ingin dicapai.
Manfaat utama yang terlhat dari dokumen KAK yang ada diharapkan dapat memberikan
informasi penting bagi perencana maupun penentu kebijakan pembangunan di daerah
serta menjadi bagan dari promosi investasi daerah.
Berdasarkan manfaat yang ada, maka pihak konsultan akan memberikan tanggapan lebih
jauh pada bagan apreasiasi dan inovasi.
2.1 Ruang LingkupRuang lingkup kegiatan penyusunan Sistem Informasi Profil Daerah (SIPD) juga telah
tergambar secara rinci dalam dokumen Kerangka Acuan Kerja (KAK). Ruang lingkup yang
dimaksud terdiri atas dua bagian besar, yaitu ruang lingkup materi dan ruang lingkup
wilayah.
Ruang lingkup pekerjaan seperti tercantum dalam KAK tersebut sudah dapat memberikan
pemahaman yang cukup komprehensif kepada pihak konsultan. Dari pemahaman
tersebut, maka dapat diidentifikasi empat (4) lingkup kerja utama yang mencakup hal-hal
sebagai berikut:
5
1. Aspek Fisik;
2. Aspek Sosial Budaya;
3. Aspek Ekonomi;
4. Infrastruktur;
Keempat ruang lingkup pada akhirnya harus dibuat dalam bentuk vasualisasi yang terdri
atas kurang lebih 24 peta-peta seperti:
1. Peta Administrasi,
2. Peta Curah Hujan,
3. Peta Kemiringan Lahan,
4. Peta Geologi,
5. Peta Hidrologi,
6. Peta Jenis Tanah,
7. Peta Kemampuan Tanah,
8. Peta Penyebaran Pemukiman,
9. Peta Kepadatan Penduduk,
10. Peta Jaringan Jalan,
11. Peta Pendapatan Perkapita,
12. Peta Kesesuaian Lahan,
13. Peta Tata Guna Lahan,
14. Peta Penggunaan Tanah,
15. Peta Potensi Pertambangan,
16. Peta Kemiskinan Penduduk,
17. Peta Kerawanan Sosial,
18. Peta Sarana Pendidikan,
19. Peta Sarana Kesehatan,
20. Peta Sarana Keagamaan,
21. Peta Potensi Peternakan,
22. Peta Potensi Perikanan
23. Peta Kehutanan dan
24. Peta Perkebunan.
Jika digambarkan secara visual, maka ruang lingkup pekerjaan yang dimaksud adalah
seperti berikut ini:
6
Proses pemetaan dari keempat aspek tersebut di atas, dapat dilakukan dengan
menggunakan dua (2) cara. Pertama adalah dengan menggunakan pemetaan yang hasil
akhirnya berupa sistem informasi berbentuk buku dan yang kedua adalah pemetaan yang
hasil akhirnya berupa sistem informasi digital menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi. Keduanya memiliki fungsi yang sama dengan segala kelebihannya masing-
masing. Dalam konteks ini, konsultan akan memberikan paparan dalam bentuk tabel
berikut yang menggambarkan karakteristik penggunaan peta digital dibandingkan dengan
menggunakan peta manual.
Peta Digital Peta ManualProses update mudah dilakukan Keseluruhan peta harus dibuat ulang
(remade)
Proses transfer dan akses mudah
dilakukan (e.g via internet)
Proses transfer dan akses sulit dan lambat
dilakukan (e.g via pos)
Media simpan yang digunakan relatif
lebih kecil dan aman
Membutuhkan kapasitas simpan besar dan
khusus
Mudah untuk di kelola Relatif lebih rumit untuk di kelola
Proses analisa otomatis lebih mudah
dilakukan
Sulit dan tingkat akurasi analisa yang rendah
7
Dari tabel perbandingan di atas, pada dasarnya penggunaan peta digital dan sistem
informasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi pada Sistem Informasi Profil
Daerah (SIPD) dapat memberikan nilai tambah (value addedd benefit) pada Pemerintah
Daerah Kotamadya Banjarmasin.
Selain memberikan batasan mengenai ruang lingkup kerja, dokumen Kerangka Acuan
Kerja (KAK) juga memberikan batasan mengenai ruang lingkup wilayah. Dalam hal ini
pihak konsultan telah cukup jelas dan paham bahwa batasan wilayah kerja akan
dilakukan di wilayah Kotamadya Banjarmasin termasuk di distrik dan kampung.
III. PENDEKATAN DAN METODOLOGI
3.1. Umum Metodologi yang digunakan terbagi atas dua (2) bagian yaitu metodologi pengumpulan
data dan metodologi tabulasi data.
3.1.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dapat dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu:
1. Studi Lapangan:
a. Observasi atau mengadakan pengamatan secara langsung dalam
organisasi pemerintahan daerah dan masyarakat serta lembaga lainnya
yang diperkirakan memiliki data yang akurat;
b. Wawancara dengan menggunakan instrumen pengumpulan data berupa
pedoman wawancara atau cklis tanpa struktur tertentu dan berkembang
sesuai uraian pokok permasalahan dalam penelitian;
2. Studi kepustakaan dengan mengumpulkan data dan fakta mengenai teori-teori
analisis, tulisan-tulisan orang lain serta dokumen-dokumen berkaitan langsung atau
tidak langsung dengan masalah yang diteliti untuk membandingkan/menerimanya
kedalam pembahasan masalah. Instrumen pengumpulan data yang digunakan
adalah “Sistem control catatan bacaan” berupa kartu data kepustakaan atau kartu
data bibliografi, serta matriks.
8
3.1.2 Tabulasi Data 1. Jenis Data
Secara umum data yang diperluan untuk kepentingan Sistem Informasi Profil Daerah,
terdiri atas 2 klasifikasi data, yaitu data Numerik (aspasial / Tabel) dan data Spasial
(Keruangan).
a. Data Numerik
Data Numerik terdiri dari 8 (delapan) kelompok data, antara lain :
1) Data Umum;
2) Data Sosial Budaya;
3) Data Sumber Daya Alam;
4) Data infrastruktur;
5) Data industri, Perdagangan Lembaga Keuangan, Koperasi, usaha dan
Investasi;
6) Data Ekonomi dan Keuangan;
7) Data Politik, hukum dan Keamanan;
8) Data Insidensial.
b. Data Spasial
Data spasial adalah sekumpulan data yang disajikan dalam bentuk peta, yang
secara rinci telah disampaikan pada bagian tentang lingkup materi.
2. Sumber Data
Sumber data bagi pengembangan Sistem Informasi Profil Daerah, berasal dari
dinas/kantor terkait sesuai dengan kewenangan yang dimiliki oleh instansi yang
mengeluarkan data tersebut. Dalam pelaksanaannya, setiap anggota tim
bertanggungjawab atas data-data yang dibutuhkan tersebut. Data-data tersebut
dapat juga bersumber dari Data Statistik Daerah. Peta dasar bagi Pengembangan
data spasial berasal dari peta yang dikeluarkan oleh BAKOSURTANAL atau peta lain
yang telah disahkan menurut peraturan daerah tentang peta wilayah, misalnya peta
dalam buku RT/RW kabupaten.
a. Periode Data
Periode data yang dikehendaki adalah data time series dimulai pada tahun 2002,
2003, 2004, 2005 dan 2006 sebagaimana yang telah ditetapkan.
b. Status Data
Merupakan bagian dari pengisian format data, dengan kodifikasi terbagi dalam 4
bagian, yaitu :
9
T : Berarti Angka Tetap, merupakan angka yang telah disahkan
oleh Kepala Daerah, BPS, Forum Kesepakatan maupun pihak
berwenang lainnya dan tidak akan berubah-ubah lagi.
S : Berarti angka Sementara, dalam pengertian angka tersebut
merupakan angka yang belum tetap (belum disahkan). Khususnya untuk
angka sementara tahun terakhir, sebutkan kondisi untuk bulan yang
bersangkutan.
P : Berarti Angka Proyeksi, merupakan angka hasil proyeksi dari
trend yang diperoleh pada tahun-tahun sebelumnya atau angka tahun
lalu yang digunakan untuk tahun berikutnya karena angka tetap belum
didapatkan.
R : Berarti Angka Ramalan, merupakan angka prediksi
berdasarkan suatu metode atau pertimbangan tertentu.
3.1.3. Analisa Data Untuk kepentingan analisis, dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif. Menurut
Suharsimi Arikunto (1990, 309) metode ini tidak digunakan untuk menguji hipotesis
tertentu, tetapi hanya menggambarkan “apa adanya” tentang sesuatu variabel, gejala
atau keadaan. Jadi dengan kata lain penelitian ini dimaksudkan untuk mengumpulkan
data dan informasi dari suatu keadaan. Di sini analisis deskriptif dilakukan terhadap
berbagai hasil perhitungan yang telah dilakukan. Analisis deskriptif juga dimaksudkan
untuk memberikan besaran prosentasi atau pembobotan sehingga dapat dilakukan
suatu perbandingan atau komparatif dari suatu aspek atau wilayah.
Untuk melengkapi analisis di atas, dalam kajian lebih lanjut dapat dilengkapi dengan
metode analisis dokumen (dokumentary analysis). Disini penelitian dilakukan terhadap
informasi yang didokumentasikan dalam bentuk tulisan, peta-peta atau lain-lain bentuk
rekaan. Dengan analisis ini peneliti bekera secara obyektif dan sistematis untuk
mendeskripsikan isi bahan komunikasi melalui pendekatan kuantitatif (Suharsimi
Arikunto (1990,321)).
3.2. Sistem Informasi Profil Daerah (SIPD) Secara prinsip sistem informasi profil daerah Kotamadya Banjarmasin dibangun atas
dasar integrasi beragam data pendukungnya. Ragam data tersebut diperoleh melalui
dinas-dinas, badan dan kantor serta lembaga lainnya yang memiliki dan memproduksi
data yang bersangkutan. Kumpulan dari data-data tersebut kemudian diolah sedemikian
rupa sehingga menjadi sebuah informasi yang memiliki nilai tambah. Dalam hal ini
10
integrasi data dan informasi yang ada dalam satu layanan sistem informasi profil daerah
merupakan nilai tambah yang dimaksud.
3.2.1 One Stop SIPDOne Stop SIPD merupakan sebuah sistem informasi profil daerah (SIPD) berbasis web
yang digunakan sebagai gerbang informasi profil daerah Kotamadya Banjarmasin. One
Stop SIPD bisa dikatakan merupakan representasi dari pemerintah Kotamadya
Banjarmasin dalam memberikan layanan informasi kepada para stakeholdernya. Secara
umum sistem yang akan dibangun didasarkan pada dua jenis data, dimana data-data
numerik akan ditampilkan sebagai bagian dari halaman web, sementara data-data spasial
akan ditampilkan secara visual melalui Sistem Informasi Geografis.
Data numerik seperti yang disebutkan dalam Kerangka Acuan Kerja terdiri atas delapan
(8) jenis data. Data-data tersebut pada dasarnya dapat dioleh lebih lanjut menjadi sebuah
informasi dimana keterkaitan antardata akan menghasilkan informasi-informasi yang jauh
lebih berharga. Informasi-informasi tersebut pada akhirnya dapat dipecah-pecah menjadi
serangkaian modul-modul pendukung sistem informasi profil daerah Kotamadya
Banjarmasin. Adapun modul-modul yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Modul Home
Modul ini berisikan data-data yang berhubungan dengan informasi pembuka yang
berada pada halaman website;
2. Modul Pemerintahan;
11
Modul ini berisikan informasi mengenai struktur pemerintahan Kotamadya
Banjarmasin. Data-data yang termuat di dalamnya meliputi data-data instansi dan
pejabat yang berwenang.
3. Visi Misi
Modul ini berisikan informasi mengenai visi dan misi serta moto ataupun rencana
jangka panjang lainnya.
4. Lambang
Modul ini berisikan informasi mengenai arti, makna dan filosofi lambang yang
digunakan oleh Kotamadya Banjarmasin.
5. Modul Investasi
Modul ini berisikan informasi mengenai hal-hal umum terkait dengan investasi di
kabupaten pegununungan bintang.
6. Wilayah
Modul ini berisikan informasi umum yang berkaitan dengan wilayah geografis
Kotamadya Banjarmasin.
7. Wisata
Berisikan informasi mengenai sarana dan prasarana pariwisata Kotamadya
Banjarmasin. Di dalamnya juga terdapat informasi mengenai lokasi, hotel, tarif
penginapan dan lain sebagainya.
8. Sarana Kota
Berisikan informasi mengenai ragam sarana kota yang disediakan oleh pemerintah
Kotamadya Banjarmasin.
9. Layanan Publik
Modul ini berisikan informasi mengenai berbagai layanan publik yang disediakan oleh
pemerintah Kotamadya Banjarmasin.
10. Buku Tamu
Modul yang digunakan untuk menampung berbagai saran, kritik dan pendapat dari
beragam stakeholder terhadap jalannya pemerintahan.
Selain modul-modul utama di atas, terdapat berbagai modul-modul tambahan yang
mungkin dapat disertakan pada halaman website pemerintah Kotamadya Banjarmasin.
Modul-modul tambahan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Modul Download;
2. Modul Berita;
3. Modul Review
12
4. Modul Pencarian;
5. Modul Submit Berita;
6. Modul Topik;
7. Modul Link Web
Selain mengembangkan berbagai modul dengan data-data numerik yang ada, maka
pengembangan sistem informasi profil daerah (SIPD) ini juga akan menggunakan data-
data spasial (keruangan) dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Sistem
Informasi Geografis ini pada akhirnya akan ditampilkan pada halaman web sebagai
bagian integral dari keseluruhan Sistem Informasi Profil Daerah (SIPD). Sesuai dengan
karangka acuan kerja (KAK) penyusunan Sistem Informasi Profil Daerah (SIPD) ini, maka
pengembangan peta-peta visual yang tergabung dalam Sistem Informasi Geografis
adalah sebagai berikut:
1. Peta Administrasi
Peta ini berisikan informasi visual mengenai wilayah administrasi yang menjadi
kewenangan dari pemerintah Kotamadya Banjarmasin. Informasi yang termasuk di
dalamnya adalah jarak bentang, batas-batas wilayah dan jumlah distrik, kampung
dan atau desa.
2. Peta Curah Hujan
Peta curah hujan merupakan peta yang menggambarkan tingkat curah hujan di
wilayah Kotamadya Banjarmasin. Informasi yang berada di dalamnya meliputi
daerah huhan sangat basah, basah, sedang, kering dan sangat kering.
3. Peta Kemiringan Lahan
Berisikan informasi visual kemiringan lahan untuk menentukan tinggi rendahnya
lahan.
4. Peta Geologi,
Peta geologi berisikan informasi mengenai peta geologi. Diantara informasi yang
tersebut di antaranya adalah jenis tanah Latosol Coklat, tanah aluvial, mediretan,
regosol, alluvial hidrosol dan jenis tanah lainnya
5. Peta Hidrologi,
Peta hidrologi berisikan informasi visual iklim yang dipengaruhi oleh musim,
temperatur rata-rata udara maksimum dan minimum, kelembaban nisbi udara dan
sebagainya.
6. Peta Jenis Tanah,
13
Berisikan informasi visual peta jenis tanah seperti kompleks mediteran dan latosol
dan sebagainya.
7. Peta Kemampuan Tanah,
Berisikan informasi mengenai sebaran kemampuan daya tahan tanah terhadap suatu
beban tertentu.
8. Peta Penyebaran Pemukiman dan Peta Kepadatan Penduduk
Berisikan informasi visual grafik penyebaran dan kepadatan penduduk. Perhitungan
pemukiman dan kepadatan penduduk dihitung atas dasar sebaran jiwa/km2.
9. Peta Jaringan Jalan
Berisikan informasi visual mengenai jaringan jalan yang terbagi atas klasifikasi seperti
jalan aspal, jalan batu, jalan tanah dan lain sebagainya.
10. Peta Pendapatan Perkapita,
Berisikan informasi visual berdasarkan data-data dan grafik statistik peta sebaran
pendapatan perkapita.
11. Peta Kesesuaian Lahan
Peta kesesuaian lahan berisikan informasi mengenai kesesuian lahan terhadap
berbagai potensi ekonomi yang akan dikembangkan.
12. Peta Tata Guna Lahan
Peta tata guna lahan berisikan informasi peruntukan guna lahan.
13. Peta Penggunaan Tanah
Berisikan informasi visual yang diklasifikasikan atas dasar penggunaan tanah seperti
belukar, empang, hutan, kebun campur, kebun sejenis, sawah, tanah tandus, tegalan,
dan sebagainya.
14. Peta Potensi Pertambangan
Berisikan informasi visual yang diklasifikasikan atas dasar peta potensi tambang non
logam, potensi tenaga air, peta potensi logam, peta potensi gambut dan batubara,
peta potensi hidrokarbon dan sebagainya.
15. Peta Kemiskinan Penduduk
Berisikan informasi visual peta kemiskinan penduduk, sebaran kemiskinan, grafik dan
statistik kemiskinan dan lain sebagainya.
16. Peta Kerawanan Sosial,
Berisikan informasi visual mengenai peta kerawanan sosial, faktor-faktor dasar
penyebab kerawanan sosial, potensi kerawanan sosial dan lain sebagainya.
17. Peta Sarana Pendidikan
14
Berisikan informasi visual sarana pendidikan baik sarana pendidikan yang dimiliki
oleh pemerintah maupun sarana pendidikan swasta beserta sebaran sarana
pendidikan.
18. Peta Sarana Kesehatan
Berisikan informasi visual sarana kesehatan baik sarana kesehatan yang dimiliki oleh
pemerintah maupun sarana kesehatan swasta beserta sebaran sarana kesehatan.
19. Peta Sarana Keagamaan
Berisikan informasi visual sarana keagamaan ditinjau dari sebaran dan jumlah baik
sarana keagamaan gereja, masjid, vihara dan lain sebagainya.
20. Peta Potensi Peternakan
Berisikan informasi mengenai peta sebaran potensi peternakan yang diklasifikan
berdasarkan potensi peternakan yang ada di Kotamadya Banjarmasin.
21. Peta Potensi Perikanan
Berisikan informasi mengenai peta sebaran ikan yang diklasifikan berdasarkan
potensi perikanan yang ada di Kotamadya Banjarmasin.
22. Peta Kehutanan
Berisikan informasi visual mengenai peta potensi kehutanan baik potensi kayu bulat,
hasil hutan dan lain sebagainya.
23. Peta Perkebunan
Berisikan informasi mengenai peta sebaran perkebunan yang diklasifikan
berdasarkan potensi perkebunan yang ada di Kotamadya Banjarmasin.
Keseluruhan dari pengembangan peta-peta visual berbasis sistem informasi geografis di
atas dikembangkan dengan mengandalkan data primer dan data sekunder. Data-data
primer yang dimaksud adalah data-data yang diperoleh survei data-data yang telah
dimiliki oleh instansi terkait dan data-data pendukung hasil survei jika diperlukan.
3.3. Metodologi PengembanganBerdasarkan pemahaman terhadap kerangka acuan kerja (KAK) maka konsultan perlu
untuk menetapkan metodologi pengembangan yang digunakan untuk melaksanakan
pekerjaan ini.
Proyek ini akan menggunakan metodologi pengembangan aplikasi spiral prototyping.
Metodologi spiral prototyping terdiri dari fase-fase berikut ini :
15
Envisioning/workshop : Adalah fase dimana didefinisikan visi, sasaran, dan target-target
dari aplikasi yang akan dibangun. Apa yang didefinisikan pada tahap ini menjadi dasar
pada tahap berikutnya. Milestone yang menjadi keluaran pada tahap ini adalah list
business requirement dari aplikasi yang akan dibuat atau evaluasi atas aplikasi yang telah
dibangun yang akan memperbarui business requirement yang masih harus dipenuhi oleh
aplikasi.
Planning/design : Adalah fase dimana didefinisikan desain aplikasi yang akan dibuat.
Milestone yang menjadi keluaran pada tahap ini adalah Software Application Design, yang
akan menjadi dasar bagi fase development.
Developing : Adalah fase dimana dilakukan pembangunan aplikasi sesuai dengan desain
aplikasi yang telah dibuat pada fase sebelumnya. Milestone yang menjadi keluaran pada
tahap ini adalah prototipe yang akan di test pada fase berikutnya.
Stabilizing/Testing : Adalah fase dimana dilakukan testing pembangunan aplikasi. Pada
tahap ini dilakukan juga bug fixing untuk kesalahan-kesalahan minor yang tidak berkaitan
dengan kesalahan desain proses bisnis. Milestone pada fase ini adalah aplikasi yang bug
free dan siap dievaluasi oleh stakeholder aplikasi ketika siklus kembali ke fase
Envisioning.
Ketika fase pengembangan aplikasi sampai di fase Stabilizing/Testing siklus kembali
berulang ke fase Envisioning. Dengan development tools yang kami miliki, penggunaan
metodologi ini memungkinkan perancangan dan pembangunan sistem informasi dapat
dibangun secara berulang-ulang dengan cepat dan efisien sambil terus menerus
menyempurnakan desainnya sehingga sesuai dengan yang diharapkan.
16
Envisioning /Workshop
Planning /DesainDeveloping
Stabillizing/testing
Milestone
Milestone
Milestone
Milestone
Metode Pengembangan Spiral Prototyping
Metode Pengembangan Spiral Prototyping dipilih mengingat tingkat keluwesang metode
ini di dalam proses pengembangan. Selain itu metode ini memiliki tingkat presisi yang baik
dalam hal menjalankan pekerjaan besar dikarenakan proses yang digunakan akan
memecah pekerjaan menjadi unit-unit kecil berdasarkan fungsionalitasnya sehingga
memudahkan pengguna untuk memberikan umpan balik.
Proses-proses detail yang digunakan pada metode spiral prototyping adalah sebagai
berikut:
1. Business Prosess Assessment (BPA)
Tim melakukan analisa kajian proses bisnis secara mendetil, untuk memperoleh
gambaran riil tentang konsep solusi dan kebutuhan aplikasi. Tahap ini
merupakan tahap pendefinisian kebutuhan solusi bagi pengguna yang
merupakan dasar untuk mendesain solusi aplikasi yang akan ditawarkan. Pada
tahap ini, analis bisnis akan duduk bersama-sama dengan pengguna untuk
mendefinisikan masalah-masalah yang dihadapi yang nantinya akan dipetakan
menjadi desain model sistem informasi.
Purpose : Mengetahui proses bisnis serta kebutuhan informasi
Serahan : Disain proses bisnis dan konsep solusi aplikasi.
18
2. Prototyping (P)
Pada tahap ini berdasarkan business process protipe awal dari suatu modul
aplikasi didesain, dibangun, dan ditest oleh tim development.
Purpose : Membangun prototipe awal suatu modul sesuai dengan
data-data yang telah dikumpulkan tim analis, sehingga
didapat prototipe satu modul aplikasi yang siap dievaluasi
oleh user.
Serahan : Prototipe awal suatu modul aplikasi lengkap dengan fitur-
fiturnya.
3. Workshop I (W1)
Pada tahap ini, protipe awal dari suatu modul aplikasi dievaluasi bersama oleh
user dan tim pengembang dalam suatu sesi workshop. Prototipe suatu modul
akan didemokan ke user yang berkepentingan dan user akan memberikan
umpan balik berupa saran atau koreksi atas prototipe yang telah dibuat. Hasil
dari workshop akan digunakan untuk menyempurnakan desain modul aplikasi
sehingga lebih sesuai dengan harapan user.
Purpose :
- Mendapatkan umpan balik dari user atas protipe modul aplikasi
yang telah dibuat tim pengembang.
- Menyamakan presepsi pemahaman proses bisnis yang berlangsung
antara tim pengembang dan user.
Serahan : Daftar koreksi dari user atas prototipe yang dibuat.
4. Development 1 (D1):
Tahap ini dimulai dengan menyempurnakan desain modul aplikasi berdasarkan
umpan balik yang didapat pada Workshop 1. Selanjutnya dibangun modul
aplikasi yang memang akan ditujukan sebagai modul aplikasi yang akan
digunakan dalam sistem. Terakhir dilakukan internal testing oleh tim
pengembang. Selama tahap ini berlangsung, dilakukan juga pembangunan
dokumentasi teknis dan user manual yang akan diserahkan kepada user pada
saat implementasi.
19
Purpose : Membangun modul aplikasi yang sesuai dengan hasil dari
workshop 1.
Serahan : Modul aplikasi yang siap berjalan dan dapat dicoba oleh user.
5. Workshop II (W2)
Pada tahap ini, modul aplikasi yang dihasilkan tahap development dievaluasi
bersama oleh user dan tim pengembang dalam suatu sesi workshop. Modul
aplikasi dapat dicoba dipakai oleh user yang berkepentingan, dan user akan
memberikan umpan balik berupa saran atau koreksi atas modul yang telah
dibuat. Hasil dari workshop akan digunakan untuk menyempurnakan desain
modul aplikasi sehingga lebih sesuai dengan harapan user.
Purpose :
- Mendapatkan umpan balik dari user atas modul aplikasi yang telah dibuat
tim pengembang
- Menyamakan presepsi pemahaman proses bisnis yang berlangsung antara
tim pengembang dan user
Serahan : Daftar koreksi dari user atas modul aplikasi yang dibuat.
6. Development II (D2)
Tahap ini dimulai dengan menyempurnakan desain modul aplikasi berdasarkan
umpan balik yang didapat pada Workshop 2. Selanjutnya dibangun modul
aplikasi final yang diharapkan telah semakin sesuai dengan harapan user.
Selama tahap ini berlangsung, dilakukan juga pembangunan dokumentasi teknis
dan user manual yang akan diserahkan kepada user pada saat implementasi.
Purpose : Membangun modul aplikasi final yang sesuai dengan hasil dari
workshop 2.
Serahan : Modul aplikasi final yang siap dites oleh user
7. User Test & Perbaikan Langsung Bug (UT)
Pada tahap ini modul aplikasi final ditest oleh tim tester dari user . Hasil testing
yang dikeluarkan oleh tim tester user akan segera ditindaklanjuti dengan bug
fixing oleh tim pengembang.
Purpose :
- Memberi kesempatan user untuk mentest aplikasi apakah telah berjalan
sesuai dengan keinginan user.
20
- Perbaikan bug oleh tim pengembang untuk setiap kesalahan yang
ditemukan oleh tim tester user.
Serahan : Modul aplikasi final yang siap diintegrasikan
8. Integration Test (IT)
Pada tahap ini modul aplikasi diintegrasikan dengan modul-modul lainnya.
Keterhubungan modul ini dan modul laiinnya kemudian di test apakah
menghasilkan fungsi penyimpanan dan pengolahan data yang benar setelah
diintegrasikan.
Purpose :
- Mengintegrasikan modul yang telah siap dengan keseluruhan sistem.
- Menguji validitas system setelah integras.
- Perbaikan bug oleh tim pengembang untuk setiap kesalahan yang
ditemukan.
Serahan : Modul aplikasi final yang siap diimplementasikan
9. Implementasi (IMP)
Pada tahap ini dilakukan implementasi modul aplikasi final yang telah dites oleh
user. Tahap implementasi terdiri dari instalasi dan setting aplikasi di lokasi aktual
berjalannya sistem, dan training untuk end user. Seluruh tahap ini dilakukan oleh
tim pengembang dengan melibatkan user.
Purpose: Implementasi modul aplikasi
Serahan :
- Modul aplikasi telah terinstal di lokasi aktual berjalannya sistem dan siap
digunakan
- User telah dilatih dan siap memanfaatkan aplikasi
Implementasi suatu sistem informasi baru, memiliki dimensi-dimensi permasalahannya
sendiri, baik domain permasalahan teknis maupun non teknis yang lebih sering menjadi
faktor kritikal berhasil tidaknya suatu sistem baru diimplementasikan.
21
22
IV. RENCANA KERJA
Pengembangan Sistem Informasi Profil Daerah (SIPD) ini direncanakan dapat
dikembangkan selama lima (5) bulan kalender kerja. Pengumpulan Data.
Proses pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data-data dan informasi yang
akurat tentang kondisi teknologi dan sistem informasi yang digunakan saat ini atau yang
sedang direncanakan.
1. Analisa
a. Analisa Proses Bisnis
Analisa proses bisnis yang terjadi dalam pelaksanaan pekerjaan.
b. Analisa Stakeholder
Analisa stakeholder yang berkepentingan terhadap sistem informasi.
c. Analisa Kebutuhan Informasi
Setelah ditentukan stakeholder kemudian akan dilanjutkan dengan proses
selanjutnya, yaitu analisa kebutuhan informasi bagi setiap stakeholder.
d. Analisa Alur Informasi
Proses analisa alur informasi adalah analisa bagaimana data dan informasi dari
setiap stakeholder dipertukarkan berdasarkan proses bisnisnya.
e. Analisa Manajemen Database
Analisa manajemen database merupakan proses pengolahan data dan analisis
terhadap kebutuhan database.
f. Analisa Infrastruktur Teknologi Informasi
Proses analisa infrastruktur teknologi informasi adalah analisa untuk menentukan
teknologi dan infrastruktur yang paling tepat digunakan untuk
mengimplementasikan sistem informasi.
23
VI. BIAYA-BIAYA PENGEMBANGAN
24
VI. LAPORAN DAN DELIVERRABLE
Hasil dari kegiatan ini dituangkan dalam buku laporan yang dibagi dalam
tahap-tahap sebagai berikut :
1. Laporan pendahulan yang berisi desain dari penelitian ini, yang
sekaligus merupakan apresiasi dari Kerangka Acuan Kerja (KAK).
Laporan ini dibuat sebanyak 30 eksemplar, dan dijilid soft cover.
2. Draft laporan akhir yang akan dibahas dalam seminar, akhirnya dibuat
sebanyak 30 eksemplar atau disesuaikan dengan kebutuhan seminar
beserta demo aplikasi yang siap untuk digunakan.
3. Laporan Akhir (yang telah diadakan perbaikan/penyempurnaan dalam
seminar akhir) dibuat sebanyak 40 eksemplar dan dijilid hard cover.
Dalam laporan ini akan dilengkapi pula dengan 20 buku peta warna dan 20 buku Peta hitam putih beserta perangkat lunak Sistem
Informasi Profil Daerah (SIPD).
25
VII. PENUTUP
Kami percaya bahwa usulan solusi kami berupa pengembangan Sistem Informasi Profil Daerah
(SIPD) dapat memberikan nilai tambah dari penerapan sistem electronic government berbasis
teknologi informasi dan komunikasi. Harapan kami agar usulan proposal ini dapat ditindaklanjuti
sehingga pada akhirnya pemerintah daerah Kotamadya Banjarmasin dapat langsung menerapkan
dan memanfaatkan sistem informasi profil daerah (SIPD).
top related