ppt silogisme.pptx [autosaved]

Post on 31-Jul-2015

58 Views

Category:

Education

1 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Univeritas Balikpapan

SilogismeDisusun

Oleh:

Rika AfrianiLisa

Purnama Sari

SuhartiJeanne

Marie. M

Peta Konsep

Silogisme

A. Definisi

B. Struktur

C. Prinsip Umum

D. Pembagian Silogisme

Silogisme adalah penarikan konklusi secara deduktif tidak langsung yang konklusinya ditarik dari premis yang disediakan sekaligus.

Silogisme merupakan suatu proses penarikan kesimpulan yang didasarkan atas pernyataan-pernyataan (proposisi yang kemudian disebut premis) sebagai antesedens (pengetahuan yang sudah dipahami) hingga akhirnya membentuk suatu kesimpulan (keputusan baru) sebagai konklusi atau konsekuensi logis.

A. Definisi Silogisme

B. Struktur Silogisme

Sebuah silogisme terdiri atas tiga proposisi

yaitu dua proposisi yang disajikan dan sebuah

proposisi yang ditariknya. Proposisi yang

disajikan dinamai premis mayor dan premis

minor, sedangkan kesimpulannya dinamai

konklusi. Setiap proposisi terdiri atas dua term.

P konklusi disebut term mayor, sedang S-nya

disebut term minor, dan term yang sama-sama

terdapat pada kedua proposisi disebut term

penengah. Term penengah ini merupakan faktor

terpenting dalam silogisme, karena penyebab

kedua premis dapat saling berhubungan sehingga

menghasilkan konklusi. Dengan perkataan lain,

term penengah menetapkan hubungan term

mayor dengan term minor. 

Silogisme ini bagian dari penalaran deduksi. Jika dirumuskan sebagai berikut :

• PU : A = B• PK : C = A• K : C = B• A = semua anggota golongan tertentu• B = sifat yang ada pada A• C = sesorang atau sesuatu anggota A

Rumus umum silogisme :

PM (premis mayor) : A = BPm (premis minor) : C = AKesimpulan : C = BContoh:PU : Semua makhluk hidup memiliki mata.PK : Si Polan adalah makhluk hidup.S/K : Maka si Polan memiliki mata.

Aturan I : Tiap-tiap silogisme pastilah terdiri atas tiga term.

Aturan itu berguna untuk menentukan cara penarikan konklusi dalam bentuk silogisme atau bukan. Suatu bentuk silogisme harus mempunyai tiga term yaitu term mayor, term minor dan term penengah yang masing-masingnya disebut dua kali. Pelanggaran terhadap aturan ini  akan berdampak kesalahan adanya empat buah term atau kesalahan pembolakbalikan (fallacy of equivocation). Contohnya pada:

C. Prinsip Umum Silogisme

Kaki saya menyentuh sofaSofa menyentuh lantai.Kaki saya menyentuh lantai.

 

Dalam contoh tersebut terdapat empat butir term yaitu kaki saya, menyentuh sofa, sofa dan menyentuh lantai. Karena itu, tidak ada konklusi yang dapat ditarik.

Aturan II : Silogisme hanya terdiri dari tiga proposisi 

Aturan II, sama halnya dengan aturan I yakni

hanya untuk membedakan silogisme dari bentuk-

bentuk penarikan konklusi tidak langsung lainnya.

Aturan III : Term penengah mestilah tersebar dalam premis, paling kurang satu kali.

Karena term penengah menyebabkan term mayor dan term minor mempunyai hubungan, maka ia mestilah tersebar dalam salah satu premis, paling kurang satu kali.. Jika sebagian term penengah berhubungan dengan term mayor, dan sebagian lainnya berhubungan dengan term minor, maka tidak ada konklusi yang dapat diambil.

Kesalahan yang terjadi akibat tidak mengikuti aturan III ini disebut kesalahan penengah yang tidak tersebar (the fallacy of undistributed middle). Berikut ini contoh kesalahannya :

Sebagian manusia pasti adalah guru

Semua binatang yang pandai melacak pencuri adalah manusia.

Semua binatang yang pandai melacak pencuri adalah guru.

Kategorikal Hipotetis

Disyungtif Tersusun

D. Pembagian Silogisme

Silogisme Katagorik adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan katagorik. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan dengan premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan diantara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term).

1. Silogisme Kategorikal

Contoh :Semua Tanaman membutuhkan air (premis

mayor)……………….M……………..PAkasia adalah Tanaman (premis minor)….S……………………..MAkasia membutuhkan air (konklusi)….S……………..P(S = Subjek, P = Predikat, dan M = Middle

term)

1.Apabila dalam satu premis partikular, kesimpulan harus parti¬kular juga, seperti:

Semua yang halal dimakan menyehatkan.Sebagian makanan tidak menyehatkan.Jadi Sebagian makanan tidak halal dimakan.(Kesimpulan tidak boleh: Semua makanan tidak halal

Hukum-hukum

Silogisme

Katagorik

2. Apabila salah satu premis negatif, kesimpulan harus negatif juga, seperti:

Semua korupsi tidak disenangi.Sebagian pejabat adalah korupsi, jadiSebagian pejabat tidak disenangi.(Kesimpulan tidak boleh: Sebagian pejabat disenangi)

3. Dari dua premis yang sama-sama particular, tidak sah diambil kesimpulan.

Beberapa politikus tidak jujur.Banyak cendekiawan adalah politikus, Jadi banyak cendekiawan tidak jujur.

4.Dari dua premis yang sama-sama negatif, tidak mendapat kesimpulan apa pun, karena tidak ada mata rantai yang menghubungkan kedua proposisi premisnya.

Contoh :Kerbau bukan bunga mawar.Kucing bukan bunga mawar.….. (Tidak ada kesimpulan)

5. Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term predikat yang ada pada premisnya. Bila tidak, kesimpulan menjadi salah, seperti :

Kerbau adalah binatang.Kambing bukan kerbau.Jadi: Kambing bukan binatang.

6.Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna ganda kesimpulan menjadi lain, seperti:

Bulan itu bersinar di langit.Januari adalah bulan.Jadi: Januari bersinar di langit.

7. Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, predikat, dan term menengah (middle term), begitu juga jika terdiri dari dua atau lebih dari tiga term tidak bisa diturunkan konklusinya.

Silogisme Hipotetik adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik.

Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotetik:1. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian

antecedent, seperti:Jika hujan, saya naik becak.Sekarang hujan.Jadi saya naik becak.

2.) Silogisme Hipotetik

2. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekuennya, seperti:

Bila hujan, bumi akan basah.Sekarang bumi telah basah.Jadi hujan telah turun.

3. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent, seperti:

Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.

Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa,Jadi kegelisahan tidak akan timbul.

4. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari

bagian konsekuennya, seperti:

Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa

akan gelisah.

Pihak penguasa tidak gelisah.

Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan.

Hukum silogisme hipotetik adalah: Bila A terlaksana maka B juga terlaksana. Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak

sah = salah) Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah =

salah) Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.

Hukum-hukum Silogisme Hipotetik

Kebenaran hukum di atas menjadi jelas dengan penyelidikan berikut:

Bila terjadi peperangan harga bahan makanan membubung tinggi.Nah, peperangan terjadi.Jadi harga bahan makanan membubung tinggi.( benar = terlaksana)Benar karena mempunyai hubungan yang diakui kebenarannya

Silogisme Disyungtif adalah

silogisme yang premis mayornya disyungtif

sedangkan premis minornya kategorik yang

mengakui atau mengingkari salah satu

alternatif yang disebut oleh premis mayor.

3.)Silogisme

Disyungtif

Dalam arti sempit Dalam arti luas

dalam arti sempit mayornya mempunyai alternatif kontradiktif,seperti:

la lulus atau tidak lulus.Ternyata ia lulus.Jadi ia bukan tidak lulus.

premis mayorya mempunyai alternatif bukan kontradiktif, seperti:

Hasan di rumah atau di pasar.Ternyata tidak di rumah.Jadi di pasar.

Pembagian Silogisme Disyungtif

1. Silogisme disyungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid, seperti :

Hasan berbaju putih atau tidak putih.Ternyata berbaju putih.Jadi ia bukan tidak berbaju putih.

2. Silogisme disyungtif dalam arti luas, kebenaran konklusinya adalah sebagai berikut:

a. Bila premis minor mengakui salah satu alternatif konklusinya sah (benar), seperti:

Hukum-hukum Silogisme Disyungtif

Budi menjadi guru atau pelaut.Ia adalah guru.Jadi bukan pelaut.

2. Bila premis minor mengingkari salah satu konklusinya, maka tidak sah (salah), seperti:

Penjahat itu lari ke Solo atau ke Yogya.Ternyata tidak lari ke Yogya.Jadi ia lari ke Solo. (Bisa jadi ia lari ke kota

lain).

Dalam komunikasi sehari – hari juga

banyak terdapat penyimpangan

karena unsur preposisinya

hiperlengkap, lebih dari tiga.

Silogisme yang demikian itu

dinamakan silogisme tersusun.

Silogisme ini dapat dibedakan dalam

tiga golongan.

4.) Silogisme Tersusun

1. Epikherema; Epikherema merupakan jabaran dari

silogisme kategorial yang diperluas dengan jalan memperluas salah satu premisnya atau keduanya.

Contoh :P1= Semua pahlawan bersifat mulia sebab mereka

selalu memperjuangkan hak miliki bersama dengan menomorduakan kepentingan pribadinya.

P2 = Sultan Mahmud Badaruddin adalah pahlawan. K = Jadi, Sultan Mahmud Badaruddin itu mulia.

Dari contoh di atas terlihat bahwa ada bagian (premis) tertentu yang diperluas dengan menambahkan keterangan, alasan, bukti, dan penjelasan sebagai pelengkap premis mayor.

2. Entimem Entimem merupakan bentuk singkat silogisme dengan jalan mengubah format yang disederhanakan, tanpa menampilkan premis mayor.

Contoh :“ Tentu saja saya dapat khilaf, saya kan manusia

biasa! “

Adapun bentuk silogisme standar diatas adalah:

Mayor : Semua manusia biasa adalah makhluk yang dapat khilaf.

Minor : Saya adalah manusia biasa.Konklusi : Saya adalah makhluk yang dapat

khilaf.

Rumus Silogisme Entinem : C = B karena C = A

3. Silogisme tipe ini sangat cocok untuk bentuk-bentuk tulisan atau pembicaraan yang bernuansa persuasif. Silogisme tipe ini didukung oleh lebih dari tiga premis.

  Contoh : Partai yang fanatik mementingkan golongan sendiri itu

bukan partai yang mau mengalah.Partai yang mau mengalah adalah partai yang mau

bermusyawarah.Partai yang mau bermusyawarah adalah partai seperti

dituntut oleh Pancasila.Partai seperti dituntut oleh Pancasila adalah partai

yang sesuai dengan konsensus bangsa Indonesia.

Partai yang fanatik mementingkan golongan sendiri itu bukan partai yang sesuai dengan konsensensus bangsa Indonesia.

  

-Sekian-

Terimakasih

top related