plagiat merupakan tindakan tidak terpuji - core.ac.uk · daya ant pad diajukan mempero f unive...
Post on 14-Mar-2019
230 Views
Preview:
TRANSCRIPT
DDAYA ANTPAD
DiajukanMempero
FUNIVE
TI-INFLAMDA MENCI
SK
n untuk Memoleh Gelar SProgram Stu
O
Ratn
NIM :
FAKULTAERSITAS S
YOGY2
MASI PRODIT PUTIH B
KRIPSI
menuhi SalahSarjana Farmudi Ilmu Far
Oleh :
na Puspita
048114087
AS FARMSANATA
YAKARTA2008
DUK JAMUBETINA
h Satu Syaramasi (S.Farmrmasi
MASI DHARMA
A
U “G”
at m.)
A
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAYA AP
DiajuMemp
UNIV
ANTI-INFLAPADA MEN
HALA
ukan untuk Mperoleh Gela
Program
R
NIM
FAKULVERSITA
YOG
ii
AMASI PRNCIT PUTIH
AMAN JUD
SKRIPSI
Memenuhi Saar Sarjana FaStudi Ilmu F
Oleh :
Ratna Puspita
M : 0481140
LTAS FARAS SANATGYAKAR
2008
ODUK JAMH BETINA
DUL
alah Satu Syarmasi (S.FaFarmasi
a
87
RMASI TA DHARRTA
MU “G”
yarat arm.)
RMA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Ketika kumohon pada Tuhan keberanian,
Tuhan memberiku kondisi bahaya untuk kuatasi.
Ketika ku mohon pada Tuhan sebuah cinta,
Tuhan memberiku orang-orang bermasalah untuk kutolong.
Ketika kumohon bantuan pada Tuhan,
Tuhan memberiku kesempatan.
Aku tak pernah mendapat apa yang kupinta,
tetapi aku menerima segala yang kubutuhkan…
Karya ini kupersembahkan untuk Papa, Mama, Amie dan Merry tersayang…
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji syukur kepada Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus atas segala
bimbingan, dukungan, kekuatan, kasih, dan cintanya yang senantiasa dilimpahkan
kepada penulis, sehingga penulis dapat melakukan penelitian dan penyusunan
skripsi yang berjudul ”Daya Anti-Inflamasi Produk Jamu “G” pada Mencit Putih
Betina” sebagai sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi
(S. Farm.) dan sebagai realisasi kerjasama antara IOT. Sari Sehat - PT. Capung
Indah Abadi dengan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma.
2. Bapak Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah
memberi banyak bantuan, bimbingan dan arahan selama penelitian dan
penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Drs. Mulyono, Apt. yang telah memberikan kesediaannya sebagai
dosen penguji dan memberikan saran, masukan, serta kritik yang membangun.
4. Bapak Ipang Djunarko yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan
pengalaman kefarmasian selama penulis kuliah di Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma.
5. Rm. Sunu yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing penulis
di saat penulis kebingungan mengolah data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
6. Mas Heru, Mas Parjiman, Mas Kayat, Mas Otok dan Mas Yuwono
yang telah banyak membantu baik dengan menyediakan hewan uji,
menyediakan fasilitas yang dibutuhkan dan memberi keceriaan selama penulis
melakukan penelitian di laboratorium farmakologi dan biokimia.
7. Segenap dosen, para laboran, petugas sekretariat Fakultas Farmasi dan petugas
perpustakaan Kampus Paingan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
8. IOT. Sari Sehat – PT. Capung Indah Abadi dan Bu Lis Setyowati yang telah
mempercayakan penelitian ini kepada penulis dan tim.
9. Papa, Mama, Amie dan Merry yang telah giat mengingatkan akan Tuhan,
berdoa, serta memberi dukungan dan cinta yang luar biasa kepada penulis.
10. Rizky Linggasati Nursalim yang telah sabar menemani penulis dan dengan
giat memotivasi penulis selama penyusunan naskah skripsi.
11. Teman-teman di Kost Difa yang telah mewarnai hari-hari penulis selama
penulis menempuh pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma.
12. Th. Avi Hardiani, Caecilia Ratna T.W., Keke Sakti Damayanti, Liza Kartika,
Lusia Andhika, Andy Fransiska dan Feri D.S., teman seperjuangan penulis
dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini, terima kasih atas kerja sama yang
diberikan.
13. Vera Rosiana, Andreas Sudarto dan Mas Surya dkk yang telah membantu
penulis baik secara langsung maupun tidak langsung.
14. Ivone Susanto, Erline Yusticia Hinlandou, Maduma Maria S, Sri Widyastuti,
Suster Amandine, Hendry K., Rr. Fransiska D.K.W., Fransiska Indah, teman-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
teman TTC, kelompok praktikum D dan kelas B’04 yang tidak dapat
disebutkan satu persatu yang telah memberikan keceriaan bagi penulis selama
menempuh kuliah S1.
15. Less but not least, mencit-mencit yang telah berkorban selama penelitian ini,
tanpa mereka maka tidak akan ada penelitian ini.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak
kekurangan. Penulis selalu membuka diri atas masukan, saran, dan kritik yang
bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini
menjadi bagian pengetahuan dan berguna bagi semua.
Yogyakarta, Juni 2008
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
INTISARI
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan khasiat anti-radang produk jamu “G” dan untuk mengetahui seberapa besar daya anti-inflamasi yang mampu ditimbulkan oleh produk ini jika dibandingkan dengan kontrol positif natrium diklofenak. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah.
Pengujian ini dilakukan dengan menginduksi udema pada telapak kaki subyek uji menggunakan karagenin 1%. Aktivitas anti-inflamasi ditunjukkan dengan terjadinya penurunan bobot udema secara signifikan pada kaki yang telah diinduksi dengan karagenin 1%. Subyek uji adalah mencit putih betina galur Swiss, berumur 2-3 bulan dengan berat badan 20-30 gram. Tiga puluh ekor mencit dikelompokkan menjadi 6 kelompok. Kelompok I hanya diberi perlakuan injeksi subplantar karagenin 1%, kelompok II diberi perlakuan injeksi subplantar karagenin 1% dan aquades per oral, kelompok III diberi perlakuan injeksi subplantar karagenin 1% dan natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB per oral, kelompok IV-VI diberi perlakuan injeksi subplantar karagenin 1% dan hasil saring seduhan produk jamu “G” per oral dengan 3 peringkat dosis yaitu 1,516g/kg BB, 4,58g/kgBB dan 13,65 g/kgBB. Data yang diperoleh berupa bobot udema digunakan untuk menghitung prosentase respon anti-inflamasi berdasarkan metode Langford, Holmes dan Emele (1972). Kemudian data dianalisis dengan One Way ANOVA dan dilanjutkan dengan uji Scheffe dengan taraf kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan produk jamu ”G” terbukti mampu menurunkan bobot udema pada peringkat I (dosis 1,516g/kgBB) dan peringkat III (dosis 13,65g/kgBB) tetapi penurunan ini tidak berbeda signifikan terhadap kontrol negatif aquadest sehingga tidak dapat dikatakan memiliki efek anti-inflamasi. Prosentase daya anti-inflamasi produk jamu ”G” pada dosis 1,516g/kgBB (peringkat I), 4,58g/kgBB (peringkat II) dan 13,65g/kgBB (peringkat III) terhadap natrium diklofenak 4,48mg/kgBB ialah sebesar 5,43% , -14,52% dan 7,98%.
Kata kunci : daya anti-inflamasi, produk jamu “G”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
ABSTRACT
The purpose of this research are to prove the claim of jamu “G” product as an anti-inflammatory agent and to know the anti-inflammatory power by this product.This research is an experimental study with one way statistic of complete randomized design.
Test of anti-inflammatory effect was performed by inducing oedema on test subject’s paw with subplantar injection of carageenan 1%. The anti-inflammatory activity shows by significantly reduction of paw’s weight on the hint which induced by carageenan 1%. The test subjects were Switzerland white female mice whose age 2-3 months and weight 20-30 grams. Thirty female mice were divided into 6 groups. Group I was only treated by subplantar injection of carageenan 1%, group II were treated by subplantar injection of carageenan 1% and given aquadest orally, group III were treated by subplantar injection of carageenan 1% and given diclofenac sodium 4.48 mgs/kgs BW orally, group IV-VI were treated by subplantar injection of carageenan 1% and given filtrate of jamu “G” product decoction which divided in 3 dosage level, 1.516 g/kg BW, 4.58 g/kgBW and 13.65 g/kgBW orally. Obtained data were oedema’s weight used to calculate the percentage of anti-inflammatory effect based on Langford, Holmes and Emele’s method (1972). The data were analyzed statistically by One Way ANOVA (p=0.05) and continued by Scheffe test on 95% confidence level.
The result proves that jamu ”G” product could reduced the oedema’s weight in 1.516 g/kg BW and 13.65 g/kgBW dosage levels, but this reduction were not significant to negative control group. This fact indicate that this product has no anti-inflammatory effect. Percentage of anti-inflammatory power in 1.516 g/kg BW, 4.58 g/kgBW and 13.65 g/kgBW dosage level are 5.43% , -14.52% dan 7.98%.
Keywords : anti-inflammatory effect, jamu ”G” product.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi
PRAKATA ..................................................................................................... vii
INTISARI ....................................................................................................... x
ABSTRACT ...................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii
BAB I PENGANTAR ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
1. Perumusan masalah ....................................................................... 3
2. Keaslian penelitian ........................................................................ 3
3. Manfaat penelitian ......................................................................... 5
B. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6
1. Tujuan umum ................................................................................ 6
2. Tujuan khusus ............................................................................... 6
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA.............................................................. 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
A. Obat Tradisional ................................................................................ 7
B. Produk Jamu “G” ............................................................................... 7
1. Semen Plantaginis dan Herba Plantaginis ................................... 7
2. Herba Orthosiphonis ..................................................................... 9
3. Radix Achyranthis bidentatae ....................................................... 9
4. Rhizoma Imperata ....................................................................... 11
5. Lysimachiae herba ...................................................................... 12
6. Herba Desmodii styracifolii ........................................................ 12
7. Polyporus .................................................................................... 13
8. Sonchi folium ............................................................................... 14
C. Senyawa Kimia Aktif ....................................................................... 15
1. Beta-sitosterol ............................................................................. 15
2. Flavonoid .................................................................................... 16
D. Inflamasi .......................................................................................... 17
1. Definisi ........................................................................................ 17
2. Penyebab ..................................................................................... 18
3. Tanda-tanda ................................................................................. 18
4. Mekanisme inflamasi .................................................................. 20
5. Mediator inflamasi ...................................................................... 22
E. Obat Anti-inflamasi ......................................................................... 26
F. Natrium Diklofenak ......................................................................... 28
G. Penyakit Batu Ginjal ........................................................................ 30
H. Metode Uji Aktivitas Anti-inflamasi ............................................... 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
1. In vitro ......................................................................................... 30
2. In vivo ......................................................................................... 32
I. Landasan Teori ................................................................................ 34
J. Hipotesis .......................................................................................... 36
BAB III METODE PENELITIAN..................................................................... 37
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ....................................................... 37
B. Metode Uji Daya Anti-inflamasi ..................................................... 37
C. Variabel dan Definisi Operasional ................................................... 37
1. Variabel ....................................................................................... 37
2. Definisi operasional .................................................................... 38
D. Subyek Uji dan Bahan Penelitian .................................................... 39
1. Subyek uji ................................................................................... 39
2. Bahan penelitian .......................................................................... 39
E. Alat Penelitian .................................................................................. 40
F. Tata Cara Penelitian ......................................................................... 40
1. Penyiapan hewan uji ................................................................... 40
2. Perhitungan dan penetapan dosis ................................................ 41
3. Pembuatan sediaan uji ................................................................. 42
4. Uji pendahuluan .......................................................................... 45
5. Pengujian daya anti-inflamasi ..................................................... 46
6. Perhitungan prosentase respon anti-inflamasi ............................. 47
7. Perhitungan prosentase daya anti-inflamasi ................................ 47
8. Analisis hasil ............................................................................... 48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 49
A. Pembuatan Sediaan Uji .................................................................... 49
B. Uji Pendahuluan ............................................................................... 50
1. Selang waktu pemotongan kaki setelah penyuntikan karagenin
1% .................................................................................................... 50
2. Selang waktu pemberian natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB .... 55
C. Uji Daya Anti-inflamasi ................................................................... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 71
A. Kesimpulan ...................................................................................... 71
B. Saran ................................................................................................ 72
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 73
LAMPIRAN ..................................................................................................... 79
BIOGRAFI PENULIS ........................................................................................ 107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Dosis produk jamu “G” .................................................................... 42
Tabel II. Keseragaman bobot tablet ................................................................ 43
Tabel III. Kelompok perlakuan ........................................................................ 46
Tabel IV. Rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1%
subplantar dalam berbagai variasi selang waktu pemotongan kaki . 52
Tabel V. Rangkuman hasil uji Scheffe data bobot udema kaki mencit akibat
injeksi karagenin 1% subplantar dalam berbagai variasi selang waktu
pemotongan kaki .............................................................................. 54
Tabel VI. Rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1%
subplantar setelah pemberian natrium diklofenak dosis efektif pada
selang waktu tertentu ....................................................................... 56
Tabel VII. Rangkuman hasil uji Scheffe data bobot udema kaki mencit akibat
injeksi karagenin 1% subplantar setelah pemberian natrium
diklofenak dosis efektif pada rentang waktu tertentu ...................... 58
Tabel VIII. Rata-rata bobot udema telapak kaki mencit akibat karagenin 1%
subplantar ......................................................................................... 62
Tabel IX. Rangkuman hasil uji Scheffe data bobot udema kaki mencit .......... 64
Tabel X. Rata-rata prosentase respon anti-inflamasi dari setiap kelompok
perlakuan .......................................................................................... 66
Tabel XI. Rangkuman hasil uji Scheffe data prosentase respon anti-inflamasi 67
Tabel XII. Prosentase daya anti-inflamasi produk jamu ”G” terhadap kontrol
positif natrium diklofenak 4,48 mg/kgBB ....................................... 68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Struktur beta-sitosterol .................................................................... 15
Gambar 2. Struktur umum flavonoid ................................................................. 16
Gambar 3. Struktur Diklofenak ......................................................................... 28
Gambar 4. Skema mekanisme, mediator-mediator yang berasal dari fosfolipid
dan titik tangkap kerja obat anti inflamasi ....................................... 29
Gambar 5. Grafik rata-rata bobot udema kaki mencit ( SE) akibat injeksi
karagenin 1% subplantar dalam berbagai variasi selang waktu
pemotongan kaki .............................................................................. 52
Gambar 6. Grafik rata-rata bobot udema kaki mencit ( SE) akibat injeksi
karagenin 1% subplantar setelah pemberian natrium diklofenak dosis
efektif pada rentang waktu tertentu ................................................. 57
Gambar 7. Grafik rata-rata bobot udema telapak kaki mencit ( SE) akibat
karagenin 1% subplantar pada kelompok kontrol dan perlakuan .... 62
Gambar 8. Grafik rata-rata prosentase respon anti-inflamasi ( SE) ................. 66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Surat Pernyataan Komposisi Jamu ................................................... 79
Lampiran 2. Foto Komponen Penyusun dan Serbuk Produk Jamu “G” ............... 80
Lampiran 3. Foto Stok Jamu ................................................................................. 83
Lampiran 4. Foto Hewan Uji Mencit .................................................................... 85
Lampiran 5. Foto Neraca Analitik Mettler Toledo AB 204 .................................. 85
Lampiran 6. Contoh Perhitungan .......................................................................... 86
a. Perhitungan uji keseragaman bobot ............................................ 86
b. Perhitungan dosis produk jamu antiradang ................................. 86
c. Perhitungan volume penyuntikan ................................................ 89
d. Perhitungan prosentase respon anti-inflamasi ............................. 89
Lampiran 7. Skema kerja ...................................................................................... 90
a. Uji pendahuluan selang waktu pemotongan kaki setelah injeksi
karagenin 1% ................................................................................... 90
b. Uji pendahuluan selang waktu pemberian natrium diklofenak 4,48
mg/kg BB ......................................................................................... 91
c. Kelompok perlakuan ................................................................... 92
Lampiran 8. Data Bobot Udema Dari Seluruh Pengujian ..................................... 93
a. Data bobot udema hasil uji pendahuluan selang waktu
pemotongan kaki setelah injeksi karagenin 1% ............................... 93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
b. Data bobot udema hasil uji pendahuluan selang waktu pemberian
natrium diklofenak 4,48 mg/kgBB .................................................. 94
c. Data bobot udema hasil uji daya anti-inflamasi .......................... 95
d. Prosentase respon anti-inflamasi yang diperoleh dengan pembagi
rata-rata udem terinduksi karagenin ................................................ 96
e. Prosentase respon anti-inflamasi terkoreksi kontrol negatif
aquadest ........................................................................................... 97
f. Prosentase daya anti-inflamasi produk jamu “G” terhadap natrium
diklofenak 4,48 mg/kgBB ................................................................ 98
Lampiran 9. Hasil Pengujian Distribusi Data dengan Uji Kolmogorov-Smirnov 99
a. Uji pendahuluan selang waktu pemotongan kaki setelah injeksi
karagenin 1% ................................................................................... 99
b. Uji pendahuluan selang waktu pemberian natrium diklofenak
4,48mg/kgBB ................................................................................... 99
c. Uji daya anti-inflamasi : bobot udema ........................................ 99
d. Uji daya anti-inflamasi : prosentase respon anti-inflamasi ....... 100
Lampiran 10. Hasil Uji Homogenitas Variansi ................................................... 100
a. Uji pendahuluan selang waktu pemotongan kaki setelah injeksi
karagenin 1% ................................................................................. 100
b. Uji pendahuluan selang waktu pemberian natrium diklofenak
4,48mg/kgBB ................................................................................. 100
c. Uji daya anti-inflamasi : data bobot udema .............................. 100
d. Uji daya anti-inflamasi : prosentase respon anti-inflamasi ....... 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
Lampiran 11. Hasil Uji One Way Anova ............................................................ 101
a. Uji pendahuluan selang waktu pemotongan kaki setelah injeksi
karagenin 1% ................................................................................. 101
b. Uji pendahuluan selang waktu pemberian natrium diklofenak
4,48mg/kgBB ................................................................................. 102
c. Uji daya anti-inflamasi : data bobot udema .............................. 103
d. Uji daya anti-inflamasi : prosentase respon anti-inflamasi ....... 105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Obat herbal telah diterima secara luas di hampir seluruh negara di dunia.
Menurut World Health Organization (WHO), negara-negara di Afrika, Asia dan
Amerika Latin menggunakan obat herbal sebagai pelengkap pengobatan primer
yang mereka terima. Bahkan di Afrika, sebanyak 80% dari populasi
menggunakan obat herbal untuk pengobatan primer. Di Cina, obat herbal
tradisional mencapai 30 - 50% dari keseluruhan konsumsi obat (Anonim, 2003).
World Health Organization (WHO) merekomendasi penggunaan obat
tradisional termasuk herbal dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat,
pencegahan dan pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit kronis, penyakit
degeneratif dan kanker. WHO juga mendukung upaya-upaya dalam peningkatan
keamanan dan khasiat dari obat tradisional (Anonim, 2003). Berdasarkan General
Guidelines for Methodologies on Research and Evaluation of Traditional
Medicine (Anonim, 2000a), obat herbal tradisional memerlukan evaluasi dari sisi
kualitas, keamanan dan efikasi. Salah satu evaluasi dari sisi efikasi ialah berupa
uji efek klinis dan farmakologis.
Masyarakat Indonesia telah mengenal dan menggunakan obat tradisional
sejak dahulu kala. Obat tradisional digunakan sebagai sarana perawatan kesehatan
dan untuk menanggulangi berbagai macam penyakit. Budaya bangsa Indonesia
yang berkaitan dengan pemanfaatan alam, khususnya untuk pemeliharaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
kesehatan dan pengobatan penyakit dilaksanakan berdasarkan pengalaman secara
turun-temurun. Pengalaman tersebut secara turun-temurun dikembangkan dan
diwariskan, sehingga obat tradisional dapat dimanfaatkan sampai sekarang
sebagai salah satu sarana perawatan kesehatan masyarakat (Soedibyo, 1998).
Radang merupakan suatu pengalaman yang tidak menyenangkan dan
menurut Sander (2003) radang biasanya ditandai dengan kemerahan (rubor),
terasa panas (kalor), nyeri (dolor), bengkak (tumor) dan berkurangnya fungsi
organ yang meradang tersebut (functiolesia). Oleh karena itu, radang biasanya
memerlukan suatu penanganan misalnya dengan meminum obat anti-radang.
Menurut Sari (2006) penggunaan obat tradisional secara umum dinilai
lebih aman daripada penggunaan obat modern. Hal ini disebabkan karena obat
tradisional memiliki efek samping yang relatif lebih sedikit dari pada obat modern
dengan ketentuan jika obat tradisional yang digunakan memenuhi persyaratan
tepat bahan tanaman, tepat dosis, tepat waktu penggunaan, tepat cara penggunaan,
tanpa penyalahgunaan, tepat dalam hal indikasi serta tepat dalam penelaahan
informasi seputar obat tradisional tersebut. Penelitian yang telah dilakukan
terhadap tanaman obat sangat membantu dalam pemilihan bahan baku obat
tradisional. Pengalaman empiris ditunjang dengan penelitian semakin memberikan
keyakinan akan khasiat dan keamanan obat tradisional.
Produk jamu “G” merupakan produk yang dikeluarkan oleh IOT. Sari
Sehat - PT. Capung Indah Abadi. Produk ini diklaim mampu mengatasi gejala
penyakit batu ginjal. Salah satu gejala pada penyakit ini ialah adanya udema
akibat penumpukan cairan dan retensi sodium. Udema merupakan salah satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
bentuk radang. Oleh karena itu, anti-radang merupakan salah satu klaim produk
ini.
Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan penelitian untuk membuktikan
klaim produk jamu “G” sebagai agen anti-inflamasi. Sehingga diharapkan
penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat akan khasiat
produk jamu “G”.
1. Perumusan masalah
a. Apakah produk jamu “G” memiliki efek anti-inflamasi?
b. Seberapa besar prosentase respon anti-inflamasi yang dihasilkan oleh
sediaan produk jamu “G”?
c. Seberapa besar prosentase daya anti-inflamasi yang dihasilkan oleh
sediaan produk jamu “G” terhadap natrium diklofenak?
d. Pada peringkat dosis berapa produk jamu “G” memberikan daya anti-
inflamasi maksimal?
2. Keaslian penelitian
Sepanjang penelusuran pustaka di Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma, penulis belum pernah menemukan adanya penelitian dari fakultas
farmasi Universitas Sanata Dharma yang meneliti tentang daya anti-inflamasi dari
kombinasi Semen Plantaginis, Herba Plantaginis, Herba Orthosiphonis, Radix
Achyranthis bidentatae, Rhizome Imperatae, Herba Lysimachiae, Herba
Desmodii styracifolii, Polyporus dan Sonchi Folium.
Adapun penelitian tentang salah satu dari tanaman tersebut yang
dianggap oleh peneliti memiliki korelasi dengan penelitian ini ialah tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
adanya pengaruh cara pencucian tempuyung terhadap kadar flavonoid total oleh
Hartanto (2001) dan tentang adanya pengaruh umur tanaman tempuyung terhadap
kadar flavonoid total oleh Diastuti (2001). Di mana seperti diketahui oleh peneliti
bahwa flavonoid merupakan salah satu senyawa kimia yang memiliki aktivitas
anti-inflamasi (Duwiejua dan Zeitlin, 1993). Selain itu, ada pula penelitian yang
dilakukan oleh Wibowo (2007) tentang pengaruh infusa kombinasi daun tepuyung
(Sonchus arvensis L.) dan daun kumis kucing (Orthosiphon aristatus
Miq.)terhadap kelarutan batu ginjal secara in vitro. Hasil penelitian membuktikan
bahwa infusa kombinasi ini menurunkan kelarutan batu ginjal. Akan tetapi infusa
daun kumis kucing 10%b/v mampu meningkatkan kelarutan batu ginjal.
Selain penelitian dari lingkup Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma, penulis juga menemukan adanya penelitian lain yang meneliti salah satu
dari komponen penyusun produk jamu “G” antara lain zhu ling atau Polyporus,
yang diteliti oleh Wu dkk (1997) (cit., Anonim, 2008b), mampu mereduksi angka
kejadian tumor kantung empedu pada tikus yang terinduksi B-butyl-N-(4-
hydroxybutyl) nitrosamine (BBN), diameter tumor dan keganasan tumor. Selain
itu, penelitian mengenai Polyporus umbellatus yang lain dilakukan oleh Sun dan
Yasukawa (2008) menunjukkan bahwa delapan senyawa ecdysteroid memiliki
aktivitas anti-inflamasi yang kuat dalam uji inflamasi pada telinga mencit yang
terinduksi TPA (1 mug/telinga) dengan nilai ID50 di antara 0,117-0,682
muM/telinga. Delapan senyawa ecdysteroid tersebut terdiri dari lima senyawa
ecdysteroid yang telah diketahui dan tiga senyawa ergostane baru-tipe ecdysteroid
yang diisolasi dari fraksi etil asetat dari sclerotium Polyporus umbellatus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Ma dan Guo (1998) meneliti Radix Achyranthis bidentatae, dan
membuktikan bahwa pemberian dekok Radix Achyranthis bidentatae secara per
oral selama tujuh hari pada mencit mampu meningkatkan daya ingat dan
ketahanan mencit secara signifikan. Menurut Matsunaga, Ikeda, Shibuya dan
Ohizumi (1994) suatu senyawa baru yang diisolasi dari Imperata cylindrica yaitu
Cylindol A, menunjukkan aktivitas penghambatan terhadap 5-lipoxygenase.
Penelitian mengenai Desmodium styracifolium dilakukan oleh
Hirayama, Wang, Nishi, Ogawa, Ishimatu, Ueda, dkk (1993) membuktikan bahwa
Triterpenoid yang diekstrak dari Desmodium styracifolium (Osbeck) Merr mampu
menghambat pembentukan batu Ca oxalate pada ginjal tikus dengan
meningkatkan ekskresi urine, menurunkan ekskresi kalsium, dan meningkatkan
ekskresi sitrat, sehingga dalam penggunaan klinis dapat dimanfaatkan untuk
mencegah kekambuhan batu Ca oxalate pada saluran kencing.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis.
Penelitian ini diharapkan dapat mendukung salah satu program WHO
(Anonim, 2003) dalam bidang pengembangan obat tradisional di
Indonesia.
b. Manfaat praktis.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai bukti
klaim khasiat produk jamu “G” khususnya kepada perusahaan jamu dan
masyarakat pada umumnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan umum dan tujuan khusus, yaitu :
1. Tujuan umum
Sebagai upaya pengembangan mutu obat tradisional Indonesia serta
mendukung upaya WHO dalam peningkatan penggunaan obat tradisional
dalam pemeliharaan kesehatan, pencegahan dan pengobatan penyakit.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini ialah :
a. Untuk mengetahui apakah produk jamu “G” memiliki efek anti-inflamasi.
b. Untuk mengetahui seberapa besar prosentase respon anti-inflamasi yang
dihasilkan oleh sediaan produk jamu “G”.
c. Untuk mengetahui seberapa besar prosentase daya anti-inflamasi yang
dihasilkan oleh produk jamu “G” terhadap natrium diklofenak.
d. Untuk mengetahui pada peringkat dosis berapa produk jamu “G”
memberikan daya anti-inflamasi maksimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Obat Tradisional
Menurut PerMenKes RI No. 246/Menkes/Per/V/1990, obat tradisional
adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan,
bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dan bahan-bahan tersebut, yang
secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman
(Anonim, 1990).
Berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat
pembuktian khasiat, Obat Bahan Alam Indonesia dikelompokkan menjadi jamu,
obat herbal terstandar, dan fitofarmaka. Klaim khasiat jamu dibuktikan
berdasarkan data empiris. Klaim khasiat obat herbal terstandar dibuktikan secara
ilmiah atau praklinik. Klaim khasiat fitofarmaka dibuktikan berdasarkan uji klinik
(Anonim, 2004).
B. Produk Jamu “G”
Produk jamu “G” ini berupa serbuk yang merupakan kombinasi dari :
1. Semen Plantaginis dan Herba Plantaginis
Kedua komponen ini berasal dari tanaman Plantago asiatica L. yang
termasuk dalam familia Plantaginaceae (Duke, 1998). Sebutan daerah untuk
tanaman ini ialah otot-ototan (Indonesia) (Anonim, 2007), che qian zi (Cina)
untuk menyebut Semen Plantaginis dan che qian cao (Cina) untuk menyebut
Herba Plantaginis (Anonim, 1987).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Semen Plantaginis berbentuk ellipsoid, agak pipih, dengan panjang
kurang lebih 2 mm dan lebar 1 mm. Bagian luar berwarna cokelat-kekuningan
hingga cokelat tua dengan kerutan halus dan ada lekukan putih-keabu-abuan pada
satu sisinya. Biji ini bertekstur keras (Anonim, 2006). Sedangkan tanamannya
memiliki daun berbentuk oval dan lebar, tangkai bunga tumbuh setinggi 6-18 inci
dengan ujung yang panjang, ramping, meruncing dan terdapat bunga berwarna
putih kehijauan (Anonim, 2007). Gambar tanaman ini dapat dilihat di lampiran 2.
Semen Plantaginis biasanya digunakan untuk mengatasi edema, disuria, diare,
radang pada mata, batuk berdahak (Anonim, 2006). Herba Plantaginis bersifat
astringent, antitoxic, antimikroba, anti-inflamasi, ekspektoran dan diuretik
(Anonim, 2007).
Kandungan senyawa kimia yang ada di dalam tanaman ini antara lain 1-
oct-3-ol, adenine, arsenic (As), aucubin, beta-sitosterol, beta-sitosterol-palmitat,
kalsium, carvacrol, choline, copper (Cu), homoplantaginin, linalool, magnesium,
mangan, merkuri, n-hentriacontane, plantaginin, asam plantenolik, potasium,
sodium, stigmasterol-palmitat, asam suksinat, ursolic-acid, dan zinc. Sedangkan
senyawa kimia yang terkandung di dalam bijinya antara lain succinic acid,
adenine, choline, plantagomuliliage A, plantagoside, geniposidic acid, plantenolic
acid, beta-sitosterol, b-sitosteryl-3-O-b-D-glucopyranoside, isoquercitrin, vitamin
B1, vitamin A ( Guo dkk, 1991; Zheng dkk, 1985; Liu dkk, 1993; Shi dkk, 1992;
Anonim, 1998; cit. , Anonim, 2008b), aucubin, d-galaktosa, d-galacturonic-acid,
d-xylose, lemak, l-arabinose, l-rhamnose, musilago, asam oleat, asam palmitat,
plantasan, asam stearat, magnesium, asam linoleat. Senyawa kimia tersebut yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
memiliki aktivitas anti-inflamasi antara lain aucubin, beta-sitosterol, carvacrol,
copper, n-hentriacontane, asam oleat, dan ursolic-acid (Duke, 1998).
2. Herba Orthosiphonis
Herba ini berasal dari tanaman Orthosiphon aristatus (BI.) Miq.
Tanaman ini termasuk dalam familia Lamiaceae (Czygan, Frohne, Hotzel, Nagell,
Pfander, Willuhn, dkk, 2001). Kumis kucing memiliki khasiat sebagai diuretika
untuk inflamasi kronis atau kambuhan pada pelvis renal, pendarahan pada
membran mukosa (catarrh) kantung empedu, catarrh pada ginjal, bakteriuria
tanpa gejala yang jelas (Czygan dkk, 2001). Daun kumis kucing merupakan daun
tunggal, bulat telur, panjang 7-10 cm, lebar 8-50 mm, tepi bergerigi, ujung dan
pangkal runcing, warna hijau. (Soedibyo, 1998) (lampiran 2).
Kandungan kimia yang ada pada kumis kucing antara lain 0,02-,0,6%
minyak esensial, sesquiterpen, lipophilic flavones, glikosida flavonol, dan turunan
caffeic acid (terutama rosmarinic dan 2,3-dicaffeoyltartaric acids), saponin dan
3% garam potassium (Czygan dkk, 2001). Menurut Duwiejua dan Zeitlin (1993),
senyawa sesquiterpen merupakan salah satu golongan senyawa yang memiliki
aktivitas anti-inflamasi. Selain itu, menurut Duke (1998) senyawa rosmarinic acid
dan caffeic acid juga memiliki aktivitas anti-inflamasi. Rosmarinic acid dan
caffeic acid termasuk dalam golongan flavonoid (Duwiejua dan Zeitlin, 1993).
3. Radix Achyranthis bidentatae
Komponen ini berasal dari tanaman Achyranthes bidentata BLUME yang
termasuk dalam familia Amaranthaceae (Duke, 1998). Tanaman ini berasal dari
daerah Asia Timur, Cina, Jepang dan India (Anonim, 2008a). Radix Achyranthis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
bidentatae biasa disebut dengan niu xi (Cina). Akar ini berbentuk silinder, agak
pipih, biasanya sepanjang 15-30 cm dan dapat mencapai 90 cm, berdiameter 0,4-1
cm. bagian luar berwarna kuning keabu-abuan atau coklat pucat, dengan kerutan
longitudinal yang halus dan agak berpilin. Teksturnya keras dan mudah patah,
agak manis-pahit dan terasa dingin. Xylem berada ditengah dan relatif besar,
berwarna putih kekuningan, bagian luarnya tersebar titik-titik vaskuler yang
tersusun dalam 2-3 lingkaran (Anonim, 2006) (lampiran 2).
Radix Achyranthis bidentatae digunakan untuk mengatasi nyeri, lemas
pada sendi lutut, amenorrhea dengan adanya pembentukan massa pada abdomen
dan pusing yang disebabkan oleh hiperaktivitas pada liver (Anonim, 2006).
Menurut Dr. Duke’s Phytochemical and Ethnobotanical Database (Duke, 1998),
kandungan senyawa kimia dalam akar ini antara lain arsenic, beta-sitosterol, beta-
sitosterol-glikosida, betaine, kalsium, copper, ecdysterone, GABA, inokosteron,
besi, magnesium, mangan, penasteroside-A, potasium suksinat, potasium,
potasium-oksalat, sodium, stigmasterol, stigmasterol-glikosida dan zinc.
Sedangkan berdasarkan Chinese Materia Media (cit., Anonim, 2008b) Radix
Achyranthis bidentatae mengandung asam glukuronat, galaktosa, asam
galakturonat, arabinose, rhamnoseglycine, asam glutamate, asam aspartat, serine,
ecdysterone, inokosterone, rubrosterone, arginin, asam aminoasetat, asparagic
acid, asam aminoglutarat, threonine, prolin, tirosin, triptofan, valin, fenilalanin,
leusin, oleanolic acid (-L-rhamnopyranosyl-(-D-galactopyranoside)). Dari
senyawa kimia tersebut, yang memiliki aktivitas anti-inflamasi antara lain beta-
sitosterol, copper, magnesium, oleanolic acid dan stigmasterol (Duke, 1998).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
4. Rhizoma Imperata
Komponen ini merupakan rimpang dari tanaman Imperata cylindrical
(L.) Beauv. Tanaman ini termasuk dalam familia Poaceae (Anonim, 2005)
(lampiran 2). Alang-alang memiliki khasiat sebagai anti-piretik, diuretika dan
hemostatik. Alang-alang biasanya digunakan untuk mengatasi demam, infeksi
saluran kemih, kencing nanah, kencing sedikit, mimisan dan muntah darah
(Soedibyo, 1998). Pada nefritis kronis, herba alang-alang dapat mengurangi
edema (Anonim, 2005).
Kandungan kimia pada alang-alang ialah arundoin, fernenol,
isoarborinol, silindrin, simiarenol, kampesterol, stigmasterol, beta-sitosterol,
skopoletin, skopolin, p-hidroksibenzaladehida, katekol, asam klorogenat, asam
isoklorogenat, asam p-kumarat, asam neoklorogenat, asam asetat, asam oksalat,
asam d-malat, asam sitrat, potasium (0,75% dari berat kering), sejumlah besar
kalsium, 5-hidroksitriptamin dan flavonoid (Anonim, 2005). Berdasarkan Dr.
Duke’s Phytochemical and Ethnobotanical Database (Duke, 1998) senyawa yang
memiliki aktivitas anti-inflamasi ialah skopoletin, stigmasterol, beta-sitosterol,
asam klorogenat dan asam neo-klorogenat. Senyawa skopoletin (hidroksi-
metoksi-kumarin) sangat efektif sebagai unsur anti peradangan dan anti alergi
(Donatus, Djunarko dan Noni, 2003). Flavonoid juga berguna sebagai anti-
inflamasi (Duwiejua dan Zeitlin, 1993). Menurut Matsunaga, Ikeda, Shibuya dan
Ohizumi (1994), suatu senyawa baru yang diisolasi dari Imperata cylindrica yaitu
Cylindol A, menunjukkan aktivitas penghambatan terhadap 5-lipoxygenase.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
5. Lysimachiae herba
Komponen ini dikenal dengan sebutan jin qian cao berasal dari tanaman
Lysimachia christinae Hence. Tanaman ini termasuk dalam familia Primulaceae.
Tanaman ini tumbuh hijau sepanjang tahun dengan tinggi 0,3-0,5 m, memiliki
bunga berkelamin ganda dan penyerbukan dibantu oleh serangga. Tumbuh di
daerah Asia Timur dan Cina (Anonim, 2008a) (lampiran 2).
Lysimachiae herba biasa digunakan untuk menangani jaundice tipe
“damp-heat”, hepatobiliary lithiasis, urolithiasis dan berbagai infeksi. Senyawa
kimia yang terkandung dalam herba ini antara lain flavonoid, glikosida, tanin,
volatile oil, asam amino, choline, sterol, potasium klorida dan lakton (Anonim,
1987). Dekok dari herba ini digunakan untuk menangani abses, luka bakar,
gigitan, batu kantung empedu, radang, keracunan jamur dan keracunan obat
(Anonim, 1996). Menurut Duwiejua dan Zeitlin (1993), senyawa yang memiliki
aktivitas anti-inflamasi ialah flavonoid dan tanin.
6. Herba Desmodii styracifolii
Komponen ini biasanya disebut guang jing qian cao. Herba ini berasal
dari tanaman Desmodium styracifolium (Obsbeck.) Merr. Yang termasuk dalam
familia Leguminosae. Tinggi tanaman ini mencapai 0,75 dengan bunga
berkelamin ganda dan penyerbukan dibantu oleh serangga (Anonim, 2008a).
Gambar tanaman ini dapat dilihat di lampiran 2. Tanaman ini berasal dari Cina,
India, Sri Lanka, Thailand, Indonesia, Malaysia, Filipina dan Micronesia
(Anonim, 1994). Herba ini bersifat diuretik dan digunakan untuk menangani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
gonorrhoe. Dekoknya digunakan untuk menangani batu kantung empedu, batu
saluran kemih dan hepatitis (Anonim, 2000b).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Yang, Su, dan Wang
(1993), senyawa-senyawa kimia yang terkandung di dalam Desmodium
styracifolium (Osbeck) Merr. antara lain desmodimine, gum, desmodilactone,
lupenone, lupeol, tritriacontane, asam stearat, eicosanoic acid eicosyl ester dan
beta-sitosterol.
7. Polyporus
Komponen ini biasanya disebut zhu ling atau agaris merupakan
sclerotium yang berasal dari Polyporus umbellatus (Pers.) dengan sinonim Grifola
umbellate (Pers.). Jamur ini termasuk dalam familia Polyporaceae. Gambar zhu
ling dapat dilihat di lampiran 2. Teksturnya lunak dan berasa manis. Zhu ling
digunakan untuk menangani disuria, edema, diare, infeksi saluran kemih dan
leucorrhea (Anonim, 1987).
Menurut Wu dkk (cit., Anonim, 2008b), zhu ling mampu mereduksi
kejadian tumor kantung empedu pada tikus yang terinduksi B-butyl-N-(4-
hydroxybutyl) nitrosamine (BBN), diameter tumor dan keganasan tumor.
Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Sun dan Yasukawa (2008)
menunjukkan bahwa delapan senyawa ecdysteroid memiliki aktivitas anti-
inflamasi yang kuat dalam uji inflamasi pada telinga mencit yang terinduksi TPA
(1 mug/telinga) dengan nilai ID50 diantara 0,117-0,682 muM/telinga. Delapan
senyawa ecdysteroid tersebut terdiri dari lima senyawa ecdysteroid yang telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
diketahui dan tiga senyawa ergostane baru-tipe ecdysteroid yang diisolasi dari
fraksi etil asetat dari sclerotium Polyporus umbellatus.
Kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam zhu ling antara lain
ergosterol, α-hydroxytetracosanoic acid, biotin, soluble polysaccharide I, protein
sederhana (Anonim, 1987), polyporusdextran I, polyporusteron (A, B, C, D, E, F,
G), ergosta-4,6,8, 22-tetraen-3-one, 25-deoxymakisterone A, 25-deoxy-24(28)-
dehydromakisterone A, ergosta-7,22-dien-3-one, ergosta-7,22-dien-3-ol, ergosta-
5,7,22-trien-3-ol, 5a,8a-epidioxyergosta-6,22-dien-3-ol, 3,4-
dihidroksibenzaldehid, axungia, isoleucine, leucine, asam aspartat, d-mannose, d-
galaktosa dan d-glukosa (Anonim, 2008b).
Efek samping zhu ling yang pernah dilaporkan anatar lain erupsi kulit,
dermatitis, dengungan pada telinga yang bersifat sementara, colporrhagia
(pendarahan dari vagina), systemic lupus erythematosus (SLE), arthritis dan
arthralgia (Anonim, 2008b).
8. Sonchi folium
Komponen ini merupakan daun dari tanaman tempuyung. Tempuyung
termasuk dalam familia Asteraceae dengan nama latin Sonchus arvensis L. (Duke,
1998). Daun tunggal, bagian bawah membentuk roset, bentuk lonjong atau lanset,
tepi rata, ujung meruncing, pangkal bertoreh dan berwarna hijau (lampiran 2).
Menurut hasil penelitian Hardiyatmo (1988) (cit., Soedibyo, 1998) daun
tempuyung tidak secara jelas mempunyai efek diuretik tetapi mempunyai daya
melarutkan batu ginjal. Tempuyung digunakan untuk mengatasi radang usus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
buntu (apendisitis), radang payudara (mastitis), luka bakar dan bisul (Arisandi dan
Arisandi, 2006).
Kandungan kimia yang terkandung dalam kumis kucing ialah oc-
laktuserol, p-laktuserol, manitol, inositol, silika, kalium, flavonoid, dan
taraksasterol. Berdasarkan Dr. Duke’s Phytochemical and Ethnobotanical
Database (Duke, 1998) senyawa yang memiliki aktivitas anti-inflamasi dari
tanaman kumis kucing ialah manitol dan taraksasterol. Flavonoid juga berguna
sebagai anti-inflamasi (Duwiejua dan Zeitlin, 1993).
C. Senyawa Kimia Aktif
Beberapa komponen penyusun produk jamu “G” mengandung senyawa
kimia aktif yang sama. Senyawa-senyawa tersebut antara lain :
1. Beta-sitosterol
Pada produk jamu “G”, senyawa ini terdapat pada komponen Semen
Plantaginis, Herba Plantaginis, Radix Achyranthis bidentatae, Rhizoma Imperata
dan Herba Desmodii styracifolii. Beta-sitosterol merupakan salah satu fitosterol
(Prager, Bickett, French dan Marcovici, 2002). Beta-sitosterol termasuk dalam
golongan senyawa steroid (Robinson, 1995).
H3C CH3
CH3
CH3
HH
CH3
HCH3
HO
H H
H
Gambar 1. Struktur beta-sitosterol (Robinson, 1995)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Berdasarkan Natural Medicines Comprehensive Database (Jellin, 2008),
beta-sitosterol juga dikenal dengan nama lainnya, yaitu 24-ethyl-cholesterol,
Angelicin, B-sitosterol 3-B-D-glucoside, B-sitosterolin, beta sitosterin, Beta-
sitosterol glucoside, Beta-sitosterol glycoside, beta-sitosterol, Campesterol,
Cinchol, Cupreol, Phytosterol, Phytosterol Esters, Phytosterols, Plant Sterol
Esters, Plant Sterolins, Plant Sterols, Quebrachol, Rhamnol, Sitosterin, Sitosterol,
Sitosterolin, Sterinol, Sterolin dan Stigmasterol.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Delporte, Backhouse,
Erazo, Negrete, Vidal dan Silva (2005), beta-sitosterol yang diperoleh dari
tanaman Proustia pyrifolia terbukti mampu mengurangi aktivitas enzim
siklooksigenase dan lipooksigenase sehingga mampu memberikan efek anti-
inflamasi.
2. Flavonoid
O
AB
8 1
5
7
64
3
2
3'
4'
5'6'
1'
2'
Gambar 2. Struktur umum flavonoid (Robinson, 1995)
Pada produk jamu “G”, komponen ini terdapat dalam komponen Herba
Orthosiphonis, Rhizoma Imperata, Herba Lysimachiae, dan Sonchi folium.
Flavonoid telah dikenal sebagai suatu kelas senyawa yang memiliki kemampuan
dalam menghambat metabolism asam arakidonat (Duwiejua dan Zeitlin, 1993).
Flavonoid mampu menghambat lipooksigenase sehingga mampu menghambat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
pembentukan hormon-hormon eicosanoid, selain itu flavonoid juga mampu
menampung radikal hidroksi dan superoksida sehingga mampu melindungi lipid
membran terhadap reaksi yang merusak (Robinson, 1995).
Menurut Lim, Son, Chang, Kang dan Kim (2006), hasil penelitian
“Inhibition of chronic skin inflammation by topical anti-inflammatory flavonoid
preparation, Ato Formula” menunjukan bahwa sediaan topikal Ato Formula yang
mengandung kombinasi flavonoid dari akar Scutellaria baicalensis Georgi dan
daun Ginkgo biloba L. Dengan ekstrak akar Gentiana scabra Bunge memiliki
kemampuan mengurangi respon inflamasi kulit kronis pada telinga tikus yang
terinduksi 12-O-tetradecanoylphorbol-13-acetate. Dosis sediaan topikal Ato
Formula yang mampu menurunkan respon inflamasi kulit kronis ini ialah 5-20
microL/telinga/perlakuan. Ato Formula mampu menghambat pembentukan
prostaglandin E2 (17,1-33,3%) dan menekan pelepasan proinflammatory genes,
cyclooxygenase-2 dan interleukin-1beta pada lesi kulit. Akan tetapi, potensi
penghambatannya lebih rendah jika dibandingkan dengan prednisolon.
D. Inflamasi
1. Definisi
Radang ialah reaksi jaringan hidup terhadap semua bentuk jejas (injury).
Dalam reaksi ini ikut berperan pembuluh darah, syaraf, cairan, dan sel-sel tubuh di
tempat jejas (Sander, 2003).
Yang lebih khusus, peradangan adalah reaksi vaskular yang hasilnya
merupakan pengiriman cairan, zat-zat yang terlarut, dan sel-sel dari darah yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
bersirkulasi ke dalam jaringan-jaringan interstitial pada daerah cedera atau
nekrotik (Price dan Wilson, 1992).
2. Penyebab
Menurut Taylor dan Chandrasoma (1995), agen penyebab kerusakan
jaringan dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori, yaitu : (1) bahan yang
bersifat fisik ataupun bahan kimia dan mekanisme lainnya yang tidak dikenal
oleh sistem imun tubuh, bahan ini menginduksi mikrosirkulasi dasar dan respon
fagositosis (inflamasi) dan (2) agen yang dikenali oleh sistem imun, bahan ini
menginduksi dua respon yang terdiri dari inflamasi nonspesifik dan respon imun
yang spesifik yang mendukung keefektifan reaksi inflamasi dasar.
Dalam keadaan tertentu, inflamasi dapat disebabkan oleh substansi tidak
berbahaya yang berasal dari luar tubuh (misalnya serbuk sari), ataupun jaringan
tubuh itu sendiri (dalam kondisi autoimun) (Rang, Dale, Ritter dan Moore, 2003).
Inflamasi kronis membuntuti inflamasi akut ketika pelukaan tetap ada
pada jaringan. Tetapi inflamasi kronis dapat timbul secara de novo. Inflamasi
kronis de novo dapat disebabkan oleh bakteri atau bahan kimia dengan patogenitas
rendah dan bahan fisik dengan kemampuan pengrusakan jaringan yang rendah
(Newland, 1995).
3. Tanda-tanda
Menurut Sander (2003), radang akut ditandai dengan perubahan
makroskopik lokal, yaitu dengan adanya Rubor, Kalor, Dolor, Tumor dan
Functiolesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Rubor yaitu warna kemerahan pada daerah keradangan akibat
vasodilatasi (Sander, 2003). Kemerahan, atau rubor, biasanya merupakan hal
pertama yang terlihat di daerah yang mengalami peradangan. Waktu reaksi
peradangan mulai timbul, maka arteriol yang mensuplai darah tersebut melebar,
dengan demikian lebih banyak darah mengalir ke dalam mikrosirkulasi lokal.
Kapiler-kapiler yang sebelumnya kosong atau sebagian saja yang merenggang,
dengan cepat terisi penuh dengan darah. Keadaan ini, dinamakan hiperemia atau
kongesti, bertanggungjawab atas warna merah lokal karena peradangan akut.
Timbulnya hiperemia pada permulaan reaksi peradangan diatur oleh tubuh baik
secara neurogenik maupun secara kimia, melalui pengeluaran zat seperti histamin
(Price dan Wilson, 1992).
Kalor yaitu daerah keradangan terasa panas akibat vasodilatasi (Sander,
2003). Panas, atau kalor, berjalan sejajar dengan kemerahan reaksi peradangan
akut. Sebenarnya, panas hanyalah merupakan suatu reaksi peradangan pada
permukaan badan, yang dalam keadaan normal lebih dingin dari 37°C, yaitu suhu
didalam tubuh. Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari
sekelilingnya, sebab terdapat lebih banyak darah (pada suhu 37°C) yang
disalurkan dari dalam tubuh ke permukaan daerah yang terkena daripada yang
disalurkan ke daerah normal (Price dan Wilson, 1992).
Dolor yaitu daerah keradangan terasa nyeri akibat iritsai syaraf tepi oleh
mediator kimia dan penekanan “nerve ending” oleh cairan ekstravaskuler (Sander,
2003). Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat
merangsang ujung-ujung saraf. Hal yang sama, pengeluaran zat kimia tertentu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
seperti histamin atau zat bioaktif lainnya dapat merangsang saraf. Selain itu,
pembengkakan jaringan yang meradang yang mengakibatkan peningkatan tekanan
lokal tanpa diragukan lagi dapat menimbulkan rasa sakit (Price dan Wilson,
1992).
Tumor yaitu benjolan akibat penimbunan cairan abnormal di jaringan
interstitial atau rongga tubuh, yang dinamakan dengan oedema. Karena radang
akut selalu diikuti oleh ekstravasasi cairan ke jaringan interstitial maka disebut
juga radang eksudatif (Sander, 2003). Campuran cairan dan sel yang tertimbun di
daerah peradangan disebut eksudat. Pada keadaan dini reaksi peradangan sebagian
besar eksudat adalah cair. Kemudian sel-sel darah putih atau leukosit
meninggalkan aliran darah dan tertimbun sebagai bagian dari eksudat (Price dan
Wilson, 1992).
Functiolesia yaitu berkurangnya fungsi dari organ yang mengalami
keradangan, akibat terbentuknya metabolit-metabolit yang merugikan oleh sel-sel
yang mengalami trauma dan peningkatan temperatur di daerah keradangan untuk
reaksi biokimia sehingga fungsi organ menurun (Sander, 2003).
4. Mekanisme inflamasi
Adanya pemaparan plasma pada sel atau jaringan yang mengalami
perlukaan akan mengaktifkan senyawa kimia yang ada di dalam plasma yang
biasa disebut sebagai faktor XII atau Hageman factor. Hageman factor
bertanggungjawab atas teraktivasinya tiga sistem di dalam tubuh yaitu sistem
kinin, sistem koagulasi yang mengatur proses penggumpalan darah dan sistem
plasminogen (Karch, 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Pada sistem kinin, Hageman factor mengaktifkan kallikrein, suatu
substansi yang ditemukan dalam jaringan lokal, yang menyebabkan substansi
prekursor kininogen dikonversi menjadi bradikinin dan kinin lainnya (Karch,
2003). Bradikinin menyebabkan vasodilatasi lokal, meningkatkan permeabilitas
vaskuler, dan menstimulasi ujung saraf nyeri (Rang dkk, 2003). Bradikinin juga
merangsang pelepasan asam arakidonat dari membran sel (Karch, 2003).
Selain bradikinin, pelepasan asam arakidonat juga dipicu oleh trombin
yang dihasilkan dari sistem koagulasi, komplemen C5a pada neutrofil (yang juga
mengaktifkan sel fagosit dan melepas histamin), dan reaksi antigen-antibodi pada
sel mast (Rang dkk, 2003). Asam arakidonat merupakan prekursor eicosanoid
(Foegh dan Ramwell, 2001). Eicosanoid inilah yang akan menjadi mediator utama
yang berperan penting dalam reaksi inflamasi (Rang dkk, 2003).
Sementara rangkaian Hageman factor ini terjadi, respon lokal lainnya
juga sedang berlangsung. Perlukaan pada membran sel menyebabkan pelepasan
histamin. Histamin menyebabkan vasodilatasi, di mana vasodilatasi ini akan
menyebabkan banyak darah dan komponen darah yang mengalir ke daerah
perlukaan. Sementara itu, adanya perubahan permeabilitas kapiler mempermudah
neutrofil dan senyawa kimia lainnya yang ada di dalam darah untuk meninggalkan
pembuluh darah dan menuju ke jaringan yang mengalami perlukaan dan
menstimulasi persepsi nyeri (Karch, 2003).
Peradangan umumnya dibagi dalam tiga fase meliputi peradangan akut,
respon imun, dan peradangan kronik. Peradangan akut adalah respon awal dari
luka jaringan yang diperantarai pelepasan autakoid seperti histamin, serotonin,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
bradikinin, prostaglandin, dan leukotrien. Respon imun yang biasanya yang
didahului dengan peadangan akut terjadi bila sel yang mempunyai kemampuan
imunologi diaktivasi untuk menimbulkan respon terhadap organisme asing atau
zat antigenik yang dilepaskan selama proses peradangan. Selanjutnya proses
kronis merupakan peradangan yang melibatkan pelepasan sejumlah mediator yang
tidak menonjol pada proses akut seperti interleukin 1,2,3 dan interferon (Furst dan
Munster, 2002).
Menurut Furst dan Munster (2002) inflamasi merupakan manifestasi
umum yang tidak spesifik dari berbagai penyakit. Respon imun terlibat dalam
sebagian besar kejadian inflamasi, sehingga kebanyakan strategi penanganan
inflamasi diarahkan pada proses imun yang terjadi selama proses inflamasi.
5. Mediator inflamasi
Zat-zat yang berfungsi sebagai mediator inflamasi antara lain :
a. Histamin
Histamin merupakan suatu basa amina yang dibentuk dari histidin
(C6H9N3O2) oleh histidine decarboxilase. Histamin ditemukan hampir di
semua jaringan tubuh tetapi hanya terkonsentrasi tinggi di paru-paru, kulit
dan saluran cerna. Di tingkat seluler, histamin banyak ditemukan pada sel
mast dan basofil (Rang dkk, 2003). Histamin dilepaskan oleh sel mast selama
proses eksositosis selama reaksi inflamasi atau reaksi alergi. Pelepasannya
dipicu oleh komplemen C3a dan C5a dengan reseptor spesifiknya pada
permukaan sel atau dipicu oleh akibat adanya interaksi antara antigen dengan
antibodi IgE. Peran histamin selama proses inflamasi ialah sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
vasodilator dan sebagai penyebab meningkatnya permeabilitas vaskuler
(Rang dkk, 2003).
b. Eikosanoid
Sumber utama eikosanoid ialah asam arakidonat. Eikosanoid terdiri dari
prostaglandin, tromboksan, leukotrien dan derivat asam arakidonat lainnya
misalnya lipoxin. Asam arakidonat akan dimetabolisme melalui beberapa
jalur yaitu jalur cyclooxygenase yang menghasilkan prostaglandin dan
tromboksan, dan jalur lipoxygenase yang menghasilkan leukotrien (Rang dkk,
2003).
Jalur cyclooxygenase terdiri dari COX-1 dan COX-2. Cyclooxygenase-1
(COX-1) bersifat konstitutif (bersifat pokok dan selalu ada) dan terlibat dalam
homeostasis. Cyclooxygenase-2 (COX-2) dalam keadaan normal tidak
terdapat di jaringan tapi diinduksi dalam sel-sel yang meradang (Rang dkk,
2003). Enzim cyclooxygenase mengkatalisis perubahan asam arakidonat
menjadi asam endoperoksid dan seterusnya menjadi prostaglandin (PG),
prostasiklin (PGI2), dan tromboksan (TXA2, TXB2) (Tjay dan Rahardja,
2002). PGE2, PGI2, dan PGD2 merupakan vasodilator kuat dan bekerja
sinergis dengan vasodilator inflamasi lainnya seperti histamin dan bradikinin.
Aksi vasodilatasi dari kombinasi mediator-mediator ini bekerja pada arteriol
prakapiler yang menyebabkan terjadinya kemerahan dan meningkatnya aliran
darah menuju daerah inflamasi. Prostanoid ini (meliputi prostaglandin dan
tromboksan) tidak secara langsung meningkatkan permeabilitas venula
poskapiler tetapi mempotensiasikan efek histamin dan bradikinin. Begitu pula
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
dengan kejadian sensitisasi nyeri, prostanoid hanya mempotensiasikan efek
bradikinin dalam menimbulkan nyeri dengan mensensitisasi serabut C aferen
(Rang dkk, 2003).
Pada jalur lipoxygenase, asam arakidonat diubah menjadi leukotrien
(LT). Enzim utama pada jalur lipoxygenase adalah 5-lipoxygenase. Jalur ini
menghasilkan LTA4 yang kemudian dikonversikan secara enzimatis menjadi
LTB4 dan juga merupakan precursor dari LTC4, LTD4, LTE4 dan LTF4 (Rang
dkk, 2003). LTC4, LTD4 dan LTE4 terutama dibentuk di eosinofil dan
berfungsi sebagai bronkokonstriktor dan meningkatkan permeabilitas
vaskuler. LTB4 khusus di sintesis di makrofag dan neutrofil alveolar, bersifat
kemotaksis yaitu menstimulasi migrasi leukosit. Leukosit yang tertarik oleh
leukotrien menginvasi 19 daerah peradangan dan mengaktifkan banyak gejala
radang (Tjay dan Rahardja, 2002).
c. Platelet activating factor (PAF)
Platelet-activating factor merupakan hasil metabolisme fosfolipid selain
asam arakidonat. Fosfolipid diubah oleh enzim fosfolipase A2 menjadi lyso-
glyceryl-phosphorylcholine yang kemudian berubah menjadi PAF. PAF
dihasilkan dan dilepaskan oleh hampir semua sel yang mengalami inflamasi,
dimana pelepasannya dipicu oleh trombin. Perannya dalam proses inflamasi
ialah sebagai vasodilator, meningkatkan permeabilitas vaskular, sebagai
kemotaksin terhadap neutrofil leukosit terutama eosinofil, mengaktifkan
leukosit, mengaktivasi dan mengagregasi platelet serta bersifat spasmogenik
pada otot halus (Rang dkk, 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
d. Bradikinin
Bradikinin merupakan hasil pengubahan kininogen oleh enzim proteolitik
kallikrein pada sistem kinin. Bradikinin menyebabkan vasodilatasi,
meningkatnya permeabilitas vaskular dan menstimulasi ujung saraf nyeri
(Rang dkk, 2003).
e. Neutrofil
Protease dan radikal bebas berbasis oksigen yang toksik dihasilkan oleh
neutrofil dapat menyebabkan kerusakan endotelial yang mengarah pada
peningkatan permeabilitas vaskuler (Taylor dan Chandrasoma, 1995).
f. Nitrit oksida
Nitrit oksida memiliki aktivitas pro-inflamasi seperti menjadi vasodilator
yang kuat, meningkatkan permeabilitas vaskuler dan meningkatkan produksi
prostaglandin pro-inflamasi. Nitrit oksida atau turunannya memiliki aktivitas
sitotoksik terhadap bakteri, fungi, virus dan parasit metazoan serta sebagai
penguat mekanisme pertahanan lokal. Tetapi jika dihasilkan secara
berlebihan, maka akan berbahaya bagi sel inang (Rang dkk, 2003).
g. Sitokin
Sitokin pro-inflamasi yang paling utama ialah tumor necrosis factor-α
(TNF-α) dan interleukin-1 (IL-1). Sitokin ini dilepaskan oleh makrofag.
Kedua sitokin pro inflamasi ini bekerja pada sel endotelial vaskuler yang
menyebabkan peningkatan permeabilitas (Rang dkk, 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
E. Obat Anti-inflamasi
Obat anti-inflamasi adalah golongan obat yang memiliki aktivitas
menekan atau mengurangi peradangan. Tujuan utama pengobatan pasien dengan
anti-inflamasi yakni meringankan rasa nyeri, yang sering kali merupakan gejala
awal yang terlihat dan keluhan utama pasien, dan memperlambat atau membatasi
proses perusakan pada jaringan (Katzung, 2001). Agen anti-inflamasi utama
adalah glukukortikoid dan obat anti-inflamasi non steroid (OAINS) (Rang dkk,
2003).
Dalam klinik umumnya kortikosteroid dibedakan menjadi dua golongan
besar yaitu glukokortikoid dan mineralokortikoid (Wilmana, 1995). Golongan
glukokortikoid menekan semua fase respon inflamasi. Inflamasi ditekan dengan
beberapa mekanisme yaitu dengan mengurangi sel-sel imunokompeten dan
makrofag dalam sirkulasi dan menghambat pembentukan mediator pro-inflamasi.
Steroid menghasilkan efek penghambatan sintesis mediator pro-inflamasi dengan
menstimulasi sintesis protein lipokortin dalam leukosit yang dapat menghambat
enzim fosfolipase A2, enzim yang bertanggungjawab dalam pembentukan asam
arakidonat (prekursor mediator inflamasi). Kortikosteroid juga menekan gen yang
mengkode reseptor fosfolipase A2, siklooksigenase-2 (COX-2) dan interleukin-2
(IL-2). Transpor limfosit ke lokasi stimulasi antigenik dan produksi antibodi juga
dihambat. Karena itu, kortikosteroid mempunyai efek anti-inflamasi yang nyata
(Neal, 2006). Akan tetapi efek samping yang ditimbulkan lebih berbahaya (Tjay
dan Rahardja, 2002). Efek samping yang dapat ditimbulkan ialah insufisiensi
adrenal, meningkatnya kerentanan terhadap infeksi, moon face, gangguan cairan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
dan elektrolit (Wilmana, 1995), serta gangguan gastrointestinal seperti gastritis
dan pendarahan atau perforasi pada pasien tukak lambung (Neal, 2006).
Golongan obat-obat anti-inflamasi non steroid (OAINS) mempunyai efek
analgesik, anti-piretik dan pada dosis lebih tinggi bersifat anti-inflamasi (Neal,
2006). OAINS menghambat aktivitas metabolisme asam arakidonat pada jalur
siklooksigenase sehingga menghambat pembentukan mediator inflamasi yang
dihasilkan melalui jalur ini (Rang dkk, 2003). Menurut Neal (2006), enzim COX-
1 dan COX-2 memiliki kanal yang panjang dan kanal tersebut lebih lebar pada
COX-2. Mekanisme kerja OAINS nonselektif pada siklooksigenase ialah dengan
memasuki kanal pada enzim COX-1 dan COX-2 dan, kecuali aspirin, memblok
enzim-enzim tersebut dengan mengikatnya dengan ikatan hidrogen ke jalur bawah
arginin. Hal ini secara reversibel menghambat akses asam arakidonat. Inhibitor
COX-2 selektif memiliki molekul yang lebih besar dan dapat memasuki serta
memblok kanal COX-2, namun tidak dapat memasuki kanal COX-1 shingga tidak
dapat memblok kanal tersebut. Inhibisi sintesis prostaglandin oleh OAINS lebih
mengurangi daripada menghilangkan inflamasi karena obat ini tidak menghambat
mediator inflamasi lainnya. Efek samping OAINS ialah menyebabkan ulserasi dan
pendarahan pada gastrointestinal dan menyebabkan retensi natrium, penurunan
aliran darah ginjal, dan gagal ginjal terutama pada pasien dengan kondisi yang
berhubungan dengan pelepasan katekolamin vasokonstriktor dan angiotensin II
karena penghambatannya pada COX-1 yang menghasilkan prostaglandin (PGE2
dan PGI2) yang berfungsi memberikan efek sitoprotektif prostaglandin pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
gastrointestinal dan sebagai vasodilator kuat yang mengendalikan aliran darah ke
ginjal serta eksresi garam dan air.
F. Natrium Diklofenak
Diklofenak merupakan suatu turunan asam fenilasetat yang membentuk
flurbiprofen dan meklofenamat (Katzung dan Payan, 1995). Obat ini mempunyai
sifat-sifat anti-inflamasi, analgetik, anti-piretik yang biasa. Diklofenak adalah
penghambat siklooksigenase yang relatif nonselektif, juga mengurangi
bioavailabilitas asam arakhidonat (Katzung, 2001). Diklofenak diketahui dapat
mengurangi produksi leukotrien (Eisenhauer, Nichols, Spencer dan Bergan,
1998). Bioavailabilitas diklofenak diperkirakan sebesar 50% akibat efek lintas
pertama. Waktu paruh eliminasi diklofenak yaitu 2 jam dan 99% terikat pada
albumin (Tatro, 2004). Diklofenak diakumulasi di cairan sinovia yang
menjelaskan efek terapi di sendi jauh lebih panjang dari waktu paruh obat tersebut
(Wilmana, 1995).
Diklofenak biasanya digunakan untuk nyeri moderat dan inflamasi yang
berkaitan dengan penyakit rematoid, gangguan muskuloskeletal, renal colic dan
nyeri sesudah operasi (Brown, Laurance dan Bennett, 1997). Efek samping yang
dapat ditimbulkan oleh diklofenak ialah gangguan pada gastrointestinal
(Eisenhauer dkk, 1998).
NH
Cl
CH2COOH Cl
Gambar 3. Struktur Diklofenak (Katzung dan Payan, 1995)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
12-HETE Chemotaxin
Lipoxin A dan B
PGI2 Vasodilator, hyperalgesia, stop agregasi
platelet
TXA2 Trombotik;
vasokonstriktor
PGF2α Bronkokonstriktor;
Kontraksi myometrial
PGD2 Hambat agregasi platelet;
vasodilator
PGE2 Vasodilator; hiperalgesia
PAF Vasodilator; ↑permeabilitas
vaskuler; bronkokonstriktor;
chamotaxin
Dolor
Tumor Rubor Calor
LTB4 chemotaxin
Bronkokonstriktor; ↑permeabilitas vaskuler
LTC4
↓ LTD4
↓ LTE4
PAF-
NSAI
LT-reseptor antagonis
TXA2-
TXA2 -
5-lipox inhibitor
PG antagonis
Glucocorticoid
endoperoksid
Perlukaan atau invasi pada jaringan
Pelepasan histamin Plasma terpapar pada jaringan luka
↑permeabilitas vaskuler Aktivasi Hageman factor
vasodilatasi Fosfolipid
fosfolipase A2 Bradikinin Kallikrein
Kininogen
lyso-glyceryl-phosphorylcholine Asam arakidonat
12-lipoxygenasecyclooxygenase
5-lipoxygenase15-lipoxygenase
5-HPETE
LTA4
Eksudasi protein ↑aliran darah
Edema
Gambar 4. Skema mekanisme, mediator-mediator yang berasal dari fosfolipid dan titik tangkap kerja obat anti inflamasi (Rang dkk, 2003; Karch, 2003).
(HPETE, hidroperoksieikosatetraenoik; HETE, asam hidroksieicosatetranoik; LT, leukotrien; PG, prostaglandin; TXA, tromboksan; PAF, platelet-activating factor; -at, antagonis; -SI, sintase inhibitor).
Gambar berikut ini akan menggambarkan mekanisme inflamasi,
mediator-mediator yang terlibat serta titik kerja obat-obat anti-inflamasi :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
G. Penyakit Batu Ginjal
Penyakit batu ginjal dikenal juga dengan istilah kidney stone atau
neprholithiasis. Batu ginjal terdiri dari 4 jenis batu yaitu batu kalsium, batu asam
urat, batu struvite, dan batu cystine. Masing-masing batu ginjal ini memiliki
perbedaan pada penyusunnya. Batu kalsium tersusun dari kalsium oksalat dan
kalsium fosfat. Batu asam urat tersusun dari asam urat. Batu struvite disebabkan
oleh bakteri penghasil urease pada infeksi saluran kemih. Batu cystine tersusun
dari cystine yang tidak larut (Asplin, Coe, dan Favus, 2001).
Manifestasi klinis penyakit batu ginjal berupa rasa nyeri, hematuria dan
dapat bertambah rumit dengan adanya obstruksi ureteral. Pada penderita batu
ginjal yang disertai dengan bilateral ureteral obstruction akan terjadi peningkatan
reabsorpsi natrium, urea dan air (Lingappa, Lange, dan Ganong, 1995).
Reabsorbsi natrium ini akan menyebabkan terjadinya udema periferal (Morrison
dan Watnick, 2002). Udema atau tumor merupakan salah satu tanda inflamasi
(Sander, 2003).
H. Metode Uji Aktivitas Anti-inflamasi
Menurut Vogel (2002), ada aktivitas anti-inflamasi dapat diuji dengan
dua golongan metode, yaitu metode secara in vitro dan in vivo. Berikut ini adalah
rincian dari kedua golongan metode tersebut :
1. In vitro
Percobaan in vitro berguna untuk mengetahui peran dan pengaruh
substansi-substansi fisiologis seperti histamin, bradikinin, prostaglandin, dan lain-
lain dalam terjadinya inflamasi. Adapun beberapa metode tersebut ialah :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
a. 3H-Bradykinin receptor binding
3H-Bradykinin merupakan bradikinin yang disisipkan unsur radioaktif
didalamnya. Pada prinsipnya, metode ini mendayagunakan ikatan antara
reseptor dan 3H-Bradykinin dalam mendeteksi penghambatan terjadinya
ikatan bradikinin-reseptor oleh senyawa uji. Pada metode ini, jumlah
ikatan yang terjadi dapat diukur dan digunakan untuk mendeteksi aktivitas
anti-inflamasi senyawa uji (Vogel, 2002).
b. 3H-Substance P receptor binding
Substansi P banyak terdistribusi di daerah sistem saraf pusat dan perifer
dan berfungsi sebagai neurotransmitter atau neuromodulator dalam
berbagai proses fisiologis. Pada bagian perifer, pelepasan substansi P dari
neuron sensory dapat menyebabkan vasodilatasi dan ekstravasasi plasma.
Jika senyawa dapat bersifat antagonis selektif terhadap substansi P, maka
senyawa tersebut berpeluang menjadi obat anti-inflamasi. 3H- substansi P
merupakan substansi P yang disisipkan unsur radioaktif didalamnya
sehingga nantinya dapat diukur jumlah ikatan yang tejadi dan dapat
digunakan untuk mendeteksi aktivitas anti-inflamasi suatu senyawa uji
(Vogel, 2002).
c. Uji kemotaksis polymorphonuclear (PMN) leukosit in vitro
Polymorphonuclear leukosit dapat sampai ke daerah terinfeksi atau
terinflamasi disebabkan oleh adanya penarikan oleh senyawa kemotaksis.
Pada metode ini, laju migrasi polymorphonuclear menuju senyawa
kemotaksis akan diukur dengan menghitung jumlah polymorphonuclear
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
yang berada di lapisan yang paling dekat dengan kemotraktan (senyawa
kemotaksis). Adanya senyawa penghambat kemotaksis akan menurunkan
laju migrasi polymorphonuclear (Vogel, 2002).
d. Constitutive and inducible cellular arachidonic acid and metabolism in vitro Dasar dari golongan metode ini ialah pengaruh senyawa anti-inflamasi
terhadap jalur pembentukan eicosanoid, yaitu salah satu golongan senyawa
yang terlibat dalam proses inflamasi yang terdiri dari prostaglandin,
tromboksan dan leukotrien (Vogel, 2002).
2. In vivo
Metode secara in vivo yang dapat digunakan untuk menguji inflamasi akut
dan subakut menurut Vogel (2002) ialah :
a. UV-erythema
Prinsip dasar metode ini adalah hewan uji yang telah diberi bahan uji
disinari dengan sinar UV selama selang waktu tertentu kemudian eritema
diamati dan diberi skor nol hingga empat. Metode ini memiliki kelebihan
yaitu sederhana untuk dilakukan akan tetapi peneliti memerlukan suatu
pelatihan dalam melakukan metode ini. Selain itu, penggunaan photometer
dalam upaya mengeliminasi penilaian yang subyektif ternyata tidak
berhasil. Uji ini tidak dapat digunakan untuk menguji durasi efek anti-
inflamasi (Vogel, 2002).
b. Permeabilitas vaskuler
Uji ini digunakan untuk menguji aktivitas obat dalam menghambat
peningkatan permeabilitas vaskuler yang diinduksi oleh substansi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
phlogistic. Akibatnya, cairan dan plasma protein mengalami ekstravasasi
dan membentuk edema. Efek ini yang nantinya akan dihambat oleh
antihistamin-H1, inhibitor metabolisme asam arakidonat dan antagonis
reseptor leukotrien. Peningkatan permeabilitas dapat dilihat dengan
terjadinya infiltrasi pada area terinjeksi dengan cat penanda Evan’s blue
(Vogel, 2002).
c. Paw Edema
Diantara banyak metode yang digunakan untuk skrining obat anti-
inflamasi, satu dari teknik yang paling umum digunakan didasarkan pada
kemampuan beberapa bahan uji untuk menghambat produksi udema kaki
hewan uji setelah injeksi bahan pembuat radang. Banyak zat pembuat
radang (iritan) yang telah digunakan seperti brewer’s yeast, formaldehid,
dekstran, albumin telur, kaolin, aerosol, karagenin, dll. Tikus Sprague
Dawley jantan atau betina digunakan dalam uji ini. Efeknya dapat diukur
dengan beberapa cara misalnya kaki belakang dipotong pada sendi
tarsocrural dan ditimbang (Vogel, 2002).
d. Uji Pleurisy
Radang selaput dada dikenal sebagai fenomena inflamasi eksudatif pada
manusia. Radang selaput dada yang disebabkan karagenin
dipertimbangkan sebagai model inflamasi akut yang paling sempurna
dimana keluarnya cairan, migrasi leukosit, dan parameter biokimia lain
yang ada dalam respon inflamasi dapat diukur dengan mudah dari eksudat
(Vogel, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
e. Teknik Granuloma Pouch
Metode ini dapat digunakan untuk memperkirakan potensi anti-inflamasi
kortikosteroid. Empat puluh delapan jam sesudahnya udara diambil dan
hewan diinjeksi larutan uji atau larutan standar (Vogel, 2002).
Metode Langford, Holmes dan Emele (1972) juga dapat digunakan untuk
mengukur aktivitas anti-inflamasi suatu senyawa, di mana dalam metode ini
aktivitas anti-inflamasi diukur dari perubahan bobot udem. Bobot udem yang
terukur dari tiap hewan uji dirata-ratakan dan dimasukkan ke dalam persamaan
berikut :
Prosentase respon anti-inflamasi = %100)(×
−D
DU
Karena prosentase respon anti-inflamasi dihitung dari pengurangan bobot
udema, maka rumus di atas diubah menjadi :
Prosentase respon anti – inflamasi = %100)( xU
DU −
Di mana U adalah rata-rata bobot udem kelompok terinduksi yeast dikurangi rata-
rata bobot kelompok yang diberi suntikan kosong dan D adalah rata-rata bobot
udem kelompok terinduksi yeast dan diberi obat (kelompok perlakuan) dikurangi
rata-rata bobot kelompok yang diberi suntikan kosong (Langford dkk, 1972).
I. Landasan Teori
Suatu senyawa dikatakan termasuk obat anti-inflamasi jika mampu
memberikan intervensi pada metabolisme asam arakidonat, mekanisme transduksi
sinyal pada sel yang mengalami inflamasi, fungsi sel yang mengalami inflamasi
misalnya pembentukan metabolit oksigen yang reaktif, dan pada sintesis serta aksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
sitokin maupun peptida yang terlibat dalam proses inflamasi ataupun dalam proses
autoimun (Duwiejua dan Zeitlin, 1993). Natrium diklofenak, yaitu suatu OAINS,
diketahui merupakan penghambat siklooksigenase yang relatif nonselektif, juga
mampu mengurangi bioavailabilitas asam arakhidonat (Katzung, 2001).
Diklofenak diketahui dapat mengurangi produksi leukotrien (Eisenhauer dkk,
1998). Sehingga mampu menunjukkan aktivitas anti-inflamasi.
Produk jamu “G” terdiri dari 9 komponen yaitu Semen Plantaginis,
Herba Plantaginis, Herba Orthosiphonis, Radix Achyranthis bidentatae, Rhizome
Imperatae, Herba Lysimachiae, Herba Desmodii styracifolii, Polyporus dan
Sonchi Folium. Beberapa kandungan kimia yang terdapat di dalam komponen
tersebut diketahui memiliki aktivitas anti-inflamasi.
Menurut Duwiejua dan Zeitlin (1993), senyawa kimia yang memiliki
aktivitas anti-inflamasi antara lain flavonoid, terpenoid, asam fenol karboksilat,
fenol sederhana dan tanin. Flavonoid mampu menghambat lipooksigenase
sehingga mampu menghambat pembentukan hormon-hormon eicosanoid, selain
itu flavonoid juga mampu menampung radikal hidroksi dan superoksida sehingga
mampu melindungi lipid membran terhadap reaksi yang merusak (Robinson,
1995).
Berdasarkan kesesuaian dengan Dr. Duke’s Phytochemical and
Ethnobotanical Database (Duke, 1998), senyawa kimia yang terkandung di dalam
komponen penyusun produk jamu “G” yang memiliki aktivitas anti-inflamasi
antara lain aucubin, beta-sitosterol, carvacrol, copper, n-hentriacontane, asam
oleat, ursolic-acid, rosmarinic acid, caffeic acid, magnesium, stigmasterol,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
skopoletin, asam klorogenat, asam neo-klorogenat, dan taraksasterol. Di antara
senyawa tersebut, beta-sitosterol dan flavonoid merupakan senyawa kimia yang
paling banyak dijumpai pada komponen penyusun produk jamu “G”.
Beta-sitosterol ada pada Semen Plantaginis, Herba Plantaginis, Radix
Achyranthis bidentatae, Rhizoma Imperata dan Herba Desmodii styracifolii.
Sedangkan flavonoid ada pada Herba Orthosiphonis, Rhizoma Imperata, Herba
Lysimachiae, dan Sonchi folium. Menurut Delporte dkk (2005), beta-sitosterol
terbukti mampu mengurangi aktivitas enzim siklooksigenase dan lipooksigenase
sehingga mampu memberikan efek anti-inflamasi. Selain itu, berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Matsunaga dkk (1994) suatu senyawa baru yang
diisolasi dari Imperata cylindrica yaitu Cylindol A, menunjukkan aktivitas
penghambatan terhadap 5-lipoxygenase. Dengan pendekatan senyawa kimia yang
terkandung di dalam penyusun produk jamu “G”, maka dapat diduga bahwa
produk jamu ”G” memiliki aktivitas anti-inflamasi.
J. Hipotesis
Produk jamu “G” yang terdiri dari kombinasi Semen Plantaginis, Herba
Plantaginis, Herba Orthosiphonis, Radix Achyranthis bidentatae, Rhizome
Imperatae, Herba Lysimachiae, Herba Desmodii styracifolii, Polyporus dan
Sonchi Folium; memiliki efek anti-inflamasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian daya anti-inflamasi produk jamu “G” pada mencit betina
merupakan jenis penelitian eksperimental dengan rancangan acak lengkap pola
searah. Jenis penelitian eksperimental berarti penelitian dilakukan dengan
mengadakan manipulasi terhadap obyek penelitian serta adanya kontrol (Nazir,
2005), acak berarti pemilihan dan pengelompokan subyek uji dilakukan secara
acak, lengkap berarti setiap subyek uji pada kelompok perlakuan mendapatkan
perlakuan yang sama dan pola searah berarti hanya ada satu variabel bebas pada
penelitian ini.
B. Metode Uji Daya Anti-inflamasi
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode induksi
udema oleh Langford dkk (1972) yang dimodifikasi. Modifikasi dilakukan pada
jenis zat radang dan rumus perhitungan prosentase respon anti-inflamasi.
Aktivitas anti-inflamasi dievaluasi melalui penurunan bobot udema yang terjadi.
C. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel :
a. Variabel bebas
Yaitu variasi dosis produk jamu “G” yang terdiri dari 3 peringkat, berupa
hasil saring penyeduhan serbuk produk jamu “G” dan diberikan secara per
oral.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
b. Variabel tergantung
Yaitu bobot udema akibat induksi karagenin yang dihitung dengan rumus
dari metode Langford dkk (1972) yang dimodifikasi sehingga didapat
prosentase respon anti-inflamasi, yang menggambarkan aktivitas anti-
inflamasi.
c. Variabel pengacau :
1) Variabel pengacau terkendali :
Yaitu kriteria hewan uji yaitu mencit galur Swiss, betina, berumur 2
sampai 3 bulan, dan berat badan 20 sampai 30 gram.
2) Variabel pengacau tak terkendali :
Yaitu variasi biologis dan kondisi patologis hewan uji.
2. Definisi operasional
a. Produk jamu “G” adalah serbuk jamu “G” dari IOT. Sari Sehat – PT.
Capung Indah Abadi. Serbuk jamu ini merupakan kombinasi dari Semen
Plantaginis, Herba Plantaginis, Herba Orthosiphonis, Radix Achyranthis
bidentatae, Rhizome Imperatae, Herba Lysimachiae, Herba Desmodii
styracifolii, Polyporus dan Sonchi Folium.
b. Dosis produk jamu “G” terdiri dari tiga kelompok perlakuan dengan dosis
1/3 kali dosis terapi, 1 kali dosis terapi dan 3 kali dosis terapi. Adapun
dosis terapi pada manusia 50 kg adalah hasil penyaringan dari seduhan 25
gram dengan 200 ml air panas.
c. Efek anti-inflamasi ditunjukkan dengan terjadinya penurunan bobot udema
yang berbeda signifikan terhadap kontrol negatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
d. Daya anti-inflamasi merupakan respon hewan uji terhadap perlakuan yang
diberikan jika dibandingkan dengan kontrol positifnya. Dalam penelitian
ini, daya anti-inflamasi ini berupa prosentase daya anti-inflamasi yang
diperoleh dari hasil perbandingan antara prosentase daya anti-inflamasi
produk jamu “G” terhadap natrium diklofenak kemudian dikalikan dengan
seratus persen.
D. Subyek Uji dan Bahan Penelitian
1. Subyek uji
Subyek uji yang digunakan ialah mencit dengan kriteria galur Swiss,
betina, umur 2 sampai 3 bulan, dan berbobot 20 sampai 30 gram. Subyek uji
diperoleh dari Laboratorium Farmakologi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
2. Bahan penelitian
a. Serbuk produk jamu “G” yang diperoleh dari IOT. Sari Sehat – PT.
Capung Indah Abadi sebagai bahan uji.
b. Karagenin yang diproduksi oleh PT. Brataco sebagai zat peradang.
c. Tablet salut natrium diklofenak (generik) produksi PT. Phapros yang
diperoleh dari Apotek Master (Sleman, Yogyakarta) sebagai kontrol
positif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
d. Aquadest yang diperoleh dari Alfa Kimia (Yogyakarta) sebagai pelarut
natrium diklofenak dan sebagai penyeduh produk jamu “G”.
e. Larutan NaCl fisiologis 0,9% produksi PT. Otsuka yang diperoleh dari
Apotek Kimia Farma (Jl. Laksda. Adi Sucipto, Sleman, Yogyakarta)
sebagai pelarut karagenin.
E. Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan antara lain:
1. Alat – alat gelas ( Beker glass, labu takar, gelas ukur, pengaduk) merk Pyrex
Iwaki Glass, Japan
2. Spuit injeksi subplantar (0,1 – 1,0 ml)
3. Spuit pemberian oral yaitu jarum suntik (0,1 – 1,0 ml) yang ujungnya diberi
bulatan kecil dengan lubang ditengahnya agar tidak melukai hewan uji
4. Gunting bedah
5. Neraca analitik merk Mettler Toledo AB 204 dengan nilai d = 0,1 mg,
minimal 10 mg, maksimal 210 g, dan nilai e = 1 mg.
F. Tata Cara Penelitian
1. Penyiapan hewan uji
Hewan uji yang dibutuhkan adalah 75 ekor mencit betina galur Swiss,
umur 2 – 3 bulan, berat badan 20 – 30 g. Hewan uji dibagi secara acak menjadi 2
kelompok. Kelompok untuk uji pendahuluan sebanyak 45 ekor dan kelompok
perlakuan sebanyak 30 ekor. Sebelum digunakan, hewan uji dipuasakan selama 18
– 24 jam tanpa menghentikan pemberian minum. Kelompok perlakuan terdiri dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
6 kelompok yang masing-masing terdiri dari 5 ekor, untuk perlakuan kontrol
negatif karagenin 1 %, kontrol negatif aquadest, kontrol positif natrium
diklofenak, dan kelompok perlakuan sediaan produk jamu “G” dalam 3 peringkat
dosis.
2. Perhitungan dan penetapan dosis
a. Karagenin 1%
Menurut Williamson, Okpako dan Evans (1996), konsentrasi karagenin
yang digunakan adalah 1% dengan volume 0,05 ml. Perhitungan dosis
karagenin dengan mengasumsikan volume pemberian 0,05 ml dan berat
badan mencit 20 g adalah sebagai berikut:
Dosis karagenin = BB
C x V
= kg 0,02mg/10ml 100 x 0,05
= 25 mg/kgBB
b. Natrium diklofenak
Dosis natrium diklofenak yang digunakan ialah 4,48 mg/kg BB pada
hewan uji mencit. Dosis ini merupakan hasil penelitian sebelumnya oleh
Donatus dkk (2003) dan Rosiana (2007).
c. Produk jamu “G”
Dosis terapi atau penggunaan produk jamu “G” pada manusia 50 kg ialah
sejumlah 25 gram serbuk jamu, diseduh dengan 200 ml air panas kemudian
disaring dan hasil saringan ini yang diminum. Agar dapat dikonversikan ke
hewan uji maka dosis ini dikonversikan ke manusia 70 kg dan didapat 35 g/kg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
BB dengan cara penyajian yang sama. Kemudian dibuat peringkat dosis
berdasarkan dosis untuk manusia 70 kg, yaitu :
1) Peringkat I yaitu 1/3 kali dosis terapi yaitu 11,662 g/70 kg BB.
2) Peringkat II yaitu 1 kali dosis terapi yaitu 35 g/70 kg BB.
3) Peringkat III yaitu 3 kali dosis terapi yaitu 105 g/70 kg BB.
Ketiga peringkat dosis tersebut disiapkan dengan cara diseduh dengan
200 ml air panas kemudian disaring dan hasil penyaringan tersebut diukur
volumenya. Berdasarkan hasil orientasi tersebut, maka dilakukan konversi
dosis manusia ke dosis hewan uji mencit dengan cara volume hasil
penyaringan seduhan dikalikan faktor konversi sebesar 0,0026 sehingga
didapat dosis produk jamu “G” untuk hewan uji mencit 20 gram. Contoh
perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 6b. Dosis yang didapat ini dapat
dilihat di tabel I .
Tabel I. Dosis produk jamu “G”
Kelompok Jumlah serbuk
Volume hasil penyaringan (ml)
Hasil konversi atau dosis dalam
ml/kgBB
Dosis dalam g/kgBB
Peringkat I 11,662 g 160 20,8 1,516 Peringkat II 35 g 152 19,76 4,58 Peringkat III 105 g 92 11,96 13,65
3. Pembuatan sediaan uji
a. Pembuatan suspensi karagenin 1%
Suspensi karagenin 1% dibuat dengan menimbang 100 mg karagenin dan
disuspensikan dalam larutan NaCl fisiologis 0,9% hingga mencapai 10 ml,
untuk memudahkan pensuspensian dapat digunakan magnetic stirrer.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
b. Pembuatan larutan natrium diklofenak
Ada 2 tahap dalam pembuatan larutan natrium diklofenak, yaitu :
1) Untuk memastikan bahwa tablet salut natrium diklofenak yang
digunakan memiliki kualitas keseragaman yang baik, maka dilakukan
uji keseragaman bobot sesuai Farmakope Indonesia edisi III (1979).
Timbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang
satu per satu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing
bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga
yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu tablet pun yang bobotnya
menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan
kolom B. Jika tidak mencukupi 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet;
tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot
rata-rata yang ditetapkan kolom A dan tidak satu tablet pun yang
bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan
kolom B.
Tabel II. Keseragaman bobot tablet
(Anonim, 1979)
2) Penetapan konsentrasi larutan natrium diklofenak. Konsentrasi larutan
natrium diklofenak harus disesuaikan dengan volume pemberian dan
dosis. Sehingga perlu dilakukan perhitungan konsentrasi larutan dengan
asumsi volume pemberian maksimal pada mencit ialah 0,5 ml, berat
Bobot rata-rata Penyimpangan bobot rata-rata dalam %
A B 25 mg atau kurang 15 % 30 %
26 mg sampai dengan 150 mg 10 % 20 %
151 mg sampai dengan 300 mg 7.5 % 15 %
Lebih dari 300 mg 5 % 10 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
badan mencit sebesar 30 g, dan dosis natrium diklofenak sebesar 4,48
mg/ml.
)()()()(
VpemberianvolumeBBbadanberatDdosisCiKonsentras ×
=
mlkgkgBBmg
5,003,0/48,4 ×
=
mlmg /269,0= mlmg /27,0≈
Sehingga didapat konsentrasi larutan natrium diklofenak sebesar
0,27mg/ml.
3) Pembuatan larutan natrium diklofenak 0,27 mg/ml. Timbang kemudian
gerus sejumlah tablet natrium diklofenak yang dibutuhkan. Kemudian
timbang sekian gram hasil gerusan yang setara dengan 2,7 mg zat
natrium diklofenak, kemudian larutkan dan tambahkan aquadest hingga
10 ml dengan bantuan labu ukur. Banyaknya serbuk yang akan
ditimbang untuk mendapatkan zat aktif Natrium diklofenak dengan
konsentrasi 0,27 mg/ ml yaitu dengan perhitungan :
digerusyangtabletberattotalxBA
Keterangan : A : jumlah Na Diklofenak yang diinginkan B : jumlah Na Diklofenak pada kemasan x jumlah tablet yang digerus
Jika berat total 4 tablet yang digerus = 0,7456 gram maka :
( )gram02,0
7456,0x425mg
7,2
=×
gmg
Sehingga banyaknya serbuk hasil pengerusan tablet Natrium diklofenak
yang ditimbang sebanyak 0,02 gram.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Ditimbang seksama sejumlah serbuk tablet Natrium diklofenak
(berdasarkan hasil perhitungan) dan dilarutkan dalam aquadest sampai
diperoleh konsentrasi tertentu menggunakan labu ukur 10 ml.
c. Pembuatan stok produk jamu “G”
Stok produk jamu “G” berupa hasil penyaringan seduhan jamu dibuat
dengan menyeduh sekian gram serbuk jamu dengan 200 ml air panas
kemudian disaring dengan kapas, hasil penyaringan ini yang digunakan
dalam pengujian daya anti-inflamasi pada kelompok perlakuan. Jumlah
serbuk produk jamu “G” disesuaikan dengan peringkat dosis kelompok
perlakuan, yaitu :
1) Sebanyak 11,662 gram serbuk jamu untuk kelompok peringkat I.
2) Sebanyak 35 gram serbuk jamu untuk kelompok peringkat II.
3) Sebanyak 105 gram serbuk jamu untuk peringkat III.
4. Uji pendahuluan
a. Selang waktu pemotongan kaki setelah injeksi karagenin 1%
Dua puluh ekor hewan uji dibagi dalam 4 kelompok, tiap kelompok
terdiri dari 5 ekor, pada kaki kiri bagian belakang diinjeksi dengan 0,05 ml
suspensi karagenin 1% subplantar, kaki kanan hanya diinjeksi dengan spuit
injeksi subplantar tanpa suspensi karagenin 1%. Kemudian hewan uji
dikorbankan pada selang waktu tertentu, yaitu 1, 2, 3, dan 4 jam setelah
injeksi karagenin subplantar, lalu kedua kaki belakangnya dipotong pada
sendi tarsocrural dan ditimbang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
b. Selang waktu pemberian natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB
Dua puluh lima ekor hewan uji dibagi dalam 5 kelompok, tiap kelompok
terdiri dari 5 ekor, diberi Natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB per oral,
dalam rentang waktu tertentu, yaitu 15, 30, 45, 60 dan 90 menit sebelum
injeksi karagenin 1% subplantar. Selang waktu tertentu (berdasarkan hasil
uji pendahuluan waktu pemotongan kaki) setelah injeksi karagenin, mencit
dikorbankan, lalu kedua kaki belakangnya dipotong pada sendi tarsocrural
dan ditimbang. Skema uji pendahuluan dapat dilihat pada lampiran 7a dan
7b.
5. Pengujian daya anti-inflamasi
Tiga puluh hewan uji dibagi dalam enam kelompok secara acak. Tiap
kelompok terdiri dari lima hewan uji.
Tabel III. Kelompok perlakuan Kelompok Perlakuan N I Karagenin 1% subplantar 5 II Aquadest p.o 5 III Natrium diklofenak 4,48 mg/kgBB p.o 5 IV Produk jamu “G” peringkat I p.o 5 V Produk jamu “G” peringkat II p.o 5 VI Produk jamu “G” peringkat III p.o 5
Semua kelompok (kecuali kelompok I) pada menit ke sekian
(berdasarkan hasil uji pendahuluan selang waktu pemotongan kaki setelah injeksi
karagenin 1%) setelah perlakuan diatas kemudian disuntik karagenin 1%
sebanyak 0,05 ml pada telapak kaki kiri secara subplantar. Kaki kanannya
digunakan sebagai kontrol sehingga hanya disuntik dengan spuit injeksi kosong.
Tiga jam setelah disuntik karagenin, hewan uji dikurbankan kemudian kedua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
kakinya dipotong pada bagian sendi tarsocrural lalu ditimbang. Skema kerja
kelompok perlakuan dapat dilihat pada lampiran 7c.
6. Perhitungan prosentase respon anti-inflamasi
Dari hasil penimbangan berat kedua kaki belakang hewan uji untuk
masing-masing peringkat dosis bisa dicari prosentase respon anti-inflamasi.
Adapun rumus menururt Langford dkk (1972) adalah sebagai berikut:
Prosentase respon anti-inflamasi = %100)( xD
DU −
Karena prosentase respon anti-inflamasi dihitung dari pengurangan bobot
udema, maka rumus di atas dimodifikasi menjadi :
Prosentase respon anti-inflamasi = %100)( xU
DU −
Keterangan : U = rata-rata dari bobot kaki terinduksi karagenin – bobot kaki normal (kaki kanan) D = bobot kaki perlakuan – bobot kaki normal (kaki kanan)
7. Perhitungan prosentase daya anti-inflamasi
Prosentase daya anti-inflamasi merupakan pembandingan prosentase
respon anti-inflamasi kelompok perlakuan terhadap kontrol positif. Prosentase
daya anti-inflamasi dihitung jika kelompok perlakuan jamu “G” terbukti memiliki
efek anti-inflamasi yang ditunjukkan dengan terjadinya penurunan bobot.
Prosentase daya anti- inflamasi = %100xRndRjg
Keterangan : Rjg = %respon anti-inflamasi kelompok produk jamu “G” Rnd = rata-rata %respon anti-inflamasi kelompok natrium diklofenak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
8. Analisis hasil
Data yang telah diperoleh dianalisis secara non-parametrik dengan
Kolmogorov – Smirnov satu sampel untuk mengetahui pola distribusi data.
Setelah data terdistribusi normal, dilanjutkan dengan uji homogenitas variansi.
Apabila data yang diperoleh memiliki variansi yang homogen, maka dilanjutkan
dengan uji analysis of variance (ANOVA) one way dengan taraf kepercayaan
95% untuk mengetahui adanya perbedaan pada kelompok perlakuan. Setelah itu,
untuk menguji perbedaan hasil tersebut bermakna atau tidak bermakna secara
statistik, maka dilanjutkan dengan uji Scheffe. Apabila hasil yang diperoleh
memiliki nilai signifikansi (p) < 0,05 maka perbedaan tersebut bermakna secara
statistik. Jika signifikansi (p) > 0,05 maka tidak terdapat perbedaan bermakna
secara statistik.
Apabila variansi data tidak homogen, maka dilanjutkan dengan uji non-
parametrik Kruskal Wallis dan untuk menguji perbedaan hasil tersebut berbeda
bermakna atau tidak bermakna secara statistik, maka dilanjutkan dengan uji Mann
Whitney. Perbedaan tersebut bermakna secara statistik jika nilai signifikansi (p) <
0,05 dan tidak bermakna jika nilai signifikansi (p) > 0,05.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
49
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pembuatan Sediaan Uji
Tahap pembuatan sediaan uji dimulai dari pembuatan suspensi karagenin
1%, pembuatan larutan natrium diklofenak, dan pembuatan stok jamu. Suspensi
karagenin 1%, larutan natrium diklofenak dan stok jamu selalu dibuat baru pada
setiap kali percobaan untuk menghindari kemungkinan rusaknya sediaan uji yang
akan berpengaruh terhadap hasil pengujian.
Suspensi karagenin dibuat dengan mensuspensikan serbuk karagenin
dengan larutan NaCl 0,9% fisiologis. Larutan NaCl 0,9% fisiologis dipilih sebagai
pensuspensi karagenin karena larutan NaCl 0,9% bersifat isotonis dan tidak akan
menyebabkan iritasi pada jaringan di sekitar daerah injeksi subplantar. Sehingga
udema yang terbentuk murni disebabkan oleh karagenin.
Pada pembuatan larutan natrium diklofenak, perlu dilakukan uji
keseragaman bobot tablet terlebih dahulu, tujuannya ialah untuk memastikan
tablet tersebut memenuhi persyaratan keseragaman bobot sehingga dapat
diasumsikan bahwa kandungan zat aktif tiap tablet tersebut seragam. Hasil uji
keseragaman bobot menunjukkan bahwa tablet natrium diklofenak yang
digunakan memenuhi syarat keseragaman bobot. Hasil uji keseragaman bobot
dapat dilihat pada lampiran 6a. Pelarut natrium diklofenak yang digunakan ialah
aquadest karena natrium diklofenak merupakan suatu garam sehingga memiliki
kelarutan yang baik di dalam aquadest.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
50
B. Uji Pendahuluan
Uji pendahuluan ditujukan untuk memaksimalkan metode uji yang
digunakan sehingga dapat diperoleh hasil yang kevalidannya dapat diterima. Ada
dua jenis uji pendahuluan dalam penelitian ini yaitu uji pendahuluan selang waktu
pemotongan kaki setelah injeksi karagenin 1% dan uji pendahuluan selang waktu
pemberian natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB.
1. Selang waktu pemotongan kaki setelah penyuntikan karagenin 1%
Tujuan pengujian ini ialah untuk mengetahui saat yang tepat untuk
mendapatkan udema yang maksimal pada telapak kaki mencit setelah penyuntikan
karagenin, dimana karagenin merupakan senyawa penginduksi udema. Pada saat
tersebut diasumsikan bahwa zat peradang karagenin memberikan kemampuan
maksimal dalam menimbulkan radang. Sehingga dihasilkan bobot udema paling
besar dibandingkan dengan saat-saat lainnya dimana ada kemungkinan karagenin
belum bekerja maksimal ataupun telah menurun kemampuannya akibat proses
alami eliminasi oleh tubuh.
Karagenin 1% digunakan sebagai zat penginduksi udema pada telapak
kaki mencit karena karagenin merupakan salah satu zat iritan atau penginduksi
udema yang sering digunakan untuk memprediksi efektivitas potensial terapeutik
dari obat-obat anti-inflamasi, baik dari golongan steroid maupun nonsteroid.
Karagenin memberikan udema yang reprodusibel, tidak menimbulkan bekas serta
memberikan respon yang lebih peka terhadap aktivitas anti-inflamasi
dibandingkan senyawa lain (Jain, Patil, Singh, Kulkarni, 2001 cit. Rosiana, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Udema yang diinduksi karagenin terbagi dalam 2 fase. Fase pertama
diperantarai melalui pelepasan histamin, serotonin, dan bradikinin. Sedangkan
fase kedua berhubungan dengan pelepasan prostaglandin dan neutrofil yang
menghasilkan radikal bebas, seperti hidrogen peroksida, superoksida, dan radikal
hidroksil (Suleyman, Demircan, Karagoz, Ozta, Suleyman, 2004 cit. Rosiana,
2007). Menurut Rainsford (cit., Supriatna, 2002), mediator-mediator ini (histamin,
serotonin, dan bradikinin) akan menyebabkan gangguan pembuluh darah sehingga
jaringan mengalami inflamasi. Pelepasan amin dan kinin masih terus berlanjut
hingga fase kedua dan diikuti oleh terjadinya ekstravasasi protein plasma dan
penetrasi sel-sel inflamasi dalam jaringan terinflamasi dan fase kedua terjadi
pelepasan enzim lisosomal. Enzim ini yang mengawali terjadinya gangguan
jaringan dan diikuti produksi radikal bebas yang dapat merusak jaringan. Produksi
radikal bebas ini menyebabkan pembentukan lipid peroksida reaktif yang akan
menstimulasi aktivitas fosfolipase pada fosfolipid sehingga akan terbentuk asam
arakidonat yang kemudian memproduksi prostaglandin. Menurut
Mei, Chen , Weng, Yang, dan Yang (2003) (cit. Özgüney, Karasulu,
Kantarci, Sözer, Güneri, dan Ertan, 2006) fase pertama terjadi selama 1 jam
pertama setelah injeksi karagenin dan fase kedua terjadi pada 3-5 jam sesudah
injeksi karagenin.
Pada pengujian ini, hewan uji disuntik dengan karagenin 1% kemudian
dengan selang waktu 1, 2, 3 dan 4 jam hewan dikurbankan dan kedua kakinya
dipotong dan dihitung selisih bobot kakinya, selisih bobot kaki ini merupakan
bobot udema. Data bobot udema kaki mencit yang dihasilkan akibat pemberian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
k
j
k
d
Td
Gs
a
l
t
s
karagenin d
jam) dapat d
kelompok d
dilihat pada
Tabel IV. Ratdalam berbag
Gambar 5. Gsubplantar da
Dar
akibat injek
lamanya wa
terdapat pad
subplantar d
0,
0,
0,
0,
0,
0,
0,
0,
rata‐rata bo
bot u
dem (g)
alam berbag
dilihat pada l
dapat dilihat
gambar 3.
ta-rata bobot ugai variasi sela
Selang
Grafik rata-ratalam berbagai
ri gambar 3
ksi karageni
aktu pemoto
da kelompok
dan yang te
0,0302
0
,01
,02
,03
,04
,05
,06
,07
,08
1
gai variasi s
lampiran 8a.
t pada tabel
udema kaki mang waktu pemwaktu pemotokaki (jam)
1 2
3
4
ta bobot udemi variasi selang
dapat dilih
in 1% subp
ongan kaki
k pemotong
erbesar pada
0,04
1
selang
elang waktu
. Rata-rata b
l IV dan gr
mencit akibat imotongan kakongan R
k
ma kaki mencg waktu pemo
hat bahwa ra
plantar sem
mencit. Rat
gan kaki 1 j
a kelompok
417
2
g waktu pemot
u pemotonga
bobot udema
rafik rata-rat
injeksi karageki
Rata-rata bobokaki mencit (g
0,0302± 0,00,0417± 0,0
0,0620± 0,0
0,0618± 0,0
cit (+ SE) akibotongan kaki
ata-rata bob
akin menin
ta-rata bobo
jam setelah
pemotonga
0,062
3
tongan kaki (ja
an kaki (1, 2
a kaki menci
ta bobot ud
enin 1% subpl
ot udema g) + SE 0033 0045
0055
0044
bat injeksi ka
ot udema k
ngkat dengan
ot udema pa
injeksi kara
an kaki 3 ja
0,0618
4
am)
52
2, 3, dan 4
it pada tiap
dema dapat
lantar
aragenin 1%
kaki mencit
n semakin
aling kecil
agenin 1%
am setelah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
injeksi karagenin 1% subplantar. Akan tetapi rata-rata bobot udema pada
kelompok 4 jam memiliki selisih yang sangat kecil dengan kelompok 3 jam. Oleh
karena itu data bobot udema kaki mencit kemudian dianalisis secara statisktik
untuk melihat perbedaan antar kelompok.
Pengujian statistik yang dilakukan memiliki alur seperti yang dijabarkan
pada Bab III mengenai analisis hasil. Secara garis besar data diuji dengan One
Way ANOVA dengan taraf kepercayaan 95%. Pengujian dimulai dengan uji
Kolmogorov-Smirnov untuk melihat distribusi data. Setelah data terdistribusi
normal, yang ditunjukkan dengan diperolehnya nilai signifikansi > 0,05, maka
pengujian dapat dilanjutkan dengan uji homogenitas sebagai syarat dilakukannnya
uji One Way ANOVA.
Uji homogentitas berfungsi untuk menguji apakah kelompok data
memiliki variansi yang homogen atau tidak. Jika variansi antarkelompok
homogen, maka antarkelompok dapat dibandingkan dengan uji One Way
ANOVA. Variansi antar kelompok dikatakan homogen jika didapat nilai
signifikansi yang didapat > 0,05. Uji One Way ANOVA berfungsi untuk melihat
apakah ada perbedaan di antara kelompok yang dibandingkan. Perbedaan
ditunjukkan dengan nilai probabilitas (p) < 0,05. Setelah mengetahui ada
perbedaan di antara kelompok tersebut, maka dilanjutkan dengan uji posthoc yaitu
uji Scheffe.
Uji Scheffe bertujuan untuk melihat apakah perbedaan di antara
kelompok data tersebut berbeda bermakna atau tidak. Pada uji Scheffe tiap
kelompok dibandingkan satu sama lainnya. Antarkelompok memiliki perbedaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
yang bermakna jika nilai signifikansi yang diperoleh < 0,05 dan dikatakan tidak
berbeda bermakna jika nilai signifikansi yang diperoleh > 0,05.
Data bobot udema hasil uji pendahuluan selang waktu pemotongan kaki
setelah penyuntikan karagenin 1% diuji mengikuti alur yang telah dijabarkan
diatas. Hasil pengujian tersebut dapat dilihat pada lampiran 9a, 10a dan 11a. Hasil
pengujian menunjukkan data terdistribusi normal, memiliki variansi
antarkelompok yang homogen dan memiliki perbedaan di antara kelompok yang
dibandingkan. Rangkuman hasil uji posthoc (uji Scheffe) yang menyatakan
signifikansi perbedaan dapat dilihat pada tabel V.
Tabel V. Rangkuman hasil uji Scheffe data bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% subplantar dalam berbagai variasi selang waktu pemotongan kaki
Kelompok ± SE Bobot udema kaki mencit dibandingkan kelompok-
1 jam 2 jam 3 jam 4 jam 1 jam 0,0302 ± 0,0033 - TB BB BB
2 jam 0,0417 ± 0,0045 TB - BB BB
3 jam 0,0620 ± 0,0055 BB BB - TB
4 jam 0,0618 ± 0,0044 BB BB TB -
Keterangan: BB = berbeda bermakna (p < 0,05) TB = berbeda tidak bermakna (p > 0,05)
= rata-rata bobot udema SE = standard error
Dari hasil uji Scheffe dapat dilihat bahwa kelompok pemotongan kaki 1
jam setelah injeksi karagenin 1% subplantar berbeda tidak bermakna dengan
kelompok pemotongan 2 jam dan kelompok pemotongan kaki 3 jam setelah
injeksi karagenin 1% subplantar berbeda tidak bermakna dengan kelompok
pemotongan 4 jam. Tampak bahwa terjadi pengelompokan antara kelompok
pemotongan kaki 1 jam - 2 jam dan 3 jam - 4 jam. Artinya, jika pemotongan kaki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
mencit dilakukan 3 jam dan 4 jam setelah injeksi karagenin 1% subplantar, bobot
udemanya akan berbeda dengan bobot udema yang pemotongan kakinya
dilakukan pada 1 jam dan 2 jam setelah injeksi.
Pemotongan kaki mencit dilakukan 3 jam dan 4 jam setelah injeksi
karagenin 1% subplantar menghasilkan bobot udema yang tidak berbeda
bermakna secara statistik hanya saja rata-rata bobot udema yang dihasilkan pada
kelompok 3 jam lebih besar daripada kelompok 4 jam. Dengan demikian, maka
waktu pemotongan yang dianggap optimal ialah 3 jam setelah injeksi karagenin
1% dengan mempertimbangkan efisiensi waktu kerja serta bobot udema terbesar
yang dihasilkannya.
2. Selang waktu pemberian natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB
Tujuan pengujian ini ialah untuk mengetahui saat yang tepat untuk
mendapatkan udema yang paling kecil pada telapak kaki mencit setelah
penyuntikan karagenin. Pada saat tersebut diasumsikan bahwa natrium diklofenak
sebagai kontrol positif memberikan kemampuan maksimal dalam menurunkan
radang sehingga menghasilkan bobot udema paling kecil dibandingkan dengan
saat-saat lainnya dimana ada kemungkinan natrium diklofenak belum bekerja
maksimal ataupun telah menurun kemampuannya akibat proses alami eliminasi.
Dosis natrium yang dipilih pada penelitian ini ialah 4,48 mg/kg BB. Dosis ini
mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Donatus dkk (2003) dan Rosiana
(2007). Pada kedua penelitian tersebut sama-sama menetapkan dosis natrium
diklofenak 4,48 mg/kg BB sebagai dosis yang optimal berdasarkan hasil uji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
pendahuluan. Selain itu, kedua penelitian tersebut menggunakan metode yang
sama dengan penelitian ini yaitu metode Langford dkk (1972).
Pada uji pendahuluan selang waktu pemberian natrium diklofenak 4,48
mg/kg BB ini, narium diklofenak 4,48 mg/kg BB diberikan beberapa menit (15,
30, 45, 60 dan 90 menit) sebelum penyuntikan karagenin 1%. Kemudian mencit
dikurbankan dan kakinya dipotong setelah selang waktu tertentu berdasarkan hasil
uji pendahuluan sebelumnya yaitu uji pendahuluan selang waktu pemotongan kaki
setelah penyuntikan karagenin 1%.
Data bobot udema kaki mencit yang dihasilkan akibat pemberian
karagenin dalam berbagai variasi selang waktu (15, 30, 45, dan 60 menit)
pemberian natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB sebelum penyuntikan karagenin 1%
dapat dilihat pada lampiran 8b. Rata-rata bobot udema kaki mencit pada tiap
kelompok dapat dilihat pada tabel VI dan grafik rata-rata bobot udema dapat
dilihat pada gambar 4.
Tabel VI. Rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% subplantar setelah pemberian natrium diklofenak dosis efektif pada selang waktu tertentu
Variasi selang waktu Rata-rata bobot udem (g) + SE (n=5)
15 menit 0,0289 ± 0,0045 30 menit 0,0291 ± 0,0028 45 menit 0,0334 ± 0,0041 60 menit 0,0241 ± 0,0018 90 menit 0,0152 ± 0,0029
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gs
p
p
p
j
l
d
k
Gambar 6. Grsubplantar set
Dar
pada kelomp
paling kecil
pendahuluan
juga dianalis
lampiran 9b
distribusi da
kelompok 15
0,
0
0,
0
0,
0
0,
0
rata‐rata bo
bot u
dem (g)
rafik rata-rattelah pemberi
ri gambar 4
pok selang
terjadi pada
n sebelumny
sis secara sta
b, 10b dan 1
ata yang no
5, 30, 45, 60
0
0
005
0,01
015
0,02
025
0,03
035
0,04
15
ta bobot udemian natrium d
dapat diliha
waktu pem
a selang wak
ya, data bobo
atistik. Hasil
1b. Data bo
ormal dan m
0 dan 90 men
0,0289
5 30
selang waktu
ma kaki mencidiklofenak dos
at bahwa rata
mberian 45 m
ktu pemberi
ot udema kak
l pengujian s
bot udema p
memiliki va
nit memiliki
0,0291
0
0 45
pemberian na
it ( + SE) akiis efektif pada
a-rata bobot
menit. Dan r
an 90 menit
ki mencit pa
statistik ters
pada uji pen
ariansi yang
perbedaan (
0,0334
0,024
60
atrium diklofen
ibat injeksi kaa rentang wak
udema terbe
rata-rata bo
t. Seperti da
ada uji penda
ebut dapat d
ndahuluan in
g homogen.
(Tabel VII).
41
0,0152
90
nak (menit)
57
aragenin 1% ktu tertentu
esar terjadi
bot udema
ata hasil uji
ahuluan ini
dilihat pada
ni memiliki
Di antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Tabel VII. Rangkuman hasil uji Scheffe data bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% subplantar setelah pemberian natrium diklofenak dosis efektif pada rentang waktu tertentu
Kelompok ± SE Bobot udema kaki mencit dibandingkan kelompok-
15 menit 30 menit 45 menit 60 menit 90 menit
15 menit 0,0289 ± 0,0045 - TB TB TB TB
30 menit 0,0291 ± 0,0028 TB - TB TB TB
45 menit 0,0334 ± 0,0041 TB TB - TB BB
60 menit 0,0241 ± 0,0018 TB TB TB - TB
90 menit 0,0152 ± 0,0029 TB TB BB TB -
Keterangan: B = berbeda bermakna (p < 0,05) TB = berbeda tidak bermakna (p > 0,05)
= rata-rata bobot udema SE = standard error
Dari hasil uji Scheffe dapat dilihat bahwa kelompok yang berbeda
bermakna hanya antara kelompok 45 menit dan kelompok 90 menit. Sedangkan
kelompok 15, 30 dan 60 menit berbeda tidak bermakna dengan kedua kelompok
tersebut. Kelompok yang memberikan rata-rata bobot udema terkecil ada pada
kelompok 90 menit. Artinya, kelompok 90 menit memberikan penurunan udema
yang paling maksimal dan pada selang waktu tersebut natrium diklofenak mampu
memberikan efek penurunan udema yang paling maksimal. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa selang waktu 90 menit pemberian natrium diklofenak 4,48
mg/kgBB sebelum penyuntikan karagenin 1% adalah selang waktu pemberian
yang paling optimal.
Dari kedua uji pendahuluan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
selang waktu pemotongan kaki 3 jam setelah penyuntikan karagenin 1% dan
selang waktu pemberian natrium diklofenak 4,48 mg/kgBB 90 menit sebelum
penyuntikan karagenin 1% adalah yang paling optimal. Sehingga metode
pengujian daya anti-inflamasi berdasarkan hasil optimasi ini ialah mencit diberi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
sediaan uji (berupa kontrol positif natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB, kontrol
negatif aquadest dan produk jamu “G”) 90 menit sebelum penyuntikan karagenin
1%, kemudian selang 3 jam kemudian mencit dikurbankan, kakinya dipotong
pada sendi tarsocrural, dan kedua kakinya masing-masing ditimbang serta
dihitung selisih bobotnya.
C. Uji Daya Anti-inflamasi
Penelitian daya anti-inflamasi produk jamu “G” ini bertujuan untuk
membuktikan khasiat anti-inflamasi yang dimiliki jamu ini yaitu dengan
mengetahui apakah produk jamu “G” memiliki efek anti-inflamasi, seberapa
prosentase respon anti-inflamasi yang mampu dihasilkan, bagaimana prosentase
daya anti-inflamasinya terhadap kontrol positif natrium diklofenak dan peringkat
dosis manakah yang mampu memberikan daya anti-inflamasi yang maksimal.
Produk jamu “G” merupakan produk IOT. Sari Sehat - PT. Capung Indah
Abadi. Produk jamu “G” ini tersusun dari 9 komponen herbal, yaitu Semen
Plantaginis, Herba Plantaginis, Herba Orthosiphonis, Radix Achyranthis
bidentatae, Rhizome Imperatae, Herba Lysimachiae, Herba Desmodii styracifolii,
Polyporus dan Sonchi Folium. Produk ini ditujukan untuk penyakit batu ginjal.
Salah satu tanda pada penyakit ginjal ialah adanya udema pada kaki akibat
penumpukan cairan dan retensi sodium. Untuk itu, maka produk ini diharapkan
mampu mengatasi gejala penyakit batu ginjal, salah satunya yaitu mampu
mengecilkan udema yang terbentuk. Oleh karena itu, anti-radang merupakan salah
satu klaim khasiat produk ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Dengan demikian, maka dilakukan penelitian ini untuk membuktikan
klaim khasiat produk jamu sebagai agen anti-inflamasi. Hampir semua komponen
herbal ini digunakan untuk mendapatkan efek diuretiknya. Salah satu kegunaan
diuresis ialah untuk menurunkan udema yang terbentuk akibat terjadinya
penumpukan cairan.
Metode induksi udema oleh karagenin adalah metode standar dan sangat
umum digunakan untuk menguji efek anti-inflamasi akut. Metode ini banyak
digunakan karena sederhana dan murah dari segi peralatan, bahan, dan cara
kerjanya (Jain dkk, 2001 cit Rosiana, 2007). Daya anti-inflamasi pada penelitian
ini dicari dengan metode induksi udema oleh Langford dkk (1972) yang telah
dimodifikasi. Di mana modifikasi dilakukan pada jenis zat radang dan rumus
perhitungan prosentase respon anti-inflamasi. Jika pada metode induksi udema
oleh Langford dkk (1972) menggunakan zat peradang yeast, pada penelitian ini
zat radang diubah menjadi karagenin 1%. Seperti yang telah diuraikan pada uji
pendahuluan selang waktu pemotongan kaki, karagenin dipilih sebagai
penginduksi udema karena karagenin mampu memberikan udema yang
reprodusibel, tidak menimbulkan bekas serta memberikan respon yang lebih peka
terhadap anti-inflamasi dibandingkan senyawa lain (Jain, Patil, Singh dan
Kulkarni, 2001 cit. Rosiana, 2007).
Data awal yang diperoleh dari penelitian ini berupa bobot udema. Bobot
udema didapat dari selisih bobot telapak kaki kiri mencit yang diberi injeksi
karagenin 1% subplantar dikurangi dengan bobot telapak kaki kanan mencit yang
diberi suntikan kosong. Data ini kemudian diolah untuk mendapatkan prosentase
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
respon anti-inflamasi. Jika prosentase respon anti-inflamasi yang dihasilkan dari
kelompok perlakuan bernilai positif berarti terjadi penurunan bobot udema, maka
dapat dikatakan bahwa perlakuan yang diberikan mampu memberikan efek anti-
inflamasi. Oleh karena itu, maka dicari daya anti-inflamasinya terhadap kontrol
positif natrium diklofenak untuk melihat bagaimana perbandingan daya anti-
inflamasi yang mampu dihasilkan oleh kelompok perlakuan.
Aquadest merupakan pelarut dari natrium diklofenak dan penyeduh dari
sediaan produk jamu “G”. Kontrol aquadest diperlukan untuk mengetahui apakah
aquadest memiliki efek anti-inflamasi yang berpengaruh terhadap efek anti-
inflamasi sediaan yang diteliti dan sebagai faktor koreksi untuk mengetahui
kemampuan murni dari jamu “G” dalam menurunkan udema. Dengan demikian,
maka aquadest menjadi kontrol negatif dalam penelitian ini. Natrium diklofenak
dipilih sebagai kontrol positif karena memiliki titik kerja penghambatan yang
sama dengan sebagian senyawa kimia aktif pada jamu ”G” yaitu pada jalur
siklooksigenase dan mampu mengurangi produksi leukotrien (Eisenhauer dkk,
1998). Berikut ini adalah data rata-rata bobot udema telapak kaki mencit akibat
injeksi karagenin 1% subplantar (Tabel VIII).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
T
Gs
K
r
m
a
Tabel VIII. R
Gambar 7. Grsubplantar pa
Keterangan: I =II = III = IV = V = VI =
Pada
rata-rata bo
memberikan
aquadest seb
rata‐rata bo
bot u
dema (g)
ata-rata bobo
Kelom
IIIIIIVVV
rafik rata-ratada kelompok
KarageninKontrol n
Kontrol p Produk ja Produk ja Produk ja
a gambar 7, d
obot udema
n nilai rata-r
bagai kontro
0
0
0,01
0,02
0,03
0,04
0,05
0,06
0,07
0,08
I
ot udema telap
mpok Ra
I I II V V VI
ta bobot udemkontrol dan p
n 1% subplantanegatif Aquadepositif Natriumamu “G” peringamu “G” peringamu “G” pering
dapat dilihat
yang palin
rata bobot ud
ol negatif m
0,062
0,04
II
pak kaki mencata-rata bobot
(g)0,06200,04980,01520,04790,05480,0470
ma telapak kakperlakuan
ar est p.o
m diklofenak 4,4gkat I p.o (1,51gkat II p.o (4,5gkat III p.o (13
t bahwa kelo
ng besar da
dema yang p
memberikan
498
0,0152
III
kelompok pe
cit akibat karat udema kaki m) ± SE 0 + 0,0055 8 + 0.0079 2 + 0,0029 9 + 0,0047 8 + 0,0088 0 + 0,0013
ki mencit ( +
48 mg/kgBB p16g/kgBB yaitu58g/kgBB yaitu3,65g/kgBB ya
ompok karag
an kelompo
paling kecil.
rata-rata bo
0,0479
IV
erlakuan
agenin 1% submencit
SE) akibat ka
p.o u 1/3 kali dosisu 1 kali dosis teaitu 3 kali dosis
genin membe
ok natrium
. Sedangkan
obot udema
0,0548
0,04
V VI
62
bplantar
aragenin 1%
s terapi) erapi) s terapi)
erikan nilai
diklofenak
n kelompok
a yag lebih
47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
kecil dibandingkan dengan kelompok karagenin. Data ini berfungsi untuk
membuktikan kemampuan karagenin sebagai zat peradang dalam menimbulkan
udema dan untuk membuktikan kemampuan kontrol natrium diklofenak dalam
menurunkan udema. Karena karagenin memiliki peran yang berlawanan dengan
natrium diklofenak, maka bobot udema yang dihasilkan oleh kedua kelompok
seharusnya berbeda bermakna agar dapat dikatakan bahwa keduanya memberikan
kemampuan yang berarti sesuai dengan perannya masing-masing. Untuk
membuktikan perbedaan tersebut maka dilakukan uji statistik terhadap data bobot
udema dari semua kelompok.
Hasil analisis data secara statistik yang meliputi uji Kolmogorov-
Smirnov, uji homogenitas, uji One Way ANOVA dan uji Scheffe (uji posthoc)
dapat dilihat pada lampiran 9c, 10c dan 11c. Berdasarkan hasil analisis data
tersebut, diketahui bahwa data bobot udema pada uji daya anti-inflamasi ini
memiliki distribusi data yang normal, variansi antarkelompok yang homogen dan
ada perbedaan di antara kelompok perlakuan (Tabel IX).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Tabel IX. Rangkuman hasil uji Scheffe data bobot udema kaki mencit
Keterangan: I = Karagenin 1% subplantar II = Kontrol negatif Aquadest p.o III = Kontrol positif Natrium diklofenak 4,48 mg/kgBB p.o IV = Produk jamu “G” peringkat I p.o (1,516g/kgBB yaitu 1/3 kali dosis terapi) V = Produk jamu “G” peringkat II p.o (4,58g/kgBB yaitu 1 kali dosis terapi) VI = Produk jamu “G” peringkat III p.o (13,65g/kgBB yaitu 3 kali dosis terapi) BB = berbeda bermakna (p < 0,05) TB = berbeda tidak bermakna (p > 0,05)
= rata-rata bobot udema SE = standard error
Dari hasil uji Scheffe dapat diketahui bahwa kelompok kontrol positif
natrium diklofenak berbeda bermakna dengan semua kelompok, terutama
kelompok karagenin. Artinya bobot udem yang dihasilkan oleh natrium
diklofenak berbeda dengan bobot udema yang dihasilkan oleh karagenin dan
keduanya memberikan kemampuan yang berarti sesuai dengan perannya.
Sehingga dengan adanya pembuktian ini, dapat disimpulkan bahwa pemilihan
karagenin sebagai zat peradang dan natrium diklofenak sebagai kontrol positif
dalam metode ini sudah tepat karena keduanya terbukti memiliki kemampuan
sesuai perannya dalam penelitian ini.
Setelah membuktikan bahwa pemilihan karagenin sebagai zat peradang
dan natrium diklofenak sebagai kontrol positif sudah tepat, maka berikutnya ialah
menghitung prosentase respon anti-inflamasi dari masing-masing kelompok
Kelompok ± SE Bobot udema kaki mencit dibandingkan kelompok-
I II III IV V VI I 0,0620 + 0,0055 - TB BB TB TB TB II 0,0498 + 0.0079 TB - BB TB TB TB III 0,0152 + 0,0029 BB BB - BB BB BB IV 0,0479 + 0,0047 TB TB BB - TB TB V 0,0548 + 0,0088 TB TB BB TB - TB VI 0,0470 + 0,0013 TB TB BB TB TB -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
perlakuan. Menurut Langford dkk (1972) rumus perhitungan prosentase respon
anti-inflamasi ialah rata-rata bobot udema kelompok karagenin (U) dikurangi
bobot udema perlakuan (D), dibagi dengan bobot udema perlakuan (D) kemudian
dikalikan dengan seratus persen.
Prosentase respon anti-inflamasi = %100)(×
−D
DU
Namun karena prosentase respon anti-inflamasi dihitung dari
pengurangan bobot udema, sehingga rumus di atas dimodifikasi menjadi rata-rata
bobot udema kelompok karagenin (U) dikurangi bobot udema perlakuan (D),
dibagi dengan rata-rata bobot udema kelompok karagenin (U) kemudian dikalikan
dengan seratus persen. Sehingga rumus di atas diubah menjadi :
Prosentase respon anti – inflamasi = %100)( xU
DU −
Dari hasil perhitungan diketahui bahwa aquadest, yang merupakan
kontrol negatif, menghasilkan prosentase respon anti-inflamasi dengan rata-rata
bobot udema yang lebih kecil dari pada karagenin (lampiran 8d). Sehingga
dilakukan modifikasi sekali lagi pada rumus perhitungan prosentase respon anti-
inflamasi menjadi rata-rata bobot udema kelompok kontrol negatif aquadest (A)
dikurangi bobot udema perlakuan (D), dibagi dengan rata-rata bobot udema
kelompok kontrol negatif aquadest (A) kemudian dikalikan dengan seratus persen.
%100)( inflamasi - antirespon Prosentase ×−
=A
DA
Dengan demikian maka prosentase respon anti-inflamasi yang diperoleh
menunjukkan kemampuan murni dari bahan uji (natrium diklofenak dan jamu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
“
l
r
p
T
K
(
“G”). Conto
lampiran 6d
rata prosent
pada tabel X
Tabel X. Rata
GKeterangan :
II = III = IV = V = VI =
Dar
(lampiran 9d
‐40
‐20
0
20
40
60
80
100
rata‐rata % respo
n an
ti‐in
flamasi
oh perhitung
d dan hasil p
tase respon
X dan gamba
a-rata prosent
Kelompo
II III IV V VI
Gambar 8. Gra
Kontrol n Kontrol p Produk ja Produk ja Produk ja
ri hasil an
d, 10d dan 1
0,0
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
gan prosent
perhitungann
anti-inflama
ar 8.
tase respon an
k Rata-ra
afik rata-rata
negatif aquadesositif natrium d
amu “G” peringamu “G” peringamu “G” pering
nalisis statis
1d) diketahu
00%
69
II
tase respon
nya dapat di
asi dari seti
nti-inflamasi data prosentase
(%)0,00
69,443,78
-10,08 5,54
prosentase re
st p.o diklofenak 4,4gkat I p.o (1,51gkat II p.o (4,5gkat III p.o (13
stik data p
ui bahwa dat
9,44%
3
III I
kelompok
anti-inflama
ilihat pada la
iap kelompo
dari setiap keloe respon anti-) ± SE + 15,8 + 5,8 + 9,4 + 17,8 + 2,7
espon anti-infl
8 mg/kgBB p.o16g/kgBB yaitu8g/kgBB yaitu,65g/kgBB yai
prosentase
ta prosentase
3,78%‐10,
V V
k perlakuan
asi dapat di
ampiran 8e.
ok perlakuan
ompok perlakinflamasi
lamasi ( + SE)
o u 1/3 kali dosisu 1 kali dosis teitu 3 kali dosis
respon ant
e respon ant
08% 5,5
V V
66
ilihat pada
Data rata-
n disajikan
kuan
)
s terapi) erapi) s terapi)
ti-inflamasi
ti-inflamasi
54%
VI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
memiliki distribusi data yang normal, variansi antarkelompok yang homogen dan
ada perbedaan di antara kelompok perlakuan. Pada tabel XI terangkum
signifikansi perbedaan antarkelompok pada uji respon anti-inflamasi.
Tabel XI. Rangkuman hasil uji Scheffe data prosentase respon anti-inflamasi
Kelompok ± SE Bobot udema kaki mencit dibandingkan kelompok- II III IV V VI
II 0,00 + 15,8 - BB TB TB TB
III 69,44 + 5,8 BB - BB BB BB
IV 3,78 + 9,4 TB BB - TB TB
V -10,08 + 17,8 TB BB TB - TB
VI 5,54 + 2,7 TB BB TB TB -
Keterangan:
II = Kontrol negatif Aquadest p.o III = Kontrol positif Natrium diklofenak 4,48 mg/kgBB p.oIV = Produk jamu “G” peringkat I p.o (1,516g/kgBB yaitu 1/3 kali dosis terapi) V = Produk jamu “G” peringkat II p.o (4,58g/kgBB yaitu 1 kali dosis terapi) VI = Produk jamu “G” peringkat III p.o (13,65g/kgBB yaitu 3 kali dosis terapi) BB = berbeda bermakna (p < 0,05) TB = berbeda tidak bermakna (p > 0,05)
= rata-rata bobot udema SE = standard error
Dari hasil uji Scheffe diketahui bahwa semua kelompok perlakuan jamu
berbeda tidak bermakna dengan kelompok kontrol negatif aquadest dan berbeda
bermakna dengan kelompok kontrol positif natrium diklofenak. Sehingga dapat
dikatakan bahwa semua kelompok perlakuan tidak terbukti memiliki efek anti-
inflamasi walaupun pada kelompok perlakuan jamu ”G” peringkat I dan III terjadi
penurunan bobot udema. Hal ini dikarenakan penurunan bobot udema yang terjadi
tidak berbeda bermakna dengan kelompok kontrol negatif. Sedangkan kelompok
perlakuan jamu “G” peringkat II secara jelas tidak memiliki efek anti-inflamasi
karena tidsak terjadi penurunan bobot udema. Hasil pembandingan kelompok
perlakuan jamu ”G” terhadap kontrol positif dapat dilihat pada prosentase daya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
anti-inflamasi terhadap kontrol positif natrium diklofenak 4,48 mg/kgBB
(Lampiran 8f).
Tabel XII. Prosentase daya anti-inflamasi produk jamu ”G” terhadap kontrol positif natrium diklofenak 4,48 mg/kgBB
Kelompok Dosis Rata-rata prosentase daya anti-inflamasi (%)
IV 1,516g/kgBB (peringkat I) 5,43 V 4,58g/kgBB (peringkat II) -14,52
VI 13,65g/kgBB (peringkat II) 7,98
Keterangan : IV = Produk jamu “G” peringkat I p.o (1,516g/kgBB yaitu 1/3 kali dosis terapi) V = Produk jamu “G” peringkat II p.o (4,58g/kgBB yaitu 1 kali dosis terapi) VI = Produk jamu “G” peringkat III p.o (13,65g/kgBB yaitu 3 kali dosis terapi)
Dari tabel di atas diketahui bahwa prosentase daya anti-inflamasi yang
dihasilkan oleh produk ini dosis sangat kecil. Sehingga dapat dikatakan bahwa
kemampuan produk jamu ”G” dalam menurunkan bobot udema sangat lemah. Hal
ini dapat dikarenakan adanya variasi kondisi patologis dan biologis hewan uji
terhadap percobaan. Jumlah hewan uji yang digunakan sebanyak 5 ekor untuk tiap
perlakuan sebenarnya sudah cukup untuk memberi gambaran uji daya anti-
inflamasi, tetapi akan lebih baik jika jumlah hewan uji ini ditambah agar data
dapat memberikan gambaran populasi yang lebih baik. Sehingga penulis
menyarankan perlunya penggunaan jumlah hewan uji yang lebih banyak pada
penelitian selanjutnya.
Beta-sitosterol yang diketahui memiliki aktivitas anti-inflamasi. Menurut
Robinson (1995), beta-sitosterol merupakan salah satu sterol yang bersifat non-
polar dan larut dalam kloroform. Aquadest yang digunakan sebagai penyeduh
pada penelitian ini termasuk pelarut polar. Sehingga dapat dikatakan bahwa cara
penyajian dengan menyeduh kurang maksimal dalam menyari kandungan beta-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
sitosterol, yang merupakan kandungan kimia potensial dari serbuk produk jamu
“G”. Oleh sebab itu, maka peneliti menyarankan agar dilakukan optimasi cara
penyarian, misalnya sebelum diuji, produk jamu ”G” diekstraksi terlebih dahulu
dengan pelarut yang sesuai dengan sifat kelarutan beta-sitosterol misalnya dengan
kloroform sehingga diharapkan langkah ini dapat memperbesar daya anti-
inflamasi produk jamu ”G”.
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Hartanto (2001) dan Diastuti
(2001) membuktikan bahwa ada pengaruh umur dan cara pencucian daun
tempuyung (Sonchi Folium) terhadap kadar flavonoid total yang terkandung di
dalamnya. Tempuyung merupakan salah satu tanaman penyusun produk jamu
”G”. Tentunya proses pembuatan produk jamu ”G” juga mempengaruhi kadar
senyawa kimia yang terkandung di dalam komponen penyusunnya termasuk kadar
flavonoid total. Selain itu, menurut Zeitlin dan Duwieja (1993), masalah utama
dalam penggunaan flavonoid ialah rendahnya absorpsi flavonoid di saluran
gastrointestinal dan juga gugus aglikon pada flavonoid mudah didegradasi oleh
mikroflora usus. Padahal, seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa
flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa yang memiliki aktivitas anti-
inflamasi.
Jamu memiliki cara kerja yang lambat, tidak seperti obat modern yang
efeknya dapat segera dirasakan sesaat setelah digunakan. Sehingga dengan
pemejanan dosis tunggal, seperti yang dilakukan dalam penelitian ini, produk
jamu ”G” belum mampu memberikan efek anti-inflamasi yang maksimal. Jika
dilakukan peningkatan frekuensi dan lama pemakaian, maka sangat dimungkinkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
efek anti-inflamasi menjadi lebih maksimal. Dalam produk jamu ”G” terdapat 9
komponen yang memiliki kandungan senyawa kimia yang berbeda-beda, sehingga
ada kemungkinan interaksi antara senyawa-senyawa tersebut, baik interaksi yang
bersifat sinergis maupun antagonis. Hal ini tentu mempengaruhi efek anti-
inflamasi yang dihasilkan oleh produk jamu “G”.
Dengan demikian, maka hipotesis mengenai produk jamu “G” yang
terdiri dari kombinasi Semen Plantaginis, Herba Plantaginis, Herba
Orthosiphonis, Radix Achyranthis bidentatae, Rhizome Imperatae, Herba
Lysimachiae, Herba Desmodii styracifolii, Polyporus dan Sonchi Folium memiliki
efek anti-inflamasi tidak terbukti pada produk jamu “G”, baik pada peringkat I
(1,516g/kgBB), peringkat II (4,58g/kgBB) maupun peringkat III (13,65g/kgBB).
Peneliti melihat dari 9 komponen penyusun produk jamu “G”, ada
beberapa komponen yang memiliki potensi anti-inflamasi. Potensi ini ditinjau dari
segi kandungan kimia beta-sitosterol dan flavonoid di dalam komponen tersebut
serta didasari dengan penggunaannya di masyarakat. Sehingga peneliti
menyarankan suatu komposisi baru agar didapat suatu produk jamu baru dengan
klaim khusus untuk mengatasi radang. Komposisi baru ini diperoleh dengan
melakukan pengurangan beberapa jenis komponen penyusun produk jamu.
Adapun komponen yang disarankan pada komposisi baru yaitu Semen
Plantaginis, Herba Plantaginis, Radix Achyranthis bidentatae, Rhizoma Imperata
dan Sonchi folium.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Produk jamu “G” terbukti mampu menurunkan bobot udema pada peringkat I
(dosis 1,516g/kgBB) dan peringkat III (dosis 13,65g/kgBB) tetapi penurunan
ini tidak berbeda signifikan terhadap kontrol negatif aquadest sehingga tidak
dapat dikatakan memiliki efek anti-inflamasi.
2. Rata-rata prosentase respon anti-inflamasi yang dihasilkan oleh kelompok
perlakuan produk jamu ”G” peringkat I (1,516g/kgBB yaitu 1/3 kali dosis
terapi, diperoleh dari hasil seduhan 11,662 g serbuk jamu “G” dengan hasil
saring 160 ml) ialah 3,78%, kelompok peringkat II (4,58g/kgBB yaitu 1 kali
dosis terapi, diperoleh dari hasil seduhan 35 g serbuk jamu “G” dengan hasil
saring 152 ml) ialah -10,08% dan kelompok peringkat III (13,65g/kgBB
yaitu 3 kali dosis terapi, diperoleh dari hasil seduhan 105 g serbuk jamu “G”
dengan hasil saring 92 ml) ialah 5,54%.
3. Prosentase daya anti-inflamasi produk jamu ”G” pada dosis 1,516g/kgBB
(peringkat I), 4,58g/kgBB (peringkat II) dan 13,65g/kgBB (peringkat III)
terhadap natrium diklofenak 4,48mg/kgBB ialah sebesar 5,43%, -14,52% dan
7,98%.
4. Peringkat dosis yang memberikan daya anti-inflamasi maksimal ialah
kelompok perlakuan jamu ”G” peringkat III dengan dosis 13,65g/kgBB (3
kali dosis terapi).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
B. Saran
1. Produk jamu “G” perlu diteliti lebih lanjut mengenai pengaruh frekuensi dan
lama pemakaian terhadap daya anti-inflamasi yang ditimbulkan.
2. Produk jamu “G” perlu diteliti lebih lanjut mengenai optimasi cara penyarian,
misalnya sebelum diuji, produk jamu ”G” diekstraksi terlebih dahulu dengan
pelarut yang sesuai dengan sifat kelarutan beta-sitosterol misalnya dengan
kloroform dan perlu diteliti bagaimana pengaruhnya terhadap daya anti-
inflamasinya.
3. Penulis mengusulkan suatu komposisi baru yang ditujukan khusus untuk
produk jamu dengan klaim utama anti-inflamasi. Komposisi tersebut yaitu
Semen Plantaginis, Herba Plantaginis, Radix Achyranthis bidentatae,
Rhizoma Imperata dan Sonchi folium.
4. Jumlah hewan uji pada penelitian selanjutnya perlu ditambah agar didapat
data dengan pendekatan populasi yang lebih baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1987, Pharmacology and Applications of Chinese Materia Medica, Vol. II, translated by Wang, L.L., Yao, S.C., Yeung, S.C.S., pp. 816-821; 1106-1109, World Scientific Publisher, USA
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi ketiga, hlm 6-7, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 1990, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
246/Menkes/Per/1990 Tentang Izin Usaha Industri Obat Tradisional Menteri Kesehatan Republik Indonesia, I(1), dirangkum oleh Sulasmono dan Yustina S.H., 2006, Peraturan Perundang-undangan Terkait Bidang Farmasi : Obat Tradisional, Fakultas Farmasi Universitas Sanat Dharma, Yogyakarta
Anonim, 1994, GRIN Taxonomy for Plants, http://www.ars-grin.gov/cgi-
bin/npgs/html/taxon.pl?311318, diakses pada tanggal 29 Mei 2008. Anonim, 2000a, General Guidelines for Methodologies on Research and
Evaluation of Traditional Medicine, www.paho.org/Spanish/AD/THS/EV/PM-WHOTraditional-medicines-research-evaluation.pdf, diakses tanggal 20 Agustus 2007.
Anonim, 2000b, Plants For A Future : Database Search Results,
http://www.ibiblio.org/pfaf/cgi-bin/arr_html?Desmodium+styracifolium, diakses pada tanggal 29 Mei 2008.
Anonim, 2003, Traditional Medicine,
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs134/en/, diakses tanggal 9 April 2008.
Anonim, 2004, Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No HK.00.05.4.2411 tentang Ketentuan Pokok Pengelompokan dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia, 1(2); 2(1b); 3(1b); 4(1b), dirangkum oleh Sulasmono dan Yustina S.H., 2006, Peraturan Perundang-undangan Terkait Bidang Farmasi : Obat Tradisional, Fakultas Farmasi Universitas Sanat Dharma, Yogyakarta
Anonim, 2005, IPTEKnet Sentra Informasi IPTEK Tanaman Obat Indonesia,
http://www.ipteknet.id, diakses pada tanggal 20 Agustus 2007.
Anonim, 2006, Herbasin Chinese herb database, http://www.herbasin.com/database.htm, diakses pada tanggal 29 Mei 2008.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Anonim, 2007, Plantago asiatica L.Uses Plantain seed and Plantain Seed
Extract., http://www.mdidea.com/products/new/new014.html, diakses pada tanggal 29 Mei 2008.
Anonim, 2008a, Plants For A Future Edible, Medicinal and Useful Plants for A
Healthier Life, http://www.pfaf.org/database/plants.php, diakses pada tanggal 29 Mei 2008.
Anonim, 2008b, Traditional Chinese Medicine Herb,
http://articles.directorym.com, diakses pada tanggal 29 Mei 2008. Arisandi, Y., dan Arisandi, Y., 2006, Khasiat Tanaman Obat Untuk Pengobatan,
hlm 464, Eska Media, Jakarta Asplin, J.R., Coe, F.L., Favus, M.J., 2001, Nephrolithiasis, Harrison’s :
Principles of Internal Medicine, 15th edition, Volume 2, p. 1615-1619, edited by Braunwald, E., Fauc, A.S., Kasper, D.L., Hauser, S.L., Longo, D.L., Jameson, J.L., Mc.Graw-Hill Publisher, USA
Brown, M.J., Laurance, and Bennettt, P.N., 1997, Clinical Pharmacology, 8th
edition, pp. 259, Longman Singapore Publisher (Pte.) Ltd, Singapore Czygan, F.C., Frohne, F., Hotzel, C., Nagell, A., Pfander, H.J., Willuhn, G., et al.,
2001, Herbal Drugs and Phytopharmaceuticals, Second edition, pp. 358-360, Medpharm, Germany
Delporte, C., Backhouse, N., Erazo, S., Negrete, R., Vidal, P., Silva, X., et al.,
2005, Analgesic-antiinflammatory properties of Proustia pyrifolia , Journal of Ethnopharmacology, Vol. 99, Issue 1, 13 May 2005, pp. 119-124, http://www.sciencedirect.com/science, diakses pada tanggal 4 Juni 2008.
Diastuti, H.H., 2001, Pengaruh Umur Tanaman Terhadap Kadar Flavonoid Total
Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.), Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Donatus, I.A., Djunarko, I., dan Noni, 2003, Pengaruh Perasan Buah Mengkudu
(Morinda citrifolia, L.) Terhadap Daya Antiradang Diklofenak Pada Mencit Jantan, Jurnal Farmasi Sains & Komunitas, Vol. 1, No. 11-17, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Duke, J., 1998, Dr. Duke’s Phytochemical and Ethnobotanical Database, http ://un.ars-grin.gov, diakses tanggal 2 Mei 2008.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Duwiejua, M., and Zeitlin, I.J., 1993, Plants as a source of anti-inflammatory substances, Drugs From Natural Products Pharmaceuticals and Agrochemicals, Chapter 11, pp. 152-163, Ellis Horwood Limited, England
Eisenhauer, L.A., Nichols, L.W., Spencer, R.T, and Bergan, F.W., 1998, Clinical
Pharmacology and Nursing ManagementI, fifth edition, pp. 783, Lippincott, New York
Fox, S.I., 2004, Human Physiology, 8th edition, pp. 446-453, Mc Graw-Hill, New
York Foegh, M.L., dan Ramwell P.W., 2001, Eicosanoid, Prostaglandin, Tromboxane,
Leukotriene, dan Senyawa yang Berkaitan, Farmakologi Dasar dan Klinik, buku ke-1, 545, Salemba Medika, Jakarta.
Furst, D.E., dan Munster, T., 2002, Obat-obat Anti-inflamasi Nonsteroid, Obat-
obat Antireumatik Pemodifikasi-penyakit, Analgesik Nonopioid dan Obat-obat untuk Pirai dalam Katzung, Farmakologi : Dasar dan Klinik, buku ke-2, edisi I, 450-452, 462, 483, Salemba Medika, Jakarta.
Hartanto, 2001, Pengaruh Cara Pencucian Tempuyung (Sonchus arvensis L.)
Terhadap Kadar Flavonoid Total, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Hirayama, H., Wang, Z., Nishi, K., Ogawa, A., Ishimatu, T., Ueda, S., et al.,
1993, Effect of Desmodium styracifolium-triterpenoid on calcium oxalate renal stones, Br J Urol., 71(2):143-7, http://www.medscape.com/medline/abstract?src=search&queryText=desmodium+styracifolium&src=medlinesearch&pmid=8461944%2C3197221%2C, diakses pada 20 Juni 2008.
Jellin, J.M., 2008, Natural Medicines Comprehensive Database : Beta-sitosterol,
http://www.naturaldatabase.com/(S(b4f05f45rr2e2jjycfdhuya3))/nd/Search.aspx?cs=&s=nd&pt=100&id=939, diakses pada tanggal 4 Juni 2008.
Karch, A.M., 2003, Focus On Nursing Pharmacology, second edition, ,
Lippincott William & Wilkin’s, USA Katzung, B.G., 2001 , Basic and Clinical Pharmacology, diterjemahkan oleh
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Edisi 8, Buku 2, hal. 449-453, 457, 462, Penerbit Salemba Medika, Jakarta
Katzung, B.G.,and Payan, D.G, 1995 , Basic and Clinical Pharmacology, 6th Ed,
p. 536-545, Appleton & Lange’s, USA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Langford, F.D., Holmes, P.A., and Emele, J.F., 1972, Objective Methods to Evaluation of Analgesic/ Anti Inflammatory Activity, J.Pharm. Sci., 61(1), 75-77
Lim, H., Son, K.H., Chang, H.W., Kang, S.S., and Kim, H.P., 2006, Inhibition of
chronic skin inflammation by topical anti-inflammatory flavonoid preparation, Ato Formula, Arch Pharm Res, 29(6):503-7, http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16833019, diakses pada tanggal 2 Juni 2008.
Lingappa, V.R., Lange, J.D., Ganong, W.F., Mc.Phee, S.J., 1995,
Pathophysiology of Disease : an Introduction to Clinical Medicine, 1th edition, p. 287-298, Appleton and Lange, USA
Ma, A., and Guo, H., 1998, Effect of Radix Achyranthis bidentatae on memory
and endurance, Zhong Yao Cai.,21(12):624-6, http://www.medscape.com/medline/abstract?src=search&queryText=radix+achyranthis+bidentatae&src=medlinesearch&pmid=12569679%2C12575257%2C9206254%2C, diakses pada 20 Juni 2008.
Matsunaga, K., Ikeda, M., Shibuya, M., and Ohizumi, Y., 1994, Cylindol A, a
novel biphenyl ether with 5-lipoxygenase inhibitory activity, and a related compound from Imperata Cylindrica, J Nat Prod., 57(9):1290-3, http://www.medscape.com/medline/abstract?src=search&queryText=imperata+cylindrica&src=medlinesearch&pmid=10483377%2C11297849%2C7760071%2C7798964%2C8541600%2C, diakses pada 20 Juni 2008.
Morrison, G., and Watnick, S., 2002, Kidney, Current Medical Diagnosis and
Treatment, 41st edition, p. 942, edited by Tierney, L.M., Mc. Phee, S.J., and Papadakis, M.A., Lange Medical Books, USA
Nazir, M., 2005, Metode Penelitian, halaman 63, Penerbit Ghalia Indonesia,
Bogor, Indonesia Neal, M.J., 2006, At a Glance Farmakologi Medis, Edisis kelima, hal. 70-73,
Penerbit Erlangga, Jakarta Newland, J.R., 1995, Examination and Board Review, pp. 8, Prentice-Hall
International Inc., USA Özgüney, I.S, Karasulu, H.Y., Kantarci, G., Sözer, S., Güneri, T., and Ertan, G.,
2006, Transdermal Delivery of Diclofenac Sodium Through Rat Skin From Various Formulations. AAPS PharmSciTech. 2006; 7(4): Article 88. DOI: 10.1208/pt070488, www.aaps.org, diakses pada tanggal 6 Mei 2008.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Prager, N., Bickett, K., French, N., and Marcovici, G., 2002, A randomized, double-blind, placebo-controlled trial to determine the effectiveness of botanically derived inhibitors of 5-alpha-reductase in the treatment of androgenetic alopecia, Journal of alternative and complementary medicine, 8 (2): 143–52, http://en.wikipedia.org/wiki/Beta-sitosterol, diakses pada 5 Juni 2008.
Price, S.A., dan Wilson, L.N., 1992, Pathophysiology, diterjemahkan oleh Peter
Anugerah , Edisi 4, Buku I, hal. 36-57, EGC, Jakarta Rang, H.P., Dale, M.M., Ritter, J.M., and Moore, P.K., 2003, Pharmacology, 5th
Edition, p 231-237, 244-250, Bath press, USA Robinson, T., 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, 192-193, Institut
Teknologi Bandung, Bandung Rosiana, V., 2007, Pengaruh Penambahan Virgin Coconut Oil (VCO) Pada
Perasan Daging Buah Makuto Dewo (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) Pada Mencit Putih Betina : Kajian Terhadap Efek Anti-Inflamasi, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Sander, M.A., 2003, Atlas Berwarna : Patologi Anatomi, Jilid I, hal 12-13,
Universitas Muhammadiyah Malang Press, Malang Sari, L.O.R.K., 2006, Pemanfaatan Obat Tradisional Dengan Pertimbangan
Manfaat dan Keamanannya, Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. III, No.1, 01 – 07, Fakultas Farmasi Universitas Jember, http://my-curio.us/?p=635, diakses tanggal 29 Maret 2008.
Soedibyo, B.R.A.M., 1998, Alam Sumber Kesehatan Manfaat dan Kegunaan,
55;193;228;363-364, Balai Pustaka, Indonesia Sun, Y., and Yasukawa, K., 2008, New anti-inflammatory ergostane-type
ecdysteroids from the sclerotium of Polyporus umbellatus, Bioorg Med Chem Lett., 18(11):3417-20, http://www.medscape.com/medline/abstract?src=search&queryText=polyporus+umbellatus&src=medlinesearch&pmid=15863885%2C18439824%2C11279742%2C1576664%2C1394733%2C, diakses pada 20 Juni 2008.
Supriatna, D., 2002, Daya Anti-Inflamasi Ekstrak Etanol Herba Daun Seribu
(Achillea millefolium L.) Pada Mencit Jantan dan Profil Kromatografinya, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Tatro, D.S., 2004, A to Z Drug Facts, 5th edition, pp. 453-454, Wolters Kluwer Health, USA
Taylor, C.R., and Chandrasoma, P., 1995, Concise Pathology, 2nd edition, pp. 34 ,
Appleton and Lange, USA Tjay, T.H., dan Rahardja, K., 2002, Obat-Obat Penting: Khasiat, Penggunaan,
dan Efek-Efek Sampingnya, Edisi V, hal. 308-313, Penerbit PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta
Vogel, H.G., 2002, Drug Discovery & Evaluation: Pharmalogical Assays, 2nd
Edition, p 725, 751-761, Springer, New York Wibowo, H.R., 2007, Pengaruh Infusa Kombinasi Daun Tanaman Tempuyung
(Sonchus arvensis L.) dan Daun Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus Miq.) terhadap Kelarutan Kalsium Batu Ginjal Secara In Vitro, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Wilmana, P.F., 1995, Analgesik Anti-inflamasi Nonsteroid dan Obat Pirai,
Ganiswara, S.G. (Editor), Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, hal 207-211, Bagian Farmakologi-Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
Williamson, E.M., Okpako, D.T., and Evans, F.J., 1996, Pharmacological Method
in Phytotherapy Research Volume 1: Selection, Preparation, and Pharmacological Evaluation of Plant Material, 131-136, John Wiley and Sons Ltd., England
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L
Lampiran 1. Surat Perny
L
yataan Komp
LAMPIRAN
posisi Jamu
N
79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Lampiran 2. Foto Komponen Penyusun dan Serbuk Produk Jamu “G”
Semen Plantaginis
Herba Plantaginis
Herba Orthosiphonis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Radix Achyranthis bidentatae
Rhizoma Imperatae
Herba Lysimichiae
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Herba Desmodii styracifolii
Polyporus
Sonchi folium
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Serbuk produk jamu “G”
Lampiran 3. Foto Stok Jamu
Tampak atas (kiri-kanan: peringkat I, II dan III)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Stok jamu “G” peringkat I
Stok jamu “G” peringkat II
Stok jamu “G” peringkat III
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Lampiran 4. Foto Hewan Uji Mencit
Lampiran 5. Foto Neraca Analitik Mettler Toledo AB 204
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Lampiran 6. Contoh Perhitungan
a. Perhitungan uji keseragaman bobot
Berat rata-rata tablet salut natrium diklofenak = 183,03 mg
Berdasarkan Anonim 1979 tablet dengan bobot 151mg - 300mg memiliki
penyimpangan rata-rata tablet pada kolom A = 7.5 % dan kolom B = 15%
Kolom A: 7,5% x 183,06 mg = 183,06 mg ± 13,73 mg
Berdasarkan penimbangan dua puluh tablet, tidak ada tablet yang
menyimpang dari range 169.33 mg – 196,79 mg.
Kolom B: 15% x 183,06 mg = 183,06 mg ± 27,461mg
Berdasarkan penimbangan dua puluh tablet, tidak ada tablet yang
menyimpang dari range 155,6 mg – 210,52 mg
Ini berarti bahwa semua tablet memenuhi keseragaman bobot tablet.
b. Perhitungan dosis produk jamu antiradang
• Peringkat I Pada peringkat I stok dibuat dengan cara menyeduh 11,662 g serbuk jamu
dengan 200 ml air panas dan disaring.
Hasil saring = 160 ml
Maka volume yang diminum oleh manusia 70 kg BB ialah 160 ml.
Volume pemberian pada mencit 20 g BB :
= 160 ml/70 kg BB x 0,0026
= 0,416 ml
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Maka dosis pada mencit dalam g/kg BB ialah :
= Dosis pada manusia 70 kg BB* x volume pemberian
Berat badan mencit
= 11,662 g/ 160 ml x 0,416 ml
0,02 kg BB
= 1,516 g/kg BB
• Peringkat II
Pada peringkat II stok dibuat dengan cara menyeduh 35 g serbuk jamu
dengan 200 ml air panas dan disaring.
Hasil saring = 152 ml
Maka volume yang diminum oleh manusia 70 kg BB ialah 152 ml.
Volume pemberian pada mencit 20 g BB :
= 152 ml/70 kg BB x 0,0026
= 0,3978 ml
Maka dosis pada mencit dalam g/kg BB ialah :
= Dosis pada manusia 70 kg BB* x volume pemberian
Berat badan mencit
= 35 g/ 152 ml x 0,3978 ml
0,02 kg BB
= 4,58 g/kg BB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
• Peringkat III
Pada peringkat III stok dibuat dengan cara menyeduh 105 g serbuk jamu
dengan 200 ml air panas dan disaring.
Hasil saring = 92 ml
Maka volume yang diminum oleh manusia 70 kg BB ialah 92 ml.
Volume pemberian pada mencit 20 g BB :
= 92 ml/70 kg BB x 0,0026
= 0,2392 ml
Maka dosis pada mencit dalam g/kg BB ialah :
= Dosis pada manusia 70 kg BB* x volume pemberian
Berat badan mencit
= 105 g/ 92 ml x 0,2392 ml
0,02 kg BB
= 13,65 g/kg BB
* : dosis pada manusia 70 kg BB memiliki asumsi bahwa sari dari sekian
gram produk jamu ada dalam sekian ml hasil saring yang diminum
oleh manusia 70 kg BB.
Misal 35 g/152 ml diasumsikan bahwa sari dari 35 g produk jamu ada
di dalam 152 ml hasil saring dimana 152 ml hasil saring ini akan
diminum oleh manusia 70 kg BB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
c. Perhitungan volume penyuntikan
• Natrium diklofenak
D : 4,48 mg/kgBB
C : 0,27 mg/ml
BB : 22,4 g
V = (D x BB) = 4,48 mg/kgBB x 22,4 g = 0,37 ml
C 0,27 mg/ml
• Stok produk jamu antiradang peringkat I (1,516 g/kg BB)
D : 1,516 g.kg BB atau 20,8ml/kgBB
BB : 24,8 g
V = 20,8ml/kgBB x 24,8 g = 0,52 ml
d. Perhitungan prosentase respon anti-inflamasi
Rata-rata bobot udem kelompok aquadest = 0,0498 gram
Bobot udem mencit 1 kelompok peringkat I = 0,0623 gram
%1000498,0
)0623,00498,0(inf% ×−
=gram
gramgramlamasiantirespon
= -25,10 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 7. Skema kerja
a. Uji pendahuluan selang waktu pemotongan kaki setelah injeksi karagenin 1%
20 ekor mencit dibagi 4 kelompok
Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4
1 jam kemudian
2 jam kemudian 3 jam kemudian
4 jam kemudian
Kaki kiri dan kanan dipotong pada sendi tarsocrural dan ditimbang
Mencit dikurbankan
Kaki kiri diinjeksi 0,05 ml karagenin 1% subplantar Kaki kanan diinjeksi spuit kosong subplantar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Uji pendahuluan selang waktu pemberian natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB
Kaki kiri diinjeksi 0,05 ml karagenin 1% subplantar Kaki kanan diinjeksi spuit kosong subplantar
Setelah selang waktu tertentu (berdasarkan uji pendahuluan selang waktu pemotongan kaki setelah injeksi karagenin 1%) mencit dikurbankan
Kaki kiri dan kanan dipotong pada sendi tarsocrural dan ditimbang
15 menit kemudian
30 menit kemudian
45 menit kemudian
60 menit kemudian
90 menit kemudian
Diberi natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB per oral
25 ekor mencit dibagi 4 kelompok
Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4 Kel 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c. Kelompok perlakuan
Keterangan: I = Karagenin 1% subplantar II = Kontrol negatif aquades p.o III = Kontrol positif natrium diklofenak
4,48 mg/kgBB p.o IV = Produk jamu “G” peringkat I
(1,516g/kgBB yaitu 1/3 kali dosis terapi) p.oV = Produk jamu “G” peringkat II
(4,58g/kgBB yaitu 1 kali dosis terapi) p.o VI = Produk jamu “G” peringkat III
(13,65g/kgBB yaitu 3 kali dosis terapi) p.o
Diberi aquadest
Diberi natrium
diklofenakDiberi hasil saring seduhan produk jamu “G” dari stok 1/3;
1; 3 kali dosis terapi manusia
Injeksi subplantar karagenin 1%
Kedua kaki dipotong pada sendi tarsocrural, ditimbang.dan dihitung selisihnya sebagai bobot udem. Dianalisis dengan One Way Anova dan uji Scheffe
Dihitung prosentase respon anti-inflamasi Dianalisis dengan One Way Anova dan uji Scheffe
3 jam kemudian
90 menit kemudian
30 ekor mencit dibagi 6 kelompok
Kel I Kel II Kel III Kel IV Kel V Kel VI
Jika prosentase respon anti-inflamasi bernilai positif, maka dilanjutkan dengan menghitung prosentase daya anti-inflamasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 8. Data Bobot Udema Dari Seluruh Pengujian a. Data bobot udema hasil uji pendahuluan selang waktu pemotongan kaki setelah injeksi karagenin 1%
No Keterangan (g) Bobot udema mencit (gram) pada selang waktu (jam) setelah injeksi karagenin 1%
1 2 3 4
1
Kaki kiri 0,1955 0,1992 0,2155 0,2100
Kaki kanan 0,1548 0,1411 0,1630 0,1550
Bobot udem 0,0407 0,0581 0,0525 0,0550
2
Kaki kiri 0,1738 0,1939 0,2360 0,2380
Kaki kanan 0,1439 0,1600 0,1577 0,1718
Bobot udem 0,0299 0,0339 0,0783 0,0662
3
Kaki kiri 0,1956 0,2061 0,1797 0,2256
Kaki kanan 0,1756 0,1615 0,1289 0,1603
Bobot udem 0,0200 0,0446 0,0508 0,0653
4
Kaki kiri 0,2013 0,2032 0,2501 0,2402
Kaki kanan 0,1731 0,1687 0,1796 0,1665
Bobot udem 0,0282 0,0345 0,0715 0,0737
5
Kaki kiri 0,1741 0,2184 0,2133 0,2024
Kaki kanan 0,1421 0,1810 0,1562 0,1535
Bobot udem 0,0320 0,0374 0,0571 0,0489
Mean ± SE (n = 5) 0,0302 ± 0,0033 0,0417 ± 0,0045 0,0620 ± 0,0055 0,0618 ± 0,0044
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Data bobot udema hasil uji pendahuluan selang waktu pemberian natrium diklofenak 4,48 mg/kgBB
No Keterangan (g) Bobot udema mencit (gram) dengan variasi selang waktu
15 menit 30 menit 45 menit 60 menit 90 menit
1 Kaki kiri 0,1596 0,199 0,2043 0,1782 0,167
Kaki kanan 0,1448 0,1659 0,1634 0,1565 0,1544
Bobot udem 0,0148 0,0331 0,0409 0,0217 0,0126
2 Kaki kiri 0,1745 0,193 0,1727 0,1849 0,1825
Kaki kanan 0,1404 0,1634 0,1446 0,1656 0,1617
Bobot udem 0,0341 0,0296 0,0281 0,0193 0,0208
3 Kaki kiri 0,1895 0,1735 0,204 0,1642 0,1699
Kaki kanan 0,1612 0,1549 0,1582 0,1414 0,1467
Bobot udem 0,0283 0,0186 0,0458 0,0228 0,0232
4 Kaki kiri 0,1733 0,181 0,1848 0,1939 0,1794
Kaki kanan 0,1317 0,1465 0,1594 0,1654 0,168
Bobot udem 0,0416 0,0345 0,0254 0,0285 0,0114
5 Kaki kiri 0,1622 0,1815 0,1722 0,177 0,1722
Kaki kanan 0,1366 0,152 0,1453 0,1486 0,1641
Bobot udem 0,0256 0,0295 0,0269 0,0284 0,0081
Mean ± SE (n = 5) 0,0289 ± 0,0045 0,0291 ± 0,0028 0,0334 ± 0,0041 0,0241 ± 0,0018 0,0152 ± 0,0029
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c. Data bobot udema hasil uji daya anti-inflamasi
No Keterangan (g) Kontrol Tiga peringkat dosis produk jamu ”G”
I II III IV V VI
1
Kaki kiri 0,2155 0,1771 0,1670 0,2122 0,2138 0,1628
Kaki kanan 0,1630 0,1442 0,1544 0,1499 0,1342 0,1123
Bobot udem 0,0525 0,0329 0,0126 0,0623 0,0796 0,0505
2
Kaki kiri 0,1943 0,2224 0,1825 0,1990 0,1932 0,1820
Kaki kanan 0,1304 0,1497 0,1617 0,1446 0,1310 0,1324
Bobot udem 0,0639 0,0727 0,0208 0,0544 0,0622 0,0496
3
Kaki kiri 0,1797 0,2112 0,1699 0,1881 0,1756 0,1648
Kaki kanan 0,1289 0,1473 0,1467 0,1438 0,1240 0,1194
Bobot udem 0,0508 0,0639 0,0232 0,0443 0,0516 0,0454
4
Kaki kiri 0,2501 0,1919 0,1794 0,1760 0,1706 0,1913
Kaki kanan 0,1796 0,1481 0,1680 0,1331 0,1150 0,1551
Bobot udem 0,0715 0,0438 0,0114 0,0429 0,0556 0,0432
5
Kaki kiri 0,2133 0,1757 0,1722 0,1989 0,1455 0,1966
Kaki kanan 0,1562 0,1400 0,1641 0,1632 0,1194 0,1501
Bobot udem 0,0571 0,0357 0,0081 0,0357 0,0251 0,0465
Mean + SE (n = 5) 0,0620 + 0,0055 0,0498 + 0.0079 0,0152 + 0,0029 0,0479 + 0,0047 0,0548 + 0,0088 0,0470 + 0,0013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
d. Prosentase respon anti-inflamasi yang diperoleh dengan pembagi rata-rata udem terinduksi karagenin Rumus :
%100)(% ×−
−−=
karageninterinduksiudemratarataperlakuanudemkarageninterinduksiudemratarataDAI
Contoh perhitungan :
Rata-rata bobot udema terinduksi karagenin = 0,0620 gram
Bobot udem kelompok III (natrium diklofenak) mencit 1 = 0,0126 gram
%69,79%1000620,0
)0126,00620,0(inf% =×−
=− lamasiantirespon
Keterangan: I = Karagenin 1% subplantar II = Kontrol negatif Aquadest p.o III = Kontrol positif Natrium diklofenak 4,48 mg/kgBB p.o IV = Produk jamu “G” peringkat I p.o (1,516g/kgBB yaitu 1/3 kali dosis terapi) V = Produk jamu “G” peringkat II p.o (4,58g/kgBB yaitu 1 kali dosis terapi) VI = Produk jamu “G” peringkat III p.o (13,65g/kgBB yaitu 3 kali dosis terapi)
No Prosentase respon anti inflamasi (%)
I II III IV V VI1 15,38 46,97 79,69 -0,42 -28,30 18,60
2 -26,21 -17,18 66,47 12,31 -0,26 20,05
3 18,12 -3,00 62,60 28,59 16,83 26,82
4 -15,25 29,40 81,62 30,85 10,38 30,37
5 7,96 42,46 86,94 42,46 59,54 25,05
Rata-rata 0,00 + 8,8 19,73 + 12,7 75,47 + 4,7
22,76 + 7,5 11,64 + 14,2 24,18 + 2,2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
e. Prosentase respon anti-inflamasi terkoreksi kontrol negatif aquadest Rumus:
%100)(inf% ×−
−−=−
aquadestudemratarataperlakuanudemaquadestudemratarataaquadestterkoreksilamasiantirespon
Contoh perhitungan :
Rata-rata bobot udema kelompok kontrol negatif aquadest = 0,0498 gram
Bobot udem kelompok III (natrium diklofenak) mencit 1 = 0,0126 gram
%7,74%1000498,0
)0126,00498,0(inf% =×−
=− aquadestterkoreksilamasiantirespon
Keterangan:
II = Kontrol negatif aquades p.oIII = Kontrol positif natrium diklofenak 4,48 mg/kgBB p.oIV = Produk jamu “G” peringkat I (1,516g/kgBB yaitu 1/3 kali dosis terapi) p.o V = Produk jamu “G” peringkat II (4,58g/kgBB yaitu 1 kali dosis terapi) p.o VI = Produk jamu “G” peringkat III (13,65g/kgBB yaitu 3 kali dosis terapi) p.o
No Prosentase respon anti-inflamasi (%)
II III IV V VI
1 33,94 74,7 -25,1 -59,84 -1,41
2 -45,98 58,23 -9,24 -24,9 0,4
3 -28,31 53,41 11,04 -3,61 8,84
4 12,05 77,11 13,86 -11,65 13,25
5 28,31 83,73 28,31 49,6 6,63
Rata-rata 0,00 + 15,8 69,44 + 5,8 3,78 + 9,4 -10,08 + 17,8 5,54 + 2,7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
f. Prosentase daya anti-inflamasi produk jamu “G” terhadap natrium diklofenak 4,48 mg/kgBB Rumus :
Prosentase daya anti- inflamasi = 100xRndRjg
Keterangan : Rjg = %respon anti-inflamasi kelompok produk jamu “G” Rnd = rata-rata %respon anti-inflamasi kelompok natrium diklofenak
Contoh perhitungan :
Rjg peringkat I (1,516g/kgBB) mencit 3 = 11,04%
Rnd = 69,44%
Prosentase daya anti- inflamasi = %90,15%100%44,69%04,11
=x
No %daya anti-inflamasi terhadap natrium diklofenak
IV V VI 1 -36,15 -86,18 -2,03 2 -13,31 -35,86 0,58 3 15,90 -5,20 12,73 4 19,96 -16,78 19,08 5 40,77 71,43 9,55
Rata-rata 5,43 -14,52 7,98
Keterangan: IV = Produk jamu “G” peringkat I (1,516g/kgBB yaitu 1/3 kali dosis terapi) p.o V = Produk jamu “G” peringkat II (4,58g/kgBB yaitu 1 kali dosis terapi) p.o VI = Produk jamu “G” peringkat III (13,65g/kgBB yaitu 3 kali dosis terapi) p.o
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Lampiran 9. Hasil Pengujian Distribusi Data dengan Uji Kolmogorov-Smirnov
a. Uji pendahuluan selang waktu pemotongan kaki setelah injeksi karagenin 1%
b. Uji pendahuluan selang waktu pemberian natrium diklofenak 4,48mg/kgBB
c. Uji daya anti-inflamasi : bobot udema
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
20.048930
.0167406.106.106
-.086.472.979
NMeanStd. Deviation
Normal Parametersa,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
selisih
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
25,026144
,0093435,116,116
-,068,579,891
NMeanStd. Deviation
Normal Parametersa,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
bobot_udem
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
30.046140
.0190729.133.065
-.133.726.668
NMeanStd. Deviation
Normal Parametersa,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
selisih
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
d. Uji daya anti-inflamasi : prosentase respon anti-inflamasi
Lampiran 10. Hasil Uji Homogenitas Variansi
a. Uji pendahuluan selang waktu pemotongan kaki setelah injeksi karagenin 1%
b. Uji pendahuluan selang waktu pemberian natrium diklofenak 4,48mg/kgBB
c. Uji daya anti-inflamasi : data bobot udema
d. Uji daya anti-inflamasi : prosentase respon anti-inflamasi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
2513,7348
37,64892,139,139
-,070,693,722
NMeanStd. Deviation
Normal Parameters a,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
persen_respon
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Test of Homogeneity of Variances
selisih
1.088 3 16 .382
LeveneStatistic df1 df2 Sig.
Test of Homogeneity of Variances
bobot_udem
1,372 4 20 ,279
LeveneStatistic df1 df2 Sig.
Test of Homogeneity of Variances
selisih
2.561 5 24 .054
LeveneStatistic df1 df2 Sig.
Test of Homogeneity of Variances
persen_respon
2,806 4 20 ,053
LeveneStatistic df1 df2 Sig.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Lampiran 11. Hasil Uji One Way Anova
a. Uji pendahuluan selang waktu pemotongan kaki setelah injeksi karagenin 1%
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
ANOVA
selisih
.004 3 .001 12.287 .000
.002 16 .000
.005 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Multiple Comparisons
Dependent Variable: selisihScheffe
-.0115400 .0063475 .377 -.031326 .008246-.0318800* .0063475 .001 -.051666 -.012094-.0316600* .0063475 .001 -.051446 -.011874.0115400 .0063475 .377 -.008246 .031326
-.0203400* .0063475 .043 -.040126 -.000554-.0201200* .0063475 .046 -.039906 -.000334.0318800* .0063475 .001 .012094 .051666.0203400* .0063475 .043 .000554 .040126.0002200 .0063475 1.000 -.019566 .020006.0316600* .0063475 .001 .011874 .051446.0201200* .0063475 .046 .000334 .039906
-.0002200 .0063475 1.000 -.020006 .019566
(J) selangselang waktu 2 jamselang waktu 3 jamselang waktu 4 jamselang waktu 1 jamselang waktu 3 jamselang waktu 4 jamselang waktu 1 jamselang waktu 2 jamselang waktu 4 jamselang waktu 1 jamselang waktu 2 jamselang waktu 3 jam
(I) selangselang waktu 1 jam
selang waktu 2 jam
selang waktu 3 jam
selang waktu 4 jam
MeanDifference
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
The mean difference is significant at the .05 level.*.
selisih
Scheffea
5 .0301605 .0417005 .0618205 .062040
.377 1.000
selangselang waktu 1 jamselang waktu 2 jamselang waktu 4 jamselang waktu 3 jamSig.
N 1 2Subset for alpha = .05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.a.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
b. Uji pendahuluan selang waktu pemberian natrium diklofenak 4,48mg/kgBB
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
ANOVA
bobot_udem
,001 4 ,000 4,240 ,012,001 20 ,000,002 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Multiple Comparisons
Dependent Variable: bobot_udemScheffe
-,0001800 ,0047620 1,000 -,016304 ,015944-,0045400 ,0047620 ,920 -,020664 ,011584,0047400 ,0047620 ,908 -,011384 ,020864,0136600 ,0047620 ,125 -,002464 ,029784,0001800 ,0047620 1,000 -,015944 ,016304
-,0043600 ,0047620 ,930 -,020484 ,011764,0049200 ,0047620 ,896 -,011204 ,021044,0138400 ,0047620 ,117 -,002284 ,029964,0045400 ,0047620 ,920 -,011584 ,020664,0043600 ,0047620 ,930 -,011764 ,020484,0092800 ,0047620 ,456 -,006844 ,025404,0182000* ,0047620 ,022 ,002076 ,034324
-,0047400 ,0047620 ,908 -,020864 ,011384-,0049200 ,0047620 ,896 -,021044 ,011204-,0092800 ,0047620 ,456 -,025404 ,006844,0089200 ,0047620 ,495 -,007204 ,025044
-,0136600 ,0047620 ,125 -,029784 ,002464-,0138400 ,0047620 ,117 -,029964 ,002284-,0182000* ,0047620 ,022 -,034324 -,002076-,0089200 ,0047620 ,495 -,025044 ,007204
(J) selang_waktu_nadiklo30 mnit45 menit60 mrnit90 mneit15 menit45 menit60 mrnit90 mneit15 menit30 mnit60 mrnit90 mneit15 menit30 mnit45 menit90 mneit15 menit30 mnit45 menit60 mrnit
(I) selang_waktu_nadiklo15 menit
30 mnit
45 menit
60 mrnit
90 mneit
MeanDifference
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
The mean difference is significant at the .05 level.*.
bobot_udem
Scheffea
5 ,0152205 ,024140 ,0241405 ,028880 ,0288805 ,029060 ,0290605 ,033420
,117 ,456
selang_waktu_nadiklo90 mneit60 mrnit15 menit30 mnit45 menitSig.
N 1 2Subset for alpha = .05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.a.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
c. Uji daya anti-inflamasi : data bobot udema
ANOVA
bobot_udem
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,006 5 ,001 7,811 ,000 Within Groups ,004 24 ,000 Total ,010 29
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable: bobot_udemScheffe
-,0069000 ,0078944 ,977 -,035476 ,021676
,0008800 ,0078944 1,000 -,027696 ,029456
,0327000* ,0078944 ,018 ,004124 ,061276-,0018800 ,0078944 1,000 -,030456 ,026696-,0112400 ,0078944 ,840 -,039816 ,017336
,0069000 ,0078944 ,977 -,021676 ,035476
,0077800 ,0078944 ,962 -,020796 ,036356
,0396000* ,0078944 ,003 ,011024 ,068176,0050200 ,0078944 ,995 -,023556 ,033596
-,0043400 ,0078944 ,997 -,032916 ,024236
-,0008800 ,0078944 1,000 -,029456 ,027696
-,0077800 ,0078944 ,962 -,036356 ,020796,0318200* ,0078944 ,022 ,003244 ,060396
-,0027600 ,0078944 1,000 -,031336 ,025816-,0121200 ,0078944 ,794 -,040696 ,016456
-,0327000* ,0078944 ,018 -,061276 -,004124
-,0396000* ,0078944 ,003 -,068176 -,011024
-,0318200* ,0078944 ,022 -,060396 -,003244
-,0345800* ,0078944 ,011 -,063156 -,006004-,0439400* ,0078944 ,001 -,072516 -,015364
,0018800 ,0078944 1,000 -,026696 ,030456
-,0050200 ,0078944 ,995 -,033596 ,023556
,0027600 ,0078944 1,000 -,025816 ,031336
,0345800* ,0078944 ,011 ,006004 ,063156-,0093600 ,0078944 ,919 -,037936 ,019216
,0112400 ,0078944 ,840 -,017336 ,039816
,0043400 ,0078944 ,997 -,024236 ,032916
,0121200 ,0078944 ,794 -,016456 ,040696
,0439400* ,0078944 ,001 ,015364 ,072516,0093600 ,0078944 ,919 -,019216 ,037936
(J) kelompokproduk jamu "G" 4,58 g/kgproduk jamu "G" 11,960ml/kgna dikloaquadeskarageninproduk jamu "G" 1,516g/kgproduk jamu "G" 11,960ml/kgna dikloaquadeskarageninproduk jamu "G" 1,516g/kgproduk jamu "G" 4,58 g/kgna dikloaquadeskarageninproduk jamu "G" 1,516g/kgproduk jamu "G" 4,58 g/kgproduk jamu "G" 11,960ml/kgaquadeskarageninproduk jamu "G" 1,516g/kgproduk jamu "G" 4,58 g/kgproduk jamu "G" 11,960ml/kgna diklokarageninproduk jamu "G" 1,516g/kgproduk jamu "G" 4,58 g/kgproduk jamu "G" 11,960ml/kgna dikloaquades
(I) kelompokproduk jamu "G" 1,516g/kg
produk jamu "G" 4,58 g/kg
produk jamu "G" 11,960ml/kg
na diklo
aquades
karagenin
MeanDifference
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
The mean difference is significant at the .05 level.*.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Homogeneous Subsets
bobot_udem
Scheffea
5 ,015220
5 ,047040
5 ,047920
5 ,0498005 ,0548205 ,059160
1,000 ,794
kelompokna dikloproduk jamu "G" 11,960ml/kgproduk jamu "G" 1,516g/kgaquadesproduk jamu "G" 4,58 g/kgkarageninSig.
N 1 2Subset for alpha = .05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.a.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
d. Uji daya anti-inflamasi : prosentase respon anti-inflamasi
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable: persen_responScheffe
13,85400 16,67039 ,950 -42,5903 70,2983
-1,76800 16,67039 1,000 -58,2123 54,6763
3,77200 16,67039 1,000 -52,6723 60,2163-65,66200* 16,67039 ,017 -122,1063 -9,2177
-13,85400 16,67039 ,950 -70,2983 42,5903
-15,62200 16,67039 ,924 -72,0663 40,8223
-10,08200 16,67039 ,984 -66,5263 46,3623-79,51600* 16,67039 ,003 -135,9603 -23,0717
1,76800 16,67039 1,000 -54,6763 58,2123
15,62200 16,67039 ,924 -40,8223 72,0663
5,54000 16,67039 ,998 -50,9043 61,9843-63,89400* 16,67039 ,021 -120,3383 -7,4497
-3,77200 16,67039 1,000 -60,2163 52,6723
10,08200 16,67039 ,984 -46,3623 66,5263
-5,54000 16,67039 ,998 -61,9843 50,9043
-69,43400* 16,67039 ,011 -125,8783 -12,9897
65,66200* 16,67039 ,017 9,2177 122,1063
79,51600* 16,67039 ,003 23,0717 135,9603
63,89400* 16,67039 ,021 7,4497 120,3383
69,43400* 16,67039 ,011 12,9897 125,8783
(J) kelompokjproduk jamu "G"4,58 g/kgproduk jamu "G" 11,960 ml/kgaquadestna dikloproduk jamu "G"1,516 g/kgproduk jamu "G" 11,960 ml/kgaquadestna dikloproduk jamu "G"1,516 g/kgjproduk jamu "G"4,58 g/kgaquadestna dikloproduk jamu "G"1,516 g/kgjproduk jamu "G"4,58 g/kgproduk jamu "G" 11,960 ml/kgna dikloproduk jamu "G"1,516 g/kgjproduk jamu "G"4,58 g/kgproduk jamu "G" 11,960 ml/kgaquadest
(I) kelompokproduk jamu "G"1,516 g/kg
jproduk jamu "G"4,58 g/kg
produk jamu "G" 11,960 ml/kg
aquadest
na diklo
MeanDifference
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
The mean difference is significant at the .05 level.*.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Homogeneous Subsets
persen_respon
Scheffea
5 -10,0800
5 ,0020
5 3,7740
5 5,5420
5 69,4360,924 1,000
kelompokjproduk jamu "G"4,58 g/kgaquadestproduk jamu "G"1,516 g/kgproduk jamu "G" 11,960 ml/kgna dikloSig.
N 1 2Subset for alpha = .05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.a.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
BIOGRAFI PENULIS
Penulis bernama Ratna Puspita, lahir di Batang
Tarang pada tanggal 13 Januari 1987 merupakan putri
kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Edy
Sugianto dan Apit Karlina. Penulis pernah menempuh
pendidikan di TK Amkur di Batang Tarang pada
tahun 1991, melanjutkan pendidikan sekolah dasar
kelas 1 hingga kelas 4 di SDN 2 Batang Tarang pada
tahun 1992 kemudian pindah ke SD Kristen Immanuel I di Pontianak untuk
melanjutkan kelas 5 hingga lulus sekolah dasar. Pendidikan SMP dilanjutkan di
SLTP Kristen Immanuel I di Pontianak pada tahun 1998 dan melanjutkan ke
sekolah menengah atas di SMA Katolik Santo Petrus pada tahun 2001. Setelah
lulus pada tahun 2004, penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan menyelesaikan pendidikan pada tahun
2008. Selama kuliah di Universitas Sanata Dharma penulis pernah aktif dalam
berbagai kegiatan seperti Pos Kesehatan Kota Baru, Bakti Sosial bersama INTI,
PSF Veronika, Acara Pelepasan Wisudawan Wisudawati, kepanitiaan Titrasi dan
Pengambilan Sumpah Apoteker. Selain itu, penulis pernah menjadi asisten
Praktikum Botani Dasar dan Praktikum Toksikologi Dasar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
top related