pkl bab 4 metode pelaksanaan acc
Post on 20-Jan-2016
515 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB IV
METODE PELAKSANAAN RIGID PAVEMENT
4.1 Umum
Dalam melaksanakan suatu pekerjaan, baik itu yang berskala besar
maupun yang berskala kecil, ada peraturan-peraturan yang tentunya harus
ditaati sebagai syarat pelaksanaan pekerjaan tersebut. Syarat-syarat tersebut
berisikan petunjuk-petunjuk dalam pelaksanaan pekerjaan mulai dari awal
pekerjaan, pertengahan, hingga pada akhir pekerjaan. Tahapan awal pekerjaan
yang hendaknya dilakukan adalah melaksanakan pekerjaan persiapan.
Pada proyek Pembangunan Jalan Samarinda-Sangasanga pemilik
proyek (owner) menunjuk kontraktor pelaksana PT PP-PAL,KSO untuk
melaksanakan pengerjaan proyek ini. Jenis perkerasan yang digunakan
adalah Rigid Pavement (Perkerasan Kaku) sebagaimana yang telah
ditentukan sesuai dengan spesifikasi teknis yang ada dalam pelaksanaan
pekerjaan secara nyata di lapangan.
Di dalam bab ini akan menjelaskan mengenai metode pelaksanaan
Pembangunan Jalan Samarinda – Sangasanga dengan metode Rigid
Pavement.
86
4.2 Metode Pelaksanaan Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)
4.2.1 Pekerjaan Persiapan
Proyek Pembangunan Jalan Samarinda-Sangasanga diawali pekerjaan
persiapan meliputi beberapa jenis pekerjaan sebagai berikut :
a. Mobilisasi
- Mobilisasi merupakan pengangkutan alat berat dari pangkalan ke
lapangan. Mobilisasi dilakukan dengan truk besar yang memiliki
power yang kuat untuk membawa alat berat. Mobilisasi ini
dilaksanakan pada malam hari dikarenakan menghindari kemacetan
- Secara umum yang dimaksud mobilisasi adalah suatu kegiatan yang
mencakup hal sebagi berikut :
a) Kegiatan mobilisasi sumber daya alam manusia dan sumber daya
peralatan.
b) Menyediakan lahan yang dapat digunakan sebagai pusat pengendalian
pelaksanaan pekerjaan.
c) Kelengkapan kerja pelaksana antara lain :
- Kelengkapan K3 meliputi : Helm pengaman, kacamata
pengaman,pakaian kerja,sabuk pengaman dan lain-lain
- Kamera dan video
- Formulir pemeriksaan
- Alat tulis
87
d) Mobilisasi peralatan
- Dump truck
- Motor Grader
- Excavator
- Bulldozer
- Theodolite & Waterpass
- Vibrator Roller
b. Penyiapan Kantor Lapangan dan Fasilitasnya
Kegiatan ini meliputi kegiatan membangun, menyediakan,
membersihkan dan menjaga semua bangunan kantor darurat , gudang,
barak pekerja dan bengkel yang dibutuhkan dalam proyek.
c. Pembangunan Direksi Keet
Direksi Keet berguna sebagai kantor di lokasi untuk kontraktor
dan pengawas. Di samping itu juga disediakan gudang bahan ,gudang
alat ,workshop dan sarana MCK. Fasilitas yang disediakan seperti
ruang rapat, ruang kerja , mushola ,dapur , ruang teknisi ,WC dan alat
pemadam kebakaran yang memadai.
88
Gambar 4.1 Workshop Pembangunan Jalan Samarinda-
Sangasanga
d. Pembersihan lokasi (land clearing)
89
Sejak dimulai pekerjaan dan selama periode pelaksanaan dilakukan
pembersihan lokasi pekerjaan awal (land clearing) dan memelihara pekerjaan
dari akumulasi sisa bahan yang digunakan serta sampah yang di akibatkan
oleh kegiatan pelaksanaan.
90
4.2.2 Pekerjaan Pengukuran (Surveying)
Adapun pekerjaan pengukuran terbagi dalam tiga tahap :
Pengukuran awal
Pengukuran sebelum pelaksanaan
Pengukuran akhir
Hal yang harus ditentukan pada awal pekerjaan pengukuran adalah :
1. Menyiapkan alat-alat yang digunakan :
Alat ukur (waterpass,theodholite) yang terkalibrasi
Statif
Waterpass
Rambu Ukur
Rol Meter
2. Melakukan pengukuran sesuai shop drawing yang telah di-
approved.
3. Melakukan pengecatan pada patok titik yang telah ditentukan
sebagai tanda.
91
4. Mengecek hasil pelaksanaan pengukuran.
Gambar 4.2 Survey Pengukuran Lokasi Rigid Pembangunan Jalan
Samarinda- Sangasanga
Selama 14 hari pertama sejak periode mobilisasi. Dikerahkan personil
tekniknya untuk melakukan survey lapangan dan membuat gambar serta laporan
tentang kondisi fisik dan struktur dari perkerasan, drainase selokan, gorong-
gorong, jembatan dan struktur lainnya dan perlengkapan jalan lainnya seperti
rambu jalan, patok kilometer, pagar pengaman. Pekerjaan survei lapangan ini
dilaksanakan pada seluruh panjang jalan dalam lingkup kontrak.
Dari hasil survey dilakukan untuk memperoleh profil memanjang dan
profil melintang yang akan dilampirkan gambarnya dalam bab lampiran ,serta
dapat pula menentukan elevasi yang diperhitungkan sesuai dari konstruksi
jalan dan dapat diketahuinya galian dan timbunan yang diperlukan.
92
4.2.3 Pekerjaan Tanah
Setelah tahap mobilisasi dan survey selesai, selanjutnya melaksanakan
pekerjaan tanah yang meliputi sebagai berikut :
a. Pekerjaan Galian Tanah Biasa
Gambar 4.3 Skema Pekerjaan Galian Tanah Biasa
Pekerjaan ini mencakup penggalian, penanganan,pembuangan atau
penumpukan tanah atau batu dan bahan lain dari jalan dan di sekitarnya
yang diperlukan untuk penyelesaian dari pekerjaan.
Tahap pelaksanaan pekerjaan galian tanah biasa adalah :
1. Untuk kondisi tanah yang relatif datar dan menerus digunakan
bulldozer untuk menggali, mengangkut hasil galian dengan wheel
loader dan dump truck.
2. Galian dilakukan secara bertahap, kedalaman galian maksimal
disesuaikan dengan jenis tanah agar tidak longsor. Galian selesai
93
apabila elevasi akhir sudah sesuai gambar kontrak (yang akan
dilampirkan dalam bab lampiran).
3. Tanah yang sesuai spesifikasi (suitable) yaitu Spesifikasi Umum
Jalan Edisi 2010 Divisi 3.1 (akan dilampirkan dalam bab lampiran),
Galian langsung diangkut dump truck dibawa ke lokasi yang akan
ditimbun tanah.
4. Tanah yang tidak sesuai spesifikasi (unsuitable) dengan spesifikasi
dibuang ke disposal area.
5. Tanah sesuai spesifikasi (suitable) sisa diangkut dump truck ke
lokasi stockpile (persedian).
b. Pekerjaan Timbunan Tanah Biasa
Timbunan tanah menggunakan material yang berasal dari tanah bahan
galian atau dengan menggunakan material tanah yang didatangkan yang
memenuhi persyaratan dan telah disetujui oleh Pemilik Proyek. Pemadatan
timbunan dilakukan per layer menggunakan vibro compactor.
94
Tahapan Pra Pelaksanaan adalah sebagai berikut :
1. Lakukan trial pemadatan tanah menurut standar yang berlaku sehingga
diperoleh kadar air, jenis alat , jumlah passing yang memenuhi syarat untuk
mencapai kepadatan yang diperlukan yaitu > 95% .
2. Hasil trial disetujui oleh Direksi / Owner untuk rujukan pelaksanaan timbunan
di lapangan.
Syarat Pelaksanaan :
1. Tidak sedang hujan atau kadar air material untuk timbunan memenuhi
syarat dalam rentang yang diijinkan.
2. Lapisan di bawahnya sudah siap (bersih)
3. Atur kadar air dengan menyemprotkan air menggunakan water tanker saat
pemadatan.
95
Gambar 4.4 Skema Pekerjaan Timbunan Tanah Biasa
Tahapan pelaksanaan pekerjaan timbunan jika diskemakan dapat dilihat pada gambar
di bawah di atas :
1. Tanah timbunan diturunkan dari dump truck kemudian dihampar dan disebarkan
di atas tanah dasar.
2. Setelah tanah timbunan dihampar sesuai dengan ketinggian yang ditentukan
sesuai gambar yang akan dilampirkan dalam lampiran, maka dilakukan
pekerjaan pemadatan tanah dengan vibro roller.
96
Gambar 4.5 Pemadatan Tanah Timbunan dengan Vibrator Roller
c. Pekerjaan Penyiapan Badan Jalan
Penyiapan badan jalan Proyek Pembangunan Jalan Samarinda-Sangasanga
meliputi permukaan dan pembentukan kemiringan menurut rencana yang sudah ada
dalam gambar rencana (shop drawing). Pemotongan /kupasan dilakukan untuk
mendapatkan permukaan yang rata dan kemiringan badan jalan sesuai dengan
rencana. Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah gambar penampang melintang jalan
pada proyek Pembangunan Jalan Samarinda-Sangasanga dengan Rigid Pavement :
97
Gambar 4.6 Gambar Rencana Pembangunan Jalan Samarinda-Sangasanga
Adapun tahapan pelaksanaan pekerjaan penyiapan badan jalan dapat
diskemakan seperti gambar di bawah ini:
Gambar 4.7 Skema Penyiapan Badan Jalan
98
1. Pembersihan lahan dan pembongkaran dengan bulldozer.
2. Pengangkutan sampah yang ada di lokasi (waste) dengan excavator ke dump
truck.
3. Memotong (menggali ) tanah sesuai level standar ± 20 cm yang sudah diukur
oleh surveyor.
4. Pengangkutan sisa tanah yang sudah digali (dipotong) dengan excavator ke dump
truck untuk dibawa ke disposal area jika tanah tidak sesuai spesifikasi (jelek), jika
tanah masih dalam keadaan baik bisa dibawa ke quarry untuk digunakan pada
daerah yang membutuhkan timbunan tanah biasa.
e. Pekerjaan Timbunan Badan Jalan
Gambar 4.8 Skema Timbunan Badan Jalan
99
Tahapan pelaksanaan timbunan badan jalan adalah :
1. Mengangkut tanah timbunan dari quarry dengan dump truck dan dihampar
ke lokasi badan jalan yang akan ditimbun.
2. Meratakan hamparan tanah timbunan dengan motor grader.
3. Memadatkan tanah timbunan dengan vibrator roller berulang-ulang dan
disiram air dengan water tank, penyiraman pada material untuk
menyesuaikan kadar air dari material hamparan tersebut hingga
kepadatantanah mencapai 100 %.
Gambar 4.9 Skema Pekerjaan Pemadatan Timbunan Badan Jalan
100
Tahapan pelaksanaan Lapis Pondasi Agregat Kelas B jika diskemakan dapat dilihat
seperti gambar di bawah ini :
Gambar 4.10 Skema Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat Kelas B
1. Material diangkut dari quarry menuju lokasi dengan menggunakan dump
truck.ini adalah lokasi quarry agregat kelas B .
2. Material dikeluarkan dari dumptruck kemudian dihamparkan. Agregat
kelas B dihamparkan di atas lapisan subbase (dasar) yang sudah
dipadatkan dengan menggunakan motor grader.
101
Gambar 4.11 Peta Lokasi Quarry PT-PP-PAL,KSO
3. Selagi motor grader menghampar material, bila perlu water tank truk
membantu melakukan proses penyiraman pada material untuk
menyesuaikan kadar air dari material hamparan tersebut.
4. Vibrator roller memadatkan agregat kasar dengan cara mekanis yaitu
melintasi timbunan batu manual secara berulang-ulang, sehingga
didapatkan kepadatan yang diinginkan, dapat dilihat pada ini
102
Gambar 4.12 Agregat B setelah dipadakan dengan vibrator roller
5. Untuk mengontrol pelaksanaan pekerjaan berbutir, dilakukan pengujian
sandcone yang dilaksanakan untuk mengetahui derajat kepadatan suatu
tanah (berat isi kering tanah) asli pada tanah kohesif (tanah lempung)
maupun non kohesif (tanah berpasir) .Pelaksanaan uji sandcone dapat
dilihat seperti gambar di bawah ini dan hasil pengujian sandcone akan
dilampirkan di bab lampiran :
103
Gambar 4.13 Uji Sandcone agregat kelas B yang sudah dipadatkan
4.2.4 Pekerjaan Baja Tulangan
Setelah pekerjaan tanah selesai, selanjutnya melaksanakan pekerjaan baja
tulangan yang meliputi pembengkokan dan penulangan besi.Berikut ini adalah
penjelasannya :
a. Pembengkokan
Baja tulangan dipotong dengan Barcutter lalu dibengkokkan dengan
Barbender sesuai ukuran yang dibutuhkan dan dengan prosedur dimana
kondisi awal baja tulangan harus lurus dan bebas dari lekukan-lekukan,
bengkokan-bengkokan atau kerusakan.
104
.Gambar 4.14 Pembengkokan Tulangan dengan Barbender
b. Pengikatan Tulangan
a) Tulangan dibersihkan sesaat sebelum pemasangan untuk menghilangkan
kotoran, lumpur, oli, cat, karat dan kerak, percikan adukan atau lapisan
lain yang dapat mengurangi atau merusak pelekatan dengan beton.
b) Tulangan ditempatkan di lokasi yang akan dikerjakan rigid dengan
kebutuhan selimut beton minimum yang disyaratkan yaitu 0,05 mm.
c) Batang tulangan diikat kencang dengan menggunakan kawat pengikat
sehingga tidak tergeser pada saat pengecoran. Pengelasan tulangan
pembagi atau pengikat (stirrup) terhadap tulangan baja tarik utama tidak
diperkenankan.
Gambar 4.15 Pengikatan Tulangan
105
4.2.5 Pekerjaan Lean Concrete (LC)
Setelah pekerjaan baja tulangan selesai dan siap di loaksi yang
akandikerjakan rigid pavement,tahap pekerjaan selanjutnya adalah pengerjaan
cor LC K-125. Urutan kerjanya dijelaskan dalam flowchart berikut ini:
Flow Chart Pekerjaan LC
Start
Pengukuran (Penentuan Elevasi)
Marking Area
Pembuatan Formwork
Persiapan Daerah Penghamparan Lean concrete
Penghamparan Lean concrete T = 10 cm
Finish
Persiapan Pekerjaan Lean Concrete (LC) diawali dengan survey elevasi
Top timbunan dan top LC rencana dilapangan agar hasil pengecoran LC sesuai
106
dengan tebal rencana yaitu 10 cm. Survey dilakukan menggunakan alat
waterpass. Kemudian dilakukan pemasangan bekisting sesuai hasil survey
yang sudah ada di dalam gambar rencana. Gambar rencana akan dilampirkan
di bab lampiran.
Bekisting berfungsi sebagai cetakan/pembatas pada saat pengecoran LC.
Beton pada LC menggunakan mutu K125.
Gambar 4.16 Pekerjaan Lean Concrete
107
Gambar 4.17 Detail Susunan Perkerasan Pembangunan Jalan
Samarinda-Sangasanga
4.2.5 Pekerjaan Lapis Permukaan (Rigid Pavement) dengan beton K-350
Flow Chart Pekerjaan Rigid Pavement
Start
Pengukuran (penentuan Elevasi) Pembuatan Dowel & Tie Bar
Marking Area Pelapisan Dowel dengan pelumas & di bungkus menggunakan pipa pvc
Pembuatan Formwork
Persiapan lahan
Penghamparan K-350 t = 28 cm
Pengkasaran Permukaan / grooving
Perawatan Beton/Curring
108
Pembuatan Celah Dengan Saw Cutter
Pekerjaan Joint Sealent
Finish
Setelah pelaksanaan LC selesai, tahap pengerjaan berikutnya adalah
pekerjaan lapis permukaan rigid pavement dengan cor beton K-350. Urutan
pengerjaanya sebagai berikut dalam flowchart di atas. Penjelasan singkat
pelaksanaanya sebagai berikut :
a. Sebelum pelaksanaan pengecoran rigid, dilakukan persiapan lahan
dan pemasangan patok stick untuk survey elevasi top rigid sesuai
dengan gambar rencana (shop drawing) yang akan dilampirkan dalam
bab lampiran dengan tebal rigid yang direncanakan yaitu 28 cm.
Survey elevasi top rigid dilakukan oleh tim surveyor dengan
menggunakan alat waterpass. Selanjutnya marking area dan
penempatan bekisting.
b. Penempatan bekisting harus diletakan sesuai dengan alinyemen serta
ketinggian jalan sehingga bekisting yang dipasang terlihat seragam
serta seluruh panjang terletak pada elevasi yang benar.
109
Gambar 4.18 Pemasangan Bekisting
c. Setelah itu pemasangan pembesian utama rigid pavement. Besi yang
digunakan adalah besi polos Ø 12 , Ø 32 dan ulir D13, D16(tiebar) .
Pengerjaan rigidharus menggunakan dowel dan tiebar. Dowel terdiri
dari besi Ø 32 yang dilumasi dengan Greece dan dibungkus dengan
pipa PVC,fungsinya untuk menyalurkan beban sehingga pelat beton
yang berdampingan tidak mengalami penurunan.Sedangkan tiebar
berfungsi untuk mengunci pergerakan plat beton sehingga plat tidak
bergerak horizontal.Berikut ini penjelasan tentang dowel dan tiebar :
- Pemasangan Dowel
1. Dowel harus terbuat dari batang baja polos dan memenuhi spesifikasi
untuk batang polos. Dowel harus polos, tidak kasar atau tidak memiliki
tonjolan sehingga tidak mengurangi kebebasan pergerakan ruji dalam beton.
Apabila digunakan topi pelindung muai yang terbuat dari logam (metal
expansion cap) pelindung tersebut harus menutupi bagian ujung dowel
dengan jarak 5 cm - 7 cm. Pelindung harus memberikan ruang pemuaian yang
cukup, dan harus cukup kaku sehingga pada waktu pelaksanaan tidak rusak.
110
2. Batang dowel harus ditempatkan di tengah ketebalan pelat.
3. Bagian batang dowel yang bisa bergerak bebas, harus dilapisi
dengan bahan pencegah karat. Sesudah bahan pencegah karat
kering, maka bagian ini harus dilapisi dengan cat atau diolesi
dengan bahan anti lengket sebelum dowel dipasang pelindung
muai. Ujung batang dowel yang dapat bergerak bebas harus
dilengkapi dengan topi/penutup topi pelindung muai. Pelapis
dowel yang digunakan memakai pipa pvc
4. Dudukan dowel ditempatkan pada lapis pondasi bawah atau
tanah dasar yang sudah dipersiapkan.
5. Dowel harus ditempatkan dengan kuat pada posisi yang telah
ditetapkan sehingga tekanan beton tidak akan mengganggu
kedudukannya. Pada tikungan yang diperlebar, sambungan
memanjang pada sumbu jalan harus diatur sedemikian rupa
sehingga mempunyai jarak sama dari tepi-tepi pelat.
111
Tiebar
Gambar 4.19 Pemasangan Dowel dan Tiebar
Dowel
- Pemasangan Tie Bar
1. Pada ke dua sisi mal sambungan memanjang dibuat lubang sebagai
tempat memasang tie bar
2. Dan pada kedua sisi mal memanjang dibuatkan lidah agar nantinya
tejadi ikatan yang kuat antar slab pada sambungan memanjang
3. Selanjutnya dipasang tie bar: Ø16 (besi ulir).
112
Berikut ini gambar pemasangan pembesian perkerasan beton (rigid pavement) pada
Pembangunan Jalan Samarinda- Sangasanga dalam gambar ini untuk kendaraan yang
melintas dari Samarinda ke arah Sangasanga dimana bagian yang fixed (tetap/besi
Ø32 mengikuti arah jalur kendaraan yang melintasi begitu juga untuk pemasangan
dowel untuk arah dari Sangasanga ke Samarinda bagian yang fixed (tetap/besi Ø32
mengikuti arah jalur kendaraan yang melintasi :
113
Dowel
114
Detail Pembesian Sambungan Perkerasan Beton
115
Tiebar
Gambar 4.20 Detail Pembesian Perkerasan Pembangunan
Jalan Samarinda-Sangasanga
116
d. Pemasangan pembesian pada tulangan beton perkerasan kaku di
lakukan dengan metode sebagai berikut :
1. Perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan, dan
pada tulangan arah memanjang dipasang searah sumbu
jalan,serta tulangan melintang dipasang tegak lurus sumbu
jalan.
2. Semua tulangan memanjang dan melintang yang dipasang
harus sesuai dengan detail dan letak pada gambar yang
direncanakan.
3. Batang-batang tulangan baja pada setiap persilangan harus
diikat kuat. Pada tulangan yang disambung, bagian ujungnya
harus berimpit dengan panjang tidak kurang dari 30 kali
diameternya.
4. Pada ujung lembar anyaman kawat tulangan baja harus
ditumpang tindihkan sebagaimana yang tercantum pada
gambar rencana. Lembar anyaman harus diikat kuat untuk
mencegah pergeseran; apabila pelat (slab) dibuat dengan dua
kali mengecor, maka permukaan lapis pertama harus rata dan
terletak pada kedalaman tidak kurang dari 5 cm di bawah
permukaan akhir pelat.
117
5. Tulangan ditempatkan di atas lapis pertama pengecoran;
Penghamparan lapisan pertama harus mencakup seluruh lebar
pengecoran dengan panjang yang cukup untuk memungkinkan
agar anyaman dapat digelar pada posisi akhir tanpa terjadi
kelebihan penulangan yang terlalu jauh.
6. Selama penghamparan pemasangan tulangan harus selalu
diperiksa dan apabila ada yang tidak sesuai perlu dilakukan
perbaikan.
7. Batang baja yang disambung, bagian ujungnya harus berimpit
satu sama lainnya dengan panjang minimum 30 kali
diameternya, tetapi tidak boleh kurang dari 40 cm.
4.2.6 Pekerjaan Beton
Pekerjaan beton yang di gunakan dalam proyek ini adalah beton dengan
mutu K-125 ( Pekerjaan LC) dan K-350 (Pekerjaan rigid). Pekerjaan ini
meliputi persiapan area kerja ,penghamparan beton,perapian beton,pekerjaan
pemotongan beton dan pengecekan beton.
118
a. Persiapan area kerja
1. Pemeriksaan kebersihan permukaan sub Grade (Lantai Kerja)
2. Periksa sudut-sudut dan sambungan dari acuan beton,agar tidak terdapat
celah yang mengakibatkan keluarnya air semen. Jika di temukan hal seperti
itu maka celah tersebut segera ditutup.
3. Pemasangan tulangan-tulangan sambungan harus sudah sesuai gambar kerja.
4. Kesiapan alat-alat yang digunakan
Gambar 4.21 Persiapan Area Kerja
b. Penghamparan beton
1. Pengecoran tidak boleh di lakukan pada kondisi cuaca seperti berikut:
Hujan,air hujan langsung mengenai area pengecoran
Temperature melebihi 30 0C
Tingkat penguapan melampaui 1.0 kg/m2/jam
119
2. Sebelum pengecoran beton di mulai acuan harus di basahi dengan air
3. Kendaraan concrete mixer menghampar beton di atas lantai kerja dan di
bantu oleh pekerja untuk meratakannya.
4. Pengecoran beton harus di lanjutkan tanpa berenti sampai dengan
sambungan konstruksi (construction joint) sampai pekerjaan selesai.hal
ini di maksudkan agar tercapainya homogenitas beton secara keseluruhan
untuk menjamin sifat kedap air.
5. Jarak jatuh bebas ke dalam cetakan harus pada ketinggian kurang dari
150 cm,apabila melebihi dapat mengakibatkan segresi spesi beton . serta
tidak di perkenankan menimbun beton dalam jumlah banyak di suatu
tempat dengan maksud untuk memudahkan meratakan sepanjang acuan.
6. Lakukan slump test selama pelaksanaan pengecoran untuk menjamin
agar nilai air semen tetap sesuai dengan mix design
7. Lakukan pemadatan dengan menggunakan alat penggetar, hal ini di
lakukan agar semua sudut-sudut terisi,dan di sekeliling tulangan
terpenuhi tanpa menggeser kedudukan tulangan tersebut,dan agar
permukaan menjadi rata dan halus,mengeluarkan gelembung-gelembung
udara dan memgisi semua ronggga.
120
Berikut merupakan langkah pemadatan beton pada saat pengecoran :
a) Masukan vibrator kedalam cor beton dengan cepat, akan tetapi angkat
vibrator setelah pemadatan dengan lambat.
b) Ketika memasukan vibrator kedalam cor beton maka akan tampak
radius vibrasi. Radius vibrasi ini harus menyentuh seluruh area
permukaan beton yang dicor sehingga masing-masing radius vibrasi
saling overlap menyelimuti seluruh permukaan beton yang dicor.
c) Kedalaman batang vibrator kira-kira harus menjangkau dasar cor
beton, akan tetapi jangan sampai menyentuh permukaan cetakan beton
(bekisting)
d) Ketika menggunakan vibrator hindari kontak batang vibrator dengan
bekisting (cetakan beton). Walaupun terlihat bagus karena hampir
seluruh permukaan cor beton tergetar, akan tetapi hal ini justru akan
mengakibatkan beton yang sudah setting tergetar kembali sehingga
dapat meninggalkan retakan kecil, disamping itu waktu pengetaran
menjadi lebih lama hal ini bisa mengakibatkan segeregasi
e) Tidak dibolehkan memadatkan beton dengan cara menyentuhkan
batang vibrator ke besi tulangan beton.
f) Tidak diperbolehkan meratakan cor-coran beton menggunakan batang
vibrator
121
g) Dan jangan pernah meninggalkan batang vibrator di atas area
pengecoran dalam keadaan hidup walaupun cor-coran beton belum
ada.
h) Meratakan dengan menggunakan bantuan mesin Truss Screed sesuai
dengan tinggi bekisting.
i) Meratakan dan merapikan beton dengan cara manual yaitu dengan
menggunakan sendok spesi.
j) Membuat alur setelah 2 jam beton di hampar agar memiliki kekerasan
yang cukup untuk membuat alur,dengan jarak alur 2cm.
k) Lakukan perawatan setelah beton mulai mengeras dengan menyelimuti
nya dengan bahan yang dapat menyerap air. Lembaran bahan harus di
buat jenuh dalam waktu paling sedikit 3hari.
l) Lalu lintas ataupun penambahan beban selain beban sendiri tidak
diperkenankan sampai beton berumur 7 hari setelah selama
pelaksanaan.
Gambar 4.22 Pekerjaan Pengecoran
122
Gambar 4.23 Pekerjaan Pemadatan Menggunakan Vibrator
c. Pekerjaan Pemotongan dan Pengisian Aspal Pada Sambungan Beton
1. Pekerjaan pemotongan di lakukan 30 jam setelah pengecoran
2. Memotong beton dengan menggunakan concrete cutter dengan
kedalaman 3 cm.
3. Semua potongan memanjang dan melintang harus dibuat sesuai dengan
detail dan letak pada gambar rencana.
4. Semua sambungan melintang harus dibuat segaris untuk seluruh lebar
perkerasan. Bidang-bidang permukaan sambungan harus diusahakan
tegak lurus terhadap bidang permukaan perkerasan
5. Dalam pembuatan sambungan,sebaiknya perhatikan alur sambungan
yang dibuat,guna menghindari ketidakrataan permukaan pada sambungan
tersebut.
123
6. Dalam peanmotong harus dilakukan secara perlahan-lahan untuk
mencegah terjadinya sambungan yang kasar.
7. Hasil potongan diisi dengan bahan tambah aspal cair.
Gambar 4.24 Pekerjaan Pemotongan Beton
Gambar 4.25 Pekerjaan Joint Sealent
124
d. Pengecekan Hasil Pengecoran
1. Periksa permukaan beton hasil pengecoran ,hasil pengamatan dan
penyebab dapat di lihat di bawah ini :
Pengamatan Penyebab
Retak-retak halus kelihatan Percetakan kering/susut,retak-retak hidrasi
Kelebihan pembebanan pengendapan beton
Ketebalan beton yang terlalu tinggi
menghambat proses hidrasi semen
Melebihi batas waktu setting time setelah
penambahan bahan kimia
Ruang-ruang besar di dalam beton Sangkar kerikil atau ruang udara tertutup
Permukaan berpasir Kurangnya perawatan
2. Apabila terdapat cacat seperti pada poin 1 lakukan pemahatan pada lokasi
rusak sampai ke bagian yang utuh,membentuk permukaan yang tegak
lurus terhadap permukaan beton. Lubang beton di basahi dengan air dan
adukan semen acian harus di oleskan pada permukaan lubang.
Selanjutnya lubang di isi dan di tumbuk dengan adukan yang kental yang
merupakan campuran pengisi yang dipersyaratkan dan di campur 30
menit sebelum di pakai. Campuran yang di persyaratkan harus
125
mempunyai warna yang sama. Apabila di perlukan permukaan beton
dapat di lakukan dengan amplas,gerinda sehingga seluruh permukaan
menjadi rata dan halus.
3. Pengetesan sample beton dilakukan untuk setiap mutu beton dan untuk
setiap jenis komponen struktur yang di cor terpisah pada tiap hari
pengecoran. Setiap pengujian minimum harus mencakup empat benda
uji, dengan maksud sebagai berikut :
Benda uji pertama di uji pembebanan kuat tekan sesudah 7 hari
Benda uji ke dua di uji pembebanan kuat tekan sesudah 14 hari
Benda uji ke tiga di uji pembebanan kuat tekan sesudah 28 hari
Hasil pengujian Kuat Tekan Kubus akan dilampirkan dalam bab
lampiran.
4. Pembongkaran acuan tidak boleh di bongkar dari bidang
vertikal,dinding,kolom yang tipis dan struktur yang sejenis lebih awal 30
jam setelah pengecoran beton. Cetakan yang di topang oleh perancah di
bawah pelat,balok,gelagar, tidak boleh di bongkar hingga pengujian
menunjukkan bahwa paling sedikit 85 % dari kekuatan rancangan beton
telah di capai.
5. Lakukan pemeriksaan pada construction joint,untuk memastikan
sambungan tidak terjadi kebocoran. Pemeriksaan dapat di lakukan
dengan penyemprotan air atau penggenangan air pada lokasi construction
126
joint,apabila terjadi rembesan maka construction joint yang ada harus di
perbaiki.
Gambar 4.26 Pengujian kuat tekan beton dengan mesin kuat tekan
e. Masa Perawatan Beton Rigid
a) Masa perawatan adalah masa dimana beton dalam kondisi segar dirawat
sampai kondisi beton tersebut mengeras.
b) Segera setelah pengecoran, beton dilindungi dari pengeringan dini, tempe-
ratur yang terlalu panas, dan gangguan mekanis. Beton dijaga agar
kehilangan kadar air yang terjadi seminimal mungkin dan diperoleh
temperatur yang relatif tetap dalam waktu yang ditentukan untuk
menjamin hidrasi yang sebagaimana mestinya pada semen dan pengerasan
beton
127
c) Pada proyek Rigid Pavement Jalan Samarinda-Sanga-sanga ini, beton
dirawat dan menyelimutinya selama ± 24 jam dengan geotekstil non
woven yang dapat menyerap air
Gambar 4.27 Perawatan beton dengan Geoteks non Woven
128
top related