pikiran rakyat - pustaka ilmiah universitas...

Post on 09-Mar-2019

238 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

Pikiran Rakyato Selasa o Rabu • Kamis o Jumat o Sabtu o Minggu

4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1520 21 22 23 24 ~ 26 27 28 29 30 31

o Mar OApr OMei OJun OJul OAgs OSep OOkt eNov ODes

Jati Diri "IG Sunda""yang Teraba ikanOleh mrs SURYANI

BULAN Novemberyang terdapat Hari Ak-sara Internasional, se-

layaknya dapat menjadi mo-men penting yang dapat mem-beri pencerahan dan kebangga-an bagi set:iapsuku bangsa yangmemiliki "aksara" sebagai jatidirinya. Simaklah orang Jepangyang memiliki aksara hiraganadan katakana, Cina dan Korea(hangul), India (pallawa ataunagari), juga orang Batak, Lam-pung, Bugis, Jawa, dan Rejang.

Orang Sunda pun memilikiaksara Sunda buhun yang ter-ungkap lewat prasasti maupunnaskah berbahan lontar ataunipah abad XVI Masehi,melalui Naskah Carita Para-hiyangan, Siksakandang Kare-sian, Amanat Galunggung,Carita Ratu Pakuan, dan nas-kah paling muda berbahankertas, Carita Waruga Guru.

Aksara di Tatar Sunda mulaidikenal pada abad ke-a Mase-hi, pada zaman Karajaan Taru-managara. Sayang, naskah-naskah abad ke-a sampai ke-zMasehi belum ditemukankarena "bahan" yang digu-nakan (daun, kulit, kertas) mu-dah rusak dibandingkan de-ngan bahan untuk membuatprasasti (batu) atau piagem(logam). Bukti-bukti tertulisyang ditemukan di wilayahTatar Sunda dapat dijadikan"ciri" untuk menelurusi aksarayang pemah berkembang ser-

ta digunakan di Tatar Sunda.Sebenamya ditemukan

enam model aksara yang dike-nal dan pemah digunakan diTatar Sunda, baik dalamprasasti maupUll naskah, yakni .aksara pallawa/nagari, Jawakuno, Sunda buhun (Kuno),Arab (pegon), Jawa-Sunda(cacarakan/hanacaraka),danLatin. Namun, yang dikenaldan digunakan khususnya,dalam naskah-naskah sertadisesuaikan dengan bahasayang berkembang di TatarSunda, hanya empat, yakni ak-sara Sunda buhun, Sunda-Jawa (cacarakanjhanacaraka),Arab ( pegon), dan Latin(Bandingkan Ekadjati, 1989;Darsa, 1991;Moriyama, 2005)·

Aksara Sunda buhun digu-nakan untuk menulis naskahSunda pada zaman pengaruh

kebudayaan Hindu, pada abadke-ig hingga abad ke-rz Masehiyang merupakan pengemba-ngan dari aksara pallawa dariIndia yang digunakan dalammenulis prasasti pada abad ke-5 Masehi. Huruf Sunda-Jawa(cacarakanjhanacaraka) digu-nakan untuk menuliskan nas-kah-naskah Sunda sekitar abadke-rz hingga awal abad ini. Je-nis aksara cacarakan/hana-caraka masuk ke kebudayaanSunda mengiringi masuknyakekuasaan (politik) Jawa dibagian timur wilayah budayaSunda pada abad ke-17Masehi.Begitu meluasnya pemakaianjenis aksara ini sehingga ma-syarakat Sunda terbiasa menye-butnya sebagai aksara Sunda(Bandingkan Ekadjati, 1989;Darsa, 1991; Moriyama, 2005)·

Aksara Sunda buhun tipolo-gis dasarnya lebih mengacu ke-pada aksara tipe nagari yanghampir semodel dengan ak-sara-aksara yang berkembangdi wilayah Indocina. Model ak-sara Sunda buhun yang digu-nakan dalam prasasti-prasastidan piagem masa kerajaanSunda, baik yang berpusat diGaluh atau di Pakuan Paja-jaran memperlihatkan gam-baran model aksara Sundabuhun yang lebih awal. Pra-sasti-prasasti dari zaman Galuhdi kompleks Kabuyutan As-tana Gede wilayah Kawali Cia-mis, menggunakan aksara Sun-da buhun. Dari zaman PakuanPajajaran, aksara Sunda Buhundipakai dalam Piagem Kaban-tenan (Bekasi) serta prasasti

Kliping Humas Unpad 2010

f

Batutulis (Bogor) yang munculpada masa pemerintahan SriBaduga Maharaja, serta Pra-sasti Geger Hanjuang Galung-gung pada masa pemerintahanBatari Hyang Janapati.

Holle (1882: 15-18) mengu-raikan tentang tipologis aksarapada prasasti dan piagam de-ngan menyatakan sebagai mo-dern schrift uit de Soenda-lan-den, en niet meer dan ± 1500jaar oud, "aksara modern dariTatar Sunda, dan berusia tidaklebih dari sekitar 1.500 tahun",Dapat dikatakan, aksara Sundabuhun ini merupakan hasilkreasi orang Sunda.

Aksara Sunda berupayadiperkenalkan kembali untukmemperlihatkan salah satuhasil kreativitas generasi Sundaterdahulu. Upaya ini mendapatdukungan dari masyarakat,dengan dikeluarkannya PerdaNomor 6 Tahun 1996, diikutiSurat Keputusan GubernurJawa Barat No. 434/SK614-Dis.PK/99. Adanya perda danSKgubernur ini pun dilatarbe-lakangi Keputusan PresidenNo. 082/B/1991 tanggal za Juli1991. Perda Nomor 6 Tahun1996 disesuaikan lagi dengansituasi dan kondisi saat inimenjadi Perda Provinsi JawaBarat Nomor 5 Tahun 2003tentang Pemeliharaan Bahasa,Sastra, dan Aksara Daerah.

Mengacu kepada pemba-kuan aksara Sunda yang salahsatunya melalui unicode aksaraSunda, aksara Sunda yangterekam dalam font aksaraSunda urutan abjad aksaranya

berbunyi kaganga cajanyatadana pabama yarala wasa-ha, jadi ada 18 buah aksarapokok ngalagena ditambah 7aksara swara (a, e, i, 0, u, e,dan eu). Susunan bunyi aksarakaganga pada dasarnya serupadengan susunan bunyi aksaradi Sumatra, juga aksara Jawakuno. Di tanah air, ada tz jenisaksara daerah, yaitu aksaraBali, Batak, Bengkulu, Bima,Bugis, Jawa, Komering, Lam-pung, Makassar, Pasemah, Re-jang, dan Sunda.

Sayang sekali, aksara Sunda(kaganga) yang menjadi jatidiri dan kareueus orang Sundatersebut, belum begitu dipi-kawanoh (dikenal) generasimuda di Tatar Sunda. Meski-pun upaya pengenalan ter-hadap "aksara Sunda" tersebutsudah dilakukan oleh JajaranPolwil Priangan melalui Papannama beraksara Sunda. Kini,papan nama itu pun mulaiterkikis, seiring dengan dipa-puskannya Polwil Priangan.

Ketidakengeuhan terhadapjati diri Ki Sunda ini pun dise-babkan ketidaksiapan guru se-bagai "ujung tombak" untukmengenalkan dan mengajar-kan aksara Sunda tersebut ke-pada anak didiknya. Hal ini di-maklumi. Bagaimana gurumau mengenalkan dan menga-jarkan aksara Sunda kepadamuridnya, kalau gurunya sen-diri belum mampu memahamiaksara tersebut. ***

Penulis, dosen, penulis,dan peneliti budaya Unpad.

top related