persepsi masyarakat tentang siaran dakwah...
Post on 08-Apr-2019
237 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG SIARAN DAKWAH
TELETILAWAH DI TVRI
(STUDI KASUS DI KELURAHAN GENUKSARI KECAMATAN GENUK KOTA
SEMARANG)
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan melengkapi Syarat
Guna Memperoleh gelar Sarjana Srata 1 (S.1)
Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI)
N A D H I F A T U N
1104083
FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
ii
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 5 (lima) eksemplar
Hal : Persetujuan Naskah Skripsi
Kepada.
Yth. Bapak Dekan Fakultas Dakwah
IAIN Walisongo Semarang
Di Semarang
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah membaca, mengadakan koreksi dan perbaikan sebagaimana mestinya, maka kami
menyatakan bahwa Skripsi Saudara/i :
Nama : Nadhifatun
NIM : 1104083
Fak / Jurusan : Dakwah / KPI
Judul Proposal Skripsi : PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG SIARAN DAKWAH
TELETILAWAH DI TVRI (STUDI KASUS DI KELURAHAN
GENUKSARI KECAMATAN GENUK KOTA SEMARANG)
Dengan ini kami setujui dan mohon agar segera diujikan. Demikian, atas perhatiannya
diucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Semarang, 30 Juni
2011
Pembimbing
Bidang Substansi Materi Bidang Metodologi & Tatatulis
AHMAD FAQIH, S.Ag, M.Si RUSTINI WULANDARI, .Sos,M.Si
NIP. 197303081997031004 NIP. 197408212003122001
Tanggal : ………………………. Tanggal : ………………………….
iii
SKRIPSI
PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG
SIARAN DAKWAH TELETILAWAH DI TVRI
(Studi Kasus di Kelurahan Genuksari Kecamatan Genuk Kota Semarang)
Disusun oleh:
Nadhifatun
1104083
telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
pada tanggal 30 Juni 2011
dan dinyatakan telah lulus memenuhi syarat
Susunan Dewan Penguji
Ketua Dewan Penguji Anggota Penguji I
Dekan/Pembantu Dekan
Drs. H. Nurbini, M. S. I Dr. Ilyas Supena, M. Ag
NIP. 19680918 199303 1 004 NIP : 19720410 200112 1 003
Sekretaris Dewan Penguji/ Anggota Penguji II
Pembimbing
Ahmad Faqih, S. Ag, M. Si M. Chodzirin, S. Kom, M,Kom
NIP. 19730308 199703 1 004 NIP : 19691024 200501 003 003
iv
PERNYATAAN
Dengan pernyataan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri dan di
dalamnya tidak ada karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di peguruan
tinggi di lembaga pendidikan lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil Penerbitan maupun
yang belum/tidak diterbitkan, sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan daftar pustaka.
Semarang, 30 Juni 2011
Penyusun,
Nadhifatun
1104083
v
MOTTO
♦ Janganlah kau bermimpi untuk menggapai semua bintang dilangit ♦
♦ Apabila kau tidak mampu menggapainya ♦
♦ Namun jalani hidupmu hari ini seperti air yang mengalir ♦
♦ Niscaya kau kan temukan kebahagiaan hakiki ♦
♦ Lakukan semua yang kau inginkan dengan usaha dan doa ♦
♦ InsyaAllah ♦
♦ Kan kau petik hikmah di kemudian hari ♦
vi
PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan untuk:
♥ Ibu tercinta (she is my idol) yang telah mencurahkan kasih sayangnya,memberikan do’a serta dorongan pada ananda baik secara moril maupun spiritual.
♥ Kakak–kakakku (Anik, Ana, Fifah, Tatik ) semoga karya ini bisa
mengganti baktinku selama ini terabai oleh ego dan inginku. ♥ Keponakanku karena kalianlah hidup jadi bermakna.
♥ Prastyo Widayanto,yang telah memberikan dukungan serta perhatian dalam kesuksesan studiku, serta motivasi.
♥ My Best Friend Anikmah, Eny Mahfiroh, dan Tika, kalian
inspirasiku.
♥ Mbak Atik terimaksih sudah memberikan dorongan dan doanya selama ini. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayahnya untuk kita semua.
Amien Ya rabbal’Alamien.
vii
ABSTRAKSI
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat kelurahan
Genuksari Kecamatan Genuk Semarang yang menonton siaran dakwah penulis menggunakan
pendekatan psikologi komunikasi untuk dapat memahami perilaku masyarakat kelurahan
Genuksari tentang persepsi mereka terhadap siaran dakwah Teletilawah, dan untuk menganalisis
data dengan menggunakan metode deskrptif kuantitatif (statistik prosentase yang kemudian
dikualifikasi).
Analisis ini digunakan untuk melihat frekuensi tertentu suatu nilai dalam himpunan data
yang diperoleh dari penelitian terhadap persepsi masyarakat. Jumlah frekuensi tersebut dinyatakan
dalam presentase sama dengan 100%, hasil penelitian ini adalah bahwa persepsi masyarakat
setelah menonton siaran dakwah Teletilawah di TVRI bahwa materi yang ada di siaran dakwah
Teletilawah mencakup kehidupan beragama yang benar, karena materi yang dibahas bersumber al-
Quran dan hadist yang diantaranya membahas persoalan atau fenomena masalah akhlak, ibadah,
dan sebagainya. Sebagai bahan pokok materinya, siaran dakwah Teletilawah di TVRI ditayangkan
setiap hari Senin-Jumat terdapat pesan dakwah yang cukup memberikan pengaruh terhadap
kondisi psikologis masyarakat, baik dari cara berpikir dan tingkah laku mereka, persepsi
masyarakat berhubungan dengan perasaan mereka terhadap siaran dakwah teletilawah
berhubungan dengan perasaan mereka terhadap siaran dakwah Teletilawah yaitu masyarakat cukup
merasa senang dengan keberadaan siaran dakwah Teletilawah sebab acara tersebut disajikan sesuai
dengan keinginan masyarakat.
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tetap terlimpahkan kepangkuan beliau Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya serta orang-orang mukmin yang
senantiasa mengikutinya.
Dengan kerendahan hati dan kesadaran penuh, peneliti sampaikan bahwa skripsi ini tidak
akan mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan dari semua pihak, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih sebanyak-
banyaknya kepada semua pihak yang telah membantu. Adapun ucapan terima kasih secara khusus
penulis sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. H. Muhibbin, M. Ag, selaku Rektor IAIN Walisongo.
2. Dr. Muhammad Sulthon M Ag. selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang,
beserta staf yang telah memberikan pengarahan dan pelayanan dengan baik selama penelitian.
3. Ahmad Faqih, S.Ag. M.Si , dan Rustini Wulandari S.Sos, M.Ag. selaku dosen pembimbing
yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan fikirannya untuk memberikan bimbingan
dan pengarahan dalam penyusunan penulisan skripsi ini.
4. Drs. H. M.alFaldi, M.Ag selaku kajur KPI dan Ahmad Faqih, S.Ag. M.Si selaku sekjur KPI
Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang.
5. Keluaraga besar Civitas Akademika Fakultas Dakwah IAIN Walisongo, khususnya para Dosen
pengajar yang telah membekali ilmu kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Ibu tercinta yang telah mengasuh, membesarkan dan mendidik penulis hingga dewasa.
7. Kakak-kakak tercinta (Anik, Ana, Fifah dan Tatik) terima kasih atas dukungan dan doanya
kepada penulis sehingga menyelesaikan studi ini.
8. Prastyo terimakasih sudah memberikan motivasi dan semangat selama ini.
9. Para perangkat Kelurahan Genuksari Semarang yang telah berpartisipasi dalam penyusunan skripsi
ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
ix
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tentulah masih jauh dari sempurna,
baik dari segi bahasa, analisa, maupun materi kajiannya, maka dari itu penulis sangat
mengaharapkan saran dan kritik yang membangun demi sempurnanya skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, terutama dalam
bidang Komunikasi Penyiaran Islam.
Semarang, 30 Juni 2011
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DEPAN................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ................................................................................................ v
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................ vi
ABSTRAK ................................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. viii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ............................................................................ 6
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 6
1.4. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 6
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian dan Ruang Lingkup Persepsi .......................................... 11
1. Pengertian Perserpsi ...................................................................... 11
2. Proses Terjadinya Persepsi ............................................................ 14
3. Jenis-jenis Persepsi ........................................................................ 16
4. Aspek-aspek Persepsi..................................................................... 17
2.2. Pengertian dan Ruang Lingkup Dakwah ........................................... 20
1. Pengertian Dakwah ........................................................................ 20
2. Dasar Pelaksanaan Dakwah ........................................................... 22
3. Dasar Hukum Dakwah ................................................................... 23
4. Unsur-unsur Dakwah ..................................................................... 25
5. Tujuan Dakwah .............................................................................. 40
2.3. Media Elektronik dan Muatan Dakwah ........................................... 42
1. Media elektronik sebagai media komunikasi ................................ 42
xi
2. Ciri-ciri komunikasi massa ............................................................ 43
3. Televisi sebagai media dakwah .................................................... 44
4. Pemanfaatan televisi sebagai media dakwah ................................. 47
5. Kelebihan dan kelemahan televisi sebagai media dakwah ............ 50
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Metode Penelitian ................................................................ 52
3.2. Definisi Konseptual dan Operasional .................................................. 54
3.3. Sumber dan Jenis Data ......................................................................... 54
1. Sumber Data .................................................................................. 54
2. Jenis Data ...................................................................................... 54
3.4. Populasi dan Sampel ........................................................................... 55
3.5. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 57
3.6. Teknik Analisis Data ........................................................................... 58
3.7. Hipotesis .............................................................................................. 58
BAB IV DATA DAN ANALISISNYA
4.1. Gambaran Umum Wilayah Kelurahan Genuksari ............................... 60
1. Letak Geografis ................................................................................ 60
2. Keadaan Monologis ......................................................................... 61
4.2. Televisi Republik Indonesia (TVRI) Sebagai Media Dakwah ............ 65
1. Sejarah TVRI ................................................................................... 66
2. Visi dan Misi TVRI ......................................................................... 72
3. Jangkauan Siaran TVRI ................................................................... 73
4. Kekuatan TVRI ................................................................................ 74
5. Program Acara TVRI ....................................................................... 74
4.3. Siaran Dakwah TVRI ........................................................................... 77
1. Waktu Penayangan........................................................................... 77
2. Da’i yang Ditampilkan ..................................................................... 83
3. Metode yang Digunakan .................................................................. 84
4. Materi yang Disampaikan ............................................................... 85
xii
5. Persepsi Masyarakat Kelurahan Genuksari Kecamatan Genuk Kota Semarang
Tentang Siaran Dakwah Teletilawah Di TVRI ............................... 90
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan ..........................................................................................101
5.2. Limitasi ................................................................................................102
5.3. Saran-saran ..........................................................................................103
5.4. Penutup ................................................................................................104
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIODATA DIRI
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah Penduduk Menurut Usia .............................................................. 61
Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ........................................ 62
Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan ................................................... 62
Tabel 4. Jumlah Sarana Pendidikan ....................................................................... 63
Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Agama ......................................................... 64
Tabel 6. Jumlah Sarana Ibadah .............................................................................. 65
Tabel 7. Jumlah Media Elektonik Radio dan TV................................................... 65
Tabel 8. Tema-tema Acara Teletilawah ................................................................. 83
Tabel 9. Pesan-pesan Keagamaan pada Siaran Dakwah Teletilawah Tidak Sesuai 90
Tabel 10. Materi yang Disiarkan Dakwah Tidak Sesuai dengan Keinginan Masyaraka 91
Tabel 11. Materi Tentang Al–Qur’an Pada Siaran Dakwah Teletilawah di TVRI Sudah
Memadai ....................................................................................................92
Tabel 12. Materi Ibadah yang Disiarkan Melalui Acara Teletilawah TVRI Sudah Memadai
....................................................................................................................92
Tabel 13. Materi Akhlak yang Disiarkan Melalui Acara Teletilawah TVRI Sudah Memadai
....................................................................................................................93
Tabel 14. Perasaan Saya Menjadi Tentang dan Damai Setelah Menonton Siaran Dakwah
Teletilawah ................................................................................................94
Tabel 15. Pesan–Pesan Dakwah yang Disampaikan dalam Siaran Teletilawah dengan Mudah
Saya Terima ...............................................................................................95
Tabel 16. Saya Bertambah Wawasan Keagamaan dengan Menonton Siaran Dakwah
Teletilawah ................................................................................................96
........................................................................................................................
Tabel 17. Iman Saya Semakin Mantap Setelah Menonton Siaran Dakwah Teletilawah 97
Tabel 18. Saya Merasa Menyesal Jika Tidak Menonton Siaran Dakwah Teletilawah97
Tabel 19. Kehidupan Sosial Keagamaan Makin Baik Dengan Menonton Siaran Dakwah
Teletilawah .................................................................................................98
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dakwah merupakan aktivitas yang sangat penting dalam Islam. Dengan
dakwah Islam dapat tersebar dan diterima oleh manusia. Sebaliknya tanpa
dakwah Islam akan semakin jauh dari masyarakat dan selanjutnya akan lenyap
dari permukaan bumi. Dalam kehidupan masyarakat, dakwah berfungsi menata
kehidupan yang agamis menuju terwujudnya masyarakat yang harmonis dan
bahagia. Ajaran Islam disiarkan melalui dakwah dapat menyelamatkan manusia
pada umumnya dari hal-hal yang dapat membawa pada kehancuran (Aziz,
2004:37).
Dakwah adalah salah satu tugas yang harus (wajib) dilaksanakan umat
Islam kapan saja dalam keadaan apapun sesuai dengan perkembangan zaman.
Hal ini sesuai dengan tujuan dakwah untuk menumbuhkan pengertian,
kesadaran, penghayatan dan pengamalan ajaran agama yang dibawakan oleh
para da’i (Saleh, 1977:1). Dalam hal ini Allah SWT berfirman dalam Surat Ali
Imran ayat 104 :
المنكر عه وينهىن ببلمعروف ويأمرون الخير إلى يذعىن أمة منكم ولتكه
المفلحىن هم وأولئك
Artinya : “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma‟ruf dan mencegah
dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”.
(Departemen Agama RI, 1995 :93).
1
2
2
Dakwah antara da’i dengan mad’u tidak hanya pertemuan-pertemuan
langsung antara da’i dengan mad’u akan tetapi dibutuhkan inovasi dengan
menggunakan media lain yang lebih modern, seperti : media cetak dan
elektronik. Media-media tersebut harus diupayakan penggunaannya untuk
kepentingan dakwah Islam secara luas.
Dalam hal ini Allah SWT berfirman Surat An-Nahl ayat 125 yang
berbunyi:
إن أحسه هي ببلتي وجبدلهم الحسنة والمىعظة ببلحكمة ربك سبيل إلى ادع
ببلمهتذيه أعلم وهى سبيله عه ضل بمه أعلم هى ربك
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan TuhanMu dengan hikmah pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalannya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk”. (Departemen Agama, 1995:421)
Dari ayat di atas, maka dakwah Islam dengan metode bil hikmah,
mauidhah hasanah dan metode mujadalah tidak harus disampaikan dengan cara
tatap muka antara da’i dengan mad’u tapi dengan kecanggihan teknologi, maka
dakwah Islam pun dapat disampaikan melalui media yang modern misalnya
televisi.
Para pengemban dakwah yang melaksanakan dakwahnya melalui
pemanfaatan teknologi komunikasi yang berbentuk koran, disusul munculnya
radio dan televisi hingga marakya internet. Media-media komunikasi ini bisa
dijadikan sebagai media dakwah. Media dakwah merupakan salah satu unsur
3
3
dalam proses strategi yang tepat dalam dakwah. Semua itu penting dipahami
guna menyukseskan serta mengupayakan solusi terbaik dalam mengatasi
berbagai masalah yang dapat menggagalkan proses dakwah.
Zaman modern sekarang ini, televisi merupakan salah satu media
elektronik yang digunakan umat Islam sebagai media dakwah. Melalui televisi,
pesan dakwah dapat disampaikan dalam bentuk bermacam-macam sesuai
program acara yang disajikan oleh masing-masing stasiun televisi, dan tentunya
disesuaikan pula dengan selera penontonnya. Namun munculnya televisi ini akan
membawa pengaruh pada perkembangan masyarakat Indonesia. Salah satu
diantaranya menurut Budiman (2002) menyatakan bahwa menonton televisi bisa
menjadi sebuah dalih untuk memutuskan kontak dengan orang lain, melepaskan
diri dari pembicaraan tentang topik-topik tertentu (Budiman, 2002:72).
Melalui televisi, masyarakat dapat memilih berbagai acara yang
diperlukan oleh mereka. Acara-acara dapat berbentuk berita, hiburan hingga
informasi pendidikan. Ketika media didominasi tayangan yang bersifat hura-hura
atau penuh kemewahan, atau menayangkan gaya hidup anak muda perkotaan
yang penuh glamour, TVRI sebagai salah satu stasiun televisi yang dikelola oleh
pemerintah sekaligus stasiun televisi tertua justru menawarkan alternatif yang
berbeda, yaitu dengan menyuguhkan acara “Teletilawah” yang dipandu Anisa
Rosali dan Rachmaji Asmuri dan dua dewan hakim ustad H. Abdul Sattar Gani
MA, dan H. Syahdi SAS dan musafir Prof. H. Said Agil Husain Munawar.
Teletilawah acara maqro membaca Al-Qur‟an by Phone yang
4
4
ditayangkan setiap hari Senin–Jumat pukul 04.00–04.30 WIB. Acara
“teletilawah” bersifat interaktif antara penyiar dengan penonton yang
membacakan ayat Al-Qur‟an. Format itu sendiri secara live (langsung) dan
bukan recording (rekaman).
(http://arumsekartaji.wordpress.com/20011/01/03/interaktif-penyiar-dan-
penonton televisi).
Acara ini hadir untuk menyampaikan ajaran Islam terutama Al-Qur‟an
(sebagai sumber ajaran Islam) walau hanya satu ayat termasuk dakwah dalam
pengertian kedua yaitu segala usaha dan upaya untuk merealisir ajaran Islam
yang terdapat dalam Al-Qur'an pada semua aspek kehidupan manusia.
Al-Qur'an adalah kitab suci Islam yang merupakan kumpulan firman-
firman Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. Diantara tujuan
utama diturunkannya Al-Qur'an adalah untuk menjadi pedoman dalam menata
kehidupan manusia agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Agar
tujuan itu dapat direalisasikan oleh manusia, maka Al-Qur'an datang dengan
petunjuk-petunjuk, keterangan-keterangan, aturan-aturan, prinsip-prinsip dan
konsep-konsep, baik yang bersifat global maupun yang terinci, yang eksplisit
maupun yang implisit dalam berbagai persoalan dan bidang kehidupan.
Al-Qur‟an memberikan petunjuk dalam persoalan-persoalan akidah,
syari‟ah dan akhlak,dengan jalan meletakkan dasar-dasar prinsip mengenai
persoalan-persoalan tersebut, dan Allah SWT menugaskan Rasul SAW untuk
memberikan keterangan yang lengkap mengenai dasar-dasar itu : “Kami telah
turunkan kepadamu Al-Dzkir (Al-Qur‟an) untuk kamu terangkan kepada
5
5
manusia apa-apa yang diturunkan kepada mereka agar mereka berpikir. (Q.S. 16
: 44). Al-Qur‟an adalah kitab petunjuk, demikian kecil yang kita peroleh dari
mempelajari sejarah turunnya.
Untuk memahami ajaran Islam secara sempurna (kaffah) maka langkah
pertama yang harus dilakukan adalah memahami kandungan isi Al-Qur'an dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari secara sungguh-sungguh dan
konsisten. Hal ini dapat terlaksana bila telah melakukan proses membaca dan
mengamalkan Al-Qur'an (Shihab, 2006:33).
Kegiatan dakwah dapat dimulai dari membaca seperti yang tersirat dalam
hadits Nabi SAW yang berbunyi Rasulullah bersabda: “Sampaikanlah dariku
walaupun satu ayat.”
Hadits di atas menandakan bahwa umat Islam siapapun dia tidak
memandang latar belakang dan asal-usul, nasab/keturunan, pendidikan dan lain-
lain, bisa “mampu” membaca sekaligus memahami yang terkandung dalam Al-
Qur'an walaupun hanya satu ayat. Hal ini bertujuan tidak lain agar umat Islam
mengamalkan hukum dari Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari walaupun
hanya dari satu ayat.
Hadits di atas menandakan bahwasannya tidak mengandung maksud
untuk menggurui mad’u atau umat yang didakwahi karena yang disampaikan
hanya satu ayat yang arti mendalamnya adalah disesuaikan dengan kemampuan.
Namun lebih kepada rasa mengajak sesama manusia untuk mengerti dan
mengamalkan hasil bacaan bahwa dakwah melalui ayat-ayat Al-Qur'an adalah
sebagai proses awal untuk merealisasikan hukum-hukum pada kehidupan sehari-
6
6
hari. Dari isi dan kandungan acara “Teletilawah” tersebut, penulis ingin
mengetahui persepsi masyarakat tentang siaran dakwah “Teletilawah” di TVRI
(Studi Kasus di Kelurahan Genuksari Kecamatan Genuk Kota Semarang).
1.2. Perumusan Masalah
Bagaimana persepsi masyarakat Kelurahan Genuksari tentang siaran
dakwah Teletilawah di TVRI?
1.3. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: Menyimpulkan persepsi
masyarakat kelurahan Genuksari kecamatan Genuk Semarang yang menonton
siaran dakwah.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini merupakan sumbangsih bagi keilmuan
dakwah tentang sarana dan metode dakwah di kemudian hari.
2. Secara praktis, penelitian ini dapat berguna bagi penelitian-penelitian
selanjutnya, baik akademis maupun non-akademis. Penelitian ini dapat
bermanfaat khususnya dalam rangka penyiaran media elektronik.
1.4. Tinjauan Pustaka
Ditinjau dari judul skripsi yang penulis teliti, maka di bawah ini terdapat
beberapa kajian yang telah diteliti oleh penelitian lain yang relevan dengan judul
yang penulis teliti.
7
7
Pertama, Dewi Arum Pangestuti (2008), “Hubungan Menonton Siaran
Dakwah Hikmah Pagi di TVRI Nasional tehadap Pemahaman Kesalehan Sosial
Masyarakat Kecamatan Brebes Kabupaten Brebes”. Penelitian ini mengetahui
hubungan antara menonton siaran dakwah Hikmah Pagi di TVRI (X) terhadap
pemahaman kesalehan sosial di Kecamatan Brebes (Y). Hikmah Pagi adalah
suatu program acara keagamaan yang disiarkan lewat Televisi Republik
Indonesia Nasional setiap hari Senin pukul 05.00 WIB, disamping mengandung
dua kategori yaitu : kesalehan individu dan kesalehan sosial. Hubungan
menonton Hikmah Pagi di Kecamatan Brebes Kabupaten Brebes, masing-masing
memperoleh 26,66% dan sisanya 73,44% dipengaruhi oleh faktor lain,
diantaranya lingkungan masyarakat.
Kajian penelitian penulis yaitu mengetahui hubungan menonton siaran
dakwah Hikmah Pagi di TVRI Nasional masyarakat Kecamatan Brebes
Kabupaten Brebes. Perbedaan lainnya, penelitian yang dilakukan Dewi yaitu
jenis kuantitatif dengan metode statistika. Sedangkan penelitian yang dilakukan
ini akan menghasilkan data deskripsi, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati, pendekatan hal ini diarahkan pada jenis
penelitian kuantitatif prosentase.
Kedua penelitian Moch. Rohman (1997) “Studi tentang Pelaksanaan
Siaran Agama Melalui Media Komunikasi TVRI (Studi Kasus pada Masyarakat
Perumnas Kodia Semarang). Penelitian ini menekankan pada keefektifan media
komunikasi TVRI dalam menyampaikan siaran agama pada masyarakat
Perumnas Kodia Semarang. Media ini dapat diterima masyarakat dengan baik,
8
8
hal ini terbukti dengan kesadaran untuk mengikuti member Islam yang ada di
TVRI, dimana dalam penyampaian dakwah, dan bahasanya dapat diterima
masyarakat. Pada dasarnya masyarakat menerima dengan baik siaran agama
Islam yang disampaikan TVRI karena tidak ada kendala atau hambatan yang
berarti dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil dari responden golongan
dewasa ada 77% yang mempunyai respon baik dan 14,2% yang menyatakan
kurang baik, sedangkan 8,5% menyatakan tidak baik, 17% tidak baik, sedangkan
golongan anak-anak 60% mempunyai tanggapan baik, 3% mempunyai
tanggapan baik dan 17% menyatakan tidak baik.
Bila dilihat dari segi media dakwahnya, penelitian tersebut menggunakan
media televisi melalui siaran agama yang obyeknya masyarakat Perumnas Kodia
Semarang, sedang kajian media dakwahnya menggunakan media televisi melalui
interaktif penelitian ini menggunakan kuantitatif dengan statistika.
Ketiga Retno Kun Ratih (2006), penelitian mengenai tanggapan
masyarakat kecamatan Singorejo Kabupaten Kendal terhadap Program Acara
Al-Hikam di stasiun televisi Borobudur Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bentuk penyajian dan menganalisis acara Al-Hikam yang
disampaikan televisi Borobudur serta mengetahui tanggapan masyarakat
Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal terhadap acara Al-Hikam di televisi
Borobudur. Untuk mencapai tujuan tersebut peneliti menggunakan metode
komparatif sebagai teknik analisa data. Jenis penelitian yaitu kualitatif dan
prosentase, sehingga akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
9
9
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan ini diarahkan
pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh) sedangkan pendekatan
yang digunakan adalah sosiologis.
Al-Hikam adalah suatu program acara keagamaan yang disiarkan lewat
televisi Borobudur Semarang setiap hari Jumat pukul 21.00 WIB. Materi-materi
dakwah yang disampaikan dalam acara Al-Hikam, disamping mengandung
muatan manajemen qalbu juga mengandung kategori yaitu : kasalehan individu
dan kesalehan sosial. Mengenai teknik penyajiannya, pesan dakwah dalam acara
Al-Hikam disampaikan menggunakan media audio visual yaitu melalui
perantaraan televisi Borobudur Semarang. Metode-metode dakwah dapat
diketahui bahwa acara Al-Hikam alam penyajiannya menggunakan metode
ceramah, dan pihak TVB menayangkan ceramahnya tersebut berbentuk rekaman
bukan tayangan langsung (live). Tanggapan masyarakat Kecamatan Singorojo
terhadap program dakwah dalam acara Al-Hikam di TV Borobudur yang
ditayangkan jam 21.00 WIB tidak tepat. Hal ini terbukti dengan sebagian besar
masyarakat cenderung memilih waktu pagi hari dan sore hari, yaitu masing-
masing sebesar 43% dan 40%, sedangkan yang memilih malah hari hanya
sebesar 17%. Selain itu latar belakang aktivitas ataupun pekerjaan responden
mempengaruhi cara pandangan mereka akan waktu luang yang dapat mereka
gunakan untuk mendapat “santapan rohani” dan pukul 21.00 WIB merupakan
waktu untuk istirahat sedangkan mengenai durasi waktunya, menurut sebagian
masyarakat tidak harus ditambah, tetapi diperlukan penambahan durasi
waktunya mengenai materi dakwah dalam acara Al-Hikam,
10
10
menurut masyarakat Kecamatan Singorojo perlu penambahan materi
aqidah dan akhlak. Pada dasarnya digunakan metode ceramah. Sedangkan materi
yang disampaikan dalam acara Al-Hikmah, masyarakat Singorojo dapat
memahami dan mengamalkannya.
Sedangkan pada skripsi ini, penulis mengangkat judul “PERSEPSI
MASYARAKAT TENTANG SIARAN DAKWAH TELETILAWAH DI TVRI
(Studi Kasus di Kelurahan Genuksari Kecamatan Genuk Kota Semarang).
Pembahasan penelitian ini lebih menekankan tentang persepsi masyarakat dalam
mensikapi muatan pesan siaran dakwah “Teletilawah”studi kasus di Kelurahan
Genuksari Kecamatan Kota Semarang.
11
11
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian dan Ruang Lingkup Persepsi
1. Pengertian Perserpsi
Persepsi menurut Kamus Bahasa Indonesia, persepsi berarti
tanggapan (penerimaan) langsung hal melalui pancainderanya (Depdiknas,
2002:1239). Menurut Chaplin, persepsi adalah proses mengetahui atau
mengenal objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera (Chaplin,
1993:358).
Secara terminologi, terdapat beberapa rumusan tentang persepsi,
diantaranya menurut Walgito, persepsi adalah mengelompokkan benda-
benda yang berdekatan atau serupa, dapat memfokuskan perhatiannya pada
satu objek, sedangkan objek-objek lain di sekitarnya dianggap sebagai latar
belakang. Kemampuan untuk membedakan, mengelompokkan,
memfokuskan dan sebagainya itu, yang selanjutnya dinterpretasi (Walgito,
2004:86).
Menurut Muhammad Utsman Najati, persepsi merupakan fungsi yang
penting dalam kehidupan dengan persepsi makhluk hidup dapat mengetahui
sesuatu yang bermanfaat sehingga ia pun dapat mengungkapnya
(Najati, 2005:195).
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi-persepsi seseorang tidak
timbul begitu saja tetapi ada faktor-faktor yang mengetahuinya, faktor-
11
12
12
faktor inilah yang menjadi dua orang yang melihat sesuatu yang sama
akan memberikan interprestasi yang berbeda tentang yang dilihat itu.
Adapun faktor tersebut adalah sebagai berikut:
a. Faktor fungsional persepsi
Yang dimaksud faktor fungsional persepsi adalah faktor yang timbul
dari orang yang mempersepsi kebutuhan, sikap (suara hati), kepentingan,
pengalaman dan tahapan dalam mempengaruhi tanggapan seseorang
terhadap sesuatu.
b. Faktor struktural persepsi
Yang dimaksud dengan faktor struktural persepsi yaitu faktor yang
muncul dari apa yang akan dipersepsi, misalnya hal-hal baru seperti
gerakan, tindak-tanduk dan ciri-ciri yang tidak biasa akan turut juga
dalam menentukan persepsi orang yang melihatnya.
c. Faktor situasi persepsi
Yang dimaksud situasi persepsi yaitu faktor yang muncul sehubungan
karena situasi pada waktu mempersepsi sebagai contoh orang yang
memakai pakaian renang di tempat yang tidak ada hubungannya dengan
olahraga renang tentunya akan mempengaruhi persepsi yang dilihatnya.
d. Faktor personal persepsi
Yang dimaksud dengan faktor personal persepsi yaitu: pengalaman,
motivasi, kepribadian. (Subur, 2003:460-462).
Dari beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi di atas dapat
disimpulkan bahwa faktor situasi dan sasaran lebih bersifat objektif. Artinya
13
13
individu mempunyai kecenderungan yang sama terhadap objek yang akan
dipersepsi sedangkan faktor pelaku lebih objektif karena individu banyak
dipengaruhi untuk keadaan psikisnya.
Menurut Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, organisasi persepsi
mengikuti beberapa prinsip antara lain:
1. Wujud dan latar
Objek yang diamati sekitar selalu muncul sebagai wujud (figure) dengan
hal-hal lainnya sebagai latar (ground). Sebagai contoh ketika kita
melihat seekor burung di bukit berbatu, maka burung itu akan menjadi
wujud dan bebatuan di belakangnya akan menjadi latar.
2. Pola pengelompokan
Hal-hal tertentu cenderung kita kelompokkan-kelompokkan dalam
persepsi kita dan cara kita mengelompokkan-kelompokkan itu akan
menentukan bagaimana mengamati hal-hal tersebut, misalnya: prinsip
kedekatan, prinsip kesempurnaan, prinsip kesamaan, prinsip
kelangsungan dan sebagainya.
3. Ketetapan
Teori Gestalt juga mengemukakan bahwa dari proses belajarnya, manusia
cenderung akan mempersepsikan segala sesuatu sebagai sesuatu yang
tidak berubah, walaupun indra kita sebetulnya menangkap adanya
perubahan. Kalau kita bertemu dengan seorang kawan, misalnya Peter,
maka kita akan mengenalnya sebagai Peter walaupun hari ini berbaju
putih, padahal kemarin dia berbaju biru (Sarwono, 2010: 94-97).
14
14
2. Proses Terjadinya Persepsi
Individu mengenali suatu objek dari dunia luar dan ditangkap melalui
inderanya. Bagaimana individu menyadari, mengerti apa yang diindera ini
merupakan suatu proses terjadinya persepsi. Proses terjadinya persepsi dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Proses fisik atau kealaman
Maksudnya adalah tanggapan tersebut dimulai dengan objek yang
menimbulkan stimulus dan akhirnya stimulus itu mengenai alat indera
atau reseptor.
b. Proses fisiologis
Yang dimaksud dengan proses fisiologis yaitu stimulus yang diterima
oleh alat indera kemudian dilanjutkan oleh syarat sensorik ke otak.
c. Proses psikologis
Yang dimaksud dengan proses psikologis adalah proses yang terjadi
dalam otak sehingga seseorang dapat menyadari apa yang diterima
dengan reseptor itu sebagai suatu akibat dari stimulus yang diterimanya.
(Walgito, 2010 : 90-91).
Jadi proses terjadinya persepsi itu berawal dari objek yang
menimbulkan stimulus kemudian stimulus itu mengenai alat indera,
kemudian dilanjutkan oleh syaraf sensorik ke otak, dalam otak stimulus itu
diproses sehingga seseorang dapat menyadari apa yang diterima dengan
reseptor itu.
15
15
Menurut Krech dan Cruch merumuskan dalil persepsi:
a. Persepsi bersifat selektif secara fungsional, yang berarti bahwa yang
mendapat tekanan dalam persepsi biasanya untuk memenuhi tujuan
individu yang melakukan persepsi.
Contohnya : Pengaruh kebutuhan, kesiapan mental, suasana emosional,
dan latar belakang budaya terhadap persepsi
b. Medan perseptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti
seseorang mengorganisasikan stimuli yang melihat konteksnya walaupun
stimulus yang diterima tidak lengkap, maka mengisinya dengan
interprestasi yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang seorang
persepsikan (Rahman, 2009 : 56-59).
Persepsi mengarah ke cara umum dilihat, dirasakan, dicicipi atau
dibaui. Dengan kata lain, persepsi dapat dikatakan sebagai apa yang dialami
oleh seorang manusia. Persepsi pengalaman seorang tentang dunia, muncul
dari melakukan penginderaan ditambah cara kita memproses informasi
penginderaan. William James berkata: “Sebagian dari apa yang seorang
dapatkan melalui indera dan objek sebelum seseorang, keluar dari pikiran
seseorang itu sendiri” menunjuk ke proses yang aktif dari melakukan
penginderaan yang membuat pengalaman seseorang tentang dunia.
Proses yang mendasar dalam bentuk persepsi adalah pengenalan akan
suatu figur dalam suatu latar belakang. Seorang melihat objek-objek dan
bentuk-bentuk dari pengalaman sehari-hari berdiri suatu latar belakang.
Contoh gambar digantung di dinding, kata dilihat dalam suatu halaman, dan
16
16
melodi berasal dari ulangan nada dalam belakang musik, gambar, kata dan
melodi ini ditangkap sebagai figur, sedang dinding / halaman dan nada-nada
adalah latar belakang. Kemampuan untuk memisahkan suatu objek dari latar
belakang adalah dasar untuk semua bentuk persepsi
(http://id.whipedia.org/wiki/Persepsi Akses, Minggu 05 Desember 2010
pukul 10:00:00).
3. Jenis-jenis Persepsi
Menurut Bimo Walgito ada 5 (lima) jenis persepsi, yaitu sebagai
berikut:
1. Persepsi penglihatan
Persepsi penglihatan didapatkan dari indera penglihatan. Persepsi ini
adalah persepsi yang paling awal berkembang dari bayi dan
mempengaruhi bayi dan balita untuk memahami dunianya.
2. Persepsi pendengaran
Persepsi pendengaran didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga.
3. Persepsi pengerabaan
Persepsi pengerabaan didapatkan dari indera taktil yaitu kulit.
4. Persepsi pencium
Persepsi pencium atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman yaitu
hidung.
5. Persepsi pengecapan
Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan yaitu
lidah (Walgito, 2004 : 8-129).
17
17
4. Aspek-aspek Persepsi
Pada hakekatnya sikap adalah mencerminkan suatu interaksi dari
proses untuk mencapai tujuan sistem. Komponen-komponen sikap tersebut
menurut Allport (dalam Mar‟at, 1991) ada tiga yaitu:
1. Komponen kognitif
Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi
yang dimiliki seseorang tentang objek sikapnya. Dari pengalaman
kemudian akan terbentuk suatu kepercayaan tentang objek sikap tersebut.
2. Komponen afektif
Afektif berhubungan dengan rasa bahagia dan tidak bahagia. Jadi
sifatnya langsung yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan
atau sistem nilai yang dimilikinya.
3. Komponen konatif
Merupakan persiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan
dengan objek sikapnya.
Baron dan Byrne, juga Myers (dalam Gerungan, 1996) menyatakan
bahwa sikap itu mengundang tiga komponen yang membentuk struktur sikap
yaitu:
1) Komponen perseptual yaitu komponen yang bersamaan dengan
pengalaman, tatap muka, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan
dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap.
18
18
2) Komponen emosional yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa
bahagia atau tidak bahagia terhadap objek sikap. Rasa bahagia
merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak bahagia merupakan hal
yang negatif.
3) Komponen perilaku yaitu komponen yang berhubungan dengan
kecenderungan tidak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan
intensitas sikap yaitu menunjukkan besar kecilnya. Rukoach (Walgito,
2003) memberikan pengertian bahwa dalam persepsi terkandung
komponen perseptual dan juga komponen perilaku, yaitu sikap
merupakan posisi untuk berbuat atau berperilaku. Ini berarti bahwa sikap
berkaitan dengan perilaku, sikap merupakan posisi untuk berbuat atau
berperilaku. Dari batasan ini juga dapat dikemukakan bahwa persepsi
mengandung komponen perseptual, komponen emosional, dan juga
komponen perilaku, yaitu merupakan kesediaan untuk bertindak atau
berperilaku. Sikap orang pada suatu objek sikap merupakan manifestasi
dari ketiga komponen tersebut yang saling berinteraktif untuk
memahami, merasakan dan konsisten satu dengan lainnya.
(http://www.masbow.com./2009/08/apa-itu-persepsi.html, Selasa, 08
September 2008 pukul 08:45:00).
5. Teori-teori Persepsi
Teori adalah serangkaian hipotesia atau proporsi yang saling
berhubungan tentang suatu gejala (fenomena) atau sejumlah gejala
(Sarwono, 2008 : 5).
19
19
Menurut Sarlito Wirawan Sarwono (2008 :241-244), dalam bukunya
yang berjudul “Teori-teori Psikologi Sosial” terdapat 4 teori besar persepsi
sosial yaitu:
a. Teori Heider, adalah teori yang dicetuskan oleh Heider. Teori ini bersifat
umum yaitu tentang hubungan antar pribadi (interpersonal). Dari sifatnya
yang umum tersebut menunjukkan kekayaan dan keluasan pikiran. Oleh
karena itu, teori ini banyak merangsang sumbangan-sumbangan teori
psikolog-psikolog sosial.
b. Teori Jones & Davis adalah teori yang dicetuskan oleh Jones dan Davis.
Teori ini terbatas pada atribusi terhadap orang. Tetapi teori ini
menjelaskan juga tentang kondisi-kondisi yang harus ada untuk dapat
terjadinya prediksi.
c. Teori Kelley, adalah teori yang dikemukakan oleh Kelley. Teori ini
terbatas pada atribusi terhadap lingkungan luar. Teori ini masih relatif
baru dan belum mampu merangsang penelitian karena para psikolog
sosial lebih tertarik pada persepsi, atribusi dan keputusan / penilaian
pribadi daripada atribusi lingkungan.
d. Teori Festinger, adalah teori yang ditemukan oleh Festinger. Teori ini
hanya sedikit menyinggung proses atribusi dan persepsi sosial. Secara
khusus, teori ini membicarakan proses yang digunakan oleh seorang
individu untuk menilai keampuhan pendapatnya sendiri dan kekuatan
dari kemampuan-kemampuannya sendiri dalam hubungan dengan
pendapat-pendapat dan kemampuan-kemampuan orang lain yang ada
20
20
dalam suatu lingkungan sosial. Hal terpenting menurit teori Festinger
adalah dampak dari perbandingan sosial terhadap perubahan dari
pendapat pada individu itu sendiri.
2.2. Pengertian dan Ruang Lingkup Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Dakwah ditinjau dari sudut etimologi atau asal kata (bahasa), berasal
dari bahasa Arab, yang berarti “ajakan, panggilan atau seruan”. Kata
dakwah berbentuk “masdar”. Kata ini berasal dari fi’il (kata kerja) “yad’u-
da’a” yang artinya memanggil, mengundang atau mengajak. Sedangkan
orang yang memanggil, mengajak atau menyeru atau melaksanakan dakwah
dinamakan “da’i”. Tetapi apabila da’i-nya terdiri dari beberapa orang
(banyak) maka disebut dengan “du’ah” (Pimay, 2006 : 2).
Menurut terminologi, dakwah dapat diartikan sebagai sisi positif dari
ajakan untuk menuju keselamatan dunia akhirat (Aziz, 2004 : 4). Oleh karena
itu, istilah dakwah mengandung pengertian yang beraneka ragam, namun
terdapat satu kesamaan yaitu untuk mencapai satu tujuan dakwah. Berikut ini
penulis kutip beberapa definisi dakwah, antara lain:
a. Menurut Ibnu Taimiyah mendefinisikan dakwah merupakan suatu proses
usaha untuk mengajak agar orang beriman kepada Allah, percaya apa
yang telah diberitakan oleh Rasul dan taat terhada apa yang telah
diperintahkan yang meliputi dua kalimat syahadat, menegakkan shalat,
menunaikan zakat, puasa bulan Ramadhan, menegakkan haji, iman
21
21
kepada malaikat, kitab-kitab-Nya, hari kebangkitan, qadha dan qadar.
Selain itu dakwah juga berarti mengajak agar hamba menyembah kepada
Allah seakan-akan melihatnya (Taimiyah, 1985 : 185).
b. Ali Mahfuzh mendefinisikan dalam bukunya “Hidayat al Mursyidin”
memberikan definisi dakwah sebagai berikut: Mendorong (memotivasi)
umum manusia melaksanakan kebaikan dan mengikuti petunjuk serta
memerintahkan mereka berbuat makruf dan mencegahnya dari perbuatan
munkar agar mereka memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
Berbeda dengan pendapat yang lain, nampaknya Ali Mahfuzh lebih
cenderung mengartikan dakwah sebagai aktivitas untuk memberikan
motivasi kepada umat manusia agar melaksanakan kebaikan dan mengikuti
petunjuk. Dalam hal ini Ali Mahfuzh juga mengartikan dakwah sebagai
usaha menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar dengan tujuan
menghantarkan umat manusia menuju kebahagiaan di dunia dan di akhirat
(Mahfuzh, 1975 : 7).
c. Sifuddin Anshari, M.A. mendefinisikan “Dakwah adalah segala aktivitas
yang mengubah suatu situasi kepada situasi yang lain yang lebih baik
menurut ajaran Islam. Tetapi juga berupa usaha-usaha menyerukan dan
menyampaikan kepada perorangan dan seluruh umat. Konsepsi Islam
tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini yang meliputi
amar ma’ruf dan nahi munkar, dengan berbagai media dan cara yang
diperolehkan akhlak dan membimbing pengalamannya dalam kehidupan
22
22
perorangan, perilaku kehidupan berumah tangga (usrah), perikehidupan
bermasyarakat dan perikehidupan bernegara” (Anshari, 1969 : 87).
d. Shalahuddin Sanusi mendefinisikan dakwah itu ialah usaha mengubah
keadaan yang negatif kepada keadaan yang positif, memperjuangkan
yang ma’ruf atas yang munkar, memenangkan yang hak atas yang bathil
(Sanusi, 1964 : 11).
Beberapa pengertian dakwah tersebut, meskipun dituangkan dalam
bahasa dan kalimat yang berbeda, tetapi kandungan isinya tetap sama bahwa
dakwah dipahami sebagai seruan, ajakan, dan panggilan dalam rangka
membangun masyarakat Islami berdasarkan kebenaran ajaran Islam yang
hakiki. Dengan kata lain, dakwah merupakan upaya atau perjuangan untuk
menyampaikan ajaran agama yang benar kepada umat manusia dengan cara
yang simpatik, didik, jujur, tabah dan terbuka, serta menghidupkan jiwa
mereka membahagiakan serta menggetarkan hati mereka dengan ancaman-
ancaman Allah SWT terhadap segala perbuatan tercela, melalui nasehat-
nasehat dan peringatan-peringatan.
2. Dasar Pelaksanaan Dakwah
Adapun dasar untuk pelaksanaan dakwah, tertuang dalam Al-Qur‟an
dan Al-Hadits. Oleh karena itu, dakwah dalam praktek mempunyai dasar dan
landasan yang kuat.
Dasar dari Al-Qur'an, antara lain:
a. Surat An-Nahl ayat 125:
جبدليم ببلتي ىي أحسن إن ػظة الحسنة الم ادع إل سبيل ربك ببلحكمة
23
23
أػلم ببلميتذين ى أػلم بمن ضل ػن سبيلو ربك ى
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-Mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalannya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk”. (Depag, 2000:224).
b. Surat Ali Imran ayat 104 :
ن ػن المنكر يني يأمرن ببلمؼرف لتكن منكم أمة يذػن إل الخير
ألئك ىم المفلحن “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma‟ruf dan mencegah dari
yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung” (Pimay, 2006 :
14).
Adapun dasar dakwah yang terdapat dalam Al-Hadits, antara lain:
a.
من رأ منكم منكرا فليغيره بيذه، فإن لم يستطغ فبلسبنو، فإن لم يستطغ
رلك أضؼف اإليمبن فبقلبو
“Barangsiapa diantara kamu melihat kemunkaran, maka hendaklah ia
merubah dengan tangannya, jika tidak mampu maka dengan lisannya,
jika tidak mampu dengan lisannya, maka dengan hatinya, yang
demikian itu selemah-lemahnya iman” [HR. Muslim] (Pimay, 2006 :
15).
b.
آية ولى عنى بلغىا
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (Pimay, 2006 : 15).
3. Dasar Hukum Dakwah
Islam adalah agama risalah untuk seluruh umat manusia di dunia dan
umat Islam adalah pendukung amanah untuk meneruskan risalah dengan
dakwah, baik sebagai umat kepada umat-umat yang lain ataupun selaku
perseorangan di tempat manapun mereka berada, menurut kemampuan
24
24
masing-masing. Oleh karena itu, sebagai agama yang sempurna, Islam telah
mengatur segala segi kehidupan dengan hukum. Dengan hukum itulah
manusia harus mendasarkan segala yang dilakukannya. Tidak terlepas dari
itu, dakwah juga harus sesuai dengan aturan hukum yang berlaku, yang telah
digariskan oleh Allah SWT.
Dasar hukum dakwah harus sesuai dengan firman Allah dalam QS.
An-Nahl ayat 125 (yang sudah ditulis di atas) dapat dilihat dari kata ادع
yang berarti “serulah”, “ajaklah” adalah fi’il amar atau perintah.
Menurut kaidah Ushul Fiqih, setiap fi’il amar adalah perintah dan
setiap perintah adalah wajib, selama tidak ada dalil lain yang
memalingkannya dari kewajiban itu kepada ketentuan lainnya (Sanwar,
1989:34). Dengan demikian, hukum dakwah adalah wajib, sebab tidak ada
dalil lain yang memalingkannya dari kewajiban itu.
Namun, terdapat perbedaan dari para Ulama dalam mensikapi
kewajiban ini, yakni apakah wajib ‘ain atau wajib kifayah. Perbedaan
tersebut berdasar pada penafsiran terhadap firman Allah surat Ali Imran ayat
104 (yang sudah ditulis di atas), yang artinya: “Dan hendaklah ada diantara
kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada
yang ma‟ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang
beruntung”. Para Ulama tersebut ada yang menafsirkan “littab’idh”
(sebagian), sehingga menghukumi dakwah menjadi fardhu kifayah.
25
25
Sedangkan sebagian berpendapat “littabyin” (menerangkan), sehingga
menunjuk pada fardhu ‘ain (Sanwar, 1989:35).
4. Unsur-unsur Dakwah
a. Subyek Dakwah (pelaku dakwah)
Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan
maupun perbuatan yang dilakukan baik secara individu, kelompok atau lewat
organisasi / lembaga.
Secara umum kata da’i ini sering disebut dengan sebutan mubaligh
(orang yang menyampaikan ajaran Islam), namun sebenarnya sebutan ini
konotasinya sangat sempit, karena masyarakat cenderung mengartikannya
sebagai orang yang menyampaikan ajaran Islam melalui lisan, seperti
penceramah agama, khatib (orang yang berkhotbah) dan sebagainya. Siapa
saja yang menyatakan sebagai pengikut Nabi Muhammad hendaknya
menjadi da’i, dan harus dijalankan sesuai dengan hujjah yang nyata dan
kokoh. Dengan demikian, wajib baginya untuk mengetahui kandungan
dakwah baik dari sisi akidah, syariah, maupun dari akhlak. Berkaitan dengan
hal-hal yang memerlukan ilmu dan keterampilan khusus, maka kewajiban
berdakwah dibebankan kepada orang-orang tertentu.
Masruddin Lathief mendefinisikan bahwa da’i adalah muslim dan
muslimat yang menjadikan dakwah sebagai suatu amaliah pokok bagi tugas
ulama. Ahli dakwah adalah wa’ad, mubaligh mustama’in (juru penerang)
yang menyeru, mengajak, memberikan pengajaran dan pelajaran agama
Islam. (Munir dan Ilaihi, 2006 : 21-22).
26
26
Da’i juga harus mengetahui cara menyampaikan dakwah tentang
Allah, alam semesta dan kehidupan serta apa yang dihadirkan dakwah untuk
memberikan solusi terhadap problema yang dihadapi manusia, juga metode-
metode yang dihadirkannya untuk menjadikan agar pemikiran dan perilaku
manusia tidak salah dan tidak melenceng.
Namun demikian, bagaimana beratnya tugas dakwah, jika hal itu
dilakukan atas dasar keimanan kepada Allah, maka pintu kebenaran akan
terbuka dan akan terlihat permata-permata di dalamnya. Sejarah mencatat
para juru dakwah yang tangguh dengan berbekal keteguhan iman kepada
Allah SWT, antara lain : Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Abu „Ubaidah,
Sa‟ad bin Abi Waqash, Khalid bin Walid, Abu Ayyub al Anshari dan
sebagainya. Mereka adalah para penerima ajaran Islam dengan sepenuh hati
mengorbankan seluruh hidup dan kehidupannya bagi perjuangan Islam.
Dengan tanpa ragu dan gentar, mereka menebarkan, mengembangkan dan
menyempurnakan benih-benih kebaikan dalam rangka usaha perubahan
sosial. (Pimay, 2006 : 24-25).
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa:
a) Para juru dakwah harus memiliki bekal pengetahuan, pemahaman, dan
pengalaman keagamaan yang baik agar proses dakwah berjalan dengan
lancar.
b) Para juru dakwah harus memiliki sifat-sifat kepemimpinan (quduwah)
dan karenanya jiwa para juru dakwah perlu ditempa terlebih dahulu agar
27
27
mereka tabah, sabar dan tidak putus asa dengan berbagai cobaan,
halangan ataupun rintangan yang dihadapinya dalam berdakwah.
Disamping kemampuan tersebut, juru dakwah juga dituntut untuk
memiliki kemampuan menangkap tanda-tanda zaman yang sedang
berlangsung. Untuk itu diperlukan pemahaman terhadap indikasi-indikasi
adanya perubahan yang mendasar, baik secara kultural maupun sosial-
keagamaan. Misalnya pada zaman sekarang ini ditemukan indikasi-indikasi
sebagai berikut:
1. Perubahan transisional dari suatu kosmik yang didasarkan pada
keperluan relasi yang lebih terbuka dalam kesatuan.
2. Transisi dari transaksi pada kekuatan magis dan ritual ke arah
ketergantungan pada sains dan kepercayaan.
3. Transisi dari tambahan sejarah atas mitos pada hakekatnya merupakan
suatu kategori baru dalam transaksi.
4. Transisi dari suatu masyarakat yang tertutup, sakral dan tunggal kea arah
keterbukaan, plural dan sekuler.
Indikasi itu dapat dipergunakan dalam mengantisipasi kegiatan dalam
melaksanakan dakwah, dimana kesadaran baru bisa bercorak negatif, tetapi
juga positif. Hal ini merupakan fenomena dialektif yang berlaku secara
universal dalam setiap perubahan sosial budaya. (Pimay, 2006 : 25).
Dalam konteks menghadapi masyarakat yang sudah demikian kritis,
maka yang diperlukan adalah dakwah yang berorientasi kepada transformasi
sosio-kultural dengan pendekatan partisipasif. Intinya adalah bagaimana
28
28
mewujudkan tujuan dakwah Islam, yang tidak lain adalah mengembangkan
potensi fitrah dan fungsi kekhalifahan manusia dalam rangka membentuk
muzham al-hayat (sistem kehidupan) yang diridhai Allah SWT.
Akan tetapi, keadaan masyarakat kita tidak sebanding dengan
kesadaran sosial yang baru dari akibat positif dan negatif dari globalisasi
dalam semua aspek kehidupan, sehingga kecurigaan terhadap perubahan
religiusitas manusia yang baru bertumpu pada kesadaran kemanusiaan yang
tinggi menjadi sangat dalam . pada saat-saat yang sama otoritas lembaga-
lembaga keagamaan dan politik serta budaya tidak lagi menjamin
perkembangan manusia dan masyarakat, baik mental maupun struktural –
kondisional, bahkan mungkin menjadi semakin agresif dalam bersikap.
Untuk itu, dakwah masa depan perlu mengagendakan beberapa hal
antara lain:
1. Mendasarkan proses dakwah pada pemihakan terhadap segala bentuk
dakwah demi kepentingan lain.
2. Mengintensifkan dialog dan menjaga ketertiban masyarakat guna
membangun kesadaran kritis untuk memperbaiki keadaan.
3. Memfasilitasi masyarakat agar mampu memecahkan masalah sendiri serta
melakukan transformasi sosial yang mereka kehendaki. Jadi bukan sekedar
menguraikan masalah masyarakat supaya dipecahkan pihak lain.
4. Menjadikan dakwah sebagai media pendidikan dan pengembangan potensi
masyarakat, sehingga dengan demikian masyarakat akan terbebas dari
kejahilan dan kedhaifan.
29
29
Dakwah Islam yang perlu dilakukan dalam menghadapi era
globalisasi dapat dirinci secara global sebagai berikut: meletakkan paradigma
tauhid dalam proses dakwah, perubahan masyarakat bermakna perubahan
paradigmatik pemahaman agama, dan yang imperatif dalam dakwah (Pimay,
2006 : 25-26).
b. Mad’u (penerima dakwah)
Mad’u dakwah adalah seluruh umat manusia tanpa kecuali, baik pria
maupun wanita, beragama maupun belum beragama, pemimpin maupun
rakyat biasa (Sanwar, 1989:66).
Rupanya dakwah Islam senantiasa memperhatikan kondisi objek
dakwah dan itulah sebabnya Islam bisa berkembang pesat ke seluruh penjuru
dunia. Dakwah harus disesuaikan dengan konteks masyarakat dengan
pertimbangan tradisi lokal yang berkembang untuk mendapatkan konsiderasi
yang tepat yang meliputi hal-hal berikut:
1) Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi
sosiologis, berupa masyarakat terasing, pedesaan, kota besar dan kecil
serta kaum miskin kota.
2) Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi struktur
kelembagaan berupa masyarakat desa, pemerintah dan keluarga.
3) Sasaran yang dilihat dari aspek usia, berupa golongan anak-anak, remaja
dan orang tua.
4) Sasaran yang dilihat dari aspek tingkat hidup sosial-ekonomi berupa
golongan orang yang kaya, menengah, miskin dan seterusnya.
30
30
5) Sasaran yang dilihat dari aspek okupasional (profesional dan pekerjaan)
berupa petani, pedagang, seniman, buruh, PNS dan sebagainya.
Menurut Abduh, mengacu pada Surat An-Nahl : 125 pada garis
besarnya umat yang dihadapi juru dakwah dapat dibagi tiga golongan yang
masing-masing harus dihadapi dengan cara yang berbeda (Pimay, 2006 : 29-
30).
1. Golongan cerdik cendekiawan yang cinta kebenaran dan dapat berpikir
secara kritis, cepat dan menangkap arti persoalan. Mereka ini harus
dipanggil dengan hikmah yakni dengan alasan-alasan, dalil dan hujjah
yang dapat diterima oleh kekuatan akal mereka.
2. Golongan awam yakni orang yang kebanyakan belum dapat berpikir
kritis dan mendalam serta belum mampu menangkap pengertian yang
tinggi-tinggi. Mereka ini dipanggil dengan maudidhoh hasanah dengan
anjuran dan didikan yang baik dengan ajaran yang sudah dipahami.
3. Golongan yang kecerdasannya diantara dua golongan tersebut mereka
suka membahas sesuatu tetapi hanya dalam tertentu dan tidak sanggup
mendalami secara benar.
Dewasa ini terdapat kecenderungan dakwah yang menjadi umat
hanya sebagai objek dakwah, yang harus dituntun karena kedha’ifan dan
potensinya bertindak jahl. Maka tugas para juru dakwah adalah menjaga
agar umat tetap berpijak pada jalan lurus mengenai fenomena ini. Mansour
Fakih menyatakan bahwa proses dakwah selama ini cenderung mengarah
pada konsep komunikasi ala bank. Masyarakat diibaratkan sebagai wadah
31
31
kosong yang harus diisi perangkat yang keyakinan, nilai moral dan praktek
kehidupan agar disimpan dan dikeluarkan sewaktu dibutuhkan. Akiabtnya,
para da’i menjadi subjek aktif dan umat sebagai objek aktif. Sehingga wajar
ketika kemudian umat mengidenditikasikan da’i sebagai prototipe manusia
ideal. Hal ini diperkokoh oleh kultur masyarakat yang cenderung
paternalistik. Pada hubungan semacam itu melahirkan tolak ukur yang serba
formal dan kuantitatif. Keberhasilan dan kegagalan dakwah dilihat dari laris-
tidaknya seorang da’i. Para da’i diuntungkan secara sosial, politik, maupun
ekonomi sebagai kelompok elit sementara umat sebagai objek dakwah tetap,
bahkan semakin terpuruk, sulit untuk bangkit dan merubah keadaan, karena
yang diberikan para da’i kepada mereka hanyalah obat bius atau kata-kata
hipnotis (Pimay, 2006 : 30-31).
c. Materi Dakwah
Materi dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan da’i
kepada mad’u. Dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi materi dakwah
adalah ajaran Islam itu sendiri.
Secara umum materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi empat
masalah pokok, yaitu:
1. Masalah akidah
Masalah pokok yang menjadi materi dakwah adalah akidah Islamiah.
Aspek akidah ini yang akan membentuk moral (akhlak) manusia. Oleh
karena itu, yang pertama kali dijadikan materi dalam dakwah Islam adalah
masalah akidah atau keimanan. Akidah yang menjadi materi utama dakwah
32
32
ini mempunyai ciri-ciri yang membedakannya dengan kepercayaan agama
lain, yaitu:
a. Keterbukaan melalui persaksian (syahadat). Dengan demikian, seorang
muslim harus selalu jelas identitasnya dan bersedia mengakui identitas
keagamaan orang lain. (Munir dan Ilaihi, 2006 : 24-25).
b. Cakrawala pandangan yang luas dengan memperkenalkan bahwa Allah
adalah Tuhan seluruh alam bukan tuhan kelompok atau bangsa tertentu.
Dan soal kemanusiaan juga diperkenalkan kesatuan asal-usul manusia.
Kejelasaan dan kesederhanaan diartikan bahwa seluruh ajaran akidah
baik soal ketuhanan, kerasulan, ataupun alam gaib sangat mudah untuk
dipahami.
c. Ketahanan antara iman dan Islam atau antara iman dan amal perbuatan.
Dalam ibadah-ibadah pokok yang merupakan manifestasi dari iman
dipadukan dengan segi-segi pengembangan diri dan kepribadian
seseorang dengan kemaslahatan masyarakat yang menuju pada
kesejahteraannya. Karena akidah memiliki keterlibatan dengan soal-soal
kemasyarakatan. (Munir dan Ilaihi, 2006 : 25).
Keyakinan demikian yang oleh Al-Qur‟an disebut dengan iman. Iman
merupakan esensi dalam ajaran Islam. Iman juga erat kaitannya antara akal
dan wahyu. Dalam Al-Qur‟an istilah iman tampil dalam berbagai variasinya
sebanyak kurang lebih 244 kali. Yang paling sering adalah melalui
ungkapan, “Wahai orang-orang yang beriman” yaitu sebanyak 55 kali. Meski
istilah ini pada dasarnya ditujukan kepada para pengikut Nabi Muhammad,
33
33
11 diantaranya merujuk kepada para pengikut Nabi Musa dan pengikutnya
dan 22 kali kepada para Nabi lain dan para pengikut mereka. Orang yang
memiliki iman yang benar itu akan cenderung untuk berbuat baik, karena ia
mengetahui bahwa perbuatannya itu adalah baik dan akan menjahui
perbuatan jahat, karena dia tahu perbuatan jahat itu akan berkonsekuensi
pada hal-hal yang buruk. Dan iman hakiki itu sendiri terdiri atas amal saleh,
karena mendorong untuk melakukan perbuatan yang nyata.
Posisi iman inilah yang berkaitan dengan dakwah Islam dimana amar
ma’ruf nahi munkar dikembangkan yang kemudian menjadi tujuan utama
dari suatu proses dakwah.
2. Masalah syariah
Hukum atau syariah sering disebut sebagai cermin peradaban dalam
pengertian bahwa ketika ia tumbuh matang dan sempurna, maka peradaban
mencerminkan dirinya dalam hukum-hukumnya. Pelaksanaan syariah
merupakan sumber yang melahirkan peradaban Islam, yang melestarikan dan
melindunginya dalam sejarah. Syariah inilah yang akan selalu menjadi
kekuatan peradaban di kalangan kaum muslim.
Materi dakwah yang bersifat syariah ini sangat luas dan mengikat
seluruh umat Islam. Ia merupakan jantung yang tidak terpisahkan dari
kehidupan umat Islam di berbagai penjuru dunia, sekaligus merupakan hal
yang patut dibanggakan. Kelebihan dari materi syariah Islam antara lain,
adalah bahwa ia tidak dimiliki oleh umat-umat yang lain.
34
34
Syariah ini bersifat universal, yang menjelaskan hak-hak umat
muslim dan non muslim, bahkan hak seluruh umat manusia. Dengan adanya
materi syariah ini, maka tatanan sistem dunia akan teratur dan sempurna.
(Munir dan Ilaihi, 2006 : 26-27).
3. Masalah mu‟amalah
Islam merupakan agama yang menekankan urusan mu‟amalah lebih
besar porsinya daripada ibadah. Islam lebih banyak memperhatikan aspek
kehidupan sosial daripada aspek ritual. Islam adalah agama yang menjadikan
seluruh bumi ini masjid, tempat mengabdi kepada Allah. Ibadah dalam
mu‟amalah disini, diartikan sebagai ibadah yang mencakup hubungan
dengan Allah dalam rangka mengabdi kepada Allah SWT. Cakupan aspek
mu‟amalah jauh lebih luas daripada ibadah. Statement ini dapat dipahami
dengan alasan:
a) Dalam Al-Qur‟an dan Al-Hadits mencakup proporsi terbesar sumber
hukum yang berkaitan dengan urusan mu‟amalah.
b) Melakukan amal baik dalam bidang kemasyarakatan mendapatkan
ganjaran lebih besar daripada ibadah sunnah (Munir dan Ilaihi, 2006 : 27-
28)
4. Masalah akhlak
Secara etimologis, kata akhlaq berasal dari bahasa Arab, jamak dari
“khuluqun” yang berarti budi pekerti, perangai, dan tingkah laku atau tabiat.
Kalimat-kalimat tersebut memiliki segi-segi persamaan dengan perkataan
yang berarti “khalqun” yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan
35
35
kholiq yang berarti pencipta, dan “makhluq” yang berarti yang diciptakan.
Sedangkan secara terminologi, pembahasan akhlak berkaitan dengan
masalah tabiat atau kondisi temperatur batin yang mempengaruhi perilaku
manusia. Ilmu akhlak bagi Al-Farabi, tidak lain dari bahasan tentang
keutamaan-keutamaan yang dapat menyampaikan manusia kepada tujuan
hidupnya yang tertinggi, yaitu kebahagiaan dan tentang berbagai kejahatan
atau kekurangan yang dapat merintangi usaha pencapaian tujuan tersebut.
Kebahagiaan dapat dicapai melalui upaya terus-menerus dalam
mengamalkan perbuatan terpuji berdasarkan kesadaran dan kemauan. Siapa
yang mendambakan kebahagiaan, maka ia harus berusaha secara terus-
menerus menumbuhkan sifat-sifat baik yang terdapat dalam jiwa secara
potensial dan dengan demikian sifat-sifat baik itu akan tumbuh dan berurat
berakar secara aktual dalam jiwa.
Berdasarkan pengertian ini, maka ajaran akhlak dalam Islam pada
dasarnya meliputi kualitas perbuatan manusia yang merupakan ekspresi dari
kondisi perbuatannya. Akhlak dalam Islam bukanlah norma ideal yang tidak
dapat diimplementasikan dan bukan pula sekumpulan etika yang terlepas dari
kebaikan norma sejati (Munir dan Ilaihi, 2006 : 28-29).
d. Metode Dakwah
Kata metode telah menjadi bahasa Indonesia yang memiliki
pengertian “suatu cara yang bisa ditempuh atau cara yang ditentukan secara
jelas untuk mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan, rencana, sistem, tata
pikir manusia”. Sedangkan dalam metodologi pengajaran Islam disebutkan
36
36
bahwa metode adalah “suatu cara yang sistematis dan umum terutama dalam
mencari kebenaran ilmiah”. Dalam kaitannya dengan mencari ajaran Islam,
maka pembahasan selalu berkaitan dengan hakikat penyampaian materi
kepada peserta didik agar dapat diterima dan dicerna dengan baik (Munir dan
Ilaihi, 2006 : 32-33).
Maka sumber utama yang dijadikan rujukan dalam merumuskan
metode dakwah adalah sebagai berikut:
Pertama, Al-Qur‟an sebagai sumber utama seluruh nilai dan ajaran
Islam. Dalam Al-Qur‟an Surat An-Nahl /16 : 125
إن أحسه هي ببلتي وجبدلهم الحسنة والمىعظة ببلحكمة ربك سبيل إلى ادع
وهى سبيله عه ضل بمه أعلم هى ربك يهببلمهتذ أعلم
“Serulah (manusia) kepada jalan TuhanMu dengan hikmah pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalannya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”
(Depag, 1971: 421).
Ayat ini menjelaskan bahwa metode dakwah secara global meliputi
metode hikmah, metode al-maudhah al-hasanah (nasehat yang baik) dan
metode mujadalah (metode diskusi). Metode dan teknik dakwah dalam Al-
Qur‟an ini tidak merupakan tuntunan secara terperinci namun secara global.
Hal ini memberi peluang bagi seorang juru dakwah untuk menjabarkan
secara terperinci metode dakwah tersebut sesuai perkembangan zaman.
37
37
Kedua, Hadits Nabi. Hadits salah satu fungsinya adalah untuk
menjelaskan makna kandungan Al-Qur‟an. Dapat dikatakan bahwa sikap dan
perilaku Nabi merupakan contoh ideal sebagai wujud pelaksanaan nilai-nilai
yang terkandung dalam Al-Qur‟an. Karena itu, perilaku Nabi selalu dijadikan
contoh yang baik (uswatun hasanah) atau suri tauladan bagi seluruh umat
Islam, termasuk dalam praktek berdakwah.
Beberapa contoh metode dakwah yang dipraktekkan oleh Nabi SAW
adalah sebagai berikut:
a) Metode ceramah. Metode ceramah yang dilakukan Rasulullah SAW
cukup sederhana. Sasarannya adalah qalbu (hati) dan akal manusia.
Karena qalbu dan akal manusia bertempat dalam lubuk jiwa manusia.
Ceramah Rasul tersebut dilakukan dengan cara memperhitungkan suatu
segi yang praktis yaitu mempertimbangkan objek secara tepat dengan
alasan-alasan yang kuat.
b) Metode tanya-jawab. Dalam hal ini, Rasul menjawab segala macam
permasalahan sahabat-sahabatnya dengan sabar dan senang hati.
c) Metode musyawarah. Metode musyawarah ini dinilai sebagai metode
dakwah dalam rangka menjinakkan hati para sahabatnya dan memberi
contoh agar senantiasa masyarakat mengikutinya.
d) Metode tatap muka (face to face). Dalam hal ini, Rasul menyeru keluarga
dan sahabat-sahabat beliau yang terdekat satu demi satu atau disebut
dakwah al-afrad yaitu secara diam-diam dari rumah ke rumah dengan
cara berhadapan muka.
38
38
e) Metode keteladanan. Nabi berdakwah dengan jalan memberi teladan
agar dicontoh oleh masyarakat. Meskipun seorang Rasul, Nabi
Muhammad tidak pernah menempatkan dirinya dengan gaya orang
berkuasa. Metode ini dilakukan Nabi dengan harapan agar para sahabat
menirunya.
f) Metode ishlah. Dalam metode ini, Nabi membuat perjanjian
persahabatan dan perdamaian dengan pihak lain yang dikenal dengan
kompromi, seperti yang terjadi dalam perjanjian Hudaibiyyah.
g) Metode sedekah. Dengan cara memberikan harta. Cara ini dilakukan
untuk membantu orang yang berekonomi lemah.
Sumber ketiga yang menjadi rujukan dakwah adalah sejarah hidup
para sahabat dan fuqaha. Sejarah hidup para sahabat dan fuqaha merupakan
contoh yang sangat berguna bagi juru dakwah, karena mereka adalah orang
yang ahli dalam bidang agama. Muadz bin Jabal dan para sahabat lain
merupakan figur yang patut dicontoh sebagai kerangka dalam membangun
misi dakwah.
Sumber keempat yang menjadi rujukan dakwah adalah pengalaman
seorang juru dakwah selama melaksanakan aktivitas dakwah merupakan
sumber yang sangat berharga untuk merumuskan metode dakwah di
kemudian hari. Kekurangan dan kelemahan metode dakwah yang ia lakukan
di masa lampau akan menjadi bahan berharga untuk evaluasi dan perbaikan
di masa yang akan datang. Experience is the best teacher merupakan motto
yang punya pengaruh besar bagi seorang juru dakwah. Pengalaman juru
39
39
dakwah baik dalam berdakwah maupun dalam pergaulannya dengan
masyarakat umum dapat dijadikan referensi dalam berdakwah (Pimay, 2006 :
44-46).
e. Media Dakwah
Media dakwah adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan
materi dakwah (ajaran dakwah) kepada mad’u. Untuk menyampaikan ajaran
Islam kepada umat, dakwah dapat menggunakan berbagai wasilah. Hamzah
Ya‟qub membagi wasilah dakwah menjadi lima macam, yaitu : lisan, tulisan,
lukisan, audiovisual dan akhlak.
1. Lisan adalah media dakwah yang paling sederhanaaaa yang
menggunakan lidah dan suara, dakwah dengan media ini dapat berbentuk
pidato, ceramah,, kuliah, bimbingan, penyuluhan dan sebagainya.
2. Tulisan adalah media dakwah melalui tulisan, buku, majalah, surat kabar,
surat-menyurat (korespondensi), spanduk dan sebagainya.
3. Lukisan adalah media dakwah melalui gambar, karikatur, dan
sebagainya.
4. Audiovisual adalah media dakwah yang dapat merangsang indra
pendengaran, penglihatan atau kedua-duanya, seperti televisi, film slide,
OHP, internet, dan sebagainya.
5. Akhlak, yaitu media dakwah melalui perbuatan-perbuatan nyata yang
mencerminkan ajaran Islam yang secara langsung dapat dilihat dan
didengarkan oleh mad’u (Munir dan Ilaihi, 2006:32).
40
40
5. Tujuan Dakwah
Tujuan merupakan sesuatu yang hendak dicapai melalui tindakan,
perbuatan atau usaha. Dalam kaitannya dengan dakwah, maka tujuan dakwah
sebagaimana dikatakan Ahmad Ghallausy adalah membimbing manusia
untuk mencapai kebaikan dalam rangka merealisir kebahagiaan. Sementara
itu, Ra‟uf Syalaby menyatakan bahwa tujuan dakwah adalah meng-Esakan
Allah SWT, membuat manusia tunduk kepada-Nya, mendekatkan diri
kepada-Nya dan instropeksi terhadap apa yang telah diperbuat.
Tujuan dakwah ini selanjutnya dapat diklasifikasikan menjadi tujuan
umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan umum
Tujuan dakwah secara umum adalah menyelamatkan umat manusia
dari lembah kegelapan dan membawanya ke tempat yang terang-benderang
dari jalan yang sesat kepada jalan yang lurus, dari lembah kemusyrikan
dengan segala bentuk kesengsaraan menuju kepada tauhid yang menjanjikan
kebahagiaan.
Pemahaman terhadap tujuan dakwah semacam ini dapat dikaji
dengan mengadakan analisis kritis terhadap sejumlah ayat Al-Qur‟an. Hal ini
misalnya tercermin dalam Surat At-Thalaq / 165 : 11.
“(Dan mengutus) seorang Rasul yang membacakan kepadamu ayat-ayat
Allah (bermacam-macam) supaya Dia mengeluarkan orang-orang yang
41
41
beriman dan beramal shalih dan kegelapan kepada cahaya” (Depag, 1971:
947).
Dengan demikian dapat dipahami bahwa secara umum tujuan awal
dakwah adalah menyelamatkan manusia dari jurang yang gelap (kekafiran)
yang membuatnya tidak bisa melihat segala bentuk kebenaran dan
membawanya ke tempat yang terang-benderang (cahaya iman).
2. Tujuan khusus
Selain tujuan umum, dakwah juga memiliki tujuan secara khusus
yaitu terlaksananya ajaran Islam secara keseluruhan dengan cara yang benar
dan berdasarkan keimanan, sehingga terwujud masyarakat yang menjunjung
tinggi kehidupan beragama dengan merealisasikan ajaran Islam secara penuh
dan menyeluruh.
Tujuan dakwah ini dapat dikaji dari Al-Qur‟an Surat Al-Baqarah / 2 :
208 sebagai berikut :
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara
keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan”
(Depag, 1971:50).
Dalam menafsirkan ayat ini, Sayyid Quthub berpendapat bahwa
tujuan dakwah adalah mewujudkan orang-orang mukmin yang berserah diri
kepada Allah dalam segala aspek kehidupan mereka dengan keseluruhan
jiwa dan amal mereka, baik yang kecil maupun yang besar.
Dengan penyerahan diri ini, maka sudah tidak tersisa lagi
kedurhakaan baik dalam angan-angan maupun dalam ingatan, baik dalam
42
42
niatan maupun dalam perbuatan, baik dalam kesukaan maupun dalam
ketakutan, tidak berlagak merendahkan diri kepada Allah serta tidak
membenci hukum-hukum Allah dan ketetapan-ketetapannya (Pimay : 26, 7-
10).
2.3. Media Elektronik dan Muatan Dakwah
1. Media elektronik sebagai media komunikasi
Media elektronik merupakan salah satu bentuk media massa
merupakan sumber kekuatan (alat kontrol), manajemen dan inovasi dalam
masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau
sumber daya lainnya. Denis Mc Quail (1987:8) dalam bukunya yang berjudul
“Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar” menjelaskan bahwa media
elektronik merupakan perlengkapan dasar yang mendominasi komunikasi.
Komunikasi secara bahasa Inggris “communication” yang
mempunyai akar kata dari bahasa Latin “comunicare”. Kata “comunicare”
sendiri memiliki arti yaitu “to make common” atau membangun pertahanan
bersama. Sedangkan secara istilah, terdapat ratusan uraian nyata dan
tersembunyi untuk menggambarkan definisi komunikasi (Mufidz, 2005:1).
Kata “sama” dalam pengertian ini, berarti kesamaan makna antara
komunikator dan komunikan. Komunikasi ini dapat dikatakan efektif apabila
antara komunikator dan komunikan memiliki kesamaan makna terhadap
pesan yang disampaikan. Dengan begitu, maka terjadi kesamaan pikiran.
43
43
Komunikasi menurut Lasswell (Effendy, 2000:253) terdiri dari
beberapa unsur yaitu:
a. Komunikator (comunicator)
b. Pesan (message)
c. Media (channel)
d. Komunikan (communicant)
e. Efek (effect)
2. Ciri-ciri komunikasi massa
Para ahli komunikasi berpendapat bahwa yang dimaksud dengan
komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa, atau disebut
juga komunikasi media massa (Effendy; 1990 : 20-25).
Komunikasi massa ini memiliki ciri-ciri yaitu:
a. Komunikasi massa berlangsung satu arah (one-way communication),
artinya: bahwa tidak terdapat arus balik dari komunikan kepada
komunikator.
b. Komunikator pada komunikasi massa melembaga. Media massa sebagai
saluran komunikasi massa merupakan lembaga, yakni suara institusi dan
organisasi. Oleh karena itu, komunikatornya melembaga atau dalam
bahasa asing disebut organized communicator.
c. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum, artinya: pesan yang
disebarkan melalui media massa bersifat umum (public), karena
ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum. Jadi, tidak
ditujukan kepada perseorangan atau kepada sekelompok orang tertentu.
44
44
d. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan, artinya
kemampuannya untuk menimbulkan keserempakan (simultaneity) pada
pihak khalayak dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan. Hal inilah
merupakan ciri paling hakiki dibandingkan media komunikasi lainnya.
e. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen, artinya : komunikan
atau khalayak yang merupakan kumpulan anggota masyarakat yang
terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai sasaran yang dituju
komunikator bersifat heterogen (terpencar-pencar).
3. Televisi sebagai media dakwah
Dalam perkembangan sejarah Islam, persinggungan antara dakwah
dengan berbagai permasalahan tidak dapat dihindarkan. Hal ini sesuai
dengan salah satu tujuan dakwah itu sendiri yaitu mengajak umat manusia
untuk mengerjakan yang ma’ruf dan menjahui yang munkar. Proses untuk
mengajak masyarakat ataupun komunitas menuju arahan perilaku yang lebih
baik dan menjahui keburukan tentu saja tidak semudah membalik telapak
tangan. Semuanya harus melalui proses yang terencana dan terkonsep
dengan baik. Disamping itu dibutuhkan pula media-media yang dapat
membuat konsep dakwah menjadi lebih efektif dan efisien.
Arti penting penggunaan media tersebut, sejak jaman dahulu para
da’i telah memanfaatkannya untuk kepentingan dakwah. Oleh karena itu
tidak mengherankan pada waktu itu produk budaya semisal wayang ataupun
gamelan dimanfaatkan didalam dakwahnya. Dalam masa yang lebih maju,
media dakwah makin berkembang. Dakwah sudah tidak lagi dikembangkan
45
45
hanya sebatas menggunakan media tradisional seperti itu saja akan tetapi
sudah mulai dikembangkan melalui pemanfaatan media-media lain seperti
melalui lembaga-lembaga formal maupun informal, dan juga pemanfaatan
media massa cetak maupun elektronik ataupun berbagai uraian media
lainnya.
Dalam pemanfaatan media dan metode seorang da’i harus berhati-
hati dan paling tidak harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
a. Pengembangan metode-metode yang sesuai tantangan dan kebutuhan.
b. Mempertimbangkan metode dan media sesuai dengan tantangan
kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
c. Memilih metode dan media yang relevan, baik mimbar, panggung, media
cetak ataupun elektronik (radio, televisi, kompoter dan internet).
d. Mengembangkan media atau metode kultural atau struktural, yakni
pranata sosial, seni, karya budaya dan wisata alam.
e. Mempertimbangkan struktur sosial dalam tingkatan kadar intelektual
yakni khawas, awam dan yang menentang.
f. Memperhatikan struktur dan tingkatan masyarakat dari segi kekuasaan,
geografis, demografis, sosiologis dan antropologis, politis dan ekonomis.
g. Mengembangkan dan mengamodasikan metode dan media seni budaya
masyarakat setempat yang relevan, seperti wayang, drama, musik,
lukisan dan sebagainya.
h. Mempertimbangkan dan mengkaji metode pendekatan spiritual antara
lain melalui doa dan sholat, silaturahmi dan sebagainya.
46
46
Dengan memperhatikan prinsip-prinsip tersebut diharapkan dakwah
akan berlangsung baik. Adapun salah satu media massa elektronik yang
sangat efektif dan sangat berpeluang untuk dijadikan media dakwah adalah
televisi.
Di dalam media televisi bersifat hanya meneruskan maka pesan-
pesan yang disampaikan melalui komunikasi massa media tersebut hanya
dapat didengar dan dilihat secara sekilas. Adapun pesan-pesan di televisi
bukan hanya didengar, tetapi juga dapat dilihat dalam gambar yang bergerak.
Secara umum, tujuan penyampaian pesan dari media televisi adalah sebagai
sarana hiburan, pendidikan, kontrol sosial dan sebagai pengubung ataupun
bahan informasi.
Daya tarik media televisi demikian luas sehingga pola-pola
kehidupan manusia sebelum muncul televisi berubah sama sekali. Media
televisi menjadi panutan baru bagi kehidupan manusia, tidak menonton
televisi sama juga hidup dalam tempurung.
Pada akhirnya media televisi menjadi sarana untuk mencapai sasaran
hidup manusia. Baik untuk kepentingan politik maupun perdagangan.
Bahkan melakukan perubahan ideologi serta tatanan nilai budaya yang sudah
ada sejak lama.
Tetapi walaupun demikian media televisi juga mempunyai banyak
kelebihan disamping beberapa kelemahan. Kekuatan media televisi adalah
menguasai jarak dan ruang, karena teknologi televisi telah menggunakan
47
47
elektromagnetik, kabel dan fiber yang dipancarkan (transmisi) melalui
satelit. Sasaran yang dicapai untuk menjangkau massa cukup besar.
Ada kekuatan tentu saja ada kelemahan, kekurangan televisi adalah karena
bersifat transitori maka isi pesannya tidak dapat dimemori oleh pemirsa (lain halnya
dengan media cetak, informasi dapat disimpan dalam bentuk klipingan koran)
media televise saja. (http://arihawa.blogspot.com/2010/03/televisi-sebagai-media-
dakwah.html).
4. Pemanfaatan televisi sebagai media dakwah
Sebuah media dalam proses dakwah tidak dapat dihindari lagi.
Permasalahan masa sekarang terletak pada kemauan dan kepandaian para
da’i dalam memilih media mana yang paling tepat dipakai berdasarkan
kemampuan sebagai da’i maupun spesifikasi mad’u yang menjadi sasaran
dakwah. Dalam hal ini Moh. Ali Aziz menjelaskan bahwa pada dasarnya
dakwah dapat menggunakan berbagai media yang menangkap indera-indera
manusia serta dapat menimbulkan perhatian diterima dakwahnya. Semakin
tepat dan efektif media yang dipakai maka semakin efektif pula upaya
pengetahuan ajaran Islam pada masyarakat yang menjadi sasaran dakwah.
Penggunaan media (terutama media massa) memiliki peningkatan
intensitas, kecepatan, dan jangkauan komunikasi yang dilakukan umat
manusia terutama bila dibandingkan sebelum adanya media massa seperti
pers, radio, televisi, internet dan sebagainya. Oleh karena itu sudah saatnya
bagi para da’i memanfaatkan media massa tersebut dalam menyebarkan
ajaran Islam diantaranya menggunakan televisi. Televisi merupakan
48
48
penggabungan antara gambar dan suara, sebab peran media ini meneruskan
peristiwa dalam bentuk gambar hidup dengan suara bahkan dengan warna
ketika peristiwa itu berlangsung. Namun seberapa besar kelebihan media
televisi, belum mampu bersaing beberapa kelebihan dalam media massa
lainnya terutama media cetak seperti surat kabar, koran dan lain sebagainya
dalam penyampaian materi dakwahnya.
Pada Al-Qur'an dan Hadits, keduanya menjadi pegangan dalam setiap
aktivitas dakwah apapun, dimanapun, kapanpun, dan menggunakan media
apapun termasuk televisi. Dalam memberikan materi dakwahnya Al-Qur'an
terlebih dulu beracuan prinsipnya bahwa manusia yang dihadapi (mad’u)
adalah makhluk yang terdiri atas unsur jasmani, akal dan jiwa sehingga itu
harus dilihat dan diperlakukan dengan keseluruhan unsur-unsurnya secara
bersama-sama dan berkesinambungan baik dari segi materi maupun waktu
penyampaian.
Sebagaimana dikutip oleh Asep Muhyidin, Quraish Shihab
menyampaikan bahwa materi dakwah yang disampaikan oleh Al-Qur'an
dibuktikan kebenarannya dengan argumentasi yang dipaparkan atau dapat
dibuktikan manusia melalui penalaran akalnya. Kenyataan ini dapat ditemui
pada hampir setiap yang disajikan oleh Al-Qur'an. Ada saatnya Al-Qur'an
menuntun manusia dengan tulisan jelas dan tahapan pemikiran yang
sistematis sehingga manusia menemukan sendiri kebenarannya. Sedangkan
untuk mendukung tercapainya tujuan yang diinginkan dalam penyampaian
materi-materinya, Al-Qur'an menempuh metode-metode sebagai berikut:
49
49
1. Mengemukakan kisah-kisah yang berhubungan dengan salah satu tujuan
materi.
2. Nasihat dan panutan. Dalam hal ini Al-Qur'an menggunakan kata-kata
yang menyentuh hati untuk membimbing manusia pada ide-ide yang
diinginkannya.
3. Pembiasaan. Pembiasaan mempunyai peranan yang sangat besar dalam
kehidupan manusia. Dengan kebiasaan seseorang mampu melakukan hal-
hal penting dan berguna tanpa memerlukan tenaga dan waktu yang
banyak.
Materi dakwah dalam televisi hendaknya tetap mengacu pada kedua
sumber pokok ajaran Islam tersebut. Adapun metode penyampaian pesannya
dengan cara mengemukakan kisah-kisah yang berkaitan dengan tujuan
materi. Hal ini bisa dilakukan dengan format:
a. ceramah
b. dialog alternatif
c. sinetron
d. musik Islami
e. talk show
f. film dokumenter
g. film layar kaca
h. drama
Disamping beberapa format acara di atas juga bisa dikembangkan
dengan jenis acara yang lain dapat menunjang terlaksananya dakwah.
50
50
5. Kelebihan dan kelemahan televisi sebagai media dakwah
Televisi sebagai media dakwah memiliki berbagai karakteristik yang
menunjukkan kelebihan maupun kekurangannya, meliputi:
a) Kelebihan televisi
1. Memiliki jangkauandan segera dapat menyentuh rangsang
penglihatan dan pendengaran manusia.
2. Dapat menghadirkan objek yang amat kecil atau besar, berbahaya
atau yang langka.
3. Menyajikan pengalaman langsung kepada penonton.
4. Dapat meniadakan perbedaan jarak dan waktu.
5. Mampu menyajikan unsur warna, gerakan, bunyi dan proses dengan
baik.
6. Dapat mengkoordinasikan pemanfaatan berbagai media lain seperti
film, foto, dan gambar dengan baik.
7. Dapat menyimpan berbagai data, informasi dan serentak
menyebarluaskannya dengan cepat ke berbagai tempat yang
berjauhan.
8. Mudah ditonton tanpa perlu menggelapkan ruangan.
9. Membangunkan perasaan intim atau media personal.
b) Kelemahan televisi
1. Merupakan media satu arah, hanya mampu menyampaikan pesan,
namun tidak bisa menerima umpan balik secara tepat. Untuk
mengatasi kelemahan ini, bisa digunakan media lain sebagai
perlengkapan, misalnya film.
2. Layar pesawat penerima yang sempit tidak memberikan keleluasaan
penonton. Hal ini karena 80% gambar objek mampu disajikan,
sedangkan 20% adalah area lost dan siaran biasanya tidak dapat
diluang kembali.
3. Bingkai cahaya dan rangsang kedip cahaya dapat merusak atau
mengganggu penglihatan penonton.
4. Kualitas gambar yang dipancarkan lebih rendah dibandingkan dengan
visual yang diproyeksikan (film layar lebar) (Sutisno, 1993:3).
Keberadaan media dakwah sebagai sarana penunjang keberhasilan
dakwah menjadi sebuah keharusan. Oleh karena sudah selayaknya bagi da’i
untuk membekali diri dengan berbagai kemampuan, pemanfaatan media
yang ada sehingga dakwah dapat disampaikan secara efektif dan efisien.
51
51
Salah satu media dakwah yang cukup efektif dan harus betul-betul
dimanfaatkan dengan baik saat ini adalah televisi.
Terlepas dari beberapa kekurangan yang ada didalamnya televisi
memiliki potensi yang luar biasa dalam dakwah terutama dari faktor
jangkauan transmisinya yang begitu luas, mad’u yang bermacam-macam
serta kekuatannya untuk memberikan wadah berbagai jenis metode dakwah
(http://arihawa.blogspot.com/2010/03/televisi-sebagai-media-dakwah.html,
Kamis, 10 Februari 2011.12.00).
52
52
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Metode Penelitian
Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif (statistik dengan
prosentase). Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan data-data berupa
angka. Maksud dari analisa kuantitatif ini didapat dari jawaban hasil angket yang
kemudia dikalikan 100%. Hal ini karena dalam penelitian ini menggunakan uraian-
uraian yang berupa kategori untuk menjawab permasalahan-permasalahan penelitian,
misalnya persepsi masyarakat siaran dakwah “Teletilawah”.
Sedangkan spesifikasi dari penelitian ini adalah riset deskriptif sesuai dengan
tujuan penelitian yaitu untuk menguraikan sifat-sifat dari suatu keadaan. Metode
deskriptif dipergunakan untuk mencari fakta dengan interpretasi yang tepat dan
tujuannya adalah untuk mencari jawaban yang sistematis, fakta dan akurat (Supranto,
2001:237). Menurut Drs. Kasir Ibrahim (1994) dalam “Kamus Lengkap Bahasa
Indonesa Terbaru” mengartikan sistematis yaitu teratur menurut sistem (1994:346).
Fakta yaitu sesuai dengan keadaan dan akurat yaitu pasti dan meyakinkan (1994:3).
3.2. Definisi Konseptual dan Operasional
Agar penelitian ini mempunyai sasaran yang jelas, maka perlu ada
beberapa penjelasan tentang definisi konseptual dan definisi operasional objek
yang diteliti.
52
53
53
Definisi konseptual dalam penelitian ini, yaitu berupa persepsi
masyarakat Kelurahan Genuksari Kecamatan Genuk Kota Semarang. Persepsi
adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Rokhmat,
2009:51).
Adapun persepsi tersebut berkaitan dengan 3 hal yang menjadi definisi
operasional yaitu :
- Tanggapan yaitu : proses untuk mengingat atau mengidentifikasikan sesuatu,
biasanya dipakai dalam persepsi rasa, apabila benda yang kita ingat atau
identitaskan adalah objek yang mempengaruhi organ perasaan (Draver,
1974:206). Tanggapan dalam penelitian ini maksudnya adalah proses
mengingat atau mengidentifikasikan baik kesan, pesan maupun sikapnya
terhadap siaran dakwah "Teletilawah" secara umum dan rubrik agama secara
khusus.
- Sikap atau nilai, adalah : perbuatan berdasarkan pendirian (pendapat atau
keyakinan) (W.J.S. Poerwadarminta, 1976:944). Sikap atau nilai dalam
penelitian ini maksudnya untuk mengetahui perbuatan dan pendirian
masyarakat sebelum dan sesudah menonton siaran dakwah "Teletilawah"
secara umum dan rubrik agama secara umum.
- Perasaan emosi, adalah : hal-hal yang berkenaan dengan faktor-faktor-
psikologis manusia seperti, kemauan, keinginan, motivasi, pengharapan dan
sebagainya (Mulyana, 2002:181-183). Perasaan emosi dalam penelitian ini
54
54
maksudnya adalah untuk mengungkap perasaan senang, bahagia, sedih,
jengkel dan sebagainya tentang isi siaran dakwah "Teletilawah".
Siaran dakwah “Teletilawah” adalah siaran dakwah Teletilawah yang
ditayangkan di TVRI pukul 04.00–04.30 WIB setiap hari Senin-Jumat dengan
format maqro membaca Al-Qur'an by phone dan diisi ceramah dari musafir
kondang dan password “Cinta Qur‟an”.
Oleh karena itu, penelitian ini nantinya dapat menjelaskan persepsi
masyarakat di Kelurahan Genuksari Kecamatan Genuk Kota Semarang yang
menonton siaran dakwah "Teletilawah".
3.3. Sumber dan Jenis Data
1. Sumber data
Sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah subyek yang
darimana data diperoleh (Arikunto, 2006:129). Karena penelitian ini
menggunakan kuesioner dalam mengumpulkan datanya maka sumber data
berasal dari responden, yaitu orang merespon pernyataan atau menjawab
pertanyaan dari peneliti baik tertulis ataupun lisan. Responden penelitian ini
adalah masyarakat Genuksari Kota Semarang.
2. Jenis Data
a. Data primer
Data primer adalah data yang dihimpun langsung oleh peneliti (Ridwan,
2005:51). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan angket yang
55
55
disebarkan pada responden yaitu masyarakat Genuksari Semarang yang
menonton siaran dakwah "Teletilawah"
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang tidak secara langsung dikumpulkan oleh
yang berkepentingan dengan data tersebut (Boediono, 2004:7). Data
sekunder sebagai tambahan, yaitu berupa buku-buku berkaitan dan juga
dokumen.
3.4. Populasi dan Sampel
Populasi ialah sejumlah keseluruhan pengamatan yang diteliti atau yang
menjadi perhatian kita (Boediono, 2004:363). Populasi penelitian ini adalah
masyarakat Genuksari Kecamatan Genuk Kota Semarang yang menonton siaran
dakwah "Teletilawah" yang mempunyai ciri-ciri beragama Islam, yang suka
membaca Al-Qur'an yang meliputi orang tua, dewasa, dan remaja.
Sedangkan sampel adalah sebagian dari subjek dan objek populasi itu
sendiri (Boediono, 2004:364). Sampel yang dimaksud adalah sebagian dari
populasi yang menjadi objek yang nantinya mampu mewakili populasi yang ada.
Berdasarkan kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dana, sempit
luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek serta besar kecilnya resiko yang
ditanggung peneliti maka peneliti hanya mengambil sampel dalam lingkup
terbatas yaitu di Kelurahan Genuksari Kecamatan Genuk Kota Semarang.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan random sampling untuk
menentukan mana yang mewakili populasi. Dari 9 RW yang ada, peneliti hanya
56
56
mengambil 3 RW yaitu RW IV, RW V, RW VI. Masing-masing RW tersebut
terdapat sejumlah responden yang terpenuhi dalam kriteria penelitian ini, yaitu
sebanyak 580 responden.
Kemudian dari masing-masing masyarakat Genuksari diambil
berdasarkan sampel proporsi. Teknik pengambilan sampel proporsi dilakukan
untuk menyempurnakan penggunaan teknik sampel berstrata atau sampel
wilayah. Teknik ini digunakan agar jumlah subyek dari setiap daerah seimbang
atau sebanding dengan banyaknya subyek dalam masing-masing daerah.
(Arikunto, 2006:139). Landasan proporsi dalam teknik sampel ini adalah teori
Burgin (2005), dengan rumus perhitungan sampel:
1)( 2
dN
Nn
n = Jumlah sampel yang akan dicari
N = Jumlah populasi
d = nilai prosisi (ditentukan dalam contoh ini sebesar 90% atau a =0,1) (Burgin,
2005: 105).
Dari rumus di atas, maka mendapatkan sampel dari perhitungan :
858,6
580
1)1,0(580
5802
n
Sampel yang diambil sebanyak 85 warga muslim dari RW IV, V dan VI
di Kelurahan Genuksari Kecamatan Genuk Kota Semarang. Adapun teknik
57
57
pengambilan sampel yang digunakan adalah random sampling yaitu mengambil
sampel secara acak.
Proporsi pengambilan sampel per RW dihitung sebagai berikut:
2485580
160
2685580
180
3585580
240
xVIRW
xVRW
xIVRW
Untuk menghitung jumlah sampel yang didapat dengan cara : R (atau
jumah responden) per RW, sehingga menjadi:
a. RW IV (240) diambil = 35
b. RW V (180) diambil = 26
c. RW VI (160) diambil = 24
Oleh karena itu jumlah responden yang menjadi sampel dalam penelitian
ini yaitu: 35 RW IV + 26 warga RW V + 24 warga RW VI = 85 responden.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Data empiris dari lapangan dapat diperoleh dengan menggunakan metode
pengumpulan data, sebagai berikut:
Pertama, Angket (kuesioner), yaitu : sejumlah pertanyaan yang tertulis
yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui (Arikunto, 2006:40). Metode ini
digunakan untuk memperoleh data tentang persepsi masyarakat Genuksari
Semarang tentang siaran dakwah "Teletilawah". Metode angket ini disampaikan
58
58
kepada warga RW IV, RW V, RW VI Kelurahan Genuksari Kecamatan Genuk
Kota Semarang.
Kedua, Dokumentasi, yaitu suatu cara untuk mengumpulkan data yang
telah ada di dalam lambang-lambang tertentu, baik dokumentasi berupa catatan-
catatan hasil penggalian data. Metode ini digunakan untuk menjelaskan tentang
gambaran umum wilayah Kelurahan Genuksari Kecamatan Genuk Kota
Semarang yaitu tentang letak geografis dan keadaan monografi. TVRI sebagai
media dakwah, yang meliputi sejarah dan tujuan berdirinya program acara yang
ditampilkan, siaran "Teletilawah" yang meliputi da’i ditampilkan, metode yang
digunakan, materi yang disampaikan, minat masyarakat terhadap TVRI dan
persepsi masyarakat terhadap siaran dakwah "Teletilawah".
3.6. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data yang ada, maka digunakan metode deskriptif
kuantitatif (statistik prosentase yang kemudian dikualifikasikan). Analisa ini
digunakan untuk melihat frekuensi tertentu suatu nilai dalam himpunan data
(jumlah frekuensi) yang diperoleh dari penelitian terhadap masyarakat. Jumlah
frekuensi tersebut dinyatakan dalam prosentase sama dengan 100% (Supranto,
2001:239).
3.7. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan
pada teori, dan belum menggunakan fakta (Sugiyono, 2007:5).
59
59
Hipotesis dalam penelitian ini adalah hipotesis deskriptif (Ho), yakni
kesimpulan sementara terhadap nilai satu variabel dalam satu sampel walaupun
di dalamnya bisa terhadap beberapa kategori. Hipotesis ini akan terbangun dari
teori-teori tentang siaran dakwah dan kecenderungan masyarakat memilih
menonton siaran dakwah teletilawah dan kecenderungan bukan memilih
menonton siaran dakwah teletilawah, maka akan semakin membuka peluang
terjadinya perubahan persepsi masyarakat.
Berdasarkan kerangka teori di atas, maka secara singkat penelitian ini
adalah terhadap persepsi siaran dakwah teletilawah di TVRI (Studi Kasus di
Kelurahan Genuksari Kecamatan Genuk Kota Semarang).”
BAB IV
DATA DAN ANALISISNYA
4.1. Gambaran Kelurahan Genuksari
1. Letak Geografis
Kelurahan Genuksari adalah wilayah yang dikepalai seorang lurah yang
merupakan ibukota Kecamatan Genuk Kota Semarang Propinvi Jawa Tengah.
Letak Kelurahan Genuksari Kecamatan Genuk Kota Semarang
mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah utara : Kelurahan Trimulyo
Sebelah selatan : Kelurahan Bangetayu Kulon
Sebelah barat : Kelurahan Gebangsari
Sebelah timur : Kelurahan Banjardowo dan Sembungharjo
Adapun jarak dari pusat pemerintah:
Jarak dari pusat pemerintah kecamatan : 0,5 km
Jarak dari ibukota kotamadya Dati II : 8 km
Jarak dari ibukota propinsi Dati I : 10 km
Jarak dari ibukota Negara : 492 km
Wilayah Kelurahan Genuksari merupakan daerah dataran rendah,
pengairannya cukup baik hingga sangat potensial untuk pertanian dan mayoritas
penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai buruh industri / swasta.
Luas daerah / wilayah Kelurahan Genuksari 244,5 Ha yang terdiri dari tanah
sawah, irigasi teknis, irigasi setengah teknis, dan lain-lain
60
61
61
2. Keadaan Monologis
a. Keadaan Penduduk
Dari segi jumlah penduduk Kelurahan Genuksari memiliki potensi
yang besar, karena jumlah penduduk yang sebanyak 13.241 jiwa yang terdiri
dari 2.772 kepala keluarga, meliputi 6.636 jiwa laki-laki dan 6.605 jiwa
perempuan. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada table berikut ini.
Tabel 1
Jumlah Penduduk Menurut Usia
Kel. Umur Laki - laki Perempuan Jumlah
0 – 4 1.002 870 1.872
5 – 9 511 504 1.015
10 - 14 516 564 1.080
15 – 19 532 547 1.079
20 - 24 568 588 1.156
25 – 29 740 732 1.472
30 - 34 473 515 988
35 – 39 430 465 875
40 – 44 536 467 1.003
45 - 49 571 438 1.009
50 – 54 287 448 735
55 - 59 161 191 352
60 – 64 148 151 299
65+ 168 118 286
Jumlah 6.636 6.005 13.241
(data di ambil dari doc kel. Genuksari kec. Genuk Semarang tahun 2010).
62
62
b. Mata Pencarian Penduduk
Penduduk kelurahan genuksari rata–rata bermata pencaharian sebagai
buruh industri / swasta dan jasa. Untuk lebih detailnya bisa dilihat dalam
tabel berikut.
Tabel 2
Jumlah penduduk menurut mata pencaharian
NO MATA PENCAHARIAN JUMLAH
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Petani
Buruh tani
Nelayan
Pengusaha
Buruh industri / swasta
Buruh bangunan
Pedagang
Pengangkutan
Pegawai Negeri (sipil, ABRI)
Pensiunan
Lain-lain (jasa)
52
43
--
65
2.160
772
851
94
220
67
2.946
(data di ambil dari doc kel. Genuksari kec. Genuk Semarang tahun 2010).
c. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan
Tabel 3
Jumlah penduduk menurut pendidikan
NO JENJANG PENDIDIKAN JUMLAH
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Perguruan Tinggi
Tamat Akademi
Tamat SLTA
Tamat SLTP/sederajat
Tamat SD/sederajat
Tidak tamat SD
Tidak sekolah
Belum tamat S1
128
223
2.745
2.638
3.320
231
1.008
1.076
(data di ambil dari doc kel. Genuksari kec. Genuk Semarang tahun 2010).
63
63
Dilihat dari segi jenjang pendidikan yang ditempuh seperti dalam tabel
diatas, menunjukan bahwa sebagian besar masyarakat Kelurahan Genuksari
adalah tamat SD, akan tetapi bisa dikatakan bahwa tingkat pendidikan di
Kelurahan Genuksari cukup tinggi. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya
prosentase keragaman tingkat pendidikan penduduk.
Tabel 4
Jumlah sarana pendidikan
NO LEMBAGA
PENDIDIKAN JUMLAH KETERANGAN
1.
2.
3.
4.
5.
Sekolah TK
Sekolah Dasar Negeri
SLTP
SLTA kejuruan
Madrasah Ibtidaiyah
5 buah
6 buah
0 buah
1 buah
2 buah
Jumlah murid 326 orang
Jumlah guru / pengajar 21 orang
Jumlah murid 1.948 orang
Jumlah guru / pengajar 74 orang
Jumlah murid 0 orang
Jumlah guru / pengajar 0 orang
Jumlah murid 569 orang
Jumlah guru / pengajar 27 orang
Jumlah murid 388 orang
Jumlah guru / pengajar 16 orang
( data di ambil dari doc kel. Genuksari kec. Genuk Semarang tahun 2010).
Dilihat dari jumlah sarana pendidikan, seperti dalam tabel diatas
dapat dikatakan bahwa sarana pendidikan yang ada cukup baik, karena di
Kelurahan Genuksari terdapat ragam sarana pendidikan dari tingkat kanak-
kanak sampai tingkat sekolah menengah tingkat pertama.
d. Kehidupan Keberagamaan
Sebagaimana umumnya di daerah-daerah lain di Indonesia, di mana
terdapat bermacam-macam agama yang telah disahkan dan dicatat di kantor
64
64
urusan agama. Namun di wilayah Kelurahan Genuksari ini mayoritas
penduduknya adalah beragama Islam. Dalam kehidupannya diwaranai
suasana tentram rukun dan damai.
Tabel 5
Jumlah penduduk menurut agama
NO AGAMA JUMLAH
1.
2.
3.
4.
5.
Islam
Katolik
Protestan
Hindu
Budha
12.733 orang
311 orang
133 orang
--
14 orang
( data di ambil dari doc kel. Genuksari kec. Genuk Semarang tahun 2010).
Dengan demikian masyarakat Kelurahan Genuksari kebanyakan
memeluk agama Islam, namun kehidupan keberagamaannya belum begitu
berkembang, dan masih banyak yang tidak melaksankan perintah agama. Hal
ini terlihat masih banyaknya orang-orang atau masyarakat yang belum
mengamalakan ajaran-ajaran agama Islam. Suatu missal masih adanya
perjudian dan mabuk-mabukan.
Maka tepatlah kiranya apabila dakwah sekarang ini membenahi
menawarkan jiwa dan iman, baik melalui penyuluhan keagamaan, penataran,
maupun pengajian-pengajian rutin demi mempertebal keimanan tersebut
yaitu dengan cara mendekatkan diri kepada Allah yang akan mempertebal
keimanan dan ketakwaan kita dan dapat membentengi hal-hal yang
bertentangan dengan ajaran agama.
Pengembangan pengalaman agama masih relative rendah, dimana
para da’i dan guru-guru ngaji di wilayah Kelurahan Genuksari juga tidak
65
65
telalu sedikit, tetapi banyak dari kalangan mereka tidak mau menyalurkan
ilmunya. Mereka lebih banyak terjun ke dunia bisnis meskipun ada sebagian
kecil yang mau menyalurkan dan mengamalkan ilmunya pada remaja.
Tabel 6
Jumlah sarana ibadah
NO SARANA IBADAH JUMLAH
1.
2.
3.
4.
Masjid
Mushola
Gereja
Kuil
5 buah
28 buah
1 buah
--
( data di ambil dari doc kel. Genuksari kec. Genuk Semarang tahun 2010).
Dilihat dari segi sarana ibadah seperti dalam tabel diatas, menunjukan
banyaknya sarana ibadah di Kelurahan Genuksari adalah mushola / surau.
Tabel 7
Jumlah media elektonik Radio dan TV
NO MEDIA JUMLAH
1.
2.
Radio
TV
884 buah
1.407 buah
( data di ambil dari doc kel. Genuksari kec. Genuk Semarang tahun 2010).
4.2. Televisi Republik Indonesia (TVRI) Sebagai Media Dakwah
Televisi Republik Indonesia (TVRI) adalah adalah satu-satunya stasiun
televisi milik pemerintah Indonesia yang tetap berdiri dan mengudara hingga saat
ini. Wilayah jangkauan yang mencapai seluruh pelosok negeri, dari Sabang
sampai Merauke, yang menyiarkan berbagai macam acara mulai berita, siaran
pendidikan dan hiburan.
66
66
1. Sejarah TVRI
Televisi Republik Indonesia atau biasa kita kenal dengan
sebutanTVRI, adalah satu-satunya stasiun televisi milik pemerintah Indonesia
yang tetap berdiri dan mengudara hingga saat ini. Wilayah jangkauan yang
mencapai seluruh pelosok negeri, dari Sabang sampai Merauke,yang
menyiarkan berbagai macam acara mulai dari berita (news), Siaran pendidikan
(education), dan hiburan (entertainment).
Televisi Republik Indonesia sejak berdirinya pada tanggal 24 Agustus
1962, atau tepatnya pada saat stasiun televisi tersebut mengadakan siaran
perdana dibawah naungan Yayasan Gelora Olah Raga Bung Karno. Acara
yang pertama kali ditayangkan adalah pesta olah raga Asian Games IV, yang
bertempat di Gelanggang Olah Raga Senayan Jakarta Selatan, dan sejak itu
pula Televisi Republik Indonesia mendapat julukan baru, yaitu TVRI.
Setelah perhelatan besar Asian Games IV berakhir, maka berakhir
pula siaran dari TVRI. Akan tetapi berakhir bukan diartikan secara total, TVRI
masih tetap mengudara tetapi hanya satu jam, dan ini berlangsung selama satu
tahun hingga 1963. Acara yang ditayangkan semua melalui suatu studio dan
peralatan hardware maupun software untuk program siaran darurat di daerah
Senayan Jakarta Selatan. Televisi Republik Indonesia dalam menjalankan
seluruh tugas sebagai media massa yang baru berpedoman pada strategi dan
kebijaksanaan Departemen Penerang Republik Indonesia. Kemudian pada
bulan Oktober 1963 Terbit Surat Keputusan Presiden No. 215 tahun 1963,
tentang pembentukan Yayasan Televisi Republik Indonesia. Dimana Keppres
67
67
ini menegaskan tujuan dari Televisi Republik Indonesia adalah alat penghubung
masyarakat (mass communication media) dalam melaksanakan pembangunan
mental dan spiritual serta fisik dari pada bangsa dan negara Indonesia, serta
pembentukan manusia sosialis Indonesia pada khususnya.
Pada tahun 1974, kedudukan dan keberadaan Televisi Republik
Indonesia lebih dikukuhkan lagi melalui surat Keputusan Presiden Nomor. 44
tahun 1974, tentang pokok-pokok organisasi departemen, yang kemudian
ditindaklanjuti dengan surat keputusan Menteri Penerangan republik Indonesia
Nomor. 55A/KEP/MENPEN/1975, tentang susunan organisasi dan tata kerja
departemen penerangan. Berdasar Surat Keputusan Menteri tersebut, Televisi
Republik Indonesia merupakan Direktorat televisi dalam lingkungan
Direktorat Jenderal (Dirjen) radio, televisi dan film Departemen Penerangan.
Setelah kejelasan tentang status dan kedudukan Televisi Republik Indonesia
(TVRI), maka semakin terlihat akan kemajuan-kemajuan yang ditonjolkan.
TVRI yang dahulu hanya mengudara hanya satu jam sehari setelah
timbulnya surat keputusan tersebut atau pada tahun 1976 mulai mengudara
dengan durasi waktu empat jam dalam setiap harinya.
Selain karena timbulnya surat keputusan tersebut, alat-alat (piranti)
penunjang yang digunakan oleh TVRI pun terlihat sudah makin canggih dan
maju dibandingkan pada waktu mengudara pertama kali. Melihat
keberhasilannya dan antusias masyarakat akan kebutuhan suatu media massa
baru yang mereka tunggu-tunggu, TVRI kembali mengadakan suatu gebrakan
baru. Tahun 1978, TVRI mulai mengudara dalam delapan jam setiap harinya.
68
68
Ternyata tidak hanya mengudara delapan jam dalam seharinya, TVRI dalam
memanjakan minat dan antusias masyarakat akan suatu media massa dalam
memanjakan minat dan antusias masyarakat akan suatu media massa baru
kembali berbenah. Kali ini bukan hanya siarannya saja, tetapi peralatan yang
digunakan pun juga mulai dibenahi.
TVRI sebagai media massa penghubung dan komunikasi antara
pemerintah dan masyarakat mulai meluaskan wilayah siaran dengan
membangun sembilan stasiun penyiaran (studio), tujuh puluh stasiun pemancar,
dan sebelas stasiun penghubung (relay). Pada tahun ini tercatat 895.180 buah
televisi yang dimiliki oleh masyarakat, dengan jangkauan TVRI yang masih
229.000 KM2 Peningkatan piranti sarana dan prasarana, maupun jam siaran
tidak berhenti di situ saja.
Pada tahun 1984 Televisi Republik Indonesia kembali membenahi jam
siaran yang semula empat jam ditingkatkan menjadi delapan jam sehari. Selain
itu Televisi Republik Indonesia juga semakin membenahi peralatannya, yaitu
dengan menambah stasiun-stasiunnya. Diantaranya adalah memiliki sembilan
stasiun penyiaran, 173 stasiun pemancar, 30 stasiun penghubung (relay) dan
10 unit produksi keliling. Jadi secara keseluruhan Televisi Republik Indonesia
dapat menjangkau wilayah 460.000 KM2.
Sebenarnya bukan hanya pengadaan stasiun ataupun pemancar di
berbagai daerah, akan tetapi pemerintah Indonesia juga telah mengantisipasi
masalah komunikasi tersebut, yaitu dengan diluncurkannya satelit Palapa pada
tanggal 16 Agustus 1976. Satelit Palapa atau juga sebagai satelit komunikasi
69
69
domestik. Agar mempersatukan bangsa Indonesia. Nama Palapa sendiri diambil
dari suatu sumpah Mahapatih Majapahit “Gajah Mada”. Satelit Palapa I yang
kita yang kita banggakan ternyata tidak berumur panjang atau hanya berumur 7
tahun. Pada tanggal 18 Juni 1983 pemerintah kembali meluncurkan satelit
Palapa A2 dan B1 dari Pusat Antariksa Kennedy Nasa Amerika. Dimana satelit
Palapa B lebih luas jangkauannya dibandingkan dengan Palapa A dan
dikendalikan oleh Stasiun Pusat Utama (SPU) Cibinong Bogor. Dengan
menggunakan kemajuan teknologi satelit Palapa tersebut, maka daya jangkau
siaran Televisi Republik Indonesia dapat menjangkau seluruh pulau di
Nusantara ini dengan bagus.
Sebagai kelanjutan dari kemajuan teknologi tersebut pada tahun yang
sama diperkenalkan Sistem Direct Broadcasting Satelit atau DBS, dimana
DBS tersebut mempunyai keunggulan untuk mentransmisikan siaran televisi
langsung ke rumah penduduk dengan menggunakan antena televisi meluaskan
wilayah siaran dengan membangun sembilan stasiun penyiaran (studio),
tujuh puluh stasiun pemancar, dan sebelas stasiun penghubung (relay). Pada
tahun ini tercatat 895.180 buah televisi yang dimiliki oleh masyarakat, dengan
jangkauan TVRI yang masih 229.000 KM2.
Peningkatan piranti sarana dan prasarana, maupun jam siaran tidak
berhenti di situ saja. Pada tahun 1984 Televisi Republik Indonesia kembali
membenahi jam siaran yang semula empat jam ditingkatkan menjadi delapan jam
sehari. Selain itu Televisi Republik Indonesia juga semakin membenahi
peralatannya, yaitu dengan menambah stasiun-stasiunnya. Diantaranya adalah
70
70
memiliki sembilan stasiun penyiaran, 173 stasiun pemancar, 30 stasiun
penghubung (relay) dan 10 unit produksi keliling. Jadi secara keseluruhan
Televisi Republik Indonesia dapat menjangkau wilayah 460.000 KM2.
Sebenarnya bukan hanya pengadaan stasiun ataupun pemancar di berbagai
daerah, akan tetapi pemerintah Indonesia juga telah mengantisipasi masalah
komunikasi tersebut, yaitu dengan diluncurkannya satelit Palapa pada tanggal 16
Agustus 1976. Satelit Palapa atau juga sebagai satelit komunikasi domestik.
Agar mempersatukan bangsa Indonesia. Nama Palapa sendiri Direct
Broadcasting Satelit atau DBS, dimana DBS tersebut mempunyai keunggulan
untuk mentransmisikan siaran televisi langsung kerumah penduduk dengan
menggunakan antena televisi antena televisi (Wawancara dengan Ibu Yayuk,
Staff HUMAS TVRI Stasiun Pusat Jakarta, tanggal 10 Mei 2010). Sebagai
corong pemerintah maupun sebagai media massa penghubung antara
pemerintah dengan masyarakat, maka TVRI tidak bisa saja menutup mata
terhadap moral dan spiritual bangsa Indonesia. Berdasarkan Surat
Keputusan Presiden No. 215 tahun 1963, tentang tujuan TVRI adalah sebagai
alat hubungan masyarakat (mass communication media) dalam
melaksanakan pembangunan mental/spiritual dan fisik daripada bangsa dan
negara Indonesia serta pembentukan manusia sosialis Indonesia pada
khususnya. Selain itu, fungsi dari media massa itu sendiri juga sebagai
penerangan (information), pendidikan (education) dan hiburan (entertainment).
TVRI juga ikut berperan serta pada pemerintah, yaitu sebagai corong atau alat
71
71
penghubung antara pemerintah dengan masyarakat dalam rangka
menyukseskan pembangunan dan program-program lainnya
Pada awal tahun 1999 atau beberapa bulan setelah terjadi era reformasi
yang dilakukan oleh para mahasiswa terhadap pemerintah resmi Orde Baru
pada waktu itu. Keadaan negeri Indonesia terlihat semakin parah, roda
perekonomian macet total, sehingga kemiskinan dan pengangguran menjadi
wabah yang paling mengerikan. Pada tahun itu juga terlihat sekali bahwa
moral para penduduk Indonesia juga menurun sangat drastis. Dimana kejahatan
menjadi tontonan yang sudah biasa. Pemerkosaan sudah bukan lagi sebagai hal
yang tabu, masih banyak hal yang lain lagi yang mengarah pada kemerosotan
moral bangsa yang semakin parah. Melihat situasi yang semakin panas dan tidak
menentu tersebut, maka TVRI sebagai salah satu media massa yang ada, karena
pada waktu itu telah muncul televisi swasta seperti digawangi.
Siti Hardiyanti Rukmana (mba’ Tutut), Rajawali Citra Televisi 38
Indonesia (RCTI) milik Tomy Soeharto dan Surya Citra Televisi (SCTV),
mencoba kembali untuk membantu mengembalikan situasi dan kondisi seperti
semula. TVRI melalui divisi BAPORA atau bagian Pendidikan Agama dan
Penyiaran mencoba menghidupkan kembali salah satu acara siaran keagamaan
yang dulu pernah menjadi primadona dan salah satu andalan dari TVRI yang
hilang dan tayang hanya pada acara-acara keagamaan, serta setiap bulan
Ramadhan. Siaran Mimbar Agama Islam kemudian mnjadi sebuah ide dan
dijadikan sebagai salah satu alternatif siaran keagamaan. Setelah melalui press
72
72
perizinan dan persiapan-persiapannya maka pada awal tahun 2000, siaran
Mimbar Agama Islam mengudara.
Daerah komando dan kendali Badan Pengelolaan dan Penyaji Rohani
dan Agama (BAPORA) siaran Mimbar Agama Islam dikelola mulai dari
penyusunan acara yang akan disajikan, format acara yang akan disuguhkan,
materi yang sesuai dengan waktu dan kejadian agar selalu tampil hot dan gres
tanpa ketinggalan mutu kualitas, serta para pemateri atau da’i yang akan tampil
dalam acara tersebut.tepat pada awal tahun millennium sebagai salah satu
mata acara yang ditujukan sebagai peningkatan moral dan spiritual bangsa yang
telah merosot. BAPORA (Badan Pengelola dan Penyaji Siaran Rohani dan
Agama). Melalui divisi Pendidikan Agama Islam mencoba kembali
menayangkan mata siaran keagamaan yang pernah hilang. Segala sesuatu dan
prasarana penunjang siaran baik itu materi yang harus selalu mengikuti trend,
format acara yang ditayangkan sampai penunjukan pemateri atau da’i
(Wawancara dengan Erfiyan Asnan, Staff BAPORA divisi Pendidikan Islam,
tanggal 10 Mei 2010).
2. Visi dan Misi TVRI
1. Visi
Terwujudnya TVRI sebagai media pilihan bangsa Indonesia dalam
rangka turut mencerdaskan kehidupan bangsa untuk memperkuat
kesatuan nasional.
73
73
2. Misi
a. Mengembangkan TVRI menjadi media perekat sosial untuk persatuan dan
kesatuan bangsa sekaligus media kontrol sosial yang dinamis.
b. Mengembangkan TVRI menjadi pusat layanan informasi dan edukasi yang
utama.
c. Memberdayakan TVRI menjadi pusat pembelajaran bangsa serta
menyajikan hiburan yang sehat dengan mengoptimalkan potensi dan
kebudayaan daerah serta memperhatikan komunitas terabaikan.
d. Memberdayakan TVRI menjadi media untuk membangun citra bangsa dan
negara.
e. Mengembangkan TVRI menjadi media perekat sosial untuk persatuan dan
kesatuan bangsa sekaligus media kontrol sosial yang dinamis.
(http://www.tvri.baliserve.com/home/home.php?mod=content&printer=1&
id=15#visimisi).
3. Jangkauan Siaran TVRI
- Jawa Tengah
- Jawa Timur
- Sulawesi Selatan
- Maluku dan Maluku Utara
- Papua
- Gorontalo
- Nusa Tenggara Barat
- Sulawesi Barat
74
74
- Sulawesi Tengah
- Kelas lokasi 12.368
- Jumlah penduduk 33.558.722 jiwa
- Jangkauan siaran 4.592 km2 100%
- Kekuatan transmisi antara 20.000 s/d 80.000 watt
4. Kekuatan TVRI
a. Menyajikan berita yang dinamis, hangat dan pasti
b. Reporter yang militant dan cerdas
c. Sinergi dengan ciri khas semua budaya Indonesia
d. Fleksibelitas bagi penonton.
- Berita Terkini
- Sekilas Info
- Pendidikan
- Documenter
- Infotainment
e. Iklan lebih mendapat reaksi dari pemirsa
f. TVRI menjadi kebanggaan pemirsa dan masyarakat Indonesia
(http://www.tvri.baliserve.com/home/home.php?mod=content&id=14&printe
r=1#bagan).
5. Program Acara TVRI
- Teletilawah
Setiap Jumat, 04.00.
75
75
- Hikmah pagi
Setiap hari, 05.00.
- Warta pagi
Setiap hari, 06.00.
- Pensi
Setiap hari, 07.00.
- Budi dan Kerti
Setiap hari, 08.00.
- Sinetron Anak
Setiap hari, 08.30.
- Monitor Olah raga
Setiap hari, 09.00.
- Daerah Membangun
Setiap hari, 09.30.
- Teras
Setiap hari, 10.00.
- Salam Dari Desa
Setiap hari, 11.00.
- Pesona Nusantara
Setiap hari, 11.30.
- Warta Siang
Setiap hari, 12.00.
76
76
- Jendela Dunia
Setiap hari, 13.00.
- Pelangi Desa : pusat
Setiap hari, 13.30.
- Siaran Pendidikan
Setiap hari, 14.00.
- Game Show
Setiap hari, 15.00.
- Ingin jadi Aktor
Setiap hari, 15.30.
- Dialog KPk
Setiap hari, 16.00
- Percik Perenungan
Setiap hari, 17.00.
- Situs - Situs
Setiap hari, 17.30.
- Budi Dan Kerti
Setiap hari, 18.00.
- Sinetron Anak
Setiap hari, 18.30
- Warta Malam - Warta Dunia
Setiap hari, 19.00
77
77
- Ketoprak
Setiap hari, 20.30.
- Bincang malam
Setiap hari, 22.00
- Ens
Setiap hari, 23.30.
- Wayang
Setiap hari, 24.00
(http://www.tvri.baliserve.com/home/home.php).
4.3. Siaran Dakwah TVRI
1. Waktu Penayangan
Televisi sebagai salah satu media yang dapat digunakan dalam
berdakwah mempunyai peran yang sangat besar, disamping sebagai media
hiburan bagi masyarakat umum ternyata dalam penayangan program-program
juga dapat disisipkan materi-materi dakwah dakwah Islam.Dalam tahun-tahun
terakhir ini, banyak bermunculan televisi swasta dalam lingkup nasional, tidak
ketinggalan juga televisi-televisi lain juga marak berdiri antara lain (ANTV,
RCTI, SCTV, Indosiar, Trans TV, TV7, dan TPI). Dengan banyaknya stasiun
televisi tersebut maka membuka peluang yang sangat besar bagi penyiaran
dakwah Islam melalui media tersebut.
Media elektronik (televisi) dalam hal ini TVRI, mempunyai program-
program yang bernuansakan dakwah Islam. TVRI sebagai salah satu televisi
78
78
milik pemerintah dalam mengadakan siaran sehari-hari dimulai dari jam 04.00
pagi sampai 24.00 dini hari.
Berikut ini adalah salah satu sampel jadwal Materi yang berhasil penulis
dapatkan setelah mengadakan kunjungan TVRI stasiun pusat Jakarta, dalam
rangka menyelesaikan studi dan melengkapi data–data skripsi penulis tentang
siaran dakwah Teletilawah yang ditayangkan pada Januari 2011 hingga April
2011.
79
79
Siaran dakwah Teletilawah /04.00 – 04.30 WIB bulan Januari 2011
SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT
TELETILAWAH
LIVE
Format: Lomba
baca al–Qur’an
by Phone
Materi:
QS : al – Baqarah
Ayat: 1-5
Presenter:
H. Sukeri/Putri
Dewan Hakim:
1. Maria Ulfa,S.Ag
2. H.Syahdi,SAS
Mufassir:
Prof.H.Darwis
Hude,M.Si.
TELETILAWAH
LIVE
Format: Lomba
baca al–Qur’an
by Phone
Materi:
QS: al – Baqarah
Ayat: 6-9
Presenter:
H.Sukeri/Putri
Dewan Hakim:
1. Drs.H. Idrus
Ismail
2. H.Syahdi, SAS
Mufassir:
H. Ikhsan Tanjung
TELETILAWAH
LIVE
Format: Lomba
baca al–Qur’an
by Phone
Materi:
QS: al – Baqarah
Ayat: 10 -14
Presenter:
Hj.Evi/Gafar
Dewan Hakim:
1. H. Iwan Azis
2. Drs.H.Abdul
Sattar Gani,
MA
Mufassir:
KH. Anwar Sanusi
TELETILAWAH
LIVE
Format: Lomba
baca al–Qur’an
by Phone
Materi:
QS: al – Baqarah
Ayat: 15 – 18
Presenter:
Hj. Evi/Sukeri
Dewan Hakim:
1. Drs.KH.
Muchtar
Ilyas
2. Drs.H.Abdul
Sattar
Gani, MA
Mufassir:
KH. Salim Na’im
TELETILAWAH
LIVE
Format: Lomba
baca al–Qur’an
by Phone
Materi:
QS: al - Baqarah
Ayat: 19 – 23
Presenter:
Annisa/Rahmadi
Dewan Hakim:
1. KH. Safaruddin
2. H.Syahdi SAS
Mufassir:
Dr.Arif Rachman
80
80
Siaran dakwah Teletilawah /04.00 – 04.30 WIB bulan Februari 2011
SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT
ELETILAWAH
LIVE
Format: Lomba
baca al-Qur’an
by Phone
TELETILAWAH
LIVE
Format: Lomba
baca al–Qur’an
by Phone
TELETILAWAH
LIVE
Format:Lomba
baca al –Qur’an
by Phone
TELETILAWAH
LIVE
Format: Lomba
baca al-Qur’an
by Phone
TELETILAWAH
LIVE
Format: Lomba
baca al-Qur’an
by Phone
Materi:
QS: al-Baqarah
Ayat: 24-27
Materi:
QS: al-Baqarah
Ayat: 28-31
Materi:
QS: al-Baqarah
Ayat: 32-36
Materi:
QS: al-Baqarah
Ayat: 37-40
Materi:
QS: al-Baqarah
Ayat: 41-44
Presenter:
H.Evi/H.Sukeri
Presenter:
H.Evi/H.Sukeri
Presenter:
H.Sukeri/Putri
Presenter:
H.Evi/Gafar
Presenter:
Anissa/Rahmadi
Dewan Hakim: Dewan Hakim: Dewan Hakim: Dewan Hakim: Dewan Hakim:
1. H.Fauzi Ridwan
2. H.Syahdi.SAS
1. Dr. Daud
Rasyid
2. H.Syahdi.SAS
1. H. Masrur, S.Ag.
2. Drs.H.Abdul
Sattar Gani, MA
1. Drs.H.Abdul
Wahid
2. Drs.H.Abdul
Sattar
Gani,MA
1. Prof.Dr.H.Darwis
Hude, M.Si.
2. H.Syahdi,SAS
Mufassir:
Prof.Dr. Said Agil
Husain AlMunawar
Mufassir:
Dr.Hj.Ismai
Salmah
Mufassir:
Dr.H.Ahzami
Samiun
Jazuli MA
Mufassir:
Prof.Dr.KH.
Muslih Abdul
Karim,MA
Mufassir:
Prof.Dr.KH.
Hambali,MA
81
81
Siaran dakwah Teletilawah /04.00 – 04.30 WIB bulan Maret 2011
SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT
TELETILAWAH
LIVE
Format: Lomba
baca al-Qur’an
by Phone
TELETILAWAH
LIVE
Format: Lomba
baca al-Qur’an
by Phone
TELETILAWAH
LIVE
Format: Lomba
baca al-Qur’an
by Phone
TELETILAWAH
LIVE
Format: Lomba
baca al-Qur’an
by Phone
TELETILAWAH
LIVE
Format: Lomba
baca al-Qur’an
by Phone
Materi:
QS. al-Baqarah
Ayat: 45-48
Materi:
QS.al-Baqarah
Ayat: 49-52
Materi:
QS.al-Baqarah
Ayat:53-57
Materi:
QS.al-Baqarah
Ayat:58-61
Materi:
QS.al-Baqarah
Ayat:62-64
Presenter: Presenter: Presenter: Presenter: Presenter:
1. Putri/H.Sukeri 1. Putri/Gafar 1. Hj.Evi/ H.Sukeri 1. Hj.Evi/H.Sukeri 1. Anissa/Rahmadi
Dewan Hakim: Dewan Hakim: Dewan Hakim: Dewan Hakim: Dewan Hakim:
1. Drs.H.Idrus Ismail
2. H. Syahdi .SAS
1. Drs.H.Abdul
Wahid
2. H.Syahdi.SAS
1. Drs.H.Abdul
Wahid
2. Drs.H.Abdul
Sattar Gani,
MA.
1. Prof.Dr.H.Darwis
Hude, M.Si.
2. Drs.H.Abdul
Sattar Gani, MA
1.Maria Ulfa, S.Ag
2. H.Syahdi SAS
Mufassir: Mufassir: Mufassir: Mufassir: Mufassir:
Dr.H.Ahzami
Samiun Jazuli MA.
Prof.Dr.Said Agil
Husain AlMunawar
Prof.Dr.KH.Muslih
Abdul Karim,MA
Prof.Dr.H.Darwis
Hude, M.Si.
Prof.Dr.KH.
Hambali, MA.
82
82
Siaran dakwah Teletilawah /04.00 – 04.30 WIB bulan April 2011
SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT
TELETILAWAH
LIVE
Format: Lomba
baca al-Baqarah
by Phone
Materi:
QS.al-Baqarah
Ayat: 65-69
Presenter:
1. Putri/H.Sukeri
Dewan Hakim:
1.Drs.H.Idris Ismail
2.H.Syahdi SAS
Mufassir:
Dr.H.Ahzami
Samiun Jazuli MA
TELETILAWAH
LIVE
Format: Lomba
baca al-Baqarah
by Phone
Materi:
QS.al-Baqarah
Ayat: 70-73
Presenter:
1. Hj.Evi/Gafar
Dewan Hakim:
1.Dr.Daud Rasyid
2.H.Syahdi SAS
Mufassir:
Dr.Hj. Ismai
Salmah
TELETILAWAH
LIVE
Format: Lomba
baca al-Baqarah
by Phone
Materi:
QS.al-Baqarah
Ayat:74-78
Presenter:
1. Hj.Evi/H.Sukeri
Dewan Hakim:
1. Drs.H.Abdul
Wahid
2. Drs.H.Abdul
Sattar Gani, MA.
Mufassir:
Prof.Dr.H.Darwis
Hude, M.Si.
TELETILAWAH
LIVE
Format: Lomba
baca al-Baqarah
by Phone
Materi:
QS.al-Baqarah
Ayat:79-83
Presenter:
1. Anissa
/Rahmadi
Dewan Hakim:
1. Prof.Dr.H.
Darwis
Hude, M.Si.
2. Drs.H.Abdul
Sattar Gani,MA.
Mufassir:
H. Ikhsan
Tanjung
TELETILAWAH
LIVE
Format: Lomba
baca al- baqarah
by Phone
Materi:
QS.al-Baqarah
Ayat:84-86
Presenter:
1. Annisa
/Rahmadi
Dewan Hakim:
1. KH. Safaruddin
2. H.Syahdi SAS
Mufassir:
KH.Salim Na’im
83
83
Tabel 8
Tema-tema acara Teletilawah
NO NAMA
ACARA SUB JUDUL PRESENTER DURASI
1. Teletilawah Mensyukuri karunia Allah Hj.Evi/H.Sukeri 15’
2. Teletilawah Memahami Bencana Dalam
Al-Qur'an
Anissa/Rahmadi 15’
3. Teletilawah Ikhtiar pintu membuka rejeki Putri/H.Sukeri 15’
4. Teletilawah Adab ketika di dalam mesjid Hj.Evi/Gafar 15’
5. Teletilawah Rendah hati Putri/H.Sukeri 15’
6. Teletilawah Mempersiapkan generasi Al-
Quran
Anissa/Rahmadi 15’
2. Da’i yang Ditampilkan
Seperti yang kita ketahui bahwa berdakwah merupakan suatu aktifitas
sacara sadar untuk mendorong (mengajak) manusia supaya memeluk agama
Islam dan mentaati tuntunan Islam, dengan cara yang bijaksana dengan tujuan
agar selalu hidup bahagia atau selamat di dunia maupun di akhirat.
Keberadaan sosok figur seorang dai juga akan berpengaruh dalam proses
dakwah. Perhatian mad’u dengan seorang da’i menjadikan prioritas untuk
mengikuti segala sesuatu yang disampaikan dan tindakan-tindakan dalam
kehidupan sehari-hari.
84
84
Tanggung jawab besar yang secara tidak langsung diberikan pada da’i
mewajibkan mereka berhati-hati dalam bertindak. Semua yang dikerjakan harus
sesuai dengan apa yang diucapkannya. Itu akan menjadikan contoh bagi mad’u
dan menjadikan dorongan untuk melaksanakan semua ajaran-ajaran Islam yang
disampaikan oleh da’i.
Atas dasar inilah TVRI dalam acara keagamaan dengan program
Teletilawah yang disiarkan setiap hari Jumat pukul 04.00 berusaha untuk
memberikan yang terbaik bagi pemirsanya, dengan menghadirkan sosok da’i
antara lain: Prof. H. Said Agil Husain Munawar.
3. Metode yang Digunakan
Metode dakwah adalah cara-cara yang dipergunakan oleh seorang da’i
untuk menyampaikan materi dakwah yaitu Al-Islam atau kegiatan untuk
mencapai tujuan tersebut.
Berhasil atau tidaknya usaha dakwah tidak hanya tergantung dari macam-
macam metode dan efisiennya, akan tetapi tergantung pula pada orang yang
melaksanakan metode tersebut. Orang yang ada dibelakang senjata selain orang
yang melaksanakan metode itu, ditentukan pula oleh peranan cara memilih
metode itu sendiri. Dalam setiap usaha dakwah da’i harus memilih dan
menentukan macam metode yang akan dipakai. Seorang da’i harus sadar bahwa
metode dimanapun selalu berubah mengikuti perubahan dan perkembangan
Zaman. Dan harus diinasafi bahwa metode dakwah yang tidak tepat
85
85
penggunaannya, tidak hanya membuang tenaga yang percuma saja, tetapi juga
menambah jauhnya obyek dakwah terhadap da’i tersebut.
Adapun program Teletilawah yang ditayangkan TVRI menggunakan
metode ceramah (Syukir, 1993:104). yaitu pihak TVRI menayangkan ceramah
da’i , yang berbentuk tayangan langsung (live).
4. Materi yang Disampaikan
Dewasa ini, penyampaian informasi melalui media elektronik kepada
khalayak atau masyarakat tentang perintah dan larangan Allah SWT sesuai
dengan Al-Quran dan sunnah Rasulullah SAW sangat tepat. Dalam masyarakat
yang sistem komunikasi massanya sudah kompleks, sesuai dengan
perkembangan masyarakat tersebut. Umat Islam yang termasuk dalam
komunitas masyarakat tersebut juga ikut terpengaruh oleh dampak yang
ditimbulkan oleh media tersebut.
Adapun materi-materi dakwah yang disampaikan mufassir dalam acara
Teletilawah yang berjumlah 6 tema (lihat table 8) mengandung dua kategori
lain, yaitu kesalehan individu dan kesalehan sosial.
Untuk lebih jelasnya, tema-tema tersebut dapat penulis rangkum, di
bawah ini:
a. Mensyukuri karunia Allah
Dalam mensyukuri ada 2 fase, maksudnya kita tak hanya mensyukuri
apa yang sudah kita dapat dari semua usaha kita, tapi juga harus mensyukuri
sebelumnya. Contoh, seperti orang melahirkan jangan Cuma mensyukuri
kelahirannya anaknya saja, tapi juga sebelum kita melahirkan kita dikasih
86
86
kesehatan salama kehamilan. Kita dijenguk tetangga, ditungguin suami waktu
melahirkan itu semua harus disyukuri. Selalu berterima kasih dengan apa yang
tahu kasih apapun yang kita dapat walau cuma sedikit harus tetap bersyukur
karena dengan begitu kita akan bias merasakan nikmat.
Contoh, walau kita cuma punya sepeda onthel, kita tetap bersyukur dari
pada jalan kaki. Supaya kita tetap bisa bersyukur dalam keadaan apapun, kunci
utamanya adalah sabar. Dengan sabar kita akan dapat merasakan nikmat yang
besar. Mengapa manusia bersyukur jika dalam keadaan senang saja, sedang
waktu sudah marah ngomel-ngomel karena manusia lebih sering sedihnya dari
senangnya. Itu bukan berarti kufur tapi memang menusia tempatnya lupa. Kita
biar senantiasa ingat dan bisa tetap bersyukur tak lupa selalu baca
Alhamdulillah biar kita selalu merasakan nikmat.
b. Memahami bencana dalam Al-Qur'an
Setidaknya ada dua ayat dalam Al Quran yang langsung menyatakan
tentang bencana gempa bumi. Bunyinya demikian: Lalu datanglah gempa
menimpa mereka, dan merekapun mati bergelimpangan di dalam reruntuhan
rumah mereka (Al Quran Surat Al-A’raf ayat 78 dan ayat 91). Ayat ini jelas
menggambarkan bahwa bencana gempa bumi memang disinggung dalam Al-
Quran. Ayat tersebut lebih tepat jika hendak mengaitkan gempa bumi di
Padang yang baru lalu dan gempa bumi lain yang pernah terjadi di Indonesia,
atau bahkan gempa bumi yang pernah terjadi di seluruh dunia dari dulu hingga
sekarang sangat percaya kekuatan Maha Besar, Allah SWT, ada di balik semua
peristiwa gempa bumi dalam sejarah manusia. Itu di satu sisi. Di sisi lain, saya
87
87
juga mencoba memahami sudut pandang ilmiah mengapa, bagaimana dan apa
penyebab gempa bumi terjadi. Jika kemudian kita belum mampu memprediksi
kapan gempa bumi terjadi, maka ini juga saya yakini sebagai bagian dari
Rahasia Ilahi. Ini domain Ilahi, bukan domain atau wilayah manusiawi. Pada
tataran domain manusiawi inilah, menjadi mungkin terjadi spekulasi, seperti
percobaan otak-atik waktu jam atau waktu terjadinya gempa kemudian
mengaitkannya dengan terjadinya gempa bumi.
Ayat di atas mengkisahkan umat Nabi Sholih yang dikenal dengan
Kaum Tsamud dan umat Nabi Syu’aib yang dikenal dengan penduduk Madyan
yang bengal dan mengingkari risalah Kenabian yang mereka bawa sebagai
Utusan Allah SWT hingga Allah SWT menurunkan bencana gempa bumi.
Peristiwa ribuan tahun yang lalu direkam oleh Al Qur’an, jauh sebelum
manusia modern mengenali penyebab gempa bumi sebagai akibat
bertumbukkannya lempeng bumi. Jika kemudian sampai hari ini gempa bumi
masih terus terjadi, rasanya kita tidak cukup jika hanya merenungkannya.
Sebab merenung cenderung pasif. Akan lebih baik jika dibarengi dengan
tindakan yang nyata. Seperti apa? Membangun diri dan keluarga agar siaga
terhadap bencana dengan tetap menjaga kualitas aqidah yang kita miliki.
Sehingga kalaupun kita harus menjadi korban meninggal akibat bencana
gempa bumi misalnya, kita tetap teguh dalam aqidah dan keimanan kita.
c. Ikhtiar pintu membuka rezeki
Harta yang halal artinya untuk memperoleh harta yang halal diperlukan
kemampuan diri mengendalikan hati, sehingga tidak tergiur dengan tipu daya
88
88
menghalalkan segala cara. Jika hati sudah tertata dan hidup akan tetap
memperhatikan koridor agama, sehingga apa yang dinafkahkan untuk anak,
istri keluarga menjadikan diri lebih dekat dengan Allah dan dalam memenuhi
kebutuhan hidup itu wajib, tetapi tidak wajib kaya. Jadi ketentuan hasil usaha
itu urusan Allah, dan harta itu hanya untuk beribadah mendekatkan kepada-
Nya.
d. Adab ketika di masjid
Ketika kita masuk ke masjid aturan-aturan yang perlu diketahui suci,
harus dalam keadaan suci. Ketika kita masuk dalam masjid, karena takut akan
mengotori masjid terutama bagi kaum perempuan yang sedang haid, menutup
aurat, tidak boleh berpakaian sembarangan apalagi melakukan shalat. Dan
sunahkan pakai wangi-wangian. Bagi yang rumahnya dekat masjid bagi laki-
laki diwajibkan ikut jamaah di masjid tapi bagi wanita yang bertugas jaga
rumah. Tidak boleh karena wanita yang di rumah pahalanya sama besarnya
dengan laki-laki di masjid. Karena ada yang lebih penting di rumah. Seperti
menjaga anaknya yang masih bayi. Dalam hadits barang siapa yang
meremehkan shalat jamaah maka akan diturunkan 12 balak di dalam
keluarganya antar masjid dan mushola. Bedanya masjid harus tanah wakaf.
Kita ketahui banyak masjid yang digunkan sebagai tempat resepsi
pernikahan, tempat dagang, malah ada yang digunakan sebagai tempat fitness.
Semua boleh asal di luar batas masjid dan masih mengikuti aturan Islam.
Karena masjid bukan area buat bisnis / bermain tapi sebagai tempat ibadah.
89
89
e. Rendah hati
Beribadat, berdoa atau memohon kepada Allah SWT hendaklah
dengan merendahkan hati kepadanya. Dengan sepenuh hati mengucapkan
tasbih, takbir, tahmid, tahlil memuja asma Tuhan, lebih-lebih tadharru dikala
sujud. Demikian juga dalam pergaulan sesama manusia hendaknya tanpa
perasaan kelebihan diri dari orang lain serta tidak merendahkan orang lain,
maksudnya memberikan setiap hak pada yang mempunyainya, tidak
meninggikan diri derajat yang sewajarnya, tidak menurunkan pandangan
terhadap orang lain tingkatnya.
f. Mempersiapkan generasi Al-Quran
Kita tahu pemuda sekarang adalah pemimpin hari besok yang diharapkan
memiliki kebudayaan dan pengetahuan yang luwes. Namun banyak pemuda
sekarnag yang rusak moralnya, tidak menciptakan generasi Al-Quran yang bagus.
Perlu beberapa tahapan yang perlu kita ketahui antara lain rasa cinta di hati anak
memperkenalkan anak dengan asma-asma Allah, sabar dan tabah dalam
mendidikan memberi tauladan yang baik karena anak akan mengikuti apa yang
dilakukan orang tua. Orang tua memperkenalkan ayat-ayat Al-Quran yang mudah
dulu karena selagi masih kecil anak akan lebih mudah dalam mengingat. Berkat
didikan orang tua yang benar maka kita akan menciptakan generasi yang baik,
disamping itu juga harus disertai doa. Jika kita dekat dengan Allah maka kita akan
selalu terjaga dari hal-hal yang dapat merusak..
90
90
5. Persepsi Masyarakat Kelurahan Genuksari Kecamatan Genuk Kota
Semarang Tentang Siaran Dakwah Teletilawah Di TVRI
Deskripsi mengenai persepsi masyarakat Kelurahan Genuksari tentang siaran
dakwah Teletilawah di TVRI didapatkan dari jawaban responden yang diperoleh
melalui angket berupa pernyataan-pernyataan sebagai instrumen penelitian. Dari 11
(sebelas) pernyataan yang dijawab oleh responden, ada beberapa pernyataan yang
tidak valid yaitu dari angket nomor 1, 2 dan 10 sehingga tidak disertakan dalam proses
pembahasan selanjutnya. Untuk mengetahui valid tidaknya instrumen tersebut, peneliti
menggunakan bantuan program SPSS. Setelah diperoleh angka reliabilitas, langkah
selanjutnya adalah mengkonsultasikan harga tersebut dengan tabel r Product-Moment
yang ada pada lampiran II (Arikunto, 2006:359). Dari tabel diketahui dengan N=85,
dengan tingkat kepercayaan =95% ( = 5%) diperoleh r tabel =0.213.
TABEL 9
HASIL UJI VALIDITAS INSTRUMEN
Instrumen rhitung rtabel Ket
X.1 -.1681 0.213 tidak valid
X.2 -.1304 0.213 tidak valid
X.3 .3970 0.213 valid
X.4 .3374 0.213 valid
X.5 .2496 0.213 valid
X.6 .4753 0.213 valid
X.7 .5295 0.213 valid
X.8 .4917 0.213 valid
X.9 .3654 0.213 valid
X.10 .2075 0.213 tidak valid
X.11 .3699 0.213 valid Sumber : Data Primer yang Diolah Tahun 2011
91
91
Dari Tabel 9 diketahui ada 3 instrumen yang tidak valid yaitu X.1 (angket
nomor 1), X.2 (angket nomor 2) dan X.10 (angket nomor 10) karena memiliki r hitung
< 0.213.
a. Persepsi masyarakat terhadap siaran dakwah Teletilawah berhubungan dengan
tanggapan masyarakat
Tabel 10
MATERI TENTANG AL–QUR’AN PADA SIARAN DAKWAH
TELETILAWAH DI TVRI SUDAH MEMADAI
Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase % Keterangan
Sangat setuju 43.00 50.59 Dari angket
nomor 3 Setuju 32.00 37.65
Tidak setuju 4.00 4.71
Sangat tidak setuju 6.00 7.05
JUMLAH 85.00 100.00 %
Tabel 9 menggambarkan materi tentang al-Qu’ran pada siaran dakwah
Teletilawah di TVRI sudah memadai. Dari 85 responden menunjukkan 50.59%
responden sangat setuju bahwa materi tentang al–Quran pada siaran dakwah
Teletilawah di TVRI sudah memadai. Sebanyak 37.65% atau 32 orang mengatakan
setuju jika materi tentang al-Quran pada siaran dakwah Teletilawah di TVRI sudah
memadai. Untuk responden yang mengatakan tidak setuju sebanyak 4 orang atau
4.71%, sedangkan sisanya sebanyak 6 orang atau 7.05% mengatakan sangat tidak
setuju jika materi tentang al-Quran pada siaran dakwah Teletilawah di TVRI sudah
memadai.
92
92
Tabel 11
MATERI IBADAH YANG DISIARKAN MELALUI ACARA
TELETILAWAH TVRI SUDAH MEMADAI
Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase % Keterangan
Sangat setuju 29.00 34.12 Dari angket
nomor 4 Setuju 33.00 38.82
Tidak setuju 19.00 22.35
Sangat tidak setuju 4.00 4.71
JUMLAH 85.00 100.00 %
Tabel 11 menunjukkan 34.12% atau 29 orang dari 85 responden mengatakan
sangat setuju bahwa materi ibadah yang disiarkan melalui acara teletilawah di TVRI
sudah memadai. Sedangkan 38.82% atau 33 orang dari 85 responden setuju bahwa
materi ibadah yang disiarkan melalui acara Teletilawah di TVRI sudah memadai.
Untuk responden yang mengatakan tidak setuju sebanyak 22.35% atau 19 orang dari
85 responden mengatakan tidak setuju mengenai materi ibadah yang disiarkan melalui
acara Teletilawah di TVRI sudah memadai. Sisanya, 4.71% atau 4 orang dari 85
responden mengatakan sangat tidak setuju.
Tabel 12
MATERI AKHLAK YANG DISIARKAN MELALUI ACARA
TELETILAWAH TVRI SUDAH MEMADAI
Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase % Keterangan
Sangat setuju 21.00 24.71 Dari angket
nomor 5 Setuju 36.00 42.35
Tidak setuju 24.00 28.24
Sangat tidak setuju 4.00 4.70
JUMLAH 85.00 100.00 %
93
93
Dari tabel 12 di atas menunujukkan mengenai materi akhlak yang
disampaikan dalam acara Teletilawah di TVRI sudah memadai. Dari 85
responden, 24.7% atau 21 orang dari 85 responden sangat setuju bahwa materi
akhlak yang disampaikan dalam acara Teletilawah di TVRI sudah memadai.
Sedangkan yang mengatakan setuju mengenai materi akhlak yang disampaikan
dalam acara teletilawah di TVRI sudah memadai sebanyak 42.35% atau 36
orang dari 85 responden. Responden yang mengatakan tidak setuju sebanyak
28.24% dari 85 responden sisanya 4.70% atau 4 orang dari 85 responden
sangat tidak setuju materi akhlak yang disampaikan dalam acara teletilawah di
TVRI sudah memadai.
b. Persepsi masyarakat terhadap siaran dakwah Teletilawah berhubungan dengan
Perasaan Emosi.
Tabel 13
PERASAAN SAYA MENJADI TENANG DAN DAMAI SETELAH
MENONTON SIARAN DAKWAH TELETILAWAH
Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase % Keterangan
Sangat setuju 29.00 34.12 Dari angket
nomor 6 Setuju 32.00 37.65
Tidak setuju 20.00 23.53
Sangat tidak setuju 4.00 4.70
JUMLAH 85.00 100.00 %
Tabel 13 di atas menunjukkan bahwa masyarakat ketika menonton siaran
dakwah teletilawah menjadi tenang dan damai. Responden yang sangat setuju
mengenai pernyataan tersebut sebanyak 34.12% atau 29 orang dari 85 responden
mengatakan bahwa perasaan menjadi tenang dan damai ketika menonton siaran
94
94
dakwah teletilawah. Sedangkan responden yang mengatakan setuju adalah 37.65%
atau 32 orang dari 85 responden. Responden yang mengatakan tidak setuju sebanyak
23.53%. Sisanya sedikit saja yaitu sebanyak 4.71% atau 4 orang dari 85 responden
mengatakan sangat tidak setuju bahwa perasaan mereka menjadi tenang dan damai
setelah menonton siaran dakwah Teletilawah.
Tabel 14
PESAN–PESAN DAKWAH YANG DISAMPAIKAN
DALAM SIARAN TELETILAWAH DENGAN MUDAH SAYA TERIMA
Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase % Keterangan
Sangat setuju 29.00 34.12 Dari angket
nomor 7 Setuju 25.00 29.41
Tidak setuju 23.00 27.06
Sangat tidak setuju 8.00 9.41
JUMLAH 85.00 100.00 %
Dari Tabel 14 di atas menunjukkan bahwa sebanyak 34.12% atau 29 orang dari
85 responden mengatakan sangat tidak setuju bahwa pesan–pesan yang disampaikan
dalam siaran Teletilawah dengan mudah diterima masyarakat, sedangkan responden
yang mengatakan setuju sebanyak 29.41% dari 85. Responden yang tidak setuju
27.06% atau 23 orang dari 85 responden mengatakan tidak setuju mengenai pesan–
pesan yang disampaikan dalam siaran teletilawah dengan mudah diterima masyarakat,
sisanya 9.41% atau 8 orang dari 85 mengatakan sangat tidak setuju.
95
95
c. Persepsi masyarakat terhadap siaran dakwah Teletilawah berhubungan dengan
sikap atau nilai
Tabel 15
SAYA BERTAMBAH WAWASAN KEAGAMAAN
DENGAN MENONTON SIARAN DAKWAH TELETILAWAH
Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase % Keterangan
Sangat setuju 34.00 40.00 Dari angket
nomor 8 Setuju 24.00 28.24
Tidak setuju 20.00 23.52
Sangat tidak setuju 7.00 8.24
JUMLAH 85.00 100.00 %
Tabel 15 menggambarkan bahwa 40.00% atau 34 orang dari 85 responden
mengatakan sangat setuju bahwa mereka bertambah wawasan keagamaan dengan
menonton siaran dakwah teletilawah. Responden yang setuju sebanyak 28.24% atau
24 dari 85 responden mengatakan bertambah wawasan keagamaan dengan menonton
siaran dakwah teletilawah. Sedangkan yang mengatakan tidak setuju 23.52% atau 20
orang dari 85 responden mengatakan jika mereka bertambah wawasan keagamaan
dengan menonton siaran dakwah teletilawah. Sisanya sangat tidak setuju sebanyak
8.24% atau 7 orang dari 85 responden mengatakan tidak bertambah wawasan
keagamaan dengan menonton siaran dakwah Teletilawah di TVRI.
96
96
Tabel 16
IMAN SAYA SEMAKIN MANTAP SETELAH MENONTON
SIARAN DAKWAH TELETILAWAH
Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase % Keterangan
Sangat setuju 30.00 35.29 Dari angket
nomor 9 Setuju 36.00 42.35
Tidak setuju 11.00 12.95
Sangat tidak setuju 8.00 9.41
JUMLAH 85.00 100.00 %
Tabel 16 menjelaskan mengenai kemantapan iman setelah menonton siaran
dakwah Teletilawah. Dari 85 responden, sebanyak 30 orang atau 35,29% mengatakan
sangat setuju bahwa iman semakin mantap setelah menonton siaran dakwah
Teletilawah. Responden yang mengatakan setuju sebanyak 42.35% atau 36 orang dari
85 responden mengatakan bahwa iman semakin mantap setelah menonton siaran
dakwah Teletilawah. Sedangkan responden yang tidak setuju sebanyak 12.94% atau
11 dari 85 responden mengatakan tidak setuju jika iman semakin mantap setelah
menonton siaran dakwah teletilawah. Sisanya, hanya sedikit saja yang mengatakan
sangat tidak setuju yaitu 9.41% atau 8 orang.
Tabel 17
KEHIDUPAN SOSIAL KEAGAMAAN MAKIN BAIK DENGN MENONTON
SIARAN DAKWAH TELETILAWAH
Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase % Keterangan
Sangat setuju 27.00 31.77 Dari angket
nomor 11 Setuju 33.00 38.82
Tidak setuju 17.00 20.00
Sangat tidak setuju 8.00 9.41
JUMLAH 85.00 100.00 %
97
97
Dari Tabel 19 di atas dapat diketahui bahwa 31.77% atau 27 orang dari 85
responden mengatakan sangat setuju jika kehidupan sosial keagamaan makin baik
dengan menonton siaran dakwah Teletilawah. Responden yang mengatakan setuju
adalah sebanyak 38.82% atau 33 orang dari 85 responden mengatakan setuju jika
kehidupan sosial keagamaan makin baik dengan menonton siaran dakwah Teletilawah.
Sedangkan responden yang mengatakan tidak setuju sebanyak 20.00% atau 17 dari 85
responden mengatakan bahwa kehidupan sosial keagamaan sosial tidak makin baik
dengan menonton siaran dakwah Teletilawah. Sisanya adalah sebanyak 9.41% sangat
tidak setuju atau 8 orang dari 85 responden mengatakan sangat tidak setuju jika
kehidupan sosial keagamaan makin baik dengan menonton siaran dakwah Teletilawah
di TVRI.
Tabel–tabel diatas itu adalah hasil dari angket yang penulis berikan kepada
masyarakat RW IV, V dan VI di Kelurahan Genuksari Kecamatan Genuk Kota
Semarang mengenai “Persepsi masyarakat tentang siaran dakwah Teletilawah di TVRI
(studi kasus di Kelurahan Genuksari Kecamatan Genuk Kota Semarang)”,
diintepretasikan dengan yang berhubungan dengan tanggapan, sikap/nilai dan juga
perasaan emosi, yaitu sebagai berikut:
a. Persepsi masyarakat setelah menonton siaran dakwah Teletilawah di TVRI bahwa
materi yang ada di siaran dakwah Teletilawah mencakup kehidupan beragama
yang benar, karena materi ysng dibahas bersumber pada al-Qur’an dan Hadist yang
diantaranya membahas persoalan atau fenomena masalah akhlak, ibadah, dan
sebagainya sebagai bahan pokok materinya. Hal ini dapat membuat masyarakat
98
98
lebih percaya kepada seorang da’i dalam berdakwah, khususnya siaran dakwah
siaran dakwah Teletilawah di TVRI. Seorang da’i dalam melakukan kegiatan
berdakwah memang bertugas untuk menyampaikan materi yang sesuai dengan
minat masyarakat, yaitu salah satunya membahas mengenai masalah yang sering
dihadapi oleh masyarakat, sehingga masyarakat akan lebih paham dan mengingat
dari apa yang disampaikan oleh da’i. Bagi da’i sendiri dalam berdakwah
mempunyai pemahaman masalah tentang keadaan yang dihadapi masyarakat,
sehingga sangatlah penting bagi da’i dalam memiliki wawasan yang modern atau
wawasan kekinian dengan pola pikir yang bagus.
b. Siaran dakwah Teletilawah di TVRI ditayangkan setiap hari Senin–Jum’at terdapat
pesan dakwah yang cukup memberikan pengaruh terhadap kondisi psikologis
masyarakat, baik dari cara berpikir dan tingkah laku mereka. Ini terbukti bahwa
mereka cukup terkesan terhadap mubaligh sebagai mufassir dalam setiap hari
tayang. Bahkan sebagian lagi terdapat masyarakat yang mencontoh ketauladan
para mubaligh tersebut. Siaran dakwah Teletilawah mengacu pada pembelajaran
cara membaca al-Qur’an. Acara ini dikhususkan bagi yang baru belajar membaca
al-Qur’an.
c. Persepsi masyarakat berhubungan dengan perasaan mereka terhadap siaran dakwah
Teletilawah yaitu masyarakat cukup merasa senang dengan keberadaan siaran
dakwah Teletilawah sebab acara tersebut disajikan sesuai dengan keinginan
masyarakat. Ketika acara siaran dakwah Teletilawah mengalami gangguan mereka
mersa kecewa sebab mereka selalu menantikan materi yang ditampilkan dalam
99
99
acara tersubut. Meskipun persepsi masyarakat terhadap acara berbeda-beda
menurut usia, namun pada dasarnya mereka tertarik untuk menonton.
d. Persepsi masyarakat Kelurahan Genuksari Kecamatan Genuk Kota Semarang
tentang siaran dakwah Teletilawah di TVRI menyatakan bahwa materi yang
disajikan dalam acara siaran dakwah Teletilawah terdapat muatan pesan dakwah di
setiap hari tayang. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa siaran dakwah
Teletilawah merupakan media dakwah. Dalam hal ini persepsi yang dimiliki oleh
masyarakat berbeda dengan persepsi yang dimiliki oleh orang lain dalam artian
masyarakat mengumpulkan informasi dan menafsirkan pesan (materi) sangat
berbeda karena penglihatan, berupa pemahaman dan pengertian, respon yang
berbeda pula sehingga masyarakat dalam menerima materi yang ada di siaran
dakwah Teletilawah.
100
100
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan permasalahan yang telah penulis angkat dalam skripsi ini
dan analisa yang penulis lakukan mengenai persepsi masyarakat tentang siaran
dakwah Teletilawah di TVRI (Studi Kasus di Kelurahan Genuksari Kecamatan
Genuk Kota Semarang), maka penulis ambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Berdakwah dengan memanfaatkan media elektronik (televisi) adalah cukup
efisien sebab dapat dinikmati oleh seluruh manusia sebagai objek dakwah
(mad’u). Ini terbukti antara lain dari hasil angket yang penulis bagikan pada
tanggal 14 juni 2011. Dari hasil tersebut, persepsi masyarakat tentang siaran
dakwah Teletilawah adalah bahwa acara siaran dakwah Teletilawah di TVRI
merupakan media dakwah. Selain dalam suguhan keagamaan, muatan materi
dakwah selalu diselipkan dalam suguhan acara yang lain. Dengan kata lain
materi dakwah selalu ada dalam setiap acara siaran dakwah di TVRI.
b. TVRI melalui siaran dakwah Teletilawah mampu membantu mengurangi
rasa haus para pemirsa serta menambah khasanah. Para pemirsa khususnya
tentang agama Islam dengan mengandalkan para da’i yang kredibilitasnya
tidak perlu diragukan lagi, ditambang dengan materi-materi yang komplit
dalam Islam.
c. Televisi Republik Indonesia (TVRI) yang dulunya digunakan sebagai sarana
hubungan antara pemerintah dengan masyarakat menjadi lebih terbaek, tetapi
101
101
pihak TVRI terus-menerus melakukan perubahan-perubahan seiring dengan
kemajuan jaman dan teknologi yang ada.
d. Dakwah yang disampaikan melalui siaran dakwah Teletilawah melalui
interaktif penyiar dan penonton Televisi (Live) dimana dapat menimbulkan
feedback antara objek dakwah (mad’u) dengan subjek dakwah (da’i) dan
disampaikan pada pemateri yang ditunjuk dan dianggap menguasai materi
karena tayangan tersebut be rsifat komersiil.
e. Siaran dakwah Teletilawah dimana hal ini sudah mengacu pada pembelajaran
cara membaca al-Qur’an. Acara ini dikhususkan bagi yang baru belajar
membaca al-Qur’an baek anak – anak, maupun remaja.
5.2. Limitasi
Beberapa faktor yang menjadi kendala dan hambatan dalam penelitian ini
sebagai berikut:
1. Faktor biaya
Meskipun biaya tidak satu-satunya faktor yang menjadi hambatan
dalam penelitian namun biaya pada dasarnya biaya merupakan suatu hal yang
memegang peranan penting dalam menyukseskan penelitian
2. Faktor waktu dan tempat penelitian
Selain faktor biaya, waktu juga memegang peranan yang sangat
penting, namun demikian peneliti menyadari bahwa dalam melakukan
penelitian ini benar-benar menyita waktu.
102
102
Meskipun banyak kendala dan hambatan dalam melakukan penelitian
mengenai persepsi masyarakat terhadap siaran dakwah Teletilawah di TVRI
(Studi Kasus di Kelurahan Genuksari Kecamatan Genuk Kota Semarang),
penulis berusaha menyelesaikannya. Oleh karena itu kepada peneliti yang
akan datang yang berminat dalam bidang yang sama, peneliti ingin
memberikan rambu-rambu agar melakukan penelitian secara lebih berhati-
hati dalam bidang metodologi penelitian, khususnya dalam populasi serta
teknik analisis yang tepat pada penelitian yang akan dilakukan.
5.3. Saran-saran
Beberapa saran yang penulis anggap penting dalam rangka melaksanakan
dakwah melalui media elektronik khususnya siaran dakwah Teletilawah di TVRI
adalah sebagai berikut:
a. Perlu ditegaskan bahwa sasaran penonton siaran dakwah Teletilawah adalah
seluruh masyarakat sebagai objeknya. Melihat mereka yang masih anak-anak
dan remaja dan lebih menyukai acara hiburan, maka alangkah baiknya acara
perlu diselipi atau disusupi muatan pesan dakwah supaya mereka dapat
menerima pesan-pesan dakwah. Dengan begitu selain mereka dapat terhibur,
mereka juga dapat mendapatkan sautu pelajaran berharga berupa pengetahuan
agama.
b. Dari segi penyajian acara, dalam acara siaran dakwah Teletilawah di TVRI
sudah bagus, namun lebih baik acara ini ditayangkan pada waktu yang tepat
yaitu di waktu pagi atau sore hari.
103
103
c. Setiap acara siaran dakwah Teletilawah di TVRI alangkah baiknya disisihkan
satu acara sebagai dokumentasi. Ini dapat mempermudah bagi masyarakat atau
siapa saja yang ingin menonton.
5.4. Penutup
Syukur alhamdulillah, kehadirat Allah SWT beserta junjungan kita Nabi
Muhammad SAW. Itulah yang pertama penulis ucapkan hingga dapat
menyelesaikan skripsi ini. Penulis sadar sebagai manusia adalah tempat salah
dan dosa juga akan kekurangan dalam segi bahasa maupun tulisan, tetapi dengan
ini penulis juga tetap berusaha untuk menjadi baik walaupun bukan yang terbaik.
Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan diharapkan skripsi ini dapat
bermanfaat dalam menambwah wawasan keilmuan dan pengetahuan. Sekali lagi
segala puji kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan kemuliaan-Nya hanya
pada Dia penulis berserah diri. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Aziz. 2004. Ilmu Dakwah. Jakarta: Prenada Press.
Alex Subur. 2003. Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah. Bandung : CV. Pustaka
Setia.cet. I.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :
Rineka Cipta.
Boediono dan Wayan Kostor. 2004. Teori dan Aplikasi Statistika dan Probabilitas.
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Budiman, Kris. 2002. Di Depan Kotak Ajaib: Menonton Televisi sebagai Praktek
Konsumsi. Yogyakarta : Galang Press
Burgin, Burhan. 2004. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Penada Media.
Chaplin, C.P. 1993. Kamus Lengkap Psikologi Terjemahan Kartini Kartono, Jakarta ,
PT. Raya Grapindo Pers.
Departemen Agama RI. 1995. Al-Qur'an dan Terjemahnya. Semarang : PT Toha
Putra.
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI. 2002. Kamus Besar Indonesia :
Jakarta, Balai Pustaka.
Dewi Arum Pangestuti. 2008. Hubungan Menonton Siaran Dakwah Hikmah Pagi di
TVRI Nasional Terhadap Pemahaman Kesalehan Sosial Masyarakat
Kecamatan Brebes Kabupaten Brebes. IAIN Walisongo Semarang
Dokumen Kelurahan Genuksari Kecamatan Genuk Kota Semarang tahun 2010.
Effendy, Onong Uchyana. 1990. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.
Effendy, Onong Uchyana. 2000. Ilmu,Teori dan Filsafat Komunikasi, PT. Citra
Aditya Mukti Bandung.
http://arumsekartaji.wordpress.com/20011/01/03/interaktif-penyiar-dan-penonton
televisi.
http://arihawa.blogspot.com/2010/03/televisi-sebagai-media-dakwah.html. Kamis, 10
Februari 2011. Pukul 11:00:00.
http://www.masbow.com/2009/08/apa-itu-persepsi.html, Selasa, 08 September 2008
pukul 08 : 45 : 00
http://www.tvri.baliserve.com/home/home.php?mod=content&id=14&printer
=1#bagan.
http://www.tvri.baliserve.com/home/home.php?mod=content&printer=1&id=15#visi
misi.
Moch. Rohman. 1992. Studi tentang Pelaksanaan Siaran Agama melalui Media
Komunikasi TVRI (Studi Kasus pada Masyarakat Perumnas Kodia
Semarang). IAIN Walisongo Semarang
Mufid, Muhammad. 2005. Komunikasi dan Regulasi Penyiaran. Jakarta.
Mulyana, Deddy. 2002. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT.Remaja
Rosda Karya.
Munir, M. dan Wahyu Ilaihi. 2006. Manajemen Dakwah. Jakarta : Prenada Media.
cet 1.
Najati, Muh. Utsman. 2005. Psikologi dalam Al-Qur'an. Bandung : Pustaka Setia.
Pimay, Awaluddin. 2006. Metodologi Dakwah Kajian Teoritis dari Khazanah Al-
Qur’an. Rasail Ranah Ilmu Sosial Agama dan Interdisipliner. Semarang.
Cet.1.
Poerwadarminta, W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Rakhmat, Jalaluddin. 1994. Psikologi Komunikasi. Bandung. PT. Remaja Rosda
Karya.
Rakhmat, Jalaluddin. 2009. Psikologi Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya.
Bandung. Cet. 27.
Retno Kun Ratih. 2006. Tanggapan Masyarakat Kecamatan Singorojo Kabupaten
Kendal terhadap Program Acara Al-Hikam di Stasiun Televisi Borobudur
Semarang. IAIN Walisongo Semarang
Riduwan. 2005. Variabel-Variabel Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Saleh, Abdul Rosyad. 1977. Manajemen Dakwah Islam. Jakarta : Bulan Bintang
Sanwar, Aminuddin. 1989. Pengantar Ilmu Dakwah. Semarang : Fakultas Dakwah
IAIN Walisongo.
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2008. Teori-teori Psikologi Sosial. PT. Rajagrafindo
Persada. Jakarta Edisi.Revisi 13.
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2010. Pengantar Psikologi Umum. PT. Rajagrafindo
Persada. Jakarta cet. 2.
Shihab, M. Quraisy. 2006. Membumikan Al-Qur’an. Bandung : PT. Mizan Pustaka.
Shihata, Abdullah. 1986. Dakwah Islamiyah. Jakarta : Depag RI.
Sugiyono. 2007. Statistik Non-Parametris untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Supranto, J. 2001. Pengukuran Kepuasan Pelanggan untuk Menaikkan Pangsa
Pasar. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Sutisno, PCS. 1993. Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi dan Video. Jakarta
: Grafindo Widi Asarana Indonesia.
Walgito, Bimo. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi Offset, Cet.V.
Wawancara dengan Erfiyan Asnan, Staff BAPORA divisi Pendidikan Islam, tanggal
12 Mei 2010
Wawancara dengan Ibu Yayuk, Staff HUMAS TVRI Stasiun Pusat Jakarta, tanggal
12 Mei 2010.
BIODATA PENELITI
Nama : Nadhifatun
Nim : 1104084
Tempat/Tanggal Lahir : Semarang/ 05 Mei 1985
Alamat : Jl. Bitaran utara no.35 Rt02/03
Kelurahan Banjardowo, Kecamatan
Genuk, Semarang
Jenjang Pendidikan :
- MTS. Hidayatus syubban Semarang
- SMA. Al- Fattah Terboyo Semarang
- Masuk Fakultas Dakwah IAIN Semarang
top related