persepsi masyarakat tentang program promosi …
Post on 02-Oct-2021
8 Views
Preview:
TRANSCRIPT
eJournal Sosiatri-Sosiologi 2021, 9 (1): 125-139 ISSN 0000-0000, ejournal.sos.fisip-unmul.ac.id © Copyright 2021
PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PROGRAM PROMOSI
KESEHATAN DI PUSKEMAS TANJUNG ARU KECAMTAN
TANJUNG HARAPAN KABUPATEN PASER
Abdul Razak1
Abstrak
Sebagian besar masalah kesehatan khususnya di Indonesia terjadi karena
kuranya kepedulian serta pemahaman masyarakat terkait informasi kesehatan selain
karena perilaku masyarakat yang kurang perduli akan masalah kesehatan permasalahan
lainnya yaitu kebudayaan yang salah yang samapai saat ini masih tertanam di dalam
kehidupan masayarakat Indonesia khususnya di wilayah pedesaan ini menjadi alasan
peneliti untuk melakukan penelitian di Desa Tanjung Aru, di Kecamatan Tanjung
Harapan, Kabupaten Paser keadaan Desa yang jauh dari pusat kota serta keadaan
pedasaan yang masih susah untuk mengakses informasi, membuat warganya
tertinggal akan informasi kesehatan selain itu tingkat kepercayaan masyarakat yang
masih percya akan pengobatan dengan bantuan paranormal hal ini membuat peneliti
yakin untuk melakukan penelitian tentang “Persepsi Masyarakat Tentang Program
Promosi Kesehatan di Desa Tanjung Aru”. Tujuan dari penelitian ini. Untuk
menjelaskan pemahaman masyarakat tentang informasi kesehatan dan untuk
memberikan gambaran tanggapan masyarakat tentang metode penyampaian informasi
kesehata. Penelitian ini teori dan konsep persepsi sosial, promosi kesehatan,
tujuan promosi kesehatan, ruang lingkup promosi kesehatan dan Puskesmas.
Penelitian ini menggunakan metode campuran dengam menggabungkan metode
kualitatif dan kuantitaif, penentuan subyek menggunakan metode populasi dan
sampel dan teknik purposive sampling. metode pengumpulan data yang digunakan
adalah kuesioner dan wawancara, dokumentasi dan tinjauaan pustaka dan membuat
interpretasi menuju pada kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk
pemahaman masyarakat terkait informasi kesehatan masuk katagori baik untuk
pemahamn informasi tentang Imunisasi dan program KB namun untuk informasi
GERMAS pemaham masyarakat masuk dalam katagori tidak baik hal ini terjadi
berdasarkan pandangan masyarakat tidak meratanya penyampaian informasi tersebut
sehingga ada beberapa masyarakat yang tidak mengerti tentang informasi tersebu untuk
tanggapan masyarakat tentang metode penyampaian informasi untuk metode
penyuluhan masuk dalam katagori baik dan metode dengan menggunakan sepanduk juga
masuk dalam katagori baik sedangkan brosur dan media sosial masuk dalam katagori
tidak baik.
Kata Kunci : Persepsi sosial, program promosi kesehatan.
1 Mahasiswa Program S1 Sosiatri-Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Mulawarman. Email: suls3526@gmail.com
eJournal Sosiatri-Sosiologi, Volume 9, Nomor 1, 2021: 125-139
126
Pendahuluan
Pada era sekarang perkembangan dalam dunia medis sangatlah pesat baik dari
segi tindakan maupun pemberian edukasi atau informasi terkait kesehatan, sesuai dengan
kemajuan zaman dimana teknologi yang sangat pesat perkembangannya untuk
perkembangan dalam dunia medis saat ini yang sangat mengikuti kekuatan zaman salah
satunya ialah dalam pemberian edukasi tentang kesehatan kepada seluruh masyarakat
dimana dalam pemeberian edukasi tentang kesehatan ini terangkum dalam suatu
program yaitu program promosi kesehatan yang dimana program ini sudah ada
sejak tahun 1948 dan mulai diterapannya di Indonesia pada sekitar tahun 1960 Adapun
alasannya mengapa diadakannya program promosi kesehatan yaitu untuk membuat
masyarakat lebih cerdas dan dapat memahami tentang masalah-masalah kesehatan
khususnya dalam menjega kesehatan dan mencegah penyakit menular khususnya atau
dengan kata lain suatu upaya intervensi yang ditunjukkan pada prilaku.
Salah satu contoh kahsus yang ada di Indonesia khususnya dalam bidang
kesehatan berdasarkan artikel dimana Gizi buruk merupakan permasalahan
kesehatan yang paling mengerikan di Indonesia mengapa? Berikut kutipannya
menurut Databoks.com Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdes)
kementrian kesehatan menunjukkan17,7% bayi usia dibawah 5 tahun (balita) masih
mengalami masalah gizi. Angka tersebut terdiri atas balita yang mengalami gizi buruk
sebesar 3,9% dan yang menderita kekurangan gizi sebesar 13% Permasalahan gizi
buruk secara umum di alami anak-anak kekurangan gizi atau istilah dalam kedokteran
yaitu stunting. Stunting merupakan suatu kondisi dimana seorang anak memiliki
ukuran tubuh yang kecil dibandingkan dengan anak seusianya bukan hanya badan
stunting memiliki resiko kegagalan dalam perkembangan otaknya.
Kemudian masalah kesehatan yang ada dinegara kita saat ini yaitu kematian ibu
saat melahirkan bahkan Indonesia tercatat sebagai negara asia tenggara dengan
kematian ibu saat melahirkan yang tertinggi. WHO mencatat banyaknya kematia
ibu saat melahirkan dikarenakan pengetahuan masyarakat yang masih rendah.
Kebanyakan warga Indonesia masih memegang teguh kebudayaan daerah masing-
masing dan salah satu kebudayaanya ialah melahirkan dengan bantuan dukun
beranak. Beberapa penyebabnya ibu melahirkan meninggal ialah pendarahan yang
parah, eclampsia (kejang pada ibu hamil), infeksi, serta banyaknya aborsi yang tidak
aman”. Hal ini pun kembali dibahas oleh kementrian kesehatah republik Indonesia
meskipun beda kasus tapi salah satu factor terhambatnya program promosi kesehatan
ialah kebudayaan yang masih kental dimasyarakat yang mana kebudayan tersebut
berdampak buruk Seperti yang dilansir Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, (6
Maret 2018) perilaku dan kebudayaan, menurut mentri kesehatan pada saat rapat kerja
kesehatan nasiona (Rakerkesnas) pada tahun 2018 di Tanggerang dimana masih ada
suatu perilaku dan kebudayaan yang tidak sesuai dan berdampak tiadak baik untuk
kesehatan contoh kecil saja menguyah makanan bermaksud untuk melumatkan
makanan kepada bayi. Hal ini tidak dibenarkan dalam dunia kesehatan karena dalam
Persepsi Masyarakat tentang Promosi Kesehatan di Puskemas (Abdul Razak)
127
mulut orang dewasa berkembang kuman dan sangat membahayakan si bayi tersebut.
Hal ini terjadi karena kurangnya pengtahuan dan pemahaman masyarakat terkait
tentang informasi kesehatan yang baisanya disampaikan oleh pemerintah terkait.
Pada dasaranya untuk mencegah semua masalah kesehatan yang seperti dikutip
diatas ialah dengan menanamkan tingakat kepedulian yang tinggi terhadap penting
mengetahui dan memahami serta melaksanakan apa yang disampaikan melalui program
promosi kesehatan karena dengan adanya program promosi kesehatan yang sudah
dilaksanakan oleh pemerintah khususnya dinas kesehatan merupakan informasi penting
tentang permasalahan kesehatan yang dialami bangsa Indonesia khususnya.
Adapun yang menjadi factor penghambat dari perkembanganya program
promosi kesehatan ialah prilaku dari masyarakat sendiri dimana kesadaran dan
kepedulian lah yang membuat program promosi kesehatan ini bisa sukses untuk
mewujudkan meningkatkan drajat kesehatan masyarakat serta mengurangi kematian
akibat dari prilaku dan pola hidup yang tidak sehat.
Hal ini lah yang menjadi sudut pandang peneliti untuk melakukan penelitian
tentang program promosi kesehatan dengan melihat dari sudut pandang masyarakat
dimana seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa kesuksesan program promosi
kesehatan ini ialah dari kepedulian masyarakat bagaimana dalam memahami
informasi yang ada di program promosi kesehatan serta aktif dalam
mengaplikasikannya di kehidupan setiap individu dalam masyarakat sehingga terciptalah
komunitas masyarakat dengan pola hidup sehata agar bisa mencapai masyarakat sejahter
khususnya dalam kesehatan.
Dengan melihat fenomena seperti yang tertera diatas menjadi landasan peneliti
untuk melakukan penelitian tersebut didesa Tanjung Aru, letak desa Tanjung Aru yang
cukup jauh dari pusat kota Tanah Grogot tentu saja menjadi hambatan bagi program
kesehatan baik dari segi fasilitasnya dan juga dari penyampaian informasinya kemudian
keadaan desa yang cukup tertinggal tentunya membuat akses untuk mendapatkan
informasi tentang masalah-masalah kesehatan juga tertinggal di bandingkan dengan
daerah lain kemudia fasilitas yang di miliki Puskesmas Tanjung Aru juga cukup
terbatas tidak semoderen dengan Puskesmas yang ada di daerah perkotaan,
kemudian melihat dari masyarakatnya yang masih memiliki kebudayaan serta
kepercayaan terhadap ajaran leluhur terdahulu juga masih sangat tinggi. Tentunya hal-hal
seperti ini yang membuat keberhasilan dalam program promosi kesehatan minim sekali
maka dengan demikian peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
penelitiannya ialah “Persepsi Masyarakat Tentang Program Promosi Kesehatan di
Desa Tanjung Aru, Kecamatan Tanjung Harapan, Kabupaten Paser.”
Kerangka Dasar Teori
Persepsi Sosial
Perspsi Poerwodarminta (2008:21) menurut KBBI “Kamus Besar Bahas
Indonesia” “perspsi adalah suatu tanggapan (penerima) langsung dari suatu serapan.
eJournal Sosiatri-Sosiologi, Volume 9, Nomor 1, 2021: 125-139
128
Sedangkan untuk perspsi masyarkat atau juga bisa diartikan dengan perspsi sosial
dimana suatu hal didalam kehudipan bermasyarakat atau bersosialisasi akan ada
pendapat, tangapan serta pandangan dari masyarakat terhadap suatu individu atau pun
kepada suatu kelompok di dalam bermasyarakat seperti yang di kemukakan”.
Brehm dan Kassin (1989): “Perspsi sosial adalah suatu penilaian-penilaian yang
terjadi dalam upaya manusia memahami orang lain. Persepsi pada dasarnya
merupakan suatu proses pemahaman terhadap apa yang terjadi di lingkungan
bermasyarakat, orang yang sedang berpersepsi dan berhubungan dengan manusia serta
tingkah lakunya yang berada dilingkungannya adalah suatu hubungan timbal balik
saling terkait dan mempengaruhi seperti yang di kemukakan. Sarwono (2011):
“Persepsi sosial adalah membentuk kesan. Kesan ini dibentuk berdasarkan pada
informasi tersedia dilingkunagn, sikap terdahulu tentang rangsangan-rangsangan
yang relevan. Kesan tentang orang lain ini dapat berupa keramahan, baik hati,
judes, pelit, pemarah, pintar dan sebagainya. Proses persepsi dimulai dari pengenalan
terhadap tanda-tanda nonverbal atau tingkah laku yang di tampilkan oleh orang lain”.
Promosi kesehatan
Promosi kesehatan pada hakekatnya adalah suatu bentuk kegiatan atau
usaha dari lembaga kesehatan negara dalam menyampaikan suatu informasi atau pesan
terkait kesehatan kepada masyarakat, kelompok, ataupun individu agar dapat
pengetahuan tentang kesehatan yeng lebih baik tentunya. Pengetahuan tersebut pada
akhirnya diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilaku masyarakat dengan kata lain
dengan adanya promosi kesehatan diharapkan dapat mengakibatkan suatu perubahan
didalam masyarakat yang sebelumnya tidak tau tentang masalah-masalah yang
menyebabkan gangguan kesehatan menjadi tau dan mengerti apa yang harus
dilakukan dalam pencegahan penyakit tersebut. Depkes, (2005) “promosi kesehatan
adalah suatu upaya pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan
melindungi kesehatan diri dan lingkungannya melalui pembelajaran dari, oleh, untuk
dan bersama masyarakat, agar dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan
kegiatan yang bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan
dukungannya oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan”.
Definisi dari Departemen kesehatan tersebut lebih menggambarkan bahwa
promosi kesehatan adalah gabungan antara pendidikan kesehatan yang didukung oleh
kebijakan public berwawasan kesehatan, karena disadari bahwa gabungan kedua
upaya ini akan memberdayakan masyarakat sehingga mampu mengawasi terkait
perilaku masyarakat tentang kesehatan.
Puskesmas
Puskesmas merupakan salah satu tipe dari organisasi yaitu organisasi yang
bersifat formal dan juga suatu lembaga pemerintah dalam bidang kesehatan yang
berada di masyarakat perdesaan maupun di kecamatan, Puskesmas adalah sarana
Persepsi Masyarakat tentang Promosi Kesehatan di Puskemas (Abdul Razak)
129
kesehatan tingkat pertama dan tulang punggung pelayanan kesehatan masyarakat
khususnya masyarakat di pedesaan. Entjang (1997:154) Mengatakan bahwa
“Puskesmas adalah suatu organisasi fungsional yang langsung memberikan pelayanan
secara menyeluruh kepada masyarakat dalam suatu wilayah kerja tertentu dalam
bentuk usaha-usaha kesehatan pokok”.
Depkes (2011) “Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu
organisasi fungsional kesehatan yang merupakan pusat pengembangan kesehatan
masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memeberikan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah
kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok”.
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian campuran
(mixed methodology) yang intinya adalah untuk menyatukan data kuantitatif dan data
kualitatif agar memperoleh analisis yang lebih lengkap.
Hasil Penelitian
Bentuk-Bentuk Promosi Kesehatan
Bentuk-bentuk Promosi Kesehatan ialah suatu alat yang dipakai untuk
menyampaikan program promosi kesehatan baik yang dilakukan secara tatap muka
ataupun dengan menggunakan media baik secara cetak maupun dalam bentuk elektronis.
Peromosi Kesehatan Dengan Penyuluhan
Berikut gambaran dari bentuk-bentuk promosi kesehatan dengan
menggunakan metode penyuluhan atau sosialisasi langsung ke masyrakat Desa
Tanjung Aru berdasarkan persepsi masyarakat menunjukkan bahwa sebagian
responden yang menyatakan sangat baik sebesar 4% di ikuti dengan pernyatan baik
sebesar 52% serterusnya diikuti dengan pernyataan tidak baik sebesar 44% dan
pernyataan sangat tidak baik sebesar 0% rata-rata nilai persepsi yang diper oleh
adalah 2,60 berdasarkan Skala persepsi, interval, interval konversi, mutu, dan nilai
maka indikator promosi kesehatan melalui penyuluhan dikatakan tidak baik, karena
berada pada interval 1,76-2,50 dengan perhitungan nilai sebesar 65 termasuk kedalam
interval 62,51-81,25 dan masuk kedalam indikator baik, berikut pernyataan
masyarakat terkai penyampaian informasi dengan penyuluhan:
Bapak Dahlan 42 Tahun:
“menurut saya penyampaian informasi dengan penyuluhan itu sangat baik
soalnya kita langsung bertemu dengan pihak puskesmas yang kasih
informasi dan juga kalo kami tidak mengerti kan langsung bisa tanya terus
kalo habis penyuluhan biasanya ada cek kesehatan geratis”
Ibu Siah 47 Tahun
“untuk penyampaian informasi dengan penyuluhan sudah baik menurut saya
terus juga informasi terus pembelajaran yang kita terima semakin gampang
eJournal Sosiatri-Sosiologi, Volume 9, Nomor 1, 2021: 125-139
130
di pahami jadi untuk penyuluhan kalo bisa lebih sering lagi di laksanakan
akhir- akhir ini jarang soalnya ada penyuluhan lagi”
Berdasarkan pendapat masyarakat diatas sebagian masyarakat merasa di
untungkan untuk penyampaian informasi menggunakan metode penyuluhan selain
mendapatkan informasi setelah pelaksanaanya biasa langsung diadakan cek kesehatan
geratis ini merupakan trik dari pihak Puskesmas untuk menarik masyarakat agar
datang ke acara penyampaian informasi dengan penyuluhan, namun meskipun
demikian masih ada warga yang beranggpan metode penyampaian informasi dengan
penyuluhan tidak baik berikut alasannya:
Ibu Diah 31 Tahun:
“pendapat saya tentang penyuluhan kesehatan di desa sini yah tidak baik
karena acara penyuluhannya selalu ada di waktu kerja sedangkan beberapa
orang di sini ada yg kerja di prusahan sawit jadi buruh jadi kami sore baru
pulang, kalo ada informasi tentang kesehatan yah warga nasipnya kaya
saya pasti tidak tau kalo pun tau juga dari tetangga”
Bapak Bain 45 Tahun:
“pendapat saya tidak baik tentang penyuluhan kesehatan disini karena
kegiatannya selalu di pesisir di gedung kalo nda di Puskesmas sedangkan
kami di sini susah untuk ke pesisir jalanan jelek harus jalan kaki jadi yah
susah kalo mau bagus yah sekali-kali pihak puskesmasnya suruh penyuluhan
kesini”
Permosi Kesehatan Dengan Media Masa
Sepanduk
Berdasarkan hasil tanggapan masyarakat menunjukkan bahwa sebagian
responden yang menyatakan sangat baik sebesar 0% di ikuti dengan pernyatan baik
sebesar 68% serterusnya diikuti dengan pernyataan tidak baik sebesar 32% dan
pernyataan sangat tidak baik sebesar 0% rata-rata nilai persepsi yang diper oleh
adalah 2,68 berdasarkan Tabel 3.1 maka indikator promosi kesehatan melalui
sepanduk dikatakn baik, karena berada pada interval 2,51-3,25 dengan perhitungan
nilai sebesar 67 termasuk kedalam interval 62,51-81,25 dan masuk kedalam indikator
baik, berikut tanggapan masyarakat tentang penyampain informasi dengan
menggunakan sepanduk:
Ibu Sima 38 Tahun:
“menurut saya pemberian informasi dengan sepanduk di puskesmas ini
sudah baik bisa dilihat banyak orang pas lagi lewatin Puskesmas kalo bisa di
perbanyak lah sepanduknya biar nda di depan Puskesmas aja ada sepanduk
kaya gitu”
Persepsi Masyarakat tentang Promosi Kesehatan di Puskemas (Abdul Razak)
131
Bapak Iwan 49 Tahun:
“menurut saya untuk penggunaan sepanduk sudah cukup baik tapi dan juga
terpampang begitu besar tapi kalo bisa informasinya bisa di ganti-ganti
lebih bagus jadinya”
Berdasarkan pendapat responden di atas penyampaian informasi dengan
menggunakan sepanduk dirasa sudak cukup baik meskipun ada beberapa masukan dari
warga dan ada beberapa responden beranggapan metode penyampain informasi dengan
menggunakan sepanduk tidak baik berikut alasannya:
Bapak Diming 49 Tahun:
“penyampaian infromasi menggunakan sepanduk dari puskesmas sini saya
rasa tidak baik soalnya sepanduknya cuman satu dan kita bisa liat itu kalo
ke Puskesmas atau cuman lewat seharusnya di taroh lah juga di tempat
rame-rame kaya di dekat lapangn bola atau depan gedung ondro sipulung
kan bisa lebih dilihat banyak orang”
Ibu Biyah 38 Tahun:
“menurut saya kalo ikalan kesehatan pake sepanduk itu tidak baik kalo yang
di pake sama Puskesmas, itu sepanduk sudah lama nda diganti-ganti sudah buruk
sekali soalnya warna sudah nda ada itu kalo untuk di baca sudah kabur-kabur
tulisannya”
Brosur
Respon menunjukkan bahwa sebagian responden yang menyatakan dangat
baik sebesar 0% di ikuti dengan pernyatan baik sebesar 39% serterusnya diikuti
dengan pernyataan tidak baik sebesar 53% dan pernyataan sangat tidak baik
sebesar 5% rata-rata nilai persepsi yang diper oleh adalah 2,30 berdasarkan Tabel 3.1
maka indikator promosi kesehatan melalui sepanduk dikatakn baik, karena berada
pada interval 1,76-2,50 dengan perhitungan nilai sebesar 57,5 termasuk kedalam
interval 43,76-62,50 dan masuk kedalam indikator tidak baik, berikut tanggapan
masyarakat terkait penyampaian informasi menggunakan brosur:
Ibu Nur 34 Tahun:
“untuk infromasi kesehatan pake brosur saya kira cukup baik soalnya kalo
saya ke Puskesmas sering ambil brosur buat di baca-baca sambal nunggu
kada juga ada warga yang bawa pulang buat di baca-baca”
Bapak Sarul 28 Tahun:
“saya rasa penyampaian informasi dengan menggunakan brosur cukup baik
yang di sedikan oleh Puskesmas di sini selain jadi bahan bacaan saat lagi
nunggu pas di puskesmas jadi tidak bosan”
Seperti pernyataan diatas penyampain informasi menggunakan brosu masih
dikatakan cukup baik oleh masyarakat meskipun demikian kebanyakn responden
mengatakn penyampain informasi menggunakan brosur yang di sampaikan oleh pihak
Puskesmas tidak baik berikut alasannya:
eJournal Sosiatri-Sosiologi, Volume 9, Nomor 1, 2021: 125-139
132
Bapak Awal 41 Tahun:
“menurut saya informasi kesehatan menggunakan tidak cukup baik yang
sudah dilakukan sama Puskesmas sini seharusnya lebih baik brosur itu di
bagi-bagikan kewarga jadikan nda harus ke Puskesmas dlu baru dapat
brosur”
Ibu Umy Kalsum 26 Tahun:
“menurut saya kalo informasi kesehatan pake brosur tidak begitu baik yah
disini karena itu brosurnya kadang nda ada di Puskesmas kalo saya kesana
jarang ada lah gitu terus tampilannya itu-itu aja ga ada farisinya jadi
membosankan”
Sosial Media Berikut gambaran dari bentuk-bentuk promosi kesehatan dengan
menggunakan metode sosial media seperti facebook untuk menyampaikan
informasi dan jadwal kegiatan langsung dengan masyrakat Desa Tanjung Aru,
responden yang menyatakan dangat baik sebesar 1% di ikuti dengan pernyatan baik
sebesar 47% serterusnya diikuti dengan pernyataan tidak baik sebesar 52% dan
pernyataan sangat tidak baik sebesar 0% rata-rata nilai persepsi yang diperoleh adalah
2,49 berdasarkan Tabel 3.1 maka indikator promosi kesehatan melalui sepanduk
dikatakn baik, karena berada pada interval 1,76-2,50 dengan perhitungan nilai
sebesar 62,25 termasuk kedalam interval 43,76-62,50 dan masuk kedalam
indikator tidak baik, berikut tanggapan masyarakat terkait penyampain informasi
menggunakan media sosial:
Bapak Sahrul 28 Tahun:
“menurut pendapat saya untuk penyapaian informasi dengan media sosial
cukup baik karena mengikuti era sekarang tentunya lebih mudah di akses
semua warga yang punya HP tentunya”
Ibu Lia 30 Tahun:
“pendapat saya kalo masalah informasi pake media sosial kaya facebook
cukup baik yah soalnya saya juga bisa liat informasin yah walaupun jaran
ada informasi tapi dari facebook Puskesmas kadang ada juga
pemberitahuan kalo ada mau kegiatan di situ”
Berdasarkan pendapat diatas warga berpendapat bahwa penyampaian informasi
dengan media sosial sudah cukup baik karena lebih mempermudah masayarakat untuk
tahu hal penting yang ada di Puskesma tentunya hal ini membantu masyarakat untuk
mendapatkan informasi dari puskesmas meskipun demikian ada beberapa masyarakat
yang beranggapan penyampain informasi dengan media sosial tidak baik berikut
alasannya:
Persepsi Masyarakat tentang Promosi Kesehatan di Puskemas (Abdul Razak)
133
Bapak Bain 45 Tahun:
“menurtu saya penyampain informasi dengan facebook tidak baik karena
tidak semua orang disini punya facebook dan juga disinikan susah sinyal
jadi kurang pas aja kalo mau kasih informasi pake facebook soalnya yang
bisa liat informasinya yah cuman orang-orang yang bisa main facebook itu
aja”
Ibu Sima 38 Tahun:
“untuk penyampain informasi pake media sosial kalo disini kurang tepat
kayanya terus informasi yang dikasih sama Puskesmas juga sangat jarang di
facebook dia lebih banyak posting kegiatannya aja untuk informasi kurang”
Berdasarkan pernyataan diatas dimana masih ada warga yang merasa bahawa
penyampaian informasi menggunakan media sosial tidak begitu tepat sasaran dimana
warga di desa Tanjung Aru tidak semua memiliki HP yang bisa mengakses media sosial
selain itu keadaan dimana jaringan di daerah sini cukup susah hanya wilayah-wilayah
pesisir yang terkena jaringan sebagian wilayah hulu tidak ada jaringan internet.
Persepsi Masyarakat Tentang Informasi Kesehatan
Informasi Tentang GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat)
Menurut (Kemenkes), GERMAS merupakan sebuah gerakan yang bertujuan
untuk memasyarakatkan budaya perilaku hidup bersih dan sehat serta
meninggalkan kebiasaan dan perilaku masyarakat yang kurang sehat.
Dalam mendskripsikan indikator dari informasi tentang GERMAS yang
disampaikan oleh Puskesmas Tanjung Aru maka dapat dilihat bahwa sebagian
responden menyatakan bawah informasi yang diberikan oleh Puskesmas tentang
informasi GERMAS kepada masyarakat Desa Tanjung Aru masih ada masyarakat yang
tidak memahami akan informasi tersebut yaitu sebanyak 47% di ikuti dengan pernyataan
masyarakat yang memahami bahwa informasi tentang GERMAS yang diberikan oleh
pihak Puskesmas sangat paham sebanyak 0% serta pernyataan Paham saja
sebanyak 48% dan pernyataan sangat tidak Paham sebanyak 5%. Maka jika dilihat
berdasarkan tabel 3.1 indikator dari tanggapan masyarakat termasuk dalam
indikator yang baik karena termasuk dalam Nilai interval 1,76-2,50 kemudaian
hasil perhitungan selanjutnya yaitu dengan nilai sebesar 61 termasuk kedalam interval
konversi 43,76- 62,50 dan termasuk kedalam indikator yang Tidak Baik. Tabel di atas
adalah merupakan hasil dari tanggapan masyarakat Desa Tanjung Aru tentang informasi
GERMAS yang di selenggarakan oleh pihak Puskesmas selama priode 2018. Berikut
kutipan hasil wawancara kepada masyarakat Desa Tanjung Aru.
Menurut (Bapak Sahrul 28 Tahun):
“GERMAS setau saya yang sudah disampaikan sama pihak Puskesmas
seperti rutin berolahraga, makan-makanan yang sehat dan bergizi dan rutin
cek kesehatan aja itu aja yang saya ingat sih”
eJournal Sosiatri-Sosiologi, Volume 9, Nomor 1, 2021: 125-139
134
Menurut (Bapak Hamdan 52 Tahun):
“kalo sepemahaman saya GERMAS sebuah kegiatan aja untuk menjaga
kesehatan diri dan juga lingkungan bair terhindar dari macam-macam
penyakit lah apa lagi yang tua kaya saya harus rajin cek kesehatan ke
Puskesmas”
Menurut (Ibu Nur 32 Tahun):
“sepengatahuan saya GERMAS yang yang pernah juga disampaikan sama
petugas puskesmas pas penyuluhan waktu itu kita di kasih arahan untuk cek
kesehatan rutin trus rajin olah raga sama makan makanana yang 4 sehat
lima sempurna ada ikan ayam sayur nasi sama buah-buahan dan juga harus
menjaga lingkungan agar bersih selalu supaya jauh dari penyakit”
Seperti pendapat masyarakat yang sudah dijabarkan diatas bahwa masyarakat
yang sering mengikuti kegitan dari promosi kesehatan memahami informasi dan
kegiatan GERMAS namun masih ada beberapa masyarakat yang kurang mengerti
dan tidak tahu khususnya masyarakat yang tinggal cukup jauh dari Puskesmas namun
masih termasuk daerah desa Tanjung Aru berikut tanggapannya.
Menurut (Bapak Awal 41 Tahun)
“Saya kira masalah infromasi GERMAS ini kan bagus sebenarnya tapi kan
penyampaiannya yang kurang bagus karena yah masyarakat seperti saya
yang tinggalnya nda dipesisir jauh dari Puskesmas jadi kurang tau, tapi ini
bukan saya saja mungkin tetangga-tetangga saya juga ada yang nda tau
juga kali yah”
Menurut (Bapak Sudding 45)
“masyarakat sini jarang tau informasi seperti ini karena selain sibuk kerja
waktu tidak ada dan juga jalan ke puskesmas dari sini juga jauh nda bisa
pake kendaraan harus jalan kaki”
Berdasarkan persepsi masyarakat di atas memang pemberian informasi tentang
GERMAS belum merata untuk wilayah desa Tanjung Aru sehingga warga-warga yah
tempat tinggalnya jauh dari wilayah Puskesmas tidak terjamah informasi tentang
GERMAS.
Informasi Tentang Imunisasi Imunisasi menurtu Kemenkes RI, (2013) “suatu upaya untuk menimbulkan atau
meningkatkan kekebalan tubuh seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit,
sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau
hanya mengalami sakit ringan saja”.
Adapun pemahaman masyarakat terkait informasi tentang imunisai yang
diberikan Puskesmas Tanjung Aru kepada masyarakat Desa Tanjung Aru yaitu
responden yang masih tidak paham akan informasi tentang imunisasi, responden yang
sangat paham 0% orang diikuti sebanyak 58% responden yang paham akan
informasi tentang imunisasi serta responden yang tidak paham sebanyak 41% dan
Persepsi Masyarakat tentang Promosi Kesehatan di Puskemas (Abdul Razak)
135
responden yang sangat tidak paha sebanyak 0% jika dilihat berdasarkan tabel 3.1
indikator dari tanggapan masyarakat termasuk dalam indikator yang baik karena
termasuk dalam interval 2,51-3,25 kemudaian hasil perhitungan selanjutnya yaitu
dengan nilai sebesar 64,5 termasuk kedalam interval 62,51-81,25 dan masih termasuk
kedalam indikator yang baik. Tabel di atas adalah merupakan hasil dari tanggapan
terkait pemahaman masyarakat Desa Tanjung Aru tentang informasi Imunisasi yang di
selenggarakan oleh pihak Puskesmas selama priode 2017-2018. Berikut kutipan hasil
wawancara kepada masyarakat Desa Tanjung Aru.
Menurut (Ibu Suheda 51 tahun):
“Informasi tentang imunisasi kalo menurut saya yah sering di kasih tau
sama pegawai puskesmas karena yah saya sering ikut kalo ada sosialisasi
dari puskesmas jadi kalo ada program imunisasi saya tau saya aktif apa lagi
masalah kesehatan buat anak-anak kalo sekarangkan yang imunisasi
campak sama rubella saya juga tau dan anak-anak saya sudah suntik semua
saya rasa puskesmas cukup baik yah kalo untuk pemberian informasi kalo
bagi saya paham aja pentingnnya imunisasi buat anak-anak.
Menurut (Umi Kalsum 26 Tahun)
“imunisasi menurut saya itu penting anak-anak saya semua imunisasi
lengkap kalo ditanya kenapa penting kan imunisasi biar anak-anak jauh lah
dari penyakit terus daya tahan tubuhnya bagus kalopun ada demam biasa
nda lama dan nda sampe kejang-kejang juga kalo masalah tau kan saya
sering sering sama bidan-bidan di Puskesmas soalnya saya rutin ikut
kegiatan di Puskesmas kadang ada senam pagi tiap jumaat warga-warga di
ajak buat ikut tapi yah sedikit yang ikut”
Sebagian besar orang tua mengerti tentang pentingnya Imunisasi namun masih
ada orang tua masih beranggapan Imuniasi bukan lah suatu hal yang penting dan bahkan
menolak dan mengabaikan informasi tentang imunisasi adapun beberapa alasanya
seperti yang di utarakan oleh masyarakat berikut ini”
Menurut (Ibu Jume 38 tahun):
“saya tau informasi tentang imunisasi tapi yah taunya dari tetangga aja jadi
kurang paham karena saya juga jarang ikut kegitan sibuk bekerja di kebun
jadi selama ini keluarga kami nda ada yang di imunisasi alhamdulilah
sehat-sehat aja semua jadi saya rasa juga tidak perlu imunisasi soalnya kata
tetangga saya anaknya yang di imunisasi malah demam malamnya habis di
imunisasi.
Menurut (Pak Abdulah 42 Tahun)
“dari dulu kami tidak mengikuti program imunisasi bahkan semua anak
saya tidak melakukan imunisasi saya pun tidak pernah imuniasi menurut
saya imunisasi tidak begitu penting malah menyiksa anak-anak belum lagi
sekrang ada berita kalo yang disuntik kan di Imunisasi itu mengandung
hewan gitu kan malah kami jadi takut nanti anak-anak malah jadi sakit”
eJournal Sosiatri-Sosiologi, Volume 9, Nomor 1, 2021: 125-139
136
Dari persepsi masyarakat diatas dapat di ketahui bahwa ada masih sebagian
masyarakat yang menolak program dan informasi tentang Imuniasi dengan beberapa
alasan terutama factor dari kebudayan atau kebiasaan yang turun temurun dan
pemahaman yang kurang dari masyarakat tentang informasi Imunisasi.
Informasi Tentang Program KB
Keluarga Berencana (KB) menurut UU RI No. 52 Tahun 2009 KB merupakan
bentuk usaha dalam mengatur dalam mengatur jarak maupun angka kelahiran anak,
dan usia yang ideal ketika melahirkan, mengatur waktu kehamilan melalui promosi,
perlindungan serta bantuan yang sesuai hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga
yang berkualitas.
Pemahaman masyarakat tentang informasi program KB yang di sampaikan
oleh Puskesmas Tanjung Aru kepada Masayarakat Desa Tanjung Aru sebagian
responden memahami informasi tentang Imunisasi kepada masyarakat Desa Tanjung
Aru masyarakat, sekita 3% responden menjawab sangat paham dan sebanyak 75%
responden paham akan informasi tentang KB diikuti dengan tanggapan tidak paham
sebanyak 22% orang sebanyak 0% orang menjawab sanagt tidak paham jika dilihat
berdasarkan Skala persepsi, interval, interval konversi, mutu, dan nilai, maka
indikator dari tanggapan masyarakat termasuk dalam indikator yang baik karena
termasuk dalam interval 2,51- 3,25 kemudaian hasil perhitungan selanjutnya yaitu
dengan nilai sebesar 70,2 termasuk kedalam interval 62,51-81,25 dan masih
termasuk kedalam indikator yang baik.
Menurut (Ibu Umy Kalsum 26 tahun):
“Menurut saya kalo informasi tentang program KB sudah baik karena
bidannya menyampaikan dengan baik sehingga saya paham saya juga sering
ikut program KB tapi saya ikut program KB bukan untuk mengikuti program
2 anak cukup tetapi untuk memberi jarak saja antara kelahiran anak saya
nanti karena kalo menurut keluarga saya terdahulu lebih banyak anak baik
untuk kita nanti tua soalnya kalo anak banyak nanti kalo kita tua mereka
yang urus kita kalo cuman dua aja kalo tua nanti kita sakit kalo yang dua
itu bisa bantu kita mau rawat kita kalo tidak apa lagi kalo sudah semua
berkeluarga mungkin waktu buat rawat kita tidak ada”
Menurut (Ibu Nur 32 tahun):
“Kalo menurut saya program KB itu ya penting soalnya kalo banyak anak
susah juga ngurusnya apa lagi kalo sekrang semua serba mahal sekolah juga pake
uang beli baju beli buku sama uang sangunya kan pake uang kalo untuk
penyampaian program KB dari Puskesmas saya rasa cukup baik dan bisa di
mengerti karena ada biasa dia jelaskan kami tidak mengerti bahasanya terlalu
berat juga tapi kalo untuk informasi tentang KB saya paham bu bidannya baik
soalnya kalo dia ngomong nda terlalu berat bahasanya”
Persepsi Masyarakat tentang Promosi Kesehatan di Puskemas (Abdul Razak)
137
2.3
2.5 2.49 2.44
2.68 2.6 2.58
2.81
3
2.8
2.6
2.4
2.2
2
Grafik Indikator Penelitian
Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa banyak masyarakat yang mengerti dan
juga mengikuti program KB tetapi masih ada masyarakat yang tidak mengikuti
dan tidak tertarik dengan program keluarga berencana tersebut adapun alasannya
berikut hasil wawancara
Menurut (Ibu Salmiah 30)
“Saya tidak pernah mau tau sih masalah KB soalnya menurut keluarga saya
dari orang tua saya dulu melarang ikut KB alasannya yah menolak rejeki
tuhan kalo memang mau punya anak yah berapapun itu rejeki soalnya
orang tua saya juga anaknya 11 ko alhamdulilah namanya rejek yah jagan
di tolak kalo Allah SWT mau kasih anak berarti Allah SWT percaya sama
kita rejeki umur jodoh tuhan yang atur”
Menurut (Pak Salman 47)
“menurut saya program KB itu bertentangan dalam al-quran dan bahkan
menurut saya itu suatu program yang menghambat pertumbuhan umat islam
bahkan negara-negara kaya Israel aja nda pake program KB padahal dia
yang captain itu alat-alat KB makanya kalo ada pihak Puskesmas datang
mau kasih penyuluhan tentang KB kita tolak haram hukumnya itu KB”
Berdasarkan hasil wawancara dari informan diatas factor penghambat dari
program maupun tidak di terimanya informasi tentang KB ialah dari pemahaman yang
kurang dari masyarakat dan juga adanya berita-berita yang kurang baik dimasyarakat
tentang program KB ini sehingga beberapa masyarakat menghindarinya.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
a. Dalam penyampaian informasi dengan menggunakan teknik promosi seperti
penyuluhan, sepanduk, brosusr dan medias sosial untuk niai tertinggi yaitu
promosi kesehatan dengan metode sepanduk dengan nilai interval 67 dan untuk
promosi kesehatan denagn nilai terdenah yaitu penyuluhan dengan nilai interval 57
eJournal Sosiatri-Sosiologi, Volume 9, Nomor 1, 2021: 125-139
138
disini dapat dilihat bahwa promosi paling diminati yaitu promosi dengan sepanduk,
hal ini dikernakan mudah dilihat masyarakat saat berjalan-jalan khususnya
kewilayah Puskesmas
b. Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti menujukkan bahwa perspsi
masyarakat tentang informasi kesehatan mengenai GERMAS (Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat), Imunisasi dan Program KB ( Keluarga Berencana), serta
persepsi masyarakat mengenai metode atau bentuk-bentuk penyampaian informasi
kesehatan yang dilaksanakan pihak Puskesmas Tanjung Aru seperti bentuk
penyampaian informasi dengan penyuluhan, bentuk penyampain informasi
dengan media massa seperti sepanduk brosur dan sosial media masuk dalam
katagori baik meskipun demikian ada beberapa program promosi kesehatan
yang masih masuk dalam indikator tidak baik seperti pemahaman masyarakat tentang
informasi GERMAS hal ini dikarenakan banyak masayarakat yang belum
mengetahui informasi tersebut secara mendalam dan juga penyampaian informasi
yang kurang merata.
Saran
c. Selain memberikan informasi sebaiknya pihak Puskesmas juga melaksanakan
promosi kesehatan dengan mengunjungi tiap rumah-rumah warga yang sekiranya
sulit untuk berkunjung langsung ke Puskesmas terutama untuk para lansia
sebaiknya diberikan kemudahan dalam pemberian informasi kesehatan dengan
cara mengunjunginya langsung kerumah yang bersangkutan.
d. Untuk strategi dalam promosi kesehatan sebaiknya lebih diperluas lagi untuk
penyampaian informasinya seperti penyuluhan untuk lebih merata sehingga
masyarakat yang berada jauh di daerah sebelum dusun Ipi mendapatkan informasi
yang mendalam juga terkait program promosi kesehatan
e. Untuk promosi kesehatan dengan menggunakan penyuluhan sebaiknya waktunya
diubah kesore hari karena untuk pagi hari kebanyakan masyarakat pergi bekerja.
f. Serta untuk tidak memberikan informasi kesehatan melalui media sosial saja hal
ini dikarenakan tidak semua masyarak memiliki akses informasi melalu media
sosial karena tidak semua masyarakat memiliki HP canggih dan juga jaringan
internet yang kurang baik.
Daftar Pustaka
Arikunto, S. 2005. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik . Jakarta: Aneka
Karya
Brehm,S.S.,Kassin,S.M.(1989). Social psychology. USA: Houghton Mifflin
company. Depkes RI, 2005. Promosi Kesehatan. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI
, 2011, Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Entjang. I., 1997, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Bandung: Citra Aditya Bakti
Persepsi Masyarakat tentang Promosi Kesehatan di Puskemas (Abdul Razak)
139
Hanurawan, Fatah. 2010. Psikologi Sosial Suatu Pengantar, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.p
KEMEKES RI, 2011, Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.
Nasir, Moh. 2009. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia. Notoadmodjo S.
2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
.2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku. Jakarta:Rineka Poerwadarminta,
W.J.S., 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Sarwono, S. Psikologi Remaja, Jakarta: PT Raja Grafindo.2011
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Metode). Bandung:
Alfabeta Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Manajemen.
Bandung: Alfabeta
Sutopo. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: UNS.
Dokumen-dokumen:
Peraturan Kementerian Keshetan, Nomer 75 Tahun 2014. Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat.
Undang-undang Republik Indonesi, Nomer 52 Tahun 2099. Tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pebangunan Keluarga
Internet:
https://databoks.katadata.co.id/datapublis/2019/01/25177-balita-indonesia-masih-
mengalami- masalah-gizi.
http://Promkes.kemkes.go.id/promosi-kesehatan.
https://pusdatin.kemnkes.go.id/folder/view/01/structure-publikasi-data-pusat-data-dan-
informasi.htm.
https://www.who.int/iris/handle/10665/107835.
top related