perpetaan dan sig
Post on 05-Dec-2014
413 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
PERPETAAN DAN SIG 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Umum
Peta adalah gambaran pada lembaran kertas keadaan perrmukaan bumi/tanah dengan
ukuran yang lebih kecil. Gambar permukaan bumi atau tanah dengan skala yang lebih kecil
yang dihasilkan dari hasil pengukuran tersebut disebut dengan peta.
Pemetaan dibagi berdasarkan 2 (dua) pandangan/cara, yakni :
- Secara Teristis
Dimana seluruh data yg diperlukan didapat dari pengukuran di lapangan dengan
luas relatif kecil.
- Secara Fotogrametris
Dimana seluruh data diperoleh dari foto hasil pemotretan dari udara dengan luas
relatif besar.
Perpetaan mempelajari cara-cara pengukuran ruang yang diperlukan untuk menyatakan
kedudukan titik-titik di permukaan bumi. Oleh karena itu, maka data yang akan diambil
adalah sudut-sudut mendatar dan tegak lurus untuk menentukan posisi titik di atas
permukaan bumi. Keadaan di lapangan akan digambarkan dalam sebuah kertas datar. Karena
itu, untuk mendapatkan suatu hubungan mendatar diperlukan sudut yang merupakan
proyeksi mendatar sudut. Sudut yang diperlukan diukur dengan skala lingkaran mendatar.
Hal ini penting sekali untuk kepentingan pekerjaan teknik sipil dan perencanaan jalan,
ilmu perpetaan mempunyai peranan penting yaitu pada pembersihan lahan dan perencanaan
pondasi. Hal ini berkaitan dengan kondisi lapangan yang mempunyai kontur yang berbeda-
beda sehingga perlu adanya pemetaan untuk membantu proses perencanaan.
Perpetaan merupakan sebagian kecil dari Ilmu Geodesi. Geodesi mempunyai dua
maksud, antara lain :
a. Maksud Ilmiah : menentukan bentuk permukaan bumi.
b. Maksud Praktis : membuat peta dari sebagian besar atau sebagian kecil dari
permukaan bumi.
| 1250601071111027 1
PERPETAAN DAN SIG 2013
Selain perpetaan, digunakan pula IUT (Ilmu Ukur Tanah) yang sering digunakan dalam
perencanaan. Ilmu ukur tanah merupakan bagian dari ilmu yang lebih luas yaitu ilmu
Geodesi. Cabang ilmu Geodesi dapat dibedakan atas Geodesi tinggi dan Geodesi rendah.
a. Geodesi Tinggi (Geodetic Surveying)
- Tujuan ilmiah ilmu geodesi tinggi adalah untuk mempelajari bentu dan dimensi bumi
- Tujuan praktis ilmu geodesi tinggi adalah untuk menentukan posisi suatu titik (x,y,z)
dengan memperhitungkan kelengkungan muka bumi.
b. Geodasi Rendah
Tujuan geodesi rendah adalah untuk menentukan posisi relatif suatu titik (x,y,z) dengan
menganggap bumi sebagai bidang datar. Faktor kelengkungan bumi diabaikan, sehingga
luasan yang tercakup relatif kecil atau lebih sempit.
Dari uraian di atas maka Ilmu Ukur Tanah dapat dairtikan sebagai ilmu yang
mepelajari pengukuran-pengukuran yang diperlukan untuk menentukan letak relatif titik-titik
di atas atau di bawah permukaan bumi, yaitu menentukan titik-titik hasil perencanaan
lapangan atau permukaan bumi yang mempunyai bentuk permukaan yang tidak beraturan
karena adanya perbedaan ketinggian. Selain itu ilmu Geodesi juga memiliki tujuan tertentu
yaitu menentukan bentuk serta ukuran dari bumi yang berkaitan dengan ilmu lainnya.
Dengan hasil-hasil yang diperoleh dari geodesi ilmiah ini, geodesi dengan maksud praktis
dilakukan pengukuran diatas permukaan bumi dengan perhitungan dan pengukuran yang
diperlukan untuk pemetaan yang teliti dari permukaan bumi.
Pada pengukuran terdapat dua jenis unsur pengukuran, yaitu jarak dan sudut.
Selanjutnya unsur jarak dapat dibagi dua jenis, yaitu unsur jarak mendatar (d) dan beda
tinggi (∆H). Sedangkan unsur sudut dibagi menjadi sudut horizontal, vertical dan sudut
jurusan. Sudut ini berperan penting dalam kerangka dasar pemetaan yang datanya diperoleh
dari lapangan dengan alat yang dirancang sedemikian rupa konstruksinya sesuai dengan
ketelitian. Alat ini biasanya dikenal sebagai alat ukur ruang ( Theodolit ).
Sedangkan untuk mengukur beda tinggi antara dua titik atau lebih di permukaan bumi
digunakan alat ukur penyipat datar (waterpass). Untuk pengukuran jarak dari suatu titik ke
| 1250601071111027 2
PERPETAAN DAN SIG 2013
titik lain dapat digunakan pita ukur, waterpass dengan bantuan rambu ukur, atau dengan
metode Tachymetri.
1.2. Latar Belakang
Ilmu ukur tanah adalah bagian rendah dari Ilmu Geodesi, yang merupakan suatu ilmu
yang mempelajari ukuran dan bentuk bumi dan menyajikannya dalam bentuk tertentu. Ilmu
Geodesi ini berguna bagi pekerjaan perencanaan yang membutuhkan data-data koordinat dan
ketinggian titik lapangan. Sedangkan survey adalah seni mengukur jarak,sudut, dan posisi
dekat permukaan bumi serta merupakan ilmu pengetahuan tentang teknik pengumpulan data
secara analitis.
Berdasarkan ketelitian pengukurannya, ilmu Geodesi terbagi atas dua macam, yaitu
geodetic surveying and plane surveying. Geodetic surveying yaitu suatu survey yang
memperhitungkan kelengkungan bumi atau kondisi sebenarnya. Geodetic surveying ini
digunakan dalam pengukuran daerah yang luas dengan menggunakan bidang hitung yaitu
bidang lengkung (bola/ellipsoid). Plane surveying , yaitu suatu survey yang mengabaikan
kelengkungan bumi dan mengasumsikan bumi adalah bidang datar. Plane Surveying ini
digunakan untuk pengukuran daerah yang tidak luas dengan menggunakan bidang hitung
yaitu bidang datar.
Dalam praktikum ini kami memakai Plane Surveying ( Ilmu Ukur Tanah ). Ilmu Ukur
Tanah dianggap sebagai disiplin ilmu, teknik dan seni yang meliputi semua metode untuk
pengumpulan dan pemprosesan informasi tentang permukaan bumi dan lingkungan fisik
bumi yang mengagnggap bumi sebagai bidang datar, sehingga dapat ditentukan posisi titik-
titik di permukaan bumi. Dari titik yg didapatkan tersebut dapat disajikan dalam bentuk peta.
Selain itu, di dalam kegiatan survey. Survey dibagi menjadi beberapa kelas yaitu
“The Preliminary Survey” dan “Layout Survey”. The Preliminary survey adalah
pengumpulan data (jarak dan sudut) untuk lokasi data secara fisik termasuk juga pengukuran
elevasi untuk membuat kontur. Layout survey adalah pengumpulan data dengan membuat
tanda-tanda yang ada di lapangan.
Dalam praktikum ini, kami menggunakan The Preliminary survey dan Layout survey.
Karena kami menggunakan teknik pengumpulan data (jarak dan sudut) yang berdasarkan
tinjauan lokasi atau secara fisik, membuat kontur, dan membuat tanda-tanda yang ada di
lapangan.
| 1250601071111027 3
PERPETAAN DAN SIG 2013
Dalam praktikum Ilmu Ukur Tanah ini kami sebagai mahasiswa akan berlatih
melakukan pekerjaan - pekerjaan survey. Dengan tujuan agar Ilmu Ukur Tanah yang didapat
dibangku kuliah dapat diterapkan di lapangan. Dengan demikian diharapkan kami sebagai
mahasiswa dapat memahami dengan baik aspek di atas.
1.3. Maksud dan Tujuan Praktikum
Praktikum Ilmu Ukur Tanah ini dimaksudkan sebagai aplikasi lapangan dari teori-teori
dasar Ilmu Ukur Tanah yang didapatkan oleh praktikan di bangku kuliah seperti poligon, alat
dan penggunaannya, serta sampai pada tahap pembuatan peta.
Tujuan ingin dicapai dari praktikum Ilmu Ukur Tanah ini adalah agar praktikan dapat
mengetahui dan memahami dengan baik bagaimana menggunakan alat, mengukur poligon,
mengolah data, dan penggambaran peta serta mendapatkan bayangan dari suatu lapangan
dengan menentukan tempat kedudukan suatu titik – titik lainnya di muka bumi.
1.4. Ruang Lingkup Praktikum
Praktikum ini hanya terbatas oleh ruang lingkup sebagai berikut :
1. Praktikum dilaksanakan di
2. Praktikum ini juga dibatasi dengan Metode Tachymetri melalui penggunaan
waterpass dan alat ukur ruang ( theodolite )
3. Sumber data diperoleh dari studi lapangan melalui praktikum lapangan, studi
pustaka dan kajian teori
4. Praktikum ini dibatasi hanya pada pengukuran di lapangan, perhitungan dan
pengolahan data serta penggambaran peta dan garis kontur
| 1250601071111027 4
PERPETAAN DAN SIG 2013
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Tahapan Pembuatan Peta
a. Survey
Menentukan lokasi atau tempat yang akan dilakukan pengukuran. Lokasi yang di
cari harus sesuai dengan kegiatan pratikum / pengukuran.
b. Menentukann Titik Triangulasi
Proses mencari koordinat dan jarak sebuah titik dengan mengukur sudut antara titik
tersebut dan dua titik referensi lainnya yang sudah diketahui posisi dan jarak antara
keduanya. Koordinat dan jarak ditentukan dengan menggunakan hukum sinus.
c. Menentukan Titik Proyeksi
Merupakan cara penggambaran suatu titik terhadap suatu bidang gambar. Untuk
penggambaran secara detail dapat dilakukan dengan penggunaan skala gambar yang
proporsional.
d. Menyusun dan Menggambar
Penyusunan detail dan penggambaran lokasi harus dilakukan secara cermat dan
teliti berdasarkan skala gambar yang proporsional.
e. Dicetak
Tahap akhir adalah tahap percetakan atau print out. Tahap ini dapat dilakukan jika
penggambaran denah dilakukan melalui Autodesk AutoCAD atau software gambar yang
lain. Sehingga memunculkan gambar yang lebih sempurna dan rapi daripada
menggambar secara manual.
| 1250601071111027 5
PERPETAAN DAN SIG 2013
2.2. Kerangka Peta
Dalam pengerjaan poligon, harus diukur dua unsur penting, yaitu unsur sudut dan unsur
jarak. Dengan kedua unsur tersebut telah dapat diukur sebuah poligon diatas peta, dengan
tidak terikat pada sistem koordinat yang ada dan tidak menghiraukan arah poligon tersebut.
Agar titik – titik koordinat dapat diketahui dalam suatu sisitem yang telah ada, maka
poligon tersebut harus diikatkan pada suatu titik yang telah diketahui koordinatnya pada titik
yang tetap. Jadi koordinat disini dihitung dari unsur jarak dan unsur sudut arah, sebagai
berikut :
Xp = Xa + d ap Sin ap
Yp = Ya + d ap Cos ap
2.2.1. Poligon Tertutup
Poligon yang ujungnya saling bertemu (titik awal dan titik akhir menjadi satu) dan
membentuk suatu loop atau kring. Pada setiap pekerjaan polygon tertutup, penting
diketahui arah pengukuran polygon. Arah pengukuran poligon berlawanan dengan arah
jarum jam.
A = titik awal poligonA = titik akhir poligonP = titik ikat poligonQ = titik ikat akhir poligonap = sudut arah awal poligonbq= sudut arah akhir poligonS = sudut terukurD = panjang sisi poligon
| 1250601071111027 6
Gb.2.3. Penentuan koordinat
A (Xa , Ya)
dap
P=?
ap
X
Y U
Gb.2.6 Poligon tertutup
Q
aq
d6
d5d4
d3
d2
S55
4
3
2
S4
S2
S3
1S0 d1
ap
S1
A
PU
PERPETAAN DAN SIG 2013
2.2.2. Poligon Terbuka
Poligon terbuka ada dua (dua) macam, yaitu :
1. Poligon Terikat Sepihak
Yaitu poligon yang terikat pada salah satu titiknya yaitu pada titik awal atau titik
akhir poligon.
A = titik awal poligon S0 – 3 = sudut terukur
P = titik ikat awal polygon d1–4 = panjang sisi poligon
ap = sudut arah awal polygon
Pada titik ini bisa dihitung besarnya koreksi yang terjadi.
2. Poligon Terikat Sempurna
Yaitu poligon yang terikat dan terarah pada kedua titiknya yaitu pada titik awal
dan titik akhir poligon.
A = titik awal poligon bq = sudut arah akhir poligon
B = titik akhir poligon S0 – n = sudut-sudut terukur
P = titik ikat poligon d1– n = panjang sisi poligon
Q = titik ikat akhir polygon ap = sudut arah awal poligon
Pada poligon ini dapat dihitung besarnya koreksi yang terjadi.
2.2.3. Cara Perhitungan Poligon
| 1250601071111027 7
bq
B
3
2
1
U
Q
S0 S2
dnd3d1
ap
d2
S1
A
PU
Gb.2.5. Poligon Terikat Sempurna
43
2
1
S0
S3
S2
d4d3d1
Gb.2.4. Poligon Terikat Sepihak
ap
d2
S1
A
PU
PERPETAAN DAN SIG 2013
Beda tinggi dan jarak dapat di ukur sebagai berikut :
Keterangan :
Dab = jarak datar AB
ha = beda tinggi AB
ti = tinggi alat
ba = benang atas
bt = benang tengah
bb = benang bawah
Penembakan dengan sudut vertikal 90 o
Ba – bb = y
ba – bt = bb – bt = ½ y
Tbt = ½ y’
Cos h = T bt = ½ y’
ba – bt ½ y
y’ = y cos h
Dm = Ay’ + B Dm = Ay cos h + B
Cos h = Dab / Dm
Dab = (Ay cos h + B) cos h = (Ay cos 2 h + B) + B cos h
Keterangan :
| 1250601071111027 8
ti
∆h A
B
bb
bt/daris bidik
ba
Dab = Ay + B
hab = bt - ti
V= D tg h hab= ti +( bt –V)
A
ba
btbb
B
Dm y
ti
v
Dab
PERPETAAN DAN SIG 2013
Dab = jarak datar AB ba = benang atas
hab = beda tinggi AB bt = benang tengah
ti = tinggi alat bb = benang bawah
2.3 Alat Yang Digunakan
2.3.1 Detil Alat Dan Fungsinya
A. Konstruksi Theodolite
1. Visir ( Garis Bidik Kasar )
Untuk mengarahkan teropong agar masuk pada area jangkauan teropong.
| 1250601071111027 9
18
5
8
20
12
16
15
10
11
63
7
13
14
17
2
19
1
9
4
Insert kanan gambar
Gambar 1. Theodolite
PERPETAAN DAN SIG 2013
2. Penentu tinggi alat
Berfungsi menentukan tinggi alat yang diukur dari atas patok ke tengah teropong.
3. Sekrup penjelas obyek
Berfungsi untuk memperjelas bayangan obyek yang ditangkap.
4. Mikrometer
Berfungsi sebagai pengatur besar bacaan sudut horizontal dan vertikal.
5. Lensa okuler
Berfungsi sebagai lensa pada teropong untuk membidik obyek pada pengukuran
yang dikehendaki.
6. Sekrup pengunci dan penggerak halus teropong
Sekrup pengunci teropong berfungsi untuk mengunci gerak teropong keatas dan
kebawah dalam pengukuran sudut secara vertikal. Dan penggerak halus vertikal
teropong berfungsi untuk menggerakkan secara halus sehingga kedudukan benang
silang dan titik bisa tepat.
7. Lensa pembaca dan penjelas sudut
Lensa pembaca sudut berfungsi untuk mengetahui derajat perubahan suatu obyek.
Dan penjelas sudut berfungsi untuk memperjelas pembacaan sudut.
8. Sekrup pengunci dan penggerak halus horizontal
Sekrup pengunci horizontal berfungsi mengunci gerakan mendatar alat. Dan
Sekrup penggerak halus horizontal berfungsi untuk menggerakan alat dengan
halus secara mendatar.
9. Handle
Digunakan untuk membawa alat theodolite
10. Sekrup pengunci dan penggerak halus limbus
Sekrup pengunci limbus berfungsi mengunci gerakan skala piringan horisontal.
Dan sekrup penggerak halus limbus berfungsi menggerakkan secara halus.
11. Nivo tabung
Sebagai patokan agar sumbu II ( horizontal ) tetap mendatar.
12. Sekrup ABC
Berfungsi sebagai pengatur kedudukan gelembung nivo agar pas ditengah tabung.
13. Nivo kotak
| 1250601071111027 10
PERPETAAN DAN SIG 2013
Berfungsi sebagai patokan agar sumbu I ( vertikal ) tetap tegak lurus dengan
bidang horisontal.
14. Centering optis
Berfungsi sebagai alat bantu untuk melihat tepat tidaknya suatu alat pada titik
acuan.
15. Piringan sudut horisontal
Untuk pembacaan sudut secara mendatar.
16. Sekrup pengunci theodolite
Berfungsi sebagai pengunci alat theodolite agar tidak berubah posisi.
17. Cermin cahaya
Berfungsi untuk memperjelas bacaan sudut vertikal dan horizontal dan juga
sebagai tempat untuk masuknya cahaya kedalam teropong.
18. Sekrup penjelas benang silang
Berfungsi untuk memperjelas benang silang.
19. Sekrup koreksi
Digunakan untuk mengkoreksi pada saat mengkalibrasi alat ukur Theodolite.
20. Teropong
Berfungsi untuk membidik objek atau untuk melihat titik sasaran dalam hal ini
rambu ukur yang didirikan pada suatu titik. Teropong Theodolite terdiri dari dua
lensa antara lain Lensa Okuler yang terletak di bagian belakang teropong dan
Lensa Objektif yang berada di depan teropong.
B. Kostruksi Waterpass
| 1250601071111027 11
Gambar Theodolit
PERPETAAN DAN SIG 2013
Fungsi dan bagian-bagian Waterpass :
Keterangan Gambar :
1) Lensa Objektif
Berfungsi sebagai penangkap bayangan objek yang kemudian diteruskan menuju
lensa okuler.
2) Skala Piringan Horizontal
Berfungsi sebagai tempat pembacaan sudut pada waterpass, akan tetapi sudut yang
terbaca kurang teliti karena ketelitiannya hanya mencapai derajat.
3) Sekrup Penggerak Halus Horizontal
Berfungsi menggerakkan teropong secara halus kekiri dan kekanan.
4) Skrup ABC
Berfungsi untuk menepatkan letak gelembung nivo agar sumbu horizontal
waterpass sejajar dengan garis arah nivo.
5) Nivo Kotak
Berfungsi sebagai patokan agar sumbu I ( vertikal ) tetap tegak lurus dengan
bidang horisontal.
6) Lensa Okuler
| 1250601071111027 12
7
4
5
8 9
6
2
3
1
Gambar 2. WaterpassGambar : Waterpass
PERPETAAN DAN SIG 2013
Berfungsi sebagai penangkap bayangan objek dari lensa objektif dan diteruskan ke
mata pembidik.
7) Sekrup Penjelas Benang Silang
Berfungsi sebagai penjelas bayangan benang silang pada teropong.
8) Visir
Untuk membidik secara kasar ke titik objek dalam hal ini rambu ukur yang
didirikan pada suatu titik.
9) Sekrup Penjelas Bayangan Objek
Berfungsi untuk memperjelas bayangan objek, dengan cara kerja mengubah jarak
fokus pada lensa.
C. Baak Ukur
Bahan : Kayu dan aluminium
Panjang : 3-5 m dan bisa dilipat menjadi lebih pendek
Skala : Baak diberi skala dengan warna menyolok agar mudah
dilihat dari jarak jauh, umumnya pembagian baak dalam
(cm). Tetapi ada juga pembagian yang lain yaitu untuk
tujuan lain untuk mendapatkan pengukuran yang lebih
teliti.
Fungsi : Alat ini berfungsi untuk menentukan angka-angka
pembacaan bak dalam satuan panjang, sehingga dapat
diukur beda tinggi antara dua titik.
| 1250601071111027 13
Gambar : Waterpass
PERPETAAN DAN SIG 2013
D. Rol Meter
Bahan : Alat ini dibuat dari baja tipis, kain khusus atau fiber glass.
Panjang : 30 – 50 meter
Fungsi : Berfungsi untuk mengukur jarak di lapangan secara
langsung.
E. Unting-Unting
Bahan : Besi
Fungsi : Alat ini berfungsi untuk menentukan supaya alat
berada di atas suatu titik.
F. Paku Payung
Bahan : Besi
Fungsi : Digunakan untuk menentukan titik dalam
pengukuran.
G. Payung
| 1250601071111027 14
PERPETAAN DAN SIG 2013
Fungsi : untuk melindungi alat ukur terhadap
penyinaran matahari secara langsung serta
melindungi alat dari hujan. Penyinaran
matahari secara langsung pada alat ukur
menyebabkan :
- Nivo Pecah karena penguapan cairan
pada nuvo
- Mengerasnya klem-klem pengunci
- Berubahnya persyaratan untuk mengatur
alat
H. Statif
Bahan : Statif terbuat dari kayu/alumunium
Fungsi : Untuk meletakkan alat ukur, sehingga
memungkinkan alat selalu dalam keadaan
mendatar dari segala penjuru.
I. Kompas
Fungsi : Digunakan untuk menentukan arah utara
magnetis.
2.3.2 Cara Penggunaan Alat Theodolith dan Waterpass
Pengaturan waterpass harus memenuhi syarat-syarat berikut :
a. Garis arah nivo sejajar garis visir teropong
Untuk memeriksa syarat ini, diadakan penyelidikan terhadap beda tinggi antara
dua titik.
b. Garis arah nivo tegak lurus sumbu I alat sipat datar
| 1250601071111027 15
PERPETAAN DAN SIG 2013
Cara mengatur ini dengan ketiga skrup penyetel. Bila terdapat penyimpangan
dapat dihilangkan dengan skrup koreksi nivo.
c. Benang silang horizontal tegak lurus sumbu I
Diperiksa dengan mengarah ke suatu titik pada tembok, dan ujung kiri benang
silang dibuat berhimpitan dengan titik ini. Jika benang silang datar ini tegak
lurus sumbu I, maka ia akan selalu berhimpitan dengan titik tersebut. Jika
teropong diputar dengan sumbu I sebagai sumbu putar. Jika tidak demikian,
maka diafragma dengan benang silang diputar sedikit dengan tangan sesudah
skrup kecil yang terletak pada sisi difragma dilepas sedikit.
2.4. Pengukuran Beda Tinggi
2.4.1. Pekerjaan Pengukuran Beda Tinggi Dengan Waterpass
Sifat datar merupakan suatu alat untuk mengukur beda tinggi antara dua buah titik.
Yang dimaksudkan disini adalah untuk menentukan hubungan tegak diatas permukaan
bumi, sehingga dapat diketahui beda tinggi antara suatu tempat dengan tempat yang lain
diukur dengan ketelitian sampai milimeter.
Yang dimaksud dengan beda tinggi adalah perbedaan vertikal dua titik atau jarak
dari datum/bidang referensi yang telah ditetapkan sepanjang garis vertikal.
Dalam pengukuran beda tinggi di lapangan, sipat datar sering dipakai karena
pengukuran dengan menggunakan alat ini lebih teliti dibanding dengan alat yang lain.
Dalam kegiatan praktikum Ilmu Ukur Tanah ini pun digunakan alat ukur sipat datar.
Metode Pengukuran Sipat Datar
Metode ini menggunakan tiga cara pengukuran, yaitu :
1. Sipat Datar Memanjang (BERANTAI)
Pengukuran ini dilakukan untuk memperoleh rangkaian atau jaring-jaring
tinggi titik.
Gambar :
| 1250601071111027 16
a1a2
b1 b2a3 b3
a4 b4
B
3
2
1
A
Arah pengukuran
PERPETAAN DAN SIG 2013
Jarak A – B akan diukur, dimana jaraknya cukup jauh (merupakan titik
tetap). Untuk menghitung beda tinggi antara A-B, tidak dapat dihitung
langsung. Oleh karena itu pengukuran jarak A-B dengan langkah sebagai
berikut :
a. Jarak A – 1 (antara bak belakang – bak muka) disebut SLAG.
Panjang satu slag tergantung pada kondisi alat dan kondisi cuaca pada
saat pengukuran.
b. Panjang Seksi
Kemampuan mengukur satu hari (pergi dan pulang) yang terdiri dari
bebrapa slag. Untuk patok seksi diusahakan dalam keadaan permanen
karena masih terus dibutuhkan untuk pengukuran selanjutnya.
c. Panjang Satu Trayek
Adalah pengukuran dari satu titik tetap ke titik tetap lainnya.Beda tinggi
A – B dihitung pada masing-masing slag kemudian dijumlahkan,
misalnya :
h1 = a1 – b1 h2 = a2 – b2 hn = an - bn
Jadi : hA-B = h = a - b
2. Sipat Datar Melintang (PROFIL)
Profil ini dapat dibedakan menjadi :
1. Profil Memanjang
Untuk menggambarkan jalur-jalur yang panjang.
Contoh : jalur irigasi, jalur jalan raya saluran transmisi
2. Profil Melintang
Adalah profil yang tegak lurus atau hampir tegak lurus dengan profil
memanjang.
Dalam penggambaran umumnya skala profil melintang lebih besar
daripada skala profil memanjang, misalnya : H = 1 : 5.000, V = 1 : 50
Tujuan dari pengukuran sipat datar profil ini adalah :
- menentukan sumbu dan ketinggian dari rencana pekerjaan yang
hendak dibangun
- menentukan pemindahan tanah
| 1250601071111027 17
2
PERPETAAN DAN SIG 2013
- menentukan lebar jalur tanah yang hendak dibeli
Untuk menentukan elevasi titik profil dilakukan dengan metode
penentuan tinggi dengan tinggi garis bidik, yang meliputi :
a. Alat ditempatkan di atas titik
Rumus : Tgb = TA + i
TA = Tgb – a1
Keterangan :
Tgb = tinggi garis bidik ( antara pusat lensa dengan bidang referensi)
Th = tinggi titik profil
TA = tinggi A terhadap bidang referansi
i = tinggi alat
b. Alat ditempatkan di luar titik
Rumus :
3. Sipat Datar Luas (LAPANGAN)
Untuk menentukan tinggi dari titik di lapangan sehingga gambar
kedudukan tinggi titik di lapangan dapat ditentukan.
Sipat datar lapangan banyak digunakan untuk :
- menentukan rencana pembuangan air dari lapangan
- meratakan lapangan dengan pemindahan tangan minimal
- menentukan banyaknya tanah yang diperoleh dari lapangan untuk
penimbunan suatu bangunan
| 1250601071111027 18
B
i
TA
Tgb
Tgb = TA + A1 Th = Tgb – i Ta = Tgb – a1
i
TA
Tgb
A
PERPETAAN DAN SIG 2013
2.4.2. Pekerjaan Pengukuran Beda Tinggi dengan Theodolith
Untuk menentukan tinggi titik-titik di lapangan dan juga letak tersebut maka
digunakan beberapa macam metode, antara lain:
Metode Jaring-jaring Garis
Cara kerjanya adalah membagi lapangan seperti jaring-jaring garis dengan
jarak tertentu. Kemudian dengan satu atau lebih tempat kedudukan alat,
titik potong garis-garis tersebut dapat ditentukan. Perhitungan tinggi dapat
dilakukan dengan sistem tinggi garis bidik. Metode ini mempunyai
keburukan yaitu angka yang diperoleh kurang cocok untuk
menggambarkan garis tingginya.
Metode Profil
Cara kerja dari metode ini adalah profil-profil yang sejajar diukur pada tiap
bagiannya sehingga gambaran yang sebenarnya dari lapangan dapat
diketahui.
Metode Koordinat Kutub
Cara kerja dari metode ini adalah mengukur sudut miring, sudut horisontal
dan jarak optisnya pada setiap titik yang ada di lapangan. Kemudian alat
diletakkan (biasanya menggunakan Theodolit) pada tempat dimana dapat
mencakup titik-titik tersebut. Titik ini kemudian dapat digambar dengan
menggunakan metode koordinat kutub dan kontur (garis-garis tingginya)
dapat pula digambarkan.
Metode Pengukuran Sipat Datar
Metode ini menggunakan tiga cara pengukuran, yaitu :
1. Sipat Datar Memanjang (BERANTAI)
Pengukuran ini dilakukan untuk memperoleh rangkaian atau jaring-
jaring tinggi titik.
Gambar :
| 1250601071111027 19
a1a2
b1 b2a3 b3
a4 b4
B
3
2
1
A
Arah pengukuran
PERPETAAN DAN SIG 2013
Jarak A – B akan diukur, dimana jaraknya cukup jauh (merupakan
titik tetap). Untuk menghitung beda tinggi antara A-B, tidak dapat
dihitung langsung. Oleh karena itu pengukuran jarak A-B dengan
langkah sebagai berikut :
a. Jarak A – 1 (antara bak belakang – bak muka) disebut SLAG.
Panjang satu slag tergantung pada kondisi alat dan kondisi
cuaca pada saat pengukuran.
b. Panjang Seksi
Kemampuan mengukur satu hari (pergi dan pulang) yang
terdiri dari bebrapa slag. Untuk patok seksi diusahakan dalam
keadaan permanen karena masih terus dibutuhkan untuk
pengukuran selanjutnya.
c. Panjang Satu Trayek
Adalah pengukuran dari satu titik tetap ke titik tetap
lainnya.Beda tinggi A – B dihitung pada masing-masing
slag kemudian dijumlahkan, misalnya :
h1 = a1 - b1
h2 = a2 - b2
hn = an - bn
Jadi : hA-B = h = a - b
2. Sipat Datar Melintang (PROFIL)
Profil ini dapat dibedakan menjadi :
a. Profil Memanjang
Untuk menggambarkan jalur-jalur yang panjang.
Contoh : jalur irigasi, jalur jalan raya saluran transmisi
b. Profil Melintang
Adalah profil yang tegak lurus atau hampir tegak lurus dengan
profil memanjang.
Dalam penggambaran umumnya skala profil melintang lebih besar
daripada skala profil memanjang, misalnya :
H = 1 : 5.000, V = 1 : 50
| 1250601071111027 20
PERPETAAN DAN SIG 2013
Tujuan dari pengukuran sipat datar profil ini adalah :
- menentukan sumbu dan ketinggian dari rencana pekerjaan yang
hendak dibangun
- menentukan pemindahan tanah
- menentukan lebar jalur tanah yang hendak dibeli
Untuk menentukan elevasi titik profil dilakukan dengan metode
penentuan tinggi dengan tinggi garis bidik, yang meliputi :
a. Alat ditempatkan di atas titik
Rumus : Tgb = TA + i
TA = Tgb – a1\
Keterangan :
Tgb= tinggi garis bidik ( antara pusat lensa dengan bidang
referensi)
Th = tinggi titik profil
TA = tinggi A terhadap bidang referansi
i = tinggi alat
b. Alat ditempatkan di luar titik
Rumus :
| 1250601071111027 21
B
i
TA
Tgb
Th = Tgb – i
Ta = Tgb – a1
i
TA
Tgb
A
PERPETAAN DAN SIG 2013
c. Sipat Datar Luas (LAPANGAN)
Untuk menentukan tinggi dari titik di lapangan sehingga
gambar kedudukan tinggi titik di lapangan dapat ditentukan.
Sipat datar lapangan banyak digunakan untuk :
- menentukan rencana pembuangan air dari lapangan
- meratakan lapangan dengan pemindahan tangan
minimal
- menentukan banyaknya tanah yang diperoleh dari
lapangan untuk penimbunan suatu bangunan
2.4.3. Perhitungan Pengukuran Beda Tinggi
Untuk menentukan tinggi titik-titik di lapangan dan juga letak tersebut maka
digunakan beberapa macam metode, antara lain :
Metode Jaring-jaring Garis
Cara kerjanya adalah membagi lapangan seperti jaring-jaring garis dengan
jarak tertentu. Kemudian dengan satu atau lebih tempat kedudukan alat,
titik potong garis-garis tersebut dapat ditentukan. Perhitungan tinggi dapat
dilakukan dengan sistem tinggi garis bidik. Metode ini mempunyai
keburukan yaitu angka yang diperoleh kurang cocok untuk
menggambarkan garis tingginya.
Metode Profil
Cara kerja dari metode ini adalah profil-profil yang sejajar diukur pada tiap
bagiannya sehingga gambaran yang sebenarnya dari lapangan dapat
diketahui.
Metode Koordinat Kutub
Cara kerja dari metode ini adalah mengukur sudut miring, sudut horisontal
dan jarak optisnya pada setiap titik yang ada di lapangan. Kemudian alat
diletakkan (biasanya menggunakan Theodolit) pada tempat dimana dapat
| 1250601071111027 22
Tgb = TA + A1
PERPETAAN DAN SIG 2013
mencakup titik-titik tersebut. Titik ini kemudian dapat digambar dengan
menggunakan metode koordinat kutub dan kontur (garis-garis tingginya)
dapat pula digambarkan.
2.5. Pengukuran Situasi
Detail lapangan adalah titik yang diukur di lapangan bisa berupa pojok bagunan, ttitk
batas lahan, titik lainnya dengan kerapatan tertentu. Dalam hal ini detail lapangan
digunakan sebagai penjelas dalam menggambar peta sehingga dapat dihasilkan peta yang
sesuai dengan aslinya. Dalam penentuan detail lapangan dapat ditentukan sebagi pojok
gedung, selokan atau yang dapat mendekatkan dengan gambar gedung yang mendekati
gedung atau bagunan tadi.
2.6. Penggambaran Peta
2.6.1 Penggambaran Detail Planimetri (X,Y)
Pengambaran koordinat titik utama dan titik detail dilakukan setelah kita
mendapat koordinat utama dan koordinat detail dari perhitungan yang telah kita
lakukan. Dalam hal ini dengan begitu kita dapat menggambarkan pada kertas sesui
dengan koordinat yang ada setelah kita menentukan titik acuan yang akan dipakai
sebagai dasar yang akan di ambil sebagi titik mula dalam penggambaran. Dengan
begitu kita dapat meggambarkan koordinat sesuai dengan koordinat yang telah
didapat
2.6.2 Penggambaran Detail Elevasi (Kontur)
Garis Kontur merupakan perangkat peta topografi yang menentukan elevasi dari
titik di atas peta. Dari peta topografi dapat dilihat proses posisi planimeter dari tiap-
tiap objek, selain itu dapat ditunjukkam ketinggian dari objek-objek yang tergambar
di atas peta. Garis kontur yang menggambarkan ketinggian tanah dibawah air disebut
“Submarine Contur”.
Interval kontur adalah jarak vertikal antara dua buah titik garis kontur. Interval
kontur ditentukan dengan pertimbangan sebagai berikut :
Urgensi Peta.
| 1250601071111027 23
PERPETAAN DAN SIG 2013
Bila peta yang dibuat nantinya untuk pekerjaan penting dimana diperlukan
ketelitian yang cukup tinggi, maka interval kontur dibuat sekecil-kecilnya.
Misalnya 0,5 – 0,25 m.
Topografi dan Relief daerah yang dipetakan.
Kalau daerahnya kecil, maka memakai interval yang kecil. Sebaliknya
untuk daerah yang besar ditentukan interval yang besar pula.
Skala Peta.
Bila skala peta besar, interval konturnya kecil dan juga sebaliknya.
Waktu dan Biaya yang tersedia.
Semakin kecil interval kontur, semakin teliti peta yang disajikan berarti
semakin besar biaya yang diperlukan.
Untuk pekerjaan Engineering, garis kontur dipakai untuk :
Proyek jalan, kanal, drainage, saluran air.
Menghitung volume.
Menggambar profil dari permukaan tanah dsb.
Ada 3 Metode yang dipakai untuk menentukan garis kontur, yaitu :
1. Metode Langsung.
Ketinggian yang diinginkan langsung ditentukan di lapangan dengan
bantuan alat sipat datar atau waterpass, jarak yang ditentukan dengan jarak optis
yaitu (Ba-Bb) x 100. Garis kontur didapt dengan menghubungkan titik-titik yang
bersangutan.
2. Metode Tidak Langsung.
Dengan metode ini ketinggian tanah diambia secara acak. Interval kontur
yang didinginkan didapat dengan cara interpolasi.
3. Metode Kotak (Raster)
Metode ini sangat diperlukan untuk pekerjaan dimana medannya relatif
datar dan terbuka. Biasanya ditetapan untuk pembuatan lapangan terbang.
Penggambaran garis kontur ditentukan oleh elevasi titik yang
bersangkutan dimana pada pelaksanaan di lapangan, benang atas, benang tengah
dan benang bawah dilakukan bersama-sama dengan pembacaan sudut pesawat
Theodolith. Elevasi suatu titik ditentukan terhadap bidang persamaan tersebut
| 1250601071111027 24
PERPETAAN DAN SIG 2013
adalah bidang nivo yang berhimpit dengan bidang permukaan laut rata-rata atau
bidang Geodoid atau Men Sea Level.
Pada daeah yang berhimpit di permukaan bumi, bidang nivo ini dianggap
bidang datar, tetapi untuk bidang yang luas meliputi seluruh bidang bumi. Oleh
karena itu dua titik yang tidak terletak pada satu bidang datar, terletak pada bidang
yang sama.
2.7. Penggambaran Potongan
Penggambaran potongan yang dilakukan ada dua jenis yaitu:
1. Potongan Memanjang
Untuk menggambarkan jalur-jalur yang panjang.
Contoh : jalur irigasi, jalur jalan raya saluran transmisi
2. Potongan Melintang
Adalah profil yang tegak lurus atau hampir tegak lurus dengan profil memanjang.
Dalam penggambaran umumnya skala profil melintang lebih besar daripada skala
profil memanjang, misalnya : H = 1 : 5.000, V = 1 : 50
Tujuan dari pengukuran sipat datar profil ini adalah :
- menentukan sumbu dan ketinggian dari rencana pekerjaan yang hendak
dibangun
- menentukan pemindahan tanah
- menentukan lebar jalur tanah yang hendak dibeli
2.8. Perhitungan Luas Dan Volume Pada Galian Dan Timbunan
Pada dasarnya menghitung volume adalah menghitung isi dari bagian tanah yang
dibatasi oleh penampang-penampang melintang. Ada tiga cara menghitung volume tubuh
tanah, yaitu:
a. Perhitungan Volume dengan Penampang Melintang.
Perhitungan volume dengan penampang melintang adalah menghitung volume
dengan mengukur volume galian dan timbunan dengan memperhatikan bentuk
penampang melintang.
Langkah-langkah dari perhitungan ini adalah :
1. Menentukan dimensi penampang.
| 1250601071111027 25
PERPETAAN DAN SIG 2013
c
d=d1=b
2+s .c
c
Sedangkan luasnya :
A=c (b+s .c )
d= (c+b/23 ) (n . 3/n+s)
d1=(c+b /25 ) (n . s /n+3 )
A=d .d1 /s−b2/4 s
A=s .h . h1+b /2 (h+h1 )
d= (c+b/23 ) (n . s /n+s)
d1=(c+b /25 ) (n1 . s /n1−s )
A=D /2 (c+b/23 ) D2/ 4 s
2. Menghitung luas dengan koordinat
Cara koordinat ini dilakukan dengan menentukan titik-titk koordinatnya
terlebih dahulu.
Rumus umum :
Contoh perhitungan :
| 1250601071111027 26
A = ½ ∑ ( Xn−1+X n+1 ) (Y n+1−Y n−1 )
PERPETAAN DAN SIG 2013
Diket :
X1 = 4
X2 = 10
X3 = 8
X4 = 5
Ditanya : A ?
Jawab:
A =
X1+ X2
2 (Y 2−Y 1)+. .. . ..+Xn−1+X n−1
2 (Y n+1−Y n−1 )
A =
4+102
(3−2 )+10+82
(6−3 )+ 8+52
(5−6 )
=
142
.1+182
.3+132
. (−1 )
= 7+27−6 .5
= 27 . 5
3. Bentuk tubuh tanah
Prosmoida adalah bentuk benda yang dibatasi oleh dua bidang datar sejajar.
Bentuk tubuh tanah dibatasi penampang-penampang prosmoida. Ada
bebarapa macam bentuk prosmoida :
a. Prisma- Segiempat - Segitiga
b. Limas- Segiempat - Segitiga
| 1250601071111027 27
1
2
4
4 5 8 10
3
PERPETAAN DAN SIG 2013
Volume Prosmoida
Rumus :
Keterangan :
Vp = volume prosmoida
L = panjang prosmoida (jarak tegak lurus antar bidang penampang)
A1,A2 = Luas masing-masing bidang
M = Luas penampang tengah yang terletak diantara kedua penampang.
Untuk mencari M (rumus penampang-penampang ujung) :
Antara Vp dan Va terjadi perbedaan yang disebut Koreksi Prismoida (kv), yaitu
kv=Vp−Va
b. Perhitungan Volume dengan Waterpassing dan Penggalian.
Langkah-langkah perhitungan volume dengan waterpassing adalah :
1. Menentukan lokasi
2. Membagi lokasi menjadi bagian yang lebih kecil
3. Menghitung elevasi dari titik yang sudah diterapkan
4. Menentukan besarnya galian dimana elevasi di semua titik adalah sama
5. Menghitung volume (V = luas x tinggi)
Lokasi atau daerah akan ditentukan oleh besarnya pemindahan tanahnya
dilakukan dengan :
1. Membagi daerah dalam bentuk segi tiga atau segi empat, disesuaikan
dengan bentuk daerahnya
2. Mengukur elevasi tiap-tiap potong, sebagai elevasi muka tanah
3. Membuat patok-patok m referensi yang tidak terganggu selama
pekerjaan penggalian
| 1250601071111027 28
Vp= L6 ( A1+ A2+4 M )
Va=L (a1+a2)
2
kv= L12 (d1−d2) ( X1−X2)
PERPETAAN DAN SIG 2013
4. Setelah penggalian selesai, membuat lagi patok-patok dalam susunan
yang sama dengan patok-patok semula
5. Menghitung volume dengan prinsip :
Luas Penampang x TinggiContoh : Pias 1
A = L x L1
Beda tinggi elevasi muka tanah dengan kedalaman galian :h1 , h2 , h3 , h4
Harga rata-rata kedalaman =
h1+h2+h3+h4
4 Jika A prisma semua sama, maka :
V=A .( 2∑ h1+2∑ h2+3∑ h3+4∑ h4
4 ) Keterangan :
h1 = kedalaman yang mewakili 1 pias
h2 = kedalaman yang mewakili 2 pias
h3 = kedalaman yang mewakili 3 pias
h4 = kedalaman yang mewakili 4 pias
c. Perhitungan Volume dengan Garis Kontur.
Langkah-langkah perhitungan volume dengan garis kontur adalah :
1. Membuat garis kontur yang menggambarkan daerah-daerah yang
mempunyai elevasi sama.
2. Meproyeksikan secara vertikal garis kontur tersebut, sehingga akan diketahui
penampang dari muka tanah.
3. Menghitung luas kontur yang dibatasi oleh interval kontur.
4. Menghitung volume dengan prinsip :
Luas penampang rata-rata x h atau V = A rata-rata x h
Keterangan :
V= volume
A= Luas yang dibatasi oleh garis kontur (diukur dengan alat planimeter)
h = Interval kontur
Ketelitian luas penampang tergantung dari :
| 1250601071111027 29
PERPETAAN DAN SIG 2013
1. Ketelitian pembuatan peta.
2. Ketelitian pembuatan luas dengan planometer, bergantung pada
a. Tidak tepat berhimpitan titik mula dengan akhir sewaktu planimeter
berputar keliling.
b. Ketidaktelitian membaca tromel.
c. Tidak teraturnya perputaran tromel.
d. Ketidaktelitian dalam mengikuti batas dari persil.
(kesalahan perputaran keliling)
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1. Persiapan Alat yang Akan Digunakan untuk Pengukuran
Sebagaimana disebutkan diatas, alat-alat yang dipakai dalam praktikum ini terdiri atas
dua bagian, yaitu :
a. Alat Utama, dalam hal ini adalah Theodolith dan Waterpass.
b. Alat Bantu, terdiri dari payung, roll meter, unting-unting, tripod, paku payung, bak
ukur dan kompas.
Untuk memulai praktikum, pertama-tama kami menyiapkan Theodolith terlebih dahulu
agar siap digunakan.
Langkah-langkahnya sebagai berikut :
| 1250601071111027 30
PERPETAAN DAN SIG 2013
Pasang statip pada titik yang ditentukan. Usahakan statip sedatar mungkin dengan
cara mengikatkan unting-unting pada tengah-tengah statip lalu dipaskan atau
dicocokkan pada paku payung yang ada tepat pada titik yang telah ditentukan agar
Theodolit tepat pada koordinat yang telah ditentukan tersebut.
Mengatur tabung nivo agar gelembung nivo tepat di tengah, stelah itu mengatur
tabung nivo horizontal pada dua titik untuk membuat theodolit benar-benar datar.
Untuk mengecek tegak lurusnya statip pada paku payung digunakan optical
plumit.
Lalu bidik arah utara dengan menggunakan kompas.
Lalu nol kan sudut horizontal. Kemudian kunci menggunakan horizontal lock.
Dengan menggunakan horizontal skrew, agar sudut menjadi benar-benar pada titik
nol.
Menembak baak ukur, kemudian setelah tepat sasaran, nol kan menit dan detiknya
lalu kunci dengan menggunakan angel lock.
Pada saat penembakan, menggunakan vertical skrew, untuk mengunci gerak
vertical setelah tepat pada angka baak ukur.
Setelah semua proses diatas selesai, alat siap digunakan untuk penenmbakan.
Untuk penembakan pada titik yang lain, tinggal membuka horizontal lock dan
vertical lock.
Pemasangan Patok
Lokasi untuk praktikum ini kami ambil di Gedung Fakultas Peternakan,
Universitas Brawijaya. Lokasi ini kami ambil karena keadaan topografinya sesuai
dengan yang diinginkan untuk keperluan praktikum.
Patok kami gunakan untuk menandai letak titik utama poligon. Sebagai titik utama
kami gunakan 4 buah titik (gambar lokasi terlampir). Untuk selanjutnya,
pengukuran terhadap titik-titik utama tadi selalu berpedoman pada letak patok
yang sudah ditancapkan. Jadi baak ukur dapat diletakkan di tempat menancapnya
patok.
Sebelum pengukuran dimulai, sketsa dari lokasi pratikum kami gambarkan
terlebih dahulu. Sketsa kami gambarkan selengkap mungkin dengan
mencantumkan bentuk bangunan. Sketsa ini mutlak diperlukan untuk
| 1250601071111027 31
PERPETAAN DAN SIG 2013
memudahkan pembuatan laporan praktikum dan untuk memperkirakan letak titik-
titik utama serta detailnya.
3.2. Pelaksanaan Pengukuran
3.2.1. Penentuan Azimuth Awal
Pengukuran azimuth dimulai dengan menentukan arah utara magnetik yang akan
digunakan sebagai arah sudut sehingga nantinya didapatkan azimuth dari setiap titik
yang terbentuk dari sudut yang ada. Azimuth ini nantinya digunakan untuk
menentukan arah dan koordinat dari titik utama dan titik detail.
3.2.2. Pengukuran Poligon
Setelah dilakukan penentuan titik utama dan penenpatan patok, selanjutnya kita
mulai menentukan arah utara magnetik dan mulai melakukan pengukuran sudut yang
terbentuk antara titik utama dan titik utama serta antara titik utama dan titi detail
sehingga didapatkan arah dan besar sudut yang dibentuk oleh titik utama dan titik
detail. Sehingga nanti titik-titik utama dapat berbentuk poligon tertutup.
3.2.3. Pengukuran Beda Tinggi Titik-titik Poligon Dengan Waterpass
Pengukuran beda tinggi dilakukan untuk setiap titik ke titik lain dalam poligon dan
pengukuran panjang. Beda tinggi digunakan dalam menentukan elevasi titik dari titik
lain. Apakah suatu titik dari titik lain naik atau turun. Sehingga kita tahu kontur dari
titik. Pengukuran beda tinggi dilakukan dengan menembakan ke titik dengan
Theodolit dan Waterpass. Pengukuran beda dilakukan pada setiap titik.
3.2.4. Pengukuran Detail Lapangan dan Beda Tinggi
Dalam melakukan pengukuran detail lapangan dalam praktikum diambil dengan
mengukur pojok gedung, pojok selokan gedung, titik batas lahan, dan titik disekitar
titik utama. Dalam hal ini detail lapangan sangat membantu dalam mengambarkan
letak dari bagunan.
3.2.5. Pengukuran Untuk Potongan (“Cross Section”)
Pengukuran untuk potongan dilakukan dengan mengunakan waterpass dan
ditembakkan kearah titik-titik potongan yang akan diambil sehingga nanti didapatkan
data yang mengarah ke elevasi titik sehingga nantinya didapat elevasi titik yang
bersangkutan. Dan didapatkan hasil dari gambar potongan yang terjadi.
| 1250601071111027 32
PERPETAAN DAN SIG 2013
| 1250601071111027 33
top related