perencanaan produksi lettuce dan kale …
Post on 21-Nov-2021
8 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE
HIDROPONIK DI PT. KEBUN PANGAN JAYA
TANGERANG SELATAN, BANTEN
SKRIPSI
Lussyana
11140920000015
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M / 1440 H
PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE
HIDROPONIK DI PT. KEBUN PANGAN JAYA
TANGERANG SELATAN, BANTEN
Oleh :
LUSSYANA
11140920000015
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
pada Program Studi Agribsnis
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M / 1440 H
iv
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH
HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI
ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, Maret 2019
Lussyana
11140920000015
v
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perencanaan Produksi
Lettuce dan Kale Hidroponik di PT. Kebun Pangan Jaya Tangerang Selatan,
Banten”. Tak lupa shalawat serta salam penulis panjatkan kepada Nabi
Muhammad SAW, tauladan dan panutan bagi seluruh umat Islam hingga akhir
zaman.
Skripsi ini menjadi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan program
studi Strata-1 Agribisnis di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam menyusun skripsi ini penulis mendapatkan banyak dukungan, do’a, dan
bantuan baik secara moril maupun materil yang sangat berarti dari berbagai pihak.
Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Bapak, Mama dan juga ketiga adik kandung
penulis yaitu Rizqie Faturrahman, Sri Endah Paraswati, dan Nurrahman
Sidieq atas semua kasih sayang, do’a, saran, dan dukungan yang tiada henti
diberikan, sehingga semua menjadi lebih mudah.
2. Ibu Dr. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si dan Bapak Ir. Junaidi, M.Si, selaku
dosen pembimbing yang telah membimbing, memotivasi, mengarahkan,
mengingatkan, dan membantu penulis, sehingga penyusunan skripsi menjadi
lebih mudah dan terarah.
vii
3. Ibu Rizki Adi Puspita Sari, SP, MM dan Bapak Dr. Ir. Iwan Aminudin,
M.Si, selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan
sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
4. Ibu Prof. Dr. Lily Surayya Eka Putri, M.Env.Stud, selaku dekan Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
beserta jajarannya.
5. Bapak Dr. Ir. Edmon Daris, MS dan Bapak Ir. Iwan Aminudin, M.Si selaku
Ketua dan Sekretaris Program Studi Agribisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Ir. Iwan Aminudin, M.Si selaku dosen penasehat akademik atas
bimbingan dan arahannya mengenai akademik penulis selama masa
perkuliahan.
7. Seluruh dosen Agribisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta yang luar biasa. Terimakasih atas semua ilmu, nasehat, dan
pengalaman yang tidak ternilai harganya.
8. Bapak Chairil Anwar, Bapak Rony Arifin, Ibu Opi, Mba Dinda, Pak Dwi
dan tim produksi sayuran NFT di ketiga kebun produksi PT. Kebun Pangan
Jaya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Kedua sahabat penulis “Best Three 1998”, Retno Sari yang sudah bersedia
menemani untuk turun lapang sampai ke Cipanas, dan Ina Murdiana yang
selalu menanyakan sudah sampai mana skripsi ini dibuat. Terimakasih sudah
selalu mengingatkan, memotivasi, dan tentunya memberi semangat.
viii
10. Hanifa, Fergy Dyah, dan Yana Melati terimakasih atas persahabatan yang
selama ini terjalin. Perjuangan belum usai, babak baru akan segera dimulai.
Semangat! Keep in touch.
11. Kawan asdos warbiasyah Humairra Avicienna dan Deannisa Indriani, kawan
bolem sedari opak Lulu Hana Salsabila, dan yang katanya kembaran penulis
Ninda Amillia, semoga kita semua tetap bahagia, Just keep being you!
12. Teman-teman seperjuangan Agribisnis 2014, terimakasih atas semua canda,
tawa, suka, maupun duka, masa perkuliahan penulis menjadi berwarna-
warni karena adanya keberadaan kalian.
13. Teman-teman LSO Sagribinis UIN Jakarta, HMJ Agribisnis UIN Jakarta,
kelompok KKN Bringin 082 a.k.a Naruto, dan organisasi lainnya yang telah
menjadi bagian penting dalam perjalanan penulis selama di masa
perkuliahan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, masih
terdapat kekurangan baik implementasi maupun dalam penulisan. Akhir kata,
penulis berharap semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua pihak. Terima
kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, Maret 2019
Penulis
ix
RINGKASAN
LUSSYANA, Perencanaan Produksi Lettuce dan Kale Hidroponik di PT. Kebun
Pangan Jaya Tangerang Selatan, Banten. Di bawah Bimbingan LILIS IMAMAH
ICHDAYATI dan JUNAIDI.
Sayuran merupakan salah satu jenis tanaman pangan yang penting bagi
ketahanan pangan nasional. PT. Kebun Pangan Jaya bergerak di bidang produksi
atau budidaya sayuran yang bernilai jual tinggi seperti aneka selada (Lettuce),
Kale, tomat cherry, dan tanaman herbal seperti aragula, daun mint, daun basil dan
masih banyak lagi. Sistem budidaya yang diterapkan oleh PT. Kebun Pangan Jaya
dalam membudidayakan sayuran menggunakan sistem hidroponik. Dari berbagai
macam sayuran yang diproduksi PT. Kebun Pangan Jaya, jenis sayuran Lettuce
dan Kale merupakan sayuran yang paling diminati oleh konsumen. Lettuce yang
diproduksi PT. Kebun Pangan Jaya terdapat 7 varietas, diantaranya yaitu
Lollobionda Lacarno, Green Oaklef Kristine, Romaine Cos Maximus, Lollorossa
Concorde, Red Oaklef Mondai, Endive, dan Butterhead. Kale yang diproduksi di
PT. Kebun Pangan Jaya terdapat 3 varietas yaitu Kale Curly, Kale Siberian, dan
Kale Nero. Sayuran Lettuce dan Kale merupakan komoditas sayuran yang
memiliki ciri atau karakteristik yang paling menonjol yaitu komoditas ini
dipasarkan dalam keadaan segar, dan juga komoditas ini mudah rusak. Di PT. Kebun Pangan Jaya perencanaan produksi yang dibuat dinilai
belum optimal dalam pembuatannya, karena hasil atau output berupa produk
aneka jenis sayuran Lettuce dan Kale yang dihasilkan tidak tepat waktu, tidak
tepat jumlah, dan tidak dapat memenuhi target yang sudah ditentukan. Manajer
produksi seringkali kesulitan dalam membuat perencanaan produksi yaitu
terutama dalam menentukan kombinasi dan jumlah produk sayuran yang
sebaiknya diproduksi untuk selanjutnya. Kesulitan yang ia alami dikarenakan
salah satunya karena komoditas Lettuce dan Kale hidroponik ini tidak hanya
terdiri dari satu jenis saja. Dari tiap-tiap jenis Lettuce dan Kale hidroponik
memiliki tingkat permintaan yang berbeda-beda. Tidak dipungkiri bahwa dalam
prakteknya PT. Kebun Pangan Jaya juga sering menolak permintaan dari
konsumen karena tidak tersedianya stok sayuran yang diminta. Selain itu
perusahaan juga mengalami kesulitan dalam membuat perencanaan disetiap
bulannya dikarenakan sayuran yang diproduksi dan dipasarkan ke konsumen
adalah sayuran yang berasal dari tiga kebun yang dimiliki oleh PT. Kebun Pangan
Jaya. Perusahaan perlu membuat perencanaan produksi secara sistematis. Dimana
dari perencanaan tersebut perusahaan dapat secara optimal mendapatkan
keuntungan maksimal secara total, efisien dalam menggunakan sumberdaya yang
tersedia, sehingga efisien pula dalam mengeluarkan biaya produksi sayuran
Lettuce dan Kale. Dari perencanaan tersebut perusahaan dapat mengambil
keputusan yang sesuai dalam pemenuhan permintaan pasar untuk menjamin
kontinuitas produksi sayuran Lettuce dan Kale hidroponik.
Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mengetahui operasional produksi
sayuran Lettuce dan Kale hidroponik yang dilakukan oleh PT. Kebun Pangan Jaya
x
dalam penggunaan sumberdaya utama yang dimiliki. (2) Mengetahui biaya
produksi yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit sayuran dan margin yang
diperoleh dari penjualan sayuran Lettuce dan Kale hidroponik. (3) Mengetahui
tingkat permintaan konsumen terhadap masing-masing varietas sayuran Lettuce
dan Kale hidroponik. (4) Menganalisis perencanaan produksi sayuran Lettuce dan
Kale yang optimal di tiga kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya. (5)
Mengetahui total biaya produksi yang digunakan dan keuntungan optimal yang
dapat diperoleh PT. Kebun Pangan Jaya.
Penelitian ini dilaksanakan di PT. Kebun Pangan Jaya mencakup 3 kebun
produksi. Penelitian ini berlangsung dari bulan Juli 2018 sampai dengan bulan
November 2018. Data yang digunakan dan diolah nantinya untuk mendapatkan
perencanaan produksi yang optimal yaitu data kuantitatif yang meliputi data
penjualan, data produksi, data biaya aneka jenis sayuran Lettuce dan Kale, data
permintaan konsumen (PO), dan data kebutuhan sumberdaya yang digunakan
untuk memproduksi sayuran Lettuce dan Kale. Perencanaan produksi dilihat dari
solusi kombinasi produk optimal yang didapatkan dari perhitungan dengan
metode Linear programming menggunakan software Lindo.
Dari hasil penelitian didapatkan kombinasi dan jumlah produk sayuran
yang sebaiknya diproduksi di masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan
Jaya disetiap bulannya, agar PT. Kebun Pangan Jaya bisa mendapatkan
keuntungan maksimal. Selain itu didapatkan beberapa informasi mengenai alokasi
sumberdaya utama dalam memproduksi Lettuce dan Kale, dan nilai atau jumlah
dari kapasitas sumberdaya yang tersedia yang masih bisa ditolerir jika nantinya
mengalami perubahan. Dari perhitungan linear programming didapatkan, bahwa
PT. Kebun Pangan Jaya jika setiap bulannya ingin mendapatkan keuntungan total
secara maksimal, maka perusahaan sebaiknya hanya memproduksi 6 varietas
sayuran Lettuce dan 3 varietas sayuran Kale di 2 kebun produksi PT. Kebun
Pangan Jaya saja, yaitu Kebun Pamulang dan Kebun Cipanas. Di Kebun
Pamulang sebaiknya memproduksi sayuran Lettuce varietas Lollorossa sebanyak
1.000 unit, Romaine sebanyak 402 unit, Red Oaklef sebanyak 756 unit, Endive
sebanyak 347 unit, Butterhead sebanyak 367 unit, dan Kale Siberian sebanyak 409
unit. Lalu di Kebun Cipanas setiap bulannya sebaiknya hanya fokus untuk
memproduksi Lollorossa sebanyak 235 unit, Romaine sebanyak 896 unit, Green
Oaklef 747 unit, Kale Curly sebanyak 1.151 unit, dan Kale Nero sebanyak 171
unit. Dari hasil perhitungan produksi optimal, disarankan bahwa kegiatan
produksi di Kebun Ciseeng sebaiknya tidak dilakukan. Kecuali perusahaan
menyediakan hole fase N2 di Kebun Ciseeng.
Diketahui pula bahwa total keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan
pada saat kondisi optimal jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan total
keuntungan yang diperoleh perusahaan pada saat kondisi aktual. Total keuntungan
yang dapat diperoleh perusahaan pada kondisi optimal yaitu sebesar Rp
40.611.080,- , sedangkan pada kondisi aktual hanya sebesar Rp 40.421.667,- .
Dapat dilihat bahwa terdapat selisih yaitu sebesar Rp 189.413. Diketahui pula
total pengeluaran pada kondisi aktual jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan
total pengeluaran pada kondisi optimal. Total pengeluaran pada kondisi aktual
yaitu sebesar Rp 22.818.958,- , sedangkan total pengeluaran pada kondisi optimal
xi
hanya sebesar Rp 17.809.790,-. Dari jumlah tersebut terdapat selisih sebesar Rp
5.009.168,- . Nilai tersebut menunjukkan bahwa pada kondisi optimal terdapat
biaya yang berhasil dihemat, yaitu sebesar Rp 5.009.168,- . Berdasarkan kedua hal
tersebut, maka nantinya perusahaan bisa mendapatkan keuntungan tambahan
sebesar Rp 5.198.611,- perbulannya. Jumlah tersebut didapatkan dari
penghematan biaya produksi dan keuntungan yang didapat jika berproduksi secara
optimal.
Kata Kunci: Perencanaan Produksi, Linear Programming, Sayuran Lettuce dan
Kale
xii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
RINGKASAN ................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xix
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................... 11
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................... 12
1.4. Manfaat Penelitian ......................................................................... 12
1.5. Batasan Penelitian .......................................................................... 13
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Agribisnis ....................................................................................... 15
2.2. Hidroponik ..................................................................................... 17
2.2.1. Pengertian Hidroponik ......................................................... 17
2.2.2. Keuntungan Hidroponik ....................................................... 18
2.2.3. Jenis-Jenis Hidroponik ......................................................... 19
2.3. Sayuran Hidroponik ....................................................................... 23
2.3.1. Selada .................................................................................. 22
2.3.2. Kale ...................................................................................... 27
2.4. Budidaya Sayuran dengan Hidroponik .......................................... 28
2.5. Manajemen Produksi ...................................................................... 31
2.5.1. Pengertian Produksi dan Manajemen Produksi ................... 31
2.5.2. Faktor Produksi .................................................................... 33
2.5.3. Model Produksi .................................................................... 35
2.5.4. Keberhasilan Produksi ......................................................... 37
xiii
2.5.5. Perencanaan Produksi .......................................................... 38
2.6. Linear Programming ...................................................................... 42
2.6.1. Pengertian Linear Programming (LP) ................................. 42
2.6.2. Syarat-Syarat Suatu Persoalan Linear Programming (LP).. 44
2.6.3. Asumsi-asumsi dalam Linear Programming (LP) .............. 44
2.6.4. Model Linear Programming (LP) ....................................... 45
2.6.5. Bentuk Umum Linear Programming (LP) .......................... 47
2.6.6. Teknik Linear Programming (LP) ....................................... 48
2.6.7. Analisis Pasca Optimalitas .................................................. 50
2.7. Penelitian Terdahulu ...................................................................... 53
2.8. Kerangka Pemikiran....................................................................... 56
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 60
3.2. Jenis dan Sumber Data ................................................................... 60
3.3. Metode Pengumpulan Data ............................................................ 61
3.4. Metode Pengolahan Data ............................................................... 64
3.5. Analisis Hasil Olah Data ................................................................ 67
3.6. Definisi Operasional....................................................................... 77
BAB IV GAMBARAN UMUM PT. KEBUN PANGAN JAYA
4.1. Sejarah PT. Kebun Pangan Jaya..................................................... 79
4.2. Struktur Organisasi PT. Kebun Pangan Jaya ................................. 80
4.3. Produk Sayuran PT. Kebun Pangan Jaya ....................................... 81
4.4. Kebun Produksi PT. Kebun Pangan Jaya ....................................... 83
4.5. Proses Produksi Sayuran Lettuce dan Kale Hidroponik di
PT. Kebun Pangan Jaya.................................................................. 86
4.6. Tingkat Keberhasilan dan Pola Produksi Sayuran Lettuce dan Kale
di PT. Kebun Pangan Jaya ............................................................. 96
4.7. Pemasaran Sayuran Lettuce dan Kale Hidroponik di
PT. Kebun Pangan Jaya.................................................................. 99
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Operasional Produksi Lettuce dan Kale di PT. Kebun Pangan
Jaya dalam Menggunakan Sumberdaya Utama .......................... 102
xiv
5.1.1. Penggunaan dan Ketersediaan Benih .................................. 102
5.1.2. Penggunaan dan Ketersediaan Larutan Nutrisi AB Mix ..... 105
5.1.3. Penggunaan dan Ketersediaan Media Tanam Rockwool .... 108
5.1.4. Penggunaan dan Ketersediaan Hole Fase N1 ...................... 111
5.1.5. Penggunaan dan Ketersediaan Hole Fase N2 ...................... 113
5.1.6. Penggunaan dan Ketersediaan Hole Fase Dewasa .............. 115
5.1.7. Penggunaan dan Ketersediaan Jam Tenaga Kerja ............... 117
5.2. Biaya Produksi dan Margin dari Penjualan Lettuce dan Kale
di PT. Kebun Pangan Jaya ............................................................. 119
5.2.1. Biaya Produksi dan Margin di Kebun Pamulang ................ 120
5.2.2. Biaya Produksi dan Margin di Kebun Cipanas ................... 123
5.2.3. Biaya Produksi dan Margin di Kebun Ciseeng ................... 126
5.3. Tingkat Permintaan Konsumen terhadap Sayuran Lettuce dan
Kale di PT. Kebun Pangan Jaya ..................................................... 128
5.4. Perencanaan Produksi Sayuran Lettuce dan Kale menggunakan
Linear Programming ...................................................................... 134
5.4.1. Perumusan Model Perencanaan Produksi Sayuran . Lettuce
dan Kale ke dalam Linear Programming ............................ 135
5.4.2. Hasil Linear Programming .................................................. 151
5.5. Rencana Produksi Optimal Sayuran Lettuce dan Kale di
PT. Kebun Pangan Jaya.................................................................. 177
5.5.1. Rencana Produksi Optimal Sayuran Lettuce dan Kale di
Kebun Pamulang.................................................................. 178
5.5.2. Rencana Produksi Optimal Sayuran Lettuce dan Kale di
Kebun Cipanas ..................................................................... 181
5.5.3. Rencana Produksi Optimal Sayuran Lettuce dan Kale di
Kebun Ciseeng ..................................................................... 185
5.6. Evaluasi Hasil Perencanaan Produksi Pada Kondisi Optimal
dengan Kondisi Aktual ................................................................... 186
BAB VI PENUTUP
6.1. Kesimpulan .................................................................................... 192
6.2. Saran ............................................................................................... 194
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 196
LAMPIRAN .................................................................................................... 199
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Jumlah PO dan Penjualan Sayuran Lettuce dan Kale bulan April 2018 .... 10
2. Perbedaan dan Persamaan dengan Penelitian Terdahulu ........................... 56
3. Pola Produksi Sayuran Lettuce dan Kale .................................................... 96
4. Produksi Sayuran Lettuce dan Kale Selama Satu Tahun (2017) ................ 98
5. Daftar Nama Perusahaan Pelanggan Produk Sayuran Lettuce dan
Kale Hidroponik PT. Kebun Pangan Jaya beserta Volume Pembelian
dalam Satu Kali Pemesanan ....................................................................... 100
6. Kebutuhan dan Kapasitas Sumberdaya Benih yang tersedia ...................... 103
7. Penggunaan Benih Sayuran Lettuce dan Kale di Kebun Produksi
PT. Kebun Pangan Jaya dalam Satu Kali Penyemaian ............................... 104
8. Kebutuhan dan Kapasitas Sumberdaya Larutan Nutrisi AB Mix ................ 106
9. Rata-Rata Pemakaian Nutrisi dalam Satu Kali Penuangan di
Masing-Masing Kebun Produksi PT. Kebun Pangan Jaya ......................... 108
10. Kebutuhan dan Kapasitas Media Tanam Rockwool ................................... 109
11. Penggunaan Media Tanam Rockwool di Kebun Produksi PT. Kebun
Pangan Jaya dalam Satu Kali Penyemaian ................................................. 110
12. Jumlah Gully dan Hole Fase N1 di Tiga Kebun Produksi PT. Kebun
Pangan Jaya ................................................................................................ 112
13. Kebutuhan dan Kapasitas Hole Fase N1 .................................................... 113
14. Jumlah Gully dan Hole Fase N2 di Tiga Kebun Produksi PT. Kebun
Pangan Jaya ................................................................................................ 114
15. Kebutuhan dan Kapasitas Hole Fase N2 .................................................... 115
16. Jumlah Gully dan Hole Fase Dewasa di Tiga Kebun Produksi PT. Kebun
Pangan Jaya ................................................................................................ 116
17. Kebutuhan dan Kapasitas Hole Fase Dewasa ............................................. 117
xvi
18. Kebutuhan dan Kapasitas Jam Tenaga Kerja ............................................. 118
19. Biaya Produksi dan Kontribusi Margin dari Satu Unit Sayuran
Lollobionda,Lollorossa, dan Romaine di Kebun Pamulang ....................... 120
20. Biaya Produksi dan Kontribusi Margin dari Satu Unit Sayuran Green
Oaklef, Red Oaklef, dan Endive di Kebun Pamulang ................................ 121
21. Biaya Produksi dan Kontribusi Margin dari Satu Unit Sayuran
Butterhead dan Kale Siberian di Kebun Pamulang .................................... 122
22. Biaya Produksi dan Kontribusi Margin dari Satu Unit Sayuran
Lollobionda,Lollorossa, dan Romaine di Kebun Cipanas .......................... 124
23. Biaya Produksi dan Kontribusi Margin dari Satu Unit Sayuran Green
Oaklef, Red Oaklef, dan Endive di Kebun Cipanas ................................... 125
24. Biaya Produksi dan Kontribusi Margin dari Satu Unit Sayuran
Butterhead, Kale Curly dan Kale Nero di Kebun Cipanas ......................... 126
25. Biaya Produksi dan Kontribusi Margin dari Satu Unit Sayuran Kale
Curly dan Kale Siberian di Kebun Ciseeng ................................................ 127
26. Jumlah Permintaan (PO) Aneka Jenis Sayuran Lettuce Tahun 2017 ......... 131
27. Jumlah Permintaan (PO) Aneka Jenis Sayuran Kale Tahun 2017 ............. 133
28. Kode Variabel dalam Model Linear Programming Sayuran Lettuce
dan Kale ..................................................................................................... 136
29. Harga Jual, Biaya, dan Margin per Unit Aneka Varietas Sayuran
Lettuce dan Kale di 3 Kebun Produksi PT. Kebun Pangan Jaya ............... 138
30. Kombinasi Produk Optimal dan Nilai Keuntungan Maksimal .................. 152
31. Penggunaan Sumberdaya Benih pada Kondisi Optimal ............................ 157
32. Penggunaan Larutan Nutrisi AB Mix pada Kondisi Optimal ..................... 159
33. Penggunaan Media Tanam Rockwool pada Kondisi Optimal .................... 161
34. Penggunaan Hole Fase N1 pada Kondisi Optimal ..................................... 162
35. Penggunaan Hole Fase N2 pada Kondisi Optimal ..................................... 163
36. Penggunaan Hole Fase Dewasa pada Kondisi Optimal ............................. 165
xvii
37. Penggunaan Sumberdaya Jam Tenaga Kerja pada Kondisi Optimal ......... 166
38. Jumlah Permintaan Pasar ........................................................................... 167
39. Perubahan Nilai Margin Aneka Varietas Sayuran Lettuce dan Kale ......... 169
40. Perubahan Kapasitas Sumberdaya Benih Aneka Varietas Sayuran Lettuce
dan Kale ..................................................................................................... 172
41. Perubahan Kapasitas Sumberdaya Larutan Nutrisi AB Mix, Media
Tanam Rockwool, Hole Fase N1, N2, Produksi, dan Jam Tenaga Kerja ... 174
42. Perubahan Jumlah Permintaan Pasar ......................................................... 176
43. Kombinasi Produk Optimal di Kebun Pamulang ....................................... 178
44. Rencana Produksi Optimal di Kebun Pamulang ........................................ 179
45. Penggunaan Sumberdaya untuk Produksi Optimal di Kebun Pamulang ... 181
46. Kombinasi Produk Optimal di Kebun Cipanas .......................................... 182
47. Rencana Produksi Optimal di Kebun Cipanas ........................................... 182
48. Penggunaan Sumberdaya untuk Produksi Optimal di Kebun Cipanas ...... 184
49. Perbandingan Kombinasi Sayuran dan Penerimaan Pada Kondisi Optimal
dan Kondisi Aktual ..................................................................................... 186
50. Perbandingan Pengeluaran dan Keuntungan Pada Kondisi Optimal
dan Kondisi Aktual .................................................................................... 188
xviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Grafik Penjualan dan Target Produk Sayuran PT. Kebun Pangan Jaya ..... 6
2. Grafik Produksi Lettuce dan Kale Tahun 2017 .......................................... 7
3. Grafik Penjualan Produk Lettuce dan Kale Tahun 2017 ............................ 9
4. Jenis Lettuce:
(a) Selada Kepala Renyah (iceberg) ........................................................... 24
(b) Selada Kepala Mentega (butterhead) .................................................... 24
(c) Selada Batavia ....................................................................................... 24
5. Selada Cos .................................................................................................. 25
6. Selada Daun Longgar ................................................................................. 25
7. Selada India ................................................................................................ 26
8. Selada Latin ................................................................................................ 26
9. Kale ..................................................................................................... 28
10. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 59
11. Struktur Organisasi PT. Kebun Pangan Jaya .............................................. 81
12. Fluktuasi Jumlah Permintaan Sayuran Lettuce dan Kale Tahun 2017 ....... 128
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Panduan Wawancara .................................................................................. 200
2. Data Penjualan Sayuran Lettuce dan Kale Tahun 2017 ............................. 202
3. Data Permintaan Sayuran Lettuce dan Kale Bulan April, Mei, dan
Juni 2018 .................................................................................................... 203
4. Skema dan Gambar Instalasi Hidroponik PT. Kebun Pangan Jaya
(Kebun Sayur) ............................................................................................ 204
5. Gambar Produk Sayuran PT. Kebun Pangan Jaya ..................................... 205
6. Gambar Kemasan Produk Sayuran Lettuce dan Kale PT. Kebun
Pangan Jaya ................................................................................................ 206
7. Data Produksi Aneka Sayuran Lettuce dan Kale PT. Kebun Pangan Jaya
Tahun 2017 ................................................................................................ 207
8. Perhitungan Larutan Nutrisi AB Mix untuk Satu Unit Tanaman Lettuce
dan Kale ..................................................................................................... 209
9. Perhitungan Jam Tenaga Kerja untuk Satu Unit Tanaman Lettuce dan
Kale ..................................................................................................... 212
10. Output hasil olahan Lindo .......................................................................... 215
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Sayuran merupakan salah satu jenis tanaman pangan yang penting bagi
ketahanan pangan nasional. Jenis tanaman ini sangat beragam dan menjadi
sumber karbohidrat, protein nabati, vitamin, dan berbagai mineral penting yang
baik bagi tubuh. Di Indonesia, sayuran hampir dijumpai pada semua makanan.
Sayuran adalah bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (bahan
makanan nabati). Bagian tumbuhan yang dapat dimakan dan dijadikan sayur
adalah daun, batang, bunga dan buah muda sehingga dapat dikatakan bahwa
semua bagian tumbuhan dapat dijadikan sayur (Sumoprastowo, 2000:1). Seiring
dengan meningkatnya kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kesehatan,
sayuran kini menjadi alternatif pilihan dalam pola konsumsi masyarakat
Indonesia. Hal tersebut secara tidak langsung juga memengaruhi pola konsumsi
masyarakat Indonesia dengan memilih makanan yang sehat dan bergizi, salah
satunya dengan mengkonsumsi sayuran. Sayuran merupakan komponen penting
di dalam menu makanan seimbang untuk pola hidup sehat.
Berdasarkan data dari Kementerian Pertanian Indonesia (2017:134-330),
produksi sayuran dalam negeri pada tahun 2016 baru mencapai angka 12 juta
ton/tahun. Konsumsi sayuran per kapita Indonesia 40 kg/orang/tahun. Lalu
berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2012:1), jumlah penduduk Indonesia
pada tahun 2010 yaitu sebanyak 237.641.326 jiwa. Jumlah tersebut adalah hasil
dari sensus penduduk tahun 2010. Berdasarkan tingkat konsumsi dan jumlah
2
penduduk, Indonesia membutuhkan sayuran sebesar 40 kg x 237.641.326 jiwa
yaitu 9.505.653 ton/tahun. Tetapi apabila konsumsi sayuran per kapita mengikuti
anjuran dari FAO yaitu minimal sebanyak 75 kg/orang/tahun, maka kebutuhan
akan sayuran menjadi 75 x 237.641.326 jiwa yaitu 17.823.099 ton/tahun. Hal
tersebut menunjukkan bahwa nantinya akan ada kekurangan sekitar 8 juta ton
sayuran/tahun.
Salah satu perusahaan yang melihat potensi akan peningkatan kebutuhan
sayuran di masyarakat adalah PT. Kebun Pangan Jaya. Berawal dari hobi sang
pemilik, akhirnya terbentuklah PT. Kebun Pangan Jaya. Nama perusahaan ini di
masyarakat lebih dikenal dengan nama Kebun Sayur. Kemudian nama Kebun
Sayur menjadi merk dagang produk sayuran yang dihasilkan. PT. Kebun Pangan
Jaya bergerak di bidang produksi atau budidaya sayuran yang bernilai jual tinggi
seperti aneka selada (Lettuce), Kale, tomat cherry, dan tanaman herbal seperti
aragula, daun mint, daun basil dan masih banyak lagi. Sistem budidaya yang
diterapkan oleh PT. Kebun Pangan Jaya dalam membudidayakan sayuran
menggunakan sistem hidroponik. Istilah hidroponik digunakan untuk menjelaskan
beberapa cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media
menanam. Istilah ini di kalangan umum lebih popular dengan sebutan berkebun
tanpa tanah, termasuk dalam hal ini tanaman dalam pot atau wadah lain yang
menggunakan air atau bahan porous lainnya seperti kerikil, pecahan genteng,
pasir kali, gabus putih, dan lain-lain (Lingga, 1991:1).
Teknik budidaya hidroponik yang diterapkan di PT. Kebun Pangan Jaya
terbagi menjadi 3 jenis yaitu hidroponik NFT, hidroponik Substrat Irigasi Tetes,
3
dan hidroponik campuran antara NFT dan Irigasi Tetes. Teknik hidroponik NFT
digunakan untuk memproduksi sayuran Lettuce dan Kale. Lalu teknik hidroponik
Substrat Irigasi Tetes digunakan untuk memproduksi sayuran buah seperti Tomat
Cherry, dan teknik hidroponik campuran antara NFT dan Irigasi Tetes digunakan
untuk memproduksi Tanaman Herbal seperti daun mint, arugula, daun basil, dan
lain sebagainya.
Berbagai macam sayuran diproduksi PT. Kebun Pangan Jaya, namun jenis
sayuran Lettuce dan Kale merupakan sayuran yang paling diminati oleh
konsumen. Distribusi produk sayuran PT. Kebun Pangan Jaya yaitu supermarket,
berbagai hotel, restoran, dan cafe disekitar wilayah Jakarta dan Tangerang.
Sayuran Lettuce dan Kale adalah sayuran yang pertama kali dibudidayakan oleh
PT. Kebun Pangan Jaya. Aneka varietas sayuran Lettuce dan Kale menjadi
sayuran yang paling diminati oleh konsumen karena rasanya yang enak,
teksturnya yang crunchy, dan tentunya menyehatkan tubuh. Lettuce atau selada
yang diproduksi PT. Kebun Pangan Jaya terdapat 7 varietas, diantaranya yaitu
Lollobionda Lacarno, Green Oaklef Kristine, Romaine Cos Maximus, Lollorossa
Concorde, Red Oaklef Mondai, Endive, dan Butterhead. Lettuce diminati oleh
konsumen karena sayuran ini dapat dikonsumsi langsung tanpa dimasak terlebih
dahulu. Lettuce biasanya dikonsumsi dengan cara dibuat menjadi salad ataupun
jus. Lettuce yang dijual oleh PT. Kebun Pangan Jaya diberi harga Rp 65.000,-
perkilogram.
Sama halnya dengan aneka jenis Lettuce, Kale juga menjadi sayuran yang
diminati oleh konsumen PT. Kebun Pangan Jaya. Kale yang diproduksi di PT.
4
Kebun Pangan Jaya terdapat 3 varietas yaitu Kale Curly, Kale Siberian, dan Kale
Nero. Aneka varietas Kale yang dijual oleh PT. Kebun Pangan Jaya diberi harga
Rp 100.000,- perkilogramnya untuk Kale Curly dan Rp 75.000,- perkilogramnya
untuk Kale Nero dan Kale Siberian.
Sayuran Lettuce dan Kale merupakan komoditas sayuran yang memiliki
ciri atau karakteristik seperti komoditi sayuran lainnya. Ciri dan karakteristik
yang paling menonjol yaitu komoditas ini dipasarkan dalam keadaan segar, dan
juga komoditas ini mudah rusak. Hal tersebut menunjukkan jika komoditas
tersebut sudah tidak segar atau tingkat kesegarannya menurun, hal tersebut akan
mengakibatkan nilai sayuran tersebut berkurang atau tidak ada nilainya sama
sekali. Ciri selanjutnya yaitu komoditas ini mudah rusak. Komoditas sayuran
Lettuce dan Kale hidroponik ini tidak dapat disimpan terlalu lama, harus segera
dipasarkan dan dikonsumsi. Konsekuensinya menurut Poerwanto dan Susila
(2013:5), penyimpanan dalam waktu lama sulit untuk dilakukan. Dengan
demikian setelah diproduksi, komoditas ini harus segera dipasarkan. Karena itu,
perencanaan produksi harus dilakukan dengan cermat.
Menurut Fahmi (2012:8), dalam ilmu manajemen disebutkan bahwa
perencanaan (planning) merupakan dasar pijakan dari langkah-langkah
selanjutnya. Kualitas pekerjaan sangat dipengaruhi oleh kualitas perencanaan
yang dibangun. Sebuah perencanaan yang baik menempatkan perusahaan tahan
terhadap berbagai kondisi hantaman resesi ekonomi manapun. Menurut
Sinulingga (2013:24), perencanaan yang baik akan memberikan proses konversi
5
terkendali sehingga output yang diinginkan dapat dihasilkan secara efisien, tepat
waktu, tepat mutu, dan tepat jumlah.
Di PT. Kebun Pangan Jaya perencanaan produksi yang dibuat bisa
dikatakan belum optimal dalam pembuatannya, karena hasil atau output berupa
produk aneka jenis sayuran Lettuce dan Kale dihasilkan tidak tepat waktu, tidak
tepat jumlah, dan tidak dapat memenuhi target yang sudah ditentukan. Tidak tepat
waktu disini yaitu produk sayuran Lettuce dan Kale hidroponik yang diminta
seringkali telat dikirimkan ke konsumen karena sayuran Lettuce dan Kale
hidroponik yang dipesan belum cukup umurnya untuk dipanen atau bahkan belum
tersedia jumlahnya. Seringkali terjadi karena sudah banyaknya pesanan yang
masuk, apalagi terdapat pesanan yang berasal dari konsumen seperti supermarket
yang harus bisa dipenuhi karena kalau tidak PT. Kebun Pangan Jaya akan
dikenakan sanksi berupa charge atau penalti atau bahkan sampai pemutusan
kontrak penjualan. Oleh karena itu pihak PT. Kebun Pangan Jaya mengambil
tindakan yaitu memanen sayuran Lettuce dan Kale hidroponik sebelum waktu
panen yang seharusnya. Aneka sayuran Lettuce dan Kale dipanen pada saat sudah
mencapai umur 45 hari setelah disemai.
Dikarenakan umur panen yang menghasilkan bobot yang optimal belum
terpenuhi, maka dari itu bobot sayuran yang dipanen menjadi lebih rendah.
Sehingga yang tadinya dalam satu kilogram sayuran ditargetkan hanya berisikan 8
unit tanaman yang sejenis, karena dipanen di umur yang belum optimal maka
dalam satu kilogram sayuran bisa berisikan 9-12 unit tanaman. Hal tersebut
mengakibatkan biaya produksi untuk menghasilkan satu kilogram sayuran
6
mengalami peningkatan dari yang biasanya. Jika hal tersebut terus terjadi
nantinya perusahaan hanya akan mendapatkan keuntungan yang sedikit atau
bahkan bisa mengalami kerugian, karena harga yang ditawarkan tidak mengalami
peningkatan atau tetap.
Adanya pemanenan dini dimana sayuran dipanen belum pada waktu
optimalnya, maka dari itu jumlah produk yang pada awalnya sudah ditargetkan
akhirnya tidak tercapai. Beberapa perihal di atas yang menurut keterangan dari
manajer produksi dan pemasaran adalah alasan mengapa target pendapatan
penjualan dari semua produk PT. Kebun Pangan Jaya yang sudah dibuat tidak
pernah tercapai. Pendapatan penjualan sayuran PT. Kebun Pangan Jaya
ditargetkan setiap bulannya minimal dapat mencapai angka Rp 150.000.000,-.
Pada tahun 2017 penjualan sayuran PT. Kebun Pangan Jaya mengalami fluktuasi
dan tiap bulannya tidak pernah bisa mencapai angka target yang sudah ditentukan.
Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Grafik Penjualan dan Target Pendapatan Penjualan Produk Sayuran
PT. Kebun Pangan Jaya Sumber: PT. Kebun Pangan Jaya 2018 (Diolah)
Gambar grafik diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2017, penjualan
seluruh produk sayuran belum bisa mencapai target yang sebelumnya sudah
perusahaan tentukan yaitu sebesar Rp 150.000.000,- setiap bulannya. Target
7
pendapatan penjualan tersebut merupakan target pendapatan penjualan dari
penjualan semua produk sayuran yang diproduksi oleh PT. Kebun Pangan Jaya.
Selanjutnya berdasarkan target penjualan sebesar Rp 150 juta perbulannya,
ditetapkan bahwa 70% dari penjualan berasal dari penjualan sayuran daun yaitu
sayuran Lettuce dan Kale, dan 30% sisanya berasal dari penjualan sayuran buah
yaitu tomat cherry dan tanaman herbal dalam pot. Jika dihitung dari presentase
target pendapatan penjualan tersebut maka penjualan sayuran NFT harus dapat
mencapai angka kurang lebih Rp 105 juta, dan sisanya Rp 45 juta berasal dari
penjualan sayuran buah dan tanaman herbal dalam pot.
Harga jual sayuran Lettuce dan Kale hidroponik berkisar antara Rp
65.000,- sampai dengan Rp 100.000 perkilogramnya, maka didapatkan bahwa
bagian produksi harus bisa memproduksi Lettuce dan Kale hidroponik kurang
lebih sebanyak 1.200 kg dalam sebulan. Akan tetapi dalam kenyataannya
berdasarkan data produksi 2017, jumlah produksi sayuran Lettuce dan Kale
hidroponik tidak pernah bisa mencapai angka 1.200 kg. Hal tersebut dapat dilihat
pada Gambar 2.
Gambar 2. Grafik Produksi Lettuce dan Kale Tahun 2017 Sumber: PT. Kebun Pangan Jaya 2018 (Diolah)
0200400600800
10001200
Jan
uar
i
Mar
et
Mei
Juli
Sep
tem
ber
No
vem
ber
Kg
Bulan
Lettuce
Kale
Total
8
Gambar 2 menunjukkan bahwa total produksi aneka sayuran Lettuce dan
Kale di tahun 2017 belum pernah mencapai angka 1.200 kg perbulannya.
Berdasarkan keterangan dari manajer produksi salah satu penyebab dari
rendahnya produksi Lettuce dan Kale hidroponik yaitu adanya pemanenan di usia
dini atau memanen Lettuce dan Kale hidroponik bukan di umur panen optimalnya.
Menurut keterangan dari manajer produksi, bahwa ia seringkali kesulitan
dalam membuat perencanaan produksi yaitu dalam menentukan kombinasi dan
jumlah produk sayuran yang sebaiknya diproduksi untuk selanjutnya. Kesulitan
yang ia alami dikarenakan salah satunya karena komoditas Lettuce dan Kale
hidroponik ini tidak hanya terdiri dari satu jenis saja. Dari tiap-tiap jenis Lettuce
dan Kale hidroponik memiliki tingkat permintaan yang berbeda-beda. Fluktuasi
permintaan konsumen terhadap sayuran Lettuce dan Kale hidroponik
mengakibatkan jumlah permintaan Lettuce dan Kale hidroponik jadi tidak
menentu, sehingga menyulitkan manajer produksi dalam membuat perencanaan
produksi yaitu dalam menentukan kombinasi dan jumlah produk yang sebaiknya
diproduksi.
Fluktuasi jumlah permintaan konsumen terhadap sayuran Lettuce dan Kale
dapat dilihat pada Gambar 3 yaitu grafik jumlah penjualan produk Lettuce dan
Kale hidroponik tiap bulannya selama tahun 2017.
9
Gambar 3. Grafik Jumlah Penjualan Produk Lettuce dan Kale Tahun 2017 Sumber: PT. Kebun Pangan Jaya 2018 (Diolah)
Grafik jumlah penjualan produk Lettuce dan Kale diatas diasumsikan
dapat menunjukkan jumlah permintaan konsumen yang dapat dipenuhi oleh PT.
Kebun Pangan Jaya. Data penjualan digunakan sebagai acuan data jumlah
permintaan, dikarenakan PT. Kebun Pangan Jaya tidak membukukan dengan baik
data-data permintaan (PO) dari konsumen. Sehingga data permintaan (PO)
sebelumnya tidak lengkap. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa jumlah
penjualan Lettuce paling tinggi yaitu dibulan November. Hal tersebut dapat
diartikan juga bahwa jumlah permintaan konsumen terhadap aneka sayuran
Lettuce paling tinggi terjadi di bulan November.
Tidak dipungkiri bahwa dalam prakteknya PT. Kebun Pangan Jaya juga
sering menolak permintaan dari konsumen karena tidak tersedianya stok sayuran
yang diminta. Seperti pada bulan April 2018, terlihat pada Tabel 1 bahwa ada
sebagian permintaan dari konsumen yang tidak bisa terpenuhi.
0
200
400
600
800
1000
Jan
Feb
Mar
Ap
rM
eiJu
nJu
lA
gs
Sep
tO
kt
No
vD
es
Kg
Lettuce
Kale
10
Tabel 1. Jumlah PO dan Penjualan Sayuran Lettuce dan Kale Bulan April 2018
Jenis Sayuran PO Penjualan Selisih
Kg Kg Kg
Lettuce Lollobionda 149,25 146,5 2,75
Lettuce Lollorossa 218 215,875 2,125
Lettuce Romaine 145 140,5 4,5
Lettuce Green Oaklef 100,75 98,375 2,375
Lettuce Red Oaklef 108,75 106,75 2
Lettuce Endive 19,25 0 19,25
Lettuce Butterhead 103,75 100,875 2,875
Kale Curly 193,25 189,125 4,125
Kale Siberian 8 1,75 6,25
Kale Nero 15 0 15
Total 1.061 999,75 61,25
Sumber: PT. Kebun Pangan Jaya 2018 (Diolah)
Selain beberapa perihal diatas, perusahaan juga mengalami kesulitan
membuat perencanaan disetiap bulannya dikarenakan sayuran yang diproduksi
dan dipasarkan ke konsumen adalah sayuran yang berasal dari tiga kebun yang
dimiliki oleh PT. Kebun Pangan Jaya. Ketiga kebun yang berproduksi setiap
harinya mampu memproduksi aneka jenis sayuran, diantaranya yaitu aneka jenis
Lettuce dan Kale. Ketiga kebun tersebut yaitu Kebun Pamulang, Kebun Cipanas,
dan Kebun Ciseeng. Di tiap-tiap kebun tersebut kapasitas sumberdaya yang
tersedia jumlahnya berbeda-beda. Hal tersebut yang sering membuat manajer
produksi kesulitan dalam membuat perencanaan produksi di setiap bulannya,
yaitu dalam menentukan kombinasi produk beserta jumlahnya.
Berdasarkan perihal diatas maka perusahaan perlu membuat perencanaan
produksi secara sistematis. Dimana dari perencanaan tersebut perusahaan dapat
secara optimal mendapatkan keuntungan maksimal secara total, efisien dalam
menggunakan sumberdaya yang tersedia, dan efisien pula dalam mengeluarkan
11
biaya dalam memproduksi sayuran Lettuce dan Kale. Berdasarkan perencanaan
produksi tersebut perusahaan dapat mengambil keputusan yang sesuai dalam
pemenuhan permintaan pasar untuk menjamin kontinuitas produksi sayuran
Lettuce dan Kale hidroponik. Berdasarkan uraian tersebut, penulis akan
melakukan penelitian mengenai perencanaan produksi dengan judul
“Perencanaan Produksi Lettuce dan Kale Hidroponik di PT. Kebun Pangan
Jaya Tangerang Selatan, Banten”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka perumusan masalah yang akan dibahas
dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana operasional produksi sayuran Lettuce dan Kale di PT. Kebun
Pangan Jaya dalam menggunakan sumberdaya utama?
2. Berapa biaya produksi yang dibutuhkan dan margin yang diperoleh dari
memproduksi satu unit aneka varietas sayuran Lettuce dan Kale?
3. Bagaimana tingkat permintaan konsumen terhadap masing-masing varietas
sayuran Lettuce dan Kale?
4. Bagaimana perencanaan produksi sayuran Lettuce dan Kale yang optimal
di tiga kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya?
5. Berapa total biaya produksi optimal yang dibutuhkan sehingga
menghasilkan keuntungan perusahaan yang maksimal?
12
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk:
1. Mengetahui operasional produksi sayuran Lettuce dan Kale hidroponik
yang dilakukan oleh PT. Kebun Pangan Jaya dalam penggunaan
sumberdaya utama yang dimiliki.
2. Mengetahui biaya produksi yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit
sayuran dan margin yang diperoleh dari penjualan sayuran Lettuce dan
Kale hidroponik.
3. Mengetahui tingkat permintaan konsumen terhadap masing-masing
varietas sayuran Lettuce dan Kale hidroponik.
4. Menganalisis perencanaan produksi sayuran Lettuce dan Kale yang
optimal di tiga kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya.
5. Mengetahui total biaya produksi optimal yang dibutuhkan sehingga
menghasilkan keuntungan perusahaan yang maksimal.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Bagi penulis, yakni dapat menambah pengetahuan dalam mengaplikasikan
ilmu-ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan, dan juga sebagai
syarat untuk menyelesaikan studi S1 di Program Studi Agribisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
13
2. Bagi perusahaan, yakni dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
mengatur perencanaan produksi berikutnya.
3. Bagi pembaca, yakni dapat memberikan kontribusi ilmiah dalam aspek
manajemen agribisnis terutama dalam proses produksi sebagai sarana
untuk menambah wawasan dan bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya.
4. Bagi akademik yakni dapat memberikan pustaka informasi bagi seluruh
mahasiswa.
1.5. Batasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan batasan sebagai berikut:
1. Penelitian ini berfokus pada perencanaan produksi sayuran Lettuce dan
Kale hidroponik yang berkaitan dengan kombinasi dan jumlah produk
optimal yang sebaiknya diproduksi di tiga kebun produksi PT. Kebun
Pangan Jaya agar perusahaan mendapatkan keuntungan yang maksimal.
2. Penelitian dilakukan di PT. Kebun Pangan Jaya mencakup 3 kebun yang
memproduksi semua jenis Lettuce dan Kale hidroponik yaitu Kebun
Pamulang, Kebun Ciseeng dan Kebun Cipanas.
3. Produk sayuran yang menjadi objek penelitian yaitu sayuran yang di
produksi secara Hidroponik NFT yaitu 7 jenis Lettuce dan 3 jenis Kale.
4. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif.
5. Data yang digunakan yakni berupa data penjualan, data produksi, data
permintaan konsumen (PO), dan data kebutuhan sumberdaya utama dalam
14
memproduksi aneka jenis sayuran Lettuce dan Kale. Data-data tersebut
didapatkan dari data historis dan data terkini PT. Kebun Pangan Jaya.
6. Optimal yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu efisien dalam
menggunakan sumberdaya yang tersedia, dan efisien dalam mengeluarkan
biaya produksi. Sehingga nantinya perusahaan mendapatkan keuntungan
maksimal. Selain itu juga maksimal dalam memenuhi permintaan
konsumen terhadap aneka jenis sayuran Lettuce dan Kale tersebut.
15
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Agribisnis
Menurut Davis dan Goldberg (1957) dalam Wastra dan Mahbubi (2013:4),
agribisnis adalah keseluruhan serangkaian operasi yang terlibat dalam produksi
dan distribusi input pertanian, operasi produksi di lahan pertanian, penyimpanan,
pengolahan dan distribusi komditas pertanian dan item-itemnya. Sedangkan
menurut Maulidah (2012:5), agribisnis dari cara pandang ekonomi ialah usaha
penyediaan pangan. Pendekatan analisis makro memandang agribisnis sebagai
unit sistem industri dan suatu komoditas tertentu, yang membentuk sektor
ekonomi secara regional atau nasional. Sedangkan pendekatan analisis mikro
memandang agribisnis sebagai suatu unit perusahaan yang bergerak, baik dalam
salah satu subsistem agribisnis, baik hanya satu atau lebih subsistem dalam satu
lini komoditas atau lebih dari satu lini komoditas.
Ruang lingkup agribisnis mencakup semua kegiatan pertanian yang
dimulai dengan pengadaan penyaluran sarana produksi, produksi usaha tani, dan
pemasaran produk usaha tani ataupun olahannya. Ketiga kegiatan ini mempunyai
hubungan yang erat, sehingga gangguan pada salah satu kegiatan akan
berpengaruh terhadap kelancaran seluruh kegiatan dalam bisnis. Karenanya
agribisnis digambarkan sebagai satu sistem yang terdiri dari tiga subsistem, serta
tambahan satu subsistem lembaga penunjang. Secara konseptual sistem agribisnis
dapat diartikan sebagai semua aktivitas, mulai dari pengadaan dan penyaluran
saran produksi sampai dengan pemasaran produk-produk yang dihasilkan oleh
16
usaha tani serta agroindustri, yang saling terkait satu sama lain (Maulidah,
2012:7). Menurut Saragih (1999) dalam Wastra dan Mahbubi (2013:5), agribisnis
sebagai sebuah sistem pertanian yang meliputi empat subsistem terintegrasi yaitu
subsistem agribisnis hulu (upstream agribusiness) antara lain benih, pupuk, alat
dan mesin pertanian, subsistem agribisnis usahatani (on farm agribusiness),
subsistem agribisnis hilir (downstream agribusiness) dan subsistem jasa layanan
pendukung agribisnis (supporting institution), yang dalam pelaksanaanya
dilakukan secara simultan dan terintegrasi mulai dari hulu sampai hilir. Sistem
agrisbisnis merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai subsistem yaitu
(Maulidah, 2012:6-7):
a. Subsistem Agribisnis/Agroindustri Hulu
Subsistem ini meliputi pengadaan sarana produksi pertanian antara lain
terdiri dari benih, bibit, makanan ternak, pupuk, obat pemberantas hama
dan penyakit, alat dan mesin, dan peralatan produksi pertanian lainnya.
Subsistem ini sangat penting dikarenakan perlunya keterpaduan dari
berbagai unsur itu guna mewujudkan kesuksesan agribisnis. Industri yang
menyediakan sarana produksi pertanian disebut juga sebagai agroindustri
hulu (upstream).
b. Subsistem Budidaya/Usahatani
Usahatani menghasilkan produk pertanian berupa bahan pangan, hasil
perkebunan, buah-buahan, bunga dan tanaman hias, hasil ternak, hewan
dan ikan. Pelaku kegiatan dalam subsistem ini adalah produsen yang
17
terdiri dari petani, peternak, pengusaha tambak, pengusaha tanaman hias
dan lain-lain.
c. Subsistem Agribisnis/Agroindustri Hilir
Dalam subsistem ini terdapat rangkaian kegiatan mulai dari pengumpulan
produk usahatani, pengolahan, penyimpanan, dan distribusi. Sebagian dari
produk yang dihasilkan dari usahatani didistribusikan langsung ke
konsumen didalam atau di luar negeri. Sebagian lainnya mengalami proses
ipengolahan terlebih dahulu kemudian didistribusikan ke konsumen.
d. Subsistem Jasa Layanan Pendukung Agribisnis (Supporting Institution)
Dalam subsistem ini berisikan semua jenis kegiatan yang berfungsi untuk
mendukung dan melayani serta mengembangkan kegiatan subsistem hulu,
subsistem usaha tani, dan subsistem hilir. Lembaga-lembaga yang terkait
dalam kegiatan ini adalah penyuluh, konsultan, keuangan, dan penelitian.
Agribisnis selain sebagai sebuah sistem, juga sebagai sebuah proses bisnis
internal perusahaan yang bergerak pada bisnis komoditi pertanian. Sebagai sebuah
proses bisnis, kegiatan agribisnis menerapkan fungsi manajemen mulai
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi sampai
pengendalian sumberdaya manusia, modal, material maupun teknologi secara
optimal untuk mencapai tujuan perusahaan (Wastra dan Mahbubi, 2013:6).
2.2. Hidroponik
2.2.1. Pengertian Hidroponik
Hidroponik berasal dari bahasa Yunani, yaitu hydro yang berarti air dan
ponos yang artinya daya. Hidroponik dikenal sebagai soilless culture atau
18
budidaya tanama tanpa tanah. Istilah hidroponik digunakan untuk menjelaskan
tentang cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya
(Herwibowo dan Budiana, 2014:12). Menurut Poerwanto dan Susila (2013:120),
hidroponik adalah teknologi untuk memproduksi tanaman sayuran, buah, dan
tanaman hias tanpa menggunakan tanah dengan jumlah air yang sedikit. Tanaman
juga dapat dibudidayakan di dalam lingkungan terkendali, sehingga secara efisien
dapat memanfaatkan pupuk yang mahal harganya dan beberapa sumber daya yang
terbatas ketersediaanya. Pada budidaya tanaman dengan sistem hidroponik,
pemberian air dan pupuk memungkinkan dilaksanakan secara bersamaan.
Manajemen pemupukan (fertilization) dapat dilaksanakan secara terintegrasi
dengan manajemen irigasi (irrigation) yang selanjutnya disebut fertigasi
(fertilization and irrigation). Dalam sistem hidroponik, pengelolaan air dan hara
difokuskan terhadap cara pemberian yang optimal sesuai dengan kebutuhan
tanaman, umur tanaman, dan kondisi lingkungan sehingga tercapai hasil yang
maksimum.
2.2.2. Keuntungan Hidroponik
Terdapat beberapa alasan yang menarik untuk melakukan budidaya
hidroponik. Alasan utama adalah kebersihan tanaman begitu terjamin sehingga
bisa dilakukan di ruangan sekalipun. Alasan lain tentu banyak sekali karena
tanaman yang bisa ditanam dengan cara hidroponik hampir semua tanaman.
Hasilnya sudah teruji lebih melimpah dibanding bercocok tanam di lahan atau di
sawah. Keuntungan lainnya dari budidaya secara hidroponik yaitu (Lingga,
1991:2-3):
19
a. Produksi tanaman lebih tinggi dibandingkan menggunakan media tanam
tanah biasa.
b. Lebih terjamin kebebasan tanaman dari hama dan penyakit.
c. Tanaman tumbuh lebih cepat dan pemakaian pupuk lebih hemat.
d. Bila ada tanaman yang mati, bisa diganti dengan tanaman baru dengan
mudah.
e. Produksi tanaman dapat memberikan hasil yang kontinu.
f. Metode kerja yang sudah distandarisasi, lebih memudahkan pekerjaan
dan tidak membutuhkan tenaga kasar.
g. Kualitas daun, buah atau bunga yang lebih sempurna, dan tidak kotor.
h. Beberapa jenis tanaman bisa ditanam di luar musimnya dan hal ini
menyebabkan harganya mahal di pasaran.
i. Tanaman dapat tumbuh di lahan yang semestinya tidak cocok bagi
tanaman tersebut.
j. Tidak ada resiko kebanjiran, erosi, kekeringan ataupun ketergantungan
lainnya terhadap kondisi alam setempat.
Efisiensi kerja kebun hidroponik menyebabkan perawatannya tak banyak dalam
mengeluarkan biaya dan memerlukan peralatan. Keterbatasan ruang dan tempat
bukan halangan untuk berhidroponik. Sehingga untuk perkarangan terbatas
sekalipun bisa diterapkan hidroponik.
2.2.3. Jenis-Jenis Hidroponik
Hidroponik menurut Savage (1985) dalam Poerwanto dan Susila
(2013:121-124), berdasarkan penggunaan media dapat dikelompokkan menjadi:
20
1. Substrat System
Substrat System atau sistem substrat adalah sistem hidroponik yang
menggunakan media tanam untuk membantu pertumbuhan tanaman. Sistem
ini meliputi:
a. Sand Culture
Bisa juga disebut “sandponics” adalah budidaya tanaman dalam media
pasir. Saat ini sand culture dikembangkan menjadi teknologi yang lebih
menarik, terutama di negara yang memiliki padang pasir. Teknologi ini
dibuat dengan membangun sistem drainase di lantai rumah kaca, kemudian
ditutup dengan pasir yang akhirnya menjadi media tanam yang permanen.
b. Gravel Culture
Gravel Culture adalah budidaya tanaman secara hidroponik menggunakan
gravel sebagai media pendukung sistem perakaran tanaman. Tanaman
ditanam di atas gravel mendapatkan hara dari larutan yang diberikan.
c. Rockwool
Rockwool adalah nama komersial media tanam utama yang telah
dikembangkan dalam sistem budidaya tanaman tanpa tanah. Bahan ini
berasal dari batu basalt yang bersifat inert yang dipanaskan sampai cair,
kemudian cairan tersebut diputar sehingga menjadi benang-benang yang
kemudian dipadatkan seperti kain “wol” yang terbuat dari “rock”.
d. Bag Culture
Bag Culture adalah budidaya tanaman tanpa tanah menggunakan kantong
plastik (polybag) yang diisi dengan media tanam. Media tanam yang
21
biasanya digunakan yaitu arang sekam, kulit kayu, dan perlit. Irigasi tetes
biasanya digunakan dalam sistem ini.
2. Bare Root System
Bare Root System atau sistem akar telanjang adalah sistem hidroponik yang
tidak menggunakan media tanam untuk membantu pertumbuhan tanaman,
meskibun block rockwool biasanya dipakai di awal pertanaman. Sistem ini
meliputi:
a. Deep Flowing System
Deep Flowing System adalah sistem hidroponik tanpa media, berupa
kolam atau kontainer yang panjang dan dangkal diisi dengan larutan hara
dan diberi aerasi.
b. Teknologi Hidroponik Sistem Terapung (THST)
Teknologi Hidroponik Sistem Terapung (THST) adalah hasil modifikasi
dari Deep Flowing System yang dikembangkan. Perbedaannya, dalam
THST tidak digunakan aerator, sehingga teknologi ini relatif lebih efisien
dalam penggunaan energi listrik.
c. Aeroponics
Aeroponics adalah sistem hidroponik tanpa media tanam, tetapi
menggunakan kabut larutan hara yang kaya oksigen dan disemprotkan
pada zona perakaran tanaman. Perakaran tanaman diletakkan
menggantung di udara dalam kondisi gelap dan secara periodik
disemprotkan larutan hara.
22
d. Nutrient Film Tecnics (NFT)
Nutrient Film Tecnics (NFT) adalah sistem hidroponik tanpa media tanam.
Tanaman ditanam dalam sirkulasi hara tipis pada talang-talang yang
memanjang. Persemaian biasanya dilakukan di atas blok rockwool yang
dibungkus plastik. Sirkulasi larutan hara diperlukan dalam teknologi ini
dalam periode waktu tertentu.
e. Mixed System
Mixed System adalah teknologi hidroponik yang menggabungkan
aeroponics dan deep flow technics. Bagian atas perakaran tanaman
terbenam pada kabut hara yang disemprotkan, sedangkan bagian bawah
perakaran terendam dalam larutan hara.
2.3. Sayuran Hidroponik
Jenis sayuran yang dapat dibudidayakan secara hidroponik harus dipilih
dari jenis tanaman yang sulit dibudidayakan di tanah, dan harganya tinggi di
pasaran. Adapun jenis tanaman yang sudah terbukti berhasil dibudidayakan secara
hidroponik yaitu tomat jenis unggul, sweet corn, cantaloupe, brokoli, timun kyuri,
Lettuce, buncis, beet, kol, kembang kol, seledri, timun, terung, dan lain-lain.
Formula nutrisi yang dibutuhkan setiap tanaman tidak perlu diubah. Yang
terpenting memberikan mereka batas sinar dan mineral yang dibutuhkan (Lingga,
1991:76).
2.3.1. Selada (Lettuce)
Selada adalah tanaman yang paling banyak digunakan untuk salad.
Tanaman ini merupakan sayuran musim dingin utama yang beradaptasi paling
23
baik pada lokasi iklim sedang. Di beberapa negara, konsumsi selada cukup besar
untuk memberikan kontribusi gizi secara nyata. Produksi selada dunia
diperkirakan sekitar 3 juta ton, yang ditanam pada lebih dari 300.000 ha lahan.
Lactuca sativa, satu-satunya spesies Lactuca yang didomestikasi, merupakan
tanaman asli lembah Mediterania Timur. Bukti lukisan pada kuburan mesir kuno
menunjukan bahwa selada sudah ditanam sejak tahun 4500 SM. Awalnya,
tanaman ini digunakan sebagai obat dan bijinya dijadikan makanan yang dapat
dikonsumsi (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998:66).
Sebagian besar selada dimakan dalam keadaan mentah. Selada merupakan
sayuran yang populer karena memiliki warna, tekstur, serta aroma yang
menyegarkan tampilan makanan. Tanaman ini merupakan tanaman setahun yang
dapat di budidayakan di daerah lembab, dingin, dataran rendah maupun dataran
tinggi. Pada dataran tinggi yang beriklim lembab produktivitas selada cukup baik.
Di daerah pegunungan tanaman selada dapat membentuk bulatan krop yang besar
sedangkan pada daerah dataran rendah, daun selada berbentuk krop kecil dan
berbunga (Gardjito dkk, 2015:104).
Lettuce, ialah varietas selada Lactuca Sativa yang agak berbeda dengan
selada biasa yang berdaun tebal. Istilah selada (biasa) digunakan untuk Lactuca
Sativa varietas capitata, sedangkan Lettuce dipakai khusus bagai selada daun
Lactuca Sativa varietas crispa yang renyah. Daun Lettuce lebih tipis sehingga
terasa renyah. Karena Lettuce memiliki daun yang tipis, hal tersebut membuat
Lettuce enak untuk dijadikan salad. Karena hal tersebut juga yang membuat
Lettuce mudah rusak dan busuk (Soeseno, 1999:77).
24
Ada beberapa tipe selada yang cukup khas, dan dikelompokkan sebagai
varietas botanis seperti berikut (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998:68):
a. Selada Kepala Renyah dan Selada Kepala Mentega
Selada yang memiliki ciri-ciri membentuk krop yaitu daun-daun saling
merapat membentuk bulatan menyerupai kepala. Bentuk kepala renyah
umumnya disebut sebagai iceberg atau selada berkepala. Daun terluar
biasanya berwarna hijau tua, makin ke dalam warnanya semakin muda.
Daya simpan tanaman ini adalah yang terbaik diantara jenis lainnya.
Selada butterhead biasa disebut selada kepala mentega. Tanaman jenis ini
lebih kecil, agak lebih gepeng, dan menghasilkan kepala yang kurang
padat ketimbang tipe kepala renyah. Daunnya lebar, berlipat, dan lembut,
dengan tekstur berminyak lunak. Tipe jenis ini muda tergores sehingga
daya angkut dan daya simpannya tidak baik. Jenis selada batavia memiliki
sifat pertengahan antara tanaman kepala renyah dan kepala mentega.
Bentuk dari selada kepala renyah (iceberg), selada kepala mentega
(butterhead), dan selada batavia dapat dilihat pada Gambar 4.
(a) (b) (c)
Gambar 4. Jenis Lettuce (a) Selada Kepala Renyah (iceberg) ; (b) Selada
Kepala Mentega (butterhead) ; (c) Selada Batavia Sumber: Femina Indonesia (2016:1)
25
b. Selada Cos
Selada cos dikenal juga dengan nama romaine. Selada ini memiliki ciri-ciri
daunnya memanjang, kasar, dan bertekstur renyah, dengan tulang daun
tengah yang lebar dan jelas. Daun panjangnya agak sempit cenderung
tumbuh tegak, dan secara longgar bertumpang tindih satu sama lain. Sifat
pasca panennya sama dengan tipe kepala renyah. Bentuk dari selada cos
dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Selada Cos Sumber: Femina Indonesia (2016:1)
c. Selada Daun Longgar
Selada yang memiliki ciri-ciri daun selada lepas, berombak dan tidak
membentuk krop, daunnya halus dan renyah. Biasanya tipe selada ini lebih
enak dikonsumsi dalam keadaan mentah. Penanganan pascapanen selada
jenis ini harus lebih hati-hati karena kelembutan daunnya. Daya simpan
jenis selada ini lebih baik ketimbang tipe kepala mentega. Bentuk dari
selada daun longgar dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Selada Daun Longgar Sumber: Femina Indonesia (2016:1)
26
d. Selada India
Daun sukulen berbentuk lonjong hingga lonjong meruncing, berposisi
duduk (melekat tidak bertangkai). Tanaman berbunga warna kuning ini
merupakan tanaman tahunan. Panen bertahap daun roset radial dimulai
sekitar 60 hari setelah tanam. Bentuk dari selada india dapat dilihat pada
Gambar 7.
Gambar 7. Selada India Sumber: Femina Indonesia (2016:1)
e. Selada Latin
Selada latin umumnya menghasilkan daun roset, memanjang, dan lunak.
Daunnya mempunyai tekstur agak mirip daun selada kepala mentega, dan
lebih pendek daripada daun selada tipe kepala cos. Bentuk dari selada cos
dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Selada Latin Sumber: Femina Indonesia (2016:1)
Pertumbuhan dan perkembangan vegetatif tanaman selada sangat tanggap
terhadap suhu, dan laju pertumbuhan meningkat dengan meningkatnya suhu. Suhu
27
sedang adalah suhu ideal untuk produksi selada berkualitas tinggi. suhu optimum
untuk tanaman selada pada siang hari yaitu 20oC dan untuk malam hari 10
oC.
Suhu yang lebih tinggi dari 30oC nantinya akan menghambat pertumbuhan,
merangsang tumbuhnya tangkai bunga (bolting), dan menyebabkan rasa pahit.
Sebagian besar selada dimakan mentah, dan merupakan sayuran salad yang
popular karena warna, tekstur, dan aromanya menyegarkan tampilan makanan.
Sebagai komponen sayuran salad utama, selada memiliki kandungan air tinggi,
sementara kandungan karbohidrat dan proteinnya rendah (Rubatzky dan
Yamaguchi, 1998:71).
2.3.2. Kale
Keluarga kubis-kubisan memiliki jenis yang cukup banyak. Jenis kubis-
kubisan yang lazim ditanam di Indonesia antara lain kubis, kubis bunga, brokoli,
kubis tunas, kubis rabi, dan Kale. Kale (Brassica oleracea) terdapat dua macam
yaitu yang termasuk kelompok Sabellica dan Acephala. Tanaman ini dikenal
dengan daun roset yang tersusun spiral ke arah puncak batang tak bercabang. Pada
berbagai kultivar, batang ini biasanya agak pendek. Tetapi ada varietas tertentu
yang dapat tumbuh menjadi lumayan besar. Tipe sayuran Kale sangat beragam.
Sebagian besar sayuran Kale memiliki banyak daun besar yang sangat keriting
tumbuh tegak. Bentuk daun keriting ini terjadi karena pertumbuhan yang tidak
proporsional sepanjang sembir daun, sedangkan penampakan yang keriput
disebabkan oleh pertumbuhan bagian lembar daun yang tidak seragam (Gardjito
dkk, 2015:100-102). Bentuk dari sayuran Kale dapat dilihat pada Gambar 9.
28
Gambar 9. Sayuran Kale Sumber: E. Kristen (2018:1)
2.4. Budidaya Sayuran dengan Sistem Hidroponik
Hidroponik merupakan metode berbudidaya secara bersih dan aman.
Prisipnya, sistem hidroponik tidak melibatkan media tumbuh, tetapi merendam
akar dalam larutan nutrisi yang diangin-anginkan. Sebagian besar nutrisi tanaman
dipasok oleh nutrisi pupuk, bukan oleh media tempat tanaman tumbuh. Ada dua
metode budidaya secara hidroponik, yaitu hidroponik substrat dan hidroponik
non-substrat. Hidroponik subsrat tidak menggunakan air sebagai media, tetapi
memakai media padatan yang dapat menyerap atau menyediakan nutrisi air, dan
oksigen. Hidroponik non-substrat merupakan metode budidaya dengan
meletakkan akar tanaman pada air yang tersirkulasi, baik berupa aliran air,
diseprotkan, atau air menetap. Air ini mengandung nutrisi yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan tanaman (Herwibowo dan Budiana, 2014:20-21).
Dalam budidaya hidroponik, satu-satunya sumber nutrisi bagi tanaman
adalah larutan nutrisi atau pupuk cair. Oleh karena itu, nutrisi pupuk harus selalu
dikontrol agar sesuai yang dibutuhkan pertumbuhan tanaman. Pada hidroponik
sistem NFT, penyebaran penyakit sangat cepat. Oleh karena itu, diperlukan
pengontrolan intensif, terutama di musim hujan. Jika ditemukan penyakit, sayuran
segera dibuang agar tidak menjalar ke tamanan lain. Begitu juga dengan air
nutrisi, harus diganti dengan yang baru (Herwibowo dan Budiana, 2014:22-23).
29
Salah satu metode hidroponik yaitu sistem hidroponik Nutrient Film
Technique (NFT). Sistem ini adalah teknik pemberian larutan nutrisi melalui
aliran yang sangat dangkal. Air yang mengandung semua nutrisi terlarut tersebut
diberikan secara terus-menerus. Idealnya kedalaman aliran sirkulasi dalam sistem
ini harus tipis, seperti kata film yang berarti lapisan tipis atau air lebih sedikit. Hal
ini untuk memastikan perakaran selalu mendapatkan air dan nutrisi. Sistem ini
memberikan limpahan oksigen kepada akar tanaman. Dalam budidaya hidroponik
NFT masa pemeliharaan sayuran dilakukan secara intensif (Herwibowo dan
Budiana, 2014:26).
Masa pemeliharaan sayuran dibagi menjadi tiga tahap, yaitu pembibitan
(umur 1-14 hari), pembesaran pertama/remaja (umur 14-28 hari), dan masa
pembesaran kedua/produksi sampai panen (umur 28-45 hari). Berdasarkan hal
tersebut, maka dibuat rak tanam yang berbeda untuk setiap fasenya, karena proses
pemeliharaanya pun berbeda. Sayuran bibit membutuhkan perwatan ekstra
dibandingkan dengan sayuran remaja/dewasa. Rak talang atau gully fase
pembibitan terbuat dari talang sepanjang 4 meter dan lebar 15 cm. Di bagian
ujung ditutup dengan penutup talang. Untuk pembibitan, tidak diperlukan penutup
talang bagian atas (Herwibowo dan Budiana, 2014:57-61).
Media tanam bibit dalam rak talang pembibitan memakai rockwool. Sama
halnya dengan rak talang pembibitan, rak talang pembesaran juga terbuat dari
talang dengan panjang 4 meter dan lebar 15 cm. Akan tetapi perbedaannya
dibagian atas rak talang pembesaran terdapat penutup talang yang berupa
potongan salah satu sisi yang diberi lubang. Jarak antarlubang yaitu 20 cm untuk
30
rak talang pembesaran dewasa, dan 10 cm untuk di rak talang pembesaran remaja.
Didalam satu meja terdapat 4 baris talang dengan jarak antartalang 5 cm. Media
tanaman berguna sebagai penopang akar untuk tumbuh. Dalam sistem hidroponik
NFT, media tanamnya bukan tanah, tetapi rockwool (Herwibowo dan Budiana,
2014:61-64).
Pupuk diberikan kepada sayuran untuk tumbuh dan berkembang. Dalam
hidroponik, istilah pupuk disebut nutrisi. Perlu perhitungan yang cermat terhadap
jumlah dari masing-masing unsur hara sesuai dengan kebutuhan tanaman. Nutrisi
hidroponik merupakan pupuk hidroponik lengkap yang mengandung semua unsur
hara makro dan mikro yang diperlukan tanaman hidroponik. Pupuk tersebut
diformulasikan secara khusus, sesuai jenis dan fase pertumbuhan tanaman. Nutrisi
hidroponik terdiri atas unsur makro dan mikro yang berbentuk garam-garam
mineral yang larut 100% pada air. Ada 12 jenis bahan kimia yang biasa dipakai
dalam larutan nutrisi hidroponik. Semuanya mengandung unsur yang berguna
bagi sayuran. Dari 12 unsur tersebut, ada 6 unsur makro atau unsur utama, yaitu
nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), magnesium (Mg), kalsium (Ca), dan sulfur
(S). Unsur-unsur tersebut disebut unsur makro karena dibutuhkan dalam jumlah
yang banyak. Sementara itu, 6 unsur lainnya disebut unsur mikro karena
dibutuhkan dalam jumlah sedikit. Unsur-unsur tersebut yaitu boron (Bo), cuprum
(Cu), besi (Fe), mangan (Mn), seng (Zn), dan molibden (Mo) (Herwibowo dan
Budiana, 2014:75-77).
Larutan nutrisi hidroponik disebut juga nutrisi AB mix, hal tersebut
dikarenakan terdiri dari larutan A dan larutan B. Larutan A terdiri atas kalsium
31
nitrat dan Fe EDTA. Larutan B berupa campuran unsur yang tersisa. Pemisahan
ini perlu karena dalam larutan A ada kalsium, sedangkan dalam larutan B
mengandung sulfat dan fosfat. Jika kalsium bertemu dengan sulfat dalam keadaan
pekat, akan terbentuk gips (butiran) kalsium sulfat yang mengendap dan tidak
dapat diserap oleh akar. Dalam kondisi pekat, kalsium bergabung dengan fosfat
akan membentuk endapan, ini pun menyebabkan akar tidak mampu menyerapnya.
Namun, ketiga unsur tersebut dpat digabungkan tanpa menimbulkan endapan jika
pencampurannya dalam keadaan encer. Itulah sebabnya membuat larutan A dan
larutan B (Herwibowo dan Budiana, 2014:85).
Dalam budidaya sayuran secara hidroponik, dibutuhkan pemilihan jenis
sayuran yang tepat agar mendapatkan sayuran berkelas dan harga tinggi. Untuk
itu, dibutuhkan juga cara penanaman dan pemeliharaan yang baik dan benar untuk
menghasilkan sayuran yang berkualitas. Pemilik usaha hidroponik harus
menyiasati dengan pemilihan komoditas yang berbeda dengan sayuran
konvensional. Contohnya, endive, selada keriting hijau, selada keriting merah,
lollorossa, butterhead, christine, packcoy, mondai, dan romaine yang jarang
dibudidayakan oleh petani konvensional (Herwibowo dan Budiana, 2014:8).
2.5. Manajemen Produksi
2.5.1. Pengertian Produksi dan Manajemen Produksi
Menurut Sinulingga (2013:6), produksi dalam bahasa Inggris disebut
production ialah suatu kegiatan mengenai pembuatan produk baik berwujud fisik
(tangible products) maupun berwujud jasa (intangible products). Pengertian
diatas menjelaskan bahwa produksi adalah proses yang berkenaan dengan
32
pengubahan asupan (input) menjadi barang dan jasa. Menurut Fahmi (2012:2),
pengertian produksi dapat ditinjau dari dua sudut, yaitu dalam arti sempit
produksi adalah mengubah bentuk barang menjadi barang baru, ini menimbulkan
form utility (kegunaan bentuk). Pengertian produksi dalam arti luas, yaitu usaha
yang menimbulkan kagunaan karena place (tempat), time (waktu), dan possesion
(kepemilikan).
Produksi agribisnis dapat diartikan sebagai seperangkat prosedur dan
kegiatan yang terjadi dalam penciptaan produk agribisnis (produk usaha
pertanian, perikanan, peternakan, kehutanan, dan hasil olahan produk-produk
tersebut). Berdasarkan hal tersebut maka manajemen agribisnis dapat diartikan
sebagai seperangkat keputusan untuk mendukung proses produkis agribisnis,
mulai dari keputusan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan,
pengendalian, hingga evaluasi proses produksi (Gumbira dan Harizt, 2004:43).
Menurut Fogarty (1989) dalam Herjanto (2007:2), manajemen produksi
adalah suatu proses yang secara berkesinambungan dan efektif menggunakan
fungsi-fungsi manajemen untuk mengintegrasikan berbagai sumber daya secara
efisien dalam rangka mencapai tujuan. Unsur-unsur pokok definisi manajemen
operasi terdiri dari Kontinyu, Efektif, dan Efisien. Kontinyu berarti dalam
manajemen operasi keputusan manajemen dilakukan secara berkelanjutan dari
awal hingga akhir proses produksi. Efektif berarti segala pekerjaan harus dapat
dilakukan secara tepat dan sebaik-baiknya, serta mencapai hasil sesuai dengan
yang diharapkan.
33
Manajemen produksi agribsinsi memiliki dampak menyeluruh dan terkait
dengan berbagai fungsi, seperti fungsi personalia, keuangan, penelitian dan
pengembangan, pengadaan dan penyimpanan, dan lain-lain. Manajemen produksi,
terutama menyangkut keputusan lokasi, ukuran atau volume, dan tata letak
fasilitas, pembelian, persediaan, dan penjadwalan serta mutu produk, akan
mnejadi perhatian khusus dari manajer produksi. Walaupun keputusan-keputusan
mengenai hal tersebut secara fungsional dapat berada diluar tanggung jawab
manajer produksi, akan tetapi tetap harus diperhatikan oleh manajer produksi
dalam rangka menjamin berlangsungnya proses produksi sesuai dengan yang
direncanakan (Gumbira dan Harizt, 2004:43).
2.5.2. Faktor Produksi
Manajemen operasi disebut juga manajemen produksi, istilah tersebut
kemudian diperluas menjadi manajemen produksi dan operasi. Sumber daya yang
dibutuhkan dalam proses produksi sangat beragam, tetapi dapat dikelompokkan ke
dalam elemen-elemen yaitu elemen bahan, elemen mesin/peralatan, elemen
bangunan, elemen utilitas, elemen energi dan elemen lainnya yang semuanya
disebut input. Karena input adalah barang barang ekonomi yang jumlahnya
terbatas maka proses produksi perlu dilaksanakan secara efisien sehingga setiap
unit yang digunakan dapat memberikan jumlah output yang diinginkan yang
maksimum.
Menurut Gilarso (2004:89-100), faktor produksi atau sumberdaya yang
digunakan dalam memproduksi suatu produk digolongkan menjadi 4 kelompok
dasar, yaitu sumberdaya manusia, sumberdaya alam, peralatan produksi atau
34
barang-barang modal, dan kewirausahaan. Sumberdaya manusia (human
resource) adalah pelaksana utama dalam seluruh kegitan produksi. Dalam ilmu
ekonomi tenaga kerja manusia diartikan sebagai segala usaha manusia, baik
jasmani maupun rohani, yang dicurahkan dalam proses peningkatan kegunaan
ekonomi. Faktor produksi selanjutnya yaitu sumberdaya alam (natural resources).
Sumberdaya alam yang dimaksud yaitu segala sesuatu yang disediakan oleh alam
yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Sumberdaya alam tidak hanya mencakup
lahan (tanah) saja, akan tetapi seperti kesuburan tanah, bahan-bahan yang
terkandung didalam tanah seperti mineral, dan gas, lalu air, udara, dan keragaman
hayati dilingkungan tersebut juga termasuk kedalam sumberdaya alam. Faktor
produksi atau sumberdaya ketiga yaitu modal yang biasanya berupa peralatan
produksi. Dalam proses produksi pasti menggunakan peralatan seperti mesin,
cangkul, instalasi hidroponik dan lain sebagainya. Faktor produksi atau
sumberdaya yang terakhir yaitu kewirausahaan. Faktor produksi kewirausahaan
berperan dalam mengkordinasikan dan mengarahkan faktor-faktor produksi
sumberdaya manusia, sumberdaya alam, dan peralatan/modal agar
produktivitasnya dapat meningkat. Faktor produksi kewirausahaan dapat diartikan
sebagai keahlian atau ketrampilan yang digunakan seseorang dalam
mengkordinasikan dan mengelola faktor produksi lainnya untuk menghasilkan
barang atau jasa.
Kenyataannya, proses konversi dengan efisien yang tinggi sering sangat
sulit untuk diwujudkan. Seperti telah dijelaskan tidak sedikit faktor ketidakpastian
yang menghadang dan membuat proses produksi tidak terkendali. Berbagai faktor
35
ketidakpastian yang dimaksud antara lain ketidakakuratan data, kerusakan mesin
tiba-tiba, kekurangan persediaan bahan baku, dan kesalahan rancangan produk.
Untuk meminimumkan pengaruh negatif dari faktor ketidakpastian tersebut maka
proses konversi dan semua elemen pendukungnya harus direncanakan dengan
baik. Perencanaan yang baik akan memberikan proses konversi terkendali
sehingga output yang diinginkan dapat dihasilkan secara efisien, tepat waktu,
tepat mutu dan tepat jumlah (Sinulingga, 2013:24).
Manajemen operasi berfungsi sebagai pengelola sistem transformasi yang
mengubah input menjadi output yang berupa barang dan jasa. Sistem tersebut
adalah energi, material, tenaga kerja, modal dan informasi. Semua asupan ini
diubah menjadi barang dan atau jasa melalui teknologi proses, yaitu metode
tertentu yang digunakan untuk melakukan transformasi tersebut. Jenis asupan
yang digunakan antara satu industri dengan industri lainnya berbeda-beda.
Operasi pada perusahaan yang menghasilkan barang seperti perusahaan
manufaktur atau perusahaan industri lainnya memerlukan asupan berupa modal
dan energi untuk mesin-mesinnya, fasilitas dan peralatannya. Tenaga kerja
dibutuhkan untuk mengoperasikan dan memelihara peralatan, sedangkan asupan
berupa material menjadi dasar proses konversi dari bahan baku menjadi barang
jadi (Nasution, 2006:2-3).
2.5.3. Model Produksi
Produksi yaitu proses mentransformasikan bahan baku menjadi produk
jadi sesuai kebutuhan konsumen. Menentukan sistem, langkah, jadwal,
pemeriksaan, dan pengepakan. Kegiatan produksi dilaksanakan berdasarkan
36
peramalan kebutuhan atau atas dasar pesanan (Siahaya, 2015:18). Menurut
Encyclopedia Americana (1965) dalam Sinulingga (2013:8) salah satu model
produksi yaitu Produksi Primer. Produksi primer mencakup semua kegiatan
produksi yang sifatnya mengambil (mengekstrak) bahan dari sumber daya alam.
Termasuk dalam model ini adalah kegiatan produksi pertanian, pertambangan,
penggalian, perikanan, kehutanan, peternakan yang outputnya sepenuhnya
tergantung pada kekayaan alam dan nilainya sebagian besar ditentukan oleh nilai
bahannya.
Budidaya atau usahatani merupakan bagian dari subsistem agribisnis yang
termasuk dalam subsistem onfarm. Dalam pertanian, budidaya merupakan
kegiatan terencana pemeliharaan sumber daya hayati yang dilakukan pada suatu
areal lahan untuk diambil manfaat/hasil panennya. Kegiatan budidaya dapat
dianggap sebagai inti dari usahatani. Salah satu kegiatan budidaya, yaitu budidaya
tanaman sayuran. Berdasarkan tujuannya, budidaya tanaman sayuran dibagi dalam
lima macam, yaitu (Sumeru, 1995:170):
a. Budidaya pekarangan yaitu hasil panen dari budidaya ini digunakan untuk
keperluan sendiri. Aktivitas usaha dilakukan disekitar rumah tinggal atau
perkarangan. Jenis dan jumlah tanaman tidak banyak dan pemeliharaan
kurang intensif. Sayuran yang ditanam misalnya, cabai, tomat, kemangi
dan lain lain.
b. Budidaya sayuran komersil, yang hasil panennya biasanya langsung dijual
ke pasar. Aktivitas usaha dilakukan pada sebidang tanah yang cukup luas.
Jenis dan jumlah tanaman lebih banyak dibandingkan dengan budidaya
37
pekarangan. Pemeliharaan tanaman dilakukan secara intensif dengan
mempertimbangkan biaya produksi dan perkiraan pendapatan.
c. Budidaya agrobisnis yaitu sama dengan budidaya komersil, hanya saja
skala usahanya lebih besar. Aktivitas usaha dilakukan di tempat yang jauh
dari pasar, sehingga memerlukan unit pengangkutan yang cukup besar.
Perhitungan biaya produkis lebih kompleks, karena jenis pekerjaan lebih
bervariasi.
d. Budidaya sayuran olahan atau agroindustri, yaitu hasil panen dari
budidaya ini diolah lebih lanjut, misalnya diawetkan dalam kaleng. Areal
usahatani ini sangat luas dengan menggunakan peralatan mesin pertanian
yang canggih. Beberapa aktivitas usaha yang dilakuakan dalam
pengolahan hasil ini antara lain pengalengan, pembekuan, dehidrasi,
budidaya rumah kaca.
2.5.4. Keberhasilan Produksi
Sebagian besar persoalan manajemen berkenaan dengan penggunaan
sumber secara efisien atau alokasi sumber-sumber yang terbatas (tenaga kerja
terampil, bahan baku, modal) untuk mencapai tujuan yang diinginkan seperti
penerimaan hasil penjualan yang harus maksimum. Dalam praktiknya dimana
pimpinan perusahaan bermaksud atau bertujuan untuk mencapai hasil penjualan
sebesar mungkin (maximum revenue). Logikanya pimpinan harus memutuskan
untuk memproduksi sebanyak-banyaknya, maka kalau semua barang tersebut laku
terjual, tentu akan diperoleh jumlah hasil penjualan sebanyak-banyaknya.
Keadaan belum tentu semulus itu, ternyata pimpinan harus menghadapi
38
pembatasan-pembatasan, misalnya jumlah permintaan masyarakat tidak sebanyak
yang diproduksi, atau persediaan bahan mentah yang ternyata hanya tersedia
sekian saja tidak bisa lebih, modal terbatas, sampai dengan permintaan
masyarakat ternyata juga terbatas (Supranto, 2009:69-70).
Keuntungan (laba) bagi suatu perusahaan sangat dipengaruhi atau
ditentukan oleh interaksi antara jumlah penerimaan, biaya tetap, dan biaya
variabel. Dengan demikian setiap perubahan dari variabel-variabel ini akan
mempengaruhi tingkat laba. Analisis menunjukkan adanya hubungan 4 variabel
yaitu hasil penjualan, biaya variabel, biaya tetap, dan volume atau output
(produk), terhadap laba perusahaan. Jumlah penerimaan hasil penjualan dan
jumlah biaya sangat berkaitan dan sangat ditentukan oleh banyaknya output
(produk) (Supranto, 2009:26-36).
Anggaran yang paling penting bagi perusahaan ialah anggaran yang
berasal dari penerimaan hasil penjualan (sales income or revenue). Penjualan
merupakan sumber keuntungan. Maka dari itu berbagai usaha telah ditempuh oleh
pimpinan melalui kegiatan promosi penjualan guna meningkatkan hasil penjualan.
Selanjutnya penjualan pun ditentukan oleh mutu produk yang diproduksi.
Kenaikan permintaan akan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan jika
perusahaan dapat memproduksi jumlah produk yang sesuai dengan permintaan
(Supranto, 2009:24-25).
2.5.5. Perencanaan Produksi
Perencanaan merupakan kegiatan penting dalam manajemen produksi,
karena dalam perencanaan terkandung arah kebijakan perusahaan, fokus kegiatan,
39
rencana kerja operasional, serta sangat terkait dengan penyediaan dan penggunaan
sumber daya manusia dan keuangan (Herjanto, 2007:11). Menurut Joel G. Seigel
dan Jae K. Shim dalam Fahmi (2012:9), perencanaan adalah pemilihan tujuan
jangka pendek dan jangka panjang serta merencanakan taktik dan strategi untuk
mencapai tujuan tersebut. Menurut Sinulingga (2013:24), perencanaan yang baik
akan memberikan proses konversi terkendali sehingga output yang diinginkan
dapat dihasilkan secara efisien, tepat waktu, tepat mutu, dan tepat jumlah. Dalam
perencanaan, manajer operasi menentukan tujuan dari subsistem operasi dari
organisasi dan mengembangkan program, kebijaksanaan dan prosedur yang
diperlukan untuk mencapai tujuan itu. Tahap ini mencakup penentuan peranan dan
fokus dari operasi, termasuk perencanaan produk, perencanaan fasilitas, dan
perencanaan penggunaan sumber daya produksi (Herjanto, 2007:4).
Menurut The American Production and Inventory Control Society dalam
Sinulingga (2013:26), perencanaan produksi ialah suatu kegiatan yang berkenaan
dengan penentuan apa yang harus diproduksi, berapa banyak diproduksi, kapan
diproduksi dan apa sumber daya yang dibutuhkan untuk mendapatkan produk
yang telah ditetapkan. Lalu menurut Biegel (1992:190), rencana produksi harus
menyediakan jumlah produk yang diinginkan pada waktu yang tepat dan pada
jumlah biaya yang minimum dengan kualitas yang memenuhi syarat. Rencana
produksi tersebut akan menjadi dasar bagi pembentukan anggaran operasi, dan
membuat keperluan tenaga kerja serta keperluan jam kerja baik untuk waktu kerja
biasa maupun waktu kerja lembur. Selanjutnya, rencana produksi tersebut juga
40
digunakan untuk menetapkan keperluan peralatan dan tingkat persediaan yang
diharapkan.
Penggolongan jenis perencanaan dalam manajemen produksi berkaitan
erat dengan jenis keputusan yang diambil dan jangka waktu implementasinya
(Herjanto, 2007:11). Penggolongan jenis perencanaan dalam manajemen produksi
berkaitan erat dengan jenis keputusan yang diambil dan jangka waktu
implementasinya. Semakin strategis jenis keputusan yang diambil semakin tinggi
pula posisi pengambil keputusan. Secara umum, perencanaan dapat dibagi dalam
tiga golongan, yaitu (Herjanto, 2007:11-12):
a. Perencanaan Jangka Panjang
Perancanaan jangka panjang berhubungan dengan hal-hal strategis
sehingga pengambilan keputusannya menjadi tanggung jawab pimpinan
puncak. Perencanaan ini meliputi penyusunan kebijakan, misalnya
menyangkut lokasi fasilitas, penentuan kapasitas, pengembangan produk
baru, penelitian dan pengembangan, serta investasi. Perancanaan jangka
panjang biasanya mencakup waktu implementasi lebih dari 2 tahun.
b. Perencanaan Jangka Menengah
Perencanaan jangka menengah dimulai setelah perencanaan jangka
panjang dibuat, umumnya memiliki horizon waktu sekitar 6 bulan sampai
2 tahun. Perencanaan ini merupakan tugas manajer operasi/produksi, yang
akan membuat keputusan taktis. Perencanaan jangka menengah harus
konsisten dengan strategi yang telah dibuat pimpinan puncak dan
dilaksanakan diantara sumber daya yang telah diputuskan/disediakan oleh
41
keputusan strategi sebelumnya. Termasuk dalam kelompok perencanaan
produksi agregat, penentuan tingkat tenaga kerja, dan perencanaan tingkat
persediaan.
c. Perencanaan Jangka Pendek
Perencanaan jangka pendek mencakup waktu yang relatif pendek,
biasanya tidak lebih dari 6 bulan. Perencanaan ini menjadi tanggung jawab
personel produksi yang bekerja dengan penyelia atau kepala seksi untuk
menjabarkan perencanaan jangka menengah menjadi rencana operasional
dalam bulanan, mingguan, atau harian. Jenis kegiatan yang dapat
digolongkan sebagai perencanaan jangka pendek ialah penugasan kerja
baik untuk manusia maupun mesin, pembebanan pekerjaan, penjadwalan,
pengurutan jenis pekerjaan, dan pengiriman.
Sebelum membuat perencanaan produksi, terlebih dahulu harus ditentukan
terlebih dahulu tingkat permintaan dari konsumen. Dengan demikian dapat
ditentukan jumlah produksi sesuai dengan jumlah permintaan, sehingga dapat
menghindari terjadinya over production (produksi berlebih) dan under production
(produksi kurang). Under production dapat menyebabkan timbulnya dua
persoalan yaitu pertama dalam jangka pendek, perusahaan kehilangan kesempatan
menjual. Kedua, dalam jangka panjang banyak langganan yang tidak puas atau
kecewa dan akan menjadi langganan perusahaan lain (Supranto, 2009:25).
Usaha produksi pertanian, produksi primer, sangat variatif dan sangat
bergatung kepada jenis komoditas yang diusahakan. Salah satu cakupan dalam
manajemen produksi pertanian yaitu perencanaan produksi pertanian.
42
Perencanaan merupakan suatu upaya penyusunan program baik program jangka
panjang maupun jangka pendek. Faktor-faktor yang sangat penting dan harus
diputuskan dalam praperencanaan dalam agribisnis, khususnya subsistem
produksi primer atau usahatani, adalah pemilihan komoditas, pemilihan lokasi
produksi pertanian dan penempatan fasilitas, serta skala usaha. Setelah ketiga hal
tersebut diputuskan, maka dibuat rencana yang lebih spesifik yaitu perencanaan
proses produksi pertanian. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam
perencanaan proses produksi pertanian yaitu biaya produksi, penjadwalan proses
produksi, pola produksi, dan sumber-sumber input dan sistem pengadaannya
(Gumbira dan Harizt, 2004:44-49).
2.6. Linear programming
2.6.1. Pengertian Linear programming (LP)
Linear programming ialah salah satu teknik dari riset operasi untuk
memecahkan persoalan optimalisasi (maksimisasi atau minimisasi) dengan
menggunakan persamaan dan pertidaksamaan linier dalam rangka untuk mencari
pemecahan yang optimum dengan memperhatikan pembatasan-pembatasan yang
ada (Supranto, 2009:76). Menurut Soekartawi (2016:101), problem dalam Linear
programming adalah memperhatikan penggunaan atau alokasi yang efisien dari
sumberdaya-sumberdaya yang terbatas untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Problem ini dicirikan oleh sejumlah solusi untuk memenuhi kondisi dasar setiap
problem. Pemilihan solusi yang diutamakan ialah meliputi pemecahan terbaik
terhadap suatu problem yang terikat pada beberapa tujuan atau untuk semua
tujuan, yang dinyatakan secara tidak langsung didalam pernyataan dari problem
43
tersebut. Suatu solusi yang memuaskan semua kondisi problem mengenai tujuan
yang telah ditetapkan dinamakan solusi optimum.
Linear programming adalah sebuah metode matematis yang
berkarakteristik linear untuk menemukan suatu penyelesaian optimal dengan cara
memaksimumkan atau meminimumkan fungsi tujuan terhadap satu susunan
kendala (Siswanto, 2007:26). Problem LP mempunyai suatu fungsi linear dari
variabel tertentu untuk menolong memilihkan solusi terhadap problem yang telah
ditetapkan. Kombinasi variabel dalam bentuk linier tersebut dinamakan fungsi
tujuan yang harus dimaksimumkan atau diminimumkan. Dengan ditambahnya
kondisi untuk memaksimumkan atau meminimumkan fungsi tujuan, maka dapat
dipilih solusi tunggal yang memenuhi semua kondisi suatu problem. Pada
umumnya kombinasi pembatas yang linier dari problem LP dalam
mengoptimasikan fungsi tujuan secara linear, dapat melalui sistem yang tidak
dapat dideterminasi dari persamaan linier (Soekartawi, 2016:105).
Program linier merupakan model matematik untuk mendapatkan alternatif
penggunaan terbaik atas sumber-sumber organisasi. Kata sifat linier digunakan
untuk menunjukkan fungsi-fungsi matematik yang digunakan dalam bentuk linier
dalam arti hubungan langsung dan persis proposional. Program menyatakan
penggunaan teknik matematik tertentu. Jadi pengertian program linier adalah
suatu teknik perencanaan yang bersifat analitis yang analisisnya menggunakan
model matematis, dengan tujuan menemukan beberapa kombinasi alternatif
pemecahan optimum terhadap persoalan (Aminudin, 2005:11).
44
2.6.2. Syarat-Syarat Suatu Persoalan Linear programming (LP)
Di bawah ini syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu persoalan dapat
dipecahkan dengan teknik LP, yaitu (Supranto, 2009:79-80):
a. Fungsi objektif harus didefinisikan secara jelas dan dinyatakan sebagai
fungsi objektif yang linier. Misalnya jumlah hasil penjualan harus
maksimum, jumlah biaya transport harus minimum.
b. Harus ada alternatif pemecahan untuk dipilih salah satu yang terbaik.
c. Sumber-sumber dan aktivitas mempunyai sifat dapat ditambahkan
(additivity).
d. Fungsi objektif dan ketidaksamaan untuk menunjukkan adanya
pembatasan harus linear.
e. Variabel keputusan harus positif, tidak boleh negatif (xj ≥ 0, untuk
semua j).
f. Sumber-sumber dan aktivitas mempunyai sifat dapat dibagi (divisibility).
g. Sumber-sumber dan aktivitas mempunyai jumlah yang terbatas.
h. Aktivitas harus proporsional terhadap sumber-sumber. Hal ini berarti ada
hubungan yang linear antara aktivitas dengan sumber-sumber.
i. Model programming deterministik, artinya sumber dan aktivitas
diketahui secara pasti (single-valued expectations).
2.6.3. Asumsi-Asumsi dalam Linear programming (LP)
Menurut Frederick S. Hillier dan Gerald J. Lieberman (2000) dalam
Wijaya (2013:11-12), terdapat empat asumsi dalam Linear programming, yaitu:
45
a. Proposionalitas, naik atau turunnya nilai Z dan penggunaan sumber daya
yang tersedia akan berubah berbanding lurus dengan perubahan tingkat
kegiatan (x).
b. Aditivitas, bahwa untuk setiap fungsi, nilai fungsi total dapat diperoleh
dengan menjumlahkan kontribusi-kontribusi individual dari masing-
masing kegiatan.
c. Divisibilitas, kadang-kadang variabel-variabel keputusan yang
dihasilkan oleh setiap kegiatan tidak selalu menghasilkan angka fisik
yang bulat (integer) akan tetapi juga dapat berupa bilangan pecahan
(non-integer).
d. Kepastian, semua parameter model nilai-nilai (dalam Linear
programming) merupakan konstanta-konstanta yang diketahui. Dalam
praktek, asumsi ini jarang dipenuhi secara tepat. Model Linear
programming biasanya dirumuskan untuk memilih tindakan di masa
yang akan datang, sedangkan kondisi yang akan datang itu sendiri
membawa ketidakpastian.
2.6.4. Model Linear programming (LP)
Model adalah sebuah tiruan terhadap realitas. Langkah untuk membuat
peralihan dari realita ke model kuantitatif, dinamakan perumusan model, adalah
sebuah langkah penting pertama pada penerapan teknik Operation Research, di
dalam manajemen. Model Linear programming mempunyai tiga unsur utama
yaitu (Siswanto, 2007:25):
46
1. Variabel Keputusan
Variabel keputusan adalah variabel persoalan yang akan mempengaruhi
nilai tujuan yang hendak dicapai.
2. Fungsi Tujuan
Fungsi tujuan menggambarkan apa yang ingin dicapai perusahaan
dengan menggunakan sumber daya yang ada. Fungsi tujuan
digambarkan dalam bentuk maksimasi (misalnya untuk laba,
penerimaan, produksi, dan lain-lain) atau minimasi (misalnya untuk
biaya) yang biasanya dinyatakan dalam notasi Z (Wijaya, 2013:9). Lalu
menurut Herjanto (2007:44), fungsi tujuan merupakan suatu persamaan
fungsi linear dari variable tujuan, misalkan pendapatan, keuntungan, atau
biaya. Dalam fungsi tujuan juga harus dijelaskan apakah tujuannya
memaksimalkan atau meminimalkan variabel. Variabel seperti
keuntungan, produksi, dan penjualan, bertujuan untuk dimaksimalkan,
sedangkan variabel seperti biaya dan resiko bertujuan untuk
diminimalkan.
3. Fungsi Kendala/Batasan
Fungsi kendala/batasan menggambarkan atau menunjukkan keterbatasan
sumberdaya dalam memproduksi produk tersebut. Untuk kasus linier
programming kendala/batasan yang dihadapi berjumlah lebih dari satu
kendala/batasan (Wijaya, 2013:10). Fungsi batasan dapat dikelompokkan
menjadi dua macam, yaitu (Aminudin, 2005:12):
a. Fungsi batasan fungsional, yaitu fungsi-fungsi batasan sebanyak m.
47
b. Fungsi batasan non-negatif, yaitu variabel xj ≥ 0.
2.6.5. Bentuk Umum Linear programming (LP)
Bentuk umum model program linear yaitu (Aminudin, 2005:11-12):
Optimumkan
∑
Dengan batasan:
Z = ∑ ≥ ≤ , untuk i = 1, 2, 3, ... , m
≥ 0, untuk j = 1, 2, 3, ... , n
Atau dapat ditulis secara lengkap sebagai berikut:
Optimumkan
Z = c1x1 + c2x2 + ... + cnxn
Dengan batasan:
a11x1 + a12x2 + ... a1nxn ≥ ≤ b1
a21x1 + a22x2 + ... a2nxn ≥ ≤ b2
am1x1 + am2x2 + ... amnxn ≥ ≤ bm
x1 , x2 , x3 , ... , xn ≥ 0
Keterangan:
Z = Fungsi tujuan yang dicari nilai optimalnya (maksimal, minimal).
cj = Kenaikan nilai Z apabila ada pertambahan tingkat kegiatan xj dengan
satu satuan unit atau sumbangan setiap satuan keluaran kegiatan j
terhadap Z.
n = Macam kegiatan yang menggunakan sumber atau fasilitas yang tersedia.
m = Macam batasan sumber atau fasilitas yang tersedia.
xj = Tingkat kegiatan ke-j (variabel keputusan).
aij = Banyaknya sumber i yang diperlukan untuk menghasilkan setiap unit
keluaran kegiatan j.
bi = Kapasitas sumber i yang tersedia untuk dialokasikan ke setiap unit
Z =
48
kegiatan.
aij, bi, cj= Parameter model.
Struktur model matematis teknik Linear programming diawali oleh fungsi
tujuan yaitu sebuah fungsi matematika yang mencerminkan tujuan model. Fungsi
tujuan itu harus diminimumkan atau dimaksimumkan terhadap suatu susunan
kendala sehingga di dalam fungsi tujuan harus muncul pernyataan mengenai arah
tersebut. Oleh karena itu, hanya ada dua kemungkinan fungsi tujuan, yaitu
(Siswanto, 2007:28) :
(1) Maksimumkan Z = f (X1, X2, ... , Xn)
(2) Minimumkan Z = f (X1, X2, ... , Xn)
Dalam hal ini, notasi Z digunakan untuk menandai nilai fungsi tujuan, dimana
nilai Z tergantung kepada nilai X1, X2, ... , Xn yang berfungsi sebagai variabel
bebas.
2.6.6. Teknik Linear programming (LP)
Pemecahan masalah dalam Linear programming dapat menggunakan
beberapa teknik, diantaranya yaitu (Herjanto, 2007:45-56):
a. Teknik Aljabar
Teknik aljabar merupakan teknik yang paling sederhana tetapi kurang
efisien, terutama apabila jumlah batasan cukup banyak. Cara aljabar
mencari penyelesaian dengan pendekatan trial and error untuk
mendapatkan hasil yang optimal.
49
b. Teknik Grafik
Teknik grafik juga cukup sederhana tetapi hanya dapat digunakan untuk
permasalahan yang memiliki dua variabel saja, yaitu dalam bentuk grafik
dua dimensi. Pemecahan persoalan dengan cara grafik dilakukan dengan
membuat garis dari masing-masing persamaan batasan dalam suatu grafik.
Apabila garis persamaan batasan sudah dibuat maka dapat diperoleh suatu
daerah yang fisibel bagi nilai-nilai variabelnya, yaitu daerah yang
memenuhi semua persamaan batasan yang ada. Dari daerah fisibel tersebut
dicari titik-titik ekstrim yang memungkinkan diperolehnya nilai optimal
dari fungsi tujuan. Selanjutnya dengan memasukkan titik-titik ekstrim
tersebut ke dalam fungsi tujuan akan diperoleh suatu titik ekstrim yang
optimal.
c. Metode Simpleks
Metode simpleks adalah suatu metode yang secara sistematis dimulai dari
suatu penyelesaian dasar yang fisibel ke penyelesaian dasar fisibel lainnya,
yang dilakukan berulang-ulang (iteratif) sehingga tercapai suatu
penyelesaian optimum. Pada setiap iterasi akan dihasilkan nilai fungsi
tujuan yang selalu lebih besar atau sama dengan iterasi sebelumnya. untuk
memecahkan persoalan dengan metode simpleks, model Linear
programming harus dalam bentuk standar.
d. Teknik dengan Perangkat Lunak (Software)
Dalam memecahkan persoalan Linear programming baik yang memiliki
jumlah variabel maupun batasan yang besar telah dikembangkan berbagai
50
perangkat lunak komputer, antara lain LINDO, LP88, OR
COURSEWARE, PC-POM, STORM, CMMS, dan MSIS. Diantara
berbagai perangkat lunak itu, LINDO merupakan salah satu yang
pemakaiannya cukup luas.
2.6.7. Analisis Pasca Optimalitas
Analisis pasca optimalitas, yaitu analisis yang dilakukan setelah suatu
pemecahan optimal diperoleh. Analisis ini merupakan bagian penting dari
perhitungan menggunakan metode Linear programming. Pemecahan optimal dari
model awal memberikan informasi hasil yang dicapai dengan kondisi yang
diberikan. Analisis pasca optimalitas juga memberikan informasi yang berharga
berkaitan dengan perubahan parameter-parameter dan variabel-variabel yang
digunakan. Penyesuaian kadang diperlukan untuk memperoleh hasil yang lebih
optimal lagi melalui beberapa perubahan bentuk model, yang menggambarkan
perubahan aktivitas dan kapasitas sumberdaya. Untuk itu diperlukan pengenalan
terhadap beberapa istilah sebagai berikut (Herjanto, 2007:56):
a. Reduced Cost
Reduced cost untuk suatu variabel menunjukkan jumlah dimana nilai
fungsi tujuan akan berkurang apabila 1 unit variabel itu ditambahkan
dalam keputusan. Dengan kata lain nilai reduce cost memberikan
informasi bahwa sebaiknya produk tersebut tidak diproduksi, karena
nantinya jika diproduksi nilai Z atau nilai fungsi tujuan akan berkurang
sebesar nilai reduce cost yang didapat.
51
b. Sumberdaya Langka
Suatu sumberdaya disebut langka atau terbatas (scarce) jika slack/surplus
variabel yang berhubungan dengan sumberdaya itu bernilai nol pada solusi
optimal. Sebaliknya jika nilainya lebih dari nol maka sumberdaya tersebut
adalah sumberdaya berlebih atau tidak habis terpakai.
c. Harga Bayangan
Harga bayangan (shadow price, dual price, unit worth) dari suatu
sumberdaya i menunjukkan nilai marginal dari sumberdaya itu, yaitu
kontribusi setiap unit sumberdaya i terhadap fungsi tujuan Z. Harga
bayangan juga menandakan apakah sumberdaya tersebut sumberdaya aktif
atau tidak.
Analisis pasca optimalitas terdiri dari:
1. Analisis Primal-Dual
Konsep dualitas menyatakan dalam setiap permasalahan Linear
programming mempunyai dua bentuk yang saling berhubungan dan
keterkaitan. Dapat pula diartikan sebagai “lawan dari”, maksudnya apabila
terdapat persamaan mula-mula dalam bentuk primal maka mempunyai
lawan dalam bentuk dual, jika bentuk dual itu dianggap sebagai primal
maka bentuk dualnya adalah persamaan mula-mula tersebut di atas.
Bentuk pertama (asli) dinamakan primal, sedangkan bentuk kedua adalah
dual (Wijaya, 2013:99).
Analisis primal merupakan alat analisis yang digunakan untuk mengetahui
kombinasi produksi yang dapat menghasilkan tujuan yang diinginkan
52
dengan keterbatasan sumber daya yang ada. Analisis primal nantinya akan
menjelaskan nilai dari variabel keputusan optimal dan nilai fungsi tujuan
yang didapatkan dari perhitungan menggunakan Lindo. Informasi hasil
olahan Lindo yang akan dianalisis menggunakan analisis primal yaitu
informasi yang letaknya dibawah label Objective Function Value,
informasi yang letaknya dibawah label Value, dan informasi yang letaknya
dibawah label Reduced Cost (Siswanto, 2007:184).
Analisi dual adalah analisis untuk mengetahui penilaian terhadap
sumberdaya dengan melihat kekurangan (slack) atau kelebihan (surplus)
dan nilai dualnya. Kekurangan dan kelebihan digunakan untuk menandai
sisa atau kelebihan kapasitas yang akan terjadi pada variabel optimal.
Informasi hasil olahan Lindo yang akan dianalisis menggunakan analisis
dual ini yaitu informasi yang letaknya di bawah label Slack or Surplus dan
informasi yang letaknya dibawah label Dual Prices (Siswanto, 2007:185).
2. Analisis Sensitivitas
Apabila permasalahan dalam Linear programming telah diselesaikan dan
telah menghasilkan solusi optimal belum berarti permasalahan telah
selesai. Masih terdapat kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi
sebagai akibat perubahan-perubahan pada bagian tertentu. Misalnya
perubahan pada pembatas (kapasitas) kendala, koefisien pada kendala,
koefisien fungsi tujuan, penambahan variabel baru, dan penambahan
kendala baru. Semua perubahan tersebut tentunya dapat berpengaruh
terhadap hasil solusi optimum yang telah ada. Untuk mengatasi perubahan
53
yang demikian maka diperlukan suatu alat analisis yang digunakan agar
proses perhitungan tidak dilakukan dari awal. Alat analisis yang dapat
digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan analisis sensitivitas.
Analisis sensitivitas juga digunakan untuk menjawab nilai variabel dual.
Dalam analisis sensitivitas nantinya dapat dianalisis seberapa besar
kenaikan atau penurunan yang masih dapat ditolerir dan tidak
mempengaruhi hasil optimum (Wijaya, 2013:75-88).
2.7. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan suatu penelitian yang dilakukan sebelum
penelitian ini dimulai, yang dimana penelitian-penelitian tersebut dianggap
sebagai rujukan peneliti dalam melakukan penelitian. Adapun penelitian terdahulu
yang menjadi bahan rujukan peneliti dalam melakukan penelitian ini terdiri dari
tiga penelitian.
Penelitian pertama yang menjadi bahan rujukan peneliti yaitu penelitian
yang berjudul Perencanaan Produksi Sayuran Hidroponik Parung Farm di Unit
Kebun Parung-Bogor. Penelitian ini dilaksanakan oleh Wiwin Iswardani pada
tahun 2011. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian tersebut yaitu
pendapatan yang diperoleh dari budidaya kangkung lebih besar daripada
pendapatan yang didapatkan dari budidaya bayam. Tetapi kenyataannya budidaya
bayam masih dilakukan oleh parung farm dikarenakan masih terdapat permintaan
dari konsumen terhadap produk bayam. Berdasarkan hal tersebut perusahaan perlu
perencanaan produksi yang dapat secara optimal menghasilkan keuntungan dan
efisensi dalam penggunaan sumber daya, serta pengambilan keputusan yang
54
sesuai dalam pemenuhan permintaan pasar untuk menjamin kontinuitas produksi.
Alat analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu teknik peramalan deret
waktu dan Linear programming. Hasil penelitian ini didapatkan operasional
produksi sayuran bayam dan kangkung meliputi rata-rata produksi perbulan, biaya
yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit produk, rata-rata pendapatan total
dari produk bayam dan kangkung, dan ketersediaan sumber daya atau faktor
produksi yang dibutuhkan untuk budidaya bayam dan kangkung. Lalu dihasilkan
pula perencanaan produksi yang meliputi saran kombinasi dan jumlah produk
yang sebaiknya diproduksi setiap bulannya agar nantinya perusahaan
mendapatkan keuntungan total dari berproduksi secara optimal.
Penelitian selanjutnya yang menjadi bahan rujukan peneliti yaitu
penelitian yang berjudul Perencanaan Produksi Sayuran Organik untuk Memenuhi
Kebutuhan Pasar Retail Modern. Penelitian ini dilaksanakan oleh Chintya
Mayawati pada tahun 2015. Permasalahan yang diangkat di penelitian ini yaitu
produsen sayuran organik yaitu CV. Tani Organik Merapi (TOM) belum mampu
memenuhi seluruh permintaan sayuran organik di retail modern. Faktor pembatas
yang digunakan dalam penelitian ini hanya luas lahan dan tingkat permintaan dari
masing-masing jenis sayuran. Perencanaan yang dilakukan adalah perencanaan
produksi jangka pendek yaitu perencanaan yang dibuat untuk memenuhi
permintaan satu bulan yaitu untuk periode Januari 2016. Alat analisis yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik peramalan dan linear programing.
Hasil dari penelitian ini yaitu didapatkannya kombinasi dan jumlah produk
optimal untuk perencanaan produksi sayuran organik di CV. Tani Organik Merapi
55
(TOM). Lalu pada penelitian ini juga dihasilkan analisis sensitivitas terhadap
profit, penggunaan lahan, dan permintaan pasar. Dari penelitian ini didapatkan
pula profit maksimum yang bisa diperoleh oleh CV. Tani Organik Merapi (TOM)
jika berproduksi secara optimal.
Selanjutnya penelitian yang juga menjadi bahan rujukan peneliti yaitu
skripsi yang berjudul Optimalisasi Usahatani Sayuran Hidroponik Kasus Carnegie
Hydroponics Kecamatan Ciseeng Kabupaten Bogor yang ditulis oleh Mokhamad
Carnegie Trihandono. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendapatkan
tingkat produksi optimal bagi perusahaan, dan juga untuk mengetahui pendapatan
maksimum yang bisa didapatkan oleh perusahaan jika berproduksi secara optimal.
Penelitian ini dilakukan di Carnegie Hydroponics. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu Linear programming dengan pengolahan datanya
menggunakan aplikasi Lindo.
Penelitian yang akan dilaksanakan ini memiliki persamaan dan perbedaan
dengan penelitian terdahulu. Persamaan dan perbedaan dari penelitian yang akan
dilaksanakan ini dengan penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 2.
56
Tabel 2. Perbedaan dan Persamaan dengan Penelitian Terdahulu
Penelitian Persamaan Perbedaan
Perencanaan Produksi
Sayuran Hidroponik
Parung Farm di Unit
Kebun Parung-Bogor.
Oleh Wiwin Iswardani
(2011).
Alat analisis yaitu
Linear programming.
Variabel keputusan
yaitu jumlah produk.
Komoditas dan tempat
objek penelitian.
Pada penelitian ini
menggunakan
peramalan deret waktu.
Perencanaan Produksi
Sayuran Organik untuk
Memenuhi Kebutuhan
Pasar Retail Modern.
Oleh Chintya
Mayawati (2015).
Alat analisis yaitu
Linear programming.
Variabel keputusan
yaitu jumlah produk.
Komoditas dan tempat
objek penelitian.
Optimalisasi Usahatani
Sayuran Hidroponik
Kasus Carnegie
Hydroponics Kec.
Ciseeng Kab. Bogor.
Oleh Mokhamad
Carnegie Trihandono
(2017).
Sama sama
menggunakan Linear
programming.
Tempat penelitian.
Penelitian ini di
khususkan untuk
melihat tingkat
produksi yang optimal.
2.8. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka
kerangka pemikiran pada penelitian ini dibuat untuk menggambarkan langkah
penelitian untuk mendapatkan perencanaan produksi aneka jenis sayuran Lettuce
dan Kale hidroponik di tiga kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya. Alur
pemikiran penelitian ini dimulai dari PT. Kebun Pangan Jaya adalah salah satu
produsen sayuran untuk supermarket, hotel, restoran, dan cafe di sekitar wilayah
Jakarta dan Tangerang. Dalam kegiatan usahanya PT. Kebun Pangan Jaya juga
mengalami beberapa masalah diantaranya target penjualan yang tiap bulannya
tidak bisa tercapai, tidak terpenuhinya permintaan dari konsumen PT. Kebun
57
Pangan Jaya, produk sayuran yang dihasilkan tidak tepat waktu dan tepat jumlah
saat dikirimkan ke konsumen, dan masalah yang timbul dari karakteristik sayuran
yang mudah rusak. Selain itu, sayuran Lettuce dan Kale yang diproduksi tidak
hanya satu jenis, dan aneka jenis sayuran Lettuce dan Kale yang dipasarkan oleh
PT. Kebun Pangan Jaya adalah sayuran yang berasal dari tiga kebun produksi PT.
Kebun Pangan Jaya. Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut,
dibutuhkan suatu perencanaan produksi yang optimal dimana dapat efisien dalam
menggunakan input produksi atau sumberdaya yang dimiliki, sehingga efisien
dalam mengeluarkan biaya produksi, dan dapat maksimal dalam memenuhi
permintaan dari konsumen. Serta yang paling utama adalah dari menerapkan
perencanaan tersebut perusahaan dapat memperoleh keuntungan total secara
maksimal.
Langkah awal untuk bisa mendapatkan alternatif perencanaan produksi
sayuran Lettuce dan Kale hidroponik yaitu mengetahui terlebih dahulu operasional
produksi di PT. Kebun Pangan Jaya. Operasional produksi yang dimaksud yaitu
mengetahui penggunaan sumberdaya utama yaitu benih, media tanam rockwool,
larutan nutrisi AB Mix, lubang tanam atau hole dari tiap fase, dan jam tenaga
kerja. Setelah hal tersebut diketahui, langkah selanjutnya yaitu menghitung biaya
yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit sayuran Lettuce dan Kale. Dalam
hal ini biaya yang dihitung adalah biaya kotor, karena hanya menghitung biaya
dari sumberdaya utama yang digunakan. Langkah selanjutnya yaitu mengetahui
tingkat permintaan dari masing-masing jenis sayuran Lettuce dan Kale. Dalam
menentukan tingkat permintaan dari masing-masing sayuran menggunakan
58
metode statistik deskriptif yaitu teknik mean (rata-rata) dengan melihat data PO
atau permintaan terhadap sayuran Lettuce dan Kale selama satu tahun terakhir,
yaitu tahun 2017. Data PO atau permintaan terhadap aneka jenis sayuran Lettuce
dan Kale yang nantinya akan di analisis, adalah data kompilasi antara data
penjualan aneka jenis sayuran Lettuce dan Kale pada tahun 2017 dengan data PO
selama 3 bulan terakhir yaitu bulan April, Mei, dan Juni 2018. Hal tersebut
dikarenakan data PO atau permintaan pada tahun 2017 tidak tersedia secara
lengkap, dikarenakan tidak dicatat dengan baik oleh pihak manajemen PT. Kebun
Pangan Jaya.
Langkah selanjutnya yaitu mencari kombinasi produk optimal dengan
menggunakan metode Linear programming. Hasil dari pengolahan menggunakan
metode Linear programming dianalisa menggunakan analisis pasca optimalitas
agar benar-benar mendapatkan hasil yang optimal. Kombinasi produk optimal
yang didapatkan dijadikan acuan dalam membuat alternatif perencanaan produksi
Lettuce dan Kale di 3 kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya. Alur berpikir yang
tertuang pada kerangka pemikiran digambarkan secara rinci pada Gambar 10.
59
PT. Kebun Pangan Jaya
Masalah dalam Produksi dan Pemasaran Sayuran Lettuce dan Kale
Hidroponik
Karakteristik
Sayuran
Produk yang
dihasilkan
Kesulitan dalam
membuat perencanaan
produksi
Permintaan
berfluktuasi
Perencanaan Produksi Optimal
Efisiensi Maksimalisasi
Penggunaan SD:
Benih
Media tanam
Nutrisi AB Mix
Hole (Lubang tanam)
Tenaga Kerja
Alternatif Perencanaan Produksi Lettuce dan Kale Hidroponik di
PT. Kebun Pangan Jaya Tangerang Selatan, Banten
Permintaan
Konsumen
Terpenuhi
Linear Programming
Dijual dalam
keadaan segar
Mudah Rusak
Tidak tepat waktu.
Tidak tepat jumlah.
Tidak memenuhi target.
Biaya
Gambar 10. Kerangka Pemikiran
Jenisnya beragam
Diproduksi di 3
kebun produksi PT.
Kebun Pangan Jaya
Keuntungan
Analisis
Primal
Analisis
Dual
Analisis
Sensitivitas
Kombinasi
produk optimal
Alokasi
sumberdaya
Perubahan
nilai/jumlah
Variabel Keputusan
Tujuan Memaksimalkan Keuntungan
Fungsi Tujuan
Fungsi Kendala/Batasan Fungsi Kendala/Batasan
Jumlah dan
Kombinasi Produk Maksimisasi
60
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PT. Kebun Pangan Jaya yang berkantor
pusat di Jalan Pamulang Permai 2 No. 37, Serua, Ciputat, Kota Tangerang
Selatan, Banten. Kantor pusat berfungsi sebagai pusat pemasaran produk Kebun
Sayur. PT. Kebun Pangan Jaya memiliki tiga kebun produksi untuk memproduksi
Lettuce dan Kale hidroponik. Penelitian ini berlangsung dari bulan Juli 2018
sampai dengan bulan November 2018. Selama bulan Juli 2018 sampai Agustus
2018 penulis melakukan pengamatan lapangan (observasi) dengan mengikuti
kegiatan produksi mulai dari penyemaian sampai dengan pengemasan di tiga
kebun produksi PT Kebun Pangan Jaya, sedangkan bulan September penulis
melakukan wawancara mendalam mengenai semua hal yang berhubungan dengan
produksi, dan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
Lalu dari bulan Oktober sampai November penulis mengolah data, dan
menganalisis hasil olahan data yang merupakan hasil dari observasi dan
wawancara.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan
data kuantitatif. Data kualitatif yang digunakan yaitu seperti sejarah dan profil
perusahaan, struktur organisasi, dan sarana prasarana yang ada di perusahaan,
sedangkan data kuantitatif yang digunakan meliputi data penjualan, data produksi,
61
data biaya aneka jenis sayuran Lettuce dan Kale, data permintaan konsumen (PO),
dan data kebutuhan sumberdaya yang digunakan untuk memproduksi sayuran
Lettuce dan Kale.
Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dari pengamatan langsung terhadap proses produksi atau
budidaya Lettuce dan Kale yang dilakukan perusahaan dan hasil wawancara
dengan beberapa narasumber yaitu manajer produksi, manajer pemasaran,
supervisor produksi, pekerja di bidang produksi, dan staf penjualan. Data
sekunder diperoleh dari dokumen tertulis PT. Kebun Pangan Jaya dengan periode
data selama satu tahun terkahir yaitu tahun 2017 berupa data penjualan, data
produksi, data pemakaian sumberdaya atau bahan baku, dan data permintaan (PO)
selama tiga bulan terakhir yaitu bulan April, Mei, dan Juni 2018. Selain itu data
sekunder yang digunakan juga diperoleh dari penelitian terdahulu, serta beberapa
literatur yang menjadi bahan rujukan penelitian.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode wawancara, studi pustaka, dan observasi.
a. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan berkomunikasi dan bertanya langsung kepada
orang-orang yang terlibat dalam kegiatan proses produksi Lettuce dan Kale di
PT. Kebun Pangan Jaya. Pedoman wawancara yang digunakan berupa daftar
pertanyaan seputar proses produksi mulai dari kebutuhan sumber daya, waktu
62
produksi, sampai dengan hasil dari produksi. Pertanyaan tersebut diajukan
kepada narasumber yang terlibat dalam kegiatan proses produksi untuk
mengetahui informasi yang lebih mendalam. Pedoman wawancara tersebut
dapat dilihat pada Lampiran 1.
b. Observasi
Observasi dilakukan dengan cara mengikuti kegiatan proses produksi
budidaya Lettuce dan Kale di tiga kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya
yang bertujuan untuk memperoleh data terkait aktivitas operasional produksi
Lettuce dan Kale secara langsung. Observasi atau pengamatan secara langsung
dilakukan pada awal penelitian ini dimaksudkan untuk memperkuat hasil dari
wawancara, sehingga data yang didapatkan terkumpul lengkap.
c. Studi Pustaka
Studi pustaka dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mempelajari
literatur-literatur yang berhubungan dengan topik penelitian, antara lain buku
referensi, skripsi terdahulu, jurnal dan bahan bacaan lainnya yang
berhubungan dengan penelitian ini.
d. Kompilasi Data
Analisis dan penggunaan data tidak selalu sejalan akibat dari
ketidaklengkapan atau kerusakan dari data tersebut. Kompilasi data dilakukan
untuk mendapatkan metode-metode agar bisa mentransformasikan data yang
tidak lengkap tetapi mempunyai nilai-nilai yang potensial, menjadi suatu
kompilasi data yang lebih mempunyai arti (Faqih, 2016:5). Dalam penelitian
ini kompilasi data dilakukan untuk mendapatkan data permintaan konsumen
63
terhadap aneka sayuran Lettuce dan Kale pada tahun 2017. Hal tersebut
dikarenakan data permintaan konsumen tidak diketahui, maka pendekatan
yang dilakukan adalah dengan mengasumsikan data purchase order (PO)
merupakan data permintaan konsumen.
Ketersediaan data PO aneka sayuran Lettuce dan Kale pada tahun 2017 tidak
lengkap dikarenakan pihak PT. Kebun Pangan Jaya tidak melakukan
pencatatan terhadap orderan yang masuk melalui sistem. PO atau orderan
terhadap aneka sayuran Lettuce dan Kale yang masuk melalui 3 jalur yaitu
melalui email, WhatsApp, dan melalui sistem Link. Data PO yang masuk
melalui sistem hanya bisa dilihat sekali saja, dan tidak bisa disimpan,
terkecuali admin pada saat membuat salinan berbentuk hardcopy mencetak
sebanyak 2 lembar atau menulis manual kedalam pembukuan. Data yang
dikompilasi untuk mendapatkan gambaran permintaan konsumen terhadap
aneka sayuran Lettuce dan Kale pada tahun 2017 adalah data penjualan tahun
2017 dan data PO bulan April, Mei, dan Juni 2018. Diasumsikan bahwa PO
tahun 2017 mempunyai kesamaan dengan data PO pada tahun 2018. Data
penjualan aneka sayuran Lettuce dan Kale pada tahun 2017 dapat dilihat pada
Lampiran 2, dan data PO bulan April, Mei, dan Juni tahun 2018 dapat dilihat
pada Lampiran 3. Berikut adalah rumus untuk mencari
K = ............................................ (1)
PO/Bulan2017 = Penjualan tahun 2017 + K ............................................ (2)
Keterangan:
K = Konstanta (Rata-Rata PO/Bulan)
Penjualann − POn 1n=3
3
64
n = PO Bulan April, Mei dan Juni 2018 (1, 2, 3)
3.4. Metode Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan secara kuantitatif dengan bantuan software
Lindo dan Microsoft Excel. Perencanaan produksi dilihat dari solusi kombinasi
produk optimal yang didapatkan dari perhitungan dengan metode Linear
programming menggunakan software Lindo. Linear programming ialah salah satu
teknik dari riset operasi untuk memecahkan persoalan optimisasi (maksimisasi
atau minimisasi) dengan menggunakan persamaan dan ketidaksamaan linear
dalam rangka untuk mencari pemecahan yang optimum dengan memperhatikan
kendala-kendala yang ada (Supranto, 2009:76). Berdasarkan operasional produksi
yang dilakukan, kendala atau batasan yaitu sumber daya yang merupakan input
produksi utama, dan tujuan perusahaan, maka langkah-langkah formulasi model
Linear programming untuk mendapatkan keuntungan total secara maksimal
sebagai berikut:
1. Menentukan Variabel Keputusan
Variabel keputusan yang dicari dalam penelitian ini yaitu kombinasi dan
jumlah sayuran yang sebaiknya diproduksi di masing-masing kebun produksi PT.
Kebun Pangan Jaya. Nantinya kombinasi dan jumlah sayuran tersebut menjadi
acuan dalam membuat perencanaan produksi sayuran Lettuce dan Kale, yaitu
dalam menentukan jenis dan jumlah sayuran yang sebaiknya ditanam di masing-
masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya agar keuntungan perusahaan
dapat maksimal. Sayuran hidroponik NFT yang diteliti pada penelitian ini yaitu
65
sayuran Lettuce yang terdiri dari 7 varietas dan sayuran Kale yang terdiri dari 3
varietas. Ketujuh varietas Lettuce yaitu Lollobionda, Lollorossa, Romaine, Green
Oaklef, Red Oaklef, Endive, dan Butterhead, sedangkan ketiga varietas Kale yang
diteliti yaitu Kale Curly, Kale Siberian, dan Kale Nero. Variabel keputusan
tersebut dituliskan sebagai berikut.
Svk = Banyaknya produk sayuran v yang diproduksi di kebun k ..................... (3)
dimana;
v = 1 s/d 7 ; Variabel Keputusan untuk 7 Varietas Lettuce
v = 8 s/d 10 ; Variabel Keputusan untuk 3 Varietas Kale
k = 1 ; Kebun Pamulang
k = 2 ; Kebun Cipanas
k = 3 ; Kebun Ciseeng
2. Menentukan Fungsi Tujuan
Fungsi tujuan menggambarkan apa yang ingin dicapai perusahaan dengan
menggunakan sumberdaya yang ada secara optimal. Dalam penelitian ini tujuan
yang ingin dicapai oleh perusahaan yaitu mendapatkan keuntungan maksimal
yang diterima perusahaan melalui kombinasi jenis dan jumlah sayuran yang
sebaiknya diproduksi di masing-masing kebun produksi, serta penggunaan
sumberdaya secara optimal dari kegiatan memproduksi aneka sayuran Lettuce dan
Kale. Keuntungan yang dimaksud ialah keuntungan kotor perusahaan dalam
menjual dan memproduksi aneka jenis sayuran Lettuce dan Kale. Berdasarkan
rumus dalam mencari nilai keuntungan, maka keuntungan kotor didapatkan dari
66
penerimaan dikurangi biaya produksi. Berikut adalah rumus dalam mencari nilai
keuntungan.
π = R – C
π = ( ) – ( ) .............................................................. (4)
Keterangan:
π = Keuntungan
R = Penerimaan (Revenue)
C = Biaya (Cost)
Po = Harga output atau produk yang dihasilkan
Qo = Jumlah output atau produk yang dihasilkan
Pi = Harga input untuk menghasilkan produk
Qi = Jumlah input untuk menghasilkan produk
Keuntungan kotor yang dimaksud dalam penelitian ini dikarenakan biaya
produksi yang dihitung dan menjadi fokus hanya biaya dari faktor produksi utama
atau input produksi utama yang digunakan dalam memproduksi aneka jenis
sayuran Lettuce dan Kale. Faktor produksi utama yang digunakan dalam
memproduksi aneka jenis sayuran Lettuce dan Kale yaitu benih sayuran, media
tanam rockwool, pupuk yaitu larutan nutrisi AB mix, instalasi hidroponik yang
terdiri dari hole fase N1, hole fase N2, hole fase D, dan jam tenaga kerja.
Berdasarkan rumus keuntungan maka fungsi tujuan dalam penelitian ini dituliskan
sebagai berikut.
Maksimisasi
Zmax= ....................................................................... (5)
Keterangan:
n = Himpunan jenis tanaman dan kebun produksi
v = Indeks untuk menyatakan varietas tanaman
k = Indeks untuk menyatakan tempat kebun produksi
67
πvk = Kontribusi margin produk sayuran v di kebun produksi k (Rp/unit)
Svk = Banyaknya produk v yang diproduksi di kebun produksi k (unit)
atau dapat dijabarkan menjadi;
Maksimisasi
Zmax = π11S11 + π21S21 + π31S31 + π41S41 + π51S51 +π61S61 + π71S71 +
π81S81 + π91S91 + π101S101 + π12S12 + π22S22 + π32S32 + π42S42 +
π52S52 + π62S62 + π72S72 + π82S82 + π92S92 + π102S102 + π13S13 +
π23S23 + π33S33 + π43S43 + π53S53 +π63S63 + π73S73 + πS83S83 +
π93S93 + π103S103 ....................................................................... (6)
3. Menentukan Fungsi Kendala/Batasan
Kendala atau batasan yang dimaksud dalam Linear programming yaitu
sumberdaya yang digunakan atau yang berhubungan dengan fungsi tujuan,
dimana jumlah ketersediaan sumberdaya tersebut terbatas atau ada batas
maksimumnya. Kendala atau batasan dalam penelitian ini yaitu faktor produksi
utama atau sumberdaya utama untuk memproduksi sayuran Lettuce dan Kale.
Selain itu tingkat permintaan konsumen juga menjadi kendala atau batasan dalam
penelitian ini. Berikut adalah fungsi dari masing-masing kendala atau batasan:
a. Ketersediaan Benih Sayuran
Ketersediaan benih dalam penelitian ini menjadi kendala atau batasan dalam
memproduksi sayuran Lettuce dan Kale. Hal tersebut dikarenakan benih
merupakan komponen utama dalam memproduksi sayuran Lettuce dan Kale.
Selain itu dikarenakan benih yang tersedia di masing-masing kebun produksi PT.
Kebun Pangan Jaya tiap bulannya di stok dengan jumlah yang berbeda-beda.
68
Benih yang digunakan dalam budidaya di PT. Kebun Pangan Jaya terdiri dari dua
jenis yaitu jenis pil untuk komoditi Lettuce, dan jenis seed untuk komoditi Kale.
Jika benih yang tersedia kurang atau tidak tersedia, maka nantinya produk yang
dihasilkan juga akan kurang. Persamaan fungsi kendala atau batasan dari
ketersediaan benih yaitu sebagai berikut:
....................................................................... (7)
Keterangan:
Bvk = Jumlah benih sayuran v yang tersedia di kebun produksi k, yang
dibutuhkan untuk menghasilkan 1 unit sayuran v di kebun produksi k
(butir).
Svk = Jenis sayuran v yang diproduksi di kebun k (unit).
Bvkmax= Total keseluruhan benih v yang tersedia di kebun k dalam satu bulan.
atau jika dijabarkan menjadi;
B11S11 ≤ B11max ....................................................................... (7a)
B21S21 ≤ B21max ....................................................................... (7b)
B31S31 ≤ B31max ....................................................................... (7c)
B41S41 ≤ B41max ....................................................................... (7d)
B51S51 ≤ B51max ....................................................................... (7e)
B61S61 ≤ B61max ....................................................................... (7f)
B71S71 ≤ B71max ....................................................................... (7g)
B81S81 ≤ B81max ....................................................................... (7h)
B91S91 ≤ B91max ....................................................................... (7i)
B101S101 ≤ B101max ....................................................................... (7j)
B12S12 ≤ B12max ....................................................................... (7k)
69
B22S22 ≤ B22max ....................................................................... (7l)
B32S32 ≤ B32max ....................................................................... (7m)
B42S42 ≤ B42max ....................................................................... (7n)
B52S52 ≤ B52max ....................................................................... (7o)
B62S62 ≤ B62max ....................................................................... (7p)
B72S72 ≤ B72max ....................................................................... (7q)
B82S82 ≤ B82max ....................................................................... (7r)
B92S92 ≤ B92max ....................................................................... (7s)
B102S102 ≤ B102max ....................................................................... (7t)
B13S13 ≤ B13max ....................................................................... (7u)
B23S23 ≤ B23max ....................................................................... (7v)
B33S33 ≤ B33max ....................................................................... (7w)
B43S43 ≤ B43max ....................................................................... (7x)
B53S53 ≤ B53max ....................................................................... (7y)
B63S63 ≤ B63max ....................................................................... (7z)
B73S73 ≤ B73max ....................................................................... (7ab)
B83S83 ≤ B83max ....................................................................... (7ac)
B93S93 ≤ B93max ....................................................................... (7ad)
B103S103 ≤ B103max ....................................................................... (7ae)
Nantinya nilai Bvk dan Bvkmax akan didapatkan setelah mengetahui operasional
produksi dalam menggunakan sumber daya benih tiap-tiap sayuran dalam satu
bulan.
70
b. Ketersediaan Larutan Nutrisi AB Mix
Sama halnya dengan manusia, tumbuhan juga membutuhkan makanan untuk
tumbuh dan berkembang. Dalam budidaya hidroponik makanan tumbuhan yaitu
pupuk atau biasa disebut juga nutrisi. Nutrisi yang digunakan kebun sayur adalah
nutrisi AB mix, merupakan nutrisi yang dibuat dan diracik sendiri oleh manajer
kebun. Nutrisi menjadi faktor produksi utama dikarenakan keberadaan nutrisi
sangat dibutuhkan oleh tanaman. Tanpa adanya nutrisi tanaman akan sulit untuk
tumbuh, karena di dalam nutrisi tersebut terkandung zat-zat gizi yang dibutuhkan
tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Berikut adalah fungsi kendala dari
ketersediaan nutrisi:
....................................................................... (8)
N11S11 + N21S21 + N31S31 + N41S41 + N51S51 + N61S61 + N71S71 + N81S81 +
N91S91 + N101S101 ≤ N1max ........................................................ (8a)
N12S12 + N22S22 + N32S32 + N42S42 + N52S52 + N62S62 + N72S72 + N82S82 +
N92S92 + N102S102 ≤ N2max ........................................................ (8b)
N13S13 + N23S23 + N33S33 + N43S43 + N53S53 + N63S63 + N73S73 + N83S83 +
N93S93 + N103S103 ≤ N3max ........................................................ (8c)
Keterangan:
Nvk = Jumlah nutrisi yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 unit sayuran v
di kebun k (mililiter).
Svk = Jenis sayuran v yang diproduksi di kebun k.
Nkmax= Total keseluruhan nutrisi yang tersedia di kebun k dalam satu bulan
(mililiter).
Nkmax
71
c. Ketersediaan Media Tanam Rockwool
Media tanam yang digunakan PT. Kebun Pangan Jaya dalam memproduksi
Lettuce dan Kale hidroponik yaitu rockwool. Keberadaan rockwool dalam
budidaya Lettuce dan Kale sangat penting karena rockwool tersebut menjadi
media yang membantu tanaman Lettuce dan Kale menyerap nutrisi dan air. Selain
itu media tanam rockwool juga sebagai penopang tubuh tanaman agar tanaman
tidak mudah hanyut terbawa aliran air terutama ketika tanaman masih berada di
fase N1 dan fase N2. Pada fase tersebut tubuh tanaman masih kecil dan rentan
rusak dan hanyut terbawa aliran air. Maka dari itu rockwool termasuk input
produksi utama yang wajib ada setiap akan memproduksi Lettuce dan Kale.
Berikut adalah persamaan fungsi kendala dari ketersediaan rockwool:
....................................................................... (9)
R11S11 + R21S21 + R31S31 + R41S41 + R51S51 + R61S61 + R71S71 + R81S81 +
R91S91 + R101S101 ≤ R1max ......................................................... (9a)
R12S12 + R22S22 + R32S32 + R42S42 + R52S52 + R62S62 + R72S72 + R82S82 +
R92S92 + R102S102 ≤ R2max ......................................................... (9b)
R13S13 + R23S23 + R33S33 + R43S43 + R53S53 + R63S63 + R73S73 + R83S83 +
R93S93 + R103S103 ≤ R3max ......................................................... (9c)
Keterangan:
Rvk = Jumlah media tanam rockwool yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1
unit sayuran v di kebun k (kotak).
Svk = Jumlah jenis sayuran v yang diproduksi di kebun k (unit).
Rkmax= Total keseluruhan media tanam rockwool yang tersedia dalam satu
Bulan di kebun k (kotak).
72
d. Ketersediaan Jumlah Hole atau Jumlah Lubang Tanam
PT. Kebun Pangan Jaya (Kebun Sayur) membudidayakan tanaman
hidroponik menggunakan instalasi yang terbuat dari paralon yang dilubangi yang
nantinya menjadi wadah tanaman untuk tumbuh. Lubang yang menjadi wadah
tempat tanaman tumbuh tersebut dinamakan hole atau lubang tanam. Dikarenakan
proses produksi Lettuce dan Kale dibagi menjadi 3 fase yaitu fase N1, fase N2,
dan fase dewasa, setiap fase memiliki gully yang mempunyai kapasitas yang
berbeda-beda. Gully merupakan sebuah pipa besar yang didalamnya terdapat
lubang atau hole dengan jarak tertentu. Gully merupakan wadah tempat
mengalirnya nutrisi dan air, dan tempat ditanamnya benih dan bibit tanaman pada
budidaya hidroponik NFT. Skema dan Gambar instalasi hidroponik yang terdiri
dari gully fase N1, fase N2, dan fase dewasa dapat dilihat pada Lampiran 4. Maka
dari itu persamaan untuk ketersediaan jumlah hole dibagi menjadi 3, sebagai
berikut:
1. Persamaan fungsi kendala jumlah hole di gully fase N1 (Semai)
....................................................................... (10)
M11S11 + M21S21 + M31S31 + M41S41 + M51S51 + M61S61 + M71S71 + M81S81 +
M91S91 + M101S101 ≤ M1max ........................................................ (10a)
M12S12 + M22S22 + M32S32 + M42S42 + M52S52 + M62S62 + M72S72 + M82S82 +
M92S92 + M102S102 ≤ M2max ........................................................ (10b)
M13S13 + M23S23 + M33S33 + M43S43 + M53S53 + M63S63 + M73S73 + M83S83 +
M93S93 + M103S103 ≤ M3max ........................................................ (10c)
73
Keterangan:
Mvk = Jumlah lubang tanam di gully fase N1 yang dibutuhkan untuk
menghasilkan 1 unit sayuran v di kebun k (hole).
Svk = Jumlah jenis sayuran v di kebun k (unit).
Mkmax = Jumlah lubang tanam maksimal di gully fase N1 yang tersedia
dalam satu bulan di kebun k (hole).
2. Persamaan fungsi kendala jumlah hole di gully fase N2 (Remaja)
....................................................................... (11)
J11S11 + J21S21 + J31S31 + J41S41 + J51S51 + J61S61 + J71S71 + J81S81 +
J91S91 + J101S101 ≤ J1max .......................................................... (11a)
J12S12 + J22S22 + J32S32 + J42S42 + J52S52 + J62S62 + J72S72 + J82S82 +
J92S92 + J102S102 ≤ J2max .......................................................... (11b)
J13S13 + J23S23 + J33S33 + J43S43 + J53S53 + J63S63 + J73S73 + J83S83 +
J93S93 + J103S103 ≤ J3max .......................................................... (11c)
Keterangan:
Jvk = Jumlah lubang tanam di gully fase N2 yang dibutuhkan untuk
menghasilkan 1 unit sayuran v di kebun k (hole).
Sv = Jumlah jenis sayuran v yang diproduksi di kebun k (unit).
Jkmax = Jumlah lubang tanam maksimal di fase N2 yang tersedia dalam
satu bulan (hole) di kebun k.
3. Persamaan fungsi kendala jumlah hole di gully fase dewasa (D)
....................................................................... (12)
D11S11 + D21S21 + D31S31 + D41S41 + D51S51 + D61S61 + D71S71 + D81S81 +
D91S91 + D101S101 ≤ D1max ........................................................ (12a)
74
D12S12 + D22S22 + D32S32 + D42S42 + D52S52 + D62S62 + D72S72 + D82S82 +
D92S92 + D102S102 ≤ D2max ........................................................ (12b)
D13S13 + D23S23 + D33S33 + D43S43 + D53S53 + D63S63 + D73S73 + D83S83 +
D93S93 + D103S103 ≤ D3max ........................................................ (12c)
Keterangan:
Dvk = Jumlah lubang tanam di gully fase dewasa yang dibutuhkan
untuk menghasilkan 1 unit sayuran v di kebun k (hole).
Svk = Jumlah jenis sayuran v yang diproduksi di kebun k (unit).
Dkmax = Jumlah lubang tanam maksimal di gully fase dewasa yang
tersedia dalam satu bulan di kebun k (hole).
e. Ketersediaan Tenaga Kerja
PT. Kebun Pangan Jaya dalam memproduksi aneka varietas sayuran Lettuce
dan Kale membutuhkan sumberdaya manusia yang bertugas mulai dari
mempersiapkan semua input produksi sampai dengan memanen dan mengemas
sayuran. Tanaman memang termasuk makhluk hidup akan tetapi tanaman tidak
dapat bergerak, sehingga dalam pertumbuhannya tanaman membutuhkan bantuan
dari tenaga manusia. Berdasarkan hal tersebut tenaga kerja termasuk kedalam
faktor produksi utama. Persamaan fungsi kendala dari tenaga kerja dituliskan
sebagai berikut:
....................................................................... (13)
T11S11 + T21S21 + T31S31 + T41S41 + T51S51 + T61S61 + T71S71 + T81S81 +
T91S91 + T101S101 ≤ T1max ......................................................... (13a)
T12S12 + T22S22 + T32S32 + T42S42 + T52S52 + T62S62 + T72S72 + T82S82 +
T92S92 + T102S102 ≤ T2max ......................................................... (13b)
75
T13S13 + T23S23 + T33S33 + T43S43 + T53S53 + T63S63 + T73S73 + T83S83 +
T93S93 + T103S103 ≤ T3max ......................................................... (13c)
Keterangan:
Tvk = Jumlah jam tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 unit
sayuran v di kebun k (jam).
Svk = Jumlah jenis sayuran v yang diproduksi di kebun k (unit).
Tkmax = Jumlah maksimal jam tenaga kerja yang tersedia dalam satu bulan di
kebun k (jam).
f. Tingkat Permintaan
Selain untuk mendapatkan keuntungan, tujuan PT. Kebun Pangan Jaya
(Kebun Sayur) dalam memproduksi sayuran Lettuce dan Kale yaitu untuk
memenuhi permintaan konsumen. Dalam kenyataannya permintaan konsumen
akan sayuran Lettuce dan Kale sering kali ada yang tidak terpenuhi. Berdasarkan
hal tersebut tingkat produksi menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan dalam
membuat perencanaan produksi terutama dalam menentukan jumlah produk yang
harus diproduksi diperiode selanjutnya. Berikut adalah persamaan fungsi kendala
dari tingkat permintaan:
.................................................................... (14)
P11S11+ P12S12 + P13S13 ≤ P1max ................................................................. (14a)
P21S21+ P22S22 + P23S23 ≤ P2max ................................................................. (14b)
P31S31+ P32S32 + P33S33 ≤ P3max ................................................................. (14c)
P41S41+ P42S42 + P43S43 ≤ P4max ................................................................. (14d)
P51S51+ P52S52 + P53S53 ≤ P5max ................................................................. (14e)
P61S61+ P62S62 + P63S63 ≤ P6max ................................................................. (14f)
P71S71+ P72S72 + P73S73 ≤ P7max ................................................................. (14g)
PvkSvk
n
v=1k=1
≤ Pvmax
76
P81S81+ P82S82 + P83S83 ≤ P8max ................................................................. (14h)
P91S91+ P92S92 + P93S93 ≤ P9max ................................................................. (14i)
P101S101 + P102S102 + P103S103 ≤ P10max ...................................................... (14j)
Keterangan:
Pvk = Permintaan konsumen terhadap sayuran v di kebun k (unit).
Svk = Jenis sayuran v yang diproduksi di kebun k.
Pvmax = Jumlah maksimal permintaan sayuran v dalam satu bulan (unit).
3.5. Analisis Hasil Olah Data
Setelah dilakukan pengolahan data, langkah selanjutnya yaitu
menganalisis hasil dari pengolahan data tersebut. Dalam penelitian ini analisis
pasca optimalitas dipilih sebagai teknik dalam menganalisis data. Mengacu
kepada Wijaya (2013:75-99) dan Siswanto (2007:184-185), teknik analisis pasca
optimalitas yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis primal, analisis dual,
dan analisis sensitivitas.
a. Analisis Primal
Analisis primal digunakan nantinya untuk mengetahui kombinasi dan jumlah
dari setiap variabel keputusan yang akan diproduksi dan dapat
memaksimumkan nilai fungsi tujuan dengan dihadapkan pada kendala
sumberdaya yang ada.
b. Analisis Dual
Analisis dual adalah analisis untuk mengatahui penilaian terhadap sumberdaya
dengan melihat kekurangan (slack) atau kelebihan (surplus) dan nilai dualnya.
Kekurangan dan kelebihan digunakan untuk menandai sisa atau kelebihan
kapasitas yang akan terjadi pada variabel optimal. Jika sumberdaya memiliki
77
nilai slack atau surplus sama dengan nol dan nilai dualnya lebih besar dari nol,
hal tersebut menunjukkan bahwa seluruh kapasitas pada kendala/batasan yang
digunakan merupakan kendala/batasan aktif yang membatasi fungsi tujuan.
Jika sumberdaya menunjukkan nilai slack atau surplus lebih besar dari nol dan
nilai dualnya sama dengan nol maka sumberdaya tersebut merupakan
sumberdaya berlebih yang termasuk kendala tidak aktif. Hal tersebut
menandakan bahwa kendala yang tidak habis terpakai dalam proses produksi
tersebut tidak akan mempengaruhi fungsi tujuan jika terdapat penambahan
sebesar satu satuan. Selain berdasarkan nilai slack atau surplus, nilai dual juga
dapat dilihat dari nilai shadow price atau harga bayangan.
c. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh solusi optimal
dan nilai optimal akan mempengaruhi tujuan apabila terjadi perubahan pada
variabel-variabel yang ditentukan. Hal lainnya yang bisa diketahui lewat
analisis sensitivitas yaitu mengenai seberapa besar kenaikan atau penurunan
yang masih dapat ditolerir dan tidak mempengaruhi hasil optimum. Tujuan
akhir dari analisis ini adalah untuk memperoleh informasi tentang pemecahan
optimal yang baru dan yang memungkinkan atau sesuai dengan perubahan
dalam parameter dengan perhitungan tambahan yang minimal.
3.6. Definisi Operasional
Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
78
1. Lettuce adalah jenis sayuran yang termasuk dalam keluarga selada. Dalam
penelitian ini Lettuce yang menjadi objek penelitian ada 7 varietas yaitu
Lollobionda, Lollorossa, Romaine, Green Oaklef, Red Oaklef, Endive, dan
Butterhead.
2. Kale adalah jenis sayuran yang berdaun hijau yang tergolong dalam keluarga
kubis-kubisan. Kale yang menjadi objek di penelitian ini ada 3 varietas yaitu
jenis Kale curly, Kale siberian, dan Kale nero.
3. Tingkat permintaan adalah tingkat atau jumlah keinginan konsumen terhadap
produk tertentu. Data tingkat permintaan dalam penelitian ini yaitu berupa
kompilasi data. Dimana data tersebut didapatkan dengan cara mengkompilasi
data penjualan tahun 2017 dengan data PO bulan April, Mei, dan Juni 2018.
4. Biaya produksi adalah akumulasi dari semua biaya sumberdaya utama yang
digunakan dalam memproduksi aneka jenis sayuran Lettuce dan Kale.
5. Sumberdaya utama adalah bahan atau material pokok yang dibutuhkan dalam
memproduksi aneka jenis sayuran Lettuce dan Kale.
6. Fungsi tujuan adalah fungsi dari variabel keputusan yang akan dioptimalkan.
7. Kendala/batasan adalah sumberdaya yang menjadi syarat dalam kegiatan
produksi aneka jenis sayuran Lettuce dan Kale yang jumlahnya terbatas.
8. Variabel keputusan adalah variabel keputusan yang nantinya akan dibuat.
9. Perencanaan produksi adalah aktivitas untuk menetapkan jenis produk yang
diproduksi.
10. Keuntungan adalah total penerimaan yang nantinya didapatkan oleh
perusahaan.
79
BAB IV
GAMBARAN UMUM PT. KEBUN PANGAN JAYA
4.1. Sejarah PT. Kebun Pangan Jaya
PT. Kebun Pangan Jaya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
agribisnis, tepatnya di bidang produksi sayuran hidroponik. Perusahaan ini
didirikan oleh Bapak Rony Arifin. Awal mula terbentuknya perusahaan ini yaitu
berasal dari hobi sang pemilik. Awalnya pada tahun 2007 pemilik PT. Kebun
Pangan Jaya yaitu Pak Rony mulai mencoba untuk budidaya secara hidroponik.
Awalnya sayuran yang di produksi hanya untuk penyaluran hobi dari pemilik, dan
hanya untuk dikonsumsi sendiri. Lalu karena produk yang dihasilkan lebih dari
cukup, maka sebagian produk sering diberikan ke beberapa tetangga dan teman
dari pemilik. Seiring berjalannya waktu, rekan dari pemilik yang mempunyai
usaha seperti restoran dan cafe mulai memesan sayur kepada Pak Rony, dan hal
tersebut yang mendorong Pak Rony membuka usaha sayuran hidroponik secara
komersil. Kebun Sayur merupakan merk dagang atau nama brand dari produk
sayuran yang dihasilkan oleh PT. Kebun Pangan Jaya.
Dahulunya sebelum menjadi PT. Kebun Pangan Jaya, usaha Kebun Sayur
merupakan salah satu unit usaha di CV Gading Elok. Usaha Kebun Sayur menjadi
unit usaha di CV Gading Elok pada tahun 2011. Perusahaan CV Gading Elok
adalah usaha yang bergerak di bidang distributor makanan yang juga merupakan
milik pak Roni. Dengan menjadikan Kebun Sayur sebagai unit usaha di CV
Gading Elok membuat konsumen dari produk sayuran yang dihasilkan menjadi
lebih luas. Sebelumnya konsumen produk Kebun Sayur hanya beberapa restoran
80
dan cafe, semenjak dipasarkan oleh CV Gading Elok produk Kebun Sayur dapat
masuk dan dijual di beberapa Supermarket di sekitar wilayah Jakarta dan
Tangerang. Selain itu beberapa hotel dan food hall juga mulai memesan produk
sayuran dari Kebun Sayur.
Melihat adanya potensi kebutuhan terhadap sayuran yang meningkat,
terutama sayuran hidroponik, akhirnya pemilik memutuskan untuk mendirikan
PT. Kebun Pangan Jaya secara mandiri. Dimana perusahaan tersebut berfokus
dalam memproduksi sayuran hidroponik. Secara resmi PT. Kebun Pangan Jaya
berdiri pada bulan Januari 2017. Bentuk perusahaan ini adalah Perseroan Terbatas
(PT) dengan modal awal berkisar kurang lebih Rp 300 juta, dan semua modal
disediakan sendiri oleh pemilik.
Kini PT. Kebun Pangan Jaya memiliki tiga kebun utama sebagai tempat
produksi dari sayuran yang dihasilkan. Ketiga kebun tersebut yaitu Kebun
Pamulang, Kebun Ciseeng, dan Kebun Cipanas. Kebun Pamulang merupakan
kebun yang pertama kali dibangun sebagai tempat produksi sayuran Kebun Sayur.
Lalu selanjutnya karena jumlah permintaan yang semakin meningkat, pemilik
memutuskan untuk membangun Kebun Cipanas dan Kebun Ciseeng. Semua
kebun tersebut dibangun di atas tanah pemilik.
4.2. Struktur Organisasi PT. Kebun Pangan Jaya
Struktur organisasi merupakan suatu susunan dan hubungan antara tiap
bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam
menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Struktur organisasi
81
menunjukkan bagaimana pembagian tugas kerja dan mengkoordinasikannya
secara formal. PT Kebun Pangan Jaya (Kebun Sayur) sebagai salah satu
perusahaan tentunya memerlukan sebuah susunan untuk membagi unit kegiatan
yang dikerjakan. Adapun struktur organisasi PT. Kebun Pangan Jaya seperti pada
Gambar 11.
Gambar 11. Struktur Organisasi PT. Kebun Pangan Jaya Sumber: PT. Kebun Pangan Jaya 2018
4.3. Produk Sayuran PT. Kebun Pangan Jaya
Sejak awal berdiri PT. Kebun Pangan Jaya hanya fokus untuk
memproduksi sayuran segar saja. Kini PT. Kebun Pangan Jaya kurang lebih
memiliki 30 jenis sayuran segar yang setiap harinya diproduksi di kebun-kebun
yang dimiliki. Produk sayuran segar yang diproduksi oleh PT. Kebun Pangan Jaya
dibagi menjadi 3 jenis, yaitu Sayuran Daun, Sayuran Buah, dan Tanaman Herbal.
a. Sayuran Daun
Sayuran daun yang diproduksi PT. Kebun Pangan Jaya yaitu aneka jenis
Lettuce dan Kale. Lettuce yang diproduksi di PT. Kebun Pangan Jaya terdapat 7
Direktur
Manajer Produksi
Spv. Kebun Pamulang
PIC
Spv. Kebun Ciseeng
PIC
Spv. Kebun Cipanas
PIC
Manajer Pemasaran
Admin Sales
Manajer Keuangan
82
varietas, yaitu varietas Lollobionda, Lollorossa, Romaine, Green Oaklef, Red
Oaklef, Endive, dan Butterhead. Gambar aneka sayuran Lettuce dan Kale yang
diproduksi PT. Kebun Pangan Jaya dapat dilihat pada Lampiran 5 (a). Sayuran
Lettuce sendiri merupakan sayuran yang pertama kali diproduksi PT. Kebun
Pangan Jaya. Jenis sayuran daun lainnya yang diproduksi PT. Kebun Pangan Jaya
yaitu aneka jenis sayuran Kale. Sayuran Kale yang diproduksi PT. Kebun Pangan
Jaya terdapat 3 varietas, yaitu Kale Curly, Kale Siberian, dan Kale Nero.
Aneka jenis sayuran daun tersebut dibudidayakan menggunakan sistem
hidroponik NFT. Sayuran Lettuce dan Kale merupakan jenis sayuran yang
menjadi unggulan dari PT. Kebun Pangan Jaya, dan juga jenis sayuran tersebut
merupakan jenis sayuran yang paling tinggi permintaannya. Aneka jenis sayuran
Lettuce dan Kale tersebut diproduksi di tiga kebun yang dimiliki PT. Kebun
Pangan Jaya, yaitu Kebun Pamulang, Kebun Cipanas, dan Kebun Ciseeng.
b. Sayuran Buah
Sayuran buah yang diproduksi PT. Kebun Pangan Jaya yaitu Tomat
Cherry. Sayuran Tomat Cherry dibudidayakan menggunakan sistem hidroponik
Substrat. Tomat cherry hanya diproduksi di Kebun Cipanas yang merupakan
kebun terluas yang dimiliki oleh PT. Kebun Pangan Jaya. Gambar Tomat Cherry
yang diproduksi di PT. Kebun Pangan Jaya dapat dilihat pada Lampiran 5 (b).
c. Tanaman Herbal
Tanaman herbal yang diproduksi PT. Kebun Pangan Jaya beragam
jenisnya. Jenis tanaman herbal yang diproduksi di PT. Kebun Pangan Jaya yaitu
Aragula, Rosemary, Seledri, daun Mint, Oregano, dan daun Basil. Aneka jenis
83
tanaman herbal tersebut diproduksi atau dibudidayakan PT. Kebun Pangan Jaya
menggunakan sistem hidroponik Substrat. Kemasan dari tanaman herbal yang
diproduksi dan dijual oleh PT. Kebun Pangan Jaya terbilang unik, dikarenakan
tanaman-tanaman herbal tersebut dipasarkan dalam keadaan masih dalam pot.
Gambar aneka tanaman herbal yang diproduksi di PT. Kebun Pangan Jaya dapat
dilihat pada Lampiran 5 (c).
4.4. Kebun Produksi PT. Kebun Pangan Jaya
PT. Kebun Pangan Jaya memiliki 3 kebun produksi untuk kegiatan
produksi sayuran yang dihasilkan. Ketiga kebun produksi tersebut yaitu Kebun
Produksi Pamulang, Kebun Produksi Cipanas, dan Kebun Produksi Ciseeng. Total
luas dari semua kebun produksi yang dimiliki PT. Kebun Pangan Jaya kurang
lebih seluas 2 Ha. Sayuran Lettuce dan Kale diproduksi di ketiga kebun produksi
PT. Kebun Pangan Jaya.
a. Kebun Produksi Pamulang
Kebun Pamulang merupakan kebun pertama yang dibangun untuk
kegiatan produksi aneka sayuran produk Kebun Sayur. Kebun Pamulang terletak
di Jalan Pamulang Permai 2 No. 37 Serua, Ciputat, Kota Tangerang Selatan,
Banten. Sistem budidaya yang pertama kali diterapkan di kebun ini yaitu sistem
budidaya hidroponik Nutrient Film Technique (NFT). Kebun Pamulang
difokuskan untuk kegiatan budidaya sayuran daun menggunakan sistem
hidroponik NFT. Akan tetapi di Kebun Pamulang juga tersedia satu green house
84
yang digunakan untuk tempat penerimaan tanaman herbal yang akan dipasarkan
atau dikirimkan ke konsumen, yang sebelumnya sudah ditanam di Kebun Cipanas.
Tanaman herbal yang ada di Kebun Pamulang yaitu tanaman yang sudah
siap untuk dipasarkan dan didistribusikan ke konsumen. Kebun Produksi
Pamulang merupakan kebun utama yang menjadi tempat pemasaran seluruh
sayuran yang sebelumnya sudah diproduksi di kebun produksi PT. Kebun Pangan
Jaya lainnya. Sayuran yang berasal dari Kebun Ciseeng, Kebun Cipanas, dan
Kebun Pamulang dikumpulkan menjadi satu di Kebun Pamulang. Setelah itu
aneka sayuran tersebut dikemas, selanjutnya baru dipasarkan dan didistribusikan
ke konsumen. Kebun Pamulang memiliki luas kurang lebih 2.500m2.
b. Kebun Produksi Cipanas
Kebun kedua yang dibangun untuk kegiatan produksi sayuran yaitu Kebun
Cipanas yang dibangun pada tahun 2016. Kebun ini dibangun dikarenakan jumlah
permintaan sayuran daun terus meningkat, sementara lahan di Kebun Pamulang
sudah tidak memungkinkan untuk menambah kapasitas produksi. Kebun Cipanas
terletak di Jl. Mariwati, Desa Sindanglaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten
Cianjur, Jawa Barat. Kebun ini mempunyai luas kurang lebih 1,9 Ha.
Dibandingkan dengan Kebun Pamulang dan Kebun Ciseeng, Kebun Cipanas
mempunyai luas yang paling besar. Di kebun ini terdapat 2 sistem budidaya yang
diterapkan, yaitu sistem budidaya hidroponik NFT dan sistem budidaya
hidroponik Substrat.
Berbeda dengan Kebun Ciseeng yang tidak ada kegiatan pengemasan, di
Kebun Cipanas terdapat kegiatan pengemasan atau packaging. Hal tersebut
85
dikarenakan di Kebun Cipanas terdapat packing house, yang merupakan tempat
untuk mengemas aneka jenis sayuran yang diproduksi. Kegiatan pengemasan
dibagi menjadi 2, yaitu pengemasan untuk sayuran yang dibudidayakan secara
NFT yaitu sayuran daun, dan pengemasan untuk sayuran yang dibudidayakan
secara Substrat yaitu sayuran buah dan tanaman herbal. Setelah sayuran-sayuran
tersebut selesai dikemas, sayuran-sayuran tersebut segera dikirimkan ke Kebun
Pamulang, baru setelah itu dipasarkan dan didistribusikan ke konsumen. Semua
kegiatan produksi sayuran dilakukan didalam green house.
c. Kebun Produksi Ciseeng
Selain Kebun Pamulang dan Kebun Cipanas, PT. Kebun Pangan Jaya
memiliki satu lagi kebun untuk kegiatan produksi yaitu Kebun Ciseeng. Kebun ini
dibangun hampir berbarengan dengan dibangunnya Kebun Cipanas. Kebun
Ciseeng dibangun pada bulan Juli tahun 2016. Sistem budidaya yang diterapkan di
Kebun Ciseeng hanya sistem budidaya hidroponik NFT. Kebun Ciseeng
dikhususkan hanya untuk memproduksi aneka jenis sayuran Kale saja. Di kebun
ini tidak ada kegiatan pengemasan, semua hasil panen dari kebun ini langsung
dikirimkan ke Kebun Pamulang dalam bentuk segar. Nantinya di Kebun
Pamulang, hasil panen dari Kebun Ciseeng akan dikemas dan disatukan dengan
hasil dari Kebun Pamulang dan Kebun Cipanas. Baru setelah itu dipasarkan dan
didistribusikan ke konsumen. Kebun Ciseeng mempunyai luas 3.000 m2. Kebun
Ciseeng terletak di Desa Cibentang, Kecamatan Ciseeng Kabupaten Bogor, Jawa
Barat. Semua kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya dibangun diatas lahan
pemilik PT. Kebun Pangan Jaya.
86
4.5. Proses Produksi Sayuran Lettuce dan Kale Hidroponik di PT. Kebun
Pangan Jaya (Kebun Sayur)
Sayuran Lettuce dan Kale yang diproduksi PT. Kebun Pangan Jaya
dibudidayakan secara hidroponik menggunakan sistem hidroponik Nutrient Film
Technique (NFT). Media tanam yang digunakan dalam budidaya sayuran Lettuce
dan Kale yaitu media tanam Rockwool. Semua jenis sayuran Lettuce dan Kale
ditanam secara single yaitu satu lubang tanam hanya terdiri dari satu tanaman.
Proses produksi sayuran Lettuce dan Kale terdiri dari beberapa fase, yaitu fase
penyemaian (N1), fase remaja (N2), dan fase dewasa (D). Secara rinci masing-
masing fase dijabarkan sebagai berikut:
1. Fase Penyemaian (N1)
Fase pertama dalam proses produksi aneka sayuran Lettuce dan Kale
adalah fase penyemaian atau lebih sering disebut fase N1. Pada fase ini aneka
sayuran Lettuce dan Kale dipelihara mulai dari tanaman masih berbentuk biji
sampai dengan tanaman sudah berbentuk bibit yang berumur 15 hari. Tanaman
dibudidayakan di fase N1 selama 15 hari. Proses produksi aneka sayuran Lettuce
dan Kale di fase N1 dimulai dari mempersiapkan gully fase N1, selanjutnya
mempersiapkan media tanam rockwool, dan mengecek benih sayuran yang akan
digunakan. Gambar gully fase N1 dapat dilihat pada Lampiran 4 (a). Gully fase
N1 yang akan digunakan sebelumnya harus dibersihkan terlebih dahulu. Cara
membersihkan gully fase N1 yaitu dengan mengaliri gully fase N1 dengan air
mengalir sambil bagian dalam gully di gosok-gosok, agar kotoran yang menempel
87
bisa hilang. Selain itu pada saat membersihkan gully fase N1, aliran nutrisi harus
dimatikan terlebih dahulu.
Selanjutnya yaitu mempersiapkan media tanam rockwool yang akan
digunakan. Bentuk awal media tanam rockwool adalah sebuah bal yang
mempunyai ukuran 16 m x 9,6 m x 7,5 cm. Selanjutnya media tanam rockwool
akan dipotong-potong menjadi bentuk lempengan (LAP) untuk tempat menebar
benih sayuran Lettuce dan Kale. Lempengan (LAP) rockwool ini berukuran 25 cm
x 7,5 cm x 3.75 cm. Dari 1 bal rockwool dapat menjadi 256 lempengan (LAP)
rockwool. Setelah menjadi bentuk lempengan, selanjutnya rockwool dilubangi
menggunakan alat pembuat lubang untuk rockwool. Lubang yang dibuat tidak
terlalu dalam, hanya sekitar 0,5 cm saja. Lubang-lubang tersebut dimaksudkan
sebagai tempat benih yang akan disemai. Dalam satu lempengan (LAP) rockwool
terdiri dari 30 lubang tanam. Sehingga jika dijumlahkan dari 1 bal rockwool dapat
menghasilkan 7.680 lubang tanam. Diasumsikan 7.680 lubang tanam ini sama
dengan 7.680 hole, karena nantinya lubang tanam yang terdapat di lempengan
(LAP) rockwool tersebut akan dipotong-potong menjadi bentuk kotak, dan satu
kotak rockwool nantinya akan mengisi satu hole di gully fase N2 dan gully fase
dewasa.
Setelah media tanam rockwool sudah menjadi bentuk lempengan (LAP)
dan siap untuk digunakan, langkah selanjutnya yaitu menyemai benih aneka
sayuran Lettuce dan Kale. Sebelum benih-benih sayuran tersebut disemai, benih-
benih tersebut harus diperiksa kelayakannya terlebih dahulu. Benih-benih sayuran
tersebut harus diperiksa mengenai tanggal kadaluarsanya terlebih dahulu, karena
88
jika benih tersebut sudah lewat tanggal kadaluarsanya, maka benih tersebut tidak
layak untuk digunakan. Setelah benih-benih tersebut sudah dipastikan layak untuk
disemai, barulah benih-benih tersebut boleh disemai ke dalam lubang tanam yang
terdapat pada lempengan rockwool.
Ketentuan yang diterapkan oleh PT. Kebun Pangan Jaya yaitu dalam satu
lubang tanam benih sayuran yang disemai hanya satu butir saja, dan benih yang
disemai dalam satu lempengan hanya satu jenis saja, tidak boleh dicampur dengan
jenis sayuran lainnya. Penyemaian aneka benih sayuran tersebut yaitu dengan
memasukkan benih-benih tersebut kedalam lubang tanam di lempengan rockwool.
Setelah itu jika semua benih sudah selesai disemai ke dalam lempengan,
selanjutnya lempengan tersebut dicelupkan kedalam bak yang berisikan air bersih.
Bagian rockwool yang dicelupkan ke bak yang berisikan air bersih adalah bagian
bawah dan hanya dicelupkan seperempat bagiannya saja. Setelah dirasa sudah
cukup basah barulah lempengan rockwool yang sudah berisikan benih sayuran
tersebut diletakkan ke dalam gully fase N1 yang sebelumnya sudah dibersihkan.
Barulah jika dalam satu gully sudah terisi penuh lempengan, aliran nutrisi
selanjutnya dinyalakan kembali.
Nutrisi yang digunakan PT. Kebun Pangan Jaya adalah nutrisi hasil
racikan sendiri. Pada fase N1, Electrical Conductivity (EC) atau kandungan nutrisi
yang terlarut di dalam aliran nutrisi harus sebesar 1 mS/cm. Pemberian nutrisi
pada fase ini dilakukan setiap 2 kali dalam sehari, yaitu pada pagi dan sore hari.
Besarnya nutrisi yang diberikan dalam setiap kali pemberian nutrisi disesuaikan
dengan nilai EC yang tertera di EC meter pada bak nutrisi untuk gully fase N1.
89
Nutrisi-nutrisi tersebut sebelumnya harus diracik terlebih dahulu. Kegiatan
peracikan nutrisi biasanya dilakukan oleh manajer produksi setiap satu bulan
sekali, di waktu senggang.
Kegiatan penyemaian benih sayuran Lettuce dan Kale berlangsung di
kantor kebun di masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya dan di
green house fase N1. Kantor kebun difungsikan di masing-masing kebun sebagai
tempat penyemaian benih, dan juga sebagai gudang penyimpanan bahan baku
untuk memproduksi aneka sayuran Lettuce dan Kale. Selanjutnya setelah benih
selesai disemai ke dalam lempengan (LAP) rockwool barulah benih dipindahkan
ke gully yang terdapat di dalam green house. Gully fase N1 berbeda dengan gully
fase N2 dan gully fase dewasa. Gully fase N1 terbuat dari paralon yang dibentuk
kotak memanjang. Di gully fase N1 tidak terdapat lubang-lubang seperti di gully
fase N2 dan gully fase dewasa. Dalam satu gully fase N1 dapat memuat 14
lempengan (LAP) rockwool, sehingga dapat diibaratkan dalam satu gully fase N1
terdapat 420 hole atau lubang tanam. Dalam satu gully fase N1 hanya terdiri dari
satu lempengan (LAP) rockwool yang berisikan satu jenis benih sayuran saja. Hal
ini dilakukan agar nantinya tenaga kerja tidak tertukar dalam memindahkan bibit
sayuran ke fase selanjutnya. Setiap lempengan (LAP) rockwool yang diletakkan
kedalam gully fase N1 harus diberikan penanda berupa label yang berisikan nama
benih yang disemai di lempengan (LAP) tersebut dan tanggal penyemaian. Hal
tersebut dikarenakan agar nantinya pada saat proses pemindahan bibit ke fase N2,
tenaga kerja tidak kesulitan dalam menentukan bibit yang siap untuk dipindahkan.
Gambar gully fase N1 dapat dilihat pada Lampiran 4 (a).
90
Setelah 15 hari di fase N1, aneka benih sayuran Lettuce dan Kale yang
sudah tumbuh menjadi bibit selanjutnya siap dipindahkan untuk ditanam di fase
N2. Bibit tanaman yang siap dipindahkan dari fase N1 yaitu bibit yang kurang
lebih tingginya sudah mencapai 4-6 cm dan yang sudah memiliki daun lebih dari 5
lembar. Pemindahan bibit pada fase N1 menggunakan wadah nampan sebagai
tempat lempengan yang berisikan benih siap tanam di fase N2. Di Kebun
Pamulang dan Kebun Cipanas green house fase N1 hanya dikhususkan berisikan
gully fase N1 saja. Sementara untuk gully fase N2 dan fase dewasa ditempatkan
dalam satu green house yang sama. Berbeda dengan di Kebun Ciseeng, dikebun
ini gully fase N1 diletakkan satu green house dengan gully fase dewasa. Seperti
yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa di kebun ciseeng tidak terdapat Gully
fase N2, karena pada saat awal pembuatan terdapat kesalahan dalam pembuatan.
Tugas tenaga kerja pada fase N1 dimulai dari mempersiapkan alat dan
bahan yang akan digunakan untuk proses produksi aneka Lettuce dan Kale. Alat
dan bahan yang akan digunakan harus dipastikan dahulu ketersediaan dan
kelayakannya. Selanjutnya setelah semua alat dan bahan dipastikan siap untuk
digunakan, tugas tenaga kerja yaitu melakukan penyemaian terhadap benih aneka
sayuran. Kegiatan penyemaian benih harus dilakukan hati-hati, karena ukuran
benih sayuran yang kecil yang mudah untuk terjatuh. Sebelum melakukan
penyemaian benih, para pekerja diharuskan cuci tangan terlebih dahulu, agar
benih tidak terkontaminasi dengan kotoran yang ada di tangan pekerja.
Selanjutnya setelah semua benih sayuran selesai disemai, tugas tenaga
kerja yaitu meletakkan lempengan (LAP) rockwool yang sudah berisikan benih
91
sayuran tersebut kedalam Gully fase N1. Sebelum dimasukkan ke Gully fase N1,
seperti yang sudah dijelaskan LAP yang sudah berisikan benih direndam ke dalam
air dahulu sepertiga bagiannya. Setelah semua LAP sudah diletakkan di Gully fase
N1, barulah aliran nutrisi dinyalakan, dan selanjutnya tugas tenaga kerja hanya
mengkontrol pertumbuhan benih sayuran. Pada fase N1, pengendalian hama yang
harus dilakukan oleh tenaga kerja, yaitu dengan cara langsung mencabut secara
manual bibit tanaman yang terkena penyakit dan hama. Hal tersebut dimaksudkan
agar penyakit dan hama tidak menyerang bibit tanaman lainnya. Lalu tenaga kerja
juga bertugas untuk mengecek EC nutrisi yang terlarut dan memberikan nutrisi
setiap pagi dan sore hari.
2. Fase Remaja (N2)
Setelah melewati fase N1, proses produksi sayuran Lettuce dan Kale
selanjutnya yaitu fase N2. Fase remaja (N2) merupakan fase pembesaran bibit
tanaman yang sebelumnya sudah melewati masa penyemaian di fase N1, dan
selanjutnya akan ditanam di fase dewasa. Fase ini dinamakan fase remaja karena
diibaratkan bibit tanaman yang ditanam di fase ini akan dipelihara sampai
tanaman tersebut berumur remaja. Sama halnya dengan di fase N1, pada fase N2
tanaman juga dipelihara selama 15 hari.
Proses produksi sayuran Lettuce dan Kale pada fase N2 hampir sama
dengan fase N1, yaitu dimulai dari membersihkan bak tanam atau gully yang akan
digunakan dan mempersiapkan bibit yang akan ditanam di gully fase N2. Sama
halnya dengan di fase N1, gully fase N2 sebelum digunakan juga harus
dibersihkan terlebih dahulu. Cara pembersihan gully fase N2 sama dengan
92
pencucian gully fase N1, yaitu dengan menggunakan air bersih yang mengalir.
Selanjutnya yaitu mempersiapkan bibit tanaman yang akan ditanam. Dikarenakan
bibit tanaman yang dipindahkan dari fase N1 beserta dengan media tanam yang
masih berbentuk lempengan (LAP) rockwool, dan gully fase N2 didalamnya sudah
berbentuk hole, maka bentuk lempengan (LAP) rockwool tersebut harus dipotong-
potong terlebih dahulu menjadi bentuk kotak sesuai dengan letak bibit tanaman.
Ukuran satu kotak rockwool yang sudah dipotong-potong yaitu berukuran 2,5cm x
2,5cm x 3.75cm. Setelah lempengan (LAP) rockwool dipotong menjadi berbentuk
kotak maka barulah bibit-bibit tanaman tersebut diletakkan ke dalam masing-
masing hole atau lubang tanam gully fase N2. Dalam satu hole atau lubang di
gully fase N2 diisi dengan satu kotak rockwool yang berisikan bibit tanaman yang
layak untuk ditanam di hole fase N2.
Kegiatan fase N2 berlangsung selama 15 hari di dalam green house. Gully
fase N2 terbuat dari paralon yang sudah terdapat lubang-lubang didalamnya. Gully
fase N2 bentuknya mirip dengan gully fase dewasa. Hanya saja pada gully fase N2
jarak antar hole tidak sejauh hole di gully fase dewasa. Hal tersebut yang
membuat jumlah hole di gully fase N2 lebih banyak dibandingkan jumlah hole di
gully fase dewasa. Jarak antara hole atau lubang di gully fase N2 yaitu 10 cm. Satu
gully fase N2 memiliki panjang 4 meter. Dalam satu gully fase N2 berisikan 39
hole atau lubang tanam. Gambar gully fase N2 dapat dilihat pada Lampiran 4 (b).
Electrical Conductivity (EC) atau besarnya kadar nutrisi yang terlarut di
aliran nutrisi gully fase N2 yaitu sebesar 1,5 mS/cm. Sama halnya dengan fase N1,
pemberian nutrisi dilakukan sebanyak 2 kali dalam sehari, yaitu pada pagi dan
93
sore hari. Larutan nutrisi AB mix yang diberikan adalah nutrisi yang sebelumnya
sudah diracik terlebih dahulu oleh manajer produksi. Setelah 15 hari bibit tanaman
ditanam di gully fase N2, selanjutnya bibit tersebut siap untuk dipindahkan ke
gully fase dewasa. Bibit tanaman yang siap untuk dipindahkan yaitu bibit tanaman
yang sudah berumur 15 hari di fase N2, yang dimana biasanya bibit tanaman
tersebut sudah memiliki daun antara 10 sampai 15 lembar, dan memiliki tinggi
kurang lebih 12 sampai 20 cm.
Proses pemanenan bibit tanaman dari fase N2 juga menggunakan wadah
nampan sebagai tempat bibit yang akan dipindahkan ke fase dewasa. Pemindahan
bibit fase N2 dilakukan secara hati-hati, yaitu bibit tanaman tidak diambil bagian
daunnya melainkan mengambil bibit tanamn tersebut dari ujung pangkal batang
tanaman tersebut. Hal ini dimaksudkan agar tidak merusak daun yang sudah
tumbuh, agar nilai jual sayuran tersebut menjadi tinggi. Di Kebun Pamulang dan
Kebun Cipanas green house untuk gully fase N2 dijadikan satu dengan gully fase
dewasa. Berbeda halnya dengan di Kebun Ciseeng, di Kebun Ciseeng tidak
terdapat gully fase N2. Hal tersebut dikarenakan menurut keterangan dari manajer
produksi pada saat awal pembuatan terjadi kesalahan dalam pembuatan gully di
kebun itu. Sehingga sampai sekarang di Kebun Ciseeng proses produksi hanya
berlangsung dari fase N1 langsung ke fase dewasa.
3. Fase Dewasa (D)
Setelah melewati fase N1 dan N2, selanjutnya tanaman yang sudah
berumur 30 hari dipindah ke fase dewasa. Tanaman yang sudah siap ditanam di
gully fase dewasa yaitu tanaman yang sudah berumur 30 hari setelah disemai di
94
fase N1 atau 15 hari setelah masa remaja di fase N2. Fase dewasa merupakan fase
terakhir dalam memproduksi sayuran Lettuce dan Kale, yang dilakukan di dalam
green house dengan menggunakan sistem budidaya hidroponik NFT. Proses
produksi sayuran Lettuce dan Kale di fase ini yaitu dimulai dari menanam bibit
tanaman Lettuce dan Kale yang sebelumnya sudah melewati fase N2.
Pola pembersihan gully fase dewasa sama caranya dengan pembersihan
gully fase N1 dan fase N2. Gully pada fase dewasa bentuknya tidak berbeda jauh
dengan gully pada fase N2. Hanya saja jarak antara hole di gully fase dewasa lebih
panjang dibandingkan dengan jarak antar hole di gully fase N2, yaitu berjarak 20
cm antar hole. Gully fase dewasa memiliki panjang 4 meter. Dalam satu gully fase
dewasa terdiri dari 20 hole atau lubang tanam. Gambar gully fase dewasa dapat
dilihat pada Lampiran 4 (c). Di fase dewasa kebutuhan EC nutrisi yang harus
diterapkan yaitu 1.5 mS/cm. Bak nutrisi untuk gully fase N2 dengan fase dewasa
dijadikan satu, sedangkan bak nutrisi untuk fase N1 dibuat terpisah. Setelah 15
hari ditanam di gully fase dewasa, tanaman Lettuce dan Kale siap untuk dipanen
dan selanjutnya masuk ke fase pengemasan.
4. Fase Pemanenan dan Pengemasan
Setelah tanaman melewati fase N1, fase N2, dan fase dewasa, maka
tanaman siap untuk dipanen dan selanjutnya dikemas. Sayuran Lettuce dan Kale
yang siap dipanen untuk nantinya dikemas adalah sayuran yang sudah mempunyai
bobot 125 gram/tanaman. Pemanenan sayuran menggunakan wadah kontainer
sebagai tempat sayuran yang akan dipanen. Sebelum digunakan kontainer untuk
95
panen harus dibersihkan terlebih dahulu, yaitu caranya dengan dicuci dengan air
bersih yang mengalir.
Setelah sayuran Lettuce dan Kale selesai dipanen dari fase dewasa, proses
selanjutnya yaitu fase pengemasan. Kemasan produk sayuran Lettuce dan Kale
ada dua macam, yaitu kemasan bentuk bucket dan seal. Semua jenis produk
sayuran Lettuce dikemas dalam bentuk bucket, sedangkan semua jenis produk
sayuran Kale dikemas dalam bentuk plastic in seal. Gambar bentuk kemasan
aneka sayuran Lettuce dan Kale dapat dilihat pada Lampiran 6.
Proses pengemasan sayuran dimulai dari proses trimming dan sortasi
sayuran. Proses trimming yaitu pemotongan akar tanaman yang terlalu panjang
dan lebat, dan juga pembuangan daun yang layu, kuning, ataupun rusak. Setelah
proses trimming, selanjutnya sayuran disortasi. Kegiatan sortasi dilakukan untuk
menyortir atau memilah sayuran yang nantinya akan dikemas apakah sudah sesuai
spesifikasi dan mutu yang telah ditentukan. Setelah melewati proses trimming dan
sortasi, selanjutnya sayuran dicuci akarnya, hal ini dimaksudkan untuk
menghilangkan kotoran yang masih menempel sehingga tidak mengkontaminasi
daun dari sayuran yang akan dikemas. Setelah itu akar tanaman diperas sedikit
agar tidak terlalu basah.
Langkah selanjutnya yaitu menimbang sayuran sesuai dengan kemasan
yang diinginkan konsumen. Berat untuk kemasan bucket yaitu 250 gram dan 500
gram, sedangkan berat untuk kemasan seal yaitu 250 gram, 500 gram, dan 1
kilogram. Setelah sayuran Lettuce dan Kale selesai dikemas dengan baik, barulah
sayuran-sayuran tersebut dipasarkan dan didistribusikan kepada konsumen yang
96
sebelumnya sudah memesan atau mengirimkan PO ke divisi pemasaran PT.
Kebun Pangan Jaya. Kegiatan pengemasan berlangsung di packing house atau
rumah kemas. Packing house tersedia di Kebun Pamulang dan Kebun Cipanas,
sementara Kebun Ciseeng tidak memiliki packing house. Sayuran hasil panen dari
Kebun Ciseeng dikemas di Kebun Pamulang.
4.6. Tingkat Keberhasilan dan Pola Produksi Sayuran Lettuce dan Kale di
PT. Kebun Pangan Jaya
Sebelumnya sudah diketahui bahwa proses produksi sayuran Lettuce dan
Kale terdiri empat fase, yaitu dimulai dari fase penyemaian (N1), fase remaja
(N2), fase dewasa (D), dan yang terakhir yaitu fase pemanenan dan pengemasan.
Waktu yang dibutuhkan dalam proses produksi sayuran Lettuce dan Kale dari
mulai fase N1 sampai dengan fase pengemasan yaitu kurang lebih selama 45 hari,
untuk menghasilkan satu tanaman Lettuce dan Kale yang mempunyai bobot 125
gram/unit. Proses produksi aneka sayuran Lettuce dan Kale bisa digambarkan
dalam suatu pola. Pola produksi aneka sayuran Lettuce dan Kale dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3. Pola Produksi Sayuran Lettuce dan Kale
Bulan Pertama Bulan Kedua Bulan Ketiga
dst
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
N1P1 N1P2 N1P3 N1P4 N1D1 N1D2 N1D3 N1D4 N1T1 N1T2 N1T3 N1T4
N2P1 N2P2 N2P3 N2P4 N2D1 N2D2 N2D3 N2D4 N2T1 N2T2
DP1 DP2 DP3 DP4 DD1 DD2 DD3 DD4
PNP1 PNP2 PNP3 PNP4 PND1 PND2
Keterangan: N1=Fase Penyemaian ; N2=Fase Remaja ; D=Fase Dewasa ; PN=Pemanenan ;
P(1,2,3,4)=Aneka sayuran yang diproduksi di minggu (1,2,3,4) di bulan pertama ;
D(1,2,3,4)=Aneka sayuran yang diproduksi di minggu (1,2,3,4) di bulan kedua ;
T(1,2,3,4)=Aneka sayuran yang diproduksi di minggu (1,2,3,4) di bulan Ketiga
97
Tabel 3 merupakan gambaran pola produksi sayuran Lettuce dan Kale di
PT. Kebun Pangan Jaya. Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa dalam satu bulan proses
penyemaian dilakukan sebanyak 4 kali. Hal tersebut dikarenakan penyemaian
hanya dilakukan sebanyak satu kali disetiap minggunya. Hal ini berlaku di semua
kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya. Seperti yang sudah diketahui
sebelumnya bahwa waktu yang dibutuhkan dalam tiap fase produksi yaitu selama
15 hari. Pada saat ini posisi perusahaan yaitu seperti pada minggu ketiga di bulan
kedua yang tertera pada Tabel 3, yaitu di semua kebun produksi PT. Kebun
Pangan Jaya setiap minggunya terdapat 4 kegiatan produksi mulai dari fase N1
sampai dengan fase pengemasan. Lalu juga posisi perusahaan kini berada seperti
pada bulan ketiga, yaitu di semua kebun produksi dapat panen aneka sayuran
Lettuce dan Kale disetiap minggunya.
Menurut keterangan manajer produksi bahwa dalam memproduksi aneka
sayuran Lettuce dan Kale terdapat presentase kegagalan dalam setiap fasenya.
Dari fase N1 sampai fase N2, presentase kegagalannya yaitu 5% dari total semua
benih yang disemai. Lalu dari fase N2 sampai fase dewasa dipotong sebanyak 5%
yang merupakan presentase kegagalan bibit untuk tumbuh pada fase tersebut.
Selanjutnya yaitu dari fase dewasa sampai fase pemanenan dipotong 5% yang
merupakan presentase kegagalan dalam fase tersebut. Daya tumbuh benih sayuran
Lettuce dan Kale sendiri yaitu 95%.
Data keberhasilan produksi dapat dilihat pada data produksi sayuran
Lettuce dan Kale PT. Kebun Pangan Jaya. Data produksi aneka sayuran Lettuce
dan Kale tahun 2017 dapat dilihat pada Lampiran 7. Pada Lampiran 7 tercantum
98
data produksi sayuran Lettuce dan Kale selama satu tahun di tiga kebun produksi
PT. Kebun Pangan Jaya mulai dari bulan Januari sampai Desember pada tahun
2017. Data produksi tersebut menggambarkan jumlah sayuran yang berhasil
dipanen dari ketiga kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya. Berdasarkan
lampiran tersebut dapat dilihat bahwa setiap bulannya produksi sayuran Lettuce
dan Kale di tiga kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya berfluktuasi. Data
produksi tersebut merupakan data panen bersih dari tiga kebun produksi PT.
Kebun Pangan Jaya. Dari data produksi yang terlampir di Lampiran 7, data-data
tersebut dapat dijumlahkan sehingga dapat didapatkan total produksi sayuran
Lettuce dan Kale di 3 kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya. Adapun data
tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Produksi Sayuran Lettuce dan Kale Selama Satu Tahun (2017)
Jenis Sayuran
Produksi Selama Satu Tahun (2017)
K. Cipanas K. Pamulang K. Ciseeng Total
unit unit unit unit
Lollobionda 4186 6139 0 10.325
Lollorossa 5502 8826 0 14.328
Romaine 7828 7168 0 14.996
Green Oaklef 3694 4887 0 8.581
Red Oaklef 3714 4991 0 8.705
Endive 1966 1256 0 3.222
Butterhead 3254 3959 0 7.213
Kale Curly 7038 0 6038 13.076
Kale Siberian 0 2152 1700 3.852
Kale Nero 1274 0 0 1.274 Sumber: Lampiran 7
Dari Tabel 4 didapatkan bahwa varietas romaine merupakan jenis sayuran
yang paling banyak diproduksi dalam satu tahun. Varietas romaine dalam setahun
diproduksi sebanyak 14.996 unit, yang diproduksi dari 2 kebun produksi PT.
99
Kebun Pangan Jaya, yaitu Kebun Pamulang dan Kebun Cipanas. Selanjutnya dari
Tabel 4 juga dapat diketahui bahwa varietas Kale Nero merupakan jenis sayuran
yang paling sedikit diproduksi dalam satu tahun di tahun 2017. Pada tahun 2017
Kale Nero hanya diproduksi sebanyak 1.274 unit tanaman, yang dimana hanya
diproduksi di Kebun Cipanas saja.
Aneka sayuran Lettuce dan Kale yang berhasil di panen disetiap bulannya
seperti yang terlampir pada Lampiran 7 merupakan sayuran-sayuran yang 45 hari
sebelumnya sudah ditanam, atau benih tanaman tersebut sudah disemai. Lalu total
aneka sayuran Lettuce dan Kale yang berhasil dipanen disetiap bulannya
merupakan hasil panen selama 4 kali dalam sebulan. Hal tersebut dikarenakan
dalam sebulan terdapat 4 kali kegiatan penyemaian, yang mengakibatkan kegiatan
pemanenan berlangsung sebanyak 4 kali dalam satu bulan. Seperti misalnya pada
bulan Januari tahun 2017, hasil panen sayuran pada bulan tersebut merupakan
hasil penyemaian benih aneka sayuran Lettuce dan Kale pada bulan November
minggu ketiga di tahun 2016.
4.7. Pemasaran Sayuran Lettuce dan Kale Hidroponik di PT. Kebun Pangan
Jaya (Kebun Sayur)
PT. Kebun Pangan Jaya selalu berusaha untuk dapat memenuhi
permintaan dari konsumen sayuran Kebun Sayur. PT. Kebun Pangan Jaya
berusaha agar produk sayuran yang dihasilkan tetap memiliki kualitas yang bagus
sehingga tidak mengecewakan konsumen-konsumen produknya. Selain itu PT.
Kebun Pangan Jaya juga selalu berupaya agar produk yang dihasilkan kuantitas
100
dan kontinyuitasnya tetap terpenuhi. Konsumen produk sayuran Lettuce dan Kale
Kebun Sayur diantaranya yaitu berbagai supermarket, hotel, restoran, dan cafe.
Sistem penjualan yang diterapkan oleh PT. Kebun Pangan Jaya beragam,
tetapi yang paling banyak diterapkan yaitu sistem penjualan putus. Dimana dalam
sistem penjualan putus, konsumen melakukan pembayaran secara penuh sesuai
dengan jumlah pesanan, dan pihak Kebun Sayur tidak menerima kembali sayuran
yang tidak laku. PT. Kebun Pangan Jaya hanya menerima retur jika pada
penerimaan barang pertama kali terdapat produk yang rusak atau kualitasnya
dibawah standar. Adapun daftar konsumen produk sayuran Lettuce dan Kale PT.
Kebun Pangan Jaya dapat dilihat di Tabel 5.
Tabel 5. Daftar Nama Perusahaan Pelanggan Produk Sayuran Lettuce dan Kale
Hidroponik PT. Kebun Pangan Jaya beserta Volume Pembelian dalam
Satu Kali pemesanan
Jenis Pelanggan
(1)
Volume Pembelian
(2)
Jenis Produk
(3)
Supermarket
Grand Lucky 30 – 70 Pack Lollobionda,
Lollorossa, Romaine,
GOL, ROL,
Butterhead, dan Kale
Curly
PT. Galael Supermarket 20 – 40 Pack Lollobionda,
Lollorossa, Romaine,
GOL, ROL,
Butterhead, dan Kale
Siberian
Food Hall (Villa Delima,
Kebun Jeruk, Pondok
Indah, Puri Indah, Grand
Indonesia, Alam Sutera
Tangerang, Thamrin City,
Plaza Indonesia)
800 – 1000 Pack Semua Jenis Lettuce,
Kale Curly dan Kale
Nero
Aneka Buana 65 – 75 Pack Semua Jenis Lettuce
dan Kale Curly
101
Jenis Pelanggan
(1)
Volume Pembelian
(2)
Jenis Produk
(3)
Harmoni 35 – 45 Pack Lollobionda,
Lollorossa, Romaine,
GOL, ROL,
Butterhead, dan Kale
Curly
PT. Koin Bumi 25 – 30 Pack Lollobionda,
Lollorossa, Romaine,
GOL, ROL,
Butterhead, dan Kale
Curly
Hotel
Novotel 4 – 6 Kg Lollorossa dan
Romaine
Bandara Internasional
Soekarno Hatta Hotel
4 – 26 Kg Semua Jenis Lettuce
dan Kale Curly
Swiss Belin Kemayoran 10 – 13 Kg Semua Jenis Lettuce
kecuali Endive
Ritz Carlton 8 – 15 Kg Lollorossa, Romaine,
GOL, ROL,
Butterhead, Kale Curly
ICE BSD 4 – 12 Kg GOL, ROL,
Butterhead
Ambhara 4 - 6 Kg Lollobionda,
Lollorossa, Romaine
Restoran dan Cafe
Mu Gung Hwa (Korean
Restaurant)
15 – 20 Pack Semua Jenis Lettuce
kecuali Endive
Maison Tatsuya (Japan
Restaurant)
10 - 15 Kg Lollorossa
SIKU Dharmawangsa 4 – 6 Kg Lollobionda,
Lollorossa, Romaine
Madira’s House Café 5 – 10 Kg Lollorossa, Romaine,
GOL, ROL,
Butterhead, Kale Curly Sumber: PT. Kebun Pangan Jaya 2018
Keterangan: GOL=Green Oaklef, ROL=Red Oaklef
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Operasional Produksi Lettuce dan Kale di PT. Kebun Pangan Jaya
dalam Menggunakan Sumberdaya Utama
Kegiatan produksi di tiga kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya yaitu
Kebun Pamulang, Kebun Cipanas, dan Kebun Ciseeng berlangsung setiap hari.
Sumberdaya benih sayuran, larutan nutrisi AB mix, media tanam rockwool,
instalasi hidroponik yaitu yang terdiri dari hole fase N1, hole fase N2, hole fase
dewasa, dan tenaga kerja merupakan sumberdaya utama dalam memproduksi
aneka varietas sayuran Lettuce dan Kale. PT. Kebun Pangan Jaya sudah mengatur
penggunaan sumberdaya utama tersebut disetiap bulannya dalam kegiatan
produksi.
5.1.1.Penggunaan dan Ketersediaan Benih
Bahan baku yang paling mendasar dalam memproduksi aneka sayuran
Lettuce dan Kale adalah benih. Benih yang digunakan PT. Kebun Pangan Jaya
adalah benih impor, yaitu berasal dari negara Belanda dengan merk Rijkzwan.
Namun untuk benih Endive menggunakan benih lokal yaitu merk Indo Seed. Jenis
benih yang digunakan di PT. Kebun Pangan Jaya ada 2 jenis yaitu, jenis seed dan
jenis pil. Benih sayuran Lettuce termasuk kedalam benih jenis pil kecuali untuk
benih Endive, sedangkan benih sayuran Kale merupakan benih jenis seed. Tabel 6
menyajikan data sumberdaya benih yang dibutuhkan untuk memproduksi Lettuce
dan Kale untuk satu unit tanaman, dan juga berisikan data ketersediaan benih
setiap bulannya di masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya.
103
Tabel 6. Kebutuhan dan Kapasitas Sumberdaya Benih yang tersedia
Jenis Sayuran
Kebutuhan
per-unit
Kapasitas dalam Satu Bulan
Kebun
Pamulang
Kebun
Cipanas
Kebun
Ciseeng
Butir Butir Butir Butir
Lollobionda 1 1.000 2.000
Lollorossa 1 1.000 2.000
Romaine 1 1.000 2.000
Green Oaklef 1 1.000 2.000
Red Oaklef 1 1.000 2.000
Endive 1 1.000 1.000
Butterhead 1 1.000 1.000
Kale Curly 1 2.000 1.000
Kale Siberian 1 1.000 1.000
Kale Nero 1 1.000
Sumber: Observasi, Juli 2018
Tabel 6 menunjukkan bahwa untuk memproduksi aneka sayuran Lettuce
dan Kale sebanyak satu unit, membutuhkan 1 butir benih tanaman jenis tersebut.
Selain itu dari Tabel 6 dapat dilihat pula bahwa setiap bulannya kapasitas atau
ketersediaan benih yang tersedia di masing-masing kebun produksi jumlahnya
berbeda-beda. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa benih yang tersedia di Kebun
Pamulang hanya benih 7 varietas sayuran Lettuce yaitu Lollobionda, Lollorossa,
Romaine, Green Oaklef, Red Oaklef, Endive, Butterhead yang masing-masing
berjumlah 1.000 butir benih, dan benih sayuran Kale Siberian yang berjumlah
1.000 butir. Hal tersebut dikarenakan di Kebun Produksi Pamulang hanya
memproduksi kedelapan jenis sayuran tersebut.
Lain halnya dengan di Kebun Cipanas, benih yang tersedia di setiap
bulannya yaitu 7 benih varietas sayuran Lettuce dan 2 benih varietas sayuran Kale.
Benih sayuran Lettuce dan Kale yang tersedia di Kebun Cipanas yaitu benih
104
Lollobionda, Lollorossa, Romaine, Green Oaklef, Red Oaklef, dan Kale Curly
masing-masing sebanyak 2.000 butir. Sedangkan benih Endive, Butterhead, dan
Kale Nero masing-masing sebanyak 1.000 butir. Lalu di Kebun Ciseeng yang
merupakan kebun produksi yang dikhususkan hanya untuk memproduksi Kale
saja, di kebun ini setiap bulannya hanya benih Kale Curly dan Kale Siberian saja
yang tersedia. Ketersediaanya masing-masing sebanyak 1.000 butir benih.
Kegiatan penyemaian benih di masing-masing kebun produksi dilakukan
satu kali disetiap minggunya. Kegiatan penyemaian benih di Kebun Pamulang
dilakukan setiap hari senin, sedangkan kegiatan penyemaian di Kebun Cipanas
dan Kebun Ciseeng dilakukan setiap hari sabtu. Pada setiap kegiatan penyemaian,
jumlah benih yang disemai di masing-masing kebun jumlah dan kombinasinya
berbeda-beda. Adapun jumlah dan kombinasi benih yang disemai disetiap
kegiatan penyemaian benih di masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan
Jaya dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Penggunaan Benih Sayuran Lettuce dan Kale di Kebun Produksi PT.
Kebun Pangan Jaya dalam Satu Kali Penyemaian
Jenis Sayuran
Kebun
Pamulang Cipanas Ciseeng
Butir Butir Butir
Lollobionda 180 - 360 210 - 420
Lollorossa 180 - 360 210 - 420
Romaine 180 - 360 210 - 420
Green Oaklef 180 - 360 210 - 420
Red Oaklef 180 - 360 210 - 420
Endive 120 - 180 120 - 180
Butterhead 120 - 180 120 - 180
Kale Curly 420 - 630 180 - 360
Kale Siberian 180 - 360 120 - 180
Kale Nero 120 - 180 Sumber: Observasi Juli s/d Agustus 2018
105
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa dalam sekali penyemaian di Kebun
Pamulang jumlah benih sayuran Lollobionda, Lollorossa, Romaine, Green Oaklef,
Red Oaklef, dan Kale Siberian yang disemai yaitu masing-masing jenis kurang
lebih sebanyak 180-360 butir benih. Sedangkan untuk sayuran Lettuce varietas
Endive dan Butterhead, benih yang disemai di Kebun Pamulang dalam sekali
semai yaitu masing-masing kurang lebih sebanyak 120-180 butir benih. Di Kebun
Cipanas dalam sekali kegiatan penyemaian jumlah benih yang disemai sebanyak
kurang lebih 210-420 butir benih untuk sayuran Lollobionda, Lollorossa,
Romaine, Green Oaklef, dan Red Oaklef. Lain halnya untuk sayuran Endive,
Butterhead, dan Kale Nero jumlah benih yang disemai masing-masing kurang
lebih sebanyak 120-180 butir benih, sedangkan untuk Kale Curly jumlah benih
yang disemai dalam setiap satu kali penyemaian yaitu kurang lebih sebanyak 420-
360 butir benih. Lalu di Kebun Ciseeng dalam setiap kegiatan penyemaian jumlah
benih yang disemai yaitu kurang lebih sebanyak 180-360 butir untuk Kale Curly,
dan 120-180 butir untuk Kale Siberian.
5.1.2.Penggunaan dan Ketersediaan Larutan Nutrisi AB Mix
PT. Kebun Pangan Jaya dalam memproduksi sayuran Lettuce dan Kale
menggunakan larutan nutrisi AB mix sebagai pupuk untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi tanaman. Dalam budidaya hidroponik larutan nutrisi termasuk faktor
produksi atau sumberdaya utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Larutan nutrisi
AB mix yang digunakan di kebun-kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya adalah
nutrisi hasil racikan sendiri. Hal tersebut dikarenakan perusahaan sebelumnya
menggunakan larutan nutrisi yang dijual dipasaran, akan tetapi produk yang
106
dihasilkan kualitasnya kurang bagus. Semenjak itu perusahaan mencoba untuk
meracik larutan nutrisi sendiri, dengan menyesuaikan kandungan nutrisi yang
dibutuhkan oleh tanaman Lettuce dan Kale.
Awalnya nutrisi AB mix yang nantinya akan diberikan ke tanaman
bentuknya berupa butiran-butiran serbuk yang harus dilarutkan dengan air terlebih
dahulu. Serbuk nutrisi A dan serbuk nutrisi B harus dilarutkan masing-masing
dengan air secara terpisah. Dalam melarutkan serbuk nutrisi A dan serbuk nutrisi
B tidak boleh langsung dicampur menjadi satu. Jika dalam melarutkan nutrisi A
dan B dicampur nantinya akan merusak larutan nutrisi, dan larutan tersebut akan
menjadi racun bagi tanaman. Adapun kebutuhan nutrisi dari masing-masing
sayuran Lettuce dan Kale, dan kapasitas larutan nutrisi yang tersedia setiap
bulannya di masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya tercantum
pada Tabel 8.
Tabel 8. Kebutuhan dan Kapasitas Sumberdaya Larutan Nutrisi AB Mix
Jenis Sayuran
Kebutuhan/unit
Kebun
Pamulang
Kebun
Cipanas
Kebun
Ciseeng
ml* ml* ml*
Lollobionda 36,57 37,45
Lollorossa 36,57 37,45
Romaine 36,57 37,45
Green Oaklef 36,57 37,45
Red Oaklef 36,57 37,45
Endive 36,57 37,45
Butterhead 36,57 37,45
Kale Curly 37,45 124,06
Kale Siberian 36,57 124,06
Kale Nero 37,45
Kapasitas dalam satu bulan 120.000 120.000 80.000
Sumber: Lampiran 8 (a) (b) (c) (*Kolom (18))
107
Tabel 8 menunjukkan bahwa kebutuhan nutrisi dari sayuran Lettuce dan
Kale di masing-masing kebun produksi jumlahnya berbeda-beda. Angka
kebutuhan nutrisi dari per unit sayuran yang tertera pada Tabel 8 merupakan
angka hasil perhitungan yang berasal dari Lampiran 8. Angka tersebut merupakan
hasil perhitungan untuk mendapatkan jumlah nutrisi yang digunakan untuk
menghasilkan satu unit sayuran Lettuce dan Kale. Angka tersebut didapatkan
dengan membagi jumlah pemakaian nutrisi total untuk satu jenis tanaman dibagi
dengan rata-rata total produksi jenis sayuran tersebut. Rata-rata produksi sayuran
tersebut didapatkan dari merata-ratakan jumlah produksi sayuran tersebut selama
satu tahun terakhir. Jumlah pemakaian nutrisi total untuk satu varietas sayuran
didapatkan dengan cara mengalikan presentasi jumlah produksi sayuran tersebut
dengan jumlah total nutrisi yang digunakan.
Dari Tabel 8 diatas dapat dilihat bahwa sayuran yang diproduksi di Kebun
Ciseeng membutuhkan nutrisi lebih banyak dibandingkan dengan sayuran yang
diproduksi di kebun lainnya. Di Kebun Produksi Pamulang, aneka varietas
sayuran Lettuce dan Kale membutuhkan larutan nutrisi AB mix sebanyak 36,57 ml
pertanaman. Berbeda dengan di Kebun Cipanas dan Kebun Ciseeng, jumlah
larutan nutrisi AB mix yang dibutuhkan yaitu sebanyak 37,45 ml pertanaman di
Kebun Cipanas, dan sebanyak 124,06 ml pertanaman di Kebun Ciseeng. Jumlah
kebutuhan akan larutan nutrisi AB mix tersebut yaitu jumlah yang dibutuhkan
tanaman dari mulai fase penyemaian (N1) sampai dengan fase dewasa selesai,
yaitu selama 45 hari yang nantinya akan menghasilkan sayuran dengan bobot 125
gram/unit.
108
Kegiatan pemberian nutrisi di semua kebun produksi PT. Kebun Pangan
Jaya dilakukan sebanyak 2 kali setiap harinya. Nutrisi diberikan pada pagi hari
dan pada sore hari. Jumlah nutrisi yang diberikan bergantung dengan nilai EC
yang tertera di EC meter. Adapun rata-rata banyaknya nutrisi yang dilarutkan
dalam sekali pemberian pada masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan
Jaya tercantum pada Tabel 9.
Tabel 9. Rata-Rata Pemakaian Nutrisi dalam Satu Kali Penuangan di Masing-
Masing Kebun Produksi PT. Kebun Pangan Jaya
Keterangan
Kebun
Pamulang Cipanas Ciseeng
Liter Liter Liter
Larutan Nutrisi AB mix 1 – 1,5 1 - 2 1 - 2 Sumber: Observasi, Juli s/d Agustus 2018
Pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa jumlah nutrisi yang diberikan dalam satu
kali pemberian di setiap kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya jumlahnya
berbeda-beda. Di Kebun Pamulang jumlah nutrisi yang diberikan dalam sekali
penuangan yaitu kurang lebih sebanyak 1 s/d 1,5 liter, sedangkan di Kebun
Cipanas dan Kebun Ciseeng, jumlah nutrisi yang diberikan dalam satu kali
penuangan yaitu kurang lebih sebanyak 1 s/d 2 liter. Jumlah larutan nutrisi
tersebut adalah jumlah larutan nutrisi A dengan larutan nutrisi B yang sudah
disatukan. Perbandingan pemberian larutan nutrisi A dengan larutan nutrisi B
yaitu 1:1.
5.1.3.Penggunaan dan Ketersediaan Media Tanam Rockwool
Media tanam untuk budidaya hidroponik beragam macamnya, salah
satunya yaitu media tanam rockwool. PT. Kebun Pangan Jaya dalam
109
memproduksi Lettuce dan Kale, memilih untuk menggunakan media tanam
rockwool. Hal tersebut menurut manajer kebun dikarenakan produksi dengan
media tanam rockwool praktis dalam penggunaanya, dan harganya juga relatif
murah. Selain itu media tanam rockwool dipilih juga karena pada saat
diikutsertakan dalam kemasan, media ini bisa menyimpan kebutuhan nutrisi dan
air yang dibutuhkan oleh sayuran, sehingga sayuran tersebut tetap segar dalam
kemasan dan tidak gampang membusuk. Adapun jumlah media tanam rockwool
yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit sayuran Lettuce dan Kale dari fase
N1 sampai dengan fase pengemasan, dan juga kapasitas yang tersedia di masing-
masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Kebutuhan dan Kapasitas Media Tanam Rockwool
Keterangan LB LR RM GL RL ED BT CR SB NR
Kotak
Kebutuhan/unit 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Kap
asit
as Kebun Pamulang 7.680
Kebun Cipanas 11.520
Kebun Ciseeng 3.840
Keterangan: LB=Lollobionda ; LR=Lollorossa ; RM=Romaine ; GL=Green Oaklef ; RL=Red
Oaklef ; ED=Endive ; BT=Butterhead ; CR=Kale Curly ; SB=Kale Siberian ;
NR=Kale Nero
Sumber: Observasi, Juli s/d Agustus 2018
Tabel 10 diatas menunjukkan dalam memproduksi aneka varietas sayuran
Lettuce dan Kale, jumlah media tanam rockwool yang dibutuhkan dari mulai fase
N1 sampai dengan fase pengemasan yaitu sebanyak 1 kotak. 1 kotak media tanam
rockwool berukuran 2.5cm x 2.5cm x 3.75cm. Seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya bahwa bentuk awal media tanam rockwool yaitu berupa bal dengan
ukuran 16 m x 9.6 m x 7.5cm. Selanjutnya dipotong menjadi bentuk lempengan
(LAP) rockwool yang akan digunakan di fase N1. Selanjutnya pada saat akan
110
masuk ke fase N2, bentuk lempengan (LAP) rockwool tersebut dipotong-potong
menjadi bentuk kotak sesuai dengan letak bibit tanaman. Dari tabel diatas dapat
dilihat juga bahwa kapasitas media tanam rockwool atau jumlah media tanam
rockwool yang tersedia di masing-masing kebun produksi jumlahnya berbeda-
beda. Kapasitas media tanam rockwool yang tersedia di Kebun Pamulang setiap
bulannya sebanyak 7.680 kotak, sedangkan rockwool yang tersedia di Kebun
Cipanas dalam sebulan sebanyak 11.520 kotak, dan di Kebun Ciseeng rockwool
yang tersedia setiap bulannya sebanyak 3.840 kotak.
Dikarenakan kegiatan penyemaian di masing-masing kebun produksi PT.
Kebun Pangan Jaya hanya dilakukan sekali disetiap minggunya, maka
penggunaan media tanam rockwool sama halnya dengan penggunaan benih
sayuran. Adapun penggunaan media tanam rockwool yang digunakan dalam
setiap satu kali penyemaian dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Penggunaan Media Tanam Rockwool di Kebun Produksi PT. Kebun
Pangan Jaya dalam Satu Kali Penyemaian
Jenis Sayuran
Kebun
Pamulang Cipanas Ciseeng
LAP LAP LAP
Lollobionda 6 - 12 7 - 14
Lollorossa 6 - 12 7 - 14
Romaine 6 - 12 7 - 14
Green Oaklef 6 - 12 7 - 14
Red Oaklef 6 - 12 7 - 14
Endive 4 - 6 4 - 6
Butterhead 4 - 6 4 - 6
Kale Curly 14 - 21 6 - 12
Kale Siberian 6 - 12 4 - 6
Kale Nero 4 - 6 Sumber: Observasi Juli s/d Agustus 2018
111
Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa jumlah media tanam rockwool yang
digunakan dalam setiap satu kali kegiatan penyemaian di masing-masing kebun
produksi PT. Kebun Pangan Jaya jumlahnya berbeda-beda. Di Kebun Pamulang,
dapat dilihat pada tabel diatas bahwa jumlah media tanam rockwool yang
digunakan yaitu kurang lebih sebanyak 6-12 LAP untuk jenis sayuran
Lollobionda, Lollorossa, Romaine, Green Oaklef, Red Oaklef, dan Kale Siberian.
Sedangkan untuk sayuran Endive dan Buttrehead, media tanam rockwool yang
digunakan yaitu kurang lebih sebanyak 4-6 LAP. Lalu di Kebun Cipanas untuk
sayuran Lollobionda, Lollorossa, Romaine, Green Oaklef, dan Red Oaklef media
tanam rockwool yang digunakan yaitu masing-masing kurang lebih sebanyak 7-14
LAP dalam satu kali kegiatan penyemaian. Lalu untuk sayuran Endive,
Butterhead dan Kale Nero media tanam yang digunakan yaitu masing-masing
kurang lebih sebanyak 4-6 LAP, dan untuk Kale Curly kurang lebih sebanyak 14-
21 LAP. Selanjutnya yaitu di Kebun Ciseeng media tanam yang digunakan dalam
satu kali kegiatan penyemaian yaitu kurang lebih sebanyak 6-12 LAP untuk Kale
Curly dan 4-6 LAP untuk Kale Siberian.
5.1.4.Penggunaan dan Ketersediaana Hole Fase N1
Hole fase N1 merupakan bagian dari instalasi hidroponik yang ada di PT.
Kebun Pangan Jaya. Hole fase N1 diperuntukkan untuk budidaya hidroponik pada
saat tanaman memasuki fase N1. Bentuk hole fase N1 yaitu berupa pipa paralon
panjang yang bagian atasnya terbuka dan tidak terdapat lubang-lubang. Gambar
gully fase N1 dapat dilihat pada Lampiran 4 (a). Jumlah gully fase N1 yang
tersedia di masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya jumlahnya
112
berbeda-beda. Tabel 12 menyajikan data mengenai jumlah gully dan hole fase N1
yang tersedia di masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya.
Tabel 12. Jumlah Gully dan Hole Fase N1 di 3 Kebun Produksi PT. Kebun
Pangan Jaya
Kebun
Jumlah
Fase N1
Gully LAP Hole
Pamulang 32 448 13440
Cipanas 45 630 18900
Ciseeng 12 168 5040
Sumber: Observasi Juli s/d Agustus 2018
Satu Gully fase N1 mempunyai panjang 4 meter. Dalam satu gully fase N1
dapat memuat 14 lempengan (LAP) rockwool. Seperti yang sudah diketahui
sebelumnya bahwa dalam satu lempengan (LAP) rockwool terdapat 30 lubang
tanam yang nantinya akan dipotong-potong menjadi 30 kotak rockwool.
Berdasarkan hal tersebut maka dalam satu gully fase N1 diibaratkan terdapat 420
lubang tanam atau hole. Pada Tabel 12 diketahui bahwa Kebun Cipanas memiliki
gully fase N1 yang lebih banyak dibandingkan dengan kebun produksi lainnya.
Gully fase N1 yang tersedia di Kebun Cipanas sebanyak 45 gully. Jumlah gully
yang tersedia di Kebun Pamulang dan Kebun Ciseeng sebanyak 32 gully dan 12
gully. Perbedaan jumlah gully yang tersedia di masing-masing kebun ini yang
membuat kapasitas hole gully fase N1 dari tiap-tiap kebun jumlahnya berbeda-
beda. Adapun kapasitas hole gully fase N1 yang tersedia di masing-masing kebun
produksi PT. Kebun Pangan Jaya dan kebutuhan hole gully fase N1 untuk masing-
masing jenis varietas sayuran Lettuce dan Kale dapat dilihat pada Tabel 13.
113
Tabel 13. Kebutuhan dan Kapasitas Hole Gully Fase N1
Keterangan LB LR RM GL RL ED BT CR SB NR
Hole
Kebutuhan/unit 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Kap
asit
as Kebun Pamulang 13.440
Kebun Cipanas 18.900
Kebun Ciseeng 5.040 Keterangan: LB=Lollobionda ; LR=Lollorossa ; RM=Romaine ; GL=Green Oaklef ; RL=Red
Oaklef ; ED=Endive ; BT=Butterhead ; CR=Kale Curly ; SB=Kale Siberian ;
NR=Kale Nero
Sumber: Observasi, Juli s/d Agustus 2018
Tabel 13 diatas menunjukkan dalam memproduksi aneka varietas sayuran
Lettuce dan Kale jumlah hole fase N1 yang dibutuhkan yaitu sebanyak 1 lubang.
Dari tabel diatas dapat dilihat juga bahwa kapasitas hole fase N1 yang tersedia di
masing-masing kebun produksi jumlahnya berbeda-beda. Kapasitas hole fase N1
yang tersedia di Kebun Pamulang setiap bulannya yaitu sebanyak 13.440 lubang,
hole fase N1 yang tersedia di Kebun Cipanas yaitu sebanyak 18.900 lubang, dan
di Kebun Ciseeng hole fase N1 yang tersedia sebanyak 5.040 lubang.
5.1.5.Penggunaan dan Ketersediaan Hole Fase N2
Sama halnya dengan hole pada gully fase N1, hole di gully fase N2 juga
merupakan bagian dari instalasi hidroponik di PT. Kebun Pangan Jaya.
Dikarenakan proses produksi Lettuce dan Kale mencakup 3 tahapan atau fase,
maka dari itu tiap fase memiliki gully yang terdapat hole atau lubang didalamnya.
Bentuk gully fase N2 hampir sama dengan gully fase dewasa, hanya saja yang
menjadi pembeda adalah jarak antar hole di gully tersebut. Ketersediaan hole pada
gully fase N2 di tiap-tiap kebun jumlahnya berbeda-beda. Tabel 14 menyajikan
114
data mengenai jumlah gully dan hole fase N2 yang tersedia di masing-masing
kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya.
Tabel 14. Jumlah Gully dan Hole Fase N2 di 3 Kebun Produksi PT. Kebun
Pangan Jaya
Kebun
Jumlah
Fase N2
Gully Hole
Pamulang 96 3744
Cipanas 90 3510
Ciseeng 0 0
Sumber: Observasi Juli s/d Agustus 2018
Gully fase N2 mempunyai panjang 4 meter. Dalam satu gully fase N2
terdiri dari 39 hole. Pada Tabel 14 diketahui bahwa Kebun Pamulang memiliki
gully fase N2 yang lebih banyak dibadingkan dengan kebun produksi lainnya.
Gully fase N2 yang tersedia di Kebun Pamulang sebanyak 96 gully. Jumlah gully
yang tersedia di Kebun Cipanas dan Kebun Ciseeng yaitu sebanyak 90 gully dan 0
gully. Di Kebun Ciseeng tidak tersedia gully fase N2, dikarenakan terdapat
kesalahan pada saat awal pembuatan. Perbedaan jumlah gully yang tersedia di
masing-masing kebun ini yang membuat kapasitas hole fase N2 dari tiap-tiap
kebun jumlahnya berbeda-beda. Adapun kapasitas hole fase N2 di masing-masing
kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya setiap bulannya, dan kebutuhan aneka
varietas sayuran Lettuce dan Kale terhadap hole fase N2 dalam kegiatan produksi
dapat dilihat pada Tabel 15.
115
Tabel 15. Kebutuhan dan Kapasitas Hole pada Gully Fase N2
Keterangan LB LR RM GL RL ED BT CR SB NR
Hole
Kebutuhan/unit 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Kap
asit
as Kebun Pamulang 3.744
Kebun Cipanas 3.510
Kebun Ciseeng 0 Keterangan: LB=Lollobionda ; LR=Lollorossa ; RM=Romaine ; GL=Green Oaklef ; RL=Red
Oaklef ; ED=Endive ; BT=Butterhead ; CR=Kale Curly ; SB=Kale Siberian ;
NR=Kale Nero
Sumber: Observasi, Juli s/d Agustus 2018
Tabel 15 diatas menunjukkan dalam memproduksi aneka varietas sayuran
Lettuce dan Kale jumlah hole fase N2 yang dibutuhkan yaitu sebanyak 1 hole.
Dari tabel diatas dapat dilihat juga bahwa kapasitas hole fase N2 yang tersedia di
masing-masing kebun produksi jumlahnya berbeda-beda. Kapasitas hole fase N2
yang tersedia di Kebun Pamulang setiap bulannya yaitu sebanyak 3.744 hole,
jumlah hole fase N2 yang tersedia di Kebun Cipanas yaitu sebanyak 3.510 hole,
dan di Kebun Ciseeng tersedia sebanyak 0 hole. Di Kebun Ciseeng tidak tersedia
gully untuk fase N2. Menurut keterangan manajer produksi hal tersebut
dikarenakan ada kesalahan pada saat pembuatan gully, sehingga proses produksi
di Kebun Ciseeng hanya dari fase N1 langsung ke fase dewasa.
5.1.6.Penggunaan dan Ketersediaan Hole Fase dewasa
Setelah melewati fase N1 dan N2, selanjutnya sayuran memasuki fase
dewasa. Pada fase dewasa, tanaman yang sebelumnya sudah melalui fase N1 dan
fase N2 dipelihara sampai dengan waktu panennya tiba. Tanaman dipelihara di
fase dewasa selama 15 hari. Setelah itu tanaman tersebut dipanen, dan selanjutnya
di kemas di packing house. Sama halnya dengan fase N1 dan fase N2, di fase
116
dewasa juga terdapat gully yang berisikan hole atau lubang tanam untuk
digunakan pada fase tersebut. Ketersediaan hole fase dewasa di tiap-tiap kebun
produksi PT. Kebun Pangan Jaya jumlahnya berbeda-beda. Tabel 16 menyajikan
data mengenai jumlah gully dan hole fase dewasa yang tersedia di masing-masing
kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya.
Tabel 16. Jumlah Gully dan Hole Fase Dewasa di Tiga Kebun Produksi PT.
Kebun Pangan Jaya
Kebun
Jumlah
Fase Dewasa
Gully Hole
Pamulang 396 7920
Cipanas 666 13320
Ciseeng 280 5880 Sumber: Observasi Juli s/d Agustus 2018
Gully fase dewasa mempunyai panjang 4 meter. Dalam satu gully fase
dewasa terdiri dari 20 hole. Pada Tabel 16 diketahui bahwa Kebun Cipanas
memiliki gully fase dewasa yang lebih banyak dibadingkan dengan kebun
produksi lainnya. Gully fase dewasa yang tersedia di kebun cipaans sebanyak 666
gully. Jumlah gully yang tersedia di Kebun Pamulang dan Kebun Ciseeng yaitu
sebanyak 396 gully dan 280 gully. Perbedaan jumlah gully yang tersedia di
masing-masing kebun ini yang membuat kapasitas hole fase dewasa dari tiap-tiap
kebun jumlahnya berbeda-beda. Kapasitas hole fase dewasa yang tersedia di
masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya setiap bulannya, dan
jumlah hole fase dewasa yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit sayuran
Lettuce dan Kale dapat dilihat pada Tabel 17.
117
Tabel 17. Kebutuhan dan Kapasitas Hole Fase dewasa
Keterangan LB LR RM GL RL ED BT CR SB NR
Hole
Kebutuhan/unit 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Kap
asit
as Kebun Pamulang 7.920
Kebun Cipanas 13.320
Kebun Ciseeng 5.880 Keterangan: LB=Lollobionda ; LR=Lollorossa ; RM=Romaine ; GL=Green Oaklef ; RL=Red
Oaklef ; ED=Endive ; BT=Butterhead ; CR=Kale Curly ; SB=Kale Siberian ;
NR=Kale Nero
Sumber: Observasi, Juli s/d Agustus 2018
Tabel 17 diatas menunjukkan untuk memproduksi satu unit sayuran
Lettuce dan Kale di semua kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya, jumlah hole
fase dewasa yang dibutuhkan yaitu sebanyak 1 hole. Dari Tabel 17 diketahui
bahwa kapasitas hole fase dewasa yang tersedia di masing-masing kebun produksi
PT. Kebun Pangan Jaya jumlahnya berbeda-beda. Kapasitas hole fase dewasa di
Kebun Pamulang setiap bulannya yaitu sebanyak 7.920 hole, sedangkan di Kebun
Cipanas dalam yaitu sebanyak 13.320 hole, dan di Kebun Ciseeng hole fase
dewasa yang tersedia sebanyak 5.880 hole. Dari jumah tersebut dapat dilihat
bahwa hole fase dewasa yang tersedia di Kebun Cipanas jumlahnya paling banyak
dibandingkan jumlah hole fase dewasa yang tersedia di kebun produksi lainnya.
5.1.7.Penggunaan dan Ketersediaan Jam Tenaga Kerja
Selain membutuhkan sumberdaya alam, dalam kegiatan produksi sayuran
Lettuce dan Kale juga membutuhkan sumberdaya manusia atau tenaga kerja.
Dalam kegiatan produksi, tenaga kerja lebih banyak melaksanakan proses
produksi secara langsung, seperti melakukan kegiatan panen, menyemai benih,
mencuci gully, mengemas aneka sayuran Lettuce dan Kale, dan kegiatan produksi
118
lainnya. Adapun ketersediaan jam tenaga kerja yang tersedia di masing-masing
kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya, dan waktu yang dibutuhkan untuk
memproduksi satu sayuran Lettuce dan Kale dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Kebutuhan dan Kapasitas Jam Tenaga Kerja
Jenis Sayuran
Kebutuhan/unit
Kebun
Pamulang
Kebun
Cipanas
Kebun
Ciseeng
Jam* Jam* Jam*
Lollobionda 0,18 0,25
Lollorossa 0,18 0,25
Romaine 0,18 0,25
Green Oaklef 0,18 0,25
Red Oaklef 0,18 0,25
Endive 0,18 0,25
Butterhead 0,18 0,25
Kale Curly
0,25 0,6
Kale Siberian 0,18
0,6
Kale Nero
0,25
Kapasitas 600 800 400
Sumber: Lampiran 9 (a) (b) (c) (*Kolom (18))
Angka kebutuhan jam tenaga kerja dari per unit sayuran yang tertera pada
Tabel 18 merupakan angka yang berasal dari Lampiran 9. Angka tersebut
merupakan hasil perhitungan untuk mendapatkan waktu jam tenaga kerja yang
digunakan untuk menghasilkan satu unit sayuran Lettuce dan Kale. Angka
tersebut didapatkan dengan membagi jumlah pemakaian jam tenaga kerja total
untuk satu jenis tanaman dibagi dengan rata-rata total produksi jenis sayuran
tersebut. Rata-rata produksi sayuran tersebut didapatkan dari merata-ratakan
jumlah produksi sayuran tersebut selama satu tahun terakhir. Jumlah pemakaian
jam tenaga kerja total untuk satu varietas sayuran didapatkan dengan cara
119
mengalikan presentasi jumlah produksi sayuran tersebut dengan jumlah waktu jam
tenaga kerja yang digunakan.
Pada Tabel 18 dapat dilihat bahwa di Kebun Pamulang memerlukan waktu
selama 0,18 jam dan di Kebun Cipanas memerlukan waktu 0,25 jam untuk
menghasilkan satu unit sayuran Lettuce atau Kale. Lain halnya dengan sayuran
yang diproduksi di Kebun Ciseeng. Di kebun ini untuk membutuhkan waktu lebih
lama yaitu 0,6 jam. Total waktu ini adalah total waktu untuk memproduksi satu
unit sayuran Lettuce dan Kale mulai dari fase N1 sampai dengan fase
pengemasan. Dari Tabel 18 dapat dilihat bahwa kapasitas jam tenaga kerja selama
satu bulan di Kebun Pamulang yaitu sebanyak 600 jam, di Kebun Cipanas
sebanyak 800 jam, dan di Kebun Ciseeng sebanyak 400 jam. Perbedaan jumlah
jam tenaga kerja di tiga kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya dikarenakan
jumlah tenaga kerja yang tersedia di tiap kebun produksi jumlahnya berbeda-beda.
5.2. Biaya Produksi dan Margin dari Penjualan Lettuce dan Kale di PT.
Kebun Pangan Jaya
Biaya dalam suatu perusahaan merupakan suatu komponen yang sangat
penting dalam menunjang pelaksanaan kegiatan dalam usaha mencapai tujuan.
Tidak dipungkiri bahwa tujuan utama perusahaan yaitu untuk mendapatkan
keuntungan. Begitupula dengan PT. Kebun Pangan Jaya. Berdasarkan keterangan
dari pemilik, bahwa tujuan utama perusahaan yaitu ingin mendapatkan
keuntungan semaksimal mungkin, dengan mempertimbangkan berbagai
sumberdaya yang ada. Biaya produksi yang dihitung adalah biaya sumberdaya
utama yang digunakan untuk memproduksi sayuran Lettuce dan Kale. Dengan
120
demikian nilai keuntungan yang didapatkan adalah nilai keuntungan kotor dari
hasil memproduksi dan memasarkan satu unit sayuran Lettuce dan Kale.
5.2.1.Biaya Produksi dan Keuntungan di Kebun Pamulang
Seperti yang sudah diketahui sebelumnya, bahwa di Kebun Pamulang
sayuran yang diproduksi yaitu semua jenis Lettuce dan satu jenis Kale saja, yaitu
Kale Siberian. Dalam penggunaan sumberdaya utama yang tersedia dimasing-
masing kebun tidak terlalu jauh berbeda. Akan tetapi dalam menggunakan
beberapa sumberdaya jumlahnya berbeda antara sayuran yang diproduksi di
Kebun Pamulang, Cipanas, dan Ciseeng. Perbedaan jumlah kuantitas tersebut
yang akhirnya membuat biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan di tiap
kebun berbeda. Adapun biaya produksi dan kontribusi margin untuk dan tiap
memproduksi satu unit sayuran Lettuce dan Kale di Kebun Pamulang dapat dilihat
di Tabel 19.
Tabel 19. Biaya Produksi dan Kontribusi Margin dari Satu Unit Sayuran
Lollobionda, Lollorossa, dan Romaine di Kebun Pamulang
Keterangan Lollobionda
(Rp)
Lollorossa
(Rp)
Romaine
(Rp)
Benih (butir) 331 175 212,5
Nutrisi** 365,69 365,69 365,69
Rockwool (kotak) 84,6 84,6 84,6
Biaya Penyusutan Hole Gully N1 (hole) 4,96 4,96 4,96
Biaya Penyusutan Hole Gully N2 (hole) 53,42 53,42 53,42
Biaya Penyusutan Hole Gully Dewasa (hole) 104,17 104,17 104,17
Tenaga Kerja*** 1.676,06 1.676,06 1.676,06
Total Biaya Produksi 2.619,89 2.463,89 2.501,39
Harga Jual/unit 8.125 8.125 8.125
Margin/unit 5.505,11 5.661,11 5.623,61 Sumber: **=Lampiran 8 (a) (b) (c) (Kolom (20)) ;
***=Lampiran 9 (a) (b) (c) (Kolom (20))
121
Dapat dilihat pada Tabel 19, total biaya produksi sayuran Lollobionda
merupakan yang paling tinggi dibandingkan dengan total biaya Lollorossa dan
Romaine. Total biaya produksi Lollobionda dilihat dari biaya sumberdaya utama
yang digunakan yaitu sebesar Rp 2.619,89,- per unit, sedangkan total biaya
Lollorossa yaitu Rp 2.463,89,- , dan Romaine sebesar Rp 2.501,39,-. Harga jual
satu unit sayuran Lollobionda, Lollorossa, dan Romaine adalah sama yaitu sebesar
Rp 8.125,-. Lain halnya dengan total biaya produksi, dari tabel diatas dapat dilihat
bahwa kontribusi margin yang paling besar berasal dari sayuran Lollorossa yaitu
sebesar Rp 5.661,11,-.
Selain sayuran Lettuce jenis Lollobionda, Lollorossa, dan Romaine, di
Kebun Pamulang juga memproduksi sayuran Green Oaklef, Red Oaklef, dan
Endive. Adapun biaya produksi untuk menghasilkan satu unit sayuran Green
Oaklef, Red Oaklef, dan Endive, dan juga margin dari memproduksi sayuran-
sayuran tersebut dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Biaya Produksi dan Kontribusi Margin dari Satu Unit Sayuran Green
Oaklef, Red Oaklef, dan Endive di Kebun Pamulang
Keterangan Green Oaklef
(Rp)
Red Oaklef
(Rp)
Endive
(Rp)
Benih (butir) 172 175 250
Nutrisi** 365,69 365,69 365,69
Rockwool (kotak) 84,6 84,6 84,6
Biaya Penyusutan Hole Gully N1 (hole) 4,96 4,96 4,96
Biaya Penyusutan Hole Gully N2 (hole) 53,42 53,42 53,42
Biaya Penyusutan Hole Gully Dewasa (hole) 104,17 104,17 104,17
Tenaga Kerja*** 1.676,06 1.676,06 1.676,06
Total Biaya Produksi 2.460,89 2.463,89 2.538,89
Harga Jual/unit 8.125 8.125 8.125
Margin/unit 5.664,11 5.661,11 5.586,11 Sumber: **=Lampiran 8 (a) (b) (c) (Kolom (20)) ;
***=Lampiran 9 (a) (b) (c) (Kolom (20))
122
Pada Tabel 20 dapat dilihat total biaya produksi sayuran Endive
merupakan yang paling tinggi dibandingkan dengan total biaya Green Oaklef dan
Red Oaklef. Total biaya produksi Endive dilihat dari biaya sumberdaya utama
yang digunakan yaitu sebesar Rp 2.538,89,- per unit, sedangkan total biaya Green
Oaklef yaitu Rp 2.460,89,- , dan Red Oaklef sebesar Rp 2.463,89,-. Harga jual
satu unit sayuran Green Oaklef, Red Oaklef, dan Endive sama dengan sayuran
jenis Lettuce lainnya yaitu sebesar Rp 8.125,-. Lain halnya dengan total biaya
produksi, dari tabel diatas didapatkan kontribusi margin yang paling besar berasal
dari Green Oaklef yaitu sebesar Rp 5.664,11,-. Selain sayuran Lollobionda,
Lollorossa, Romaine, Green Oaklef, Red Oaklef, dan Endive, sayuran Lettuce
varietas Butterhead dan sayuran Kale varietas Kale Siberian juga diproduksi di
Kebun Pamulang. Adapun biaya produksi, harga jual dan kontribusi margin untuk
dan dari memproduksi satu unit sayuran Lettuce varietas Butterhead dan Kale
Siberian di Kebun Pamulang dapat dilihat di Tabel 21.
Tabel 21. Biaya Produksi dan Kontribusi Margin dari Satu Unit Sayuran
Butterhead dan Kale Siberian di Kebun Pamulang
Keterangan Butterhead
(Rp)
Kale Siberian
(Rp)
Benih (butir) 275 75
Nutrisi** 365,69 365,69
Rockwool (kotak) 84,6 84,6
Biaya Penyusutan Hole Gully N1 (hole) 4,96 4,96
Biaya Penyusutan Hole Gully N2 (hole) 53,42 53,42
Biaya Penyusutan Hole Gully Dewasa (hole) 104,17 104,17
Tenaga Kerja*** 1.676,06 1.676,06
Total Biaya Produksi 2.563,89 2.363,89
Harga Jual/unit 8.125 9.375
Margin/unit 5.561,11 7.011,11 Sumber: **=Lampiran 8 (a) (b) (c) (Kolom (20)) ;
***=Lampiran 9 (a) (b) (c) (Kolom (20))
123
Dapat dilihat pada Tabel 21, total biaya produksi Butterhead lebih tinggi
dibandingkan dengan total biaya Kale Siberian. Total biaya produksi Butterhead
dilihat dari biaya sumberdaya utama yang digunakan yaitu sebesar Rp 2.563,89,-
per unit, sedangkan total biaya untuk memproduksi Kale Siberian yaitu Rp
2.363,89,-. Harga jual satu unit Butterhead sama dengan harga Lettuce jenis
lainnya yaitu sebesar Rp 8.125,- , dan harga jual Kale Siberian untuk satu unit
sayuran yaitu Rp 9.375,-. Dari Tabel 21 dapat dilihat bahwa Kale Siberian
memiliki nilai kontribusi margin yang paling besar yaitu sebesar Rp 7.011,11,-.
5.2.2.Biaya Produksi dan Keuntungan di Kebun Cipanas
Selain di Kebun Pamulang, kegiatan produksi sayuran Lettuce dan Kale
juga dilakukan di Kebun Cipanas. Sumberdaya utama yang tersedia di Kebun
Cipanas jumlahnya agak sedikit berbeda dengan jumlah sumberdaya yang tersedia
di Kebun Pamulang. Semua varietas sayuran Lettuce diproduksi di kebun ini.
Akan tetapi untuk sayuran Kale, hanya Kale Curly dan Kale Nero saja yang
diproduksi di kebun ini. Berdasarkan jumlah kebutuhan sumberdaya utama yang
digunakan untuk memproduksi satu unit sayuran, maka biaya produksi dan margin
dari memproduksi satu unit sayuran di Kebun Cipanas tercantum pada Tabel 22.
124
Tabel 22. Biaya Produksi dan Kontribusi Margin dari Satu Unit Sayuran
Lollobionda, Lollorossa, dan Romaine di Kebun Cipanas
Keterangan Lollobionda
(Rp)
Lollorossa
(Rp)
Romaine
(Rp)
Benih (butir) 331 175 212,5
Nutrisi** 374,45 374,45 374,45
Rockwool (kotak) 84,6 84,6 84,6
Biaya Penyusutan Hole Gully N1 (hole) 4,96 4,96 4,96
Biaya Penyusutan Hole Gully N2 (hole) 53,42 53,42 53,42
Biaya Penyusutan Hole Gully Dewasa (hole) 104,17 104,17 104,17
Tenaga Kerja*** 2.262,68 2.262,68 2.262,68
Total Biaya Produksi 3.215,28 3.059,28 3.096,78
Harga Jual/unit 8.125 8.125 8.125
Margin/unit 4.909,72 5.065,72 5.028,22 Sumber: **=Lampiran 8 (a) (b) (c) (Kolom (20)) ;
***=Lampiran 9 (a) (b) (c) (Kolom (20))
Dapat dilihat pada Tabel 22, total biaya produksi Lollobionda lebih tinggi
dibandingkan dengan total biaya Lollorossa dan Romaine. Total biaya produksi
Lollobionda dilihat dari biaya sumberdaya utama yang digunakan yaitu sebesar
Rp 3.215,28,- per unit tanaman, sedangkan total biaya Lollorossa yaitu Rp
3.059,28,- , dan Romaine sebesar Rp 3.096,78,-. Harga jual satu unit sayuran
Lollobionda, Lollorossa, dan Romaine adalah sama yaitu sebesar Rp 8.125,-. Lain
halnya dengan total biaya produksi, dari Tabel 22 dapat dilihat bahwa kontribusi
margin yang paling besar berasal dari sayuran Lollorossa yaitu sebesar Rp
5.065,72,-.
Selain sayuran Lettuce jenis Lollobionda, Lollorossa, dan Romaine, di
Kebun Cipanas juga memproduksi sayuran Lettuce jenis Green Oaklef, Red
Oaklef, dan Endive. Adapun biaya produksi untuk menghasilkan satu unit sayuran
Green Oaklef, Red Oaklef, dan Endive, dan juga kontribusi margin dari
memproduksi sayuran-sayuran tersebut dapat dilihat pada Tabel 23.
125
Tabel 23. Biaya Produksi dan Kontribusi Margin dari Satu Unit Sayuran Green
Oaklef, Red Oaklef, dan Endive di Kebun Cipanas
Keterangan Green Oaklef
(Rp)
Red Oaklef
(Rp)
Endive
(Rp)
Benih (butir) 172 175 250
Nutrisi** 374,45 374,45 374,45
Rockwool (kotak) 84,6 84,6 84,6
Biaya Penyusutan Hole Gully N1 (hole) 4,96 4,96 4,96
Biaya Penyusutan Hole Gully N2 (hole) 53,42 53,42 53,42
Biaya Penyusutan Hole Gully Dewasa (hole) 104,17 104,17 104,17
Tenaga Kerja*** 2.262,68 2.262,68 2.262,68
Total Biaya Produksi 3.056,28 3.059,28 3.134,28
Harga Jual/unit 8.125 8.125 8.125
Margin/unit 5.068,72 5.065,72 4.990,72 Sumber: **=Lampiran 8 (a) (b) (c) (Kolom (20)) ;
***=Lampiran 9 (a) (b) (c) (Kolom (20))
Pada Tabel 23 dapat dilihat total biaya produksi Endive lebih tinggi
dibandingkan dengan total biaya Green Oaklef dan Red Oaklef. Total biaya
produksi Endive dilihat dari biaya sumberdaya utama yang digunakan yaitu
sebesar Rp 3.134,28,- per unit, sedangkan total biaya Green Oaklef yaitu Rp
3.056,28,- , dan Red Oaklef sebesar Rp 3.059,28,-. Harga jual satu unit sayuran
Green Oaklef, Red Oaklef, dan Endive sama dengan sayuran jenis Lettuce lainnya
yaitu sebesar Rp 8.125,-. Lain halnya dengan total biaya produksi, dari tabel dapat
dilihat bahwa kontribusi margin yang paling besar berasal dari Green Oaklef yaitu
sebesar Rp 5.068,72,-.
Sayuran Butterhead, Kale Curly, dan Kale Nero juga diproduksi di Kebun
Cipanas. Adapun biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit sayuran
Butterhead, Kale Curly, Kale Nero dan kontribusi margin dari memproduksi satu
unit Butterhead, Kale Curly, dan Kale Nero di Kebun Cipanas dapat dilihat di
Tabel 24.
126
Tabel 24. Biaya Produksi dan Kontribusi Margin dari Satu Unit Sayuran
Butterhead, Kale Curly dan Kale Nero di Kebun Cipanas
Keterangan Butterhead
(Rp)
Kale Curly
(Rp)
Kale Nero
(Rp)
Benih (butir) 275 75 75
Nutrisi** 374,45 374,45 374,45
Rockwool (kotak) 84,6 84,6 84,6
Biaya Penyusutan Hole Gully N1 (hole) 4,96 4,96 4,96
Biaya Penyusutan Hole Gully N2 (hole) 53,42 53,42 53,42
Biaya Penyusutan Hole Gully Dewasa (hole) 104,17 104,17 104,17
Tenaga Kerja*** 2.262,68 2.262,68 2.262,68
Total Biaya Produksi 3.159,28 2.959,28 2.959,28
Harga Jual/unit 8.125 12.500 9.375
Margin/unit 4.965,72 9.540,72 6.415,72 Sumber: **=Lampiran 8 (a) (b) (c) (Kolom (20)) ;
***=Lampiran 9 (a) (b) (c) (Kolom (20))
Dapat dilihat pada Tabel 24, total biaya produksi Butterhead merupakan
yang paling tinggi dibandingkan dengan total biaya Kale Curly dan Kale Nero.
Total biaya produksi Butterhead dilihat dari biaya sumberdaya utama yang
digunakan yaitu sebesar Rp 3.159,28,- per unit, sedangkan total biaya untuk
memproduksi Kale Curly dan Kale Nero sama yaitu Rp 2.959,28,- per unit. Harga
jual satu unit sayuran Butterhead sama dengan sayuran Lettuce jenis lainnya yaitu
sebesar Rp 8.125,- , sedangkan harga jual Kale Curly yaitu Rp 12.500,- per unit
dan Kale Nero sebesar Rp 9.375,- per unit. Berdasarkan Tabel 23 kontribusi
margin terbesar yaitu dari penjualan Kale Curly, yaitu sebesar Rp 9.540,72,- per
unit.
5.2.3.Biaya Produksi dan Keuntungan di Kebun Ciseeng
Kebun Ciseeng hanya dikhususkan untuk produksi sayuran Kale saja.
Sayuran yang diproduksi di Kebun Ciseeng hanya Kale jenis Kale Curly dan Kale
127
Siberian saja. Awalnya Kale Nero juga diproduksi di kebun ini, akan tetapi
pertumbuhan Kale Nero di Kebun Ciseeng tidak sebagus pertumbuhan jenis Kale
lainnya. Berdasarkan sumberdaya utama yang digunakan untuk memproduksi
sayuran Kale Curly dan Kale Siberian di Kebun Ciseeng, maka biaya produksi
untuk memproduksi satu unit sayuran Kale Curly, dan Kale Siberian dapat dilhat
pada Tabel 25. Selain itu di Tabel 25 juga tercantum kontribusi margin dari
memproduksi satu unit sayuran Kale Curly dan Kale Siberian di Kebun Ciseeng.
Tabel 25. Biaya Produksi dan Kontribusi Margin dari Satu Unit Sayuran Kale
Curly dan Kale Siberian di Kebun Ciseeng
Keterangan Kale Curly
(Rp)
Kale Siberian
(Rp)
Benih (butir) 75 75
Nutrisi** 1.240,63 1.240,63
Rockwool (kotak) 84,60 84,60
Biaya Penyusutan Hole Gully N1 (hole) 4,96 4,96
Biaya Penyusutan Hole Gully N2 (hole) 53,42 53,42
Biaya Penyusutan Hole Gully Dewasa (hole) 104,17 104,17
Tenaga Kerja*** 5.815,46 5.815,46
Total Biaya Produksi 7.378,2 7.378,2
Harga Jual/unit 12.500 9.375
Margin/unit 5.121,77 1.996,77
Sumber: **=Lampiran 8 (a) (b) (c) (Kolom (20)) ;
***=Lampiran 9 (a) (b) (c) (Kolom (20))
Dapat dilihat pada Tabel 25, total biaya produksi sayuran Kale Curly dan
total biaya Kale Siberian sama yaitu sebesar Rp 7.378,2 per unit. Berbeda dengan
total biaya produksi, harga jual satu unit sayuran Kale Curly dan Kale Siberian
berbeda. Harga jual Kale Curly yaitu sebesar Rp 12.500,- per unit dan harga jual
Kale Siberian yaitu sebesar Rp 9.375,- per unit. Sama halnya dengan harga jual,
kontribusi margin Kale Curly dan Kale Siberian juga berbeda, yaitu Rp 5.121,77,-
128
untuk penjualan satu unit Kale Curly, dan Rp 1.996,77,- untuk penjualan satu unit
Kale Siberian.
5.3. Tingkat Permintaan Konsumen terhadap Aneka varietas Lettuce dan
Kale di PT. Kebun Pangan Jaya
Selain untuk mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin, tujuan lain
perusahaan tetap melakukan produksi yaitu untuk memenuhi permintaan
konsumen terhadap produk-produk yang diproduksi perusahaan tersebut. Tidak
dipungkiri bahwa PT. Kebun Pangan Jaya juga ingin selalu bisa memenuhi semua
permintaan konsumen terhadap aneka sayuran Lettuce dan Kale. Setiap bulannya
permintaan konsumen terhadap aneka sayuran Lettuce dan Kale berfluktuasi.
Fluktuasi jumlah permintaan konsumen terhadap sayuran Lettuce pada tahun 2017
dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Fluktuasi Jumlah Permintaan Sayuran Lettuce dan Kale Tahun 2017 Sumber: PT. Kebun Pangan Jaya 2018 (diolah)
Gambar 12 merupakan gambaran fluktuasi jumlah permintaan pasar
terhadap aneka varietas sayuran Lettuce dan Kale di PT. Kebun Pangan Jaya pada
374 606 675 528 1209
860 952 753 1201 1055 1254
858 764 519 998 1126
1341 1398 1691 1783 1232
979 1349
1148 1028 1235 1285
1625
1570 1219 948 754 819
1631
1873
1003 331
504
700 496
879
648 750 735 860
782
1020
876
336
754 456 422
802
806 1020
894 790 1156
905
364
276
666 566 424
284
128 8
70 58 86
128
162
356
621 600 510
588
530 683
752 600 589
748
486 764
208 428
162
990 1876 2086
1928
1222
1452
1340
572 986 492
928
270
532 20
102 20
0
40
300
60 10 0
80
0
80 80
6 92
228
96
174
76
JAN
FE
B
MA
R
AP
R
ME
I
JUN
JUL
AG
S
SE
P
OK
T
NO
V
DE
S
Kale Nero
Kale Siberian
Kale Curly
Butterhead
Endive
Red Oaklef
Green Oaklef
Romaine
Lollorossa
Lollobionda
129
tahun 2017. Gambaran jumlah permintaan tersebut didapatkan dari data penjualan
sayuran Lettuce dan Kale PT. Kebun Pangan Jaya. Hal ini dikarenakan data real
jumlah permintaan aneka sayuran Lettuce dan Kale tidak tersedia secara lengkap,
dikarenakan manajemen PT. Kebun Pangan Jaya tidak membukukan dengan baik
data-data tersebut. Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa rata-rata
jumlah permintaan pasar terhadap aneka Lettuce dan Kale pada tahun 2017
mengalami peningkatan pada bulan Februari, Maret, Mei, Juli, Oktober, dan
November. Bulan yang paling banyak permintaan terhadap aneka Lettuce dan
Kale yaitu pada bulai Mei dan bulan November.
Berdasarkan Gambar 12 diatas dapat dilihat bahwa peningkatan
permintaan terhadap aneka Lettuce dan Kale terjadi di bulan-bulan biasa, yang
dimana pada bulan tersebut secara nasional tidak ada perayaan besar. Peningkatan
banyak terjadi di bulan-bulan setelah hari raya. Hal tersebut dikarenakan pada
bulan-bulan yang terdapat hari raya, masyarakat lebih dominan mengkonsumsi
aneka daging-dagingan pada bulan tersebut. Seperti yang dilansir di Kompas.com
(Wisnubrata, 2017:1), mengkonsumsi daging secara berlebihan dapat
menimbulkan risiko kesehatan yang serius. Dampak dari terlalu banyak
mengkonsumsi daging salah satunya yaitu percernaan menjadi tidak lancar. Selain
itu terlalu banyak mengkonsumsi daging juga bisa memicu peyakit kanker.
Menurut Hestianingsih (2011:1), Lettuce dan Kale merupakan bahan
pangan yang kaya serat dan mineral yang baik untuk memperlancar percernaan.
Mineral dalam Lettuce membantu membuang racun yang terdapat di usus manusia
dan menjaga keseimbangan asam dan basa pada tubuh manusia. Menurut
130
American Cancer Institute dan American Cancer Society, vitamin A dan C yang
terkandung di dalam Lettuce dapat membantu untuk mencegah beberapa jenis
kanker, seperti kanker payudara dan kanker usus. Lalu seperti pada selada merah,
pada sayuran jenis ini banyak terkandung anti-oksidan yang bisa menghancurkan
radikal bebas yang dapat merusak sel tubuh.
Sama halnya dengan Lettuce, sayuran Kale juga memiliki banyak manfaat
bagi tubuh. Seperti yang dilansir di Kumparan.com (2018:1), sayuran Kale juga
memiliki banyak manfaat. Salah satunya yaitu di sayuran ini terkandung senyawa
kuat yang disebut isothiocyanates. Senyawa kuat ini berguna untuk
mendetoksifikasi sekaligus mencegah munculnya tumor dalam tubuh. Maka dari
itu kebanyakan konsumen memilih untuk mengkonsumsi banyak sayuran hijau
setelah banyak mengkonsumsi daging-dagingan. Hal diatas yang mengakibatkan
peningkatan permintaan aneka Lettuce dan Kale banyak terjadi di bulan-bulan
setelah hari raya.
Peningkatan permintaan tertinggi terhadap aneka sayuran Lettuce dan Kale
berdasarkan data penjualan tahun 2017 yang tertera pada Gambar 12 terjadi pada
bulan November 2017. Menurut keterangan dari pemilik PT. Kebun Pangan Jaya,
peningkatan pada bulan November ini dikarenakan pada bulan ini sudah
memasuki musim hujan, dimana pada musim hujan sayuran yang ditanam secara
konvensional biasanya kualitas dan mutunya menurun. Menurunnya kualitas dan
mutu sayuran tersebut karena sayuran-sayuran tersebut terkena air hujan. Selain
hama dan penyakit, musuh sayur-sayuran yaitu air hujan, karena jika sayuran
sering terpapar air hujan maka bakteri, virus, dan hama akan mudah tumbuh di
131
sayuran tersebut, dan akhirnya merusak sayuran tersebut. Hal tersebut yang
mengakibatkan konsumen banyak beralih untuk mengkonsumsi sayuran
hidroponik, yaitu salah satunya Lettuce dan Kale yang diproduksi PT. Kebun
Pangan Jaya.
Seperti yang sudah diketahui sebelumnya, bahwa data permintaan pasar
terhadap aneka sayuran Lettuce dan Kale yang diproduksi PT. Kebun Pangan Jaya
tidak tersedia. Hal tersebut dikarenakan manajemen PT. Kebun Pangan Jaya tidak
membukukan data tersebut dengan baik. Untuk mengetahui tingkat permintaan
pasar terhadap aneka jenis sayuran Lettuce dan Kale dapat dengan cara
mengkompilasi data penjualan pada tahun 2017 dengan data permintaan selama 3
bulan terakhir yaitu bulan April, Mei, dan Juni 2018. Data permintaan sayuran
(PO) Lettuce dan Kale selama 3 bulan terakhir dapat dilihat pada Lampiran 3.
Hasil kompilasi dari kedua data tersebut dapat dilihat pada Tabel 26 dan Tabel 27.
132
Tabel 26. Kompilasi Data Jumlah Permintaan (PO) Sayuran Lettuce Tahun 2017
Bulan PO 2017 (Unit Tanaman)
LB LR RM GL RL ED BT
Januari 420 804 1.077 361 363 398 392
Februari 652 565 1.281 550 800 712 667
Maret 721 1.044 1.331 746 502 612 646
April 574 1.166 1.674 526 449 546 546
Mei 1.255 1.381 1.619 909 829 406 624
Juni 906 1.438 1.268 678 833 250 566
Juli 998 1.731 997 780 1.047 130 719
Agustus 799 1.823 803 765 921 192 788
September 1.247 1.272 868 890 817 180 636
Oktober 1.101 1.019 1.680 812 1.183 208 625
November 1.300 1.389 1.922 1.050 932 250 784
Desember 904 1.188 1.052 906 391 284 522
Total 10.877 14.817 15.575 8.970 9.070 4.168 7.518
Rata-Rata 906 1.235 1.298 747 756 347 627
Keterangan: LB=Lollobionda ; LR=Lollorossa ; RM=Romaine ; GL=Green Oaklef ; RL=Red
Oaklef ; ED=Endive ; BT=Butterhead
Sumber: Kompilasi Lampiran 2, Lampiran 3, Rumus 2, dan Rumus 3
Dari Tabel 26 dapat dilihat bahwa jumlah permintaan tiap varietas sayuran
Lettuce mengalami fluktuasi disetiap bulannya pada tahun 2017. Data jumlah
permintaan diatas merupakan data kompilasi dari data penjualan tahun 2017
dengan data PO bulan April, Mei, dan Juni 2018. Hal tersebut dikarenakan data-
data PO yang masuk di tahun 2017 dan tahun-tahun sebelumnya tidak disimpan
atau dibukukan dengan baik oleh tim manajemen PT. Kebun Pangan Jaya.
Kompilasi data ini diasumsikan sudah bisa menggambarkan jumlah permintaan
pada tahun 2017, dikarenakan data-data yang digunakan adalah data penjualan
2017 dan data PO bulan April, Mei, dan Juni 2018. Data penjualan 2017 dapat
menggambarkan jumlah permintaan konsumen yang dapat dipenuhi oleh
perusahaan, sedangkan data PO bulan April, Mei, dan Juni 2018 adalah data
permintaan konsumen terhadap aneka varietas sayuran Lettuce dan Kale secara
133
menyeluruh, baik yang bisa dipenuhi oleh perusahaan, ataupun yang tidak bisa
dipenuhi oleh perusahaan.
Dari Tabel 26 dapat dilihat bahwa sayuran Lettuce jenis Romaine dilihat
dari nilai rata-rata jumlah permintaannya selama tahun 2017 adalah sayuran
dengan jumlah permintaan tertinggi dibandingkan jenis sayuran Lettuce lainnya.
Rata-rata jumlah permintaan terhadap sayuran Romaine pada tahun 2017 yaitu
sebanyak 1.298 unit sayuran disetiap bulannya. Lalu dari Tabel 26 dapat dilihat
juga bahwa rata-rata jumlah permintaan konsumen yang paling sedikit yaitu
permintaan terhadap sayuran Endive yang hanya sebanyak 347 unit sayuran rata-
rata setiap bulannya.
Selanjutnya yaitu jumlah permintaan konsumen terhadap aneka varietas
sayuran Kale. Di PT. Kebun Pangan Jaya terdapat 3 varietas sayuran Kale yang
diproduksi yaitu Kale Curly, Kale Siberian, dan Kale Nero. Ketiga varietas
sayuran Kale tersebut diproduksi tersebar di 3 kebun produksi PT. Kebun Pangan
Jaya. Sayuran Kale yang diproduksi PT. Kebun Pangan Jaya memiliki harga jual
yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan harga jual sayuran Lettuce. Akan
tetapi dengan harga jual yang cukup tinggi, jumlah permintaan Kale yang
diproduksi PT. Kebun Pangan Jaya tidak kalah besar dengan jumlah permintaan
sayuran Lettuce. Berikut jumlah permintaan konsumen terhadap masing-masing
varietas sayuran Kale tercantum pada Tabel 27.
134
Tabel 27. Kompilasi Data Jumlah Permintaan (PO) Sayuran Kale Tahun 2017
Bulan PO 2017 (Unit Tanaman)
CR SB NR
Januari 833 1.093 113
Februari 254 538 46
Maret 474 974 126
April 231 377 103
Mei 1.059 639 183
Juni 1.945 127 183
Juli 2.155 209 109
Agustus 1.997 127 195
September 1.291 107 331
Oktober 1.521 147 199
November 1.409 407 277
Desember 641 167 179
Total 13.810 4.909 2.047
Rata-Rata 1.151 409 171
Keterangan: ; CR=Kale Curly ; SB=Kale Siberian ; NR=Kale Nero
Sumber: Kompilasi Lampiran 2, Lampiran 3, Rumus 2, dan Rumus 3
Sama halnya dengan Tabel 26 yang merupakan data kompilasi PO aneka
sayuran Lettuce tahun 2017, Tabel 27 juga merupakan data kompilasi jumlah
permintaan konsumen atau PO aneka varietas sayuran Kale pada tahun 2017.
Berdasarkan Tabel 27 dapat dilihat bahwa sayuran Kale Curly merupakan jenis
sayuran Kale yang rata-rata jumlah permintaan disetiap bulannya pada tahun 2017
adalah yang tertinggi dibandingkan dengan jumlah permintaan Kale Siberian dan
Kale Nero. Rata-rata jumlah permintaan konsumen terhadap Kale Curly yaitu
sebanyak 1.151 unit disetiap bulannya. Berdasarkan hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa Kale Curly adalah sayuran yang paling banyak diminati oleh
konsumen dibandingkan dengan jenis sayuran Kale lainnya.
135
5.4. Perencanaan Produksi Sayuran Lettuce dan Kale menggunakan Linear
Programming
Salah satu metode yang bisa digunakan untuk membuat suatu perencanaan
produksi adalah dengan menggunakan Linear Programming. Metode Linear
Programming (LP) merupakan sebuah metode kuantitatif yang digunakan untuk
mendapatkan solusi yang optimal dari permasalahan yang melibatkan batasan-
batasan. Dalam penelitian ini batasan/kendala terdiri dari sumberdaya utama dan
permintaan pasar. Metode ini digunakan untuk membuat perencanaan produksi
sayuran Lettuce dan Kale di PT. Kebun Pangan Jaya dengan batasan-batasan yang
sudah disebutkan. Selain itu, dengan menggunakan metode ini juga bisa diketahui
jumlah keuntungan maksimal yang bisa diperoleh perusahaan jika perusahaan
berproduksi secara optimal dengan menggunakan sumberdaya yang tersedia.
5.4.1.Perumusan Model Perencanaan Produksi Sayuran Lettuce dan Kale ke
dalam Linear Programming
Linear Programming menggunakan model matematis untuk
menggambarkan masalah yang hendak dianalisa. Setiap model linear
programming dinyatakan dalam bentuk variabel keputusan, fungsi tujuan dan
fungsi kendala. Berikut variabel keputusan, fungsi tujuan dan fungsi kendala
untuk mencari perencanaan produksi aneka varietas sayuran Lettuce dan Kale
yang optimal di tiga kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya:
A. Variabel Keputusan
Pada penelitian ini variabel keputusan yang dimaksud yaitu jumlah dan
kombinasi produk aneka varietas sayuran Lettuce dan Kale yang diproduksi di
136
masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya disetiap bulannya. Aneka
varietas sayuran Lettuce dan Kale yang diproduksi PT. Kebun Pangan Jaya yaitu
terdiri dari 7 varietas sayuran Lettuce dan 3 varietas sayuran Kale. Ketujuh
varietas sayuran Lettuce tersebut yaitu Lollobionda, Lollorossa, Romaine, Green
Oaklef, Red Oaklef, Endive, dan Butterhead. Sedangkan ketiga varietas sayuran
Kale yang diproduksi PT. Kebun Pangan Jaya yaitu Kale Curly, Kale Siberian,
dan Kale Nero. Aneka varietas dari sayuran Lettuce dan Kale tersebut diproduksi
di tiga kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya, yaitu Kebun Produksi Pamulang,
Kebun Produksi Cipanas, dan Kebun Produksi Ciseeng.
Aneka varietas sayuran Lettuce dan Kale yang diproduksi PT. Kebun
Pangan Jaya tidak semuanya ditanam di ketiga kebun produksi. Sayuran yang
diproduksi di Kebun Pamulang yaitu hanya 7 varietas sayuran Lettuce dan 1
varietas sayuran Kale, yaitu varietas Kale Siberian. Lalu sayuran yang diproduksi
di Kebun Cipanas yaitu 7 varietas sayuran Lettuce dan 2 varietas sayuran Kale,
yaitu varietas Kale Curly dan Kale Nero. Sedangkan sayuran yang diproduksi di
Kebun Ciseeng hanya 2 varietas sayuran Kale saja yaitu sayuran Kale varietas
Kale Curly dan varietas Kale Siberian saja. Aneka varietas sayuran Lettuce dan
Kale yang diproduksi di masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya
merupakan variabel keputusan dalam persamaan Linear Programming untuk
mencari kombinasi dan jumlah produk optimal, dalam membuat perencanaan
produksi aneka sayuran Lettuce dan Kale yang optimal. Rincian kode variabel
untuk aneka varietas sayuran Lettuce dan Kale sesuai dengan rumus (3) pada
halaman 65 dapat dilihat pada Tabel 28.
137
Tabel 28. Kode Variabel dalam Model Linear Programming Sayuran Lettuce dan
Kale
Kebun Jenis Sayuran Kode Variabel
Pamulang Lollobionda S11
Lollorossa S21
Romaine S31
Green Oaklef S41
Red Oaklef S51
Endive S61
Butterhead S71
Kale Siberian S91
Cipanas Lollobionda S12
Lollorossa S22
Romaine S32
Green Oaklef S42
Red Oaklef S52
Endive S62
Butterhead S72
Kale Curly S82
Kale Nero S102
Ciseeng Kale Curly S83
Kale Siberian S93
B. Fungsi Tujuan
Langkah selanjutnya dalam membuat model linear programming yaitu
merumuskan fungsi tujuan. Perumusan fungsi tujuan pada penelitian ini yaitu
mengetahui keuntungan maksimal yang dapat diperoleh PT. Kebun Pangan Jaya
dengan cara memproduksi kombinasi produk optimal sayuran Lettuce dan Kale,
dengan menggunakan sumberdaya yang tersedia. Nilai keuntungan yang akan
didapatkan dari perhitungan optimal adalah nilai keuntungan kotor. Besarnya nilai
keuntungan kotor tersebut adalah hasil akumulasi dari penjumlahan nilai margin
sayuran Lettuce dan Kale yang diproduksi, seperti yang tertera pada rumus (4) di
halaman 66.
138
Jika dirincikan, nilai keuntungan kotor tersebut yaitu akumulasi dari
pengurangan antara harga jual dalam memasarkan satu unit sayuran dengan biaya
untuk memproduksi satu unit sayuran tersebut. Biaya yang dihitung hanya biaya
sumberdaya utama yang digunakan dalam proses produksi aneka varietas sayuran
Lettuce dan Kale. Biaya sumberdaya utama yang dihitung yaitu biaya benih aneka
varietas sayuran Lettuce dan Kale, biaya larutan nutrisi AB mix, biaya media
tanam rockwool, biaya penyusutan hole di gully fase N1, biaya penyusutan hole
fase N2, biaya penyusutan hole fase dewasa, dan biaya tenaga kerja yang
digunakan untuk memproduksi satu unit sayuran Lettuce dan Kale.
Setiap varietas sayuran Lettuce dan Kale memiliki nilai kontribusi margin
yang berbeda-beda dari setiap satu unit sayuran yang diproduksi di masing-
masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya. Hal tersebut dikarenakan jumlah
biaya yang dikeluarkan oleh PT. Kebun Pangan Jaya dalam memproduksi satu
unit sayuran di masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya jumlahnya
berbeda-beda. Perbedaan jumlah biaya tersebut dikarenakan adanya perbedaan
jumlah sumberdaya yang digunakan untuk memproduksi satu unit sayuran di
masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya. Selain itu, harga jual
antara berbagai varietas sayuran Lettuce dan Kale juga berbeda. Bahkan harga jual
Kale Curly dengan harga jual Kale Siberian dan Kale Nero, nilainya berbeda.
Besaran harga jual, total biaya, dan kontribusi margin dari tiap-tiap varietas
sayuran yang diproduksi di masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan
Jaya dapat dilihat pada Tabel 29.
139
Tabel 29. Harga Jual, Biaya, dan Margin per Unit Aneka varietas Sayuran Lettuce
dan Kale di 3 Kebun Produksi PT. Kebun Pangan Jaya
Kebun Komoditi Variabel Harga Jual
(Rp/Unit)
Total Biaya
(Rp/Unit)
Keuntungan
(Rp/Unit)
Pamulang Lollobionda SY11 8125 2619.89 5505.11
Lollorossa SY21 8125 2463.89 5661.11
Romaine SY31 8125 2501.39 5623.61
Green Oaklef SY41 8125 2460.89 5664.11
Red Oaklef SY51 8125 2463.89 5661.11
Endive SY61 8125 2538.89 5586.11
Butterhead SY71 8125 2563.89 5561.11
Kale Siberian SY91 9375 2363.89 7011.11
Cipanas Lollobionda SY12 8125 3215.28 4909.72
Lollorossa SY22 8125 3059.28 5065.72
Romaine SY32 8125 3096.78 5028.22
Green Oaklef SY42 8125 3056.28 5068.72
Red Oaklef SY52 8125 3059.28 5065.72
Endive SY62 8125 3134.28 4990.72
Butterhead SY72 8125 3159.28 4965.72
Kale Curly SY82 12500 2959.28 9540.72
Kale Nero SY102 9375 2959.28 6415.72
Ciseeng Kale Curly SY83 12500 7378.23 5121.77
Kale Siberian SY93 9375 7378.23 1996.77
Sumber: Tabel 19 s/d 25 (hal 113-120)
Dari Tabel 29 dapat dilihat bahwa nilai kontribusi margin atau keuntungan
dari sayuran Kale Siberian yang ditanam di Kebun Ciseeng merupakan nilai yang
paling kecil dibandingkan dengan nilai kontribusi margin dari jenis sayuran
lainnya. Nilai kontribusi margin dari Kale Siberian yang ditanam di Kebun
Ciseeng yaitu sebesar Rp 1.996,77,- per unit sayuran. Selanjutnya yaitu sayuran
yang memberikan nilai kontribusi margin yang terbesar yaitu sayuran Kale Curly
yang diproduksi di Kebun Cipanas. Nilai kontribusi margin dari sayuran Kale
Curly yang ditanam di Kebun Cipanas yaitu sebesar Rp 9.540,72,- per unit
sayuran.
140
Hasil analisis pada Tabel 29 dapat dilihat juga bahwa harga jual sayuran
Lettuce yang ditanam di Kebun Pamulang dan Kebun Cipanas dihargai dengan
harga yang sama, yaitu sebesar Rp 8.125,- per unit sayuran. Namun harga Kale
yang diproduksi di Kebun Pamulang, Kebun Cipanas, dan Kebun Ciseeng
dihargai lebih mahal yaitu Rp 9.375,- per unit sayuran untuk Kale Nero dan Kale
Siberian, serta Rp 12.500,- per unit sayuran untuk Kale Curly. Selain nilai
kontribusi margin dan harga jual, pada Tabel 29 juga dapat dilihat bahwa biaya
produksi dari masing-masing jenis sayuran Lettuce dan Kale yang diproduksi di
tiga kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya nilainya berbeda-beda.
Biaya untuk memproduksi jenis sayuran Kale Curly dan Kale Siberian di
Kebun Ciseeng adalah biaya terbesar yang harus dikeluarkan oleh perusahaan
dibandingkan biaya untuk memproduksi sayuran lainnya. Biaya untuk
memproduksi sayuran Kale Curly dan Kale Siberian di Kebun Ciseeng yaitu
masing-masing sebesar Rp 7.378,2,- per unit sayuran. Sedangkan biaya terkecil
yaitu biaya untuk memproduksi Kale Siberian di Kebun Pamulang. Biaya untuk
memproduksi Kale Siberian di Kebun Pamulang yaitu sebesar Rp 2.363,89,- per
unit tanaman.
Nilai kontribusi margin dari masing-masing varietas sayuran Lettuce dan
Kale pada Tabel 29 merupakan nilai koefisien dari variabel keputusan dalam
fungsi tujuan memaksimalkan keuntungan PT. Kebun Pangan Jaya. Margin dari
setiap varietas sayuran Lettuce dan Kale dilambangkan dengan 11 sampai
dengan 103 secara berurutan. Setiap varietas sayuran Lettuce dan Kale yang
diproduksi di masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya
141
dilambangkan dengan S11 sampai dengan S310 secara berurutan. Berdasarkan data
pada Tabel 29 maka fungsi tujuan dari model program linier untuk mengetahui
kombinasi optimal produk sayuran Lettuce dan Kale berdasarkan rumus (4) pada
halaman 51, dijabarkan sebagai berikut:
Maksimumkan Z = 5505,11S11 + 5661,11S21 + 5623,61S31 + 5664,11S41 +
5661,11S51 + 5586,11S61 + 5561,11S71 + 7011,11S91 +
4909,72S12 + 5065,72S22 + 5028,22S32 + 5068,72S42 +
5065,72S52 + 4990,72S62 + 4965,72S72 + 9540,72S82 +
6415,72S102 + 5121,77S83 + 1996,77S93 ..................................... (15)
dimana:
Z = Nilai fungsi tujuan keuntungan maksimal (Rp)
Svk = Sayuran Lettuce dan Kale yang diproduksi di kebun produksi
k = Kebun produksi (1,2,3)
v = Jenis sayuran (1,2,3,4,5,6,7,8,9,10)
C. Fungsi Batasan
PT. Kebun Pangan Jaya dalam memproduksi sayuran Lettuce dan Kale
dihadapkan dengan keterbatasan dari sumberdaya utama yang ada. Keterbatasan
ini akan menjadi batasan atau kendala bagi perusahaan yang berpengaruh dalam
proses produksi sayuran Lettuce dan Kale. Batasan atau kendala dalam model
program linier untuk optimalisasi produksi sayuran Lettuce dan Kale yaitu
meliputi batasan atau kendala dari sumberdaya utama dalam memproduksi
sayuran Lettuce dan Kale. Batasan tersebut yaitu batasan benih sayuran, batasan
larutan nutrisi AB mix, batasan media tanam rockwool, batasan hole fase N1,
batasan hole fase N2, batasan hole fase dewasa, dan batasan jam tenaga kerja.
142
Selain batasan sumberdaya utama, dalam memproduksi aneka varietas sayuran
Lettuce dan Kale, jumlah permintaan konsumen juga menjadi batasan/kendala.
Hal tersebut dikarenakan jumlah permintaan konsumen adalah salah satu hal yang
membuat perusahaan terus melakukan proses produksi. Secara rinci
batasan/kendala tersebut dirumuskan ke dalam model program linier sebagai
berikut:
1. Batasan/Kendala Benih Sayuran
Benih merupakan bahan baku utama dalam memproduksi aneka varietas
sayuran Lettuce dan Kale. Dalam memproduksi aneka varietas sayuran Lettuce
dan Kale, benih yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit sayuran
Lettuce dan Kale adalah satu butir benih. Ketersediaan atau kapasitas dari
masing-masing benih sayuran Lettuce dan Kale yang tersedia di masing-
masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya jumlahnya berbeda-beda.
Besaran jumlah butir yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit sayuran
adalah nilai koefisien untuk fungsi kendala benih.
Kapasitas atau ketersediaan benih aneka varietas sayuran Lettuce dan Kale
di masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan jaya dapat dilihat pada
Tabel 6 (hal 96). Pada tabel tersebut menunjukkan jumlah benih yang tersedia
di tiga kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya. Berbeda dengan kebutuhan
benih untuk memproduksi satu unit aneka varietas sayuran Lettuce dan Kale,
ketersediaan benih setiap varietas sayuran Lettuce dan Kale di masing-masing
kebun produksi jumlahnya berbeda-beda. Besaran jumlah ketersediaan atau
kapasitas benih dari tiap-tiap kebun merupakan nilai ruas sebelah kanan fungsi
143
kendala benih. Berdasarkan perihal tersebut dan rumus (7a-7ae) pada halaman
68 s/d 69 maka fungsi batasan/kendala benih dapat dijabarkan sebagai berikut:
a) Sayuran yang diproduksi di Kebun Pamulang ............................... (16a)
Benih Lollobionda ; S11 ≤ 1.000
Benih Lollorossa ; S21 ≤ 1.000
Benih Romaine ; S31 ≤ 1.000
Benih Green Oaklef ; S41 ≤ 1.000
Benih Red Oaklef ; S51 ≤ 1.000
Benih Endive ; S61 ≤ 1.000
Benih Butterhead ; S71 ≤ 1.000
Benih Kale Siberian ; S91 ≤ 1.000
b) Sayuran yang diproduksi di Kebun Cipanas .................................. (16b)
Benih Lollobionda ; S12 ≤ 2.000
Benih Lollorossa ; S22 ≤ 2.000
Benih Romaine ; S32 ≤ 2.000
Benih Green Oaklef ; S42 ≤ 2.000
Benih Red Oaklef ; S52 ≤ 2.000
Benih Endive ; S62 ≤ 1.000
Benih Butterhead ; S72 ≤ 1.000
Benih Kale Curly ; S82 ≤ 2.000
Benih Kale Nero ; S102 ≤ 1.000
c) Sayuran yang diproduksi di Kebun Ciseeng .................................. (16c)
Benih Kale Curly ; S83 ≤ 1.000
144
Benih Kale Siberian ; S93 ≤ 1.000
2. Batasan/Kendala Larutan Nutrisi AB Mix
Larutan nutrisi AB mix dalam budidaya sayuran Lettuce dan Kale
merupakan pupuk atau nutrisi yang sangat membantu dalam pertumbuhan
sayuran Lettuce dan Kale. Larutan nutrisi AB mix yang digunakan di kebun-
kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya adalah hasil racikan sendiri.
Kebutuhan setiap satu unit tanaman terhadap larutan nutrisi AB mix di tiap
kebun jumlahnya berbeda-beda, akan tetapi kebutuhan akan nutrisi AB mix
dari tiap-tiap jenis sayuran yang diproduksi di masing-masing kebun
besarannya sama. Hal tersebut dikarenakan larutan nutrisi AB mix digunakan
secara bersama-sama dan jenisnya juga sama.
Kebutuhan terhadap larutan nutrisi AB mix untuk memproduksi satu unit
sayuran Lettuce dan Kale dapat dilihat pada Tabel 8 (hal 99). Besaran jumlah
larutan nutrisi AB mix yang dibutuhkan oleh masing-masing jenis sayuran
Lettuce dan Kale yang diproduksi di masing-masing kebun produksi PT.
Kebun Pangan Jaya merupakan nilai koefisien untuk fungsi batasan/kendala
larutan nutrisi AB mix. Sedangkan kapasitasn larutan nutrisi yang tersedia di
masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya merupakan nilai ruas
kanan fungsi batasan/kendala larutan nutrisi AB mix. Berdasarkan perihal
tersebut dan rumus (8a-8c) pada halaman 70 maka fungsi batasan/kendala
larutan nutrisi AB mix dijabarkan sebagai berikut:
a) Fungsi Batasan Larutan Nutrisi AB Mix di Kebun Pamulang ....... (17a)
36,57S11+36,57S21+36,57S31+36,57S41+36,57S51+36,57S61+ 36,57S71+
145
36,57S91 ≤ 120.000
b) Fungsi Batasan Larutan Nutrisi AB Mix di Kebun Cipanas .......... (17b)
37,45S12+37,45S22+37,45S32+37,45S42+37,45S52+37,45S62+37,45S72+
37,45S82+37,45S102 ≤ 120.000
c) Fungsi Batasan Larutan Nutrisi AB Mix di Kebun Ciseeng .......... (17c)
124,06S83+124,06S93 ≤ 80.000
3. Batasan/Kendala Media Tanam Rockwool
Rockwool merupakan media tanam yang dipilih oleh PT. Kebun Pangan
Jaya sebagai media atau wadah untuk tanaman tumbuh. Media tanam
rockwool digunakan dari mulai fase N1 sampai sayuran dikemas. Dalam
memproduksi satu unit sayuran Lettuce dan Kale dibutuhkan 1 kotak media
tanam rockwool yang berukuran 2,5cm x 2,5cm x 3,75cm. Satu kotak media
tanam rockwool berasal dari lempengan (LAP) yang sudah dipotong-potong
mejadi 30 kotak sesuai dengan letak bibit tanaman. Kebutuhan terhadap media
tanam rockwool untuk memproduksi satu unit sayuran Lettuce dan Kale
merupakan nilai koefisien dari fungsi batasan/kendala media tanam rockwool.
Setiap bulannya ketersediaan atau kapasitas rockwool yang tersedia di
masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya jumlahnya berbeda-
beda. Jumlah ketersediaan dan kapasitas rockwool di masing-masing kebun
produksi PT. Kebun Pangan Jaya dapat dilihat pada Tabel 10 (hal 102). Nilai
ruas kanan untuk fungsi batasan/kendala media tanam rockwool yaitu besaran
jumlah kapasitas atau ketersediaan media tanam rockwool yang tersedia di
masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya. Berdasarkan data
146
kebutuhan dan ketersediaan media tanam rokwool, serta rumus (9a-9c) pada
halaman 71, maka fungsi batasan media tanam rockwool yaitu dijabarkan
sebagai berikut:
a) Fungsi Batasan Media Tanam Rockwool di Kebun Pamulang ...... (18a)
S11+S21+S31+S41+S51+S61+S71+S91 ≤ 7.680
b) Fungsi Batasan Media Tanam Rockwool di Kebun Cipanas ......... (18b)
S12+S22+S32+S42+S52+S62+S72+S82+S102 ≤ 11.520
c) Fungsi Batasan Media Tanam Rockwool di Kebun Ciseeng ......... (18c)
S83+S93 ≤ 3.840
4. Batasan/Kendala Hole Fase N1
Hole fase N1 merupakan bagian dari instalasi hidroponik yang digunakan
di PT. Kebun Pangan Jaya. Hole fase N1 merupakan lubang tanam yang
diperuntukkan bagi kegiatan produksi fase N1 atau fase penyemaian benih
aneka varietas sayuran Lettuce dan Kale. Kebutuhan terhadap hole fase N1
untuk memproduksi satu unit sayuran Lettuce dan Kale sama, yaitu hanya
membutuhkan 1 lubang/hole fase N1 saja. Jumlah lubang yang dibutuhkan
untuk memproduksi satu unit sayuran Lettuce dan Kale merupakan nilai
koefisien fungsi batasan/kendala hole fase N1.
Berbeda dengan kebutuhan, kapasitas atau ketersediaan hole fase N1 di
tiap-tiap kebun produksi jumlahnya berbeda-beda. Jumlah hole fase N1 yang
tersedia di masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya dapat
dilihat pada Tabel 13 (hal 113). Jumlah kapasitas atau ketersediaan hole fase
N1 merupakan nilai ruas kanan fungsi kendala hole fase N1. Berdasarkan
147
perihal tersebut dan rumus (10a-10c) pada halaman 72 maka fungsi
batasan/kendala hole fase N1 dijabarkan sebagai berikut:
a) Fungsi Batasan Hole Fase N1 di Kebun Pamulang ....................... (19a)
S11+S21+S31+S41+S51+S61+S71+S91 ≤ 13.440
b) Fungsi Batasan Hole Fase N1 di Kebun Cipanas........................... (19b)
S12+S22+S32+S42+S52+S62+S72+S82+S102 ≤ 18.900
c) Fungsi Batasan Hole Fase N1 di Kebun Ciseeng........................... (19c)
S83+S93 ≤ 5.040
5. Batasan/Kendala Hole Fase N2
Sama halnya dengan hole fase N1, hole fase N2 juga merupakan bagian
dari instalsi hidroponik di PT. Kebun Pangan Jaya. Hole fase N2
diperuntukkan untuk kegiatas produksi fase N2 atau fase pembesaran bibit
aneka sayuran Lettuce dan Kale. Sama halnya dengan jumlah hole fase N1
yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit sayuran Lettuce dan Kale,
jumlah hole fase N2 yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit tanaman
juga hanya sebanyak 1 lubang tanam. Jumlah lubang tanam yang dibutuhkan
untuk memproduksi satu unit sayuran merupakan nilai koefisien di dalam
fungsi batasan/kendala hole fase N2. Sedangkan untuk nilai ruas kanan dari
fungsi batasan/kendala hole fase N2 adalah jumlah kapasitas hole N2 yang
tersedia di masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya.
Kapasitas atau ketersediaan hole fase N2 di masing-masing kebun
produksi PT. Kebun Pangan Jaya jumlahnya berbeda-beda. Kapasitas dari hole
fase N2 dapat dilihat pada Tabel 15 (hal 115). Berdasarkan dari data
148
kebutuhan dan kapasitas hole fase N2, serta rumus (11a-11c) pada halaman 73
maka fungsi batasan/kendala hole fase N2 dijabarkan sebagai berikut:
a) Fungsi Batasan Hole Fase N2 di Kebun Pamulang ....................... (20a)
S11+S21+S31+S41+S51+S61+S71+S91 ≤ 3.744
b) Fungsi Batasan Hole Fase N2 di Kebun Cipanas........................... (20b)
S12+S22+S32+S42+S52+S62+S72+S82+S102 ≤ 3.510
c) Fungsi Batasan Hole Fase N2 di Kebun Ciseeng........................... (20c)
S83+S93 ≤ 0
6. Batasan/Kendala Hole Fase dewasa
Sama halnya dengan hole fase N1 dan hole fase N2, hole fase dewasa juga
merupakan bagian dari instalasi hidroponik di PT. Kebun Pangan Jaya. Hole
fase dewasa digunakan untuk kegiatan produksi fase dewasa atau fase
pembesaran tanaman sampai dengan tanaman tersebut siap untuk dipanen
untuk nantinya dikemas, dan selanjutnya dipasarkan dan didistribusikan
kepada konsumen. Sama halnya dengan hole fase N1 dan hole fase N2,
kebutuhan terhadap hole fase dewasa untuk memproduksi satu unit sayuran
Lettuce dan Kale adalah satu lubang tanam. Begitupula dengan kapasitas atau
ketersediaan hole fase dewasa di masing-masing kebun produksi PT. Kebun
Pangan Jaya. Jumlah ketersediaan atau kapasitas hole fase dewasa di masing-
masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya jumlahnya berbeda-beda.
Jumlah kapasitas hole fase dewasa dari masing-masing kebun produski
PT. Kebun Pangan Jaya dapat dilihat pada Tabel 17 (hal 117). Jumlah hole
fase dewasa yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit sayuran Lettuce
149
dan Kale merupakan nilai koefisien dalam fungsi batasan/kendala hole fase
dewasa. Sedangkan kapasitas atau jumlah ketersediaan hole fase dewasa di
masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya merupakan nilai ruas
kanan dari fungsi batasan/kendala hole fase dewasa. Berdasarkan hal tersebut
dan rumus (12a-12c) pada halaman 73 maka fungsi batasan/kendala hole fase
dewasa dijabarkan sebagai berikut:
a) Fungsi Batasan Hole Fase dewasa di Kebun Pamulang................. (21a)
S11+S21+S31+S41+S51+S61+S71+S91 ≤ 7.920
b) Fungsi Batasan Hole Fase dewasa di Kebun Cipanas .................... (21b)
S12+S22+S32+S42+S52+S62+S72+S82+S102 ≤ 13.320
c) Fungsi Batasan Hole Fase dewasa di Kebun Ciseeng .................... (21c)
S83+S93 ≤ 5.880
7. Batasan/Kendala Jam Tenaga Kerja
Tenaga kerja dalam memproduksi aneka varietas sayuran Lettuce dan Kale
di PT. Kebun Pangan Jaya bertugas dari mulai fase N1 sampai dengan fase
pengemasan aneka sayuran Lettuce dan Kale. Setiap tenaga kerja memiliki
waktu kerja perhari yaitu selama 9 jam dan dalam satu minggu diwajibkan
untuk bekerja selama 6 hari penuh. Berdasarkan hal tersebut maka dalam
sebulan setiap satu tenaga kerja wajib bekerja selama 200 jam. Jumlah tenaga
kerja di masing-masing kebun produksi berbeda-beda, maka dari itu jumlah
kapasitas atau ketersediaan jam tenaga kerja di masing-masing kebun produksi
PT. Kebun Pangan Jaya berbeda-beda. Begitupula dengan waktu dari jam
150
tenaga kerja yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit sayuran Lettuce
dan Kale jumlahnya juga berbeda-beda dimasing-masing kebun.
Jumlah ketersediaan jam tenaga kerja dan kebutuhan akan jam tenaga
kerja untuk memproduksi satu unit sayuran Lettuce dan Kale dapat dilihat
pada Tabel 18 (hal 118). Nilai koefisien batasan/kendala jam tenaga kerja
adalah waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit sayuran Lettuce
dan Kale, sedangkan nilai ruas kanan dalam fungsi batasan/kendala jam tenaga
kerja yaitu jumlah jam tenaga kerja yang tersedia dimasing-masing kebun
produksi PT. Kebun Pangan Jaya. Berdasarkan hal tersebut dan rumus (13a-
13c) pada halaman 74 maka fungsi batasan jam tenaga kerja dijabarkan
sebagai berikut:
a) Fungsi Batasan Jam Tenaga Kerja di Kebun Pamulang ................ (22a)
0,18S11+0,18S21+0,18S31+0,18S41+0,18S51+0,18S61+0,18S71+
0,18S91 ≤ 600
b) Fungsi Batasan Jam Tenaga Kerja di Kebun Cipanas ................... (22b)
0,25S12+0,25S22+0,25S32+0,25S42+0,25S52+0,25S62+0,25S72+0,25S82+
0,25S102 ≤ 800
c) Fungsi Batasan Jam Tenaga Kerja di Kebun Ciseeng ................... (22c)
0,6S83+0,6S93 ≤ 400
8. Batasan/Kendala Permintaan Pasar
Pengambilan keputusan dalam menentukan jumlah produk yang akan
diproduksi, manajer produksi terlebih dahulu melihat jumlah pesanan yang
diterima di hari sebelumnya. Sehingga dapat disimpulkan batasan/kendala
151
permintaan pasar sangat berpengaruh terhadap jumlah produk yang akan
diproduksi. Dalam penelitian ini diasumsikan jumlah permintaan tiap
bulannya yaitu sama, dengan melihat data permintaan tahun 2017 yang dirata-
ratakan setiap bulannya. Hal tersebut dikarenakan kosumen aneka varietas
sayuran Lettuce dan Kale tidak banyak mengalami perubahan. Berdasarkan
informasi dari manajer pemasaran bahwa konsumen aneka varietas sayuran
Lettuce dan Kale dari tahun 2017 sampai dengan bulan Juli 2018 tidak
bertambah dan juga tidak berkurang.
Jumlah rata-rata permintaan konsumen terhadap aneka varietas sayuran
Lettuce dan Kale dapat dilihat pada Tabel 26 (hal 132) dan Tabel 27 (hal 134).
Nilai koefisien batasan/kendala permintaan pasar adalah jumlah sayuran yang
dibutuhkan untuk memenuhi satu permintaan akan aneka varietas sayuran
Lettuce dan Kale. Sedangkan nilai ruas kanan dari fungsi batasan/kendala
permintaan pasar yaitu rata-rata jumlah permintaan terhadap satu jenis sayuran
Lettuce dan Kale. Berdasarkan hal tersebut dan rumus (14a-14j) pada halaman
75 maka fungsi batasan/kendala permintaan pasar dirumuskan sebagai berikut:
Jumlah Permintaan Lollobionda (S1) ; S11+S12 ≤ 906 .......................... (23a)
Jumlah Permintaan Lollorossa (S2) ; S21+S22 ≤ 1.235 ......................... (23b)
Jumlah Permintaan Romaine (S3) ; S31+S32 ≤ 1.298 ............................ (23c)
Jumlah Permintaan Green Oaklef (S4) ; S41+S42 ≤ 747 ........................ (23d)
Jumlah Permintaan Red Oaklef (S5) ; S51+S52 ≤ 756 ........................... (23e)
Jumlah Permintaan Endive (S6) ; S61+S62 ≤ 347 .................................. (23f)
Jumlah Permintaan Butterhead (S7) ; S71+S72 ≤ 627 ............................ (23g)
152
Jumlah Permintaan Kale Curly (S8) ; S82+S83 ≤ 1.151 ......................... (23h)
Jumlah Permintaan Kale Siberian (S9) ; S91+S93 ≤ 409 ....................... (23i)
Jumlah Permintaan Kale Nero (S10) ; S102 ≤ 171 ................................. (23j)
5.4.2.Hasil Linear Programming
Setelah persamaan variabel keputusan, fungsi tujuan, dan fungsi batasan
diperoleh, maka langkah selanjutnya yaitu mencari kombinasi produk optimal
dengan Linear Programming menggunakan bantuan aplikasi Lindo 6.1.
Persamaan variabel keputusan, fungsi tujuan dan fungsi batasan/kendala yang
sudah dibentuk dimasukkan ke aplikasi Lindo 6.1. Lalu selanjutnya diolah, dan
menghasilkan output hasil olahan optimal. Output hasil olahan lindo dari
penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 10. Setelah mendapatkan output hasil
olahan lindo, selanjutnya dilakukan analisis pasca optimalitas yang terdiri dari
analisis primal, analisi dual, dan analisis sensitivitas.
A. Kombinasi Produk Optimal
Pada penelitian ini setelah hasil output didapatkan selanjutnya dilakukan
analisis primal terhadap output hasil olahan Lindo dengan tujuan untuk
mengetahui kombinasi produk optimal yang sebaiknya diproduksi oleh PT. Kebun
Pangan Jaya. Selain itu dengan analisis primal diketahui pula besaran nilai
keuntungan maksimal yang bisa didapatkan PT. Kebun Pangan Jaya secara total
pada setiap bulannya. Kombinasi produk optimal yang sebaiknya perusahaan
produksi dan nilai keuntungan maksimal yang dapat diperoleh perusahaan dapat
dilihat pada Tabel 30.
153
Tabel 30. Kombinasi Produk Optimal dan Nilai Keuntungan Maksimal
Keterangan Variabel Value Reduce Cost
Lollobionda Pamulang S11 0 56,000092
Lollorossa Pamulang S21 1000 0
Romaine Pamulang S31 402 0
Green Oaklef Pamulang S41 0 0,000090
Red Oaklef Pamulang S51 756 0
Endive Pamulang S61 347 0
Butterhead Pamulang S71 367 0
Kale Siberian Pamulang S91 409 0
Lollobionda Cipanas S12 0 55,99
Lollorossa Cipanas S22 235 0
Romaine Cipanas S32 896 0
Green Oaklef Cipanas S42 747 0
Red Oaklef Cipanas S52 0 0,000215
Endive Cipanas S62 0 0,000215
Butterhead Cipanas S72 0 0,000215
Kale Curly Cipanas S82 1151 0
Kale Nero Cipanas S102 171 0
Kale Curly Ciseeng S83 0 0,000020
Kale Siberian Ciseeng S93 0 0
Keuntungan Rp 40.611.080
Sumber: Lampiran 10 (a)
Tabel 30 menunjukkan bahwa keuntungan maksimal yang bisa diperoleh
PT. Kebun Pangan Jaya disetiap bulannya yaitu sebesar Rp 40.611.080,-.
Keuntungan maksimal tersebut bisa diperoleh perusahaan jika perusahaan
melakukan produksi optimal, yaitu dengan hanya memproduksi aneka varietas
sayuran Lettuce dan Kale sesuai dengan jumlah kombinasi produk optimal yang
tertera di Tabel 30. Dari Tabel 30 dapat dilihat bahwa dari sayuran Lettuce dan
Kale yang sebelumnya diproduksi di kebun-kebun produksi PT. Kebun Pangan
Jaya, diantaranya ada beberapa jenis sayuran yang disarankan untuk tidak
diproduksi kembali di kebun produksi tersebut.
154
Tabel 30 menunjukkan besaran nilai S11 yaitu 0, nilai S21 sebesar 1.000,
nilai S31 sebesar 402, nilai S41 sebesar 0, nilai S51 sebesar 756, nilai S61 sebesar
347, nilai S71 sebesar 367, dan nilai S91 sebesar 409. Hal tersebut menunjukkan
bahwa setiap bulannya kombinasi produk optimal yang sebaiknya diproduksi di
Kebun Pamulang yaitu sayuran Lettuce jenis Lollorossa sebanyak 1.000 unit,
Lettuce jenis Romaine sebanyak 402 unit, Lettuce jenis Red Oaklef sebanyak 756
unit, Lettuce jenis Endive sebanyak 347 unit, Lettuce jenis Butterhead sebanyak
367 unit, dan Kale Siberian sebanyak 409 unit. Sayuran Lettuce jenis Lollobionda
dan Green Oaklef yang sebelumnya juga diproduksi di Kebun Pamulang,
disarankan untuk tidak diproduksi kembali. Hal tersebut dikarenakan berdasarkan
Tabel 30 diatas bahwa jika terdapat penambahan satu unit terhadap produk
sayuran Lettuce jenis Lollobionda dan Green Oaklef, atau produk-produk tersebut
diproduksi sebesar satu unit di Kebun Pamulang, maka akan mengurangi
keuntungan perusahaan sebesar Rp 56,000092,- setiap memproduksi satu produk
Lollobionda, dan Rp 0,000090,- setiap memproduksi satu produk Green Oaklef.
Pada Tabel 30 didapatkan pula yaitu besaran nilai S12 adalah 0, nilai S22
sebesar 235, nilai S32 sebesar 896, nilai S42 sebesar 747, nilai S52, S62, dan nilai S72
sebesar 0, nilai S82 sebesar 1.151, dan nilai S102 sebesar 171. Nilai-nilai tersebut
dapat diartikan bahwa setiap bulannya kombinasi jumlah produk yang sebaiknya
diproduksi di Kebun Cipanas yaitu sayuran Lettuce jenis Lollorossa sebanyak 235
unit, sayuran Lettuce jenis Romaine sebanyak 896 unit, sayuran Lettuce jenis
Green Oaklef sebanyak 747 unit, Kale Curly sebanyak 1.151 unit, dan Kale Nero
sebanyak 171 unit. Sayuran Lettuce jenis Lollobionda, Red Oaklef, Endive, dan
155
Butterhead yang sebelumnya diproduksi di Kebun Cipanas, disarankan untuk
tidak diproduksi kembali. Hal tersebut dikarenakan jika sayuran-sayuran tersebut
diproduksi sebanyak satu unit maka keuntungan perusahaan akan berkurang
sebesar Rp 55,99,- setiap memproduksi satu unit sayuran Lollobionda, Rp
0,000215,- setiap memproduksi satu unit sayuran Red Oaklef, Endive dan
Butterhead.
Tabel 30 menunjukkan pula bahwa besaran nilai S83 dan nilai S93 adalah 0.
Hal tersebut menunjukkan bahwa Kale Curly dan Kale Siberian yang sebelumnya
diproduksi di Kebun Ciseeng disarankan untuk tidak lagi diproduksi di kebun
tersebut. Dari Tabel 30 dapat dilihat bahwa jika Kale Curly diproduksi di Kebun
Ciseeng sebanyak satu unit maka nantinya keuntungan perusahaan dapat
berkurang sebesar Rp 0,000020,- , sedangkan Kale Siberian tidak perlu lagi
diproduksi di Kebun Ciseeng karena dengan memproduksi Kale Siberian hanya di
Kebun Pamulang saja sudah bisa memenuhi permintaan konsumen akan sayuran
tersebut.
B. Analisis Alokasi Sumberdaya dan Permintaan Pasar
Analisis pasca optimalitas selanjutnya yang dilakukan yaitu analisis dual.
Analisis dual yaitu menganalisis alokasi penggunaan sumberdaya utama yang
tersedia di kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya dan alokasi jumlah permintaan
pasar terhadap aneka varietas sayuran Lettuce dan Kale. Analisis dual ditujukan
untuk mengetahui tingkat penggunaan sumberdaya utama yang digunakan dalam
memproduksi sayuran Lettuce dan Kale. Sehingga bisa diketahui apakah ada
sumberdaya utama yang jumlahnya berlebih ataupun yang ternyata jumlahnya
156
langka atau kurang. Selain itu juga untuk melihat alokasi jumlah permintaan dari
aneka varietas sayuran Lettuce dan Kale, untuk melihat apakah ada jumlah
permintaan yang terpenuhi ataupun tidak terpenuhi, jika perusahaan berproduksi
secara optimal. Untuk melihat apakah sumberdaya tersebut jumlahnya berlebih
atau kurang dan apakah terpenuhi atau tidak, dapat dilihat dari nilai slack/surplus
yang didapatkan. Jika nilai slack/surplus yang didapatkan bernilai 0, maka hal
tersebut menandakan bahwa sumberdaya tersebut jumlahnya habis terpakai, atau
permintaannya terpenuhi secara penuh dan sumberdaya tersebut termasuk
kedalam sumberdaya langka. Sebaliknya jika nilai slack/surplus yang didapatkan
lebih besar dari 0, maka hal tersebut menandakan sumberdaya tersebut
ketersediaannya berlebih atau permintaan akan sayuran tersebut ada sejumlah
yang tidak terpenuhi, dan dapat dikatakan sumberdaya berlebih.
Selain itu dari analisis dual juga bisa melihat apakah sumberdaya tersebut
merupakan sumberdaya aktif yang dimana dapat mempengaruhi nilai fungsi
tujuan secara langsung, atau ternyata sumberdaya tersebut adalah sumberdaya
pasif yang tidak mempengaruhi nilai dari fungsi tujuan. Untuk melihat hal
tersebut dapat dilihat dari nilai dual price yang didapatkan. Jika nilai dual price
yang didapatkan sama dengan 0, maka sumberdaya tersebut adalah sumberdaya
pasif. Sebaliknya jika nilai dual price yang didapatkan lebih besar dari 0, maka
sumberdaya tersebut adalah sumberdaya aktif.
Alokasi Penggunaan Sumberdaya Benih
Kapasitas sumberdaya benih aneka varietas sayuran Lettuce dan Kale yang
tersedia di masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya jumlahnya
157
berbeda-beda. Dari perhitungan pada kondisi optimal ternyata terdapat sebagian
dari kapasitas benih aneka varietas sayuran Lettuce dan Kale yang tersedia di
masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya setiap bulannya terdapat
sejumlah benih yang tersisa ataupun benih sayuran yang habis terpakai.
Penggunaan sumberdaya benih sayuran aneka varietas Lettuce dan Kale di
masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya pada kondisi optimal
dapat dilihat pada Tabel 31.
Tabel 31. Penggunaan Sumberdaya Benih Pada Kondisi Optimal
Baris Sumberdaya Benih Slack/
Surplus Ket.
Dual
price Ket.
2 Lollobionda Pamulang 1000 Berlebih 0 Tidak Aktif
3 Lollorossa Pamulang 0 Habis 0 Tidak Aktif
4 Romaine Pamulang 598 Berlebih 0 Tidak Aktif
5 Green Oaklef Pamulang 1000 Berlebih 0 Tidak Aktif
6 Red Oaklef Pamulang 244 Berlebih 0 Tidak Aktif
7 Endive Pamulang 653 Berlebih 0 Tidak Aktif
8 Butterhead Pamulang 633 Berlebih 0 Tidak Aktif
9 Kale Siberian Pamulang 591 Berlebih 0 Tidak Aktif
10 Lollobionda Cipanas 2000 Berlebih 0 Tidak Aktif
11 Lollorossa Cipanas 1765 Berlebih 0 Tidak Aktif
12 Romaine Cipanas 1104 Berlebih 0 Tidak Aktif
13 Green Oaklef Cipanas 1253 Berlebih 0 Tidak Aktif
14 Red Oaklef Cipanas 2000 Berlebih 0 Tidak Aktif
15 Endive Cipanas 1000 Berlebih 0 Tidak Aktif
16 Butterhead Cipanas 1000 Berlebih 0 Tidak Aktif
17 Kale Curly Cipanas 849 Berlebih 0 Tidak Aktif
18 Kale Nero Cipanas 829 Berlebih 0 Tidak Aktif
19 Kale Curly Ciseeng 1000 Berlebih 0 Tidak Aktif
20 Kale Siberian Ciseeng 1000 Berlebih 0 Tidak Aktif Sumber: Lampiran 10 (b)
Tabel 31 menunjukkan penggunaan sumberdaya benih yang tersedia di
masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya. Dari tabel diatas
158
diketahui hanya benih sayuran Lollorossa yang tersedia di Kebun Pamulang saja,
yang memiliki nilai slack/surplus sebesar 0. Hal tersebut menandakan bahwa
benih sayuran Lollorossa yang tersedia di Kebun Pamulang adalah sumberdaya
yang habis terpakai.
Dari Tabel 31 dapat dilihat pula besaran nilai slack/surplus untuk
ketersediaan benih sayuran lainnya yang tersedia di Kebun Pamulang. Nilai
slack/surplus dari sayuran Lettuce jenis Lollobionda yaitu sebesar 1000, nilai
slack/surplus benih Romaine sebesar 598, nilai slack/surplus benih Green Oaklef
yaitu 1000, nilai slack/surplus benih Red Oaklef yaitu 244, nilai slack/surplus
benih Endive 653, nilai slack/surplus benih Butterhead yaitu 633, nilai
slack/surplus benih Kale Siberian yaitu 591. Hal tersebut dapat diartikan, bahwa
sumberdaya benih Lollobionda, benih Romaine, benih Green Oaklef, benih Red
Oaklef, benih Endive, benih Kale Siberian adalah sumberdaya berlebih. Hal
tersebut menandakan bahwa di Kebun Pamulang akan ada kelebihan 1000 butir
benih Lollobionda yang tidak terpakai, 598 butir benih Romaine yang tidak
terpakai, 1.000 butir benih Green Oaklef yang tidak terpakai, 244 butir benih yang
tidak terpakai, 653 butir benih Endive yang tidak terpakai, 633 butir benih
Butterhead yang tidak terpakai, dan 591 butir benih Kale Siberian yang tersisa.
Sama halnya dengan di Kebun Pamulang, dari Tabel 31 dapat dilihat
bahwa di Kebun Cipanas dan Kebun Ciseeng setiap bulan akan ada sejumlah
benih yang ketersediaannya berlebih. Benih yang ketersediaannya berlebih di
Kebun Cipanas yaitu benih Lollobionda sebanyak 2000 butir benih, benih
Lollorossa sebanyak 1765 butir benih, benih Romaine sebanyak 1104 butir benih,
159
benih Green Oaklef sebanyak 1253 butir benih, benih Red Oaklef sebanyak 2000
butir benih, benih Endive sebanyak 1000 butir benih, benih Butterhead sebanyak
1000 butir benih, benih Kale Curly sebanyak 849 butir benih, dan benih Kale
Nero sebanyak 829 butir benih. Lalu di Kebun Ciseeng setiap bulannya akan ada
1000 butir benih Kale Curly dan Kale Siberian yang berlebih atau tidak terpakai.
Berdasarkan Tabel 31, dilihat dari nilai dual price yang didapatkan, bahwa
semua sumberdaya benih aneka varietas sayuran Lettuce dan Kale yang tersedia di
Kebun Pamulang, Kebun Cipanas, dan Kebun Ciseeng merupakan sumberdaya
tidak aktif, karena nilai dual price yang didapatkan adalah 0. Hal tersebut
menunjukkan bahwa ketersediaan atau kapasitas benih sayuran Lettuce dan Kale
yang tersedia di Kebun Pamulang, Kebun Cipanas, dan Kebun Ciseeng jika
ditambah atau dikurangi, tidak akan mempengaruhi nilai keuntungan maksimal
yang bisa didapatkan oleh perusahaan.
Alokasi Penggunaan Sumberdaya Larutan Nutrisi AB Mix
Ketersediaan larutan nutrisi AB mix untuk produksi sayuran Lettuce dan
Kale di kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya disetiap bulannya sama untuk di
Kebun Pamulang dan Kebun Cipanas. Setiap bulannya di Kebun Pamulang dan
Kebun Cipanas larutan nutrisi AB mix di pasok sebanyak 12 set, sedangkan di
Kebun Ciseeng dipasok sebanyak 8 set. Dalam 1 set larutan nutrisi AB mix terdiri
dari 10 liter larutan nutrisi. Dalam kondisi aktual, larutan nutrisi yang digunakan
bergantung pada berapa jumlah tanaman yang akan diproduksi. Diketahui pada
kondisi optimal Penggunaan sumberdaya larutan nutrisi AB Mix dalam
160
memproduksi aneka varietas sayuran Lettuce dan Kale di kebun-kebun produksi
PT. Kebun Pangan Jaya pada kondisi optimal tercantum pada Tabel 32.
Tabel 32. Penggunaan Larutan Nutrisi AB Mix Pada Kondisi Optimal
Baris Sumberdaya Nutrisi Slack Ket. Dual
price Ket.
21 Kebun Pamulang 0 Habis 152,07 Aktif
22 Kebun Cipanas 160 Berlebih 0 Tidak Aktif
23 Kebun Ciseeng 80000 Berlebih 0 Tidak Aktif
Sumber: Lampiran 10 (b)
Dilihat dari nilai slack pada Tabel 32, diketahui bahwa sumberdaya larutan
nutrisi AB mix yang tersedia di Kebun Pamulang adalah sumberdaya langka atau
sumberdaya yang habis terpakai. Hal tersebut dikarenakan nilai slack dari
sumberdaya larutan nutrisi AB mix yang tersedia di Kebun Pamulang adalah 0.
Lain halnya dengan sumberdaya larutan nutrisi yag tersedia di Kebun Cipanas dan
Kebun Ciseeng. Sumberdaya larutan nutrisi tersebut merupakan sumberdaya
berlebih, dikarenakan nilai slack yang didapatkan yaitu sebesar 160 dan 8.000.
Hal tersebut menunjukkan bahwa akan ada sebanyak 160ml larutan nutrisi yang
tersisa di Kebun Cipanas, dan 8.000ml larutan nutrisi yang tidak terpakai di
Kebun Ciseeng. Hal tersebut dikarenakan, berdasarkan hasil kombinasi produk
optimal disarankan bahwa sebaiknya di Kebun Ciseeng tidak memproduksi aneka
sayuran Kale lagi. Sehingga larutan nutrisi yang tersedia di Kebun Ciseeng
nantinya tidak akan terpakai.
Selanjutnya dilihat dari nilai dual price yang tertera pada Tabel 32, bahwa
sumberdaya larutan nutrisi AB mix yang tersedia di Kebun Pamulang adalah
sumberdaya aktif, dikarenakan nilai dual price yang didapatkan lebih besar dari 0.
Hal tersebut menandakan jika nantinya terdapat penambahan satu ml larutan
161
nutrisi AB mix di Kebun Pamulang, maka nantinya nilai fungsi tujuan atau
keuntungan yang dapat diperoleh PT. Kebun Pangan Jaya akan bertambah sebesar
Rp 152,07,- dari setiap penambahan satu ml larutan nutrisi AB mix di Kebun
Pamulang. Lain halnya dengan sumberdaya larutan nutrisi AB mix yang tersedia
di Kebun Cipanas dan Kebun Ciseeng. Dilihat dari nilai dual price bahwa kedua
sumberdaya tersebut adalah sumberdaya tidak aktif. Hal tersebut dikarenakan nilai
dual price dari kedua sumberdaya tersebut adalah 0. Hal ini menandakan bahwa
sumberdaya larutan nutrisi di Kebun Cipanas dan Kebun Ciseeng tidak
berpengaruh langsung terhadap nilai fungsi tujuan yaitu keuntungan maksimal
yang diperoleh PT. Kebun Pangan Jaya.
Alokasi Penggunaan Sumberdaya Media Tanam Rockwool
Media tanam yang digunakan dalam memproduksi sayuran Lettuce dan
Kale di PT. Kebun Pangan Jaya adalah rockwool. Dari perhitungan pada kondisi
optimal didapatkan seluruh dari kapasitas media tanam rockwool yang tersedia
disetiap bulannya di masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya
adalah sumberdaya berlebih. Penggunaan sumberdaya media tanam rockwool
yang digunakan dalam memproduksi sayuran Lettuce dan Kale di kebun produksi
PT. Kebun Pangan Jaya pada kondisi optimal dapat dilihat pada Tabel 33.
Tabel 33. Penggunaan Media Tanam Rockwool Pada Kondisi Optimal
Baris Sumberdaya Rockwool Slack Ket. Dual
price Ket.
24 Kebun Pamulang 4399 Berlebih 0 Tidak Aktif
25 Kebun Cipanas 8320 Berlebih 0 Tidak Aktif
26 Kebun Ciseeng 3840 Berlebih 0 Tidak Aktif
Sumber: Lampiran 10 (b)
162
Dari Tabel 33 dapat dilihat bahwa sumberdaya media tanam rockwool
yang tersedia di semua kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya merupakan
sumberdaya berlebih. Dapat dilihat bahwa disetiap bulan akan ada 4.399 kotak
media tanam rockwool yang tersisa di Kebun Pamulang, 8.320 kotak yang tersisa
di Kebun Cipanas, dan 3.840 kotak yang tersisa di Kebun Ciseeng. Lalu dilihat
dari nilai dual price masing-masing sumberdaya, bahwa semua sumberdaya media
tanam rockwool yang tersedia di semua kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya
merupakan kendala tidak aktif. Hal tersebut menandakan bahwa jika kapasitas
sumberdaya tersebut yang tersedia di tiga kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya
ditambahkan atau dikurangi, tidak akan mempengaruhi nilai dari fungsi tujuan.
Alokasi Penggunaan Sumberdaya Hole Fase N1
Salah satu fase produksi sayuran Lettuce dan Kale fase N1. Kegiatan
produksi fase N1 dilakukan di gully fase N1 yang didalamnya terdapat lubang
tanam. Ketersediaan hole fase N1 di tiap kebun produksi jumlahnya berbeda-beda.
Dalam kondisi optimal ternyata terdapat hole fase N1 yang tidak terpakai.
Penggunaan sumberdaya hole fase N1 dalam memproduksi sayuran Lettuce dan
Kale di kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya pada kondisi optimal dapat dilihat
pada Tabel 34.
Tabel 34. Penggunaan Hole Fase N1 Pada Kondisi Optimal
Baris Sumberdaya
Hole Fase N1 Slack Ket.
Dual
price Ket.
27 Kebun Pamulang 10159 Berlebih 0 Tidak Aktif
28 Kebun Cipanas 15700 Berlebih 0 Tidak Aktif
29 Kebun Ciseeng 5040 Berlebih 0 Tidak Aktif
Sumber: Lampiran 10 (b)
163
Tabel 34 menunjukkan bahwa sumberdaya hole fase N1 yang tersedia di
kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya merupakan sumberdaya berlebih. Hal
tersebut dikarenakan, nilai slack/surplus dari ketiga sumberdaya tersebut nilainya
lebih besar dari 0. Dapat dilihat bahwa akan ada 10.159 hole fase N1 yang tidak
digunakan di Kebun Pamulang, 15.700 hole fase N1 yang tidak digunakan di
Kebun Cipanas, dan 5.040 hole fase N1 yang tidak digunakan di Kebun Ciseeng.
Selanjutnya dilihat dari nilai dual price dari masing-masing sumberdaya, bahwa
semua sumberdaya hole fase N1 yang tersedia di semua kebun produksi PT.
Kebun Pangan Jaya merupakan sumberdaya tidak aktif. Hal tersebut dikarenakan
nilai dual price dari ketiga sumberdaya tersebut adalah 0. Lalu dapat diartikan jika
terdapat penambahan atau pengurangan terhadap kapasitas sumberdaya tersebut
maka tidak akan mempengaruhi nilai fungsi tujuan yaitu keuntungan perusahaan.
Alokasi Penggunaan Sumberdaya Hole Fase N2
Setelah tanaman melewati fase N1, fase selanjutnya yaitu fase N2. Sama
seperti pada fase N1, di fase N2 tanaman juga di tanam di gully yang didalamnya
terdapat lubang tanam. Hole fase N1 dengan hole fase N2 berbeda. Hole fase N2
sudah berbentuk lubang-lubang. Sama juga dengan hole fase N1, kapasitas hole
fase N2 setiap bulannya di setiap kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya
jumlahnya berbeda-beda. Penggunaan sumberdaya hole fase N2 dalam
memproduksi sayuran Lettuce dan Kale di kebun produksi PT. Kebun Pangan
Jaya pada kondisi optimal tercantum pada Tabel 35.
164
Tabel 35. Penggunaan Hole Fase N2 Pada Kondisi Optimal
Baris Sumberdaya
Hole Fase N2 Slack Ket.
Dual
price Ket.
30 Kebun Pamulang 463 Berlebih 0 Tidak Aktif
31 Kebun Cipanas 310 Berlebih 0 Tidak Aktif
32 Kebun Ciseeng 0 Habis 546,77 Aktif
Sumber: Lampiran 10 (b)
Berdasarkan Tabel 35 dapat dilihat bahwa sumberdaya hole fase N2 yang
tersedia di Kebun Pamulang dan Kebun Cipanas adalah sumberdaya berlebih,
sedangkan ketersediaan hole fase N2 di Kebun Ciseeng adalah sumberdaya yang
habis terpakai. Dapat dilihat bahwa nantinya akan ada 463 hole fase N2 yang
tidak terpakai di Kebun Pamulang, dan 310 hole fase N2 yang tidak terpakai di
Kebun Cipanas. Selanjutnya dilihat dari nilai dual price yang didapat,
ketersediaan hole fase N2 di Kebun Pamulang dan Kebun Cipanas merupakan
sumberdaya tidak aktif, sedangkan ketersediaan hole fase N2 di Kebun Ciseeng
merupakan sumberdaya aktif. Hal tersebut menunjukkan, ketersediaan hole fase
N2 di Kebun Pamulang dan Kebun Cipanas tidak akan mempengaruhi nilai
keuntungan perusahaan jika terdapat penambahan ataupun penguranagan. Berbeda
dengan hole fase N2 yang tersedia di Kebun Ciseeng, jika hole fase N2 di Kebun
Ciseeng ditambahkan maka nantinya bisa menambah keuntungan perusahaan
sebesar Rp 546,77,- setiap penambahan satu hole fase N2.
Alokasi Penggunaan Sumberdaya Hole Fase dewasa
Setelah melewati fase N1 dan fase N2, sayuran Lettuce dan Kale
selanjutnya memasuki fase dewasa. Pada fase ini tanaman dipelihara sampai
tanaman tersebut siap untuk dipanen, dan dipasarkan ke konsumen. Fase dewasa
165
juga berlangsung di gully yang berisikan lubang tanam. Bentuk gully fase dewasa
kurang lebih sama dengan bentuk gully fase N2. Hanya saja jarak antar hole
didalam gully fase dewasa berjarak 20cm, sedangkan jarak antar hole di gully fase
N2 berjarak 18cm. Ketersediaan hole fase dewasa di tiap kebun produksi
jumlahnya berbeda-beda. Penggunaan sumberdaya hole fase dewasa dalam
memproduksi sayuran Lettuce dan Kale di kebun produksi PT. Kebun Pangan
Jaya pada kondisi optimal tercantum pada Tabel 36.
Tabel 36. Penggunaan Hole Fase dewasa Pada Kondisi Optimal
Bari
s
Sumberdaya
Hole Fase dewasa Slack Ket.
Dual
price Ket.
33 Kebun Pamulang 4639 Berlebih 0 Tidak Aktif
34 Kebun Cipanas 10120 Berlebih 0 Tidak Aktif
35 Kebun Ciseeng 5880 Berlebih 0 Tidak Aktif
Sumber: Lampiran 10 (b)
Dari Tabel 36 didapatkan bahwa sumberdaya hole fase dewasa di semua
kebun produksi merupakan sumberdaya berlebih. Dapat dilihat bahwa akan ada
4.639 hole fase dewasa yang tersisa di Kebun Pamulang, 10.120 hole fase dewasa
yang tersisa di Kebun Cipanas, dan 5.880 hole fase dewasa yang tidak digunakan
di Kebun Ciseeng. Dilihat dari nilai dual price masing-masing sumberdaya,
bahwa sumberdaya hole fase dewasa yang tersedia di semua kebun PT. Kebun
Pangan Jaya merupakan sumberdaya tidak aktif, yang artinya tidak akan
mempengaruhi nilai keuntungan perusahaan.
Alokasi Penggunaan Sumberdaya Jam Tenaga Kerja
Total tenaga kerja produksi di PT. Kebun Pangan Jaya yaitu sebanyak 9
orang, dimana terdiri dari 3 orang di Kebun Pamulang, 4 orang di Kebun Cipanas,
166
dan 2 orang di Kebun Ciseeng. Jam kerja yang diterapkan setiap harinya yaitu
selama 9 jam untuk hari senin s/d jum’at, sedangkan 5 jam untuk hari sabtu.
Penggunaan sumberdaya jam tenaga kerja yang digunakan dalam memproduksi
sayuran Lettuce dan Kale di kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya dalam
kondisi optimal dapat dilihat pada Tabel 37.
Tabel 37. Penggunaan Sumberdaya Jam Tenaga Kerja Pada Kondisi Optimal
Baris Sumberdaya
Jam Tenaga Kerja Slack Ket. Dual price Ket.
36 Kebun Pamulang 9,35 Berlebih 0 Tidak Aktif
37 Kebun Cipanas 0 Habis 19.862,88 Tidak Aktif
38 Kebun Ciseeng 400 Berlebih 0 Tidak Aktif
Sumber: Lampiran 10 (b)
Tabel 37 menunjukkan sumberdaya jam tenaga kerja di Kebun Pamulang
dan Kebun Ciseeng merupakan sumberdaya berlebih. Dilihat dari nilai slack yang
didapat yaitu nilainya lebih besar dari 0, dapat diartikan bahwa akan ada waktu
sebanyak 9,35 jam yang tidak digunakan di Kebun Pamulang, dan 400 jam tenaga
kerja yang tidak digunakan di Kebun Ciseeng. Dilihat dari nilai slack yang
didapat, sumberdaya jam tenaga kerja di Kebun Cipanas sumberdaya habis
terpakai. Hal tersebut dikarenakan nilai slack dari sumberdaya tersebut adalah 0.
Selanjutnya dilihat dari nilai dual price yang didapatkan oleh masing-
masing sumberdaya, bahwa ketersediaan jam tenaga kerja di Kebun Pamulang dan
Kebun Ciseeng merupakan sumberdaya tidak aktif, yang diartikan bahwa
ketersediaanya tidak mempengaruhi nilai fungsi tujuan secara langsung.
Sedangkan sumberdaya jam tenaga kerja yang tersedia di Kebun Cipanas
merupakan sumberdaya aktif, yang dimana jika ada penambahan waktu sebanyak
167
satu jam, maka nilai fungsi tujuan yaitu keuntungan perusahaan juga akan
bertambah sebanyak Rp 19.862,88,- per satu jam.
Alokasi Permintaan Pasar
Permintaan pasar juga merupakan kendala/batasan dalam memproduksi
sayuran Lettuce dan Kale. Dari hasil perhitungan optimal diketahui bahwa
terdapat batasan permintaan sayuran tertentu yang dapat terpenuhi dan terdapat
pula yang tidak dapat terpenuhi. Diketahui pula, bahwa terdapat kendala
permintaan yang merupakan batasan/kendala aktif yang secara langsung
mempengaruhi nilai fungsi tujuan yaitu keuntungan perusahaan, dan terdapat pula
batasan permintaan yang merupakan batasan tidak aktif. Perihal diatas sesuai
dengan apa yang tercantum pada Tabel 38.
Tabel 38. Jumlah Permintaan Pasar
Baris Kapasitas Batasan
(Permintaan) Slack Ket.
Dual
price Ket.
39 Lollobionda 906 Tidak Terpenuhi 0 Tidak Aktif
40 Lollorossa 0 Terpenuhi 100 Aktif
41 Romaine 0 Terpenuhi 62,5 Aktif
42 Green Oaklef 0 Terpenuhi 103 Aktif
43 Red Oaklef 0 Terpenuhi 100 Aktif
44 Endive 0 Terpenuhi 25 Aktif
45 Butterhead 259 Tidak Terpenuhi 0 Tidak Aktif
46 Kale Curly 0 Terpenuhi 4575 Aktif
47 Kale Siberian 0 Terpenuhi 1450 Aktif
48 Kale Nero 0 Terpenuhi 1450 Aktif
Sumber: Lampiran 10 (b)
Tabel 38 menunjukkan informasi mengenai penilaian jumlah permintaan
dari nilai slack dan dual price yang didapatkan. Dari Tabel 38 dapat dilihat bahwa
batasan yang memiliki nilai slack lebih dari 0 yaitu hanya jumlah permintaan
168
Lollobionda yaitu sebesar 906, dan jumlah permintaan Butterhead sebesar 259.
Sedangkan untuk batasan jumlah permintaan sayuran Lollorossa, Romaine, Green
Oaklef, Red Oaklef, Endive, Kale Curly, Kale Siberian, dan Kale Nero nilai slack
yang didapatkan yaitu 0. Hal tersebut menunjukkan bahwa akan ada permintaan
terhadap sayuran Lollobionda yang tidak terpenuhi sebanyak 906 unit, dan
permintaan terhadap sayuran Butterhead yang tidak terpenuhi sebanyak 259 unit
di setiap bulannya. Berbeda dengan jumlah permintaan terhadap sayuran
Lollorossa, Romaine, Green Oaklef, Red Oaklef, Endive, Kale Curly, Kale
Siberian, dan Kale Nero setiap bulannya akan terpenuhi.
Dilihat dari nilai dual price, yang merupakan kendala aktif yaitu
permintaan Lollorossa, Romaine, Green Oaklef, Red Oaklef, Endive, Kale Curly,
Kale Siberian, dan Kale Nero, sedangkan yang merupakan kendala tidak aktif
yaitu permintaan Lollobionda, dan Butterhead. Hal tersebut menunjukkan bahwa
jika permintaan Lollorossa, Romaine, Green Oaklef, Red Oaklef, Endive, Kale
Curly, Kale Siberian, dan Kale Nero naik sebanyak satu unit maka nantinya
keuntungan perusahaan akan bertambah sebesar Rp 100,- dari kenaikan
permintaan Lollorossa, Rp 62,5,- dari kenaikan permintaan Romaine, Rp 103,-
dari kenaikan permintaan Green Oaklef, Rp 100,- dari kenaikan permintaan Red
Oaklef, Rp 25,- dari kenaikan permintaan Endive, Rp 4.575,- dari kenaikan
permintaan Kale Curly, Rp 1.450,- dari kenaikan permintaan Kale Siberian, dan
Rp 1.450,- dari kenaikan permintaan Kale Nero.
169
C. Analisis Sensitivitas
Analisis pasca optimalitas selanjutnya yang dilakukan yaitu analisis
sensitivitas. Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui nilai atau jumlah
perubahan yang masih diperbolehkan, sehingga tidak merubah hasil kombinasi
produk optimal. Dari analisis ini didapatkan nilai perubahan maksimum dan nilai
perubahan minimum yang masih diperbolehkan agar hasil kondisi optimal tidak
mengalami perubahan. Nilai yang dianalisis yaitu nilai margin dari tiap varietas
Lettuce dan Kale, nilai kapasitas sumberdaya utama yang digunakan dalam
memproduksi aneka Lettuce dan Kale, dan besaran jumlah permintaan pasar
terhadap aneka varietas sayuran Lettuce dan Kale.
Perubahan Nilai Margin dari Tiap Varietas Sayuran Lettuce dan Kale
Dari hasil perhitungan pada kondisi optimal, diketahui bahwa terdapat
batasan jika nantinya terjadi perubahan nilai margin dari setiap varietas sayuran
Lettuce dan Kale yang diproduksi PT. Kebun Pangan Jaya. Berikut batasan
perubahan nilai margin dari aneka varietas Lettuce dan Kale yang nantinya tidak
merubah hasil kombinasi optimal dan nilai fungsi tujuan tertera pada Tabel 39.
170
Tabel 39. Perubahan Nilai Margin Aneka varietas Sayuran Lettuce dan Kale
Keterangan Variabel
Nilai
Awal
(Rp/Unit)*
Maksimum
Kenaikan
(Rp/Unit)**
Minimum
Penurunan
(Rp/Unit)***
Lollobionda Pamulang S11 5505,11 5561.11 Infinity
Lollorossa Pamulang S12 5661,11 Infinity 5661.11
Romaine Pamulang S13 5623,61 5623.61 5623.61
Green Oaklef Pamulang S14 5664,11 5664.11 Infinity
Red Oaklef Pamulang S15 5661,11 Infinity 5661.11
Endive Pamulang S16 5586,11 Infinity 5586.11
Butterhead Pamulang S17 5561,11 5586.11 5561.11
Kale Siberian Pamulang S19 7011,11 7011.11 5561.11
Lollobionda Cipanas S21 4909,72 4965.72 Infinity
Lollorossa Cipanas S22 5065,72 5065.72 4965.72
Romaine Cipanas S23 5028,22 5028.22 5028.22
Green Oaklef Cipanas S24 5068,72 Infinity 5068.72
Red Oaklef Cipanas S25 5065,72 5065.72 Infinity
Endive Cipanas S26 4990,72 4990.72 Infinity
Butterhead Cipanas S27 4965,72 4965.72 Infinity
Kale Curly Cipanas S28 9540,72 Infinity 9540.72
Kale Nero Cipanas S210 6415,72 Infinity 4965.72
Kale Curly Ciseeng S38 5121,77 5121.77 Infinity
Kale Siberian Ciseeng S39 1996,77 Infinity 1996.77 Sumber: Lampiran 10 (c)
Keterangan: **=Nilai awal yg sudah dijumlahkan ; ***=Nilai awal yg sudah dikurangi
Tabel 39 menujukkan informasi mengenai seberapa jauh nilai margin dari
masing-masing jenis sayuran yang diproduksi di tiga kebun produksi PT. Kebun
Pangan Jaya nilainya boleh berubah. Akan tetapi perubahan nilai tersebut tidak
mempengaruhi jumlah solusi optimal dalam hal ini yaitu jumlah kombinasi
produk yang sebaiknya diproduksi agar mendapatkan keuntungan maksimal.
Berdasarkan Tabel 39 dapat diketahui untuk sayuran Lettuce jenis Lollobionda
yang diproduksi di Kebun Pamulang dan di Kebun Cipanas, nilai margin boleh
dinaikkan maksimal menjadi Rp 5.561,11 untuk Lollobionda yang diproduksi di
171
Kebun Pamulang, dan maksimal Rp 4.965,72 untuk Lollobionda yang diproduksi
di Kebun Cipanas. Selain itu margin dari kedua jenis sayuran tersebut boleh
mengalami penurunan sampai nilainya tak terhingga. Hal tersebut dikarenakan
dari hasil kombinasi optimal, kedua jenis sayuran ini disarankan untuk tidak
diproduksi kembali di Kebun Pamulang dan Kebun Cipanas.
Selanjutnya nilai margin sayuran yang diproduksi di Kebun Pamulang
yaitu Lollorossa, Red Oaklef, dan Endive. Lalu sayuran yang diproduksi di Kebun
Cipanas yaitu Green Oaklef, dan Kale Curly, serta Kale Siberian yang diproduksi
di Kebun Ciseeng, nilai margin dari sayuran-sayuran tersebut boleh dinaikkan
sampai nilanya tak terhingga. Akan tetapi nilai marginnya tidak boleh mengalami
penurunan dibawah nilai margin awalnya. Berbeda halnya dengan nilai margin
sayuran Romaine yang diproduksi di Kebun Pamulang dan Kebun Cipanas, nilai
margin dari sayuran tersebut tidak boleh dinaikkan atau diturunkan, atau dengan
kata lain nilainya harus tetap. Dari Tabel 39 didapatkan pula bahwa untuk nilai
margin sayuran Green Oaklef yang diproduksi di Kebun Pamulang, lalu sayuran
Red Oaklef, Endive dan Butterhead yang diproduksi di Kebun Cipanas, dan juga
Kale Curly yang diproduksi di Kebun Ciseeng, nilai margin dari sayuran-sayuran
tersebut tidak boleh dinaikkan atau dapat dikatakan nilainya harus tetap sesuai
dengan margin awal, tetapi boleh dikurangi sampai nilainya tak terhingga.
Lalu nilai margin untuk Kale Siberian yang diproduksi di Kebun
Pamulang dan Lollorossa yang diproduksi di Kebun Cipanas, nilai marginnya
tidak boleh ada peningkatan, akan tetapi boleh mengalami penurunan. Minimal
penurunannya yaitu sampai nilai Rp 5.561,11,- untuk Kale Siberian yang
172
diproduksi di Kebun Pamulang dan Rp 4.965,72,- untuk sayuran Lettuce jenis
Lollorossa yang diproduksi di Kebun Cipanas. Lalu nilai margin sayuran Lettuce
jenis Butterhead yang diproduksi di Kebun Pamulang, nilainya boleh dinaikkan
maksimal yaitu mencapai angka Rp 5.586,11,- , akan tetapi tidak boleh
mengalami penurunan atau artinya nilai margin sayuran tersebut harus tetap sesuai
dengan nilai margin awal. Berbeda dengan Kale Nero yang diproduksi di Kebun
Cipanas, nilai margin sayuran tersebut boleh dinaikkan sampai nilainya tak
terbatas, dan boleh mengalami penurunan minimal sampai Rp 4.965,72,- perunit.
Perubahan Kapasitas Sumberdaya Benih
Berdasarkan analisis sebelumnya yaitu analisis dual, didapatkan bahwa
semua kapasitas sumberdaya benih di tiga kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya
adalah sumberdaya tidak aktif. Hal tersebut dikarenakan besar nilai dual price
yang didapatkan oleh masing-masing sumberdaya tersebut adalah 0. Sehingga
dapat diartikan bahwa kenaikan dan penurunan terhadap kapasitas sumberdaya
tersebut tidak akan berpengaruh terhadap kombinasi produk optimal dan nilai
fungsi tujuan. Hal tersebut berlaku jika kenaikan dan penurunan tersebut tidak
melebihi nilai batasan yang tertera pada Tabel 40.
173
Tabel 40. Perubahan Kapasitas Sumberdaya Benih Aneka varietas Sayuran
Lettuce dan Kale
Baris Kapasitas Sumberdaya
Benih
Kapasitas
Awal
(Butir)*
Maksimum
Kenaikan
(Butir)**
Minimum
Penurunan
(Butir)***
2 Lollobionda Pamulang 1000 infinity 0
3 Lollorossa Pamulang 1000 1.235 402
4 Romaine Pamulang 1000 infinity 402
5 Green Oaklef Pamulang 1000 infinity 0
6 Red Oaklef Pamulang 1000 infinity 756
7 Endive Pamulang 1000 infinity 347
8 Butterhead Pamulang 1000 infinity 367
9 Kale Siberian Pamulang 1000 infinity 409
10 Lollobionda Cipanas 2000 infinity 0
11 Lollorossa Cipanas 2000 infinity 235
12 Romaine Cipanas 2000 infinity 896
13 Green Oaklef Cipanas 2000 infinity 747
14 Red Oaklef Cipanas 2000 infinity 0
15 Endive Cipanas 1000 infinity 0
16 Butterhead Cipanas 1000 infinity 0
17 Kale Curly Cipanas 2000 infinity 1151
18 Kale Nero Cipanas 1000 infinity 171
19 Kale Curly Ciseeng 1000 infinity 0
20 Kale Siberian Ciseeng 1000 infinity 0
Sumber: Lampiran 10 (d)
Keterangan: **=Kapasitas awal yang sudah dijumlah ; ***=Kapasitas awal yang sudah dikurangi
Tabel 40 menunjukkan kapasitas sumberdaya benih sayuran Lollobionda,
dan Green Oaklef yang tersedia di Kebun Pamulang kapasitasnya boleh ditambah
sampai berapapun dan boleh dikurangi sampai 0 sekalipun. Hal tersebut berlaku
juga untuk ketersediaan benih Lollobionda, Red Oaklef, Endive dan Butterhead di
Kebun Cipanas, dan juga untuk benih Kale Curly dan Kale Siberian yang tersedia
di Kebun Ciseeng. Hal tersebut dikarenakan berdasarkan perhitungan kombinasi
produk optimal, jenis-jenis sayuran diatas merupakan jenis sayuran yang
174
disarankan untuk tidak diproduksi, sehingga akan lebih baik jika ketersediaan
benih sayuran tersebut tidak di stok lagi untuk mengurangi biaya produksi.
Benih sayuran Lollorossa yang ditersedia di Kebun Pamulang
ketersediaanya boleh ditambah sampai menjadi 1.235 butir dan dikurangi
ketersediaanya sampai menjadi 402 butir. Ketersediaan benih Romaine, Red
Oaklef, Butterhead, dan Kale Siberian boleh ditambahkan sampai berapapun
tetapi hanya boleh dikurangi sampai 402 butir benih Romaine, 756 butir benih
Red Oaklef, 347 butir benih Endive, 367 butir benih Butterhead, dan 409 butir
benih Kale Siberian. Sama juga untuk ketersediaan benih Lollorossa, Romaine,
Green Oaklef, Kale Curly, dan Kale Nero yang diproduksi di Kebun Cipanas.
Ketersediaan benih sayuran tersebut boleh ditambahkan sampai angka berapapun,
akan tetapi hanya boleh dikurangi sampai 235 butir untuk benih Lollorossa, 896
butir untuk benih Romaine, 747 butir untuk benih Green Oaklef, 1151 butir untuk
benih Kale Curly, dan 171 butir untuk benih Kale Nero.
Perubahan Kapasitas Sumberdaya Larutan Nutrisi AB Mix, Media Tanam
Rockwool, Hole Fase N1, N2, Produksi, dan Jam Tenaga Kerja
Tabel 41 berisikan mengenai nilai batas kenaikan dan penurunan terhadap
kapasitas sumberdaya larutan nutrisi AB mix, media tanam rockwool, hole fase
N1, hole fase N2, hole fase dewasa, dan kapasitas jam tenaga kerja yang tersedia
di tiga kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya. Dimana sumberdaya tersebut
merupakan sumberdaya yang digunakan untuk memproduksi aneka varietas
sayuran Lettuce dan Kale yang dimana perubahan nilainya masih diperbolehkan
175
sehingga nilai dual price yang didapatkan oleh sumberrdaya-sumberdaya tersebut
nilainya tetap valid atau tidak mengalami perubahan.
Tabel 41. Perubahan Kapasitas Sumberdaya Larutan Nutrisi AB Mix, Media
Tanam Rockwool, Hole Fase N1, N2, Produksi, dan Jam Tenaga Kerja
Baris Kapasitas Sumberdaya Kapasitas
Awal*
Maksimum
Kenaikan**
Minimum
Penurunan***
21 Nutrisi Kebun Pamulang (ml) 120.000 121.900 106.564,98
22 Nutrisi Kebun Cipanas (ml) 120.000 infinity 119.840
23 Nutrisi Kebun Ciseeng (ml) 80.000 infinity 0
24 Rockwool Kebun Pamulang
(kotak) 7.680 infinity 3.281,38
25 Rockwool Kebun Cipanas
(kotak) 11.520 infinity 3.200
26 Rockwool Kebun Ciseeng
(kotak) 3.840 infinity 0
27 Hole Fase N1 Kebun Pamulang
(lubang) 13.440 infinity 3.281,38
28 Hole Fase N1 Kebun Cipanas
(lubang) 18.900 infinity 3.200
29 Hole Fase N1 Kebun Ciseeng
(lubang) 5.040 infinity 0
30 Hole Fase N2 Kebun Pamulang
(lubang) 3.744 infinity 3.281,38
31 Hole Fase N2 Kebun Cipanas
(lubang) 3.510 infinity 3.200
32 Hole Fase N2 Kebun Ciseeng
(lubang) 0 260 0
33 Hole Fase dewasa Kebun
Pamulang (lubang) 7920 Infinity 3281.38
34 Hole Fase dewasa Kebun
Cipanas (lubang) 13320 Infinity 3200
35 Hole Fase dewasa Kebun
Ciseeng (lubang) 5880 infinity 0
36 Jam Tenaga Kerja Kebun
Pamulang 600 infinity 590.65
37 Jam Tenaga Kerja Kebun
Cipanas 800 801,07 708,16
38 Jam Tenaga Kerja Kebun
Ciseeng 400 infinity 0
Sumber: Lampiran 10 (d)
Keterangan: **=Kapasitas awal yang sudah dijumlah ; ***=Kapasitas awal yang sudah dikurangi
176
Diantara sumberdaya-sumberdaya yang tertera pada Tabel 41, hanya
sumberdaya larutan nutrisi AB mix yang tersedia di Kebun Pamulang, lalu
sumberdaya hole fase N2 untuk di Kebun Ciseeng, dan sumberdaya jam tenaga
kerja yang tersedia di Kebun Cipanas yang merupakan sumberdaya aktif.
Selebihnya merupakan sumberdaya tidak aktif. Dari Tabel 41 dapat dilihat bahwa
kapasitas sumberdaya larutan nutrisi yang tersedia di Kebun Pamulang jumlah
ketersediaanya boleh ditambahkan sampai dengan 121.900 ml, akan tetapi jika
ingin dikurangi atau diturunkan kapasitasnya tidak boleh kurang dari 106.564,98
ml. Lalu untuk sumberdaya hole fase N2 di Kebun Ciseeng yang merupakan
sumberdaya aktif, dapat dilihat bahwa ternyata jumlah kapasitas hole tersebut
sebaiknya ditambahkan sampai 260 hole. Hal tersebut dikarenakan di Kebun
Ciseeng tidak terdapat hole fase N2, padahal dalam kegiatan produksi aneka
varietas Lettuce dan Kale hole fase N2 dibutuhkan untuk kegiatan pada fase N2.
Selanjutnya yaitu kapasitas sumberdaya jam tenaga kerja yang tersedia di Kebun
Cipanas yang merupakan kendala aktif, batasan jika nantinya kapasitas
sumberdaya tersebut ingin ditambahkan yaitu sebaiknya tidak lebih dari 801,07
jam. Lalu jika nantinya kapasitas sumberdaya tersebut ingin dikurangi sebaiknya
tidak kurang dari 708,16 jam.
Perubahan Jumlah Permintaan Pasar
Selain digunakan untuk menganalisis perubahan terhadap nilai margin dan
kapasitas sumberdaya utama yang digunakan dalam proses produksi aneka Lettuce
dan Kale, analisis sensitivitas juga digunakan untuk menganalisis perubahan
terhadap jumlah permintaan pasar. Tidak dipungkiri bahwa jumlah permintaan
177
pasar terhadap sayuran Lettuce dan Kale tidak akan selamanya sama, dan pastinya
akan mengalami fluktuasi. Batasan terhadap perubahan jumlah permintaan pasar
terhadap aneka Lettuce dan Kale dapat dilihat pada Tabel 42.
Tabel 42. Perubahan Jumlah Permintaan Pasar
Baris Jumlah Permintaan
Kapasitas
Awal
(unit)*
Maksimum
Kenaikan
(unit)**
Minimum
Penurunan
(unit)***
39 Lollobionda 906 infinity 0
40 Lollorossa 1235 1.602 1.000
41 Romaine 1298 1.665 1.038
42 Green Oaklef 747 1.114 487
43 Red Oaklef 756 1.000 496
44 Endive 347 714 87
45 Butterhead 627 infinity 367
46 Kale Curly 1151 1.518 891
47 Kale Siberian 409 776 149
48 Kale Nero 171 538 0 Sumber: Lampiran 10 (d)
Keterangan: **=Kapasitas awal yang sudah dijumlah ; ***=Kapasitas awal yang sudah dikurangi
Berdasarkan hasil kombinasi produk optimal yang sebelumnya sudah
dijelaskan, diketahui bahwa sayuran jenis Lollobionda disarankan untuk tidak
diproduksi kembali. Baik di Kebun Pamulang, maupun di Kebun Cipanas.
Berdasarkan analisa, hal tersebut dikarenakan kontribusi margin sayuran
Lollobionda dinilai terlalu kecil dibandingkan nilai kontribusi margin sayuran
jenis lainnya. Kecilnya kontribusi margin sayuran Lollobionda dikarenakan biaya
produksi untuk memproduksi satu unit sayuran Lollobionda lebih besar
dibandingkan jenis lainnya. Harga benih sayuran Lollobionda adalah yang
termahal dibandingkan sayuran jenis lainnya. Dari Tabel 42 dapat dilihat bahwa
permintaan pasar terhadap sayuran Lollobionda jika nantinya terdapat kenaikan
sampai jumlahnya tak terhingga, dan bahkan permintaannya sampai 0 sekalipun,
178
nantinya tidak akan mempengaruhi hasil kombinasi produk optimal. Hal tersebut
berbeda dengan jenis sayuran lainnya. Dapat dilihat pada Tabel 42, permintaan
pasar terhadap sayuran Lollorossa, Romaine, Green Oaklef, Red Oaklef, Endive,
Kale Curly, Kale Siberian, dan Kale Nero ada batas kenaikan dan penurunan.
5.5. Rencana Produksi Optimal Sayuran Lettuce dan Kale di PT. Kebun
Pangan Jaya
Rencana produksi optimal di PT. Kebun Pangan Jaya dibuat berdasarkan
hasil perhitungan linear programming yang sebelumnya sudah didapatkan. Dari
perhitungan tersebut didapatkan kombinasi dan jumlah produk sayuran yang
sebaiknya diproduksi di masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya
disetiap bulannya. Agar PT. Kebun Pangan Jaya bisa mendapatkan keuntungan
maksimal. Hasil kombinasi produk optimal untuk memaksimalkan keuntungan
perusahaan yang didapatkan, berdasarkan perhitungan dari faktor produksi utama
dan rata-rata jumlah permintaan setiap bulannya yang menjadi fungsi batasan
dalam penelitian ini. Selain hal tersebut didapatkan beberapa informasi mengenai
alokasi sumberdaya utama dalam memproduksi Lettuce dan Kale.
Dari perhitungan linear programming didapatkan, bahwa PT. Kebun
Pangan Jaya jika setiap bulannya ingin mendapatkan keuntungan total secara
maksimal, maka perusahaan sebaiknya hanya memproduksi 6 varietas sayuran
Lettuce dan 3 varietas sayuran Kale di 2 kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya
saja, yaitu Kebun Pamulang dan Kebun Cipanas. Berikut perencanaan produksi
optimal yang sebaiknya diterapkan di masing-masing kebun produksi PT. Kebun
179
Pangan Jaya agar perusahaan bisa mendapatkan keuntungan total secara maksimal
yaitu sebesar Rp 40.611.080 disetiap bulannya.
5.5.1.Rencana Produksi Optimal Sayuran Lettuce dan Kale di Kebun
Pamulang
Berdasarkan hasil perhitungan optimalisasi didapatkan kombinasi produk
aneka sayuran Lettuce dan Kale yang sebaiknya diproduksi di Kebun Pamulang
disetiap bulannya, yaitu hanya memproduksi 5 jenis sayuran Lettuce dan 1 jenis
sayuran Kale. Adapun jenis sayuran dan besaran jumlah yang sebaiknya
diproduksi di Kebun Pamulang setiap bulannya dapat dilihat pada Tabel 43.
Tabel 43. Kombinasi Produk Optimal di Kebun Pamulang
Jenis Sayuran Jumlah
Lettuce Lollorossa 1000
Lettuce Romaine 402
Lettuce Red Oaklef 756
Lettuce Endive 347
Lettuce Butterhead 367
Kale Siberian 409
Berdasarkan Tabel 43 dapat dilihat bahwa di Kebun Pamulang setiap
bulannya sebaiknya hanya fokus untuk memproduksi 5 jenis sayuran Lettuce dan
1 jenis sayuran Kale saja. Kelima jenis sayuran Lettuce tersebut yaitu jenis
Lollorossa, Romaine, Red Oaklef, Endive, dan Butterhead. Sedangkan satu jenis
sayuran Kale yang sebaiknya diproduksi setiap bulannya di Kebun Pamulang
yaitu Kale Siberian. Kombinasi produk tersebut sebaiknya diproduksi oleh PT.
Kebun Pangan Jaya di Kebun Pamulang agar setiap bulannya perusahaan bisa
mendapatkan keuntungan total secara maksimal sebesar Rp 40.611.080.
180
Dari Tabel 43 dapat dilihat bahwa setiap bulannya Kebun Pamulang
sebaiknya memproduksi sayuran Lettuce varietas Lollorossa sebanyak 1.000 unit,
Lettuce varietas Romaine sebanyak 402 unit, dan Lettuce varietas Red Oaklef
sebanyak 756 unit. Selain itu disarankan juga sebaiknya di Kebun Pamulang
diproduksi pula Lettuce varietas Endive sebanyak 347 unit, Lettuce varietas
Butterhead sebanyak 367 unit, dan Kale varietas Kale Siberian sebanyak 409 unit.
Dari perhitungan alokasi sumberdaya dapat diketahui bahwa akan ada
sumberdaya utama yang ketersediaannya disetiap bulan akan habis terpakai dan
ada juga yang berlebih. Sumberdaya yang kapasitasnya habis terpakai yaitu benih
sayuran Lollorossa, dan larutan nutrisi AB Mix. Berdasarkan hal tersebut bahwa
kedua sumberdaya ini disebut sumberdaya langka. Akan tetapi dari kedua
sumberdaya tersebut, hanya sumberdaya larutan nutrisi AB mix yang merupakan
sumberdaya aktif. Artinya jika kapasitas sumberdaya ini ditambah satu unit, maka
bisa menambah keuntungan perusahaan sebesar nilai dual sumberdaya tersebut.
Berdasarkan beberapa perihal diatas, maka rencana produksi optimal disetiap
bulannya untuk sayuran Lettuce dan Kale di Kebun Produksi Pamulang dapat
dilihat pada Tabel 44.
Tabel 44. Rencana Produksi Optimal di Kebun Pamulang
Produk Rencana Panen Penerimaan Pengeluaran Keuntungan
Unit Rp Rp Rp
Lollorossa 1.000 8.125.000 2.463.895 5.661.105
Romaine 402 3.266.250 1.005.561 3.266.250
Red Oaklef 756 6.142.500 1.862.705 4.279.795
Endive 347 2.819.375 880.996,6 1.938.378
Butterhead 367 2.981.875 940.949,5 2.040.926
Kale Siberian 409 3.834.375 966.833 2.867.542
Total 3.281 27.169.375 8.120.939 20.053.996
181
Pada Tabel 44 diketahui jumlah penerimaan, pengeluaran, dan keuntungan
yang perusahaan dapatkan jika menerapkan rencana produksi optimal di Kebun
Pamulang. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa total sayuran yang harus
diproduksi disetiap bulannya yaitu total 3.281 unit, yang terdiri dari sayuran
Lollorossa, Romaine, Red Oaklef, Endive, Butterhead, dan sayuran Kale Siberian.
Lalu dapat dilihat bahwa total penerimaan hasil dari penjualan keseluruhan
sayuran tersebut yang didapatkan oleh perusahaan yaitu sebesar Rp 27.169.375,-
disetiap bulannya.
Selain penerimaan, dari Tabel 44 dapat dilihat pula besaran pengeluaran
atau biaya yang harus perusahaan keluarkan untuk memproduksi sayuran-sayuran
tersebut disetiap bulannya. Total pengeluaran atau biaya yang harus perusahaan
keluarkan yaitu sebesar Rp 8.120.939,- disetiap bulannya. Dari jumlah
penerimaan yang perusahaan dapatkan dan pengeluaran yang perusahaan
keluarkan disetiap bulannya, maka didapatkan jumlah keuntungan yang
didapatkan oleh perusahaan. Total keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan
dari Kebun Pamulang yaitu sebesar Rp 20.053.996,- disetiap bulannya.
Dari rencana produksi optimal, selanjutnya dapat diketahui jumlah
sumberdaya utama yang sebaiknya tersedia untuk kegiatan produksi optimal di
Kebun Pamulang disetiap bulannya. Jumlah sumberdaya yang tersedia tersebut
nantinya akan digunakan secara penuh untuk kegiatan produki optimal. Jumlah
dari masing-masing sumberdaya yang nantinya digunakan dalam produksi optimal
dapat dilihat pada Tabel 45.
182
Tabel 45. Penggunaan Sumberdaya untuk Produksi Optimal di Kebun Pamulang
Produk
Penggunaan Sumberdaya
Benih Nutrisi
AB Mix
Rockwool Hole Fase Tenaga
Kerja Asli cdgn Asli cdgn N1 N1 D
Butir butir ml kotak kotak hole hole hole Jam
Lollorossa 1000 50 36570 1000 50 1000 1000 1000 180
Romaine 402 20 14701,14 402 20 402 402 402 72,36
Red Oaklef 756 38 27646,92 756 38 756 756 756 136,08
Endive 347 17 12689,79 347 17 347 347 347 62,46
Butterhead 367 18 13421,19 367 18 367 367 367 66,06
Kale
Siberian 409 20 14957,13 409 20 409 409 409 73,62
Total 3281 164 119986,2 3281 164 3281 3281 3281 590,58 Keterangan: cdgn=cadangan 5%
Tabel 45 berisikan jumlah dari masing-masing sumberdaya utama yang
akan digunakan dalam kegiatan produksi optimal. Dari Tabel 45 diketahui total
benih yang akan digunakan dan sebaiknya tersedia di Kebun Pamulang disetiap
bulannya yaitu sebanyak 3.281 butir benih. Selain itu juga dibutuhkan sebanyak
164 butir benih cadangan. Selanjutnya yaitu media tanam rockwool, hole fase N1,
hole fase N2, dan hole fase dewasa yang digunakan untuk produksi optimal
jumlahnya sama dengan jumlah benih yang digunakan. Selanjutnya untuk larutan
nutrisi AB mix yang akan digunakan dalam kegiatan produksi optimal yaitu
totalnya sebanyak 119.986,2ml. Lalu untuk jam tenaga kerja yang akan digunakan
untuk kegiatan produksi optimal yaitu totalnya sebanyak 590,58 jam.
5.5.2.Rencana Produksi Optimal Sayuran Lettuce dan Kale di Kebun
Cipanas
Kegiatan produksi optimal selain di Kebun Pamulang, disarankan juga
untuk dilakukan di Kebun Cipanas. Dari perhitungan sebelumnya didapatkan
kombinasi dan jumlah produk sayuran Lettuce dan Kale yang sebaiknya
183
diproduksi di Kebun Cipanas setiap bulannya. Adapun kombinasi dan jumlah
produk yang sebaiknya diproduksi di Kebun Cipanas dapat dilihat pada Tabel 46.
Tabel 46. Kombinasi Produk Optimal di Kebun Cipanas
Varietas Sayuran Jumlah
Lettuce Lollorossa 235
Lettuce Romaine 896
Lettuce Green Oaklef 747
Kale Curly 1151
Kale Nero 171
Tabel 46 menunjukkan di Kebun Cipanas setiap bulannya sebaiknya hanya
fokus untuk memproduksi 3 varietas Lettuce dan 2 varietas Kale saja. Ketiga
varietas Lettuce tersebut yaitu Lollorossa, Romaine, dan Green Oaklef. Sedangkan
2 varietas Kale tersebut yaitu Kale Curly dan Kale Nero. Jumlah sayuran yang
disarankan untuk diproduksi di Kebun Cipanas yaitu Lollorossa sebanyak 235
unit, Romaine sebanyak 896 unit, Green Oaklef 747 unit, Kale Curly sebanyak
1.151 unit, dan Kale Nero sebanyak 171 unit. Varietas sayuran yang sebelumnya
diproduksi di Kebun Cipanas yaitu Lollobionda, Red Oaklef, Endive, dan
Butterhead disarankan untuk tidak diproduksi kembali. Berdasarkan hal tersebut
maka rencana produksi optimal di Kebun Cipanas dapat dilihat pada Tabel 47.
Tabel 47. Rencana Produksi Optimal di Kebun Cipanas
Produk Rencana Panen Penerimaan Pengeluaran Keuntungan
Unit Rp Rp Rp
Lollorossa 235 1909375 718930.5 1190445
Romaine 896 7280000 2774714 4505286
Green Oaklef 747 6069375 2283040 3786335
Kale Curly 1151 14387500 3406130 10981370
Kale Nero 171 1603125 506036.6 1097088
Total 3200 31249375 9688850 21560525
184
Pada Tabel 47 dapat dilihat jumlah penerimaan, pengeluaran, dan
keuntungan yang nantinya perusahaan dapatkan jika menerapkan rencana
produksi optimal di Kebun Cipanas. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa total
sayuran yang nantinya harus diproduksi disetiap bulannya yaitu sebanyak 3.200
unit. Dapat dilihat bahwa nantinya total penerimaan hasil dari penjualan
keseluruhan sayuran tersebut yang dapat diperoleh perusahaan disetiap bulannya
yaitu sebesar Rp 31.249.375,-. Selanjutnya dapat dilihat pula besaran pengeluaran
atau biaya yang harus perusahaan keluarkan untuk memproduksi sayuran-sayuran
tersebut disetiap bulannya yaitu totalnya sebesar Rp 9.688.850,-. Dari jumlah
penerimaan yang perusahaan dapatkan dan pengeluaran yang perusahaan
keluarkan disetiap bulannya, maka didapatkan jumlah keuntungan yang
didapatkan oleh perusahaan jika menerapkan rencana produksi optimal. Nantinya
total keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan dari Kebun Pamulang yaitu
sebesar Rp 21.560.525,- disetiap bulannya.
Selanjutnya yaitu dari perhitungan alokasi sumberdaya sebelumnya
diketahui bahwa nantinya akan ada sumberdaya utama yang kapasitas disetiap
bulan akan habis terpakai dan ada juga yang berlebih. Sumberdaya yang
kapasitasnya habis terpakai yaitu ketersediaan jam tenaga kerja di Kebun Cipanas.
Lalu diketahui pula bahwa sumberdaya ini merupakan sumberdaya aktif yang
dimana berpengaruh secara langsung terhadap nilai keuntungan yang diperoleh
perusahaan. Dari rencana produksi optimal, selanjutnya dapat diketahui jumlah
sumberdaya utama yang sebaiknya tersedia untuk kegiatan produksi optimal di
Kebun Cipanas disetiap bulannya. Jumlah sumberdaya yang tersedia tersebut
185
nantinya akan digunakan secara penuh untuk kegiatan produki optimal. Jumlah
dari masing-masing sumberdaya yang nantinya digunakan dalam produksi optimal
dapat dilihat pada Tabel 48.
Tabel 48. Penggunaan Sumberdaya untuk Produksi Optimal di Kebun Cipanas
Produk
Penggunaan Sumberdaya
Benih Nutrisi
AB Mix
Rockwool Hole Fase Tenaga
Kerja Asli cdgn asli Cdgn N1 N1 D
butir butir ml kotak kotak hole hole hole Jam
Lollorossa 235 12 8800.75 235 12 235 235 235 58.75
Romaine 896 45 33555.2 896 45 896 896 896 224
Green Oaklef 747 37 27975.15 747 37 747 747 747 186.75
Kale Curly 1151 58 43104.95 1151 58 1151 1151 1151 287.75
Kale Nero 171 9 6403.95 171 9 171 171 171 42.75
Total 3200 160 119.840 3200 160 3200 3200 3200 800 Keterangan: cdgn=Cadangan 5%
Tabel 48 berisikan jumlah sumberdaya utama yang nantinya akan
digunakan dalam kegiatan produksi optimal di Kebun Cipanas. Dari Tabel 48
diketahui total benih yang akan digunakan dan sebaiknya tersedia di Kebun
Cipanas disetiap bulannya yaitu sebanyak 3.200 butir benih. Selain itu juga
dibutuhkan sebanyak 160 butir benih cadangan. Selanjutnya yaitu media tanam
rockwool, hole fase N1, hole fase N2, dan hole fase dewasa yang digunakan untuk
produksi optimal jumlahnya sama dengan jumlah benih yang digunakan. Lrutan
nutrisi AB mix yang akan digunakan dalam kegiatan produksi optimal di Kebun
Cipanas yaitu totalnya sebanyak 119.840 ml. Lalu jam tenaga kerja yang akan
digunakan untuk kegiatan produksi optimal yaitu totalnya sebanyak 800 jam.
186
5.5.3.Rencana Produksi Optimal Sayuran Lettuce dan Kale di Kebun Ciseeng
Dari hasil perhitungan produksi optimal, disarankan bahwa kegiatan
produksi di Kebun Ciseeng sebaiknya tidak dilakukan. Kecuali perusahaan
menyediakan hole fase N2 di Kebun Ciseeng. Diketahui dari hasil alokasi
sumberdaya bahwa sumberdaya hole fase N2 merupakan sumberdaya aktif, yang
dimana dapat diartikan bahwa sumberdaya ini mempengaruhi secara langsung
nilai dari fungsi tujuan yaitu keuntungan perusahaan. Disarankan dari hasil
perhitungan sebaiknya di Kebun Ciseeng disediakan hole fase N2 sebanyak 260
hole atau lebih, dengan begitu nantinya kegiatan produksi bisa dilakukan di
Kebun Ciseeng.
5.6. Evaluasi Hasil Perencanaan Produksi Pada Kondisi Optimal dengan
Kondisi Aktual
Perencanaan produksi pada kondisi optimal hasil analisis selanjutnya
dibandingkan dengan data aktual produksi dari ketiga kebun produksi PT. Kebun
Pangan Jaya di tahun 2017. Perbandingan antara hasil produksi aneka sayuran
Lettuce dan Kale secara optimal dengan hasil produksi aneka sayuran Lettuce dan
Kale pada kondisi aktual tersebut dapat dilihat pada Tabel 49 dan pada Tabel 50.
187
Tabel 49. Perbandingan Kombinasi Sayuran dan Penerimaan Pada Kondisi
Optimal dan Kondisi Aktual
Kebun Jenis Sayuran Jumlah Sayuran (unit) Penerimaan (Rp)
Aktual* Optimal** Aktual*** Optimal****
Pamulang Lollobionda 512 0 4.156.615 0
Lollorossa 736 1.000 5.975.938 8.125.000
Romaine 597 402 4.853.333 3.266.250
Green Oaklef 407 0 3.308.906 0
Red Oaklef 416 756 3.379.323 6.142.500
Endive 105 347 850.417 2.819.375
Butterhead 330 367 2.680.573 2.981.875
Kale Siberian 179 409 1.681.250 3.834.375
Cipanas Lollobionda 349 0 2.834.271 0
Lollorossa 459 235 3.725.313 1.909.375
Romaine 652 896 5.300.208 7.280.000
Green Oaklef 308 747 2.501.146 6.069.375
Red Oaklef 310 0 2.514.688 0
Endive 164 0 1.331.146 0
Butterhead 271 0 2.203.229 0
Kale Curly 587 1.151 7.331.250 14.387.500
Kale Nero 106 171 995.313 1.603.125
Ciseeng Kale Curly 503 0 6.289.583 0
Kale Siberian 142 0 1.328.125 0
Total 7.131 6.481 63.240.625 58.418.750 Sumber: *=Lampiran 7 ; **= Lampiran 10 (a) (Kolom Value)
Keterangan: ***=Nilai pada kolom (*) x Harga Sayuran Tersebut ;
****=Nilai pada kolom (**) x Harga Sayuran Tersebut
Pada Tabel 49 diatas dapat diketahui rata-rata jumlah sayuran Lettuce dan
Kale yang diproduksi di ketiga kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya pada
kondisi optimal dan pada kondisi aktual. Lalu dari tabel diatas juga dapat
diketahui jumlah penerimaan atau pendapatan hasil dari penjualan aneka sayuran
Lettuce dan Kale yang berhasil dipanen, yang dapat diperoleh perusahaan pada
kondisi optimal dan pada kondisi aktual. Dari Tabel 49 diatas diketahui ternyata
jumlah total sayuran yang diproduksi pada kondisi aktual jumlahnya lebih besar
188
yaitu sebanyak 7.131 unit sayuran, dibandingkan pada kondisi optimal yang hanya
sebanyak 6.481 unit sayuran. Hal ini dikarenakan pada kondisi aktual semua
varietas sayuran Lettuce dan Kale diproduksi dan sayuran-sayuran tersebut
diproduksi di semua kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya. Berbeda dengan
hasil kondisi optimal. Pada kondisi optimal disarankan bahwa sebaiknya
perusahaan hanya memproduksi 6 varietas sayuran Lettuce dan 3 varietas sayuran
Kale saja. Disaranakan pula dari perhitungan produksi optimal, sebaiknya PT.
Kebun Pangan Jaya hanya melakukan produksi sayuran Lettuce dan Kale di 2
kebun produksi saja, yaitu Kebun Produksi Pamulang dan Kebun Produksi
Cipanas. Sementara di Kebun Ciseeng tidak disarankan untuk melanjutkan
produksi aneka sayuran Kale. Hal tersebut dikarenakan konstruksi gully tidak
lengkap sehingga hasil produk yang dihasilkan dinilai kurang menguntungkan.
Sama halnya dengan jumlah sayuran, total penerimaan atau pendapatan
yang diperoleh perusahaan pada kondisi aktual jumlahnya juga lebih besar
dibandingkan dengan total penerimaan atau pendapatan pada kondisi optimal.
Dapat dilihat pada Tabel 49 bahwa total penerimaan atau pendapatan hasil dari
penjualan aneka sayuarn Lettuce dan Kale yang perusahaan dapatkan pada kondisi
aktual yaitu sebesar Rp 63.240.625,- , sedangkan total penerimaan atau
pendapatan yang perusahaan peroleh pada kondisi optimal yaitu hanya sebesar Rp
58.418.750,-. Hal ini dikarenakan total penerimaan berbanding lurus dengan
jumlah sayuran yang diproduksi.
Selain dari sisi jumlah sayuran yang diproduksi dan total penerimaan yang
diperoleh perusahaan, jumlah pengeluaran atau biaya yang dikeluarkan oleh
189
perusahaan dan jumlah keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan pada kondisi
optimal dan pada saat kondisi aktual juga dibandingkan. Perbandingan jumlah
pengeluaran atau biaya dan jumlah keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan
pada kondisi optimal dan pada kondisi aktual dapat dilihat pada Tabel 50.
Tabel 50. Perbandingan Pengeluaran dan Keuntungan Pada Kondisi Optimal dan
Kondisi Aktual
Kebun Jenis Sayuran Pengeluaran (Rp) Keuntungan (Rp)
Aktual* Optimal** Aktual*** Optimal****
Pamulang Lollobionda 1.340.295 0 2.816.320 0
Lollorossa 1.812.195 2.463.895 4.163.743 5.661.105
Romaine 1.494.167 1.005.561 3.359.167 2.260.689
Green Oaklef 1.002.199 0 2.306.707 0
Red Oaklef 1.024.775 1.862.705 2.354.548 4.279.795
Endive 265.738 880.997 584.679 1.938.378
Butterhead 845.872 940.949 1.834.701 2.040.926
Kale Siberian 423.925 966.833 1.257.325 2.867.542
Cipanas Lollobionda 1.121.596 0 1.712.675 0
Lollorossa 1.402.679 718.930 2.322.633 1.190.445
Romaine 2.020.132 2.774.714 3.280.076 4.505.286
Green Oaklef 940.824 2.283.040 1.560.321 3.786.335
Red Oaklef 946.847 0 1.567.841 0
Endive 513.499 0 817.647 0
Butterhead 856.691 0 1.346.538 0
Kale Curly 1.735.617 3.406.130 5.595.633 10.981.370
Kale Nero 314.177 506.037 681.136 1.097.088
Ciseeng Kale Curly 3.712.481 0 2.577.103 0
Kale Siberian 1.045.250 0 282.875 0
Total 22.818.958 17.809.790 40.421.667 40.611.080 Keterangan: *=Nilai pada Tabel 48 kolom (*) x Biaya Produksi Sayuran Tersebut ;
**=Nilai pada Tabel 48 kolom (**) x Biaya Produksi Sayuran Tersebut ;
***=Nilai pada Tabel 48 kolom (***) – Nilai pada Tabel 49 kolom (*) ;
****=Nilai pada Tabel 48 kolom (****) – Nilai pada Tabel 49 kolom (**)
Dari Tabel 50 dapat dilihat bahwa rata-rata total biaya yang dikeluarkan
oleh perusahaan atau total pengeluaran pada kondisi aktual jumlahnya lebih besar
dibandingkan dengan total pengeluaran yang dikeluarkan oleh perusahaan pada
190
kondisi optimal. Total pengeluaran atau biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan
pada kondisi aktual yaitu sebesar Rp 22.818.958,- , sedangkan total pengeluaran
yang dikeluarkan oleh perusahaan pada kondisi optimal hanya sebesar Rp
17.809.790,-. Dari jumlah tersebut terdapat selisih sebanyak Rp 5.009.168,- . Nilai
tersebut menunjukkan bahwa pada saat kondisi optimal terdapat sejumlah biaya
yang berhasil dihemat, yaitu sebesar Rp 5.009.168,- . Jumlah biaya yang berhasil
dihemat tersebut berasal dari dengan tidak memproduksi sayuran varietas
Lollobionda dan Green Oaklef di Kebun Pamulang, lalu juga dengan tidak
memproduksi sayuran varietas Lollobionda, Red Oaklef, Endive, dan Butterhead
di Kebun Cipanas, serta juga dengan tidak memproduksi Kale Curly dan Kale
Siberian di Kebun Ciseeng, atau dengan kata lain kegiatan produksi di Kebun
Ciseeng ditiadakan.
Pada Tabel 50, diketahui pula bahwa total keuntungan yang dapat
diperoleh perusahaan pada saat kondisi optimal jumlahnya lebih besar
dibandingkan dengan total keuntungan yang diperoleh perusahaan pada saat
kondisi aktual. Total keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan pada kondisi
optimal yaitu sebesar Rp 40.611.080,- , sedangkan total keuntungan yang
diperoleh perusahaan pada kondisi aktual hanya sebesar Rp 40.421.667,- . Hal
tersebut dikarenakan pada kondisi aktual jumlah biaya yang dikeluarkan lebih
besar dibandingkan jumlah biaya pada kondisi optimal. Berdasarkan nilai
keuntungan pada kondisi aktual dan optimal terdapat selisih yaitu sebesar Rp
189.413. Hal tersebut menunjukkan bahwa dari segi keuntungan, nantinya
perusahaan akan mendapatkan keuntungan lebih besar pada saat berproduksi
191
secara optimal. Dari hasil perbandingan diatas diketahui bahwa jika PT. Kebun
Pangan Jaya berporduksi secara optimal maka perusahaan akan mendapatkan
keuntungan tambahan sebesar Rp 5.198.611,- . Jumlah tersebut didapatkan dari
penghematan biaya produksi dan keuntungan yang didapat jika berproduksi secara
optimal.
Berdasarkan dari nilai keuntungan yang didapatkan pada kondisi aktual
dan kondisi optimal, diketahui bahwa keuntungan pada kondisi aktual besarnya
tidak terlalu jauh dari keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan pada kondisi
optimal. Akan tetapi besarnya diketahui lebih besar keuntungan yang didapatkan
pada kondisi optimal dibandingkan dengan kondisi aktual. Hal tersebut
menunjukkan bahwa sebenarnya kegiatan produksi yang selama ini dilakukan
oleh PT. Kebun Pangan Jaya, atau produksi pada kondisi aktual sudah hampir
optimal jika disandingkan dengan nilai keuntungan yang didapatkan perusahaan
pada kondisi optimal. Akan tetapi karena perusahaan ingin mendapatkan
keuntungan semaksimal mungkin maka disarankan agar perusahaan menerapkan
produksi optimal sesuai dengan rencana produksi optimal. Perusahaan juga
sebaiknya lebih memperhatikan ketersediaan sumberdaya baik sumberdaya alam
maupun sumberdaya manusia yang tersedia di masing-masing kebun produksi PT.
Kebun Pangan Jaya, agar produksi Lettuce dan Kale dapat berjalan dengan
optimal. Sehingga nantinya keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan dapat
maksimal.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini yaitu:
1. Operasional produksi sayuran Lettuce dan Kale di tiga kebun produksi PT.
Kebun Pangan Jaya dalam menggunakan sumberdaya utama disetiap
kegiatan produksi rata-rata jumlahnya hampir sama. Seperti dalam
penggunaan sumberdaya benih, media tanam rockwool, hole fase N1, hole
fase N2, dan hole fase dewasa, yaitu hanya menggunakan satu butir atau satu
kotak atau satu lubang tanam. Sedangkan dalam menggunakan sumberdaya
larutan nutrisi dan jam tenaga kerja, di masing-masing kebun produksi
jumlahnya berbeda-beda. Lalu untuk ketersediaan sumberdaya utama di
masing-masing kebun produksi jumlahnya juga berbeda-beda.
2. Biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit sayuran Lettuce dan
Kale di tiap kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya besarnya tidak terlalu
jauh berbeda. Begitupula dengan margin dari memproduksi satu unit sayuran
dari tiap varietas Lettuce dan Kale di tiga kebun produksi PT. Kebun Pangan
Jaya. Besar biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit sayuran
Lollobionda di Kebun Pamulang adalah yang paling terbesar dibandingkan
biaya untuk memproduksi jenis sayuran Lettuce dan Kale lainnya, yaitu
sebesar Rp 2.619,89,-. Sama seperti di Kebun Pamulang, di Kebun Cipanas
biaya produksi terbesar yang dikeluarkan oleh perusahaan yaitu biaya untuk
memproduksi satu unit sayuran Lollobionda, yaitu sebesar Rp 3.215,28,-.
193
Biaya yang dibutuhkan di Kebun Ciseeng untuk memproduksi Kale Curly
dan Kale Siberian sama, yaitu sebesar Rp 7.378,2 perunit. Selanjutnya yaitu
nilai margin terbesar dari sayuran yang diproduksi di Kebun Pamulang,
yaitu margin Kale Siberian sebesar Rp 7.011,11,-. Lalu nilai margin terbesar
dari sayuran yang diproduksi di Kebun Cipanas yaitu margin Kale Curly
sebesar Rp 9.540,72,- , dan nilai margin terbesar di Kebun Ciseeng yaitu
margin Kale Curly sebesar Rp 5.121,77,-.
3. Tingkat permintaan konsumen terhadap tiap varietas Lettuce dan Kale
disetiap bulannya berbeda-beda. Dari hasil kompilasi data penjualan 2017
dengan data PO bulan April, Mei, dan Juni 2018, didapatkan bahwa rata-rata
permintaan Lollobionda disetiap bulannya yaitu sebanyak 906 unit, rata-rata
permintaan Lollorossa yaitu 1.235 unit, rata-rata permintaan Romaine yaitu
1.298 unit, rata-rata permintaan Green Oaklef yaitu 747 unit, rata-rata
permintaan Red Oaklef yaitu 756 unit, rata-rata permintaan Endive yaitu 347
unit, rata-rata permintaan Butterhead yaitu 627 unit, rata-rata permintaan
Kale Curly yaitu 1.151 unit, rata-rata permintaan Kale siberian yaitu 409
unit, dan rata-rata permintaan Kale Nero yaitu 171 unit.
4. Perencanaan produksi disusun berdasarkan hasil kombinasi produk optimal.
Dari hasil kombinasi produk optimal diketahui kegiatan produksi aneka
varietas sayuran Lettuce dan Kale sebaiknya hanya dilakukan di Kebun
Pamulang dan Kebun Cipanas saja. Diketahui pula bahwa di Kebun
Pamulang setiap bulannya sebaiknya hanya fokus untuk memproduksi 5
varietas sayuran Lettuce dan 1 varietas sayuran Kale saja. Kelima varietas
194
sayuran Lettuce tersebut yaitu Lollorossa, Romaine, Red Oaklef, Endive,
dan Butterhead. Sedangkan satu varietas sayuran Kale yang sebaiknya
diproduksi setiap bulannya di Kebun Pamulang yaitu Kale Siberian. Lalu
untuk di Kebun Cipanas diketahui disetiap bulannya sebaiknya hanya fokus
untuk memproduksi tiga varietas sayuran Lettuce dan dua varietas sayuran
Kale. Ketiga varietas sayuran Lettuce tersebut yaitu Lollorossa, Romaine,
dan Green Oaklef, sedangkan 2 varietas Kale yang sebaiknya diproduksi di
Kebun Cipanas yaitu Kale Curly dan Kale Nero.
5. Total biaya produksi yang dikeluarkan PT. Kebun Pangan Jaya untuk
melakukan produksi secara optimal yaitu sebanyak Rp 17.809.790,- . Jumlah
biaya tersebut lebih kecil dibandingkan dengan total biaya produksi yang
harus dikeluarkan PT. Kebun Pangan Jaya dalam keadaan aktual, yaitu
sebesar Rp 22.818.958,- . Selanjutnya yaitu dari produksi secara optimal
perusahaan nantinya juga akan mendapatkan keuntungan lebih yaitu sebesar
Rp 189.413,- . Jika disatukan dengan total biaya yang berhasil dihemat,
maka nantinya dari produksi optimal perusahaan dapat mendapatkan total
keuntungan sebesar Rp 5.198.611,- .
6.2. Saran
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, terdapat beberapa saran
yang sebaiknya diperhatikan oleh perusahaan dalam perencanaan produksi aneka
varietas sayuran Lettuce dan Kale, yaitu:
195
1. Sebaiknya data-data PO atau permintaan oleh manajemen PT. Kebun
Pangan Jaya dibukukan dengan baik, agar nantinya dalam melakukan
estimasi permintaan untuk perencanaan produksi selanjutnya bisa lebih
mudah dan lebih nyata dengan melihat permintaan pasar yang sebenarnya.
2. Dalam penelitian ini diketahui terdapat beberapa sumberdaya yang
jumlahnya langka atau habis terpakai dan sumberdaya tersebut berpengaruh
langsung terhadap keuntungan perusahaan. Sebaiknya perusahaan
menambah kapasitas sumberdaya tersebut agar nantinya keuntungan
perusahaan juga bisa bertambah.
3. Pada penelitian ini kontribusi margin dari tiap jenis sayuran yang dihitung
hanya margin kotor. Oleh karena itu dibutuhkan penelitian lebih lanjut
dengan memasukkan kontribusi margin utuh dari setiap produk.
4. Penelitian ini bisa digunakan sebagai acuan dalam membuat perencanaan
produksi sayuran Lettuce dan Kale hidroponik, karena berdasarkan hasil
produksi optimal nantinya perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang
lebih besar dibandingkan pada kondisi aktual.
DAFTAR PUSTAKA
Aminudin. 2005. Prinsip-Prinsip Riset Operasi. Erlangga. Jakarta.
Ashari, Sumeru. 1995. Hortikultura Asepk Budaya. Penerbit Universitas
Indonesia. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2012. Penduduk Indonesia menurut Provinsi 1990, 1995,
2000 dan 2010.
https://www.bps.go.id/statictable/2009/02/20/1267/penduduk-indonesia-
menurut-provinsi-1990-1995-2000-dan-2010.html. Diakses pada tanggal 3
Januari 2019, Pukul 11:24 WIB.
Biegel, John E. 1992. Pengendalian Produksi: Suatu Pendekatan Kuantitatif.
Penerbit Akademika Pressindo. Jakarta.
E. Kristen. 2018. The Secret To Perfect Kale Chips [Artikel].
https://www.chatelaine.com/food/kitchen-tips/the-secret-to-perfect-kale-
chips/. Diakses pada tanggal 2 Januari 2019, Pukul 09:24 WIB.
Fahmi, Irham. 2012. Manajemen Produksi dan Operasi. Penerbit CV Alfabeta.
Bandung.
Faqih, Achmad. 2016. Kependudukan: Teori, Fakta dan Masalah. Dee Publish.
Yogyakarta.
Gardjito, M., Handayani, W., Salfarino Ryan. 2015. Penanganan Segar
Hortikultura Untuk Penyimpanan Dan Pemasaran. Kencana. Jakarta.
Gilarso, T. 2004. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. Kanisius. Yogyakarta.
Gumbira E. Sa’id & Harizt Intan. 2004. Manajemen Agribisnis. Ghalia Indonesia.
Jakarta.
Handoko. 2000. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. BPFE.
Yogyakarta.
Heizer dan Render. 2005. Manajemen Operasi (Jilid I, Terjemahan).
Karyasalemba Empat. Jakarta.
Herjanto, Eddy. 2007. Manajemen Operasi. Grasindo. Jakarta.
Herwibowo, Kunto & Budiana. 2014. Hidroponik Sayuran untuk Hobi dan Bisnis.
Penebar Swadaya Grup. Jakarta.
197
Hestianingsih. 2011. Rajin Makan Selada Bisa Bantu Cegah Kanker [Artikel].
https://m.detik.com/wolipop/health-and-diet/d-165827/rajin-makan-selada-
bisa-bantu-cegah-kanker. Diakses pada tanggal 8 Januari 2019, Pukul
08:30 WIB.
Iswardani, Wiwin. 2011. Perencanaan Produksi Sayuran Hidroponik Parung
Farm di Unit Kebun Parung-Bogor [Skripsi]. Prodi Agribisnis, Fakultas
Sains dan Teknologi, UIN. Jakarta.
Kementrian Pertanian. 2017. Statistik Pertanian 2017. Pusat Data dan Sistem
Informasi Pertanian Kementrian Pertanian Republik Indonesia.
Kumparan. 2018. Baik untuk Pencernaan, Ini Alasan Kenapa Kamu Harus
Konsumsi Kale [Artikel]. https://m.kumparan.com/the-sonet/baik-untuk-
pencernaan-ini-alasan-kenapa-kamu-harus-konsumsi-kale-
1540983742562007034. Diakses pada tanggal 8 Januari 2019, Pukul 08:29
WIB.
Lingga, Pinus. 1991. Hidroponik: Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Maulidah, Silvana. 2012. Pengantar Manajemen Agribisnis. UB Press. Malang.
Mayawati, Chyntia. 2015. Perencanaan Produksi Sayuran Organik untuk
Memenuhi Kebutuhan Pasar Retail Modern di CV. Tani Organik Merapi
(TOM) Yogyakarta [Skripsi]. Jurusan Teknologi Industri Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian, UGM. Yogyakarta.
Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.
Nasution, Arman Hakim. 2006. Manajemen Industri. Penerbit CV. Andi Offset.
Yogyakarta.
Poerwanto, Roedhy dan Anas D. Susila. 2013. Seri 1 Hortikultura Tropika
Teknologi Hortikultura. IPB Press. Bogor.
Prasetya, H. & Fitri Lukiastuti. 2009. Manajemen Operasi. Media Presindo.
Yogyakarta.
PT. Kebun Pangan Jaya (Kebun Sayur). 2018. Data Kebun Sayur. Pamulang
[Tidak dipublikasi].
Rizki. 2014. Perencanaan Produksi Sayuran Hidroponik Pada PT. Kebun Sayur
Segar (Parung Farm), Bogor, Jawa Barat [Skripsi]. IPB. Bogor.
198
Rubatzky, V., Mas Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia: Prinsip, Produksi, Dan
Gizi. Penerbit ITB. Bandung.
Siahaya, Willem. 2015. Sukses Supply Chain Management Akses Demand Chain
Management. In Media. Jakarta
Singgih, Santoso. 2009. Business Forecasting Metode Peramalan Bisnis Masa
Kini dengan Minitab dan SPSS. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Sinulingga, Sukaria. 2013. Perencanaan & Pengendalian Produksi. Penerbit
Graha Ilmu. Yogyakarta.
Siswanto. 2007. Riset Operasi Jilid I. Erlangga. Jakarta.
Soekartawi. 2016. Analisis Usahatani. UI-Press. Jakarta.
Soeseno, Slamet. 1999. Bisnis Sayuran Hidroponik. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Sumoprastowo. 2000. Memilih dan Menyimpan Bahan Makanan. Penerbit Bumi
Aksara. Jakarta.
Supranto, Johannes. 2009. Riset Operasi Untuk Pengambilan Keputusan. Penerbit
Universitas Indonesia. Jakarta.
Tampubolon. 2004. Manajemen Operasional. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta
Trihandono, Mokhamad Carnegie. 2017. Optimalisai Usahatani Sayuran
Hidroponik Kasus Carnegie Hydroponics Kecamatan Ciseeng Kabupaten
Bogor [Skripsi]. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, IPB. Bogor.
Wastra, Akhmad Riyadi & Mahbubi A. 2013. Risiko Agribsinis. Gaung Persada
Press Group. Jakarta.
Wijaya, Andi. 2013. Pengantar Riset Operasi. Penerbit Mitrawacana Media.
Jakarta.
Wijaya, Ketut Anom. 2012. Pengantar Agronomi Sayuran. PT. Prestasi
Pustakaraya. Jakarta.
Wisnubrata. 2017. 4 Efek Samping Akibat Terlalu Banyak Makan Daging
[Artikel]. https://lifestyle.kompas.com/read/2017/08/31/170000820/4-
efek-samping-akibat-terlalu-banyak-makan-daging. Diakses pada tanggal
8 Januari 2019, Pukul 08:02 WIB.
199
LAMPIRAN
200
Lampiran 1. Panduan Wawancara
PANDUAN WAWANCARA
1. DATA INFORMAN
Nama :
Jenis Kelamin : L/P
Jabatan :
Alamat :
2. DAFTAR PERTANYAAN
a. Profil PT. Kebun Pangan Jaya
1. Bagaimana sejarah berdirinya PT. Kebun Pangan Jaya?
Jawaban:
2. Apa visi, misi, dan tujuan dari PT. Kebun Pangan Jaya?
Jawaban:
3. Bagaimana struktur organisasi PT. Kebun Pangan Jaya?
Jawaban:
4. Apa saja bidang usaha dari PT. Kebun Pangan Jaya?
Jawaban:
5. Bagaimana alur produksi dalam memproduksi Lettuce dan Kale di unit
usaha Kebun Sayur PT. Kebun Pangan Jaya?
Jawaban:
b. Kebutuhan Benih
6. Apa nama merk benih yang digunakan?
Jawaban:
7. Berapa isi dan harga dari perpacknya?
Jawaban:
8. Berapa tingkat pertumbuhan dari benih tersebut?
Jawaban:
9. Termasuk ke dalam jenis apa benih tersebut?
Jawaban:
10. Mengapa menggunakan benih tersebut?
Jawaban:
11. Berapa banyak benih yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit
tanaman?
Jawaban:
c. Kebutuhan Nutrisi AB Mix
12. Apa nama merk nutrisi yang digunakan?
Jawaban:
13. Berapa isi dan harga dari persetnya?
201
Jawaban:
14. Bahan apa saja yang terkandung dalam nutrisi tersebut?
Jawaban:
15. Kapan waktu pemberian nutrisi untuk tanaman?
Jawaban:
16. Berapa liter nutrisi yang dibutuhkan dalam sehari?
Jawaban:
17. Berapa banyak nutrisi yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit
tanaman?
Jawaban:
d. Kebutuhan Media Tanam Rockwoll
18. Apa nama merk rockwool yang digunakan?
Jawaban:
19. Berapa harga dari perbalnya?
Jawaban:
20. Berapa berat perbalnya?
Jawaban:
21. Dalam satu bal, dapat dijadikan menjadi berapa kotak media tanam
rockwool yang siap pakai?
Jawaban:
22. Mengapa memilih untuk menggunakan media tanam rockwool?
Jawaban:
e. Kebutuhan Jumlah Lubang Tanam/Hol
27. Berapa jumlah lubang tanam yang terdapat dalam satu meja produksi?
Jawaban:
28 Berapa biaya yang dikeluarkan dalam pembuatan satu meja produksi
tersebut?
Jawaban:
29. Berapa panjang meja produksi tersebut?
Jawaban:
f. Kebutuhan Tenaga Kerja
30. Berapa jumlah tenaga kerja di unit usaha kebun sayur ini?
Jawaban:
31. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja dala satu bulan?
Jawaban:
32. Mulai dan sampai dengan jam berapa tenaga kerja bekerja dalam
seharinya?
Jawaban:
202
Lampiran 2. Data Penjualan Sayuran Lettuce dan Kale Tahun 2017
Jenis Sayuran Penjualan 2017 (Unit Tanaman)
Total Rata-Rata Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Lollobionda 374 606 675 528 1209 860 952 753 1201 1055 1254 858 10325 860,4
Lollorossa 764 519 998 1126 1341 1398 1691 1783 1232 979 1349 1148 14328 1194,1
Romaine 1028 1235 1285 1625 1570 1219 948 754 819 1631 1873 1003 14990 1249,2
Green Oaklef 331 504 700 496 879 648 750 735 860 782 1020 876 8581 715,1
Red Oaklef 336 754 456 422 802 806 1020 894 790 1156 905 364 8705 725,4
Endive 276 666 566 424 284 128 8 70 58 86 128 162 2856 238,1
Butterhead 356 621 600 510 588 530 683 752 600 589 748 486 7063 588,6
Kale Curly 764 208 428 162 990 1876 2086 1928 1222 1452 1340 572 13028 1085,7
Kale Siberian 986 492 928 270 532 20 102 20 0 40 300 60 3750 312,5
Kale Nero 10 0 80 0 80 80 6 92 228 96 174 76 922 76,8
Total 5225 5605 6716 5563 8275 7565 8246 7781 7010 7866 9091 5605
Rata-Rata 522,5 560,5 671,6 556,3 827,5 756,5 824,6 778,1 701 786,6 909,1 560,5
Sumber: PT. Kebun Pangan Jaya 2018 (Diolah)
Keterangan: Kolom (14)=Jumlah Kolom (2) s/d Kolom (13) ;
Kolom (15)=Rata-Rata Kolom (2) s/d Kolom (13) ;
Kolom (16)=Rata-Rata / Total Rata-Rata ;
Kolom (17)=Kolom (16) x Jumlah Jam Tenaga Kerja Sebulan (400 jam) ;
Kolom (18)=Kolom (17) / Kolom (15) ;
Kolom (19)=Kolom (16) x Jumlah Biaya Tenaga Kerja Sebulan (Rp 3.750.000) ;
Kolom (20)=Kolom (19) / Kolom (15)
202
Lampiran 3. Data Permintaan Sayuran Lettuce dan Kale Bulan April, Mei, dan Juni 2018
Sayuran
April 2018 Selisih
(unit)
Mei 2018 Selisih
(unit)
Juni 2018 Selisih
(unit) PO
(unit)
Penjualan
(unit)
PO
(unit)
Penjualan
(unit)
PO
(unit)
Penjualan
(unit)
Lollobionda 1194 1172 22 656 608 48 764 696 68
Lollorossa 1744 1727 17 1244 1182 62 1662 1622 40
Romaine 1160 1124 36 1052 1006 46 1060 994 66
Green Oaklef 806 787 19 612 580 32 924 886 38
Red Oaklef 870 854 16 720 680 40 708 682 26
Endive 154 0 154 146 0 146 66 0 66
Butterhead 830 807 23 520 482 38 498 450 48
Kale Curly 1546 1513 33 1294 1232 62 990 878 112
Kale Siberian 64 14 50 200 6 194 164 88 76
Kale Nero 120 0 120 96 50 46 144 0 144
Jumlah 8488 7998 490 6540 5826 714 6980 6296 684
Sumber: PT. Kebun Pangan Jaya 2018 (Diolah)
203
204
(1) (a)
(1)
(1) (a)
(a)
(1)
(1)
(1)
Lampiran 4. Skema dan Gambar Instalasi Hidroponik PT. Kebun Pangan
Jaya (Kebun Sayur)
a. Fase N1
(2)
(1) Skema Gully Fase N1 ; (2) Gambar Gully Fase N1 Sumber: Observasi, Agustus 2018
b. Fase N2
(2)
(1) Skema Gully Fase N2 ; (2) Gambar Gully Fase N2 Sumber: Observasi, Juli 2018
c. Fase Dewasa
(2)
(1) Skema Gully Fase Dewasa ; (2) Gambar Gully Fase Dewasa Sumber: Observasi, Juli 2018
205
Lampiran 5. Gambar Produk Sayuran PT. Kebun Pangan Jaya
a. Sayuran Daun
Sumber: Observasi, Juli s/d Agustus 2018
b. Sayuran Buah
Tomat Cherry
Sumber: Observasi, Juli 2018
c. Tanaman Herbal
Aneka Jenis Tanamn Herbal dalam Pot
Sumber: Observasi, Juli 2018
Lollobionda Lollorossa Romaine
Green Oaklef Red Oaklef Endive
Butterhead Kale Curly
Kale Siberian Kale Nero
206
Lampiran 6. Gambar Kemasan Produk Sayuran Lettuce dan Kale PT.
Kebun Pangan Jaya
a. Kemasan Bucket
Sumber: Observasi, Juli 2018
b. Kemasan Seal
Sumber: Observasi, Juli 2018
Lam
pir
an
7. D
ata
Pro
du
ksi
An
eka S
ayu
ran
Let
tuce
dan
Kale
PT
. K
ebu
n P
an
gan
Jaya T
ah
un
2017
a.D
ata
Pro
duksi
Say
ura
n L
ettu
ce d
an K
ale
di
Tig
a K
ebun P
roduksi
PT
. K
ebun P
angan
Jaya
Bula
n J
anuar
i s/
d J
uni
2017
Jenis
Sayura
n
Pro
duksi
(H
asi
l P
anen
) 2
01
7 (
Unit
Tan
am
an)
Januar
i F
ebru
ari
Mar
et
Ap
ril
Mei
Ju
ni
Juli
CP
P
M
CS
C
P
PM
C
S
CP
P
M
CS
C
P
PM
C
S
CP
P
M
CS
C
P
PM
C
S
CP
P
M
CS
Lo
llo
bio
nd
a 1
94
18
0
0
16
4
44
2
0
14
4
53
1
0
20
50
8
0
36
4
84
5
0
58
4
27
6
0
37
6
57
6
0
Lo
llo
ross
a
21
0
55
4
0
84
43
5
0
36
0
63
8
0
23
6
89
0
0
38
0
96
1
0
56
4
83
4
0
10
44
64
7
0
Ro
mai
ne
16
4
86
4
0
24
2
99
3
0
34
6
93
9
0
15
6
14
69
0
68
0
89
0
0
80
4
41
5
0
82
0
12
8
0
Gre
en O
akle
f 3
6
29
5
0
80
42
4
0
27
8
42
2
0
80
41
6
0
35
2
52
7
0
47
6
17
2
0
40
4
34
6
0
Red
Oak
lef
16
2
17
4
0
28
2
47
2
0
56
40
0
0
10
41
2
0
88
71
4
0
27
6
53
0
0
62
8
39
2
0
End
ive
36
24
0
0
52
0
14
6
0
82
48
4
0
48
37
6
0
46
0
0
0
20
4
0
0
0
8
0
Butt
erhea
d
0
35
6
0
17
8
44
3
0
11
2
48
8
0
44
46
6
0
45
2
13
6
0
68
0
0
0
24
0
44
3
0
Kal
e C
url
y
33
8
0
42
6
0
0
20
8
0
0
42
8
0
0
16
2
92
4
0
82
78
0
0
10
96
14
44
0
64
2
Kal
e S
iber
ian
0
7
00
28
6
0
23
6
25
6
0
70
0
22
8
0
14
8
12
2
0
36
8
16
4
0
0
22
0
0
10
4
Kal
e N
ero
2
0
0
0
0
0
0
10
0
0
0
0
0
0
15
2
0
0
96
0
0
20
0
0
To
tal
11
60
33
63
71
2
15
50
35
91
46
4
14
78
46
02
65
6
59
4
46
85
28
4
38
52
44
41
24
6
44
64
22
27
11
18
49
76
25
40
74
6
Rat
a-R
ata
11
6
33
6,3
7
1,2
1
55
35
9,1
4
6,4
1
47
,8
46
0,2
6
5,6
5
9,4
4
68
,5
28
,4
38
5,2
4
44
,1
24
,6
44
6,4
2
22
,7
11
1,8
4
97
,6
25
4
74
,6
Sum
ber
: P
T.
Keb
un P
angan
Jay
a 2
018
(D
iola
h)
Ket
eran
gan
: C
P=
Cip
anas
; P
M=
Pam
ula
ng ;
CS
=C
isee
ng
207
b.
Dat
a P
roduksi
Say
ura
n L
ettu
ce d
an K
ale
di
Tig
a K
ebun P
roduksi
PT
. K
ebun P
angan
Jaya
Bula
n A
gust
us
s/d D
esem
ber
201
7 d
an T
ota
l S
elam
a S
etah
un
Jenis
Sayura
n
Pro
duksi
20
17
(U
nit
Tan
am
an
) T
ota
l
Ag
ust
us
Sep
tem
ber
O
kto
ber
N
ovem
ber
D
esem
ber
K
ebun
3
Keb
un
C
P
PM
C
S
CP
P
M
CS
C
P
PM
C
S
CP
P
M
CS
C
P
PM
C
S
Cip
anas
P
amula
ng
C
isee
ng
Lo
llo
bio
nd
a 2
52
50
1
0
36
8
83
3
0
89
6
15
9
0
32
0
93
4
0
50
4
35
4
0
4.1
86
6.1
39
0
10
.325
Lo
llo
ross
a
90
4
87
9
0
54
4
68
8
0
48
8
49
1
0
11
2
12
37
0
57
6
57
2
0
5.5
02
8.8
26
0
14
.328
Ro
mai
ne
76
0
0
0
55
6
26
3
0
15
44
87
0
10
60
81
3
0
69
6
30
7
0
7.8
28
7.1
68
0
14
.996
Gre
en O
akle
f 2
60
47
5
0
36
4
49
6
0
45
6
32
6
0
30
0
72
0
0
60
8
26
8
0
3.6
94
4.8
87
0
8.5
81
Red
Oak
lef
16
0
73
4
0
28
0
51
0
0
10
40
11
6
0
40
4
50
1
0
32
8
36
0
3.7
14
4.9
91
0
8.7
05
End
ive
68
2
0
72
0
0
13
6
0
0
16
0
0
0
18
0
0
0
1.9
66
1.2
56
0
3.2
22
Butt
erhea
d
33
2
42
0
0
16
8
43
2
0
36
8
22
1
0
33
6
41
2
0
34
4
14
2
0
3.2
54
3.9
59
0
7.2
13
Kal
e C
url
y
80
4
0
11
24
53
6
0
68
6
11
20
0
33
2
50
8
0
83
2
58
4
0
20
7.0
38
0
6.0
38
13
.076
Kal
e S
iber
ian
0
0
2
2
0
0
16
0
0
80
0
0
32
0
0
0
80
0
2.1
52
1.7
00
3.8
52
Kal
e N
ero
1
36
0
0
28
8
0
0
18
4
0
0
17
4
0
0
10
4
0
0
1.2
74
0
0
1.2
74
To
tal
36
76
30
11
11
46
31
76
32
22
70
2
62
32
14
00
41
2
33
74
46
17
11
52
39
24
16
79
10
0
38
.456
39
.378
7.7
38
85
.572
Rat
a-R
ata
36
7,6
3
01
,1
11
4,6
3
17
,6
32
2,2
7
0,2
6
23
,2
14
0
41
,2
33
7,4
4
61
,7
11
5,2
3
92
,4
16
7,9
1
0
3.8
45,6
3
93
7,8
7
73
,8
8.5
57,2
Sum
ber
: P
T.
Keb
un P
angan
Jay
a 2
018
(D
iola
h)
Ket
eran
gan
: C
P=
Cip
anas
; P
M=
Pam
ula
ng ;
CS
=C
isee
ng
208
Lam
pir
an
8.
Per
hit
un
gan
Laru
tan
Nu
tris
i A
B M
ix u
ntu
k S
atu
Un
it T
an
am
an
Let
tuce
dan
Kale
a.K
ebun P
amula
ng
Jenis
Sayura
n
(1)
Pro
duksi
Keb
un P
am
ula
ng 2
01
7 (
Unit
Tan
aman)
To
tal
(14
)
Rat
a
Rat
a
(15
)
%
(16
)
To
tal
Seb
ula
n
(ml)
(17
)
Nutr
isi/
Unit
(ml)
*
(18
)
To
tal
Seb
ula
n
(Rp
)
(19
)
Nutr
isi/
Unit
(Rp
)**
(20
)
Jan
(2)
Feb
(3)
Mar
et
(4)
Ap
ril
(5)
Mei
(6)
Juni
(7)
Juli
(8)
Agst
(9)
Sep
t
(10
)
Okt
(11
)
No
v
(12
)
Des
(13
)
Lo
llo
bio
nd
a 1
80
44
2
53
1
50
8
84
5
27
6
57
6
50
1
83
3
15
9
93
4
35
4
6.1
39
51
1,6
0
,15
5
18
.707
,9
36
,57
18
7.0
79
,1
36
5,6
9
Lo
llo
ross
a
55
4
43
5
63
8
89
0
96
1
83
4
64
7
87
9
68
8
49
1
1.2
37
57
2
8.8
26
73
5,5
0
,22
4
26
.896
,2
36
,57
26
8.9
62
,.3
36
5,6
9
Ro
mai
ne
86
4
99
3
93
9
14
69
89
0
41
5
12
8
0
26
3
87
81
3
30
7
7.1
68
59
7,3
0
,18
2
21
.843
,6
36
,57
21
8.4
36
,6
36
5,6
9
Gre
en
Oak
lef
29
5
42
4
42
2
41
6
52
7
17
2
34
6
47
5
49
6
32
6
72
0
26
8
4.8
87
40
7,2
0
,12
4
14
.892
,5
36
,57
14
8.9
25
,8
36
5,6
9
Red
Oak
lef
17
4
47
2
40
0
41
2
71
4
53
0
39
2
73
4
51
0
11
6
50
1
36
4.9
91
41
5,9
0
,12
6
15
.209
,5
36
,57
15
2.0
95
,1
36
5,6
9
End
ive
24
0
14
6
48
4
37
6
0
0
8
2
0
0
0
0
1.2
56
10
4,6
0
,03
1
3.8
27,5
3
6,5
7
38
.275
,1
36
5,6
9
Butt
erhea
d
35
6
44
3
48
8
46
6
13
6
0
44
3
42
0
43
2
22
1
41
2
14
2
3.9
59
32
9,9
0
,10
1
12
.064
,6
36
,57
12
0.6
46
,1
36
5,6
9
Kal
e
Sib
eria
n
70
0
23
6
70
0
14
8
36
8
0
0
0
0
0
0
0
2.1
52
17
9,3
0
,05
4
6.5
57,9
3
6,5
7
65
.579
,7
36
5,6
9
TO
TA
L
3.3
63
3.5
91
4.6
02
4.6
85
4.4
41
2.2
27
2.5
40
3.0
11
3.2
22
1.4
00
4.6
17
1.6
79
39
.378
3.2
81,5
1
1
20
.00
0
1.2
00.0
00
Sum
ber
: P
T.
Keb
un P
angan
Jay
a 2
018
(D
iola
h)
Ket
eran
gan
: Ko
lom
(1
4)=
Jum
lah
Ko
lom
(2
) s/
d K
olo
m (
13
) ;
Ko
lom
(1
5)=
Rat
a-R
ata
Ko
lom
(2
) s/
d K
olo
m (
13
) ;
Ko
lom
(1
6)=
Rat
a-R
ata
/ T
ota
l R
ata-
Rat
a ;
Ko
lom
(1
7)=
Ko
lom
(1
6)
x J
um
lah
Nu
tris
i S
ebu
lan
(1
20
.00
0m
l) ;
Ko
lom
(1
8)=
Ko
lom
(1
7)
/ K
olo
m (
15
) ;
Ko
lom
(1
9)=
Ko
lom
(1
6)
x J
um
lah
Bia
ya
Nu
tris
i S
ebu
lan (
Rp
1.2
00
.00
0)
;
Ko
lom
(2
0)=
Ko
lom
(1
9)
/ K
olo
m (
15
)
209
b.
Keb
un C
ipan
as
Jenis
Sayura
n
(1)
Pro
duksi
Keb
un C
ipan
as
20
17 (
Unit
Tan
am
an)
To
tal
(14
)
Rat
a
Rat
a
(15
)
%
(16
)
To
tal
Seb
ula
n
(ml)
(17
)
Nutr
isi/
Unit
(ml)
*
(18
)
To
tal
Seb
ula
n
(Rp
)
(19
)
Nutr
isi/
Unit
(Rp
)**
(20
)
Jan
(2)
Feb
(3)
Mar
et
(4)
Ap
ril
(5)
Mei
(6)
Juni
(7)
Juli
(8)
Agst
(9)
Sep
t
(10
)
Okt
(11
)
No
v
(12
)
Des
(13
)
Lo
llo
bio
nd
a 1
94
16
4
14
4
20
36
4
58
4
37
6
25
2
36
8
89
6
32
0
50
4
4.1
86
34
8,8
0
,10
8
13
.062
,2
37
,45
13
0.6
22
,1
37
4,4
5
Lo
llo
ross
a
21
0
84
36
0
23
6
38
0
56
4
10
44
90
4
54
4
48
8
11
2
57
6
5.5
02
45
8,5
0
,14
3
17
.168
,7
37
,45
17
1.6
87
,1
37
4,4
5
Ro
mai
ne
16
4
24
2
34
6
15
6
68
0
80
4
82
0
76
0
55
6
15
44
10
60
69
6
7.8
28
65
2,3
0
,20
3
24
.426
,8
37
,45
24
4.2
68
,7
37
4,4
5
Gre
en
Oak
lef
36
80
27
8
80
35
2
47
6
40
4
26
0
36
4
45
6
30
0
60
8
3.6
94
30
7,8
0
,09
6
11
.526
,9
37
,45
11
5.2
69
,4
37
4,4
5
Red
Oak
lef
16
2
28
2
56
10
88
27
6
62
8
16
0
28
0
10
40
40
4
32
8
3.7
14
30
9,5
0
,09
6
11
.589
,3
37
,45
11
5.8
93
,4
37
4,4
5
End
ive
36
52
0
82
48
46
0
20
4
0
68
72
13
6
16
0
18
0
1.9
66
16
3,8
0
,05
1
6.1
34,8
3
7,4
5
61
.348
,1
37
4,4
5
Butt
erhea
d
0
17
8
11
2
44
45
2
68
0
24
0
33
2
16
8
36
8
33
6
34
4
3.2
54
27
1,1
0
,08
4
10
.153
,9
37
,45
10
1.5
39
,4
37
4,4
5
Kal
e C
url
y
33
8
0
0
0
92
4
78
0
14
44
80
4
53
6
11
20
50
8
58
4
7.0
38
58
6,5
0
,18
3
21
.961
,7
37
,45
21
9.6
17
,2
37
4,4
5
Kal
e N
ero
2
0
0
10
0
0
15
2
96
20
13
6
28
8
18
4
17
4
10
4
1.2
74
10
6,1
0
,03
3
3.9
75,4
3
7,4
5
39
.754
,5
37
4,4
5
TO
TA
L
11
60
15
50
14
78
59
4
38
52
44
64
49
76
36
76
31
76
62
32
33
74
39
24
38
.456
3.2
04,6
1
1
20
.00
0
1.2
00.0
00
Sum
ber
: P
T.
Keb
un P
angan
Jay
a 2
018
(D
iola
h)
Ket
eran
gan
: Ko
lom
(1
4)=
Jum
lah
Ko
lom
(2
) s/
d K
olo
m (
13
) ;
Ko
lom
(1
5)=
Rat
a-R
ata
Ko
lom
(2
) s/
d K
olo
m (
13
) ;
Ko
lom
(1
6)=
Rat
a-R
ata
/ T
ota
l R
ata-
Rat
a ;
Ko
lom
(1
7)=
Ko
lom
(1
6)
x J
um
lah
Nu
tris
i S
ebu
lan
(1
20
.00
0m
l) ;
Ko
lom
(1
8)=
Ko
lom
(1
7)
/ K
olo
m (
15
) ;
Ko
lom
(1
9)=
Ko
lom
(1
6)
x J
um
lah
Bia
ya
Nu
tris
i S
ebu
lan (
Rp
1.2
00
.00
0)
;
Ko
lom
(2
0)=
Ko
lom
(1
9)
/ K
olo
m (
15
)
210
c.K
ebun C
isee
ng
Jenis
Sayura
n
(1)
Pro
duksi
Keb
un C
isee
ng 2
01
7 (
Unit
Tan
am
an)
To
tal
(14
)
Rat
a
Rat
a
(15
)
%
(16
)
To
tal
Seb
ula
n
(ml)
(17
)
Nutr
isi/
Unit
(ml)
*
(18
)
To
tal
Seb
ula
n
(Rp
)
(19
)
Nutr
isi/
Unit
(Rp
)**
(20
)
Jan
(2)
Feb
(3)
Mar
et
(4)
Ap
ril
(5)
Mei
(6)
Juni
(7)
Juli
(8)
Agst
(9)
Sep
t
(10
)
Okt
(11
)
No
v
(12
)
Des
(13
)
Kal
e C
url
y
42
6
20
8
42
8
16
2
82
10
96
64
2
11
24
68
6
33
2
83
2
20
6.0
38
50
3,1
0
,78
0
62
.424
,4
12
4,0
6
62
4.2
43
,9
1.2
40,6
Kal
e
Sib
eria
n
28
6
25
6
22
8
12
2
16
4
22
10
4
22
16
80
32
0
80
1.7
00
14
1,6
0
,21
9
17
.575
,6
12
4,0
6
17
5.7
56
,1
1.2
40,6
TO
TA
L
71
2
46
4
65
6
28
4
24
6
11
18
74
6
11
46
70
2
41
2
11
52
10
0
7.7
38
64
4.8
1
8
0.0
00
80
0.0
00
Sum
ber
: P
T.
Keb
un P
angan
Jay
a 2
018
(D
iola
h)
Ket
eran
gan
: Ko
lom
(1
4)=
Jum
lah
Ko
lom
(2
) s/
d K
olo
m (
13
) ;
Ko
lom
(1
5)=
Rat
a-R
ata
Ko
lom
(2
) s/
d K
olo
m (
13
) ;
Ko
lom
(1
6)=
Rat
a-R
ata
/ T
ota
l R
ata-
Rat
a ;
Ko
lom
(1
7)=
Ko
lom
(1
6)
x J
um
lah
Nu
tris
i S
ebu
lan
(8
0.0
00
ml)
;
Ko
lom
(1
8)=
Ko
lom
(1
7)
/ K
olo
m (
15
) ;
Ko
lom
(1
9)=
Ko
lom
(1
6)
x J
um
lah
Bia
ya
Nu
tris
i S
ebu
lan (
Rp
800
.00
0)
;
Ko
lom
(2
0)=
Ko
lom
(1
9)
/ K
olo
m (
15
)
211
Lam
pir
an
9.
Per
hit
un
gan
Jam
Ten
aga K
erja
un
tuk
Satu
Un
it T
an
am
an
Let
tuce
dan
Kale
a.K
ebun P
amula
ng
Jenis
Sayura
n
(1)
Pro
duksi
Keb
un P
am
ula
ng 2
01
7 (
Unit
Tan
aman)
To
tal
(14
)
Rat
a
Rat
a
(15
)
%
(16
)
To
tal
Seb
ula
n
(Jam
)
(17
)
Jam
ker
/
Unit
(Jam
)*
(18
)
To
tal
Seb
ula
n
(Rp
)
(19
)
Jam
ker
/
Unit
(Rp
)**
*
(20
)
Jan
(2)
Feb
(3)
Mar
et
(4)
Ap
ril
(5)
Mei
(6)
Juni
(7)
Juli
(8)
Agst
(9)
Sep
t
(10
)
Okt
(11
)
No
v
(12
)
Des
(13
)
Lo
llo
bio
nd
a 1
80
44
2
53
1
50
8
84
5
27
6
57
6
50
1
83
3
15
9
93
4
35
4
61
39
51
1,5
0
,15
5
93
.539
0,1
8
85
7.4
45
,8
1.6
76,0
6
Lo
llo
ross
a
55
4
43
5
63
8
89
0
96
1
83
4
64
7
87
9
68
8
49
1
12
37
57
2
88
26
73
5,5
0
,22
4
13
4.4
81
0,1
8
1.2
32.7
44
1.6
76,0
6
Ro
mai
ne
86
4
99
3
93
9
14
69
89
0
41
5
12
8
0
26
3
87
81
3
30
7
71
68
59
7,3
0
,18
2
10
9.2
18
0,1
8
1.0
01.1
68
1.6
76,0
6
Gre
en
Oak
lef
29
5
42
4
42
2
41
6
52
7
17
2
34
6
47
5
49
6
32
6
72
0
26
8
48
87
40
7,2
0
,12
4
74
.462
0,1
8
68
2.5
76
,6
1.6
76,0
6
Red
Oak
lef
17
4
47
2
40
0
41
2
71
4
53
0
39
2
73
4
51
0
11
6
50
1
36
49
91
41
5,9
0
,12
6
76
.047
0,1
8
69
7.1
02
,4
1.6
76,0
6
End
ive
24
0
14
6
48
4
37
6
0
0
8
2
0
0
0
0
12
56
10
4,6
0
,03
1
19
.137
0,1
8
17
5.4
27
,9
1.6
76,0
6
Butt
erhea
d
35
6
44
3
48
8
46
6
13
6
0
44
3
42
0
43
2
22
1
41
2
14
2
39
59
32
9,9
0
,10
1
60
.323
0,1
8
55
2.9
61
1.6
76,0
6
Kal
e
Sib
eria
n
70
0
23
6
70
0
14
8
36
8
0
0
0
0
0
0
0
21
52
17
9,3
0
,05
4
32
.789
0,1
8
30
0.5
73
,9
1.6
76,0
6
To
tal
33
63
35
91
46
02
46
85
44
41
22
27
25
40
30
11
32
22
14
00
46
17
16
79
39
.378
32
81
,5
1
60
0
5.5
00.0
00
Sum
ber
: P
T.
Keb
un P
angan
Jay
a 2
018
(D
iola
h)
Ket
eran
gan
: Ko
lom
(1
4)=
Jum
lah
Ko
lom
(2
) s/
d K
olo
m (
13
) ;
Ko
lom
(1
5)=
Rat
a-R
ata
Ko
lom
(2
) s/
d K
olo
m (
13
) ;
Ko
lom
(1
6)=
Rat
a-R
ata
/ T
ota
l R
ata-
Rat
a ;
Ko
lom
(1
7)=
Ko
lom
(1
6)
x J
um
lah
Jam
Ten
aga
Ker
ja S
ebu
lan
(6
00 j
am)
;
Ko
lom
(1
8)=
Ko
lom
(1
7)
/ K
olo
m (
15
) ;
Ko
lom
(1
9)=
Ko
lom
(1
6)
x J
um
lah
Bia
ya
Ten
aga
Ker
ja S
ebu
lan
(R
p 5
.500
.000
) ;
Ko
lom
(2
0)=
Ko
lom
(1
9)
/ K
olo
m (
15
)
212
b.
Keb
un C
ipan
as
Jenis
Sayura
n
(1)
Pro
duksi
Keb
un C
ipan
as
20
17 (
Unit
Tan
am
an)
To
tal
(14
)
Rat
a
Rat
a
(15
)
%
(16
)
To
tal
Seb
ula
n
(Jam
)
(17
)
Jam
ker
/
Unit
(Jam
)*
(18
)
To
tal
Seb
ula
n
(Rp
)
(19
)
Jam
ker
/
Unit
(Rp
)**
*
(20
)
Jan
(2)
Feb
(3)
Mar
et
(4)
Ap
ri l (5)
Mei
(6)
Juni
(7)
Juli
(8)
Agst
(9)
Sep
t
(10
)
Okt
(11
)
No
v
(12
)
Des
(13
)
Lo
llo
bio
nd
a 1
94
16
4
14
4
20
36
4
58
4
37
6
25
2
36
8
89
6
32
0
50
4
41
86
34
8,8
0
,10
8
87
.094
0,2
5
78
9.2
97
,
8
2.2
62,6
8
Lo
llo
ross
a
21
0
84
36
0
23
6
38
0
56
4
10
44
90
4
54
4
48
8
11
2
57
6
55
02
45
8,5
0
,14
3
11
4.4
75
0,2
5
1.0
37.4
3
8
2.2
62,6
8
Ro
mai
ne
16
4
24
2
34
6
15
6
68
0
80
4
82
0
76
0
55
6
15
44
10
60
69
6
78
28
65
2,3
0
,20
3
16
2.8
71
0,2
5
1.4
76.0
2
1
2.2
62,6
8
Gre
en
Oak
lef
36
80
27
8
80
35
2
47
6
40
4
26
0
36
4
45
6
30
0
60
8
36
94
30
7,8
0
,09
6
76
.858
0,2
5
69
6.5
28
2.2
62,6
8
Red
Oak
lef
16
2
28
2
56
10
88
27
6
62
8
16
0
28
0
10
40
40
4
32
8
37
14
30
9,5
0
,09
6
77
.274
0,2
5
70
0.2
99
,
1
2.2
62,6
8
End
ive
36
52
0
82
48
46
0
20
4
0
68
72
13
6
16
0
18
0
19
66
16
3,8
0
,05
1
40
.905
0,2
5
37
0.7
02
,
2
2.2
62,6
8
Butt
erhea
d
0
17
8
11
2
44
45
2
68
0
24
0
33
2
16
8
36
8
33
6
34
4
32
54
27
1,1
0
,08
4
67
.703
0,2
5
61
3.5
63
,
1
2.2
62,6
8
Kal
e C
url
y
33
8
0
0
0
92
4
78
0
14
44
80
4
53
6
11
20
50
8
58
4
70
38
58
6,5
0
,18
3
14
6.4
34
0,2
5
1.3
27.0
6
1
2.2
62,6
8
Kal
e N
ero
2
0
0
10
0
0
15
2
96
20
13
6
28
8
18
4
16
8
10
4
12
68
10
5,6
0
,03
2
26
.382
0,2
5
23
9.0
89
,
7
2.2
62,6
8
To
tal
11
60
15
50
14
78
59
4
38
5
2
44
64
49
76
36
76
31
76
62
32
33
68
39
2
4
38
.45
0
32
04
,
1
1
80
0
7.2
50.0
0
0
Sum
ber
: P
T.
Keb
un P
angan
Jay
a 2
018
(D
iola
h)
Ket
eran
gan
: Ko
lom
(1
4)=
Jum
lah
Ko
lom
(2
) s/
d K
olo
m (
13
) ;
Ko
lom
(1
5)=
Rat
a-R
ata
Ko
lom
(2
) s/
d K
olo
m (
13
) ;
Ko
lom
(1
6)=
Rat
a-R
ata
/ T
ota
l R
ata-
Rat
a ;
Ko
lom
(1
7)=
Ko
lom
(1
6)
x J
um
lah
Jam
Ten
aga
Ker
ja S
ebu
lan
(8
00 j
am)
;
Ko
lom
(1
8)=
Ko
lom
(1
7)
/ K
olo
m (
15
) ;
Ko
lom
(1
9)=
Ko
lom
(1
6)
x J
um
lah
Bia
ya
Ten
aga
Ker
ja S
ebu
lan
(R
p 7
.250
.000
) ;
Ko
lom
(2
0)=
Ko
lom
(1
9)
/ K
olo
m (
15
)
213
c.K
ebun C
isee
ng
Jenis
Sayura
n
(1)
Pro
duksi
Keb
un C
isee
ng 2
01
7 (
Unit
Tan
am
an)
To
tal
(14
)
Rat
a
Rat
a
(15
)
%
(16
)
To
tal
Seb
ula
n
(Jam
)
(17
)
Jam
ker
/
Unit
(Jam
)*
(18
)
To
tal
Seb
ula
n
(Rp
)
(19
)
Jam
ker
/
Unit
(Rp
)**
*
(20
)
Jan
(2)
Feb
(3)
Mar
et
(4)
Ap
ril
(5)
Mei
(6)
Juni
(7)
Juli
(8)
Agst
(9)
Sep
t
(10
)
Okt
(11
)
No
v
(12
)
Des
(13
)
Kal
e C
url
y
42
6
20
8
42
8
16
2
82
10
96
64
2
11
24
68
6
33
2
83
2
20
60
38
50
3,1
0
,78
1
31
2.1
22
0,6
2
2.9
26.1
44
5.8
15,4
6
Kal
e
Sib
eria
n
28
6
25
6
22
8
12
2
16
4
22
10
4
22
16
80
32
0
80
17
00
14
1,6
0
,21
9
87
.878
0,6
2
82
3.8
56
,3
5.8
15,4
6
To
tal
71
2
46
4
65
6
28
4
24
6
11
18
74
6
11
46
70
2
41
2
11
52
10
0
7.7
38
64
4,7
1
4
00
3.7
50.0
00
Sum
ber
: P
T.
Keb
un P
angan
Jay
a 2
018
(D
iola
h)
Ket
eran
gan
: Ko
lom
(1
4)=
Jum
lah
Ko
lom
(2
) s/
d K
olo
m (
13
) ;
Ko
lom
(1
5)=
Rat
a-R
ata
Ko
lom
(2
) s/
d K
olo
m (
13
) ;
Ko
lom
(1
6)=
Rat
a-R
ata
/ T
ota
l R
ata-
Rat
a ;
Ko
lom
(1
7)=
Ko
lom
(1
6)
x J
um
lah
Jam
Ten
aga
Ker
ja S
ebu
lan
(4
00 j
am)
;
Ko
lom
(1
8)=
Ko
lom
(1
7)
/ K
olo
m (
15
) ;
Ko
lom
(1
9)=
Ko
lom
(1
6)
x J
um
lah
Bia
ya
Ten
aga
Ker
ja S
ebu
lan
(R
p 3
.750
.000
) ;
Ko
lom
(2
0)=
Ko
lom
(1
9)
/ K
olo
m (
15
)
214
215
Lampiran 10. Output Hasil Olahan Lindo
a. Primal
b. Dual
216
c. Sensitivitas (Perubahan Nilai Margin)
d. Sensitivitas (Perubahan Jumlah Kapasitas Sumberdaya dan Permintaan Pasar)
top related