perancangan kawasan mix-used dengan pendeketan transit
Post on 25-Oct-2021
3 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Journal of Architecture and Urbanism Research, 4 (1) (2020): 1-14
JAUR, Vol. 4 (1) Oktober (2020) ISSN: 2599-0179 (Print) ISSN: 2599-0160 (Online)
JOURNAL OF ARCHITECUTRE AND URBANISM RESEARCH
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/jaur
Perancangan Kawasan Mix-Used dengan Pendeketan Transit
Oriented Development (TOD) di Pekanbaru
Mix-Used Planning Area With the theme of Transit Oriented Development (TOD) in Pekanbaru
Ratna Dilla Sukma1), Yohannes Firzal2) & Wahyu Hidayat3)*
1)Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Riau, Indonesia
2) Dosen Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Riau, Indonesia 3) Dosen Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Riau, Indonesia
Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Medan Area, Indonesia
Diterima: Maret 2020; Disetujui: Oktober 2020; Dipublikasi: 31 Oktober 2020
*Corresponding author: ratna.dilla6011@student.unri.ac.id
Abstrak Pekanbaru adalah kota dengan jumlah penduduk terpadat di Provinsi Riau dengan menyentuh 1.064.566 orang pada tahun 2016 (BPS, 2017). Selain itu, berdasarkan data dari BPS Kota Pekanbaru (2015), Kota Pekanbaru adalah kota dengan kepadatan kendaraan bermotor terbesar di Provinsi Riau dengan total 10.594,1 kendaraan, ini adalah salah satu faktor yang menyebabkan penyebaran di Kota Pekanbaru. Selain itu, faktor-faktor pertumbuhan populasi, urban sprawl, dan perilaku masyarakat konsumtif berdampak pada peningkatan mobilitas dalam tingkat perjalanan, jarak perjalanan, dan waktu perjalanan kendaraan. Perancangan Transit Oriented Development (TOD) mengacu pada pengembangan integritas transit dengan fungsi mix-used, dan menyesuaikan penggunaan lahan yang ada untuk mengurangi beberapa masalah yang ada di daerah perkotaan. Strategi konsep yang digunakan untuk memprioritaskan faktor konektivitas, kepadatan, dan campuran di area Terminal BRPS Pekanbaru yang merupakan titik transisi untuk moda transportasi umum Pekanbaru, untuk mengelola penggunaan lahan, dan integrasi mendukung semua kegiatan di daerah tersebut Adapun tuuan penelitian Kawasan Mix- Used merupakan memberikan satu solusi upaya pendekatan perancangan yang berusaha menyatukan berbagai aktivitas dan fungsi di bagian area suatu kota dengan luas area yang terbatas. MetodePenelitian yang dipakai adalah metode kualitatif dan kuantitatif.
Kata Kunci : Pekanbaru, Mix-Used, Transit Oriented Development (TOD).
Abstract Pekanbaru is a city with the most populous population in Riau Province by touching 1,064,566 people in
2016 (BPS, 2017). In addition, based on data from BPS Kota Pekanbaru (2015), Pekanbaru City is the
largest density’s city of motor vehicles in Riau Province with a total of 10,594.1 vehicles, this is one of the
factors causing sprawl in Pekanbaru City. In addition, factors of population growth, urban sprawl, and
consumptive community behavior have an impact on increasing mobility in travel rates, travel distances
and vehicle travel times. The design of Transit Oriented Development (TOD) refers to the development of
the integrity of transit with Mix-usedarea, and adjusting existing land use to reduce some of the problems
that exist in urban areas. The concept strategy used to prioritize factors of connectivity, density, and mix in
Ratna D, Yohannes F, Wahyu H , Perancangan Kawasan Mix Use dengan Pendekatan TOD
2
Pekanbaru BRPS Terminal area which is a transition point for public transportation mode of Pekanbaru,
to management the land use, and the integration of supporting all activities in the area. The research
objective of the Mix-Used Area is to provide a solution for a design approach that seeks to unify various
activities and functions in the area of a city with a limited area. The research method used is qualitative
and quantitative methods.
Keywords: Pekanbaru, Mix-Used, Transit Oriented Development (TOD)
How to Cite : Sukma, Ratna Dilla, Yohannes F, & Wahyu H. (2020). Perancangan Kawasan Mix-Used dengan Pendekatan Transit Oriented Development (TOD) di Pekanbaru. JAUR (Journal of Architecture and Urbanism Research). 4 (1): 1-14
3
PENDAHULUAN
Salah satu dampak dari tingginya
jumah penduduk Provinsi Riau khususnya
Kota Pekanbaru adalah meningkatnya
angka urbanisasi pada kawasan perkotaan
yang merupakan pusat dari kegiatan sosial,
dan ekonomi. Dari segi sosial, kepadatan
penduduk yang ada sangat mungkin
menyebabkan terjadinya urban sprawl.
Kegiatan masyarakat perkotaan yang
beragam membutuhkan sarana fungsi
terbangun yang sesuai dengan berbagai
kebutuhan, sedangkan kebanyakan lahan
terbangun berfungsi tunggal.
Selain itu, menurut Badan
Kepegawaian dan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Kota Pekanbaru
(BKPSDM,2017) konsep dasar pada Visi
Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Kota Pekanbaru tahun 2017-2022, yaitu
“Terwujudnya Pekanbaru Sebagai Smart
City Yang Madani”, sebuah tatanan kota
yang menggunakan sistem teknologi
informasi sehingga memudahkan di dalam
pengelolaan kota dan pelayanan.
Perkembangan mobilitas dan
dinamika kota yang berakibat pada
meningkatnya pergerakan aktifitas
masyarakat perkotaan yang menghasilkan
hubungan antar tempat yang akan
mempengaruhi pola tata guna lahan pada
suatu kawasan perkotaan. Hubungan antar
tempat tersebut tidak lepas dari penyediaan
sarana transportasi umum, dan fasilitas
pendukung lainnya sebagai penunjang
dalam pengembangan kota.
Kota Pekanbaru merupakan kota
dengan kepadatan kendaraan bermotor
terbesar di Provinsi Riau dengan jumlah
total 10.594,1 kendaraan (BPS, 2015).
Melonjaknya tingkat pemakaian kendaraan
terjadi dikarenakan beberapa faktor
diantaranya kurangnya kesadaran akan
efisiensi pemakaian tansportasi umum bagi
pengembangan kota, fasilitas transportasi
umum yang kurang memadai, serta rasa
bangga secara psikologis seseorang akan
mengenakan kendaraan pribadi. Faktor
tersebut mengakibatkan timbulnya
permasalahan perkotaan yang kompleks
seperti kemacetan, peningkatan emisi gas
karbondioksida, polusi suara, dan
pemakaian berlebih energi sumber daya tak
terbarukan. Selain itu permasalahan sosial
timbul akibat tidak adanya fasilitas ruang
publik yang ramah lingkungan sebagai
wadah pertemuan dan interaksi sosial
masyarakat, karena maraknya
pengalihfungsian lahan menjadi tempat
parkir ataupun jalan.
Menurut Calthrope (1992), Transit
Oriented Development (TOD) adalah sebuah
komunitas bangunan mix-use yang
mendorong masyarakat untuk tinggal dan
beraktifitas di area kawasan yang memiliki
fasilitas transportasi umum dan
menurunkan kebiasaan masyarakat
mengendarai mobil pribadi. Transit Oriented
Development (TOD) merupakan sistem
perencanaan berkelanjutan sebuah kota.
Perancangan mengacu pada
pengembangan integritas dari sebuah
kawasan transit dengan kawasan mix-used,
dan penyesuaian tata guna lahan yang ada
sehingga dapat mengurangi beberapa
permasalahan kawasan perkotaan.
Diperlukan peningkatan berbagai aspek
seperti fasilitas pejalan kaki, dan fasilitas
transportasi moda angkutan umum yang
ada, serta fasilitas penunjang berbagai
kegiatan lainnya.
Menurut Rambe (2018) menyatakan
Pariwisata adalah suatu fenomena yang
ditimbulkan oleh bentuk kegiatan manusia,
yaitu kegiatan melakukan perjalanan (travel)
(Kodhyat, 1996). Potensi wisata yang
berasal dari sejarah meliputi obyek wisata
peninggalan-peninggalan sejarah dan
Ratna D, Yohannes F, Wahyu H , Perancangan Kawasan Mix Use dengan Pendekatan TOD
4
budaya. Dalam dunia pariwisata istilah
obyek wisata mempunyai pengertian
sebagai sesuatu yang menjadi daya tarik
bagi seseorang atau calon wisatawan untuk
berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata.
Ada beberapa sumber atau jenis obyek yang
dapat dijadikan sebagai daya tarik bagi
seseorang untuk datang berkunjung ke
daerah tujuan wisata, sumber-sumber
tersebut antara lain :
a) Sumber-sumber yang bersifat
alamiah (natural resources)
b) Sumber-sumber yang bersifat
manusia (human resources)
c) Sumber-sumber buatan manusia
(man made resources) Adapun permasalahan yang akan
dikaji adalah sebagai berikut: (a) Bagaimana
merumuskan skema perancangan kawasan
Mix-used yang mengacu pada pendekatan
Transit Oriented Development (TOD)? (b)
Bagaimana penataan ruang kawasan Mix-
used dengan pendekatan Transit Oriented
Development (TOD)? (c) Bagaimana
merumuskan konsep perancangan Mix-used
pada kawasan transit?
Kawasan Mix- Used, merupakan suatu upaya
pendekatan perancangan yang berusaha
menyatukan berbagai aktivitas dan fungsi di
bagian area suatu kota dengan luas area
yang terbatas, harga beli tanah yang relatif
mahal, lokasi tanah yang strategis, serta
nilai ekonomi tinggi, menjadi sebuah
struktur yang kompleks dimana semua
fasilitas yang memiliki keterkaitan berada
dalam suatu kerangka integrasi yang kuat
(Marlina, 2008).
Transit Oriented Development , menurut
Calthrope (1993), sebuah komunitas
bangunan mix-used mendorong masyarakat
untuk tinggal dan beraktifitas di area
kawasan yang memiliki fasilitas transportasi
umum dan menurunkan kebiasaan
masyarakat mengendarai mobil pribadi.
Gambar 1. Konsep TOD Peter Calthrope Sumber : Calthrope, 1993
Terdapat dua model pengembangan
didalam Transit-Oriented Development (TOD)
menurut Calthorpe (1993), yaitu: a. Urban
Transit-Oriented Development, merupakan
Transit-Oriented Development (TOD) dengan
skala pelayanan kota pada jalur sirkulasi
utama transit seperti halte bus antar kota
dan stasiun kereta api baik light rail maupun
heavy rail,
Gambar 2. Tipologi Urban Transit-Oriented Development (TOD)
Sumber : Calthrope, 1993
b. Neighborhood Transit-Oriented,
Development (TOD), merupakan Transit-
Oriented Development (TOD) yang berlokasi
pada jalur bus feeder dengan jarak
jangkauan 10 menit berjalan (tidak lebih
dari 3 mil) dari titik transit.
Journal of Architecture and Urbanism Research, 4 (1) (2020): 1-14
5
Gambar 3. Tipologi Neighborhood Transit-Oriented Development (TOD)
Sumber : Calthrope, 1993
Tabel 1. Perbandingan Tipologi TOD Fungsi Urban TOD Neighborhood
TOD Fasilitas publik 5-15% 10-15% Komersial/perkantoran
30-70% 10-40%
Permukiman 20-60% 50-80% Sumber : Calthrope, 1993
Pertumbuhan perkotaan dengan pola
tata ruang yang rapat dan padat
mengakibatkan perancangan harus tumbuh
secara vertikal (densifikasi). Perkembangan
tersebut dengan memenuhi prinsip dasar
pembangunan perkotaan yang padat (dense)
dengan perancangan tata ruang yang rapat
(compact) dan menghadirkan berbagai
kegiatan dan aktivitas yang saling
berdekatan dan terhubung satu sama
lainnya dengan penggunaan transportasi
pribadi ke moda transportasi umum
(accessibility)
METODE PENELITIAN
Kawasan Mix-used merupakan
kompleks bangunan yang terdiri dari dua
atau lebih fungsi dalam satu area superblok.
Tujuannya agar terciptanya tata ruang kota
yang lebih efektif, efisien, dan
berkelanjutan. Kawasan Mix-used yang akan
dirancang di Pekanbaru menggunakan
pendekatan tema Transit-Oriented
Development (TOD) dengan
mempertimbangkan variabel yang
digunakan yaitu accessibility, density, dan mix,
karena variabel tersebut sudah
menggambarkan prinsip utama penerapan
Transit-Oriented Development (TOD) .
Strategi perancangan yang dilakukan
adalah mengkaji studi literatur, survei,
analisa fungsi, analisa site, mengkaji
prinsip desain Transit Oriented Development
(TOD), sehingga mendapatkan skematis
solusi desain, dan konsep perancangan.
Metode yang dipilih dalam
pengumpulan data primer yaitu data yang
secara langsung dapat diperoleh dari survei
lapangan. Sedangkan metode pengumpulan
data sekunder diperoleh dengan mencari
sumber literatur yang berkaitan seperti
buku, jurnal, dan media, dan berupa studi
pustaka dan studi banding.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Lokasi perancangan berada pada
kawasan Terminal BRPS, Kecamatan
Payung Sekaki, Kota Pekanbaru. Lahan
seluas ±64ha dengan Koefisien Dasar
Bangunan (KDB) maksimum 70% untuk
bangunan fungsi usaha, 60% untuk
bangunan fungsi hunian, dan 50% untuk
bangunan fungsi sosial, budaya dan
keagaman, ekonomi, fungsi peruntukan,
fungsi bangunan, keselamatan, dan
kenyamanan bangunan, ketinggian
bangunan lebih dari 8 lantai dan kontur
yang relatif datar.
Gambar 5. Lokasi Tapak Sumber : Dokumentasi Pribadi
Analisis Kawasan
Ratna D, Yohannes F, Wahyu H , Perancangan Kawasan Mix Use dengan Pendekatan TOD
6
Accessibility
Gambar 6. Analisis Kawasan Accessibility Sumber : Dokumentasi Pribadi
Linkage dalam kawasan berdekatan
dengan Terminal BRPS sebagai fungsi.
pendukung dari kawasan perancangan
TOD. Merupakan jalur transit angkutan
umum antar kota antar provinsi, yang juga
dilalui beberapa transportasi bus TMP
dengan jalur koridor 6 dan koridor 2.
Densify, Penyebaran tingkat density
pada kawasan perancangan yaitu sebagai
berikut :
Gambar 7. Analisis Kawasan Density Sumber : Dokumentasi Pribadi
Dengan analisa presentase density
pada kawasan perancangan yaitu sebagai
berikut:
Tabel 2. Presentase tata guna lahan kawasan Fungsi Luas
Lahan Fungsi
Luas Site
Presentase
Komersil 72.000 m2 64 ha 12 % Terminal BRPS
100.000 m2
64 ha 15%
RTH 455.000 m2
64 ha 71%
Kolam 13.000 m2 64 ha 2% Sumber : Dokumentasi Pribadi
Penyesuaian presentase tata guna
lahan prinsip Urban Transit Oriented
Development (TOD) dan Peraturan
Pemerintah Daerah Kota Pekanbaru yang
akan dirancang menggunakan tingkat
presentase sebagai berikut:
Tabel 4.6 Presentase tata guna lahan kawasan perancangan
Fungsi Urban TOD KDB KDH Zona Publik 5-15% 50% 10% Zona Komersial
30-70% 70% 10%
Zona Hunian 20-60% 60% 10% Sumber : Dokumentasi Pribadi
Mix
Gambar 8. Analisis Kawasan Mix Sumber : Dokumentasi Pribadi
Desain yang digunakan yaitu
mengacu pada prinsip TOD dengan
penggabungan beberapa fungsi dalam satu
kawasan dengan jarak 380m pada fungsi
komersil dan 760m pada fungsi hunian dari
titik transit.
Analisis Fungsional
Accessibility
Gambar 9. Skema Analisis Fungsional Accessibility
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Journal of Architecture and Urbanism Research, 4 (1) (2020): 1-14
7
Pencapaian Zona Publik, dan
Komersil dalam jangkauan 5 menit berjalan
kaki dari titik transit, atau 380m, dan
Hunian 10 menit berjalanan kaki, atau
760m. Akses berorientasi pada titik transit,
dengan penanda perbedaan pengerasan
jalan, pesimpangan jalan, dan jembatan
penghubung untuk mempermudah pejalan
kaki menemukan titik transit. Setiap jalur
dengan fungsi yang berbeda dipisah agar
tidak terjadi crossing demi kenyamanan
sirkulasi.
Pola Jalan
Gambar 10. Skema Analisis Pola Jalan Sumber : Dokumentasi Pribadi
Jalan dibuat terkoneksi langsung ke
area inti transit. Pemisahan jalur masing-
masing moda transportasi pada level ang
berbeda, guna menghindari crossing sirkulasi.
Trotoar berbatasan langsung dengan jalur
kendaraan, dan dilengkapi jalur pejalan
kaki, dan jalur sepeda.
Sirkulasi Kendaraan Umum,
Pedestrian dan Jalur Sepeda
Gambar 11. Skema Analisis Sirkulasi Sumber : Dokumentasi Pribadi
Ketersediaan jaringan jalur kandaraan
umum, pejalan kaki dan jalur sepeda pada
jalan utama dalam radius kawasan transit
yang nyaman. Jenis sirkulasi kendaraan
umum dibagi menjadi 3 moda yaitu
kendaraan umum, bus TMP,dan Mass
Transportation berbasis rel. Selain itu, jalur
pedestrian memiliki lebar jalur 2m, dan jalur
sepeda memiliki lebar jalur 1,5m.
Density
Gambar 12. Skema Analisis Density Sumber : Dokumentasi Pribadi
Zona publik berada pada pusat transit
dengan jangkauan 5 menit berjalan kaki,
visibilitas tinggi, dengan pengaplikasian
Terminal transit, taman dan plaza dengan
presentase penggunaan lahan zona publik 5-
15% mempertimbangkan KDB 50%, dan
KDH 10%. Zona komersil merupakan
magnet aktivitas kawasan, dengan
presentase penggunaan lahan komersil 30-
70% mempertimbangkan KDB 70%, dan
KDH 10%, dan zona hunia berada pada
jangkauan 10 menit berjalan kaki,
menyediakan beragam tipe hunian dengan
presentase penggunaah lahan hunian 20-
60% mempertimbangkan KDB 60%, dan
KDH 10%. Dengan kepadatan hunian 30
unit/ha dan rata-rata 37,5 unit/ha.
Mix
Gambar 13. Skema Analisis Fungsional Mix Sumber : Dokumentasi Pribadi
Ratna D, Yohannes F, Wahyu H , Perancangan Kawasan Mix Use dengan Pendekatan TOD
8
Mix Zona Publik merupakan
campuran fasilitas Terminal transit, plaza,
dan taman. Mix Zona Komersil merupakan
campuran fasilitas komersial mall, ruko,
kantor, co-ex, pusat kebudayaan, dan
rekreasi kuliner. Mix Hunian merupakan
campuran berbagai fasilitas hunian
apartemen, dan hotel.
Gaya Kawasan
Sesuai dengan prinsip Transit Oriented
Development (TOD), kawasan perancangan
Mix-used pengaplikasian plaza sebagai zona
publik yang merupakan pusat kawasan yang
terdekat dengan titik transit, dan fungsi Mix-
used yang ada dalam perancangan radius
380m sebagai fungsi komersil dan 760m
yaitu fungsi hunian dari titik transit.
Pengaplikasian pedestrian, jalur sepeda, dan
RTH sebagai sarana penghubung antar
fungsi dalam kawasan.
Gambar 14. Analisa Gaya Kawasan Analisis Gubahan Massa
Sumber : Dokumentasi Pribadi Beberapa pertimbangan dalam
perancangan yaitu memilki pedestrian
sebagai penghubung dari bebeapa bangunan
tunggal, struktur dan massa tinggi dengan
peletakkan fungsi pada setiap lantai, tipikal
hunian merupakan gabungan dari beberapa
tipe, fasad bangunan bervariasi untuk
memberikan minat visual kepada pejalan
kaki dan pengguna sepeda, dan gubahan
massa berorientasi pada plaza dan RTH
sebagai titik-titik pusat kawasan, maka
ketinggian bangunan semakin berkurang
mendekati titik pusat.
Gambar 15. Analisa Gubahan Massa Kawasan Sumber : Dokumentasi Pribadi
Analisis Tampilan Kawasan
Berdasarkan hasil tinjauan pustaka,
maka dalam tampilan kawasan
pertimbangan tempat tinggal dengan tipe
yang bervariasi, konfigurasi area komersil
harus mempertimbangkan kenyamanan,
jarak pandang, dan aksesibilitas terhadap
pejalan kaki dan mobil, yang juga
berorientasi pada jalan utama dan plaza.
Gambar 16. Analisa Tampilan Kawasan Sumber : Dokumentasi Pribadi
Analisis Tata Guna Lahan Kawasan,
Berdasarkan analisa fungsi, maka pada
perancangan kawasan Mix-used dengan
pendekatan Transit Oriented Development
(TOD) ini diterapkan 3 zona utama yaitu
Zona Publik, Zona Komersil, dan Zona
Hunian yang menjadi zona fungsi utama
pada kawasan, 3 zona tersebut dibagi
menjadi beberapa blok-blok kecil.
Penentuan strategi perancangan pada setiap
blok disesuaikan dengan fungsi dan
lingkungan demi kenyamanan pengguna
Analisis Sistem Vegetasi Kawasan,
Penataan vegetasi pada kawasan
mempertimbangkan prinsip Transit Oriented
Development (TOD), yaitu pohon pelindung
dibutuhkan di semua jalan, pohon harus
berjarak tidak lebih dari 9m yang terletak di
Journal of Architecture and Urbanism Research, 4 (1) (2020): 1-14
9
antara trotoar yang memberikan
kenyamanan dan mempermudah akses
pengguna menuju titik transit, vegetasi pada
taman umum dan plaza yang dirancang
harus koheren dan mudah diingat, dan
berorientasi pada pemandangan pedestrian,
dan jenis tanaman harus mencerminkan
iklim dan sejarah setempat.
Penerapan Tema, Variabel prinsip
TOD yang diterapkan yaitu Accessibility,
pengaplikasian dilihat dari suatu
ketersediaan jaringan jalur kendaraan
umum, pejalan kaki dan jalur sepeda pada
jalan utama dalam radius kawasan transit
yang nyaman. Density, dengan presentase
yaitu Zona Publik 5% - 15%, Zona Komersil
30% - 70%, dan Zona Hunian 20% - 60%,
dan mempertimbangkan KDB maksimum
70% untuk bangunan fungsi usaha, 60%
untuk bangunan fungsi hunian, dan 50%
untuk bangunan fungsi sosial, budaya dan
keagaman, ekonomi, fungsi peruntukan,
fungsi bangunan, keselamatan, dan
kenyamanan bangunan, dan mix,
pencampuran peruntukan tata guna lahan
menjadi pada Zona Publik, Zona Komersil,
dan Zona Hunian.
Konsep Perancangan,Perancangan
kawasan ini menggunakan konsep
“Sparkling yang berarti berkilau atau
kilauan cahaya, alasan pemilihan konsep
karena kawasan akan menjadi harapan dan
terobosan baru bagi Kota Pekanbaru sebagai
suatu penataan kota masa depan yang
berkelanjutan. Penerapan Konsep pada
Kawasan
Gambar 17. Konsep Kawasan Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 18. Penerapan Konsep pada Kawasan Sumber : Dokumentasi Pribadi
Penerapan Konsep pada Elemen
Lansekap
Gambar 19. Penerapan Konsep pada Elemen Lansekap
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 20. Penerapan Konsep pada Plaza Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 21. Penerapan Konsep pada Fasad Bangunan
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Ratna D, Yohannes F, Wahyu H , Perancangan Kawasan Mix Use dengan Pendekatan TOD
10
Gambar 22. Penerapan Konsep pada Halte Bus Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 23. Penerapan Konsep padaStasiun LRT Sumber : Dokumentasi Pribadi
Accessibillity, Pola jalan
mengugunakan pola jariangan jalan radial
criss cross jalan terkoneksi langsung ke area
inti Transit Oriented Development (TOD).
Titik Transit,
Gambar 24. Perencanaan Titik Transit Sumber : Dokumentasi Pribadi
Titik transit yang dirancang menyebar
pada area kawasan dengan jenis intermoda
LRT, Bus TMP, dan Terminal Bus AKAP.
Titik Transit saling dihubungkan dengan
akses jalan radial grid yang menyesuaikan
dengan bentuk tapak.
Sirkulasi
Gambar 25. Perencanaan Sirkulasi Sumber : Dokumentasi Pribadi
Sirkulasi yang terbentuk dibagi
menjadi 3 bagian yaitu Primer, Sekunder,
Tersier
Jalur Pejalan Kaki
Gambar 26. Perencanaan Jalur Pejalan Kaki Sumber : Dokumentasi Pribadi
Jalur pedestrian pejalan kaki dengan
lebar 2,5m dirancang mengikuti jakur
sirkulasi, dengan jalur penyeberangan pada
setiap titik persinggungan, dan pertengahan
blok dengan jarak maksimal 150m dengan
elemen peredam berupa garis penanda, dan
median cut through. Sedangkan Pelican
cross dibuat pada area tingkatdensitas tinggi
sekitar area transit.
Jalur Sepeda
Gambar
27. Perencanaan Jalur Sepeda Sumber : Dokumentasi Pribadi
Journal of Architecture and Urbanism Research, 4 (1) (2020): 1-14
11
Jalur sepeda dengan lebar 1,5m
dirancang mengikuti jakur sirkulasi, dengan
jalur penyeberangan pada setiap titik
persinggungan. Titik parkir sepeda dibuat
berdekatan dengan fungsi transit agar
memudahkan perpindahan ke moda
transportasi umum.
Jalur LRT
Gambar 28. Perencanaan Jalur LRT Sumber : Dokumentasi Pribadi
Jalur LRT melewati kawasan
perencanaan dengan penempatan titik
transit stasiun. Sirkulasi transit LRT pada
kawasan terhubung dengan pedestrian, dan
juga lobi bangunan pada level 4 perencaan
tata guna lahan
Jalur Bus TMP
Gambar 29. Perencanaan Jalur Bus TMP Sumber : Dokumentasi Pribadi
Jalur Bus TMP pada kawasan
perencanaan dengan titik transit berupa
halte Bus TMP
Jalur Kendaraan
Gambar 30. Perencanaan Jalur Kendaraan Sumber : Dokumentasi Pribadi
Jalur kendaraan umum dibuat pada
jalur arteri, jalur kolektor, dan jalur lokal,
sedangkan akses menuju parkir basement
dibuat mengikuti blok yang ada.
Tipe Jalur Kendaraan
Gambar 31. Perencanaan Tipe Jalur Kendaraan Sumber : Dokumentasi Pribadi
Type Jalan dibedakan menjadi 3,
yaitu jalan arteri yang memilii 2 jalur dan 6
lajur. Jalan kolektor yang memiliki 2 jalur
dan 4 lajur. Jalan lokal yang memiliki 2
jalur dan 4 lajur. Jalan lingkungan bebas
kendaraan.
Jalur Hijau
Gambar 32. Perencanaan Jalur Hijau Sumber : Dokumentasi Pribadi
Ratna D, Yohannes F, Wahyu H , Perancangan Kawasan Mix Use dengan Pendekatan TOD
12
Area hijau dibagi menjadi 3 jenis,
yaitu area hijau pada fungsi plaza, area
hijau pada fungsi taman, dan area hijau
jalur lingkungan pada median jalan dan
buffer.
Densify
Gambar 33. Faktor DensifyKawasan Sumber : Dokumentasi Pribadi
Tingkat intensitas kepadatan diukur
berdasarkan jarak dari titik transit, dimana
blok yang paling dekat dengan titik transit
memiliki tingkat intensitas tertinggi dengan
radius 380m dari titik transit, atau setara
berjalan kaki 5 menit yang akan diiringi
dengan fungsi bangunan publik mix-used,
sedangkan area pada jarak 760m dari titik
transit memiliki tingkat intensitas menengah
sampai rendah atau setara berjalan kaki 10
menit, yang diiringi dengan fungsi hunian
dan RTH.
Gambar 34. Perencanaan Zoning Kawasan Sumber : Dokumentasi Pribadi
Fungsi bangunan pada setiap blok
disesuaikan dengan tingkat intensitas, yaitu
area intensitas tinggi difungsikan sebagai
terminal, dan zona komersil, sedangkan
area intensitas rendah difungsikan sebagai
zona hunian dan RTH
Mix
Gambar 35. Faktor Mix Kawasan Sumber : Dokumentasi Pribadi
Faktor mix pada kawasan
perencanaan yaitu terminal, plaza, taman,
mall, kantor, ruko, rekreasi, apartemen,
hotel, mix komersial-kantor, mix komersial-
hotel, dan mix komersial-apartemen.
Gambar 36. Perencanaan Tata Guna Lahan Level Underground
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Tata guna lahan pada level
underground, dan underground 2
difungsikan sebagai parkir basement,
dimana penempatannya terletak pada fungsi
komersil, dan fungsi hunian
Gambar 37.
Perencanaan Tata Guna Lahan Level 1 Sumber : Dokumentasi Pribadi
Journal of Architecture and Urbanism Research, 4 (1) (2020): 1-14
13
Tata guna lahan pada lantai 1 yaitu
digunakan untuk zona publik yang
mencakup terminal, plaza, dan tamanZona
komersil yang mencakup mall, ruko,
rekreasi, dan kantor. Zona hunian yang
mencakup apartemen dan hotel
Gambar 38. Perencanaan Tata Guna Lahan Level 2
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Tata guna lahan pada lantai 2 yaitu
digunakan untuk zona publik yang
mencakup terminalZona komersil yang
mencakup mall, ruko, rekreasi, dan kantor.
Zona hunian yang mencakup apartemen
dan hotel
Gambar 39. Perencanaan Tata Guna Lahan Level 3
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Tata guna lahan pada lantai 3 yaitu
digunakan untuk zona publik yang
mencakup terminal. Zona komersil yang
mencakup mall, ruko, dan kantor. Zona
hunian yang mencakup apartemen dan hotel
Gambar 40. Perencanaan Tata Guna Lahan Level 4
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Tata guna lahan pada lantai 4 yaitu
digunakan untuk zona komersil yang
mencakup mall, ruko, dan kantor. Zona
hunian yang mencakup apartemen dan
hotel. Pada level ini digunakan jembatan
penghubung dari transit LRT yang
terhubung dengan lobi bangunan komersil
pada lantai 4.
Gambar 41. Perencanaan Tata Guna Lahan Level 3
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Tata guna lahan pada lantai 5
memiliki timgkat kebisingan yang rendah,
sehingga cocok digunakan untuk fingsi
private yaitu zona komersil yang mencakup
kantor, dan zona hunian yang mencakup
apartemen dan hotel.
SIMPULAN
Perancangan Mix-used di Pekanbaru
dengan Pendekatan Transit Oriented
Ratna D, Yohannes F, Wahyu H , Perancangan Kawasan Mix Use dengan Pendekatan TOD
14
Development (TOD) bertujuan menyediakan
fasilitas Mix-used yang terintegrasi dengan
titik transit transportasi umum Kota
Pekanbaru dalam mencapai konsep Smart
City. Oleh karena itu, dalam perancangan
kawasan diperoleh beberapa kesimpulan,
yaitu: (a) Pendekatan menggunakan
Tiplogi Urban TOD dengan variabel yang
digunakan yaitu accessibility, densify, dan mix
yang menjadi dasar pengembangan
kawasan, (b) Kawasan Mix-used terdiri
dari zona publik, zona komersil, dan zona
hunian yang terintegrasi titik transit, dan
mengoptimalkan kualitas pedestrian pejalan
kaki, dan jalur sepeda, (c) Presentase tata
guna lahan yang disesuaikan dengan prinsip
Urban TOD dan Peraturan Daerah, (d).
Konsep tema rancangan yang digunakan
yaitu “Sparkling” yang berarti berkilau,
dimana kawasan akan menjadi terobosan
baru bagi Kota Pekanbaru sebagai penataan
kota masa depan yang berkelanjutan,
transformasi konsep akan diaplikasikan
pada kawasan yaitu mencakup lansekap dan
elemen dalam kawasan.
DAFTAR PUSTAKA Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber
Daya Manusia (BKPSDM) Kota Pekanbaru
Tahun 2015.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Pekanbaru tahun
2015.
Calthorpe, P. (1993), The Next American Metropolis:
Ecology, Community, and the American
Dreams. New York: Princeton Architectural
Press.
Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru Tahun 2017.
Marlina, Endy. (2008), Panduan Perancangan
Bangunan Komersial. Yogyakarta: ANDI
Publisher.
Rambe, Yunita S.R (2018), Pengembangan Kawasan
pda Kecamatan Medan Labuhan sebagai
Kawasan Suaka alam dan Cagar Budaya,
UMA, JAUR, Vol 1 No 2,
https://ojs.uma.ac.id/index.php/jaur/article/
view/1763
top related