penyimpanan vaksin
Post on 30-Jan-2016
79 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV)/Acquired Immunodeficiency
Syndrome (AIDS) adalah masalah besar yang mengancam Indonesia dan banyak
negara di seluruh dunia. AIDS pertama kali ditemukan pada tahun 1981 di
Amerika Serikat. Pada tahun 1988 jumlah kasus AIDS di Amerika Serikat
mencapai 48.139 orang. Di Negara-negara Amerika Latin 7.215 kasus AIDS.1.2.3.4
Secara perlahan anak-anak Indonesia pasti menghadapi masalah terpapar
dan terinfeksi HIV. Masalah ini dimunculkan ke publik pada tahun 1996 dimulai
dengan 1 anak, hingga kini sudah tercatat lebih banyak 600 anak terpapar HIV,
baik yang terinfeksi ataupun tidak. Jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia dari
tahun ke tahun semakin bertambah. Penderita HIV/AIDS sampai Mei 2000 adalah
1.250 orang dan yang sudah pasti menderita AIDS 323 orang.1.2.3.4
United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS), badan Word Health
Organization (WHO) yang mengurusi masalah AIDS, memperkirakan jumlah
ODHA ( Orang Dengan HIV/AIDS) di seluruh dunia pada Desember 2004 adalah
35,9-44,3 juta orang. Pada akhir 2005 telah membunuh lebih dari 20 juta orang.
Sekitar 40 juta orang (36,7-45,3 juta orang ) yang hidup bersama HIV sebagai
penyebab penyakit AIDS. Dalam tahun 2005 saja di perkirakan sekitar 5 juta
orang kasus terinfeksi HIV. Episentrum penyakit ini terdapat di daerah Sub
Sahara Afrika dengan jumlah orang terinfeksi HIV hampir 2/3 dari seluruh
penderita terinfeksi HIV di dunia 1,2,3,4
Virus penyebab AIDS di identifikasikan oleh Luc Montaiger pada tahun
1983 yang pada waktu itu diberi nama Lymphadenopathy Virus (LAV)
,sedangkan Robert Gallo menemukan virus penyebab AIDS pada tahun 1984 yang
pada saat itu dinamakan Virus Limfotrofik Sel T manusia tipe III (HTLV-III).
Sedangkan tes untuk memeriksa antibody terhadap HIV dengan cara Enzyme-
Linked Immunosorbent Assay ( ELISA ) baru tersedia pada tahun 1985.1
2
Kasus pertama AIDS di Indonesia dilaporkan secara resmi oleh Departemen
Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 1987 yaitu pada seorang warga Negara
Belanda di Bali. Sebelum itu ditemukan kasus pada bulan Desember 1985 yang
secara klinis sangat sesuai dengan diagnosis AIDS dan hasil ELISA tiga kali
diulang menyatakan positif. Hanya tes Western Blot, yang saat itu dilakukan di
Amerika Serikat hasilnya negatif, sehingga tidak dilaporkan sebagai kasus AIDS.
Kasus kedua infeksi HIV ditemukan pada bulan Maret 1986 di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo, pada pasien hemofilia dan termasuk jenid non-progressor,
artinya kondisi kesehatan dan kekebalannya cukup baik selama 17 tahun tanpa
pengobatan,dan sudah di konfirmasi dengan Western Blot, serta masih berobat
jalan di Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo pada tahun 2002.1
Melihat penyebaran HIV/AIDS dari uraian di atas, membuat penulis tertarik
untuk melakukan penelitian tentang perilaku siswa – siswi terhadap pencegahan
HIV/AIDS di SMA Eria Medan Tahun 2013. Dengan alasan masih banyak siswa
– siswi yang kurang mengetahui tentang penularan dan pencegahan HIV/AIDS.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, yang menjadi rumusan masalah adalah bagaimana perilaku siswa – siswi terhadap pencegahan HIV/AIDS di SMA Eria Medan.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan umum
Mengetahui perilaku siswa – siswi terhadap pencegahan HIV/AIDS di SMA Eria Medan.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengetahuan siswa – siswi tentang pencegahan HIV/AIDS
b. Mengetahui sikap siswa – siswi tentang pencegahan HIV/AIDS
c. Mengetahui tindakan siswa – siswi tentang pencegahan HIV/AIDS
3
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Peneliti
a. Penelitian ini bermanfaat sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh
gelar Sarjana Kedokteran (S1) dari Fakultas Kedokteran Islam
Sumatera Utara.
b. Penelitian ini bermanfaat dalam menambah wawasan bagi peneliti di
bidang ilmu penyakit HIV/AIDS khususnya mengenai cara
pencegahannya.
1.4.2. Bagi Siswa
a. Dapat meningkatkan pengetahuan dan kepedulian pelajar tentang
bahaya dan cara penularan HIV/AIDS.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi HIV/AIDS
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh manusia dan menimbulkan AIDS. Acquired Immunodeficiency
Syndrome (AIDS) adalah suatu kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan
kerusakan sisitem kekebalan tubuh, bukan penyakit bawaan tetapi di dapat dari
hasil penularan. Penyakit ini disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus
(HIV). Penyakit ini telah menjadi masalah internasional karena dalam waktu yang
relatif singkat terjadi peningkatan jumlah pasien dan semakin banyak melanda
banyak negara. Sampai saat ini belum ditemukan vaksin atau obat yang relatif
efektif untuk AIDS sehingga menimbulkan keresahan dunia.1.2
Sejarah tentang HIV/AIDS di mulai ketika tahun 1979 Amerika Serikat
ditemukan seorang homo seksual dengan Pneumocystis carinii dan dua orang
muda dengan sarcoma kaposi . pada tahun 1981 ditemukan seorang homo seksual
dengan kerusakan sistem kekebalan tubuh. Pada tahun 1980 WHO mengadakan
pertemuan pertama tentang AIDS. Penelitian mengenai AIDS telah dilaksanakan
secara intensif, dan informasi mengenai AIDS sudah menyebar dan bertambah
dengan cepat.1.2
2.2. Etiologi HIV/AIDS
Pada tahun 1983, ilmuwan Perancis Montagnier (Institute Pasteur, Paris)
mengisolasi virus dari pasien dengan gejala limfadenopati dan menemukan virus
HIV. Oleh sebab itu virus tersebut dinamakan Lymphadenopathy Virus (LAV).
Pada tahun 1984 Gallo menemukan Virus Limfotrofik Sel T manusia tipe III
(HTLV-III) yang juga menyebabkan AIDS.2.4.8
Sebuah penelitian pada 200 monyet hijau Afrika,70% dalam darahnya
mengandung virus tersebut tanpa menimbulkan penyakit. Nama lain virus tersebut
ialah HIV. HIV terdiri dari atas HIV-1 yang sering terjadi pada manusia dan
terpusat di Afrika Tengah dan HIV-2 yang ditemukan di Afrika Barat. Kedua
jenis HIV-1 dan HIV-2 berasal dari hewan primate yaitu Simian
5
Immunodeficiency Virus (SIV). SIV ini sangat dekat dengat HIV-2 ini sehingga
membangkitkan suatu spekulasi bahwa HIV-2 ini berasal dari primate yang belum
lama menyerang manusia. Namun sebaliknya HIV-1 yang belum diketemukan
padanannya pada primate,masih merupakan misteri mengenai asal usulnya. Virus
HIV termasuk Lentivirinae dari family Retroviridae.2.4.8
Waktu paruh virus berlangsung cepat. Sebagian besar virus akan mati, tetapi
karena mulai awal infeksi, replikasi virus berjalan sangat cepat dan terus-menerus.
Dalam sehari sekitar 10 miliar virus dapat diproduksi. Replikasi ini lah yang
menyebabkan kerusakan sistem kekbalan tubuh. Tingginya jumlah virus dalam
darah ditunjukan dengan angka viral load, sedangkan tingkat kerusakaan sistem
kekebalan tubuh di tunjukan dengan angka Cluster of Tiergartenstrasse (CD4).4.7.8
2.3. Epidiomologi
HIV-2 lebih prevalen dibanyak negara di Afrika Barat, tetapi HIV-1 ,
merupakan virus predominan di Afrika bagian Tengah dan Timur, dan bagian
dunia lainnya. Menurut United Nations Programme on HIV/AIDS ( UNAIDS
2000), di perkirakan bahwa 36,1 juta orang terinfeksi oleh HIV dan AIDS pada
akhir tahun 2000. Dari 36,1 juta kasus , 16,4 juta adalah perempuan,dan 600 ribu
adalah anak-anak berusia kurang dari 15 tahun. Infeksi HIV telah menyebabkan
kematian pada sekitar 21,8 juta orang sejak permulaan epidemi pada akhir tahun
1970an sampai awal tahun 1980 an. Belahan dunia yang paling banyak terjangkit
HIV dan AIDS adalah Afrika Sub – Sahara. Di daerah tersebut di perkirakan 25,3
juta orang dewasa dan anak-anak hidup dengan infeksi dan penyakit pada akhir
tahun 2000. Daerah lain di dunia yang mengkhawatirkan adalah Asia Selatan dan
Tenggara, di perkirakan 5,8 juta orang hidup dengan HIV/AIDS pada periode
yang sama.1.8
Sejak 1985 sampai 1996 kasus AIDS masih amat jarang di temukan di
Indonesia. Sebagian besar ODHA pada periode itu berasal dari kelompok homo
seksual. Kemudian jumlah kasus baru HIV / AIDS semakin meningkat dan sejak
pertengahan tahun 1999 mulai terlihat peningkatan tajam yang terutama
disebabkan akibat penularan melalui narkotika suntik .sampai dengan akhir Maret
2005 tercacat 6789 kasus HIV/AIDS yang dilaporkan. Jumlah itu tentu masih
6
sangat jauh dari jumlah sebenarnya. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2002
memperkirakan jumlah penduduk Indonesia yang terinfeksi HIV adalah antara
90.000 sampai 130.000 orang.1.8
2.4. Patofisiologi
Dalam tubuh ODHA, partikel virus bergabung dengan Deoxyribose Nucleic
Acid (DNA) sel pasien, sehingga satu kali seseorang terinfeksi HIV, seumur
hidup ia akan tetap terinfeksi. Cara penularan terutama melalui darah, cairan
tubuh,dan hubungan seksual.1.10.9
Sel T makropag serta sel dendritik / Langerhans (sel imun) adalah sel- sel
yang terinfeksi HIV dan terkonsentrasi di kelenjar limfe, limfa dan sumsum
tulang. HIV menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD4, dengan
bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120.1.10.9
Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun , maka HIV
menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan bnyaknya kematian sel
T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha
mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi . Dengan menurunnya jumlah sel T4,
maka sistem imun seluler makin lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya
fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong.1.10.9
Seseorang yang terinfeksi HIV dapat tetap tidak memperlihatkan gejala
(asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat
berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-
300 permil darah, 2-3 tahun setelah infeksi.1.10.9
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini gejala-gejala infeksi (herpes zoster dan
jamur oportunistik) muncul, jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya
penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi
yang parah. Seseorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh
dibawah 200 sel /mil darah.1.10.9
2.5. Penularan HIV/AIDS
Virus HIV/AIDS terdapat dalam darah dan cairan tubuh seseorang yang
telah tertular, walaupun orang tersebut belum menunjukkan keluhan atau gejala
7
penyakit. HIV hanya dapat ditulakan bila terjadi kontak langsung dengan cairan
tubuh atau darah. Dosis virus memegang peranan penting. Makin besar jumlah
virusnya, makin besar kemungkinan terinfeksi. Jumlah virus yang banyak terdapat
pada darah, sperma, cairan vagina, dan serviks serta ASI . Dalam saliva, air mata,
urine, keringat, hanya ditemukan dalam jumlah sedikit sekali.
HIV juga ditularkan melalui 1.2.7 :
1. Hubungan seksual, baik secara vagina, oral, maupun anal dengan
seseorang pengidap. Prevalensi 70-80 % dari total kasus sedunia. Model
penularan ini adalah yang tersering di dunia. Akhir- akhir ini dengan
semakin meningkatnya kesadaran mesyarakat untuk menggunakan
kondom, maka penularan melalui jalur ini cenderung menurun dan di
gantikan oleh penularan melalui jalur penasun (pengguna narkoba
suntik)
2. Jarum suntik,
a. Transfuse darah/produk darah yang tercemar HIV, resikonya sangat
tinggi sampai 90%. Ditemukan sekitar 3-5% dari total kasus di dunia.
b.Pemakaian jarum tidak steril/pemakaian bersamaan jarum suntik dan
spuit pada para pecandu narkotika suntik. Resikonya sekitar 0,5-1% dan
terdapat 5-1-% dari total kasus sedunia.
c. Penularan lewat kecelakaan, tertusuk jarum pada petugas kesehtan,
resikonya kurang dari 0,5% dan telah terdapat kurang dari 0,1% dari
kasus sedunia.
3. Secara vertikal, dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya, baik
selama hamil, saat melahirkan, atau setelah melahirkan resiko sekitar 25-
40% dan terdapat 0,1% dari kasus sedunia.
2.6. Gejala dan Tanda Seseorang Tertular HIV/AIDS
Infeksi HIV sangat luas spektrumnya, karena itu ada beberapa klasifikasi
infeksi HIV Career Development Center (CDC) USA 1987 yang membagi 4
kelompok, yakni grup I : infeksi akut, Grup II : infeksi kronik asimtomatik,Grup
III : PGL (Persisten generalized lymphadenopathy), dan Grup IV : penyakit lain.7
8
1. Grup I / infeksi akut
Sekitar 30-50% dari mereka yang terinfeksi HIV akan memperlihatkan
gejala infeksi akut yang mirip dengan gejala penyakit biasa , yaitu
demam, sakit tenggorokan , letargi, batuk, myalgia, keringat
malam,dan keluhan berupa nyeri menelan, mual muntah dan diare.
2. Grup II / Infeksi kronik asimtomatik
Fase akut akan di ikuti fase kronik asimtomatik yang lamanya biasa
bertahun-tahun. Walaupun tidak ada gejala, virus masih dapat diisolasi
dari darah pasien. Hal ini berarti pasien masih terinfeksius. Pada fade
ini terjadi replikasi lambat pada sel- sel tertentu dan laten pada sel –sel
lain. Aktivitas HIV tetap terjadi dan ini dibuktikan dengan
menurunnya fungsi sitem imun dari wkatu ke waktu.
3. PGL (Persisten generalized lymphadenopathy)
Perkembangan kelenjar limfe, gejala pertama yang muncul adalah
PGL. Ini menunjukan adanya hiperaktivitas sel limfosit B dalam
kelenjar limfe, dapat persisten bertahun- tahun dan pasien tetap merasa
sehat. Terjadi progresif berharap dari adanya hiperplasia folikel dalam
kelenjar limfe sampai timbulnya involusi dengan adanya invasi sel
limfosit T8. ini merupakan reaksi tubuh untuk menghancurkan sel
dendrit folikel yang terinfeksi HIV. Di samping itu infeksi pada otak
juga terjadi.
1. Penyakit lain
Dengan menurunnya sel limfosit T4, makin jelas tampak gejala
klinis yang dapat dibedakan menjadi beberapa keadaan, yaitu :
a. Gejala dan keluhan yang disebabkan oleh hal-hal tidak
langsung berhubungan dengan HIV, seperti : diare, demam
lebih dari 1 bulan, keringat malam, rasa lelah berlebihan, batuk
kronik lebih dari satu bulan, dan dan penurunan berat badan
10% atau lebih.
b. Gejala langsung akibat HIV, seperti : miopati, neuropati
perifer, dan penyakit susunan saraf otak. Hampir 30% pasien
9
dalam stadium akhir AIDS akan menderita demensia kompleks,
yaitu menurun sampai hilangnya daya ingat, gangguan fungsi
motorik dan kognitif, sehingga pasien sulit berkomunikasi dan
tidak dapat jalan.
c. Infeksi oportunistik dan neoplasma : pada stadium kronik
simtomatik ini sangat sedikit keluhan dan gejala yang benar-
benar langsung akibat HIV. Sebagian besar adalah akibat,
menurunnya sel limfosit T4, sehingga dengan terganggunya
sentral sistem imun seluler ini,maka infeksi oportunistik yang
sering dialami adalah infeksi virus parasit, dan mikobakterium.
Neoplasma yang dikenal sebgai penyakit indikator AIDS dalah
sarcoma kaposi dan limfosit B.
Masa inkubasi adalah waktu dari terjadinya infeksi sampai
munculnya gejala penyakit yang ditimbulkan HIV yang pertama
pada pasien. Pada infeksi HIV hal ini sulit diketahui. Dari pertama
penelitian pada bagian besar kasus dikatakan masa inkubasi rata -
rata 5 sampai 10 tahun dan bervariasi sangat lebar, yaitu antara 6
bulan sampai 10 tahun. Walau tanpa gejala tetapi yang
bersangkutan telah dapat menjadi sumber penularan.
Gejala menurut hasil workshop di Bangui, Afrika Tengah,
Oktober 1985, sebagai berikut.
a. Dicurigai AIDS pada orang dewasa bila terdapat paling sedikit
2 gejala mayor dan 1 gejala minor dan tidak ada sebab – sebab
imunosupresi yang lain kanker, malnutrisi berat, atau
pemakaian kortikosteroid yang lain.
Gejala mayor tersebut adalah :
1) Penurunan berat badan lebih dari 10%
2) Diare kronik lebih dari 1 bulan.
3) Demam lebih dari 1 bulan
Sedangkan gejala minor adalah :
10
1) Batuk lebih dari 1 bulan
2) Dermatitis pruritik umum
3) Herpes zoster recurrens
4) Limfadenopati generalisata
b. Dicurigai AIDS pada anak, bila terdapat paling sedikit 2
gejala mayor dan 2 gejala minor dan tidak ada sebab – sebab
imunosupresi yang lain kanker, malnutrisi berat, atau
pemakaian kortikosteroid yang lama.
Gejala mayor tersebut adalah :
1) Penurunan berat badan atau pertumbuhan yang lambat dan
abnormal.
2) Diare kronik lebih dari 1 bulan
3) Demam lebih dari 1 bulan
Sedangkan gejala minor adalah :
1) Batuk persisten
2) Dermatitis generalisata
3) Infeksi umum yang berulang
4) Kandidiasis oro-faring
5) Limfoadenopati generalisata
6) Infeksi HIV pada ibunya
Sesudah terjadi infeksi virus infeksi virus HIV, awalnya penderita
tidak memperlihatkan gejala – gejala khusus. 2,15
a. Masa inkubasi 6 bulan – 5 tahun
b. 6-8 minggu, adalah waktu saat tubuh sudah terinfeksi HIV
tetapi belum terdeteksi oleh pemeriksa laboraturium.
c. Beberapa minggu sesudah seseorang terinfeksi, ia akan sering
memderita penyakit ringan sehari – hari seperti demam, flu,
diare, dan rasa tidak enak badan yang berlangsung 3-14 hari.
d. Pada periode 3-4 tahun kemudian penderita tidak
memperlihatkan gejala khas atau disebut sebagai periode tanpa
11
gelaja, pada saat ini penderita merasa sehat dan dari luar juga
tampak sehat.
e. Sesudahnya, tahun ke 5 atau ke 6 mulai timbul diare berulang,
demam yang hilang timbul dan berkeringat terutama pada
malam hari, penurunan berat badan secara mendadak, lelah
anemia, sering sariawan di mulut, dan terjadi pembengkakan di
kelenjar getah bening dan pada akhirnya bias terjadi berbagai
macam penyakit infeksi, kanker dan bahakn kematian.
Pembagian tingkat klinis di BLKM Departemen Kesehatan RI, 19 Januari 1994 yaitu :9
1. Tingkat klinis 1 ( asimptomatik )
a. Tanpa gejala sama sekali
b. LGP
Pada tingkat ini penderita belum mengalami kelainan dan dapat
melakukan aktifitas normal.
2. Tingkat klinis 2 (dini )
a. Penurunan berat badan kurang dari 10%
b. Kelainan mulut dan kulit yang ringan.
c. Herpes zoster yang timbul pada 5 tahun terakhir.
d. Infeksi saluran nafas bagian atas berulang.
Pada tingkat ini penderita sudah menunjukan gejala, tetapi
aktivitas tetap normal.
3. Tingkat klinis 3 (menengah)
a. Penurunan berat badan lebih dari 10%
b. Diare kronik
c. Demam yang tidak diketahui sebabnya
d. Kandidiasis mulut
e. Bercak putih berambut di mulut
f. Tuberkulosis paru setahun terakhir
g. Infeksi bacterial berat, misalnya pneumonia.
4. Tingkat klinis 4 ( lanjut )
12
a. Badan menjadi kurus
b. pneumonia
5. Toksoplasmosis otak
a. Kriptokokosis dengan diare lebih dari 1 bulan
b. Kriptokokosis di luar paru
c. Infeksi sitomegalo virus pada organ tubuh.
d. Infeksi virus herpes simpleks
e. Mikosis apa saja yang endemic, menyerang banyak organ
tubuh.
f. Kandidiasis esophagus, trakea, bronkus, atau paru.
g. Limpoma
h. Sarcoma kaposis
2.7. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui secara pasti apakah seseorang
terinfeksi HIV sangatlah penting, karena pada infeksi HIV gejala klinisnya dapat
baru telihat setelah bertahun – tahun lamanya.
Secara garis besar yaitu pemeriksaan serologi yang digunakan untuk
mendeteksi antibody terhadap HIV. Pemeriksaan ELISA, bereaksi terhadap
adanya antibodi dalam serum dengan memperlihatkan warna yang lebih jelas
apabila terdeteksi antibodi virus dalam jumlah besar. Karena hasil positif – palsu
dapat menimbulkan dapat psikologis yang besar, maka hasil uji ELISA yang
positif di ulang, dan apabila keduanya positif maka dilakukan uji yang lebih
spesifik, western blot. Uji western blot di lakukan dua kali.1.
2.8. Komplikasi HIV/AIDS
1. Oral
Lesi karena kandidiasis, herpes simplek, sarcoma kaposi, HVP oral,
gingivitis, peridonitis HIV, leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan
berat badan, keletihan dan cacat.
13
2. Neurologik
a. Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung HIV pada sel
saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan
motorik, kelemahan, disfasia dan isolasi sosial.
b. Enselophati akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia ,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis/ensefalitis. Dengan efek:
sakit kepala, malaise, demam, paralise, total/parsial.
c. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler, hipotensi sistemik.
d. Neuropati karena inflamasi demielinasi oleh serangan HIV.
3. Gastrointestinal
a. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,
limpoma, dan sarcoma kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,
anoreksia, demam, malabsopsi dan dehidrasi.
b. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma, sarcoma kaposi, obat
illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen,
ikterik, demam atritis.
c. Penyakit anoreksia karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi
perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan
sakit, nyeri rektal , gatal-gatal dan diare.
4. Respirasi
Infeksi karena pneumocystis carinii, cytome qalovirus, virus influenza,
pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek, batuk, nyeri,
hipoksia, keletihan, gagal nafas.
5. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus: virus herpes simplek dan zoster, dermatitis karena
serosis, reaksi otot, lesi scabies, dan dekubitus, gatal, rasa terbakar,
infeksi sekunder dan sepsis.
6. Sensorik
14
a. Pandangan : sarcoma kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
b. Pendengaran: otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan
pendengaran dengan efek nyeri.10
2.9. Penatalaksanaan
HV/AIDS sampai saat ini memang belum dapat disembuhkan secara total.
Namun, belakangan ini menunjukkan bukti yang amat mayakinkan bahwa
pengobatan dengan kombinasi obat anti HIV (obat antiretroviral, di singkat
dengan ARV) bermanfaat menurunkan morbiditas dan mortalitas dini akibat
infeksi HIV.1.2.13.
Pengobatan HIV/AIDS meliputi :
1. Pengobatan sportif
a. Nutrisi dan vitamin yang cukup
b. Bekerja
c. Pandangan hidup yang positif
d. Hobi
e. Dukungan psikologis
f. Dukungan sosial
2. Pencegahan serta pengobatan infeksi oportunistik dan kanker
Bertujuan untuk menghilangi, mengendalikan, dan pemulihan
oportunistik, kanker yang menyertai infeksi HIV/AIDS.
3. Pengobatan antiretroviral (ARV)
Pemberian ARV telah menyebabkan kondisi kesehatan ODHA menjadi
lebih baik. Infeksi kriptosporidiasis yang sebelumnya sukar diobati,
menjadi lebih mudah di tangani.
Terapi yang di anjurkan WHO adalah :
a. Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTI)
- Zidovudin (AZT ) 300 mg setiap 12 jam
- Lavivudin (3TC ) 300 mg sekali sehari
b. Non - Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NNRTI)
15
- Nevirapin (NVP)200 mg sekali sehari selama 14 hari, selanjutnya
setiap 12 jam.
- Efavirenz (EFV ) 600 sekali sehari.
Obat ARV masih merupakan terapi pilihan karena :
a. Obat ini bias memperlambat progresivitas penyakit dan dapat
memperpanjang daya tahan tubuh.
b. Obat ini aman, mudah, dan tidak mahal.
2.10. Pencegahan HIV/AIDS
Pencegahan tentu saja harus dikaitkan dengan cara penularan HIV seperti
yang sudah di kemukakan. Ada beberapa cara pencegahan HIV/AIDS yaitu :2.8.9
1. Pencegahan penularan melalui hubungan seksual, infeksi HIV terutama
terjadi melalui hubungan seksual, sehingga pencegahan AIDS perlu
difokuskan pada hubungan seksual. Untuk ini perlu dilakukan penyuluhan
agar orang berperilaku seksual yang aman dan bertanggung jawab, yakni
hanya mengadakan hubungan seksual dengan pasangan sendiri
(suami/istri), apabila salah satu pasangan sudah terinfeksi maka dalam
melakukan hubungan seksual perlu digunakan kondom secara benar,
mempertebal iman agar tidak terjerumus ke dalam hubungan-hubungan
seksual di luar nikah.
2. Pencegahan penularan melalui darah dapat berupa, pencegahan dengan
cara memastikan bahwa darah dan produk-produknya yang di pakai untuk
transfusi tidak tercemar virus HIV, jangan menerima donor darah dari
orang yang berisiko tinggi tertular AIDS, gunakan alat – alat kesehatan
seperti jarum suntik, alat cukur, alat tusuk untuk tindik yang bersih dan
suci hama. Memperhatikan alat-alat yang tercemar bila hendak di gunakan
untuk menembus kulit dan darah (jarum suntik, jarum tato), pastikan alat-
alat tersebut steril.
3. Pencegahan penularan dari ibu anak (perinatal). Ibu – ibu yang ternyata
terinfeksi HIV, disarankan untuk tidak hamil.
a. HIV/AIDS tidak menular kecuali :
16
1. Melakukan hubungan seks dengan seorang ODHA.
2. Melakukan hubungan seks dengan homo hetero seksual yang
pasanga tidak terinfeksi HIV
3. Melakukan hubungan seks berganti-ganti pasangan tanpa memakai
kondom.
4. Menggunakan jarum suntik secara bergantian atau menggunakan
jarum bekas,
5. Dari wanita ODHA melalui ASI (virus HIV hidup dan berkembang
biak didalam darah, cairan sperma, cairan vagina dan Air Susu Ibu
(ASI).
6. Dari wanita ODHA melalui kelahiran.
Siapapun bisa terkena AIDS, jika perilakunya berisiko. Penampilan
luar tidak menjamin bebas HIV. ODHA sering terlihat sehat dan merasa
sehat. Jika belum melakukan tes HIV, ODHA tidak tahu bahwa dirinya
telah tertular HIV dan dapat menularkan HIV kepada orang lain. Tes HIV
adalah satu – satunya cara mendapatkan kepastian tertular atau tidak.
b. HIV tidak menular melalui.2.9.11 :
1. Keringat
2. Air liur
3. Tempat duduk Toilet
4. Bersentuhan dengan pengidap HIV,
5. Bersin
6. Batuk
7. Gigitan nyamuk dan kutu.
2.11. Perilaku
2.11.1.Definisi
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme ( makhluk hidup )
yang bersangkutan. Pada hakikatnya, perilaku manusia adalah tindakan atau
aktivitas dari manusia itu sendiri, antara lain adalah berjalan, menangis, tertawa,
17
bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini, dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan
atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak
diamati oleh pihak luar.5.6
Skiner (1938), seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar)
dan merupakan totalitas pemahaman dan aktivitas seseorang yang merupakan
hasil bersama antara factor internal dan eksternal. Perilaku seseorang sangat
kompleks, dan mempunyai bentangan yang sangat luas.5.6
2.11.2. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
pancaindra manusia, yaknj,indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
raba. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melaui indra pengdengaran
(telinga), dan indra pengliatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek
mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda- beda.5.6
2.11.3. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Campbell (1950) mendefisikan
bahwasannya sikap itu suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam merespon
stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian
dan gejala kejiwaan yang lain. Seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa
sikap adalah merupakan kesiapan atau kesedihan untuk bertindak,dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain fungsi sikap belum
merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan
predisposisi perilaku (tindakan), atau reaksi terbuka.5.6
2.11.4. Tindakan
Merupakan suatu sikap yang belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan.
Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata di perlukan faktor
pendukung atau kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas. Di samping
18
faktor lain, sangat dibutuhkan faktor dukungan dari pihak lain, misalnya : orang
tua atau mertua, suami atau istri, sahabat, dan lain-lain.5.6
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Adapun kerangka konsep penelitian dari proposal penelitian “Perilaku
siswa - siswi terhadap pencegahan HIV/AIDS di SMA Eria kota Medan Tahun
2013” adalah :
19
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
3.2. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Defini Operasional
Variable Definisi Operasional Alat dan Cara
Pengukuran
Hasil Pengukuran Skala
Pengukuran
a.Pengetahuan Pengetahuan adalah apa
yang diketahui siswa-
siswi tentang virus HIV
terbanyak ditemukan,
Wawancara
dengan
menggunakan
kuesioner
a. Baik
b. Sedang
c. Kurang
Ordinal
Pencegahan HIV/AIDS siswa –
siswi SMA Eria Kota Medan
Perilaku siswa – siswi :
a. Pengetahuan
b. Sikap
c. Tindakan
20
pengertian, penularan,
gejala, penyebab,
penatalaksanaan dan
informasi HIV/AIDS.
b.Sikap Sikap adalah tanggapan
atau respon siswa –
siswi tentang mencegah
penyebaran HIV/AIDS
dan jika penderita
HIV/AIDS berinteraksi
dengan bebas di
lingkungan sekitarnya.
Wawancara
dengan
menggunakan
kuesioner
a. Baik
b. Sedang
c. Kurang
Ordinal
21
c.Tindakan Tindakan adalah usaha
yang dilakukan siswa –
siswi tentang
mencegah penyebaran
HIV/AIDS dan jika
memiliki teman yang
terinfeksi HIV/AIDS.
Wawancara dengan
menggunakan
kuesioner
a. Baik
b. Sedang
c. Kurang
Ordinal
d. Pencegahan Pencegahan adalah
mengurangi resiko
penyakit dan penularan
penyakit.
Wawancara dengan
menggunakan
kuesioner
a. Baik
b. Sedang
c. Kurang
Ordinal
22
3.3. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei yang
bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional di mana dalam penelitian ini
tiap subyek hanya di observasi satu kali pada rentang waktu tertentu untuk
mendapatkan informasi tentang perilaku siswa - siswi terhadap pencegahan
HIV/AIDS di SMA Eria Kota Medan.
3.4. Waktu dan Tempat Penelitian
3.4.1. Waktu
Waktu penelitian meliputi studi kepustakaan, survei awal, seminar proposal,
pengumpulan data ( lapangan), sidang hasil pada bulan Mei s/d Desember 2013.
3.4.2. Tempat penelitian
Penelitian dilakukan di SMA Eria Jl.Sisingamangaraja No 195 Kota Medan..
3.5. Populasi dan Sampel Penelitian
3.5.1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa – siswi kelas XII SMA
Eria Medan yang berjumlah 163 siswa.
3.5.2. Sampel Penelitian
Pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling, dimana
setiap siswa – siswi mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel.
Besar sampel di tentukan dengan menggunakan rumus dari Taro Yamane : 12.14
n =
N
1+N (d2)
23
Keterangan :
N = Besar Populasi
n = Jumlah sampel
d = Tingkat kepercayaan / ketetapan yang diinginkan (10%)
Maka jumlah sampel yang di peroleh dari rumus di atas 61,9 sample,
dalam hal ini dibulatkan menjadi 62 sampel.
3.6. Kreteria Inklusi
a. Siswa – siswi yang masih aktif sekolah di SMA Eria Kota Medan
b. Bersedia menjadi responden
c. siswa – siswi kelas XII
d. di pilih secara acak berdasarkan absensi kelas baik laki – laki maupun
perempuan, berbeda usia, berbeda agama.
3.7. Kreteria Eksklusi
a. Siswa – siswi yang tidak aktif atau tidak bersekolah lagi di SMA Eria
Kota Medan
b. Tidak bersedia menjadi responden.
3.8. Tehnik Pengumpulan Data
3.8.1. Data Primer
Data yang di peroleh melalui kuisioner dengan bentuk pertanyaan
dalam bentuk multiple choise dengan tiga pilihan.
163
1+163 (0,12 )Jadi : n = 61,9
24
3.8.2. Data Sekunder
Data yang di perlukan dan didapat dari pencacatan Administrasi
Sekolah setelah mendapat izin dari Kepala Sekolah SMA Eria Kota
Medan.
3.9. Pengolahan dan Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan diolah dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
a. Editing
Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus dilakukan
penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Editing adalah merupakan
kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner
tersebut.
b. Coding
Data telah di edit kemudian dirubah ke dalam bentuk angka dan nama
responden akan dirubah menjadi nomor kode responden.
c. Memasukan data ( Data Entry ) atau processing
Yaitu jawaban – jawaban dari masing – masing responden yang dalam
bentuk “kode” (angka atau huruf) di masukan ke dalam program atau
“software” computer.
d. Tabulasi, yaitu membuat table – table data, sesuai dengan tujuan penelitian
yang di inginkan peneliti.
3.9.1 Analisa Data
3.9.1.1 Univariat
Analisa univariat biasa digunakan dalam penelitian deskriptif.
Analisa ini dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada
umumnya dalam analisa ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase
dari tiap variabel.
25
3.10. Instrumen Penelitian
Intrumen yang di pakai adalah berupa kuisioner yang terdiri dari 15
pertanyaan berdasarkan tinjauan pustaka sebagai berikut :
a. 5 pertanyaan untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa – siswi
terhadap HIV/AIDS.
b. 5 pertanyaan untuk mengetahui sikap siswa – siswi terhadap pencegahan
HIV/AIDS.
c. 5 pertanyaan untuk mengetahui tindakan siswa – siswi terhadap
pencegahan HIV/AIDS.
3.11. Tehnik Pengukuran Data
Teknik penilaian pengetahuan, perilaku, sikap, dan tindakan terhadap
pencegahan HIV/AIDS adalah berdasarkan teori dari Hadi Pratomo, yaitu :
a. Baik, jika jawaban benar > 75% dari skor total (11-15 soal yang benar)
b. Sedang, jika jawaban benar 40-75% dari skor total ( 6-10 soal yang
benar)
c. Kurang, jika jawababn benar <40% dari skor total ( 1-5 soal yang
benar )
26
Table 3.2. Tehnik Pengukuran Kuesioner
No Variabel yang
diteliti
Nomor Urut
Pertanyaan
Skor Jawaban
A B C
1 Pengetahuan 1 2 1 0
2 2 1 0
3 2 1 0
4 2 1 0
5 2 1 0
2 Sikap 6 2 1 0
7 2 1 0
8 2 1 0
9 2 1 0
10 2 1 0
3 Tindakan 11 2 1 0
12 2 1 0
13 2 1 0
14 2 1 0
15 2 1 0
3.12. Skor dari Kuesioner
a. Pengetahuan
Nilai untuk pengetahuan1. Untuk jawaban benar = 1 (a)
2. Untuk jawaban kurang benar = 2 (b)
3. Untuk jawaban salah = 0 (c)
Maksimal skor = 10
27
b. Sikap
Nilai untuk sikap1. Untuk jawaban benar = 2 (a)
2. Untuk jawaban kurang benar = 1 (b)
3. Untuk jawaban salah = 0 (c)
Maksimal skor = 10
c. Tindakan
Nilai untuk tindakan1. Untuk jawaban benar = 2 (a)
2. Untuk jawaban kurang benar = 1 (b)
3. Untuk jawaban salah = 0 (c)
Maksimal skor = 10
28
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Hasil penelitian
4.1.1. Analisis Univariat
Dalam penelitian ini melibatkan 62 Siswa/Siswi SMA Eria Kota Medan
kelas XII. Gambaran yang diamati meliputi: umur, jenis kelamin dan kelas.
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia
Usia Responden Frekuensi (Orang) %<16 0 0
16-17 60 96,77>17 2 3,23
Jumlah 62 100
Dari tabel 4.1 tentang responden berdasarkan usia,diketahui bahwa sampel
yang diteliti kelompok terbesar pada usia 16-17 tahun yaitu sebanyak 60 orang
(96,77 %) dan diikuti dengan kelompok paling sedikit jumlah usia di atas 17
tahun sebanyak 2 orang (3,23 %).
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi (Orang) %Laki-laki 24 38,71
Perempuan 38 61,29Jumlah 62 100
Dari tabel 4.2 distribusi responden berdasarkan jenis kelamin diketahui
bahwa jumlah responden perempuan lebih banyak yaitu 38 orang ( 61,29%) di
bandingkan jumlah responden laki-laki yaitu 24 orang (38,71 %).
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Perilaku Siswa-Siswi Terhadap Pencegahan HIV/AIDS Berdasarkan Usia.
Usia Baik % Sedang % Kurang %<16 0 0 0 0 0 0
29
16-17 10 16,13 50 80,64 0 0>17 2 3,23 0 0 0 0Dari tabel 4.3 tentang hubungan usia dengan perilaku siswa-siswi terhadap
pencegahan HIV/AIDS. Untuk penilaian baik terbanyak pada usia 16-17 tahun
dengan jumlah 10 orang ( 16,13%) dan untuk penilaian sedang terbanyak pada
usia 16-17 tahun dengan jumlah 50 orang (80,64%), sedangkan untuk penilaian
kurang/rendah dan dengan jumlah 0 orang (0%).
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Dengan Perilaku Siswa-Siswi Terhadap Pencegahan HIV/AIDS Berdasarkan Jenis Kelamin.
Jenis Kelamin Baik % Sedang % Kurang %Laki-laki 8 12,90 17 27,42 0 0
Perempuan 4 6,45 33 53,23 0 0
Dari tabel 4.4 tentang hubungan jenis kelamin dengan tingkat perilaku
siswa-siswi terhadap pencegahan HIV/AIDS. Untuk penilaian baik terbanyak
pada laki-laki dengan jumlah 8 orang ( 12,90%) dan untuk penilaian sedang
terbanyak pada perempuan dengan jumlah 33 orang (53,23%), sedangkan untuk
penilaian kurang/rendah dan dengan jumlah 0 orang (0%).
4.5. Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan siswa - siswi SMA Eria Kota Medan terhadap
pencegahan HIV/AIDS yang telah diuji dengan menggunakan kuisioner dapat
dilihat.
Tabel 4.5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Responden Tentang Apa Yang Menyebabkan HIV/AIDS
Jawaban Jumlah %a. Virus 30 48b. Bakteri dan virus 24 39c. Bakteri, jamur, dan virus 8 13
Jumlah 62 100
Dari tabel 4.5.1 dapat dilihat bahwa 62 responden yang mengetahui
tentang penyebab HIV/AIDS adalah virus 30 orang (48%), yang menjawab
30
bakteri dan virus 24 orang (39%0 dan yang menjawab bakteri, jamur dan virus 8
orang (13%).
Tabel 4.5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Responden Tentang Dimana Virus HIV Terbanyak Ditemukan
Jawaban Jumlah %a. Darah 44 71b. Sperma 10 16c. Keringat 8 13
Jumlah 62 100
Dari tabel 4.5.2 dapat dilihat bahwa 62 responden yang mengetahui
tentang virus HIV terbanyak ditemukan adalah darah 44 orang (71%), yang
menjawab sperma 10 orang (16%) dan yang menjawab keringat 8 orang (13%).
Tabel 4.5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Responden Tentang Bagaimana Penularan Virus HIV Kemanusiaan
Jawaban Jumlah %a. Melalui hubungan seksual 57 92b. Melalui jarum suntik 5 8c. Melalui pakaian 0 0
Jumlah 62 100
Dari tabel 4.5.3 dapat dilihat bahwa 62 responden yang mengetahui
tentang bagaimana penularan virus HIV kemanusia adalah melalui hubungan
seksual 57 orang (92%)), yang menjawab melalui jarum suntik 5 orang (8%), dan
yang menjawab melalui pakaian 0 orang.
Tabel 4.5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Responden Tentang Dari Manakah Anda Sering Mendapat Informasi Bahaya Terinfeksi HIV/AIDS
Jawaban Jumlah %a. Media massa 38 61b. Orang tua dan guru 14 23c. Penyuluhan kesehatan 10 16
Jumlah 62 100
Dari tabel 4.5.4 dapat dilihat bahwa 62 responden yang mengetahui
tentang dari manakah anda sering mendapat informasi bahaya terinfeksi
31
HIV/AIDS adalah media massa 38 orang (61%), yang menjawab orang tua dan
guru 14 orang (23%), dan yang menjawab penyuluhan kesehatan 10 orang (16 %).
Tabel 4.5.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Responden Tentang Manakah Dibawah Ini Yang Dapat Dengan Mudah Menularkan HIV.
Jawaban Jumlah %a. Transfusi darah 13 21b. Pekerja seksual/orang yang berganti-ganti
pasangan 48 77
c. Memakai bekas pakaian penderita HIV 1 2Jumlah 62 100
Dari tabel 4.5.5 dapat dilihat bahwa 62 responden yang mengetahui
tentang manakah dibawah ini yang dapat dengan mudah menularkan HIV adalah
transfuse darah 13 orang (21%), yang menjawab pekerja seksual/orang yang
berganti-ganti pasangan 48 orang (77%), dan yang menjawab memakai bekas
pakaian penderita HIV 1 orang (2%).
Table 4.5.6 Gambaran Tingkat Keseluruhan Pengetahuan Responden Tentang Pencegahan HIV/AIDS
Pengetahuan Jumlah %1 Baik 37 59,72 Sedang 25 40,33 Kurang 0 0
Jumlah 62 100
Dari tabel 4.5.6 dapat dilihat bahwa 62 responden yang mengetahui
tentang pencegahan HIV/AIDS adalah baik 37 orang (59,7%), sedang 25 orang
(40,3%), kurang 0 orang (0%).
32
4.6. Sikap
Sikap Siswa – siswi SMA Eria Kota Medan dalam mencegah HIV/AIDS
yang telah diuji dengan menggunakan kuisioner dapat dilihat dalam tabel dibawah
ini.
Tabel 4.6.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sikap Responden Tentang Apakah Anda Setuju Jika Kondom Dapat Juga Mencegah Penyebaran Penderita HIV/AIDS
Jawaban Jumlah %a. Setuju, karena kondom dapat mencegah
terjadinya HIV/AIDS13 21
b. Setuju, karena tidak ada cara lain dan praktis 4 6
c. Tidak setuju, karena kondom belum terbukti dapat mencegah HIV/AIDS
45 73
Jumlah 62 100
Dari tabel 4.6.1 dapat dilihat bahwa 62 responden yang mengetahui
tentang apakah anda setuju jika kondom juga dapat mencegah penyebaran
penderita HIV/AIDS adalah Setuju, karena kondom dapat mencegah terjadinya
HIV/AIDS 13 orang (21%), yang menjawab Setuju, karena tidak ada cara lain dan
praktis 4 orang (6%), dan yang menjawab Tidak setuju, karena kondom belum
terbukti dapat mencegah HIV/AIDS 45 orang (73%).
Tabel 4.6.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sikap Responden Tentang Apakah Anda Setuju Jika Penderita HIV/AIDS Berinteraksi Dengan Bebas Di Lingkungan Anda
Jawaban Jumlah %a. Setuju, karena HIV tidak ditularkan melalui
udara20 32
b. Setuju, karena penderita HIV bersosialisasi dengan masyarakat
6 10
c. Tidak setuju, karena dapat menularkan kepada orang lain.
36 58
Jumlah 62 100
33
Dari tabel 4.6.2 dapat dilihat bahwa 62 responden yang mengetahui
tentang apakah anda setuju jika penderita hiv/aids berinteraksi dengan bebas di
lingkungan anda adalah setuju, karena HIV tidak ditularkan melalui udara 20
orang (32%), yang menjawab setuju, karena penderita HIV bersosialisasi dengan
masyarakat 6 orang (10%), dan yang menjawab tidak setuju, karena dapat
menularkan kepada orang lain 36 orang (58%).
Tabel 4.6.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sikap Responden Tentang Apakah Anda Setuju Jika Penderita HIV/AIDS Segera Memeriksakan Dirinya Ke Dokter
Jawaban Jumlah %a. Setuju, karena untuk memperlambat
perkembangan virus HIV.27 44
b. Setuju, karena untuk mencegah terjadinya penyebaran dan pendataan dinas kesehatan
31 50
c. Tidak setuju, karena penderita tidak bisa sembuh sendiri.
4 6
Jumlah 62 100
Dari tabel 4.6.3 dapat dilihat bahwa 62 responden yang mengetahui
tentang apakah anda setuju jika penderita HIV/AIDS segera memeriksakan
dirinya ke dokter adalah Setuju, karena untuk memperlambat perkembangan virus
HIV 27 orang (44%), yang menjawab setuju, karena untuk mencegah terjadinya
penyebaran dan pendataan dinas kesehatan 31 orang (50%), dan yang menjawab
Tidak setuju, karena penderita tidak bisa sembuh sendiri 4 orang (6%).
Tabel 4.6.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sikap Responden Tentang Apakah Anda Setuju Jika Dilakukannya Penyuluhan Tentang Bahaya HIV/AIDS Di Lingkungan Anda
Jawaban Jumlah %a. Setuju, agar masyarakat tahu tentang bahaya
HIV/AIDS.49 79
b. Setuju, agar tahu cara pencegahannya dan sekali – kali ada acara di lingkungan saya.
12 19
c. Tidak setuju, karena topiknya tidak menarik dan itu-itu saja.
1 2
34
Jumlah 62 100
Dari tabel 4.6.4 dapat dilihat bahwa 62 responden yang mengetahui
tentang apakah anda setuju jika dilakukannya penyuluhan tentang bahaya
HIV/AIDS dilingkungan anda adalah setuju, agar masyarakat tahu tentang bahaya
HIV/AIDS 49 orang (79%), yang menjawab setuju, agar tahu cara pencegahannya
dan sekali – kali ada acra di lingkungan saya 12 orang (19%), dan yang menjawab
tidak setuju, karna topiknya tidak menarij dan itu – itu saja 1 orang (2%).
Tabel 4.6.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sikap Responden Tentang Apakah Anda Setuju Apabila Anda Ditempatkan Satu Ruangan Dengan Penderita HIV/AIDS
Jawaban Jumlah %a. Setuju, karena HIV/AIDS tidak menular melalui
bersentuhan.6 10
b. Setuju, karena lingkungan tidak menjadi faktor penularan HIV/ AIDS.
12 19
c. Tidak setuju, karena dapat tertular melalui kulit luka.
44 71
Jumlah 62 100
Dari tabel 4.6.5 dapat dilihat bahwa 62 responden yang mengetahui
tentang apakah anda setuju apabila anda ditempatkan satu ruangan dengan
penderita HIV/AIDS adalah Setuju, karena HIV/AIDS tidak menular melalui
bersentuhan 6 orang (10%), yang menjawab Setuju, karena lingkungan tidak
menjadi faktor penularan HIV/AIDS 12 orang (19%), dan yang menjawab tidak
setuju, karena dapat tertular melalui kulit luka 44 orang (71%).
Tabel 4.6.6 Gambaran Tingkat Keseluruhan Sikap Responden Tentang Pencegahan HIV/AIDS
Sikap Jumlah %1 Baik 5 8,02 Sedang 42 67,83 Kurang 15 24,2
Jumlah 62 100
35
Dari tabel 4.6.6 dapat dilihat bahwa 62 responden yang mengetahui
tentang pencegahan HIV/AIDS adalah baik 5 orang (8,0%), sedang 42 orang
(67,8%), kurang 15 orang (24,2%)
4.7. Tindakan Responden Tentang Pencegahan HIV/AIDS
Tabel 4.7.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sikap Responden Tentang Apa Tindakan Anda Jika Ingin Mencegah HIV/AIDS
Jawaban Jumlah %a. Menghindari seks bebas 40 65b. Menghindari narkoba 4 6c. Menjaga kesehatan badan 18 29
Jumlah 62 100
Dari tabel 4.7.1 dapat dilihat bahwa 62 responden yang mengetahui
tentang apa tindakan anda jika ingin mencegah HIV/AIDS adalah Menghindari
seks bebas 40 orang (65%), yang menjawab Menghindari narkoba 4 orang (6%),
dan yang menjawab Menjaga kesehatan badan 18 orang (29%).
Tabel 4.7.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sikap Responden Tentang Apa tindakan Anda Jika Memiliki Teman Yang Terinfeksi HIV/AIDS
Jawaban Jumlah %a. Tetap berteman & memberi semangat hidup 33 53b. Tidak mengucilkan 17 28
c. Biasa saja. 12 19Jumlah 62 100
Dari tabel 4.7.2 dapat dilihat bahwa 62 responden yang mengetahui
tentang Apa tindakan anda jika memiliki teman yang terinfeksi HIV/AIDS adalah
Tetap berteman & memberi semangat hidup 33 orang (53%), yang menjawab
tidak mengucilkan 17 orang (28%), dan yang menjawab biasa saja 12 orang (19
%).
Tabel 4.7.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sikap Responden Tentang Apa yang anda lakukan untuk mencegah penyebaran HIV/AIDS di lingkungan sekitar anda
Jawaban Jumlah %a. Melakukan penyuluhan 21 34
36
b. Memperbanyak kegiatan – kegiatan yang bersifat positif
40 65
c. Tidak melakukan apapun 1 2Jumlah 62 100
Dari tabel 4.7.3 dapat dilihat bahwa 62 responden yang mengetahui
tentang Apa yang anda lakukan untuk mencegah penyebaran HIV/AIDS di
lingkungan sekitar anda adalah melakukan penyuluhan 21 orang (34%), yang
menjawab memperbanyak kegiatan-kegiatan yang positif 40 orang (65%), dan
yang menjawab tidak melakukan apapun 1 orang (2%).
Tabel 4.7.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sikap Responden Tentang Apa Yang Anda Lakukan Jika Anggota Keluarga Anda Sendiri Menderita HIV/AIDS
Jawaban Jumlah %a. Berobat kesarana kesehatan terdekat dan memberi
dukungan psikologis57 92
b. Di kucilkan 4 6
c. Pura –pura tidak tahu. 1 2Jumlah 62 100
Dari tabel 4.7.4 dapat dilihat bahwa 62 responden yang mengetahui
tentang apa yang anda lakukan jika anggota keluarga anda sendiri menderita
HIV/AIDS adalah Berobat kesarana kesehatan terdekat dan memberi dukungan
psikologis 57 orang (92 %), yang menjawab dikucilkan 4 orang (6%), dan yang
menjawab pura – pura tidak tahu 1orang (2%).
Tabel 4.7.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sikap Responden Tentang Apa Yang Anda Lakukan Jika Teman Anda Menderita HIV/AIDS
Jawaban Jumlah %a. Memberi saran agar segera berobat 53 85b. Pura-pura tidak tahu 0 0
c. Menjauhi diri agar tidak tertular 9 15Jumlah 62 100
Dari tabel 4.7.5 dapat dilihat bahwa 62 responden yang mengetahui
tentang apa yang anda lakukan jika teman anda menderita HIV/AIDS adalah
memberi saran agar segera berobat 53 orang (85%), yang menjawab pura – pura
37
tidak tahu 0 orang (0%), dan yang menjawab menjahui diri agar tidak tertular 9
orang (15%).
Tabel 4.7.6 Gambaran Tingkat Keseluruhan Tindakan Responden Tentang Pencegahan HIV/AIDS
Tindakan Jumlah %1 Baik 30 48,42 Sedang 31 503 Kurang 1 1,6
Jumlah 62 100
Dari tabel 4.7.6 dapat dilihat bahwa 62 responden yang mengetahui
tentang pencegahan HIV/AIDS adalah baik 30 orang (48,4%), sedang 31 orang
(50%), kurang 1 orang (1,6%)
Tabel 4.7.7 Gambaran Perilaku Responden Tentang Pencegahan HIV/AIDS
Perilaku Jumlah %1 Baik 12 19,42 Sedang 50 80,63 Kurang 0 0
Jumlah 62 100
Dari table 4.7.7 tentang distribusi berdasarkan Perilaku siswa-siswi
terhadap pencegahan HIV/AIDS, dapat diketahui bahwa sebagian dalam
penelitian memiliki pengatahuan, sikap, dan tindakan yang kurang / rendah yaitu
sebanyak 0 orang (0%), sedangkan responden yang memiliki tingkat pengetahuan,
sikap, dan tindakan sedang yaitu sebanyak 50 orang (80,6%), dan untuk
responden yang tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan baik yaitu sebanyak 12
orang ( 19,4 %).
38
BAB 5
PEMBAHASAN
5.1. Pembahasan
5.1.1 Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Eria Kota Medan berada
dalam kategori baik (59,7 %). Tetapi masih ada beberapa siswa-siswi yang
masih belum memahami tentang penyakit, penularan dan pencegahan
penyakit HIV/AIDS ini. Hal ini didukung karena adanya siswa - siswi yang
belum mengerti pengetahuan tentang HIV/AIDS dan sumber informasi yang
tidak benar yang pernah mereka dengar sebelumnya. Pengetahuan mengenai
penyakit HIV/AIDS sangat perlu sekali diperhatikan agar remaja tahu yang
sebenarnya dan tidak hanya mendengar dari mitos-mitos yang ada selama
ini, karena adanya mitos-mitos yang menyimpang sehingga banyak
kalangan remaja menjauhi orang yang terkena HIV/AIDS jadi orang
tersebut seperti didiskriminasi oleh masyarakat khususnya anak remaja yang
tidak mengetahui hal yang sebenarnya.
Pengetahuan seorang remaja mungkin dipengaruhi oleh usia.
Dengan bertambahnya usia seseorang maka pengetahuannya juga
bertambah. Hal ini sesuai dengan Notoadmojo (2007) bahwa pengetahuan
diperoleh setelah seseorang penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Dengan bertambahnya usia seseorang maka semakin sering seseorang
melakukan penginderaan terhadap objek tertentu sehingga akan
berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan suatu hal/objek.
Selain faktor usia, pengetahuan mengenai HIV/AIDS juga
berpengaruh dengan jenis kelamin, seperti yang telah saya lihat melalui
kuisioner yang saya berikan, kaum wanita yang lebih banyak mengetahui
tentang penyakit HIV/AIDS ini dibandingkan laki-laki. Dizaman era
globalisasi sekarang yang lebih banyak mengetahui hal seperti ini adalah
39
wanita, karena hal itu wanita sekarang dianggap aktif dalam mencari dan
memahami dampak dari penyakit HIV/AIDS.
5.1.2 Sikap
Sikap Siswa-Siswi SMA Eria Kota Medan berada dalam kategori
sedang (67,8%). Sikap belum merupakan suatu tindakan ataupun aktifitas,
namun merupakan pre-disposisi tindakan atau prilaku. Sikap dapat
dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan seseorang. Hal ini sesuai karena
pengetahuan akan suatu objek atau stimulus memegang peranan penting
dalam penentuan sikap (Notoadmojo,2007).
Pada umumnya responden tidak setuju, karena kondom belum
terbukti dapat mencegah HIV/AIDS 45 orang (73%), kemudian tidak setuju,
karena dapat menularkan kepada orang lain 36 orang (58%), kemudian
setuju, karena untuk mencegah terjadinya penyebaran dan pendataan dinas
kesehatan 31 orang (50%), kemudian setuju, agar masyarakat tahu tentang
bahaya HIV/AIDS 49 orang (79%), kemudian tidak setuju karena dapat
tertular memalui kulit luka 44 orang (71%).
5.1.3 Tindakan
Tindakan siswa-siswi SMA Eria Kota Medan dalam kategori sedang
yang berjumlah 50%, dimana hampir semua siswa-siswi memiliki tindakan
yang sangat baik bagi pasien yang terkena penyakit HIV/AIDS, ini terbukti
dari hasil kuisioner yang saya dapat bahwa mereka memiliki tindakan yang
tepat jika mereka berada disekitar orang – orang yang menderita HIV/AIDS.
Sebanyak 40 orang (65%) responden memilih mengindari seks
bebas, kemudian responden memilih tetap berteman dan member semangat
hidup 33 orang (53%), memperbanyak kegiatan – kegiatan yang bersifat
positif 40 orang (65%), berobat kesarana kesehtan terdekat dan member
dukungan psikologi 57 orang (92%), dan kemudian member saran agar
segera berobat 53 orang (85%).
40
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai perilaku
siswa-siswi terhadap pencegahan HIV/AIDS di SMA Eria Kota Medan, dapat
disimpulkan bahwa :
1. Usia siswa –siswi 16-17 tahun yang memiliki pengetahuan lebih baik yaitu
96,77% dari pada usia dibawah siswa-siswi.
2. Siswa –siswi perempuan yang memiliki pengetahuan lebih baik 61,29 %,
dibandingkan laki –laki 38,71%.
3. Dari data hasil penelitian didapatkan gambaran pengethuan, sikap, dan
tindakan siswa-siswi terhadap pencegahan HIV/AIDS berdasarkan skala
pengukuran menurut Hadi Pratomo yaitu :
a. Pengetahuan dalam kategori baik yaitu 59,7%
b. Sikap dalam kategori sedang yaitu 67,8%
c. Tindakan dalam kategori sedang yaitu 50 %
6.2. Saran
1. Kepada Siswa –Siswi
a. Untuk meningkatkan pengetahuan siswa-siswi dalam memahami apa
itu HIV/AIDS. Dan bahayanya penyakit tersebut.
b. Untuk meningkatkan sikap kepedulian siswa-siswi SMA Eria Kota
Medan dalam berteman dengan penderita HIV/AIDS, bukan
menjauhinya melainkan berteman dan memotivasinya.
c. Untuk meningkatkan tindakan siswa-siswi agar dapat mencegah dan
tidak tertular penyakit HIV/AIDS.
41
2. Kepada Pihak Sekolah
a. Diharapkan untuk memberikan pendidikan tambahan tentang seksual
dan penyakit menular akibat seks bebas.
3. Kepada Peneliti
a. Untuk menambah wawasan pengetahuan tentang HIV/AIDS dan
saya berharap kepada peneliti selanjutnya untuk dapat
menyempurnakan karya tulis ilmiah ini.
42
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo AW, Setiyohadi B,Alwi I, Simadibrata M K,Setiati S, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edis, Jakarta Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006.
2. Widoyono. Penyakit Tropis. Semarang, Erlangga, 2011.
3. Utama H. Penyalahgunaan & Ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol & Zat Adiktif ), Jakarta, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2012
4. Subowo. Imunologi Klinik. Jakarta, 2010.
5. Notoadmojo S. Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku Kesehatan .Jakarta, Renika Cipta, 2012.
6. Notoadmojo S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta, Renika Cipta, 2010
7. Notoatmodjo S, HIV/ADIS.Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, Jakarta, Rineka Cipta, 2007.
7. Anderson PS, Mccarty WL. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Jakarta, EGC, 2012.
8. Djuanda A,Hamzah M,Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta, 2007.
9. Scorviani V. Mengungkap Tuntas 9 PMS(penyakit menular seksual).Yogyakarta, Medical Book, 2012.
10. Abdul AW. Aprianto A. Bakteri Patogen xdan Virus.Bandung, Yrama Widya, 2012.
12. Notoatmodjo S. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta, Rineka Cipta, 2010.
13. Mansjoer A. Triyanti K. Savitri R. Kapita Selekta.Edisi 3. Jakarta, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999.
14. Imron M. Munif A. metode penelitian bidang kesehatan. Jakarta. Sangung seto. 2010.
15. Russel Dorothy. Bebas dari 6 penyakit paling mematikan. Yogyakarta. PT buku seru, 2011.
43
top related