penggunaan media pembelajaran adaptif bagi siswa
Post on 12-Mar-2022
16 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN ADAPTIF BAGI SISWA
BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH DASAR INKLUSI: STUDI
DESKRIPTIF
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Novianti Pasuang
NIM: 151134190
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN ADAPTIF BAGI SISWA
BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH DASAR INKLUSI: STUDI
DESKRIPTIF
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Novianti Pasuang
NIM: 151134190
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Karya tulisku ini kupersembahkan untuk:
1. Tuhan Yesus Kristus atas semua penyertaan yang tiada habisnya kepadaku.
2. Orangtua saya, Bapak Yohanis Pala’langan dan Ibu Damaris Pasuang yang
selalu memberikan doa, dukungan, semangat dan kasih sayang.
3. Kakak dan adik saya, Yudit Pala’langan, Lidia Lia datu toding, Vinchecia
Yoris Manita, Monika Kondolele, Patricia Yustina Tambing, Charolus Suka
yang selalu memberikan doa dukungan, semangat.
4. Suster Agustina Rante Allo, JMJ yang selalu memberikan dukungan, doa, dan
bantuan dan semangat.
5. Sahabat-sahabatku dari semester 1 hingga lulus, Anastasia Cindi Permatasari,
Konsita Bela Resinaen, Bruder Mikael, Yuliana Krisnawati, Monieca Nana
Honey, Yustiani Sesean, Dewi Brilian Pasinggi yang selalu memberikan
bantuan dan semangat.
6. Sahabat-sahabat seperjuangan dalam skripsi yang selalu memberikan
semangat.
7. Keluarga besar IKASKAM Jogja yang selalu memberikan dukungan dan
semangat.
8. Almamater Universitas Sanata Dharma tempat saya mengenyam ilmu
pendidikan dan mengukir kenangan yang indah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
Leben wie wesser
-Novianti Pasuang-
Segala perkara dapat kutanggung di dalam yang memberi kekuatan kepadaku
-Filipi 4:13-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PENYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 16 Juli 2019
Peneliti
Novianti Pasuang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Novianti Pasuang
Nomor Mahasiswa : 151134190
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Sanata
Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN ADAPTIF BAGI SISWA
BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH DASAR INKLUSI: STUDI
DESKRIPTIF”.
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpusatakaan Sanata Dharma hak untuk
menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk
pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya ke dalam
Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 16 Juli 2019
Yang menyatakan
Novianti Pasuang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN ADAPTIF BAGI SISWA
BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH DASAR INKLUSI: STUDI
DESKRIPTIF
Novianti Pasuang
Universitas Sanata Dharma
2019
Sekolah inklusi merupakan sekolah reguler yang mengakomodasi dan
mengintergrasikan siswa reguler dan siswa berkebutuhan khusus dalam program
pendidikan yang sama. Sekolah yang telah ditunjuk oleh dinas pendidikan untuk
menyelenggarakan pendidikan inklusi perlu memperhatikan aspek-aspek yang berkaitan
dengan sekolah inklusi salah satunya ada pengadaan dan pemanfaatan media
pembelajaran adaptif. Media pembelajaran menjadi suatu bidang yang harus dikuasai
oleh guru. Media pembelajaran adaptif adalah media pembelajaran yang rancang, dibuat,
dipilih dan digunakan dalam pembelajaran. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
penggunaan media pembelajaran adaptif bagi siswa berkebutuhan khusus SD Harapan
Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih dan SD Pagi Cerah wilayah Kota Yogyakarta.
Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan menggunakan
metode studi deskriptif (study descriptive). Subjek pada penelitian ini yaitu kepala
sekolah, guru kelas bawah, guru kelas atas, dan Guru Pendamping Khusus (GPK) SD
Harapan Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih dan SD Pagi Cerah. Teknik
pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan wawancara, observasi, dan studi
dokumentasi. Data dianalisis dengan cara reduksi data (data reduction), penyajian data
(data display), penarikan kesimpulan (conclusion drawing).Hasil penelitian di SD
Harapan Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih dan SD Pagi Cerah dalam penggunaan
media pembelajaran adaptif adalah media pembelajaran adaptif khusus untuk siswa
berkebutuhan tidak ada tetapi media pembelajaran bersifat umum dan digunakan oleh
seluruh peserta didik, sehingga tidak ada perbedaaan antara siswa berkebutuhan khusus
dengan siswa lainnya.
Kata Kunci: Sekolah inklusi, media pembelajaran adaptif, anak berkebutuhan khusus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
THE USE OF ADAPTIVE LEARNING MEDIA FOR STUDENTS WITH SPECIAL
NEEDS IN INCLUSIVE BASIC SCHOOLS: A DESCRIPTIVE STUDY
Novianti Pasuang
University of Sanata Dharma
2019
Inclusion schools are regular schools that accommodate and integrate regular
students and students with special needs in the same education program. Schools that
have been appointed by the education office to organize inclusive education need to pay
attention to aspects related to inclusive schools, one of which is the procurement and
utilization of adaptive learning media. Learning media is one of the most important
components in a learning system, media as a tool for delivering material can be easily
understood. Adaptive learning media for children with special needs is designed, created,
selected and used in learning so that it can be useful and suitable in learning activities.
This study was conducted to determine the application of adaptive learning media at SD
Harapan Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih, and SD Pagi Cerah in the district of
Yogyakarta.
This research was a descriptive qualitative by using the descriptive study
method (descriptive study). The subjects of this study were principals, the teacher of class
II, the teacher of class VI, and the Shadow Teachers (Special Teachers' Assistance) of SD
Harapan Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih, and SD Pagi. The data collection
techniques in this study were interviews, observation, and documentation studies. The
data were analyzed by means of data reduction (reduction data), presentation of data
(data display), and conclusions (conclusion drawing). The results of research at Harapan
Mulia Elementary School, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih and SD Pagi Cerah using of
adaptive learning media were specials adaptive learning media for students with no needs
but learning media were general and were using by all students, so there was no
difference between students with special needs with other students.
Keywords: Inclusion school, adaptive learning media, children with special needs.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan karunia-Nya, sehingga peneliti mampu menyelesaikan dengan baik skripsi yang
berjudul “PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN ADAPTIF BAGI
SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH DASAR INKLUSI:
STUDI DESKRIPTIF”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk kelulusan
dalam memperoleh gelar sarjana. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak akan
berhasil tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak karena itu, dengan segenap
hati peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.
3. Kintan Limiansih, M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.
4. Laurensia Aptik Evanjeli, S.Psi., M.A. selaku Dosen Pembimbing I yang telah
membimbing dan mengatakan dengan penuh kesabaran dalam perjalanan skripsi
ini hingga selesai.
5. Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi. selaku Dosen Pembimbing II yang
telah membimbing dan mengatakan dengan penuh kesabaran dalam perjalanan
skripsi ini hingga selesai.
6. Kepala Sekolah salah satu Sekolah Dasar Inklusi di Kota Yogyakarta yang telah
mengijinkan penulis untuk mengadakan penelitian sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi dengan lancar.
7. Guru Sekolah Dasar inklusi di Kota Yogyakarta yang sudah membantu dan
bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
8. Kedua orangtua, Bapak Yohanis Pala’langan dan Ibu Damaris Pasuang selalu
memberikan doa, dukungan, semangat dan kasih sayang sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi dengan lancar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
9. Kakak dan adik saya, Ella Pampang, Yudit Pala’langan, Lidia Lia Datu Toding,
Vinchecia Yoris Manita, Monika Kondolele, Patricia Yustina Tambing, Charolus
Suka yang selalu memberikan semangat sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi dengan lancar.
10. Suster Agustina yang selalu memberikan dukungan, doa, dan bantuan dan
semangat.
11. Sahabat-sahabatku dari semester 1 hingga lulus, Anastasia Cindi Permatasari,
Konsita Bela Resinaen, Bruder Mikael, Yuliana Krisnawati, Monieca Nana
Honey, Yustiani Sesean, Dewi Brilian Pasinggi, Widasari Mintin Tangalayuk,
Anugrah Ningrum Saputri yang selalu memberikan bantuan dan semangat dalam
mengerjakan skripsi sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.
12. Teman-teman yang berada di dalam grup “Jasukeh” Dewi, Egin, Rosa, Dian,
Tiara yang telah memberikan semangat, motivasi, bantuan, dan doa.
13. Teman-teman satu kelompok payung yang melaksanakan penelitian di Kota
Yogyakarta Rika dan Afriyanda yang telah memberikan bantuan dan motivasi.
14. Keluarga besar IKASKAM Yogyakarta yang selalu memberikan dukungan dan
semangat sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.
Peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................................... iv
HALAMAN MOTTO. ..................................................................................................... v
HALAMAN KEASLIAN KARYA ................................................................................ vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS .............................................................................. ........vii
ABSTRAK ...................................................................................................................... vi
ABSTRACT ..................................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................................................. 6
E. Asumsi Penelitian .................................................................................................. 7
F. Definisi Operasional .............................................................................................. 7
BAB II LANDASAN TEORI .........................................................................................9
A. Kajian Pustaka....................................................................................................... 9
1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus............................................................ 9
2. Jenis-Jenis Anak Berkebutuhan Khusus .......................................................... 10
3. Sekolah Dasar Inklusi ...................................................................................... 13
4. Pendidikan Inklusi ............................................................................................... 14
a. Pengertian Pendidikan Inklusi ..................................................................... 14
b. Tujuan Pendidikan Inklusi ........................................................................... 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
c. Karakteristik Pendidikan Inklusi ................................................................. 16
d. Prinsip Dasar Pendidikan Inklusi ................................................................. 17
5. Aspek Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi .......................................................... 18
a. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) .................................................... 18
b. Identifikasi................................................................................................... 20
c. Asesmen ...................................................................................................... 20
d. Adaptasi Kurikulum Fleksibel .................................................................... 21
e. Merancang Bahan Ajar dan Pembelajaran yang Ramah Anak ................. 22
f. Penataan Kelas yang Ramah Anak ............................................................. 23
g. Pengadaan dan Pemanfaatan Media Pembelajaran Adaptif ........................ 24
h. Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran .......................................................... 25
6. Media Pembelajaran ............................................................................................... 26
a. Pengertian Media Pembelajaran ................................................................. 26
b. Fungsi Media Pembelajaran ........................................................................ 26
c. Pertimbangan Pemilihan Media Pembelajaran ............................................ 27
d. Pemanfaatan Media Pembelajaran di Kelas ................................................ 28
7. Media Pembelajaran Adaptif .................................................................................. 29
B. Penelitian yang Relevan ...................................................................................... 32
C. Kerangka Berpikir ............................................................................................... 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN....................................................................37
A. Jenis Penelitian .................................................................................................... 37
B. Setting Penelitian ................................................................................................. 37
C. Desain Penelitian ................................................................................................. 39
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................. 42
1. Observasi ........................................................................................................ 42
2. Wawancara ..................................................................................................... 43
3. Studi dokumentasi .......................................................................................... 43
E. Instrumen Penelitian ............................................................................................ 44
F. Kredibilitas dan Transferabilitas ......................................................................... 47
G. Teknik Analisis Data ........................................................................................... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................................51
A. Deskripsi Penelitian ............................................................................................. 51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
B. Hasil Penelitian .................................................................................................... 56
C. Pembahasan ......................................................................................................... 66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................................75
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 75
B. Keterbatasan Penelitian ....................................................................................... 76
C. Saran .................................................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 77
LAMPIRAN ................................................................................................................... 79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Penelitian yang Relevan…............………………………….……. 34
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian………………………………………................. 38
Tabel 3.2 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Penelitian ……………………..... 44
Tabel 3.3 Kisi-kisi Pedoman Observasi Penelitian…...……………….…… 46
Tabel 3.4 Daftar Cek Dokumentasi…............………………………….…… 46
Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Wawancara ……………………………........ 53
Tabel 4.2 Jadwal Pelaksanaan Observasi... ……………………………........ 54
Tabel 4.3 Jadwal Pelaksanaan Dokumentasi .…………………………........ 54
Tabel 4.4 Rangkuman Hasil Observasi...……………………….................... 65
Tabel 4.5 Hasil Dokumentasi..................……………………….................... 66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian. …………………….……................... 80
Lampiran 2 Surat Ijin Telah Melakukan Penelitian...........…….……..... 81
Lampiran 3 Reduksi Hasil Wawancara.............……………….……..... 82
Lampiran 4 Reduksi Hasil Observasi....……………………….……..... 93
Lampiran 5 Reduksi Hasil Dokumentasi.... ..............………….……..... 95
Lampiran 6 Display Data Wawancara dan Observasi .....………............. 96
Biodata Penulis ... ……………...................................................................... 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009
tentang Pendidikan Inklusif, menguraikan bahwa pendidikan inklusif adalah
sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada
semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau
pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama
dengan peserta didik pada umumnya. Pendidikan inklusi adalah sekolah
reguler yang berorientasi inklusi adalah cara yang paling efektif untuk
mengatasi diskriminasi, menciptakan masyarakat yang ramah, membangun
inklusi untuk mencapai cita-cita pendidikan semua. Pendidikan inklusi
adalah sistem pendidikan yang mengandaikan dan mengharuskan
keterbukaan kesempatan seluas-luasnya bagi siapapun yang hendak
menempuh program pendidikan di sekolah. Tanpa menetapkan syarat
tertentu dengan berpijak pada alasan bahwa pendidikan adalah hak asasi
seluruh manusia, tanpa ada satu perkecualian. Namun sistem pendidikan ini
akan menemui banyak kendala. Salah satunya adalah bagaimana seorang
guru dapat menangani satu kelas yang sangat heterogen, ada anak difabel,
anak kecerdasan rata-rata, anak ADHD, anak gifted, dan lain sebagainya,
sehingga belum tentu dapat diinterpretasikan secara sama oleh peserta didik.
Tetapi dengan adanya pendidikan inklusif ini bisa menjadi solusi bagi
permasalahan yang menimpa anak berkebutuhan khusus, agar mereka dapat
melanjutkan pendidikan tanpa hars merasa kurang percaya diri ketika harus
berkumpul dengan mereka yang memiliki fisik normal. Upaya pemenuhan
hak pendidikan tanpa deskriminasi munculah pendidikan inklusi.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional memberikan warna lain dalam penyediaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Pada penjelasan pasal 15
tentang pendidikan khusus disebutkan bahwa pendidikan khusus
merupakan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta
didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara
inklusi atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat dasar dan
menengah. Salah satu upaya meningkatkan kompetensi guru dalam
melaksanakan pendidikan inklusi adalah mengetahui dan memahami siapa
itu anak, filosofi, konsep dan bagaimana tahapan implementasinya. Dengan
pendidikan inklusi, akses dan kualitas pendidikan bagi anak berkebutuhan
khusus dapat ditingkatkan secara lebih baik. Selama ini anak berkebutuhan
khusus mengikuti pendidikan yang sesuai dengan kelainannya. Secara tidak
langsung, hal ini telah mendiskrimasi anak berkebutuhan khusus, akibatnya
menghambat proses saling mengenal antara anak reguler dengan anak
berkebutuhan khusus. Dampaknya anak berkebutuhan khusus menjadi
tersingkirkan dalam berinteraksi dengan masyarakat. Pemenuhan hak setiap
anak untuk memperoleh pendidikan tercantum dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (1), undang-
undang tersebut menegaskan bahwa setiap warga negara berhak
mendapatkan pendidikan, ayat (2) bahwa setiap warga negara wajib
mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.
Sekolah inklusi yaitu sekolah reguler yang mengakomodasi dan
mengintegrasikan siswa reguler dan siswa penyandang kelainan fisik dalam
program pendidikan yang sama (Ilahi, 2013: 87). Dalam melaksanakan
program sekolah inklusi, setiap sekolah harus memenuhi 8 aspek
penyelenggaraan sekolah inklusi yang sudah ditetapkan oleh pemerintah
yaitu a) Penerimaan Peserta didik Baru (PPDB) yang mengakomodasi
semua anak, b) Identifikasi, c) Adaptasi Kurikulum (Kurikulum Fleksibel),
d) Merancang bahan ajar dan kegiatan Pembelajaran yang ramah anak, e)
Penataan kelas yang ramah anak, f) Asesmen, g) Pengadaan dan
pemanfaatan media pembelajaran adaptif, dan h) penilaian dan evaluasi
pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Daerah Istimewa Yogyakarta dikenal sebagai Kota Pelajar yang
menandakan bahwa Provinsi Yogyakarta mempunyai beberapa sekolah
inklusi yang tersebar di semua kabupaten. Pemerintah telah menyusun
panduan pendidikan untuk sekolah inklusi agar pendidikan inklusi sesuai
dengan kondisi sosial-geografis di Provinsi Yogyakarta. Namun,
penyelengaraan sekolah inklusi tidak lepas dari suatu permasalahan yaitu
pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif. Permasalahan
tersebut diketahui berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Annisa
(2018) di salah satu sekolah dasar inklusi wilayah Kota Yogyakarta. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa sekolah tersebut belum memenuhi
tiga (3) aspek penyelenggaraan sekolah dasar inklusi dari delapan aspek
penyelenggaraan sekolah inklusi yang diterapkan di sekolah tersebut. Aspek
yang belum terpenuhi yaitu aspek penerimaan peserta didik baru,
identifikasi dan pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif.
Aspek pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif
menunjukkan bahwa guru kelas atas tidak menggunakan media
pembelajaran khusus untuk anak berkebutuhan khusus, hanya guru kelas V
yang menggunakan media untuk seluruh peserta didik. Guru memanfaatkan
proyektor yang terpasang untuk menampilkan gambar-gambar yang
membantu siswa untuk memahami materi pembelajaran yang disampaikan
oleh guru.
Dalam bidang teknologi pendidikan, media pembelajaran atau
instructional media berfungsi utama menyampaikan isi atau materi
pelajaran agar dapat dipahami oleh peserta didik. Syaodih (dalam Ilahi,
2016: 174) mendeskripsikan bahwa media pembelajaran merupakan segala
macam bentuk perangsangan dan alat yang disediakan guru untuk
mendorong siswa. Media pembelajaran merupakan salah satu komponen
yang sangat penting dalam suatu sistem pembelajaran. Media pembelajaran
menjadi suatu bidang yang harus dikuasai oleh guru. Para guru dituntut agar
mampu menggunakan alat-alat yang disediakan oleh sekolah, dan tidak
tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
perkembangan zaman. Penggunaan media sebagai perantara dalam proses
pembelajaran memiliki nilai dan fungsi yang amat berharga bagi terciptanya
iklim pembelajaran yang kondusif. Melalui penggunaan media
pembelajaran ini, peserta didik dilatih untuk memperkuat kepekaan dan
keterampilan secara optimal dengan dorongan dan motivasi dari guru. Guru
dapat menggunakan alat yang murah dan efisien meskipun sederhana dan
bersahaja, tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan dan guru mampu mengembangkan
keterampilan membuat media pembelajaran yang akan digunakan apabila
media tersebut belum tersedia. Guru dapat memanfaatkan beragam media
seperti media cetak, relia, model, grafis, video, multimedia dan internet
untuk memperkaya pengetahuandan memfasilitasi proses belajara siswa.
Media terlebih dahulu dikenal sebagi alat bantu dalam pembelajaran
yang seharusnya bisa dimanfaatkan oleh guru atau pengajar, namun sering
kali terabaikan. Tidak dimanfaatkannya media dalam proses pembelajaran,
pada umumnya disebabkan oleh berbagai alasan, seperti sulit mencari media
yang tepat, waktu persiapan mengajar, biaya yang tidak ada atau alasan lain.
Hal tersebut sebenarnya tidak perlu muncul apabila pengetahuan ragam
media, karakteristik, serta kemampuan masing-masing media diketahui oleh
pengajar.
Guru memahami bahwa tanpa bantuan media, maka materi pembelajaran
sukar untuk dicerna dan dipahami oleh anak khususnya materi pembelajaran
yang rumit dan komplek. Setiap materi pembelajaran mempunyai tingkat
kesukaran yang bervariasi. Untuk itu, bagi anak berkebutuhan khusus media
pembelajaran yang digunakan harus disesuaikan dengan jenis hambatan,
ketidakmampuan, dan kebutuhan yang sesuai dengan hambatan yang
dialami anak berkebutuhan khusus. Pembelajaran bagi anak berkebutuhan
khusus memerlukan media yang tepat sebagai alat bantu dalam
meyampaikan pesan atau informasi dari guru kepada anak berkebutuhan
khusus, karena itu diperlukan media pembelajaran yang adaptif atau
menyesuaikan. Media pembelajaran adaptif bagi anak berkebutuhan khusus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
hakekatnya adalah media yang dirancang, dibuat, dan dipilih dan digunakan
dalam pembelajaran sehingga dapat bermanfaat atau berguna dan cocok
dalam kegiatan pembelajaran. Pemilihan media pembelajaran disesuaikan
dengan tujuan, kebutuhan, materi, kemampuan dan karakteristik anak akan
sangat menunjang efiensi dan efektivitas proses dan hasil pembelajaran.
Dalam penelitian ini, peneliti berfokus pada pengadaan dan pemanfaatan
media pembelajaran adaptif. Peneliti memiliki ketertarikan dalam memilih
penelitian pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif, karena
peneliti ingin mengetahui bagaimana penggunaan media pembelajaran
adaptif bagi siswa berkebutuhan khusus sekolah dasar inklusi dalam
menggunakan media sebagai perantara dalam proses pembelajaran bagi
siswa berkebutuhan khusus agar dapar belajar bersama-sama dengan siswa
reguler lainnya di satuan pendidikan sekolah dasar terutama yang ada di
Kota Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
penggunaan media pembelajaran adapatif bagi siswa berkebutuhan khusus.
Oleh karena itu, peneliti memilih penelitian dengan judul “Penggunaan
Media Pembelajaran Adaptif bagi Siswa Berkebutuhan Khusus di Sekolah
Dasar Inklusi”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan tersebut, peneliti
menentukan rumusan masalah yaitu : Bagaimana penggunaan media
pembelajaran adaptif bagi siswa berkebutuhan khusus keempat di sekolah
dasar inklusi?
C. Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan masalah yang telah ditentukan, tujuan
penelitian ini adalah: Mendeskripsikan sejauh mana penggunaan media
pembelajaran adaptif bagi siswa berkebutuhan khusus pada keempat
sekolah dasar inklusi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, manfaat penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai
media pembelajaran adaptif di sekolah inklusi SD Harapan Mulia, SD
Mekar Jaya, SD Cinta Kasih, dan SD Pagi Cerah di wilayah Kota
Yogyakarta berkaitan dengan penggunaan media pembelajaran adaptif
bagi siswa berkebutuhan khusus keempat sekolah dasar inklusi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Peneliti dapat menambah ilmu serta pengalaman berdasarkan
penelitian yang dilakukan serta memberi gambaran bagaimana
penerapan media pembelajaran adaptif sekolah dasar inklusi kelas
bawah dan kelas atas SD Harapan Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta
Kasih, dan SD Pagi Cerah di wilayah Kota Yogyakarta. Selain itu,
peneliti pun dapat belajar aspek-aspek dalam penggunaan media
pembelajaran adaptif bagi siswa berkebutuhan khusus di sekolah
dasar inklusi.
b. Bagi Sekolah
Melalui penelitian ini, sekolah dapat mengetahui pentingnya
penggunaan media pembelajaran adaptif bagi siswa berkebutuhan
khusus sekolah dasar inklusi.
c. Bagi guru
Guru dapat menggunakan sebagai bahan refleksi dan pedoman
dalam mengajar dan menggunakan media pembelajaran adaptif bagi
siswa berkebutuhan khusus sekolah dasar inklusi SD Harapan
Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih, dan SD Pagi Cerah di
wilayah Kota Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
E. Asumsi Penelitian
Pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif merupakan
salah satu aspek yang harus dipenuhi dalam menyenggarakan sekolah
inklusi. Penelitian Annisa (2018) menunjukkan hasil bahwa aspek yang
belum terpenuhi yaitu pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran
adaptif dari delapan aspek penyelenggaraan sekolah dasar inklusi di Kota
Yogyakarta. Aspek pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran
adaptif menunjukkan bahwa guru kelas atas tidak menggunakan media
pembelajaran khusus untuk anak berkebutuhan khusus, hanya guru kelas V
yang menggunakan media untuk seluruh peserta didik. Guru memanfaatkan
proyektor yang terpasang untuk menampilkan gambar-gambar yang
membantu siswa untuk memahami materi pembelajaran yang disampaikan
oleh guru.
Peneliti berasumsi bahwa penggunaan media pembelajaran adaptif
dalam pembelajaran masih kurang menyesuaikan dengan karakteristik
siswa berkebutuhan khusus sekolah dasar inklusi.
F. Definisi Operasional
1. Sekolah Inklusi
Sekolah dasar inklusi adalah satuan pendidikan regular tingkat dasar
selama enam tahun yang menerima anak berkebutuhan khusus (ABK)
dan anak tidak berkebutuhan khusus agar dapat belajar bersama dalam
satu lingkungan belajar dan pelaksanaannya dapat memberikan layanan
pendidikan yang tepat melalui kurikulum yang telah disesuaikan dengan
karakteristik setiap anak berkebutuhan khusus (ABK). Pada penelitian
ini, sekolah dasar inklusi yang dimaksud adalah sekolah dasar reguler
yang menerapkan aspek-aspek sekolah inklusi.
2. Media Pembelajaran yang Adaptif
Media pembelajaran adaptif merupakan media yang dirancang, dibuat,
dipilih dan digunakan sebagai alat atau media yang bertujuan untuk
memberi peluang kepada anak berkebutuhan khusus dalam mengikuti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
program pembelajaran tepat, efektif, serta mencapai kepuasan.
Karakteristik media pembelajaran yang adaptif antara lain; ketepatan
dengan tujuan pengajaran, dukungan terhadap isi pembelajaran,
kemudahan memperoleh media, keterampilan guru dalam
menggunakannya, sesuai dengan taraf berpikir siswa.
3. Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki keberagaman
berbeda yang berkaitan dalam menunjang masa depan terutama
pendidikan, yang memiliki gangguan, dan hambatan dalam
pertumbuhan dan perkembangannya dari aspek kognitif, psikomotorik,
serta afektif. Pemenuhan kebutuhannya perlu diberikan layanan khusus
agar dapat mengembangkan potensinya.
4. Pendidikan Inklusi
Pendidikan inklusi adalah sistem pendidikan yang melayani semua anak
warga negara bangsa tanpa terkecuali, baik yang memiliki kebutuhan
khusus maupun yang tidak berkebutuhan khusus untuk mendapatkan
pendidikan yang layak di kelas regular dalam suatu lingkungan belajar
terdekat. Melalui pendidikan inklusi, setiap anak berkebutuhan khusus
dapat memperoleh pelayanan pendidikan di sekolah terdekat untuk
mengembangkan bakat, potensi, dan keterampilan yang dimilikinya
secara optimal. Pendidikan inklusi mencakup layanan pendidikan serta
akses pendidikan yang sama untuk semua anak dalam upaya memenuhi
kebutuhan masing-masing individu dengan kemampuan dan
keterampilan yang beragam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
Susanto (dalam Ilahi 2013: 137) mendeskripsikan bahwa anak
berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki keberagaman yang
berbeda. Keberagaman setiap pribadi anak berkaitan dengan perbedaan
dalam menunjang masa depan, terutama kebutuhan untuk memperoleh
pendidikan yang lebih intens sedangkan Atmaja (2018: 1)
menambahkan bahwa anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang
memiliki ciri yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya, mereka
mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
Hendriani (dalam Faizah 2017: 6) menjelaskan bahwa anak
berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami gangguan atau
hambatan dalam proses perkembangannya, baik pada aspek kognitif,
psikomotorik, serta afektif sehingga gangguan dan hambatan tersebut
membuat individu memiliki kebutuhan dalam bentuk dukungan sosial,
bantuan fasilitas dan pendidikan dan latihan atau terapi untuk menjalani
kesehariannya.
Dari beberapa pengertian yang telah dipaparkan sebelumnya,
kesimpulan anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki
keberagaman berbeda yang berkaitan dalam menunjang masa depan
terutama pendidikan, yang memiliki gangguan, dan hambatan dalam
pertumbuhan dan perkembangannya dari aspek kognitif, psikomotorik,
serta afektif. Pemenuhan kebutuhannya perlu diberikan layanan khusus
agar dapat mengembangkan potensinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
2. Jenis-Jenis Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus memiliki karakteristik yang berbeda-
beda. Meimulyani dan Cartoyo (2013: 9-28) mendekripsikan secara
umum bahwa anak berkebutuhan khusus terdiri dari tunanetra, tunarugu,
tunadaksa, tunalaras, tunagrahita, anak berkesulitan belajar, gifted,
autis, ADHD, dan lamban belajar.
a. Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan pada
penglihatan. Tunanetra dapat diklasifikasikan ke dalam dua
golongan yaitu: buta total (blind) dan low vision. Tunanetra dengan
kategori low vision atau kurang awas memiliki ketajaman
penglihatan 6/20 m – 6/60 m lebih kecil dari itu atau yang tidak
mungkin menggunakan fasilitas pendidikan dan pengajaran pada
umumunya, anak dengan kategori kurang awas masih dapat melihat
dengan bantuan khusus (Faizah, 2017: 16).
b. Tunarungu atau anak berkelainan indera pendengaran adalah
individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik secara
permanen maupun tidak permanen. Karena memiliki hambatan
dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam
berbicara sehingga biasa di sebut tunawicara. Tunawicara
merupakan individu yang mengalami gangguan atau
ketidakmampuan seseorang untuk berbicara. Desiningrum (2016: 8)
mengungkapkan bahwa tunawicara merupakan gangguan pada
komunikasi yang berakibat pada gangguan suara, artikulasi,
kelancaran bicara sehingga terjadi penyimpangan pada bentuk
bahasa, isi bahasa, dan fungsi bahasa. Klasifikasi tunarungu
berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah:
1) Gangguan pendengaran sangat ringan (27-40dB)
2) Gangguan pendengaran ringan (41-55dB)
3) Gangguan pendengaran sedang (56-70dB)
4) Gangguan pendengaran berat (71-90dB)
5) Gangguan pendengaran ekstrim/tuli (di atas 91dB)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
c. Tunadaksa adalah ketidakmampuan anggota tubuh untuk
melaksanakan fungsinya disebabkan oleh berkurangnya
kemampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsi secara
normal, akibat luka, penyakit, atau pertumbuhan tidak sempurna.
d. Tunalaras adalah individu yang bertingkah laku kurang sesuai
dengan lingkungannya. Tunalaras adalah individu yang mengalami
hambatan dalam menyesuaikan diri dan bertingkah tidak sesuai
dengan norma yang berlaku (Desiningrum, 2016: 2). Tingkah laku
yang dibuat oleh tunalaras yang tidak sesuai norma sehingga ada
perilaku tunalaras yang cenderung beresiko tinggi, misalnya
mencuri barang orang lain, melawan, suka berkelahi, dan lain-lain.
Tingkah laku yang dialami oleh penyandang tunalaras tidak hanya
beresiko tinggi namun, ada juga beresiko rendah dengan menarik
diri dari pergaulan, kecemasan berlebihan. Karakteristik anak
tunalaras menurut Garnida (2015: 13) adalah cenderung
membangkang, emosional, tindakan agresif, melanggar norma, dan
rendahnya prestasi belajar.
e. Tunagrahita merupakan individu yang memiliki intelegensi yang
signifikan berada dibawah rata-rata dan disertai dengan
ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku yang muncul dalam masa
perkembangan. Faizah (2017:19) menjelaskan bahwa tunagrahita
adalah anak yang teridentifikasi memiliki tingkat kecerdasan di
bawah rata-rata (di bawah normal) sehingga memerlukan layanan
atau bantuan secara khusus dalam melakukan aktifitas. Klasifikasi
anak tunagrahita sebagai berikut:
1) Tunagrahita Ringan (IQ: 51-70)
2) Tunagrahita Sedang (IQ: 36-51)
3) Tunagrahita Berat (IQ di bawah 20)
f. Anak berkesulitan belajar khusus adalah anak yang mengalami
gangguan ini berbeda dengan anak lamban belajar. Anak
berkesulitan belajar spesifik biasanya mengalami hambatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
kesulitan secara spesifik misalnya, kesulitan belajar membaca,
kesulitan belajar menulis, atau kesulitan belajar berhitung. Anak
berkesulitan belajar khusus atau spesifik menurut Garnida (2015:
14) berpendapat anak berkesulitan belajar khusus mengalami
gangguan pada proses psikologis dasar, disfungsi syarat pusat, atau
gangguan neurologis.
g. Anak berbakat atau gifted merupakan anak yang mengalami
gangguan intelektual di atas rata-rata. Anak berbakat adalah anak
yang memiliki potensi kecerdasan dalam intelegensi di atas anak-
anak sesusianya (Garnida, 2015: 17). Anak berbakat cenderung
mendapat layanan yang sama dengan anak normal dalam hal
pendidikan. Pemerintah juga pernah memberikan layanan
pendidikan bagi anak berbakat melalui program akselerasi yaitu
dengan mempercepat studi siswa.
h. Autisme adalah seorang anak yang hidup dalam dunianya. Anak
autis cenderung mengalami hambatan dalam interaksi, komunikasi,
dan perilaku sosial (Garnida, 2015: 19). Penyebab dari autisme
adalah gangguan pada sistem syaraf pusat sehingga mengalami
hambatan interkasi, komunikasi, dan perilaku sosial.
i. Hiperaktif merupakan gangguan tingkah laku yang tidak normal.
Hiperaktif disebut juga ADHD (atenttion deficit hyperactivity
disorder). ADHD merupakan hambatan seseorang individu dalam
pemusatan perhatian yang disertai perilaku hiperaktif (Desiningrum,
2016: 2). Anak penyandang ADHD sulit untuk memusatkan
perhatian, konsentrasi anak ADHD mudah terpecah. Selain itu,
perilaku yang ditunjukkan pada anak ADHD adalah perilaku
hiperaktivitas.
j. Anak lamban belajar atau slow learner adalah gangguan anak
berkebutuhan khusus dengan gangguan intelektual. Jika diamati
anak lamban belajar sekilas tidak memiliki perbedaan dengan siswa
yang normal, maka hasil belajar yang ditunjukkan cenderung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
rendah. Widayanti (dalam Husamah, 2016: 246) menjelaskan bahwa
anak lamban belajar jika ditinjau dari segi IQ, anak lamban belajar
bukan anak yang mengalami retardasi mental atau keterbelakangan
mental namun anak yang mengalami kesulitan terhadap tugas-tugas
yang menuntut kemampuan pemecahan masalah.
Berdasarkan uraian dari beberapa jenis-jenis anak berkebutuhan
khusus ada beberapa macam yaitu dari tunanetra, tunarugu, tunadaksa,
tunalaras, tunagrahita, Anak berkesulitan belajar, gifted, autis, ADHD,
dan lamban belajar.
3. Sekolah Dasar Inklusi
Sekolah Dasar merupakan salah satu bagian komponen penting
dalam sistem pendidikan nasional. Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU
Sisdiknas) pendidikan dasar mencakup SD/MI, SMP/MTs. atau bentuk
lain yang sederajat, sedangkan pendidikan menengah meliputi antara
lain SMA/MA SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan
dasar dan menengah merupakan pendidikan untuk mengembangkan
kualitas minimal yang harus dimiliki oleh setiap manusia Indonesia
sesuai dengan tuntutan perubahan-perubahan kehidupan lokal, nasional
dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara
terencana, terarah dan berkesinambungan.
Sekolah Dasar merupakan salah satu jenjang pendidikan yang
berlangsung selama 6 tahun dan merupakan jenjang pendidikan formal
level rendah yang sangat menentukan pembentukan karakter siswa ke
depannya. Ilahi (2016: 87) mendeskripsikan bahwa sekolah inklusi
adalah sekolah regular yang mengakomodasi dan mengintegrasikan
siswa regular dan siswa berkebutuhan khusus dalam program yang
sama. Sejalan dengan pendapat sebelumnya Stainback (dalam Ilahi,
2016: 83-84) mengemukakan bahwa sekolah inklusi adalah sekolah
yang menampung semua siswa di kelas yang sama. Sekolah harus bisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
memberikan pelayanan yang layak dan sesuai dengan kemampuan dari
seluruh peserta didik.
Dari beberapa pengertian yang telah disebutkan, sekolah dasar
inklusi adalah satuan pendidikan regular tingkat dasar selama enam
tahun yang menerima anak berkebutuhan khusus (ABK) dan anak tidak
berkebutuhan khusus agar dapat belajar bersama dalam satu lingkungan
belajar dan pelaksanaannya dapat memberikan layanan pendidikan yang
tepat melalui kurikulum yang telah disesuaikan dengan karakteristik
setiap anak berkebutuhan khusus (ABK).
4. Pendidikan Inklusi
a. Pengertian Pendidikan Inklusi
Pendidikan inklusi menurut Salamanca (dalam Kustawan
2013 : 9) adalah sekolah regular yang berorientasi inklusi adalah
cara yang paling efektif untuk mengatasi diskriminasi, menciptakan
masyarakat yang ramah, membangun masyarakat inklusi dan
mencapai cita-cita pendidikan untuk semua. Pernyataan ini juga
didukung oleh Ilahi (2013: 24) yang menyatakan bahwa konsep
pendidikan inklusi merupakan konsep pendidikan yang berkaitan
dengan keterbukaan dalam menerima anak berkebutuhan khusus
untuk memperoleh hak dasar mereka sebagai warga negara.
Baedowi (dalam Olivia, 2017: 3) menjelaskan bahwa pendidikan
inklusi adalah keadilan bagi setiap orang untuk mengakses dan
memperoleh pendidikan bagi individu yang memiliki perbedaan
tertentu untuk belajar di sekolah reguler.
Dari beberapa pendapat para ahli disebutkan di atas,
kesimpulan pendidikan inklusi adalah sistem pendidikan yang
melayani semua anak warga negara bangsa tanpa terkecuali, baik
yang memiliki kebutuhan khusus maupun yang tidak berkebutuhan
khusus untuk mendapatkan pendidikan yang layak di kelas regular
dalam suatu lingkungan belajar terdekat. Melalui pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
inklusi, setiap anak berkebutuhan khusus dapat memperoleh
pelayanan pendidikan di sekolah terdekat untuk mengembangkan
bakat, potensi, dan keterampilan yang dimilikinya secara optimal.
Pendidikan inklusi mencakup layanan pendidikan serta akses
pendidikan yang sama untuk semua anak dalam upaya memenuhi
kebutuhan masing-masing individu dengan kemampuan dan
keterampilan yang beragam.
b. Tujuan Pendidikan Inklusi
Ilahi (2013: 38) mengungkapkan bahwa pendidikan inklusi
ditujukan pada semua kelompok yang termarginalisasi, tetapi
kebijakan dan praktik inklusi anak penyandang cacat telah menjadi
katalisator utama untuk mengembangkan pendidikan inklusi yang
efektif, fleksibel, dan tanggap terhadap keragaman gaya dan
kecepatan belajar. Garnida (2015: 43) tujuan dari pendidikan inklusi
adalah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada semua anak
untuk mendapatkan yang layak sesuai dengan kebutuhannya,
membantu mempercepat program wajib belajar, membantu
peningkatan mutu pendidikan dasar, dan menciptakan sistem
pendidikan yang menghargai keanekaragaman dan tidak
diskriminatif.
Tujuan pendidikan inklusi juga telah diatur dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang
pendidikan Inklusif (Pensif) bagi Peserta Didik yang Memiliki
Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan atau bakat Bakat
Istimewa. Pada pasal 2 ayat 1 dan menjelaskan bahwa tujuan dari
pendidikan inklusi adalah:
(1) Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua peserta
didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial
atau memiliki potensi kecerdasan atau bakat istimewa untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuannya;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
(2) Mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai
keanekaragaman dan tidak diskriminatif bagi semua peserta didik.s
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah disebutkan,
tujuan dari pendidikan inklusi adalah untuk menghilangkan adanya
kesenjangan antara anak berkebutuhan khusus dengan anak yang
dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan usinya. Dengan
adanya pendidikan inklusi, anak berkebutuhan khusus menjadi
tempat untuk belajar sebagai pemenuhan haknya akan pendidikan
dan wadah untuk menyalurkan potensi yang ada pada dirinya. Anak
berkebutuhan khusus dapat menggunakan kesempatan untuk belajar
di satu tempat dengan anak yang dapat tumbuh dan berkembang
sesuai dengan usianya, program wajib belajar yang diberikan oleh
pemerintah dapat terlaksana.
c. Karakteristik Pendidikan Inklusi
Ilahi (2016: 42) mengatakan bahwa pada hakikatnya
pendidikan inklusi berupaya memberikan peluang yang sebesar-
besarnya kepada setiap anak Indonesia untuk memperoleh
pelayanan pendidikan yang terbaik dan memadai demi membangun
masa depan bangsa. Karakteristik pendidikan inklusi tentu saja
sangat terbuka dan menerima tanpa syarat anak Indonesia yang
berkeinginan kuat untuk mengembangkan kreativitas dan
keterampilan mereka dalam suatu wadah yang sudah direncanakan
dengan matang. `
Pendidikan inklusi memiliki empat karakteristik makna yang
tertulis dalam Direktorat Pendidikan Luar Biasa antara lain, yaitu:
1) Proses yang berjalan terus dalam usahanya menemukan cara
merespon keragaman individu.
2) Mempedulikan cara untuk meruntuhkan hambatan-hambatan
anak dalam belajar.
3) Anak kecil yang hadir (di sekolah), berpartisipasi dan
mendapatkan hasil belajar yang bermakna dalam hidupnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
4) Diperuntukkan utamanya bagi anak-anak yang tergolong
merginal, eksklusif, dan membutuhkan layanan pendidikan
khusus dalam belajar.
Menurut pernyataan-pernyataan di atas, karakteristik pendidikan
inklusi merupakan layanan pendidikan yang sangat terbuka dan
memberikan kesempatan kepada setiap individu untuk
mengembangkan kreativitasan dan keterampilannya untuk
mengikuti pendidikan secara bersama-sama dengan anak pada
umumnya. Guru dan siswa dalam proses yang berjalan secara terus
menerus memberikan respon secara terus menerus untuk
menemukan keragaman individu, membantu peserta didik dalam
belajar sehingga dapat bermanfaat bagi hidupnya terutama untuk
anak-anak yang tergolong merginal, eklusif, dam membutuhkan
layanan pendidikan khusus belajar.
d. Prinsip Dasar Pendidikan Inklusi
Ilahi (2016: 48-50) menjelaskan bahwa prinsip dasar sekolah
inklusi berkaitan langsung dengan jaminan akses dan peluang bagi
semua anak Indonesia untuk memperoleh pendidikan tanpa
memandang latar belakang kehidupan mereka. Prinsip dasar
pendidikan inklusi sebagai sebuah paradigma pendidikan yang
menekankan pada keterbukaan dan penghargaan terhadap anak
berkebutuhan khusus sesuai dengan tujuan utama inklusi adalah
mendidik anak berkebutuhan khusus di kelas reguler bersama
dengan anak-anak yang lainnya.
Dokumen Kerangka Aksi pada Pendidikan Kebutuhan Khusus
menegaskan bahwa perlu memberikan kesempatan seluas-luasnya
kepada anak berkebutuhan khusus agar tidak diabaikan dalam
lingkungan pendidikan formal. Penegasan ini harus selaras dengan
deklarasi hak asasi manusia yang menjamin seluruh anak di dunia
untuk memperoleh haknya dalam bidang pendidikan tanpa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
terkecuali atau tanpa memandang latar belakang (Salamanca dalam
Ilahi, 2016: 49).
Pada dasarnya pendidikan inklusi dapat dikatakan sebagai
pendidikan yang berusaha untuk mengakomodasi seluruh peserta
didik baik peserta didik yang berkebutuhan khusus dan peserta didik
tidak berkebutuhan khusus tanpa memandang latar belakang,
perbedaan sosial, perbedaan emosional, perbedaan kultur maupun
perbedaan bahasa. Jadi, intinya pendidikan inklusi memberikan
kesempatan dan peluang yang sama kepada setiap anak agar dapat
ditampung dalam layanan pendidikan yang memdai dan berkualitas.
5. Aspek Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi
Ilahi (2013: 49) mengatakan bahwa dalam sekolah inklusi, anak
berkebutuhan khusus seyogianya menerima segala dukungan tambahan
yang diperlukan untuk menjamin efektifitas suatu pendidikan.
Kustawan (2013: 61) mendeskripsikan bahwa dalam pelaksanaan
sekolah inklusi, terdapat aspek penyelenggaraan sekolah inklusi sekolah
yang dapat mengakses seluruh anak termasuk anak berkebutuhan
khusus. Aspek-aspek tersebut adalah Penerimaan Peserta Didik Baru
(PPDB) yang mengakomodasikan semua anak, identifikasi, asesmen,
kurikulum fleksibel, merancang bahan ajar dan kegiatan pembelajaran
yang ramah anak, penataan kelas yang ramah anak, pengadaan dan
pemanfaatan media pembelajaran adaptif, serta penilaian dan evaluasi
pembelajaran.
a. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang
Mengakomodasikan Semua Anak
Kustawan (2013: 90-92) mengatakan pelaksanaan Penerimaan
Peserta Didik Baru (PPDB) di SD/MI pada setiap tahun pelajaran
perlu mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah.
Sumber daya yang dimiliki sekolah antara lain:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
1) Sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan,
2) Sumber daya sarana dan prasarana, dan
3) Sumber daya biaya
Dalam pelaksanaan penerimaan peserta didik baru, sekolah
dapat membentuk tim atau kepanitian yang terdiri atas guru pendidik
khusus dan/atau yang sudah memahami tentang pendidikan inklusi
dan keberagaman karakteristik peserta didik berkebutuhan khusus.
Sekolah yang memiliki Psikolog maupun Guru Pendamping Khusus
(GPK) juga dapat bekerja sama dan ikut serta dalam pelaksanaan.
Salah satu persyaratan PPDB bagi peserta didik berkebutuhan
khusus yang dicantumkan dalam pedoman PPDB yaitu setiap calon
peserta didik baru yang akan mendaftar harus membawa atau
melampirkan hasil pemeriksaan dokter umum atau dokter spesialis,
misalnya bagi peserta didik tunanetra atau gangguan penglihatan
dapat menyertakan hasil pemeriksaan dari dokter mata, bagi peserta
didik tunarungu dapat menyertakan hasil pemeriksaan dari dokter
THT atau bagi peserta didik yang memiliki hambatan/gangguan
kecerdasan (tunagrahita) dan anak dengan potensi kecerdasan dan
bakat istimewa dapat melampirkan hasil pemeriksaan Tes IQ dari
Psikolog.
Sekolah dasar inklusi yang menerima peserta didik
berkebutuhan khusus henedaknya mempertimbangkan sumber daya
yang dimiliki sekolah dan mengalokasikan kursi atau kuota bagi
peserta didik berkebutuhan khusus. Kursi bagi peserta didik (kuota)
paling sedikit terdapat 1-3 peserta didik yang berkebutuhan khusus
dalam satu kelas.pengaturan ini dalam upaya memberikan layanan
yang optimal sesuai dengan kekuatan sekolah dan dalam upaya
pemerataan penyebaran peserta didik di wilayah atau daerahnya
masing-masing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
b. Identifikasi
Kustawan (2013: 93) memaparkan bahwa identifikasi adalah
upaya guru (pendidik) dan tenaga kependidikan lainnya untuk
menemukan dan mengenali anak yang mengalami
hambatan/kelainan/gangguan baik fisik, intelektual, mental,
emosional dan sosial dalam rangka pemberian layanan pendidikan
yang disesuaikan dengan kebutuhan khususnya. Kustawan (2013:
93) mendeskripsikan bahwa identifikasi dapat diartikan sebagai
upaya menemukenali anak berkebutuhan khusus dengan berbagai
gejala-gejala yang menyertainya.
Guru dapat melakukan identifikasi dengan cara mengamati atau
melakukan observasi berdasarkan gejala-gejala yang nampak yaitu
berupa gejala fisik, gejala perilaku, dan gejala hasil belajar. Tujuan
guru melakukan identifikasi adalah untuk menghimpun informasi
atau data apakah seorang anak mengalami kelainan atau
penyimpangan dalam pertumbuhan atau perkembangannya
dibandingkan dengan anak-anak pada umumnya. Hasil identifikasi
digunakan sebagai dasar untuk menyusun program pembelajaran
sesuai dengan kebutuhan khususnya dan/atau untuk menyusun
program dan pelaksanaan intervensi atau terapi berkaitan dengan
hambatannya (Kustawan, 2013: 93-94).
c. Asesmen
Buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif
(dalam Kustawan, 2013: 93) menjelaskan bahwa asesmen adalah
suatu upaya seseorang (orangtua, guru maupun tenaga kependidikan
lainnya) untuk melakukan proses penjaringan terhadap anak yang
mengalami kelainan atau penyimpangan (fisik, intelektual, sosial,
emosional atau tingkah laku) dalam rangka pemberian layanan
pendidikan yang sesuai. Kustawan (2016: 97) menjelaskan bahwa
asesmen merupakan berbagai informasi siswa berkebutuhan khusus
yang digunakan guru dalam merencanakan sebuah pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
yang efektif. Informasi tersebut diharapkan dapat menjadi dasar
dalam memberikan layanan yang berorientasi pada kebutuhan dan
karakteristik siswa.
d. Adaptasi Kurikulum Fleksibel
Guru diwajibkan untuk menyusun perencanaan
pembelajaran bagi siswanya. Perencanaan pembelajaran ini harus
benar-benar memenuhi kebutuhan khusus yang dimiliki oleh anak
dan berpusat pada anak (Kustawan, 2013: 105). Ilahi (2013: 171)
menjelaskan bahwa kurikulum pendidikan inklusi menggunakan
kurikulum sekolah reguler atau kurikulum nasional yang
dimodifikasi atau disesuaikan dengan tahap pertimbangan
karakteristik dan tingkat perkembangan anak. Untuk memenuhi
kebutuhan seluruh siswa, kurikulum yang digunakan harus
merupakan kurikulum fleksibel. Kurikulum fleksibel adalah
kurikulum yang mengakomodasi anak dengan latar belakang dan
kemampuan dan mempertimbangkan keragaman anak agar
pembelajaran relevan dengan kemanpuan dan kebutuhannya.
Fleksibilitas kurikulum bagi anak berkebutuhan khusus
dapat diimplementasikan dalam Program pembelajaran Individu
(PPI). PPI ini merupakan program pembelajaran yang disusun sesuai
kebutuhan individu degan bobot materi berbeda dari kelompok
dalam kelas dan dilaksanakan dalam setting klasikal. Penyesuaian
kurikulum fleksibel dilakukan oleh Tim Pengembangan Kurikulum
di sekolah yang terdiri dari Kepala Sekolah, Guru Kelas, Guru Mata
Pelajaran, Guru Bimbingan dan Konseling (Konselor), Guru
Pembimbing Khusus, Orang Tua, dan Ahli (Profesional) lainnya
sesuai dengan kebutuhan seperti Psikolog dan terapis.
Menurut pernyataan-pernyataan di atas, ruang lingkup
kurikulum bagi anak berkebutuhan khusus adalah kurikulum
sekolah reguler yang dalam hal-hal tertentu dilakukan penyesuaian
dan modifikasi sesuai dengan hambatan dan kebutuhan anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
berkebutuhan khusus. Penyesuaian dan modifikasi tersebut meliputi
cara, media, materi dan penilaian pembelajaran.
e. Merancang Bahan Ajar dan Kegiatan Pembelajaran yang
Ramah Anak
Syaodih (dalam Ilahi, 2016: 172) menjelaskan bahwa salah
satu komponen dalam kurikulum yang harus dimodifikasi salah
satunya adalah materi dan bahan ajar. Bahan ajar tersusun atas topik-
topik dan sub-sub topik tertentu yang mengandung ide pokok yang
relevan dengan tujuan yang ditetapkan.
Bagi anak berkebutuhan khusus yang memiliki intelegensi di
atas normal materi dapat diperluas atau diperdalam atau ditambah
dengan materi baru yang penting bagi anak tersebut. Kemudian bagi
anak yang memiliki intelegensi di bawah normal (anak lambat
belajar atau tunagrahita) materi dapat diturunkan tingkat kesulitan
materi atau dihilangkan pada bagian tertentu dan disusun
berdasarkan indikator pencapaian dan kebutuhan pada kebutuhan
anak.
Kustawan (2013: 111) mengatakan bahwa bentuk
penyesuaian yang dapat dilakukan dalam kegiatan pembelajaran
yaitu pembelajaran yang dibuat lebih interaktif sehingga mampu
mengundang setiap anak untuk berpartisipasi. Bahan ajar yang
fleksibel atau ramah anak terdiri atas pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang harus dipelajari anak berkebutuhan khusus sesuai
dengan kebutuhan dalam mencapai standar kompetensi yang
ditentukan. Dalam kegiatan pembelajaran, guru hendaknya
merencanakan pembelajaran dengan baik sehingga tujuan dalam
kegiatan pembelajaran dapat tercapai. Untuk itu, guru harus
menyusun strategi pembelajaran dapat mengakomodasi seluruh
siswa.
Ilahi (2013: 173-174) mengatakan bahwa perencanaan
pembelajaran hendaknya dibuat berdasarkan hasil asesmen dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
dibuat bersama antara guru kelas dan guru khusus dalam bentuk
Program Pembelajaran Individual (PPI). Pelaksanaan pembelajaran
lebih mengutamanakan metode pembelajaran kooperatif dan
partisipatif, memberi kesempatan yang sama kepada siswa yang
lain, menjadi tanggung jawab bersama dan dilaksanakan secara
kolaborasi antara guru khusus dan guru kelas, serta dengan
menggunakan media, sumber daya, dan lingkungan yang beragam
sesuai dengan keadaan.
Ketika guru mengajar di kelas, ia perlu mempersiapkan diri
dalam upaya melaksanakan kegiatan pembelajaran. guru perlu
mengembangkan kompetensinya agar memiliki pengetahuan dan
keterampilan dalam mengadaptasikan kurikulum dan metode
mengajar yang sesuai dengan kebutuhan dan keberagaman anak
(Kustawan, 2013: 49).
f. Penataan Kelas yang Ramah Anak
Cony, dkk (dalam Kustawan, 2013: 114-115) menjelaskan
bahwa menciptakan suasana belajar yang mengairahkan perlu
memperhatikan pengaturan atau penataan ruang kelas/belajar.
Penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya peserta didik
duduk berkelompok dan memudahkan guru bergerak secara leluasa.
Dalam pengaturan ruang belajar, hal-hal yang harus diperhatikan:
1) Ukuran dan bentuk kelas
2) Bentuk serta ukuran bangku dan meja anak
3) Jumlah anak didik dalam kelas
4) Jumlah anak didik dalam setiap kelompok
5) Jumlah kelompok dalam kelas
6) Komposisi anak didik dalam kelompok (seperti anak
didik pandai dengan anak didik kurang pandai, pria
dengan wanita).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Kustawan (2013: 115) mengatakan bahwa pengaturan ruang
kelas bisa berdasarkan pada tujuan pembelajaran, waktu yang
tersedia dan kepentingan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan (PAIKEM).
g. Pengadaan dan Pemanfaatan Media Pembelajaran Adaptif
Syaodih (dalam Ilahi, 2013: 175) mengatakan bahwa media
pembelajaran adalah segala macam bentuk perangsangan dan alat
yang disediakan guru untuk mendorong siswa. Terdapatnya anak-
anak berkebutuhan khusus yang ada di sekolah reguler (SD/MI),
maka guru hendaknya menyesuaikan media pembelajaran yang
digunakan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.
Kustawan (2013: 117-118) mengatakan bahwa media
pembelajaran adaptif bagi anak berkebutuhan khusus hakikatnya
adalah media yang dirancang, dibuat, dipilih dan digunakan dalam
pembelajaran sehingga dapat bermanfaat atau berguna dan cocok
dalam kegiatan pembelajaran. Pemilihan media pembelajaran
disesuaikan dengan tujuan, kebutuhan, materi, kemampuan dan
karakteristik anak akan sangat menunjang efisiensi dan efektivitas
proses dan hasil pembelajaran.
Sujana (dalam Ilahi, 2013: 23) mengatakan bahwa hal
penting dari media pembelajaran adalah sebagai.
1) Media pembelajaran sebagai alat bantu untuk
mewujudkan situasi pembelajaran yang efektif.
2) Memperjelas pesan dari materi pembelajaran.
3) Mengatasi ruang, waktu, tenaga, dan daya indra.
4) Mendorong semangat belajar, interkasi langsung antara
murid dengan sumber belajar.
5) Anak dapat belajar mandiri sesuai dengan bakat dan
kemampuan visual, auditori, dan kinestetiknya.
6) Menambah pengalaman anak dalam belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Penggunaan media pembelajaran dalam kegiatan
pembelajaran sangat membantu guru mempermudah menyampaikan
pesan dan informasi pada semua anak termasuk anak berkebutuhan
khusus, media pembelajaran memiliki peran penting dalam
pembelajaran sebagai alat bantu penyampaian pembelajaran,
memperjelas materi pembelajaran, mendorong semangat belajara
dan menambah pengalaman belajar. Untuk itu, bagi anak
berkebutuhan khusus media pembelajaran yang digunakan
disesuaikan dengan jenis hambatan, ketidakmampuan, dan
kebutuhan yang sesuai dengan hambatan yang dialami anak
berkebutuhan khusus.
h. Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran
Kustawan (2013: 118-124) menjelaskan bahwa penilaian
dilakukan untuk memperoleh informasi yang tepat mengenai
prestasi peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Hasil penilaian yang diperoleh digunakan sebagai bahan evaluasi
terhadap ketuntasan belajar anak dengan cara membandingkannya
dengan kriteria ketuntasan maksimal (KKM) yang telah ditetapkan.
Hasil penilaian digunakan untuk mengevaluasi dan memperbaiki
peserta didik, dan bahan penyusun laporan hasil belajar.
Ilahi (2013: 189) menambahkan bahwa bagi anak
berkebutuhan khusus, jenis evaluasi yang diberikan harus sesuai
dengan tingkat kemampuan dan kecerdasan mereka dalam
menerima materi pembelajaran. Pada pendidikan reguler, sekolah
akan menetapkan sistem acuan yang sama utnuk seluruh siswa.
Sistem acuan yang ditetapkan sekolah ini dapat disebut kriteria
ketuntasan minimal (KKM).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
6. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Heinich, dkk (dalam Pribadi, 2017: 15) menjelaskan bahwa
media pembelajaran adalah alat yang digunakan untuk mendukung
proses pembelajaran, memperoleh pengetahuan, keterampilan dan
sikap. Media dalam pembelajaran berarti perantara atau pengantar
antara pengirim informasi yang bergungsi sebagai sumber atau
resources dan penerima informasi atau receiver.
Gerlach dan Ely (dalam Arsyad, 2014: 3) menjelaskan bahwa
media adalah kondisi dimana siswa mampu memperoleh
pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Jadi apabila media itu
membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional
atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu
disebut media pembelajaran.
Kesimpulan pengertian media pembelajaran merupakan
penyalur pesan atau informasi dan kedudukan media pembelajaran
merupakan komponen terpadu dalam pembelajaran yang dapat
mempengaruhi pembelajaran. Media pembelajaran dalam
menyalurkan pesan agar dapat tercipta suasana lingkungan belajar
yang kondusif dan efektif.
b. Fungsi Media Pembelajaran
Media pembelajaran sebagai penyalur pesan atau informasi,
pasti memiliki fungsinya. Fungsi dari media pembelajaran menurut
Arsyad (2017: 23) mendeskripsikan bahwa media pembelajaran
memiliki fungsi: (1) memperoleh informasi dan pengetahuan; (2)
mendukung aktivitas pembelajaran; (3) saran persuasi dan motivasi.
Dari penjelasan di atas media pembelajaran berfungsi sebagai
penarik, menikmati, pelancar, dan pemahaman dalam pembelajaran
sehingga, informasi pembelajaran dapat tersalurkan.
Arsyad (2014: 25) menyatakan bahwa fungsi media
pembelajaran adalah memberikan intruksi berupa informasi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
terdapat dalam media dan melibatkan siswa dalam penggunaannya.
Mais (2016: 13) menjelaskan fungsi media pembelajaran adalah
sebagai alat memperjelas penyanjian pesan tanpa batas ruang dan
dapat membangkitkan sikap aktif anak dalam pembelajaran.
Dari pendapat ahli, kesimpulan fungsi utama media
pembelajaran adalah sebagai sumber belajar. Media pembelajaran
berfungsi agar siswa dapat memahami apa yang disampaikan oleh
guru sehingga dapat dipahami dan memperjelas sehingga
meningkatkan minat siswa pada pembelajaran.
c. Pertimbangan pemilihan media pembelajaran
Media pembelajaran merupakan penyalur pesan dalam
pembelajaran yang kedudukanya sebagai bagian komponen terpadu.
Fungsi media sebagai yang bertugas memperjelas pemahaman siswa
pada pembelajaran perlu adanya pertimbangan dalam memilih
media yang akan digunakan, baik media yang tersedia di sekolah
maupun media pembelajaran yang dibuat oleh guru.
Pertimbangan pemilihan media pembelajaran dalam
mempertimbangkan perlu adanya prinsip dalam pemilihan media
pembelajaran. Bates (dalam Pribadi, 2017: 27) menjelaskan bahwa
faktor pemilihan dalam bahan ajar dengan istilah ACTIONS (Acces,
Cost, Technology, Interactivity, Organizational change, Novelty,
Speed) merupakan pedoman yang digunakan untuk memilih jenis
media dan bahan pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mendukung aktivitas pembelajaran.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan memilih dan
menggunakan media pembelajaran untuk mendukung aktivitas
pembelajaran antara lain ;
a) Besarnya akses siswa dalam memanfaatkan media
sebagai bahan pembelajaran.
b) Berapa besar biaya yang diperlukan untuk pengadaan
media pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
c) Fitur dan atribut yang dapat dimanfaatkan dari media
tersebut.
d) Tingkat interaktivitas pembelajaran yang diberikan
media.
e) Perubahan organisasi yang dapat diimplementasikan
media.
f) Isi atau materi yang termuat dalam media.
g) Kecepatan media yang digunakan dalam membantu
siswa memahami isi atau materi pelajaran.
Setiap pembelajaran dalam menggunakan media
pembelajaran perlu adanya prinsip pemilihan media pembelajaran.
Pemilihan media pembelajaran perlu adanya dasar pertimbangan
pemilihan atau kriteria pemilihan media pembelajaran yang akan
digunakan.Pertimbangan yang pertama adalah tujuan pemilihan.
Pemilihan media berdasarkan tujuan yang jelas. Tujuan yang jelas
dimaksud adalah media yang akan digunakan akan berperan
sebagai penyalur secara umum atau hanya sekedar hiburan.
Kemudian mempertimbangkan karakteristik media pengajaran.
Setiap media mempunyai karakteristik tersendiri baik secara segi
keampuhan, cara penggunaannya.
d. Pemanfaatan Media pembelajaran di Kelas
Media pembelajaran yang direncanakan berdasarkan
pertimbangan pemilihan media pembelajaran selanjutnya oleh guru
dilakukan pemanfaatan media pembelajaran saat pembelajaran. Pola
pembelajaran dengan media pembelajaran menurut Mais (2016: 48)
terdapat 4 (empat) pola pembelajaran, yaitu: (1) guru sebagai satu-
satunya penyampaian materi; (2) guru dibantu oleh media
pembelajaran; (3) guru dan media pembelajaran berbagi tugas; dan
(4) media satu-satunya penyampaian bahan pembelajaran.
Agar pemanfaatan media pembelajaran dapat dilaksanakan
dengan baik, guru perlu mempertimbangkan faktor-faktor dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
pemilihan dan hambatan media pembelajaran sehingga media yang
digunakan memiliki manfaat bagi penggunanya. Pribadi (2017: 24)
berpendapat ada 6 (enam) manfaat media terhadap penggunanya
yaitu (1) penyampaian isi pesan dan pengetahuan menjadi bersifat
standar, (2) proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik,
(3) proses pembelajaran berlangsung interaktif, (4) penggunaan
waktu dan tenaga dalam memperoleh informasi dan pengetahuan
lebih efisien, (5) meningkatkan kualitas proses belajar dan fleksibel,
(6) meningkatkan sikap positif terhadap isi atau materi
pembelajaran.
Simpulan dari pendapat ahli mengenai pemanfaatan media
pembelajaran adalah guru harus mengerti pola pembelajaran yang
diterapkan, sehingga guru dapat menggunakan media pembelajaran
dengan baik. Pemanfaatan media pembelajaran di kelas perlu
diperhatikan prinsip dan langkah-langkah dalam pemanfaatan media
pembelajaran. Media dapat bermanfaat terhadap penggunanya
pembelajaran menjadi jelas dan menarik, interkatif, pengetahuan
dan informas yang diterima efisien, meningkatakan kualitas belajar
dan fleksibel, serta meningkatkan sikap positif terhadap isi dan
materi pembelajaran.
7. Media Pembelajaran Adaptif
Media pembelajaran harus mempertimbangkan karakteristik siswa,
maka media pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) harus
sesuai dengan kebutuhan khusus yang dimilikinya. Media pembelajaran
bagi anak berkebutuhan merupakan media adaptif. Media pembelajaran
adaptif yaitu media yang dapat dikondisikan terhadap kondisi ABK,
artinya alatlah yang harus disesuaikan dan bukan ABK yang harus
menyesuaikan terhadap alat (Meimulyani dan Cartoyo, 2013: 48). Mais
(2016: 9) menyatakan bahwa media pembelajaran yang baik harus
memenuhi beberapa syarat. Penggunaan media mempunyai tujuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
memberikan motivasi kepada siswa. Media dapat menyalurkan
informasi yang tidak bisa dipahami oleh siswa ketika menggunakan
penjelasan guru, sehingga media pembelajaran dapat menjadi alat bantu
guna mencapai tujuan pembelajaran. Meimulyani dan Cartoyo (2013:
35) mendeskripsikan bahwa media pembelajaran adaptif adalah media
pembelajaran yang dibuat dan digunakan sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan peserta didik atau siswa berkebutuhan khusus (ABK)
terhadap kebutuhan proses pembelajaran ABK. Sedangkan Kustawan
(2013: 117-118) mendeskripsikan bahwa media pembelajaran adalah
media pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus hakikatnya adalah
media dirancang, dibuat, dipilih dan digunakan dalam pembelajaran
sehingga dapat bermanfaat atau berguna dan cocok dalam kegiatan
pembelajaran.
Media pembelajaran adaptif bagi anak berkebutuhan khusus
beranekaragam sesuai dengan karakteristiknya. Media pembelajaran
bagi siswa lamban belajar disamakan dengan anak tunagrahita. Media
yang biasanya digunakan misalnya gradasi kubus, gradasi balok, menara
gelang, puzzle, papan geometri, dan bak pasir. Contoh-contoh media
pembelajaran bagi siswa lamban belajar, dapat diketahui bahwa media
tersebut jika digunakan siswa lamban belajar dapat menstimulus siswa
karena belajar sambil bermain sehingga anak lamban belajar merasa
senang. Perlu adanya media pembelajaran sehingga dapat disimpulkan
anak berkebutuhan khusus memerlukan media adaptif.
Setiap media mempunyai karakteristik tertentu, baik dilihat dari segi
keampuhannya, cara pembuatannya, maupun cara penggunaanya.
Memahami karakteristik berbagai media pengajaran merupakan
kemampuan dasar yang harus dimiliki guru dalam kaitannya dengan
keterampilan pemilihan media pembelajaran. Sudjana dan Rivai (dalam
Meimulyani dan Cartoyo, 2013: 44-45) mendeskripsikan bahwa
karakteristik media pembelajaran bagi siswa berkebutuhan khusus
sebagai berikut;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
a. Ketepatan dengan tujuan pengajaran
b. Dukungan terhadap isi pembelajaran
c. Kemudahan memperoleh media
d. Keterampilan guru dalam menggunakannya
e. Sesuai dengan taraf berpikir siswa
Sanaky (2013: 46) mendeskripsikan bahwa karakteristik media
pembelajaran sebagai berikut;
1) Media pembelajaran berdasarkan bentuk fisik yang meliputi
media elektronik seperti televisi, film, slide, video, LCD,
komputer dan internet dan media non-elektronik seperti buku,
dan alat peraga.
2) Media pembelajaran berdasarkan panca indera yang meliputi
media audio (dengar), media visual (melihat), dan media audio-
visual (dengar-melihat).
3) Media pembelajaran berdasarkan aspek alat dan bahan yang
digunakan meliputi alat perangkat keras dan perangkat lunak.
Berdasarkan dari pendapat ahli, kesimpulan bahwa media
pembelajaran adaptif adalah modifikasi yang dirancang, dibuat, dipilih
dan digunakan sebagai alat atau media yang bertujuan untuk memberi
peluang kepada ABK dalam mengikuti program pembelajaran dengan
tepat, efektif serta mencapai kepuasan. Dalam penggunaan media
pembelajaran perlu memperhatikan karakteristik setiap media
pembelajaran yang digunakan antara lain: ketepatan dengan tujuan
pengajaran, dukungan terhadap isi pembelajaran, kemudahan
memperoleh media, keterampilan guru dalam menggunakannya, sesuai
dengan taraf berpikir siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian ini berisi tentang pengadaan dan pemanfaatan media
pembelajaran adaptif. Penyediaan media ini dapat mendukung anak
berkebutuhan khusus, yang dirancang, dibuat, dan dipilih serta
digunakan dalam pembelajaran sehingga dapat bermanfaat dan cocok
dalam kegiatan pembelajaran. Adapun penelitian-penelitian yang relevan
sebagai berikut:
Penelitian yang pertama berjudul “Analisis Ketersediaan dan
Pemanfaatan Media Pembelajaran Kelas Inklusi” yang ditulis oleh
Ghina. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya ketersediaan
media pembelajaran di kelas inklusi SD Al Irsyad Al Islalmiyyah 2
Purwokerto. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan
studi kasus.Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini ialah dengan menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Teknik analisis data menggunakan teknik interaktif. Hasil penelitian ini
menunjukkan ketersediaan media pembelajaran baik maupun adaptif
sebanyak 63 media pembelajaran dan 11 media pembelajaran adaptif
seperti puzzle bentuk, timbangan bentuk, papan warna, alphabet
loweincase, gradasi silinder lingkaran, frame sets I, keping raba warna,
pencil grip, frame sets 2, puzzle waktu, dan puzzle binatang.
Penelitian yang kedua berjudul “Pengaruh Penggunaan Media
Animasi terhadap Hasil Belajar Siswa Slow Learner” yang ditulis Ninuk
Wahyunita Sari. Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi
experiment dengan bentuk time series design. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa hasil belajar sebelum menggunakan media animasi
yaitu saat pre test menunjukkan rata-rata 61,6. Setelah diberikan
perlakuan dengan menggunakan media animasi, hasil belajar
menunjukkan peningkatan yaitu dengan rata-rata 80. Dari uji analisis
yang telah dilakukan, ada pengaruh penggunaan media animasi terhadap
haisl belajar IPA siswa slow learner kelas V di SD Brawijaya Smart
School Malang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Penelitian ketiga berjudul “Pelaksanaan Pembelajaran
Pendidikan Jasmani Adaptif untuk Anak Autis Sekolah Khusus Autis
Bina Anggita Yogyakarta” yang ditulis Fiqih Ilham Pambudi. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran pendidikan jasmani
adaptif oleh guru pendidikan jasmani di sekolah khusus autis. Penelitian
ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan
data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik
analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif dengan langkah
reduction, data display, dan conclusion drawing (veryfication). Hasil
dari penelitian ini adalah pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di
Sekolah Khusus Autis Bina Anggita Yogyakarta sudah sesuai dengan
tujuan pendidikan jasmani adaptif yaitu meningkatkan kualitas kognitif
dan kemandirian siswa autis melalui aktivitas perkembangan motorik
anak. Kegiatan pembelajaran telah mencakup sebagian besar kebutuhan
siswa meskipun guru harus bekerja lebih keras dikarenakan jumlah siswa
yang banyak. Proses pendampingan siswa autis dalam pembelajaran juga
dilakukan oleh guru pendidikan jasmani yang bekerjasama dengan guru
kelas agar tercipta suasana yang kondusif selama pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Bagan 2.1 Literatur map penelitian yang relevan
Ketiga penelitian tersebut membahas mengenai penyelenggaraan
pendidikan inklusi di sekolah dasar. Topik penelitian tersebut memiliki
hubungan dan dapat mendukung penelitian yang dilakukan oleh peneliti
mengenai Penggunaan Media pembelajaran Adaptif bagi Siswa
Berkebutuhan Khusus di Sekolah Dasar Inklusi: Studi Deskriptif.
Penelitian ini memiliki kekhasan dibandingkan penelitian sebelumnya
yaitu fokus pada permasalahan yang dihadapi oleh salah satu sekolah
dasar dalam penggunaan media pembelajaran adaptif bagi siswa
berkebutuhan khusus di sekolah inklusi.
Sari (2014)
Pengaruh
Penggunaan
Media Animasi
terhadap Hasil
Belajar Siswa
Slow Learner
Ghina (2017)
Analisis
Ketersediaan dan
Pemanfaatan Media
Pembelajaran Kelas
Inklusi
Mengetahui pengaruh
penggunaan media
animasi dalam
pembelajaran
terhadap siswa slow
learner di sekolah
Brawijaya Smart
School Malang
Analisis
ketersedian media
pembelajaran di
kelas Inklusi SD
Purwokerto
Pasuang (2019) Penggunaan Media
pembelajaran Adaptif bagi Siswa
Berkebutuhan Khusus di Sekolah Dasar
Inklusi: Studi Deskriptif
Pambudi (2017)
Pelaksanaan
Pembelajaran
Pendidikan Jasmani
Adaptif untuk Anak
Autis Sekolah Khusus
Autis Bina Anggita
Yogyakarta
Mengetahui pelaksanaan
pembelajaran pendidikan
jasmani adaptif anak autis
di sekolah Khusus Autis
Bina Anggita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
C. Kerangka Berpikir
Sekolah inklusi merupakan sekolah reguler yang mengakomodasi dan
mengintegrasikan siswa reguler dan siswa keterbatasan fisik dalam
progaram yang sama. Sekolah reguler berorientasi inklusi merupakan cara
paling efektif untuk mengatasi diskriminasi, menciptakan masyarakat yang
ramah, membangun masyarakat inklusif dan mencapai cita-cita pendidikan
untuk semua. Sekolah inklusi yang ideal merupakan sekolah inklusi yang
dapat menerapkan delapan aspek penyelenggaraan sekolah inklusi. Ilahi
(2013: 87) menjelaskan bahwa sekolah dasar inklusi adalah sekolah dasar
reguler yang menampung atau menerima anak tidak berkebutuhan khusus
dan anak berkebutuhan khusus dalam satu kelas serta menyediakan suatu
layanan pendidikan yang layak dan memadai bagi perkembangan potensi
setiap anak didik.
Peneliti terdorong untuk melakukan wawancara kepada guru-guru kelas
bawah dan kelas atas yang berada di wilayah Kota Yogyakarta SD Harapan
Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih, dan SD Pagi Cerah untuk
mengetahui penggunaan media pembelajaran adaptif bagi siswa
berkebutuhan khusus di SD Harapan Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta
Kasih, dan SD Pagi Cerah dalam menyelenggarakan sekolah inklusi.
Peneliti memfokuskan untuk melakukan penelitian pada guru kelas bawah
dan kelas atas, yaitu kepala sekolah, kelas bawah,guru kelas atas, dan Guru
Pendamping Khusus (GPK). Data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis
dan digunakan untuk mendeskripsikan penggunaan media pembelajaran
adaptif bagi siswa berkebutuhan khusus di SD Harapan Mulia, SD Mekar
Jaya, SD Cinta Kasih, dan SD Pagi Cerah.
Untuk bisa memberikan informasi yang sesuai dengan keadaan di
lapangan, peneliti menggunakan penelitian kualitatif dengan teknik
pengumpulan data menggunakan wawancara semi-terstruktur, observasi
dan dokumentasi serta triangulasi data. Data yang didapatkan akan
dianalisis dengan tiga tahapan yaitu reduksi data, data display/penyajian
data, serta kesimpulan dan verifikasi. Sebelum melakukan penelitian,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
peneliti memilih narasumber yang dapat memberikan informasi maupun
data yang berkaitan dengan topik penelitian yaitu guru kelas.
Untuk bisa menggali informasi secara mendalam peneliti juga
menggunakan instrumen penelitian wawancara berupa pertanyaan,
observasi berupa anekdot, dan dokumentasi berupa ceklist. Peneliti
berharap, hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan baru dan motivasi
kepada semua pihak yang berkepentingan dalam penyelenggaraan sekolah
dasar inklusi agar mengetahui media pembelajaran yang efektif untuk siswa
di sekolah dasar inklusi, sehingga nantinya mampu menjadi sumber bagi
pembaharuan dan peningkatan untuk kemajuan penyelanggaraan sekolah
inklusi. Dengan penelitian ini, peneliti berusaha mengungkapkan dan
mendeskripsikan keadaan yang sebenar-benarnya mengenai permasalahan
terkait penggunaan media pembelajaran adaptif bagi siswa di sekolah dasar
inklusi. Berdasarkan permasalahan uraian di atas maka peneliti mengambil
judul “ Penggunaan Media pembelajaran Adaptif bagi Siswa Berkebutuhan
Khusus Sekolah Dasar Inklusi di wilayah Kota Yogyakrta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian mengenai media pembelajaran adaptif sekolah dasar
inklusi menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Anggito dan
Setiawan (2018: 8) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu
proses penelitian ilmiah yang lebih dimaksudkan untuk memahami
masalah-masalah yang terjadi, peneliti sebagai instrumen kunci dalam
pengambilan sumber data secara menyeluruh dalam kompleks yang
disajikan, melaporkan pandangan terperinci dari para sumber informasi,
serta dilakukan dalam setting yang alamiah tanpa adanya intervensi apapun
dari peneliti. Penelitian dengan pendekatan kualitatif ini menggali
penggunaan media pembelajaran adaptif sekolah dasar inklusi.
Penelitian kualitatif menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis dari berbagai informasi yang diperoleh di lapangan. Sugiyono
(2015: 15) memaparkan bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi alamiah, dimana
peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data
dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari generalisasi.
B. Setting Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah Guru Kelas Bawah, Guru Kelas Atas,
Kepala Sekolah dan Guru Pendamping Khusus (GPK) di SD Harapan
Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih, dan SD Pagi Cerah.
2. Objek Penelitian
Objek yang diteliti yaitu penggunaan media pembelajaran adaptif
keempat sekolah dasar inklusi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
3. Tempat penelitian
Penelitian dilakukan di sekolah dasar inklusi, yaitu SD Harapan Mulia,
SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih, dan SD Pagi Cerah di Kabupaten Kota
Yogyakarta. Peneliti menggunakan nama samaran yaitu SD Harapan
Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih, dan SD Pagi Cerah pemilihan
sekolah dasar inklusi ini didasarkan pada hasil penelitian terdahulu
mengenai “Permasalahan Sekolah Dasar Inklusi Kelas Atas di wilayah
Kota Yogyakarta” yang dilakukan oleh Annisa pada Tahun 2018. Dari
hasil penelitian tersebut peneliti memilih sekolah dasar yang paling
sedikit dalam menerapkan pengadaan dan pemanfaatan media
pembelajaran adaptif sekolah inklusi. Penelitian dilakukan di kelas
bawah dan kelas atas.
4. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2018 sampai akhir
bulan Juni 2019. Berikut merupakan jadwal penelitian yang
direncanakan oleh peneliti:
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
No Kegiatan
Bulan
Agu
stu
s
Sep
tem
ber
Novem
ber
Des
emb
er
Jan
uari
Feb
ruari
Mare
t
Ap
ril
Mei
Ju
ni
1 Menyusun proposal
2
Penyusunan Rancangan
penelitian (analisis
skripsi, analisis jurnal,
BAB 1-III)
3
Pelaksanaan penelitian
(wawancara, observasi,
dan studi dokumentasi)
4 Penyusunan laporan
hasil penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
C. Desain Penelitian
Creswell dan Clark (dalam Bandur, 2016: 17) menyatakan bahwa
desain penelitian mengarah pada rencana kegiatan penelitian yang
mengaitkan antara kerangka penelitian dan metode penelitian. Emzir
(2012:14-17) menjelaskan tahap-tahap dalam melakukan penelitian
kualitatif yaitu sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi sebuah topik atau fokus.
Topik ditentukan berdasarkan bacaan mengenai sesuatu, setting
penelitian, maupun pengalaman yang diperoleh peneliti. Topik dapat
ditentukan pada awal penelitian, tetapi fokus penelitian dapat ditulis
selama pengumpulan data berlangsung. Pada tahap pertama, peneliti
membaca skripsi penelitian terdahulu oleh Annisa (2018) mengenai
permasalahan sekolah dasar inklusi di Kota Yogyakarta. Penelitian ini
menunjukkan hasil bahwa aspek yang belum terpenuhi yaitu pengadaan
dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif dari delapan aspek
penyelenggaraan sekolah dasar inklusi di Kota Yogyakarta. Aspek
pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif menunjukkan
bahwa guru kelas atas tidak menggunakan media pembelajaran khusus
untuk anak berkebutuhan khusus, hanya guru kelas V yang
menggunakan media untuk seluruh peserta didik. Guru memanfaatkan
proyektor yang terpasang untuk menampilkan gambar-gambar yang
membantu siswa untuk memahami materi pembelajaran yang
disampaikan oleh guru. Peneliti bermaksud menggali lebih dalam
tentang penggunaan media pembelajaran yang adaptif di sekolah dasar
inklusi.
2. Melakukan tinjauan pustaka
Tinjauan pustaka bertujuan untuk mengidentifikasi informasi
penting yang relevan dengan studi dan untuk menulis suatu pernyataan
penelitian (rumusan masalah). Pada tahap kedua, peneliti melakukan
tinjauan pustaka dengan membaca buku yang berkaitan dengan sekolah
inklusi dan membaca hasil penelitian terdahulu. Berdasarkan hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
penelitian terdahulu dan informasi-informasi yang didapatkan dari buku
pustaka, peneliti memfokuskan topik penelitian pada penggunaan media
pembelajaran adaptif bagi siswa berkebutuhan khusus di sekolah dasar
inklusi.
3. Mendefinisikan peran peneliti
Pemilihan lapangan penelitian harus konsisten dengan topik
penelitian. Bila peneliti hendak mengidentifikasi suatu lapangan studi,
peneliti harus mempersiapkan dan memperkenalkan dirinya dan hakikat
studi kepada pengelola sekolah. Setelah mendapatkan ijin dari lembaga,
peneliti juga meminta ijin kepada orang yang menjadi partisipan.
Peneliti diharapkan mampu menjaga komunikasi dan hubungan yang
baik dengan partisipan.
Pada tahap ketiga, peneliti menentukan tempat penelitian yang
didasarkan pada sekolah dasar inklusi yang menggunakan media
pembelajaran adaptif sekolah inklusi. Sekolah dasar inklusi digunakan
untuk melakukan penelitian tentang penggunaan media pembelajaran
adaptif bagi siswa berkebutuhan khusus sekolah dasar inklusi adalah
SD Harapan Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih dan SD Pagi Cerah
di Kota Yogyakarta. Peneliti kemudian meminta ijin kepada kepala
sekolah SD Harapan Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih dan SD
Pagi Cerah untuk melakukan penelitian dengan membawa surat
pengantar dari universitas.
4. Memilih partisipan
Dilihat dari jenis yang akan diajukan, peneliti memilih partisipan
yang dapat menyediakan informasi penting mengenai studi tersebut.
Pada tahap keempat, peneliti memiliki empat narasumber yang dapat
memberikan informasi berkaitan dengan topik penelitian. Dalam
pemilihan partisipan ini berdiskusi dengan kelompok studi untuk
menentukan partisipan yang akan memberikan informasi penting
mengenai studi tersebut. Narasumber tersebut adalah Guru Kelas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Bawah, Guru Kelas Atas, Kepala Sekolah dan Guru Pendamping
Khusus (GPK).
5. Menulis pertanyaan-pertanyaan bayangan
Dengan menulis pertanyaan-pertanyaan bayangan yang didasarkan
pada topik penelitian ini membantu peneliti fokus dalam pengumpulan
data cara sistematis. Pada tahap kelima, sebelum mengumpulkan data di
lapangan, peneliti terlebih dahulu menyusun instrumen penelitian
penelitian berupa daftar pertanyaan wawancara, daftar observasi dan
daftar dokumentasi.
6. Pengumpulan data
Pada tahap keenam, peneliti mengumpulkan data dengan cara:
Observasi nonpartisipan yaitu peneliti menjadi penonton atau penyaksi
terhadap suatu gejala atau kejadian yang menjadi topik penelitian.
Peneliti tidak berinterkasi atau mempengaruhi objek yang diamati.
Observasi ini digunakan untuk memperoleh data mengenai
permasalahan terkait penggunaan media pembelajaran adaptif bagi
siswa berkebutuhan khusus sekolah dasar inklusi kelas bawah dan kelas
atas di SD Harapan Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih dan SD Pagi
Cerah.
a. Wawancara semi-terstruktur, wawancara ini bertujuan untuk
menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak
yang diwawancara, dimintai pendapat dan ide-idenya. Peneliti
menggunakan perekam suara untuk merekam pembicaraan
dengan narasumber dan menulis isi pembicaraan dengan
menggunakan buku catatan.
b. Dokumentasi, dimana peneliti mengambil dan mengumpulkan
foto-foto dan dokumen-dokumen terkait media pembelajaran
adaptif sekolah inklusi kelas atas dan kelas bawah di SD
Harapan Mulia. Foto-foto ini diambil dengan menggunakan alat
bantu yaitu kamera handphone.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
7. Analisis data
Pada tahap ketujuh, peneliti menggunakan teknik analisis data
dengan model Model Miles dan Huberman untuk mengolah data yang
ada. Model Miles dan Huberman ini merupakan salah satu model
analisis data dengan menggunakan tiga tahapan yaitu reduksi data,
penyajian data, dan kesimpulan dan verifikasi.
8. Intepretasi dan disseminasi hasil
Peneliti merangkum dan menjelaskan hasil dalam bentuk naratif
dengan mengaitkan temuan lainnya seperti jurnal, laporan, website, dan
pertemuan formal maupun informal.
D. Teknik Pengumpulan Data
Sugiyono (2015: 305) memaparkan bahwa teknik pengumpulan data
merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan
utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik
pengumpulan data, peneliti tidak akan mendapatkan yang memenuhi
standar data yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dengan observasi, wawancara, dan studi
dokumentasi.
1. Observasi
Marshall (dalam Sugiyono, 2015: 310) mengdeskripsikan bahwa
melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku dan makna dari
perilaku tersebut melalui pengamatan. Hadi (dalam Sugiyono, 2012:
145) menjelaskan bahwa observasi adalah proses yang kompleks yang
melibatkan proses biologis dan psikologis yaitu pengamatan dan
ingatan. Pada penelitian ini, peneliti melakukan observasi dengan
menggunakan catatan anekdot sehingga dapat mencatat informasi yang
dirasakan secara langsung dapat mengolah informasi yang ada atau
bahkan informasi yang muncul secara tiba-tiba tanpa diprediksi terlebih
dahulu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
2. Wawancara
Esterberg (dalam Sugiyono, 2015) berpendapat bahwa wawancara
adalah kegiatan bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab antar
dua orang, sehingga dapat memperoleh informasi ataupun pemahaman
mengenai sebuah topik tertentu.
Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara
semi terstruktur. Esterberg (dalam Sugiyono (2015: 233) mengatakan
bahwa wawancara semi terstruktur bersifat lebih bebas untuk
dilaksanakan dengan maksud untuk memperoleh permasalahan secara
lebih terbuka dari narasumber. Pihak yang diajak untuk melakukan
wawancara pada penelitian ini yaitu kepala sekolah, guru kelas bawah
dan kelas atas, Guru Pendamping Khusus (GPK) di SD Harapan Mulia,
SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih dan SD Pagi Cerah. Wawancara yang
diajukan berkaitan dengan penggunaan media pembalajaran adaptif
sekolah dasar inklusi di SD Harapan Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta
Kasih dan SD Pagi Cerah wilayah Kota Yogyakarta.
3. Studi dokumentasi
Sugiyono (2015: 240) menjelaskan bahwa dokumen adalah catatan
peristiwa yang sudah berlalu dimana dokumen itu biasanya berbentuk
tulisan, gambar atau foto, dan suatu karya. Dokumen yang dibuat tidak
selalu memiliki kredibilatas yang tinggi atau dapat dipercaya karena
dapat dibuat dengan sengaja untuk kepentingan tertentu. Dalam
penelitian ini, studi dokumentasi berupa dokumen dan surat keputusan
(SK) yang dimiliki sekolah berkaitan dengan penggunaan media
pembelajaran adaptif bagi siswa berkebutuhan khusus di sekolah dasar
inklusi SD Harapan Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih dan SD Pagi
Cerah wilayah Kota Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
E. Instrumen Penelitian
1. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara menjadi panduan bagi peneliti selama proses
wawncara yang dilakukan terhadap narasumber atau informan.
Informasi tentang penggunaan media pembelajaran adaptif di sekolah
inklusi. Kisi-kisi wawancara dalam penelitian sebagai berikut;
Tabel 3.2 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Penggunaan Media
Pembelajaran Adaptif Bagi Siswa Berkebutuhan Khusus Sekolah
Dasar Inklusi di SD Harapan Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta
Kasih dan SD Pagi Cerah
No. Aspek Indikator Pertanyaan Pokok
1.
Media
Pembelajaran
Adaptif
Tersedianya
media
pembelajaran
sebagai alat dalam
menyampaikan
materi
pembelajaran
1. Apakah guru menggunakan
media pembelajaran adaptif
bagi siswa berkebutuhan
khusus untuk
menyampaikan materi
pembelajaran?
2. Bagaimana guru
menentukan media
pembelajaran adaptif bagi
siswa berkebutuhan khusus
cocok yang digunakan pada
setiap materi pembelajaran?
3. Apakah media
pembelajaran adaptif bagi
siswa berkebutuhan khusus
yang digunakan telah
menyampaikan pesan dari
materi pembelajaran?
2.
Menjelaskan
karakteristik
media
pembelajaran
adaptif yang
digunakan
4. Berapakah media
pembelajaran adaptif bagi
siswa berkebutuhan khusus
yang telah digunakan?
5. Apakah media
pembelajaran adaptif bagi
siswa berkebutuhan khusus
yang digunakan telah sesuai
dengan siswa?
6. Apakah kelebihan pada
media pembelajaran adaptif
bagi siswa berkebutuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
2. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan
kegiatan pengamatan atau observasi agar penelitian lebih terarah dan
tidak melenceng dari fokus penelitian.
khusus yang telah
digunakan?
7. Apakah kekurangan dari
media pembelajaran adaptif
bagi siswa berkebutuhan
khusus yang telah
digunakan?
8. Apakah media
pembelajaran adaptif bagi
siswa berkebutuhan khusus
yang digunakan bersifat
material atau memiliki
wujud fisik?
9. Bagaimana wujud model
media pembelajaran adaptif
bagi siswa berkebutuhan
khusus yang digunakan?
10. Apakah media
pembelajaran adaptif bagi
siswa berkebutuhan khusus
yang digunakan interaktif
atau dapat digunakan oleh
peserta didik?
11. Apakah media
pembelajaran adaptif bagi
siswa berkebutuhan khusus
memberikan ruang bagi
siswa untuk
mengeksplorasikan materi
pembelajaran yang
dipelajari?
12. Apakah media
pembelajaran adaptif bagi
siswa berkebutuhan khusus
yang digunakan barang
habis pakai atau dapat
digunakan kembali?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Tabel 3.3 Kisi-kisi Pedoman Observasi Penggunaan Media
Pembelajaran Adaptif Bagi Siswa Berkebutuhan Khusus Sekolah
dasar Inklusi di SD Harapan Mulia
No. Aspek yang Diamati Catatan Anekdot
1. Tersedianya media pembelajaran di
setiap kelas
2. Kecocokan media pembelajaran
dengan materi pembelajaran
3. Media yang digunakan menarik dan
ramah anak
4. Penerapan media pembelajaran dalam
proses belajar mengajar
5. Kelayakan media pembelajaran
6. Penataan media pembelajaran yang
digunakan
7. Petunjuk penggunaan media
pembelajaran
3. Studi dokumentasi
Daftar dokumentasi digunakan untuk membantu peneliti dalam
menentukan dokumen yang diperlukan sebagai sumber informasi atau
data.
Tabel 3.4 Daftar Cek Dokumentasi Penggunaan Media
Pembelajaran Adaptif Bagi Siswa Berkebutuhan Khusus Sekolah
Dasar Inklusi Kelas atas dan Bawah di SD Harapan Mulia
No Aspek Daftar Dokumen Keterangan
Ada Tidak
1. Penerapan Media
Pembelajaran
Adaptif
Media Kelas I
Media Kelas VI
Petunjuk penggunaan media
pembelajaran
Ruang penyimpanan media
pembelajaran
Surat Keputusan
(SK) pengadaan media
pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
F. Kredibilitas dan Transferabilitas
Sugiyono ( 2015: 366) menjelaskan bahwa terdapat empat bentuk uji
keabsahan data yaitu: 1) Uji Kredibilitas Data (Validitas Internal), 2) Uji
Transferabilitas (Validitas Eksternal/Generalisasi), 3) Uji Dependabilitas
(realiabilitas) Data, dan 4) Uji Konfirmabilitas (Objektivitas). Dari keempat
uji keabsahan data tersebut peneliti menggunakan Uji Kredibilitas data dan
Uji Transferabilitas data.
1. Uji Kredibilitas
Setiap penelitian harus memiliki kredibilitas sehingga dapat
dipertanggungjawabkan. Kredibilitas penelitian kualitatif adalah
keberhasilan mencapai maksud mengekplorasi masalah yang majemuk
atau kepercayaan terhadap hasil data penelitian. Krefting (dalam
Hartono, 2018: 314) menjelaskan bahwa uji kredibilitas mempunyai
memiliki kemiripan antara validitas internal yang maknanya sejauh
mana kesimpulan mengandung nilai kebenaran dan dapat dipercaya.
Sugiyono (2015: 372) memaparkan bahwa triangulasi dalam
pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekkan data dari
berbagai cara, dan berbagai waktu. Triangulasi di bagi menjadi 3 yaitu:
a) Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber adalah pengujian untuk menguji
kredibilitas data, dilakukan dengan cara mengecek data yang telah
diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi sumber ini
dilakukan kepada narasumber, yaitu narasumber Guru Kelas Bawah,
narasumber Guru Kelas Atas, narasumber Guru Pendamping
Khusus (GPK), dan narasumber Kepala Sekolah. Proses triangulasi
sumber ini, peneliti mengolah data dari keempat narasumber untuk
menarik kesimpulan. Jika terdapat data yang berbeda-beda maka
peneliti akan mengecek ulang hasil data yang ada dan
membandingkannya dengan hasil data dari wawancara, observasi,
maupun dokumentasi, dengan demikian diharapkan peneliti dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
memberikan informasi yang sebenar-benarnya sesuai dengan data
yang ada.
b) Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik adalah pengujian yang dilakukan untuk
menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data
kepada sumber yang sama dengan teknik berbeda. Peneliti
melakukan triangulasi teknik dengan wawancara semi-terstruktur,
observasi nonpartisipan, dan dokumentasi dari keempat narasumber
untuk mendapatkan hasil agar dapat ditarik kesimpulan.
c) Triangulasi Waktu
Waktu juga merupakan salah satu faktor dapat mempengaruhi
kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara
di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak
masalah, akan memberikan data yangg lebih valid sehingga lebih
kredibel. Peneliti tidak melakukan triangulasi waktu dengan
keempat narasumber di lain waktu.
2. Transferabilitas
Transferabilitas adalah hasil dari penelitian yang merupakan
kesimpulan dari satu kasus penelitian atau situasi lainnya. Peneliti dapat
meningkatkan nilai transferabilitas penelitiannya dengan cara membuat
deskripsi secara detail atau penjelasan detail (thick description) yang
dilakukan untuk mencapai hasil temuan penelitiannya (Hartono, 2018:
315). Sugiyono (2015: 376) juga mendeskripsikan bahwa transferability
merupakan validitas eksternal penelitian kualitatif, dimana validitas
eksternal menunjukkan derajat ketetapan atau dapat diterapkannya hasil
penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil. Uji
transferabilitas data dilakukan oleh peneliti dengan menyajikan data
hasil wawancara, observasi dan dokumentasi yang kemudian
kesimpulan dari data yang ada ditulis dalam bentuk deskripsi. Peneliti
berharap dengan mendeskripsikan data yang ada dapat memberikan
informasi yang jelas dan sistematis tentang permasalahan terkait
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
penggunaan media pembelajaran adaptif bagi siswa berkebutuhan
khusus sekolah dasar inklusi di SD Harapan Mulia, SD Mekar Jaya, SD
Cinta Kasih dan SD Pagi Cerah wilayah Kota Yogyakarta.
G. Teknik Analisis Data
Sugiyono (2015: 244) mendeskripsikan bahwa analisis data adalah
proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumensi, dengan cara
mengorganisasikan data dalam beberapa kategori dan menjabarkan
berdasarkan data yang diperoleh dan membuat kesimpulan sehingga
mudah dipahami oleh oranglain. Pada penelitian ini menggunakan teknik
analisis data milik Miles dan Huberman dimana dalam aktivitas analisis
data yang dilakukan yaitu berupa data reduction, data display, dan
conclusion drawing atau verification.
1. Data Reduction atau Reduksi Data
Sugiyono (2015: 247) mengatakan bahwa reduksi data merupakan
proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan, keluasan dan
kedalaman wawasan sehingga wawasan dapat berkembang dan
memperoleh data yang signifikan. Pada penelitian ini, peneliti
melakukan reduksi data wawancara dan observasi. Setelah hasil
wawancara dan observasi diperoleh, peneliti menyimpulkan masing-
masing hasil wawancara dan observasi yang telah dikategorikan
(reduksi data).
2. Data Display atau Penyajian Data
Sugiyono (2015: 249) mengatakan bahwa sesuai data dilakukan
reduksi, maka proses selanjutnya adalah menyajikan data dalam bentuk
bagan atau tabel, grafik, hubungan antar komponen, dan lain
sebagainya. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan Penyajian data
berupa data wawancara dan observasi. Data wawancara dan observasi
yang telah direduksi kemudian disejajarkan dalam satu tabel guna
mempermudah peneliti mengakses data penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
3. Conclusion Drawing atau Verification
Sugiyono (2015: 252) mengatakan bahwa sesuai Penyajian data
dilakukan, maka proses selanjutnya adalah penarikan kesimpulan dan
verifikasi. Apabila kesimpulan yang dikemukan didukung oleh bukti-
bukti yang valid dan kosisten, maka kesimpulan yang telah disusun
bersifat kredibel. Setelah itu, peneliti melakukan verifikasi data dengan
membandingkan hasil triangulasi sumber, triangulasi teknik
pengambilan data dan triangulasi waktu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Penelitian
Peneliti melakukan penelitian kualitatif dengan metode kualitatif
deskriptif yang berjudul “Penggunaan Media Pembelajaran Adaptif Bagi
Siswa Berkebutuhan Khusus di Sekolah Dasar Inklusi SD Harapan Mulia,
SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih dan SD Pagi Cerah wilayah Kota
Yogyakarta” yang berlokasi di Kota Yogyakarta. Peneliti melakukan
penelitian sejak bulan Maret 2019 hingga April 2019. Sekolah ini terdapat
di tengah kota dan dekat dengan pemukiman penduduk. SD Harapan Mulia
mendapatkan surat keputusan untuk menyelenggarakan pendidikan inklusi
pada tahun 2012 dan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang ditangani
pada tahun ajaran 2018/2019 berjumlah 30 siswa, pada kelas bawah dan
kelas atas.
Penelitian ini dilaksanakan bersama dengan anggota kelompok studi
penelitian. Peneliti melaksanakan penelitian diawali dengan meminta surat
pengantar dari Sekretariat Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas
Sanata Dharma yang digunakan untuk meminta izin kepada kepada
sekolah SD Harapan Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih dan SD Pagi
Cerah untuk melakukan penelitian. Peneliti bersama dengan anggota
kelompok studi menyusun instrumen wawancara, dokumentasi, dan
observasi yang ditujukan kepada kepala sekolah, guru kelas bawah, guru
kelas atas, dan Guru Pendamping Khusus (GPK) SD Harapan Mulia, SD
Mekar Jaya, SD Cinta Kasih dan SD Pagi Cerah. Selanjutnya peneliti
mulai melakukan wawancara mengenai penggunaan media pembelajaran
adaptif bagi siswa berkebutuhan khusus sekolah dasar inklusi di SD
Harapan Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih dan SD Pagi Cerah.
Wawancara awal pada guru kelas bawah dilakukan pada tanggal 28
Maret 2019 mengenai media pembelajaran adaptif bagi siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
berkebutuhan khusus, selanjutnya peneliti melakukan observasi dan
dokumentasi pada guru kelas bawah pada tanggal 1 April 2019.
Wawancara pada guru kelas atas pada tanggal 2 April 2019, observasi dan
dokumentasi pada tanggal 5 April 2019. Wawancara guru pendamping
khusus (GPK) pada tanggal 12 April 2019. Wawancara, observasi, dan
dokumentasi kepada kepala sekolah dilaksanakan pada tanggal 9 April
2019 meliputi perangkat sekolah dan penggunaan media pembelajaran
adaptif bagi siswa berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusi. Teknik
wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah wawancara semi-
terstruktur berdasarkan instrumen wawancara yang telah dibuat bersama
kelompok studi menggunakan alat bantu rekam dan catatan untuk
merekam informasi dari narasumber.
Kemudian peneliti melakukan teknik pengumpulan data observasi
menggunakan lembar observasi berupa catatan anekdot serta teknik
pengumpulan data berupa catatan checklist. Informasi yang didapatkan
menggunakan teknik wawancara, peneliti mentranskip dalam bentuk
vertbatim dengan tidak merubah, menambah, mengurangi informasi
maupun ekspresi, gerak tubuh dan keadaan dari narasumber sesuai dengan
hasil wawancara yang telah direkam. Setiap hasil wawancara, observasi,
dan dokumentasi yang telah diolah, peneliti menfokuskan pada hal-hal
yang meliputi penerapan media pembelajaran adaptif bagi siswa
berkebutuhan khusus sekolah inklusi. Kemudian peneliti membuat display
data atau penyajian data dengan teks naratif langkah selanjutnya, peneliti
melakukan penarikan kesimpulan dan verifikasi. Berikut adalah deskripsi
dari keempat narassumber yang telah diwawancarai.
1. Deskripsi Narasumber
a. Narasumber pertama
Narasumber yang pertama merupakan guru kelas bawah di SD
Harapan Mulia, bernama Guru Kelas Bawah nama disamarkan.
Merupakan guru honorer di SD “Harapan Mulia, Guru Kelas Bawah
lulusan S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
b. Narasumber kedua
Narasumber kedua merupakan guru kelas atas SD Harapan Mulia
bernama Guru Kelas Atas nama disamarkan. Guru Kelas Atas
merupakan guru tetap di SD Harapan Mulia, Guru Kelas Atas
merupakan lulusan S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar, beliau berasal
dari Salatiga.
c. Narasumber ketiga
Narasumber ketiga merupakan guru pendamping khusus (GPK)
untuk kelas bawah di SD Harapan Mulia, GPK merupakan lulusan
Pendidikan Guru Luar Biasa. GPK awalnya merupakan salah satu guru
kelas, namun pada awal pembukaan sekolah inklusi di SD Harapan
Mulia beliau merangkap menjadi Guru Pendamping Khusus sampai
saat ini.
d. Narasumber keempat
Narasumber keempat merupakan kepala sekolah di SD Harapan
Mulia, bernama Kepala Sekolah nama disamarkan. Kepala Sekolah
merupakan lulusan S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar dan dari hasil
wawancara yang telah kami lakukan ada beberapa hal yang menurut
beliau belum memenuhi aspek penyelenggaraan sekolah inklusi
khususnya pada pengadaan media pembelajaran adaptif bagi siswa
berkebutuhan khusus.
Tabel 4.1. Jadwal Pelaksanaan Wawancara SD Harapan Mulia
No Hari, Tanggal Wawancara Subjek Wawancara
1. Kamis, 28 Maret 2019 Guru Kelas II
2. Selasa, 2 April 2019 Guru Kelas VI
3. Selasa, 9 April 2019 Kepala Sekolah
4. Jumat, 12 April 219 Guru Pendamping Khusus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Jadwal Pelaksanaan Wawancara SD Mekar Jaya
No Hari, Tanggal Wawancara Subjek Wawancara
1. Jumat, 12 April 2019 Guru Kelas I
2. Jumat, 5 April 2019 Guru Pendamping Khusus
3. Jumat, 12 April 2019 Kepala Sekolah
Jadwal Pelaksanaan Wawancara SD Cinta Kasih
No Hari, Tanggal Wawancara Subjek Wawancara
1. Selasa, 9 April 2019 Guru Kelas I
2. Kamis, 11 April 2019 Guru Kelas IV
3. Selasa, 9 April 2019 Kepala Sekolah
4. Kamis, 11 April 2019 Guru Pendamping Khusus
Jadwal Pelaksanaan Wawancara SD Pagi Cerah
No Hari, Tanggal Wawancara Subjek Wawancara
1. Jumat, 29 Maret 2019 Guru Kelas II
2. Sabtu, 30 Maret 2019 Guru Kelas IV
3. Jumat, 29 Maret 2019 Kepala Sekolah
4. Jumat, 29 Maret 2019 Guru Pendamping Khusus
Tabel 4.2. Jadwal Pelaksanaan Observasi SD Harapan Mulia
No Hari, Tanggal Wawancara Tempat Dilakukannya Observasi
1. Senin, 1 April 2019 Kelas II
2. Jumat, 5 April 2019 Kelas VI
Tabel 4.3. Jadwal Pelaksanaan Studi Dokumentasi SD Harapan Mulia
No Hari, Tanggal Wawancara Tempat Pengamatan Dokumentasi
1. Senin, 1 April 2019 Kelas II
2. Jumat, 5 April 2019 Kelas VI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
B. Hasil Penelitian
1. Wawancara
Wawancara dilaksanakan dengan menggunakan teknik wawancara
semi-terstruktur terhadap empat orang narasumber kunci yang
dilakukan di SD Harapan Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih, dan
SD Pagi Cerah wilayah kota Yogyakarta. Narasumber yang berhasil
diwawancarai secara intensif dengan menggunakan nama samaran,
yaitu, Guru Kelas Bawah, Guru Kelas Atas, Guru Pendamping Khusus,
dan Kepala Sekolah. Wawancara dengan narasumber dengan nama
samaran Guru Kelas Bawah dilaksanakan pada hari Kamis, 28 Maret
2019, Jumat, 12 April 2019, Selasa, 9 April 2019, Jumat, 29 Maret
2019; narasumber dengan nama samaran Guru Kelas Atas
dilaksanakan pada hari Selasa, 2 April 2019, Kamis, 11 April 2019,
Sabtu, 30 Maret 2019; narasumber dengan nama samaran Guru
Pendamping Khusus dilaksanakan pada hari Selasa, 9 April 2019,
Jumat, 5 April 2019, Kamis, 11 April 2019, Jumat, 29 Maret 2019;
sedangkan narasumber dengan nama samaran Kepala Sekolah
dilkasanakan pada hari Sabtu, 12 April 2019, Jumat, 12 April 2019,
Kamis, 11 April 2019, Jumat, 29 Maret 2019. Data yang didapat
melalui wawancara, dilengkapi dengan data hasil observasi langsung
yang dilakukan pada bulan April 2019. Untuk memperkuat data hasil
wawancara dan observasi, maka dilakukan penelusuran terhadap
dokumen dan arsip yang ada. Wawancara yang dilakukan peneliti
berkaitan dengan salah satu prinsip inklusi yaitu penggunaan media
pembelajaran adaptif bagi siswa berkebutuhan khusus yang diterapkan
di SD Harapan Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih dan SD Pagi
Cerah. Adapaun hasil wawancara yang dilakukan sebagai berikut.
a. Narasumber Kelas Bawah
Wawancara dengan narasumber kelas bawah dilakukan di
ruang kelas pada hari Kamis, 28 Maret 2019. Waktu
pelaksanaannnya sekitar pukul 13.00-14.00 WIB, wawancara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
dengan narasumber kelas bawah dilakukan di ruang kelas,
sehingga meskipun siswa sudah pulang tetapi ada beberapa siswa
yang masih berada di sekolah sehingga membuat suasana sedikit
terganggu selama proses wawancara dengan narasumber kelas
bawah sebagai guru kelas bawah. Pembelajaran di SD Harapan
Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih dan SD Pagi Cerah tidak
selalu menggunakan media pembelajaran adaptif. Media
pembelajaran digunakan apabila diperlukan untuk menunjang
dalam penyampaian materi. “Ya menggunakan media
pembelajaran tetapi tidak semua untuk mata pelajaran dan tidak
setiap pertemuan ada. Sebenarnya mbak media itu juga sebagai
gambar”. (W1.GK2a.28032019.1). Hal tersebut juga diungkapkan
oleh guru lain bahwa jika peserta didik tidak dapat mengikuti
pembelajaran maka guru akan mencari media agar siswa dapat
mengerti pembelajaran. “ iyaa, tetapi tidak semua mata pelajaran
tergantung dengan materinya yang dia tidak bisa mengikuti kita
mencarikan medianya, tetapi kalau misalnya tentang cerita itu kan
dari buku juga bisa kan tidak harus menggunakan media yang kita
tampilkan.” (W2.Gk2d.2903109.1).
Guru menentukan media pembelajaran dengan
menyesuaikan materi pembelajaran dan dapat menyampaikan isi
atau pesan dari materi pembelajaran kepada siswa. “Ya mbak
lingkungan kan juga media menyesuaikan itu ya lihat dari
materinya misalnya bercerita, video atau mendengarkan musik
tentang lagu. Saya kebanyakan sih gambar dan suara nyayi-
nyanyian itu senang banget mbak sama kertas lipat buat-buat apa
begitu. Karena efektifnya media ya gimana, ada yang efektifnya
ada juga yang belum efektif. Medianya kadang-kadang nyayian
anak saya ganti liriknya teruskan ke anak juga ngapalin lagunya.”.
(WK1.GK2a.28032019.2-3). Sedangkan menurut salah satu guru
kelas bawah untuk menentukan media yang cocok untuk setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
materi pembelajaran adalah LCD. “Pakai LCD ya pakai LCD
mbak, tapi kebanyakan memakai LCD kok mbak soalnya dengan
menanyangkan anak merasa senang karena ya itu tadi ada
gambar, keluar suara juga mbak tergantung pembelajaran juga lo
mbak.” (W3.Gk1c.09042019.4).
Media yang digunakan dalam pembelajaran berbagai macam
untuk menunjang pembelajaran adalah media gambar, boneka-
boneka kertas, lingkungan sekitar dan sudah sesuai dengan
kebutuhan siswa. “Media yang saya gunakan gambar, foto apa
namanya boneka-boneka kertas. Media itu biasanya apa ya
sukanya lingkungan yang menuntut anak-anak aktif, mengalami
langsung solanya lebih senang gerak. Media biasanya yang saya
gunakan apa ya mbak anu gambar. Gambar kalau kita carinya
yang nggak menarik mereka juga nggak tertarik, harus yang
warna-warna kalau gambarnya ditempel kayak wayang tadi
tertarik. Kalau gambar di kertas HVS mereka tanya “iki opo”
setelah itu uwis lewat aja. Media yang saya gunakan ya sesuai
mbak”. (W1.GK2a.28032019.4). Cuma “LCD aja kok mbak”.
(W3.Gk1c.09042019). Media yang digunakan oleh guru bersifat
kontektual dan banyak digunakan dilingkungan sekitar.
“Kontekstual mbak kalau pecahan kita bawa media misalnya apel
saya bawa bagi beberapa bagian. Benda nyata juga bisa mbak.
Misalnya berat satuan saya bawa timbangan, meteran pita atau
gulung. Anak-anak suka”. (W1.GK2a.28032019.8-12). Guru
menggunakan media pembelajaran yang bersifat sementara atau
tidak dapat digunakan secara berulang. Hal ini disebabkan oleh
tidak adanya waktu yang banyak untuk membuat media yang dapat
digunakan secara permanen. “Media yang saya gunakan berupa
material dan memiliki bentuk fisik. Media ini juga interaktif mbak
dan dapat dipakai oleh seluruh siswa. Saya biasanya pakai media
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
yang sekali pakai mbak, karena waktu untuk membuatnya itu
kurang”. (W1.GK2a.28032019.9-10).
Dalam penggunaan media pembelajaran, guru seringkali
menjumpai kelemahan dan kekurangan dari media yang
digunakan. “Kelemahannya kalau yang abk itu meskipun ada
media dia disuruh pegang tapi kalau ditanya secara dia disuruh
menceritakan dia tidak bisa menceritakannya itu tetep ada
kelemahannya, kelebihannya dia mau menyimak dia mau
memperhatikan hal-hal yang diceritakan tetapi hanya beberapa
menit, konsentrasi anak itu kan nggak bisa penuh”.
(W2.GK2d.29032019.6-7). “...... media yang saya gunakan berada
dan lingkungan sekitar dan siswa sangat senang”.
(W1.GK2a.28032019.4). Penggunaan media yang digunakan oleh
guru dapat memberikan ruang kepada anak untuk mengeksplorasi
materi pembelajaran yang dipelajari. “Iya media yang saya
gunakan mempermudah siswa mengingat pembelajaran dari
media yang saya gunakan.” (W1.GK2a.2803201913-14).
b. Narasumber Kelas Atas
Wawancara dengan narasumber kelas atas dilakukan di
ruang kelas pada hari Selasa, 9 April 2019. Waktu
pelaksanaannnya sekitar pukul 13.00-14.00 WIB. SD Harapan
Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih dan SD Pagi Cerah
memiliki media pembelajaran yang menunjang kebutuhan siswa
berkebutuhan khusus. Media pembelajaran yang digunakan
bersifat umum digunakan untuk semua siswa. Guru kelas
mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran menggunakan
beberapa media untuk menyampaikan pembelajaran. “Ya dalam
pembelajaran saya menggunakan beberapa media pembelajaran
yang adaptif bagi peserta didik, karena di kelas saya ini hanya ada
9 siswa dan yang terindentifikasi ABK sebanyak 4 orang tetapi
pada tingkat C dan D, tetapi hal ini menjadi tantagan bagi saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
karena setengah dari siswa saya adalah ABK”.
(W2.GK6a.02042019.1).
Guru menggunakan media pembelajaran berdasarkan materi
yang akan disampaikan sehingga dapat menyampaikan isi dari
materi pembelajaran dengan memanfaatkan beberapa media
pembelajaran. “Dalam pembelajaran saya menggunakan media
yang cocok dengan materi pembelajaran agar memudahkan
peserta didik memahami materi yang saya sampaikan. Saya
seringkali memanfaatkan proyektor dan LCD untuk menjunjang
pembelajaran dengan menampilkan gambar, video, atau bahkan
film yang berhubungan dengan materi pembelajaran.
(W2.GK6a.02042019.2-5). “Biasanya kan di buku ada pertama
itu, yang kedua ya kita hubungkan apa yang siswa tahu gitu mbak
biasane”. (W4.GK4d.30032019.2). Dalam penggunaan media
pembelajaran guru mengungkapkan bahwa media yang digunakan
memiliki kekurangan dan kelebihan. “Mesti ada. Biasane kalau
kelebihan e kan anak jadi lebih tahu misalnya contohe kalau peta
indonesia kalau anak melihat gambarane nah anak di sini punya
bayangane, tetapi untuk kekurangannya mungkin anak itu masih
kok iso yo koyo ngono jadi baru bisa melihat tetapi karena di sini
lingkungan yang seperti ini juga. Jadi anak itu yang pertama nggak
mau membaca, yang kedua jarang diajak keluar sama
orangtuanya jadi kesulitan kami ya mosok pantai wae ora ngerti ,
jadi ya nek tak pikir kesulitane itu menyampaikan yang sebenarnya
walaupun sudah pakai gambar , tapi anak itu masih sok kok iso yo
koyo ngono, ya gitu-gitu lah.”. (W4.GK4d.30032019.6-7). .
“Sejauh ini media yang digunakan guru sudah sesuai dengan
siswa, kelebihan media yang telah digunakan adalah membangun
motivasi anak dalam belajar dan kekurangan dari media
pembelajaran adalah tidak tahan lama”. (W4.GK4c.12042019.5-
6).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Guru menggunakan media yang sesuai dengan kebutuhan
siswa, mempermudah penyampaian materi dan bersifat
mengeksplorasikan pengetahuan siswa. “Ya mbak sudah sesuai
dengan kebutuhan siswa dan dapat menyampaikan isi materi
pembelajaran dan mengekplorasi pengetahuan siswa”.
(W2.GK6a.02042019.8-14). “Wujud model media pembelajaran
yang digunakan adalah bisa dilihat, bisa dipegang atau media
konvensional. Media interaktif dapat digunakan peserta didik.
Media yang digunakan siswa bisa mengeksplorasi materi
pembelajaran yang dipelajari. Media yang digunakan guru ada
yang barang habis pakai dan ada yang dapat digunakan kembali”.
(W4.GK4c.12042019.8-14).
c. Narasumber Guru Pendamping Khusus
Wawancara dengan narasumber guru pendamping khusus
dilakukan di ruang perpustakaan pada hari Jumat, 9 April 2019.
Waktu pelaksanaannnya sekitar pukul 10.00-11.00 WIB pada saat
jam istirahat. Pembelajaran di SD Harapan Mulia, SD Mekar Jaya,
SD Cinta Kasih dan SD Pagi Cerah tidak selalu menggunakan
media. Media pembelajaran digunakan apabila diperlukan untuk
menunjang dalam penyampaian materi. Penggunaan media bagi
siswa yang tergolong berkebutuhan khusus tidak memiliki
perbedaan, guru wali kelas selalu menggunakan media yang sama
bagi siswa yang tergolong berkebutuhan khusus dengan siswa
lainnya dan sekolah tidak menyediakan media khusus untuk siswa
berkebutuhan khusus. “Ya sekolah tidak menyediakan media untuk
siswa berkebutuhan khusus karena kami kekurangan biaya untuk
hal tersebut, tetapi kami mendanpat sumbangan dari Dikpora yang
kemudian saya gunakan untuk membeli media yang dapat
menjunjang pembelajaran bagi siswa berkebutuhan khusus. Ya
dalam pembelajaran saya menggunakan media yang sesuai
dengan kebutuhan siswa tetapi ada beberapa materi pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
yang pada saat menyampaikan materi pembelajaran tidak
menggunakan media pembelajaran”. (W3.GPKa.09042019.1)
Guru menggunakan media pembelajaran dengan melibatkan
lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran selain
menggunakan media gambar, puzzle huruf, puzzle angka anyaman.
“Guru menggunakan lingkungan sekitar”.
(W1.GPKb.05042019.5). “Pada saat menyiapkan materi
pembelajaran saya selalu membuat media yang cocok dengan
materi pembelajaran sehingga materi yang saya sampaikan dapat
dipahami oleh peserta didik. Media yang saya gunakan dalam
pembelajaran misalnya pada siswa yang mengalami kesulitan
membaca saya berikan manik-manik untuk merangsang motorik,
ayam-anyaman, puzzle huruf, dan puzzle angka. Media yang saya
gunakan ini sifatnya material dan dapat digunakan berulang kali
dan media yang saya gunakan memberikan ruang bagi siswa untuk
mengekplorasi setiap materi melalui media pembelajaran sayang
digunakan sehingga mempermudah materi pembelajaran”.
(W3.GPKa.09042019.2-5, 8-14). Dalam menggunakan media
pembelajaran, guru seringkali mengalami kendala. “Paling untuk
guru yang kurang paham tentang teknologi apa lagi laptop ya
susah mbak”. (W2.GPKc.11042019.7). Beliau mendampingi
siswa-siswa di ruang perpustakaan dan hanya untuk kelas bawah.
Hal ini terjadi karena beliau adalah satu-satunya GPK di SD
Harapan Mulia dan tidak dapat menjangkau seluruh siswa di
sekolah ini.
d. Narasumber Kepala Sekolah
Wawancara dengan narasumber Kepala Sekolah dilakukan
di ruang kepala sekolah pada hari Selasa, 9 April 2019. Waktu
pelaksanaannnya sekitar pukul 09.00-10.00 WIB. Penggunaan
media pembelajaran adaptif bagi siswa berkebutuhan khusus di SD
SD Harapan Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih dan SD Pagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Cerah sangatlah minim. SD Harapan Mulia, SD Mekar Jaya, SD
Cinta Kasih dan SD Pagi Cerah membutuhkan alat peraga yang
banyak. Kepala Sekolah mengungkapkan bahwa “Sarana untuk
menunjang pembelajaran seperti media pembelajaran, alat peraga
dan sebagainya sangat dibutuhkan tetapi kami kekurangan biaya
untuk memfasilitasi media yang baik untuk peserta didik karena
kami sekolah negeri dan biaya semuanya dari pemerintah. Kami
pernah beberapa kali mengajukan proposal untuk pengadaan
media pembelajaran bagi peserta didik tetapi kami tidak
mendapatkan media dari hasil proposal itu”.
(W4.KSa.12042019.1).
Guru menggunakan media pembelajaran sebagai alat untuk
menyampaikan materi pembelajaran, tetapi media tersebut
seringkali tidak digunakan dalam setiap materi pembelajaran.
“Penggunaan media digunakan tergantung materi, tidak semua
harus pakai LCD ada juga yang menggunakan bahan aslinya,
misalnya mengamati bentuk daun itukan harus daun aslinya kalau
gambar kan agak susah minimal model”. (W1.KSc.09042019.1).
Guru mengharapkan media yang digunakan dapat mempermudah
anak dalam menerima dan memahami materi pembelajaran dari
berbagai media pembelajaran yang digunakan oleh guru yang
sesuai dengan materi pembelajaran dan dalam pengawasan guru
selama penggunaan media pembelajaran. “Menyampaikan materi
pembelajaran dengan menggunakan media sejauh ini sampai
artinya anak itu mudah menerima materi lebih mudah dan lebih
cepat dan menerima gitu, daripada hanya melihat gambar dan
mendengarkan ceramah. Media yang telah digunakan ada cetak,
elektronik, visual, lingkungan sekitar berhubungan dengan alam
lingkungan sosial, misalnya untuk materi perdagangan kan
dilingkungan sekitar sekolah ada warung anak langsung transaksi.
Sebagian media sudah sesuai dengan siswa, ada yang belum sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
contohnya ada praktek yang menggunakan bahan kimia itu uji
lemak atau mengunakan larutan lebih beresiko namun harus
dengan pengawasan guru yang ketat.”. (W1.KSc.09042019.2-4).
Penyediaan media pembelajaran adaptif sebagai alat untuk
menyampaikan materi pembelajaran memiliki kelemahan dan
kekurangan yang dapat membuat penggunaan media menjadi tidak
efektif. “Ee ya ada mungkin kelebihan dan kelebihannya itu
nganu.. tergantung pada si pengguna”. Tapi itu semua harus kita
lakukan kalau kelemahan dan kelebihan itu kan kalau kita gunakan
saling melengkapi to yaa pasti ada”. (W3.KSd.30032019.5-6).
“Kelebihan media pembelajaran yang sudah digunakan adalah
lebih mudah menerima pembelajaran, anak tidak mudah jenuh
belajarnya itu lebih betah. Kekurangan dari media pembelajaran
yang telah digunakan adalah pengadaannya kadang ribet saat
mempersiapkannya”. (W1.KSc.09042019.5-6).
Media pembelajaran yang digunakan memiliki kesesuaian
antara media pembelajaran dan materi pembelajaran, dapat
mengeksplorasi pengetahuan peserta didik selama proses
pembelajaran. “Ee.. nek untuk kesesuaiannya itu tergantung pada
guru masing-masing kemampuan guru saat mengajar masing-
masing, itu juga termasuk kecakapan dalam pengunaan media.
Iyaa, tentu saja media itu untuk banyak kegunaannya untuk
mengeksplorasi tentang kemampuan siswa itu memang yang harus
kita harapkan. (W3.KSd.30032019.8-12). “Iya tentu saja, anak-
anak supaya belajar komunikatif juga, guru-guru biasanya nanti
tanya jawab ke anaknya”. (W2.KSb.12042019.8-12). “Media yang
digunakan bisa material dan wujud fisik atau konkret”.
(W1.KSc.09042019.9-10).
Guru menggunakan media pembelajaran untuk
mempermudah penyampaian dalam pembelajaran dengan
menggunakan media dari bahan sekali pakai atau dapat digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
secara berulang-ulang. “Media yang dipakai tergantung materi,
kalau materinya tentang ragam budaya itu bisa dipakai lagi tapi
kalo materi tumbuh-tumbuhan pakai media asli itu sekali
pakai.Media yang digunakan jelas dapat mempermudah
penyampaian materi.(W1.KSc.09042019.13-14). “Ya tentu lebih
mudah lebih efektif, anak-anak lebih fokus lebih perhatian pada
pembelajaran yang disampaikan oleh guru”.
(W3.KSd.30032019.14)
2. Observasi
Sebelum melakukan wawancara, peneliti memutuskan untuk
melakukan observasi terlebih dahulu. Melalui observasi ini peneliti
dapat mengetahui objek dan kondisi yang akan diteliti sehingga
memudahkan peneliti untuk menyusun pertanyaan yang diajukan
ketika wawancara. Peneliti melakukan observasi yang dilakukan
beberapa tahap. Tahap pertama peneliti melakukan observasi pada 1
April 2019, tahap yang kedua peneliti melakukan observasi pada 5
April 2019, tahap ketiga peneliti melakukan observasi pada 9 April
2019, tahap keempat peneliti melakukan observasi pada 12 April 2019.
Berdasarkan observasi yang dilakukan penliti, guru kelas bawah, guru
kelas atas, Guru Pendamping Khusus (GPK) dan kepala sekolah tidak
menggunakan media pembelajaran khusus untuk anak berkebutuhan
khusus (ABK). Media pembelajaran untuk seluruh peserta didik, guru
memanfaatkan proyektor untuk menampilkan gambar-gambar, video
yang membantu siswa untuk memahami materi pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Tabel 4.4 Rangkuman Hasil Observasi 1, 5, 9, dan 12 April 2019
No Aspek yang Diamati Catatan Anekdot
1.
Tersedianya media
pembelajaran di setiap kelas
Tidak adanya perbedaan media
pembelajaran antara siswa yang
tergolong berkebutuhan khusus
dengan siswa yang lainnya. Media
pembelajaran untuk semua siswa
seperti guru memanfaatkan
proyektor yang terpasang untuk
menampilkan gambar-gambar, dan
video, media matematika.
2.
Kecocokan media
pembelajaran dengan materi
pembelajaran
Kecocokan media dengan materi
pembelajaran sudah terlihat.
3.
Media yang digunakan
menarik dan ramah anak
Media yang digunakan memiliki
ukuran yang terlalu kecil, dan masih
ditempelkan di papan tulis dengan
media yang digunakan dan ramah
anak
4.
Penerapan media
pembelajaran dalam proses
belajar mengajar
Tidak semua pembelajaran
menggunakan media pembelajaran
dan tidak selalu menggunakan
media pembelajaran
5.
Kelayakan media
pembelajaran
Media yang digunakan masih dapat
dijangkau dan seringkali media
menggunakan alam sekitar sebagai
media pembelajaran.
6.
Penataan media pembelajaran
yang digunakan
Penataan media pembelajaran
kurang rapi dan diletakkan ruang
kelas.
7. Petunjuk penggunaan media
pembelajaran
Tidak ada petunjuk penggunaan
media pembelajaran
3. Dokumentasi
Peneliti melaksanakan pengambilan data dokumentasi pada 1 April
2019, 5 April 2019, 9 April 2019, 12 April 2019. Teknik pengambilan
data dokumentasi ini berupa tabel daftar dokumen. Berikut adalah hasil
dokumentasi:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Tabel 4.5 Hasil Dokumentasi 1, 5, 9, dan 12 April 2019
No Aspek Daftar Dokumen Keterangan
Ada Tidak
1. Penerapan Media
Pembelajaran
Adaptif
Media Kelas II √
Media Kelas VI √
Petunjuk penggunaan
media pembelajaran √
Ruang penyimpanan
media pembelajaran √
Surat Keputusan
(SK) pengadaan media
pembelajaran
√
C. Pembahasan
Sekolah inklusi merupakan sekolah reguler yang mengakomodasi dan
mengintergrasikan siswa reguler dan siswa berkebutuhan khusus dalam
program yang sama (Ilahi, 2013: 87). Berkaitan dengan teori yang ada, SD
Harapan Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih dan SD Pagi Cerah
merupakan sekolah inklusi tingkat dasar yang mengakomodasi dan
menerima siswa berkebutuhan khusus dan tidak berkebutuhan khusus di
Kota Yogyakarta. SD Harapan Mulia merupakan sekolah yang ditunjuk
oleh Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta untuk menyelenggarakan
pendidikan inklusi sejak tahun 2012. Pada penelitian ini, nomor Surat
Keputusan (SK) tidak dicantumkan karena menjaga kerahasiaan tempat
penelitian.
Salamanca (dalam Kustawan, 2013: 8) mendeskripsikan bahwa
pendidikan inklusi ramah anak mempunyai arti bahwa pendidikan atau
sekolah harus mengakomodasi semua anak tanpa memperdulikan keadaan
fisik, intelektual, sosial, emosional, bahasa, atau kondisi-kondisi lain,
termasuk anak-anak berkebutuhan, anak-anak berbakat (gifted children),
pekerja anak dan anak jalanan, anak di daerah terpencil, anak-anak dari
kelompok etnik dan bahasa minoritas dan anak yang tidak beruntung dan
terpinggirkan dari kelompok masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Peneliti menggunakan salah satu aspek penyenggaraan sekolah inklusi
untuk mengetahui yaitu pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran
adaptif bagi siswa berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusi.
Berdasarkan data hasil wawancara pada SD Harapan Mulia bahwa sekolah
tidak menerima seluruh siswa berkebutuhan khusus. SD Harapan Mulia
hanya menerima dua siswa berkebutuhan khusus yang telah diasesmen pada
saat penerimaaan peserta didik dan siswa berkebutuhan khusus yang
diterima dengan tipe tunagrahita. Hal ini berdasarkan aturan yang diterima
oleh guru yang mengikuti diklat dari dinas pendidikan untuk sekolah dasar
inklusi. Siswa berkebutuhan khusus tidak diterima secara keseluruhan
karena disesuaikan dengan kemampuan guru SD Harapan Mulia terbatas,
kekurangan tenaga dalam membantu siswa ABK dan tidak dapat mengajar
seluruh tipe siswa berkebutuhan khusus yang memiliki tingkat seperti autis.
Hal ini juga terjadi pada SD Cinta Kasih, sekolah ini tidak menerima semua
siswa berkebutuhan khusus karena kurangnya pengetahuan tenaga pendidik
mengenai anak berkebutuhan khusus. Guru SD Cinta Kasih
mengungkapkan bahwa pada saat penerimaan peserta didik baru, anak
berkebutuhan khusus hanya terdiri dari 3% dari setiap penerimaan peserta
didik, tetapi siswa slowlearner pada saat penerimaan sangat sulit
diidentifikasi secara fisik karena orangtua tidak memiliki asesmen bahwa
siswa tersebut adalah anak berkebutuhan khusus slowlearner atau
tunagrahita, sehingga pada saat proses pembelajaran berjalan beberapa
bulan terlihat bahwa anak tersebut adalah slowlearner dan anak
berkebutuhan khusus bertambah dari jumlah yang telah memiliki asesmen.
Pada sekolah inklusi SD Pagi Cerah menyediakan kuota untuk anak
berkebutuhan khusus maksimal tiga siswa berkebutuhan khusus setiap
kelas. SD Pagi Cerah menerima siswa berkebutuhan khusus slowlearner
atau tunagrahita. Anak berkebutuhan yang telah diterima tetapi guru
mengalami kesulitan dalam mendampingi, maka sekolah akan memanggil
wali murid untuk memberikan alternatif agar siswa tersebut dapat belajar
dengan baik di sekolah khusus untuk anak berkebutuhan khusus. Sedangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
pada SD Mekar Jaya mengungkapkan bahwa siswa berkebutuhan khusus
yang diterima dibatasi maksmial dua peserta didik anak berkebutuhan
khusus berdasarkan peraturan diklat dinas pendidikan. Tetapi SD Mekar
Jaya memiliki kebijakan sendiri dalam penerimaan anak berkebutuhan
khusus dengan menerima tiga sampai empat siswa berkebutuhan khusus
setiap kelas. Anak berkebutuhan khusus pada SD Mekar Jaya terdiri dari
slowlearner atau tunagrahita, tunadaksa, tunanetra dan autis.
Hasil wawancara dari keempat sekolah dasar inklusi, berdasarkan
Ilahi (2013: 24) mendeskripsikan bahwa konsep pendidikan inklusi yaitu
berkaitan dengan keterbukaan dalam menerima anak berkebutuhan khusus
untuk memperoleh hak dasar mereka sebagai warga negara. Tetapi
realitanya SD Harapan Mulia tidak menerima seluruh peserta didik sehingga
hal tersebut tidak sesuai dengan konsep pendidikan inklusi yang ada. Siswa
berkebutuhan khusus tidak memperoleh hak untuk belajar bersama dengan
siswa yang tidak berkebutuhan khusus di sekolah reguler. Sekolah
inklusinya selayaknya berpegang teguh pada prinsip penyelenggaraan
sekolah inklusi bahwa menerima seluruh siswa berkebutuhan khusus untuk
memperoleh haknya sebagai warga negara khususnya dalam mendapatkan
pendidikan. Hal ini juga terjadi pada SD Cinta Kasih yang tidak menerima
semua siswa berkebutuhan khusus dan hanya menyediakan kuota sebanyak
dua pada saat penerimaan siswa baru di kelas. Berbeda dengan SD Mekar
Jaya menerima empat tipe siswa berkebutuhan khusus di sekolah dari
delapan tipe anak berkebutuhan khusus. Meskipun SD Mekar Jaya dalam
penerimaan siswa membatasi anak berkebutuhan khusus yang berkisar
antara tiga sampai empat ABK tetapi jenis anak berkebutuhan khusus yanga
ada di SD Mekar Jaya antara lain; tunagrahita, tunadaksa, tunanetra dan
autis.
Garnida (2015: 43) menyatakan bahwa tujuan dari pendidikan inklusi
adalah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada semua anak untuk
mendapatkan yang layak sesuai dengan kebutuhannya, membantu
mempercepat program wajib belajar, membantu peningkatan mutu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
pendidikan dasar, dan menciptakan sistem pendidikan yang menghargai
keanekaragaman dan tidak diskriminatif. Di SD Pagi Cerah apabila
penerimaaan peserta didik baru, siswa tersebut tidak dapat didampingi oleh
guru, maka sekolah akan memberikan alternatif kepada wali murid untuk
dipindahkan ke sekolah yang khusus untuk siswa berkebutuhan khusus agar
siswa tersebut dapat menerima pendampingan yang lebih baik dan efektif.
Hal ini tidak sesuai dengan tujuan dari pendidikan inklusi, karena sekolah
tidak memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk belajar,
tidak menciptakan pendidikan yang menghargai keragaman serta tidak
diskriminatif.
Heinich, dkk ( dalam pribadi, 2017: 15) mendeskripsikan bahwa media
pembelajaran adalah alat yang digunakan untuk mendukung proses
pembelajaran, memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Media
dalam pembelajaran berarti perantara atau pengantar antara pengirim
informasi yang berfungsi sebagai sumber atau resources dan penerima
informasi atau receiver.
Berdasarkan data hasil wawancara SD Harapan Mulia, penggunaan
media pembelajaran di SD Harapan Mulia tidak menyediakan media
pembelajaran adaptif khusus untuk siswa berkebutuhan khusus, media
pembelajaran dapat digunakan oleh seluruh peserta didik. Guru Kelas
bawah dan kelas atas mengungkapkan bahwa guru menggunakan media
pembelajaran dalam menyampaikan materi pembelajaran tetapi tidak semua
mata pelajaran seperti bahasa indonesia, SBdP, agama, penjas dan PKN
pada saat pembelajaran berlangsung di kelas. Guru mengungkapkan bahwa
pada saat pembelajaran di kelas tidak selalu menggunakan media pada saat
pembelajaran karena tidak setiap materi dapat disediakan media
pembelajaran sehingga hanya menggunakan metode ceramah. Media
pembelajaran yang digunakan ditentukan berdasarkan dengan kecocokan
pada setiap materi pembelajaran agar memiliki kesinambungan antara
materi dan media pembelajaran sehingga media pembelajaran yang
digunakan dapat menyampaikan pesan dari materi pembelajaran dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
mempermudah penyampaian materi pembelajaran, guru terkadang
mengajak keluar kelas dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai media
pembelajaran .
Hasil pengamatan peneliti menunjukkan bahwa guru kelas atas SD
Harapan Mulia tidak menggunakan media pembelajaran khusus untuk anak
berkebutuhan khusus (ABK). Hal ini terjadi karena siswa berkebutuhan
khusus yang ada di SD Harapan Mulia yaitu tunagrahita atau slowlearner
sehingga tidak terlalu sulit dalam mengikuti pembelajaran dengan media
yang digunakan untuk seluruh siswa.
Sedangkan pada kelas bawah, Guru Pendamping Khusus (GPK)
mengungkapkan bahwa seringkali menggunakan media yang khusus bagi
siswa berkebutuhan khusus untuk membantu memahami materi
pembelajaran seperti siswa yang mengalami kesulitan membaca saya
berikan manik-manik untuk merangsang motorik, ayam-anyaman, puzzle
huruf, dan puzzle angka, tetapi tidak pada semua mata pelajaran digunakan.
Hal ini tidak terlihat ketika melakukan observasi media pembelajaran
seperti ayam-anyaman, puzzle huruf, dan puzzle angka tidak digunakan pada
saat mendampingi siswa dan tidak berada dipenyimpanan media
pembelajaran di sekolah. GPK menjelaskan bahwa media tersebut tidak
berada dan disimpan di sekolah tetapi di rumah guru GPK SD Harapan
Mulia. Media tersebut disimpan dan tidak diberikan kepada peserta didik
agar dapat digunakan secara bersama oleh seluruh siswa dan tidak untuk
dimiliki secara pribadi. Menurut GPK berdasarkan pengalaman ketika
membagikan media pembelajaran kepada siswa berkebutuhan khusus yang
didampingi, media tersebut rusak sehingga tidak dapat digunakan lagi. Oleh
sebab itu, GPK kemudian menyimpan media tersebut apabila siswa ingin
menggunakan media tersebut dibawa ke sekolah. Dalam pembelajaran guru
menggunakan video dan gambar sebagai alat penyampaian materi
pembelajaran. Pemilihan media pembelajaran di SD Harapan Mulia
khususnya kelas bawah dan kelas atas belum disesuaikan dengan
karakteristik anak berkebutuhan khusus di sekolah tersebut sehingga dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
pembelajaran guru menggunakan media yang sama untuk seluruh peserta
didik. Meskipun media pembelajaran yang digunakan tidak secara khusus
untuk siswa berkebutuhan khusus tetapi untuk seluruh siswa, guru kelas
bawah, kelas atas, dan GPK sudah memanfaatkan media sebagai alat untuk
menyampaikan materi dan membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran
sehingga pembelajaran dapat terlaksana dengan efektif. Misalnya untuk
mempermudah pembelajaran dengan materi pecahan, guru juga
menggunakan media kontekstual seperti membawa apel yang dibagi
menjadi beberapa bagian dan menggunakan benda nyata pada satuan berat
seperti timbangan sebagai media, dan meteran pita atau gulung sehingga
siswa dapat melihat bentuk fisik dari media pembelajaran yang digunakan.
Media pembelajaran yang digunakan memberikan motivasi bagi siswa
agar dapat memahami materi secara mendalam, media yang digunakan
sebagai saran persuasi, meningkatkan kemandirian siswa, dan membantu
pemahaman yang bersifat akademis, tetapi beberapa media pembelajaran
yang digunakan bersifat sementara dan tidak permanen sehingga tidak dapat
digunakan secara berulang-ulang. Guru kelas bawah dan kelas atas
mengungkapkan bahwa dengan adanya media pembelajaran sangat
membantu peserta didik dalam memahami materi secara konkret dengan
memanfaatkan media pembelajaran kontekstual.
Pada SD Cinta Kasih, SD Pagi Cerah dan SD Mekar Jaya
menggunakan media pembelajaran yang disesuaikan dengan materi
pembelajaran sehingga antara media pembelajaran dan materi pembelajaran
memiliki keteraikatan. Guru SD Cinta Kasih mengungkapkan bahwa media
pembelajaran sangat membantu guru dalam menyampaikan materi
pembelajaran kepada peserta didik. Siswa lebih mudah menerima materi
pembelajaran daripada hanya mendengarkan ceramah. Media yang
digunakan seperti video, gambar, LCD, media place card, dan lingkungan
sekitar. Media lingkungan digunakan misalnya pada materi perdagangan,
guru akan mengajak siswa untuk melakukan transaksi jual beli secara
langsung di kantin sekolah. Media pembelajaran yang digunakan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
mengeklporasi siswa agar mampu mandiri sehingga pembelajaran menjadi
efektif dan efisien. Guru mengungkapkan bahwa dalam mempersiapkan
media pembelajaran membutuhkan waktu yang cukup lama dan berbelit-
belit sehingga waktu habis hanya untuk pembuatan media pembelajaran.
Tetapi disisi lain guru menyatakan bahwa dengan media pembelajaran siswa
menjadi tidak mudah jenuh dalam mengikuti pembelajaran dan
pembelajaran menjadi menyenangkan. Media pembelajaran dapat
digunakan berulangkali atau bersifat permanen. Pada pembelajaran seperti
IPS guru menggunakan media pembelajaran atlas dan globe untuk
menyampaikan materi pembelajaran agar siswa dapat memahami isi dari
materi pembelajaran melalui media pembelajaran.
Hal ini sesuai dengan teori yang ada Syaodih (dalam Ilahi, 2013: 175)
mendeskripsikan bahwa media pembelajaran adalah segala macam bentuk
perangsangan dan alat yang disediakan guru untuk mendorong siswa. Media
pembelajaran adalah alat bantu yang memudahkan bagi guru untuk
menjelaskan bahan ajar dan membantu siswa memahami materi
pembelajaran. Hal ini sudah terlihat dari keempat SD yang menggunakan
media pembelajaran untuk menyampaikan materi pembelajaran. Guru
berusaha menggunakan media pembelajaran sebagai alat bantu agar siswa
dapat memahami materi pembelajaran dan membuat siswa mandiri.
Kustawan (2013: 115-117) menjelaskan mengenai media
pembelajaran adaptif yaitu media pembelajaran yang disesuaikan dengan
hambatan yang dialami oleh anak berkebutuhan khusus. Media
pembelajaran adaptif dirancang dibuat, dipilih, dan digunakan dalam
kegiatan pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus karena dapat
bermanfaat atau berguna dan cocok dengan tujuan, kebutuhan, materi,
kemampuan dan karakteristik anak yang menunjang efisiensi dan efektivitas
proses dan hasil pembelajaran. Realitanya media pembelajaran yang
digunakan oleh SD Harapan Mulia, SD Cinta Kasih, SD Pagi Cerah dan SD
Mekar Jaya tidak secara khusus untuk siswa berkebutuhan khusus tetapi
dapat digunakan oleh seluruh peserta didik. Tetapi di sisi lain, guru telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
menggunakan media pembelajaran yang memiliki kesesuaian antara materi
pembelajaran dan media pembelajaran. Guru memilih, merancang,
membuat, dan menggunakan media pembelajaran untuk menunjang proses
pembelajaran di kelas. Meskipun pada dasarnya media pembelajaran adaptif
harus disesuaikan dengan kondisi ABK tetapi guru telah menggunakan
media berdasarkan fungsi media yaitu sebagai alat untuk memperoleh
pengetahuan dan informasi, mendukung aktivitas pembelajaran, dan saran
motivasi serta persuasi.
Meimulyani dan Cartoyo, 2013: 44-45) mendeskripsikan bahwa
karakteristik media pembelajaran bagi siswa berkebutuhan khusus yaitu;
ketepatan dengan tujuan pengajaran, dukungan terhadap isi pembelajaran,
kemudahan memperoleh media, keterampilan guru dalam
menggunakannya, dan sesuai dengan taraf berpikir siswa. Hasil wawancara
keempat sekolah menunjukkan bahwa media yang digunakan telah
memiliki kaitan antara materi pembelajaran dan media pembelajaran
misalnya ketika pembelajaran mengenai pecahan guru akan membawa apel
kemudian dipotong-potong menjadi beberapa bagian sebagai alat untuk
memahami mengenai pecahan dan pada saat pembelajaran mengenai berat
satuan guru menggunakan benda nyata seperti timbangan, meteran pita atau
gulung. Kemudahan dalam memperoleh media pembelajaran adaptif karena
guru memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran.
Keterampilan guru dalam menggunakan media sebagat alat penyampaian
materi pembelajaran. Nampak dari guru mengetahui cara penggunaan dari
media tersebut sehingga dapat ditiru dan dipraktekkan oleh peserta didik.
Tetapi keterampilan guru dalam menggunakan media tersebut tidak nampak
pada SD Mekar Jaya karena salah satu guru mengatakan memiliki kendala
dalam penggunaan teknologi sebagai salah satu media pembelajaran di
kelas. Karakteristik kesesuaian dengan taraf berpikir siswa belum terpenuhi
karena media yang digunakan oleh anak berkebutuhan khusus dan siswa
reguler sama sehingga tidak ada perbedaan. Padahal taraf berpikir siswa
berkebutuhan khusus seperti tunanetra, tunarungu, tunadaksa, tunalaras,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
tunagrahita, anak berkesulitan belajar, gifted, autis, ADHD, dan lamban
belajar dengan siswa reguler berbeda.
Secara keseluruhan SD Harapan Mulia, SD Cinta Kasih, SD Pagi
Cerah dan SD Mekar Jaya telah menggunakan media pembelajaran dalam
menyampaikan materi pembelajaran. Meskipun tidak menyediakan media
yang khusus untuk anak berkebutuhan khusus tetapi guru berusaha untuk
menggunakan media berbagai media sebagai alat bantu guru dalam
penyampaian materi pembelajaran kepada peserta didik sehingga
pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien dibandingkan ketika guru
menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran. Media pembelajaran
yang dibuat oleh keempat sekolah tersebut dengan maksud agar siswa dapat
memahami materi pembelajaran dengan bantuan media pembelajaran
sehingga setiap media yang dibuat disesuaikan dengan materi pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul penggunaan media
pembelajaran adaptif bagi siswa berkebutuhan khusus di sekolah dasar
inklusi SD Harapan Mulia, SD Cinta Kasih, SD Pagi Cerah dan SD Mekar
Jaya wilayah Kota Yogyakarta, yang telah dilakukan oleh peneliti dapat
disimpulkan bahwa SD Harapan Mulia, SD Cinta Kasih, SD Pagi Cerah dan
SD Mekar Jaya sebagai berikut:
1. Keempat SD telah menggunakan media pembelajaran dalam
menyampaikan materi pembelajaran.
2. Keempat SD menggunakan media pembelajaran yang disesuaikan
dengan materi pembelajaran.
3. Media pembelajaran tidak selalu digunakan pada saat pembelajaran
seperti SBdP, agama, pendidikan jasmani dan olahraga dan PKN.
4. Tidak ada perbedaan media pembelajaran antara siswa berkebutuhan
khusus dan siswa reguler sehingga dapat digunakan oleh seluruh peserta
didik.
5. Penggunaan media pembelajaran sebagai alat bantu mpembelajaran
keempat SD sudah terlihat tetapi tidak ada media khusus bagi anak
berkebutuhan khusus.
6. Keempat SD memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai media
pembelajaran.
7. Media yang digunakan keempat SD seperti LCD, video, gambar, anyam-
anyaman, puzzle huruf, puzzle angka, media place card
8. SD Mekar Jaya memiliki keterbatasan atau hambatan dalam
menggunakan teknologi sebagai media pembelajaran.
9. Tipe anak berkebutuhan khusus di SD Harapan Mulia, SD Cinta Kasih,
dan SD Pagi Cerah adalah tunagrahita dan menerima dua sampai tiga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
anak berkebutuhan khusus. Sedangkan pada SD Mekar Jaya tipe anak
berkebutuhan khusus yang diterima adalah tunagrahita, tunadaksa,
tunanetra dan autis dan menerima anak berkebutuhan khusus tiga sampai
empat siswa berkebutuhan khusus.
B. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari mengalami banyak kelemahan dan keterbatasan
dalam melakukan penelitian ini. Berikut keterbatasan dalam melakukan
penelitian ini. Berikut keterbatasan peneliti:
1. Ketika melakukan wawancara pada salah satu narasumber, narasumber
justru menceritakan hal-hal yang tidak berkaitan dengan wawancara,
sehingga waktu wawancara menjadi lama dan informasi yang diterima
tidak maksimal.
2. Wawancara dengan pada salah satu narasumber dilakukan di dalam kelas
pada saat jam pulang sekolah, tetapi ketika melakukan wawancara masih
ada beberapa siswa yang berada di sekolah sehingga dalam rekaman
banyak sekali teriakan dari siswa, sehingga peneliti dan narasumber
kurang fokus dalam proses wawancara dan merasa terganggu.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat menyampaikan saran untuk
penelitian selanjutnya sebagi berikut:
1. Saran yang dapat diberikan, peneliti sebaiknya mampu mengendalikan
wawancara dengan narasumber apabila wawancara tersebut terlalu
bertele-tele dan tidak memberikan informasi yang sesuai dengan topik
wawancara kepada peneliti.
2. Peneliti sebaiknya mampu mencari waktu wawancara bersama
narasumber dengan tepat sehingga pada saat wawancara informasi yang
diterima dapat maksimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
DAFTAR PUSTAKA
Faizah. (2017). Psikologi Pendidikan. Malang: UB Press.
Hasamah. (2016). Belajar dan Pembelajaran. Malang: UMM Press.
Ilahi, M.T. (2013). Pendidikan Inklusif. Jogjakarta: AR-Ruzz Media.
Bilqis. (2014). Lebih dekat dengan Anak Tunadaksa. Jakarta: Diandri Kreatif.
Pribadi, B. A. (2017). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Susanto, A. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Emzir. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Arsyad, A. (2016). Media Pembelajaran Edisi Revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Desiningrum, D. R. (2016). Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakrta:
Psikosain.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Bandur, A. (2016). Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Hartono, J. (2018). Metode Pengumpulan dan teknik Analisis Data. Yogyakarta:
Andi.
Anggito, A. dan Setiawan, J. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jawa Barat:
CV Jejak.
Mais, A. (2016). Media Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Jember:
Pustaka Abadi.
Triani, N dan Amir. (2013). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Lamban
Belajar Slow Learner. Bandung: Luxima Metro Media.
Kustawan, D., dan Hermawan, B. (2013). Model Implementasi Pendidikan Inklusif
Ramah Anak. Jakarta: PT Luxima Metro Media.
Ilahi, M.T. (2016). Pendidikan Inklusif Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta: AR-Ruzz
Media.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Tersedia
di http://sindiker.dikti.go.id/dok/UU/UU20-2003-Sisdiknas.pdf (diakses
Februari 2019).
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 70 tahun 2009
tentang pendidikan Inklusif (Pendif) bagi Peserta Didik yang Memiliki
Kelainan dan Potensi Kecerdasan dan atau Bakat Istimewa. Tersedia di
http://dikdas.kemendiknas.go.id/application/media/file/Permendiknas%20
Nomor%20%2070Tahun%202009.pdf (diakses 17 Februari 2019).
Meimulyani, Y. dan Cartoyo. (2013). Media Pembelajaran Adaptif bagi Anak
Berkebutuhan Khusus. Jakarta: PT Luxima Metro Media.
Faradian. Annisa. (2018) Permasalahan Sekolah Dasar Inklusi Di Kelas Atas SD
“Suka Kasih” Wilayah Kota Yogyakarta. Universitas Sanata Dharma:
Yogyakarta.
Ghina. N. N. (2017). Analisis Ketersediaan dan Pemanfaatan Media Pembelajaran
Adaptif Kelas Inklusi di SD Al Irsyad Islamiyyah 2 Purwokerto. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang: Semarang.
Sari. N. W. (2014) Pengaruh Penggunaan Media Animasi terhadap Hasil Belajar
Siswa Slow Learner. Skripsi Tidak Diterbitkan. Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Malang: Malang.
Pambudi. F. I. (2017). Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif
untuk Anak Autis Sekolah Khusus Autis Bina Anggita Yogyakarta. Skripsi
Tidak Diterbitkan. Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri
Yogyakarta: Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Lampiran 3. Reduksi Hasil Wawancara
REDUKSI HASIL WAWANCARA
SD Harapan Mulia
1. Narasumber 1
Subjek : Guru Kelas 2
Hari, Tanggal : Kamis, 28 Maret 2019
Kode Wawancara : W1.GK2a.28032019
2. Narasumber 2
Subjek : Guru Kelas 6
Hari, Tanggal : Selasa, 2 April 2019
Kode Wawancara : W2.GK6a.02042019
3. Narasumber 3
Subjek : Guru Pendamping Khusus
Hari, Tanggal : Selasa, 9 April 2019
Kode Wawancara : W3.GPKa.09042019
4. Narasumber 4
Subjek : Kepala Sekolah
Hari, Tanggal : Jumat, 12 April 2019
Kode Wawancara : W4. KSa.12042
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
REDUKSI HASIL WAWANCARA
SD Mekar Jaya
1. Narasumber 1
Subjek : Guru Pendamping Khusus
Hari, Tanggal : Jumat, 5 April 2019
Kode Wawancara : W1.GPKb.05042019
2. Narasumber 2
Subjek : Kepala Sekolah
Hari, Tanggal : Jumat, 12 April 2019
Kode Wawancara : W2.KSb.12042019
3. Narasumber 3
Subjek : Guru Kelas 1
Hari, Tanggal : Jumat, 12 April 2019
Kode Wawancara : W3.GK1b.1204201
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
REDUKSI HASIL WAWANCARA
SD Cinta Kasih
1. Narasumber 1
Subjek : Kepala Sekolah
Hari, Tanggal : Selasa, 9 April 2019
Kode Wawancara : W1.KSc.09042019
2. Narasumber 2
Subjek : Guru Pendamping Khusus
Hari, Tanggal : Kamis, 11 April 2019
Kode Wawancara : W2.GPKc.11042019
3. Narasumber 3
Subjek : Guru Kelas 1
Hari, Tanggal : Selasa, 9 April 2019
Kode Wawancara : W3.GK1c.09042019
4. Narasumber 4
Subjek : Guru Kelas 4
Hari, Tanggal : Kamis, 11 April 2019
Kode Wawancara : W4. GK4c.12042019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
REDUKSI HASIL WAWANCARA
SD Pagi Cerah
1. Narasumber 1
Subjek : Guru Pendamping Khusus
Hari, Tanggal : Jumat, 29 Maret 2019
Kode Wawancara : W1.GPKd.29032019
2. Narasumber 2
Subjek : Guru Kelas 2
Hari, Tanggal : Jumat, 29 Maret 2019
Kode Wawancara : W2.GK2d.29032019
3. Narasumber 3
Subjek : Kepala Sekolah
Hari, Tanggal : Sabtu, 30 Maret 2019
Kode Wawancara : W3.KSd.30032019
4. Narasumber 4
Subjek : Guru Kelas 4
Hari, Tanggal : Sabtu, 30 Maret 2019
Kode Wawancara : W4. GK4d.30032019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
No. Aspek Jawaban Narasumber Kesimpulan
1.
Penerapan Media
Pembelajaran
Adaptif bagi Siswa
Berkebutuhan
Khusus
Ya menggunakan media pembelajaran tetapi tidak semua
untuk mata pelajaran dan tidak setiap pertemuan ada. Sebenarnya mbak media itu juga sebagai gambar.
(W1.GK2a.28032019.1).
Iya menggunakan media, tetapi tidak semua mata pelajaran
tergantung dengan materinya yang dia tidak bisa mengikuti
kita mencarikan medianya, tetapi kalau misalnya tentang
cerita itu kan dari buku juga bisa kan tidak harus menggunakan
media yang kita tampilkan. (W2.Gk2d.2903109.1).
Ya mbak lingkungan kan juga media menyesuaikan itu ya
lihat dari materinya misalnya bercerita, video atau
mendengarkan musik tentang lagu. Saya kebanyakan sih
gambar dan suara nyayi-nyanyian itu senang banget mbak sama
kertas lipat buat-buat apa begitu. Karena efektifnya media ya
gimana, ada yang efektifnya ada juga yang belum efektif.
Medianya kadang-kadang nyayian anak saya ganti liriknya
teruskan ke anak juga ngapalin
lagunya.(WK1.GK2a.28032019.2-3).
Pakai LCD ya pakai LCD mbak, tapi kebanyakan memakai
LCD kok mbak soalnya dengan menanyangkan anak merasa
senang karena ya itu tadi ada gambar, keluar suara juga mbak
tergantung pembelajaran juga lo mbak. (W3.Gk1c.09042019.4).
Media yang saya gunakan gambar, foto apa namanya
boneka-boneka kertas. Media itu biasanya apa ya sukanya
lingkungan yang menuntut anak-anak aktif, mengalami
langsung solanya lebih senang gerak. Media biasanya yang saya
Keempat SD memiliki media pembelajaran
yang bersifat umum dan digunakan untuk
semua siswa. Guru kelas bawah
mengungkapkan bahwa terkadang
menggunakan media gambar, video atau
musik dengan LCD sebagai alat untuk
menjelaskan materi pembelajaran tetapi tidak
semua mata pelajaran dan siswa diajak untuk
mengamati benda konkret yang telah
disediakan oleh guru sesuai dengan materi
serta menggunakan lingkungan sekitar
sebagai media pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
gunakan apa ya mbak anu gambar. Gambar kalau kita carinya
yang nggak menarik mereka juga nggak tertarik, harus yang
warna-warna kalau gambarnya ditempel kayak wayang tadi
tertarik.kalau gambar di kertas HVS mereka tanya “iki opo”
setelah itu uwis lewat aja. Media yang saya gunakan ya sesuai
mbak. (W1.GK2a.28032019.4).
Cuma “LCD aja kok mbak. (W3.Gk1c.09042019).
Kontekstual mbak kalau pecahan kita bawa media misalnya
apel saya bawa bagi beberapa bagian. Benda nyata juga bsa
mbak. Misalnya berat satuan saya bawa timbangan, meteran
pita/gulung. Anak-anak suka. (W1.GK2a.28032019.8-12).
Media yang saya gunakan berupa material dan memiliki
bentuk fisik. Media ini juga interaktif mbak dan dapat dipakai
oleh seluruh siswa. Saya biasanya pakai media yang sekali pakai
mbak, karena waktu untuk membuatnya itu kurang.
(W1.GK2a.28032019.9-10).
Kelemahannya kalau yang ABK itu meskipun ada media dia
disuruh pegang tapi kalau ditanya secara dia disuruh
menceritakan dia tidak bisa menceritakannya itu tetep ada
kelemahannya, kelebihannya dia mau menyimak dia mau
memperhatikan hal-hal yang di ceritakan tetapi hanya beberapa
menit, konsentrasi anak itu kan nggak bisa penuh.
(W2.GK2d.29032019.6-7).
Media yang saya gunakan berada dan lingkungan sekitar dan
siswa sangat senang. (W1.GK2a.28032019.4).
Iya media yang saya gunakan mempermudah siswa
mengingat pembelajaran dari media yang saya gunakan.
(W1.GK2a.2803201913-14).
Guru menggunakan media yang memiliki
bentuk fisik agar dapat dilihat oleh peserta
didik dan mengajak siswa untuk aktif dalam
pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Ya dalam pembelajaran saya menggunakan beberapa
media pembelajaran yang adaptif bagi peserta didik, karena
di kelas saya ini hanya ada 9 siswa dan yang terindentifikasi
ABK sebanyak 4 orang tetapi pada tingkat C dan D, tetapi hal
ini menjadi tantagan bagi saya karena setengah dari siswa saya
adalah ABK. (W2.GK6a.02042019.1).
Dalam pembelajaran saya menggunakan media yang cocok
dengan materi pembelajaran agar memudahkan peserta
didik memahami materi yang saya sampaikan. Saya
seringkali memanfaatkan proyektor dan LCD untuk menjunjang
pembelajaran dengan menapilkan gambar, video, atau bahkan
film yang berhubungan dengan materi pembelajaran.
(W2.GK6a.02042019.2-5).
Biasanya kan dibuku ada pertama itu, yang kedua ya kita
hubungkan apa yang siswa tahu gitu mbak biasane.
(W4.GK4d.30032019.2).
Mesti ada. Biasane kalau kelebihan e kan anak jadi lebih
tahu misalnya contohe kalau peta indonesia kalau anak melihat
gambarane nah anak disini punya bayangane, tetapi untuk
kekurangannya mungkin anak itu masih kok iso yo koyo ngono
jadi baru bisa melihat tetapi karena di sini lingkungan yang
seperti ini juga. Jadi anak itu yang pertama nggak mau
membaca, yang kedua jarang diajak keluar sama orangtuanya
jadi kesulitan kami ya mosok pantai wae ora ngerti , jadi ya nek
tak pikir kesulitane itu menyampaikan yang sebenarnya
walaupun sudah pakai gambar , tapi anak itu masih sok kok iso
yo koyo ngono, ya gitu-gitu lah. (W4.GK4d.30032019.6-7).
Sejauh ini media yang digunakan guru sudah sesuai dengan
siswa, kelebihan media yang telah digunakan adalah
membangun motivasi anak dalam belajar dan kekurangan
Keempat SD dalam pembelajaran
menggunakan media yang bersifat umum
digunakan untuk semua siswa. Guru kelas
atas menambahkan bahwa media tersebut
digunakan karena tingkat ABK yang berada
di sekolah keempat SD masih tergolong
ringan.
Guru kelas atas mengungkapkan bahwa
media yang digunakan dalam pembelajaran
memiliki keterkaitan antara materi
pembelajaran sehingga peserta didik dapat
memahami materi yang disampaikan dengan
menggunakan LCD untuk menampilkan
gambar, video bahkan film.
Guru kelas atas mengatakan bahwa dengan
adanya media pembelajaran siswa semakin
memiliki rasa ingin tahu dam memotivasi
anak untuk lebih giat belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
dari media pembelajaran adalah tidak tahan lama.
(W4.GK4c.12042019.5-6).
Ya mbak sudah sesuai dengan kebutuhan siswa dan dapat
menyampaikan isi materi pembelajaran dan mengekplorasi
pengetahuan siswa. (W2.GK6a.02042019.8-14).
Wujud model media pembelajaran yang digunakan adalah bisa
dilihat, bisa dipegang atau media konvensional. Media
interaktif dapat digunakan peserta didik. Media yang digunakan
siswa bisa mengeksplorasi materi pembelajaran yang dipelajari.
Media yang digunakan guru ada yang barang habis pakai dan
ada yang dapat digunakan kembali. (W4.GK4c.12042019.8-14)
Ya sekolah tidak menyediakan media untuk siswa
berkebutuhan khusus karena kami kekurangan biaya untuk
hal tersebut, tetapi kami mendanpat sumbangan dari
Dikpora yang kemudian saya gunakan untuk membeli
media yang dapat menjunjang pembelajaran bagi siswa
berkebutuhan khusus. Ya dalam pembelajaran saya
menggunakan media yang sesuai dengan kebutuhan siswa
tetapi ada beberapa materi pembelajaran yang pada saat
menyampaikan materi pembelajaran tidak menggunakan
media pembelajaran. (W3.GPKa.09042019.1).
Guru menggunakan lingkungan sekitar.
(W1.GPKb.05042019.5)
Pada saat menyiapkan materi pembelajaran saya selalu
membuat media yang cocok dengan materi pembelajaran
sehingga materi yang saya sampaikan dapat dipahami oleh
peserta didik. Media yang saya gunakan dalam
pembelajaran misalnya pada siswa yang mengalami
kesulitan membaca saya berikan manik-manik untuk
Keempat SD tidak memiliki media
pembelajaran khusus untuk siswa yang
berkebutuhan khusus yang disediakan oleh
sekolah. Guru Pendamping Khusus
mengungkapkan bahwa media yang
digunakan dalam pembelajaran adalah
sumbangan daru Dikpora. Media yang
digunakan memiliki keterkaitan dengan
materi pembelajaran dan kadangkala
menggunakan lingkungan sekitar sebagai
media pembelajaran di kelas. Media yang
digunakan adalah media yang merangsang
motorik bagi siswa yang mengalami kesulitan
membaca seperti ayam-anyaman, puzzle
huruf, dan puzzle angka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
merangsang motorik, ayam-anyaman, puzzle huruf, dan
puzzle angka. Media yang saya gunakan ini sifatnya material
dan dapat digunakan berulang kali dan media yang saya
gunakan memberikan ruang bagi siswa untuk mengekplorasi
setiap materi melalui media pembelajaran sayang digunakan
sehingga mempermudah materi pembelajaran.
(W3.GPKa.09042019.2-5, 8-14).
Sarana untuk menunjang pembelajaran seperti media
pembelajaran, alat peraga dan sebagainya sangat
dibutuhkan tetapi kami kekurangan biaya untuk
menfasilitasi media yang baik untuk peserta didik karena
kami sekolah negeri dan biaya semuanya dari pemerintah. Kami pernah beberapa kali mengajukan proposal untuk
pengadaan media pembelajaran bagi peserta didik tetapi kami
tidak mendapatkan media dari hasil proposal itu.
(W4.KSa.12042019.1).
Penggunaan media digunakan tergantung materi, tidak
semua harus pakai LCD ada juga yang menggunakan bahan
aslinya, misalnya mengamati bentuk daun itukan harus daun
aslinya kalau gambar kan agak susah minimal model.
(W1.KSc.09042019.1).
Menyampaikan materi pembelajaran dengan menggunakan
media sejauh ini sampai artinya anak itu mudah menerima
materi lebih mudah dan lebih cepat dan menerima gitu,
daripada hanya melihat gambar dan mendengarkan
ceramah. Media yang telah digunakan ada cetak, elektronik,
visual, lingkungan sekitar berhubungan dengan alam
lingkungan sosial, misalnya untuk materi perdagangan kan
Keempat SD merupakan sekolah salah satu
inklusi di kota Yogyakarta. Kepala sekolah
Keempat SD mengungkapkan bahwa media
pembelajaran sangat dibutuhkan dalam
pembelajaran tetapi Keempat SD tidak
menyediakan media pembelajaran khusus
untuk siswa berkebutuhan khusus karena
kekurangan biaya.
Kepala sekolah menambahkan bahwa
penggunaan media pembelajaran harus sesuai
dengan materi pembelajaran. dengan adanya
media pembelajaran materi yang disampaikan
dapat diterima dengan mudah oleh siswa
daripada menggunakan ceramah.
Media yang digunakan umum untuk seluruh
siswa. Guru memanfaatkan media cetak,
elektronik, visual dan lingkungan sekitar
sebagai media pembelajaran di kelas dengan
pengawasan guru dalam penggunaannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
dilingkungan sekitar sekolah ada warung anak langsung
transaksi. Sebagian media sudah sesuai dengan siswa, ada yang
belum sesuai contohnya ada praktek yang menggunakan bahan
kimia itu uji lemak atau mengunakan larutan lebih beresiko
namun harus dengan pengawasan guru yang ketat..
(W1.KSc.09042019.2-4).
Ee ya ada mungkin kelebihan dan kelebihannya itu nganu..
tergantung pada si pengguna”. Tapi itu semua harus kita lakukan
kalau kelemahan dan kelebihan itu kan kalau kita gunakan
saling melengkapi to yaa pasti ada. (W3.KSd.30032019.5-6).
Kelebihan media pembelajaran yang sudah digunakan
adalah lebih mudah menerima pembelajaran, anak tidak
mudah jenuh belajarnya itu lebih betah. Kekurangan dari
media pembelajaran yang telah digunakan adalah
pengadaannya kadang ribet saat mempersiapkannya.
(W1.KSc.09042019.5-6).
Ee.. nek untuk kesesuainnya itu tergantung pada guru masing-
masing kemampuan guru saat mengajar masing-masing, itu juga
termasuk kecakapan dalam pengunaan media. Iyaa, tentu saja
media itu untuk banyak kegunaannya untuk mengeksplorasi
tentang kemampuan siswa itu memang yang harus kita
harapkan. Iya tentu saja, anak-anak supaya belajar komunikatif
juga. guru-guru biasanya nanti tanya jawab ke anaknya.
(W3.KSd.30032019.8-12) dan (W2.KSb.12042019.8-12).
Media yang digunakan bisa material dan wujud fisik atau
konkret”. (W1.KSc.09042019.9-10). Media yang dipakai
tergantung materi, kalau materinya tentang ragam budaya itu
bisa dipakai lagi tapi kalo materi tumbuh-tumbuhan pakai media
Media pembelajaran yang digunakan
memiliki kelebihan dan kekurangan yaitu
anak dapat dengan mudah menerima
pembelajaran dengan menggunakan media
pembelajaran, tetapi kadangkala media yang
digunakan seadanya.
Tujuan dari media pembelajaran ini agar
peserta didik dapat mengekplorasi
pengetahuan dan memjadi komunikatif.
Kepala sekolah mengungkapkan bahwa
media pembelajaran ini berupa material dan
konkret dan dapat mempermudah dalam
penyampaian materi pembelajaran sehingga
pembelajaran menjadi efektif dan siswa fokus
pada pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
asli itu sekali pakai.Media yang digunakan jelas dapat
mempermudah penyampaian materi. Ya tentu lebih mudah
lebih efektif, anak-anak lebih fokus lebih perhatian pada
pembelajaran yang disampaikan oleh guru.
(W1.KSc.09042019.13-14) dan (W3.KSd.30032019.14)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Lampiran 4. Reduksi Hasil Observasi
REDUKSI HASIL OBSERVASI
SD Harapan Mulia
No Aspek yang Diamati Deskripsi Hasil Pengamatan Kesimpulan
1.
Tersedianya media
pembelajaran adaptif
di setiap kelas
Tidak adanya perbedaan media pembelajaran
adaptif antara siswa yang tergolong berkebutuhan
khusus dengan siswa yang lainnya. Media
pembelajaran adaptif untuk semua siswa seperti
guru memanfaatkan proyektor yang terpasang
untuk menampilkan gambar-gambar, dan video,
media matematika.
SD Harapan Mulia tidak
menggunakan media pembelajaran
adaptif secara khusus untuk siswa
berkebutuhan khusus. Media
pembelajaran bersifat umum dan
digunakan oleh seluruh peserta didik.
2.
Kecocokan media
pembelajaran adptif
dengan materi
pembelajaran
Kecocokan media pembelajaran adaptif dengan
materi pembelajaran sudah terlihat.
Media pembelajaran adaptif yang
digunakan memiliki kesesuaian
dengan materi pembelajaran.
3.
Media pembelajaran
adaptif yang
digunakan menarik
dan ramah anak
Media pembelajaran adaptif yang digunakan
memiliki ukuran yang terlalu kecil, dan masih
ditempelkan di papan tulis dengan media yang
digunakan dan ramah anak
Media pembelajaran adaptif
pembelajaran yang digunakan
memiliki kesesuaian dengan materi
pembelajaran.
4.
Penerapan media
pembelajaran adaptif
dalam proses belajar
mengajar
Tidak semua pembelajaran menggunakan media
pembelajaran dan tidak selalu menggunakan media
pembelajaran
Guru tidak selalu menggunakan
media pembelajaran adaptif dalam
setiap kegiatan pembelajarannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
5.
Kelayakan media
pembelajaran adaptif
Media yang digunakan masih dapat dijangkau dan
seringkali media menggunakan alam sekitar
sebagai media pembelajaran.
Media pembelajaran adaptif yang
digunakan dalam pembelajaran masih
layak dan seringkali menggunakan
lingkungan sebagai media
pembelajaran.
6.
Penataan media
pembelajaran adaptif
yang digunakan
Penataan media pembelajaran kurang rapi dan
diletakkan ruang kelas.
Penataan media pembelajaran kurang
tertata rapi hal ini disebabkan karena
media pembelajaran adaptif yang
digunakan tidak permanen atau sekali
pakai.
7.
Petunjuk penggunaan
media pembelajaran
adaptif
Tidak ada petunjuk penggunaan media
pembelajaran Tidak terlihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Lampiran 5. Hasil Dokumentasi
HASIL DOKUMENTASI
No Aspek Daftar Dokumen Keterangan
Deskripsi Ya (√) Tidak (√)
1. Penerapan
Media
Pembelajaran
Adaptif
Media Kelas II √
Media pembelajaran adaptif di dalam kelas
terbilang minim.
Media Kelas VI
√
Terdapat media pembelajaran yang cukup
di dalam kelas baik di dinding kelas
maupun meja yang sengaja digunakan
dipakai untuk menyimpan media
pembelajaran.
Petunjuk penggunaan
media pembelajaran √
Tidak ada petunjuk penggunaan media
pembelajaran.
Ruang penyimpanan
media pembelajaran √
Media pembelajaran ada yang di simpan di
dalam ruang kelas dan perpustakaan tetapi
tidak tertata dengan rapi .
Surat Keputusan
(SK) pengadaan media
pembelajaran
√
Tidak ada surat keputusan pengadaan
media pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Lampiran 6. Display Data Wawancara dan Observasi
DISPLAY DATA WAWANCARA DAN OBSERVASI
No. Aspek
Wawancara
Observasi
1. Penerapan media
pembelajaran adaptif
Keempat SD memiliki media pembelajaran
yang bersifat umum dan digunakan untuk
semua siswa. Guru kelas bawah
mengungkapkan bahwa terkadang
menggunakan media gambar, video atau
musik dengan LCD sebagai alat untuk
menjelaskan materi pembelajaran tetapi tidak
semua mata pelajaran dan siswa diajak untuk
mengamati benda konkret yang telah
disediakan oleh guru sesuai dengan materi
serta menggunakan lingkungan sekitar
sebagai media pembelajar.Guru
menggunakan media yang memiliki bentuk
fisik agar dapat dilihat oleh peserta didik dan
mengajak siswa untuk aktif dalam
pembelajaran.
SD Harapan Mulia tidak menggunakan
media pembelajaran adaptif secara khusus
untuk siswa berkebutuhan khusus. Media
pembelajaran bersifat umum dan digunakan
oleh seluruh peserta didik.Media
pembelajaran adaptif yang digunakan
memiliki kesesuaian dengan materi
pembelajaran.Media pembelajaran adaptif
pembelajaran yang digunakan memiliki
kesesuaian dengan materi pembelajaran.
Guru tidak selalu menggunakan media
pembelajaran adaptif dalam setiap kegiatan
pembelajarannya.
Media pembelajaran adaptif yang
digunakan dalam pembelajaran masih layak
dan seringkali menggunakan lingkungan
sebagai media pembelajaran.Penataan
media pembelajaran kurang tertata rapi hal
ini disebabkan karena media pembelajaran
adaptif yang digunakan tidak permanen
atau sekali pakai.
Keempat SD dalam pembelajaran
menggunakan media yang bersifat umum
digunakan untuk semua siswa. Guru kelas
atas menambahkan bahwa media tersebut
digunakan karena tingkat ABK yang berada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
di sekolah SD Harapan Mulia masih
tergolong ringan.
Guru kelas atas mengungkapkan bahwa
media yang digunakan dalam pembelajaran
memiliki keterkaitan antara materi
pembelajaran sehingga peserta didik dapat
memahami materi yang disampaikan dengan
menggunakan LCD untuk menampilkan
gambar, video bahkan film.Guru kelas atas
mengatakan bahwa dengan adanya media
pembelajaran siswa semakin memiliki rasa
ingin tahu dam memotivasi anak untuk lebih
giat belajar.
Tidak terlihat
Keempat SD tidak memiliki media
pembelajaran khusus untuk siswa yang
berkebutuhan khusus yang disediakan oleh
sekolah. Guru Pendamping Khusus
mengungkapkan bahwa media yang
digunakan dalam pembelajaran adalah
sumbangan daru Dikpora. Media yang
digunakan memiliki keterkaitan dengan
materi pembelajaran dan kadangkala
menggunakan lingkungan sekitar sebagai
media pembelajaran di kelas. Media yang
digunakan adalah media yang merangsang
motorik bagi siswa yang mengalami
kesulitan membaca seperti ayam-anyaman,
puzzle huruf, dan puzzle angka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Keempat SD merupakan sekolah salah satu
inklusi di kota Yogyakarta. Kepala sekolah
keempat SD mengungkapkan bahwa media
pembelajaran sangat dibutuhkan dalam
pembelajaran tetapi SD Harapan Mulia tidak
menyediakan media pembelajaran khusus
untuk siswa berkebutuhan khusus karena
kekurangan biaya. Kepala sekolah
menambahkan bahwa penggunaan media
pembelajaran harus sesuai dengan materi
pembelajaran. dengan adanya media
pembelajaran materi yang disampaikan dapat
diterima dengan mudah oleh siswa daripada
menggunakan ceramah. Media yang
digunakan umum untuk seluruh siswa. Guru
memanfaatkan media cetak, elektronik,
visual dan lingkungan sekitar sebagai media
pembelajaran di kelas dengan pengawasan
guru dalam penggunaannya. Media
pembelajaran yang digunakan memiliki
kelebihan dan kekurangan yaitu anak dapat
dengan mudah menerima pembelajaran
dengan menggunakan media pembelajaran,
tetapi kadangkala media yang digunakan
seadanya. Tujuan dari media pembelajaran
ini agar peserta didik dapat mengekplorasi
pengetahuan dan memjadi komunikatif.
Kepala sekolah mengungkapkan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
media pembelajaran ini berupa material dan
konkret dan dapat mempermudah dalam
penyampaian materi pembelajaran sehingga
pembelajaran menjadi efektif dan siswa
fokus pada pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Biodata Peneliti
Penulis bernama Novianti Pasuang, lahir di Rantepasang,
Sulawesi Selatan pada tanggal 09 November 1996.
Peneliti merupakan anak pertama dari 6 bersaudara dari
pasangan Yohanes Palalangan dan Damaris Pasuang.
Peneliti menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD
Negeri Langda pada tahun 2009, kemudian peneliti
menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di
SMP Pelita Bangsa pada tahun 2012. Setelah menempuh pendidikan SMP, peneliti
melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas di SMA Katolik Makale dan
lulus pada tahun 2015. Setelah tamat SMA, peneliti melanjutkan pendidikan di
jenjang Perguruan Tinggi dengan mengambil Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar (PGSD) di Universitas Sanata Dharma Yogykarta.
Selama menempuh pendidikan S1 di PGSD USD, peneliti mengkuti
berbagai macam kegiatan untuk mengembangkan diri dalam kemampuan
bersosialisasi, bekerjasama dan berkomunikasi, berbagai macam kegiatan tersebut
antara lain sebagai Peserta Kursus Mahir Dasar (KMD) Pembina Pramuka., sebagai
Anggota Divisi Acara Sport League tahun 2016 dan Pelatihan Pengembangan
Kepribadian Mahasiswa (PPKM) I dan II serta English Club.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
top related