penggunaan explanatory factor analysis untuk
Post on 12-Jan-2017
216 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
PENGGUNAAN EXPLANATORY FACTOR ANALYSIS UNTUKMENGUKUR KEPUASAN MASYARAKAT TERKAIT
PENERAPAN PROGRAM CSR
Fifi Swandari1; M Riza Firdaus21Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, email: fifiswandari@yahoo,com2Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, email: riza_firdaus@yahoo.com
ABSTRACT: The purpose of this study was to determine what factors can be used to assessthe success of CSR programs from the perspective of the people who were targeted CSRprograms . Second, determine the level of community satisfaction related CSR program that isalready running . Design research is exploratory research . The population of study was thepeople in village around the company who have been given CSR program by PT . JBG and PTWBM . Fifty five respondents were obtained from the two companies. The results showed thatthe Eco - Social factors are the main factors that are considered important by society whenassessing a company's CSR program, followed by Social factors, Environmental andEconomic. Results related to community satisfaction index CSR program showed a high levelof satisfaction. Other findings obtained is: not all CSR program are successful. Factorssupporting the success of CSR are: the seriousness of the company's CSR program, thesupport of government officials and other institutions, and that is very important is themotivation to succeed from CSR program beneficiaries.Keywords-CSR, Explanatory Factor Analysis, Satisfaction Index.
Latar BelakangProduksi minyak mentah Indonesia mengalami trend penurunan mulai dari tahun 1996
sampai tahun 2008. Alternatif energi lain tentu saja adalah sumber energi bukan migas
seperti usaha pertambangan batubara. Peningkatan produksi batubara menunjukkan
trend yang meningkat.
Sektor pertambangan merupakan sektor berrisiko tinggi karena sering terjadi
kecelakaan seperti kebakaran, tanah longsor, pencemaran lingkungan dan lainnya.
Sektor ini membutuhkan modal besar, berjangka panjang dan memberikan imbal hasil
yang lambat. Bisnis pertambangan diatur dengan regulasi yang ketat, membawa
pengaruh besar terhadap masyarakat dan selalu terkait dan berpotensi terkena dampak
negatif dan volatilitas pasar komoditas dalam hal biaya dan pendapatan,
Sektor pertambangan juga berpotensi menimbulkan masalah lingkungan. Salah satu
isu penting dalam sektor pertambangan masalah kerusakan lingkungan dan dampak
yang ditimbulkannya pada masyarakat sekitar tambang. Hal tersebut diupayakan
untuk dikurangi dengan penerapan UU No 40 tentang PT yang salah satu pasalnya
mengharuskan perusahaan menerapkan Corporate Social Responsibility atau CSR.
2
Hal tersebut tentu saja tidak bertentangan dengan tujuan perusahaan karena pada
dasarnya perusahaan juga memiliki tujuan yang lain selain keuntungan yaitu
memberikan manfaat terbaik bagi masyarakat.
Ukuran keberhasilan program CSR selama ini sering diukur dengan indikator
keuangan seperti Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Profit Margin
(PM) maupun alat ukur keuangan lain. Contohnya adalah penelitian berikut. Penelitian
dari Cochran dan Wood (1984) menunjukan masih terdapat hubungan yang positif
antara CSR dengan kinerja perusahaan. Hasil tersebut didukung oleh Harjoto dan Jo
(2011) yang menyatakan bahwa CSR berpengaruh pada kinerja operasi dan nilai
perusahaan. Hasil hubungan CSR dan kenerja pada posisi netral dikemukakan oleh
Mc. Williams dan Sregel (2000).
Penelitian ini menggunakan metoda baru dalam menilai keberhasilan penerapan CSR
pada sebuah perusahaan. Metoda tersebut akan menilai tingkat kepuasan masyarakat
terkait program CSR yang dilakukan perusahaan. Metoda ini diadopsi dari bidang
manajemen pemasaran saat penilaian tingkat kepuasan konsumen.
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, mengembangkan alat ukur yang
dapat digunakan untuk menilai tingkat keberhasilan program CSR di perusahaan
tambang di Kalimantan Selatan dilihat dari sudut pandang masyarakat yang menjadi
sasaran program CSR tersebut. Tujuan ini dilakukan dengan menentukan faktor-
faktor apa yang dapat digunakan untuk menilai keberhasilan program CSR di
perusahaan tambang di Kalimantan Selatan dilihat dari sudut pandang masyarakat
yang menjadi sasaran program CSR. Kedua, menentukan tingkat kepuasan masyarakat
terkait program CSR yang sudah berjalan.
Hal yang sering dilupakan adalah kesejahteraan masyarakat di sekitar perusahaan
dalam hal ini di sekitar lokasi pertambangan. Hal ini sering memicu demonstrasi
masyarakat. Penelitian ini sangat penting untuk dilakukan mengingat hasil penelitian
akan mampu mengurangi konflik perusahaan dengan masyarakat sekitar perusahaan
tambang.
3
Tinjauan LiteraturPertanggungjawaban sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR)
adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan
perhatian terhadap lingkungan dan sosial dalam operasinya dan interaksinya dengan
stakeholders. CSR merupakan komitmen usaha untuk terus bertindak secara etis,
beroperasi secara legal dan ikut dalam meningkatkan ekonomi, kualitas hidup dari
karyawan dan keluarganya serta meningkatkan kualitas masyarakat secara luas (The
World Bussiness Council for Sustainable Development (WBCSD).
Program CSR (Corporate Social Responsibility) merupakan salah satu kewajiban
yang harus dilaksanakan oleh perusahaan di Indonesia. Hal ini sesuai dengan isi pasal
74 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang membahas
tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan yang berlaku bagi perseroan yang
mengelola/memiliki dampak terhadap sumberdaya alam dan tidak dibatasi
kontribusinya serta dimuat dalam laporan keuangan. Undang-undang tersebut
mewajibkan industri atau perusahaan untuk menerapkan program CSR. Industri dan
perusahaan berperan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang sehat dengan
mempertimbangkan pula faktor sosial dan lingkungan sekitar.
CSR berhubungan erat dengan “pembangunan berkelanjutan”. Suatu perusahaan yang
ingin menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan (sustainability development)
harus memperhatikan Triple P yaitu profit, planet, and people. P pertama merupakan
singkatan dari “profit” sebagai wujud aspek ekonomi, P kedua singkatan dari “planet”
sebagai wujud aspek lingkungan dan P ketiga singkatan dari “people” sebagai wujud
aspek sosial. Triple Bottom Line meliputi kesejahteraan atau kemakmuran ekonomi
(economic prosperity), peningkatan kualitas lingkungan (environmental quality) dan
keadilan sosial (social justice). Triple Bottom Line terdiri dari aspek keuangan, aspek
sosial dan aspek lingkungan perusahaan.
CSR dapat dipandang sebagai aset strategis dan kompetitif bagi perusahaan di tengah
iklim bisnis yang makin sarat kompetisi. CSR dapat memberi banyak keuntungan
(Susiloadi, 2008). Pertama, peningkatan profitabilitas bagi perusahaan dan kinerja
finansial yang lebih baik. Kedua, menurunkan risiko benturan dengan komunitas
masyarakat sekitar. Substansi keberadaan CSR adalah dalam rangka memperkuat
4
keberlanjutan perusahaan itu sendiri disebuah kawasan, dengan jalan membangun
kerjasama antar stakeholder yang difasilitasi oleh perusahaan. Ketiga, mampu
meningkatkan reputasi perusahaan yang dapat dipandang sebagai social marketing
bagi perusahaan tersebut yang juga merupakan bagian dari pembangunan citra
perusahaan (corporate image building). Social Marketing akan dapat memberikan
manfaat dalam pembentukan brand image suatu perusahaan.
Hubungan antara CSR dan profitabilitas perusahaan dapat dikatakan belum jelas.
Sebagian beranggapan bahwa penerapan CSR dapat meningkatkan profitabilitas
sebagian lagi sebaliknya. Penerapan CSR dapat meningkatkan profitabilitas karena
beberapa hal. Pertama, citra atau reputasi perusahaan, penerapan CSR yang benar dan
berkelanjutan dapat membuat citra perusahaan meningkat. Citra yang baik dapat
meningkatkan keuntungan bagi perusahaan karena investor percaya perusahaan dapat
mengelola dana untuk meningkatkan keuntungan tanpa mengesampingkan aspek
lingkungan dan sosial. Kedua, mengurangi biaya, artinya biaya yang dikeluarkan
akan berkurang dalam hal ini biaya yang harus ditanggung karena kasus lingkungan
dan sosial akibat kelalaian perusahaan. Ketiga, meningkatkan produktivitas, yaitu
perusahaan yang memberikan bantuan kepada karyawannya (bagian CSR) dapat
meningkatkan kinerja dan kualitas kerja karyawan. Keempat, memperbesar
kemungkinan untuk mendapat insentif-insentif lain seperti insentif pajak. Insentif
pajak dapat mempengaruhi investor untuk menanamkan modalnya.
Ukuran kinerja dengan menggunakan kinerja keuangan untuk menilai dampak
penerapan CSR relative memadai bagi para pemegang saham, namun tidak bagi
masyarakat sekitar tambang. Mereka yang paling berrisiko terkena dampak negatif
dari kerusakan lingkungan. Oleh karenanya perlu dikembangkan ukuran yang lain.
Manajemen pemasaran memandang CSR sebagai investasi bukan biaya. Sebagai
investasi maka pelaksanaan program CSR akan memberikan keuntungan bagi
perusahaan. Keuntungan yang didapat berupa terciptanya citra positif perusahaan di
mata konsumen maupun di masyarakat pada umumnya. Konsumen dibeberapa negara
bahkan menunjukkan sikap memboikot produk suatu perusahaan yang tidak
melaksanakan tanggung jawab sosialnya. Sebaliknya mereka membeli dan
5
menyarankan kepada orang lain untu membeli produk yang berasal dari perusahaan
yang telah melaksanakan CSRnya dengan baik.
Gambaran ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Kotler (2005) yang
menyatakan bahwa CSR dapat digunakan untuk membangun positioning merek,
mendongkrak penjualan, memperluas pangsa pasar, meningkatkan loyalitas karyawan,
mengurangi biaya operasional, serta meningkatkan daya tarik korporat di mata
investor.
CSR diperkirakan mampu memberikan manfaat yang demikian besar, maka sudah
sewajarnya kepuasan masyarakat yang menjadi sasaran program CSR harus dapat
dipenuhi. Masyarakat yang seperti ini bisa dianggap sebagai konsumen yang berharga
sehingga perlu diteliti bagaimana tingkat kepuasan mereka terhadap program CSR
yang sudah dilaksanakan.
Berbagai hal yang telah dilakukan perusahaan belum tentu dapat memuaskan
pelanggannya. Menurut Parasuraman et. al (1988) ketidakpuasan konsumen ini
dikarenakan adanya gap yang terjadi di berbagai tahapan yang ada pada perusahaan
sejak perusahaan mengumumkan tentang produk atau jasa yang akan mereka berikan
kepada konsumen sampai produk/jasa tersebut benar-benar dirasakan oleh konsumen.
Gap ini dapat dibagi menjadi 5 jenis seperti terlihat pada Gambar 1 berikut ini.
Gap 1 bisa terjadi antara pelayanan yang diterima oleh konsumen dengan persepsi dari
manajemen yang mereka terjemahkan dalam misi dan tujuan perusahaan. Gap 2
terjadi ketika kualitas yang dipersepsikan oleh manajer tidak diterjemahkan kedalam
spesifikasi kualitas yang harus diberikan oleh pihak perusahaan kepada konsumen.
Artinya perusahaan sengaja tidak memberikan kualitas layanan yang diinginkan oleh
konsumen. Gap 3 terjadi manakala spesifikasi jasa yang sudah digariskan oleh
perusahaan berbeda dengan pelayanan yang diberikan kepada konsumen. Situasi ini
terjadi karena karyawan tidak sepenuhnya melakukan tata cara pelayanan yang
seharusnya sehingga bisa menimbulkan ketidakpuasan konsumen. Gap 4 terjadi ketika
apa yang dipromosikan oleh perusahaan tidak sama dengan yang diterima oleh
konsumen. Sedangkan gap 5 terjadi saat persepsi atau harapan konsumen terhadap
pelayanan yang akan diterimanya berbeda dengan kenyatan yang diterimanya. Bila
6
yang diterima konsumen kurang dari yang diharapkannya maka konsumen akan
merasa tidak puas. Sebaliknya bila kenyataan yang diterima konsumen melebihi
harapannya maka konsumen merasa sangat puas.
Sumber: Olsen, Teare dan Gummesson (1996) dalam Thio, 2001
Gambar 1Lima Gap dalam Tingkat Kepuasan Konsumen
CSR sebenarnya merupakan bentuk partisipasi perusahaan dalam membangun negara.
Pembangunan yang baik seharusnya berlangsung secara terus menerus atau
berkelanjutan (sustainable), demikian juga program CSR. CSR harus merupakan
program yang dapat berlangsung secara kontinyu bahkan ketika perusahaan itu sudah
tidak beroperasi lagi. Masyarakat yang menjadi sasaran program tetap menikmati
hasil dan bahkan mampu melanjutkan program CSR yang selama ini sudah berjalan.
Sesuai uraian diatas maka pengukuran kepuasan masyarakat terhadap program CSR
yang sudah dilakukan oleh perusahaan juga harus mengacu pada unsur-unsur yang
7
sifatnya secara sosial berlangsung dengan kontinyu (social sustainability). Ukuran
social sustainability terdiri dari 3 aspek yaitu : Ekonomi, Sosial dan Lingkungan
(Asy’ari, 2009)
Metoda PenelitianPenelitian ini menggunakan design eksploratory research untuk menganalisis faktor-
faktor yang dapat digunakan untuk menilai keberhasilan program CSR di perusahaan
tambang, dilihat dari sudut pandang masyarakat yang menjadi sasaran program CSR.
Populasi penelitian adalah masyarakat di lokasi perusahaan yang pernah diberi
program CSR oleh PT. JBG dan PT WBM. Sampel penelitian diperoleh dengan
menggunakan metoda purposive sampling, yaitu masyarakat yang menjadi sasaran
program CSR, yang sudah pernah terlibat dalam program CSR, baik sebagai
pelaksana program CSR maupun penerima hasil program CSR. Jumlah sampel yang
diperoleh sebanyak 55 orang.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini berupa variabel social sustainability
yang terdiri dari variabel Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan. Variabel Ekonomi
adalah variabel yang berkaitan dengan peningkatan pendapatan masyarakat sebagai
hasil dari program CSR. Peningkatan pendapatan disini lebih menekankan pada aspek
pendapatan individu. Indikator variabel ekonomi ini meliputi: bertambahnya
penghasilan masyarakat, bertambahnya skill masyarakat di berbagai bidang,
terpenuhinya kebutuhan hidup masyarakat, terlaksananya semua program yang
direncanakan, perbedaan kesejahteraan sebelum dan sesudah program CSR dan tidak
adanya ketergantungan kepada perusahaan pasca program CSR selesai.
Variabel sosial adalah variabel yang berkaitan dengan hadirnya sarana maupun
prasarana yang bisa dinikmati oleh orang banyak. Variabel sosial ini lebih
menekankan pada pemanfaatan aset yang bukan dimiliki secara individu, tetapi
merupakan hak milik bersama. Indikator variabel sosial berupa: tersedianya fasilitas
umum, terciptanya suasana damai di masyarakat, terciptanya perasaan senang/mau
menerima staf CSR perusahaan, terciptanya susana kerjasama yang harmonis antara
sesama warga masyarakat, antara warga masyarakat dengan perusahaan, dan antara
warga masyarakat dengan pemerintah/aparat, konflik antara masyarakat dengan
perusahaan, tumbuhnya perekonomian masyarakat, berkurangnya peran rentenir di
8
masyarakat, berkurangnya pengangguran di daerah tersebut dan banyaknya kelompok
masyarakat yang terlibat dalam program CSR.
Variabel Lingkungan adalah variabel yang berkaitan dengan lingkungan hidup
didaerah sekitar perusahaan yang melaksanakan program CSR. Indikatornya adalah :
pencemaran lingkungan dan kondisi kesehatan masyarakat sekitar lokasi tambang
Analisis faktor exploratory digunakan untuk mengetahui faktor apa saja yang
digunakan masyarakat/responden dalam menentukan puas tidaknya mereka terhadap
program CSR perusahaan, sedangkan untuk mengukur seberapa besar tingkat
kepuasan masyarakat, digunakan indeks kepuasan pelanggan yang membandingkan
antara harapan dan kenyataan yang diterima masyarakat.
Hasil
Perusahaan yang dijadikan objek penelitian ada dua yaitu PT. Jorong Barutama
Greston (JBG) di Jorong dan PT. Wahana Baratama Mining (WBM) di Satui. PT.
JBG melakukan program CSR di wilayah 6 desa yang terdiri dari desa Batalang,
Jorong, Asam-Asam, Simpang 4, Karang Rejo dan Swarangan. Wilayah CSR WBM
meliputi dua desa yaitu Bukit Baru dan Sungai Cuka. Program CSR yang dilakukan
adalah bantuan tambak ikan/karamba, ternak ayam, budidaya jamur, ternak kambing,
Sasirangan, pupuk Bokasi, air bersih, instalasi listrik, pembangunan TK, Posyandu,
mesin air untuk masjid, pertanian semangka dan pengerasan jalan.
Diperoleh responden sebanyak 23 orang yang mendapat bantuan program CSR dari
JBG dan 32 orang dari WBM, totalnya berjumlah 55 responden Karakteristik
responden seperti terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1Karakteristik Responden
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase1 Laki-laki 40 72,732 Perempuan 15 27,27
Jumlah responden laki-laki sebanyak 72,73% sedangkan responden perempuan
sebanyak 27,27%. Responden laki-laki hampir tiga kali lipat responden perempuan,
9
hal ini menunjukkan bahwa pihak yang dikenai program CSR sebagian besar adalah
laki-laki.
Pekerjaan responden sebagian besar adalah petani yaitu 40% sedangkan lainnya
yang sebesar 61,81% sangat bervariasi seperti karyawan swasta, swasta, guru,
pedagang, penjahit, ibu rumah tangga dan sebagainya (Tabel 2). Hal ini menunjukkan
bahwa petani merupakan pihak penting dalam pemberian program CSR dari
perusahaan.
Karakteristik responden berdasarkan pendidikkan (Tabel 3) menunjukkan bahwa
sebagian besar responden berpendidikkan SMP (40%) dilanjutkan SD atau tidak lulus
SD (32,73%), SMA (23,64%) dan yang lulus perguruan tinggi hanya sebesar 3,64%.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian masyarakat yang dikenai program CSR
berpendidikkan relatif rendah.
Tabel 2Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
No Pekerjaan Jumlah Persentase1 Petani 22 402 Lainnya (swasta, Ibu RT, pegawai) 34 61,81Sumber: Data diolah
Tabel 3Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikkan
No Pendidikkan Jumlah Persentase1 SD atau tidak tamat SD 18 32,732 SMP 22 403 SMA 13 23,644 Perguruan Tinggi 2 3,64%Sumber: Data diolah
10
Tabel 4 menunjukkan deskripsi tanggapan responden tentang variabel yang diteliti.
Tabel 4Deskripsi Tanggapan Responden
No Indikator Rerataskor
Ekonomi1 Bertambahnya penghasilan Saya (X1.1) 3,602 Bertambahnya penghasilan masyarakat (X1.2) 3,423 Bertambahnya keahlian Saya (X1.3) 3,514 Bertambahnya keahlian masyarakat (X1.4) 3,445 Terpenuhinya kebutuhan hidup Saya (X1.5) 3,866 Terpenuhinya kebutuhan hidup masyarakat (X1.6) 3,677 Selesainya program CSR (X1.7) 3,498 Tidak ada program yang tidak jadi dilaksanakan (X1.8) 3,539 Kontinuitas pasca CSR selesai (X1.9) 3,91
Sosial10 Program CSR untuk fasilitas umum (X2.1) 3,8911 Program CSR tidak menimbulkan masalah (X2.2) 3,5812 Program CSR tidak menimbulkan masalah antara
masyarakat dengan perusahaan (X2.3)3,60
13 Program CSR tidak menimbulkan masalah antaramasyarakat dengan pemerintah (X2.4)
3,60
14 Masyarakat senang dengan staf CSR (X2.5) 3,8215 Saya senang dengan staf CSR (X2.6) 4,0216 CSR menimbulkan usaha-usaha baru (X2.7) 3,5817 Saya meminjam uang ke rentenir (X2.8) 2,8018 Masyarakat meminjam uang ke rentenir (X2.9) 2,9019 CSR membuat Saya jarang meminjam uang ke rentenir
(X2.10)3,49
Lingkungan20 Berkurangnya pengangguran (X3.1) 3,5221 Terjadinya pencemaran lingkungan (X3.2) 3,5622 Terjadinya masalah kesehatan (X3.3) 3,67
Pengujian validitas dilakukan untuk memastikan instrumen yang digunakan dalam
penelitian akurat dan dapat digunakan untuk mengumpulkan data. Uji validitas yang
digunakan pada penelitian ini adalah dengan melakukan korelasi antar skor butir
pertanyaan dengan total skor konstruk (Ghazali, 2005). Uji signifikansi\ dilakukan
dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel dengan degree of freedom
(df)=n-2, pada penelitian ini n sebesar 55 dan df sebesar 55-2 = 53. Nilai r tabel
dengan df 53 dan alpha=0,05 sebesar 0,2656, adapun nilai r hitung dapat diketahui
11
dari output Alpha Cronbach pada kolom Correlated Item-Total Corellation. Indikator
dinyatakan valid saat nilai r hitung lebih besar dibanding r tabel.
Uji reliabilitas dilakukan dengan melihat nilai Alpha Cronbach untuk masing-masing
variabel. Nilai tersebut lebih besar dari 0,6 sehingga dapat dikatakan bahwa seluruh
variabel yang digunakan adalah reliable. Hasil uji validitas dan reliabilitas
menyisakan indikator-indikator yang valid seperti pada Tabel 5.
Tabel 5.Hasil Uji Validitas dan ReliablitasN= 55 dan Nilai r tabel = 0,2656
No Indikator Nilaikorelasi
(r)
Hasil AlphaCronbach
Keterangan
Variabel Ekonomi 0,694 reliabel1 X1.1 0,677* Valid2 X1.2 0,631* Valid3 X1.3 0,744* Valid4 X1.4 0,613* Valid5 X1.6 0,350* Valid6 X1.9 0,503* Valid
Variabel Sosial 0,813 reliabel7 X2.7 0,515* Valid8 X2.8 0,730* Valid9 X2.9 0,700* Valid10 X2.10 0,603* Valid
Variabel Lingkungan 0,810 reliabel11 X3.1 0,754* Valid12 X3.2 0,827* Valid13 X3.3 0,425* ValidSumber: Hasil Olah Data
Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan alat statistik Analisis Faktor.
Analisis Faktor ingin menemukan suatu cara untuk meringkas informasi yang ada
dalam variabel asli menjadi satu set dimensi baru atau faktor(Ghazali, 2005). Tahapan
Analisis Faktor dimulai dengan merumuskan masalah, menyusun matrik korelasi,
melakukan ekstraksi faktor, melakukan rotasi faktor dan melakukan interpretasi
faktor.
Langkah pertama yaitu merumuskan masalah. Analisis faktor bertujuan
mengidentifikasi faktor dalam hal ini masalah yang diteliti mencakup 3 variabel
dengan 13 indikator.
12
Langkah kedua yaitu menyusun matrik korelasi, akan dihitung nilai Kaiser-Meyer-
Olkin (KMO) dan Bartlett’s test dan nila matrik anti image. Diperoleh nilai KMO
sebesar 0,646, df=78 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena nilai KMO lebih
besar dari 0,05 dengan signifikansi dibawah 0,05 maka kumpulan variabel dapat
diproses lebih lanjut.
Uji Measure of Sampling Adequacy (MSA) yang dapat dilihat pada tabel Anti Image
Matrices. Angka-angka yang membentuk garis diagonal dan ditandai dengan tanda
“a” adalah besaran MSA masing-masing variabel seperti terlihat pada Tabel 6.
Tabel 6Anti-Image Correlation
No Indikator Nilai MSA Keterangan1 X1.1 0,718 Layak2 X1.2 0,611 Layak3 X1.3 0,626 Layak4 X1.4 0,643 Layak5 X1.6 0,745 Layak6 X1.9 0,678 Layak7 X2.7 0,807 Layak8 X2.8 0,626 Layak9 X2.9 0,652 Layak10 X2.10 0,678 Layak11 X3.1 0,544 Layak12 X3.2 0,557 Layak13 X3.3 0,536 LayakSumber: Data diolah
Terlihat dari Tabel 6 ke-13 indikator yang digunakan untuk menilai program CSR
memenuhi kriteria MSA>0,5 sehingga dapat dikatakan dapat dilakukan uji lebih
lanjut.
Jumlah faktor yang dapat diterima secara empiris dapat dilihat berdasarkan total
variance explained yang dapat menjelaskan nilai masing-masing variabel yang
dianalisis. Terdapat 13 indikator yang akan dianalisis. Analisis yang dilakukan adalah
extraction sum of squared loading dan initial eigenvalues.
Extraction sum of squared loading menunjukkan jumlah varian yang diperoleh,
diperoleh nilai sebesar 4,576 untuk faktor 1, sebesar 2,443 untuk faktor yang ke 2,
sebesar 1,865 untuk faktor 3 dan sebesar 1,018 untuk faktor 4. Initial eigen value
menunjukkan faktor yang terbentuk dan nilainya untuk masing-masing faktor terlihat
pada Tabel 7.
13
Tabel 7Initial Eigenvalues
Faktor Eigenvalues % of variance Cumulative %1 4,576 35,198 35,1982 2,443 18,793 53,9913 1,865 14,345 68,3364 1,018 7,831 76,167
Sumber: Data diolah
Terdapat 4 buah faktor yang memiliki eigenvalue lebih dari 1 (Tabel 7). Keempat
faktor tersebut mempunyai varian kumulatif sebesar 76, 167 yang artinya keempat
faktor tersebut mampu menjelaskan faktor-faktor hasil rotasi yang CSR yang
dipertimbangkan oleh masyarakat sebesar 76, 167%.
Tahapan berikutnya adalah melakukan rotasi faktor, dalam hal ini dilakukan rotasi
varimax. Tahapan selanjutnya adalah interpretasi faktor yang bertujuan menentukan
variabel mana yang dapat masuk dalam sebuah faktor. Variabel-variabel yang masuk
dalam faktor harus memiliki nilai loading factor paling sedikit sebesar 0,5. Hasilnya
seperti pada Tabel 8.
Tabel 8.Interpretasi Faktor Berdasarkan Rotasi Varimax
No Indikator NamaFaktor
eigenvalues
Loadingfactor
% ofvarians
1 X1.1X1.3X2.7X2.10
Faktor 1Eko-Sosial
4,576 0,7730,7490,8320,695
35,198
2 X1.4X2.8X2.9
Faktor 2Sosial
2,443 0,5700,8750,884
18,793
3 X3.1X3.2X3.3
Faktor 3Lingkungan
1,865 0,9610,9650,528
14,345
4 X1.2X1.6X1.9
Faktor 4Ekonomi
1,018 0,7340,7740,584
7,831
Sumber: Data diolah
Berdasarkan Tabel 8 tersebut, terlihat bahwa faktor pertama yang masuk dalam
konsep Eko-Sosial memiliki peran yang lebih dominan bila dibandingkan dengan
14
faktor lain yaitu faktor sosial, lingkungan dan ekonomi. Faktor yang secara berurutan
menjadi faktor prioritas dalam menilai keberhasilan program CSR adalah Penghasilan
dan Keahlian, faktor Sosial, faktor Lingkungan dan faktor Ekonomi. Terlihat bahwa
13 variabel mempunyai loading factor >0,5, yang berarti variabel-variabel tersebut
mempunyai korelasi yang sangat kuat yang tersebar pada empat faktor tersebut.
Penjelasan masing-masing faktor adalah sebagai berikut. Faktor pertama dinamai
faktor Eko-Sosial, faktor ini merupakan faktor yang paling dominan dalam
pertimbangan masyarakat dalam menilai program CSR perusahaan. Variabel yang
masuk ke dalam faktor ini sebanyak 4 indikator yang meliputi Bertambahnya
penghasilan responden (X1.1), Bertambahnya penghasilan Masyarakat (X1.3), CSR
Menimbulkan Usaha Baru (X2.7) dan CSR membuat Saya (Responden) jarang pinjam
ke rentenir. Loading faktor berkisar antara 0,695 sampai 0,832.
Faktor kedua dinamai faktor Sosial dan menempati urutan kedua dalm pertimbangan
masyarakat dalam menilai program CSR perusahaan. Variabel yang masuk dalam
faktor ini sebanyak 3 indikator yaitu Bertambahnya keahlian Masyarakat (X1.4),
Saya/Responden meminjam uang ke rentenir (X2.8) dan Masyarakat meminjam uang
ke rentenir (X2.9). Loading faktor berkisar antara 0,570 sampai dengan 0,884.
Faktor ketiga dinamai Faktor Lingkungan dan menempati urutan ketiga dalam
pertimbangan masyarakat dalam menilai program CSR perusahaan Indikator yang
masuk dalam faktor ini adalah Berkurangnya pengangguran (X3.1), Terjadinya
pencemaran lingkungan (X3.2) dan Terjadinya masalah kesehatan (X3.3). Loading
factor berkisar antara 0,528 sampai 0,965.
Faktor keempat dinamai Faktor Ekonomi dan menempati urutan keempat dalam
pertimbangan masyarakat dalam menilai program CSR. Indikator yang masuk dalam
faktor ini adalah Bertambahnya penghasilan masyarakat (X1.2), Terpenuhinya
kebutuhan hidup masyarakat (X1.6) dan Kontinuitas pasca CSR selesai. Loading
factor antara 0,584 sampai 0,774.
Bagian kedua dari penelitian ini adalah menentukan tingkat kepuasan responden yang
diberi program CSR perusahaan. Tingkat kepuasan responden atas program CSR
perusahaan terlihat di Tabel 9.
15
Tabel 9Tingkat Kepuasan Responden akan CSR
No Variabel Indikator PenilaianKinerja
Penilaian Harapan TingkatKepuasan
1. Ekonomi X1.1X1.3X1.9
198193215
3,63,513,91
192199209
3,493,623,80
103,1596,96102,89
Rata-rata 202 3,67 200 3,64 1012. Sosial X2.7
X2.8X2.9X2.10
197154161192
3,582,802,933,49
194175179193
3,533,183,253,51
101,4288,,0590,1599,43
Rata-rata 176 3,20 185,25 3,37 94,763. Lingkungan X3.1
X3.2X3.3
194196202
3,533,563,67
196198196
3,563,613,56
99,1698,61103,09
Rata-rata 197,33 3,59 196,67 3,59 100,29Sumber: Hasil Olah Data
Berdasarkan penilaian tingkat kesesuaian yang merupakan rasio antara kinerja dengan
harapan responden, maka program CSR yang dinilai paling memuaskan adalah
variabel Ekonomi (101%), urutan kedua adalah variabel Lingkungan (100,29%) dan
urutan ketiga adalah variabel Sosial. Hasil tersebut menunjukkan bahwa para
responden dapat dikatakan puas dengan program CSR yang dilakukan oleh kedua
perusahaan tersebut.
Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pertama yang dianggap penting dalam
menilai keberhasilan program CSR perusahaan adalah faktor Eko-Sosial. Faktor ini
terdiri dari gabungan indikator ekonomi dan sosial. Faktor berikutnya adalah faktor
sosial, lingkungan dan ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa perhatian masyarakat
saat menilai keberhasilan program CSR dengan melihat dampak program pada
kesejahteraannya maupun dampak sosial yang dihasilkannya.
Faktor lingkungan dan ekonomi menjadi bagian paling akhir yang diperhitungkan. Hal
ini kemungkinan disebabkan oleh sederhananya cara berfikir para responden yang
kebanyakan petani, mereka tidak terlalu mempertimbangkan dampak buruk bagi
lingkungan dari operasional tambang di wilayah mereka. Hal ini sepanjang mereka
16
tidak terkena dampak langsung pencemaran lingkungan seperti debu, kebisingan
maupun pencemaran air tanah atau air sungai di wilayah mereka.
Hasil penilai kepuasan masyarakat menunjukkan bahwa masyarakat puas terhadap
program CSR yang dilakukan oleh kedua perusahaan yaitu JBG maupun WBM. Hal
ini mungkin disebabkan oleh jenis responden yang tidak variatif. Responden yang
dipilihkan oleh perusahaan adalah yang relatif telah berhasil dalam usahanya, adapun
sebagian masyarakat yang juga telah diberi program CSR namun tidak berhasil tidak
disarankan oleh perusahaan untuk dijadikan responden.Peneliti sendiri tidak mungkin
dapat mengakses responden yang gagal mengingat tidak memiliki data tentang
mereka.
Beberapa temuan penting juga diperoleh pada saat penelitian diantaranya seperti
terlihat pada Tabel 10.
17
Tabel 10Temuan Penting Tambahan
No Sumber CSR dariPerusahaan
Pendapat
1. Paidi, WakilKetua ForumKomunikasiMasyarakat(FKM)
PT. JBG - Menanggapi CSR secara negatif, dana CSR dariperusahaan tidak sebanding dengan nilai hasiltambang yang telah diperoleh perusahaan.- CSR berupa bantuan karamba ikan namun tidakberhasil. Penyebabnya adalah kurangnya keuletandari penerima program tersebut. Hal inimenunjukkan tidak ada selesksi yang baik untukpenerima sehingga program gagal, walaupun sudahdilatih oleh para pakar perikanan dari Unlam.
2. Wakil KetuaFKM KarangReja
PT. JBG Masyarakat sekitar pernah mendapat program CSRberupa ukir kayu, namun tidak berjalan begitu jugabantuan kambing. Sebagian besar kambing matikarena scabies. Hal tersebut karena kurangnyapendampingan.
3. Lilis PT. JBG -Usaha produksi kain Sasirangannya maju pesatTahun 2009 omsetnya baru mencapai Rp 3 juta perbulan dan pada tahun 2013 sudah mencapai diatasRp 10 juta per bulan. Memperoleh penghargaantingkat nasional.-PT. JBG juga pernah memberi pelatihan menjahit.Masyarakat yang diberi pelatihan berjumlahbelasan orang, namun yang berhasil menjadipenjahit sampai saat ini hanya 1 orang. Hal tersebutkarena kurangnya motivasi berusaha dari parapeserta
4 Jumadi PT. JBG Makanan olahan/kacang akan dibantudesainkemasan dari PT. JBG. Masalahnya belummemiliki outlet yang banyak.
5. Masyarakat diBukit Baru
PT. WBM -Memperoleh bantuan instalasi listrik sesudahpuluhan tahun desa tersebut gelap. Terkait haltesrsebut 100% responden/masyarakat merasa puas.-Desa tersebut dekat sekali dengan area tambangPT. “A” milik pengusaha terkenal, yang sudah 35tahun beroperasi di wilayah tersebut namun listrikdibantu PT. WBM.-PT “A” juga memberi CSR namun tidak penuh,contoh membangun masjid 25% diakukan masjidtersebut bantuan PT. “A”.-PT. WBM merekrut karyawan dari desa BukitBaru, PT “A” dari luar daerah.-PT. WBM tidak mencemari desa, PT. “A”mencemari desa dengan debu.-Saat masyarakat menuntut bantuan dari PT. “A”,perusahaan menakuti masyarakat dengan preman-preman di desa tersebut.
18
Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor Eko-Sosial merupakan faktor utama yang
dianggap penting oleh masyarakat saat menilai program CSR perusahaan. Persentase
varian yang bisa dijelaskan faktor ini paling besar, dilanjutkan dengan faktor sosial,
lingkungan dan ekonomi. Hal ini berarti perusahaan harus lebih fokus pada aspek
Ekonomi dan Sosial saat mengembangkan program CSR. Hasil indeks kepuasan
masyarakat terkait program CSR menujukkan tingkat kepuasan yang tinggi. Hal ini
menunjukkan program CSR yang dilakukan kedua perusahaan dinilai relatif baik oleh
masyarakat.
Temuan lain yang diperoleh adalah: tidak semua program CSR berhasil. Faktor
pendukung keberhasilan diantaranya adalah: keseriusan program CSR dari
perusahaan, dukungan aparat pemerintahan dan lembaga terkait, dan yang sangat
penting adalah motivasi untuk berhasil dari masyarakat penerima program CSR.
Saran penting bagi perusahaan yang melakukan program CSR adalah sebagai berikut.
Pertama, perusahaan harus bersungguh-sungguh dalam menerapkan program CSR,
artinya CSR yang dilakukan jangan hanya sebagai kegiatan pencitraan semata
melainkan suatu kegiatan yang termasuk ke dalam misi utama perusahaan. Hal ini
termasuk kesungguhan dalam merekrut calon penerima bantuan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ketepatan target sasaraan penerima bantuan CSR berpengaruh
terhadap keberhasilan program CSR. Kedua, aparat pemerintahan dan lembaga terkait
harus memberi dukungan yang memadai terhadap program CSR perusahaan. Aparat
pemerintahan dapat memberi dukungan dalam hal kebijakann maupun membantu
koordinasi dengan pihak terkait lainnya. Ketiga, masyarakat penerima sebaiknya
menerima dengan baik program ini, kalaupun ada ketidakcocokkan dengan kebutuhan
maupun keetersediaan sarana prasarana, maka hal tersebut perlu dikomunikasikan dan
dinegosiasikan dengan pihak perusahaan.
***
19
20
DAFTAR PUSTAKA
Asy’ari, Hasan, (2009), Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) sebagaiModal Social pada PT Newmont, Tesis Magister Ilmu Hukum Program PascaSarjana Universitas Diponegoro Semarang.
Aupperle, Kenneth E., Carrol, Archie B dan Hatfield, John D., (1985), An EmpiricalExamination of the Relationship Between Corporate Social Responsibility andProfitability, Academy of Management Journal Vol. 28, No.2.
Cochran, Philip dan Wood, Robert A., (1984), Corporate Social Responsibility andPerformance, The Academy of Management Journal, Vol. 27 No 1.
Harjoto, Maretno A. dan Jo, Hoje, (2011), CSR and CSR Nexus, Journal of BusinessEthics, Spring.
Hartono. Jogiyanto, (2010). Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah danPengalaman-Pengalaman (Edisi Pertama). Penerbit BPFE Yogyakarta
Kotler, Philip, (2005), Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Implementasidan Kontrol, Jilid 1, PT. Prehallindo, Jkt.
Mc. Williams, Abigail dan Sregel, Donald, (2000), Corporate Social Responsibilityand Financial Performance: correlation or misspecification?, StrategicManagement Journal Vol. 21, Issue 5.
Parasuraman, A., Zeithaml, Valarie A, and Berry, Leonard L, (1988), Servqual: AMultiple Item Scale for Measuring Consumer Perception of Services Quality.Journal of Retailing, Vol 64 No 1, January.
Susiloadi, Priyanto. (2008), Implementasi Corporate Social Responsibility untukMendukung Pembangunan Berkelanjutan. Skripsi. Jurusan AdministrasiNegara FISIP Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Thio, Sienny, (2001), Membangun Service Quakity untuk Mencapai KepuasanKonsumen di Industri Hospitality, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol 3No 1. Universitas Petra . Surabaya
Undang-Undang No 40 tentang Perusahaan Terbatas.
http://www.wbcsd.org/home.aspx
http://www.bps.go.id/aboutus.php?pub=1&pubs=51
Persantunan (Acknowledge)Terima kasih kepada Subdit HKI dan Publikasi, Direktorat Penelitian dan Pengabdian
Kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan TinggiKementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah memberikan HibahFundamental kepada Peneliti.
21
top related