pengawasan mutu proses filling packing santan … · laporan kerja praktek . ... untuk memperoleh...
Post on 12-Mar-2019
277 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGAWASAN MUTU PROSES FILLING & PACKING
SANTAN BUBUK
DI PT MITRATAMA RASA SEJATI
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pangan
Oleh:
Yolanda Pangestika
14.I1.0152
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2017
i
HALAMAN PENGESAHAN
PENGAWASAN MUTU PROSES FILLING & PACKING
SANTAN BUBUK DI PT MITRATAMA RASA SEJATI
Oleh:
Yolanda Pangestika Proboningrum
NIM: 14.I1.0152
Program Studi: Teknologi Pangan
Laporan Kerja Praktek ini telah disetujui dan dipertahankan
di hadapan sidang penguji pada tanggal: 28 November 2016
Semarang, 6 Januari 2017
Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Katolik Soegijapranata
Pembimbing Lapangan, Dekan,
Tri Wahyana Dr. V. Kristina Ananingsih, ST, M.Sc.
Pembimbing Akademik,
Ivone Fernandez, S.Si, M.Sc.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan laporan kerja praktek di PT Mitratama Rasa Sejati tanpa adanya
hambatan apapun. Laporan Kerja Praktek ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan.
Selama pelaksanaan kerja praktek dan pembuatan laporan ini penulis juga mendapat
banyak bantuan dari berbagai pihak yang telah mendukung, membimbing, dan
membantu penulis secara langsung maupun tidak langsung sehingga dapat terselesaikan
dengan baik. Maka dari itu, pada kessempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu melindungi, membimbing, menyertai dan
memberkati sepanjang hidup penulis hingga kini penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan laporan ini dengan baik.
2. Ibu Dr. Victoria Kristina Ananingsih, ST, M.Sc. selaku Dekan Fakultas Teknologi
Pertanian UNIKA Soegijapranata.
3. Ibu Ivone Elizabeth Fernandez, S.Si., M.Sc. selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu dan tenaga dalam membimbing, memberi saran, kesempatan,
dan juga semangat hingga akhir penyelesaian laporan Kerja Praktek ini.
4. Ibu Dea Nathania Hendryanti, S.TP selaku koordinator kerja praktek yang telah
membantu dan mengarahkan proses pengajuan proposal kerja praktek.
5. Ibu Shierly dan Bapak Bondan yang telah memberikan kesempatan penulis dan
teman-temannya dalam melakukan Kerja Praktek di PT Mitratama Rasa Sejati.
6. Bapak Tri dan Bapak Fuad selaku pmbimbing lapangan yang telah menyediakan
waktu dan membantu saat pelaksanaan kerja praktek serta dalam proses pembuatan
laporan Kerja Praktek ini.
7. Seluruh staff dan karyawan PT Mitratama Rasa Sejati yang telah menerima dan
membantu penulis beserta teman-temannya saat pelaksanaan Kerja Praktek.
8. Staff Tata Usaha Fakultas Teknologi Pertanian yang telah membantu dalam bidang
administrasi dari awal Kerja Praktek hingga terselesaikannya laporan Kerja Praktek
ini.
iii
9. Orang tua penulis yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan selama
Kerja Praktek serta saat proses pembuatan laporan Kerja Praktek.
10. Kakak penulis yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama kerja praktek
berlangsung.
11. Theresa Larasati Santosa dan Marcia Aristya Dewana sebagai teman seperjuangan
yang telah membantu, mendorong, mendukung, menyemangati dan menemani
selama proses pelaksanaan kerja praktek, pengambilan data dan informasi, hingga
terselesaikannya penulisan laporan kerja praktek ini.
12. Lupita, Sela, Cecil, Arum, Ratna dan Sandra yang selalu memberikan dukungan
serta semangat dari awal Kerja Praktek sampai penulisan laporan selesai.
13. Seluruh pihak yang telah terlibat namun tidak dapat disebutkan penulis satu per satu.
Penulis menyadari laporan kerja praktek ini masih jauh dari sempurna dan memiliki
banyak kekurangan sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk menyempurnakan laporan kerja praktek ini. Penulis berharap bahwa
laporan kerja praktek ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membaca
khususnya mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Katolik Soegijapranata
Semarang.
Semarang, 6 Januari 2017
Penulis
Yolanda Pangestika Proboningrum
iv
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan .............................................................................................. i
Kata Pengantar ........................................................................................................ ii
Daftar Isi ................................................................................................................. iv
Daftar Gambar ........................................................................................................ v
Daftar Tabel ............................................................................................................ vi
1. Pendahuluan...................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2. Tujuan ........................................................................................................ 2
1.3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ................................................................ 2
1.4. Metode Kerja Praktek ................................................................................ 2
2. Profil Perusahaan .............................................................................................. 3
2.1. Sejarah Perusahaan .................................................................................... 3
2.2. Profil Umum Perusahaan ........................................................................... 4
2.3. Visi & Misi ................................................................................................ 4
2.4. Kebijakan Mutu dan Keamanan Pangan ................................................... 5
2.5. Struktur Organisasi .................................................................................... 5
2.6. Ketenagakerjaan ........................................................................................ 7
3. Spesifikasi Produk ............................................................................................ 9
4. Proses Produksi................................................................................................. 13
5. Pengawasan Mutu Proses Filling & Packing ................................................... 17
5.1. Berat Sachet ............................................................................................... 18
5.2. Kesesuaian Isi dengan Kemasan................................................................ 20
5.3. Tes Kebocoran ........................................................................................... 21
5.4. Kode Produksi ........................................................................................... 22
5.5. Ketepatan Isi .............................................................................................. 24
6. Kesimpulan ....................................................................................................... 26
7. Daftar Pustaka................................................................................................... 27
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Logo Rodamas Group .............................................................................. 3
Gambar 2. Logo PT Mitratama Rasa Sejati ............................................................... 3
Gambar 3. Struktur Organisasi PT Mitratama Rasa Sejati ........................................ 6
Gambar 4. Diagram Alir Proses Produksi Tepung Bumbu Sasa ............................... 13
Gambar 5. Akurasi Pengisian .................................................................................... 16
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jenis produk ................................................................................................. 9
Tabel 2. Kuantitas BDKT yang dinyatakan dalam berat dan volume ....................... 17
1
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kemajuan teknologi terus berkembang pesat seiring berjalannya waktu, begitu juga
teknologi dalam bidang pangan. Hal tersebut seiring dengan kesadaran masyarakat akan
pentingnya kesehatan. Sebagai mahasiswa Program Studi Teknologi Pangan Universitas
Katolik Soegijapranata Semarang, kami dituntut untuk memiliki pengetahuan dan
pengalaman yang luas dalam dunia industri pangan.
Pada saat perkuliahan, kami mendapatkan pengetahuan mengenai teknologi dalam
industri pangan secara garis besar melalui teori serta kegiatan praktikum yang dilakukan
di laboratorium. Namun, hal-hal tersebut dirasa kurang cukup untuk menambah
wawasan mengenai dunia industri pangan yang sebenarnya. Oleh sebab itu, kami
membutuhkan praktek yang sesungguhnya di luar kegiatan perkuliahan, yang berupa
Kerja Praktek (KP), sehingga kami dapat mempelajari dan memahami situasi
sebenarnya serta mendapat tambahan pengetahuan yang bermanfaat dengan cara terjun
langsung ke lapangan.
PT Mitratama Rasa Sejati merupakan perusahaan dalam bidang pangan yang
memproduksi berbagai jenis tepung bumbu, saos serta mayonaise. PT Mitratama
sebagai produsen makanan berkomitmen untuk menerapkan sistem manajemen
keamanan pangan yang mmengacu pada ISO 22000, SQMS, CODEX, SJH untuk
menghasilkan produk yang berkualitas, halal, dan aman dikonsumsi serta memberikan
kepuasan kepada semua pelanggan melalui penerapan sistem manajemen mutu pangan,
penerapan proses produksi yang terkontrol dengan baik dan efisien, menciptakan
perbaikan dan peninjauan yang berkelanjutan. Hal tersebut sangat cocok untuk
dijadikan pembelajaran dalam industri teknologi pangan. Oleh karena itu, penulis
memilih PT Mitratama Rasa Sejati sebagai tempat untuk kerja praktek.
Pada proses kerja praktek yang penulis lakukan, lebih berfokus pada pengawasan mutu
atau quality control di PT Mitratama Rasa Sejati. Pengawasan mutu dilakukan
seluruhnya mengarah kepada pencapaian produk akhir yang sesuai dengan standar mutu
2
produk yang berlaku sehingga dapat menghasilkan produk yang seragam. Pembelajaran
mengenai proses QC filling & packing untuk produk tepung bumbu belum diketahui
secara mendalam oleh penulis. Hal tersebut bisa penulis pelajari melalui kerja praktek di
PT Mitratama Rasa Sejati. Selain itu, teori selama perkuliahan yang belum
diaplikasikan atau dilihat secara langsung dapat dipelajari dan diaplikasikan di PT
Mitratama Rasa Sejati.
1.2. Tujuan
Tujuan dilakukannya kerja praktek ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses
produksi dan pengawasan mutu proses filling & packing santan bubuk yang diterapkan
PT Mitratama Rasa Sejati.
1.3. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Kerja praktek ini dilaksanakan di PT Mitratama Rasa Sejati selama 23 hari dimulai dari
tanggal 25 Juli 2016 dan berakhir tanggal 25 Agustus 2016.
1.4. Metode Kerja Praktek
Pelaksanaan kerja praktek dilakukan dengan menggunakan metode wawancara,
pengamatan langsung, diskusi serta studi pustaka yang berkaitan dengan kerja praktek.
3
2. PROFIL PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan
PT Mitratama Rasa Sejati merupakan perusahaan yang berdiri pada bulan November
1994. Awalnya, PT Mitratama Rasa Sejati adalah joint venture dengan PT McCormick
(USA). Namun, pada tahun 1998 joint venture berakhir sehingga pada saat ini 100%
kepemilikannya adalah oleh Rodamas Grup.
PT Mitratama Rasa Sejati adalah salah satu anak perusahaan Rodamas Grup yang
bergerak dalam industri pangan, yaitu bumbu masak (Dry Product) dan saos sambal
(Wet Product). Sasaran Pemasaran adalah konsumen produk ritel dan konsumen produk
industrial, dengan produk seperti tepung bumbu, seasoning, marinade, chili & tomato
sauce. PT Mitratama Rasa Sejati berlokasi di Jalan Jababeka Raya Blok N No 5-7
Kawasan Industri Jababeka I Cikarang Bekasi dengan luas tanah 9295 m2 x 9380 m2
dan bangunan 3286 m2 x 4602,75 m2. Jumlah tenaga kerja di PT Mitratama Rasa Sejati
berjumlah lebih kurang 400 orang.
Gambar 2. Logo PT Mitratama Rasa Sejati
Gambar 1. Logo Rodamas Group
4
2.2. Profil Umum Perusahaan
Nama Perusahaan : PT Mitratama Rasa Sejati
Alamat : Jl. Jababeka Raya Blok N 5 – 7 Cikarang Industrial Estate,
Bekasi 17530
Telepon : (021) 8934373 / 8934379
Faximile : (021) 89833135
Email : emeres@cbn.net.id
Tanggal berdiri : 10 November 1994
Luas
- Tanah : 9295 m2 x 9380 m2
- Bangunan : 3286 m2 x 4602,75 m2
Produksi utama : seasoning, marinade, batter, breader dan predust, saus cabe dan
saus tomat
Pelanggan : PT Sasa Inti, dll.
Jumlah karyawan : 400
2.3. Visi & Misi
Visi
Menjadi produsen makanan terbaik, dengan produk yang bermutu, halal, bergizi dan
aman bagi konsumen.
Misi
PT Mitratama berkomitmen untuk:
1. Menerapkan system manajemen keamanan pangan.
2. Menerapkan proses produksi yang terkontrol dengan baik dan efisien.
3. Menciptakan suasana kerja yang aman, nyaman dan harmonis.
5
2.4. Kebijakan Mutu dan Keamanan Pangan
PT Mitratama sebagai produsen makanan berkomitmen untuk menerapkan sistem
manajemen keamanan pangan yang mengacu pada ISO 22000, SQMS, CODEX, SJH
untuk menghasilkan produk yang berkualitas, halal, dan aman dikonsumsi serta
memberikan kepuasan kepada semua pelanggan melalui:
Penerapan sistem manajemen mutu pangan
Penerapan proses produksi yang terkontrol dengan baik dan efisien
Menciptakan perbaikan dan peninjauan yang berkelanjutan
2.5. Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah susunan dan hubungan antar bagian yang terdapat pada suatu
organisasi/perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan.
Struktur organisasi meliputi pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu bagian
dengan yang lain dan bagaimana hubungan, aktivitas dan fungsi tiap bagian dibatasi
(Prajudi, 1985). Struktur organisasi yang dimiliki PT Mitratama Rasa Sejati dapat
dilihat pada Gambar 3.
6
Gambar 3. Struktur Organisasi PT Mitratama Rasa Sejati
7
2.6. Ketenagakerjaan
PT Miratama Rasa Sejati memiliki tenaga kerja berjumlah ± 400 karyawan. Karyawan
di PT Mitratama Rasa Sejati dibagi menjadi dua yaitu staff dan non staff. Untuk
karyawan jenis staff, penerimaan karyawan dilakukan oleh bagian HRD atau dengan
menggunakan konsultan. Penerimaan karyawan jenis non staff dilakukan kerjasama
dengan perusahaan tenaga kerja. Sebelum karyawan diterima menjadi karyawan tetap,
maka harus menjalani 3 bulan masa percobaan.
PT Mitratama Rasa Sejati juga telah mengatur tentang kesejahteraan karyawan.
Karyawan yang bekerja mendapatkan perlindungan kecelakaan & kematian selama
bekerja. Selain itu, karyawan juga mendapatkan jaminan hari tua. Hal tersebut telah
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Program Pensiun dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 44 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja
dan Jaminan Kematian.
Pembagian jam kerja untuk tenaga kerja PT Mitratama Rasa Sejati antara lain:
Administrasi kantor dilaksanakan setiap hair kerja dengan jadwal:
Senin – Jumat : 08.00 – 17.00 WIB
Istirahat : 12.00 – 13.00 WIB
Jadwal produksi harian dibagi menjadi 3 shift dengan pembagian sebagai berikut untuk
hari:
Senin-Jumat
Shift pagi : 07.00 – 15.00 WIB
Shift siang : 15.00 – 23.00 WIB
Shift sore : 23.00 – 07.00 WIB
Istirahat : 12.00 – 13.00 WIB
8
Sabtu
Shift pagi : 07.00 – 12.00 WIB
Shift siang : 12.00 – 17.00 WIB
Shift sore : 17.00 – 22.00 WIB
Istirahat : –
Pergiliran shift kerja untuk karyawan produksi setiap 1 minggu sekali. Kegiatan
produksi tidak dilakukan pada hari minggu sehingga karyawan mendapatkan libur setiap
hari minggu dengan total jam kerja dalam seminggu sebesar 40 jam. Hal tersebut diatur
dalam UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
9
3. SPESIFIKASI PRODUK
3.1. Jenis Produk
PT Mitratama Rasa Sejati menghasilkan berbagai macam produk yang tersebar di
seluruh Indonesia. Produk yang dihasilkan PT Mitratama Rasa Sejati secara keseluruhan
dibagi menjadi produk kering dan produk basah. Beberapa jenis produk kering di PT
Mitratama Rasa Sejati dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel. 1 Jenis Produk
Nama Produk Varian Size Gambar
Larasa
Bumbu Lumur
Ayam
Spesial 26 gram
Larasa
Bumbu Nasi Goreng Jawa 20 gram
10
Nama Produk Varian Size Gambar
Larasa
Bumbu Kuah Sayur Sop 20 gram
Sasa
Tepung Bumbu
Serbaguna
Original
40 gram
80 gram
250 gram
Hot & Spicy 80 gram
250 gram
Oriental 80 gram
250 gram
11
Nama Produk Varian Size Gambar
Sasa Tepung untuk
Pisang Goreng Vanila
80 gram
225 gram
Sasa Tepung untuk
Bakwan -
80 gram
225 gram
Sasa Kaldu Pelezat
Serbaguna
Sapi
12 gram
250 gram
1 kg
Ayam
12 gram
250 gram
1 kg
12
Nama Produk Varian Size Gambar
Sasa
Santan Bubuk -
23 gram
80 gram
500 gram
13
4. PROSES PRODUKSI
Proses pembuatan tepung bumbu secara garis besar terbagi menjadi 3 tahap yaitu
penanganan bahan baku, proses produksi serta pengemasan dan penyimpanan. Diagram
alir proses produksi tepung bumbu secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 4. Diagram Alir Proses Produksi Tepung Bumbu Sasa
Incoming material
Fumigation
Sieving
Weighing
Mixing
Metal detector
Filling & Packing
Cartoning
Storing
14
1. Incoming Material
Incoming material merupakan tahap awal penerimaan bahan baku yang berupa tepung
terigu, garam dan bahan lain yang digunakan dalam proses produksi. Selain penerimaan
bahan baku, pada tahap ini juga dilakukan penerimaan bahan pembungkus yang terdiri
dari kemasan primer, kemasan sekunder dan kemasan tersier. Semua bahan-bahan yang
diterima kemudian dilakukan pengecekan oleh QC incoming raw material dan
packaging material.
2. Fumigation
Fumigasi merupakan suatu perlakuan yang diberikan terhadap suatu komoditi dengan
menggunakan suatu fumigant tertentu, di dalam ruang kedap udara, pada suhu dan
tekanan tertentu. Pada tahap ini, bahan baku yang difumigasi adalah tepung terigu.
Proses fumigasi tersebut dilakukan selama 4 hari. Bahan kimia yang digunakan untuk
fumigasi adalah PH3. Pemilihan fosfin sebagai fumigan dalam pelaksanaan fumigasi
sebagai salah satu alternatif bagi komoditas yang tidak direkomendasikan di fumigasi
dengan menggunakan metilbromida seperti benih, produk makanan, produk olahan, biji-
bijian yang mengandung lemak dan protein tinggi. Hal ini karena metilbromida
merupakan fumigan yang sangat beracun, sedangkan fosfin relatif aman terhadap
komoditas yang difumigasi. Perlakuan dengan fosfin secara berulang-ulang relatif tidak
meninggalkan residu pada komoditas.
3. Sieving
Pada tahap ini, dilakukan pengayakan tepung terigu di ruang produksi. Pengayakan
merupakan cara mengelompokkan butiran yang akan dipisahkan menjadi satu atau
beberapa kelompok. Dengan demikan, partikel lolos ayakan (butir halus) dan yang
tertinggal diayakan (butir kasar) dapat dipisahkan. Ukuran butiran tertentu yang masih
bisa melintasi ayakan, dinyatakan sebagai butiran batas (Voigt, 1994). Setelah diperoleh
tepung terigu yang halus, kemudian dilakukan proses penimbangan.
15
4. Weighing
Pada tahap ini, tepung bumbu ditimbang sesuai dengan resep yang digunakan.
Penimbangan tersebut dilakukan untuk mendapatkan rasa yang pas pada produk akhir.
Proses penimbangan tersebut dilakukan di ruang produksi.
5. Mixing
Mixing merupakan proses pencampuran tepung bumbu yang dilakukan di ruang
produksi. Proses pencampuran tersebut dilakukan dengan tujuan agar dapat
menghasilkan campuran bahan dengan komposisi tertentu dan homogen. Pada tahap ini,
dilakukan quality control produk setengah jadi oleh QC proses pencampuran.
6. Metal detector
Metal detector adalah alat yang digunakan untuk mendeteksi kandungan metal yang
berada di suatu produk, barang, makanan dan lain lain. Metal detector banyak
digunakan oleh perusahaan – perusahaan kelas menengah hingga atas untuk masalah
keamanan makanan pangan dan juga keamanan perusahaan. Pada tahap ini, tepung
bumbu diletakkan diatas conveyor untuk mendeteksi jika terdapat metal yang secara
tidak sengaja tercampur dengan tepung bumbu.
7. Filling & Packing
Pada proses ini, tepung bumbu dimasukkan ke dalam kemasan primer, kemasan
sekunder dan kemasan tersier. Proses ini dilakukan di ruang filling & packing, dimana
juga dilakukan pengawasan mutu atau quality control oleh bagian QC filling & packing
untuk mempertahankan kualitas produk akhir. Pengawasan mutu pada proses ini
meliputi pengujian berat sachet, kesesuaian isi dengan kemasan primer, kebocoran
kemasan primer, kode produksi dan ketepatan isi produk.
8. Cartoning
Cartoning merupakan proses memasukan tepung bumbu dalam kemasan sekunder ke
dalam kemasan tersier. Proses ini masih dilakukan di ruang filling & packing.
16
9. Storing
Setelah semua produk siap maka akan disimpan pada gudang penyimpanan barang jadi.
Produk jadi tersebut tidak boleh terlalu lama disimpan dalam gudang sehingga
menggunakan system first-in-first-out (FIFO).
17
5. PENGAWASAN MUTU PROSES FILLING PACKING
Pengawasan mutu yakni kegiatan yang memiliki tujuan untuk mempertahankan produk
hasil dari suatu proses produksi. Salah satu cara untuk melakukan pengawasan mutu
yakni dengan mengevaluasi kinerja dari proses produksi serta membandingkan kinerja
nyata proses dengan standar. Kegiatan pengawasan mutu tersebut terdiri dari semua
kegiatan proses produksi, mulai dari baku, proses produksi sampai produk akhir
(Puspitasari, 2004). Pengendalian mutu dilakukan untuk mendapatkan produk yang
sesuai dengan standar yang ada maupun untuk mengetahui efisiensi dari kegiatan
produksi. Contohnya yakni pemakaian bahan baku yang lebih dari standar, hal tersebut
dapat disebut dengan pemborosan tenaga maupun waktu (Stanton, 2000). Pengawasan
mutu dibagi menjadi empat jenis yakni pengawasan mutu bahan baku, pengawasan
proses produksi, pengawasan produk jadi dan juga pengawasan pengepakan
(Prawirosentono, 2004).
Baedhowie & Pranggonowati (2005) menyatakan yakni produk yang rusak dapat
diantisipasi sebelum terjadi. Manfaat dari pencegahan tersebut yaitu:
1) Perusahaan tidak perlu memperbaiki barang yang rusak (remade), sehingga proses
produksi dalam perusahaan berjalan dengan baik.
2) Konsumen tidak akan mengembalikan produk yang dibeli. Jika konsumen tersebut
membeli produk dalam keadaan yang rusak akibat proses produksi yang kurang baik,
maka konsumen tersebut berhak untuk mengembalikan produk yang sudah dibeli.
Pengembalian produk yang rusak dilakukan melalui pengecer ataupun distributor.
Seringnya pengembalian produk yang rusak dapat membuat pengecer dan distributor
enggan untuk menjual produk tersebut. Oleh sebab itu, perusahaan dapat kehilangan
rantai distribusi dalam menjual barang.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan yakni mencegah kerusakan dari
produk dapat mempengaruhi pemasaran. Oleh sebab itu, upaya dalam menjaga mutu
dengan mencegah kerusakan selama proses produksi adalah kegiatan yang sangat
penting. Hal tersebut untuk menghindari terjadinya hal yang buruk seperti penurunan
pangsa pasar. Oleh sebab itu, untuk mempertahankan mutu dari produk yang
18
diproduksi, maka PT Mitratama Rasa Sejati melakukan beberapa uji dan pengecekan
untuk mempertahankan mutu produk akhir.
Pengawasan mutu yang akan dibahas pada laporan kerja praktek ini adalah pengawasan
mutu produk akhir (filling & packing) di PT Mitratama Rasa Sejati. Pengawasan mutu
produk akhir ini dilakukan oleh QC filling & packing. Pemeriksaan produk akhir
tersebut dilakukan dengan metode sampling setiap 1 jam. Sampel tersebut kemudian
diuji untuk mengetahui kesesuaian mutu produk dengan standar yang telah ditetapkan
PT Mitratama Rasa Sejati. Parameter yang diamati meliputi berat sachet, kesesuaian isi
dengan kemasan, kebocoran, kode produksi, dan ketepatan isi. Produk yang telah sesuai
dengan standar kemudian disimpan dalam gudang produk jadi.
5.1. Berat Sachet
Uji berat sachet merupakan pengujian berat pada kemasan. Uji ini dilakukan dengan
metode sampling yang dilakukan setiap 1 jam. Metode sampling digunakan bertujuan
untuk membuat penarikan sampel lebih efisien. Metode sampling yakni metode
pemilihan sampel dan metode perkiraan dengan biaya kecil. Namun, metode ini
merupakan metode yang cukup teliti untuk tujuan tertentu (Cochran, 1977).
Pada uji ini, dilakukan pengujian berat pada kemasan dengan cara ditimbang. Produk
tersebut dicek kesesuaian berat dengan berat standar yang telah ditetapkan PT
Mitratama Rasa Sejati. Berat standar tersebut berbeda-beda untuk setiap produk. Produk
yang memiliki berat yang tidak sesuai akan ditolak dan kemudian dilakukan proses
pembungkusan ulang. Selain itu, untuk mengatasi perbedaan berat tersebut, operator
harus melakukan pengaturan mesin yang digunakan.
Perbedaan berat untuk setiap isi produk dalam kemasan dapat disebabkan oleh beberapa
faktor. Salah satunya adalah proses filling. Proses filling dipengaruhi oleh kelembaban,
efek dari perangkat mekanik yang terlibat dalam proses filling dan lain-lain. Oleh sebab
itu, berat isi yang sama tidak bisa tercapai dalam setiap produk (Hi-Speed
Checkweigher Company, Inc., 1997).
19
PT Mitratama Rasa Sejati menetapkan berat minimal dan maksimal untuk setiap
produk. Contohnya adalah pada berat produk Santan Bubuk yang tertera pada kemasan
adalah 23 gram. Namun, dalam proses filling, range beratnya adalah 24 gram – 26
gram. Hal tersebut sesuai dengan teori Hi-Speed Checkweigher Company, Inc. (1997)
yang menyatakan bahwa cara yang paling efektif untuk menurunkan percent rejects
adalah dengan menurunkan standar deviasi dari pengisi. Gambar akurasi pengisian
dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 5. Akurasi Pengisian
Pada proses filling juga ditetapkan batas zona. Batas zona merupakan nilai berat yang
ditetapkan oleh operator untuk menetapkan titik cut-off antara produk. Pengaturan batas
zona tersebut ditetapkan sesuai dengan kebutuhan. Jika akurasi yang ditetapkan adalah 1
gram maka ada kemungkinan produk yang akan diterima atau ditolak dalam gram batas
zona. Oleh karena itu, batas zona harus ditetapkan pada titik dimana hampir tidak ada
kemungkinan untuk terjadinya kekurangan berat atau kelebihan berat produk (Hi-Speed
Checkweigher Company, Inc., 1997). Hal tersebut sesuai dengan yang diterapkan PT
Mitratama Rasa Sejati, contohnya pada Produk Santan Bubuk yang memiliki standar
berat minimal 24 gram, target 25 gram dan maksimal 26 gram.
20
Selain itu, Menteri Perdagangan Republik Indonesia juga sudah mengatur tentang
barang dalam keadaan terbungkus (BDKT). Dalam peraturan tersebut dijelaskan tentang
batas kesalahan yang diizinkan untuk suatu produk makanan. BDKT yang tidak sesuai
dengan peraturan tersebut dapat ditarik dari peredaran produsen. Berat produk Santan
Bubuk yakni kurang dari 50 gram. Oleh sebab itu, batas kesalahan yang diizinkan yakni
9% dari berat total. Tabel batas kesalahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kuantitas BDKT yang dinyatakan dalam berat dan volume
5.2. Kesesuaian Isi dengan Kemasan
Pada uji keseuaian ini dengan kemasan, hal yang dicek adalah kesesuaian isi produk
dalam kemasan dengan kemasannya atau yang biasa disebut printing film. Contohnya
adalah produk yang akan diproduksi Sasa Santan Bubuk, maka printing film yang
seharusnya digunakan juga harus bertuliskan Sasa Santan Bubuk. PT Mitratama Rasa
Sejati melakukan pengecekan kesesuaian isi dengan kemasan pada shift pagi sebelum
proses produksi dimulai.
21
Selain itu, jika terjadi perubahan produksi, maka produk tersebut juga akan dicek.
Pengecekan tersebut dilakuakan dengan cara operator pertama-tama akan
memberitahukan kepada bagian yang bertanggung jawab untuk mengecek isi bin tank.
Pengecekan dilakukan secara organoleptik dengan mengecek isi bin tank dan produk
yang akan diproduksi. Tepung bumbu memiliki aroma yang sangat khas sehingga akan
mudah untuk mengetahui aroma dari masing-masing produk. Pengecekan tersebut perlu
dilakukan untuk meminimalisir kesalahan antara produk dalam kemasan dengan
printing film yang dapat terjadi akibat kelalaian pekerja.
5.3. Tes Kebocoran
Kebocoran pada kemasan produk akan berdampak pada kualitas suatu produk. Menurut
Hi-Speed Checkweigher Company, Inc. (1997) kondisi yang lembab karena masuknya
kontaminan pada produk sangat disukai oleh mikroorganisme sehingga mikroorganisme
dapat tumbuh dan dapat mengkontaminasi produk. Kebocoran pada kemasan
merupakan hal yang biasa terjadi pada industri makanan.
Tes kebocoran kemasan primer yang dilakukan PT Mitratama Rasa Sejati adalah
dengan metode sampling yang dilakukan dengan mengambil produk yang akan
dijadikan sample secara acak yang dilakukan setiap 1 jam. Pertama-tama, sample
dimasukkan ke dalam air dan kemudian ditekan pada seluruh bagian terutama bagian
yang paling sensitif terhadap kebocoran. Jika terjadi kebocoran kemasan maka akan
timbul gelembung udara. Pengujian gelembung merupakan metode yang paling
sederhana untuk mendeteksi dan menilai tingkat kebocoran (TM Electronics, 2008).
Jika terjadi kebocoran, maka produk yang mengalami kebocoran dan dalam keadaan
yang masih bisa digunakan akan dikumpulkan menjadi satu untuk dilakukan proses
pembungkusan ulang. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi produk yang dibuang.
Namun, jika produk tersebut sudah tidak layak maka akan langsung dibuang. Selain itu,
jika produk yang digunakan sebagai sampel untuk mengecek kebocoran tidak
mengalami kebocoran, maka akan dikumpulkan menjadi satu untuk dilakukan proses
pembungkusan ulang.
22
Bagian yang paling sensitif terhadap kebocoran adalah bagian expired date dan bagian
sealing. Kurang sempurnanya proses sealing disebabkan oleh beberapa faktor. Pada
faktor mesin, salah satu penyebabnya adalah perawatan mesin yang tidak dilakukan
secara rutin. Hal tersebut akan membuat mesin pengemas bekerja secara tidak optimal
dan akan mempengaruhi proses sealing. Menurut Haming & Nurnajamuddin (2007)
pada faktor mesin, perlu dilakukan pemeliharaan, sehingga mesin tidak cepat rusak dan
dapat digunakan secara optimal. Menurut Robertson (1993) faktor dari film yang
mempengaruhi adalah jenis dari pembentukan (form), peralatan, serta perlakuan saat
pencetakan.
Selain itu, faktor metode juga dapat menyebabkan kebocoran pada kemasan primer.
Pemasangan bahan sealer yang kurang tepat dapat menyebabkan bahan sealing
menempel secara tidak tepat. Faktor manusia juga merupakan hal yang sangat
berpengaruh karena manusia memiliki sifat-sifat manusiawi seperti kurang teliti dan
ketidakdisiplinan. Hal tersebut akan menyebabkan kinerja kurang optimal.
Prawirosentono (2007) menyatakan yakni manusia memiliki kinerja yang berbeda-beda
tergantung dari pelatihan, kemampuan (ability), pengalaman serta potensi kreativitas
yang beragam.
Oleh karena itu, untuk memperkecil kesalahan pekerja, menurut Hawley (2004)
karyawan yang mempunyai kebiasaan lalai dapat dipindahkan posisi kerjanya. Selain
itu, jika ada pekerja yang memiliki kerja yang baik namun terkadang lalai, pekerja
tersebut akan lebih baik jika mempunyai pasangan kerja yang disiplin. Karyawan yang
memiliki kinerja bagus akan memberi contoh mitra kerjanya mengenai disiplin serta
cara menyelesaikan masalah dengan pendekatan yang kreatif.
5.4. Kode Produksi
Menurut Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), kode produksi harus
dicantumkan pada setiap label pangan. Label pangan harus jelas dan informatif untuk
memudahkan konsumen memilih, menyimpan, mengolah dan mengkonsumsi pangan.
Selain itu, pada label tersebut juga tercantum kode produksi pangan yang dapat
digunakan untuk penarikan produk jika terjadi keluhan konsumen. Nomor Kode
Produksi yakni penandaan yang terdiri dari huruf, angka ataupun gabungan dari
23
keduanya. Kode produksi ini merupakan tanda untuk mengenali suatu batch saat
produksi berlangsung, sehingga penelusuran kembali riwayat produksi batch tersebut,
termasuk tahap-tahap produksi, pengawasan dan distribusinya dapat dilacak.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1999 Tentang Label dan
Iklan Pangan menyatakan bahwa setiap industri pangan wajib mencantumkan tanggal
kadaluarsa (expired date) pada setiap kemasan produk pangan. Hal tersebut juga
dituliskan dalam Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun
2013.
PT Mitratama Rasa Sejati sudah mencantumkan kode produksi sesuai standar yang
berlaku. Namun, terjadinya kesalahan dalam penulisan kode produksi masih sangat
memungkinkan. Hal tersebut dicegah dengan cara melakukan pengecekan terhadap
kode produksi yang dilakukan dengan metode sampling setiap 1 jam produksi.
Ketepatan yang dimaksud adalah sama atau tidaknya yang tertera pada box dengan kode
yang seharusnya tertera. Oleh sebab itu, kode produksi tertera pada kemasan tersier dan
kemasan primer. Dalam setiap kemasan tersier diberi kode batch, namun karena proses
produksi dilakukan secara continue, maka kode awal yang tertera yakni 00. Selain itu,
pada kode produksi juga tertera expired date suatu produk. Expired date atau disebut
juga use-by yakni batas yang digunakan untuk produk yang menyebabkan dampak
risiko kesehatan secara langsung ketika sudah melewati tanggal yang tertera. Biasanya
dicantumkan pada produk-produk yang tidak stabil ataupun mudah rusak dalam
penyimpanan jangka panjang. Sedangkan kode produksi yang tertera pada kemasan
primer adalah nomor mesin serta tanggal kadaluara produk tersebut. Dalam kemasan
tersier maupun kemasan primer Santan Bubuk tidak tertera tanggal produksi. Hal
tersebut dikarenakan tanggal produksi dapat dihitung dari tanggal kadaluarsa yang
tercantum, yakni 1,5 tahun sebelum tanggal kadaluarsa.
24
Berikut adalah contoh penulisan kode produksi pada kemasan tersier Santan Bubuk:
Keterangan:
00 : kode batch
J : ruangan filling
1 : kode shift
280118 : tanggal kadaluarsa
11:09 : waktu produksi
Berikut adalah contoh penulisan kode produksi pada kemasan primer Santan Bubuk:
Keterangan:
280118 : tanggal kadaluarsa
2 : nomor mesin
5.5. Ketepatan Isi
PT Mitratama Rasa Sejati juga melakukan uji ketepatan isi yang merupakan suatu uji
kuantitas. Ketepatan isi merupakan pengecekan yang dilakukan untuk mengecek jumlah
produk dalam kemasan tersier atau karton sudah sesuai dengan yang tertera pada karton
tersebut. Pengecekan dilakukan setelah semua produk dimasukkan kedalam karton.
Oleh sebab itu, pengecekan hanya dilakukan dengan meletakkan karton diatas
timbangan. Produk yang ditolak adalah produk yang tidak sesuai dengan berat standar
yang telah ditetapkan.
Setelah itu, produk yang telah memenuhi berat standar akan diberi tanda “weight pass”.
Weight pass merupakan suatu tanda yang diberikan pada karton untuk menandakan
bahwa berat dari karton tersebut sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan PT
Mitratama Rasa Sejati. Pemberian tanda “weight pass” yang dilakukan PT Mitratama
Rasa Sejati tersebut bertujuan untuk meminimalisir kesalahan pendistribusian produk
yang belum memenuhi standar. Setelah itu, karton diletakkan di atas palet dan disimpan
00J1 280118 11:09
280118
2
25
dalam gudang penyimpanan produk jadi. Warman (2004) menyatakan bahwa karton
yang diletakkan di atas palet memiliki tujuan agar karton tidak kontak secara lansgung
dengan lantai. Selain itu, palet dapat memudahkan forklift dalam memindahkan karton-
karton.
26
6. KESIMPULAN
Pengawasan mutu dilakukan untuk menjaga kualitas produk yang dihasilkan agar sesuai
dengan standar mutu yang ditetapkan. Salah satu pengawasan mutu yang diakukan oleh
PT Mitratama Rasa Sejati adalah pengawasan mutu proses filling & packing.
Pengawasan mutu proses filling & packing di PT Mitratama Rasa Sejati dilakukan
dengan pengujian berat sachet, kesesuaian isi dengan kemasan, tes kebocoran, kode
produksi dan ketepatan isi. Selain itu, untuk meminimalisir kesalahan pendistribusian
produk maka pada kemasan tersier diberi tanda “weight pass” setelah semua uji
dilakukan.
27
7. DAFTAR PUSTAKA
Baedhowie dan Pranggonowati, S. 2005. Petunjuk Praktek Pengawasan Mutu Hasil
Pertanian 2. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kejuruan.
Cochran, William G. 1977. Sampling Techniques 3rd ed. John Wiley and Sons. New
York.
Haming, Murdifin dan Nurnajamuddin, Mahfud. 2007. Manajemen Produksi Modern
Operasi Manufaktur dan Jasa. Jakarta: Bumi Aksara.
Hawley, C.F. 2004. 201 Cara untuk Mendorong Setiap Karyawan Berkinerja.
Terjemahan P.A. Lestari, S.E. Jakarta: Erlangga.
Hi-Speed Checkweigher Company, Inc.1997. Principles of Checkweighing A Guide to
the Application and Selection of Checkweighers Third Edition.
http://www.packagingstrategies.com/
Prajudi Atmosudirdjo, Prof., DR. 1989. Dasar-dasar Administrasi Manajemen dan
Manajemen Kantor. Jakarta: Gunung Agung.
Prawirosentono, S. 2004. Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadu. Total
Quality Management Abad 21, Studi Kasus dan Analisis. Kiat Membangun Bisnis
Kompetitif Bernuansa “Market Leader”. Jakarta: Bumi Aksara.
Prawirosentono, Suyadi. 2007. Manajemen Operasi (Operations Managemen) Analisis
dan Studi Kasus. Jakarta: Bumi Aksara.
Puspitasari, D. 2004. Perbaikan dan Evaluasi Penerapan Sistem Manajemen Mutu Pada
Industri Pengolahan Tahu [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Robertson GL. 1993. Food Packaging. Principle and Practice. New York: Marcel
deckker Inc.
Stanton G. 2000. Food Safety and International Trade : The Role of WTO and The SPS
Agreement. Di dalam : Rees N, Watson D, Editor. International Standard For
Food Safety. Maryland: Aspen Publisher, Inc. Gaithesburg.
TM Electronics, Inc. 2008. Leak, Flow and Package Testing 101.
Warman, John. 2004. Manajemen Pergudangan, Seri Manajemen No.57. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
top related