pengaruh ziarah makam sunan katong pada tradisi...
Post on 10-Apr-2019
235 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH ZIARAH MAKAM SUNAN KATONG
PADA TRADISI SYAWALAN TERHADAP AQIDAH ISLAM
DI DESA PROTOMULYO KECAMATAN KALIWUNGU
KABUPATEN KENDAL
Oleh :
KURNIAWAN NIM: 4199015
FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2005
PENGARUH ZIARAH MAKAM SUNAN KATONG
PADA TRADISI SYAWALAN TERHADAP AQIDAH ISLAM
DI DESA PROTOMULYO KECAMATAN KALIWUNGU
KABUPATEN KENDAL
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)
Dalam Ilmu Ushuluddin Jurusan Aqidah Filsafat (AF)
Oleh:
KURNIAWAN
NIM : 4199015
Semarang, Maret 2006 Disetujui Oleh:
Pembimbing II Pembimbing I M. Sya’roni, M.Ag. Drs. H. Ridin Sofwan M,Pd NIP. 150 276 115 NIP. 150 178 317
PENGESAHAN
Skripsi saudara KURNIAWAN No. Induk: 4199015 telah dimunaqosahkan oleh Dewan Penguji Skripsi Fakultas Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, pada tanggal :
____________________ Dan telah diterima serta disyahkan sebagai salah satu syarat guna memperoleh Gelar Sarjana (S.1) dalam Ilmu Ushuluddin Jurusan Aqidah Filsafat (AF).
Dekan Fakultas / Ketua Sidang Drs. H. Ridin Sofwan, M.Pd. NIP. 150 179 317
Pembimbing I Penguji I Drs. H. Ridin Sofwan, M.Pd. ___________________________ NIP. 150 179 317 NIP. Pembimbing II Penguji II M. Sya’roni, M.Ag. ____________________________ NIP. 150 276 115 NIP.
Sekretaris Sidang
Dr. H. Abdul Muhayya. MA. NIP. 150 245 380
MOTTO
قان وتالواسلىالطريوا عالقةم مهنقياءسقا مغد .
“Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak)."(Al Jin : 16)1
1 Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur'an, Al-Qur'an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, Jakarta, 1989, hlm. 985
ABSTRAKSI
Manusia dalam kehidupannya tidak dapat terlepas dari persoalan agama, dua dimensi antara dunia nyata dan alam ghaib selalu menjadikan pro dan kontra dalam memberikan argumen-argumen untuk menanggapi suatu persoalan yang terjadi terhadap budaya atau tradisi pada suatu ajaran-ajaran agama.
Kajian pada penelitian ini adalah untuk mendapatkan dan menggambarkan bagaimana sebenarnya motivasi, tujuan, serta mengungkap seberapa jauh pengaruh ziarah tersebut terhadap Makam Sunan Katong pada tradisi Syawalan yang dilakukan oleh pengunjung ditinjau dari segi aqidah Islam.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang positif terhadap pengaruh ziarah makam Sunan Katong pada tradisi Syawalan terhadap aqidah Islam di Desa Protomulyo ditinjau dari aqidah Islam, sementara itu dalam diskriptifnya terdapat peran penting aqidah Islam dalam upaya membentengi diri terhadap perilaku yang menyimpang, yang tidak sesuai dengan ajaran Islam pada peziarah makam Sunan Katong.
Subyek dalam penelitian ini adalah peziarah makam Sunan Katong pada tradisi Syawalan di Desa Protomulyo Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal. Dari beberapa pengunjung yang datang ke makam tersebut di ambil 50 orang sebagai sampel, dari 50 angket yang telah diberikan kepada responden atau peziarah tersebut di dapat 42 laki-laki dan 8 perempuan dari berbagai jenis pekerjaan yang meliputi; Pedagang, petani, buruh pabrik, karyawan, PNS, pelajar dan lain-lain.
Pengambilan sampel menggunakan metode random sampling, data diperoleh dari angket yang disebarkan dan di isi oleh responden atau peziarah Makam Sunan Katong pada pelaksanaan Tradisi Syawalan. Disamping itu juga menggunakan metode survey dengan teknik analisis, pengumpulan data menggunakan instrumen interview, observasi dan dokumentasi. Data penelitian yang terkumpul kemudian dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa :1) Peziarah kubur yang mempunyai motivasi yang berdasarkan dari tuntunan syara’ sebanyak 64%, sedangkan peziarah yang mempunyai motivasi bukan berdasarkan dari ajaran Islam sebanyak 36%. 2). Responden yang mempunyai tujuan berdasarkan pengalaman ajaran agama sebanyak 70% sedang yang mempunyai tujuan untuk dimudahkan dalam mencari jodoh, dimudahkan dalam usaha, serta untuk mempercepat kenaikan pangkat sebanyak 20% dan sisanya hanya sekedar untuk berwisata 10%.
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi mahasiswa, para tenaga pengajar, para peneliti dan semua pihak yang membutuhkan di lingkungan Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang.
KATA PENGANTAR
Tiada kata seindah sayatan melodi yang dapat menggetarkan jiwa yang
paling dalam, kecuali hanyalah rasa syukur kehadirat Allah SWT. berkat rahmat
dan hidayah-Nya, penulis mampu menyelesaikan karya tulis ini Dengan menyebut
kebesaran nama Allah yang maha segala-galanya, al-Hamdulillah, Allah telah
memberikan keajaibannya dalam penelitian ini, shalawat dan salam senantiasa
terlimpahkan kepada Nabi Muhammad yang telah menjadi Uswatun Hasanah
dalam setiap langkahnya.
Sebelumnya penelitian ini merupakan wacana yang baru bagi penulis,
sehingga penulis dalam hal ini dibantu oleh pihak-pihak yang cukup berkompeten
di bidangnya.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun penelitian ini tidak akan
berarti tanpa adanya dukungan, bantuan, dan kerjasama antara pihak-pihak yang
berperan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini
dengan penuh perasaan tulus penulis sampaikan ucapan terimakasih yang tak
terhingga kepada yth. :
Oleh karena itu penulis disini hanya mendoakan semoga semua pihak
yang membantu penelitian ini dibalas oleh Allah, dan penulis berterimakasih
kepada :
1. Bapak Drs. H. Ridin Sofwan M.Pd selaku Dekan Fakultas Ushuluddin IAIN
Walisongo Semarang.
2. Bapak Drs. H. Ridin Sofwan M.Pd dan Bapak Sya’roni M.Ag. selaku
pembimbing beserta keluarganya.
3. Bapak Drs. H. Ridin Sofwan M.Pd selaku dosen wali.
4. Bapak Ahmad Hamam Rochani yang telah memberikan informasi yang
penulis butuhkan.
5. Kedua orang tua, saudara, kekasih dan sahabat atas dukungan yang telah
diberikan.
6. Alumni dan teman-teman Post Modern, Muna, Oko, Rudy, Three ‘As, Antok,
Mawardie, Umam, yang turut membantu menyelesaikan penelitian.
7. Teman-teman Teater Metafisis fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo
Semarang yang turut mendukung penelitian.
8. Semua pihak yang membantu penelitian.
Di sini penulis mengharapkan semoga penelitian ini dapat merubah wacana pendidikan wanita yang semula dipahami dangkal dapat menjadi inspirasi dan semangat bagi para pembaca dan para wanita pada khususnya untuk memperoleh pendidikan dan ikut berperan aktif dalam masyarakat terutama dalam keluarga secara maksimal.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan terutama bagi
penulis. Amin.
Semarang, Februari 2006
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul .............................................................................................. i
Halaman Nota Pembimbing ......................................................................... ii
Halaman Pengesahan ................................................................................... iii
Halaman Motto ............................................................................................ iv
Halaman Abstraksi ....................................................................................... v
Halaman Kata Pengantar .............................................................................. vi
Halaman Daftar Isi ....................................................................................... vii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1
B. Penegasan Judul ................................................................ 3
C. Pokok Masalah ................................................................... 5
D. Tujuan dan Manfaat Penulisan .......................................... 5
E. Tinjauan Pustaka ................................................................ 6
F. Metode Penulisan Skripsi .................................................. 7
G. Sistematika Penulisan Skripsi ............................................ 9
BAB II : TINJAUAN UMUM AQIDAH ISLAM DAN ZIARAH
KUBUR
A. Aqidah Islam ..................................................................... 11
1. Pengertian Aqidah Islam ............................................... 14
2. Sumber-Sumber Aqidah Islam ..................................... 19
3. Fungsi Aqidah Islam ..................................................... 21
B. Ziarah Kubur ...................................................................... 22
1. Tujuan Ziarah Kubur .................................................... 24
2. Tata Cara Ziarah Kubur ................................................ 25
3. Pendapat Para Ulama Tentang Ziarah Kubur ................ 26
BAB III : ZIARAH MAKAM SUNAN KATONG PADA TRADISI
SYAWALAN DI DESA PROTOMULYO KECAMATAN
KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL
A. Gambaran Umum Masyarakat Desa Protomulyo
Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal
1. Letak Geografis ............................................................. 29
2. Keadaan Demografi ...................................................... 30
B. Sunan Katong
1. Biografi Sunan Katong .................................................. 34
2. Misi Sunan Katong ........................................................ 57
C. Tradisi Syawalan ............................................................... 58
D. Ziarah dan Pengaruhnya terhadap Aqidah Islam di Desa
Protomulyo kecamatan Kaliwungu kabupaten Kendal ..... 62
BAB IV : ANALISIS
A. Motivasi Ziarah Terhadap Makam Sunan Katong Pada
Tradisi Syawalan ............................................................... 73
B. Tujuan Ziarah Terhadap Makam Sunan Katong Pada
Tradisi Syawalan ............................................................... 76
C. Pengaruh Ziarah Pada Makam Sunan Katong Pada Tradisi
Syawalan dalam Perspektif Aqidah Islam ......................... 78
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 82
B. Saran-Saran ........................................................................ 83
C. Penutup ............................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tradisi ziarah kubur ataupun mendatangi tempat-tempat yang dianggap
keramat untuk meminta berkah atau sesuatu, dalam kultur masyarakat Jawa
merupakan suatu “kewajiban” oleh kalangan tertentu. Namun demikian, ziarah
kubur atau sejenisnya oleh sebagian masyarakat Jawa pada zaman dahulu
sebelum kedatangan Islam, si peziarah menyandarkan “hajat”nya kepada yang
diziarahi (tokoh pada makam yang dikeramatkan). Jadi, nuansa bid’ah yang
menjurus kepada perbuatan syirik begitu nyata.
Pasca kedatangan Islam di tanah Jawa ziarah tetap dilestarikan dengan
memasukkan unsur-unsur keislaman dan merubah objek sandaran para
peziarah yang hanya ditujukan kepada Allah SWT, melalui perantara yang
diziarahi. Islam mempunyai konsep-konsep mengenai ziarah kubur yang tidak
menjurus kepada kemusyrikan. Konsep ziarah kubur dalam Islam adalah
berdasarkan pada hadits Nabi Muhammad SAW, yaitu;
طاما بسثن دح حوا رثن دح ريهود الجعيس نب ماهيرا ابثندح نكة عليم ابي ناب تمعاح قال سيا لتاب تمعلم قال سسم نب
رواه ا (.م رخص عن زيارة القبور.عائشة ان رسول اهللا ص )بن ماجه
Artinya: Mewartakan kepada kami Ibrahim bin Sa’id al-Jauhary, mewartakan kepada kami Ruh, mewartakan kepada kami Bistam bin Muslim, dia berkata: saya mendengar Ibnu Abi Mulaikah dari ‘Aisyah: bahwasanya Rasulullah SAW memberi rukhshoh memperbolehkan dalam ziarah kubur. (HR. Ibnu Majjah).2
Dalam hal ini para ulama dan ilmuwan Islam, dengan berdasarkan
kepada al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi memperbolehkan orang untuk
2 Hussein Bahreisj, Studi Hadits Nabi, C.V. Amin Surabaya. tth, hlm. 227
melakukan ziarah kubur dan menganggapnya sebagai perbuatan yang
memiliki keutamaan, khususnya ziarah ke makam para Nabi dan orang-orang
sholeh.3
Ziarah kubur ialah perbuatan yang dianjurkan (mandub) guna
menimbulkan kesadaran hati dan mengingatkan kepada akhirat. Sebagaimana
tersebut pada hadits Nabi SAW:
حدثنا يونس بن عبداالعلى حدثنا ابن وهب ان بأنا ابن جريج ان . عن ايوب بن هانئ عن مسروق بن االجدع عن ابن مسعود
فزوروها قال كنت نهيتكم عن زيارة القبور. م.ص. رسول اهللا .)رواه ابن ماجه(فإنهاتزهدوفى الدنيا وتذكراالخرة
Artinya: Mewartakan kepada kami Yunus bin Abdul ‘Ala, mewartakan kepada kami Ibnu Wahab, memberikan kepada kami Ibnu Juaraij, dari Ayub bin Hani dari Masuruq al Ajda, dari Ibnu Mas’ud, bahwasanya Rasulullah bersabda: “Saya pernah melarang kamu sekalian menziarahi kuburan maka ziarahlah kalian semua ke kubur. Maka sesungguhnya kuburan itu adalah dapat menjadikan benci dalam urusan duniawi serta dapat mengingatkan akan negeri akhirat”. (HR. Tirmidzie). 4
Meski ajaran Islam tidak melarangnya dan punya aturan tersendiri
dalam berziarah (seperti membaca al-qur’an dan mendoakan si mati agar
mendapatkan tempat disisi Allah). Namun masih banyak masyarakat Islam
yang melakukan ziarah dengan amalan-amalan yang mendekatkan kepada
kemusyrikan dan kemungkaran, seperti meratapi si mati (kuburan) membakar
kemenyan atau si mati (kuburan).5
3 Syekh Ja’far Subhani, Tawassul, Tabarruk, Ziarah Kubur Karamah, Wali Termasuk
Ajaran Islam, Pustaka Hidayah, Jakarta, 1989, hlm. 501 4 Mu’ammal Hamidy, dkk, Terjemahan Nailul Authar: Himpunan Hadits-hadits Hukum
Bina Ilmu, Surabaya, tth, jilid III, hlm. 1148 5 Drs. H. Badruddin Hsubky, Bid’ah-Bid’ah di Indonesia.,Gema Insani Press, Jakarta,
1993, hlm. 146
Adapun para peziarah yang datang kepada kuburan-kuburan orang-
orang sholeh atau orang-orang terkenal ada beberapa motivasi yang dapat
mempengaruhi kehidupan mereka khususnya terhadap aqidah Islam, karena
disamping bertujuan untuk beribadah kepada Allah, juga masih banyak
masyarakat Islam yang menganggap bahwa ziarah kubur merupakan sesuatu
perbuatan yang dapat memecahkan kehidupan mereka sehari-hari, dimana
dapat membuat iman mereka menjadi goncang, sehingga yang seharusnya
mereka beriman kepada Allah dalam arti beribadah dan berpegang teguh
kepada Allah, tetapi sebaliknya mereka melaksanakan ziarah dengan tujuan
untuk mengatasi segala permasalahan mereka, ironisnya juga sebagian
masyarakat Islam yang datang ke makam-makam tersebut tidak mengetahui
siapa yang di kubur tersebut, mereka mengutarakan hajatnya seperti meminta
rizki, jodoh, lulus ujian, kenaikan jabatan, dan lain sebagainya.6
Melihat para peziarah yang datang ke makam-makam tertentu yang
dikunjunginya serta motivasi dari para peziarah tersebut, maka ziarah ini
sangat berpengaruh terhadap aqidah Islam, dimana aqidah merupakan dasar
dari keimanan kepada Allah SWT.
Salah satu makam yang masih dikunjungi oleh sebagian umat Islam
adalah makam Sunan Katong yang terletak di Desa Protomulyo Kecamatan
Kaliwungu Kabupaten Kendal. Makam Sunan Katong ini sangat menarik
perhatian para pengunjung sampai sekarang, dan pengunjung pun datang
dengan bermacam-macam motivasi, dan hal ini sangat berpengaruh sekali
terhadap aqidah mereka.
B. Penegasan Judul
Agar mempermudah pembahasan skripsi ini, sehingga tidak terjadi
kesalahpahaman terhadap judul yang akan penulis bahas, maka untuk
mempertegas sekaligus maksud dari judul “Pengaruh Ziarah Makam Sunan
Katong pada Tradisi Syawalan Terhadap Aqidah Islam di Desa Protomulyo
Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal” tersebut, dipandang perlu kiranya
6 Drs. H. Badruddin Hsubky, loc. cit.
penulis untuk memberikan pengertian dan batasan dari masing-masing istilah
yang terdapat dalam judul di atas, yaitu:
1. Pengaruh adalah adanya daya yang ada ataupun dampak (akibat) yang
ditimbulkan oleh sesuatu (orang/benda). yang berkuasa atau yang
berkekuatan.7
2. Ziarah adalah kunjungan ke tempat yang dianggap keramat atau mulia
oleh masyarakat tertentu yang merupakan tradisi turun temurun, seperti
makam, petilasan dan sebagainya.8
3. Makam atau Kuburan adalah sebuah bangunan sebagai tanda akan adanya
jasad seseorang yang “ditanam” didalamnya. Makam yang dimaksud
adalah Makam Sunan Katong yang ada di Desa Protomulyo. Kaliwungu
Kendal.
4. Sunan Katong adalah seorang auliya (orang suci) yang diyakini oleh
masyarakat setempat sebagai tokoh pendiri Kadipaten Kaliwungu
sekaligus penyebar Islam di daerah tersebut.
5. Syawalan adalah tradisi masyarakat Jawa-Islam yang diperingati antara
tanggal 7 sampai 10 pada bulan Syawal (seminggu atau sepuluh hari
setelah Hari Raya Idul Fitri).
6. Aqidah adalah sesuatu yang wajib dibenarkan oleh hati adanya jiwa tenang
serta diyakini dengan sepenuhnya sehingga tidak dicampuri dengan
keragu-raguan. Ditinjau dari segi bahasa “Aqidah” yang berarti penguatan,
pemantapan dan pengikatan, sedangkan menurut istilah yakni keimanan
yang teguh yang tidak dihinggapi suatu keraguan apapun bagi pemiliknya.
Dengan demikian aqidah islam berarti keimanan yang teguh kepada Allah
berupa tauhid dan ketaatan, kepada malaikat-malaikatnya, para utusannya,
hari akhir, taqdir dan semua perkara ghaib serta berita-berita lain dan hal-
hal yang pasti baik berupa ilmu pengetahuan maupun dalam amal
perbuatan.9
7 WJS. Purwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1985, hlm. 735 8 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa DEPDIKBUD, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Balai Pustaka, 1990, hlm. 1017 9 Hasan Sadili, Ensiklopedia Indonesia, Ikhtiar Baru, Jakarta, 1980, hlm. 75
7. Islam adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.10 Dalam
pengertian yang lain Islam adalah agama yang datangnya dari Allah SWT,
baik yang didatangkan melalui rasulnya yang pertama, maupun yang
didatangkan dengan perantaraan rasulnya yang terakhir yaitu Nabi
Muhammad SAW.11
C. Pokok Masalah
Dari latar belakang seperti dikemukakan diatas, maka ada beberapa
persoalan yang akan penulis bahas dalam penyusunan skripsi ini, masalah-
masalah tersebut adalah:
1. Apa motivasi peziarah yang dilakukan oleh para pengunjung (peziarah)
tersebut terhadap makam Sunan Katong pada Tradisi Syawalan?
2. Apa tujuan ziarah yang dilakukan oleh para pengunjung (peziarah)
tersebut terhadap makam Sunan Katong pada tradisi Syawalan di Desa
Protomulyo Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal?
3. Seberapa jauh pengaruh ziarah tersebut terhadap makan Sunan Katong
pada tradisi Syawalan ditinjau dari aqidah Islam?
D. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun tujuan dan manfaat penulisan skripsi ini antara lain:
1. Untuk mengungkap bagaimana sebenarnya motivasi peziarah yang
dilakukan oleh para pengunjung (peziarah) tersebut terhadap makam
Sunan Katong pada Tradisi Syawalan.
2. Untuk mengungkap tujuan ziarah yang dilakukan oleh para pengunjung
(peziarah) tersebut terhadap makam Sunan Katong pada tradisi Syawalan
di Desa Protomulyo Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal.
3. Untuk mengungkap seberapa jauh pengaruh ziarah tersebut terhadap
peziarah makan Sunan Katong pada tradisi Syawalan yang dilakukan oleh
pengunjung ditinjau dari segi aqidah Islam.
10 WJS. Purwadarminta, op.cit., hlm. 22 11 Prof. A. Hasjim., Sejarah Kebudayaan Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1975, hlm. 3
E. Tinjauan Pustaka
Hal ini sengaja penulis angkat dengan melihat kurangnya media
informasi dalam bentuk karya ilmiah tentang kegiatan ziarah di Makam Sunan
Katong pada Tradisi Syawalan, yang merupakan “aset” budaya besar Kota
Kendal. Sekaligus sebagai spesifikasi penelitian atas beberapa karya terdahulu
yang penulis anggap kurang begitu “detail” dalam menggambarkan sekaligus
menjelaskan kegiatan tersebut. Karya-karya tersebut ialah:
Ahmad Hamam Rochani, Babad Tanah Kendal, Inter Media Paramadina
bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Kendal, Cet. I, 2003. Pada buku ini di jelaskan mengenai kronologi
berdirinya Kabupaten Kendal yang bermula dari sebuah kadipaten
Kaliwungu. Riwayat penguasa Kendal pada zaman dahulu diceritakan
panjang, hanya saja ketika mengungkap keberadaan Sunan Katong
terkesan sekilas.
Ahmad Hamam Rochani, Sunan Katong Dan Pakuwojo, Inter Media
Paramadina bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Kendal, Cet. I, 2003. Riwayat Sunan Katong dan Pakuwojo
diuraikan panjang lebar pada buku ini yang didasarkan pada cerita tutur
(folk lore) yang melegenda di masyarakat Kaliwungu Kendal.
Kelemahannya buku ini seperti layaknya buku dongeng, kebenaran secara
ilmiah menjadi kelemahan mendasar pada karya ini.
Amen Budiman, Semarang Riwayatmu Dulu, Tandjung Sari, Semarang,
1978. Awal mula munculnya Sunan katong yang datang dari kadipaten
Ponorogo, dimana ketika singgah di pulau “Tirang Amper” daerah Mugas
Bergota beliau diislamkan oleh Syeikh Wali Lanang yang merupakan
karib Ki Ageng Pandan Arang I selaku pendiri kota Semarang di
ceritakan panjang lebar. Namun ketika Sunan Katong Hijrah ke
Kadipaten Kaliwungu buku ini “kehilangan jejak”.
Amen Budiman, Bhatara Katong Pendiri Kota Kaliwungu, Tandjung
Sari, 1975. Sepak terjang Sunan Katong ketika mendirikan Kadipaten
Kaliwungu di kupas habis, akan tetapi mengenai peristiwa Tradisi
Syawalan yang menjadi agenda tahunan di Makam Sunan Katong tidak
disinggung sama sekali.
Menurut pengamatan penulis selama ini, tidak ditemukan adanya
karya ilmiah yang melakukan penelitian tentang ziarah kubur di Makam
Sunan Katong.
F. Metode Penulisan
Langkah ini penulis ambil agar tidak terjadi kerancauan berbagai jenis
informasi yang masuk, agar tidak menemui kebingungan dalam
mengklasifikasi data-data yang ada, sehingga dipandang perlu untuk
memulainya dari :
1. Sumber Data
Disamping penelitian tentang perilaku sosial keagamaan, penelitian
ini juga menyangkut penelitian sejarah. Oleh karena itu, metode yang
penulis gunakan adalah metode penelitian lapangan (field research)
sebagai sumber cross-check atas data-data yang penulis dapatkan terlebih
dahulu melalui metode penelitian pustaka (library research). Agar
mendapatkan data yang benar-benar valid dan teruji kebenarannya.
Disamping mengambil berbagai macam informasi dari hasil
wawancara dengan peziarah, sejarahwan Kota Kendal, Pengurus makam
Sunan Katong beserta Juru Kuncinya, dengan cara melakukan observasi
langsung ke lokasi penelitian, penulis juga mengambil beberapa data-data
dari beberapa buku yang dijadikan rujukan. Antara lain karya Ahmad
Hamam Rochani (2003), Amen Budiman (1979) dan buku-buku lainnya
seperti yang penulis sebutkan diawal, serta karya ilmiah, artikel,
manuskrip, dan cerita-cerita yang melegenda di masyarakat sebagai data
pendukung.
2. Pengumpulan Data
Setelah mendapatkan berbagai macam sumber, data-data tersebut
penulis kumpulkan dengan cara :
a. Studi/Kajian literatur atas berbagai sumber sejarah baik lisan maupun
tulisan yang berkenaan dengan tema diatas.
b. Wawancara, sebagai data penguat. Penulis melakukan wawancara
langsung dengan peziarah, sejarahwan Kota Kendal, pengurus beserta
Juru Kunci Makam Sunan Katong.
c. Observasi, setelah mengadakan wawancara, penulis melakukan survei
langsung ke Makam Sunan Katong Desa Protomulyo Kaliwungu
Kendal.
3. Metode Analisis Data
Untuk menganalisis data yang telah terinventarisir, penulis
menggunakan pendekatan sejarah (historycal approach) terutama sejarah
kebudayaan dan antropologi budaya dengan metode analisis kritis.
Penggambaran tulisan sejarah sebagai sebuah integrated-equivalents yang
menyuguhkan pemandangan menyeluruh, tetapi masing-masing bagian
sama pentingnya. Tidak ada yang sentral pada hal ini. Sejarah harus
disuguhkan sebagai sebuah gambaran yang konkrit, dengan pendekatan
yang sinkron dan sistematis.12
Langkah-langkah tersebut terdiri atas :
a. Deskripsi, yaitu untuk mendapatkan gambaran umum yang meliputi
aktifitas Ziarah Makam Sunan Katong pada Tradisi Syawalan dan
Relevansinya terhadap aqidah Islam di Desa Protomulyo Kaliwungu
Kendal.
b. Interpretasi, yaitu penulis akan menyelami dan menelaah sumber-
sumber data yang diperoleh agar mendapatkan tafsiran-tafsiran yang
lebih faktual dan signifikan.
c. Analisis Kritis, metode ini akan penulis gunakan untuk menganalisis
(studi analitik) terhadap data-data yang telah diinterpretasikan dan
dikritisi sehingga ditemukan suatu kesimpulan yang lebih
12 Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, Tiara Wacana, Yogyakarta, Edisi Kedua, 2003,
hlm. 138
komprehensif atas keberadaan Makam Sunan Katong Desa Protomulyo
Kaliwungu Kendal.
G. Sistematika Penulisan Skripsi
Untuk mendapatkan gambaran yang bersifat utuh dan menyeluruh
serta adanya keterkaitan antara bab satu dengan bab yang lain, serta untuk
mempermudah proses penelitian ini, maka penulis akan memaparkan
sistematika penulisan sebagai berikut:
Untuk itu penulis akan mendeskripsikan pembahasan-pembahasan
yang disajikan dalam skripsi ini, yaitu sebagai berikut:
BAB I merupakan pendahuluan dari penelitian ini yang memuat, latar
belakang masalah, penegasan judul, pokok masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, tinjauan kepustakaan, metode penelitian dan
sistematika penulisan. .Dengan memahami bab ini, maka akan
mencegah adanya kesalahpahaman atau kekeliruan dalam
pembahasan selanjutnya.
BAB II nantinya akan memuat landasan teori dari kegiatan penelitian ini
yang membahas tentang tinjauan umum aqidah Islam dan ziarah
kubur.
BAB III memuat data-data tentang ziarah Makam Sunan Katong pada
Tradisi Syawalan di Desa Protomulyo Kaliwungu Kendal, yang
terdiri dari Sejarah gambaran umum masyarakat Desa Protomulyo
Kaliwungu Kendal, Sunan Katong, Tradisi Syawalan, dan ziarah
dan pengaruhnya terhadap aqidah Islam di Desa Protomulyo
Kaliwungu Kendal.
BAB IV merupakan analisa akan menjawab pokok masalah penelitian ini
yang terdiri dari, Motivasi Ziarah di Makam Sunan Katong pada
Tradisi Syawalan, Tujuan ziarah di makam Sunan Katong pada
Tradisi Syawalan, dan Pengaruh Ziarah di Makam Sunan Katong
dalam Perspektif Aqidah Islam.
BAB V merupakan penutup yang menandai akhir dari keseluruhan proses
penelitian ini yang berisi kesimpulan (menerangkan hasil
penelitian), saran-saran dari penulis serta kata penutup sebagai
akhir kata dan mengakhiri proses penelitian ini.
BAB II
TINJAUAN UMUM AQIDAH ISLAM DAN ZIARAH KUBUR
A. Aqidah Islam
Dalam Islam, aqidah adalah iman atau kepercayaan, sumber
pokoknya adalah al-Qur’an, iman adalah segi teoritis yang dituntut pertama-
tama dan terdahulu dari segala sesuatu yang dipercayai dengan sesuatu
keimanan yang tidak boleh dicapai oleh keragu-raguan dan dipengaruhi oleh
prasangka. Ia ditetapkan dengan positif dan saling bantu membantunya teks-
teks al-Qur’an kemudian adanya konsensus kaum muslimin yang tak pernah
berubah, bertolak sejak penyiaran Islam pertama di masa Rasulullah hingga
kini. Ayat-ayat al-Qur’an tersebut menuntut kepada manusia untuk memiliki
kepercayaan itu, yang pula merupakan seruan utama setiap rasul yang diutus
oleh Allah sebagai yang dinyatakan al-Qur’an dalam pembicaraannya
mengenai para nabi dan rasul.13
Aqidah secara bahasa berarti sesuatu yang mengikat. Pada keyakinan
manusia adalah suatu keyakinan yang mengikat hatinya dari segala keraguan.
Aqidah menurut terminologi syara' (agama) yaitu keimanan kepada Allah,
Malaikat-malaikat, Kitab-kitab, Para Rasul, Hari Akhirat, dan keimanan
kepada takdir Allah baik dan buruknya. Ini disebut Rukun Iman.
Dalam syariat Islam terdiri dua pangkal utama. Pertama: Aqidah yaitu
keyakinan pada rukun iman itu, letaknya di hati dan tidak ada kaitannya
dengan cara-cara perbuatan (ibadah). Bagian ini disebut pokok atau asas.
Kedua: Perbuatan yaitu cara-cara amal atau ibadah seperti sholat, puasa, zakat,
dan seluruh bentuk ibadah disebut sebagai cabang. Nilai perbuatan ini baik
buruknya atau diterima atau tidaknya bergantung yang pertama. Makanya
syarat diterimanya ibadah itu ada dua, pertama : Ikhlas karena Allah SWT
13 Drs. Nasaruddin Razak, Dienul Islam, Al-ma’arif, Bandung, 1984, hlm. 119
yaitu berdasarkan aqidah islamiyah yang benar. Kedua : Mengerjakan
ibadahnya sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW. Ini disebut amal sholeh.
Ibadah yang memenuhi satu syarat saja, umpamanya ikhlas saja tidak
mengikuti petunjuk Rasulullah SAW tertolak atau mengikuti Rasulullah SAW
saja tapi tidak ikhlas, karena faktor manusia, umpamanya, maka amal tersebut
tertolak. Sampai benar-benar memenuhi dua kriteria itu. Inilah makna yang
terkandung dalam Al-Qur'an surah Al-Kahfi 110.
قل إنما أنا بشر مثلكم يوحى إلي أنما إلهكم إله واحد فمن يشرك بعبادة كان يرجو لقاء ربه فليعمل عمال صالحا وال
ربه أحدا
Artinya : Katakanlah: "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa". Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya” (QS. Al-Kahfi 110).14
Aqidah merupakan suatu masalah fundamental dalam ajaran Islam,
juga menjadi titik tolak permulaan muslim, sebaliknya tegaknya aktifitas
keislaman dalam kehidupan seseorang yang dapat menerangkan bahwa
seseorang itu memiliki aqidah atau menunjukkan kualitas iman yang dimiliki.
Masalahnya karena iman itu bersegi teoritis dan ideal yang hanya dapat
diketahui dengan bukti lahiriah dalam hidup dan kehidupan sehari-hari.15
Aqidah juga merupakan ruh bagi setiap orang, maka dengan
berpegang teguh keduanya itu, seseorang akan hidup dalam keadaan baik dan
14 Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya,
Departemen Agama RI, Jakarta, 1989, hlm. 460 15 Drs. Nasaruddin Razak , op. cit,. hlm. 120
menggembirakan, tetapi dengan meninggalkannya itu akan matilah semangat
ruhani dalam diri manusia tersebut. Aqidah bagaikan cahaya yang apabila
seseorang itu buta dari padanya, maka pastilah seseorang tersebut akan
tersesat dalam liku-liku kehidupannya, bahkan sebaliknya tidak mustahil ia
akan terjerumus ke dalam lembah kesesatan yang amat dalam.16 Sebagaimana
firman Allah SWT :
جو اهنييتا فأحين كان مم اس أوشي به في النمورا ين ا لهلنع نيز ا كذلكهنارج مبخ سات ليفي الظلم ثلهن مكم
للكافرين ما كانوا يعملون Artinya: “Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan
dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar daripadanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan”. (QS. Al-An ‘am ayat 122).17
Keimanan seseorang kepada Allah bukan hanya merupakan teori
agama, dalam arti bahwa iman tidak cukup sekedar mengetahui bahwa Allah
itu Esa, tetapi lebih dari itu harus dipancarkan dalam kehidupan. Iman yang
benar adalah iman yang diucapkan oleh lisannya, diyakini oleh hatinya dan
diamalkan oleh seluruh anggota badannya.18
Agama Islam sangat menekankan sekali terhadap aqidah karena
aqidah merupkan pokok seluruh ajaran seluruh agama yang datang dari Tuhan.
Ditegaskan pula bahwa agama yang tidak didasarkan aqidah tersebut dapat
disebut sebagai agama yang bakhil (bertolak) dan tidak mempunyai nilai.
Islam menyangkal keras keingkaran (faham ateisme) dari orang yang tidak
16 Sayyid Sabiq, Aqidah Islam, CV. Diponegoro, Bandung, Cet. IX, 1989, hlm. 1
17 Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, Jakarta, 1989, hlm. 208
18 Muhammad bin Abdul Wahab, Bersihkan Tauhid Anda dari Syirik, terj. Bey Arifin dkk, PT. Bina Ilmu, Surabaya, cet. I, 1987, hlm 93
mengetahui Tuhan sebagai penciptanya, dan Qur’an menyangkal pendirian
orang-orang musyrik (yang berfaham politeisme), memuja Tuhan-Tuhan lain
selain Allah, juga menentang faham orang-orang yang tidak percaya kepada
malaikat-malaikat, kitab-kitab suci dan hari kiamat.19
Allah SWT. Berfirman dalam surat Ar-Ruum ayat 30 yang berbunyi:
فأقم وجهك للدين حنيفا فطرة الله التي فطر الناس عليها ال تبديل لخلق الله ذلك الدين القيم ولكن أكثر الناس ال
يعلمون
Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya”. (QS. Ar-Ruum ayat 30).20
Ayat ini memberikan pengertian bahwa manusia itu haruslah tetap
pada fitrah Allah, sekali-kali jangan menyeleweng dari fitrah Allah itu, karena
fitrah Allah tidaklah wajar untuk dirubah dan diingkari.
1. Pengertian Aqidah Islam
Aqidah; kata “Aqidah” yaitu suatu yang wajib dibenarkan oleh hati
adanya jiwa tenang serta diyakini dengan sepenuhnya sehingga tidak
dicampuri dengan keragu-raguan. Ditinjau dari segi bahasa “Aqidah” yang
berarti penguatan, pemantapan dan pengikatan, sedangkan menurut istilah
yakni keimanan yang teguh yang tidak dihinggapi suatu keraguan apapun
bagi pemiliknya. Dengan demikian aqidah islam berarti keimanan yang
teguh kepada Allah berupa tauhid dan ketaatan, kepada malaikat-
malaikatnya, para utusannya, hari akhir, taqdir dan semua perkara ghaib
19 Prof. DR. Syekh Mahmud Syaltout, Aqidah dan Syari’ah Islam, terj. Fahruddin HS,
dan Nasruddin Thaha, Bumi Aksara, Jakarta, 1990, hlm. 4-5 20 Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya,
Departemen Agama RI, Jakarta, 1989, hlm. 645
serta berita-berita lain dan hal-hal yang pasti baik berupa ilmu
pengetahuan maupun dalam amal perbuatan.21
Secara etimologis, aqidah berakar dari kata ‘Aqada ‘ya qudu-
‘aqdan-‘aqidatan. ‘Aqidatan berarti simpul, ikatan perjanjian dan kokoh.
Setelah terbentuk menjadi ‘aqidatan berarti keyakinan, relevansi antara arti
kata ‘aqadan dan ‘aqidatan adalah keyakinan itu tersimpul dengan kokoh
dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian.22
Secara terminologis (istilahan), terdapat beberapa definisi (ta’rif),
antara lain:
a. Menurut Sayyid Sabiq
Sayyid Sabiq dalam karyanya aqidah Islam, memberikan
pengertian terhadap aqidah Islam itu sendiri ke dalam beberapa bagian
antara lain:
1. Ma’rifat kepada Allah, ma’rifat dengan nama-namaNya yang
tinggi, juga ma’rifat dengan bukti-bukti wujud atau adanya
kenyataan sifat keagungan dengan alam semesta ini.
2. Ma’rifat dengan alam yang berada di balik alam semesta ini, yakni
alam yang tidak dapat dilihat. Demikian juga kebaikan di
dalamnya, yakni yang berbentuk malaikat, juga kekuatan jahat
yang berbentuk iblis. Selain itu nama ma’rifat dengan apa yang ada
di dalam alam yang lain lagi seperti jin dan ruh.
3. Ma’rifat dengan kitab-kitab Allah SWT, yang diturunkan kepada
rasulnya, yang kepentingannya dijadikan sebagai batas untuk
mengetahui antara yang hak dan yang bathil yang baik dan yang
jelek, yang halal dan yang haram, juga antara yang bagus dan yang
buruk.
4. Ma’rifat kepada nabi-nabi dan rasul-rasul Allah yang dipilih oleh-
Nya untuk menjadi pembimbing ke arah petunjuk serta pemimpin
seluruh makhluk guna menuju kepada yang hak
21 Hasan Sadili, Ensiklopedia Indonesia, Ikhtiar Baru, Jakarta, 1980, hlm. 75 22 Drs. Yuhanar Ilyas, LC., Kuliah Aqidah Islam, :PII UM. Yogyakata, 1992, hlm. 1
5. Ma’rifat kepada hari akhir dan peristiwa-peristiwa yang terjadi
disaat seperti kebangkitan dari kubur (hidup lagi sesudah mati)
memperoleh balasan, pahala atau siksa.
6. Ma’rifat kepada (qodo dan qodar) yang diatas landasannya itulah
berjalannya peraturan segala yang ada di dalam alam semesta ini,
baik dalam penciptaanNya maupun dalam mengaturnya.23
b. Menurut Muhammad bin Abdul Wahab
Muhammad bin Abdul Wahab mengatakan bahwa aqidah
adalah suatu perkara yang dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi
tenang karena aqidah tersebut, sehingga menjadi suatu keyakinan yang
kokoh yang tidak tercermat oleh suatu kesangsian dan tidak tercampur
oleh sangka.24
c. Menurut Abu Bakar Jabir al-Jazari:
Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara
umum (axioma) oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fithrah.
(kebenaran) itu di patrikan (oleh manusia) di dalam hati serta diyakini
kesahihan dan keberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu
yang bertentangan dengan kebenaran
Sedangkan aqidah secara garis besar yang tercantum dalam
hadits Rasulullah saw adalah sebagai berikut:
اال يمان ان تؤمن بااهللا ومال ئكته وكتبه ورسوله واليوم ) .25رواه مسلم(األخروتؤمن بالقد رخيره وشره
Artinya: “ … Iman ialah: kamu harus percaya kepada Allah, kepada malaikat-malaikat, kepada kitab-kitabNya, kepada utusannya, kepada hari akhir dan perantaranya pula, kepada qodar dan keputusan baik atau buruk. (HR. Muslim).
23 Sayyid Sabiq, op. cit., hlm. 17 24 Muhammad bin Abdul Wahab, op. cit., hlm. 1 25 Imam Muslim, Soheh Muslim, Jilid I, Darul Fiqr, Beirut, 1968, hlm. 15
Jadi kalau dilihat hadits tersebut, bahwa aqidah itu tersusun
atas keimanan kepada:
1. Iman kepada Allah SWT.
2. Iman kepada para malaikat-malaikatNya
3. Iman kepada kitab-kitabNya
4. Iman kepada para peraturannya
5. Iman kepada hari akhir
6. Iman kepada qodar Allah SWT, baik buruknya suatu ketentuan dari
Allah.
Adapun aqidah yang tercantum dalam al-Qur’an adalah sebagai
berikut:
موال نة وسن ذهأخال ت ومالقي يالح وإال ه ال إلـه الله .له ما في السماوات وما في األرض
Artinya: Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. (QS. Al-Baqarah : 255).26
Pengertian lain mengenai aqidah yaitu sesuatu yang harus diyakini
oleh hati dan dipercayai oleh jiwa, sehingga menjadi suatu keyakinan yang
tidak ada keraguan dan kebimbangan sedikitpun di dalam hati.27 Dan
menurutnya aqidah yang benar adalah aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamah
yang tiada lain aqidahnya ulama salaf yang merupakan kelanjutan dari
aqidahnya Rasulullah dan para sahabatnya, dan teruskan para tabi’in dan
selalu di ikuti oleh umat islam atau yang mengikuti jejak tersebut sampai
datangnya hari kiamat. Perkara yang menjadi keyakinan (keimanan) yang
merupakan simbol dari ajaran islam yang di jadikan sebagai aqidah dalam
26 Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya,
Departemen Agama RI, Jakarta, 1989, hlm. 66 27 Al-Imam As-syahid Hasan Al-Banna. Konsep Pembaharuan Masyarakat Islam terj.
Su’adi Sa’ad, Media Da’wah, Jakarta Pusat. 1987. hlm. 443
islam yaitu yang tercermin dalam rukun iman diantaranya adalah, iman
kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab suci, para Rasul, hari
kebangkitan, dan takdir baik buruk bagi manusia.
Dengan demikian pengertian aqidah baik secara bahasa (etimologi)
maupun secara definitive (terminology) yaitu adanya keyakinan yang
kokoh di dalam hati atau segala sesuatu yang diyakini sepenuh hati dan
dipercayai jiwa sehingga tidak ada keraguan (syak) sedikitpun di dalam
hati dan yakin seyakin-yakinnya disepanjang akhir hayat tanpa adanya
pemaksaan, serta lahir secara sadar yang tercermin dalam af’al (perbuatan)
inilah aqidah yang benar.
Dari beberapa aqidah yang dikemukakan diatas, maka dapat ditarik
suatu pengertian bahwa aqidah adalah merupakan suatu pusaka yang
ditinggalkan oleh Rasul Allah yang tidak mungkin berbeda baik di masa
maupun di tempat manapun juga. Selain itu aqidah adalah suatu
kepercaaan yang tidak memaksa. Mudah diterima oleh akal pikiran, tetapi
kuasa untuk mengarahkan manusia menuju ke arah kemuliaan dan
keluhuran alam hidup ini.28
2. Sumber-Sumber Aqidah Islam
Membahas suatu persoalan seperti aqidah islam tentu tidak lepas
dari sumber (referen) yang dapat mendukung atau mengarah pada
persoalan tersebut.. disini yang dimaksud dengan sumber-sumber aqidah
islam adalah metode yang harus ditempuh dalam menempatkan muatan-
muatan aqidah islam. Ada tiga sumber atau yang menjadi dasar dalam
aqidah islam yaitu sebagai man seluruh hukum islam adalah Kitabullah
dan Sunnah Rasulullah SAW dan ditambah rasio (akal) dan inilah metode
yang ditempuh ulama salaf dalam menetapkan substansi aqidah illahiyah.
Pertama: al-Kitab, yang dimaksud disini adalah al-Qur’an yang
merupakan sumber pokok dan dijadikan dalam mengkaji setiap hukum
Islam maupun aqidah sebab di dalam al-Qur’an itulah sumber informasi
28 Sayyid Sabiq, op. cit., hlm. 10
mengenai hal tersebut akan didapatkan atau di temukan. Dan inilah yang
harus diyakini oleh pengikut Islam sebab al-Qur’an di dalamnya tidak ada
keragu-raguan sama sekali dan ini sebagai petunjuk bagi orang yang
bertakwa seperti dalam al-Qur’an yang berbunyi:
ذلك الكتاب ال ريب فيه هدى للمتقني)١(امل
Artinya: Alif Laam Miim, Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (QS: al-Baqarah: 1-2).29
ن مدكرولقد يسرنا القرآن للذكر فهل مArtinya: Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur'an untuk
pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? (QS: al-Qamar:17).30
إلـه إال هو ليجمعنكم إلى يوم القيامة ال ريب الله الدأص نمديثافيه والله ح من ق
Artinya: Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Sesungguhnya Dia akan mengumpulkan kamu di hari kiamat, yang tidak ada keraguan terjadinya. Dan siapakah orang yang lebih benar perkataan (nya) daripada Allah. (An-Nisa’: 87).31
29 Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya,
Departemen Agama RI, Jakarta, 1989, hlm. 8 30 Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya,
Departemen Agama RI, Jakarta, 1989, hlm. 879. 31 Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya,
Departemen Agama RI, Jakarta, 1989, hlm. 133.
Ayat-ayat ini menunjukkan hikmah dan jaminan sebagai sumber
pengetahuan yang benar yang datang langsung dari Allah SWT. Sebagai
contoh mengenai ayat-ayat al-Qur’an yang mengandung muatan aqidah
misal firman Allah SWT dalam surat al-Anbiya’: 22. yang artinya: “
Andaikan ada keduanya (langit dan bumi ) Tuhan selain allah niscaya
rusaklah keduanya”.
Pembicaraan al-Qur’an sebagai sumber aqidah islam yang paling
pokok disini yaitu untuk membuktikan keabsahan al-Qur’an sebagai hujjah
dan dalil dalam masalah aqidah, yang dibuktikan lewat ayat-ayatNya yang
pasti dan benar serta bisa dirasionalkan sesuai dengan konteks yang ada.
Kedua: Hadits, hadits merupakan penjelas dari isi al-Qur’an yang
terefleksi dalam diri Nabi baik perilaku Nabi, perbuatan Nabi Muhammad
maupun ketetapan Nabi SAW. Begitu juga dalam aqidah sunnah
merupakan landasan pokok dan terpenting setelah al-Qur’an sebab
muatan-muatan dalam Hadits itu sama dengan muatan yang ada dalam al-
Qur’an, bahkan sunnah penjelasannya lebih rinci dan detail dari pada al-
Qur’an yang masih bersifat global ( mujmal).32
Ketiga: akal, lihat firman Allah dalam surat yunus: 101 tentang
Allah menghargai akal dalam membuktikan setiap kebenaran yang datang
dari allah. Dan dengan akal (rasio), manusia bisa menerima suatu
kebenaran dengan nalar yang sehat. Akal disini tidak menyampingkan al-
Qur’an dan sunnah (hadits) sebagai sumber kebenaran dengan nalar yang
benar, akal dapat dijadikan sebagai hujjah (petunjuk) dalam memahami
hukum islam maupun aqidah islam. Lebih singkatnya kedua dalil yaitu al-
Qur’an dan hadits disebut dalil “ naqli” dan akal disebut dengan dalil “
Aqli” . 33
3. Fungsi Aqidah
32 Muhammad Anis Matta “ Pengantar Study Aqidah Islam”(terj) Robbania Press, Jakarta
dan Al-Manar 1998. hlm. 18-40. 33 Al-Imam As-syahid Hasan Al-Banna. op. cit., hlm: 443-444
Suatu kenyataan yang jelas sekali dalam kehidupan yang sudah
modern atau yang masih berkembang ini adalah adanya permasalahan
yang dapat membantu kebahagiaan kelangsungan hidup orang lain, apa
yang dahulu tabu sekarang sudah menjadi suatu yang wajar dalam suatu
kehidupan, dengan banyaknya suatu permasalahan yang berkembang
dalam masyarakat yang semakin komplek ini, maka perlu sekali
penanaman aqidah sejak dini, sehingga aqidah tersebut akan menjadi kuat.
Seseorang yang memiliki aqidah yang kuat, sudah barang tentu
akan melaksanakan ibadah secara baik dan tertib dan memiliki akhlak
yang mulia muamalah yang baik. Ibadah seseorang tidak akan di terima
oleh Allah SWT jika tidak dilandasi oleh aqidah. Seseorang tidaklah akan
dinamai berakhlak mulia bila tidak memiliki aqidah yang benar.34
Sedangkan Dr. Zakiah Darojat mengatakan bahwa fungsi aqidah
ialah:
a. Memberikan bimbingan kehidupan
b. Menolong dalam menghadapi kesukaran
c. Menenteramkan batin.35
B. Ziarah Kubur
Pada zaman permulaan Islam telah disampaikan kepada umat
manusia di alam ini khususnya di negara Arab, nabi Muhammad saw telah
melarang umat Islam untuk berziarah kubur. Akan tetapi setelah aqidah
Islamiyah sudah menjadi kuat tertanam dalam kalbu kaum muslimin
(pengikutnya) hukum Islam dan sasarannya sudah diketahui, maka ziarah
kubur diijinkan oleh nabi, sebagaimana diterangkan dalam hadits nabi saw,
yang berbunyi:
.36 )رواه ابن ماجه. (كنت نهيتكم عن زيارة القبورفزوروها
34 Drs. Yunahar Ilyas, Lc., op. cit., hlm. 9 35 Dr. Zakiyah Darojat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, Gunung Agung,
Jakarta, 1996, hlm. 56 36 Ibnu Majjah, Sunnan Ibnu Majjah, jilid I. Darul Fikr. Beirut, 1988, hlm. 500
Artinya: “Aku telah melarang kamu sekalian berziarah kubur, kemudian nabi mengijinkan berziarah kubur setelah itu”. (HR. Ibnu Majah).
Hadits ini memberi peringatan semula ziarah kubur itu dilarang oleh
nabi, kemudian setelah itu diijinkan oleh nabi. Hadits tersebut menerangkan
bahwa nabi untuk sementara waktu melarang terhadap ziarah kubur. Tapi
kemudian nabi mengijinkan kembali orang-orang untuk berziarah kubur.
Beliau (Nabi Muhammad) melarang karena biasanya mayat-mayat
mereka yang diziarahi orang-orang kafir dan menyembah berhala. Padahal
Islam telah memutuskan hubungan mereka dengan kemusyrikan. Tapi
mungkin juga karena kelompok mereka yang baru masuk Islam, diatas makam
mayat mereka melakukan kebatilan dan mengeluarkan ucapan-ucapan yang
bertentangan dengan ajaran Islam, dan setelah kukuhnya iman dihati para
pengikutnya, maka larangan tersebut dicabut kembali. Sebab terdapat manfaat
yang dapat mendidik pada ziarah kubur. Oleh karenanya nabi Yang Mulia
mengijinkan kembali orang-orang yang berziarah kubur.37
Oleh karena itu Rasulullah berziarah ke makam ibunya dan
memerintahkan orang-orang untuk berziarah kubur. Karena ziarah dapat
mengingatkan kepada kematian. Sebagaimana dalam nabi:
زارالنبي صلى اهللا عليه وسلم قبرأمه : عن أبى هريرة قالاستأذنت ربى فى أن . فبكى وأبكى من حوله قال
قبروأن أز ى فىبر تأ ذنتاسو أذن لىي ا فلملـهفرغتا أسهر توالم كمذكراتهفإنروواالقبروفز 38 )رواه مسلم(فأذن لى.
Artinya: “Dari Abu Hurairah berkata; “ketika Rasulullah saw berziarah ke kubur ibunya, maka beliau sempat menangis sehingga orang-orang yang disekitar beliau ikut menangis.” Saat itu Rasulullah saw
37 Syaikh Ja’far Subhani. Tawassul, Tabarruk, Ziarah Kubur Karamah Wali, Pustaka
Hidayah, Jakarta, 1989, hlm. 50 38 Imam Muslim, Shahih Muslim, Jilid IV, Darul Fikr. Beirut, 1986, hlm. 46
bersabda: “Aku minta ijin kepada Tuhanku untuk memohonkan ampunan bagi bundaku, akan tetapi beliau tidak mengijinkan. Tetapi ketika aku meminta ijin kepadaNya untuk berziarah kubur bundaku, maka beliau memberikan ijin padaku. Hendaklah kalian senantiasa berziarah kubur, sebab berziarah ke kubur akan mengingatkan kalian kepada kematian.” (HR. Muslim).
Jadi dengan memperhatikan hadits tersebut diatas, maka kita
disunnahkan untuk mengunjungi ke makam sekelompok manusia atau orang-
orang shaleh tersebut, yaitu untuk mengungkapkan rasa terima kasih dan
penghargaan terhadap perjuangan mereka, sekaligus dapat mengingatkan
kepada generasi yang ada, bahwasanya mereka dalam kehidupannya
menempuh jalan kebenaran dan keutamaan dan rela mengorbankan jiwa demi
mempertahankan keyakinan dan menyebarluaskan ajaran yang dibawanya.
Mereka tidak akan pernah hilang dari ingatan dan tidak usang oleh lewatnya
zaman, bahkan selalu memanaskan, mengobarkan api kerinduan di hati yang
tulus dan suci. Berdasarkan keterangan diatas kita harus berupaya dalam
membesarkan dan mengagumkan orang-orang tersebut di kala mati mereka
sebagaimana di masa hidupnya.
1. Tujuan Ziarah Kubur
Ziarah kubur mempunyai pengaruh yang banyak sekali terhadap
etika. Pendidikan dan aqidah, diantara manfaatnya adalah:
a. Islam mensyariatkan ziarah kubur untuk mengambil pelajaran dan
mengingatkan akan kehidupan di akhirat dengan syarat tidak
melakukan perbuatan yang membuat Allah murka, seperti minta restu
(do’a) dari si mayat atau memuji seolah-olah pasti dia masuk surga, dia
seorang yang mati Sahid, seorang suci atau ucapan pujian yang
lainnya.
b. Mengambil manfaat dengan mengingat kematian orang-orang yang
sudah wafat, bahwa kepulangan mereka ke surga atau neraka
menjadikan pelajaran bagi yang masih hidup, bahwa kita akan
mengalami seperti apa yang mereka alami yaitu kematian.
c. Si mayat yang diziarahi agar memperoleh manfaat dengan ucapan do’a
atau salam oleh para peziarah tersebut dan mendapatkan ampunan, hal
ini hanya berlaku bagi mayat seorang muslim.39
2. Tata Cara Ziarah Kubur.
Adapun ziarah kubur yang sesuai syari’at adalah hendaknya
seseorang mengucapkan salam si mayit dan mendoakannya seperti ketika
ia menshalati jenazahnya. Sebagaimana telah diajarkan Nabi kepada para
sahabatnya bila mereka berziarah ke kuburan hendaknya mengatakan,
سالم عليكم اهل دارقوم مؤمنين وان إن شاء اهللا بكم ال نأ خريتاملسو كممنا ومن نقدميتاهللا املس محرين وحقوو مهرا أجنرمحال ت مة اللها فيالع لكما وأل اهللا لنسال ن
تفتنا بعدهم
Artinya: “Keselamatan semoga terlimpahkan kepada kalian wahai penghuni negeri kaum mukminin, sesungguhnya kami Insya Allah akan menyusul kalian. Dan semoga Allah akan memberi rahmat kepada orang-orang yang telah mendahului kami dan orang-orang yang akan datang kemudian. kami memohon kepada Allah keselamatan untuk kami dan untuk kalian, ya Allah jangan engkau haramkan kami untuk mendapatkan pahala seperti mereka, dan jangan engkau sesatkan kami sepeninggal mereka”. 40
Allah akan memberi pahala kepada orang yang masih hidup jika
dia mendoakan orang mati yang beriman, sebagaimana Dia akan
memberinya pahala jika dia menshalati jenazahnya. Oleh karena itu, Nabi
melarang untuk melakukan perbuatan serupa untuk orang-orang munafik.
Allah berfirman,
39 Drs. Zaenal Abidin, Alam Kubur dan Seluk Beluknya, Rineka Cipta, Solo, 1991, hlm.
64 40 Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Ziarah Kubur dan Meminta Pertolongan Kepada Ahli
Kubur, terj. Abu Muqbil Ahmad Yuswaji, Pustaka Salafiah, Depok, 2005, hlm. 34
وال تصل على أحد منهم مات أبدا وال تقم على قبره
Artinya: “jangan sekali-kali kamu sholati orang yang mati diantara mereka, dan jangan kamu berdiri di kuburnya.” (QS. At-Taubah : 84).41
Di dalam ziarah kubur yang syar’i orang yang hidup tidak ada
perlu kepada orang yang mati. Tidak pula meminta kepadanya dan
bertawassul dengannya. Tetapi dalam ziarah yang syar’i, yang hidup
memberi manfaat kepada yang telah mati, seperti berdoa untuknya, seperti
berdoa untuknya. Dan Allah akan memberi rahmat kepada si mayit dengan
sebab doa itu, dan juga karena kebaikan orang yang hidup kepada orang
yang sudah mati tersebut. Allah akan memberi pahala kepada orang yang
hidup atas perbuatannya itu.
3. Pendapat Para Ulama Tentang Ziarah Kubur
Pada dasarnya para ulama sepakat satu pendapat, bahwa ziarah
kubur itu sunnah hukumnya, sejauh diletakkan tata cara aturan Syara’.
Disini di sebutkan pendapat para ulama tentang masalah ziarah kubur dari
sebagian kecil pendapat antara lain:
a. Syekh Muhammad bin Abdul Wahab mengatakan bahwa:
).فتح ايد(واال ستحبا ب انما هو ثا بت للرجال خا صة
42
Artinya: “Hukum sunnah berziarah kubur itu hanya untuk laki-laki secara tertentu”.
Menurut pendapat ini yang terkena sasaran hukum sunnah
berziarah kubur adalah khusus bagi laki-laki, sedangkan bagi wanita
itu tidak sunnah bahkan hukumnya haram.
41 Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya,
Departemen Agama RI, Jakarta, 1989, hlm. 293. 42 Abdurrahman bin Hasan, Fathul Majid, Darul Qutub, Beirut, t. th, hlm. 251
b. Prof. DR. Mahmud Syaltout mengatakan bahwa ziarah kubur itu
sunnah hukumnya baik laki-laki maupun bagi perempuan sebagaimana
kata beliau:
عيرالش ابااال دهفي ذ تخاتال وجة للرعورشم تةكا ن والنساء
Artinya: “Dan apabila di dalam ziarah kubur itu dipakai adab atau tata syara’ maka ziarah kubur itu disyari’atkan (dianjurkan) bagi orang laki-laki maupun perempuan”. (al-Fatawa 221).43
Pendapat beliau ini tampak jelas, apabila di dalam ziarah itu
sudah dapat dipakai adab (tatacara) syara’, maka sesungguhnya
berziarah kubur itu sunnah hukumnya baik laki-laki maupun
perempuan. Dalam arti kata lain juga beliau tidak menyetujui baik laki-
laki maupun perempuan yang berziarah kubur tidak mengindahkan
tatacara atau aturan syara’ karena hal ini akan mendekatkan kepada
perbuatan kemusyrikan.44
c. Imam Abdurrahman berpendapat sebagai berikut:
زيارةالقبورامالمجردتذكراملوت واالحرةافتكون برؤية القبور من غيرمعرفةاصحا بها اولنخودعاء فتسن لكل
لمسبغيةاملسترشدين(م ( Artinya: “Ziarah kubur itu hanyalah bertujuan agar ingat kepada mati
dan akhirat, maka dapat dilakukan dengan melihat ke kuburnya, meskipun tidak mengetahui siapa ahli kuburnya atau bertujuan untuk mendo’akan (berdo’a), maka ziarah kubur yang demikian ini disunnahkan bagi setiap muslim.45
43 Prof. DR. Mahmud Syaltout, Al-Fatawa, terj. Fakhruddin HS dan Nasaruddin Thaha,
Bumi Aksara, Jakarta, 1990, hlm. 221 44 Drs. Imran ABA, Peringatan Haul bukan dari Ajaran Islam Adalah Pendapat yang
Sesat, Menara Kudus, tt, hlm. 21 45 Syekh Abdurrahman bin Muhammad bin Hasan, Bugyiyatul Mustarsyidin, terj. Ahmad
bin Sya’id, Surabaya, tt, hlm. 97
Pada dasarnya menurut pendapat ini bahwa berziarah kubur itu
hukumnya sunnah bagi setiap muslim, asalkan bertujuan untuk
mengingatkan kepada mati dan akhirat dan juga untuk berdoa (baik
untuk dirinya maupun untuk si mati) meskipun tanpa mengetahui ahli
kuburnya atau kuburannya.
BAB III
ZIARAH MAKAM SUNAN KATONG
PADA TRADISI SYAWALAN
(Di Desa Protomulyo Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal)
C. Gambaran Umum Masyarakat Desa Protomulyo Kecamatan Kaliwungu
Kabupaten Kendal
1. Letak Geografis
Desa Protomulyo merupakan bagian wilayah dari kecamatan
Kaliwungu, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, yang terletak di sebelah
Timur Ibukota Kabupaten Kendal. Luas Desa Protomulyo ini adalah
188.715 M2 jarak dari Kecamatan Kaliwungu adalah 3 KM, sedangkan
jarak dari Kabupaten Kendal adalah 12 Km, Kecamatan Batealit dengan
ketinggian antara 18 sampai dengan 378 Meter dari permukaan laut.
Adapun adapun Desa-Desa lain yang membatasi sekeliling
Desa Protomulyo ini ialah:
- Sebelah utara berbatasan dengan Desa Krajan Kulon Kutoharjo
- Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Darupono
- Sebelah timur berbatasan dengan Desa Nolokerto
- Sebelah barat berbatasan dengan Desa Magelung.46
Wilayah Desa Protomulyo terbagi atas 06 Rw dan 28 Rt.
dengan kepadatan penduduk mencapai 9.096 jiwa. Luas Desa Protomulyo
188.715 Ha. Dengan perincian sebagai berikut:
a. Tanah Sawah
1). Irigasi teknis : 33.000 Ha
2). Sawah pasang surut : 22.000 Ha
46 Data Statistik Monografi Desa Protomlyo, Januari 2006.
b. Tanah Kering
1). Pekarangan / bangunan / emplasemen : 55.000 Ha
2). Tegal / kebun : 49.000 Ha
c. Tanah Hutan : 12.000 Ha
d. Tanah Keperluan Masyarakat umum
1). Lapangan Olah Raga : 18 Ha
2). Kuburan : 592 Ha
e. Lain-lain : 17.105 Ha
2. Keadaan Demografi
Wilayah Desa Protomulyo terbagi atas 06 Rw dan 28 Rt.
dengan kepadatan penduduk mencapai 9.096 jiwa yang terdiri dari 4.617
laki-laki dan 4479 penduduk perempuan.
Rincian keadaan geografis penduduk Desa Protomulyo adalah
sebagai berikut:
a. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian bahwasanya sebagian
besar penduduk Desa Protomulyo adalah Jasa atau keahlian individu,
disamping itu ada sejumlah penduduk yang mata pencahariannya
sebagai petani, pedagang dan pegawai negeri. Lebih jelasnya dapat
dilihat dalam tabel di bawah ini.
TABEL I
JUMLAH PENDUDUK MENURUT
MATA PENCAHARIAN.
No Jenis Pekerjaan Jumlah Penduduk
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Karyawan
Wiraswasta
Tani
Pertukangan
Buruh Tani
Pensiunan
Nelayan
2.432
215
498
48
130
50
-
8.
9.
10.
Pemulung
Jasa
Lain-lain
-
2.974
2.753
Jumlah 9.096
b. Banyaknya sarana pendidikan di Desa Protomulyo.
Untuk mengetahui jumlah sarana pendidikan yang ada di
Desa Protomulyo, maka akan penulis kemukakan dalam tabel berikut:
TABEL II
SARANA PENDIDIKAN DI DESA PROTOMULYO.
No Jenis Sekolah Jumlah Gedung
1.
2.
3.
4.
5.
6
TK
SD
SMTP
SMTA
Madrasah
Sarana Pendidikan Non Formal
2
5
1
1
1
1
jumlah 11
Tabel di atas dapat digeneralisasikan bahwa jumlah sarana
pendidikan yang berada di Desa Protomulyo dianggap cukup dalam
menampung seluruh warga. Terbukti dengan adanya sarana pendidikan
dari tingkat dasar sampai tingkat menengah atas
c. Agama dan Pendidikan
Penduduk Desa Protomulyo yang berjumlah 9.096 jiwa
tersebut mayoritas beragama Islam, untuk mengetahui lebih jelas
penganut agama pada masyarakat Desa Protomulyo dapat dilihat pada
tabel berikut:
TABEL III
PENDUDUK DESA PROTOMULYO
MENURUT AGAMA PADA TAHUN 2006.
No Agama Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
Islam
Kristen
Khatolik
Hindu
Budha
8.969
34
91
2
-
Jumlah 9.096
Sumber data: Data Statistik isian monografi Desa Protomulyo 2006
Kondisi keagamaan masyarakat Desa Protomulyo
berdasarkan pemeluk agama tersebut, tercermin pula dalam sarana
peribadatan yang kebanyakan terdiri dari masjid dan mushalla. Untuk
mengetahui lebih lanjut dapat dilihat dalam tabel berikut:
TABEL IV
JENIS TEMPAT PERIBADATAN
DI DESA PROTOMULYO TAHUN 2006.
No Agama Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
Masjid
Mushalla
Gereja
Wihara
Kuil/Pura
4
25
-
-
-
Jumlah 9.096
Masyarakat Desa Protomulyo apabila dilihat dari tingkat
pendidikannya dapat diketahui dalam tabel sebagai berikut:
TABEL V
PENDUDUK DESA PROTOMULYO
MENURUT TINGKAT PENDIDIKAN TAHUN 2006.47
No Tingkat Pendidikan Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Belum sekolah
Tamat TK
Tamat SD
Tamat SMTP
Tamat SMTA
Tamat Perguruan Tinggi
Buta huruf
1.142
1.461
1.878
2.904
1.512
29
170
Jumlah 9.096
Sumber data: Data Statistik isian monografi Desa Protomulyo tahun 2006.
Sebagian penduduk wilayah Desa Protomulyo berpendidikan
rendah, namun ada dari sebagian penduduk yang telah memasuki
jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Terbukti dengan adanya pelajar
yang melanjutkan sekolah di kota-kota besar seperti Semarang,
Purwokerto, Solo, yogyakarta dan lain-lain.
d. Keadaan Sosial Budaya
Keadaan masyarakat Protomulyo mayoritas muslim. Hal ini
membawa dampak positif terhadap masyarakat. Kehidupan masyarakat
yang religius inilah yang membuat rasa solidaritasnya tinggi. Kegiatan
yang bersifat gotong royong merupakan bagian dalam kehidupan
masyarakatnya.
Karena mayoritas penduduknya beragama muslim, maka
wajar apabila budaya dan tradisi yang ada banyak yang bersifat Islam.
Desa Protomulyo mempunyai kesenian yang bersifat tradisional
sebagai peninggalan dari pendahulunya.
47 Kantor Statistik Desa Protomulyo Januari 2006
Kesenian tradisional yang masih dilestarikan adalah sebagai
berikut:
1). Tradisi Syawalan
2). Sedekah bumi
3). Berjanji dan tahlilan
4). Selamatan 7, 40, 100, hari kematian.48
D. Sunan Katong
a. Biografi Sunan Katong
Belum banyak buku yang menulis dan menemukan catatan baku
atau buku induk yang menerangkan riwayat hidup Sunan Katong. Cerita
perjalanan hidup Sunan Katong ini akhirnya diperoleh dari keterangan
para sesepuh, itu pun belum dijamin kelengkapan ceritanya dan
validitasnya. Oleh karena itu, dalam menulis riwayat hidup Sunan
Katong ini banyak didominasi oleh cerita-cerita tutur sebagai pelengkap
cerita perjalanan Sunan Katong.
Mengenai kisah perjalanan hidup Sunan Katong nampaknya
juru kunci makam Sunan Katong punya pendapat dan penilaian lain, ia
menuturkan bahwa perihal mengenai sejarah perjalanan hidup Kanjeng
Sinuhun Sunan Katong tidaklah boleh diceritakan, karena menurut cerita
yang sudah diyakini dari juru kunci sebelumnya, sering terjadi hal-hal
yang berakibat fatal bagi yang mencoba mendapatkan silsilah atau
sejarah mengenai Sunan Katong, dan mengenai buku-buku yang beredar
di pasaran yang membahas perjalanan dan riwayat hidup Sunan Katong
menurutnya banyak terjadi kesalahan.49
Banyak buku sejarah yang menerangkan tentang Walisongo
akan tetapi tidak satu buku pun yang menerangkan dan bahkan menyebut
sekalipun nama Sunan Katong. Oleh karena itu, untuk bisa mencari
48 Wawancara dengan Bp. Djoemarno, Kepala Desa Protomulyo, tanggal 21 Januari 2006. 49 Wawancara dengan Bapak Suto Wiruno (juru Kunci makam Sunan Katong) pada
tanggal 11 Desember 2005.
identitasnya diperlukan data-data yang menyamping yang berhubungan
dengan masa ketika itu.
Ada tiga tokoh penyebar agama Islam di wilayah Kaliwungu-
Kendal mereka adalah; 1. Bhatara Katong atau Sunan Katong atau Kyai
Katong, 2. Wali Joko, dan 3. Kyai Gembyang atau Wali Gembyang atau
Raden Gembyang atau Jaka Gembyang. Diantara sentral sejarahnya ada
pada diri Sunan Katong yang makamnya di Astana Kuntul Melayang,
Protomulyo Wetan Kaliwungu. Itupun banyak diwarnai dengan cerita
tutur.50
Maka muncul pertanyaan, kapan Bhatara Katong atau Sunan
Katong atau Kyai Katong datang di Kendal-Kaliwungu?.
Untuk bisa mengetahui kapan Sunan Katong datang di Kendal-
Kaliwungu, terlebih dahulu perlu memahami siapa Sunan Katong yang
dimaksud. Di bawah ini ada dua pendapat yang menerangkannya.
1. Nama Sunan Katong erat hubungannya dengan kerajaan Majapahit,
karena tokoh ini masih ada hubungan darah dengan raja Majapahit
yang terakhir, Prabu Brawijaya V, ia adalah putra Majapahit dari istri
Ponorogo.
2. Setelah kerajaan Majapahit berakhir, ada keterangan yang
menerangkan bahwa tokoh ini secara otomatis menjadi keluarga
besar kerajaan Demak, karena ia masih ada hubungan saudara dengan
Raden Fatah, saudara seayah.
3. Ada keterangan lain yang menerangkan bahwa Sunan Katong yang
makamnya ada di kota Kaliwungu itu bukanlah Bhatara Katong
putera Brawijaya ke V tetapi cucu dari Bhatara Katong, yang
mempunyai nama “nunggak semi” dengan kakeknya, yaitu Bhatara
Katong. Tokoh muda itu bernama Kyai Katong.
4. Dijelaskan bahwa Kyai Katong yang cucu Bhatara Katong itu adalah
putera Pangeran Suryapati Unus atau Adipati Unus atau Patih Yunus
50 Wawancara dengan Bapak Suto Wiruno (juru Kunci makam Sunan Katong) pada
tanggal 11 Desember 2005.
atau Pangeran Sabrang Lor, putera Raden Fatah, Sultan kerajaan
Demak pertama.51
Sedangkan kapan tokoh ini datang di Kendal-Kaliwungu,
memang tidak ada catatan yang jelas. Namun jika dipahami dengan
berdasarkan dengan peristiwa yang terjadi pada masa itu, dan kemudian
menghubungkannya dengan berdasar analisa rasional, maka kedatangan
Sunan Katong ini akan bisa diketahui. Data-data itu berhubungan erat
dengan penyerangan Kerajaan Demak terhadap bangsa Portugis yang
telah menguasai Malaka ataupun Sunda Kelapa. Maka, kapan peristiwa
itu terjadi?
Bhatara Katong atau Sunan Katong bersama pasukannya
mendarat di Kaliwungu dan memilih tempat di pegunungan Penjor atau
pegunungan Telapak “kuntul melayang”. Beberapa tokoh rombongannya
antara lain terdapat tokoh seperti Ten Koe Pen Jian Lien, Han Bie Yan
dan Raden Panggung. Dalam cerita tutur atau cerita rakyat terkenal
dengan nama-nama Tekuk penjalin, Kyai Gembyang dan Wali Joko.52
Dalam catatan sejarah nasional bahwa ketika Nusantara
(Malaka dan Aceh) diserang oleh bangsa Portugis (1511), banyak
pembesar-pembesar Samudera Pasai (Aceh) yang mengungsi ke Demak,
salah satunya pembesar itu terdapat Faletehan atau Fatahilah.53
Terhadap penyerangan bangsa Portugis itu, kerajaan melakukan
penyerangan balik selama dua kali. Penyerangan pertama terjadi pada
tahun 1513 dibawah pimpinan Pangeran Sabrang Lor atau Adipati Unus,
putera mahkota Kerajaan Demak.
Karena penyerangan itu memiliki tujuan multi politik, yaitu
politik ekonomi dan politik agama, maka dalam perjalanan pasukan
51 Ahmad Hamam Rochani, Wali Gembyang dan Wali Jaka, Intermedia Paramadina
Bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kendal, cet. I, 2003, hlm. 21 52 Ahmad Hamam Rochani, Babad Tanah Kendal, Inter Media Paramadina. Bekerjasama
dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kendal, cet. I, 2003, hlm. 160. 53 Sudibjo Z. Hadisutjipto, Babad Tanah Jawi, Balai Pustaka, Jakarta, 1978, hlm. 143
Demak disertai dengan pembinaan pada daerah-daerah pelabuhan di
sepanjang pantai utara Jawa sebagai basis pertahanan.
Dimungkinkan dalam ekspedisi pertama ini(1513) Kyai Katong
ada dalam rombongan itu, dan kemudian memilih berhenti membina
daerah baru di Kendal-Kaliwungu. Bila kemungkinan ini benar maka
Sunan Katong datang ke Kendal-Kaliwungu pada tahun 1513. akan tetapi
catatan ini sedikit kurang valid karena tidak ada data pendukung lainnya.
Dan disamping itu massanya sangat terlampau jauh bila, dihubungkan
dengan sejarah semasanya.
Penyerangan kedua terhadap bangsa Portugis dilakukan pada
tahun 1527. penyerangan ditujukan terhadap bangsa Portugis yang sudah
menguasai Jayakarta atau Sunda Kelapa. Penyerangan kedua dipimpin
oleh Faletehan atau Fatahillah, menantu Raden Fatah atau kakak ipar
Sultan Trenggono. Sudah barang tentu penguasaan pelabuhan-pelabuhan
di sepanjang pantai utara pulau Jawa terlebih dahulu dilakukan.
Dimungkinkan sekali Kyai Katong ada dalam rombongan ekspedisi ini.
Kelihatannya catatan ini ada sedikit dukungan data lainnya. Dengan
demikian bisa mendekati kebenaran bila kedatangan Sunan Katong di
Kendal-Kaliwungu pada tahun 1527, atau ketika itu Kerajaan Demak
dibawah Sultan Trenggono.54
Catatan itu didukung dan ada sedikit sentuhan positif dengan
cerita rakyat yang sudah menjadi cerita baku dan bahkan sudah menyatu
pada diri masyarakat Kendal-Kaliwungu, yaitu cerita Sunan Katong.
Data Pendukung itu antara lain menyebutkan sebagai berikut:
1. Adanya cerita perguruan antara Sunan Katong dengan Ki Ageng
Pandan Arang I (Ki Made Pandan) dan Ki Ageng Pandan Arang II
atau Sunan Tembayat di padepokan Tirang Amper atau Bergota.
Ketika bertemu dengan penguasa Semarang itu, Ki Ageng Pandan
Arang belum pindah ke Tembayat. Artinya Ki Made Pandan ataupun
54 Ahmad Hamam Rochani, Wali Gembyang dan Wali Jaka, op. cit. hlm. 22
Ki Pandan Arang II masih dalam satu wilayah, di Tirang Amper atau
Bergota.
2. Adanya cerita Bhatara Katong dengan Syeikh Wali Lanang, dengan
perintah Sunan Bonang pada Syeikh Wali Lanang yang ditugasi
mengajar Sunan Katong, dan kemudian adanya pertemuan antara Ki
Ageng Pandan Arang dengan Syeikh Wali Lanang.
Untuk memperjelas data-data itu kiranya perlu kesabaran dan perlu
ketelitian dalam rangka menghindari kesalahan yang fatal. Dan perlu
disadari bahwa pertemuan itu belum tentu bisa mencapai kebenaran
seratus persen.
Antara Sunan Katong dan Ki Ageng Pandan Arang adalah
saudara seayah, keduanya putera Pangeran Suryapati Unus. Ibu Ki Made
Pandan Arang adalah puteri Adipati Urawan di Madiun. Sedangkan Kyai
Katong putera Adipati Unus dari istri Ponorogo. Puteri Bhatara Katong.55
Kedua putera Adipati Unus itu ternyata mempunyai visi sama.
Mereka tidak tertarik dengan politik pemerintahan, mereka memilih
sebagai penyiar agama Islam atau dunia spiritual. Dengan demikian
mereka juga harus rela meninggalkan kerajaan. Padahal kalau mereka
ada ke sana, baik Ki Ageng Pandan Arang maupun Kyai Katong sangat
mudah. Ki Made Pandan Arang bisa memilih ingin menjadi penguasa
Demak ataupun Adipati di Urawan Madiun. Kedua daerah itu sangat
memungkinkan untuk mengantarkan dirinya untuk menjadi orang nomor
satu. Sedangkan Kyai Katong juga demikian. Ia tinggal memilih apakah
di Demak atau Ponorogo, keduanya memberi harapan yang bagus.
Dalam cerita sejarah dan cerita rakyat atau cerita tutur
diterangkan bahwa cerita-cerita yang menyangkut riwayat perjalanan
Sunan Katong memang saling berhubungan, dan cerita-cerita itu saling
melengkapi. Alur cerita sejarahnya kemudian dikemas dalam bentuk
cerita rakyat yang seakan-akan saling bertentangan. Padahal tidaklah
demikian. Cerita-cerita itu dimaksudkan untuk saling mengisi dan saling
55 Ibid, hlm. 23
melengkapi. Dengan bahasa lain, alur sejarahnya dibungkus dengan
cerita rakyat yang dihiasai dengan "sanepo" atau kiasan-kiasan yang
mengandung filsafat/pendidikan. Sebab, para penulis cerita babad itu
lebih dilingkari dengan budaya dan bahasa yang sangat halus. Dan para
pujangga itu lebih mengedepankan rasa dari pada lainnya. Sehingga
penulisannya lebih mengarah pada filsafat kehidupan.
Melihat keadaan daerah serta nama-nama tempat di
Kendal/Kaliwungu memberi pengertian bahwa di wilayah itu dulu
menjadi pusat pemerintahan agama Hindu/Budha. Nama-nama itu terus
melembaga sampai dengan agama Islam masuk ke daerah itu. Nama-
nama itu antara lain; Patian, Demangan, Kranggan, Kenduruan,
Katemenggungan Sepuh dan Kandangan. Patih, Ronggo, Tumenggung,
Demang, Kenduruwan adalah perangkat pemerintahan Majapahit, yang
disebut Sapta Riwilwatika. Sedangkan Kandangan adalah Sameget Sapta
Upapati. Hakim pemutus perkara yang jumlahnya tujuh ; Kandangan,
Pamotan, Panjang Jiwa, Andamohi, Manghuri dan Jamba. Dengan
demikian tidak berlebihan bila Kaliwungu dulunya sebuah Kadipaten
Majapahit. Seperti disebut-sebut bahwa menurut tuturan jaman
Majapahit, bahwa "kali' disebutnya dengan “banyu”.56
Disebutkan, ketika pada awal pertumbuhan agama Islam di
Jawa dan kemudian berkembang dengan pesatnya dan ditandai dengan
berdirinya Kerajaan (Islam) Demak. Bersamaan dengan itu, di wilayah
barat-utara telah terjadi sebuah perjanjian yang aneh, yaitu perjanjian
antara bangsa Portugis dan Spanyol yang erat sekali dengan perebutan
wilayah perdagangan. Perjanjian itu disebut dengan nama. Tordesillas
dan Saragosa. Isi dari perjanjian itu antara lain; Bangsa Spanyol disetujui
boleh berlayar dan berdagang ke timur hingga di daerah Maluku
termasuk Halmahera. Semua daratan yang ditemui menjadi milik
Spanyol. Sedangkan Bangsa Portugis menguasai daerah pelayaran ke
56 Ahmad Hamam Rochani, Sunan Katong dan Pakuwaja, Intermedia Paramadina
bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kendal, cet. I, 2003, hal. 12
timur dengan wilayah Malaka dan Sumatera, Kalimantan dan Jawa. Dan
wilayah daratan yang ditemuinya menjadi hak kekuasaannya. Daratan-
daratan yang ingin dikuasai pelaksanaannya harus dilakukan dengan
kekerasan.
Portugis berhasil merebut Malaka dan berkembang menguasai
Samodra Samudera Pasai (Aceh, 1511) dan kemudian Sunda Kelapa
dikuasai juga para pedagang, para ulama yang menyiarkan agama Islam
akhirnya banyak yang mengungsi. Salah seorang ulama Kerajaan
Samudra Samudera Pasai di Aceh adalah Faletehan atau Fatahilah, yang
akhirnya harus mengungsi ke Demak. Tokoh pengembang agama Islam
ini ternyata putera Maulana Ishak, yang berarti masih ada hubungan
saudara dengan Sunan Ampel, Sunan Giri maupun Sunan Bonang.
Hubungan khususnya dengan Sunan Giri adalah saudara se ayah lain
ibu.57
Kekhawatiran muncul di Kerajaan Demak apabila Portugis
dengan cepatnya mengembangkan misi agama maupun melakukan invasi
dagangnya hingga ke Demak. Padahal kerajaan ini belum begitu kokoh,
(karena belum lama berdiri) walaupun mempunyai angkatan perang yang
kuat.
Setelah melalui pertimbangan dan mendengar nasihat dari para
wali yang memang ditempatkan sebagai penasehat kerajaan dan
penasehat sultan, akhirnya Sultan Fatah mengambil keputusan; Bangsa
Portugis harus diusir dari perairan Malaka dan Aceh, dan paling tidak
Kerajaan Demak lebih dulu menggunakan strategi perang yaitu lebih
dahulu memukul mereka. Sultan Fatah memerintahkan kepada Suryapati
Unus atau Adipati Unus atau Adipati Yunus, dengan dibantu oleh
Fatahilah atau Faletehan menyerang Portugis. Penyerangan terhadap
bangsa Portugis juga merupakan langkah program eksistensi kerajaan.
Oleh karenanya sebelum menyerang Portugis, Pasukan Demak terlebih
dahulu harus berhasil menguasai pelabuhan-pelabuhan di pesisir utara
57 Ibid, hlm. 13
antara lain, Semarang, Kendal, Pekalongan, Tegal dan Cirebon. Langkah
ini sebagai upaya untuk menghadang langkah invasi Portugis.
Penyerangan pertama terhadap Bangsa Portugis ini tercatat tahun 1513.58
Ketika merebut pelabuhan-pelabuhan di sepanjang pulau Jawa
itu, dimungkinkan adik Sultan Fatah yang bernama Bathara Katong ikut
dalam pasukan Faletehan. Daerah/pelabuhan yang berhasil ditaklukkan,
ditempatkan seorang pemimpin yang telah berpengalaman di bidang
pemerintahan. Daerah pelabuhan yang pertama kali ditaklukkan adalah
Kendal/Kaliwungu karena tempatnya berdekatan dengan Demak. Setelah
Kendal/Kaliwungu berhasil dikuasai, maka Bhatara Katong diminta
untuk mengislamkan masyarakat di Kendal/Kaliwungu dan sekitarnya
serta sekaligus menata pemerintahannya.
Banyaknya cerita dan data-data berupa tulisan yang tidak jelas
asal-usulnya menjadikan data yang diperoleh kurang valid. Bila pendapat
ini yang menjadi rujukan, maka kedatangan Sunan Katong di
Kendal/Kaliwungu kurang lebih tahun 1513-an, dan Demak masih di
bawah kepemimpinan Sultan Fatah. Terlepas benar atau salah,
kelihatannya tahun 1513 itu terlalu tua, dan bila dihubungkan dengan
catatan yang akan diuraikan nanti kurang adanya kecocokan masa. Cerita
yang berhubungan Ki Ageng Pandan Arang atau Sunan Tembayat,
kelihatannya akan terkubur, yang berarti adanya keberatan untuk
menerima temuan di atas.
Namun ada keterangan lagi, bahwa masa itu terlalu jauh bila
dihubungkan dengan masa kehidupan Ki Pandan Arang atau Sunan
Tembayat. Dimungkinkan, kedatangan Bhatara Katong di Kendal/-
Kaliwungu itu bersamaan dengan penyerangan terhadap Portugis di
Sunda Kelapa yang terjadi pada tahun 1527 yang dipimpin oleh
Faletehan atau Fatahilah. Ketika Kerajaan Demak di bawah
pemerintahan Sultan Trenggono. Bila masa itu yang menjadi rujukan,
kelihatannya mendekati kebenaran. Maka Bhatara Katong yang
58 Ibid, hlm. 14
dimaksud itu adalah Kiai Katong cucu dari Bhatara Katong, atau Kiai
Katong putera Adipati Unus dari istri putera Prabu Brawijaya V. Dengan
demikian, Kiai Katong tetap disebut juga sebagai keturunan Prabu
Brawijaya V.
Kondisi dan perkembangan sejarah ketika itu sangat cocok bila
dihubungkan dengan daerah sekitar, terutama Tirang Amper di bawah
pimpinan Ki Ageng Pandan Arang I atau Ki Made Pandan, walaupun
sedikit ada selisih tahun. Kalau diyakini bahwa Ki Made Pandan adalah
anak Pangeran Suryapati Unus putera Sultan Fatah, maka dapat dihitung
bahwa kepergian Ki Made Pandan dari Demak menuju Tirang Amper
sekitar tahun 1521-an. Sebab, Suryapati Unus memangku Sultan II,
menggantikan ayahandanya sekitar tahun 1518-1521. Dan pada tahun--
tahun tersebut memang agama Islam belum menyebar ke pelosok: Di
Tirang Amper atau Bergota sendiri masih banyak Ajar atau pemimpin
agama Hindu yang masih kokoh dengan sikap keyakinannya. Maka tidak
berlebihan bila Kaliwungu/Kendal yang letaknya lebih jauh dari Demak,
juga masih banyak petinggi Majapahit, salah satunya Pakuwojo, yang
mempunyai nama asli Suromenggolo. Selain sebagai seorang Adipati, ia
juga seorang yang ahli membuat pusaka, sebagaimana Empu Supo,
seorang yang ahli membuat pusaka keris, dan kemudian menjadi Adipati
di daerah Tuban.59
Cerita-cerita yang menyangkut antara Pakuwojo dan Sunan
Katong sebenarnya menyangkut soal perkembangan agama Islam di
Kendal/Kaliwungu. Pakuwojo sendiri disebutkan sebagai seorang
petinggi Majapahit yang ditempatkan di Kaliwungu. Selain sebagai
petinggi kerajaan, Pakuwojo juga dipandang sebagai tokoh agama. Selain
itu Pakuwojo juga memiliki kepribadian yang kokoh dan sangat kuat
mempertahankan prinsip, terlebih soal kepercayaan dan keyakinan. Oleh
karenanya tidak mudah merubah keyakinan yang telah bertahun-tahun
bahkan telah mendarah daging pada diri Pakuwojo. Kalau saja ada
59 Ibid, hlm.15
perlawanan dari Pakuwojo terhadap ajakan/da'wah Sunan Katong, hal itu
termasuk sikap yang wajar.
Hal seperti ini sudah dialami oleh siapa saja yang
mengembangkan agama Islam. Ketika Ki Made Pandan atau Ki Ageng
Pandaran 1 datang ke Pulau Tirang, perlawanan pun datang dari para
Ajar. Mereka mau menerima dan memeluk agama Islam apabila apa yang
ada pada dirinya (kesaktian) bisa dikalahkan. Ini artinya apabila dirinya
berhasil dikalahkan oleh para ulama atau wali, sebagai pertanda bahwa
ajaran Islam lebih luhur dad pada ajaran agama yang dipeluk
sebelumnya. Sebab, para Ajar di perbukitan Bergota mempunyai
kepercayaan lain, yaitu di samping agama itu merupakan suatu
keyakinan, juga merupakan suatu kesaktian yang berasal dari jiwa yang
bersih.60
Karena prosesi itu menyangkut dan melibatkan dua tokoh besar.
maka dicatat menjadi sebuah perjalanan sejarah, dan kemudian menjadi
cerita tutur atau tutur tinular. Namun demikian cerita-cerita yang
disebutkan dan disajikan oleh para penyusun cerita sudah merupakan
sajian yang disampaikan tidak dalam cerita langsung, tetapi lebih banyak
disertai dan diisi dengan filsafat. Seperti yang dituturkan buku-buku
babad ataupun tulisan-tulisan Amen Budiman maupun Rachmat
Djatmiko, keduanya tergolong pemerhati sejarah tempo dulu serta cerita-
cerita yang telah disusun dalam bentuk serat/tembang.
Cerita tentang Endang Sejanila yang hanya diberi bekal sebuah
tongkat oleh Ki Ageng Pandan Arang, dituturkan Endang Sejanila bisa
berjalan di atas air dan lautan yang dilaluinya menjadi sebuah daratan.
Karena kekaguman terhadap Endang Sejanila, yang disebut-sebut sebagai
murid Ki Pandan Arang, maka para Ajar berkeinginan untuk bertemu
dengan gurunya yang tidak lain Ki Ageng Pandan Arang itu. Tetapi bagi
para Ajar yang merasa punya kelebihan, juga melakukan perlawanan
dengan cara mengadu kesaktian. Mungkin tuturan ini yang kemudian
60 Ibid, 15
menceritakan pernikahan Ki Ageng Pandanaran (Ki Made Pandan)
dengan Nyai Ageng Semawis atau Endang Sejanila, yang melahirkan
Pangeran Kasepuhan (Ki Ageng Pandan Arang II, atau Sunan Tembayat,
dan Pangeran Kanoman).61
Kisah perjalanan Sunan Katong menurut catatan Amen
Budiman dituturkan bahwa Sunan Katong yang makamnya di
Protomulya Kaliwungu itu adalah Bhatara Katong putera Prabu
Brawijaya V dari istri Ponorogo.62 Dan silsilah ini di antara para penulis
sejarah tidak ada yang berbeda. Dengan demikian hubungan antara
Bhatara Katong dengan Sultan Fatah, Raja Demak adalah saudara seayah
lain ibu, karena Raden Fatah lahir dari ibu asal negeri Campa, dan
kelahirannya di Palembang.
Catatan Amen Budiman yang sudah dijadikan bahan baku cerita
rakyat sebenarnya sudah dikemas dalam bentuk cerita yang penuh
dengan filsafat kehidupan. Artinya, alur ceritanya tidak langsung
terfokus pada titik ceritanya, tetapi sudah disusun sedemikian rupa, dan
didalamnya banyak mengandung pelajaran keimanan dan filsafat
kehidupan. Lengkapnya catatan Amen Budiman itu sebagai berikut;
“Bhatara Katong sebenarnya masih terbilang seorang putera
Prabu Brawijaya, Raja Majapahit. Setelah Kerajaan Majapahit runtuh, ia
belum bersedia memeluk agama Islam. Adipati Ponorogo ini pernah
diminta oleh saudara tuanya, Panembahan Demak untuk memeluk
Agama Islam. namun waktu itu minta tangguh, setelah ayahnya
meninggal dunia. Namun setelah Prabu Brawijaya meninggal, Bhatara
Katong ternyata telah mengingkari janjinya, bahkan bertapa pergi ke
pegunungan Penjor.
Setelah Panembahan Demak mendengarnya, maka masalah ini
diserahkan kepada Sunan Ratu Wadat alias Sunan Bonang. Sunan
Bonang kemudian mengutus seorang bangsawan dari negeri Arab,
61 Ibid, 16 62 Amen budiman, Bhatara Katong Pendiri Kota Kaliwungu, Tanjungsari, 1975, hlm. 42
bernama Syeikh Wali Lanang atau Syeikh Djumadil Kubro, untuk
mengislamkan Bhatara Katong.
Bhatara Katong mempunyai dua orang anak. Yang pertama
seorang perawan, dan yang bungsu masih remaja puteri. Bhatara Katong
merasa sedih memikirkan jodoh kedua anaknya itu.
Demikian sedihnya, hingga dalam hati ia sampai berkata bahwa
ia rela meninggalkan dunia fana ini jika kedua putrinya telah bersuami.
Di samping itu, ia juga memikirkan di mana tempat yang tepat untuk
memeluk Agama Islam.
Tidak lama antaranya Bhatara Katong melihat teja mencorong
di sebelah barat laut. Kemudian ia bertanya pada dirinya sendiri, apakah
teja tersebut tidak merupakan isyarat bagi dirinya? “Jika demikian aku
pergi ke sana untuk menjumpainya,” katanya dalam hati.
Sayang sekali, ketika mau dihampiri olehnya, teja itu tiba-tiba
menghilang, tidak tentu arah rimbanya. Bhatara Katong bersama istrinya
kemudian pergi ke arah barat laut sambil membawa kedua orang anak
perempuannya.
Setelah Bhatara Katong pergi, Syeikh Wali Lanang datang di
padepokannya. Syeikh Wali Lanang memperhatikan keadaan sekitar
tempat itu dengan seksama. Setelah meneliti ke kanan dan ke kiri, Syeikh
Wali Lanang mengetahui arah kepergian Bhatara Katong. Syeikh Wali
Lanang segera pergi ke arah barat laut, mau menyusulnya.
Sementara itu perjalanan telah sampai di Jurangsuru. Di tempat
itu ia bertemu dengan seorang bekas Ajar yang telah memeluk Agama
Islam bernama Naya Gati. Setelah saling menanyakan nama dan tempat
asalnya masing-masing, Bhatara Katong menyampaikan maksudnya mau
mencari teja yang pernah dilihatnya, namun setelah sampai di suatu
tempat, di tepi laut tiba-tiba menghilang. “Tahukah Andika siapa
pendeta, yang diam di tempat itu?” Naya Gati menjawab, bahwa pendeta
tersebut masih gurunya sendiri, bernama Pandan Arang. Orangnya masih
sangat muda, lagi pula seorang pendeta yang sakti. Atas pertanyaan
Bhatara Katong; Naya Gati juga menerangkan, gurunya tersebut berasal
dari Demak dan masih cucu Panembahan Demak. Ia diperintahkan Sunan
Bonang bermukim di tempat itu untuk mengislamkan para Ajar.
Bhatara Katong minta diantarkan ke tempat kediaman Ki
Pandan Arang. Permintaan itu disanggupi Naya Gati. Setelah bertemu
dengan Ki Pandan Arang, ia ditanyai asal usul dan maksud
kedatangannya. Bhatara Katong dengan terus terang menyebutkan
namanya sambil menjelaskan bahwa ia berasal dari Ponorogo dan masih
putera Prabu Brawijaya. Maksud kedatangannya tak lain ingin memeluk
agama Islam dengan perantara Ki Pandan Arang.
Ki Pandan Arang menjawab, bahwa lebih dari baik, Bhatara
Katong mau memeluk agama Islam. Ki. Pandan Arang talu minta
kepadanya mengucapkan kalimat syahadat, sedang Bhatara Katong
kemudian menyerahkan anak perempuannya yang sulung pada Ki Ageng
Pandan Arang untuk dijadikan istrinya.”63
Catatan Amen Budiman itu dengan jelas menerangkan bahwa
Bhatara Katong yang makamnya di Protomulyo itu berasal dad
Ponorogo, saudara seayah Sultan Fatah. Catatan ini nampaknya sudah
tersebar dan bahkan sudah dijadikan pemahaman baku oleh masyarakat.
Brosur syawalan yang menceritakan tentang riwayat Sunan Katong
kelihatannya lebih mengacu pada catatan ini.
Sementara itu Mas'ud Thoyib, sastrawan asal Kaliwungu juga
menyimpan catatan tentang Bhatara Katong yang riwayatnya sedang
dibahas ini.
Disebutkan dalam bukunya Sunan Katong dan Pakuwaja,
Mas'ud Thoyib memperlihatkan catatan Dr. H. Rachmat Djatmiko
dengan bersumber pada Babad Ponorogo, menerangkan bahwa Prabu
Brawijaya memang punya anak dari istri Ponorogo yang bernama
Bhatara Katong. Lebih lengkapnya catatan Dr. H. Rachmat Djatmiko itu
sebagai berikut ; “Bhatara Katong adalah putera Raja Majapahit Prabu
63 Ibid, hlm. 46
Brawijaya V, sehingga dengan Raden Fatah merupakan saudara seayah.
Bhatara Katong diperintah oleh ayahnya, Raja Majapahit, untuk
menghadapkan Ki Demang Kutu yang membangkang kepada Raja. Ki
Demang Kutu itu mempunyai keahlian dalam ilmu kanuragan,
mempunyai banyak pengikut dan murid yang terkenal sebagai warok dan
jatil. Untuk mendatangkan Demang Kutu, Bhatara Katong disertai
Seloaji. Sampai di Desa Mirah mereka bertemu dengan seorang muslim,
yang dikenal dengan sebutan Ki Ageng Mirah. Bhatara Katong minta
bantuan pada Ki Ageng Mirah untuk mengalahkan Ki Demang Kutu.
Menurut tradisi, Bhatara Katong dan Seloaji masuk Islam dihadapan Ki
Ageng Mirah. Selanjutnya Bhatara Katong, Seloaji dan Ki Ageng Mirah
beserta pengikutnya kembali ke Ponorogo. Setelah sampai di suatu
tempat yang diperkirakan sesuai untuk dijadikan kota, didirikan sebuah
masjid. Dan dari daerah itulah dapat mengalahkan Ki Demang Kutu.”
Rachmat Djatmiko juga mencatat bahwa nama “Bhatara” di
belakang nama Katong, adalah atas pemberian Raden Fatah sebagai
upaya untuk memudahkan berdakwah di lingkungan masyarakat yang
masih memeluk agama Hindu/Budha.
Dalam catatan akhirnya, Rachmat Djatmiko juga menerangkan
bahwa setelah wafat, Bhatara Katong dimakamkan di depan masjid (tidak
di belakang masjid). Menurut candra sengkolo Sinengkalan yang terdapat
pada watu gilang di ruang jero tengah kompleks kuburan terdapat
gambar-gambar: Gajah, Burung terbang, Udang dan orang sedang
bertapa. Yang diartikan oleh J. Knebel sebagai tanda tahun 1318 Caka
(1398 M) dan menurut M. Hari Suwarno menunjukkan tahun 1408 Caka
(1486 M). Tahun tersebut kemungkinan waktu didirikannya masjid
Setono, dan Bhatara Katong kemungkinan wafat pada pertengahan awal
abad 16, dan wakaf tanah kompleks Bhatara Katong terjadi tahun 1554
M.64
64 Ahmad Hamam Rochani, op. cit, hlm. 19.
Catatan Rachmat Djatmiko di atas menjelaskan bahwa Bhatara
Katong sudah masuk Islam di hadapan Ki Ageng Mirah ketika masih
menjabat sebagai Adipati Ponorogo, dan ia menjadi Adipati Wengker,
Ponorogo mulai tahun 1466 M, dan mendirikan masjid di Setono pada
tahun 1486 M.
Kemudian adakah hubungan antara Bintara, Ponorogo dan
Kaliwungu? Disebutkan dalam kitab Centhini sebagai berikut:
Bathara Katong sejarah neki saking Bintoro warti putrane
sang aji Dukuh Lepentangi. Arti bebasnya; Sejarah Batara Katong itu
berasal dari Bintoro. Menurut cerita ia putera raja, yang tinggal di
Kaliwungu.65
Bila isi serat Centhini dihubungkan dengan Babad Tanah Jawi
yang isinya;
Sawise lawas-lawas Sultan Demak wus peputero nenem, kakung
lan puteri yoiku: (1) Pangeran Sabrang Lor, iku kang pembarep, kromo
daup lan puteri Ponorogo Bhatara Katong. (2) Pangerang Trenggono, (3)
Pangeran Sedo ing Kali, (4) Pangeran Kandurunan (5) Pangeran
Pamengkas (6) Puteri Nimas Ratu kromo angsal Bagelen.66
Arti bebasnya kurang lebih;
Setelah lama Sultan Demak (Raden Fatah), sudah berputera enam
orang lelaki dan perempuan yaitu (1) Pangeran Sabrang Lor (Dipati Unus,
putera mahkota) anak yang pertama, menikah dengan puteri Ponorogo,
Puteranya Batara Katong (2) Pangeran Tranggono (3) Pangeran Seda ing
kali (4) Pangeran Kandurunan, atau Kanduruan (5) Pangeran Pamengkas
(6) Puteri Nimas Ratu, menikah dengan orang Bagelen.
Dapatlah diartikan bahwa Bhatara Katong yang sejarahnya
berasal dari Bintara, Demak adalah putera raja (Adipati Unus) yang tinggal
di dukuh Kaliwungu. Dengan demikian Kiai Katong ing Gunung Penjor
(Kaliwungu) adalah bukti adanya hubungan sejarah antara Bintoro dengan
65 Tardjan Hadjaja, Serat Centini, UP. Indonesia, 1976, hlm. 53 66 Sudibjo Z. Hadisutjipto, op. cit, hlm. 149
Ponorogo/Wengker (yang pernah menjadi pusat kerajaan Majapahit, 1456-
1466 M)
Sedangkan dalam catatan lain juga disebutkan bahwa ketika
Bupati Kendal, Pangeran Ario Notohamiprojo pernah mengikuti
perjalanan Prins Federijk, cucu Raja Nederland keliling pulau jawa (1837),
singgah di kuburannya Bhatara Katong di Ponorogo. Dengan demikian
jelas sekali bahwa di Ponorogo juga ada nama Bhatara Katong, putera
Brawijaya. Untuk sementara, cerita kita beralih pada Adipati Unus atau
Suryapati Unus atau Pangeran Sabrang lor, yang menjadi sentral
pembahasan kedua.67
Selain punya istri puteri Bhatara Katong, Adipati Unus juga
punya istri puteri Pangeran Puruboyo atau Adipati Urawan penguasa
Madiun. Hasil perkawinan ini lahir Ki Made Pandan. Anak Adipati Unus
ini lebih tertarik pada kegiatan-kegiatan spiritual dari pada pemerintahan.
Disebutkan pula bahwa pengaruh Sunan Bonang lebih mewarnai
kehidupan Made Pandan. Ketika ayahandanya wafat, ia lebih rela jabatan
atau tahta itu diserahkan pada pamannya, yaitu Pangeran Trenggana. Ki
Made Pandan bersama istri dan dua anaknya meninggalkan Demak, yang
akhirnya lebih puas bermukim di pulau Tirang dengan mengembangkan
Agama Islam di sekitar tempat itu, dan mengislamkan para Ajar di sekitar
gunung Bergota. Di Made Pandan kemudian menetap di daerah itu yang
diberi nama Tirang Amper.68
Begitu pendapat kedua ini mengemuka, maka kedatangan Sunan
Katong di Kaliwungu/Kendal diduga kuat sekitar tahun 1527-an
bersamaan dengan penyerangan Demak ke Sunda Kelapa yang juga
dipimpin oleh Faletehan, ulama asal Samodra Samudera Pasai dan
menantu Sultan Fatah. Pada tahun itu Demak dibawah pimpinan Sultan
Trenggono, Sultan Demak III putera Sultan Fatah (adik Suryapati Unus).
67 Mas’ud Thoyib, Sunan Katong dan Pakuwojo, Studio 80, TMII, Jakarta, 1987, hlm. 62 68 Ibid, hlm. 64
Apabila dihubungkan dengan daerah sekitar, terutama Tirang
Amper di bawah Ki Made Pandan dan Ki Ageng Pandan Arang (Bupati
Semarang I) memang ada kedekatan masa.
Dalam buku Sejarah Hari Jadi Kota Semarang dijelaskan bahwa
Ki Ageng Pandan Arang dilantik menjadi Bupati Semarang I pada tahun
1547,69 satu tahun setelah Sunan Prawoto meninggal dunia karena dibunuh
oleh Arya Penangsang. Dengan demikian sebelum tahun itu (antara l0 -15
tahun sebelumnya) Ki Made Pandan telah berada di Pulau Tirang/ Bergota.
Sedangkan Ki Ageng Pandan Arang II atau Pangeran Kasepuhan, putera
Ki Made Pandan memangku jabatan Bupati Semarang hanya 6 tahun
(1547-1553) dan sisa usia 10 tahun dihabiskan di Tembayat. melaksanakan
tugas gurunya, Sunan Kalijaga (1553-1563). Sedangkan gapura di makam
Tembayat dibangun oleh Sultan Pajang, Hadiwijaya pada tahun 1566, tiga
tahun setelah Sunan Tembayat wafat.
Maka bisa dicatat bahwa mistikisme/sufisme ajaran Sunan
Bonang lebih banyak mempengaruhi kehidupan Made Pandang atau Ki
Ageng Pandan Arang I, dan mistik Sunan Kalijaga berhasil mempengaruhi
(posisi) pada kehidupan putera Ki Made Pandan, yaitu Pandan Arang atau
Ki Ageng Pandan Arang 11, Bupati Semarang II yang kemudian hari lebih
memilih meninggalkan kadipaten dan selanjutnya menuju ke gunung
Jabalkat atau Tembayat. Sedangkan jabatan bupati Semarang diarahkan
kepada Pangeran Kanoman dengan gelar Ki Ageng Pandan Arang II.70
Sebagian ajaran mistik/sufi Sunan Bonang yang diajarkan pada
Made Pandan seperti yang ditulis oleh Dr. Abdullah Ciptopawiro sebagai
berikut
a. “............... marga rawuh ing Allah ta'ala tigang tingkat: Sarekat,
Tarekat dan Hakekat ...... “
“............... jalan menuju Allah ta'ala terdiri dari tiga tingkatan:
Syare'at, Tharekat dan Hakekat ..............”
69 Pemda Kota Semarang, Sejarah Hari Jadi Kota Semarang, Semarang, 1979, hal. 32. 70 Ahmad Hamam Rochani, op. cit, hlm. 21
b. Wang Sarekat iku pangucap ingsun, kang tarekat iku pakertiningsun,
kang hakekat itu toge lakuningsun ...............”
“Sareat merupakan ucapanku, Tharekat itu merupakan perbuatanku,
dan Hakekat merupakan puncak lakuku ...............”
c. “Sarekat puniku amajengaken dair, kang tarekat amajengaken batin
kang hakekat amajengaken batining batin. llmu dair wejangakena
wong ahludair, ilmu batin wejangakena ing ahlu batin ...............”
“Sareat memberi wejangan lahir. Tarekat memberi wejangan batin ;
Hakekat memberi wejangan batin Ian batin. I1mu lahir diwejangkan
kepada ahli fahir, sedangkan ilmu batin diwejangkan kepada ahli
batin
d. “Tatkalane aningali kaelokaning Allah kang kekel, ora liyo. Ing naliko
iku kawula iku lenyap, anging Allah kang kekel. Mangka Allah ta'ala
amulihaken kawulo iku. Punikalah tingkating makrifat ...............”
“............... Tatkala menyaksikan kewajiban Allah yang kekal, maka
lenyaplah dia. Pada waktu itu kawula hilanglah dan hanya Allah yang
kekal. Maka Allah ta'ala memulangkan kawula itu. inilah tingkatan
Makrifat ...............”.71
Demikian kuatnya pengaruh sufisme yang ditanamkan oleh
Sunan Bonang pada Made Pandan, putera mahkota Adipati Suryapati
Unus di Demak, yang berhak mewarisi kedudukan di Kerajaan Demak.
Made Pandan juga punya hak waris kedudukan Adipati di Purubaya
Madiun. Namun ketika ayahanda, Pati Unus meninggal dunia 1521 M,
tahta itu diserahkan kepada pamannya Pangeran Trenggono.72
Dua catatan itu ternyata alurnya sama. Hanya saja catatan
Rachmad Djatmiko yang dihubungkan dengan serat Centini itu dengan
jelas bahwa Sunan Katong yang makamny2 di Kaliwungu itu memang
berasal dari Ponorogo tetapi bukan Bhatara Katong putera Brawijaya,
71 DR, H. Abdullah Salim Zarkasyi, M.A, Walisongo, Siti Jenar dan Ki Ageng Pandan
Arang, Unissula Pers, 2002, hlm. 67. 72 Ibid, hlm. 71.
melainkan Bhatara Katong putera Adipati Unus, cucu Adipati Bhatara
Katong di Ponorogo, yang berarti juga masih cicit Prabu Brawijaya V.
Lanjutan dari cerita perjalanan Sunan Katong disebutkan lagi,
ketika dua keturunan Adipati Unus bertemu di Jurungsuru atau pulau
Tirang atau Bergota berkat peran Ajar Naya Gati dan keduanya saling
bertukar pikiran soal agama Islam, dengan sebutan lain Sunan Katong
berguru pada Ki Ageng Pandang Aran. Setelah itu, kemudian Sunan
Katong diberi tugas penyiaran Agama Islam ke arah barat dengan
ditunjukkan dan diberi isyarat yaitu pada suatu tempat dimana ada
sebuah pohon ungu yang condong ke sungai, dan ditempat itulah Sunan
Katong diperintahkan membuka perguruan sebagai pusat penyebaran
Agama Islam.
Sebelum meninggalkan padepokan Ki Pandan Arang, Sunan
Katong memenuhi keinginannya yaitu menikahkan puteri sulungnya
yang sudah perawan. Puteri sulung itu dinikahkan dengan putera gurunya
sendiri, yang namanya nunggak semi dengan orang tuanya, yaitu Ki
Ageng Pandan Arang II atau Pangeran Kasepuhan. Dikemudian hari,
nama puteri Sunan Katong itu dikenal dengan nama Nyai Ageng
Kaliwungu, dan dialah yang mendampingi suaminya, Ki Ageng Pandan
Arang, ketika awal-awal menjadi Adipati semarang menggantikan
ayahnya, maupun dalam perjalanannya menuju Gunung Jabalkat atau
Gunung Tembayat, karena atas saran dan nasihat Sunan Kalijaga.
Selanjutnya Ki Ageng Pandan Arang II lebih dikenal dengan panggilan
Sunan Tembayat atau Sunan Jabalkat. Sedangkan puteri Sunan Katong
yang satunya, seperti diterangkan oleh Suwignya dalam bukunya Kyai
Pandanarang, gadis itu dinikahkan dengan murid Sunan Katong sendiri,
bernama Ki Ageng Prawito atau Prawoto asal Begelen. Dalam buku
tersebut kemudian: dijelaskan lagi, bahwa Ki Prawito inilah yang
menjadi tuan tanah di daerah Kaliwungu. Bisa jadi nama Proto itu
berasal dari kata Prawito atau Prawoto.73
Perjalanan Sunan Katong ke arah barat sebagaimana pesan
gurunya untuk mencari tempat yang tumbuh sebuah pohon ungu yang
condong ke sungai. Mungkin sudah merupakan kehendak takdir. Ketika
Sunan Katong istirahat pada suatu tempat/di pinggir sungai, ia tertidur,
dan setelah bangun dilihatnya ada sebuah pohon sebagaimana yang
dimaksud oleh gurunya. Disitulah Sunan Katong mengucapkan dua kata
“Kali Ungu”. Sedangkan sungainya disebut oleh banyak orang dengan
nama “Kali Sarean”. Dan tempat itulah yang dikemudian hari terkenal
dengan nama Kaliwungu.
Oleh Ki Ageng Pandan Arang juga dipesankan pada Sunan
Katong bahwa untuk lebih mendalami ilmu-ilmu agama serta
mengamalkannya. Untuk mencapai tingkat kehidupan sufi, Sunan Katong
dinasihati harus bisa mencari telapake kuntul melayang atau telapak
burung Kuntul terbang berada di daerah yang terdapat “pohon yang
condong ke sungai”. Mencari telapak kuntul melayang pada hakekatnya
tidak berbeda dengan perintah untuk mencari susuhing angin atau
mencari sarang angin dalam lakon wayang Dewa Ruci atau Bima Suci.
Namun kalau diperhatikan di mana tempat Sunan Katong mengamalkan
ilmunya, ternyata menempati daerah yang agak tinggi, yaitu di
perbukitan Penjor yang bentuknya seperti burung kuntul melayang, yaitu
di perbukitan Protomulyo sekarang ini, dan sebagian arealnya dijadikan
pemakaman raja-raja Mataram, baik dari tanah Yogyakarta maupun
Surakarta.74
Daerah perbukitan Penjor yang juga dinamakan bukit kuntul
melayang itu, kalau dipandangi secara cermat memang seperti bentuk
seekor burung yang sedang terbang menghadap ke arah barat. Rasanya
73 Ahmad Hamam Rochani, op .cit, hlm. 23 74 Ibid, hlm. 24
memang aneh, dan mungkin itu sudah kehendak Tuhan. Dikemudian hari
perbukitan itu disebut dengan Astana Kuntul Nglayang.
Disebut demikian karena pada akhirnya bukit itu menjadi istana
terakhir para leluhur Kaliwungu atau tempat peristirahatan terakhir para
leluhur Mataram keturunan Pangeran Djoeminah. Astana Kuntul
Nglayang menjadi saksi bahwa bumi Kaliwungu itu ditempati oleh
orang-orang besar kerajaan.75
Maka diperlukan kecermatan dalam melihat pegunungan kuntul
melayang itu. Pada ujung atas (kepala) ditempati oleh makam Pangeran
Djoeminah, Raden Tumenggung Ronggo Hadimenggolo, dan beberapa
makam bupati Kendal lainnya. Bagian tengah (dada) ditempati oleh
Sunan Katong, dan beberapa makam bupati Kendal lainnya: Sayap
sebelah kanan ditempati oleh Kiai Musyafak dan Kiai Musthofa, Kiai
Rukyat dan ada disitu Bupati Kendal ke 36, Drs. H. Djoemadi. Sayap
bagian kiri ada Tumenggung Mendurorejo dan Kiai Asy'ari. Sedangkan
bagian belakang (ekor) ditempati oleh Pakuwojo, yang disebut dengan
gunung Sentir.76
Catatan-catatan di atas sejalan dengan pakem yang ditulis oleh
Raden Ngabehi Tjokro Hadiwikromo yang menyatakan bahwa dalam
kehidupan pribadi, Ki Pandan Arang telah kawin dengan puteri Bhatara
Katong, dan juga dengan putri Endang Sejanila. Sayang istri kedua Ki
Pandan Arang ini baik oleh Raden Ngabehi Tjokro Hadiwikromo
maupun Amen Budiman serta Mas'ud Thoyib tidak diterangkan bahwa ia
puteri keturunan siapa. Hanya disebut bahwa Endang Sejanila juga
Endang Semawis.
"Pangeran Pandanarang Ikromo oleh putrane kiai Katong ing
goenoeng Penjor (Kaliwoengoe) Ian. kromo malih oleh Endang
75 Ahmad Hamam Rochani, Astana Kuntul Nglayang Panembahan Djoeminah,
Intermedia Paramadina bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kendal, cet. I, 2003, hlm. 46
76 Ahmad Hamam Rochani, Sunan Katong dan Pakuwaja, op. cit, hlm. 24
Sedjonila, iyo Endang Semawis, " begitu pakem yang tulis oleh Tjokro
Hadikromo.
Namun ada yang menerangkan lagi bahwa Endang Sejanila atau
Endang Semawis itu dinikahi oleh Ki Made Pandan atau Ki Ageng
Pandan Arang I, dan kemudian melahirkan Pangeran Kasepuhan atau Ki
Ageng Pandan Arang II, bupati Semarang dan Pangeran Kanoman atau
Ki Ageng Pandan Arang III, yang menggantikan Ki Ageng Pandan
Arang II karena harus memenuhi petunjuk gurunya, Sunan Kalijaga,
yaitu menyebarkan agama Islam ke gunung Jabalkat atau Tembayat.77
Jika benar yang dimaksud dalam pakem itu adalah Ki Ageng
Pandan Arang, Bupati Semarang, maka bukanlah Ki Ageng Pandan
Arang yang semula bernama Ki Made Pandan, tetapi Ki Pandan Arang,
putera Made Pandan. Selain itu juga memberi penjelasan bahwa Kiai
Katong yang hidup di Pegunungan Penjor itu hidup sezaman atau
seangkatan dengan Ki Ageng Pandan Arang. Selanjutnya Nyai Ageng
Kaliwungu dan Ki Ageng Pandanaran sebagaimana orang tuanya juga
membuat sejarah luhur. Karena dari perjalanannya dari Semarang sampai
Gunung Tembayat itu muncul nama-nama Salatiga, Boyolali, Desa Wedi
di Klaten, legende Syeikh Domba dan Syeikh Kewel serta masih banyak
cerita-cerita rakyat lainnya.78
Dari beberapa penemuan para pencatat sejarah akhirnya bisa
dimengerti bahwa Sunan Katong adalah seorang auliya yang masih ada
hubungan nasab dengan Prabu Brawijaya V. Para penulis sejarah tidak
ada yang beda pendapat, dan mereka sepakat bahwa Sunan Kathong yang
makamnya di pemakaman Protomulyo itu memang berasal dari Panaraga.
Kira-kira lengkap silsilahnya adalah sebagai berikut: Prabu
Kertabhumi atau Prabu Brawijaya V berputera Bhatara Katong. Dan
Bhatara Katong berputera seorang puteri yang menjadi istri Adipati Unus
77 Raden Ngabehi Suradipura, Serat Tembung Andhapura, Dahara Prize, 1990, hlm. 74. 78 Ahmad Hamam Rochani, op .cit, hlm. 25
atau Suryapati Unus putera Raden Fatah. Dari Perkawinan itu, lahir Kiai
Katong, dan kemudian terkenal dengan nama Sunan Katong.
Silsilah Sunan Katong (versi Mas’ud Thoyib).79
Prabu Brawijaya
Penguasa Madiun Raden Fatah Bhatara Katong
Adipati Urawan (dari istri Campa) (dari istri Ponorogo)
Puteri Adipati Unus Puteri
Ki Made Pandan Kyai Katong atau
Sunan Katong
Ki Ageng Nyai Ageng Puteri Ki Gede Prawito
Pandan Arang Kaliwungu Asal Negelen
79 Mas’ud Thoyib, op. cit, hlm. 26
2. Misi Sunan Katong
Misi Sunan Katong adalah untuk membuka daerah baru dan
mendirikan sebuah padepokan untuk mengajarkan ajaran Islam dan
menyebarkan atau mengislamkan masyarakat Kaliwungu yang dulunya
mengikuti faham politeisme, penyembah berhala, adanya dewa-dewa
atau percaya kepada banyak Tuhan, faham ini tentunya bertentangan
dengan ajaran Islam yang percaya kepada Yang Maha Tunggal.
Beliau menyerukan kepada manusia agar menyembah Dzat
Yang Maha Tunggal (Allahu Ahad), agar manusia menyembah kepada
Dzat yang tidak beranak dan tidak diberanakkan (Lam Yalid Wa Lam
Yuulad). Tentunya seruan ini dilakukan dengan penuh santun dan
bijaksana, karena ajaran yang dibawanya merupakan ajaran yang
membawa manusia pada rahmatan lil alamin, yang membawa dari jalan
kegelapan kepada jalan yang terang.
Kepadanya memang diberikan derajat auliya atau wali, sebuah
derajat bagi seorang yang beriman yang telah mencapai tingkat
kesempurnaan (Makrifat). Sunan Katong memang sudah mencapai
tingkat keimanan yang makrifat. Maka tidak heran apabila Sunan Katong
dianugerahi oleh Allah SWT. sesuatu yang lebih, dan disebutnya dengan
karomah. Derajat kewalian yang melekat pada dirinya ketika masih
hidup, tetap melekat pada dirinya, meskipun beliau sudah meninggal
dunia.
Perjalanan hidup Sunan Katong merupakan utusan para
leluhurnya untuk menjadi seorang mubaligh yang memberi penerangan
kepada umat manusia. Beliau termasuk kelompok Walisongo generasi
kedua. Dengan kata lain, tugas mereka adalah membawa umat dari
kegelapan ke jalan yang terang (minadh-dhulumati ilan Nuri)
sebagaimana yang telah dilakukan para Walisongo.
Sebagaimana Nabi Muhammad saw. telah meninggalkansebuah
kenangan yang tidak bisa dilupakan, yaitu sebuah kota yang disebutnya
dengan Madinah Al-Munawaroh, sebuah kota yang penuh cahaya. Sunan
Katong mengikuti jejak junjungannnya, dengan meninggalkan dua kota
sekaligus, yang disebutnya dengan Kaliwungu dan Kendal, disamping
tempat-tempat lain yang dilahirkan karena jejak kakinya.
E. Tradisi Syawalan
Syawalan merupakan puncak acara berakhirnya peringatan Hari
Raya Idul Fitri, berlangsung pada tanggal 7 Syawal 1426 H, bertepatan dengan
tanggal 10 November 2005. Puncak acara ini ditandai dengan peringatan hari
wafatnya (khol) Kyai Ashari, dengan pembacaan doa tahlil sesepuh Kota
Kaliwungu yang dimakamkan di Desa Protomulyo Kaliwungu.
Berbagai makam terkenal menjadi ajang ziarah pada hari-hari
Syawalan ini. Mereka berbondong sejak selasa (8/11) di Kompleks
Pemakaman Kanjeng Sinuwun Sunan Katong, juga terdapat makam Pangeran
Mandorejo, Kyai Asy’ari, KH Mustofa, Walisapa, Pangeran Pakuwojo, dan
sejumlah kiai penyebar agama Islam. Padahal, orang harus mendaki setinggi
500 meter untuk mencapainya di bukit Dukuh Tegalpolo Desa Protomulyo,
Kaliwungu Kendal, Jawa Tengah. Kompleks pemakaman ini hanya ramai saat
Syawalan. Tradisi ini terkait dengan peringatan Khol KH Asy'ari-tahun ini
yang ke447 yang dikenal sebagai pendiri Masjid Kaliwungu.80
Menurut Bapak Soto Wiruno, juru kunci makam Sunan Katong,
jumlah peziarah tahun ini meningkat. Mereka bukan sekadar melakukan
tahlilan di makam Sunan Katong, tetapi juga meminta supaya usahanya di
tahun ini berhasil. Contohnya Sutrisno (28), pedagang mebel warga Pegandon
Kendal, yang sudah tiga kali berziarah. Katanya, "Saya juga meminta supaya
usaha dagang saya lancar pada saat krisis ekonomi ini." Kompleks
pemakaman ini diyakini sejumlah warga Kaliwungu sebagai tempat yang bisa
memberikan petunjuk. "Kalau akan ada bencana akan memberi tanda,
80 Soe’ari, dkk, Brosur Syawalan, Kaliwungu Tempo Dulu. Panitia Syawalan, 2005
misalnya ada pekikan suara kijang atau binatang lain, itu pertanda ada bahaya.
Kalau sudah begitu, masyarakat akan membuat selamatan."81
Protomulya memiliki keistimewaan, yakni warga dukuhnya bebas
pajak, karena terkait dengan Kerajaan Mataram. "Sampai sekitar tahun 1980-
an, kami tidak bayar pajak. Namun setelah itu kami bayar iuran sesuai besar
tanah yang kami miliki. Keluarga saya setiap tahun bayar sekitar Rp 16.500,"
katanya.82 Keramaian ini juga menjadi ajang sejumlah pedagang di halaman
depan masjid. Mereka menjual mainan anak dan hiasan, serta peralatan rumah
tangga. Namun mereka mengaku daya beli pengunjung menurun.
Bagi para santri Kaliwungu, Kabupaten Kendal, syawalan
merupakan saat yang baik untuk sowan kepada kiai atau pengasuh pesantren.
Saat itulah, sebagaimana masyarakat pada umumnya, mereka bersilaturahmi
dan halalbihalal. Acara Syawalan Kaliwungu dimeriahkan pula dengan
pertunjukan kesenian rakyat dan bazaar pasar malam.
Kegiatan sowan itu sudah ada sejak berpuluh-puluh tahun silam.
Hingga kini pun, tradisi itu terus dileluri sebagai tradisi Kota Santri. Mereka
melakukannya sepulang dari berlebaran di kampung halaman.
Syawalan dilaksanakan tujuh setelah Idul Fitri. Sebenarnya tradisi ini
tak hanya berisi sowan ke pengasuh pondok dan kiai. Mereka juga bertakziah
ke makam ulama dan penyebar Islam yang sebagian besar dimakamkan di
kompleks makam Desa Protomulyo, Kaliwungu.83
Meski kegiatan digelar tujuh hari setelah Idul Fitri, pada puncaknya
yang ditandai oleh keramaian syawalan mulai terasa sejak beberapa hari lalu.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, pesta syawal 1426 H ini yang dibuka
kemarin (8/11) sore juga berlangsung meriah. Masyarakat Kaliwungu terlihat
tumplek bleg di alun-alun kota kecamatan, berbaur dengan ratusan santri yang
datang dari kampung halaman bersama orang tua dan sanak keluarga.
81 Wawancara dengan Bapak Soto Wiruno (juru Kunco makam Sunan Katong) pada
tanggal 11 Desember 2005. 82 Wawancara dengan Bapak Ahmadun, wakil Juru Kunci Makam Sunan Katong, pada
tanggal 9 Desember. 83 Soe’ari, dkk, Brosur Syawalan, Kaliwungu Tempo Dulu. Panitia Syawalan, 2005.
Sejak pukul 14.00 puluhan warga sudah terlihat hilir-mudik di sekitar
pusat kegiatan itu. Sebagian dari mereka berombongan dengan berjalan kaki.
Sebagian yang lain datang diangkut mobil bak terbuka dan truk.
Secara simbolis syawalan dibuka oleh Bupati H Hendy Boedoro SH
MSi dengan pelepasan balon ke udara di halaman Masjid Al Muttaqien
Kaliwungu.
''Sebelum pembukaan, ada pengajian al-Qur’an oleh lima mubalig
dari Kaliwungu dan Blora. Setelah pembukaan, rombongan Muspida berziarah
ke kompleks pemakaman Desa Protomulyo.
Seiring dengan perjalanan waktu, kemeriahan syawalan terasa kian
lengkap. Tradisi bernuansa agamis itu kian meriah oleh kehadiran puluhan
pedagang yang menjajakan dagangannya. Mereka menjajakan aneka
dagangan, mulai dari makanan, minuman, pakaian, hingga mainan anak.
Hiburan pasar malam yang menawarkan permainan ombak banyu dan
bianglala juga melengkapi hiruk-pikuk suasana pesta rakyat yang berlangsung
lebih kurang sepekan itu.
''Hingga pertengahan 1970-an, ratusan bahkan ribuan santri yang
menuntut ilmu agama di Kaliwungu masih melakukan tradisi sowan kepada
kiai atau pengasuh pondok secara berombongan. Mereka membentuk barisan
ular-ularan yang dimulai dari alun-alun Kaliwungu. Selanjutnya mereka
berjalan ke pertigaan Sekopek, pertigaan Plantaran, Pasar Gladak, dan kembali
lagi ke alun-alun,'' ungkap H Makmun Amin.
Mantan pegawai Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan
Kaliwungu itu menuturkan, selama perjalanan membentuk ular-ularan itu,
para santri juga sowan kepada sejumlah kiai atau pengasuh pesantren. ''Meski
mondok di sebuah pesantren, seorang santri memiliki beberapa kiai untuk
mendalami agama. Jadi, ketika menuntut ilmu agama, seorang santri hampir
dipastikan berguru pada beberapa kiai. Sangat mungkin beberapa santri
memiliki guru yang sama.''
Hanya, lanjut dia, tradisi ular-ularan untuk sowan kepada kiai itu
telah hilang. ''Tampaknya kini sowan berombongan makin sulit dilakukan.
Jalan-jalan yang dulu dilalui untuk ular-ularan, kini makin tak memungkinkan
lagi dimanfaatkan karena kepadatan arus lalu lintas.''
Jika dipaksakan untuk kegiatan itu, lanjut dia, akan terjadi kemacetan
lalu lintas. ''Jadilah tradisi yang pernah dimeriahkan oleh iring-iringan dokar
yang mengangkut para santri dan keluarganya ini luntur setelah tahun 1975-
an. 84
Berbeda dengan hari-hari biasa, memasuki kawasan Kaliwungu,
Kabupaten Kendal, Jawa Tengah (Jateng), Kamis (10/11) pagi, sungguh padat
dan semrawut. Aneka kendaraan, mobil atau sepeda motor, dengan pelat
nomor polisi dari luar Kota Kendal, memadati jalur di kawasan itu.
Tepat di depan pasar sore, kendaraan diparkir di kanan kiri jalan,
penumpang menuju pasar sore, selanjutnya menuju Bukit Protomulyo, lokasi
pemakaman para penyiar agama Islam di Kendal sekitar dua kilometer dari
jalan raya.
Pakaian mereka khas, para pria mengenakan sarung dan peci, yang
perempuan mengenakan pakaian muslim panjang dan jilbab atau kerudung.
Kedatangan mereka ke Bukit Protomulyo itu adalah untuk kegiatan ritual
keagamaan. Sebagian di antaranya para santri ataupun kiai dari berbagai
daerah di Jateng maupun luar Jateng. Pengunjung lainnya adalah mereka yang
ingin berziarah. Mereka berdatangan dari Cirebon, Tegal, Brebes, Pekalongan,
Demak, Temanggung, maupun Jepara.
Kehadiran mereka di sana untuk menghormati para kiai atau ulama
yang dimakamkan di Pemakaman Protomulyo di puncak bukit itu.
Penghormatan ini sudah tradisi, tak cuma bagi kalangan santri, melainkan
masyarakat umum.
Kegiatan Syawalan itu berangkat dari haul (peringatan
meninggalnya) ke-148 Kiai Asy’ari, ulama besar Kaliwungu. Kegiatan haul
itu tidak berarti Kiai Guru meninggal pada 7 Syawal atau seminggu setelah
84 Wawancara dengan H. Djoemari. (Peminat Sejarah Kendal) pada tanggal 10 November
2005.
Idul Fitri, namun pelaksanaannya bertepatan dengan usainya para kiai, ulama,
dan santri melaksanakan puasa Syawal seusai Idul Fitri.
"Ziarah ke makam ini dahulu hanya dilakukan oleh para kiai, ulama,
dan santri. Sekarang banyak masyarakat umum yang berziarah. Pada
Syawalan ini setiap hari sekitar 10.000 pengunjung membanjiri lokasi
pemakaman.85
F. Ziarah dan Pengaruhnya terhadap Aqidah Islam di Desa Protomulyo
Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal
Makam Sunan Katong terletak di wilayah kabupaten Kendal provinsi
Jawa Tengah. Tepatnya di Desa Protomulyo kecamatan Kaliwungu kabupaten
Kendal, Kurang lebih kilometer dari Kota Semarang Jawa Tengah dan dapat
ditempuh selama satu jam dengan memakai kendaraan.
Secara geografis makam Sunan Katong terletak tidak jauh dari laut
jawa, makam Sunan Katong tersebut berada satu komplek dengan tokoh-tokoh
Ulama besar Kaliwungu dan juga menjadi istana terakhir para pembesar
Mataram yang tinggal di Kaliwungu.
Komplek pemakaman Sunan Katong itu kalau dipandangi secara
cermat membentuk seekor burung yang sedang terbang ke arah barat. Rasanya
memang aneh dan itu mungkin sudah kehendak Tuhan. Dikemudian hari
perbukitan itu disebut dengan Astana Kuntul Nglayang.
Disebut demikian karena pada akhirnya bukit itu menjadi
peristirahatan terakhir para leluhur Kaliwungu atau keturunan Pangeran
Djoeminah. Astana Kuntul Nglayang menjadi saksi bahwa bumi Kaliwungu
itu dulu ditempati oleh orang-orang besar kerajaan.
Berikut ini peta lokasi makam dan situs Sunan Katong.
Di ujung barat, disebutnya sebagai letak kepala burung kuntul. Di
belahan barat itu beristirahat secara abadi leluhur Mataram keturunan
Panembahan Djoeminah. Para leluhur itu antara lain:
85 Soe’ari, dkk, loc. cit.
1. Panembahan Djoeminah Putra Panembahan Senopati Sutawijaya.
2. Kanjeng Raden Tumenggung Ronggo Hadimenggolo I, Bupati
Kaliwungu
3. Kanjeng Raden Tumenggung Ronggo Hadimenggolo II, Bupati
Kaliwungu
4. Kanjeng Raden Tumenggung Ronggo Hadimenggolo III, Bupati
Kaliwungu
5. Kanjeng Raden Tumenggung Ronggo Hadimenggolo IV, Bupati
Kaliwungu
6. Kanjeng Raden Tumenggung Ronggo Ronodiwiryo, Bupati Batang
7. Kanjeng Raden Tumenggung Hadinegoro, Bupati Kaliwungu dan
Demak
8. Kanjeng Raden Tumenggung Sumodiwiryo, Bupati Kaliwungu
9. Raden Tumenggung Reksonegoro
10. Kanjeng Raden Tumenggung Hadinegoro, Bupati Demak, dll
- Sedangkan bagian dada Astana Kuntul Nglayang ditempati antara lain :
1. Kanjeng Sunan Katong keturunan Prabu Brawijaya dari Majapahit
2. Raden Tumenggung Notohamijoyo, Bupati Kendal
3. Raden Tumenggung Notohamiprojo, Bupati Kendal
4. Raden Mas Arinotoprojo, Bupati Kendal
5. Raden Mas Notonagoro, Bupati Kendal, dll
- Bagian sayap kiri Astana Kuntul Nglayang ditempati antara lain :
1. Raden Tumenggung Mandurarejo, Bupati Pekalongan
2. Kyai Asy’ari atau Kyai Guru
3. Kyai Puger atau Kyai Pakpak atau Kyai Papak, dll.
- Bagian sayap kanan ditempati Astana Kuntul Nglayang ditempati antara
lain;
1. Kyai Haji Rukyatullah
2. Kyai Haji (wali) Musyafak
3. Kyai Haji Musthofa
4. Kyai Haji Abu Choir
5. Drs. H. Djoemadi, Bupati Kendal ke 36, dll
- Sedangkan bagian ekor Astana kuntul Nglayang ditempati oleh Empu
Pakuwaja.86
Peziarah yang datang ke makam Sunan Katong setiap harinya
mencapai rata-rata 150 orang, tetapi apabila pada bulan-bulan tertentu,
peziarah ini lebih banyak dibandingkan hari-hari biasa. Misalnya peziarah
akan membeludak jumlahnya apabila datang pada bulan Maulid, Ruwah dan
setelah tujuh hari raya Idul Fitri (Syawalan) dan juga pada hari Idul Adha.
Jumlah pengunjung pada hari ini akan mencapai 1000 orang tiap harinya.
Pengunjung yang datang ke makam Sunan Katong menandakan rasa
terima kasih dan penghargaan terhadap Sunan Katong dan tokoh-tokoh
penyiar agama Islam di wilayah Kaliwungu yang telah berjuang dalam
mengajarkan agama Islam. Juga sebagai wujud rasa cinta terhadap Sunan
Katong dan para tokoh penyebar agama Islam dalam mengusir penjajah dari
bumi pertiwi.
Pelaksanaan peziarah terhadap makam Sunan Katong yang dilakukan
oleh para peziarah sampai sekarang pada mulanya dilakukan oleh para santri
yang mondok di pesantren wilayah Kaliwungu, dengan tujuan untuk
mengenang jasa mereka dalam menyebarkan agama Islam. Akan tetapi
berjalan dengan perkembangan masyarakat Islam di wilayah Kaliwungu dan
untuk menghargai tokoh yang telah berjasa tersebut dalam kehidupan
masyarakat Kaliwungu pada khususnya dan masyarakat Islam pada umumnya,
yang mana ziarah kubur tersebut dilakukan bukan saja dari pihak golongan
para Kyai dan para santrinya Kaliwungu, melainkan dari seluruh lapisan
masyarakat dari berbagai daerah.
Makam Sunan Katong dari waktu ke waktu nampaknya semakin
ramai dikunjungi oleh sebagian umat Islam, dan menurut pengamatan penulis
bahwa ziarah yang dilakukan oleh umat muslimin dalam tatacaranya, mereka
harus menggunakan aturan pengurus makam, diantaranya ialah
86 Ahmad Hamam Rochani, Astana Kuntul Nglayang, Panembahan Djoeminah, op.cit,
hlm. 47
1. Setiap pengunjung disarankan untuk mensucikan diri dulu dengan
berwudlu di tempat yang telah disediakan.
2. Para peziarah dilarang membawa sesuatu yang dilarang seperti kemenyan
atau dupa, hal ini sengaja dilakukan untuk menghindari dari perbuatan
yang menyimpang dari ajaran Islam.
3. Para pengunjung atau peziarah tidak boleh melakukan perbuatan yang
dilarang dalam syariat Islam, seperti duduk-duduk dan menciumi batu
nisan.
4. Biasanya para pengunjung yang meminta bantuan kepada juru kunci dalam
melakukan ritual ziarah harus sesuai dengan ajaran Islam, apabila tujuan
dari peziarah menyimpang dari ajaran Islam, biasanya juru kunci memberi
nasehat dan meluruskannya.
5. Apabila peziarah dalam melakukan kunjungan dengan niat yang tidak
baik, maka juru kunci dan pengurus makam Sunan Katong tidak
bertanggung jawab apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Maka
apabila pengunjung belum pernah sama sekali ziarah ke makam Sunan
Katong sebaiknya menemui juru kunci terlebih dahulu.87
Adapun mengenai persiapan ziarah terhadap makam Sunan Katong,
pada mulanya peziarah biasanya mensucikan hadats di tempat yang telah
disediakan, setelah itu peziarah mendatangi juru kunci makam Sunan Katong.
Dalam pelaksanaan ziarah ini, para pengunjung biasanya ditanyai oleh juru
kunci, apakah dalam pelaksanaan ziarah kubur melalui juru kunci atau oleh
mereka sendiri. Dalam hal ini jika peziarah datang dengan rombongan, maka
rombongan tersebut dalam pelaksanaan ziarahnya memakai ketua rombongan,
akan tetapi jika pengunjung datang secara individu, maka mereka di dalam
pelaksanaan ziarah kuburnya banyak memakai jasa juru kunci makam
tersebut. Dalam pelaksanaannya para peziarah banyak melafalkan ayat-ayat
suci al-Qur’an, dan doa-doa yang dipanjatkan kepada Allah SWT.
87 Wawancara dengan Bapak Suto Wiruno (Juru Kunci makam Sunan Katong) pada
tanggal 11 Desember 2005.
Disamping itu para peziarah yang datang ke makam Sunan Katong
banyak dilatarbelakangi oleh beberapa motivasi dan tujuan secara individu,
misalnya mereka mempunyai tujuan untuk sekedar beribadah semata dengan
mengharap ridlo Allah SWT.
selain itu pengunjung yang datang di makam Sunan Katong ada yang
mempunyai tujuan untuk berwisata, juga ada peziarah yang dilatarbelakangi
oleh tujuan-tujuan tertentu yang datang dari tiap individu peziarah, dan juga
oleh anjuran gurunya. Karena dengan berziarah terhadap makam Sunan
Katong merupakan amalan yang disunnahkan, mengingat Sunan Katong
adalah orang-orang yang telah berjasa terhadap penyebaran agama Islam
khususnya di daerah Kaliwungu kabupaten Kendal. Berikut ini adalah tabel
nama-nama responden yang masuk dalam data penulis.
TABEL VI
DAFTAR NAMA RESPOMDEN PEZIARAH
MAKAM SUNAN KATONG
No Nama TTL Pekerjaan Alamat
1.
2.
3.
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Kartono
Sholkan
Soetarjo
Hartono
Djarwono
Slamet
Nariyo
Sugeng
Parto
Kunari
Soleh
Wakid
Barnawi
Sumini
Kendal 10-12-1967
Purwodadi. 1964
Kendal, 06-02-1961
Kendal, 1960
1962
Kendal, 29-1-1968
Kendal, 1960
Salatiga, 1967
Kendal, 1963
Kendal, 15-5-1952
27-6-1952
Kendal, 1968
Demak, 11-3-1958
Kendal, 1959
Tani
Tani
Tani
Tani
Tani
Tani
Tani
Tani
Tani
Tani
Tani
Tani
Tani
Tani
Kangkung
Purwodadi
Karang Tengah
Wonorejo
Karangsari
Patebon
Wonorejo
Suruh
Langen Harjo
Gemuh
Karang Turi
Patebon
Demak
Karang Tengah
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
Ngaripah
Supatmi
Baidowi
M. Hermanto
M. Subkhan
Samri
Muhlani
Supriyanto
Suparman
Mulyanto
Ibnu Syahid
Soetomo
Solikhin
Ikhsan
Ngasimin
Supriyadi
Supaat
Siti Fatimah
Sumiatun
Soemantri
A. Ghozali
Agus
Solikin
Sugiarto
Sri Mulyani
Prabowo
Srigiyati
Arifin
Diyono
Soebagio
Ahmadun
Kendal, 12-3-1961
Kendal, 1960
Batang, 28-10-1972
Kendal, 29-01-1979
Kendal, 04-04-1965
Batang, 1961
Pemalang, 1962
Blora, 19-02-1974
Kendal, 26-07-1952
Kendal
Cirebon,19-01-1979
Kendal, 15-07-1957
Pemalang, 1961
Kendal, 1959
Kendal, 1969
Kendal, 1978
Kendal, 1963
Kendal, 18-01-1972
Kendal, 17-10-1978
Sragen, 17-10-1974
Kendal, 1978
Kendal, 1971
Boja, 06-02-1969
Kendal, 16-12-1971
Kendal, 18-10-1976
Semarang, 1977
Kendal, 22-01-1981
Kendal, 10-11-1970
Demak, 12-01-1971
Kendal, 28-04-1966
Kendal, 16-01-1972
Tani
Tani
Pedagang
Pedagang
Pedagang
Pedagang
Pedagang
Pedagang
Pedagang
Pedagang
Pedagang
Pedagang
Pedagang
Pedagang
Pedagang
Pedagang
Pedagang
Pedagang
Pedagang
Pabrik
Pabrik
Pabrik
Pabrik
Pabrik
Wiraswasta
Wiraswasta
Karyawan
Karyawan
PNS
PNS
PNS
Karang Tengah
Karang Tengah
Banyu Putih
Wonorejo
Patebon
Batang
Randudongkal
Gedangan
Kebondalem
Kebondalem
Losari
Krajan Kulon
Semaya
Bugangin
Pegandon
Kaliwungu
Kebonharjo
Kebonharjo
Darupono
Gemolong
Nolokerto
Kenda
Boja
Ketapang
Pegandon
Mangkang
wonorejo
Plantaran
Brangsong
Ketapang
Lagenharjo
46
47
48
49
50
Novi
Prasetyo
Nasikin
M. Rifa’i
M. Shohih
Semarang, 1984
Kendal, 08-12-1989
Kendal, 1972
Kendal, 1987
Kendal, 1973
Pelajar
-
SPBU
-
Serabutan
Semarang
-
Wonorejo
Lerep, Demak
Kangkung
Adapun mengenai motivasi ziarah yang datang ke makam Sunan
Katong adalah sebagai berikut:
TABEL VII
MOTIVASI ZIARAH KE MAKAM
SUNAN KATONG
No Makam yang diutamakan Prosentase frekuensi
1.
2.
3.
Ajaran agama
Dorongan orang lain
Niat sendiri
70 %
20 %
10 %
Dari 50 pengunjung
Jumlah 100 %
Sedangkan mengenai tujuan para peziarah yang datang di makam
Sunan Katong adalah sebagai berikut:
TABEL VIII
TUJUAN ZIARAH KE MAKAM SUNAN KATONG
No Tujuan datang ke makam Prosentase Frekuensi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Bertaqorrub kepada Allah
Dimudahkan mendapat jodoh
Dilancarkan dalam usaha
Mempercepat naik pangkat
Untuk berwisata
Lain-lain
64 %
6 %
10 %
6 %
10 %
4 %
Dari 50 pengunjung
Jumlah 100 %
Para pengunjung yang datang di makam Sunan Katong datang dari
beberapa daerah, mereka datang dari Kaliwungu sendiri, Lamongan, Jepara,
Batang, Pemalang, Cirebon,Tegal, Jakarta, Lampung, dan dari daerah lainnya.
Mereka (peziarah) berasal dari beberapa golongan, misalnya sebagai
pedagang, buruh, pelajar, pejabat, petani dan lain-lain. Berikut ini adalah tabel
jumlah pengunjung yang berasal dari beberapa golongan:
TABEL IX
DAFTAR MATA PENCAHARIAN
DARI GOLONGAN PEZIARAH
No Golongan yang datang Prosentase frekuensi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pedagang
Buruh
Pelajar
Pejabat
Petani
Lain-lain
30 %
20 %
12 %
4 %
30 %
4 %
Dari 50pengunjung
Jumlah 100 %
Adapun mengenai pengaruh ziarah terhadap makam Sunan Katong
yang dilakukan oleh para peziarah adalah sebagaimana yang dikatakan oleh
pengunjung makam Sunan Katong asal Pegandon Kendal yang bernama Bpk.
Agus Sunarno, beliau mengatakan bahwa “pengaruh ziarah kubur dapat
membuat percaya diri dalam menjalani sesuatu dalam hidupnya, serta dapat
menenangkan hati dan menambah keyakinan kepada Allah SWT”.88
Disamping itu pula banyak para pengunjung yang menganggap
bahwa ziarah kubur merupakan sarana komunikasi antara yang sudah
meninggal dengan orang yang masih hidup. Juga ziarah sangat berpengaruh
kepada tali silaturahmi antar sesama muslim yang satu dengan muslim yang
lainnya dalam membina ukhuwah islamiyah diantara para pengunjung. Berikut
88 Wawancara dengan Bapak Agus Sunarno (pengunjung makam Sunan katong, pada
tanggal 10 November 2005, jam 14:00
tabel beberapa pendapat para pengunjung mengenai pengaruh ziarah pada
makam Sunan Katong bagi para pengunjungnya.
TABEL X
PENDAPAT PARA PENGUNJUNG MENGENAI
PENGARUH ZIARAH PADA MAKAM SUNAN KATONG
No Pengaruh Ziarah Prosentase Frekuensi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Dapat mendekatkan diri
kepada sang pencipta
Adanya silaturahmi
Ukhuwah Islamiyah
Melancarkan usaha
Dimudahkan dapat jodoh
Lain-lain
60 %
10 %
10 %
6 %
4 %
10 %
Dari 50 Pengunjung
Jumlah 100 %
Mengenai pengaruh dan manfaat ziarah terhadap makam Sunan
Katong dilihat dari bidang yang lainnya, yaitu bidang sosial dan ekonomi
adalah sebagai berikut:
TABEL XI
PENGARUH DAN MANFAAT ZIARAH
TERHADAP MAKAM SUNAN KATONG DILIHAT DARI BIDANG
SOSIAL DAN EKONOMI
No Pengaruh Ziarah dan Manfaatnya Prosentase Frekuensi
1.
2.
3.
4.
5.
Persatuan umat Islam
Membantu fakir miskin
Media perkenalan
Meningkatkan taraf kehidupan
Lain-lain
30 %
20 %
16 %
4 %
30 %
Dari 50 pengunjung
Jumlah 100 %
Sedangkan mengenai frekuensi jumlah pengunjung yang datang ke
makam Sunan Katong, mengenai kunjungannya adalah sebagai berikut:
TABEL XII
FREKUENSI JUMLAH PENGUNJUNG YANG DATANG
KE MAKAM SUNAN KATONG
No Berapa kali datang Prosentase frekuensi
1.
2.
3.
4.
Satu kali
Dua kali
Tiga kali
Sering
25 orang
10 orang
5 orang
10 orang
Dari 50 pengunjung
Jumlah 50 orang
Dalam melaksanakan ritual ziarah kubur setiap pengunjung
(peziarah) berbeda-beda dalam bacaan-bacaan yang diucapkan, hal ini sangat
wajar karena setiap peziarah mempunyai keyakinan atau kebiasaan tersendiri
pada waktu pelaksanaan ziarah kubur. Adapun bacaan-bacaan yang diucapkan
oleh para peziarah pada waktu pelaksanaan ziarah kubur adalah sebagai
berikut yang tertera dalam tabel
TABEL XIII
BACAAN-BACAAN YANG DIUCAPKAN OLEH PARA PEZIARAH
PADA WAKTU PELAKSANAAN ZIARAH KUBUR
No Do’a yang diucapkan Prosentase frekuensi
1.
2.
3.
4.
Do’a ziarah
Tawassul
Ayat suci al-Qur’an
mantra
35 orang
10 orang
5 orang
Tidak ada
Dari 50 pengunjung
Jumlah 50 orang
Dengan memperhatikan tabel-tabel tersebut diatas, maka pengaruh
ziarah kubur terhadap makam Sunan Katong yang dilakukan oleh para
pengunjung, adalah merupakan manifestasi pengalaman ajaran Islam,
disamping itu merupakan penghormatan terhadap para ulama yang dituangkan
ke dalam pelaksanaan ziarah kubur. Dalam pelaksanaan ziarah kubur tersebut
pengunjung ada yang mengambil pelajaran terhadap perilaku Sunan Katong
semasa hidupnya, juga pengunjung dapat saling mengenal antara pengunjung
yang satu dengan pengunjung lainnya, serta dapat menjadi ajang silaturahmi
antar sesama muslim yang datang dari daerah lain dan dapat membantu fakir
miskin yang dituangkan ke dalam sumbangan yang tidak mengikat
Tetapi ada juga mempunyai anggapan bahwa ziarah kubur tersebut
berpengaruh kelancaran usaha, dimudahkan dalam mencari jodoh,
berpengaruh terhadap kenaikan pangkat dan yang lainnya.
Demikianlah gambaran tentang situasi pelaksanaan ziarah kubur dan
pengaruhnya terhadap para peziarah yang dilakukan oleh sebagian umat Islam
(peziarah) terhadap makam Sunan Katong dilihat dari segi aqidah, sosial dan
ekonomi, yang kesemuanya menunjukkan adanya perilaku dari peziarah
secara pribadi yang dituangkan ke dalam pelaksanaan ziarah kubur.
BAB IV
ANALISIS
A. Motivasi Ziarah Terhadap Makam Sunan Katong Pada Tradisi Syawalan
Sebagaimana telah dirumuskan dalam bab II bahwa ziarah kubur
adalah merupakan amalan yang sangat disunnahkan, apalagi ziarah tersebut
dilakukan terhadap orang-orang saleh atau orang-orang yang berjasa dalam
memperjuangkan ajaran Islam, diantara orang-orang yang berjasa adalah
Sunan Katong, sehingga banyak orang-orang yang datang ke Makam Sunan
Katong untuk menumpahkan rasa hormat mereka terhadap seseorang yang
dianggap mulia dengan cara ziarah kubur. Ziarah datang ke Makam Sunan
Katong dengan dilatarbelakangi oleh beberapa macam segi kehidupan mereka
secara individu, dan menurut latar belakang mereka adalah sebagai berikut
a. Adanya anjuran agama yang menganjurkan terhadap perbuatan ziarah
kubur.
b. Makam Sunan Katong diyakini mempunyai keramat dibandingkan dengan
makam lainnya.
c. Sebagai rasa cinta dan hormat mereka kepada Sunan Katong sebagai orang
yang sangat mulia yang ikut memperjuangkan dalam penyebaran agama
Islam selam hidupnya.
Namun keyakinan bahwa orang yang sudah mati itu lantas berdoa
juga kepada Allah SWT untuk kebaikan kita, maka ada yang salah dalam
memahaminya. Selain itu, menziarahi makam para wali itu harus dicermati
dengan pemahaman akidah yang benar. Misalnya antar lain :
- Bahwa orang yang sudah mati itu tidak bisa berdoa demi keselamatan
dirinya sendiri, bahkan sibuk mengharapkan kiriman pahala bantuan dari
orang yang masih hidup. Lalu bagaimana pula dia berdoa untuk
keselamatan orang lain
- Bahwa kita dibolehkan meminta untuk didoakan oleh orang yang shaleh
dan dekat hubungan dengan Allah SWT. Namun bila orang shalih itu
sudah wafat, tentu saja sudah lain lagi urusannya. Sebab mereka yang
sudah mati sudah tidak lagi berurusan dengan yang masih hidup
- Bahwa meminta kepada mendoakan orang yang sudah wafat agar ruh
orang mati itu mendoakan kita bukanlah sesuatu yang diajarkan oleh
Rasulullah SAW. Dan pada prakteknya, justru hal itu sangat sulit
dibedakan dengan meminta kepada ruh orang mati. Minta istri, lulus ujian,
dagangan laku, naik jabatan, terpilih jadi wakil rakyat dan seterusnya.
Tentu saja meminta kepada selain Allah SWT adalah syirik yang harus
dihilangkan
- Dan sebenarnya, para wali yang diziarahi itu dulunya bukanlah tokoh sakti
mandraguna yang punya sekian jenis ajian ghaib. Mereka itu adalah para
pemimpin wilayah negeri Islam dalam sistem hukum negara Islam Demak.
Istilah ‘wali’ yang disematkan kepada mereka bukanlah waliyullah yang
umumnya dinisbatkan kepada orang ahli ibadat dan punya keistimewaan
ini dan itu. Namun makna wali adalah pemimpin sebuah wilayah secara
hukum dan administratif. Barangkali sekarang ini seperti gubernur. Hanya
saja sistem hukumnya adalah hukum Islam. Itulah yang dikatakan para
sejarawan tentang para walisongo itu
Sedangkan cerita yang beredar di tengah masyarakat itu sebenarnya
tidak pernah bisa dipertanggung-jawabkan kebenarannya secara ilmiah. Dan
alangkah naifnya bila sosok para pemimpin Islam dan penyebar Islam di tanah
Jawa itu disamakan dengan tokoh dunia persilatan yang bisa terbang,
menghilang, bisa membuat hal ghaib dan sejenisnya. Sungguh sebuah
pemahaman keliru yang disengaja oleh pihak yang ingin mencoreng nama
baik Islam.
Dalam hal ini peziarah yang datang ke Makam Sunan Katong dapat
dilihat dari beberapa motivasi, dan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:
Pertama; peziarah yang datang ke Makam Sunan Katong pada Tradisi
Syawalan adalah mereka yang mempunyai motivasi untuk sekedar
mengamalkan ajaran agama, yaitu diperbolehkannya melakukan ziarah kubur,
sebagaimana hadits nabi saw:
طاما بسثندح حوارثندرى حهودالجعيس نب ماهيرا ابثن دحنكة عليابى م ناب تمعاح قال سياالتأب تمعلم قال سسم نب عا ءسة ان رسول الله صل الله عليه وسلم رحص عن زيا رة
89 ).رواهابن ماجه(القبور
Artinya: “ Mewartakan kepada kami Ibrahim bin Sya’id Al-Jauhary, mewartakan kepada kami Rauh, mewartakan kepada kami Bistham bin Muslim, dia berkata: Saya mendengar Ibnu Abi Mulaikah dari ‘Aisyah: bahwasanya Rasulullah memberikan rukhshoh memperbolehkan dalam ziarah kubur. (HR. Ibnu Majjah)”.
Bagi kelompok ini, pelaksanaan ziarah pada Makam Sunan Katong
pada Tradisi Syawalan dilatarbelakangi oleh ajaran Islam, merupakan
manifestasi dari rasa syukur mereka terhadap Sunan Katong atau tokoh
mereka terhadap yang telah berjasa mengembangkan ajaran Islam. Sehingga
peziarah sifatnya hanya mendoakan saja supaya tokoh tersebut
mendapatkannya tempat baik di sisi Tuhannya.
Dalam hal ini pelaksanaan ziarah kubur yang dilaksanakan oleh
kelompok ini dilatarbelakangi oleh ajaran Islam dam tidak dicampuri oleh
perbuatan yang mendekatkan kepada kemusyrikan, maka pelaksanaan ziarah
tersebut tidak dilarang oleh ajaran Islam. Karena mereka memuliakan
tokohnya yang telah berjasa terhadap agamanya, yaitu orang yang bertaqwa
dan orang yang beriman. Sebagaimana firman Allah SWT:
قاكمالله أت عند كمم٣١ اية:سورةاحلجرات (إن أكر(
Artinya: “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa”. (QS. Al-Hujurot ayat 13).90
89 Ibnu Majjah, Sunnah Ibnu Majjah, Jilid I, Darul Al-Fikr, Beirut, hlm 500 90 Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya,
Departemen Agama RI, Jakarta, 1989, hlm.
Kedua; Kelompok yang datang di Makam Sunan Katong dengan motivasi
datang dari permasalahan yang melingkupi kehidupan mereka sehari-hari.
Misalnya mereka menganggap bahwa Makam Sunan Katong itu mempunyai
kekeramatan tertentu. Hal ini karena ada informasi dari masyarakat awam
yang kurang memahami arti dan tujuan yang sebenarnya. Selain itu motivasi
tersebut hanya berdasarkan dorongan dari orang lain yang tujuannya tidak
berdasarkan pengamalan ajaran Islam.
Disamping itu pelaksanaan ziarah bagi kelompok ini dalam
kegiatannya banyak memakai tatacara yang seharusnya tidak boleh dilakukan
menurut ajaran Islam. Misalnya datang dengan mengutarakan hajatnya
masing-masing.
Menurut hemat penulis pelaksanaan ziarah yang dilakukan kelompok
ini, pelaksanaan serta motivasinya lebih mendekatkan kepada kemusyrikan.
Karena perbuatan tersebut tidak lagi berfungsi untuk mengambil ‘itibar atau
mendoakan orang yang sudah meninggal, melainkan mereka dalam
melaksanakan ziarahnya mempunyai maksud-maksud tertentu secara
individual, yang hubungannya dengan masalah kehidupan para peziarah.
Demikianlah beberapa motivasi peziarah yang datang ke Makam
Sunan Katong pada Tradisi Syawalan di Desa Protomulyo Kecamatan
Kaliwungu Kabupaten Kendal.
B. Tujuan Ziarah Terhadap Makam Sunan Katong Pada Tradisi Syawalan
Dengan melihat beberapa motivasi peziarah yang datang di Makam
Sunan Katong pada Tradisi Syawalan, maka sudah barang tentu peziarah
tersebut mempunyai tujuan tertentu dalam pelaksanaan ziarahnya. Adapun
menurut pengamatan penulis tujuan peziarah ke Makam Sunan Katong pada
Tradisi Syawalan tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Para peziarah yang datang ke Makam Sunan Katong pada Tradisi
Syawalan disamping mengamalkan ajaran Islam dalam melaksanakan
ziarah kubur, juga mereka mengambil pelajaran dari perilaku Sunan
Katong semasa hidupnya. Disamping itu mereka mendoakan Sunan
Katong supaya diterima di sisi Allah SWT, juga para peziarah dapat
meningkatkan keimanan mereka terhadap sang pencipta.
Kelompok ini disamping mendoakan Sunan Katong, juga dapat
mengambil pelajaran yang sangat berharga dari Sunan Katong yang telah
berjasa semasa hidupnya. Diantara jasa-jasanya antara lain:
a. Sunan Katong telah banyak berjasa dalam ikut menyebarkan ajaran
agama Islam di wilayah jawa, khususnya masyarakat Kaliwungu yang
pada waktu itu masyarakat setempat masih memeluk ajaran Hindu-
Budha dan faham animisme.
b. Sunan Katong juga ikut serta dalam mengusir penjajah dari bumi
pertiwi, salah satu perannya adalah ikut serta bersama bala tentara
kerajaan Demak yang dipimpin oleh Raden Fatah dalam perang
melawan Portugis.
2. Para peziarah yang datang ke Makam Sunan Katong pada Tradisi
Syawalan dengan tujuan untuk mencari pemecahan permasalahan mereka
secara individu, yaitu tujuan yang disertai dengan pemenuhan nazar,
dimudahkan untuk pencarian jodoh, kenaikan pangkat/jabatan, juga
mengenai kemajuan usaha yang mereka kelola bagi para pedagang.
Kelompok ini mempunyai alasan tertentu dalam pelaksanaan
ziarahnya, sehingga pada prakteknya mereka mencampuradukkan antara
ziarah yang dianjurkan oleh tatacara syara’, juga peziarah tersebut
meminta pertolongan kepada Makam Sunan Katong , karena menurut
peziarah dalam kelompok ini mereka percaya bahwa orang yang
dimuliakan oleh Allah SWT dapat dimintai pertolongan walaupun orang
tersebut telah meninggal dunia.
Menurut hemat penulis bahwa pelaksanaan ziarah yang
dilatarbelakangi oleh tujuan-tujuan tertentu, yang dilakukan oleh
kelompok ini disamping bertujuan ziarah dengan tatacara syara’ juga
mencampuradukkan ziarah tersebut ke dalam perbuatan yang dilarang oleh
ajaran Islam, maka tujuan ziarah semacam ini sudah mendekatkan
terhadap perbuatan kemusyrikan.
Demikianlah beberapa tujuan pengunjung terhadap Makam Sunan
Katong pada Tradisi Syawalan yang dilihat dari berbagai permasalahan
pribadi para pengunjung (peziarah).
C. Pengaruh Ziarah Pada Makam Sunan Katong Pada Tradisi Syawalan
Terhadap Aqidah Islam
Kegiatan para pengunjung yang dilakukan oleh sebagian umat
sebagian Islam terhadap Makam Sunan Katong pada Tradisi Syawalan di desa
Protomulyo kecamatan Kaliwungu kabupaten Kendal ini, dapat menimbulkan
dampak terhadap masyarakat yang melaksanakan ziarah kubur tersebut.
Adapun mengenai pengaruh motivasi yang ditimbulkan dari kegiatan
pelaksanaan ziarah terhadap Makam Sunan Katong pada Tradisi Syawalan itu
mengandung pengaruh yang bersifat positif dan pengaruh yang bersifat
negatif.
Adapun pengaruh yang bersifat positif dari pelaksanaan ziarah
terhadap Makam Sunan Katong pada Tradisi Syawalan tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Mengingatkan kepada manusia akan arti kehidupannya terhadap alam
akhirat, karena setelah alam dunia ini masih ada alam lain, yaitu alam
barzah, selain itu pelaksanaan ziarah tersebut akan memberikan peringatan
kepada orang yang masih hidup, bahwa kehidupannya kelak akan
mengalami kematian, yang pada dasarnya manusia yang hidup di muka
bumi ini pasti akan mengalami proses alam yaitu kematian.
b. Dapat berdo’a atau mendoakan agar dirinya dan mayat yang diziarahi
dapat diampuni oleh Allah SWT, karena dengan berdoa di Makam Sunan
Katong tersebut dapat diterima oleh Tuhan. Di samping itu makam yang
diziarahi mendapatkan manfaat dari peziarah tersebut, karena do’a itu
sendiri, dalam hal ini berdo’a tersebut berdasarkan firman Allah SWT:
)١٠اية:احلشر (ربنا اغفر لنا وإلخواننا الذين سبقونا باإلميان
Artinya: "Oh.. Tuhan kami, beri ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah mendahului kami (mati dengan iman).” (QS Al-Hasyr ayat 10).91
Selain itu juga sebagai upaya pelaksanaan sunnah Rasul dengan tujuan
untuk mendoakan orang-orang yang akan meninggal dari orang-orang
mu’min sebagaimana dalam hadits nabi saw.
: ان رسول اهللا صل الله عليه وسلم خرج اىل املقبرة فقال السال م عليكم دارقوم مؤ منين واناان شأاهللا بكم ال
)اه ابوداودرو. (حقون
Artinya: “Bahwa Rasulullah saw. masuk kubur, maka beliau berdoa semoga keselamatan atas kamu semua penghuni kubur dan orang-orang mukmin dan kami semua insya Allah kelak akan bertemu dengan kamu semua”.92
c. Dapat mengambil pelajaran dari perilaku Sunan Katong semasa,
bagaimana perilaku kehidupan yang positif dari Sunan Katong. Sehingga
dijadikan pemicu yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari bagi
pribadi para peziarah.
d. Dapat mempererat tali silaturahmi antara para pengunjung Makam Sunan
Katong, sehingga terjalinnya ukhuwah Islamiyah yang terjadi pada
peziarah yang terjadi pada pelaksanaan ziarah kubur tersebut.
e. Pelaksanaan ziarah kubur terhadap Makam Sunan Katong yang terletak di
desa Protomulyo kecamatan Kaliwungu kabupaten Kendal Jawa Tengah
ini, dapat mendatangkan manfaat dari segi ekonomi. Karena dengan
adanya kegiatan ziarah kubur tersebut banyak para pengunjung yang
membutuhkan makan dan minum, hal ini merupakan lahan bisnis bagi
masyarakat sekitar lokasi makam.
91 Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya,
Departemen Agama RI, Jakarta, 1989, hlm. 917 92 Imam Abu Daud, Sunan Abu Daud, Jilid II Toha Putra, Semarang, tt, hlm. 95
Sedangkan pengaruh negatif dari pelaksanaan ziarah kubur terhadap
Makam Sunan Katong pada Tradisi Syawalan tersebut adalah:
a. Pelaksanaan ziarah pada Makam Sunan Katong pada Tradisi Syawalan,
bagi yang tidak mengetahui tujuan ziarah yang sebenarnya, yakni dalam
prakteknya sudah dibarengi dengan maksud-maksud lain, yang tidak
sesuai dengan aturan syara’, hal ini dikhawatirkan akan menjurus kepada
kemusyrikan. Sedangkan menurut ajaran Islam orang yang menyekutukan
Tuhan maka hukumnya adalah musyrik sebagaimana dalam firman Allah
SWT, yang berbunyi:
)٣١:سورةاللقمان ( تشرك بالله إن الشرك لظلم عظيمال
Artinya: ” Dan janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (QS. Al-Luqman : 13).93
b. Banyaknya pengunjung terhadap Makam Sunan Katong pada Tradisi
Syawalan, baik laki-laki maupun perempuan yang berasal dari berbagai
daerah, dikhawatirkan dapat menimbulkan kesempatan untuk berbuat
kemaksiatan. Hal ini dapat terjadi setelah pelaksanaan ziarah kubur di
dalam komplek Makam Sunan Katong.
Demikianlah pengaruh pelaksanaan ziarah kubur pada Makam Sunan
Katong pada Tradisi Syawalan, menurut pengamatan penulis banyak yang
sesuai dengan tatacara pelaksanaan ziarah yang telah ditetapkan oleh syara’.
Tetapi memang ada sekelompok kecil dari para peziarah yang datang
ke Makam Sunan Katong pada saat Tradisi Syawalan dalam hal pelaksanaan
ziarahnya sudah menyimpang dari aturan atau tatacara yang telah ditentukan
oleh syara’. Peziarah kelompok ini dalam pelaksanaannya diikuti dengan
perbuatan-perbuatan yang seharusnya tidak diperbolehkan oleh ajaran Islam.
Misalnya mereka melakukan dengan membakar kemenyan, mengusap batu
93 Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya,
Departemen Agama RI, Jakarta, 1989, hlm. 654
nisan serta menciumnya. Selain itu tujuannya pun tidak mendoakan si mati,
melainkan meminta berkah terhadap Makam Sunan Katong.
Menurut analisis penulis pelaksanaan ziarah yang dilakukan oleh
sebagian kelompok kecil ini, yakni kelompok yang melaksanakan ziarah yang
tidak sesuai dengan tatacara syara’, maka pelaksanaan ziarah semacam ini
sudah menjurus kepada kemusyrikan. Tetapi perlu diketahui bahwa kelompok
ini hanya sebagian kecil saja yang melakukannya terhadap Makam Sunan
Katong. Karena pada dasarnya para peziarah ini dalam prakteknya tidak
sesuai dengan ajaran Islam, melainkan sudah dicampuri oleh ajaran yang
bersifat animisme. Serta kelompok ziarah ini tidak mengetahui maksud dan
tujuan ziarah yang sebenarnya, yang sesuai dengan perintah ajaran Islam.
Demikianlah analisis penulis terhadap pelaksanaan ziarah pada
Makam Sunan Katong pada Tradisi Syawalan dilihat dari beberapa segi
motivasi tujuan serta pengaruh bagi peziarah yang hubungannya dengan
aqidah Islam. Sehingga pelaksanaan ziarah pada Makam Sunan Katong pada
Tradisi Syawalan di desa Protomulyo kecamatan Kaliwungu kabupaten
Kendal Jawa Tengah menjadi jelas.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis menguraikan permasalahan serta menganalisis
tentang pengaruh motivasi ziarah pada makam Sunan Katong pada tradisi
Syawalan terhadap aqidah Islam di desa Protomulyo kecamatan Kaliwungu
kabupaten Kendal Jawa Tengah, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Motivasi pelaksanaan ziarah kubur terhadap makam Sunan Katong pada
tradisi Syawalan mempunyai dampak yang mempengaruhi kehidupan para
peziarah itu sendiri. Adapun motivasinya antara lain, karena ada anjuran
agama tentang ziarah kubur, dorongan dari orang lain yang menganggap
bahwa dengan berziarah kubur akan terpenuhi maksud-maksud tertentu,
serta timbulnya niat dari setiap individu (peziarah) dalam memenuhi
nazarnya. Bagi ziarah kubur yang mempunyai motivasi yang berdasarkan
dari tuntunan syara’ sebanyak 64%, sedangkan peziarah yang mempunyai
motivasi bukan berdasarkan dari ajaran Islam sebanyak 36%.
2. Tujuan pelaksanaan ziarah kubur terhadap makam Sunan Katong terdapat
beberapa tujuan bagi peziarah itu sendiri sebagai manifestasi pengalaman
ajaran agama yaitu supaya mendapatkan ridlo dari Allah SWT,
mengingatkan kepada kematian dan akhirat serta mengingatkan umur
manusia yang ditentukan oleh Tuhan, dimudahkan mencari jodoh,
dimudahkan dalam usaha, untuk mempercepat kenaikan pangkat. Dari
responden yang di prosentasekan bahwa yang mempunyai tujuan
berdasarkan pengalaman ajaran agama sebanyak 70% sedang yang
mempunyai tujuan untuk dimudahkan dalam mencari jodoh, dimudahkan
dalam usaha, serta untuk mempercepat kenaikan pangkat sebanyak 20%
dan sisanya hanya sekedar untuk berwisata 10%.
3. Pengaruh ziarah kubur terhadap makam Sunan Katong pada tradisi
syawalan mempunyai dampak yang berhubungan dengan aqidah Islam.
Bagi peziarah yang mengetahui tatacara yang sesuai dengan syara’, maka
pelaksanaannya tidak bertentangan dengan aqidah Islam, hal ini dapat
meningkatkan keimanan seseorang kepada sang pencipta. Para peziarah
yang mempunyai motivasi atau tujuan ziarah yang sesuai dengan syara’
ini, berdasarkan prosentase jumlah pengunjung yang datang ke makam
Sunan Katong pada tradisi Syawalan sebanyak 64%, masih ada peziarah
yang datang ke makam Sunan Katong pada tradisi syawalan yang
melakukan praktik-praktik yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam
ini sebanyak 26%. Adapun para pengunjung yang datang ke makam Sunan
Katong pada tradisi Syawalan hanya sekedar berwisata berjumlah 10%
Demikianlah kesimpulan dari pembahasan skripsi, tentang motivasi
peziarah makam Sunan Katong pada tradisi Syawalan di desa Protomulyo
kecamatan Kaliwungu kabupaten Kendal propinsi Jawa Tengah.
B. Saran-saran
Kehidupan modern menuntut manusia untuk dapat secara maksimal
mengembangkan kemampuan dan potensi yang dimilikinya untuk
berpartisipasi aktif dalam kemajuan yang berorientasi penuh pada teknologi
dan perkembangan ilmu pengetahuan disaat yang sama pula, menurut fitrah
keberagamaannya mereka harus menjalin hubungan yang harmonis dengan
Tuhannya, manusia dan alam semesta.
Beberapa saran yang dapat penulis kemukakan disini adalah sebagai berikut:
1. Kepada para peziarah yang datang ke makam Sunan Katong hendaknya
menjaga kemurnian aqidah Islam, karena pelaksanaan ziarah kubur sangat
rawan terhadap penyimpangan ajaran Islam.
2. Kepada para peziarah hendaknya dalam melaksanakan ziarah kubur harus
sesuai dengan tatacara yang telah ditentukan oleh syara’
3. Kepada pemuka agama hendaklah menjelaskan pengertian serta tujuan
ziarah kubur yang sebenarnya dan sedalam-dalamnya.
4. Kepada pengurus makam Sunan Katong, hendaknya lebih mengutamakan
professionalisme dalam mengelola makam Sunan Katong.
5. Kepada PEMDA Kendal hendaklah ikut berpartisipasi dalam menjaga dan
melestarikan makam Sunan Katong.
6. Mahasiswa Fakultas Ushuluddin jurusan Aqidah dan Filsafat mempunyai
ruang lingkup yang sangat luas terutama dalam pengembangan skill dan
kemampuan keilmuan yang dimilikinya dalam aplikasi praktis kehidupan,
karena lapangan kajian yang dipergunakan melingkupi berbagai disiplin
ilmu sosial seperti: psikologi, antropologi, sosiologi, dan keislaman yang
sangat dibutuhkan oleh masyarakat luas.
Penulis menganggap penting penelitian ini karena dengan
mengetahui dan memahami diri sendiri kita mampu menghasilkan nilai positif
dalam mengembangkan potensi dan fitrah yang kita miliki, sehingga arti
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat dapat kita capai secara optimal
C. Penutup
Puji syukur alhamdulillahhirobbil’aalamin, dengan limpahan rahmat
dan hidayah dari Allah SWT. Maka penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “PENGARUH ZIARAH MAKAM SUNAN KATONG PADA
TRADISI SYAWALAN TERHADAP AQIDAH ISLAM DI DESA
PROTOMULYO KECAMATAN KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan dan pembahasan
skripsi ini, masih banyak kekurangan, baik dari segi bahasa, penulisan,
penyajian, sistematika, pembahasan maupun analisisnya. Akhirnya dengan
memanjatkan doa, mudah-mudahan skripsi ini membawa manfaat bagi
pembaca dan diri penulis, selain itu juga mampu memberikan khasanah ilmu
pengetahuan yang positif bagi keilmuan.
Sebagai insan yang tidak akan luput dari kesalahan dan kekurangan,
penulis mengharapkan kritik yang bersifat konstruktif, sehingga dapat
menambah literatur dan dijadikan bahan penelitian lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA Ahmad Hamam Rochani, Astana Kuntul Nglayang Panembahan Djoeminah,
Intermedia Paramadina bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kendal, cet. I, 2003.
______, Babad Tanah Kendal, Inter Media Paramadina. Bekerjasama
dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kendal, cet. I, 2003, hlm. 160.
______, Sunan Katong dan Pakuwaja, Intermedia Paramadina bekerjasama
dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kendal, cet. I, 2003.
______, Wali Gembyang dan Wali Jaka, Intermedia Paramadina
Bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kendal, cet. I, 2003.
Al-Imam As-syahid Hasan Al-Banna. Konsep Pembaharuan Masyarakat
Islam terj. Su’adi Sa’ad, Media Da’wah, Jakarta Pusat. 1987. Amen Budiman, Bhatara Katong Pendiri Kota Kaliwungu, Tandjung Sari,
1975. _______, Semarang Riwayatmu Dulu, Tandjung Sari, 1979. Abdurrahman bin Hasan, Fathul Majid, Darul Qutub, Beirut, t. th. Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Bumi Aksara,
Jakarta,, 1997. Data Statistik Monografi Desa Protomlyo, Januari 2006. DR, H. Abdullah Salim Zarkasyi, M.A, Walisongo, Siti Jenar dan Ki Ageng
Pandan Aran, Unissula Pers, 2002. Dr. Zakiyah Darojat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, Gunung
Agung, Jakarta, 1996. Drs. H. Badruddin Hsubky, Bid’ah-Bid’ah di Indonesia, Gema Insani Press,
Jakarta 1993. Drs. Imran ABA, Peringatan Haul bukan dari Ajaran Islam Adalah
Pendapat yang Sesat, Menara Kudus, tt. Drs. Nasaruddin Razak, Dienul Islam, Al-ma’arif, Bandung, 1984.
Drs. Yuhanar Ilyas, LC, Kuliah Aqidah Islam, :PII UM. Yogyakata, 1992. Drs. Zaenal Abidin, Alam Kubur dan Seluk Beluknya, Rineka Cipta, Solo,
1991. Hasan Sadili, Ensiklopedia Indonesia, Ikhtiar Baru, Jakarta, 1980. Hussein Bahreisj, Studi Hadits Nabi, C.V. Amin Surabaya. Tth Ibnu Hajar, Dasar-dasar Metode Penelitian Kualitatif, Grafindo Persada,
Jakarta., 1996. Imam Abu Daud, Sunan Abu Daud, Jilid II Toha Putra, Semarang, tt. Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Pustaka Utama,
Jakarta 1981. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya,
Bandung:, 1990. Mas’ud Thoyib, Sunan Katong dan Pakuwojo, Studio 80, TMII, Jakarta,
1987. Monografi Statistik Desa Protomulyo Januari 2006 Muhammad Anis Matta “ Pengantar Study Aqidah Islam”(terj) Robbania
Press, Jakarta dan Al-Manar 1998. Muhammad bin Abdul Wahab, Bersihkan Tauhid Anda dari Syirik, terj. Bey
Arifin dkk, PT. Bina Ilmu, Surabaya, cet. I, 1987. Muhammad Musa dan Titi Nurfitri, Metode Penelitian, Fajar Agung,
Jakarta, 1998. Nasution, Metode Research, Bumi Aksara, Jakarta, 1995. Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi III, Rake Sarasin
Yogyakarta, 1996. Pemda Kota Semarang, Sejarah Hari Jadi Kota Semarang, Semarang, 1979. Prof. A. Hasjim., Sejarah Kebudayaan Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1975. Prof. DR. Koentjaraningrat, Asas-asas Sosiologi, Bulan Bintang, Jakarta,
1975.
Prof. DR. Syekh Mahmud Syaltout, Aqidah dan Syari’ah Islam, terj. Fahruddin HS, dan Nasruddin Thaha, Bumi Aksara, Jakarta, 1990.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa DEPDIKBUD, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1990. Raden Ngabehi Suradipura, Serat Tembung Andhapura, Dahara Prize, 1990. Sayyid Sabiq, Aqidah Islam, CV. Diponegoro, Bandung, Cet. IX, 1989. Soe’ari, dkk, Brosur Syawalan, Kaliwungu Tempo Dulu. Panitia Syawalan,
2005. Sudibjo Z. Hadisutjipto, Babad Tanah Jawi, Balai Pustaka, Jakarta, 1978. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,. Rineka
Cipta, Jakarta,1992. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Ziarah Kubur dan Meminta Pertolongan
Kepada Ahli Kubur, terj. Abu Muqbil Ahmad Yuswaji, Pustaka Salafiah, Depok, 2005.
Syekh Abdurrahman bin Muhammad bin Hasan, Bugyiyatul Mustarsyidin,
terj. Ahmad bin Sya’id, Surabaya, tt. Syekh Ja’far Subhani, Tawassul, Tabarruk, Ziarah Kubur Karamah, Wali
Termasuk Ajaran Islam, Pustaka Hidayah, Jakarta, 1989. Tardjan Hadjaja, Serat Centini, UP. Indonesia, 1976. WJS. Purwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta,
1989. Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan
Terjemahannya, Departemen Agama RI, Jakarta, 1989.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Kurniawan
NIM : 4199015
Tempat/Tgl lahir : Kendal / 20 Juni 1981
Alamat Asal : Jl. Lingkar RT. 2 RW II Wonorejo, Kaliwungu - Kendal
Alamat Kost : Songgolangit, Margoyoso II Ngaliyan- Semarang
Pendidikan : 1. SD N Wonorejo Kaliwungu. Lulus tahun 1993
2. SMP N 02 Kaliwungu lulus tahun 1996
3. MAN Kendal dan SMU Soedirman Kaliwungu lulus 1999
4. Fakultas Ushuluddin lulus tahun 2006
Foto: Makam Sunan Katong dan Istri Foto: Serambi Makam Sunan Katong
Foto: Penulis bersama Juru Kunci Foto: Peziarah makam Sunan Katong
Foto: Peziarah makam Sunan Katong Foto: Tradisi Syawalan
LAMPIRAN-LAMPIRAN
top related