pengaruh variasi konsentrasi ekstrak daun …
Post on 29-Nov-2021
13 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN
BANDOTAN (Ageratum conyzoides L) SEBAGAI
BIOINSEKTISIDA PENGENDALI HAMA KUTU BERAS
(Sitophilus oryzae)
Oleh
Baiq Erni Suharni
Nim: 151.125.065
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MATARAM
MATARAM
2016
ii
PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN
BANDOTAN (Ageratum conyzoides L) SEBAGAI
BIOINSEKTISIDA PENGENDALI HAMA KUTU BERAS
(Sitophilus oryzae)
Skripsi
Diajukan Kepada Institut Agama Islam Negeri Mataram
Untuk Melengkapi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Baiq Erni Suharni
Nim : 151.125.065
JURUSAN PENDIDIKAN IPA BIOLOGI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
MATARAM
2016
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi Baiq Erni Suharni, NIM. 151.125.065 yang Berjudul “Pengaruh
Variasi Konsentrasi Ekstrak Daun Bandotan (Ageratum conyzoides L) sebagai
Bioinsektisida Pengendali Hama Kutu Beras (Sitophilus oryzae)’’ telah memenuhi
syarat dan disetujui untuk di munaqasyah-kan. Disetujui pada tanggal 19 Desember
2016.
Di Bawah Bimbingan :
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
(Dr. Edi M. Jayadi, M.P) (Nurdiana, SP., MP.)
NIP. 196712312003121008 NIP. 196505302005012001
iv
NOTA DINAS PEMBIMBING
Hal : Munaqasyah
Mataram, 19 Desember 2016
Kepada
Yth. Rektor IAIN Mataram
di_
Mataram
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah diperiksa dan diadakan perbaikan sesuai masukan pembimbing dan pedoman
penulisan skripsi, kami berpendapat bahwa skripsi Baiq Erni Suharni, NIM.
151.125.065 yang berjudul “Pengaruh Variasi Konsentrasi Ekstrak Daun
Bandotan (Ageratum conyzoides L) sebagai Bioinsektisida Pengendali Hama
Kutu Beras (Sitophilus oryzae)” telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam sidang
munaqasyah skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Mataram.
Demikian, atas perhatian Bapak Rektor disampaikan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
(Dr. Edi M. Jayadi, M.P) (Nurdiana, SP., MP.)
NIP. 196712312003121008 NIP. 196505302005012001
v
ERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Baiq Erni Suharni
Nim : 151.125.065
Jurusan : Pendidikan IPA Biologi
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Instansi : IAIN Mataram
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi dengan judul “Pengaruh Variasi
Konsentrasi Ekstrak Daun Bandotan (Ageratum conyzoides L) sebagai Bioinsektisida
Pengendali Hama Kutu Beras (Sitophilus oryzae)” ini secara keseluruhan adalah hasil
penelitian/karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya.
Apabila di belakang hari ternyata karya tulis ini tidak asli, saya siap dianulir
gelar kesarjanaan saya sesuai dengan ketentuan yang berlaku di IAIN Mataram.
Mataram, 19 Desember 2016
Saya yang menyatakan,
Baiq Erni Suharni
NIM.151125065
vi
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dengan judul: “Pengaruh Variasi Konsentrasi Ekstrak Daun
Bandotan (Ageratum conyzoides L) sebagai Bioinsektisida Pengendali Hama
Kutu Beras (Sitophilus oryzae)’’ yang diajukan oleh Baiq Erni Suharni, Nim.
151125065 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Mataram Jurusan Pendidikan
Ipa Biologi, telah dimunaqasyahkan pada tanggal 10 Januari 2016 dan telah
dinyatakan sah sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan
(S.Pd).
DEWAN MUNAQASYAH
1. Ketua Sidang : Dr. Ir. Edi M. Jayadi, M.P ( )
Pembimbing I NIP. 196712312003121008
2. Sekretaris Sidang : Nurdiana, SP., MP. ( )
Pembimbing II NIP. 196505302005012001
3. Penguji I : Dr. Bahtiar, M.Pd.,Si ( )
NIP. 197807192005011006
4. Penguji II : Ati Sukmawati, M.Pd. ( )
NIP. 197302172006042016
Mengetahui
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) mataram
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Dekan
(Dr. Hj. Nurul Yakin, M.Pd)
Nip. 196412311991032006
vii
MOTTO :
Artinya :
Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya kami
tumbuhkan di bumi itu berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik? (Qs: As-
Syu’araa :7)1
1 Al-Qur’an, surat As-Syua’ra ayat 7
viii
PERSEMBAHAN :
Skripsi ini kupersembahkan kepada :
1. Kedua orang tuaku tercinta (Lalu Sahabudin dan Mahnim) yang telah banyak
memberikanku dukungan dan motivasi serta telah bersusah payah dan tak
henti-hentinya mendo’akan untuk kesuksesan dan keberhasilanku
sepenuhnya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Kupersembahkan hasil
karya tulis ini sebagai kado terindah.
2. Adikku tersayang (Baiq Nurul Hidayatun Jalillah) terima kasih telah
memberikan motivasi dan dukungan selama ini.
3. Saudara-saudariku semuanya yang selalu memberikan dukungan baik moral
maupun materil, salam kasih buat kalian semuanya.
4. Sahabat-sahabatku tersayang (Karina Lismayani, Aisah Laili, Desi Aini,
Donna Dorothy Viviana, Rina Dara Utami, Lian Mei Ningsih dan Baiq
Mujaitun) serta teman-teman seperjuangan “Biologi Angkatan 2012”
khususnya teman-teman kelas B yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu,
kejarlah semua impian, masa-masa perkuliahan yang sulit maupun indah telah
kita lalui bersama.
5. Almamaterku tercinta IAIN Mataram.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan
taufik, rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada tauladan kita nabi
Muhammad SAW. yang membawa cahaya kehidupan, pejuang kebenaran dan
penegak keadilan, beserta keluarga, sahabat-sahabatnya serta orang-orang yang
mengikuti petunjuknyan sampai akhir zaman.
Penulis menyadari penuh bahwa dalam melaksanakan penyusunan skripsi ini
tidak akan diselesaikan dengan baik tanpa ada bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
setulusnya kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. Edi M. Jayadi, M.P, selaku dosen pembimbing I dan Ibu Nurdiana,
SP,. MP., selaku pembimbing II, yang telah banyak meluangkan waktu untuk
memberikan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
2. Bapak dan Ibu Dosen yang telah banyak mengajarkan penulis selama
menimba ilmu di IAIN Mataram, khususnya di Jurusan Pendidikan IPA
Biologi. Semua ekspresi yang ada pada bapak/ibu telah menjadikan penulis
menjadi orang yang selalu ingin memperluas ilmu dan menanmbah ilmu
pengetahuan.
x
3. Ibu Dwi Wahyudiati, M.Pd., dan Bapak Alwan Mahsul, M.Pd selaku Ketua
Jurusan dan Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA Biologi IAIN Mataram.
4. Ibu Dr. Hj. Nurul Yakin, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Imu Tarbiyah Dan
Keguruan IAIN Mataram.
5. Bapak Dr. H. Mutawalli, M.Ag. selaku Rektor IAIN Mataram.
6. Ibu Yunita Irawadi, S.Si., selaku kepala Laboratorium IPA Biologi IAIN
Mataram.
7. Semua pihak yang telah berperan serta membantu penulis didalam
menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Kepada semua pihak tersebut, semoga tercatat sebagai amal ibadah dan
mendapat ridha balasan dari Allah SWT. AamiIn Ya Robbalalamiin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang konstruktif. Semoga dengan
adanya hasil karya penulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Aamiin
Allahumma Aamiin.
Mataram, 19 Desember 2016
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................. iii
HALAMAN NOTA DINAS ................................................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................................... v
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. vi
HALAMAN MOTTO ......................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN......................................................................... viii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL............................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv
ABSTRAK .......................................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan masalah dan batasan masalah .................................................... 5
C. Tujuan dan manfaat penelitian .................................................................. 6
D. Penegasan istilah ........................................................................................ 7
xii
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 9
A. Kajian teori ................................................................................................... 9
1. Bandotan (Ageratum conyzoides L) ....................................................... 9
a. Sejarah perkembangan bandotan...................................................... 9
b. Klasifikasi dan karakteristik bandotan ............................................. 9
c. Morfologi bandotan ........................................................................ 10
d. Habitat dan cara hidupnya .............................................................. 13
e. Kandungan kimia daun bandotan ................................................... 13
2. Kutu beras (Sitophilus oryzae) ............................................................. 14
a. Klasifikasi kutu beras ..................................................................... 14
b. Morfologi kutu beras ...................................................................... 15
c. Siklus hidup kutu beras .................................................................. 16
3. Bioinsektisida ...................................................................................... 17
4. Ekstraksi daun bandotan ..................................................................... 17
B. Kerangka berpikir....................................................................................... 18
C. Hipotesis .................................................................................................... 20
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 21
A. Desain dan pendekatan penelitian ............................................................ 21
B. Waktu dan tempat penelitian ..................................................................... 22
C. Populasi dan sampel .................................................................................. 22
D. Alat dan bahan ........................................................................................... 23
E. Variabel penelitian .................................................................................... 25
F. Prosedur penelitian .................................................................................... 25
G. Teknik pengumpulan data ......................................................................... 29
xiii
H. Teknik analisis data ................................................................................... 29
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA ................................ 32
A. Hasil penelitian dan analisis data .............................................................. 32
1. Awal kematian kutu beras ................................................................... 32
2. Mortalitas kutu beras ........................................................................... 34
B. Pembahasan ……………………………………………………. ............. .36
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………..44
LAMPIRAN……………………………………………………………………..46
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Tanaman bandotan ........................................................................... 10
Gambar 2.2. Kutu beras ......................................................................................... 15
Gambar 2.3. Bagan kerangka berpikir ................................................................... 19
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Desain penelitian ................................................................................... 22
Tabel 3.2. Tabel sidik ragam .................................................................................. 30
Tabel 4.1. Hasil pengamatan awal kematian kutu beras ........................................ 32
Tabel 4.2. Hasil pengurangan untuk setiap rerata .................................................. 33
Tabel 4.3. Bagan penentuan notasi untuk awal kematian kutu beras..................... 34
Tabel 4.4. Hasil pengamatan untuk mortalitas kutu beras ..................................... 34
Tabel 4.5. Hasil pengurangan untuk setiap rerata .................................................. 35
Tabel 4.6. Bagan penentuan notasi untuk awal kematian kutu beras..................... 36
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil perhitungan Analisis of varian (ANOVA) taraf 5% ............... 45
Lampiran 2. Hasil perhitungan Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan taraf 5% ...... 51
Lampiran 3. Gambar notasi garis ........................................................................... 52
Lampiran 4. Foto proses penelitian ........................................................................ 53
Lampiran 5. Jadwal pelaksanaan penelitian ........................................................... 58
Lampiran 6. Surat ijin penelitian ................................................................................
Lampiran 7. Kartu konsultasi ....................................................................................
xvii
PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN BANDOTAN
(Ageratum conyzoides L) SEBAGAI BIOINSEKTISIDA PENGENDALI HAMA
KUTU BERAS (Sitophilus oryzae)
Oleh
Baiq Erni Suharni
Nim : 15.1.12.5.065
ABSTRAK
Tanaman bandotan memiliki senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, dan minyak atsiri.
Senyawa-senyawa tersebut berpotensi untuk digunakan sebagai bioinsektisida guna
menekan populasi berbagai serangga hama salah satunya kutu beras. Jenis penelitian
yang digunakan yaitu eksperimen dengan pendekatan kuantitatif, yang bertujuan
untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi ekstrak daun bandotan (Ageratum
conyzoides L) sebagai bioinsektisida pengendali hama kutu beras (Sitophilus oryzae).
Analisis data menggunakan ANOVA. Pada awal kematian kutu beras Fhitung = 293,80
> Ftabel = 2,87 dan mortalitas kutu beras Fhitung = 158,75 > Ftabel = 2,87. Dinyatakan
berpengaruh sehingga HI diterima dan dilanjutkan dengan uji BNT. Hasil uji BNT
untuk awal kematian kutu beras yaitu 0,442 dan untuk mortalitas kutu beras yaitu
0,834. Kesimpulannya yakni ekstrak daun bandotan (Ageratum conyzoides L)
berpengaruh sebagai bioinsektisida pengendali hama kutu beras (Sitophilus oryzae)
dengan variasi konsentrasi dan konsentrasi yang paling berpengaruh yakni 40%
dengan rata-rata kemetian 90%.
Kata Kunci : Daun Bandotan (Ageratum conyzoides L), Hama Kutu Beras
(Sitophilus oryzae), Ekstrak
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang sebagian besar
penduduknya hidup dari pertanian. Beras menempati posisi penting dalam
penyediaan pangan karena sebagian besar rakyat Indonesia menggunakan
beras sebagai bahan makanan pokok.2
Kebutuhan terhadap beras akan terus menerus meningkat seiring
dengan meningkatnya jumlah penduduk. Peningkatan produksi beras
perludiimbangi dengan penanganan pasca panen yang baik. Penyimpanan
merupakan salah satu tahap penting karena periode tersebut padi atau beras
mengalami proses penurunan kualitas dan kuantitas. Kerusakan saat
penyimpanan umumnya ditimbulkan oleh hama, sehingga jika serangan
serangga tersebut berlanjut dapat menyebabkan turunnya mutu terhadap bahan
pangan yang disimpan.3
Serangga hama merupakan salah satu makhluk hidup yang aktif
menyerang dan merusak tanaman sehingga mengakibatkan kerusakan secara
ekonomis. Hama ini dapat berupa binatang atau hewan yang secara kasat mata
tampak jelas di lapangan atau suatu tempat tertentu dengan menimbulkan
2Budisutiya dan Evi Arisandi, “Pemanfaatan Daun Bandotan Sebagai Pengendali Serangga
Hama”. Jurnal penelitian tanaman herba, 7(1), 39-40, 2006. 3Ibid, h.12
1
2
gejala serangan pada tanaman atau hasil tanaman pada tingkat yang melebihi
batas ambang ekonomi. Hewan atau binatang yang dapat dikelompokkan
sebagai hama antara lain adalah serangga, molusca, burung dan lain
sebagainya.4
Sitophilus oryzae, merupakan salah satu jenis hama gudang yang
banyak merusak persediaan beras di tempat penyimpanan. Serangannya
menyebabkan butiran beras menjadi berlubang kecil-kecil serta mudah pecah
dan remuk bagaikan tepung, sehingga kualitasnya rendah karena rasanya tidak
enak dan berbau apek. Sitophilus oryzae juga menyebabkan bahan yang
diserang akan ditumbuhi jamur-jamur yang berbahaya bagi manusia bila
termakan.5
Pengendalian secara kimiawi merupakan usaha pengendalian dengan
zat kimia terutama pestisida. Sistem pengendalian ini bersifat cepat tetapi
bedampak negatif bagi ekosistem dan manusia. Dampak yang dapat terlihat
yaitu matinya serangga lain yang tidak merugikan, kekebalan bagi hama,
keracunan pada manusia dan zat-zat sisanya (residu) membuat lingkungan
tercemar.6
Salah satu upaya mengurangi atau mencegah kerusakan hasil pertanian
pasca panen dapat dilakukan dengan pemberian insektisida alami, yaitu
4Anwar hidayat, Mengidentifakasi Jenis Hama dan Sifat Hama, ( Bandung: Direktorat
Pendidikan Menengah Kejuruan Jakarta, 2011), h.1. 5Ibid, h. 14
6Narulita Candra Dewi, Mengenal Hama dan Penyakit Tumbuhan, (Klaten: PT.Intan
Pariwara, 2008), h. 48.
3
dengan memanfatkan tanaman beracun terhadap serangga tetapi tidak
mempunyai dampak terhadap lingkungan serta tidak berbahaya terhadap
manusia. Pemanfaatan bahan nabati sebagai bahan pestisida telah banyak
mendapat perhatian untuk dikembangkan sebab relatif mudah didapat, aman
terhadap hewan bukan sasaran, mudah terurai di alam sehingga tidak
menyebabkan pencemaran, residunya relatif pendek, dan hama tidak
berkembang menjadi tahan terhadap pestisida nabati.
Tumbuhan penghasil insektisida nabati (alami) adalah kelompok
tumbuhan yang menghasilkan pestisida pengendali hama insekta. Dalam
beberapa kasus, tumbuhan penghasil insektisida nabati dapat juga digunakan
untuk mengendalikan jenis organisme pengganggu tanaman (OPT) lainnya
seperti nematoda dan moluska.7 Berikut adalah contoh tumbuhan penghasil
insektisida nabati yaitu, mimba, bengkuang, tembakau, cengkeh, sirsak,
srikaya dan bandotan.
Berdasarkan hasil observasi awal yang sudah dilakukan oleh peneliti
di lingkungan sekitar rumah tempat tinggal peneliti, bahwa tumbuhan
bandotan dapat digunakan sebagai obat.Selain untuk obat luka baru, tanaman
ini berguna sebagai insektisida nabati.
Hasil penelitian sebelumnya tentang ekstrak bandotan telah dilaporkan
berpotensi untuk menguji tingkat mortalitas larva Crocidolomia binotalis
7Agus kardinan, Pestisida Nabati Ramuan & Aplikasi (Jakarta:Penebar Swadaya, 1991), h.
17.
4
Zeller, salah satu hama pada tanaman kubis. Mortalitas larva tertinggi terlihat
pada perlakuan ekstrak 5 % dan yang terendah terlihat pada perlakuan ekstrak
3% dengan persentase rata-rata 70%.8
Hasil penelitian Astriani (2010) pada tembelekan dan bandotan
perlakuan tunggal 14 hari diperoleh persentase mortalitas Sitophilus oryzae
pada konsentrasi 62,5% untuk daun tembelekan dan untuk daun bandotan
persentase konsentrasi 67,5% memberikan tingkat mortalitas paling tinggi
yaitu hanya 6%.
Selain itu, penelitian tentang ekstrak daun bandotanjuga pernah
dilakukan untuk menguji toksisitas ekstrak daun bandotan terhadap organisme
non-target yaitu ikan mas. Berdasarkan hasil uji lanjut menunjukkan bahwa
nilai LC50 dari ekstrak daun bandotan adalah 32,012 gr/L dan berada pada
rentang 29,239-34,984 mg/L. Semakin tinggi konsentrasi yang dilarutkan
pada media hidup ikan mas, maka tingkat kelulusan hidup ikan mas akan
semakin rendah.9
Penelitian sebelumnya tentang pengujian ekstrak bandotan tersebut
mengenai uji toksisitas daun tersebut, sehingga peneliti ingin melakukan
penelitian tentang manfaat ekstrak daun bandotan sebagai insektisida nabati.
8Supratman Andi, “Efikasi Ekstrak Babandotan (Ageratum conyzoides L.) terhadap
(Crocidolomia binotalis Zeller)”(Skripsi, Fakultas pertanian Universitas Bengkulu, Bengkulu, 2007),
h. 60. 9Ida Kinasih, “ Uji Toksisitas Daun Bandotan (Ageratum conyzoides L.) Terhadap Ikan Mas
(Cyprinus carpio Linn) Sebagai Organisme Non-Target”(Skripsi, Jurusan Biologi Fakultas Sains dan
Tekhnologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Bandung, 2013),h. 121.
5
Berdasarkan perbedaan variasi konsentrasi optimum untuk menguji
tingkat mortalitas serangga yang berbeda pada penelitian di atas, maka
peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Variasi
Konsentrasi Ekstrak Daun Bandotan (Ageratumconyzoides L.)Sebagai
Bioinsektisida Pengendali Hama Kutu Beras (Sitophilus oryzae )”.
B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada
penelitian ini adalah”Apakah variasi konsentrasi berpengaruh terhadap
kemampuan ekstrak daun bandotan sebagai pengendali hama kutu
beras”?
2. Batasan Masalah
Berdasarkan objek yang akan diteliti, serta untuk memperjelas
ruang lingkup penelitian ini maka perlu ada batasan masalah. Adapun
batasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Bagian tumbuhan Bandotan yang akan digunakan adalah bagian
daunnya (folium).
b. Hama Kutu Berasyang akan digunakan adalah kutu beras yang
sudah dewasa berwarna cokelat kehitaman.
c. Konsentrasi ekstrak daun Bandotanyang digunakan dalam
penelitian ini adalah 0%, 10%, 20%, 30%, dan 40%.
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan, maka penelitian
ini dilakukan dengan tujuan “untuk mengetahui pengaruh variasi
konsentrasi ekstrak daun bandotan sebagai bioinsektisida pengendali hama
kutu beras.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini antara lain:
a. Manfaat teoritis
1) Untuk menambah khazanah pengetahuan ilmu pengetahuan
khususnya dalam bidang pertanian dan pendidikan
2) Sebagai refrensi untuk peneliti berikutnya tentang tumbuhan
bandotan yang dapat dimanfaatkan sebagai insektisida nabati.
3) Untuk peneliti dapat memberi ilmu dan pengetahuan agar mencari
bahan kajian untuk melakukan penelitian lagi.
b. Manfaat praktis
1) Untuk mahasiswa jurusan pendidikan IPA Biologi IAIN Mataram
dapat dijadikan sebagai rujukan atau refrensi dalam praktikum dan
pembelajaran biologi.
2) Untuk masyarakat dapat mengetahui bahwatanaman bandotan bisa
digunakan dan dimanfaatkan sebagai insektisida nabati.
7
D. Penegasan Istilah
Istilah-istilah dalam penelitian ini akan dijelaskan secara terperinci
untuk menghindari kesalahan penafsiran pada judul. Istilah yang dimaksud
adalah sebagai berikut:
1. Variasi konsentrasi
Variasi merupakan tindakan atau hasil perubahan dari keadaan
semula (selingan) atau bentuk yang lain.10
Konsentrasi adalah pemusatan
perhatian atau pikiran pada suatu hal.11
Variasi konsentrasi yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah perbedaan persentase kandungan bahan di
dalam suatu larutan.
2. Ekstraksi
Ekstrak adalah isi ringkas; intisari; kutipan; sari; inti; salinan.
Sedangkan ekstraksi merupakan proses penarikan zat pokok yang
diinginkan dari bahan mentah obat dengan menggunakan pelarut yang
dipilih dari zat yang diinginkan larut.12
Ekstraksi merupakan salah satu cara untuk memisahkan bahan dari
suatu campuran. Agar pelarut dapat berlangsung maka harus diusahakan
terjadinya kontak yang baik antara pelarut dengan bahan yang akan
dilarutkan. Ekstraksi dapat dilakukan dengan untuk ekstraksi cair-cair
10
Risky Maulana, Kamus Praktis Bahasa Indonesia (Surabaya, Lima Bintang, 2010), h, 424. 11
Ibid, h. 161 12
Supratman, Efikasi Estrak, h .32
8
ataupun ekstraksi padat cair. Untuk eksraksi cair dapat dilakukan dengan
cara mencampurkan cairan campuran dengan pelarut dan diaduk.,
sedangkan ekstraksi untuk zat padat dilarutkan dengan cara melarutkan zat
dengan menambahkan pelarut. Pada penelitian ini ekstraksi yang
digunakan adalah ekstraksi padat cair, yang menjadi padat yaitu daun
Bandotan sedangkan yang menjadi cairan atau pelarutnya yaitu etanol.
3. Daun (folium)
Daun merupakan salah satu bagian pokok dari tumbuhan.13
Tepi
daun bandotan berigi dengan ujung runcing, pangkal membulat panjang
dan berwarna hijau. Daun yang digunakan dalam penelitian ini adalah
daun bandotan.
4. Hama Kutu Beras
Kutu Beras merupakan hama gudang utama perusak bahan
makanan (terutama beras dan jagung) yang disimpan. Serangga tersebut
terutama pada stadium larva aktif memakan biji-bijian dan menimbulkan
kerugian yang besar.14
Hama kutu beras yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kutu beras yang sedah dewasa.
13
Tjitrosoepomo, Gembong. Morfologi Tumbuhan. (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2011), h. 7. 14
Hamin sudarsono. 2003. Hama kutu beras (sitophilus oryzae). Jurnal Hama dan Penyakit
Tropika. Vol.3, no 2:51-56 (2003). ISSN 1411-7525.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kajian pustaka
1. Bandotan
a. Sejarah perkembangan Bandotan
Bandotan adalah herbal tahunan yang tumbuh sekitar 60 cm
tinggi dan menghasilkan bunga-bunga pink kecil di bagian atas batang
berbulu nya. Di beberapa negara itu dianggap sebagai gulma yang sulit
untuk mengontrol. Bandotan berkisar dari tenggara Amerika Utara ke
Amerika Tengah, tetapi pusat asal di Amerika Tengah dan Karibia.
Ageratum juga ditemukan di beberapa negara di daerah tropis dan sub-
tropis, termasuk Brasil. Tanaman Bandotan merupakan jenis tanaman
pengganggu, yang dibanyak ditemukan di pinggir jalan, hutan, dan
ladang terbuka.15
b. Klasifikasi Bandotan
Klasifikasi tanaman Bandotan adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Sub divisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
15
Hasrianti silondae, “Pengaruh Ekstrak Bandotan (Ageratum conyzoides L) Terhadap
Mortalitas Kutu beras”. Jurnal penelitian pasca panen pertanian, 12(3), 126-127,2015.
9
10
Sub kelas : Asteridae
Ordo : Asterales
Family : Astereceae
Genus : Ageratum
Spesies : Ageratum conyzoides L.16
c. Morfologi Bandotan
Gambar 2.1 Tanaman Bandotan17
Keterangan:
1. Bunga (flos)
2. Daun (folium)
3. Batang (caulis
Bandotan merupakan salah satu tumbuhan herba setahu yang
tingginya dapat mencapai 30-90 cm dan tumbuhan tegak atau batang
bawah berbaring.
16
Supratman, Efikasi Estrak, h .21 17
Http://jamuherbaindonesia.blogspot.co.id/2014/02/gambar-tanaman-bandotan.html. diambil
pada tanggal 6 September2016, pukul 15:05 wita
1
2
3
11
1. Alat Hara (Organum nutritivum)
Adapun alat hara yang dimiliki oleh Bandotan adalah
sebagai berikut:18
a) Akar (radix)
Akarbandotan merupakan akar tunggang,
perakarannya dangkal, sedikit dan tidak kuat sehingga
mudah dicabut, akarnya berwarna putih kekuning-
kuningan, terdapat sedikit bulu-bulu halus.
b) Batang (caulis)
Batang bandotan tumbuh tegak. Buku-bukunya dan
bagian batang yang lebih muda ditumbuhi rambut halus.
Tingginya berkisar dari 25cm -50cm, membentuk cabang.
Pada ketiak daun tumbuh tunas yang membentuk cabang.
c) Daun (folium)
Daun bandotan berbentuk bulat telur. Bagian
pangkal helai daun berbentuk bundar atau sedikit
meruncing. Ujung helai daun berbentuk runcing atau agak
tumpul. Ukuran helai daun 2-10 cm. tepi helai daun
bergerigi atau berombak.
18
https://www.academia.edu/7731508/Laporan_PKL_Bandotan_Ageratum_conyzoides_L._. diambil pada tanggal 7 agustus, pukul 11.00 wita.
12
2. Alat perkembangbiakan (Organum reproductivum)
a) Bunga (flos)
Bunga bandotan merupakan kelompok kepala-
bunga. Dalam satu kelopak terdiri dari tiga atau empat
kepala-bunga. Masing-masing kepala bunga tumbuh
pada tangkai sendiri. Terdiri dari 60-75 bunga yang
tersusun (terbungkus) dalam daun pembalut
(involocral-bract). Mahkota lima berwarna putih
panjangnya 5-6 mm.
b) Buah (fructus)
Buah bandotan berukuran kecil, hampir tidak
menyerupai buah karena bagian dinding buah bersatu
dengan biji, berwarna putih kehitam-hitaman.
c) Biji (semen)
Biji bandotan warnanya kehitam-hitaman.
Kecil, memiliki 5 papus (merupakan bulu) pada
puncaknya. Ringan dan sangat banyak jumlahnya.
Tanaman Bandotan ketinggiannya bisa mencapai 1
meter, dengan ciri daun yang memiliki bulu berwarna putih
halus. Bunga berukuran kecil, berwarnaputih agak keunguan
pucat, berukuran seperti bunga matahari kecil, dengan diameter
13
5-8 mm. Batang dan daun ditutp oleh bulu halus berwarna
putih dan daunnya bisa mencapai 7,5 cm. buahnya mudah
tersebar sedangkan bijinya ringan mudah diterhembus oleh
angin.19
d. Habitat dan cara hidupnya
Tanaman ini umum tumbuh liar di pekarangan, tepi jalan, di
ladang atau persawahan. Biasanya orang mengenalnya sebagai gulma
sehingga sering dibasmi begitu saja. Jika sudah layu serta membusuk,
jadi daun tanaman ini akan berbau tidak enak.
Di Indonesia, bandotan merupakan tumbuhan liar dan lebih
dikenal sebagai tumbuhan pengganggu (gulma) di kebun dan di
ladang. Tumbuhan ini juga banyak ditemukan juga di pekarangan
rumah, tepi jalan, tanggul, di sekitar saluran air, dan di ketinggian 1-
2.100 m di atas permukaan laut.20
e. Kandungan daun bandotan
Berdasar pada penelitian oleh beberapa pakar kesehatan,
tanaman ini nyatanya mempunyai manfaat untuk kesehatan kita
lantaran memiliki kandungan zat-zat utama, yakni asam amino,
alkaloid, organacid, pectic substance, ageratochromene, organacid,
19
http://jamuherbaindonesia.blogspot.co.id/2014/02/khasiat-kesehatan-bandotan.html.diambil
pada tanggal 15 agustus 2016, pukul 08:05 wita.
20 Maryati, Jusmawati, dan Mila Karmila. “Pemanfaatan Daun Bandotan (Ageratum
conyzoides L.) Sebagai Insektisida Nabati”. Jurnal Mahasiswa FMIPA UNM, 7(1), 320,2008.
14
minyak asiri, ageratochromene, kumarin, friedelin, stigmasterol, ß-
sitosterol, sulfur, tanin, serta potassium chlorida.
Daun dan bunga mengandung saponin, flavanoid dan polifenol,
selain itu daunnya mengandung minyak asiri. Daun yang diekstrak
dengan methanol pada konsentrasi tertentu beracun terhadap serangga.
Tepung daunnya yang dicampur dengan terigu mampu menghambat
pertumbuhan larva serangga menjadi pupa. Selain untuk insektisida
nabati, daun Bandotan berkhasiat sebagai obat luka baru, wasir, sakit
dada, mata dan perut, sementara akarnya sering digunakan sebagai
obat demam.21
2. Kutu Beras (Sitophilus oryzae)
a. Klasifikasi kutu beras (Sitophilus oryzae)
Kingdom : Animalia
Filum : Antropoda
Kelas : Insect
Ordo : Coleopteran
Famil : Cureulionidae
Genus : Sitophilus
Spesies : Sitophilus oryzae.22
21
Kardinan, Pestisida Nabati, h. 21 22
Embriani. 2014. Kutu Beras (Sitophylus oryzae). (KTI). h.15
15
b. Morfologi kutu beras (Sitophylus oryzae)
Gambar 2.2 Morfologi Kutu Beras (Sitophylus oryzae)23
Keterangan:
1. Kaki 4. Kepala
2. Antena 5. Sayap
3. Mulut
Kumbang muda dan dewasa berwarna cokelat agak kemerahan,
setelah tua warnanya berubah menjadi hitam. Terdapat 4 bercak
berwarna kuningagak kemerahan pada sayap bagian depan, 2 bercak
pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan.
Panjang tubuh kumbang dewasa ± 3,5-5 mm, tergantung dari tempat
hidup larvanya. Apabila kumbang hidup pada jagung, ukuran rata-rata
23
Http://khiashawol.blogspot.co.id/2012/04/kutu-beras.html. diambil pada tanggal 1 Agustus
2016, pada pukul 10:15 wita.
1
2
3
4
5
16
± 4,5 mm, sedang pada beras hanya ± 3,5 mm. larva kumbang tidak
berkaki, berwarna putih atau jernih dan ketika bergerak akan
membentuk dirinya dalam keadaan agak membulat. Pupa kumbang ini
tampak seperti kumbang dewasa.24
c. Siklus hidup kutu beras (Sitophilus oryzae)
Kumbang betina dapat mencapai umur 3-5 bulan dan dapat
menghasilkan telur sampai 300-400 butir. Telur diletakkan pada tiap
butir beras yang telah dilubangi terlebih dahulu. Lubang gerekan
biasanya dibut sedalam 1 mm dan telur yang dimasukkan ke dalam
lubang tersebut dengan bantuan moncongnya adalah telur yang
berbentuk lonjong. Stadia telur berlangsung selama ± 7 hari. Larva
yang telah menetas akan langsung menggerek butiran beras yang
menjadi tempat hidupnya. Selama beberap waktu, larva akan tetap
berada di lubang gerekan, demikian pula imagonya juga akan berada
di dalam lubang selama ± 5 hari. Siklus hidup hama ini sekitar 28-90
hari, tetapi umumnya selama ± 31 hari. Panjang pendeknya siklus
hidup ham ini tergantung pada temperatur ruang simpan, kelembaban
diruang simpan, dan jenis produk yang diserang.25
24
Ibid. h. 10 25
http://khiashawol.blogspot.co.id/2012/04/kutu-beras.html. diambil pada tanggal 1 Agustus
2016, pada pukul 10:15 wita.
17
3. Bioinsektisida
Bioinsektisida nabati merupakan bioinsektisida yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan yang memiliki sifat insektisida sehingga mampu
membunuh atau menolak serangga hama. Penggunaan bioinsektisida
hayati tumbuhan merupakan salah satu alternatif pilihan. Secara alamiah
nenek moyang telah mengembangkan bioinsektisida nabati dengan
menggunakan tumbuan yang ada di lingkungan pemukiman, nenek
moyang memakai bioinsektisida nabati atas dasar kebutuhan praktis dan
disiapkan secara tradisional. Tradisi ini akhirnya hilang karena desakan
tekhnologi yang tidak ramah lingkungan.
4. Ekstrak daun bandotan
Ekstrak adalah isi ringkas, intisari, sari, inti, salinan.26
Ekstrak
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sari yang didapat dari hasil
saringan daun bandotan yang sudah dimaserasi selama 24 jam. Daun
bandotan memiliki banyak kandungan yang berbahaya bagi hama, salah
satu kandungannya yaitu minyak asiri, jika ekstrak daun bandotan ini
dicampur dengan etanol akan beracun terhadap serangga. Daun yang akan
diekstrak adalah bagian ujungnya yaitu urutan ke-5 dari bagian ujung.
Ekstraksi dapat dilakukan dengan untuk ekstraksi cair-cair
ataupun ekstraksi padat cair. Untuk eksraksi cair dapat dilakukan dengan
26
Tim Penyusun, Kamus Saku Ilmiah Populer Edidi Lengkap. (Jakarta: Gama Press, 2010), h.
61
18
cara mencampurkan cairan campuran dengan pelarut dan diaduk.
Sedangkan ekstraksi untuk zat padat dilarutkan dengan cara melarutkan
zat dengan menambahkan pelarut.27
B. Kerangka berpikir
Bandotan merupakan jenis tumbuhan gulma yang tumbuh di tempat
yang tidak terduga. Tanaman ini biasanya dimanfaatkan oleh manusia sebagai
obat pada luka baru, wasir, sakit dada, mata, dan perut. Sementara akarnya
sering digunakan sebagai obat demam.
Daun dan bunga tanaman Bandotan mengandung saponin, flavonoid
dan polifenol, selain itu juga daunnya mengandung minyak asiri. Daunnya
yang diekstrak dengan etanol pada konsentrasi tertentu beracun terhadap
serangga. Tepung daunnya yang dicampur dengan tepung terigu mampu
menghambat pertumbuhan larva serangga menjadi pupa, sehingga dengan
demikian dapat dimanfaatkan sebagai bioinsektisida untuk menanggulangi
hama khususnya dari serangga.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu membantu
masyarakat khususnya dalam bidang pertanian untuk menjadikan insektisida
yang berasal dari tanaman menjadi salah satu alternatif yang dapat dilkukan
untuk mengatasi masalah hama. Penggunaan insektisida alami ini selain dapat
mengurangi pencemaran lingkungan, harganya relatif lebih murah bila
dibandingkan dengan pestisida kimia.
27
Supratman, Efikasi Estrak, h .32
19
Oleh karena itu, pada penelitian ini menguji ekstrak daun Bandotan
sebagai bioinsektisida, untuk melihat apakah ada potensi variasi konsentrasi
yang diberikan terhadap mortalitas kutu beras. Adanya mortalitas kutu beras
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pada konsentrasi berapakah
konsentrasi yang paling optimuyang mampu membunuh hama kutu beras
paling efektif dan efisien.
Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berpikir
Tanaman bandotan
(Ageratum conyzoides)
Daun bandotan Gulma yang hidup
disembarang tempat
Mengandung saponin,
flavonoid, polifenol, dan
minyak asiri
Dimanfaatkan sebagi obat
pada luka, wasir, perut dan
sakit dada
Diekstrak dengan etanol,
beracun terhadap serangga
hama (kutu beras)
Ekstrak daun bandotan
dijadikan insektisida nabati
Membantu masyarakat
dalam bidang pertanian
20
C. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka diajukan
hipotesis sebagi berikut:
Hi : Ada pengaruh variasi konsentrasi ekstrak daun bandotan sebagai
bioinsektisida pengendali hama kutu beras.
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen dengan
pendekatan kuantitatif. Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang
digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain
dalam kondisi yang terkendali.28
Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang
identik dengan pendekatan deduktif, yaitu berangkat dari persoalan umum
(teori) ke hal yang khusus sehingga penelitian harus ada landasan teorinya.29
Sesuai dengan namanya penelitian kuantitatif banyak dituntut menggunakan
angka mulai dari pengumpulan data dan hasilnya banyak didominasi oleh
peran statistik.
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rancangan acak lengkap (RAL). Rancangan Acak Lengkap (RAL) umumnya
digunakan untuk percobaan-percobaan di laboratorium, rumah kaca dan
percobaan-percobaan terkendali lainnya. Pada penelitian ini diggunakan lima
perlakuan denganlima kali ulangan sehingga 5 x 5 = 25 unit percobaan.
Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa tingkat mortalitas hama
kutu beras yang diberikan ekstrak daun Bandotan dengan variasi konsetrasi.
28
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2013), h.107. 29
Mashyuri dkk, Metodologi Penelitian Praktis dan Aplikatif, (Bandung: Refika Aditama,
2008), h.12.
21
22
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Ulangan Perlakuan (konsentrasi) Rerata
(1)
0%
(2)
10%
(3)
20%
(4)
30%
(5)
40%
1 P1U1 P2U1 P3U1 P4U1 P5U1
2 P1U2 P2U2 P3U2 P4U2 P5U2
3 P1U3 P2U3 P3U3 P4U4 P5U5
4 P1U4 P2U4 P3U4 P4U4 P5U5
5 P1U5 P2U5 P3U5 P4U5 P5U5
Total
Rata-
rata
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pendidikan IPA Biologi
IAIN Mataram, waktu pelaksanaannya pada tanggal 08 s/d 09 Desember
2016.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah semua individu atau objek yang menjadi sumber
pengambilan sampel. Populasi yang dijadikan sebagi objek dalam
penelitian ini adalah kutu beras.
23
2. Sampel
Sampel merupakan sebagian dari seluruh individuatau objek yang
menjadi objek penelitian. Sampel pada penelitian ini adalah 10 ekor kutu
beras setiap toples perlakuan dan ulangan. Dalam penelitian ini dilakukan
5 kali pelakuan (konsetrasi) dan 5 kali ulangan, sehingga diperoleh 25 unit
percobaan. Jadi jumlah individu kutu beras yang dijadikan sampel dalam
penelitian ini adalah 25 unit x 10 ekor = 250 ekor.
D. Alat dan Bahan
1. Alat penelitian
Alat merupakan benda yang bisa digunakan berulang-ulang.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat untuk
keperluan ekstraksi bahan, sterilisasi, dan pengujian aktivitas
bioinsektisida.
a. Blender yang digunakan untuk menggiling daun bandotan hingga
hancur.
b. Pengaduk yang digunakan untuk mengaduk larutan.
c. Pisau yang digunakan untuk memotong daun bandotan dari
batangnya.
d. Toples digunakan untuk tempat menampung biakan kutu beras.
e. Gelas ukur digunakan untuk mengukur pelarut yang akan
dicampurkan.
24
f. Gelas pop ice digunakan sebagai tempat menaruh hama kutu beras
yang akan diberikan ekstrak daun bandotan sesuai dengan
konsentrasi.
g. Kertas label digunakan untuk memberi keterangan pada setiap
botol kispray.
h. Arlogi atau stopwatch digunakan untuk menghitung waktu.
i. Alat tulis digunakan untuk mencatat data hasil pengamatan.
j. Kamera digunakan untuk mengmabil gambar/dokumentasi.
k. Timbangan digunakan untuk menimbang daun bandotan yang
dibutuhkan.
2. Bahan penelitian
Bahan merupakan benda yang digunakan yang bersifat habis
pakai. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagi berikut:
a. Daun Bandotan dengan urutan 1-5 dari bagian ujungnya.
b. Kertas saring digunakan untuk menyaring hasil ekstrak daun
bandotan.
c. Air (Aquades) sebagai pelarut.
d. Kutu Beras yang digunakan dalam fase imago.
25
E. Variabel Penelitian
Variabel adalah karakteristik yang diamati yang mempunyai variasi
nilai dan merupakan oprasionalitas dari suatu konsep agar dapat diteliti secara
empiris atau ditentukan tingkatannya.30
1. Variable independen (bebas) adalah variabel yang dimanipulasi oleh
peneliti untuk menciptakan suatu dampak pada variabel dependen. Pada
penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah ekstrak daun
Bandotan yang terdiri dari konsentrasi 0%, 10%, 20%, 30% dan 40%.
2. Variabel dependen (terikat) adalah variabel respon atau out-put sebagai
variabel respon artinya variabel ini muncul sebagai akibat dari manipulasi
suatu variabel independen. Pada penelitian ini yang menjadi variabel
dependen adalah mortalitas hama kutu beras dan laju kematiannya.
F. Prosedur Penelitian
1. Pengembangbiakan hama kutu beras (Sitophilus oryzae).
a. Mempersiapkan 5 kg beras sebagai media pengembangbiakan.
b. Menyediakan ember untuk penyimpanan.
c. Memasukkan beras tersebut ke dalam wadah penyimpanan.
d. Menyimpan beras tersebut pada tempat yang aman, pada suhu yang
lembab.
2. Pembuatan ekstrak daun Bandotan (Ageratum conyzoides L)
a. Menyiapkan daun Bandotan.
30
Setiadi. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. (Jakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 54.
26
b. Mencuci daun Bandotan hingga bersih.
c. Mengeringkan daun Bandotan dengan cara dianginkan dalam ruangan
yang tidak langsung terkena sinar matahari.
d. Menimbang daun bandotan sesuai dengan konsentrasi yang
dibutuhkan dengan menggunakan rumus :
Pengeceran gram/volume : % 𝑤
𝑣 = 𝑔𝑟
𝑣 𝑥 100%
Keterangan:
% 𝑤
𝑣 : konsentrasi yang diinginkan atau yang dibuat.
gr : jumlah daun bandotan yang dibutuhkan untuk setiap
konsentrasi.
v : volume aquades yang digunakan untuk mengencerkan daun
bandotan, harus sama jumlahnya dengan semua konsentras
1) Untuk konsentrasi 10%
% 𝑤
𝑣 = 𝑔𝑟
𝑣 𝑥 100%
10% = 𝑔𝑟
200 𝑥 100%
0,1 = 𝑔𝑟
200 𝑥 1
gr = 0,1 x 200
= 20 gr
27
Jadi untuk membuat ekstrak daun bandotan dengan
konsentrasi 10% yang diencerkan dalam 200 ml aquades
dibutuhkan 20 gr daun bandotan.
2) Untuk konsentrasi 20%
Karena untuk konsentrasi 10% membutuhkan 20 gr daun
bandotan, maka untuk konsentrasi 20% = 2 x 20 = 40 gr.
3) Untuk konsentrasi 30%
Karena untuk konsentrasi 10% membutuhkan 20 gr daun
bandotan, maka untuk konsentrasi 30% = 3 x 20 = 60 gr.
4) Untuk konsentrasi 40%
Karena untuk konsentrasi 10% membutuhkan 20 gr daun
bandotan, maka untuk konsentrasi 40% = 3 x 20 = 80 gr.
e. Memasukkan daun bandotan yang telah ditimbang kedalam belender
sebanyak 20 gr (10%), 40 gr (20%), 60 gr (30%), 80 gr (40%).
f. Memasukkan aquades sebanyak 200 ml kedalam blender.
g. Menghaluskan daun bandotan menggunakan blender sesuai dengan
konsentrasi yang dibutuhkan.
h. Menyaring hasil gilingan dengan kain saring.
i. Hasil ekstrak/penyaringan ini digunakan sebagai larutan induk.
j. Memasukkan hasil saringan kedalam botol kispray.
28
3. Persiapan sampel
a. Mempersiapkan kutu beras.
b. Memberikan label pada toples sesuai dengan perlakuan, dan ulangan
yang diberikan, misalnya:
1) P1U1 = untuk konsentrasi 0% pada perlakuan 1 ulangan ke-1.
2) P2U1 = untuk konsentrasi 10% pada perlakuan 2 ulangan ke-1
3) P3U1 = untuk konsentrasi 20% pada perlakuan 3 ulangan ke-1
4) P4U1 = untuk konsentrasi 30% pada perlakuan 4 ulangan ke-1
5) P5U1 = untuk konsentrasi 40% pada perlakuan 5 ulangan ke-1
6) Begitu seterusnya untuk pemberian label ulangan 2 dan 3.
4. Uji aktivitas
a. Menyiapkan gelas plastik sebangak 25 unit.
b. Memasukkan hama kutu beras ke dalam gelas plastik/toples, dengan
masing-masing 10 ekor setiap toples.
c. Menemprotkan ekstrak daun bandotan dengan konsentrasi 0%, 10%,
20%, 30%, dan 40% pada setiap perlakuan.
d. Mengamati selama beberapa waktu untuk mengetahui awal kematian
kutu beras pada masing-masing konsentrasi.
e. Mengamati jumlah mortalitas kutu beras setelah 24 jam.
f. Memasukkan hasil pengamatan ke dalam tabel pengamatan.
29
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan
data.31
Tekhnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan observasi langsung, identifikasi, dan dokumentasi.
Setelah mengamati secara langsung kondisi objek percobaan tersebut
dan mengamati mortalitas hama kutu berasserta laju kematiannya berdasarkan
waktu yang telah ditentukan, kemudian memasukkan ke dalam tabel hasil
pengamatan untuk dianalisa pada tahap selanjutnya.
H. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini selanjutnya akan dianalisa
menggunakan ANOVA (Analisis of Varians). Adapun rancangan percobaan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)
satu jalur (one way) dengan lima perlakuan (konsentrasi) dan lima kali
pengulangan. Data penelitian ini akan dianalisis secara manual. Jika hasil
analisis data tedapat perbedaan dilakukan uji lanjut dengan BNT (Beda Nyata
Terkecil) pada taraf signifikan 5% (a=0,05).
31
Sugiyono. Metode penelitian pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. (Bandung:
Alfabeta, 2014), h. 224
30
Adapun langkah-langkah dalam ANOVA adalah sebagai berikut.32
:
1. Tabel sidik ragam
Tabel 3.2 Tabel Sidik Ragam
Sumber
keragaman
Db Jk KT Fk F
hitung
5%
F table
Perlakuan t-1 Y i2
r− FK
JKP
dbp
Y2
r x t
KTP
KTG
0,05 0,01
Galat T (r-1)-
(t-1) JKT-JKP
JKG
dbg
Total (t x r)-1
Σ yi2
− FK
2. Menghitung untuk membuat tabel sidik ragam
a. Faktor Koreksi (FK) =𝑦2
𝑡 .𝑟
b. Jumlah Kuadrat Total (JKT) = Σ Y ij2 – FK
c. Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP) = Σ𝑌𝑖2
𝑟 – FK
d. Jumlah Kuadrat Galat (JKG) = JKT-JKP
e. Kuadrat Tengah Perlakuan (KTP) = 𝐽𝐾𝑃
𝑑𝑏𝑝
f. Kuadrat Tengah Galat (KTG) = 𝐽𝐾𝐺
𝑑𝑏𝑔
g. F hitung = 𝐾𝑇𝑃 𝐾𝑇𝐺
32Kusringrum, Perancangan Percobaan, (Surabaya: Airlangga University Press, 2010), h.
178
31
3. Kaidah keputusan
Sebagai kaidah keputusan pengujian dari tabel sidik ragam adalah
sebagai berikut:
a. Jika F hitung > F tabel 1%, perbedaan diantara nilai tengah perlakuan
(pengaruh perlakuan) dikatakan sangat nyata (highly significant). (pada
hasil F hitung ditandai dengan dua tanda **)
b. Jika F hitung > F tabel 5%, tetap lebih kecil dari F tabel 1% perbedaan
diantara nilai tengah perlakuan dikatakan nyata (significant). (pada
hasil F hitung ditandai dengan dua tanda *)
c. Jika F hitung < F tabel 5%, perbedaan diantara perlakuan dikatakan
tidak nyata (nonsignificant). (pada F hitung ditandai dengan dua tanda
Ns).33
Apabila dalam perbandingan F hitung ≥F tabel, maka perlu
dilakukan uji lanjut dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pada taraf 5%.
Adapun rumus dari BNT adalah:
BNT (a) = Q (a) (t, db galat) x 2𝐾𝑇𝐺
𝑟
Keterangan: Q = taraf nyata
r = jumlah ulangan
t(𝛼) (db galat) = Nilai t tabel
KTG = Kuadrat Tengah Galat
33
Kusriningrum. Perancangan Percobaan, (Surabaya: Airlangga University Press, 2008), h.
178.
32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian dan Analisis Data
Pada penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti di Laboratorium
IPA Biologi IAIN Mataram pada tanggal 08 s/d 09 Desember 2016, tentang
pengaruh variasi konsentrasi ekstrak daun bandotan (Ageratum conyzoides L)
sebagai pengendali hama kutu beras (Sitophilus oryzae). Penelitian ini
dilakukan selama dua hari, dengan tekhnik pengumpulan data secara langsung
dan dokumentasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk pengetahui pengaruh
variasi konsentrasi ekstrka daun bandotan sebagai insektisida nabati.
1. Mortalitas Awal Kutu Beras ( Sitophilus oryzae )
Pengamatan pertama yang dilakukan adalah mengamati awal
kematian kutu beras. Hasil pengamatan untuk awal kematian kutu beras
setelah diberikan perlakuan pada masing-masing ulangan ditunjukkan
pada tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Mortalitas Awal Kutu beras (jam)
Ulangan Perlakuan (konsentrasi) Total
0% 10% 20% 30% 40%
1 0 6,37 5,10 3,35 1,45 16,27
2 0 6,50 6,05 3,53 1,58 11,66
3 0 6,48 5,25 4,17 2,21 18,11
4 0 6,49 5,54 3,49 1,40 16,92
5 0 5,56 5,19 3,55 2,15 16,45
Total 0 31,4 27,13 18,09 8,79 85,41
Rata-rata 0 6,28 5,43 3,62 1,76
32
33
Berdasarkan data dari tabel 4.1 diatas merupakan rata-rata awal
kematian kutu beras. Kematian awal kutu beras tercepat terjadi pada
konsentrasi 40% dengan rata-rata yaitu 1,76 jam, sedangkan rata-rata
awal kematian terlama terjadi pada konsentrasi 10% dengan rata-rata 6,28
jam.
Tabel 4.2 Ringkasan hasil perhitungan sidik ragam (ANOVA)
Sumber
keragaman
Derajat
bebas
(db)
Jumlah
kuadrat
(JK)
KTG
F
hitung
F tabel
0,05 0,01
Perlakuan 4 133,5078 0,1136
293,80 2,87 4,43
Galat 20 2,272
Total 24
Data pada tabel 4.1 dianalisis menggunakan Analisis Varians
Tunggal (one way). Hasil analisis terhadap kematian awal kutu beras
menunjukkan Fhitung = 293,80 dan Ftabel 5% pada db (4:20) = 2,84. Jadi,
Fhitung lebih besar dari Ftabel (Fhitung > Ftabel) dengan demikian Hi dierima
yang menunjukkan bahwa data yang diperoleh signifikan atau berbeda
nyata, artinya ada pengaruh variasi konsnetrasi ekstrak daun bandotan
sebagai pengendali hama kutu beras.
Karena hasil menunjukkan signifikan maka akan dilanjutkan
dengan uji BNT (lampiran 2). Nilai uji BNT yang didapatkan = 0,442
34
pada taraf signifikan 5%. Notasi garis yang digunakan untuk menentukan
perlakuan mana yang lebih berpengaruh adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3. Notasi garis untuk awal kematian kutu beras
Perlakuan Rata-rata Notasi
0% 0 a
40% 1,76 b
30% 3,26 c
20% 5,43 d
10% 6,28 e
Gambar notasi untuk awal kematian kutu beras
0 1,76 3,62 5,43 6,28
a b c d e
Keterangan tabel 4.3 : a,b,c d, dan e lambang notasi yang menunjukkan
perbedaan pengaruh konsentrasi untuk setiap
perlakuan.
Berdasarkan tabel 4.3 di atas menujukkan bahwa antara masing-
masing pelakuan hasilnya berbeda nyata. Waktu tecepat yang dibutuhkan
untuk membunuh kutu beras terlihat pada konsentrasi 40% dengan rata-
rata 1,76 yang berarti konsentrasi 40% mempunyai kemampuan yang
tinggi untuk membunuh hama kutu beras, sedangkan waktu terlama telihat
pada konsentrasi 0%, tidak terlihat satupun kutu beras yang mati karena
perlakuannya hanya dengan aquades. Tabel diatas tidak terlihat angka-
angka yang diikuti oleh huruf yang sama artinya semua perlakuan hasilnya
berbeda nyata.
35
2. Mortalitas Kutu Beras ( Sitophilus oryzae )
Hasil pengamatan mortalitas kutu beras setelah 24 jam diberikan
perlakuan ditunjukkan sebagai berikut:
Tabel 4.4. Hasil Pengamatan Mortalitas Kutu Beras (%)
Ulangan Perlakuan (konsentrasi) Total
0% 10% 20% 30% 40%
1 0 5 6 8 9 28
2 0 5 7 7 10 29
3 0 6 8 9 8 31
4 0 5 7 8 9 29
5 0 4 7 8 9 28
Total 0 25 35 40 45 145
Rata-rata 0 5 7 8 9
Berdasarkan tabel 4.4 diatas menunjukkan hasil bahwa rata-rata
mortalitas hama kutu beras terendah terjadi pada konsentrasi 10% yaitu 5
ekor, sedangkan untuk mortalitas tertingginya terjadi pada konsentrasi
40% yaitu 9 ekor, lebih jelasnya pada lampiran 1.
Tabel 4.5 Ringkasan hasil perhitungan tabel sidik ragam (ANOVA)
Sumber
keragaman
Derajat
bebas
(db)
Jumlah
kuadrat
(JK)
KTG
F
hitung
F tabel
0,05 0,01
Perlakuan 4 254 0,4
158,75 2,87 4,43
Galat 20 8
Total 24
36
Dari hasil analisis data tabel 4.5 diatas diperoleh Fhitung = 158,75
dan Ftabel 5% pada db (4:20) = 2,87. Jadi, Fhitung lebih besar dari Ftabel
(Fhitung > Ftabel) dengan demikian Hi dierima yang menunjukkan bahwa
data yang diperoleh signifikan atau berbeda nyata, artinya ada pengaruh
variasi konsentrasi ekstrak daun bandotan sebagai pengendali hama kutu
beras. Karena hasil menunjukkan signifikan maka akan dilanjutkan
dengan uji BNT. Nilai uji BNT yang didapatkan = 0,834 pada taraf
signifikan 5% (terlampir).
Berikut tabel 4.5 yang digunakan untuk menetukan notasi
perlakuan yang lebih berpengaruh terhadap mortalitas kutu beras.
Tabel 4.6. Notasi garis untuk mortalitas kutu beras
Perlakuan Rata-rata Notasi
0% 0 a
10% 5 b
20% 7 c
30% 8 d
40% 9 e
Gambar notasi untuk mortalitas kutu beras
0 5 7 8 9
a b c d e
37
Berdasarkan tabel 4.6 di atas menujukkan bahwa terlihat hasil
yang berbeda nyata antara masing-masing perlakuan. Kematian terendah
telihat pada pelakuan 0% dan kematian tertinggi telihat pada konsentrasi
40 % dan 30%. Hasil untuk masing-masing perlakuan berbeda nyata
karena angka-angka pada tabel di atas tidak diikuti oleh huruf yang sama.
B. Analisis data
Setelah melakukan pengamatan untuk awal kematian dan kematian
akhir kutu beras pada masing-masing perlakuan dan ulangan, akan dilanjutkan
dengan analisis tabel sidik ragam (ANOVA) kemudian akan dilanjutkan
dengan uji BNT taraf 5% (terlampir).
Tabel 3.6 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Mortalitas Kutu Beras
Perlakuan
(konsentrasi)
Parameter yang diamati
Laju kematian (jam) Mortalitas akhir (%)
0% 0 a 0 a
10% 6,28 b 5 b
20% 5,43 c 7 c
30% 3,62 d 8 d
40% 1,76 e 9 e
BNT (5%) 0,442 0,834
Keterangan: Huruf kecil yang berbeda (a,b,c dan d, e) pada setiap
perlakuan menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan
memiliki pengaruh yang berbeda nyata terhadap waktu laju
kematian dan mortalitas akhir pada taraf signifikan 5%.
.
38
C. Pembahasan
Tanaman bandotan (Ageratum conizoides L) merupakan salah satu
tanaman yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati dengan diolah secara
tradisional. Tanaman ini diketahui memiliki kandungan kimia terutama pada
daunnya, adapun kandungan kimia tersebut adalah alkaloid, flavonoid,
saponin, triterpenoid, polifenol, sulfur, fenol, minyak atsiri dan tanin.
Daun bandotan segar memiliki aroma yang khas, juga mengandung
alkaloid, saponin, flavonoid. Alkaloid pada serangga bertindak sebagai racun
perut serta dapat bekerja sebagai penghambat enzim asetil kolinesterase
sehingga mengganggu sistem kerja saraf pusat, dan dapat mendegradasi
membran sel telur untuk masuk ke dalam sel dan merusak sel telur. 34
Aktivitas biologis senyawa saponin dalam membunuh kutu beras yaitu
dengan destruksi (kerusakan) saluran pencernaan dengan cara menurunkan
tegangan permukaan sehingga selaput mukosa saluran pencernaan menjadi
korosif. Hal tersebut menyebabkan menurunnya aktivitas enzim pencernaan
dan pencernaan makanan. 35
Flavonoid merupakan golongan fenol dapat menyebabkan denaturasi
protein. Denaturasi protein tersebut menyebabkan permeabilitas dinding sel
34 Krestini, E. H., W. Setiawati,dan I. Sulastrini. 2011. Pengaruh Ekstrak Tumbuhan
Babadotan (Ageratum conyzoides), Terhadap Mortalitas Hama Myzus persicae, Trialeurodes
vaporariorum, Dan Predator Kumbang COCCI Menochillus sexmaculatus. (Semnas Pesnab
IV, Jakarta 15 Oktober 2011), h. 9.
35 Ibid, h.10
39
dalam saluran pencernaan menurun. Hal ini akan mengakibatkan transfor
nutrisi terganggu sehingga pertumbuhan terhambat dan akhirnya akan mati.
Selain itu, senyawa flavonoid juga memiliki sifat anti insektisida yaitu dengan
menimbulkan kelayuan syaraf pada beberapa organ vital serangga yang dapat
menyebabkan kematian.36
Menurut Riyati (2010) bahwa kemampuan ekstrak daun bandotan
dalam menimbulkan mortalitas pada kutu beras adalah senyawa triterpenoid
yang terlarut dalam minyak atsiri. Tumbuhan ini telah berhasil diisolasi, dan
ditemukan dua senyawa aktif yang diberi nama Precocene I dan Precocene II
yang dikenal dengan senyawa anti hormon juvenil yaitu hormon yang di
perlukan oleh serangga pada saat metamorfosis dan reproduksinya, sehingga
memiliki pengaruh pada perkembangan serangga 37
Pada penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti di Laboratorium
IPA Biologi IAIN Mataram pada tanggal 08 s/d 09 Desember 2016, tentang
pengaruh variasi konsentrasi ekstrak daun bandotan (Ageratum conyzoides L)
sebagai pengendali hama kutu beras (Sitophilus oryzae). Menunjukkan hasil
bahwa untuk kematian awal kutu beras waktu tecepat tejadi pada konsentrasi
40%, dengan rata-rata 1,76 yang berarti konsentrasi 40% mempunyai
kemampuan yang tinggi untuk membunuh hama kutu beras.
36
Epi mayasari, Uji Efektivitas Pengendalian Hama Kutu Beras (Sitophilus oryzae
L) Dengan Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanusamaryllifolius ). (Jurnal Fakultas
Pertanian Universitas Muhamadiyah Yogyakarta), h. 7
37 http://etheses.uin-malang.ac.id/2674/5/11620073_Bab_1.pdf
40
Awal kematian kutu beras dilihat dari seberapa cepat ekstrak daun
bandotan yang telah disemprotkan dapat membunuh kutu beras tersebut. Rata-
rata waktu tercepat yang diperlukan untuk membunuh hama kutu beras pada
perlakuan 40% yaitu 1,76 jam dengan persentase mencapai 90%, sedangkan
untuk awal kematian telama pada konsentrasi 10% yaitu 6,28 jam dengan
pesentase kematian hanya 50%.
Berdasarkan hasil perhitungan kecepatan awal kematian kutu beras,
ekstrak daun bandotan menunjukkan reaksi yang cepat karena adanya
kandungan senyawa aromatik yang ada dalam minyak atsiri dari daun
bandotan semakin banyak sehingga tidak disukai oleh hama kutu beras. Selain
itu, kovikol yang merupakan salah satu senyawa turunan fenol dari minyak
atsiri daun bandotan memiliki daya insektisida 5 kali lebih kuat dibandingkan
piperazine phosphate dan dapat menjadi toksik jika dosisnya tinggi. Hasil
penelitian menunjukkan dosis ekstrak daun bandotan yang diberikan pada
masing-masing perlakuan memberikan hasil pengaruh yang berbeda terhadap
jumlah kematian kutu beras.
Untuk mortalitas hama kutu beras terlihat dengan bertambahnya
konsentrasi ekstrak daun bandotan yang diberikan maka semakin tinggi
kematian dari kutu beras tersebut. Hal itu terlihat pada tabel 4.4 yang
menunjukkan bahwa pada konsentrasi 40% tingkat kematian kutu beras rata-
rata 9 ekor, sedangkan untuk konsentrasi 10% kematiannya hanya 5 ekor atau
setengah dari sampel yang diperlakukan. Dari grafik tersebut terlihat adanya
41
peningkatan mortalitas kutu beras seiring dengan meningkatnya konsentrasi
yang diberikan.
Tingginya tingkat mortalitas disebabkan oleh senyawa yang
terkandung pada daun bandotan mampu meluruhkan lapisan chitin penyusun
kutikula hama kutu beras. Bahan aktif yang berpengaruh pada mortalitas yang
disebabkan oleh zat beracun yang ada pada ekstrak daun bandotan yang
menghambat aktivitas respirasi sehingga menyebabkan kematian apabila
masuk melalui saluran percernaan dan akan terikat oleh O2 yang dibawa sel-
sel darah merah ke seluruh tubuh kutu beras.38
Kematian terendah terjadi pada konsentrasi 10%. Hal tersebut
dikarenakan pada konsentrasi tersebut kandungan senyawa aktif yang dapat
menyebabkan kematian pada kutu beras hanya sedikit. Sehingga kutu beras
mampu beradaptasi dengan aroma daun tersebut.
Mortalitas tertinggi terjadi pada konsentrasi 40% karena pada
konsentrasi tersebut kandungan senyawa daun bandotan sangat banyak.
Banyaknya kandungan tersebut terserap secara terus menerus sehingga kutu
beras kekurangan kadar O2 dalam tubuhnya. Perbedaan ini disebabkan oleh
pada tiap-tiap konsentrasi bandotan memiliki kandungan saponin, flavonoid,
dan minyak atsiri yang berbeda pula, sehingga daya bunuh terhadap kutu
beras juga berbeda, tergantung dari banyak sedikitnya dosis yang diberikan.
38 Epi mayasari, Uji Efektivitas Pengendalian Hama Kutu Beras (Sitophilus oryzae L)
Dengan Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanusamaryllifolius ). (Jurnal Fakultas Pertanian
Universitas Muhamadiyah Yogyakarta), h. 8
42
Hal tersebut mengakibatkan semakin banyak konsentrasi yang
digunakan maka semakin banyak senyawa yang terkandung pada daun
bandotan masuk ke dalam sel-sel kutu beras, sehingga dapat mengakibatkan
kematian dalam waktu ± 24 jam dari penyemprotan.
43
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, disimpulkan bahwa
ada pengaruh variasi konsentrasi ekstrak daun bandotan (Ageratum
conyzoides L) sebagai pengendali hama kutu beras (Sitophilus oryzae).
Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun bandotan yang diberikan maka
semakin tinggi tingkat kematian kutu beras pada masing-masing perlakuan.
B. Saran
1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang pengaruh ekstrak daun
bandotan dengan konsentrasi yang berbeda, serta perlu dilakukan
pengembangan penelitian dengan mengacu pada organum nutritivum
diantaranya : akar (radix), dan batang (caulis).
2. Bagi masyarakat agar dapat memanfaatkan daun bandotan sebagai
alternatif insektisida nabati.
43
44
DAFTAR PUSTAKA
Agus Kardinan. Pestisida Nabati Ramuan & Aplikasi. Jakarta: Penebar Swadaya,
1991.
Astuti, Mulya Alfira. Statistika Penelitian. Jurusan pendidikan matematika IAIN
Mataram, 2013
Anwar hidayat, Mengidentifakasi Jenis Hama dan Sifat Hama. Bandung: Direktorat
Pendidikan Menengah Kejuruan Jakarta, 2011.
Budisutiya dan Evi Arisandi, “Pemanfaatan Daun Bandotan Sebagai Pengendali
Serangga Hama”. Jurnal penelitian tanaman herba, 7(1), 39-40, 2006.
Embriani. Kutu Beras (Sitophylus oryzae). Karya Tulis Ilmiah. Vol 9(4), 27-28, 2014.
Epi mayasari, Uji Efektivitas Pengendalian Hama Kutu Beras (Sitophilus oryzae L)
Dengan Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanusamaryllifolius ). Jurnal
Fakultas Pertanian Universitas Muhamadiyah Yogyakarta.
Hamin sudarsono. 2003. “Hama kutu beras (sitophilus oryzae)”. Jurnal Hama dan
Penyakit Tropika. Vol.3, no 2:51-56 (2003). ISSN 1411-7525.
Hasrianti silondae, “Pengaruh Ekstrak Bandotan (Ageratum conyzoides L) Terhadap
Mortalitas Kutu beras”. Jurnal Penelitian Pasca Panen Pertanian, 12(3), 126-
127,2015.
Https://www.academia.edu/7731508/Laporan_PKL_Bandotan_Ageratum_conyzoide
s_L._. diambil pada tanggal 7 agustus, pukul 11.00 wita. Vol.3, no 2:25-26
(2012)
Http://jamuherbaindonesia.blogspot.co.id/2014/02/khasiat-kesehatan-bandotan.html.
diambil pada tanggal 15 agustus 2016, pukul 08:05 wita. Vol.9, no 7:41-45
(2003).
Http://khiashawol.blogspot.co.id/2012/04/kutu-beras.html. diambil pada tanggal 1
Agustus 2016, pada pukul 10:15 wita. . Vol.11, no 8:71-76 (2010).
Http://etheses.uin-malang.ac.id/2674/5/11620073_Bab_1.pdf. diambil pada tanggal
15 Desember 2016, pada pukul 11.00 Wita. Vol.5, no 4:31-36 (2013)
Http/geogle.com. Cakrawala Tanaman Obat. LIPI. diambil pada tanggal 13
Desember 2016, pukul 20:45 Wita. Vol.3, no 4:45-46 (2006).
Http/wikipedia.com. Obat Tradisional. diambil pada tanggal 13 Desember 2016,
pukul 20:40 Wita. . Vol.6, no 3:51-56 (2007).
45
Kusriningrum. Perancangan Percobaan Surabaya: Airlangga University Press, 2010.
.Perancangan Percobaan Surabaya: Airlangga University Press, 2008.
Krestini, E. H., W. Setiawati,dan I. Sulastrini. 2011. Pengaruh Ekstrak Tumbuhan
Babadotan (Ageratum conyzoides), Terhadap Mortalitas Hama Myzus
persicae, Trialeurodes vaporariorum, Dan Predator Kumbang COCCI
Menochillus sexmaculatus. Semnas Pesnab IV, Jakarta 15 Oktober 2011.
Maryati, Jusmawati, dan Mila Karmila. “Pemanfaatan Daun Bandotan (Ageratum
conyzoides L.) Sebagai Insektisida Nabati”. Jurnal Mahasiswa FMIPA UNM,
7(1), 320, 2008.
Mashyuri, Metodologi Penelitian Praktis dan Aplikatif, .Bandung: Refika Aditama,
2008. Narulita Candra Dewi, Mengenal Hama dan Penyakit Tumbuhan. Klaten: PT.Intan Pariwara,
2008.
Risky Maulana, Kamus Praktis Bahasa Indonesia. Surabaya, Lima Bintang, 2010.
Setiadi. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Jakarta: Graha Ilmu, 2007.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2013
Supratman Andi, “Efikasi Ekstrak Babandotan (Ageratum conyzoides L.) terhadap
(Crocidolomia binotalis Zeller). Skripsi, Fakultas pertanian Universitas
Bengkulu, Bengkulu, 2007.
Tjitrosoepomo, Gembong. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2011.
Tim Penyusun, Kamus Saku Ilmiah Populer Edisi Lengkap. Jakarta: Gama Press,
2010.
46
LAMPIRAN
46
47
LAMPIRAN 1
Data hasil penelitian
1. Data mentah awal kematian kutu beras
Ulangan Perlakuan (konsentrasi) Rerata
0% 10% 20% 30% 40%
1 0 6,37 5,10 3,35 1,45 16,27
2 0 6,50 6,05 3,53 1,58 11,66
3 0 6,48 5,25 4,17 2,21 18,11
4 0 6,49 5,54 3,49 1,40 16,92
5 0 5,56 5,19 3,55 2,15 16,45
Total 0 31,4 27,13 18,09 8,79 85,41
Rata-rata 0 6,28 5,43 3,62 1,76
2. Data mentah mortalitas akhir kutu beras
Ulangan Perlakuan (konsentrasi) Total
0% 10% 20% 30% 40%
1 0 5 6 8 9 28
2 0 5 7 7 10 29
3 0 6 8 9 8 31
4 0 5 7 8 9 29
5 0 4 7 8 9 28
Total 0 25 35 40 45 145
Rata-rata 0 5 7 8 9
48
LAMPIRAN II
Hasil perhitungan Analiss of Varian (ANAVA) Dengan taraf signifikan 5%
1. Awal Kematian Kutu beras (Ageratum conyzoides L)
Ulangan Perlakuan (konsentrasi) Rerata
0% 10% 20% 30% 40%
1 0 6,37 5,10 3,35 1,45 16,27
2 0 6,50 6,05 3,53 1,58 11,66
3 0 6,48 5,25 4,17 2,21 18,11
4 0 6,49 5,54 3,49 1,40 16,92
5 0 5,56 5,19 3,55 2,15 16,45
Total 0 31,4 27,13 18,09 8,79 85,41
Rata-rata 0 6,28 5,43 3,62 1,76
Uji analisis statistik dihitung menggunakan ANOVA (analysis of
variance).
a. Faktor koreksi (FK)
FK = 𝑦2
𝑡×𝑟 =
85,41²
5×5 =
7.294,868
25 = 291,794
b. Jumlah kuadrat tengah (JKT)
JKT = Ʃ y ij2 – FK
= 6,372 + 6,50
2 + 6,48
2 + 6,49
2+ 5,56
2+ 5,10
2+ 6,05
2+ 5.25
2+ 5,54
2 +
5,192+ 3,35
2+ 3,53
2+ 4,17
2+ 3,49
2+ 3,55
2+ 1,45
2 + 1,58
2 + 2,21
2+
1,402 + 2,15
2 – 291,794
= 427,574 – 291,794
= 135,78
49
c. Jumlah kuadrat perlakuan ( JKP)
JKP = Ʃ yi 2
𝑟 - Fk
= 31,4²+ 27,13² + 18,09² + 8,79²
5 – 291,794
= 2126,509
5 - 291,794
= 425,3018 - 291,794
= 133,5078
d. Jumlah kuadrat galat (JKG)
JKG = JKT – JKP
= 135,78 – 133,5078
= 2,272
e. Derajat bebas (db)
Dbp = t – 1 Dbg = db total – db perlakuan
= 5 – 1 = 24 - 4
= 4 = 20
Db total = (r×t) - 1
= (5×5) - 1
= 25 – 1
= 24
50
f. Derajat tengah (KTP)
KTP = 𝐽𝐾𝑃
𝑑𝑏𝑝
= 133,5078
4 = 33,376
g. Kuadrat tengah galat (KTG)
KTG= 𝐽𝐾𝐺
𝑑𝑏𝑔
= 2,272
20
= 0,1136
h. F hitung = 𝐾𝑇𝑃
𝐾𝑇𝐺
= 33,376
0,1136
= 293,80
i. Tabel sidik ragam
Sumber
keragaman
Derajat
bebas
(db)
Jumlah
kuadrat
(JK)
KTG
F
hitung
F table
0,05 0,01
Perlakuan 4 133,5078 0,1136
293,80 2,87 4,43
Galat 20 2,272 Total 24
51
k. BNT (5%) = t (5%) (dbg) × 2𝐾𝑇𝐺
𝑟
= t (0,05) (20) × 2×0,1136
5
= 2,086 × 0,2272
5
= 2,086 × 0,045
= 2,086 × 0,212
= 0,442
l. Notasi garis untuk awal kematian kutu beras
Perlakuan Rata-rata Notasi
40% 1,76 a
30% 3,62 b
20% 5,43 c
10% 6,28 d
0% 0 e
m. Gambar notasi untuk awal kematian kutu beras
0 1,76 3,62 5,43 6,28
a b c d e
Keterangan tabel 4.3 : a,b,c d, dan e lambang notasi yang menunjukkan
perbedaan pengaruh konsentrasi untuk setiap
perlakuan.
52
2. Mortalitas Kutu Beras
ANOVA
Ulangan Perlakuan (konsentrasi) Total
0% 10% 20% 30% 40%
1 0 5 6 8 9 28
2 0 5 7 7 10 29
3 0 6 8 9 8 31
4 0 5 7 8 9 29
5 0 4 7 8 9 28
Total 0 25 35 40 45 145
Rata-rata 0 5 7 8 9
a. Faktor koreksi
FK = 𝑦2
𝑡×𝑟 =
145²
5×5 =
21.025
25 = 841
b. Jumlah kuadrat total (JKT)
JKT = Ʃ y ij2 – FK
= 52 + 5
2 + 6
2 + 5
2+ 4
2+ 6
2+ 7
2+ 8
2+ 7
2 + 7
2+ 8
2+ 7
2+ 9
2+ 8
2+ 8
2+ 9
2 +
102
+ 82+ 9
2 + 9
2 – 841
= 1103 – 841
= 262
c. Jumlah kuadrat perlakuan (JKP)
JKP = Ʃyi 2
𝑟 - Fk
= 25²+ 35² + 40² + 45²
5 – 841
= 5475
5 - 841
53
= 1095 - 841
= 254
d. Jumlah kuadrat galat (JKG)
JKG = JKT – JKP
= 262 - 254
= 8
e. Derajat bebas (db)
Dbp = t – 1 Dbg = db total – db perlakuan
= 5 – 1 = 24 - 4
= 4 = 20
Dbt = (r×t) - 1
= (5×5) - 1
= 25 – 1
= 24
f. Kuadrat tengah perlakuan (KTP)
KT = 𝐽𝐾𝑃
𝑑𝑏𝑝
= 254
4 = 63,5
g. Kuadrat tengah galat (KTG)
KTG = 𝐽𝐾𝐺
𝑑𝑏𝑔
54
= 8
20
= 0,4
a. F hitung = 𝐾𝑇𝑃
𝐾𝑇𝐺
= 63,5
0,4
= 158,75
h. Tabel sidik ragam
Sumber
keragaman
Derajat
bebas
(db)
Jumlah
kuadrat
(JK)
KTG
F
hitung
F table
0,05 0,01
Perlakuan 4 254 158,75
158,75 2,87 4,43
Galat 20 8
Total 24
i. BNT (5%) = t (5%) (dbg) × 2𝐾𝑇𝐺
𝑟
= t (0,05) (20) × 2×0,4
5
= 2,086 × 0,8
5
= 2,086 × 0,16
= 2,086 × 0,4
= 0,834
55
j. Notasi garis untuk mortalitas kutu beras
Perlakuan Rata-rata Notasi
0% 0 a
10% 5 b
20% 7 c
30% 8 d
40% 9 e
k. Gambar notasi untuk mortalitas kutu beras
0 5 7 8 9
a b c d e
56
LAMPIRAN III
Dokumentasi
Pengaruh Variasi Konsentrasi Ekstrak Daun Bandotan (Ageratum Conyzoides
L) Sebagai Bioinsektisida Pengendali Hama Kutu Beras (Sitophilus oryzae).
Gambar 0.1
Keterangan :
Gambar 0.1 yaitu pemetikan daun
Bandotan.
Gambar 0.2
Keterangan :
Gambar 0.2 daun bandotan yang
sudah dipotong dan di kering
anginkan setelah dicuci.
57
Gambar 0.3
Keterangan :
Gambar 0.3 kutu beras yang
sudah dibiakkan.
Gambar 0.4
Keterangan:
Gambar 0.4 proses penimbangan
daun bandotan.
Gambar 0.5
Keterangan :
Gambar 0.5 proses penghalusan
daun bandotan.
58
Gambar 0.6
Keterangan :
Gambar 0.6 proses penyaringan
ekstrak daun bandotan.
Gambar 0.7
Keterangan :
Gambar 0.7 ekstrak daun
bandotan dengan masing-masing
konsentrasi dalam botol kispray.
Gambar 0.8
Keterangan :
Gambar 0.8 persiapan sampel
59
Gambar 0.9
Keterangan :
Gambar 0.9 proses penyemprotan
ekstrak daun bandotan pada kutu
beras yang sudah dipersiapkan.
Gambar 10
Keterangan :
Gambar 10. kondisi awal, selesai
proses penyemprotan.
60
Gambar 11
Keterangan :
Gambar 11. Kondisi pada jam ke
24.
Gambar 12
Keterangan :
Gambar 12. Kondisi kutu beras
yang sudah mati.
61
62
63
64
65
66
top related