pengaruh tingkat pemberian pupuk kascing … · dikonsumsi dalam bentuk olahan roti ... bahwa dari...
Post on 12-Mar-2019
229 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH TINGKAT PEMBERIAN PUPUK KASCING TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAHAN KERING (Sorghum bicolor (L.) Moench) VARIETAS SUPER 1
SKRIPSI
SAHRUL
I111 13 530
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
PENGARUH TINGKAT PEMBERIAN PUPUK KASCING TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAHAN KERING
(Sorghum bicolor (L.) Moench) VARIETAS SUPER 1
Oleh :
SAHRUL
I111 13 530
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada
Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
Makassar
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
PERNYATAAN KEASLIAN
1. Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Sahrul
Nim : I 111 13 530
a. Karya skripsi saya adalah asli
b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari skripsi ini, terutama dalam bab
hasil dan pembahasan, tidak asli atau plagiasi, maka saya bersedia
dibatalkan dan dikenakan sanksi akademik yang berlaku.
2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan
seperlunya.
Makassar, Oktober 2017
SAHRUL
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Alhamdulilahirabbil’alamin, segala puji syukur atas diri-Nya yang telah
mengaruniakan berkah dan kasih sayang-Nya, shalawat beserta salam senantiasa
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi yang berjudul ” Pengaruh Tingkat Pemberian Pupuk Kascing
Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bahan Kering Sorgum (Sorgum bicolotr
(L.) Varietas Moench) 1”. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan jenjang Strata Satu (S1) pada Jurusan Peternakan, Fakultas
Peternakan, Universitas Hasanuddin Makassar.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menemukan hambatan dan
tantangan, sehingga penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini
masih jauh dari kesempurnaan sebagai suatu karya ilmiah, hal ini disebabkan oleh
faktor keterbatasan penulis sebagai manusia yang masih berada dalam proses
pembelajaran. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan partisipasi aktif dari
semua pihak berupa saran dan kritik yang bersifat membangun demi
penyempurnaan tulisan ini.
Segala hormat dan terima kasih dan sembah sujud kepada Allah SWT
yang telah memberikan segala kekuasaan-Nya dan kemurahan-Nya juga kepada
kedua orang tuaku tercinta Ayahanda H. Caharudding dan Ibunda Hj.
Muhayyang yang telah melahirkan, membesarkan, mendidik dan mengiringi
setiap langkah penulis dengan doa restu yang tulus serta tak henti-hentinya
memberikan dukungan baik secara moril maupun materil. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada saudara perempuan Sumarni S Kom atas doa
yang tulus dan motivasi selama ini. Tak lupa pula Keluarga Besar penulis yang
selalu ada dalam suka maupun duka.
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan banyak terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
Dr.Ir.Budiman,MP selaku pembimbing utama yang telah memberikan
nasehat, arahan, petunjuk dan bimbingan serta dengan sabar dan penuh
tanggungjawab meluangkan waktunya mulai dari penyusunan hingga
selesainya skripsi ini.
Dr. Rinduwati, S.Pt., M.Si selaku pembimbing anggota dan pembimbing
seminar judul yang tetap setia membimbing penulis hingga sarjana serta selalu
menasehati dan memberi motivasi kepada penulis untuk selalu percaya diri
dan optimis.
Dr. Syamsuddin Nompo, MP, Dr. Ir Syahriani Syahrir,M.Si dan D r . I r
A n i e A s ri a n i , M . S i selaku pembahas mulai dari seminar proposal
hingga seminar hasil penelitian, terima kasih telah berkenan mengarahkan dan
memberi saran dalam menyelesaikan skripsi ini.
Prof. Dr. Ir. Sudirman Baco, M.Sc selaku penasehat akademik yang sangat
membantu penulis dalam menyelesaikan pendidikan S1.
Prof. Dr. Ir. Jasmal A. Syamsu, M.Si selaku Wakil Dekan III Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin yang memberikan banyak pengalaman
yang sangat bermanfaat kepada penulis.
Prof. Dr. Dwia Aries Tina Palubuhu, M.A, selaku Rektor Universitas
Hasanuddin.
v
Prof. Dr.Ir. Sudirman Baco, M.Sc, selaku Dekan Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin.
Dosen Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin yang telah
banyak memberi ilmu yang sangat bernilai bagi penulis.
Seluruh Staf dalam lingkungan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin,
yang selama ini telah banyak membantu dan melayani penulis selama
menjalani kuliah hingga selesai..
Teman-teman LARFA 2013, HIMAPROTEK UNHAS, SEMA FAPET
UH, HMI KOM PETERNAKAN, UKM SEPAK BOLA UNHAS. Terima
kasih atas kenangan yang berawal dari mahasiswa baru hingga kita semua
meraih gelar S.Pt, meskipun kebersamaan ini singkat tapi kita mengawalinya
bersama disini dan akan selamanya menjadi teman.
Teman-Teman Seperjuangan Skripsi, Viergiawan Saputra yang telah banyak
membantu dalam penulisan Skripsi mulai dari Proposal hingga Hasil, Andi
ramdani. Terima kasih atas doa, dukungan, dan masukannya selama ini.
Kalian teman seperjuangan yang luar biasa.
Teman seperjuangan di pondokan yang selalu meminjamkan laptopnya Andi
Jemma terima kasih sebesar-besarnya atas kebaikan anda.
Alumni SD 149 TUNGKE (BONE), MTs NEGERI 1 LAPPARIAJA
(BONE), SMA NEGERI 1 LAPPARIAJA (BONE) terima kasih untuk
setiap kenangannya.
Teman KKN 93 UH Khususnya Kelurahan Pattojo Kecamatan liliriaja
Kabupaten Soppeng yang telah memberi banyak pengalaman dan pelajaran
Semua pihak yang tidak dapat penulis cantumkan satu per satu, terima kasih
atas doanya. Terima kasih sebanyak-banyaknya kepada orang-orang yang
turut bersuka cita atas keberhasilan penulis menyelesaikan Skripsi ini. Semoga
Allah S.W.T membalas budi baik semua yang penulis telah
sebutkan diatas maupun yang belum sempat ditulis. Akhir kata, Harapan Penulis
kiranya skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada pembacanya dan diri
pribadi penulis. Amin....
Wassalumualaikum Wr.Wb.
Makassar, Okotober 2017
Sahrul
ABSTRAK
Sahrul (I 111 13 530). Pengaruh Tingkat Pemberian Pupuk Kascing Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Bahan Kering (Sorghum Bicolor (L.) Moench)
Varietas Super 1. Dibawah Bimbingan Budiman Nohong sebagai Pembimbing Utama dan Rinduwati sebagai Pembimbing Anggota.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh level pemberian pupuk kascing terhadap pertumbuhan dan produksi bahan kering (Sorghum Bicolor (L.) Moench) Varietas Super 1. Pada penelitian ini digunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan yaitu P0 = kontrol, P1 = 5 ton/ha, P2 = 10 ton/ha, P3 = 15 ton/ha, dan P4 = 20 ton/ha. Hasil penelitian memperlihatkan rata-rata tinggi tanaman sorgum yang diberi berbagai level pupuk kasing adalah P0 = 174.72 cm, P1 = 204 cm, P2 = 232,11 cm, P3 = 246,5 cm, dan P4 = 280,33 cm. Sedangkan rata-rata jumlah daun tanaman sorgum yang diberi berbagai level pupuk kasing adalah P0 = 10,66 helai, P1 = 11,00 helai, P2 = 11,00 helai, P3 = 11,00 helai, dan P4 = 280,33 helai, dan rata-rata bahan kering tanaman sorgum yang diberi berbagai level pupuk kasing adalah P0 = 355,46 gr, P1 = 385,73 gr, P2 = 474,66 gr, P3 = 508,40 gr, dan P4 = 792,40 gr. Berdasarkan hasil maka dapat disimpulkan bahwa pemberian pupuk kascing sebanyak 5 - 20 ton/ha pada tanaman sorgum dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi bahan kering.
Kata kunci : sorgum, pupuk kascing, pertumbuhan, dan produk bahan kering
ABSTRAK
Sahrul (I 111 13 530). Influence of level of Granting Fertilizer Kascing Against growth and production of the dry ingredients (Sorghum Bicolor (l.)
Moench) Super Varieties 1. Guided by Budiman Nohong as the primary Supervisor and Rinduwati as Supervising members.
The purpose of this research is to know the influence of level of granting
fertilizer kascing against growth and production of the dry ingredients (Sorghum
Bicolor (l.) Moench) Super Varieties 1. In this study used a randomized complete
design (RAL) consisting of 5 treatments i.e. P0 = control, P1 = 5 tonnes/ha, P2 =
10 tonnes/ha, P3 = 15 tonnes/ha, and P4 = 20 tonnes/ha. Results of the study
showed the average high sorghum plants were given varying levels of fertilizer
case is P0 = 174.72 cm, P1 = P2 = 204 cm, 232.11 cm, P3 = 246.5 cm, and P4 =
280.33 cm. While the average number of sorghum plants leaves are fed various
levels of fertilizer case is P0 = 10.66 strands, P1 = P2 = strands, 11.00 11.00 11.00 = P3 strands, strands, and P4 = 280.33 strands, and the average dry ingredients
plant sorghum fed various levels of fertilizer case is P0 = 355.46 gr, P1 = P2 =
385.73 474.66 gr, gr, P3 = 508.40 gr, and P4 = 792, 40 gr. Based on the results it
can be concluded that the granting of kascing fertilizer by as much as 5-20 ton/ha
on sorghum plants can increase the growth and production of the dry ingredients.
Keywords : Sorgum, Kascing, Growth, and production of dry ingredients
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
ABSTRAK........................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................... 1 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 2 Kegunaan Penelitian ...................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Sorgum Sorgum Varietas 1 .............................................. 3 Pertumbuhan Tanaman Sorgum .................................................................... 5 Produksi Tanaman Sorgum ......................................................................... 10 Pupuk Kascing ............................................................................................. 11 Pengaruh Pemupukan .................................................................................. 13 Hipotesis ...................................................................................................... 15
BAB III MATERI DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu ....................................................................................... 16 Materi Penelitian.......................................................................................... 16 Metode Penelitian ........................................................................................ 16 Pelaksanaan Penelitian ................................................................................ 17 Parameter yang Diamati .............................................................................. 18 Analisis Data................................................................................................ 19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Tinggi Tanaman ........................................................................................... 20 Jumlah Daun ................................................................................................ 21 Produksi Bahan Kering ................................................................................ 23
BAB V PENUTUP
Kesimpulan .................................................................................................. 24
Saran ............................................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
No Halaman
Teks
1. Pengaruh Pemberian Pupuk Kascing Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Bahan Kering Sorgum (Sorgum bicolor (L.) Moench)............. 19
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
Teks
1. Tanaman Sorgum ..................................................................................... 3
2. Pupuk Kascing ....................................................................................... 12
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
Teks
1. Hasil Analisis Pupuk Kascing ................................................................ 28
2. Perhitungan Tinggi Tanaman ................................................................. 30
3. Perhitungan Jumlah Daun ...................................................................... 31
4. Perhitungan Produksi Bahan Kering ...................................................... 32
5. Dokumentasi Penelitian ......................................................................... 34
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) merupakan tanaman pangan
penting kelima setelah padi, gandum, jagung, dan barley, dan menjadi makanan
utama lebih dari 750 juta orang di daerah tropis setengah kering di Afrika, Asia,
dan Amerika Latin (FSD 2003; Reddy et al., 2007). Di Afrika, biji sorgum
dikonsumsi dalam bentuk olahan roti, bubur, minuman, berondong, dan kripik
(Dicko et al., 2006). Di Indonesia sorgum merupakan tanaman sereal pangan ke
tiga setelah padi dan jagung. Walaupun potensi sorgum di Indonesia cukup besar
dengan beragam varietas, baik lokal maupun introduksi, tetapi pengembangannya
bukan hal mudah.
Menurut Kusumanto (2010), bahwa dari hasil ampas batang sorgum yang
dapat dijadikan paka sapi. Daun dan ampas sorgum merupakan bahan pakan yang
lebih baik dibanding dengan rumput gajah, karena kandungan proteinnya yang
lebih tinggi yang dapat memberikan pertumbuhan daging dan produktifitas daging
yang lebih banyak.
Tanaman sorgum telah lama dikenal di Indonesia.namun pemanfaatannya
belum dimaksimalkan karena pertumbuhannya yang kurang baik. Selama ini
pengembangan sorgum kurang mendapat perhatian juga oleh pemerintah,
sehingga jarang ditemui di lahan petani dan pemanfaatan biji sorgum di
masyarakat masih sebatas untuk pangan olahan tradisonal. Penambahan pupuk
kascing diharapkan mampu untuk memberikan pertumbuhan dan produksi yang
baik terhadap sorgum agar bisa dimanfaatkan sebagai pakan.
Kascing yaitu tanah bekas pemeliharaan cacing merupakan produk
sampingan dari budidaya cacing tanah yang berupapupuk organik sangat cocok
untuk pertumbuhan tanaman karena dapat meningkatkan kesuburan tanah.
Kascing mengandung berbagai bahan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
tanaman yaitu suatu hormon seperti giberellin, sitokinin dan auxin, serta
mengandung unsur hara (N, P, K, Mg dan Ca) serta Azotobacter sp yang
merupakan bakteri penambat N non-simbiotik yang akan membantu memperkaya
unsur N yang dibutuhkan oleh tanaman. Karena itupenggunaan Kascing
diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Dengan pertumbuhan
tanaman yang baik diharapkan dapat meningkatkan produksi tanaman.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh level
pemberian pupuk kascing terhadap pertumbuhan dan produksi sorgum varietas
super 1.
Kegunaan
Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi bagi
masyarakat, khususnya kepada petani peternak tentang penggunaan pupuk kascing
sebagai salah satu usaha untuk memacu pertumbuhan hijauan makanan ternak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Sorgum Varietas Super 1
Tanaman sorgum (Sorghum bicolor L.) (Moench) termasuk famili
Graminae (Poaceae). Tanaman ini telah lama dibudidayakan namun masih dalam
areal yangterbatas. Di Indonesia sorgum dikenal sebagai palawija dengan sebutan
cantel, jagungcantel, dan gandrung. Sorgum merupakan bahan pangan yang juga
mengandung karbohidrat seperti beras, terigu dan jagung. Sorgum adalah salah
satu bahan pangan yang potensial untuk substitusi terigu danberas karena masih
satu famili dengan gandum dan padi, hanya berbeda subfamili,sehingga
karakteristik tepungnya relatif lebih baik dibanding tepung umbi-umbian. Oleh
karena itu sorgum merupakan pengganti karbohidrat alternatif (Ruchjaniningsih,
2008).
Gambar 1. Tanaman Sorgum
Klasifikasi Sorgum menurut USDA (2008) sebagai berikut :
Kingdom : Plantae – Plants
Sub kingdom : Tracheobionta – Vascular plants
Super division : Spermatophyta – Seed plants
Division : Magnoliophyta – Flowering plants
Class : Liliopsida – Monocotyledons
Subclass : Commelinidae
Ordo : Cyperales
Family : Poaceae – Grass family
Genus : Sorghum Moench – Sorghu
Species : Sorghum bicolor (L.) Moench – Sorghum
Menurut Balai Penelitian Serealia (2015) sorgum varietas super 1
merupakan hasil perbaikan populasi Water Hamu Putih hasil koleksi plasma
nutfah Balitseral. Sifat tanaman tidak beranak tetapi dapat diratun, umur panen
105-110 hari, tinggi tanaman rata-rata 204,8 cm, tahan rebah, bentuk mulai
lonjong, panjang mulai 26,7 cm, warna sekam coklat muda, warna biji putih,
ukuran biji panjang 4,37 mm, lebar 4,03 mm, diameter 2,60 mm,bobot 1.000 biji
28,0 g.Potensi hasil varietas ini 5,7 ton/ha dengan rata-rata hasil 2,6 ton/ha, pada
kadar air 10%, potensi etanol 4,3801 1iter/ha potensi biomas 38,7 ton/ha biomas
batang, kadar protein 12,9%, kadar karbohidrat 71,3% kadar gula 13,5% brix, dan
kadar tannin 0,11%. Sorgum varietas super 1 tahan hama aphis, tahan penyakit
antraknose, karat daun dan hawar daun, cocok ditanam pada lahan kering beriklim
kering dan adaptasi pada lingkungan luas, Varietas ini potensi dikembangkan
secara luas untuk produksi bioetanol.
Pertumbuhan Tanaman Sorgum
Tanaman sorgum mempunyai pola pertumbuhan yang sama dengan
jagung, namun interval waktu antara tahap pertumbuhan dan jumlah daun yang
berkembang dapat berbeda. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai setiap tahap
bergantung pada varietas dan lingkungan tumbuh. Faktor lingkungan tersebut
antara lain kelembaban dan kesuburan tanah, hama dan penyakit, cekaman
abiotik, populasi tanaman, dan persaingan gulma. Pertumbuhan tanaman sorgum
dapat dikelompokkan ke dalam tiga tahap yaitu, fase vegetatif, fase reproduktif,
dan pembentukan biji dan masak fisiologis (Du Plessis, 2008).
Fase Vegetatif
Fase vegetatif merupakan fase pembentukan dan perkembangan daun yang
kemudian berfungsi mendukung pembentukan biji. Lamanya fase vegetatif
bergantung pada umur varietas yang ditanam. Varietas yang berumur tua
mempunyai jumlah daun yang lebih banyak dibanding varietas berumur sedang
maupun genjah. Varietas berumur genjah umumnya membentuk daun sampai 15
helai, sedangkan varietas berumur sedang sekitar 17 helai, dan varietas berumur
dalam sampai 19 helai. Pada fase ini, tanaman biasanya toleran terhadap
kekeringan, kelebihan air, dan temperatur rendah. Kondisi yang cerah selama fase
ini dapat merangsang pembentukan anakan pada saat tanaman telah membentuk
4-6 helai daun. Selain itu, jumlah tanaman per lubang yang kurang dari tiga dapat
merangsang pembentukan anakan. Anakan biasanya lambat berbunga dan malai
yang terbentuk lebih kecil dibanding tanaman induknya. Anakan yang terbentuk
dapat digunakan sebagai kompensasi dari populasi tanaman yang kurang (Tabri
dan Zubachtirodin, 2010).
Tanaman sorgum mempunyai biji yang kecil dan pada awal
pertumbuhannya sangat lambat dibanding jagung atau kedelai. Pertumbuhan
lambat ini terjadi sampai tinggi tanaman mencapai sekitar 20 cm, atau setelah
perakarannya mampu mengambil hara lebih banyak dan cepat. Pada varietas
berumur sedang ( + 90 hari setelah tumbuh), hal ini terjadi pada 30-35 hari setelah
tumbuh, yang merupakan periode kritis karena perkembangan tanaman mulai
berubah dari fase vegetatif ke fase pembentukan malai, dan saat itu merupakan
akhir pembentukan jumlah daun (Tabri dan Zubachtirodin, 2010).
Pada fase vegetatif bagian tanaman yang aktif berkembang adalah bagian
bagian vegetatif seperti daun dan tunas/anakan. Fase ini sangat penting bagi
tanaman karena pada fase ini seluruh daun terbentuk sempurna berfungsi
memproduksi fotosintat untuk pertumbuhan dan pembentukan biji. Fase vegetatif
berlangsung pada saat tanaman berumur antara 1 - 30 hari. Tahap-tahap
pertumbuhan pada fase vegetatif meliputi 3 tahap (House 1985; Gerik et al., 2003;
dan Vanderlip, 1993), yaitu:
Tahap 0, saat kecambah muncul di atas permukaan tanah
Tahap ini disebut tahap 0 karena umur tanaman adalah 0 hari setelah
berkecambah (HSB). Pada kondisi yang optimum, tahap ini terjadi antara 3 - 10
hari setelah tanam (HST). Munculnya kecambah dipengaruhi oleh suhu,
kelembaban, kedalaman posisi benih, dan vigor benih. Pada suhu tanah 20 C atau
lebih, tunas pucuk (coleoptile) muncul di atas tanah setelah 3 - 4 HST, dan akan
lebih lama jika suhu semakin rendah. Sedangkan akar skunder akan mulai
berkembang 3-7 HSB. Selama tahap ini, pertumbuhan bergantung pada nutrisi dan
cadangan makanan dari benih (Effendi dkk., 2013). Suhu dingin dengan
kelembaban yang tinggi mendukung pertumbuhan organisme penyakit. Benih
harus mendapatkan perlakuan dengan fungisida sebelum tanam. Penggunaan
herbisida pratumbuh membantu menekan pertumbuhan gulma pada awal
pertumbuhan. Sorgum sangat dianjurkan ditanam pada akhir musim hujan,
sehingga panen bisa dilakukan pada musim kemarau. Hal ini penting karena biji
sorgum mudah tumbuh dan terserang hama jika curah hujan terlalu tinggi
mendekati panen (Vanderlip, 1993).
Tahap 1, saat pelepah daun ke-3 terlihat
Daun dihitung setelah pelepah daun mulai terlihat atau tidak lagi tertutup
oleh pelepah daun sebelumnya, namun titik tumbuh masih berada di tanah. Laju
pertumbuhan relatif lambat. Tahap ini berlangsung pada umur sekitar 10 hari
setelah berkecambah (HSB). Kecepatan pertumbuhan pada tahap ini bergantung
pada suhu yang hangat (Effendi dkk., 2013). Penyiangan yang baik membantu
tanaman untuk tumbuh secara optimal sehingga mampu memberikan hasil yang
optimal. Namun penyiangan harus hati-hati supaya tidak merusak titik tumbuh,
karena kemampuan sorgum untuk tumbuh kembali tidak sebaik tanaman
(Vanderlip, 1993).
Tahap 2, saat daun ke-5 terlihat
Pada tahap ini tanaman memasuki umur sekitar 20 hari setelah
berkecambah (HSB) dan memasuki fase pertumbuhan cepat. Daun dan sistem
perakaran berkembang dengan cepat (Effendi dkk., 2013). Pertumbuhan yang
cepat memerlukan penyiangan, pupuk, pengairan, dan pengendalian hama dan
penyakit yang optimal. Laju akumulasi bahan kering akan konstan hingga saat
memasuki masak fisiologis bila kondisi pertumbuhan baik. Titik tumbuh masih
berada di bawah permukaan tanah. Pada fase ini, batang belum memanjang, yang
terlihat di permukaan tanah adalah lapisan pelepah daun, namun vigor tanaman
lebih tinggi dibanding pada tahap 1 (Vanderlip, 1993).
Tahap 3, tahap deferensiasi titik tumbuh
Deferensiasi titik tumbuh berlangsung pada saat tanaman berumur sekitar
30 hari setelah berkecambah (HSB) Pada fase ini titik tumbuh mulai membentuk
primordial bunga. Setidaknya sepertiga jumlah daun sudah benar-benar
berkembang, dan total jumlah daun optimal sudah terdeferensiasi (Effendi dkk.,
2013). Batang tumbuh dengan cepat mengikuti pertumbuhan titik tumbuh.
Penyerapan unsur hara secepat pertumbuhan tanaman, sehingga kebutuhan hara
dan air juga cukup tinggi, penambahan pupuk sangat membantu tanaman untuk
tumbuh optimal. Waktu yang diperlukan dari penanaman hingga deferensiasi titik
tumbuh umumnya menghabiskan sepertiga dari umur tanaman (Vanderlip, 1993).
Fase Pertumbuhan Generatif
Fase generatif umumnya berlangsung pada saat tanaman berumur 30-60
HST (Vanderlip, 1993). Pada suhu panas, sorgum akan berbunga lebih cepat, dan
pada kondisi suhu yang lebih rendah pembungaan sedikit lebih lambat (House,
1985). Inisiasi bunga menandai akhir fase vegetatif dan dimulainya fase
reproduktif/generatif. Pada fase ini terbentuk struktur malai (panicle) dan jumlah
biji yang bisa terbentuk dalam satu malai. Fase ini sangat penting bagi produksi
biji karena jumlah biji yang akan diproduksi maksimum 70% dari total bakal biji
yang tumbuh periode ini. Jika pertumbuhan malai terganggu akan menurunkan
jumlah biji yang akan terbentuk (Du Plessis, 2008). Tahap-tahap pertumbuhan
fase generatif meliputi:
Tahap 1, saat munculnya daun bendera
Daun bendera muncul pada saat tanaman berumur sekitar 40 HSB yang
ditandai oleh terlihatnya daun bendera yang masih menggulung. Setelah
diferensiasi titik tumbuh, perpanjangan batang dan daun terjadi secara cepat
bersamaan sampai daun bendera (daun akhir). Pada tahap ini semua daun sudah
terbuka sempurna, kecuali 3-4 daun terakhir. Intersepsi cahaya mendekati
maksimal (Pithaloka, 2014). Memasuki umur 40 - 45 HST, malai mulai
memanjang dalam daun bendera dimana ukuran malai ditentukan pada saat ini.
Pertumbuhan dan serapan hara jauh lebih besar dan lebih 40% kalium sudah
diserap. Laju pertumbuhan dan penyerapan hara cepat, sehingga kecukupan
pasokan nutrisi dan air diperlukan untuk pertumbuhan maksimal. Tanaman
sorgum pada fase ini cukup kompetitif dengan gulma, namun pengendalian gulma
tetap harus diperhatikan. Sekitar seperlima dari total pertumbuhan telah tercapai
(Vanderlip, 1993; Rao et al., 2004).
Tahap 2, menggelembungnya pelepah daun bendera
Pada 6-10 HSB, pelepah daun bendera menggelembung, atau terjadi
padasaat tanaman berumur sekitar 50 HSB. Pada fase ini seluruh daun telah
berkembang sempurna, sehingga luas daun dan intersepsi cahaya mencapai
maksimal. Malai berkembang hampir mencapai ukuran maksimum dan tertutup
dalam pelepah daun bendera, sehingga pelepahdaun bendera menggelembung.
Pertumbuhan batang sudah selesai, kecuali tangkai bunga (peduncle). Tangkai
bunga mulai memanjang dan mendorong malai (panicle) untuk keluar dari
pelepah daun bendera. Ukuran malai telah terdeferensiasi. Stres kelembaban
tinggi dan kerusakan akibat herbisida selama fase pembentukan malai dapat
mencegah malai keluar dari selubung daun bendera. Hal ini dapat mencegah
penyerbukan saat berbunga (House, 1985; Vanderlip, 1993).
Produksi Tanaman Sorgum
Limbah sorgum (daun dan batang segar) dapat dimanfaatkan sebagai
hijauan pakan ternak. Potensi daun sorgum manis sekitar 14−16% dari bobot
segar batang atau sekitar 3 ton daun segar/ha dari total produksi 20 ton/ha.
Soebarinoto dan Hermanto (1996) melaporkan bahwa setiap hektar tanaman
sorgum dapat menghasilkan jerami 2,62 + 0,53 ton bahan kering. Konsumsi rata-
rata setiap ekor sapi adalah 15 kg daun segar/hari (Direktorat Jenderal Perkebunan
1996). Daun sorgum tidak dapat diberikan secara langsung kepada ternak, tetapi
harus dilayukan dahulu sekitar 2 - 3 jam.
Rata-rata produktivitas sorgum tertinggi dicapai di Amerika Serikat, yaitu
3,60 t/ha, bahkan secara individu dapat mencapai 7 ton/ha (Sumarno dan Karsono
1996). Produktivitas yang tinggi ini dapat dicapai dengan menerapkan teknologi
budi daya secara optimal, antara lain penggunaan varietas hibrida, pemupukan
secara optimal, dan pengairan. Sebaliknya di beberapa negara produsen sorgum,
rata-rata produktivitas sorgum masih di bawah 1 ton/ha, yang disebabkan oleh
pengaruh iklim yang kering, penggunaan varietas lokal yang hasilnya rendah,
pemupukan minimal, dan penanaman secara tumpang sari.
Menurut Beti dkk. (1990), luas areal sorgum dunia sekitar 50 juta hektar
setiap tahun dengan total produksi 68,40 juta ton dan rata-rata produktivitas 1,30
t/hautama adalah India, Cina, Nigeria, danAmerika Serikat, sedangkan
Indonesiatermasuk negara yang masih ketinggalan,baik dalam penelitian,
produksi, pengembangan, penggunaan, maupun ekspor sorgum.
Pupuk Kascing
Kascing yaitu tanah bekas pemeliharaan cacing merupakan produk
sampingan dari budidaya cacing tanah yang berupa pupuk organik sangat cocok
untuk pertumbuhan tanaman karena dapat meningkatkan kesuburan tanah.
Kascing mengandung berbagai bahan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
tanaman yaitu suatu hormon seperti giberellin, sitokinin dan auxin, serta
mengandung unsur hara (N, P, K, Mg dan Ca) serta Azotobacter sp yang
merupakan bakteri penambat N non-simbiotik yang akan membantu memperkaya
unsur N yang dibutuhkan oleh tanaman (Agung, 2007).
Kascing merupakan kotoran cacing yang dapat berguna untuk pupuk,
kascing ini mengandung partikel-partikel partikel kecil dari bahan organik yang
dimakan cacing dan kemudian di keluarkan tergantung pada bahan organik dan
jenis cacingnya. Namun umumnya kascing mengandung unsur hara yang
dibutuhkan tanaman seperti nitrogen, fosfor, mineral, vitamin. Karena
mengandung unsur hara yang lengkap, apalagi nilai C/N nya kurang dari 20 maka
Kascing dapat digunakan sebagai pupuk (Simanungkalit, 2006).
Kascing mengandung hampir semua unsur hara yang dibutuhkan oleh
tanaman. Keberadaannyapun dapat langsung tersedia dan dimanfaatkan sebagai
pupuk. Pengaplikasian kascing sebanyak 3,5 ton per hektar (Hamidah, 2010)
sangat cocok dilakukan pada tanah yang memiliki ketersediaan C-Organik
(karbon organik) rendah seperti pada umumnya tanah-tanah Inceptisol Karawang
karena pada dosis tersebut dapat menjadikan rasio C/N menjadi rendah dan pH
tanh mendekat ratarata 6,8..
Gambar 2. Pupuk Kascing
Parnihadi (2009) kascing dapat membantu mengembalikan kesuburan
tanah karena di dalam kascingterdapat banyak mikroorganisme dan karbon
organik yang mendorong perkembangan ekosistem dan rantai makanan tanah.
Karbon organik dalam kascing menjadi sumber energi bagi biota tanah.
Kandungan nutrisi, ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) dan mikroorganisme dalam
kascing bersama-sama meningkatkan ketersediaan dan daya kerja nutrisi yang
terkandung di dalamnya. Komposisi kascing juga meliputi berbagai zat yang
esensial bagi tanaman. Zat ini dibutuhkan dalam jumlah yang sangat kecil tetapi
bila tidak tersedia dapat mengganggu perkembangan dan produksi tanaman yang
diusahakan. Kascing menyediakan nutrisi bagi tanaman dalam waktu yang relatif
lebih lama (longivity) karena nutrisi dilepas secara berangsur oleh mikroba atau
bakteri yang terkandung di dalamnya.
Pengaruh Pemupukan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bahan Kering
Sorgum
Satu diantara usaha untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
serta kualitas hasil adalah dengan memberikan suplai hara yang cukup dan
seimbang melalui pemupukan, unsur hara utama yang dibutuhkan tanaman dalam
jumlah yang cukup besar yaitu unsur hara nitrogen, fospor, dan kalium.
Sebagaimana dikemukakan oleh Bahri (2012) bahwa sumber pupuk berpengaruh
terhadap tinggi tanaman, lebar daun, panjang daun, diameter daun dan hasil
tanaman selada. Hasil tertinggi didapat pada pemberian pupuk NPK Mutiara (16-
16-16-16)+EM-4.
Menurut penelitian Koten dkk (2012), menunjukkan bahwa pemberian
pupuk N berpengaruh pada lama waktu panen tanaman sorgum, karena didaerah
tropik unsur N adalah unsur yang pertama terendah disusul P dan S sedangkan
unsur yang mudah tercuci adalah Co Mg, K dan S.
Menurut Hakim dkk. (1986), unsur nitrogen dibutuhkan tanaman
sepanjang pertumbuhannya sehingga sebaiknya pemupukan nitrogen diberikan
secara bertahap sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman. Menurut Wawan
(2007), pemupukan N sangat diperlukan untuk mendapatkan produksi tanaman
yang optimal. Pengelolaan pemupukan N sering dihadapkan pada rendahnya
efisiensi yang disebabkan oleh besarnya kehilangan N melalui pencucian dan
penguapan. Pemberian nitrogen pada tanaman sorgum diharapkan dapat
meningkatkan pembentukan klorofil, dimana klorofil merupakan pigmen di dalam
proses fotosintesis yang berfungsi sebagai absorben cahaya matahari. Apabila
klorofil meningkat maka diharapkan fotosintesis juga meningkat. Sehingga
fotosintat yang dihasilkan dan ditranslokasikan ke bagian vegetatif seperti akar,
batang dan daun juga meningkat. Pertumbuhan vegetatif yang baik akan memacu
pertumbuhan generatif yang baik dan diharapkan dapat meningkatkan produksi.
Menurut Human (2009), paket pemupukan tanaman sorgum hasil riset BATAN
meliputi Urea (120 kg/ha), SP-36 (90 kg/ha) dan KCl (60 kg/ha).
Pemupukan N sangat diperlukan oleh tanaman khusunya tanaman sorgum.
Kebutuhan tanaman pakan akan nitrogen (N) sangat tinggi terutama dari
kelompok rumput-rumputan termasuk sorgum. Nitrogen ini berguna untuk
meningkatkan pertumbuhan, produksi dan 8 kualitas hijauan tanaman serta dapat
memperlambat masaknya biji (memperpanjang masa vegetatif). Kondisi ini
menyebabkan akumulasi hasil fotosintesis dalam tanaman dapat berlangsung lebih
lama sehingga meningkatkan produktivitas tanaman (Soetrisno, 2012).
Hipotesis
Diduga bahwa makin tinggi level pemberian pupuk kascing akan
meningkatkanpertumbuhan dan produksi sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench)
varietas super 1.
BAB III
MATERI DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada lahan yang terletak di Perumahan Dosen
UNHAS Tamalanrea dan di Laboratorium Nutrisi Ternak Dasar Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar, mulai bulan Mei 2017 sampai Juli
2017.
Materi Penelitian
Penelitian ini menggunakan alat-alat yaitu cangkul, botol, parang, meteran,
tali rapiah, pisau pemotong (cutter), ember, oven, kertas koran, pengilingan
dengan diameter lubang saringan 1 mm, dan timbangan. Bahan-bahan yang
digunakan adalah biji sorgum varietas super 1, air, dan pupuk kascing.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri
dari 5 perlakuan dan 3 ulangan. Adapun susunan perlakuannya sebagai berikut:
P0 = Kontrol = 0 kg kascing/ha = 0 kg kascing/plot
P1 = 5 ton kascing /ha = 5.000 kg kascing/ha = 0,75 kg kascing/plot
P2 = 10 ton kascing /ha = 10.000 kg kascing/ha = 1,5 kg kascing/plot
P3 = 15ton kascing /ha = 15.000 kg kascing/ha = 2,25 kg kascing/plot
P4 = 20 ton kascing /ha = 20.000 kg kascing/ha = 3 kg kascing/plot
Kandungan pupuk kascing :
N : 0,61%
P : 0,22%
K : 0,82%
C organik : 10,26%
Persamaan matematika dari Rancangan Acak Lengkap (RAL) menurut
(Gaspersz, 1991) sebagai berikut :
Yijk =μ + τi + Ʃij
i = 1, 2, 3, 4, 5 (perlakuan), j = 1, 2, 3 (Ulangan)
Keterangan :
Yijk : Hasil pengamatan peubah pada pemupukan ke-i dengan ulangan ke-j
μ : Rata-rata pengamatan
τi : Pengaruh pemupukan ke-i
Ʃij : Galat percobaan dari galat ke-i pada pengamatan ke-j
Pelaksanaan Penelitian
Tanah yang digunakan mula-mula dibersihkan dari tanaman lain dan
bebatuan. Dibuat plot yang berukuran 100 cm × 75 cm sebanyak 15 plot, jarak
antara plot yaitu 50 cm. Dalam 1 plot dibuatkan 6 lubang dan setiap lubang
ditanami 5 biji sorgum. Biji yang digunakan direndam selama 1 hari, kemudian
dilakukan penanaman. Biji sorgum yang akan ditanam berasal dari
Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan. Setelah penanaman, dilakukan
penyiraman setiap hari menggunakan air pada setiap plot. Disamping itu
dilakukan pembersihan gulma untuk menghindari persaingan tanaman dalam
penyerapan unsur hara. Setelah tanaman tumbuh dilakukan seleksi, yang
pertumbuhan relatif bagus dipertahankan dan pertumbuhan yang kurang bagus
dikeluarkan/dicabut, dari 5 biji yang ditumbuh disisakan 2 batang. Kemudian
dilakukan pemupukan pada masing-masing plot yang telah ditentukan
level/dosisnya dengan cara menggali tanah mengelilingi tanaman kemudian
ditaburi pupuk lalu tanah ditutupi kembali. Pemupukan dilakukan pada tanaman
berumur 14 hari dan pemupukan dilakukan sekali hingga panen Tanaman
dipelihara selama 80 hari kemudian dilakukan pemanenan untuk mengambil
sampel. Pemotongan tanaman dilakukan pada batang dengan jarak + 5 cm dari
atas tanah. Kemudian tanaman yang telah dipanen ditimbang menggunakan
timbangan analitik. Hijauan yang diperoleh dimasukkan dalam kantong koran
yang telah diketahui beratnya kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu
70°C selama 8 hari hingga mencapai berat konstan untukmengetahui bahan kering
(BK).
Parameter yang Diamati
Parameter yang diukur adalah sebagai berikut:
1. Tinggi tanaman (cm) diukur dari pangkal batang di atas permukaan tanah
sampai titik tumbuh teratas dan diamati sekali seminggu.
2. Jumlah daun, dihitung semua daun yang terbentuk dan mati yang diamati
sekali seminggu.
3. Produksi bahan kering, setelah pemanenan sampel ditimbang kemudian
dioven hingga kering kemudian dilakukan analisis bahan kering (BK)
Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil analisis diolah secara statistik dengan
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Untuk mengetahui level
pemberian pupuk yang optimal, maka diuji dengan menggunakan Uji Duncan
menggunakan SPSS 16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tinggi Tanaman
Rata-rata tinggi tanaman Sorgum (Sorghumbicolor (L.) Moenc) yang
diberi berbagai level pupuk kascing dapat di lihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Pengaruh Pemberian Pupuk Kascing Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bahan Kering Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moenc)
Perlakuan
Parameter
P0 P1 P2 P3 P4
Tinggi Tanaman (cm) 174.72c
204bc
232.11b
246.50ab
280.33a
Jumlah Daun (helai) 10.66b
11.00ab
11.00ab
11.00ab
11.66a
Bahan Kering (gram) 355.46e
385.73d
474.66c
508.40b
792.40a
Sumber : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama (a,b), (b,c), (c,d), (d,e), (P<0,05) & (a,c), (c,e) (P<0,01)
Sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk kascing berpengaruh
sangat nyata (P<0,01) terhadap tinggi tanaman Sorgum. Uji duncan menunjukkan
bahwa perlakuan P4 berbeda nyata (P<0,05) terhadap perlakuan P0 dan nyata
(P<0,05) terhadap P2, sedangkan perlakuan P0 vs P1, P1 vs P2, P2 vs P3, dan P3
vs P4 masing-masing tidak berbeda nyata (P<0,05). Artinya semakin tinggi level
pemberian pupuk kascing dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman. Hal
ini disebabkan oleh adanya peranan pupuk kascing memberikan efek baik bagi
tanaman yaitu ketersedian nitrogen meningkat melalui mineralisasi sehingga
kebutuhan unsur hara bagi tanaman terpenuhi. Menurut Parmelee et al. (1990),
bahwa cacing tanah berperan dalam menurunkan rasio C/N bahan organik dan
mengubah nitrogen tidak tersedia menjadi nitrogen tersedia setelah dikeluarkan
berupa kotoran cacing (Nitrogen) sehingga dapat dimanfaatkan untuk menunjang
pertumbuhan tanaman (Munawar, 2011).
Pemberian pupuk kascing dapat mempercepat pertumbuhan tinggi tanaman
sorgum dari 174.72 cm sampai 280.33 cm. Menurut Parmelee et al. (1990), bahwa
pupuk kascing berperan dalam menurunkan rasio C/N bahan organik dan
mengubah nitrogen tidak tersedia menjadi nitrogen tersedia sehingga dapat
dimanfaatkan untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Nitrogen diperlukan
dalam jumlah besar untuk seluruh proses pertumbuhan di dalam tanaman dan
merupakan bagian dari klorofil yang bertanggung jawab terhadap fotosistesis
(Munawar, 2011).
Jumlah Daun
Rata-rata jumlah daun sorgum yang diberi berbagai macam pupuk kascing
disajikan pada Tabel 1. Sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian kombinasi
pupuk kascing tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap jumlah daun. Tabel 1
menunjukkan bahwa jumlah daun pada perlakuan P0 sama banyaknya dengan
perlakuan P4, sedangkan jumlah daun pada perlakuan P1 sama dengan perlakuan
P2 dan P3. Jumlah daun pada perlakuan P0 dan P4 lebih banyak dibandingkan
dengan P1, P2, dan P3.
Hasil pengamatan jumlah daun pada Tabel 1 memperlihatkan bahwa
pemberian pupuk kascing dengan berbagai level dapat meningkatkan jumlah
daun. Hal ini memberikan indikasi bahwa jumlah daun dipengaruhi oleh
peningkatan pemberian pupuk kascing.
Pemberian level pupuk kascing 3 kg kascing/plot meningkatkan jumlah
daun dibanding tanpa menggunakan pupuk kascing. Berbedanya jumlah daun
pada masing-masing perlakuan disebabkan karena tiap perlakuan memiliki respon
yang berbeda terhadap pemupukan. Unsur nitrogen pada pupuk Urea
mempengaruhi pembentukan sel-sel baru dalam pembesaran luas daun, namun
tidak terlalu mempengaruhi jumlah daun. Menurut Gardner dkk. (1991),
pemupukan nitrogen mempunyai pengaruh yang nyata terhadap perluasan daun
terutama pada lebar dan luas daun, namun tidak mempengaruhi jumlah daun.
Jumlah daun tanaman pada penelitian ini lebih dominan dipengaruhi oleh
genetik tanaman, menurut Gardner dkk. (1991), jumlah dan ukuran daun
dipengaruhi oleh genetik tanaman dan lingkungan tempat tumbuh tanaman. Hal
ini juga didukung oleh Goldsworthy dan Fisher (1992) yang menyatakan bahwa
jumlah daun sangat bervariasi tergantung varietasnya.
Tingginya jumlah daun yang dihasilkan pada perlakuan P0 dengan rata-
rata 10,66 %i, P1 11,00 %, P2 11,00 %, P3 11,00 %, P4 11,66% disebabkan oleh
aktivitas dalam dekomposisi bahan-bahan organik sehingga mampu menyediakan
unsur-unsur hara terutama hara N yang dibutuhkan tanaman dalam meningkatkan
jumlah daun. Eisenhauer et al. (2008) menemukan bahwa penyerapan mineral N
dan pertumbuhan tanaman pada rumput tertentu meningkat dengan adanya pupuk
kascing. Rendahnya jumlah daun pada perlakuan tanpa pupuk kascing dengan
10,66 % disebabkan tidak adanya pasokan hara yang tersedia bagi tanaman
sehingga hara yang dibutuhkan tanaman tidak tercukupi akibatnya jumlah daun
yang dihasilkan tidak banyak. Sementara itu, pada perlakuan dengan pemberian
pupuk kascing memberikan hasil yang baik dilihat dari banyaknya jumlah daun.
Produksi bahan kering
Rata-rata produksi bahan kering sorgum yang diberi berbagai macam
pupuk kascing disajikan pada Tabel 1.Sidik ragam menunjukkan bahwa
pemberian pupuk kascing berbeda nyata (P<0,05) terhadap produksi bahan kering.
Uji duncan menunjukkan bahwa perlakuan P4 sangat berbeda nyata (P<0,05)
terhadap perlakuan P0, P1, dan P2 sedangkan perlakuan P4 berpengaruh nyata
(P<0,05) terhadap P3. Perlakuan P3 berbeda nyata (P < 0,05) terhadap perlakuan
P0 dan P1 sedangkan P3 berbeda nyata (P<0.05) terhadap perlakuan P2, perlakuan
P2 berbeda nyata (P<0.05) terhadap perlakuan P0 sedangkan perlakuan P2
berbeda nyata (P<0.05) terhadap perlakuan P1. Perlakuan P1 berbeda nyata
(P<0.05) terhadap perlakuan P0. Artinya semakin tinggi pemberian pupuk
kascing, maka semakin meningkat produksi bahan kering sorgum (Sorghum
bicolor (L.) Moench).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa
pemberian pupuk kascing sebanyak 20 ton/ha dapat meningkatkan perumbuhan
dan produksi bahan kering
Saran
Perlu penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan pupuk kascing dengan
tingkat dosis pemupukan yang lebih tinggi untuk menghasilkan kualitas hijauan
tanaman sorgum yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, A.K. 2007. Pengaruh Pemberian Pupuk Kascing Terhadap PertumbuhanTanaman Kangkung Darat (Ipomea Reptans Poir).
Universitas Muhamadiyah Metro.
Bahri, R.D. 2012. Pengaruh Dosis Pupup NPK 16-16-16 dan Intensitas Cahaya Matahari Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.)
(Skripsi). Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya.Malang
Balai penelitian serelialia. 2015. Varietas super-1 (sorgum). Badan penelitian dan pengembangan pertanian. Maros.
Beti, Y.A., A. Ispandi, dan Sudaryono. 1990. Sorgum. Monografi No. 5. Balai Penelitian Tanaman Pangan, Malang. 25 hlm
Dicko, M.H., H. Gruppen, A.S. Traore, A.G.J. Voragen, and W.J.H. van Berkel.
2006. Sorghum grain as human food in Africa, relevance of content of starch and amylase activities. African Journal of Biotechnology 5(5):384-
395.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 1996. Sorgum manis komoditi harapan di
propinsi kawasan timur Indonesia. Risalah Simposium Prospek Tanaman
Sorgum untuk Pengembangan Agroindustri, 17- 18 Januari 1995. Edisi
Khusus Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian
No.4-1996: 6- 12.
Du Plessis, J. 2008. Sorghum production. Republic of South Africa Department of Agriculture.
Dwijosepoetro, D. 1984. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia, Jakarta.
Effendi, R., M. Aqil, dan M. Pabendon. 2013. Evaluasi genotip sorgum manis
(sorghum bicolor (L.) moech) produksi biomas dan daya ratun tinggi. Jurnal tanaman pangan. 32 (2) : 116 – 125.
Eisenhauer N, Scheu S. 2008. Earthworms as drivers of the competition between grasses and legumes. Soil Biol Biochem. 40: 2650–2659
FSD (Food Security Departement). 2003. Sorghum: postharvestoperations. http://www.fao.org./inpho/compend/text/ch07.htm. Diakses 11 Mei 2017.
Gardner, F. P. ; R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan: Herawati Susilo. UI Press, Jakarta.
Gerik, T., B. Bean, and R.L. Vanderlip. 2003. Sorghum growth and development. Texas Cooperative Extension Service.
Goldsworthy, P.R. dan Fisher N.M. (1992). Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Diterjemahkan oleh Tohari. Gadjah Mada University Press. 874 Hal.
Hakim, N., M. Y. Nyakpa., A. M. Lubis., S. G. Nugroho., M. A. Diha., Go Ban Hong., dan H. H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit
Universitas Lampung. Lampung
Hamidah, M. (http:/hamidahmamur.wordpress.com/perihal/kascing-sebagai-pupuk-organik/) Diakses pada tanggal 12 April 2017.
House, L.R. 1985. A guide to sorghum breeding. 2ndEd. International Crops Research Institute for Semi-Arid Tropics (ICRISAT). India. 206 p.
Human, S. 2009. Prospek dan Potensi Sorgum sebagai Bahan Baku Etanol.
BATAN. Jakarta Selatan. www.bsl-online.com/energi. Diakses tanggal 17
oktober 2012.
Koten, B., R. D. Soetrisno, N. Ngadyono dan B. Suwigno. 2012. Produksi tanaman sorgum (sorgum bicolor (L.) Moech) varietas lokal rote sebagai
hijauan pakan ruminansia pada umur panen dan dosis pupuk urea yang berbeda. Buletin peternakan, 36 (3) : 150 – 155.
Kusumanto, D. 2010. Aren, Sorghum dan Sapi (Sinergi Pangan, Pakan dan
EnergiRamah Lingkungan). www.google. 20 April 2017.
Munawar, A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. IPB press. Bogor.
Parnihadi.2009. Manfaat Kascing. http:/parnihadikascing.blogspot.com/2009/11/ Manfaatkascing.html. Diakses pada tanggal 25 April 2017.
Pithaloka, S.A. 2014. Pengaruh Kerapatan Tanaman Terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Beberapa Varietas Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench). Jurusan Agroteknologi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung: Bandar
Lampung. 117 hal. Skripsi.
Rao, S.S., N. Seetharama, K. Kumar K., and R.L. Vanderlip. 2004.
Characterization of sorghum growth stages. National Research Center for
Sorghum. Rajendragar Hyderabad India (Describes Growth Stages and
Management Guide at each Stages of Sorghum Development).
Ruchjaniningsih. 2008. Rejuvenasi dan Karakterisasi Morfologi 225 Aksesi
Sorgum. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan, Sulawesi
Selatan.
Simanungkalit, R.D.M, Dkk. 2006. Pupuk Organik Dan Pupuk Hayati. Balai
Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor, Jawa Barat
Soebarinoto dan Hermanto. 1996. Potensi jerami sorgum sebagai pakan ternak
ruminansia. Risalah Simposium Prospek Tanaman Sorgum untuk
Pengembangan Agroindustri, 17- 18 Januari 1995. Edisi Khusus Balai
Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian No. 4-1996:
217-221.
Soetrisno. 2012. Pertumbuhan DanProduktivitas Tanaman Sorgum (Sorghum
bicolor (L) Moench DanSorghum sudanense (Piper) Stafp) Yang Mendapatkan Kombinasi Pemupukan N, P, K Dan Ca. Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner 2012. Balai Penelitian Ternak. Bogor.
Sumarno dan S. Karsono. 1996. Perkembangan produksi sorgum di dunia dan
penggunaannya. Risalah Simposium prospek Tanaman Sorgum untuk
Pengembangan Agroindustri, 17-18 Januari 1995. Edisi Khusus Balai
Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian No. 4-1996: 13-
24.
Tabri, F dan Zubachtirodin. 2010. Budi Daya Tanaman Sorgum. Balai Penelitian Tanaman Serealia.
USDA. 2008. Classification for Kingdom Plantae Down to Species Sorghum
bicolor (L.) Moench (online). Didapat dari :http://plants.usda.gov/java/Classification Servlet? source=display& classid=SORGH2.
Vanderlip, R.L. 1993. How a grain sorghum plant develops. Kansas State
University.
Wawan. 2007. Keseiarasan Penyediaan Nitrogen Dari Pupuk Hijau dan Urea Dengan Pertumbuhan Jagung Pada IncepticolDennaga. Ringkasan
Desertasi Sekolah Pasca Sarjana IPB. Bogor
Lampiran 1. Hasil Analisis Pupuk Kascing
Hasil Analisis Pupuk Kascing
P0 = 0 kg kascing/ha
P1 = 50 kg kascing/ha
P2 = 75 kg kascing/ha
P3 = 100 kg kascing/ha
P4 = 125 kg kascing/ha
P0 = 0 ton kascing/ha = 0 kg kascing/ha
P1 = 5 ton kascing/ha = 5.000 kg kascing/ha
P2 = 10 ton kascing/ha = 10.000 kg kascing/ha
P3 = 15 ton kascing/ha = 15.000 kg kascing/ha
P4 = 20 ton kascing/ha = 20.000 kg kascing/ha
Kebutuhan pupuk per hektar
P0 = 0 ton kascing/ha = 0 kg kascing/ha
P1 = 5 ton kascing/ha = 5.000 kg kascing/ha
N = 0,61/100 x 5.000 kg = 30,5 kgN/ha
P = 0,22/100 x 5.000 kg = 11,0 kgP/ha
K = 0,82/100 x 5.000 kg = 41,0 kgK/ha
P2 = 10 ton kascing/ha = 10.000 kg kascing/ha
N = 0,61/100 x 10.000 kg = 61,0 kgN/ha
P = 0,22/100 x 10.000 kg = 22,0 kgP/ha
K = 0,82/100 x 10.000 kg = 82,0 kgK/ha
P3 = 15 ton kascing/ha = 15.000 kg kascing/ha
N = 0,61/100 x 15.000 kg = 91,5 kgN/ha
P = 0,22/100 x 15.000 kg = 33,0 kgP/ha
K = 0,82/100 x 15.000 kg = 123,0 kgK/ha
P4 = 20 ton kascing/ha = 20.000 kg kascing/ha
N = 0,61/100 x 20.000 kg = 122,0 kgN/ha
P = 0,22/100 x 20.000 kg = 44,0 kgP/ha
K = 0,82/100 x 20.000 kg = 164,0 kgK/ha
Kebutuhan pupuk per tanaman
P0 = 0 ton kascing/ha = 0 kg kascing/ha
P1 = 5 ton kascing/ha = 5.000 kg kascing/ha = 1,5/10.000 x 5.000 = 0,75 kg
kascing/plot = 125 gram/tanaman
P2 = 10 ton kascing/ha = 10.000 kg kascing/ha = 1,5/10.000 x 10.000 = 1,5 kg
kascing/plot = 250 gram/tanaman
P3 = 15 ton kascing/ha = 15.000 kg kascing/ha = 1,5/10.000 x 15.000 = 2,25 kg
kascing/plot = 375 gram/tanaman
P4 = 20 ton kascing/ha = 20.000 kg kascing/ha = 1,5/10.000 x 20.000 = 3
kg kascing/plot = 500 gram/tanaman
Lampiran 2. Perhitungan Tinggi Tanaman
TINGGI TANAMAN
Test of Homogeneity of Variances
Pertumbuhan
Levene
Statistic df1
df
2 Sig.
4.795 4 10 .020
ANOVA
Pertumbuhan
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 19534.174 4 4883.543 9.332 .002
Within Groups 5232.920 10 523.292
Total 24767.093 14
Homogeneous Subsets
Pertumbuhan
Perlakuan N
Subset for alpha =
0.05
1 2 3
P0 3 174.7233
Duncana
P1 3 204.0000 204.0000
P2 3 232.1133
P3 3 246.5033 246.5033
P4 3 280.3333
Sig. .148 .054 .100
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000. Lampiran 3. Perhitungan Jumlah Daun
JUMLAH DAUN
Test of Homogeneity of Variances
Jumalahdaun
Levene
Statistic df1
df
2 Sig.
12.000 4 10 .001
ANOVA
Jumalahdaun
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1.600 4 .400 3.000 .072
Within Groups 1.333 10 .133
Total 2.933 14
Homogeneous Subsets
Jumalahdaun
Perlakuan N
Subset for alpha =
0.05
1 2
P0 3 10.6667
P1 3 11.0000 11.0000
P2 3 11.0000 11.0000
Duncana
P3 3 11.0000 11.0000
P4 3
11.6667
Sig. .321 .064
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
Lampiran 4. Perhitungan Produksi Bahan Kering
PRODUKSI BAHAN KERING
Test of Homogeneity of Variances
BK
Levene
Statistic df1
df
2 Sig.
1.045 4 10 .432
ANOVA
BK
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 360303.893 4 90075.973 780.879 .000
Within Groups 1153.520 10 115.352
Total 361457.413 14
Homogeneous Subsets
BK
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4 5
P0 3 355.4667
P1 3 385.7333
P2 3 474.6667
Duncana
P3 3 508.4000
P4 3 792.4000
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
RIWAYAT HIDUP
Sahrul, lahir di Amanrang pada tanggal 30 Desember
1995, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari
pasangan bapak H. Caharudding dan ibu Hj. Muhayyang.
Jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh adalah
TK Amanrang, lulus pada tahun 2001 dan melanjutkan
Sekolah Dasar Negeri 149 Tungke, lulus tahun 2007. Kemudian setelah lulus di
SD, kemudian malanjutkan di MTs Negeri 1 Lappariaja, lulus tahun 2010,
kemudian malanjutkan di Sekolah SMA Negeri 1 Lappariaja, lulus pada tahun
2013, sekarang kuliah pada salah satu Perguruan Tinggi di Makassar, Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin dengan program Strata Satu (S1) ( 2013 -
sekarang).
top related