pengaruh model pembelajaran matematika knisley …€¦ · pengaruh model pembelajaran matematika...
Post on 13-Dec-2020
14 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA KNISLEY (MPMK)
TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS PADA MATERI BANGUN
RUANG SISI DATAR BAGI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
JURNAL
Disusun Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
PUTRI ROSITASARI
(202013081)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
2017
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA KNISLEY (MPMK)
TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS PADA MATERI BANGUN
RUANG SISI DATAR BAGI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Putri RositaSari1, Kriswandani
2
Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga 50711 1Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UKSW, email: 202013081@students.uksw.edu
2Dosen Pendidikan Matematika FKIP UKSW, email: kriswandani@staff.uksw.edu
ABSTRAK
Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh
model pembelajaran matematika knisley (MPMK) terhadap kemampuan penalaran matematis
pada materi bangun ruang sisi datar bagi siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Salatiga tahun
pelajaran 2016/2017. Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 7
Salatiga yang terdiri dari 8 kelas. Sampel penelitian ini diambil dengan teknik simple rondom
sampling dan diperoleh sampelnya adalah siswa kelas VIII E (27 siswa) sebagai kelas
eksperimen dan VIII G (27 siswa) sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data
menggunakan metode tes. Teknik analisis datanya menggunakan uji Mann-Whitney U.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai signifikansinya sebesar 0,00 < 0,05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran matematika knisley
(MPMK) terhadap kemampuan penalaran matematis pada materi bangun ruang sisi datar bagi
siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Salatiga tahun pelajaran 2016/2017.
Kata Kunci: Model Pembelajaran Matematika Knisley (MPMK), Kemampuan Penalaran
Matematis, Bangun Ruang Sisi Datar
PENDAHULUAN
Susilo (2012) mengemukakan bahwa matematika adalah ratu ilmu dan sekaligus
pelayan. Matematika sebagai ratu ilmu memiliki arti bahwa matematika merupakan sumber
dari segala disiplin ilmu dan kunci ilmu pengetahuan. Matematika juga berfungsi untuk
melayani ilmu pengetahuan, artinya selain tumbuh dan berkembang untuk dirinya sendiri
sebagai suatu ilmu, matematika juga melayani kebutuhan ilmu pengetahuan dalam
pengembangan dan operasionalnya. Lebih lanjut, Suherman (2003:60) menyatakan bahwa
matematika mempunyai peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan praktis dan
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari misalnya mengumpulkan, mengolah,
menyajikan dan menafsirkan data, menghitung isi dan berat. Oleh karena itu, matematika
dijadikan salah satu mata pelajaran wajib yang dipelajari di tingkat pendidikan dasar,
menengah dan tinggi.
Proses interaksi belajar dan mengajar di sekolah disebut sebagai pembelajaran
matematika. Shadiq (2004:56) mengemukakan bahwa pembelajaran matematika bagi para
siswa merupakan pembentukan pola pikir dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam
penalaran suatu hubungan diantara pengertian-pengertian itu. Hal ini sesuai dengan
Permendiknas No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan yang
menyatakan bahwa pemberian mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan, yaitu: a) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan
antara konsep dan mengaplikasi konsep atau logaritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat
dalam pemecahan masalah; b) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika; c) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan
memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan
solusi yang diperoleh; d) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk menjelaskan keadaan/masalah; serta e) memiliki sifat menghargai kegunaan
matematika dalam kehidupan. Oleh karena itu tampaklah bahwa salah satu kemampuan yang
dikembangkan dalam mempelajari matematika adalah kemampuan penalaran.
Lithner (2008) mendefinisikan penalaran sebagai pemikiran yang diadopsi untuk
menghasilkan pernyataan dan mencapai kesimpulan pada pemecahan masalah yang tidak
selalu didasarkan pada logika formal sehingga tidak terbatas pada bukti. Lebih lanjut, Keraf
dalam Shadiq (2004:2) menjelaskan penalaran (reasoning) sebagai proses berpikir yang
berusaha menguhubungkan fakta-fakta yang diketahui menuju suatu kesimpulan. Penalaran
adalah suatu proses kognitif berupa penarikan kesimpulan (konklusi) dari argumen (premis)
yang sudah dianggap valid. Sumarmo (2010) menyatakan bahwa secara garis besar penalaran
dapat digolongkan dalam dua jenis yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif.
Karin (2010:7) menyatakan bahwa mathematical reasoning is reasoning about and with
the object of mathematics. Penalaran matematis juga diartikan sebagai thinking through math
problems logically in order to arrive at solutions. It involves being able to identify what is
important and unimportant in solving a problem and to explain or justify a solution
Penalaran matematis mensyaratkan kemampuan untuk memilah apa yang penting dan tidak
penting dalam menyelesaikan sebuah permasalahan dan untuk menjelaskan atau memberikan
alasan atas sebuah penyelesaian. Baroody (1993) mengklasifikasikan penalaran matematis
dalam 3 jenis penalaran yakni intuitif, deduktif, dan induktif. Penalaran intuitif merupakan
penalaran yang memainkan intuisi sehingga memerlukan kesiapan pengetahuan dimana
konklusi diperoleh dari apa yang dianggap benar sehingga pemahaman yang mendalam
terhadap suatu pengetahuan berperan penting dalam melakukan proses bernalar intuitif. Lebih
lanjut, penalaran deduktif merupakan suatu aktivitas yang dimulai dengan premis-premis
(dalil umum) yang mengarah pada sebuah kesimpulan tak terelakkan tentang contoh tertentu.
Sumarmo (2010) mendefinisikan penalaran induktif sebagai penarikan kesimpulan yang
bersifat umum atau khusus berdasarkan data yang teramati dengan nilai kebenaran yang dapat
bersifat benar atau salah.
Kusumah (2011) mendefinisikan kemampuan penalaran sebagai kemampuan seseorang
untuk menghubungkan dan menyimpulkan fakta-fakta logis yang diketahui, menganalisis
data, menjelaskan dan membuat suatu kesimpulan yang valid. Lebih lanjut, Depdiknas (2004)
menyatakan bahwa indikator yang menunjukkan kemampuan penalaran yaitu: 1) menyajikan
pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar, dan diagram; 2) mengajukan dugaan; 3)
melakukan manipulasi matematika; 4) menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan
alasan atau bukti terhadap beberapa solusi; 5) menarik kesimpulan dari pernyataan; 6)
memeriksa kesahihan suatu argumen; serta 7) menemukan pola atau sifat dari gejala
matematis untuk membuat generalisasi.
Kemampuan penalaran dalam matematika seringkali dikenal dengan kemampuan
penalaran matematis atau kemampuan penalaran matematika. Shadiq (2014) mendefinisikan
kemampuan penalaran matematis sebagai kemampuan untuk menarik kesimpulan berdasarkan
fakta dan sumber yang relevan. Berbeda dengan pendapat sebelumnya, Kusumah (2011)
mendefinisikan kemampuan penalaran matematis sebagai kemampuan memahami pola
hubungan diantara dua objek atau lebih berdasarkan aturan, teorema, atau dalil yang telah
terbukti kebenarannya. Selanjutnya, Darmawijoyo (2011) menyatakan bahwa kemampuan
penalaran matematis adalah untuk menentukan apakah sebuah argumen matematika benar
atau salah dan dipakai untuk membangun suatu argumen matematika baru. Sumarmo (2002)
memberikan indikator kemampuan penalaran matematika sebagai berikut: 1) membuat
analogi dan generalisasi/menarik kesimpulan logis; 2) memberikan penjelasan dengan
menggunakan model, fakta, sifat-sifat dan hubungan; 3) menggunakan pola dan hubungan
untuk menganalisis situasi matematika; 4) menyusun dan menguji konjektur; 5) memeriksa
validitas argumen dan aturan inferensi; 6) memperkirakan jawaban dan proses solusi; 7)
menyusun pembuktian tidak langsung, langsung dan menggunakan induksi matematika; 8)
memberikan contoh penyangkal/counter example; serta 9) menggunakan pola dan hubungan
untuk menganalisis situasi matematik.
Pembelajaran matematika seringkali kurang memperhatikan pada pengembangan
kemampuan penalaran matematis siswa karena mayoritas guru lebih mengutamakan
terselesainya materi sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Hal serupa terjadi di
pembelajaran matematika kelas VIII SMP Negeri 7 Salatiga. Berdasarkan hasil wawancara
dan observasi dengan guru pengampu mata pelajaran matematika, diketahui bahwa selama ini
siswa cenderung belum mampu menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan
penalaran matematis dan masih membutuhkan banyak arahan dalam menyelesaikan
permasalahan yang berkaitan dengan penalaran karena siswa masih belum cukup memiliki
pengetahuan yang diperlukan dalam menyelesaikan tugas atau soal yang berkaitan dengan
penalaran matematis, siswa kurang merespon atau kurang aktif selama pembelajaran
matematika berlangsung, siswa cenderung diam dan tidak memberikan jawaban ketika guru
mengajukan pertanyaan, siswa juga mengalami kesulitan dalam melakukan manipulasi
matematika terhadap soal matematika yang diberikan guru serta kegiatan belajar siswa dikelas
antara lain mendengarkan penjelasan guru, mencatat hasil catatan guru kemudian
mengerjakan soal latihan. Berdasarkan data pretest, seluruh siswa memiliki kemampuan
penalaran matematis kategori sedang. Permasalahan yang terjadi di SMP Negeri 7 Salatiga
tersebut dapat diperbaiki salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat.
Salah satu model yang dapat digunakan adalah Model Pembelajaran Matematika Knisley
(MPMK). Hal ini didukung oleh penelitian Aditya (2006) yang menyatakan bahwa Model
Pembelajaran Matematika Knisley (MPMK) dapat meningkatkan kemampuan penalaran
matematis siswa kelas X-3 SMA Negeri 1 Bandung selanjutnya siswa memberikan respon
positif terhadap proses pembelajaran dengan Model Pembelajaran Matematika Knisley
(MPMK). Peningkatan penalaran siswa melalui Model Pembelajaran Matematika Knisley
(MPMK) mengembangkan kebiasaaan belajarnya.
Model Pembelajaran Matematika Knisley (MPMK) adalah model pembelajaran
matematika yang dikembangkan atas teori gaya belajar Kolb yang ditafsirkan. Kolb dalam
Knisley (2003) menyatakan bahwa a student’s learning style is determined by two faktors –
whether the student prefers the concrete to the abstract, and whether the sudent prefers active
experimentation to reflective observation. Hartman dalam Kinsley (2003) menyatakan bahwa
kedua dimensi gaya belajar ini menghasilkan 4 gaya, yaitu: 1) Konkret Reflektif (concrete
reflective), yaitu membangun pengalaman sebelumnya (those who build on previous
experience); 2) Konkret aktif (concrete active), yaitu belajar dengan trial and error (those
who learn by trial and error); 3) Abstrak reflektif (abstract reflective), yaitu belajar dari
penjelasan yang detail (those who learn from detailed explanations); serta 4) Abstrak aktif
(abstract active), yaitu belajar dengan perkembangan individu (those who learn by developing
individual). Gaya belajar kongkrit-reflektif berkorespondensi dengan aktivitas pebelajar
sebagai allegorizer, gaya belajar kongkrit-aktif berkorespondensi dengan aktivitas pebelajar
sebagai integrator, gaya belajar abstrak-reflektif berkorespondensi dengan aktivitas pebelajar
sebagai analyzer, dan gaya belajar abstrak-aktif berkorespondensi dengan aktivitas pebelajar
sebagai synthesizer. Langkah-langkah pembelajaran yaitu 1) guru bertindak sebagai pencerita
dan siswa merumuskan konsep baru berdasarkan konsep yang telah diketahuinya dan belum
dapat membedakan konsep baru dengan konsep yang telah dikuasainya; 2) guru bertindak
sebagai pembimbing dan motivator dan siswa mencoba untuk mengukur, menggambar,
menghitung, dan membandingkan untuk membedakan konsep baru dengan konsep lama yang
telah diketahuinya; 3) guru bertindak sebagai narasumber dan siswa menginginkan algoritma
dengan penjelasan yang masuk akal, menyelesaikan masalah dengan suatu logika, melangkah
tahap demi tahap dimulai dengan asumsi awal dan suatu kesimpulan sebagai logika; dan 4)
guru bertindak sebagai pelatih dan siswa menyelesaikan masalah dengan konsep yang telah
dibentuk.
Berdasarkan uraian tersebut maka akan dilakukan penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui ada atau tidaknya pengaruh Model Pembelajaran Matematika Knisley (MPMK)
terhadap kemampuan penalaran matematis pada materi bangun ruang sisi datar bagi siswa
kelas VIII SMP Negeri 7 SalatigaTahun Pelajaran 2016/2017.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu. Menurut Sandjaja
(2006:105), penelitian eksperimen semu dilakukan untuk menguji hipotesis tentang ada atau
tidaknya pengaruh suatu tindakan bila dibandingkan dengan tindakan lain dengan
pengontrolan variabelnya sesuai dengan kondisi yang ada (situasional). Penelitian ini
menyelidiki ada atau tidaknya pengaruh dengan cara memberikan perlakuan (treatment)
kepada kelompok eksperimen (kelompok yang diberi Model Pembelajaran Matemtika Knisley
(MPMK) dan membandingkan dengan kelompok yang tidak diberi perlakuan seperti pada
kelompok eksperimen (kelompok kontrol).
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Salatiga
Semester 2 Tahun Ajaran 2016/2017. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan
teknik simple rondom sampling, dan diperoleh sampel sebanyak 2 kelas yaitu kelas VIII E
dan VIII G dimana masing-masing kelas tersebut terdiri dari 27 siswa. Sampel yang diambil
kemudian ditetapkan menjadi 1 kelas sebagai kelompok eksperimen yaitu kelas VIII E, dan 1
kelas sebagai kelompok kontrol yaitu kelas VIII G. Variabel dalam penelitian ini yakni Model
Pembelajaran Matematika Knisley (MPMK) sebagai variabel bebas dan kemampuan
penalaran matematis sebagai variabel terikat.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode tes yakni pretest
dan posttest. Soal tes berbentuk soal uraian berjumlah 5 soal yang disesuaikan dengan
kompetensi dasar dan indikator pada materi bangun ruang sisi datar. Teknik analisis data
menggunakan uji Mann-Whitney U. Untuk analisis kemampuan penalaran matematis
menggunakan rubrik penskoran kemampuan penalaran matematis pada Tabel 1 berikut ini
Tabel 1. Pedoman Penskoran Penalaran Matematis
Karakteristik Indikator Skor
Mengajukan
Dugaan
Siswa dapat menduga dan menampilkan beragam konsep yang dikuasai siswa serta
menghubungkannya dalam permasalahan dengan dengan lengkap dan tepat.
4
Siswa dapat menduga dan menampilkan beragam konsep yang dikuasai siswa serta
menghubungkannya dalam permasalahan dengan lengkap namun terdapat satu atau
beberapa kesalahan.
3
Siswa dapat menduga dan menampilkan beragam konsep yang dikuasai siswa serta
menghubungkannya dalam permasalahan dengan tepat namun tidak lengkap.
2
Siswa dapat menduga dan menampilkan beragam konsep yang dikuasai siswa serta
menghubungkannya dalam permasalahan secara lengkap namun tidak tepat.
1
Siswa tidak menjawab. 0
Manipulasi
Matematika
Siswa dapat menuliskan proses perhitungan dengan runtut, lengkap dan tepat. 4
Siswa dapat menuliskan proses perhitungan dengan runtut dan lengkap namun
terdapat satu atau beberapa kesalahan.
3
Siswa dapat menuliskan proses perhitungan dengan tepat tetapi tidak lengkap. 2
Siswa dapat menuliskan proses perhitungan namun tidak tepat. 1
Siswa tidak menjawab. 0
Menarik
Kesimpulan,
menyusun
bukti,
memberikan
bukti terhadap
kebenaran
alasan
Siswa dapat menyusun bukti dengan jelas dan menarik kesimpulan dengan lengkap
dan tepat.
4
Siswa dapat menyusun bukti dengan jelas dan menarik kesimpulan dengan lengkap
namun terdapat satu atau beberapa kesalahan.
3
Siswa dapat menyusun bukti dan menarik kesimpulan dengan benar namun tidak
lengkap.
2
Siswa dapat menyusun bukti dan menarik kesimpulan namun tidak tepat. 1
Siswa tidak menjawab. 0
Menarik
kesimpulan
dari
pernyataan
Siswa dapat menuliskan kesimpulan dari pernyataan mengenai permasalahan yang
diberikan dengan lengkap dan tepat.
4
Siswa dapat menuliskan kesimpulan dari pernyataan mengenai permasalahan yang
diberikan dengan lengkap namun terdapat kesalahan.
3
Siswa dapat menuliskan kesimpulan dari pernyataan mengenai permasalahan yang
diberikan dengan benar namun tidak lengkap.
2
Siswa dapat menuliskan kesimpulan dari pernyataan mengenai permasalahan yang
diberikan namun tidak tepat.
1
Siswa tidak menjawab. 0
Memeriksa
kesahihan
suatu
argument
Siswa dapat menuliskan semua langkah jawaban dan alasan dengan lengkap dan
tepat.
4
Siswa dapat menuliskan semua langkah jawaban dan alasan dengan lengkap namun
terdapat satu atau beberapa kesalahan.
3
Siswa dapat menuliskan semua langkah jawaban dan alasan dengan benar namun
tidak lengkap.
2
Siswa dapat menuliskan langkah jawaban dan alasan namun tidak tepat. 1
Siswa tidak menjawab. 0
Menemukan
pola atau sifat
Siswa dapat menemukan dan menuliskan model matematis terhadap permasalahan
yang diberikan dengan lengkap dan tepat.
4
dari gejala
matematis
untuk
membuat
generalisasi.
Siswa dapat menemukan dan menuliskan model matematis terhadap permasalahan
yang diberikan dengan lengkap namun terdapat satu atau beberapa kesalahan.
3
Siswa dapat menemukan dan menuliskan model matematis terhadap permasalahan
yang diberikan dengan tepat namun tidak lengkap.
2
Siswa dapat menemukan dan menuliskan model matematis terhadap permasalahan
yang diberikan namun tidak tepat.
1
Siswa tidak menjawab. 0
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini terdapat 2 kelompok data yakni kelompok data untuk kondisi awal dan
kelompok data untuk kondisi akhir. Adapun kondisi awal kedua kelas tersebut dapat dilihat
sebagai berikut
A. Kondisi Awal (sebelum diberikan perlakuan)
Kegiatan pertama yang dilakukan adalah pengambilan data melalui pretest. Hasil data
pretest siswa diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol dikelompokkan berdasarkan
tiga kategori kemampuan penalaran matematis yaitu tinggi, sedang dan rendah. Deskripsi
kategori kemampuan penalaran matematis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut
Tabel 2. Kategori Kemampuan Penalaran Matematis Awal
Interval Kategori Kelas eksperimen Kelas kontrol
Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase
80 < skor ≤ 120 Tinggi 0 0,00% 0 0,00 %
40 < skor ≤ 80 Sedang 27 100 % 27 100 %
0 ≤ skor ≤ 40 Rendah 0 0,00 % 0 0,00 %
Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol,
seluruh siswa mempunyai kemampuan penalaran matematis kategori sedang. Ada atau
tidaknya perbedaan kemampuan penalaran matematis dari kedua kelas tersebut dapat
digunakan uji Mann-Whitney U. Adapun hasil perhitungan uji Mann-Whitney U pada skor
pretest dapat dilihat dalam Tabel 3 sebagai berikut
Tabel 3. Hasil Perhitungan Uji Mann-Whitney U pada Pretest
Skor Awal
Mann-Whitney U 279.000
Wilcoxon W 657.000
Z -1.559
Asymp. Sig. (2-tailed) .119
Berdasarkan Tabel 3 diperoleh perhitungan uji Mann-Whitney U pada nilai pretest
kemampuan penalaran matematis menunjukkan nilai signifikansinya 0,119>0,05 yang berarti
tidak terdapat perbedaan kemampuan penalaran matematis kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney U di atas maka tampaklah bahwa kedua kelas
tersebut memiliki kemampuan awal yang seimbang maka dapat diberikan perlakuan yang
berbeda. Kelas eksperimen diberi perlakuan berupa Model Pembelajaran Matematika Knisley
(MPMK) sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan berupa model pembelajaran langsung.
B. Kondisi Akhir (setelah diberikan perlakuan)
Untuk mengetahui kondisi akhir kemampuan penalaran matematis siswa diambil dari
data skor posttest. Deskripsi kategori kemampuan penalaran matematisakhir siswa pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4 sebagai berikut
Tabel 4. Kategori Kemampuan Penalaran Matematis Akhir
Interval Kategori Kelas eksperimen Kelas kontrol
Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase
80< skor ≤ 120 Tinggi 26 96,30% 8 29,63 %
40 < skor ≤ 80 Sedang 1 3,70% 19 70,37 %
0 ≤ skor ≤ 40 Rendah 0 0,00% 0 0,00 %
Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa siswa yang memiliki kemampuan penalaran matematis
pada kelas eksperimen berkategori tinggi sebanyak 26 siswa, kategori sedang sebanyak 1
siswa dan tidak ada yang mempunyai kategori rendah sedangkan untuk kelas kontrol siswa
yang memiliki kemampuan penalaran berkategori tinggi sebanyak 8 siswa diikuti dengan
kategori sedang sebanyak 19 siswa dan tidak ada yang mempunyai kategori rendah. Jika
dibandingkan dengan kemampuan awal siswa, tampaklah terdapat peningkatan kemampuan
penalaran matematis siswa. Akantetapi, untuk mengetahui dari kedua kelas tersebut maka
dilakukan uji Mann-Whitney dan hasilnya dapat dilihat dalam Tabel 5 berikut ini
Tabel 5. Hasil Perhitungan Uji Mann-Whitney U pada Posttest
Skor Akhir
Mann-Whitney U 162.500
Wilcoxon W 540.500
Z -3.538
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Berdasarkan Tabel 5 diperoleh nilai signifikansi pada uji Mann-Whitney U sebesar 0,000<
0,05 yang berarti terdapat perbedaan kemampuan penalaran matematis antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol setelah diberi perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan
Model Pembelajaran Matematika Knisley (MPMK) berpengaruh terhadap kemampuan
penalaran matematis siswa kelas VIII SMP N 7 Salatiga.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil uji Mann-Whiyney U diperoleh nilai signifikansinya sebesar
0,000<0,05 artinya ada pengaruh Model Pembelajaran Matematika Knisley (MPMK) terhadap
kemampuan penalaran matematis siswa Kelas VIII SMP N 7 Salatiga. Kemampuan penalaran
matematis siswa yang diberi Model Pembelajaran Matematika Knisley (MPMK) lebih baik
daripada siswa yang diberi Model Pembelajaran Langsung.
DAFTAR PUSTAKA
Budiyono.2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: UNS Press.
Depdiknas. 2006. Peraturan menteri pendidikan nasioanal republik indonesia tentang
standar isi dan standar kompetensi lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah (Permen No. 22, tahun 2006). Jakarta: Depdiknas.
Frans Susilo. 2012. Landasan Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Knisley, Jeff. (2003). A Four-Stage Model of Mathematical Learning.[Online].Tersedia
:http:// math.coe.uga.edu/ tme/issues/ v12n1/v12n1.Knisley.pdf [6 Maret 2011]
Mulyana, Endang. (2009). Pengaruh Model Pembelajaran Matematika Knisley terhadap
Peningkatan Pemahaman dan Disposisi Matematika Siswa SMA Program Ilmu
Pengetahuan Alam. Disertasi PPS UPI: Tidak diterbitkan.
Sandjaja, Albertus Heriyanto. 2006. Panduan Penelitian. Jakarta: Prestasi Pustaka Raya
Shadiq, Fadjar. 2007. Penalaran atau Reasoning. Perlu Dipelajari Para Siswa di Sekolah?.
http://prabu.telkom.us/2007/08/29/penalaran-atau-reasoning/Diakses pada tanggal 11
Maret 2010.
Suherman, Erman dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Malang:
IMSTEP JICA.
top related