pengaruh corporate governance dan struktur …repository.umrah.ac.id/2262/2/junarti nengsih... ·...
Post on 03-Nov-2020
5 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN
TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN INDUSTRI
BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
(BEI) TAHUN 2014-2016
JUNARTI NENGSIH
100452201338
Dosen Pembimbing :
Inge Lengga Sari Munthe,SE.,Ak,M.Si,CA
Asri Eka Ratih,SE.,M.Si
Jurusan Ekonomi Fakultas Akuntansi
Unuversitas Maritim Raja Ali Haji
2018
ABSTRAK
Junarti Nengsih 2018 : Pengaruh Corporate Governance dan Struktur
Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan Pada
Perusahaan Industri Barang Konsumsi Yang
Terdaftar di BEI Tahun 2014-2016. Pembimbing
oleh Inge Lengga Sari Munthe, SE.AK., M.Si dan
Asri Eka Ratih, SE.,M.Si
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh Corporate Governance dan
Struktur KepemilikanTerhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Industri
Barang Konsumsi Yang Terdaftar di BEI Tahun 2014-2016. Teknik pengambilan
sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa Dewan Direksi (DD) dan Kepemilikan Manajerial (KM)
berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Perusahaan. Dewan Komisaris
Independen (DKI) dan Kepemilikan Institusional (KI) tidak berpengaruh terhadap
kinerja perusahaan. Secara bersama-sama (simultan) variabel Dewan Komisaris
Independent (DKI), Dewan Direksi (DD), Kepemilikan Institusional (KI), dan
Kepemilikan Manajerial berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Perusahaan.
Kata kunci : Corporate Governance, Struktur Kepemilikan, Kinerja Perusahaan.
Latar Belakang Masalah
Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan
suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan,sehingga
dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan
yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Untuk mengukur
kinerja perusahaan,investor biasanya melihat kinerja keuangan perusahaan yang
tercemin dari berbagai macam rasio dan diperlukan dengan perusahaan lain yang
seringkali sulit untuk di dapat.
Menurut Berghe dan Ridder (1999), menghubungkan kinerja perusahaan
dengan good governance tidak mudah dilakukan. Demikian juga dengan Young
(2003) yang menganalisis beberapa penelitian yang menghubungkan corporate
governance dengan kinerja perusahaan di lain pihak, berdasarkan beberapa hasil
penelitian, Berghe dan Ridder (1999) menyatakan bahwa perusahaan yang
mempunyai pencapaian lemah yang disebabkan oleh poor governance.
Struktur kepemilikan merupakan suatu mekanisme untuk mengurangi konflik
kepentingan antara manajer dengan pemegang saham. Kepemilikan manajerial
merupakan kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan yang diukur dengan
persentase jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen, sedangkan kepemilikan
institusional merupakan kepemilikan saham oleh pemerintah,institusi
keuangan,institusi berbadan hukum,institusi luar negeri,dan perwalian serta
institusi lainnya pada akhir tahun (Shien,et.al 2006).
Berdasarkan uraian diatas,peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan
menyajikan dalam suatu penelitian ilmiah dengan judul “Pengaruh Corporate
Governance dan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan pada
Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) Tahun 2014-2016”.
Perumusan masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakah Dewan Komisaris Independen berpengaruh terhadap Kinerja
Perusahaan pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2014-2016 ?
2. Apakah dewan direksi berpengaruh terhadap Kinerja Perusahaan pada
Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) Tahun 2014-2016 ?
3. Apakah Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap Kinerja
Perusahaan pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2014-2016 ?
4. Apakah Kepemilikan Manajerial brpengaruh terhadap Kinerja Perusahaan
pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) Tahun 2014-2016 ?
5. Apakah Dewan Komisaris Independent, Dewan Direksi, Kepemilikan
Institusional dan Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap Kinerja
Perusahaan pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2014-2016 ?
Kajian Pustaka
Teori agensi (Agency Theory)
Teori agensi (agency theory) merupakan dasar yang digunakan perusahaan
untuk memahami corporate governance. Hal yang dibahas dalam teori ini adalah
hubungan antara prinsipal (pemilik dan pemegang saham) dan agen (manajemen).
Menurut Jensen and Meckling (1976) dalam Jonathan (2017) Hubungan keagenan
adalah sebuah kontrak antara prinsipal dan agen. Inti dari hubungan keagenan
adalah terdapat pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan.
Corporate Governance
Corporate governance berkaitan dengan bagaimana para investor yakin bahwa
manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak
akan mencuri atau menggelapkan atau menginvestasikan kedalam proyek-proyek
yang tidak menguntungkan dan berkaitan dengan dana capital yang telah
ditanamkan investor, serta bagaimana investor mengontrol para manajer (Shleifer
dan Vishny dalam Iturriaga dan Hoffman, 2005). Dengan kata lain corporate
governance diharapkan dapat berfungsi untuk menekan biaya keagenan.
Berdasarkan pengertian diatas, Corporate Governance didefenisikan sebagai
suatu system pengendalian internal perusahaan yang memiliki tujuan utama
mengelola resiko yang signifikan guna memenuhi tujuan bisnisnya melalui
pengamanan asset perusahaan dan meningkatkan investasi pemegang saham
dalam jangka panjang (Effendi,2009).
Ukuran Dewan Direksi
Direksi menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas merupakan suatu
organ yang didalamnya terdiri dari satu atau lebih anggota yang dikenal dengan
sebutan direktur, Murwaningsari dalam Danang (2013). Dalam penelitian ini,
ukuran dewan direksi dilihat dari jumlah anggota dewan direksi yang dimiliki
dalam sebuah perusahaan.
Dewan Komisaris Independen
Menurut undang-undang Perseroan Terbatas pasal 97 dalam Djalil (2000),
komisaris dibentuk sebagai organ perseroan yang bertugas melakukan tugas,
mengawasi kebijaksanaan direksi dalam menjalankan perseroan dan memberikan
nasihat kepada direksi dalam menjalankan kegiatan pengurusan perseroan. Egon
Zehnder dalam FCGI (2002) menyatakan bahwa dewan komisaris merupakan inti
dari corporate governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi
perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan serta
mewajibkan terlaksananya akuntabilitas.
Sedangkan dewan komisaris independen itu sendiri adalah anggota dewan
komisaris yang tidak berasal dari lingkungan internal perusahaan atau tidak
mempunyai hubungan secara langsung dengan perusahaan.
Struktur Kepemilikan
Secara umum struktur kepemilikan terbagi menjadi dua kategori yaitu struktur
kepemilikan terkonsentrasi dan menyebar. Secara spesifik kategori struktur
kepemilikan meliputi kepemilikan institusi domestik, institusi asing, pemerintah,
karyawan, dan individual domestic.
Struktur Kepemilikan Manajerial Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Yulius dan Yeterina (2013)
peningkatan dalam kepemilikan manajerial dapat menyeimbangkan ketertarikan
dari manajer dan pemilik saham, yang mana dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Kepemilikan saham manajerial akan mendorong manajer untuk berhati-hati dalam
mengambil keputusan karena mereka ikut merasakan secara langsung manfaat
dari keputusan yang diambil dan ikut menanggung kerugian sebagai konsekuensi
dari pengambilan keputusan yang salah. kepemilikan manajerial yang tinggi dapat
mengurangi masalah agensi pada cash flow atau arus kas.
Kepemilikan manajer akan saham perusahaan dipandang dapat
menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara pemegang saham diluar
manajemen sehingga permasalahan keagenan diasumsikan akan hilang apabila
seorang manajer adalah juga sebagai seorang pemilik, Jensen and Meckling
(1976) dalam Intan dan Ida (2016).
Struktur Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah besarnya jumlah saham yang dimiliki
institusi dari total saham yang beredar. Adanya kepemilikan institusional dapat
memantau secara profesional perkembangan investasinya sehingga tingkat
pengendalian terhadap manajemen sangat tinggi yang pada akhirnya dapat
menekan potensi kecurangan. Pemegang saham institusional seperti perusahaan
asuransi, dana pensiun, dan reksadana. Semakin besar kepemilikan institusional
maka semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan dan diharapkan juga dapat
bertindak sebagai pencegah terhadap pemborosan yang dilakukan oleh
manajemen.
Kepemilikan institusional memiliki peranan yang penting dalam
meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi diantara pemegang saham dengan
manajer (Jensen and Meckling, 1976). Kepemilikan institusional memiliki arti
penting dalam memonitor manajemen, karena dengan adanya kepemilikan
institusional dapat mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal.
Kinerja Perusahaan
Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan
suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga
dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan
yang mencerminkan prestasi kerja dalam periodde tertentu.Hal ini sangat penting
agar sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan
lingkungan. Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat
dilakukan oleh pihak manajemn agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap
para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh
perusahaan (Cahyani, 2009).
Kinerja merupakan suatu istilah secara umum yang digunakan untuk sebagian
atau seluruh tindakan atau aktivitas dari sutu organisasi pada suatu periode dengan
referensi pada jumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang
diproyeksikan, dengan dasar efisiensi, pertanggungjawaban atau akuntabilitas
manajemen dan semacamnya (Ceacilia Srimindarti, 2004). Pengukuran kinerja
merupakan proses mencatat dan mengukur pencapaian pelaksanaan kegiatan
dalam arah pencapaian misi (mission accomplishment) melalui hasil-hasil yang
ditampilkan berupa produk, jasa ataupun suatu proses.
Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Variable Independen
H1
H2
H3
H4
H5
Hipotesis
Berdasarkan analisis dari penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian
dinyatakan sebagai berikut:
Ukuran DewanDireksi
(X1)
Dewan Komisaris
Independen
(X2)
Kinerja Perusahaan
(Y)
Struktur Kepemilikan
Manajerial
(X3)
Struktur Kepemilikan
Institusional
(X4)
1. Diduga Dewan Komisaris Independen berpengaruh terhadap Kinerja
Perusahaan pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2014-2016.
2. Diduga dewan direksi berpengaruh terhadap Kinerja Perusahaan pada
Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) Tahun 2014-2016 ?
3. Diduga Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap Kinerja
Perusahaan pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2014-2016.
4. Diduga Kepemilikan Manajerial brpengaruh terhadap Kinerja Perusahaan
pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) Tahun 2014-2016.
5. Diduga Dewan Komisaris Independent, Dewan Direksi, Kepemilikan
Institusional dan Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap Kinerja
Perusahaan pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2014-2016.
METODE PENELITIAN
Operasional Variabel Penelitian
Variabel penelitian dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau obyek,
yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek
dengan obyek yang lain (Hatch dan Farhady, 1981 dalam Sugiyono, 2010 : 58).
Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang nilainya tergantung dari nilai
variabel lain (Y) dan variabel independen (bebas) adalah variabel yang nilainya
tidak tergantung pada variabel lain (X).
Variabel Dependen
Variabel dependen adalah sebuah ukuran yang dianggap sebagai akibat atau
konsekuensi atas terjadinya variable (Priadana dan Muis, 2009). Dalam penelitian
ini variabel dependen yang digunakan adalah kinerja perusahaan yang diukur
dengan menggunakan Return On Asset.
Variabel Independen
Variabel independen (variabel bebas) merupakan variabel yang
menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain. Sebagai variabel bebas
(independent variable) pada penelitian ini adalah indikator dari corporate
governance yaitu : Dewan komisaris independen, Ukuran Dewan Direksi,
Kepemilikan saham institusional dan Kepemilikan manajerial
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang
dilihat dari nilai rata-rata (mean), median, modus, standar deviasi, maksimum dan
minimum. Data deskriptif merupakan statistik yang menggambarkan atau
mendeskripsikan data menjadi sebuah informasi yang lebih jelas dan mudah untuk
dipahami.
Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini menggunakan model regresi
linier berganda. Pengujian ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah
berdistribusi normal. Data yang digunakan dalam penelitian bebas dari gejala
multikolonieritas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Asumsi klasik yang baik
adalah berdistribusi normal, tidak terjadi multikoloneritas, tidak terjadi
autokorelasi, dan tidak terjadi heteroskedastisitas. Semua pengolahan data statistik
untuk untuk pengujian tersebut dilakukan dengan menggunakan SPSS.
Analisis Regresi Linier Berganda Menurut Priyatno (2011:238), analisis regresi linier berganda adalah
analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh antara dua atau lebih variabel
independen dengan satu variabel dependen yang ditampilkan dalam bentuk
persamaan regresi
Pengujian Hipotesis
Uji ini dimaksudkan bertujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh dari
tiap variabel. Apakah dari tiap-tiap variabel itu besar atau tidak pengaruhnya
nanti. Yakni meliputi uji Koefisien Determinasi (Adjusted R), uji T statistik dan
uji F statistik (simultan).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Unit Analisis/Observasi
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan industri barang konsumsi yang
terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan data dari laporan
keuangan perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2014-2016. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah
sebanyak 13 perusahaan dari 39 perusahaan yang telah memenuhi kriteria dalam
penelitian.
Deskriptif Data Penelitian
Adapun gambaran mengenai nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata
dan standar deviasi untuk data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai
berikut:
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DKI 39 .33 .67 .4263 .10065
DD 39 3.00 16.00 6.0769 3.27177
KI 39 .00 .88 .5813 .28511
KM 39 .00 .81 .1562 .25532
ROA 39 .00 .26 .0777 .05261
Valid N (listwise) 39
(Sumber: Data sekunder yang diolah dengan SPSS 21).
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 39
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std. Deviation .04110652
Most Extreme Differences
Absolute .192
Positive .192
Negative -.110
Kolmogorov-Smirnov Z 1.198
Asymp. Sig. (2-tailed) .113
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Dari hasil uji statistik di atas, besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah
1.198 dan signifikansinya 0.113 > 0.05, maka H0 dapat diterima, yang berarti data
residual berdistribusi normal.
Grafik Normal Probability Plot
(Sumber: Data sekunder yang diolah dengan SPSS 21)
Berdasarkan grafik Normal P-Plot diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
data yang diperoleh terdistribusi dengan normal karena tampilan grafik tersebut
memperlihatkan penyebaran data (titik) mengikuti garis diagonal. Hal ini
mengindikasikan bahwa data dari hasil penelitian ini dikatakan normal.
Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
DKI .749 1.336
DD .889 1.125
KI .484 2.067
KM .466 2.147
a. Dependent Variable: ROA
Berdasarkan tabel 4.3 di atas, dapat di simpulkan bahwa variabel
independen tidak mengalami multikolonieritas karna masing-masing nilai VIF
variable independen > 0,10 dan VIF < 10.
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 .624a .389 .318 .04346 1.900
a. Predictors: (Constant), KM, DD, DKI, KI
b. Dependent Variable: ROA
(Sumber: Data sekunder yang diolah dengan SPSS 21)
Hasil uji Durbin-Watson dalam tabel 4.4 menunjukkan nilai DW sebesar
1.900 dengan jumlah observasi (n) 39 dan 4 variabel bebas. Berdasarkan
persyaratan angka DW > 1 dan DW < 3 (1.900 > 1 dan 1.900 < 3). Jadi dapat
disimpulkan bahwa penelitian ini tidak terjadi autokorelasi.
Uji Heteroskedastisitas
Grafik Scatterplot
Pada grafik scatterplot di atas, tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik
rnenyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu y, maka mengindikasikan
tidak terjadi heteroskedastisitas.
Uji Glejser
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) .024 .030 .813 .422
DKI -.048 .054 -.160 -.897 .376
DD .003 .002 .331 2.015 .052
KI .012 .024 .116 .520 .606
KM -.014 .027 -.114 -.505 .617
a. Dependent Variable: RES2
(Sumber: Data sekunder yang diolah dengan SPSS 21).
Dari tabel 4.5 Uji Glejser diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi
Unstandardized Residual untuk variable Dewan Komisaris Independent adalah
0.376 > 0.05, nilai signifikansi Unstandardized Residual variabel Dewan Direksi
adalah 0.052 > 0.05, nilai signifikansi Unstandardized Residual variabel
Kepemilikan Institional adalah 0.606 > 0.05 dan nilai signifikansi Unstandardized
Residual variabel Kepemilikan adalah 0.617 > 0.05, sehingga dapat disimpulkan
bahwa model regresi tidak terdapat heteroskedastisitas karena nilai signifikansi
Unstandardized Residual dari seluruh variabel independen > 0,05.
Analisis Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) .028 .045 .620 .539 DKI .009 .081 .017 .113 .911 .749 1.336
DD .007 .002 .417 2.931 .006 .889 1.125
KI -.020 .036 -.107 -.558 .581 .484 2.067
KM .106 .040 .513 2.613 .013 .466 2.147
a. Dependent Variable: ROA
(Sumber: Data sekunder yang diolah dengan SPSS 21)
Hasil analisis regresi berganda yang diperoleh dari hasil perhitungan
melalui SPSS 21, dapat kita lihat pada tabel 4.6 di atas. Dari tabel tersebut dapat
kita lihat bahwa nilai konstanta sebesar 0.028, nilai β1 (DKI) sebesar 0.009, nilai
β2 (DD) sebesar 0.007, nilai β3 (KI) sebesar -0.020 dan nilai β4 (KM) sebesar
0.106, sehingga diperoleh persamaan:
ROA = 0.028 + 0.009(DKI) + 0.007(DD) - 0.020(KI) + 0.106(KM) + 0.02 + e
Pengujian Hipotesis
Hasil Uji t (Uji Parsial) Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) .028 .045 .620 .539
DKI .009 .081 .017 .113 .911
DD .007 .002 .417 2.931 .006
KI -.020 .036 -.107 -.558 .581
KM .106 .040 .513 2.613 .013
a. Dependent Variable: ROA
(Sumber: Data sekunder yang diolah dengan SPSS 21)
Berdasarkan hasil uji t pada tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pengaruh Dewan Komisaris Independent (DKI) terhadap ROA diketahui
bahwa koefisien beta bernilai positif (0.009) dengan nilai thitung sebesar
0.113 dan sig 0.911. Karena thitung < ttabel (0.113 < 2.034) dan sig 0.911 >
0.05 (df = n - k - 1 = 39 - 5 - 1 = 33), maka dari hasil pengujian H1 ditolak
dan H0 diterima. Hal ini berarti bahwa variabel Dewan Komisaris
Independent secara parsial tidak berpengaruh terhadap Kinerja Perusahaan
(Return on Asset). Dengan demikian hipotesis pertama (H1) ditolak.
2. Pengaruh Dewan Direksi (DD) terhadap ROA diketahui bahwa koefisien
beta bernilai positif (0.007) dengan nilai thitung sebesar 2.931 dan sig 0.006.
Karena thitung > ttabel (2.931 > 2.034) dan sig 0.006 < 0.05 (df = n - k - 1 =
39 - 5 - 1 = 33), maka dari hasil pengujian H1 diterima dan H0 ditolak. Hal
ini berarti bahwa variabel Dewan Direksi secara parsial berpengaruh
terhadap Kinerja Perusahaan (Return on Asset). Dengan demikian
hipotesis kedua (H2) diterima. 3. Pengaruh Kepemilikan Institional (KI) terhadap ROA diketahui bahwa
koefisien beta bernilai negatif (0.020) dengan nilai -thitung sebesar -0.558
dan sig 0.581. Karena -thitung > -ttabel (-0.558 > -2.034) dan sig 0.963 > 0.05
(df = n – k – 1 = 39 – 5 – 1 = 33), maka dari hasil pengujian H1 ditolak
dan H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel Kepemilikan
Institional tidak berpengaruh terhadap Kinerja Perusahaan (Return on
Asset). Dengan demikian hipotesis ketiga (H3) ditolak.
4. Pengaruh Kepemilikan Manajerial (KM) terhadap ROA diketahui bahwa
koefisien beta bernilai positif (0.106) dengan nilai thitung 2.613 dan
signifiansi 0.013. Karena thitung > ttabel (2.613 > 2.034) dan sig 0.013 < 0.05
(df = n – k – 1 = 50 – 5 – 1 = 44), maka dari hasil pengujian H1 diterima
dan H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel Kepemilikan Manajerial
secara parsial berpengaruh terhadap Kinerja Perusahaan (Return on Asset).
Dengan demikian hipotesis keempat (H4) diterima.
Hasil Uji F (Uji Simultan)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression .041 4 .010 5.421 .002b
Residual .064 34 .002
Total .105 38 a. Dependent Variable: ROA b. Predictors: (Constant), KM, DD, DKI, KI
(Sumber: Data sekunder yang diolah dengan SPSS 21)
Berdasarkan hasil uji F pada tabel di atas, dapat dilihat nilai Fhitung sebesar
5.421 dan Ftabel sebesar 2.650 dengan signifikansi 0.002b. Dengan demikian dapat
diketahui bahwa Fhitung > Ftabel (5.421 > 2.650) dengan signifikansi 0.002b > 0.05
yang menunjukkan bahwa Dewan Komisaris Independent, Dewan Direksi,
Kepemilikan Institional dan Kepemilikan Manajerial secara bersama-sama
berpengaruh terhadap Kinerja Perusahaan (Return on Asset).
Uji Adjusted R Square Model Summary
b
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .624a .389 .318 .04346
a. Predictors: (Constant), KM, DD, DKI, KI b. Dependent Variable: ROA
(Sumber: Data sekunder yang diolah dengan SPSS 21)
Berdasarkan perhitungan nilai Adjusted R Square sebesar 0.318 atau
31.8%. Hasil ini menunjukkan bahwa sebesar 31.8% ROA dapat dijelaskan oleh
Dewan Komisaris Independent, Dewan Direksi, Kepemilikan Institional dan
Kepemilikan Manajerial. Sedangkan sisanya sebesar 68.2% ROA dapat dijelaskan
oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Penelitian ini menggunakan populasi seluruh perusahaan industri barang
konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2015 sebanyak 39
perusahaan. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling.
Dengan metode sampling tersebut didapat sampel yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak 13 perusahaan. Setelah dilakukan pengujian asumsi klasik
dengan 4 variabel independen. Dari hasil uji t, maka pembahasan hasil penelitian
ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap Return on Asset
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Dewan Komisaris Independent tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang artinya jumlah dewan komisaris
indepnden pada perusahaan sampel rata-rata sudah tinggi, sehingga kurang
mempengaruhi kinerja perusahaan. Secara teori komisaris independen dapat
bertindak sebagai penengah dalam suatu perselisihan yang terjadi antara para
manajer internal dan mengawasi kebijakan direksi serta bertugas sebagai pemberi
nasihat kepada direksi. Komisaris independen merupakan sebuah posisi yang baik
untuk melaksanakan fungsi pengawasan terhadap pengelolaan perusahaan supaya
tercipta suatu perusahaan yang good corporate governance, sehingga bisa
meningkat kinerja perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Yuda (2015) yang menyatakan bahwa Dewan Komisaris
Independent tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Namun penelitian ini
berbeda dengan penelitian Jonathan (2017) yang menemukan bahwa Dewan
Komisaris Independent berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Pengaruh Dewan Direksi terhadap Return on Asset
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Dewan Direksi berpengaruh
terhadap nilai perusahaan yang artinya perusahaan industri barang konsumsi
merupakan industri yang memiliki kompleksitas operasional dan tingkat
persaingan yang tinggi serta dinamis, sehingga menyebabkan perrusahaan
membutuhkan dewan direksi dengan jumlah yang lebih besar sehingga membuat
manajemen dapat mengatasi ataupun mengelola hal tersebut dengan baik. Hal
tersebut dapat membuat dewan direksi dapat menentukan kebijakan ataupun
strategi yang tepat bagi perusahaan, guna menghasilkan kinerja keuangan yang
lebih baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Jonathan (2017) yang
menemukan bahwa Dewan Direksi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Namun penelitian ini berbeda dengan penelitian penelitian yang dilakukan oleh
Yuda (2015) yang menyatakan bahwa Dewan Direksitidak berpengaruh terhadap
kinerja perusahaan.
Pengaruh Kepemilikan Institional terhadap Return on Asset
Hasil penelitian ini menyatakan kepemilikan institusional tidak
berpengaruh terhadap kinerja perusahaan disebabkan karena pemilik mayoritas
institusi ikut dalam pengendalian perusahaan sehingga cenderung bertindak untuk
kepentingan mereka sendiri meskipun dengan mengorbankan kepentingan pemilik
minoritas. Menurut Modigliani adanya asimetri informasi antara pihak pemegang
saham dengan manajer menyebabkan manajer selaku pengelola perusahaan akan
bisa mengendalikan perusahaan karena memiliki informasi lebih mengenai
perusahaan dibandingkan pemegang saham. Sehingga adanya kepemilikan
institusi tidak menjamin monitoring kinerja manajer dapat berjalan efektif. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian Yulius dan Yeterina (2013) yang
menemukan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan. Namun penelitian ini berbeda dengan penelitian penelitian yang
dilakukan oleh Intan dan Ida (2016) yang menyatakan bahwa kepemilikan
institusional berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Return on Asset
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Kepemilikan Manajerial berpengaruh
terhadap nilai perusahaan yang artinya meningkatnya proporsi kepemilikan
manajerial pada perusahaan dapat meningkatkan kinerja perusahaan yang diukur
dengan Return On Asset (ROA) secara langsung. Semakin besar proporsi
kepemilikan manajerial maka semakin kecil peluang terjadinya konflik, karena jika
pemilik bertindak sebagai pengelola perusahaan maka dalam pengambilan
keputusan akan sangat berhati-hati agar tidak merugikan perusahaan, dan akhirnya
dapat meningkatkan kinerja perusahaan (ROA). Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Intan dan Ida (2016) yang menyatakan bahwa
kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Namun penelitian
ini berbeda dengan penelitian Yulius dan Yeterina (2013) yang menemukan bahwa
kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Pengaruh Dewan Komisaris Independent, Dewan Direksi, Kepemilikan
Institional dan Kepemilikan Manajerial terhadap Return on Asset (ROA)
Berdasarkan hasil uji F pada tabel di atas, dapat dilihat nilai Fhitung sebesar
5.421 dan Ftabel sebesar 2.650 dengan signifikansi 0.002b. Dengan demikian dapat
diketahui bahwa Fhitung > Ftabel (5.421 > 2.650) dengan signifikansi 0.002b > 0.05
yang menunjukkan bahwa Dewan Komisaris Independent, Dewan Direksi,
Kepemilikan Institional dan Kepemilikan Manajerial secara bersama-sama
berpengaruh terhadap Retun on Asset (ROA).
Berdasarkan perhitungan nilai Adjusted R Square sebesar 0.318 atau
31.8%. Hasil ini menunjukkan bahwa sebesar 31.8% ROA dapat dijelaskan oleh
Dewan Komisaris Independent, Dewan Direksi, Kepemilikan Institional dan
Kepemilikan Manajerial. Sedangkan sisanya sebesar 68.2% ROA dapat dijelaskan
oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Maka disimpulkan
bahwa DKI, DD, KI dan KM secara bersama-sama dapat digunakan untuk
mengukur Retrun On Asset (ROA), namun kemampuan variable independen
dalam memprediksi variable dependen masih rendah.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Dewan Komisaris Independent (DKI) tidak berpengaruh terhadap Kinerja
Perusahaan pada perusahaan Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013-2016.
2. Dewan Direksi (DD) berpengaruh terhadap Kinerja Perusahaan pada
perusahaan Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) tahun 2013-2016.
3. Kepemilikan Institional (KI) tidak berpengaruh terhadap Kinerja Perusahaan
pada perusahaan Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) tahun 2013-2016.
4. Kepemilikan Manajerial (KM) berpengaruh terhadap Kinerja Perusahaan
pada perusahaan Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) tahun 2013-2016.
5. Dewan Komisaris Independent, Dewan Direksi, Kepemilikan Institional dan
Kepemilikan Manajerial secara bersama-sama berpengaruh terhadap Kinerja
Perusahaan pada perusahaan Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013-2016
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis
memberikan beberapa saran untuk penelitian selanjutnya sebagai berikut:
1. Disarankan untuk penelitian selanjutnya menambahkan variabel-variabel lain
seperti komite remunerasi, dewan komisaris, komite manajemen resiko
terintegrasi, komite kepatuhan, komite pemantau resiko, dan seterusnya.
2. Menambahkan periode penelitan, sehingga didapat data yang lebih banyak
dan hasil dari penerapan tata kelola terintegrasi lebih mencerminkan keadaan
yang sebenarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Adestian, Yuda, 2015. “Pengaruh Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Dewan
Komisaris Independen, Komite Audit Dan Ukuran Perusahaan Pada
Kinerja Perusahaan Perbankan Yang Listing Di Bei Pada Tahun 2012-
2014”. Jurnal. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro.
Diunduh tanggal 13 Januari 2018.
Brigham dan Houston. 2010 . Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Buku 1 (Edisi
11). Jakarta. Salemba Empat.
Bestwan Sihotang, Jonathan, 2017.“Pengaruh Komisaris Independen, Komite
Audit,Dewan Direksi, Komite Tata Kelola Terintegrasi Terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan Konglomerasi (Studi Empiris Pada Perusahaan
Perbankan Konglomerasi Periode Tahun 2013-2016)”. Skripsi. Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis Universitas Lampung Bandar Lampung. Diunduh
tanggal 13 Januari 2018.
Cornett, Alan M, Anthony S dan Hassan, Teharain. 2006. Earning Management,
Corporate Governance and True Financial Performance
http://papers.ssrn.com Diakses pada 11 Februari 2017.
Cahrles T.Horngren dan Walter T.Harrison. 2007. Akuntansi Kilid I, Edisi ke-7.
Jakarta. Penerbit Erlangga.
Fahmi, Irham. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Bandung. Alfabeta.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
21.Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Kasmir. 2016. Analisis Laporan Keuangan. Rajawali pers. Jakarta.
Komite National Kebijakan Governance. 2006. Pedoman Umum Good Corporate
Governance Indonesia. Jakarta.
Munawir. 2014. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta. Liberty.
Intan Candradewi dan Ida Bagus Panji Sedana (2016).“Pengaruh Kepemilikan
Manajerial, Kepemilikan Institional dan Dewan Komisaris Independent
Terhadap Return On Asset Pada Perusahaaan Otomotif dan Komponen Di
BEI Priode 2010-2014”. Jurnal Manajemen. Universitas Udayana
Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Diunduh tanggal 13 Januari 2018.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Penerbit
Alfabeta.
Yulius Ardy Wiranata dan Yeterina Widi Nugrahanti, 2013. “Pengaruh Struktur
Kepemilikan Terhadap Profitabilitas Perusahaan Manufaktur Di Indonesia
Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Pada Tahun 2010-
2011”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan . Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana. Diunduh tanggal 13 Januari 2018.
http://www.idx.co.id. Diunduh tanggal 13 Januari 2018.
top related